SKENARIO IV:
ACEHKU KEMBALI TERSENYUM
CIRI-CIRI KUADRAN IV
“ACEHKU KEMBALI TERSENYUM” Sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
2
Aman dari segala kriminalitas dan tindakan anarkis; Adanya jaminan lapangan kerja; Menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran; Mutu pendidikan yang tinggi (berkualitas); Kesejahteraan generasi anak dan kaum muda terpenuhi; Masa depan Aceh semakin cerah; Ikatan tali silahturrahim semakin erat; Syariah Islam berjalan dengan semestinya; Lahirnya generasi yang kreatif dan brilian; Terciptanya pemerintahan yang BBS (bersih, bahagia dan sejahtera); Tidak ada eksploitasi, perdagangan orang (trafficking), dan diskriminasi terhadap anak; Anak-anak kembali mendapatkan haknya; Dampak bencana alam semakin terminimalisasi; Pemerintah yang adil; Penggunaan tekhnologi yang digunakan pada jalur yang benar; Anak dan kaum muda di Aceh terhindar dari narkoba dan seks bebas; Aceh menjadi kota yang istimewa dan unggul baik di Indonesia maupun luar negeri seperti dijaman Sultan Iskandar Muda; Semakin bebasnya anak untuk partisipasi menyalurkan aspirasinya; Anak-anak semakin tenang dalam proses belajar mengajar; Tidak ada lagi kekerasan terhadap anak; Pelajar tidak dihantui oleh rasa takut terhadap UAN (ujian akhir negara); Tidak adanya lagi perkawinan di usia dini dan ALYA (anak yang dilacurkan); Moral anak kembali menjadi lebih baik; Lingkungan alam dan kehidupan menjadi lestari dan asri; Pendapatan penduduk semak in meningkat; Semakin meningkatnya pendidikan untuk anak-anak cacat (Sekolah Luar Biasa);
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
SKENARIO IV:
ACEHKU KEMBALI TERSENYUM
Dengan ditandatanganinya perjanjian perdamaian (MoU) antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah Republik Indonesia (RI) di Helsinki, Fillandia 15 Agustus 2005 lalu. Bumi Serambi Mekkah tercinta kini akhirnya aman dari segala ancaman kriminalitas dan tindakan anarkis, serta seluruh penduduknya bisa hidup dengan tentram. Seluruh anak dan pemuda Aceh dapat kembali tersenyum seperti disaat era Sultan Iskandar Muda, bahkan lebih dari itu. Sepuluh tahun silam sebagian daerah memang lingkungannya tidak terjaga, terlebih pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca Tsunami. Berbagai macam pembangunan terus dikerjakan, seperti pembangunan rumah bagi korban tsunami, pembangunan jalan, dan pembangunan lainnya. Sekarang di tahun 2018 pelestarian lingkungan alam sangat terjaga terlebih lagi sejak dideklarasikannya Moratorium Penebangan Hutan oleh Irwandi Yusuf ketika beliau masih menjabat sebagai Gubernur. Penculikan, perampokan, pembunuhan, kekerasan, dan lainnya yang berkaitan dengan perbuatan negatif tidak ada lagi, karena bisa mengganggu psikologis manusia khususnya penduduk Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Kegelisahan masyarakat juga tidak tampak lagi, itu terlihat dari pancaran sinar wajah dan gaya bicara yang penuh dengan canda tawa. ‘Selamat pagi dek, sekarang udah rajin ya berangkat ke sekolah! Tentu, kan daerah kita sekarang udah aman dari yang namanya perbuatan negatif’. Itulah sedikit pembicaraan antara seorang bapak yang sedang lari pagi dengan siswa yang ingin berangkat ke sekolah.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
3
Anak-anak mulai dari usia dini sudah dikenalkan dengan yang namanya pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang berkualitas. Adanya kesadaran diri untuk belajar lebih giat dan lebih tekun lagi harus kita tanamkan. Mulai dari usia 3-5 tahun anak-anak itu sudah dikenalkan yang namanya pendidikan, khususnya di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK). Lebih tinggi dari itu, anakanak juga sudah di kenalkan dengan Sekolah Dasar (SD) yang dimulai dari usia 6-12 tahun. Lalu setelah lulus dari sekolah dasar, kedewasaan anak-anak juga bertambah. Kemudian di saat memasuki usia remaja, anak-anak mulai masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), disini mereka mulai belajar memupuk kepribadian diri mereka masing-masing. Naik satu tingkat dari SMP, mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat juga pesantren. Adapun pendidikan yang mereka tekuni itu tanpa mengeluarkan biaya, alias gratis. Maksudnya pemerintah sudah mengalokasikan dana yang segar khususnya dibidang pendidikan. Dari itu semua anak-anak bisa mengerti apa gunanya pendidikan yang telah mereka tekuni. Kemudian mereka mendapatkan ilmu tanpa adanya unsur kekerasan. Kalau begitu apalagi ya? mau senyum saat belajar, silahkan aja asal jangan berlebihan. Dilain pihak kita juga tidak melupakan pendidikan bagi pelajar yang memiliki kebutuhan khusus/disabilitas/cacat. Sekolah Luar Biasa (SLB) yang mereka tempati sekarang untuk menuntut ilmu juga sudah disesuaikan, sama dengan sekolah-sekolah lain. Kapasitas guru yang dulunya sangat tidak mengerti dengan keterbatasan para pelajarnya dalam berpikir, sempat meremehkan SLB. Tapi, sekarang SLB sudah diakui keberadaannya dan tidak diremehkan lagi oleh masyarakat. Generasi muda dan anak yang sedang belajar sudah terhindar dari pengaruh narkoba dan seks bebas yang 10 tahun silam sempat mengkhawatirkan. Sekarang orang tua kita bisa tersenyum kembali, dengan sikap positif yang ditunjukan oleh anakanak mereka tunjukkan. Ilmu mengenai bahaya narkoba dan seks bebas juga sudah diterapkan di berbagai sekolah sehingga sekarang pemuda dan anak-anak mengetahui akan risiko dan dampak negative dari perbuatan tercela tersebut.
4
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Disamping itu, pemerintah juga sudah melengkapi fasilitas penunjang lainnya di bidang pendidikan, guna memperlancar proses kegiatan belajar mengajar. Buku di perpustakaan dan alat-alat laboratorium yang mencukupi merupakan sebagian kecil contohnya sehingga pengetahuan murid semakin meluas. Kalau keadaannya terus begini, bukan cuma pelajarnya yang tersenyum, tapi guru juga ikut tersenyum karena mudah dalam menyampaikan pelajaran. Dengan buku-buku yang memakai kurikulum baru dan alat-alat laboratorium yang bertaraf Internasional, dapat membuat para pelajar lebih maju dibandingkan sepuluh tahun yang silam. Artinya pelajar kita sekarang sudah tidak ketinggalan jaman. Ujian Akhir Nasional (UAN) setiap tahun dilaksanakan untuk menguji kemampuan pelajar dibidang pengetahuan umum. Patokan nilai standar kelulusan yang setiap tahunnya terus bertambah tidak dijadikan suatu beban, karena bukan menjadi acuan kelulusan. ‘Sudah enak ya sekarang kita belajar! Buku cetaknya yang lengkap di perpustakan, alat laboratoriumnya juga lengkap, dan belajarnya juga sudah aman tanpa dihantui rata takut dengan suara tembakan. Betul itu, saya juga merasakan hal yang sama, bahkan kalau belajar terus begini saya yakin para pelajar lain juga tidak takut lagi dengan yang namanya UAN, karena bukan menjadi standar kelulusan. Ha.. ha.. ha.., senang kali ya kalau kita terus bisa belajar begini’. Begitulah pembicaraan singkat antara dua pelajar yang sedang pulang sekolah bersama sambil bercanda tawa. Menuntut ilmu memang penting, karena tanpa ilmu sulit bagi kita untuk membangun Aceh yang lebih maju. Lulus dari pendidikan pokok (formal) seperti SD, SMP, dan SMA, kita juga masih bisa melanjutkannya kejenjang yang lebih tinggi, yaitu Perguruan Tinggi. Dengan ilmu yang sudah kita dapatkan di pendidikan formal dan informal, berarti kita sudah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, guna menciptakan daerah yang lebih maju lagi dan mempertahankan apa yang sudah tercapai.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
5
Dilain pihak, pertumbuhan penduduk juga semakin bertambah. Anakanak yang dilacurkan (AYLA) dan pernikahan di usia dini juga sudah tidak terdengar lagi bahkan sudah tidak ada lagi. Hal ini disebabkan oleh salah satunya faktor ekonomi yang terpenuhi dan rasa sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya masing-masing. Seperti contoh pada saat konflik dulu: ‘Sebuah desa ada seorang remaja perempuan yang masih bersekolah di smp menjadi salah seorang korban anak yang dilacurkan. Sebenarnya korban tidak menginginkan pekerjaan ini, tapi karena melihat faktor ekonomi keluarganya yang sangat minim ia pun bekerja dengan terpaksa. Setelah bekerja beberapa bulan, dia pun merasa sangat tersiksa, akibatnya ia pun merasa sangat menyesal, dan stress. Hingga yang lebih negatifnya lagi, dikalangan masyarakat ia menjadi bahan omongan dan ejekan. Apabila dilihat dari segi sosial mungkin akibat pergaualan bebas yang mempengaruhinya’. Apabila kita lihat dari segi pernikahan usia dini itu sangat berdampak negatif. Pasti masa depan anak akan suram. Dari pihak keluarga, menikahkan anaknya dengan seorang seorang calon pilihan seperti bangsawan hanya karena untuk menambah keuangan keluarga sudah tidak ada lagi. Pernikahan dini merusak jiwa si anak, karena dia pasti kehilangan masa depannya. Seperti pendidikan, karena seperti yang kita ketahui pendidikan adalah hal yang paling utama. Selain itu, anak-anak juga sudah mendapatkan hak-haknya masingmasing, seperti hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi. Sehingga kita lihat sekarang semua anak-anak Aceh mulai bisa mencari jati diri mereka masing-masing, tanpa lupa akan kewajibannya. Sekarang mereka bisa bermain dengan ceria, berekspersi, dan juga jerih payah anak dalam berkreativitas dihargai atau tidak diremehkan. Dilain pihak, Bumi Serambi Mekkah juga masih terdapat orang Asing yang bekerja diberbagai NGO. Mereka itu tidak cuma numpang tinggal saja dan berwisata di Aceh, tapi juga memperhatikan kekurangan masyarakat kita, Seperti pangan dan sebagainya. Perhatian pemerintah terus ditujukan kepada mereka dalam melaksanakan kinerjanya. Pejabat daerah pun demikian sama dalam melaksanakan misi-misinya untuk mempertahankan daerah Aceh yang sudah kondusif. Dan tidak ada lagi korupsi yang dulu menjadi “budaya” bagi pihak pemerintahan. Ada pun pejabat yang bertanggung jawab di bidang mereka masing-masing sudah bisa menciptakan pemerintahan yang Bersih, Bahagia, dan Sejahtera (BBS).
6
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Bencana alam yang bisa kapan saja menghampiri kita juga dapat diminimalkan dengan kesigapan petugas yang handal di bidang bencana. Gempa bumi, tsunami, banjir, banjir bandang, tanah longsor dan bencanabencana lainnya juga sudah bisa terdeteksi gejala-gejalanya agar bisa mengurangin jumlah korban jiwa. Acehku Mulai Tersenyum Lagi ‘Cut Adek..! udah sarapan?’ Tanya Pak Burhan, Ayah dari Cut Adek. ‘Udah yah!’, jawab Cut Adek yang baru duduk di bangku kelas 4 SD. Hari itupun sangat cerah, kicauan burung di pagi hari menambah semangat masyarakat Aceh untuk pergi beraktivitas. ‘Aku tidak boleh terus larut dalam meratapi kepergian orang tuaku saat konflik dan Istriku saat di Bencana Gempa dan tsunami melanda. Aku harus bangkit untuk menghidupi keluargaku’. Itulah bisikan hati dari Pak Burhan. ‘Sekarang aku bekerja di Pemerintahan bagian perlindungan Anak. Disini aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sekaligus melindungi anaanak Aceh’, tambah bisikan dalam hatinya. ‘Bismillahirrahmanirrahim, aku berangkat menuntut ilmu guna menggapai cita-cita dan membahagikan orang tua saya, terutama ibu saya yang sudah tiada, aku pasti bisa’, dengan semangat Cut Adek mengeluarkan pernyataan itu. Di kantor Pak Burhan korupsi sudah terbasmi sampai ke akarnya, karena para pejabat di kantor tersebut sudah tahu bahwasanya korupsi itu bisa merugikan diri mereka sendiri dan masyarakat. Bekerja tanpa ada pelanggaran merupakan idaman kita semuanya guna membangun Aceh. Aceh sekarang sudah berbenah, pembangunan dari berbagai sisi terus dilakukan guna memperindah senyuman kota. Sekarang Pak Burhan mau berkunjung ke Aceh Timur guna urusan pekerjaan, sementara anaknya Cut Adek mau pergi ke Aceh Selatan g u n a mengikuti acara perlombaan matematika. S a a t diperjalanan mareka tidak mendapatkan hambatan dan sampainya pun dengan selamat. Bukti kecil itu tadi menandakan Aceh sudah kembali kondusif.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
7
Sesampai di tempat tujuan masing-masing, mareka disambut dengan gegap gepita, seolah-olah Pak Burhan dan Cut Adek di sambut oleh saudara kandungnya sendiri. Walaupun daerahnya berbeda, tapi kekeluargaan dan keramah-tamahan mereka tumbuh kembali seusai konflik dan bencana tsunami, itu semua artinya ikatan silaturrahmi antara suku yang berbeda dan juga daerah yang berbeda tetap terjaga erat. Senyuman itu sekarang mulai terlihat, ditempat-tempat sekolah, perkantoran, pasar, dan di jalanan sendiri, masyarakat dengan murah memberi senyum manis mereka. Luar biasa…? Begitulah kehidupan masyarakat Aceh kita tercinta saat ini. Kalau kita lihat dulunya sebelum GAM dan RI berdamai betapa hancurnya daerah kita ini. Ditambah lagi dengan bencana yang menghentak jiwa seluruh penduduk di dunia, yaitu bencana gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan kota pada 26 Desember 2004 silam. Masyarakat pada saat itu kocar kacir tanpa arah. Tetesan air mata terus mengalir di pipi, bahkan membanjiri wajah serta aliran darah manusia meluas, sehingga menjadikan daerah kita derah lautan darah. Wow, histeris bukan! Sekarang semuanya sudah berlalu, masyarakat kembali bangkit guna mengubah nasib. Pengangguran sudah tidak terlihat, karena banyaknya lapangan kerja yang tercipta. ‘Aceh come back to the top’, itulah ucapan penduduk luar negeri. ‘Atjeh ka jaya teuma’, begitulah slogan yang terpampang hampir disebagian penjuru kota di Banda Aceh. Maksudnya, Aceh kembai berjaya. ‘Bandar Wisata Islami’ yang dikumandangkan Bapak Wali Kota Banda Aceh sepuluh tahun silam, kini berjalan seperti yang diharapkan. Seluruh tempat wisata mematuhi peraturan syariat Islam, dengan sedikit terjadi pelanggaran. Aceh kini menjanjikan bagi setiap penduduknya. Teruslah tersenyum Acehku…! Dilain pihak, Shinta pergi ke pantai Ujung Karang pada hari Minggu. Shinta duduk memandang ombak di lautan yang kian menepi. Seketika Shinta ingat akan masa lalunya, suatu tragedi yang sampai sekarang masih terkenang di benaknya. Tragedi itu konflik antara GAM dan RI yang memang saat itu mengguncang hati dan pikiranku, tapi sekarang di tahun 2018 hatiku tenang dan damai, tidak terjadinya lagi konflik dan juga kejadian yang mengerikan seperti tentara anak, terhentinya proses belajar mengajar, dan juga tidak ada lagi anak-anak yang harus merasa takut dalam mengikuti pelajaran.
8
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
Seketika Shinta terdiam, sambil ia memandang ombak di lautan, ia tersenyum manis karena ia merasakan ketenangan dan kebahagian yang sangat mendalam karena sudah tidak dihantui lagi rasa ketakutan akan terjadinya konflik kembali. Di tahun 2018 fasilitas pendidikan merata diberikan oleh pemerintahan baik dari perkotaan sampai kepedesaan bisa dirasakan. Sinta juga sangat merasa senang karena anak-anak di desa pasti tidak akan diremehkan. Tiba-tiba Shinta disapa oleh dua orang siswa SMP 1 Meulaboh yang sekolahnya pun tidak jauh dengan laut tersebut. Mereka pun menghampiri Shinta yang sedang asyik memandang indahnya ombak lautan. Siswa SMP Shinta Siswa SMP Habibi Shinta Indra
Shinta Habibi Shinta
Siswa SMP
: Siang kak,, lagi ngapaen? Boleh gabung kak?” : Mendengar itu semua mengalihkan perhatiannya kepada siswa tersebut, Shinta pun menjawab pertanyaan mereka dengan ramah siang kembali, boleh silahkan duduk, dek! : Terima kasih kakak, oya nama saya Indra, dan ini kawan saya Habibi. : Kalau boleh tau nama kakak siapa? : O... hampir lupa, kenalkan nama kakak Shinta. Gimana dengan kegiatan belajar mengajar sekolah kalian? : Alhamdulillah segala kegiatan dan proses belajar mengajar di sekolah berjalan dengan lancar seperti laboraturium kimia, biologi, fisika dan bahasa juga sudah bisa kami nikmati. Sekarang kami bisa belajar dengan tenang, tanpa adanya takut terjadi konflik,kami bisa belajar dengan santai. Guru pun bisa melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan lancar. : Allhamdulillah kalau begitu, bagaimana dengan kegiatan di sekolah? : Kegiatan di sekolah kami berjalan dengan lancar dan kami juga semakin bebas untuk beraspirasi dan berpartisipasi. : Wah! Jadi sekarang kalian tidak perlu lagi ada rasa gelisah dalam beraktivitas, menuntut ilmu, dan juga fasilitas pendidikan merata disegala bidang, semoga sukses dalam belajarnya. : Terima kasih kak, kami pulang dulu ya, kak.
Semenjak mendengar isi hati dan kesuksesan mutu pelajaran sekarang, Shinta merasa sangat bahagia karena konflik tidak terjadi lagi dan anak-anak bisa belajar dengan tenang. Shinta pun melajutkan fokus pandangannya kembali ke ombak lautan yang begitu indahnya.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
9
Kini kita beralih dengan cerita keseharian Fahmi dan kawan-kawannya. Mereka pergi ke warnet, karena sekarang teknologi sudah semakin canggih. Mereka bisa belajar dengan santai tanpa terbebani oleh racunracunnya teknonologi. Hal ini disebabkan oleh pemerintahan di Aceh yang sudah sangat menjaga seluruh penggunaan teknologinya. Terpikir dalam benak Fahmi, di sekolahnya sekarang sudah lengkap fasilitas pendukung, seperti penggunaan komputer dan internet, sehingga anak-anak tidak lagi GAPTEK (gagap teknologi). ‘Hare gie ni masih ada yang GAPTEK, cape deh!’, Itulah ucapan Fahmi. Kemudian Fahmi pun segera masuk ke dalam bilik yang ada dalam warnet itu. Dia langsung bisa bermain komputer atau membuka situs internet dengan lancar, hal itu disebabkan oleh ketekunan Fahmi selama ini dalam mempelajarinya. Ketika sedang asyik chatting, tiba-tiba temannya datang menghampirinya dari belakang dan Fahmi pun terkejut. “Hai bro!, lagi ngapaen aja nich? Ets, santai bro, aku lagi chatting sama teman-teman yang ada di Nagan. Wah nampaknya seru nich! boleh ikutan gak! Boleh aja kok. Nama teman aku Jesi, dia salah seorang anggota forum anak Nagan, tinggal di Seunagan Timur. Wah seru ya! ya iyalah, masa ya, iya donk. Bro mau tau gak dengan adanya teknologi yang semakin canggih dan aman kayak sekarang Fahmi bisa berkomunikasi dengan teman-teman forum anak lainnya’’. Sekarang orang tua tidak perlu kuatir lagi dengan penggunaan teknologi dikalangan remaja, karena sudah sangat aman dan terjaga, baik dari bidang komputer, sampai dengan penggunaan handphone. Anak-anak Aceh sekarang sudah bisa berbahasa Inggris dan juga bahasa Arab, tetapi meskipun sudah lancar berbahasa asing anak-anak Aceh tidak lupa akan kultur dan juga tetap bisa berbahasa Aceh dengan lancar. Jangan sampai budaya dan tradisi masyarakat Aceh itu musnah. Sekarang penggunaan teknologi baik internet maupun komputer sudah ada di seluruh pelosok desa dan dapat digunakan oleh seluruh masyarakat desa. Nah, jadi meskipun di pelosok pedesaan, masyarakat juga tidak akan gaptek. Intinya sekarang, Aceh sudah dapat tersenyum kembali harus bisa kita pertahankan, jangan sampai kejadian konflik kembali terjadi. Pendidikan yang gratis dengan metode pengajaran yang efisien juga dapat dipertahankan. Kekerasan dalam pendidikan juga sudah tidak ada lagi dan itu patut kita jaga bersama. Hal yang paling penting adalah anak Aceh
10
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
bisa memperjuangkan hak-haknya, Jangan sampai hak yang telah mereka dapatkan terampas kembali. Didalam pemerintahan sudah mulai tercipta kinerja birokrasi yang BBS dan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang handal dalam bidang masing-masing. Dari itu semua otomatis angka kemiskinan dan pengangguran menurun, dengan demikian masa depan anak dan pemuda Aceh semakin cerah. Aman dari segala kriminalitas dan tindakan anarkis, eksploitasi, trafficking, dan diskriminasi terhadap anak, serta tidak ada perkawinan usia dini dan juga AYLA. Kondisi ini merupakan dampak dari keberhasilan kita bersama dalam membangun dan menjaga Bumi Serambi Mekkah. Generasi anak dan pemuda yang terhindar dari ancaman narkoba dan seks bebas juga sukses di pelihara. Lingkungan alam dan kehidupan menjadi lestari dan asri, keaslian suku terjaga, dan budaya serta tradisi nilai-nilai masyarakat tidak musnah juga harus kita pertahankan. Memajukan lagi daerah kita ini semaju mungkin dengan ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki. Pertahankan itu semua, karena itu menjadi cerminan bagi daerah-daerah lainnya yang sedang bangkit dari keterpurukan.
Mainstreaming Partisipasi Anak Dalam Pembanguna Perdamaian Pandangan Kelompok Anak dan Kaum Muda untuk Mengkonstruksikan Skenario Masa Depan Atjeh
11