HUBUNGAN POLA ASUH OTORITATIF DENGAN SIKAP BERBAKTI PADA ORANG TUA (Studi pada Remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2011) SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN DAN MELENGKAPI SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN ISLAM (S.Pd.I) DALAM IAALMU TARBIYAH
Oleh: SITI KHOTIJAH NIM : 11107112
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
ii
iii
iv
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan islam. adapun judul skripsi ini adalah: ”Pengaruh Pola Asuh Authoritatif Orang Tua Dengan Sikap Berbakti Anak Pada Orang Tua (Studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011)”. Penulisan skripsi ini dapat terselesai tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan dorongan serta dukungan moral dan materi. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Ibu Muna Erawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memerikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini. 4. Segenap Bapak/Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga. 5. Bapak Amin Sunaryo selaku Kepala Desa di Kecamatan Bancak.
vi
6. Segenap Bapak/Ibu perangkat kerja di Pemerintahan Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang. 7. Bpk Ismanadi selaku Kadus di Dusun Banjarsari Meskipun kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan secara maksimal, namun penulis yakin masih banyak kekurangannya. Untuk itu saran dan kritik membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun sendiri.
Salatiga, 12 September 2011 Penulis
Siti Khotijah
vii
MOTTO
ﻪ ﻧﺎﺠﺴ ِ ﻤ ﻳ ﻭ ﻪ ﹶﺍ ﻧﺍﺼﺮ ِ ﻨﻳ ﻭ ﻪ ﹶﺍ ﻧﺩ ﻬ ِﻮ ﻳ ﻩ ﻮ ﺑﺮ ِﺓ ﹶﻓﹶﺎ ﻰ ِﻓ ﹾﻄ ﻠﺪ ﻋ ﻮﹶﻟ ﻳ ﻮﹸﻟ ٍﺪ ﻣ ﹸﻛ ﱡﻞ Setiap anak yang lahir membawa potensi masing-masing orang tuanyalah yang akan membentuknya menjadi yahudi, nasrani ataupun majusi.
Persembahan Skripsi ini kupersembahkan kepada : Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, dan memberi motivasi demi suksesnya skripsi ini. Terima kasih atas kasih sayang, doa serta segala pengorbanan yang telah kau berikan kepadaku. Suamiku tercinta (M. Ridwan) yang selalu memberikan semangat setiap waktu. Adikku yang tersayang yang selalu memberikan dorongan moral serta material demi suksesnya skripsi ini. Bapak Amin Sunaryo selaku Kepala Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Seluruh teman-teman seperjuanganku khususnya PAID (Seven d’best) 2007. Pembaca yang budiman.
viii
ABSTRAK
Khotijah, Siti. 2011. Bagaimana Hubungan Pola Asuh Otoritatif dengan Sikap Berbakti pada Orang Tua (Studi pada Remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang Tahun 2011). Skripsi Jurusan Tarbiyah Program studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, M.Si. Kata Kunci: Pola Asuh Otoritatif Orang Tua, Sikap Berbakti Pada Orang Tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pola asuh authoritatif orang tua dengan sikap berbakti anak pada orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011. Berangkat dari hal tersebut, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah pola asuh authoritatif orang tua pada remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011? (2) Bagaimanakah sikap berbakti anak pada orang tua pada remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011? (3) Adakah pengaruh yang signifikan antara pola asuh authoritatif dengan sikap berbakti anak pada orang tua pada remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011? Metode yang digunakan untuk analisis data adalah product moment. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan yaitu: (1) Pola asuh authoritatif orang tua yang dipersepsikan oleh remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011 berada dalam kategori sangat tinggi 1 responden (2%) dan menjawab pada kategori tinggi 7 responden (14%) yang menjawab kategori sedang 16 responden (32%) sedangkan kategori rendah ada 26 responden (52%). (2) Sikap berbakti anak pada kedua orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011 berada dalam kategori sangat tinggi 3 responden (6%) dan menjawab pada kategori tinggi 6 responden (12%) yang menjawab kategori sedang 35 responden (70%) dan pada kategori rendah terdapat 6 responden (12%). (3) Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh nilai r hasilnya 0,00047467 berada di bawah pada taraf signifikansi 5% = 0,361. Penelitian ini terbukti tidak signifikan antara pola asuh authoritatif orang tua dengan sikap berbakti anak pada kedua orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN LOGO ......................................................................................... ii HALAMAN JUDUL........................................................................................ iii PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iv PENGESAHAN ............................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
4
C. Tujuan Penelitian......................................................................
4
D. Hipotesis Penelitian .................................................................
5
E. Kegunaan Penelitian.................................................................
5
F. Definisi Operasional.................................................................
5
G. Metode Penelitian.....................................................................
8
H. Sistematika Penulisan............................................................... 12
x
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pola Asuh Orang Tua .............................................................. 14 1.
Pengertian Pola Asuh ...................................................... 14
2.
Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ............................ 15
3.
Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak ................................... 22
B. Sikap Berbakti Kepada Orang Tua........................................... 23 1.
Pengertian Berbakti Kepada Orang Tua ......................... 23
2.
Bentuk-bentuk Sikap Berbakti Kepada Orang Tua......... 25
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Berbakti Kepada Orang Tua ............................................................. 29
C. Karakteristik Remaja ................................................................ 32 D. Hubungan Pola Asuh Otoritatif dengan Sikap Berbakti Kepada Orang Tua ................................................................... 33 BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 36 B. Penyajian DataPenelitian.......................................................... 46
BAB IV
ANALISIS DATA A. Analisis Data ............................................................................ 56 B. Pengujian Hipotesis .................................................................. 70
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 73 B. Saran ........................................................................................ 74
xi
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL I
STRUKTUR ORGANISASI. ........................... 43
DAFTAR TABEL II
DATA JUMLAH KEPEGAWAIAN................ 44
DAFTAR TABEL III
DATA GURU ................................................... 45
DAFTAR TABEL IV
DATA KARYAWAN....................................... 46
DAFTAR TABEL V
DATA SISWA .................................................. 47
DAFTAR TABEL VI
DATA INVETARIS ......................................... 47
DAFTAR TABEL VII
DATA RESPONDEN ....................................... 48
DAFTAR TABEL VIII
JAWABAN ANGKET TENTANG POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA. 52
DAFTAR TABEL IX
DATA SIKAP BIRRUL WALIDAIN ANAK . 55
DAFTAR TABEL X
DAFTAR NILAI DAN KLASIFIKASI HASIL ANGKET POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA ................................................... 61
DAFTAR TABEL XI
INTERVAL POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA ................................................... 63
DAFTAR TABEL XII
PROSENTASE TINGKAT POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA ........................ 64
DAFTAR TABEL XIII
DATA HASIL OBSERVASI SIKAP BIRRUL WALIDAIN ANAK.......................................... 65
DAFTAR TABEL XIV
DATA INTERVAL DAN KLASIFIKASI SIKAP BIRRUL WALIDAIN ANAK ............. 68
xiii
DAFTAR TABEL XV
PROSENTASE SIKAP BIRRUL WALIDAIN ANAK ............................................................... 69
DAFTAR TABEL XVI
PENGELOMPOKKAN
ANTARA
VARIABEL POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA (X)
TERHADAP SIKAP
BIRRUL WALIDAIN ANAK (Y).................... 70 DAFTAR TABEL XVII
KLASIFIKASI SIKAP BIRRUL WALIDAIN ANAK ............................................................... 73
DAFTAR TABEL XVIII
KERJA MENENTUKAN R SERIAL .............. 75
DAFTAR TABEL XIX
KERJA
UNTUK
MENCARI STANDAR
DEVIASI TOTAL............................................. 75
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi dan memperhatikan (Sochib, 1998:17). Di dalam keluarga sangat besar sekali untuk menyiapkan anak sehingga mampu untuk berdiri sendiri dan bertanggunga jawab di tengahtengah masyarakat kelak. Maka dari itu, di dalam pembentukan diperlukan suatu pola asuh yang baik, sehingga akan dapat mendorong kemajuan anak. Anak dalam mengembangkan seluruh eksistensinya membutuhkan dorongan dari orang tua, maka dari itu tanggung jawab orang tua adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak baik dari sudut organis, psikologis, kebutuhan intelektual, kasih sayang, dimengerti, kemudian rasa aman melalui asuhan perlakuan, dengan demikian dapat kita harapkan seoang anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang baik. Adapun tujuan esensial pendidikan umum adalah mengupayakan subyek didik menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi. Untuk mencapai tujuan ini tugas dan tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim yangdihayati anak-anak untuk memperdalam dan memperluas makna-makna esensial. (Shochib, 1998:
1
2
2). Dengan tujuan anak tumbuh dewasa menjadi orang yang baik dan berbudi luhur. Sedikit gambaran megenai kepribadian anak, ternyata kepribadian anak, ternyata kepribadian anak berlainan dengan keinginan orang tua padahal orang tua sudah banyak berusaha untuk mengembangkan anak dengan sebaikbaiknya. Akan tetapi kenyataannya keadaan dan perbuatan anak adalah lain, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang tua. Dalam hal ini sering sekali timbul sebagai masalah bagi orang tua dalam menghadapi anak, dan ada juga orang tua yang bersikap acuh tak acuh dengan perkembangan anaknya. Maka dari ituorang tua juga harus memberikan arahan agar anak mempunyai prinsip untuk menjalankan hidup yang positif. Pengarahan pada hal-hal yang bermanfaat dan menjadikan anak yang berakhlakul karimah, taat dalam beragama. Sebagai seorang anak juga mempunyai kewajiban untuk berbakti kepada orang tuanya. Ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Ahqaaf:15.
…çµè=÷Ηxquρ ( $\δöä. çµ÷Gyè|Êuρuρ $\δöä. …絕Βé& çµ÷Fn=uΗxq ( $Ζ≈|¡ômÎ) ϵ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ/ z≈|¡ΣM}$# $uΖøŠ¢¹uρuρ 4 #öκy− tβθèW≈n=rO …çµè=≈|ÁÏùuρ Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Halim, 2000: 104).
3
Maksud dari ayat tersebut adalah perintah untuk berbakti kepada orang tuanya. Terutama ibunya yang sudah mengandung, melahirkan dan mnyusuinya, sehingga pada akhirnya kita bisa tumbuh dewasa ini. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak ini akan berlangsung sampai pada akhir hayat. Adapun peran orang tua dalam pendidikan itu sendiri akan berangsur-angsur mengecil setelah si anak mencapai kedewasaan. Akan tetapi tanggung jawab orang tua tidak akan pernah lepas. Maka dari itu sebagai orang tua harus mampu bersikap bijak dalam membina dan mendidik putra putrinya. Sehingga orang tua mampu bersikap demokratis di dalam memutuskan suatu persoalan serta mampu memilih mana yang terbaik yang harus diberikan kepada anaknya, setidaknya sebagai orang tua mampu membimbing anak-anaknya. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah dibutuhkan pengawasan komunikasi yang baik, kebersamaan dan keteladanan akan mendapatkan hasil dalam sebuah pembentukan kepribadian anak. Dengan pengawasan akan mengontrol perilaku pada anak dan dengan kebersamaan akan menciptakan hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua. Dan dengan adanya keteladanan akan tertanam juga kebiasaan yang positif pada diri anak. Contoh: anak membiasakan mencium tangan orang tua ketika mau bepergian, dan apabila hal itu dapat terealisasi maka anak akan selalu berbakti pada orang tua.
4
Dari latar belakang di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: pengaruh pola asuh Authoritatif orang tua terhadap sikap berbakti pada orang tua.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana kecenderungan pola asuh authoritatif orang tua di desa Banjarsari, Bancak, Semarang. 2. Bagaimana sikap berbakti anak pada orang tua di desa Banjarsari, Bancak, Semarang. 3. Adakah pengaruh pola asuh authoritatif orang tua terhadap sikap berbakti pada orang tua di desa Banjarsari, Bancak, Semarang.
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kecenderungan pola asuh authoritatif orang tua di desa Banjarsari, Bancak, Semarang. 2. Untuk mengetahui sikap berbakti pada orang tua di desa Banjarsari, Bancak, Semarang. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh pola asuh authoritatif orang tua terhadapsikap berbakti kepada orang tua di desa Banjarsari, Bancak, Semarang.
5
D. Hipotesis Penelitian nanti hipotesisnya adalah ada hubungan pola asuh authoritatif orang tua dengan sikap berbakti kepada orang tua. Artinya bahwa semakin tinggi pola asuh authoritatif orang tua, maka sikap berbakti anak pada orang tua akan semakin tinggi.
E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapatmemberikan manfaat bagi pihak yang berkaitan: 1. Bagi Orang Tua Agar lebih memperhatikan kagiatan anak serta mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan perkembangan fisik anak. 2. Bagi Anak Diahrapkan agar anak dapat berperiku yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam. 3. Bagi Peneliti Sebagai media untuk mendapatkan pengalaman langsung meneliti sehingga dapat mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan.
6
F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahfahaman dalam memahami suatu kata atau kalimat, maka perlu penulis menjelaskan judul penelitian di atas: 1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang timbul oleh sesuatu yang bisa berupa orang, benda dan sebagainya yang ikut serta membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang. (Poerwadarminta, 1982: 59). Yang dimaksud pengaruh adalah kekuatan atau daya akibat dari pola asuh orang tua terhadap anak. 2. Pola Asuh Pola dalam istilah ”pola” berarti desain atau konfigurasi. (Hurlock, 1978: 237). Sedangkan pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Menurut pendapatnya E. Maccoboy dan J. A. Martin terdapat empat elemen dasar untuk pengasuhan yang utama. Adapun yang digunakan oleh peneliti di sini adalah model pengasuhan Authoritative parenting styles yang mempunyai indikator sebagai berikut; a. Mengahrgai kemampuan anak b. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki c. Memperhatikan dan menghargai pendapat anak d. Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan secara seimbang.
7
3. Sikap Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. (Walgito, 1990: 109). Sedangkan sikap yang dimaksud peneliti adalah suatu perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan objek tadi. 4. Berbakti kepada orang tua Kata berbakti pada orang tua bisa disebut juga dengan sitilah Birrul Walidain, birrul walidain terdiri dari kata birru dan al-walidain, birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebaikan kepada orang tua (ibu, bapak). (Ilyas, 2007: 148) Adapun indikator dari birrul walidain atau berbakti pada orang tua meliputi: (Salamulloh, 2008: 67) 1. Melayani orang tua ketika diperlukan. 2. Memenuhi panggilan orang tua. 3. Patuh menjalankan perintah orang tua. 4. Bersifat jujur.
G. Metodologi Penelitian 1. Populasi dan Sampel a. Teknik Populasi Menurut Sutrisno Hadi (1997: 220) populasi adalah seluruh penduduk yang di maksudkan untuk di selidiki disebut populasi atau universum. Populasi dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang
8
paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Sedangkan menurut (Sofian Efendi, 1983: 21) Hipotesa adalah kesimpulan sementara atau propinsi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun yang menjadi subjek populasi peneilitian adalah masyarakat dusun banjarsari yang terdiri dari 50 orang dari remaja putra putri. b. Sampel Sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. (Hadi, 1977: 221). A pabila populasi dalam penelitian ini jumlahnya terlalu besar maka untuk menghemat waktu dan biaya subjek yang diteliti tidak harus diambil semuanya. Jika jumlah populasi di atas 100, maka teknik sampel ini boleh digunakan namun jika populasi di bawah 100 maka untuk keseluruhannya harus diteliti. Sehingga dengan demikian penulis
menentukan dengan jumlah
sampel seluruh remaja IRBA. Penelitian populasi maksudnya adalah penelitian yang subjek penelitiannya adalah menggunakan semua subjek yang ada dalam populasi. 2. Variabel Penelitian Dalam variabel ini terdapat dua variabel: a. Pola asuh authoritatif orang tua. b. Sikap berbakti pada orang tua 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket
9
Angket (kuesioner) merupakan suatu cara atau metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang-orang yang dikenai, atau disebut responden. (Walgito, 1990:35). Adapun yang menerima angket dalam pengumpulan data ini adalah seluruh remaja IRBA di desa Banjarsari, kecamatan Bancak kabupaten Semarang. Pada
penelitian
survei,
penggunaan
kuesioner
angket
merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner itu. (Sofian Efendi, 1983: 130). Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Yang mana jawaban diberikan dengan membutuhkan tanda tertentu atau jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dirasa sesuai. 4. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan penulis untuk memperoleh data diantaranya berdasarkan metode yang digunakan terdapat alat yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden untuk memperoleh data dari masing-masing variabel. Ada juga yang berupa daftar pertanyaan untuk bertanya atau interview langsung dengan pihak yang bersangkutan. Setelah diperoleh data-data
10
melalui beberapa metode, kemudian penulis mengolah data dari hasil penyebaran angket. 5. Analisis Data Untuk
menganalisis
data,
penulis
menggunakan
Analisis
Deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis, dengan teknik prosentase untuk mengetahui gejala yang muncul. a. Analisis Pertama Pada tahap ini digunakan perhitungan awal dari data yang dipisahkan melalui prosentase dan anlisis tiap-tiap item yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus P=
F x100% N
Keterangan P: Prosentase F: Frekuensi N: Jumlah total sampel b. Analisis Kedua Dalam penentuan subjek penelitian, peneliti membagi menjadi dua yaitu: pola asuh authoritatif dan sikap berbakti pada orang tua. Untuk mengetahui adanya pengaruh pola asuh authoritatif orang tua terhadap sikap berbakti pada orang tua maka penulis menggunakan analisis product moment:
11
Rumus:
r× y=
{(N .∑ X
N .∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) 2
(
− (∑ X ) N .∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
))}
Keterangan: r x y : Koefisien korelasi antara x dan y X
: Variabel pengaruh pola asuh
Y
: Variabel sikap berbakti
N
: Jumlah responden
X2
: Hasil kuadrat variabel X
Y2
: Hasil kuadrat variabel Y
XY : Product X-Y ∑
: Jumlah
H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini merupakan gambaran secara garis besar tentang isi skripsi yang terdiri dari BAB-BAB tertentu. BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan penelitian D. Hipotesis E. Kegunaan Penelitian F. Definisi Operasional
12
G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II
LANDASAN TEORI A. Pola asuh orang tua 1. Pengertian pola asuh 2. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua a. Pola Asuh Otoriter b. Pola Asuh Demokratis c. Pola Asuh Permisif 3. Pentingnya pola asuh bagi anak B. Sikap Berbakti pada orang tua 1. Pengertian berbakti pada orang tua 2. Bentuk-bentuk sikap berbakti pada orang tua 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap berbakti pada orang tua. C. Pengaruh pola asuh authoritatif orang tua terhadap sikap berbakti pada orang tua
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi dan subyek penelitian B. Penyajian data penelitian
BAB IV
ANAISIS DATA A. Analisis data deskriptif tiap-tiap variabel B. Pengujian hipotesis
13
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran C. Penutup
14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian pola asuh Pola berarti cara atau model (Poerwodarminta, 1982: 763). Sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik anak kecil untuk dapat berdiri sendiri (Poerwodarminta, 1982: 763). Jadi pola asuh disini berarti model merawat atau mendidik anak agar dapat berdiri sendiri, sehingga ia mampu untuk menghadapi zaman yang semakin modern ini. Jadi cara berhubungan dengan anggota keluarga pun sangat berpengaruh demi terbetuknya keluarga yang harmonis dan bahagia. Keluarga yang penuh kasih sayang akan dapat menciptakan keluarga yang bersahaja. Di dalam keluarga orang tua mempunyai tanggung jawab mendidik anak-anaknya sekaligus bisa disebut orang tua sebagai koordinator di dalam keluarga. Adapun orang yang disebut koordinator harus bisa berperilaku proaktif. Jika anak menentang otoritas harus segera ditertibkan karena di dalam keluarga terdapat aturan-aturan dan harapan-harapan. Anak akan merasa aman walaupun tidak selalu di sadari. (Shochib, 1998: 19). Selain itu orang tua juga berkewajiban untuk menjaga keluarga agar terhindar dari perbuatan maksiat yang bisa menyesatkan baik di dunia maupun di akhirat.
14
15
Seperti firman Allah di dalam Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat: 6.
#Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka .......(QS at Tahrim ayat:6)
Maksud dari ayat tersebut adalah suatu perintah untuk memelihara keluarga, termasuk anak, sebagaimana orang tua harus bisa mengarahkan, mendidik dan mengajarkan agar anak dapat terhindar dari siksa api neraka. Jadi orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuan yaitu membantu anak agar dapat
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
Orang tuanya sebagai pribadi dan sebagai pendidik dapat menyingkapkan pola asuh orang tua dalam mengembangkan disiplin diri di dalam situasi dan kondisi yang bsersangkutan. 2. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua Pendidikan di dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan agama, dalam pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung dalam kehidupan bermasyarakat (Shochib: 1998: 2). Maka untuk mewujudkan hal tersebut ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua. Berdasarkan dari pendapat seorang ahli psikologi,pola asuh orang ta di bedakan menjadi 3 yaitu:
16
a. Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan caramengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan yang ketat, sering sekali orang tua menekankan segala aturan-aturan orang tua yang harus di taati oleh anak dan anak harus menurut dan tidak boleh membantah dengan apa yang diperintah oleh orang tua. Seolah-olah anak disini menjadi ”robot” sehingga anak kurang berinisiatif Pada pola asuh ini orang tua menentukan aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh anak. Seorang anak harus patuh dan tunduk dengan apa yang telah ditetapkan oleh orang tua, sehingga anak tidak bisa memilih yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Dan apabila anak mengelak atau membantah peraturan yang telah diberikan orang tua, maka anak akan mendapatkan hukuman, orang tua berpandangan dengan sikap demikian anak menjadi penurut. Dengan cara otoriter ini ditambah dengan sikap keras, dan hukuman akan menjadikan anak patuh dihadapan orang tua, akan tetapi di belakang orang tuanya ia menentang karena ia merasa dipaksa. b. Pola asuh laisses fire Pola asuh laisses fire ini biasanya cenderung digunakan oleh ”keluarga modern”. Yakni pola asuh dengan cara orang tua mendidik anaknya dengan bebas, apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Anak dianggap orang dewasa, ia diberi keleluasaan dalam bertindak. Orang tua cenderung menuruti semua kemauan anak,
17
dengan tanpa pengawasan dari orang tua ia merasa bebas untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkannya. Pada dasarnya keadaan yang seperti ini terdapat keluarga muda yang kedua orang tuanya berkarir, lalu sibuk dengan pekerjaan. Sehingga anak dibesarkan dengan pola asuh laisses fire dan apabila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya (Dariyo, 2004: 98). c. Pola asuh demokratis Pola asuh demokratis ini cenderung digunakan oleh pendidikan modern yang biasanya terjadi di kalangan keluarga-keluarga moderat, dan pola ini lebih prakmatis karena bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Pola asuh demokratis disini kedudukan antara orang tua dan anak
sejajar.
Suatu
keputusan
diambil
bersama
dengan
mempertimbangkan dua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab yang artinya segala sesuatu yang dilakukan oleh anak tetap dipantau oleh orang tua. Jadi anak tidak bisa berbuat semena-mena terhadap orang tua. Pola asuh demokratis ini anak akan menjadi individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuat, tidak munafik, jujur (Dariyo, 2004: 98). Dari pendapatnya Baumrind di atas, pola asuh orang tua dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
18
1) Pola asuh authoritarian (otoriter) Menurut Baumrind, bentuk pola asuh authoritarian (otoriter) memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Memperlakukan anak dengan tegas b) Suka menghukum anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan orang tua c) Kurang memiliki kasih sayang d) Kurang simpatik e) Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika anak ingin berlaku kreatif. Pada pola asuh authoritarian di sini, orang tua suka memaksakan anak-anaknya untuk patuh terhadap aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh orang tua, cenderung mengekang keinginan anak-anaknya, tidak mendorong anak untuk mandiri, jarang sekali orang tua memberikan pujian ketika anak sudah mendapatkan prestasi atau melakukan sesuatu yang baik, hak anak dibatasi, akan tetapi dituntut mempunyai tanggung jawab seperti orang dewasa, serta terlalu banyak mengatur kehidupan anak, sehingga anak tidak dibiarkan untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. 2) Pola asuh authoritative Pola asuh authoritative disini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
19
a) Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan secara seimbang b) Saling melengkapi satu sama lain; orang tua yang menerima dan melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan keluarga. c) Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan yang diberikan oleh orang tua kepada anak. d) Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa membatasi segala potensi yang dimilikinya serta kreativitasnya, namun tetap memberikan bimbingan dan arahan kepada anakanaknya. Pada dasarnya, pola asuh authoritative disini orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk memilih dalam bertindak, akan tetapi orang tua disini masih tetap memberikan bimbingan dan arahan kepada anak. Apabila anak dibesarkan dengan pola asuh ini, anak akan menjadi orang yang mandiri, tegas terhadap diri sendiri, kemungkinan juga akan berhasil secara intelektual dan sosial. 3) Pola asuh permisif Sedangkan pola asuh permisif disini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin b) Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab
20
c) Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa d) Orang tua tidak banyak mengatur dan mengontrol sehingga anak tidak ada kesempatan untuk mandiri Dari pendapat Baumrind di atas terdapat dua pendekatan meliputi: Penerimaan orang tua dan tuntunan orang tua. Penerimaan orang tua adalah seberapa jauh orang tua merespon kebutuhan anak dengan cara-cara yang sifatnya menerima dan mendukung segala yang dilakukan oleh anak, sedangkan tuntutan orang tua menuntut dan mengharapkan tanggung jawab dari tingkah laku anak-anaknya. (Mualifah, 2009: 48) 3. Pentingnya pola asuh bagi anak Keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak adalah sebagai upaya orang tua dalam ”meletakkan” dasar-dasar disiplin diri kepada anak dan membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki disiplin diri. Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemimpinan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri, menunjukkan adanya kebutuhan internal yaitu: a. Tingkat rendah, manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (berdasarkan naluri)
21
b. Tingkat
menengah,
membutuhkan
manakala
bantuan
dari
anak
orang
tua
kadang-kadang untuk
memiliki
masih dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri c. Tingkat tinggi, manakala anak sedikit sekali atau tidak lagi memerlukan bantuan serta kontrol orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (berdasarkan kata hati) (Shochib, 1998: 16). Di dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing angggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri, dengan kata lain tanggung jawab dan kepercayaan orang tua yang dirasakan oleh anak akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri untuk berperilaku. Selain itu sikap saling membantu diantara anggota keluarga dalam memngembangkan diri diperlukan untuk kesamaan arah dan tujuan dalam melakukan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai moral yang telah disepakati bersama. Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa orang tua dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri berlangsung melalui tiga proses yaitu pengenalan dan pemahaman, pengendapan dan pempribadian nilai moral secara utuh dalam membantu untuk mengembangkan anak. Hal ni tidak mudah bagi anak untuk menyesuaikan diri, akan tetapi sangat membantu bagi setiap
22
anak untuk melihat orang tuanya sebagai pribadi yang sejati, sehingga dengan demikian harapan orang tua agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang baik dan berbudi luhur.
B. Sikap Berbakti Kepada Orang Tua 1. Pengertian berbakti pada orang tua Berbakti kepada orang tua bisa juga disebut dengan istilan birrul walidain, birru artinya kebajikan dan al-walidain yaitu kedua orang tua (ibu, bapak). Jadi berbakti kepada kedua orang tua di sini adalah berbuat kebaikan kepada kedua orang tua (ibu, Bapak). Jadi berbakti kepada kedua orang tua di sini wajib kita laksanakan kepada Ibu dan Bapak kita masingmasing, dan hendaknya hal ini masuk dalam prioritas yang pertama, sebelum kita burbuat baik kepada orang lain, kecuali Nabi Agung Muhammad saw. Berbuat baik di sini mengandung makna yang luas, seperti: perkataan, perbuatan dan lain sebagainya. Telah dijelaskan dalam AlQur’an surat Al-Isro’ ayat 23-24:
x8y‰ΨÏã £tóè=ö7tƒ $¨ΒÎ) 4 $Ζ≈|¡ômÎ) Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ çν$−ƒÎ) HωÎ) (#ÿρ߉ç7÷ès? āωr& y7•/u‘ 4|Ós%uρ * $yϑßγ©9 ≅è%uρ $yϑèδöpκ÷]s? Ÿωuρ 7e∃é& !$yϑçλ°; ≅à)s? Ÿξsù $yϑèδŸξÏ. ÷ρr& !$yϑèδ߉tnr& uy9Å6ø9$#
23
Éb>§‘ ≅è%uρ Ïπyϑôm§9$# zÏΒ ÉeΑ—%!$# yy$uΖy_ $yϑßγs9 ôÙÏ÷z$#uρ ∩⊄⊂∪ $VϑƒÌŸ2 Zωöθs% ∩⊄⊆∪ #ZÉó|¹ ’ÎΤ$u‹−/u‘ $yϑx. $yϑßγ÷Ηxqö‘$#
Artinya : Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
Maksud dari ayat tersebut adalah suatu perintah untukberbuat baik kepada orang lain, seperti: berkata dengan sopan, hormat,merendahkan diri dengan kasih sayang dan berdo’a untuk keduanya mudah-mudahan keduanya dicintai Tuhan seperti halnya keduanya telah mencintai kita sewaktu masih kecil (Tatapangarsa, 1980: 96). Berbakti pada orang tua adalah kewajiban anak yang paling utama, karena kedua orang tua adalah orang yang telah menjadi perantara kehadiran kita didunia dan melalui orang tualah Allah menciptakan dan menumbuhkan umat manusia. Maka orang tua mendapatkan tempat yang istimewa di dalam agama islam. Sangat istimewanya orang tua sehingga
24
Allah swt seolah-olah menggantungkan ridho dan murkanya kepada ridho dan murka orang tua.
ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﰱ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻮﻟﺪﻳﻦ ﻭﺳﺨﻂ ﺍﷲ ﰱ ﺳﺨﻂ ﺍﻟﻮﻟﺪﻳﻦ Artinya: Yang artinya ridho Tuhan berada di ridho orang tua, murka tuhan berada di Murka orang tua. (HR. Tirmidzi) (Ahmadi, 2004: 171). Maksud dari hadits di atas yaitu keridho’an Allah itu terletak pada keridho’an orang tua, dan kemurkaan Allah itu juga terletak padamurka orang tua. 2. Bentuk-bentuk berbakti padaorang tua Ada berbagai cara seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul walidain melalui cara-acar sebagai berikut :(Ilyas, 2007: 152). a. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Dengan catatan selama keinginan dan saran-saran itu tidak bertentangan dengan syari’at islam, apabila bertentangan dengan syari’at islam tidak wajib untuk mematuhinya,bahkan harus menolaknya dengan cara yang baik dan berusahalah untuk meluruskannya. Sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an :
( $yϑßγ÷èÏÜè? Ÿξsù ÖΝù=Ïæ ϵÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tΒ ’Î1 š‚Íô±è@ βr& #’n?tã š‚#y‰yγ≈y_ βÎ)uρ $]ùρã÷ètΒ $u‹÷Ρ‘‰9$# ’Îû $yϑßγö6Ïm$|¹uρ
25
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.(QS. Al-Luqman: 15)
Dalam hal ini bisa muncul problem, bagaimana kalauterjadi perbedaan pendapat dan keinginan antara kedua orang tua dan anak dalam hal-hal yang bersifat ijtihadiyah. Seperti dalam menentukan perguruan tinggi mana yag harus dimasuki. Akan tetapi perlu dicatat bahwa orang tua yang bijaksana tidak akan begitu saja memaksakan keinginan kepada anaknya, di sinilah diperlukan dialog dan dan keterbukaan. Hendaknya anak berusaha dengan maksimal dan argumentatif menjelaskan pilihannya tersebut, di samping mencoba secara tidak apriori memahami argumentasi pilihan orang tua tentu saja kedua orang tua harus membuka diri dan bersaha juga untuk memahami pilihan anak. b. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Ibu yang mengandung dengan susah payah dan penuh penderitaan dan ibu yang melahirkan, menyusui, mengasuh, merawat dan membesarkan. Bapak yang membanting tulang mencarinafkah untuk ibu dan anak-anaknya. Bapaklah yang menjadi pelindung untuk mendapatkan rasa aman dalam keluarga. Berbagai macam cara untuk menunjukkan rasa hormat kita kepada orang tua,
26
diantaranya memanggilnya dengan panggilan yang menunjukkan hormat, bicara dengan lemah lebut, tidak mengucapkan kata-kata kasar. c. Membantu ibu dan bapak secra fisik dan materiil, misalnya sebelum keluarga mampu berdiri sendiri, anak-anak membantu orang tua pekerjaan rumah, dan setelah berkeluarga atau berdiri sendiri membantu orang tua secara finansial, baik untuk membeli pakaian, makanan, minuman dan lain sebagainya. Rasulullah saw menjelaskan bahwa betapapun banyaknya engkau mengeluarkan uang untuk membantu orang tuamu tidak sebanding dengan jasanya kepadamu:
(ﻻ ﳚﺰﻯ ﻭﻟﺪ ﻭﺍﻟﺪﻩ ﺇﻻ ﺃﻥ ﳚﺪﻩ ﳑﻠﻮﻛﺎ ﻓﻴﺸﺘﺮﻳﻪ ﻓﻴﻌﺘﻔﻪ )ﺭﻭﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya : tidak dapat seorang anak membalas budi kebaikan ayahnya, kecuali jka mendapatkan ayahnya tertawan menjadi hamba sahaya, kemudian di tebus dan dimerdekakan (HR. Muslim)
d. Mendo’akan ibu bapak semoga diberi oleh Allah swt ampunan,l rahmat dan lain sebagainya, Allah swt menukilkan dalam Al-Qur’an do’a Nabi Nuh memintakan ampunan untuk orang tuanya, dan perintah kepada setiap anak untuk memohonkan rahmat Allah bagi orang tuanya.
£“t$Î!≡uθÏ9uρ ’Í< öÏøî$# Éb>§‘ Artinya : Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu bapakku (QS. Nuh: 28)
e. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:
27
1) menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya 2) melunasi hutang-hutangnya 3) melaksanakan wasiatnya 4) meneruskan silaturrahim yang dibinanya di waktu hidup 5) mendo’akannya Demikianlah tadi beberapa bentuk birrul walidain yang bisa kita lakukan terhadap kedua orang tua baik yang masih hidup,maupun yang sudah meninggal dunia. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap berbakti padaorang tua. a. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Dalam hal ini, orang tua mempunyai
peranan
yang
sangat
penting
dalam
menumbuhkembangkan fitrah beragama anak. (Yusuf, LN, 2001:138) Menurut Hurlock (1956: 434), keluarga merupakan ”training centre” bagi peranan nilai-nilai. Adapun di dalam pengembnagna fitrah atau jiwa beragama anak, setidaknya haruslah bersamaan dengan perkembangan kepribadiannya, yaitu: sejak lahir bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan karena mereka itu dipengaruhi oleh keadaan emosi atau sikap orang tua. Pada masa di dalam kandungan, pandangan ini di dasarkan pengamatan para ahli jiwa.
28
Oleh karena itu, sebaiknya pada saat masih berada dalam kandungan, orang tua setidaknya lebih meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah seperti melaksanakan sholat wajib, sunah, berdo’a, zikir dan membaca al-Qur’an dan memberi sedekah dengan tujuan anak yang masih ada dalam kandungan akan lahir menjadi anak yang sholeh dan sholehah taat dalam beragama dan berbakti kepada orang tua. Jadi peranan di dalam keluarga di sini sangatlah berpengaruh dalam pembentukan karakter anak, baik buruknya keluarga ini memberikan dampak yang positif atau negatif bagi pertumbuhan anak menuju kedewasaannya nanti. Peran seorang ayah sebagai kepala keluarga yang diharapkan mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang mantap, sehingga anak dapat mencontoh dari sifat ayahnya. Seorang anak akan merasa aman apabila ia mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua. b. Lingkungan sekolah Sekolah mempunyai
merupakan program
lembaga
yang
pendidikan
sistemik
dalam
formal
yang
melaksanakan
bimbingan,pengajaran dan latihan kepada anaknya, agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intlektual, emosional dan sosial. Menurut Hurlock (1959: 561) pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan subtitusi dari keluarga dan guru-guru subtitusi dari orang
29
tua, yang berkaitan dengan upaya mengembangkan fitroh beragama para siswa. Maka sekolah, yang terutama dalam hal ini guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak yangmulia dan sikap apresiatif terhadap ajaran agama. Sebagai guru agama setidaknya bisa membawa anak didiknya semua ke arah pembinaan pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru agama juga harus menyadari bahwa segala sesuatu pada dirinya merupakan pembinaan bagi anak, maka dari itu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan secara sengaja oleh guru agama dalam pembinaan anak didik juga sangat penting dalam menentukan kepribadiannya. c. Lingkungan masyarakat Yang dimaksud lingkungan masyarakat disini adala situasi atau kondisi interaksi soaial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan ftrah beragama atau kesadaran beragama individu, dalam masyarakat, individu (terutama anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulannya itu menampilkan perilaku yang baik, maka ia akan cenderung berakhlak baik. Dan apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang baik atau melanggar norma-norma agama, maka ia akan cenderung terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh dari perilaku tersebut.
30
Hal ini akan terjadi apabila anak atau remaja kurang mendapatkan bimbingan agama, dan perhatian dari keluarganya. Menurut pendapat Hurlock (1956: 436) mengenai dominannya pengaruh kelompok teman sepergaulannya di sini yaitu ”standar atauaturan-aturan ’gang’ (kelompok bermain) sangat berpengaruh pada pandangan moral dan tingkah laku para anggotanya” corak perilaku anak atau remaja merupakan cermin dari orak atau perilaku warga masyarakat (orang dewasa) pada umumnya. Oleh karena itu, di sini dapat disebutkan bahwakualitas perkembangan kesadaran beragama bagi anak sangat tergantung pada kualitas perilaku atau pribadi orang dewasa atau masyarakat.
C. Karakteristik Remaja Remaja adalah masa peralihan di antara masa anak-anak dan dewasa, dimana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat dalam segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tapi ia juga bukan orang dewasa yang telah matang. Masa ini kirakira pada umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun (Darajat, 1985: 101). Yang dimaksud peralihan di sini tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang telah terjadi sebelumnya akan pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
31
Pada tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi, maka perubahan perilaku dan sikap juga akan terjadi, dan jika perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap juga menurun. Terdapat beberapa ciri-ciri perubahan yang hampir bersifat universal (Hurlock, 1996: 207) yaitu: 1. Meningginya emosi yang intensitasnya berkembang pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja. 2. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sebelumnya. 3. Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang ada pada masa kanak-kanak dianggap penting, setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Misal, sebagian remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk populitas yang lebih penting daripada sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman. Dan mereka baru menyadari bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas. 4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap sikap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.
32
D. Pengaruh Pola Asuh Authoritatif Orang Tua Terhadap Sikap Berbakti Pada Orang Tua. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pola asuh orang tua sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak, agar menjadi anak yang baik dan berakhlakul karimah. Pola didik atau pola asuh yang baik akan menciptakan kondisi dan perilaku anak yang baik secara agama. Dengan demikian apabila orang tua mengasuh anaknya dengan ara authorian maka kecenderungan prestasi dalam belajarnya akan menurun dikarenakan ia tertekan dengan aturan-aturan yang diberikan oleh orang tua dan anak sebenarnya tidak sanggup untuk melaksanakannya. Selain itu anak tidak akan dapat mengembangkan segaka potensi yang dimilikinya termasuk kreativitasnya. Dengan demikian pola asuh yang authorian dan permisif tidak menguntungkan untuk anak, tidak dapat menanamkan kepribadian ataupun kemajuan anak dalam belajar. Pola asuh yang permisif menyebabkan anak menjadi prestasi menurun sebab mereka tidak memperoleh perhatian yang wajar dari orang tua, selain itu sikap orang tua yang selalu melindungi anaknya secara berlebihan. Maka dari itu untuk mengatasi agar anak dapat berhasil sesuai dengan harapan orang tua maka dapat diringkaskan bahwa pola asuh sebagai cara mendidik anak yang baik adalah menggunakan pola authoritatif terutama ynag berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam. Apabila tipe pola asuh ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari fa’insyaAllah anak akan menjadi berbakti kepada orang tua mereka, dalam hal ini orang tua memiliki tanggung
33
jawab untuk mendidik anaknya agar menjadi orang yang pandai dalam hidup bermasyarakat. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Peawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan rasa kemanusiaan. Apabila mengaitkan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila anak telah memperoleh rasa aman penerimaan sosial dan harga dirinya maka dapat memnuhi kebutuhan tertingginya yaitu perwujudan diri (self-actualization).
34
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaan Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Letak geografis Desa Bancak secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Adapun batas Desa Bancak yang berada di Kecamatan Bancak adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Boto b. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Rejosari c. Sebelah barat berbatasan dengan desa Wonokerto d. Sebelah timur berbatasan dengan desa Jlumpang Mengenai pertanahan adalah sebagai berikut a. Pekarangan b. Persawahan c. Perumahan d. Lain-lain/sungai, perkuburan
34
35
2. Keadaan penduduk Dilihat dari segi jumlahnya wilayah, Desa Bancak mempunyai jumlah 3472 jiwa, sedangkan untuk Dusun Banjarsari sendiri terdapat 348 jiwa, untuk lebih jelasnya dan lebih rinci diklarifikasikan jumlah pendidik berdasarkan jenis kelamin dengan tabel berikut:
Tabel I Penduduk Desa Bancak Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
1669
2
Perempuan
1803
Jumlah
3472
Tabel II Penduduk Dusun Banjarsari Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
168
2
Perempuan
180
Jumlah
348
36
Masyarakat Desa bancak yang berjumlah 3472 jiwa 100% pendduknya beragama Islam, untuk lebih jelasnya lihat tabel sebagai berikut: Tabel III Penduduk Desa Bancak Berdasarkan Agama No Kelompok Agama
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1669
1803
3472
1
Islam
2
Kristen Protestan
-
-
-
3
Kristen Katholik
-
-
-
4
Hindu
-
-
-
5
Budha
-
-
-
6
Kong hu cu
-
-
-
Jumlah
3472
Tabel IV Penduduk Dusun Banjarsari Berdasarkan Agama No Kelompok Agama
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
168
180
348
1
Islam
2
Kristen Protestan
-
-
-
3
Kristen Katholik
-
-
-
4
Hindu
-
-
-
5
Budha
-
-
-
6
Kong hu cu
-
-
-
37
Jumlah
348
Adapun komposisi penduduk menurut tingkat usia dan tingkat pendidikan di Dusun Banjarsari dan Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011 sebagai berikut:
Tabel V Komposisi Penduduk Dusun Banjarsari Menurut Usia No
Kelompok Umur
Jumlah
1
0<1
47
2
1>5
11
3
6 – 10
23
4
11 – 15
16
5
16 – 20
22
6
21 – 25
27
7
26 – 30
33
8
31 – 40
63
9
41 – 50
29
10
51 – 60
42
11
60 ke atas
35
Jumlah
348
38
Tabel VI Komposisi Penduduk Desa Bancak Menurut Usia No
Kelompok Umur
Jumlah
1
0<1
157
2
1>5
244
3
6 – 10
287
4
11 – 15
296
5
16 – 20
222
6
21 – 25
213
7
26 – 30
352
8
31 – 40
469
9
41 – 50
241
10
51 – 60
515
11
60 ke atas
476
Jumlah
3472
3. Keadaan sosial budaya Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yangtidak bisa hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, karena secara pribadi manusia tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam aspek sosial budaya dapat dilihat darisegi keagamaan dan adat istiadat di Desa Bancak Kecamatan Bancak yaitu:
39
a. Keagamaan Dusun Banjarsari Desa Bancak tidak tertinggal dengan Desa-desa lain, hal ini dapat dilihat dari peran masyarakat yang sangat antusias untuk menghidupkan kegiatan-kegiatan agama yang berupa: 1) Kelompok jam’iyah putra dan 2) Kelompok jam’iyah putri b. Adat istiadat Prinsip yang dipegang teguh warga ini telah menjadi adat istiadat. Hal ini terbukti tentang adanya prinsip keagamaan, kegotong-royongan masyarakat, keramah-tamahan serta saling menghormati antara warga masyarakat. Hal ini terlihat dalam acara kelahiran, kematian, walimah, kerja bakti. 4. Keadaan sosial dan ekonomi Berikut ini akan disampaikan keadaan penduduk Dusun Banjarsari, dan Desa Bancak berdasarkan mata pencaharian. Tabel IX Mata Pencaharian Penduduk Dusun Banjarsari Tahun 2011 No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
PNS
1
2
TNI
-
3
Polri
-
4
Pegawai Swasta
5
Pensiunan
59 -
40
6
Pengusaha
-
7
Buruh Bangunan
11
8
Buruh Industri
38
9
Buruh Tani
19
10
Petani
183
11
Peternakan
-
12
Pedagang
37
13
Lain-lain
348
Tabel X Mata Pencaharian Penduduk Desa Bancak Tahun 2011 No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
PNS
35
2
TNI
-
3
Polri
-
4
Pegawai Swasta
-
5
Pensiunan
8
6
Pengusaha
12
7
Buruh Bangunan
167
8
Buruh Industri
220
9
Buruh Tani
605
10
Petani
586
41
11
Peternakan
12
Nelayan
13
Lain-lain
254
1585
Jumlah
3.472
5. Sarana Prasarana Tempat ibadah, fasilitas pendidikan, komunikasi, kesehatan dan fasilitas lain: a. Tempat ibadah dan fasilitas pendidikan
Tabel XI Sarana dan Prasarana di Dusun Banjarsari No 1
2
Sarana dan Prasarana
Jumlah
Tempat ibadah -
Masjid
1
-
Musholla
2
-
Gereja
-
Fasilitas Pendidikan -
TK
-
-
SD
-
-
MI
-
Jumlah
3
42
Tabel XII Sarana dan Prasarana di Desa Bancak No 1
2
Sarana dan Prasarana
Jumlah
Tempat ibadah -
Masjid
10
-
Musholla
37
-
Gereja
-
Fasilitas Pendidikan -
TK
2
-
SD
1
-
MI
1
-
PAUD
4
-
Madrasah Diniyah
1
Jumlah
56
b. Komunikasi Komunikasi di era globalisasi ini tentunya tidak lagi menjadi hal yang sulit untuk dilakukan, karena telepon selular tidak lagi menjadi hal yang ”wah” bahkan di era ini semua orang bisa memiliki sehingga komunikasi sangat mudah untuk dilakukan. c. Kesehatan Sarana kesehatan di Desa Bancak yaitu poliklinik desa yang terletak di Kecamatan Bancak dengan bidan yang selalu siaga.
43
6. Keadaan pemerintahan desa Dalam memasukkan masyarakat tidaklah mungkin bisa tercipta jika dikerjakan tanpa adanya kerjasama, maka dari itu Desa Bancak mempunyai kepala desa dan beberapa staf pembantu. Berikut penulis akan melaporkan nama dan jabatannya: a. Kepala Desa
: Amin Sunaryo
b. Sekretaris Desa
: Sugijarto
c. Kaur Pemerintahan : Siswanto Adapun struktur organisasi pemerintah Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagai berikut:
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2011 Kepala Desa AMIN SUNARYO
Sekretaris Desa Sekretaris Desa SUGIJARTO SUGIJARTO
Kasi Keuangan PASRIAH
Kaur Pemerintahan SISWANTO
Kadus Krajan Adi supriyanto Supriyanto
Kadus Sawit Sugiyono
Kaur Pembangunan
Kadus Banaran Suroto
Kadus Banjarsari Ismanadi
Kadus Banyu Tarung Ratno
Kasi Umum HAMIM
Kaur Kemasyarakatan
Kadus G Jayan Bisri
Kadus Ngentak Ribut Wahyudi
44 46
B. Penyajian Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana pola asuh authoritatif orang tua dengan sikap berbakti anak pada kedua orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun 2011. Untuk itu penulis mendistribusikan angket yang berisi 11 item pertanyaan tentang kedua variabel tersebut kepada responden. 5 item soal berisi pertanyaan pola asuh authoritatif orang tua dan 6 item berisi sikap berbakti anak pada kedua orang tua. 1. Daftar responden Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama yang dijadikan objek penelitian adalah sampel dari jumlah populasi. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel XIII Daftar Nama Responden Jenis Kelamin No
Nama Responden
Umur L
P √
1
ML
13
2
Ft
√
18
3
M. N H
√
12
4
Fth
√
18
5
AKU
√
12
6
AM
√
17
7
M. A M
18
44
45
8
TS
√
18
9
SP
√
14
10
Am
√
20
11
NK
12
M. I M
√
14
13
LH
√
16
14
PN
15
SA
16
LA
√
17
17
Is
√
21
18
Lis
√
21
19
NB
√
20
20
SK
√
22
21
M. B M
22
KO
√
13
23
Ss
√
14
24
FKU
25
ZF
√
14
26
SR
√
14
27
FMU
√
16
28
SZ
√
22
29
LF
√
12
√
√ √
18 20
√
12
√
45
19
15
46
30
TM
√
13
31
UM
√
17
32
Ihs
√
14
33
DA
√
16
34
M. S
√
17
35
DP
√
16
36
SR
√
22
37
NF
√
21
38
Sh
√
17
39
S K2
√
21
40
M. A M
√
15
41
M. K
√
14
42
DP
√
13
43
As
√
20
44
LM
√
21
45
NS
√
22
46
Ro
√
22
47
M. A
√
17
48
Asm
√
21
49
Rt
√
16
50
M. Z
√
46
22
47
2. Data jawaban angket tentang pola asuh authoritatif orang tua Adapun hasil penyebaran angket tentang pola asuh authoritatif orang tua dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Tabel XIV Daftar Jawaban Angket Pola Asuh Authoritatif Orang Tua No
No Item
No Responden
1
2
3
4
5
1
1
A
C
D
B
B
2
2
C
D
D
D
D
3
3
B
D
D
C
C
4
4
C
D
D
C
D
5
5
B
C
D
C
C
6
6
C
D
D
C
D
7
7
C
D
D
C
D
8
8
C
D
D
C
D
9
9
C
D
D
C
D
10
10
C
D
D
C
D
11
11
C
D
D
C
D
12
12
C
D
D
C
D
13
13
C
D
D
C
D
14
14
C
D
D
D
D
15
15
C
D
D
C
C
47
48
16
16
C
D
D
C
D
17
17
C
D
D
C
D
18
18
C
D
D
C
D
19
19
C
D
D
C
D
20
20
C
D
D
C
D
21
21
B
D
C
C
D
22
22
B
D
D
C
D
23
23
B
D
D
C
D
24
24
B
D
D
C
D
25
25
B
C
D
C
D
26
26
C
C
C
C
D
27
27
A
C
C
B
D
28
28
C
D
D
C
D
29
29
A
C
C
B
D
30
30
C
C
A
A
A
31
31
B
D
C
B
D
32
32
C
D
B
A
A
33
33
B
D
D
B
D
34
34
A
C
D
B
C
35
35
C
C
D
D
C
36
36
C
D
D
C
D
37
37
B
D
D
C
D
48
49
38
38
C
C
C
C
C
39
39
C
C
C
D
D
40
40
C
D
C
C
C
41
41
C
C
C
C
D
42
42
C
C
C
C
D
43
43
C
C
C
C
D
44
44
B
C
B
C
C
45
45
C
C
C
D
C
46
46
C
C
D
C
C
47
47
C
B
C
C
C
48
48
C
C
D
B
C
49
49
B
B
C
C
D
50
50
C
C
C
B
B
3. Data jawaban angket tentang sikap berbakti pada kedua orang tua Adapun hasil penyebaran angket tentang sikap berbakti pada kedua orang tua dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel XV Daftar Jawaban Angket Sikap Berbakti Anak Pada Kedua Orang Tua No. Item
No No
1
Responden
1
2
3
4
5
6
1
D
C
B
B
C
A
49
50
2
2
D
D
C
C
C
C
3
3
C
C
B
B
C
C
4
4
C
C
B
B
C
C
5
5
C
C
B
B
C
B
6
6
C
C
B
B
C
C
7
7
C
C
B
B
C
C
8
8
C
C
B
B
C
B
9
9
C
C
B
C
C
B
10
10
B
B
B
B
C
B
11
11
C
D
C
B
D
C
12
12
B
C
B
C
C
B
13
13
C
C
C
B
C
C
14
14
D
C
C
B
C
C
15
15
C
C
B
B
C
B
16
16
C
D
B
B
D
C
17
17
C
C
C
B
C
B
18
18
B
C
B
B
C
B
19
19
B
B
B
A
C
B
20
20
C
C
B
B
C
B
21
21
C
C
A
B
C
B
22
22
C
C
B
B
C
B
23
23
B
C
B
A
C
B
50
51
24
24
C
C
A
B
D
B
25
25
C
C
A
B
C
B
26
26
C
C
B
B
C
B
27
27
B
C
A
A
C
B
28
28
C
C
B
B
C
C
29
29
B
C
A
A
C
B
30
30
D
A
A
A
D
A
31
31
D
C
A
A
D
B
32
32
B
A
A
A
A
A
33
33
B
A
A
A
A
A
34
34
B
A
A
B
B
B
35
35
B
A
A
A
A
A
36
36
C
C
A
A
B
B
37
37
C
C
B
B
C
B
38
38
B
C
B
B
B
B
39
39
B
B
C
C
B
B
40
40
B
C
B
C
B
C
41
41
B
C
B
B
C
C
42
42
B
C
B
C
B
C
43
43
B
C
C
B
C
B
44
44
B
C
B
C
C
B
45
45
B
B
C
C
B
B
51
52
46
46
B
C
C
B
D
B
47
47
B
B
C
C
B
C
48
48
B
C
B
C
C
B
49
49
B
B
C
C
C
C
50
50
B
C
B
B
C
C
52
53
BAB IV ANALISIS DATA
Seluruh data dari hasil penelitian dari penyabaran angket dapat terkupul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesui dengan proporsinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian, yaitu sebagaimana tercatat dibawah ini: 1. Untuk mengetahui pola asuh authoritatif orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui sikap berbakti anak pada kedua orang tua. 3. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh authoritatif orang tua dengan sikap berbakti anak pada kedua orang tua
Berdasarkan dari ketiga tujuan penelitian di atas, maka penulis menganalisis dari tujuan pertama dan kedua menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: P=
F x100% N
Keterangan P = prosentase F = frekuensi N = jumlah responden
53
54
Sedangkan untuk mengetahui dari tujuan yang ketiga penulis menggunakan rumus product moment, yaitu :
rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{(N ∑ X ) − (∑ X ) }{(N ∑ Y ) − (∑ Y ) } 2
2
2
2
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi variabel x dan variabel y
∑xy
= jumlah hasil kali variabel x dan variabel y
∑y
= jumlah nilai variabel y
∑x
= jumlah nilai variabel x
N
= jumlah subyek yang diteliti
A. Analisis data pola asuh authoritatif orang tua Adapun langkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 2. Memprosentasikan jawaban 3. Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden
54
55
Tabel XIV Daftar Nilai Tentang Distribusi Frekuensi Tentang Pola Asuh Authoritatif Orang Tua
No
Jawaban
Nilai
No
Total
Nominasi
1
13
B
2
4
6
D
3
4
2
9
C
0
0
4
3
7
D
1
0
3
6
1
10
C
2
3
0
0
4
3
7
D
007
2
3
0
0
4
3
7
D
8
008
2
3
0
0
4
3
7
D
9
009
2
3
0
0
4
3
7
D
10
010
2
3
0
0
4
3
7
D
11
011
2
3
0
0
4
3
7
D
12
012
2
3
0
0
4
3
7
D
13
013
2
3
0
0
4
3
7
D
14
014
1
4
0
0
2
4
6
D
15
015
3
2
0
0
6
2
8
D
16
016
2
3
0
0
4
3
7
D
Responden
A
B
C
D
4
3
2
1
1
001
1
2
1
1
4
6
2
2
002
1
4
0
0
3
003
2
2
0
4
004
2
3
5
005
3
6
006
7
1
1
55
56
17
017
2
3
0
0
4
3
7
D
18
018
2
3
0
0
4
3
7
D
19
019
2
3
0
0
4
3
7
D
20
020
2
3
0
0
4
3
7
D
21
021
1
3
1
0
3
6
1
10
C
22
022
1
1
3
0
3
2
3
8
D
23
023
1
1
3
0
3
2
3
8
D
24
024
1
1
3
0
3
2
3
8
D
25
025
1
2
2
0
3
4
2
9
C
26
026
4
1
0
0
8
1
9
C
27
027
2
1
4
3
4
1
12
B
28
028
2
3
0
0
4
3
7
D
29
029
1
2
1
4
3
4
1
12
B
30
030
3
12
0
4
0
16
A
31
031
32
032
33
033
34
034
35
1
1
1
2 2
1
2
0
6
2
2
10
C
1
1
1
8
3
2
1
14
B
3
0
6
0
3
9
C
2
1
4
3
4
1
12
B
035
3
2
0
0
6
2
8
D
36
036
2
3
0
0
4
3
7
D
37
037
1
3
0
3
2
3
8
D
38
038
4
1
0
0
8
1
9
C
2
2 1
1
1
56
57
39
039
3
2
0
0
6
2
8
D
40
040
4
1
0
0
8
1
9
C
41
041
4
1
0
0
8
1
9
C
42
042
4
1
0
0
8
1
9
C
43
043
4
1
0
0
8
1
9
C
44
044
0
6
6
0
12
B
45
045
4
1
0
0
8
1
9
C
46
046
4
1
0
0
8
1
9
C
47
047
1
4
0
3
8
0
11
C
48
048
1
3
1
0
3
6
1
10
C
49
049
2
2
1
0
6
4
1
11
C
50
050
2
3
0
6
6
0
12
B
2
3
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus: i=
Xt − Xr + 1 Ki
Keterangan : i
= interval
Xt
= nilai tertinggi
Xr = nilai terendah Ki
= kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
57
58
Dari data hasil nagket polas asuh authoritatif orang tua, diperoleh nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 6, dengan menggolongkan data tersebut kedalam 4 kelas maka dapat didketahui interval yaitu: 16 − 6 + 1 4 11 i= 4 i = 2,75 i=
i=3
Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. 1. Untuk kategori sangat tinggi dengan A mendapat nilai 15 – 17 2. Untuk kategori tinggi dengan B mendapat nilai 12 – 14 3. Untuk kategori sedang dengan C mendapat nilai 9 – 11 4. Untuk kategori rendah dengan D mendapat nilai 6 – 8
Tabel XV Distribusi Frekuensi Jawaban Pola Asuh Authoritatif Orang Tua No
Tingkat pola asuh authoritatif
Interval
Frekuensi
1
Sangat tinggi
15 – 17
1
2
Tinggi
12 – 14
7
3
Sedang
9 – 11
16
4
Rendah
6–8
26
Jumlah
50
58
59
Kemudian di cari prosentase tentang tingkat pola asuh authoritatif orang tua, Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: P=
F x100% N
1. Untuk kategori sangat tinggi tentang pola asuh authoritatif orang tua ada 1 responden P=
1 x100% 50
P=
100 = 2% 50
2. Untuk kategori tinggi tentang pola asuh authoritatif orang tua, ada 7 responden P=
7 x100% 50
P=
700 = 14% 50
3. Untuk kategori sedang tentang pola asuh authoritatif orang tua ada 16 responden P=
16 x100% 50
P=
160 = 32% 50
59
60
4. Untuk kategori rendah tentang pola asuh authoritatif orang tua ada 26 responden P=
26 x100% 50
P=
260 = 52% 50
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pola asuh authoritatif orang tua.
Tabel XVI Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Pola Asuh Authoritatif Orang Tua No Tingkat pola asuh authoritatif orang tua Interval
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat tinggi
15 – 17
1
2%
2
Tinggi
12 – 14
7
14%
3
Sedang
9 – 11
16
32%
4
Rendah
6–8
26
52%
50
100%
Jumlah
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh authoritatif orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun 2011 adalah 2% sangat tinggi, 14% tinggi, 32% sedang dan 52% rendah.
60
61
B. Analisis Data Sikap Berbakti Anak Pada Kedua Orang Tua Untuk mengetahui tentang sikap berbakti kepada kedua orang tua. Adapun langkah – langkah yang diambil adalh sebagai berikut: 1. Membuat tabel distribusi frekuensi tentang sikap berbakti pada kedua orang tua 2. Memprosentasekan jawaban 3. Menginterpretasikan hasil prosentase jawaban responden
Tabel XVII Daftar Nilai Tentang Distribusi Frekuensi Tentang Sikap Berbakti Pada Kedua Orang Tua
No
Jawaban
Nilai
No
Total
Nominasi
1
15
C
8
2
10
D
6
8
0
14
C
0
6
8
0
14
C
3
0
9
6
0
15
C
2
4
0
6
8
0
14
C
007
2
4
0
6
8
0
14
C
008
3
3
0
9
6
0
15
C
Responden
A
B
C
D
4
3
2
1
1
001
1
2
2
1
4
6
4
2
002
4
2
0
0
3
003
2
4
0
4
004
2
4
5
005
3
6
006
7 8
61
62
9
009
2
4
0
6
8
0
14
C
10
010
5
1
0
15
2
0
17
C
11
011
1
3
0
3
6
2
11
D
12
012
3
3
0
9
6
0
15
C
13
013
1
5
0
3
10
0
13
D
14
014
1
4
0
3
8
1
12
D
15
015
3
3
0
9
6
0
15
C
16
016
2
2
0
6
4
2
12
D
17
017
2
4
0
6
8
0
14
C
18
018
4
2
0
12
4
0
16
C
19
019
4
1
4
12
2
0
18
B
20
020
3
3
0
9
6
0
15
C
21
021
2
3
4
6
6
0
16
C
22
022
3
3
0
9
6
0
15
C
23
023
1
3
2
4
9
4
0
17
C
24
024
1
2
2
4
6
4
1
15
C
25
025
1
2
3
4
6
6
0
16
C
26
026
3
3
0
9
6
0
15
C
27
027
2
2
8
6
4
0
18
B
28
028
2
4
0
6
8
0
14
C
29
029
2
2
2
8
6
4
0
18
B
30
030
4
2
16
0
4
0
20
B
1
1
2
2
1
2
1
62
63
31
031
2
1
32
032
5
33
033
34
1
2
8
3
2
2
15
D
1
20
3
0
0
23
A
5
1
20
3
0
0
23
A
034
2
4
8
12
0
0
20
B
35
035
5
1
20
3
0
0
23
A
36
036
2
2
2
8
6
4
0
18
B
37
037
3
3
0
9
6
0
15
C
38
038
5
1
0
15
2
0
17
C
39
039
4
2
0
12
4
0
16
C
40
040
3
3
0
9
6
0
15
C
41
041
3
3
0
9
6
0
15
C
42
042
3
3
0
9
6
0
15
C
43
043
3
3
0
9
6
0
15
C
44
044
3
3
0
9
6
0
15
C
45
045
4
2
0
12
4
0
16
C
46
046
3
2
0
9
4
1
14
C
47
047
3
3
0
9
6
0
15
C
48
048
3
3
0
9
6
0
15
C
49
049
2
4
0
6
8
0
14
C
50
050
3
3
0
9
6
0
15
C
1
63
64
Dari data diatas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus: i=
Xt − Xr + 1 Ki
Keterangan : i
= interval
Xt = nilai tertinggi Xr = nilai terendah Ki = kelas interval (tinggi, sedang, rendah) Dari data hasil angket sikap berbakti anak pada kedua orang tua, diperoleh nilai tertinggi 23 dan nilai terendah 10, dengan menggolongkan data tersebut kedalam 4 kelas maka dapat didketahui interval yaitu: 23 − 10 + 1 4 14 i= 4 i = 3,5
i=
i=4 Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. 1. Untuk kategori sangat tinggi dengan A mendapat nilai 22 – 25 2. Untuk kategori tinggi dengan B mendapat nilai 18 – 21 3. Untuk kategori sedang dengan C mendapat nilai 14 – 17 4. Untuk kategori rendah dengan D mendapat nilai 10 – 13
64
65
Tabel XVIII Distribusi Frekuensi Jawaban Sikap Berbakti pada Orang Tua No Tingkat sikap berbakti pada Interval
Frekuensi
orang tua 1
Sangat tinggi
22 – 25
3
2
Tinggi
18 – 21
6
3
Sedang
14 – 17
35
4
Rendah
10 – 13
6
Jumlah
50
Kemudian di cari prosentase tentang sikap berbakti anak pada kedua orang tua, Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: P=
F x100% N
1. Untuk kategori sangat tinggi tentang pola asuh authoritatif orang tua ada 1 responden P=
3 x100% 50
P=
300 = 6% 50
2. Untuk kategori tinggi tentang pola asuh authoritatif orang tua, ada 7 responden P=
6 x100% 50
65
66
P=
600 = 12% 50
3. Untuk kategori sedang tentang pola asuh authoritatif orang tua ada 16 responden P=
35 x100% 50
P=
3500 = 70% 50
4. Untuk kategori rendah tentang pola asuh authoritatif orang tua ada 26 responden P=
6 x100% 50
P=
600 = 12% 50
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sikap berbakti anak pada kedua orang tua.
Tabel XIX Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Sikap Berbakti Anak Pada Kedua Orang Tua No
Tingkat sikap berbakti pada orang tua
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat tinggi
22 – 25
3
6%
2
Tinggi
18 – 21
6
12%
3
Sedang
14 – 17
35
70%
4
Rendah
10 – 13
6
12%
50
100%
Jumlah
66
67
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa sikap berbakti anak pada kedua orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun 2011 adalah 6% sangat tinggi, 12% tinggi, 70% sedang dan 12% rendah.
C. Analisis Data Pengaruh Pola Asuh Authoritatif Orang Tua terhadap Sikap Berbakti Anak Pada Kedua Orang Tua Analisis ketiga untuk menjawab pertanyaan atau untuk mengetahui adakah pengaruh antara pola asuh authoritatif orang tua terhadap sikap berbakti anak pada kedua orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun 2011. Maka untuk mengetahui tujuan tersebut penulis menggunakan rumus statistik korelasi product moment angka kasar dengan langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel persiapan untk mencari korelasi antara pola asuh orang tua terhadap sikap berbakti anak pada kedua orang tua, studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun 2011. 2. Mencari X, Y, X2, Y2 dan XY dengan cara mengalikannya 3. Memasukkan nilai X dan Y yang sudah ada ke dalam rumus korelasi product moment.
67
68
Tabel XX Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Pola Asuh Authoritatif Orang Tua Dengan Sikap Berbakti Pada Orang Tua
No X
Y
X2
Y2
XY
1
13
15
169
225
195
2
6
10
36
100
60
3
9
14
81
196
126
4
7
14
49
196
98
5
10
15
100
225
150
6
7
14
49
196
98
7
7
14
49
196
98
8
7
15
49
225
105
9
7
14
49
196
98
10
7
17
49
289
119
11
7
11
49
121
77
12
7
15
49
225
105
13
7
13
49
169
91
14
6
12
36
144
72
15
8
15
64
225
120
16
7
12
49
144
84
Responden
68
69
17
7
14
49
196
98
18
7
16
49
256
112
19
7
18
49
324
126
20
7
15
49
225
105
21
10
16
100
256
160
22
8
15
64
225
120
23
8
17
64
289
136
24
8
15
64
225
120
25
9
16
81
256
144
26
9
15
81
225
135
27
12
18
144
324
216
28
7
14
49
196
98
29
12
18
144
324
216
30
16
20
256
400
320
31
10
15
100
225
150
32
14
23
196
529
322
33
9
23
81
529
207
34
12
20
144
400
240
35
8
23
64
529
184
36
7
18
49
324
126
37
8
15
64
225
120
38
9
17
81
289
153
69
70
39
8
16
64
256
128
40
9
15
81
225
135
41
9
15
81
225
135
42
9
15
81
225
135
43
9
15
81
225
135
44
12
15
144
225
180
45
9
16
81
256
144
46
9
14
81
196
126
47
11
15
121
225
165
48
10
15
100
225
150
49
11
14
121
196
154
50
12
15
144
225
180
∑
444
781
4178
12547
7071
Diketahui : N
= 50
∑X
= 444
∑Y
= 781
∑ X2 = 4178 ∑ Y2 = 12547 ∑ XY = 7071
70
71 73
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{(N ∑ X ) − (∑ X ) }{(N ∑ Y ) − (∑ Y ) } 2
2
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
2
2
50 x7071 − (444)(781)
{50 x4178 − (444) }{50 x12547 − (781) } 2
2
353550 − 346764
{208900 − 197136}{627350 − 609961} 6786
{11764}{17389} 6786 204564196 6786 14302,594
rxy =0,0004744 Setelah diperoleh nilai tersebut, langkah selanjutnya adalah mengadakan konsultasi hasil perhitungan (rxy) dengan tabel statistik sebagai berikut: -
Jika rxy > tabel r product moment, maka Ha diterima
-
Jika rxy < tabel r product moment, maka Ho ditolak
Keterangan: Ha: Ada korelasi pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y Ho: Tidak ada korelasi pengaruh yang signifikan antara variabel xdan y Untuk N (responden )50.r tabel taraf signifikan 5% adalah 0,361. dari hasil penelitian diketahui rxy adalah 0,0004744 lebih kecil
71
72
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pola asuh autoritatif orang tua dengan sikap berbakti anak pada kedua orang tua studi pada remaja di Dusun Banjar sari Dessa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2011. Hal ini berarti variabel x tidak berpengaruh dengan variabel y sehingga hipotesis yang penulis ajukan ditolak. Hal ini dikarenakan pola asuh yang digunakan di dusun ini sebagian besar pola pengasuhan otoriter, dikarenakan masih dalam lingkup pedesaan, cenderung anak menganggap bahwa orang tua mempunyai kebenaran yang mutlak dalam setiap hal. Selain itu, sikap berbakti kepada orang tua adalah kewajiban anak yang paling utama, dan sangat istimewanya orang tua sehingga Allah SWT seolah-olah menggantungkan ridho dan murkanya kepada ridho dan murka orang tua. Seperti Hadist Tirmidzi (dalam Ahmadi, 2004:171) yang artinya ridho Allah berada pada ridho orang tua, murka Allah berada pada murka orang tua. Jadi, dari jawaban angket menunjukkan bahwa pola asuh orang tua menurut responden tidak begitu dirasakan. Adapun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh authoritatif ini tidak sesuai dengan pilihan responden sehingga hasil dari penelitian ini tidak signifikan antara variabel x dengan variabel y.
72
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian dan permasalahan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Tingkat pola asauh autoritatif orang tua dinyatakan dengan kategori sangat tinggi 2%, kategori tinggi 14%, kategori sedang 32% dan kategori rendah terdapat 52%
2.
Sikap berbakti anak pada kedua orang tua dinyatakan dengan kategori sangat tinggi 6%, kategori tinggi 12%, kategori sedang 70% dan kategori rendah terdapat 12%.
3.
Hasil akhir menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pola asuh autoritatif orang tua dengan sikap berbakti anak pada
kedua orang tua studi pada
remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun 2011 dapat penulis simpulkan bahwa hipotesis ditolak. Hal ini terbukti dengan koefisien korelasi product moment, hasil penelitian r hasilnya 0,0004744. Berada di bawah pada taraf signifikasi 5% = 0, 361dengan N= 50 dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan ditolak, bahwa tidak ada pengaruh antara pola asuh autoritatif orang tua dengan sikap berbakti anak pada kedua orang tua studi pada remaja di Dusun Banjarsari, Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang tahun 2011
73 74
74
B. Saran-saran Sesuai dengan penelitian yang diuraikan di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran antara lain: 1. Kepada orang tua a. Hendaknya orang tua mencoba dengan pola asuh otoriter, agar dapat diterima oleh anak. Dengan pola asuh otoriter orang tua secara tidak langsung
telah
menanamkan
sifat
otoriter
yang
baik
untuk
perkembangan anak. b. Hendaknya orang tua mulai menanamkan sifat toleransi dan memberikan ruang kebebasan kepada anak untuk berpendapat. Dengan demikian anak tidak akan merasa dikekang, sehingga keberanian berpendapat akan tinggi, tetapi tetap dalam batas sewajarnya. 2. Untuk anak a. Anak hendaknya memahami cara orang tua dalam mengasuhnya. Sehingga diantara keduanya terjalin hubungan yang harmonis.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern. Era Intermedia. Ali, Maulana Muhammad. Tanpa tahun. Qur’an Suci: Terjemah dan Tafsir. Terjemahan oleh Muhammad Bachrum. 1993. Jakarta. Darul Kutubil Islamiyah Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Bina Aksara. Darajat, Zakiah. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung agung. Dariyo, Agus. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Halim, Nipan Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hurlock, Elizabeth B, 1978. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Kanisius. 2006. Warna-Warni Yogykarta: Kanisius.
Kecerdasan Anak dan Pendampingnya.
Mualifah. 2009. Psyco Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: Diva Press. Purwadarminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Salamulloh, Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: Bina Ilmu Offset. Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Sosial suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset. Yusuf LN, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PETUNJUK PENGISIAN 1. Tulislah nama identitas anda. Informasi mengenai identitas anda akan dirahasiakan peneliti sesesuai dengan kode etik penelitian. 2. Bacalah baik-baik setiap pertanyaan berikut ini. 3. Cara menjawab pertanyaan a. Untuk angket pola asuh authoritatif orang tua, berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia. -
Pilih SS jika anda sangat sering melakukan pertanyaan tersebut
-
Pilih S jika anda sering melakukan pertanyaan tersebut
-
Pilih KK jika anda kadang-kadang melakukan pertanyaan tersebut
-
Pilih TP jika anda tidak pernah melakukan pertanyaan tersebut
b. Untuk angket berbakti pada orang tua, jawablah yang sesuai menurut anda. -
Berilah tanda silang (X) jika anda melakukan hal yang sesuai dengan diri anda.
-
Pilih 4 jika anda sangat sering melakukan hal yang sesuai dengan pertanyaan.
-
Pilih 3 jika anda sering melakukan hal yang sesuai dengan pertanyaan.
-
Pilih 2 jika anda kadang-kadang melakukan hal yang sesuai dengan pertanyaan.
-
Pilih 1 jika anda tidak pernah melakukan hal yang sesuai dengan pertanyaan.
4. Apabila terjadi kesalahan dalam pengisian angket ini, berilah tanda lingkaran (O) pada jawaban yang salah tersebut, kemudian beri tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 5. Terima kasih atas kerja samanya, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Amin.
Identitas anak Nama : Alamat : Umur : A. Angket pola asuh otoritatif No 1
Pertanyaan Pada saat belajar, pernahkah orang tuamu membimbingmu dalam menyelesaikan PR
2
Jika orang tuamu memberikan nasehat, pernahkah kamu mematuhinya
3
Pernahkah kamu mengikuti program ekstrakurikuler di sekolah, kemudian orang tuamu memberikan pilihan pada extra yang lain
4
Pernahkah kamu membantu orang tua dalam menyelesaikan pekerjaan rumah
5
Pernahkah orang tuamu mendukung hobi kamu
SS
S
KK
TP
B. Angket berbakti kepada orang tua 1. Ketika berbicara kepada orang tua, apakah kamu sering berkata dengan apa adanya? Bohong
Jujur 1
2
3
4
2. Ketika kamu dipanggil orang tua, apakah kamu selalu memenuhi panggilannya? Tidak
Selalu 1
2
3
4
3. Pernahkah orang tuamu mengajarkanmu sopan santun? Tidak Tidak pernah
Pernah 1
2
3
4
4. Seperti apakah tipe orang tua kamu? Pemarah
Penyayang
1 5. Ketika
kamu
2 diperintah
3 oleh
orang
4 tua,
apakah
kamu
selalu
menjalankannya? Tidak
Selalu 1
2
3
4
6. Jika orang tuamu sedang sibuk, bagaimana sikapmu? Membiarkan
Membantu
Membiarkan
1
2
3
4
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Siti Khotijah
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/ PAI
NIM : 11107112
Progdi
: PAI
No 1.
Nama Kegiatan OPSPEK STAIN Salatiga
Tgl Pelaksanaan 28-31 Agustus
Jabatan
Nilai
Peserta
3
Peserta
4
Peserta
3
2007 2
Kursus Pembina Pramuka Mahir
9 – 14 Februari
Tingkat Dasar (KMD) Kwartir
2009
Cabang Kota Salatiga Tahun 2009 3
Pendidikan Dasar Perkoprasian
21-22 Januari
(PDP) Koperasi Mahasiswa
2008
(KOPMA) “Fatawa” 4
BINNADZOR 30 juz
17 Oktober 2008
Peserta
4
5
Praktikum pelatihan ikhtibar al-
11 – 26 Februari
Peserta
3
lughoh al-arabiyah ka
2011
Bedah Film “Laskar Pelangi” dan
4 April 2009
Peserta
2
18 November
Peserta
2
20 Agustus 2010
Peserta
3
17 Mei 2010
Peserta
4
10 Februari 2010
Peserta
3
6
Penggalangan Dana Untuk Korban Situ Gintung 7
Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an
2008 8
Praktikum Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
9
Seminar regional HMJ Tarbiyah Peran Pendidikan Islam Dalam Membentuk Jati Diri Mahasiswa
10
Kuliah Umum dan Dialog Perkembangan Kerjasama ASEAN
11
12
Daurah Mar’atus Shalihah (DMS)
18 Desember
Peserta
2
LDK DA STAIN Salatiga
2010
Akhirusannah TPA Baiturrahman
13 Juli 2011
Panitia
3
4 Mei 2011
Panitia
2
Halal bi Halal “Indahnya
18 September
Pemateri
3
Kebersamaan Dalam
2011
12 Juni 2011
Panitia
2
16 Agustus 2011
Panitia
3
Guru
4
Peserta
2
Margosari Salatiga “Orang Yang Bermutu Adalah Orang Yang Berilmu” 13
Lomba Cerdas Cermat Perpustakaan Masjid Baiturrahman Margosari Salatiga
14
Persaudaraan” Remaja Islam Masjid Margosari Salatiga 15
Tadabur Alam Baiturrahman Margosari Salatiga
16
Gebyar 17an dan Buka Bersama ”Tingkatkan Integrasi Singkirkan Arogansi” TPA Baiturrahman Margosari Salatiga
17
Sertifikat Guru TPA Baiturrahman 3 Agustus 2011 Margosari Salatiga
18
Bedah Buku Jalan Cinta Para
24 April 2010
Pejuang LDK DA STAIN Salatiga Jumlah
52 Salatiga, 08 Agustus 2011
Pembantu Umum/Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M.Ag NIP.197502112000031001