PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MEDIA SCRABBLE SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMPERKAYA KOSAKATA BAHASA INDONESIA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB) DENA-UPAKARA WONOSOBO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Stefanus Candra Saputra NIM: 121224015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MEDIA SCRABBLE SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMPERKAYA KOSAKATA BAHASA INDONESIA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB) DENA-UPAKARA WONOSOBO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Stefanus Candra Saputra NIM: 121224015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada
Tuhan kami Tri Tunggal Mahakudus atas berkat melimpah, kelancaran, kekuatan yang telah diberikan.
Sang Dewi Maria, Ibu yang selalu memberikan kekuatan, cinta, dan teladan.
Orang tua tercinta, Bapak Yosep Parto Sutijo dan Ibu Melani Mia Kristani yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian dan kasih sayang.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
DUC IN ALTUM (Lukas 5: 4)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 September 2016 Peneliti
Stefanus Candra Saputra
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Stefanus Candra Saputra
Nomor Mahasiswa : 121224015 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGEMBANGAN MEDIA SCRABBLE SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMPERKAYA KOSAKATA BAHASA INDONESIA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB) DENA-UPAKARA WONOSOBO Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 14 September 2016 Yang menyatakan
Stefanus Candra Saputra
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Saputra, Stefanus Candra. 2016. Pengembangan Media Scrabble sebagai Media untuk Memperkaya Kosakata Bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Dena-Upakara Wonosobo. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Media pembelajaran merupakan salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran interaktif. Penggunaan media pembelajaran menjadi jembatan komunikasi antara guru dengan siswa. Gaya belajar tidak lagi berpusat pada guru, tetapi gaya belajar menyangkut berbagai aspek. Aspek-aspek itu disalurkan melalui media pembelajaran. Guru bukan lagi sebagai sumber belajar melainkan guru harus mampu menciptakan media pembelajaran. Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah mendeskripsikan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia dan mendeskripsikan kelayakan serta kualitas media “Scrabble” bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan dan memaparkan kualitas media “Scrabble” bahasa Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Penelitian ini menggunakan langkah penelitian yang seharusnya sepuluh langkah penelitian Borg and Gall dimodifikasi menjadi tujuh langkah penelitian, meliputi (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal , (4) uji coba awal, (5) revisi desain, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi dan penyempurnaan produk. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan angket. Hasil analisis kebutuhan mengungkapkan bahwa subjek membutuhkan media yang nyata dengan warna yang menarik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia layak digunakan pada Anak Berkebutuhan Khusus, yaitu siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Hasil yang dimaksud meliputi (1) penilaian ahli media sebesar 4,58 dengan kategori “sangat baik”, (2) penilaian guru bahasa Indonesia sebesar 4,25 dengan kategori “sangat baik” , dan (3) uji coba penelitian yang diawali dengan uji kelompok kecil sebesar 4,06 dengan kategori “sangat baik” dan uji kelompok besar sebesar 3,51 dengan kategori “baik”. Simpulannya, uji coba penelitian secara keseluruhan di kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo sebesar 3,78 dengan kategori “baik”. Dengan demikian, penelitian dan pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia untuk siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo layak digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Kata kunci: media pembelajaran, pembelajaran interaktif, “Scrabble” bahasa Indonesia.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Saputra, Stefanus Candra. 2016. The Media Scrabble Development as Media to Enrich Indonesian Vocabulary for an Exceptional Children in Junior High School Special Education Dena-Upakara Wonosobo. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Education and Literature Studies Program, Faculty of Teachership and Education, Sanata Dharma University. Media learning is a way to create the interactive learning. Utilization media learning became bridge communication between teacher and student. Learning styles was not more centre onto teacher, but learning styles concerned into the various aspect. Aspects distribute through media learning. Teacher was not more as learning source but teacher must have to create media learning. The purpose of this research and development are to describe development “Scrabble” Indonesian and worthiness and quality of “Scrabble” Indonesian. This research held to development and present media “Scrabble” Indonesian’s quality. This type of research is research and development. This research used step which should be have ten step from Borg and Gall modificated became seven step were (1) research and information collecting, (2) planning, (3) develop preliminary form of product, (4) preliminary field testing, (5) revision, (6) main field testing, and (7) operasional product revision. A research instrumen will use in field testing are interview and quesioner. The result of need analyse revealed that subject need the real media and colorfull. The result of the research showed that media learning of the “Scrabble” Indonesian product propered to use by an exeptional children. An exceptional children was the deafness students grade VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Intended results were (1) assessment form the media expert obtained 4,58 with very good category, (2) assessment from Indonesian teacher obtained 4,25 with very good category, and (3) field trial started on small group obtained 4,06 with very good category and field trials on the big group obtained 3,51 with good category. As conclusion, all field trials in class grade VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo obtained 3,78 with good category. Therefore, this research and development can conclude that development media learning of “Srabble” Indonesian to deafness students grade VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo propered to use as media learning in the school. Keywords: media learning, interactive learning, “Scrabble” Indonesian
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Tri Tunggal Mahakudus, karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN MEDIA SCRABBLE SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMPERKAYA KOSAKATA BAHASA INDONESIA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB) DENA-UPAKARA WONOSOBO. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2.
Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
3.
Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
4.
Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skrispi.
5.
Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi., selaku ahli media yang telah memberikan penilaian, saran, dan masukan terhadap pengembangan media pembelajaran.
6.
Apri Damai Sagita, S.S., M.Pd., selaku ahli media yang telah memberikan penilaian, saran, dan masukan terhadap pengembangan media pembelajaran.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
Petrus Hariyanto, M.Pd., selaku ahli pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan penilaian, saran, dan masukan terhadap pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia.
8.
Suster Crecsentia, PMY, selaku guru Bahasa Indonesia SMPLB Dena-Upakara Wonosobo yang telah memberikan saran terhadap media dan materi serta berpartisipasi dalam penelitian.
9.
Seluruh dosen PBSI Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bekal akademik selama perkuliahan.
10. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif. 11. Kepala Sekolah SMPLB Dena-Upakara Wonosobo yang sudah mengizinkan peneliti melaksanakan penelitian. 12. Para siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo yang telah mengikuti uji coba media “Scrabble” bahasa Indonesia. 13. Orang tua tercinta, Bapak Yosep Parto Sutijo dan Ibu Melania Mia Kristani yang selalu memberikan semangat, doa, materi, perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus. 14. Paman tercinta, Rasikin yang membantu saya dalam membuat berbagai komponen media “Scrabble” bahasa Indonesia. 15. Para adik tercinta, Lorensia Dwi Mawarti, Aurelia Triana Larasati, dan Hilarius Nanda Wibisana yang selalu memberikan dukungan. 16. Maria Nike Prasetyo yang selalu memberi semangat, dukungan, doa, dan kasih sayang. 17. Sahabat-sahabatku PBSI 2012 kelas A yang selalu memberikan keceriaan, kebahagiaan, dan dukungan. 18. Teman-teman PBSI Angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan. 19. Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 20. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 14 September 2016 Peneliti
Stefanus Candra Saputra
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...........................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ...........................................................................................x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................................5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................5 D. Manfaat Penelitian .............................................................................................6 E. Batasan Istilah .....................................................................................................7 F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan .............................................................8 G. Sistematika Penyajian ........................................................................................9 BAB II KAJIAN TEORI .....................................................................................11 A. Penelitian yang Relevan ....................................................................................11 B. Landasan Teori ..................................................................................................15 1. Media pembelajaran .....................................................................................15 a. Pengertian Media Pembelajaran ..............................................................16 b. Manfaat Media Pembelajaran ...................................................................17 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Media Pembelajaran Bermanfaat bagi Proses Pembelajaran ...................18 d. Klasifikasi Media Pembelajaran ..............................................................19 2. Kosakata Bahasa Indonesia ..........................................................................22 a. Pembentukan Kata ....................................................................................22 b. Kosakata ..................................................................................................23 1) Sumber Dalam .....................................................................................23 2) Sumber Luar ........................................................................................24 3) Jenis Kosakata ....................................................................................27 3. “Scrabble” ...................................................................................................29 4. Anak Berkebutuhan Khusus ..........................................................................32 5. Anak Tunarungu ...........................................................................................34 6. Ciri-ciri Umum Hambatan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi ............36 7. Pemerolehan Bahasa .....................................................................................37 a. Perbedaan Pemerolehan B1 dan B2 ..........................................................38 b. Perkembangan Bahasa pada Anak ...........................................................38 c. Kemampuan Penguasaan Bahasa pada Anak ..........................................40 d. Macam-macam Kata yang Dikuasai oleh Anak ......................................41 e. Kata-kata yang Sulit Dikuasai oleh Anak ................................................43 C. Kerangka Pikir ...................................................................................................44 D. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................46 BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................47 A. Jenis Penelitian .................................................................................................47 B. Prosedur Pengembangan ..................................................................................47 C. Setting Penelitian ..............................................................................................54 1. Subjek Penelitian ...........................................................................................54 2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................54 D. Uji Validasi Produk ..........................................................................................55 1. Uji Validasi Produk oleh Validator ..............................................................55 2. Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan .........................................55 E. Jenis Data ..........................................................................................................56 F. Instrumen Penelitian .........................................................................................56
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................................56 a. Pedoman Wawancara ...............................................................................57 b. Angket .....................................................................................................58 2. Kegiatan Pengamatan ....................................................................................60 a. Lembar Observasi ....................................................................................60 F. Teknik Analisis Data .........................................................................................61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................63 A. Penelitian dan Pengumpulan Data ...................................................................63 1. Data Analisis Kebutuhan ..............................................................................63 B. Perencanaan Produk Awal ................................................................................69 1. Rancang Bidang ...........................................................................................70 2. Proses Pengembangan Media “Scrabble” Bahasa Indonesia ......................70 C. Pengembangan Produk Awal ...........................................................................77 1. Pengembangan Komponen Media ................................................................77 2. Pengembangan Bahan Ajar ..........................................................................82 D. Evaluasi Media Pembelajaran ..........................................................................84 1. Deskripsi dan Analisis Data Validasi Desain ...............................................84 a. Validasi Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia .........................................84 b. Validasi Ahli Media .................................................................................85 c. Validasi Guru Bahasa Indonesia ..............................................................86 2. Revisi Desain ................................................................................................88 a. Revisi Berdasarkan Saran Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia .............88 b. Revisi Berdasarkan Saran Guru Bahasa Indonesia ..................................90 E. Uji Coba Produk ................................................................................................91 1. Uji Coba Kelompok Kecil ............................................................................92 2. Analisis Data Penilaian Kelompok Kecil .....................................................95 3. Uji Coba Kelompok Besar .........................................................................104 4. Analisis Data Penilaian Kelompok Besar ..................................................109 5. Kosakata yang dihasilkan melalui media “Scrabble” Bahasa Indonesia ...119 F. Revisi Produk ..................................................................................................121 G. Kajian Produk Akhir ......................................................................................122
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H. Pembahasan ....................................................................................................127 BAB V PENUTUP .............................................................................................132 A. Simpulan ........................................................................................................132 B. Implikasi .........................................................................................................133 C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................................134 D. Saran ...............................................................................................................135 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................137 LAMPIRAN .......................................................................................................139 BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................213
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara .............................................................58 Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian Produk ....................................................................59 Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Subjek Penelitian ........................................................59 Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi ..................................................................60 Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Skala Empat .............................................................62 Tabel 3.6 Tabel Konversi Skala Empat .................................................................62 Tabel 4.1 Penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ........................82 Tabel 4.2 Hasil Validasi Media oleh Ahli Media ..................................................86 Tabel 4.3 Hasil Validasi Media oleh Guru Bahasa Indonesia ...............................87 Tabel 4.4 Revisi Materi Bahasa Indonesia.............................................................89 Tabel 4.5 Revisi Topik-topik “Scrabble” bahasa Indonesia .................................91 Tabel 4.6 Langkah Pembelajaran Kelompok Kecil ...............................................94 Tabel 4.7 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 1 ............................95 Tabel 4.8 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 2 ............................96 Tabel 4.9 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 3 ............................97 Tabel 4.10 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 4 ..........................98 Tabel 4.11 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 5 ..........................99 Tabel 4.12 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 6 ........................100 Tabel 4.13 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 7 ........................101 Tabel 4.14 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 8 ........................102 Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil .............................103 Tabel 4.16 Langkah Pembelajaran Kelompok Besar ...........................................106 Tabel 4.17 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 1 ........................109 Tabel 4.18 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 2 ........................110 Tabel 4.19 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 3 ........................111 Tabel 4.20 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 4 ........................112 Tabel 4.21 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 5 ........................113 Tabel 4.22 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 6 ........................114 Tabel 4.23 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 7 ........................115 xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.24 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 8 ........................116 Tabel 4.25 Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Besar ............................117 Tabel 4.26 Rekapitulasi Uji Coba Secara Keseluruhan .......................................118 Tabel 4.27 Revisi Produk .....................................................................................121
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Langkah-langkah R&D .........................................................................49 Gambar 2 Skema Prosedur Penelitian dan Pengembangan ...................................51 Gambar 3 Kerangka Papan “Scrabble” Bahasa Indonesia ....................................72 Gambar 4 Pemasangan Papan ...............................................................................72 Gambar 5 Pemasangan Engsel ...............................................................................73 Gambar 6 Pemasangan Pembatas ..........................................................................73 Gambar 7 Triplek Keping Huruf ............................................................................73 Gambar 8 Papan “Scrabble” .................................................................................74 Gambar 9 Keping Huruf ........................................................................................74 Gambar 10 Desain Gambar Papan “Scrabble” .....................................................75 Gambar 11 Desain Gambar Huruf .........................................................................75 Gambar 12 Desain Kartu Topik ............................................................................76 Gambar 13 Desain Penentuan Topik .....................................................................76 Gambar 14 Desain Petunjuk Penggunaan ..............................................................77 Gambar 15 Tampilan Papan “Scrabble” Bahasa Indonesia ..................................78 Gambar 16 Tampilan Keping Huruf ......................................................................78 Gambar 17 Tampilan Petunjuk Penggunaan .........................................................80 Gambar 18 Tampilan Kartu Topik ........................................................................81 Gambar 19 Tampilan Kantong Tas Kecil ..............................................................81 Gambar 20 Diagram Hasil Validasi Ahli Media ....................................................86 Gambar 21 Diagram Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia .................................88 Gambar 22 Diagram Penilaian Indikator 1 Kelompok Kecil .................................95 Gambar 23 Diagram Penilaian Indikator 2 Kelompok Kecil .................................96 Gambar 24 Diagram Penilaian Indikator 3 Kelompok Kecil .................................97 Gambar 25 Diagram Penilaian Indikator 4 Kelompok Kecil .................................98 Gambar 26 Diagram Penilaian Indikator 5 Kelompok Kecil .................................99 Gambar 27 Diagram Penilaian Indikator 6 Kelompok Kecil ...............................100 Gambar 28 Diagram Penilaian Indikator 7 Kelompok Kecil ...............................101 Gambar 29 Diagram Penilaian Indikator 8 Kelompok Kecil ...............................102 xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 30 Diagram Rekapitulasi Penilaian Kelompok Kecil ............................104 Gambar 31 Diagram Penilaian Indikator 1 Kelompok Besar ..............................110 Gambar 32 Diagram Penilaian Indikator 2 Kelompok Besar ..............................111 Gambar 33 Diagram Penilaian Indikator 3 Kelompok Besar ..............................112 Gambar 34 Diagram Penilaian Indikator 4 Kelompok Besar ..............................113 Gambar 35 Diagram Penilaian Indikator 5 Kelompok Besar ..............................114 Gambar 36 Diagram Penilaian Indikator 6 Kelompok Besar ..............................115 Gambar 37 Diagram Penilaian Indikator 7 Kelompok Besar ..............................116 Gambar 38 Diagram Penilaian Indikator 8 Kelompok Besar ..............................117 Gambar 39 Diagram Rekapitulasi Penilaian Kelompok Besar ............................118 Gambar 40 Diagram Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan ...................................119 Gambar 41 Papan “Scrabble” Bahasa Indonesia ................................................123 Gambar 42 Keping Huruf ....................................................................................124 Gambar 43 Petunjuk Penggunaan ........................................................................125 Gambar 44 Kartu Topik .......................................................................................126 Gambar 45 Kantong Tas ......................................................................................126
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Validasi Media Pembelajaran .............................................140 Lampiran 2 Pedoman Wawancara .......................................................................142 Lampiran 3 Lembar Observasi .............................................................................144 Lampiran 4 Angket Umpan Balik Siswa .............................................................145 Lampiran 5 Hasil Validasi Instrumen Penelitian .................................................147 Lampiran 6 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan .............................................152 Lampiran 7 Hasil Observasi Siswa ......................................................................155 Lampiran 8 Hasil Validasi Ahli Media 1 .............................................................156 Lampiran 9 Hasil Validasi Ahli Media 2 .............................................................157 Lampiran 10 Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia ...........................................160 Lampiran 11 Hasil Validasi Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia .....................162 Lampiran 12 Rekapitulasi Validasi Media oleh Ahli Media ...............................165 Lampiran 13 Rekapitulasi Validasi Media oleh Guru Bahasa Indonesia ............166 Lampiran 14 Rekapitulasi Uji Coba Produk ........................................................167 Lampiran 15 Tabel Penskoran Kelompok Kecil dan Besar .................................168 Lampiran 16 Angket Umpan Balik Kelompok Kecil ..........................................169 Lampiran 17 Angket Umpan Balik Kelompok Besar ..........................................173 Lampiran 18 Silabus dan RPP .............................................................................189 Lampiran 19 Rancang Bidang..............................................................................204 Lampiran 20 Surat Izin Penelitian........................................................................209 Lampiran 21 Surat Izin Validasi ..........................................................................210 Lampiran 22 Dokumentasi Uji Coba Produk .......................................................211
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa menjadi media yang dapat mempersatukan seluruh warga negara dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang memudahkan komunikasi antarwarga negara yang berbeda budaya. Misalnya,
orang
Yogyakarta
tidak
mungkin
berbahasa
daerah
ketika
berkomunikasi dengan orang dari Flores. Oleh karena itu, perlu adanya bahasa yang bisa dimengerti oleh kedua orang tersebut, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mereka. Seseorang yang menguasai bahasa Indonesia biasanya karena pembelajaran. Oleh karena itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang diperoleh seseorang melalui pembelajaran. Pembelajaran bahasa dimulai sejak masih kecil karena seorang anak yang belajar bahasa sejak kecil akan dengan mudah menyerap kata-kata baru baik melalui pendengaran maupun penglihatan. Dardjowidjojo (2010:243) mengatakan bahwa di mana pun juga kemampuan anak untuk memahami apa yang dikatakan orang jauh lebih cepat dan jauh lebih baik daripada produksinya. Berdasarkan pernyataan tersebut, seorang anak sangat cepat dalam memahami suatu bahasa melalui lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk pemahaman bahasa adalah perbendaharaan kata atau biasa disebut kosakata. Seorang anak yang normal akan dengan mudah menyerap kosakata baru melalui keterampilan menyimak dan membaca. Purwo (1990: 117) mengatakan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
bahwa pada masa prasekolah seorang anak sudah mampu menguasai 8.000 kata dan hampir seluruh kaidah dasar tata bahasa dikuasainya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketika seorang anak sudah pada jenjang pendidikan menengah pertama atau SMP pasti sudah dapat menguasai lebih dari 10.000 kata dan mampu untuk menyusun kata menjadi sebuah kalimat bahkan paragraf. Namun, jika anak itu tidak normal atau sering disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pasti akan kesulitan belajar untuk menguasai kosakata bahasa Indonesia meskipun anak tersebut berada pada jenjang pendidikan menengah pertama (SMP). Maka dari itu, peran penggunaan media pembelajaran akan sangat berguna untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus dalam memahami materi Bahasa Indonesia khususnya penguasaan kosakata bahasa Indonesia. Sebutan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ditunjukkan pada anak disabilitas, yaitu anak yang memiliki kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih sulit belajar (Thompson, 2010: 4). Anak tunarungu merupakan salah satu jenis ABK yang memiliki keterbatasan pendengaran dan juga biasanya kesulitan dalam berbicara. Delphi (2006:103) menjelaskan bahwa anak tunarungu kurang memperhatikan guru di kelas, kesulitan mengikuti petunjuk lisan, dan mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara. Jika melihat dari segi bahasa, anak tunarungu mengalami kesulitan belajar bahasa Indonesia melalui keterampilan menyimak dan berbicara. Masalah tersebut akan menghambat
perkembangan
bahasa
mereka
terutama
dalam
menguasai
perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata sangat penting bagi perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
bahasa anak tunarungu. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Delphi (2006: 103) adalah anak tunarungu perlu belajar untuk mengasah keterampilan membaca, menulis, dan latihan-latihan teknis berkaitan dengan pemahaman bahasa merupakan usaha-usaha pemerintah di beberapa negara maju untuk menjadikan warganya “melek huruf” (literacy). Melek huruf merupakan hal pokok dan memegang peranan penting, khususnya bagi anak dengan hendaya pendengaran dan bicara, pada setiap program pembelajaran. Maka dari itu, harus ada cara yang dapat membantu anak tunarungu dalam proses pengusaan kosakata bahasa Indonesia. Observasi dilakukan di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo pada tanggal 19 November 2015. Tujuan observasi adalah untuk mengetahui situasi dan kondisi nyata siswa tunarungu dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa SMPLB Dena-Upakara Wonosobo menggunakan kurikulum KTSP dan materi ajar menggunakan buku paket seperti di SMP pada umumnya. Namun, metode dan teknik pengajaran yang dipakai guru disesuaikan dengan siswa tunarungu. Dinamika belajar di Dena-Upakara jika dipersentasekan adalah 40% akademik dan 60% keterampilan. Para siswa tunarungu lebih banyak mendapatkan keterampilan yang berguna dan mampu membekali mereka setelah lulus. Guru Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa ketika mengajar di kelas tidak menggunakan bahasa isyarat tetapi menggunakan bahasa oral atau langsung berbicara dengan mulut layaknya mengajar pada sekolah pada umumnya. Sumber belajar peserta didik selain buku paket, biasanya dari sebuah informasi dalam berita dan pengalaman sehari-hari sehingga peserta didik aktif berdiskusi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
guru. Media pembelajaran yang digunakan biasanya adalah internet, poster, koran, dan buku. Media pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia masih kurang, masih sangat terbatas dan tidak ada pembaruan. Hasil observasi tersebut mengungkapkan bahwa proses pembelajaran SMPLB Dena-Upakara Wonosobo tidak ada kekhususan dari segi materi. Media pembelajaran masih kurang dimaksimalkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia
Hal-hal tersebut
akan menghambat siswa tunarungu untuk belajar Bahasa Indonesia. Maka dari itu, penggunaan media pada materi Bahasa Indonesia perlu dimaksimalkan. Hal tersebut sejalan dengan saran guru Bahasa Indonesia, yaitu penerapan media pembelajaran sangat diperlukan terutama untuk peserta didik kelas VIII karena peserta didik kelas VIII di Dena-Upakara Wonsobo sebenarnya memiliki kemampuan belajar yang baik tapi media pembelajaran masih kurang mendukung kemampuan belajar mereka. Media pembelajaran yang tepat guna membantu siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dalam proses penguasaan kosakata adalah media “Scrabble”. Permainan “Scrabble” merupakan permainan penyusunan kata. “Scrabble” dapat dimainkan oleh semua orang mulai dari anak-anak sampai dewasa. Permainan “Scrabble” bertujuan untuk meningkatkan kosakata terutama kosakata bahasa Inggris. Namun, permainan ini juga dapat diadaptasi dan dikembangkan menjadi media untuk memperkaya kosakata dalam bahasa Indonesia. Pengembangan media pembelajaran “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia diharapkan akan membantu siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khusus perbendaharaan kata/kosakata bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dikaji, sebagai berikut ini. 1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo? 2. Bagaimana kualitas media pembelajaran “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut ini. 1. Mengembangkan media pembelajaran “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. 2. Mendeskripsikan kualitas media pembelajaran “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut ini. 1. Bagi Peserta Didik Hasil penelitian ini membantu dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia melalui media “Scrabble” bahasa Indonesia. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini menambah referensi media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. 3. Bagi sekolah Hasil penelitian ini menambah referensi penelitian pengembangan media pembelajaran untuk peserta didik tingkat Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu Dena-Upakara Wonosobo. 4. Bagi perkembangan ilmu Hasil penelitian ini memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pembelajaran Bahasa Indonesia yang secara khusus memperdalam peningkatan kosakata bahasa Indonesia. 5. Bagi peneliti Hasil penelitian ini mendapatkan pengalaman baru dalam membuat media pembelajaran berupa permainan “Scrabble” sebagai upaya untuk meningkatkan kosakata bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
E. Batasan Istilah Adapun beberapa batasan ilmiah yang menjadi teori pendukung dalam penelitian ini. Batasan ilmiah tersebut sebagai berikut ini. 1. “Scrabble” adalah sejenis permainan menyusun kata yang dapat dimainkan oleh dua atau empat orang anak. 2. Keping huruf (tile) adalah huruf yang dibentuk menjadi kepingan berbentuk kotak. 3. Distribusi Penilaian Huruf adalah nilai-nilai yang ada pada setiap keping huruf (tile). 4. Media Pembelajaran adalah suatu alat yang dapat dilihat, didengar, dan diraba oleh panca indera manusia. Alat tersebut digunakan oleh baik guru maupun
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran
sehingga
tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 5. Kosakata adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. 6. Anak Kebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional dalam proses pertumbuhan dan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 7. Anak Tunarungu Wicara (Anak dengan Hendaya Pendengaran dan Bicara) adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Berikut pemaparan tentang spesifikasi produk yang dikembangkan, yaitu “Scrabble” bahasa Indonesia. 1. Komponen “Scrabble” bahasa Indonesia dirancang secara lengkap, yaitu papan permainan “Scrabble”, keping huruf, kartu topik, petunjuk penggunaan, dan tempat penyimpanan berupa kantong tas. 2. “Scrabble” bahasa Indonesia dirancang dengan aplikasi berbasis komputer, yaitu Corel Draw X7 dan Adobe Photoshop CC version 12.0. 3. “Scrabble” bahasa Indonesia dirancang dengan memperhatikan perkembangan bahasa pada anak tunarungu (konkret, menarik, dan sederhana). Media “Scrabble” konkret, artinya media berbentuk konkret, riil, dan dapat digunakan secara langsung. Media “Scrabble” menarik, artinya media ini didesain menggunakan warna-warna cerah yang menarik, berupa permainan penyusunan kosakata yang dimainkan dengan cara sistem penskoran. Cara tersebut bertujuan untuk mengurangi kebosanan dan memicu pemain untuk berkompetisi. Media “Scrabble” sederhana, artinya pembuatan media tersebut menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Bahan-bahan yang digunakan, meliputi kayu, triplek, plastik bekas, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
4. “Scrabble” bahasa Indonesia termasuk media pembelajaran yang digunakan untuk membantu anak tunarungu dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
G. Sistematika Penyajian Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir serta pertanyaan penelitian. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini. Kajian teori berisi uraian tentang media pembelajaran, kosakata bahasa Indonesia, “Scrabble”, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK),
Anak Tunarungu, dan
Pemerolehan Bahasa. Bab III berisi tentang metode penelitian. Bab ini menguraikan jenis penelitian, proses pengembangan, setting penelitian, validasi produk, jenis data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini memaparkan hasil data dari penilaian validator atau expert judgement yang berasal dari Universitas Sanata Dharma dan SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Kemudian, pemaparan tentang deskripsi dan analisis data dari hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Hasil uji coba yang dilakukan berasal dari angket umpan balik beserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
penskoran terhadap media pembelajaran berupa “Scrabble”. Terakhir adalah pemabahasan. Bab V berisi penutup. Bab ini menguraikan simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran yang bermanfaat bagi pihak lain yang terkait dengan penelitian ini dan juga merupakan simpulan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian tentang pengembangan media banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Namun penelitian dan pengembangan media untuk Anak Berkebutuhan Khusus, yaitu Anak Tunarungu masih belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain pertama, Pengembangan Scrabble Hanacaraka sebagai Media Pembelajaran Aksara Jawa untuk Siswa Kelas VI di SD Negeri Keputran A Yogyakarta diteliti oleh Eka Desiana mahasiswa Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta (2014). Kedua, Efektivitas Scrabble untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang diteliti oleh Wastu Bondan Susantiyatno mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Negeri Semarang (2011). Ketiga, Penerapan Metode Mathernal Reflektif dalam Pembelajaran Berbahasa pada Anak Tunarungu di Kelas Persiapan SLB Negeri Semarang diteliti oleh Ririn Linawati mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Semarang (2013). Keempat, Pengembangan Media Kartu Gambar Isyarat untuk Meningkatkan Kosa Kata Anak Tunarungu Kelas Dasar di SLB kota Cimahi diteliti oleh Gun Gun Guntara mahasiswa pasca sarjana Pendidikan Kebutuhan
Khusus,
Universitas
Pendidikan
Indonesia
(2014).
Penelitian pertama, Desiana (2014) berjudul Pengembangan Scrabble Hanacaraka sebagai Media Pembelajaran Aksara Jawa untuk Siswa Kelas VI di
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
SD Negeri Keputran A Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk media pembelajaran berupa permainan edukatif yang layak dan efektif digunakan oleh siswa kelas VI Sekolah Dasar dalam belajar aksara jawa. Permasalahan
yang diangkat adalah bagaimana mengembangkan media
pembelajaran yang inovatif untuk materi aksara Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research dan Development (RnD) dengan teori Borg and Gall yang dilaksanakan dalam sepuluh tahap. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa media Scrabble Hanacaraka kelas VI di SD Negeri Keputran A Yogyakarta yang dihasilkan telah layak dan efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran aksara Jawa di SD Negeri Keputran A Yogyakarta. Relevansi penelitian pertama dengan penelitian pengembangan media “Scrabble” sebagai Media untuk Memperkaya Kosakata Bahasa Indonesia Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo adalah pada topik penelitian dan pengembangan media. Penelitian tersebut sama-sama mengembangkan media “Scrabble” sebagai media pembelajaran. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian. Penelitian pertama subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI SD pada pelajaran Bahasa Jawa sedangkan penelitian ini subjek penelitiannya adalah Anak Tunarungu dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian kedua, Susantiyatno (2011) berjudul Efektivitas Scrabble untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan permainan Scrabble dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Semarang dalam penguasaan kosakata dalam buku Sakura jilid pertama. Permasalahan yang diangkat adalah apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
permainan Scrabble efektif untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode true experimental design. Hasil penelitian menyatakan bahwa penggunaan media Scrabble tidak efektif untuk meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 4 Semarang. Penelitian kedua dengan penelitian pengembangan media “Scrabble” sebagai Media untuk Menguasai Kosakata Bahasa Indonesia Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo memiliki relevanasi pada topik penelitiannya, yaitu media “Scrabble”. Namun, ada beberapa perbedaan. Pertama, penelitian tersebut menggunakan subjek siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 4 Semarang, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengetahui keefektifan Scrabble pada mata pelajaran Bahasa Jepang, dan penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ketiga, Linawati (2013) berjudul Penerapan Metode Mathernal Reflektif dalam Pembelajaran Berbahasa pada Anak Tunarungu di Kelas Persiapan SLB Negeri Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode mathernal reflektif dalam pembelajaran berbahasa dan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu kelas persiapan anak di SLB Negeri Semarang. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana penerapan metode mathernal reflektif dalam pembelajaran berbahasa pada anak tunarungu kelas persiapan di SLB Negeri Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Metode Mathernal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
Reflektif (MMR) sudah terlaksana dengan baik dan dilaksanakan dengan tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian pengembangan media “Scrabble” sebagai Media untuk Menguasai Kosakata Bahasa Indonesia Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dan penelitian ketiga memiliki relevansi pada subjek penelitian, yaitu anak tunarungu. Perbedaannya terletak pada pendekatan penelitian. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian keempat, Guntara (2014) berjudul Pengembangan Media Kartu Gambar Isyarat untuk Meningkatkan Kemampuan Kosakata Siswa Tunarungu Kelas Dasar di SLB Kota Cimahi. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata siswa tunarungu tingkat dasar. Permasalahan yang diangkat adalah apakah pengembangan media kartu gambar isyarat cukup efektif untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu kelas dasar di SLB kota Cimahi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode Mix Method dengan desain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media kartu gambar isyarat terbukti dapat meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata pada siswa tunarungu tingkat dasar. Penelitian keempat memiliki relevansi dengan penelitian pengembangan media “Scrabble” sebagai Media untuk Menguasai Kosakata Bahasa Indonesia Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Relevansinya adalah subjek penelitian anak tunarungu. Topik penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
diangkat adalah permasalahan dalam bahasa, yaitu penguasaan kosakata. Beberapa perbedaannya adalah media yang dikembangkan adalah pengembangan media kartu gambar isyarat. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif-kuantitatif dan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah mix method.
B. Landasan Teori Paparan subbab ini adalah tentang teori-teori media pembelajaran, kosakata bahasa Indonesia, “Scrabble”, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Anak Tunarungu/Anak Hendaya Pendengaran, dan Pemerolehan Bahasa. 1. Media Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti (Sadiman, 2008: 2). Proses pembelajaran era sekarang dan era dulu sangat jauh berbeda terutama dalam hal sumber belajar. Sumber belajar era dulu masih berpusat pada guru sedangkan sumber belajar era sekarang mencakup berbagai aspek. Edgar Dale (Dewi: 2012) berpendapat bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Association Educational Communication and Technology (AECT) (1977) menyatakan bahwa semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu dapat digunakan siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi yang akan mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa gaya belajar era dulu sudah tidak relevan lagi digunakan sebagai gaya belajar di era sekarang. Bitter dan Legacy (Pranowo, 2015: 1294) menjelaskan bahwa teknologi saat ini menjadi rekan kerja para pengajar, administrator, dan orang tua. Maka dari itu, sumber-sumber belajar perlu diubah sesuai dengan era sekarang. Sumber-sumber belajar selain guru disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai media pembelajaran (Munadi, 2010: 5). a. Pengertian media pembelajaran Gagne dan Briggs (Arsyad, 2014: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran, meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Berdasarkan pendapat dari para ahli, pengetian media pembelajaran adalah alat bantu yang memiliki fungsi untuk membantu dalam menyampaikan bahan ajar/materi dari pendidik kepada peserta didik. Penyampaian bahan ajar melalui alat-alat bantu seperti buku, tape recorder, kaset video, film, slide, foto, gambar, televisi, dan komputer. Penyampaian bahan ajar melalui alat-alat bantu tersebut disebut media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
b. Manfaat media pembelajaran Kemp dan Dayton (Arsyad, 2014: 25-26) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut. 1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut. 2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki motivasi dan meningkatkan minat. 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas. 6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. 7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa. c. Media pembelajaran bermanfaat bagi proses pembelajaran Media pembelajaran juga mempunyai manfaat bagi proses pembelajaran menurut Commission on Instructional Technology (Sudjana, 2007:10-11). Manfaat tersebut adalah sebagai berikut. 1) Membuat pendidikan lebih produktif; 2) menunjang pengajaran individual; 3) kegiatan pengajaran lebih ilmiah; 4) pengajaran lebih maksimal;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
5) kegiatan belajar lebih menghubungkan dengan realita; 6) Mempercepat pendidikan dengan memperkaya teknologi. Pernyataan Commission on Instructional Technology ini mengindikasikan bahwa media pembelajaran mampu menciptakan pembelajaran di kelas yang lebih baik daripada tanpa menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran menjadi solusi untuk menciptakan pembelajaran yang tidak lagi bersumber pada guru. Media pembelajaran menjadi tanda bahwa gaya belajar di kelas seiring berjalannya waktu berubah ke arah yang lebih baik. d. Klasifikasi media pembelajaran Klasifikasi media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus adalah taksonomi Briggs. Taksonomi ini mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan transmisinya (Sadiman, 2008: 23). Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar (Sadiman, 2008: 23). Jika dikaitkan dengan media pembelajaran “Scrabble”, media tersebut masuk pada karakteristik model, media cetak, dan gambar. Berdasarkan taksonomi Briggs, media “Scrabble” termasuk media yang memiliki beberapa karakteristik. Pertama, “Scrabble” merupakan benda nyata. Jika disesuaikan dengan karakteristik siswa, benda nyata sesuai dengan kelompok berjumlah 2-30 orang dan individual. Benda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
nyata memiliki kesesuaian dengan karakteristik siswa yang menyukai belajar secara visual, pendengaran, mandiri, dan gerakan. Benda nyata juga sesuai dengan karakteristik siswa yang tergantung pada kecepatan belajar. Kedua, “Scrabble” merupakan model. “Scrabble” termasuk model permainan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Berdasarkan taksonomi Briggs, jenis media model memiliki kesamaan karakteristik dengan benda nyata. Sadiman (2008: 75) menjelaskan bahwa permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Maka dari itu, media “Scrabble” termasuk model permainan yang memiliki komponen, yaitu pemain, lingkungan berinteraksi, aturan, dan tujuan tertentu. Model permainan memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut. 1) Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur. 2) Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar. 3) Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. 4) Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peran-peran ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya di masyarakat. 5) Permainan bersifat luwes. 6) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak (Sadiman, 2008: 7881). Ketiga, “Scrabble” merupakan gambar (grafis). Berdasarkan taksonomi Briggs, media tersebut lebih disesuaikan pada karakteristik siswa yang menyukai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
belajar secara visual, kecepatan belajar, dan respon. Media gambar juga sesuai dipakai baik secara berkelompok yang terdiri dari 2-30 orang maupun individual. Sadiman (2008: 29-31) menjabarkan beberapa kelebihan media gambar sebagai berikut. 1) Sifatnya konkret; Gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. 3) Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Selain kelebihan-kelebihan
tersebut, gambar/foto mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu: 1) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata. 2) Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajara. 3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar (Sadiman, 2008: 31). Penjelasan di atas memberikan gambaran jelas tentang media “Scrabble” berdasarkan taknosomi Briggs. Taksonomi Briggs menjadi tolok ukur dalam pengembangan media “Scrabble” sehingga media ini dapat digunakan secara baik dan tepat guna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
2. Kosakata Bahasa Indonesia a. Pembentukan Kata Perlu diketahui terlebih dahulu perbedaan antara leksem dengan kata sebelum masuk pada subbab tentang kosakata. Kridalaksana (2010: 8) menjelaskan bahwa morfologi dan sintaksis merupakan dua subsistem yang berkaitan terlihat pada kenyataan bahwa kata merupakan satuan terbesar morfologi dan satuan terkecil dalam sintaksis. Kedua subsistem ini sebagai konsep bahasa dalam pembentukan leksem menjadi sebuah kata. Jadi kata ‘word’ dibedakan dari leksem ‘lexeme’ (Kridalaksana, 2010: 9). Istilah leksem sudah dipergunakan oleh Whorf pada tahun 1983. Whorf dalam salah satu karangannya tentang relativitas bahasa menerangkan bahwa “The lexeme....” adalah “......the world or stem as an item of the vocabulary, and as a part analyzed or abstracted form sentence words (Kridalaksana, 2010: 9). Proses pembentukan kata terlihat jelas pada subsistem morfologi, yaitu proses-proses morfologis. Morfologi dapat dipandang sebagai subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem menjadi kata. Leksem berperan sebagai input sedangkan kata sebagai satuan gramatikal berperan sebagai output (Kridalaksana, 2010: 10). Proses-proses morfologis itu adalah derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi (pemendekan), komposisi (perpaduan), dan derivasi balik. Secara singkat proses-proses morfologis memiliki peran sebagai konsep bahasa yang mengubah leksem menjadi kata. Proses morfolgis sangat penting dalam pembentukan kata. Pembentukan kata pun menjadi lebih bervariasi sesuai dengan proses morfologisnya. Proses morfologis seperti derivasi zero akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
membentuk leksem menjadi kata tunggal. Proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi, pemenggalan, dan kontraksi akan membentuk leksem menjadi kata kompleks. Proses morfologis seperti akronimi dan penyingkatan akan membentuk leksem menjadi kata akronim dan singkatan. Proses morfologis seperti komposisi akan membentuk leksem menjadi kata majemuk. Maka dari itu, leksem memiliki peran penting dalam proses pembentukan kata. b. Kosakata Soedjito
(2011:3)
menjelaskan
bahwa
kosakata
adalah
perbendaharaan/kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi Kedua sudah dimuat 72805 kosakata. Ada dua sumber kemampuan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia, yaitu sumber dalam dan sumber luar (Soedjito, 2011:3). 1) Sumber Dalam Kemampuan yang ada pada bahasa dan bangsa Indonesia sendiri. Sumber dalam dapat berwujud pengaktifan kata-kata lama, pembentukan kata-kata baru, penciptaan kata-kata baru, dan pengakroniman. a) Pengaktifan Kata-Kata Lama Kosakata lama (arkais), yaitu kosakata yang dahulu memang ada dalam bahasa Indonesia tetapi kemudian tidak muncul atau tidak lazim dipakai lagi dapat diaktifkan untuk menampung konsep-konsep baru dalam bahasa Indonesia. Misalnya: kata canggih, kendala, wara-wara, dan pewara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
b) Pembentukan Kata-Kata Baru Pembentukan
kata-kata
baru
dibentuk
melalui
proses
pengimbuhan,
pengulangan, dan pemajemukan. c) Penciptaan Kata-Kata Baru Kata-kata yang benar-benar ciptaan baru dapat dikatakan jarang ada. Kata-kata ciptaan baru itu kebanyakan berdasar pada kata yang sudah ada sebelumnya. Pronomina kedua, Anda, misalnya berkaitan dengan enklitik –nda atau –anda yang dipakai untuk menghaluskan kata panggilan kaum keluarga, misalnya bunda, kanda, nenenda, dan ayahanda. d) Pengakroniman Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata, gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan seperti kata biasa. Misalnya: ASI: Air Susu Ibu Balita: bawah lima tahun Monas: monumen nasional Rudal: roket kendali Pilkada: pilihan kepala daerah 2) Sumber Luar Kata-kata serapan baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Bahasa Indonesia masih perlu menyerap baik kata-kata daearah maupun kata-kata asing dengan tujuan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
a) Kata-kata serapan itu digunakan untuk menyatakan rasa hormat, halus, dan sopan. Contoh: Nenek saya meninggal pada usia 80 tahun. b) Kata-kata serapan itu digunakan untuk mengisi kekosongan (kerumpangan) kosakata bahasa Indonesia. Contoh: Seorang budayawan memang biasa berbicara ceplas-ceplos c) Kata-kata asing perlu diserap untuk memudahkan pengalihan antarbahasa karena bersifat internasional. Contoh: Afiks: imbuhan Subjek: pokok kalimat Fonem: bunyi bahasa Preposisi: kata depan Kata-kata serapan baik dari bahasa daerah/serumpun maupun dari bahasa asing itu melalui proses penyerapan yang berbeda. Ada empat proses penyerapan dalam bahasa Indonesia, yaitu adopsi, adaptasi, penghibridaan, dan terjemahan. a) Adopsi Adopsi
adalah
serapan
perubahan/penyesuaian. Contoh: Ulet Ruwet Sumber
secara
utuh
sama
dengan
aslinya
tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
b) Adaptasi Adaptasi adalah serapan yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, yaitu kaidah ejaan, pembentukan kata, dan tata kalimat. Contoh: Blangkon Belangkon Klapa Kelapa Kripik Keripik Aquarium Akuarium Ballet Balet Calsium Kalsium c) Penghibridaan Hibrida adalah kata kompleks yang bagian-bagiannya terdiri dari bahasabahasa yang asalnya berbeda. Contoh: Pancasila + –is pancasialis Modern + pe (n) –an pemodernan d) Serapan Terjemahan Dalam bahasa Indonesia kosakata serapan terjemahan itu dapat terjadi dengan empat cara, yaitu terjemahan langsung, terjemahan dari serapan adopsi, terjemahan dari serapan adaptasi, dan terjemahan dari serapan hibrida. Terjemahan langsung Upgrading: penataran Rangking: pemeringkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Learning: pembelajaran Planning: perencanaan Terjemahan dari Serapan Adopsi Absurb: mustahil Editorial: tajuk rencana Plot: alur Terjemahan dari Serapan Adaptasi Affix afiks imbuhan Ambiguity ambiguitas ketaksaan Dialogue dialog cakapan Terjemahan dari Serapan Hibrida Pengedit: penyuntingan Penstandaran: pembakuan Memonitor: memantau 3) Jenis Kosakata Berdasarkan pilihan kata ada bermacam-macam kata, antara lain kata umum dan kata khusus, kata populer dan kata kajian, kata konkret dan kata abstrak, kata baku dan kata tak baku, kata biasa dan kata sastra, dan kata deikti (Soedjito, 2011:67). a) Kata Umum dan Kata Khusus Kata umum adalah kata yang ruang lingkup penggunaannya luas, sedangkan kata khusus adalah kata yang ruang lingkup penggunaannya sempit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Contoh: Saya suka makan buah-buahan. (kata umum) Saya suka makan jeruk. (kata khusus) b) Kata Populer dan Kata Kajian Kata populer adalah kata yang biasa dikenal dan digunakan oleh kalangan lapisan masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari. Kata kajian adalah kata yang dikenal dan digunakan oleh kelompok profesi tertentu (ilmuwan) dalam komunikasi ilmiah seperti seminar, diskusi, jurnal ilmiah, skripsi, dsb). Contoh: Petani menggarap sawahnya dengan alat yang berupa cangkul, luku, dan garu. (kata populer) Sebelum penelitian dilakukan, haruslah disusun instrumen penelitian. (kata kajian). c) Kata Konkret dan Kata Abstrak Kata konkret adalah kata yang mengacu pada objek yang dapat dilihat, didengarkan, dirasa, diraba, dan/atau dibau. Kata abstrak adalah kata yang mengacu pada sifat, konsep, dan/atau gagasan. Contoh: Kesejahteraan rakyat kecil harus segera harus diwujudkan. (kata abstrak). Rakyat harus hidup aman tenteram, cukup sandang pangan dan sehat jasmani rohaninya. (kata konkret).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
d) Kata Baku dan Kata Tak Baku Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah tata bahasa, sedangkan kata tak baku adalah kata yang tidak mengikuti kaidah tata bahasa baku. Contoh: Saya berlibur di Bali hanya sehari. (kata baku) Minumlah obat ini biar lekas sembuh. (kata tak baku) e) Kata Biasa dan Kata Sastra Kata biasa adalah kata umum yang bergaya biasa, sedangkan kata sastra adalah kata khusus yang bergaya seni/indah. Contoh: Perahu layar itu melaju dipuput angin. (kata biasa) Perahu layar itu melaju dipuput sang bayu. (kata sastra) f) Kata Deiktis Kata deiktis adalah kata yang acuannya dapat berganti-ganti atau berpindahpindah bergantung pada siapa penuturnya, pada waktu dan tempat dituturkannya kata itu, serta situasi pembicaraan. Contoh: A: “Bapak mau kemana?” B: “Bapak/Saya mau ke kantor.” 3. “Scrabble” “Scrabble” adalah suatu permainan papan yang dimainkan oleh dua hingga empat orang yang bertujuan untuk membentuk kata-kata yang diperbolehkan dengan menggunakan huruf-huruf yang tersedia dan diberikan nilai pada suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
papan berukuran 15x15 kotak. “Scrabble” dianggap sebagai sebuah permainan yang memainkan keberuntungan dalam menentukkan para pemain memiliki huruf yang baik atau buruk (Holden, 2012: 16). Pernyataan
di
atas
menjelaskan
bahwa
permainan
“Scrabble”
mengandalkan susunan huruf yang baik untuk menciptakan kata dengan skor tertinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan selanjutnya, yaitu keberuntungan dan kemampuan dalam bermain “Scrabble” ditentukan melalui kemampuan menyusun huruf menjadi sebuah kata di dalam sebuah papan sehingga mendapatkan penskoran (Holden, 2012: 17). Permainan “Scrabble” diciptakan oleh Alfred Mosher Butts. Butts adalah seorang arsitek yang berasal dari Poughkeepsie, New York. Dia menciptakan sebuah papan permainan yang berasal dari tiga kategori permainan yang berbeda. Pertama, permainan angka seperti “Dice and Bingo”, kedua permainan bergerak seperti catur dan dam, permainan kata seperti anagram. Berdasarkan tiga kategori tersebut, Butts mencoba membuat sebuah permainan yang mengasah kemampuan berpikir dan
juga kemampuan menentukan peluang.
Kemudian, Butts
mengkombinasikan karakteristik antara permainan anagram dengan teka-teki silang. Permainan ini bernama Lexiko yang kemudian berganti nama menjadi Criss Cross Words. Butts bertemu dengan James Brunot, seorang pengusaha pecinta mainan yang terpikat dengan konsepnya. Mereka berdua bekerja sama mendesain dan memperbaiki aturan dari permainan Criss Cross Words. Pada tahun 1948 diperkenalkan sebuah permainan bernama “Scrabble” hasil kerja sama antara Alfred Mosher Butts dengan James Brunot (Smith, 2009: 9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Permainan “Scrabble” memiliki daftar peraturan turnamen yang lengkap yang diterbitkan dalam dokumen Official Tournament Rules (Rules Committee, 2011). Beberapa peraturan praktis yang dipakai selama permainan dan penilaian “Scrabble” dapat dijabarkan sebagai berikut ini. a. Pemain pada giliran pertama harus meletakkan dua atau lebih huruf yang membentuk sebuah kata. Diletakkan secara vertikal ataupun horizontal dengan salah satu huruf berada di kotak tengah papan. Kotak tengah papan adalah kotak bonus double word score. b. Permainan dilanjutkan dengan pemain selanjutnya menambah satu atau lebih huruf yang membentuk sebuah kata atau kata-kata baru. c. Semua kata yang ditambahkan harus menyentuh kata-kata yang telah dibuat sebelumnya dan harus membentuk sebuah kata dimanapun kata-kata yang telah ada di papan tersentuh. d. Seluruh kata yang terbentuk dalam satu giliran akan diperhitungkan nilainya. e. Nilai yang didapatkan tiap giliran adalah jumlah dari seluruh nilai huruf dalam kata-kata yang dibentuk atau dimodifikasi dalam satu giliran ditambah nilai bonus yang didapatkan dari kotak bonus. f. Kotak double letter score (berwarna biru gelap) membuat nilai sebuah huruf yang diletakkan di kotak tersebut menjadi tiga kali lipat. g. Kotak double word score (berwarna merah jambu) menggandakan nilai sebuah kata yang terbentuk apabila salah satu huruf yang membentuknya diletakkan di kotak tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
h. Kotak triple word score (berwarna merah) mengalikan tiga kali lipat nilai sebuah kata yang terbentuk apabila salah satu huruf membentuknya diletakkan di kotak tersebut. i. Penilaian bonus double letter score dan triple letter score didahulukan daripada double word score dan triple word score pada penilaian dalam satu giliran pemain. j. Jika sebuah kata yang terbentuk melewati dua buah kotak double word score, nilai dari kata tersebut dikalikan empat. k. Jika sebuah kata yang terbentuk melewati dua buah kotak triple word score, nilai dari kata tersebut dikalikan sembilan. l. Kotak bonus hanya dapat digunakan sekali, pada gliran kotak-kotak tersebut dilewati suatu kata untuk pertama kalinya. m. Jika dua atau lebih kata menggunakan huruf yang sama, dan huruf tersebut terletak di dalam kotak bonus. Bonus tersebut berlaku untuk semua kata yang terbentuk. n. Jika seorang pemain menggunakan tujuh buah huruf yang dimilikinya dalam satu giliran, maka pemain tersebut mendapatkan bonus 50 angka (Rules Committee, 2011). 4. Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka membutuhkan kekhususan dalam berbagai kebutuhannya. Jika seorang anak memiliki kesulitan yang secara signifikan lebih besar dari anak-anak lain seusianya dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, juga dalam berkomunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
atau berperilaku, mereka dikatakan memiliki kesulitan belajar (Thompson, 2010: 2). Berdasarkan Directgov (2000), istilah ABK merujuk pada anak yang memiliki kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih sulit belajar atau mengakses pendidikan dibandingkan kebanyakan anak seusianya. Istilah ABK mulai digunakan pada tahun 1870 yang ditujukan pada anak-anak disabilitas yang tidak cocok untuk ditempatkan di sekolah umum dan menjadi tanggung jawab otoritas kesehatan (Thompson, 2010: 4). Namun, seiring perkembangan zaman, istilah ABK juga perlu dipahami lebih dalam supaya penanganannya tepat sasaran. Jika hanya memandang istilah ABK ditujukan kepada anak-anak disabilitas, anak-anak yang memiliki kesulitan belajar bukan lagi termasuk ABK. Hal ini akan berseberangan dengan pernyataan dari Directgov. Maka dari itu, Warnock (Thompson, 2010: 5-6) dalam laporannya tentang ABK menyebutkan dua kategori ABK: anak yang mengalami kesulitan di sekolah yang kebutuhannya dapat dipenuhi di sekolah umum dan anak yang akibat dari kesulitan belajar yang lebih kompleks, tidak memungkinkan kebutuhannya terpenuhi di sekolah umum dan akan membutuhkan lingkungan pendidikan yang lebih khusus. Lingkungan pendidikan yang lebih khusus untuk ABK disabilitas. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Shanne yang menyebutkan bahwa ABK tersebut termasuk The Exceptional Children. Shane (1982: 3) menjelaskan bahwa exceptional children are those who are mentally, emotionally, or physally unable to cope with the regular school program on a full or part-time basis. Shane juga menjabarkan jenis anak-anak yang termasuk The Exceptional Children. These areas of exceptionalities include
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
children who are identified as mentally retarded; disadvantaged; gifted; physically, chronically, multiply, and severely handicapped; visually and hearing impaired; speech and language impaired; learning disabled; and children who are emotionally or behaviorally disturbed (Shane, 1982: 3). Maka dari itu, perlu ada bimbingan khusus untuk menangani ABK dalam menunjang berbagai kesulitan belajarnya. Bimbingan khusus itu perlu melihat pedoman ABK sebagai berikut. a. Seorang anak berkebutuhan khusus harus dipenuhi kebutuhannya. b. Kebutuhan pendidikan khusus untuk anak-anak tersebut harus bisa terpenuhi di sekolah atau lingkungan umum. c. Keinginan anak-anak tersebut harus dipertimbangkan. d. Orang tua memiliki peran vital dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. e. ABK harus ditawarkan akses penuh terhadap pendidikan yang luas, seimbang, dan relevan, termasuk kurikulum yang tepat pada tahap dasar pendidikan mereka serta Kurikulum Nasional (Thompson, 2010: 12). 5. Anak Tunarungu Shane menyebut anak tunarungu dengan istilah deafness. Shane (1982: 203) menjelaskan bahwa the deaf those in whom the sense of hearing is nonfunctional for the ordinary purposes of life. Anak tunarungu berarti anak yang indra pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga susah mendengarkan bunyi-bunyian. Pernyataan Shane sama dengan Delphi yang menyebut anak tunarungu dengan istilah anak hendaya pendengaran. Delphi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
(2006:102) menjelaskan bahwa anak hendaya pendengaran adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran. Anak tunarungu terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: a. The congenitally deaf: those who were born deaf. b. The adventitiously deaf: those who were born with normal hearing but in whom the sense of hearing became nonfunctional later through illness or accident. c. The hard of hearing: those in whom the sense of hearing, although defective is functional with or without a hearing aid (Shane, 1982: 203). Delphi (2006:102) menjelaskan bahwa karateristik anak tunarungu wicara atau anak hendaya pendengaran dan bicara terlihat dari bentuk mimiknya. Bentuk mimik peserta didik dengan hendaya pendengaran dan bicara berbeda dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang lain. Hal ini karena mereka tidak pernah mendengar atau mempergunakan panca indera telinga dan mulut. Alat audiometer merupakan alat untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB). Derajat kemampuan berdasarkan ukuran instrumen audiometer menyebabkan klasifikasi anak dengan hendaya pendengaran sebagai berikut (Delphi, 2006:102). a. 0-26 dB masih mempunyai pendengaran normal. b. 27-40 dB mempunyai kesulitan mendengar tingkat ringan, masih mampu mendengar bunyi-bunyian yang jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
c. 41-55 dB termasuk tingkat menengah, dapat mengerti bahasa percakapan dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar dan membutuhkan latihan berbicara secara khusus. d. 56-70 dB termasuk tingkat menengah berat. Kurang mampu mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar dan membutuhkan alat bantu dengar dan membutuhkan latihan berbicara secara khusus. e. 71-90 dB termasuk tingkat berat. Individu tersebut termasuk orang yang mengalami ketulian, hanya mampu mendengarkan suara keras yang berjarak kurang lebih satu meter. f. 91- dan seterusnya, termasuk individu yang mengalami ketulian sangat berat. Tidak dapat mendengar suara. g. Perilaku yang muncul terhadap peserta didik dengan hendaya pendengaran di sekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam perkembangan bahasa dan komunikasi. 6. Ciri-ciri Umum Hambatan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi pada Anak Tunarungu Wicara Ciri-ciri umum hambatan perkembangan bahasa dan komunikasi, antara lain sebagai berikut. a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas. b. Selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk berganti posisi telinga terhadap sumber bunyi, seringkali ia meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas. c. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
d. Keengganan untuk berpartisipasi secara oral, mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya. e. Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat di kelas. f. Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara. g. Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara terganggu. h. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya dalam membaca. (Hallahan dan Kauffman, 1991:232-274; Gearheart dan Weishan, 1976:33-45; Kirk dan Gallagher, 1989:300-305 dalam Delphi, 2006:102). 7. Pemerolehan Bahasa Dardjowidjojo (2010: 225) menjelaskan bahwa istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini dibedakan dari pembelajaran yang merupakan padanan dari istilah Inggris learning. Dalam pengertian ini proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, yakni belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan pemerolehan bahasa terjadi melalui pemerolehan secara natural dan pembelajaran. Kedua proses pemerolehan ini memiliki peran yang berbeda pada perkembangan bahasa. Proses pemerolehan bertujuan untuk menguasai suatu bahasa, penguasaan bahasa yang sering terjadi adalah penguasaan bahasa pertama (B1) dan penguasaan bahasa kedua (B2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
a. Perbedaan Pemerolehan B1 dan B2 Pemerolehan B1 dan B2 itu tidak sepenuhnya sama. Perbedaannya digambarkan oleh Titone (Purwo, 1989: 247) sebagai berikut. 1) Pemerolehan
B1
bersifat
spontan
dan
jarang dirancang,
sedangkan
pemerolehan B2 pada umumnya diniatkan dan dirancang; 2) pemerolehan B1 dikondisikan dengan pemerkokoh primer seperti kebutuhan untuk mengomunikasikan keinginan, kebutuhan untuk membina hubungan afektif dengan orang tua. Sebaliknya, pemerolehan B2 sering dikondisikan pemerkokoh yang lebih lemah, misalnya angka di sekolah; 3) tidak seperti bayi yang bergerak dari tanpa pengetahuan melalui tahapan yang teridentifikasikan dan pasti, pembelajar B2 telah mengetahui bahasa ibunya. B1 ini dapat merupakan aset yang dapat ditransferkan pada waktu belajar B2. Namun apabila B1 dan B2 berbeda, maka dapat lahir interferensi; 4) pembelajar B2 telah mempunyai kemampuan untuk mendiskriminasikan bunyi dan struktur sedangkan bayi mulai dari nol; 5) pembelajar B2 telah mempunyai persepsi tertentu dan juga sikap terhadap budaya asing yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. b. Perkembangan Bahasa pada Anak Darjowidjojo (2010: 234) menyatakan bahwa perkembangan bahasa pada anak tidak lepas dari cara anak itu memperoleh sebuah bahasa. Banyak para ahli memperdebatkan masalah tersebut, mereka menyebutkan bahwa seorang anak memperoleh bahasa secara alamiah (nature) tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa seorang anak memperoleh bahasa secara suapan (nurture). Pandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
pertama, yaitu behaviorisme mengatakan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat nurture, yakni pemerolehan ditentukan oleh alam lingkungan. Menurut aliran ini, manusia dilahirkan dengan suatu tabula rasa, yakni semacam piring kosong tanpa apa pun. Piring ini kemudian diisi oleh alam sekitar kita termasuk bahasanya. Jadi pengetahuan apa pun yang kemudian diperoleh oleh manusia itu semata-mata berasal dari lingkungannya (Dardjowidjojo, 2010: 234-235). Pelopor pandangan ini adalah B. F. Skinner yang telah melakukan uji coba pada tikus. Dari hasil uji coba itu, Skinner menyimpulkan bahwa pemerolehan pengetahuan termasuk pengetahuan pemakaian bahasa didasarkan pada stimulus, kemudian diikuti oleh respon. Pemerolehan bahasa menurut Skinner adalah salah satu perangkat kebiasaan yang perlu dilatih secara berulang-ulang. Lain halnya dengan Noam Chomsky yang mengatakan bahwa pemerolehan bahasa bersifat nature (alamiah). Pemerolehan bahasa tidaklah mungkin hanya diterima dari rangsangan lingkungan saja. Chomsky mengatakan bahwa anak sudah dibekali sebuah alat yang disebut Language Acquisition Device (LAD). Alat yang merupakan pemberian biologis ini sudah diprogramkan untuk merinci butirbutir yang mungkin dari suatu bahasa (Purwo, 1990: 97). Chomsky pelopor pandangan nativisme menyebutkan bahwa seorang anak memperoleh bahasa secara alamiah melalui LAD atau piranti pemerolehan bahasa. Sifat nurture menurut pandangan ini adalah masukan yang berupa bahasa yang akan menentukkan bahasa mana yang akan diperoleh anak, tetapi prosesnya itu sendiri bersifat kodrati (innate) dan inner–directed (Darjodjowidjojo, 2010: 236).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Pandangan selanjutnya adalah pandangan kognitivisme yang dipelopori oleh Jean Piaget. Pandangan ini menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa memiliki keterkaitan antara alamiah (nature) dan (nurture). Jadi, kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan begitu saja terutama dalam hal yang berkaitan dengan perkembangan bahasa pada anak. Piaget menegaskan bahwa struktur kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula sesuatu yang dipelajari dari lingkungan. Struktur ini timbul sebagai akibat dari interaksi yang terus-menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dan lingkungan lingual (dan yang bukan lingual). Struktur adalah suatu larutan yang timbul secara tak terelakkan dari serentetan interaksi. Karena timbulnya secara tak terelakkan, maka tidak perlu struktur itu harus tersediakan secara alamiah (Purwo, 1990: 99). Piaget juga beranggapan bahwa lingkungan tidak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan intelektual anak. Perkembangan tersebut tergantung pada keaktifan anak dalam keterlibatannya dengan lingkungan. c. Kemampuan Penguasaan Bahasa pada Anak Darjowidjojo (2010: 243) mengatakan bahwa manusia baik anak maupun dewasa mempunyai dua tingkat kemampuan yang berbeda dalam berbahasa. Kemampuan anak untuk memahami apa yang dikatakan orang jauh lebih cepat dan jauh lebih baik daripada produksinya. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang anak memiliki kemampuan menyimak jauh lebih baik daripada kemampuan lainnya. Kemampuan ini disebut komprehensi. Benedict (1979 dalam Fletcher dan Garman 1981: 6) mengatakan bahwa kemampuan anak dalam komprehensi adalah lima kali lipat dibandingan dengan produksinya (Dardjowidjojo, 2010: 243).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Situasi ini menyebabkan seorang anak mempunyai kemampuan lebih baik daripada orang dewasa dalam penguasaan bahasa terutama perbendaharaan kosakata. Pernyataan tersebut sejalan dengan beberapa penelitian dari para ahli mengenai perkembangan kosakata pada anak. Berikut ini hasil penelitian dari para ahli (Purwo, 1990: 116-117). 1) Anak sudah menguasai kosakata secara reseptif 50 kata pada usia sekitar 13 bulan tetapi baru pada usia sekitar 19 bulan anak dapat (secara produktif) mengeluarkan 50 kata (Benedict, 1979). 2) Usia antara 2,5 dan 4,5 tahun merupakan masa pesatnya pengembangan kosakata; rata-rata dua sampai empat kata baru dikuasai pada masa itu (Madora Smith, 1926). 3) Anak cenderung menciptakan kata-kata baru untuk mengisi kekosongan apabila lupa atau belum tahu kata semestinya (Clark, 1981 dan 1982). 4) Pada saat masuk taman kanak-kanak, anak sudah menguasai kosakata sekitar 8.000 kata, dan hampir seluruh kaidah dasar tata bahasa dikuasainya (Purwo, 1990: 117). d. Macam-macam Kata yang dikuasai oleh Anak. Kata-kata yang diperoleh oleh anak biasanya dipengaruhi oleh lingkungan si anak itu dibesarkan. Anak yang berlatar belakang lingkungan kota akan berbeda dengan anak yang berlatar belakang lingkungan desa (Dardjodwidjojo, 2010: 258). Pernyataan tersebut memberikan penjelasan tentang perbedaan latar belakang anak berpengaruh pada perkembangan bahasanya. Anak orang terdidik yang tinggal di kota memiliki kosakata yang lebih beragam sehingga akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
memperoleh kata-kata nomina seperti bola, anjing, kucing, beruang, radio, ikan, payung, sepatu, dan sebagainya. Selain kata nomina, verba yang dikuasai anak seperti bubuk, maem, pipis, eek, nyopir, ngetik, jalan-jalan, belanja, dan sebagainya (Darjodwidjojo, 2010: 258). Pernyataan tersebut menggambarkan kemampuan anak dalam menguasai bahasa terpengaruh benda-benda nyata yang ada di sekitarnya dan tingkah laku yang diajarkan oleh orang tuanya. Pada anak petani di desa, apalagi yang agak terpencil, kata-kata seperti ini kecil kemungkinannya untuk dikuasai awal. Maka dari itu, anak dari desa biasanya menguasai kosakata seperti daun, rumput, cangkul, bebek, sapi, dsb. Anak menguasai kata utama lebih dahulu, kata utama itu, yakni nomina, verba, dan adjektifa (Dardjodwidjojo, 2010: 259). Keterbatasan benda-benda yang dilihat oleh anak mengakibatkan perbendaharaan kata anak tidak banyak. Namun, kedua anak dengan latar belakang yang berbeda sama-sama menguasai jenis kata nomina terlebih dahulu. Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa perbendaharaan kata pada anak juga dipengaruhi oleh latar belakang anak itu tinggal. Pengaruh lingkungan memiliki andil yang cukup besar dalam penentuan ujaran awal pada anak. Seorang anak juga lebih cepat menguasai kosakata nomina daripada kosakata verba dan adjektiva. Fakta ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gentner (1982 dalam Dardjowidjojo, 2010: 259). Beliau mengatakan bahwa anak menguasai nomina lebih dahulu dan jumlahnya pun paling banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
e. Kata-kata yang sulit dikuasai oleh Anak. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada masa prasekolah seorang anak sudah mampu menguasai sekitar 8.000 kata dan hampir seluruh kaidah dasar tata bahasa dikuasainya (Purwo, 1990: 117). Mereka dapat membuat kalimat tanya, kalimat berita, kalimat negatif, kalimat majemuk, dan sejumlah konstruksi lain. Menurut penelitian Harwood (1959), hingga usia 5,5 tahun anak belum sepenuhnya memahami konstruksi pasif: ia tidak menemukan kalimat pasif sewaktu mengamati sekitar 12.000 kalimat spontan yang diucapkan oleh anak usia 5 tahun. Menurut Baldie (1976), baru sekitar 80% dari anak usia antara 7,5 dan 8 tahun dapat menghasilkan konstruksi pasif (Purwo, 1990: 117). Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar di sekolah membantu anak dalam proses pemerolehan bahasa terutama berkaitan dengan konstruksi pasif. Ketika anak masih berusia 5,5 tahun sumber pemerolehan bahasa masih terbatas pada keterampilan menyimak saja tetapi setelah umur 7,5 dan 8 tahun berarti anak sudah masuk dalam pendidikan di sekolah, anak mulai dapat menghasilkan konstruksi pasif karena memaksimalkan keterampilan lain, seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kesulitan lain, yaitu penguasaan kosakata itu sendiri. Darjowidjojo (2010: 259) menyebutkan bahwa kata mempunyai jalur hierarki semantik. Dalam hal pemerolehan kata, anak tidak akan memperoleh kata yang hierarkinya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Anak akan mengambil apa yang dinamakan basic level category, yakni suatu kategori dasar yang tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah (Darjowidjojo, 2010: 259).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Misalnya: Perkutut Bangkok adalah satu jenis perkutut. Perkutut adalah salah satu dari sekian banyak macam burung. Burung adalah salah satu dari binatang. Binatang adalah salah satu wujud makhluk. Dalam contoh binatang di atas, anak tidak akan mengambil binatang atau makhluk; dia juga tidak akan mengambil perkutut Bangkok atau perkutut. Dia akan mengambil kata yang dasar, yaitu burung (Darjowidjojo, 2010: 259).
C. Kerangka Pikir Paparan
subbab
tentang
kerangka
pikir
yang
digunakan
dalam
mengembangkan produk media pembelajaran “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia bagi anak tunarungu kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Media merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Media pembelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik. Penggunaan media bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan. Guru bukanlah satusatunya sumber belajar. Pernyataan tersebut memberikan gagasan segar dan tantangan bagi para guru untuk mampu mengoptimalkan peran media pembelajaran sebagai perantara untuk menyampaikan berbagai informasi menjadi sumber belajar. Berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di DenaUpakara,
peserta didik anak tunarungu sudah menggunakan bantuan media
pembelajaran dan mendapat sumber belajar baik dari buku maupun dari internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Namun penggunaan media pembelajaran masih belum optimal. Anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran tetapi masih menggunakan acuan pembelajaran dari buku paket pada umumnya sehingga hal ini menjadi kesulitan para guru untuk memadukan bahan ajar yang ada dalam buku paket dengan karakteristik peserta didik yang notabene anak tunarungu. Maka dari itu, penggunaan media pembelajaran yang memfokuskan pada karakteristik anak tunarungu akan memudahkan peserta didik untuk belajar dan guru dalam mengajar. Selain memberikan kemudahan dalam proses belajar–mengajar, situasi pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Pengembangan media pembelajaran, yaitu “Scrabble” sebagai media pembelajaran akan membantu peserta didik (anak tunarungu) dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Media pembelajaran tersebut mampu menciptakan pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih menyenangkan karena sifatnya berupa permainan dan mampu memicu motivasi dan keaktifan anak dalam penguasaan kosakata bahasa Indonesia. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti melakukan pengembangan media, yaitu “Scrabble” berdasarkan analisis kebutuhan dan analisis bahan ajar bahasa Indonesia kelas VIII semester genap. Uji coba produk dilakukan dengan dua tahap: pertama, penilaian yang dilakukan oleh dosen ahli dari Universitas Sanata Dharma dan pengajar ahli di SMPLB Dena-Upakara ataupun pengajar ahli dari SMPLB lain dan kedua, uji lapangan. Terakhir revisi produk, dilakukan berdasarkan hasil uji coba. Peneliti melakukan penelitian dengan subjek peneliti adalah peserta didik kelas VIII (anak tunarungu) di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Teori yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (a) media pembelajaran, (b) kosakata bahasa Indonesia, (c) “Scrabble”, (d) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), (e) anak tunarungu dan (f) pemerolehan bahasa.
D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian teori di atas dan rumusan masalah, pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut ini. 1. Bagaimana langkah mengembangkan media “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia? 2. Bagaimana kualitas media “Scrabble” bahasa Indonesia menurut ahli media pembelajaran? 3. Bagaimana kualitas media “Scrabble” bahasa Indonesia menurut guru Bahasa Indonesia? 4. Bagaimana kualitas media “Scrabble” bahasa Indonesia menurut hasil uji coba terbatas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011: 164) menjelaskan bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan produk tertentu dan menguji validitas produk yang dihasilkan (Dewi, 2015: 1301). Berdasarkan pernyataan dari beberapa ahli di atas, produk yang akan dikembangkan adalah permainan “Scrabble”. Permainan ini merupakan permainan kosakata bahasa Inggris. Melalui metode research and development akan dikembangkan produk “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Produk yang dihasilkan berupa hardware yang bersifat gambar/visual.
B. Prosedur Pengembangan Pengembangan yang akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pengembangan menurut Borg and Gall. Penelitian ini mengikuti langkah-langkah secara siklus. Produk yang dikembangkan, yaitu “Scrabble” yang harus sesuai dengan hasil analisis kebutuhan sehingga produk tersebut tepat sasaran dan tepat
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
guna. Model
pengembangan diadaptasi
dari
langkah-langkah penelitian
pengembangan Borg and Gall (1989). Ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan sebagai berikut (Sukmadinata, 2011: 169-170). 1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting) adalah pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai. 2. Perencanaan (planning) adalah menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas. 3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product) adalah pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi. 4. Uji coba lapangan (main field testing) adalah uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan 12 subjek uji coba (guru). Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran angket. 5. Merevisi hasil uji coba (main product revision adalah memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba. 6. Uji coba lapangan (main field testing) adalah melakukan uji coba yang lebih luas pada 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 orang subjek uji coba. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan dikumpulkan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product revision) adalah menyempurnakan produk hasil uji lapangan. 8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing) adalah dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi, serta analisis hasilnya. 9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision) adalah penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan. 10. Diseminasi dan impelementasi (dissemination and impelementation) adalah melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja sama dengan penerbit untuk penerbitan. Memonitor penyebaran untuk pengontrolan kualitas. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall di atas ditunjukan pada gambar berikut.
Penelitian dan Pengumpulan Data
Penyempurnaan Produk
Uji Pelaksanaan Lapangan
Pengembangan Produk
Perencanaan
Uji Coba Lapangan
Penyempurnaan Produk Akhir
Revisi Hasil Uji Coba
Uji Coba Awal
Diseminasi dan Implementasi
Gambar 1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Berkaitan dengan judul penelitian dan disesuaikan dengan kondisi lapangan, yaitu jangkauan waktu, jarak lokasi penelitan, dan biaya, maka peneliti mengadaptasi beberapa langkah sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gall, yaitu jika proyek R&D digunakan untuk tesis, cara yang paling baik adalah melaksanakan dalam skala kecil dengan jumlah terbatas dari instruksi desain yang asli. Langkah penelitian dengan skala kecil adalah membatasi pengembangan hanya menggunakan beberapa langkah dari langkah siklus R&D (Gall, 2007: 593). Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, dan (6) uji coba produk dan (7) revisi dan penyempurnaan produk. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara sistematika digambarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Langkah 1 Penelitian dan Pengumpulan Data Pengukuran Kebutuhan
Analisis Kebutuhan
Wawancara
Data Analisis Kebutuhan
Langkah 2 Perencanaan Rencana Pengembangan Produk Proses Pengembangan
Rancangan Produk
Langkah 3 Pengembangan Produk Awal Pengembangan Bahan Pembelajaran Pengembangan Komponen Media “Scrabble”
Analisis SK dan KD
Penentuan Kompetensi, Silabus, dan RPP
Langkah 4 Instrumen Evaluasi
Langkah 5 Uji Coba Awal
Expert Judgement
Kelompok Terbatas
Revisi Desain
Revisi Produk
Langkah 6 Uji Coba Produk
Langkah 7 Revisi dan Penyempurnaan Produk
Gambar 2 Skema Prosedur Penelitian dan Pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah upaya untuk mengembangkan produk media “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia untuk siswa kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Upaya pengembangan media tersebut terdiri dari tujuh tahap yang telah diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Langkah pertama adalah penelitian dan pengumpulan data. Langkah pertama tersebut melaksanakan pengukuran kebutuhan dengan menggunakan teknik wawancara. Wawancara ditujukan kepada guru Bahasa Indonesia SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa dalam penggunaan media pembelajaran yang menunjang proses belajar Bahasa Indonesia di kelas. Pengumpulan data, yaitu data hasil wawancara sebagai data analisis kebutuhan. Data analisis kebutuhan tersebut menjadi
acuan
dan
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
perencanaan
pengembangan produk yang berupa media “Scrabble” bahasa Indonesia. Langkah kedua adalah perencanaan produk awal. Pada langkah tersebut akan dijelaskan berkaitan dengan rancangan produk yang berupa rancang bidang dari media “Scrabble” bahasa Indonesia dan proses pengembangan produk. Proses pengembangan menjelaskan tentang langkah-langkah pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Langkah ketiga adalah pengembangan produk awal. Pengembangan produk diawali dengan pengembangan bahan pembelajaran, meliputi menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, penentuan kompetensi dengan merumuskan indikator yang dikembangkan dalam sebuah rencana pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
pembelajaran (RPP). Analisis dan perumusan tersebut bertujuan untuk mengembangkan materi pembelajaran Bahasa Indonesia yang akan dipelajari oleh siswa sehingga penggunaan media “Scrabble” bahasa Indonesia dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran tersebut. Langkah keempat adalah instrumen evaluasi. Evaluasi atau judgement bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan kualitas dari produk yang dikembangkan. Instrumen evaluasi berupa angket penilaian yang ditujukan kepada expert judgement. Expert judgement memvalidasi dengan memberi skor dan saran yang menjadi acuan pada revisi desain produk awal. Langkah kelima adalah uji coba terbatas. Uji coba terbatas dilaksanakan pada kelompok terbatas. Pada langkah ini dilaksanakan uji coba penggunaan media pada kelompok terbatas, kemudian subjek penelitian mengisi angket umpan balik. Angket tersebut bertujuan untuk menilai produk yang telah dikembangkan. Kemudian, dilaksanakan revisi produk. Setelah mendapat penilaian pada kelompok terbatas, kemudian produk direvisi sesuai dengan masukan, kritikan, dan saran. Revisi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk. Langkah keenam adalah uji coba lapangan. Uji coba lapangan dilakukan di kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo atau kelompok besar. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan penilaian berkaitan dengan efektivitas produk yang sudah divalidasi dan direvisi. Langkah
ketujuh
adalah
revisi
dan
penyempurnaan
produk.
Menyempurnakan produk berdasarkan hasil uji coba lapangan. Penyempurnaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
produk memperhatikan hasil angket umpan balik kelompok besar pada uji coba lapangan.
C. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Siswa sebagai sumber data dapat memberikan data berupa penggunaan media pembelajaran oleh siswa. Sumber data tersebut bertujuan untuk mengetahui frekuensi penggunaan media pembelajaran pada pelajaran bahasa Indonesia, ketertarikan, dan kebutuhan siswa untuk menggunakan media pembelajaran pada saat pelajaran Bahasa Indonesia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil penyebaran angket. Angket digunakan untuk melakukan validasi penelitian produk dan uji coba lapangan. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo pada bulan April 2016-Juli 2016. Peneliti melakukan analisis kebutuhan, expert judgement, dan uji coba produk yang melibatkan pakar pendidikan Universitas Sanata Dharma, guru Bahasa Indonesia untuk ABK, dan siswa kelas VIII SMPLB DenaUpakara Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
D. Uji Validasi Produk 1. Uji Validasi Produk oleh Validator Uji validasi produk dilakukan oleh validator, yaitu dua ahli media, satu ahli pembelajaran Bahasa Indonesia, dan satu guru Bahasa Indonesia kelas VIII. Validasi oleh ahli merupakan tindak lanjut untuk mengetahui kelayakan produk yang telah dibuat. Sebelum tahap uji coba, produk perlu disimulasikan dihadapan validator. Simulasi bertujuan memberikan penjelasan tentang penggunaan produk kepada validator sebelum produk mendapat penilaian. Melalui simulasi tersebut, produk akan dinilai, dikritik, dan diberi saran. Kemudian, produk akan direvisi sesuai dengan penilaian dari validator. Setelah disimulasikan, produk dapat diujicobakan pada kelompok terbatas (Sugiyono, 2011: 302). Kisi-kisi instrumen penilaian didasarkan pada teori-teori yang terdapat pada kajian pustaka (lih. Bab 2). 2. Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Uji produk merupakan cara untuk mengevaluasi sebuah produk. Penelitian pengembangan
menggunakan
metode
evaluatif
sebagai
metode
untuk
mengevaluasi suatu produk. Sukmadinata (2011: 167) menjelaskan bahwa metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk yang telah mendapat validasi dari para validator kemudian diujicobakan kepada delapan siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Setelah itu, siswa tunarungu mengisi lembar angket untuk memberikan penilaian terhadap produk. Kegiatan uji coba produk sangat penting untuk mengetahui kelayakan dan efektivitas produk yang dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
E. Jenis Data Penelitian dan pengembangan ini menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Jenis data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara guru Bahasa Indonesia kelas VIII, hasil observasi di kelas, dan saran yang diberikan oleh para validator pada lembar validasi. Jenis data kuantitatif diperoleh dari hasil penskoran lembar angket, yaitu angket validasi media yang ditunjukkan kepada validator dan angket umpan balik siswa.
F. Instrumen Penelitian Penelitian dan pengembangan ini menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara, angket, dan observasi. Wawancara dilaksanakan sebagai langkah untuk menganalisis kebutuhan terhadap media “Scrabble” bahasa Indonesia. Observasi dilaksanakan sebagai langkah untuk mengetahui dan mengamati proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Angket disusun untuk mengevaluasi dan menilai kelayakan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Instrumen penelitian ini sudah divalidasi oleh validator ahli Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Bagian yang divalidasi adalah isi dan konstruk dari tiap instrumen penelitian yang akan digunakan. 1. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan angket. Kualitas pengumpulan data mempengaruhi kualitas instrumen penelitian, yaitu validitas dan reliabilitas. Sugiyono (2011: 137) menjelaskan bahwa instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber primer. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011: 137). Berikut ini beberapa deskripsi tentang teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. a. Pedoman Wawancara Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden dengan melakukan tanya-jawab. Wawancara merupakan cara yang umum dan ampuh untuk memahami suatu keinginan/kebutuhan (Sedarmayanti, 2011: 80). Oleh karena itu, teknik ini ditujukan langsung kepada guru bahasa Indonesia kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Wawancara tersebut bertujuan untuk lebih jauh mengetahui informasi tentang penggunaan media pembelajaran, kesulitan mengajar, materi, dan yang lebih penting adalah informasi yang berkaitan dengan kebutuhan penggunaan media pembelajaran dalam setiap aktivitas belajar di kelas. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang merujuk pada situasi seorang pewawancara mengajukan pertanyaan yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan kategori jawaban terbatas pada tiap responden (Sedarmayanti, 2011: 81). Berikut ini adalah kisi-kisi wawancara terstruktur. Wawancara ini menjadi cara untuk menganalisis kebutuhan baik siswa maupun guru. Analisis kebutuhan siswa didasarkan pada wawancara dengan guru karena keterbatasan siswa untuk bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
mengungkapkan secara langsung kebutuhannya terhadap penggunaan media pembelajaran.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen wawancara (Guru) Indikator Butir Soal Proses pembelajaran 1, 2 Metode pembelajaran 3, 4 Hambatan proses pembelajaran 5, 6 Ketersediaan sumber belajar dan media 7, 8 pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan 9 Harapan tentang adanya inovasi pada media 10, 11 pembelajaran Jumlah
Jumlah 2 2 2 2 1 2 10
b. Angket Sugiyono (2011: 142) menjelaskan bahwa angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket ditujukan kepada validator dan responden, yaitu ahli media dan guru Bahasa Indonesia sebagai validator dan siswa tunarungu kelas VIII di SMPLB DenaUpakara Wonosobo sebagai responden. Angket tersebut berisi tentang kisi-kisi penilaian terhadap produk yang telah dikembangkan dan pernyataan penggunaan media pembelajaran di kelas. Pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket sudah terstruktur sehingga validator dan responden memberikan tanggapan sesuai dengan pernyataan yang sudah tersedia di dalam angket. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sukmadinata (2011: 219), yaitu pada angket berstruktur, pertanyaan atau pernyataan sudah disusun secara berstruktur di samping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan utama, juga ada anak pertanyaan atau subpertanyaan. Angket bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
mendapatkan penilaian dari para validator dan tanggapan dari peserta didik sebagai responden. Tabel 3.2 Kisi-kisi penilaian produk Variabel
Keefektifan “Scrabble” sebagai media pembelajaran
Indikator
Deskripsi
Kreativitas pembuatan media Kemenarikan media pembelajaran Menarik Komposisi warna Kesesuaian ukuran papan dengan keping huruf Kepraktisan dalam penyimpanan Pembelajaran lebih interaktif Kemudahan penggunaan media Efektif pembelajaran Kejelasan petunjuk penggunaan media pembelajaran Kesesuaian media pembelajaran dengan karakteristik belajar siswa Maksimal tunarungu Kualitas hasil belajar Keberhasilan media dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia Keaktifan siswa dalam belajar Jumlah
Butir Soal 1 2
Jumlah 1 1
3 4
1 1
5 6 7
1 1 1
8
1
9
1
10 11
1 1
12
2 12
Tabel 3.3 Kisi-kisi angket subjek penelitian Butir Indikator Deskripsi Soal Kemenarikan media pembelajaran 1 Komposisi warna dan desain media 2 Menarik Kesesuaian ukuran papan dan keping huruf 3 Ketertarikan penggunaan media pembelajaran 4 Efektif Kemudahan penggunaan media pembelajaran 5 Keberhasilan dalam memperkaya kosakata 6 bahasa Indonesia Maksimal Menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu 7 Menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu 8 Jumlah
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
2. Kegiatan Pengamatan a. Lembar Observasi Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2011: 220). Observasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu observasi partisipatif dan nonpartisipatif. Sukmadinata (2011: 220) menjelaskan bahwa obervasi partisipatif adalah pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung sedangkan observasi nonpartisipatif adalah pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan. Teknik observasi merupakan teknik yang digunakan untuk melihat proses pembelajaran Bahasa Indonesia ketika menggunakan media pembelajaran “Scrabble”. Observasi bertujuan untuk mengamati para siswa tunarungu menggunakan media pembelajaran “Scrabble” untuk materi Bahasa Indonesia di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Observasi digunakan adalah observasi partisipatif yang lebih memfokuskan pada keterlibatan langsung dalam suatu kegiatan. Tabel 3.4 Kisi-kisi lembar observasi siswa Variabel Indikator Deskripsi Pemahaman a. Memahami penggunaan “Scrabble” b. Ketepatan menyusun kata “Scrabble” c. Membantu memperkaya menunjang kosakata pembelajaran kosakata bahasa Efektif a. Meningkatkan Indonesia. konsentrasi belajar b. Membangun pembelajaran interaktif
No. Item 1, 2, 3
4, 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Variabel
Indikator Kondusif
Deskripsi a. Ketertarikan terhadap “Scrabble” b. Kegembiraan selama proses permainan c. Kekondusifan proses pembelajaran Jumlah
No.Item 6, 7, 8
8
G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data kualitatf dan kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi yang didapat dari validasi oleh expert judgement, observasi kegiatan siswa di kelas, kegiatan wawancara dengan guru bahasa Indonesia, dan angket yang ditujukan kepada siswa kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Hasil validasi merupakan data yang digunakan sebagai pedoman untuk merevisi produk dan mengetahui kelayakan produk yang akan diujicobakan. Data kuantitatif berupa skor dari hasil validasi oleh expert judgement dan skor dari angket yang diisi oleh siswa. Analisis data-data di lapangan berupa skorskor yang diperoleh dari penilaian produk dan angket menggunakan teknik deskriptif rata-rata (mean). Skala yang digunakan untuk menghitung data adalah skala Likert. Skala tersebut penilaiannya adalah sangat baik (5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Skala 3 kategori cukup dihilangkan supaya responden tidak bersikap netral/cukup/ragu-ragu sehingga memaksa responden menentukan nilai terhadap pernyataan dalam instrumen (Widoyoko, 2014:104). Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon lebih baik atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga dan skala lima. Penyusunan tabel klasifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
menggunakan aturan yang sama dengan dasar jumlah responden, yaitu mencari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval. Skor tertinggi = 5 Skor terendah = 1 Jumlah kelas = 4 Jarak interval = (5-1)/4 = 1 Tabel 3.5 Kriteria Penilaian terhadap Produk dengan Skala Empat Bobot Kategori 5 Sangat Baik 4 Baik 2 Tidak baik 1 Sangat tidak baik Tabel 3.6 Tabel Konversi Skala Empat Interval Skor Kategori Sangat Baik 4,0 < 𝑋 ≤ 5,0 Baik 3,0 < 𝑋 ≤ 4,0 Tidak baik 2,0 < 𝑋 ≤ 3,0 Sangat tidak baik 1,0 ≤ 𝑋 ≤ 2,0 Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel kriteria skor skala empat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian dan Pengumpulan Data 1. Data Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengukur kebutuhan terhadap penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Data analisis kebutuhan menggunakan metode wawancara dengan guru kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Metode wawancara merupakan metode yang paling tepat untuk mengetahui kebutuhan baik siswa maupun guru terhadap media pembelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Sedarmayanti (2011: 80) yang mengatakan bahwa wawancara merupakan cara yang ampuh untuk memahami suatu keinginan/kebutuhan. Selain itu, keterbatasan siswa tunarungu untuk mampu mengidentifikasi kebutuhannya juga menyebabkan penggunaan metode wawancara menjadi cara terbaik untuk mengetahui kebutuhan para siswa tunarungu terhadap media pembelajaran. Oleh karena itu, analisis kebutuhan hanya melalui wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yang juga wali kelas dari kelas VIII SMPLB DenaUpakara Wonosobo. Guru menjadi sumber utama untuk mengetahui segala informasi berkaitan dengan kebutuhan yang paling esensi dari para siswa tunarungu SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Wawancara dilakukan peneliti pada
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
tanggal 17 Mei 2016 dengan guru Bahasa Indonesia dan wali kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Adapun hasil wawancara sebagai berikut ini. a. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo sama halnya seperti proses pembelajaran pada umumnya, yaitu adanya apersepsi, elaborasi, dll. Guru selalu merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk para siswa tunarungu, misalnya dengan memilih materi yang cocok dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di kelas tidak langsung masuk ke dalam pokok materi tetapi memperkenalkan materi melalui pertanyaan secara lisan dan atau memberikan tugas terlebih dahulu. Kedua cara tersebut, mudah ditangkap oleh para siswa tunarungu. Kondisi belajar–mengajar di kelas VIII memang perlu menyesuaikan dengan karakteristik belajar para siswa tunarungu karena mereka kesulitan dalam mencerna materi secara langsung. Materi yang digunakan adalah materi yang sama seperti pada SMP pada umumnya. Maka dari itu, penyesuaian materi sungguh penting untuk dilakukan di SMPLB DenaUpakara Wonosobo. Alokasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas VIII, yaitu 1 minggu 3 kali pertemuan dan tiap pertemuan alokasi waktunya, yaitu 4 x 40 menit. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo memang perlu memperhatikan situasi dan kondisi para siswa
tunarungu.
Siswa
tunarungu
selain
memiliki
keterbatasan
pada
pendengarannya, mereka juga memiliki keterbatasan dalam hal akademik, yaitu kesulitan untuk cepat mencerna materi. Oleh karena itu, guru harus bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
menggunakan metode pembelajaran yang tepat guna untuk menunjang kemampuan para siswa tunarungu. b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang sering digunakan di dalam kelas adalah metode diskusi dan metode ceramah. Metode diskusi bertujuan untuk menciptakan interaksi antara guru dengan siswa, sehingga para siswa tunarungu terbiasa untuk berkomunikasi dengan guru dan siswa tunarungu. Mereka juga semakin terbiasa untuk tidak merasa takut ketika mengungkapkan pendapat. Metode ceramah bertujuan untuk membiasakan para siswa tunarungu melihat orang berbicara secara oral. Kebiasaan seperti ini membuat siswa tunarungu semakin mengerti dan memahami orang berbicara dan mendapatkan pula informasi secara lisan. Kedua metode pembelajaran di atas, perlu disertai dengan penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang bersifat visual akan semakin mempermudah siswa tunarungu menangkap materi pembelajaran. Siswa tunarungu membutuhkan media pembelajaran yang memiliki warna yang menarik dan harus berwujud riil/nyata. Media pembelajaran tersebut, misalnya poster, gambar, mindmap, dsb. Media pembelajaran yang dapat ditunjukkan langsung kepada mereka akan meningkatkan antusiasme mereka dalam mengikuti pembelajaran. Keantusiasan mereka akan menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan lebih interaktif. Melalui pembelajaran itu, siswa tunarungu dapat banyak menggali pengetahuan. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang cocok untuk para siswa tunarungu adalah metode yang mampu menciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
pembelajaran interaktif. Unsur interaktif dalam pembelajaran untuk siswa tunarungu berarti harus ada komunikasi antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Penggunaan media pembelajaran akan semakin menciptakan proses pembelajaran lebih menarik. Kedua hal tersebut memiliki peran penting untuk membantu siswa tunarungu dalam membiasakan diri untuk mendengar komunikasi secara oral dan menunjang gaya belajar visual mereka. c. Hambatan dalam Proses Pembelajaran Selama proses pembelajaran bahasa Indonesia, hambatan yang sering muncul adalah kesulitan menyusun kalimat. Siswa tunarungu kelas VIII sering melakukan kesalahan dalam menyusun sebuah kalimat yang sesuai dengan kaidah yang benar. Maka dari itu, untuk mengatasi hambatan tersebut mereka harus sering dibiasakan untuk membuat sebuah kalimat seperti kalimat tanya, kalimat berita, bahkan mengarang. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa para siswa tunarungu kelas VIII memiliki kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik dan benar. Guru Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa mereka selalu salah menempatkan kata yang berfungsi sebagai subjek dan objek. Usaha untuk membiasakan mereka menulis cukup membantu terutama untuk mengidentifikasi kesulitan mereka secara individu. d. Ketersediaan Sumber Bahan Ajar dan Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang materi bahasa Indonesia adalah koran, majalah, novel, buku ilmu pengetahuan, dan internet. Keberagaman media tersebut harus selalu ditunjukkan secara langsung kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
siswa, sehingga mereka lebih mampu memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan. Media gambar adalah media yang sering digunakan. Media gambar memiliki karakteristik menarik karena menggunakan warna-warna yang menarik dan sederhana. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa penggunaan media sebenarnya sudah cukup bervariasi. Para guru menyadari bahwa para siswa tunarungu memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan siswa-siswa pada umumnya. Para guru sudah terbiasa untuk selalu menghadirkan media pembelajaran yang riil/nyata yang dapat menarik minat belajar mereka. e. Media Pembelajaran yang Digunakan Ketika Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia. Media pembelajaran yang sering digunakan adalah media gambar. Media gambar memang sederhana, mudah digunakan, terjangkau, dan memiliki warnawarna yang menarik. Oleh karena itu, media gambar sering digunakan. Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu menggunakan media pembelajaran pada setiap pembelajaran di kelas. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa media gambar sudah terlalu sering digunakan dalam setiap pembelajaran di kelas. Gambar memang media pembelajaran yang sederhana, mudah digunakan, dan terjangkau. Karena hal itulah, para guru lebih memilih menggunakan media gambar yang bersifat universal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
f. Harapan tentang Media Pembelajaran Baru Media pembelajaran yang cocok bagi siswa tunarungu kelas VIII adalah media pembelajaran yang memiliki warna yang menarik dan harus benda riil/nyata. Kemenarikan sebuah media pembelajaran akan membuat mereka penasaran dan timbul keinginan menggunakan media pembelajaran tersebut. Siswa tunarungu terbatas pada pendengaran mereka. Oleh karena itu, media pembelajaran yang menarik dari segi visual selalu menjadi media pembelajaran yang tepat. Selain itu, penggunaan media pembelajaran juga harus dapat menggali pengetahuan dan pengalaman siswa tunarungu. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa media pembelajaran untuk siswa tunarungu lebih baik menyesuaikan dengan karakteristik belajar mereka, yaitu gaya belajar visual. Oleh karena itu, media pembelajaran yang baik untuk mereka adalah media yang bersifat riil/nyata, memiliki warna yang menarik, mampu menggali kemampuan mereka, dan cocok dengan kemampuan mereka. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa para siswa tunarungu membutuhkan media yang mampu menunjang pembelajaran mereka. Mereka memiliki keterbatasan selain pada pendengaran juga pada kesulitan mereka dalam menyusun kalimat yang baik dan benar. Keterbatasan tersebut menjadi tolok ukur untuk menciptakan media pembelajaran yang mampu mengatasi keterbatasan itu. Media pembelajaran yang riil/nyata, menarik, dan mampu menggali kemampuan mereka menjadi media pembelajaran yang diharapkan oleh SMPLB Dena-Upakara Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Pengembangan produk berupa “Scrabble” bahasa Indonesia untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia menjadi alternatif media pembelajaran yang membantu mereka dari segi visual. Produk ini dibuat berdasarkan kriteria yang cocok untuk pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa tunarungu. “Scrabble” bahasa Indonesia dibuat dengan desain yang menarik sehingga media tersebut diharapkan mampu untuk mengatasi keterbatasan para siswa tunarungu dalam belajar bahasa Indonesia. Alasan memilih untuk mengembangkan media “Scrabble” didasarkan pada data analisis kebutuhan. Pertama, keterbatasan siswa tunarungu kelas VIII menjadi alasan pertama bahwa pengembangan media “Scrabble” sungguh tepat digunakan untuk kebutuhan para siswa tunarungu kelas VIII. Kedua, harapan untuk menciptakan media yang membantu karakteristik gaya belajar siswa tunarungu kelas VIII, yaitu gaya belajar visual.
B. Perencanaan Produk Awal “Scrabble” bahasa Indonesia merupakan media untuk penyusunan kosakata bahasa Indonesia. Pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia diawali dengan membuat desain media pembelajaran. Desain media tersebut juga disesuaikan dengan data analisis kebutuhan. Berdasarkan data analisis kebutuhan, dijelaskan bahwa media pembelajaran yang cocok untuk siswa tunarungu adalah media yang bersifat riil/nyata, memiliki warna yang menarik, dan mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
1. Rancang Bidang Rancang bidang merupakan kerangka awal media pembelajaran yang dikembangkan. Kerangka tersebut menjadi pedoman untuk membuat media “Scrabble” bahasa Indonesia. Rancang bidang tersebut, meliputi rancangan pembuatan papan “Scrabble”, rancangan pembuatan keping huruf, desain gambar papan, dan desain huruf. Pembuatan rancang bidang menggunakan aplikasi Corel Draw X7. 2. Proses Pengembangan Media “Scrabble” bahasa Indonesia Desain media “Scrabble” bahasa Indonesia merupakan adaptasi dari dua permainan, yaitu produk asli Scrabble dan
papan catur. Media “Scrabble”
bahasa Indonesia merupakan media yang memadukan permainan Scrabble dan Catur maksudnya adalah pertama, konsep permainan “Scrabble” bahasa Indonesia sama dengan Scrabble yang asli, yaitu menyusun huruf menjadi kosakata dan setiap kosakata yang terbentuk mendapat skor. Penskoran bertujuan untuk menentukan pemenang dan mengurangi kebosanan ketika bermain “Scrabble”. Kedua, “Scrabble” bahasa Indonesia memiliki bentuk fisik seperti papan catur yang terbuat dari kayu dan triplek. Bentuk papan “Scrabble” bahasa Indonesia yang diadaptasi dari papan catur bertujuan untuk menjaga supaya media pembelajaran lebih tahan lama dan awet untuk digunakan, serta praktis dalam penyimpanan. Keping huruf terbuat dari triplek yang bertujuan supaya lebih tahan lama dan awet. Gambar papan “Scrabble” bahasa Indonesia didesain dengan warna yang menarik dan terbuat dari stiker jenis vynil dan dilaminasi glossy sehingga stiker tahan terhadap air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Huruf didesain dengan warna yang menarik dan terbuat dari stiker timbul jenis matte sehingga huruf lebih jelas dan lentur. Desain gambar dan huruf tersebut dibuat dengan aplikasi Corel Draw X7 dan Adobe Photoshop CC version 14.0. “Scrabble” bahasa Indonesia memiliki kriteria yang sesuai dengan kebutuhan para siswa tunarungu. “Scrabble” bahasa Indonesia menjadi media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk digunakan oleh siswa tunarungu dalam belajar kosakata Bahasa Indonesia. Selain menggunakan aplikasi berbasis komputer, bahan dan alat lain untuk pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia juga perlu disiapkan, yaitu a. Kayu
f. Alat pahat
k. Baut
b. Triplek
g. Paku
l. Penggaris Besi
c. Engsel
h. Cat semprot
m. Cutter
d. Amplas
i. Pembersih kayu
n. Obeng
e. Alat pasah
j. Stiker
Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan media “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai berikut. a. Pembentukan kerangka papan dengan memotong kayu menjadi delapan bagian. Kerangka papan dibentuk menjadi kotak. Masing-masing ukuran kayu yang sudah dipotong, yaitu empat bagian kayu berukuran 45 cm dan bagian lain berukuran 23 cm. b. Setelah itu, kayu-kayu yang sudah dipotong sesuai ukuran, diperhalus dengan menggunakan alat pasah. Pembuatan kerangka papan, yaitu menggabungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
kayu-kayu tersebut membentuk kotak persegi dengan ukuran 23 cm x 45 cm. Kerangka papan yang dibuat ada dua buah papan.
Gambar 3 Kerangka Papan “Scrabble” bahasa Indonesia c. Membuat papan dengan triplek yang dipotong menjadi 2 bagian dengan ukuran 22 x 44 cm. Papan dari triplek kemudian dipaku dan disatukan
dengan
kerangka papan.
Gambar 4 Pemasangan papan triplek pada kerangka papan d. Memasang engsel pada papan “Scrabble” bahasa Indonesia. Pemasangan engsel bertujuan untuk menyatukan dua papan sehingga dua papan membentuk seperti papan catur. Kemudian, bagian dalam papan “Scrabble” diberi pembatas dari kayu sehingga penyimpanan keping huruf di dalam papan dapat ditata dengan rapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Gambar 5 Pemasangan engsel
Gambar 6 Pemasangan pembatas e. Membuat keping huruf menggunakan triplek. Triplek diukur menggunakan penggaris besi dengan ukuran 2,8 cm. Setelah itu, triplek tersebut dipotong menggunakan cutter.
Gambar 7 Triplek Keping Huruf f. Selanjutnya, papan “Scrabble” dan keping huruf diamplas menggunakan amplas yang halus. Setelah papan dan keping tersebut halus, kemudian disemprot dengan cat semprot warna hitam doff.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
g. Kemudian, papan “Scrabble” dan keping huruf dibersihkan dengan pembersih kayu supaya bau cat semprot tidak terlalu menyengat.
Gambar 8 Papan “Scrabble” yang sudah jadi
Gambar 9 Keping huruf yang sudah jadi h. Mendesain gambar papan “Scrabble”, huruf, dan kartu topik. Pendesainan menggunakan aplikasi Corel Draw X7 dan Adobe Photoshop CC version 14.0. Desain-desain tersebut kemudian dicetak. Desain papan “Scrabble” dicetak menjadi 2 stiker vynil dan dilaminasi glossy yang masing-masing berukuran 22 x 44 cm. Desain huruf dicetak menjadi stiker timbul yang berbahan matte.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Gambar 10 Desain gambar papan “Scrabble”
Gambar 11 Desain gambar huruf i. Membuat desain kartu topik dan penentuan topik yang disesuaikan dengan buku bahasa Indonesia kelas VIII terbitan Erlangga. Kartu topik dicetak dengan kertas foto glossy dan dilaminasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Gambar 12 Desain Kartu Topik
Gambar 13 Desain Penentuan topik pada kartu topik j. Membuat petunjuk penggunaan “Scrabble” bahasa Indonesia. Petunjuk permainan disesuikan dengan produk asli. Namun, ada beberapa perubahan seperti distribusi jumlah huruf, skor tiap huruf, dan menggunakan bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Gambar 14 Desain Petunjuk penggunaan “Scrabble” bahasa Indonesia C. Pengembangan Produk awal 1. Pengembangan Komponen Media Pada media pembelajaran ini terdapat beberapa komponen yang terdiri dari (a) papan “Scrabble” bahasa Indonesia, (b) keping huruf, (c) petunjuk permainan, (d) kartu topik, dan (e) kantong tas kecil. Berikut ini penjelasan dari komponenkomponen tersebut. a. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia Papan “Scrabble” bahasa Indonesia merupakan komponen pertama untuk bermain “Scrabble” bahasa Indonesia. Papan tersebut berukuran 44 x 44 cm dengan perpaduan warna yang menarik, yaitu biru langit, jingga, hijau, coklat muda, dan kuning. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia berbeda dengan Scrabble. Perbedaaannya, yaitu papan terbuat dari material kayu dan triplek dan ukuran papan yang lebih besar daripada Scrabble.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Gambar 15 Tampilan Papan “Scrabble” bahasa Indonesia b. Keping huruf Keping huruf merupakan komponen kedua dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Keping huruf berukuran 2,8 cm. Keping huruf bertujuan untuk menyusun kosakata bahasa Indonesia. Keping huruf yang terbuat dari triplek dan huruf yang terbuat dari stiker timbul menjadi perbedaan dari Scrabble.
Gambar 16 Tampilan keping huruf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
c. Petunjuk penggunaan Petunjuk penggunaan merupakan komponen ketiga dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Petunjuk permainan berfungsi sebagai penjelasan berbagai aturan yang harus dilaksanakan saat bermain “Scrabble” bahasa Indonesia. Aturan-aturan tersebut meliputi konten, persiapan permainan, dan cara bermain. Petunjuk penggunaan permainan masih mengadaptasi dari petunjuk yang asli dari Scrabble.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Gambar 17 Tampilan petunjuk penggunaan d. Kartu topik Kartu topik merupakan komponen keempat dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Kartu topik berisi topik-topik pembelajaran kelas VIII. Topiktopik tersebut nantinya menjadi acuan kosakata yang harus dicari oleh para pemain melalui permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Kartu topik ini menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
kekhasan dari “Scrabble” bahasa Indonesia. Pembuatan kartu topik disesuiakan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII.
Gambar 18 Tampilan kartu topik e. Kantong tas kecil Kantong tas kecil merupakan komponen kelima dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Kantong tersebut berfungsi sebagai tempat keping huruf saat permainan “Scrabble” sedang berlangsung. Salah satu komponen masih dengan komponen yang di Scrabble. Komponen tersebut juga memiliki fungsi yang sama.
Gambar 19 Tampilan kantong tas kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
2. Pengembangan Bahan Ajar Materi pokok dengan menggunakan media “Scrabble” bahasa Indonesia adalah kosakata bahasa Indonesia. Materi tersebut masih memiliki cakupan yang luas sehingga perlu dimasukkan ke dalam materi yang ada di silabus. Oleh sebab itu, penentuan materi berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum KTSP kelas VIII. Materi yang diambil dapat dilihat melalui tabel berikut ini. Tabel 4.1 Penentuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 16 Mengungkapkan pikiran dan perasaan 16.1 Menulis puisi bebas dengan dalam puisi bebas. menggunakan pilihan kata yang sesuai. Berdasarkan tabel di atas, materi ajar dapat diimplementasikan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Adapun penjabaran komponenkomponen untuk desain pembuatan produk awal media “Scrabble” bahasa Indonesia, sebagai berikut. a. Penentuan Kompetensi yang akan Dicapai Materi yang cocok untuk media “Scrabble” bahasa Indonesia adalah kosakata bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kosakata bahasa Indonesia menjadi materi pokok yang akan diajarkan kepada siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Namun, cakupan materi terlalu luas sehingga perlu disesuaikan dengan materi ajar kurikulum KTSP. Penyesuaian materi kosakata bahasa Indonesia dengan materi ajar kurikulum KTSP dengan melihat standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
kompetensi dan kompetensi dasarnya. Setelah itu, menentukan materi ajar yang cocok untuk pembelajaran kosakata bahasa Indonesia. b. Penyusunan Silabus Silabus menjadi pedoman pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan pada produk yang dikembangkan. Perangkat silabus tersebut menjadi gambaran jelas tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan produk yang dikembangkan. Penyusunan silabus berdasarkan pada kurikulum KTSP yang menjadi pedoman pendidikan di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Komponen yang terdapat di silabus, meliputi (a) identitas nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, (b) standar kompetensi dan kompetensi dasar, (c) materi pembelajaran, (d) kegiatan pembelajaran, (e) penilaian, (f) alokasi waktu, dan (g) sumber belajar. c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perangkat rencana pembelajaran yang menggambarkan proses kegiatan pembelajaran dan digunakan guru untuk mencapai kompetensi dasar (KD) dan indikator yang telah disusun. RPP berfungsi sebagai pendukung guru dalam mengajar di dalam kelas sehingga proses pembelajaran lebih terstrukur dan sesuai prosedur. Komponen yang terdapat dalam RPP, meliputi (a) identitas nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu, (b) standar kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d) indikator, (e) tujuan pembelajaran, (f) materi pembelajaran, (g) model dan metode pembelajaran, (h) kegiatan pembelajaran, (i) sumber dan media pembelajaran, dan (j) penilaian. RPP yang sudah jadi kemudian divalidasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
oleh ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Validasi bertujuan untuk mengetahui kelayakan RPP sebelum digunakan pada saat uji coba produk.
D. Evaluasi Media Pembelajaran Evaluasi atau Judgement dari para ahli sangat penting, terutama untuk menilai kelayakan dan kualitas media pembelajaran yang sudah dikembangkan. Instrumen evaluasi berupa angket validasi yang ditujukan kepada expert judgement. 1. Deskripsi dan Analisis Data Validasi Desain Produk awal yang sudah jadi kemudian diberikan kepada expert judgement untuk memvalidasi produk awal. Expert judgement terdiri dari satu ahli pembelajaran Bahasa Indonesia, dua ahli media, dan satu guru Bahasa Indonesia. Validasi bertujuan untuk mengetahui seberapa layak dan baik produk yang sudah dikembangkan. Validasi produk menggunakan pedoman penskoran skala empat Likert (Widoyoko, 2014: 104, 110-111). a. Validasi Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia Ahli materi pembelajaran Bahasa Indonesia memvalidasi pada bagian materi Bahasa Indonesia yang terlampir di dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Materi media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia adalah kosakata bahasa Indonesia. Namun, materi tersebut masih terlalu luas untuk dijadikan materi pembelajaran. Maka dari itu, materi kosakata bahasa Indonesia diimplementasikan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Validator menilai materi yang ada di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Materi divalidasi pada tanggal 24 Mei 2015. Adapun beberapa saran dan perbaikan dari validator berkaitan dengan RPP sebagai berikut. 1) Kekeliruan beberapa kata. 2) Penambahan contoh beserta analisisnya untuk memperkuat materi sehingga penjelasan tentang materi menjadi lebih baik. b. Validasi Ahli Media Penilaian media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia divalidasi oleh dua ahli media. Validasi media dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2016 dan 19 Mei 2016. Aspek yang dinilai dari media adalah (1) kreativitas pembuatan media, (2) kemenarikan media pembelajaran, (3) komposisi warna, (4) kesesuaian ukuran papan dengan keping huruf, (5) kepraktisan dalam penyimpanan, (6) pembelajaran lebih interaktif, (7) kemudahan penggunaan media, (8) kejelasan petunjuk penggunaan media pembelajaran, (9) kesesuaian media pembelajaran dengan karakteristik belajar siswa tunarungu, (10) kualitas hasil belajar, (11) keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia, (12) keaktifan siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil validasi dari ahli media, kualitas media pembelajaran memperoleh skor 4,58 dengan kategori “sangat baik”. Kualitas media pembelajaran yang telah diperoleh dari ahli media, kemudian direkapitulasi ke dalam tabel dan diagram batang. Proses tersebut memudahkan untuk mengetahui hasil secara keseluruhan penilaian dari ahli media. Adapun deskripsi data validasi sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Tabel 4.2 Hasil Validasi Media oleh Ahli Media Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Baik 5 14 58,3% Baik 4 10 41,7% Tidak Baik 2 0 0 Sangat Tidak Baik 1 0 0 Total 24 100% Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ahli media memberikan skor 4 kategori “baik” dengan frekuensi pemilihan sebesar 10 atau 41,7% dan memberikan skor 5 kategori “sangat baik” dengan frekuensi pemilihan sebesar 14 atau 58,3%. Berikut ini diagram hasil analisis data validasi pertama kualitas media oleh ahli media.
Diagram Hasil Validasi Ahli Media Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
80,00% 60,00% 40,00% 20,00%
58,300%
41,700%
,00%
Sangat Baik
Baik
0% Tidak Baik
0% Sangat Tidak Baik
Gambar 20 Diagram Hasil Validasi oleh Ahli Media c. Validasi Guru Bahasa Indonesia Produk media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia dan materi bahasa Indonesia dinilai oleh guru Bahasa Indonesia. Produk dan materi divalidasi oleh guru bahasa Indonesia pada tanggal 17 Mei 2016. Aspek yang dinilai dari media adalah (1) kreativitas pembuatan media, (2) kemenarikan media pembelajaran, (3) komposisi warna, (4) kesesuaian ukuran papan dengan keping huruf, (5) kepraktisan dalam penyimpanan, (6) pembelajaran lebih interaktif, (7) kemudahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
penggunaan media, (8) kejelasan petunjuk penggunaan media pembelajaran, (9) kesesuaian media pembelajaran dengan karakteristik belajar siswa tunarungu, (10) kualitas hasil belajar, (11) keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia, (12) keaktifan siswa dalam belajar. Berdasarkan
hasil
validasi
produk,
kualitas
media
pembelajaran
memperoleh rerata skor 4,25 dengan kategori “sangat baik”. Kualitas media pembelajaran yang telah diperoleh dari guru Bahasa Indonesia, kemudian direkapitulasi ke dalam tabel dan diagram batang. Proses tersebut memudahkan untuk mengetahui hasil secara keseluruhan penilaian dari ahli media. Adapun deskripsi data validasi sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Validasi Media oleh Guru Bahasa Indonesia Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Baik 5 3 25% Baik 4 9 75% Tidak Baik 2 0 0 Sangat Tidak Baik 1 0 0 Total 12 100% Tabel di atas menunjukkan rangkuman penilaian oleh guru bahasa Indonesia terhadap media pembelajaran. Frekuensi penilaian lebih banyak pada skor 4 kategori “baik” dengan frekuensi pemilihan sebesar 9 atau 75%. Kemudian, pemilihan skor 5 kategori “sangat baik” sebesar 3 atau 25%. Berikut ini diagram hasil validasi kualitas media oleh guru bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Diagram Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia Sangat Baik 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
75% 25% Sangat Baik
Baik
0% Tidak Baik
0% Sangat Tidak Baik
Gambar 21 Diagram Hasil Validasi oleh Guru Bahasa Indonesia
2. Revisi Desain Revisi desain dilaksanakan setelah mengetahui hasil validasi dari expert judgement. Hal-hal yang direvisi mengacu pada saran yang diberikan oleh expert judgement. a. Revisi Berdasarkan Saran Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia Revisi materi dilakukan berdasarkan komentar dan saran dari ahli materi pembelajaran bahasa Indonesia. Perbaikan materi disesuaikan dengan komentar dan saran ahli materi pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu memperbaiki beberapa kata yang keliru dan menambahkan contoh beserta analisisnya untuk memperkuat materi pembelajaran. Berikut ini pemaparan revisi materi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Tabel 4.4 Revisi Materi Bahasa Indonesia Kekeliruan Pembenaran Puisi adalah salah satu bentuk Puisi adalah salah satu bentuk kasusastraan........... kesusastraan........... .......dengan mengkonsentrasikan.......... .......dengan mengonsentrasikan.......... ...mengkonsentrasikan struktur fisik..... ...mengonsentrasikan struktur fisik..... PadaMu Jua
Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padaMu Sepeti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati. Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas. Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padaMu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai. KasihMu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Mati hari - bukan kawanku . . . . Amir Hamzah, Nyanyi Sunyi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Analisis Struktur Puisi Struktur Fisik Struktur Batin a. Diksi: Pemilihan kosakata yang a. Tema: Puisi di atas mengandung memiliki makna. tema Ketuhanan karena Contoh: kandil kemerlap, suara menunjukkan manusia yang sayup, mati hari, balik tirai, gila merindukan akan Tuhan sebagai sasar, bertukar tangkap, dll. penciptanya. b. Pengimajinasian: susunan kata-kata b. Nada dan Suasana: Nada dan yang dapat mengungkapkan suasana yang dibangun oleh pengalaman sensoris, seperti penyair adalah nada memohon penglihatan, pendengaran, dan dengan suasana sedih dan rindu. perasaan. c. Perasaan: Penyair menggambarkan Contoh: /Kaulah kandil kemerlap perasaan yang penuh dengan Pelita jendela di malam kerinduan dan kesedihan. Gelap melambai pulang d. Amanat: pesan yang ingin perlahan/ disampaikan oleh penyair adalah c. Kata Konkret: kata-kata yang dapat jangan pernah berhenti untuk ingat menyaran kepada arti yang kepada Tuhan, selalu memohon menyeluruh. kepada Tuhan. Contoh: / Sayang berulang padaMu jua/ d. Majas: bahasa kiasan Contoh: Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap e. Versifikasi: bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma Contoh: Engkau cemburu Engkau ganas f. Tipografi: larik-larik puisi Contoh: Satu kekasihku, Aku manusia, Rindu rasa, Rindu rupa
b. Revisi Berdasarkan Saran Guru Bahasa Indonesia Guru Bahasa Indonesia kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo memberikan saran untuk mengganti topik yang tercantum pada kartu topik. Topiktopik sebelum mendapat saran adalah pariwisata, kepahlawanan, kelautan, tolongmenolong, kegemaran, lingkungan, pendidikan, kesenian, kesehatan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
kesehatan lingkungan. Topik-topik tersebut diambil dari buku paket bahasa dan sastra Indonesia kelas VIII karya Sawali dan Ch. Susanto. Validator menilai bahwa topik-topik tersebut masih terlalu luas sehingga siswa tunarungu akan kesulitan untuk mengidentifikasi kosakata dari topik-topik tersebut. Topik-topik untuk media “Scrabble” bahasa Indonesia kemudian diganti sesuai saran. Topik-topik tersebut, yaitu wawancara, membaca petunjuk, novel, proposal, surat resmi, drama, puisi, slogan dan poster, serta berita. Topik-topik diambil dari buku bahasa Indonesia kelas VIII karya Nurhadi terbitan Erlangga. Berikut ini pemaparan revisi topik-topik pada “Scrabble” bahasa Indonesia Tabel 4.5 Revisi Topik-Topik “Scrabble” Bahasa Indonesia Kekeliruan Revisi 1. Pariwisata 1. Wawancara 2. Kepahlawanan 2. Membaca petunjuk 3. Kelautan 3. Novel 4. Tolong-menolong 4. Proposal 5. Kegemaran 5. Surat resmi 6. Lingkungan 6. Drama 7. Pendidikan 7. Puisi 8. Kesenian 8. Slogan 9. Kesehatan 9. Poster 10. Kesehatan lingkungan 10. Berita
E. Uji Coba Produk Produk media pembelajaran yang sudah dinilai oleh expert judgement dan diperbaiki sesuai saran, kemudian dilakukan uji coba lapangan. Uji coba lapangan merupakan tahap mengimplementasikan materi kosakata bahasa Indonesia dengan menggunakan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia di kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Uji coba dibagi menjadi dua bagian, yaitu uji coba kelompok kecil dan kelompok besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Kedua uji coba tersebut tidak bisa dilaksanakan pada kelas paralel karena keterbatasan jumlah siswa kelas VIII. SMPLB Dena-Upakara Wonosobo tidak memiliki kelas paralel sehingga uji coba hanya bisa dilaksanakan pada kelas yang sama. Oleh karena itu, pembagian kelompok kecil dan besar berdasarkan pada tingkat kecerdasan dan pengetahuan siswa tunarungu. Uji coba kelompok kecil dilakukan oleh 2 siswa tunarungu yang paling menonjol di kelas VIII. Kedua siswa tersebut menjadi contoh bagi siswa-siswa tunarungu lain dan membimbing siswa-siswa tunarungu lain dalam menjalankan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Kelompok besar berjumlah 8 siswa kelas VIII yang dibagi ke dalam 2 kelompok yang masing kelompok berjumlah 4 siswa. Berikut ini pemaparan uji coba produk yang dilakukan di kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. 1. Deskripsi Data Uji Coba Kelompok Kecil Uji coba dilaksanakan oleh 2 siswa tunarungu kelas VIII pada Rabu, 25 Mei 2016 pukul 07.30-09.30 WIB selama 2 jam pelajaran (4 x 40 menit). Uji coba pada kelompok kecil menjadi penentu keberhasilan pada kelompok besar, karena kelompok kecil tersebut menjadi contoh untuk siswa-siswa tunarungu lain. Uji coba langsung dilaksanakan oleh peneliti dalam menjelaskan tentang media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan dalam mengajar siswa tunarungu di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo, yaitu tidak boleh menggunakan bahasa isyarat harus menggunakan bahasa secara oral dan artikulasi yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Sarana yang diperlukan dalam uji coba lapangan adalah papan tulis, spidol, penghapus, dan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Ruangan yang digunakan untuk uji coba lapangan adalah ruang kelas. Pembelajaran berjalan lancar, para siswa tunarungu antusias untuk menggunakan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Namun, kesulitan yang dihadapi adalah menjelaskan penggunaan “Scrabble” bahasa Indonesia, cara memberikan skor pada tiap kosakata sehingga hal tersebut perlu diulang-ulang. Oleh karena itu, para siswa tunarungu perlu benar-benar didampingi dalam menggunakan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Kedua siswa tunarungu perlahan-lahan dapat menggunakan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Setelah waktu permainan “Scrabble” bahasa Indonesia selesai, kemudian menghitung skor pada setiap kosakata yang telah dibentuk oleh kedua siswa tunarungu. Selanjutnya, kedua siswa tunarungu mengisi angket sebagai respon setelah menggunakan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Berdasarkan tabel hasil uji coba oleh kelompok kecil, hasil angket menyatakan bahwa kualitas produk yang dikembangkan termasuk pada kriteria “baik” dengan rerata skor sebesar 4,06. Kategori tersebut merupakan hasil dari umpan balik siswa tunarungu terhadap produk. Berikut ini paparan tabel tentang langkah pembelajaran menggunakan media “Scrabble” bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Tabel 4.6 Langkah Pembelajaran Kelompok Kecil Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Apersepsi - Pendamping memberikan penjela15 Menit san tentang penggunaan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Eksplorasi - Siswa secara mandiri memulai permainan “Scrabble” bahasa In10 Menit donesia sesuai petunjuk penggunaan dan arahan dari pendamping. - Pendamping membuat tabel penskoran di papan tulis. Elaborasi - Dua siswa memainkan “Scrabble” bahasa Indonesia. - Permainan dimulai dengan mengambil salah satu kartu topik secara 25 Menit acak. - Kemudian, siswa mulai menyusun kosakata sesuai dengan kartu topik. - Pendamping selalu memberikan arahan dan menulis skor di papan tulis. Konfirmasi - Pendamping memberikan tanda bahwa permainan “Scrabble” bahasa Indonesia selesai. - Dua siswa yang menjadi pemain 10 Menit menghitung skor yang didapatkan dari kosakata yang sudah tersusun - Pendamping memberikan kesempatan kepada siswa yang baru bermain untuk bertanya tentang permainan “Scrabble” bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
2. Analisis Data Penilaian Kelompok Kecil Uji coba pertama dilakukan oleh 2 siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-UpakaraWonosobo. Hasil penilaian uji coba kelompok kecil dianalisis melalui tiap butir indikator pernyataan. Adapun pemaparan analisis data berdasarkan pada tiap butir indikator pernyataan pada angket penilaian. a. Analisis Data Penilaian Indikator 1 Indikator pertama, yaitu kemenarikan media pembelajaran. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kemenarikan media pembelajaran. Tabel 4.7 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 1 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Menarik 5 0 0 Menarik 4 1 50% Kurang Menarik 2 1 50% Sangat Kurang Menarik 1 0 0 Total 2 100% Berdasarkan tabel di atas, 2 siswa tunarungu masing-masing memilih kriteria menarik sebesar 50% dan kategori kurang menarik sebesar 50%. Salah satu siswa tunarungu masih menilai “Scrabble” bahasa Indonesia kurang menarik. Adapun diagram batang analisis indikator 1 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 1 Sangat Menarik
Menarik
Kurang Menarik
Sangat Kurang Menarik
60% 40% 20%
0%
0% Sangat Menarik
50%
50%
Menarik
Kurang Menarik
0% Sangat Kurang Menarik
Gambar 22 Diagram Penilaian Indikator 1 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
b. Analisis Data Penilaian Indikator 2 Indikator kedua, yaitu komposisi warna dan desain media. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kompisisi warna dan desain media. Tabel 4.8 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 2 Kriteria Sangat Menarik Menarik Kurang Menarik Sangat Kurang Menarik Total
Skor 5 4 2 1
Frekuensi 0 1 1 0 2
Persentase (%) 0 50% 50% 0 100%
Paparan tabel di atas menunjukkan bahwa 2 siswa tunarungu masing-masing memilih kriteria menarik sebesar 50% dan kategori kurang menarik sebesar 50%. Salah satu siswa tunarungu masih menilai warna dan desain “Scrabble” bahasa Indonesia kurang menarik. Adapun diagram batang analisis indikator 2 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 2 Sangat Menarik
Menarik
Kurang Menarik
Sangat Kurang Menarik
60% 40% 20% 0%
0% Sangat Menarik
50%
50%
Menarik
Kurang Menarik
0% Sangat Kurang Menarik
Gambar 23 Diagram Penilaian Indikator 2 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
c. Analisis Data Penilaian Indikator 3 Indikator ketiga, yaitu kesesuaian ukuran papan dan keping huruf media. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kesesuian ukuran papan dan keping huruf media. Tabel 4.9 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 3 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Tepat 5 0 0 Tepat 4 2 100% Kurang Tepat 2 0 0 Sangat Kurang Tepat 1 0 0 Total 2 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa media dinilai oleh 2 siswa tunarungu memilih kriteria tepat sebesar 100%. Dua siswa tersebut menilai ukuran antara papan “Scrabble” bahasa Indonesia dengan keping hurufnya tepat, artinya tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil. Adapun diagram batang analisis indikator 3 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 3 Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Sangat Kurang Tepat
120% 100% 80% 60% 100%
40% 20% 0%
0% Sangat Tepat
Tepat
0% Kurang Tepat
0% Sangat Kurang Tepat
Gambar 24 Diagram Penilaian Indikator 3 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
d. Analisis Data Penilaian Indikator 4 Indikator keempat, yaitu ketertarikan penggunaan media pembelajaran. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap ketertarikan penggunaan media pembelajaran. Tabel 4.10 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 4 Kriteria Sangat Tertarik Tertarik Kurang Tertarik Sangat Kurang Tertarik Total
Skor 5 4 2 1
Frekuensi 0 2 0 0 2
Persentase (%) 0 100% 0 0 100%
Paparan di atas menunjukkan bahwa 2 siswa tunarungu memilih kriteria tertarik sebesar 100%. Dua siswa tersebut tertarik untuk menggunakan“Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Adapun diagram batang analisis indikator 4 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 4 Sangat Tertarik
Tertarik
Kurang Tertarik
Sangat Kurang Tertarik
120% 100% 80% 60%
100%
40%
20% 0%
0% Sangat Tertarik
Tertarik
0% Kurang Tertarik
0% Sangat Kurang Tertarik
Gambar 25 Diagram Penilaian Indikator 4 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
e. Analisis Data Penilaian Indikator 5 Indikator kelima, yaitu kemudahan penggunaan media pembelajaran. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kemudahan penggunaan media pembelajaran. Tabel 4.11 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 5 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Mudah 5 0 0 Mudah 4 2 100% Kurang Mudah 2 0 0 Sangat Kurang Mudah 1 0 0 Total 2 100% Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan penilaian media sebesar 100% dikarenakan 2 siswa tunarungu memilih kriteria mudah. Dua siswa tersebut menilai mudah untuk menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Hal tersebut mengindikasi bahwa petunjuk penggunaan “Scrabble” bahasa Indonesia sudah jelas. Adapun diagram batang analisis indikator 5 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 5 Sangat Mudah
Mudah
Kurang Mudah
Sangat Kurang Mudah
120% 100%
80% 60% 100%
40% 20% 0%
0% Sangat Mudah
Mudah
0% Kurang Mudah
0% Sangat Kurang Mudah
Gambar 26 Diagram Penilaian Indikator 5 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
f. Analisis Data Penilaian Indikator 6 Indikator keenam, yaitu keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Tabel 4.12 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 6 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Membantu 5 2 100% Membantu 4 0 0 Kurang Membantu 2 0 0 Sangat Kurang Membantu 1 0 0 Total 2 100% Penilaian media pembelajaran masih sebesar 100% dikarenakan 2 siswa tunarungu memilih kriteria sangat membantu. Dua siswa tunarungu menilai “Scrabble” bahasa Indonesia sangat membantu untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Adapun diagaram batang analisis indikator 6 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 6 Sangat Membantu
Membantu
Kurang Membantu
Sangat Kurang Membantu
120% 100% 80% 60% 100% 40% 20% 0% Sangat Membantu
0% Membantu
0% Kurang Membantu
0% Sangat Kurang Membantu
Gambar 27 Diagram Penilaian Indikator 6 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
g. Analisis Data Penilaian Indikator 7 Indikator ketujuh, yaitu menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu. Tabel 4.13 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 7 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Suka 5 2 100% Suka 4 0 0 Kurang Suka 2 0 0 Sangat Kurang Suka 1 0 0 Total 2 100% Melalui paparan tabel di atas, dapat dilihat 2 siswa tunarungu memilih kriteria sangat suka sebesar 100%. Dua siswa tersebut sangat menyukai untuk menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Adapun diagram batang analisis indikator 7 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 7 Sangat Suka
Suka
Kurang Suka
Sangat Kurang Suka
120%
100% 80% 60% 100% 40% 20% 0% Sangat Suka
0% Suka
0% Kurang Suka
0% Sangat Kurang Suka
Gambar 28 Diagram Penilaian Indikator 7 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
h. Analisis Data Penilaian Indikator 8 Indikator kedelapan, yaitu menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu. Tabel 4.14 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 8 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Mampu 5 1 50% Mampu 4 1 50% Kurang Mampu 2 0 0 Sangat Kurang Mampu 1 0 0 Total 2 100% Dua siswa tunarungu masing-masing memilih kriteria sangat mampu sebesar 50% dan memilih kriteria mampu sebesar 50%. Kedua siswa tunarungu mampu belajar secara mandiri (aktif) dengan menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia. Adapun diagram batang analisis indikator 8 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 8 Sangat Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Sangat Kurang Mampu
60% 50% 40% 30% 20%
50%
50%
Sangat Mampu
Mampu
10% 0%
0% Kurang Mampu
0% Sangat Kurang Mampu
Gambar 29 Diagram Penilaian Indikator 8 Kelompok Kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
Dua siswa tunarungu telah memberikan penilaian pada tiap indikator berdasarkan angket penilaian yang diberikan. Selanjutnya, akan dilakukan analisis terhadap penilaian kelompok kecil secara keseluruhan. Rekapitulasi penilaian uji coba kelompok kecil bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor media pembelajaran dan menentukan kriteria media pembelajaran. Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil Indikator Penilaian Rerata Skala Kriteria 1 3,0 Tidak Baik 2 3,0 Tidak Baik 3 4,0 Baik 4 4,0 Baik 5 4,0 Baik 6 5,0 Sangat Baik 7 5,0 Sangat Baik 8 4,5 Sangat Baik Total 32,5 Sangat Baik Rata-rata Skor 4,06 Hasil tabel rekapitulasi menunjukkan hasil secara keseluruhan tentang penilaian terhadap kualitas media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia yang telah dikembangkan. Media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatkan rata-rata skor 4,06 dengan kriteria “sangat baik”. Berikut ini adalah diagram rekapitulasi penilaian uji coba kelompok kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Diagram Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil 6 5 4 3 5,00
2
4,00 3,00
4,00
5,00
4,00
4,500
3,00
1 0 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Indikator 8 Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Gambar 30 Diagram Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil 3. Deskripsi Data Uji Coba Kelompok Besar Validasi kedua dilakukan oleh kelompok besar dengan jumlah 8 siswa tunarungu kelas VIII pada Rabu, 25 Mei 2016 pukul 07.30-09.30 WIB selama 2 jam pelajaran (4 x 40 menit). Hasil yang baik pada kelompok kecil menjadi tolok ukur untuk bisa memaksimalkan proses pembelajaran menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia pada kelompok besar. Dua siswa tunarungu pada kelompok kecil dibagi pada kelompok yang berbeda. Delapan siswa tunarungu dibagi ke dalam 2 kelompok yang masing-masing berjumlah 4 siswa. Peran pengajar sangat penting dalam membimbing mereka. Peneliti bersama guru membimbing mereka dalam menggunakan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Sarana yang digunakan, yaitu papan tulis, spidol, penghapus, dan media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Namun, ada satu sarana yang diberikan kepada siswa, yaitu tabel penskoran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
kosakata. Melalui tabel tersebut, masing-masing siswa tunarungu dapat menulis dan memberi skor pada kosakata bahasa Indonesia yang terbentuk. Kegiatan awal, siswa diminta untuk membaca petunjuk penggunaan “Scrabble” bahasa Indonesia secara bergantian. Kemudian, siswa tunarungu memulai permainan “Scrabble” bahasa Indonesia sesuai petunjuk penggunaan. Dalam kelompok, mereka berlatih untuk dapat menemukan sendiri kosakata bahasa Indonesia sesuai dengan topik. Pendamping berperan aktif untuk selalu memberikan bantuan kepada para siswa tunarungu yang masih merasa kesulitan. Pendamping memberikan arahan kepada siswa tunarungu yang masih bingung dalam menghitung skor kosakata bahasa Indonesia yang terbentuk. Permainan “Scrabble” bahasa Indonesia secara berkelompok mampu menghidupkan suasana yang lebih interaktif. Para siswa tunarungu mampu berdiskusi dalam kelompok dengan gaya bicara mereka. Dua siswa tunarungu yang paling menonjol di kelas menjadi teman yang dapat membantu teman-teman satu kelompoknya. Setelah alokasi waktu yang ditentukan berakhir, para siswa tunarungu mengidentifikasi kosakata bahasa Indonesia, menuliskannya pada tabel penskoran untuk dijumlah skor dari setiap kosakata yang terbentuk. Selanjutnya, para siswa tunarungu diminta untuk mengisi angket umpan balik untuk mengetahui penilaian siswa terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Beberapa aspek yang dinilai, antara lain (1) Kemenarikan media pembelajaran, (2) komposisi warna dan desain media, (3) Kesesuaian ukuran media pembelajaran, (4) Ketertarikan penggunaan media pembelajaran, (5) Kemudahan penggunaan media pembelajaran, (6) Keberhasilan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
memperkaya kosakata bahasa Indonesia, (7) Menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu, (8) menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu. Berikut tabel yang mempaparkan kegiatan belajar siswa tunarungu menggunakan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Tabel 4.16 Langkah Pembelajaran Kelompok Besar Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu Apersepsi - Pendamping memberikan penjela10 Menit san tentang penggunaan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Eksplorasi - Pendamping membagi siswa ke dalam kelompok untuk bermain 10 Menit “Scrabble” bahasa Indonesia sesuai petunjuk penggunaan dan arahan dari pendamping. - Kelompok berjumlah dua dengan masing kelompok ada empat siswa. - Pendamping membagi kertas tabel penskoran kepada tiap siswa. Elaborasi - Masing-masing kelompok memainkan “Scrabble” bahasa Indonesia. - Permainan dimulai dengan mengambil salah satu kartu topik secara 30 Menit acak. - Kemudian, secara bergiliran siswa mulai menyusun kosakata sesuai dengan kartu topik. - Pendamping selalu memberikan arahan kepada tiap kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Konfirmasi - Pendamping memberikan tanda bahwa permainan “Scrabble” bahasa Indonesia selesai. - Tiap siswa menghitung skor yang didapatkan dari kosakata yang sudah tersusun - Pendamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. - Pendamping mengucapkan terima kasih kepada guru dan para siswa tunarungu yang sudah terlibat dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia.
10 Menit
Berdasarkan hasil angket penilaian yang diisi oleh siswa, pernyataan pertama tentang kemenarikan media pembelajaran, 62,5% siswa tunarungu menjawab media pembelajaran menarik, 25% siswa tunarungu menjawab media pembelajaran kurang menarik, 12,5% siswa tunarungu menjawab media pembelajaran sangat menarik. Pernyataan kedua tentang komposisi warna dan desain media, 50% siswa tunarungu menjawab warna dan desain media sangat menarik, 37,5% siswa tunarungu menjawab warna dan desain media menarik, 12,5% siswa tunarungu menjawab warna dan desain media kurang menarik. Pernyataan ketiga tentang kesesuaian ukuran media, 75% siswa tunarungu menjawab kesesuaian ukuran media tepat, dan 25% siswa tunarungu menjawab kesesuaian ukuran media sangat tidak tepat. Pernyataan keempat tentang ketertarikan penggunaan media pembelajaran, 50% siswa tunarungu menjawab tertarik menggunakan media pembelajaran, 25% siswa tunarungu menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
sangat tertarik menggunakan media pembelajaran, dan 25% siswa tunarungu menjawab kurang tertarik menggunakan media pembelajaran. Pernyataan kelima tentang kemudahan penggunaan media pembelajaran, 37,5% siswa tunarungu menjawab penggunaan media pembelajaran kurang mudah, 25% siswa tunarungu menjawab penggunaan media pembelajaran mudah, 25% siswa tunarungu menjawab penggunaan media pembelajaran sangat mudah, dan 12,5% siswa tunarungu menjawab penggunaan media pembelajaran sangat tidak mudah. Pernyatan keenam tentang keberhasilan media pembelajaran dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia, 50% siswa tunarungu menjawab media pembelajaran membantu dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia, 37,5% siswa tunarungu menjawab media pembelajaran kurang membantu dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia, dan 12,5% siswa tunarungu menjawab media pembelajaran sangat membantu dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Pernyataan ketujuh tentang menumbuhkan minat belajar, 50% siswa tunarungu menjawab suka belajar menggunakan media pembelajaran, 37,5% siswa tunarungu menjawab kurang suka menggunakan media pembelajaran, dan 12,5% siswa tunarungu menjawab sangat suka menggunakan media pembelajaran. Pernyataan kedelapan tentang menumbuhkan keaktifan belajar, 50% siswa tunarungu menjawab mampu belajar secara mandiri, 37,5% siswa tunarungu menjawab kurang mampu belajar secara mandiri, dan 12,5% siswa tunarungu menjawab sangat mampu belajar secara mandiri. Berdasarkan tabel hasil uji coba oleh kelompok besar, hasil angket menyatakan bahwa kualitas produk yang dikembangkan termasuk pada kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
“baik” dengan rerata skor sebesar 3,51. Kategori tersebut merupakan hasil dari umpan balik siswa tunarungu terhadap produk. 4. Analisis Data Penilaian Penilaian Uji Coba Kelompok Besar Uji coba kelompok besar dilakukan pada siswa tunarungu kelas VIII dengan jumlah 8 siswa tunarungu. Hasil penilaian uji coba kelompok besar dianalisis melalui tiap butir indikator pernyataan. Adapun pemaparan analisis data berdasarkan pada tiap butir indikator pernyataan pada angket penilaian, sebagai berikut. a. Analisis Data Penilaian Indikator 1 Indikator pertama, yaitu kemenarikan media pembelajaran. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kemenarikan media pembelajaran. Tabel 4.17 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 1 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Menarik 5 1 12,5% Menarik 4 5 62,5% Kurang Menarik 2 2 25% Sangat Kurang Menarik 1 0 0 Total 8 100% Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa 8 siswa tunarungu masingmasing memilih kriteria, meliputi menarik sebesar 62,5%, kriteria kurang menarik sebesar 25%, dan kriteria sangat menarik sebesar 12,5%. Hanya satu siswa tunarungu yang menilai “Scrabble” bahasa Indonesia sangat menarik. Adapun diagram batang analisis indikator 1 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Diagram Penilaian Indikator 1 Sangat Menarik
Menarik
Kurang Menarik
Sangat Kurang Menarik
70,00% 60,00% 50,00%
40,00% 62,500%
30,00% 20,00% 10,00%
25% 12,500%
,00% Sangat Menarik
Menarik
Kurang Menarik
0% Sangat Kurang Menarik
Gambar 31 Diagram Penilaian Indikator 1 Kelompok Besar
b. Analisis Data Penilaian Indikator 2 Indikator kedua, yaitu komposisi warna dan desain media. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kompisisi warna dan desain media. Tabel 4.18 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 2 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Menarik 5 4 50% Menarik 4 3 37,5% Kurang Menarik 2 1 12,5% Sangat Kurang Menarik 1 0 0 Total 8 100% Delapan siswa tunarungu masing-masing memilih kriteria, meliputi sangat menarik sebesar 50%, kriteria menarik sebesar 37,5%, dan kriteria kurang menarik sebesar 12,5%. Hanya satu siswa tunarungu yang menilai warna dan desain “Scrabble” bahasa Indonesia masih kurang menarik. Jadi, masih ada satu siswa yang belum tertarik dengan bentuk dan desain media pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
“Scrabble” bahasa Indonesia. Adapun diagram batang analisis indikator 2 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 2 Sangat Menarik
Menarik
Kurang Menarik
Sangat Kurang Menarik
60% 50% 40% 30% 20%
50% 37,500%
10%
12,500%
0% Sangat Menarik
Menarik
Kurang Menarik
0% Sangat Kurang Menarik
Gambar 32 Diagram Penilaian Indikator 2 Kelompok Besar c. Analisis Data Penilaian Indikator 3 Indikator ketiga, yaitu kesesuaian ukuran papan dan keping huruf media. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kesesuaian ukuran papan dan keping huruf media. Tabel 4.19 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 3 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Tepat 5 0 0 Tepat 4 6 75% Kurang Tepat 2 0 0 Sangat Kurang Tepat 1 2 25% Total 8 100% Paparan tabel di atas, menunjukkan bahwa 8 siswa tunarungu masingmasing memilih kriteria tepat sebesar 75% dan kriteria sangat kurang tepat sebesar 25%. Dua siswa tunarungu menilai ukuran antara papan “Scrabble” bahasa Indonesia dengan keping hurufnya sangat kurang tepat, artinya ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
media pembelajaran belum sesuai dengan mereka. Adapun diagram batang analisis indikator 3 sebagai berikut.
Diagram Penilaian Indikator 3 Sangat Tepat
Tepat
Kurang Tepat
Sangat Kurang Tepat
80% 60% 40%
75%
20% 0%
25% 0% Sangat Tepat
Tepat
0% Kurang Tepat
Sangat Kurang Tepat
Gambar 33 Diagram Penilaian Indikator 3 Kelompok Besar d. Analisis Data Penilaian Indikator 4 Indikator keempat, yaitu ketertarikan penggunaan media pembelajaran. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap ketertarikan penggunaan media pembelajaran. Tabel 4.20 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 4 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Tertarik 5 2 25% Tertarik 4 4 50% Kurang Tertarik 2 2 25% Sangat Kurang Tertarik 1 0 0 Total 8 100% Tabel di atas memberikan penjelasan bahwa 8 siswa tunarungu masingmasing memilih kriteria tertarik sebesar 50%, kriteria sangat tertarik 25%, dan kriteria kurang tertarik 25%. Hasil tersebut dapat disimpulkan jumlah kriteria penilaian seimbang antara kriteria sangat tertarik dan kurang tertarik. Adapun diagram batang analisis indikator 4 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Diagram Penilaian Indikator 4 Sangat Tertarik
Tertarik
Kurang Tertarik
Sangat Kurang Tertarik
60% 50% 40% 30%
50%
20% 10%
25%
25%
0% Sangat Tertarik
Tertarik
Kurang Tertarik
0% Sangat Kurang Tertarik
Gambar 34 Diagram Penilaian Indikator 4 Kelompok Besar e. Analisis Data Penilaian Indikator 5 Indikator kelima, yaitu kemudahan penggunaan media pembelajaran. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap kemudahan penggunaan media pembelajaran. Tabel 4.21 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 5 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Mudah 5 2 25% Mudah 4 2 25% Kurang Mudah 2 3 37,5% Sangat Kurang Mudah 1 1 12,5% Total 8 100% Paparan di atas mengungkapkan rincian penilaian yang dilakukan oleh 8 siswa tunarungu. Masing-masing siswa memilih kriteria kurang mudah sebesar 37,5%, mudah sebesar 25%, sangat mudah sebesar 25%, dan sangat kurang mudah sebesar 12,5%. Beberapa siswa tunarungu masih kesulitan menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Adapun diagram batang analisis indikator 5 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Diagram Penilaian Indikator 5 Sangat Mudah
Mudah
Kurang Mudah
Sangat Kurang Mudah
40% 35% 30% 25%
20% 15% 10%
37,500%
25%
25% 12,500%
5% 0% Sangat Mudah
Mudah
Kurang Mudah
Sangat Kurang Mudah
Gambar 35 Diagram Penilaian Indikator 5 Kelompok Besar f. Analisis Data Penilaian Indikator 6 Indikator keenam, yaitu keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Tabel 4.22 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 6 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Membantu 5 1 12,5% Membantu 4 4 50% Kurang Membantu 2 3 37,5% Sangat Kurang Membantu 1 0 0 Total 8 100% Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa 8 siswa tunarungu masingmasing memilih kriteria membantu sebesar 50%, kurang membantu sebesar 37,5%, dan sangat membantu sebesar 12,5%. Beberapa siswa tunarungu menilai “Scrabble” bahasa Indonesia membantu untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Adapun diagram batang analisis indikator 6 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Diagram Penilaian Indikator 6 Sangat Membantu
Membantu
Kurang Membantu
Sangat Kurang Membantu
60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 50%
20,00% 10,00%
37,500% 12,500%
,00% Sangat Membantu
Membantu
Kurang Membantu
0% Sangat Kurang Membantu
Gambar 36 Diagram Penilaian Indikator 6 Kelompok Besar g. Analisis Data Penilaian Indikator 7 Indikator ketujuh, yaitu menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu. Tabel 4.23 Analisis Data Uji Coba Kelompok Besar Indikator 7 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Suka 5 1 12,5% Suka 4 4 50% Kurang Suka 2 3 37,5% Sangat Kurang Suka 1 0 0 Total 8 100% Paparan tabel di atas, menjelaskan penilaian media pembelajaran yang dilakukan oleh 8 siswa tunarungu. Penilaian tersebut, meliputi kriteria suka sebesar 50%, kurang suka 37,5%, dan sangat suka sebesar 12,5%. Beberapa siswa tunarungu suka untuk menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Adapun diagram batang analisis indikator 7 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Diagram Penilaian Indikator 7 Sangat Suka
Suka
Kurang Suka
Sangat Kurang Suka
60,00%
50,00% 40,00% 30,00% 50%
20,00% 10,00%
37,500% 12,500%
,00% Sangat Suka
Suka
Kurang Suka
0% Sangat Kurang Suka
Gambar 37 Diagram Penilaian Indikator 7 Kelompok Besar h. Analisis Data Penilaian Indikator 8 Indikator kedelapan, yaitu menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu. Berikut ini tabel hasil penilaian siswa tunarungu terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berdasarkan penilaian terhadap menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu. Tabel 4.24 Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil Indikator 8 Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Sangat Mampu 5 1 12,5% Mampu 4 4 50% Kurang Mampu 2 3 37,5% Sangat Kurang Mampu 1 0 0 Total 8 100% Melalui paparan tabel di atas dapat dilihat 8 siswa tunarungu masing-masing memilih kriteria mampu sebesar 50%, kurang mampu 37,5%, dan sangat mampu sebesar 12,5%. Beberapa siswa tunarungu mampu belajar secara mandiri (aktif) dengan menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia. Namun ada beberapa siswa tunarungu juga yang kurang mampu untuk belajar secara mandiri. Adapun diagram batang analisis indikator 8 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Diagram Penilaian Indikator 8 Sangat Mampu
Mampu
Kurang Mampu
Sangat Kurang Mampu
60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 50%
20,00% 10,00%
37,500% 12,500%
,00%
Sangat Mampu
Mampu
Kurang Mampu
0% Sangat Kurang Mampu
Gambar 38 Diagram Penilaian Indikator 8 Kelompok Besar Delapan siswa tunarungu telah memberikan penilaian pada tiap indikator berdasarkan angket penilaian yang diberikan. Kemudian, hasil angket penilaian tersebut dianalisis secara keseluruhan. Rekapitulasi penilaian uji coba kelompok besar bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor media pembelajaran dan menentukan kriteria media pembelajaran. Tabel 4.25 Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Besar Indikator Penilaian Rerata Skala Kriteria 1 3,62 Baik 2 4,25 Sangat Baik 3 3,25 Baik 4 3,75 Baik 5 3,12 Baik 6 3,37 Baik 7 3,37 Baik 8 3,37 Baik Total 28 Baik Rata-rata Skor 3,51 Berdasarkan hasil tabel rekapitulasi di atas, menunjukkan bahwa kualitas media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia yang telah dikembangkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
mendapatkan rata-rata skor 3,51 dengan kriteria “baik”. Berikut ini adalah diagram rekapitulasi penilaian uji coba kelompok besar.
Diagram Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Besar 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 ,00
3,620
4,250
3,750
3,250
3,150
3,370
3,370
3,370
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Indikator 8 Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Gambar 39 Diagram Rekapitulasi Penilaian Uji Coba Kelompok Besar Hasil validasi lapangan oleh kelompok kecil dan kelompok besar dianalisis dan dihitung menjadi hasil validasi secara keseluruhan. Hasil validasi secara keseluruhan merupakan rekapitulasi penilaian data dari kelompok kecil dan kelompok besar. Berikut ini rekapitulasi penilaian data secara keseluruhan. Tabel 4.26 Rekapitulasi Uji Coba Secara Keseluruhan Uji Coba Rerata Skala Kriteria Uji coba kelompok kecil 4,06 Sangat Baik Uji Coba Kelompok besar 3,51 Baik Total Seluruhnya 7,57 Baik Rata-rata skor 3,78 Melalui pemaparan tabel rekapitulasi uji coba secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa produk yang dikembangkan oleh peneliti, yaitu media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia termasuk dalam kriteria “baik”. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor yang diperoleh sebesar 3,78. Berikut ini diagram hasil uji coba secara keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Diagram Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan 4,5 4,06 4 3,51 3,5 3 Kelompok Kecil
Kelompok Besar Sangat Baik
Baik
Gambar 40 Diagram Hasi Uji Coba Secara Keseluruhan 5. Kosakata yang Dihasilkan melalui Media “Scrabble” bahasa Indonesia Deskripsi data di atas merupakan data kuantitatif yang dihitung melalui skala Likert. Data tersebut menjadi gambaran kualitas media “Scrabble” bahasa Indonesia yang diujicobakan. Data-data di atas telah menunjukkan bahwa media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatakan penilaian yang baik dari kelompok kecil dan besar. Selain itu, kelompok kecil dan kelompok besar juga menghasilkan kosakata yang beragam melalui media “Scrabble” bahasa Indonesia dalam alokasi waktu selama dua jam pelajaran. Kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa tunarungu kelas VIII menghasilkan kosakata yang beragam dengan topik Drama. Kosakatakosakatanya, antara lain: percakapan, tokoh, tema, karakter, latar, dan judul. Kelompok besar yang terdiri dari delapan siswa tunarungu, dibagi ke dalam dua kelompok, dan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa tunarungu. Kelompok besar pertama mendapatkan topik Poster menghasilkan kosakata, antara lain: warna, terang, gambar, menarik, tema, dan gelap. Kelompok besar kedua mendapatkan topik Surat Resmi menghasilkan kosakata, antara lain: tulisan, bahasa, penutup, kepada, pembuka, kalimat, undangan, kop surat, isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
surat, tanggal surat. Kosakata-kosakata yang sudah diperoleh baik oleh kelompok kecil maupun kelompok besar, kemudian dihitung skornya berdasarkan rumus perhitungan “Scrabble” bahasa Indonesia yang sudah tercantum di petunjuk penggunaannya. Kelompok kecil mendapatkan skor kosakata sebesar 172, kelompok besar pertama mendapatkan skor kosakata sebesar 170, dan kelompok besar kedua mendapatkan skor sebesar 327. Tujuan penskoran adalah mengukur pencapaian keberhasilan pemain dalam menyusun sebuah kosakata. Selain itu, penskoran juga dapat mengurangi kebosanan dalam menyusun kosakata dan menciptakan kompetisi diantara para pemain. Pada kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh guru mengatakan bahwa siswa sudah mampu untuk memainkan media “Scrabble” bahasa Indonesia dengan bimbingan. Para siswa tunarungu kelas VIII mampu menyusun huruf menjadi kosakata sesuai dengan kartu topik, siswa berkonsentrasi dalam belajar, pembelajaran interaktif tercipta di dalam kelas, antusiasme para siswa tunarungu kelas VIII, dan pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih kondusif. Namun yang perlu digarisbawahi dalam uji coba lapangan ini adalah para siswa tunarungu kelas VIII masih perlu dibimbing dalam menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia karena mereka baru pertama kali menggunakan media tersebut. Data-data kualitatif di atas membuktikan bahwa media “Scrabble” bahasa Indonesia mampu membantu siswa tunarungu kelas VIII untuk belajar bahasa Indonesia terutama dalam hal memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
F. Revisi Produk Revisi produk merupakan langkah yang dilaksanakan setelah mendapatkan hasil uji coba lapangan. Uji coba lapangan kelompok besar menjadi acuan revisi produk. Maka dari itu, revisi produk didasarkan pada persentase 25% ≤ dari hasil uji coba lapangan kelompok besar. Adapun pemaparan revisi produk sebagai berikut. Tabel 4.27 Revisi Produk Komentar Siswa Tunarungu Revisi Media pembelajaran kurang menarik. Kekurangmenarikan disebabkan oleh beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menggunakan “Scrabble”. Oleh karena itu, perlu pendampingan lebih intensif dan penggunaan secara berulang-ulang. Kesesuaian ukuran media tidak tepat. Ukuran media tidak tepat terutama huruf pada keping huruf terlalu besar sehingga ukuran diperkecil. Kurang tertarik menggunakan media.
Kekurangtertarikan menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia juga disebabkan oleh beberapa siswa yang masih bingung menggunakan media tersebut. Maka dari itu, perlu pendampingan lebih intensif dan penggunaan secara berulang-ulang.
Penggunaan media kurang mudah.
Petunjuk penggunaan perlu diperjelas dan penggunaan struktur kebahasaan yang lebih sederhana. Perlu membantu siswa tunarungu untuk mencoba menggunakan media “Scrabble” bahasa Indonesia. Siswa perlu didampingi dan dibiasakan menggunakan media secara berulang-ulang. Perlu pendampingan terlebih dahulu terutama pada penjelasan petunjuk penggunaan.
Media kurang membantu dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Kurang menyukai menggunakan media. Kurang mampu belajar secara mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
G. Kajian Produk Akhir Produk akhir diperoleh berdasarkan penilaian, saran, dan komentar dari exper judgement. Expert judgement tersebut, antara lain ahli materi pembelajaran bahasa Indonesia, ahli media pembelajaran, dan guru bahasa Indonesia kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Selain itu, produk akhir juga perlu mendapatkan penilaian dari para siswa tunarungu kelas VIII SMPLB DenaUpakara Wonosobo melalui angket penilaian. Produk akhir termasuk pada jenis media pembelajaran konvensional. Produk dikemas dalam bentuk papan catur. “Scrabble” bahasa Indonesia dibuat dengan ukuran 44 x 44 cm, terbuat dari kayu dan triplek. Pembuatan kerangka fisik dari media tersebut menggunakan alat-alat manual sedangkan semua desain media pembelajaran menggunakan aplikasi, yaitu Corel Draw X7 dan Adobe Photoshop CC version 14.0. Berikut ini pemaparan komponenkomponen pada produk media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. 1. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia Papan “Scrabble” bahasa Indonesia merupakan komponen pertama untuk bermain “Scrabble” bahasa Indonesia. Papan tersebut berukuran 44x44 cm. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia terbuat dari kayu dan triplek. Media pembelajaran tersebut memadukan berbagai warna yang menarik, yaitu biru langit, jingga, hijau, coklat muda, dan kuning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Gambar 41 Papan “Scrabble” bahasa Indonesia 2. Keping huruf Keping huruf merupakan komponen kedua dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Keping huruf berukuran 2,8 cm. Keping huruf pada “Scrabble” bahasa Indonesia berjumlah 100 keping. Keping huruf berfungsi untuk menyusun kosakata bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Gambar 42 Keping huruf 3. Petunjuk penggunaan Petunjuk penggunaan merupakan komponen ketiga dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Petunjuk permainan berfungsi sebagai penjelasan berbagai aturan yang harus dilaksanakan saat bermain “Scrabble” bahasa Indonesia. Aturan-aturan tersebut meliputi konten, persiapan permainan, dan cara bermain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
Gambar 43 Petunjuk penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
4. Kartu topik Kartu topik merupakan komponen keempat dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Kartu topik berisi topik-topik pembelajaran kelas VIII. Topiktopik tersebut nantinya menjadi acuan kosakata yang harus dicari oleh para pemain melalui permainan “Scrabble” bahasa Indonesia.
Gambar 44 Kartu topik 5. Kantong tas kecil Kantong tas kecil merupakan komponen kelima dalam permainan “Scrabble” bahasa Indonesia. Kantong tersebut berfungsi sebagai tempat keping huruf saat permainan “Scrabble” sedang berlangsung.
Gambar 45 Kantong tas kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
H. Pembahasan Proses pembelajaran zaman sekarang sudah tidak lagi bergantung pada guru. Oleh karena itu, sumber belajar siswa juga harus mencakup berbagai aspek dengan memanfaatkan segala sesuatu yang dapat memfasilitasi belajar siswa. Sumber belajar tidak lagi bersumber pada guru. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Dewi: 2012) yang menyatakan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru zaman sekarang justru dituntut untuk lebih mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar, mengkombinasi antara sumber belajar satu dengan yang lainnya. Pernyataan
tersebut
sama
dengan
pernyataan
Association
Educational
Communication and Technology (AECT) (1977), yaitu semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu dapat digunakan siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi yang akan mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Guru yang memiliki kompetensi untuk mampu mengkombinasi berbagai sumber belajar berupa data, orang, wujud tertentu akan semakin mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Maka dari itu, guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar melainkan guru menjadi fasilitator yang mampu mengkombinasi sumber-sumber belajar. Guru dalam penyampaian sumber belajar tersebut juga menggunakan sebuah penyalur atau penghubung sehingga pesan ajar akan semakin mudah terserap oleh siswa. Penyalur atau penghubung tersebut adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah penyalur/penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik (Munadi, 2010: 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
“Scrabble” bahasa Indonesia merupakan media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan siswa tunarungu SMPLB DenaUpakara Wonosobo. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan menyatakan bahwa siswa tunarungu tersebut membutuhkan media pembelajaran yang berupa benda nyata/riil, memiliki warna yang menarik, mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif. Maka dari itu, pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia disesuaikan dengan
kebutuhan
siswa
tunarungu
SMPLB
Dena-Upakara
Wonosobo.
Pengembangan media tersebut juga bertolok ukur pada taksonomi Briggs. Dalam taksonomi tersebut menjabarkan bahwa media “Scrabble” bahasa Indonesia bersifat nyata, digunakan dalam kelompok, cocok untuk siswa dengan gaya belajar visual dan bermodel permainan. Model permainan memiliki kelebihan, yaitu mampu menciptakan interaksi satu sama lain. Penjabaran di atas sudah sesuai dengan hasil analisis kebutuhan siswa tunarungu SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Anak tunarungu merupakan salah satu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sehingga dalam proses pembelajaran mereka perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu usahanya adalah mengembangkan sebuah media pembelajaran yang dirancang sesuai dengan keterbatasan mereka. Oleh karena itu, ABK memang harus mendapatkan taraf pendidikan yang baik dan mampu untuk bersaing dengan anak normal pada umumnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan Thompson (2010: 12) yang mengatakan bahwa ABK harus ditawarkan akses penuh terhadap pendidikan yang luas, seimbang, relevan, dan termasuk kurikulum yang tepat. Anak tunarungu menurut Shane adalah anak yang indera pendengarannya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
berfungsi sebagaimana mestinya (Shane, 1982: 3) atau Delphi (2006: 102) menyebutnya dengan istilah anak hendaya pendengaran yang berarti seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengarnya. Anak tunarungu memiliki beberapa keterbatasan dalam pembelajaran, seperti kurang memperhatikan guru di kelas, kesulitan mengikuti petunjuk lisan, enggan berpartisipasi secara oral, tergantung pada instruksi langsung dari guru, kemampuan akademik rendah (Delphi, 2006: 102). Keterbatasan-keterbatasan di atas ternyata dapat dibuktikan melalui wawancara dengan guru Bahasa Indonesia kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Beliau menjelaskan fakta-fakta terkait dengan dinamika pembelajaran siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Maka dari itu, pengembangan media pembelajaran memang perlu untuk memperhatikan keterbatasan siswa tunarungu tersebut. Selain keterbatasan siswa, pengembangan media pembelajaran juga memperhatikan gaya belajar siswa tunarungu, yaitu gaya belajar visual. Pengembangan media pembelajaran dengan cara tersebut akan membantu siswa tunarungu untuk dapat mengatasi setiap keterbatasan mereka terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan menunjang pula gaya belajar mereka. Jika anak tunarungu disamakan dengan anak normal pada umumnya dalam pemerolehan bahasa, seharusnya memiliki kemampuan lebih baik dalam menguasai sebuah bahasa daripada orang dewasa. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Darjowidjojo (2010: 43) yang menyatakan bahwa kemampuan anak untuk memahami bahasa jauh lebih cepat dan jauh lebih baik. Namun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
kemampuan anak tunarungu dalam menguasai bahasa mungkin akan berbeda dengan anak normal pada umumnya. Keterbatasan mereka menjadi hambatan untuk dapat menguasai bahasa lebih cepat dan lebih baik. Penelitian dan pengembangan ini merupakan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Perbendaharaan kata bahasa Indonesia merupakan salah satu cara untuk melihat seberapa berhasilnya seorang anak terutama anak tunarungu dalam menguasai bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia diharapkan mampu untuk membantu siswa tunarungu SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Hasil uji coba penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2016 memberikan hasil yang cukup baik terkait dengan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia. Uji coba penelitian dilakukan dengan membagi dua subjek penelitian, kelompok kecil dan kelompok besar. Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil, media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatkan rata-rata skor sebesar 4,06 dengan kriteria “ sangat baik”, sedangkan pada kelompok besar, media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapat rata-rata skor sebesar 3,51 dengan kriteria “baik”. Dua uji coba penelitian tersebut kemudian direkapitulasi menjadi hasil validasi secara keseluruhan. Berdasarkan hasil rekapitulasi, media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatkan rata-rata skor sebesar 3,78 dengan kriteria “baik”. Selain data tersebut, para siswa tunarungu kelas VIII yang terbagi dalam kelompok kecil dan kelompok besar juga menghasilkan beragam kosakata bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Indonesia. Kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa tunarungu kelas VIII menghasilkan kosakata yang beragam dengan topik Drama. Kosakatakosakatanya, antara lain: percakapan, tokoh, tema, karakter, latar, dan judul. Kelompok kecil mendapatkan skor sebesar 172. Kelompok besar yang terdiri dari delapan siswa tunarungu, dibagi ke dalam dua kelompok, dan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa tunarungu. Kelompok besar pertama mendapatkan topik Poster menghasilkan kosakata, antara lain: warna, terang, gambar, menarik, tema, dan gelap. Kelompok besar pertama mendapatkan skor sebesar 170. Kelompok besar kedua mendapatkan topik Surat Resmi menghasilkan kosakata, antara lain: tulisan, bahasa, penutup, kepada, pembuka, kalimat, undangan, kop surat, isi surat, tanggal surat. Kelompok besar kedua mendapatkan skor 327. Penskoran tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan skor “Scrabble” bahasa Indonesia yang sudah tercantum di petunjuk penggunaan. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Dena-Upakara Wonosobo dapat disimpulkan bahwa media “Scrabble” bahasa Indonesia membantu siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Selain itu, media tersebut
juga
mampu
untuk
menciptakan
pembelajaran
interaktif
dan
meningkatkan keaktifan siswa tunarungu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) khususnya Siswa Tunarungu di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo dikembangkan dengan mengacu jenis penelitian Research and Development (R&D) dari Borg and Gall. Langkah-langkah penelitian R&D mengacu pada teori Borg and Gall yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Maka dari itu, langkah penelitian yang seharusnya ada sepuluh langkah diadaptasi menjadi enam langkah penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah penelitian yang sudah dimodifikasi tersebut, meliputi (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, dan (6) uji coba produk dan (7) revisi dan penyempurnaan produk. “Scrabble” bahasa Indonesia merupakan media pembelajaran yang memiliki tujuan khusus, yaitu memperkaya kosakata bahasa Indonesia. 2. Pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia mendapatkan penilaian kualitas “sangat baik” dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kosakata bahasa Indonesia. Penilaian kualitas media berasal dari para expert judgement yang sudah memiliki kompetensi dalam menilai sebuah media pembelajaran dan materi Bahasa Indonesia. Expert
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
judgement tersebut, yaitu ahli pembelajaran Bahasa Indonesia, ahli media pembelajaran, dan guru bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia menyatakan bahwa materi kosakata bahasa Indonesia layak digunakan. Ahli media memberikan skor 4,58 dengan kriteria sangat baik untuk media pembelajaran
“Scrabble”
bahasa
Indonesia.
Guru
bahasa
Indonesia
memberikan skor 4,25 dengan kriteria sangat baik untuk media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Dalam uji coba lapangan, para siswa tunarungu juga memberikan penilaian umpan balik yang baik terhadap media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia. Subjek penelitian memberikan skor 3,78 dengan kriteria baik. Selain itu, berdasarkan pemerolehan kosakata dengan media “Scrabble” bahasa Indonesia dan kegiatan pengamatan membuktikan bahwa kegiatan belajar dengan media “Scrabble” bahasa Indonesia sudah baik dan layak digunakan. Hasil-hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia berhasil dalam membantu para siswa tunarungu belajar bahasa Indonesia terutama kosakata bahasa Indonesia. Media pembelajaran tersebut sangat tepat digunakan untuk anak-anak yang mempunyai kekurangan pada indera pendengaran mereka.
B. Implikasi Pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia ini dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa tunarungu kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Hal ini karena pengembangan produk media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
“Scrabble” bahasa Indonesia dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan siswa kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Namun, media “Scrabble” bahasa Indonesia juga dapat digunakan di lembaga atau sekolah lain. Maka dari itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan “Scrabble” bahasa Indonesia. Hal-hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut ini. 1. “Scrabble” bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai media untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. 2. Kesesuaian media pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. 3. Kesesuaian media “Scrabble” bahasa Indonesia dengan taraf berpikir pembelajar. 4. Kesesuaian media “Scrabble” bahasa Indonesia dengan usia pembelajar. 5. Penerapan metode pembelajaran yang akan dilakukan di lembaga atau sekolah.
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian dan pengembangan media “Scrabble” bahasa Indonesia tidak selalu berjalan lancar dalam proses pengembangannya. Pengembangan media tersebut memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya sebagai berikut. 1. Analisis kebutuhan hanya bersumber pada wawancara dengan guru Bahasa Indonesia dan wali kelas VIII karena keterbatasan waktu dan jarak lokasi penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
2. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan hanya dilakukan sampai langkah ketujuh dari prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall karena keterbatasan biaya dan waktu. 3. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia tidak diberi lubang dan keping huruf tidak diberi paku kecil. 4. Petunjuk penggunaan “Scrabble” bahasa Indonesia hanya menggunakan petunjuk penggunaan secara tertulis.
D. Saran Saran-saran yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan “Scrabble” bahasa Indonesia sehingga jika ada penelitian dan pengembangan media seperti “Scrabble” bahasa Indonesia dan atau media konvensional lainnya dapat menghasilkan produk yang lebih baik. Berikut saran-saran yang dapat diperhatikan sebagai pertimbangan. 1. Analisis kebutuhan baiknya dilakukan dengan mewawancarai berbagai pihak seperti guru, kepala sekolah, dan siswa. 2. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan sebaiknya dilakukan sampai langkah kesepuluh dari prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall agar menghasilkan produk yang lebih baik. 3. Papan “Scrabble” bahasa Indonesia baiknya diberi lubang dan keping hurufnya diberi paku kecil sehingga ketika penyusunan kosakata tidak mudah lepas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
4. Petunjuk penggunaan baiknya menggunakan rekaman video sehingga petunjuk lebih mudah untuk dimengerti. 5. “Scrabble”
bahasa
Indonesia
dapat
dikembangkan
menjadi
media
pembelajaran dengan model Braille, yaitu media yang dapat digunakan untuk anak tunanetra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Obor. Delphi, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Setting Pendidikan Inklusi. Bandung: Refika Aditama. Desiana, Eka. 2014. “Pengembangan Scrabble Hanacaraka sebagai Media Pembelajaran Aksara Jawa untuk Siswa Kelas VI di SD Negeri Keputran A Yogyakarta.” Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Dewi. Rishe Purnama. 2012. Penentuan Cakupan, Urutan Materi, dan Penentuan Materi Pembelajaran. Disajikan pada mata kuliah bahan ajar dan media pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Gall, Meredith D, Joyce P. Gall, Walter R. Borg. 2007. Educational Research: An Introduction 8th. Edition. Boston: Allyn and Bacon. Guntara, Gun Gun. 2014. “Pengembangan Media Kartu Gambar Isyarat untuk Meningkatkan Kosa Kata Anak Tunarungu Kelas Dasar di SLB Kota Cimahi.” Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Holden, Stewart. 2012. The Scrabble Player’s Handbook. United States and Canada: Hasbro Inc. Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Kompas. Linawati, Ririn. 2013. “Penerapan Metode Mathernal Reflektif dalam Pembelajaran Berbahasa pada Anak Tunarungu di Kelas Persiapan SLB Negeri Semarang.” Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang. Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Pranowo, Yuliana Setyaningsih, R. Kunjana Rahardi. 2015. Prosiding Seminar Nasional PIBSI XXXVII Optimalisasi Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Wahana Pembentukan Mental dan Karakter Bangsa di Era Globalisasi Menuju Indonesia Emas 2045. Artikel berjudul Pengembangan Media
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
Video Tematik Kelas V Tema 2 Subtema 1 Kurikulum 2013 karya Rishe Purnama Dewi dan Apri Damai Sagita Krissandi. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Purwo, Bambang Kaswanti. 1989. PELLBA 2 Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya: Kedua. Yogyakarta: Kanisius. ______. 1990. PELLBA 3 Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya: Ketiga. Yogyakarta: Kanisius. Rules Committee. 2011. Official Rules Tournament. United States and Canada: North American Scrabble Players Association. (NASPA). Sadiman, Arief. 2008. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sedarmayanti. Syarifudin Hidayat. 2011. Mandar Maju.
Metodologi Penelitian. Bandung:
Shane. 1982. An Introduction Excepetional Children. United States: WCB. Smith, Keith W. 2009. Total Scrabble The (Un)Official Scrabble Record Book. United States and Canada: Hasbro Inc. Soedjito. 2011. Kosakata Bahasa Indonesia. Malang: Aditya Media. Sudjana. Rivai. 2007. Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru Bandung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Susantiyatno, Wastu Bondan. 2011. “Efektivitas Scrabble untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang.” Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang. Thompson. Jenny. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Esensi Erlangga Group. Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
Lampiran 1 Lembar validasi media pembelajaran
Lembar Penilaian Media Pembelajaran oleh Ahli
Nama
: ______________________ Berilah skor yang sesuai dengan memberikan tanda (√) pada kolom skor
dan berilah komentar (bila diperlukan). Keterangan: 1: Sangat tidak baik 2: Tidak baik 4: Baik 5: Sangat baik A. Penilaian Media Pembelajaran No. 1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
Aspek yang Dinilai Kekreatifan pembuatan media “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata. Kemenarikan media “Scrabble” digunakan dalam proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan warna antara papan “Scrabble”, keping huruf, dan kartu topik. Kesesuaian ukuran papan “Scrabble” dengan keping huruf (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar). Media “Scrabble” mudah untuk disimpan. Media “Scrabble” mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif. Kemudahan penggunaan media “Scrabble” untuk menunjang belajar kosakata bahasa Indonesia. Kejelasan petunjuk penggunaan media “Scrabble”.
1
Skor 2 4 5
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
No. 9.
10. 11.
12.
Aspek yang Dinilai
1
Skor 2 4 5
Keterangan
Media “Scrabble” cocok digunakan untuk siswa berkarakteristik belajar visual. Media “Scrabble” mampu meningkatkan kualitas belajar siswa. Media “Scrabble” memiliki potensi keberhasilan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Media “Scrabble” mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Jumlah
B. Komentar dan Saran
C. Simpulan Pengembangan media pembelajaran “Scrabble” dinyatakan: 1. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi. 2. Layak untuk digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. 3. Tidak layak digunakan/uji coba lapangan.
Yogyakarta, _______________
________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
Lampiran 2 Pedoman wawancara Lembar Wawancara Guru 1. Proses Pembelajaran a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMPLB DenaUpakara Wonosobo? b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo? 2. Metode pembelajaran a. Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia? b. Berdasarkan karakteristik siswa tunarungu, metode pembelajaran apa yang paling cocok? 3. Hambatan dalam proses pembelajaran a. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas? b. Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan. 4. Ketersediaan sumber bahan ajar dan media pembelajaran a. Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo? b. Apakah sajakah media pembelajaran yang sering anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
5. Media Pembelajaran yang digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia. a. Apakah jenis media pembelajaran yang sering digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia? 6. Harapan tentang media pembelajaran baru a. Media pembelajaran seperti apakah yang tepat digunakan sebagai sarana penyampaian materi untuk kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo? b. Apakah harapan anda berkaitan dengan media pembelajaran khusus untuk siswa tunarungu kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
Lampiran 3 Lembar Observasi Lembar Obervasi Siswa Petunjuk pengisian: berilah tanda (√) pada hasil pengamatan sesuai dengan keadaan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
No.
Aspek yang diamati Ya
1.
2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
Hasil Tidak
Keterangan
Memahami penggunaan media “Scrabble” sesuai petunjuk dan arahan dari guru. Mampu menyusun keping-keping huruf menjadi sebuah kata sesuai dengan ejaan pada papan “Scrabble”. Media “Scrabble” mampu memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Media “Scrabble” meningkatkan konsentrasi belajar. Media “Scrabble” membangun pembelajaran yang interaktif. Antusias untuk menggunakan media “Scrabble”. Terlihat gembira selama proses permainan “Scrabble”. Proses pembelajaran belajar secara kondusif.
Wonosobo, .....................................
........................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
Lampiran 4 Angket umpan balik siswa Nama
:
Kelas/Semester
:
LEMBAR EVALUASI MEDIA “SCRABBLE” UNTUK SISWA
Petunjuk Pengisian Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan melingkari angka 1, 2, 4, dan 5 pada lembar jawaban yang tersedia. 1. Menurut kamu, apakah media “scrabble” ini menarik? 1 Sangat kurang menarik
2 Kurang menarik
4 Menarik
5 Sangat Menarik
2. Menurut kamu, apakah warna media “scrabble” ini menarik? 1 Sangat kurang menarik
2 Kurang menarik
4 Menarik
5 Sangat Menarik
3. Menurut kamu, apakah ukuran bentuk media “scrabble” ini tepat? (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil? 1 Sangat kurang tepat
2 Kurang tepat
4 Tepat
5 Sangat tepat
4. Apakah kamu tertarik menggunakan media “scrabble”? 1 Sangat kurang tertarik
2 Kurang tertarik
4 Tertarik
5 Sangat Tertarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
5. Menurut kamu, apakah media “scrabble” mudah digunakan untuk belajar kosakata bahasa Indonesia? 1 Sangat kurang mudah
2 Kurang mudah
4 Mudah
5 Sangat mudah
6. Setelah bermain “scrabble”, apakah media “scrabble” ini membantu dalam menambah kosakata bahasa Indonesia? 1 Sangat kurang membantu
2 Kurang membantu
4 Membantu
5 Sangat membantu
7. Setelah bermain “scrabble”, apakah kamu semakin suka belajar kosakata bahasa Indonesia? 1 Sangat kurang suka
8.
2 Kurang suka
4 Suka
5 Sangat suka
Setelah bermain “scrabble”, apakah kamu mampu belajar kosakata bahasa Indonesia secara mandiri?
1 Sangat kurang mampu
2 Kurang mampu
4 Mampu
5 Sangat mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
Lampiraan 5 Hasil validasi instrumen penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
Lampiran 6 Hasil wawancara analisis kebutuhan PEDOMAN WAWANCARA NAMA
: Suster Crescentia, PMY
JABATAN
: Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas VII dan VIII Wali Kelas VIII SMPLB Dena-UpakaraWonosobo
No. Pertanyaan 1. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMPLB DenaUpakaraWonosobo?
2.
Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas VIII SMPLB Dena-UpakaraWonosobo?
3.
Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?
4.
Berdasarkan karakteristik siswa tunarungu, metode pembelajaran apa yang paling cocok?
Jawaban Terlebih dahulu saya melihat materi sesuai dengan kondisi para siswa tunarungu. Kemudian, baru saya memperkenalkan materi (apersepsi), dan atau biasanya saya memulai proses pembelajaran dengan memberikan tugas (eksplorasi) terlebih dahulu baru masuk ke materi. Pertemuan belajar–mengajar di kelas untuk bahasa Indonesia ada tiga kali pertemuan dalam seminggu. Masing-masing pelajaran alokasi waktunya 4x40 menit. Saya biasanya menggunakan metode diskusi dan ceramah supaya para siswa tunarungu terbiasa untuk berkomunikasi dan berani berpendapat. Penggunaan media juga jelas selalu digunakan. Namun, saya belum pernah menggunakan media sejenis “Scrabble”. Menurut saya, penggunaan media sangat tepat untuk pembelajaran di kelas. Terutama media yang bersifat riil/benda nyata yang dapat ditunjukkan kepada siswa tunarungu. Media yang dapat memvisualkan materi seperti gambar. Saya juga kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
5.
Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?
6.
Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan.
7.
Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas VIII di SMPLB Dena-UpakaraWonosobo? Apakah sajakah media pembelajaran yang sering anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas VIII di SMPLB DenaUpakaraWonosobo?
8.
9.
Apakah jenis media pembelajaran yang sering digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia?
10.
Media pembelajaran seperti apakah yang tepat digunakan sebagai sarana penyampaian materi untuk kelas VIII di SMPLB Dena-UpakaraWonosobo?
menggunakan model mindmap untuk menggali pengetahuan dan pengalaman mereka. Jika pada pelajaran bahasa Indonesia, masalah yang sering saya temukan adalah para siswa tunarungu yang masih kesulitan untuk menyusun kalimat. Mereka selalu keliru menempatkan kedudukan fungsi dari tiap kata, misalnya predikat tertukar dengan subjek atau subjek tertukar dengan keterangan, dll. Saya selalu membiasakan mereka untuk membuat kalimat seperti kalimat tanya, kalimat berita, bahkan saya kadang melatih mereka untuk dapat mengarang. Cara ini dapat memberikan informasi tentang kesulitan-kesulitan mereka saat proses menulis. Sumber belajar yang sering saya gunakan adalah koran, majalah, novel, buku paket bahasa Indonesia bahkan internet. Media yang memiliki gambar dengan warna-warna yang menarik. Biasanya mereka tertarik dengan melihat warnanya terlebih dahulu. Ketika mereka tertarik, mereka semakin penasaran untuk menggunakan media tersebut. Gambar-gambar yang menarik. Media tersebut mudah, terjangkau, dan memiliki warna yang menarik. Menurut saya, media yang harus menarik visual para. Karena mereka hanya mengandalkan visual mereka sehingga media yang memiliki warna yang menarik akan lebih membuat mereka tertarik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
11.
Apakah harapan anda berkaitan dengan media pembelajaran khusus untuk siswa tunarungu kelas VIII di SMPLB DenaUpakaraWonosobo?
menggunakannya. Harapan saya tentang media pembelajaran khusus untuk siswa tunarungu disini adalah beragamnya media pembelajaran yang lebih nyata, mampu menggali pengalaman mereka, dan cocok untuk pengalaman meraka. Penggunaan media seperti karakteristik yang saya sebutkan tadi, sangat penting untuk para siswa tunarungu disini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
Lampiran 7 Hasil observasi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
Lampiran 8 Hasil validasi ahli media 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
Lampiran 9 Hasil validasi ahli media 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
Lampiran 10 Hasil validasi guru Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
Lampiran 11 Hasil validasi ahli pembelajaran Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
Kekeliruan Pembenaran Puisi adalah salah satu bentuk Puisi adalah salah satu bentuk kasusastraan........... kesusastraan........... .......dengan mengkonsentrasikan.......... .......dengan mengonsentrasikan.......... ...mengkonsentrasikan struktur fisik..... ...mengonsentrasikan struktur fisik..... Penambahan contoh puisi beserta analisisnya PadaMu Jua Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padaMu Sepeti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati. Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas. Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padaMu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai. KasihMu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Mati hari - bukan kawanku . . . .
Amir Hamzah, Nyanyi Sunyi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
Analisis Struktur Puisi Struktur Fisik Struktur Batin g. Diksi: Pemilihan kosakata yang e. Tema: Puisi di atas mengandung memiliki makna. tema Ketuhanan karena Contoh: kandil kemerlap, suara menunjukkan manusia yang sayup, mati hari, balik tirai, gila merindukan akan Tuhan sebagai sasar, bertukar tangkap, dll. penciptanya. h. Pengimajinasian: susunan kata-kata f. Nada dan Suasana: Nada dan yang dapat mengungkapkan suasana yang dibangun oleh penyair pengalaman sensoris, seperti adalah nada memohon dengan penglihatan, pendengaran, dan suasana sedih dan rindu. perasaan. g. Perasaan: Penyair menggambarkan Contoh: Kaulah kandil kemerlap perasaan yang penuh dengan Pelita jendela di malam kerinduan dan kesedihan. Gelap melambai pulang h. Amanat: pesan yang ingin perlahan/ disampaikan oleh penyair adalah i. Kata Konkret: kata-kata yang dapat jangan pernah berhenti untuk ingat menyaran kepada arti yang kepada Tuhan, selalu memohon menyeluruh. kepada Tuhan. Contoh: / Sayang berulang padaMu jua/ j. Majas: bahasa kiasan Contoh: Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap k. Versifikasi: bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma Contoh: Engkau cemburu Engkau ganas l. Tipografi: larik-larik puisi Contoh: Satu kekasihku, Aku manusia, Rindu rasa, Rindu rupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
Lampiran 12 Rekapitulasi validasi media oleh ahli media REKAPITULASI MEDIA “SCRABBLE” BAHASA INDONESIA OLEH AHLI MEDIA
No. 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Aspek yang Dinilai Kekreatifan pembuatan media “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata. Kemenarikan media “Scrabble” digunakan dalam proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan warna antara papan “Scrabble”, keping huruf, dan kartu topik. Kesesuaian ukuran papan “Scrabble” dengan keping huruf (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar). Media “Scrabble” mudah untuk disimpan. Media “Scrabble” mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif. Kemudahan penggunaan media “Scrabble” untuk menunjang belajar kosakata bahasa Indonesia. Kejelasan petunjuk penggunaan media “Scrabble”. Media “Scrabble” cocok digunakan untuk siswa berkarakteristik belajar visual. Media “Scrabble” mampu meningkatkan kualitas belajar siswa. Media “Scrabble” memiliki potensi keberhasilan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Media “Scrabble” mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Total Skor Rerata Skor Rata-rata Keterangan
Skor Validasi Validasi 1 2 5 5 4
5
4
5
4
5
4 5
5 5
4
5
4 4
5 5
4
5
4
5
4
5
50 4,16
60 5,0
4,58 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
Lampiran 13 Rekapitulasi validasi media oleh guru Bahasa Indonesia REKAPITULASI VALIDASI MEDIA “SCRABBLE” BAHASA INDONESIA OLEH GURU BAHASA INDONESIA
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Aspek yang Dinilai
Skor Validasi
Kekreatifan pembuatan media “Scrabble” sebagai media untuk memperkaya kosakata. Kemenarikan media “Scrabble” digunakan dalam proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan warna antara papan “Scrabble”, keping huruf, dan kartu topik. Kesesuaian ukuran papan “Scrabble” dengan keping huruf (tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar). Media “Scrabble” mudah untuk disimpan. Media “Scrabble” mampu menciptakan pembelajaran yang interaktif. Kemudahan penggunaan media “Scrabble” untuk menunjang belajar kosakata bahasa Indonesia. Kejelasan petunjuk penggunaan media “Scrabble”. Media “Scrabble” cocok digunakan untuk siswa berkarakteristik belajar visual. Media “Scrabble” mampu meningkatkan kualitas belajar siswa. Media “Scrabble” memiliki potensi keberhasilan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Media “Scrabble” mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Total Skor Rerata Skor Keterangan
5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 51 4,25 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
Lampiran 14 Rekapitulasi uji coba produk REKAPITULASI UJI COBA MEDIA OLEH KELOMPOK KECIL SISWA TUNARUNGU KELAS VIIII SMPLB DENA-UPAKARAWONOSOBO No. 1. 2. 3. 4.
Aspek yang Dinilai Kemenarikan media pembelajaran Komposisi warna dan desain media Kesesuaian ukuran papan dan keping huruf. Ketertarikan penggunaan media pembelajaran. Kemudahan penggunaan media pembelajaran. Keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu. Menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu.
5. 6. 7.
8. Total Rata-rata skor
Rerata Skala 3,0 3,0 4,0 4,0
Kriteria Penilaian Tidak Baik Tidak Baik Baik Baik
4,0
Baik
5,0
Sangat Baik
5,0
Sangat Baik
4,5 32,5 4,06
Sangat Baik Sangat Baik
REKAPITULASI VALIDASI MEDIA OLEH KELOMPOK BESAR SISWA TUNARUNGU KELAS VIIII SMPLB DENA-UPAKARAWONOSOBO No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek yang Dinilai Kemenarikan media pembelajaran Komposisi warna dan desain media Kesesuaian ukuran papan dan keping huruf. Ketertarikan penggunaan media pembelajaran. Kemudahan penggunaan media pembelajaran. Keberhasilan dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Menumbuhkan minat belajar siswa tunarungu. Menumbuhkan keaktifan siswa tunarungu.
8. Total Rata-rata skor
Rerata Skala 3,62 4,25 3,25 3,75
Kriteria Penilaian Baik Sangat Baik Baik Baik
3,12
Baik
3,37
Baik
3,37
Baik
3,37 28 3,51
Baik Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
Lampiran 15 Tabel Penskoran Kelompok Kecil dan Besar Tabel Penskoran “Scrabble” bahasa Indonesia Kelompok Kecil No. Kata yang terbentuk Jumlah Skor 1. Percakapan 3+2+(2x2)+3+2+3+2+3+(2x2)+3= 28 2. Tokoh 3+2+3+2+3=13 3. Tema 3+2+3+2=10 4. Karakter (2x2)+2+3+2+3+3+2+3=22x2=44 5. Latar 3+2+3+(2x3)+3=17 6. Judul 3+2+3+(2x3)+3=17x2=34 7. Sifat 3+2+3+2+3=13x2=26 Total Pemerolehan Skor 28+13+10+44+17+34+26=172 Tabel Penskoran “Scrabble” bahasa Indonesia Kelompok Besar Pertama No. Kata yang terbentuk Jumlah Skor 1. Warna 3+2+3+2+3=13x2=26 2. Terang (3x2)+2+3+2+3+2=18x2=36 3. Gambar 3+2+3+3+2+3=16x2=32 4. Menarik 3+2+(3x2)+2+3+(2x3)+3=25x2=50 5. Tema (3x2)+2+3+2=13 6. Gelap 3+2+3+2+3=13 Total Pemerolehan Skor 26+36+32+50+13+13=170 Tabel Penskoran “Scrabble” bahasa Indonesia Kelompok Besar Kedua No. Kata yang terbentuk Jumlah Skor 1. Tulisan (3x2)+2+3+2+3+2+(3x2)=23 3. Bahasa (3x2)+2+3+2+3+2=18 4. Penutup 3+2+3+2+3+2+3=18 5. Kepada (3x3)+2+3+2+3+2=21 6. Pembuka 3+(2x3)+3+3+2+3+2=22 7. Kalimat 3+2+3+2+(3x3)+2+3=24 8. Undangan 2+3+3+(2x3)+3+3+2+3=25x3=75 9. Kop Surat (3x3)+2+3+(3x2)+2+3+2+3=30 10. Isi Surat 2+(3x3)+2+3+2+3+2+3=26x2=52 11. Tanggal Surat 3+2+3+(3x3)+3+2+3+(3x3)+2+3+2+3=44 Total Pemerolehan Skor 23+18+18+21+22+24+75+30+52+44=327
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
Lampiran 16 Angket umpan balik kelompok kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
Lampiran 17 Angket umpan balik kelompok besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 18 Silabus dan RPP
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai
: SMPLB Dena-UpakaraWonsobo : Bahasa Indonesia : VIII (Delapan) / 2 (Dua) : Menulis 16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas
Materi Pembelajaran Penulisan puisi bebas dengan pilihan kata yang sesuai
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
o Membaca Mampu berbagai mendata objek puisi, kemuyang akan dian dijadikan mendaftar bahan menulis topik yang puisi akan Menulis puisi diangkat dengan sebagai menggunakan puisi pilihan kata o Bertanya yang tepat jawab untuk
Penilaian Teknik Penilaian Portofolio
Bentuk Instrumen Lembar penilaian protofolio
Contoh Instrumen Tulislah sebuah puisi berdasark an objek tertentu dengan pilihan kata yang tepat! Suntingla h puisimu
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
4 X 40’
Buku Teks Gambar Foto Lingkung an
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menentukan puisi yang akan ditulis o Mengamati objek, mendata objek yang akan dijadikan bahan penulisan puisi o Mendeskrip sikan objek dalam lariklarik puitis o Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat o Menyunting sendiri pilihan kata yang terdapat di dalam puisi
sehingga menjadi lebih puitis! Cermatila h komentar gurumu dan atau temanmu untuk perbaikan puisi yang kamu hasilkan!
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang ditulis agar bersifat puitis
Karakter siswa yang diharapkan Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) 16.2 Menulis Penulisan puisi o Membaca Mampu puisi bebas bebas dengan berbagai mendata objek dengan memperhatikan puisi untuk yang akan memunsur mendaftar dijadikan perhatikan persajakan topik yang bahan untuk unsur persaakan diangpenulisan puisi jakan kat sebagai Mampu puisi mendeskripsika o Bertanya n objek dalam jawab untuk larik-larik yang menentukan bersifat puitis puisi yang akan ditulis o Mengamati objek dan mendata objek yang
Portofolio
Lembar penilaian protofolio
Tulislah sebuah puisi dengan berdasark an topik tertentu dengan persajaka n yang tepat! Suntingla h puisimu sehingga menjadi lebih puitis!
2 X 40’
Buku Teks Gambar Foto Lingkung an
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan dipuisikan o Mendeskrip sikan objek dalam lariklarik yang bersifat puitis o Menulis puisi dengan memperhatikan unsur persajakan o Menyunting puisi yang ditulis sendiri Karakter siswa yang diharapkan Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility )
Cermatila h komentar gurumu dan atau temanmu , kemudian tuliskan perasaan mu atas proses penulisan puisi yang kamu lakukan!
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BAHASA INDONESIA Satuan Pendidikan Kelas/ Semester Pertemuan Alokasi Waktu
I.
: SMPLB Dena–Upakara : VIII/ II : 1 x pertemuan : 4 x 40 menit
STANDAR KOMPETENSI
16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas II.
KOMPETENSI DASAR
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. III.
INDIKATOR
Pengetahuan 3.1 Mampu menentukan objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. 3.2 Mampu memilih objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. Sikap 3.3 Mampu menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas. 3.4 Mampu menunjukan sikap perhatian dalam mengerjakan tugas. Keterampilan 3.5 Mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. 3.6 Mampu membuat puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. IV.
TUJUAN
Pengetahuan 4.1 Selama proses pembelajaran, siswa dapat menentukan objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
4.2 Selama proses pembelajaran, siswa dapat memilih objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. Sikap 4.3 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas. 4.4 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap perhatian dalam mengerjakan tugas. Keterampilan 4.5 Selama proses pembelajaran, siswa dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. 4.6 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat membuat puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. V.
MATERI POKOK Puisi (materi terlampir)
VI.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model
: Pembelajaran Langsung
Metode
: Kelompok
VII.
KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan
Pendahuluan
Alokasi Waktu - Guru mengucapkan salam dan menunjuk 10 menit salah satu siswa untuk memimpin doa serta melakukan absensi Apersepsi: - Guru bertanya tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
Kegiatan Inti
Penutup
VIII.
Motivasi: - Guru mengajak siswa bertanya jawab tentang kesenian Orientasi: - Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran/kompetensi yang akan dicapai siswa Eksplorasi: 60 menit - Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai puisi. - Siswa secara berkelompok menentukan topik yang akan diangkat sebagai puisi melalui kartu tema. Elaborasi: - Siswa secara berkelompok mencari kata-kata yang berkaitan dengan tema yang dipilih melalui permainan “Scrabble”. - Siswa mengelompokan kata-kata yang sudah didapat melalui permainan “Scrabble”. - Siswa memilih kata-kata sudah didapat untuk dijadikan puisi. - Siswa membuat puisi sesuai dengan kata-kata yang telah dipilih. Konfirmasi: - Siswa dan guru membahas puisi yang sudah dibuat. - Guru memberikan penguatan. - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum jelas. - Guru dan siswa membuat simpulan mengenai 10 menit pembelajaran. - Guru dan siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran - Guru menutup pembelajaran
SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN Sumber: Sawali. Susanto. 2010. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Media Pembelajaran: “Scrabble” bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
IX.
PENILAIAN
Ranah Penilaian Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Indikator 3.1 Menentukan objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi.
Jenis Penilaian Tes
3.2 Memilih objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. 3.3 Menunjuk- Non Tes kan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas. 3.4 Menunjukkan sikap perhatian dalam mengerjakan tugas. 3.5 Menulis Non Tes puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. 3.6 Membuat puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat.
Teknik
Instrumen
Tertulis
Soal
Pengamatan
Lembar Pengamatan
Pengamatan
Lembar Pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
Yogyakarta, 13 Mei 2016 Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Kelas VIII
............................................
.............................................
Peneliti
Stefanus Candra Saputra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
LAMPIRAN 1
Materi Pembelajaran 1. Pengertian Puisi Puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. 2. Unsur-unsur yang membangun puisi Unsur-unsur yang membangun puisi ada dua, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi terdiri diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi. Baris-baris dalam puisi dibedakan dari prosa karena setiap baris puisi menunjukan adanya enjambemen, yakni kesenyapan yang menunjukan bahwa setiap baris puisi memngungkapkan kesatuan makna yang belum tentu harus menjadi bagian dari kesatuan makna baris berikutnya. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Contoh: PadaMu Jua Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padaMu Sepeti dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati. Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas. Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padaMu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai. KasihMu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Mati hari - bukan kawanku . . . . Amir Hamzah, Nyanyi Sunyi Struktur Fisik a. Diksi: Pemilihan kosakata yang memiliki makna Contoh: kandil kemerlap, suara sayup, mati hari, balik tirai, gila sasar, bertukar tangkap, dll. b. Pengimajinasian:
susunan
kata-kata
yang
dapat
mengungkapkan
pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
Contoh: /Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan/ c. Kata Konkret: kata-kata yang dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Contoh: / Sayang berulang padaMu jua/ d. Majas: bahasa kiasan Contoh: Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap e. Versifikasi: bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma Contoh: Engkau cemburu Engkau ganas f. Tipografi: larik-larik puisi Contoh: Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rindu rupa Struktur Batin: a. Tema: Puisi di atas mengandung tema Ketuhanan karena menunjukkan manusia yang merindukan akan Tuhan sebagai penciptanya. b. Nada dan Suasana: Nada dan suasana yang dibangun oleh penyair adalah nada memohon dengan suasana sedih dan rindu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
c. Perasaan: Penyair menggambarkan perasaan yang penuh dengan kerinduan dan kesedihan. d. Amanat: pesan yang ingin disampaikan oleh penyair adalah jangan pernah berhenti untuk ingat kepada Tuhan, selalu memohon kepada Tuhan. Waluyo Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga
LAMPIRAN 2 Penilaian a. Penilaian Pengetahuan Indikator
Teknik Penilaian Instrumen
3.1 Menentukan objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. 3.2 Memilih objek yang akan dijadikan bahan menulis puisi. Tertulis Soal
Coba kerjakan dengan tepat di buku tugasmu! 1. Tentukanlah objek yang ada di kartu tema, kemudian pilihlah objek yang paling menarik untuk dijadikan sebagai bahan penulisan puisi! 2. Berdasarkan objek yang telah kamu pilih, datalah kata-kata yang berkaitan dengan objek tersebut melalui permainan “Scrabble”. 3. Deskripsikan objek pilihanmu berdasarkan data yang telah kamu catat ke dalam larik-larik puisi! Setelah itu, berilah judul yang menarik!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
b. Penilaian Sikap Indikator
3.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas. 3.4 Menunjukan sikap perhatian dalam mengerjakan tugas. Pengamatan Lembar Pengamatan
Teknik Penilaian Instrumen
Lembar Pengamatan Berilah tanda (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa! Nama :
No. Absen : Penilaian Baik Sekali (A)
Kriteria
Baik (B)
Cukup (C)
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru Memperagakan media pembelajaran sesuai intruksi Mengerjakan soal dengan rapi Mengerjakan soal sampai selesai Mengikuti pelajaran di kelas dengan baik
Pedoman Skor :
A = memenuhi ≥4 aspek penilaian B = memenuhi 3 aspek penilaian C = memenuhi 2 aspek penilaian D = memenuhi 1 aspek penilaian
Perlu Bimbingan (D)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203
c. Penilaian Keterampilan Indikator
3.5 Menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. 3.6 Membuat puisi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat. Pengamatan Lembar Pengamatan
Teknik Penilaian Instrumen
Lembar Pengamatan Berilah tanda cek (√) sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa!
No
Nama
Tema yang dipilih menarik
Aspek yang dinilai Larik-larik Isi puisi puisi mengandung menggunakan makna dan kata sesuai pesan objek yang didata
Dikumpul kan tepat waktu
Total Cek
Kriteria Penilaian : Baik Sekali (A) 5 Siswa mampu memenuhi ≥ 4 aspek penilaian
Baik (B) 4 Siswa mampu memenuhi 3 aspek penilaian
Cukup (C) 2 Siswa mampu memenuhi 2 aspek penilaian
Perlu Bimbingan (D) 1 Siswa hanya mampu memenuhi 1 aspek penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 19 Rancang bidang Rancang Bidang Media Pembelajaran “Scrabble” bahasa Indonesia No. Komponen Media Pembelajaran 1. Kerangka Papan
-
Bahan Kayu
-
Alat Paku Palu Alat pengasah Gergaji
Keterangan Kayu dipotong dengan gergaji menjadi delapan bagian, yaitu empat bagian berukuran 45 cm dan empat bagian berukuran 23 cm. Kemudian kayu tersebut dihaluskan dengan alat pengasah sehingga kayu lebih halus. Setelah itu, kayu tersebut dibentuk menjadi kotak persegi dengan ukuran 23 cm x 45 cm.
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Komponen Media Pembelajaran 2. Papan “Scrabble” dan keping huruf
3.
Pemasangan papan pada kerangka papan
-
-
Bahan Triplek
Triplek Kerangka papan
-
-
Alat Cutter Penggaris besi
Keterangan Triplek diukur menggunakan penggaris besi dengan ukuran 22 cm x 44 cm untuk ukuran papan “Scrabble” dan ukuran 2,8 cm untuk keping hurufnya. Setelah diukur, triplek kemudian dipotong menggunakan cutter.
Alat pahat Kerangka papan yang sudah jadi kemudian dipahat bagian sisi-sisi dari kerangka. Pemahatan bertujuan untuk memasukkan papan triplek ke dalam kerangkan papan.
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Komponen Media Pembelajaran 4. Pemasangan engsel
5.
Pengecatan papan dan keping huruf
-
-
Bahan Engsel Kerangka papan
Kerangka papan Keping huruf
-
-
Alat Obeng Baut
Keterangan Kerangka papan yang sudah jadi kemudian disatukan menggunakan engsel. Kerangka papan tersebut menjadi kerangka papan seperti catur yang dapat dibuka dan ditutup.
Cat semprot
Kerangka papan dan keping huruf kemudian diwarnai menggunakan cat semprot berwarna hitam flat. Pengecatan tersebut tidak boleh langsung terkena sinar matahari karena akan menyebabkan warna cat menjadi tidak merata dan kasar.
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Komponen Media Pembelajaran 6. Pemasangan pembatas
-
Bahan Papan “Scrabble” Kayu
-
7.
Pemasangan pengait
-
-
Papan “Scrabble” Plastik bekas, misalnya paralon, botol, dll. Paku Paku payung
Alat Gergaji Alat pengasah Penggaris besi Paku Palu
Keterangan Kayu dipotong menggunakan gergaji menjadi tiga bagian dengan ukuran ± 22 cm. Kemudian, kayu tersebut dihaluskan menggunakan alat pengasah. Setelah itu, kayu dimasukkan ke bagian dalam kerangka papan. Pembatas berfungsi sebagai tempat untuk keping huruf, kartu topik, dan petunjuk penggunaan.
Gunting Spidol Palu
Membuat pengait yang berfungsi sebagai kunci untuk menutup papan sehingga papan tidak mudah terbuka. Pengait dibuat dari plastik bekas, misalnya paralon, botol, dll. Plastik bekas digambar membentuk seperti tanda tanya. Kemudian, bentuk tersebut dipotong dengan gunting. Setelah itu, pengait dipaku di bagian atas sedangkan paku payung 207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Pemasangan stiker
-
Papan “Scrabble” Keping huruf Stiker papan Stiker timbul huruf
Cutter Penggaris besi
dipasang tepat di bawah pengait tersebut dipasang. Stiker papan berukuran 22 cm x 44 cm dipasang pada papan “Scrabble”. Kemudian, pemasangan stiker timbul huruf berukuran 2,5 cm dipasang pada keping huruf.
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
Lampiran 20 Surat izin penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210
Lampiran 21 Surat izin validasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211
Lampiran 22 Dokumentasi Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Stefanus Candra Saputra anak pertama dari empat bersaudara, lahir di kota Kebumen pada tanggal 03 Agustus
1991.
Pada
tahun
ajaran
2002/2003
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Grenggeng, kemudian pada tahun ajaran 2005/2006 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Pius Bakti Utama Gombong, dan pada tahun ajaran 2008/2009 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMP Pius Gombong. Pada tahun 2012, peneliti melanjutkan studi di Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama menjadi mahasiswa PBSI, penulis aktif mengikuti dan terlibat aktif di berbagai kegiatan baik di dalam prodi maupun di luar prodi. Pada tahun 2015 penulis menjadi ketua Studi Lapangan PBSI Tahun 2015, penulis juga menjadi panitia dalam penyelenggaraan Seminari Nasional Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXXVII 2015.
213