PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MEDIA POWERPOINT UNTUK PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA PADA SISWA KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh : Fransisca Ayu Krisnasari 091224005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MEDIA POWERPOINT UNTUK PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA PADA SISWA KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh : Fransisca Ayu Krisnasari 091224005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu.
Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras.
(Fransisca Ayu Krisnasari)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Bapa Yusuf Pelindung, Kebenaran, Penyejuk hati yang melimpahkan berkat dan kesehatan,
Matheus Kuncono dan Elisabeth Sri Indrijati Orang tua yang baik, sabar dan super,
Laurensia Koen, Paskalis Indriato, dan Petrus Krisologus Adik-adik yang baik dan pintar.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 01 November 2016 Penulis
Fransisca Ayu Krisnasari
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Fransisca Ayu Krisnasari NIM : 091224005 Dengan pengembangan Ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya Ilmiah saya yang berjudul
PENGEMBANGAN MEDIA POWERPOINT UNTUK PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA PADA SISWA KELAS VII SEMESTER II SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA 2014/2015
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 01 November 2016
Yang menyatakan
( Fransisca Ayu Krisnasari )
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Krisnasari, Fransisca Ayu. 2016. Pengembangan Media PowerPoint untuk Pembelajaran Keterampilan Berbicara Menceritakan Tokoh Idola pada Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Yogyakarta. PBSI. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang dihasilkan adalah media PowerPoint untuk pembelajaran keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan media pembelajaran PowerPoint untuk keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola bagi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta? Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran dan mengetahui kelayakan media pembelajaran keterampilan berbicara pada materi kelas VII semester II dengan menggunakan media PowerPoint pada siswa sekolah menengah pertama. Adapun tahapan pengembangan terdiri dari 5 tahap yaitu a) tahap analisis kebutuhan pembelajar, b) tahap perancangan, c) tahap pembuatan media, d) tahap validasi kelayakan media, e) tahap akhir. Media pembelajaran yang dikembangkan ini divalidasi oleh dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia USD dan guru bahasa Indonesia SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan instrumen angket untuk menilai kualitas media, respon guru bahasa Indonesia dan respons siswa. Pengembangan media PowerPoint untuk keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola dikembangkan melalui analisis kebutuhan pembelajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dibuat menggunakan media Microsoft Office berbasis Microsoft PowerPoint layak digunakan sebagai media pembelajaran keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola untuk siswa kelas VII. Kualitas produksi ini ditentukan oleh aspek kelayakan media, kebutuhan pembelajar dan keunikan media tersebut. Dari hasil uji coba produk dinyatakan bahwa media PowerPoint untuk pembelajaran keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola untuk siswa kelas VII semester II SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta layak digunakan di kelas, selain itu, media ini bisa digunakan untuk pembelajar dan guru bahasa Indonesia tersebut. Kualitas media PowerPoint diketahui peneliti dengan melakukan uji coba produk. Uji coba dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) penilaian dari dosen ahli Bahasa Indonesia dari USD dan guru Bahasa Indonesia SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, (2) uji coba lapangan kepada siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Kata kunci : Media pembelajaran, keterampilan berbicara, media PowerPoint
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Krisnasari, Fransisca Ayu. 2016. The Development of PowerPoint as An Indonesian Language Learning Media as Speaking Skill Tells PowerPoint to Figure Idol in Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSI. Sanata Dharma Yogyakarta
This research is research development. The resulting product is a PowerPoint media for learning speaking skills tells idol. Issues discussed in this study is how to develop PowerPoint instructional media for communicating the idol speaking class for students class VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta? This research aims to develop learning and media apprised the feasibility study media speaking skills on the material Class VII semester II using media in PowerPoint on a junior high school student. As for stage of development consists of 5 stages, namely a) learner needs analysis phase b) stage of the design phase, c) stages of the creation of the media, d) the validation phase feasibility media, e) the final stage. These learning media in validation by the Professor of the Department of Language and Literature Universitas Sanata Dharma Indonesia and Indonesia Language teachers SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. This research use the question form to evaluate the quality of media response, Indonesia language teacher and student response. PowerPoint media development for tell idol speaking skills are developed through analysis of learner’s needs. The results of this study indicate that the media is created using the Microsoft Office PowerPoint-based media worthy of being used as a medium of learning conversation skills to students of the idols telling class vii. The production quality is determined by the media the feasibility aspect, learner’s needs and the uniqueness of the media. From the results of a test run of the product stated that media PowerPoint to learning speaking skills tell figures Idol for grade VII semester II SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta worth used in class, in addition to that, this medium could be used for learners and teachers of the language of Indonesia. Quality PowerPoint media known to researchers by conducting a test run of the product. Tests performed with two stages, namely (1) the assessment of Indonesian Language expert Professor from Universitas Sanata Dharma and Indonesian Language teachers from junior Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, (2) field trials to students of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Keywords: learning media, speaking skills, Media PowerPoint
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Yesus Kristus atas limpahan berkat, karunia, dan kasih-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi berjudul “Pengembangan Media PowerPoint untuk Pembelajaran Keterampilan Bercerita Menceritakan Tokoh Idola pada Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bisa terwujud bukan hanya karena kerja keras peneliti, melainkan juga berkat bimbingan, dukungan, doa, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing 1, yang memotivasi,
mendukung, menasehati, dan memberikan arahan dengan
penuh kesabaran kepada peneliti. 2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing 2, yang selalu dengan setia memberikan masukan, dukungan, nasehat, dan pertanyaan-pertanyaan kritis sehingga peneliti lebih teliti untuk menulis. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan kritikan sehingga peneliti dapat lebih teliti. 4. Galih Kusuma, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan kritikan sehingga peneliti dapat lebih teliti. 5. Elisabeth Rini, S.Pd., selaku guru di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang memberikan banyak masukan, saran, dan contoh-contoh konkret yang sangat membantu peneliti. 6. Bruder Yoseph Anton Utmiyadi FIC, S.S., selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, terima kasih telah memberikan kesempatan peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Murid-murid SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta terima kasih atas kerjasamanya. 8. Keluarga penulis yang tercinta, yaitu Ibu Elisabeth Sri Indrijati dan Bapak Matheus Kuncono yang selalu sabar, mendukung, mendoakan, dan memberikan semangat. Adik adik Laurensia Koen, Paskalis Indriato, dan Petrus Krisologus yang selalu memberikan semangat dan dukungannya. 9. Para dosen PBSI Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang sudah diberikan kepada peneliti. 10. Saudara Robertus Marsidiq, staf administrasi Prodi PBSI terima kasih atas bantuannya. 11. Natalia Staffiany, Christiana Tri Jatuningsih, Aurelia Rani Wijayanti, Gabriella Emerentiana, Fajari Revyanto, Yohanes Rizky, Antonina Lein, dan Panggah Pambudi, atas semangat dan dukungannya selalu. 12. Teman-teman PBSI angkatan 2009 atas semangat dan dukungannya. 13. Adik-adik angkatan yang bersama-sama dalam proses bimbingan skripsi, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya. 14. Keluarga besar Alb. Risdan HT dan Umar Subroto atas perhatian, bantuan dan doa-doanya. Paman dan bibi, sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan terima kasih. 15. Terima kasih untuk semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Peneliti berharap semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi para akademisi dan dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Yogyakarta, 01 November 2016 Peneliti,
Fransisca Ayu Krisnasari
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………… .. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………………….... iii HALAMAN MOTO …………………………………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………………………….. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………….. vi HALAMAN PUBLIKASI …………………………………………………………………… vii ABSTRAK …………………………………………………………………………………… viii ABSTRACT ………………………………………………………………………………….... ix KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………... x DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………..……. xvii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………. xviii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………..…. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….1 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………….…. 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….….. 5 1.3 Tujuan Pengembangan ………………………………………………………………….…... 5 1.4 Spesifikasi Produk …………………………………………………………………….…….. 5 1.5 Pentingnya Pengembangan …………………………………………………………………. 6 1.6 Asumsi Dasar ……………………………………………………………………………….. 7 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.7 Definisi Istilah ………………………………………………………………………………. 8 1.8 Sistematika Penelitian ……………………………………………………………………….. 8
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………………………………..9 2.1 Penelitian yang Relevan ……………………………………………………………………. 9 2.2 Kajian Teoretis …………………………………………………………………………….. 11 2.2.1 Media Pembelajaran Bahasa …………………………………………………….. 11 2.2.1.1 Pengertian Media ………………………………………………………. 11 2.2.1.2 Manfaat Media …………………………………………………………. 13 2.2.1.3 Kriteria Pemilihan Media …………………………………………….... 14 2.2.1.4 Jenis Klasifikasi Media ……………………………………………….. 18 2.2.1.5 Peran Media sebagai Alat Komunikasi ………………………….…..... 25 2.2.1.6 Pengaruh Media ………………………………………………….…… 26 2.2.2 Gaya Belajar ……………………………………………………………………… 27 2.2.2.1 Gaya Belajar Auditori ………………………………………………….. 28 2.2.2.2 Gaya Belajar Visual ………………………………………………….... 29 2.2.2.3 Gaya Belajar Kinestetik ………………………………………………... 30 2.2.3 Pengembangan Media Berbasis Microsoft PowerPoint ……………………….. 31 2.2.3.1 Pengertian Microsoft PowerPoint ……………………………………... 31 2.2.3.2 Pemakaian Microsoft PowerPoint dalam Pembelajaran …………….… 34 2.2.3.3 Perancangan Pembelajaran Menggunakan PowerPoint ……………… 37 2.2.3.4 Kekhasan Media PowerPoint untuk Siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ………………………………………………………………………41
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.4 Pembelajaran Keterampilan Berbicara ………………………………………..…. 42 2.2.5 Pengertian Berbicara ……………………………………………………..……… 44 2.2.6 Tujuan Keterampilan Berbicara …………………………………………..……... 45 2.2.7 Faktor-faktor Penunjang Keterampilan Berbicara …………………………..…... 47 2.2.8 Pengertian Tokoh Idola …………………………………………………………... 48 2.2.9 Kerangka Berpikir …………………………………………………………..…… 49
BAB III METODE PENGEMBANGAN…………………………………………………...…51 3.1 Model Pengembangan ……………………………………………………………………… 51 3.2 Prosedur Pengembangan …………………………………………………………………… 57 3.3 Uji Coba Produk …………………………………………………………………...………. 62 3.3.1 Desain Uji Coba ………………………………………………………………….. 63 3.3.2 Subjek Coba………………………………………………………………………. 64 3.3.3 Jenis Data ……………………………………………………………..…………. 65 3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………………………. 65 3.3.5 Teknik Analisis Data …………………………………………………..………… 68
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ………………………………………………………...66 4.1 Paparan Hasil Analisis Kebutuhan Guru …………………………………..……………… 66 4.1.1 Hasil Wawancara Pengembangan PowerPoint ………………………..………… 66 4.1.2 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ……………………………………..……. 68 4.2 Hasil Uji Coba Produk Pengembangan …………………………………………………….. 70 4.2.1 Penilaian Pengajar …………………………………………………………..…… 72 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2 Penilaian Dosen Ahli …………………………………………………..………… 74 4.3 Hasil Uji Coba Lapangan ……………………………………………………..…………… 76
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………………..78 5.1 Simpulan …………………………………………………………………………………… 78 5.2 Implikasi …………………………………………………………………………………… 80 5.3 Saran-saran ………………………………………………………………………………… 80 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………. 90 BIODATA ……………………………………………………………………………………... 91
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan masyarakat. Bahasa adalah alat yang paling sempurna dalam menyampaikan ide, pikiran perasaan, atau informasi baik mengenai hal-hal yang bersifat konkret maupun abstrak. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, manusia dituntut untuk meningkatkan kemampuan bahasanya. Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 2008:86). Berbicara dan menulis mempunyai kesamaan bahwa keduanya mempunyai manfaat yang sama yaitu menyampaikan informasi kepada pihak lain. Berbicara akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam kemampuan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi dalam kenyataannya kebanyakan siswa di sekolah kurang mempunyai keterampilan berbicara yang baik. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa. Belajar bahasa yaitu belajar berkomunikasi. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa diarahkan pada kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lisan maupun tulis. Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII SMP yang dikaitkan dengan keterampilan berbicara. Banyak komponen yang mempengaruhi, komponen itu adalah (1) siswa mampu mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita; (2) siswa mampu menentukan pokok-pokok cerita; (3) siswa mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik dan menarik; (4) dan siswa mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara lafal, intonasi, gestur dan mimik yang tepat. Pada
proses
pembelajaran,
banyak
komponen-komponen
yang
memengaruhi antara lain siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pengajaran, pengalaman belajar (pendekatan, strategi, metode, dan teknik), media dan evaluasi. Dengan demikian, tidak adanya penggunaan media yang efektif tersebut mempunyai kelemahan, misalnya siswa hanya mampu menangkap cerita itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat saja (verbalisme), dan menyebabkan siswa pasif. Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu dicari pemecahan masalahnya. Untuk membantu kemampuan keterampilan memahami bahasa, siswa perlu dihadapkan pada berbagai jenis teks tertulis dan jenis komunikasi lisan. Keterampilan berbicara adalah salah satu wujud produktif yang berkenaan dengan penggunaan bahasa. Bagi banyak siswa, kegiatan berbicara apalagi berbicara di depan publik merupakan kegiatan yang sulit untuk dilakukan meskipun hanya mengajukan pertanyaan. Berbicara secara resmi berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berbicara yang melibatkan pikiran, perasaan, keberanian, kesiapan mental, tuturan yang jelas, yang dapat dipahami pihak lain, memerlukan latihan, dan pengalaman dalam jangka waktu lama. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara dapat diupayakan dengan berbagai media pembelajaran. Penggunaan media yang variatif diharapkan tidak membuat jenuh dan monoton dalam menyajikan materi pelajaran. Penggunaan media yang inovatif dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif. Peserta didik dalam hal ini terlibat secara langsung dalam menyerap informasi
dan
diperolehnya
menyatakan sesuai
kembali
dengan
hasil
rekaman
kemampuan
individu
informasi
yang
peserta
didik
(Iskandarwassid, 2009:226). Upaya guru untuk meningkatkan kemampuan bercerita tersebut dapat menerapkan beberapa media pengajaran bercerita. Banyak media yang dapat digunakan oleh pengajar dalam meningkatkan kemampuan bercerita. Berdasarkan jenisnya, media pembelajaran tersebut adalah media visual, media audio, media proyeksi diam, dan multimedia. Dari beberapa media pembelajaran yang ada, tidak semua media pembelajaran mampu dihadirkan pengajar di dalam kelas. Keberadaan media pembelajaran di dalam kelas hendaknya sesuai dengan kebutuhan pengajar dan kemampuan pengajar menciptakan dan memakai media tersebut. Media
pembelajaran
tersebut
hendaknya
sederhana
baik
dalam
pengoperasian dan tampilan, menarik, dan mampu menstimulus pembelajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menguasai empat keterampilan bahasa. Media pembelajaran yang dimaksud peneliti adalah media PowerPoint. Media PowerPoint dipilih peneliti karena media ini sesuai dengan sembilan kriteria media pembelajaran yang dikatakan oleh Hubbart (dalam Ena, 2001:371) yaitu kriteria biaya, ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Selain itu, media PowerPoint bisa memberikan banyak manfaat bagi pembelajaran bahasa. PowerPoint bisa menampilkan teks, gambar, suara, dan video (Ena, 2001: 367). Karena sifatnya yang mudah dan sederhana, PowerPoint bisa mengakomodasi semua kegiatan pembelajaran bahasa interaktif seperti mendengarkan, membaca, menulis, dan bermain peran atau berbicara. Peneliti memilih SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta karena sekolah tersebut belum banyak menggunakan secara efektif berbagai media pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dengan media PowerPoint. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa cukup baik. Kekurangan dalam kemampuan berbicara mereka di depan publik terletak pada lafal dan volume siswa ketika berbicara di depan kelas. Selain itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kelas VII terdapat standar kompetensi berbicara yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Jadi, penelitian kali ini dimaksudkan peneliti untuk menghasilkan media pembelajaran berupa media PowerPoint yang diadakan di sekolah ini. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan
Media
PowerPoint
Untuk
Kemampuan
Bercerita
Menceritakan Tokoh Idola pada Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta 2012/2013”.
1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah: 1. Bagaimana
mengembangkan
media
PowerPoint
untuk
pembelajaran keterampilan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta? 2. Bagaimana kualitas dan kelayakan media PowerPoint untuk keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola?
1.3 Tujuan Pengembangan Berdasarkan rumusan masalah di atas peneliti mengemukakan tujuan pengembangan yaitu menghasilkan media PowerPoint untuk pembelajaran keterampilan menceritakan tokoh idola untuk siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4 Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran dalam bentuk media PowerPoint yang sesuai dengan SK dan KD kemampuan bercerita pada siswa kelas VII semester II. Media PowerPoint tersebut memiliki keunikan dan kekhasannya yaitu media PoerPoint ini mengandung audio, video dan animasi berkaitan dengan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan materi lebih hidup. Adanya teks animasi yang membuat tampilan unik dengan menerapkan tampilan teks muncul di bagian depan, tengah dan belakang dengan custom animasi. Peneliti membuat media tersebut dalam bentuk tampilan gambar yang menjelaskan mengenai konsep dasar materi, tampilan visual gambar, tampilan mengenai rekaman dialog, dan penugasan. Penugasan disajikan peneliti dengan berbagai variasi bergantung pada pelajaran atau topik yang akan diajarkan. Penugasan tersebut antara lain, blangko wawancara, latihan mendengarkan, menulis cerita singkat, dan membuat pertanyaan dari hasil membaca teks. Pengembangan media pembelajaran dilakukan oleh peneliti di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta karena di sekolah ini pembelajaran berbicara khususnya bercerita belum begitu mempergunakan media dalam pembelajarannya khususnya media PowerPoint.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Manfaat Pengembangan 1. Secara teoretis, penelitian ini mendukung teori yang sudah ada dan dapat membantu meningkatkan pembelajaran keterampilan bercerita dengan pemanfaatan
atau
penggunaan
media
PowerPoint
dalam
proses
pembelajaran. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu bagi guru, siswa, sekolah dan peneliti. Manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan dalam menyusun media pembelajaran berbicara untuk mendukung pembelajaran kemampuan bercerita. b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif strategi pembelajaran yang efektif dalam keterampilan bercerita dan memotivasi minat siswa. c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan positif terhadap kemajuan sekolah.
1.6 Asumsi Dasar Ada tiga asumsi yang mendasari penelitian pengembangan ini, yaitu: 1. Media digunakan sebagai dasar pengoptimalan kemampuan berbahasa Indonesia khususnya kemampuan bercerita untuk siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Kemampuan bercerita dan tingkat pemahaman siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dapat dibantu dengan media PowerPoint yangs sesuai dengan tema-tema dan tujuan pembelajarannya. 3. Media pembelajaran dalam bentuk PowerPoint dapat mendukung efektivitas pembelajaran bahasa.
1.7 Definisi Istilah Peneliti memberi batasan-batasan istilah yang dirasa penting dan mendukung dalam pemahaman yaitu sebagai berikut: 1. Pengembangan adalah suatu proses atau cara untuk menghasilkan suatu produk berupa media pembelajaran PowerPoint. 2. Media adalah alat bantu ajar berupa saluran yang berfungsi memvisualkan pesan, konsep, atau informasi dari sumber ke penerimanya (Soeparno 2003: 14). 3. PowerPoint adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office. Program yang dihasilkan adalah teks, gambar, suara, video, tampilan menarik, dan hyperlink (Ena, 2001: 370) 4. PowerPoint adalah media yang digunakan dalam proses pembelajaran dan berupa tampilan slide-slide.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.8 Sistematika Penelitian Sistematika penyajian dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab. Bab I memaparkan pengembangan,
latar
belakang
spesifikasi
masalah,
produk,
rumusan
manfaat
masalah,
tujuan
pengembangan,
batasan
pengembangan, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan penelitian yang relevan, teori yang relevan, dan kajian berpikir. Bab III memaparkan metode penelitian yang memuat cara dan prosedur yang akan dilakukan peneliti, yaitu jenis penelitian, model pengembangan. Bab IV merupakan hasil pengembangan yang berisi tentang hasil dari pengembangan media PowerPoint yang telah diaplikasikan ke sekolah, dan Bab V merupakan penutup kesimpulan yang mencakup keseluruhan isi skripsi penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan Ada tiga hasil penelitian pengembangan yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, dilakukan oleh Masnur Muslich Suyono yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis Audio Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Anak Usia Dini. Pembelajaran kosakata ini dilakukan dengan empat cara yaitu belajar melalui cerita, belajar melalui bermain, belajar melalui bernyanyi, dan belajar melalui bercakapcakap. Penelitian pengembangan diawali dengan adanya temuan sebelumnya oleh peneliti mengenai pembelajaran kosakata yang terjadi pada anak usia dini. Temuan tersebut kemudian direlevansikan dengan teori-teori yang ada, telaah kurikulum, dan pemetaaan kosakata yang kemudian nantinya akan diperoleh prototipe model media pembelajaran. Penelitian kedua dilakukan oleh Pradini Ratih Wardhani yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan. Rancangan penelitian ini diadaptasi dari prosedur penelitian pengembangan Sadiman dan Abidin. Berdasarkan prosedur tersebut, terdapat sebelas tahap prosedur penelitian, yakni (1) analisisi kebutuhan, (2) analisis tujuan, (3) perumusan
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tujuan, (4) mengembangkan materi, (5) menyusun naskah, (6) produksi, (7) penyusunan petunjuk pemanfaatan, (8) uji coba perseorangan, (9) uji coba kelompok, (10) uji coba lapangan, (11) revisi. Pelaksanaan pengembangan dilakukan berdasarkan temuan analisis kebutuhan media pembelajaran yang dilakukan pada tahap prosedur penelitian dan pengembangan. Produk hasil pengembangan selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui kelayakan produk, yakni melalui tiga kelompok uji yang meliputi (1) uji ahli media (2) uji materi yakni guru kelas VII SMP, dan (3) uji perseorangan, uji kelompok kecil dan uji klasikal atau lapangan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kedungwaru yang berjumlah 31 siswa. Data dalam penelitian ini berupa data verbal dan numerik. Data verbal dibedakan menjadi data tertulis. Data tertulis didapat dari saran dan kritik yang didapat dari ahli uji coba. Data numerik yakni berupa data skor yang diperoleh dari hasil angket penilaian ahli, dan siswa terhadap produk. Berdasarkan hasil nilai analisis yang dilakukan terhadap ahli materi, diperoleh hasil 80%. Berdasarkan kriteria yang ditentukan, 80% termasuk kategori valid. Sehingga, untuk kelayakan pengembangan media dalam aspek isi materi yang terdapat dalam media tersebut termasuk dalam kategori layak dan dapat diimplementasikan. Berdasarkan hasil nilai analisis yang dilakukan terhadap ahli materi, diperoleh hasil 67,5%. Berdasarkan kriteria yang ditentukan, 67,5% termasuk kategori valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dari hasil penelitian terdapat peningkatan kemampuan bercerita siswa pada aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Hal tersebut diketahui dari perubahan kearah yang lebih baik dan juga peningkatan skor pada aspek kebahasaan dan siswa menjadi aktif, antusias mengikuti pembelajaran bercerita serta pembelajaran berlangsung menyenangkan.
2.2 Kajian Teoretis Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian teoretis ini menjelaskan keterampilan berbicara, kriteria pengembangan, pengertian media, jenis dan klasifikasi media dll, pengertian media PowerPoint, gaya belajar dan kerangka berpikir.
2.2.1
Media Pembelajaran Bahasa Proses pengajaran bahasa Indonesia yang komunikatif sesuai dengan
metode langsung memerlukan media sebagai alat bantu pembelajaran. Untuk kepentingan itu, berikut ini peneliti menjelaskan hal-hal yang terkait dengan media pembelajaran bahasa. Hal ini berfungsi sebagai pengetahuan awal peneliti terhadap media pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif diterapkan bagi siswa-siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.1.1 Pengertian Media Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Miarso, dkk. 1987:47). Menurut Soeparno (1988:1) media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (chanel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 2004: 12). Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology Amerika), media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik (Heinich, et.al, 1996 dalam Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo, 2010: 121). Dengan ketiga pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Media pembelajaran apapun yang digunakan pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektivitas dan kelancaran belajar mengajar terutama dalam memperjelas materi yang dipelajari sehingga memudahkan terjadinya proses belajar atau perubahan tingkah laku pada diri siswa. Kehadiran media dapat membantu dalam pencapaian kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar.
2.2.1.2 Manfaat Media Yadisetya (2007) mengungkapkan beberapa manfaat media pembelajaran antara lain pertama media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, kedua media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu meliputi (1). Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan dapat diganti dengan gambar, foto, slide, film atau model, (2). Objek atau benda yang terlalu kecil yang tampak bias disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, gambar, (3). Kejadian langka yang terjadi di masa lampau dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide, (4). Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan secara konkret melalui gambar, slide, atau simulasi komputer, (5). Kejadian atau percobaan yang dapat membahasakan dapat disimulasikan dalam komputer, film, video, (6). Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang dalam kenyataan dapat memakan waktu lama dapat disajikan dalam teknik rekaman seperti dalam film, video, slide atau simulasi komputer. Keempat media pengajaran dapat memberikan kesan pengalaman kepada siswa tentang peristiwaperistiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan sekitar melalui kegiatan karya wisata, kunjungan ke museum, dll. Menurut Sadiman, dkk. (1986), bahwa media pendidikan memiliki beberapa manfaat antara lain (1) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik, (2) dapat melampaui batasan ruang kelas, (3) memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, (4) menghasilkan keseragaman pengamatan, (5) menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis, (6) membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar, dan (7) memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkret sampai dengan abstrak.
2.2.1.3 Kriteria Pemilihan Media Ada beberapa kriteria untuk mengukur media pembelajaran bisa digunakan untuk pembelajaran atau tidak. Kriteria itu adalah (1) biaya, (2) ketersediaan fasilitas pendukung, (3) kecocokan dengan ukuran kelas, (4) keringkasan, (5) kemampuan untuk diubah, (6) waktu dan tenaga untuk penyimpanan, (7) pengaruh yang ditimbulkan, (8) kerumitan, dan (9) kegunaan. Sesudah pengajar memilih media yang sesuai untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pembelajaran, pembelajar mengembangkan media pembelajaran tersebut. Hak tersebut dilakukan pengajar untuk menyeleksi media tersebut layak dikembangkan atau tidak. Kriteria tersebut adalah (1) sesuai dengan tujuan instruksional pembelajaran, (2) ketepatgunaan (validitas), (3) keadaan peserta didik, (4) ketersediaan, (5) mutu teknis, dan (6) biaya. Ketersediaan media pembelajaran tidak lengkap tanpa adanya tujuan yang jelas untuk pemanfaatannya. Pemilihan media menyesuaikan tujuan instruksional pembelajaran. Di sini media hanya sebagai pelengkap dan alat bantu untuk mmbuat pembelajaran lebih menarik. Keberadaan media tidak berarti tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas. Keberagaman media membuat pengajar harus selektif memilih media yang akan digunakan untuk pembelajaran. Sesudah menentukan tujuan instruksional, pengajar mudah menyeleksi berbagai media yang ada. Media yang dipilih pengajar harus disesuaikan dengan tujuan instruksional dan berguna untuk meningkatkan kualitas belajar. Jadi, keberadaan media membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih memotivasi pembelajar untuk memperhatikan pengajarnya. Setelah itu, harapannya pembelajar lebih mudah menyerap informasi atau materi. Selain ketepatgunaan dan sesuai tujuan instruksional, pengajar juga harus memperhatikan keadaan peserta didik. Hal tersebut berkaitan dengan seberapa besar kemampuan peserta didik menyerap informasi, gaya belajar peserta didik, usia, kemauan peserta didik, dan tujuan belajar. Pengajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
juga harus memperhitungkan mutu teknis, ketersediaan,dan biaya sebelum menentukan media tersebut layak dipakai atau tidak. Untuk mewujudkan media pembelajaran yang seperti itu, peneliti berpedoman pada Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Cone of Experience). Pada gambar di bawah ini juga terlihat keterkaitan dengan Bruner (enactive, iconic, and symbolic learning).
Gambar 1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Jika peneliti mengamati Kerucut Pengalaman Edgar Dale dari bawah, terlihat bahwa pembelajar sebagai partisipan dalam pengalaman aktual. Kegiatan pembelajaran ini diwujudkan melalui pengamatan konsep target secara langsung di lapangan, pengalaman buatan, dramatisasi, demonstrasi, karyawisata, dan pameran. Selanjutnya, pembelajar sebagai pengamat suatu kejadian melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
media. Di sini pembelajar mengamati kejadian melalui televisi, rekaman, radio, dan video. Selanjutnya, pembelajar sebagai pengamat simbol-simbol yang mempresentasikan suatu kejadian/hal. Kegiatan ini diwujudkan dengan simbol visual dan verbal. Berdasarkan Kerucut Pengalaman Edgar Dale, media PowerPoint merupakan media pembelajaran yang memposisikan pembelajar sebagai pengamat konsep target, melalui rekaman atau simbol-simbol. Oleh sebab itu, media PowerPoint ini dibuat peneliti dengan memasukkan gambar-gambar, rekaman, suara, video, latihan produksi, dan latihan menulis untuk memberikan pengalaman senyata mungkin kepada pembelajar. Menurut Yadisetya (2007), ada delapan faktor penting yang perlu diperhitungkan dalam memilih media pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Wawasan dan pengetahuan guru. 2) Tujuan belajar yang hendak dicapai sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 3) Fasilitas yang tersedia. 4) Sederhana dan mudah dimengerti. 5) Dapat memotivasi siswa. 6) Menggunakan bahan yang mudah didapat. 7) Dapat menggantikan objek yang sesungguhnya dan, 8) Menarik perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Berbeda dengan Yadisetya, Widharyanto, (2003 : 53-54) mengemukakan ada enam syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan media. Keenam syarat tersebut adalah sebagai berikut. 1) Harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dikembangkan. 2) Harus sesuai dengan karakteristik siswa. 3) Harus sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. 4) Harus sesuai dengan ketersediaan sumber. 5) Harus sesuai dengan ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas. 6) Harus dipertimbangkan dengan keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai. Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan katakatanya tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria yang lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan, keadaan peserta didik, ketersediaan, dan mutu teknis. Dari syarat-syarat diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, media pembelajaran yang digunakan diketahui oleh siswa, sesuai dengan kemampuan pembelajaran siswa, dan dapat dipilih secara objektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.1.4 Jenis dan Klasifikasi Media Berikut ini akan dibahas lima jenis media yang biasanya dipakai pengajar dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. 1) Media Visual Media visual termasuk media grafis, diantaranya, grafik, diagram, bagan, poster, kartun, komik, dan kartu. Saluran yang dipakai pengguna menyangkut indera penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami dengan benar oleh pengguna atau pembelajar agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi
untuk
menarik
perhatian,
memperjelas
sajian
ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan (Sadiman, 2008:28). 2) Media Audio Media audio berkaitan dengan indera penglihatan. Hal ini berbeda dengan media visual. Pesan yang disampaikan melalui radio disalurkan melalui lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam katakata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang termasuk dalam media audio, diantaranya, radio, tape recorder, dan laboratorium bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3) Media Proyeksi Diam Dalam menyajikan rangsangan-rangsangan visual media proyeksi diam (still proyected medium) mempunyai persamaan dengan media grafik yang merupakan media visual. Selain itu, bahan-bahan grafis banyak dipakai dalam proyeksi diam. Ada perbedaan dari kedua media ini. Media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan sedangkan pada media proyeksi diam pesan tersebut diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Media proyeksi diam antara lain film bingkai, (slide), film rangkai (film strip), overhead proyektor, proyektor tak tembus pandang, tachitoscope, microprojection dengan mikrofilm. 4) Multimedia Kehadiran multimedia sebagai salah satu produk teknologi dan komunikasi (TIK) di bidang pendidikan sangat membantu pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan berperan untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik dan mengembangkan kemampuan yang sempurna. Oleh sebab itu, metode dan media yang tepat sangatlah diperlukan untuk membantu mengembangkan kemampuan tersebut. Multimedia merupakan media pengajaran dan pembelajarn yang efektif dan efisien berdasarkan kemampuan menyentuh panca indera: penglihatan, pendengaran, sentuhan (Schade dalam Munir, 2008:232). Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Jacobs dan Schade (dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Munir, 2008) tentang daya ingat. Mereka mengatakan bahwa daya ingat makin meningkat hingga 60% dengan penggunaan media 3 dimensi seperti multimedia. Penggunaan media berbasis TIK dan teknologi
multimedia
di
dalam
program-program
pendidikan
diharapkan mampu mengatasi kendala dalam proses belajar mengajar. Namun, multimedia bukan satu-satunya penentu keberhasilan belajar. Faktor lain yang perlu diperhatikan pengajar diantaranya motivasi pembelajar, keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan kelasnya, situasi pada saat proses belajar, kurikulum, dan pengajar. Selain itu, peran pengajar juga sangat penting. Jadi, multimedia sebagai alat bantu pembelajaran tidak bisa menggantikan peran pembelajar. Beberapa pakar mendefiniskan konsep multimedia, salah satunya adalah Munir (2008). Dia mengatakan bahwa multimedia merangkum berbagai media di dalam satu software pembelajaran yang interaktif. Multimedia menyajikan teks, grafik, gambar, video, animasi, audio dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Kelengkapan media dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh panca indera sehingga daya imajinasi, kreativitas, dan emosi peserta didik berkembang ke arah yang lebih baik. Penggunaan multimedia juga akan memberikan rangsangan yang lebih baik dengan terintegrasinya media audio visual dalam salah satu software yang berisi media pembelajaran. Namun hal yang perlu disadari bahwa pembuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
program multimedia tidaklah mudah. Morgan dan Shade (dalam Munir, 2008:235) menemukan dari sekian banyak program yang ada di pasaran, hanya 20%-25% yang dapat dikategorikan memenuhi syarat serta layak digunakan untuk keperluan pendidikan. Oleh sebab itu, keefektifan proses pembelajaran dengan menggunakan komputer bergantung pada kualitas program (software). a. Kelebihan
Multimedia.
Multimedia
mempunyai
beberapa
kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain, di antaranya (1) Multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik. Proses interaktif ini dibuktikan dengan adanya hubungan dua jalur antara pengajar dan pembelajar. Hubungan dua jalur itu akan menciptakan adanya dialog. Menurut Munir (2008:235) keefektifan multimedia disebabkan karena pengajar akan menjawab permasalahan pembelajar dengan cepat di samping
mengawasi
perkembangan
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor mereka. Untuk bisa menyajikan multimedia, pembuat harus menentukan terlebih dahulu umpan balik jenis mana yang seharusnya diberikan kepada pembelajar. Umpan balik yang bisa diterapkan dalam pembelajaran menggunakan multimedia adalah konsep permodelan, latihan, dukungan, artikulasi dan refleksi (Collins dalam Nazrul melalui Munir, 2008:236). Hasil umpan balik tersebut diharapkan bisa meningkatkan motivasi peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
untuk
belajar.
Multimedia
memberikan
kebebasan
kepada
pembelajar untuk menentukan proses belajar. Materi yang disajikan
dalam
sejumlah
data
yang
sudah
terintegrasi
memungkinkan pengajar menampilkan kembali materi-materi tersebut secara cepat dan mudah. Hal ini memungkinkan pembelajar untuk menentukan topik dan proses belajar yang disukainya. Proses pembelajaran seperti ini menggunakan fasilitas hiperteks, hiperlinks, basis data, hipermedia, dan lainnya. Sistem hiperteks dan basis data dapat menelusuri masalah melalui kodekode yang sudah disediakan kemudian dapat menghubungkannya dengan berbagai informasi yang berupa teks, video, grafik, atau suara. Sedangkan hypermedia tidak hanya berbatas pada teks namun juga grafik, image, audio, dan video. Aplikasi hypermedia antara lain, PowerPoint, adove acrobat, macromedia director. (2) Multimedia memberikan kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses
pembelajaran.
Proses
pembelajaran
menggunakan
multimedia dapat dilakukan secara kelompok maupun perorangan. Sekalipun kelompok, pada dasarnya proses belajar berlangsung secara perorangan (Gadge dalam Munir, 2008:239). Multimedia menyediakan peluang yang sangat besar terhadap kontrol pembelajar. Dalam mendefinisikan unsur pembelajar, Baker (dalam
Munir,
2008)
menetapkan
unsur-unsur
pengguna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
berdasarkan perintah-perintah apa yang dipelajari, langkah-langkah belajar yang bagaimana, arah proses belajar yang diambil, dan gaya serta proses pembelajaran yang diambil. Multimedia sudah banyak digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Hal itu karena karakteristik
multimedia,
yaitu
komputer
sebagai
kontrol,
integratif, digital dan interaktif. Proses belajar menggunakan multimedia membuat pembelajaran lebih menarik dan bervariasi. Dari beberapa jenis media yang sudah peneliti paparkan, tidak semua cocok diterapkan di kelas, untuk itu pengajar perlu memilih media yang sekiranya bisa dipakai untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu kriteria media pembelajaran yang baik adalah bisa mengakomodasi gaya belajar pembelajar. Hal ini dijelaskan pada subbab berikutnya. Menurut Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup banyak ragamnya, mulai dari media yang sederhana, sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Untuk mempermudah mempelajari jenis media, karakter dan kemampuannya dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan. Salah satu klasifikasi yang dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan media adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak (Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2010: 122-123). Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinich dan kawan-kawan (1996) sebagai berikut. KLASIFIKASI
JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan Realita, (non projected media) Media
yang
media,
bahan
grafis
(graphic material), display
diproyeksikan OHT, Slide, Opaque
(projected media) Media video (Video)
Audio kaset, audio vission, active audio vission
Media video (Video) Media
berbasis
(computer based media)
Video komputer Computer Assisted Instruction (CAI),
Computer
Managed
Instruction (CMI) Multimedia kit
Perangkat pratikum
Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya adalah penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan, atau yang diproyeksikan atau apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.2.1.5 Peran Media Sebagai Alat Komunikasi Peran media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar membantu siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Penggunaannya pun harus disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal, ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp, dan kawan kawan (1985 dalam Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2010: 124125) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai berikut. 1) Penyajian materi menjadi lebih standar. 2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. 3) Kegiatan belajar menjadi lebih interaktif. 4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi. 5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan. 6) Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan. 7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat/ baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
8) Memberikan nilai positif bagi pengajar.
2.2.1.6 Pengaruh Media Penelitian Fylyer dan Giles (dalam Widharyanto 2006: 6) membuktikan bahwa keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh media yang digunakan oleh guru. Mereka menemukan bahwa model pembelajaran yang letaknya paling atas dalam kerucut, yakni pembelajaran yang hanya melibatkan simbolsimbol verbal melalui sajian teks adalah pembelajaran yang menghasilkan tingkat abstraksi paling tinggi. Pembelajaran yang paling efektif adalah pembelajaran yang berada pada dasar kerucut yaitu terlibat langsung dengan pengalaman-pengalaman belajar yang bertujuan. Tingkat abstraksi pada model pembelajaran ini sangat rendah sehingga memudahkan siswa dalam menyerap pengetahuan dan keterampilan baru. Widharyanto
(2006:
5-7)
mengungkapkan,
langkah-langkah
pembelajaran perlu memfasilitasi agar siswa mendapat pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dan atau dunia kerja yang terkait dengan aktivitas berbahasa seperti mendengar, berbicara, menulis, dan membaca. Siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman inderawi yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari interaksi sosial langsung dengan masyarakat penutur bahasa Indonesia di luar kelas. Seandainya tidak memungkinkan, sebaiknya siswa memperoleh pengalaman melalui media audio-visual, teks, gambar, atau ceramah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.2.2
Gaya Belajar Menurut De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie (via
Widharyanto, dkk 2003:7) penelitian tentang gaya belajar menunjukkan bahwa orang (pembelajar) belajar dengan cara yang berbeda-beda dan satu jenis cara belajar belum tentu cocok. Oleh sebab itu, pengajar perlu memahami gaya belajar setiap pembelajarnya. Pengertian dan pengetahuan pengajar tentang gaya belajar membuat pengajar bisa memanfaatkan dan menggunakan media yang sesuai dengan kemampuan belajar pembelajar. Dengan memperhatikan konsep tentang gaya belajar, peneliti memperoleh dasar untuk memilih media yang efektif bagi pembelajar di sekolah menengah pertama. De Porter, Mark Readon, dan Sarah Singer-Nourie (via Widharyanto, dkk 2003:7) menyebutkan bahwa gaya belajar dibagi menjadi tiga, yaitu gaya belajar (1) auditori, (2) visual, (3) kinestetik. Berikut akan dikemukakan ketiga gaya belajar tersebut. 2.2.2.1 Gaya Belajar Auditori Gaya belajar auditori difokuskan pada aktivitas mendengarkan suarasuara melalui dialog-dialog yang tercipta di dalam kelas baik dengan pembelajar atau dengan pengajar secara langsung atau dari alat-alat auditori. Oleh sebab itu, pengajar perlu menciptakan suasana kelas yang memberikan keleluasaan bagi pembelajar untuk berdialog secara lisan mengenai berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hal. Misalnya, pembelajar menceritakan kembali pengalaman-pengalaman yang menarik, mengumpulkan suatu informasi dari orang lain tentang suatu hal atau peristiwa, dan memecahkan masalah (Widharyanto, dkk. 2003: 24). Adapun ciri-ciri pembelajar auditori adalah sebagai berikut, (1) lebih senang belajar dengan cara mendengarkan, (2) mudah mengingat yang diterangkan daripada melihat, (3) membaca dengan bersuara, (4) mudah terganggu oleh suara berisik, (5) biasanya pembicara ulung, (6) senang berbicara dan berdiskusi, dan (7) lebih menyukai musik.
2.2.2.2 Gaya Belajar Visual Gaya belajar visual menuntut ketersediaan berbagai bentuk media yang bisa
diamati
secara
langsung
oleh
pembelajar
untuk
kemudian
membicarakannya dalam bentuk lisan maupun tulis. Gambar-gambar, diagram, grafik, bagan, dan bentuk visual lain yang dapat diamati akan sangat membantu pembelajar mendapatkan dan mengembangkan informasi. Hal terpenting yang dapat dilakukan di kelas untuk meningkatkan kemampuan visual dan berbahasa pembelajar adalah meminta mereka mengamati
situasi
nyata
tertentu,
memikirkannya,
kemudian
membicarakannya kepada orang lain disertai dengan menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang diamati. Selain itu, pengajar bisa mengetahui pembelajar merupakan tipe visual, dengan mencermati perilaku pembelajar kemudian mencocokkannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ciri-ciri pembelajar visual. Pembelajar visual mudah mengingat apa yang dilihat, lebih senang membaca sendiri, dapat membaca cepat, dapat membayangkan kata-kata, tidak terganggu oleh suara, berpenampilan rapi, menyukai mendemonstrasikan daripada menjelaskan, kebiasaan mencoretcoret, dan menyukai seni yang tidak berhubungan dengan musik.
2.2.2.3 Gaya Belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik menitikberatkan proses belajar dengan melakukan sesuatu dengan atau melalui gerakan. Gaya belajar ini untuk melatih dan meningkatkan kemampuan dan pemahaman pembelajar terhadap materi dengan suatu tindakan atau bahkan dapat melatih ekspresi pembelajar. Adapun ciri-ciri dari pembelajar tipe kinestetik adalah tidak bisa diam saat belajar, tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama, mendekati orang-orang yang diajak berbicara, menggunakan jari sebagai petunjuk, suka menyentuh orang saat bicara, sulit mengingat tempat bila belum pernah ke sana, menyukai bahasa isyarat, dan menyukai seni tari.
2.2.3 Pengembangan Media Berbasis Microsot PowerPoint Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berpengaruh terhadap perkembangan media pembelajaran. Media komputer merupakan media yang menarik bahkan atraktif dan interaktif (Munir, 2008: 144). Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
menggunakan media komputer membuat pembelajar akrab dengan simbol dan tanda ikomik yang berlaku di dunia audio dan visual. Pada intinya aspek penting dari penggunaan media adalah membantu memperjelas pesan pembelajar. Agar pembelajar menangkap pesan dalam suatu program komputer, pengajar terlebih dahulu memberikan informasi tentang ide yang ada di balik program dan menciptakan situasi diskusi menyangkut pengalaman peserta didik. Pendidikan melalui komputer sudah banyak dipakai di lembaga pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah media PowerPoint. PowerPoint sebagai alat bantu pengajaran merupakan bagian dari sistem pembelajaran. Artinya, bahwa keberadaan PowerPoint tidak menggeser peran pengajar sebagai pengajar. Hal tersebut karena keberadaan pengajar sebagai fasilitator dalam pembelajarn sangat penting. Berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, peneliti berkesimpulan bahwa media pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif diterapkan di kelas pembelajar asing tingkat dasar adalah media PowerPoint. Hal tersebut karena kelengkapan fasilitas yang ada di PowerPoint mendukung peneliti untuk menghasilkan media pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar secara nyata kepada pembelajar. Untuk lebih jelas, berikut ini peneliti memaparkan beberapa hal berkaitan dengan media PowerPoint untuk pembelajaran bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.2.3.1 Pengertian Microsoft PowerPoint Software Microsoft PowerPoint salah satu hasil dari kemajuan media dan teknologi yang paling banyak dipakai oleh pengajar untuk pembelajaran. Microsoft PowerPoint adalah software yang dikembangkan oleh Microsoft yang bertujuan untuk melakukan presentasi dengan menggunakan komputer. Ada banyak alasan pengajar menggunakan PowerPoint dalam pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kelebihan dari PowerPoint. 1) Kelebihan PowerPoint PowerPoint sebagai program aplikasi presentasi menampilkan objek sebagai slide. Slide tersebut dapat dicetak dan atau ditampilkan sesuai dengan keinginan penyaji. PowerPoint juga menyediakan tiga jenis gerakan animasi yaitu (1) entrance, (2) emphasis, dan (3) exit untuk tiap-tiap elemen dari slide yang dikontrol oleh custom animations. Sementara itu, gerakan atau perpindahan tiap slide diatur oleh transition. Selain itu, PowerPoint menyediakan kemudahankemudahan lain seperti template, AutoWizard Content, bullet, dan semua fitur untuk pengolahan kata dari Software Microsoft lainnya yaitu Word. Dengan
adanya
template
dan
bullet
pemakai
merasakan
kemudahan dan cenderung menyusun presentasi dalam bentuk yang standar.
Kemudahan
itu
juga
didukung
dengan
tersedianya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
“AutoWizard
Content”.
Program
ini
menyebabkan
pengajar
memanfaatkan fasilitas ini dalam menyusun materi pembelajaran. Keuntungan terbesar dari PowerPoint adalah pengguna tidak perlu membeli piranti lunak karena sudah ada di dalam Microsoft Office (Ena, 2001:135). Jadi, pada waktu penginstalan program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Dilihat dari sudut perancangan
pembelajaran
“technology
centered
multimedia,
design
PowerPoint
approach”
yaitu
termasuk pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada teknologi (Mayer, 2001) Program aplikasi ini merupakan program presentasi namun fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa. Keuntungan lainnya adalah bahwa program ini bisa disambungkan ke jaringan internet. Namun PowerPoint sebagai suatu teknologi juga menimbulkan beberapa permasalahan. Berikut ini peneliti memaparkan kelemahan PowerPoint.
2) Kelemahan PowerPoint Media PowerPoint memiliki keterbatasan yaitu data dan informasi yang ditampilkan hanya seluas layar komputer (Klemm, W.R dalam Chandra, 2009). Dengan menggunakan PowerPoint pengajar terjebak pada empat kondisi yaitu kondisi entertain-me mode, penurunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
interaksi konten, penurunan interaksi antara pengajar-pembelajar, dan sebagai handout. Sejalan dengan Klemm, Edward Tufte (dalam Chandra, 2009) berpendapat bahwa informasi yang disajikan di PowerPoint beresolusi sangat rendah, yaitu 40 kata per slide dan memerlukan waktu baca selama 8 detik. Karena itu, PowerPoint berpotensi menyebabkan pemakainya melakukan mutilasi data. Selain itu, PowerPoint sebagai media menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada teknologi sehingga aspek kognitif terabaikan. Pada “technology centered design approach” perhatian pengguna dipusatkan pada kecanggihan teknologi. Hal ini juga terjadi pada pembelajaran multimedia padahal menurut Mayer (2001) desain pembelajaran multimedia yang efisien adalah desain pembelajaran yang berpusat pada pembelajar. Dari beberapa kelemahan dan kelebihan PowerPoint, banyak usaha pengguna
untuk
meminimalisir
kelemahan
tersebut
sehingga
PowerPoint bisa digunakan sebagai alat bantu yang menarik dan interaktif dalam pembelajaran. Berikut ini secara khusus peneliti menjelaskan tentang pemakaian PowerPoint dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2.2.3.2 Pemakaian PowerPoint dalam Pembelajaran Beberapa
penelitian
tentang
pemakaian
PowerPoint
dalam
pembelajaran menunjukkan bahwa PowerPoint dapat meningkatkan selfeffifacy dan attitude tetapi tidak meningkatkan hasil belajar (Susskind dalam Chandra, 2009: 3). Namun, hasil penelitian tahun 1990 hingga 1994 menunjukkan bahwa PowerPoint masih dianggap pengguna sebagai media pembelajaran yang menyenangkan, yang mampu meningkatkan selfeffifacy, motivasi, dan attitude untuk mahasiswa. Namun, dari segi penampilan dan sikap pemakaian PowerPoint tidak menimbulkan efek positif (Bartsch & Cobern, 2003; Frey & Birnbaum, 2003; Susskind, 2004; Susskind 2006 dalam Chandra, 2009) Untuk menciptakan PowerPoint yang berpusat pada pembelajar, pengajar hendaknya merancang media tersebut dengan memperhatikan proses belajar manusia (Alkinson dan Mayer dalam Chandra, 2009). Proses kognitif manusia dibagi menjadi tiga elemen, yaitu dual channel, limited capacity, dan active processing. 1. Dual Channel Dual channel merupakan konsep bahwa manusia memiliki dua saluran terpisah untuk memproses informasi, yaitu saluran verbal dan saluran visual. Saluran visual berfungsi memproses informasi yang ditangkap melalui mata, misalnya, gambar, ilustrasi, video, teks pada layar, sedangkan saluran verbal memproses informasi yang masuk ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
telinga, misalnya, suara, musik, dan percakapan. Telinga dan mata disebut sebagai sensor memori, selanjutnya informasi yang ditangkap oleh telinga dan mata disalurkan melalui dual channel, lalu diteruskan ke working memory, untuk selanjutnya diteruskan ke long term memory. Pada PowerPoint kemudahan menempelkan gambar, melakukan animasi dan menambahkan suara, menimbulkan kecenderungan pemakaian fasilitas tersebut secara berlebihan dan tidak berkaitan dengan isi pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajar menerima informasi dalam dua bentuk yang menyebabkan working memory menjadi penuh. 2. Limited Capacity Manusia hanya dapat menerima informasi dalam jumlah terbatas pada saat tertentu (Miller dalam Chandra, 2009). Kecenderungan yang sering muncul ketika pembelajar menerima informasi dalam bentuk gambar dan kemudian ada tulisan untuk narasi gambar tersebut, maka pembelajar harus mencerna informasi visual berupa gambar dan tulisan, dan pada saat bersamaan juga harus memproses informasi verbal berupa narasi. Kecenderungan ini tentunya sangat membebani working memory.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Active Processing Active Processing merupakan konsep saat pembelajar mampu mengerti materi yang diajarkan jika mereka memberi perhatian penuh pada materi atau informasi yang diajarkan, selanjutnya informasi tersebut
di
organize kedalam
coherent
mental
stucture
dan
diintegrasikan dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah mereka miliki (Chandra, 2009:5) Menurut peneliti, penggunaan PowerPoint dalam pembelajaran bisa mengaktifkan proses kognitif pembelajar. Hal tersebut akan terwujud jika pengajar memilih, mengorganisasikan, dan mengintergrasikan sesuai dengan tujuan belajar pembelajar.
2.2.3.3 Perancangan Pembelajaran Menggunakan PowerPoint Untuk merancang media pembelajaran bagi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, peneliti memperhatikan beberapa hal berikut. Kemampuan teknis dari PowerPoint dan beban kognitif dari penyajian. PowerPoint menyediakan berbagai media mulai dari visual, suara, sampai film. Dengan demikian dalam menyajikan pembelajaran PowerPoint berbeda dengan buku. Materi yang akan disajikan melalui PowerPoint harus singkat, padat, menarik, dan umumnya terdiri dari beberapa baris saja. Setiap slide bisa dilengkapi dengan visual, suara dan media lainnya. Namun, penyaji juga tidak boleh melupakan bahwa kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pembelajar untuk menyerap informasi terbatas. Oleh sebab itu, prinsip utama dalam penyajian PowerPoint untuk pembelajaran adalah sederhana, menarik, dan semua gambar atau tulisan yang ditampilkan berkaitan dengan tema. Penyajian PowerPoint untuk mengajar berbeda dengan penyajian PowerPoint untuk belajar sendiri. Perbedaan tersebut berkaitan dengan peran PowerPoint. Untuk keperluan pengajaran, PowerPoint membantu pembelajar agar lebih memahami penjelasan pengajar. Sementara itu penyajian
PowerPoint
untuk
belajar
mandiri
modelnya
berbeda
dibandingkan PowerPoint untuk mengajar yaitu dengan bantuan modul dan petunjuk penggunaan PowerPoint. Namun keduanya berprinsip pada hal yang sama yaitu sederhana, tidak terlalu banyak tulisan, gambar ataupun suara agar tidak meningkatkan beban kognitif pembelajar. Menurut Munir (2008:145) ada beberapa hal yang perlu disiapkan penyaji dalam pembelajaran mengunakan PowerPoint antara lain dari sisi pembelajar dan dari sisi pengajar. Dari sisi pembelajar, (1) mempelajari software terlebih dahulu; (2) kalau memungkinkan setiap pembelajar satu komputer; (3) menggunakan LCD projector atau in focus untuk penjelasan; (4) amati proses belajar pembelajar satu persatu; (5) jelaskan prosedur pengoperasian dengan bahasa sederhana. Sementara itu, dari sisi pengajar, (1) pengajar sudah bisa mengoperasikan LCD projector dan komputer; (2) mencantumkan hal-hal yang penting saja di slide; (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
menggunakan warna-warna yang menarik; (4) menggunakan animasi gambar dan foto secukupnya agar tidak mengganggu; (5) hindari suara yang muncul dari animasi; (6) bila memungkinkan menggunakan film pendek; (7) segera di-minimaze-kan apabila PowerPoint tidak digunakan; (8) prinsip satu slide satu menit; (9) jangan terlalu banyak slide dalam tiap sesi, maksimal 20 slide. Secara umum untuk mendesain pembelajaran menggunakan PowerPoint penyaji memperhatikan beberapa hal berikut: (1) keterbatasan layar komputer; (2) pemilihan font; (3) huruf besar dan huruf kecil; (4) template; (5) bullet; (6) background; (7) warna; (8) grafik dan chart; (9) animasi; (10) suara; (11) citra (gambar, foto, clip art). Layar komputer itu terbatas ukurannya, supaya gambar dan teks dapat ditampilkan dengan baik, sebaiknya informasi yang disajikan tidak menempati lebih dari 95% area slide. Percetakan mengenal istilah font atau huruf. Huruf memegang peranan penting dalam penyajian slide PowerPoint dari segi bentuk maupun ukuran. Pemakaian PowerPoint untuk media presentasi mengajar menggunakan ukuran font antara 30-40 point. Namun, penyaji perlu memperhatikan bahwa slide PowerPoint hanya sebagai alat bantu. Peran pengajar lebih penting dibandingkan slide yang disajikan. Sementara itu, powerPoint untuk belajar mandiri font berukuran 18-24 point. Sebaiknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
penyaji menggunakan kombinasi huruf besar dan huruf kecil, dan jangan menggunakan huruf besar semua. Selain huruf, PowerPoint juga menyediakan berbagai macam template, mulai dari template untuk background, theme, dan desain. Itu semua tentunya sangat memudahkan bagi pengajar untuk menyiapkan media pembelajaran. PowerPoint yang ditampilkan akan lebih baik apabila menggunakan background dan theme yang sama untuk satu presentasi. Penyaji bisa memasukkan satu atau dua slide yang berbeda untuk menarik perhatian pembelajar, namun secara keseluruhan harus ada kesatuan. Pemakaian warna sangat penting, yang perlu diingat penyaji adalah penampilan di komputer kadang-kadang tidak sama dengan penampilan di layar. Oleh sebab itu, penyaji lebih baik menggunakan warna gelap sebagai background dan hurufnya tenang. Keunggulan lain dari PowerPoint adalah menyajikan citra dalam berbagai bentuk, antara lain grafik gambar, dan film. Dalam penyajian grafik hendaknya jangan langsung memfoto-kopi grafik keluaran dari media lain karena saat PowerPoint ditampilkan hasilnya akan sulit dibaca. Untuk itu, penyaji lebih baik menggunakan fasilitas untuk membuat grafik yang ada di PowerPoint. Tidak hanya itu, di dalam PowerPoint juga memiliki program animasi. Dengan adanya animasi atau gerakan, pembelajaran akan lebih menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Namun, animasi hanya diperlukan untuk menarik perhatian di saat-saat tertentu
saja,
misalnya
untuk
menjelaskan
materi.
PowerPoint
menyediakan berbagai macam animasi seperti entrance, emphasis, exit, motion path, dan custom animation. Semua itu disajikan untuk menghasilkan media pembelajaran yang menarik dan mengikat. Namun penyaji tetap memperhatikan prinsip-prinsip desain pembelajaran media. Selain animasi dan program lainnya, presentasi dengan PowerPoint juga bisa terhubung ke program lain atau jaringan internet. Hubungan dnegan program lain akan memperkaya fasilitas yang mendukung pembelajaran dan hubungan dengan internet akan membuka berbagai kemungkinan pembelajaran yang lebih luas, pribadi dan otentik. Fasilitas-fasilitas di atas adalah fasilitas utama dalam pengembangan materi pembelajaran bahasa dengan PowerPoint. Fasilitas yang lain adalah fasilitas tambahan untuk membuat tambahan untuk membuat tampilan program lebih menarik dan mudah digunakan.
2.2.3.4 Kekhasan Media PowerPoint untuk siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Media PowerPoint yang akan dibuat peneliti berbeda dengan media PowerPoint lain. Perbedaan itu bisa dilihat dari segi muatan isi dan subjek pengguna. PowerPoint yang akan peneliti buat diperuntukkan bagi siswasiswi kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Media ini dibuat peneliti berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetens Dasar SMP kelas VII. Jadi, subyek penggunannya adalah siswa-siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan metode langsung dan menggunakan langkah-langkah belajar seperti yang diterapkan di sekolah tersebut.
2.2.4 Pembelajaran Keterampilan Berbicara Hamalik (dalam Abduh, 2007:2) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Discroll (dalam Siemens, 2005:4) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu perubahan yang permanen dalam potensi tingkah laku yang berasal dari hasil pengalaman pembelajar dan interaksi dengan dunia. Batasan tersebut memberikan pengertian bahwa pembelajaran tidak terbatas di dalam ruang saja, tetapi juga dapat diselenggarakan di luar kelas bahkan luar sekolah. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran merupakan satu kesatuan integral yang terjadi di dalam kelas antara guru dengan siswa. Hal ini berarti, pembelajaran memerlukan komunikasi. Komunikasi tersebut dapat terjadi di dalam maupun luar kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Menurut aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan secara kuat. Interaksi lisan ditandai oleh rutinitas informasi. Ciri lain adalah diperlukannya seorang pembicara mengasosiasikan makna, mengatur interaksi; siapa harus mengatakan apa, kepada siapa, kapan, dan tentang apa. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat, betapapun kecilnya, memiliki struktur dasar yang saling
bertemali
sehingga
mampu
menyajikan
sebuah
makna
(Iskandarwassid, 2009:239). Evaluasi keterampilan berbicara dilakukan secara berbeda pada setiap jenjangnya. Misalnya, pada tingkat Sekolah Menengah Pertama, kemampuan menceritakan, berpidato, dan lain-lain dapat dijadikan sebagai bentuk evaluasi. Seseorang dianggap memiliki kemampuan berbicara selama ia mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Strategi pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip stimulus respons. Selama kedua variabel ini dikuasai oleh pembicara, ia dapat dikategorikan memiliki kemampuan berbicara. Perkembangan strategi pembelajaran berbicara masih mempertahankan pola stimulus-respons meskipun dengan modifikasi model yang variatif. Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.
2.2.5 Pengertian Berbicara Nurgiyantoro (2001:276) menyatakan “berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan”. Menurut Tim penyusun Kamus (2008:188) “Berbicara adalah suatu kegiatan berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan atau tulisan dan sebagainya”. Menurut Tarigan (2008:15) “berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi kata-kata untuk mngekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”. Dari ketiga pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa berbicara merupakan suatu kegiatan berbahasa dengan mengucapkan kata-kata yang bertujuan untuk berkomunikasi. Perkenaan dalam tindak komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi dari seorang pembicaraan kepada lawan bicara. Kemampuan berbicara adalah mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
atau
mengucapkan
kata-kata
untuk
mengekspresikan,
menyatakan,
menampilkan pikiran dan perasaan. Pendengar memperoleh informasi melalui rangkaian nada tekanan dan penempatan persendian (juncture). Penerapan keterampilan berbicara pada siswa dapat diterapkan melalui: a) guru mengajarkan keterampilan berbicara sekaligus mengajarkan intonasi, lafal, jeda, susunan kata, mendengarkan, siswa disuruh untuk berpasangan dan menyaksikan film kartun cerita rakyat yang diputar oleh guru; b) keterampilan mendengarkan dipadukan dengan keterampilan berbicara maupun keterampilan menulis. Pada pembelajaran mendengarkan ini ini, siswa dapat mencatat kata-kata baru yang ada dalam film kartun cerita rakyat, sehingga dapat memberikan perbendaharaan kata bagi siswa. Dengan demikian, guru telah memadukan mendengarkan, berbicara, menulis, dan menambah kosakata;
2.2.6 Tujuan Keterampilan Berbicara Program
pengajaran
keterampilan
berbicara
harus
mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan. Dalam Iskandarwassid (2009: 242). Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
a) Kemudahan Berbicara Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan. b) Kejelasan Dalam hal ini, peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersususn dengan baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai. c) Bertanggung jawab Latihan
berbicara
yang bagus
menekankan
pembicara
untuk
bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. Latihan demikian akan menghindarka peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat lidah yang mengelabui kebenaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
d) Membentuk Pendengaran yang Kritis Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama. e) Membentuk Kebiasaan Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. Tujuan Keterampilan berbicara seperti yang dikemukakan di atas akan dapat dicapai jika program pengajaran dilandasi prinsip-prinsip yang relevan, dan pola KBM yang membuat para peserta didik secara aktif mengalami
kegiatan
berbicara.
Prinsip-prinsip
tersebut
adalah
pengintregasian program latihan keterampilan berbicara sebagai bagian unit-unit khusus yang melibatkan aktivitas pengajar dan peserta didik.
2.2.7 Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara Berbicara secara efektif dan efisien merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seorang pembicara yang baik karena berbicara merupakan suatu cara untuk berkomunikasi. Penekanan dalam tindak komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi dari seorang pembicara kepada lawan bicara. Pesan menjadi penekanan yang utama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mendapat porsi yang sangat besar dalam proses komunikasi. Permasalahan yang sering muncul dalam tindak komunikasi lisan adalah ketidakefektifan dalam penyampaian pesan atau maksud dari pembicaraan. Seperti yang dinyatakan oleh Arsjad dan Mukti (1998:17) sebagai berikut. “Keefektifan komunikasi dipengaruhi oleh kemampuan berbicara seseorang. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif dan efisien, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraan. Di samping itu, juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan tetapi bagaimana mengemukakannya”. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara. Menurut Arsjad dan Mukti (1998:17), ada dua faktor yang mempengaruhi keefektifan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi: (1) ketepatan ucapan; (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; (3) diksi atau pilihan kata; (4) ketepatan sarana pembicaraan. Sementara itu, faktor nonkebahasaan meliputi: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; (2) pandangan; (3) kesediaan menghargai pendapat ada(6) kelancaran; (7) relevansi atau penalaran; (8) penguasaan topik pembicaraan.
2.2.8 Pengertian Tokoh Idola Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid IV halaman 1203, tokoh ialah rupa; wujud; keadaan atau bentuk badan; perawakan; sedangkan dalam dunia sastra tokoh dapat diartikan pemegang peran (peran utama)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dalam roman atau drama. Masih menurut KBBI jilid IV halaman 417 idola ialah orang; gambar; patung dan sebagainya yang menjadi pujaan. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh idola ialah seseorang yang dianggap istimewa karena kelebihan atau prestasi yang dimilikinya sehingga menimbulkan perasaan pada diri seseorang untuk meniru cara dan gaya tokoh idola dalam mencapai prestasinya. Tokoh idola biasanya mempunyai ciri-ciri banyak dikagumi masyarakat, ahli di bidangnya, mempunyai prestasi yang menonjol, dapat menjadi panutan atau teladan.
2.2.9 Kerangka Berpikir Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang digunakan dalam mengembangkan produk berupa media pembelajaran dalam bentuk PowerPoint. 1) Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. 2) Teori yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah (a) metode pembelajaran bahasa: metode langsung, (b) teori kompetensi komunikatif pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, (c) gaya belajar, (d) media pembelajaran bahasa: media PowerPoint. Peneliti memilih teoriteori tersebut karena penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Indonesia di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta menggunakan metode langsung dalam pembelajaran di kelas. Fokus metode ini adaah pembelajar belajar menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan intonasi yang lancar. Oleh sebab itu pembelajar membutuhkan media yang mampu membantu dalam proses pembelajaran ini. Media tersebut hendaknya konkrit dan mampu memberikan pengalaman belajar seperti ketika pembelajar berada di situasi nyata sesuai dengan Kerucut Edgar Dale. Salah satu media yang relevan dengan kelas bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan sesuai dengan Kerucut Pengalaman Edgar Dale adalah media PowerPoint. 3) Pengembangan materi berdasarkan materi pembelajaran yang disusun oleh peneliti. 4) Uji coba produk dihasilkan peneliti dengan dua tahap: (a) penilaian dilakukan oleh dosan Universitas Sanata Dharma dan pengajar SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, (b) uji lapangan. 5) Revisi dilakukan berdasarkan uji coba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENGEMBANGAN
Pada
bab
ini
peneliti
membahas
mengenai:
(1)
model
pengembangan, (2) prosedur pengembangan, dan (3) uji coba produk yang meliputi: (a) desain uji coba, (b) subyek coba, (c) jenis data, (d) instrumen pengumpulan data, dan (e) teknik analisis data.
3.1 Model Pengembangan Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pengembangan adalah
pendekatan
penelitian
dan
perkembangan
(Research
and
Development)/R&D yang merujuk pada teori Borg dan Gall (1979:625). Model ini memuat langkah-langkah yang secara prosedural sesuai dengan penelitian dan perkembangan (Research and Development)/R&D, khususnya penelitian dan perkembangan media. Menurut Borg dan Gall (1979:627) langkah-langkah penelitian dan perkembangan melibatkan 10 (sepuluh) langkah, yaitu: 1) Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) yang termasuk di dalamnya review literatur, observasi kelas dan persiapan laporan. 2) Perencanaan (planning), termasuk di dalamnya menetapkan tujuan, urutan pembelajaran dan uji kelayakan dalam skala kecil yaitu uji coba terbatas pengembangan model.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
3) Mengembangkan bentuk awal (develop preliminary from of product) termasuk di dalamnya mempersiapkan materi ajar, bukubuku yang digunakan, media dan alat evaluasi. 4) Uji coba model awal (preliminary field testing), uji coba ini melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisa data berdasarkan hasil wawacara dan observasi. 5) Revisi produk (main product), yaitu perbaikan terhadap model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model pendahuluan. 6) Uji coba utama (main field testing), yaitu uji coba model yang lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subyek dalam jumah yang lebih banyak. Data yang dikumpulkan adalah kuantitatif pretest dan post-test dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan uji coba luas yang dilakukan. 7) Revisi produk (operational product revision) dilakukan peneliti berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba model yang lebih luas. 8) Uji coba operasional (operational field testing), yaitu uji coba model yang melibatkan sekolah dan subyek lebih banyak. Pada langkah ini data dikumpulkan dari angket, observasi, hasil wawancara yang kemudian dianalisis 9) Revisi produk akhir (final product revision) yang didasarkan pada model operasional dan uji coba model yang lebh luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
10) Penyebaran dan distribusi (dissemination and distribution), pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas model. Untuk mengembangkan produk, peneliti menggunakan lima langkah berdasarkan pengembangan multimedia menurut Munir, yaitu (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4) implementasi, (5) penilaian. Adapun secara keseluruhan
langkah-langkah
pengembangan
tersebut
digambarkan sebagai berikut (ada di halaman selanjutnya) :
secara
skematik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
SKEMATIK LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN MEDIA MENURUT BORG AND GALL
Analisis Produk
Draf Pengembangan Produk
Validasi Ahli
Draf 1
Revisi
Berdasarkan penilaian
Uji Coba Lapangan Skala Kecil (2 orang)
Draf 2 Berdasarkan feedback Produk Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Analisis produk yang sudah ada
Studi literature teori yang relevan. Hasil penelitian terdahulu
Hasil kajian pustaka dan studi lapangan
Analisis kebutuhan (kondisi pembelajaran, tujuan, materi, media/sumber, proses, dan evaluasi)
Draf pengembangan produk
Desain (desain instruksional dan isi pengajaran yang akan diberikan)
Draf awal model yang siap di uji coba
Pengembangan
Implementasi
Validasi ahli
Uji coba model
Uji coba skala kecil
Penilaian
Uji coba skala luas desain model yang sudah diperbaiki
Produk yang telah di uji coba (produk akhir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
3.2 Prosedur Pengembangan Berikut ini peneliti memaparkan prosedur pengembangan media PowerPoint dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan bercerita menceritakan tokoh idola untuk siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Tahap pertama : tahap analisis Tahap ini peneliti menetapkan tujuan pengembangan media, baik bagi pembelajar dan pengajar. Peneliti mulai dengan analisis kebutuhan pengajar dan pembelajar. Peneliti menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai instrumen analisis kebutuhan pengajar dan pembelajar. Instrumen dan komponen analisis kebutuhan pengajar berbeda dengan instrumen dan komponen analisis kebutuhan pembelajar. Instrumen analisis kebutuhan pengajar menggunakan wawancara. Wawacara dilakukan oleh peneliti kepada pengajar bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Wawancara bertujuan untuk mengetahui penggunaan media dalam pembelajaran keterampilan bercerita menceritakan tokoh idola khususnya penggunaan media PowerPoint di kelas. Analisis kebutuhan pembeajar berupa kuesioner kebutuhan pembelajar terhadap keterampilan menceritakan tokoh idola khususnya menceritakan tokoh idola. langkah identifikasi kebutuhan ini digunakan untuk mengetahui informasi seputar pembelajar. Dari analisis kebutuhan ini peneliti mengetahui mengenai kemampuan tiap-tiap pembelajarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
dalam keterampilan bercerita. Untuk kemampuan pembelajar, peneliti memperoleh dari pengajar/guru di SMP tersebut. Tahap kedua : tahap desain Proses desain pengembangan media PowerPoint meliputi aspek desain, yaitu: aspek model ID (desain instruksional) dan aspek pengajaran yang akan diberikan. Langkah-langkah pengerjaannya mengikuti alur berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Mulai
Analisis
Desain
Model ID/ MEL
Isi Kurikulum
Kata
Kalimat
Storyboard
Tujuan
Antarmuka
Interaktif
Makna
Bercerita
Menulis
Pengembangan
Pola Desain Multimedia dalam Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Tahap ketiga : tahap pengembangan Berdasarkan
desain
pembelajaran,
peneliti
membuat
draf
pengembangan berupa papan cerita atau storyboard. Selanjutnya, peneliti akan mengembangkan PowerPoint sehingga menghasilkan sebuah prototype PowerPoint pembelajaran. Tahap pengembangan media PowerPoint meliputi langkah-langkah penyediaan papan cerita, media (suara dan video), dan pengintegrasian sistem. Setelah pengembangan selesai, penilaian PowerPoint dilakukan peneliti
dengan
menggunakan
rangkaian
penilaian
PowerPoint
multimedia. Penilaian terhadap PowerPoint meliputi penilaian terhadap teks, suara, musik, video, animasi, dan kegiatan pembelajaran di dalamnya. Penilaian ini dilakukan oleh dosen ahli bahasa Indonesia dari Universitas Sanata Dharma dan pengajar di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Tahap keempat : tahap implementasi Produk yang sudah jadi berupa media PowerPoint untuk pengajaran bahasa Indonesia, diimplementasikan peneliti di dalam kelas. Tahap implementasi ini berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama adalah implementasi skala kecil. Produk ini akan kepada beberapa murid yang nantinya setelah kelas berakhir, peneliti meminta pembelajar memberikan
penilaian
terhadap
produk
PowerPoint.
Pembelajar
memberikan penilaian berdasarkan kriteria penilaian skala sikap. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
proses ini, diharapkan peneliti dapat mengetahui gambaran mengenai kelayakan media PowerPoint dengan materi kemampuan menceritakan tokoh idola dapat diterapkan di kelas. Serta dari pembelajaran ini pula, peneliti mengetahui tipe pembelajar yang dapat menggunakan PowerPoint di dalam kelas. Sesudah peneliti melakukan implementasi di kelas yang skala kecil, peneliti melakukan revisi produk untuk menyempurnakan media PowerPoint.
Setelah
berkonsultasi
dengan
pembimbing,
peneliti
melakukan implementasi di skala besar. Media PowerPoint yang telah direvisi oleh peneliti diujicobakan di dalam kelas besar. Tahap kelima : tahap penilaian Tahap ini peneliti ingin mengetahui kesesuaian PowerPoint dengan program pembelajaran. Untuk mengetahui hal itu, penekanan penilaian yaitu pada 3 (tiga) kemampuan. Kemampuan yang pertama yaitu kemampuan literasi bahasa/pembaca. Hal ini meliputi kesesuaian dengan tujuan instruksional, ketepatan dengan tema yang dipelajari, keterpahaman media PowerPoint, dan keautentikan media PowerPoint. Kemampuan
kedua
berkaitan
dengan
kemampuan
literasi
komputer. Hal ini meliputi kemampuan penyaji untuk memperjelas permasalahan yang sedang dibahas, kejelasan gambar/tulisan/suara yang ada, kesederhanan media PowerPoint, kombinasi warna. Kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
ketiga berkaitan dengan tingkat motivasi, yaitu daya tarik media PowerPoint. Penilaian dilakukan peneliti sebelum uji coba model. Penilaian ini dilakukan oleh dosen ahli bahasa Indonesia dari Universitas Sanata Dharma dan pengajar/guru dari SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Para penilai melakukan penilaian dengan mengisi kuesioner penilaian terhadap produk media PowerPoint. Jika hasil penilaian belum memuaskan peneliti akan melakukan perbaikan untuk menyempurnakan produk media PowerPoint. Namun, jika hasil kuesioner menunjukkan bahwa media PowerPoint sudah sesuai dengan program pembelajaran di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, maka produk tersebut bisa diterapkan di kelas. 3.3 Uji Coba Produk Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk PowerPoint digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dilihat dari hasil kuesioner penilaian produk PowerPoint yang diisi oleh para subjek coba. Uji coba produk dilakukan tiga kali; (1) uji ahli, (2) uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk, (3) uji lapangan. Dalam uji coba produk ini memuat desain uji coba, subjek coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknis analisis data.
3.3.1
Desain Uji Coba Peneliti melakukan dua tahapan dalam uji coba produk media ini. Tahapan pertama, uji coba yang akan dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
dosen ahli bahasa Indonesia dari Universitas Sanata Dharma dan pengajar bahasa Indonesia dari SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pada tahap kedua ini, peneliti melakukan uji coba dengan menggunakan media PowerPoint untuk mengajar di kelas. Di sini peneliti sendiri yang akan mengajarkan materi. Sesudah melakukan uji coba, para subjek coba melakukan penilaian terhadap produk PowerPoint. Hasil penilaian tersebut nantinya digunakan oleh peneliti sebagai tolak ukur kelayakan media
PowerPoint
digunakan
dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia untuk jenjang SMP. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner yang akan digunakan peneliti sebagai penilaian pengajar di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan dosen ahli bahasa Indonesia di Universitas Sanata Dharma.
Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner penilaian terhadap produk media PowerPoint No.
Butir-butir Penilaian
Jumlah
1
Kesesuaian dengan tujuan instruksional
1
2
Ketepatan dengan tema yang dipelajari
1
3
Kesesuaian
dengan
taraf
berpikir 1
pembelajar 4
Memperjelas permasalahan yang sedang 1 dibahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
5
Kejelasan gambar/tulisan/suara
1
6
Kesederhanaan media PowerPoint
1
7
Kombinasi warna
1
8
Daya tarik media PowerPoint
1
9
Keautentikan media PowerPoint
1
10
Keterpahaman media PowerPoint
1
Penilaian penelitian terhadap Produk Media PowerPoint menggunakan
skala
lima.
Untuk
lebih
jelasnya,
peneliti
menyajikan kuesioner secara lengkap di dalam lampiran.
3.3.2
Subjek Coba Subjek coba dalam penelitian ini adalah dosen ahli bahasa Indonesia dari Universitas Sanata Dharma, satu pengajar bahasa Indonesia dari SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, dan 37 siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
3.3.3
Jenis Data Jenis data pada pengembangan ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif berupa informasi yang diperoleh dari wawancara pengajar dan kuesioner data pembelajar, kemudian peneliti menjelaskan data secara deskriptif. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari kuesioner kebutuhan pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
media PowerPoint dan evaluasi berdasarkan penilaian dari para subjek coba yang diperoleh dari kuesioner. Sesudah melakukan penghitungan, peneliti menjelaskan data secara deskriptif.
3.3.4
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner analisis kebutuhan. Wawancara disusun oleh peneliti sendiri. Wawancara ditujukan kepada pengajar yang sudah pernah menggunakan PowerPoint untuk mencari informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan dan penggunaan media PowerPoint di kelas. Wawancara dilakukan peneliti secara informal. Selanjutnya, dibagikan juga kuesioner yang ditujukan kepada pembelajar untuk analisis kebutuhan pembelajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kuesioner ini terdiri dari kuesioner kebutuhan belajar. Selain itu terdapat kuesioner penilaian yang ditujukan kepada
subjek
coba,
digunakan
untuk
menilai
produk
pengembangan media PowerPoint. Hasil penilaian ini nantinya digunakan
sebagai
dasar
untuk
menyempurnakan
produk
pengembangan, berupa media PowerPoint. Berikut ini kisi-kisi instrumen pengumpulan data tersebut, apabila disajikan dalam bentuk tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara Guru bahasa Indonesia
No. Butir-butir Pertanyaaan
Jumlah
1
Metode yang sering digunakan
1
2
Media pembelajaran yang sering digunakan
1
3
Kesulitan atau kelemahan yang dihadapi
1
4
Apakah siswa antusias ketika belajar berbicara
1
5
Tipe belajar yang disenangi siswa
1
6
Bentuk penilaian
1
7
Bentuk soal
1
Secara lengkap peneliti menyajikan ketujuh pertanyaan wawancara berkaitan dengan pembelajaran berbicara di kelas dalam lampiran.
Tabel 3. Kisi-kisi kebutuhan pengembangan PowerPoint
No.
Butir-butir data
Jumlah
1
Pengertian tokoh idola
1
2
Pengertian menceritakan tokoh idola
1
3
Menulis identitas tokoh idola
1
4
Bercerita karakter tokoh idola
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
5
Bercerita keunggulan tokoh idola
1
6
Bercerita prestasi tokoh idola
1
7
Bercerita
alasan
mengidolakan
idola 1
tersebut 8
Bercerita dengan suara yang keras dan 1 lantang
9
Bercerita dengan lafal dan intonasi yang 1 baik
10
Tips bercerita dengan menarik
1
Peneliti menyajikan kuesioner kebutuhan pengembangan PowerPoint menggunakan skala tiga, yaitu sangat perlu (SP), perlu (P), dan tidak perlu (TP). Untuk lebih lengkap, peneliti menyajikannya di lampiran.
Tabel 4. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan cara belajar No.
Butir-butir pernyataan
Jumlah
No. Instrumen
1
Belajar di kelas
1
1
2
Aktivitas di kelas
1
2
3
Cara belajar
1
3
4
Penggunaan
media 1
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
pembelajaran 5
Penggunaan
media 1
5
PowerPoint
Peneliti menyajikan kuesioner kebutuhan cara belajar dengan memberikan pilihan jawaban di setiap butir pertanyaan. Dari beberapa pilihan jawaban tersebut, pembelajar memilih ya atau tidak. Untuk lebih lengkap, peneliti menyajikan kuesioner kebutuhan secara lengkap di lampiran.
3.3.5
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan peneliti untuk mengolah data adalah analisis deskriptif dan analisis isi. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Skor-skor yang diperoleh peneliti dari kuesioner pengajar tentang kebutuhan pengembangan PowerPoint dan penilaian produk pengembangan dideskripsikan dengan menggunakan teknik deskriptif rata-rata (mean). Peneliti menginterpretasikan dan menghitung mean atau rata-rata tingkat kebutuhan dan hasil uji coba produk tersebut kemudian hasilnya dijelaskan secara kualitatif. Mean dianalisis peneliti untuk setiap butir pertanyaan yang
akan
dikembangkan
dengan
PowerPoint.
Menurut
Nurgiyantoro (2001: 360) berikut adalah rumus untuk mencari nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
rata-rata kebutuhan pengembangan media PowerPoint dan penilaian produk pengembangan tersebut: Nilai
rata-rata
kebutuhan
pengembangan
media
PowerPoint.
keterangan : = Nilai rata-rata kebutuhan pengembangan media PowerPoint. = Skor dari pengajar di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
keterangan : = Nilai produk pengembangan = Skor dari penilaian pengajar = Skor dari penilaian dosen
Kriteria untuk pengambilan keputusan terhadap analisis kebutuhan pengembangan PowerPoint adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Tabel 5 Kriteria Penilaian kebutuhan pengembangan media PowerPoint No.
Penilaian Sikap
3
Sangat perlu
2
Perlu
1
Tidak perlu
Suatu materi dipandang sangat perlu dikembangkan dengan PowerPoint jika menurut pengajar topik tersebut lebih menarik dan lebih mampu menjelaskan konsep dengan sajian PowerPoint daripada dengan sajian ceramah saja. Sementara itu, sebuah topik dipandang peneliti peru dikembangkan dengan PowerPoint jika menurut pengajar topik tersebut bisa atau memungkinkan disajikan dalam bentuk media selain yang biasa dilakukan oleh pengajar. Kriteria yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil keputusan terhadap penilaian produk pengembangan sebagai berikut:
Tabel 6 Kriteria penilaian skala sikap Skor
Penilaian Sikap
5
Sangat baik
4
Baik
3
Cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
2
Kurang
1
Sangat kurang
(Hermawati, 2004:68)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN
Pada bab ini peneliti menyajikan paparan dan analisi data mengenai empat hal. Pertama, hasil analisis kebutuhan guru yang meliputi; (a) hasil wawancara pembuatan dan penggunaan PowerPoint, (b) hasil kuesioner kebutuhan pengembangan PowerPoint. Kedua, hasil analisis kebutuhan pembelajar yaitu hasil kuesioner kebutuhan cara belajar. Tahap yang keempat adalah hasil uji coba produk pengembangan berdasarkan; (a) penilaian dosen ahli bahasa Indonesia dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, (b) penilaian pengajar bahasa Indonesia dari SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, dan (c) hasil uji coba lapangan oleh peneliti. 4.1 Paparan Hasil Analisis Kebutuhan Guru Berikut ini peneliti memaparkan hasil analisis kebutuhan guru yang meliputi hasil wawancara dan hasil analisis kuesioner. 4.1.1 Hasil Wawancara Pengembangan PowerPoint. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti secara informal untuk mengetahui proses pembuatan dan penggunaan PowerPoint di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada tanggal 15 Agustus 2013, peneliti mengemukakan beberapa hal sebagai berikut.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
1. Ibu Rini dalam penggunaan PowerPoint disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan dalam pembelajaran di kelas. 2. Dalam pengajaran menceritakan tokoh idola, beliau fokus pada kompetensi berbicaranya. Misalnya dalam berbicara menceritakan idola, berbicara dengan intonasi, lafal, dan vokal yang keras. 3. Ketika beliau membuat PowerPoint, beliau hanya memperhatikan karakter belajar dan kemampuan pembelajar. Beliau tidak memperhatikan tahapan pembuatan media. 4. Dalam
pembuatan
PowerPoint
beliau
membuat
semua
tahapan
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas yang meliputi pengenalan, pentubian, produksi, dan pengulangan konsep. 5. Penggunaan PowerPoint di dalam kelas tergantung pada kecepatan pembelajar. Menurut pengalaman beliau, PowerPoint menarik digunakan untuk mengenalkan konsep atau materi-materi yang banyak. 6. Media PowerPoint yang baik adalah media yang sesuai kebutuhan pembelajar dan kemampuan pembelajar. Selain itu, tampilan PowerPoint hendaknya sederhana dan tidak terlalu banyak warna. Semua yang ditampilkan slide hendaknya benar-benar mempunyai arti dan membantu mengkonkritkan konsep target. PowerPoint yang dibuat hendaknya bisa dipakai untuk pembelajar berkemampuan rata-rata, di atas rata-rata atau kurang. Hal ini bisa disiasati dengan tidak menggunakan slide di dalam kelas, karena bagi pembelajar yang kemampuannya di atas rata-rata media ini bisa membosankan, maka dibuatlah PowerPoint yang menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
4.1.2 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pengajar dan siswa membutuhkan media yang mampu membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Media PowerPoint jarang digunakan dalam pembelajaran di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, bukan karena keterbatasan media namun pengajar kurang bisa menggunakan media tersebut karena diharuskan media tersebut dibuat secara kreatif dan inovatif. Pengembangan
produk
PowerPoint
untuk
pembelajaran
keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sehingga siswa dalam kegiatan belajar tidak menjadi jenuh dan bosan. Produk ini akan dikembangkan dengan kriteria yang cocok bagi siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
4.2 Hasil Uji Coba Produk Pengembangan Berikut ini peneliti sajikan uraian dan analisis dari hasil penilaian pengajar dan proses implementasi produk powerpoint, dan diskusi peneliti dengan penilai. 4.2.1 Penilaian Pengajar Penilaian pengajar dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai pengajar/guru
yang
mengajarkan
pembelajaran
keterampilan
berbicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
menceritakan tokoh idola. Sesudah melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, penilai memberikan penilaian terhadap produk PowerPoint. Penilai yaitu guru SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta meberikan penilaian secara tertulis dan lisan. Penilaian secara tertulis dilakukan untuk memberi skor pada butir-butir penilaian di media pembelajaran tersebut. Sementara penilaian secara lisan dilakukan secara tatap muka oleh guru tersebut kepada peneliti. Penilaian secara lisan meliputi peneliana terhadap kelemahan dan kelebihan media PowerPoint untuk keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola. Peneliti di bawah ini akan menjelaskan mengenai hasil diskusi yang peneliti deskripsikan secara urut berdasarkan kuesioner penelitian. 1. Media yang dibuat oleh peneliti sudah sesuai dengan tujuan instruksional. Penilai memberikan skor 4 untuk media tersebut. Hal tersebut
dikarenakan
peneliti
melihat
RPP
peneliti
dan
mencocokkan dengan media yang peneliti buat dan hasilnya sesuai. 2. Penilai memberikan skor 4 untuk penilaian berkaitan dengan ketepatan
media
PowerPoint
dengan
tema.
Hal
tersebut
dikarenakan peneliti melihat tujuan umum pembuatan media tersebut yang sesuai dengan isi dari media pembelajaran yang ditampilkan. 3. Penilai memberikan skor 4 untuk kesesuaian media PowerPOint dengan taraf berpikir dan kemampuan pembelajar. Media yang ditampilkan sederhana namun disesuaikan dengan kemampuan pembelajar. Serta media ini dibuat dan diatur oleh peneliti dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran adanya media ini untuk proses pembelajaran ialah langkah-langkah yang ada di dalam powerpoint tersebut sudah tersusun dan semua struktur pun sudah ditampilkan dalam powerpoint tersebut. 4. Penilai memberikan skor 3 untuk pembahasan media pembelajaran tersebut yang isinya memecahkan permasalahan pembelajaran yang sedang dibahas. Karena ini merupakan keterampilan berbicara maka pembelajaran lebih bersifat aktif di dalam kelas dengan setiap pembelajar/siswa aktif untuk menyampaikan pendapat mengenai tema yang dibahas. 5. Berkaitan dengan kejelasan gambar/ tulisan/ suara. Penilai memberi skor 3, ini adalah skor terendah yang diberikan kepada peneliti dikarenakan pada video pengenalan tokoh idola sebaiknya dilengkapi dengan teks yang menjelaskan mengenai tokoh tersebut sebagai pengantar dalam video tersebut. Bagi penilai itu dirasa perlu untuk memberikan keterangan dan membantu pembelajar atau siswa dalam mendengarkan video tersebut. Ada bebrapa rekaman yang ternyata tidak dapat dibuka karena masalah teknis dan peneliti dengan cepat menggunakan alternatif lain untuk membuat agar pembelajar/siswa tidak menunggu lama dalam pembelajaran tersebut. Kesalahan dikarenakan file hyperlink tidak dapat diakses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
6. Penilaian yang berkaitan dengan kesederhanaan PowerPoint peneliti mendapat skor 2. Kesederhanaan yang dimaksudkan oleh peneliti ketika membuat media pembelajaran tersebut ialah kesederhanaan PowerPoint dari segi tampilan setiap slide yang ditamoilkan, gambar, video dan suara, pemilihan warna slide, dan muatan isi media PowerPoint yang tidak terlalu banyak. Namun bagi penilai sendiri, menggunakan media powerpoint dalam pembelajaran
bahasa
Indonesia
tidaklah
sesederhana
yang
dimaksudkan oleh peneliti. Dikarenkan penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran bahasa Indonesia diperlukan pengajar yang ahli dalam menggunakan media powerpoint atau menggunakan laptop/komputer. Faktor keahlian guru atau pengajar dalam menggunakan media powerpoint sangatlah mutlak. Dalam pembelajaran yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dalam wawancara sebelumnya beliau telah menjelaskan bahwa tidak semua guru mampu menggunakan media powerpoint dalam menyampaikan materi pembelajaran. Karena pengajar/guru lebih suka menggunakan metode langsung atau metode ceramah yang rata-rata masih digunakan dalam pembelajaran di sekolah tersebut. 7. Produk poerpoint yang berkaitan dengan kombinasi warna mendapatkan skor 4 dan tidak adanya komentar dari penilai. 8. Pada hal yang berkaitan dengan daya tarik media tersebut yaitu media powerpoint penilai memberikan skor 5 dikarenakan media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
tersebut sangat jarang dilakukan di sekolah tersebut. Pengajar/guru lebih suka menggunakan metode ceramah dan faktor usia pengajar/guru teresebut yang tidak lagi muda membuat mereka malas untuk menerapkan metode-metode baru dalam kegiatan pembelajaran selagi pembelajar/siswa tersebut paham mengenai tema yang diajarkan. 9. Penilai memberikan skor 4 untuk keautentikan media powerpoint. Ini dikarenakan media ini asli buatan peneliti dan isi materi yang ada di media powerpoint tersebut sesuai dengan buku paket yang digunakan di sekolah tersebut. 10. Keterpahaman media powerpoint oleh penilai diberikan skor 4. Keterpahaman media powerpoint sangat dipengaruhi dengan kesederhanaan dan kejelasan gambar di media tersebut. Untuk itu peneliti diharapkan lebih teliti dalam memilih gambar yang sesuai untuk menjelaskan tema. 4.2.2 Penilaian Dosen Ahli Penilaian ini dilakukan peneliti sesudah melakukan revisi produk. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dosen untuk melakukan penilaian. Penilaian ini dilakukan oleh dosen secara tertulis dengan mengisi kuesioner penilaian. Berikut ini adalah skor yang diberikan oleh dosen ahli terhadap produk media powerpoint.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
1. Kesesuaian dengan tujuan instruksional media powerpoint mendapatkan nilai skor 4 2. Ketepatan tema yang dipelajari pembelajar, media powerpoint ini mendapatkan skor 4 3. Berkaitan dengan taraf berpikir pembelajar, media powerpoint ini mendapatkan nilai skor 4 4. Berkaitan
dengan
keberadaan
media
powerpoint
untuk
memperjelas permasalahan atau topik yang sedang dibahas, media ini mendapatkan skor 4 5. Kejelasan gambar/ tulisan/ suara dalam media ini mendapatkan skor 4 6. Kesederhanaan media powerpointdalam media ini mendapatkan skor 4 7. Berkaitan dengan kombinasi warna dalam media ini, penilai memberikan skor 8. Berkaitan dengan daya tarik media powerpoint ini mendapat skor 4 9. Berkaitan dengan keautentikan media powerpoint ini mendapat skor 5 10. Berkaitan
dengan
mendapatkan skor 4
keterpahaman
media
powerpoint
ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Tabel Data Hasil Penilaian Media PowerPoint No. 1.
Komponen yang dinilai
Skor
Keterangan
tujuan
4
Baik
yang
4
Baik
Kesesuaian dengan taraf berpikir
4
Baik
4
Baik
Kesesuaian
dengan
instruksional 2.
Ketepatan
dengan
tema
dipelajari 3.
pembelajar 4.
Memperjelas
permasalahan
yang
sedang dibahas 5.
Kejelasan gambar/ tulisan/ suara
4
Baik
6.
Kesederhanaan media powerpoint
4
Baik
7.
Kombinasi warna
4
Baik
8.
Daya tarik media powerpoint
4
Baik
9.
Keautentikan media powerpoint
5
Sangat baik
10.
Keterpahaman media powerpoint
4
Baik
4.3 Hasil Uji Coba Lapangan Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil uji coba lapangan yang telah dilakukan sesudah penilaian dari pengajar dan revisi produk. Uji coba produk yang pertama diterapkan di dalam kelas VII A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Dalam proses pembelajaran di kelas menggunakan powerpoint, peneliti menggunakan semua tahapan pentubian. Jadi, semua slide yang ada di dalam powerpoint digunakan semua oleh peneliti untuk menjelaskan maksud dari pembelajaran tema menceritakan tokoh idola. Hal ini dilakukan dengan mengingat kemampuan siswa yang normal dan cepat sekali menangkap konsep dan tema pembelajaran. Peneliti menggunakan semua slide yang ada di dalam media dan bergantian bertanya jawab dengan pembelajar untuk lebih mengendapkan tema dan materi pembelajaran tersebut dalam pikiran pembelajar. Pada tahap produksi, siswa/pembelajar senang dengan aktifitas di dalam kelas dengan menceritakan tokoh idola masing-masing dengan saling aktif mengacungkan jari menjawab pertanyaan dari peneliti mengenai tokoh idola mereka. Suasana kelas yang aktif membuat siswa tidak jenuh dalam proses pembelajaran, meskipun ada beberapa siswa yang terlihat lelah namun masih aktif dan ikut serta dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam tahap pengulangan, peneliti menggunakan semua slide yang ada. Sebelum melakukan dan memulai tahap pengulangan pembelajaran tersebut, peneliti menjelaskan kembali bahwa pembelajar akan mendengarkan dan menyimak mengenai tema menceritakan tokoh idola, berlatih bercerita dengan tema tokoh idola mereka dan teknik bercerita yang baik. Dari proses ini peneliti melihat antusiasme pembelajar dalam melakukan aktifitas di dalam kelas, dikarenakan mereka jarang menggunakan metode tersebut dalam pembelajaran mereka. Siswa dengan antusiasnya secara sukarela maju ke depan kelas untuk menceritakan mengenai tokoh idola mereka dengan mendapatkan umpan balik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
seperti pernyataan dan pertanyaan dan teman sekelasnya tentang tokoh idola yang teman itu ceritakan. Setelah pembelajaran selesai, peneliti memberikan lembar penilaian kepada siswa. Siswa rata-rata memberikan nilai skor 3 pada media pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Yang berarti bahwa media ini baik digunakan sebagai pemebelajaran media powerpoint keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola bagi siswa SMP. Setelah selesai dalam pembelajaran, peneliti mendapatkan evaluasi lisan dari siswa yang beberapa dari mereka menyampaikan pendapatnya mengenai media pembelajaran tersebut. Menurut mereka, media pembelajaran ini menarik dan bisa membantu dia dalam pembelajaran. Adapun yang mengatakan bahwa media ini sederhana namun membantu dia untuk tidak jenuh dan bosan dalam kelas pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa yang lain mengatakan, ia menyukai proses ini dikarenakan siswa lebih aktif dalam kelas dengan misalnya secara sukarela menceritakan tokoh idola mereka, menyampaikan tentang tokoh idola mereka, dan lebih berani dalam berbicara di muka umum. Dari berbagai pendapat evaluasi lisan dari siswa, peneliti melihat antusias yang positif dari siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Siswa lain pun berpendapat bahwa dengan adanya video-video dan rekaman dalam media pembelajaran tersebut berdampak pada antusiasme dan ketertarikan pembelajar terhadap media powerpoint. Namun ada beberapa hal-hal yang perlu diperbaiki oleh peneliti mengenai kesalahan teknis misal video yang tidak bisa dibuka, dan hyperlink yang menuju teks dalam bentuk MS. Word tidak dapat dibuka, hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
menjadikan peneliti perlu untuk memperbaiki tampilan dan isi media powerpoint tersebut. Adapun evaluasi dari guru yang dilakukan secara lisan yaitu mengenai kurangnya materi yang mendalam mengenai kegiatan bercerita. Karena yang ditampilkan peneliti dalam aktifitas pembelajaran di dalam kelas ialah kemampuan bercerita anak-anak yang peneliti memberikan contoh lewat video namun alangkah lebih baik dan bagus apabila contoh selain dari video yang ditampilkan namun juga dari peneliti itu sendiri secara langsung praktek keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola, sehingga siswa secara langsung menyimak. Guru pun menyampaikan hal positif kepada peneliti yaitu antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan sikap ramah peneliti dalam interaksi pada siswa yang terjadi selama pembelajaran, mungkin dikarenakan jarak usia dari peneliti ke siswa tidak terlalu jauh sehingga peneliti lebih dapat memahami keinginan siswa selam proses pembelajaran. Ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran tersebut dapat juga dikarenakan selama ini metode yang digunakan oleh guru hanyalah metode ceramah. Peneliti melakukan proses pembelajaran ini dengan teliti dan perlahan sembari menjelaskan kepada siswa setiap konsep-konsep di dalam media pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Konsep-konsep yang perlu dijelaskan lebih dalam misal, apa itu tokoh idola, mengapa seseorang dapat disebut sebagai tokoh idola, dll. Hal ini yang menjadi dasar materi pembelajaran tersebut, mengarahkan siswa untuk mengetahui tokoh idola mereka, tidak hanya sekedar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
mengapa kalian mengidolakan mereka namun juga mengapa dia dapat disebut sebagai tokoh idola. Jika peneliti melihat siswa belum mengerti konsep atau materi pembelajaran,
peneliti melakukan pengulangan materi tersebut sampai siswa
dapat dengan jelas paham mengenai materi pembelajaran tersebut. Dari pengamatan peneliti, dari awal hingga pertengahan mengenai pengertian tokoh idola, contoh tokoh idola, hingga bagaimana cara bercerita menceritakan tokoh idola dengan baik, siswa tidak mendapatkan kendala yang sulit. Kendala dalam proses pembelajaran pastinya ada, misal siswa tiba-tiba secara spontan bertanya siapa kira-kira tokoh atau sosok yang ia idolakan. Dalam hal ini peneliti harus menuntun dan membantu siswa untuk dapat menemukan sosok atau tokoh idola yang ia idolakan. Siswa/pembelajar terbantu dengan adanya tampilan foto-foto contoh tokoh idola yang ada di sekitar mereka, misal dalam media menampilkan gambar tokoh idola (artis, aktor, aktris, musisi, tokoh politik, pahlawan, dll) dengan itu siswa memiliki pemikiran sendiri tokoh siapa yang ia idolakan atau tokoh siapa yang untuk siswa itu tokoh tersebut memiliki hal-hal positif yang dapat siswa contoh. Kegiatan pembelajaran tidak selalu dan sering menggunakan media pembelajaran, memang media pembelajaran dalam masalah ini adalah yang disoroti mengenai kelayakan media tersebut dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola. Namun, melihat antusiasme siswa, peneliti dapat mengira-ngira hal yang disukai oleh siswa terlebih ketika media menampilkan hal-hal yang menarik misal ketika ada gambar Ir. Soekarno,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
siswa secara aktif menyampaikan isi pikiran mereka mengenai sosok Ir Soekarno. Terlebih ketika menampilkan gambar sosok musisi Raisa, siswa sangat antusias dikarenakan sosok ini sangat tidak asing bagi mereka dan kerap mereka lihat di layar kaca. Ketika peneliti menanyakan mengenai hal-hal yang siswa pikirkan mengenai sososk Raisa ini, mereka saling melemparkan jawaban kepada peneliti mengani sosok ini. Namun peneliti pun menjelaskan dengan pelan bahwa jawaban siswa tersebut semua adalah benar, namun lebih baik apabila disebutkan pula mengenai prestasi-prestasi dari tokoh idola tersebut yang mampu menjadikan motivasi bagi kita untuk mencontoh perilaku dari sosok idola tersebut. Dari data-data diatas, peneliti bisa menyimpulkan bahwa interpretasi siswa dalam kegiatan menyimak sangat baik karena antusiasme dan keterpahaman siswa, namun kurang dalam pemahaman mengenai konsep tokoh idola. Siswa rata-rata masih kurang mengerti mengenai alasan mengidolakan sosok atau tokoh tersebut sehingga itu yang membuat mereka lama dalam proses pengerjaan mendeskripsikan tokoh idola tersebut. Namun siswa sangat baik dalam proses menceritakan mengenai tokoh idola mereka. Sebelumnya peneliti memberikan waktu untuk siswa menuliskan deskripsi mengenai tokoh idola mereka untuk nantinya mereka ceritakan dan bagi pada siswa di kelas dengan menceritakan di depan kelas. Dalam proses itu, siswa terlihat bingung, ketika peneliti tanyakan, hampir semua jawaban mereka bingung mengapa sosok itu ia idolakan, sebenarnya mereka telah baik dan bagus dalam mendeskripsikan hasilnya namun kurang dalam menguraikan memgenai hal-hal dari tokoh idola tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Dalam kemampuaan bercerita, siswa dapat menceritakan tokoh idola dengan baik dan jelas, namun dalam urutan menceritakan kurang dapat dimengerti siswa. Maksudnya siswa telah memahami mengenai pemahaman konsep materi menceritakan tokoh idola, namun dalam kegiatan pembelajaran berbicara menceritakan tokoh idola, siswa dituntut tidak hanya asal dalam menyampaikan cerita mereka mengenai tokoh idola namun juga dalam urutan penyampaian cerita tersebut harus runut dan sistematis. Berbicara yang ditampilkan oleh siswa sudah baik dan jelas meski ada beberapa siswa yang masih malu-malu dalam menyampaikan pikiran mereka mengenai tokoh idola mereka. Ada beberapa siswa yang secara percaya diri menceritakan tokoh idola mereka. Berbicara secara lantang dan tidak terpaku pada teks yang ia bawa. Namun ada juga siswa yang malu-malu namun baik dan runut dalam menceritakan tokoh idola mereka di depan kelas, namun kadang lupa pada apa yang akan mereka kemukakan sehingga beberapa kali masih melihat teks atau catatan yang ia bawa. Kemampuan berbiacara siswa sekolah menengah tersebut baik, dan mereka percaya diri sehingga ini menjadi point positif dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Siswa yang lain pun antusia dalam mendengarkan dan memberikan umpan balik seperti komentar ketika siswa lain bercerita namun dengan tidak mengganggu suasana dan kegiatan tersebut. Setelah satu siswa selesai dalam menceritakan tokoh idola mereka, peneliti meminta siswa lain memberikan pertanyaan kepada temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Kenyataan yang terjadi pada siswa/ pembelajar adalah media powerpoint paling bagus dan baik digunakan dalam tahap pengenalan, tahap pentubian dan produksi karena gambar-gambar dan video yang ditampilkan sudah dirancang khusus untuk menjelaskan mengenai materi media pembelajaran tersebut. Dengan tingkat pemahaman yang terlihat pada siswa, mereka lebih antusias ketika adanya aktifitas pembelajaran yang aktif dan tidak melulu mendengarkan ceramah guru. Sementara pada tahap pengulangan konsep, siswa tidak begitu memperlihatkan kendala kesulitan yang berarti dan mereka lebih ingin cepat untuk mempraktekkan kegiatan menceritakan tokoh idola tersebut. Kesulitan dari segi terbatasnya waktu yang dialami oleh siswa memang menjadikan kendala karena tidak semua siswa dapat mencoba melakukan kegiatan tersebut. Bagi siswa, pembelajaran ini menarik dan lebih disukai. Siswa pun mampu menyalurkan cara berpikir dan pendapat mereka yang mereka tuangkan dalam kegiatan belajar tersebut. Fungsi media powerpoint untuk siswa sekolah menengah dengan kemampuan belajar yang baik adalah pengkonkrit konsep target. Hal ini diwujudkan peneliti dengan gambar-gambar sesuai struktur target dan langkahlangkah pembelajaran yang disusun secara urut sesuai tingkat berpikir pembelajar. Sementara itu media powerpoint ini menyediakan pembelajaran yang dapat digunakan kapan sajadan lebih leluasa dnegan memanfatkan rekaman atau video untuk latihan. Kelebihan lainnya iala media powerpoint menyediakan fasilitas bagi pengajar untuk mengatur waktu di setiap aktivitas yang akan dilakukan pengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Sesudah mendapatkan penilaian dari guru dan pembelajar, peneliti melakukan revisi untuk bagian rekaman atau video serta kesalahan teknis yang terjadi ketika melakukan uji coba lapangan. Serta mengecek kondisi hyperlink yang terjadi ketika uji coba, hyperlink tidak dapat dibuka. Hal ini dilakukan peneliti pada media powerpoint yang peneliti buat. Untuk selanjutnya, media powerpoint ini menjadi produk jadi yang sudah lolos uji coba di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Peneliti membuat media pembelajaran berupa media powerpoint yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola bagi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pengembangan produk media PowerPoint ini dibuat peneliti berdasarkan materi keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola pada siswa kelas VII semester II. Pembuatan media ini dimaksudkan peneliti
supaya pembelajar mudah memahami
materi dan juga
meningkatkan keantusiasan dan ketertarikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan model pengembangan (Research and Development)/R&D yang merujuk pada teori Borg and Gall. Peneliti menggunakan langkah-langkah pada teori tersebut dengan modifikasi dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Model pengembangan yang peneliti terapkan adalah analisis masalah, mengumpulkan informasi, membuat draf pengembangan produk, melakukan validasi, revisi produk pengembangan, dan uji coba lapangan. Kegiatan pertama yang dilakukan peneliti yaitu analisis kebutuhan pengajar dan pembelajar. Analisis kebutuhan pengajar menggunakan instrument wawancara Wawancara dilakukan peneliti untuk mendapatkan
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
informasi tentang penggunaan dan proses pembuatan PowerPoint di dalam kelas Bahasa Indonesia. Selanjutnya, peneliti melakukan analisis kebutuhan kepada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Instrument yang peneliti gunakan adalah kuesioner. Kuesioner tersebut untuk mengetahui informasi tentang data diri pembelajar. Pengembangan media powerpoint untuk keterampilan berbicara menceritakan tokoh idola mendapatkan penilaian kualitas “sangat baik” dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penilaian kualitas media berasal dari para expert judgment yang sudah memiliki kompetensi dalam menilai sebuah media pembelajaran dan materi pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya materi menceritakan tokoh idola. Penilaian didasarkan pada berbagai indikator media pembelajaran dan dihitung menggunakan skala lima dan hasilnya akurat. Ahli media memberikan skor 4 dengan kriteria sangat baik untuk media pembelajaran film pendek. Guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta memberikan skor 4 dengan kriteria sangat baik untuk media pembelajaran menceritakan tokoh idola. Dalam uji coba lapangan, para siswa memberikan penilaian melalui angket dengan baik namun kondisi siswa yang lelah saat uji coba. Berdasarkan hasil rekapitulasi uji coba secara keseluruhan menunjukkan bahwa media powerpoint berhasil dalam membantu siswa belajar Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menceritakan tokoh idola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Hasil-hasil penelitian diatas menunjukan bahwa media powerpoint berhasil dalam membantu siswa belajar Bahasa Indonesia terutama pembelajaran menceritakan tokoh idola. Media pembelajaran tersebut dapat dan teoat untuk digunakan oleh siswa ketika mengalami kebosanan atau kejenuhan dalam belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
B. Implikasi Pengembangan media film pendek ini dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Hal ini dikarenakan pengembangan produk media powerpoint dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Namun, media powerpoint dapat juga dilakukan di sekolah lain dengan memperhatikan hal-hal, seperti media powerpoint digunakan sebagai media untuk mengatasi kejenuhan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, dan adanya kesesuaian media pembelajaran powerpoint dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.
C. Saran-saran Saran-saran yang peneliti kemukakan adalah saran untuk pemanfaatan produk pengembangan ini terkait dengan tiga hal, yaitu (1) metode pembelajaran, (2) ketersediaan media pendukung, (3) pengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Berikut peneliti sajikan penjelasan lebih lengkap berkaitan dengan hal-hal yang perlu pengguna media perhatikan. 1) Metode pembelajaran Produk media powerpoint ini hendaknya digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII semester II dikarenakan media pembelajaran ini dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang diterapkan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Selain itu media ini dibuat berdasarkan materi di buku paket milik SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan menerapkan metode langsung.
2) Ketersediaan media pendukung Untuk menampilkan slide-slide di PowerPoint, pengguna disarankan menggunakan komputer/laptop yang sudah ada software
Microsoft
powerpoint
2013.
Selain
itu
komputer/laptop tersebut minimal dilengkapi dengan winamp/windows media player untuk mendengarkan dan menyimak video rekaman. Sedangkan untuk penggunaan di kelas besar pengguna memerlukan alat pendukung lainnya yaitu viewer dan screen proyektor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
3) Pengajar Penggunaan media powerpoint menuntut pengguna dalam hal ini pengajar yang mampu mengoperasikan media powerpoint. Saran peneliti, pengajar memperlajari terlebih dahulu
sistematika
penyajian
media
ini
sebelum
mempraktekkan di dalam kelas. Selain itu, pengajar yang sering berlatih menggunakan media powerpoint akan hafal sistematika penyajian media ini dan pengajar akan mudah menentukan slide-slide mana yang perlu ditampilkan ke pembelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W.R, and Gall. M.D. 1983. Educational Research: An Introduction. London: Longman, Inc. Chandra, Fransisca. 2009. “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Program Aplikasi Microsoft”. Makalah Seminar Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran. Ena, Oeda Teda. 2001. “Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi”. Makalah Seminar. Mayer, R. E. 2001. Multimedia Learning. Cambridge: University Press. Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Pranowo. 2002. Pengembangan Media Pembelajaran Berfokus Pada Pembelajar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Sadiman, Arief Sukadi. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: P.T. Mediyatama Sarana Prakasa. Subyakto, Utari dan Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Henry Guntur. 1991. Metode Pengajaran Bahasa: Penggunaan dan Pembuatannya. Bandung: CV. Sinar Baru Bandung. Widharyanto, B. Pranowo, Yuliana Setiyaningsih, dan Y.F. Setya Nugraha. 2003. Student Active Learning. Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA
Fransisca Ayu Krisnasari adalah putri pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Matheus Kuncono dan Ibu Elisabeth Sri Indrijati. Dia lahir di Banjarnegara, 19 Juli 1991. Perempuan 25 tahun ini akrab dipanggil Siska. Ia tinggal di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dia mulai sekolah pertama di SD Bruderan Purwokerto. Lalu ia melanjutkan belajar di SMP Bruderan Purwokerto. Pada tahun 2006, ia melanjutkan belajar di SMA Bruderan Purwokerto. Ia selesai belajar di sekolah menengah pada tahun 2009. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia berhasil menyelesaikan ujian skripsisnya pada tanggal 01 November 2016.
95