PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN SIKAP BEKERJA SAMA DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS VIII B SMP INSTITUT INDONESIA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Sesilia Pradita Novita Sari NIM: 121224022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN SIKAP BEKERJA SAMA DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS VIII B SMP INSTITUT INDONESIA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Sesilia Pradita Novita Sari NIM: 121224022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Santa Sesilia yang senantiasa memberikan berkat yang berlimpah kepada saya dalam setiap proses kehidupan yang telah saya lalui hingga saat ini.
Bapak dan Ibuku tercinta, Marcellinus Parjiono dan Cyerenia Dwi Astuti yang selama ini selalu mendukungku, memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan kepercayaan.
Adik-adikku tersayang, Fransisca Krista Arinta dan Yohanes Anindra Bagas Wicaksono yang selama ini selalu menghibur, memberikan doa, semangat, dan dukungan.
Sepupu terkasih, Christiana Wahyunita Arum Melati dan Adriana Lintang Cahya Dewi yang selalu mendukung saya, memberikan doa, selalu menghibur dan memberi semangat.
Teman-teman PBSI 2012 khususnya kelas A yang sangat saya cintai
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“God says don’t worry about your future. He is the author of your story and He’s already written the final chapter” (Max Lucado)
“ Kesabaran itu pahit, tetapi buahnya manis Kesabaran adalah teman akrab kebijaksanaan” (Sesilia Pradita)
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Novitasari, Sesilia Pradita. 2017. Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Bekerja Sama dalam Bermain Drama pada Siswa Kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yaitu rendahnya kemampuan keterampilan dan sikap bekerja sama siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia saat bermain drama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan sikap bermain drama pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia menggunakan metode bermain peran (role playing). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia. Tahapan penelitian terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan pengamatan, serta refleksi. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner dan observasi. Data yang diperoleh berupa hasil tes siswa bermain drama setiap siklus, data hasil observasi, aspek afektif, dan hasil pengisian kuesioner oleh siswa. Hasil tes kinerja siswa pada siklus I adalah 65,62 dan siklus II 78,87. Presentase pada siswa yang mencapai 75 mengalami peningkatan dari 33,33% menjadi 83,33%. Hasil afektif yang diperoleh pada siklus I 45,83% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75%. Hasil tes siswa bermain drama dinilai berdasarkan indikator penilaian, yaitu ekspresi, penghayatan, gerak, intonasi, dan artikulasi. Hasil penampilan pada siklus I beberapa siswa masih pasif, gugup, dan belum sepenuhnya berekspresi dengan baik. Hasil pada siklus II para siswa menjadi lebih aktif, terjadi peningkatan pada aspek ekspresi, gerak, dan intonasi. Terjadi perkembangan perilaku pada siswa. Siswa menjadi percaya diri, menghargai teman yang tampil, dan dapat bekerja sama dengan kelompoknya. Hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran (role playing) pada pembelajaran bermain drama telah meningkatkan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama siswa SMP Institut Indonesia Yogyakarta.
Kata Kunci : Keterampilan bermain drama, metode bermain peran (role playing).
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Novitasari, Sesilia Pradita. 2017. The Usage of Role Playing Method to Increase The Skill and Attitudes Cooperating in Drama Play to The Students of VII B Class, Institut Indonesia Yogyakarta Junior High School; Academic Year 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study Program, Departement of Language Education and Arts, the faculty of Education, Sanata Dharma University. This research was motivated by the problems of the low capacity of the skills and attitudes cooperate class VIII B of SMP Institut Indonesia while playing drama. This study aims to improve the skills and attitudes of role-play in class VIII B of SMP Institut Indonesia using methods play a role playing. This research is a classroom action research (PTK). Subjects in this study were students of class VIII B of SMP Institut Indonesia. Stages of the study consisted of planning, action and observation, and reflection. The experiment was conducted by 2 cycles. The instrument used in this study is a questionnaire and observation. Data obtained in the form of the test results of students play the drama of each cycle, the data observation, affective, and the results of the questionnaires by the students. The results of performance tests of students in the first cycle is 65.62 and the second cycle is 78.87. The percentage of the students who achieve 75 has increased from 33.33% to 83.33%. Affective results obtained in the first cycle of 45.83% increased in the second cycle to 75%. The test results of students playing drama assessed by the assessment indicators, namely expression, appreciation, movement, intonation and articulation. The result of the appearance of the first cycle a few students still passive, nervous, and still not fully express it well. The results of the second cycle students become more active, there was an increase in the aspect of expression, movement, and intonation. Developments in the behavior of students. Students become confident, appreciate friends who appear, and can work with the group. The results of this analysis can be concluded that the application of the method of role playing on learning to play the drama has been improving the skills and attitudes cooperate in playing drama school students Institut Indonesia Yogyakarta.
Keyword: Drama-play skill, role playing method
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Bekerja Sama dalam Bermain Drama pada Siswa Kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” dengan tepat waktu. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Penulis menyadari kelancaran dan keberhasilan penulisan skripsi tidak lepas dari bimbingan, bantuan, nasehat, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia sekaligus Dosen Pembimbing dengan penuh kasih membimbing dan memberikan saran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Segenap Dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama proses di bangku perkuliahan. 4. Robertus Marsidiq, karyawan sekretariat PBSI yang sabar dan memberi kemudahan serta kelancaran penulis selama berproses dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Sahabat-sahabatku tersayang, Helena Lindy Octavia S.Psi., Agnes Wigha Rimawati S.Pd., Insep Pitomo S.Pd., Pius Danardhana S.Pd., Yonatan, Aluisius Titus Kurniadi, Stefanus Candra Saputra S.Pd. yang selalu mendukung, memberi semangat, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO........ ............................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1
Latar Belakang Masalah .................................................................... 5
1.2
Batasan Masalah................................................................................ 5
1.3
Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.4
Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.5
Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
1.6
Batasan Istilah ................................................................................... 7
1.7
Sistematika Penyajian ....................................................................... 8
BAB II DASAR TEORI ................................................................................. 9 2.1
Penelitian yang Relevan ................................................................... 9
2.2
Kajian Teori ..................................................................................... 11
2.2.1 Hakikat Drama ................................................................................. 11 2.2.2 Unsur-unsur Drama ......................................................................... 12 2.2.3 Keterampilan Bermain Drama ......................................................... 14
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.4 Pembelajaran Drama di Sekolah...................................................... 16 2.2.5 Kerja sama Siswa dalam Bermain Drama ....................................... 20 2.2.6 Metode Pembelajaran ...................................................................... 21 2.2.7 Metode Bermain Peran (Role Playing)............................................ 22 2.2.8 Pembelajaran Bermain Drama melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) ........................................................................ 28 2.2.9 Kerangka Berpikir ........................................................................... 29 2.2.10 Hipotesis .......................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31 3.1
Jenis Penelitian................................................................................ 32
3.2
Subjek Penelitian ............................................................................ 33
3.3
Objek Penelitian .............................................................................. 33
3.4
Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 33
3.4.1 Tempat Penelitian............................................................................ 33 3.4.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 33 3.5
Rancangan Penelitian .................................................................... 33
3.6
Prosedur Pelaksanaan Tindakan ..................................................... 34
3.6.1 Pratindakan ...................................................................................... 34 3.6.2 Siklus I ............................................................................................ 35 3.6.2.1 Rencana Tindakan.................................................................... 35 3.6.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi ............................................ 36 3.6.2.3 Refleksi................................................................................. ......... 37 3.6.3
Siklus II .......................................................................................... 37
3.6.3.1 Rencana Tindakan .......................................................................... 38 3.6.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi ............................................ 38 3.6.3.3 Refleksi .......................................................................................... 39 3.7
Teknik Pengumpulan Data..................................................... ........ 40
3.7.1
Tes (Praktik Bermain Drama)............................................. ......... 39
3.7.2
Nontes................................................................................... ......... 40
3.7.2.1 Pengamatan atau Observasi............................................................ 40
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.2.2 Wawancara........................................................................ ............. 41 3.7.2.3 Angket................................................................................. ........... 40 3.7.2.4 Dokumentasi .................................................................................. 41 3.8
Instrumen Penelitian ...................................................................... 41
3.9
Validitas dan Realiabilitas ............................................................. 46
3.10
Teknik Analisis Data................................................................ 48
3.11
Kriteria Keberhasilan Tindakan ..................................................... 59
3.12
Indikator Keberhasilan Pembelajaran ............................................ 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 53 4.1
Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 53
4.1.1
Waktu Penelitian ............................................................................ 54
4.1.2
Hasil Penelitian .............................................................................. 54
4.1.3
Deskripsi Awal ............................................................................... 54
4.1.3.1 Pelaksanaan Siklus I...................................................................... 57 4.1.3.2 Pelaksanaan Siklus II .................................................................... 73 4.1.4
Analisis Data ................................................................................. 86
4.1.5
Pembahasan ................................................................................... 89
4.1.5.1 Nilai Bermain Drama .................................................................... 87 4.1.5.2 Aspek Afektif ................................................................................ 91 4.1.6
Keterbatasan Penelitian ................................................................. 92
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 92 A. Kesimpulan........................................................................................... 92 B. Saran ..................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95 LAMPIRAN .................................................................................................... 96 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 145
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Tes Praktik Bermain Drama ............................. 42 Tabel 3.2 Kategori Nilai Hasil Observasi Aspek Afektif ................................ 49 Tabel 3.3 Indikator Keberhasilan Penelitian .................................................... 50 Tabel 4.1 Jadwal Penelitian.............................................................................. 54 Tabel 4.2 Aspek Penilaian Drama .................................................................... 62 Tabel 4.3 Hasil Belajar ..................................................................................... 64 Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ....................................... 71 Tabel 4.5 Peningkatan Skor Rata-rata Siklus I dan II ...................................... 83 Tabel 4.6 Perbandingan nilai siklus I dan II .................................................... 86
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 31 Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 32 Gambar 4.1 Deskripsi Pratindakan Siswa Terkait Bermain Drama ................. 56 Gambar 4.2 Para Siswa Menyimak Video Pembelajaran Drama .................... 60 Gambar 4.3 Siswa Berlatih Bersama dengan Kelompoknya ........................... 62 Gambar 4.4 Siswa Berlatih Bersama dengan Kelompoknya ........................... 64 Gambar 4.5 Siswa Menampilkan Drama ......................................................... 78 Gambar 4.6 Peningkatan Skor Keterampilan Bermain Drama Siklus I dan Siklus II ................................................................................ 83 Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Data Siklus I dan II .................................... 87 Gambar 4.8 Deskripsi Keadaan Siswa Terkait Pembelajaran Bermain Drama (Pascatindakan) ............................................................... 88 Gambar 4.9 Jumlah Ketuntasan Nilai Siswa Pada Siklus I dan II ................... 89
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Universitas ........................................... 97 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Sekolah ................................................ 98 Lampiran 3 Surat Bukti Penelitian SMP Institut Indonesia Yogyakarta ......... 99 Lampiran 4 Silabus Pembelajaran .................................................................... 100 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................. 102 Lampiran 6 Daftar Nama Siswa Kelas VIII B ................................................. 120 Lampiran 7 Nilai Siswa Kelas VIII B .............................................................. 121 Lampiran 8 Contoh Angket Pratindakan dan Pascatindakan ........................... 123 Lampiran 9 Hasil Angket Pratindakan dan Pascatindakan .............................. 125 Lampiran 10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ................................................ 129 Lampiran 11 Rubrik Penilaian Observasi Aktivitas Siswa .............................. 131 Lampiran 12 Naskah Drama ............................................................................ 133 Lampiran 13 Transkrip Wawancara ................................................................. 142 Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 143
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta
didik
mengenal
dirinya,
budayanya,
dan
budaya
orang
lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selain kegiatan berbahasa, yang dikehendaki di dalam pembelajaran bahasa adalah kegiatan bersastra. Kegiatan bersastra mencakup kegiatan mendengarkan, kegiatan berbicara, kegiatan membaca, dan kegiatan menulis. Dalam pembelajaran, kegiatan bersastra ditujukan untuk meningkatkan apresiasi terhadap sastra agar siswa memiliki kepekaan terhadap sastra yang baik dan bermutu yang akhirnya berkeinginan membacanya dan akan berdampak kepada tumbuhnya kebiasaan membaca yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
nilai, mendapatkan ide-ide baru, meningkatkan pengetahuan sosial budaya, berkembangnya rasa dan karsa, serta terbinanya watak dan kepribadian. Hasil dari karya sastra yang baik berupa puisi, prosa, maupun drama telah diajarkan melalui bangku sekolah pada pengajaran bahasa Indonesia yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga kemampuan untuk mengapresiasi dari hasil karya sastra tersebut. Salah satu hasil dari karya sastra yaitu seni sastra dan pertunjukan seni teater. Orang menganggap drama sebagai seni pertunjukan akan membuang fokus itu sebab perhatiannya harus dibagi rata dengan unsur lainnya (Mulyana, 1997: 144). Di dalam setiap pengajaran, khususnya pengajaran sastra drama tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai baik itu secara berkelompok maupun secara individu. Pengajaran sastra di sekolah, khususnya drama merupakan suatu pengajaran yang membutuhkan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berencana. Namun pada kenyataannya pengajaran sastra tidaklah semudah yang dibayangkan.
Banyak
pengajar
yang
kesulitan
terlebih
dalam
ketidaktersediaannya media dan metode untuk pengajaran sastra, sehingga harapan terhadap keberhasilan pengajaran sastra sulit. Banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. Seorang guru tentunya harus mengetahui metode yang tepat untuk pengajarannya. Metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2003:740). Maka dari itu di dalam proses pengajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
dibutuhkan metode khusus untuk merangsang anak didik dalam keberhasilan pencapaian tujuan dari pengajaran. Metode pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Pembelajaran yang interaktif akan menghasilkan suasana belajar yang mendukung dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Insititut Indonesia Yogyakarta. Keterampilan dalam bermain drama masih rendah, yakni sebagian siswa kelas VIII B belum dapat bermain dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh. Beberapa penyebab siswa belum dapat bermain drama dengan benar di antaranya adalah: (1) masih rendahnya keberanian siswa untuk bicara; (2) kemampuan bahasa yang rendah; (3) guru melakukan pembelajaran drama melalui metode penugasan, yakni membentuk kelompok belajar dan menugaskan kepada siswa pada tiap-tiap kelompok untuk membaca teks dan menghafalkannya; (4) Siswa hanya membaca dan menghafalkan naskah dramanya saja tanpa berusaha memahami karakter tokoh
yang
diperankannya;
(5)
Siswa
kurang
mengetahui
cara-cara
mengekspresikan dan menghayati karakter tokoh yang diperankan; (6) Dalam pembelajaran siswa kurang antusias mengikutinya; (7) Siswa terlihat tidak serius dan lebih sering bersenda gurau dengan lawan mainnya. KKM di sekolah tersebut untuk pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75. Pembelajaran berpusat pada guru sehingga, siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplor lebih banyak lagi tentang pembelajaran bermain drama. Hal tersebut menjadikan siswa enggan untuk bertanya dan berbicara mengenai materi yang terkait. Pembelajaran Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Indonesia yang memprihatinkan mengharuskan guru untuk melakukan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Misalnya, guru melakukan kegiatan inovatif, penggunaan metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, serta media pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan siswa. Berdasarkan pemaparan di atas pemakalah tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dan menerapkan metode role playing untuk mengatasi permasalah yang terjadi pada kepasifan para siswa saat melakukan pementasan drama di kelas. Pada pembelajaran materi drama salah satunya menggunakan metode bermain peran (role playing) pada materi drama diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas, aktif dalam pembelajaran, saling menghargai, bekerja sama dengan kelompok, mengikuti pembelajaran dengan serius. Melalui pembelajaran drama diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, kepekaan sosial yang tinggi dan dapat memerankan tokoh drama sesuai dengan perwatakannya. Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah model bermain peran (role playing). Bermain peran (role playing) adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik (Zaini, dkk., 2008). Dalam bermain peran (role playing) siswa dikondisikan pada situasi tertentu yang disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan sehingga semua siswa mendapat peran aktif menjadi subjek dari materi yang diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
1.2 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama yang baik dan benar dengan penerapan metode bermain peran (role playing) pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada upaya meningkatkan kemampuan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.3.1
Apakah penggunaan metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan keterampilan bermain drama pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?”.
1.3.2
Bagaimanakah perubahan sikap dalam bekerja sama siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 setelah mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing)?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.4.1
Mendeskripsikan peningkatan keterampilan bermain drama pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta dengan menggunakan metode bermain peran (role playing).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
1.4.2
Mendeskripsikan sikap bekerja sama siswa kelas VII B SMP Institut Indonesia
Yogyakarta
setelah
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan metode bermain peran (role playing). 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat kepada para pembaca, baik secara teoritis dan secara praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut: 1.5.1 Secara Teoretis Manfaat yang diharapkan dalam penulisan tugas akhir ini adalah memberikan kontribusi teoritis tentang peningkatan keterampilan bermain drama dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). 1.5.2
Secara praktis
1.5.2.1
Bagi siswa
1.5.2.1.1 Memberikan kemudahan bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan bermain drama menggunakan metode bermain peran (role playing). 1.5.2.1.2 Memberikan perubahan sikap bekerja sama pada siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing). 1.5.2.1.3
Memberi suasana belajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
1.5.2.2
Bagi Guru
1.5.2.2.1
Mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran bermain drama.
1.5.2.2.2
Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam bermain drama dengan menggunakan metode bermain peran (role playing).
1.5.2.3
Bagi Peneliti
1.5.2.3.1
Mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
1.5.2.3.2 Mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai bermain peran menggunakan metode bermain peran (role playing). 1.6 Batasan Istilah Berikut ini disajikan istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini agar kesatuan pemahaman dapat mempermudah pemahaman penelitian 1.6.1 Bermain Drama Bermain drama adalah memberi, bentuk lahir pada watak dan emosi aktor, baik dengan laku atau ucapan. Menciptakan sebuah peranan berarti menciptakan keseluruhan hidup sukma manusia di atas pentas baik fisik, mental, maupun emosional (Harymawan 1988: 30). 1.6.2 Keterampilan bermain drama Keterampilan
bermain
drama
adalah
keterampilan
seseorang
dalam
memerankan suatu peran atau karakter tokoh dalam bermain drama tidak terlepas dari dialog dan gerakan, karena inti dari sebuah drama adalah pada kedua aspek tersebut (Waluyo, 2007: 114). 1.6.3 Sikap Bekerja Sama Bekerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama (Tohirin, 2006:50). 1.6.4 Metode bermain peran (role playing) Metode bermain peran (role playing) adalah metode yang didesain untuk mengajak siswa dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber penyelidikan itu sendiri (Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, 2009). 1.7
Sistematika Penyajian Sistematika penyajian penelitian ini terdiri atas beberapa bab. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah pembaca di dalam memahami penelitian ini. Sistematika penyajian peneliti ini terdiri dari lima bab. Bab satu adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab dua merupakan bagian landasan teori yang berisi tentang penelitian yang relevan, landasan teori, kerangka berpikir. Bab tiga adalah bagian metodologi penelitian yang berisi tentang metode penelitian dan desain penelitian, variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, prosedur pelaksanaan tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data. Bab empat menjelaskan tentang hasil dan pembahasan yang berisi tentang hasil penggunaan metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan keterampilan dan sikap dalam bekerjasama siswa kelas VIII B Institut Indonesia Yogyakarta. Bab lima merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Wiastra (2013). Judul penelitian ini adalah “Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Denpasar Tahun 2012/2013”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas IX SMP Negeri 2 Denpasar sebanyak 42 orang, dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa siklus I nilai rata-rata kelas 77,97 dengan ketuntasan kelas sebesar 66,66% meningkat menjadi nilai rata-rata 83,35 dengan ketuntasan 100% pada siklus ke II. Terjadi peningkatan sebesar 33,34%. Kualitas pembelajaran pada siklus I sebesar 78,57 dengan kualitas sedang meningkat menjadi 84,16 pada siklus II termasuk kualitas tinggi. Penelitian relevan kedua dilakukan oleh Silaen (2014). Judul penelitian ini adalah “Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Long Ikis Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia”. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Long Ikis tahun ajaran 2013/2014. Data yang diperoleh berupa data hasil tes akhir setiap
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner motivasi oleh siswa. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar pada siklus 1 skor rata-rata hasil belajar kognitif yang diperoleh sebesar 71,41, dengan ketuntasan kelas sebesar 75%, sedangkan pada siklus II skor rata-rata yang diperoleh sebesar 80,625%, dengan ketuntasan kelas 100%. Untuk hasil belajar aspek afektif, rata-rata presentase kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 80,175%, sedangkan pada siklus II rata-rata presentase kelas hasil belajar aspek afektif yang diperoleh sebesar 83,03%. Untuk hasil motivasi belajar siswa pada awal pembelajaran rata-rata presentase adalah 84,375 dan pada akhir pembelajaran 100. Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi sistem peredaran darah manusia mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Long Ikis, Kalimantan Timur Tahun ajaran 2013/2014. Persamaan skripsi Wiastra dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode bermain peran. Perbedaan dalam skripsi ini adalah Wiastra menguji kemampuan berbicara, sedangkan dalam penelitian ini menguji keterampilan bermain drama. Pada skripsi Sialen juga menggunakan metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar dengan menggunakan materi sistem peredaran darah manusia, berbeda halnya dengan penelitian ini yang fokus membahas mengenai peningkatan keterampilan dan sikap bekerja sama siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta dalam bermain drama menggunakan metode bermain peran (role playing).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
2.2 Kajian Teori 2.2.1 Hakikat Drama Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat. Di samping mudah disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati masyarakat segala umur, drama sangat tinggi nilai pendidikannya. Drama merupakan peragaan tingkah laku manusia yang mendasar, drama baru dapat disusun dan dipentaskan dengan berhasil jika diikuti pengamatan yang teliti baik oleh penulis maupun para pemainnya. Tokoh-tokoh pendidikan melihat bentuk sastra ini sebagai suatu wadah bagi generasi muda dalam menuju kedewasaannya dengan melakukan berbagai macam peran yang perlu dipahami benar (Rahmanto, 1988: 89). Istilah drama drama berasal drama berasal dari akar tunjang “drama” dari bahasa Greek (Yunani kuno) drau yang berarti melakukan (action) atau berbuat sesuatu (Ahmadi, 1990). Berbuat berarti memang layak dilihat. Wiyanto (2002: 1) sedikit berbeda, katanya drama dari bahasa Yunani dram, artinya bergerak. Kiranya, gerak dan aksi adalah mirip. Jadi, tindakan dan gerak merupakan ciri utama dram. Tiap drama mesti ada gerak dan aksi, yang menuntun lakon. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah drama sebagai salah satu jenis sastra atau drama sebagai sebuah kesenian yang mandiri. Naskah drama merupakan salah satu jenis sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa, sedangkan pementasan drama adalah salah satu jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi antara berbagai jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekorasi dan panggung), seni kostum, seni rias, seni tari, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan pendidikan watak, drama juga dapat membantu mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam diri peserta didik, memeperkenalkan kehidupan manusia dari kebahagiaan, keberhasilan, kepuasan, kegembiraan, cinta, kesakitan, keputusasaan, acuh tak acuh, benci dan kematian. Drama juga dapat memberikan sumbangan pada pengembangan kepribadian yang kompleks, misalnya ketegaran hati, imajinasi, dan kreativitas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Endraswara (2005: 192). 2.2.2 Unsur-unsur drama Unsur drama adalah unsur pembangun dari dalam karya sastra drama. Istilah unsur drama juga dikenal dengan istilah unsur intrinsik dalam suatu drama. Menurut Supriyadi (2006: 70-73) unsur-unsur pembangun dalam suatu drama adalah sebagai berikut. 1) Tema dan Amanat Tema adalah ide pokok atau pokok persoalan yang menjadi inti suatu cerita drama. Tema dapat dikatakan sebagai pondasi atau ruhnya cerita. Dari ide pokok inilah dikembangkan menjadi suatu cerita dalam bentuk dialog-dialog. Dari dialog-dialog disusun menjadi adegan, yang kemudian menjadi babak sedangkan, pengertian amanat adalah pesan yang akan disampaikan pengarang atau penulis drama (drama teks) kepada penonton/pembaca. Amanat dalam drama juga dipesankan melalui dialog para tokohnya, terutama tokoh protagonis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
2) Alur atau Plot Alur atau plot drama adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara sistematis untuk membangun suatu cerita drama. Alur drama secara konvensional yakni dimulai dari peristiwa awal/pengenalan tempat dan tokoh, kemudian terjadi konflik menuju klimaks. Konflik yang terjadi menjadi memuncak atau menjadi
klimaks cerita dan akhirnya cerita
menurun dan selesailah cerita drama tersebut. 3) Latar atau Setting Latar atau setting adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Latar/setting dalam drama biasanya dibuat pengarang selogis mungkin sesuai dengan jenis drama. 4) Tokoh dan Penokohan Tokoh drama adalah orang, binatang, tumbuh-tumbuhan yang digunakan penulis/pengarang untuk menyampaikan ide atau amanat cerita. Tokoh dalam drama dapat dibedakan menjadi tokoh yang banyak muncul dan kurang. Tokoh terdiri atas protagonis, antagonis, dan tritagonis. Penokohan dalam drama adalah dengan dialog atau analitik dan dramatik. Perwatakan tokoh dapat diketahui penonton melalui dialog antartokoh dan perbuatan para tokohnya. 5) Dialog Dialog adalah percakapan para tokoh dalam drama. Dialog mutlak harus ada terutama dalam drama/teater. Dialog dalam drama merupakan unsur penting untuk menyampaikan ide atau amanat kepada penonton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
6) Penonton Penonton adalah orang atau sekelompok orang yang menikmati pertunjukan drama, baik drama radio, televisi, film, maupun panggung. Penonton merupakan unsur drama yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan penonton inilah pertunjukkan akan menjadi berhasil dan tidak. Dalam drama, unsur penonton merupakan unsur yang sangat penting. Penonton dapat membuat suatu pertunjukkan lemah dan kuat, berhasil atau tidak. 7) Sutradara Sutradara adalah orang yang menggarap naskah drama menjadi suatu pertunjukkan atau orang yang merancang dan memimpin suatu pertunjukkan, baik di radio, televisi, film, dan panggung. 2.2.3 Keterampilan Bermain Drama Naskah drama belum lengkap jika belum diperankan atau dipentaskan. Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon drama (Waluyo, 2007: 114). Sejauh mana keterampilan seorang aktor dalam berperan, baru dapat dilihat setelah ia memerankan dan mengekspresikan tokoh yang dibawakannya. Keterampilan bermain drama adalah keterampilan seseorang dalam memerankan suatu peran atau karakter tokoh yang ada di dalam drama. Kemampuan memerankan karakter tokoh dalam bermain drama tidak terlepas dari dialog dan gerakan, karena inti dari sebuah drama adalah pada kedua aspek tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Manusia sebagai makhluk sosial, pada umumnya menyukai hal-hal yang berbau imitasi, artinya suka meniru-niru apa yang dilihatnya dalam pergaulan. Imitasi ini bisa meniru kebiasaan orang lain, penampilan orang lain, cara berbicara orang lain dan sebagainya. Dalam hal ini berarti seseorang sudah mulai melakukan kegiatan meniru. Sebagai contoh dapat dilihat ketika seorang anak bermain pasar-pasaran dengan teman-temannya. Disadari atau tidak, anak tersebut sudah melakukan permainan drama. Ketika anak-anak bermain pasar-pasaran, seorang anak memerankan karakter tokoh penjual yang mempunyai keterampilan untuk merayu pembeli, ada seorang anak yang memerankan pembeli, memerankan tukang masak dan sebagainya (Harymawan, 1993: 44). Seorang aktor dapat menggambarkan karakter seorang tokoh secara maksimal. Harymawan (1993: 45) menyatakan bahwa ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh seorang aktor ketika memerankan sebuah karakter tokoh. Ketiga hal tersebut adalah mimik, plastik dan diksi. a. Mimik Mimik adalah pernyataan atau perubahan muka: mata, mulut, bibir, hidung, kening. Mimik juga dapat diartikan sebagai ekspresi wajah. Tanpa mimik atau ekspresi, permainan drama akan terasa kurang lengkap. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hamzah melalui Harymawan (1993: 46), Ia mengatakan meskipun bermacam-macam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi juga mengena, tetapi ekspresi mata kosong saja, maka dialog yang diucapkan kurang meyakinkan penonton, karena itu, permainannya menjadi hambar atau datar saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
b. Gestur Gestur atau plastik merupakan cara bersikap dan gerakan-gerakan anggota badan. Gestur juga dapat diartikan sebagai sikap. Gestur atau plastik juga dapat diartikan sebagai gerakan tubuh. Harymawan (1993: 46) menyatakan bahwa sikap dan gerak dengan sendirinya akan terpengaruh oleh mimik dan pada umumnya bergantung juga pada tanda yang sama, tak setegas dan seprinsipil mimik. c. Diksi Diksi merupakan cara penggunaan suara atau ucapan. Diksi memberikan kebebasan pada aktor untuk menghidupkan individualitasnya dalam peranan, karena diksi tidak ditentukan oleh pengarang naskah drama. Diksi ditentukan oleh aktor itu sendiri. Oleh karena itu, diksi dapat mempengaruhi arti dari suatu kalimat (Harymawan, 1993: 48). 2.2.4 Pembelajaran Drama di Sekolah Pembelajaran drama di sekolah dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1) pembelajaran teks drama yang termasuk sastra, dan 2) pementasan drama yang termasuk bidang teater (Waluyo, 2007: 162). Dalam pembelajaran teks drama yang termasuk sastra, pementasan drama dilakukan di kelas oleh guru bahasa Indonesia. Disarankan agar dilakukan pementasan, meskipun hanya sekali dalam satu semester dan berupa pementasan sederhana. Hal ini dimaksudkan untuk melatih keterampilan siswa mulai dari pementasan kecil, sebelum akhirnya menyajikan pementasan yang lebih besar (teater sekolah). Meskipun tidak terlalu sulit bagi guru untuk menyiapkan para siswanya memasuki bidang drama dengan baik, namun kiranya tidaklah mudah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
memilih bahan yang disajikan, metode yang akan dipakai dan bagaimana memecahkan masalah-masalah yang dihadapi para siswa. Hendaknya selalu diingat bahwa drama bukan hanya pemaparan atau diskusi tentang peristiwa kehidupan yang nyata; drama sebenarnya lebih merupakan “penciptaan kembali” kehidupan nyata. Bahasa, tentu saja merupakan unsur utama dalam drama, tetapi masih ada beberapa unsur lain yang juga sangat penting , seperti: lagu kalimat, lafal, volume suara, tekanan, dan masih banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan agar dapat menyampaikan pesan secara sempurna. Tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu pementasan. Dalam mempelajari pementasan ini memang tidak selalu mudah, terutama bagi siswa yang sama sekali belum mengenal pelik-pelik keadaan suatu pentas drama. Untuk itu seorang guru (pelatih) drama bertanggung jawab untuk memperkenalkan siswa-siswanya pada kondisi pementasan drama. Dalam beberapa hal, lingkungan siswa sehari-hari (misalnya: TV, sandiwara, film dsb.) dapat dimanfaatkan untuk membantu menyampaikan pengalaman pementasan nyata. Dalam beberapa hal lain, guru hendaknya dapat memberikan gambaran tentang proses dramatisasi yang lebih lengkap daripada pengetahuan yang dimiliki siswanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari (Rahmanto, 1988: 90). Dalam setiap pengajaran, termasuk pengajaran drama, tujuan harus dapat diketahui secara jelas. Hal ini agar proses pembelajaran lebih terfokus, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Berbicara mengenai tujuan pengajaran, kita tidak akan lepas dari tokoh populer, yaitu Benjamin S Bloom. Waluyo (2007: 167) mengatakan bahwa untuk merumuskan lebih jelas mengenai tujuan pembelajaran sesuai dengan teori Bloom, maka perlu diketahui penjelasan rinci kawasan-kawasan tujuan mengajar beserta contoh nyata kerja operasional yang berguna untuk menyusun tujuan instruksional khusus. Ketiga domain tujuan mengajar menurut Benjamin S Bloom melalui Waluyo (2007: 167-169) adalah sebagai berikut. a. Kognitif Kawasan kognitif dalam tujuan pengajaran berisi perilaku-perilaku yang lebih menekankan pada aspek intelektual. Adapun aspek yang termasuk dalam ranah kognitif menurut Bloom melalui Waluyo (2007: 167-168). Pertama adalah 1) Pengetahuan, yang meliputi pengetahuan akan hal khusus (definisi, membedakan, mendapatkan, mengingat, mengenal kembali). 2) Pemahaman, yang meliputi terjemahan, penafsiran, perhitungan atau ramalan. 3) Analisis, yang meliputi analisis hasil komunikasi untuk menarik kesimpulan, dan menganalisis. 4) Sintesis, yang meliputi hasil komunikasi yang bertujuan untuk (menuliskan, menceritakan, menghasilkan mengubah, membuktikan kebenaran), hasil dari rencana atau rangkaian kegiatan yang diusulkan (mengusulkan, merencanakan, menghasilkan, kegiatan pemecahan). 5) Evaluasi, yang meliputi penimbangan mengenai kejadian internal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
b. Afektif Kawasan afektif dalam tujuan pengajaran berisi perilaku-perilaku yang lebih menekankan pada aspek perasaan dan emosi. Adapun aspek yang termasuk ke dalam kawasan afektif menurut Bloom melalui Waluyo (2007: 169) adalah sebagai berikut: 1) Menerima (receiving), menyangkut minat siswa terhadap sesuatu. Misalnya menerima terhadap pelajaran drama yang ditandai dengan minat atau perhatian positif terhadap drama. 2) Menjawab/mereaksi (responding), artinya ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran bermain drama. 3) Menaruh penghargaan (valuing), siswa mampu memberikan penilaian terhadap drama yang akan atau sudah dipentaskan. 4) Mengorganisasikan sistem nilai, nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat kompleks, maka nilai-nilai itu bersifat kait mengkait, sehingga menjadi sistem nilai. 5) Mengadakan karakterisasi nilai, kemampuan tertinggi dalam kawasan afektif dalam mengkarakterisasi nilai-nilai. Maksudnya, nilai-nilai ersebut sudah siap untuk menjadi tingkah laku seseorang. c. Psikomotorik Kawasan Psikomotorik berisi aspek-aspek yang lebih menekankan pada keterampilan motorik. Dalam drama, jelas bahwa tujuan pengajaran tidak hanya terhenti pada kognitif dan afektif, tapi juga psikomotor (praktik bermain drama). Dalam bermain drama, pementasan dapat berjalan dengan baik jika aktor atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
aktris dibekali pengetahuan dan sikap. jadi permainannya bukan sekedar gerak motorik belaka. Melalui pembelajaran bermain drama siswa dapat mengembangkan keterampilan kebahasaannya dan membantu mereka dalam menambah wawasan hidup dan kehidupan yang lebih luas. Selain itu, drama dapat membantu siswa dalam pemahaman dan penggunaan bahasa yang sedang dipelajarinya. Hal ini, menunjang salah satu fungsi bahasa, yaitu untuk berkomunikasi. 2.2.5 Kerja Sama Siswa Dalam Bermain Drama Selain keterampilan dalam bermain drama.
Sikap siswa ketika
pembelajaran di kelas berlangsung perlu diperhatikan terlebih saat bermain drama. Kerja sama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena dengan kerja sama juga menuntut interaksi antara beberapa pihak. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama (Tohirin, 2006:50). Kerja sama dalam konteks pembelajaran yang melibatkan siswa terlebih dalam bermain drama. Ketika siswa bermain drama tentunya hal tersebut berlangsung didalam kelompok. Saat siswa beraktivitas di dalam kelompok dibutuhkan kerja sama antar siswa. Dengan adanya kerja sama yang baik akan membuat kelompok semakin semangat dan kompak terlebih ketika tampil di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Selain itu dengan bekerja sama siswa dapat memberikan pendapat atau informasi pengalaman yang dimiliki. Disinilah kelebihan dalam bekerja sama dapat saling bertukar pikiran dalam kelompok. Oleh karena itu, dengan proses pembelajaran kerja sama di dalam kelompok akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Indikator kerjasama siswa dapat dilihat melalui beberapa kemampuan siswa dalam membantu teman dalam kelompok, kemampuan menghargai teman, dan kemampuan membina kebersamaan di dalam kelas. Dalam penggunaan metode bermain peran (role palying) siswa dituntut untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok yang belum jelas, menghargai pendapat setiap anggota, setiap anggota berbagi tugas secara adil, setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok hingga mencapai kesepakatan, bekerja sama ketika pentas sehingga dapat menampilkan secara maksimal. 2.2.6 Metode Pembelajaran Perkembangan mental peserta didik di sekolah antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu. bimbingan dan pengarahan ke arah kedewasaan. Bahan ajar disusun secara sistematis agar mudah diserap dan dikuasai oleh anak. Semuanya didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain pendekatan merupakan dasar penentu metode yang digunakan. (Mulyasa, 2007: 107). Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Pada saat menerapkan metode dalam pembelajaran seorang guru harus menyesuaikannya dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi dan kondisi pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Metode pembelajaran tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, guru harus mampu meminimalisasi kekurangan yang ada pada masing-masing metode pembelajaran. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti memilih metode bermain peran (role playing) untuk diterapkan pada pembelajaran bermain drama. 2.2.7 Metode Bermain Peran (Role Playing) Role playing adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang mereka peragakan dan berinteraksi dengan temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Metode ini dapat digunakan untuk mempraktikkan isi pelajaran yang baru, mereka diberikan
kesempatan
menemukan
seluas-luasnya
kemungkinan
masalah
untuk yang
menjadi dihadapi
pemeran dalam
sehingga
pelaksanaan
sesungguhnya. Metode ini menuntut guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa (Yamin, 2009). Dalam bermain peran, siswa mengeksplorasi masalah hubungan manusia dengan memberlakukan situasi masalah, kemudian mendiskusikan enactments (keadaan, situasi atau hukum yang berlaku) secara bersama, siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan strategi dalam pemecahan masalah. Bermain peran sebagai model pembelajaran memiliki akar di kedua pribadi dan dimensi dan sosial pendidikan. Ia mencoba untuk membantu individu menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan untuk mengatasi dilema pribadi dengan bantuan dari kelompok sosial. Dalam dimensi sosial, memungkinkan individu untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama antar pribadi, dan dalam mengembangkan cara-cara yang layak dan demokratis untuk mengatasi situasi ini. Kami telah menempatkan metode bermain peran dalam keluarga sosial karena kelompok sosial memainkan peran seperti yang diperlukan, karena kesempatan pengembangan pribadi manusia penting dan unik yang menawarkan permainan peran untuk menyelesaikan dilema interpersonal dan sosial (Bruce Joyce, 2009: 290). Bermain peran sebagai metode pembelajaran yang berpusat pada dimensi pendidikan, metode ini semaksimal mungkin membantu peserta didik untuk menemui makna atau jati dirinya (George Shaftel, 1967). Dalam dimensi sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
siswa dapat berdiskusi dan menganalisa situasi sosial terutama antar masalah pribadi mereka, dengan demikian metode bermain peran ini sangat baik sekali diterapkan untuk menggali lebih jauh potensi yang ada dalam diri peserta didik, serta permasalahan apa yang sebenarnya dialami oleh siswa yang dapat dijadikan dasar bagi guru untuk mencapai tujuan pendidikan. 2.2.6.1 Tujuan dan Asumsi Bermain peran Inti dari bermain peran adalah keterlibatan peserta dan pengamat dalam situasi masalah yang nyata dan keinginan untuk resolusi dan pemahaman yang menimbulkan keterlibatan ini. Proses role-playing menyediakan contoh hidup dari perilaku manusia yang berfungsi sebagai wahana bagi siswa untuk: (1) mengeksplorasi perasaan mereka, (2) mendapatkan informasi tentang sikap, nilainilai, dan persepsi mereka, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam pemecahan masalah mereka, dan (4) mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara yang bervariasi. Sebagai sebuah kesimpulan, dimana hakikat atau intisari dari metode bermain peran ini adalah terletak pada keterlibatan peserta didik dan pengamat dalam situasi permasalahan yang nyata, dan keterlibatan tersebut akan membuat personal menjadi paham akan permasalah yang diungkapkan. Bermain peran yang menyediakan contoh hidup dari perilaku manusia (tampilan berbagai ekspresi dari tokoh yang diperankan) dapat berfungsi sebagai sarana bagi siswa untuk mewujudkan perasaan mereka. Siswa mendapatkan informasi tentang sikap, nilainilai dan persepsi mereka, serta mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah mereka, dan tidak kalah pentingnya adalah dapat mengekspolari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
(menyampaikan) materi pelajaran dengan cara yang bervariasi (Bruce Joyce, 2009: 291). 2.2.6.2 Metode Pembelajaran Bermain Peran Bruce Joyce dan Marsha Weil, 2009 dalam bukunya Models Of Teaching menjelaskan satu persatu tentang sembilan prosedur metode pembelajaran bermain peran yang diungkapkan oleh Shaftel sebagai berikut: Pertama, pemanasan (warm up the group). Dalam tahap ini, guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai dengan contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita berhenti jika dilema dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir tentang hal tersebut dan memprediksi akhir dari cerita. Kedua, memilih partisipan (select participants). Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya. Langkah kedua ini lebih baik. langkah pertama dilakukan jika siswa pasif dan enggan untuk berperan apa pun. Sebagai contoh, seorang anak memilih peran sebagai ayah. Dia ingin memerankan seorang ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
yang galak dengan kumis tebal. guru menunjuk salah seorang siswa untuk memerankan anak seperti ilustrasi di atas. Ketiga, menata panggung (set the stage). Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang menggambarkan urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul, kemudian diikuti oleh siapa, dan seterusnya. Sementara penataan panggung yang lebih kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lainlain. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung, tetapi proses bermain peran itu sendiri. Keempat, menyiapkan pengamat (prepare observers). Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran. untuk itu, walaupun mereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan tersebut. Kelima, memainkan peran (enact). Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segara masuk ke langkah berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Keenam, diskusi dan evaluasi (discuss and avaluate). guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti peran. Atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah. Apa pun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah. Ketujuh, memainkan peran ulang (reenact). Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario. Siswa dan guru bisa berbagi penafsiran baru dan memutuskan kapan individu baru harus bermain. Aktivitas cadangan antara pembahasan dan bertindak. Seharusnya, pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Kedelapan, diskusi dan evaluasi (discuss and evaluate). pembahasan diskusi dan evaluasi lebih di arahkan pada realitas. Mengapa demikian? Karena pada saat permainan peran dilakukan. banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi. Contoh lain, seorang siswa memerankan peran orang tua yang galak. Kegalakannya yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi. Kesembilan, berbagi pengalaman dan kesimpulan (share experience and generalize). Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia menjadi seorang pembeli yang sedang menawar barang dengan harga yang belum diketahui harga jualnya tetapi ia menawar dengan harga yang tidak realistis. Kemudian guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
membahas bagaimana sebaiknya menghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi penjual, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa akan menemukan pengalaman baru dan akan belajar tentang kehidupan. dan yang tak kalah pentingnya dengan bermain peran ini, siswa akan lebih bersemangat, senang dan lebih aktif dalam belajar, sehingga siswa dapat menyerap materi dan tentunya tujuan pembelajaran pun akan tercapai. Bermain peran (role playing) perlu digunakan di dalam kelas karena role playing dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan yang ampuh, di mana terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin di eksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario) (Zaini, dkk: 2008). 2.2.7 Pembelajaran Bermain Drama melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) Teknik pembelajaran role playing membuka kesempatan bagi semua siswa untuk mengembangkan kemampuan bermain peran mereka. Selain itu, adanya sesi feedback atau pemberian masukan dari teman-teman, diharapkan dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk dapat memperbaiki kekurangannya pada saat praktik bermain drama (Melvin, Silberman, 2011: 233). Teknik role playing ini bisa digunakan untuk menyemarakan diskusi dan suasana, mempraktikan keterampilan dalam pembelajaran bermain drama. Melalui teknik ini, siswa diajak untuk aktif. Penerapan metode role playing ini diharapkan akan dapat membantu meningkatkan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
2.2.8 Kerangka Berpikir Berdasarkan hasil wawancara kepada guru bahasa Indonesia SMP Insitut Indonesia, diketahui bahwa siswa kurang tahu cara berekspresi dalam bermain drama, rendahnya keberanian siswa, guru yang masih melakukan metode penugasan, rendahnya minat siswa dalam bermain drama disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah ketidaktepatan metode dan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran bermain drama yang dilakukan secara konvensional menjadi rendahnya minat siswa. Hal tersebut menjadikan siswa kurang percaya diri, bosan dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran. Komponen terpenting untuk pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengajar harus memiliki metode agar siswa dapat belajar efektif dan efesien. Guru harus menguasai metode dan model pembelajaran serta pandai dalam memilih dan menerapkan sesuai dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan dalam pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta difokuskan kepada peningkatan keterampilan dan sikap bekerja sama siswa di dalam kelas dalam kelas bermain drama. Peneliti mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan metode bermain peran (role playing). Alat ukur yang digunakan dalam metode bermain peran (role playing) untuk mengetahui seberapa besar efektifitas metode bermain peran (role playing) bagi keterampilan bermain drama siswa mencakup 5 aspek, yaitu: mimik (ekspresi), penghayatan, gerak, diksi (intonasi), artikulasi (Harymawan, 1993: 17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bermain drama siswa yaitu metode bermain peran (role playing). Metode pembelajaran tersebut diharapkan dapat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran bermain drama di kelas sehingga siswa lebih aktif, dapat berekspresi dengan baik, percaya diri, dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Kerangka Berpikir: 2.1 Kerangka Berpikir 1. Rendahnya keberanian siswa 2. Guru melakukan metode penugasan 3. Siswa kurang tahu berekspresi 4. Kurang antusias 5. Kurangnya kerja sama dalam kelompok.
1. Siswa aktif 2. Pembelajaran menyenangkan 3. Siswa lebih komunikatif 4. Berani mencoba berekspresi 5. Kerja sama dalam kelompok menjadi lebih kompak.
Kondisi Awal
Tindakan Bermain Peran (Role Playing)
Siklus I
1. Siswa belum sepenuhnya berkerja sama dalam kelompoknya 2. Keseluruhan aspek penunjang bermain drama belum terpenuhi
Siklus II
1. Siswa bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya dalam pembelajaran bermain drama. 2. Keterampilan bermain drama meningkat.
Keterampilan bermain drama siswa rendah
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar 2. Siswa bermain drama berdasarkan naskah 3. Siswa berdiskusi dengan teman sekolompoknya 4. Siswa tampil secara begilaran 5. Siswa memberikan masukan (ide dan penilaian) 6. Berdiskusi bersama dan evaluasi (berbagi pengalaman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
2.2.9 Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh peneliti, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan keterampilan dan perubahan sikap bekerja sama dalam bermain drama siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk merencanakan masalah tersebut dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Wina Sanjaya, 2009: 26). Menurut Arikunto (2006: 3), penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian tindakan kelas yang ideal seharusnya dilakukan dengan melakukan kerjasama secara kolaboratif antara pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan (Arikunto, 2006: 17). Dalam hal ini, penelitian melibatkan mahasiswa sebagai peneliti yang berkolaborasi dengan guru Bahasa Indonesia kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Acuan yang dijadikan pedoman penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart yang mencakup perencanaan tindakan, implementasi tindakan dan observasi, serta refleksi. Gambar model penelitian tindakan kelas dapat dilihat sebagai berikut.
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart Dari gambar siklus tersebut, maka tahap-tahap dalam penelitian tindakan meliputi: (1) Plan (perencanaan); (2) Act (Pelaksanaan tindakan), (3) Observe (pengamatan); dan (4) Reflect (refleksi). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, siklus I dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama siswa setelah dilakukan tindakan dengan teknik role playing Tindakan siklus II bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan keterampilan dan sikap bekerja sama siswa dalam bermain drama setelah dilakukan proses perbaikan dan pelaksanaan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi hasil siklus I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
3.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Institut Indonesia Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 orang, terdiri dari 12 orang siswa putra dan 12 orang siswa putri. 3.3 Objek Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah keterampilan bermain drama dan sikap bekerja sama siswa kelas VIII SMP Institut Indonesia Yogyakarta menggunakan metode bermain peran (role playing). 3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat penelitian Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMP Institut Indonesia, Jln. Jendral Sudirman Urip Sumoharji, Klitren Yogyakarta 55222. 3.4.2 Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016, semester II (genap). 3.5 Rancangan Penelitian Penelitian berawal dari adanya masalah dalam pembelajaran bermain drama di kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Masalah yang ada diamati dan dieksplorasi, yang kemudian menjadi dasar perencanaan penelitian. Perencanaan dilakukan secara umum dan khusus. Perencanaan umum meliputi keseluruhan penelitian. Perencanaan khusus mencakup tiap siklus penelitian yang selalu dilakukan di awal siklus, selanjutnya dilakukan pemberian tindakan (acting) dan pengamatan (observing) selama tindakan diberikan. Akhir siklus dilakukan refleksi untuk melihat ketercapaian hasil tindakan yang telah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Tindakan yang dilakukan adalah penerapan teknik pembelajaran role playing dalam meningkatkan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Pada siklus pertama siswa akan mendapatkan praktik bermain drama dengan teknik role playing. Hasil refleksi dari siklus pertama akan dijadikan sebagai dasar untuk menentukan tindakan berikutnya. 3.6 Prosedur Pelaksanaan Tindakan Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. 3.6.1 Pra Tindakan Kegiatan pratindakan merupakan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Bagian ini lebih mengarahkan peneliti untuk menjelaskan apaa yang akan dilakukan pada pra-tindakan sebelum dilaksanakan penelitian. 1) Permohonan ijin untuk melaksanakan penelitian kepada guru Bahasa Indonesia SMP Institut Indonesia Yogyakarta. 2) Wawancara kepada guru Bahasa Indonesia SMP Institut Indonesia. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. 3) Mengidentifikasi dan menemukan akar permasalahan yang dialami oleh siswa kelas VIII B pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 4) Menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
5) Menyusun judul dan proposal penelitian. 6) Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya. 7) Menyusun instrumen pembelajaran. 8) Menyusun instrumen pengumpulan data (instrumen penilaian, angket, lembar observasi) 9) Mempersiapkan media yang diperlukan dalam mendukung pembelajaran di kelas. 3.6.2 Siklus I Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus ini dilakukan empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 3.6.2.1 Rencana Tindakan Peneliti terlebih dahulu merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan antara lain sebagai berikut: 1) Menganalisis materi dan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk rencana pembelajaran. 2) Membuat perangkat pembelajaran yang berupa silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan pada saat melakukan penelitian. 3) Mempersiapkan materi yang akan diajarkan. 4) Membuat instrumen pengumpulan data, yaitu a. Membuat lembar observasi untuk mengetahui perkembangan bermain drama siswa di dalam kelompok menggunakan metode bermain peran (role playing).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
b. Membuat kuesioner untuk mengukur sikap siswa dalam bermain drama. 3.6.2.2 Pelaksanaan dan Observasi Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan dari rancangan (Arikunto, 2006: 139). Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat, yakni dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode bermain peran (role playing). Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati keterampilan bermain drama, aktivitas dan perilaku (sikap) siswa. Kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1) Mengkondisikan kelas dalam suasana belajar. 2) Menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3) Menyampaikan apersepsi untuk memotivasi siswa agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. 4) Peneliti menampilkan video drama. Video yang akan ditampilkan berjumlah dua dengan judul malin kundang dan serigala berbulu domba. 5) Peneliti menyampaikan materi secara singkat. 6) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 orang. 7) Memberi penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. 8) Melaksanakan pembelajaran siklus I dengan metode bermain peran (role playing) sesuai RPP yang telah dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
9) Siswa dan peneliti bersama-sama menarik kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan bersama-sama. 10) Melakukan refleksi bersama siswa. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan menggunakan lembar observasi yang disiapkan. Hal yang diamati adalah aktivitas siswa dalam kelompok. 3.6.2.3 Refleksi Refleksi dilakukan pada setiap akhir pertemuan pembelajaran. Hasil refleksi digunakan untuk membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya berdasarkan daftar permasalahan tersebut, dalam rangka perbaikan untuk mencapai indikator yang ditetapkan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1) Merefleksikan apa yang telah dilakukan pada siklus I baik pertemuan 1 dan 2. 2) Mencatat hal-hal yang telah dan belum tercapai pada siklus I, baik pertemuan 1 dan 2, kendala dan hambatan yang ditemukan, kondisi siswa sebelum dan setelah siklus I. 3) Membandingkan hasil evaluasi siswa dan hasil observasi. 3.6.3 Siklus II Pelaksanaan siklus II sama seperti siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus I digunakan sebagai refleksi untuk menindak lanjuti pelaksanaan pada siklus II dengan upaya untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
3.6.3.1 Rencana Tindakan Kegiatan pada siklus II meliputi: 1) Indentifikasi masalah dan merumuskan masalah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Menyusun instrumen penelitian yang sesuai dengan metode bermain peran (role playing). 3.6.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama dan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan siswa di kelas. Kegiatan yang dilaksanakan adalah: 1) Mengkondisikan kelas dalam suasana belajar 2) Menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3) Menyampaikan apersepsi untuk memotivasi siswa. 4) Peneliti menyampaikan materi secara singkat. 5) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 orang. 6) Melaksanakan pementasan drama dengan metode bermain peran (role playing) sesuai RPP yang telah dibuat sebelumnya 7) Siswa dan peneliti bersama-sama menarik kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan bersama-sama. 8) Mengadakan evaluasi pembelajaran siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan menggunakan lembar observasi yang disiapkan. Hal yang diamati adalah aktivitas siswa dalam kelompok. 3.6.3.3 Refleksi Pada siklus ini dievaluasi mengenai tindakan-tindakan yang sudah dilakukan. Hal-hal yang dicatat adalah seberapa besar perubahan atau peningkatan keterampilan dan perubahan sikap bekerja sama siswa dalam bermain drama menggunakan metode bermain peran (role playing). Kegiatan pada refleksi siklus II meliputi: 1) Merefleksikan apa yang telah dilakukan pada siklus II (pertemuan 1 dan 2). 2) Mencatat hal-hal yang telah dan belum dicapai pada siklus 2 pertemuan 1 dan 2, kendala dan hambatan yang ditemukan, kondisi siswa sebelum dan setelah siklus. 3) Membandingkan hasil evaluasi siswa dan hasil observasi pada siklus 1 dan 2. 4) Memutuskan apakah penelitian pada siklus 1 dan 2 sudah berhasil atau belum. Jika indikator sudah tercapai, penelitian dapat dikatakan berhasil dan jika belum tercapai maka penelitian ini belum berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
3.7 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah segala macam alat atau aktifitas yang dapat digunakan dalam pengumpulan data atau informasi dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu teknik tes dan teknik non tes.
3.7.1 Tes (praktik bermain drama) Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemahaman dalam pembelajaran. Tes yang digunakan oleh peneliti adalah berupa tes performansi dalam memainkan drama dengan langkah-langkah penerapan metode Bermain Peran (role playing). 3.7.2 Nontes Teknik pengumpulan nontes dilakukan dengan pengamatan atau observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Adapun penjelasan masing-masing teknik sebagai berikut. 3.7.2.1 Pengamatan atau Observasi Menurut Nurgiyantoro (2010: 57) observasi atau pengamatan adalah penelitian dengan cara mengadakan pengamatan terhadap suatu hal secaraa berlangsung, teliti dan sistematis. Pengamatan dilakukan untuk mengamati tingkah laku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengamatan penelitian ini, dilakukan untuk memperoleh data berupa gambaran proses praktik bermain drama selama kegiatan belajar mengajar berlangsung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
sikap siswa, interaksi yang terjadi antara siswa dan guru, serta perlakuan dan tindakan guru dari awal hingga akhir pelajaran berlangsung. 3.7.2.2 Wawancara Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pandangan guru dan siswa terhadap kemapuan bermain drama, metode, dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. 3.7.2.3 Angket Angket adalah instrumen pencarian data yang berupa pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang dapat mengungkapkan pengetahuan dengan pengalaman berbicara, khususnya bermain drama. 3.7.2.4 Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi foto. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik ini berupa gambar kegiatan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
Peristiwa
yang
didokumentasikan diusahakan dapat mewakili setiap kegiatan dalam pembelajaran bermain drama. 3.8 Instrumen Penelitian Untuk memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data, diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan terefleksi dengan baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
1) Pedoman pengamatan, digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran. 2) Angket, digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan pembelajaran bermain drama. 3) Lembar penilaian keterampilan bermain drama, digunakan untuk penilaian tes praktik bermain drama. Lembar penilaian digunakan untuk melaporkan hasil penilaian berdasarkan faktor-faktor penunjang keterampilan dalam bermain drama yang diolah dari Harymawan (1993:45). Rincian aspek penilaian bermain drama dapat dilihat dalam tabel berikut Tabel 3.1 : Pedoman penilaian Tes Praktik Bermain Drama melalui Teknik role playing Tabel Pedoman Penilaian Bermain Drama No Aspek 1. Mimik 1.ekspresi
Indikator 5= (9-10) siswa dapat menyesuaikan dialog sesuai tokoh yang diperankan, pandangan menyebar dan menguasai situasi dalam pemeranan. 4= (7-8) dapat menyesuaikan dialog sesuai tokoh yang diperankan, pandangan menyebar ke seluruh ruang, kurang dapat menguasai situasi. 3= (5-6) siswa kurang dalam menyesuaikan dialog sesuai tokoh yang diperankan, pandangan terpaku pada satu arah dan kurang dapat menguasai situasi. 2= (3-4) siswa kurang dalam menyesuaikan dialog sesuai tokoh yang diperankan, terpaku pada satu serta tidak dapat menguasai situasi. 1= (1-2) siswa tidak menyesuaikan dialog sesuai dengan tokoh yang diperankan, tidak sesuai dengan dialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
2.
Penghayatan
5= (9-10) siswa sangat menghayati karakter tokoh yang diperankannya, sesuai dengan alur dan tuntutan naskah. 4= (7-8) penghayatan karakter tokoh sudah bagus, kurang mengikuti alur dan tuntutan naskah. 3= ( 5-6) siswa kurang menghayati karakter tokoh, tidak mengikuti sesuai dengan alur cerita. 2= (3-4) siswa tidak menghayati karakter tokoh dalam cerita ,dan tidak mengikuti sesuai dengan alur cerita. 1= (1-2) siswa sama sekali tidak menghayati karakter tokoh, melenceng dari tuntutan naskah.
3.
Gerak
4.
Diksi 1. Intonasi
5= (9-10) saat tampil kemunculan pertama terlihat mantap, gerakan bersifat alami, menyesuaikan dialog, dapat memposisikan tubuh (blocking)dengan baik. 4= (7-8) kemunculan pertama terlihat mantap, gerakan bersifat alami, menyesuaikan dialog, dan kurang begitu bisamenempatkan diri (blocking). 3= (5-6) kemunculan pertama sedikit ragu-ragu, gerakan bersifat alami kurang menyesuaikan dialog, kurang dapat menempatkan diri (blocking). 2= (3-4) kemunculan pertama terlihat ragu-ragu, gerakan terlihat kaku, kurang menyesuaikan dialog, tidak dapat menempatkan diri (blocking). 1= (1-2) sangat terlihat gugup dan ragu-ragu sehingga gerakan terlihat canggung, tidak sesuai dengan dialog.
5= (9-10) siswa dapat mengatur jeda dengan tepat, intonasi bervariasi menyesuaikan tuntutan naskah, pembicaraan lancar dan tidak terputus-putus. 4= (7-8) siswa dapat mengatur jeda dengan tepat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
intonasi bervariasi sesuai tuntutan naskah, pembicaraan lancar tetapi sedikit terputusputus. 3= (5-6) siswa dapat mengatur jeda, intonasi cukup bervariasi sesuai tuntutan naskah, pembicaraan kurang lancar, sedikit terbatabata. 2= (3-4) siswa kurang dalam mengatur jeda, intonasi monoton, pembicaraan tidak lancar dan terbata-bata. 1= (1-2) siswa sama sekali tidak dapat mengatur jeda, berbicara seolah membaca dan tidak jelas.
5.
Artikulasi
5= (9-10) pengucapan keras, terdengar jelas dan dapat dimengerti. 4= (7-8) pengucapan keras , terdengar cukup jelas dan dapat dimengerti. bahasa jelas tapi kurang keras. 3= (5-6) pengucapan cukup keras,terdengar jelas tetapi kurang dapat dimengerti. 2= (3-4) pengucapan pelan, terdengar, namun tidak begitu jelas dan tidak dapat dimengerti. 1= (1-2) pengucapan sama sekali tidak dapat dimengerti
. Diolah dari sumber: Harymawan (1993:45). Keterangan: - Jumlah skor maksimal= 50 - Kategori Rata-rata Skor : Skor 7,6 – 10 : Baik Sekali / BS Skor 5,1 – 7,5: Baik / B Skor 2,6 – 5,0 : Cukup / C Skor 0 – 2,5 : Kurang / K a) Pada aspek ekspresi, beberapa hal yang diperhatikan antara lain kesesuaian dengan karakter yang seharusnya, kesesuaian dengan dialog serta pandangan mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
pada saat berakting. Seorang pemeran drama menggunakan wajahnya untuk memerankan karakter tertentu. Organ pada wajah digunakan untuk memperkuat karakter. Organ tersebut seperti mata, hidung, alis, mulut, dan lainnya. Misalnya memerankan orang yang marah, maka mata dibuka lebar-lebar atau melotot. b) Aspek penghayatan mencakup penjiwaan terhadap karakter tokoh yang diperankan serta kesesuaian permainan (acting) dengan tuntutan yang ada dalam naskah. c) Aspek gerak berkaitan dengan sikap atau gerak-gerik pemain saat mempraktikan drama. Kesesuaian gerakan dan dialog perlu untuk diperhatikan, hal ini agar gerakan-gerakan yang dihasilkan tidak terlihat kaku. d) Aspek intonasi terkait dengan bagaimana siswa mengatur tinggi rendahnya suara, mengatur jeda pada saat melakukan percakapan, serta penyesuaiannya dengan tuntutan dialog dalam naskah drama. e) Aspek Artikulasi berkaitan dengan ketepatan pengucapan bunyi bahasa. Agar percakapan dapat dimengerti penonton, pemain harus dapat melafalkan setiap kalimat dengan baik. Tidak cukup hanya dengan keras, tetapi juga harus jelas vokalisasinya. Lembar penilaian yang terdapat dalam tabel I digunakan peneliti sebagai instrumen penelitian dalam tes keterampilan bermain drama siswa baik sebelum tindakan maupun sesudah diberi tindakan. Hasil penelitian tersebut yang yang akan digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan penerapan teknik bermain peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan bermain drama siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
3.9 Validitas dan Reliabilitas Suatu penelitian harus menggunakan instrumen yang baik untuk memperoleh data yang akurat. Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Sebuah instrumen dapat dikatan valid jika instrumen tersebut mampu memenuhi fungsinya sebagai alat ukur tersebut, dan suatu instrmen dikatakan reliabel apabila instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. 3.9.1 Validitas data Burn melalui Madya (2009: 37-45) mengemukakan beberapa validitas dalam peneitian tindakan, yaitu validitas demokratik (democratic validity), validitas proses (process validity), validitas hasil, validitas katalik (catalytic validity), dan validitas dialogik (dialogic validity). Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah: 3.9.1.1 Validitas Demokratis Validitas ini dilakukan dalam rangka identifikasi masalah, perencanaan tindakan yang relevan dan hal lainnya dari awal penelitian hingga akhir. Semua subjek yang terkait meliputi peneliti, guru pengajar, observer pendukung, dan siswa yang terlibat dalam penelitian (Madya, 2009: 38). Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai masukan/pendapat. Dalam hal ini, peneliti, guru, dan siswa masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan selama penelitian berlangsung. Pada saat observasi awal, guru diberi kesempatan untuk mengungkapkan pandangan atau pendapatnya tentang kondisi pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
bermain drama, hingga dicapai suatu kesepakatan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Selanjutnya, permasalahan yang ada didiskusikan untuk merumuskan tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan penelitian yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian (siswa). Siswa juga didorong untuk mengungkapkan pendapat dan gagasannya selama penelitian berlangsung. 3.9.1.2 Validitas Proses Validitas proses dicapai dengan cara peneliti dan kolabolator secara intensif, berkesinambungan dan berkolaborasi dalam semua kegiatan yang terkait dengan proses penelitian (Madya, 2009: 40). Proses penelitian dilakukan dengan guru sebagai praktisi tindakan di kelas dan peneliti sebagai partisipan observer yang selalu berada di kelas dan mengikuti keseluruhan proses pembelajaran. Guru bersama peneliti secara kritis merefleksikan proses pembelajaran sehingga dapat melihat berbagai kekurangan dan segera berupaya untuk memperbaikinya. 3.9.2 Reliabilitas Data Penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat transformatif tanpa kendali apapun (alami) sehingga sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi. Penilaian peneliti menjadi salah satu tumpuan reliabilitas PTK (Madya, 2009: 45). Salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana data yang dikumpulkan reliabel adalah dengan menyajikan data asli, seperti transkrip wawancara, tes bermain drama, angket, lembar observasi, dan juga dokumentasi foto selama penelitian berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
3.10 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif, yaitu mendeskripsikan kemampuan bermain drama sebelum dan sesudah implementasi tindakan. Analisis kualitatif digunakan untuk data kualitatif yang berupa hasil wawancara, tes bermain drama, angket, lembar observasi. Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian bermain drama sebelum dan sesudah diberi tindakan. 3.10.1 Ketuntasan Individu Ketuntasan individu siswa dapat diperoleh jika siswa memperoleh nilai ≥75 yang merupakan nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Nilai ketuntasan individu ditentukan dari nilai atau skor yang diperoleh siswa dengan menggunakan persamaan: Nilai Individu =
∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 ∑𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
× 100%
3.10.2 Ketuntasan Klasikal Ketuntasan klasikal dikatakan telah dicapai apabila siswa melampaui KKM dengan target pencapaian lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah siswa
dalam
kelas.
Untuk
mengetahui
ketuntasan
secara
menggunakan rumus sebagai berikut : Presentase KKM =
∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝐾𝐾𝑀 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
× 100%
Dalam menghitung rata-rata kelas setiap siklus digunakan rumus : Rata-rata = =
∑𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘 ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
klasikal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
3.10.3 Observasi Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada setiap siswa. Terdapat 7 aspek dalam ranah afektif yang harus diisi oleh observer. Skor observasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Nilai =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
×1
Tabel 3.2 Kategori Nilai Hasil Observasi Aspek Afektif
Presentase yang diperoleh
Keterangan
66,68 ≤ q ≤ 100
Tinggi
33,34 ≤ q ≤ 66,67
Sedang
0 ≤ q ≤ 33,33
Rendah
(Arikunto, 2007)
3.11 Kriteria Keberhasilan Tindakan Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan tindakan ini terdiri dari keberhasilan proses dan performasi. 3.11.1 Indikator keberhasilan proses dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dapat berlangsung dengan menyenangkan dan untuk aspek siswa di kelas ketika pembelajaran berlangsung. Siswa lebih menghargai teman yang tampil di depan kelas, percaya diri, mampu bekerja sama dengan baik bersama kelompoknya, konsentrasi/serius dalam mengikuti pembelajaran. 3.11.2 Indikator keberhasilan perfomance dideskripsikan dari keberhasilan siswa dalam praktik bermain drama dengan metode bermain peran (role playing). Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
dapat berekspresi sesuai tokoh yang diperankan, menghayati karakter tokoh sesuai dengan alur dan tuntutan naskah, gerak menyesuaikan dialog, dapat mengatur jeda dengan tepat, dalam pengucapan keras dan terdengar jelas dan dapat dimengerti. Keberhasilan jika siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah mencapai nilai taraf keberhasilan minimal, yakni memperoleh nilai ≥75.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Tabel 3.3 Indikator Keberhasilan Pembelajaran Target No 1 2
3
4
Indikator Nilai rata-rata kelas Jumlah siswa yang mencapai KKM Skor rata-rata sikap bekerja sama siswa di dalam kelompok Perubahan sikap siswa dalam bekerjasama di kelompok.
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
60
70
75
Siswa yang mencapai KKM ≥75 Sebanyak 40%
Ketuntasan KKM 70%
Kentutasan KKM 80%
3,26
4,29
4,45
Belum dapat bekerja sama kelompok dengan baik.
Suasana kelas lebih terkendali, siswa bekerja sama dengan baik bersama kelompoknya
Siswa dapat bekerja sama sangat baik. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok. Setiap anggota ikut memecahkan masalah dalam kelompok sehingga mencapai kesepakatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
metode bermain peran (role playing) dalam dua siklus yang dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2016, bertempat di SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah keterampilan dan perubahan perilaku (sikap) bermain drama siswa kelas VIII B SMP Insitut Indonesia Yogyakarta. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi setting penelitian. Hasil penelitian akan diuraikan secara garis besar mencakup informasi awal kemampuan siswa dalam bermain drama. Pelaksanaan tindakan kelas persiklus, peningkatan keterampilan siswa bermain drama melalui teknik pembelajaran bermain peran (role playing) dan perubahan sikap bekerja sama siswa saat pembelajaran drama. 4.1.1
Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016. Adapun
pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan pembelajaran bermain drama di kelas VIII B. Pelaksanaan tindakan telah melalui proses wawancara dan observasi terlebih dahulu. Jadwal pelaksanaan penelitian dibuat berdasarkan kesepakatan antara guru.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Tabel 4.1: Jadwal Penelitian No
Hari/Tanggal
Kegiatan
1
Selasa, 5 April 2016
Wawancara dan observasi dengan guru.
2
Rabu, 13 April 2016
3
Kamis, 12 Mei 2016
4
Jumat, 13 Mei 2016
5.
Kamis, 19 Mei 2016
6
Jumat, 20 Mei 2016
Koordinasi dengan guru untuk menentukan jadwal dan penelitian. Pelaksanaan siklus I dan pertemuan I KBM dan praktik bermain drama dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). Pelaksanaan Siklus I pertemuan 2 Tes bermain peran sesuai naskah drama yang disiapkan, evaluasi dan refleksi tes akhir siklus I. Pelaksanaan Siklus II pertemuan I KBM dan praktik bermain drama dengan menggunakan menggunakan metode bermain peran (role playing). Pelaksanaan Siklus II pertemuan 2 Tes bermain peran sesuai naskah drama yang disiapkan, evaluasi dan refleksi tes akhir siklus II.
4.1.2 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan empat kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk siklus I dan dua kali untuk siklus II. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan menerapkan metode bermain peran (role playing) dalam pembelajaran bermain drama dilakukan secara bertahap. 4.1.3 Deskripsi Awal Deskripsi awal yang terjadi pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia dalam kemampuan bermain drama masih rendah. Sebagian siswa belum dapat bermain dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh yang diperankan. Beberapa penyebab siswa belum dapat bermain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
drama dengan baik diantarannya adalah: masih rendahnya keberanian siswa untuk bicara, kemampuan bahasa yang rendah, guru melakukan pembelajaran drama melalui metode penugasan, yakni membentuk kelompok belajar dan menugaskan kepada siswa pada tiap-tiap kelompok untuk membaca teks dan menghafalkannya. Siswa hanya membaca dan menghafalkan naskah dramanya saja tanpa berusaha memahami karakter tokoh yang diperankannya, siswa kurang mengetahui caracara mengekspresikan dan menghayati karakter tokoh yang diperankan. Pada saat pembelajaran siswa kurang antusias mengikutinya, siswa terlihat tidak serius dan lebih bersenda gurau dengan lawan mainnya. Pembelajaran berpusat pada guru sehingga, siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplor lebih banyak lagi tentang pembelajaran bermain drama. Hal tersebut menjadikan siswa enggan untuk bertanya dan berbicara mengenai materi yang terkait. Sebelum tindakan dimulai, dilakukan observasi mengenai minat dan kemampuan
siswa
dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia,
khususnya
pembelajaran bermain drama. Melalui angket pratindakan mengenai minat dan kemampuan awal siswa, dapat diketahui bahwa penyebab masih rendahnya kemampuan siswa dalam bermain drama disebabkan oleh minat siswa yang masih rendah terhadap pembelajaran bermain drama. Selain itu, sebagian besar siswa mengaku tidak mengetahui cara bermain drama sesuai karakter tokoh yang seharusnya. Berikut gambar deskripsi awal keadaan siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia terkait pembelajaran bermain drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
58% siswa tidak tertarik pada pembelajaran drama
Deskripsi awal
50% siswa tidak tahu cara bermain drama
Rendahnya kemampuan siswa dalam bermain drama
50% siswa tidak mengetahui cara bermain drama sesuai karakter tokoh
Gambar 4.1 : Deskripsi awal keadaan siswa terkait pembelajaran bermain drama (pratindakan) Berdasarkan gambar diatas, diperoleh informasi melalui angket butir nomor 3 (Apakah Anda tertarik dengan pembelajaran bermain drama?), sebanyak 58% siswa merasa tidak tertarik dengan pembelajaran bermain drama. Terdapat beberapa alasan mengapa siswa tidak tertarik terhadap pembelajaran bermain drama. Diantaranya adalah siswa tidak mengetahui bagaimana cara bermain drama yang baik. Hal ini dapat dilihat pada butir nomor 5 (Apakah Anda tahu cara bermain drama?), sebanyak 50% siswa mengaku tidak mengetahui cara bermain drama. Hal itu diperkuat lagi dengan jawaban pada butir 7 (Apakah Anda tahu bagaimana cara memerankan tokoh sesuai dengan karakter yang seharusnya?), yaitu sebanyak 50% siswa tidak tahu bagaimana cara memerankan tokoh sesuai karakter yang diperankan. Rendahnya minat dan kemampuan siswa dalam pembelajaran bermain drama tidak lepas dari peran serta guru. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, khususnya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
pembelajaran drama. Pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan sehingga siswa akan lebih tertarik untuk mengikutinya dan akhirnya apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 4.1.3.1 Siklus I a) Perencanaan Peneliti mempersiapkan segala keperluan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Perangkat Pembelajaran dalam penelitian meliputi: silabus, RPP (Rencana Pelaksanakan Pembelajaran), lembar observasi, dan rubrik penilaian. b) Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 12 Mei 2016 dan pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 13 Mei 2016. 1. Pertemuan I (Kamis, 12 Mei 2016) Penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat. Pada tahap ini, peneliti bersama dengan guru menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan keterampilan dan sikap subjek yang diinginkan. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2016 selama 2x 40 menit (jam ke 1-2). Pada pertemuan pertama ini. Guru terlebih dahulu memperkenalkan peneliti kepada siswa kelas VIII B sebagai guru yang akan mengajar materi bermain drama. Sebelum memulai pembelajaran peneliti menyapa siswa lalu mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran kemudian mengecek kehadiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
siswa serta kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Peneliti memberikan apersepsi mengenai pokok bahasan yang akan dipelajari serta menjelaskan tujuan pembelajaran. Peneliti menanyakan kepada para siswa mengenai praktik bermain drama sebelumnya yang dilakukan bersama guru, apa yang siswa alami dan rasakan ketika praktik di depan kelas. Sebagian besar siswa menjawab masih merasa kesulitan. Peneliti kemudian menjelaskan pada siswa faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat bermain drama, diantarannya adalah ekspresi, penghayatan, gerak, intonasi, dan artikulasi. Peneliti memberikan tanggapan mengenai nilai bermain drama sebelumnya dan memberikan motivasi kepada siswa bahwa bermian drama itu sangat menyenangkan sehingga siswa lebih berani untuk mencoba. Selanjutnya pada kegiatan inti peneliti menampilkan dua buah video drama singkat yang berbeda dengan judul malin kundang dan serigala berbulu domba. Pada dua video tersebut memiliki kualitas yang berbeda sehingga para siswa dituntut bersama-sama menganalisis video tersebut. Menampilkan dua video tersebut siswa dapat membedakan cara untuk tampil dalam sebuah pertunjukan dan cara mengekspresikan diri serta belajar untuk berani. Peneliti menjelaskan prosedur pembelajaran drama menggunakan metode bermain peran (role playing). Peneliti menjelaskan secara perlahan tahap-tahap yang akan dilaksanakan dalam penggunaan metode tersebut. Peneliti membagi siswa dalam 6 kelompok drama, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang, kelompok juga disesuaikan jumlah tokoh yang ada pada naskah drama. Setelah membentuk kelompok peneliti membagikan naskah drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Naskah drama pada siklus pertama ini berjudul pingsan dan tukang jamu. Pemilihan naskah tersebut dikarenakan isinya menarik dan terdapat pembelajaran sosial yang dapat siswa petik mengenai saling menghormati, tidak tergesa-gesa dan pandang bulu terhadap sesama masyarakat. Peneliti memberikan penjelasan metode drama yaitu bermain peran (role playing). Pada awal penjelasan mengenai bermain peran siswa masih bingung apalagi diterapkan pada pembelajaran bermain drama. Tugas peneliti tidak hanya menjelaskan tapi memperagakan bagaimana metode bermain peran diterapkan dan langkah-langkah yang harus dilalui. Setiap siswa menerima naskah drama, setelah para siswa menerima naskah masing-masing mereka tidak hanya membaca tetapi menganalisa apa isi cerita dari naskah tersebut. Peneliti dan guru mendampingi para murid dalam mendalami naskah. Pada pembelajaran siklus I ini peneliti memberikan contoh bagaimana menampilkan drama dengan baik, seperti berekspresi, penghayatan, pemilihan kata, dan olah vokal sehingga para siswa memiliki gambaran sebelum mereka akan tampil dan memudahkan untuk memilih tokoh sesuai karakter yang mereka sukai. Setelah diberikan waktu untuk berdiskusi, setiap kelompok maju kedepan sesuai urutan yang ditentukan untuk berlatih. Pada siklus I pertemuan I ini peneliti masih mengijinkan para siswa membawa naskah drama. Siswa yang tidak maju memberikan masukan kepada teman-temannya. Semua siswa mendapatkan giliran para siswa dan peneliti bersama-sama membahas dan mengevaluasi mengenai segala kegiatan yang telah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Peneliti juga mengingatkan para siswa untuk mempersiapkan segala keperluan untuk tampil pada pertemuan selanjutnya.
Gambar 4.2 Siswa menyimak video pembelajaran drama
2. Siklus I Pertemuan 2 ( Jumat, 13 Mei 2016) Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Mei 2016 selama 2x40 menit (jam ke 3-4). Kegiatan yang dilakukan adalah melanjutkan pertemuan sebelumnya (pertemuan pertama). Dalam pertemuan kali ini, peneliti memberikan pengarahan kembali mengenai metode bermain peran seperti yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Peneliti mengamati perilaku siswa, dan suasana pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan tes keterampilan bermain drama. Prosedur yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Para siswa berkumpul pada kelompoknya masing-masing, kemudian peneliti memberikan penjelasan kembali mengenai setiap tahapan yang akan dilaksanakan pada pembelajaran siklus I pertemuan ke-2. Penjelasan tersebut diharapkan membuat kegiatan bermain drama berjalan dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
2) Sebelum memulai pementasan Peneliti memberikan waktu para siswa untuk mempersiapkan kebutuhan yang digunakan untuk tampil seperti, menyiapkan sound dan kostum. 3) Peneliti meminta setiap kelompok untuk mengamati dan menyampaikan penilaian pada kelompok yang tampil. 4) Peneliti meminta siswa untuk melakukan permainan drama sesuai naskah yang telah didapatkan dan diberi kebebasan untuk berimprovisasi. 5) Peneliti meminta kelompok yang mendapat giliran selanjutnya untuk memberikan pendapat atau masukan pada kelompok yang tampil. Setiap kelompok mendapat gilirannya masing-masing untuk tampil. Peneliti dan guru bekerjasama mengamati dan memberi penilaian setiap penampilan para siswa. Setiap penampilan selesai siswa memberikan masukan kepada teman-temannya yang tampil, bersamaan beberapa masukan dari peneliti dan guru. Waktu yang ditempuh untuk pementasan hanya dua jam mata pelajaran. Guru memberikan ijin tambahan waktu untuk para siswa yang belum tampil untuk bermain drama. Setelah semua kelompok melakukan permainan drama, peneliti kemudian mengkondisikan kelas seperti semula. Peneliti dan para siswa melakukan refleksi dan evaluasi bersama secara menyeluruh tentang proses pembelajaran dan pementasan yang telah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Gambar 4.3 Para siswa berlatih drama bersama kelompoknya
C. Pengamatan Di awal pertemuan siklus I pertemuan 1, peneliti memulai dengan memberikan apersepsi pada siswa dilanjutkan berdiskusi mengenai pembelajaran bermain drama dan aspek-aspek yang dinilai dalam praktik bermain drama. Setelah itu peneliti menjelaskan prosedur pembelajaran bermain drama dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). Dalam praktik bermain drama dengan metode bermain peran (role playing), peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya implementasi tindakan. Hasil yang diperoleh meliputi dampak tindakan terhadap proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan dampak terhadap hasil pembelajaran (perfomance test). 1. Keberhasilan Proses Keberhasilan proses dapat dilihat dari peran serta siswa dalam pembelajaran. Sebagian siswa berperan aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan meskipun masih ada beberapa siswa yang pasif dalam pembelajaran. Saat peneliti meminta siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
melakukan praktik bermain drama, sebagian siswa terlihat siap dan bersemangat, meskipun ada juga yang terlihat gugup dan merasa takut. Di dalam kelas siswa serius membaca dan mempelajari teks dramanya, walau ada beberapa siswa yang ribut dan bermain sendiri dengan teman satu kelompoknya. Setiap kelompok selalu mendapat pengawasan dari peneliti maupun dari guru sehingga, kegiatan setiap kelompok lebih terpantau dan terorganisir dengan baik. Saat pementasan usai peneliti dan para siswa melakukan refleksi bersama mengenai segala kegiatan yang telah terlaksana. Diperoleh masukan bahwa dalam bermain drama, antara satu pemain dengan pemain lainnya (blocking) tidak boleh saling menutupi dikarenakan pementasan bisa menjadi tidak fokus dan menggangu penonton lainnya. Setiap penampil harus bisa menempatkan diri dan menyiapkan space ketika melakukan dialog sehingga peserta lain bisa leluasa untuk
bergerak
dan
tidak
terkesan
bergerombol.
Siswa
harus
dapat
berimprovisasi, terutama pada gerakan-gerakan tokoh agar penonton tidak merasa bosan. Improvisasi bisa menggunakan bahasa santai dan bebas asalkan tidak melenceng jauh dari jalannya cerita sehingga, timbal balik antar tokoh dapat seimbang. Secara keseluruhan, pembelajaran menurut guru sudah berjalan lebih baik dibanding ketika menggunakan pembelajaran yang dilaksanakan seperti biasanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Gambar 4.4 Para siswa berlatih drama bersama kelompoknya
2. Hasil Perfomance Test pada siklus I Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.2 Aspek Penilaian Bermain Drama No
Aspek Penilaian Bermain Drama
Siklus I Skor
1
Ekspresi
6,19
2
Penghayatan
6,35
3
Gerak
6,67
4
Intonasi
6,77
5
Artikulasi
6,85
Jumlah
32,81
Rata-rata
65,62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Dari tabel tersebut, dapat diperoleh data tentang keterampilan drama siswa pada siklus I dalam bermain drama. Rata-rata hitung aspek ekspresi pada siklus I mencapai skor 6,19. Aspek penghayatan mencapai skor 6,35. Aspek gerak mencapai skor 6,67. Aspek intonasi mencapai skor 6,77 dan aspek artikulasi mencapai skor 6,85. Agar lebih jelas, berikut akan dideskripsikan skor keterampilan bermain drama tiap aspek pada kegiatan siklus I. 1. Ekspresi Pada aspek ekspresi, beberapa hal diperhatikan antara lain kesesuaian dengan karakter yang seharusnya, kesesuaian dengan dialog serta pandangan mata pada saat berakting. Pada prasiklus siswa mengalami kesulitan untuk berekspresi dan tidak tahu cara berekspresi dengan baik. Saat penampilan mimik muka siswa cenderung datar. Hal tersebut menyebabkan para penonton bingung akan sifat karakter tokoh yang ditampilkan. Pada saat praktik bermain drama, sebagian besar siswa hanya seperti mengobrol biasa, bahkan ada yang terkesan seperti sedang membaca naskah drama saja. Tidak tampak adanya ekspresi dari permainan siswa hal ini dikarenakan pada saat melakukan praktik bermain drama, guru memperbolehkan siswa untuk membaca naskah, sehingga siswa lebih fokus membaca naskah saja. Aspek ekspresi pada praktik bermain drama siklus I, siswa masih nampak malumalu dan tidak percaya diri dalam berekspresi. Namun beberapa siswa sudah mampu menunjukkan ekspresi tokoh pada drama dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
2. Penghayatan Aspek penghayatan berkaitan dengan penjiwaan terhadap karakter tokoh yang diperankan serta kesesuaian permainan (acting) dengan tuntutan yang ada dalam naskah. Pada prasiklus sebagian siswa belum dapat menghayati tokoh yang diperankannya, siswa masih malu-malu untuk total dalam bermain drama, untuk melepaskan diri dan masuk pada tokoh yang diperankan siswa masih kesulitan. Pada tes siklus I, siswa masih kesulitan dalam menghayati peran yang dibawakan. Contohnya seperti pada siklus I peneliti menggunakan naskah yang berjudul pingsan, terdapat tokoh bernama ibu Yanti orang kaya yang memiliki sifat semena-mena dan pemarah, namun pada praktiknya siswa sama sekali tidak kelihatan seperti orang yang memiliki kekuasaan. Pada saat tampil siswa masih sering tertawa saat melakukan pemeranan. Penyebab utama hilang fokus siswa saat tampil adalah gangguan dari teman yang menonton. 3. Gerak Aspek gerak berkaitan dengan sikap atau gerak-gerik pemain saat mempraktikan drama. Kesesuaian gerakan dan dialog perlu untuk diperhatikan, hal ini agar gerakan-gerakan yang dihasilkan tidak terlihat kaku. Dalam pratindakan siswa saat praktik bermain peran kurang terlihat alami. Terkadang apa yang disampaikan tidak sesuai dengan gerakan atau sikap tubuhnya. Sebagian siswa malu untuk melakukan improvisasi gerakan, sehingga permainan menjadi terkesan monoton. pada praktek siklus I, siswa masih terlihat malu-malu untuk melakukan gerakan-gerakan menyesuaikan dengan dialog.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Beberapa siswa sudah mau mencoba dan mengeksplor diri sendiri sehingga teman satu kelompok menjadi percaya diri, meskipun gerakan masih terlihat kaku, namun dapat dilihat siswa berusaha dengan serius agar dapat berakting dengan baik. Terkadang siswa masih ragu-ragu dalam melakukan gerakan sehingga terlihat kaku. Kurangnya pengetahuan mengenai teknik gerak dalam drama membuat siswa kebingungan. 4. Intonasi Aspek intonasi terkait dengan bagaimana siswa mengatur tinggi rendahnya suara, mengatur jeda pada saat melakukan percakapan, serta penyesuaiannya dengan tuntutan dialog dalam naskah drama. Sebagian siswa belum mampu mengatur tinggi rendahnya suara pada saat berbicara. Saat dalam naskah siswa dituntut untuk marah dan membentak, suaranya justru sangat pelan dan datar seperti orang membaca. 5. Artikulasi Aspek artikulasi berkaitan dengan ketepatan pengucapan bunyi bahasa. Agar percakapan dapat dimengerti penonton, pemain harus dapat melafalkan setiap kalimat dengan baik. Dalam tes bermain drama siklus I ini, artikulasi mendapat skor rata-rata sebesar 6,83. Sebagian siswa mampu melafalkan dialog dengan baik, hanya beberapa siswa yang suaranya kurang keras, sehingga penonton kurang dapat mengerti isi ceritanya. Vokalisasi pada siswa saat tampil kurang begitu maksimal dikarenakan pentas dilaksanakan di dalam kelas bukan diruang terbuka sehingga suara kurang tereksplor dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
D. Refleksi Pada pembelajaran siklus I bermain drama suasana kelas tergolong sangat ramai. Para siswa sibuk sendiri dengan kegiatannya masing-masing. Siswa yang duduk dideretan belakang lebih mendominasi. Pertemuan pertama guru memperkenalkan peneliti sebagai pendamping bermain drama. Pembelajaran pertama dibuka dengan yel-yel dan motivasi kepada siswa bahwa bermain drama sangat menyenangkan. Peneliti meminta tolong beberapa siswa untuk mengambil remote LCD dan speaker yang digunakan untuk media pembelajaran. Peneliti meminta siswa untuk mengamati dua buah video yang berbeda. Saat pemutaran video suasana kelas menjadi tenang. Bersama-sama peneliti dan guru menganalisis perbedaan video tersebut. Setelah itu peneliti memberikan pengantar slide mengenai teknikteknik bermain drama dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mendalami sebuah tokoh. Hal yang terpenting adalah pengenalan siswa kepada metode bermain peran (role playing). Bagaimana bermain drama menggunakan metode bermain peran. Peneliti menjelaskan perbedaan bermain drama bisasa dengan menggunakan role playing. Metode bermain peran sangat asing ditelinga para siswa, membuat peneliti secara perlahan menjelaskannya untuk itu, penyajian powerpoint dibuat semenarik mungkin. Para siswa mencatat beberapa hal penting yang terdapat pada powerpoint. Peneliti kemudian membentuk sebuah kelompok, kelompok tersebut disesuaikan dengan jumlah tokoh yang berada di dalam naskah. Para siswa masuk dalam kelompoknya masing-masing. Peneliti membagikan setiap naskah drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
pada setiap kelompok. Terdapat 6 kelompok bermain drama, peneliti menggunakan dua judul naskah untuk pembelajaran siklus I ini. Peneliti membantu para siswa untuk menjelaskan karakter tiap tokoh pada naskah sehingga para siswa tidak kebingungan dalam menentukan tokoh yang akan dimainkannya. Guru ikut serta membantu para siswa, setelah siswa menentukkan tokoh setiap kelompok maju kedepan kelas untuk bermain peran, peneliti masih memberikan ijin kepada siswa untuk membawa teks. Setiap kelompok yang maju para siswa mengamati dan memberikan masukan kepada temannya. Pada saat pertemuan kedua pementasan setiap kelompok melakukan persiapan namun sebelumnya peneliti menjelaskan kembali tahap-tahap metode bermain peran (role playing). Pembelajaran yang dilaksanakan hanya dua jam sehingga guru memberikan peneliti sedikit waktu tambahan setiap kelompok yang maju, para penonton memberikan masukan yang baik agar pementasan selanjutnya bisa diperbaiki. Pementasan pada siklus I berjalan dengan lancar. Peneliti kemudian mengkondisikan kelas seperti semula dan bersama para siswa melakukan sharing bersama. Refleksi penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh kolaborator dan peneliti berdasakan hasil pengamatan selama proses pembelajaran siklus I. Setelah perlakuan tindakan dengan metode bermain peran (role playing) membuat rencana dan menganalisis kekurangan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Selain kekurangan kendala apa saja yang terjadi selama pembelajaran siklus I. Contohnya seperti masih ada beberapa siswa yang pasif saat diminta untuk memberikan pendapat/masukan pada kelompok yang tampil, ada juga beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
kelompok yang belum berani melepas teks, masih mencoba tidak bisa berekspresi. Kendala siswa sulit untuk mengekspresikan diri adalah masih malu atau takut diejek oleh temannya, sehingga tidak dapat secara maksimal dalam berekspresi. Kendala lain juga adalah kurangnya waktu. Dari segi hasil, masih ada beberapa kekurangan dalam praktik bermain drama. Hasil skor rata-rata siswa tiap-tiap aspek dalam keterampilan bermain drama setelah dikenai tindakan menunjukkan telah memenuhi kriteria baik (B), hal ini dikarenakan rata-rata skor tiap aspek penunjang keterampilan bermain drama telah mencapai rentang nilai 5,1-7,5. Presentase jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 33,33. Dapat dilihat bahwa dalam ranah kognitif belum mencapai target, dimana yang ditargetkan dalam penelitian ini siswa yang mencapai KKM adalah 70%. Berdasarkan diskusi antara peneliti dengan kolaborator, disepakati beberapa hal yang masih perlu diperbaiki. Berikut hal yang akan diperbaiki pada pertemuan berikutnya (siklus II). a. Segi proses pembelajaran, akan diadakan perubahan cara pemberian feedback, yakni dengan memberikan kesempatan pada semua kelompok untuk memberikan masukan. b. Segi hasil bermain drama. Beberapa aspek yang masih memiliki skor rendah, yakni aspek mimik dan penghayatan
perlu untuk diperbaiki. Aspek mimik
memperoleh skor rata-rata 6,19. Beberapa siswa masih belum dapat bermain drama dengan ekspresi, mimik muka dan gerak tubuh mereka masih terlihat monoton dan tidak menyesuaikan karakter serta dialog. Aspek penghayatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
memperoleh skor rata-rata 6,35. Saat praktik bermain drama, siswa masih ada yang memerankan tokoh dengan tidak serius, masih tertawa di tengah permainan. c. Sikap menghargai siswa yang kurang ketika temannya tampil, diharapkan dengan adanya saling menghargai dan dukungan membuat siswa yang tampil menjadi nyaman dan lebih percaya diri. d. Pembelajaran hanya berlangsung selama dua jam, waktu yang sangat singkat untuk melatih para siswa untuk bermain drama. Peneliti meminta ijin kepada guru untuk melatih siswa diluar jam sekolah. Para siswa menyanggupi dengan senang untuk berlatih bersama peneliti diluar jam sekolah, dengan adanya pelatihan bermain drama dengan waktu yang memadai dan intens akan membuat siswa bisa tampil lebih baik lagi. Peneliti dan siswa bersepakat untuk bertemu setelah jam sekolah selesai. Dalam pelatihan diluar jam sekolah memang tidak semua siswa hadir, namun setiap kelompok terdapat perwakilan sehingga dapat membantu temannya yang kesulitan. Pelatihan di luar jam sekolah lebih santai, peneliti memberikan pengarahan kepada para siswa mengenai betapa menyenangkan bila bermain drama. Peneliti mengajarkan untuk tidak takut untuk mengekspresikan diri dan mendalami sebuah tokoh. Peneliti bersama siswa mempraktikan berbagai macam ekspresi. Selain ekspresi adalah penghayatan, jika kita menghayati peran dengan sungguhsungguh penonton akan terbawa dengan alur cerita. Peneliti mengajak siswa untuk mencoba meditasi, meditasi berguna untuk membawa kita masuk pada tokoh yang diperankan. Meditasi juga membuat pemain lebih konsentrasi dan tenang ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
sedang tampil. Gerak juga merupakan bagian penting dalam pementasan drama, peneliti mengajarkan siswa bahwa gerak sangat berpengaruh pada watak tokoh, peneliti memberikan contoh dan siswa mengikuti. Gerak bersangkutan pula dengan blocking, setiap pemain harus sadar diri ketika sedang berdialog agar tidak menggangu pemain lain. Terkadang ketika asyik bermain drama dengan tidak sadar melakukan bloking, hal tersebut membuat pementasan kurang terlihat rapi dan tidak enak untuk ditonton. Artikulasi dan suara pun turut diajarkan seperti artikulasi orang marah dan sedih. Para siswa bergantian memerankan perannya masing-masing, dengan adanya latihan ini membuat para siswa dekat satu sama lain. Setelah latihan selesai peneliti dan siswa bersama-sama melakukan evaluasi, peneliti juga mengarahkan para siswa untuk saling menghargai ketika ada temannya yang sedang tampil, dan diharapkan para siswa untuk memberi masukan kepada teman sedang tampil didepan agar bisa memperbaiki dan tampil lebih baik lagi. Peneliti berharap para siswa dapat percaya diri. Beberapa siswa mengaku senang dapat berlatih bersama, peneliti menyadari bahwa siswa kelas VIII B memiliki banyak bakat pada drama bila berlatih dengan sungguh-sungguh. Ketika evaluasi bersama diketahui bahwa ketika guru mengajar jarang menggunakan media maupun power point sehingga mereka cenderung bosan saat pembelajaran. Diharapkan dengan menggunakan metode bermain drama ini penampilan siswa saat tampil bisa lebih bagus lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II a. Pelaksanaan Pada tahap ini, peneliti dan kolaborator merencanakan kembali tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki aspek-aspek yang masih belum maksimal pada siklus I. Peneliti dan guru memutuskan untuk lebih memfokuskan aspek ekspresi dan penghayatan. Aspek lain seperti gerak, intonasi, dan artikulasi juga kembali dijelaskan, namun tidak serinci aspek ekspresi dan penghayatan. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil tes siklus I bahwa sebagian besar siswa belum dapat bermain drama dengan ekspresi dan belum dapat memerankan tokoh dengan penghayatan. Beberapa siswa masih terlihat kurang serius pada saat pembelajaran dan kurang berani untuk berimprovisasi. Dalam berkelompok peneliti dan kolaborator membentuk kelompok kembali berdasarkan hasil bermain drama pada siklus I agar suasana lebih kondusif dan lebih bekerja sama lebih baik lagi. Selain ekspresi dan penghayatan hal yang perlu diperbaiki adalah sikap para siswa ketika sedang tampil dan sebagai penonton. Siswa diharapkan memberikan masukan kepada temannya yang sedang tampil agar dapat memperbaiki yang kurang dan tampil lebih baik lagi. Siswa tidak boleh menggangu teman yang sedang tampil, harus menghargai satu sama lain agar pementasan berjalan dengan lancar. 1. Implementasi Tindakan Pembelajaran bermain drama siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I, masih sama-sama menerapkan metode bermain peran (role playing). Siklus II dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua kali pertemuan, yaitu pada hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Kamis (19 Mei 2016) dan Jumat (20 Mei 2016). Dalam siklus II ini, siswa melakukan praktik bermain drama dengan metode bermain peran (role playing). Penerapan teknik role playing ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan bermain drama siswa dari segi proses maupun hasil. a) Siklus II pertemuan I (Kamis, 19 Mei 2016) Implementasi tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan bermain drama siswa yang masih kurang berdasarkan hasil penilaian pada tes praktik bermain drama siklus I. Siklus II pertemuan I dilaksanakan pada pada hari Kamis, 19 Mei 2016 selama 2x40 menit (jam ke 1-2). Adapun aspek yang akan menjadi fokus pada tindakan siklus II ini adalah aspek ekspresi dan penghayatan. Kedua aspek ini masih dianggap belum terpenuhi, karena skor yang didapatkan lebih rendah. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1) Peneliti memulai pelajaran dengan mengucap salam, diteruskan dengan mengecek kehadiran siswa. Peneliti menanyakan kesiapan siswa untuk kembali belajar bermain drama. 2) Peneliti melakukan apersepsi, dilanjutkan membahas hasil penilaian praktik bermain drama pada siklus I. Peneliti memberitahukan pada siswa jika aspek ekspresi dan penghayatan masih belum maksimal. 3) Peneliti menjelaskan kembali prosedur pembelajaran bermain drama dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). Prosedur tersebut antara lain : a) Satu orang dari masing-masing kelompok menyampaikan skenario yang akan dimainkan pada kelompok lain. Naskah pada siklus II ini berjudul “Diam” dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
“Persiapan Perang”, peneliti memilih kedua naskah tersebut dikarenakan jalannya ceritanya yang sederhana dan menghibur serta menggandung banyak nilai sosial yaitu saling menghargai dan tidak boleh menyela ketika orang sedang berbicara. b) Setiap kelompok menyiapkan pemeranan dengan cara berlatih dengan teman sekelompoknya, sesuai dengan tokoh yang diperankannya. c) Memainkan peran, yakni setiap kelompok diberi waktu untuk menampilkan skenario atau naskah drama masing-masing secara bergiliran. d) Setiap selesai satu kelompok, kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan masukan tentang penampilan kelompok tersebut. Begitu seterusnya, sampai semua kelompok tampil, kelas dikondisikan seperti biasanya, kemudian dilakukan refleksi dan evaluasi bersama. Sebagian besar siswa mampu bermain dengan serius dan percaya diri, meskipun belum dilakukan penilaian. Di dalam pertemuan kali ini siswa tidak lagi malu untuk beracting, mengeluarkan pendapat dan bertanya. Siswa yang berkomentar sekitar 3-4 orang per kelompoknya. b. Siklus II Pertemuan 2 (Jumat, 20 Mei 2016) Pertemuan kedua siklus II ini melanjutkan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan siklus II pertemuan dua ini dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2016 selama 2x40 menit (jam ke 4-5), di ruang kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Pembelajaran yang akan dilakukan adalah tes praktik bermain drama. Berikut tahapan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
1) Peneliti memulai pembelajaran dengan apersepsi dan menanyakan kesiapan siswa dalam pembelajaran. 2) Siswa meminta siswa berkelompok sesuai naskah 3) Peneliti memberi waktu selama 15 menit pada siswa untuk berlatih berekspresi dan menghayati peran. 4) Peneliti memberitahu siswa bahwa masukan pada siklus II akan dilakukan semua kelompok, hal ini bertujuan agar semua siswa memperhatikan kelompok yang tampil dan suasana pembelajaran lebih kondusif. 5) Peneliti kemudian meminta siswa melakukan permainan drama secara bergilir sesuai urutan kelompok. 6) Setiap selesai satu penampilan, peneliti meminta semua kelompok untuk menyampaikan hasil penilaian dan masukan pada kelompok yang baru saja tampi. Begitu seterusnya, sampai seluruh kelompok tampil dan mendapat feedback atau masukan dari kelompok yang lainnya. Selama
pembelajaran
berlangsung,
peneliti
bersama
kolaborator
mengamati perilaku siswa dan suasana pembelajaran. Pada pertemuan ini siswa sudah terlihat berani dan percaya diri, tidak grogi ataupun takut dalam melakukan improvisasi dialog atau percakapan. Mereka tidak sungkan-sungkan untuk memberikan kritik pada temannya. Peneliti juga tidak merasa kesulitan karena siswa sudah paham dengan pembelajaran yang dilakukan. Sesekali guru memperingatkan siswa yang ramai untuk memperhatikan kelompok yang sedang tampil, agar nantinya dapat memberikan penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Hasil penilaian pada tes siklus II ini mengalami peningkatan pada setiap aspek keterampilan bermain drama. Percaya diri yang dimiliki siswa menjadikan acting yang dihasilkan juga bagus. Dilihat dari hasil praktik bermain drama, pada siklus II ini siswa lebih berani untuk berekspresi dan bermain dengan penghayatan. Gerakan yang dilakukan para pemain sesuai dengan dialog. Dari aspek intonasi dan artikulasi, siswa sudah mampu mengatur jeda dengan baik, intonasi bervariasi menyesuaikan dengan dialog dalam naskah drama dan artikulasi atau pelafalan juga jelas, sehingga siswa lain yang berada di belakang dapat mendengar dan memahami cerita yang dimainkan. Penilaian positif juga disampaikan oleh guru. Guru mengatakan metode pembelajaran bermain peran (role playing) sangat tepat untuk pembelajaran bermain drama. Hal ini dikarenakan adanya penyampaian skenario sebelum dimainkan dapat memberikan gambaran pada siswa tentang isi cerita, sehingga siswa akan lebih mudah untuk melakukan penilaian. Adanya sesi feedback menjadikan siswa lebih serius dalam proses pembelajaran. Karena jika siswa ingin bisa memberikan penilaian, maka ia harus memperhatikan. Selain penilaian meningkat sikap siswa di dalam kelas juga berkembang saat pementasan maupun menjadi penonton. Siswa lebih menghargai temannya yang sedang tampil di depan. Keadaan seperti itulah suasana kelas menjadi lebih terkendali dan pembelajaran berjalan dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Gambar 4.5 Siswa menampilkan drama
C. Pengamatan Pengamatan dilaksanakan berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan. Penentuan keberhasilan pada siklus II ini sama seperti siklus I, yaitu dari keberhasilan proses dan hasil perfomance test. a) Keberhasilan Proses Keberhasilan proses dapat dilihat dari peran siswa selama proses pembelajaran dan situasi pembelajaran. Dalam pembelajaran siklus II ini, siswa terlihat lebih aktif dan antusias dibandingkan pertemuan siklus I. Pemberian masukan menjadikan siswa lebih percaya diri. Siswa berani bertanya dan menjadikan siswa lebih percaya diri. Siswa berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Kepercayaan diri itu pula yang membuat permainan drama siswa menjadi baik. Siswa berani untuk berekspresi dalam bermain drama, mereka juga mampu melakukan berbagai improvisasi dalam gerakan. Berdasarkan pengamatan, situasi pembelajaran pada pertemuan siklus II ini sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Jika pada pertemuan siklus I masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
pembelajaran, pada pertemuan ini siswa yang ramai dan berbicara dengan teman ketika dijelaskan, kini sudah memperhatikan dan fokus dengan materi yang disampaikan. Kesempatan yang diberikan peneliti untuk berlatih dengan kelompok masing-masing menjadikan siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain. Mereka saling memberikan koreksi dan masukan terkait permainan drama yang mereka bawakan. Pada saat refleksi dan evaluasi yang dilakukan peneliti dengan siswa setelah selesai pembelajaran bermain drama, diperoleh evaluasi dan masukan bahwa dalam bermain drama, siswa harus melafalkan dialog dengan keras, hal ini agar suara pemain terdengar oleh penonton. Artikulasi juga harus jelas agar penonton dapat mengerti kata-kata yang dimaksudkan pemain. Secara keseluruhan, hasil pemeranan siswa sudah baik. Semua aspek penunjang keterampilan bermain drama sudah terpenuhi. D. Refleksi Pada pembelajaran siklus II bermain drama berjalan lebih menyenangkan dibandingkan siklus sebelumnya. Para siswa lebih terkendali dan memperhatikan ketika di kelas. Pertemuan pertama siklus II dibuka dengan yel-yel dan motivasi kepada siswa, pada pertemuan ini siswa lebih menghargai peneliti dengan tidak ribut sendiri. Peneliti mengulang kembali pembelajaran yang telah diterima oleh siswa sebelumnya. Membahas mengenai beberapa kekurangan dan permasalahan yang terjadi pada siklus I. Sebelumnya peneliti mengumumkan hasil pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Siswa terlihat penasaran menanyakan nilai masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
masing kelompok. Peneliti memberitahukan bahwa beberapa aspek drama perlu ditingkatkan lagi yaitu ekspresi dan penghayatan masih kurang memuaskan. Peneliti kembali membagikan naskah drama untuk dimainkan, dan meminta siswa untuk berkelompok yang sudah ditentukan. Kelompok siklus II ini berbeda dengan siklus I. Siswa dengan nilai baik digabungkan dengan siswa yang nilainya kurang sehingga dapat saling membantu. Peneliti menjelaskan kembali bagaimana cara menghayati peran agar sesuai dengan tokoh yang seharusnya. Setelah
semua
paham,
peneliti
meminta
perwakilan
kelompok
untuk
menyampaikan skenario drama. Peneliti ikut mendampingi siswa untuk menganalisis dan menjelaskan jalan cerita yang terdapat pada naskah. Siswa menentukan tokoh yang akan diperankan dan berlatih bersama. Siswa lain ikut membantu temannya yang praktik di depan dengan masukan dan saran, sehingga ketika pentas saat pertemuan berikutnya bisa tampil dengan baik. Jam pembelajaran selesai peneliti dan para siswa bersepakat berlatih pada saat jam pulang sekolah. Jam pulang sekolah peneliti dan siswa berkumpul untuk berlatih. Siswa yang hadir untuk berlatih lebih banyak dibandingkan pertemuan sebelumnya. Peneliti dan siswa pemanasan terlebih dahulu yaitu olah vokal dan meditasi. Latihan pada pertemuan ini diperdalam dengan ekspresi dan penghayatan. Peneliti memberikan contoh pada siswa macam-macam ekspresi yang berhubungan dengan naskah siswa kemudian menirukan. Penghayatan diperdalam dengan adanya lantunan backsound sehingga memancing siswa untuk masuk dalam perannya. Peneliti juga mengajarkan mengenai cara berdialog dengan lawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
mainnya. Harus ada timbal balik ketika terjadi percakapan, jeda terlalu lama menimbulkan efek tidak alami dalam berdialog. Pemain harus tanggap ketika mendapat giliran untuk berdialog sehingga interaksi dalam pementasan menjadi lebih menarik. Pertemuan ke-2 siklus II siswa sudah berkumpul pada kelompoknya masing-masing. Peneliti memberikan waktu untuk persiapan. Sebelumnya peneliti menegaskan agar siswa lebih aktif untuk memberikan masukan kepada temannya yang tampil, diharapkan pula menghargai saat pementasan dengan tidak ribut sendiri. Setiap kelompok tampil dengan baik, setiap kelompok yang maju selalu mendapatkan tepuk tangan dari penonton menambah semarak suasana di kelas. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan. Saat peneliti bertanya apakah siswa sudah puas dengan penampilan mereka hari itu, semua siswa berkata puas. Bahkan saking berantusiasnya, satu kelompok meminta waktu untuk kembali maju, untuk memperbaiki permainan permainan drama mereka yang dirasa belum maksimal. Guru juga mengungkapkan hal yang sama, merasa cukup puas dengan hasil pembelajaran pada hari itu karena siswa tampak aktif, berantusias dan percaya diri. Pada tahap ini, peneliti bersama guru melakukan analisis dan memaknai hasil perlakuan pada siklus II. Setelah dilakukan tindakan dengan metode bermain peran (role playing) peneliti dan guru menentukan adanya peningkatan keterampilan bermain drama dan perubahan sikap siswa yang positif terhadap pembelajaran bermain drama. Jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
sebanyak 20 siswa sehingga presentase ketuntasan mengalami peningkatan yaitu 83,33% yang sebelumnya 33,33%. Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang dilakukan peneliti dan guru, maka dapat disimpulkan bahwa dari kelima aspek yang ada telah mencapai hasil yang memuaskan, bahkan untuk aspek penghayatan, gerak, intonasi, dan artikulasi. Secara keseluruhan hasil permainan siswa sudah baik. Semua aspek penunjang keterampilan bermain drama sudah dapat terpenuhi. Tabel 4.6 Peningkatan Skor Rata-rata Bermain Drama Siswa dari Siklus I ke Siklus II Kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta
Aspek Penilaian Bermain drama
No
Siklus I
Siklus II
Skor
Skor
1
Ekspresi
6,19
7,79
2
Penghayatan
6,35
7,62
3
Gerak
6,67
8,12
4
Intonasi
6,77
8,08
5
Artikulasi
6,83
7,79
Jumlah
32,81
39,41
Nilai Rata-rata
65,62
78,87
Apabila dibuat grafik, peningkatan keterampilan siswa tiap aspek dalam bermain drama dengan metode bermain peran (role playing) dari siklus I ke siklus II sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
7,79 6,19
7,62 6,35
8,12 6,67
8,08 6,77
7,79 6,83
Siklus I Siklus II
Gambar Grafik 4.6 Peningkatan Skor Keterampilan Bermain Drama Siklus I ke Siklus II Berikut deskripsi tiap aspek keterampilan bermain drama siswa berdasarkan gambar di atas. 1) Ekspresi Aspek ekspresi pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebagian siswa sudah mampu bermain drama dengan ekspresi yang sesuai dengan peran dan dialog yang mereka bawakan. Pada siklus sebelumnya siswa nampak malu-malu dan tidak percaya diri, kebanyakan ketika tampil hanya menunjukkan muka datar membuat penonton tidak tertarik dengan pementasan. Aspek ekspresi pada siklus I mencapai nilai 6,19 dan pada siklus II meningkat menjadi rata-rata sebesar 7,79. Siswa ketika praktik mulai fokus dan tidak bercanda dengan lawan mainnya. Beberapa siswa mulai memberanikan diri dengan pandangan menyebar ke seluruh ruangan dan tidak ragu-ragu. Contohnya pada naskah drama yang berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
“Diam” terdapat tokoh yang bernama Irna yang memiliki sifat yang cadas. Siswa yang menampilkan peran tersebut berekspresi dengan mata melotot dan alis terangkat, hal tersebut sudah mewakili dengan karakter yang terdapat pada Irna. 2) Penghayatan Aspek penghayatan berkaitan dengan penjiwaan pemain. Pada siklus I siswa masih sering hilang fokus dan sering tertawa saat melakukan pemeranan, ditambah lagi keributan yang ditimbulkan oleh penonton membuat pemain tidak dapat berkonsentrasi. Setelah berlatih bersama dengan peneliti dengan meditasi dan diiringi backsound pada siklus II siswa tampil lebih tenang dan terlihat serius. Tidak mudah terpengaruh terhadap penonton yang menggangu. Aspek penghayatan mendapatkan skor rata-rata 7,62. 3) Gerak Aspek gerak pada siklus I siswa masih terlihat kaku, hanya terdiam di tempat tidak berani untuk bereksplor sehingga terlihat seperti patung. Aspek gerak pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik. Siswa mulai berani untuk melakukan gerakan-gerakan menyesuaikan dialog. Siswa dapat mengatasi blocking dengan baik sehingga tidak menutupi pandangan penonton. Pada saat melakukan pementasan bermain drama, yang berperan sebagai dawud terlihat melakukan improvisasi dengan menggedor pintu dan berlari sambil menyahut temannya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
sedang bertengkar. Gerakannya sudah terlihat alami dan berhasil membuat penonton kaget. Aspek gerak pada siklus II mencapai skor rata-rata 8,12. 4) Intonasi Aspek intonasi dalam praktik drama pada siklus I hanya mendapatkan nilai rata-rata 6,77. Intonasi sendiri berkaitan dengan bagaimana siswa mengatur tinggi rendahnya suara, mengatur jeda saat melakukan percakapan, serta penyesuaiannya dengan tuntutan dialog dalam naskah drama. Pada siklus I siswa belum mampu mengatur tinggi rendahnya suara saat berbicara. Saat dalam naskah siswa dituntut untuk marah dan membentak, suaranya justru sangat pelan dan datar seperti orang membaca. Pada siklus II ini sebagian siswa sudah dapat mengatur jeda dalam dialog dengan baik. Intonasi yang digunakan juga cukup bervariasi menyesuaikan dialog. Dialog atau pembicaraan lancar dan tidak terputusputus. Nilai rata-rata pada siklus II ini mengalami peningkatan menjadi 8,08. 5) Artikulasi Aspek artikulasi berkenaan dengan pelafalan. Dalam tes drama siklus I, artikulasi mendapatkan skor rata-rata sebesar 6,83. Sebagian siswa mampu melafalkan dialog dengan baik, hanya beberapa siswa yang suaranya kurang keras, sehingga penonton kurang dapat mengerti isi ceritanya. Vokalisasi pada siswa saat tampil kurang begitu maksimal dikarenakan pentas dilaksanakan di dalam kelas bukan diruang terbuka sehingga suara kurang tereksplor dengan baik. Pada siklus II ini siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
mulai berani mencoba untuk bersuara lebih keras, sehingga apa yang disampaikan saat pementasan bermain drama dapat diterima baik oleh penonton. 4.1.4 Analisis Data Peningkatan skor rata-rata, sikap dan nilai bermain drama siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, hak tersebut meninjukkan bahwa keterampilan siswa dalam bermain drama semakin baik. Hal ini berarti bahwa penggunaan metode bermain peran (role playing) membawa dampak positif terhadap pembelajaran bermain drama siswa, penerapan role playing juga mampu memberikan
kesenangan,
keaktifan,
dan
antusias
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Dari hasil penilaian yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II diperoleh perbandingan nilai sebagai berikut. Tabel 4.7 Perbandingan Nilai Keterampilan Siswa Bermain Drama Siklus I dan Siklus II No
Nilai
Siklus I
Siklus II
1
Nilai Tertinggi
78
90
2
Nilai Terendah
51
65
3
Nilai Rata-rata
65,62
78,87
4
Jumlah siswa tuntas ≥ 75
8
24
5
Jumlah siswa tidak tuntas ≤ 75
16
4
6
Persentase Ketuntasan
33,33%
83,33%
7
Persentase tidak ketuntasan
66,66%
16,66%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Apabila dibuat grafik, perbandingan data pada siklus I dan siklus II peningkatan keterampilan siswa bermain drama dengan metode bermain peran (role playing) sebagai berikut.
Data Siklus I dan II
Nilai Tertinggi
Jumlah Jumlah Persentase Nilai Nilai Ratasiswa siswa tidak Persentase tidak Terendah rata tuntas ≥ tuntas ≤ Ketuntasan ketuntasan 75 75
Siklus I
78
51
65,62
8
16
3333,00% 6666,00%
Siklus II
90
65
78,87
24
4
8333,00% 1666,00%
Gambar Grafik 4.7 Perbandingan Data Siklus I dan Siklus II
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa meningkat dari 65,62 pada siklus I sedangkan 78,87 pada siklus II. Persentase ketuntasan juga meningkat dari siklus I yaitu 33,33% menjadi 83,33% pada siklus II. Peningkatan nilai bermain drama tersebut telah mencapai lebih 70%. Hasil belajar siswa aspek afektif dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer. Hasil observasi ditulis pada lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Persentase hasil siswa siklus I dari siklus II mengalami peningkatan 45,83% menjadi 75%. Berdasarkan hasil pengisian angket pascatindakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran (role playing) dapat diterima oleh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
serta memberikan motivasi dan pemahaman bagi siswa dalam bermain drama. Hal ini dapat dilihat dari pengisian angket pascatindakan.
95% siswa menyukai pembelajaran bermain drama
Implementasi Tindakan
80% siswa mengetahui cara bermain drama
Keterampilan bermain drama meningkat
80% siswa mampu memerankan tokoh sesuai karakter Gambar 4.8 Deskripsi Keadaan Siswa Terkait Pembelajaran Bermain Drama (pascatindakan)
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui perubahan dalam diri siswa setelah adanya implementasi tindakan. Pada butir nomor 3, sebanyak 95% siswa menyatakan menyukai pembelajaran bermain drama, ini berbeda dengan sebelum adanya implementasi tindakan hanya 38%. Penggunaan metode bermain peran (role playing) juga dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai cara bermain drama yang baik dan sesuai dengan karakter tokoh yang seharusnya. Hal ini terdapat pada butir nomor
6, yakni sebanyak 80% siswa menyatakan telah
mampu memerankan tokoh dalam naskah dengan lebih mudah. Saat berefleksi bersama beberapa siswa mengatakan bahwa penggunaan metode bermain peran (role playing) membuat mereka lebih mudah untuk bermain drama dan menambah semangat. Adanya koreksi membuat siswa berantusias untuk bermain drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
dengan baik. Pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing) juga membuat siswa berani untuk bertanya dan berpendapat, sehingaa terjadi interaksi aktif selama pembelajaran. Hal serupa juga disampaikan guru bahwa metode bermain peran (role playing) sangat membantu dalam pembelajaran bermain drama. Siswa lebih bisa dalam melakukan pemeranan, sehingga keterampilan mereka dalam bermain drama menjadi
meningkat.
Pembelajaran dengan metode
role
playing
memberikan manfaat yang besar bagi siswa, mereka menjadi lebih aktif dan berani berpendapat. 4.1.5 Pembahasan 4.1.5.1 Nilai Bermain Drama Perkembangan Nilai bermain drama pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam grafik berikut: 24 16 Siswa Tuntas 8 4
Siklus I
Siswa Tidak Tuntas
Siklus II
Gambar Grafik 4.9 Jumlah Ketuntasan Nilai Siswa pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan grafik tersebut nilai siklus I dan siklus II siswa yang tuntas atau telah mencapai KKM mengalami peningkatan. Nilai siklus I menunjukkan 33,33% siswa yang tuntas, nilai siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
adalah 83,33%. Hasil nilai ini telah mencapai indikator target keberhasilan. Peningkatan nilai pada siklus II dapat dipengaruhi suasana kelas yang lebih kondusif dibandingkan di siklus I. Siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan juga peneliti lebih tegas dalam siswa yang kurang dan memperhatikan. Faktor pendekatan belajar merupakan strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Pengacakan kelompok pada siklus II juga berpengaruh pada menigkatnya nilai dalam bermain drama, membuat kondisi setiap kelompok lebih stabil dan lebih semangat dalam pementasan. Karakteristik
metode
bermain
peran
(role
playing)
memberikan
kesempatan siswa untuk belajar dengan cara mempraktikan keterampilan melalui pemeranan tokoh membuat siswa lebih terbiasa untuk berbicara di depan umum. Berbicara di hadapan banyak orang dapat memotivasi siswa agar lebih percaya diri. Adanya tuntutan untuk saling memberikan masukan dan refleksi bersama pada saat pembelajaran juga dapat melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Keberanian dan percaya diri yang terbentuk menjadikan siswa lebih antusias dalam melakukan praktik bermain drama, mereka tidak lagi sungkan dan malu untuk memerankan tokoh dengan ekspresi dan penghayatan, sehingga acting yang dihasilkan menjadi lebih baik. Dengan adanya peningkatan skor rata-rata pada setiap aspek penilaian dalam bermain drama yang dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan keterampilan bermain drama siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
4.1.5.2 Aspek afektif (Aspek Bekerja Sama) Peningkatan persentase aspek afektif siswa disebabkan adanya pengaruh metode bermain peran (role playing). Persentase dalam aspek afektif pada siklus I mencapai 45,83% dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 75%. Penggunaan metode bermain peran (role playing) membuat siswa lebih menikmati bermain drama. Siswa dan peneliti bisa menjadi partner dalam belajar, sehingga memunculkan kedekatan dan membuat siswa lebih aktif dan berani untuk bertanya maupun menyampaikan argumennya, dan lebih percaya diri ketika tampil di depan kelas. Dalam aspek sikap bekerja sama. Siswa dapat bekerjasama dengan baik bersama
kelompoknya,
saling
memberikan
masukan
satu
sama
lain.
Mengeluarkan pendapat/ide untuk konsep ketika akan tampil. Ketika para siswa bekerja sama untuk menyusun konsep drama yang akan mereka tampilkan. Para siswa juga membantu teman yang sedang kebingungan ketika memerankan sebuah tokoh. Berbeda dengan siklus I. Siswa kurang kompak dan tidak peduli dengan teman sekelompoknya. Skor rata-rata siswa terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II yaitu 4,29 menjadi 4,45. Bahwa tanpa adanya kerja sama siswa, maka proses pembelajaran di sekolah khususnya saat bermain drama tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Melihat pentingnya kerja sama siswa dalam pembelajaran di kelas maka sikap ini harus dikembangkan. Pencapaian hasil belajar siswa aspek afektif telah mencapai target peneliti. Keberhasilan hasil belajar ini membuktikan bahwa siswa mengikuti pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
dengan sungguh-sungguh dan dalam pembelajaran siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan cara bertanya, menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan baik dengan teman kelompok maupun dengan peneliti. Perubahan diri pada siswa juga nampak setelah adanya implementasi tindakan. hal tersebut terbukti dari angket pascatindakan yang menunjukkan 95% siswa menyatakan menyukai pembelajaran drama, berbeda dengan sebelum adanya implementasi tindakan hanya 38%. Sebanyak 80% siswa menyatakan telah mampu memerankan tokoh dalam naskah dengan lebih mudah. Saat berefleksi bersama beberapa siswa mengatakan bahwa penggunaan metode bermain peran (role playing) membuat mereka lebih mudah untuk bermain drama dan menambah semangat. Adanya koreksi membuat siswa berantusias untuk bermain drama dengan baik. Pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing) juga membuat siswa berani untuk bertanya dan berpendapat, sehinga terjadi interaksi aktif selama pembelajaran. Pencapaian target ini menunjukkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menggunakan metode bermain peran (role playing). 4.1.6 Keterbatasan Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Institut Indonesia Yogyakarta, masih ada hal yang perlu diperbaiki. Dalam penelitian ini, alokasi waktu pembelajaran kurang karena waktu pembelajaran banyak digunakan untuk diskusi, sehingga ketika pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing) tidak berjalan dengan maksimal. Bagi peneliti lain yang ingin menggunakan metode bermain peran (role playing) sebaiknya dapat mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
waktu dengan baik karena metode bermain peran (role playing) membutuhkan banyak waktu dan sebelumnya siswa harus berlatih terlebih dahulu. Alternatif lainnya yang ingin menggunakan metode ini adalah memberikan tugas kepada siswa untuk berlatih di rumah, sehingga di sekolah siswa tinggal menampilkan hasil latihannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan dua hal yaitu kesimpulan dan daran. Kedua hal tersebut diuraikan sebagai berikut. 5.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama pada siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengguna metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan keterampilan dan sikap bekerja sama dalam bermain drama siswa kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan bermain drama siswa ke arah yang lebih baik yaitu siswa berani bermain drama dengan penuh penghayatan dan dengan gerakan-gerakan yang sesuai dengan dialog. Dari segi kebahasaan, siswa sudah mampu bermain drama dengan menggunakan intonasi yang bervariasi serta artikulasi yang jelas. Pada aspek sikap siswa saat bermain peran juga menggalami peningkatan yaitu siswa dapat bekerja sama dengan baik bersama kelompoknya, membantu teman yang kesulitan, saling menghargai, dan menjaga kekompakan dalam kelompok. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilaksanakan di kelas VIII B SMP Institut Indonesia, dapat ditarik kesimpulan sebagai penerapan
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan kemampuan bermain drama siswa yaitu lebih dari 80%. Hal ini ditunjukkan dari persentase ketuntasan hasil tes bermain drama siklus I di peroleh hasil menunjukkan 33,33% siswa yang tuntas, hasil tes bermain drama siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 83,33%. Selain itu terjadi peningkatan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 65,62 menjadi 78,87 pada siklus II. Presentase dalam aspek afektif juga mengalami peningkatan pada siklus I mencapai 45,83% dan siklus II mencapai 75%. 5.2 Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 5.2.1 Bagi Guru, metode bermain peran (role playing) dapat digunakan secara terus menerus dan berkelanjutan, mengingat kemampuan bermain drama dapat ditingkatkan dan dipanatu secara berkesinambungan. 5.2.2 Bagi sekolah, pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) perlu dikembangkan dan didukung dengan penyediaan berbagai sarana yang menunjang seperti ruang khusus untuk berlatih, sehingga kualitas siswa dan sekolah dapat terus ditingkatkan. 5.2.3 Bagi peneliti lain, dalam menggunakan metode bermain peran (role playing) ini skenario harus digunakan terlebih dahulu oleh guru dan menyediakan waktu lebih banyak agar siswa lebih memahami dan dapat berlatih lebih maksimal sesuai perannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Cipta. Endraswara, Suwardi. 2001. Metode Pembelajaran Drama. Jakarta: Caps. Hamalik,
Oemar. 2001. Perencanaan Pembelajaran Pendekatan Sistem. PT Bumi Aksara: Jakarta.
Berdasarkan
________. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Joyce, Bruce, Marshal Weil, and Emily Calhoun. 2009. Models Of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktik Tindakan (Action Research). Bandung: Alfa Beta. Marselina, Gebi. 2014. “Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Long Ikis pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia”. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Ngalimun. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPEE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Silberman, Melvin. 2011. Aktif Learning (101 Cara belajar siswa aktif). Bandung: NUSAMEDIA. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharmo, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Yudhistira. Supriyadi. 2006. Pembelajaran Sastra yang Apresiatif dan Integratif di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Waluyo, Herman J. 2007. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT Haninditra Graha Widya. Wiastra. 2013. “Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Denpasar Tahun 2012/2013”. Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Insan Madani. Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Lampiran 1 Surat izin penelitian dari univesitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Lampiran 2 Surat pemberian izin penelitian sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Lampiran 3 Surat Bukti Penelitian SMP Institut Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Lampiran 4 Silabus pembelajaran Sekolah
: SMP Institut Indonesia Yogyakarta
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VIII (Delapan) /2 (dua)
Standar Kompetensi
: Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran
Alokasi
Kompetensi Dasar
: 6 x 40
Materi Pembelajaran
6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa
Bermain drama menggunakan metode bermain peran (role playing)
Kegiatan Pembelajaran
o Membaca teks drama yang telah ditulis o Menentukan karakter tokoh o Memilih tokoh yang akan diperankan o Berlatih menghayati karakter tokoh beserta teman sebagai lawan main o Menyiapkan
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik Penilaian
Kognitif : Menentukan tokoh, peran, dan wataknya dari drama yang dipelajari secara berkelompok Menentukan konflik cerita pada drama yang dipelajari secara berkelompok Menentukan pesan atau amanat yang bisa dipetik pada drama yang dipelajari secara berkelompok. Psikomotorik: Memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan
Tes lisan
Tes praktik/kin erja
Bentuk Instrumen Daftar pertanyaan
Tes simulasi
Contoh Instrumen Tentukan karakter setiap tokoh! Perankan tokoh sesuai dengan karakter dan dialog antartokoh !
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
6 X 40 menit
Buku teks drama Video berjudul malin kundang Video berjudul serigala bebulu domba Power point materi bermain drama Suharma dkk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
perangkat pendukung tokoh yang akan diperankan o Memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat
intonasi yang tepat,mimik/gerak-gerik yang tepat sesuai watak tokoh. Afektif: Mampu mengikuti pembelajaran dengan aktif, percaya diri, berani, disiplin dan bekerjasama. Antusias dalam mengikuti pembelajaran. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
2008.Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Jakarta. Yudhistira Lingkungan kelas Perangkat pendukung pementasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Lampiran 5 RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BAHASA INDONESIA SIKLUS I
Satuan Pendidikan
: SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Nama Sekolah
: SMP Institut Indonesia Yogyakarta
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VIII/II
Alokasi Waktu
: 4 x 40 menit (2x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 2.
Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran
B. Kompetensi Dasar 6.1: Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa C. Indikator Pencapaian Kompetensi : Kognitif :
Menentukan tokoh, peran, dan wataknya dari drama yang dipelajari secara berkelompok Menentukan konflik cerita pada drama yang dipelajari secara berkelompok Menentukan pesan atau amanat yang bisa dipetik pada drama yang dipelajari secara berkelompok.
Psikomotorik:
Memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat. Afektif: Mampu mengikuti pembelajaran dengan aktif, percaya diri, berani, disiplin dan bekerjasama. Antusias dalam mengikuti pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
D. Tujuan Pembelajaran Setelah kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat:
Siswa dapat menentukan tokoh, peran, dan wataknya dari drama yang dipelajari secara berkelompok. Siswa dapat menentukan konflik cerita pada drama yang dipelajari secara berkelompok Siswa dapat menentukan pesan atau amanat yang bisa dipetik pada drama yang dipelajari secara berkelompok. Siswa dapat memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat.
E. Materi Pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5.
Pengenalan drama Contoh video drama Unsur-unsur drama Cara penghayatan dan berekspresi Bermain drama dengan metode bermain peran (role playing)
F. Alokasi waktu : 4x40 menit G. Materi Ajar A. Drama Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dimainkan di atas pentas. Ketika menyaksikan drama, penonton seolah-olah melihat kejadian yang terjadi di sekitar mereka. Drama adalah gambaran kehidupan manusia. Masalah yang diangkat dalam sebuah drama kadang-kadang sama dengan masalah yang dialami penonton. Sebagai salah satu karya sastra, drama disajikan runtutan dialog antar pelaku atau pelaku dalam teks drama tersebut. Drama merupakan tiruan kehidupan manusian yang dipentaskan. Ketika melihat drama, kamu seolah-olah meihat kejadian dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, drama juga disebut gambaran kecil kehidupan. Seperti halnya karya sastra yang lain, drama juga memiliki unsur intrinsik yang membangun cerita dalam naskah drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
1. Unsur Intrinsik drama a) Tokoh dan penokohan Para pelaku dan karakter masing-masing pelaku dalam teks drama. Dari sinilah biasanya konflik dan cerita dalam sebuah drama dibangun. Dalam cerita, umumnya terdapat tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). b) Plot/alur cerita Terjadi berdasarkan jalinan konflik dari permulaan sampai puncak dan berakhirnya penyelesaian. Alur inilah yang menggerakkan keseluruhan jalannya cerita dalam naskah drama. c) Latar/setting Tempat kejadian dan gambaran ruang serta waktu dari pementasan atau teks drama. Misalnya, di sebuah pedesaan, suasana perang kemerdekaan, di dalam rumah dengan perabotan mewah, dan lain-lain. d) Tema Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan naskah drama. Tema harus dirumuskan sendiri oleh pembaca melalui keseluruhan pristiwa dalam cerita (drama) e) Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam drama. Amanat berhubungan erat dengan tema. 2. Membaca dialog drama a) Lafal Pelafalan atau pengucapan kata-kata harus jelas b) Intoasi Intonasi disebut juga lagu kalimat. Dalam membacakan dialog, intonasi harus tepat. Misalnya untuk menyampaikan pertanyaan, nada akhir harus naik. c) Jeda Jeda disedut juga perhentian. Dalam membaca, penempatan jeda harus tepat. Jika salah menempatkan jeda, maksud kalimat akan salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Contoh: 1) Bibi / Umi pergi kemana? (Yang pergi Umi bukan Bibi) 2) Bibi Umi / pergi kemana? ( yang pergi Bibi) d) Volume suara Volume suara harus dapat diterima pendengar dengan jelas. Namun, tidak perlu terlalu keras. e) Mimik dan gerak tubuh Mimik merupakan ekspresi wajah ketika sedang berbicara. Mimik dan gerak anggota tubuh, misalnya tangan, bahu, dan kepala sangat membantu dalam berdialog. Dialog akan lebih hidup jika disampaikan dengan penuh ekspresi disertai gerak yang wajar, sesuai kalimat yang disampaikan.
H. Model dan Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Metode Pembelajaran
: Pembelajaran Kooperatif :Bermain Peran (Role Playing), diskusi, presentasi, tanya jawab.
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I No. Deskripsi Kegiatan 1. Pendahuluan a) Guru memberikan salam kepada para siswa, memulai dengan doa kemudian mempresensi para siswa. b) Para siswa diberikan motivasi agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. c) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dengan menggunakan metode bermain peran (role playing).
Alokasi Waktu 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
2.
Inti
35 menit
a. Guru menampilkan dua buah video drama yang berbeda dan siswa diminta untuk mengidentifikasi perbedaan kedua video tersebut b. Siswa bersama guru memperagakan beberapa dialog dengan baik sesuai dengan karakter tokoh. c. Guru memerintahkan siswa untuk berkelompok yang telah ditentukan dan mempelajari naskah. d. Para siswa berlatih bermain drama dengan kelompoknya masing-masing dengan bimbingan guru. e. Para siswa mempersiapkan konsep yang akan ditampilkan di depan kelas dan memikirkan properti yang akan digunakan untuk pentas.
3.
Penutup 15 menit a. Para siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. b. Melakukan refleksi bersama tentang keseluruhan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. c. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya d. Guru dan para siswa melakukan doa penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan II No. Deskripsi Kegiatan 1. Pendahuluan
Alokasi Waktu 10 menit
a. Guru memberikan salam kepada para siswa, memulai dengan doa kemudian mempresensi para siswa. b. Para siswa diberikan motivasi dan semangat mengenai pementasan yang akan dilakukan siswa. c. Para siswa mempersiapkan properti yang akan digunakan untuk pentas
2.
Inti 65 menit Guru menerapkan Metode Bermain Peran (Role Playing) : a. Pemanasan, guru mengajak siswa untuk mendalami setiap karakter yang terdapat pada naskah drama, latihan olah vokal, penghayatan, gerak, dan intonasi b. Guru menentukan kelompok yang akan maju untuk pentas. c. Para siswa diberi kesempatan untuk menyiapkan segala properti yang digunakan dan menata panggung. d. Guru menunjuk kelompok yang tidak ditunjuk menjadi pengamat dan menilai pertunjukan temannya. e. Bersama-sama melakukan diskusi dan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan, sehingga ada usulan baru dan perbaikan yang muncul. f. Kelompok yang belum sempat tampil di panggung dipersilahkan untuk tampil. g. Bersama-sama kembali melakukan diskusi. h. Guru dan siswa bersama-sama berbagi pengalaman dan kesimpulan tentang pentas yang telah dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
3.
Penutup 5 menit a. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya. b. Guru dan para siswa melakukan doa penutup.
I. Sumber Belajar a) Naskah drama Drama-naskah, pementasan dan pengajarannya (Herman J. Waluto: 2007) b) Video drama berjudul malin kundang dan serigala berbulu domba c) Suharmo, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Yudhistira. Bahan/ Alat Belajar Alat Pembelajaran: 1. Laptop 2. Viewer 3. Speaker Media Pembelajaran 1. Teks drama yang berjudul “Pingsan” J. Penilaian Indikator Pencapaian Mampu memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat
Teknik Penilaian Tes unjuk kerja
Bentuk Penilaian Tes simulasi
Instrumen Perankan tokoh sesuai dengan karakter dan dialog dalam naskah drama!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
K. Pedoman Penskoran A. Praktik No
Aspek
yang
dinilai
dalam bermain drama 1.
Ekspresi
2.
Penghayatan
3.
Gerak
4.
Intonasi
5.
Artikulasi
Skor 1-2
3-4
Jumlah skor maksimal= 50 Jumlah skor perolehan Nilai=______________________ x 100 Skor maksimal (50)
5-6
7-8
9-10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
B. Penilaian Sikap Siswa saat Pembelajaran Drama Materi : Bermain Drama Hari/Tanggal : Kelas : VIII B Aspek yang dinilai: 1. Terlibat aktif dalam bekerjasama dengan kelompok 2. Membantu teman yang kesulitan 3. Saling menghargai pendapat
4. Mendorong kelompok untuk bekerjasama. 5. Kompak di dalam kelompok
No Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Siswa
Aspek Dinilai 1 2 3
Catatan : Skor tiap aspek 1-5 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik
yang Total Skor 4 5
Nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II
Satuan Pendidikan
: SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Nama Sekolah
: SMP Institut Indonesia Yogyakarta
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VIII/II
Alokasi Waktu
: 4 x 40 menit (2x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 2.
Berbicara 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran
B. Kompetensi Dasar 6.1: Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa C. Indikator Pencapaian Kompetensi : Kognitif :
Menentukan tokoh, peran, dan wataknya dari drama yang dipelajari secara berkelompok Menentukan konflik cerita pada drama yang dipelajari secara berkelompok Menentukan pesan atau amanat yang bisa dipetik pada drama yang dipelajari secara berkelompok.
Psikomotorik:
Memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Afektif:
Mampu mengikuti pembelajaran dengan aktif, percaya diri, berani, disiplin dan bekerjasama. Antusias dalam mengikuti pembelajaran. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
D. Tujuan Pembelajaran Setelah kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat:
Siswa dapat menentukan tokoh, peran, dan wataknya dari drama yang dipelajari secara berkelompok. Siswa dapat menentukan konflik cerita pada drama yang dipelajari secara berkelompok Siswa dapat menentukan pesan atau amanat yang bisa dipetik pada drama yang dipelajari secara berkelompok. Siswa dapat memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat.
E. Materi Pembelajaran 6. Pengenalan drama 7. Bermain drama F. Materi Ajar A. Drama Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dimainkan di atas pentas. Ketika menyaksikan drama, penonton seolah-olah melihat kejadian yang terjadi di sekitar mereka. Drama adalah gambaran kehidupan manusia. Masalah yang diangkat dalam sebuah drama kadang-kadang sama dengan masalah yang dialami penonton. Sebagai salah satu karya sastra, drama disajikan runtutan dialog antar pelaku atau pelaku dalam teks drama tersebut. Drama merupakan tiruan kehidupan manusian yang dipentaskan. Ketika melihat drama, kamu seolah-olah meihat kejadian dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, drama juga disebut gambaran kecil kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Seperti halnya karya sastra yang lain, drama juga memiliki unsur intrinsik yang membangun cerita dalam naskah drama.
1. Unsur Intrinsik drama a) Tokoh dan penokohan Para pelaku dan karakter masing-masing pelaku dalam teks drama. Dari sinilah biasanya konflik dan cerita dalam sebuah drama dibangun. Dalam cerita, umumnya terdapat tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). b) Plot/alur cerita Terjadi berdasarkan jalinan konflik dari permulaan sampai puncak dan berakhirnya penyelesaian. Alur inilah yang menggerakkan keseluruhan jalannya cerita dalam naskah drama. c) Latar/setting Tempat kejadian dan gambaran ruang serta waktu dari pementasan atau teks drama. Misalnya, di sebuah pedesaan, suasana perang kemerdekaan, di dalam rumah dengan perabotan mewah, dan lain-lain. d) Tema Tema adalah gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan naskah drama. Tema harus dirumuskan sendiri oleh pembaca melalui keseluruhan pristiwa dalam cerita (drama) e) Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam drama. Amanat berhubungan erat dengan tema. 2. Membaca dialog drama a) Lafal Pelafalan atau pengucapan kata-kata harus jelas b) Intoasi Intonasi disebut juga lagu kalimat. Dalam membacakan dialog, intonasi harus tepat. Misalnya untuk menyampaikan pertanyaan, nada akhir harus naik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
c) Jeda Jeda disedut juga perhentian. Dalam membaca, penempatan jeda harus tepat. Jika salah menempatkan jeda, maksud kalimat akan salah. Contoh: 1) Bibi / Umi pergi kemana? (Yang pergi Umi bukan Bibi) 2) Bibi Umi / pergi kemana? ( yang pergi Bibi) d) Volume suara Volume suara harus dapat diterima pendengar dengan jelas. Namun, tidak perlu terlalu keras. e) Mimik dan gerak tubuh Mimik merupakan ekspresi wajah ketika sedang berbicara. Mimik dan gerak anggota tubuh, misalnya tangan, bahu, dan kepala sangat membantu dalam berdialog. Dialog akan lebih hidup jika disampaikan dengan penuh ekspresi disertai gerak yang wajar, sesuai kalimat yang disampaikan.
G. Model dan Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Metode Pembelajaran
: Pembelajaran Kooperatif :Bermain Peran (Role Playing), diskusi, presentasi, tanya jawab.
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I No. Deskripsi Kegiatan 1. Pendahuluan a) Guru memberikan salam kepada para siswa, memulai dengan doa kemudian mempresensi para siswa.Para siswa diberikan motivasi agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. b) Guru memberikan motivasi siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran siklus I agar lebih
Alokasi Waktu 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
serius dalam mengikuti pembelajaran. c) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). 2.
Inti
35 menit
a) Guru memberikan contoh dan siswa menirukan cara berekspresi dan penghayatan dalam bermain drama. b) Guru memerintahkan siswa untuk berkelompok baru yang telah ditentukan dan mempelajari naskah. f. Para siswa berlatih bermain drama dengan kelompoknya masing-masing dengan bimbingan guru. a. Para siswa mempersiapkan konsep yang akan ditampilkan di depan kelas dan memikirkan properti yang akan digunakan untuk pentas.
3.
Penutup 15 menit e. Para siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. f. Melakukan refleksi bersama tentang keseluruhan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. g. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya h. Guru dan para siswa melakukan doa penutup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan II No. Deskripsi Kegiatan 1. Pendahuluan
Alokasi Waktu 10 menit
d. Guru memberikan salam kepada para siswa, memulai dengan doa kemudian mempresensi para siswa. e. Para siswa diberikan motivasi dan semangat mengenai pementasan yang akan dilakukan siswa. f. Para siswa mempersiapkan properti yang akan digunakan untuk pentas
2.
Inti 65 menit Guru menerapkan Metode Bermain Peran (Role Playing) : i. Pemanasan, guru megajak siswa untuk mendalami setiap karakter yang terdapat pada naskah drama, latihan olah vokal, penghayatan, gerak, dan intonasi j. Guru menentukan kelompok yang akan maju untuk pentas. k. Para siswa diberi kesempatan untuk menyiapkan segala properti yang digunakan dan menata panggung. l. Guru menunjuk kelompok yang tidak ditunjuk menjadi pengamat dan menilai pertunjukan temannya. m. Bersama-sama melakukan diskusi dan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan, sehingga ada usulan baru dan perbaikan yang muncul. n. Kelompok yang belum sempat tampil di panggung dipersilahkan untuk tampil. o. Bersama-sama kembali melakukan diskusi. p. Guru memberikan kesempatan pada semua kelompok untuk memberikan masukan kepada teman yang tampil. q. Guru dan siswa bersama-sama berbagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
pengalaman dan kesimpulan tentang pentas yang telah dilaksanakan.
3.
Penutup 5 menit c. Guru memberikan rencana pembelajaran selanjutnya. d. Guru dan para siswa melakukan doa penutup.
I. Sumber Belajar d) Naskah drama Drama-naskah, pementasan dan pengajarannya (Herman J. Waluto: 2007) e) Video drama Bahan/ Alat Belajar Alat Pembelajaran: 1. Laptop 2. Viewer 3. Speaker Media Pembelajaran 1. Teks drama yang berjudul “Pingsan”
J. Penilaian Indikator Pencapaian Mampu memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat
Teknik Penilaian Tes unjuk Kerja
Bentuk Penilaian Tes simulasi
Instrumen Perankan tokoh sesuai dengan karakter dan dialog dalam naskah drama!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
K. Pedoman Penskoran A. Praktik No
Aspek
yang
dinilai
dalam bermain drama 1.
Ekspresi
2.
Penghayatan
3.
Gerak
4.
Intonasi
5.
Artikulasi
Skor 1-2
3-4
Jumlah skor maksimal= 50 Jumlah skor perolehan Nilai=______________________ x 100 Skor maksimal (50)
5-6
7-8
9-10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
B. Penilaian Sikap Siswa saat Pembelajaran Drama Materi : Bermain Drama Hari/Tanggal : Kelas : VIII B Aspek yang dinilai: Aspek yang dinilai: 1. Terlibat aktif dalam bekerjasama dengan kelompok 2. Membantu teman yang kesulitan 3. Saling menghargai pendapat
4. Mendorong kelompok untuk bekerjasama. 5. Kompak di dalam kelompok
No Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Siswa
Aspek Dinilai 1 2 3
Catatan : Skor tiap aspek 1-5 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik
yang Total Skor 4 5
Nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Lampiran 6 Daftar nama siswa DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII B No
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
1
Ahmad Reza Wijayanto
L
2
Andika Dwi Syam Saputra
L
3
Arditya Rizqy Pradana
L
4
Asyifa Selga Kharomah
P
5
Bahrululum Ahdiyanto
L
6
Danang Piero Muhammadin
L
7
Devi Fitri Mujiani
P
8
Dewi Antika Sari
P
9
Dimas Pangestu
L
10
Icha Nurlita Febriani
P
11
Isya Pratama
L
12
Luki Kurniawati
L
13
Melati Lestari
P
14
Muh. Huda FP
L
15
Nivriza Iskandar Dallimunthe
L
16
Noval Ramadhan
L
17
Peni Octa Vianingrum
P
18
Saniatri Devtya Widiyanti
P
19
Soleh Rahmat Dhani
L
20
Yuniana Setyowati
P
21
Lovenia Alya Nugroho
P
22
Rahma Noor Annisa
P
23
Zahra
P
24
Jodi Nova Santoso
L
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Lampiran 7 Nilai siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
Lampiran 8 Anget pratindakan dan pascatindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Hasil Angket Pratindakan No
Pertanyaan
1
Ketertarikan mata pelajaran Bahasa a. 19 Indonesia b. 5 c. 0
2
Proses Pembelajaran
3
Ketertarikan bermain drama
4
Kesungguhan dalam mengerjakan tugas bermain drama
5
Mengetahui cara bermain drama
6
Mampu memerankan tokoh dalam naskah drama
7
Mengetahui cara memerankan tokoh sesuai naskah
8
Kesulitan dalam bermain drama
9
Bermain memerlukan latihan yang serius
10
Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah baik
Keterangan tabel : a) Ya b) Kadang-kadang c) Tidak
Frekuensi
a. 18 b. 6 c. 0 a. 14 b. 10 c. 0 a. 16 b. 8 c. 0 a. 9 b. 7 c. 8 a. 12 b. 12 c. 0 a. 5 b. 12 c. 7 a. 14 b. 7 c. 3 a. 19 b. 5 c. 0 a. 9 b. 13 c. 2
Presentase (%) a. 80 b. 20 c. 0 a. 75 b. 25 c. 0 a. 58 b. 42 c. 0 a. 67 b. 33 c. 0 a. 38 b. 30 c. 8 a. 50 b. 50 c. 0 a. 20 b. 50 c. 30 a. 58 b. 30 c. 13 a. 80 b. 20 c. 0 a. 38 b. 55 c. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Hasil Angket Pascatindakan No
Pertanyaan
1
Saya tertarik dengan mata pelajaran a. 22 Bahasa Indonesia. b. 2 c. 0
2
Saya menyukai proses pembelajaran a. 23 Bahasa Indonesia. b. 1 c. 0 Saya tertarik dengan pembelajaran a. 23 bermain drama. b. 1 c. 0 Saya melakukan dengan sungguh- a. 16 sungguh jika diberi tugas bermain b. 8 drama. c. 0 Saya mengetahui cara bermain a. 19 drama. b. 5 c. 0 Saya bisa memerankan tokoh dalam a. 19 naskah drama dengan mudah. b. 5 c. 2 Saya mengetahui cara memerankan a. 12 tokoh sesuai naskah. b. 12 c. 0 Saya pernah mengalami kesulitan a. 14 dalam bermain drama. b. 7 c. 3 Saya menyadari bahwa bermain a. 19 drama memerlukan latihan yang b. 18 serius. c. 5 Saya merasa proses pembelajaran a. 14 yang selama ini dilakukan sudah b. 10 membuat saya dapat bermain drama c. 0 dengan baik.
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan tabel : a) Ya b) Kadang-kadang c) Tidak
Frekuensi
Presentase (%) a. 92 b. 8 c. 0 a. 95 b. 5 c. 0 a. 95 b. 5 c. 0 a. 67 b. 33 c. 0 a. 80 b. 20 c. 0 a. 80 b. 20 c. 8 a. 50 b. 50 c. 0 a. 58 b. 30 c. 13 a. 80 b. 18 c. 5 a. 58 b. 42 c. 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Lampiran 10 Lembar observasi aktivitas siswa Lembar Observasi Aktivitas Siswa Materi : Bermain Drama Hari/Tanggal : Kamis, 12 Mei 2016 Kelas : VIII B
1. 2. 3. 4.
5. 6.
7.
Aspek yang dinilai: Siap untuk menerima pelajaran bermain drama. Bertanya/berkomentar terhadap materi yang kurang jelas. Memperhatikan pelajaran dengan penuh konsentrasi. Siswa mengikuti jalannya proses belajar dan saling bekerja sama untuk menumbuhkan kekompakan dalam setiap diri anggota kelompok. Siswa berani dan percaya diri dalam melakukan peran. Menerima pendapat Merefleksikan hasil diskusi.
No Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Siswa
Catatan : Skor tiap aspek 1-5 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik
Aspek yang Dinilai 1 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 5 4 4
2 3 4 4 5 3 4 4 4 5 4 5 3 5 4 4 5
3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 3 5 5 4 5
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5
5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 5
6 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5
7 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5
Total Skor
Nilai
23 27 28 31 24 27 28 25 30 26 32 24 33 33 28 34
65,71 77,14 80 88,57 68,57 77,14 80 71,42 85,71 74,26 91,42 68,57 94,28 94,28 80 97,14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
17 18 19 20 21 22 23 24
3 3 4 4 3 4 4 4
4 4 5 4 3 5 4 4
4 4 5 4 4 5 4 4
4 4 5 4 4 5 4 4
3 4 5 4 3 5 4 4
4 4 5 4 4 5 4 4
4 4 5 4 4 5 4 4
26 27 34 28 24 34 28 28
74,28 77,14 97,14 80 68,57 97,14 80 80 Observer,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Materi : Bermain Drama Hari/Tanggal : Kamis, 19 Mei 2016 Kelas : VIII B Aspek yang dinilai: 1. Siap untuk menerima pelajaran bermain drama. 2. Bertanya/berkomentar terhadap materi yang kurang jelas. 3. Memperhatikan pelajaran dengan penuh konsentrasi. 4. Siswa mengikuti jalannya proses belajar dan saling bekerja sama untuk menumbuhkan kekompakan dalam setiap diri anggota kelompok. 5. Siswa berani dan percaya diri dalam melakukan peran. 6. Menerima pendapat 7. Merefleksikan hasil diskusi.
No Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Siswa
Catatan : Skor tiap aspek 1-5 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik
Aspek yang Dinilai 1 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 5 3 4 5 4 3 3 4
2 4 4 4 4 3 4 3 3 5 4 5 3 4 5 5 5 4 4
3 4 4 5 4 3 3 3 3 5 4 5 3 4 5 5 5 4 4
4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 3
5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 3
6 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4
7 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4
Total Skor
Nilai
27 28 30 29 26 25 25 25 33 29 33 23 28 34 32 32 30 26
77,14 80 85,71 82,85 74,28 71,42 71,42 71,42 94,28 82,85 94,28 65,71 80 97,14 91,42 91,42 85,71 74,28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
19 20 21 22 23 24
4 3 3 3 4 4
5 4 4 4 4 5
5 5 4 5 4 5
5 4 4 5 4 5
4 4 4 5 4 4
4 5 4 5 4 5
5 5 4 5 4 5
32 30 27 27 28 33
91,42 85,71 77,14 77,14 80 94,28 Observer,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Lampiran 11 Rubrik penskoran observasi aktivitas siswa Rubrik Penskoran Observasi Aktivitas Siswa No . 1
Aspek yang Dinilai Siap menerima pelajaran bermain drama
2
Mengajukan Pertanyaan dan berkomentar
3
Menjawab pertanyaan
4
Bekerjasama dengan kelompok
5
Berani dan percaya diri dalam melakukan peran
Skor 5
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Jika siswa duduk di tempatnya masing-masing, tenang dan rapi, pandangan ke depan memperhatikan guru Jika pertanyaan bermutu, memacu berpikir tingkat tinggi, tanpa ragu-ragu, suara lantang Jika jawaban benar, berani, suara lantang, menggunakan bahasa sendiri Jika terlibat aktif saat diskusi, berani mengemukakan pendapat, mengikuti jalannya proses belajar, kompak, dan membantu teman yang kesulitan Jika berani memerankan suatu tokoh, tampil percaya diri dalam melakukan peran, semangat dalam bermain drama.
Jika hanya ada 3 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 2 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 1 kriteria penskoran saja
Jika jalanjalan di kelas dan ribut sendiri.
Jika hanya ada 3 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 2 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 1 kriteria penskoran saja
Jika tidak bertanya
Jika hanya ada 3 kriteria penskoran saja Jika hanya ada 3 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 2 kriteria penskoran saja Jika hanya ada 2 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 1 kriteria penskoran saja Jika hanya ada 1 kriteria penskoran saja
Jika tidak bertanya
Jika hanya ada 3 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 2 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 1 kriteria penskoran saja
Jika tidak dapat bekerja sama dengan kelompok
Jika tidak berani dan percaya diri dalam melakukan peran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
6
Memperhatika n pelajaran dan arahan guru dengan penuh konsentrasi.
7.
Merefleksika n hasil diskusi
Jika mendengarkan dengan baik, memahami arahan guru,konsentrasi , serius, melaksanakan kegiatan sesuai arahan guru. Jika berani menyampaikan hasil diskusi, mampu membuat kesimpulan, menemukan manfaat dari diskusi.
Jika hanya ada 3 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 2 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 1 kriteria penskoran saja
Jika tidak memperhatik an arahan guru
Jika hanya ada 3 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 2 kriteria penskoran saja
Jika hanya ada 1 kriteria penskoran saja
Jika tidak mampu merefleksika n hasil diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Lampiran 12 Teks drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
Lampiran 13 Hasil wawancara
Daftar Pertanyaan dan Jawaban dalam Wawancara Narasumber
: Ibu Linda Supeni (Mengajar Bidang Studi Bahasa Indonesia)
Nama Sekolah : SMP Institut Indonesia 1. Pertanyaan
: Kurikulum apakah yang diterapkan di SMP Institut Indonesia?
Jawaban
:Sekolah kami menggunakan kurikulum KTSP, dulu sempat menggunakan kurikulum 2013 selama satu semester.
2. Pertanyaan
: Persiapan apa saja yang Ibu lakukan ketika akan mengajar?
Jawaban
: Persiapan mengajar yang saya lakukan adalah menyiapkan materi dan media.
3. Pertanyaan
: Kendala apa saja yang ibu dapatkan ketika mengajar di kelas?
Jawaban
: Kendala yang saya dapatkan ketika mengajar adalah jika anakanak diberi materi drama atau bermain drama masih merasa sangat kesulitan, ketika memerankan di depan panggung atau kelas anak-anak tidak bisa mengeluarkan ekspresi ataupun suara. Para siswa juga memiliki kemampuan berbahasa yang rendah sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu perjuangan.
4. Pertanyaan
: Berapa KKM untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Institut Indonesia?
Jawaban
5. Pertanyaan Jawaban 6. Pertanyaan
: Untuk KKM khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75 : Media apa saja yang ibu gunakan ketika mengajar? : Media yang saya gunakan teks (naskah) dan powerpoint. : Pendekatan dan model pembelajaran apakah yang Ibu gunakan ketika mengajar?
Jawaban : Saya menggunakan pendekatan komunikatif, terkadang ketika pembelajar bermain drama siswa enggan untuk maju ke depan kelas sehingga saya hanya memberikan penugasan membaca naskah drama saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
Lampiran 14 Dokumentasi
Siswa bersama kelompok mempelajari naskah
Siswa bermain drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
Siswa berlatih bermain drama di luar jam sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
BIODATA PENULIS
Sesilia Pradita Novita Sari lahir pada tanggal 11 November 1993 di Sleman, Yogyakarta. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Kanisius Demangan Baru Yogyakarta, pada tahun 2000. Pada tahun 2006 ia melanjutkan pendidikan menengah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta pada tahun 2009 dan dinyatakan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 ia tercatat menjadi mahasiswa Program Studi Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa Pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Bekerja Sama dalam Bermain Drama Pada Siswa Kelas VIII B SMP Institut Indonesia Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.