PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Shinta Prabowati 121224099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Shinta Prabowati 121224099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Berjalanlah ketika yang lain masih hanya duduk berdiam dan coba berlarilah ketika yang lain masih hanya santai berjalan, karena hidup harus penuh perjuangan!”
“Kebahagiaan dan kebanggaan orang tua menjadi ujung tombak dimana peluh, lelah, dan putus asa tak akan aku rasa”.
“Yakinlah tak ada hasil yang mengkhianati usaha”
“Ketika usaha dan kerja keras Anda tak sesuai harapan, percayalah Allah telah merencanakan sesuatu yang akan lebih indah di hidup Anda”.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya. (Q.S. Al-Baqarah: 286).
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Allah S.W.T dan Nabi Muhammad S.A.W Pelindung yang setia membimbing, melimpahkan karunia dan rahmatnya, mempermudah segala urusan dan menjadi tempat untuk bersandar.
Orang tua tercinta Kapten Inf. Nunung Prawoto dan Fidyaningsih Terima kasih atas doa, kasih sayang, dan dukungan sehingga menjadi seseorang yang berguna.
Eka Paksi Prabowo, S.H. Kakak tercinta yang selalu mendukung dan memotivasi.
M Sofwan Zulfikar, COPIII. Teman yang senantiasa memberi dukungan, semangat dan doa selama penyusunan skripsi.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Prabowati, Shinta. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan modul pembelajaran membaca pemahaman guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan (R&D). Jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui (1) faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, (2) tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, dan (3) prosedur pengembangan serta kualitas modul pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dinyatakan tinggi, hal ini dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 79,48%. Tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa berada pada kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa sebesar 22,52. Oleh karena itu, modul dikembangkan atas dasar hasil analisis data yang meliputi: (1) faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang berkategori tinggi dengan persentase79,48%, (2) hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang masih berkategori cukup dengan nilai rata-rata 22,52, serta (3) hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman yang menunjukkan bahwa keinginan mahasiswa untuk mempelajari materi membaca pemahaman berkategori tinggi dengan persentase 84,54% dan cukup variatif, sehingga modul dikembangkan berdasarkan aspek kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang kurang, dan berbagai materi membaca pemahaman yang dibutuhkan mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Adapun modul pembelajaran membaca pemahaman yang telah dikembangkan peneliti dinilai dari aspek desain, tampilan, materi, dan penggunaan bahasa oleh dosen ahli dengan skor rata-rata 3,8 dan oleh para mahasiwa dengan skor rata-rata 3,9 dengan kualitas “Baik” serta layak untuk digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Prabowati, Shinta. 2016. The Development of Reading Comprehension Learning Modules for VI Semester Students of Indonesian Language and Literature Education Study Program Ahmad Dahlan University Yogyakarta Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Sanata Dharma University.
This study reviews the development of learning modules for reading comprehension of VI semester students in Indonesian Language and Literature Education Study Program Ahmad Dahlan University, Yogyakarta academic year 2015/2016. The purpose of this research is to develop reading comprehension learning module in order to improve the reading comprehension of VI semester students in Indonesian Language and Literature Education Study Program of Ahmad Dahlan University, Yogyakarta. This study is classified as a research and development (R & D) study. This type of research is used to determine (1) the factors that affect students’ reading comprehension, (2) the level of students’ reading comprehension, and (3) development procedures and the quality of learning modules. The research results showed that the factors that influence students’ reading comprehension was shown high, it was proved by 79.48% percentage. Students reading comprehension level was classified as enough. It is proved by the average value of a test of students’ reading comprehension of students was 22.52. Therefore, the module is developed based on the results of data analysis including: (1) factors that affect students’ reading comprehension in high category with 79,48% percentage, (2) the results of a test of students’ reading comprehension which is still categorized average with 22.52, and (3) the results of the need analysis of students need towards reading comprehension materials which shows students’ desire to learn reading comprehension materials are high in 84,54% percentage and quite varied, so that the module was developed based on the lack of students’ reading comprehension aspect and a variety of reading comprehension materials that students need in order to improve students' reading comprehension. The reading comprehension learning modules that have been developed by the researcher are assessed from the aspect of design, appearance, materials, and the use of language by the expert lecturer with an average score of 3.8 and by the students with an average score of 3.9 with the quality "Good" and eligible for using in teaching reading comprehension.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Tahun Ajaran 2016 dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasihat, dan kerjasama dari banyak pihak maka skripsi ini tidak akan berhasil diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah S.W.T & Nabi Muhammad S.A.W atas anugerah dan berkah-Nya. 2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 3. P. Kuswandono, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 4. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 6. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang dengan bijaksana, sabar, dan penuh ketelitian membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen ahli dalam validasi produk pengembangan yang telah dengan sabar dan penuh ketelitian memvalidasi produk yang dikembangkan penulis.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Seluruh dosen Prodi PBSI yang memiliki karakteristik masing-masing telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang penulis butuhkan. 9. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi akademis. 10. Dra. Triwati Rahayu, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 11. Roni Sulistyono, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang telah membantu, membimbing, meluangkan waktu, dan memberikan waktunya kepada peneliti untuk mengambil data. 12. Seluruh mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 13. Kedua orang tuaku Kapten Inf. Nunung Prawoto dan Ibu Fidyaningsih, Kakakku Eka Paksi Prabowo, S.H., dan M. Zulfikar Sofwan, COPIII., yang tak pernah lelah mendoakan, mendukung, memotivasi, dan memberi semangat selama penyusunan skripsi. 14. Sahabat seperjuangan Rosendi Galih Susani, Agatha Regina Pratiwi, Debby Maharani, Maria Yunita Anggelina, Yosevin Winda dan semua teman terbaik PBSI 2012 yang selalu penulis sayangi dan selalu bersama dalam membantu, memberikan tawa dan duka, jatuh dan bangkit, serta yang selalu berjuang besama dengan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 15. Sahabat baik penulis Anthonia Jessy Perwirasari, S.Pd., yang dengan sabar membantu dan menjadi translator abstrak dalam skripsi ini. 16. Teman-teman kos Pondok Langensari 19 yang selalu memberikan keceriaan. 17. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan terhadap pembuatan skripsi ini, yang tak dapat disebutkan satu per satu.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ..ii HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................iii MOTTO ................................................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................vii ABSTRAK ..........................................................................................................viii ABSTRACT ...........................................................................................................ix KATA PENGANTAR ...........................................................................................x DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii DAFTAR TABEL ..............................................................................................xvi DAFTAR BAGAN ...........................................................................................xviii DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................xix DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xx DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xxi BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................7 1.3 Tujuan Peneltian ..............................................................................................7
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................8 1.5 Batasan Istilah .................................................................................................9 1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................10 BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................12 2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................................................12 2.2 Kajian Teori ...................................................................................................16 2.2.1 Membaca Pemahaman ..........................................................................16 2.2.1.1 Pengertian Membaca Pemahaman ..........................................17 2.2.1.2 Tujuan Membaca Pemahaman ................................................18 2.2.1.3 Jenis Membaca Pemahaman ...................................................20 2.2.1.4 Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman .............................................................................23 2.2.1.5 Strategi Pembelajaran..............................................................28 2.2.1.6 Jenis- jenis Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman..............................................................................29 2.2.2 Kebiasaan Membaca .............................................................................35 2.2.3 Budaya Membaca .................................................................................35 2.3 Kerangka Berpikir ...........................................................................................36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................39 3.1 Jenis Penelitian ...............................................................................................39 3.2 Subjek Penelitian .............................................................................................40 3.3 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................40 3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................................44
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5 Teknik Analisis Data Penelitian ......................................................................47 3.6 Prosedur Pengembangan Modul .....................................................................55 BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................61 4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ....................................................................61 4.2 Analisis Data Penelitian ..................................................................................62 4.2.1 Analisis Data Observasi...........................................................................63 4.2.2 Analisis Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman ..............................66 4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman .......................103 4.2.4 Analisis Data Kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman ............................................................................119 4.2.5 Analisis Data Wawancara Mahasiswa ...................................................140 4.2.6 Analisis Data Validasi Produk dan Revisi Produk.................................144 4.3 Pembahasan ...................................................................................................154 4.3.1 Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman .........154 4.3.2 Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa .....................157 4.3.3 Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman ...............159 4.4 Prosedur Pengembangan Modul Pembelajaran .............................................164 BAB V PENUTUP .............................................................................................171 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................171 5.2 Saran-saran ....................................................................................................173 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................175 LAMPIRAN .......................................................................................................177
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Kisi-kisi Tes Membaca Pemahaman
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara terhadap Mahasiswa
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Angket Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Angket Kebutuhan Mahasiswa terhadap Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Angket Penilaian Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Dosen
Tabel 3.7
Kisi-kisi Penilaian Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Mahasiswa
Tabel 3.8
Penyataan Positif dan Pernyataan negatif
Tabel 3.9
Contoh Perhitungan Angket Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Tabel 3.10
Kategori Faktor Membaca Pemahaman
Tabel 3.11
Penentuan Kriteria dengan Persentase untuk Skala Empat
Tabel 3.12
Kriteria Penilaian Produk Pengembangan
Tabel 3.13
Konversi Nilai Skala Lima
Tabel 4.1
Kriteria Faktor Membaca
Tabel 4.2
Indikator Motivasi
Tabel 4.3
Indikator Sikap dan Minat
Tabel 4.4
Indikator Kebiasaan Membaca
Tabel 4.5
Indikator Kondisi Emosi
Tabel 4.6
Indikator Cara Membaca
Tabel 4.7
Indikator Pengalaman yang Dimiliki Sebelumnya
Tabel 4.8
Indikator Ketertarikan terhadap Bacaan dan Manfaat
Tabel 4.9
Indikator Intelegensi
Tabel 4.10
Indikator Kesulitan Bacaan
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.11
Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga
Tabel 4.12
Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu
Tabel 4.13
Indikator Teks
Tabel 4.14
Indikator Masih Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan
Tabel 4.15
Indikator Masih Kuatnya Pengaruh Televisi
Tabel 4.16
Kategori ITK
Tabel 4.17
ITK Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Tabel 4.18
Aspek Kemampuan Medefisikan Arti Kata/ Istilah
Tabel 4.19
Aspek Menangkap Makna Tersurat
Tabel 4.20
Aspek Menangkap Makna Tersirat
Tabel 4.21
Aspek Menganalisis Isi Bacaan
Tabel 4.22
Aspek Menarik Kesimpulan
Tabel 4.23
Aspek Memprediksi Maksud Penulis
Tabel 4.24
Aspek Mengevaluasi Bacaan
Tabel 4.25
Indikator Materi Definisi Membaca Pemahaman
Tabel 4.26
Indikator Materi Tujuan Membaca Pemahaman
Tabel 4.27
Indikator Materi Proses Membaca Pemahaman
Tabel 4.28
Indikator Materi Prinsip Membaca Pemahaman
Tabel 4.29
Indikator Materi Teknik Membaca Pemahaman
Tabel 4.30
Indikator Materi Jenis Membaca Pemahaman
Tabel 4.31
Indikator Materi Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman
Tabel 4.32
Indikator Materi Strategi Membaca Pemahaman
Tabel 4.33
Indikator Materi Minat Membaca Pemahaman
Tabel 4.34
Indikator Aspek Membaca Pemahaman
Tabel 4.35
Indikator Materi Kebiasaan Membaca Pemahaman
Tabel 4.36
Indikator Materi Budaya Membaca
Tabel 4.37
Konversi Nilai Skala Lima untuk Validasi Modul
Tabel 4.38
Kriteria Skor Skala Lima untuk Validasi Modul
Tabel 4.39
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Bagan 3.1
Prosedur Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Diagram Pie Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Diagram 4.2 Hasil Validasi Pertama Diagram 4.3 Hasil Validasi Kedua
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1a
Pedoman Menggunakan Modul yang Belum Diubah
Gambar 4.1b
Perubahan Pedoman Menggunakan Modul
Gambar 4.2a
Rumusan Soal Latihan yang Belum Diubah
Gambar 4.2b
Perubahan Rumusan Soal Latihan
Gambar 4.3a
Kalimat dan Penggunaan Tanda Baca yang Belum Diubah
Gambar 4.3b
Perubahan Kalimat dan Penggunaan Tanda Baca
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
Lampiran 2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 3
Angket Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman
Lampiran 4
Perhitungan Angket Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Lampiran 5
Hasil
Perhitungan
Angket
Faktor
Kemampuan
Membaca
Pemahaman Mahasiswa Lampiran 6
Daftar Hadir Peserta Tes Membaca Pemahaman
Lampiran 7
Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Lampiran 8
Kunci Jawab Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Lampiran 9
Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal
Lampiran 10 Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa Lampiran 11 Angket Analisis kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman Lampiran 12 Perhitungan Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman Lampiran 13 Kuesioner Penilaian Modul Pembelajaran Oleh Dosen Ahli Lampiran 14 Kuesioner Penilaian Kualitas Modul Pembelajaran untuk Mahasiswa Lampiran 15 Hasil Observasi Lampiran 16 Transkrip Wawancara Mahasiswa
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya bersama manusia lain untuk berkomunikasi. Media komunikasi yang digunakan dalam berbahasa adalah bahasa. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sosial di masyarakat tidak akan lepas dari masyarakat itu sendiri sebagai para penuturnya. Dalam menuturkan bahasa, setiap manusia memiliki tujuan tertentu. Misalnya, untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, baik yang sebenarnya maupun yang hanya bersifat imajinasi (Halliday dalam Chaer dan Agustina, 2004: 17). Bahasa berkaitan dengan keterampilan, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya (Tarigan, 2008: 1). Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen utama, antara lain keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan dan mendapatkan perhatian khusus dalam ranah pendidikan. Adapun fokus pada penelitian ini ada pada keterampilan membaca. Membaca adalah jendela dunia, dengan membaca semua informasi dapat ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah. Menurut Tampubolon (1987: 4)
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
membaca
merupakan
salah
satu
kemampuan
yang
harus
dibina
dan
dikembangkan. Atas dasar itu, sebaiknya kemampuan membaca harus dibina dan ditingkatkan sehingga dapat menjadi sebuah budaya yang dimiliki oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia, terlebih saat ini di mana perkembangan Ipteks menuntut orang untuk selalu cepat tanggap dalam menghadapi informasi apapun yang diperolehnya. Orang harus semakin pandai dalam mengartikan dan memaknai berbagai informasi, jika ia ingin lebih berkembang dan maju. Kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk memaknai informasi tersebut adalah membaca. Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW, akan diangkat menjadi seorang Rasul, perintah pertama yang beliau terima adalah membaca. Dalam kitab-Nya Allah SWT berfirman yang artinya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu” (T.Q.S Al-Alaq: 1). Hal itu menunjukkan betapa pentingnya kegiatan membaca. Dalam dunia pendidikan, membaca merupakan kegiatan yang tidak dapat terlepas dan terpisahkan darinya. Roger Farr (dalam Iswara, 1997: 3) mengatakan bahwa membaca adalah jantung pendidikan. Lebih dalam lagi, membaca dapat diibaratkan sebagai urat nadinya pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya kegiatan membaca. Senada dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2001: 247) menyebutkan bahwa, aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam dunia pendidikan. Siswa memperoleh sebagian besar ilmu melalui aktivitas membaca. Kemampuan dan kemauan membaca sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
memengaruhi keberhasilan studi seseorang, terlebih mahasiswa. Mahasiswa harus memiliki kemampuan membaca yang baik karena hampir sebagian besar aktivitas belajarnya berupa kegiatan membaca, sehingga ia dapat lebih banyak memperoleh informasi melalui hasil bacaannya. Kemampuan membaca yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami isi suatu bacaan. Pemahaman membaca merupakan hal yang penting, karena dengannya seseorang akan lebih mudah dalam memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis. Bagi mahasiswa, pemahaman terhadap suatu bacaan merupakan kunci sukses dalam meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupan, terkhusus di bangku perkuliahan, namun dalam kenyataan di lapangan kondisi kemampuan membaca pemahaman para mahasiswa masih cenderung rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) di Indonesia dengan sampel penelitian 7.355 siswa, menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6% dari siswa hanya bisa membaca tanpa bisa menangkap maknanya, dan sebanyak 24,8% hanya bisa mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan saja (Hidayah, 2011: 33). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dewasa saat ini ditunjukkan dengan referensi tugas perkuliahan yang minim dan cenderung tidak relevan. Selain dari itu, minat mahasiswa ke perpustakaan juga tergolong rendah. Mahasiswa memanfaatkan perpustakaan apabila menjelang ujian atau ketika mendapatkan tugas dari dosen saja (ejournal.uny.ac.id/ diakses pada tanggal 8 September 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Berdasarkan hasil observasi proses perkuliahan pada tanggal 14 April 2016 di ruang 404 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, juga menunjukkan kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami isi suatu bacaan. Hal ini dapat diketahui dari sikap pasif para mahasiswa ketika mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Mahasiswa cenderung diam apabila diberikan kesempatan bertanya oleh dosen. Selain itu, ketika dosen memberi pertanyaan terkait materi perkuliahan yang sedang dibahas, para mahasiswa cenderung diam dan takut untuk menjawab pertanyaan tersebut. Perilaku tersebut dapat didasari atas 2 alasan, yaitu: (1) bahwa mahasiswa tidak memahami struktur kalimat dan makna kata dalam kalimat pada bahan pembelajaran, sehingga susah memahami isi keseluruhan bacaan serta takut untuk aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan dan, (2) rendahnya minat baca yang dimiliki mahasiswa, sehingga malas memperhatikan materi yang sedang dipelajari dan sibuk dengan handphone mereka sendiri. Kebiasaan menghafal materi dan bukan memahaminya juga menjadi fenomena yang banyak terjadi di kalangan mahasiswa dewasa saat ini. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa mahasiswa semester VI PBSI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, menunjukkan bahwa budaya menghafal seakan menjadi kebiasaan yang selalu dilakukan ketika akan ujian. Fenomena ini terlihat ketika masa ujian telah datang, baik ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Mahasiswa cenderung membaca buku untuk menghafalkan segala materi yang ada ketimbang memahami setiap materi yang dibaca, sehingga hasilnya ketika ujian telah berakhir, ikut berakhir pula semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
hafalan akan materi pembelajaran tersebut. Mahasiswa berparadigma bahwa nilai menjadi ujung tombak dimana paham tidak lagi menjadi skala prioritas. Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan di atas dapat dikarenakan berbagai faktor internal dan eksternal pembaca. Namun, yang menjadi faktor utamanya adalah faktor internal yang berkaitan dengan motivasi, minat dan sikap dalam pribadi mahasiswa itu sendiri. Belum tumbuhnya kesadaran akan pentingnya aktivitas membaca menjadi pemicu rendahnya minat baca. Pendidik dalam hal ini seorang dosen merupakan salah satu tokoh penting dari kemampuan membaca pemahaman yang dimilki mahasiswa. Dalam pembelajaran di kelas, pendidik harus mampu memfasilitasi kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Dengan begitu, pendidik diharapkan mampu menularkan kebiasaan membaca hingga dapat menjadi pendorong berseminya sebuah budaya baca dikalangan mahasiswa melalui kemampuan membaca pemahaman yang dimilkinya. Menurut Hasan (dalam N.S Sutarno, 2003: 20), pendorong bagi bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca, dan pendorong bagi berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik jenis, jumlah, maupun mutunya. Berdasarkan pendapat tersebut, seorang pendidik diharapkan dapat bersikap aktif dan kreatif dalam mengembangkan suatu bahan ajar guna diterapkan sebagai strategi alternatif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Penggunaan bahan ajar yang menarik dan beragam dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
pembelajaran membaca sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh informasi dalam suatu bacaan. Selain itu, ketepatan pemilihan bahan ajar akan berdampak pada keberhasilan belajar mahasiswa serta tercapainya tujuan pembelajaran. Mengingat pentingnya kemampuan membaca pemahaman dan penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran, perlu adanya suatu pengembangan bahan ajar pembelajaran membaca pemahaman. Dimana dalam hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan peneliti terhadap mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, diketahui pula bahwa mahasiswa merasa materi tentang membaca pemahaman sangat terbatas dalam buku-buku yang mereka miliki maupun jumpai. Dengan adanya buku teks yang khusus mengulas tentang materi membaca pemahaman, niscaya mahasiswa akan dapat memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar lebih dalam berkaitan dengan aspek-aspek membaca pemahaman. Kemudian, dari pengetahuan tersebut mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam diri sehingga mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahamannya. Dengan memperhatikan permasalahan yang terjadi, peneliti tertarik mengadakan penelitian guna mengembangkan bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut. 1. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta tahun akademik 2015/2016? 2. Bagaimana tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta tahun akademik 2015/2016? 3. Bagaimana mengembangkan modul pembelajaran membaca pemahaman bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Menjelaskan
faktor-faktor
yang
memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. 2. Menjelaskan tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta tahun akademik 2015/2016. 3. Menghasilkan modul pembelajaran membaca pemahaman bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
1.4
Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis terhadap kemampuan membaca pemahaman. Berikut manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan solusi alternatif dalam mengembangkan serta menggunakan modul pembelajaran membaca pemahaman. 2. Manfaat Praktis a.
Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
b.
Bagi para pendidik baik dosen, guru dan calon guru bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan referensi tindakan atau strategi dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Penelitian ini diharapkan juga dapat meningkatkan motivasi dosen untuk menerapkan berbagai teknik, strategi, model, atau media yang efektif untuk menunjang proses pembelajaran, khususnya membaca pemahaman, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, yang akhirnya akan berdampak pada hasil pembelajaran.
c.
Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu bentuk tindakan kolaboratif yang diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.
d.
Bagi pihak universitas, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di universitas serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
menciptakan output mahasiswa yang berkualitas. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengembangkan budaya penelitian dan penulisan karyakarya ilmiah lainnya sebagai penunjang peningkatan kualitas pendidikan sesuai konteks pendidikan. e.
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi inspirasi dan masukan, agar dapat mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan kemampuan membaca pemahaman yang lebih baik.
1.5
Batasan Istilah Batasan istilah ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tanggapan
terhadap istilah dalam penelitian. Berikut batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman itu, diperlukan: (1) menguasai perbendaharaan katanya; dan (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa) Soedarso (2006: 58). 2. Faktor Membaca Faktor membaca adalah hal-hal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca seseorang. Menurut Zuchdi (2007: 23), terdapat dua faktor membaca, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
3. Kebiasaan Membaca Kebiasaan membaca adalah sikap atau tindakan yang diawali dari sesuatu yang biasa dilakukan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang untuk membaca suatu bacaan tertentu secara teratur (N.S Sutarno, 2003: 20). 4. Budaya Membaca Budaya membaca adalah suatu aktivitas membaca yang terus-menerus dilakukan dalam hidup seseorang dan sudah menjadi suatu kebutuhan seharihari yang sudah tidak dapat ditinggalkan dan dirubah (Sutarno, 2003: 25). 5. Modul Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka agar dapat belajar mandiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik (Prastowo, 2014: 106).
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini merupakan gambaran umum mengenai isi dari keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi. Penelitian pengembangan ini terdiri dari lima bab, yaitu (I) pendahuluan, (II) landasan teori, (III) metodologi penelitian, (IV) hasil penelitian dan pembahasan, dan (V) penutup. Bab I terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Bab II terdiri atas penelitian yang relevan, kajian teori, dan kerangka berpikir. Bab III terdiri atas jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur pengembangan modul pembelajaran. Bab IV terdiri atas deskripsi pelaksanaan penelitian, analisis data penelitian, pembahasan, dan prosedur pengembangan modul pembelajaran. Bab V terdiri atas kesimpulan hasil penelitian dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Penelitian yang Relevan Saat ini telah cukup banyak ditemui penelitian mengenai membaca
pemahaman. Sejauh ini yang diteliti biasanya mengenai penerapan suatu strategi, teknik, maupun metode pembelajaran guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa, sedangkan penelitian terhadap pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa masih sedikit bahkan cenderung jarang ditemui. Ada beberapa penelitian mengenai kemampuan membaca pemahaman yang cukup relevan dengan penelitian penulis. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian pertama, penelitian yang dilakukan oleh Eka Tanjung Pripambudi (2016), mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan judul Strategi Pengembangan Budaya Baca Melalui Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester V Angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menemukan tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, (2) menemukan faktor-faktor pendukung budaya baca mahasiswa PBSI angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan (3) menggambarkan strategi pengembangan budaya baca bagi mahasiswa PBSI
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Populasi penelitian ini mencakup seluruh mahasiswa PBSI semester V kelas A dan B Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang berjumlah 82 mahasiswa. Seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa,
(1)
kemampuan
membaca
pemahaman mahasiswa semester V Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta angkatan 2013 termasuk dalam kategori rendah. (2) faktor pendukung budaya baca mahasiswa termasuk dalam kategori rendah. Hal ini karena responden memiliki motivasi, sikap, dan minat membaca yang baik, serta kesadaran bahwa rajin dan tekun dalam membaca akan lebih berpengaruh daripada mengandalkan tingkat intelegensi saja. Akan tetapi mahasiswa masih memiliki kekurangan dalam hal kebiasaan membaca, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, cara membaca, kondisi emosi dan kesehatan, latar belakang sosial ekonomi keluarga, keterbacaan teks, pengaruh budaya lisan dan media elektronik, serta ketertarikan dan kebermanfaatan bacaan bagi responden. (3) Digunakannya modifikasi strategi MURDER sebagai alternatif untuk meningkatkan budaya membaca dan kemampuan membaca pemahaman. Berikut ini strategi pengembangan budaya baca tersebut: 1. Mood, para responden harus piawai mengatur suasana hati/ perasaan sebelum melakukan aktivitas membaca, 2 Understand, pada tahap ini responden tidak hanya sekadar mengerti bacaan secara kebahasaan, tetapi juga memahami isi bacaan secara mendalam, 3 Recall, para responden mengulangi membaca bacaan yang telah diketahui makna dari bagian-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
bagian yang sebelumnya belum diketahui, 4. Digest, proses untuk menelaah kembali bacaan yang telah dibaca dan membaca ulang rangkuman yang telah dibuat, 5. Expand, pada tahap ini para responden mencoba untuk mengembangkan informasi yang telah didapat dengan cara menginformasikan kepada orang lain, dan 6. Review, pada tahap ini para responden akan mengulang kembali dengan bentuk rangkuman dan dipresentasikan dengan teman-temannya ataupun dengan pengajar bagik guru maupun dosen. Penelitian kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sheila Prima Ramadhani (2013), mahasiswi PBSI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan judul Hubungan antara Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki minat baca tinggi, (2) mendeskripsikan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki minat baca rendah, dan (3) mendeskripsikan hubungan antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Populasi penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta yang berjumlah 62 siswa. Seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa:
(1)
kemampuan
membaca
pemahaman pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki minat baca tinggi dinyatakan masuk dalam kategori baik dengan nilai 18, (2) kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki minat baca rendah dinyatakan masuk dalam kategori cukup dengan nilai 14, dan (3) ada hubungan antara minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Semakin tinggi minat baca siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan membaca pemahaman siswa tersebut, sebaliknya semakin rendah minat baca siswa, makin rendah pula hasil kemampuan membaca pemahamannya. Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas. Pada penelitian ini akan dibahas pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah sama-sama menggunakan kemampuan membaca pemahaman sebagai kemampuan yang diujikan. Perbedaannya terletak pada jenis dan subjek penelitian. Penelitian pertama menggunakan jenis penelitian deskriptif serta menggunakan mahasiswa semester V Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
sebagai
respondenya.
Sementara
penelitian
kedua
menggunakan jenis penelitian korelasional dan responden yang digunakan dalam penelitian tersebut yakni siswa kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Adapun, penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research & Development (R&D) yang akan menghasilkan sebuah produk berupa modul pembelajaran membaca pemahaman. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
2.2 Kajian Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) teori membaca pemahaman yang terdiri dari pengertian membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman, jenis membaca pemahaman, faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, strategi pembelajaran, jenis-jenis strategi pembelajaran membaca pemahaman, (2) kebiasaan membaca, dan (3) budaya membaca. Berbagai kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini, akan dijadikan acuan guna mengembangkan materi membaca pemahaman dalam produk yang akan dihasilkan. Berbagai kajian teori tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
2.2.1 Membaca Pemahaman Pemahaman sangat diperlukan dalam membaca teks atau bacaan sehingga seseorang dapat memperoleh informasi yang tepat. Memahami sebuah teks tertulis berarti menyarikan informasi yang diperlukan dari bacaan tersebut seefisien mungkin (Grellet, 2003: 3). Adapun untuk memahami sebuah teks bacaan, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan yaitu dengan aktivitas membaca pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Membaca pemahaman merupakan salah satu jenis membaca yang dianggap memilki kedudukan tinggi.
2.2.1.1 Pengertian Membaca Pemahaman Berbagai ahli bahasa ramai-ramai mengemukakan pandangannya tentang membaca pemahaman. Somadayo (2011: 10) berpendapat bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Untuk memahami suatu bacaan, seseorang tidak cukup hanya membaca sekali, tetapi harus mengambil langkah-langkah yang strategis untuk menguasai bahan tersebut dan mengingatnya lebih lama (Soedarso, 2006: 58). Lebih lanjut Soedarso menyatakan bahwa usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan: 1) mengorganisasikan bahan yang dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami; dan 2) mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain, atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks yang dihadapi. Menurut Soedarso (2006: 58), pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman itu diperlukan: (1) menguasai perbendaharaan katanya; dan (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa). Berbeda dengan pendapat di atas, Tarigan (2008: 58) berpendapat bahwa, membaca pemahaman merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of fiction). Harras (2011: 3) menyatakan bahwa membaca pemahaman pada hakikatnya adalah kegiatan membaca yang dimaksudkan untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu teks. Pemahaman suatu teks sangat bergantung pada berbagai hal. Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam membaca adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang pembaca dalam memahami teks yang dibaca. Tinggi rendahnya keterampilan yang dimiliki pembaca akan sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman pada teks yang dibaca. Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca yang bermaksud untuk memahami makna kata yang terakandung, ide pokok, serta keseluruhan isi dari bahan bacaan untuk memperoleh informasi/pengetahuan baru. Adapun tingkat pemahaman terhadap bahan bacaan bergantung pada keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu pembaca. Oleh karena itu, tinggi rendahnya keterampilan yang dimiliki pembaca akan sangat memengaruhi tingkat pemahaman pada teks yang sedang dibaca.
2.2.1.2 Tujuan Membaca Pemahaman Somadayo (2011: 11) menyatakan bahwa tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk memperoleh pemahaman. Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaan/ teks secara menyeluruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan penulis; b. Kemampuan menangkap makna tersurat dan tersirat; c. Kemampuan membuat simpulan. Semua aspek-aspek kemampuan membaca tersebut dapat dimiliki oleh seorang pembaca yang telah memiliki tingkat kemampuan membaca tinggi. Namun, tingkat pemahamannya tentu saja terbatas. Artinya, mereka belum dapat menangkap maksud persis sama dengan yang dimaksud penulis. Nuthall (dalam Somadayo, 2011: 11) menyatakan bahwa tujuan membaca merupakan bagian dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Anderson (dalam Somadayo, 2011: 12) juga menyatakan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan itu sebagai berikut: a. Membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta; b. Membaca untuk mendapatkan ide pokok; c. Membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks; d. Membaca untuk mendapatkan kesimpulan; e. Membaca untuk mendapatkan klasifikasi; f. Membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Tarigan (1986: 117) mengungkapkan bahwa tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaanpertanyaan tersebut adalah mengapa hal itu merupakan judul atau topik, masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut, dan hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman mempunyai tujuan untuk memahami suatu bacaan
secara
menyeluruh. Pemahaman menyeluruh meliputi mendapatkan ide pokok, mampu menangkap makna tersirat maupun tersurat, memperoleh rincian dan fakta dalam bacaan, menentukan judul atau topik, membuat perbandingan atau pertentangan dan membuat kesimpulan berdasarkan isi bacaan.
2.2.1.3 Jenis Membaca Pemahaman Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah suatu proses membangun pemahaman terhadap wacana tulis. Proses ini terjadi dengan menjodohkan atau menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya (skemata) dengan isi informasi dalam wacana sehingga terbentuk pemahaman terhadap wacana yang dibaca. Menurut Somadayo (2011: 19) dalam proses membaca seperti ini, pembaca menggunakan beberapa jenis pemahaman, yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif. Dalam setiap jenis pemahaman tersebut terangkai sebuah tingkatan pemahaman yang berurutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Dalam pemahaman literal (literal reading), pembaca menemukan informasi yang dikemukakan secara langsung dalam teks bacaan. Artinya, pembaca secara langsung dapat menangkap makna bacaan dari informasi yang secara eksplisit ada dalam teks bacaan. Sementara pemahaman interpretatif (interpretatif reading) dapat diartikan sebagai pemahaman di antara baris (reading between the lines) serta memberi makna implisit dari sebuah teks bacaan. Pada tahap ini pembaca berkomunikasi dengan penulis melalui teks dan mencoba menafsirkan maksud dari penulis. Dengan kata lain, pembaca mencoba manangkap ide yang tidak tertulis di dalam teks. Pemahaman ini lebih mendalam dibandingkan dengan pemahaman literal. Pemahaman kritis (critical reading) adalah pemahaman bacaan yang lebih tinggi
tingkatannya
pemahaman
kritis
dibanding melampaui
dengan
pemahaman
pemahaman
interpretatif.
interpretatif.
Artinya,
Proses dalam
pemahaman interpretatif, penalaran yang dilakukan pembaca masih berada pada lingkup memahami apa yang dikemukakan oleh penulis, sedangkan dalam pemahaman kritis, di samping pemahaman apa yang dikatakan oleh penulis, pembaca juga memberikan reaksinya secara personal. Reaksi ini bisa berupa pertimbangan-pertimbangan penilaian terhadap kualitas, ketepatan dan ketelitian, serta masuk akal atau tidaknya apa yang dikatakan oleh penulis. Adapun pemahaman kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat (reading the lines), makna tersirat dan makna di balik baris (reading beyond the lines), tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya dalam kehidupan sehari-hari. Nurhadi
(1990:
57),
mengemukakan
bahwa
kegiatan
membaca
pemahaman memiliki tiga tipe kemampuan membaca yang terdiri dari (1) kemampuan membaca literal; kemampuan pembaca mengenal dan menangkap makna dalam teks/bacaan secara tersurat, (2) kemampuan membaca kritis; kemampuan pembaca mengolah teks/bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bacaan, daik makna tersurat maupun makna tersirat, dan (3) kemampuan membaca kreatif; pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat dan tersirat tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Anderson (dalam Tarigan, 1986), yang menyatakan bahwa dalam membaca pemahaman terdapat 5 tingkatan yang terdiri dari (1) mengidentifikasi arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat dan tersirat, (3) menyimpulkan, (4) memprediksi, dan (5) mengevaluasi. Dalam penelitian ini, guna mengetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI PBSI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, peneliti menggunakan teori tingkat kemampuan membaca pemahaman menurut Anderson karena dipandang lebih spesifik dalam mengkaji aspek-aspek dalam membaca pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
2.2.1.4 Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Pembaca dapat menguasai bacaan dengan baik apabila mereka menguasai segi-segi kemampuan yang diperlukan dalam membaca. Ada dua faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar diri pembaca. Pearson dan Johnson (dalam Zuchdi, 2007: 23) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasan), minat (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya), motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca). Faktor-faktor di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasan teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pertolongan yang tersedia berupa bab dan subbab, susunan tulisan, dsb). Kualitas lingkungan membaca meliputi faktor-faktor: persiapan guru sebelum, pada saat, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan, dorongan, dsb). Semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan. Berbeda dari pendapat di atas, Syafi’ie (dalam Somadayo, 2011: 27) mengemukakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah penguasaan struktur wacana/ teks bacaan. Setiap jenis wacana (deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi) mempunyai struktur yang khas. Struktur wacana tersebut dibangun berdasarkan apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
dilihat, didengar, atau dirasakan. Pemahaman terhadap bacaan sangat ditentukan oleh aktivitas pembaca untuk memperoleh pemahaman tersebut. Artinya proses pemahaman itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan memerlukan aktifitas berpikir yang terjadi melalui kegiatan menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang dimiliki sebelumnya. Lamb dan Arnold (dalam Somadayo, 2011: 27) menyatakan bahwa faktorfaktor yang dapat memengaruhi membaca pemahaman adalah faktor lingkungan, intelektual, psikologis, dan faktor fisiologis. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi siswa untuk belajar, khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengar, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca siswa. Pendidik hendaknya cepat menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas. Faktor lingkungan mencakup latar belakang, pengalaman siswa, dan keadaan sosial ekonomi. Faktor intelektual mencakup metode mengajar pendidik, prosedur, kemampuan pemdidik dan siswa menguasai kosakata. Faktor psikologis mencakup motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri, sedangkan faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis. Ebel (dalam Somadayo, 2011: 28) mengungkapkan bahwa faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor siswa yang bersangkutan, keluarganya, kebudayaannya, dan situasi sekolah. Begitu pula Omagio (dalam Somadayo, 2011: 28) berpendapat bahwa pemahaman bacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
bergantung pada gabungan pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca. Berdasarkan penjelasan tersebut, tampak jelas bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca seseorang pada hakikatnya tidaklah tunggal. Semua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Kemampuan membaca pemahaman seseorang berhasil dengan baik apabila mereka menguasai faktorfaktor yang diperlukan dalam kegiatan membaca pemahaman. Selain faktor yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Somadayo (2011: 30) menyatakan bahwa umumnya, kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi membaca pemahaman sebagai berikut: a. Tingkat Intelegensia Membaca itu sendiri pada hakekatnya proses berpikir dan memecahkan masalah, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya. b. Kemampuan Berbahasa Apabila seseorang menghadapi bacaan yang bahasanya tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami teks bacaan tersebut, penyebabnya tidak lain karena keterbatasan kosakata yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
c. Sikap dan Minat Sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang dan tidak senang. Sikap senang umumnya bersifat laten atau lama, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, minat lebih bersifat sesaat. d. Keadaan Bacaan Keadaan bacaan dapat dilihat dari tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya juga bisa mempengaruhi proses membaca. e. Kebiasaan Membaca Kebiasaan membaca yang dimaksud adalah apakah seseorang tersebut mempunyai tradisi membaca atau tidak, yang dimaksud tradisi ini ditentukan oleh banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang sebagai sebuah kebutuhan. f. Pengetahuan tentang Cara Membaca Pengetahuan seseorang tentang membaca misalnya menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan sebagainya. g. Latar Belakang Sosial, Ekonomi, dan Budaya Seseorang akan kesulitan dalam menangkap isi bacaan jika bacaan yang dibacanya memiliki latar kebudayaannya. h. Emosi Keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi seseorang dalam membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
i. Pengetahuan dan Pengalaman yang Dimiliki Sebelumnya. Proses membaca sehari-hari pada hakekatnya penumpukan modal pengetahuan untuk membaca berikutnya. Somadayo (2011: 31) menyatakan bahwa selain faktor yang berpengaruh terhadap proses membaca pemahaman yang telah diuraikan, dalam membaca pemahaman dan membaca pada umumnya terdapat juga hambatan-hambatan seperti berikut: a. Kurang Bisa Berkonsentrasi Membaca Hal-hal yang termasuk dalam kurang bisa berkonsentrasi membaca antaralain pada dasarnya memang kurang bisa berkonsentrasi, kesehatan sedang terganggu, suasana hati tidak tenang, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. b. Daya Tahan Membaca Cepat Berkurang Daya tahan tubuh cepat berkurang antaralain disebabkan oleh posisi badan yang salah dan lampu atau penerangan yang tidak mendukung. Pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat dibuat sebuah rangkuman, bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal pembaca. Faktor internal meliputi: (1) Sikap dan Minat, (2) Motivasi, (3) Tingkat Intelegensi Pembaca, (4) Kebiasaan Membaca, (5) Pengetahuan tentang Cara Membaca, (6) Keadaan Emosi Pembaca, (7) Pengetahuan dan Pengalaman yang Dimiliki Sebelumnya, (8) Penguasaan Bahasa Baik dalam Struktur Wacana/Teks Bacaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
(9) Kondisi Badan/Kesehatan Pembaca, dan (10) Ketertarikan Pembaca terhadap Bacaan. Berbeda dari faktor internal, faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dapat meliputi: (1) kesulitan bacaan, (2) latar belakang sosial dan ekonomi keluarga, (3) suasana lingkungan dan waktu, (4) keadaan bacaan, (5) masih kuatnya pengaruh budaya lisan, dan (6) kuatnya pengaruh media elektornik seperti TV dan gadget. Berbagai
faktor
yang
dapat
memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman tersebut patut untuk dijadikan pedoman penulis dalam menyusun intrumen penelitian, dalam hal ini instrumen penelitian angket faktor kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Setiap pernyataan dalam instrumen angket penelitian apabila memperhatikan dan berpedoman pada pendapat tersebut maka akan dihasilkan sutau intrumen yang baik guna menghasilkan data yang lengkap, tajam, dan akurat.
2.2.1.5 Strategi Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David, dalam Sanjaya, 2008: 2). Dengan demikian strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Darmansyah (2010: 7) mengartikan strategi pembelajaran sebagai cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
yang dapat dilakukan untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Hal senada dikemukakan oleh Mujiono (dalam Sunendar, 2008: 8), yang mengartikan bahwa strategi pembelajaran merupakan pola-pola umum kegiatan pengajaran dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah rangkaian aktivitas belajar mengajar yang dilakukan melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahap evaluasi, serta program tindak lanjut untuk mencapai tujuan pengajaran.
2.2.1.6 Jenis- jenis Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman Strategi pembelajaran membaca pemahaman pada dasarnya adalah siasat yang digunakan ketika seseorang melakukan kegiatan membaca untuk memahami isi teks dan memperoleh makna dari teks yang dibacanya. Adapun macam-macam strategi pembelajaran membaca pemahaman yang bisa digunakan yaitu SQ3R, MURDER, KWL, CALLA, PQ4R, dan PORPE. Berbagai jenis strategi pembelajaran membaca pemahaman tersebut dijabarkan sebagai berikut:
2.2.1.6.1 Strategi SQ3R Strategi SQ3R menuntut mahasiswa memulai kegiatan membaca dengan langkah yang harus ditempuh yaitu (1) Survey adalah mengidentifikasi unsurunsur teks yang dibaca. Contoh unsur-unsur teks seperti judul buku, nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
pengarang, daftar isi, jumlah bab, topik setiap bab, indeks, dan daftar pustaka, (2) Queation, adalah menyusun daftar pertanyaan yang dipikirkan oleh pembaca sebelum membaca buku, (3) Read, adalah membaca bahan. Dalam membaca bahan, pembaca harus berusaha memahami arti kata sukar, idiom, dan ungkapan, selain itu dapat memahami makna tersirat, memahami makna tersurat, menyimpulkan isi bacaan, mengevaluasi bacaan, menangkap maksud penulis, dan membuat prediksi setelah bahan bacaan selesai dibaca. (4) Resite, adalah melakukan tanyajawab mengenai isi bacaan, dan (5) Review, adalah mengulas keseluruhan isi bacaan dengan menggunakan rumusan bahasa sendiri.
2.2.1.6.2 Strategi PQ4R Strategi PQ4R memiliki langkah-langkah yang mirip dengan SQ3R, namun lebih ditekankan pada kegiatan membaca membuat elaborasi isi bacaan. Kegiatan PQ4R meliputi: (1) Preview (membaca selintas dengan cepat), (2) Queation (bertanya), (3) Read, (4) Refleksi, (5) Resite (melakukan tanya jawab), dan (6) Review (mengulang kembali isi bacaan secara menyeluruh menggunakan rumusan bahasa sendiri).
2.2.1.6.3 Strategi KWL Strategi KWL merupakan strategi lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Adapun strategi KWL merupakan singkatan dari What I Know (apa yang saya ketahui), What I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan What I Learned (apa yang telah saya pelajari). Strategi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca. Langkah pembelajaran menggunakan strategi KWL adalah sebagai berikut. Langkah What I Know mencakup empat langkah yaitu: (1) membimbing mahasiswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan dibaca, (2) mencatat tentang topik yang akan dibaca, (3) mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan mahasiswa, dan (4) memberikan stimulus atau penyelesaian contoh mengenai kategori ide. Adapun langkah What Do I Want to Learn mencakup dua langkah, yaitu: (1) membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan topik bacaan, dan (2) membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya. Selanjutnya untuk langkah What I Learn, yaitu dosen membimbing mahasiswa menuliskan kembali apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri.
2.2.1.6.4 Strategi PORPE Strategi PORPE (Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) merupakan suatu strategi membaca untuk studi yang dikembangkan oleh Simpson (dalam Zuchdi, 2007: 153), yang didesain untuk menolong mahasiswa dalam: (1) secara aktif merancang, memantau, dan mengevaluasi materi bacaan yang dipelajari; (2) mempelajari proses yang terlibat dalam menyiapkan ujian esai; dan (3) menggunakan proses menulis sebagai sarana untuk memperoleh materi bidang studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
PORPE terdiri dari lima yaitu: (1) Predict, yaitu mahasiswa memprediksi pertanyaan-pertanyaan esai yang potensial untuk membimbing mereka melakukan kegiatan sesudah menyelesaikan suatu bacaan. Dalam mengerjakan hal ini, para mahasiswa
diharapkan
memperjelas
tujuan
mereka
dalam
membaca,
mengidentifikasi aspek-aspek penting dalam teks, dan memfokuskan pada pokok isi bacaan. Karena langkah ini cukup sulit, Simpon (dalam Zuchdi, 2007: 154) membaginya menjadi empat tahap. Pertama, mahasiswa diperkenalkan mengenai bahasa yang digunakan dalam menyusun pertanyaan esai, misalkan jelaskan, bandingkan, pertentangkan, dan kritisi. Kedua, dosen memberikan contoh proses memprediksi pertanyaan esai dari suatu teks. Ketiga, berikan kepada para mahasiswa pertanyaan pertanyaan yang belum selesai mengenai topik bacaan tertentu, minta mereka menyelesaikan pertanyaan. Sebagai contoh, katakata membandingkan dan mempertentangkan harus digunakan dalam menyusun pertanyaan esai mengenai sebab-sebab terjadinya konflik antar suku. Tahap terakhir, mereka diminta menyusun pertanyaan-pertanyaan
secara
mandiri.
(2)
Organize,
yaitu
mahasiswa
mengorganisasi informasi utama yang akan merupakan jawaban pertanyaanpertanyaan esai yang telah diprediksi. Mereka meringkas dan menyintesis materi bacaan sebagai upaya untuk memaknai keseluruhan bacaan. (3) Rehearse, yaitu mahasiswa diminta menyimpan gagasan-gagasan utama, contohcontoh, dan keseluruhan ringkasan isi bacaan dalam ingatan mereka untuk dimunculkan kembali dalam ujian esai. (4) Practinvkce, pada langkah ini, para mahasiswa menguji hasil belajar mereka dengan menuliskan secara rinci hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
yang telah diutarakan secara lisan pada langkah sebelumnya. (5) Evaluate, dalam langkah ini mahasiswa mengevaluasi kualitas jawaban-jawaban pertanyaan esai yang telah mereka tulis pada langkah sebelumnya, harapannya agar mereka dapat mengevalusai jawabannya.
2.2.1.6.5 Strategi MURDER Strategi MURDER adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari 6 langkah pembelajaran yaitu Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, dan Review yang sangat tepat digunakan dalam memahami suatu wacana. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk meningkatkan pemahaman atas bacaan, dan mempertahankan pemahaman yang telah dimiliki dalam jangka waktu yang lama. Adapun langkah-langkah dalam strategi ini yaitu: (1) Mood, yang diperlukan adalah menciptakan suasana hati yang positif terhadap materi yang akan dipelajari, (2) Understand, berusaha untuk dapat memahami berbagai informasi dari teks/bacaan, (3) Recall, ulangi materi yang pernah dibaca dengan cara meringkasnya menggunakan bahasa sendiri, (4) Detect, telaah dan mencari informasi yang belum dipahami melalui berbagai cara, (5)
Elaborate,
kembangkan materi yang telah Anda telaah untuk mencoba diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan (6) Review, mempelajari kembali materi yang telah dipelajari agar semakin teringat isinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
2.2.1.6.6 Strategi CALLA The Cognitive Academic Language Learning Approach (CALLA) adalah strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akademis pembaca dalam mempelajari bahasa. CALLA diperkenalkan oleh Chamot, A. U. Dan O’Malley (1994), dengan pertimbangan bahwa penelitian terbaru pada kegiatan membaca telah difokuskan pada proses pemahaman bacaan. Berdasarkan studi ini, teridentifikasi tiga faktor utama yang memengaruhi keberhasilan pemahaman membaca yakni pengetahuan sebelumnya, struktur teks, dan strategi pembaca dalam memproses bahan bacaan. Adapun, langkah-langkah dalam strategi ini yakni: (1) Elaborate, elaborasi dilakukan dengan cara mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan teks/bacaan yang akan dipelajari. (2) Reading, pada tahap ini pembaca membaca secara aktif dalam hati dan berlatih menemukan informasi baru yang terdapat dalam teks/ bacaan. (3) Evaluasi, setelah menemukan informasi baru, tahap selanjutnya yakni merefleksikan hasil kegiatan membacanya untuk mengembangkan kesadaran metakognitif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang diperolehnya. (4) Perluasan, tahap ini pembaca membuat kesimpulan atas isi bacaan, dari kesimpulan tersebut pembaca akan mengilustrasikan aplikasi dari apa yang telah dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
2.2.2 Kebiasaan Membaca Dilihat dari segi kemasyarakatan, dapat dikatakan bahwa kebiasaan adalah kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental yang telah membudaya dalam suatu masyarakat (Tampubolon, 1987: 227). Dengan demikian, suatu kebiasaan merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat. Kebiasaan membaca merupakan sikap atau tindakan yang diawali dari sesuatu yang biasa dilakukan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang untuk membaca suatu bacaan tertentu secara teratur (N.S Sutarno, 2003: 20), namun perlu dipahami bahwa kebiasaan masih dapat berubah dalam diri seseorang karena beberapa faktor yang dapat memengaruhinya. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dengan adanya modul pembelajaran membaca pemahaman dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk memiliki keterampilan membaca pemahaman yang baik sehingga dapat menjadi pendorong berseminya budaya baca dalam hidupnya melalui kebisaan membaca.
2.2.3 Budaya Membaca Budaya adalah pikiran atau akal budi yang tercermin di dalam pola pikir, sikap, ucapan, dan tindakan seseorang di dalam hidupnya. Budaya diawali dari sesuatu yang sering atau biasa dilakukan sehingga akhirnya menjadi suatu budaya. Budaya baca seseorang adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang yang mempunyai budaya baca adalah seseorang yang telah terbiasa dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
(N.S Sutarno, 2003: 19). Dari paparan tersebut dapat dikatakan bahwa budaya baca adalah suatu aktivitas membaca yang terus-menerus dilakukan dalam hidup seseorang dan sudah menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang sudah tidak dapat dirubah.
2.3 Kerangka Berpikir Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman arti dan penafsiran yang memadai dalam suatu bacaan. Akan tetapi, tidak semua orang mempunyai kemampuan membaca pemahaman. Dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa, maka perlu dikembangkan sebuah bahan ajar cetak yang berbentuk modul pembelajaran membaca pemahaman yang dapat digunakan para mahasiswa secara mandiri. Harapannya dengan adanya modul pembelajaran khusus membaca pemahaman, dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam diri setiap mahasiswa, sehingga melalui kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki, nantinya dapat membentuk sebuah budaya baca di kalangan mahasiswa. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Peneliti memilih mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena mereka adalah cikal bakal guru bahasa Indonesia masa depan yang diharapkan nantinya dapat mendidik dan memfasilitasi siswa guna mengasah kemampuan membaca pemahaman mereka, serta dapat menanamkan budaya baca kepada para siswanya kelak. Karena guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
merupakan salah satu faktor yang tidak dapat terlepaskan dari kemampuan membaca pemahaman dan budaya baca yang dimiliki para siswa. Dalam penelitian ini, hal pertama yang akan peneliti lakukan adalah analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan informasi awal dari mahasiwa semester VI kelas G dan H Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang meliputi kegiatan observasi kelas serta penyebaran angket faktor kemampuan membaca pemahaman, angket digunakan untuk mengetahui berbagai faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Selanjutnya peneliti mengadakan tes kemampuan membaca pemahaman untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, kemudian menyebarkan angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman dan melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa yang mendapatkan nilai tertinggi dalam tes kemampuan membaca pemahaman untuk mengetahui
berbagai
faktor
yang
memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman mahasiswa. Selain itu, dari hasil wawancara ini nantinya akan diketahui pula adakah modul khusus pembelajaran membaca pemahaman serta kriteria buku pembelajaran yang dapat menarik minat baca mahasiswa. Setelah mengetahui hasil angket faktor kemampuan membaca pemahaman, hasil tes kemampuan membaca pemahaman, dan hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, maka selanjutnya peneliti akan mengorelasikan semua hasil tersebut dengan kajian kepustakaan. Hal ini dilakukan sebagai dasar dalam mengembangkan modul pembelajaran membaca pemahaman bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Secara ringkas kerangka berpikir ini dapat dibuat dalam sebuah bagan sebagai berikut ini.
Pengembangan Modul
Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman Penyebaran Angket
Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman
Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Wawancara
Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman Bagan 2.1. Kerangka Berpikir
Kebutuhan Mahasiswa akan Materi membaca Pemahaman
Angket Analisis Kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau yang lebih dikenal dengan R&D (Research & Development). Menurut Sugiyono (2010: 407), penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Borg & Gall
(dalam
Setyosari,
2013:
222)
mengemukakan
bahwa,
penelitian
pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Dalam dunia pendidikan, penelitian pengembangan memfokuskan kajiannya pada bidang desain atau rancangan, baik berupa model desain bahan ajar, atau produk berupa media. Sukmadinata (2008: 164) menyatakan, penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggung jawabkan. Melalui penelitian ini, akan dikembangkan modul pembelajaran membaca pemahaman untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
3.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta beralamat di Jalan Pramuka No.42, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Mei 2016. Mahasiswa sebagai sumber data dapat memberikan data berupa: 1) berbagai faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, 2) tingkat kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki mahasiswa, serta 3) berbagai materi membaca pemahaman yang dibutuhkan mahasiswa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data sangat penting bagi suatu penelitian ilmiah karena hasil penelitian bergantung pada teknik pengumpulan data. Agar memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan dua macam teknik untuk mengumpulkan data, yaitu dengan teknik tes dan teknik nontes.
3.3.1 Teknik Tes Menurut Arikunto (2010: 193), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Berkenaan dengan hal tersebut, Nurgiyantoro (2010: 105) mengemukakan bahwa, tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
suatu sampel tingkah laku. Selain itu, tes adalah salah satu bentuk pengukuran, dan tes hanyalah merupakan satu cara untuk mendapatkan informasi (komperensi, pengetahuan, dan keterampilan) tentang peserta didik. Adapun Wina (2013: 251), mendefinisikan tes merupakan instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang kemampuan subjek peneliti dengan cara pengukuran. Peneliti menggunakan tes untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Tes yang dilakukan adalah tes kemampuan membaca pemahaman yang berbentuk pilihan ganda dengan lima opsi jawaban yaitu A, B, C, D, dan E. Materi tes diambil dari potongan artikel, surat kabar, maupun jurnal ilmiah yang mencakup (1) mendefinisikan arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menganalisis bacaan, (5) menarik kesimpulan isi bacaan, (6) memprediksi maksud penulis, dan (7) mengevaluasi bacaan.
3.3.2 Teknik Nontes Menurut Nurgiyantoro (2010: 90), teknik nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan peserta didik tanpa melalui tes dengan alat tes. Ada beberapa teknik nontes yang dapat dipergunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar atau informasi tentang mahasiswa. Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan teknik nontes yang berupa kegiatan observasi, penyebaran angket (kuesioner), dan wawancara. Teknik ini berfungsi untuk memperkuat hasil penelitian yang diperoleh. Berikut pemaparan lebih rinci mengenai teknik nontes ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
3.3.2.1 Observasi Pengamatan (observasi) adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak langsung tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi (Wina, 2013: 270). Penelitian ini akan menggunakan observasi sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui keadaan perkuliahan yang terjadi di dalam kelas. Hal ini guna menganalisis keadaan perkuliahan sebagai faktor pendukung dalam kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki mahasiswa tersebut.
3.3.2.2 Angket/Kuesioner Kuesioner adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisiannya (Wina, 2013: 255). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien, bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat pula diberikan kepada responden secara langsung atau dapat dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2010: 199). Dalam penelitian ini kuesioner akan ditujukan kepada (1) mahasiswa kelas G dan H semester VI PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
mengetahui:
a)
faktor-faktor
yang
memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman mahasiswa, b) kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, dan c) penilaian kelayakan modul pembelajaran oleh mahasiswa. (2) Kepada dosen ahli sebagai validator modul untuk mendapatkan penilaian kualitas dan kelayakan modul pembelajaran membaca pemahaman.
3.3.2.3 Wawancara Wawancara (interview) adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data (Wina, 2013: 263). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui halhal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi (Sugiyono, 2010: 194). Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada lima mahasiswa yang mendapatkan nilai tertinggi dalam tes kemampuan membaca pemahaman untuk mensinkronkan hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan angket faktor membaca pemahaman. Selain itu, dari hasil wawancara ini nantinya akan diketahui pula adakah modul khusus pembelajaran membaca pemahaman serta kriteria buku pembelajaran yang dapat menarik minat baca mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
3.4 Instrumen Penelitian Sebelum menggunakan teknik pengumpulan data, dibutuhkan instrumen penelitian agar pengumpulan data dapat terencana dengan baik dan sesuai. Oleh karena itu, dalam hal ini akan dijabarkan instrumen penelitian yang terdiri dari intrumen tes dan nontes sebagai berikut. Adapun, kisi-kisi setiap instrumen yang terdapat dalam tabel dapat dilihat dalam lembaran lampiran 2. Tabel dimulai dari 3.1 sampai dengan 3.7.
3.4.1 Instrumen Tes Instrumen tes menguraikan indikator kemampuan membaca pemahaman yang diteliti. Indikator yang diteliti dalam tes ini dimaksudkan untuk mengetahui serta mengukur tingkat kemampuan membaca pemahaman peserta tes. Adapun kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat dalam lembar lampiran 2 pada tabel 3.1.
3.4.2 Insrumen Nontes Pada penelitian ini, instrumen nontes digunakan sebagai alat untuk mengamati bagaimana keterlibatan serta sikap dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan, mengetahui faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, mengetahui kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, serta
mendapatkan validasi dalam proses pengembangan modul
pembelajaran. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi, angket (kuesioner), dan wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
3.4.2.1 Instrumen Observasi Instrumen observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui interaksi dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan. Adapun, hal-hal yang akan peneliti observasi yakni segala aktivitas yang dilakukan oleh dosen dalam perkuliahan, kondisi mahasiswa, interaksi antara dosen dan mahasiswa, serta keadaan atau situasi kelas. Panduan observasi yang akan digunakan peneliti dapat dilihat dalam lembar lampiran 2 pada tabel 3.2.
3.4.2.2 Instrumen Wawancara Wawancara digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari lima mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang mendapatkan nilai terbaik dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Adapun pedoman wawancara dapat dilihat dalam lembar lampiran 2 pada tabel 3.3.
3.4.2.3 Instrumen Angket (kuesioner) Penelitian ini menggunakan empat jenis instrumen angket, yang terdiri dari angket faktor kemampuan membaca pemahaman, angket kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, angket validasi modul oleh dosen ahli, serta angket uji coba modul. Adapun, keempat instrumen angket tersebut dijabarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
3.4.2.3.1
Angket Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman
Angket faktor kemampuan membaca pemahaman digunakan peneliti untuk mendapatkan dan mengetahui berbagai faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Dari angket itu pula, dapat diketahui tingkat kebiasaan dan budaya baca yang dimiliki mahasiswa. Angket akan diisi sendiri oleh mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta sesuai dengan pengalaman masing-masing individu. Kisi-kisi angket faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa ini dapat dilihat pada lembar lampiran 2 dalam tabel 3.4.
3.4.2.3.2
Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman
Angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari mahasiswa mengenai berbagai materi pembelajaran membaca pemahaman yang dibutuhkan mahasiswa. Adapun, angket ini ditujukan untuk mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang akan diisi sendiri oleh mahasiswa sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Data yang diperoleh dari hasil angket tersebut digunakan sebagai acuan dalam menyusun dan mengembangkan materi dalam modul pembelajaran membaca pemahaman bagi mahasiswa. Kisikisi angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman dapat dilihat pada lembar lampiran 2 dalam tabel 3.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
3.4.2.3.3
Angket Validasi Produk oleh Dosen Ahli
Angket validasi produk pengembangan digunakan sebagai alat penilaian modul pembelajaran membaca pemahaman yang telah tersusun. Angket penilaian produk pengembangan akan ditujukan kepada dosen ahli sebagai validator modul. Sebelumnya peneliti melakukan demonstrasi produk terlebih dahulu di hadapan dosen yang bersangkutan untuk menjelaskan produk yang telah dihasilkan. Dari hasil angket inilah, akan diketahui apakah modul yang telah dikembangkan telah layak untuk digunakan. Kisi-kisi instrumen penilaian modul pembelajaran membaca pemahaman dapat dilihat pada lembar lampiran 2 dalam tabel 3.6.
3.4.2.3.4
Angket Umpan Balik Mahasiswa terhadap Modul Pembelajaran
Angket umpan balik mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta terhadap uji coba produk pengembangan digunakan untuk mengetahui tanggapan serta penilaian mahasiswa terhadap modul pembelajaran membaca pemahaman yang telah dikembangkan. Angket dibagikan kepada 5 mahasiswa ketika peneliti melaksanakan uji coba lapangan. Kisi-kisi umpan balik dapat dilihat pada lembar lampiran 2 dalam tabel 3.7.
3.5 Teknik Analisis Data Penelitian Suatu data yang telah dikumpulkan dalam penelitian akan menjadi tidak bermakna apabila tidak dianalisis, yakni diolah dan diinterpretasikan. Menurut Wina (2013: 106), analisis data adalah suatu proses mengolah dan mengintepretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut ini penjabaran teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti untuk mendeskripsikan faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, serta hasil penilaian terhadap modul pembelajaran yang telah selesai dikembangkan peneliti.
3.5.1 Teknik Analisis Data Angket Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa dan Angket Analisis Kebutuhan Peneliti menggunakan skala Likert yang telah peneliti modifikasi untuk menghitung angket faktor kemampuan membaca dan angket analisis kebutuhan. Menurut Riduwan (2002: 12), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Adapun tabel dalam skala yang digunakan dalam penelitian ini untuk tiap jawaban pernyataan seperti di bawah ini. Tabel 3.8 Penyataan Positif dan Pernyataan Negatif Pernyataan Positif Setuju Tidak Memiliki Pilihan Tidak Setuju
Skala 3 2 1
Pernyataan Negatif Setuju Tidak Memiliki Pilihan Tidak Setuju
Skala 1 2 3
Selanjutnya, untuk menghitung skor dalam skala likert yang telah dimodifikasi oleh peneliti di atas dengan cara menghitung jumlah skor mahasiswa untuk satu pernyataan dalam angket dengan rumus sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
T x Pn
Keterangan: T
= Total jumlah responden yang memilih
Pn
= Pilihan angket skor Likert Apabila total skor telah diketahui, selanjutnya adalah tahap interpretasi skor
perhitungan. Akan tetapi sebelum tahap interpretasi skor perhitungan, harus dicari terlebih dahulu skor ideal (X) dan skor rendah (Y), adapun rumusnya sebagai berikut:
Skor Ideal (X) = Skor tertinggi Likert x jumlah responden Skor Rendah (Y) = Skor terendah Likert x jumlah responden
Agar dapat menginterpretasi hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa dan nilai analisis kebutuhan, diperlukan rumus indeks % sebagai berikut: Indeks % = total skor/skor ideal* 100
Sebelum menginterpretasikan hasil nilai faktor membaca dan analisis kebutuhan, harus diketahui terlebih dahulu interval (jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen (I). Rumus interval yaitu I=100/ jumlah skor Likert (I=100/5=20). Adapun contohnya sebagai berikut: Pernyataan nomor 1 dalam angket faktor membaca yaitu: “Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat”. Tabel 3.9 Contoh Perhitungan Angket Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa Pernyataan
Skala
Jumlah Mahasiswa
Hasil
3 2 1
45 0 3
135 0 3 138
Setuju Tidak Memiliki Pilihan Tidak Setuju Jumlah
Jumlah skor ideal untuk satu pernyataan (skor tertinggi)
= 3 x 48 = 144
Jumlah skor terendah
= 1 x 48 = 48
Cara menghitungnya yaitu: = Jumlah skor x 100% Skor tertinggi = 138 x 100% 144 = 95,83% Setelah dihitung keseluruhan pernyataan yang terdapat dalam angket faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dan angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, kemudian hasil skor akan dimasukan dalam kriteria seperti di bawah ini. Tabel 3.10 Kategori Faktor Membaca Pemahaman Rentang Skor 0% - 33,3% 33,4 % - 66,7% 66,8% - 100%
Kriteria Rendah Cukup Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
3.5.2
Teknik Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa Hasil tes akan dinilai dengan cara memberikan skor untuk jawaban benar
yakni 1 (satu) dan jawaban salah diberi skor 0 (nol). Jumlah benar dalam tes setiap mahasiswa akan menjadi nilai keseluruhan. Setelah itu nilai akan dihitung menggunakan rumus di bawah ini. a. Data skor hasil tes kemampuan membaca pemahaman ditabulasikan dan digunakan sebagai persiapan untuk menghitung tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. b. Mencari nilai rata-rata (Mean) Nilai rata-rata dihitung dengan rumus:
=
∑
,
=
1081
= 22, 52
Keterangan: ∑x = Jumlah Skor. N
= Jumlah Mahasiswa. = Nilai rata-rata.
Jadi, nilai rata-rata tes kemampuan membaca pemahaman adalah 22. Setelah mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan indeks tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
dibagi jumlah responden. Adapun rumus ITK (Nurgiantoro, 2010: 196) sebagai berikut:
ITK = Keterangan: ITK = Indeks Tingkat Kesulitan FK = Jumlah jawaban benar N = Jumlah responden Menurut Oller (dalam Nurgiantoro, 2010: 195), semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai dengan 0,85. Akan tetapi, rentang pada interval tersebut masih terlalu luas, sehingga 0,15 sampai dengan 0,85 masih terlihat jelas sulit dan mudah. Maka dari itu, ITK yang dapat ditoleransi adalah berkisar 0,20 sampai dengan 0,80. ITK 0 – 20 adalah butir soal yang berkategori sangat sulit, selanjutnya 0,21 – 0,40 adalah butir soal yang berkategori sulit, selanjutnya 0,41 – 0,60 berkategori sedang, dan 0,61 – 0,80 berkategori mudah, selanjutnya 0,81 – 0,100 termasuk dalam kategori sangat mudah. c. Penentuan Kriteria dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Empat Setelah mengetahui persentase setiap aspek membaca pemahaman dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman, selanjutnya adalah penentuan kriteria dengan perhitungan untuk skala empat menurut teori dari Nurgiantoro (2010:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
253). Pada tahap ini, akan dilakukan perhitungan tingkat penguasaan terlebih dahulu, yakni dengan rumus (skor responden : jumlah soal x 100%). Kemudian hasil tersebut akan dimasukkan dalam interval persentase tingkat penguasaan sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tabel 3.11 Penentuan Kriteria dengan Persentase untuk Skala Empat Interval Persentase Tingkat Penguasaan (%) 86 – 100 76 – 85 56 – 74 10 – 55
Nilai Ubahan Skala Empat 1–4 D–A 4 A 3 B 2 C 1 D
Keterangan Sangat Baik Baik Sedang Kurang
3.5.3 Uji Coba Terpakai Uji coba terpakai merupakan salah satu teknik analisis data yang akan dilakukan dalam tes kemampuan membaca pemahaman. Uji coba terpakai ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan tersebut benarbenar sahih dan handal (valid dan reliabel) sehingga diketahui sejauh mana suatu alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten dalam waktu dan tempat yang berbeda, juga untuk melihat sampai sejauh mana responden dapat memahami butir-butir pertanyaan. Dari hasil analisis uji coba terpakai inilah akan didapat soal-soal yang tidak layak diujikan karena terlalu sulit maupun terlalu mudah sehingga soal tersebut akan dihilangkan dan tersisa soal yang layak diujikan. Mengingat namanya adalah uji coba terpakai, jadi soal tes tersebut tidak perlu diujikan kembali, dan cukup sekali saja untuk mengujikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
3.5.4
Teknik Analisis Data Wawancara Data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap 5 mahasiswa dengan
nilai hasil tes tertinggi/terbaik akan dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1) mentranskrip hasil wawancara; 2) merangkum hasil transkrip wawancara; dan 3) menganalisis data wawancara sehingga dapat disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa tersebut, dan 4) menjadikan data tersebut sebagai salah satu acuan dalam pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman yang akan peneliti kembangkan.
3.5.5 Teknik Analisis Data Kuesioner Penilaian Modul Analisis data-data di lapangan berupa skor-skor yang diperoleh dari kuesioner penilaian modul pembelajaran dideskripsikan dengan menggunakan teknik deskriptif rata-rata (mean). Selanjutnya hasil dijelaskan secara kuantitatif, setiap skor dianalisis oleh peneliti pada setiap butir pertanyaan dan dijelaskan secara deskriptif. Skala yang digunakan dalam penilaian modul terdiri dari 5 pilihan yang dapat digambarkan dalam sebuah tabel berikut. Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan Bobot
Kategori
5 4 3 2 1
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Selanjutnya, data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan patokan nilai untuk skala lima menurut Sukardjo (2008: 101) yang dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.13 Konversi Nilai Skala Lima Interval Skor X > + 1,80 Sbi + 0,60 SBi < X ≤ + 1,80 SBi - 0,60 SBi < X ≤ + 0,60 Sbi - 1,80 SBi < X ≤ - 0,60 SBi X≤ - 1,80 Sbi
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kuramg
Keterangan: Rerata Ideal
: ( skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Simpangan Baku Ideal (SBi) : ( skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
3.6 Prosedur Pengembangan Modul Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengadopsi prosedur pengembangan milik Borg & Gall. Borg & Gall (dalam Wina, 2013: 133) menjabarkan prosedur pengembangan yang meliputi sepuluh langkah-langkah umum untuk menghasilkan suatu produk pembelajaran yang meliputi: 1. pengumpulan informasi awal meliputi kajian pustaka, pengamatan/observasi kelas, dan persiapan laporan awal; 2. perencanaan yang meliputi merumuskan tujuan, menetapkan sekuen pelajaran serta pengujian dalam skala tebatas;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
3. pengembangan produk awal (preliminary form of product) termasuk mempersiapkan bahan-bahan pelajaran, buku pegangan, dan perangkat penilaian; 4. uji lapangan produk awal menggunakan teknik wawancara, observasi, dan angket yang hasilkan akan dianalisis untuk menemukan kelemahankelemahannya. Pada tahap uji lapangan ini lebih banyak menekankan pada proses di samping hasil belajar. 5. berdasarkan analisis, produk awal tersebut direvisi sehingga menjadi produk yang lebih baik; 6. uji lapangan terhadap produk yang diperbaiki dalam skala yang lebih luas. Pada tahap ini selain data kualitatif untuk menilai proses, juga dikumpulkan pula data kuantitatif hasil pretes dan postes; 7. revisi produk berdasarkan hasil uji produk tersebut; 8. uji lapangan pada skala yang lebih luas lagi dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan angket, selanjutnya data tersebut dianalisis; 9. revisi akhir produk berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir; 10. desiminasi dan melaporkan produk akhir hasil penelitian dan pengembangan.
Langkah-langkah penelitian pengembangan yang telah dijabarkan di atas bukan menjadi langkah baku yang harus diikuti, karena semuanya bergantung pada situasi yang akan dihadapi dalam penelitian ini. Pendapat tersebut dipertegas dengan adanya pandangan Dwiyogo (2004: 6) yang mengemukakan bahwa setiap pengembangan dapat memilih dan menentukan langkah yang paling tepat bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
penelitiannya berdasarkan kondisi dan kendala yang dihadapi. Berkaitan dengan judul dan kondisi lapangan, peneliti mengadaptasi dan menyederhanakan sepuluh langkah pelaksanaan prosedur penelitian dan pengembangan milik Borg dan Gall yang telah dijabarkan di atas menjadi enam langkah penelitian tanpa mengurangi nilai penelitian dan pengembangan itu sendiri. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1) analisis kebutuhan, 2) memilih dan mengembangkan materi, 3) produksi modul pembelajaran, 4) validasi dosen ahli, 5) revisi, dan 6) uji coba lapangan. Keenam langkah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Tahap Analisis Kebutuhan Tahap awal dari proses pengembangan ini adalah peneliti melakukan analisis kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi awal dari responden penelitian yang meliputi kegiatan observasi kelas, penyebaran angket faktor kemampuan membaca pemahaman, mengadakan tes kemampuan membaca pemahaman, penyebaran angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman dan melakukan wawancara. Setelah hasil diperoleh, barulah peneliti akan mengorelasikan semua data, sehingga nantinya di dapat sebuah potensi masalah dalam penelitian. Potensi masalah disini digunakan peneliti sebagai dasar dalam mengembangkan produk yang dapat digunakan sebagai bentuk alternatif dalam penyelesaian masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
2. Tahap Memilih dan Mengembangkan Materi Membaca Pemahaman Peneliti akan memilih berbagai materi membaca pemahaman berdasarkan hasil data penelitian yang didapat dari tahap analisis kebutuhan. Setelah itu, materi yang telah dipilih akan peneliti kembangkan menjadi beberapa materi tambahan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar yang lebih luas dan mendalam. Adapun, pengembangan materi pembelajaran membaca pemahaman untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran, 2) membagi materi dalam unitunit pembelajaran dalam modul pembelajaran, 3) menguraikan materi yang akan dijabarkan dan menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam setiap unit/bab, 4) menyertakan rangkuman materi di akhir setiap bab, dan 5) menyertakan beberapa tugas dan latihan di akhir setiap bab untuk membantu mempermudah pemahaman isi buku serta untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa terkait materi yang telah dipelajari.
3. Tahap Produksi Modul Pembelajaran Kegiatan ini meliputi: 1) mendesain sampul depan dan belakang modul, 2) penyusunan kata pengantar dalam modul, 3) menyertakan pedoman penggunaan modul, 4) inventarisasi materi yang telah dikembangkan, 5) menguraikan daftar pustaka, dan 5) mencetak modul pembelajaran dalam bentuk buku teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
4. Tahap Validasi Dosen Ahli Tahap validasi dosen ahli dilaksanakan melalui kegiatan penilaian produk oleh dosen ahli sebagai validator modul pembelajaran membaca pemahaman. Dalam tahap ini peneliti menyerahkan angket validasi produk kepada dosen untuk memberikan penilain, ktirik, dan saran terhadap produk yang dihasilkan peneliti sehingga diketahui apakah produk layak untuk diujicobakan.
5. Tahap Revisi Hasil penilaian, kritik serta saran yang diberikan oleh dosen ahli dalam tahap validasi digunakan peneliti sebagai pedoman dalam melakukan revisi produk. Setelah melakukan revisi, produk akan divalidasi kembali oleh dosen ahli hingga dinyatakan layak digunakan/uji coba produk kepada mahasiswa tanpa revisi.
6. Tahap Uji Coba Lapangan. Pada tahap ini, modul pembelajaran membaca pemahaman yang telah dinilai oleh dosen ahli dan dilakukan revisi hingga dinyatakan layak untuk diuji cobakan tanpa revisi kemudian diujicobakan di lapangan. Uji coba dilakukan dengan cara menyebarkan modul kepada 5 mahasiswa untuk mendapatkan umpan balik yang berupa penilaian, saran, kritik, tanggapan, dan evaluasi dari subjek penelitian yaitu mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Dahlan, Yogyakrta. Umpan balik didapat peneliti dari hasil penyebaran angket pada saat melakukan uji coba.
Adapun,
prosedur
pengembangan
modul
pembelajaran
membaca
pemahaman yang telah dijabarkan di atas dapat dibuat sebuah bagan sebagai berikut. Produksi Modul Pembelajaran Analisis Kebutuhan Validasi Dosen Ahli
Pemilihan dan Pengembangan Materi
Revisi
Uji Coba Modul Pembelajaran
Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta yang beralamat di Jalan Pramuka No.42, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas G dan H Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Jumlah total mahasiswa kelas G dan H yakni 50 mahasiswa, akan tetapi saat pengambilan data hanya 48 mahasiswa yang hadir, sehingga sebanyak 48 mahasiswa inilah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data yang diperoleh dari hasil observasi kelas, angket faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, tes kemampuan membaca pemahaman, wawancara, angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, dan angket penilaian modul. Pengambilan data melalui teknik observasi dan tes membaca dilakukan pada hari Kamis tanggal 14 April 2016. Pengambilan data tes membaca kelas G dilakukan pada pukul 08.50 WIB – 10.00 WIB dan kelas H dilakukan pada pukul 10.45 WIB – 11.45 WIB. Setelah selesai mengerjakan tes kemampuan membaca pemahaman, para responden diberikan angket faktor kemampuan membaca pemahaman yang terdiri atas 100 pernyataan dan angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman yang terdiri atas 32 pernyataan
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
untuk diisi di rumah atau kos responden. Angket tersebut kemudian dikumpulkan pada hari Jumat tanggal 15 April 2016. Selanjutnya, pengambilan data melalui teknik observasi dilakukan dua kali dalam kelas yang berbeda. Pada kelas G observasi dilakukan pukul 10.00 WIB 10.40 WIB, sedangkan pada kelas H observasi dilakukan pukul 11.50 WIB 12.10 WIB di dalam ruang kelas 404. Kemudian pengambilan data wawancara terhadap 5 mahasiswa dilakukan melalui telephon pada hari Jumat tanggal 29 April 2016 dan hari Senin tanggal 2 Mei 2016. Validasi modul pembelajaran dilakukan pada hari Selasa tanggal 17 Mei 2016 dan hari Kamis tanggal 19 Mei 2016. Selanjutnya uji coba modul pembelajaran dilakukan pada hari Jumat tanggal 20 Mei 2016.
4.2 Analisis Data Penelitian Analisis data penelitian terdiri dari 6 macam data yaitu (1) Observasi proses kegiatan perkuliahan di kelas, (2) angket faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, (3) tes kemampuan membaca pemahaman, (4) angket analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman, (5) hasil wawancara mahasiswa, serta (6) hasil validasi dan uji coba produk. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, nantinya akan peneliti padukan dengan kajian kepustakaan yang berkaitan dengan teori pembelajaran membaca pemahaman guna mengembangkan materi pembelajaran membaca pemahaman untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman yang sebelumnya telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
melalui proses validasi dosen ahli tersebut kemudian akan diuji cobakan kepada mahasiswa untuk mengetahui kelayakan dan keberterimaan mahasiswa.
4.2.1 Analisis Data Observasi Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi untuk mengetahui situasi pembelajaran di kelas. Situasi pembelajaran di kelas diobservasi guna melihat interaksi mahasiswa dan dosen ketika pembelajaran. Dari
interaksi
inilah
nantinya
akan
diketahui
bagaimana
cara
dosen
menyampaikan materi serta cara mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh dosen dan seberapa tingkat pemahaman mahasiswa terkait materi yang sedang dipelajari. Observasi ini dilakukan di kelas G dan H dalam mata kuliah Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Terdapat delapan aspek yang diobservasi, yakni 1) perilaku dosen saat mengawali dan mengakhiri perkuliahan, 2) pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh dosen ketika mengajar, 3) sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang aktif dan pasif saat perkuliahan, 4) sikap dosen dalam mengondisikan kelas agar tujuan pembelajaran tercapai, 5) bahan ajar atau media yang digunakan dosen ketika mengajar, 6) cara dosen ketika mengevaluasi proses serta hasil perkuliahan, 7) strategi yang digunakan mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan, dan 8) cara dosen dalam mengarahkan mahasiswa untuk membudayakan aktivitas membaca. Kedelapan aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Dalam mengawali perkuliahan, dosen memberikan salam kepada seluruh mahasiswa dan membimbing mahasiswa untuk melakukan doa bersama sebelum pembelajaran dimulai. Selanjutnya dosen melakukan review terkait materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan menanyakan tugas yang diberikan oleh dosen. Adapun, tugas yang dibahas dalam hal ini yaitu proposal penelitan tindakan kelas yang telah dibuat oleh mahasiswa dalam kelompok pada pertemuan sebelumnya.
Melalui
proposal
tersebut
dosen
menyampaikan
materi
perkuliahannya dengan cara membahas secara terperinci poin-poin yang sesuai dengan struktur penelitian tindakan kelas yang baik dan benar. Pendekatan yang digunakan dosen saat mengajar yaitu pendekatan komunikatif, sehingga timbul interaksi antara dosen dan mahasiswa. Metode yang digunakan dalam perkuliahan adalah metode presentasi, diskusi, dan ceramah. Metode ceramah digunakan dosen untuk memberikan pengetahuan atau peneguhan atas materi yang disampaikan. Ketika dosen menyampaikan materi suasana kelas sedikit tidak kondusif, dikarenakan beberapa mahasiswa yang sibuk bermain dengan handphone mereka dan mengobrol sendiri, tetapi ada pula beberapa mahasiswa yang memperhatikan penjelasan dosen, mencatat dan menggaris bawahi poin-poin penting yang disampaikan oleh dosen. Meskipun demikian, dosen masih dapat mengendalikan kelas dengan cara meninggikan suara, berkeliling saat menyampaikan materi dan memberikan pertanyaan terkait materi kepada mahasiswa yang terlihat ramai sehingga tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai. Selain itu, dosen juga berusaha mendorong mahasiswa yang pasif di kelas dengan cara mengajak diskusi dan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
pertanyaan. Namun, cara tersebut terlihat kurang berhasil, karena meskipun dosen telah mengajak diskusi dan memberikan pertanyaan, mayoritas mahasiswa hanya diam dan takut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen. Hanya terlihat beberapa mahasiswa yang berani menjawab pertanyaan dari dosen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman mahasiwa terkait materi yang disampaikan belum sempurna karena mahasiswa cenderung pasif ketika proses perkuliahan. Dari beberapa hal tersebut, dapat dijadikan peneliti sebagai dasar dalam pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman agar dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Pada saat mengajar, dosen menggunakan media pembelajaran yang terdiri dari papan tulis, spidol, dan multimedia. Tidak terlihat penggunaan buku teks yang dijadikan pedoman mahasiwa maupun dosen dalam membahas materi saat perkuliahan berlangsung. Sebelum mengakhiri perkuliahan dosen memberikan kesimpulan akhir perkuliahan. Pembuatan kesimpulan ini melibatkan mahasiswa. Selanjutnya dosen memberikan tugas yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Tugasnya yaitu membaca sebanyak mungkin literatur terkait dengan jenis penelitian tindakan kelas karena materi tersebut akan dijadikan soal dalam Ujian Tengah Semester (UTS) yang diselenggarakan pada pertemuan berikutnya. Tugas membaca tersebut sebagai salah satu bentuk evaluasi hasil dari pembelajaran yang dilalui pada hari itu. Untuk mengakhiri perkuliahan, tidak lupa dosen memberikan motivasi belajar kepada mahasiswa agar dapat mengerjakan UTS mendatang dengan baik dan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Berdasarkan hasil observasi ini, dapat disimpulkan bahwa proses perkuliahan yang berlangsung mengarahkan mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta untuk menerapkan membaca pemahaman. Membaca pemahaman diterapkan pada awal hingga akhir perkuliahan pada saat dosen menyampaikan materi. Pada awal perkuliahan berlangsung dosen mengajukan pertanyaan terkait materi pembelajaran minggu lalu dan materi yang akan dibahas pada hari itu. Sedangkan di akhir perkuliahan, dosen mengajak mahasiswa untuk dapat menyimpulkan secara bersama materi yang telah dipelajar pada hari itu. Hal itu dilakukan untuk mengetahui kesiapan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dan menegetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswa.
4.2.2 Analisis Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pendapat langsung para responden terkait faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada diri mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Data angket faktor kemampuan membaca pemahaman dianalisis dengan menggunakan patokan skala Likert yang telah dimodifikasi peneliti. Dalam penelitian ini rentang skor skala yang digunakan yakni dari skor satu sampai dengan tiga dengan perincian sebagai berikut: 3 = Setuju, 2 = Tidak Memiliki Pilihan, 1 = Tidak Setuju. Adapun kriteria interpretasi skor dalam dalam penelitian ini sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Tabel 4.1 Kriteria Faktor Membaca Rentang Skor
Kategori
0% - 33,3% 33,4 % - 66,7% 66,8% - 100%
Rendah Cukup Tinggi
Tabel di atas menjelaskan bahwa, mahasiswa yang memiliki faktor membaca kuat atau tinggi apabila rentang skornya berkisar dari 66,8% - 100% . Mahasiswa yang memiliki faktor membaca cukup rentang skornya berkisar dari 33,4% - 66,7%, sedangkan mahasiswa yang memiliki faktor membaca rendah rentang skornya berkisar dari 0% - 33,3%
.
Adapun, angket faktor kemampuan membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 100 pernyataan. Di dalam angket, dipaparkan faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada diri mahasiswa. Secara garis besar faktor membaca dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal pembaca yang akan dijabarkan sebagai berikut.
4.2.2.1 Analisis Faktor Internal Kemampuan Membaca Pemahaman Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam diri seseorang. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Faktor internal dibagi menjadi 8 faktor yang terdiri dari faktor motivasi membaca, faktor sikap dan minat, faktor kebiasaan membaca, faktor kondisi emosi pembaca, faktor cara membaca, faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat, serta faktor intelegensi pembaca. Kedelapan faktor tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
4.2.2.1.1
Faktor Motivasi
Faktor pertama dalam faktor internal adalah faktor motivasi membaca. Faktor motivasi yang dimaksud adalah dorongan mahasiswa untuk melakukan aktivitas membaca dengan tujuan tertentu. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai dorongan untuk membaca dapat dilihat melalui beberapa indikator seperti: (1) dorongan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, (2) dorongan untuk membaca jenis bacaan hiburan, (3) dorongan untuk mencapai prestasi setinggitingginya melalui membaca, (4) dorongan untuk membaca ketika akan menempuh ujian, dan (5) dorongan membaca untuk mendapat pujian dari dosen atau teman. Kelima indikator tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Indikator Motivasi No
Indikator
1
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat.
2
3
4
S 33
Keterangan TS TMP 9 6
30
15
3
34
6
8
45
3
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
No 5
Indikator Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya merasa dihargai jika mendapat pujian dari dosen atau teman.
S 24
Keterangan TS TMP 18 6
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor motivasi memiliki lima indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu”. Sebanyak 33 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 68,75% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa telah memiliki kesadaran tentang pentingnya menyelesaikan tugas tepat waktu. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 18,75% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 9 mahasiswa yang belum memiliki kesadaran bahwa penting menyelesaikan tugas tepat waktu. Namun, masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya. Indikator nomor 2 adalah “Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan”. Sebanyak 30 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 62,5% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa memiliki dorongan membaca pada jenis bacaan hiburan saja. Akan tetapi, sebanyak 15 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 31,25% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena terdapat 15 mahasiswa yang memiliki dorongan untuk membaca tidak hanya pada bacaan-bacaan hiburan saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator nomor 3 adalah “Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca”. Sebanyak 34 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 70,83% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa memiliki keinginan mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Akan tetapi, sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 12,5% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 6 mahasiswa yang belum memiliki keinginan untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Namun, masih ada 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% yang tidak jelas sikapnya. Indikator nomor 4 yaitu “Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat”. Sebanyak 45 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 93,75% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa memiliki dorongan membaca yang sangat kuat ketika akan menempuh ujian tengah semester maupun ujian akhir semester. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 3 mahasiswa belum memiliki dorongan membaca yang sangat kuat ketika akan menempuh ujian tengah semester maupun ujian akhir semester.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Indikator terakhir pada faktor motivasi ini yaitu “Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya merasa dihargai jika mendapat pujian dari dosen atau teman”. Sebanyak 24 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 50% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, merasa dihargai jika mendapat pujian dari dosen atau teman. Akan tetapi, sebanyak 18 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 37,5% yang termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena terdapat 18 mahasiswa yang jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, telah merasa dihargai meskipun tidak mendapat pujian dari dosen atau teman. Namun, masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.1.2
Faktor Sikap dan Minat
Sikap dan minat adalah keinginan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa adanya dorongan atau paksaan dari orang lain. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai keinginan yang tumbuh dalam diri mahasiswa untuk melakukan aktivitas membaca sesuai dengan niatnya dapat dilihat melalui indikator seperti: (1) keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca, (2) keinginan untuk mendiskusikan isi buku baru yang dimiliki teman, (3) keinginan untuk membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain, (4) keinginan untuk mengungkapkan gagasan berdasarkan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain, dan (5) keinginan untuk membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
menyegarkan ingatan. Kelima indikator tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Indikator Sikap dan Minat No
Indikator
1
Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin mengajak untuk mendiskusikan isinya. Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan.
2
3
4
5
S 42
Keterangan TS TMP 3 3
30
10
8
37
7
4
20
16
12
42
4
2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor sikap dan minat memiliki lima indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca”. Sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa memiliki keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 3 mahasiswa yang belum memiliki keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
membaca. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Indikator nomor 2 adalah “Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin mengajak untuk mendiskusikan isinya”. Sebanyak 30 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 62,5% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa memiliki keinginan untuk mendiskusikan isi buku baru yang dimiliki teman. Akan tetapi, sebanyak 10 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 20,83% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 10 mahasiswa yang belum memiliki keinginan untuk mendiskusikan isi buku baru yang dimiliki teman. Namun, masih ada 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator nomor 3 adalah “Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain”. Sebanyak 37 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 77,08% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa lebih menyukai membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain. Akan tetapi, sebanyak 7 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 14,59% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 7 mahasiswa yang memilih mengikuti pendapat orang lain ketimbang membaca sendiri sumber informasinya. Namun, masih ada 4 mahasiswa dengan persentase 8,33% yang tidak jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Adapun, indikator nomor 4 adalah “Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain”. Sebanyak 20 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 41,67% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa setelah membaca berkeinginan untuk mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Akan tetapi, sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 33,33% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 16 mahasiswa yang setelah membaca belum berkeinginan untuk mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Namun, masih ada 12 mahasiswa dengan persentase 25% yang tidak jelas sikapnya. Indikator terakhir pada faktor sikap dan minat ini yaitu “Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan”. Sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa berkeinginan membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Akan tetapi, sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 8,33% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 4 mahasiswa yang belum berkeinginan membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
4.2.2.1.3 Faktor Kebiasaan Membaca Faktor kebiasaan membaca merupakan bagian dari faktor internal pembaca yang memiliki peran penting dalam memengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Kebiasaan membaca yang dimaksud di sini adalah aktivitas membaca yang dilakukan secara terus menerus setiap hari oleh mahasiswa. Oleh karena itu, hal yang dilakukan setiap hari secara terus menerus dapat dilihat melalui indikator seperti: (1) kebiasaan menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari, dan (2) kebiasaan meletakkan buku-buku yang akan dibaca di tempat yang mudah dijangkau. Kedua indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.4 Indikator Kebiasaan Membaca No 1 2
Indikator Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau.
S 10 44
Keterangan TS TMP 24 14 2
2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor kebiasaan memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari”. Sebanyak 10 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 20,83% yang berarti termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa telah menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Akan tetapi, sebanyak 24 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 50% yang termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
mayoritas mahasiswa belum menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Sehingga mereka tidak memiliki jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Namun, masih ada 14 mahasiswa dengan persentase 29,17% yang tidak jelas sikapnya. Indikator kedua dalam faktor kebiasaan membaca adalah “Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau”. Sebanyak 44 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 91,67% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa telah menyiapkan buku-buku yang akan mereka baca di tempat yang mudah dijangkau. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 2 mahasiswa yang belum menyiapkan buku-buku yang akan mereka baca di tempat yang mudah dijangkau. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.1.4 Faktor Kondisi Emosi Pembaca Kondisi emosi pembaca merupakan salah satu faktor internal yang berkaitan dengan psikologis mahasiswa. Kondisi emosi dirasa memiliki peran cukup
penting
dalam
memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman
mahasiswa. Berkaitan dengan angket penelitian, berbagai keadaan psikologis dapat dilihat melalui indikator seperti: (1) rasa bangga jika hasil membaca yang dilakukan dan dipresentasikan mendapat kritik dan masukan dari dosen, (2) rasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan, dan (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
meskipun rajin membaca tidak terbersit keinginan untuk mengungguli temanteman. Ketiga indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi
No
Subindikator
1
Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya.
2
3
Keterangan S TS TMP 38 6 4
45
2
1
29
16
3
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor kondisi emosi memiliki tiga indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen”. Sebanyak 38 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 79,17% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa bangga dan tidak merasa kecewa apabila hasil membaca yang dilakukan dan dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Akan tetapi, sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 12,5% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 6 mahasiswa yang belum merasa merasa bangga dan mungkin lebih merasa kecewa jika hasil membaca yang dilakukan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
dipresentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Namun, masih ada 4 mahasiswa dengan persentase 8,33% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator kedua dalam faktor kondisi emosi adalah “Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya”. Sebanyak 45 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 93,75% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada dirinya. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 2 mahasiswa yang belum merasa puas meskipun telah menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada dirinya. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Indikator terakhir pada faktor kondisi emosi ini yaitu “Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya”. Sebanyak 29 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 60,41% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa rajin melakukan aktivitas membaca dalam perkuliahan bukan untuk mengungguli teman-temannya. Akan tetapi, sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 33,33% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 16 mahasiswa yang rajin melakukan kegiatan membaca untuk mengungguli teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
temannya dalam perkuliahan. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.1.5 Faktor Cara Membaca Faktor cara membaca yang terdiri dari enam indikator merupakan bagian dari faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Indikator tentang cara membaca mencakup: (1) membuat ringkasan isi bacaan ketika membaca, (2) membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca untuk mempermudah memahami bacaan, (3) cukup mengingat-ingat isi bacaan agar memahami bacaan, (4) membuat rumusan dengan bahasa sendiri dalam memahami isi bacaan, (5) mempermudah memahami isi bacaan dengan cara membuat skema gagasan setiap kali membaca, dan (6) dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Adapun penjabarannya sebagai berikut. Tabel 4.6 Indikator Cara Membaca No
Indikator
1
Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja. Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Dengan memahami berbagai teknik
2
3 4 5
6
Keterangan S TS TMP 23 14 11 24
13
11
31
11
6
39
2
7
19
17
12
44
3
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
No
Indikator
S
Keterangan TS TMP
membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor cara membaca memiliki enam indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan”. Sebanyak 23 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 47,91% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa membuat ringkasan isi bacaan guna mempermudah pemahaman ketika membaca. Akan tetapi, sebanyak 14 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 29,17% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 14 mahasiswa yang belum membuat ringksan isi bacaan ketika membaca. Namun, masih ada 11 mahasiswa dengan persentase 22,91% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator kedua dalam faktor cara membaca adalah “Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca”. Sebanyak 24 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 50% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa untuk memahami isi bacaan dengan cara membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang mereka baca. Akan tetapi, sebanyak 13 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 27,08% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 13 mahasiswa untuk memahami isi bacaan belum dengan cara membuat pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
berdasarkan isi bacaan yang mereka baca . Namun, masih ada 11 mahasiswa dengan persentase 22,91% yang tidak jelas sikapnya. Indikator ketiga yaitu “Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingatingat isinya saja”. Sebanyak 31 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 64,58% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa agar memahami isi bacaan, cukup hanya dengan mengingat-ingat isinya saja. Hal itu akan berdampak pada pemahaman mahasiswa yang hanya berjangka pendek. Karena kegiatan mengingat masuk dalam kategori kognitif yang rendah. Akan tetapi, sebanyak 11 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 22,91% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena terdapat 11 mahasiswa yang beranggapan bahwa dalam memahami isi bacaan tidak cukup hanya dengan mengingat-ingat isinya saja. Namun, masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya. Indikator keempat yaitu “Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri”. Sebanyak 39 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 81,25% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa dalam memahami isi bacaan dengan cara merumuskan isi bacaan dengan bahasa mereka sendiri. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 2 mahasiswa yang dalam memahami isi bacaan belum dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
merumuskan isi bacaan dengan bahasa mereka sendiri. Namun, masih ada 7 mahasiswa dengan persentase 14,58% yang tidak jelas sikapnya. Indikator kelima yaitu “Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca”. Sebanyak 19 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 39,58% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena sebanyak 19 mahasiswa telah membuat skema gagasan setiap kali membaca untuk mempermudah mereka dalam memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 17 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 35,41% yang termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 17 mahasiswa yang belum membuat skema gagasan setiap kali membaca untuk mempermudah mereka dalam memahami isi bacaan. Padahal pembuatan skema dapat menjadi sebuah strategi yang akan lebih mempermudah mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Namun, masih ada 12 mahasiswa dengan persentase 25% yang tidak jelas sikapnya. Indikator terakhir pada faktor cara membaca ini yaitu “Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan”. Sebanyak 44 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 91,67% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa beranggapan bahwa dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah mereka dalam memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 3 mahasiswa yang beranggapan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
dengan memahami berbagai teknik membaca, belum tentu dapat membantu dan mempermudah mereka dalam memahami isi bacaan. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.1.6 Faktor Pengetahuan yang Dimiliki Sebelumnya Faktor pengetahuan yang dimiliki sebelumnya merupakan bagian dari faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa sebelumnya dapat membantu mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Indikator dari pengalaman yang dimiliki sebelumnya yaitu: (1) keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca, (2) jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, mahasiswa ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif, (3) dengan rajin membaca kemampuan berbicara mahasiswa akan menjadi baik, (4) melalui membaca, mahasiswa mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain, (5) rasa tidak puas dengan bacaan yang dibaca sebelum membandingkan dengan bacaan lain, (6) keinginan merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain, dan (7) tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Beberapa indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Tabel 4.7 Indikator Pengalaman yang Dimiliki Sebelumnya No
Indikator
1
Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik. Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya.
2
3 4
5
6 7
Keterangan S TS TMP 42 3 3 20
18
10
44
2
2
44
3
1
26
13
9
31
11
6
34
9
5
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor pengetahuan yang dimiliki sebelumnya memiliki tujuh indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca”. Sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa telah memiliki keinginan untuk mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 3 mahasiswa yang belum memiliki keinginan untuk mencari jawaban atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
suatu masalah melalui membaca. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator kedua adalah “Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif”. Sebanyak
20 mahasiswa
memilih setuju dengan persentase 41,67% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian memiliki keinginan untuk melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Akan tetapi, sebanyak 18 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 37,5% yang termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 18 mahasiswa jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian belum berkeinginan untuk melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Namun, masih ada 10 mahasiswa dengan persentase 20,83% yang tidak jelas sikapnya. Indikator ketiga adalah “Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik”. Sebanyak 44 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 91,67% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa telah beranggapan bahwa dengan rajin membaca, kemampuan berbicara mereka akan menjadi baik. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
terdapat 2 mahasiswa yang beranggapan bahwa dengan rajin membaca kemampuan berbicara merekan belum tentu menjadi baik. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Indikator keempat adalah “Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain”. Sebanyak 44 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 91,67% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa telah beranggapan bahwa melalui kegiatan membaca, mereka akan mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 3 mahasiswa yang beranggapan bahwa melalui kegiatan membaca, belum tentu mereka mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Indikator kelima adalah “Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain”. Sebanyak 26 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 54,17% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa merasa tidak puas dengan bacaan yang telah dibaca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Akan tetapi, sebanyak 13 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 27,08% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 13 mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
telah merasa puas dengan bacaan yang dibaca tanpa membandingkannya dengan bacaan lain. Namun, masih ada 9 mahasiswa dengan persentase 18,75% yang tidak jelas sikapnya. Indikator keenam adalah “Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain”. Sebanyak
31 mahasiswa memilih setuju
dengan persentase 64,58% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa telah memiliki keinginan untuk merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Akan tetapi, sebanyak 11 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 22,91% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 11 mahasiswa belum memiliki keinginan untuk merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Namun, masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya. Indikator terakhir pada faktor pengetahuan yang dimiliki sebelumnya ini yaitu “Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya”. Sebanyak 34 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 70,83% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 18,75% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 9 mahasiswa yang akan mudah percaya dengan pendapat orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
meskipun belum membaca sendiri sumber aslinya. Namun, masih ada 5 mahasiswa dengan persentase 10,41% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.1.7 Faktor Ketertarikan terhadap Bacaan dan Manfaat Setiap orang pastilah memiliki ketertarikan khusus dengan suatu jenis bacaan, sehingga tidak semua jenis bacaan kita anggap menarik untuk dibaca dan memiliki manfaat untuk kita. Maka dari itu, ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat merupakan bagian dari faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Adapun terdapat tiga indikator dalam faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat yaitu: (1) meskipun tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari, jika bacaan itu menarik maka mahasiswa akan membacanya, (2) sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan, dan (3) kesadaran bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Beberapa indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.8 Indikator Ketertarikan terhadap Bacaan dan Manfaat No
Indikator
1
Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang
2
3
Keterangan S TS TMP 43 4 1
40
3
5
46
2
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
No
Indikator
S
Keterangan TS TMP
mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat memiliki tiga indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya”. Sebanyak
43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase
89,58% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa akan membaca bacaan yang menarik bagi mereka meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang mereka pelajari. Hal ini akan membuka pengetahuan yang lebih luas terhadap mahasiswa dalam berbagai bidang. Akan tetapi, sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 8,33% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 4 mahasiswa yang tidak akan membaca bahan bacaan yang tidak berkaitaan dengan bidang yang mereka pelajari meskipun bahan bacaan tersebut menarik bagi mereka. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator kedua adalah “Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan”. Sebanyak 40 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 83,33% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa akan berusaha memahami isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang mereka pelajari sesulit apapun isi dalam bacaan. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 3 mahasiswa yang belum akan berusaha memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang mereka pelajari sesulit apapun isi dalam bacaan. Namun, masih ada 5 mahasiswa dengan persentase 10,41% yang tidak jelas sikapnya. Indikator terakhir pada faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat ini yaitu “Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas”. Sebanyak 46 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 95,83% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa telah memiliki kesadaran bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Akan tetapi, sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 2 mahasiswa yang belum memiliki kesadaran bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas.
4.2.2.1.8 Faktor Intelegensi Ketika memahami suatu bacaan faktor intelegensi pembaca dirasa memiliki pengaruh penting. Orang dengan tingkat intelegensi yang tinggi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
dengan mudah memahami isi bacaan hanya dengan membaca sekilas, namun tidak sama halnya dengan orang yang memiliki tingkat intelegensi yang sedang dan rendah. Mereka butuh membaca dengan teliti setiap kata dalam bacaan bahkan perlu membaca bahan bacaan berkali-kali untuk memahami isi bacaan. Berkaitan dengan angket penelitian, yang menjadi indikator faktor intelegensi pembaca yaitu tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Indikator ini disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.9 Indikator Intelegensi No 1
Indikator Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan.
Keterangan S TS TMP 36 7 5
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor intelegensi memiliki satu indikator yaitu “Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan”. Sebanyak 36 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 75% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa beranggapan bahwa tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika mereka tekun dan rajin membaca pasti akan dapat memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 7 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 14,58% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena terdapat 7 mahasiswa yang beranggapan bahwa tingkat intelegensi penting dalam memahami isi bacaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
karena menurut mereka dengan rekun dan rajin membaca saja kurang. Namun, masih ada 5 mahasiswa dengan persentase 10,41% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.2 Analisis Faktor Eksternal Kemampuan Membaca Pemahaman Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah faktor eksternal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa . Adapun, faktor eksternal yang terdapat dalam angket terdiri dari enam faktor yaitu faktor kesulitan bacaan, faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga, faktor suasana lingkungan dan waktu, faktor teks, faktor masih kuatnya pengaruh budaya lisan, dan faktor kuatnya pengaruh televisi. Keenam faktor tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
4.2.2.2.1
Faktor Kesulitan Bacaan
Ketika akan memahami isi suatu bacaan, terkadang seseorang mengalami kendala dalam memahami isi bacaan karena tingkat kesulitan yang terkandung dalam bahan bacaan. Kesulitan itu terjadi karena setiap bidang ilmu pastilah memiliki kata atau istilah tersendiri yang maknaya berbeda dengan kata pada umumnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa indikator yang dapat mengukur faktor kesulitan bacaan, yaitu: (1) bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari, akan mengakibatkan mahasiswa kesulitan dalam memahami isinya, dan (2) meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, kadangkadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Kedua indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Tabel 4.10 Indikator Kesulitan Bacaan No
Indikator
1
Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.
2
Keterangan S TS TMP 31 14 3
39
6
3
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor kesulitan bacaan memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya”. Sebanyak 31 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 64,58% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mereka pelajari. Akan tetapi, sebanyak 14 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 29,17% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena terdapat 14 mahasiswa yang tidak merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan, meskipun bacaan tersebut tidak berkaitan dengan bidang yang mereka pelajari. Hal ini mengindikasikan perbendaharaan kata yang dimiliki oleh mahasiswa cukup banyak, sehingga dapat memahami isi bacaan di luar bidang yang mereka pelajari. Namun masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Selanjutnya, indikator kedua adalah “Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.” Sebanyak 39 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 81,25% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa terkadang masih kesulitan untuk memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu mereka. Akan tetapi, sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 12,5% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena terdapat 6 mahasiswa yang telah merasa tidak mengalam kesulitan dalam memahami isi bacaan yang berkaitan dengan bidang ilmu yang mereka pelajari. Namun masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.2.2
Faktor Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga
Latar belakang sosial ekonomi keluarga seseorang merupakan faktor eksternal
yang
dapat
memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman
mahasiswa. Berikut ini ada dua indikator yang berkaitan dengan faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga, yaitu: (1) mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan, dan (2) mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Kedua indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Tabel 4.11 Indikator Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga No
Indikator
1
Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan.
2
Keterangan S TS TMP 10 32 6
31
9
8
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor latar belakang sosial ekonomi keluarga memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan”. Sebanyak 10 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 20,83% yang berarti termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa merasa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang mereka butuhkan. Akan tetapi, sebanyak 32 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 66,67% yang termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa terkadang masih merasa mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang mereka butuhkan. Namun, masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya. Indikator kedua yaitu “Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan”. Sebanyak 31 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 64,58% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
mayoritas mahasiswa memiliki keinginan membaca yang kuat. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 18,75% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Namun, masih ada 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.2.3
Faktor Suasana Lingkungan dan Waktu
Suasana lingkungan dan waktu merupakan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Umumnya, membaca di tempat yang tenang dan nyaman tentunya akan memudahkan seseorang untuk memahami isi bacaan. Namun, ada pula seseorang yang tidak dapat memahami isi suatu bacaan apabila dalam suasana tenang dan sunyi. Sama halnya dengan waktu, ada beberapa orang yang dapat dengan mudah memahami isi bacaan dalam waktu-waktu tertentu. Semua itu kembali lagi pada setiap individu pembaca, karena setiap orang pastilah memiliki cara tersendiri dalam memahami suatu isi bacaan. Ada dua indikator yang berkaitan dengan faktor susana lingkungan dan waktu, yaitu: (1) pergi ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan, dan (2) jadwal membaca sering terganggu jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Kedua indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu No
Indikator
1
Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu.
2
Keterangan S TS TMP 38 9 1 44
3
1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor suasana lingkungan dan waktu memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan”. Sebanyak 38 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 79,17% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa telah memiliki kesadaran pergi ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Akan tetapi, sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 18,75% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mahasiswa belum memiliki kesadaran pergi ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Indikator kedua yaitu “Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tibatiba ada orang yang datang bertamu”. Sebanyak 44 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 91,67% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap positif, karena mahasiswa merasa jadwal membaca mereka akan terganggu apabila ada orang yang bertamu tiba-tiba. Akan tetapi, sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25% yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena ini dapat mengindikasikan bahwa aktivitas membaca dalam diri mahasiswa belum terlalu penting sehingga mereka merasa jadwal membaca mereka tidak akan terganggu apabila ada tamu yang tiba-tiba datang. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.2.4
Faktor Teks
Ketika akan memahami isi suatu bacaan, seseorang dituntut untuk dapat memahami setiap kata asing, istilah, idiom, ungkapan maupun gaya bahasa yang digunakan dalam bacaan. Adapun, setiap orang pastilah memiliki perbendaharaan kata yang berbeda, sehingga sering dijumpai seseorang yang sukar untuk memahami isi suatu bacaan karena terdapat kata maupun kalimat yang tidak dipahaminya. Oleh karena itu, terdapat tiga indikator yang dapat mengukur pengaruh teks dalam aktivitas membaca guna memahami isi bacaan, ketiga indikator tersebut yaitu: (1) teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan, (2) kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan, dan (3) struktur teks yang kurang sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Beberapa indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.13 Indikator Teks No
Indikator
1.
Teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Kalimat yang terlalu panjang mempersulit
2.
Keterangan S TS TMP 37 8 3 25
20
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
No
Indikator
3.
saya untuk memahami isi bacaan. Struktur teks yang kurang sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
S 42
Keterangan TS TMP 5
1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor teks memiliki tiga indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Sebanyak 37 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 77,08% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa setuju bahwa teks yang terlalu banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 8 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 16,67% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena terdapat 8 mahasiswa yang merasa bahwa teks yang terlalu banyak kata-kata asing tidak mempersulit meraka dalam memahami isi bacaan. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25 yang tidak jelas sikapnya. Indikator kedua yaitu “Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan”. Sebanyak 25 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 52,08% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena ini dapat mengindikasikan bahwa sebanyak 25 mahasiswa belum memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi sehingga merasa kesulitan memahami isi bacaan yang terlalu panjang. Akan tetapi, sebanyak 20 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 41,67% yang termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
ini dapat mengindikasikan bahwa sebanyak 20 mahasiswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi sehingga tidak merasa kesulitan memahami isi bacaan yang terlalu panjang. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Indikator terakhir pada faktor teks ini yaitu “Struktur teks yang kurang sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa merasa bahwa struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit mereka dalam memahami isi bacaan. Akan tetapi, sebanyak 5 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 10,41% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena terdapat 5 mahasiswa yang merasa tidak kesulitan memahami isi bacaan meskipun struktur teks yang tidak sistematis. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kemampuan membaca pemahaman tinggi karena struktur teks tidak akan memengaruhi kemampuan mereka dalam memahami isi bacaan. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.2.2.5 Faktor Masih Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan Masih kuatnya pengaruh budaya lisan merupakan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Kuatnya budaya lisan seringkali membuat seseorang kesulitan untuk memahami isi bacaan. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa pemahaman yang berbeda antara hal yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
dipahami sebelumnya dengan apa yang sebenarnya. Berkaitan dengan angket dalam penelitian, yang menjadi indikator dalam faktor masih kuatnya pengaruh budaya lisan yaitu masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.14 Indikator Masih Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan No 1.
Indikator Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
S 17
Keterangan TS TMP 25 6
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor masih kuatnya pengaruh budaya lisan memiliki satu indikator yaitu “Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Sebanyak 17 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 35,41% yang berarti termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena sebanyak 17 mahasiswa masih merasa kesulitan memahami isi bacaan karena kuatnya pengaruh budaya lisan dalam hidup mereka. Akan tetapi, sebanyak 25 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 52,08% yang termasuk dalam kategori cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena mayoritas mahasiswa tidak merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan meskipun pengaruh budaya lisan dalam hidup mereka sangat kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan membaca pemahaman mahasiswa cukup baik. Namun, masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
4.2.2.2.6
Faktor Kuatnya Pengaruh Televisi
Kuatnya pengaruh televisi merupakan faktor eksternal yang dapat memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman
mahasiswa.
Di
era
perkembangan teknologi dan komunikasi seperti saat ini, beragam acara televisi yang disajikan dirasa lebih menarik perhatian daripada kegiatan membaca. Berkaitan dengan angket dalam penelitian, yang menjadi indikator dalam faktor kuatnya pengaruh televisi yaitu jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Indikator tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.15 Indikator Kuatnya Pengaruh Televisi No 1.
Indikator Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
Keterangan S TS TMP 33 10 5
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa faktor kuatnya pengaruh televisi memiliki satu indikator yaitu “Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi”. Sebanyak 33 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 68,75% yang berarti termasuk dalam kategori tinggi dan dipandang sebagai sikap negatif, karena mayoritas mahasiswa merasa bahwa acara televisi lebih menarik daripada aktivitas membaca. Akan tetapi, sebanyak 10 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 20,83% yang termasuk dalam kategori rendah dan dipandang sebagai sikap positif, karena 10 mahasiswa merasa bahwa acara televisi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
menarik tidak akan memengaruhi mereka untuk meninggalkan aktivitas membaca. Namun, masih ada 5 mahasiswa dengan persentase 10,41% yang tidak jelas sikapnya.
4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Penelitian ini menggunakan tes kemampuan membaca pemahaman untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Dari tes ini nantinya dapat terukur pula tingkat kognitif mahasiswa dalam memahami isi bacaan dan kecermatan mereka dalam membaca serta menemukan jawaban yang paling benar. Tes kemampuan membaca pemahaman ini berbentuk tes objektif berupa tes pilihan ganda yang berjumlah 40 butir soal. Tes membaca pemahaman dibuat dari potongan paragraf tiap artikel, surat kabar, maupun jurnal ilmiah. Mahasiswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan dalam tes tersebut mengenai tujuh aspek, yakni: (1) mendefinisikan arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menganalisis bacaan, (5) menarik kesimpulan isi bacaan, (6) memprediksi maksud penulis, dan (7) mengevaluasi bacaan. Kemudian hasil tes akan dianalisis menggunakan indeks tingkat kesulitan untuk mengetahui layak atau tidak layak butir soal tersebut dengan cara membagi jumlah jawaban benar pada tiap butir soal dengan jumlah total responden. Berikut ini disajikan tabel rentang skor kategori butir soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Tabel 4.16 Kategori ITK Kategori
Rentang Indeks
Sulit Sedang Mudah
0,20 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data penelitian mengenai indeks tingkat kesulitan butir soal dari 40 butir soal tes, diketahui bahwa terdapat 8 butir soal berkategori sulit, 17 butir soal berkategori sedang, dan 15 butir soal berkategori mudah. Berikut ini disajikan tabel hasil kategori butir soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.17 ITK Tes Kemampuan Membaca Pemahaman No
Kategori
1
Sulit
2
Sedang
3
Mudah
Predikat
No. Butir Soal
Layak Tidak Layak Layak
7,13, 24, 28, 33, 34, dan 35 8 4, 5, 6, 9, 10, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 32, 36, 37, 38, dan 39. 1, 3, 12, 14, 15, 17, 20, 27, 29, dan 31 2, 11, 16, 30, dan 40
Layak Tidak Layak
Tabel di atas menjelaskan bahwa, terdapat 34 butir soal dengan predikat layak dan 6 soal dengan predikat tidak layak yang mencakup tujuh aspek di atas. Adapun penjabarannya sebagai berikut. Butir soal dengan kategori sulit namun berpredikat layak berjumlah 7 butir soal. Tujuh pertanyaan dalam tes dikatakan sulit karena sebanyak 231 orang mahasiswa dari jumlah total 336 mahasiswa tidak dapat menjawab dengan benar 7 butir soal tersebut. Adapun, soal nomor 8 dikatakan tidak layak karena masuk dalam kategori sangat sulit. Hal ini dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
dari 42 orang mahasiswa dari jumlah total 48 orang mahasiswa yang tidak dapat menjawab dengan benar butir soal tersebut. Selanjutnya, butir soal dengan kategori sedang dan berpredikat layak berjumlah 17 butir soal. Pertanyaan dalam tes berkategori sedang karena, sebanyak 414 mahasiswa menjawab butir soal dengan benar dan sebanyak 402 mahasiswa tidak dapat menjawab butir soal dengan benar (salah) dari jumlah total 816 mahasiswa. Kategori terakhir adalah mudah berpredikat layak dengan jumlah 10 butir soal. Pertanyaan dalam tes dikatakan mudah karena, sebanyak 344 orang mahasiswa mampu menjawab butir soal dengan benar, dan sebanyak 136 mahasiswa tidak mampu menjawab butir soal dengan benar. Kemudian, terdapat 5 soal dikatakan tidak layak karena masuk dalam kategori sangat mudah. Hal ini dilihat dari 213 orang mahasiswa dari jumlah total 240 orang mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar lima butir soal tersebut. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa indeks tingkat kesulitan tes kemampuan membaca pemahaman untuk mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta masuk dalam kategori sedang. Setelah diketahui ITK soal tes kemampuan membaca pemahaman, selanjutnya adalah menganalisis soal tes ke dalam aspek membaca pemahaman
sesuai
dengan
tujuh
aspek
membaca
pemahaman
yaitu,
mendefinisikan arti kata/istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, menganalisis bacaan, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Adapun penjabarannya seperti pada diagram di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
4.1 Diagram Pie Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Mendefinisikan arti kata/ istilah
116
93
83
88
Menangkap makna tersurat
112 Menangkap makna tersirat
229
281
Menganalisis isi bacaan Menarik kesimpulan Memprediksi maksud penulis Mengevaluasi bacaan
Diagram tersebut ersebut menjelaskan tujuh aspek yang terdapat dalam tes kemampuan
membaca
pemahaman
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya.
Berdasarkan diagram di atas, atas diketahui pula jumlah mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dalam setiap aspek. Cara mencari jumlah mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan benar adalah dengan mengalikan jumlah mahasiswa dengan denga jumlah butir soal tiap aspek. Adapun penjabarannya sebagai berikut.
4.2.3.1 Aspek Kemampuan Mendefinisikan Arti Kata/ Istilah Aspek tes membaca pemahaman yang pertama yaitu aspek kemampuan mendefinisikan arti kata/istilah. kata/ stilah. Terdapat dua butir soal pada aspek ini, yaitu butir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
soal nomor 1 dan nomor 2. Namun, butir soal yang dinyatakan layak hanya satu yakni nomor 1, karena soal nomor 2 dianggap terlalu mudah. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek mendefinisikan arti kata/istilah dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.18 Aspek Kemampuan Mendefinisikan Arti Kata/Istilah
Aspek Menangkap Arti Kata/ Istilah Total
No. Soal
Jumlah Benar
%
Jumlah Salah
%
1
38
79,17%
10
20,83%
2
45
93,75%
3
6,25%
2
83
86,45%
13
13,54%
Jumlah Responde n 48 96
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal nomor 1 yaitu sebanyak 38 mahasiswa dengan persentase 79,17%, dan yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 10 mahasiswa dengan persentase 20,83%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 2 sebanyak 45 mahasiswa dengan persentase 93,75% dapat menjawab soal dengan benar dan dapat memahami pertanyaan pada butir soal aspek mendefinisikan arti kata tersebut. Sebaliknya, sebanyak 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) dalam aspek mendefinisikan arti kata tersebut. Jadi, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mendefinisikan arti kata/istilah sudah baik. Hal ini terlihat dari jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dua butir soal dalam aspek ini sebanyak 83 mahasiswa dari jumlah total 96 mahasiswa dengan persentase 86,45%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
4.2.3.2 Aspek Menangkap Makna Tersurat Aspek selanjutnya yaitu aspek menangkap makna tersurat. Terdapat 5 butir soal pada aspek ini yaitu butir soal nomor 4, 7, 8, 19, dan 22. Namun, butir soal yang dinyatakan layak hanya empat yakni nomor 4,7,19, dan 22. Sedangkan, soal nomor 8 dikatakan tidak layak karena dianggap terlalu sulit. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menangkap makna tersurat dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.19 Aspek Menangkap Makna Tersurat Aspek Menangkap Makna Tersurat Total
No. Soal 4 7 8 19 22 5
Jumlah Benar 23 10 6 23 26 88
% 47,91% 20,83% 12,5 47,91% 54,17% 36,67%
Jumlah Salah 24 38 42 25 22 152
%
Jumlah Responden
50% 79,17% 87,5% 52,08% 45,83% 63,33%
48 240
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal nomor 4 yaitu sebanyak 23 mahasiswa dengan persentase 47,91%, dan yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 24 mahasiswa dengan persentase 50%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 7 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 10 mahasiswa dengan persentase 20,83%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 38 mahasiswa dengan persentase 79,17%. Pada butir soal nomor 8 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 6 mahasiswa dengan persentase 12,5%, dan mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 42 mahasiswa dengan persentase 87,5%. Kemudian, pada butir soal nomor 19 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 23 mahasiswa dengan persentase 47,91%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 25 mahasiswa dengan persentase 52,08%. Adapun, pada butir soal nomor 22 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 26 mahasiswa dengan persentase 54,17%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 22 mahasiswa dengan persentase 45,83%. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan mahasiswa dalam menangkap makna tersurat masih kurang. Hal itu dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal aspek kemampuan menangkap makna tersurat hanya sejumlah 88 mahasiswa dari jumlah total 152 mahasiswa dengan persentase 36,67%.
4.2.3.3 Aspek Menangkap Makna Tersirat Aspek ketiga yaitu aspek kemampuan menangkap makna tersirat. Terdapat 6 butir soal dalam aspek tersebut, yaitu butir soal nomor 5, 20, 23, 28, 34, dan 35. Enam butir soal tersebut termasuk dalam predikat soal yang layak. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menangkap makna tersirat dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Tabel 4.20 Aspek Menangkap Makna Tersirat Aspek Menangkap Makna Tersurat
Total
No. Soal 5 20 23 28 34 35 6
Jumlah Benar 21 36 20 11 16 18 122
% 43,75% 75% 41,67% 22,91% 33,33% 37,5% 42,36%
Jumlah Salah 27 12 28 37 32 30 166
% 56,25% 25% 58,33% 77,08% 66,67% 62,5% 57,63%
Jumlah Responden
48
288
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal nomor 5 yaitu sebanyak 21 mahasiswa dengan persentase 43,75%, dan yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 27 mahasiswa dengan persentase 56,25%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 20 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 36 mahasiswa dengan persentase 75%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 12 mahasiswa dengan persentase 25%. Kemudian, pada butir soal nomor 23 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 20 mahasiswa dengan persentase 41,67%%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%. Pada butir soal nomor 28 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan soal benar sebanyak 11 mahasiswa dengan persentase 22,91%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 37 mahasiswa dengan persentase 77,08%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Adapun, pada butir soal nomor 34 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 16 mahasiswa dengan persentase 33,33%%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 32 mahasiswa dengan persentase 66,67%. Sedangkan, pada butir soal nomor 35 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 18 mahasiswa dengan persentase 37,5%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 30 mahasiswa dengan persentase 62,5%. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menangkap makna tersirat masih kurang. Hal itu dapat dilihat pada jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal aspek kemampuan menangkap makna tersirat hanya sejumlah 122 mahasiswa dari jumlah total 288 mahasiswa dengan persentase 42,36%.
4.2.3.4 Aspek Menganalisis Isi Bacaan Aspek selanjutnya yaitu aspek menganalisis isi bacaan. Terdapat 9 butir soal pada aspek ini yaitu butir soal nomor 6, 10, 11, 16, 17, 24, 25, 39, dan 40. Namun, butir soal yang dinyatakan layak hanya enam yakni nomor 6, 10, 17, 24, 25, dan 39. Sedangkan soal nomor 11, 16, dan 40 masuk dalam kategori tidak layak karena dianggap terlalu mudah. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menganalisis isi bacaan dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Tabel 4.21 Aspek Menganalisis Isi Bacaan Aspek Menganalisis Isi bacaan
Total
No. Soal 6 10 11 16 17 24 25 39 40 9
Jumlah Benar 29 28 41 39 37 14 27 23 43 281
% 60,41% 58,33% 85,41% 81,25% 77,08% 29,17% 56,25% 47,91% 89,59% 65,04%
Jumlah Salah 19 20 7 9 11 34 21 25 5 151
% 39,58% 41,67% 14,58% 18,75% 22,91% 70,83% 43,75% 52,08% 10,41% 34,95%
Jumlah Responden
48
432
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal nomor 6 yaitu sebanyak 29 mahasiswa dengan persentase 60,41%, dan yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 19 mahasiswa dengan persentase 39,58%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 10 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 20 mahasiswa dengan persentase 41,67%. Kemudian, pada butir soal nomor 11 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 41 mahasiswa dengan persentase 85,41%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 7 mahasiswa dengan persentase 14,58%. Pada butir soal nomor 16 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 39 mahasiswa dengan persentase 81,25%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 9 mahasiswa dengan persentase 18,75%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Kemudian, pada butir soal nomor 17 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 37 mahasiswa dengan persentase 77,08%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 11 mahasiswa dengan persentase 22,91%. Pada butir soal nomor 24 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 14 mahasiswa dengan persentase 29,17%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 34 mahasiswa dengan persentase 70,83%. Adapun pada butir soal nomor 25 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 27 mahasiswa dengan persentase 56,25%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 21 mahasiswa dengan persentase 43,75%. Sedangkan, pada butir soal nomor 39 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 23 mahasiswa dengan persentase 47,91%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 25 mahasiswa dengan persentase 52,08%. Soal terakhir dalam aspek menganalisis bacaan adalah nomor 40, pada butir soal nomor 40 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 43 mahasiswa dengan persentase 89,59%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 5 mahasiswa dengan persentase 10,41%. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menganalisis isi bacaan sudah baik. Hal itu dapat dilihat pada jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal aspek kemampuan menganalisis isi bacaan yaitu sejumlah 281 mahasiswa dari jumlah total 432 mahasiswa dengan persentase 65,04%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
4.2.3.5 Aspek Menarik Kesimpulan Aspek kelima yaitu aspek menarik kesimpulan. Terdapat 11 butir soal dalam aspek tersebut, yaitu butir soal nomor 3, 9, 12, 15, 18, 21, 31, 32, 33, 36, dan 38. Sebelas butir soal tersebut termasuk dalam predikat soal yang layak. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menganalisis isi bacaan dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.22 Aspek Menarik Kesimpulan Aspek
Menarik Kesimpulan
Total
No. Soal 3 9 12 15 18 21 31 32 33 36 38 11
Jumlah Benar 32 20 32 32 25 28 36 29 17 20 28 299
% 66,67% 41,67% 66,67% 66,67% 52,08% 58,33% 75% 60,41% 35,41% 41,67% 58,33% 56,62%
Jumlah Salah 16 28 16 16 23 20 12 19 31 28 20 229
% 33,33% 58,33% 33,33% 33,33% 47,91% 41,67% 25% 39,58% 64,58% 58,33% 41,67% 43,37%
Jumlah Responden
48
528
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal nomor 3 yaitu sebanyak 32 mahasiswa dengan persentase 66,67%, dan yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 16 mahasiswa dengan persentase 33,33%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 9 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 20 mahasiswa dengan persentase 41,67%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%. Kemudian, pada butir soal nomor 12 jumlah mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 32 mahasiswa dengan persentase 66,67%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 16 mahasiswa dengan persentase 33,33%. Pada butir soal nomor 15 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 32 mahasiswa dengan persentase 66,67%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 16 mahasiswa dengan persentase 33,33%. Pada butir soal nomor 18, jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 25 mahasiswa dengan persentase 52,08%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 23 mahasiswa dengan persentase 47,91%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 21 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 20 mahasiswa dengan persentase 41,67%. Kemudian, pada butir soal nomor 31 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 36 mahasiswa dengan persentase 75%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 12 mahasiswa dengan persentase 25%. Pada butir soal nomor 32 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 29 mahasiswa dengan persentase 60,41%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 19 mahasiswa dengan persentase 39,58%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 33 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 17 mahasiswa dengan persentase 35,41%,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 31 mahasiswa dengan persentase 64,58%. Pada butir soal nomor 36 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 20 mahasiswa dengan persentase 41,67%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%. Kemudian pada butir soal nomor 38 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 28 mahasiswa dengan persentase 58,33%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 20 mahasiswa dengan persentase 41,67%. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menganalisis isi bacaan sudah baik. Hal itu dapat dilihat pada jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal aspek kemampuan menarik kesimpulan isi bacaan yaitu sejumlah 299 mahasiswa dari jumlah total 528 mahasiswa dengan persentase 56,62%.
4.2.3.6 Aspek Memprediksi Maksud Penulis Aspek keenam yaitu aspek memprediksi maksud penulis. Terdapat 4 butir soal dalam aspek tersebut, yaitu butir soal nomor 13, 29, 30, dan 37. Namun, butir soal yang dinyatakan layak hanya tiga yakni nomor 13, 29, dan 37. Sedangkan soal nomor 30 masuk dalam kategori tidak layak karena dianggap terlalu mudah. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek memprediksi maksud penulis dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Tabel 4.23 Aspek Memprediksi Maksud Penulis
Aspek
Memprediksi Maksud Penulis Total
No. Soal
Jumlah Benar
13 29 30 37 4
19 31 45 21 116
%
Jumlah Salah
%
39,58% 64,58% 93,75% 43,75% 60,41%
29 17 3 27 76
60,41% 35,41% 6,25% 56,25% 39,58%
Jumlah Respond en 48 192
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal nomor 13 yaitu sebanyak 19 mahasiswa dengan persentase 39,58%, dan yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 29 mahasiswa dengan persentase 60,41%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 29 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 31 mahasiswa dengan persentase 64,58%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 17 mahasiswa dengan persentase 35,41%. Kemudian, pada butir soal nomor 30 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 45 mahasiswa dengan persentase 93,75%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 3 mahasiswa dengan persentase 6,25%. Pada butir soal nomor 37, jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 21 mahasiswa dengan persentase 43,75%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 27 mahasiswa dengan persentase 56,25%. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam memprediksi maksud penulis sudah baik. Hal itu dapat dilihat pada jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
benar pada aspek kemampuan memprediksi maksud penulis yaitu sejumlah 116 dari jumlah total 192 mahasiswa dengan persentase 60,41%.
4.2.3.7 Aspek Mengevaluasi Bacaan Aspek ketujuh yaitu aspek mengevaluasi bacaan. Terdapat 3 butir soal dalam aspek tersebut, yaitu butir soal nomor 14, 26, dan 27, adapun ketiga butir soal tersebut termasuk dalam predikat soal yang layak. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek mengevaluasi bacaan dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 4.24 Aspek Mengevaluasi Bacaan Aspek Mengevaluasi Bacaan Total
No. Soal 14 26 27 3
Jumlah Benar 34 23 36 93
% 70,83% 47,91% 75% 64,58%
Jumlah Salah 14 25 12 51
% 29,17% 52,08% 25% 35,41%
Jumlah Responden 48 144
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal nomor 14 yaitu sebanyak 34 mahasiswa dengan persentase 70,83%, dan yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 14 mahasiswa dengan persentase 29,17%. Selanjutnya, pada butir soal nomor 26 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 23 mahasiswa dengan persentase 47,91%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 25 mahasiswa dengan persentase 52,08%. Kemudian, pada butir soal nomor 27 jumlah mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar sebanyak 36 mahasiswa dengan persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
75%, dan mahasiswa yang tidak dapat menjawab soal dengan benar (salah) sebanyak 12 mahasiswa dengan persentase 25%. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengevaluasi bacaan sudah baik. Hal itu dapat dilihat pada jumlah mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar pada butir soal aspek kemampuan memprediksi maksud penulis yaitu sejumlah 93 mahasiswa dari jumlah total 144 mahasiswa dengan persentase 64,58%.
4.2.4 Analisis Kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman Guna
mengetahui
kebutuhan
mahasiswa
akan
materi
membaca
pemahaman, peneliti menyebarkan angket yang berisi beberapa pilihan materi membaca pemahaman. Hasil dari angket ini akan dijadikan salah satu acuan peneliti dalam memilih dan mengembangkan materi membaca pemahaman yang relevan dengan kebutuhan mahasiswa. Angket ini berjumlah 32 pernyataan yang terdiri dari 12 aspek materi yang berkaitan dengan membaca pemahaman yaitu (1) definisi membaca pemahaman, (2) tujuan membaca pemahaman, (3) proses membaca pemahaman, (4) prinsip membaca pemahaman, (5) teknik membaca pemahaman, (6) jenis membaca pemahaman, (7) faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, (8) strategi membaca pemahaman, (9) minta membaca, (10) aspek membaca pemahaman, (11) kebiasaan membaca, dan (12) budaya membaca. Setiap aspek akan dianalisis menggunakan teori skala Likert yang telah dimodifikasi oleh peneliti sama halnya ketika peneliti menganalisis faktor kemampuan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
pemahaman. Adapun analisis data kedua belas aspek materi membaca pemahaman ini akan dijabarkan sebagai berikut.
4.2.4.1 Definisi Membaca Pemahaman Ketika akan mempelajari sebuah materi, tidak lengkap rasanya jika belum memahami tentang definisi materi tersebut. Maka dari itu dalam mengembangkan modul pembelajaran membaca pemahaman, materi pertama yang penting untuk diketahui oleh mahasiswa yaitu definisi atau pengertian dari membaca pemahaman itu sendiri. Berkaitan dengan angket penelitian, ada empat indikator yang dapat mengukur seberapa pentingnya definisi membaca pemahaman untuk diketahui oleh mahasiswa, empat indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.25 Indikator Materi Definisi Membaca Pemahaman No
Indikator
1
Definisi membaca pemahaman perlu saya ketahui dalam memahami materi membaca pemahaman. Saya akan lebih memahami materi membaca pemahaman jika mengetahui sebanyak mungkin definisinya menurut para ahli. Saya hanya perlu mengetahui sedikit definisi membaca pemahaman untuk memahami materi membaca pemahaman. Semakin banyak definisi membaca pemahaman menurut para ahli yang berbeda, membuat saya kebingungan untuk memahaminya.
2
3
4
S
Keterangan TS TMP
43
1
4
34
12
2
23
16
9
25
15
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi definisi membaca pemahaman memiliki empat indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Definisi membaca pemahaman perlu saya ketahui dalam memahami materi membaca pemahaman”. Sebanyak 43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 89,58%, sedangkan sebanyak 1 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 2,08%. Namun masih ada 4 mahasiswa dengan persentase 8,33% yang tidak jelas sikapnya. Indikator kedua yaitu “Saya akan lebih memahami materi membaca pemahaman jika mengetahui sebanyak mungkin definisinya menurut para ahli”. Sebanyak 34 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 70,83%, sedangkan sebanyak 12 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 25%. Namun masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator ketiga adalah “Saya hanya perlu mengetahui sedikit definisi membaca pemahaman untuk memahami materi membaca pemahaman”. Sebanyak 23 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 47,91%, sedangkan sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 33,33%. Namun masih ada 9 mahasiswa dengan persentase 18,75% yang tidak jelas sikapnya. Adapun indikator terakhir yaitu “Semakin banyak definisi membaca pemahaman menurut
para
ahli
yang
memahaminya”. Sebanyak
berbeda,
membuat
saya
kebingungan
untuk
25 mahasiswa memilih setuju dengan persentase
52,08%, sedangkan sebanyak 15 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 31,25%. Namun, masih ada 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% yang tidak jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Dari hasil data tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas mahasiswa menyatakan perlu untuk mengetahui definisi membaca pemahaman guna memahami materi membaca pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam indikator pertama sebanyak 43 mahasiswa dari jumlah total 48 mahasiswa dengan persentase 89,58%. Namun dalam hal ini definisi membaca pemahaman tidak perlu terlalu banyak dipaparkan karena akan membuat mahasiswa merasa kebingungan.
4.2.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman Suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pastilah memiliki tujuan, sama halnya dengan aktivitas membaca pemahaman. Membaca pemahaman memiliki beberapa tujuan yang melatarbelakanginya. Berkaitan dengan angket penelitian, ada satu indikator yang dapat mengukur seberapa pentingnya tujuan membaca pemahaman untuk diketahui oleh mahasiswa, indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.26 Indikator Materi Tujuan Membaca Pemahaman
No 1
Indikator Materi tentang tujuan membaca pemahaman perlu saya ketahui.
S 43
Keterangan TS TMP 0
5
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa indikator “Materi tentang tujuan membaca pemahaman perlu saya ketahui”, sebanyak 43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 89,58%, namun masih ada 5 mahasiswa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
persentase 10,41% yang tidak jelas sikapnya. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa, materi tentang tujuan membaca pemahaman perlu dipaparkan dalam modul pembelajaran membaca pemahaman.
4.2.4.3 Proses Membaca Pemahaman Proses membaca pemahaman adalah rangkaian tindakan yang dilakukan dalam aktivitas membaca guna memahami isi suatu bacaan. Berkaitan dengan angket penelitian, ada satu indikator yang dapat mengukur seberapa pentingnya proses membaca pemahaman untuk diketahui oleh mahasiswa, indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.27 Indikator Materi Proses Membaca Pemahaman No 1
Indikator Untuk memahami sebuah bacaan, saya perlu mengetahui materi tentang proses membaca pemahaman.
S 37
Keterangan TS TMP 8
3
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa indikator “Untuk memahami sebuah bacaan, saya perlu mengetahui materi tentang proses membaca pemahaman”, sebanyak 37 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 77,08%, sedangkan sebanyak 8 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 16,67%. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Dari hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa ingin mengetahui materi tentang proses membaca pemahaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
sehingga hal ini patut dijadikan acuan peneliti dalam menyusun materi dalam modul pembelajaran.
4.2.4.4 Prinsip Membaca Pemahaman Prinsip membaca pemahaman adalah pokok dasar berpikir dalam aktivitas membaca guna memahami isi dari suatu bacaan. Berkaitan dengan angket penelitian, ada dua indikator yang dapat mengukur seberapa pentingnya proses membaca pemahaman untuk diketahui oleh mahasiswa, dua indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.28 Indikator Materi Prinsip Membaca Pemahaman No
Indikator
1
Saya merasa perlu mengetahui prinsip membaca pemahaman untuk memahami isi bacaan. Tanpa mengetahui prinsip membaca pemahaman, saya merasa dapat memahami isi bacaan.
2
S
Keterangan TS TMP
42
4
2
23
17
8
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi prinsip membaca pemahaman memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya merasa perlu mengetahui prinsip membaca pemahaman untuk memahami isi bacaan”, sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5%, sedangkan sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 8,33%. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Indikator kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
yaitu “Tanpa mengetahui prinsip membaca pemahaman, saya merasa
dapat
memahami isi bacaan”, sebanyak 23 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 47,91%, sedangkan sebanyak 17 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 35,41%. Namun, masih ada 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% yang tidak jelas sikapnya. Dari hasil data di atas, belum dapat disimpulkan apakah mahasiswa merasa perlu mengetahui materi tentang prinsip membaca pemahaman dalam memahami isi suatu bacaan. Hal ini ditunjukan dari dua indikator yang hasilnya tidak konsisten. Dalam indikator pertama, sebanyak 42 mahasiswa dari jumlah total 48 mahasiswa setuju bahwa materi tentang prinsip membaca pemahaman perlu diketahui dalam memahami isi suatu bacaan. Namun, dalam indikator kedua sebanyak 23 mahasiswa dari jumlah total 48 mahasiswa menyatakan setuju tanpa mengetahui prinsip membaca pemahaman, mereka dapat memahami isi bacaan.
4.2.4.5 Teknik Membaca Pemahaman Materi yang berkaitan dengan membaca pemahaman yang selanjutnya yaitu teknik membaca pemahaman. Teknik membaca dalam aktivitas membaca dirasa penting guna membantu seorang pembaca dalam memahami isi bacaan. Berkaitan dengan angket penelitian, ada dua indikator yang dapat mengukur seberapa penting teknik membaca pemahaman menurut mahasiswa, dua indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Tabel 4.29 Indikator Materi Teknik Membaca Pemahaman No
Indikator
1
Agar memahami isi bacaan, saya menggunakan teknik membaca. Semakin banyak teknik membaca yang saya ketahui, akan banyak membantu saya dalam memahami isi bacaan.
2
S
Keterangan TS TMP
32
7
9
42
2
4
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi teknik membaca pemahaman memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Agar memahami isi bacaan, saya menggunakan teknik membaca”, sebanyak 32 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 66,67%, sedangkan sebanyak 7 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 14,58%. Namun, masih ada 9 mahasiswa dengan persentase 18,75% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu “Semakin banyak teknik membaca yang saya ketahui, akan banyak membantu saya dalam memahami isi bacaan”, sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5%, sedangkan sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17%. Namun, masih ada 4 mahasiswa dengan persentase 8,33% yang tidak jelas sikapnya. Dari hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa materi tentang teknik membaca pemahaman perlu dipaparkan peneliti dalam modul pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini karena mayoritas mahasiswa menyatakan bahwa teknik membaca yang mereka ketahui akan membantu mereka dalam memahami isi bacaan. Pernyataan ini terlihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
dalam dua indikator berjumlah 74 dari jumlah total 96 mahasiswa dengan persentase 77,08%.
4.2.4.6 Jenis Membaca Pemahaman Materi yang berkaitan dengan membaca pemahaman yang selanjutnya yaitu jenis membaca pemahaman. Berkaitan dengan angket penelitian, ada dua indikator yang dapat mengukur seberapa penting jenis membaca pemahaman untuk diketahui oleh mahasiswa, dua indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.30 Indikator Materi Jenis Membaca Pemahaman No 1 2
Indikator Saya ingin mengetahui berbagai jenis membaca pemahaman. Dengan mengetahui berbagai jenis membaca pemahaman akan membuka wawasan saya tentang tingkatan pemahaman dalam membaca.
S
Keterangan TS TMP
41
3
4
44
2
2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi jenis membaca pemahaman memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya ingin mengetahui berbagai jenis membaca pemahaman”, sebanyak 41 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 85,41%, sedangkan sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25%. Namun, masih ada 4 mahasiswa dengan persentase 8,33% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
“Dengan mengetahui berbagai jenis membaca pemahaman akan membuka wawasan saya tentang tingkatan pemahaman dalam membaca”, sebanyak 44 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 91,67%, sedangkan sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17%. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Dari hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa menyatakan ingin mengetahui tentang berbagai jenis membaca pemahaman guna membuka wawasan tentang tingkatan pemahaman dalam aktivitas membaca. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam dua indikator sebanyak 85 mahasiswa dari jumlah total 96 mahasiswa dengan persentase 88,54%.
4.2.4.7 Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman Setiap orang pastilah memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami isi suatu bacaan, hal ini dikarenakan berbagai faktor yang dapat melatarbelakanginya. Berkaitan dengan angket penelitian, ada dua indikator yang dapat mengukur seberapa penting faktor membaca pemahaman untuk diketahui mahasiswa, dua indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.31 Indikator Materi Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman No 1
2
Indikator Faktor internal dan eksternal pembaca memengaruhi aktivitas memahami isi bacaan. Saya merasa perlu mengetahui berbagai
S
Keterangan TS TMP
43
3
2
36
9
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
No
Indikator
S
Keterangan TS TMP
faktor yang dapat memengaruhi seseorang dalam memahami isi bacaan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi faktor kemampuan membaca pemahaman memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Faktor internal dan eksternal pembaca memengaruhi aktivitas memahami isi bacaan”, sebanyak 43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 89,58%, sedangkan sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25%. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu “Saya merasa perlu mengetahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi seseorang dalam memahami isi bacaan”, sebanyak 36 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 75%, sedangkan sebanyak 9 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 18,75%. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa menyatakan bahwa faktor internal dan eksternal pembaca dapat memengaruhi aktivitas memahami isi bacaan, maka dari itu mereka merasa perlu mengetahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam dua indikator sebanyak 79 mahasiswa dari jumlah total 96 mahasiswa dengan persentase 82,29%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
4.2.4.8 Strategi Membaca Pemahaman Strategi membaca pemahaman adalah siasat yang digunakan oleh seorang pembaca dalam memahami isi bacaan. Berkaitan dengan angket penelitian, ada tiga indikator yang dapat mengukur seberapa penting strategi membaca pemahaman bagi mahasiswa, tiga indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.32 Indikator Materi Strategi Membaca Pemahaman No
Indikator
1
Pengetahuan dan pengalaman saya tentang strategi membaca berperan besar untuk mempermudah saya dalam memahami isi bacaan. Sebanyak mungkin pengetahuan saya tentang strategi membaca, akan mempermudah saya dalam memahami isi bacaan. Jika mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan, saya akan menggunakan strategi yang dapat membantu saya dalam memahaminya.
2
3
S
Keterangan TS TMP
43
4
1
42
3
3
40
5
3
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi strategi membaca pemahaman memiliki tiga indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Pengetahuan dan pengalaman saya tentang strategi membaca berperan besar untuk mempermudah saya dalam memahami isi bacaan”. Sebanyak 43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 89,58%, sedangkan sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 8,33%. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu “Sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
mungkin pengetahuan saya tentang strategi membaca, akan mempermudah saya dalam memahami isi bacaan”. Sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5%, sedangkan sebanyak 3 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 6,25%. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Indikator ketiga adalah “Jika mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan, saya akan menggunakan strategi yang dapat membantu saya dalam memahaminya”. Sebanyak 40 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 83,33%, sedangkan sebanyak 5 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 10,41%. Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa menyatakan bahwa strategi membaca berperan penting untuk membantu mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam tiga indikator sebanyak
125
mahasiswa dari jumlah total 144 mahasiswa dengan persentase 86,80%. Maka dari itu hal ini akan dijadikan pedoman peneliti dalam menyusun materi dalam modul pembelajaran.
4.2.4.9 Minat Membaca Dalam memahami isi suatu bacaan minat baca dirasa menjadi salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan. Seseorang yang meminati bacaan yang ia baca pasti akan dengan mudah memahami isinya. Berbeda halnya dengan seseorang yang tidak meminati jenis bacaan yang sedang dibaca, pastilah ia akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
memerlukan waktu cukup lama untuk memahami isi bacaan tersebut. Berkaitan dengan angket penelitian, ada tiga indikator yang dapat mengukur seberapa penting minat membaca dan perlukah materi tentang minat baca diketahui oleh mahasisswa. Tiga indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.33 Indikator Materi Minat Membaca No
Indikator
1
Saya susah memahami isi bacaan yang tidak saya minati. Minat membaca novel dalam diri saya lebih besar ketimbang membaca bukubuku perkuliahan. Saya merasa perlu mengetahui bagaimana cara menumbuhkan minat membaca bukubuku yang kurang saya sukai.
2
3
S
Keterangan TS TMP
32
10
6
31
10
7
41
6
1
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi minat membaca memiliki tiga indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya susah memahami isi bacaan yang tidak saya minati”. Sebanyak 32 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 66,67%, sedangkan sebanyak 10 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 20,83%. Namun, masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu “Minat membaca novel dalam diri saya lebih besar ketimbang membaca buku-buku perkuliahan”. Sebanyak 31 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 64,58%, sedangkan sebanyak 10 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 20,83%. Namun masih ada 7 mahasiswa dengan persentase 14,58% yang tidak jelas sikapnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
Indikator ketiga adalah “Saya merasa perlu mengetahui bagaimana cara menumbuhkan minat membaca buku-buku yang kurang saya sukai”. Sebanyak 41 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 85,41%, sedangkan sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 12,5%. Namun masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa lebih berminat membaca novel dari pada buku perkuliahan, sehingga ketika membaca buku perkuliahan yang tidak mereka minati, mereka akan merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam indikator pertama dan kedua sebanyak 63 mahasiswa dari total 96 mahasiswa dengan persentase 65,62%. Maka dari itu, mahasiswa menyatakan perlu mengetahui bagaimana cara menumbuhkan minat membaca buku-buku yang kurang diminati. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju sebanyak 41 mahasiswa dari 48 mahasiswa.
4.2.4.10 Aspek Membaca Pemahaman Dalam memahami isi suatu bacaan, terdapat beberapa aspek yang harus dimiliki oleh seorang pembaca. Berkaitan dengan angket penelitian, ada tempat indikator yang dapat mengukur seberapa penting aspek membaca pemahaman bagi mahasiswa. Empat indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Tabel 4.34 Indikator Aspek Membaca Pemahaman No
Indikator
1
Agar memahami isi bacaan, saya harus memahami pula setiap istilah, idiom, ungkapan, dan gaya bahasa yang digunakan dalam bacaan tersebut. Jika saya dapat membuat kesimpulan menggunakan bahasa sendiri, saya merasa telah memahami isi bacaan. Saya merasa telah memahami isi bacaan apabila dapat menangkap makna tersirat dalam bacaan. Saya beranggapan jika tidak dapat menganalisis bacaan, membuat prediksi maksud penulis, dan menciptakan suatu konsep baru dari bahan bacaan, artinya saya belum memahami isi bacaan.
2
3
4
S
Keterangan TS TMP
42
4
2
43
2
3
45
0
3
40
6
2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek membaca pemahaman memiliki empat indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Agar memahami isi bacaan, saya harus memahami pula setiap istilah, idiom, ungkapan, dan gaya bahasa yang digunakan dalam bacaan tersebut”. Sebanyak 42 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 87,5%, sedangkan sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 8,33%. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu “Jika saya dapat membuat kesimpulan menggunakan bahasa sendiri, saya merasa telah memahami isi bacaan”. Sebanyak 43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 89,58%, sedangkan sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
Namun, masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Indikator ketiga adalah “Saya merasa telah memahami isi bacaan apabila dapat menangkap makna tersirat dalam bacaan”. Sebanyak 45 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 93,75%, namun masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Adapun indikator keempat adalah “Saya beranggapan jika tidak dapat menganalisis bacaan, membuat prediksi maksud penulis, dan menciptakan suatu konsep baru dari bahan bacaan, artinya saya belum memahami isi bacaan”. Sebanyak 40 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 83,33%, sedangkan sebanyak 6 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 12,5%. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akan merasa telah memahami isi bacaan apabila memahami setiap istilah, idiom, ungkapan, gaya bahasa, dapat menangkap makna tersirat, dapat menganalisis bacaan, dapat membuat prediksi maksud penulis, dan dapat menciptakan suatu konsep baru dari bahan bacaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam empat pertama sebanyak 170 mahasiswa dari total 192 mahasiswa dengan persentase 88,54%. Hal ini dapat dijadikan acuan peneliti dalam mengembangkan soal evaluasi dalam modul pembelajaran membaca pemahaman guna mengukur tingkat pemahaman mahasiswa terkait materi dalam modul yang telah dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
4.2.4.11 Kebiasaan Membaca Seorang mahasiswa di era perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini diharapkan memiliki kebiasaan membaca agar dapat membuka wawasan dalam berbagai pengetahuan. Berkaitan dengan angket penelitian, ada dua indikator yang dapat mengukur kebiasaan membaca yang dimiliki mahasiswa dan mengetahui seberapa penting materi kebiasaan membaca untuk diketahui mahasiswa, dua indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.35 Indikator Materi Kebiasaan Membaca No 1
2
Indikator Saya melakukan aktivitas membaca saat ada tugas kuliah yang mengharuskan saya untuk membaca. Agar memiliki kebiasaan membaca saya perlu mempelajari materi tentang cara meningkatkan kebiasaan membaca dan segala materi yang berkaitan dengan kebiasaan membaca.
S
Keterangan TS TMP
28
15
5
38
4
6
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa aspek materi kebiasaan membaca memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Saya melakukan aktivitas membaca saat ada tugas kuliah yang mengharuskan saya untuk membaca”. Sebanyak 28 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 58,33%, sedangkan sebanyak 15 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 31,25%. Namun, masih ada 5 mahasiswa dengan persentase 10,41% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu “Agar memiliki kebiasaan membaca saya perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
mempelajari materi tentang cara meningkatkan kebiasaan membaca dan segala materi yang berkaitan dengan kebiasaan membaca”. Sebanyak 38 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 79,17%, sedangkan sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 8,33%. Namun masih ada 6 mahasiswa dengan persentase 12,5% yang tidak jelas sikapnya. Berdasarkan hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa menyatakan aktivitas membaca mereka lakukan ketika ada tugas kuliah. Hal ini mengindikasikan kebiasaan membaca belum dimiliki oleh mahasiswa. Maka dari itu, mahasiswa merasa perlu mempelajari materi tentang cara meningkatkan kebiasaan membaca dan segala materi yang berkaitan dengan kebiasaan membaca. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam indikator kedua sebanyak 38 mahasiswa dari jumlah total 48 mahasiswa.
4.2.4.12 Budaya Membaca Berkaitan dengan angket penelitian, ada enam indikator yang dapat mengukur budaya membaca yang dimiliki mahasiswa dan mengetahui seberapa penting materi budaya membaca untuk diketahui mahasiswa. Enam indikator tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.36 Indikator Materi Budaya Membaca No
Indikator
1
Apabila sehari saja tidak membaca, saya merasa ada yang kurang dalam hidup saya.
S 18
Keterangan TS TMP 16
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
No 2 3
4
5
6
Indikator Budaya membaca dapat terbentuk melalui minat, motivasi, dan kebiasaan. Saya ingin memiliki budaya baca dalam diri untuk mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya. Saya dapat mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya tanpa harus memiliki budaya baca. Saya ingin mengetahui berbagai materi tentang budaya baca agar dapat saya terapkan dalam diri. Dengan memiliki budaya baca, saya merasa sanggup menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat.
S
Keterangan TS TMP
45
2
1
44
2
2
15
25
8
43
4
1
43
2
3
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa materi kebiasaan membaca memiliki dua indikator, adapun setiap indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator pertama yaitu “Apabila sehari saja tidak membaca, saya merasa ada yang kurang dalam hidup saya”. Sebanyak 18 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 37,5%, sedangkan sebanyak 16 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 33,33%. Namun, masih ada 14 mahasiswa dengan persentase 29,17% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kedua yaitu “Budaya membaca dapat terbentuk melalui minat, motivasi, dan kebiasaan”. Sebanyak 45 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 93,75%, sedangkan sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17%. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Indikator ketiga adalah “Saya ingin memiliki budaya baca dalam diri untuk mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya”. Sebanyak 44 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 91,67%, sedangkan sebanyak 2 mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
memilih tidak setuju dengan persentase 4,17%. Namun, masih ada 2 mahasiswa dengan persentase 4,17% yang tidak jelas sikapnya. Selanjutnya, indikator keempat adalah “Saya dapat mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya tanpa harus memiliki budaya baca”. Sebanyak 15 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 31,25%, sedangkan sebanyak 25 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 52,08%. Namun, masih ada 8 mahasiswa dengan persentase 16,67% yang tidak jelas sikapnya. Kemudian, indikator kelima adalah “Saya ingin mengetahui berbagai materi tentang budaya baca agar dapat saya terapkan dalam diri”. Sebanyak 43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 89,58%, sedangkan sebanyak 4 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 8,33%. Namun, masih ada 1 mahasiswa dengan persentase 2,08% yang tidak jelas sikapnya. Indikator keenam adalah “Dengan memiliki budaya baca, saya merasa sanggup menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat”. Sebanyak 43 mahasiswa memilih setuju dengan persentase 89,58%, sedangkan sebanyak 2 mahasiswa memilih tidak setuju dengan persentase 4,17%. Namun masih ada 3 mahasiswa dengan persentase 6,25% yang tidak jelas sikapnya. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa belum adanya budaya baca dalam diri mahasiswa, hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam indikator pertama sejumlah 18 mahasiswa dari jumlah total 48 mahasiswa.
Sehingga,
mayoritas
mahasiswa
memiliki
keinginan
untuk
mempelajari berbagai materi tentang budaya baca agar dapat diterapkan dalam diri sehingga dapat mencapai prestasi kuliah yang setinggi-tingginya. Selain dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
itu, mahasiswa juga beranggapan bahwa dengan memiliki budaya baca dalam diri, mereka akan sanggup menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa yang memilih setuju dalam empat indikator sebanyak 145 mahasiswa dari total 192 mahasiswa dengan persentase 75,52%.
4.2.5 Analisis Data Wawancara Mahasiswa Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk mengkonfirmasi hasil data angket faktor kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang sebelumnya telah diperoleh peneliti. Selain itu, melalui wawancara peneliti akan mengetahui pula sejauh mana kebiasaan membaca dan budaya membaca yang sudah diterapkan dalam diri mahasiswa tersebut. Dari hasil wawancara inilah nantinya akan dijadikan salah satu pedoman peneliti dalam mengembangkan modul pembelajaran membaca pemahaman bagi mahasiswa PBSI. Wawancara dilakukan via telepon pada hari Kamis tanggal 29 April 2016 dan hari Senin tanggal 2 Mei 2016. Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan wawancara yaitu megetahui terlebih dahulu hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan hasil angket faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Dua hal tersebut sangat berkaitan dengan beberapa aspek yang akan ditanyakan dalam wawancara. Hal tersebut juga digunakan untuk menyeleksi jumlah mahasiswa yang akan diwawancarai. Mahasiswa yang memiliki hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang tinggi merupakan kategori mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
yang diwawancarai. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang memiliki nilai tes kemampuan membaca pemahaman tinggi dapat dikatakan memiliki pemahaman yang tinggi. Setelah diseleksi, maka dipilih 5 mahasiswa yang memiliki nilai tes tertinggi berkisar dari nilai 27 sampai dengan nilai 28 untuk diwawancarai. Pertanyaan dalam wawancara berkaitan dengan (1) minat baca yang dimiliki, (2) motivasi yang mendorong diri untuk membaca, (3) faktor internal dan eksternal yang dominan dalam memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, (4) budaya baca yang dimiliki, (5) modul pembelajaran membaca pemahaman, serta (6) kriteria buku yang dapat memicu minat baca. Pertama, mengenai aspek yang berkaitan dengan minat baca yang dimiliki agar mencapai prestasi yang baik.
Pertanyaan mengenai aspek ini menurut
beberapa mahasiswa yang peneliti wawancara menyatakan bahwa minat baca yang dimiliki mahasiswa tidak tinggi, masih dalam kategori cukup. Namun, dengan minat baca yang dalam taraf cukup ini beberapa mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta sudah memiliki prestasi yang cukup memuaskan. Hal ini dikarenakan seluruh mahasiswa yang diwawancara menyatakan bahwa minat membaca akan sangat kuat apabila ada tugas kuliah maupun ujian. Diluar dari itu minat membaca para mahasiswa setiap harinya tergantung pada suasana hati dan hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan yang menarik untuk dibaca. Dengan minat baca yang seperti ini, para mahasiswa menyatakan pula bahwa mereka terkadang mengalami kesulitan dalam mengerjakan ujian/ kuis yang tiba-tiba dilakukan oleh dosen karena belum ada persiapan belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
sebelumnya, sehingga mereka berkeinginan untuk meningkatkan minat membaca buku-buku perkuliahan/ilmu pengetahuan dalam keseharian. Kedua, mengenai aspek yang berkaitan dengan motivasi yang mendorong diri untuk membaca. Dalam hal ini mahasiswa telah memiliki motivasi cukup kuat yang dapat mendorong diri untuk melakukan aktivitas membaca. Para mahasiswa menyatakan bahwa motivasi terbesar yang dapat mendorong diri untuk membaca ialah agar mengetahui dan menambah berbagai informasi serta ilmu pengetahuan dan agar mendapat nilai baik dalam ujian. Ketiga, mengenai aspek yang berkaitan dengan faktor internal dan faktor eksternal dominan yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Dalam pertanyaan ketiga ini, para mahasiswa menyatakan bahwa faktor yang sangat dominan dalam memengaruhi kemampuan mereka untuk memahami isi bacaan adalah faktor internal. Faktor internal disini menyangkut kondisi emosi, suasana hati, motivasi, dan ketertarikan terhadap bacaan. Faktorfator tersebut dirasa belum mampu mereka atasi dengan baik. Misalnya ketika mahasiswa sedang merasa sedih atau marah maka akan mempersulit mereka dalam memahami isi suatu bacaan. Adapun, untuk hal yang berkaitan dengan faktor eksternal, mahasiswa cenderung mampu untuk mengatasinya dibandingkan dengan faktor internal yang ada dalam diri mahasiswa. Keempat, mengenai budaya baca yang dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kegiatan membaca belum menjadi budaya di kalangan mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Hal ini dikarenakan pengaruh faktor internal dan eksternal pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
Mereka hanya akan melakukan kegiatan membaca agar dapat mengerjakan ujian/tugas kuliah saja. Selain itu mereka juga hanya akan membaca buku-buku hiburan yang menarik perhatian dan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya ketika sedang ingin sekali membaca para mahasiswa ini akan melakukan aktivitas membaca dengan penuh semangat. Jika apa yang dibaca sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan isi bacaan yang diulas menarik, pasti mahasiswa akan membacanya. Begitupun sebaliknya, ketika bacaan dirasa tidak menarik dan tidak sesuai dengan kebutuhan maka mahasiswa tidak akan melakukan kegiatan membaca. Terkecuali apabila akan ada ujian/tugas kuliah yang memaksa mereka untuk membaca meski jenis bacaan tersebut tidak menarik bagi mahasiswa. Selain halhal yang telah dikemukakan tersebut, para mahasiswa juga menyatakan bahwa aktivitas membaca belum dapat menjadi budaya dalam diri karena minimnya waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan membaca. Waktu para mahasiswa telah banyak tersita dengan kegiatan kuliah dan berbagai organisasi yang diikuti. Kelima, mengenai aspek yang berkaitan dengan modul pembelajaran membaca pemahaman. Para mahasiswa menyatakan bahwa dalam mata kuliah membaca belum ada modul khusus membaca pemahaman yang diberikan dosen, adanya hanya modul membaca yang di dalamnya terdapat berbagai jenis materi membaca. Di dalam modul membaca yang diberikan dosen tersebut materi membaca pemahaman juga hanya terbatas. Karena jumlah mahasiswa yang tidak sebanding dengan kapasitas kelas, maka dalam mata kuliah membaca terbagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
beberapa kelas dan dosen yang berbeda. Sehingga ada pula mahasiswa yang menyatakan bahwa tidak ada modul khusus membaca pemahaman yang diberikan dosen. Adanya buku rekomendasi dosen untuk menjadi pedoman pembelajaran membaca, yakni buku membaca yang ditulis oleh Tarigan. Keenam, mengenai aspek yang berkaitan dengan kriteria buku yang dapat memicu minat baca mahasiswa. Para mahasiswa menyatakan bahwa buku pembelajaran yang berwarna, bergambar, memiliki judul dan sampul yang menarik merupakan kriteria buku yang dapat memicu minat membaca mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa minat dan motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa cukup tinggi. Faktor yang dominan dalam memengaruhi kemampuan mahasiswa dalam memahami isi bacaan yaitu faktor internal, yakni faktor yang berasal dalam diri mahasiswa itu sendiri. Untuk budaya baca, mahasiswa belum menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Adapun, untuk modul pembelajaran membaca pemahaman, belum ada modul khusus membaca pemahaman yang pernah digunakan mahasiswa. Kemudian buku yang berwarna, bergambar, dan memiliki judul dan sampul yang menarik merupakan kriteria buku yang dapat memicu minat baca mahasiswa.
4.2.6 Analisis Data Validasi Produk dan Revisi Produk Modul pembelajaran membaca pemahaman yang telah dikembangkan kemudian diserahkan kepada dosen ahli untuk di validasi. Validasi dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
untuk mengetahui seberapa baik dan layak produk yang dikembangkan untuk digunakan. Hasil validasi kemudian dianalisis menggunakan pedoman penyekoran skala lima menurut Sukardjo (2008:101) sebagai berikut. Tabel. 4.37 Konversi Nilai Skala Lima untuk Validasi Modul Interval Skala X > + 1,80 SBi + 0,60 SBi < X ≤ + 1,80SBi - 0,60SBi < X ≤ + 0,60SBi - 1,80SBi < X ≤ - 0,60 SBi X≤ - 1,80 SBi
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Keterangan: Rerata Ideal
: (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Simpangan Baku Ideal
: (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
X
: Skor aktual Berdasarkan rumusan konversi di atas, perhitungan data-data kuantitatif
dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini ditetapkan dengan konversi sebagai berikut: Diketahui: Skor maksimal ideal
:5
Skor minimal ideal
:1
Rerata Ideal
: (5+1) = 3
Simpangan Baku Ideal (SBi)
: (5-1) = 0,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
Dinyatakan: Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurangan baik, dan sangat kurang baik. Jawaban: Kategori sangat baik
=X>
+ 1,80SBi
= X > 3 + (1,80 . 0,67) = X > 3 + (1,21) = X > 4,21 Kategori baik
=
+ 0,60Sbi < X ≤
+ 1,80SBi
= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67) = 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21) = 3,40 < X ≤ 4,21 Kategori cukup baik
=
- 0,60SBi < X ≤
+ 0,60SBi
= 3 – (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67) = 3 – (0,40) < X ≤ 3 + (0,40) = 2,60 < X ≤ 3,40 Kategori kurang baik
=
- 1,80SBi < X ≤
- 0,60 SBi
= 3 – (1,80 . 0,67) < X ≤ 3 – (0,60 . 0,67) = 3 – (1,20) < X ≤ 3 - (0,40) = 1,80 < X ≤ 2,60 Kategori sangat kurang baik = X ≤
- 1,80 SBi
= X ≤ 3 – (1,80 . 0,67) = X ≤ 3 – (1,21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
= X ≤ 1,79 Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala lima sebagai berikut. Tabel 4.38 Kriteria Skor Skala Lima untuk Validasi Modul Interval Skor X > 4,21 3,40 < X 2,60 < X ≤ 3,40 1,80 < X ≤ 2,60 X ≤ 1,79
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
4.2.6.1 Analisis Data Validasi Dosen Ahli Dosen ahli yang menjadi validator dalam penelitian ini adalah Dr. Y. Karmin, M.Pd., dosen dari Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Produk yang telah dikembangkan oleh penulis melalui validasi dosen ahli sebanyak dua kali. Validasi pertama dilakukan pada tanggal 17 Mei 2016.
Adapun, aspek yang dinilai dalam modul
pembelajaran adalah (1) kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan sasaran pembelajaran, (2) kesesuaian materi pembelajaran dalam modul dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (3) kemenarikan dan kesesuaian materi dalam modul dengan kebutuhan mahasiswa, (4) kemampuan materi pembelajaran dalam menunjang keterampilan membaca pemahaman mahasiswa, (5) kelengkapan, kedalaman dan kejelasan materi dalam modul, (6) kesesuaian isi dengan judul atau subjudul dalam modul, (7) kejelasan petunjuk dalam modul, (8) kesistematisan penyajian setiap komponen dalam modul pembelajaran, (9) kesesuaian evaluasi dengan materi dan kompetensi dasar, (10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
kesesuaian evaluasi dengan tingkat kognitif mahasiswa, (11) keefektifan contohcontoh yang disajikan, (12) keterpahaman penggunaan bahasa dalam modul sesuai dengan perkembangan kognitif mahasiswa, (13) keefektifan kalimat yang digunakan dalam modul, (14) kesesuaian penggunaan tanda baca dan kalimat dalam modul dengan EYD, (15) kesesuaian dan ketepatan pemilihan gambar/foto dengan materi dan komponen tiap modul, (16) keefektifan materi dalam modul untuk diaplikasikan dalam proses membaca pemahaman, dan (17) keefektifan modul dalam mendukung pembelajaran membaca pemahaman. Berdasarkan hasil validasi pertama, kualitas modul pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,6 dengan kategori “Baik”. Validator memberikan saran dan komentar bahwa petunjuk dalam modul kurang jelas, rumusan soal jangan terlalu panjang, terdapat beberapa kalimat yang kurang efektif, serta terdapat penggunaan tanda baca dalam modul yang harus diperbaiki. Dengan masih cukup banyak kekurangan dalam modul pembelajaran yang dikembangkan, validator memberikan kesimpulan bahwa modul pembelajaran dinyatakan layak untuk digunakan/ uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran dari validator. Berikut ini diagram hasil validasi penilaian pertama kualitas modul pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
Hasil Validasi Pertama 5 4 3 2 1 0 Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7 Aspek 8 Aspek 9 Aspek 10 Aspek 11 Aspek 12 Aspek 13 Aspek 14 Aspek 15 Aspek 16 Aspek 17
Hasil Validasi 1
Diagram 4.2 Hasil Validasi Pertama.
Validasi kedua dilakukan pada tanggal 19 Mei 2016. Adapun aspek yang dinilai sama dalam validasi pertama, yakni terdapat 17 aspek yang telah dijabarkan sebelumnya. Skor rata-rata yang didapat dalam validasi kedua adalah 3,8 dengan kategori “Baik”. Dari hasil tersebut terlihat adanya peningkatan skor penilaian dalam validasi kedua yang diberikan oleh dosen ahli. Hal ini karena seluruh kekurangan dalam modul pembelajaran yang berkaitan dengan petunjuk dalam modul, rumusan soal, kalimat yang kurang efektif, serta penggunaan tanda baca dalam modul telah disempurnakan sesuai saran dan komentar dari validator. Sehingga dalam validasi kedua validator menyatakan bahwa modul pembelajaran telah layak digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi. Adapun rekapitulasi hasil validasi kedua dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
Hasil Validasi Kedua 5 4 3 2 1
Hasil Validasi 2 Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Aspek 7 Aspek 8 Aspek 9 Aspek 10 Aspek 11 Aspek 12 Aspek 13 Aspek 14 Aspek 15 Aspek 16 Aspek 17
0
Diagram 4.3 Hasil Validasi Kedua
4.2.6.2 Revisi Produk Berdasarkan Validasi Dosen Ahli Revisi produk dilakukan sesuai dengan instrumen yang telah diisi oleh dosen ahli. Peneliti merevisi berdasarkan saran dosen ahli sebagai validator yang mencakup pedoman dalam modul yang kurang jelas, rumusan soal latihan yang terlalu panjang, terdapat beberapa kalimat yang kurang efektif, serta terdapat penggunaan tanda baca dalam modul yang harus diperbaiki. Adapun, gambaran dari hasil revisi produk yang telah dilakukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
Perubahan Pedoman Menggunakan Modul
Gambar 4.1a Pedoman Menggunakan Modul yang Belum Diubah
Gambar 4.1b Perubahan Pedoman Menggunakan Modul
Perubahan Rumusan Soal Latihan
Gambar 4.2a Rumusan Soal Latihan yang Belum Diubah
Gambar 4.2b Perubahan Rumusan Soal Latihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
Perubahan Kalimat serta Penggunaan Tanda Baca
Gambar 4.3a Kalimat dan Penggunaan Tanda Baca Belum Diubah
Gambar 4.3b Perubahan Kalimat dan Penggunaan Tanda Baca
4.2.6.3 Analisis Data Uji Coba Lapangan Setelah produk penelitian yang berupa modul pembelajaran membaca pemahaman dinilai oleh validator dan dilakukan revisi sesuai saran, maka langkah selanjutnya yaitu uji coba lapangan/uji coba produk. Kegiatan uji coba dilakukan dengan membagikan modul kepada 5 mahasiswa dan mendeskripsikan isi modul di hadapan para mahasiswa pada hari Jumat, tanggal 20 Mei 2016. Hal ini dilakukan untuk membantu pemahaman awal mahasiswa tentang modul pembelajaran yang dibagikan. Setelah itu peneliti memberikan kuesioner penilaian modul kepada 5 mahasiswa tersebut untuk diisi di kos atau rumah para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
mahasiswa. Kuesioer tersebut kemudian dikumpulkan pada hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2016. Adapun, beberapa aspek yang dinilai antara lain (1) kemenarikan modul pembelajaran, (2) kemudahan teks dalam modul pembelajaran untuk dibaca, (3) kejelasan penggunaan huruf dan kombinasi warna dalam modul pembelajaran , (4) kemenarikan tampilan warna modul pembelajaran, (5) kemudahan petunjuk dalam modul pembelajaran untuk dipahami, (6) ketertaikan minat membaca modul berdasarkan gambar dan warna dalam modul pembelajaran, (7) keterpahaman bahasa yang digunakan dalam modul, (8) keterpahaman materi dalam modul, (9) kemandirian dalam penggunaan modul, dan (10) rasa senang menggunakan modul pembelajaran. Berdasarkan kuesioner yang sudah diisi oleh para mahasiswa, produk pengembangan mendapatkan skor tara-rata 3,9 yang masuk dalam kategori “Baik” dengan alasan bahwa materi dalam modul mudah dipahami, modulnya menarik, evaluasi dalam modul dapat meningkatkan pemahaman materi, serta penggunaan huruf, gambar, dan kombinasi warna dapat menarik minat membaca mahasiswa. Hasil penilaian kuesioner yang telah diisi 5 mahasiswa PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.39 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan No
Aspek yang Dinilai
1 2
Kemenarikan modul pembelajaran. Kemudahan teks dalam modul pembelajaran untuk dibaca. Kejelasan penggunaan huruf dan kombinasi warna dalam modul pembelajaran. Kemenarikan tampilan warna modul
3 4
1 0
2 0
Skor 3 4 1 4
5 0
0
0
1
4
0
0
0
0
3
2
0
0
3
2
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
No 5 6
7 8 9 10
Aspek yang Dinilai pembelajaran. Kemudahan petunjuk dalam modul pembelajaran untuk dipahami. Ketertaikan minat membaca modul berdasarkan gambar dan warna dalam modul pembelajaran. Keterpahaman bahasa yang digunakan dalam modul. Keterpahaman materi dalam modul. Kemandirian dalam penggunaan modul. Rasa senang menggunakan modul.pembelajaran. Jumlah Jumlah x skor Jumlah total Rerata Keterangan
1
2
Skor 3 4
5
0
0
1
4
0
0
0
1
3
1
0
0
1
4
0
0 0
0 0
0 1
5 4
0 0
0
0
0
4
1
0 0
0 0
9 37 27 148 195 3,9 Baik
4 20
4.3 Pembahasan Selaras dengan rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam bagian pembahasan akan diketengahkan tentang (1) faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, (2) tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, dan (3) pengembangan modul pembelajaran
membaca pemahaman. Ketiga hal tersebut diuraikan sebagai
berikut.
4.3.1 Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa diketahui dengan cara pembagian angket kepada 48 mahasiswa untuk diisi berdasarkan pendapat pribadi. Angket ini berjumlah 100 pernyataan yang terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
dari faktor internal yang di dalamnya terdapat 8 faktor dan faktor eksternal pembaca yang di dalamnya terdapat 6 faktor. Melalui hasil angket inilah peneliti mendapatkan beberapa pernyataan positif yang dapat mendukung kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dan pernyataan negatif yang dapat menghambat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Berdasarkan angket faktor membaca yang telah diisi oleh seluruh mahasiswa, diketahui bahwa faktor kemampuan membaca pemahaman mahasiswa masuk dalam kategori tinggi dengan persentase 79,48%. Hasil angket faktor kemampuan membaca pemahaman dapat dikategorikan tinggi karena motivasi membaca yang dimiliki mahasiswa tinggi. Hal ini dapat dibuktikan selama perkuliahan, mahasiswa ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Selain itu, mahasiswa juga selalu berusaha menyelesaikan tugas membaca yang diberikan dosen tepat waktu. Sikap dan minat yang dimiliki mahasiswapun cukup
tinggi. Hal ini dapat dibuktikan ketika ada masalah,
mahasiswa akan langsung mencari jawaban atas suatu masalah tersebut melalui membaca. Tidak hanya itu, mahasiswa juga selalu ingin membaca kembali bacaan yang pernah dibaca untuk menyegarkan ingatan. Kondisi emosi juga menjadi faktor membaca yang baik bagi mahasiswa. Hal ini dapat dibuktikan ketika mahasiswa merasa puas jika dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dosen secara maksimal. Kemudian faktor cara membaca mahasiswa juga menjadi faktor membaca yang baik bagi mahasiswa. Hal ini terlihat dari cara mahasiswa dalam memahami isi bacaan dengan merumuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
menggunakan bahasa sendiri. Tidak hanya itu, mahasiswa juga menggunakan teknik membaca dalam membantu mempermudah memahami isi bacaan. Pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya juga menjadi faktor membaca yang baik bagi mahasiswa. Ketika membaca, pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya sangat membantu mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Hasil angket dan wawancara juga menunjukkan bahwa faktor ketertarikan terhadap bacaan menjadi faktor dominan dalam memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Mahasiswa akan membaca bacaan ketika bacaan itu menarik. Hal ini dibuktikan dengan ketika ada teman yang memiliki buku baru dan isinya menarik, mahasiswa tersebut ingin membacanya. Faktor suasana lingkungan dan waktupun ikut memengaruhi hasil angket faktor membaca yang tinggi. Hal ini terlihat saat mahasiswa memiliki masalah yang perlu diselesaikan, mereka akan pergi ke perpustakaan untuk membaca guna menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian, adanya kesadaran dalam diri mahasiswa bahwa rajin dan tekun dalam membaca pasti akan dapat memahami isi bacaan ketimbang hanya mengandalkan tingkat intelegensi saja menjadi hal positif yang dimiliki mahasiswa. Selain pernyataan positif yang telah dijabarkan di atas, dari angket peneliti mendapatkan pula beberapa faktor membaca berkategori negatif yang dirasa dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Berikut akan dijelaskan pernyataan yang mencerminkan sikap negatif mahasiswa. Pertama, berdasarkan hasil angket dan wawancara diketahui bahwa dorongan membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
mahasiswa yang paling kuat yakni ketika akan menempuh ujian saja. Kedua, mahasiswa belum memiliki kebiasaan membaca, hal ini terlihat dari belum adanya jadwal teratur yang dibuat mahasiswa untuk membaca setiap hari. Ketiga, cara membaca mahasiswa dalam memahami isi bacaan terkadang hanya dengan mengingat-ingat isinya saja. Keempat, faktor teks yang terlalu panjang, terlalu banyak kata-kata asing, dan struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Kelima, telivisi dan gadget lebih menarik perhatian mahasiswa ketimbang aktivitas membaca, sehingga mereka rela meninggalkan kegiatan membaca terlebih dahulu untuk menonton televisi dan bermain gadget.
4.3.2 Tingkat Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa Tes kemampuan membaca pemahaman bertujuan untuk mengetahui tingkat kognitif para mahasiswa dalam memahami isi bacaan. Tes kemampuan membaca pemahaman ini terdiri atas 40 soal pilihan ganda yang dikerjakan oleh 48 mahasiswa. 40 soal tersebut terdiri dari 7 aspek kemampuan membaca pemahaman, yakni (1) menangkap arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menganalisis bacaan, (5) menarik kesimpulan isi bacaan, (6) memprediksi maksud penulis, dan (7) mengevaluasi bacaan. Dari hasil tes kemampuan membaca pemahaman, para responden yakni mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta masuk dalam kategori cukup. Hal tersebut tampak dari nilai rata-rata tes para responden yang berjumlah 22,52, padahal untuk mencapai kategori yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
baik atau tinggi, rata-rata responden harus berada pada kisaran nilai 30 hingga 40. Hasil ini dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan mahasiswa dalam aspek menangkap makna tersurat dan menangkap makna tersirat. Hal ini terlihat dari hasil jawaban salah dari kedua aspek tersebut lebih besar ketimbang hasil jawaban benar. Hanya terdapat 39,77% mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar soal aspek menangkap makna tersirat dan tersurat. Hal ini berarti sekitar 60,23% mahasiswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Meskipun demikian, mahasiswa memiliki kelebihan dalam kemampuan menangkap arti kata/istilah, kemampuan menganalisis bacaan, kemampuan menarik kesimpulan, kemampuan memprediksi maksud penulis dan kemampuan mengevaluasi bacaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban benar yang lebih banyak ketimbang hasil jawaban salah dalam setiap aspek kemampuan tersebut, meskipun hasilnya antara jawaban benar dan jawaban salah tidak terdapat jarak yang terlalu signifikan. Hasil ini menyiratkan adanya ketidaksesuaian antara hasil faktor kemampuan membaca pemahaman yang telah dijabarkan sebelumnya dengan hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Ketidaksesuaian ini didasari oleh beberapa hal yang melatar belakanginya. Pertama, tidak adanya kebiasaan membaca yang dimiliki oleh mahasiswa. Hal ini terlihat dari kebiasaan mahasiswa tidak mengatur jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Kedua, motivasi terbesar dalam mendorong aktivitas membaca mahasiswa hanya ketika akan menempuh ujian saja. Ketiga, kondisi emosi mahasiswa yang menyebabkan mereka hanya melakukan kegiatan membaca sesuai dengan suasana hati yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
dirasakan saja. Keempat, telivisi dan gadget lebih menarik perhatian mahasiswa ketimbang aktivitas membaca, sehingga mereka rela meninggalkan kegiatan membaca terlebih dahulu untuk menonton televisi dan bermain gadget. Beberapa faktor kemampuan membaca pemahaman tersebutlah yang sangat dominan dalam memengaruhi tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Padahal untuk membentuk sebuah budaya baca hal yang perlu dimiliki adalah kemampuan membaca, salah satunya kemampuan membaca pemahaman. Hal ini merujuk dari pendapat Fuad (dalam Sutarno, 2003: 20) yang menyatakan bahwa pendorong bagi bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca, dan pendorong bagi berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca akan terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, dan memadai baik dari jenis, jumlah, maupun mutunya. Sehingga guna penunjang ketersediaan bahan bacaan yang baik, menarik, dan memadai dalam membentuk budaya baca diperlukan modul pembelajaran membaca pemahaman.
4.3.3
Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman Modul pembelajaran membaca pemahaman dikembangkan berdasarkan
hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa tinggi dengan persentase 79,54%. Adapun, faktor yang paling dominan dalam memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yaitu faktor internal yang berkaitan dengan motivasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
minat dan sikap dalam pribadi mahasiswa itu sendiri. Sedangkan, faktor eksternal tidak menjadi faktor yang dominan dalam memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, karena mahasiswa merasa dapat mengatasi faktor eksternal apabila motivasi, minat, dan sikap yang dimiliki responden dalam membaca tinggi. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa menunjukkan hasil yang berkategori cukup. Hal tersebut dilihat dari ketujuh aspek kemampuan membaca pemahaman yang terdiri dari (1) menangkap arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menganalisis bacaan, (5) menarik kesimpulan isi bacaan, (6) memprediksi maksud penulis, dan (7) mengevaluasi bacaan. Dari ketujuh aspek tersebut, mahasiswa lemah dalam aspek menangkap makna tersirat dan tersurat. Kedua aspek tersebut berpengaruh besar dalam hasil nilai tes para mahasiswa. Akan tetapi, para mahasiswa telah menunjukkan hasil yang positif pada aspek menangkap arti kata/istilah, menganalisis bacaan, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Hasil ini menunjukkan bahwa dua kemampuan mahasiswa yang masih rendah yakni kemampuan menangkap makna tersirat dan menangkap makna tersurat harus diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman para mahasiswa secara maksimal. Hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman berkategori tinggi dengan persentase 84,54% dan cukup variatif. Para mahasiswa menyatakan ingin mempelajari 11 pilihan materi pokok yang terdiri dari materi definisi membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman, proses membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
pemahaman, prinsip membaca pemahaman, teknik membaca pemahaman, jenisjenis membaca pemahaman, faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, strategi pembelajaran membaca pemahaman, minat membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca yang diajukan oleh peneliti. Hal ini dapat dilihat dalam hasil angket, bahwa setiap materi tersebut ingin dipelajari para mahasiswa dengan persentase 60% ke atas. Hasil tersebut menyiratkan keinginan mahasiswa dalam mempelajari materi membaca pemahaman tinggi, sehingga ini perlu direalisasikan dalam sebuah modul pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini diperkuat dengan pernyataan mahasiswa dalam hasil wawancara bahwa belum adanya buku teks yang khusus mengulas tentang materi membaca pemahaman untuk mereka pelajari. Mereka menyatakan bahwa buku-buku yang mereka jumpai maupun mereka miliki hanya mengulas sedikit saja materi tentang membaca pemahaman. Berdasarkan ketiga hasil analisis di atas, fokus pengembangan materi pembelajaran membaca pemahaman adalah sebagai berikut: 1. Faktor
yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman
sudah
berkategori tinggi dengan persentase 79,54%, maka materi pembelajaran membaca pemahaman tidak perlu lagi memfokuskan diri pada faktor. 2. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman tergolong cukup, maka materi pembelajaran membaca pemahaman masih harus memfokuskan pada aspekaspek kemampuan membaca pemahaman, terutama pada aspek yang masih kurang dimiliki mahasiswa, yaitu kemampuan menangkap makna tersirat, dan kemampuan menangkap makna tersurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
3. Hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman berkategori tinggi, maka pengembangan materi perlu fokus pada berbagai materi yang dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut. Berhubung materi pembelajaran membaca pemahaman disusun dalam bentuk modul, padahal pembuatan modul memiliki ketentuan-ketentuan tertentu, maka disamping memperhatikan hasil analisis data, dalam penyajian modul peneliti juga memperhatikan ketentuan-ketentuan yang biasa dipakai dalam penulisan modul sebagai berikut: 1. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok yang dibutuhkan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan. Dari materi pokok tersebut kemudian peneliti mengembangkan kembali beberapa materi penunjang materi pokok. Hal ini dilakukan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar yang lebih luas dan mendalam. Adapun, keseluruhan materi yang peneliti kembangkan dalam modul pembelajaran terdiri dari materi 1) definisi membaca pemahaman, 2) tujuan membaca pemahaman, 3) skemata dalam proses memahami bacaan, 4) proses membaca pemahaman, 5) prinsip membaca pemahaman, 6) teknik membaca pemahaman, 7) jenis membaca pemahaman, 8) faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, 9) berbagai strategi pembelajaran membaca pemahaman yang terdiri dari strategi DRTA, PORPE, PQ4R, CALLA, SQ3R, PQRST, KWL, dan MURDER, 10) upaya peningkatan kemampuan membaca pemahaman, 11) pengertian kebiasaan membaca, 12) membentuk kebiasaan membaca efisien, 13) budaya baca, dan 14) kondisi budaya baca di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
2. Membagi materi dalam unit-unit pembelajaran dalam modul pembelajaran. 3. Menguraikan materi yang akan dijabarkan dan menyesuaikan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam setiap unit/bab. 4. Menyertakan rangkuman materi di akhir setiap bab. 5. Menyertakan beberapa tugas dan latihan di akhir setiap bab untuk membantu mempermudah pemahaman isi buku serta untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa terkait materi yang telah dipelajari. Setelah materi beserta semua aspek dalam modul pembelajaran yang terdiri dari sampul modul, kata pengantar, daftar isi, dan daftar pustaka selesai dikembangkan dan disusun, maka modul akan diproduksi dalam bentuk buku teks. Setelah modul dicetak dalam bentuk buku teks, maka peneliti melakukan validasi modul. Validasi dilakukan oleh dosen ahli terhadap aspek desain, tampilan, materi, dan penggunaan bahasa dalam modul pembelajaran. Hasil validasi menyatakan bahwa, modul pembelajaran mendapat penilaian dengan skor ratarata 3,8 dengan katerogi “Baik” dan layak digunakan/uji coba lapangan. Setelah modul dikatakan layak digunakan/uji coba lapangan selanjutnya peneliti melakukan uji coba lapangan. Uji coba dilakukan kepada 5 mahasiswa PBSI semester VI kelas G dan H Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Hasil uji coba menyatakan bahwa, modul pembelajaran mendapatkan penilaian terhadap aspek desain, tampilan, materi, dan penggunaan bahasa dalam modul pembelajaran dengan skor rata-rata 3,9 dengan kategori “Baik” serta bagus digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Selain itu, mahasiswa juga menyatakan bahwa modul pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
yang telah dikembangkan dapat menarik minat membaca para mahasiswa. Sebelum menjadi produk akhir yang dinilai “Baik” oleh para validator, modul ini telah melewati beberapa revisi sesuai saran para validator dikarenakan terdapat beberapa bagian yang belum sempurna
4.4 Prosedur Pengembangan Modul Pembelajaran Modul pembelajaran membaca pemahaman dikembangkan berdasarkan enam tahap pengembangan yang meliputi: 1) analisis kebutuhan, 2) memilih dan mengembangkan materi, 3) produksi modul pembelajaran, 4) validasi dosen ahli, 5) revisi, dan 6) uji coba lapangan. Keenam langkah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1.
Analisis Kebutuhan Langkah awal yang dilakukan dalam mengembangkan modul yakni
dengan melakukan analisis kebutuhan. Hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa, faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa berkategori tinggi dengan persentase 79,48%. Adapun, faktor yang paling dominan dalam memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yaitu faktor internal yang berkaitan dengan motivasi, minat dan sikap dalam pribadi mahasiswa itu sendiri. Sedangkan, faktor eksternal tidak menjadi faktor yang
dominan
dalam
memengaruhi
kemampuan
membaca
pemahaman
mahasiswa, karena mahasiswa merasa dapat mengatasi faktor eksternal apabila motivasi, minat, dan sikap yang dimiliki mahasiswa dalam membaca tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
Hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa menunjukkan hasil yang berkategori cukup dengan nilai rata-rata 22,52. Hal tersebut dilihat dari ketujuh aspek kemampuan membaca pemahaman yang terdiri dari (1) menangkap arti kata/istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menganalisis bacaan, (5) menarik kesimpulan isi bacaan, (6) memprediksi maksud penulis, dan (7) mengevaluasi bacaan. Dari ketujuh aspek tersebut, mahasiswa lemah dalam aspek menangkap makna tersirat dan tersurat. Kedua aspek tersebut berpengaruh besar dalam hasil nilai tes para mahasiswa. Akan tetapi, para mahasiswa telah menunjukkan hasil yang positif pada aspek menangkap arti kata/ istilah, menganalisis bacaan, menarik kesimpulan isi bacaan, memprediksi maksud penulis, dan mengevaluasi bacaan. Hasil ini menunjukkan bahwa, dua kemampuan mahasiswa yang masih rendah yakni kemampuan menangkap makna tersirat dan menangkap makna tersurat harus diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman para mahasiswa secara maksimal. Hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman berkategori tinggi dengan persentase 84,54% dan cukup variatif. Para mahasiswa menyatakan ingin mempelajari 11 pilihan materi pokok yang terdiri dari materi definisi membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman, proses membaca pemahaman, prinsip membaca pemahaman, teknik membaca pemahaman, jenisjenis membaca pemahaman, faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, strategi pembelajaran membaca pemahaman, minat membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca yang diajukan oleh peneliti. Hal ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
dilihat dalam hasil angket, bahwa setiap materi tersebut ingin dipelajari para mahasiswa dengan persentase 60% ke atas. Hasil tersebut menyiratkan keinginan mahasiswa dalam mempelajari materi membaca pemahaman tinggi, sehingga ini perlu direalisasikan dalam sebuah modul pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini diperkuat dengan pernyataan mahasiswa dalam hasil wawancara bahwa belum adanya buku teks yang khusus mengulas tentang materi membaca pemahaman untuk mereka pelajari. Mereka menyatakan bahwa, buku-buku yang mereka jumpai maupun mereka miliki hanya mengulas sedikit saja materi tentang membaca pemahaman.
2. Pemilihan dan Pengembangan Materi Berdasarkan ketiga hasil analisis di atas, fokus pengembangan materi pembelajaran membaca pemahaman adalah sebagai berikut: 1. Hasil faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman sudah berkategori tinggi dengan persentase 79,48%, maka materi pembelajaran membaca pemahaman tidak perlu lagi memfokuskan diri pada faktor, 2. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman tergolong cukup, maka materi pembelajaran membaca pemahaman masih harus memfokuskan pada aspekaspek kemampuan membaca pemahaman, terutama pada aspek yang masih kurang dimiliki mahasiswa, yaitu kemampuan menangkap makna tersirat, dan kemampuan menangkap makna tersurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
3. Hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman berkategori tinggi, maka pengembangan materi perlu fokus pada berbagai materi yang dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut. Berhubung materi pembelajaran membaca pemahaman disusun dalam bentuk modul, padahal pembuatan modul memiliki ketentuan-ketentuan tertentu, maka disamping memperhatikan hasil analisis data, dalam penyajian modul peneliti juga memperhatikan ketentuan-ketentuan yang biasa dipakai dalam penulisan modul sebagai berikut. 1. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok yang dibutuhkan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan. Dari materi pokok tersebut kemudian peneliti mengembangkan kembali beberapa materi penunjang materi pokok. Hal ini dilakukan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar yang lebih luas dan mendalam. Adapun, keseluruhan materi yang peneliti kembangkan dalam modul pembelajaran terdiri dari materi 1) definisi membaca pemahaman, 2) tujuan membaca pemahaman, 3) skemata dalam proses memahami bacaan, 4) proses membaca pemahaman, 5) prinsip membaca pemahaman, 6) teknik membaca pemahaman, 7) jenis membaca pemahaman, 8) faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, 9) berbagai strategi pembelajaran membaca pemahaman yang terdiri dari strategi DRTA, PORPE, PQ4R, CALLA, SQ3R, PQRST, KWL, dan MURDER, 10) upaya peningkatan kemampuan membaca pemahaman, 11) pengertian kebiasaan membaca, 12) membentuk kebiasaan membaca efisien, 13) budaya baca, dan 14) kondisi budaya baca di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
2. Membagi materi dalam unit-unit pembelajaran dalam modul pembelajaran. 3. Menguraikan materi yang akan dijabarkan dan menyesuaikan dengan KD dan Indikator yang ingin dicapai dalam setiap unit/bab. 4. Menyertakan rangkuman materi di akhir setiap bab. 5. Menyertakan beberapa tugas dan latihan di akhir setiap bab untuk membantu mempermudah pemahaman isi buku, serta untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa terkait materi yang telah dipelajari.
3. Produksi Modul Tahap produksi dilakukan dengan mendesain sampul depan dan belakang modul, 2) penyusunan kata pengantar dalam modul, 3) menyertakan pedoman penggunaan modul, 4) inventarisasi materi yang telah dikembangkan, 5) menguraikan daftar pustaka, dan 5) mencetak modul pembelajaran dalam bentuk buku teks.
4. Validasi Dosen Ahli Setelah modul dicetak dalam bentuk buku teks, maka peneliti melakukan validasi modul. Berdasarkan hasil validasi pertama, kualitas modul pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,6 dengan kategori “Baik”. Validator memberikan saran dan komentar bahwa petunjuk dalam modul kurang jelas, rumusan soal jangan terlalu panjang, terdapat beberapa kalimat yang kurang efektif, serta terdapat penggunaan tanda baca dalam modul yang harus diperbaiki. Dengan masih cukup banyak kekurangan dalam modul pembelajaran yang dikembangkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
validator memberikan kesimpulan bahwa modul pembelajaran dinyatakan layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran dari validator. Sehingga berdasarkan hasil penilaian tersebut, peneliti melakukan revisi sesuai saran validator.
5. Revisi Revisi produk dilakukan sesuai dengan instrumen yang telah diisi oleh dosen ahli. Peneliti merevisi berdasarkan saran dosen ahli sebagai validator yang mencakup: pedoman dalam modul yang kurang jelas, rumusan soal latihan yang terlalu panjang, terdapat beberapa kalimat yang kurang efektif, serta terdapat penggunaan tanda baca dalam modul yang harus diperbaiki. Setelah melakukan revisi, modul kembali divalidasi oleh dosen ahli. Hasil validasi kedua menunjukkan bahwa skor rata-rata yang didapat adalah 3,8 dengan kategori “Baik”. Dari hasil tersebut terlihat adanya peningkatan skor penilaian dalam validasi kedua yang diberikan oleh dosen ahli. Hal ini karena seluruh kekurangan dalam modul pembelajaran yang berkaitan dengan petunjuk dalam modul, rumusan soal, kalimat yang kurang efektif, serta penggunaan tanda baca dalam modul telah disempurnakan sesuai saran dan komentar dari validator. Sehingga dalam validasi kedua validator menyatakan bahwa modul pembelajaran telah layak digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
6. Uji Coba Lapangan Uji coba dilakukan kepada 5 mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Hasil uji coba menyatakan bahwa modul pembelajaran mendapatkan penilaian terhadap aspek desain, tampilan, materi, dan penggunaan bahasa dalam modul pembelajaran dengan skor rata-rata 3,9 dengan kategori “Baik” digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Selain itu, mahasiswa
juga
menyatakan
bahwa
modul
pembelajaran
dikembangkan dapat menarik minat membaca para mahasiswa.
yang
telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, hasil angket faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dinyatakan tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan persentase dari hasil klasifikasi tiap indikator sebesar 79,48% yang masuk dalam kategori tinggi. Angket faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dikategorikan tinggi karena mahasiswa memiliki motivasi baca yang cukup tinggi, sikap dan minat membaca mahasiswa yang tinggi, kondisi emosi mahasiswa yang baik, pengetahuan yang dimiliki mahasiswa sebelumnya yang tinggi , ketertarikan mahasiswa terhadap bacaan dan manfaat yang tinggi, serta kesadaran bahwa rajin dan tekun membaca akan lebih berpengaruh dalam memahami isi bacaan ketimbang hanya mengandalkan tingkat intelegensi saja. Akan tetapi, para responden masih memiliki kekurangan dalam hal kebiasaan membaca dan cara membaca. Kesulitan bacaan dan teks juga menjadi kelemahaman para responden untuk memahami suatu bacaan. Kemudian, latar belakang sosial ekonomi keluarga dan kuatnya pengaruh televisi maupun gadget turut menjadi faktor negatif yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa.
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
Kedua, tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa semester VI kelas G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta berada pada kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata mahasiswa sebesar 22,52. Padahal untuk mencapai kategori yang baik atau tinggi, nilai rata-rata responden harus berada pada kisaran skor 30 hingga 40. Hasil nilai dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan mahasiswa dalam aspek menangkap makna tersurat dan menangkap makna tersirat. Hal tersebut terlihat dari hasil jawaban salah dari kedua aspek tersebut lebih besar ketimbang hasil jawaban benar. Hanya terdapat 39,77% mahasiswa yang dapat menjawab dengan benar soal dalam aspek menangkap makna tersirat dan tersurat. Hal ini berarti sekitar 60,23% mahasiswa tidak dapat menjawab soal dalam aspek menangkap makna tersirat dan tersurat dengan benar. Ketiga, modul dikembangkan atas dasar hasil penelitian yang meliputi: 1) faktor kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang hasilnya berkategori tinggi dengan persentase 79,48%, 2) hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang masih menunjukkan hasil yang berkategori cukup dengan skor rata-rata 22,52, serta 3) hasil analisis kebutuhan mahasiswa akan materi membaca pemahaman yang menunjukkan bahwa keinginan mahasiswa untuk mempelajari materi membaca pemahaman berkategori tinggi dengan persentase 84,54% dan cukup variatif, seperti materi tentang definisi membaca pemahaman, tujuan membaca
pemahaman,
proses
membaca
pemahaman,
prinsip
membaca
pemahaman, teknik membaca pemahaman, jenis membaca pemahaman, faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman, strategi membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
pemahaman, minta membaca, aspek membaca pemahaman, kebiasaan membaca, dan budaya membaca. Oleh karena itu, modul dikembangkan berdasarkan aspek kemampuan membaca pemahaman mahasiswa yang kurang dan berbagai materi membaca pemahaman yang dibutuhkan mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Adapun, modul pembelajaran membaca pemahaman yang telah dikembangkan peneliti dinilai oleh dosen ahli dan para mahasiwa PBSI semester VI kelas G dan H Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dengan kualitas “Baik” serta layak untuk digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Hal tersebut ditunjukkan melalui skor ratarata penilaian yang diperoleh ketika validasi sebesar 3,8 dan ketika uji coba lapangan sebesar 3,9 terhadap aspek desain, tampilan, materi, dan penggunaan bahasa dalam modul pembelajaran.
5.2 Saran-saran Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan diajukan beberapa saran bagi dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, mahasiswa, dan peneliti lain yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Bagi Dosen Dosen diharapkan dapat lebih memperhatikan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, karena diketahui bahwa kemampuan mahasiswa dalam membaca pemahaman masih dalam kategori
cukup. Padahal untuk menjadi
seorang guru bahasa Indonesia kategori tersebut belumlah memadai. Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
itu, diharapkan dosen dapat lebih memberikan dorongan dan dukungan positif terhadap para mahasiswa guna meningkatkan aspek keterampilan berbahasa mahasiswa dalam hal membaca.
b. Bagi Mahasiswa Bagi para mahasiswa PBSI diharapkan dapat membangun kesadaran yang tinggi akan pentingnya membaca. Ciptakanlah kebiasaan membaca dan tingkatkanlah motivasi untuk membaca agar kemampuan membaca pemahaman lebih baik, karena kalianlah cikal bakal guru bahasa Indonesia masa depan yang diharapkan nantinya dapat mendidik dan memfasilitasi siswa guna mengasah kemampuan membaca pemahaman siswa, serta dapat menanamkan budaya baca kepada para siswa kalian kelak. Para mahasiswa juga harus selalu ingat bahwa buku adalah jendela dunia. Artinya, guna membuka jendela tersebut alat yang digunakan ialah dengan aktivitas membaca, sehingga akan terbuka berbagai wawasan dan pengetahuan.
c. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan inspirasi mengenai penelitian pengembangan dalam aspek keterampilan membaca sehingga dapat memotivasi untuk adanya penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Darmansyah. 2010. Startegi Pembelajaran Menyenangkan dan Humor. Jakarta: Bumi Aksara. Dwiyogo, Wasis D. 2004. Konsep Penelitian dan Pengembangan. Makalah seminar pada Lokakarya Metodologi Penelitian Pengembangan Universitas Negeri Yogyakarta. Grellet, Francoise. 2003. Developing Reading Skills: A Practical Guide to Reading Comprehension Exercise. UK: Cambridge University Press. Hardinanto, Deni. Studi Tentang Minat Baca Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Diakses dari ejournal.uny.ac.id pada tanggal 8 September 2015. Harras, Kholid A. 2011. Membaca Pemahaman. Makalah disajikan sebagai bahan kuliah di UPI. Diakses dari http://file.upi.edu, pada 01 Oktober 2015. Hidayah, Rifa. 2011. Profil Kemampuan Membaca Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ditinjau dari Jenis Sekolah dan Jenis Kelamin. Jurnal Madrsah,Vol.4 No. 1 Juli-Desember 2011. Iswara, Prana Dwija dan Ahmad Slamet Harjasujana. 1997. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mushaf Standar Indonesia Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an Tajwid 12 Warna dan Terjemah. Jakarta: PT. Suara Agung. N.S, Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. . 2010. Penilaian Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Pembelajaran
Bahasa
Berbasis
Nurhadi. 1990. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar Baru. Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
Pripambudi, Eka Tanjung. 2016. Startegi Pengembangan Budaya Baca melalui Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester V Angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD. Ramadhani, Sheila Prima. 2013. Hubungan antara Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013: PBSI USD (Diakses dari library.usd.ac.id pada tanggal 10 September 2015). Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. . 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana. Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Kencana. Soedarso. 2006. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukardjo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sunendar dan Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tampubolon, D.P. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1986. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa. . 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Zuchdi, Darmiyanti. 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca. Yogyakarta: UNY Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Membaca Pemahaman No 1. 2. 3. 4.
Butir-butir Pertanyaan Mengkap arti kata/istilah Menangkap makna tersurat Menangkap makna tersirat Menganalisis bacaan
Jumlah 2 5 6 9
5.
Menarik kesimpulan isi bacaan
11
6. 7.
Memprediksi maksud penulis Mengevaluasi bacaan
4 3
Butir Soal 1, 2 4, 7, 8, 19, 22 5, 20, 23, 28, 34, 35 6, 10, 11, 16, 17, 24, 25, 39, 40 9, 12, 15, 18, 21,31,36, 38, 3, 32, 33 13, 29, 30, 37, 14, 26, 27
Tabel 3.2 Pedoman Observasi No Aspek yang diobservasi 1. Kegiatan yang dilakukan dosen pada saat mengawali perkuliahan . Pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan dosen dalam 2. menyampaikan materi perkuliahan. Sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan 3. (kritis memberi tanggapan dan aktif bertanya). Sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang cenderung pasif (rendahnya 4. kognitif, malu, malas, tidak paham) dalam perkuliahan. Strategi mahasiswa dalam memahami materi yang dipaparkan dosen dalam 5. perkuliahan. 6. Sikap dosen dalam mengondisikan kelas agar tujuan perkuliahan tercapai. Bahan ajar atau media yang digunakan dosen dalam menyampaikan materi 7. perkuliahan. 8. Apakah dosen memberikan evaluasi dari proses dan hasil perkuliahan. 9. Kegiatan dosen ketika mengakhiri perkuliahan. 10. Apakah dosen telah membiasakan mahasiswa untuk membaca buku. Apakah dosen telah membiasakan mahasiswa untuk menggunakan berbagai 11. literatur. Tabel 3.3 Pedoman Wawancara terhadap Mahasiswa No Aspek Pertanyaan 1. Minat baca yang dimiliki 2. Motivasi yang mendorong diri untuk membaca 3. Faktor eksternal dan internal yang dominan dalam mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
No Aspek Pertanyaan 4. Budaya membaca yang dimiliki 5. Adanya modul pembelajaran membaca pemahaman. 6. Kriteria buku pelajaran yang dapat menarik minat mahasiswa untuk membaca.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Angket Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa No Butir-Butir Data Faktor Internal 1. Motivasi membaca 2. Sikap dan minat pembaca 3. Kebiasaan membaca 5. Kondisi emosi pembaca 6. Cara membaca 7.
Pengetahuan yang dimiliki sebelumnya 8. Ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat 9. Tingkat intelegensi pembaca Faktor Eksternal 1. Kesulitan bacaan 2. Latar belakang sosial ekonomi keluarga 3. Suasana lingkungan dan waktu 4. Faktor teks 5. Masih kuatnya pengaruh budaya lisan 6. Kuatnya pengaruh televisi
Jumlah
Nomor Soal
5 5 2 3 6
3
76, 2, 91, 1, dan 95 43, 66, 69, 71, dan 72 9 dan 10 85, 87, dan 90 59, 60, 61, 62, 63, dan 12 43, 67, 74, 75, 54, 55, dan 58 18, 25, dan 40
1
21
2 2
24 dan 26 27 dan 38
2 3 1
40 dan 37 33, 23 dan 35 34
1
36
7
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Angket Kebutuhan Mahasiswa terhadap Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman No 1. 2. 3. 4. 5.
Pilihan Materi Definisi Membaca Pemahaman Tujuan Membaca Pemahaman Proses Membaca Pemahaman Prinsip Membaca Pemahaman Teknik Membaca
Jumlah 4 1 1 2 2
Nomor Soal 51, 52, 53, dan 54 55 56 57 dan 58 59 dan 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
No Pilihan Materi Jumlah 6. Jenis Membaca Pemahaman 2 7. Faktor yang Memengaruhi dalam 2 Memahami Bacaan 8. Strategi Membaca Pemahaman 3 9. Minat Membaca 3 10. Aspek Membaca Pemahaman 4 11. Kebiasaan Membaca 1 12. Budaya Membaca
Nomor Soal 61 dan 62 63 dan 64 65, 66, dan 67 68, 69, dan 70 71, 72, 73, dan 74 75 dan 76 77, 78, 79, 80, 81, dan 82
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Angket Penilaian Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Dosen No Aspek yang Dinilai Jumlah 1. Kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam 1 modul dengan sasaran pembelajaran. 2. Kesesuaian materi pembelajaran dalam modul dengan standar 1 kompetensi dan kompetensi dasar. 3. Materi menarik dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. 1 4. Materi pembelajaran mampu menunjang aspek keterampilan 1 membaca pemahaman. 5. Kelengkapan, kedalaman, dan kejelasan materi dalam modul 1 pembelajaran memadai. 6. Kesesuaian isi dengan judul atau subjudul dalam modul. 1 7. Petunjuk dalam modul pembelajaran mudah dimengerti dan 1 jelas. 8. Setiap komponen dalam modul pembelajaran disajikan secara 1 sistematis. 9. Kesesuaian evaluasi dengan materi dan kompetensi dasar. 1 10. Kesesuaian evaluasi dengan tingkat kognitif mahasiswa. 1 11. Keefektifan contoh-contoh yang disajikan. 1 12. Penggunaan bahasa dalam modul mudah dipahami sesuai dengan 1 perkembangan kognitif mahasiswa. 13. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam modul. 1 14. Penggunaan tanda baca dan kalimat dalam modul sesuai dengan 1 ejaan yang disempurnakan (EYD). 15. Pemilihan gambar/foto sesuai dan tepat dengan materi dan 1 komponen tiap modul. 16. Materi dalam modul pembelajaran efektif untuk diaplikasikan 1 dalam proses membaca pemahaman. 17. Keefektifan modul pembelajaran dalam mendukung 1 pembelajaran membaca pemahaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
Tabel 3.7 Kisi-kisi Penilaian Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Mahasiswa No
Aspek yang Dinilai
Jumlah
1 2 3 4
Anda senang menggunakan modul pembelajaran ini Ketertarikan mahasiswa terhadap modul pembelajaran Teks dalam modul pembelajaran mudah dibaca Kejelasan penggunaan huruf, serta kombinasi warna dalam modul pembelajaran Ketertaikan mahasiswa terhadap tampilan modul pembelajaran Petunjuk dan penggunaan modul pembelajaran mudah Anda pahami dan gunakan Bahasa yang digunakan dalam modul pembelajaran mudah Anda pahami Materi dalam modul pembelajaran mudah dimengerti Modul pembelajaran dapat Anda gunakan secara mandiri Manfaat modul pembelajaran kemampuan membaca pemahaman bagi mahasiswa
1 1 1 1
5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
Lampiran 3 Angket Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
Petunjuk: 1. Di bawah ini adalah instrumen faktor yang memengaruhi membaca pemahaman. 2. Berilah tanda centang (√) pada keterangan
S = SETUJU, TS = TIDAK
SETUJU, dan TMP = TIDAK MEMILIKI PILIHAN, sesuai dengan pendapat Anda. 3. Jawaban ditulis di lembar angket, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada petugas!
Instrumen Faktor Membaca Pemahaman No 1.
2. 3. 4.
Indikator Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca.
Keterangan S TS TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
No
Indikator
5.
Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada ujian. Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau. Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca. Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca. Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya. Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, saya ingin membacanya. Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, meskipun bacaan itu menarik, saya tidak membacanya. Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca. Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya.
6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
13. 14.
15. 16. 17.
18.
19. 20. 21.
22.
S
Keterangan TS TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
No
Indikator
23.
Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan. Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah. Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Jika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, saya mesti mencari jawaban melalui membaca. Saya menyadari bahwa membaca merupakan
24.
25.
26.
27. 28.
29.
30. 31. 32. 33. 34.
35. 36.
37. 38. 39.
40.
S
Keterangan TS TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
No
41. 42. 43. 44.
45. 46. 47. 48. 49. 50.
51.
52. 53. 54.
55. 56. 57. 58.
Indikator kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari. Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya. Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum istirahat. Saya membawa bahan bacaan kemana pun saya pergi. Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan. Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah saya tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi. Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki koleksi perpustakaan pribadi yang lengkap di rumah. Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah saya baca. Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan. Saya memberi informasi kepada teman jika ada bacaan baru yang menarik untuk dibaca. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya.
S
Keterangan TS TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
No
Indikator
59.
Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja. Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca. Jika teman memiliki buku baru, saya berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat. Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin mengajak untuk mendiskusikan isinya. Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Untuk mendapat informasi baru, saya mencarinya melalui internet. Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain. Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk artikel, makalah, atau bentuk lain. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca. Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik. Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain.
60.
61 62. 63.
64. 65.
66. 67.
68. 69.
70. 71.
72. 73. 74. 75.
S
Keterangan TS TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
No
Indikator
76.
Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya selesaikan setelah tugas-tugas lain saya kerjakan. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera mungkin mencari bahan dan segera membacanya. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan. Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca. Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan ketika membaca. Dalam setiap perkuliahan, saya membaca literatur dari berbagai sumber yang menantang untuk menguasai ilmu melebihi teman-teman saya. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya. Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya tidak dapat saya selesaikan secara masimal. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, saya sangat puas jika prestasi saya dapat mengungguli teman-teman.
77. 78.
79.
80. 81. 82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
S
Keterangan TS TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
No 90.
Indikator
Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli temanteman saya. 91. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. 92. Saya merasa sangat kecewa jika tidak mampu mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya melalui kegiatan membaca literatur yang ditunjuk oleh dosen. 93. Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca. 94. Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca. 95. Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya merasa dihargai jika mendapat pujian dari dosen atau teman. 96. Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca, saya tidak pernah mengharapkan pujian dari dosen atau teman kuliah. 97. Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari dosen pada akhir semester jika tugas membaca (misalnya meringkas buku), dapat saya selesaikan dengan baik. 98. Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai dari dosen meskipun saya mampu meringkas isi bacaan yang ditugaskan karena keberhasilan yang saya capai sudah merupakan bonus tersendiri bagi saya.. 99. Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan. 100. Saya tidak pernah mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan.
S
Keterangan TS TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
Lampiran 4 Perhitungan Angket Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
No
INDIKATOR
1
Jika akan menempuh ujian tengah semester atau akhir semester, dorongan membaca saya sangat kuat. Dalam keseharian, dorongan membaca saya hanya tertuju pada bacaan-bacaan hiburan. Saya membaca bukan karena dorongan orang lain tetapi tumbuh dari kesadaran sendiri. Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca. Kegiatan membaca saya lakukan hanya jika akan ada ujian. Membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan. Saya memiliki kecenderungan untuk membaca setiap hari. Saya menyusun jadwal teratur untuk membaca setiap hari. Buku-buku yang akan saya baca saya siapkan di tempat yang mudah saya jangkau. Pengetahuan atau pengalaman yang sudah saya miliki berperan besar untuk membantu mempermudah pemahaman isi bacaan yang saya baca. Dengan memahami berbagai teknik membaca, ternyata sangat membantu mempermudah memahami isi bacaan. Saya hanya membaca jenis bacaan yang saya anggap menarik untuk dibaca.
2
3
4
5
6 7
8 9 10
11
12
13
Rentang Skor 3 1 2 (S) (TS) (TMP) 45 3 0
Total 48
30
15
3
48
43
3
2
48
45
2
1
48
32
15
1
48
7
39
2
48
31
7
10
48
32
12
4
48
10
24
14
48
44
2
2
48
47
0
1
48
44
3
1
48
27
20
1
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
No
INDIKATOR
14
Bacaan apa pun jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya ingin membacanya. Bacaan yang diberitahukan oleh teman karena menarik isinya, saya ingin membacanya. Saya membaca bacaan yang bermanfaat secara langsung dan mendukung perkuliahan saya. Jika tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, meskipun bacaan itu menarik, saya tidak membacanya. Meskipun tidak berkaitaan dengan bidang yang saya pelajari, jika bacaan itu menarik, saya membacanya. Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca. Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. Kalimat yang terlalu panjang mempersulit saya untuk memahami isi bacaan. Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadangkadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan
15
16
17
18
19 20
21
22
23
24
25
26
27
3 (S) 34
Rentang Skor 1 2 (TS) (TMP) 9 5
Total 48
37
9
2
48
42
5
1
48
7
40
1
48
43
4
1
48
42
4
2
48
38
9
1
48
36
7
5
48
38
7
3
48
25
20
3
48
31
14
3
48
40
3
5
48
39
6
3
48
10
32
6
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
No
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
INDIKATOR bacaan yang saya butuhkan. Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah. Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya. Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca. Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca. Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan. Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Jadwal membaca saya sering terganggu, jika tiba-tiba ada orang yang datang bertamu. Saya merasa gelisah di saat ingin membaca tetapi tidak tersedia bahan bacaan. Jika ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, saya mesti mencari jawaban melalui membaca. Saya menyadari bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok bagi seorang mahasiswa jika ingin memiliki wawasan dan pengetahuan luas.
3 (S)
Rentang Skor 1 2 (TS) (TMP)
Total
16
23
9
48
37
5
6
48
38
7
3
48
36
8
4
48
36
8
4
48
37
8
3
48
17
25
6
48
42
5
1
48
33
10
5
48
44
3
1
48
31
9
8
48
35
7
6
48
46
2
0
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
No
INDIKATOR
41
Saya merasa ingin membaca bacaan apa pun setiap hari. Saya merasa ingin memperoleh bahan bacaan yang dapat dibaca setiap hari. Saya ingin mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca. Saya sangat respek kepada orang lain yang memberi jawaban atas suatu pertanyaan dengan menyebut sumber yang pernah dibacanya. Saya merasa masih ada yang kurang jika belum membaca sebelum istirahat. Saya membawa bahan bacaan ke mana pun saya pergi. Saya merasa aneh jika bepergian tetapi tidak membawa bahan bacaan. Saya merasa bahwa membaca adalah cara terbaik untuk menambah pengetahuan. Saya ke perpustakaan untuk membaca jika ada masalah yang perlu diselesaikan. Saya ke toko buku untuk membeli bacaan jika di rumah saya tidak memiliki atau tidak tersedia di perpustakaan pribadi. Pada suatu saat, saya bercita-cita memiliki koleksi perpustakaan pribadi yang lengkap di rumah. Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Saya merasa perlu mendiskusikan dengan teman mengenai isi bacaan yang telah saya baca. Saya merasa tidak puas dengan bacaan yang telah saya baca sebelum membandingkan dengan bacaan lain. Saya ingin merujuk pada bacaan setiap berargumentasi dengan orang lain. Saya mengonfirmasi gagasan orang lain melalui bacaan yang relevan.
42 43 44
45 46 47 48
49
50
51
52
53
54
55 56
3 (S) 36
Rentang Skor 1 2 (TS) (TMP) 5 7
Total 48
36
5
7
48
42
3
3
48
46
1
1
48
20
15
13
48
14
26
8
48
9
28
11
48
47
1
0
48
38
9
1
48
28
9
11
48
40
4
4
48
22
12
14
48
40
4
4
48
26
13
9
48
31
11
6
48
32
7
9
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
No
INDIKATOR
57
Saya memberi informasi kepada teman jika ada bacaan baru yang menarik untuk dibaca. Saya tidak mudah percaya dengan pendapat orang lain sebelum membaca sendiri sumber aslinya. Sambil membaca, saya membuat ringkasan isi bacaan. Untuk memahami isi bacaan, saya membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang saya baca. Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja. Agar memahami isi bacaan, saya merumuskan dengan bahasa saya sendiri. Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat skema gagasan setiap kali membaca. Jika teman memiliki buku baru, saya meminjam untuk dibaca. Jika teman memiliki buku baru, saya berusaha untuk memilikinya agar dapat membaca setiap saat. Jika ada teman yang memiliki buku baru, saya ingin mengajak untuk mendiskusikan isinya. Jika ada pendapat ahli yang dikutip dalam suatu artikel, buku, atau hasil penelitian, saya ingin melacak sumber aslinya agar dapat memahami secara lebih komprehensif. Untuk mendapat informasi baru, saya mencarinya melalui internet. Saya lebih suka membaca sendiri sumber informasi dari pada mengikuti pendapat orang lain. Jika ada buku yang baru terbit, saya ingin membelinya. Setelah membaca, saya berkeinginan mengungkapkan gagasan hasil membaca secara tertulis dalam bentuk
58
59 60
61 62
63
64 65
66
67
68 69
70 71
3 (S) 41
Rentang Skor 1 2 (TS) (TMP) 3 4
Total 48
34
9
5
48
23
14
11
48
24
13
11
48
31
11
6
48
39
2
7
48
19
17
12
48
28
9
11
48
16
23
9
48
30
10
8
48
20
18
10
48
43
5
0
48
37
7
4
48
18
20
10
48
20
16
12
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203
No
72
73
74 75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
INDIKATOR artikel, makalah, atau bentuk lain. Saya ingin membaca kembali bacaan yang pernah saya baca untuk menyegarkan ingatan. Saya ingin mengetahui perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui membaca. Dengan rajin membaca, kemampuan berbicara saya menjadi baik. Melalui membaca, saya mampu berpikir lebih kritis ketika memberi tanggapan terhadap pendapat orang lain. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya berusaha menyelesaikannya tepat waktu. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya selesaikan setelah tugas-tugas lain saya kerjakan. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya sesegera mungkin mencari bahan dan segera membacanya. Jika diberi tugas membaca oleh dosen, saya mencari bahan bacaan setelah tugas lain saya selesaikan. Dalam keseharian, saya selalu menentukan target yang jelas untuk melakukan kegiatan membaca. Target membaca yang saya inginkan tidak pernah saya tentukan ketika membaca. Dalam setiap perkuliahan, saya membaca literatur dari berbagai sumber yang menantang untuk menguasai ilmu melebihi teman-teman saya. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya
3 (S)
Rentang Skor 1 2 (TS) (TMP)
Total
42
4
2
48
43
5
0
48
44
2
2
48
44
3
1
48
33
9
6
48
24
18
6
48
36
7
5
48
24
16
8
48
20
16
12
48
33
10
5
48
21
17
10
48
29
13
6
48
7
33
8
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204
No
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
INDIKATOR lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari teman. Setelah selesai membaca, saya merasa bangga jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Setelah selesai membaca, saya merasa kecewa jika hasil membaca yang saya lakukan dan saya presentasikan di kelas mendapat kritik dan masukan dari dosen. Saya merasa puas jika dapat menyelesaikan secara maksimal tugas yang diberikan kepada saya. Saya sangat kecewa jika tugas yang diberikan kepada saya tidak dapat saya selesaikan secara masimal. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, saya sangat puas jika prestasi saya dapat mengungguli teman-teman. Selama perkuliahan dengan rajin membaca, tidak terbersit sedikitpun untuk mengungguli teman-teman saya. Selama perkuliahan, saya ingin mencapai prestasi setinggi-tingginya dengan cara rajin membaca. Saya merasa sangat kecewa jika tidak mampu mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya melalui kegiatan membaca literatur yang ditunjuk oleh dosen. Kebutuhan hidup yang berhubungan dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dapat dipenuhi melalui membaca. Kebutuhan hidup yang berhubungaan dengan ilmu pengetahuan tidak selalu dapat dipenuhi hanya melalui membaca. Jika berhasil menyelesaikan tugas membaca, saya merasa dihargai jika
3 (S)
Rentang Skor 1 2 (TS) (TMP)
Total
38
6
4
48
5
39
4
48
45
2
1
48
34
14
0
48
33
10
5
48
29
16
3
48
34
6
8
48
29
10
9
48
42
4
2
48
28
16
4
48
24
18
6
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205
No
INDIKATOR
mendapat pujian dari dosen atau teman. 96 Jika berhasil menyelsaikan tugas membaca, saya tidak pernah mengharapkan pujian dari dosen atau teman kuliah. 97 Saya sangat mengharapkan bonus nilai dari dosen pada akhir semester jika tugas membaca (misalnya meringkas buku), dapat saya selesaikan dengan baik. 98 Saya tidak pernah mengharapkan bonus nilai dari dosen meskipun saya mampu meringkas isi bacaan yang ditugaskan karena keberhasilan yang saya capai sudah merupakan bonus tersendiri bagi saya. 99 Saya mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan. 100 Saya tidak pernah mengharapkan ada perhatian dari dosen atau teman kuliah jika saya mampu menyelesaikan tugas yang saya kerjakan.
3 (S)
Rentang Skor 1 2 (TS) (TMP)
Total
27
12
9
48
27
11
10
48
21
18
9
48
13
24
11
48
24
16
8
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Angket Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Skala Likert TS TMP S 3 0 45 15 3 30 3 2 43 2 1 45 15 1 32 39 2 7 7 10 31 12 4 32 24 14 10 2 2 44 0 1 47 3 1 44 20 1 27 9 5 34 9 2 37 5 1 42 40 1 7 4 1 43 4 2 42 9 1 38 7 5 36 7 3 38 20 3 25 14 3 31 3 5 40 6 3 39 32 6 10 23 9 16 5 6 37 7 3 38 8 4 36 8 4 36 8 3 37 25 6 17 5 1 42 10 5 33 3 1 44
Jml Res. 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1 3 45 3 2 45 117 7 12 24 2 0 3 60 9 9 5 120 4 4 9 7 7 60 14 3 6 32 69 5 7 8 8 8 75 5 30 3
Skor 2 0 6 4 2 2 4 20 8 28 4 2 2 2 10 4 2 2 2 4 2 10 6 6 6 10 6 12 18 12 6 8 8 6 12 2 10 2
3
Total Skor
S
TS
135 30 129 135 32 7 93 96 30 132 141 132 27 102 111 126 7 129 126 114 108 114 25 93 120 117 30 16 111 114 108 108 111 17 126 33 132
138 81 136 139 79 128 120 116 82 138 143 137 89 121 124 133 129 135 134 125 125 127 91 113 133 129 74 103 128 127 124 124 125 104 133 73 137
144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207
Indikator 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Skala Likert TS TMP S 9 8 31 7 6 35 2 0 46 5 7 36 5 7 36 3 3 42 1 1 46 15 13 20 26 8 14 28 11 9 1 0 47 9 1 38 9 11 28 4 4 40 12 14 22 4 4 40 13 9 26 11 6 31 7 9 32 3 4 41 9 5 34 14 11 23 13 11 24 11 6 31 2 7 39 17 12 19 9 11 28 23 9 16 10 8 30 18 10 20 5 0 43 7 4 37 20 10 18 16 12 20 4 2 42 5 0 43 2 2 44 3 1 44 9 6 33 18 6 24 7 5 36 16 8 24
Jml Res. 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1
Skor 2
9 7 2 5 5 3 1 15 26 28 1 9 9 4 12 4 13 11 7 3 9 14 13 33 2 17 9 23 10 18 5 7 20 16 4 5 2 3 9 54 7 48
16 12 0 14 14 6 2 26 16 22 0 2 22 8 28 8 18 12 18 8 10 22 22 12 14 24 22 18 16 20 0 8 20 24 4 0 4 2 12 12 10 16
3
Total Skor
S
TS
93 105 138 108 108 126 138 60 42 27 141 114 84 120 66 120 78 93 96 123 102 69 72 31 117 57 84 48 90 60 129 111 54 60 126 129 132 132 99 24 108 24
118 124 140 127 127 135 141 101 84 77 142 125 115 132 106 132 109 116 121 134 121 105 107 76 133 98 115 89 116 98 134 126 94 100 134 134 138 137 120 90 125 88
144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208
Indikator 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Skala Likert TS TMP S 16 12 20 10 5 33 17 10 21 13 6 29 33 8 7 6 4 38 39 4 5 2 1 45 14 0 34 10 5 33 16 3 29 6 8 34 10 9 29 4 2 42 16 4 28 18 6 24 12 9 27 11 10 27 18 9 21 24 11 13 16 8 24 Jumlah
Jml Res. 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
1
Skor 2
16 30 17 13 99 18 39 2 14 10 16 6 10 4 48 54 12 33 18 72 16
24 10 20 12 16 8 8 2 0 10 6 16 18 4 8 12 18 20 18 22 16
Hasil = 11445 : 14400 x 100% = 79,48% (Masuk dalam Kategori Tinggi)
3 60 33 63 87 7 38 15 135 102 99 87 102 87 126 28 24 81 27 63 13 72
Total Skor 100 73 100 112 122 64 62 139 116 119 109 124 115 134 84 90 111 80 99 107 104 11445
S
TS
144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 144 48 14400 4800
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
Lampiran 6 Daftar Hadir Peserta Tes Membaca Pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213
Lampiran 7 Soal Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
PETUNJUK PENGERJAAN a. Setiap soal disusun berdasarkan penggalan teks non fiksi. b. Bacalah setiap penggalan teks dengan saksama agar dapat menjawab pertanyaan dengan sebaik-baiknya. c. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E jawaban yang Anda anggap paling tepat. Paragraf di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 1 s.d. 5 1) “Penundaan terbang bisa terjadi karena banyak alasan. Pesawat Alaska Airlines terpaksa menunda penerbangan Los Angeles-Portland, Sabtu lalu, garagara ada penumpang yang digigit kalajengking. Juru bicara maskapai itu Cole Cosgrove, Minggu (15/2), menjelaskan, penumpang perempuan itu telah ditangani staff medis. Penumpang ini terkena sengatan di lengannya. “Tak seorang pun ketakutan, termasuk perempuan yang tersengat kalajengking. Awak pesawat telah melakukan tugas dengan baik, demikian pula pilot,” katanya sebagaimana dikutip CNN. 2) Gara-gara insiden ini, pesawat harus kembali lagi ke terminal. Perempuan yang kena sengatan menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapat pengobatan. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking itu. Namun, sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. Ternyata kalajengking pun ingin merasakan perjalanan udara. (Kompas: Selasa, 17 Februari 2015) 1. Arti kata “staff” dalam penggalan paragraf di atas adalah …. A. Anggota B. Bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214
C. Petugas D. Bidang 2. Arti kata “insiden” dalam paragraf di atas adalah .... A. Permasalahan B. Perbuatan C. Peristiwa D. Aktifitas E. Perkara 3. Pikiran utama dalam paragraf kedua di atas adalah …. A. Gara-gara insiden ini, pesawat harus kembali lagi ke terminal. B. Perempuan yang kena sengatan menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapat pengobatan. C. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking itu. D. Namun, sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. Ternyata kalajengking pun ingin merasakan perjalanan udara. E. Kalajengking memang suka menggigit perempuan. 4. Makna tersurat yang terdapat dalam keseluruhan paragraf di atas adalah …. A. Penumpang yang tersengat kalajengking telah ditangani staff medis. B. Gara-gara ada penumpang yang digigit kalajengking, pesawat Alaska Airlines terpaksa kembali ke terminal. C. Gara-gara ada penumpang pesawat yang digigit kalajengking, penerbanagan Los Angeles–Portland tertunda. D. Sebelum tiba di Los Angeles, pesawat itu terbang dari Los Cabos, Mexico. E. Pemberitahuan juru bicara maskapai Alaska Airlines tentang adanya penumpang yang digigit kala jengking. 5. Makna tersirat yang terdapat dalam keseluruhan paragraf di atas adalah …. A. Gara-gara ada kalajengking yang menyengat salah seorang penumpangnya, pesawat Alaska Airlines terpaksa menunda penerbangan. B. Gara-gara ada petugas yang tidak jeli dalam memeriksa kondisi pesawat, menyebabkan penerbangan dapat terganggu. C. Tidak diketahui dari mana asal kalajengking yang berada di dalam pesawat. D. Tidak ada penumpang yang ketakutan karena insiden tersebut, termasuk perempuan yang tersengat kalajengking. E. Pesawat Alaska Airlines terpaksa menunda penerbangan Los AngelesPortland karena ada penumpang yang tersengat kalajengking. 6. Pernyataan di bawah ini yang merupakan penerapan teori adalah …. A. Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 berbunyi bahwa “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, bahasa pengantar pendidikan untuk seluruh rakyat Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215
B. Belum banyak warga negara Indonesia yang memahami arti penting Bhinneka Tunggal Ika maka kadang-kadang hanya karena perbedaan afiliasi politik tega bermusuhan dengan bangsa sendiri. C. Tindak pidana korupsi adalah kejahatan yang sangat merugikan bangsa dan negara. D. Udara di Yogyakarta jauh berbeda dari udara di Malang karena ketinggian DPL juga berbeda. E. Seorang vegetarian hanya mengonsumsi sayur-sayuran dan selalu menghindari daging. 7. Makna tersurat dari pernyataan di bawah ini merupakan penerapan teori secara benar untuk memecahkan masalah .… A. Kalimat “Semua orang diperkotaan menginginkan disediakan taman bermain untuk anak-anak”. Penggunaan “di” pada “diperkotaan” dan “dibangunkan” adalah awalan. B. Kalimat “Dalam perkembangan perekonomian Indonesia selalu terhambat oleh naik turunnya harga minyak dunia”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada subjek kalimat. C. Kalimat “Seorang pengemudi becak sering melanggar aturan lalu lintas dengan alasan jalan menaik”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada subjek kalimat. D. Kalimat “Permasalahan yang dihadapi para petani di pedesaan adalah sering tidak tersedianya pupuk pada masa tanam”. Struktur kalimat tersebut menyalahi pola kalimat bahasa Indonesia karena tidak ada predikat. E. “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul” adalah peribahasa yang berarti berat ringannya beban tergantung banyak sedikitnya orang yang membawa. Paragraf berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 8 s.d 9 “Pendidikan karakter merupakan terobosan dalam dunia pendidikan untuk membentuk mental dan kepribadian anak. Mereka adalah calon pewaris sah masa depan bangsa. Jika mental dan kepribadian mereka tidak ditempa sedini mungkin, tidak mustahil di masa depan akan terus terjadi berbagai penyimpangan yang melanggar aturan, seperti korupsi, ketidak disiplinan, dan tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu, peranan guru sangat besar untuk menanamkan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran. Namun, untuk melaksanakan pendidikan karakter tidaklah mudah. Kurikulum sekolah yang berubah-ubah tidak selalu memasukkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran”. 8. Makna tersurat pada paragraf di atas adalah …. A. Jika mental dan kepribadian anak tidak ditempa sedini mungkin, di masa depan akan terus terjadi berbagai penyimpangan yang melanggar aturan, seperti korupsi, ketidak disiplinan, dan tidak bertanggungjawab. B. Hubungan pendidikan karakter dengan peranan guru mata pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216
C. Peranan guru sangat besar untuk menanamkan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran agar tidak terjadi penyimpangan aturan di masa-masa mendatang. D. Pendidikan karakter merupakan terobosan dalam dunia pendidikan untuk membentuk mental dan kepribadian anak. E. Untuk melaksanakan pendidikan karakter tidaklah mudah. Kurikulum sekolah yang berubah-ubah tidak selalu memasukkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran. 9. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. A. (1) Pendidikan karakter perlu diberikan sedini mungkin, (2) Pendidikan karakter untuk menghindari penyimpangan aturan, (3) Pentingnya pendidikan karakter bagi anak, (4) Peranan guru sangat penting dalam pendidikan karakter. B. Pendidikan karakter sangat penting bagi anak untuk menghindari penyimpangan aturan di masa-masa yang akan datang. C. (1) Pentingnya pendidikan karakter bagi anak, (2) Pendidikan karakter perlu diberikan sedini mungkin, (3) Pendidikan karakter untuk menghindari penyimpangan aturan, (4) Peranan guru sangat penting dalam pendidikan karakter. D. Pentingnya peranan pendidikan karakter bagi anak agar tidak terjadi penyimpangan aturan di masa datang. E. Peranan guru sangat penting dalam memberikan pendidikan karakter melalui setiap mata pelajaran. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 10 s.d. 13 ` Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengatakan maraknya perburuan batu mulia di sekitar daerah Sungai Luk Ulo mengancam kelestarian lingkungan dan situs batuan purbakala Karang Sambung. Kegiatan penambangan harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak batuan purba yang berusia jutaan tahun. Menurut Iskandar pihaknya tak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. “Persoalannya masyarakat butuh. Kalaupun mau menambang, maka harus dilakukan perencanaan,” ujarnya kemarin.
10. Pernyataan yang tepat untuk menganalisis suatu masalah dalam teks di atas adalah …. A. Kepala LIPI memprihatinkan perburuan batu mulia sungai Luk Ulo, Karang Sambung. B. Kegiatan penambangan batu mulia di Luk Ulo, Karang Sambung harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak cagar alam batuan berusia jutaan tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217
C. Agar situs batuan Luk Ulo, Karang Sambung tidak rusak, kegiatan penambangan harus dilakukan melalui perencanaan. D. Batu mulia di Luk Olo, Karang sambung bernilai tinggi. E. Kepala LIPI tidak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. 11. Informasi yang perlu dikumpulkan untuk menyelesaikan masalah dalam paragraf di atas adalah …. A. Penambangan batuan purba di sungai Luk Ulo, Karang Sambung perlu dihentikan. B. (1) Pernyataan Kepala LIPI, (2) Perburuan batu mulia di sungai Luk Ulo, (3) Masyarakat membutuhkan, (4) Perburuan perlu perencanaan. C. (1) Situs batuan purbakala perlu dilestarikan, (2) Sungai Luk Ulo banyak menyimpan batu akik, (3) Penambangan harus dilarang. D. Masyarakat membutuhkan penambangan batu akik di sungai Luk Ulo sebagai sumber penghidupan. E. Situs purbakala di Luk Ulo sudah berusia jutaan tahun. 12. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam paragraf di atas, pemecahan masalahnya adalah …. A. Penambangan batu mulia di sungai Luk Ulo, Karang Sambung tidak perlu dilarang tetapi perlu perencanaan yang matang agar tidak merusak pelestarian cagar alam batuan berusia jutaan tahun. B. Pernyataan Kepala LIPI membuat masyarakat menjadi tenang. C. Batu mulia di sungai Luk Ulo sudah berusia jutaan tahun. D. Pihaknya tak ingin melarang kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat. “Persoalannya masyarakat butuh. Kalaupun mau menambang, maka harus dilakukan perencanaan”. E. Kegiatan penambangan harus dilakukan terencana dan matang agar tidak merusak batuan purba berusia jutaan tahun. 13. Setelah membaca paragraf di atas, prediksi yang mungkin terjadi adalah …. A. Situs batuan purbakala Karang Sambung akan rusak. B. Jika situs purbakala tidak dijaga dengan baik, ada kemungkinan situs-situs di tempat lain juga akan dirusak untuk kepentingan sesaat. C. Akan semakin banyak yang terjangkit demam batu akik. D. Masyarakat akan semakin sadar perlunya pelestarian cagar budaya. E. Penambangan pasir di hulu sungai Luk Ulo perlu dihentikan. Penggalan teks berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan no. 14 s.d. 15 Seorang ibu mengeluh sering dianggap pelit oleh tetangganya ketika menanyakan kepada anaknya perihal uang seratus perak yang diberikannya tadi pagi. Bukan hanya itu saja, suaminya juga sering mengatakan dia terlalu teliti saat menanyai anaknya tentang alokasi uang yang diberikannya itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218
"Tetangga saya sering bilang saya pelit karena bertanya terus pada anak saya tentang uang yang saya berikan. Maksud saya bukan karena pelit, tetapi untuk mengetahui apakah yang dilakukan anak saya benar atau tidak,'' terang si ibu saat menjelaskan perilakunya itu. 14. Jika dievaluasi dari pemakaian bahasa Indonesia, paragraf pertama di atas kurang efektif karena ..... A. Isinya hanya berupa keluh kesah seorang Ibu tentang anaknya. B. Pemakaian akhiran “-nya” pada paragraf pertama kurang efektif karena diulang berkali-kali. C. Ibu hanya ingin “curhat” melalui tulisannya. D. Kalimat pertama terlalu panjang. E. Kalimat pertama terjadi elipsis subjek pada anak kalimat. 15. Berdasarkan isinya, kedua paragraf di atas masih cukup informatif karena …. A. Mempermasalahkan uang seratus perak. B. Setiap keluarga memiliki cara sendiri-sendiri dalam mendidik anak. C. Anaknya agar tidak suka minta uang terus. D. Tetangga dan suaminya memang rewel. E. Ingin menjelaskan alasan mengapa dia melakukan hal seperti itu. 16. “Pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab KPK dan POLRI”. Pernyataan yang sejalan dengan kalimat di atas adalah …. A. Korupsi tidak mungkin dapat diberantas jika moral manusianya sudah terlanjur terjangkit virus korupsi. B. Politisi yang duduk di lembaga legislatif juga banyak yang terlibat korupsi. C. Pencegahan korupsi sulit dilakukan selama oknum-oknum di KPK, POLRI, Kejaksaan, dan Kehakiman belum bersih dari koruptor. D. Pemberantasaan korupsi dapat juga dilakukan melalui keluarga, masyarakat, dan sekolah. E. Pencegahan korupsi dapat dilakukan sejak anak masih duduk di bangku sekolah. 17. “Jika ada seseorang yang melakukan korupsi, orang pertama yang harus dihukum atas tindakan korupsi adalah orang tua sang koruptor. Benih koruptor itu sudah disebar 20-25 tahun yang lalu oleh kedua orang tuanya”. Pernyataan di atas sejalan dengan pernyataan di bawah ini, KECUALI .... A. Peranan keluarga sangat penting untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi. B. Orang tua ikut bertanggungjawab terhadap korupsi yang dilakukan oleh anak-anak mereka. C. Pelaku korupsi adalah produk dari pendidikan yang terjadi di dalam keluarga. D. Benih korupsi sudah disebar sejak 20 – 25 tahun yang lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219
E. Tindakan korupsi ibarat penghisap ganja, sekali melakukan dan merasakan nikmatnya, mereka akan kecanduan. 18. “Seandainya kedua orang tua selalu peduli terhadap perilaku jujur, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap perilaku anak, tidak akan ada keluarga yang melahirkan koruptor”. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa .... A. Agar tidak menjadi koruptor, orang tua harus menanamkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab kepada anak melalui keluarga. B. Perhatian terhadap pendidikan kejujuran, kedisiplinan, dan penanaman rasa tannggungjawab akan dapat mencegah perilaku korupsi. C. Untuk mencegah perilaku korupsi, peranan orang tua untuk menanamkan perilaku jujur, disiplin, dan tanggung jawab. D. Sumber utama lahirnya koruptor adalah keluarga. E. Masyarakat ikut ambil andil melahirkan terjadinya korupsi. Paragraf di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 19 s.d. 21 Seorang ibu mengeluh sering dianggap pelit oleh tetangganya ketika menanyakan kepada anaknya perihal uang seratus perak yang diberikannya tadi pagi. Bukan hanya itu saja, suaminya juga sering mengatakan dia terlalu teliti saat menanyai anaknya tentang alokasi uang yang diberikannya itu. "Tetangga saya sering bilang saya pelit karena bertanya terus pada anak saya tentang uang yang saya berikan. Maksud saya bukan karena pelit, tetapi untuk mengetahui apakah yang dilakukan anak saya benar atau tidak,'' terang si ibu saat menjelaskan perilakunya itu. 19. Makna tersurat dalam paragraf pertama di atas adalah …. A. Ibu lain terlalu bawel karena ikut mengurus urusan rumah tangga orang lain. B. Suaminya tidak memahami maksud istrinya. C. Seorang Ibu bercerita karena ada Ibu lain, dan juga suaminya menuduh bahwa Ibu itu terlalu pelit karena menanyakan uang seratus perak yang diberikan kepada anaknya tadi pagi. D. Ibu memang pelit karena hanya uang seratus perak diminta mempertanggungjawabkan. E. Seorang Ibu harus mendidik anak sejak dini agar anak belajar bertanggungjawab. 20. Makna tersirat dari kedua paragraf di atas adalah …. A. Hakikat pendidikan anti korupsi. B. Ibu mendidik anak sejak dini agar kelak dapat bertanggungjawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya. C. Mendidik anak untuk bertanggungjawab tidak harus sampai hal-hal sekecil itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220
D. Ibu ingin memberi penjelasan kepada semua orang, apakah tindakan anaknya benar atau salah. E. Ibu tidak senang jika urusan rumah tangganya dicampuri oleh orang lain. 21. Berdasarkan keseluruhan isi paragraf di atas dapat disimpulkan bahwa …. A. Menumbuhkan sikap tanggungjawab dapat dimulai sejak kecil. B. Setiap orang harus mengurusi rumah tangga sendiri tanpa harus dicampuri oleh keluarga lain. C. Orang tua harus memberi kesempatan kepada anak agar belajar bertanggungjawab. D. Pada hakikatnya pendidikan anti korupsi harus diberikan sedini mungkin mulai dari hal-hal kecil, seperti uang jajan seratus perak pun harus dipertanggungjawabkan oleh anak kepada ibunya. E. Orang tua tidak boleh terlalu banyak bicara tentang uang saku yang sudah diberikan kepada anaknya. Penggalan teks berikut sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 22 s.d. 23 ……………………………………………………………………………… . "Pak Arsyad bilang akan membongkar borok MK. Ini yang saya tunggu. Sejak dulu kalau ada orang bermasalah di sini selalu bilang akan dibongkar, tapi tidak pernah ada sampai sekarang. Saya tunggu, bongkarlah, kalau perlu bawa traktor, apa kesalahan MK?" ujarnya saat menggelar jumpa pers di kantornya kemarin. 22. Makna tersurat dari paragraf di atas adalah …. A. Mahfud menunggu bukti ancaman Arsyad. B. Pak Arsyad bilang akan membongkar borok MK. C. Mahfud tidak takut diancam Pak Arsyad. D. Penjelasan Mahfud ketika ditemui di depan gedung MK. E. Banyak orang telah membongkar borok MK . 23. Makna tersirat dari paragraf di atas adalah …. A. MK merupakan lembaga tempat pencari keadilan bagi siapa pun. B. Mahfud tidak takut terhadap ancaman Arsyad mantan anak buahnya yang akan membongkar borok MK. C. Pak Arsyad akan membeberkan masalah-masalah dari tubuh MK kepada khalayak. D. Mahfud menantang kesungguhan ancaman Arsyad. E. Arsyad adalah pelaku pemalsuan dan penggelapan surat MK ke KPU untuk sengketa hasil pemilu di daerah pemilihan Sulawesi Selatan dalam Panja Mafia Pemilu DPR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221
Paragraf di bawah ini digunakan untuk menjawab pertanyaan nomor 24 s.d 26. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, antara lain (a) tidak semua orang memahami kaidah kesantunan, (b) ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan, (c) ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan, (d) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 24. Berdasarkan paragraf di atas, “Fenomena ketidaksantunan pemakaian bahasa akan terus terjadi seperti halnya pemakaian bahasa yang baik dan benar”. Jika dilihat dari fakta yang ada pernyataan tersebut membuktikan bahwa …. A. Fenomena tersebut merupakan fakta yang dapat ditemukan di dalam masyarakat sampai kapan pun. B. Kemampuan berbahasa secara santun harus terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. C. Banyak orang yang tidak mengetahui kaidah berbahasa secara santun tetapi ketika berbahasa justru santun. D. Banyak orang yang mengetahui kaidah berbahasa secara santun tetapi ketika berbahasa justru tidak santun. E. Banyak orang yang tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 25. Berdasarkan paragraf di atas, terlihat perbedaan secara jelas antara fakta, data, dan opini. Yang merupakan fakta dalam paragraf tersebut adalah …. A. Kemampuan berbahasa secara santun harus terus disosialisasikan kepada masyarakat. B. Banyak warga masyarakat yang belum mampu berbahasa secara baik, benar,dan santun. C. Kaidah bahasa santun berbeda dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. D. Setiap orang yang mampu berbahasa secara benar pasti mampu berbahasa secara santun. E. Fenomena pemakaian bahasa yang santun maupun tidak santun akan semakin berkurang di dalam masyarakat. 26. Kalimat yang tidak efektif dalam paragraf di atas adalah ….. A. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. B. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. C. Tidak semua orang memahami kaidah kesantunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222
D. Ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah
kesantunan. E. Ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi
tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan. 27. Pernyataan di bawah ini merupakan penciptaan konsep baru berdasarkan konsep yang sudah ada sebelumnya. A. Candi Prambanan dibuat pada zaman dinasti Syailendra. B. Menulis cerpen berdasarkan tema yang sudah ditentukan sebelumnya. C. Pak Sigit memahat patung Dewi Syiwa berdasarkan patung yang ada di candi Prambanan. D. Pak Bondan memang mahir membatik menggunakan kain sutera. E. Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman. 28. Makna tersirat dari pernyataan berikut merupakan usaha memanipulasi keadaan yang sebenarnya ke dalam keadaan yang diinginkan. A. Keripik singkong yang diolah secara modern dapat meningkatkan nilai tambah secara ekonomi. B. Proses pengolahan keripik singkong yang dilakukan secara manual membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. C. Untuk dapat membuat keripik singkong yang baik dibutuhkan kualitas singkong bermutu tinggi. D. Produksi keripik singkong sedang booming seperti perdagangan batu akik. E. Pengrajin keripik di Wedi Klaten terampil membuat keripik singkong rasa emping mlinjo. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 29 s.d. 30. Perdagangan narkoba tidak hanya membahayakan generasi muda tetapi juga menjadi ancaman bagi keselamatan negara. Columbia merupakan salah satu contoh negara yang dikendalikan oleh pedagang narkoba sehingga seakan-akan di dalam negara ada dua pemerintahan yang berkuasa. Negara Columbia hampir tidak mampu memberantas peredaran narkoba karena konglomerat di Columbia sudah mampu menguasai tokoh-tokoh politik yang duduk di parlemen maupun di pemerintahan. Jika Indonesia tidak ingin menjadi negara seperti Columbia, masyarakat perlu mendukung pemerintah untuk menerapkan hukuman mati bagi pedagang narkoba. Apa lagi, akhir-akhir ini perdagangan narkoba di Indonesia tidak hanya melibatkan pedagang domestik tetapi sudah merambah ke pedagang internasional. 29. Setelah membaca teks di atas, prediksi yang mungkin terjadi adalah …. A. Pemerintah akan semakin tegas dalam menindak pedagang dan pengedar narkoba di Indonesia. B. Perdagangan narkoba di Indonesia bukan hanya melibatkan pedagang domestik tetapi juga pedagang internasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223
C. Ancaman bahaya narkoba sudah merambah ke generasi muda termasuk anak-anak sekolah. D. Pemerintah perlu dukungan semua pihak untuk memberantas peredaran narkoba. E. Columbia merupakan contoh negara yang dikuasai oleh pedagang narkoba. 30. Jika pemerintah Indonesia bersikap tegas, dapat diprediksi bahwa perdagangan dan peredaran narkoba …. A. dapat berkurang karena pedagang narkoba akan berpikir dua tiga kali untuk mengedarkan narkoba di Indonesia. B. tetap berkembang karena mereka melihat keuntungan yang sangat besar dari perdagangan narkoba. C. dimusuhui oleh seluruh rakyat Indonesia. D. terus terjadi dengan mencari celah yang mungkin dilakukan untuk menyelundupkan narkoba. E. beralih ke bisnis kelontong atau barang-barang lain yang tidak dilarang oleh pemerintah Indonesia. Penggalan teks berikut untuk menjawab pertanyaan soal nomor 31. Pemakaian bahasa dalam masyarakat ada yang santun dan ada yang tidak santun. Fenomena demikian akan terus terjadi dalam masyarakat seperti halnya pemakaian kaidah-kaidah lain, seperti kaidah bahasa yang baik dan kaidah bahasa yang benar. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan, antara lain (a) tidak semua orang memahami kaidah kesantunan, (b) ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan, (c) ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan dalam berbahasa tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan, (d) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir berbahasa secara santun. 31. Pokok masalah yang dibahas dalam penggalan teks di atas adalah …. A. Kondisi pemakaian bahasa dalam masyarakat. B. Alasan mengapa seseorang tidak berbahasa santun. C. Kesantunan berbahasa dan faktor-faktor penyebab kesantunan. D. Perbedaan bahasa yang baik dan benar dengan bahasa yang santun. E. Banyak orang yang belum mahir berbahasa secara santun. Paragraf di bawah ini dipakai sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan nomor 32 s.d 35. Pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia, Alumni Institut Pertanian Bogor dan Alumni Institut Teknologi Bandung mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta, kemarin. Rombongan akademikus yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin anggota tim independen sekaligus pengurus Ikatan Alumni UI, Imam Prasodjo, tersebut diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. Imam meminta jaminan agar mereka tak dijadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224
tersangka karena sikap yang diambilnya. “Kemarin kami membela KPK, tapi ada ingatan lama, jangan-jangan kami calon tersangka,” kata Imam. Dalam kesempatan itu, pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, mengaku tertawa ketika mendengar Polri menetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. “Kasus BW very-very ordninary,” ujar Refly. Refly juga menyoroti kasus yang menjerat Ketua KPK Abraham Samad, yang menjadi tersangka karena memasukkan nama orang di kartu keluarganya untuk membuat paspor. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi. Koran Tempo, halaman 2, (Senin, 23 Februari 2015). 32. Pikiran utama dalam paragraf pertama di atas adalah …. A. Rombongan diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. B. Pengurus Ikatan Alumni Universitas Indonesia, Alumni Institut Pertanian Bogor dan Alumni Institut Teknologi Bandung mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta, kemarin. C. Rombongan akademikus yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin anggota tim independen sekaligus pengurus Ikatan Alumni UI, Imam Prasodjo, tersebut diterima Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso, dan pejabat lainnya. D. Imam meminta jaminan agar mereka tak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya. E. “Kemarin kami membela KPK, tapi ada ingatan lama, jangan-jangan kami calon tersangka,” kata Imam. 33. Pikiran utama dalam paragraf kedua di atas adalah …. A. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. B. Refly juga menyoroti kasus yang menjerat Ketua KPK Abraham Samad, yang menjadi tersangka karena memasukkan nama orang di kartu keluarganya untuk membuat paspor. C. Dalam kesempatan itu, pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, mengaku tertawa ketika mendengar Polri menetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. D. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi. E. Refly menyindir POLRI ketika menetapkan Bambang Widjoyanto sebagai tersangka karena menggelar briefing terhadap saksi. “Kasus BW very-very ordninary,”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225
34. Makna tersirat pada paragraf pertama di atas adalah …. A. Mereka tidak ingin dijadikan tersangka oleh POLRI karena membela KPK. B. Kedatangan ikatan alumni UI, IPB, dan ITB ke POLRI. C. Pengurus Ikatan Alumni beberapa perguruan tinggi mendatangi Markas Besar Polri di Jakarta untuk meminta jaminan agar mereka tidak dijadikan tersangka karena sikap yang diambilnya. D. Mereka tidak mau dijadikan tersangka karena selama ini membela KPK. E. Rombongan yang terdiri atas 50 orang yang dipimpin Imam Prasaja itu diterima Wakapolri Badrudin Haiti. 35. Makna tersirat pada paragraf kedua di atas adalah …. A. Pakar hukum tata Negara dari Universitas Indonusa Esa Unggul, Refly Harun, menyoroti penetapan Bambang Widjoyanto dan Ketua KPK Abraham Samad sebagai tersangka. B. Bambang Widjoyanto dan Abraham Samad ditetapkan sebagai tersangka untuk dua kasus yang berbeda. C. Permohonan pendukung KPK untuk tidak dijadikan sebagai tersangka. D. Budi Waseso mengatakan penetapan tersangka terhadap dua pimpinan KPK itu sebatas menanggapi aduan masyarakat. E. “Jadi bukan serta-merta saya mentersangkakan. Itu ada penyelidikan,” kata Budi.
Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 36 s.d. 37. "Gejala kerusakan ginjal pada tahap dini biasanya tidak ada keluhan yang khas. Gejalanya, paling merasa tidak enak badan tetapi tidak ada kan yang kalau badannya lemas dia bilang 'barangkali saya sakit ginjal', paling bilangnya kecapekan," ujar dr Ginova dalam acara diskusi di Plaza Central, Sudirman, Jakarta Selatan, seperti ditulis pada Jumat (27/2/2015). Hipertensi dikatakan oleh dr Ginova biasanya membutuhkan waktu sampai 10 tahun untuk membuat kerusakan pada ginjal yang jika tidak disadari dan ditangani maka besar kemungkinan ginjal mengalami kegagalan. Pasien yang mengalami gagal ginjal hanya punya dua pilihan, seumur hidupnya melakukan cuci darah atau transplantasi ginjal baru. dr Ginova mengatakan selain hipertensi penyakit diabetes juga perlu diwaspadai sebagai penyebab gagal ginjal. Jika seseorang memiliki kondisi hipertensi dan diabetes dalam waktu yang lama maka risiko ginjal alami kegagalan juga semakin besar. 36. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut......... A. Kerusakan ginjal disebabkan gaya hidup yang kurang olahraga dan hidup terlalu stres. B. Gejala gagal ginjal hanya merasa tidak enak badan dan mengatakan karena kecapekan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 226
C. Pasien yang gagal ginjal hanya punya dua pilihan, cuci darah seumur hidup atau transplantasi ginjal baru. D. Kerusakan gagal ginjal tidak ada keluhan khas dan membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat dideteksi bagi penderita hipertensi dan gula darah. E. Setiap penderita hipertensi dan gula darah sangat berpotensi mengalami gagal ginjal. 37. Prediksi yang mungkin dapat dibuat oleh pembaca setelah membaca teks di atas adalah... A. Jika seseorang mengalami gagal ginjal, mereka harus cuci darah seumur hidup. B. Minum obat apa pun harus dikonsultasikan kepada dokter. C. Pembaca akan berhati-hati mengonsumsi obat-obatan yang dapat membahayakan ginjal. D. Lebih baik menderita hipertensi dari pada harus gagal ginjal. E. Pengidap hipertensi dan gula darah tidak mau lagi minum obat. Penggalan teks di bawah ini sebagai dasar untuk menjawab soal nomor 38 s.d. 39 Seorang guru yang hanya dapat memberi contoh tetapi tidak dapat menjadi contoh bagaikan “nandur gedhang awoh pakel, ngomong gampang nglakoni angel” (menanam pisang berbuah pakel, bicaranya mudah tetapi melaksanakannya sukar). Itulah potret sebagian besar guru di Indonesia. Banyak guru bahasa Indonesia yang biasa mengajarkan menulis tetapi dirinya sendiri belum pernah menulis, baik berupa artikel, cerpen, atau bahkan buku ajar. Guru harus terus dikembangkan kompetensinya. Namun, jika mau jujur, pemerintah menghadapi kendala. Banyak guru yang sebenarnya tidak memenuhi syarat menjadi guru. Mereka memilih jurusan keguruan setelah ditolak di jurusan lain. Akibatnya, output keguruan banyak yang tidak memiliki daya kreasi dan inovasi. 38. Kesimpulan yang dapat ditarik dari teks di atas adalah …. A. Jika menginginkan siswa berjiwa kreatif dan inovatif, guru harus terus dikembangkan kompetensinya agar profesional sehingga mampu menjadi contoh bagi siswanya. B. Memberi contoh bagi siswa jauh lebih mudah dari pada memberi contoh. C. Memberi contoh dan menjadi contoh sama pentingnya bagi guru. D. Banyak guru yang sebenarnya tidak memiliki jiwa guru tetapi terpaksa harus menjadi guru karena tidak ada pilihan lain. E. Menjadi guru yang profesional bukan masalah sederhana. 39. Penggalan teks di atas jika dianalisis, sebenarnya “banyak guru yang tidak profesional, karena banyak guru yang tidak memiliki jiwa guru”. Opsi yang dapat dilakukan adalah ….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227
A. Melakukan seleksi secara lebih ketat bagi calon mahasiswa yang akan masuk ke jurusan keguruan agar dapat dididik menjadi guru profesional. B. Pemerintah harus terus-menerus memberikan pelatihan kepada guru yang bertugas di sekolah. C. Mahasiswa yang tidak memiliki jiwa guru lebih baik memilih jurusan lain. D. Mahasiswa yang sudah memilih jurusan keguruan harus mengubah paradigma berpikirnya. E. PTS yang tidak selektif dalam memilih mahasiswa perlu diberi teguran agar tidak merugikan anak didik di masa mendatang. 40. “Sesuai dengan perubahan paradigma modern, pembelajaran harus berfokus pada pembelajar. Interaksi perkuliahan tidak lagi dilakukan searah dengan metode ceramah, tetapi harus interaktif antara dosen dengan mahasiswa”. Berdasarkan pernyataan tersebut, jika diaplikasikan dalam praktik perkuliahan, model pembelajaran yang tepat adalah …. A. Membiarkan mahasiswa belajar sendiri, sementara dosen cukup menunggu pertanyaan dari mahasiswa. B. Metode perkuliahan harus bersifat interaktif, seperti metode yang kooperatif berdasarkan pokok masalah tertentu yang ditentukan oleh dosen. C. Dosen memberi tugas kepada mahasiswa untuk membaca literatur sebanyak-banyaknya. D. Pemberian materi melalui internet agar mahasiswa aktif mencari sendiri, sehingga menumbuhkan kemandirian mahasiswa. E. Mahasiswa harus selalu mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung. ======= TERIMAKASIH ======
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228
Lampiran 8 Kunci Jawab Tes Kemampuan Membaca Pemahaman
1. C
11. B
21. D
31. A
2. C
12. A
22. B
32. B
3. A
13. B
23. D
33. C
4. C
14. B
24. A
34. C
5. B
15. E
25. B
35. A
6. A
16. D
26. B
36. D
7. B
17. E
27. C
37. C
8. C
18. A
28. E
38. A
9. C
19. C
29. A
39. A
10. B
20. B
30. A
40. B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 238
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 239
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240
Lampiran 9 Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nilai 38 45 32 23 21 29 10 6 20 28 41 32 19 34 32 39 37 25 23 36 28 26 20 14 27 23 36 11 31 45 36 29 17 16
Hasil 0,79 0,93 0,66 0,47 0,43 0,60 0,20 0,12 0,41 0,58 0,85 0,66 0,39 0,70 0,66 0,81 0,77 0,52 0,47 0,75 0,58 0,54 0,41 0,29 0,56 0,47 0,75 0,22 0,64 0,93 0,75 0,60 0,35 0,33
Kategori Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sulit Sulit Sedang Sedang Mudah Mudah Sulit Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sulit Sedang Sedang Mudah Sulit Mudah Mudah Mudah Sedang Sulit Sulit
Predikat Layak Tidak Layak Layak Layak layak Layak Layak Tidak Layak Layak Layak Tidak Layak Layak Layak Layak Layak Tidak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Tidak Layak Layak Layak Layak Layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241
No 35 36 37 38 39 40
Nilai 18 20 21 28 23 43
Hasil 0,37 0,41 0,43 0,58 0,47 0,89
Kategori Sulit Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah
Predikat Layak Layak Layak Layak Layak Tidak Layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242
Lampiran 10 Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa
No
Nama
Skor
Persentase
Nilai
(%)
Ubahan
Keterangan
(A-D) 1
Faniya Syaiful A
23
57,5
C
Sedang
2
Reyhani Izzata
23
57,5
C
Sedang
3
Arif Nur H
26
65
C
Sedang
4
Okky Andestia B
22
55
D
Kurang
5
Sopianti
20
50
D
Kurang
6
Roy Arga T.W.
7
Adhitia Rahmawati
22
55
D
Kurang
8
Putri Fitria N
20
50
D
Kurang
9
Isma Rizki S.
24
60
C
Sedang
10
M. Masykuri I.
27
67,5
C
Sedang
11
Patnawati Wulandari
25
62,5
C
Sedang
12
Destiana Prajayanti
27
67,5
C
Sedang
13
Anggita Widya W.
23
57,5
C
Sedang
14
Marwah Ulwatunnisa
26
65
C
Sedang
15
Ayub
17
42,5
D
Kurang
16
Eka Silvia
18
45
D
Kurang
17
Jumratul Wuska
21
52,5
D
Kurang
18
Nurul Hikmah
19
47,5
D
Kurang
19
Pratiwi Budi S.
27
67,5
C
Sedang
20
Indra Cipta W.
17
42,5
D
Kurang
21
Karunia Rahmawati H
28
70
C
Sedang
22
Muarifah Astuti
25
62,5
C
Sedang
23
Upi Nur Latifah
20
50
D
Kurang
24
Sindy Verika L.T.
20
50
D
Kurang
Tidak Masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243
No
Nama
Skor
Persentase
Nilai
(%)
Ubahan
Keterangan
(A-D) 25
Bebryana Ratri
24
60
C
Sedang
26
Herlina Eka P.S.
26
65
C
Sedang
27
Siti Muhimmatush S.
28
70
C
Sedang
28
Debi Widya D.P.
27
67,5
C
Sedang
29
Ari Trian K.
18
45
D
Kurang
30
Erna Nur M.
21
52,5
D
Kurang
31
Anditya Dwi P.
25
62,5
D
Kurang
32
Wiji Suci N.A.Y
17
42,5
D
Kurang
33
Ilham Endarto
14
35
D
Kurang
34
Dian Utami
26
65
C
Sedang
35
Yogi Liandi
19
47,5
D
Kurang
36
Heni Widiastuti
19
47,5
D
Kurang
37
Ika Setianingsih
23
57,5
C
Sedang
38
Kukuh Prasetyo H.
17
42,5
D
Kurang
39
Nanang Setiawan
25
62,5
C
Sedang
40
Wahyu Purnomo
27
67,5
C
Sedang
41
Wiji Lestari
24
60
C
Sedang
42
Puthut Triangga
27
67,5
C
Sedang
43
Puthut Sujatmoko
23
57,5
C
Sedang
44
Sapti Puji L.
27
67,5
C
Sedang
45
Dewi Nuranisya
20
50
D
Kurang
46
Roni Rosdiana
25
62,5
C
Sedang
47
Suhaimi
16
40
D
Kurang
48
Ema Audia
Tidak Masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244
No
Nama
Skor
Persentase
Nilai
(%)
Ubahan
Keterangan
(A-D) 49
Wahyu Pratiwi
24
60
C
Sedang
50
Sameeya Che-Uma
19
47,5
D
Kurang
Jumlah Skor
1081
Rata-rata
22,52
Cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245
Lampiran 11 Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman
Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEBIASAAN MEMBACA PEMAHAMAN MAHASISWA DAN PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN
Nama Mahasiswa
: _________________________________
Semester
: _________________________________
Nama PT
: _________________________________
Jurusan/ Prodi
: _________________________________
Petunjuk: 1. Di bawah ini adalah instrumen angket analisis kebutuhan pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa dan pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman. 2. Berilah tanda centang (√) pada pilihan jawaban, S = SETUJU, TS = TIDAK SETUJU, TMP= TIDAK MEMILIKI PILIHAN sesuai dengan pendapat Anda. 3. Jawaban ditulis di lembar angket, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada petugas. No
Jawaban
Pernyataan S
1.
Saya senang membaca karena saya menemukan hal yang baru.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246
No
Jawaban
Pernyataan S
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10.
11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18.
Jika saya berada di sebuah mall, saya pasti menyempatkan waktu untuk mengunjungi toko buku. Saya merasa rugi jika waktu senggang saya tersita begitu saja tanpa membaca. Saya senang ketika keinginan membaca tentang suatu topik tersalurkan karena saya tidak penasaran lagi. Saya menyadari bahwa aktivitas membaca sangat penting sebagai kebutuhan untuk hidup. Saya selalu mencari jawaban atas suatu masalah melalui membaca dari sumber asli. Saya lebih memahami informasi yang terdapat dalam buku yang dibaca ketika saya memiliki tujuan tertentu untuk membaca buku. Saya melakukan aktivitas membaca tanpa adanya paksaan. Saya melakukan aktivitas membaca karena berpikir bahwa orang pintar banyak membaca buku. Saya selalu membaca dengan mengakses informasi lewat internet untuk mengetahui apa, kapan, dan di mana, sesuatu sedang, akan, atau telah terjadi sebagaimana yang dilaporkan dalam koran. Jika saya melihat buku, saya langsung tertarik membacanya. Saya terus melakukan aktivitas membaca apabila saya semakin tertarik dengan topik yang terdapat dalam buku tersebut. Saya tidak akan melanjutkan membaca buku yang topiknya kurang menarik. Jika saya belum memahami topik dalam suatu bacaan, saya memilih membacanya kembali. Jika saya sakit kesempatan membaca saya akan berkurang. Saya suka membaca buku mata kuliah karena sesuai dengan bahan belajar yang saya butuhkan. Saya suka membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan dan informasi. Saya suka membaca surat kabar karena saya tidak
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247
No
Jawaban
Pernyataan S
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
27. 28. 29.
mau tertinggal berita yang menjadi topik pembicaraan di masyarakat umum. Saya suka membaca opini di majalah karena bacaan opini sifatnya menghibur. Saya suka membaca novel karena ingin mengetahui gaya cerita pengarang. Saya suka membaca artikel di internet karena lebih mudah diakses daripada membaca koran. Saya melakukan aktivitas membaca buku perkuliahan ketika mendekati masa ujian. Saya memiliki lebih banyak kesempatan untuk membaca di malam hari. Saya bisa membaca di manapun tempatnya, dan di waktu kapanpun. Saya selalu membawa buku bacaan ketika sedang pergi. Jika saya mempunyai waktu luang, saya selalu menyempatkan waktu untuk membaca buku seperti novel. Saya sering mengunjungi perpustakaan untuk membaca. Saya memiliki jadwal membaca secara teratur di setiap hari. Saya selalu memiliki bacaan rutin setiap minggu.
30. Saya memiliki target untuk membaca beberapa buku dalam sebulan. 31. Saya selalu membaca buku sebelum tidur. 32. Saya selalu menyempatkan untuk membaca minimal 10 menit di setiap pagi. 33. Saya mempersiapkan buku-buku yang akan saya baca di tempat yang mudah dijangkau. 34. Saya selalu mendaftar buku-buku yang belum atau sudah dibaca. 35. Saya selalu menggunakan strategi tertentu ketika melakukan aktivitas membaca buku. 36. Saya selalu membuat kata kunci untuk mengingat beberapa topik yang susah dipahami.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248
No
Jawaban
Pernyataan S
37. Saya selalu membuat visualisasi (konsep, peta pemikiran) ketika saya tidak memahami informasi yang diperoleh. 38. Saya selalu menghubungkan kata demi kata dan menghubungkan makna dengan pengetahuan yang dimiliki ketika saya belum memahami informasi yang diperoleh. 39. Saya selalu membandingkan buku satu dengan buku lainnya yang memiliki topik yang sama. 40. Saya selalu menerapkan hasil membaca dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 41. Jika saya mempunyai banyak waktu untuk membaca akan berpengaruh pada kemampuan saya dalam menangkap informasi yang diperoleh. 42. Aktivitas membaca sangat penting bagi saya karena dapat menambah informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan. 43. Aktivitas membaca yang saya lakukan membuat saya semakin memperbanyak kosakata dan memahami istilah yang tidak saya tahu. 44. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis. 45. Aktivitas membaca yang saya lakukan membuat saya semakin kreatif dan inovatif. 46. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar. 47. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat meningkatkan intelektualitas, dalam memecahkan suatu masalah. 48. Aktivitas membaca yang saya lakukan dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. 49. Pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki, mempunyai peran besar untuk membantu mempermudah memahami isi bacaan yang saya baca. 50. Setelah saya membaca buku, informasi yang saya
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249
No
Jawaban
Pernyataan S
51.
52.
53.
54.
55. 56.
57.
58. 59. 60.
61. 62.
63. 64.
dapatkan kira-kira dapat bertahan minimal 6 bulan. Definisi membaca pemahaman perlu saya ketahui dalam memahami materi membaca pemahaman. Saya akan lebih memahami materi membaca pemahaman jika mengetahui sebanyak mungkin definisinya menurut para ahli. Saya hanya perlu mengetahui sedikit definisi membaca pemahaman untuk memahami materi membaca pemahaman. Semakin banyak definisi membaca pemahaman menurut para ahli yang berbeda, membuat saya kebingungan untuk memahaminya. Materi tentang tujuan membaca pemahaman perlu saya ketahui. Untuk memahami sebuah bacaan, saya perlu mengetahui materi tentang proses membaca pemahaman. Saya merasa perlu mengetahui prinsip membaca pemahaman untuk memahami isi bacaan. Tanpa mengetahui prinsip membaca pemahaman, saya merasa dapat memahami isi bacaan. Agar memahami isi bacaan, saya menggunakan teknik membaca. Semakin banyak teknik membaca yang saya ketahui, akan banyak membantu saya dalam memahami isi bacaan. Saya ingin mengetahui berbagai jenis membaca pemahaman. Dengan mengetahui berbagai jenis membaca pemahaman akan membuka wawasan saya tentang tingkatan pemahaman dalam membaca. Faktor internal dan eksternal pembaca memengaruhi aktivitas memahami isi bacaan. Saya merasa perlu mengetahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi seseorang dalam memahami isi bacaan.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 250
No
Jawaban
Pernyataan S
65.
66.
67.
68. 69. 70.
71.
72.
73. 74.
75. 76.
77.
Pengetahuan dan pengalaman saya tentang strategi membaca berperan besar untuk mempermudah saya dalam memahami isi bacaan. Sebanyak mungkin pengetahuan saya tentang strategi membaca, akan mempermudah saya dalam memahami isi bacaan. Jika mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan, saya akan menggunakan strategi yang dapat membantu saya dalam memahaminya. Saya susah memahami isi bacaan yang tidak saya minati. Minat membaca novel dalam diri saya lebih besar ketimbang membaca buku-buku perkuliahan. Saya merasa perlu mengetahui bagaimana cara menumbuhkan minat membaca buku-buku yang kurang saya sukai. Agar memahami isi bacaan, saya harus memahami pula setiap istilah, idiom, ungkapan, dan gaya bahasa yang digunakan dalam bacaan tersebut. Jika saya dapat membuat kesimpulan menggunakan bahasa sendiri, saya merasa telah memahami isi bacaan. Saya merasa telah memahami isi bacaan apabila dapat menangkap makna tersirat dalam bacaan. Saya beranggapan jika tidak dapat menganalisis bacaan, membuat prediksi maksud penulis, dan menciptakan suatu konsep baru dari bahan bacaan, artinya saya belum memahami isi bacaan. Saya melakukan aktivitas membaca saat ada tugas kuliah yang mengharuskan saya untuk membaca. Agar memiliki kebiasaan membaca saya perlu mempelajari materi tentang cara meningkatkan kebiasaan membaca dan segala materi yang berkaitan dengan kebiasaan membaca. Apabila sehari saja tidak membaca, saya merasa ada yang kurang dalam hidup saya.
TS
TMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 251
No
Jawaban
Pernyataan S
TS
TMP
78. Budaya membaca dapat terbentuk melalui minat, motivasi, dan kebiasaan. 79. Saya ingin memiliki budaya baca dalam diri untuk mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya. 80. Saya dapat mencapai prestasi kuliah setinggitingginya tanpa harus memiliki budaya baca. 81. Saya ingin mengetahui berbagai materi tentang budaya baca agar dapat saya terapkan dalam diri. 82. Dengan memiliki budaya baca, saya merasa sanggup menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat. Keterangan : Angket di atas merupakan kolaborasi analisis kebutuhan mahasiswa terhadap pengembangan kebiasaan membaca dan pengembangan modul pembelajaran. Adapun, analisis kebutuhan mahasiswa terhadap pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman hanya dimulai dari nomor 51 hingga 82.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 255
Lampiran 12 Perhitungan Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman No
Hasil dan Kualifikasi dalam persen (%) S % TS % TMP % Definisi Membaca Pemahaman 51 Definisi membaca pemahaman perlu saya ketahui dalam 43 89,58 1 2,08 4 8,33 memahami materi membaca pemahaman. 52 Saya akan lebih memahami materi membaca pemahaman jika mengetahui 34 70,83 12 25 2 4,17 sebanyak mungkin definisinya menurut para ahli. 53 Saya hanya perlu mengetahui sedikit definisi membaca pemahaman untuk 23 47,91 16 33,33 9 18,75 memahami materi membaca pemahaman. 54 Semakin banyak definisi membaca pemahaman menurut para ahli yang 25 52,08 15 31,25 8 16,67 berbeda, membuat saya kebingungan untuk memahaminya. Tujuan Membaca Pemahaman 55 Materi tentang tujuan membaca pemahaman 43 89,58 0 0 5 10,41 perlu saya ketahui. Proses Membaca Pemahaman 56 Untuk memahami sebuah bacaan, saya perlu mengetahui 37 77,08 8 16,67 3 6,25 materi tentang proses membaca pemahaman. Indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 256
Hasil dan Kualifikasi dalam persen (%) TMP S % TS % % Prinsip Membaca Pemahaman 57 Saya merasa perlu mengetahui prinsip membaca pemahaman 42 87,5 4 8,33 2 4,17 untuk memahami isi bacaan. No
Indikator
58
Tanpa mengetahui prinsip membaca pemahaman, saya 23 47,91 17 35,41 merasa dapat memahami isi bacaan. Teknik Membaca 59 Agar memahami isi bacaan, saya 32 66,67 7 14,58 menggunakan teknik membaca. 60 Semakin banyak teknik membaca yang saya ketahui, akan 42 87,5 2 4,17 banyak membantu saya dalam memahami isi bacaan. Jenis Membaca Pemahaman 61 Saya ingin mengetahui berbagai 41 85,41 3 6,25 jenis membaca pemahaman. 62 Dengan mengetahui berbagai jenis membaca pemahaman akan membuka 44 91,67 2 4,17 wawasan saya tentang tingkatan pemahaman dalam membaca. Faktor yang Memengaruhi dalam Memahami Bacaan 63 Faktor internal dan eksternal pembaca 43 89,58 3 6,25 memengaruhi aktivitas memahami isi bacaan. 64 Saya merasa perlu mengetahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi
8
16,67
9
18,75
4
8,33
4
8,33
2
4,17
2
4,17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 257
No
Indikator
S
Hasil dan Kualifikasi dalam persen (%) TMP % TS % %
seseorang dalam memahami isi bacaan. Strategi Membaca Pemahaman 65 Pengetahuan dan pengalaman saya tentang strategi membaca berperan 43 besar untuk mempermudah saya dalam memahami isi bacaan. 66 Sebanyak mungkin pengetahuan saya tentang strategi membaca, akan 42 mempermudah saya dalam memahami isi bacaan. 67 Jika mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan, saya akan 40 menggunakan strategi yang dapat membantu saya dalam memahaminya. Minat Baca 68 Saya susah memahami isi bacaan yang tidak 32 saya minati. 69 Minat membaca novel dalam diri saya lebih besar ketimbang 31 membaca buku-buku perkuliahan. 70 Saya merasa perlu mengetahui bagaimana cara menumbuhkan minat 41 membaca buku-buku yang kurang saya sukai. Aspek Membaca Pemahaman 71 Agar memahami isi 42
89,58
4
8,33
1
2,08
87,5
3
6,25
3
6,25
83,33
5
10,41
3
6,25
66,67
10
20,83
6
12,5
64,58
10
20,83
7
14,58
85,41
6
12,5
1
2,08
87,5
4
8,33
2
4,17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 258
No
Indikator
bacaan, saya harus memahami pula setiap istilah, idiom, ungkapan, dan gaya bahasa yang digunakan dalam bacaan tersebut. 72 Jika saya dapat membuat kesimpulan menggunakan bahasa sendiri, saya merasa telah memahami isi bacaan. 73 Saya merasa telah memahami isi bacaan apabila dapat menangkap makna tersirat dalam bacaan. 74 Saya beranggapan jika tidak dapat menganalisis bacaan, membuat prediksi maksud penulis, dan menciptakan suatu konsep baru dari bahan bacaan, artinya saya belum memahami isi bacaan. Kebiasaan Membaca 75 Saya melakukan aktivitas membaca saat ada tugas kuliah yang mengharuskan saya untuk membaca. 76 Agar memiliki kebiasaan membaca saya perlu mempelajari materi tentang cara meningkatkan kebiasaan membaca dan segala materi yang berkaitan dengan kebiasaan membaca.
S
Hasil dan Kualifikasi dalam persen (%) TMP % TS % %
43
89,58
2
4,17
3
6,25
45
93,75
0
0
3
6,25
40
83,33
6
12,5
2
4,17
28
58,33
15
31,25
5
10,41
38
79,17
4
8,33
6
12,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 259
No
Indikator
Budaya Membaca 77 Apabila sehari saja tidak membaca, saya merasa ada yang kurang dalam hidup saya. 78 Budaya membaca dapat terbentuk melalui minat, motivasi, dan kebiasaan. 79 Saya ingin memiliki budaya baca dalam diri untuk mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya. 80 Saya dapat mencapai prestasi kuliah setinggi-tingginya tanpa harus memiliki budaya baca. 81 Saya ingin mengetahui berbagai materi tentang budaya baca agar dapat saya terapkan dalam diri. 82 Dengan memiliki budaya baca, saya merasa sanggup menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat.
S
Hasil dan Kualifikasi dalam persen (%) TMP % TS % %
18
37,5
16
33,33
14
29,17
45
93,75
2
4,17
1
2,08
44
91,67
2
4,17
2
4,17
15
31,25
25
52,08
8
16,67
43
89,58
4
8,33
1
2,08
43
89,58
2
4,17
3
6,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 260
Perhitungan Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa akan Materi Membaca Pemahaman berdasarkan skala Likert. No 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Skala Likert S TMP TS 4 1 43 2 12 34 9 16 23 8 15 25 5 0 43 3 8 37 2 4 42 8 17 23 9 7 32 4 2 42 4 3 41 2 2 44 2 3 43 3 9 36 1 4 43 3 3 42 3 5 40 6 10 32 7 10 31 1 6 41 2 4 42 3 2 43 3 0 45 2 6 40 5 15 28 6 4 38 14 16 18 1 2 45 2 2 44 8 25 15 1 4 43 3 2 43 Jumlah
Jml Res.
3
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48
129 102 23 25 129 111 126 23 96 126 123 132 129 108 129 126 120 32 31 123 126 129 135 120 28 114 54 135 132 15 129 129
Skor 2
1
8 4 18 16 10 6 4 16 18 8 8 4 4 6 2 6 6 12 14 2 4 6 6 4 10 12 28 2 4 16 2 6
1 12 48 45 0 8 4 51 7 2 3 2 3 9 4 3 5 30 30 6 4 2 0 6 45 4 16 2 2 75 4 2
Hasil = 3896 : 4608 x 100% = 84,54% (Masuk dalam Kategori Tinggi)
Total Skor
S
TS
138 118 89 86 139 125 134 90 121 136 134 138 136 123 135 135 131 74 75 131 134 137 141 130 83 130 98 139 138 106 135 137 3896
144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 144 4608
48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 1536
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 261
Lampiran 13
KUESIONER Penilaian Modul Pembelajaran Oleh Dosen Ahli
Petunjuk Pengisian: Berikanlah penilaian, kritik, dan saran Bapak terhadap kualitas modul pembelajaran yang dikembangkan dengan memberi tanda (√) pada kolom skala penilaian. Keterangan: 1 = sangat kurang baik/sangat kurang tepat/ sangat kurang sesuai 2 = kurang baik/ kurang tepat/ kurang sesuai 3 = cukup baik/ cukup tepat/ cukup sesuai 4 = baik/ tepat/ sesuai 5 = sangat baik/ sangat tepat/ sangat sesuai A. Penilaian Kualitas Modul Pembelajaran No
Aspek yang Dinilai
1.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam modul sesuai dengan sasaran pembelajaran. Materi pembelajaran dalam modul sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi menarik dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Materi pembelajaran mampu menunjang aspek keterampilan membaca pemahaman. Kelengkapan, kedalaman, dan kejelasan materi
2.
3.
4.
5.
1
Skala Penilaian 2 3 4 5
Saran/Komentar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 262
No
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13. 14.
15.
16.
17.
Aspek yang Dinilai dalam modul pembelajaran memadai. Kesesuaian isi dengan judul atau subjudul dalam modul. Petunjuk dalam modul pembelajaran mudah dimengerti dan jelas. Setiap komponen dalam modul pembelajaran disajikan secara sistematis. Kesesuaian evaluasi dengan materi dan kompetensi dasar. Kesesuaian evaluasi dengan tingkat kognitif mahasiswa. Keefektifan contoh-contoh yang disajikan. Penggunaan bahasa dalam modul mudah dipahami sesuai dengan perkembangan kognitif mahasiswa. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam modul. Penggunaan tanda baca dan kalimat dalam modul sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Pemilihan gambar/foto sesuai dan tepat dengan materi dan komponen tiap modul. Materi dalam modul pembelajaran efektif untuk diaplikasikan dalam proses membaca pemahaman. Keefektifan modul
1
Skala Penilaian 2 3 4 5
Saran/Komentar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 263
No
Aspek yang Dinilai
1
Skala Penilaian 2 3 4 5
Saran/Komentar
pembelajaran dalam mendukung pembelajaran membaca pemahaman. B. Komentar dan Saran Perbaikan .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... C. Kesimpulan Modul pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan: 1. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi. 2. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. 3. Tidak layak digunakan/uji coba lapangan.
Yogyakarta, .................................... Dosen Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 265
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 267
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 270
Lampiran 14
KUESIONER Penilaian Kualitas Modul Pembelajaran untuk Mahasiswa
Nama Mahasiswa
:
Semester
:
Nama PT
:
PETUNJUK PENGISIAN Berikanlah penilaian, kritik, dan saran terhadap kualitas modul pembelajaran yang dikembangkan dengan memberi tanda (√) pada kolom dibawah bilangan 1,2,3,4, dan 5 sesuai dengan pendapat Anda. Keterangan: 1 = sangat kurang baik/sangat kurang tepat/ sangat kurang sesuai 2 = kurang baik/ kurang tepat/ kurang sesuai 3 = cukup baik/ cukup tepat/ cukup sesuai 4 = baik/ tepat/ sesuai 5= sangat baik/ sangat tepat/ sangat sesuai
A. Penilaian Kualitas Modul Pembelajaran No 1
Aspek yang Dinilai
2
Anda senang menggunakan modul pembelajaran ini. Modul pembelajaran menarik perhatian.
3
Teks dalam modul pembelajaran mudah dibaca.
4
Penggunaan huruf, serta kombinasi warna dalam modul pembelajaran mudah dibaca dan jelas. Tampilan modul pembelajaran menarik perhatian. Petunjuk dan penggunaan modul pembelajaran
5 6
1
Skala Penilaian 2 3 4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 271
No 7 8 9 10
Aspek yang Dinilai
1
Skala Penilaian 2 3 4 5
mudah dipahami. Gambar dalam modul pembelajaran menarik perhatian dan minat belajar. Bahasa yang digunakan dalam modul pembelajaran mudah dipahami. Materi dalam modul pembelajaran mudah dimengerti. Modul pembelajaran dapat digunakan secara mandiri
B. Komentar dan Saran Perbaikan ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... C. Kesimpulan Modul pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan (lingkari jawaban Anda): 1. Sangat bagus digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman 2. Cukup bagus digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman 3. Kurang bagus digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman Yogyakarta,...................... Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 273
Lampiran 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 274
Lampiran 15 Hasil Observasi
Hari, tanggal observasi
:
Kamis, 14 April 2016
Tempat
:
Ruang 404
No
Aspek yang Diamati
1
Apakah yang dilakukan dosen pada saat mengawali perkuliahan (apersepsi, motivasi, dan review)?
2
Apakah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan ?
3.
Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan (kritis memberi tanggapan dan aktif bertanya)?
4.
Bagaimana sikap dosen dalam menyikapi mahasiswa yang cenderung pasif (rendahnya kognitif, malu, malas, tidak paham) dalam perkuliahan?
5.
Apakah mahasiswa sudah menggunakan strategi (menggaris bawahi, merangkum,dll) membaca pemahaman ketika perkuliahan berlangsung? Bagaimana sikap dosen dalam mengondisikan kelas agar tujuan
6.
Catatan Dosen mengawali perkuliahan dengan salam dan doa. Selanjutnya dosen mengulas materi yang telah dibahas atau dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pendekatan yang digunakan oleh dosen adalah pendekatan komunikatif. Adapun metode yang digunakan adalah diskusi dan ceramah, serta teknik yang digunakan yaitu presentasi. Berdasarkan observasi di kelas, belum terlihat adanya mahasiswa yang aktif untuk bertanya. Mahasiswa cenderung diam, kecuali saat diberi pertanyaan oleh dosen. Dosen mengajak seluruh mahasiswa untuk berdiskusi bersama terkait materi yang sedang dipelajari, dan melontarkan beberapa pertanyaan kepada mahasiswa yang pasif. Mahasiswa menggunakan strategi mencatat, dan menggarisbawahi perkataan dosen yang mereka anggap penting terkait materi perkuliahan yang sedang dipelajari. Dosen bersikap tegas namun santai, artinya apabila kondisi kelas mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 275
No
Aspek yang Diamati perkuliahan tercapai?
Catatan
ramai dosen akan meninggikan suara dan memutari kelas, seraya memberikan pertanyaan kepada mahasiswa yang ramai sendiri. 7. Bahan ajar atau media apa yang Saat mengajar dosen menggunakan digunakan dosen dalam multimedia seperti laptop, LCD, menyampaikan materi perkuliahan ? dan powerpoint. 8. Apakah dosen memberikan evaluasi Dosen melakukan evaluasi proses dari proses dan hasil perkuliahan? perkuliahan dengan tanya jawab dan memberikan tugas membaca. 9. Apakah yang dilakukan dosen ketika Dosen membuat kesimpulan mengakhiri perkuliahan? tentang apa yang telah dipelajari (memberikan tugas, salam, motivasi) pada hari itu bersama dengan mahasiswa. Setelah itu, dosen mengakhiri proses perkuliahan dengan salam. 10. Apakah dalam perkuliahan dosen Sebelum mengakhiri perkuliahan telah membiasakan mahasiswa untuk dosen mengingatkan untuk slalu membaca buku? belajar dan membaca materi perkuliahan. 11. Apakah dalam perkuliahan dosen Karena jam perkuliahan sangat sudah membiasakan mahasiswa terbatas, sehingga dosen telah untuk menggunakan berbagai membiasakan mahasiswa untuk literatur? membaca dan menggunakan sebanyak mungkin literatur terkait materi perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 276
Lampiran 16 Transkrip Wawancara
Nama Mahasiswa
: Pratiwi Budi Setyaningrum
NIM
: 1300003171
Hari, tanggal
: Jumat, 29 April 2016
No Pertanyaan Jawaban 1. Kapan Anda berminat untuk Saya akan membaca apabila mood sedang melakukan kegiatan membaca? mendukung serta saat ada tugas atau ujian. 2
Apakah dengan kualitas minat Sangat memengaruhi, karena saya merasa baca yang Anda miliki kesusahan apabila ada ujian/ kuis dadakan memengaruhi prestasi belajar dari dosen sedangkan saya belum belajar. Anda selama ini?
3
Bagaiama tingkat minat baca Saya menyadari bahwa tingkat minat yang Anda miliki agar men- membaca saya masih rendah, sehingga capai prestasi belajar yang saya akan terus berusaha untuk sering baik? membaca setiap hari agar dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Apakah motivasi yang dapat Motivasi terbesar dalam diri saya yang mendorong diri Anda untuk dapat mendorong untuk melakukan melakukan kegiatan membaca? kegiatan membaca adalah keinginan untuk mendapat nilai baik dalam ujian. Apa saja faktor internal yang Faktor internal yang dapat memengaruhi dapat memengaruhi kemam- kemampuan membaca pemahaman saya puan membaca pemahaman yaitu minat, ketertarikan terhadap bahan Anda? bacaan, kondisi emosi, dan cara membaca.
4
5
6
7
Apa saja faktor eksternal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Faktor eksternal yang dapat memengaruhi kemampuan saya dalam memahami isi bacaan yaitu suasana lingkungan dan waktu. Biasanya saya akan lebih mudah memahami isi bacaan ketika pagi/ subuh. Kemudian pengaruh televisi dan gedget juga menyebabkan saya malas untuk membaca buku. Selain itu juga saya merasa adanya keterbatasan waktu untuk membaca karena sudah lelah dengan banyaknya kegiatan organisasi. Manakah yang paling dominan Faktor yang paling dominan adalah faktor diantara faktor internal dan internal terkhusus mood dan motivasi, faktor eksternal yang memekarena dua hal itu sangat menentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 277
No
Pertanyaan Jawaban ngaruhi kemampuan membaca kapan saya akan melakukan aktivitas pemahaman Anda? membaca.
8
Apakah kegiatan membaca yang biasa Anda lakukan itu sudah menjadi budaya dalam diri Anda sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan ?
9
Apakah ada modul khusus yg Tidak ada modul khusus membaca hanya mengulas materi tentang pemahaman yang diberikan dosen, adanya membaca pemahaman? hanya modul membaca yang di dalamnya terdapat berbagai jenis materi membaca. Di dalam modul membaca yang diberikan dosen materi membaca pemahaman juga hanya terbatas. Buku pembelajaran seperti apa Buku pembelajaran yang berwarna dan yang dapat menarik minat baca bergambar sehingga dapat memicu Anda? semangat untuk membacanya.
10
Belum, karena aktivitas membaca saya belum menjadi rutinitas sehari-hari. Namun saya sering membaca novel, meskipun tidak setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 278
Transkrip Wawancara
Nama Mahasiswa
: Karunia Rahmawati H.
NIM
: 1300003174
Hari, tanggal
: Senin, 2 Mei 2016
No Pertanyaan Jawaban 1. Kapan Anda berminat untuk Saat ujian pasti minat membaca, mood gak melakukan kegiatan membaca? mood harus membaca. Tapi sehari-hari bisa dibilang membaca saat sedang mood atau ingin membaca saja. 2 Apakah dengan kualitas minat Iya sangat memengaruhi, karena saya baca yang Anda miliki meme- menyadari apabila saya memiliki minat ngaruhi prestasi belajar Anda membaca yang tinggi setiap hari saat ada selama ini? ujian atau tugas saya tidak perlu kesusahan dalam mengerjakannya. 3 Bagaiama tingkat minat baca Minat baca saya akan tinggi apabila ada yang Anda miliki agar men- ujian atau tugas, mood tidak mood pasti capai prestasi belajar yang saya akan membaca agar mendapatkan baik? nilai yang maksimal. 4
Apakah motivasi yang dapat Membaca buku agar mendapat prestasi mendorong diri Anda untuk belajar yang bagus, sehingga mendapat IP melakukan kegiatan membaca? yang maksimal.
5
Apa saja faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
6
7
8
Faktor ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat saya rasa yang paling memengaruhi. Kalau bacaan sesuai dengan bidang dan bahasanya tidak berat pasti saya akan mudah memahami isinya. Mood tidak telalu memengaruhi saya dalam memahami isi bacaan. Apa saja faktor eksternal yang Suasana lingkungan yang gaduh dan tidak dapat memengaruhi kemam- kondusif sangat memengaruhi saya dalam puan membaca pemahaman proses memahami isi bacaan. Anda? Manakah yang paling dominan diantara faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Faktor internal memeng memengaruhi, namun tidak sepenuhnya, menurut saya faktor eksternal berkaitan dengan kesulitan bacaan dalam teks yang dominan memengaruhi kemampuan saya dalam memahami isi bacaan. Apakah kegiatan membaca Belum, karena banyaknya kegiatan di luar yang biasa Anda lakukan itu menyebabkan Saya tidak bisa membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 279
No
9
Pertanyaan Jawaban sudah menjadi budaya dalam buku setiap hari. diri Anda sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan ?
Apakah ada modul khusus yg Tidak ada modul khusus membaca hanya mengulas materi tentang pemahaman yang diberikan dosen. Adanya membaca pemahaman? buku rekomendasi dosen untuk menjadi pedoman pembelajaran membaca, yakni bukunya Tarigan. 10. Buku pembelajaran seperti apa Bergambar, berwarna, dan memiliki judul yang dapat menarik minat baca yang menarik. Anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 280
Transkrip Wawancara
Nama Mahasiswa
: Destiana Prajayanti
NIM
: 1300003164
Hari, tanggal
: Senin, 2 Mei 2016
No Pertanyaan Jawaban 1. Kapan Anda berminat untuk Saya minat membaca ketika ujian, dan melakukan kegiatan membaca? ketika saya merasa bacaan tersebut menarik untuk dibaca. 2 Apakah dengan kualitas minat Kalau prestasi belajar tidak terlalu baca yang Anda miliki memengaruhi, karena saya merasa meski memengaruhi prestasi belajar saya tidak melakukan aktivitas membaca Anda selama ini? setiap hari namun IPK saya tetap bagus. 3
Bagaiama tingkat minat baca Saya merasa minat membaca saya kurang, yang Anda miliki agar maka saya akan terus berusaha meningmencapai prestasi belajar yang katkannya. baik?
4
Apakah motivasi yang dapat Selain agar mendapat berbagai mendorong diri Anda untuk pengetahuan baru, saya membaca juga melakukan kegiatan membaca? agar mendapat nilai kuliah yang bagus.
5
Apa saja faktor internal yang Faktor mood, motivasi, dan kondisi dapat memengaruhi kemam- emosilah yang dapat memengaruhi puan membaca pemahaman kemampuan membaca pemahaman saya. Anda?
7
Apa saja faktor eksternal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Suasana lingkungan dan pengaruh handphone serta televisi merupakan faktor eksternal yang dapat memengaruhi saya dalam memahami isi bacaan.
8
Manakah yang paling dominan diantara faktor internal dan faktor eksternal yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Faktor internal yang paling berpengaruh, karena bila motivasi membaca saya besar apapun faktor ekternal yang dapat memengaruhi pasti akan mudah saya atasi.
9
Apakah kegiatan membaca Belum, karena aktivitas membaca belum yang biasa Anda lakukan itu saya lakukan setiap hari. sudah menjadi budaya dalam diri Anda sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 281
No
Pertanyaan Jawaban dapat ditinggalkan ? 9 Apakah ada modul khusus yg Tidak ada modul khusus membaca hanya mengulas materi tentang pemahaman yang diberikan dosen. Adanya membaca pemahaman? buku rekomendasi dosen untuk menjadi pedoman pembelajaran membaca, yakni bukunya Tarigan. 10. Buku pembelajaran seperti apa Buku pembelajaran yang bergambar dan yang dapat menarik minat baca berwarna serta ukurannya tidak terlalu Anda? besar agar mudah di bawa kemana saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 282
Transkrip Wawancara
Nama Mahasiswa
: Siti Muhimmatush S
NIM
: 1300003180
Hari, tanggal
: Senin, 2 Mei 2016
No Pertanyaan Jawaban 1. Kapan Anda berminat untuk Minat membaca sudah tumbuh dari kecil, melakukan kegiatan membaca? mulai dari membaca hanya untuk hiburan maupun membaca untuk menghadapi persoalan sekolah. Minat baca tumbuh karena paksaan dari orangtua yang mengarahkan agar memiliki minat baca yang tinggi. 2 Apakah dengan kualitas minat Minat baca yang sudah dimiliki sangat baca yang Anda miliki memengaruhi prestasi belajar. Prestasi memengaruhi prestasi belajar yang baik tentu akan dapat diraih dengan Anda selama ini? membaca, karena manfaat dari membaca akan membuat kita tahu dan menambah ilmu pengetahuan yang sudah kita miliki. 3 Bagaimana tingkat minat baca Agar mencapai prestasi belajar yang baik yang Anda miliki agar saya akan berusaha keras belajar dengan mencapai prestasi belajar yang membaca buku-buku perkuliahan. baik? Sehingga dalam hal ini saya akan berusaha memaksimalkan minat membaca saya. Karena dengan prestasi belajar yang baik akan memunculkan rasa puas dalam diri saya dan dapat membahagiakan orang tua. 4 Apakah motivasi yang dapat Motivasi yang dapat mendorong diri saya mendorong diri Anda untuk membaca yaitu rasa ingin tahu akan suatu melakukan kegiatan membaca? hal/ ilmu dan ingin menambah ilmu saja. 5
6
Apa saja faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
Faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca adalah motivasi (dorongan dari hati), karena dengan membaca akan membuat pintar. Memiliki kesadaran bahwa untuk menjadi pintar dan berprestasi bisa diatasi dengan membaca. Apa saja faktor eksternal yang Faktor eksternal yang memengaruhi dapat memengaruhi kemam- kemampuan membaca adalah lingkungan puan membaca pemahaman dan waktu. Lingkungan dan waktu sangat Anda? memengaruhi kemampuan memahami apa yang kita baca, dengan waktu yang tepat akan memengaruhi mood kita untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 283
No
7
Pertanyaan
Jawaban membaca. Hidup di lingkungan yang baik atau buruk juga sangat memengaruhi kemampuan membaca. Lingkungan dan waktu yang tepat akan memengaruhi mood. Apabila mood bagus, maka kemampuan membaca juga bagus, begitu juga sebaliknya. Manakah yang paling dominan Faktor internal paling dominan dalam diantara faktor internal dan memengaruhi kemampuan membaca faktor eksternal yang meme- pemahaman saya. ngaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
8
Apakah kegiatan membaca yang biasa Anda lakukan itu sudah menjadi budaya dalam diri Anda sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan ?
9
Apakah ada modul khusus yg hanya mengulas materi tentang membaca pemahaman?
10. Buku pembelajaran seperti apa yang dapat menarik minat baca Anda?
Dulu selalu rutin melakukan kegiatan membaca, tetapi setelah menjadi mahasiswi tidak selalu mempunyai waktu untuk membaca, apalagi mood juga memengaruhi kegiatan membaca saya. Berbeda dengan ujian, saya akan lebih serius dalam melakukan kegiatan membaca. Kegiatan membaca belum menjadi budaya dalam diri saya, karena saya melakukan kegiatan membaca berdasarkan mood, tetapi ada kalanya waktu melakukan kegiatan membaca dengan serius. Biasanya lebih membaca bacaan yang sifatnya menghibur. Tidak ada modul khusus membaca pemahaman yang diberikan dosen, adanya hanya modul membaca yang di dalamnya terdapat berbagai jenis materi membaca. Di dalam modul membaca yang diberikan dosen materi membaca pemahaman juga hanya terbatas. Buku pembelajaran yang berwarna akan dapat lebih menarik minat saya untuk membacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 284
Transkrip Wawancara
Nama Mahasiswa
: Wahyu Purnomo
NIM
: 1300003196
Hari, tanggal
: Senin, 2 Mei 2016
No Pertanyaan Jawaban 1. Kapan Anda berminat untuk Minat melakukan kegiatan membaca melakukan kegiatan membaca? ketika mengisi waktu luang, membutuhkan referensi, mencari informasi, dan merasa topik bacaan yang menarik dan bermanfaat untuk dibaca. Sejak sekolah dasar sudah mulai suka membaca. Awalnya membaca buku, koran bekas, kemudian sekarang lebih suka membaca novel. 2 Apakah dengan kualitas minat Kualitas minat baca yang saya miliki baca yang Anda miliki meme- memengaruhi prestasi belajar saya selama ngaruhi prestasi belajar Anda ini, karena dengan membaca akan selama ini? menambah ilmu yang berkaitan dengan pelajaran di kampus ataupun tidak. 3 Bagaiama tingkat minat baca Saat ada ujian pasti minat membaca saya yang Anda miliki agar men- akan tinggi agar dapat mencapai prestasi capai prestasi belajar yang belajar yang baik. baik? 4
5
6
Apakah motivasi yang dapat Motivasi yang dapat mendorong diri saya mendorong diri Anda untuk untuk membaca adalah ingin menambah melakukan kegiatan membaca? informasi lebih banyak. Apalagi seorang mahasiswa juga harus banyak membaca untuk memperkaya pengetahuan. Apa saja faktor internal yang Faktor internal yang dapat memengaruhi dapat memengaruhi kemam- kemampuan membaca saya adalah puan membaca pemahaman motivasi, sikap dan minat, kondisi emosi, Anda? ketertarikan terhadap bacaan dan manfaat. Tetapi faktor internal yang sangat memengaruhi kemampuan membaca saya adalah kondisi emosi. Kondisi emosi ketika sedang membaca sangat memengaruhi tingkat pemahaman bacaan. Apa saja faktor eksternal yang Tidak ada karena lebih ke faktor internal. dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 285
No Pertanyaan 7 Manakah yang paling dominan diantara faktor internal dan faktor eksternal yang memepengaruhi kemampuan membaca pemahaman Anda? 8
Apakah kegiatan membaca yang biasa Anda lakukan itu sudah menjadi budaya dalam diri Anda sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat ditinggalkan ?
Jawaban Faktor internallah yang paking memengaruhi kemampuan membaca pemahaman saya, terlebih dalam menghadapi kondisi emosi.
Kebiasaan membaca saya lakukan kalau keadaan emosi saya tenang dan membaca topik bacaan yang saya sukai. Berbeda dengan bahan bacaan referensi kuliah, saya harus memaksakan diri untuk membaca yang berkaitan dengan topik perkuliahan. Kegiatan membaca belum sepenuhnya menjadi budaya dalam diri saya, sehingga kadang-kadang masih tidak teratur dalam menumbuhkan kebiasaan membaca. Ketidakaturan biasanya disebabkan oleh waktu luang digunakan untuk mengerjakan tugas padahal buku bacaan yang dimiliki masih sedikit. 9 Apakah ada modul khusus yg Tidak ada modul khusus membaca hanya mengulas materi tentang pemahaman yang diberikan dosen. Adanya membaca pemahaman? buku rekomendasi dosen untuk menjadi pedoman pembelajaran membaca, yakni bukunya Tarigan. 10. Buku pembelajaran seperti apa Buku yang berwarna dan bergambar. yang dapat menarik minat baca Anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pemahaman Pengembangan Materi Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
SHINTA PRABOWATI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Kata Pengantar Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan penulisan Modul Membaca Pemahaman. Modul ini baik digunakan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester II ke atas. Modul Membaca Pemahaman memuat materi-materi yang dibutuhkan oleh mahasiswa calon guru bahasa Indonesia dalam membangun kemampuan membaca pemahaman. Kemampuan membaca pemahaman dibutuhkan mahasiswa pada era perkembangan IPTEKS saat ini agar dapat mengikuti laju perkembangan zaman. Akhir kata, penyusun ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu tersusunnya modul ini. Semoga buku ini bermanfaat. Selamat belajar dan semoga sukses.
Yogyakarta, Mei 2016
Penyusun
Budayakan Membaca
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Pedoman Menggunakan Modul Sebagai buku teks untuk perkuliahan, organisasi buku disusun dari beberapa komponen. Oleh karena itu, guna mempermudah dalam menggunakan buku ini, sebaiknya mahasiswa mengetahui terlebih dahulu sertiap bagian dalam buku. Setiap bab selalu di awali dengan judul bab. Setiap judul bab diikuti dengan rumusan Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator. Setelah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator, setiap bab mengulas uraian materi dari awal hingga akhir beserta cuplikan informasi yang menarik berkaitan dengan materi. Pada akhir setiap bab, disertai pula rangkuman serta tugas dan latihan untuk membantu mempermudah pemahaman isi buku. Adapun, setiap komponen dalam buku ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Bab
Standar Kompetensi: Memiliki kemampuan untuk memahami materi membaca pemahaman.
Kompetensi Dasar: Memahami proses membaca pemahaman, prinsip membaca pemahaman, dan teknik membaca.
Indikator: Kognitif Mahasiswa menjelaskan proses membaca pemahaman.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Indikator Berisi deskripsi pengetahuan dan keterampilan minimal yang harus dikuasai mahasiswa setelah mempelajari materi. Budayakan Membaca
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Tahukah Anda? Selain berbagai strategi pembelajaran membaca pemahaman yang telah dijabarkan dalam bab ini, masih banyak strategi-strategi lain yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman seperti strategi ECOLA, GIST, CIRC, REAP, OK4R dan lain sebagainya.
Rangkuman 1.
Strategi DRTA merupakan sebuah strategi pembelajaran membaca pemahaman yang terdiri dari langkah Direct, Reading, Thinking, dan Activities. Strategi ini merupakan sebuah strategi pembelajaran dimana guru memberikan motivasi terhadap usaha dan konsentrasi siswa dengan cara melibatkan siswa secara intelektual serta mendorong siswa merumuskan pertanyaan dan hipotesis, dan memproses informasi dan mengevaluasi solusi sementara. Tujuan dari strategi DRTA adalah untuk melatih siswa dalam menggunakan konsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius.
Tugas dan Latihan 1 Berupa soal latihan terkait materi untuk melatih kemampuan membaca pemahaman. Tugas dan Latihan 2 Berupa soal di luar materi untuk melatih kemampuan membaca pemahaman. Budayakan Membaca
Tahukah Anda? Berisi seputar informasi menarik yang berkaitan dengan materi.
Rangkuman Berupa kumpulan garis-garis besar materi.
Tugas dan Latihan 1 1.
2.
Rubin berpendapat bahwa membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Bagaimana Anda memberi penjelasan tentang hal ini! Apa yang Anda ketahui mengenai skemata? Dalam diri Anda, apakah skemata berpengaruh dalam proses memahami suatu bacaan/teks, jelaskan!
Tugas dan Latihan 2 Di bawah ini telah disajikan beberapa penggalan teks. Baca dan temukanlah makna tersirat dan tersurat yang terkandung dalam setiap bacaan! 1. Kisah menyedihkan menimpa seorang wanita di India.Gara-gara menggunakan rok mini, ia dilarang naik pesawat dengan rute penerbangan Mumbai barat ke New Delhi. Sebagaimana dilansir Indian Express, seorang pejabat di maskapai penerbangan Indigo menahan penumpang yang tak diketahui namanya itu masuk ke (Dikutip dari: Harian Jogja, 31 Oktokber 2015).
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Daftar Isi Kata Pengantar ...................................................................i Pedoman Menggunakan Modul .........................................ii Daftar Isi .............................................................................iv Bab 1. Pengertian dan Tujuan Membaca Pemahaman...1 A. Pengertian Membaca Pemahaman ...........................4 B. Tujuan Membaca Pemahaman .................................9 C. Skemata dalam Proses Memahami Bacaan ............10 Rangkuman ....................................................................12 Tugas dan Latihan 1 .......................................................13 Tugas dan Latihan 2 .......................................................14 Bab 2. Proses, Prinsip, dan Teknik Membaca Pemahaman .........................................................17 A. Proses Membaca Pemahaman .................................19 B. Prinsip Membaca Pemahaman ................................20 C. Teknik Membaca Pemahaman ................................25 Rangkuman ....................................................................32 Tugas dan Latihan 1 .......................................................33 Tugas dan Latihan 2 .......................................................33 Bab 3. Jenis Membaca Pemahaman dan Faktor yang Memengaruhi Proses Membaca Pemahaman .........................................................36 A. Jenis Membaca Pemahaman ....................................39 1. Pemahaman Literal ............................................39 2. Pemahaman Interpretatif ...................................41 3. Pemahaman Kritis .............................................42 4. Pemahaman Kreatif ...........................................45 Budayakan Membaca
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Membaca Pemahaman ............................................47 Rangkuman.....................................................................53 Tugas dan Latihan 1 .......................................................54 Tugas dan Latihan 2 .......................................................55 Bab 4. Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman 57 A. Strategi DRTA ........................................................60 B. Strategi PORPE .......................................................63 C. Strategi PQ4R ..........................................................66 D. Strategi CALLA ......................................................68 E. Strategi SQ3R ..........................................................74 F. Strategi PQRST .......................................................77 G. Strategi KWL ..........................................................79 H. Strategi MURDER ..................................................82 Rangkuman......................................................................85 Tugas dan Latihan 1 .......................................................87 Tugas dan Latihan 2 .......................................................88 Bab 5. Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman ..........................................90 A. Menumbuhkan Minat Baca .....................................93 B. Memberi Motivasi dalam Diri .................................95 C. Memilih Strategi Pembelajaran Membaca yang Relevan ...........................................................97 D. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif ..........98 Rangkuman....................................................................101 Tugas dan Latihan 1 .....................................................101 Tugas dan Latihan 2 .....................................................102 Bab 6. Budaya Membaca ................................................108 A. B. C. D.
Pendahuluan ..........................................................111 Pengertian Kebiasaan Membaca ...........................113 Membentuk Kebiasaan Membaca Efisien .............114 Budaya Baca ..........................................................117
Budayakan Membaca
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
E. Kondisi Budaya Baca di Indonesia .......................119 Rangkuman....................................................................123 Tugas dan Latihan 1 .....................................................124 Tugas dan Latihan 2 .................................................... 125 Daftar Pustaka .................................................................127
Budayakan Membaca
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
1
Bab
Budayakan Membaca
https://www.instagram.com/eanggirospidia/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
2
Standar Kompetensi: Memiliki kemampuan untuk memahami materi membaca pemahaman. Kompetensi Dasar: Memahami pengertian membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman, dan peran skemata dalam proses memahami isi bacan. Indikator: Kognitif (Pengetahuan): 1.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian membaca pemahaman. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan membaca pemahaman. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian skemata. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan peran keluarga dalam membentuk skemata. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan peran kemampuan menangkap makna tersirat dalam memahami bacaan menurut teori Rivers dan Temperly. 6. Mahasiswa mampu menjelaskan teori skema menurut Brown dan Grabe. 7. Mahasiswa mampu menjelaskan arti kata/istilah dalam teks Keadaan Pendidikan Saat Ini. 8. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro dalam teks Keadaan Pendidikan Saat Ini. 9. Mahasiswa mampu menjelaskan ide pokok dalam teks Keadaan Pendidikan Saat Ini. 10. Mahasiswa mampu menjelaskan makna tersirat dan tersurat dalam teks Keadaan Pendidikan Saat Ini.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
3
11. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pokok masalah dalam teks Keadaan Pendidikan Saat Ini. 12. Mahasiswa mampu menjelaska cara memecahkan masalah yang dalam teks Keadaan Pendidikan Saat Ini.
Keterampilan Abstrak: 1. 2.
3. 4.
Mahasiswa mampu membuat kesimpulan tentang peran skemata dalam proses memahami isi bacaan. Mahasiswa mampu membuat prediksi kemungkinan yang dapat terjadi setelah membaca teks Keadaan Pendidikan Saat Ini. Mahasiswa mampu membuat kesimpulan dalam teks Keadaan Pendidikan Saat Ini. Mahasiswa mampu membuat argumen terkait keadaan pendidikan di Indonesia saat ini.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
4
A. Pengertian Membaca Pemahaman Membaca pemahaman merupakan salah satu jenis kegiatan membaca. Adapun posisi membaca pemahaman dalam jenis membaca dapat digambarkan dengan bagan berikut.
Membaca
Membaca Nyaring
Membaca dalam Hati
Membaca Intensif
Membaca Telaah Isi
Membaca Pemahaman
Pemahaman sangat diperlukan dalam membaca teks/bacaan untuk memperoleh informasi yang tepat. Memahami sebuah teks tertulis berarti dapat menyarikan informasi yang diperlukan dari bacaan tersebut seefisien mungkin. Adapun untuk memahami sebuah teks bacaan, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan yaitu membaca pemahaman, untuk dapat melakukan aktivitas membaca pemahaman, seseorang perlu memahami terlebih dahulu pengertian tentang membaca pemahaman. Pengertian Membaca Pemahaman Menurut Para Ahli 1. Henry Guntur Tarigan Menurut Tarigan (2008: 58), membaca pemahaman (reading for understanding) adalah jenis membaca untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi. Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
5
menggunakan strategi tertentu, strategi yang digunakan pembaca tergantung dengan tujuan akhir yang ingin dicapai pembaca. Membaca pemahaman dapat pula diartikan sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Kegiatan ini minimal akan melibatkan dua keterampilan dasar membaca, yakni keterampilan visual dan kognitif. Keterampilan visual merupakan keterampilan memahami lambang-lambang bahasa tulis dalam teks, dan keterampilan kognitif merupakan keterampilan memaknai informasi dan pesan yang terdapat dalam teks tersebut. Kedua keterampilan tersebut akan berperan secara timbal balik selama seseorang melakukan kegiatan membaca pemahaman. 2. D. P. Tampubolon Menurut Tampubolon (1990: 5), membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca untuk membina daya nalar. Membaca dalam pembinaan daya nalar merupakan kegiatan membaca yang dilakukan seseorang untuk memahami suatu makna yang tersirat pada hal tertulis, maka sebab itu untuk memahami suatu makna, seseorang harus melatih daya nalar agar dapat menangkap makna tersirat dalam tulisan. 3. D. Rubin Menurut Rubin (dalam Somadayo, 2011: 7), membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Pendapat ini memandang bahwa dalam membaca pemahaman, secara serentak terjadi proses dua arah dalam pikiran pembaca ketika melakukan aktivitas membaca. Pembaca secara aktif merespon dengan mengungkapkan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
6
bunyi tulisan dan bahasa yang digunakan oleh penulis. Maka pembaca dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalam teks yakni makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Pemahaman terhadap bacaan itu sendiri terjadi melalui proses memadukan pengetahuan dalam skemata pembaca dengan konsep, pengertian atau fakta yang terdapat dalam bahan bacaan. Pemahaman terhadap suatu bahan bacaan tidak hanya bergantung pada apa yang terdapat dalam bacaan saja, melainkan juga bergantung pada pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki pembaca. Proses ini merupakan proses di mana pembaca secara aktif membangun pemahamannya terhadap bacaan. 4. Pearson dan Jhonson Pearson dan Jhonson (dalam Somadayo, 2011: 10) menyatakan bahwa, aktivitas membaca pemahaman merupakan beberapa proses yang menjadi sebuah rangkaian proses membaca yang mempunyai karakteristik tersendiri. Membaca pemahaman juga merupakan penyusunan pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca sehingga dalam proses membaca terjadi interaksi bahasa dan pikiran. 5. Smith Smith (dalam Somadayo, 2011: 9) menyatakan bahwa, membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru dari suatu bacaan/teks dengan cara menghubungkan informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki pembaca sebelumnya. Disamping menghubungkan informasi dan mendapat pengetahuan baru, aktivitas yang dilakukan oleh pembaca dalam memahami bahan bacaan dapat diklasifikasi menjadi pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
7
6. Thomas N Turner Turner (dalam Somadayo, 2011: 10) mengungkapkan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami bacaan secara baik apabila ia mampu: 1. mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya; 2. mengetahui makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan; 3. memahami seluruh makna secara kontekstual; dan 4. membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalamaan membaca. 7. Soedarso Menurut Soedarso (2006: 58), pemahaman atau komprehensif adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide-ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Agar dapat memahami itu, seseorang perlu menguasai perbendaharaan katanya, serta akrab dengan struktur dasar dan dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa). Kemampuan setiap orang dalam memahami apa yang dibaca pastilah berbeda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan. Oleh karena itu, memahami sebuah bacaan harus memperhatikan hal tersebut jika ingin memiliki pemahaman bacaan yang baik. 8. Burhan Nurgiantoro Menurut Nurgiantoro (2010: 5), membaca pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Inti dari kemampuan membaca pemahaman adalah memahami Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
8
informasi yang disampaikan oleh penulis. Adapun, aspek kemampuan membaca pemahaman meliputi pemahaman makna kata-kata, pemahaman makna kalimat, pemahaman ide pokok paragraf, pemahaman ide penjelas, dan pemahaman isi keseluruhan wacana. 9. Samsu Somadayo Menurut Somadayo (2011: 10), membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dengan demikian, terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu: 1. Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik, 2. Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca, dan 3. Proses memperoleh makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki. 10. Yunus Abidin Menurut Abidin (2014: 59), membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk kegiatan membaca dengan tujuan memperoleh informasi yang terkandung dalam teks bacaan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa membaca pemahaman adalah suatu aktivitas membaca yang dilakukan seseorang untuk memahami dan menyarikan segala informasi yang ada dalam suatu bacaan seefisien mungkin. Seseorang dapat dikatakan memahami suatu bacaan apabila ia mampu menjelaskan setiap arti kata/istilah, menangkap makna tersirat dan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
9
tersurat, menganalisis, menyimpulkan, membuat prediksi, dan mengevaluasi bahan bacaan.
Tahukah Anda? Hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) di Indonesia dengan sampel penelitian 7,355 siswa mulai dari umur 15 tahun dari 290 sekolah, menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6% dari siswa hanya bisa membaca tanpa bisa menangkap maknanya, dan sebanyak 24,8% hanya bisa mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan.
B. Tujuan Membaca Pemahaman Ketika melakukan sesuatu seseorang pastilah memiliki tujuan, sama halnya dengan kegiatan membaca pemahaman. Terdapat beberapa tujuan dalam membaca pemahaman yang dipaparkan oleh beberapa ahli. Menurut Rivers dan Temperly (dalam Somadayo, 2011: 11) tujuan utama membaca pemahaman adalah memperoleh pemahaman. Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaan/teks secara menyeluruh. Seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Kemampuan menangkap arti kata dan ungkapan yang digunakan penulis, 2. Kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat, dan 3. Kemampuan membuat simpulan.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
10
Semua aspek-aspek kemampuan membaca tersebut dapat dimiliki oleh seorang pembaca yang telah memiliki tingkat kemampuan membaca tinggi. Namun, tingkat pemahamannya tentu saja terbatas. Artinya, mereka belum tentu dapat menangkap maksud bacaan/teks sama persis dengan yang dimaksud oleh penulis. Selain itu, Anderson (dalam Somadayo, 2011: 12) menyatakan bahwa, membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain: 1. Membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan faktafakta, 2. Membaca untuk mendapatkan ide pokok, 3. Membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks, 4. Membaca untuk mendapatkan kesimpulan, 5. Membaca untuk mendapatkan klasifikasi, dan 6. Membaca untuk membuat perbandingan/pertentangan. Menurut Tarigan (1986: 117), tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: 1. Mengapa hal itu merupakan judul atau topik, 2. Masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut, dan 3. Hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
C. Skemata dalam Proses Memahami Bacaan Berbicara tentang membaca pemahaman, para ahli sepakat bahwa skemata menjadi salah satu penentu keberhasilan pembaca dalam usaha memahami isi teks/bacaan. Keadaan rumah, masyarakat, sekolah, budaya,
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
11
dan karakteristik pribadi, semua itu membentuk pengalaman yang dibawa pembaca ketika berhadapan dengan bacaan. Pengalaman hidup atau latar belakang pengetahuan itu berpengaruh kepada pembaca dalam membangun makna. Di dalamnya termasuk bagaimana mereka menginterpretasi dan menarik pesan bacaan. Dalam aktivitas membaca dikenal suatu konsep yang berhubungan dengan proses pemahaman, yaitu skema atau skemata. Skemata mengacu pada latar belakang pengetahuan atau latar belakang informasi. Aebersold dan Field (dalam Subadiyono, 2014: 20) menyebutkan bahwa latar belakang informasi yang dibawa pembaca ke dalam teks termasuk pengetahuan kebiasaan dan kepercayaan berdasarkan pengalaman hidup mereka sendiri sering disebut sebagai skema. Anderson dan Pearson (dalam Subadiyono, 2014: 20) menjelaskan bahwa istilah skema mengacu pada susunan aktivitas masa lalu atau pengalaman masa silam. Teori skema menyatakan bahwa, informasi baru dibangun dengan mencocokan informasi yang sedang hadir di dalam otak. Brown (dalam Subadiyono, 2014: 20) menjelaskan teori skema berdasarkan hasil riset menunjukkan bahwa membaca adalah hanya sambil lalu visual. Informasi disumbangkan lebih banyak oleh pembaca daripada oleh yang tercetak pada halaman. Pembaca mengerti apa yang dibaca karena memperoleh stimulus di luar gambaran grafik dan dapat menentukan keanggotaan kelompok yang sesuai dengan suatu konsep yang telah tersimpan dalam memori. Selain itu, berdasarkan teori skema Grabe (dalam Subadiyono, 2014: 21), pemahaman teks adalah proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dan teks. Pemahaman yang efisien menuntut kecakapan menghubungkan materi teks dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pemahaman kata, kalimat, dan keseluruhan teks melibatkan lebih dari sekadar menggantungkan pada pengetahuan linguistis
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
12
seseorang, karena setiap proses pemahaman melibatkan pengetahuan tentang realita dunia sekaligus. Riset pada teori skema yang dilakukan oleh Carrell dkk pada tahun 1992 telah berhasil mengidentifikasi beberapa tipe skema, yaitu (1) skema isi (content schema) memberi pembaca berupa fondasi, suatu dasar untuk perbandingan, (2) skema bentuk (formal schema) yang mengacu secara langsung pada bentuk organisasi dan struktur retoris suatu teks, dan (3) skema linguistis (linguistic schema) yang mencakup ciri dekoding yang diperlukan untuk mengenali kata dan bagaimana kata-kata itu terangkai dalam kalimat. Berdasarkan teori ini, dapat diketahui bahwa seseorang yang memiliki banyak latar belakang pengetahuan akan lebih baik dalam memahami bacaan daripada yang memiliki lebih sedikit pengetahuan. Demikian juga persiapan pembaca tentang sesuatu yang akan mereka baca secara aktif membangun pengetahuan awal topik yang akan memberi fasilitas dalam aktivitas memahami isi teks/bacaan.
Rangkuman 1. Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca yang bermaksud untuk memahami makna kata yang terkandung, ide pokok, serta keseluruhan isi dari bahan bacaan. 2. Tujuan umum membaca pemahaman adalah untuk memahami seluruh isi bacaan dalam teks. 3. Secara khusus tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh rincian-rincian serta fakta-fakta, mendapatkan ide pokok, mendapatkan urutan organisasi teks, mendapatkan kesimpulan, mendapatkan klasifikasi, dan membuat perbandingan atau pertentangan dari sebuah bacaan/teks yang telah dibaca. 4. Seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki kemampuan menangkap arti kata dan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
13
ungkapan yang digunakan penulis, kemampuan menangkap makna tersurat dan makna tersirat, serta kemampuan membuat simpulan. 5. Skemata adalah gambaran psikologis yang telah dimiliki pembaca ketika akan melakukan kegiatan membaca. Skemata dapat berupa hasil pengalaman/pengetahuan yang telah diperoleh terdahulu oleh pembaca. 6. Peran skemata dalam memahami suatu bacaan/teks dianggap sangat penting karena seseorang yang telah memiliki pengetahuan/pengalaman atas semua bacaan akan lebih mudah dalam memahami suatu bacaan.
Tugas dan Latihan 1 1. Jelaskan pengertian membaca pemahaman berdasarakan pemahaman Anda! 2. Menurut Rubin membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Apa maksudnya, jelaskan! 3. Jelaskan tujuan membaca pemahaman! 4. Menurut Anderson salah satu tujuan dari membaca pemahaman adalah untuk membuat perbandingan atau pertentangan, mengapa demikian? Jelaskan! 5. Apakah yang dimaksud dengan skemata? 6. Buatlah sebuh kesimpulan tentang peran skemata dalam proses memahami isi bacaan/teks, jelaskan! 7. Jelaskan bagaimana peran keluarga dalam membentuk skemata pembaca! 8. Menurut Rivers dan Temperly seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki 3 kemampuan, salah satunya yaitu kemampuan menangkap makna tersirat, mengapa demikian? Jelaskan!
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
14
9.
Brown menjelaskan teori skema berdasarkan hasil riset yang menunjukkan bahwa membaca hanya sambil lalu visual. Apa maksudnya, jelaskan! 10. Grabe menyatakan, bahwa pemahaman teks adalah proses interaktif antara latar belakang pengetahuan pembaca dan teks, mengapa demikian? Jelaskan!
Tugas dan Latihan 2 Bacalah potongan opini berjudul “Keadaan Pendidikan saat Ini” di bawah ini! Keadaan Pendidikan saat Ini Pendidikan di Indonesia saat ini masih menghadapi persoalan dan tantangan yang kompleks dan mendasar, sekaligus menyongsong harapan di tengan era global. Bangsa Indonesia dengan pasti tidak dapat menghindar dari pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang memengaruhi segala aspek berkehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sebagai bangsa yang relatif muda (belum sampai berumur satu abad), tentulah jika masa depan kita berorientasi kepada kecenderungan modus (standar) internasional dewasa ini, akan banyak dijumpai kekurangan-kekurangan yang bersifat ontologis baik yang menyangkut sumber daya manusia maupun penguasaan teknologi. Derasnya aliran barang, jasa, pengetahuan, dan teknologi dari luar negeri tidak diimbangi dengan kesadaran adanya aliran pemikiran/paham, karakter atau gaya hidup yang tidak sesuai dengan karakter dan budaya bangsa. Sehingga bangsa dan masyarakat Indonesia dewasa ini bersifat terbuka absolut dari pengaruh luar. Hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia dewasa ini seakan mengalami disorientasi baik dari segi ekonomi, politik,
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
15
sosial, budaya dan pendidikan. Dewasa ini Indonesia sedang mengalami disorientasi epoleksosbud. Revolusi mental yang digulirkan oleh Presiden Joko Widodo kiranya patut direnungkan, digali dan diimplementasikan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan. Revolusi mental perlu didukung dengan penguatan 4 (empat) pilar yaitu: Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Kegamangan pendidikan salah satunya disebabkan oleh keraguan menetapkan komitmen terhadap konsep pendidikan yang berkarakter Indonesia. Selama ini bangsa Indonesia telah terbuai dengan janji dan implementasi berbagai konsep pendidikan dari luar yang ternyata hanya menjauhkan atau mencerabut marwah ke Indonesiaan dari generasi ke generasi berikutnya. Sudah saatnya kita menggali, mengembangkan dan mengimplementasikan harta karun konsep pendidikan asli Indonesia yaitu yang salah satunya telah digagas dan diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Hanya di Indonesialah terdapat konsep ing ngarsa sung tuladha dan tut wuri handayani. Sementara di negara-negara Barat, mereka hanya unggul ing madya mangun karsa. Jelaslah kiranya bahwa konsep pendidikan dari Ki Hajar Dewantara cukup menjanjikan solusi untuk mengatasi krisis multidimensi bangsa. Adalah tantangan dan tugas kita semua, para pelaku dan stake holder pendidikan untuk mampu menggali dan mengimplementasikannya. Sementara pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional diharapkan mampu memfasilitasi dan membuat kebijakan kependidikan yang selaras dengan semangat tersebut. (Sumber: Harian kompas 17 Juni 2015)
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
16
Setelah Anda membaca potongan opini di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini dan diskusikan bersama teman Anda! 1.
Dari teks di atas, dijumpai beberapa istilah yang digunakan, jelaskan arti kata dari istilah: a. Ontologis, d. Stake holder, b. Disorientasi, e. Multidimensi. c. Epoleksosbud, 2. Sebut dan jelaskan konsep pendidikan asli Indonesia yang telah digagas dan diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara! 3. Jelaskan ide pokok dari teks di atas! 4. Apakah makna tersirat yang terdapat dalam paragraf kedua dari teks di atas? 5. Apakah makna tersurat yang terdapat dalam paragraf ketiga dari teks di atas? 6. Sebutkan beberapa pokok masalah yang dibahas dalam teks di atas! 7. Setelah membaca teks di atas, bagaimana pendapat Anda dalam memecahkan masalah terkait keadaan pendidikan di Indonesia saat ini? 8. Setelah membaca teks di atas, buatlah sebuah prediksi yang mungkin dapat terjadi! 9. Buatlah sebuah kesimpulan dari teks di atas! 10. Sebagai generasi muda Indonesia, berikan pendapat Anda terkait keadaan pendidikan di Indonesia saat ini. ---o0o---
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
17
Bab
https://www.instagram.com/harwindayustisia/
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
18
Standar Kompetensi: Memiliki kemampuan untuk memahami materi membaca pemahaman. Kompetensi Dasar: Memahami proses membaca pemahaman, prinsip membaca pemahaman, dan teknik membaca. Indikator: Kognitif (Pengetahuan): 1.
Mahasiswa mampu menjelaskan proses membaca pemahaman. 2. Mahasiswa mampu menyimpulkan prinsip membaca pemahaman menurut McLaughlin dan Allen. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses membaca pemahaman menurut Harjasujana. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan arti kata kemahiraksaraan menurut McLaughlin dan Allen. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai teknik membaca. 6. Mahasiswa menjelaskan karakteristik teknik top-down. 7. Mahasiswa mampu menjelaskan arti data driven processing dalam teknik membaca bottom-up. 8. Mahasiswa mampu menjelaskan keterkaitan skemata dengan teknik membaca. 9. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kelebihan teknik membaca interaktif dari teknik bottom-up dan top-down. 10. Mahasiswa mampu menjelaskan makna tersirat dan tersurat dalam potongan artikel di tugas dan latihan 2. Keterampilan Abstrak: 1. Mahasiswa mampu membuat perbedaan dari teknik membaca top-down dan teknik membaca interaktif.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
A.
19
Proses Membaca Pemahaman
Menurut Harjasujana (dalam Somadayo, 2011: 13), membaca pemahaman merupakan suatu proses yang aktif dan bukan merupakan proses yang pasif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya. Proses membaca juga tidak selamanya identik dengan proses mengingat. Membaca bukan suatu aktivitas menghafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan, yang lebih penting dalam proses membaca pemahaman adalah menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik. Membaca pemahaman merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Bruns (dalam Somadayo, 2011: 14) proses membaca pemahaman terdiri atas sembilan aspek, yaitu: 1. Sensori, atau mengamati simbol-simbol tulisan, 2. Perseptual, atau menginterpretasi apa yang diamati, 3. Urutan. Mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata yang tertulis, 4. Pengalaman. Menghubungkan kata-kata dalam bacaan dan maknanya dengan pengalaman/pengetahuan yang dimiliki, 5. Pikiran. Membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca, 6. Pembelajaran. Mengingat apa yang dipelajari sebelumnya, dan memasuki gagasan serta fakta-fakta baru, 7. Asosiasi atau membangun asosiasi. 8. Sikap. Menyikapi secara personal tugas membaca, dan 9. Gagasan. Mengumpulkan serta menata semua gagasan sehingga dapat memahami semua materi yang dibaca. Terkait dengan pendapat di atas, Glaser dan Searfoss (dalam Somadayo, 2011: 15) mengemukakan bahwa siswa yang kurang mampu membaca dan merasakan bahwa ia tidak
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
20
mempunyai kemampuan yang memadai dalam memahami bahan bacaan, maka salah satu peran dari aktivitas membaca adalah membantu siswa mengubah perasaannya tentang kemampuan belajar membacanya dan meningkatkan rasa harga dirinya (self esteem). Haris dan Sipai (dalam Somadayo, 2011: 15) mengatakan empat aspek utama yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang yaitu: 1. 2. 3. 4.
Pembaca yang lemah (poor reader), Pengalaman tentang keberhasilan, Anak yang berusaha dengan tidak semangat, dan Tidak merencanakan kegiatan-kegiatan membaca.
Perlu kalian Ketahui 1. 2. 3.
4.
Agar dapat memahami suatu bacaan/teks, secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu: menentukan tujuan membaca, preview artinya membaca selayang pandang, membaca secara keseluruhan isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok, makna tersirat, dan makna tersurat yang tertuang dalam setiap paragrafnya, dan mengemukakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kalimat dan kata-kata sendiri.
B. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman Menurut McLaughlin dan Allen (dalam Somadayo, 2011: 16), prinsip-prinsip membaca pemahaman berdasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah sebagai berikut ini.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
21
1. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial. Adersen (dalam Abidin, 2014: 62) mengemukakan bahwa kaum konstruktivis meyakini bahwa siswa membangun pengetahuan dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahuinya. Ketika aktivitas membaca, konsep ini direfleksikan pada perkembangan belajar yang didasarkan skemata, yang meyakini bahwa belajar terjadi apabila informasi baru dihubungkan dengan apa yang diketahui. Seorang siswa yang mempunyai lebih banyak pengalaman dalam suatu topik tertentu akan lebih mudah membuat hubungan antara apa yang diketahui dengan apa yang akan dipelajari. 2. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. Keseimbangan kemahiraksaraan merupakan kerangka kerja kurikulum yang memberikan kedudukan yang sama antara membaca dan menulis serta mengenal pentingnya dimensi kognitif dan afektif kemahiraksaraan. Kemahiraksaraan makna membuatnya terlibat dalam proses membaca dan menulis secara penuh. 3. Guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa. Guru yang unggul sadar apa yang dikerjakan dengan baik dan apa yang dibutuhkan siswa untuk berhasil. Guru yang unggul mengetahui pentingnya setiap siswa memiliki kemahiraksaraan. Dalam proses membaca, guru berperan untuk menciptakan pengalaman yang memperkenalkan, memelihara, atau memperluas kemampuan siswa untuk memahami suatu teks. Guru seperti ini mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang berbagai aspek kemahiraksaraan, mencakup membaca dan menulis. Mereka mengajar untuk berbagai tujuan, menggunakan metode yang berbeda-beda, bahan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
22
pengajaran dan pengelompokan pola-pola untuk memfokuskan pada kebutuhan individu, minat, dan gaya belajar. 4. Pembaca yang baik memegang peranan yang sangat strategis dan berperan aktif dalam proses membaca. Dalam paradigma baru, kurikulum menekankan hubungan yang kuat antara kemahiraksaraan dan isi. Siswa belajar pentingnya membaca, menulis, dan berpikir kritis untuk keefektifan belajar mandiri. Mereka belajar bagaimana menggunakan kemahiraksaraan sebagai salah satu alat menemukan dan menguasai bacaan. Strategi yang berdasarkan kemahiraksaraan mendukung kurikulum baru dengan menekankan proses belajar, berpikir kritis, dan memonitor diri sendiri, (Cox, dalam Abidin, 2014: 62). Lebih lanjut McLaughlin & Allen menyatakan pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan membaca mereka dari teks yang mereka baca. Pembaca yang baik menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun makna. Strategi ini mencakup tinjauan, membuat pertanyaan sendiri, membuat hubungan, memvisualisasikan, mengetahui bagaimana kata-kata membentuk makna, memonitor, meringkas, dan mengevaluasi. 5. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. Siswa perlu setiap hari mengakrabkan diri dengan teks dalam berbagai tingkat kesulitan. Ketika tingkat teks yang sedang dibaca adalah teks yang sulit, guru membantu siswa meningkatkan pengalaman belajar dan siswa menerima berbagai tingkat dukungan dari guru, bergantung pada tujuan dan setting pengajaran. Sebagai
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
23
contoh, apabila teks tersebut merupakan tantangan, guru bisa menggunakan jenis membaca nyaring untuk memberikan dukungan yang penuh pada siswa. Apabila teks itu tepat untuk pembelajaran, siswa mempunyai dukungan seperti yang diperlukan, dengan dorongan atau tanggapan apabila dipersyaratkan. Terakhir, apabila teks tepat untuk membaca mandiri (teks yang mudah dipahami), siswa hanya membutuhkan sedikit atau bahkan tanpa dukungan guru. 6. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas. Akrab dengan berbagai jenis materi bacaan akan meningkatkan pemahaman siswa. Pengalaman membaca berbagai jenis materi bacaan memberikan siswa pengetahuan sejumlah struktur teks dan meningkatkan proses memahami suatu teks. 7. Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca. Blachowies & Fisher (dalam Abidin, 2014: 63) mengidentifikasikan empat petunjuk (guide lines) untuk pengajaran kosakata. Mereka mengemukakan bahwa (1) siswa hendaknya diperkenalkan secara aktif dalam memahami kata-kata dan dihubungkan dengan strategistrategi, (2) belajar kosakata hendaknya sesuai dengan selera (keinginan) siswa, (3) siswa diajarkan mengakrabi kata-kata, dan (4) siswa harus mengembangkan kosakatanya melalui wacana-wacana yang diulang penggunaannya dari berbagai sumber informasi. 8. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. Tierry (dalam Abidin, 2014: 63) menggambarkan proses berpikir tidak dapat terlepas dalam aktivitas membaca, oleh karenanya siswa (dalam pikiran mereka)
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
24
harus menjadi bagian dari cerita. Guru bisa mempertahankan dan mengembangkannya dengan mendorong siswa membaca untuk tujuan yang jelas dan nyata serta merespon dengan cara-cara yang bermakna, selalu memusatkan pada pemahaman, hubungan pribadi, dan tanggapan pembaca. Keterlibatan pembaca termotivasi untuk membaca dengan berbagai tujuan, memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya untuk membangkitkan pemahaman baru serta berpartisipasi dalam interaksi sosial yang bermakna tentang bahan bacaan. 9. Gunakan strategi dan keterampilan membaca pemahaman yang bisa diajarkan mencakup sebagai berikut: a. Peninjauan – mengaktifkan latar belakang pengetahuan memprediksi, dan menyusun tujuan. b. Membuat pertanyaan sendiri – membuat pertanyaan untuk memandu membaca. c. Membuat hubungan, menghubungkan membaca dengan dirinya sendiri, teks, dan lain-lain. d. Memvisualisasikan – menciptakan gambaran secara mental sambil membaca. e. Mengetahui bagaimana kata-kata menjadi kalimat bermakna, memahami kata-kata melalui perkembangan kosakata yang strategis, mencakup penggunaan sintaksis, yang memberi petunjuk makna kata untuk menemukan kata-kata yang tidak dikenal. f. Memonitor – menanyakan “Bisakah ini dipahami?”, serta memperjelas dengan mengadaptasi proses strategis untuk mengakomodasi tanggapan. g. Meringkas – menyintesiskan gagasan-gagasan yang penting. h. Mengevaluasi – membuat pertimbangan pertimbangan.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
25
10. Penilaian yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman. Penilaian merupakan koleksi data, seperti nilai tes dan catatan-catatan informal untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi adalah interpretasi dan analisis dari data. Menilai kemajuan siswa penting karena memungkinkan guru menemukan kelebihan dan kekurangan, merencanakan pengajaran dengan tepat, mengomunikasikan kemajuan siswa kepada orang tua, dan untuk mengevaluasi keefektifan strategi mengajar.
C. Teknik Membaca Pemahaman Teknik membaca pemahaman adalah berbagai cara yang dapat dilakukan seseorang untuk memahami bahan bacaan. Pemilihan teknik ini bergantung pada setiap individu. Maka dari itu, guna mengetahui berbagai teknik yang dapat digunakan seorang pembaca untuk memahami bahan bacaan, akan dibahas 3 teknik membaca pemahaman, yaitu teknik membaca bottom-up, teknik membaca top-down, dan teknik membaca interaktif sebagai berikut.
1. Teknik Membaca Bottom-Up Secara literal bottom-up berarti dari bawah ke atas, maksudnya makna itu berasal dari bawah (teks) menuju ke atas (kepala/otak). Secara harfiah, menurut teori ini tekslah yang menentukan pemahaman. Struktur-struktur dalam teks dianggap sebagai unsur yang terpenting dalam menentukan pemahaman, sedangkan struktur-struktur yang diketahui sebelumnya oleh pembaca hanyalah merupakan hal yang menjadi tambahan saja dalam menentukan pemahaman teks. Teknik membaca ini dibangun atas asumsi bahwa proses menangkap makna dalam tulisan bermula dari sesuatu yang tercetak. Proses itu diawali dengan pembacaan simbol (teks) menuju makna. Dengan demikian, pembaca pertamakali
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
26
akan mengidentifikasi ciri huruf-huruf, menghubungkan ciriciri itu bersama-sama menjadi huruf, mengombinasikan huruf-huruf itu sebagai pola ejaan, menghubungkan pola ejaan dengan kata, kemudian terus ke kalimat, paragraf, dan proses tataran teks (Subadiyono, 2014: 11). Menurut Aebersold dan Field (dalam Subadiyono, 2014: 12) dalam teori bottom-up, pembaca memaknakan teks dari unit yang paling kecil (huruf ke kata ke frase ke kalimat dan seterusnya) dan proses pemaknaan itu terjadi secara otomatis, dalam arti bahwa pembaca tidak menyadari bagaimana proses itu berlangsung. Dalam proses bottom-up, (Brown, 2001: 299) pembaca pertama kali harus mengenali tanda linguistik yang jamak (huruf-huruf, morfem, suku kata, kata-kata, frase, rambu gramatis, pertanda wacana) dan menggunakan pemrosesan data linguistik serta menampakan jenis urutan tanda-tanda tersebut. Pada teknik ini, titik memulainya terletak pada teks itu sendiri. Pembaca berhadapan dengan kata individual dan struktur dalam teks, dari sinilah secara berangsur-angsur membentuk interpretasi secara keseluruhan. Proses mendapatkan makna suatu tulisan dalam teknik bottom-up dipicu oleh informasi yang terdapat dalam setiap kata yang melekat pada tulisan. Menurut Johnson (2001: 271) istilah bottom-up digunakan karena pada proses ini pembaca memulai dari dasar, dengan teks itu sendiri. Istilah lain yang digunakan oleh ahli psikologi untuk proses yang sama bahkan menjadikan gagasan itu lebih jelas adalah data driven processing. Data, dalam hal ini berupa huruf-huruf dan kata pada lembaran halaman. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik membaca bottom-up dapat dikonsepkan sebagai berikut : 1. Mata melihat, 2. Huruf-huruf diidentifikasikan dan disuarakan, 3. Kata-kata dikenali,
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
27
4. Kata-kata dikelompokkan ke dalam kelas gramatikal dan struktur kalimat, 5. Kalimat memberikan makna, 6. Kemudian makna mengacu pada pemikiran.
2. Teknik Membaca Top-Down Teknik top-down secara liretal berarti dari atas ke bawah, maksudnya makna itu berasal dari atas (otak/pikiran) menuju ke bawah (teks). Teknik membaca ini dibangun atas konsep bahwa proses mendapatkan makna dalam tulisan bermula dari pengetahuan awal pembaca. Proses ini diawali dengan membuat prediksi atau menebak makna sejumlah unit tulisan. Teknik top-down menekankan bahwa proses informasi selama membaca dipicu oleh pengetahuan awal pembaca dan pengalaman yang berhubungan dengan pesan penulis. Aebersold dan Field (dalam Subadiyono, 2014: 13) menjelaskan bahwa pembaca membawa sejumlah pengetahuan, harapan, asumsi, dan pertanyaan tentang teks, serta pengetahuan kosakata tertentu kemudian meneruskan membaca selama teks tersebut mendukung harapan mereka. Satu cara dalam melihat perbedaan antara teknik topdown dan bottom-up adalah bahwa teknik bottom-up bermula dari rangsangan tulisan kemudian menuju ke tataran lebih tinggi (hipotesis dan prediksi), sementara top-down bermula dari hipotesis dan prediksi kemudian membuktikan dengan mengarah ke tataran lebih rendah, yaitu tulisan yang terdapat dalam bacaan. (Pearson dalam Subadiyono, 2014: 14). Suatu hal yang sangat penting dalam teknik top-down adalah apa yang disebut oleh Bartlett sebagai skemata. Sebagaimana dijelaskan oleh Johnson (2001: 275) bahwa skemata dapat dideskripsikan sebagai "Kerangka kerja mental" yang kita miliki sebagai individu, dan yang kita bawa ketika membaca teks. Skemata berperan penting dalam pemahaman bacaan, bahkan sejak tahap awal proses membaca. Sebagai perbedaan dengan teknik bottom-up yang berdasarkan data driven, teknik top-down sering disebut Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
28
sebagai teknik conceptually driven dimana gagasan atau konsep yang terdapat di dalam benak pembaca memicu proses informasi selama berlangsungnya aktivitas membaca. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa inti dari teknik top-down adalah pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi, yakni hipotesis dan prediksi. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesishipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang telah dimilikinya. Guna membantu pemahaman dengan menggunakan teori ini, pembaca menggunakan strategi yang didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan pengetahuan tentang apa saja memainkan peran penting dalam membentuk makna bacaan. Jadi menurut teori top-down dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan. Adapun secara sederhana proses membaca top-down dapat dikonsepkan sebagai berikut: 1. Mata melihat pada teks, 2. Berpikir dan menduga tentang makna, 3. Melihat kalimat sebagai contoh keseluruhan untuk mencari makna, 4. Untuk mencari makna lebih jauh, melihat pada kata-kata, 5. Jika masih belum pasti, melihat lagi pada huruf-huruf, 6. Kemudian kembali pada pemikiran makna.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
29
3. Teknik Membaca Interaktif Teknik membaca interaktif merupakan proses membaca yang diawali dengan perumusan hipotesis makna dan sekaligus pembacaan huruf dan kata-kata. Vacca (dalam Subadiyono, 2014: 16) mengemukakan bahwa pembaca akan berperan aktif atau pasif bergantung pada kekuatan hipotesis mereka terhadap makna bahan bacaan. Manakala pembaca membawa banyak pengetahuan, kesempatan berhipotesis mereka besar dan akan memproses bahan bacaan dengan aktif, sehingga mengurangi penggunaan informasi yang terdapat di setiap huruf dalam bacaan. Sebaliknya, pembaca akan memproses bacaan dengan pasif apabila hanya memiliki sedikit pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan topik bacaan. Mereka juga lebih bergantung pada informasi yang tertulisan itu sendiri. Grabe (dalam Subadiyono, 2014: 16) telah membahas membaca sebagai proses interaktif. Menurutnya, membaca adalah proses memadukan informasi tekstual dengan informasi yang dibawa pembaca terhadap teks. Dalam pandangan ini, proses membaca bukanlah peristiwa sederhana yang hanya penyarian informasi dari teks, melainkan satu di antaranya adalah pengaktifan sejumlah pengetahuan di dalam benak pembaca yang dia gunakan, yang pada gilirannya, mungkin dipertajam dan diperluas dengan informasi baru yang tersedia dalam teks. Jadi, membaca dipandang sebagai semacam aktivitas dialog antara pembaca dengan teks. Dengan gagasan bahwa membaca hanyalah bersifat sambil lalu visual, pendekatan interaktif menekankan bahwa makna tidaklah secara penuh hadir di dalam teks , melainkan makna diciptakan melalui interaksi teks dan pembaca. Silberstein (dalam Subadiyono, 2014: 17) mengatakan, latar belakang pengetahuan yang memfasilitasi pemahaman teks telah menjadi kajian di bawah inti dari teori skema. Kerangka kerja teori ini menekankan peran pengetahuan terdahulu di dalam menyiapkan informasi pembaca yang Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
30
secara implisit berada pada teks. Skemata adalah struktur pengetahuan terdahulu yang disimpan secara bertingkat dalam otak, baik yang umum maupun yang khusus. Tiap tingkatan skemata pembaca mengorganisasikan pengetahuan mereka tentang bahasa dan pengetahuan dunia. Ketika membaca, seseorang membangun harapan berdasarkan pengetahuan awal teks, pengetahuan dunia, dan mencari penegasan berdasarkan informasi dari teks. Carrell dan Eisterhold (dalam Subadiyono, 2014: 18) menunjukkan bahwa pembaca yang efisien menggunakan secara serentak dua macam pemrosesan pengetahuan. Pertama, pemrosesan informasi berdasarkan input linguistik dari teks yang disebut bottom-up atau textbased processing (outside-in). Proses ini juga mengacu pada data-driven karena dimunculkan oleh data yang akan datang. Kedua, pemrosesan informasi terjadi ketika pembaca menggunakan pengetahuan awal untuk membuat prediksi tentang data yang akan mereka temukan dalam teks yang disebut dengan proses top-down, knowledge-based (inside-out), dan conceptuallydriven . Proses membaca dalam model interaktif merupakan perpaduan antara dua teknik yaitu bottom-up dan proses topdown. Menurut Nuttall (dalam Brown, 2001: 299) pembaca secara berkelanjutan beralih dari satu fokus ke fokus yang lain, dimana pembaca menggunakan pendekatan top-down untuk memprediksi kemungkinan makna kemudian berpindah ke pendekatan bottom-up untuk mengecek apakah itu benar-benar yang dikatakan penulis. Dengan mendasarkan teknik ini, kegagalan dalam memahami bacaan dapat terjadi karena gangguan proses dua arah yang berlebihan dalam proses satu arah dalam membaca. Carrel (dalam Subadiyono, 2014: 19) mengajukan lima hipotesis yang menyebabkan gangguan itu. Pertama, ketidakhadiran struktur pengetahuan yang relevan untuk menggunakan proses top-down, yang disebut kurangnya ketersediaan skemata. Jika tidak hadir pada
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
31
pembaca, skemata itu tidak dapat digunakan. Kedua, gangguan proses dalam dua arah dapat juga terjadi ketika ketersediaan skemata tidak diaktifkan. Ketiga, pembaca tidak dapat menggunakan pemrosesan berdasarkan teks jika mereka tidak dapat membaca struktur sintaksis atau mengenali kosa kata isi, misalnya mereka kurang baik secara linguistik. Keempat, konsepsi tentang membaca mungkin juga memengaruhi proses interaktif. Sejumlah pembelajar sama sekali tidak tahu bahwa mereka diperkenankan menggunakan informasi yang tidak dinyatakan dalam teks untuk menginterpretasikannya. Kelima, gaya kognitif sebagai kemungkinan penyebab pemrosesan teks satu arah. Berdasarkan pandangan interaktif ini, pembaca adalah seorang pembelajar aktif yang menginterpretasikan apa yang ia baca menggunakan apa yang terkatakan dalam teks (informasi berdasarkan teks) dan apa yang ia ketahui (informasi berdasarkan pembaca). Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik interaktif ini merupakan kombinasi antara pemahaman teknik top-down dan teknik bottom-up. Dalam teknik ini, si pembaca yang lemah jika menggunakan teknik bottom-up bisa menggunakan teknik top-down. Pada teknik interaktif, pembaca menggunakan pendekatan teknik membaca atas bawah untuk memprediksi makna, kemudian beralih ke pendekatan teknik membaca bawah atas untuk menguji apakah hal itu benar-benar dikatakan oleh penulis. Artinya, kedua model tersebut terjadi secara bergantian pada saat membaca yang semata-mata bertujuan untuk memperoleh informasi baru dari teks/bacaan.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
32
Rangkuman 1. Proses membaca pemahaman terdiri atas aspek, yaitu: sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan. 2. Prinsi-prinsip membaca pemahaman ialah: (1) pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial, (2) keseimbangan kemahiraksaraan, (3) guru membaca profesional memengaruhi belajar siswa, (4) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca, (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna, (6) siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai bahan bacaan pada berbagai tingkat kelas, (7) perkembangan kosa kata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca, (8) pengikut sertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman, (9) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan, dan (10) asesmen yang dinamis yang menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman. 3. Teknik membaca bottom-up adalah suatu teknik dimana pembaca memulai tahapan membaca dengan mengenali huruf, kata, dan kalimat dalam bacaan untuk mendapatkan makna keseluruhan dalam bacaan yang kemudian mengacu pada pemikiran/pengetahuan yang dimiliki. 4. Teknik membaca top-down adalah suatu teknik dimana pembaca memulai tahapan membacanya dengan membuat prediksi-prediksi, hipotesis-hipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya. 5. Teknik membaca interaktif adalah perpaduan antara teknik bottom-up dan top-down.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
33
Tugas dan Latihan 1 1. 2.
Sebut dan jelaskan proses membaca pemahaman! Buatlah sebuah kesimpulan tertang prinsip membaca pemahaman menurut McLaughlin dan Allen! 3. Menurut Harjasujana proses membaca tidak selamanya identik dengan proses mengingat, mengapa demikian? Jelaskan! 4. Jelaskan yang dimaksud dengan kemahiraksaraan menurut McLaughlin dan Allen! 5. Jelaskan teknik membaca bottom-up, top-down, dan interaktif,! 6. Jelaskan karakteristik dari teknik membaca top-down! 7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan data driven processing dalam teknik membaca bottom-up! 8. Apakah perbedaan antara teknik membaca top-down dan teknik membaca interaktif, jelaskan dengan contoh! 9. Mengapa skemata menjadi hal yang tidak dapat terlepaskan dari teknik membaca pemahaman, jelaskan! 10. Apakah kelebihan teknik membaca interaktif dari teknik bottom-up dan top-down, jelaskan!
Tugas dan Latihan 2 Di bawah ini telah disajikan beberapa penggalan teks. Baca dan temukanlah makna tersirat dan tersurat yang terkandung dalam setiap bacaan! 1. Kisah menyedihkan menimpa seorang wanita di India.Gara-gara menggunakan rok mini, ia dilarang naik pesawat dengan rute penerbangan Mumbai Barat ke New Delhi. Sebagaimana dilansir Indian Express, seorang pejabat di maskapai penerbangan Indigo menahan penumpang yang tak diketahui namanya itu masuk ke Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
34
pesawat. Pegawai itu berdalih penumpang wanita itu melanggar aturan perusahaan lantaran menggunakan rok di atas lutut. Penumpang wanita itu diketahui menggunakan tiket penerbangan khusus karena sang adik bekerja di maskapai penerbangan itu. Atas peraturan kode etik yang mewajibkan seluruh keluarga menggunakan pakaian sopan itulah yang membuat wanita itu dilarang menaiki pesawat. (Dikutip dari: Harian Jogja, 31 Oktokber 2015)
2. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menanggapi pernyataan Juru Bicara Presiden Johan Budi yang menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo tidak anti kritik. "Saya gembira dengar pernyataan Jubirpres Johan Budi - Presiden mau dikritik, dan juga Menko Polhukam, pemerintah siap dikritik," kata SBY dalam akun twitternya @SBYudhoyono. Menurut SBY, jika pemerintah benar mau dikritik, maka akan sukses dalam menjalankan tugasnya. "Kritik tidak sama dengan menghujat dan mengganggu," lanjut Ketua Umum Partai Demokrat itu. Meski begitu, setelah pernyataan Jubir Jokowi dan Menko Polhukam Luhut Panjaitan itu, Presiden ke-6 RI itu berharap tidak ada lagi yang tidak senang dengan kritik yang dia sampaikan ke pemerintah melalui akun twitternya. (Dikutip dari Liputan6.com).
3. Mahkamah Agung Amerika Serikat telah melegalkan pernikahan sesama jenis di seluruh wilayah negara adidaya itu. Keputusan resmi yang diberlakukan 26 Juni 2015 disambut meriah pendukungnya di seluruh dunia. Laman Usatoday mewartakan, hakim MA memberikan putusan bersejarah di Amerika Serikat dengan menyebutkan, gay dan lesbian punya hak perkawinan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
yang sama seperti berlawanan jenis.
heteroseksual,
pasangan
35
yang
(Dikutip dari Liputan6.com).
4. Agenda kegiatan Presiden Joko Widodo saat melawat ke Kota Palembang membuat banyak pihak kerepotan. Sebab, dia mendadak mengalihkan tujuan. Rencana awal, Jokowi sapaan Joko Widodo, dijadwalkan akan mengunjungi SMP 54 Palembang. Namun kegiatan blusukan itu tiba-tiba dialihkan ke tempat lain, yakni rumah singgah khusus bayi korban asap. Rencana mendadak itu membuat pemerintah setempat kelabakan. Kepanikan pemerintah setempat sangat jelas terlihat. Sebab, lokasi yang dituju merupakan salah satu pemukiman padat penduduk dan terbilang kumuh. Agar nampak lebih rapi, puluhan petugas kebersihan mendadak diterjunkan buat membersihkan sampah-sampah sepanjang jalan yang bakal dilintasi Jokowi. Petugas kebersihan juga terlihat buru-buru mengangkut sampah di Sungai Kedukan yang mulai mengering. (Dikutip dari Medeka.com).
5. Sebanyak delapan kendaraan menjadi korban pohon tumbang di wilayah kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) setelah diterjang angin kencang. Kedelapan kendaraan itu terdiri dari 5 motor dan 3 mobil. Kepala Bagian Humas dan Protokoler UGM Iva Ariani mengatakan salah satu pohon tumbang berjenis cemara berdiameter 55 cm. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. (Dikutip dari Liputan6.com)
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Bab
Budayakan Membaca https://www.google.co.id/search?q=strategi&biw=1366&bih=657&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiqqYmuj4f OAhUIq48KHe4DB7MQ_AUIBigB#imgrc=k1yCCtdT5SEiJM%3A
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
37
Standar Kompetensi: Memiliki kemampuan untuk memahami materi membaca pemahaman. Kompetensi Dasar Memahami jenis membaca pemahaman dan berbagai faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Indikator: Kognitif (Pengetahuan): 1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis membaca literal, interpretatif, dan kreatif. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan keterampilan yang perlu dimiliki dalam jenis membaca kreatif menurut Somadayo. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan makna tersirat dari pendapat Nurhadi tentang membaca kreatif. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan peran orality dalam rendahnya kemampuan membaca masyarakat Indonesia. 5. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dalam diri sendiri. 6. Mahasiswa mampu menjelaskan alasan belum adanya kebiasaan membaca di kalangan mahasiswa menurut pendapat pribadi. 7. Mahasiswa mampu menganalisis ide pokok, makna tersirat, dan prediksi yang akan terjadi dalam teks Budaya Mengahafal. Keterampilan Abstrak: 1. Mahasiswa mampu mencari perbedaan antara jenis membaca literal dan interpretatif.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
38
2. Mahasiswa mampu membuat rangkuman dari berbagai faktor yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman. 3. Mahasiswa mampu membuat argumen tentang adanya peran motivasi dan minat terhadap kemampuan membaca pemahaman. 4. Mahasiswa mampu membuat argumen terkait adanya perbedaan pendapat antara Yap dan Feboddy tentang faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
39
A. Jenis Membaca Pemahaman Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah suatu proses membangun pemahaman terhadap wacana tulis. Proses ini terjadi dengan menjodohkan atau menghubungkan skemata pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan isi informasi dalam wacana sehingga terbentuk pemahaman terhadap wacana yang dibaca. Dalam proses membaca seperti ini, pembaca menggunakan beberapa jenis pemahaman, yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.
1. Pemahaman Literal Menurut Safi’ie (dalam Somadayo, 2011: 19), pemahaman literal adalah pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat dan paragraf dalam konteks bacaan ini seperti apa adanya. Dalam pemahaman literal tidak terjadi pendalaman pemahaman terhadap isi informasi bacaan. Untuk membangun pemahaman literal ini, pembaca dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan arahan dengan menggunakan kata tanya seperti: 1. Siapa, untuk menanyakan orang atau tokoh dalam wacana; 2. Apa, untuk menanyakan barang, benda, atau peristiwa; 3. Kapan untuk menanyakan waktu terjadi peristiwa; 4. Bagaimana, untuk menanyakan jalannya suatu peristiwa atau proses pencapaian sesuatu; dan 5. Mengapa, untuk menanyakan alasan untuk sesuatu sebagaimana disebutkan dalam bacaan. Menurut Somadayo (2011: 20), kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk mengenal dan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
40
menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan. Informasi tersebut ada dalam baris-baris bacaan (Reading The Lines). Pembaca tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi, yaitu makna tersirat. Adapun, yang termasuk dalam keterampilan membaca literal antara lain keterampilan: 1. Mengenal kata, kalimat, dan paragraf; 2. Mengenal unsur detail, unsur perbandingan, dan unsur utama; 3. Mengenal unsur hubungan sebab akibat; 4. Menjawab pertanyaan (apa, siapa, kapan, dan di mana); 5. Menyatakan kembali unsur perbandingan, unsur urutan, dan unsur sebab akibat. Menurut Nuttall (dalam Somadayo, 2011: 20), membaca literal adalah membaca yang memiliki tipe pertanyaan yang dapat dijawab langsung oleh siswa dan secara eksplisit jawaban itu telah tersedia di dalam teks. Dijelaskan lebih lanjut, pertanyaan tipe ini penting untuk mengawali kerja yang serius. Senada dengan pendapat di atas, Burn (dalam Somadayo, 2011: 20) menyatakan bahwa dalam pemahaman literal terdapat dua tipe pemahaman, yaitu tipe pemahaman dasar dan tipe pemahaman tinggi. Tipe pemahaman yang lebih tinggi meliputi: 1. Pemahaman interpretatif, 2. Pemahaman kritis, dan 3. Pemahaman kreatif. Menurutnya, pemahaman literal merupakan jenis pemahaman yang diperoleh melalui membaca apa yang dinyatakan secara langsung dalam teks bacaan. Pemahaman literal adalah pemahaman yang difokuskan pada bagianbagian yang langsung tertulis pada bacaan, sehingga dalam
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
41
pelaksanaannya tidak membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning) yang tertata secara tersurat (eksplisit). Sehingga pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal (reading the lines) dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam, yakni makna-makna tersiratnya.
2. Pemahaman Interpretatif Menurut Safi’ie (dalam Somadayo, 2011: 21), pemahaman interpretatif adalah pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini lebih mendalam dibandingkan dengan pemahaman literal. Apabila dalam pemahaman literal pembaca hanya mengenal dan mengingat apa yang tertulis dalam bacaan, dalam pemahaman interpretatif ini pembaca berusaha mengetahui apa yang dimaksudkan oleh penulis yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks bacaan. Untuk memperoleh pengetahuan interpretatif ini diperlukan adanya pemahaman literal lebih dahulu. Pemahaman interpretatif meliputi kegiatan-kegiatan penalaran sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Menarik kesimpulan, Membuat generalisasi, Memahami hubungan sebab-akibat, Membuat perbandingan-perbandingan, Menemukan hubungan-hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan.
Menurut Nuttall (dalam Somadayo, 2011: 21), membaca interpretatif adalah membaca antarbaris untuk membuat inferensi. Membaca interpretatif merupakan proses mencari gagasan yang disampaikan secara tidak
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
42
langsung. Membaca interpretatif meliputi pembuatan simpulan, misalnya tentang gagasan utama bacaan, hubungan sebab akibat, serta analisis bacaan seperti menemukan tujuan pengarang menulis bacaan, ringkasan isi bacaan, dan penginterpretasian bahasa figuratif. Dalam membaca interpretatif, pembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun makna dari apa yang dinyatakan di dalam teks. Pembaca membuat simpulan dari informasi yang implisit dengan memadukan informasi dalam teks dengan pengetahuan yang dimiliki. Lange (dalam Somadayo, 2011: 22) menyatakan bahwa pembaca dalam tataran ini membuat simpulan sesuai dengan skemata mereka. Senada dengan pendapat di atas, Rubin (dalam Somadayo, 2011: 22) mengemukakan bahwa pemahaman interpretatif menuntut kemampuan berpikir lebih tinggi. Dari uraian di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa pemahaman interpretatif merupakan suatu aktivitas pembaca dalam memahami makna tersirat dari bahan bacaan. Makna ini akan didapatkan seorang pembaca apabila ia telah menguasai pemahaman literal terlebih dahulu.
3. Pemahaman Kritis Menurut Safi’ie (dalam Somadayo, 2011: 22), pemahaman kritis adalah pemahaman bacaan yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pemahaman interpretatif. Artinya, dalam pemahaman interpretatif, penalaran yang dilakukan pembaca masih berada pada lingkup memahami apa yang dikemukakan oleh penulis, sedangkan dalam pemahaman kritis, di samping pemahaman apa yang dikatakan oleh penulis, pembaca juga memberikan reaksinya secara personal. Reaksi ini bisa berupa pertimbangan-pertimbangan penilaian terhadap kualitas, ketepatan dan ketelitian, serta masuk akal atau tidaknya apa yang dikatakan oleh penulis. Membaca kritis menurut Rubin (dalam Somadayo, 2011: 23) merupakan tingkat pemahaman yang lebih tinggi Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
43
daripada dua kategori sebelumnya (pemahaman literal dan interpretatif) karena tingkat ini melibatkan evaluasi pribadi, dan kebenaran apa yang dibaca. Pemahaman kritis menuntut pembaca menganalisis materi yang dibaca dengan memperhatikan kata-kata kunci, mengabaikan bagian yang tidak relevan atau memilih judul-judul yang sesuai untuk cerita. Dalam kegiatan analisis ini biasanya dilakukan infrensi (inference), yakni suatu usaha pembaca untuk memahami sisi lain yang tidak dikatakan pengarang atau apa yang hanya diekspresikan secara implisit. Soedarso (dalam Somadayo, 2011: 23) menyatakan bahwa membaca kritis merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami isi bacaan, memahami fakta-fakta dan mampu menginterpretasikan apa yang ada dalam bahan bacaan. Dengan kata lain, dalam proses membaca, pembaca ingin mengetahui ide pokok, mengetahui fakta dan detail pentingnya serta mampu membuat simpulan-simpulan. Membaca kritis juga merupakan proses membaca yang tidak hanya menangkap makna tersurat atau makna baris-baris bacaan kompeten di bidangnya, tetapi pembaca juga berusaha ingin membandingkan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat, maupun makna tersirat. Mengolah bahan bacaan secara kritis artinya, dalam proses membaca seseorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat atau makna baris-baris bacaan (reading the lines), tetapi juga menemukan makna antar baris (reading between the lines), dan juga menemukan makna di balik baris (reading beyond the lines). Menurut Somadayo (2011: 23) yang perlu diajarkan dalam membaca kritis antara lain keterampilan: 1. Menemukan informasi faktual (detail bacaan); 2. Menemukan ide pokok yang tersirat;
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
44
3. Menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat yang tersirat; 4. Menemukan suasana; 5. Membuat kesimpulan; 6. Menemukan tujuan pengarang; 7. Memprediksi (menduga) dampak; 8. Membedakan opini dan fakta; 9. Membedakan realitas dan fantasi; 10. Mengikuti petunjuk; 11. Menemukan unsur propaganda; 12. Menilai keutuhan dan keruntutan gagasan; 13. Menilai kelengkapan dan kesesuaian antargagasan; 14. Menilai kesesuaian antara judul dan isi bacaan; 15. Membuat kerangka bahan bacaan; dan 16. Menemukan tema karya sastra. Menurut Bruns (dalam Somadayo, 2011: 24) membaca kritis adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk mengevaluasi materi tertulis, yaitu dengan cara membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan pengalaman/pengetahuan yang diketahui untuk menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian, dan urutan waktu. Pembaca kritis harus menjadi pembaca yang aktif bertanya, meneliti fakta-fakta, dan menggantungkan evaluasi sampai ia mempertimbangkan semua materi. Sejalan dengan pendapat di atas, Robin (dalam Somadayo, 2011: 24) menyatakan bahwa membaca kritis adalah kemampuan untuk mengaplikasikan kriteria yang relevan dalam mengevaluasi materi. Ini merupakan evaluasi tentang kejujuran, kebenaran, dan nilai apa yang dibaca berdasarkan pada kriteria atau standar yang dikembangkan melalui pengalaman terdahulu. Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, Nurhadi (dalam Somadayo, 2011: 24) menyatakan bahwa kemampuan membaca kritis adalah kemampuan pembaca dalam mengelola bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
45
tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, menyintesis, dan menilai. Ditegaskan pula bahwa mengolah bahan bacaan secara kritis berarti dalam proses membaca, seseorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat atau makna barisbaris bacaan, tetapi juga menemukan makna antarbaris, dan makna dibalik baris. Dari berbagai uraian di atas, dapat dikatakan bahwa membaca kritis merupakan aktivitas membaca yang pada saat membaca pembaca terlihat aktif secara mental untuk mengelola materi yang dibacanya. Kegiatan mengelola materi tersebut meliputi aktivitas memahami secara kritis, menerapkan secara kritis, menyintesis secara kritis, dan mengevaluasi secara kritis. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, pembaca memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang isi bacaan.
4. Pemahaman Kreatif Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat (reading the lines), makna antarbaris (reading between the lines) dan makna di balik baris (reading beyond the lines), tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Somadayo (2011: 25) beberapa keterampilan membaca kreatif yang perlu dilatihkan antara lain keterampilan: 1. Mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya; 2. Membuat resensi buku; 3. Memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku; 4. Mengubah buku cerita (cerpen atau novel) menjadi bentuk naskah drama dan sandiwara radio; 5. Mengubah puisi menjadi prosa; Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
46
6. Mementaskan naskah drama yang telah dibaca; dan 7. Membuat kritik balikan dalam bentuk esai atau artikel populer. Menurut Safi’ie (dalam Somadayo, 2011: 25) pemahaman kreatif adalah pemahaman yang paling tinggi tingkatannya dalam proses membaca. Dalam proses pemahaman kreatif ini, pertama-tama pembaca memahami bacaan secara literal apa yang dikatakan oleh penulis. Selanjutnya, ia mengembangkan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk membentuk gagasan baru, mengembangkan wawasan baru, pendekatan baru, serta pola-pola pikiranya sendiri. Dengan demikian, pembaca memanfaatkan hasil membacanya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemudian secara kreatif, ia menciptakan sesuatu, baik hal-hal yang mungkin bersifat konseptual maupun yang bersifat praktis. Vacca (dalam Somadayo, 2011: 26) menyatakan bahwa dalam proses memahami isi bacaan, pertanyaan dapat meningkatkan pemahaman. Tanya jawab membuat seseorang peka terhadap berbagai informasi yang dapat digunakan untuk menemukan jawaban bagi pertanyaan. Strategi tanya jawab dirasa dapat membantu dalam melatih memahami suatu bacaan secara eksplisit melalui penjelasan, pemodelan, demonstrasi, praktik, dan aplikasi. Pemodelan perilaku mengajukan pertanyaan sangat penting dalam pengajaran membaca pemahaman. Menurut Nurhadi (dalam Somadayo, 2011: 26) seseorang dikatakan memiliki pemahaman membaca kreatif jika dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku, 2. Mampu menerapkan hasil untuk kepentingan hidup sehari-hari, 3. Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai, Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
47
4. Hasil membaca berlaku sepanjang masa, 5. Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan, dan 6. Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang telah dibaca. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman kreatif adalah suatu pemahaman yang memiliki tataran tertinggi. Artinya seseorang dalam tataran pemahaman kreatif dipandang tidak hanya dapat menangkap makna tersurat, tersirat, dan mengkritisi bahan bacaan saja, namun ia juga harus dapat menerapkan segala informasi yang ia peroleh dari bahan bacaan dalam kehidupan seharihari untuk berbagai kepentingan.
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Membaca Pemahaman Menurut Syafi‟ie (dalam Somadayo, 2011: 27) faktor yang memengaruhi proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah penguasaan struktur wacana/teks bacaan. Setiap jenis wacana (deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi) mempunyai struktur yang khas. Struktur wacana tersebut dibangun berdasarkan apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan. Pemahaman terhadap bacaan sangat ditentukan oleh aktivitas pembaca untuk memperoleh pemahaman tersebut. Artinya proses pemahaman itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan memerlukan aktifitas berpikir yang terjadi melalui kegiatan menghubungkan pengetahuan-pengetahuan relevan yang dimiliki sebelumnya. Sejalan dengan itu, Lamb dan Arnold (dalam Somadayo, 2011: 27) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses membaca pemahaman adalah (1) faktor lingkungan, (2) intelektual, (3) psikologis, dan (4) faktor fisiologis, faktor ini mencakup kesehatan fisik, pertimbangan biologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
48
seseorang untuk belajar, khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengar, dan alat pengelihatanpun dapat memperlambat kemajuan belajar membaca seseorang. Pendidik hendaknya cepat menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas. Adapun faktor lingkungan mencakup latar belakang, pengalaman siswa, dan keadaan sosial ekonomi. Faktor intelektual mencakup metode mengajar pendidik, prosedur, kemampuan pendidik dan siswa menguasai kosakata. Faktor psikologis mencakup motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri, sedangkan faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis. Menurut Ebel (dalam Somadayo, 2011: 28) faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor (1) siswa yang bersangkutan, (2) keluarganya, kebudayaannya, dan (3) situasi sekolah. Begitu pula Omagio (dalam Somadayo, 2011: 28) berpendapat bahwa pemahaman bacaan bergantung pada gabungan pengetahuan bahasa, gaya kognitif, dan pengalaman membaca. Ahli lain seperti Alexander (dalam Somadayo, 2011: 28) berpendapat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi proses pemahaman terhadap bacaan meliputi: program pengajaran membaca, kepribadian siswa, motivasi, kebiasaan dan lingkungan sosial ekonomi mereka. Senada dengan pendapat di atas, Buron dan Claybaung (dalam Somadayo, 2011: 28) menyatakan bahwa pada tahap awal tingkat pencapaian kemampuan membaca pemahaman seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang dinamakan dengan “Kesiapan membaca” (reading readness) yaitu (1) intelegensi, (2) kematangan emosi dan minat, (3) pengalaman, (4) kepemilikian fasilitas bahasa lisan, (5) sikap dan minat. Menurut Swan (dalam Somadayo, 2011: 28) ada beberapa penyebab kesulitan memahami bacaan. Penyebab kesukaran memahami isi bacaan berakar pada kebiasaan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
49
membaca yang salah. Kebiasaan-kebiasaan yang dimaksud adalah: 1. Terlalu banyak memperhatikan butir demi butir informasi sehingga gagal memberikan makna pada teks; 2. Kurang memberikan perhatian kepada detail sehingga gagal untuk memahami butir-butir tertentu; 3. Terlalu imajinatif, terutama bila pembaca menganggap telah mengetahui topik tertentu yang dibicarakan dalam bahan bacaan, sehingga pembaca akan menafsirkan makna teks dari sudut pengetahuan dan pengalaman sendiri; 4. Kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi serta keruwetan sintaksis dapat menyebabkan kesulitan pada pembaca; 5. Gaya penulisan yang bertipe mengulang-ulang gagasan dengan ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang khusus juga dapat menimbulkan kesulitan pada pembacanya; 6. Gaya penggunaan pokok pikiran penting secara tidak langsung mengharuskan pembaca mengambil inferensi atas informasi-informasi yang tidak tersurat; dan 7. Penggunaan kata yang tidak akrab dengan pembacanya juga merupakan kendala bagi pemahaman bacaan. Selain faktor-faktor di atas, Somadayo (2011: 29) mengemukakan bahwa terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan membaca seseorang dalam konteks Indonesia, yakni: 1. Tradisi kelisanan (orality), yaitu seperti kita ketahui bahwa secara historis kultur masyarakat kita mengantongi warisan budaya lisan atau budaya tutur yang memfosil, dan 2. Sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membacakan bacaan kepada peserta
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
50
didik, sehingga guru terlalu banyak menjadi pembicara dan murid terlalu banyak menjadi pendengar. Dalam kaitannya dengan kegiatan membaca pemahaman yang sebagaimana disebutkan di atas, maka menurut Yap (dalam Somadayo, 2011: 29) kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya. Senada dengan pendapat di atas, Feboddy (dalam Somadayo, 2011: 29) secara implisit mengatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman seseorang ditentukan oleh faktor intelegensi. Menurutnya, ada hubungan yang positif antara intelegensi yang dimiliki oleh seseorang dengan kemampuan memahami bacaan. Dari sekian banyak pendapat mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca seseorang, menurut Pearson (dalam Somadayo, 2011: 30) faktor yang memengaruhi kemampuan membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua faktor yaitu: (1) faktor yang bersifat intrinsik (yang berasal dari dalam diri pembaca) dan faktor yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar diri pembaca). Faktor-faktor intrinsik antara lain meliputi kepemilikan kompetensi bahasa si pembaca, minat, motivasi, dan kemampuan membacanya, sedangkan faktor-faktor ekstrinsik dibagi menjadi dua kategori, yakni: (1) unsur yang berasal dari dalam teks bacaan, dan (2) unsur yang berasal dari luar lingkungan baca. Kategori pertama berkenaan dengan keterbacaan (readibility) dan organisasi teks atau wacana, sedangkan kategori kedua berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran, dan lain-lain. Selain faktor yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Somadayo (2011: 30) menyatakan bahwa umumnya, kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki. Adapun faktor-faktor yang dimaksud antara lain:
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
51
a. Tingkat Intelegensia. Membaca itu sendiri pada hakekatnya proses berpikir dan memecahkan masalah, dua orang yang berbeda IQ-nya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya. b. Kemampuan Berbahasa. Apabila seseorang menghadapi bacaan yang bahasanya tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami teks bacaan tersebut, penyebabnya tidak lain karena keterbatasan kosakata yang dimilikinya. c. Sikap dan Minat. Sikap biasanya ditunjukkan oleh rasa senang dan tidak senang. Sikap senang umumnya bersifat laten atau lama, sedangkan minat merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, minat lebih bersifat sesaat. d. Keadaan Bacaan. Keadaan bacaan dapat dilihat dari tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf dan sejenisnya juga bisa memengaruhi proses membaca. e. Kebiasaan Membaca. Kebiasaan membaca yang dimaksud adalah apakah seseorang tersebut mempunyai tradisi membaca atau tidak, yang dimaksud tradisi ini ditentukan oleh banyak waktu atau kesempatan yang disediakan oleh seseorang untuk membaca sebagai sebuah kebutuhan. f. Pengetahuan tentang Cara Membaca. Pengetahuan seseorang tentang membaca misalnya menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan sebagainya. g. Latar Belakang Sosial, Ekonomi, dan Budaya. h. Emosi. Keadaan emosi yang berubah akan memengaruhi seseorang dalam membaca.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
52
i. Pengetahuan dan Pengalaman yang Dimiliki Sebelumnya. Proses membaca sehari-hari pada hakekatnya penumpukan modal pengetahuan untuk membaca berikutnya. Somadayo (2011: 31) menyatakan bahwa selain faktor yang berpengaruh terhadap proses membaca pemahaman yang telah diuraikan, dalam membaca pemahaman dan membaca pada umumnya terdapat juga hambatan-hambatan seperti berikut: a. Kurang Bisa Berkonsentrasi Membaca. Hal-hal yang termasuk dalam hambatan ini antara lain: 1) pada dasarnya memang kurang bisa berkonsentrasi, 2) kesehatan sedang terganggu, 3) suasana hati tidak tenang, dan 4) keadaan lingkungan yang kurang mendukung. b. Daya Tahan Membaca Cepat Berkurang. Daya tahan tubuh cepat berkurang antara lain disebabkan oleh posisi badan yang salah dan lampu atau penerangan yang tidak mendukung. Jika memperhatikan uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada seorang pembaca dapat dikarenakan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal mencakup sikap, minat, motivasi, tingkat intelegensi, kebiasaan membaca, pengetahuan tentang cara membaca, keadaan emosi pembaca, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, penguasaan bahasa, kondisi badan. Adapun faktor eksternal mencakup kualitas lingkungan membaca, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, keadaan bacaan, dan pengaruh media elektronik.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
53
Rangkuman 1. Jenis membaca pemahaman terdiri dari pemahaman literal
2.
3.
4.
5.
6.
,pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif. Pemahaman literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning) yang tertata secara tersurat (eksplisit) sehingga pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal (reading the lines) dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam, yakni makna-makna tersiratnya. Pemahaman interpretatif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk menemukan gagasan penulis yang tidak terdapat dalam bahan bacaan (makna tersirat). Pemahaman kritis adalah kemampuan pembaca dalam mengelola bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, menyintesis, dan menilai. Pemahaman kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat (reading the lines), makna antarbaris (reading between the lines) dan makna di balik baris (reading beyond the lines), tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. Faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dalam diri seseorang terdiri dari 2 faktor, yaitu yaktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal meliputi: sikap dan minat, motivasi, tingkat intelegensi, kebiasaan membaca, pengetahuan tentang cara membaca, keadaan emosi pembaca, skemata pembaca, pengguasaan bahasa, serta kondisi
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
54
badan/kesehatan pembaca. Adapun faktor eksternal meliputi: kualitas lingkungan membaca, latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya, keadaan bacaan, dan pengaruh media elektronik.
Tugas dan Latihan 1 1. Jelaskan tentang jenis membaca literal, interpretatif, dan kreatif! 2. Sebut dan jelaskan keterampilan yang perlu dimiliki dalam pemahaman kritis menurut pendapat Somadayo! 3. Menurut Nurhadi seseorang dikatakan memiliki pemahaman membaca kreatif apabila kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku, apa maksudnya, jelaskan! 4. Jelaskan perbedaan antara pemahaman literal dan pemahaman interpretatif! 5. Buatlah rangkuman tentang berbagai faktor yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman! 6. Motivasi dan minat memiliki peran penting dalam kemampuan membaca pemahaman seseorang. Jelaskan pernyataan tersebut menurut pendapat Anda! 7. Terdapat dua perbedaan pendapat antara Yap dan Feboddy tentang faktor yang memengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Yap menyatakan bahwa kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya. Sedangkan Feboddy mengatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman seseorang ditentukan oleh faktor intelegensi. Bagaimana pendapat Anda? 8. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan membaca seseorang adalah tradisi kelisanan (orality) yang lebih dominan di kalangan masyarakat Indonesia, mengapa demikian, jelaskan!
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
55
9.
Sebutkan faktor apa saja yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman dalam diri Anda, jelaskan! 10. Salah satu faktor internal yang dapat memengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang adalah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca adalah salah satu aktivitas yang belum banyak dimiliki mahasiswa saat ini, menagapa demikian? Berikan pendapat Anda!
Tugas dan Latihan 2 1. Baca dan pahamilah teks di bawah ini! 2. Lakukanlah analisis terhadap teks berdasarkan aspek-aspek berikut! Aspek-aspek Pengamatan Ide pokok Makna tersirat Prediksi yang akan terjadi
di
bawah
ini
Penejelasan
Budaya Menghafal Para pakar pendidikan dari luar negeri sudah beberapa kali menyoroti sistem pendidikan di Indonesia yang belum melatih para peserta didik untuk mandiri dan berkreasi sehingga menghasilkan ide-ide yang inovatif. Budaya menghafal masih menjadi garda terdepan dalam pengajaran di tiap satuan pendidikan. Kebiasaan guru dan peserta didik yang bergantung pada buku teks dan lembar kerja siswa (LKS), meminta siswa menghafalkan kemudian mengingat rumus yang cenderung sekadar pembelajaran searah, merupakan pembelajaran yang naif, mengesankan guru dan siswa kejar-
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
56
kejaran untuk menyelesaikan target sesuai dengan silabus pengajaran yang sudah dibuat sedari awal. Sorotan tersebut sejatinya positif bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat mendorong para guru untuk berinisiatif mengubah metode pembelajaran yang tak lagi searah dengan menyuruh para siswanya menghafal materi yang disampaikan dan sekadar mengerjakan tugas yang diberikannya. Budaya menghafal memang buah dari metode pembelajaran yang searah. Metode pembelajaran demikian terbukti kurang baik diterapkan, melihat fakta sedikitnya anak bangsa yang mampu bersaing dengan sumber daya manusia (SDM) negara-negara maju. Selain itu, metode pembelajaran ini memunculkan perilaku curang para anak didik, yakni menyontek, curi-curi membaca catatan saat ujian, hingga saling bekerja sama dalam ujian. Perilaku curang tersebut tentu saja bertentangan dengan semangat mewujudkan pendidikan yang berkarakter dan beradab. (Dikutip dari media kompasiana.com)
---o0o---
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Bab
Budayakan Membaca https://deni3wardana.wordpress.com/
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
58
Standar Kompetensi: Memiliki kemampuan untuk memahami materi membaca pemahaman. Kompetensi Dasar: Memahami berbagai pemahaman.
strategi
pembelajaran
membaca
Indikator: Kognitif (Pengetahuan): 1.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian strategi pembelajaran. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya penggunaan strategi dalam pembelajaran membaca pemahaman. 3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kekhasan strategi PQRST. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang perlu dikembangkan dalam strategi CALLA. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan strategi DRTA. 6. Mahasiswa mampu menjelaskan alasan strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa. 7. Mahasiswa mampu mengidentifikasi hasil penelitian Robinson dalam mengembangkan strategi SQ3R. 8. Mahasiwa mampu menjelaskan langkah dalam strategi KWL. 9. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kekhasan strategi PORPE dan PQ4R yang dapat membedakaannya satu sama lain. 10. Mahasiswa mampu menjelaskan ide pokok dalam teks Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA. 11. Mahasiswa mampu menemukan makna tersirat dan tersurat dalam teks Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
59
12. Mahasiswa mampu mengidentifikasi alasan pemerintah memberlakukan MEA di Indonesia. 13. Mahasiswa mampu menerangkan pokok masalah yang dibahas dalam teks Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA. Keterampilan Abstrak: 1. Mahasiswa mampu memproduksi tahapan strategi MURDER yang dapat digunakan secara mandiri untuk memahami sebuah bacaan/teks. 2. Mahasiswa mampu membuat argumen dalam memecahkan masalah yang dibahas dalam teks Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA. 3. Mahasiswa mampu membuat prediksi terhadap kemungkinan yang dapat terjadi setelah membaca teks Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA. 4. Mahasiwa mampu membuat kesimpulan dari teks Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA. 5. Mahasiswa mampu membuat argumen terkait fenomena banyaknya pengangguran dan diberlakukannya MEA di Indonesia.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
A.
60
Strategi Pembelajaran Membaca Pemahaman
Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran (Darmasyah, 2010: 17). Ciri utama strategi pembelajaran adalah adanya langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran secara prosedural. Berdasarkan ciri ini, strategi pembelajaran membaca haruslah menggambarkan seperangkat aktivitas yang harus dilakukan siswa selama melakukan kegiatan membaca sesuai dengan langkah-langkah yang disarankan. Melalui aktivitas ini, diharapkan kemampuan membaca siswa akan meningkat. Sebagai seorang pendidik maupun calon pendidik dituntut mengetahui dan memahami berbagai strategi yang dapat digunakan kelak dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Oleh sebab itu, guna memperluas khazanah kita tentang strategi pembelajaran membaca pemahaman, pada bab ini akan diketengahkan beberapa strategi pembelajaran membaca pemahaman. 1. Strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity) a. Tujuan Secara umum DRTA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan reflektif. Secara khusus DRTA bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam (1) menjelaskan tujuan membaca; (2) mengutip, memahami, dan mengasimilasikan informasi, (3) membahas bahan bacaan berdasarkan tujuan membaca; (4) menggantungkan keputusan; dan (5) membuat keputusan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
berdasarkan membaca.
informasi
yang
diperoleh
dari
61
kegiatan
b. Rasional Tierney et. Al (dalam Abidin, 2014: 80) mengemukakan bahwa DRTA merupakan strategi yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa harus membuat prediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca. Strategi DRTA diarahkan untuk mencapai tujuan umum agar siswa mampu melibatkan proses berpikir ketika membaca, sebab pembaca haruslah melibatkan pengalamannya ketika akan merekonstruksi ide-ide pengarang. Rekonstruksi ini dimulai pada saat siswa menyusun prediksi atau hipotesis terhadap isi bacaan. Hal ini dilanjutkan ketika siswa membaca bacaan sehingga mereka menemukan informasi penting guna membuktikan kebenaran prediksi atau hipotesis yang dibuatnya. Kegiatan rekonstruksi diakhiri dengan dihasilkan resolusi terhadap keraguan dan keinginan pembaca. c. Tahap Strategi DRTA Abidin (2014: 81) menjelaskan beberapa tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi DRTA ini sebagai berikut. Tahap Prabaca 1. Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa informasi tentang isi bacaan. 2. Siswa membuat prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Jika siswa belum mampu, guru harus memancing siswa untuk membuat prediksi. Usahakan dihasilkan banyak prediksi sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju. Beberapa pancingan untuk membuat prediksi antara lain:
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
62
a. Menurut pendapatmu, apa isi wacana yang berjudul “X” ini? b. Bagaimana nasib tokoh cerita dalam cerpen ini? c. Peristiwa apa yang paling penting yang terdapat dalam cerita ini? d. Prediksi mana yang menurutmu paling benar? Tahap Membaca 3. Siswa membaca wacana dalam hati untuk mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini guru harus mampu membimbing siswa agar melakukan kegiatan membaca untuk menemukan makna bacaan, memerhatikan perilaku baca siswa, dan membantu siswa yang menemukan kesulitan dalam memahami makna kata dengan cara memberikan ilustrasi kata, bukan langsung menyebutkan makna kata tersebut. 4. Menguji prediksi, pada tahap ini siswa diharuskan mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Jika prediksi yang dibuat siswa salah, siswa harus mampu menunjukkan letak kesalahan tersebut dan mampu membuat gambaran baru tentang isi wacana yang sebenarnya. Tahap Pascabaca 5. Pelatihan keterampilan fundamental. Tahap ini dilakukan siswa untuk mengaktifkan kemampuan berpikirnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan siswa adalah menguji kembali cerita, menceritakan kembali cerita, membuat gambar, diagram, ataupun peta konsep bacaan, dan membuat peta perjalanan tokoh (perjalanan yang menggambarkan keberadaan tokoh pada beberapa peristiwa yang dialaminya).
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
63
2. Strategi PORPE (Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) a. Tujuan Secara umum PORPE bertujuan untuk membantu siswa dalam (1) mengaktifkan dirinya ketika mempelajari sebuah konsep melalui kegiatan merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi tahapan belajar yang dilaksanakannya, (2) mempelajari proses yang berkenaan dengan mempersiapkan diri menghadapi ujian uraian, dan (3) menggunakan proses menulis sebagai alat untuk mempelajari teks bacaan. b. Rasional Simpson sebagai pencetus metode baca ini menyatakan bahwa PORPE pada dasarnya adalah strategi yang bertujuan untuk membuktikan bahwa menulis dapat digunakan sebagai sarana terbaik dalam membentuk kemandirian membaca pada setiap jenis bahan bacaan dan mengatasi kelemahan siswa ketika menghadapi soal esai. Dengan demikian, pada dasarnya PORPE merupakan strategi membaca yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan metakognitif pembaca melalui kegiatan menentukan tujuan baca, menganalisis aspek penting dalam bacaan, memfokuskan diri pada ide-ide kunci, membiasakan diri membuat pertanyaan bacaan, serta memonitor dan mengevaluasi aktivitas belajar yang dilakukan. Brown (dalam Abidin, 2014: 97) menyatakan bahwa cara terbaik untuk memahami sebuah bacaan adalah melalui kegiatan menuliskan kembali bacaan tersebut dengan bahasa sendiri. Ia menemukan kenyataan bahwa ketika siswa diberikan tahapan spesifik untuk membaca pemahaman, siswa akan mampu memperoleh pengetahuan tentang cara membaca, meniru cara membaca yang dilakukan guru, serta akhirnya mampu mempraktikkan sendiri strategi tersebut dalam bacaan yang lain, dan hal ini menjadi kunci penting Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
64
bagi mereka untuk menjadi pembaca yang efektif serta mampu memiliki kebiasaan belajar yang baik. c. Tahap Strategi PORPE Strategi PORPE dilaksanakan dalam beberapa tahapan yakni: (1) memprediksi, (2) mengorganisasikan, (3) melatih, (4) mempraktikkan, dan (5) mengevaluasi. Abidin (2014: 97) menjelaskan tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ini sebagai berikut. Tahap Prabaca 1. Mempersiapkan bahan bacaan. Guru mempersiapkan buku/bacaan ilmiah yang akan dibaca siswa. Selanjutnya guru juga memperkenalkan wacana tersebut. 2. Menjelaskan prosedur pembelajaran. Tahap ini bertujuan untuk memperkenalkan strategi PORPE kepada siswa sehingga para siswa memahami benar penerapannya dalam kegiatan baca yang akan dilaksanakannya. 3. Menyusun prediksi. Pada tahap ini siswa harus menyusun prediksi atas bacaan yang akan dibacanya. Prediksi sebaiknya disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakannya sebagai pemandu dan tujuan yang harus dicapainya ketika ia membaca. Pertanyaan yang disusun harus mengarah pada ide utama/ide kunci wacana sehingga diharapkan nantinya siswa mampu menyintesis isi bacaan. Pertanyaan yang disusun siswa hendaknya pertanyaan pemahaman tingkat tinggi misalnya menggunakan kata tanya jelaskan, bandingkan, bedakan, dan simpulkan. 4. Mengorganisasikan pertanyaan. Pada tahap ini siswa menyusun ulang pertanyaan prediksi yang dibuatnya agar jelas sistematikanya. Diharapkan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
65
hasil pengorganisasian ini akan mampu menjadi pemandu bagi siswa dalam menyusun sintesis isi bacaan dan menjadi pemandu menyusun rangkuman isi bacaan. Guru harus memfasilitasi siswa dengan membantunya menyusun pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam sebuah kerangka pertanyaan yang sistematis serta membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil. Tiap kelompok kecil ini nantinya akan menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Hasil akhir tahap ini adalah kerangka pertanyaan atau peta konsep yang akan dijawab dan dijabarkan siswa setelah proses membaca. Tahap Membaca 5.
Latihan. Pada tahap ini siswa mulai membaca wacana dengan teknik skiming dan skaning. Dengan menggunakan teknik tersebut, kecepatan baca siswa akan meningkat pada saat tidak menemukan ide kunci dan akan lambat atau bahkan sangat lambat ketika menemukan kata kunci yang sesuai dengan kerangka pertanyaan yang dibuatnya. Kecepatan baca pada saat ini berkurang sebab siswa harus mampu menuliskan isi bacaan ke dalam catatannya sebagai bahan menjawab pertanyaan yang telah diorganisasikannya. 6. Praktikum. Pada tahap ini siswa memvalidasi hasil belajarnya melalui kegiatan menulis karangan berdasarkan kerangka pertanyaan yang disusunnya hingga menjadi sebuah karangan baru versi siwa. Yakinkan bahwa karangan yang disusunnya tersebut sesuai dengan isi teks. Tahap Pascabaca 7. Evaluasi. Pada tahap ini siswa harus mengecek kembali pertanyaan, prediksi, dan kerangka pertanyaan yang disusunnya serta memeriksa hasil karangannya. Guna memastikan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
66
kebenaran tulisan yang disusunnya, siswa diperbolehkan membaca kembali wacana sehingga tulisannya tidak akan bertentangan dengan ide penulis wacana. 3. Strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) a. Tujuan Secara umum Strategi PQ4R bertujuan membantu siswa untuk (1) mengaktifkan dirinya dalam mempelajari sebuah konsep melalui kegiatan merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi tahapan belajar yang dilaksanakannya, dan (2) menggunakan proses menulis sebagai alat untuk mempelajari teks bacaan. b. Rasional Thomas dan Robinson sebagai pencetus strategi ini menyatakan bahwa proses belajar dengan menggunakan strategi ini akan meningkatkan kemampuan pemahaman tingkat tinggi yang dilandasi oleh konsentrasi yang baik pada saat membaca, dan mampu digunakan untuk mengingat informasi dalam jangka waktu yang cukup lama. Strategi ini dapat digunakan untuk membaca semua jenis wacana (dalam Abidin, 2014: 100). Menurut Abidin (2014: 100) PQ4R dilahirkan atas asumsi bahwa pembaca dapat mengembangkan keterampilan membacanya melalui pemahaman struktur bacaan dan identifikasi kata kunci. Penerapan PQ4R akan membimbing pembaca mampu melakukan aktivitas baca melalui tahapan membaca yang benar sehingga akan lebih mudah memahami materi dan mampu mengingatnya dalam jangka waktu yang cukup lama.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
67
c. Tahap Strategi PQ4R Sesuai dengan namanya, strategi PQ4R dilaksanakan dalam enam tahap yakni: (1) membaca sekilas, (2) membuat pertanyaan, (3) membaca dalam hati, (4) merefleksi, (5) menceritakan kembali, dan (6) meninjau ulang wacana. Abidin (2014:100) menjelaskan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ini sebagai berikut. Tahap Prabaca 1. Mempersiapkan bahan bacaan. Guru mempersiapkan wacana yang akan dibaca siswa. Selanjutnya, guru secara sepintas memperkenalkan wacana tersebut. Guru juga harus memperkenalkan strategi ini kepada siswa melalui penjelasan dan pembagian kopian langkah-langkah PQ4R kepada masing-masing siswa. 2. Siswa membaca sekilas wacana. Siswa membaca sekilas wacana yang telah diberikan oleh guru. 3. Menyusun pertanyaan. Berdasarkan hasil membaca sekilas yang dilakukannya, siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui proses membaca. Tahap Membaca 4. Membaca dalam hati. Guna menjawab pertanyaan yang diajukannya, siswa membaca dalam hati wacana yang diberikan guru. Kegiatan membaca sebaiknya dilakukan dengan cara membaca cepat. Jika menemukan jawaban, barulah membaca lambat wacana dan diperbolehkan sambil menulis jawaban tersebut.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
68
5. Refleksi. Pada tahap ini siswa membandingkan informasi yang telah diperolehnya/skemata dengan informasi baru yang didapatnya dari hasil membaca. Proses berpikir kreatif sangat berperan dalam tahap ini, yakni siswa harus mampu mengembangkan pengetahuan baru di atas pengetahuan lama yang telah dimilikinya. 6. Menceritakan kembali. Pada tahap ini siswa menyusun jawaban pertanyaan sebagai hasil perpaduan antara pengetahuan lama yang dimilikinya dengan informasi baru yang diperoleh dari kegiatan membaca. Selanjutnya menceritakan kembali isi wacana tanpa melihat wacana. Tahap Pascabaca 7. Meninjau ulang. Pada tahap ini siswa menceritakan kembali pemahamannya terhadap isi wacana, dan untuk meyakinkan hasil pemahamannya siswa dapat membaca sekilas kembali wacana yang diberikan guru atau sebaiknya hanya melihat catatan yang dihasilkannya pada tahap menjawab pertanyaan. 4. Strategi CALLA (The Cognitive Academic Language Learning Approach) a. Tujuan The Cognitive Academic Language Learning Approach (CALLA) adalah strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akademis siswa dalam mempelajari bahasa.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
69
b. Rasional CALLA diperkenalkan oleh Chamot, A. U. Dan O’Malley pada tahun 1994 dengan pertimbangan bahwa penelitian terbaru pada kegiatan membaca telah difokuskan pada proses pemahaman bacaan. Berdasarkan studi ini, teridentifikasi tiga faktor utama yang memengaruhi keberhasilan pemahaman membaca, yakni pengetahuan sebelumnya, struktur teks, dan strategi pembaca dalam memproses bahan bacaan (Abidin, 2014: 104). Kegiatan membaca dipahami sebagai proses interaktif yang mengharuskan pembaca berinteraksi dengan teks menggunakan apa yang mereka ketahui sebelumnya untuk membantu pembentukan pemahaman atas isi teks bacaan. Abidin (2014: 104) menyatakan bahwa strategi pemahaman membaca ini melibatkan proses baca atas-bawah, pembaca menggunakan pengetahuan tentang dunia untuk menginterpretasikan teks, maupun proses baca bawah-atas, pembaca menggunakan kemampuan memecahkan kode untuk memperbaiki kesulitan pemahaman. Skemata (kerangka gagasan/kerangka kejadian) adalah pengetahuan awal yang telah ada pada diri seseorang sebagai hasil pengalamannya. Skemata ini mempresentasikan pengetahuan seseorang tentang bagaimana sesuatu hal bekerja berdasarkan pengalaman orang tersebut. Sejalan dengan itu, skemata dapat digunakan untuk membantu pemahaman dalam aktivitas mendengar dan membaca. Ketika membaca cerita, misalnya pembaca membandingkan kejadian dalam cerita dengan kejadian berdasarkan pengalaman mereka yang relevan untuk membantu pemahaman. Ketika menghadapi aspek yang tidak familiar dalam kegiatan membaca, siswa dapat membantu pemahamannya dengan membuat kesimpulan berdasarkan skemata yang sudah ada. Pembaca yang memiliki tingkat pengetahuan sebelumnya lebih tinggi mengenai suatu hal biasanya akan lebih mudah memahami wacana.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
70
Faktor kedua yang memengaruhi tingkat pemahaman siswa dalam memahami sebuah teks adalah cara teks tersebut terstruktur. Teks (baik sastra, eksposisi, atau argumentasi) memiliki struktur yang sistematis. Struktur teks yang paling mudah dipahami adalah cerita sederhana, yang strukturnya disusun dalam bentuk serangkaian kejadian dalam urutan tertentu, yang terkait dengan hubungan sebab-akibat. Teks jenis lain memiliki struktur yang berbeda sehingga kesulitan untuk memahaminya pun berbeda pula. Cara siswa agar mampu memproses jenis teks yang berbeda merupakan faktor ketiga yang berkontribusi pada pemahaman membaca. Pembaca yang mengerti proses pembelajaran dirinya sendiri dan dapat melatih pengaturan terhadap sikapnya sendiri ketika membaca teks akan memiliki pemahaman yang lebih baik daripada mereka yang percaya bahwa membaca terdiri dari kata berkode. Pembaca yang berhasil adalah mereka yang dapat mengawasi pemahaman mereka sendiri dan mencari kesalahan ketika proses pemahamannya gagal. Pembaca yang baik akan menggunakan strategi metakognitif dan strategi kognitif pula untuk membantu pemahaman. c. Tahap Strategi CALLA Abidin (2014: 105) menjelaskan tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi CALLA ini sebagai berikut. Tahap Prabaca 1. Persiapan. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan siswa mengidentifikasi dan merefleksikan pengetahuan mereka sebelumnya mengenai wacana yang akan dipelajari. 2. Presentasi. Guru menyajikan informasi baru dengan berbagai cara dan menyediakan dukungan kontekstual yang meliputi
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
71
berbagai media pembelajaran misalnya peta, globe, faksimile dokumen asli, foto-foto, tiruan karya seni, artifak, produk ataupun media benda nyata. Tahap Membaca 3. Membaca. Pada fase ini siswa secara aktif membaca dalam hati dan berlatih menemukan informasi baru. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan dalam kelompok kerja sama. 4. Evaluasi. Setelah siswa menemukan informasi baru tersebut, siswa memeriksa dan merefleksikan hasil kegiatan bacanya untuk mengembangkan kesadaran metakognitif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang diperolehnya. Tahap Pascabaca 5. Perluasan. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan atas isi bacaan. Siswa terkait dalam kegiatan yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk mengilustrasikan aplikasi dari apa yang telah mereka pelajari. Adapun, Abidin (2014: 105) menjelaskan pula langkah-langkah penggunaan strategi CALLA untuk wacana sastra (cerpen/novel) yang dapat dijabarkan sebagai berikut. Tahap Prabaca 1. Membangkitkan skemata. Siswa mengidentifikasi pengetahuan mereka sebelumnya mengenai bahasan atau tema. Beritahu siswa bahwa strategi ini disebut elaborasi dan ini akan membantu mereka memahami teks yang akan dibaca. Sajikan dua Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
72
atau tiga gagasan penting dari teks yang akan dibaca dan minta siswa untuk menggunakan elaborasi dengan menjelaskan pengetahuan dan pengalaman mereka yang berhubungan dengan gagasan. 2. Menyusun perencanaan baca. Minta siswa meninjau cerita (perencanaan) dengan melihat judul, ilustrasi, dan bagian depannya, atau dengan membaca sekilas ceritanya untuk mendapatkan intisari. Minta siswa untuk memprediksikan (kesimpulan) cerita apa itu. Tulis gagasan mereka pada papan tulis. Tanyakan kepada siswa mengapa mereka berprediksi demikian. 3. Diskusi tujuan. Diskusikan dengan siswa tujuan mereka dalam membaca cerita. Ingatkan mereka bahwa menyiapkan tujuan membaca adalah strategi perencanaan yang akan membantu mereka membaca dengan pemahaman yang lebih baik. Minta mereka mengekspresikan tujuan pribadi mereka dalam bentuk pertanyaan dan minta mereka menulis pertanyaannya pada papan atau jurnal. Tahap Membaca 4. Membaca cerita. Siswa dapat mengalami cerita dengan cara yang berbeda. Contohnya, guru dapat membacakan cerita pada semua atau sebagian kelas. Dalam kasus ini, minta siswa untuk mempraktikkan strategi mendengarkan seperti perhatian selektif. Selama mereka mendengarkan, mereka harus menjawab pertanyaan yang mereka ajukan dan gunakan sebagai tujuan membaca. 5. Diskusi kelompok. Cara efektif bagi siswa untuk memahami dan menikmati cerita adalah melalui pengajaran resiprokal. Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membaca dan mendiskusikan cerita atau teks jenis lain. Setelah membaca sebuah bagian, siswa bergantian memimpin Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
73
diskusi. Pemimpin pertama memberikan rangkuman singkat bagian yang sudah dibaca (merangkum), lalu mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok lain. Melalui contoh guru, siswa ditunjukkan bagaimana bergerak dari pertanyaan literal pada pertanyaan kesimpulan dan kritis yang memerlukan kemampuan pemikiran tingkat tinggi. Kemudian, pemimpin mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi dalam teks (pengawasan komprehensif) dan kelompok berusaha menyelesaikan kesulitan tersebut (kerja sama). Terakhir, pemimpin membuat prediksi mengenai apa yang akan terjadi berikutnya dalam cerita (membuat prediksi, menarik kesimpulan), dan kelompok meneruskan bacaan kemudian mendiskusikannya, serta mengikuti prosedur yang sama. Ketika memberikan instruksi untuk pengajaran resiprokal, ingatlah untuk menamai strategi yang berbeda-berbeda dan mencontohkan bagaimana menggunakannya. Tahap Pascabaca 6. Kegiatan post-membaca memberikan kesempatan lain untuk mengajarkan dan melatih strategi belajar. Evaluasi diri dapat berbentuk apa saja. Siswa dapat melihat kembali tujuan yang mereka miliki untuk membaca cerita dan menentukan apakah mereka harus mencapai tujuan tersebut. Siswa dapat menyimpan respon mereka pada cerita dan dapat menjelaskan strategi yang mereka gunakan untuk memahaminya. Siswa dapat juga mengembangkan pertanyaan mereka mengenai teks yang dapat dijawab oleh siswa lain.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
74
5. Strategi SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review) a. Tujuan SQ3R adalah strategi pembelajaran membaca yang terdiri atas lima langkah yakni survey, question, read, recite, dan review yang sangat tepat digunakan sebagai strategi membaca bahan bacaan ilmu-ilmu sosial. Tujuan utama penerapan strategi ini adalah (1) untuk meningkatkan pemahaman atas isi bacaan, dan (2) mempertahankan pemahaman tersebut dalam jangka waktu yang lebih panjang. b. Rasional Francis Robinson (dalam Abidin, 2014: 107) ketika meneliti tentang tingkat membaca siswa-siswanya, menemukan fakta bahwa para siswanya hanya mampu mengingat setengah dari apa yang telah mereka baca. Ini adalah kenyataan yang menyedihkan bagi siswa, baik siswa sekolah dasar maupun sekolah tingkat atas. Untuk memecahkan masalah ini, Robinson menggunakan strategi belajar SQ3R sebagai strategi untuk meningkatkan pemahaman dan ingatan jangka panjang. Strategi ini sangat baik untuk memberikan dorongan bagi siswa dalam proses belajar. Apakah SQ3R itu? SQ3R adalah strategi dengan lima langkah: Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Tiga langkah pertama disusun berdasarkan kegiatan penelitian terhadap (1) nilai membaca lompat serta merangkum bagian awal sebelum membaca, dan (2) nilai pengetahuan pertanyaan bacaan sebelum ditugaskan membaca. Survei dilakukan dengan membaca lompat untuk mengetahui garis besar bahan bacaan dan mengetahui bahan apa saja yang disajikan. Pertanyaan menyediakan kegiatan khusus untuk membaca dan petunjuk bagaimana membaca. Pertanyaan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
75
juga dapat digunakan sebagai pemandu dalam membaca sekaligus menentukan cara bagaimana mereka akan dengan mudah untuk mengingat isi apa yang dibaca. Karena pertanyaan memberikan informasi khusus yang kita cari, serta membantu kita untuk mengingat informasi. Ketika siswa-siswa Robinson menggunakan tiga langkah pertama, meneliti, bertanya, dan membaca, ternyata siswa memiliki tingkat pemahaman tinggi. Kemajuan ini tidak membuat Robinson bangga, karena dia tahu sekitar 80% dari apa yang dibaca akan dilupakan setelah dua minggu. Ketika tes membaca dilakukan ulang, pembaca akan lupa berkisar 80% hingga 20% setelah periode dua minggu. Karena pengaruh tersebut, Robinson membangun dua komponen terakhir yakni menceritakan kembali dan mengulang. c. Tahap Strategi SQ3R Abidin (2014: 108) menjelaskan secara umum tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi SQ3R ini sebagai berikut. Tahap Prabaca 1. Survey. Siswa diminta untuk meneliti judul, paragraf pertama, dan gambar kemudian membaca kata pengantar dan paragraf terakhir atau rangkuman. Pada tahap survei ini yang dilakukan siswa hanya membaca judul dan ide utama untuk memberikan gambaran umum isi bacaan dan struktur bacaan terhadap pembaca. 2. Question. Setelah meneliti bacaan, pada tahap ini siswa harus menggunakan informasi yang diperolehnya dari judul dan ide utama untuk menyusun pertanyaan. Pertanyaan yang disusun hendaknya diambil dari bagian bacaan waktu
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
76
siswa membaca dengan susunan sebagaimana susunan wacana tersebut. Tahap Membaca 3. Read. Tahap membaca dilakukan oleh siswa dalam menemukan lokasi jawaban untuk pertanyaan yang telah dibuatnya. Membaca di sini tidak berarti melihat setiap kata atau setiap baris dari semua paragraf. Pada tahap ini siswa harus mengaplikasikan aktivitas membaca lompat, membaca lanyap, dan mengulang membaca bahan yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan. Tujuan kegiatan membaca ini adalah untuk mencari informasi guna menjawab pertanyaan yang telah dibuat. Siswa harus dibiasakan membaca secara fleksibel, artinya kecepatan membaca disesuaikan dengan jenis informasi yang harus diperolehnya dari bacaan. 4. Recite. Setelah siswa menemukan jawaban untuk setiap pertanyaan, siswa harus menyusun ringkasan isi bacaan berdasarkan jawaban yang dibuatnya dengan menggunakan bahasa siswa sendiri. Kegiatan ini sangat penting untuk meyakinkan pemahaman siswa tentang apa yang diperolehnya selama kegiatan membaca. Untuk dapat mengingat informasi penting, siswa disarankan untuk menulis tiap ide pokok paragraf yang terdapat dalam bahan bacaan. Tahap Pascabaca 5. Review. Pada tahap ini siswa diminta melihat kembali bahan bacaan dan membandingkan tulisannya dengan bahan bacaan yang sebenarnya. Jika terdapat kesalahan, siswa harus memperbaiki tulisannya sesuai isi bahan bacaan tersebut.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
77
6. Strategi PQRST (Preview, Question, Read, Sumarry, dan Test) a. Tujuan PQRST pada prinsipnya merupakan strategi membaca yang terdiri dari lima tahapan yakni preview, question, read, sumarry, dan test yang dapat digunakan untuk memahami bahan bacaan sains. Tujuan utama penerapan strategi ini adalah (1) untuk meningkatkan pemahaman atas isi bacaan sains dan (2) mempertahankan pemahaman tersebut dalam jangka waktu yang lebih panjang. b. Rasional Abidin (2014: 109) berpendapat bahwa, bahan bacaan tentang sains tidak dirancang dengan gaya menulis yang cepat dalam memberikan informasi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bahan bacaan sains biasanya ditulis dalam gaya bahasa unggul. Bacaan tersebut biasanya lebih membutuhkan kemampuan berpikir pada pembacanya. Oleh sebab itu, pembaca pada umumnya wajib untuk mengikuti penyajian isi bacaan termasuk seluruh seluk-beluk pikiran pengarang, generalisasi yang ditawarkan, dan teori atau konsep yang terkandung di dalamnya. Generalisasi, teori, atau konsep biasanya tersaji melalui sebuah contoh. Oleh karenanya, pembaca harus mampu memahami bagaimana penulis mempersiapkan rangkaian tes dan percobaan serta kemudian memahami hasil penelitian tersebut. Melihat karakteristik ini, tentu saja dibutuhkan strategi membaca khusus guna dapat memahami isi wacana sains secara cepat dan lengkap serta tepat. Strategi baca tersebut adalah PQRST.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
78
c. Tahapan Metode PQRST Abidin (2014: 109) menjelaskan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ini sebagai berikut. Tahap Prabaca 1. Preview/Peninjauan. Pada tahap ini siswa harus melihat atau membaca judul, subjudul, dan semua gambar serta grafik yang terdapat dalam sebuah wacana untuk mengenal keseluruhan teori yang disajikan penulis termasuk di dalamnya teori yang bersifat menyanggah dan mendukung teori lainnya. 2. Question/Pertanyaan. Pada tahap kedua ini siswa harus membuat pertanyaan atas isi bacaan. Pertanyaan ini merupakan pemandu bagi siswa ketika membaca nantinya. Tahap Membaca 3. Read/Membaca. Siswa harus membaca bacaan secara fleksibel dan selektif untuk mendapat jawaban dari pertanyaan yang telah disusunnya. Seluruh jawaban yang ditemukan ditulis oleh siswa dalam lembar kerja proses. 4. Sumary/Merangkum. Pada tahap ini siswa harus membuat ringkasan isi bacaan berdasarkan informasi yang telah ditemukannya selama proses membaca. Tahap ini akan lebih baik jika dilakukan secara kooperatif sehingga akan terjadi curah pendapat, pertukaran ide, dan kreativitas penulis laporan. Tahap Pascabaca 5. Test/Ujian. Pada tahap ini siswa diberikan tes untuk mengukur bagaimana pemahamannya atas isi bacaan. Tes yang
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
79
disusun sebaiknya dalam bentuk esai agar lebih melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. 7. Strategi KWL (What I Know, What I Want to Learn, What I Have Learned) a. Tujuan KWL menyajikan tiga langkah prosedur baca yang membantu guru lebih responsif dalam membantu siswa memperoleh pengetahuan ketika membaca wacana ekspositoris. Strategi ini sangat berguna untuk membiasakan siswa menentukan tujuan membaca sebelum membaca dan mengaktifkan siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca (Abidin, 2014: 86). b. Rasional KWL diciptakan atas dasar bahwa membaca akan berhasil jika diawali dengan kepemilikan skemata atas isi bacaan. Oleh sebab itu, strategi ini dikembangkan oleh Ogle (dalam Abidin, 2014: 86) untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Strategi KWL melibatkan 3 langkah dasar yang menuntut siswa dalam memahami suatu topik dan memahami sebuah wacana. Tiga langkah dasar dalam KWL ini berisi berbagai kegiatan yang berguna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa diantaranya curah pendapat, menentukan kategori dan organisasi ide, menyusun pertanyaan secara spesifik, serta mengecek hal-hal yang ingin diketahui/dipelajari siswa dari sebuah bacaan. c. Tahapan Strategi KWL Abidin (2014: 86) menjelaskan tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi KWL ini sebagai berikut.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
80
Tahap Prabaca 1. Tahap Know (Apa yang saya ketahui) Langkah pertama ini terdiri atas dua tahap yakni curah pendapat dan menghasilkan kategori ide. Curah pendapat dilakukan guna menggali berbagai pengetahuan yang telah siswa miliki tentang topik bacaan. Berdasarkan curah pendapat tersebut, selanjutnya guru membimbing siswa guna dapat membuat kategori ide yang mungkin terkandung dalam wacana yang akan dibacanya. Misalnya, wacana yang kita baca berjudul “ Membuat Tape Singkong yang Berkualitas”. Pada tahap curah pendapat guru bertanya kepada siswa tentang pengetahuan awalnya terhadap tape singkong dengan pertanyaan “Apa yang kalian ketahui tentang tape singkong”? Jawaban siswa sebaiknya ditulis di papan tulis atau media lainnya dan selanjutnya guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tersebut, misalnya “Dari mana kamu tahu itu?, “Bagaimana kamu bisa membuktikannya?” dan sebagainya. Pada tahap selanjutnya guru membantu siswa menyusun kategori ide yang mungkin terdapat dalam wacana. Pada saat ini guru bisa bertanya kepada siswa misalnya “Menurut pendapat kalian apa saja ide kunci yang terdapat dalam wacana yang akan kita baca?” Jawaban dari siswa tersebut selanjutnya disusun secara sistematis membentuk kategori konsep, misalnya (a) bahan baku tape, (b) kriteria bahan buku, (c) peralatan membuat tape, (d) lamanya waktu yang dibutuhkan, (e) kemasan tape, dan sebagainya. 2. Tahap What I want to Learn (Apa yang ingin saya ketahui). Pada tahap ini, guru menuntun siswa menyusun tujuan khusus membaca. Selanjutnya, guru mengajak siswa untuk membuat berbagai pertanyaan yang diajukan dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidak jelasan yang Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
81
timbul dalam benak siswa selama langkah pertama, kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan sebagai tujuan membaca. Misalnya, siswa bertanya “Berapa lama waktu untuk membuat tape singkong?”. “Bagaimana langkah-langkah membuat tape singkong?”, “Hal apa yang harus diperhatikan agar tape singkong yang dibuat berkualitas?”, “Mengapa tape dikemas dalam plastik atau daun?” dan sebagainya. Petanyaan-pertanyaan siswa tersebut selanjutnya guru susun di papan tulis agar semua siswa mengetahui tujuan atas kegiatan membaca yang akan dilakukannya.
Tahap Membaca 3. Tahap What I Have Learned. Tahap ini diawali dengan kegiatan siswa membaca dalam hati wacana ekspositoris yang diberikan guru. Kegiatan merupakan tindak lanjut untuk menemukan, memperluas, dan menentukan seperangkat tujuan membaca. Setelah selesai membaca, siswa menuliskan semua hal yang telah diperolehnya dari kegiatan membaca sesuai dengan pertanyaan yang diajukannya pada tahap sebelumnya. Dalam kegiatan ini, guru membantu siswa mengembangkan perencanaan untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang tersisa. Tahap Pascabaca 4. Tahap tindak lanjut. Pada tahap ini berbagai pertanyaan yang tidak dapat siswa jawab setelah aktivitas membaca akan menjadi bahan pembahasan guru bersama siswa dalam diskusi kelas. Setelah semua prioritas membaca tuntas, jelas, dan lengkap, guru dapat menugaskan siswa menceritakan isi
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
82
bacaan, baik secara lisan maupun tulisan sebagai bentuk kegiatan tindak lanjut. 8. Strategi MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, dan Review) a. Tujuan Strategi MURDER adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari 6 langkah pembelajaran yaitu Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, dan Review yang sangat tepat digunakan dalam memahami suatu wacana. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk meningkatkan pemahaman atas bacaan, dan mempertahankan pemahaman yang telah dimiliki dalam jangka waktu yang lama. b. Rasional MURDER (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review) didasari oleh perspektif psikologi kognitif. Fokus dari perspektif ini adalah bagaimana manusia memperoleh, menyimpan, dan memproses apa yang dipelajarinya dan bagaimana proses berpikir dan belajar itu terjadi. Piaget dan Vygotsky sebagai tokoh dalam psikologi kognitif menekankan kegiatan memproses informasi secara luas dan proses berpikir yang mendalam sehingga mampu memberikan penjelasan tentang informasi tersebut, baik secara verbal maupun nonverbal (dalam Jacobs, 1996: 89). Strategi pembelajaran MURDER dilaksanakan dengan menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok beranggotakan empat orang. Pasangan dyad secara verbal mengemukakan, menjelaskan, memperluas, dan mencatat ide-ide utama dari teks. Proses ini memperkuat pemahaman siswa melalui langkah-langkah pendeteksian, pengulangan, dan pengelaborasian (Jacob: 1996: 89). Langkah-langkah tersebut memerlukan keterampilan memproses informasi, menuntut keterlibatan metakognisi, dan membuat keputusan secara rasional.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
83
c. Tahap Strategi MURDER Tahap Prabaca 1. Apersepsi (Mood). Pada strategi ini apersepsi perlu dilakukan guru dengan siswa agar membangun pengetahuan awal siswa terhadap bacaan/teks yang akan dipelajari. Kegiatan apersepsi sebaiknya dilakukan semenarik mungkin sehingga siswa mendapat suasana hati yang postif terhadap materi yang akan dipelajari. 2. Menjelaskan prosedur pembelajaran. Guru membagi siswa dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 siswa, dari 4 siswa tersebut akan dipilih sepasang siswa sebagai anggota dyad. Setelah siswa terbagi dalam kelompok, guru menjelaskan kepada para siswa tentang prosedur pembelajaran yang akan dilakukan agar siswa memahami penerapannya dalam kegiatan mebaca yang akan dilaksanakan. Sehingga harapannya siswa memahami prosedur pembelajaran, memahami tugas yang harus diselesaikannya serta hasil akhir yang harus diperolehnya. Tahap Membaca 3. Memahami (Understand). Masing-masing dyad dalam satu kelompok membaca bagian materi tertentu dari naskah tanpa menghafal. Guru dapat membagi-bagi naskah ke dalam beberapa bagian tertentu sehingga memudahkan siswa dalam membagi tugas. Siswa diarahkan untuk mencermati poin-poin penting dalam naskah yang dibaca. 4. Menulis Ringkasan (Recall). Setelah setiap pasang membaca materi, siswa diarahkan untuk membuat sebuah rangkuman menggunakan bahasa mereka sendiri guna mempermudah pemahaman berdasarkan bacaan yang telah mereka baca. Setelah ringkasan selesai dibuat, salah satu anggota dyad Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
84
memberikan sajian lisan terhadap materi yang telah dibaca tanpa melihat teks. Anggota dyad yang menyajikan materi dipilih secara acak guna mendorong kesiapan dari setiap anggota dyad. Sajian materi difokuskan hanya berupa topik-topik penting dari materi tersebut. 5. Telaah dan mencari informasi yang belum dipahami (Detect). Detect dilakukan oleh anggota kelompok yang lain dengan jalan mencocokkan apa yang disajikan dengan materi yang ada sehingga koreksi dapat dilakukan bila muncul kesalahan. Tahap Pascabaca 6. Elaborate oleh sesama pasangan. Setiap pasangan dapat memberikan contoh ataupun aplikasi materi yang telah dibaca dalam kehidupan seharihari, mengemukakan opini mereka terhadap topik yang dibahas ataupun mengemukakan beberapa pertanyaan terkait dengan topik yang dibahas. Langkah-langkah Understand, Recall, Detect, dan Elaborate diulang untuk materi selanjutnya. 7. Review (Peninjauan Ulang). Tahap ini dilakukan dengan cara merangkum kembali hasil pekerjaan berdasarkan hasil diskusi yang berlangsung dan membuat kesimpulan berdasarkan keseluruhan proses pembelajaran yang telah berlangsung, sehingga proses memahami informasi akan menjadi lebih efisien.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
85
Perlu Anda Ketahui Selain berbagai strategi pembelajaran membaca pemahaman yang telah dijabarkan dalam bab ini, masih banyak strategi-strategi lain yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman seperti strategi ECOLA (Extending Concept Through Language Activities), Strategi GIST (Generating Interaction between Shcemata and Text), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), REAP (Read, Encode, Annotate, Ponder), OK4R (Overview, Key, Read, Recall, Reflect, Review) dan lain sebagainya.
Rangkuman 1. Strategi DRTA merupakan sebuah strategi pembelajaran membaca pemahaman yang terdiri dari langkah Direct, Reading, Thinking, dan Activities. Tujuan dari strategi DRTA adalah untuk melatih siswa dalam menggunakan konsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. 2. Strategi SQ3R (Survei, Question, Read, Recite, Review) merupakan suatu strategi pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mensurvei isi, membuat pertanyaan, membaca isi, menceritakan isi bacaan dan meninjau kembali bacaan. 3. Strategi PQ4R merupakan suatu strategi pembelajaran membaca pemahaman yang terdiri dari enam langkah yakni Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review. Strategi ini bertujuan untuk membantu siswa
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
4.
5.
6.
7.
8.
86
dalam mengaktifkan dirinya dalam mempelajari sebuah konsep melalui kegiatan merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi tahapan belajar yang dilaksanakannya. Strategi PORPE dilaksanakan dalam beberapa tahapan yakni memprediksi, mengorganisasikan, melatih, mempraktikkan, dan mengevaluasi. Tujuan strategi pembelajaran ini untuk membantu CALLA adalah strategi pemahaman membaca yang melibatkan proses membaca atas-bawah, pembaca menggunakan pengetahuan tentang dunia untuk menginterpretasikan teks, maupun proses baca bawahatas, pembaca menggunakan kemampuan memecahkan kode untuk memperbaiki kesulitan pemahaman. PQRST pada prinsipnya merupakan strategi membaca yang terdiri dari lima tahapan yakni Preview, Question, Read, Sumarry, dan Test yang dapat digunakan untuk memahami bahan bacaan sains. KWL merupakan sebuah strategi pembelajaran membaca pemahaman yang terdiri dari 3 langkah, yaitu What I Know, What I Want to Learn, dan What I Have Learned yang sangat berguna untuk membiasakan siswa menentukan tujuan membaca sebelum membaca dan mengaktifkan siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi MURDER adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari 6 langkah pembelajaran yaitu Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, dan Review yang sangat tepat digunakan dalam memahami suatu wacana. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk meningkatkan pemahaman atas bacaan, dan mempertahankan pemahaman yang telah dimiliki dalam jangka waktu yang lama.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
87
Tugas dan Latihan 1 1. 2.
3. 4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran! Mengapa pembelajaran membaca pemahaman perlu memilih strategi pembelajaran untuk digunakan dalam proses belajar-mengajar, jelaskan! Tunjukkan kekhasan strategi PQRST dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain! Faktor apa sajakah yang perlu dikembangkan dalam strategi pembelajaran CALLA agar mampu mencapai keberhasilan belajar dengan standar pemahaman tinggi, jelaskan! Secara umum strategi DRTA bermaksud membentuk pemikiran kritis dan reflektif terhadapan bacaan/teks. Apa maksudnya, jelaskan! Buatlah sebuah langkah-langkah pembelajaran berdasarkan strategi MURDER yang dapat dilakukan mahasiswa secara mandiri dalam memahami sebuah bacaan/teks. Dari berbagai strategi yang telah dijabarkan, terlihat dalam setiap langkahnya bahwa pembelajaran lebih berorientasi pada siswa, dan bukan pada guru. Mengapa demikian, jelaskan! Berdasarkan penelitian Robinson dalam menggunakan strategi SQ3R tiga langkah pertama yakni meneliti, bertanya, dan membaca, ternyata dapat mendorong siswa memiliki tingkat pemahaman tinggi. Meskipun demikian pemahaman itu ternyata hanya bertahan dalam dua minggu saja, karena pembaca akan lupa berkisar 80% hingga 20% setelah periode dua minggu. Mengapa hal seperti itu dapat terjadi, jelaskan! Ada tiga langkah yang harus diikuti dalam penerapan strategi KWL, jelaskan!
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
88
10. Apa kekhasan dari strategi PORPE dan PQ4R yang dapat membedakannya satu sama lain, jelaskan!
Tugas dan Latihan 2 Baca dan pahamilah teks di bawah ini! Puan: Selesai Wisuda Harus Siap Hadapi MEA Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan lulusan perguruan tinggi yang telah diwisuda harus siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berlakunya MEA pada 2016 ini akan sangat terbuka bagi pasar tenaga kerja dari negara lain. "Terutama ASEAN," kata Menko PMK Puan Maharani saat menghadiri Wisuda ke-79 Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Menteri Puan mengatakan wisuda bukan berarti selesainya studi dan menerima ijazah, tetapi menjadi titik awal bagi lulusan sarjana memasuki kehidupan baru yang penuh tantangan dan harapan serta dituntut untuk mengabdikan ilmu dan kemampuan dari yang sudah dipelajari selama ini. Menurut data BPS, tenaga kerja Indonesia 65% di antaranya merupakan lulusan SMP ke bawah, 25% lulusan SMA dan sarjana hanya 10%. Sementara itu, angka partisipasi kasar (APK) Pendidikan Tinggi selama lima tahun terakhir meningkat kurang dari 4%. Untuk lima tahun ke depan, pemerintah menargetkan APK Pendidikan Tinggi mencapai 35% atau meningkat empat persen dari capaian saat ini. Puan menjelaskan tingkat APK Indonesia merupakan yang terendah di ASEAN, yakni jauh di bawah Malaysia yang mencapai di atas 50% serta Korea Selatan yang mencapai 103% pada tahun 2010. Padahal untuk memasuki
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
89
MEA, negara di ASEAN setidaknya harus memiliki sejumlah kompetensi dan keterampilan kerja yang mumpuni dan ditandai dengan kepemilikan sertifikat kompetensi serta keterampilan penguasaan bahasa asing. "Tingkat pendidikan pekerja yang rendah berdampak pada rendahnya produktivitas daya saing. Sementara persaingan global menuntut tenaga kerja berdaya saing, terampil dan kompeten," ujar Puan. Puan menjelaskan ada beberapa faktor kelemahan dalam bersaing di pasar global, yakni rendahnya kemampuan inovasi, kesiapan teknologi, riset dan pendidikan tinggi serta kurangnya infrastruktur. (Dikutip dari republika.co.id, 27 Februari 2016)
Setelah Anda membaca teks di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini dan diskusikan bersama teman Anda! 1. 2.
Jelaskan ide pokok dari teks di atas! Apakah makna tersirat yang terdapat dalam paragraf ke dua? 3. Apakah makna tersirat yang terdapat dalam teks di atas? 4. Apakah makna tersurat yang terdapat dalam teks di atas? 5. Apakah alasan yang mendasari pemerintah memberlakukan MEA di Indonesia? 6. Sebutkan beberapa pokok masalah yang dibahas dalam teks di atas! 7. Setelah membaca teks di atas, bagaimana pendapat Anda dalam memecahkan masalah terkait topik yang dibahas dalam teks? 8. Setelah membaca teks di atas, buatlah sebuah prediksi yang mungkin dapat terjadi! 9. Buatlah sebuah kesimpulan dari teks di atas! 10. Berikan pendapat Anda terkait fenomena banyaknya pengangguran dan diberlakukannya MEA di Indonesia, jelaskan! ---o0o--
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
90
Bab
https://www.instagram.com/heptapertiwi/ Budayakan Membaca
https://www.instagram.com/heptapertiwi/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
91
Standar Kompetensi: Memiliki kemampuan untuk memahami meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
upaya
Kompetensi Dasar: Memahami cara menumbuhkan minta baca, cara memberi motivasi dalam diri, pentingnya pemilihan strategi yang relevan dengan tujuan membaca, dan mampu memahami cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Indikator: Kognitif (Pengetahuan): 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan motif dan motivasi. Mahasiswa mampu menjelaskan cara meningkatkan minat baca dalam diri. Mahasiswa mampu menjelaskan cara memotivasi diri untuk melakukan aktivitas membaca. Mahasiswa mampu menjelaskan peran kemampuan membaca pemahaman dalam perkembangan IPTEKS. Mahasiswa mampu menerangkan implikasi antara strategi pembelajaran membaca pemahaman terhadap kemampuan membaca pemahaman. Mahasiswa mampu menjelaskan strategi pembelajaran yang paling relevan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam dirinya. Mahasiswa mampu menjelaskan peran fluency, flexibility, dan originality dalam mengukur kemampuan berpikir divergen. Mahasiswa mampu menjelaskan upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
9.
92
Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab rendahnya minat baca yang dimiliki masyarakat Indonesia.
Keterampilan Abstrak: 1. Mahasiswa mampu membuat argumen tentang adanya fenomena menghafal di kalangan pelajar.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
93
Seperti telah kita ketahui, kebiasaan menghafal bacaan ketimbang memahami sudah menjadi fenomena umum di kalangan pelajar, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Fenomena ini menimbulkan rasa keprihatinan tersendiri bagi berbagai pihak, khusunya para pendidik. Maka dari itu, dalam bab ini akan dipaparkan beberapa upaya dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, yang terdiri dari menumbuhkan minat baca, memberi motivasi dalam diri, memilih strategi pembelajaran membaca yang relevan, dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
A.
Menumbuhkan Minat Baca
Kata minat bermakna kecenderungan hati atau keinginan terhadap sesuatu. Sujanto (1989: 92) menyatakan minat ialah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya. Senada dengan hal itu, Chaplin (2006: 255) menyatakan bahwa minat adalah perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi seseorang. Adapun menurut Sutarno (2003: 19) menyatakan minat ialah kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang terhadap sesuatu, sehingga dari definisi tersebut ia mengartikan minat baca sebagai kecenderungan hati yang tinggi kepada suatu sumber bacaan tertentu. Beranjak dari pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat terhadap aktivitas membaca karena aktivitas itu dirasakan berharga atau berarti dalam diri pembaca. Minat baca sangat menentukan kemajuan seseorang bahkan suatu bangsa. Sutikno (2006: 94) menyatakan kurangnya minat membaca menyebabkan rakyat dalam sebuah negara itu lemah dalam berbagai aspek, seperti dalam Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
94
aspek pelajaran atau kerjanya. Lalu bagaimana menumbuhkan atau menimbulkan minat baca? Sutikno (2006: 95) menyatakan, untuk menimbulkan minat baca dan bagaimana cara membaca yang baik terletak pada tingkat rasa ingin tahu yang tinggi. Untuk meningkatkan rasa ingin tahu, maka harus dihadapkan kepada persoalan yang membuat penasaran dan segera ingin mengetahuinya. Sebagai contoh bahwa buku kelima Harry Potter dibaca berjuta anak-anak di seluruh dunia, bukan karena buku itu bagus atau menarik, karena penilaian bagus atau menarik akan diketahui setelah membacanya. Dapat diyakini bahwa buku itu dibaca karena tingkat penasaran dan keingintahuan anak-anak tentang isi cerita selanjutnya Harry Potter. Namun, dapat diduga bahwa bukubuku sebelumnya Harry Potter berisi cerita yang cukup menarik sehingga memicu rasa keinginan membaca kembali kelanjutan ceritanya pada buku selanjutnya. Berdasarkan hal itu dapat dinyatakan beberapa upaya dalam menumbuhkan minat baca seseorang, yakni sebagai berikut: a. Tumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi atas segala fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan informasi aktual. b. Sediakanlah buku-buku atau bahan bacaan yang baru dan menarik. Selain dapat menumbuhkan minat baca dalam diri, penyediaan buku-buku atau bahan bacaan yang baru dan menarik secara rutin dapat memperkaya seseorang dengan pengetahuan atau pengalaman baru. Buku-buku atau bahan bacaan itu dapat dibaca pada waktu luang, serta c. Upayakan memilih buku-buku bacaan maupun bahan bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang relevan dengan diri sendiri. Sebab menghadapi bahan bacaan yang terlalu sukar, dapat mengurangi kegairahan dalam membaca, lalu d. Buatlah prinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
95
Tahukah Anda? Data Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi International Association for the Evaluation of Education Achicievement (IAEEA), utuk kawasan Asiauntuk Timur, menyatakan bahwa minat baca bangsa Indonesia memegang posisi terendah dengan skor 51,7 di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0) dan Hongkong (skor 75,5). Data lainnya yang bersumber dari hasil survei UNESCO (2011) menyebutkan bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi.
B. Memberi Motivasi dalam Diri Pengertian motivasi tidak terlepas dari apa yang dimaksud dengan motif. Purwanto (1990: 60) menyatakan bahwa motif dan motivasi sukar dibedakan. Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak melakukan sesuatu karena ada tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk memengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga tercapai hasil tertentu. Hamzah (2008: 3) menyatakan, motif adalah sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Senada dengan hal itu, Winkel (dalam Hamzah, 2008: 3) menyatakan motif adalah daya penggerak dalam diri
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
96
seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Jika ditinjau dari asal katanya, yaitu motif, maka motivasi dapat diartikan dengan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Senada dengan hal ini, Barus dkk. (1988: 4) menyatakan motivasi adalah kondisi-kondisi yang mendorong seseorang untuk bersikap dan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Jika ditinjau dari sektor pendidikan, motivasi merupakan faktor pendorong dalam belajar, yang biasa disebut motivasi belajar. Lebih lanjut Barus dkk. (1988: 4) menyatakan, motivasi dapat dibedakan atas motivasi internal dan motivasi eksternal. Dalam hal ini, motivasi internal adalah motivasi dari dalam diri seseorang dan motivasi eksternal adalah motivasi dari luar diri seseorang. Untuk memperkuat motivasi internal, seseorang dapat menumbuhkan asumsi dalam diri bahwa: a. Setiap orang mempunyai keinginan untuk menambah pengalaman atau pengetahuannya yang berguna bagi kehidupannya, tetapi tidak setiap orang benar-benar menyadari bahwa kemampuan membaca pemahaman yang tinggi merupakan salah satu modal penting untuk memenuhi keinginannya itu. b. Setiap orang merasa senang atau bangga kalau memiliki kekayaan pengalaman atau pengetahuan karena kekayaan tersebut dapat membuatnya menjadi orang yang terkenal dan bermanfaat bagi orang banyak. Berdasarkan asumsi itu, seseorang dapat memberi motivasi dalam diri dengan membangkitkan semangatnya untuk mengikuti pembelajaran membaca di sekolah maupun untuk melakukan latihan-latihan membaca secara otodidak dengan serius. Dengan demikian, seseorang diharapkan mengetahui dan menyadari bahwa :
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
97
1. Pemerolehan IPTEKS yang paling strategis dan relevan pada era globalisasi ini adalah melalui kegiatan membaca, 2. Mengingat IPTEKS terus berkembang pesat, kemampuan membaca pemahaman yang relatif tinggi benar-benar diperlukan, serta 3. Kemampuan membaca pemahaman dan peningkatannya hanya dapat diperoleh melalui belajar atau latihan membaca secara berkelanjutan.
C. Memilih Strategi Pembelajaran Membaca yang Relevan Seperti telah dijabarkan dalam bab sebelumnya, strategi dapat didefinisikan sebagai suatu rencana, teknik atau rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian strategi tersebut dapat disimpulkan bawa strategi pembelajaran adalah pola dan urutan umum perbuatan yang harus dilakukan siswa dan guru di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, dapat pula dinyatakan bahwa strategi pembelajaran membaca adalah pola dan urutan umum perbuatan yang harus dilakukan siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar membaca. Berbagai macam strategi pembelajaran membaca yang dapat dipilih dan digunakan untuk pembelajaran membaca pemahaman sangat beragam antara lain, strategi pembelajaran mengulang, strategi pembelajaran PQRST (Preview, Question, Read, State, dan Test), strategi pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review), strategi pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review), dan sebagainya. Strategi pembelajaran mengulang adalah strategi pembelajaran yang sudah biasa digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Dalam perencanaan pembelajaran membaca pemahaman, pemilihan strategi pembelajaran membaca harus berdasarkan prinsip relevansi.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
98
Artinya, strategi pembelajaran membaca yang dipilih adalah strategi pembelajaran yang paling relevan dengan karakteristik seseorang dan yang paling relevan dengan tujuan ataupun indikator-indikator pembelajaran. Sebagai contoh, Barus (2010: 100) melaporkan kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran PQ4R lebih tinggi daripada kemampuan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran mengulang. Selain itu, menurutnya kemampuan membaca pemahaman siswa kelompok kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran PQ4R lebih tinggi daripada kemampuan membaca pemahaman siswa kelompok kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran mengulang. Selain itu, penggunaan strategi pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran membaca pemahaman. Karena sekalipun strategi pembelajaran yang dipilih sudah dirasa paling relevan, namun dalam penggunaannya tidak baik, tidak relevan dengan prosedur pembelajaran sebagaimana mestinya, maka pembelajaran membaca pemahaman itu tidak akan membuahkan hasil yang baik.
D. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir merupakan rangkaian proses dalam diri yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal seseorang. Faktor tersebut dapat meliputi motivasi, harapan, keinginan, situasi emosi, dan situasi luar diri manusia untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan mulai dari pengorganisasian minat hingga proses kreatif yang menghasilkan satu gagasan dalam kaitannya dengan pemecahan masalah. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa salah satu tingkatan dari berpikir adalah berpikir kreatif. Berkaitan dengan hal itu, kata creativity dapat
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
99
dipadankan dengan kata create ‘mencipta’, creation ‘kreasi’, dan creative ‘kreatif’. Kata create berarti menyebabkan ada, menghasilkan, menimbulkan, menghadirkan, atau menggambarkan, untuk pertama kali dan memberi karakter pada satu peran atau bagian (dalam sebuah karya fiksi). Kata kreasi berarti produk asli (orisinal), temuan manusia, atau imajinasi. Kata kreatif berarti memiliki daya cipta atau kemampuan menghasilkan sesuatu yang asli. Dari makna ketiga padanan kreativitas ini, yang paling menonjol adalah orisinalitas. Artinya, produk, proses, dan orangnya mampu menciptakan sesuatu yang belum diciptakan orang lain. Informasi ini sejalan dengan empat jenis defenisi tentang kreativitas sebagai Four P’s of Creativity yang dikemukakan oleh Rhodes (dalam Munandar 2004: 20), yaitu “Person, Process, Press, Product”. Keempat “P” itu saling berkaitan. Pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk kreatif. Adapun Munandar (2004: 44) berpandangan kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam bepikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Dalam hal ini, kelancaran (fluency) dalam berpikir adalah kemampuan memberikan gagasan pada objek tertentu dengan cepat dan tepat. Keluwesan (fleksibilitas) adalah kemampuan memberikan gagasan yang beragam, bebas dari perseverasi. Orisinalitas adalah kemampuan memberikan gagasan yang unik dan langka untuk populasi tertentu, kemampuan melihat hubungan-hubungan baru, atau kombinasi baru dari bermacam unsur. Kemudian elaborasi adalah kemampuan mengembangkan, merinci, dan memperkaya atau memperluas suatu gagasan. Guilford (dalam Rakhmad, 2005: 75) menyatakan, “Orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Berpikir divergen dapat diukur dengan fluency, flexibility,
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
100
dan originality. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kesanggupan mengelaborasi suatu gagasan secara divergen berdasarkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas. Kemampuan berpikir kreatif ini berpengaruh positif terhadap kemampuan membaca pemahaman seseorang. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Barus (2010: 101), yaitu kemampuan membaca pemahaman seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih tinggi daripada kemampuan membaca pemahaman seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman seseorang, peningkatan kemampuan berpikir kreatif dipandang perlu. Barus (2010: 6) memaparkan tiga upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif yang dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, sehubungan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, seseorang dapat dimotivasi untuk selalu mencari sesuatu yang baru dalam bacaan atau berusaha untuk seunik mungkin dalam mengembangkan gagasan yang dinyatakan dalam bacaan. Kedua, seseorang dapat melatih dirinya sendiri sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif sekaligus kemampuan untuk mengembangkan gagasangagasan orisinal meskipun itu berkaitan dengan satu bacaan bahasa Indonesia, yaitu (1) kelancaran dalam menemukan gagasan, (2) kelenturan dalam struktur kalimat, (3) orisinalitas dalam menemukan tema yang khas, orisinalitas dalam gagasan yang ditangkap, dan (4) elaborasi, yang mampu membuat suatu bacaan tampak lebih kaya dengan gagasan, misalnya dengan menghubungkan gagasan dalam bacaan dengan gagasan yang tidak biasa. Ketiga, diperlukan dukungan dari lingkungan yang meliputi fleksibilitas dalam memberi kesempatan, bimbingan, dan dukungan untuk membangun kepercayaan diri dalam melakukan kegiatan kreatif.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
101
Rangkuman 1. Minat baca adalah keinginan/dorongan yang kuat terhadap aktivitas membaca karena aktivitas itu dirasakan berharga atau berarti. 2. Upaya untuk menumbuhkan minat baca seseorang bisa dilakukan dengan cara: a. rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan dan informasi aktual, b. sediakanlah buku-buku atau bahan bacaan yang baru dan menarik, c. upayakan memilih buku-buku bacaan maupun bahan bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang relevan dengan diri sendiri, dan d. berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani. 3. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Strategi pembelajaran membaca pemahaman adalah siasat yang digunakan ketika seseorang melakukan kegiatan membaca untuk memahami isi teks dan memperoleh makna dari teks yang dibacanya. Adapun macam-macam strategi pembelajaran membaca pemahaman yang bisa digunakan yaitu SQ3R, PQ4R, KWL, PORPE dan lainlain. 5. Kemampuan berpikir kreatif adalah kesanggupan mengelaborasi suatu gagasan secara divergen berdasarkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas. Orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban.
Tugas dan Latihan 1 1. Berikan pendapat Anda terkait fenomena menghafal daripada memahamai suatu bacaan di kalangan pelajar!
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
102
2.
Apa yang Anda ketahui tentang perbedaan motif dan motivasi, jelaskan beserta contoh! 3. Bagaimana cara meningkatkan minat baca dalam diri Anda, jelaskan! 4. Bagaimana cara memotivasi diri Anda untuk melakukan aktivitas membaca, jelaskan! 5. IPTEKS terus berkembang pesat, kemampuan membaca pemahaman yang relatif tinggi dirasa benar-benar diperlukan, mengapa demikian, jelaskan! 6. Bagaimanakah implikasi strategi pembelajaran membaca pemahaman terhadap kemampuan membaca pemahaman seseorang? 7. Apakah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam diri Anda? Jelaskan mengapa Anda memilih strategi tersebut! 8. Menurut Guilford berpikir divergen dapat diukur dengan fluency, flexibility, dan originality, apa maksudnya, jelaskan! 9. Sebut dan jelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis! 10. Menurut hasil survey, minat baca yang dimiliki orang Indonesia sangat rendah. Mengapa hal tersebut dapat terjadi, jelaskan!
Tugas dan Latihan 2 Tes Formatif Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling benar. Setelah itu diskusikanlah hasil jawaban Anda dengan rekan Anda. Untuk menjawab soal nomor 1 dan 2 perhatikan penggalan teks berikut.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
103
Bahasa merupakan sistem penanda penting dari gejala dan realitas kebudayaan sekaligus mencerminkan tingkat peradaban bangsa. Sebagai entitas maknawi, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan bagian penting dari ruh kebudayaan masyarakat. Melalui bahasa, masyarakat mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan cita-citanya. Segala yang ideal dan tidak ideal dirumuskan dan diungkapkan melalui bahasa. 1. Paragraf di atas dapat disimpulkan sebagai berikut... A. Bahasa sangat penting dalam kebudayaan masyarakat. B. Bahasa sebagai entitas maknawi. C. Bahasa merupakan sistem penanda penting yang dapat mencerminkan tingkat peradaban bangsa. D. Melalui bahasa semua dapat diungkapkan dan diekspresikan. E. Bahasa bukan hanya sekadar alat komunikasi, melainkan bagian penting dari ruh kebudayaan masyarakat. 2. Paragraf di atas dapat diikhtisarkan sebagai berikut......... A. Bahasa merupakan sistem penanda ,(2) Melalui bahasa dapat tercermin tingkat peradaban suatu bangsa, (3) Bahasa menjadi bagian penting dari ruh kebudayaan masyarakat, (4) Melalui bahasa masyarakat mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan cita-cita. B. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan bagian penting dari ruh kebudayaan masyarakat. C. (1) Pentingnya bahasa bagi suatu negara, (2) bahasa sebagai entitas maknawi, (3) Melalui bahasa masyarakat mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan cita-cita, (4) bahasa dapat menjadi ungkapan segala yang ideal maupun tidak. D. Pentingnya bahasa dalam kebudayaan dan peradaban bangsa. E. Bahasa merupakan ruh kebudayaan masyarakat.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
104
Untuk menjawab soal nomor 3 s.d 10 perhatikan penggalan teks berikut. Sekolah Wajib Terapkan Pendidikan Karakter Seluruh sekolah di Palangkaraya wajib menerapkan program pendidikan karakter mulai tahun ajaran 2012. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Ikwanuddin mengatakan, diwajibkannya program ini, karena diterapkannya pendidikan karakter di setiap sekolah, diharapkan dapat mencegah meningkatnya perilaku kenakalan remaja di kalangan pelajar. "Pendidikan karakter itu bertujuan menjadikan generasi siswa yang unggul dan tangguh serta mempunyai daya saing, dengan memberi pelatihan budi pekerti dan keagamaan yang baik kepada siswa," kata Ikwanuddin. Ia mengatakan, penyusunan kurikulum dalam rangka pendidikan karakter kewirausahaan dan ekonomi kreatif dengan pendekatan belajar aktif pada satuan pendidikan rintisan, sudah dilakukan pada bulan Juli lalu di Palangkaraya. "Saat ini sudah ada delapan sekolah percontohan pelaksanaan program pendidikan karakter. Sekolah-sekolah tersebut adalah TK Pembina, SDN 4 Menteng, SDN Percobaan, SLBN 1, SMP 2, SMA 2, SMK 3 dan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM)," katanya. Sebelum menerapkan pendidikan karakter, kata Ikwanuddin, para guru sebaiknya memberikan contoh yang baik sehingga apa yang dilakukan tidak sia-sia. "Mulai sekarang kita harus memberi contoh terlebih dulu kepada mereka agar pendidikan karakter yang diterapkan pada anak menjadi lebih mudah. Kami menilai, program pendidikan karakter sangat tepat diterapkan di sekolah sebagai penyaring arus globalisasi dan kemajuan teknologi," ujarnya. Oleh sebab itu, lanjut Ikwanuddin, guru harus dapat memberikan materi saat sebelum mengajar dan menyisipkan pendidikan karakter dan budi pekerti, adat istiadat, budaya daerah dan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
105
sopan santun yang merupakan keunggulan untuk diajarkan di sekolah. (Dikutip dari media kompasiana.com)
3. Ide pokok yang terdapa dalam paragraf pertama adalah A. Seluruh sekolah di Palangkaraya wajib menerapkan program pendidikan karakter awal tahun ajaran baru 2012. B. Alasan penerapan program pendidikan karakter wajib dilaksanakan di seluruh sekolah di Palangkaraya. C. Tujuan diterapkannya program pendidikan karakter di seluruh sekolah di Palangkaraya. D. Pelaksanaan program pendidikan karakter di seluruh sekolah yang ada di Palangakaraya. E. Maraknya kasus kenakalan remaja menjadi acuan diterapkannya pendidikan karakter di seluruh sekolah yang ada di Palangkaraya. 4. Kesimpulan dari isi wacana di atas adalah… A. Penerapan pendidikan karakter wajib dilakukan seluruh sekolah di Palangkaraya. B. Pendidikan karakter dan tujuan dilaksanakannya wajib program pendidikan karakter. C. Pendidikan karakter dan kurikulum penyususnan pendidikan karakter di Palangkaraya. D. Penerapan program pendidikan karakter dan guru wajib memberikan contoh yang baik. E. Ujung tombak suksesnya penerapan pendidikan karakter berada di tanagan para pendidik. 5. Masalah yang dikemukakan dalam wacana di atas adalah… A. Pendidikan karakter dan tujuannya. B. Pendidikan karakter dan pendidik. C. Pendidikan karakter dan kenakalan remaja. D. Pendidikan karakter dan kurikulum.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
106
E. Pendidikan karakter. 6. Tujuan diadakan program pendidikan karakter pada wacana di atas adalah… A. Menjadikan siswa mandiri dengan membebaskan siswa melakukan kegiatan apapun yang ingin dilakukan. B. Menjadikan generasi siswa yang unggul dan tangguh serta berdaya saing, dengan memberi pelatihan budi pekerti dan keagamaan yang baik. C. Menjadikan siswa sebagai siswa modern yang mengenal dunia internet dan teknologi canggih di dunia. D. Menjadikan generasi siswa yang berprestasi dalam bidang pendidikan mana pun. E. Menjadikan dan mencetak generasi siswa yang luhur. 7. Dari wacana di atas, apakah yang menjadi penyebab adanya wajib program pendidikan karakter di seluruh sekolah Palangkaraya A. Banyaknya kasus kenakalan remaja di Palangkaraya. B. Banyaknya prestasi yang diraih pelajar di Palangkaraya. C. Adanya kompetisi prestasi antar pelajar di Palangkaraya. D. Adanya kegiatan keagamaan yang dilakukan pelajar. E. Merosotnya prestasi belajar yang diraih pelajar di Palangkaraya 8. Berdasarkan wacana di atas, pendidikan karakter adalah… A. Sistem pendidikan yang dilakukan untuk anak-anak yang bermasalah dengan kenakalan remaja. B. Sistem pendidikan yang dicetuskan oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Palangkaraya. C. Sistem pendidikan yang disusun berdasarkan kurikulum kewirausahaan dan ekonomi. D. Sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah, meliputi kesadaran, kemauan, atau tindakan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
107
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam setiap perbuatan. E. Sistem pendidikan untuk menekan kenakalan remaja. 9. Pendidikan karakter wajib ditanamkan. Menurut Anda, yang menjadi subjek penanaman pendidikan karakter adalah… A. Anak-anak, karena mereka masih bersih dari hal-hal negatif. B. Orangtua, karena mereka yang mendidik anak di rumah. C. Anak-anak, orangtua, dan masyarakat. D. Guru, karena sumber ilmu diperoleh dari mereka. E. Semua jawaban benar. 10. Berdasarkan wacana di atas, sikap yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya, mencerminkan… A. Sikap peduli terhadap pendidikan budi pekerti pelajar, dan perlu di dukung oleh semua lapisan masyarakat. B. Sikap memaksa terhadap pelajar, karena tidak semua pelajar memiliki karakter yang sama. C. Sikap egois, karena di sekolah guru harus mencontohkan pendidikan budi pekerti. D. Sikap mengekang, karena pelajar dituntut harus selalu berbuat baik. E. Sikap khawatir, karena kenakalan pada remaja mulai memprihatinkan. --o0o—
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
Bab
: http://jepang.panduanwisata.id/2014/04/21/seperti-apa-budaya-baca-orang-jepang/
Budayakan Membaca
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
109
Standar Kompetensi: Memiliki kemampuan untuk memahami materi budaya baca. Kompetensi Dasar: Memahami pengertian kebiasaan membaca, mehamai upaya membentuk kebiasaan membaca yang efisien, memahami budaya membaca, dan mampu mengidentifikasi kondisi budaya baca di Indonesia. Indikator: Kognitif (Pengetahuan): 1. Mahasiswa mampu menjelaskan arti kebiasaan membaca dan budaya membaca. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan kebiasaan membaca dan budaya membaca. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap membentuk kebiasaan membaca yang efisien menurut Tampubolon. 4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai faktor penyebab rendahnya budaya membaca masyarakat Indonesia. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan arti buku menurut Barbara W Tuchman. 6. Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa faktor rendahnya kesadaran, minat baca, dan belum adanya kebiasaan membaca dapat menjadi penyebab rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia. 7. Mahasiswa mampu menjelaskan peran budaya baca dalam kemajuan suatu negara. 8. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terbentuknya budaya membaca.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
110
9.
Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan bangsa Indonesia guna mengatasi rendahnya budaya baca masyarakat. 10. Mahasiswa mampu menjelaskan cara mengembangkan budaya membaca. Keterampilan Abstrak: 1. Mahasiswa mampu menemukan cara memecahkan masalah dalam teks Minat Baca Rendah. 2. Mahasiswa mampu membuat prediksi terhadap kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan masalah yang ada dalam teks Minat Baca Rendah.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
111
A. Pendahuluan Membaca merupakan kegiatan yang tidak dapat terlepas dan terpisahkan dalam dunia pendidikan. Roger Farr (dalam Iswara, 1997: 3) mengatakan bahwa, membaca adalah jantungnya pendidikan. Lebih dalam lagi, membaca dapat diibaratkan sebagai urat nadinya pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya kegiatan membaca. Senada dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro (2001: 247) menyebutkan bahwa aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam dunia pendidikan. Siswa memperoleh sebagian besar ilmu melalui aktivitas membaca. Kemampuan dan kemauan membaca sangat memengaruhi keberhasilan studi seseorang. Seseorang, terlebih seorang pelajar, harus memiliki kemampuan membaca yang baik karena hampir sebagian besar aktivitas belajarnya berupa kegiatan membaca, sehingga ia dapat lebih banyak memperoleh informasi melalui hasil bacaannya. Kemampuan membaca yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami isi suatu bacaan. Pemahaman membaca merupakan hal yang penting karena dengannya seseorang akan lebih mudah dalam memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis. Dengan berbagai macam manfaat membaca itu, seharusnya masyarakat terkhusus para pelajar sadar akan pentingnya kegiatan membaca, namun realitanya kegiatan membaca saat ini belum menjadi sebuah budaya yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para siswa indonesia diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mereka lebih meminati budaya menonton dan mendengar daripada budaya membaca. Meskipun bagi segelintir siswa membaca masih merupakan suatu aktivitas yang mengasyikkan, bahkan membaca dijadikan sebagai suatu kebutuhan pokok bagi mereka. Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
112
Namun, bagi mayoritas siswa, membaca merupakan aktivitas yang membosankan. Di era teknologi yang semakin canggih, mereka kini lebih memilih memainkan gadget-nya dan berseluncur di media sosial daripada harus membaca buku. Bahkan, meski ada yang masih setia dengan hobi membacanya, mereka lebih tertarik menggunakan aplikasi ebook untuk mempermudah meng-update buku-buku terbaru yang tengah menjadi populer dibandingkan dengan membeli buku dan terbebani ketika membawanya. Situasi ini diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga, di antaranya adalah survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 yang mempublikasikan bahwa kegiatan membaca bagi masyarakat Indonesia belum menjadi kegiatan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (91,68%) dan mendengar radio (18,75) daripada membaca (17,66%). Artinya, membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 17,66% dari total penduduk Indonesia. Menurut Pranowo untuk mengatasi masalah tersebut yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah kemampuan membaca tingkat tinggi, yaitu membaca pemahaman dan membaca kritis untuk menguasai Iptek. Karena dengan memiliki kemampuan membaca pemahaman akan mendorong bangkitnya minat baca, sehingga dari minat baca tersebut nantinya akan menjadi pendorong munculnya kebiasaan membaca. Adapun kebiasaan membaca ini apabila terus-menerus terpelihara dengan baik tak khayal akan berseminya sebuah budaya baca di kalangan masyarakat Indonesia (Fuad Hasan dalam Sutarno, 2003: 20). Berkenaan dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman, minat, dan kebiasaan merupakan hal yang berkaiatan dalam membentuk budaya baca. Materi membaca pemahaman dan minat baca telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya. Maka dari itu pada bab
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
113
ini akan diulas beberapa hal yang berkaitan dengan kebiasaan dan budaya baca itu sendiri.
B.
Pengertian Kebiasaan Membaca
Menurut Tampubolon (1986: 227) apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun mental, telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dikatakan bahwa kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan orang itu. Dapat dipahami pula bahwa terbentuknya suatu kebiasaan tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi pembentukan itu adalah suatu proses perkembangan yang memakan waktu relatif lama. Selain waktu, faktor keinginan dan kemauan serta motivasi perlu ada. Misalnya, jika seseorang berkeinginan “Bangun pagi jam 5” menjadi suatu kebiasaan dalam dirinya, maka pada dirinya harus terlebih dahulu ada keinginan dan kemauan untuk mulai melakukannya, dan untuk seterusnya melaksanakan hal tersebut secara teratur sehingga akhirnya kegiatan itu mendarah daging. Tetapi keinginan dan kemauan perlu diperkuat dengan adanya motivasi, misalnya dalam hal “Bagun pagi jam 5”, motivasinya ialah mencapai kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani. Di samping tiga faktor tersebut, faktor lingkungan juga berperan. Jika lingkungan tidak mendorong, dan bahkan menghambat, maka kebiasaan akan sukar atau bahkan tidak akan terbentuk meskipun ada keinginan, kemauan, dan motivasi. Dalam hubungan ini, dapat dipahami bahwa lingkungan dapat pula menimbulkan motivasi. Jika dilihat dari segi kemasyarakatan, maka dapat juga dikatakan bahwa kebiasaan ialah kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental, yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, suatu kebiasaan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat (Tampubolon, 1986: 227). Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
114
Sebagaimana halnya dengan kebiasaan-kebiasaan lainnya, membentuk kebiasaan membaca juga memerlukan waktu yang relatif lama. Di samping itu, faktor-faktor lainnya yang telah dikemukakan di atas juga harus ada. Dalam usaha pembentukkan kebiasaan membaca, dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu minat (perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang dimaksud di sini ialah keterampilan membaca pemahaman sebagaimana telah dibicarakan pada bab-bab sebelumnya. Kalau minat tidak berkembang (tidak ada), maka kebiasaan membaca sudah tentu tidak akan berkembang. Dapat juga terjadi bahwa minat membaca telah berkembang baik, tetapi keterampilan membaca pemahaman tidak berkembang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca ialah kegiatan membaca yang terus-menerus dilakukan dalam diri seseorang. Dari segi kemasyarakatan, kebiasaan membaca ialah kegiatan membaca kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat.
C. Membentuk Kebiasaan Membaca Efissien Sebagaimana telah dikemukakan di atas, membentuk kebiasaan membaca yang efisien memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, Tampubolon (1986: 228) merasa bahwa usaha-usaha pembentukkan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak masa anak-anak. Pada masa anakanak, usaha pembentukan dalam arti peletakan fundasi minat yang baik dapat dimulai sejak umur ± 2 tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat menggunakan bahasa lisan (memahami apa yang dikatakan dan berbicara), meskipun masih pada taraf bahasa yang jauh dari sempurna menurut ukuran dewasa. Usaha yang dapat dilakukan pada taraf pemula ini alah merangsang daya visual dan motoris anak untuk sekadar
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
115
mengenali buku. Misalnya anggota-anggota keluarga yang sering dilihat oleh anak sebaiknya sering melakukan kegiatan membaca atau hanya memegang buku di rumah ketika bersama anak adalah suatu usaha yang baik dalam hal ini. Kemudian, setelah umur anak itu bertambah (2 – 3 tahun), akan baik sekali pengaruhnya anak diberikan buku-buku bergambar, apalagi jika anak itu didorong untuk membuka buku-buku itu dan melihat gambar-gambar yang ada di dalamnya serta mnyebutkan nama gambar-gambar tersebut. Pada umur 3-4 tahun, anak dapat mulai diajarkan mengenali tulisan, misalnya nama-nama gambar. Setelah anak mulai sekolah dan telah dapat membaca permulaan (huruf,kata dan kalimat), dia perlu sekamin dirangsang untuk membuka dan membaca buku-buku yang sesuai dengan pelajaran disekolahnya. Selanjutnya setelah anak mulai lancar membaca, buku-buku bacaan anak-anak perlu disediakan di rumah dan diberikan untuk dibaca. Bercerita kepada anak sebelum tidur atau pada waktu-waktu tertentu lainnya, terutama pada usia 3-5 tahun juga dapat merupakan usaha untuk menambahkan minat membaca, asal selalu diberitahukan bahwa cerita itu dapat juga dibaca dalam buku. Buku-buku cerita anak-anak pada usia ini perlu tersedia di rumah, dan sesekali cerita dari buku itu harus dibacakan kepada anak-anak sebagai ganti bercerita. Setelah anak dapat membaca, dia dapat juga kadang-kadang diminta membaca buku cerita yang ia sukai untuk didengar. Pada waktu anak sudah dapat membaca, cara-cara (teknik) yang dipergunakan oleh anak itu dalam membaca perlu diperhatikan sehingga cara-cara yang tidak efisien tidak berkembang menjadi kebiasaan. Pada usia ini memang anakanak suka membaca dengan bersuara. Hal ini tidak salah, karena hal ini perlu untuk memantapkan daya pengenalannya akan huruf-huruf. Tetapi perlu mulai diingatkan kepada anak bahwa membaca dalam hati juga perlu, dan anak itu perlu ditunjukkan tentang cara melakukannya. Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
116
Anak-anak setelah di sekolah, perlu sesekali diajak pergi ke perpustakaan. Anak perlu diajak dan ditunjukkan bagaimana cara membaca di ruang baca dalam perpustakaan. Selain itu, sewaktu-waktu anak dapat diminta menceritakan kembali apa yang telah dibacanya kepada anggota-anggota keluarga di rumah, terutama kepada orang tua, adik, dan kakaknya. Kegiatan seperti ini akan semakin mendorong anak itu untuk membaca lebih banyak. Usaha-usaha seperti di ataslah merupakan berbagai usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pembentukan kebiasaan membaca efisien, dalam hal ini terutama peletakkan fundasi minat yang baik, pada diri anak. Jika minat yang dimaksud telah terbentuk, maka fundasi kuat untuk membentuk kebiasaan membaca yang efisien telah ada, dan anak semakin berusaha mengembangkannya. Setelah minat yang baik berkembang, dengan sedikit bimbingan tentang teknik-teknik membaca efisien, maka anak itu akan memiliki kebiasaan membaca yang efisien. Sekarang, bagaimana membentuk kebiasaan membaca efisien pada usia dewasa? Hal ini tentu akan lebih sukar, tetapi bukan tidak mungkin. Berbagai teknik dan strategi membaca pemahaman telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya. Yang perlu dikembangkan ialah minat membaca. Pada usia dewasa, pengembangan miat dapat dilakukan dengan disiplin diri. Misalnya dimulai dengan meluangkan waktu sepuluh menit untuk membaca materi bacaan yang mudah dan menarik setiap hari. Kemudian, waktu membaca tersebut semakin ditingkatkan dan selanjutnya bahan-bahan bacaan dapat diganti dengan bahanbahan bacaan berjenis nonfiksi. Dalam hal ini yang terpenting ialah mendisiplinkan diri agar setiap hari harus membaca bahan bacaan tertentu, bukan hanya surat kabar, tetapi juga buku-buku. Jika disiplin ini telah berjalan, maka minat membaca akan terbentuk, dan akhirnya kebiasaan membaca akan tercapai (Tampubolon, 1986: 229). Kebiasaan membaca ini akan efisien jika
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
117
berbagai teknik dan strategi membaca pemahaman yang telah dibicarakan dalam buku ini telah dikuasai pula.
D. Budaya Baca Budaya adalah pikiran atau akal budi yang tercermin di dalam pola pikir sikap, ucapan dan tindakan seseorang di dalam hidupnya. Budaya diawali dari sesuatu yang sering atau biasa dilakukan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan, kebiasaan yang terus menerus terpelihara dengan baik maka akan membentuk budaya baca. Sutarno (2003: 19) mendefinisikan budaya baca seseorang adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang dapat dikatakan mempunyai budaya baca apabila ia terbiasa dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990:5) budaya merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran, sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman hidup bagi warga masyarakat. Definisi tersebut merupakan konsep budaya yang sifatnya sangat umum. Apabila kita merujuk pada konsep tersebut dalam ruang lingkup budaya baca, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa budaya baca adalah aktivitas membaca yang hidup dalam alam pikiran seseorang yang dianggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup seseorang, sehingga aktivitas membaca dapat berfungsi sebagai suatu pedoman hidup bagi orang tersebut. Suburnya dan terpupuknya perkembangan budaya baca tentu sangat tergantung pada tersedianya bahan bacaan yang memadai. Hal ini merujuk pada pendapat Fuad 2001 (dalam Sutarno, 2003: 20) yang sempat disinggung di awal bab ini, yaitu pendorong bagi bangkitnya minat baca ialah
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
118
kemampuan membaca, dan pendorong bagi berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca akan terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, dan memadai baik dari jenis, jumlah, maupun mutunya. Dari rumusan tersebut tersirat tentang pentingnya minat baca untuk dibangkitkan sejak dini. Minat baca yang dikembangkan sejak dini selanjutnya dapat dijadikan landasan bagi berkembangnya budaya baca. Kita baru bisa bicara tentang budaya baca apabila membaca sudah terasa sebagai kebutuhan dan menjadi kebiasaan untuk dilakukan secara berkelanjutan. Jadi tanpa tersedianya bahan bacaan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi atau dipuaskan, dan mungkin saja kebiasaan membaca tersebut mudah dipengaruhi oleh kebiasaan menonton melalui media elektronik yang sajiannya bersifat audio visual sehingga lebih menarik perhatian. Dari berbagai uraian di atas, tak dapat dipungkiri lagi bahwa dalam budaya baca terdapat unsur minat dan kebiasaan yang saling berkaitan satu sama lain. Sehubungan dengan meningkatkan minat baca dan dan budaya baca menurut Sutarno (2013: 21) paling tidak ada tiga tahapan yang harus dilalui, yaitu: 1. Pertama, dimulai dari adanya kegemaran karena tertarik bahwa di dalam bacaan tertentu terdapat sesuatu yang menyenangkan bagi diri pembaca. 2. Kedua, setelah kegemaran tersebut dipenuhi dengan ketersediaan bahan dan sumber bacaan yang sesuai dengan selera, maka akan terwujudnya kebiasaan membaca. Kebiasaan tersebut akan terwujud manakala kegiatan membaca sering dilakukan, baik atas bimbingan orang tua, pendidik (guru/dosen), atau lingkungan di sekitarnya yang kondusif, maupun atas keinginan diri sendiri. 3. Ketiga, jika kebiasaan membaca itu dapat terpelihara, tanpa “ganguan” media elektronik yang bersifat
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
119
“entertaiment”, maka tahap selanjutnya bahwa membaca akan menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Setelah tahap-tahap tersebut mampu dilalui dengan baik, maka pada diri seseorang tersebut mulai terbentuk adanya suatu budaya baca. Dari paparan di atas, dapat dikatakan bahwa seseorang yang sudah memiliki minat baca adalah seseorang yang sudah memiliki kecenderungan untuk tertarik pada kegiatan membaca dan di saat ketertarikan itu kemudian diwujudkan dalam kegiatan membaca yang dilakukan secara berkelanjutan maka akan timbul kebiasaan membaca dalam dirinya. Ketika kebiasaan itu sudah menjadi pola hidup yang tertanam, maka akan terciptalah budaya baca yang akan terpelihara di dalam dirinya. Adapun proses terbentuknya suatu budaya baca dalam diri seseorang ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kemampuan Membaca Minat Baca Selera
Kebiasaan Membaca
Koleksi Budaya Membaca
E. Kondisi Budaya Baca di Indonesia Buku adalah jendela dunia, istilah tersebut menyiratkan bahwa dengan aktivitas membaca maka akan terbuka berbagai wawasan dan pengetahuan. Wawasan dan pengetahuan yang akan didapat melalui buku-buku yang dibaca akan berperan dalam mengembangkan kualitas dan Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
120
kemampuan diri di berbagai bidang disiplin ilmu. Sangat pentingnya aktivitas membaca buku hingga seorang penulis sejarah tersohor Amerika, Barbara W. Tuchman pada tahun 1912 (dalam media kompasiana.com) mendefinisikan buku demikian, “Books are engines of change, windows on the world, lighthouses. They are companions, teachers, magicians, bankers of the treasures of the mind. Books are humanity in print”. Artinya buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, rumah terang, sahabat, guru, pesulap, dan banker dari pikiran manusia, hingga ia mengistilahkan buku adalah bentuk manusia dalam versi cetak. Begitu pentingnya buku, sehingga ia yakin tanpa buku, sains menggelapar, sejarah menjadi mati, ilmu menjadi pincang, pikiran dan spekulasi membeku, dan peradaban sehat akan kian tenggelam. Keyakinan Barbara tersebut harusnya diyakini pula dalam diri setiap masyarakat Indonesia, karena dengan adanya budaya membaca di kalangan masyarakat Indonesia akan sangat berkontribusi dalam memajukan negara baik dalam hal sumber daya manusia yang berkualitas, ekonomi, ilmu pengetahuan hingga teknologi. Namun, sangat disayangkan kesadaran masyarakat Indonesia akan aktivitas membaca ini masih sangat minim. Berbagai ganguang selalu muncul dan menghambat aktivitas membaca masyarakat Indonesia seperti telah disinggung dalam awal bab ini. Gangguan ini sangat berkontribusi dalam menciptakan rendahnya budaya baca di Indonesia. Situasi seperti ini dapat dilihat dari beberapa hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi terendah di Asia dalam budaya membaca. Mirisnya lagi, rendahnya budaya membaca ini terjadi di seluruh kalangan masyarakat Indonesia, mulai dari masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, guru bahkan dosen dan akademisi yang seharusnya lebih dekat dengan aktivitas membaca. Hal ini diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang menunjukan
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
121
bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%), mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%). Kemudian pada tahun 2007 berdasarkan publikasi IAEEA tentang minat baca dari 41 negara menginformasikan kemampuan membaca siswa Indonesia selevel dengan negara belahan bagian selatan bersama Selandia Baru dan Afrika Selatan. Selain berdasarkan data Bank Dunia nomor 16369-IND dan studi dari International Association for the Evaluation of Education Achicievement (IAEEA) menyebutkan bahwa minat baca bangsa Indonesia memegang posisi terendah dengan skor 51,7 di bawah 4 negara lain seperti Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Tidak hanya itu saja, pada tahun 2009 berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur. Selanjutnya, pada tahun 2011 berdasarkan survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) rendahnya minat baca ini, dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia yang hanya 0,001, artinya ini dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Pada tahun 2012 Indonesia menempati posisi 124 dari 187 Negara dunia dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khususnya terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan ‘melek huruf’ (http://bpsdmkp.kkp.go.id). Dari beberapa hasil survei tersebut menyiratkan bahwa dari tahun ketahun persentase aktivitas membaca warga masyarakat Indonesia tidak mengalami perkembangan, sehingga budaya baca yang dimiliki bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia ini bisa diukur dan dilihat dari jumlah buku baru
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
122
yang terbit di negeri ini. Perpustakaan Nasional RI telah mengkaji bahwa Indonesia sebagai Negara berpenduduk 165,7 juta jiwa lebih, hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak sekitar 8.000 judul/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15.000 judul/tahun, Vietnam 45.000 judul/tahun, sedangkan Inggris menerbitkan 100.000 judul/tahun. Sebagai warga masyarakat Indonesia seharusnya kita patut prihatin melihat berbagai data yang telah dijabarkan di atas. Tak khayal Indonesia masih dalam kategori negara berkembang yang masih erat dengan permasalahan kemisikinan dan kebodohan. Dengan kondisi seperti itu peran berbagai pihak mulai dari keluarga, sekolah, lingkungan, hingga pemerintah sangat dibutuhkan guna mengembangkan budaya baca masyarakat Indonesia. Hal ini karena pembinaan minat dan budaya membaca merupakan tanggung jawab dari seluruh lapisan masyarakat. Bangsa Indonesia harusnya dapat mencontoh negara maju seperti bangsa Jepang yang telah sejak lama memiliki budaya baca. Sifat dasar orang Jepang memang rajin, tekun, berdaya juang tinggi serta pekerja keras. Selain itu rata-rata dari mereka mempunyai keinginan untuk selalu belajar dan selalu memperbaiki hasil kerja mereka. Mungkin sifat-sifat dasar ini menjadi salah satu pendukung kehebatan masyarakat Jepang dalam membangun negaranya. Keinginan untuk selalu belajar inilah yang kemudian tercermin pada tingginya budaya baca dan tulis masyarakat Jepang. Hal ini diperkuat oleh penjelasan kalangan pers Jepang seperti yang dilansir oleh Perpustakaan Nasional RI. Kalangan pers Jepang menyebutkan bahwa jumlah koran yang beredar setiap hari mencapai 60 juta. Padahal penduduk Jepang hanya 125,6 juta. Mungkin tiap rumah di Jepang berlangganan satu sampai dua koran, sehingga tidak heran hal ini dapat mempengaruhi hidup mereka dalam banyak aspek, seperti cultural, ilmiah, sosial, ekonomis, demokratis, dan kreativitas individu.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
123
Selain itu, budaya baca yang dimiliki masyarakat Jepang dapat dilihat langsung di berbagai tempat dan fasilitas umum. Banyak penduduk Jepang memanafaatkan waktunya untuk membaca, baik itu di dalam kereta, halte, taman dan lain sebagainya. Bahkan mereka melakukan aktivitas membaca sambil berdiri dan berjalan. Hal tersebut menyiratkan bahwa budaya baca memang telah menggelora ke seluruh aspek kehidupan bermasyarakat Jepang. Mereka menerima dan mempertahankan budaya membaca karena dengan aktivitas membaca dapat menjadi api penerang masa depan. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia yang di setiap tempat, mulai dari café, halte bus, stasiun kereta, bandara, taman dan area bublik lainnya jarang sekali terlihat ada orang yang membaca, mereka lebih banyak ngobrol, main HP atau melamun. Sehingga kita sebagai Negara yang berkembang patut mencotoh apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Jepang terhadap penduduknya untuk menciptakan budaya membaca. Dengan adanya budaya baca di kalangan masyarakat, kelak Indonesia bisa menjadi negara maju seperti Jepang. Karena dengan membaca, masyarakat Indonesia terkhusunya di kalangan generasi muda dapat memberikan kontribusi besar dalam memajukan negara kita. Setelah mengetahui fenomena budaya baca di Indonesia dan memahami berbagai manfaat membaca yang telah kita ketahui, lalu kapan kita akan membudayakan aktivitas membaca dalam diri? Semakin cepat semakin baik, mari mulai tanamkan kesadaran, keyakinan, niat dan minat dalam diri untuk membaca guna kualitas diri dan kemajuan bangsa.
Rangkuman 1. Kebiasaan Membaca adalah kegiatan membaca yang terus-menerus dilakukan dalam diri seseorang.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
124
2. Budaya Membaca adalah suatu aktivitas membaca yang terus-menerus dilakukan dalam hidup seseorang dan sudah menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat ditinggalkan dan sudah tidak dapat dirubah. 3. Kebiasaan dan budaya baca memiliki perbedaan dalam hal esensi, kebiasaan memiliki kemungkinan dapat berubah karena beberapa faktor, sedangkan budaya sudah tidak dapat berubah karena telah menjadi pijakan hidup masyarakat. Adapun apabila suatu budaya akan berubah pastilah membutuhkan waktu yang cukup lama. 4. Pendorong bagi bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca, dan pendorong bagi berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca akan terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, dan memadai baik dari jenis, jumlah, maupun mutunya. 5. Minat membaca perlu ditanamkan sejak dini, karena dari minat akan berkembang kebiasaan membaca dan mendorong berseminya suatu budaya baca.
Tugas dan Latihan 1 1. Apakah yang Anda ketahui mengenai kebiasaan dan budaya membaca? Jelaskan! 2. Jelaskan perbedaan antara kebiasaan membaca dan budaya membaca! 3. Sebut dan jelaskan tahap-tahap membentuk kebiasaan membaca yang efisien menurut pendapat Tampubolon! 4. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia, jelaskan! 5. Barbara W. Tuchman mengartikan buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, rumah terang, sahabat, guru, pesulap, dan banker dari pikiran manusia, hingga ia mengistilahkan buku adalah bentuk manusia dalam versi cetak. Apa maksudnya, jelaskan! Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
125
6.
Rendahnya kesadaran, minat baca dan belum adanya kebiasaan membaca menjadi salah satu faktor rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia. Bagaimana penjelasan Anda mengenai hal itu? 7. Apa peranan budaya baca dalam kemajuan suatu negara, jelaskan! 8. Bagaimanakah proses terbentuknya budaya baca, jelaskan beserta ilustrasinya! 9. Apakah yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam mengatasi rendahnya budaya baca, jelaskan! 10. Sebagai generasi muda bangsa, langkah apa yang akan Anda lakukan demi mengembangkan budaya baca, jelaskan!
Tugas dan Latihan 2 1. Baca dan pahamilah teks yang berjudul “Minat Baca Rendah” di bawah ini! 2. Setelah membaca teks tersebut, berikanlah pendapat Anda dalam memecahkan masalah terkait topik yang dibahas dalam teks? 3. Buatlah sebuah prediksi yang mungkin dapat terjadi berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam teks! Minat Baca Rendah Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2012, tercatat sembilan dari sepuluh penduduk berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi. Sebaliknya, hanya 3 dari 20 warga yang menyukai membaca surat kabar, buku, dan majalah. Jika dilihat dari rasio pembaca surat kabar, konsumsi satu surat kabar di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Jika di Filipina satu surat kabar dibaca 30 orang, di Indonesia satu surat kabar menjadi Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
126
konsumsi bagi 45 orang. Idealnya, satu surat kabar dibaca 10 orang. Tak hanya itu, setiap siswa sekolah menengah di beberapa negara maju wajib menamatkan buku bacaan dengan jumlah tertentu sebelum mereka lulus sekolah. Taufiq Ismail, sastrawan nasional, pernah menyatakan bahwa di Jerman siswa wajib menamatkan 22-32 judul buku (19661975), Jepang 15 judul buku (1969-1972), Malaysia 6 judul buku (1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982-1983), Thailand 5 judul buku (1986-1991). Di Indonesia sejak tahun 1950-1997 terdapat nol buku atau tidak ada kewajiban bagi siswa untuk menamatkan satu judul buku pun. Kondisi ini masih berlangsung hingga sekarang. (http://print.kompas.com/baca/2015/10/27/Membaca-Jadi-Jendela-Dunia)
--o0o--
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
127
Daftar Pustaka Abidin, Yunus. 2014. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Barus, S. dkk. 1988. Motivasi Belajar Mahasiswa Program S1 Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Medan Tahun Akademi 1987/1988. Laporan Penelitian. Medan : FPBS IKIP Medan. Barus, S. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Medan. Tesis. Medan : Program Pascasarjana UNIMED. Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman. Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan oleh Kartini Kartono. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara. Iswara, Prana Dwija dan Ahmad Slamet Harjasujana. 1997. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mintalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia. Mardiah. 2014. Menumbuhkan Minat Baca. Diakses dari http://bpsdmkp.kkp.go.id pada 20 April 2016. Munandar, S.C.U. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta. N.S, Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman
128
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE. Pranowo. 2016. Membangun Budaya Baca. Artikel koran Kedaulatan Rakyat (KR) tanggal 27 April 2016. Purwanto, N.M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja. Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Soedarso. 2006. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Subadiyono. 2014. Pembelajaran Membaca. Palembang: Noer Fikri. Sujanto, A. 1989. Psikologi Umum. Jakarta : Aksara Baru. Sutikno, M.S. 2006. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan. Mataram: NTP Press. Tampubolon, D.P. 1986. Kemampuan Membaca : Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1986. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Zastrouw, Al. Artikel : Gerakan Permasyarakatan Minat Baca. Diakses dari http://gpmb.perpusnas.go.id pada 20 Apri 2016.
Budayakan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Mrican, Tromol Pos 29 Yogyakarta 55002,Telp.: 0274-513301 – ext. 1405,Fax.: 0274-562383,e-mail:
[email protected] 0274-562383
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA PENULIS
Shinta Prabowati, lahir di Semarang, 30 Maret 1994. Memulai pendidikan Taman Kanak-kanak tahun 1998 pada jenjang kelas nol kecil di TK Widya Bhakti Siwi Beji Ungaran, selanjutnya jenjang kelas nol besar di TK Tunas Harapan Tirtomulyo dan lulus pada tahun 2000. Penulis masuk Sekolah Dasar tahun 2000 di SD Negeri 01 Tirtomulyo hingga jenjang kelas 3. Kelas 4 hingga kelas 6 penulis selesaikan di SD Negeri 02 Langenharjo Kendaldan lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis terdaftar sebagai siswi Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 02 Kendal dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan studi ke SMA Negeri 01 Kendal pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Sejak tahun 2012 hingga 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan lulus pada tahun 2016. Penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelar S1 ditempuh melalui jalur skripsi dengan judul Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Tahun Akademik 2015/2016.