PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII SEMESTER II
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh SESILIA INDAH LISTYORINI NIM. 121224038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI UNTUK PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII SEMESTER II
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh SESILIA INDAH LISTYORINI NIM. 121224038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasihku kepada : 1.
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai, memberikan kelancaran, serta sebagai sumber kekuatan dan pengharapan.
2.
Mereka yang sangat aku sayangi, kedua orang tuaku. Aloysius Joko Purwono, S.Pd. dan G. Retno Giriwati, S.Kep., serta kedua adikku, Albertus Agung Prasetyo dan Maria Indah Pratiwi yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan penghiburan.
3.
Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan penghiburan.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” (Matius 21: 22) “Segala yang dibutuhkan adalah keyakinan dan kepercayaan.” (Peter Pan/Peter Pan) “Percayalah bahwa kamu bisa, maka kamu akan akan bisa melakukannya.” (Mulan/Princess Stories) “Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari Tuhan, dan aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada waktu yang telah Ia tetapkan.” (Anonim) “Nikmati setiap prosesnya, karena semua ada waktunya. Mungkin kita ingin tepat pada waktunya, tetapi Tuhan telah merencanakan waktu yang tepat untuk kita.” (Sesilia Indah Listyorini)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Listyorini, Sesilia Indah. 2016. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel “Di Kaki Bukit Cibalak” Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester II. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra di SMA untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak yang menggambarkan tema dan amanat. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik membaca dan teknik mencatat. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmand Tohari bagi siswa kelas XII semester II dapat dilakukan melalui beberapa langkah yang terdapat dalam metode inkuiri. Dari hasil analisis data dan pembahasan ditemukan dua tema dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Tema pertama adalah mengenai konflik antara pemuda desa dengan lurah desanya, dan tema kedua adalah tentang percintaan antara laki-laki dan perempuan. Tema pertama merupakan tema utama (tema mayor), sedangkan tema kedua merupakan tema tambahan (tema minor). Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari juga termasuk dalam pengklasifikasian jenis tema fisik, jenis tema sosial, jenis tema egoik. Terdapat pula beberapa amanat di dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II dapat diterapkan. Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA bagi siswa kelas XII semester II. Materi yang digunakan di dalam RPP sesuai dengan KI dan KD yang terdapat dalam Kurikulum 2013. Dalam RPP peneliti memilih KD 3.3, yaitu menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan. Kata kunci : Metode Inkuiri, Pembelajaran Sastra di SMA, Novel.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Listyorini, Sesilia Indah. 2016. Inquiry Method in Learning Theme and Message of “Di Kaki Bukit Cibalak” Novel by Ahmad Tohari for Literature Learning in Senior High School Class XII Second Semester. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Language and Art Education Department, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. This research analyzes the implementation of inquiry method in teaching literature in high school to find the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari. The aims of this research is to describe the implementation of inquiry method in literature learning to find out the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari for high school’s students in class XII of second semester. The type of this research was descriptive qualitative research. The data was in the form of sentence and paragraph quotes in Di Kaki Bukit Cibalak novel which describes the theme and message. Data sources in this research were obtain from Di Kaki Bukit Cibalak novel. Data gathering technique in this research used reading and recording technique. The instrument of this research was the researcher herself. The result of this research showed that the implementation of inquiry method toward literature learning to find out the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari for senior high school’s students in clas XII of second semester could apply through some steps which was included in inquiry method. From the result of analysis data and discussion, it was found two themes in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari. First theme was about the conflict between the swain and the headman, and the second theme was the romance between the man and woman. The first theme was major theme and the second theme was minor theme. Di Kaki Bukit Cibalak by Ahmad Tohari was included in the classification of physic theme, social theme, and egoic theme. There are also several messages in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari. Based on data analysis and discussion, the researcher can conclude that implementation of inquiry method toward learing literature to find out the theme and message in Di Kaki Bukit Cibalak novel by Ahmad Tohari for high school’s students in class XII of second semester can be applied. Related to learning in school, the researcher arranged the syllabus and teaching plan which could be used as material for literature learning in senior high school for students in class XII of second semester. The material which was used in the teaching plan was suitable with KI and KD in 2013 Curriculum. In the teaching plan, the researcher chose KD 3.3; which was analyzing history story, news, advertisement, editorial/opinion, and fiction both in oral and written. The syllabus and teaching plan could be one of the alternatives in literature learning in senior high school of class XII second semester by using inquiry method. Keywords : Inquiry Method, Teaching Literature in High School, Novel
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa
menyertai
dan
memberikan
jalan,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester II”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) dalam Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini. 1.
Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra
Indonesia
yang
telah
memberikan
dukungan
dan
pendampingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3.
Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah berkenan membimbing, mengarahkan, memberi masukan, dan memotivasi penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4.
Septina Krismawati, S.S., M.A. yang dengan sabar, tulus dan ikhlas berkenan memberi pengarahan dan masukan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5.
Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang dengan tulus dan ikhlas mendidik, membimbing, mengarahkan, memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6.
Segenap karyawan sekretariat PBSI, terutama R. Marsidiq yang telah membantu memberikan pelayanan dengan baik, memberikan informasi dan pengarahan dalam hal administrasi.
7.
Kedua orang tua penulis, Aloysius Joko Purwono, S.Pd. dan G. Retno Giriwati, S.Kep., yang senantiasa memberikan doa, semangat, motivasi, dukungan, kasih sayang, dan kepercayaan kepada penulis. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN MOTO .......................................................................................
v
HALAMAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .....................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT .....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
E. Definisi Istilah.............................................................................
8
F. Sistematika Penyajian .................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................
11
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................
11
B. Kajian Teori ................................................................................
15
1. Metode Inkuiri ........................................................................
15
a. Konsep Pembelajaran Inkuiri ............................................
15
b. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri ...................................
17
c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri ..............................
18
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri ................................
19
e. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri ...........................
20
f. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri ......................
22
2. Novel ......................................................................................
23
a. Pengertian Novel ...............................................................
23
b. Unsur-Unsur Novel ...........................................................
24
1) Tema................................................................................
25
a) Jenis Tema ..................................................................
26
b) Penafsiran Tema .........................................................
27
2) Amanat ...........................................................................
29
3. Pengajaran Sastra di SMA .....................................................
30
4. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ...............
31
5. Silabus ....................................................................................
33
a. Komponen Silabus ............................................................
33
6. RPP.........................................................................................
34
b. Komponen RPP .................................................................
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
37
A. Jenis Penelitian ...........................................................................
37
B. Metode Penelitian .......................................................................
37
C. Data dan Sumber Data ................................................................
38
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................
38
E. Instrumen Penelitian ...................................................................
39
F. Teknik Analisis Data ..................................................................
39
G. Penyajian Data ............................................................................
40
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………
41
A. Deskripsi Data.............................................................................
41
B. Langkah-langkah Metode Inkuiri untuk Mencari Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari ..... a. Analisis dan Pembahasan Tema Novel Di Kaki Bukit xiii
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cibalak .............................................................................
59
b. Analisis dan Pembahasan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak ..............................................................................
80
C. Langkah-Langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri dalam Mencari Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari ............................................................................
104
D. Silabus ......................................................................................... 106 E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................ 106 Bab IV PENUTUP ………………… ........................................................... 108 A. Simpulan……. ............................................................................ 108 B. Implikasi……. ............................................................................ 109 C. Saran .......................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA ………………………. ............................................... 112 LAMPIRAN ………………………. .............................................................. 115 BIODATA PENULIS ………………………. ............................................... 161
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ........................................................................................
115
Lampiran 2. RPP ..............................................................................................
121
Lampiran 3. Bagian Kesembilan Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari ..................................................................
xv
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan potensi siswa. Dalam pembelajaran diperlukan suatu proses yang relevan demi tercapainya pendidikan yang berkualitas. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut tidak mudah. Masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini, salah satunya mengenai penggunaan metode pembelajaran yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran. Metode pembelajaran adalah salah satu cara yang dipergunakan guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siregar, 2011: 80). Pemilihan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Realitanya, saat ini masih ada beberapa guru yang kurang memperhatikan penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang bersifat tradisional seperti ceramah masih menjadi metode pembelajaran yang dominan dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, masalah yang masih sering muncul dalam dunia pendidikan saat ini adalah kurangnya minat membaca dan minimnya rasa ingin tahu siswa terhadap suatu informasi. Akibatnya, ketika siswa diberi suatu pertanyaan yang belum pernah ia ketahui sebelumnya, siswa cenderung diam dan tidak mencoba menjawab. Siswa lebih senang menunggu guru memberikan informasi terkait dengan bahan pembelajaran daripada mencari tahunya terlebih dahulu. Padahal, 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
saat ini dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk lebih aktif. Paling tidak, siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pembelajaran yang akan dibahas di kelas. Pemilihan metode pembelajaran sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Hal tersebut betujuan menarik minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagai calon guru, diharapkan mampu menemukan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Dalam penelitian ini, peneliti memilih metode pembelajaran berbasis inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2012: 195). Dengan menggunakan metode inkuiri, diharapkan peserta didik mampu terlibat aktif dalam suatu proses pembelajaran, serta mampu menjawab setiap permasalahan yang timbul dalam suatu proses pembalajaran. Selain itu, dengan menggunakan metode pembelajarn inkuiri, dapat meningkatkan minat membaca peserta didik. Pembelajaran sastra tidak pernah lepas dari pelajaran Bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Hal ini dibutikan bahwa konten pembelajaran sastra dapat diselipkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Terlebih dalam kurikulum 2013 yang pembelajarannya lebih menekankan pada pembentukan sikap. Pembelajaran sastra dapat menjadi salah satu konten yang dapat diberikan. Berbicara mengenai sastra, yang timbul dalam benak sebagian orang adalah berbicara pula tentang fiksi. Fiksi pada dasarnya terbagi menjadi tiga genre, yakni novel atau roman, cerita pendek, dan novelette (novel pendek). Novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dalam arti luas berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Novel juga menyuguhkan tokoh dan serangkaian peristiwa yang disusun dalam sebuah latar dan alur yang urut dan berkesinambungan. Dalam dunia pendidikan, novel dapat menjadi sarana untuk memperkaya bacaan siswa. Novel dapat pula digunakan sebagai media pembelajaran oleh guru. Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup mudahnya karya tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing secara perseorangan (Rahmanto, 1988: 66). Pemilihan novel yang akan digunakan sebagai media pembelajaran sastra perlu dipertimbangkan, tujuannya agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Sebagai contoh, dalam penelitian ini peneliti menggunakan novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari sebagai media pembelajaran sastra. Dengan menggunakan novel tersebut, kiranya dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran sastra. Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
menceritakan
mengenai kecurangan politik yang terjadi di Desa Tanggir. Cerita berawal dari penggambaran perubahan yang terjadi di Desa Tanggir yang dulunya sangat alami, dan khas alam pedesaan, kemudian berubah menjadi suasana yang kacau dan bising. Ditambah pula dengan penyimpangan yang terjadi dalam bidang politik yang dilakukan oleh lurah baru Desa Taggir membuat desa tersebut menjadi tidak berkembang. Dari kejadian itu, sosok Pambudi muncul sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tokoh yang sangat menentang kecurangan-kecurangan yang terjadi di desa tersebut. Akan tetapi, Pambudi yang bermaksud ingin menyelamatkan desanya dari kecurangan yang dilakukan oleh lurah yang baru, malah tersingkir ke Yogyakarta. Di sana Pambudi bertemu dengan teman lama yang memintanya meneruskan belajar sambil bekerja di sebuah toko. Di toko itu pula, Pambudi mulai dekat dengan anak pemilik toko yang bernama Mulyani. Tak lama Pambudi bekerja di toko tersebut, ia pun pindah bekerja di sebuah media surat kabar. Melalui surat kabar itu, Pambudi melanjutkan perlawanannya terhadap lurah Desa Tangir yang curang, dan usahanya pun berhasil. Di sisi lain, Pambudi telah kehilangan gadis desa yang dicintainya karena sewaktu Pambudi berada di Yogyakarta, gadis itu telah dinikahi oleh lurah desa tersebut. Namun Pambudi telah mendapat gantinya, yaitu anak pemilik toko tempatnya bekerja dulu. Pambudi dan Mulyani akhirnya saling menyatakan perasaannya meski harus mengalami pergulatan batin. Peneliti memilih novel ini karena novel ini dirasa baik jika digunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Hal tersebut dilihat dari pendapat masyarakat yang telah membaca novel ini. Novel ini menceritakan mengenai masalah sosial dan politik yang masih sering terjadi hingga saat ini. Walaupun sebenarnya novel ini adalah novel lama, akan tetapi cerita yang diangkat masih sering terjadi dan dekat dengan masyarakat sekarang ini. Selain itu, banyak nilainilai yang dapat dipetik dari novel ini, seperti nilai sosial, nilai politik, nilai moral, dan nilai pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan nilai-nilai tersebut, peneliti memilih novel Di Kaki Bukit Cibalak sebagai media dalam proses pembelajaran sastra. Selain banyak nilai-nilai yang dapat diperoleh, novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Novel ini juga dapat dikatakan sebagai bacaan ringan karena jumlah halaman yang terdapat dalam novel tidak terlalu banyak, sekitar 176 halaman. Bahasa yang digunakan dalam novel ini jelas dan mudah dimengerti sehingga memudahkan pembaca mengikuti jalan cerita dalam novel ini. Walaupun novel ini adalah novel lama, novel ini telah dicetak kembali pada tahun 2014 dengan tampilan yang lebih menarik. Cerita dan pesan moral yang terdapat dalam novel ini pun dekat dengan kehidupan sehari-hari, maka baik digunakan sebagai bahan dalam pembelajaran sastra di sekolah. Alasan lain peneliti menggunakan novel ini sebagai media pembelajaran karena pengarangnya. Ahmad Tohari merupakan salah satu penulis yang dikenal oleh masyarakat khususnya di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai karyanya yang cukup terkenal, baik berupa novel ataupun cerita pendek. Ahmad Tohari merupakan penulis yang pada umumnya setiap karyanya menyoroti mengenai masalah sosial. Selain itu, Ia juga merupakan salah satu penulis yang dapat membayangkan pemandangan khas suatu pedesa dalam setiap tulisannya. Karya-karyanya yang terkenal antara lain, Kubah (novel, 1980), Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982), Litang Kemukus Dini Hari (novel, 1985), Jantera Bianglala (novel, 1986), Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986), Senyum Karyamin (kumpulan cerita pendek, 1989), Bekisar Merah (novel, 1993), Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995), Nyanyian Malam (kumpulan cerita pendek, 2000), Belantik (novel,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2001), Orang-orang Proyek (novel, 2002), Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerita pendek, 2004), Mata Yang Enak Dipandang (kumpulan cerita pendek, 2013). Peneliti memilih judul “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester II” karena peneliti menyadari bahwa sebagai calon guru, peneliti diharapkan mampu menggunakan berbagai metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta mampu mengajak peserta didiknya untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran, diharapkan dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam menggali informasi serta pengetahuan. Selain itu, dengan metode inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran sastra, diharapkan dapat menciptakan minat peserta didik dalam hal membaca. Alasan lain peneliti memilih judul penelitian tersebut karena peneliti menyadari bahwa sebagai calon guru, peneliti diharapkan mampu memanfaatkan berbagai media dalam preses pembelajaran di sekolah, termasuk novel yang digunakan peneliti dalam penelitian kali ini.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana implimentasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut. 1.
Manfaat Secara Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam pembelajaran sastra. Selain itu, memberikan wawasan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menarik dengan menggunakan metode inkuiri dalam rangka meningkatkan prestasi siswa. 2.
Manfaat Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pihak-pihak berikut. a.
Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat membaca siswa. Selain itu, untuk merangsang siswa supaya aktif dalam setiap pembelajaran terutama dalam pembelajaran sastra.
b.
Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan motivasi bagi guru sebagai fasilitator yang baik untuk menciptakan suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
belajar yang menyenangkan. Selain itu, dapat menambah alternatif bahan pembelajaran secara khusus dalam pembelajaran sastra. c.
Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada peneliti lain, khususnya pengetahuan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri atau dengan metode lainnya.
E. Definisi Istilah Berikut adalah batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1.
Metode inkuiri Metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2012: 195).
2.
Novel Novel dapat diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku (Nurgiyantoro, 2007: 10).
3.
Tema Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 142). 4.
Amanat Amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton (Wiyatmi, 2006: 49).
5.
Pengajaran Sastra Yang dimaksud dengan pengajaran sastra adalah pengajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra (Ismawati, 2013: 1).
6.
Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran (Salinan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 dalam Priyatni, 2014: 61).
7.
RPP RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih (Salinan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 dalam Priyatni, 2014: 61).
F. Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bab II merupakan landasan teori. Dalam bagian ini akan diuraikan penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Sistematika pada bagian ini terdiri penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori. Bab
III
merupakan
metodologi
penelitian.
Dalam
bagian
ini
dikemukakan tentang metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, penyajian data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang deskripsi data dan analisis data. Segala hasil penelitian dan pembahasan akan dipaparkan secara terperinci pada bagian ini. Bab V merupkan penutup dari penelitian ini. Bagian ini berisikan simpulan dari seluruh isi penelitian ini dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Peneliti memperoleh tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Judul-judul penelitian tersebut adalah (1) “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN 5 Mayonglor Kabupaten Jepara” yang diteliti oleh Bahrudin Ardi, A. Ma, (2) “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Alur dan Tokoh Novel Hilangnya
Halaman
Rumahku
Karya
Gregorius
Budi
Subanar
untuk
Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I” yang diteliti oleh Delsiana Yos Sudarso Ngaga, dan (3) “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang Karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I” yang diteliti oleh Maria Srilestari Handayani Lalong. Penelitian pertama merupakan penelitian Ardi (2013) yang ingin melihat bahwa dengan menggunakan metode inkuiri terdapat peningkatan dalam keterampilan guru, aktifitas siswa, dan hasil belajar siswa pada kelas V SDN 5 Mayonglor
Jepara.
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
peningkatan
keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Ardi merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SDN 5 Mayonglor Jepara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Relevansi penelitian Ardi (2013) dan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas. Adapun perbedaan penelitian Ardi dengan penelitian peneliti adalah subjek penelitian yang dilakukan Ardi adalah siswa kelas V SDN 5 Mayonglor Jepara, sedangkan subjek penelitian peneliti adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yang diimplementasikan dalam pemebelajaran sastra di SMA kelas XII semester II. Pembelajaran yang diajarkan juga berbeda. Ardi menggunakan metode inkuiri dalam
pembelajaran
IPA,
sedangkan
peneliti
menggunakannya
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia khusunya dalam bidang sastra. Selain itu, terdapat perbedaan jenis penelitian. Penelitian Ardi berjenis penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian peneliti berjenis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan Ardi dengan cara tes dan wawancara, sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti menggunakan teknik baca dan catat. Penelitian kedua merupakan penelitian Ngaga (2015) yang membahas tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran alur dan tokoh novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ngaga menunjukkan bahwa metode inkuiri dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI Semester I. Dalam penelitiannya, Ngaga membahas tentang novel, alur, tokoh dan penokohan dalam sebuah novel, konsep pembelajaran konteksual yang di dalamnya terdapat metode inkuiri, pembelajaran sastra di SMA, silabus, dan RPP. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Ngaga berjenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode deskriptif, dan teknik baca dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
catat. Ngaga menggunakan novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar sebagai subjek penelitiannya. Relevansi penelitian Ngaga (2015) dan penelitian peneliti adalah samasama meneliti tentang implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra di SMA. Persamaan lain adalah kesaman jenis penelitian, metode dan teknik. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan metode deskriptif. Teknik yang digunakan adalah baca dan catat. Adapun perbedaan, yaitu terletak pada topik yang dicari dalam pembelajaran sastra. Ngaga menggunakan pembelajaran sastra untuk mencari alur, tokoh dan penokohan dalam novel, sedangkan penelitian peneliti menggunakan pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel. Subjek penlitian Ngaga adalah novel Hilangnya Halaman Rumahku karya Gregorius Budi Subanar, sedangkan subjek penelitian peneliti adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Jenjang kelas yang digunakan juga berbeda. Ngaga menggunakan jenjang SMA kelas XI semester I, yang sesuai dengan KTSP, sedangkan peneliti menggunakan jenjang SMA kelas XII semester II, yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Penelitian ketiga merupakan penelitian Lalong (2015) yang membahas tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran tema dan amanat novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini untuk siswa SMA kelas XI semester I. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa implementasi pendekatan kontekstual terhadap pembelajaran tema dan amanat novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini dalam pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
sastra di kelas XI semester I dapat dilakukan. Dalam penelitian ini, Lalong membahas tentang pendekatan kontekstual, novel, tema dan amanat, pembelajaran sastra di SMA, silabus dan RPP. Jenis penelitian Lalong berjenis deskriptif kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif, dan teknik baca dan catat. Lalong memilih novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini sebagai subjek penelitiannya. Relevansi penelitian Lalong (2015) dan penelitian peneliti adalah samasama
meneliti
tentang penggunaan
suatu
metode
pembelajaran
dalam
pembelajaran tema dan amanat suatu novel. Persamaan lain adalah kesaman jenis penelitian, metode dan teknik. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan metode deskriptif. Teknik yang digunakan adalah baca dan catat. Adapun perbedaan, yaitu terletak pada metode pembelajaran yang digunakan. Lalong menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan peneliti menggunakan metode inkuiri. Perbedaan selanjutnya terletak pada subjek penlitian. Subjek penelitian lalong adalah novel Pondok Baca Kembali ke Semarang karya Nh. Dini, sedangkan subjek penelitian peneliti adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Jenjang kelas yang digunakan juga berbeda. Lalong menggunakan jenjang SMA kelas XI semester I, yang sesuai dengan KTSP, sedangkan peneliti menggunakan jenjang SMA kelas XII semester II, yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Berdasarkan tiga penelitian terdahulu, peneliti menemukan persamaan dan perbedaan. Persamaan yang peneliti temukan adalah sama-sama memilih metode inkuri sebagai metode pembelajaran. Antara Lalong (2015) dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
peneliti sama-sama memilih pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel. Persamaan lain adalah sama-sama menggunakan novel sebagai subjek penelitiannya. Jenis penelitian, metode, dan teknik yang digunakan juga sama. Perbedaan yang peneliti temukan antara penelitian Ardi (2015) dengan penelitian peneliti terdapat dalam masalah yang dibahas, jenis penelitian, metode serta tekniknya. Subjek penelitian Ardi dengan peneliti juga berbeda. Pembelajaran yang digunakan juga berbeda. Perbedaan penelitian Lalong (2015) dengan penelitian peneliti terletak pada jenis metode pembelajarannya. Perbedaan penelitian Ngaga (2015) dengan penelitian peneliti terletak pada pembelajarannya. Walaupun sama-sama menggunakan novel sebagai subjek penelitiannya, antara penelitian Lalong, Ngaga, dan peneliti memilih judul yang berbeda. Jenjang pendidikan dan kurikulum yang dipilih juga berbeda. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan peneliti, berbeda dengan penelitian sebelumnya.
B. Kajian Teori 1.
Metode Inkuiri
a.
Konsep Pembelajaran Inkuiri Menurut Sund (dalam al-Tabany, 2014: 78), discovery merupakan bagian
dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inquiry yang berarti „pertanyaan‟, atau „pemeriksaan‟, „penyelidikan‟. Gulo (dalam al-Tabany, 2014: 78) menyatakan metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kunandar (2010: 371) bahwa pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsepkonsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Sanjaya (2012: 195), metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti „saya menemukan‟. Sanjaya (2012: 195) juga mengatakan bahwa metode pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Dalam metode pembelajaran inkuiri siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Seluruh aktivitas ditekankan kepada siswa secara maksimal untuk mencari dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menemukan jawaban dari permasalahan dalam proses pembelajaran. Guru bertugas untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
b. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2012: 197), yang meliputi hal-hal sebagai berikut. 1.
Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang disampaikan.
2.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3.
Tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
c.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada
kemampuan siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji. Dalam pembelajaran berbasis inkuiri ini, yang menjadi perhatian utama, yaitu proses pemetaan masalah dan kedalaman pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi atau jawaban yang valid dan meyakinkan. Siswa bukan hanya mampu untuk menjawab pertanyaan „apa‟, tetapi juga mengerti jawaban dari pertanyaan „mengapa‟ dan „bagaimana‟ (Anam, 2015: 8-9). Pembelajaran berbasis inkuiri sendiri bertujuan mendorong siswa semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi. Dengan imajinasi, siswa dibimbing
untuk
menciptakan
penemuan-penemuan,
baik
yang
berupa
penyempurnaan dari yang telah ada, maupun menciptakan ide, gagasan, atau alat yang belum pernah ada sebelumnya (Anam, 2015: 9). Di sisi lain, Trianto (2007: 135) berpendapat bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri Menurut Hosnan (2014: 342), ada lima prinsip yang harus diperhatikan ketika menggunakan metode pembelajaran inkuiri dalam sebuah proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1.
Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2.
Prinsip interaksi Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip bertanya Peran pendidik yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah pendidik sebagai penanya, sebab kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Karena itu, kemampuan pendidik untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
4.
Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat jumlah fakta, melainkan belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
5.
Prinsip keterbukaan Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan
sebagai
hipotesis
yang
harus
dibuktikan
kebenarannya. Tugas pendidik adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
e. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Sanjaya (2012: 199), berpendapat bahwa secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut. 1.
Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi dalam pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
2.
Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Melalui proses ini siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Teka teki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. 3.
Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak (berhipotesis) suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
4.
Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5.
Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6.
Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumukan kesimpulan merupakan
gong-nya
dalam
proses
pembelajaran.
Untuk
mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
f.
Kelebihan dan Kekurang Metode Inkuiri Suatu metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya
dalam suatu proses pembelajaran. Begitu pula dengan metode inkuiri ini. Berikut merupakan beberapa keunggulan yang dimiliki metode pembelajaran inkuiri menurut Shoimin (2014:86). 1.
Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.
2.
Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3.
Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4.
Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran inkuiri ini juga memiliki
beberapa kelemahan sebagai berikut. 1.
Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.
Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
4.
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi
pelajaran,
strategi
ini
tampaknya
akan
sulit
diimplementasikan.
2.
Novel
a.
Pengertian Novel Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) disebutkan bahwa
novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita pendek kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti „sebuah barang baru yang kecil‟, yang kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟ (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 9). Dalam istilah Indonesia novella memiliki arti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2007: 9). Novel mempunyai kesempatan lebih banyak dalam mengetengahkan ide, lengkap dengan uraian dan jabaran, menjadikan jenis karya sastra ini tak ubahnya menyajikan kehidupan yang utuh. Tarigan (2012: 16) menyatakan, novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki unsur-unsur yang lengkap. Novel ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung suatu konflik dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh ceritanya. Di dalamnya disuguhkan serangkaian peristiwa yang disusun dalam sebuah latar dan alur yang urut serta berkesinambungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Novel juga dapat diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku (Nurgiyantoro, 2007). Novel kerap disebut sebagai suatu karya yang menceritakan bagian kehidupan seseorang, seperti masa menjelang perkawinan; masa percintaan; atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan sebagainya. Hal ini membuat novel dapat dijadikan inspirasi oleh pembacanya. Selain dapat memberikan inspirasi kepada pembaca, novel juga dapat memberikan kesenangan bagi pembacanya melalui penggambaran kehidupan para tokohnya.
b. Unsur-Unsur Novel Novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang sifatnya artistik. Sebagai karya fiksi, novel dibangun oleh unsur-unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Nurgiyantoro (2007: 10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya sastra fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Nurgiyantoro (2007: 23) mengemukakan unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Unsur-unsur yang dimaksud, misalnya peristiwa, cerita, alur (plot), penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang memengaruhi bangunan-bangunan cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya (Nurgiyantoro, 2007: 23). Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas mengenai unsur intrinsik dalam novel, khususnya tema dan amanat karena dalam praktinya terkadang siswa masih kebingungan dalam menentukan tema dan amanat dalam sebuah cerita. Oleh sebab itu, peneliti memilih tema dan amanat sebagai bagian yang hendak diteliti. Di bawah ini akan diuraikan pengertian tema dan amanat.
1) Tema Tema berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan, meletakan. Jadi, menurut arti katanya „tema' dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang ditempatkan (Keraf dalam Wahyuningtyas, 2011: 2). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) disebutkan tema adalah pokok pikiran; dasar percakapan (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan sebagainya). Hartoko dan Rahmanto (1986: 142), mengemukakan tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan situasi tertentu. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema merupakan makna cerita, tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara eksplisit maupun implisit (Wiyatmi, 2006: 42). Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur lainnya. Selain itu, juga berfungsi untuk melayani visi atau meresponsi pengarang terhadap pengalaman totalnya dengan jagat raya (Sayuti, 2000: 192).
a) Jenis Tema Tema dalam karya sastra menurut Waluyo (2011: 8)
dapat
diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: (1) tema yang bersifat fisik; (2) tema organik; (3) tema sosial; (4) tema egoik (reaksi pribadi); dan (5) tema devine (Ketuhanan). Tema yang bersfiat fisik menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan perdagangan, dan sebagainya. Tema yang bersifat organik atau moral, menyangkut soal hubungan antara manusia, misalnya penipuan, masalah keluarga, problem politik, ekonomi, adat, tatacara, dan sebagainya. Tema yang bersifat sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Tema egoik atau reaksi individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan pertentanga individu. Tema devine (Ketuhanan) menyangkut renungan yang bersifat religius hubungan manusia dengan Sang Khalik. Selain lima jenis tema yang dikemukakan oleh Waluyo, terdapat pula dua jenis tema yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 82), yaitu (1) tema utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(tema mayor), (2) tema tambahan (tema minor). Makna cerita dalam sebuah karya fiksi-novel, mungkin saja lebih dari satu, atau lebih tepatnya lebih dari satu interpretasi. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya menemukukan tema utama cerita. Tema utama (tema mayor) adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Menentukan tema utama sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai, di antara sejumlah makna yang ditafsirkan ada dikandung oleh karya sastra yang bersangkutan. Makna yang hanya terdapat dalam bagian-bagian tertentu cerita dapat diidentifikasi sebagai makna tambahan. Makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut sebagai tema-tema tambahan atau tema minor. Banyak sedikitnya tema minor, tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan yang dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel (Nurgiyantoro, 2007: 82-83).
b) Penafsiran Tema Menentukan sebuah tema dalam sebuah novel bukanlah hal yang mudah. Walaupun penulisan novel telah didasarkan pada tema atau ide tertentu, namun tema tidak dapat ditemukan secara eksplisit. Tema hadir dalam dan bersamaan dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Waluyo (2011: 9) mengemukakan adanya lima cara penafsiran tema antara lain sebagai berikut: (1) jangan sampai bertentangan dengan setiap rincian cerita; (2) harus dapat dibuktikan secara langsung dalam teks; (3) penafsiran tema tidak hanya berdasarkan perkiraan; dan (4) tema cerita berkaitan dengan rincian cerita yang ditonjolkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Hal tersebut sama dengan pendapat yang dikemukan oleh Stanton. Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel, secara lebih khusus dan rinci Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007) mengemukakan ada sejumlah kriteria yang dapat diikuti seperti berikut. Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting. Hal tersebut disebabkan pada detil cerita yang menonjol itulah yang dapat diidentifikasi sebagai masalah atau konflik utama yang pada umumnya merupakan sesuatu yang ingin disampaikan. Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre sastra, merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur isi dan sebagai sesuatu yang ingin disampaikan. Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema tidak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita, atau informasi lain yang kurang dapat dipercaya. Penentuan tema dari kerja yang demikian kurang dapat dipertanggungjawabkan karena kurangnya bukti empiris. Keempat, penafsiran tema sebuah novel harus mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita. Penunjukkan tema sebuah cerita haruslah dapat dibuktikan dengan data atau detil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
cerita yang terdapat dalam cerita itu, baik yang berupa bukti-bukti langsung, maupun tak langsung (Nurgiyantoro, 2007: 87-88).
2) Amanat Dalam sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Hal itulah yang disebut dengan amanat. Jika permasalahan yang diajukan dalam cerita diberi jalan keluarnya oleh pengarang, jalan keluar itu disebut dengan amanat (Sudjiman, 1991: 57). Amanat disebut sebagai pesan yang mendasari cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada para pembaca. Menurut Wiyatmi (2006:49), amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton. Amanat dapat pula disebut dengan moral, atau lebih tepatnya pesan moral. Amanat atau moral merupakan sesuatau yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2007: 321). Amanat dapat diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pengarang. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra, yaitu secara eksplisit dan implisit. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit jika pada tengah atau akhir cerita, pengarang menyampaikan seruan, saruan, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. Amanat dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
diungkapkan secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir (Sudjiman, 1991: 57). Oleh karena itu, untuk menemukan suatu amanat dalam sebuah karya sastra, kita tidak cukup hanya membaca beberapa paragraf dari cerita novel tersebut. Namun untuk mendapatkan amanat atau pesan moral dari sebuah novel, kita harus membaca cerita tersebut hingga selesai.
3.
Pengajaran Sastra di SMA Pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menyangkut seluruh aspek
sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra (Ismawati, 2013: 1). Rahmanto (1988: 16), mengemukakan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa, (4) menunjang pembentukan watak. Pengajaran sastra memiliki fungsi, yakni pengjaran sastra dapat dikatakan sebagai wahana untuk belajar menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra yang dipelajari, dalam suasana yang kondusif di bawah bimbingan guru atau dosen. Selain itu, dalam pengajaran sastra dimungkinkan tumbuhnya sikap apresiasi terhadap hal-hal yang indah, yang lembut, yang manusiawi, untuk diinternalisasikan menjadi bagian dari karakter anak didik yang akan dibentuk (Ismawati, 2013: 3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Adapun tujuan dari pengajaran sastra secara garis besar tujuan tersebut dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendeknya adalah agar siswa mengenal cipta sastra dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengannya. Siswa juga dapat memberikan tanggapan, menanyakan, tentang cipta sastra yang dibacanya, siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas pengajaran sastra. Tujuan pengajaran sastra jangka panjang adalah terbentuknya sikap positif terhadap sastra dengan ciri siswa mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap karya sastra dan dapat membuat indah dalam setiap fase kehidupannya (Ismawati, 2013: 30).
4.
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi Inti (KI) merupakan penjabaran atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan atau jenjang pendidikan tertentu, yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif), kognitif, dan psikomotor), yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran (Majid, 2014: 61). KI dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan keagamaan (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan penerapan pengetahuan (KI 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar (KD) dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif (Majid, 2014:61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kompetensi Dasar (KD) adalah kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari KI. KD adalah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu mata pelajaran di kelas tertentu. KD setiap mata pelajaran di kelas tertentu ini merupakan jabaran lebih lanjut dari KI, yang memuat tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Priyatni, 2014: 19). Berikut ini akan dipaparkan KI dan KD yang akan digunakan sebagai materi pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XII semester II. Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar SMA Kelas XII Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
Kompetensi Dasar 1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa. 2.5 Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam menggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan cerita fiksi dalam novel.
3.3 Menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
5.
4.3 Menyunting teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.
Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran (Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016). Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Majid, 2014: 207).
a.
Komponen Silabus Dalam Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
dinyatakan bahwa silabus paling sedikit memuat hal-hal berikut : a.
Identitas
mata
pelajaran
(khusus
SMP/MTs/SMPLB/Paket
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan). b.
Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
B
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
c.
Kompetensi
inti,
merupakan
gambaran
secara
kategorial
mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. d.
Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
e.
Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A).
f.
Materi pokok, muatan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
g.
Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
h.
Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menemukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
i.
Aloksi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun.
j.
Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar yang relevan.
6.
RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih (Permendikbud No. 22 Tahun 2016). RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dengan kata lain, RPP dapat dikatakan sebagai sebuah rancangan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan
belajar-mengajar
tatap
muka.
RPP
dikembangkan untuk satu kegiatan tatap muka atau lebih.
b. Komponen RPP Dalam Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016, RPP memuat banyak komponen yang dipaparkan berikut. a.
Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan.
b.
Identitas mata pelajaran dan tema/subtema.
c.
Kelas/semester.
d.
Materi pokok.
e.
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam sialbus dan KD yang harus dicapai.
f.
Tujuan
pembelajaran
yang
dirumuskan
berdasarkan
KD,
dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. g.
Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
h.
Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang rekevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
i.
Metode pembelajaran, digunakan oleh peserta didik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai. j.
Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.
k.
Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber lain yang relevan.
l.
Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan, pendahuluan, inti, dan penutup.
m. Penilaian hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester II”, termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
merupakan
penelitian
yang
bertujuan
mendekripsikan
atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena rekayasa manusia (Sukmadinata, 2011). Adapun penelitian kualitatif menurut Moleong (2014: 6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya. Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah. Jadi penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2014: 6).
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif. Dikatakan metode deskriptif karena penelitian ini nantinya menghasilkan data tertulis berupa pendeskripsian tema dan amanat yang terkandung dalam novel yang diamati. Metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasakan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005: 73).
C. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan kalimat atau paragraf dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak yang menggambarkan tema dan amanat. Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1994 oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Namun pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan buku cetakan keempat yang diterbitkan pada tahun 2014 oleh penerbit yang sama. Novel ini memiliki 176 halaman, dengan tebal 20 cm.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk memperoleh data yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Nasir, 2011). Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik membaca dan mencatat. Peneliti membaca keseluruhan isi novel. Kemudian peneliti mencatat bagian-bagian yang berkaitan dengan tema dan amanat dalam novel. Teknik ini dilakukan karena data dalam penelitian ini berupa teks tertulis. Peneliti harus cermat dan teliti dalam membaca setiap bagian novel untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
menemukan tema dan amanat dalam novel dengan menerapkan setiap tahapan dalam metode pembelajaran inkuiri.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah mahasiswa peneliti sendiri (human instrumen). Artinya, peneliti dengan pembelajaran novel yang dipilih berusaha untuk mendeskripsikannya dan dikaitkan dengan metode pembelajaran inkuiri yang ada dalam novel tersebut. Dalam melakukan kegiatan penelitian, peneliti melakukannya dengan membaca dan memberikan tanda pada kalimat-kalimat yang dimaksudkan. Data-data yang telah diperoleh kemudian diberi tanda, sehingga memudahkan data untuk diolah.
F. Teknik Analisis Data Menurut Siddel (dalam Moleong, 2014: 248) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: (1) mencatat hasil data lapangan, dengan memberiberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensitesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir untuk membuat kategori data itu mempunyai makna, dengan cata mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan umum. Berdasarkan teori di atas peneliti akan menganalisis data tersebut dengan langkah-langkah analisis data sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
1.
Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
2.
Melakukan studi pustaka dengan cara mencari dan mengumpulkan teori dari berbagai sumber seperti buku, serta sumber referensi lain yang relevan.
3.
Mengidentifikasi tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
4.
Mendeskripsikan tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
5.
Mendeskripsikan metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa SMA kelas XII semester II.
6.
Menarik kesimpulan.
7.
Menyajikannya dalam bentuk laporan dari hasil analisis data tentang tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
G. Penyajian Data Data yang disajikan dalam penelitian ini berupa paragraf. Paragraf tersebut berisi tahap-tahap dalam pembelajaran inkuiri. Tahap-tahap tersebut nantinya akan digunakan sebagai langkah untuk menganlisis tema dan amanat dalam novel. Selain itu terdapat pula kutipan-kutipan kalimat dalam novel yang berisi tema dan amanat. Tema dan amanat tersebut dicari secara terpisah. Jadi peneliti akan menganalisis tema terlebih dahulu. Setelah tema dalam novel tersebut selesai dianalisis, baru peneliti akan menganalisis amanat dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Pada bab ini akan dikemukakan data yang ditemukan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari secara keseluruhan. Data yang dianalisis berupa kalimat dan paragraf dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak untuk diimplementasikan dengan metode inkuiri dalam pembelajaran sastra sehingga ditemukan tema dan amanatnya. Dalam praktiknya, terkadang siswa masih kebingungan dalam menentukan tema dan amanat dalam sebuah cerita. Oleh sebab itu, dengan data yang ditemukan diharapkan dapat membantu siswa dalam mencari tema dan amanat sebuah cerita. Novel merupakan sarana untuk memperkaya bacaan siswa. Dalam pembelajaran sastra, novel dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran. Salah satu kelebihan novel sebagai media pembelajaran adalah cukup mudahnya karya sastra tersebut dinikmati siswa. Pemilihan novel yang akan digunakan sebagai media pembelajaran perlu dipertimbangkan, tujuannya agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Selain pemilihan media, pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga sangat penting dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih menggunakan metode inkuiri karena metode ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam suatu proses pembelajaran. Dalam proses penerapan strategi pembelajaran ini, siswa diminta untuk mampu
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menjawab permasalahan yang timbul. Selain itu dengan strategi pembelajaran inkuiri diharapkan dapat meningkatkan minat membaca siswa khususnya dalam materi pembelajaran sastra yang terdapat di kelas XII semester II. Dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri diharapkan pula dapat memberikan inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran, mengingat terkadang beberapa guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi di kelas. Hal tersebut membuat siswa cenderung jenuh dan tidak memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi. Berbeda dengan metode ceramah yang lebih didominasi oleh guru, dalam metode inkuiri ini siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran. Dalam metode inkuiri sendiri terdapat beberapa langkah yang dilalui, yaitu (a) orientasi, (b) merumuskan masalah, (c) merumuskan hipotesis, (d) mengumpulkan data, (e) menguji hipotesis, (f) merumuskan kesimpulan. Tahapan-tahapan tersebut menuntut keterlibatan siswa secara aktif, dengan demikian siswa tidak akan merasa mudah jenuh.
B. Langkah-langkah Metode Inkuiri untuk Mencari Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari Menurut Sanjaya (2012: 199), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat mengikuti enam langkah, yaitu (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, (6) merumuskan kesimpulan. Keenam langkah tersebut, nantinya akan membantu siswa untuk memahami secara lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
rinci tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Berikut pembahasan mengenai langkah-langkah dalam metode inkuri yang digunakan untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
1.
Orientasi Orientasi
adalah
langkah
untuk
membina
suasana
atau
iklim
pembelajaran yang responsif (Sanjaya, 2012: 199). Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah ini digunakan guru untuk merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan sebuah masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru terkait dengan pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak adalah sebagai berikut. 1.
Guru memberi gambaran awal mengenai novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yang akan digunakan sebagai media pembelajaran.
2.
Siswa membaca novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari terlebih dahulu dan memahami isi cerita tersebut. Setelah itu siswa menuliskan ringkasan cerita novel Di Kaki Bukit Cibalak agar lebih mudah memahami isi ceritanya. Novel Di Kaki Bukit Cibalak terdiri atas tiga belas bagian. Oleh karena
itu, untuk mempermudah memahami isi novel tersebut, berikut ini akan ditampilkan ringkasan novel berdasarkan bagian yang terdapat dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
a.
Bagian Pertama Di sekitar kaki Bukit Cibalak terdapat sebuah desa yang benama Desa
Tanggir. Penduduk Desa Tanggir adalah keturunan dari dua kelompok orang yang berlainan, yaitu kaum kawula dan keturunan kerabat ningrat. Pagi itu mereka semua telah berkumpul di halaman Balai Desa untuk mengadakan pemilihan Lurah Desa Tanggir yang baru. Dari kelima orang calon lurah, kebanyakan orang mengatakan hanya dua orang yang memiliki peluang. Satu di antaranya adalah Pak Badi. Di Desa Tanggir, Pak Badi memiliki nama yang baik. Masyarakat belum pernah mendengar Pak Badi terlibat dalam perbuatan curang, apalagi perjuadian dan pelacuran. Sifat dermawannya juga manat menonjol. Calon yang mengimbangi Pak Badi adalah Pak Dirga. Pak Dirga lebih populer daripada keempat calon lainnya. Sikapnya luwes, pandai bermain bola, pandai berjudi, dan gemar berganti istri. Hasil dari pemilihan pun telah didaptakan. Ternyata keluhuran budi, kearifan, serta kejujuran Pak Badi tidak memberikan nasib baik. Ia kalah, karena Pak Dirga yang terpilih menjadi lurah Desa Tanggir.
b. Bagian Kedua Sebulan setelah pengakatannya sebagai lurah, Pak Dirga bersama dengan Poyo mulai dengan berbagai kecurangan. Hal tersebut membuat Pambudi, seorang pemuda yang bekerja mengurus lumbung koperasi Desa Tanggir ingin meninggalkan koperasi. Ketika itu datanglah seorang wanita yang bernama Mbok Ralem ke koperasi dan bertemu dengan Pambudi. Mbok Ralem hendak menemui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Pak Dirga untuk meminjam uang dari lumbung koperasi karena ia membutuhkan uang untuk berobat ke Yogya. Sangat disayangkan Pak Dirga tidak mau memberikan pinjaman uang kepada Mbok Ralem dengan alasan hutang yang dimiliki oleh Mabok Ralem yang dulu belum dibayar. Hal tersebut membuat Pambudi kaget karena ia tidak menyangka Pak Dirga akan berlaku demikian. Pambudi memberikan ide kepada Pak Dirga agar Pak Dirga mau memberikan pinjaman kepada Mbok Ralem. Namun usul Pambudi selalu ditolak oleh Pak Dirga dengan berbagai alasan. Di sisi lain, Pak Dirga justru mengajak Pambudi untuk melakukan kecurangan. Pak Dirga mengajak Pambudi untuk melakukan praktik korupsi. Mendengar rencana tersebut, dengan tegas Pambudi menolak ajakan Pak Dirga. Pada malam harinya Pambudi pun menulis surat kepada Pak Dirga. Ia menyatakan mengundurkan diri dari kepengurusan lumbung koperasi desa.
c.
Bagian Ketiga Pambudi yang mengingat perlakuan Pak Dirga terhadap Mbok Ralem,
tiba-tiba hatinya merasa gelisah. Ia merasa kasihan kepada Mbok Ralem yang sedang sakit. Pambudi pun berpikir untuk menolong Mbok Ralem. Pambudi bergegas pergi ke rumah Mbok Ralem. Sesampainya di sana, Pambudi langsung mengutarakan
maksud
kedatangannya.
Betapa
senangnya
Mbok
Ralem
mendengar hal tersebut. Keesokan harinya Pambudi dan Mbok Ralem berangkat ke Yogya. Sesampainya di Yogya, mereka segera menuju ke sebuah rumah sakit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
memeriksakan kondisi Mbok Ralem. Setelah menunggu cukup lama, hasil pun menunjukkan bahwa Mbok Ralem terkena kanker. Pambudi pun berpikir sejenak, ia berpikir bahwa biaya pengobatan untuk penyakit itu cukup mahal. Akan tetapi karena niatnya, Pambudi pun tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk mencari dana untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Pambudi memiliki rencana, ia mengajak Mbok Ralem ke sebuah toko potret. Di sana pambudi membuat pasfoto Mbok Ralem, membuat fotokopi surat keterangan dari desa dan surat pemeriksaan hasil laboraturium. Setelah itu Pambudi membeli surat kabar Kalawarta. Pambudi langsung menuju ke kantor surat kabar tersebut. Sesampainya di sana Pambudi dengan pemimpin surat kabar tersebut yang bernama Pak Barkah. Pambudi meminta tolong agar surat kabar Kalawarta mau membantunya dengan membuatkan iklan penggalangan dana bagi Mbok Ralem. Pak Barkah setuju dan iklan itu segera dibuat. Tak lupa Pambudi juga menyerahkan pasfoto dan suratsurat yang telah ia fotokopi sebagai bukti dari iklan tersebut.
d. Bagian Keempat Iklan yang dimuat di harian Kalawarta mengenai Mbok Ralem mengundang perhatian banyak pembaca, dan mereka pun berniat untuk memberikan bantuan. Usaha yang dilakukan Pambudi berhasil, banyak uang yang terkumpul untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Setelah mengurus hal tersebut, Pambudi kembali ke desanya. Di sana, orang-orang membicarakan mengenai Mbok Ralem. Mereka mengatakan bahwa yang dilakukan Pambudi hebat, namun Pambudi tetap bersikap biasa saja dan rendah hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Setelah sebulan berada di rumah sakit, Mbok Ralem akhirnya diizinkan pulang. Sebelum kembali ke Tanggir, Pambudi mengajak Mbok Ralem ke harian Kalawarta. Pambudi mengenalkan Mbok Ralem dengan Pak Barkah. Pambudi juga mengatakan bahwa Pak Barkah dan redaksi Kalawarta telah membantu Mbok Ralem untuk mencari biaya pengobatan. Mbok Ralem merasa sangat terharu dengan hal tersebut. Setelah menyelesaikan beberapa urusan, Pambudi dan Mbok Ralem pun berpamitan dengan Pak Barkah dan seluruh pegawai Kalawarata dan kembali pulang ke Tanggir. Perbuatan yang dilakuakn Pambudi selama ini membuat Pak Barkah terkesan. Pak Barkah terkesan karena Pambudi bersedia menolong sesamnya tanpa mengharapkan balas jasa apa pun.
e.
Bagian Kelima Pak Dirga tampak gelisah, ia tidak menyangka bahwa Pambudi akan
menolong Mbok Ralem, dan membuat iklan di surat kabar sehingga banyak orang yang mengetahui berita tersebut. Hal itu membuat Pak Dirga dan Pak Camat dipanggil Bupati dan Kepala Kantor Sosial. Bupati dan Kepala Kantor Sosial menegur Pak Dirga dan Pak Camat. Pak Dirga pun tidak terima diperlakukan demikian. Ia merasa bahwa dirinya tidak bersalah karena Mbok Ralem datang kepadanya hanya untuk meminta surat keterangan bahwa ia miskin. Pak Dirga juga tidak terima dengan perbutan yang dilakukan oleh Pambudi dan berencana untuk menyingkirkan pemuda itu dari Desa Tanggir. Berbagai cara dilakukan oleh Pak Dirga untuk dapat menyingirkan Pambudi dari desanya. Mulai dari menuduh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pambudi sebagai „kelilip desa‟, hingga pergi ke dukun yang bernama Eyang Wira untuk meminta jimat dan mengusir Pambudi.
f.
Bagian Keenam Suatu malam, Pambudi sedang melamun. Ia memikirkan kejadian
beberapa hari yang lalu saat ia membantu Sanis. Sudah lama Pambudi memiliki perasaan kepada gadis bernama Sanis. Hanya saja Sanis masih SMP, sedangkan Pambudi sudah berumur 24 tahun. Hal tersebutlah yang sedang ia pikirkan. Hingga larut malam, Pambudi pun belum bisa tidur karena masih memikirkan Sanis. Namun karena sudah terlalu malam, ia berusaha tidur. Akan tetapi niatnya diurungkan ketika ia mendengar ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya. Pambudi pun keluar, dan diam-diam mengikuti orang yang masuk ke rumahnya. Dengan kesabarannya, akhirnya Pambudi berhasil menangkap orang tersebut. Pambudi berteriak memanggil ayahnya. Setelah tertangkap, Pambudi dan ayahnya segera mengamankan orang tersebut. Pambudi juga keluar rumah karena ia sempat melihat orang tersebut meletakan sesuatu di luar rumah. Tak lama kemudian, Pambudi kembali masuk ke rumah dengan membawa kain mori yang tergulung. Melihat hal itu, ayah Pambudi kaget dan meminta Pambudi untuk membuang benda tersebut yang diyakini sebagai jimat untuk mengusir Pambudi. Pambudi dan Ayahnya pun mendesak orang itu untuk memberitahu siapa yang mengutusnya. Tadinya orang itu menolak, namun akhirnya ia pun mengaku bahwa Pak Dirga lah yang menyuruhnya. Betapa kagetnya ayah Pambudi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mendengar perkataan itu. Ia tidak menyangka lurahnya akan melakukan hal seperti itu kepada anaknya.
g.
Bagian Ketujuh Hari itu adalah hari yang luar biasa bagi Bu Runtah, istri Pak Dirga. Hari
itu Bu Runtah akan diuji kepandaiannya merias pengantin perempuan, dan yang akan mengujinya adalah Bu Camat. Bu Runtah sangat cemas, ia takut kalau nanti dirinya gagal. Bu Runtah telah mempersiapkan seseorang gadis yang akan dijadikan modelnya, yaitu Jirah. Bu Runtah meminta pendapat kepada Pak Dirga. Mendengar Jirah yang dijadikan model, Pak Dirga pun menyarankan Bu Runtah untuk mengganti modelnya. Pak Dirga sebenarnya ingin menyarankan agar Sanis yang dijadikan model, hanya saja Pak Dirga takut istrinya curiga bahwa Pak Dirga menaruh perhatian pada Sanis. Namun pada akhirnya Bu Runtah pun meneyetujui apabila Sanis dijadikan modelnya. Diam-diam Pak Dirga pun melakukan penjajakan. Dengan dalih hendak menjodohkan Sanis dengan Bambang Sumbodo putra Pak Camat, Pak Dirga meminta Bu Runtah untuk melihat apakah Bambang Sumbodo tertarik pada Sanis. Bu Runtah tidak mengetahui bahwa Pak Dirga sedang melakukan penjajakan, karena sesungguhnya Pak Dirga tertarik pada Sanis. Bu Runtah pun mengikuti rencana suaminya itu tanpa mengetahui rencana Pak Dirga yang sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
h. Bagian Kedelapan Akibat dari perbuatan yang telah dilakukan Pambudi berdampak pula pada keluarganya. Kini Pak Lurah turut membenci ayah Pambudi. Bukan hanya Pak Lurah saja yang membencinya, namun oleh warga Tanggir ayah Pambudi dan keluarganya seperti dikucilkan. Ayah Pambudi pun merenungkan masalah yang menyebabkan dirinya dan keluarganya mendapat perlakuan yang demikian. Semua itu tentu saja bermula dari perbedaan pendapat antara Pak Lurah dengan anaknya, Pambudi. Oleh sebab itulah, ayah Pambudi menginginkan agar Pambudi mengalah dengan cara pergi meninggalkan Desa Tanggir. Hal itu agar ayahnya dapat hidup dengan tenang dan Pambudi juga terbebas dari masalah dengan Pak Lurah. Mendengar perkataan ayahnya, Pambudi sempat menolak. Namun setelah berpikir beberapa saat akhirnya Pambudi mengikuti keinginan ayahnya. Ia mulai mencari teman atau saudaranya yang tinggal di luar kota. Akhirnya Pambudi pun berniat untuk menemui sahabatnya, Topo, yang tinggal Yogya. Setibanya di Yogya, Pambudi langsung menuju tempat tinggal Topo. Ia mengatakana maksud dan tujuannya datang ke Yogya. Pambudi pun menceritakan semua masalah yang terjadi dalam dirinya. Setelah bercerita cukup lama, akhirnya Topo mengizinkan Pambudi untuk tinggal bersamanya. Ketika malam hari, mereka berdua kembali bercerita, dan tiba-tiba Topo mengatakan bahwa ada baiknya jika Pambudi meneruskan pendidikannya. Mendengar hal tersebebut Pambudi kaget. Bukan pertama kali ia menerima ajuran itu, bahkan ia sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
memikirkan kemungkinan itu. Pambudi pun terus memikirkan anjuran sahabatnya itu, sebelum ia memberikan keputusan.
i.
Bagian Kesembilan Setelah berpikir cukup lama tentang rencananya melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, kini Pambudi telah memiliki keputusan. Pambudi memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya. Oleh sebab itu, Pambudi mulai mempersiapkan dirinya. Ia kembali memperlajari pelajaran yang dulu pernah ia terima. Hal-hal yang tidak ia mengerti dipelajari bersama dengan Topo. Tujuh bulan harus dilalui Pambudi sebelum tiba untuk menempuh ujian masuk perguruan tinggi. Tak terasa uang yang dibawanya dari Tanggir semakin berkurang. Pambudi memutuskan untuk mencari pekerjaan agar memperoleh uang. Beberapa pekerjaan telah coba dilakukan oleh Pambudi, namun ia tidak menemuka kecocokan. Topo pun menyarankan agar Pambudi bekerja di sebuah toko jam tangan tempat Topo pernah bekerja dulu. Tanpa persyaratan khusus, akhirnya Pamabudi diterima bekerja di toko jam tangan. Di toko itu, Pambudi berkenalan dengan anak pemilik toko yang bernama Mulayani. Hubungan mereka pun semakin lama semakin dekat, dan tanpa disadari Mulyani menyimpan perasaan kepada Pambudi. Di hari libur Pambudi manfaatkan untuk pulang ke Tanggir. Empat bulan ia meninggalkan desanya, tidak ada perubahan pada desanya itu. Akan tetapi, dibalik itu semua telah tersebar berita bahwa kepergian Pambudi ke Yogya bersangkutan dengan hilangnya uang lumbung koperasi desa sebanyak 125.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
rupiah. Pambudi segera menyadari bahwa itu adalah perbuatan Pak Dirga dan Poyo. Namun hal itu tidak membuat Pambudi berkcil hati, ia tetap sabar dan percaya bahwa keadilan akan mengalahkan kejahatan. Sebelum kembali ke Yogya, Pambudi menemui gadis yang dicintainya, yaitu Sanis. Namun, ketika bertemu dengan Pambudi, Sanis tampak biasa saja dan seperti tidak ingin untuk bertemu dengan Pambudi. Hal tersebut karena telah ada pria lain yang dicintai oleh Sanis, yaitu Bambang Sumbodo.
j.
Bagian Kesepuluh Semenjak harian Kalawarta membuat berita tentang Mbok Ralem, Pak
Barkah selalu teringat kepada Pambudi. Kebetulan saat itu harian Kalawarta membutuhkan seorang jurnalis baru. Melihat potensi yang dimiliki oleh Pambudi, Pak Barkah yakin bahwa Pambudi dapat menempati posisi tersebut. Pada saat itu Pak Barkah telah mengetahui bahwa Pambudi sedang berada di Yogya. Ia pun langsung menemui Pambudi dan menawarkan posisi tersebut. Tadinya Pambudi sempat ragu karena ia akan melanjutkan kuliah. Ia takut tidak dapat membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Namun setelah berpikir panjang, akhirnya Pambudi menerima tawaran Pak Barkah. Masa kerja Pambudi di toko jam tangan pun dipersingkat karena ia akan melanjutkan kuliah dan bekerja di Redaksi Kalawarta. Pambudi pun berpamitan kepada pemilik toko dan Mulyani. Kepada Mulyani, Pambudi berjanji bahwa ia akan selalu menemui Mulyani walaupun ia sudah tidak lagi bekerja di toko milik orang tua Mulyani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Di sisi lain, Bambang Sumbodo anak Pak Camat telah mendengar berita yang menjelek-jelekan nama Pambudi. Walaupun Bambang belum mengenal Pambudi secara lebih dekat, namun secara diam-diam ia menghormati Pambudi. Ia berniat untuk membela Pambudi dan hendak menemuinya untuk memberikan dukungan kepada Pambudi. Namun, Bambang tidak mengetahui tempat tinggal Pambudi saat itu. Ia pun pergi ke rumah orang tua Pambudi, namun orang tuanya tidak mau memberi tahu di mana Pambudi tinggal. Akhirnya Bambang pergi menemui Sanis untuk menanyakan tentang Pambudi. Betapa senangnya hati Sanis ketika Bambang menemuinya di rumah. Sanis mengira bahwa Bambang akan menemui untuk membicarakan sesautu tentang dirinya. Namun ia pun kecewa karena Bambang datang untuk menanyakan soal Pambudi.
k. Bagian Kesebelas Setelah yakin bahwa Bambang tidak mengharapkan Sanis, Pak Dirga mulai untuk mendekati Sanis. Ia tidak peduli bahwa Pambudi juga menyukai Sanis. Ia berpikir bahwa Pambudi sudah pergi dari Tanggir dan tak akan kembali lagi. Oleh karena itulah Pak Dirga berani mendekati Sanis dan berniat untuk menjadikan Sanis sebagai istrinya yang kesekian. Tanpa berpikir panjang, Pak Dirga langsung melamar Sanis. Ia meminta tolong kepada seorang kebayan. Kebayan itu diminta untuk pergi ke rumah Sanis dan mengatakan kepada orang tua Sanis bahwa Pak Dirga ingin melamarnya. Kebayan itu segera pergi ke rumah Sanis, ia membawa bungkusan yang nantinya akan diserahkan kepada orang tua Sanis dan langsung mengutarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
maksud dari kedatangannya. Mendengar lamaran tersebut, ayah Sanis bingung. Ia tak tahu harus menjawab apa. Namun akhirnya setelah melalui perdebatan dengan istrinya, ayah Sanis pun menerima lamaran tersebut. Betapa sedihnya hati ibu Sanis mendengar bahwa anaknya akan menjadi istri Pak Lurah karena ia sudah mengetahui watak Pak Lurah yang licik. Di sisi lain, Bu Runtah istri Pak Dirga sakit hati mendengar bahwa suaminya akan menikahi Sanis. Ia tidak mempercayai bahwa suaminya akan berbuat demikian. Ia merasa sakit hati karena dimadu dan hartanya telah habis untuk membiayai Pak Dirga ketika mencalonkan sebagai lurah. Oleh karena itulah, Bu Runtah melakukan ikhtiar. Ia pergi menemui seorang dukun yang bernama Eyang Wira. Di sana ia meminta petuah dan jimat agar Pak Dirga batal menikah dengan Sanis.
l.
Bagian Kedua Belas Tulisan Pambudi dalam Kalawarta sudah dikenal orang secara luas. Ia
mempunyai ciri khas dalam menulis, yaitu mengetengahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Orang lain dapat langsung mengerti mengenai tulisan yang ditulis oleh Pambudi. Tetapi tidak semua orang menyukai pemikiran Pambudi yang dituangkan dalam tulisannya, contohnya Camat Kalijambe. Pak Camat mersasa keberatan karena wilayahnya dijadikan objek penelitian untuk seri tulisan Pambudi. Selain itu Pambudi menuliskan tulisannya berdasarkan asas jurnalisme, yaitu objektivitas. Hal tersebut membuat Camat semakin tidak menyukai tulisan yang dibuat oleh Pambudi. Bahkan ia menduga bahwa Pambudi sengaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
menuliskan hal-hal tersebut karena ia sakit hati diusir dari desanya dan karena Sanis telah dinikahi oleh Pak Dirga lurahnya sendiri. Di sisi lain, Bambang anak dari Camat Kalijambe tersebut sangat setuju dengan tulisan yang dibuat oleh Pambudi. Ia menilai bahwa tulisan yang ditulis oleh Pambudi itu benar adanya. Ia menduga bahwa Pambudi ingin mengungkap kecurangan yang telah dilakukan oleh lurah Tanggir, sekaligus balas dendam atas perbuatan yang dilakukan lurah Tanggir kepadanya. Bambang pun membujuk ayahnya agar mau membantu Pambudi untuk menjatuhkan lurah Tanggir yang licik itu. Namun Pak Camat masih ragu karena beberapa hal. Keesokan harinya Pak Camat menghadap Bupati. Rupanya Bupati juga telah membaca tulisan yang tulis oleh Pambudi dan menyetujui tulisan tersebut. Oleh karena itu, Bupati meminta agar Pak Camat mengganti dan menangkap Pak Dirga yang menjabat menjadi lurah Tanggir. Hanya saja agar Bupati terlihat memiliki kebijakan sendiri dan seakan-akan tidak mengikuti saran Pambudi, Bupati meminta agar Pak Camat membantah tulisan Pambudi. Dengan dibantu oleh Bambang anaknya, Pak Camat menemukan cara untuk menangkap Pak Dirga. Akhirnya Pak Dirga berhasil ditangkap dan lurah Desa Tanggir pun diganti.
m. Bagian Ketiga Belas Setelah lama meninggalkan desanya, Pambudi mendengar kabar bahwa Sanis telah dinikahi oleh Pak Dirga. Tanpa malu Pambudi pun mengakui bahwa ia patah hati. Untungnya, perlahan-lahan ia dapat melupakan kesedihannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bersikap terbuka. Kepada Pak Barkah, Pambudi menceritakan semua yang sedang ia rasakan. Belum lagi ada Mulyani yang ternyata menyusulnya menjadi mahasiswi di fakultas yang sama dengan Pambudi. Mereka pun semakin dekat dan selalu bersama, tak jarang Mulayani juga sering menyusul Pambudi di kantor Redaksi Kalawarta. Ketika Pambudi lulus ujian sarjana muda, Mulyani pun turut mendampinginya. Setelah lulus, Pambudi memutuskan untuk pulang ke Tanggir untuk memberikan kabar gembira kepada orang tuanya. Namun, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata ayahnya telah meninggal. Untuk itu Pambudi bergegas untuk pulang ke Tanggir. Sampai di rumah, ia disambut dengan tangis ibu dan kakaknya. Berbeda dengan ibu dan kakaknya, Pambudi tampak tegar dan ikhlas menghadapi itu semua. Di saat pemakaman ayahnya, ia bertemu dengan Sanis. Hanya saja Pambudi hanya menyapa Sanis seadanya karena ia tidak mau kenangannya dengan Sanis teringat kembali. Pambudi juga bertemu dengan Bambang dan lurah Tanggir yang baru, Hadi namannya. Pambudi lega karena Hadi tampaknya orang yang baik dan berbeda dengan lurah Desa Tanggir sebelumnya. Setelah ayahnya meninggal, Pambudi pun mulai memikirkan hal-hal yang akan ia lakukan. Namun, tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang ternyata
Mulyani.
Ia
datang
menemui
Pambudi
untuk
mengucapkan
belasungkawa, dan ingin menyampaikan suatu hal kepada Pambudi. Mulyani pun mengajak Pambudi untuk pergi bersamanya. Tanpa ragu, Pambudi bersedia pergi bersama Mulyani. Di perjalanan, Mulyani pun mencoba untuk mengutarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
maksud ia mengajak Pambudi keluar. Mulyani ingin menyampaikan perasaannya kepada Pambudi. Ia pun berusaha untuk mencoba mengungkapkan perasaannya tersebut. Pambudi pun menyadarinya, dan ia pun memiliki perasaan yang sama kepada Mulyani. Hanya saja Pambudi ragu karena mereka berbeda, Pambudi berdarah Jawa sedangkan Mulyani berdarah Tiong Hoa. Pambudi pun bimbang dan ragu, ia pun memilih untuk menyimpan perasaannya kepada Mulyani.
2.
Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Langkah ini menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dalam langkah ini siswa merumuskan sendiri rumusan masalah yang akan mereka bahas, sedangkan guru bertugas untuk mendampingi siswa. Adapun rumusan masalah yang dapat dimunculkan sebagai berikut. 1.
Identifikasi tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari!
2.
Jenis tema apakah yang digunakan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?
3.
Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji (Sanjaya, 2012: 199). Pada langkah ini siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara berdasarkan rumusan masalah yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
disusun. Pemberian jawaban dapat dilakukan dengan cara siswa memberikan pendapat mengenai tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Guru dapat membantu siswa mengemukakan pendapatnya dengan cara memberikan stimulus berupa pertanyaan, sehingga dapat merespons siswa untuk memberikan jawaban. Berikut merupakan rumusan hipotesis atau jawaban sementara yang dapat dirumuskan. 1.
Berdasarkan gambaran awal, novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
memiliki
tema
tentang
perjalanan
seorang
pemuda
untuk
menyelamatkan desanya dari praktik kecurangan yang dilakukan oleh kepala desanya. 2.
Berdasarkan gambaran awal, novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari memiliki amanat untuk menjunjung tinggi kejujuran.
3.
Berdasarkan gambaran awal, novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari termasuk dalam klasifikasi jenis tema yang bersifat sosial.
4.
Mengumpulkan data Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi dan proses
mental yang penting dalam perkembangan intelektual siswa. Dalam langkah ini siswa diminta untuk mengumpulkan data terkait dengan rumusan masalah. Data yang ditemukan kemudian dianalisis untuk dicari kesimpulannya. Siswa diminta untuk mengumpulkan data terkait tema dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Berikut merupakan hasil pengumpulan data beserta analisis tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Novel ini dibagi atas tiga belas bagian. Pada setiap bagian, peneliti akan memaparkan analisis tema dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
a.
Analisis dan Pembahasan Tema Novel Di Kaki Bukit Cibalak Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel, secara
lebih khusus dan rinci Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007) mengemukakan ada sejumlah kriteria yang dapat diikuti seperti berikut. Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita. Ketiga, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Keempat, penafsiran tema sebuah novel harus mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita. Menurut Waluyo (2011: 8) terdapat lima jenis tema, yaitu (1) tema yang bersifat fisik; (2) tema organik; (3) tema sosial; (4) tema egoik (reaksi pribadi); dan (5) tema devine (Ketuhanan). Selain kelima jenis tema tersebut terdapat pula dua jenis tema yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 82), yaitu (1) tema utama (tema mayor), dan (2) tema tambahan (tema minor). Untuk menenentukan tema yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, peneliti menggunakan kriteria pertama dari empat kriteria yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dikemukakan oleh Stanton, yaitu dengan mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Dalam hal ini, peneliti akan menuliskan cerita yang menonjol yang terdapat dalam setiap bagian cerita. Di dalamnya disertakan pula bukti berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf yang terdapat dalam setiap bagian novel. Berikut merupakan analisis tema novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Untuk mempermudah menganlisisnya, peneliti membaginya dalam beberapa bagian, sesuai dengan jumlah bagian dalam novel.
1) Bagian Pertama Cerita yang menonjol dalam bagian pertama ialah terpilihnya Pak Dirga sebagai lurah Desa Tanggir. Terpilihnya Pak Dirga menjadi lurah desa yang diawali dari pemilihan yang dilakukan oleh penduduk Desa Tanggir. Dari kelima calon yang ada, terdapat dua orang kandidat yang memegang posisi yang samasama kuat, yaitu Pak Badi dan Pak Dirga. Namun pada akhirnya, Pak Dirga yang terpilih menjadi lurah. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut. (1) Meskipun ada lima orang calon, kebanyakan orang mengatakan hanya dua orang yang memiliki peluang. Satu di antaranya adalah Pak Badi. Ia memang patut merasa berbesar hati, karena di Desa Tanggir ia mempunyai nama yang baik. Orang Tanggir belum pernah mendengar Pak Badi terlibat dalam perbuatan curang, apalagi perjudian dan pelacuran. Sifat dermawannya amat menonjol (Tohari, 2014: 15). (2) Calon lain yang keadaannya mengimbangi Pak Badi adalah calon yang memegang lambang dengan gambar pedang. Dia berpakaian adat Jawa dengan belangkon, jas hitam wungkal gerang, dan kain batik sida mukti. Kumis tebal yang sengaja dipeliharanya mengingatkan orang akan Aria Panangsang, Adipati Pajang dalam ketoprak. Calon yang gagah itu bernama Dirgamulya, dan terkenal dengan sebutan Pak Dirga. Di dalam pergaulan Pak Dirga lebih populer daripada keempat calon lainnya. Ia luwes, pandai bermain bola, pandai berjudi, dan gemar berganti istri (Tohari, 2014: 15-16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(3) Siang itu penduduk Tanggir menentukan siapa yang akan menjadi lurah mereka. Dan ternyata keluhuran budi, kearifan, serta kejujuran Pak Badi tidak memberikan nasib baik. Ia kalah, karena Pak Dirga yang terpilih (Tohari, 2014: 16).
2) Bagian Kedua Cerita yang menonjol dalam bagian kedua ialah Pak Dirga yang menolak untuk memberikan pinjaman uang kepada Mbok Ralem. Mbok Ralem yang sedang sakit, membutuhkan biaya untuk pengobatannya. Hanya saja Pak Dirga menolak untuk memberikan pinjaman dengan alasan utang Mbok Ralem di lumbung koperasi desa sudah terlalu banyak. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (4) Pak Dirga berkata, “Mbok Ralem, sebenarnya seorang seperti kamu tidak bisa mendapat pinjaman. Aku tahu, banyak peminjam yang mengembalikan pinjamannya saja tidak dapat, apalagi bersama bunganya. Jawablah sekarang dengan jujur, apakah dulu kau pernah meminjam padi dari lumbung?” (Tohari, 2014: 21). Cerita lain yang menonjol dalam bagian kedua ialah kecurangan yang dilakukan Pak Dirga terhadap lumbung koperasi desa. Setelah pengangkatannya sebagai lurah Desa Tanggir yang baru, Pak Dirga mulai melakukan banyak kecurangan terhadap lumbung koperasi desa. Selain itu, kecurangan Pak Dirga juga nampak ketika ia turut mengajak Pambudi untuk melakukan kecurangan proyek pelebaran jalan yang direncanakan oleh pemerintah setempat. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. (5) Dan benar juga, Pak Dirga sebagai lurah baru sama saja dengan yang digantikannya. Sebulan sesduah pengangkatannya, Pak Dirga memulai dengan kecurangannya (Tohari, 2014: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(6) Ia bekerja sama dengan Lurah, misalnya memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton padi. Atau mereka bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi. Dengan cara ini saja mereka akan mendapat keuntungan berpuluh ribu rupiah, karena mereka dapat mencantumkan harga penjualan semau mereka sendiri, dan dari tengkulak padi mereka mendapat semacam komisi (Tohari, 2014: 18). (7) Memang ia telah menyuruh Poyo mengeluarkan uang dari kas dana darurat untuk membiayai pelantikannya beberapa bulan yang lalu (Tohari, 2014: 24). (8) “Barangkali kau belum tahu, Pemerintah akan melebarkan jalan yang melewati desa kita ini. Karena pelebaran jalan itu, kira-kira lima ratus batang pohon kelapa akan tergusur. Para pemilik pohon kelapa akan menerima ganti rugi. Pambudi, kau anak yang pinter. Tahukah kau, ada rezeki yang dapat kita ambil?” (Tohari, 2014: 25). (9) “Dengarlah, anak muda. Pertama-tama kukatakan kepada mu bahwa inilah kesempatan yang dapat kau ambil untuk mendapat keuntungan yang besar. Marilah kita bekerja sama. Kau tahu, uang yang dijanjikan Pemerintah sebesar 2.000 rupiah untuk tiap batang kelapa yang tergusur, akan lambat datangnya. Uang milik koperasi dapat kita pakai dulu untuk membayar ganti rugi kepada pemilik pohon kelapa. Kita tidak akan membayar 2.000 tiap batang, tetapi cukup 1.000 saja. Jadi apabila uang ganti rugi yang dijanjikan Pemerintah keluar, kitalah pemiliknya. Sementara kita menunggu, kita tebang pohon-pohon kelapa yang sudah kita bayar itu. Bayangkan, pemborong yang sedang membangun jembatan Kali Benda itu berani membayar 2.500 per batang. Wah, Pambudi, apakah tidak lumayan? Bila mau, kau dapat membeli sepeda motor seperti Poyo. Enak, bukan?” (Tohari, 2014: 25).
3) Bagian Ketiga Cerita yang menonjol dalam bagian ketiga mengenai usaha dan pengorbanan Pambudi untuk menolong Mbok Ralem. Mbok Ralem yang sedang sakit tidak mendapatkan pinjaman uang dari lumbung koperasi desa untuk berobat. Hal tersebut membuat Pambudi tergerak hatinya dan berniat untuk menolong Mbok Ralem. Pambudi telah mempersiapkan sejumlah uang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menanggung biaya pengobatan Mbok Ralem. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (10) Hari itu Pambudi telah membuat adonan kapur untuk memutihkan dinding-dinding, tetapi ia tidak segera melakukan niatnya. Hatinya dikacau oleh perasaan kasihan terhadap Mbok Ralem. Adalah pantas bila aku berbuat sesuatu untuk menolong perempuan yang sakit itu, tapi apa? pikirnya (Tohari, 2014: 29). (11) “Kalau kau ingin sembuh, janganlah ada rasa takut di hatimu, sekalipun terhadap Pak Dirga. Tentang biaya perjalanan, serahkan kepadaku. Nah, usahakanlah surat keterangan hari ini juga selagi masih pagi. Apabila Pak Dirga bertanya dari mana kau mendapat uang jalan, katakan saja sanak famili telah memberikan bantuan kepadamu. Aku tidak ingin kau sebut-sebut, mengerti, Mbok?” (Tohari, 2014: 30). Biaya pengobatan Mbok Ralem yang mahal, membuat Pambudi harus berusaha untuk mendapatkan uang tambahan. Pambudi berniat untuk menggalang dana untuk mendapatkan uang tambahan bagi pengobatan Mbok Ralem. Ia pun mendatangi sebuah media surat kabar yang bernama Kalawarta. Melalui surat kabar Kalawarta itulah Pambudi berniat untuk membuat berita mengenai sakit yang diderita Mbok Ralem, dan menggalang dana untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (12) Lima ratus ribu? Pertanyaan itu berulang-ulang mengusik hatinya ketika Pambudi berjalan meninggalkan rumah sakit seorang diri. Lima ratus ribu! Aku harus menjual sepedaku. Dengan demikian akan tercapai jumlah sebesar itu bila kutambah dengan uang tabungan, pikir Pambudi. Sejak semula pemuda itu telah bertekad hendak menolong Mbok Ralem sampai sembuh. Jadi jauh-jauh sebelumnya ia sudah memperkirakan akan mengelurkan banyak uang. Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi yang dibuatnya akan menjadi modal mengumpulkan dana (Tohari, 2014: 36). (13) Sesudah menghabiskan sepiring nasi, Pambudi membeli surat kabar. Sengaja ia memilih koran terbitan Yogya. Pambudi segera mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
alamat harian yang bernama Kalawarta itu. Pukul sepuluh pagi hari berikutnya, Pambudi menjadi tamu Pak Barkah, pemimpin redaksi dan pemilik penerbitan Kalawarta. Mula-mula pemuda Tanggir itu mendapat sambutan yang biasa saja; sikap Pak Barkah seperti sedang menghadapi seorang pelamar pekerjaan. Namun kemudian sikapnya berubah menjadi penuh perhatian setelah Pambudi menerangkan maksudnya dengan jelas. Uraian Pambudi selalu ditangkapnya dengan anggukan kepala (Tohari, 2014: 36). (14) “Jadi pertama-tama Anda meminta kesedian kami untuk memasang iklan. Selanjutnya Anda meminta supaya Kalawarta membuka dompet sumbangan untuk menghimpun dana bagi perawatan Mbok Ralem. Begitu, bukan?” “Ya benar, Pak. Dan iklan yang saya kehendaki harus memuat foto Mbok Ralem beserta fotokopi surat-surat keterangan ini. Sekarang saya dapat menyerahkan uang 40.000 rupiah sebagai uang muka pembayaran iklan itu” (Tohari, 2014: 36).
4) Bagian Keempat Cerita yang menonjol dalam bagian keempat mengenai sikap peduli dan kemanusiaan yang dimiliki oleh Pambudi yang membuat Mbok Ralem dapat berobat, dan berhasil sembuh dari sakitnya. Selain itu, karena ikap peduli dan rasa kemanusiaan yang dimiliki oleh Pambudi membuat Pak Barkah kagum atas perbuatan yang dilakukan oleh Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (15) “Selamat jalan, Mbok, Pambudi, aku berterima kasih kepada kalian. Karena kalianlah Kalawarta berkesempatan menunaikan misinya yang paling berarti. Juga karena kalianlah aku merasa yakin bahwa tidak sesuatu pun telah hilang dari diri kita sebagai manusia. Memang, si anu itu jarang hadir di antara kita. Dia jarang muncul di jalan, pasar, atau pabrik, bahkan kantor-kantor sekalipun. Tetapi bagaimanapun juga si anu masih ada. Kita sendiri yang baru saja membuktikannya: Kemanusiaan” (Tohari, 2014: 54-55). (16) Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
seorang muda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apa pun (Tohari, 2014: 55).
5) Bagian Kelima Cerita yang menonjol dalam bagian kelima ialah kemarahan Pak Dirga terhadap Pambudi. Hal tersebut karena Pambudi telah menulis berita mengenai Mbok Ralem di surat kabar sehingga membuat Pak Dirga dipanggil oleh atasannya. Pak Dirga pun tidak terima, ia marah dan berniat untuk menyingkirkan Pambudi dari Desa Tanggir. Berbagai cara pun akan dilakukan oleh Pak Dirga untuk menyingkirkan Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (17) “Kami datang ke sana menghadap Bupati dan Kepala Kantor Sosial. Mereka berdua marah besar. Kami berdua dikatakan teledor. Semua lantaran ulah Pambudi yang telah menyiarkan aib. Kata Bupati, Bapak Gubernur sendiri menegurnya dengan keras, mengapa urusan Mbok Ralem itu sampai ditangani oleh pihak lain, bukan oleh pemerintah setempat. Mengapa kita sampai dilangkahi. Itulah soalnya” (Tohari, 2014: 57). (18) “Oh, anak muda. Aku sama sekali tidak bingung menghadapi masalah seperti ini andaikata Pambudi belum telanjur turun tangan. Aku akan menolong atau tidak menolong perempuan itu. Titik! Dan yang jelas aku tidak senang masalah Mbok Ralem tersebar sebagai berita yang hebat; menyebabkan aku dan Pak Camat kena marah Bupati, menyebabkan Bupati ditegur oleh Gubernur. Nah, kau tahu siapa yang telah membuat kekacauan ini. Akan kuuji sampai di mana kekuatan otaknya, kekuatan ngelmu-nya. Jelas?” (Tohari, 2104: 58). (19) “Jempolan! Simpan buku yang kedua itu. Nanti pada saat yang tepat kita akan menyebarluaskan isinya. Semua warga Tanggir akan mencap Pambudi sebagai „kelilip‟ desa” (Tohari, 2014: 60). (20) “Jadi sampean hanya menginginkan orang yang menjadi „kelilip‟ Desa Tanggir itu menyingkir dari sana, begitu?” “Ya, hanya itu, Eyang.” “Namanya?” “Pambudi” (Tohari, 2014: 61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(21) “Nah, Nak, keperluan sampean sudah kucukupi. Kalau sampean dapat memenuhi syarat-syarat selanjutnya, kujamin keinginan sampean dapat terlaksana. Pertama, usahakan kembang yang kubungkus kain mori ini terlangkahi oleh Pambudi. Kedua, sampean harus mengambil segenggam tanah kuburan. Cabutlah sebuah nisan, kemudian masukkan tangan ke dalam lubang bekas nisan itu. Ambil tanah segenggam dari dasar lubang. Tanah yang telah sampean ambil itu taburkan ke atas genting kamar tidur Pambudi. Sudah jelas?” (Tohari, 2014: 64).
6) Bagian Keenam Terdapat dua peristiwa yang menonjol dalam bagian keenam ini. Cerita menonjol yang pertama mengenai Pambudi yang sedang dikuasai oleh lamunan tentang Sanis. Sudah lama Pambudi menaruh hati pada Sanis, hanya saja Sanis masih terlalu muda untuk pemuda seumuran Pambudi. Pambudi pun sedang dalam kebimbangan, antara akan tetap bertahan dengan perasaannya terhadap Sanis atau melepaskan harapannya bersama Sanis. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. (22) Tetapi sesungguhnya Pambudi hanya memandang datar. Lensa matanya tidak difokuskan kepada suatu objek tertentu. Pambudi sedang dikuasai lamunan (Tohari, 2014: 70). (23) “Umurku 24 tahun, pantas bila aku mencintai seseorang. Tetapi Sanis baru kelas dua SMP. Aku mau apa dengan si boneka yang sangat ayu tetapi masih bocah itu” (Tohari, 2014: 73). (24) “Nyatanya”, sambung Pambudi, “aku sudah terjebak dalam sikap munafik. Sanis itu! Aku selalu teringat padanya, aku menyenanginya dan dia sama sekali belum dewasa. Sekarang aku harus memilih: melepaskan keyakinan buruknya kawin muda atau sebaliknya, melepaskan harapan atas Sanis. Kedua-duanya tidak akan kupilih, melainkan mengadakan kompromi anatara dua kutub itu. barangkali itu lebih baik. Aku akan menunggu empat-lima tahun lagi sampai Sanis benar-benar dewasa, kemudian mengawininya” (Tohari, 2014: 73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Cerita yang menonjol selanjutnya ialah terungkapnya rencana Pak Dirga untuk mengusir Pambudi dari Desa Tanggir. Orang yang diminta Pak Dirga untuk meletakan jimat di rumah Pambudi berhasil tertangkap, dan rencana Pak Dirga pun telah terbongkar. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (25) Ketika Pambudi mengintip untuk yang kedua kalinya ia melihat seseorang berjalan mendekati lampu ting, lalu meniupnya. Kecurigaan Pambudi sudah mempunyai alasan yang kuat. Orang baik-baik takkan seenaknya mematikan lampu ting tetangga. Ia mengambil lampu senter dan berjingkat keluar. Melalui pintu samping, Pambudi segera berada di luar rumah. Diawasinya pendatang yang mencurigakan itu dari balik rumpun kaca piring. Sinar bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia sedang menanam sesuatu di tengah regol (Tohari, 2014: 74). (26) Pambudi keluar. Sesaat kemudian masuk kembali sambil membawa kain mori yang tergulung. Isinya tiga tangkai mawar, hampir kering. Ayah Pambudi menggelengkan kepala. Jimat-jimat itu diraupnya lalu dilemparkannya ke luar (Tohari, 2014: 75). (27) “Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi. “Pak Dirga,” jawab Bagol singkat. Ayah Pambudi terkejut. Wajahnya memancarkan kecemasan yang amat sangat. Orang tua itu sungguh-sungguh sadar apa artinya berselisih dengan Lurah nagi penduduk Tanggir (Tohari, 2014: 76). (28) Ayah Pambudi menatap wajah anaknya. Orang tua itu heran karena anaknya malah tersenyum. Apa kata-ku, keluh Pambudi dalam hati. Kepergianku dari lumbung koperasi Desa Tanggir, perbedaan paham antara aku dengan Pak Dirga, mulai tampak ekornya. Tak kusangka lurah yang gagah itu berhati tempe, tidak mau menghadapiku dari depan (Tohari, 2014: 77).
7) Bagian Ketujuh Cerita yang menonjol dalam bagian ketujuh ialah Pak Dirga yang sedang melakukan penjajakan mengenai kabar bahwa Bambang Sumbodo putra Camat, juga tertarik pada Sanis. Hal itu dilakukan Pak Dirga karena ia juga tertarik pada Sanis dan ingin mendapatkan Sanis untuk dijadikan istrinya. Oleh sebab itu, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
melakukan penjajakan dan ingin membuktikan kebenaran berita tersebut. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. (29) Itu logika Bu Runtah yang tidak pernah dapat menyelami pikiran suaminya. Ia tidak tahu bahwa suaminya sedang melakukan penjajakan, apakah benar Bambang Sumbodo juga tertarik kepada Sanis. Kalau benar, Pak Dirga akan memberikan bantuan apa pun, karena Bambang putra Camat. Tetapi Pak Dirga sungguh-sungguh berharap agar berita yang menghubung-hubungkan Bambang dengan Sanis hendaknya hanya desas-desus belaka. Ini lebih baik bagi Pak Dirga (Tohari, 2014: 82). (30) Pak Dirga sengaja memberi tekanan yang nyata pada kata “Bambang”, supaya rasa waswas di hati istrinya lenyap. Padahal batin Lurah Tanggir itu berkata, “Kalau kamu sendiri berkata bahwa Sanis cantik, mestikah aku berkata sebaliknya? Dengar kata Eyang Wira tentang pisang apupus cinde. Sanis adalah pisang apupus cinde itu, dan aku adalah lurah di Desa Tanggir ini” (Tohari, 2014: 91).
8) Bagian Kedelapan Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian kedelapan. Cerita menonjol yang pertama mengenai kepergian Pambudi ke Yogya. Konflik antara Pak Dirga dengan Pambudi sangat dirasakan oleh Pambudi dan keluarganya. Pambudi dan keluarganya tidak disenangi oleh Pak Dirga lurah mereka. Bukan itu saja, warga Tanggir juga mengucilkan Pambudi dan keluarganya. Hal tersebut membuat ayah Pambudi meminta anaknya untuk pergi dari Desa Tanggir. Mendengar perkataan ayahnya, Pambudi pun bingung hendak pergi kemana. Namun akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Yogya. Nantinya ketika di Yogya, Pambudi akan menemui sahabatnya Topo untuk meminta bantuan. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. (31) “Dengar Nak, sudah lama Ayah merenungkan masalah ini. Ayah ingin kau menyingkir dari desa ini untuk kepentinganmu sendiri serta atas keputusan dan pertimbanganmu. Bukan lari sebagai orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dikalahkan. Dengan demikian sekaligus kau menolong Ayah, sebab Lurah tidak akan membenciku lagi. Sungguh, anakku, aku merasa bukan hanya Lurah yang merasa tidak senang padaku. Lama-lama aku merasa terasing di desaku sendiri. Pikirkanlah!” (Tohari, 2014: 9495). (32) “Baik, Ayah. Tetapi berilah aku kesempatan berpikir dulu barang beberapa hari. Tentu Ayah maklum, apa yang hendak kuputuskan bukanlah perkara sepele. Aku harus mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh” (Tohari, 2014: 96). (33) Nah, kecuali Topo. Ia masih kuliah di Yogya. Dulu Topo menjadi sahabat karib Pambudi, duduk sebangku. Teman membuat contekan dan teman mencuri pepaya yang tumbuh di belakang gedung SMA. Anak pensiunan polisi itu layak kutemui, pikir Pambudi. Kalau Topo tidak dapat memberikan pertolongan, paling tidak ia patut kumintai pandangan-pandangan (Tohari, 2014: 96-87). Cerita yang menonjol berikutnya ialah keinginan Pambudi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan. Setelah bercerita banyak dengan Topo, sahabatnya itu pun mengajurkan kepada Pambudi untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya dalam hati Pambudi ingin melanjutkan kuliah, hanya saja ia tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah. Pambudi pun bimbang dan terus memikirkan rencananya untuk kembali bersekolah. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (34) “Masuk kampus! Aku tidak ragu sedikit pun untuk berkata bahwa, apa yang layak kau lakukan sekarang ini adalah bersekolah lagi” (Tohari, 2014: 101). (35) Pambudi terperangah. Bukan oleh maksud kata-kata Topo, tetapi oleh tekanan dan cara sahabatnya menyampaikan ucapana itu. Begitu tandas dan meyakinkan. Bukan untuk pertama kali pemuda Tanggir ini menerima anjuran demikian. Bahkan ia sering memikirkan kemungkinan itu (Tohari, 2014: 101). (36) Tengah malam Pambudi tertidur. Sebelum melingkarkan badannya dalam kain sarung ia berjanjing kepada Topo akan mempertimbangkan usahnya baik-baik. Menjadi mahasiswa! Merdu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
juga kedengarannya, pikir Pambudi sebelum lelap (Tohari, 2014: 102).
9) Bagian Kesembilan Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian kesembilan. Cerita yang menonjol dalam bagian kesembilan ialah Pambudi memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya. Ia pun mulai memikirkan masalah biaya untuk sekolah dan kebutuhannya selama di Yogya. Pambudi pun memutuskan untuk mencari pekerjaan sementara. Topo sahabatnya, menawarinya pekerjaan di sebuah toko jam tangan. Dulu Topo pernah bekerja di tempat itu selama satu tahun. Pambudi pun tertarik dan ia bekerja di toko jam tangan tersebut. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (37) “Kau yang menunjukkan kepastian itu, Kawan, kuterima usulmu dengan penuh kesadaran. Terima kasih. Dan bukankah aku tidak terlalu bebal bila memutuskan untuk menjadi seorang mahasiswa?” (Tohari, 2014: 104). (38) Tujuh bulan harus dilalui Pambudi sebelum tiba saatnya menempuh ujian masuk. Walau sekian lama dirasakan terlalu panjang bila diisi dengan menghafal pelajaran-pelajaran yang justru pernah dikuasainya. Uang 90.000 yang dibawanya dari Tanggir akan terus berkurang bila Pambudi tidak mencari penghasilan baru (Tohari, 2014: 105). (39) “Kemarin aku telah menelepon Nyonya Wibawa. Kutanyakan padanya apakah dia bisa menerimamu bekerja di sana. Kau bisa diterima di sana. Janda itu meiliki dua buah toko jam tangan, dan aku pernah bekerja setahun padanya. Datanglah ke sana besok pagi. Kau sudah kuperkenalkan” (Tohari, 2014: 207). Cerita yang menonjol berikutnya ialah kedekatan Pambudi dengan anak gadis pemilik toko jam tangan tempatnya bekerja. Nama gadis itu adalah Mulyani. Awal mula kedekatan mereka berawal dari Pambudi yang tidak senagaja mengisi teka-teki silang milik Mulyani, dan mengirimkannya ke kepada redaksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kedekatan mereka terus berlanjut dan mereka pun mulai saling mengenal satu sama lain dengan baik. Dari situlah tumbuh perasaan di dalam hati Mulyani kepada Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (40) Suatu ketika mulyani tampak gelisah dan kesal. Di depannya terpapar sebuah teka-teki silang yang besar. Ia tidak mampu menjawab semua pertanyaan. Mulyani putus asa, lalu meninggalkan majalah itu di atas kaca etalase. Karena senggang Pambudi mengambil majalah itu dan meneruskan menjawab teka-teki yang tidak terselesaikan oleh anak majikannya. Setelah penuh diam-diam Pambudi mengirimkannya kepada redaksi (Tohari, 2014: 108). (41) “Kalau begitu kau yang berhak atas wesel ini Pam,” kata Mulyani. Itulah pertama kali dia mengajak berbicara pegawainya (Tohari, 2014: 109). (42) Pada saat belajar bersama itulah kedua anak muda itu saling mengenal lebih baik. Pambudi merasa percuma bersandiwara terus-menerus. Maka ia berkata dengan jujur siapa dia sebenarnya. Dikatakannya pula kepada Mulyani, mungkin hanya tinggal tiga bulan ia bekerja pada orangtuanya (Tohari, 2014: 112). (43) “Nah, kau mulai berbicara dengan hanya menggunakan otak. Aku benci, benci pada orang yang tidak bisa menghargai perasaan. Persahabatan harus juga dihiasi dengan perasaan. Pam, kaukira kau tak mempunyai cukup perasaan” (Tohari, 2014: 113). Cerita yang menonjol selanjutnya ialah mengenai beredarnya fitnah mengenai adanya hubungan antara kepergian Pambudi ke Yogya dengan hilangnya uang di lumbung koperasi desa. Mendengar kabar tersebut Pambudi pun merasa tidak terima. Ia yakin bahwa yang menyebarkan berita tersebut adalah Pak Dirga dan Poyo. Pambudi pun berniat untuk menuntut Pak Dirga dan Poyo. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (44) Kelihatannya Tanggir hidup dalam tarikan-tarikan napas yang tenang. Tetapi di balik ketenangan itu beberapa orang sedang mengembangkan intrik untuk menjatuhkan Pambudi. Bisik-bisik menjalar di antara penduduk Tanggir yang tidak pernah peduli apakah kabar itu benar atau tidak. Fitnah itu dengan cepat menjalar dari mulut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
ke telinga, dari kuping ke mulut dan ke telinga lainnya. Hanya beberapa orang sejak semula merasa dekat dan percaya kepada Pambudi yang tidak terpengaruh oleh berita itu, bahwa kepergian Pambudi ke Yogya bersangkut paut dengan hilangya uang lumbung koperasi Desa Tanggir sebanyak 125.000 rupiah (Tohari, 2014: 114). (45) “Kampret!” teriak Pambudi dalam hati. “Ini pasti perbuatan Lurah Tanggir dan Poyo. Pengecut! Akan kubuktikan di depan pengadilan siapa yang menggarong uang itu. Penduduk Tanggir harus yakin bahwa aku masih tetap si Pambudi yang dulu, yang menganggap kejujuran adalah hal yang wajar yang harus dihormati oleh semua orang. Aku bukan hanya menghormati, bahkan sudah dan akan tetap mengamalkannya. Aku harus membela diri, karena tuduhan terhadap diriku sudah keterlaluan. Aku harus menantang mereka sampai ke depan hakim. Harus!” (Tohari. 2014: 115).
10) Bagian Kesepuluh Terdapat beberapa cerita yang menonjol dalam bagian ini. Cerita menonjol yang pertama ialah Pambudi berhenti bekerja di toko arloji milik Nyonya Wibawa, dan ia mulai bekerja di harian Kalawarta. Saat itu Pak Barkah mengetahui bahwa Pambudi tinggal di Yogya, kemudian Pak Barkah berpikir untuk mengajak Pambudi untuk bergabung dan bekerja di harian Kalawarta. Hal tersebut karena salah satu karyawan yang ditunjuk oleh Pak Barkah untuk melaksanakan sebuah proyek telah mengundurkan diri. Oleh sebab itu, Pak Barkah meminta Pambudi untuk menggantikan posisi karyawan tersebut. Akhirnya Pambudi menyetujuinya dan ia mulai bekerja di harian Kalawarta. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (46) Pada saat itu Pak Barkah telah mengetahui Pambudi tinggal di kota yang sama, Yogyakarta, karena pemuda itu sendiri telah dua kali mengunjungi Pak Barkah. Menurut pendapat pemimpin Redaksi Kalawarta itu, Pambudi tidak terlalu banyak berbeda dengan Pendi Toba. Anak dari Tanggir itu kemauannya keras. Pengetahuan umumnya baik. Kejujurannya sangat tampak. Dan satu hal lain yang tak dapat dipungkiri oleh Pak Barkah, Pambudi menyimpan semacam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
obligasi moral pada harian Kalawarta. Jadi Pambudi sangat patut mengisi lowongan yang ditinggalkan oleh si Pendi itu (Tohari, 2014: 120). (47) “Dik Pambudi,” kata Pak Barkah pada suatu malam di rumahnya. “Aku menghendaki hubungan yang lebih hidup di antara kita berdua. Bagaimana kalau kau kuminta menggantikan Pendi Toba?” (Tohari, 2014: 120). (48) “Ya, Pak,” jawab Pambudi dengan hati berdebar. Ia melihat harapan yang besar, tujuannya untuk meneruskan kuliah akan lebih gampang terlaksana (Tohari, 2014: 121). Cerita yang menonjol selanjutnya ialah mengenai rasa simpati yang diberikan Bambang Sumbodo kepada Pambudi. Mendengar berita mengenai fitnah yang menimpa Pambudi membuat Bambang Sumbodo merasa simpati kepada Pambudi. Rasa kagum dengan kepribadian yang yang dimilik Pambudi membuat Bambang ingin membela Pambudi. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (49) Jadi Bambang juga mendengar desas-desus yang memburuk-burukan nama Pambudi. Walaupun Bambang hanya mendengar nama itu, tetapi sesungguhnya secara diam-diam ia menghormatinya. Pambudi yang masih semuda itu telah memiliki pribadi yang utuh. Bukan suatu kebetulan kalau Bambang mengagumi pemuda yang mempunyai kepribadian seperti Pambudi itu (Tohari, 2014: 127). (50) Tentang Pambudi. Bambang yakin bahwa bisik-bisik buruk yang menjelek-jelekan pemuda Tanggir itu palsu belaka. Ia merasa wajib membelanya, setidak-tidaknya ia harus berbicara dengan Pambudi (Tohari, 2014: 128). (51) “Pasti kau mengerti, Pambudi menjadi korban kabar bohong sekarang. Ada orang yang ingin merusak nama baiknya. Sudah kukatakan Pambudi seorang pemuda yang baik. Aku tak pernah meragukan kejujurannya. Oleh karena itu aku ingin menemuinya di Yogya. Tidak apa-apa, aku hanya akan mengatakan ia tidak perlu berkecil hati oleh kabar buruk yang menyangkut dirinya. Mudah-mudahan simpati yang kuberikan dengan ikhlas, akan mengurangi beban hatinya. Hanya itu” (Tohari, 2014: 131).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
11) Bagian Kesebelas Cerita yang menonjol pada bagian kesebelas mengenai Pak Dirga yang melamar Sanis dan menjadikan Sanis sebagai istrinya. Setelah tahu bahwa Bambang Sumbodo tidak tertarik pada Sanis, akhirnya Pak Dirga memberanikan diri untuk mendekati Sanis. Pak Dirga hendak melamar dan menjadikan Sanis sebagai istrinya yang kesekian. Untuk itulah Pak Dirga meminta sesorang untuk pergi ke rumah orang tua Sanis, dan mengantarkan sejumlah uang sebagai tanda Pak Dirga melamar Sanis. Sementara itu dilain pihak, ayah Sanis dilanda kebimbangan. Sedangkan ibu Sanis, mendengar kabar tersebut langsung menyatakan tidak setuju apabila Sanis dijadikan istri Pak Dirga. Setelah berdebar dengan istrinya, akhirnya ayah Sanis menyatakan setuju dengan lamaran tersebut. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (52) Atas penelitiannya sendiri Pak Dirga yakin bahwa Bambang tidak mengharapkan Sanis. Ini dia! Memang benar, Lurah Tanggir itu tahu, Sanis sering menerima surat dari Pambudi, tetapi apa arti bocah igusan yang sudah dienyahkannya itu. Pak Dirga merasa telah mengalahkan Pambudi. Logika yang primitif mengajarkan, milik yang kalah menjadi hak si pemenang. Dan Pak Dirga tidak pernah melupakan kata-kata Eyang Wira, “Dulu, para demang atau lurah berhak memetik pisang apupus cinde.” Sanis tumbuh menjadi gadis yang paling cantik di Tanggir. Ia amat layak mendampingi laki-laki yang paling berkuasa di desa ini: aku! Begitu Pak Dirga membenarkan naluri bajulnya (Tohari, 2014: 135). (53) Maka ketika ia menerima perintah untuk menjumpai Pak Modin, kebayan tua itu langsung maklum. Tugas yang ia terima untuk melamar Sanis bagi Pak Dirga akan ia tunaikan dengan gemilang (Tohari, 2014: 136). (54) Selesai mengutarakan maksudnya, Kebayan menyodorkan sebuah bungkusan. Duta Pak Dirga yang membuka bungkusan itu, isinya dibagi menjadi dua bagian. Yang sebagian jelas berupa tumpukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
uang kontan, lainnya masih terbungkus oleh saputangan (Tohari, 2014: 136). (55) “Pulanglah, tinggalkan bawaan itu di sini” (Tohari, 2014: 138). (56) “Artinya kalian menerima lamaran Pak Dirga! Nah, begitu. Uang yang saya bawa ini berjumlah 150.000, untuk kalian berdua. Yang berada di dalam bungkusan itu adalah cincin, gelang, dan kalung emas untuk Sanis. Masih ada lagi, surat-surat keterangan sebuah sepeda motor atas nama anakmu. Motor itu sekarang masih di toko. Sesudah pernikahan, anakmu akan ke sana kemari dengan motor (Tohari, 2014: 138-139).
12) Bagian Kedua Belas Cerita yang menonjol dalam bagian kedua mengenai terungkapnya kecurangan yang selama ini dilakukan oleh Lurah Desa Tanggir. Melalui tulisannya di harian Kalawarta Pambudi menceritakan tentang desanya, termasuk mengenai kecuranga-kecurangan yang dilakukan oleh pemimpin desa tersebut. Hal ini pun mengundang perhatian dari berbagai pihak, termasuk Pak Camat, dan anaknya Bambang Sumbodo. Sementara itu, Bupati yang juga mengikuti tulisan Pambudi segera mengambil tindakan. Bupati pun memerintahkan Pak Camat untuk membantah tulisan Pambudi demi otoritas pemerintah setempat, serta memerintahkan agar Lurah Desa Tanggir itu diganti dan ditangkap. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (57) “Wah, Ayah. Seorang terpelajar seperti Pambudi pasti tahu bahwa memfitnah seseorang dapat dipidana. Tentu Ayah pernah mendengar, ada kabar busuk yang pernah tersebar di Tanggir. Pambudi menggelapkan uang koperasi sebanyak 125.000 rupiah. Dapat kita tebak siapa yang membuat berita itu. Sekarang Pambudi sedang melancarkan serangan balasan. Kalau anak itu berbuat demikian, berarti ia sedang mengajak lurahnya berhadap-hadapan di depan pengadilan” (Tohari, 2014: 152).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(58) “Tentu. Kumpulkan data yang resmi. Suruh seorang yang pandai menyusun suatu pernyataan bantahan, tetapi awas. Ambilah sikap yang tepat sehingga tidak nampak kita membela Lurah Tanggir. Jadi hati-hati dalam menyusun redaksi pernyataan itu. Kemudian gantilah Lurah Tanggir!” (Tohari, 2014: 153). (59) Tulisan Pambudi harus dibantah demi kehormatan otoritas Pemerintah Daerah, yang tidak mungkin didikte oleh seorang wartawan harian kecil seperti Kalawarta. Pemecatan Lurah Tanggir juga perlu, sebab lama-lama ia berbahaya juga bagi nama baik Bupati dan segenap bawahannya (Tohari, 2014: 154). (60) Pokoknya, untuk membereskan masalah Lurah Tanggir, Pak Camat akhirnya menemukan sebuah cara: Diam-diam ia menyuruh seseorang menyelenggarakan meja judi. Dapat dipastikan Pak Dirga akan muncul di arena judi itu. Apalagi dengan bisik-bisik diberitakan, bahwa beberapa perempuan cantik akan melayani meja judi itu. Pada malam kedua Pak Dirga masuk perangkap. Seorang jaksa menangkap basah Lurah Tanggir itu sedang mengocok kartu (Tohari, 2014: 156). (61) Yang jelas, sekarang ada alasan resmi untuk menjemur Pak Dirga di halaman kantor polisi. Langkah pertama yang telah ditempuh Pak Camat telah berhasil menjatuhkan Lurah Tanggir. Pendapat umum atas tindakan selanjutnya telah diarahkan dengan sempurna. Sesudah dijemur di halaman kantor polisi itu, beslit Pak Dirga dicabut. Gampang, sangat gampang. Diharapkan semua orang akan berkata “Lurah Tanggir dipecat gara-gara ia bermain judi.” Bukan dengan alasan lain, apa pun bunyinya (Tohari, 2014: 156).
13) Bagian Ketiga Belas Cerita yang menonjol pada bagian terakhir ini mengenai perasaan yang dirasakan oleh Mulyani kepada Pambudi. Mulyani dan Pambudi semakin lama semakin dekat sehingga tumbuhlah perasaan di antara mereka berdua. Dalam bagian ini, Mulyani ingin mengutarakan perasaannya kepada Pambudi. Namun ia malu, karena ia seorang perempuan yang tak mungkin untuk mengutarakan perasaannya terlebih dahulu. Begitu pula Pambudi, ia masih ragu karena ia berbeda etnis dan status sosial dengan Mulyani. Sebenarnya Pambudi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
mencintai Mulyani, namun ia masih menyimpan perasaannya itu. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut. (62) Menjelang ujian kenaikan tingkat, Mulyani makin menyandarkan diri pada Pambudi. Malam-malam ia sering datang menyusul ke kantor Redaksi Kalawarta (Tohari, 2014: 158). (63) Ada jam tangan baru di tangan kiri Pambudi. Ada baju baru melekat di badannya. Hanya mereka berdua yang tahu bahwa barang-barang itu pemberian Mulyani (Tohari, 2014: 159). (64) “Sungguh, Mas Pam, mestinya kau yang mengemukakan masalah yang akan kukatakan berikut ini. Bukan aku. Tetapi karena kau selalu begitu-begitu saja, aku telah melanggar naluriku sendiri sebagai seorang perempuan. Mas Pam, kita harus bebrbicara sekarang, kita harus berbicara...” (Tohari, 2014: 167). (65) “Aku seorang pemuda biasa yang berumur 27 tahun. Tak ada yang kurang pada diriku, utuh dan sehat. Apa yang dirasakan oleh Mulyani, aku pun merasakannya pula. Rasa cinta tidak mati, meskipun aku telah dikhianatinya. Apa salahnya kalau kuakui bahwa Mulyani segar dan lembut. Apa salahnya kalau aku berkata bahwa sudah lama aku tertarik padanya. Tetapi yang kutampilkan adalah sikap kemunafikan” (Tohari, 2014: 168). (66) “Dengan sungguh-sungguh aku berusaha supaya aku tidak jatuh cinta kepada Mulyani, karena tentang cinta aku berpendirian sangat kolot: Rasa cinta hanya tersedia buat bekal perkawinan. Nah, aku hendak mengawini Mulyani? Oh, seribu perbedaan yang harus kusingkirkan sebelum aku memutuskan berbuat demikian” (Tohari, 2014: 169). (67) Seandainya ia bisa bertutur kata, pastilah Cibalak akan berseru, “Karena Mulyani, apakah kau akan meninggalkan aku, Pambudi?” Serunya tidak pernah terdengar orang. Dan Bukit Cibalak membisu abadi (Tohari, 2014: 170).
Dari ketiga belas bagian cerita yang terdapat dalam novel, terdapat bagian cerita yang menonjol. Pada bagian pertama, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 3. Pada bagian kedua, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 5, 6, 7, 8, dan 9. Pada bagian ketiga, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pada bagian keempat, ceria yang menonjol terdapat pada kutipan 15 dan 16. Pada bagian kelima, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 18 dan 19. Pada bagian keenam terdaapat empat cerita yang menonjol, yaitu kutipan 23, 24, 26, dan 27. Pada bagian kedelapan, cerita yang menonjol terdapat pada kutipan 31. Pada baguan kesembilan, cerita yang menonjol ada pada kutipan 38, 39, 42, dan 43. Pada bagian kesepuluh, terdapat dua cerita yang menonjol, yaitu pada kutipan 50 dan 51. Pada bagian kesebelas, cerita yang menonjol ada pada kutipan 52. Pada bagian kedua belas, cerita yang menonjol terletak pada kutipan 58, 59, dan 60. Pada bagian ketiga belas, terdapat enam cerita yang menonjol, yaitu kutipan 62, 63, 64, 65, 66, dan 67. Berdasarkan hasil analisis tema menggunakan kriteria pertama, ditemukan dua tema dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Tema pertama adalah tentang konflik sosial, lebih jelasnya mengenai perseteruan antara seorang pemuda desa dengan lurah desanya. Konflik tersebut terjadi antara tokoh Pambudi dengan tokoh Pak Dirga sebagai lurah. Mereka berdua yang memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi sebuah permasalahan. Pambudi memiliki jiwa sosial yang tinggi, bijaksana, dan jujur. Sedangkan Pak Dirga memiliki sikap yang licik dan selalu mencari keutungan pribadi. Akibat perbedaan tersebut, terjadilah perseturan di antara keduanya. Pak Dirga dengan sikap Pambudi, berusaha untuk menjatuhkan Pambudi dan mengusirnya dari desa. Namun usaha tersebut tidak berjalan sesuai rencana, dan justru Pak Dirga yang mendaparkan ganjaran atas perbuatannya. Tema tersebut dapat ditunjukkan pada kutipan (5), (8), (9), (18), (19), (20), (27), (44), (45), (59), (60), (61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tema kedua yang terdapat dalam novel tersebut yaitu tema percintaan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kisah cinta antara tokoh Pambudi yang mencintai tokoh Sanis. Walaupun pada akhirnya kisah cinta mereka tidak dapat terwujud. Selain itu, terdapat pula kisah percintaan anatara tokoh Pambudi dengan tokoh Mulyani. Kisah cinta mereka juga belum menemukan ujungnya karena mereka berbeda etnis. Walaupun begitu, sebenarnya kedua tokoh tersebut (Pambudi dan Mulyani) sama-sama saling mencintai. Tema terebut dapat ditunjukkan pada kutipan (23), (24), (42), (43), (62), (63), (64), (65), (66), (67). Untuk pengklasifikasian jenis tema, novel Di Kaki Bukit Cibalak ini termasuk dalam pengklasifikasian jenis tema fisik, tema sosial, dan tema egoik (reaksi pribadi). Novel ini diklasifikasikan sebagai jenis tema fisik karena adanya kisah percintaan di dalamnya, yaitu kisah percintaan Pambudi dengan Sanis, dan Pambudi dengan Mulyani. Tema yang bersifat fisik menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta. Oleh sebab itu, novel ini termasuk dalam jenis tema fisik. Selain jenis tema fisik, novel ini juga masuk dalam jenis tema sosial. Tema yang bersifat sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Hal ini sudah jelas terlihat dalam novel ini, bahwa masalah yang diangkat serta tema dalam novel ini yaitu mengenai konflik sosial di masyarakat pedesaan. Selain kedua jenis tema tersebut, novel ini juga termasuk dalam jenis tema egoik. Tema egoik atau reaksi individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan pertentanga individu. Hal ini tampak dalam sikap tokoh Pambudi yang menentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sikap lurahnya yang berperilaku curang, yang mengakibatkan dirinya difitnah dan harus pergi dari desanya sendiri. Selain jenis tema di atas, terdapat pula tema utama (tema mayor) dan tema tambahan (tema minor) dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak ini. Hal ini karena makna cerita dalam cerita novel ini lebih dari satu interpretasi. Ada pun tema utama (tema mayor) dalam novel ini adalah mengenai perseteruan anatara pemuda desa dengan lurahnya. Sedangkan tema tambahan (tema minor) dalam novel ini adalah mengenai kisah percintaan antara laki-laki dan perempuan yang digambarkan dalam novel.
b. Analisis dan Pembahasan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Amanat dapat diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pengarang. Menurut Sudjiman (1991: 57), terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra, yaitu secara eksplisit dan implisit. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit jika pada tengah atau akhir cerita, pengarang menyampaikan seruan, saruan, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. Sedangkan secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Berdasarkan cara untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra, berikut akan dianalisis amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak baik secara implisit atau eksplisit. Untuk mempermudah dalam menganlisis amanatnya, peneliti membaginya dalam beberapa bagian sesuai dengan jumlah bagian dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
1) Bagian Pertama Pada
bagian pertama, pengarang menyampaikan amanatnya secara
eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (68) Jadi ada benarnya bila seseorang mengatakan bahwa tugas pertama seorang lurah baru adalah menata kembali perekonomian rumah tangganya. Bila usahanya gagal, berarti cikal bakal kesulitan tugas sudah dimulai. Kecurangan para lurah biasanya bermula dari titik ini (Tohari, 2014: 15). Dalam kutipan di atas, pengarang menyampaikan pesan bahwa seorang pemimpin hendaknya dapat mengatur pengeluarannya dengan baik. Jika seorang pemimpin tidak dapat mengatur pengeluarannya secara bijaksana, maka kemungkinan adanya kecurangan dapat saja terjadi dalam pemerintahannya. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit, dapat dilihat dalam kutipan berikut. (69) Banyak orang yang akan memberikan suara kepada calon yang disukainya dengan ikhlas. Tetapi banyak juga yang bersedia menjual suaranya dengan berbagai cara yang dirahasiakan (Tohari, 2014: 12). Dalam kutipan di atas, pengarang menyampaikan pesan, yaitu dalam pemilihan suara hendaknya dapat bersikap terbuka. Ada baiknya jika dalam memberikan suara berilah pilihan berdasarkan hati nurani, jujur, dan adil. Jangan memilih hanya karena iming-iming tertentu. (70) Setiap orang menghendaki jagonya yang jadi. Secara umum mereka menghendaki lurah yang baru nanti baik orangnya. Tidak menjual sapi milik desa, tidak memungut iuran irigasi. Lurah yang baru juga diharapkan mampu menutup-nutupi penduduk yang pekerjaannya mencuri kayu angsana yang baru saja ditanam di tanah-tanah milik Pemerintah. Dan ada lagi, hendaknya lurah yang baru nanti segera mengganti istrinya. Yang menginginkan demikian ialah orang yang merasa punya anak gadis yang pantas dipanggil Bu Lurah. Seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
yang memakai caping lebar berbisik kepada temannya bahwa ia ingin saudaranyalah yang terpilih supaya ia dapat nunut kemukten (Tohari, 2014: 13). Melalui kutipan di atas pengarang memberikan amanat, yaitu pilihlah calon pemimpin yang memiliki kinerja yang baik agar dapat mewujudkan kepentingan bersama. Jangan memilih calon pemimpin hanya karna ingin mendapatkan sesuatu untuk kepentingan pribadi. Pilihlah pemimpin yang memang memiliki kemampuan untuk memimpin dengan baik dan dapat mensejahterakan rakyatnya. (71) Tiap-tiap calon mempunyai beberapa orang botoh yang mempunyai tugas sebagai pengumpul suara. Soal cara, tidak dipehatikan benar. Maka para botoh inilah yang hampir selalu mendatangkan onar pada setiap pelaksanaan pemilihan pamong desa. Sesungguhnya para para botoh itu tidak pantas mendapat kepercayaan apa pun. Mereka mau bekerja dengan dengan satu tujuan, uang! Mereka bisa saja berkhianat kepada calon yang telah membayarnya bila ia melihat uang yang lebih banyak. Maka para botoh mempunyai pasangan yang amat cocok, para petaruh (Tohari, 2014: 14). Melalui kutipan tersebut pengarang ingin menyampaikan amanat hendaknya kita jangan berkhianat kepada seseorang yang telah mempercayai kita.
2) Bagian Kedua Dalam bagian kedua, pengarang menyampaikan amanatnya secara implisit. Hal ini nampak dalam kutipan berikut. (72) Pambudi tahu persis mengapa sejawatnya bisa memperoleh semua itu. Ia bekerja sama dengan Lurah, misanlnya memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton padi. Atau mereka bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi (Tohari, 2014: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Melalui kutipan di atas pengarang memberikan pesan agar jangan bekerjasama untuk melakukan kecurangan demi keuntungan pribadi dan membuat orang lain susah. (73) Kemudian dengan pandangan mata lurus Pak Dirga berkata, “Mbok Ralem, sebenarnya seorang seperti kamu tidak bisa mendapat pinjaman. Aku tahu, banyak peminjam yang mengembalikan pinjamannya saja tidak dapat, apalagi bersama bunganya. Jawablah sekarang dengan jujur, apakah dulu kau pernah meminjam padi dari lumbung?” (Tohari, 2014: 20). Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar sebagai seorang pemimpin dapat melayani dengan tulus, tidak perhitungan dan bersikap bijaksana. Sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat memperhatikan rakyatnya dengan memberikan pelayanan yang baik, terlebih kepada rakyatnya yang sedang membutuhkan pertolongan. (74) “Dengarlah, anak muda. Pertama-tama kukatakan kepadamu bahwa inilah kesempatan yang dapat kau ambil untuk mendapat keuntungan yang besar. Marilah kita bekerja sama. Kau tahu, uang yang dijanjikan Pemerintah sebesar 2.000 rupiah untuk tiap batang kelapa yang tergusur, akan lambat datangnya. Uang milik koperasi dapat kita pakai dulu untuk membayarkan ganti rugi kepada pemilik pohon kelapa. Kita tidak akan membayar 2.000 tiap batang, tetapi cukup 1.000 saja. Jadi apabila uang ganti rugi yang dijanjikan Pemerintah keluar, kitalah pemiliknya. Sementara kita menunggu, kita tebang pohon-pohon kelapa yang sudah kita bayar itu. Bayangkan, pemborong yang sedang membangun jembatan Kali Benda itu berani membayar 2.500 per batang. Wah, Pambudi, apa tidak lumayan? Bila mau, kau dapat juga membeli sepeda motor seperti Poyo. Enak, bukan?” (Tohari, 2014: 25). Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar sebagai seorang pemimpin yang telah dipercaya rakyatnya dapat bekerja dengan jujur. Selain itu, jangan mengajak orang lain untuk berbuat curang bahkan mengkorupsi uang yang bukan haknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
3) Bagian Ketiga Dalam bab ketiga, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (75) “Kalau kau ingin sembuh, janganlah ada rasa takut di hatimu, sekalipun terhadap Pak Dirga” (Tohari, 2014: 30). Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat, yakni jika memiliki suatu keinginan seseorang harus berusaha, mau menghadapi segala rintangan, dan jangan takut pada apapun. Selama apa yang dilakukan itu adalah benar, tidak perlu merasa takut. (76) “Apabila Pak Dirga bertanya dari mana kau mendapat uang jalan, katakan saja sanak famili telah memberikan bantuan kepadamu. Aku tidak ingin kausebut-sebut, mengerti, Mbok?” (Tohari, 2014: 30). Melaui kutipan di atas, pengarang mengajarkan hendak jika memberi bantuan kepada orang lain, cukup kita dan orang tersebut saja yang mengetahuinya. Tidak perlu bersikap sombong dengan mengatakan ke semua orang bahwa kita telah memberikan bantuan. (77) Seorang pemuda bernama Pambudi sedang menolong sesamanya menurut suara hatinya. Tetapi mengapa aku begitu terkesan? Apakah karena semangat fitrah seperti yang sedang diperlihatkan oleh Pambudi kini hampir musnah? Benarkah demikian? Atau kepalsuan dan kemunafikan telah membawa harkat kemanusian terjun ke dalam jurang. Atau hiruk-pikuk kehidupan sekarang telah memekakkan telinga banyak orang, sehingga sulit mendengarkan suara hati nuraninya sendiri. Atau... (Tohari, 2014: 39). Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa sikap saling tolong menolong itu sangat baik dan bijaksana, jadi harus terus dibudayakan. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
itulah sikap peduli, tenggang rasa dan tolong menolong ada baiknya untuk dibudayakan dan dibiasakan. Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit, dapat dilihat dalam kutipan berikut. (78) Hatinya dikacau oleh perasaan kasihan terhadap Mbok Ralem. Adalah pantas bila aku berbuat sesuatu untuk menolong perempuan yang sakit itu, tapi apa? pikirnya. Berjam-jam Pambudi merenung. Didengarkannya dengan sungguh-sungguh suara hatinya sendiri. Kemudian datanglah tekadnya (Tohari, 2014: 29). Melalui kutipan di atas pengarang memberikan amanat bahwa membantu seseorang yang kesulitan merupakan hal yang bijaksana, karena dapat meringankan masalah dan membuat hati seseorang senang. (79) Sejak semula pemuda itu telah bertekad hendak menolong Mbok Ralem sampai sembuh. Jadi jauh-jauh sebelumnya ia sudah memperkirakan akan mengelurakan banyak uang. Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal (Tohari, 2014: 36). Kutipan di atas mengajarkan untuk bersikap tulus dan ikhlas ketika memberikan bantuan. Selain itu, sebelum memberi bantuan hendaknya dipersiapkan dahulu dan tak lupa untuk bertanggung jawab menanggung semua resiko yang ada. Itulah tanda bahwa bantuan yang diberikan tulus dan ikhlas. (80) Setelah bersembahyang di atas sehelai koran, Pambudi merebahkan diri hendak tidur (Tohari, 2014: 40). Melalui kutipan di atas, pengarang mengajarkan untuk selalu ingat kepada Tuhan. Sesibuk apa pun, luangkan waktu sejenak untuk bertemu dengan Tuhan dalam doa. Selain itu, berdoa dapat dilakukan dimana pun dan dalam kondisi apa pun karena yang terpenting adalah niat kita untuk berdoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4) Bagian Keempat Dalam bagian keempat, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (81) Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan masyarakat melebihi ketentuan. “Kepercayaan masyarakat terhadap keutamaan pengumpulan dana semacam ini jangan sampai kita rusakkan,” kata Pak Barkah (Tohari, 2014: 44-45). Melalui kutipan tersebut, pengarang menyampaikan pesan bahwa jangan mengabaikan kepercayaan dan menyalah gunakan bantuan yang telah diberikan orang lain. Agar tidak menimbulkan kecurigaan sehingga orang lain tidak mau lagi memberikan bantuan. (82) “Juga karena kalianlah aku merasa yakin bahwa tidak sesuatu pun telah hilang dari diri kita sebagai manusia. Memang, si anu itu jarang hadir di antara kita. Dia jarang muncul di jalan-jalan, pasar, atau pabrik, bahkan kantor-kantor sekalipun. Tetapi bagaimanapun juga si anu masih ada. Kita sendiri yang baru saja membuktikannya: Kemanusiaan” (Tohari, 2014: 54). Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat bahwa seseorang memiliki hati nurani, memiliki rasa peduli terhadap sesamanya. Hanya saja perasaan itu tidak setiap saat ditunjukkan. Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (83) Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin sehingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahayang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis. Apa boleh buat! Dan Pambudi benarbenar melaksanakan kehendaknya (Tohari, 2014: 47).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kutipan di atas mengmberikan amanat bahwa jangalah berubah niat ketika akan menjalankan ibadah kepada Tuhan. Ingat lah tujuan utama kita untuk beribadah kepada Tuhan. (84) “Oh ya. Kau sedang menunggu Mbok Ralem di rumah sakit, bukan? Semua orang membicarakan hal itu. Kau hebat, Kak.” “Tidak ada yang hebat. Mbok Ralem atau siapa saja pantas mendapat pertolongan bila mendapat kesulitan. Kebetulan yang turun tangan mengantarkan Mbok Ralem ke rumah sakit adalah aku. Apanya yang luar biasa?” (Tohari, 2014: 48). Kutipan di atas memberikan amanat walaupun telah berhasil melakukan perbuatan yang hebat, janganlah merasa sombong dan tetaplah rendah hati akrena sesungguhnya semua orang dapat berbuat demikian, tergantung seseorang itu menyikapinya. (85) “Oalah, Gusti, apa yang sedang kualami ini? Oalah, Pangeran, apa yang sedang terjadi dalam hidupku ini? Sakitku telah sembuh. Itu saja sudah cukup, cukup” (Tohari, 2014: 53). Kutipan tersebut memberikan amanat agar selalu bersyukur atas apa yang telah kita terima. Bersyukurlah selalu atas apa yang telah didapatkan dan jangan selalu mengharapkan lebih.
5) Bagian Kelima Dalam bagian kelima ini pengarang menyampaikan amanatnya secara implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (86) Poyo sedang menekuni buku administrasi lumbung koperasi. Ia bukan menjadi sibuk lantaran Pambudi, sejawatnya, telah keluar. Bukan pula karena kegiatan perlumbungan meningkat. Tetapi karena Pak Dirga menghendaki perombakan total pada tata pembukuan koperasi itu, tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
peduli walaupun angka-angka di sana akan membuktikan kebohongan yang lebih gila (Tohari, 2014: 56). Melalui kutipan di atas pengarang menyampaikan amanat agar dalam bekerja seseorang dapat menerapkan kejujuran, menyampaikan hal-hal sesuai dengan kenyataannya dan tidak perlu dibuat-buat sehingga menimbulkan kebohongan. (87) “Ya. Dan Bapak tidak ingin keuntungan koperasi dipakai oleh orang lain. Artinya Bapak setuju andai kata Mbok Ralem terkubur bersama masalah kankernya, begitu?” “Lho, tidak lain maksudku supaya kau dapat membeli TV.” “Dan Bapak bisa menjadi makelar penjual batang kelapa?” (Tohari, 2014: 59). Kutipan di atas memberikan amanat sebagai seorang pemimpin hedaknya dapat bekerja dengan jujur. Jangan menggunakan hak orang lain untuk menuruti kepentingan pribadi. Seorang pemimpin itu rela berkorban demi kesejahteraan rakyatnya, dan dapat mengkesampingkan kepentingan bagi dirinya sendiri. (88) “Jempolan! Simpan buku yang kedua itu. nanti pada saat yang tepat kita akan menyebarluaskan isinya. Semua warga Tanggir akan mencap Pambudi sebagai „kelilip‟ desa” (Tohari, 2014: 60). Kutipan di atas memberikan amanat agar jangan menyebarkan perkataan yang tidak benar. Apalagi menuding orang lain yang belum tentu bersalah hanya karena rasa sakit hati terhadap orang lain. (89) Tamu itu duduk dengan takzim, menunduk, dan kesepuluh jarinya tersusun berkaitan. Kakek yang mempunyai telinga mirp milik sang Buddha itu memejamkan mata sebentar. “Jadi sampena hanya menginginkan orang yang menjadi „kelilip‟ Desa Tanggir itu menyingkir dari sana, begitu?” “Ya, hanya itu Eyang.” “Namanya?” “Pambudi” (Tohari, 2014: 61).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kutipan tersebut memberikan amanat agar janganlah percaya kepada dukun karena hal tersebut adalah perbuatan yang tercela. Percayalah hanya kepada Tuhan.
6) Bagian Keenam Dalam bagian keenam ini, pengarang mengungkapkan amanatnya secara implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (90) Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali. Ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Tetapi bagol tetap pada tekadnya, bungkam! Dan tetap bungkam ketika diancam hendak dibawa ke kantor polisi. Pambudi yang ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol (Tohari, 2014: 75-76). Kutipan di atas memberikan amanat agar jangan mudah emosi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Segala hal tidak akan ada penyelesaiannya jika dihadapi dengan emosi. Berusahalah untuk tenang dalam menghadapi permasalahan. Dengan demikian kita dapat memikirkan jalan keluar dari permasalahan tersebut. (91) Bagol disuruh pulang. Pambudi masuk kembali ke kamarnya. Ia menyumpahi dirinya, karena begitu ia menyorotkan senter ke atas meja, tampaklah majalah remaja itu. Kontan ia membayangkan pemiliknya, Sanis. Sadarlah Pambudi bahwa dirinya lemah. Ia tidak bisa berdaulat mutlak atas pribadinya sendiri. Buktinya, Sanis yang masih bocah itu dapat duduk dengan tenang dalam hati Pambudi (Tohari, 2014: 77). Kutipan di atas memberikan amanat agar tetap fokus dan kuat dalam mengahdapi suatu permasalahan karena orang yang lemah akan mudah lengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dengan demikian orang yang memiliki niat jahat akan dengan mudah mencelakai kita. (92) Sebaliknya ayah Pambudi amat cemas setelah adanya kejadian itu. Lurah memusuhi anaknya yang bungsu, yang amat disayanginya. Orang tua itu mencari penawar kebimbangan dengan duduk bersujud kepada Tuhan. Sampai menjelang fajar, ayah Pambudi belum melepaskan doanya (Tohari, 2014: 77). Kutipan di atas memberikan amanat untuk selalu berserah kepada Tuhan. Ketika sedang mengalami kesulitan cobalah berdoalah kepada Tuhan agar diberikan jalan keluar. Selain itu dengan berdoa, hati kita akan tenang sehingga dapat mencari jalan keluarnya.
7) Bagian Ketujuh Pada bagian ketujuh ini, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (93) “Ingat, ibu-ibu, apa yang baik pada Anda akan berakibat baik pula pada konduite suami Anda, dan sebaliknya. Jelasnya, konduite Anda adalah juga konduite suami Anda” (Tohari, 2014: 78). Dalam kutipan tersebut pengarang menyampaikan amanat bahwa baik buruknya sikap dan perilaku seorang individu, menunjukkan cara hidup individu tersebut dalam mematuhi suatu aturan atau norma. Sedangkan amanat yang disampaikan secara implisit, dapat dilihat dalam kutipan berikut. (94) “Kalau kau bersedia, masalah lainya dapat kuatur. Ayah Sanis sedang mengajukan permohonan kepada Bupati agar langgarnya dipugar dengan biaya Pemerintah. Tanpa aku, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Jadi ia tidak pantas menolak bila kumintai anaknya untuk dijadikan modelmu, paham?” (Tohari, 2014: 80). Kutipan di atas mengungkapkan amanat bahwa sebagai seseorang yang memiliki kekuasaan hendaknya jangan menggunakan kekuasaan tersebut untuk kepentingan pribadi. Apa lagi mendesak orang lain untuk melakukan sesuatu untuk kepentingan pribadi. (95) Pak Dirga sengaja memberikan tekanan yang nyata pada kata “Bambang”, supaya rasa waswas di hati istrinya lenyap. Padahal batin Lurah Tangir itu berkata, “Kalau kamu sendiri berkata bahwa Sanis cantik, mestikah aku berkata sebaliknya? Dengar kata Eyang Wira tentang pisang apupus cinde. Sanis adalah pisang apupus cinde itu, dan aku adalah lurah di Desa Tanggir ini.” (Tohari, 2014: 91). Kutipan di atas memberikan amanat yakni sebagai pasangan hendaknya selalu setia pada pasangannya. Jangan menyakiti hati pasangan dengan berbohong untuk mengikuti hawa nafsu belaka.
8) Bagian Kedelapan Dalam bagian kedelapan, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (96) Beberapa hari yang lalu ayah Pambudi pergi ke Balai Desa. Ia hendak meminta surat-surat yang diperlukan untuk mengajukan permohonan kredit bimas. Orang tua itu dibiarkan menunggu lama sekali, sedangkan Pak Dirga enak-enak saja merokok bersama Poyo. Ketika akhirnya Lurah mau melayani ayah Pambudi, berkata dengan nada yang amat menyakitkan, “Kenapa sampean minta surat keterangan kepadaku, dan bukan ke Redaksi harian Kalawarta di Yogya? (Tohari, 2014: 92). Kutipan di atas memberikan amanat bahwa sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat melayani dengan tulus dan ikhlas. Jangan membiarkan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
yang sedang membutuhkan pertolongan menunggu terlalu lama dan dibiarkan begitu saja tanpa mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Selain itu dalam bekerja hendaknya harus profesional. Jangan membawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan, sehingga menggangu kinerja kita. (97) “Turutilah tutur kata para orang tua: Wani ngalah, luhur wekasane. Berani mengalah, menjadikan kita luhur pada akhirnya.” (Tohari, 2014: 93) Dalam kutipan di atas, pengarang memberikan pesan bahwa seseorang yang berani mengalah, kelak ia akan mendapatkan kemenangan pada akhirnya. Dengan mengalah bukan berarti kalah. Namun mengalah menunjukkan pribadi yang menang karena ia berhasil mengalahkan lawannya dengan sikap sabar dan mau mengalah. (98) “Terkadang kita ingin segera mengenakan baju besi, memanggul tombak, dan lari menantang musuh. Tetapi ingat, hanya Arjuna yang kecil yang dapat mengalahkan Nirwatakawaca yang raksasa. Hanya si kecil Daud yang bisa menang atas Goliat. Semua cerita lama. Bukti kebenaran kataku itu adalah apa yang telah kaualami sendiri. Aku percaya bulat, kau punya itikad yang bening di desamu sendiri. Kau menginginkan kemajuan yang sehat, kau memikirkan perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Kau hendak membawa surat dan nilai-nilai pembaharuan ke tengah kalangan orang-orang yang memiliki pengetahuan dasar tentang pembangunan pun belum. Akibatnya kau sendiri yang jatuh, bukan?” (Tohari, 2014: 100). Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat bahwa terkadang usaha dan niat baik yang ingin dilakukan tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada hambatan dan rintangan yang dihadapi. Namun, jika terus berusaha dan sabar pasti niat baik tersebut dapat terwujud. (99) “Pokoknya sudahlah, Pam. Semuanya telah terjadi. Bukan memandang ke belakang yang harus kaulakukan sekarang, tetapi ke depan. Inilah saatnya kau mempercayai kata-kata seorang admiral yang sedang menghadapi pemberontakan anak buahnya sendiri, „I have not begun to fight yet‟. Kau belum cukup mempunyai modal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
untuk menantang berkelahi kepalsuan dan kemunafikan yang terjadi di desamu” (Tohari, 2014: 100). Melalui kutipan di atas, pengarang menyampaikan amanat bahwa segalanya yang telah terjadi tidak perlu disesali. Tidak ada gunanya untuk menyesali hal yang telah dilakukan. Lebih baik siapkan strategi untuk menyusun langkah ke depan. Selain itu, pengarang juga memberikan amanat berupa ajaran untuk selalu mempersiapkan diri jika hendak melakukan suatu hal.
9) Bagian Kesembilan Dalam bagian kesembilan ini, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (100) Penampilan pertama kali harus memberi kesan yang pantas, begitu kata orang. Pambudi mempercayai hal itu. Maka ketika hendak berangkat menemui Nyonya Wibawa, Pambudi mengenakan pakaian yang paling baru. Sepatunya disemir, rambutnya disisr ke belakang supaya tidak tampak terlalu gondrong (Tohari, 2014: 107). Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa orang lain dapat menilai seseorang dari cara berpenampilannya. Oleh sebab itu, penampilan akan mempengaruhi kesan pertama dan penilaian orang lain terhadap diri seseorang. (101) “Bagaimana dengan rencanaku untuk meneruskan sekolah, bila aku direpotkan oleh urusan Lurah Tanggir dan si Poyo itu. Biar, ya biarlah. Demi kepentinganku sendiri untuk kembali ke sekolah, aku harus diam. Masih ada mahkamah yang lebih tinggi, Tuhan pribadi yang akan menjadi hakim. Mudah-mudahan saja tidak semua orang Tanggir menganggap diriku sebusuk itu.” (Tohari, 2014: 116).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan pesan bahwa tidak perlu cemas ketika kita dihakimi oleh orang lain karena ada Tuhan yang maha tahu. Tuhan tahu perbuatan setiap yang telah diperbuat oleh umatNya, dan Tuhan lah yang dapat menilainya. (102) “Apakah suratku sampai, Kak?” tanya Sanis, suaranya datar dan beku. Bahkan sinar mata Sanis tidak menerjemahkan kejujuran. Kalau Pambudi percaya akan kata-kata orang tua bahwa sikap lahir adalah utusan sikap batin (Tohari, 2014: 117). Dalam kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa apa yang terpancar dalam gerak-gerik seeorang,
itulah sesungguhnya yang sedang
dirasakan atau yang ingin dikatakan. Jadi walaupun seseorang berkata tidak jujur, hal tersebut sebenarnya dapat terlihat melalu gerak-geriknya. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit, dapat dilihat dalam kutipan berikut. (103) “Entahlah, Mul, aku tak bisa memutuskannya sekarang. Yang penting, kita telah bersahabat. Persahabatan tidaklah sesempit kotakkotak teka-teki silang, bukan?” (tohari, 2014: 113). Kutipan di atas memberikan pesan bahwa persahabat itu luas. Persahabat tidak hanya terjalin hanya saat itu saja. Persahabat dapat terjalin selamanya, tidak mengenal waktu dan tempat.
10) Bagian Kesepuluh Dalam bagian kesepuluh, pengarang menyampaikan amanatnya secara implisit. Hal ini nampak dalam kutipan berikut. (104) Tentang Pambudi. Bambang yakin bahwa bisik-bisik buruk yang menjelek-jelekkan pemuda Tanggir itu palsu belaka. Ia merasa wajib
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
membelanya, setidak-tidaknya ia harus berbicara dengan Pambudi (Tohari, 2014: 128). Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat agar selalu membela kebenaran. Akan tetapi juga harus dilandasi dengan bukti yang benar dan sesuai dengan kenyataannya. (105) Untuk menjumpai Pambudi di Yogya, Bambang harus menemui orang tua pemuda itu lebih dulu. Tak disangka ayah Pambudi terangteragan menolak memberikan alamat anaknya. Dengan susah payah Bambang meyakinkan orang tua itu bahwa ia sama sekali tidak bermaksud buruk terhadap Pambudi (Tohari, 2014: 128) Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa jangan menolak penjelasan seseorang sebelum mendengarkan penjelasan dari orang tersbeut. Jangan berburuk sangka terhadap orang lain. Dengarkan dulu penjelasan dari orang lain, sebelum mengambil tindakan.
11) Bagian Kesebelas Dalam bagian kesebelas ini, pengarang menyampaikan amanatnya secara implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (106) Selesai sembahayang Pak Dirga selalu singgah ke rumah orang tua Sanis yang memang bersebelahan dengan surau itu. Kepada Pak Modin, Lurah Tanggir sekarang memanggil “Pak”, dan sikapnya penuh dengan tata krama. Kalau anak gadis tuan rumah keluar menghidangkan teh dan kue-kue, Pak Dirga berpura-pura bertanya ini dan itu kepada ayahnya. Atau ia mendadak menyalakan rokok. Padahal dengan lirikan sekilas ia menikmati betis dan tengkuk Sanis yang telah mengundang air liurnya (Tohari, 2014: 135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan amanat bahwa jangan berpura-pura baik di hadapan orang lain hanya ketika memiliki maksud tertentu. Berbuat baik kepada semua orang kapan pun dan di mana pun. (107) Bu Runtah sadar sepenuhnya bahwa suamninya telah enam kali menikah sebelum mengawininya. Tetapi perempuan itu berharap Pak Dirga tidak akan mencari istri yang kedepalan. Dan terbukti sekarang, harapannya kosong belaka (Tohari, 2014: 140). Kutipan di atas memberikan pesan bahwa terkadang kenyataan tidak selalu sesuai degan harapan. Pertimbangkan terlebih dahulu tindakan yang akan diambil sebelum menyesal kemudian karena penyesalan selalu datang di akhir.
12) Bagian Kedua Belas Dalam bagian kedua belas ini, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (108) “Seorang pejabat tua seperti Ayah ini harus arif bila hendak menerapkan hukum terhadap suatu masalah. Masih banyak segi lain yang patut kita pertimbangkan sebelum kita memutuskan hendak menempuh jalan hukum” (Tohari, 2014: 155). Kutipan di atas memberikan amanat bahwa seorang pejabat hendaknya bersikap arif dan bijaksana dalam menghadapi suatu masalah. Terlebih jika masalah tersebut akan ditempuh melalui jalur hukum. Perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh dan diperlukan kebijaksanaan untuk memecahkan masalah tersebut. (109) “Maaf, Ayah, yang namanya kebijaksanaan selalu muncul dari kewenangan. Patokannya sangat subjektif dan baur. Kebijaksanaan tidak akan menyelesaikan masalah ini dengan tuntas. Ia hanya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
menggeser masalah itu ke samping, bukan menyelesaikannya sama sekali.” (Tohari, 2014: 155). Melalui kutipan di atas, pengarang memberikan pesan bahwa kebijaksanaan juga harus dilandasi oleh ketegasan. Jika hanya bersikap bijaksana tanpa adanya sikap tegas, maka semuanya akan sia-sia. Oleh sebab itulah seorang pejabat selain bijaksana juga harus tegas dalam mengambil setiap tindakan.
13) Bagian Ketiga Belas Dalam bagian ketiga belas, pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit. Amanat yang disampaikan pengarang secara eksplisit dapat dilihat dalam kutipan berikut. (110) Sampai di rumah, kakak perempuan dan ibunya menyambutnya dengan tangis. Tetapi Pambudi tetap tenang. Ia sangat yakin bahwa kematian adalah sekadar proses alami yang langsung dikendalikan oleh Tuhan dari arasy (Tohari, 2014: 159). Kutipan di atas menyampaikan amanat bahwa kematian adalah sebagian proses dari kehidupan, dan kematian merupakan kehendak dari Tuhan. Berusahalah ikhlas ketika dihadapkan pada kejadian ini, karena hidup mati seseorang adalah kehendak Tuhan. (111) “Mul, bagaimana aku dapat mengetahui masalah yang kau maksud, bila kau sendiri tidak mengatakannya?” (Tohari, 2014: 166). Kutipan di atas memberikan amanat bahwa orang lain tidak akan mengerti yang sedang kita rasakan jika kita tidak mengatakannya secara terus terang kepada orang tersebut. Kutipan di atas memberikan pesan untuk berani berterus terang dan berani untuk berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Amanat yang disampaikan pengarang secara implisit, dapat dilihat dalam kutipan berikut. (112) Sakitnya kehilangan seorang kekasih, sakitnya menghadapi kenyataan bahwa dirinya tidak cukup berharga di mata anak Pak Modin itu. Lebih sakit daripada menerima dakwaan melarikan uang milik koperasi Desa Tanggir. Untung, ia berangsur-angsur dapat melupakan kesusahannya dengan bersikap terbuka. Pambudi waktu itu menceritakan dengan terus terang kepada Paka Barkah apa yang baru saja dialaminya (Tohari, 2014: 158). Kutipan di atas memberikan amanat bahwa bersikap terbuka, menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi, dapat mengurangi beban yang sedang dihadapi seseorang. Dengan saling berbagi, antar individu dapat bertukar pikiran dan berbagi cerita sehingga bebannya dapat sedikit berkurang. (113) Banyak orang hadir melayat kematian itu. Lurah yang baru tidak ketinggalan. Pengganti Pak Dirga masih sangat muda, belum beristri, Hadi namanya. Pemuda itu berijazah STM. Menurut pandangan skilas Hadi akan mampu membawa perbaikan-perbaikan di Tanggir. Ia juga sadar apa dan bagaimana pemuda Tanggir yang bernama Pambudi itu. Maka pada waktu datang melayat kematian ayah Pambudi, lurah baru itu berlaku hormat terhadap tuan rumah (Tohari, 2014: 160). Kutipan di atas memberikan amanat dengan turut berduka cita dan pergi melayat saudara yang telah meninggal mencerminkan sikap solidaritas terhadap sesama yang sedang mengahdapi kesedihan. Selain itu, dengan memberikan dukungan moral dapat pula meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. (114)
“Aku seorang pemuda biasa yang berumur 27 tahun. Tak ada yang kurang dari pada diriku, untuh dan sehat. Apa yang dirasakan oleh Mulyani, aku pun merasakannya pula. Rasa cinta tidak mati meskipun aku telah dikhianatinya. Apa salahnya kalau kuakui bahwa Mulyani segar dan lembut. Apa salahnya kalau aku berkata bahwa sudah lama aku tertarik padanya. Tetapi yang kutampilkan adalah sikap kemunafikan. Tak ada rasa rendah diri padaku terhadap Mulyani, karena ia sangat kaya. Tidak ada juga rasa angkuh. Yang ada hanyalah suara akal sehat. Dengan sungguh-sungguh aku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
berusaha supaya aku tidak jatuh cinta kepada Mulyani, karena tentang cinta aku berperndirian sangat kolot: Rasa cinta hanya tersedia buat bekal perkawinan. Nah, aku hendak mengawini Mulyani? Oh, seribu perbedaan harus kusingkirkan sebelum aku memutuskan berbuat demikian. “Cinta tidak akan lestari bila berjalan terlalu jauh dari kenyataan.” (Tohari, 2014: 169). Kutipan di atas memberikan amanat, yakni walaupun telah disakiti berkali-kali, seseorang akan selalu merasakan yang namanya cinta karena cinta akan selalu memaafkan. Selain itu, dalam kutipan di atas juga memberikan amanat bahwa rasa cinta akan hilang bila hanya dibiarkan begitu saja. Tanpa adanya tindakan yang nyata, maka rasa cinta perlahan akan memudar. Maka cobalah untuk berterus terang terhadap perasaan yang dirasakan kepada orang lain.
Berdasarkan hasil analisis amanat melaui teknik penyampaian amanat secara eksplisit dan implisit, dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahamad Tohari ini pengarang lebih dominan menyampaikan amanatnya secara implisit. Dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari terdapat 18 kutipan yang menunjukkan amanat yang disampaikan melalui teknik eksplisit. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (68), (75), (76), (77), (81), (82), (93), (96), (97), (98), (99), (100), (101), (102), (108), (109), (110), (111). Untuk amanat yang disampaikan dengan teknik implisit terdapat 29 kutipan. Hal terdapat dalam kutipan (69), (70), (71), (72), (73), (74), (78), (79), (80), (83), (84), (85), (86), (87), (88), (89), (90), (91), (92), (94), (95), (103), (104), (105), (106), (107), (112), (113), (114). Berdasarkan hasil secara keseluruhan baik dari penyampaian amanat secara eksplisit maupun secara implisit, peneliti menemukan banyak amanat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Amanat yang terdapat dalam novel tersebut anatara lain sebagai berikut. 1.
Seorang pemimpin dapat berlaku adil kepada warganya dan bersikap bijaksana, serta bertindak tegas dalam menghadapi sebuah permasalahan, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (108) dan (109).
2.
Seorang pemimpin bersedia melayani dengan tulus dan ikhlas, memberikan bantuan kepada warganya yang membutuhkan pertolongan tanpa pilih kasih dan perhitungan, pernayataan tersebut didukung dengan kutipan (73), (96).
3.
Sebagai seorang pemimpin yang telah dipercayai oleh rakyatnya sebaiknya dapat bersikap jujur, adil, tidak mengambil keutungan untuk dirinya sendiri, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (74), (86), (87).
4.
Seorang pemimpin jangan berlaku seenaknya sendiri, menggunakan kekuasaannya
untuk
memaksakan keinginannya,
pernyataan tersebut
didukung dengan kutipan (94) 5.
Ketika hendak menolong orang lain haruslah ikhals dan bertanggug jawab, mau menanggung kemungkinan yang tidak terduga, pernyataan ini didukung dengan kutipan (79).
6.
Dengan mengalah bukan berarti kalah, dengan berani mengalah justru membuat diri kita menjadi menang dan berjiwa besar, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (97).
7.
Niat baik yang dilakukan tidak selalu berjalan dengan lancar, tetap semangat dan teruslah berjuang, dan pasrah kepada Tuhan. Jangan lihat ke belakang dengan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, tetapi lihat ke depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (98), (99), (92). 8.
Ketika dihakimi, tidak perlu khawatir dan cemas. Serahkan semua kepada Tuhan karena Tuhan tahu semua yang perbuatan yang telah dilakukan umatNya, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (101).
9.
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan. Sikap solidaritas, peduli, dan tolong menolong baik jika dikembangkan dalam masyarakat, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (77), (82), (113).
10. Jika memiliki masalah, berusaha untuk terbuka dan berani untuk berbicara. Jangan diam saja dan meminta orang lain untuk menebak. Dengan terbuka kepada orang lain dapat membuat beban yang dirasakan seseorang dapat sedikit berkurang, pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (111), (112). 11. Cinta akan selalu memaafkan. Walau telah disakiti, rasa cinta akan tetap hidup di hati setiap orang. Jika mecintai seseorang, berusahalah untuk segera mengungkapkannya. Rasa cinta yang dipendam begitu saja, tanpa adanya tindakan kemungkinan dapat pudar. Pernyataan tersebut didukung dengan kutipan (114). Berdasarkan hasil analisis amanat melalui teknik penyampaian amanat secara eksplisit dan implisit dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa amanat dalam novel ini adalah jadilah seorang pemimpin yang jujur dan bijaksana, jangan mementingkan keinginan pribadinya. Selain itu, novel ini juga mengajarkan untuk berani bertindak untuk menegakkan kebenaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
5.
Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima, serta sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data (Sanjaya, 2012: 199). Pada tahap ini, siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan jawaban tersebut berdasarkan data yang telah ditemukan dalam tahap pengumpulan data. Tentu saja jawaban yang diberikan juga disertai dengan kebenarannya berupa bukti yang ditemukan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Dalam tahap ini, guru dapat mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data dan pembuktian data yang ditemukan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
6.
Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam proses
pembelajaran menggunakan metode inkuiri. Guru dapat membimbing siswa untuk merumuskan kesimpulan yang tepat berdasarkan data yang telah ditemukan dan dianalisis. Dalam langkah ini, guru dapat meminta siswanya untuk merumuskan kesimpulan dari hasil analisis tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Setelah menganalisis tema dan novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari secara keseluruhan, maka kini dapat disimpulkan tema dan amanatnya. Berdasarkan hasil analisis tema novel Di Kaki Bukit Cibalak dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa terdapat dua tema dalam novel tersebut. Tema yang pertama adalah mengenai konflik perseteruan antara pemuda desa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dengan lurah desanya. Konflik tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pandang kedua pihak dalam menyikapi sebuah permasalaan dan dikarenakan perbedaan sifat kedua pihak tersebut. Tema keduanya bertema tentang percintaan antara lakilaki dan perempuan. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan pula bahwa novel ini termasuk dalam pengklasifikasian jenis tema fisik, jenis tema sosial, jenis tema egoik (reaksi pribadi). Selain itu, terdapat pula jenis tema mayor (tema utama) dan tema minor (tema tambahan) dalam novel tersebut. Tema mayornya adalah konflik sosial antara pemuda desa dengan lurah desanya. Untuk tema minornya adalah tentang percintaan antara laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam cerita. Berdasarkan hasil analisis amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak dapat disimpulkan secara keseluruhan (baik penyampaian amanat secara eksplisit maupun implisit) terdapat banyak amanat yang ditemukan dalam novel tersebut, yakni sebagai berikut. (1) Jadilah seorang pemimpin yang adil, bijaksana, bekerja dengan jujur, dan yang selalu mementingkan kesejahteraan rakyatnya. (2) Jadilah pribadi yang peduli, bertanggung jawab, berani untuk mengukapkan kebenaran, jangan takut terhadap apapun dan mau terus berusaha. (3) Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan. Sikap solidaritas, peduli, dan tolong menolong baik jika dikembangkan dalam masyarakat. (4) Beranilah untuk berkata jujur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
C. Langkah-Langkah Praktis Penerapan Metode Inkuiri dalam Mencari Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2012). Berikut akan disampaikan langkah-langkah praktis untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari dengan menggunakan metode inkuiri. 1.
Orientasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam bagian orientasi adalah : a.
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
b.
Guru menyajikan novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
c.
Guru meminta siswa untuk menentukan isi ringkas novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
2.
Merumuskan masalah Dalam langkah ini siswa merumuskan sendiri rumusan masalah yang akan
mereka bahas. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam bagian rumusan masalah sebagai berikut. a.
Siswa diminta untuk mengidentifikasi tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
b.
Siswa diminta untuk menentukan tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yang disajikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
3.
Merumuskan hipotesis Pada langkah ini siswa diminta untuk memberikan jawaban sementara.
Pemberian jawaban dapat dilakukan dengan cara siswa memberikan pendapat mengenai tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Guru dapat membantu siswa mengemukakan pendapatnya dengan cara memberikan stimulus berupa pertanyaan, sehingga dapat merespons siswa untuk memberikan jawaban.
4.
Mengumpulkan data Dalam langkah ini siswa mengumpulkan data terkait tema dan amanat yang
terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Hal tersebut dapat dilihat dalam langkah berikut. a.
Siswa mengumpulkan data tentang tema dan amanat yang terkandung dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
5.
Menguji hipotesis Pada tahap ini siswa diminta untuk memberikan jawaban serta membuktikan
jawaban tersebut berdasarkan data yang telah ditemukan dalam tahap pengumpulan data. Jawaban yang diberikan juga disertai dengan kebenarannya berupa bukti yang ditemukan. Dalam tahap ini, guru dapat mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data dan pembuktian data.
6.
Merumuskan kesimpulan
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam langlah ini sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
a.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
b.
Siswa didampingi oleh guru merumuskan kesimpulan dari hasil diskusi mengenai tema dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
Dengan adanya langkah-langkah praktis tersebut, kiranya dapat mempermudah guru menerapkan metode inkuiri dalam pengajaran sastra dengan novel sebagai media pembelajarannya.
D. Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran (Salinan Permendikbud No. 22 Tahun 2016). Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Majid, 2014: 207). Berikut merupakan silabus yang digunakan dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Silabus ini diterapkan untuk siswa SMA kelas XII semester II. Silabus dapat dilihat di bagian lampiran.
E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD) (Permendikbud No. 22 Tahun 2016). Dengan kata lain, RPP dapat dikatakan sebagai sebuah rancangan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar tatap muka. Berikut merupakan RPP yang digunakan untuk pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari untuk siswa SMA kelas XII semester II. Dalam materi yang diajarkan, peneliti memilih bagian kesembilan novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari sebagain bagian yang akan dianalisis oleh siswa karena bagian kesembilan ini mudah untuk dipahami ceritanya. Hal tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk mencari tema dan amanat dalam novel tersebut. RPP dapat dilihat di bagian lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi metode inkuiri terhadap pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagi siswa kelas XII semester II dapat dilakukan melalui langkah-langkah yang terdapat dalam metode inkuiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat langkah dari metode inkuiri, yaitu (a) orientasi, (b) merumuskan masalah, (c) mengumpulkan data, (d) merumuskan kesimpulan. Hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah dalam menguikuti proses pembelajaran dengan metode inkuiri. Selain itu, agar waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran tidak terlalu lama. Melalui langkah pertama, yaitu orientasi, guru memberikan gambaran terlebih dahulu mengenai novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari kepada siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk membaca novel tersebut dan membuat ringkasan cerita. Dalam langkah kedua, yaitu merumuskan masalah, siswa dibantu oleh guru merumuskan permasalah yang akan dibahas, yaitu mengidentifikasi tema, jenis tema, dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Selanjutnya, langkah ketiga, mengumpulkan data, siswa diminta untuk mencari data terkait dengan rumusan masalah yang diberikan guru kepada siswa kemudian data tersebut dianalisis. Langkah terakhir
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
adalah merumuskan kesimpulan. Dalam langkah ini siswa membuat kesimpulan dari data yang telah ditemukan. Guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan yang tepat berdasarkan data yang telah ditemukan dan dianalisis. Berkaitan dengan pembelajaran sastra di sekolah, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran di sekolah, khususnya bagi siswa SMA kelas XII semester II. Materi yang dipilih dalam penelitian ini sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam kurikulum 2013, yaitu pada KD 3.3, tentang menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan. Implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran sastra untuk mencari tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari menunjukkan bahwa dengan metode pembelajaran inkuiri mampu membuat peserta didik untuk terlibat aktif dalam setiap proses pembelajarannya.
B. Implikasi Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan untuk menemukan tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari dapat dijadikan materi pembelajaran di kelas. Dengan adanya penjelasan mengenai kriteria dalam menentukan tema, diharapkan dapat membantu siswa untuk menentukan tema dalam sebuah karya sastra. Begitu pula dengan cara menentukan amanat. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai cara menentukan amanat dalam sebuah karya sastra, hal tersebut dapat membantu siswa dalam menentukan amanat dalam sebuah karya sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Dengan adanya langkah praktis penerapan metode inkuiri dalam mencari tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari, dapat membantu guru untuk menerapkan metode pembelajaran tersebut di kelas. Hal tersebut bertujuan memberikan inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, dengan adanya metode yang baru dan bervariasi, akan mendorong siswa untuk lebih giat dan bersemangat dalam belajar dan menumbuhkan minta membaca siswa.
C. Saran Setelah melihat hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang diberikan peneliti bagi beberapa pihak, sebagai berikut. 1.
Bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia hendaknya dapat lebih selektif dalam memilih media pembelajaran terutama dalam menyampaikan materi mengenai sastra. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih bahan bacaan sebagai media pembelajaran seperti novel yang dapat menarik minat belajar siswa. Selain itu, ada baiknya bila seorang guru dapat menguasai materi, dan mampu memilih metode pengajaran yang tepat, sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal tersebut dapat membuat siswa bersemangat dan lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas.
2.
Bagi guru pada umumnya kiranya metode pembelajaran inkuiri dapat memberikan inovasi dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas. Selain itu, dapat pula mengembangan metode pembelajaran lainnya agar lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
bervariasi,
sehingga
suasana
belajar
mengajar
di
kelas
menjadi
menyenangkan dan tidak membosankan. 3.
Bagi peneliti lain, kiranya ada yang dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang berbeda. Selain itu, peneliti menyarankan agar peneliti lain dapat mengangkat masalahmasalah baru sebagai objek penelitiannya. Subjek penelitian yang digunakan disarankan dapat dikembangkan lagi, misalnya dengan menggunakan teks cerpen, puisi, dan teks sastra yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
DAFTAR PUSTAKA Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group. Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ardi, Bahrudi. 2013. “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN 5 Mayonglor Kabupaten Jepara”. Skripsi. Semarang: PGSD, FKIP, Universitas Negeri Semarang. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka. Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Lalong, Maria Srilestari Handayani. 2015. “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Pondok Baca Kembali ke Semarang Karya Nh. Dini untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. http://bsnp-indonesia.org/wpcontent/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor022_Lampiran.p df. Diakses pada 3 Agustus 2016, pukul 19.00 WIB. Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosdakarya. Nasir, Moh. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Galia Indah. Ngaga, Delsiana Yos Sudarso. 2015. “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Alur dan Tokoh Novel Hilangnya Halaman Rumahku Karya Gregorius Budi Subanar untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Semi, Atar. 1984. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa. Setiarini, Indah Wukir dan M. G. Santi Artini. 2015. Cakap Berbahasa Indonesia 3 Kelas XII SMA. Bogor: Yudhistira. Shoimin, Aris. 2013. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Siregar, Eveline. dan Nara Hartini. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Sudjiman. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tarigan, Henry Guntur. 2012. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tohari, Ahmad. 2014. Di Kaki Bukit Cibalak. Jakarta: Gramedia. Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenamedia Group. Uno, B. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Silabus SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Satuan Pendidikan
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/II
Materi Pokok
: Menganalisis Isi Novel
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar
Materi Pokok
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa. 2.5 Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam menggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan
1. Unsur instrinsik dan ekstrinsik novel. 2. Kriteria dalam menentukan tema sebuah novel. 3. Jenis/klasifikasi tema. 4. Cara dalam menemukan amanat novel. 5. Menentukan tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak.
Sumber Belajar 1. Laptop, LCD Mengamati Sikap : 1. Peserta didik mencari Observasi 2 x 45 Projektor tahu sendiri materi yang Sikap spiritual, menit (2 JP) 2. Buku siswa akan dipelajari mengenai 3. Novel Di perilaku jujur, unsur intrinsik dan Kaki Bukit peduli, santun, ekstrinsik novel, kriteria Cibalak tanggung jawab. dalam menentukan tema karya novel, jenis/klasifikasi Pengetahuan : Ahmad tema, cara dalam Tes Tohari menemukan amanat tertulis/lisan/penugasan bagian novel, unsur kebahasaan tentang kesembilan dalam cerita fiksi novel. Pembelajaran
Penilaian
Alokasi Waktu
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyajikan cerita fiksi dalam novel. 3.3 Menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan. 4.3 Menyunting teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.
6. Unsur kebahasaan dalam teks cerita fiksi dalam novel berupa frasa.
2. Guru membagikan teks novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan. Menanya 1. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik novel. 2. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang unsur tema dan amanat, meliputi kriteria dalam menentukan tema, jenis/klasifikasi tema, cara dalam menentukan amanat dalam novel. 3. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang kebahasaan cerita fiksi dalam novel.
Mengidentifikasi unsur tema novel Di Kaki Bukit Cibalak bagian kesembilan berdasarkan kriteria menetukan tema. Menentukan jenis/klasifikasi tema yang digunakan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak bagian kesembilan. Mengidentifikasi unsur amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak bagian kesembilan secara implisit dan eksplisit dan disertai dengan bukti. 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang tema, jenis/klasifikasi tema, dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Mengumpulkan Informasi 1. Peserta didik mengemukakan unsur intrinsik, ekstrinsik, dan kebahasaan dalam novel. 2. Peserta didik menentukan kriteria dalam menentukan tema dan amanat, serta jenis/klasifikasi tema dalam sebuah novel
Menemukan kalimat yang tidak efektif dan kata-kata yang tidak baku dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak bagian kesembilan dengan memberikan pembenarannya. Keterampilan : Unjuk kerja kemampuan menyampaikan hasil diskusi mengenai pemahaman unsur tema dan amanat dalam cerita fiksi novel.
Menalar/Mengasosiasi 1. Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri atas empat orang. 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Peserta didik diminta menganalisis tema, jenis/klasifikasi tema, amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara lisan maupun tertulis. 3. Peserta didik diminta mengidentifikasi unsur kebahasaan yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara lisan maupun tertulis. 4. Peserta didik diminta berdiskusi dalam kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mengomunikasikan Peserta didik menyampaikan hasil diskusi bersama kelompok secara lisan di depan kelas dan dikumpulkan.
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 2. RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
: XII/II
Materi Pokok
: Menganalisis Isi Novel
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar
Indikator
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
1.1.1 Peserta didik mampu bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. 1.1.2 Peserta didik mampu mensyukuri kemampuan setiap individu dalam mengendalikan diri. 1.1.3 Peserta didik mampu mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu. 2.5.1 Peserta didik mampu menunjukkan perilaku jujur melalui tindakan dan ucapannya. 2.5.2 Peserta didik mampu menunjukkan perilaku peduli terhadap lingkungan sekitar dan teman. 2.5.3 Peserta didik mampu menunjukkan perilaku santun melalui perilaku dan ucapan. 2.5.4 Peserta didik mampu menunjukkan perilaku tanggung jawab saat mengumpulkan tugas. 3.3.1 Peserta didik mampu mengemukakan unsur instrinsik dan ekstrinsik novel secara lisan
2.5 Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam menggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan cerita fiksi dalam novel.
3.3 Menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
melalui lisan maupun tulisan.
4.3 Menyunting teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.
maupun tulisan. 3.3.2 Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur tema dan amanat dalam novel berdasarkan kaidahnya secara lisan lisan maupun tulisan. 3.3.3 Peserta didik mampu menganalisis unsur tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan berdasarkan kaidahnya secara lisan maupun tulisan. 4.4.1 Peserta didik mampu menyunting teks cerita fiksi dalam novel secara lisan maupun tulisan.
C. Tujuan Pembelajaran 1.
Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan sikap bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa dengan cara berdoa.
2.
Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan sikap mensyukuri kemampuan setiap individu dalam mengendalikan diri dengan menghargai pekerjaan teman.
3.
Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan sikap mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
4.
Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan perilaku jujur melalui tindakan dan ucapannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
5.
Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan perilaku peduli terhadap lingkungan dan temannya.
6.
Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan perilaku santun melalui perilaku dan ucapannya.
7.
Selama dan setelah proses pembelajaran, peserta didik dapat menunjukkan perilaku tanggung jawab dengan tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
8.
Peserta didik dapat mengemukakan unsur instrinsik dan ekstrinsik novel secara lisan maupun tulisan.
9.
Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur tema dan amanat dalam novel berdasarkan kaidahnya secara lisan lisan maupun tulisan.
10. Peserta didik dapat menganalisis unsur tema dan amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan berdasarkan kaidahnya secara lisan maupun tulisan. 11. Peserta didik mampu menyunting teks cerita fiksi dalam novel secara lisan maupun tulisan.
D. Materi Pembelajaran 1. Unsur instrinsik dan ekstrinsik novel. 2. Kriteria dalam menentukan tema sebuah novel. 3. Jenis/klasifikasi tema. 4. Cara dalam menemukan amanat novel. 5. Menentukan tema dan amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak 6. Unsur kebahasaan dalam teks cerita fiksi dalam novel berupa frasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
E. Media, Alat/Bahan, dan Sumber Pembelajaran 1. Media Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan 2. Alat/Bahan Laptop, LCD Projektor, papan tulis, fotocopy novel Di Kaki Bukit Cibalak bagian kesembilan. 3. Sumber Pembelajaran Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Setiarini, Indah Wukir dan M. G. Santi Artini. 2013. Cakap Berbahasa Indonesia 3 Kelas Kelas XII SMA. Bogor: Yudhistira. Sudjiman. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Tohari, Ahmad. 2014. Di Kaki Bukit Cibalak. Jakarta: PT. Gramedia. Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press.
F. Metode Pembelajaran Pendekatan Saintifik Metode Inkuiri Strategi/teknik pembelajaran dengan penugasan, dan presentasi.
ceramah, diskusi, tanya jawab,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran No. 1.
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Kegiatan awal a. Orientasi Guru menyapa peserta didik, kemudian peserta didik menjawab. Salah satu peserta didik diminta untuk memimpin doa. Guru mengecek kehadiran peserta didik. b. Apersepsi Guru bertanya pada peserta didik tentang materi yang sudah pernah dipelajari. Guru menghubungkan materi yang sudah pernah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari. c. Motivasi Guru memberikan dorongan pada peserta didik agar melakukan proses belajar mengajar dengan penuh semangat.
2.
d. Pemberian Acuan Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dibahas. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kegiatan Inti a. Mengamati Peserta didik mencari tahu sendiri materi yang akan dipelajari mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik novel, kriteria dalam menentukan tema novel, jenis/klasifikasi tema, cara dalam menemukan amanat novel, unsur kebahasaan dalam cerita fiksi novel. Guru membagikan teks novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan
Alokasi Waktu 15 Menit
4 Menit
4 Menit
3 Menit
4 Menit
65 Menit
5 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
b. Menanya Peserta didik melakukan tanya jawab tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik novel. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang unsur tema dan amanat, meliputi kriteria dalam menentukan tema, jenis/klasifikasi tema, cara dalam menentukan amanat dalam novel. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang kebahasaan cerita fiksi dalam novel. Peserta didik melakukan tanya jawab tentang tema, jenis/klasifikasi tema, dan amanat yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. c. Mengumpulkan Informasi Peserta didik mengemukakan unsur intrinsik, ekstrinsik, dan kebahasaan dalam novel. Peserta didik menentukan kriteria dalam menentukan tema dan amanat, serta jenis/klasifikasi tema dalam sebuah novel. d. Menalar/Mengasosiasi Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri atas empat orang. Peserta didik diminta menganalisis tema, jenis/kasifikasi tema, amanat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara lisan maupun tertulis. Peserta didik diminta mengidentifikasi unsur kebahasaan yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara lisan maupun tertulis. Peserta didik diminta berdiskusi dalam kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
3.
e. Mengomunikasikan Peserta didik menyampaikan hasil diskusinya bersama kelompok secara lisan di depan kelas dan dikumpulkan. Penutup Peserta
didik
dan
guru
menyimpulkan
hasil
5 Menit
15 Menit
25 Menit
15 Menit 10 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
pembelajaran. Guru memberikan penguatan tentang materi pembelajaran yang telah dibahas. Peserta didik dan guru merefleksikan pembelajaran. Peserta didik dan guru berdoa, kemudian guru menutup pembelajaran yang diakhiri dengan salam.
3 Menit 3 Menit 2 Menit 2 Menit
H. Penilaian 1. Pengamatan Sikap Spiritual
No.
Nama Siswa
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Mahasa Esa ST
BT
Mensyukuri kemampuan setiap individu dalam mengendalikan diri ST
BT
Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu ST
BT
1. 2.
Keterangan: Berilah tanda centang () pada bagian yang dipilih. ST (Sudah Tampak): Jika peserta didik sudah menunjukkan sikap bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Jika peserta didik sudah menunjukkan sikap mensyukuri kemampuan setiap individu dalam mengendalikan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Jika peserta didik sudah menunjukkan sikap bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
BT (Belum Tampak) Jika peserta didik belum menunjukkan sikap bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Jika peserta didik belum menunjukkan sikap mensykuri kemampuan setiap individu dalam mengendalikan diri. Jika peserta didik belum menunjukkan sikap bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
2. Pengamatan Sikap Sosial Berilah nilai 1-4 pada kolom-kolom yang kosong, jika siswa telah menunjukkan sikap jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab. Untuk skala penilaian dapat dilihat pada rubrik penilaian. Sumber Penilaian No.
1. 2.
Nama Siswa
Jujur
Peduli
Santun
Tanggung Jawab
Skala/ Predikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Rubrik penilaian sikap sosial Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
4
3
2
1
Jujur
Tindakan selalu sesuai dengan ucapan
Tindakan kadang-kadang sesuai dengan ucapan
Tindakan kurang sesuai dengan ucapan
Tindakan tidak sesuai dengan ucapan
Peduli
Selalu peduli dengan lingkungan sekitar dan temannya
Kadang-kadang peduli dengan lingkungan sekitar dan temannya
Kurang peduli dengan lingkunagn sekitar dan temannya
Tidak pedulu dengan lingkungan sekitar dan temannya
Santun
Berbicara dan berperilaku santun
Berbicara santun tetapi berperilaku kurang sopan
Berbicara tidak santun dan berperilaku kurang sopan
Berbicara tidak santun dan berperilaku tidak sopan
Kurang mengikuti instruksi dalam mengmpulkan tugas dan tidak tepat waktu
Tidak mengumpulkan tugas sesuai dengan instruksi dan tidak tepat waktu
Kriteria
Tanggung Mengumpulkan Mengumpulkan Jawab tugas sesuai tugas seusai dengan dengan instruksi dan instruksi, tepat waktu namun tidak tepat waktu
3. Instrumen Penilaian Pengetahuan Skor No.
Aspek yang dinilai 1
1.
Mengidentifikasi unsur tema novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan berdasarkan kriteria menetukan tema.
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
2.
Menentukan jenis/klasifikasi tema yang digunakan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan.
3.
Mengidentifikasi unsur amanat novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan secara implisit dan eksplisit dan disertai dengan bukti.
4.
Menemukan kalimat yang tidak efektif dan kata-kata yang tidak baku dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari bagian kesembilan dengan memberikan pembenarannya.
Pedoman Penilaian: Skor
Indikator
4
Penjelasan amat lengkap, terjabar, dan disertai dengan bukti konkret.
3
Penjelasan lengkap, terjabar, bukti yang disertai kurang tepat.
2
Penjelasan kurang lengkap, kurang terjabar, tidak disertai dengan bukti.
1
Penjelasan tidak lengkap, tidak terjabar, dan tidak disertai dengan bukti.
4. Instrumen Penilaian Keterampilan Diskusi Kelompok
No.
Aspek
1.
Materi yang disampaikan terjabar, logis, dan mudah dipahami.
2.
Penyampaian materi tidak terlalu cepat.
Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang
4
3
2
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
3.
Menanggapi secara santun dan sesuai dengan pernyataan atau sanggahan.
4.
Setiap anggota dalam kelompok diskusi menyumbangkan gagasan atau ide.
Keterangan: Skor
Indikator
4
Penampilan presentasi kelompok sangat memuaskan.
3
Penampilan presentasi kelompok memuaskan.
2
Penampilan presentasi kelompok kurang memuaskan.
1
Penampilan presentasi kelompok tidak memuaskan.
Yogyakarta,.................. 2016 Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
(........................)
(.................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN MATERI A. Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel 1.
Unsur-unsur Intrinsik Setiarini (2015: 92) menyatakan bahwa unsur intrinsik ialah unsur atau
bagian yang membentuk sebuah cerita (cerpen/novel). Berikut merupakan unsurunsur intrinsik yang terdalam sebuah novel. a) Tema Tema adalah pokok permasalahan yang menjadi dasar penceritaan. Untuk menentukan tema harus dipahami terlebih dahulu setiap pokok persoalan dalam setiap peristiwa. b) Alur Alur atau plot adalah jalinan peristiwa yang bergerak mulai awal sampai dengan akhir cerita. Sebagai sebuah rangkaian cerita, alur selalu menampilkan konflik-konflik. Konflik dapat berupa konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal, yaitu konflik yang terjadi pada diri tokoh. Konflik eksternal, yaitu konflik tokoh dengan sesuatu di luar tokoh. Berikut merupakan tahapan alur secara lengkap, yaitu pemaparan, penanjakan, konflik, klimaks, penurunan, peleraian, dan penyelesaian. c) Penokohan (Tokoh dan Watak) Tokoh adalah individu rekaan yang membangun dan menjalani peristiwa dalam cerita. Tokoh dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tokoh sentral/utama, tokoh
bawahan/pembantu,
dan tokoh
latar/sampingan.
Penokohan atau yang sering disebut juga karakteristik adalah penyajian watak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
atau karakter tokoh dan pencitraan citra tokoh dalam cerita. Dilihat dari sifat tokoh, terdapat tokoh protagonis yaitu yang selalu memperjuangkan kebenaran dan kejujuran. Ada pula tokoh anatgonis yang selalu berperilaku sebaliknya. Cara menentukan penokohan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, secara langsung, deskriptif/analitik. Kedua, secara tidak langsung melukiskan watak tokoh, seperti sifat dan karakter tokoh yang dilukiskan melalui reaksi tokoh lain, melalui gambaran lingkungan sekitar tokoh, melalui aktivitas tokoh, dan melalui jalan pikiran tokoh. d) Latar Latar atau setting adalah lukisan tempat, hubungan waktu, dan suasana terjadinya peritiwa. Latar merupakan piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu, keadaan sosial, keadaan budaya, sejarah, dan sebagainya. e) Sudut Pandang Sudut pandang berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam novel. f) Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah cara khas pengarang dalam mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahasa dalam bentuk lisan atau tulisan. Gaya bahasa menyangkut berceritanya.
cara
khas
pengarang
dalam
mengungkapkan
ekspresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
g) Amanat/Nilai-Nilai Amanat adalah pesan atau nasihat dari cerita yang dibaca. Dalam hal ini, pengarang menitipkan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerita yang dibaca. Amanat berhubungan dengan bagaimana pembaca memahami dan meresapi cerita.
2.
Unsur-unsur Ekstrinsik Setiarini (2015: 93) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik adalah segala faktor
luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Unsur ekstrinsik merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Unsur-unsur ekstrinsik itu dapat meliputi: 1) tradisi dan nilai-nilai, 2) struktur kehidupan sosial, 3) keyakinan dan pandangan hidup, 4) suasana politik, 5) lingkungan hidup, 6) agama, dan sebagainya.
B. Kriteria dalam Menentukan Tema Novel Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007: 87-88) mengemukakan terdapat beberapa kriteria yang dapat diikuti untuk menentukan tema dalam sebuah novel. Berikut merupakan beberapa kriteria dalam menentunkan tema dalam sebuah novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
1) Untuk menentukan tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting. Hal tersebut disebabkan pada detil cerita yang menonjol itulah yang dapat diidentifikasi sebagai masalah atau konflik utama yang pada umumnya merupakan sesuatu yang ingin disampaikan. 2) Untuk menentukan tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita. Novel, sebagai salah satu genre sastra, merupakan suatu sarana pengungkapan keyakinan, kebenaran, ide, gagasan, sikap dan pandangan hidup pengarang, dan lain-lain yang tergolong unsur isi dan sebagai sesuatu yang ingin disampaikan. 3) Untuk menentukan tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Tema tidak dapat ditafsirkan hanya berdasarkan perkiraan, sesuatu yang dibayangkan ada dalam cerita, atau informasi lain yang kurang dapat dipercaya. Penentuan tema dari kerja yang demikian kurang dapat dipertanggungjawabkan karena kurangnya bukti empiris. 4) Untuk menentukan tema sebuah novel harus mendasarkan diri pada buktibukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita. Penunjukkan tema sebuah cerita haruslah dapat dibuktikan dengan data atau detil cerita yang terdapat dalam cerita itu, baik yang berupa buktibukti langsung, maupun tak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
C. Jenis/Klasifikasi Tema Tema dalam karya sastra menurut Waluyo (2011: 8) dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: (1) tema yang bersifat fisik; (2) tema organik; (3) tema sosial; (4) tema egoik (reaksi pribadi); dan (5) tema devine (Ketuhanan). Tema yang bersfiat fisik menyangkut inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia, misalnya tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan perdagangan, dan sebagainya. Tema yang bersifat organik atau moral, menyangkut soal hubungan antara manusia, misalnya penipuan, masalah keluarga, problem politik, ekonomi, adat, tatacara, dan sebagainya. Tema yang bersifat sosial berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Tema egoik atau reaksi individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan, kekuasaan yang berlebihan, dan pertentanga individu. Tema devine (Ketuhanan) menyangkut renungan yang bersifat religius hubungan manusia dengan Sang Khalik. Selain lima klasifikasi tema yang dikemukakan oleh Waluyo (2011), terdapat pula dua jenis tema yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 82), yaitu (1) tema utama (tema mayor), (2) tema tambahan (tema minor). Tema utama (tema mayor) adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Menentukan tema utama sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai, di antara sejumlah makna yang ditafsirkan ada dikandung oleh karya sastra yang bersangkutan. Sedangkan makna yang hanya terdapat dalam bagian-bagian tertentu cerita dapat diidentifikasi sebagai makna tambahan. Makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut sebagai tema-tema tambahan atau tema minor. Banyak sedikitnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
tema minor, tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan yang dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel (Nurgiyantoro, 2007: 82-83).
D. Cara Menemukan Amanat Sebuah Novel Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk menemukan amanat dalam sebuah karya sastra, yaitu secara eksplisit dan implisit. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit jika pada tengah atau akhir cerita, pengarang menyampaikan seruan, saruan, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. Sedangkan secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir (Sudjiman, 1991: 57). Oleh karena itu, untuk menemukan suatu amanat dalam sebuah karya sastra, kita tidak cukup hanya membaca beberapa paragraf dari cerita novel tersebut. Namun untuk mendapatkan amanat atau pesan moral dari sebuah novel, kita harus membaca cerita tersebut hingga selesai.
E. Unsur Kebahasaan (Frasa) Chaer (2003: 222) mengemukakan frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonptedikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Perhatikan contoh berikut. Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan. Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan. S
P
O
Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas empat frasa, yaitu dua orang mahasiswa baru itu, sedang membaca, buku, di perpustakaan. Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut. 1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih. 2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
a.
Kategori Frasa
Berdasarkan kategorinya, frasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1.
Frasa Setara dan Frasa Bertingkat Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan
sederajat atau setara. Contoh: Saya dan adik main-main dan minum-minum di taman depan. Farsa saya dan adik adalah frasa serata, sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minum-minum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain farsa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut. Contoh: Ayah akan pergi nanti malam. Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
2.
Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut. 1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam. 2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam. Kalimat 1 dan 2 menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1 bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa. Sedangkan dalam kalimat 2 bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam. Makna kambing hitam pada kalimat 1 tidak ada kaitannya dengan makna kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
b. Konstruksi Frasa Frasa memiliki dua konstruksi, yaitu konstruksi endosentrik dan eksosentrik. Perhatikan kalimat berikut. Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli. Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti, sehingga mempunyai kedudukan yang sama. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan kata mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli. Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa: 1.
Frasa Endosentrik yang Koordinatif Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau. Contoh: Pintu dan jendelanya sedang di cat.
2.
Frasa Endosentrik yang Atributif Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Contoh: Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdullah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
3.
Frasa Endosentrik yang Apositif Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan meerupakan aposisi. Contoh: Alfia, puti Pak Bambang, berhasil menjadi siswa teladan.
c.
Kelas Frasa
Berdasarkan jenis atau kelas katanya, frasa dibagi menjadi enam jenis, yaitu sebagai berikut. 1.
Frasa Benda (Nomina) Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan
kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata benda. Contoh: Dita menerima hadiah ulang tahun. 2.
Frasa Kerja atau (Verba) Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata
kerja atau verba. Contoh: Adik sedang membaca di ruang tamu. Frasa sedang membaca adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja membaca dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu membaca. 3.
Frasa Sifat (Adjektiva) Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata
sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Contoh: Anak Pak Camat yang bernama Tomi sangat tampan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
4.
Frasa Keterangan (Adverbia) Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata
keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan. a. Frasa keterangan sebagai keterangan Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di di awal dan di akhir kalimat. Contoh: 1) Tidak biasanya dia pulang larut malam. 2) Dia tidak biasanya pulang larut malam. 3) Dia pulang larut malam tidak biasanya. b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja Contoh: Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu. 5.
Frasa Bilangan (Numeralia) Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan.
Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolongan atau kata bantu bilangan. Contoh: Dua orang serdadu menghampiri ke tempat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
6.
Frasa Depan (Preposisional) Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai
unsur penjelas. Contoh: Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
d. Frasa yang Bersifat Ambigu Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna. Contoh: kambing hitam dan mobil tetangga baru. Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam, dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru dapat juga memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil milik tetangga, dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lampiran 3. Bagian Kesembilan Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
BIODATA PENULIS Sesilia Indah Listyorini lahir di Jakarta, 21 Desember 1993. Menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2006 di SD Strada Bhakti Utama, Jakarta Selatan. Pada tahun yang sama, melanjutkan studi di SMP Strada Bhakti Utama, Jakarta Selatan dan selesai pada tahun 2009. Selanjutnya menempuh jenjang pendidikan di SMA Regina Pacis Surakarta dan lulus pada tahun 2012. Setelah lulus dari SMA, di tahun yang sama, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Masa pendidikan di perguruan tinggi dinyatakan selesai pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari untuk Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester II”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI