PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA PUSPARATRI DALAM NOVEL PUSPARATRI: GAIRAH TARIAN PEREMPUAN KEMBANG KARYA NURUL IBAD, MS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII SEMESTER I (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Wahyu Mintarsih 101224066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA PUSPARATRI DALAM NOVEL PUSPARATRI: GAIRAH TARIAN PEREMPUAN KEMBANG KARYA NURUL IBAD, MS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII SEMESTER 1 (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Wahyu Mintarsih 101224066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: Kedua orang tua saya Bapak Hariyono dan Ibu Murniyanti yang selalu mendoakan dan selalu memberikan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini. Adikku Rima Sekar Melati dan orang yang terkasih Burhanudin.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
Kegagalan bukan untuk ditangisi, tetapi jadikan pengalaman yang berharga untuk tetap berusaha dalam menggapai kemenangan
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Mintarsih, Wahyu. 2016. “Konflik Batin Tokoh Utama Pusparatri dalam Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang Karya Nurul Ibad, Ms dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester I (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang konflik batin tokoh utama Pusparatri dalam novel Pusparatari: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nuul Ibad tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Pusparatari: Gairah Tarian Perempuan Kembang untuk mengetahui konflik batin tokoh utama Pusparatri dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mengungkapkan alur, tokoh, penokohan, latar, psikologi novel, dan konflik batin tokoh utama. Novel ini menggunakan alur mundur karena menceritakan tahun 1961. Tokoh utama dalam novel ini adalah Pusparatri, serta tokoh tambahan Gus Rukh, Nyi Poniyem, Demang Wonokromo, Bilqis, Margono, Raden Mas Jayakesuma, Herman, Karenina, dan Paijo. Watak dari Pusparatri adalah pemberani, patang menyerah, pendirian yang kuat, dan wanita yang baik. Peristiwa terjadi ketika Pusparatri harus menjalani kehidupan yang penuh dengan penderitaan pada tahun 1961 di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Latar sosial digambarkan dari Pusparatri yang memiliki darah keturunan kerajaan. Pusparatri memiliki kepercayaan, cara berfikir yang masih kuno, dan tradisi. Novel ini juga menceritakan tentang sepak terjang Gus Ruk dalam menyadarkan kepentingan agama. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa konflik batin tokoh utama adalah timbulnya rasa takut, tidak percaya diri, dan rasa marah yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis, tidak terpenuhinya kebutuhan rasa aman, tidak terpenuhinya kebutuhan akan cinta dan keberadaan, tidak terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan, dan tidak terpebuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri pada tokoh Pusparatri. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun Silabus dan RPP untuk menghubungan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran sastra kelas XII semester 1.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Mintarsih, Wahyu. 2016. “The Inner Conflict of the Main Figures Puspitaratri in Novel Pusparatri: the Passion of Flower Girl Dance by Nurul Ibad, Ms and Its Relevance for Learning Materials of Literature in High School for 12th Grader in Semester 1 (A Literature Review of Psychology)”. Thesis. Yogyakarta: PBSI. Guidance and Counseling. Sanata Dharma University. This study examines the inner conflict of the main character, Pusparatri, in the novel Pusparatari: the Passion of Flower girl dance by Uul Ibad. The purpose of this study is to describe the plot, characters, characterizations, and the background of the novel Pusparatari: the Passion of Flower girl dance to find out the inner conflict of the main character, Pusparatri, and its relevance as learning literature for 12th grader in high school. This research is qualitative. The research method is used is descriptive analysis, in which it is to reveal the plot, characters, characterizations, background, psychological novel, and the inner conflict of the main character. The plot in this novel is told in flashback as in 1961. The main character in this novel is Pusparatri, as well as additional characters such as Gus Rukh, Mrs. Poniyem, Demang Wonokromo, Bilqis, Margono, Raden Mas Jayakesuma, Herman, Karenina, and Paijo. Pusparatri character is intrepid, give up, strong stance, and good woman. Events occur when Pusparatri must live a suffering life in 1961 in Tulungagung district, East Java. The social background described through Pusparatri whose royal ancestry. Pusparatri have thrust and an old-fashioned and traditional way of thinking. The novel also tells the story of Gus Ruk's lunge in resuscitating interest of religion. From the conlusion of the data analysis, the inner conflict of the main character is the emergence of fear, no confidence, and anger caused by nonfulfillment of physiological needs, security, love and presence, honor, and selfactualization on Pusparatri's character. Based on the results of the study, the researcher compiled a syllabus and lesson plans for linking the inner conflict with the Competency Standards and Basic Competency in learning literature for 12th grader semester 1.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yan berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama Pusparatri dalam Novel Pusparatri karya Nurul Ibad, Ms dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester I (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)” diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Berkat doa, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PBSI yang selalu memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi. 2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama yang dengan sabar memberikan pengarahan dari awal sampai penyusunan skripsi ini selesai. 3. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang dengan teliti membimbing dari awal sampai penyusunan skripsi ini selesai. 4. Semua dosen PBSI yang telah membantu peneliti dalam belajar di program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. 5. Robertus Marsidiq yang telah membantu kelancaran peneliti dalam mengurus segala keperluan yang digunakan untuk keperluan skripsi. 6. Kedua orang tua, Hariyono dan Murniyanti yan selalu mendoakan dan memberia dukunan kepada peneliti. 7. Adik peneliti dan orang terkasih peneliti, Rima Sekar Melati dan Burhanudin yang selalu memberikan semangat dan mengingatkan segera menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat angkatan 2010, Etik Sailah, Beti Meliana, Natalia Harsanti, Cecilia Evi, Gregoria Septi, Vanio Praba, dan Kristin Anggraeni
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang selalu memberikan semangat dan memberikan canda tawanya untuk peneliti dalam mengerjakan skripsi ini. 9. Seluruh teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan. 10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu pada kesempatan ini. Akhir kata peneliti berharap skripsi ini memberi manfaat bagi pembelajaran sastra. Yogyakarta, 26 Februari 2016 Peneliti
Wahyu Mintarsih
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... MOTO ................................................................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................... ABSTRAK ............................................................................................................ ABSTRACK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI .........................................................................................................
i ii iii iv v vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 1.5 Batasan Penelitian ............................................................................................ 1.6 Sistematika Penelitian ......................................................................................
1 1 4 4 5 6 8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................................... 2.1 Kerangka Teori................................................................................................. 2.2.1 Hakikat Novel ............................................................................................... 2.2.2 Unsur-Unsur Instrinsik .................................................................................. 2.2.2.1 Alur ................................................................................................... 2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan ....................................................................... 2.2.2.3 Latar .................................................................................................. 2.3 Psikologi Sastra ................................................................................................ 2.4 Teori Kepribadian ............................................................................................ 2.5 Teori Psikologi Abraham Maslow ................................................................... 2.6 Konflik Batin .................................................................................................... 2.7 Pembelajaran Sastra di SMA ........................................................................... 2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ............................................................ 2.9 Silabus .............................................................................................................. 2.10 Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP) ......................................................
10 10 12 12 13 13 18 20 22 24 27 32 34 36 40 43
xii
vii viii ix x xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................................................... 3.2 Sumber Data ..................................................................................................... 2.3 Instrumen Penelitian......................................................................................... 3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................
46 46 46 48 48 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 4.1 Deskripsi Data .................................................................................................. 4.2 Analisis Alur .................................................................................................... 4.2.1 Paparan ................................................................................................. 4.2.2 Rangsangan .......................................................................................... 4.2.3 Gawatan................................................................................................ 4.2.4 Tikaian.................................................................................................. 4.2.5 Rumitan ............................................................................................... 4.2.6 Klimaks ................................................................................................ 4.2.7 Leraian.................................................................................................. 4.2.8 Selesaian ............................................................................................... 4.3 Analisis Tokoh Utama dan Penokohan ............................................................ 4.3.1 Tokoh Utama........................................................................................ 4.3.2 Tokoh Tambahan ................................................................................. 4.4 Analisis Latar ................................................................................................... 4.4.1 Latar Tempat ........................................................................................ 4.4.2 Latar Waktu .......................................................................................... 4.4.3 Latar Sosial........................................................................................... 4.5 Analisis Konflik Batin Menggunakan Teori Psikologi Abraham Maslow ...... 4.5.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisiologis .......................................... 4.5.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman............................... 4.5.3 Tidak Terpenuhimya Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan ............ 4.5.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Penghargaan ............................ 4.5.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ........................ 4.6 Konflik Batin Akibat Tidak Terpenuhinya Kebutuhan-Kebutuhan Dasar Tokoh Pusparatri............................................................................................. 4.6.1 Rasa Takut ............................................................................................ 4.6.2 Tidak Percaya ....................................................................................... 4.6.3 Rasa Marah........................................................................................... 4.7 Relevansi Hasil Analisis Konflik Tokoh Utama dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester 1 .............................................................................. 4.7.1 Aspek Bahasa ....................................................................................... 4.7.2 Aspek Perkembangan Psikologi Siswa ................................................
50 50 50 51 51 52 53 54 55 55 56 57 57 64 80 80 84 88 91 92 93 94 95 96
xiii
98 98 99 99 100 101 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.7.3 Aspek Latar Belakang Busaya ............................................................. 4.9 Silabus .............................................................................................................. 4.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..............................................................
103 104 104
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 5.2 Implikasi ........................................................................................................... 5.3 Saran .................................................................................................................
106 106 108 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ LAMPIRAN I SILABUS ..................................................................................... LAMPIRAN II RPP ............................................................................................. LAMPIRAN III LEMBAR SOAL ...................................................................... LAMPIRAN IV PENILAIAN ............................................................................. LAMPIRAN V MATERI PEMBELAJARAN .................................................. LAMPIRAN PENGGALAN NOVEL ................................................................
110 112 113 115 123 129 135 137
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan seni. Sastra adalah hasil karya yang memiliki keindahan dan berguna untuk manusia. Seorang sastrawan harus mampu mempergunakan bahasa untuk menyampaikan pengalaman keindahannya di samping pandangan hidupnya. Bahasa yang digunakan sehari-hari bukanlah bahasa sastra. Bahasa sastra merupakan bahasa yang khusus hasil susunan dari sastrawannya. Bahasa sastra itulah yang dikatakan karya seni. Seorang pelukis memperlihatkan keindahan melalui gerakan tubuhnya. Seorang pelukis memperlihatkan keindahan melalui warna dan susunan bentuk. Seorang sastrawan memperlihatkan keindahan melalui bahasanya. Bahasa adalah bahan pokok kesusastraan. Tidak ada sastra tanpa bahasa (Sumardjo, 1984: 7). Pembelajaran sastra tidak akan pernah lepas dari pembelajaran Bahasa Indonesia, karena bahasa adalah bahan pokok pembelajaran sastra. Pembelajaran dan pengajaran sastra saling berkaitan tidak bisa dilepaskan karena sangatlah penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan memiliki relevansi-relevansi dalam dunia nyata. Dunia pendidikan saat ini sangat membutuhkan solusi yang tepat untuk menunjukkan bahwa sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata. Sehingga pengajaran sastra dapat dilakukan dengan cara tepat dan relevan dalam bahan ajarnya, pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan sumbangan untuk memecahkan masalah dalam masyarakat (Rahmanto, 1988: 15).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Menurut Rahmanto (1988: 16), pengajaran sastra mempunyai empat manfaat yang dapat ditujukan untuk dunia pendidikan. Manfaat yang pertama adalah pengajaran bahasa dapat membantu ketrampilan dalam berbahasa. Kedua, pengajaran bahasa dapat meningkatkan pengetahuan budaya. Ketiga, pengajaran bahasa dapat mengembangkan cipta dan rasa. Keempat, pengajaran bahasa dapat menunjang pembentukan watak. Menurut Rahmanto (1989: 27), pemilihan bahan ajar dalam pengajaran sastra harus tepat. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan ajarnya. Aspek pertama,yaitu pengajaran dari sudut bahasa. Kedua, pengajaran dari segi kematangan jiwa (psikologi). Ketiga, pengajaran dari latar belakang kebudayaan para siswa. Jika dilihat dari ketiga aspek tersebut, pemilihan bahan ajar untuk pengajaran sastra sangat kompleks dan harus bisa merelevansikan bahan yang digunakan untuk siswa. Oleh karena itu, penulis mencoba memanfaatkan bahan pembelajaran yang menarik bagi siswa sesuai dengan tahap psikologi siswa. Berdasakan hal tersebut, penulis mencoba menemukan relevansi dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad, MS dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA). Peneliti memilih novel PUSPARATRI: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, MS karena menarik untuk diteliti terutama digambarkan dalam tokoh utama bernama Pusparatri. Nama asli dari Pusparatri adalah Roro Qadsyia Pusparatri. Nama Roro diberikan karena Pusparatri adalah anak keturunan Raja Mataram, yakni Raden Mas Joyokesuma dan ibu perempuan kembang bernama Retno Kesambi. Ibunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
hanyalah seorang istri simpanan raja. Maka dari itu Pusparatri jarang bertemu dengan ayahnya. Setelah ibunya meninggal, Pusparatri hanya tinggal dengan Nyi Poniyem. Nyi Poniyem adalah pembantu setia dari keluarga Pusparatri. Pusparatri adalah perempuan kuat dan teguh dengan pendiriannya. Hidupnya penuh dengan kesedihan dan kesengsaraan sebagai seorang anak raja. Pusparatri sering mengalami konflik batin dalam kehidupannya. Salah satunya adalah ketika dia harus menikah dengan Demang Wonokromo di usia yang masih sangat muda yaitu, 10 tahun. Usia yang sangat belia Pusparatri menikah dan menjadi istri kelima dari Demang Wonokromo. Dia harus melayani sang suami dengan penuh kengerian. Akhirnya Pusparatri bercerai dengan suaminya dan menjadi seorang pelacur. Dia melayani laki-laki yang sedang membutuhkan cinta darinya. Selama menjadi pelacur, Pusparartri bertemu dengan Gus Rukh, tokoh agama yang masih muda dan memiliki ketampanan. Pertemuan ini, ia mendapatkan seorang anak yang bernama Bilqis. Sampai bilqis besar, dia tidak pernah tahu siapa bapaknya karena Pusparatri tidak pernah memberi tahunya. Konflik yang dialami Pusparatri, khususnya konflik batin membuat peneliti ingin meneliti novel PUSPARATRI: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms. Penelitian konflik batin dalam tokoh Pusparatri menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra dapat mengkaji dan menemukan hal-hal yang terjadi dalam novel. Aliran psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi menurut Abraham Maslow tentang kebutuhan manusia. Menurut Maslow kebutuhan manusia ada lima tingkatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Kebutuhan paling dasar adalah kebutuhan fisologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan saling memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Peneliti memilih teori psikologi menurut Abraham Maslow, karena tidak terpenuhinya kelima kebutuhan manusia dalam novel Pusparatri. Hasil analisis dari konflik batin dari tokoh Pusparatri dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad, MS ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA agar diketahui ada tidaknya peran dan fungsi dari novel tersebut terhadap perkembangan mental, emosional, dan perilaku peserta didik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur yang membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel PUSPARATRI: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms? 2. Bagaimanakah konflik batin yang dialami tokoh utama yaitu Pusparatri dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad, Ms? 3. Bagaimana relevansi novel PUSPARATRI: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA Kelas XII Semester I?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan unsur alur, tokoh, penokohan, dan latar yang membentuk konflik batin tokoh utama Pusparatri dalam novel PUSPARATRI: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms. 2. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama Pusparatri dalam novel PUSPARATRI: Gairah Tarian Perempuan Kembang
karya Nurul
Ibad, Ms. 3. Mendeskripsikan novel PUSPARATRI: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA Kelas XII Semester I. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
mampu
menambah
wawasan,
memperkaya ilmu pengetahuan mengenai studi sastra Indonesia, dan meningkatkan potensi dalam membuat karya sastra, khususnya dengan pendekatan psikologi sastra. Penelitian ini juga diharapakan mampu memberikan sumbangan dalam teori sastra dan teori psikologi dalam mengungkap novel Pusparatri. 2. Manfaat Praktis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah informasi mengenai karya sastra, khususnya novel Pusparatri. Dari penelitian ini, pembaca lebih memahami isi cerita dalam novel Pusparatari terutama kondisi kejiwaan para tokoh dan konflik yang dihadapi dengan pemanfaatan lintas disiplin ilmu yaitu, psikologi. 1.5 Batasan Istilah Penelitian ini terdapat batasan istilah yang bertujuan agar tidak terjadi salah pengertian dan salah tafsir tentang istilah-istilah yang ada. Batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut. a. Novel Novel merupakan sebuah karya sastra prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1981: 119). b. Konflik Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek dan Warren dalam Nurgiyantoro, 2010: 122). c. Konflik batin Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seseorang (tokoh-tokoh) cerita. Jadi, konflik batin merupakan konflik yang dialami
manusia
dengan
dirinya
sendiri,
lebih
merupakan
permasalahan intern seorang manusia (Nurgiyantoro, 2005: 124).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
d. Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). e. Penokohan Pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 2010: 165). f. Alur (Plot) Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tetapi kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan
terjadinya
peristiwa
yang
lain
(Stanton
dalam
Nurgiyantoro, 2010: 113). g. Latar Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 216). h. Psikologi Sastra Kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan (Endraswara, 2013: 96). i. KTSP KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing- masing satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
j. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi. Kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 190). k. RPP RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembeljaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (Mulyasa, 2007: 212) 1.6 Sistematika Penyajian Sistematikan penyajian dalam penelitian ini disajikan terbagi dalam lima bab. Bab 1 dalam pendahuluan akan menguraikan (a) latar belakang, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) batasan istilah, dan (f) sistematika penyajian. Bab II menguraikan landasan teori yang digunakan sebagai acuan yang terdiri dari (a) penelitian terdahulu yang relevan, dan (b) kajian pustaka. Bab III adalah metodologi penelitian yang berisi (a) jenis penelitian, (b) data penelitian, (c) teknik pengumpulan data, dan (d) teknik analisis data. Bab IV berisi hasil dan pembahasan, yang meliputi (a) analisis alur, tokoh, penokohan, dan latar yang membentuk konflik batin tokoh utama, (b) analisis psikologi sastra, (c) konflik batin tokoh utama, dan (d) relevansi novel sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
Bab V berisi tentang (a) kesimpulan, (b) implikasi, dan (c) saran. Bagian akhir skripsi ini terdapat daftar pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan disampaikan beberapa kajian pustaka yang mengkaji novel dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Terdapat tiga penelitian yang relevan dan memiliki kesamaan dengan topik yang akan diteliti. Penelitian tersebut dilakukan oleh Zusron Zuhdi (2013), Anastasia Ria Indrasworo (2013), Maria Agustin Dwi Antari (2011) dan Isti Khotimah (2012). 2.1 Penelitian yang Relevan Penelitian Zusron Zuhdi yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama Novel Orang- Orang Proyek Karya Ahmad Tohari dalam Tinjauan Psikologi Sastra dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I.” Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Metode yang digunakan dalam penelitian konflik batin tokoh utama novel Orang-Orang Proyek adalah metode deskripstif kualitatif. Hasil analisis penelitian novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari adalah sebagai berikut: (1) alur yang digunakan dalam novel yang diteliti adalah alur maju, (2) tokoh utama dalam novel ini adalah bernama Kabul, dan tokoh tambahannya adalah Pak Tarya, Mak Sumeh, Wati, Ir. Dalkijo, Basar, Tante Ana, dan Samad, (3) konflik batin yang terjadi tokoh utama
dalam penelitian ini karena tidak tercapainya beberapa aspek
berdasarkan teori Abraham Maslow, yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Penelitian Anastasia Ria Indrasworo yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Mata Hari dalam Novel Namaku Matahari karya Remy Sylado dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, latar, konflik batin tokoh Mata Hari, dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Metode yang digunakan untuk penelitian novel ini adalah metode deskriptif analitik. Peneliti mencoba menggali kehidupan Mata Hari dan penyebab terjadinya konflik batin yang dialami tokoh Mata Hari. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kebutuhan secara fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri tokoh Mata Hari tidak terpenuhi. Akibatnya, menimbulkan perasaan frustasi, kesedihan, dan kebencian yang dialami oleh tokoh Mata Hari. Penelitian Maria Agustin Dwi Antari berjudul “Kepribadian Tokoh Maharani dalam Novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) dan Impementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskripsif. Peneliti dalam penelitian ini berusaha menggali permasalahan yang dialami oleh tokoh Maharani. Hasil penelitiannya adalah permasalahan yang dialami oleh tokoh Maharani yang dirasakan sebagai beban dan kekhawatiran akan masa depannya. Permasalahan hidup yang membuat Maharani tertekan dan bunuh diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Penelitian yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Isti Khotimah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama Pusparatri karya Nurul Ibad: Tinjauan Psikologi Sastra. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan metode deskripstif kualitatif, analisis datanya menggunakan metode pembacaan model semiotik. Hasil pemelitiannya adalah 1) konflik mendekat-menjauh, yaitu konflik batin Pusparatri ketika menjadi perempuan penjual diri dan jatuh cinta, 2) konflik menjauh-menjauh, yitu konflik batin Pusparatri tentang ketidakadilan padanya dan rasa bersalahnya mencintai Rukh, 3) konflik mendekat-mendekat, yitu konflik batin Pusparatri antara melayani Rukh dengan pernikaannya dan medapat anak dari lelaki yang dicintainya. Keempat penelitian di atas merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan psikologi sastra. Penelitian konflik batin dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis masih relevan, bermanfaat, dan bisa dikembangkan. Referensi penelitian diatas bisa dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian konflik batin tokoh Pusparatri 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Hakikat Novel Novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus. Kata baru dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan cerita pendek dan roman. Suasana yang digambarkan dalam novel adalah sesuatu yang realistis dan masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
hanya kelebihan dari tokoh tersebut, tetapi juga kekurangannya (Waluyo, 1994: 37). Novelis menganggap bahwa novel bukan hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai kehidupan baik dan buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan kepada pembaca tentang pekerti yang baik dan budi luhur (Waluyo, 1994: 39). Menurut Waluyo (1994: 40), novel berisi tentang perubahan nasib tokoh cerita, kehidupan tokoh utama, dan tokoh utama yang tidak pernah mati. Dalam novel tidak dituntut memiliki kesatuan gagasan, impresi, emosi, dan setting seperti dalam cerita pendek. Pengamat mengklasifikasikan novel menjadi dua, yaitu sebagai berikut. a) Novel serius Novel serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra tinggi. Ciri novel serius adalah tidak menunjukkan realitas kehidupan (realisme), tetapi yang ditampilkan adalah tokoh dan cerita di luar realitas kehidupan. b) Novel pop Novel pop merupakan novel yang nilai sastranya diragukan atau rendah, karena tidak adanya unsur kreativitas. Pengarang novel pop hanya mengulang-ulang problem cerita yang sudah dikerjakan dan dengan pengerjaan yang tetap. Selain itu, karya mereka juga kurang mendapat perhatian di mata kritikus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
2.2.2 Unsur Intrinsik (Alur, Tokoh, Penokohan, dan Latar) Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra. Unsur intrinsik yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tokoh, penokohan, latar, dan alur. Empat hal tersebut akan menjadi acuan peneliti untuk mengetahui hal apa saja yang menimbulkan konflik batin tokoh utama. 2.2.2.1 Alur/ Plot Alur adalah peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990: 5). Menurut Stanton (2007: 26), alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang menyebabkan atau menjadi dampak untuk peristiwa yang lain dan tidak dapat diabaikan begitu saja karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 113), plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Menurut Sudjiman (1988: 30) struktur berbagi menjadi beberapa tahapan. Pada setiap tahapan struktur alur akan terjadi peristiwa-peristiwa yang berurutan. Plot memiliki tiga unsur untuk membangun dan mengembangkan sebuah plot cerita. Ketiga unsur tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat jika jumlah cerita sebuah karya fiksi banyak sekali, tetapi belum tentu semuanya mengandung dan atau merupakan konflik, apalagi konfilik utama. Jumlah konflik juga relatif masih banyak, tetapi hanya konflik utama tertentu yang dapat dipandang sebah klimaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
1) Unsur-unsur Plot a) Peristiwa Sebuah karya sastra akan memiliki kejadian atau peristiwa yang diangkat menjadi sebuah cerita. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dalam Nurgiyantoro, 2010: 117). Peristiwa dapat dibedakan menjadi tiga jenis dalam pengembangan plot atau penyajian cerita, yaitu (1) Peristiwa fungsional
adalah
peristiwa-peristiwa
yang
menentukan
dan
mempengaruhi perkembangan plot. Urut-urutan peristiwa fungsional merupakan inti cerita sebuah karya fiksi yang bersangkutan, (2) Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa penting, (3) Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur-unsur lain. Dalam hubungan ini, bukan alur dan peristiwa yang diceritakan, melainkan bagaimana suasana alam dan batin dilukiskan. b) Konflik Konflik adalah kejadian yang tergolong penting (jadi, seperti peristiwa fungsional, utama, atau kernel) dan merupakan unsur yang esensial dalam pengembangan plot (Nurgiyantoro, 2010: 122). Konflik adalah sesuatu yang dramatik mengacu pada pertarungan dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Werren dalam Nurgiyantoro, 2010: 122). Menurut Nurgiyantoro, konflik terdiri dari dua kategori, yaitu konflik internal dan eksternal. Konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam hati dan jiwa seorang tokoh cerita. Konflik ini merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri dan lebih merupakan masalah intern seorang manusia. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dan sesuatu yang di luar dirinya, baik lingkungan alam maupun lingkungan manusia. c) Klimaks Konflik merupakan unsur penting dalam plot, seperti halnya dengan klimaks yang merupakan unsur penting dalam struktur plot. Klimaks akan terjadi apabila konflik sudah mencapai titik puncaknya. Klimaks adalah konflik yang telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Klimaks merupakan titik pertemuan antara dua atau lebih yang hal yang berbeda yang menentukan permasalahan atau konflik akan diselesaikan (Stanton dalam Nurgiyantoro, 2010: 127). 2) Tahapan Plot/ Struktur Alur Untuk memperoleh keutuhan sebuah plot cerita, sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir (Abram dalam Nurgiyantoro, 2010: 142). Ketiga tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah plot sebuah karya fiksi yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
a) Tahap Awal Tahap awal sebuah cerita disebut dengan tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahap awal sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan. a. Paparan (exsposition) Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca yang disebut juga dengan eksposisi. Pada bagian ini pengarang memberikan gambaran awal kepada pembaca untuk mengikuti jalan
ceritanya.
Pengarang
memperkenalkan
para
tokoh,
menggambarkan secara singkat watak tokoh-tokohnya, dan menjelaskan tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen. b. Rangsangan (inciting moment) Pada rangsangan terjadi peristiwa yang menimbulkan terjadinya gawatan sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang akan berlanjut pada bagian gawatan. Tidak ada patokan mengenai panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman, 1988: 333). c. Gawatan (rising action)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
b) Tahap Tengah Tahap tengah cerita, yang dapat disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini konflik menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari karya fiksi yang bersangkutan. a. Tikaian (conflict) Tikaian adalah perselisihan yang timbul karena adanya dua kekuatan yang bertentangan. Tikaian ini dapat berupa pertentangan tokoh dengan suara hati dan prinsip dirinya, dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, ataupun pertentangan antara dua unsur dalam diri satu tokoh tersebut (Sudjiman, 1988: 35). b. Rumitan (complication) Perkembangan dari gejala muda tikaian menuju klimaks cerita disebut rumitan. c. Klimaks Klimaks akan terjadi apabila sudah mencapai puncaknya. Oleh karena itu, klimaks disebut juga sebagai titik puncak cerita. c) Tahap Akhir Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahap pelarian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian akhir berisi kesudahan cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah sebuah cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
a. Leraian (falling Action) Leraian menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. b. Selesaian (denouement) Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Tidak menutup kemungkinan sebuah cerita berakhir dalam keadaan salah satu atau bahkan beberapa tokohnya masih berada dalam masalah. 2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap sebagai tokoh konkret dan individual (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 144). Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165), tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan, sedangkan menurut Sudjiman (1990: 79), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Berdasarkan segi
peranan tokoh
dalam sebuah cerita, menurut
Nurgiyantoro (2010: 176), tokoh dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. a) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Wahyuningtyas dan Santoso, 2011: 3). Tokoh utama merupakan tokoh yang banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (peristiwa yang terjadi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
b) Tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, dan tidak diperlihatkan secara jelas. Tokoh tambahan akan muncul jika tokoh utama ada dalam cerita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sudjiman (1990: 80), tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh dalam lakon yang tidak mengucapkan katapun. Mereka tidak memegang peranan bahkan tidak penting sebagai individu. Menurut Wahyuningtyas dan Santoso (2011: 3) tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh dalam cerita memiliki watak seperti manusia nyata. Ada dua teknik penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Wahyuningtyas dan Santoso, 2011: 4) yaitu secara langsung (analitik) dan tak langsung (dramatik). Secara dramatik, watak tokoh digambarkan melalui beberapa teknik, yaitu: (a) tingkah laku, (b) cakapan, (c) pikiran dan perasaan, (d) arus kesadaran, (e) reaksi tokoh, (f) reaksi tokoh lain, (g) pelukisan latar, dan (h) pelukisan fisik. Penjelasan tokoh juga ada penjelasan tentang penokohan. Penokohan adalah pelukisam gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010: 165), sementara itu menurut Sudjiman (1990: 61) penokohan adalah perwatakan dan penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Watak tokoh dapat diungkap melalui (a) tindakan, (b) perkataan, (c) pikiran, (d) penampilan fisik, dan (e) apa yang dikatakan dan dipikirkan tokoh tentang diri sendiri. Penokohan merupakan acuan untuk mewujudkan dan mengembangkan tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dalam cerita memiliki tempat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
menyampaikan pesan, amanat, moral, atau seuatu yang akan disampaikan kepada pembaca. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah orang yang melakukan sebuah adegan dalam sebuah karya sastra, sedangkan penokohan adalah watak atau karakter yang ada dalam setiap tokoh. 2.2.2.3 Latar Latar adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010: 216). Menurut Hartoko dan Rahmanto (1986: 78), latar adalah penempatan dalam ruang dan waktu seperti terjadi dengan karya sastra naratif atau dramatis. Menurut Stanton ( 2007: 35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Sementara itu menurut Sudjiman (1990: 48), latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam suatu karya sastra. Menurut Nurgiyantoro (2010: 227), unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut memberikan permasalahan
yang berbeda dan dapat
dibicarakan.
Pada
kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Ketiga unsur latar tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. a. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
lokasi tertentu tanpa jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama tertentu haruslah mencerminkan atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Masing- masing tempat tentu saja memiliki karakteristiknya sendiri yang membedakanya dengan tempat lainnya. b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah waktu dalam karya naratif, menurut Genette (dalam Nurgiyantoro, 2010: 231), dapat bermakna ganda: di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di pihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Kejelasan waktu yang diceritakan sangat penting dilihat dari segi waktu penceritaannya. c. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas. Latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
sosial berperan penting dalam menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar tempat menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya bersifat netral. 2.2.3 Psikologi Sastra Psikologi berasal dari kata yaitu Yunani psyche, yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2011: 3). Pada dasarnya psikologi sastra dibangun atas dasar asumsi-asumsi genesis dalam kaitannya dengan asal-usul karya. Artinya, psikologi sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psikologi dengan aspek-aspek kejiwan pengarang (Minderop, 2010: 52). Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis, hal penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan masalah kejiwaan (Minderop, 2010: 54). Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar (subconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk conscious (Endraswara dalam Minderop, 2010: 55). Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan kadang kala merasa dirinya terlibat dalam cerita tersebut (Minderop, 2010: 55).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologis dan sastra (Endraswara dalam Minderop, 2010: 59). Menurut Wellek dan Warren (dalam Wahyuningtyas dan Santoso, 2011: 8), psikologi terdapat empat kategori, yaitu (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, (2) studi hukumhukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, (3) proses kreatif, dan (4) pengarang dan latar belakang pengarangnya mempelajari dampak sastra terhadap pembaca atau psikologi karya sastra. Penelitian ini akan lebih menjelaskan tentang studi-studi hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra. Berdasarkan pendapat-pendapat dari para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari kejiwaan dan tingkah laku seseorang. Ilmu yang bisa berdiri sendiri, tidak bersama dengan ilmu yang lainnya. Psikologi sastra merupakan ilmu yang mempelajari kejiwaan dan tingkah laku seseorang dalam karya sastra. Psikologi sastra mempelajari dari aspek pengarang, pembaca, dan tokoh- tokoh lain dalam karya sastra. Dalam peneilitian ini, studi hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra akan digunakan. Salah satunya dengan teori psikologi Abraham Maslow untuk menganalisis konflik batin yang terdapat dalam novel Pusparatri. 2.2.4 Teori Kepribadian Kepribadian adalah ciri atau karakterisrik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang
yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan. Menurut Gregory (dalam Sjarkawi, 2006: 13), kepribadian tidak ada hubungannya dengan sikap berpura-pura dan menunjukkan yang diperolehnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
dalam pendidikan keluwesan dengan kursus-kursus perbaikan diri, karena hal tersebut merupakan mode dan keisengan yang datang dan pergi. Kepribadian adalah sebuah kata yang menandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri. Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan, dan cara sehari-hari berinteraksi dengan orang lain. `Orang
percaya
bahwa
tiap-tiap
individu
memiliki
karakteristik
kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan, itulah yang disebut Kepribadian (Santrock dalam Minderop, 2010: 4). Kepribadian menurut psikologi bisa mengacu pada pola karakteristik dan pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian dibentuk oleh potensi sejak lahir dan budaya yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu. Menurut Krech (dalam Minderop, 2010: 6) kepribadian adalah suatu konstruksi hipotesis yang kompleks. Kepribadian menjadi konstruksi hipotesis karena kita mengembangkannya melalui observasi tingkah laku. Kepribadian dikatakan kompleks karena kita mengasumsikan bahwa kepribadian terdiri dari kualitas nalar atau id, ego, dan superego. Kajian kepribadian adalah kajian mengenai bagaimana seseorang menjadi dirinya sendiri, karena tiap individu memiliki pengalaman dan keunikan sendiri, walaupun semua berdasarkan hukum yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu integrasi dari semua aspek kepribadian yang unik dari seseorang menjadi organisasi yang unik, yang menentukan, dan dimodifikasi oleh upaya seseorang beradaptasi dengan lingkungannya yang selalu berubah. Terdapat tiga aliran pemikiran (revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern), yaitu psikoanalisis, behaviorisme, dan psikologi humanistik. Teori psikologi yang dikemukakan oleh Freud merupakan teori berdasarkan pengalamannya menghadapi para pasien yang mengalami problem mental. Teori Freud disebut dengan Teori Psikoanalisis. Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai oleh Sigmund Freud pada tahun 1900. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental serta manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan konstribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia (Minderop, 2010: 11). Struktur kepribadian atau psikisme manusia menurut Sigmund Freud adalah id, ego, dan superego. Ketiga hal tersebut akan dijabarkan sebagai berrikut. a) Id Id diibaratkan sebagai raja atau ratu karena id seperti penguasa absolut,
harus
dihormati,
manja,
sewenang-wenang,
dan
mementingkan diri sendiri. Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar. Id berada di bawah alam sadar, tidak kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan. b) Ego Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuhpada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas. Ego merupakan pimpinan utama dalam kepribadian. Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Fungsi-fungsi ego, yaitu (1) memberikan kepuasan kepada kebutuhan-kebutuhan akan makanan dan melindungi organisme, (2) menyesuaikan usaha-usaha dari id dengan tuntutan dari kenyataan (lingkungan) sekitarnya, (3) menekan implus-implus yang tidak dapat diterima oleh superego,(4) mengkoordinasikan dan menyelesaikan tuntutan yang bertentangan dari id dan superego, dan (5) mempertahankan kehidupan individu serta berusaha supaya spesies dikembangbiakan. c) Superego Superego mengacu pada moralitas dalam kepribadian superego sama halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk. Superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali implus seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral. Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana orang tua kepda anak dan dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
dengan cara memberinya hadiah atau hukuman. Fungsi-fungsi superego, yaitu (1) merintangi implus-implus id, terutama implus seksual dan agresif karena implus ini sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, dan (3) mengejar kesempurnaan. 2.2.5 Teori Psikologi Abraham Maslow Abraham Maslow merupakan seorang psikolog yang mempunyai teori tentang kepribadian. Teori kepribadian dari Maslow mempunyai beberapa sebutan, seperti teori humanistik, teori transpersonal, kekuatan ketiga psikologi. Akan tetapi, Maslow menyebutnya sebagai teori holistik- dinamis, karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang terus-menerus termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan bahwa orang mempunyai potensi untuk tumbuh kesehatan psikologis, yaitu aktualisasi diri (Feist Jess dan Greogry J.Feist, 2010: 325). Menurut Maslow berasumsi bahwa manusia merupakan makhluk yang baik, sehingga manusia memiliki hak untuk merealisasikan jati dirinya agar mencapai self actualization. Manusia berupaya memenuhi dan ekspresikan potensi dan bakatnya yang kerap kali terhambat oleh kondisi masyarakat yang menolaknya. Kondisi ini membuat seseorang menyangkal keberadaan dirinya dan menghambat dirinya sendiri untuk mencapai real self (Minderop, 2010: 49). Kebutuhan-kebutuhan universal yang mendorong kita untuk bertumbuh dan berkembang, untuk aktualisasi diri, dan untuk menjadi semua sejauh kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
kita. Jadi, potensi untuk pertumbuhan dan kesehatan psikologis ada sejak lahir (Schultz dalam Minderop, 2010: 279). Menurut
Maslow,
tingkah
laku
manusia
lebih
ditentukan
oleh
kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih bahagia dan sekaligus memuaskan. Maslow meyampaikan teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut, kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri (Minderop, 2010: 49). Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan menjadi dasar penelitian tokoh Pusparatri. Kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut. a. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia dan kebutuhan yang paling mendesak pemuasannya karena terkait dengan kebutuhan biologis manusia. Kebutuhan fisiologis, misalnya kebutuhan pangan, sandang, papan, oksigen, seks, dan sebagainya demi kelangsungan hidup manusia. Karena kebutuhan ini paling mendesak, sebelum ini tercapai tidak akan bergerak menuju kebutuhan di atasnya. Kebutuhan ini sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia dan ia selalu memenuhinya (Minderop, 2010: 286). Kebutuhan fisiologis berbeda dengan kebutuhan lainnya setidaknya dalam dua hal penting. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi atau bahkan selalu terpenuhi. Kedua, dari kebutuhan fisiologis adalah kemampuannya untuk muncul kembali recurring nature (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 333).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
b. Kebutuhan akan rasa aman Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis, mereka menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan, yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebabasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam. Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan (Maslow dalam Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 333) Kebutuhan rasa aman adalah suatu kebutuhan ketika individu dapat merasakan keamanan, ketentraman, kepastian, dan kesesuaian dengan lingkungannya. Ketidakpastian yang dihadapi membuat manusia harus mencapai sebanyak mungkin jaminan, perlindungan, ketertiban menurut kemampuan kita. Apabila kita mencapai suatu tingkat tertentu dari rasa aman dan jaminan, akan di gerakkan untuk memuaskan kebutuhan akan memiliki dan rasa cinta (Minderop, 2010: 283). c. Kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan kemanan, mereka menjadi termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan, seperti keinginan untuk berteman; keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak; kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat, atau negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
memberi dan mendapatkan cinta (Maslow dalam Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 334). Kebutuhan rasa memiliki dan cinta dapat dipenuhi dengan cara menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai dan sifat atau memakai pakaian seragam dengan maksud agar merasakan perasaan memiliki. Untuk memuaskan kebutuhan akan cinta, dapat di bangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang pada umumnya. Dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta adalah sama penting. Sulit bagi kita memenuhi kebutuhan cinta dewasa ini sehingga menimbulkan rasa kesepian dan keterasingan. Oleh karena itu, banyak tumbuh berbagai kelompok untuk melepasakan diri dari perasaan terisolasi,karena kegagalan mencapai cinta dan memiliki (Minderop, 2010: 283). d. Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan mencakup penghormatan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Maslow mengidentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan, yaitu reputasi dan harga diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki seseorang. Harga diri adalah perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 335). Penghargaan yang berasal dari orang lain adalah yang utama. Apabila kita merasakan suatu perasaan penghargaan diri, kita merasa yakin dan aman akan diri kita; kita merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
berharga. Apabila kita kekurangan harga diri, kita merasa rendah diri, kecil hati dan tak berdaya menghadapi kehidupan. Agar kita memiliki perasaan harga diri sejati, kita mengetahui diri kita dengan baik dan mampu menilai secara objektif kebaikan dan kelemahan kita (Maslow dalam Minderop, 2010: 284). e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang tertinggi. Kebutuhan ini akan tercapai apabila kebutuhan-kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi dan terpuaskan. Kebutuhan ini merupakan pencapaian
potensi
manusia-
kebutuhan
inhern
kapasitas,
dan
pengembangan potensi. Menurut Maslow, seseorang akan mampu mencapai kebutuhan ini apabila ia mampu melewati masa- masa sulit yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar (Minderop, 2010: 307). Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan potensi diri dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Orangorang yang telah mencapai level aktualisasi diri menjadi orang yang seutuhnya, memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang orang lain hanya lihat sekilas atau bahkan tidak pernah lihat sama sekali. Orang- orang yang mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka, bahkan ketika mereka dimaki, ditolak, dan diremehkan orang lain. Dengan kata lain, orang yang mengaktualisasaikan diri tidak bergantung pada pemenuhan kebutuhan cinta dan kebutuhan akan penghargaan (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 336).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
2.2.6 Konflik Batin Konflik batin adalah pertarungan individual yang terjadi dalam batin manusia itu sendiri. Konflik ini akan membuat sebuah keputusan atau ketetapan, terjadilah pertentangan antara kekuatan keberanian dan ketakutan, kebijakan dan kejahatan, kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya (Tjahjono, 1987: 113). Menurut Baribin (1985:62), konflik internal atau kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Konflik batin mengarah pada suatu individu dimana terjadi pergulatan batin dalam dirinya yang dihasilkan dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Konflik bisa juga terjadi karena masalah internal seseorang. Menurut Minderop (2010: 230), penyebab terjadi konflik adalah sebagai berikut. a) Adanya kebebasan versus ketidakbebasan Manusia kerap kali ingin melakukan sesuatu di masa kecil, namun kita diberi pelajaran bahwa yang kita lakukan harus diikuti dengan sikap bertanggung jawab. b) Adanya kerja sama versus persaingan Kompetisi telah diajarkan sejak masa kecil hingga dewasa, sejak di sekolah dasar hingga terjun ke masyarakat, dalam bidang pekerjaan. Di saat bersamaan kita harus pula bekerja sama dan menolong orang lain. Kontradiksi semacam ini berpotensi memunculkan konflik. c) Adanya ekspresi implus versus standar moral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Suatu masyarakat menganut sistem moral yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat. Misalnya, naluri agresif seksual kerap kali berkonflik dengan standar moral yang bilamana dilanggar akan melahirkan konflik. Klasifikasi emosi berdasarkan konflik batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang dialami oleh tokoh utama, yaitu rasa benci, rasa kecewa, dan rasa marah. Rasa benci berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu, dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan rasa benci ialah timbulnya nafsu atau keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian (Krech dalam Minderop, 1974: 230). 2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA Prinsip penting dalam pengajaran ialah penyajian bahan pengajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan pengajaran. Pengajaran memerlukan suatu pentahapan. Bahan pengajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa. Oleh karena itu, bahan pengajaran diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria siswa (Rahmanto, 1989: 26). Untuk memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, ada beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Tiga aspek penting dalam memilih pengajaran sastra yaitu sudut pandang bahasa, segi kematangan siswa (psikologi), dan latar belakang budaya siswa. Jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang besar untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
memecahkan masalah nyata yang cukup sulit dipecahkan oleh masyarakat (Rahmanto, 1989: 27). Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1989: 16). Ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1989: 27), yaitu sebagai berikut. 1. Bahasa Perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang akan dibahas, tetapi juga faktor yang lain seperti cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan siswa. 2. Psikologi Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat berpengaruh besar terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
pemecahan problem yang dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto (1989: 30) menyajikan perkembangan psikologi anak, yaitu sebagai berikut. a. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun) Pada tahap ini, imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi. b. Tahap romantik (10 sampai 12 tahun) Pada tahap ini, anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Pada tahap ini anak telah menyukai cerita kepahlawanan, petualangan, dan kejahatan. c. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun) Sampai tahap ini, anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berniat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. d. Tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya) Pada tahap ini, anak sudah tidak lagi berminat pada hal yang praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsepkonsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. 3. Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya juga harus diperhatikan dalam pengajaran sastra. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan kehidupan mereka. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
demikian,
guru
hendaknya
memilih
bahan
pengajaran
dengan
menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa. 2.2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/ sekolah (Muslich, 2007: 17). Menurut Mulyasa (2007:12) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan
yang
sudah
siap
dan
mampu
mengembangkannya
dengan
memperhatikan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36, yaitu sebagai berikut. a) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional b) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. c) Kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan
dasar
dan
menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah yang berpedoman pada standar kompetensi kelulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Menurut Muslich (2007:29), KTSP memiliki empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat kesatuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran (RPP) Komponen 1: Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. c. Tujuan
pendidikan
menengah
kejuruan
adalah
meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejujurannya. Komponen 2: Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam standar isi. Struktur KTSP yang terdapat dalam standar isi dikembangkan dari kelompok mata pelajaran sebagai berikut: a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Kelompok mata pelajaran estetika. e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Sementara itu, muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
Komponen 3: Kalender Pendidikan Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam standar isi. Komponen 4: Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah, guru mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran kegiatan belajar mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah yang akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan. Karakteristik KTSP dapat diketahui dengan bagaimana sekolah dan satuan pendidikan mengoptimalkan kinerja dan proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, dan sistem penilaian. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik KTSP adalah pemberi otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan profesional, dan tim kerja yang kompak dan transparan (Mulyasa, 2007:29).
2.2.9 Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Silabus memuat enam komponen utama, yakni (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi standar, (5) standar proses (kegiatan belajar-mengajar), dan (6) standar penilaian (Mulyasa, 2007:190). Pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan diberi kebebasan dan keluasan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
(Mulyasa, 2007:191-195). Berikut ini adalah prinsip- prinsip pengembangan silabus yang terdapat dalam KTSP. a. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan Ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. c. Fleksibel Pelaksana program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. d. Kontinuitas Setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. e. Konsisten Ruang lingkup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta didik. f. Memadai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, sistem penilaian, dan sarana prasana yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. g. Aktual dan Kontekstual Ruang linngkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber
belajar,
dan
sistem
penilaian
memperhatikan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang sedang terjadi dan berlangsung di masyarakat. h. Efektif Kesenjangan yang terjadi silabus sebagai kurikulum tertulis atau kurikulum yang diharapkan dengan kurikulum yeng teramati atau silabus yang dilaksanakan dalam silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Silabus yang efektif dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas dan di lapangan. i. Efisien Upaya memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. Silabus merupakan uraian yang lebih rinci mengenai kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar yang dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran, atau kelompok mata pelajaran. Ada beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
langkah atau prosedur dalam pengembangan silabus berbasis KTSP, yaitu sebagai berikut. 1. Mengisi kolom identitas 2. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi 3. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar 4. Mengidentifikasi materi standar 5. Mengembangkan pengalaman (standar proses) 6. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi 7. Menentukan jenis penelitian 8. Alokasi waktu 9. Menentukan sumber belajar 2.2.8.1 Silabus Silabus Terlampir 2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menurut Mulyasa (2007: 212) rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Guru diberikan kewenangan secara luas untuk mengembangkan RPP berbasis KTSP. Tugas guru adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Pengembangan RPP harus memperhatikan perhatian dan karakteristik peserta didik. Guru hanya berperan sebagai motivator yang membangkitkan gairah dan nafsu belajar, serta mendorong peserta didik untuk belajar. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. a. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas; makin konkret kompetensi makin mudah dipahami, dan makin tepat kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk membentuk
kompetensi. b. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik. c. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanan pembelajaran harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang diwujudkan. d. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama secara tim atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak menganggu jam-jam pelajaran yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru untuk menunjang pembentukan kompetensi pada peserta didik. RPP dalam impelementasinya memiliki komponen kompetensi dasar, indikator, materi standar, pengalaman belajar, metode mengajar, dan penilaian. Ada beberapa langkah dalam pengembangan RPP berbasis KTSP, yaitu sebagai berikut. a. Mengisi kolom identitas b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan. c. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan terdapat pada silabus yang telah disusun. d. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan. e. Mengidentifikasi
materi
standar
berdasarkan
materi
pokok
atau
pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan uraian dari materi pokok atau pembelajaran. f. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. g. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. h. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
2.2.10.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP terlampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari lima subbab, yaitu pendekatan dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data, dan teknik analisis data. Kelima subbab tersebut dijelaskan secara terperinci, yaitu sebagai berikut. 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra adalah pengkajian sastra yang menekankan pada aspek kejiwaan yang terdapat pada suatu karya sastra yang dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca, dan tokoh yang ada di dalam karya sastra. Psikologi sastra bertujuan memahami dan menganalisis aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Dalam analisis, yang menjadi tujuannya adalah tokoh pertama, tokoh kedua, tokoh ketiga, dan seterusnya (Ratna, 2011: 343). Dengan menggunakan pendekatan tersebut, peneliti dapat lebih mudah memahami dan menganalisis tokoh utama dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
juga menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Tujuan penelitian ini yang pertama adalah menganalisis konflik batin tokoh utama novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad dan menganalisis tokoh dan penokohan, latar, dan alur novel tersebut. Tujuan kedua adalah merelevansikan unsur instrinsik novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad sebagai bahan pelajaran dalam bentuk silabus dan RPP sastra untuk SMA. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan berupa silabus dan RPP. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat berdasarkan fakta yang ada dan peneliti akan menyajikan kata-kata tertulis yang mengandung konflik batin dari tokoh utama yang terdapat dalam novel. 3.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data diperoleh. Sumber data merupakan tempat asal data diperoleh. Sumber data pada penelitian ini sebagai berikut. Judul
: Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang
Pengarang
: Nurul Ibad, Ms
Penerbit
: PT. LKiS Printing Cemerlang
Tahun Terbit
: 2011
Jumlah Halaman
: 220 halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
3.3 Instrumen Penelitian Menurut Moleong (2007: 168) kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti juga beperan sebagai pelapor hasil penelitiannya. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai alat pengumpulan data adalah peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan data-data dari novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Langkah- langkah mengumpulkan data adalah sebagai berikut: 1. Peneliti memilih novel yang akan di teliti. 2. Peneliti menyimak dan menggaris-bawahi setiap kalimat yang mengandung konflik batin tokoh utama novel yang menjadi bahan penelitian. Dalam hal ini novel yang diteliti adalah novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms. 3. Peneliti mencatat setiap kalimat yang mengandung konflik batin tokoh utama dalam kertas yang sudah disediakan oleh peneliti. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat dirumuskan sebagai suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2007). Teknik yang digunakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
peneliti dalam melakukan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms adalah sebagai berikut. 1. Peneliti membaca ulang data yang sudah dikumpulkan dan mengamati dengan teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin. 2. Peneliti menelaah data yang terkumpul dalam bentuk catatan dengan cara menghubungkannya dengan teori, apakah novel tersebut sesuai dengan teori atau tidak. 3. Peneliti menganalisis data dan mengamati dengan teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin. 4. Peneliti menghubungkan konflik batin dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Dalam bab empat ini, peneliti akan mengkaji unsur-unsur intrinsik dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms. Peneliti memilih empat dari enam unsur yang ada dalam unsur instrinsik, yaitu tokoh, penokohan, alur, dan latar. Peneliti memilih keempat unsur karena unsurunsur tersebut bisa membantu dalam menemukan konflik batin yang dialami oleh tokoh Pusparatri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Pendekatan ini menganalisis aspek- aspek psikologi dari tokoh utama dalam karya sastra tersebut. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester I. 4.2
Analisis Alur Alur adalah peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama yang
menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990: 5). Seperti yang dikatakan oleh Sudjiman (1988: 30-36), struktur alur meliputi paparan (exsposition), rangsangan (inciting moment), gawatan (rising action), tikain (conflict), rumitan (complication), klimaks, leraian (falling action), selesaian (denouement).
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
4.2.1 Paparan Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca disebut dengan eksposisi (Sudjiman, 1988: 31). Tahap paparan dalam novel Pusparatri diawali dengan memaparkan tokoh utama Pusparatri yang mempunyai latar belakang sebagai anak keturunan Raja Mataram bernama Raden Mas Joyokesuma dan perempuan kembang yang menjadi simpanan ayahnya. Tetapi Pusparatri tidak pernah mengenal ayahnya secara keseluruhan, Dia hanya mendengar tentang ayahnya dari ibunya. (1) Meski tidak terlahir dari seorang ibu nareswari, dan hanya dari seorang ibu yang hanya perempuan kembang desa yang menjadi simpanan dalam pengasingan, Pusparatri tetap merasa begitu dekat dan memuja Raden Mas Joyokesuma sebagai seorang ayah yang pantas untuk selalu dipuja meski hanya sebatas impian (Ibad, 2011: 2). Setelah berpisah dengan Demang Wonokromo, Pusparatri menjalani hidup sebagai perempuan malam. Pusparatri biasa menyalani langganannya di puncak bukit Ambulu. (2) Pusparatri masih duduk terpaku di atas batu nisan, di bawah rindang pohon kamboja. Menunggu laki-laki yang akan menghampirinya, dan melakukan pelayanan ketika kesepakatan harga telah tercapai. Sama seperti malam-malam yang kemarin (Ibad, 2011: 30). 4.2.2 Rangsangan Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang akan berlanjut pada bagian gawatan. (Sudjiman, 1988: 33). Pusparatri hidup dengan Nyi Poniyem sepeninggal ibunya dan ia harus menjalani kehidupan sebagai istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Demang
Wonokromo
pada
usia
sepuluh
tahun.
Nyi
Poniyem
telah
menjodohkannya dengan lelaki Uzur tersebut. (3) Jauh berbeda dengan dirinya di masa lalu. Harus hidup sebatang kara dalam asuhan pembantu setianya, setelah Retno Kesambi ibunya akhirnya menyusul Raden Mas Jayakesuma, ketika ia masih belum genap sepuluh tahun. Memang dengan kecantikan yang dimilikinya, tak lama setelah itu ia bergegas mendapatkan kesempatan memingitnya. Entah karena harta, entah karena ketidakberdayaan Nyi Poniyem, pembantu setianya itu yang membuat Nyi Poniyem menerima pingitan dari Demang Wonokromo untuk dirinya. Sebuah pilihan yang masih baru genap usia sepuluh tahun (Ibad, 2011: 10). Pusparatri menjadi wanita malam, dan mempunyai pelanggan bernama Margono. Margono bercerita tentang Rukh kepada Puspratri yang membuat penasaran dengan sosok Rukh. (4) Dalam hati ia mengakui bila sejak malam kegilaannya dengan Margono di puncak bukit Ambulu tiga malam yang lalu itu ia selalu terpikirkan sosok Rukh. terlebih lagi saat kepulangannya dari bukit Ambulu, saat ia naik becak, saat melintasi di jembatan Lembupeteng. Ia sempat melihat Margono yang tengah mencium tangan penuh hormat pada sosok lelaki muda dengan pakaian begitu rapi, memakai batik, peci, dan berkalung sorban, dengan pesona yang menggiurkan (Ibad, 2011: 48). 4.2.3 Gawatan Hidup Pusparatri berubah ketika ia harus kehilangan ibunya dan hanya tinggal dengan Nyi Poniyem. Bukan hanya itu saja, Pusparatri harus merasakan penderitaan karena menjadi seorang istri pada usia sepuluh tahun. Penderitaan pernikahan dengan suaminya membuat ia berfikir lagi untuk menikah. Nyi Poniyem yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk kehidupan Pusparatri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
(5) Kehidupannya yang sebatangkara sejak berusia sepuluh tahun, telah membuat Pusparatri tidak memiliki semangat untuk menjalani kehidupannya. Hanya ia yang selalu mendorong Pusparatri untuk bisa menjalani hidup, sebatas apa adanya kehidupan yang mesti dihadapinya. Bahkan termasuk saat menjadi istri kelima Demang Wonokromo, dan saat hanya melihat kesempatan hidup, hanya pada kehidupan sebagai perempuan penjual diri (Ibad, 2011: 53-54). (6) Banyak lelaki yang meminangnya untuk menjadi istrinya, namun Nyi Poniyem dapat memahami mengapa Pusparatri masih menolaknya. Penderitaan yang ia dapatkan saat menjadi istri Demang Wonokromo telah menimbulkan ketakutan yang mendalam pada jiwa Pusparatri pada sebuah perkawinan. Pusparatri juga tidak bisa bekerja atau berdagang misalnya, karena sejak kecil ia tak pernah bisa melakukan apa-apa, selain hanya merias diri dan merenung sendirian di kamarnya (Ibad, 2011: 53). Dalam menjalani kehidupan sebagai wanita malam, Pusparatri bertemu dengan banyak lelaki dengan berbagai sifat. Tetapi ada satu lelaki yang membuatnya jatuh hati dan Pusparatri ingin mempunyai anak dari lelaki tersebut. Lelaki tersebut adalah Gus Rukh. Pusparatri sangat jatuh cinta kepada Gus Rukh. (7) Dalam hati ia bisa saja menerima dan menjalani, bila Rukh mau meminanngnya untuk menjadi selir, toh ia sudah pernah menjalani hidup sebagai selir. Dan semua berjalan begitu saja (Ibad, 2011: 52). (8) Semenjak pertemuannya dengan Rukh yang begitu mengusik hatinya, tanpa disadarinya ia mulai sedikit mengurangi jarak dengan para lelaki. Sedikit jual mahal hanya karena menunggu Rukh. Hanya kuatir, bila saat terlanjur melayani seorang laki-laki ternyata Rukh hadir untuk menemuinya (Ibad, 2011: 92). 4.2.4 Tikaian Pusparatri merasa ada yang salah pada dirinya, karena mencintai Rukh. Pusparatri juga mau dinikahi Rukh, walaupun tidak ada yang tahu, karena pernikahan itu hanya mereka yang tahu dan hanya disaksikan oleh pohon-pohon di puncak bukit Ambulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
(9) “Lalu siapa yang akan kita minta menjadi saksi, sementara di sini hanya ada bebatuan dan pepohonan”, kata Pusparatri tertawa lirih menyembunyikan kegundahannya (Ibad, 2011: 106). (10) “Aku juga akan mengundang malaikat untuk menjadi wali dan para jin untuk menjadi saksi. Dan ini sebagai mas kawinnya”, jawab Rukh sambil menyerahkan sebuah selendang sutra batik keris bermotif bunga dan sepasang merpati yang sengaja ia bawa hadiah sebagai hadiah untuk Pusparatri yang sedari tadi tersimpan di balik jaketnya (Ibad, 2011: 107). (11) “Aku bisa berbicara dengan pepohonan dan hewan. Nanti aku akan minta pohon kamboja ini dan burung hantu yang baru saja hinggap itu untuk mengikuti upacara ini” (Ibad, 2011: 107). 4.2.5 Rumitan Pusparatri tidak pernah tahu sosok Rukh yang sebenarnya, walaupun ia sudah menikah dengan Rukh dan sangat mencintai Rukh. Pusparatri sangat kecewa ketika tahu tujuan Rukh dan siapa Rukh sebenarnya, karena Pusparatri tidak mendengar langsung dari Rukh sendiri. Pusparatri di bohongi lelaki yang sangat dicintainya. (12) “Kau telah jahat padaku!” teriak Pusparatri lirih sambil memukuli dada Rukh sepuasnya. Airmata merebak di pelupuk matanya, dan bibir tergertar menahan perasaannya yang campur aduk (Ibad, 2011: 135). (13) “Muridmu baru mengatakan siapa sebenarnya dirimu. Kau adalah Rukh, lelaki yang banyak dipuja orang itu. Lalu untuk apa mendekatiku, kalau bukan hanya untuk mempermainkan aku”, kata Pusparatri dengan sedikit terisak. Entah mengapa tiba-tiba ia ingin menangis (Ibad, 2011: 135). (14) “Tinggalkan aku sendiri atau aku yang pergi”, suara Pusparatri meninggi seiring rasa kecewanya karena Rukh tidak mau menjawab dengan terus terang. Ia memang tidak peduli, apakah itu gendam, bayangan antau sosok Rukh yang sebenarnya. Tetapi ia ingin mendapat jawaban kepastian, apapun jawabannya. Karena ia begitu menyintai lelaki itu. Karena ia takut bila kenyataannya bukan Rukh yang asli. Ia terlalu takut bila percintaannya dengan Rukh selama ini hanyalah kebohongan atas nama perjuangan, dan bukan kesejatian cinta (Ibad, 2011: 138).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
4.2.6 Klimaks Sudah dua purnama Rukh tidak menemui Pusparatri, padahal dia sudah satu minggu terbaring sakit. Akhirnya dia memaksakan diri untuk mencari Rukh, karena Rukh lelaki sakti kemungkinan bisa menyembuhkan sakitnya. Di saat mencari Rukh kerumah, dia tidak menyangka akan bertemu dengan Karenina, istri Rukh. (15) “Darimana mbak bisa yakinn kalau mas Rukh akan datang malam ini?” “Aku istrinya, dan si kecil itu anaknya, jadi aku tahu kapan ia datang dan kapan ia pergi,” jawab Karenina (Ibad, 2011: 174). (16) Pusparatri tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia hanya menangis. Kata-kata Karenina begitu menyakitkan baginya, menghancurkan seluruh harga dirinya sebagai seorang perempuan (Ibad, 2011: 175). (17) Pusparatri masih gemetar menahan perasaannya yang begitu sakit mendengar kata-kata Karenina. Sakit, namun sekaligus marah karena ia merasa tidak pernah berusaha mendekati Rukh, apalagi berkeinginan merebut Rukh dari tangan istrinya. Tetapi Rukh sendiri yang datang padanya, dan selalu mengejarnya meskipun ia sudah menolaknya. Artinya Rukh yang mestinya dipersalahkan. Semestinya perempuan itu menyalahkan suaminya atau menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga suaminya untuk mendekati dan menyintai perempuan lain. Menjaga suaminya untuk tidak keluyuran ke tempat para perempuan malam (Ibad, 2011: 179). 4.2.7 Leraian Pusparatri tidak ingin dijadikan istri lagi oleh Rukh, walaupun pernikahan itu hanya mereka yang tahu tetapi Pusparatri sudah cukup menderita dengan apa yang sudah terjadi. (18) “Tidak mas. Jangan kau jadikan aku istrimu. Meskipun aku menyintaimu. Biarlah aku tetap dalam cahaya kehidupan itu.menjadi istrimu adalah penderitaan. Menjadi istrimu adalah kegelapan yang lain. Bahkan terlalu gelap untuk aku jalani. Jangankan untuk perempuan sepertiku, bukanlah untuk para baik-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
baik itu juga sama gelapnya. Aku akui, mas. Dulu aku terbiasa merayu dan melayani suami orang. Kini aku tak ingin mengulanginya lagi. Dulu mereka hanya datang padaku satu malam, dan mengulanginya lagi pada malam yang lain ketika kebetulan mereka berkantong tebal dan merindukan kehangatan tubuhku. Dulu mereka tetap bukan milikku meskipun berulangkali bercinta denganku. Demikian juga dengan dirimu, mas. Kau suami orang, sama seperti mereka. Sekali lagi, aku tidak bisa” (Ibad, 2001: 205). (19) “Itu hanyalah masa lalu. Dan jangan lagi membujukku atau cintaku kepadamu akan berubah menjadi kebencian dan dendamku, aku lelah. Sangat lelah. Aku ingin menikmati irama angin dan deburan pusaran kali brantas. Diamlah dan tunggu pagi menjelang agar aku bisa mengantarkanmu ke pintu gerbang sebelum salam perpisahan yang terkahir itu terucapkan”, kata Pusparatri dengan wajah tertunduk. Airmata deras mengalir di pipinya yang telah semakin kusut (Ibad, 2011: 207). 4.2.8 Selesaian Pusparatri ingin mengakhiri semua yang bersangkutan dengan Rukh. Dia hanya ingin berpisah dari Rukh, walaupun Rukh tidak pernah tahu bahwa dia sudah mengandung anaknya. (20) “Sekarang, tinggalkan aku, dan jangan pernah mencariku lagi. Tidak sebagai istri dalam keyakinanmu dan tidak sebagai lelaki yang membayariku untuk melayanimu, karena aku sudah lama berhenti menjadi perempuan penjual diri, dan selamnya akan berhenti. Aku sudah terlalu kaya untuk menerima uangmu. Hartaku sudah cukup berlimpah untuk menjual diri”, kata Pusparatri lirih memecah kebisuan (Ibad, 2011: 209). (21) Pusparatri masih terdiam dengan air mata menetes di pipinya. Antara kebahagiaan dan kedukaan yang mendalam kebahagiaan karena ia telah mendapatkan apa yang sepanjang hidup diimpikannya. Kebahgiaan karena pertanda langit yang ia dapatkan itu telah menjadi kenyataan. Kebahagiaan karena akan ada yang mengisi hari-harinya. Kebahagiaan karena ia akan menjadi sempurna sebagai seorang perempuan dengan anak yang akan lahir dari rahimnya. Kebahagiaan bahwa ketakutannya selama ini bahwa dia perempuan mandul, seperti Nyi Poniyem, tidak terbukti. Namun juga kedukaan yang begitu mendalam, mengapa impian itu datang saat ia baru saja memilih perpisahan selamnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Rukh. Saa ia tak mungkin lagi untuk bertemu dengan Rukh. Walau sekedar untuk mengabarkan kebahagiaan (Ibad, 2011: 215). 4.3 Analisis Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapn dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2011: 165). Menurut (Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 3) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh tambahan adalah tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh- tokoh cerita yang dikemukakan di atas, tidak begitu saja ada di depan pembaca. Mereka memerlukan perantara yang kemungkinan kehadirannya. Ada dua cara dalam menggambarkan watak tokoh yaitu secara langsung (Teeling) dan tak langsung (Showing) (Nurgiyantoro, 2010: 195-210). 4.3.1 Tokoh Utama Ada satu tokoh utama yang terdapat dalam novel Puparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms yaitu Pusparatri. Tokoh pusparatri merupakan tokoh sentral dalam novel ini karena tokoh tersebut sangat dominan dan dalam setiap cerita selalu ada, dan penemuan tokoh utama dalam novel Puparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang berdasarkan analisis alur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Pusparatri digambarkan sebagai gadis kecil keturunan seorang raja. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut: (22) Pusparatri lahir tepat ketika jepang merebut kekuasaan Hindia Belanda. Sebagai putri keturunan Mataram, Raden Mas Joyokesumo memberi namanya Pusparatri, bunga malam, atau bunga sedap malam, karena Pusparatri terlahir saat ayahnya telah menjalani masa tuanya dan pensiun dari semua posisi pemerintahan yang pernah dibanggakan (Ibad, 2011: 3). Pusparatri adalah anak dari istri simpanan, yang bernama Retno kesambi. Hal ini ditujukan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut: (23) Meski tidak terlahir dari ibu nareswari, dan hanya dari seorang ibu yang hanya kembang desa yang menjadi simpanan dalam pengasingan (Ibad, 2011: 2). Pusparatri tidak pernah dekat dengan ayahnya. Pusparatri hanya bisa dekat dengan ayahnya beberapa kali saja. Dia tidak pernah tahu jika mempunyai saudara tetapi dari ibu yang berbeda. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut: (24) Pusparatri tetap merasa begitu dekat dan memuja Raden Mas Joyokesuma sebagai seorang ayah yang pantas untuk selalu dipuja meski hanya sebatas mimpi (Ibad, 2011: 2). (25) Di sepanjang hidupnya, pusparatri hanya bisa dekat beberapa kali saja dengan Raden Mas Joyokesuma (Ibad, 2011: 2). (26) Pusparatri juga dapat mengenali wajah- wajah sedikit bercucuran air mata, yang kata ibunya adalah anak- anak Raden Mas Joyokesuma dari ibu yang lain (Ibad, 2011: 2). Pusparatri dalam usia belia sudah dinikahkan dengan seorang lelaki uzur bernama Demang Wonokromo. Dia harus melayani Demang Wonokromo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
walaupun tidak tahu arti seorang istri dan suami. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (27) Demang Wonokromo segera mengincar Pusparatri, anak Retno Kesambi yang mulai menginjak remaja, genap sepuluh tahun usianya (Ibad, 2011: 32). (28) Pusparatri tidak tahu apa-apa, selain malam itu, Nyi Poniyem mendadaninya selayaknya putri keraton mataram, menghias kamarnya selayaknya peraduan para raja dengan haiasan kembang setaman. Pusparatri hanya tahu, Nyi Poniyem mengatakan bahwa Demang Wonokromo adalah suaminya. Dan sebagai seorang istri, tak ada yang harus dilakukan selain melayani semua keinginan suaminya (Ibad, 2011: 33). Tokoh Pusparatri merasakan tersiksa, ketika harus melayani Demang Wonokromo yang memiliki kesaktian dan keliaran dalam berhubungan suamiistri. Nyi Poniyem tidak tahu harus berbuat apa ketika Pusparatri mengadu padanya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalu kutipan sebagai berikut. (29) Sehingga dalam setiap percintaan, Pusparatri seolah tengah bercinta dengan bayangan sosok-sosok raksasa yang begitu mengerikan. Bukan lagi sosok Demang Wonokromo yang ia rasakan, tetapi sosok-sosok mitos seperti buto ijo atau gendruwo, yang tengah mencabik-cabik tubuhnya dengan tenaga raksasa dan nafas yang memburu (Ibad, 2011: 31) (30) Sementara setiap kali ia mengadu pada pembantu setianya, Nyi Poniyem akan selalu membujuknya untuk bersabar dan menerima, karena memang demikianlah kebiasaan para lelaki sakti yang beraliran hitam (Ibad, 2011: 31). Tokoh Pusparatri juga digambarkan sebagai tokoh yang pantang menyerah ketika dia sudah lepas dari kehidupan Demang Wonokromo yang menjadikannya istri kelima. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
(31) Ia sudah hampir setengah tahun, di setiap bulan terang, setiap tanggal sepuluh sampai tanggal dua puluh dalam pemenggalan jawa, menjalani kehidupan malam di puncak Bukit Ambulu (Ibad, 2011: 30). (32) Setidaknya untuk sementara, inilah yang bisa dilakukan. Sejak terlepas dari cengkaraman Demang Wonokromo, lelaki uzur yang telah menjadikannya sebagai istri yang ke lima (Ibad, 2011: 3031). Pusparatri memiliki pendirian yang kuat dalam menjalani kehidupan. Walaupun dia seorang wanita yang menjajakan tubuhnya, tapi dia tidak ingin menjadi istri simpanan atau merusak hubungan suami-istri pelanggannya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik dan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (33) “Dan aku sebagai perempuan, meskipun perempuan jalang, permpuan penjual diri pada laki- laki, aku tidak mau merebut suami orang. Apalagi ada anak yang dikorbankan. Aku tidak pernah menggoda apalagi menganggu suami orang. Aku hanya sebatas menunggu. Sebatas menunggu laki-laki yang datang untuk mendapatkan pelayananku. Bila mereka datang, maka aku layani. Bila tidak, aku tidak akan mencari. Aku hanya memberi mereka yang mencariku, membutuhkan aku, dan mau membayarku,” kata Pusparatri (Ibad, 2011: 39). (34) Ia tahu bahwa ia telah salah karena jatuh cinta pada lelaki istri orang. Dan ia pun tak pernah memiliki keinginan untuk merebutnya, atau menjadi istrinya. Meski ia mencintai Rukh, ia tetap menginginkan hubungannya dengan Rukh, hanyalah sebatas perempuan penghibur dengan lelaki yang membutuhkannya (Ibad, 2011: 178). Pusparatri memiliki trauma jika harus berhubungan dengan lelaki yang sudah mempunyai istri. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (35) Hingga saat ini, ia pun sangat takut bertemu dengan istri laki-laki yang tertarik padanya. Istri laki-laki yang dekat dengannya, atau meskipun hanya sebatas mengenalinya. Pusparatri telah mengalami trauma yang teramat parah, hingga bertemu dengan istri para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
tetangganya pun ia selalu ngeri dan berusaha menghindar. ,ketakutannya atas mereka akan memusuhinya karena kecurigaan akan merebut suami mereka (Ibad, 2011: 177). Pusparatri memiliki keinginan untuk berhenti menjual diri dan menjalani hidup normal sebagaimana wanita pada umumnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (36) “Aku akan mengumpulkan duit sebanyak-banyaknya dalam dua tahun atau tiga tahun ini, Nyi. Lalu aku akan berhenti menjual diri. Dan kalau mungkin, aku juga ingin memiliki anak untuk menyempurnakan kebahagiaan di rumah ini. Untuk meramaikan rumah ini. Kita berdua akan mengasuhnya, Nyi. Dia akan memanggilku ibu, dan memanggil Nyai nenek”, jawab Pusparatri sambil menahan isaknya. Airmata menetes di pipinya yang lembut (Ibad, 2011: 56). Pusparatri berkeinginan memiliki dari seorang lelaki yang dicintainya, lelaki itu Gus Rukh. Dia berkeyakinan bahwa Gus Rukh bisa memberikan seorang anak melalui rahimnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (37) Pusparatri semakin tertunduk. Ia tidak bisa membohongi dirinya bila ia mencintai lelaki itu dan begitu berharap akan mendapatkan benih dari lelaki yang penuh kesaktian itu. Entah mengapa hatinya begitu percaya bila lelaki sakti yang begitu mempesona hatinya itu, adalah lelaki yang bisa mewujudkan impiannya untuk memiliki seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Memikirkan cintanya, memikirkan impiannya, Pusparatri hanya tersenyum getir sambil berusaha menghapus ketakutannya tentang istri, bila memang harus dilakukan demi impiannya (Ibad, 2011: 106). Pusparatri digambarkan wanita yang sangat baik kepada tukang bendinya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (38) “Tidak kang. Aku sudah terbiasa. Bukankah setiap bulan aku selalu kesana”,jawab Pusparatri sambil tersenyum dan menyerhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
tiga lembar uang ribuan sebagai sewa bendi. Meskipun bendi itu adalah miliknya, namun karena sudah dipercayakan pada Paijo dengan bagi hasil, Pusparatri selalu menempatkan diri sebagai penyewa bila memakainya, agar Paijo tidak merasa dirugikan (Ibad, 2011: 60). Pusparatri menyimpan rahasia tentang ayah dari anaknya, hingga anaknya dewasa. Pusparatri tidak bisa memberitahu anaknya tentang siapa ayahnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (39) “Anakku, maafkan ibu yang tidak bisa memberi tahu siapa ayahmu sebenarnya. Karena bila kau tahu, kau justru akan menderita, anakku. Kalau kau tahu siapa ayahmu sebenarnya, kau justru akan tersiksa di sepanjang hidupmu”, kata Pusparatri dalam hati dengan mata berkaca-kaca, sambil menatap perahu penyeberangan yang masih saja bolak-balik, dari tepian utara ke selatan, dan dari tepian selatan ke utara. Terus mengulang dan terus berulang tanpa mengenal lelah (Ibad, 2011: 218). (40) Mengingat Rukh yang telah tiada dan Bilqis putrinya yang kini dihadapannya, air mata Pusparatri tiba-tiba merebak. Kalau saja ia tahu bahwa pada saat ia telah mengandung, mungkin ia akan berusaha untuk tetap bertahan dan menerima ratapan Rukh untuk menjadikan dirinya sebagai bagian dari kehidupannya meskipun hanya simpanan. Mempertahankan perkawinan rahasia itu. Mempertahankan perkawinan aneh itu. Kalau saja saat itu ia tahu, untuk menatap dunia, pasti ia akan tetap bertahan meskipun badai dari Karenina terus menghantamnya. Demi Bilqis anaknya (Ibad, 2011: 15). Teknik penulisan tokoh yang digunakan dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Kembang Perempuan karya Nurul Ibad adalah teknik langsung atau ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Pusparatri teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8),(9), (10), (11), (13), (14), dan (18). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (12), (15), (16), dan (17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Berdasarkan kutipan (1) sampai (18) dapat disimpulkan bahwa pengarang menggambarkan Pusparatri dengan menggunakan sudut pandang “aku”. Kutipan (1), (2),(3), (4), (5) menjelaskan bagaimana kehidupan Pusparatri yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Setiap kutipan menjelaskan bahwa Pusparatri dilahirkan dari seorang permpuan simpanan ayahnya. Ayahnya adalah seorang raja mataram, sedangkan ibunya adalah seorang perempuan desa. Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa ciri fisik Pusparatri, yaitu seorang perempuan. Kutipan (6) dan (7) menjelaskan bahwa Pusparatri harus menikah muda dan dalam usia sepuluh tahun dengan laki- laki yang sudah berumur, bernama Demang Wonokromo. Kutipan (8) dan (9) menjelaskan bagaimana kehidupan Pusparatri pasca menikah dengan Demang Wonokromo dan selalu tersiksa jika sedang berhubungan suami-istri. Kutipan (10) dan (11) menjelaskan Pusparatri tidak mengalami keterpurukan setelah berpisah dengan dari suaminya. Kutipan (12) dan (13) menjelaskan Pusparatri memiliki pendirian yang kuat dalam hal pernikahan. Kutipan tersebut juga menjelaskan
bahwa dia bukan perempuan yang rela
menjadi istri kedua dan menghancurkan sebuah pernikahan. Kutipan (14) menjelaskan Pusparatri memiliki trauma jika harus berhubungan dengan laki-laki beristri. Tetapi dijelaskan juga Pusparatri jatuh cinta dengan laki-laki yang sudah mempunyai istri. Kutipan (15) menjelaskan Pusparatri berkeinginan berhenti dari pekerjaannya, yaitu menjual diri. Kutipan (16) menjelaskan Pusparatri memiliki keyakinan bahwa lelaki yang dicintainya akan memberikan anak dalam rahimnya.. Kutipan (17) menjelaskan Pusparatri memiliki hati yang mulia dan baik kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
tukan bendinnya dan (18) menjelaskan Pusparatri mempunyai rahasia tentang ayah dari anaknya. Disutlah dia tidak pernah memberi tahu anaknya siapa ayahnya. 4.3.1 Tokoh Tambahan Tokoh-tokoh lain yang ada dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang ini adalah Gus Rukh, Nyi Poniyem, Demang Wonokromo, Bilqis, Margono, Raden Mas Joyokesumo, Herman, Karenina, dan Paijo. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 3). a. Gus Rukh Tokoh Gus Rukh di sini yang dimaksud adalah laki-laki yang membuat Pusparatri jatuh cinta. Dia merupakan anak dari seorang Kyai besar. Dia digambarkan sebagai laki-laki yang tampan, kharismatik, penuh dengan pesona,dan mempunyai wibawa. Gus Rukh membuat Pusparatri terpesona pada pandangan pertama. Hal ini ditunjukkan dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (41) Lelaki muda itu adalah Rukh. Seorang guru muda penuh dengan kenylenehan yang menggemparkan para kyai, yang tengah menjelajahi kehidupan malam di Tulungagung untuk menjaring orang- orang yang akan menjadi pengikut jemaatnya. Rukh, atau biasa dipanggil Gus Rukh, anak Kyai Jalaludin dari Palingsingan. Selama mengibarkan pengaruh dan ajarannya di Tulungagung, sudah belasan tokoh kiai dan pengusaha yang menjadi barisan pengikutnya. Termasuk keluarga Margono, sahabat dan langganan Pusparatri (Ibad, 2011: 71).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
(42) “Kemarin, dalam perjalanan pulang, tanpa sengaja aku melihat pemuda itu. Ia memang begitu tampan dengan penampilannya yang modern, begitu rapi, begitu mempesona. Dan kewibawaannya cukup menggetarkan, membuat orang selalu ingin bersamanya”, kata Pusparatri dengan tatapan menerawang ke langit- langit kamar yang tertutup anyaman kulit bambu wulung, sambil membayangkan wajah Rukh (Ibad, 2011: 51). Saat Pusparatri hanya berdua dengan Gus Rukh di bukit ambulu, Rukh memperlihatkan bahwa dia orang yang mempunyai ilmu. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (43) Mendengar jawaban itu, Rukh segera melepaskan rangkulannya dan bersila untuk memusatkan konsentrasinya. Sesaat kemudian, sosok Rukh telah berpendar menjadi dua sosok yang sama persis. Satu diantaranya kemudian bangkit dan berjalan beberapa meter, lalu duduk di atas altar pemakaman pecinan (Ibad, 2011: 78). Keinginan sebenarnya Gus Rukh adalah memberikan kesadaran kepada wanita-wanita penjual diri tentang artinya dosa, tetapi dia merasakan ada yang berbeda dengan Pusparatri. Dia merasakan bahwa keinginannya untuk menyadarkan sudah terlalu dalam, karena Pusparatri mencintainya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (44) “Atau setidaknya, jangan siksa aku dengan pesonamu. Aku akui, aku terlena dalam keindahan yang kau berikan padaku. Sebagai perempuan, aku bukanlah sudah sedemikian beku. Meskipun sebagai perempuan penjual diri pada setiap laki-laki, hatiku tidaklah membatu. Aku masih memiliki hasrat yang bisa tumbuh dan membara. Dan saat bersamaan, hasrat keperempuanku itu begitu membara. Aku mohon, jangan buat malam ini sama seperti malam yang kemarin. Aku mohon, bawalah hasratku itu untuk sampai pada penuntasannya. Dan kalau tidak bisa, ya sudahlah. Aku bisa menerimanya. Tapi bila begitu, aku ingin setelah malam ini kita tidak usah bertemu lagi. Aku tidak mau hatiku selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
tersiksa karenamu”, kata Pusparatri menghiba dengan airmata yang mulai menetes di pipinya (Ibad, 2011: 102). Pengakuan Pusparatri membuat Rukh merasa bahwa dia sudah terlalu dalam dan terlalu jauh memainkan perannya sebagai seorang Kyai. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya, kesalahan bahwa dia juga mulai tertarik dengan Pusparatri. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (45) Rukh tertegun mendengar ratapan Pusparatri. Dan ia semakin tertegun ketika ia merasakan pahanya basah oleh airmata Pusparatri. Ia sama sekali tidak menduga bila akan sedemikian hebat permainannya sehingga membuat perempuan setegar Pusparatri bisa terluka hatinya. Ia baru beberapa bulan, belum ada setahun, memulai perjuangannya di kalangan perempuan penghibur. Demi mengengtaskan mereka dari lumpur dosa lembah kemaksiatan menuju ketaatan. Ia menyadari masih banyak yang harus ia pelajari dalam pilihan perjuangan itu. Rukh menarik nafas dalam-dalam. Ia menyadari ada yang salah dalam cara pendekatannya pada perempuan penghibur seperti Pusparatri. Dan ia juga menyadari bahwa ada yang salah dengan dirinya ketika ia merasakan bahwa hatinya juga sangat tertarik dengan Pusparatri. Ia tidak bisa mengelak, bahwa Pusparatri adalah sosok perempuan kembang yang sangat menarik hatinya. Sosok perempuan yang ideal, sosok perempuan pujaan dalam khayalannya sebagai seorang laki-laki (Ibad, 2011: 102). Gus Rukh menikahi Pusparatri, tetapi hanya mereka yang tahu dan menurut Gus Rukh adalah pernikahan yang sah, walaupun tidak ada yang menyaksikannya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (46) “Tidak Qadsyia (Pusparatri). Aku hanya ingin agar percintaan ini menjadi berarti, sebaiknya kita adakan semacam upacara sebagaimana layaknya sebuah perkawinan. Meskipun ini aneh, tapi kita jalani saja untuk sedikit mengurangi rasa bersalah di kemudian hari”(Ibad, 2011: 105).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
(47) “He he he he....... semacam ijab kabul dan tari-tarian?,” tanya Pusparatri sambil tertawa kecil menyembunyikan keterkejutannya (Ibad, 2011: 105). Gus Rukh sangat mencintai Pusparatri dan tetap ingin menjadikan Pusparatri istri simpanannya. Dia tidak ingin berpisah dengan Pusparatri walaupun istrinya sudah mengetahuinya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak
langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai
berikut. (48) “Tidak Qadsyia (Pusparatri). Aku benar-benar menyayangimu, benar-benar menyintaimu. Menyayangimu dan menyintaimu sebagai laki-laki, sama seperti yang lain terhadap kekasihnya. Aku akui bila pada awalnya aku menyayangimu sebagai bagian dari perjuangan hisupku. Tetapi akhirnnya aku sadari bila aku benarbenar menyayangimu. Sebagaimana sayang dan cinta laki-laki pada perempuan impiannya. Bukankah berulang kali sudah aku katakan padamu, Qadsyia. Aku menikahi Karenina, karena ia adalah bagian dari takdirku meskipun hanya separuh darinya yang menjadi bagian dari sosok perempuan impianku. Dan kau adalah perempuan impianku sepenuhnya, karena iulah aku jadikan kau bagian dai takdirku” (Ibad, 2011: 202) (49) “Aku benar-benar tulus menyintaimu dan ingin menjadikanmu istriku yang sebenarnya. Sama seperti Karenina. Bahkan aku tidak peduli meskipun Karenina memusuhiku, asalkan kau mau selalu bersamaku” (Ibad, 2011: 206). Dalam pelukisan tokoh Gus Rukh, teknik tidak langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (20), (21), (22), dan (24). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (23), (25), (26), (27), dan (28). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (20) dan (21) menjelaskan sosok Gus Rukh menurut pandangan pertama Pusparatri dan membuat Pusparatri tidak berhenti memikirkannya. Gus Rukh adalah sosok yang tampan, kharismatik, wibawa, dan penuh pesona. Kutipan (22) menjelaskan Gus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Rukh menunjukkan kesaktiannya kepada Pusparatri dan membuat Pusparatri terkejut. Kutipan (23) menjelaskan tanpa disadari
Gus Rukh, Pusparatri
mencintinya. Pusparatri ingin melayani, tetapi sesuai dengan keinginannya. Kutipan (24) menjelaskan Gus Rukh mulai menyadari ada kesalan pendekatan dalam menyadarkan Pusparatri. Dia menyadari jika ada yang salah pada dirinya, bahwa Dia sudah mulai tertarik dengan Pusparatri. Sosok wanita yang menjadi pujaan dan khayalan sebagai seorang laki-laki. Kutipan (26) menjelaskan Gus Rukh ingin mejadikan Pusparatri istrinya dengan pernikahan yang hanya diketahui oleh mereka. Kutipan (27) dan (28) menjelaskan Gus Rukh sangat mencintai Pusparatri dan tidak ingin berpisah, walaupun istrinya tidak suka dan tidak menyetujuinya. Dia ingin menjadikan Pusparatri istri sah. b. Nyi Poniyem Tokoh Nyi Poniyem yang dimaksud di sini adalah orang yang merawat Pusparatri setelah ibunya meninggal. Nyi poniyem digambarkan sebagai sosok yang lugu, penyayang, pengasih, dan ikhlas. Nyi Poniyem hidup sebatangkara, hanya Pusparatri yang Dia punya. Nyi Poniyem sangat menaruh hormat kepada Pusparatri, karena Pusparatri merupakan anak seorang raja. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (50) Nyi Poniyem tidak memiliki sanak kerabat lagi selain Pusparatri. Dan Pusparatri juga tidak memiliki kerabat dekat lagi selain Nyi Poniyem (Ibad, 2011: 46). (51) Nyi Poniyem disepanjang hidupnya bersama Pusparatri selalu memanggil Den Ayu pada Pusparatri sebagai bentuk penghormatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
dan pengabdian. Meskipun sudah berulangkali Pupsaratri melarangnya, namun Nyi Poniyem tetap pada keyakinannya, bahwa garis darah kebesaran Pusparatri, tetap harus ia hormati agar ia tidak terkena walat (karma) dan agar ia mendapatkan keberkahan garis kebesaran itu (Ibad, 2011: 46). Sejak kesalahan menerima pinangan Demang Wonokromo, Pusparatri tidak menemukan kebahagaiaan tapi penderitaan. Nyi Poniyem tidak pernah ikut campur dengan kehidupan Pusparatri, tetapi sebenarnya Dia tidak pernah setuju jika Pusparatri menjadi wanita penjual diri. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (52) Nyi Poniyem hanya terdiam. Semenjak kesalahannya menerima pinangan Demang Wonokromo untuk Pusparatri, yang membuat Pusparatri justru jatuh dalam penderitaan yang mendalam, telah membuatnya tidak berani mengusik kesendirian Pusparatri,bendoro dan sekaligus sebagai anaknya. Bahkan ketika Pusparatri memutuskan untuk menjalani kehidupan sebagai perempuan penjual diri, ia hanya mendukungnya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah melihat Pusparatri tersenyum di sepanjang harinya (Ibad, 2011: 53). (53) Nyi Poniyem tertegun sesaat mendengar pertanyaan itu. Dalam hati sebenarnya ia menentang pilihan Pusparatri untuk menjadi iperempuan penghibur hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya (Ibad, 2011: 54). Nyi Poniyem orang yang sangat dekat dengan Pusparatri. Dia juga merupakan perempuan yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah Pusparatri dengan Gus Rukh. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (54) “Den Ayu, semua permasalahan yang telah datang harus dihadapi dan bukannya di tinggal lari. Permasalahan ini tidak akan pernah selesai kalau Den Ayu terus berusaha dan menghindar. Sebaiknya, Den Ayu hadapi saja. Apapun hasilnya itu urusan nanti. Dan nyai selalu mendukung keputusan Den Ayu” (Ibad, 2011: 195). (55) “Cinta terkadang bisa memiliki dan terkadang tidak, Den Ayu. Tetapi setiap manusia, tidak akan pernah bisa menghindar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
cinta”, kata Nyi Poniyem sambil berjalan mengiringi langkah Pusparatri (Ibad, 2011: 195). Dalam pelukisan tokoh Nyi Poniyem, pengarang menggunakan teknik langsung atau ekspositori tersebut dapat dilihat melalui kutipan (29), (30), (31), dan (32). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (33) dan (34). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (29) dan (30) menjelaskan Nyi Poniyem tidak memiliki siapa-siapa kecuali Pusparatri. Dia juga sangat menaruh hormat kepada Pusparatri, karena Pusparatri merupakan keturunan dari Raja Mataram. Kutipan (31) dan (32) menjelaskan Nyi Poniyem tidak berani ikut campur dengan apa yang dilakukan Pusparatri. Dia juga sebenarnya menentang ketika Pusparatri ingin menjadi wanita penjual diri. Kutipan (33) dan (34) menjelaskan Nyi Poniyem memberikan nasihat kepada Pusparatri. Dapat dijelaskan bahwa Nyi poniyem sangat bijaksana dalam menyikapi permasalahan yang menimpa Pusparatri. c. Demang Wonokromo Demang Wonokromo merupakan suami Pusparatri yang sudah tua. Dia memiliki empat istri dan Pusparatri merupakan istri kelima. Demang Wonokromo sebenarnya salah satu pembantu Raden Mas Joyokusomo, ayah Pusparatri. Dia digambarkan sebagai lelaki yang punya kewibawaan, kekayaan, dan memiliki puluhan anak cucu. Demang Wonokromo sebenarnya memiliki rasa suka kepada ibu Pusparatri, Retno Kesambi. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
(56) Demang Wonokromo adalah salah satu pembantu Raden Mas Joyokusumo dalam membabat hutan angker di Demuk untuk menjadi pemukiman. Sudah sejak lama mengincar Retno Kesambi, ibu Pusparatri untuk menjadi istri kedua. Namun Demang Wonokromo tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa menyimpan kegundahannya, Retno Kesambi justru dipinang Raden Mas Joyukusumo. Ketika Raden Mas Joyokesumo meninggal, Demang Wonokromo yang tidak pernah padam hasratnya pada Retno Kesambi, berulangkali membujuk Retno Kesambi agar mau menjadi istri ketiganya, dengan janji-janji gelimangan harta, juga masa depan Pusparatri. Namun Retno Kesambi selalu menolaknya dengan halus (Ibad, 2011: 31-32). (57) Lelaki Uzur yang dengan puluhan anak dan puluhan cucu. Memiliki lima istri termasuk Pusparatri. Kewibawaan dan kekayaannya, telah membuat semua orang tidak berani mengusik kehidupannya (Ibad, 2011: 31). Demang Wonokromo memiliki gairah lelaki yang menakutkan. Itulah yang dirasakan Pusparatri ketika menjadi istrinya dan harus melayaninya sebagai suami. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (58) Dan malamnya, Demang Wonokromo menghampiri dan membaringkannya di atas ranjang kayu jati berukir, dengan bungabunga melati yang bertebaran di atas kasur kapuk randu. Namun, putihnya bunga melati itu tak mampu mengalahkan merahnya kengerian malam pertama Pusparatri (Ibad, 2011: 33). Dalam
pelukisan
tokoh
Demang
Wonokromo,
pengarang
hanya
menggunakan teknik langsung atau ekspositori. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (35), (36), dan (37). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (35) menjelaskan Demang Wonokromo merupakan orang yang membantu ayah Pusparatri untuk membuat pemukiman di Demuk. Dia juga sangat menyukai Retno Kesambi, ibu Pusparatri. Kutipan (36) menjelaskan Demang Wonokromo adalah lelaki yang sudah taua dan memiliki lima isttri. Dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
digambarkan sebagai lelaki yang mempunyai kekayaan dan kewibawaan. Kutipan (37) menjelaskan malam pertama Pusparatri penuh dengan tekanan dan kengerian. d. Bilqis Bilqis adalah anak Pusparatri dan Gus Rukh, tetapi Bilqis tidak pernah tahu siapa ayahnya. Pusparatri tidak pernah memberitahu Bilqis tentang Rukh. Bilqis mengetahui masa lalu ibunya, tetapi dia tidak pernah tahu siapa ayahnya kandungnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (59) Begitu rapatnya Pusparatri menyimpan rahasia itu sampai Bilqis pun tak tahu bahwa Rukh ayahnya. Bilqis putrinya hanya tahu bahwa masa lalu ibunya adalah sebagai perempuan kembang bukit ambulu. Perempuan primadona yang menjadi dambaan dan buruan laki-laki pengejar kepuasan. Cukup bagi bilqis tahu bahwa ayahnya tidak pernah pasti siapa orangnya (Ibad,2011: 8). Bilqis digambarkan sebagai wanita yang cantik dan menikah dengan seorang pengusaha. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan pendekatan langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (60) Bagi Pusparatri, kemolekan Bilqis yang di warisi dari kecantikannya dan ketampanan Rukh, sudah menjadi harta yang tak ternilai bagi Bilqis untuk mencapai kebesaran dan kebahagiaan dalam hidupnya (Ibad, 2011: 8). (61) Pusparatri tersenyum lega ketika saat ini Bilqis, putrinya telah bisa menikmati kehidupan yang benar-benar hidup sebagai seorang perempuan, sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu bagi anaknya. Suaminya yang pengusaha perhiasan, telah menjamin kemapanan dan kemewahan seorang Bilqis (Ibad, 2011: 10). Bilqis masih mengutamakan Pusparatri sebagai ibunya, walaupun Dia sudah mempunyai suami dan anak. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (62) “Benar lho, kalau ibu keberatan, aku akan mengundurkan diri. Bagiku keputusan ibu, lebih penting dari semuanya”, jawab Bilqis sambil menggenggam tangan ibunya semakin erat. Mencoba menyakinkan bahwa baginya masih segala-galanya. Tak ada yang berubah meskipun ia telah memiliki suami dan anak-anaknya (Ibad, 2011: 14). Dalam pelukisan tokoh Bilqis, pengarang menggunakan teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (38), (39), dan (40). Sedangkan teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (41). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (38) menjelaskan Bilqis tidak pernah tahu siapa ayahnya, karena Pusparatri menutupi. Tetapi Bilqis tahu bahwa dulu Pusparatri adalah primadona di bukit Ambulu. Kutipan (39) dan (40) menjelaskan Bilqis memiliki paras yang cantik. Karena kecantikannya Dia mendapatkan suami yang kaya raya dan hidup sangat nyaman. Kutipan (41) menjelaskan walaupun Bilqis sudah mempunyai suami dan anak, Dia tetap memprioritaskan ibunya, Pusparatri. e. Raden Mas Joyokesumo Raden Mas Joyokesuma adalah ayah Pusparatri yang merupakan keturunan raja mataram. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekpsositori melalui kutipan sebagai berikut. (63) Raden Mas Joyokesuma, seorang keturunan raja Mataram, HamengkuBuwana II. Terlahir pertengahan abad 19 dengan tanda kelahiran kendit (garis putih melingkar diperutnya), sebagai tanda seorang manusia jawa yang terlahir memiliki kekebalan dan berbagai kesaktian, yang membuatnya dipercaya oleh pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
keraton Mataram dan Hindia Belanda untuk menjabat berbagai posisi penting pemerintahan, sebagai seorang Wedana, di Nganjuk, Blitar, dan Ngrowo Tulungagung sebelum akhirnya meninggal dan dimakamkan di Demuk (Ibad, 2011: 1). Raden Mas joyokesuma digambarkan sebagai laki-laki yang mempunyai kesaktian dan dia yang memberikan nama Pusparatri kepada anaknya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (64) Raden Mas Joyokesuma, dengan berbagai kesaktian dan pusaka keris semar mesem di tangannya, mampu membuka tanah wingit itu menjadi pusat kehidupan umat manusia di perbatasan selatan Tulungagung (Ibad, 2011: 2). (65) Pusparatri terlahir ketika jepang merebut kekuasaan Hindia Belanda. Sebagai putri keturunan Mataram, Raden Mas Joyokesuma memberinya nama Pusparatri, bunga malam, atau bunga sedap malam, karena Pusparatri terlahir saat ayahnya telah menjalani masa tuanya dan pensiun dari semua posisi pemerintahan yang pernah dibanggakannya (Ibad, 2011: 4). Dalam pelukisan tokoh Raden Mas Joyokesuma, pengarang hanya menggunakan teknik langsung atau ekspositori. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (42), (43), dan (44). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (42) menjelaskan Raden Mas Joyokesuma merupakan seseorang yang memiliki keturunan kerajaan Mataram. Kutipan (43) menjelaskan Raden Mas Joyokesuma memiliki kesaktian dan sebuah keris semar mendem. Kutipan (44) nama Pusparatri diberikan Raden Mas Joyokesuma yang memiliki arti yang sangat baik. f. Margono Margono adalah pelanggan Pusparatri. Margono digambarkan sebagai laki-laki yang mencintai Pusparatri dan ingin menjadikan Pusparatri istrinya. Dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
juga rela menceraikan istrinya untuk bisa menikah dengan Pusparatri. Hal ini ditunjukkan Pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (66) “Karena aku mencintaimu. Dan aku ingin kau menjadi istriku”, jawab Margono mantap, penuh percaya diri (Ibad, 2011: 42). (67) “Asal kau mau, aku rela menceraikan istriku. Aku juga sudah bosan menjalani hidup sebagai suami yang tidak menjadi seorang laki-laki di mata istri dan mertuaku” (Ibad, 2011: 39). Dalam pelukisan tokoh Margono, pengarang hanya menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (45) dan (46). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (45) dan (46) menjelaskan sikap Margono yang sangat mencintai Pusparatri dan ingin menjadikan Pusparatri sebagai istrinya. Dia juga mengungkapkan ingin menceraikan istrinya jika Pusparatri mau menjadi istrinya. g. Herman Herman adalah sahabat dan Dia juga adalah murid Gus Rukh. Herman adalah orang yang pertama kali memberitahu Pusparatri siapa Gus Rukh sebenarnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (68) Herman tersenyum dan berkata,”Kau tahu siapa Dia, Pusparatri?” Pusparatri hanya menggelengkan kepala dengan wajah yang telah sedikit kusut berkeringat. Keringat yang membasah, setelah dia menggerahkan seluruh tenaganya dalam memenangkan pergulatan dengan Herman. Meskipun akhirnya dia yang kalah. “Dia adalah Rukh, guruku, yeng lebih terkenal dengan panggilan Gus Rukh anak Kiai Jalaludin Palingsingan”, kata Herman (Ibad, 2011: 120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Herman memberitahu Pusparatri tujuan Gus Rukh selama ini menemuinya, yaitu untuk menyadarkan Pusparatri untuk tidak menjadi perempuan malam dan penjual diri lagi. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (69) “Mungkin Gus Rukh ingin menyadarkanmu, mengentaskanmu dari lumpur hitam kemaksiatanmu. Karena seperti itulah tugas Gus Rukh dari yang Maha Suci”, demikian kata Herman menghibur sambil beranjak untuk meninggalkan perempuan itu sendirian di kamarnya (Ibad, 2011: 121). Herman merasa gagal ujian yang diberikan oleh Gus Rukh dan Gus Rukh memberi tahu Herman bahwa Pusparatri adalah istrinya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (70) “Dan bahkan dalam dunia sirri, dunia yang penuh rahasia, dia adalah istriku,” kata Rukh dengan tubuh bergetar seolah memaksakan diri untuk menyakini kebenaran kata-katanya yang terakhir. Mendengar kata-kata Rukh yang terakhir itu seketika Herman jatuh tertuduk pucat pasi karena menyadari bahwa ia telah gagal melewati ujian yang diberikan Rukh padanya melewati Pusparatri. Ia memang bisa lulus dari rayuan dan godaan kemolekan Pusparatri. Namun ia telah gagal dalam ujian menjaga keihklasan, serta selalu rendah hati dan selalu memuliakan manusia apapun dan siapapun orangnya. Ia telah gagal dalam ujian kesombongan (Ibad, 2011: 148) Dalam pelukisan tokoh Herman, pengarang hanya menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihata melalui kutipan (47), (48), dan (49). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (47) menjelaskan herman memberitahu Pusparatri tentang Gus Rukh yang sebenarnya. Dalam kutipan tersebut dijelaskan Pusparatri tidak pernah tahu siapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
lelaki yang dicintainya. Kutipan (48) menjelaskan sikap Herman yang memberitahu tujuan Gus Rukh yang sebenarnya. Dia juga memberitahu tujuan Gus Rukh selama ini menemuinya. Kutipan (49) menjelaskan sikap Gus Rukh kepada Herman. Dia memberitahu Pusparatri adalah istrinya secara sirri. Herman merasa gagal dengan ujian yang diberikan oleh Gus Rukh. h. Karenina Karenina merupakan istri dari Gus Rukh. Karenina sangat marah dengan Pusparatri. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (71) “Untuk apa mencari Gus Rukh, mungkin aku bisa membantu?” tanya Karenina dengan penuh kelembutan namun menyimpan kemarahan yang tak tertahankan (Ibad, 2011: 174). (72) “Tidak usah berpura-pura, mbak. Sebagai sesama perempuan saya tahu mbak menyintai Gus Rukh dan berharap akan menjadi istrinya. Pulang dan bercerminlah siapa dirimu ini, sehingga merasa pantas mendapatkan Gus Rukh anak Kiai Jalaludin, orang yang dipuja ribuan pengikutnya. Berkacalah, apakah dirimu pantas menjadi ibu dari para kiai dan para sesepuh yang menjadi pengikut Gus Rukh. Atau mungkin kau terlalu haus lelaki? Kalau kau tidak bisa mendapatkan lelaki yang memuaskanmu, mungkin aku bisa membantumu mencariakan beberapa lelaki perkasa untuk memuaskan birahimu. Pergilah sebelum habis kesabaranku melihat wajahmu yang cantik namun busuk,” kata Karenina mengakhiri perkataannya melangkah masuk rumah meninggalkan Pusparatri yang masih menangis di teras (Ibad, 2011: 178). Dalam pelukisan tokoh Karenina, pengarang hanya menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik. Teknik tersebut dapat dilihat melalui kutipan (50) dan (51). Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (50) menjelaskan sikap Karenina yang penuh kemarahan kepada Pusparatri karena Dia tahu Pusparatri mencintai suaminya, tetapi bisa ditahan dengan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
senyuman dan kata-kata lembut. Kutipan (51) menjelaskan Karenina sudah tidak bisa menahan kemarahan dan mengungkapkan apa yang sedang dirasakan kepada Pusparatri, tidak peduli Pusparatri akan sakit hati. Karenina menganggap bahwa Pusparatri adalah perempuan perebut suami orang dan hanya ingin memuaskan birahinya kepada lelaki. i. Paijo Paijo adalah kusir bendi yang selama ini mengantarnya kemanapun Dia pergi. Paijo merupakan lelaki miskin yang lugu dan polos. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan sebagai berikut. (73) Paijo adalah seorang pemuda miskin yang menikah dengan gadis pilihannya yang juga dari keluarga miskin. Melihat keluguan dan kesulitan hidupnya, Pusparatri kemudian menawarinya sebuah kerjasama (Ibad, 2011: 58). Paijo tidak pernah menganggap Pusparatri sebgai perempuan penjual diri. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik langsung atau ekpsositori melalui kutipan sebagai berikut (74) Baginya, apapun pekerjaan Pusparatri, ia tidak peduli. Di matanya, Pusparatri bukanlah perempuan hina yang menjual diri melainkan seorang dewi penolong bagi dirinya, istrinya, kedua anaknya, bahkan kedua orang tuanya yang dipercaya memelihara beberapa ekor sapi dan kambing sebagai sumber penghasilan dengan sistem bagi hasil (Ibad, 2011: 59). Paijo ingin sekali melindungi Pusparatri bagaimanapun caranya, karena dia bukan menggangap Pusparatri sebagai majikannya tapi sudah seperti keluarga. Paijo cemas dengan sikap Pusparatri yang mencintai Gus Rukh begitu dalam. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
ini ditunjukkan pengarang dengan menggunakan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut. (75) “Seharusnya, Den Ayu tidak perlu seperti ini. Apapun yang berhubungan dengan Gus Rukh, tidak perlu Den Ayu tanggapi dengan penuh perasaan. Apalagi sampai membuat Den Ayu seperti ini”, sambil meyodorkan sebatang ketela pohon bakar pada Pusparatri (Ibad, 2011: 188). (76) “Sebagai kusir yang sering mangkal di pasar Wage, saya banyak bergaul dengan orang-orang yang mengenal Gus Rukh. Mereka seringkali bercerita tentangnya saat kami santai sambil menunggu penumpang atau saat ngopi di warung kopi. Jadi saya tahu banyak tentang Gus Rukh. Sudah lama saya ingin ngomong pada Den Ayu, tetapi saya tidak berani” (Ibad, 2011: 189). (77) Hatinya sedikit tergetar memikirkan ia telah membicarakan Rukh yang terkenal sakti itu. Mungkin orang yang dibicarakan itu tahu. Mungkin ia akan kualat (kena karma). Tetapi membicarakan Pusparatri adalah ndoro Putrinya, seseorang yang telah mengangkat kehidupannya, ia tidak peduli dengan karma itu. Untuk Pusparatri, bahkan mempertaruhkan nyawa sekalipun ia bersedia (Ibad, 2011: 190). Dalam pelukisan tokoh Paijo teknik tidak langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (52) dan (53). Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (54), (55), dan (56). Berdasrkan kutipan-kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kutipan (52) dan (53) menjelaskan Paijo adalah pemuda miskin yang di tolong Pusparatri dan sikap Paijo yang tidak peduli dengan apapun pekerjaan Pusparatri, karena Dia menganggap Pusparatri dewi yang diturunkan Tuhan untuk menolongnya dan keluarganya. Kutipan (54) menjelaskan ketika Paijo memberitahu tentang perasaan Pusparatri kepada Gus Ruhk yang seharusnya tidak begitu dalam, karena memang tidak seharusnya Pusparatri bersikap seperti itu. Kutipan (55) menjelaskan Paijo sebagai kusir Bendi yang sering mangkal di pasar, Dia tahu siapa Gus Rukh sebenarnya. Dia ingin memberitahu Pusparatri tentang sepak terjang Gus Rukh selama ini, tetapi Dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
takut Pusparatri akan tersinggung dengan ucapannya. Kutipan (56) menjelaskan Paijo sangat menyayangi Pusparatri. Dia tidak ingin hal yang buruk terjadi kepada Pusparatri, karena mempertaruhkan nyawanya untuk Pusparatri Dia bersedia. 4.4
Analisis latar Menurut Stanton (2007: 35), latar adalah lingkungan yang melengkapi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwaperistiwa yang sedang berlangsung. Menurut Nurgiyantoro (2010: 227), unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.
4.4.1 Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010: 227). Latar tempat pada novel Pusparatri adalah di Tulungagung Jawa Timur. Berikut latar tempat yang digunakan dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang. a. Pemakaman Demuk Pemakaman demuk adalah tempat ayah dari Pusparatri dimakamkan. Sebuah pemakaman yang keramat untuk warga di sekitar. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut. (78) Malam telah sangat larut di Demuk, ketika Pusparatri terbangun dari tidurnya. Duduk tertidur karena kelelahan membaca rangkaian doa dan mantra yang sedemikian panjang sebagai persembahan untuk para leluhurnya yang dimakamkan di kompleks pemakaman denuk. Sebuah pemakaman keramat di wilayah perbatasan Blitar Selatan di kaki bukit gunung gamping, yang telah menjadi makam dalam pengelolaan pemerintahan daerah.(Ibad, 2011: 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
b. Boyolangu (Pemakaman Prajna Paramitaputri) Boyolangu adalah pemakaman prajna Paramitaputri yaitu Nareswari Gayatri. Pusparatri di bawah alam sadarnya selalu mengadu kepada Nareswari tenatang kehidupannya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut. (79) Asap dupa, putih menghitam, mengepul membelah keremangan lampu minyak kompleks perabuan Prajna Paramitraputri. Merah bara arang pembakaran bercampur arang merang sesekali memercik ditiup angin, sebelum kemudian padam dan jatuh berserakan di lantai bata merah raksasas khas Majapahit (Ibad, 2011: 18). (80) Prajna Paramitaputri adalah Nareswari, istri Raden Wijaya yang diperabukan dan disemayamkan di Boyolangu, sebagai tumbal kebesaran Majapahit di wilayah barat daya (Ibad, 2011: 18). c. Puncak Bukit Ambulu Puncak Bukit Ambulu adalah tempat yang digunakan Pusparatri dan Wanita penjual diri yang lainnya untuk melayani lelaki hidung belang. Puncak Bukit Ambulu terletak di Gunung Wilis, Tulungagung, Jawa Timur. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut. (81) Purnama menampakkan kemolekannya di Puncak Bukit Ambulu. Cahaya putih keperakan memantul dari aneka warna porselen pemakaman pecinan, tempat di mana para perempuan pelayan kepuasan birahi laki-laki di kawasan Tulungagung, bisa beroperasi (Ibad, 2011: 27). (82) Angin semilir dari lereng Gunung Wilis. Membawa kesejukan yang sedikit membuat menrinding bulu roma bagi siapa saja yang menyusuri lereng keramat Bukit Ambulu dalam keremangan suasana (Ibad, 2011: 60). d. Waringinsapta Waringinsapta adalah desa yang ditempati oleh Pusparatri. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
(83) Jarak puluhan kilometer dari rumahnya, di Waringinsapta, menuju Demuk bukanlah sebuah penghalang (Ibad, 2011: 4). (84) Sosok perempuan penentu sejarah Majpahit yang telah di perabukan di Candi Gayatri di Bojolango, sebuah tempat yang tak jauh dari rumahnya di Waringinsapta (Ibad, 2011: 7) (85) Malam sudah mulai larut di Waringinsapta, suasana sudah sangat sunyi karena penduduk desa sudah terlelap dengan tidurnya masing-masing (Ibad, 2011: 58). e. Rumah Pusparatri Rumah di pinggir kali Brantas adalah rumah yang selama ini di tempati Pusparatri dan Nyi Poniyem. Rumah yang dijadikan Pusparatri sebgai tempat Dia dan Rukh bisa memadu cinta. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut (86) Di bawah rimbun pohon sawo khas mataraman belakang rumahnya di pinngiran Kali Brantas (Ibad, 2011: 9). (87) Sebuah rumah mungil, di pinggiran kali Brantas yang di kelilingi pohon waru, beberapa ratus meter jauhnya dari rumahnya yang sebernarnya (Ibad, 2011: 111). (88) Menuju sebuah rumah yang cukup mewah di pinggiran kali Brantas, tempat di mana Pusparatri dan Rukh menghabiskan malam-malam mereka dengan hasrat cinta (Ibad, 2011: 170). f. Kamar Pusparatri Kamar yang dimaksud adalah kamar yang digunakan Pusparatri untuk melayani tamu-tamu yang datang. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut. (89) Pusparatri pun segera bangkit dan dengan diikuti Rukh, berjalan menuju kamar utama. Sebuah kamar yang begitu indah, yang dipersiapkan Pusparatri khusus untuk melayani tamu-tamunya (Ibad, 2011: 115). (90) Dan sekali lagi dengan tersenyum, Pusparatri segera mematikan lampu kamar sehingga suasana menjadi gelap gulita (Ibad, 2011: 150).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
g. Rumah Rukh Rukh selama ini hidup dengan istri bernama Karenina, anak, dan mertuanya. Rukh tinggal di rumah yang sangat sederhana, jika di lihat bahwa Dia memiliki harta berlimpah. Di rumah ini juga, Dia harus bertemu dengan Karenina istri Rukh. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut. (91) Dengan harap-harap cemas, Pusparatri turun dari becak dan berjalan menuju sebuah rumah yang sangat sederhana. Begitu sederhana sehingga ia tidak begitu percaya bila Rukh yang berlimpah uang itu mau menghuninya (Ibad, 2011: 172). (92) Perempuan itu sebaya dengannya atau mungkin hanya dua tahun lebih tua darinya. Puspratri sama sekali tidak tahu bahwa perempuan muda penuh dengan keanggunan itu adalah Karenina, istri Rukh, yang sudah sering ia dengar ceritanya, namun belum pernah sekalipun dilihatnya (Ibad, 2011: 173). h. Pinggir Jalan (Hutan) Latar ini adalah tempat dimana Pusparatri, Nyi poniyem, dan Paijo sedang melakukan perjalanan ke Demuk untu melihat makam ayahnya, Raden Mas Joyokesuma. Di tempat ini Paijo bercerita tentang sepak terjang Gus Rukh sebagai penceramah. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut. (93) Seketika Paijo mengehentikan bendi di pinggir jalan di samping sebuah kebun buah mangga (Ibad, 2011: 188). (94) Apalagi ketika mengamati sekitarnya, Paijo menyadari bahwa mereka masih berada di sekitar hutan yang cukup jauh dari pedesaan (Ibad, 2011: 188) i. Tulungagung Tulungagung adalah tempat Pusparatri tinggal dan Rukh mengajarkan ajarannya tentang kemaksiatan dan menyadarkan wanita-wanita penjual diri. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan latar tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
(95) Dengan diantar becak, Pusparatri menyusuri sepanjang jalan kota Tulungagung. Mendatangi setiap tempat yang ia kenali sebagai tempat Rukh biasa menghabiskan waktu (Ibad, 2011: 172). (96) Tulungagung terlalu kecil untuk bersembunyi darinya (Ibad, 2011: 198). (97) Bendi itu berjalan perlahan ke Tulungagung dengan ketiga penumpangna yang menggigil kedinginan (Ibad, 2011: 186). Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa latar yang digambarkan dalam novel ada delapan tempat, yaitu Pemakaman Demuk, Boyolangu, Puncak Bukit Ambulu, Waringinsapta, Rumah Pusparatri, Kamar Pusparatri, Rumah Rukh, Pinggir Jalan (Hutan), dan Tulungagung. Tempattempat tersebut seringkali menimbulkan konflik batin pada tokoh Pusparatri, walaupun secara tidak langsung. 4.4.2 Latar Waktu Menurut Genette (dalam Nurgiyantoro, 2010: 231), dapat bermakna ganda: di satu pihak menyaran pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan di pihak lain menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Berikut ini latar waktu yang digunakan dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang. a.
Tahun 1961 Tahun 1961 adalah perjalanan hidup Pusparatri di Tulungagung. Hidup
penuh dengan penderitaan, kasih sayang, cinta, dan penuh dengan impian. Tahun ini menunjukkan kehidupan Pusparatri. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
(98) Perjalanan hidup yang membawanya melahirkan Bilqis, putri semata wayangnya. Perjalanan panjang penuh dengan impian, penuh gairah, penuh cinta, dan penuh penderitaan selama puluhan tahun. Sebuah kisah yang di mulai sejak tahun 1961, tepat ketika Rukh mulai menggibarkan sayap kebesarannya di Tulungagung. Kembali tergambar jelas (Ibad, 2011: 26). b. Waktu 7 hari Waktu tujuh hari adalah waktu yang berlalu bagi Pusparatri, tapi sangat menyakitkan untuk diingat. Pusparatri sedang sakit dan pada waktu ini juga Dia harus bertemu dengan istri Rukh, Karenina. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (99) Sudah satu minggu, Pusparatri terbaring lemah di pembaringannya. Badannya kurus dan wajahnya memucat. Sudah saru minggu ia merasakan badannya begitu lemas dan sulit menelan makanan yang disediakan Nyi Poniyem yang selalu mengkuatirkannya (Ibad, 2011: 170). (100) Seminggu telah berlalu sejak pertemuan yang mengoncang jiwa dan menghancurkan impian sore itu. Pusparatri masih tetap mengucilkan diri di rumahnya yang lama (Ibad, 2011: 196). c. Waktu 7 Tahun Dalam kurun waktu tujuh tahun Pusparatri harus mengalami penderitaan, karena menjadi istri kelima Demang Wonokromo. Istri-istri Demang Wonokromo selalu menyiksanya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (101) Sesaat Pusparatri seolah kembali terbawa pada kisaran masa lalunya, saat ia masih belasan tahun. Ia duduk terdiam di lantai sementara keempat istri Demang Wonokromo berdiri garang mengelilinginya. Menghujaninya dengan berbagai cercaan dan hinaan yang membuatnya menggigil ketakutan. Tidak Demang Wonokromo yang membuatnya tersiksa dalam tujuh tahun dan bahkan sepanjang hidupnya (Ibad, 2011: 176-180).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
d. Beberapa Peristiwa yang menunjukkan latar waktu (kehidupan sehari-hari) a)
Peristiwa terjadi pada sore hari, ketika Pusparartri sedang duduk santai didepan rumahnya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (102) Matahari telah memerah senja ketika Pusparatri tengah duduk termangu di balai-balai bamboo. Di bawah rimbun pohon sawo khas mataraman belakang rumahnya di pinggiran Kali Brantas (Ibad, 2011: 9).
b)
Peristiwa terjadi pagi hari, Pusparatri pulang dari Demuk dan mampir ke rumah Bilqis anaknya. Berikut ini tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (103) Sepulang dari pemakaman Demuk tadi pagi, Pusparatri memang menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Bilqis di Beji. Kebetulan berada satu arah jalur angkutan pedesaan yang di tumpanginya (Ibad, 2011: 11).
c)
Peristiwa terjadi malam hari yang selalu dilakukan Pusparatri dalam menunggu pelanggan datang kepadanya di puncak Bukit Ambulu. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (104) Malam itu, sama seperti malam-malam yang kemarin, Pusparatri duduk terpaku di atas altar pemakaman dengan porselen merah jambu, dibawah rimbun pohon kamboja dengan bunganya yang bermekaran (Ibad, 2011: 29). (105) Ketika malam baru menjelang, biasanya hanya para lelaki yang berkantong tebal yang berani datang. Semua perempuan pelayab birahi di Bukit Ambulu, masih akan mematok harga yang cukup tinggi karena wangi (Ibad, 2011: 29).
d)
Peristiwa terjadi di senja dan malam hari yang menunjukkan bahwa Pusparatri berfikir tentang Rukh, untuk pertama kalinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
bertemu dan merasakan kerinduan dengan lelaki tersebut. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (106) Hari telah berganti di senja ketika Puspratri memulai hatinya dengan suasana hati yang baru. Meskipun masih berharap bisa bertemu dengan lelaki yang mengusik hatinya, namun ia tak lagi memperdulikan kerinduannya. Setidaknya, ia tak mau lagi mengorbankan perasaan dan hari-harinya untuk lelaki yang mempesona hatinya, walau belum cukup membuatnya memiliki keinginan untuk memilikinya (Ibad, 2011: 93). (107) Matahari mulai terbenam, suara adzan maghrib mulai diperdengarkan. Becak yang ditumpangi Pusparatri berjalan perlahan meninggalkan pertokoan di sekitar stasiun. Saat melewati kegelapan jalan di sekitar pohon beringin kembar alun-alun depan masjid agung, ia dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba melompat dari bilik kegelapan bayangan pohon beringin. Lalu naik becak dan duduk di sisinya. Pusparatri hampir menjerit. Namun begitu melihat siapa lelaki itu, ia menahan jeritannya dan menggantikannya dengan senyum (Ibad, 2011: 94). e)
Peristiwa terjadi pagi hari yang menunjukkan bahwa Puspratri sudah tidak bisa menemukan sosok Rukh di sampingnya setelah bercinta semalaman. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (108) Malam telah menjelang pagi ketika Pusparatri terbangun oleh rintik hujan gerimis. Sesaat ia tersenyum ketika menemukan dirinya masih telanjang berselimut jeans, milik lelaki yang menuntaskan hasrat bersamanya (Ibad, 2011: 109).
f)
Peristiwa terjadi malam hari yang menunjukkan Pusparatri sudah enam minggu tidak pernah datang ke puncak bukit Ambulu lagi dan ia hanya melayani tamu di rumah kecilnya. Pada peristiwa ini juga Pusparatri kedatangan Rukh dan Temannya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menunjukkan hal tersebut. (109) Waktu sudah mendekati jam sepuluh malam ketika Pusparatri menerima kedatangan dua orang tamu. Dua laki-laki yang sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
basah oleh hujan yang turun sejak siang tadi, dan baru saja reda. Rukh, lelaki itu datang di temani seorang laki-laki yang hampir sebaya dengannya. Dua tahun lebih tua (Ibad, 2011: 111). (110) Sudah enam minggu, Puspratri tidak lagi menjalani kehidupan malamnya di bukit Ambulu. Ia kini memberikan pelayanan pada para lelaki yang menjadi tamunya, di sebuah rumah kecil yang sengaja di bangun di atas sebidang tanah yang sudah lama dibeli (Ibad, 2011: 111). g)
Peristiwa terjadi malam hari yang menunjukkan Pusparatri sudah berpakaian dan sudah diatas tempat tidur. Dia mengingat pertemuan terakhir dengan Rukh. berikut ini kutipan tidak langsung yang menunjukkan hal tersebut. (111) Hari telah menjelang malam ketika Pusparatri terbangun dari tidurnya dan menemukan diri telah berpakaian rapi dan berselimut kain tebal di ranjangnya. Sementara di sisi ranjang, di atas lantai, Nyi Poniyem tertidur dalam posisi duduk dengan kepala bersandar pada tiang ranjang. Sesaat, Puspratri mencoba menemukan ingatannya kembali, terakhir yang ia ingat hanyalah kehadiran Rukh, percintaan terakhir yang begitu menyikas hatinya, dan ucapan perpisahan, lalu Rukh melangkah pergi. Setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi (Ibad, 2011: 211).
4.2.3 Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 227). Dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad, Ms selain terdapat keberagaman latar tempat juga terdapat keberagaman latar sosial. Pusparatri adalah perempuan keturunan kerajaan Mataram, yang memiliki kepercayaan, cara berfikir, dan tradisi. Walaupun Pusparatri tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
mengenal ayahnya secara langsung, tetapi dia mempunyai sebuah keris untuk mengingat ayahnya. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (112) Jadilah Qadsyia Pusparatri sebagai namanya. Atau Roro Qadsyia Pusparatri, karena ia masih keturunan Raja Agung Mataram Hamengku Buwana II, sehingga berhak menyandang gelar kehormatan sebagai seorang Roro, atau Raden Ayu, atau Raden Ajeng (Ibad, 2011: 4). (113) Sejenak Pusparatri tersenyum simpul sambil menimang sebentuk keris yang selalu menemaninya sejak ibunya, Retno Kesambi meninggal. Keris itu bernama Kiai Semar Mesem. Kata mendiang ibunya, keris itu memiliki banyak kekuatan. Berguna untuk menjaga diri dan menghancurkan orang yang tidak disenanginya. Serta kekuatan dahsyat untuk membuat setiap orang akan tergila-gila padanya (Ibad, 2011: 5). (114) Dengan memegang keris itu, Pusparatri percaya bahwa Bilqis putrinya akan memiliki daya pesona berlipat ganda yang bisa membuatnya dicintai oleh semua orang yang melihatnya (Ibad, 2011: 6). Latar sosial tentang sebuah tradisi. Pusparatri tidak bisa meninggalkan tradisi membacakan sebuah mantra, karena Dia adalah keturunan dari kerajaan Mataram. Pusparatri juga percaya dengan kesaktian seseorang, walaupun orang itu sudah meninggal, Dia percaya kesaktiannya tidak pernah hilang. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (115) Puspratri terus larut dalam keheningannya, sementara bibirnya sesekali komat kamit membaca mantra. Sebagai keturunan Mataram, tradisi mantra telah ia terima sejak kecil dari kakeknya, ibunya, dan juga Nyai Poniyem pembantu setianya. Sementar Raden Mas Joyokesuma ayahnya, tidak ada pengajaran tradisi mantra didapat Pusparatri selain warisan keris Kyai Semar Mesem yang baru saja ia wariskan pada Bilqis putrinya (Ibad, 2011: 18). (116) Pusparatri sedang menerapkan mantra sakti pangracutan, sebuah ilmu untuk mengeluarkan kesadaran sukma memasuki alam astral yang pernah diajarkan ibunya, dulu ketika ia terus merengek bertemu dengan ayahnya, sementar ayahnya saat itu sudah meninggal. Dengan ilmu itu, Puspratri bisa bertemu dengan arwah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
siap saja yang ingin ditemuinya sebagaimana sebuah mimpi (Ibad, 2011: 18-19). Latar sosial dalam novel ini juga menggambarkan sebuah kepercayaan tentang legenda Roro Kembangsore yang entah kenapa pada akhirnya tempat Roro Kembangsore menjadi tempat berkumpulnya para pelayan birahi. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (117) Roro Kembangsore sang putri Mbetak, yang kisah cintanya dengan sang Lembu Peteng, putra Majapahit , memang begitu melegenda. Sebuah cinta suci yang berbalas sebuah cinta hanya sebuah persinggahan, yang membuat Roro Kembangsore memilih menjadi seorang maharesi, seohrang pertapa, seorang sufi di balik cadarnya setelah pertemuannya dengan Susuhan Kalijaga di Ngujang, istana para kera. Entah mengapa juga Ngujang istana para kera itu, kemudian menjadi tempat berkumpulnya para pelayan birahi (Ibad, 2011: 28). Latar sosial dalam novel ini juga menggambarkan tentang Puspartri yang selalu menari jika ada masalh atau sedang gelisah. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (118) Puspartri menari dengan penuh gairah. Jika biasanya, ia menari hanya sebatas menari dan dengan hati menjerit. Kali ini ia menari dengan penuh senyuman dan hati yang berbunga-bunga. Membuat ia begitu mempesona dalam tariannya. Ia menari penuh kebahagiaan sebagaimana saat menari telanjang dan penuh cinta di puncak bukit Ambulu, saat mengharapkan curahan hasrat cinta dari Rukh, lelaki yang dipujanya, meskipun belum ia kenal namanya (Ibad, 2011: 143). Latar sosial dalam novel ini juga menggambarkan tentang kegamaan, yaitu tentang Rukh yang mempunyai banyak jemaat dan menjadi pemimpin dalam berdoa. Jemaat Rukh percaya bahwa Dia bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Berikut ini kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
(119) Sementara itu, jauh disisi barat kota, barisan jemaat Rukh tengah asyik melantunkan dzikir, nyanyian ruhani untuk mendekatkan diri dann mendaptkan kecintaan dari Tuhannya. Beberapa kiai berbaris paling depan, lalu diikuti para pemuda dan kelompok perempuan. Melantunkan nyanyian Tuhan dengan penuh kekhusyu‟an, karena percaya Rukh yang sedang duduk di depan terdiam dalam semedinya sendiri, bisa mengantarkan mereka semua untuk mendapatkan dan kecintaan dari Tuhan. Rukh tengah berkomunikasi dengan Tuhan untuk menyampaikan apa yang menjadi maksud dari murid-muridnya (Ibad, 2011: 162). Latar sosial dalam novel ini juga menjelaskan bagaimana seorang janda dijauhi oleh orang karena takut suami mereka akan direbut dan tak kesetiaan para suami tergoyahkan. Berikut kutipan tidak langsung yang menggambarkan hal tersebut. (120) Selama itu pula ia hanya berdiam diri di rumahnya, tanpa pernah keluar rumah. Dan bahkan saat tahun-tahun pertama ia menjadi janda, para istri tetangganya pun selalu mengawasinya, mencurigainya, dan menjauhinya, karena sebagai janda kembang dikuatirkan bisa menggoyahkan kesetiaan para suami. Atau janda kembang yang haus akan kehangatan laki-laki, suami-suami mereka (Ibad, 2011: 176).
4.5
Analisis Konflik Batin menggunakan Teori Psikologi Abraham Maslow Analisis psikologis tokoh utama, Pusparatri menggunakan teori Abraham
Maslow. Maslow (2010, dalam Feist: 333-335) mengungkapkan kebutuhankebutuhan dasar manusia digolongkan menjadi lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan aktualisasi diri. Berikut uraian dan analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
4.5.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisiologis Dalam novel Pusparatrai: Gairah Tarian Perempuan Kembang memiliki kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis Pusparatri mulai tidak terpenuhinya setelah dia menikah di usia sangat muda yaitu sepuluh tahun. Pusparatri belum tahu apa itu menikah, apa itu tugas istri, dan apa arti suami dalam sebuah pernikahan. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (121) Dan ketika Retno Kesambi tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal, Demang Wonokromo segera mengincar Pusparatri, anak Retno Kesambi yang mulai menginjak remaja, genap sepuluh tahun usianya. Puspratri sebagai gadis yang mulai menginjak remaja, tak ada kata lain dalam „titip‟ masa depan itu, selain sebuah perkawinan (Ibad, 2011: 32). (122) Hanya Nyi Poniyem yang tahu prosesi perkawinan itu, dan hanya melalui Nyi Poniyem para tetangga di sekitar rumah Pusparatri menjadi tahu bahwa Demang Wonokromo telah menikahi Pusparatri. Sementara Pusparatri sendiri tidak tahu apaapa selain malam itu, Nyi Poniyem mendadaninya selayaknya putri keraton mataram, menghias kamarnya selayaknya peraduan para raja dengan hiasan kembang setaman. Pusparatri hanya tahu Nyi Poniyem mengatakan bahwa Demang Wonokromo adalah suaminya. Dan sebagai seorang istri, tak ada yang dilakukan selain melayani semua keinginan suami (Ibad, 2011: 33). Sejak berpisah dengan Demang Wonokromo kebutuhan fisiologis Pusparatri mulai tidak terpenuhi. Ia sementara waktu harus bekerja menjadi perempuan malam untuk menghidupi dirinya dan Nyi Poniyem. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pusparatri memiliki kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi sehingga Puspratri harus menikah di usia sangat muda dan harus menjadi perempuan malam setelah lepas dari suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
4.5.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman Pusparatri dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang membutuhkan rasa aman, rasa aman dari istri-istri suaminya, dan istri Pelanggannya. Kebutuhan akan kentrentaman dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan rasa aman. Umur sepuluh tahun, Pusparatri harus menikah dan merasakan penderitaan selama pernikahan. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (123) Pusparatri sebagai gadis yang menginjak remaja, tak ada kata lain dalam kata ‟titip‟ masa depan itu, selain sebuah perkawinan (Ibad, 2011: 32). (124) Sementara Pusparatri sendiri tidak tahu ap-apa, selain malam itu, Nyi Poniyem mendadaninya selayaknya putri Keraton Mataram (Ibad, 2011: 32). Selama menjadi
istri
Demang Wonokromo,
pusparatri
merasakan
penderitaan yang tiada henti. Istri-istri Demang Wonokromo selalu menyiksanya dan mencaci makinya. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (125) Ia duduk terdiam di lantai sementara keempat istri Demang Wonokromo berdiri garang mengelilinginya. Menghujaninya dengan berbagai cercaan dari hinaan yang membuatnya menggigil ketakutan. Para istri Demang Wonokromo di matanya saat itu seolah para raksasa yang ingin menelannya bulat-bulat. Ada yang menjambak rambutnya, ada yang menampar pipinya, ada yang menendang perut dan punggungnya, dan ada yang menarik tangannya untuk bangkit lalu menghempaskannya hingga tersungkur di lantai tanah (Ibad, 2011: 176). (126) Sebuah kengerian yang membuatnya sangat ketakutan saat itu dan membuatnya tak bisa menjalani hidup dengan tenang selama tujuh tahun menjalani hidup sebagai istri kelima Demang Wonokromo (Ibad, 2011: 176).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Pusparatri juga harus merasakan tanggapan miring setelah jadi janda. Banyak tetangga yang takut suaminya akan jatuh hati kepadanya sebagai janda kembang. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (127) Dan bahkan saat tahun-tahun pertama ia menjadi janda, para istri tetangganya pun selalu mengawasinya, mencurigainya, dan menjauhinya, karena sebagai janda kembang dikuatirkan bisa menggoyahkan kesetiaan para suami (Ibad, 2011: 176). (128) Hingga saat ini, ia pun sangat takut bertemu dengan istri lakilaki yang tertarik padanya. Istri laki-laki yang dekat dengannya, atau meskipun hanya sebatas mengenalinya. Pusparatri telah mengalami truma yang teramat parah, hingga bertemu dengan istri para tetangganya pun ia selalu ngeri dan berusaha menghindar. Ketakutannya atas mereka akan memusuhinya karena kecurigaan akan menrebut suami mereka (Ibad, 2011: 177). Pusparatri juga harus bertemu dengan istri Rukh, lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (129) Dan kini, ia harus berhadapan dengan Karenina, istri Rukh, lelaki yang telah menumbuhkan semangat dalam dirinya. Lelaki yang telah memberinya keindahan dan kebahagiaan. Lelaki yang telah membangkitkan cintanya. Lelaki yang ia cintai dan rindukan. Ia tahu bahwa ia telah salah karena jatuh cinta pada lelaki istri orang (Ibad, 2011: 177). 4.5.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan Setelah orang terpenuhi akan kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan. Dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang, masing-masing tokoh juga membutuhkan rasa cinta dan keberadan dari keluarga dan lingkungan. Kebutuhan cinta dan keberadaan yang tidak terpenuhi oleh Pusparatri ketika dia tidak pernah mengenal ayahnya maupun keluarga ayahnya. Ketika ayahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
meninggal Pusparatri baru tahu jika dia bukan anak satu-satunya dari ayahnya. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (130) Di sepanjang hidupnya, Pusparatri hanya pernah biasa dekat beberapa kali saja dengan Raden Mas Joyokesuma, ayahnya, dan itupun saat ia masih sangat belia. Dan ketika Pusparatri mulai bisa menyadari arti pentingnya seorang ayah, ia mendapat iring-iringan puluhan manusia mengantar tubuh ayahnya yang telah terbungkus rapat kain kafan di dalam peti berukir (Ibad, 2011: 2). (131) Dari ibunya pula, Pusparatri jadi mengerti bahwa ia bukanlanh anak sebatangkara, namun ada tujuh anak yang lain sebagai saudara atau aah dengan dirinya. Namun Pusparatri tidak mengerti, mengapa ibunya melarang dirinya menyapa saudara-saudaranya itu (Ibad, 2011: 3). Pusparatri merasakan hidup sebatangkara hanya dengan Nyi Poniyem yang sudah dianggap sebagai ibu. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (132) Kehidupannya yang sebatangkara sejak berusia sepuluh tahun, telah membuat Pusparatri tidak memiliki semangat lagi untuk menjalani kehidupannya. Hanya ia yang selalu mendorong Pusparatri untuk bisa menjalani hidup sebatas apa adanya kehidupan yang mesti dihadapinya (Ibad, 2011: 54). 4.5.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Penghargaan Setelah orang-orang memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan, mereka bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan, yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan, dan kemampuan. Dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang tidak terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan membuat tokoh menjadi tidak percaya diri dan malu. Kebutuhan akan penghargaan tidak terpenuhinya ketika Pusparatri harus bertemu dengan istri Gus Rukh, Karenina. Pusparartri merasa sudah tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
bertemu lagi dengan Rukh. Dia merasa kalau Rukh tidak tulus mencintainya. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (133) “Kau tidak menyintaiku dengan tulus Mas. Itu bukan kesucian cintamu, tapi hanya naluri petualanganmu, naluri kebesaranmu, naluri kenyelenehanmu. Kau telah meninggalkan Khumaira yang putri kiai besar, dan menjatuhkan pilihanmu pada Karenina yang bukan santri, bahkan anak musuh dari para kiai. Kau telah berhasil menunjukkan kehebatan petualanganmu, kehebatan kebesaranmu, dan kehebatan kenylenenhanmu, karena kau berhasil menjadikan Karenina sebagai seorang ibu nyai yang hebat. Lalu kau ingin menambahkannya dengan menjadikan aku sebagai istrimu, perempuan penghibur, pelayan nafsu lelaki. Kau ingin menunjukkan kehebatanmu pada dunia bahwa setelah kau bisa mengubah seorang perempuan kafir dan anak orang kafir menjadi nyai. Lalu kau ingin menunjukkan lagi pada dunia bahwa kau bisa mengubah seorang mantan pelacur menjadi seorang ibu nyai. Mungkin kau berhasil, mas. Tetapi perempuan itu bukan aku” (Ibad, 2011: 207). 4.5.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Ketika semua kebutuhan sebelumnya sudah bisa terpenuhi, orang secara sistemantis akan beranjak ke kebutuhan selanjutnya, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhnan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri dan sadar akan potensi diri. Kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi ketika Pusparatri bertemu denngan istri Rukh, yaitu Karenina. Dia tidak bisa mempertahankan harga dirinya sebagai perempuan. Dia dihina, dimaki, dan diharapkan menjauh dari Rukh. berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (134) “Maksud saya...” Pusparatri tak mampu melanjutkan katakatanya. Ia hanya bisa menangis. Kata-kata Karenina begitu menyakitkan baginya. Menghancurkan seluruh harga dirinya sebagai seorang perempuan. Tubuhnya sedikit gemetar menahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
perasaannya, juga menahan tubuhnya yang lemas karena sudah seminggu hanya bisa terbaring di pembaringan (Ibad, 2011: 175).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
4.6
Konflik Batin Akibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Tokoh Pusparatri Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam hidup
Puspratri, maka menyebabkan konflik yang dialami oleh Pusparatri, yaitu. 4.6.1 Rasa Takut Rasa takut adalah satu konflik batin yang dialami oleh Pusparatri akibat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Pusparatri merasa dirinya terancam dan ketakutan karena harus menghadapi cacian dan hinaan dari para istri Demang Wonokromo. Dia juga harus mendapatkan siksaan dari para istri, dapat dilihat pada kutipan (125) dan (126). Pusparatri harus hidup dengan awasan, kecurigaan, dan dijauhi oleh para istri di tetangganya karena takut akan kesetiaan para suaminya mendekati Pusparatri sebagai janda muda. Pusparatri juga ketakutan jika harus bertemu dengan istri lelaki yang tertarik padanya atau hanya sebatas mengenalnya, itu terlihat pada kutipan (127) dan (128). Selain itu, ketakutan Pusparatri harus muncul karena bertemu dengan istri Rukh, Karenina. Karenina menyadari Pusparatri mencintai suaminya, itu terlihat pada kutipan (129). Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk aktualisasi diri, membuat Pusparatri merasa takut bertemu dengan Karenina, yang sudah menghancurkan harga dirinya sebagai perempua. Itu terlihat dari kutipan (130).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
4.6.2 Tidak Percaya Diri Kebutuhan Dasar yang tidak terpenuhi dalam diri Pusparatri juga menyebabkan dirinya tak percaya diri. Kutipan (130) dan (131) Pusparatri tidak percaya diri karena tidak pernah dekat dengan ayahnya. Dia baru tahu bahwa dia mempunyai saudara dari istri yang lain ayahnya. Pusparatri tidak boleh menyapa maupun sekedar berdekatan dengan saudaranya, karena ibunya seperti orang asing di saat pemakaman ayahnya. Selain itu kutipan (132) sejak usia sepuluh tahun Pusparatri harus hidup sendiri, hanya dengan Nyi Poniyem pembantu setianya. Pusparatri seperti kehilangan kepercayaan diri dan tidak memiliki semangat untuk menjalani hidup. 4.6.3 Rasa Marah Kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi oleh Pusparatri, menimbulkan rasa marah kepada Rukh. Pada kutipan (133) Pusparatri marah karena dia merasa tertipu oleh Rukh. Pusparatri merasa Rukh tidak menyintainya dengan tulus, Rukh hanya ingin menyadarkan dirinya dari kemaksiatan. Pusparatri merasa Rukh ingin mempermainkannya. Dia merasa Rukh hanya ingin menunjukkan pada orangorang bahwa dia bisa menaklukan mantan perempuan penghibur untuk di jadikan istri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
4.7
Relevansi
Hasil
Analisis
Konflik
Batin
Tokoh
Utama
dalam
Pembelajaran Sastra di SMA kelas XII Semester 1 Ada tiga aspek penting yang harus diperhatikan guru memilih bahan pembelajaran novel SMA. Tiga aspek itu meliputi bahasa, psikologi siswa, dan latar belakang budaya siswa (Rahmanto, 1987: 27). Berkaitan dengan bahan pembelajaran sastra tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam mengapresiasikan sastra dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms ini sarat akan nilai moral dan nilai kehidupan sehingga dapat dipelajari dan ditawarkan pada siswa.
Novel ini dapat digunakan untuk mengembangkan
kepekaan siswa memahami suatu masalah dalam kehidupan nyata dan memungkinkan untuk diajarkan di SMA kelas XII semseter 1 berkaitan dengan menjelaskan unsur-unsur instrinsik dari pembacaan penggalan novel. Berikut ini hasil analisis novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dari ketiga aspek di atas. 4.7.1 Aspek Bahasa Bahasa yang digunakan dalam novel itu tidak jauh dari pengunaan bahasa jawa, artinya kosakatayang dipergunakan pada umumnya sudah dipahami oleh siswa dan tidak menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mengartikannya. Meskipun terdapat kosakata dalam bahasa daerah Jawa Timur, siswa diharapkan dapat memahaminya karena pengarang secara tidak langsung memberi penjelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
ke dalam bahasa Indonesia pada belakang kosakata bahasa jawa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut. (135) Perempuan yang menjadi idolanya, sebenarnya sama seperti kamu. Tinggi semampai dan sedikit besar. Katanya mirip kapal terbang. Gede dhuwur penak tumpakane. Besar dan tinggi, enak tumpangannya,” kata Rukh memperkenalkan temannya, seolah ingin segera mengalihkan pembicaraan (Ibad, 2011: 113). (136) Kau berdarah bangsawan dan para kiai, aku juga berdarah Mataram dan Wong Agung ing Kudus (Ibad, 2011:155). (137) Sebuah wilayah yang semulai hutan belantara yang sangat angker, jalmo moro jalmo mati, sato moro sato mati, manusia datang manusia itu mati, hewan datang hewan itu mati (Ibad, 2011: 2). (138) Tulang, daging, dan garis darah diwariskan Raden Mas Joyokesuma semakin menambah kepekaan Pusparatri dalam menerapkan mantra-mantra sakti itu. Rembesing madu tetesaning ratu, pancaran madu dan tetesan keningratan (Ibad, 2011: 19). (139) “Wong tuwo Gustiallah katon, itu hanya istilah, Kemuning. Hanya istilah tentang ketinggian derajat orang tua, tentang kekeramatan orang tua. Tapi tidak untuk menentukan segalanya. Hanya Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Agung yang menentukan segalanya” (Ibad, 2011: 23). Dalam karangannya, Nurul Ibad menggunakan kalimat yang cukup sederhana yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan pembaca menangkap arti dan maksud. Untuk pembelajaran apresiasi sastra, guru juga dapat memanfaatkan gaya bahasa dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang sebagai materi pembelajaran kebahasaan, misalnya penggunaan kosakatanya, struktur kalimat, dan sebagainya. 4.7.2 Aspek Perkembangan Psikologis Siswa Pada umumnya siswa SMA berada pada masa peralihan antara tahap realistik ke tahap generalisasi, anak tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
menganalisis suatu fenomena (Rahmanto, 1987). Dengan demikian diharapkan siswa mempunyai minat untuk menemukan nilai-nilai kehidupan, menganalisis masalah-masalah yang ada dalam novel Pusparatri, dan menemukan penyebab serta jalan keluar dari masalah itu. Siswa SMA memiliki pola pemikiran yang kritis terhadap suatu masalah, oleh karena itu dengan pemikiran dapat menentukan orientasi hidup mereka. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (140) Bener lho, ibu. Kalau ibu keberatan, aku akan mengundurkan diri. Bagiku keputusan ibu, lebih penting dari semuanya”, jawab Bilqis sambil menggenggam tangan ibunya semakin erat. Mencoba meyakinkan bahwa baginya, ibunya masih segala-galanya. Tak ada yang berubah meskipun ia telah memiliki suami dan anak-anaknya (Ibad, 2011: 14). (141) Kehidupannya yang sebatangkara sejak berusia sepuluh tahun, telah membuat Pusparatri tidak memiliki semangat lagi untuk menjalani kehidupannya (Ibad, 2011: 53). (142) Sebuah pilihan hidup yang masih membingungkan untuk dirinya yang masih baru genap usia sepuluh tahun (Ibad, 2011: 10). Dari kutipan (140) menjelaskan hal yang dilakukan oleh Pusparatri pantas untuk dilakukan sebagai seorang ibu, karena doa ibu adalah doa yang akan diwujudkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bilqis meminta doa Pusparatri untuk maju menjadi anggota dewan, walaupun sebenarnya Pusparatri berat tetapi karena sayang dengan Bilqis Pusparatri memberikan restu. Kutipan (141) menjelaskan bahwa Pusparatri harus hidup sebatangkara karena ditinggal ibunya meninggal. Dia berjuang sendiri dan sempat memiliki semangat hidup, sedangkan kutipan (142) Pusparatri harus memilih kehidupannya pada umur sepuluh tahun. Dengan ditemukan hal-hal tersebut diharapkan sebagai gambaran kepada agar dapat menemukan permasalahan dari novel sehingga pada akhirnya siswa dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
menemukan dan membedakan suatu yang baik dan yang tidak baik dalam kehidupan. 4.7.3 Aspek Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya juga penting dalam pengajaran sastra. Hal ini akan menambah minat dan keterkaitan peserta didik dalam menganalisis sebuah novel. Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang menggunakan latar belakang budaya jaman dahulu, sehingga siswa dapat memahami permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam kehidupan jaman dahulu. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut. (143) Ia sudah hampir satu setengah tahun, di setiap bulan terang, setiap tanggal sepuluh sampai tanggal dua puluh dalam penanggalan jawa, menjalani kehidupan malam di puncak bukit Ambulu (Ibad, 2011: 30). (144) Malam itu, sama seperti malam-malam yang kemarin, Pusparatri duduk terpaku di atas altar pemakaman dengan porselen merah jambu, di bawah rimbun pohon kamboja dengan bunganya yang bermekaran (Ibad, 2011: 29). (145) Sesaat, Pusparatri mengamati sekelilingnya untuk memilih tempat yang tepat untuk memulai persembahannya. Pada malam purnama penuh seperti ini, biasanya selalu ada pengunjung yang datang ke pamokasan (Ibad, 2011: 61). Kutipan di atas melukiskan kehidupan jaman dahulu di lakukan oleh tokoh Pusparatri. Kehidupan Pusparatri yang harus menjalani kehidupan keras untuk mendapatkan uang. Berdasarkan hasil analisis dalam pemilihan bahan pembelajaran sastra di SMA. Pertama, jika dilihat dari aspek bahasa, dapat diketahui bahwa bahasa yang digunakan tidak jauh dari penguasaan bahasa siswa. Meskipun ada beberapa yang menggunakan bahasa jawa, tetapi dapat dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
dalam bahasa Indonesia terdapat di belakang bahasa jawanya sehingga dapat dimengerti oleh siswa. Kedua, dari aspek psikologis, novel ini mempunyai kesesuaian dalam tahap perkembangan siswa karena pada umumnya siswa SMA sudah pada tahap dapat memahami masalah-masalah kehidupan dengan berusaha menganalisis fenomena dalam kehidupan nyata. Ketiga, dilihat dari aspek latar belakang budaya, maka novel ini menyajikan latar sosial budaya yang terjadi pada jaman dahulu yang dilakukan oleh perempuan malam. 4.8
Silabus (terlampir)
4.9
RPP (terlampir)
4.10 Pembahasan Setelah melakukan penelitian dengan menjawab semua rumusan masalah. Konflik batin telah ditemukan dengan cara mencermati alur, tokoh penokohan, dan latar. Dalam teori terdapat lima tingkatan yang menggolongkan kebutuhankebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Pada hasil analisis, peneliti menemukan konflik batin yang terjadi dalam diri tokoh Pusparatri akibat tidak terpenuhinya lima kebutuhan dasar manusia. Penemuan tersebut sudah bisa dijadikan gambaran bentuk konflik batin. Dalam teori yang digunakan dan hasil penelitian yang ditemukan, keduanya dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra SMA kelas XII semester 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Standar kompetensi yang sesuai dengan penelitian ini adalah memahami pembacaan novel dan kompetensi dasar yang sesuai dengan hal ini adalah menjelaskan unsur-unsur instrinsik dari pembacaan penggalan novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP Ada tiga hal utama yang akan dikemukakan pada bab lima ini, yaitu kesimpulan hasil penganalisisan, implikasi, dan saran. 5.1 Kesimpulan Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad memiliki satu tokoh utama. Tokoh utama dalam novel ini yaitu Qadsyia Pusparatri atau biasa dipanggil Den Ayu oleh Nyi Poniyem bdan Paijo, sedangkan Gus Rukh biasa memanggil Pusparatri dengan Qadsyia. Pusparatri memiliki kepribadian yang baik, mandiri, suka menolong, dan sayang kepada Pelayannya. Tokoh tambahan yang berkaitan dengan konflik batin tokoh utama adalah Gus Rukh, Raden Mas Jayakesuma, Nyi Poniyem, Paijo, Herman, Margono, Bilqis, Karenina, dan Demang Wonokromo. Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang ini berlatar di Tulungagung, Jawa Timur. Latar Waktu yang mempengaruhi konflik batin tokoh Pusparatri adalah ketika tahun 1961 yang tergambar jelas dalam benak Pusparatri ketip;[ka dia menjalani hidup penuh dengan penderitaan, kebahagiaan, penuh cinta, dan penuh dengan impian. Semua itu juga harus dilalui Pusparatri saat melahirkan Bilqis anak semata wayangnya dengan Rukh seorang diri. Waktu tujuh hari Pusparatri mengalami sakit. Waktu tujuh tahun Pusparatri harus mengalami penderitaan menjadi seorang istri dari Demang Wonokromo. Ketika
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
kehidupan pusparatri pada pagi hari, siang hari, senja, dan malam hari. Latar sosial digambarkan pada tokoh Pusparatri yang mempunyai kepercayaan dan tradisi yang selalu dia pegang selama hidupnya, kehidupan sebagai wanita malam, dan ada juga tentang keagamaan. Alur yang terdapat dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms adalah alur mundur. Pengarang menceritakan dengan jelas dan lugas. Mulai dari kehidupan Pusparatri dengan anaknya Bilqis, ketika dia harus dinikahkan di usia muda dan perpisahan dengan suaminya mengharuskan menjalani pekerjaan malam, ditinggal ibu dan ayahnya, saat bertemu dengan Rukh dan menjalani kehidupannya, pada akhirnya Pusparatri harus berpisah dengan Rukh karena sudah bertemu dengan istri Rukh dan Pusparatri harus menerima kenyataan bahwa dia harus mengetahui kehamilannya ketika sudah berpisah dengan Rukh. Peneliti menganalisa konflik batin tokoh Pusparatri dengan menggunakan teori psikologi Abraham Maslow. Tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri menyebabkan Pusparatri tidak dihargai sebagai manusia, kuatir, takut, dan marah. Permasalahan menimbulkan konflik batin yang berupa rasa ketakutan, rasa ketidak percayaan, dan rasa kemarahan. Hasil penelitian ini dapat direlevansikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester I. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan Standar Kompetensi (SK): Memahami pembacaan novel dan Kompetensi Dasar (KD): Menjelaskan unsurunsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. 5.2 Implikasi Analisa unsur intrinsik dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dapat digunakan dalam pembelajaran sastra, seperti: 1.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengajaran apresiasi sastra di SMA, terutama analisis karya sastra yang menggunakan pendekatan psikologi sastra.
2.
Penelitian ini dapat memperluas wawasan siswa SMA dan lebih peka dengan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat mengenai tentang pekerjaan malam/ wanita malam, keagaamaan, dan cinta kepada seseorang.
3.
Siswa diharapkan mampu menerapkan sikap positif dari tokoh utama yang selalu optimis, pantang menyerah, dan saling menghargai dalam kehidupan sehari-hari.
5.3 Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan: 1. Bagi para guru dapat mengambil nilai yang terkandung dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang untuk diajarkan kepada peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
2. Bagi mahasiswa, agar penelitian ini dapat dijadikan refrensi dalam penyusunan skrispsi. 3. Peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat mengangkat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda sebagai obyek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Dwi, Maria Agustin Antari. 2011. ”Kepribadian Tokoh Maharani dalam Novel Sang Maharani Karya Agnes Jessica (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS. Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian: Theories of Personality. Edisi 7. Diterjemahkan oleh Handriatno. Jakarta: Salemba Humanika. Ibad, Nurul. 2011. Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang. Yogyakarta: Pustaka Sastra LKIS. Khotimah, Isti. 2012.“Konflik Batin Tokoh Utama Pusparatri karya Nurul Ibad (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)”. Eprint.ums.ac.id/1932/9/naskah publikasi.Pdf. Mafarukhi, dkk. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, H.E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro, Burhan, 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Qodratillah, dkk. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemndikbud. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ratna, I Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Indrasworo, Anastasia Ria. 2013. “Konflik Batin Tokoh Mata Hari dalam Novel Namaku Matahari karya Remy Sylado dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Intergitas Membangun Jati Diri. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jacob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Penerbit Alumni Tjahjono, Liberatus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. NTT: Nusa Indah. Wahyunigtyas, Sri & Santoso, Heru Wijaya. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Zuhdi, Zusron. 2013. “Konflik Batin Tokoh Utama Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari dalam Tinjauan Psikologi Sastra dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogayakrta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran I SILABUS Nama Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/ I
Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami pembacaan novel
Kompetensi Indikator Dasar 5.2 Menjelaskan Menganalisis unsur-unsur tokoh, intrinsik dari penokohan, pembacaan latar, dan alur penggalan novel yang terdapat dalam penggalan novel. Mengidentifikasi konflik batin yang dialami tokoh utama Pusparatri dalam penggalan novel. Mengidentifikasi nilai-nilai moral
Nilai Karakter Kreatif Komunikatif Disiplin Rasa ingin tahu Kerja sama
Materi Pembelajaran Pengertian novel Tokoh, penokohan, latar, dan alur Konflik batin
113
Kegiatan Pembelajaran Membaca penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms. Menganalisis tokoh, penokohan, latar, dan alur yang terdapat dalam penggalan novel dalam kelompok. Mengidentifikasi nilai-nilai moral dalam penggalan
Penilaian Jenis Tes - Lisan - Tulisan Bentuk tes - Uraian
Alokasi Waktu 2x90 menit
Alat/Bahan/ Sumber belajar Alat: - LCD - Laptop - Novel Bahan: - Lembar Kerja Sumber: - Ibad, Nurul. 2011. Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang. Yogyakarta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
yang terkandung dalam novel. Menghubungkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel dengan kehidupan seharihari.
novel. Mempersentasikan hasilnya di depan kelas.
Pustaka Sastra LKIS. - Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. - Qodratillah, dkk. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemndikbud. - Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. - Mafarukhi, dkk. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/I
Standar Kompetensi
: 5. Memahami Pembacaan Novel
Kompetensi Dasar
: 5.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel
Alokasi Waktu
: 4x 45 menit
I. Indikator 1. Menganalisis tokoh, penokohan, latar, dan alur yang terdapat dalam penggalan novel di dalam kelompok. 2. Mengidentifikasi konflik batin tokoh utama Pusparatri dalam penggalan novel. 3. Mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel. 4. Menghubungkan nilai-nilai moral dengan kehidupan sehari-hari. II. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menganalisis tokoh, penokohan, latar, dan alur yang terdapat dalam penggalan novel di dalam kelompok.
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
2. Siswa mampu mengidentifikasi konflik batin tokoh utama Pusparatri dalam penggalan novel. 3. Siswa mampu mengidentifikasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel. 4. Siswa mampu menghubungkan nilai-nilai moral dengan kehidupan seharihari.
III. Materi Pembelajaran Pengertian Novel (terlampir) Tokoh, penokohan, latar, dan alur (terlampir) Konflik batin (terlampir) IV. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Cooperative Learning 2. Metode Pembelajaran Penugasan Diskusi Tanya Jawab V. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan
Metode
Alokasi Waktu
1. Kegiatan Awal
Guru memberikan salam
Ceramah
5’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Guru menjelaskan SK, KD, dan
Tanya Jawab
tujuan pembelajaran
Guru mengajukan pertanyaan lisan tentang novel. Misalnya: a. Novel apa yang pernah kalian baca atau yang pernah kamu lihat? b. Apa hal menarik dari novel yang pernah kamu baca?
2. Kegiatan Inti Eksplorasi
Guru memberikan pertanyaan
10’
yang terkait dengan tokoh, penokohan, latar, dan alur.
Guru memberikan penjelasan materi tentang pengertian tokoh, penokohan, latar, dan alur.
Ceramah
15’
Diskusi
Siswa dibentuk kelompok menjadi 4-5 orang. Kemudian guru
Presentasi
membagikan satu lembar penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang kepada masing-masing kelompok.
Masing-masing siswa di dalam kelompok membaca penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul
10’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
Ibad, Ms. Elaborasi
30’
Siswa berdiskusi kelompok untuk menganalisis tokoh, penokohan, latar, alur, dan mencari nilai-nilai moral yang terkandung di dalam novel.
10’
Konfirmasi
Guru mengajak siswa untuk merangkum apa yang sudah dipelajari dan dapat menghubungkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel dengan kehidupan seharihari.
Siswa menanggapi rangkuman yang dibacakan.
3. Kegiatan Akhir Siswa diajak merefleksikan nilainilai yang bisa dipetik dalam pembelajaran. Pertanyaan Reflektif a. Bagaimana pembelajaran memahami tentang unsurunsur yang terkandung dalam novel? b. Apakah kalian mengalami kesulitan? c. Apa yang membuat menarik ketika belajar memahami
Tanya Jawab
10’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
unsur-unsur yang terkandung dalam novel? Guru menyimpulkan dan memberi peneguhan pembelajaran hari ini.
Pertemuan II Kegiatan
Metode
Alokasi Waktu
1. Kegiatan Awal
Guru memberikan salam.
Guru menjelaskan SK, KD, dan tujuan pembelajaran.
Guru mengajukan sejumlah
5’ Ceramah Tanya Jawab
pertanyaan lisan tentang konflik batin.
Guru mengulang materi yang telah dipelajari (tokoh, penokohan, latar, alur, dan nilai-nilai moral).
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2. Kegiatan Inti Eksplorasi Guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan konflik batin. Guru memberikan penjelasan materi tentang pengertian konflik batin. Siswa masuk ke dalam kelompok
Ceramah Diskusi
10’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
10’
yang sudah dibentuk sebelumnya. Masing-masing siswa di dalam kelompok membaca kembali penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms. Elaborasi Siswa yang mengidentifikasi konflik
30’
batin yang dialami tokoh utama Pusparatri di dalam kelompok. Setiap kelompok menukarkan hasil analisis konflik batin yang sudah
Presentasi
15’
dibuat dengan kelompok lain. Setiap kelompok menanggapi hasil analisis yang sudah dibuat oleh kelompok lain dan mendiskusikan bersama. Konfirmasi Salah satu anggota melaporkan hasil
10’
analisis penggalan novel yang dibuat oleh kelompok lain di depan kelas. Guru membetulkan dan memberikan pengarahan atas hasil kerja siswa. 3. Kegiatan Akhir
Guru mengajak siswa untuk merangkum apa yang sudah dipelajari.
Guru menyimpulkan dan memberi peneguhan pembelajaran hari ini.
Tanya Jawab
10’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
VI. Sumber Belajar, Alat, dan Bahan Sumber:
Ibad, Nurul. 2011. Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang. Yogyakarta: Pustaka Sastra LKIS.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Qodratillah,dkk.2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud.
Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Mafarukhi, dkk. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Alat dan bahan:
Alat peraga: lembar kerja
Laptop
LCD
VII. Penilaian Jenis tes : tertulis Bentuk tes : 1. Penilaian kognitif Uraian Singkat (terlampir) 2. Penilaian Afektif Lembar Pengamatan (terlampir) 3. Penilaian Psikomotorik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Lembar Penilaian Kerja (terlampir)
Mengetahui,
Yogyakarta, Desember 2015
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
NIP.
NIP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3 Lembar soal Penggalan Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang (terlampir) Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar! 1. Bagaimana alur yang digunakan dalam penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang? Jelaskan! 2. Sebutkan tokoh dan karakter dari masing-masing tokoh yang terlibat dalam penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang yang sedang kalian baca? 3. Analisis tempat dan waktu yang dialami oleh para tokoh dalam penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang! Berikan kutipan yang mendukung jawabanmu! 4. Jelaskan konflik batin yang dialami oleh tokoh Pusparatri dalam penggalan novel yang kamu baca? 5. Jika kalian menemukan permasalahan hidup seperti yang dialami tokoh Pusparatri apa yang sebaiknya kalian lakukan? Ceritakan alasannya!
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Kunci Jawaban Penggalan Novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang 1. Alur yang digunakan dalam penggalan novel tersebut adalah alur mundur. Itu terbukti ketika pengarang menceritakan kehidupan Pusparatri tentang Bilqis anaknya, berlanjut ketika dia bertemu dengan Rukh, dan novel ini menceritakan pada tahun 1961. 2. Analisis Tokoh dan Karakter Tokoh a. Pusparatri
Karakter Sayang kepada anaknya Mengalah Tegar
b. Retno Kesambi
Kulit bersih Hidung mancung Mata bulat Rambut ikal Baik Menerima dengan keadaan
Raden Mas Jayakesuma
Seorang Raja Baik Terhormat
Nyi Poniyem
Baik Menerima dengan keadaan Sebatangkara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
3. Analisis Latar Bentuk Latar Latar tempat
Latar Pemakaman keramat
Bukti Kutipan Sebuah pemakaman keramat di wilayah
perbatasan
Selatan
di
kaki
Blitar Gunung
Gamping, yang telah menjadi Rumah Pusparatri
makam
dalam
pengelolaan
pemerintahan daerah. (halaman 1) Di bawah rimbun pohon sawo khas Kamar Pusparatri
mataraman
belakang
rumahnya, di pinggiran Kali Brantas. Sebuah rumah yang cukup sederhana untuk seorang perempuan keturunan keraton, anak seorang wedhana. Hari telah ketika
menjelang sore
Pusparatri
malasan
bermalas-
di
menemukan
ranjangnya, Nyi
Poniyem
tengah merapikan kamarnya. (halaman 45) Latar Waktu
Malam hari
Malam telah sangat larut di Demuk,
ketika
Pusparatri
terbangun dari tidurnya. Pagi hari
Langit timur telah memerah sebagai
tanda
fajar
telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
menyingsing. (halaman 9)
Senja hari
Matahari telah memerah senja ketika Pusparatri tengah duduk termangu di balai-balai bambu. (halaman 9)
Sore hari
Hari telah ketika
menjelang sore
Pusparatri
tengah
bermalas-malasan di ranjang menemukan
Nyi
Poniyem
tengah merapikan kamarnya. (halaman 45)
4. Konflik batin yang dialami tokoh Pusparatri adalah ketika dia selalu mengalami penderitaan dalam kehidupannya dan dia harus menyembunyikan ayah anaknya dari Bilqis, anaknya sendiri. 5. Jika saya menemukan hal seperti yang dialami Pusparatri, saya akan memberikan sedikit nasihat dengan pelan-pelan dan berbicara dengan baik, agar dia bisa memahami dan menyadari apa yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Kunci Jawaban Penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang 2 1. Alur yang digunakan dalam penggalan novel tersebut adalah alur mundur. Itu terbukti ketika pengarang menceritakan kehidupan Pusparatri ketika dia bertemu dengan Rukh untuk pertama kalinya, dan novel ini menceritakan tahun 1961. 2. Analisis Tokoh Tokoh
Karakter Baik
a. Pusparatri
Penyayang Tampan
b. Rukh
Mempesona Rapi Wibawa Penurut
c. Paijo
Menyayangi Pusparatri
3. Analisis Latar Bentuk Latar Latar tempat
Latar Tempat Pusparatri
Bukti Kutipan tidur Pusparatri membaringkan tubuhnya
di
atas
ranjang, di atas kasur kapuk randu. (halaman 49)
Bukit Ambulu
Membawa
kesejukan
yang sedikit membuat merinding bulu roma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
bagi siapa saja yang menyusuri
lereng
keramat Bukit Ambulu dalam
keremangan
suasana. (halaman 60) Latar waktu
Pagi hari
Hampir
setiap
pagi,
Paijo dengan bendinya mangkal di pasar wage atau alun-alun kota.
Malam hari
Saat
matahari
tenggelam.
mulai
Meskipun
suasana sudah mulai temaran,
Pusparatri
tidak
memerlukan
lampu
penerangan
untuk
menyusuri
jalanan
setapak
dan
sedikit terjal berbatu. (halaman 60)
4. Konflik batin yang dialami oleh tokoh Pusparatri adalah ketakutannya untuk menikah lagi. 5. Jika saya menemukan hal seperti yang dialami Pusparatri, saya akan memberikan sedikit nasihat dengan pelan-pelan dan berbicara dengan baik, agar dia bisa memahami dan menyadari apa yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4 Penilaian Penilaian Kognitif Teknik
: Tes tertulis
Bentuk
: Uraian
No
Aspek Penilaian
Skor
Bobot
Skor x Bobot
1.
a. Siswa dapat menyebutkan tokoh dan
5
karakter yang terlibat dalam penggalan novel
Pusparatri:
Gairah
Tarian
Perempuan Kembang dengan lengkap, menggunakan bahasa yang benar b. Siswa dapat menyebutkan tokoh dan karakter yang terlibat dalam penggalan novel
Pusparatri:
Gairah
3
Tarian
Perempuan Kembang dengan lengkap, tetapi tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar. c. Siswa tidak dapat menyebutkan tokoh dan karakter
1
yang terlibat dalam
penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dengan lengkap
dan
tidak
menggunakan
bahasa yang baik dan benar. 2.
a. Siswa dapat menjelaskan alur yang terjadi
dalam
penggalan
novel
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan
129
5
4
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Kembang menggunakan bahasa yang baik dan benar, diberikan alasan yang lengkap.
3
4
20
b. Siswa dapat menjelaskan alur yang terjadi
dalam
pengggalan
novel
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan diberikan
1
alasan yang lengkap. c. Siswa tidak dapat menjelaskan alur yang terjadi dalam penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan tidak diberikan alasan yang lengkap. 3.
a. Siswa dapat menyebutkan latar tempat
5
dan waktu yang dialami oleh para tokoh dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan memberikan kutipan dengan lengkap.
3
b. Siswa dapat menyebutkan latar tempat dan waktu yang dialami oleh para tokoh dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang tidak menggunakan bahasa yang benar, dan memberikan kutipan dengan lengkap.
1
4
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
c. Siswa dapat menyebutkan latar tempat dan waktu yang dialami oleh para tokoh dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan tidak memberikan kutipan dengan lengkap. 4.
a. Siswa dapat menjelaskan konflik batin yang
dialami
Pusparatri
oleh
dalam
tokoh
penggalan
5
uatam novel
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
3
b. Siswa dapat menjelaskan konflik batin yang
dialami
Pusparatri
oleh
tokoh
utama
dalam penggalan novel
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dengan tidak menggunakan
1
bahasa yang baik dan benar. c. Siswa tidak dapat menjelaskan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama Pusparatri
dalam
penggalan
novel
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dan tidak dapat dengan mengggunakan bahasa yang baik dan benar. 5.
a. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai moral
dalam
penggalan
novel
5
4
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
3
4
20
b. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai moral
dalam
penggalan
novel
Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang tidak menggunakan bahasa
1
yang baik dan benar. c. Siswa tidak dapat menjelaskan nilainilai moral dalam penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang
dan
tidak
menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Total Skor
Nilai
:
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
Penilaian Afektif Bentuk : Lembar Pengesahan No
Nama
Displin
Cermat
Kerja sama
Kejujuran
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 5 Penafsiran : 5 = Sangat Baik 4 = Baik 3 = Cukup 2 = Kurang 1
= Sangat Kurang
Ratarata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Penilaian Psikomotorik No
Aspek yang
Deskripsi
Skor
Bobot
dinilai 1.
Presentasi
Skor x Bobot
a. Siswa mampu
5
mempresentasikan analisis penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang, menggunakan bahasa yang baik dan benar b. Siswa mampu mempresentasikan hasil
3
analisis penggalllan novel Siswa mampu memperesentasikan analisis penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dengan lengkap, tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar c. Siswa mampu mempresentasikan analisis penggalan novel Siswa mampu memperesentasikan
1
4
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
analisis penggalan novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang dengan tidak lengkap, dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar. Total Skor
Nilai :
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5 Materi Pembelajaran
Pengertian novel Novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus. Kata baru dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan cerita pendek dan roman. Suasana yang digambarkan dalam novel adalah sesuatu yang realistis dan masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan hanya kelebihan dari tokoh tersebut, tetapi juga kekurangannya. (Waluyo, 1994:37).
Unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel a.
Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap sebagai tokoh konkret dan individual (Hartoko dan Rahmanto, 1986:144). Menurut Abram (dalam Nurgiyantoro, 2010:165) tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang
oleh
pembaca
ditafsirkan
memiliki
kualitas
moral
dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Nurgiyantoro (2010:176), tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. 1. Tokoh Utama Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Wahyunintyas dan Santoso, 2011:3). Tokoh
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
utama merupakan tokoh yang banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (peristiwa yang terjadi). 2. Tokoh Tambahan Tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, dan tidak diperlihatkan secara jelas. Tokoh tambahan akan muncul jika tokoh utama ada dalam cerita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Wahyuningtyas dan santoso (2011:3) tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. b.
Penokohan Penokohan adalah karakter atau watak dalam setiap tokoh dalam cerita. Penokohan ini juga merupakan cara pengarang dalam mengembangkan dan menggambarkan watak atau karakter tokoh yang ada dalam novel.
c.
Latar Latar terdiri dari tiga unsur, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur latar tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu yang lainnya. Latar berfungsi untuk mempertegas jalannya cerita.
d.
Alur Alur
adalah
rangkaian
peristiwa
dalam
sebuah
novel
untuk
mengembangkan jalan cerita dan merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk karena sebab-akibat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Konflik batin Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri, sehingga memengaruhi tingkah laku. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, 2008:723).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6
Penggalan Novel
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
Biodata Penulis Wahyu Mintarsih lahir di Temanggung, 28 Agustus 1992. Mengawali pendidikan taman kanak-kanak di TK Argosari selama dua tahun pada tahun 1996 sampai 1998. Melanjutkan ke Pendidikan Sekolah Dasar di SDN Gunungsari pada tahun 1998-2004. Setelah lulus Sekolah Dasar, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1 Bansari pada tahun 2004 sampai 2007. Setelah lulus SMP, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Kejuruan di SMK YP 17 Parakan pada tahun 2007 sampai 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI) dan lulus pada tahun 2015. Penulis selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, ia juga mengikuti Program Lapangan di SMK N 6 Yogyakarta dan program pengalaman BIPA di Lembaga Bahasa ILCIC Universitas Sanata Dharma. Penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama Pusparatri dalam novel Pusparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang karya Nurul Ibad, Ms dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran di SMA kelas XII semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra).