UNIVERSITAS INDONESIA
SIMBOLISME SHINBUTSU SHŪGŌ DALAM BONEKA DARUMA
MAKALAH NON SEMINAR
Oleh:
Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar 0906491383
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI 2014 1
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
2
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
3
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
SIMBOLISME SHINBUTSU SHŪGŌ DALAM BONEKA DARUMA Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, Etty Nurhayati Anwar Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Jepang sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia Timur memiliki kebudayaan dan tradisi kuat mempertahankan nilai-nilai tradisional, terutama pemaknaan terhadap Shinto dan Buddha yang diwujudkan dalam karya seni. Perpaduan Shinto dan Buddha (shinbutsu shūgō) mulai berkembang di Jepang pada zaman Heian (781-1191) tecermin dalam boneka Daruma. Model boneka Daruma merupakan salah satu perwujudan dari pendeta Bodhidharma yang sedang melakukan posisi meditasi. Kepercayaan terhadap Daruma merupakan perwujudan dari perpaduan Shinto dan Buddha. Daruma sebagai simbol keberuntungan dan simbol kesuksesan. Daruma dianggap benda yang bersifat magis. Daruma bukan sebagai benda pemujaan, akan tetapi lambang (simbol) yang memiliki simbolisme Shinto dan Buddha. Kata kunci: Bodhidharma; Daruma; Shinbutsu shūgō; Simbolisme
SHINBUTSU SHŪGŌ SYMBOLISM IN DARUMA DOLL Abstract Japan as one of the the progress countries in East Asia with strong tradition of maintaining the culture and traditional values, especially against the Shinto and Buddhist meanings embodied in works of art. The combination of Shinto and Buddhism (shinbutsu shūgō) began in Japan on Heian period (781-1191) which its reflected in Daruma doll. Daruma doll is a model priest Bodhidharma who sitting in the meditation position. The faith of Daruma is combination of Shinto and Buddhist. Daruma as a lucky symbol and success symbol. The character of Daruma is attributed to magic. Daruma does not an objects of worship, but the emblem (symbol) for symbolism Shinto and Buddhist. Keywords: Bodhidharma; Daruma; Shinbutsu shūgō; Symbolism
Pengantar Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa lepas dari simbol, khususnya dalam kehidupan spiritual. Penciptaan simbol dalam kehidupan spiritual manusia menandakan adanya kepercayaan dan keyakinan terhadap sesuatu yang bersifat abstrak sekaligus wujud ekspresi terhadap kepercayaan pribadi terhadap yang didewakan. Daya imajinasi yang melampaui logika diungkapkan secara simbolis melalui berbagai perwujudan yang nyata, 4
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
namun di balik perwujudan bentuk tersimpan suatu keyakinan mendalam. Kenyataan memang berupa fakta-fakta, terkadang menyimpan makna psikis sebab fakta-fakta tersebut berupa simbol (Cassirer, 1994:23). Kata simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu symbolos atau symballo berarti suatu benda ingatan atau tanda pengingat. Simbol adalah semacam tanda yang mengandung maksud tertentu berupa objek, kejadian, bunyi bicara atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), simbol adalah lambang. Lambang bertujuan merepresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak. Penggunaan mengenai simbol dalam kehidupan dinamakan simbolisme. Berdasarkan kamus Webster (2008), simbolisme adalah representasi terhadap sesuatu atas penggunaan simbol, terutama lingkup seni dan literatur. Pemahaman terhadap makna dari simbol menunjukkan keyakinan seseorang. Jepang sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia Timur memiliki kebudayaan dan tradisi kuat mempertahankan nilai-nilai tradisional, khususnya kepercayaan terhadap sesuatu yang abstrak, yang bersifat supernatural, yaitu di luar akal manusia. Di Jepang kekuatan supernatural tersebut didasari Shinto yang dianut orang Jepang seperti kepercayaan yang bersifat animisme, antara lain kepercayaan terhadap arwah dan roh leluhur, khususnya dalam cerita-cerita mitologi yang dianggap memberikan dasar terhadap budaya spiritual orang Jepang. Kata Shinto berasal dari dua karakter huruf China, yaitu shin yang berarti kekuatan spiritual yang luar biasa, manusia luar biasa atau dewa seperti alam atau benda tertentu, serta do atau to yang berarti jalan atau ajaran (Joseph M. Kitagawa, 1987:139). Shinto telah menjadi pandangan hidup bagi orang Jepang. Shinto pun berkembang terkait pemujaan terhadap alam yang menganggap semua benda hidup dan benda mati memiliki jiwa dan kekuatan. Selain itu, dalam perkembangannya simbol-simbol keyakinan terhadap segala sesuatu yang hidup dan benda mati dimunculkan dalam bidang seni, misal burung bangau di Jepang sebagai simbol kemakmuran dan panjang umur. Simbolisme akan burung bangau diungkapkan melalui origami (seni melipat kertas) berbentuk burung bangau. Dalam hal ini burung bangau dianggap sebagai burung keagungan atau kemuliaan, di mana dapat dijadikan teman dalam kehidupan dan akan sangat setia kepada pendamping hidupnya (Meghan Krane, 2007). Kepercayaan terhadap burung bangau sebagai simbol kemakmuran dan panjang umur yang dimunculkan melalui origami berbentuk burung bangau merupakan pengaruh dari pemikiran Shinto. Begitu pula agama Buddha sebagai new religion (agama baru) dianggap sebagai sesuatu yang baru dan menarik yang mempunyai makna
5
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
simbolisme. Misalnya, penyebutan Bodhidharma sebagai tokoh penyebar agama Buddha di Jepang direpresentasikan dalam bentuk boneka Daruma. Penyebutan Daruma lebih merefleksikan budaya Jepang sesuai karakteristik perwujudan orang Jepang. Tanpa disadari, budaya Jepang telah terpengaruh Buddhisme yang menyebar melalui Korea sekitar abad ke-6. Orang Jepang yang bergelut dalam bidang seni pun memasukkan berbagai pemikiran Buddhisme kedalam karya-karyanya. Simbolisme merupakan pengekspresian gagasan tertentu. Oleh karena itu, Daruma merupakan salah satu hasil pengekspresian seni orang Jepang, selain seni lukisan, patung, ukiran, pahatan, dan sebagainya. Figur boneka Daruma ada yang mencerminkan pendeta Buddha laki-laki, tetapi ada juga boneka Daruma perempuan yang disebut ehime daruma atau princess daruma (Buddha Channel http://www.buddhachannel.tv/portail/, 2008). Simbolisme Bodhidharma dalam boneka Daruma yang merambah bidang seni digambarkan sebagai simbol akan sosok Bodhidharma yang bermeditasi untuk mencapai pencerahan. Simbolisme dalam boneka Daruma menunjukkan keyakinan orang Jepang terhadap berbagai pengharapan yang baik dalam kehidupan di dunia.
Gambar 1. Ehime Daruma atau princess Daruma (sumber: Daruma Dolls-Okiagari Koboshi—Offer for New Year a Daruma Doll! diambil 16 Januari 2014 dari http://www.buddhachannel.tv/portail/)
6
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
Bagi orang Jepang, boneka Daruma sebagai simbol yang biasanya digunakan untuk pemberian hadiah ulang tahun dan perayaan tahun baru. Perayaan boneka Daruma diselenggarakan pada bulan Februari yang digelar di Daruma Hall (Aula Daruma). Setiap perayaan tahun baru orang Jepang melakukan ritual di kuil-kuil Buddha, kemudian membeli Daruma yang dijual di kuil tersebut. Boneka Daruma dipercayai sebagai simbol pengharapan dan kesuksesan sepanjang tahun bagi orang Jepang. Daruma berasal dari kata Dharma yang berarti kebaikan. Hal tersebut menjadi tanda pengingat akan ajaran Buddha untuk menanamkan ajaran-ajaran kebaikan dalam kehidupan. Pada awalnya, Daruma diekspresikan dalam bentuk karikatur kartun pada abad ke-15 (H. Neil McFarland. 1987). Daruma mengajarkan nilai-nilai humanis berupa kebaikan dan kelembutan, serta nilai riil dalam berbagai perspektif kehidupan. Daruma sebagai representasi praktik dan pengalaman; ketekunan dan kegembiraan; dan hadir secara luar biasa dalam kehidupan orang Jepang dengan pencitraan yang baik, penyokong bidang seni, objek dari humor yang baik, dan menjadi bagian dari permainan anak-anak. Nilai-nilai kebaikan dalam figur boneka Daruma ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Ada berbagai macam bentuk boneka Daruma yang tanpa lengan dan tanpa kaki dikenal dengan nama okiagari 起き上がりatau okiagari koboshi 起き上がり小法師 berupa Tumbler Doll. Daruma memiliki bobot yang berat di bagian bawahnya. Bobot berat di bagian bawah menggambarkan posisi meditasi Bodhidharma dengan cara duduk bersila. Ketika boneka Daruma digulingkan, jatuh, atau disenggol, maka akan langsung kembali ke posisinya semula. Bentuk boneka Daruma yang tanpa lengan dan tanpa kaki merupakan gaya Bodhidharma saat melakukan meditasi (zazen). Daruma dengan mata yang membelalak atau tanpa mata, jenggot yang tebal, hidung yang menonjol, dan roman muka yang terlihat bengis begitu menarik perhatian dan menyolok mata. Fungsi Daruma dapat dikatakan sebagai ikon, objek seni, jimat, mainan, dekorasi maupun hasil karya yang baru berupa kombinasi (H. Neil McFarland, 1987:11). Kombinasi-kombinasi yang ditunjukkan berupa makna figur dan kepercayaan terhadap Daruma. Sebagaimana
telah
diungkapkan
di
atas,
pemaknaan
terhadap
Daruma
mengidentifikasikan adanya perpaduan Shinto dan Buddha. Perpaduan Shinto dan Buddha dinamakan shinbutsu shūgō 神仏習合, suatu pemikiran yang berkembang pada zaman Heian (781-1191). Menurut Ishida Ichiro, shinbutsu shūgō menunjuk pada persentuhan, perpaduan pemikiran pemujaan kami (dewa) yang ada sejak zaman kuno, yang merupakan kepercayaan asli setempat, dengan pemikiran Buddha yang masuk ke Jepang melalui negara yang lebih 7
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
dahulu maju seperti China dan Korea. Shinbutsu shūgō dikembangkan kedua tokoh aliran Buddha Jepang, yaitu Saicho (aliran Tendai) dan Kukai (aliran Shingon). Berdasarkan Joseph M. Kitagawa dalam buku On Understanding Japanese Religion, Saicho dan Kukai memadukan ajaran Buddha dengan pemujaan kami dalam konsep honjishuijaku yang berarti hotoke (dewa Buddha) merupakan perwujudan dari kami (dewa Shinto) dan kami (dewa Shinto) merupakan perwujudan hotoke (dewa Buddha). Saicho yang mengembangkan aliran Buddha Jepang Tendai mempelajari ajaran mikkyou di China, yang mempunyai pengertian ajaran rahasia, lebih dikenal dengan sebutan himitsu bukkyou atau Buddha yang bersifat rahasia. Dalam aliran Tendai terdapat aliran Tiantai yang berfokus pada meditasi. Perkembangan pesat aliran Buddha Jepang Tendai ini menjadi cikal bakal lahirnya istilah kokka bukkkyou (agama Buddha negara) di Jepang. Daruma dianggap perwujudan Bodhidharma yang berkaitan dengan Shinto yang menitikberatkan pada kepercayaan terhadap semua benda mati dan benda hidup. Daruma mendeskripsikan simbol kesuksesan dan simbol keberuntungan, dan penanaman nilai-nilai kebaikan Buddha terwujud dalam boneka Daruma. Oleh karena itu, boneka Daruma dapat dikatakan hasil akulturasi Shinto dan Buddha yang mempunyai pemaknaan simbolisme pada bentuk fisiknya. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan jurnal ilmiah ini adalah metode deskriptif analisis yang memberi penjelasan tentang keterangan pada data. Data-data dihimpun melalui buku, artikel, dan jurnal sebagai bahan referensi. Pengumpulan data dengan studi kepustakaan yang menjadi fokus utama adalah simbolisme dalam boneka Daruma. Pemaknaan terhadap bentuk tubuh dan warna pada Daruma begitu sarat akan makna. Daftar referensi yang menjadi acuan utama dalam jurnal ilmiah ini tentang simbolisme, agama Buddha, dan boneka Daruma. Media internet menjadi pelengkap dan pendukung pengumpulan data yang diperlukan terkait topik boneka Daruma. Data-data yang telah dibaca, dipahami, diklasifikasi, dianalisis, lalu dituangkan dalam tulisan sesuai permasalahan yang ada, yaitu simbolisme shinbutsu shūgō dalam boneka Daruma. Legenda Daruma Legenda Daruma termasuk unik dan menarik. Dalam buku We Japanese karya Frederic de Garis dan Atsuharu Sakai ada dua pendapat yang mengungkapkan asal usul 8
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
Bodhidharma yang menjadi model perwujudan dalam bentuk Daruma. Pertama, Bodhidharma merupakan putra ketiga dari Raja Cochin di India. Ia belajar Buddhisme selama empat puluh tahun dari seorang pendeta Buddha bernama Prejnatara, kemudian berkunjung ke China pada tahun 520 dan bertemu Kaisar Wu dari Dinasti Liang. Meditasi yang dilakukan Bodhidharma di Kuil Shaolin (Shorinji) melahirkan sebuah ajaran Dhyana, yaitu metode penenangan diri tubuh dan pikiran melalui meditasi. Dhyana inilah yang dikenal di Jepang dengan sebutan Zen. Kedua, menurut Dr. Junjiro Takakusu, seorang ahli Buddhisme menegaskan Daruma bukan merepresentasikan Bodhidharma yang berasal dari putra ketiga Raja Cochin, tetapi representasi dari Pendeta Dhyana-bhara yang dikenal dengan sebutan Sunyadsya atau di Jepang dikenal dengan Pendeta Shikuh. Ia adalah putra dari Raja Makada, India lalu pergi ke Tibet, China, dan Korea. Ada pandangan lain yang mengemukakan bahwa ajaran agama Buddha pertama kali masuk dan menyebar di India, kemudian agama Buddha masuk China lalu ke Jepang melalui Korea sekitar abad ke-6. Ajaran Buddha yang masuk ke Jepang adalah aliran Mahayana. Dari ajaran Buddha Mahayana lahir salah satu aliran Buddha, yaitu Zen Buddhisme. Diana dan Richard St. Ruth dalam buku The Simple Guide to Zen Buddhism mengemukakan Bodhidharma masuk ke China melalui India. Ia bertemu Kaisar Wu, pendiri Dinasti Liang sekaligus penganut Buddhisme. Selama berkunjung di China, Bodhidharma tinggal di Cina tepatnya di Kuil Shaolin yang berlokasi di sebelah timur Luo-yang, Provinsi He-nan. Berdasarkan dokumen sejarah Cina, Bodhidharma adalah anak ketiga dari raja India bagian selatan. Bodhidharma melakukan meditasi selama sembilan tahun di Gunung Suuzan, Kuil Shaolin Berdasarkan Takasaki Daruma dalam Japam Atlas, Zen (禅) merupakan salah satu bentuk Buddhisme yang lebih populer dikenal luas di dunia. Zen diperkenalkan di Jepang pada awal periode Kamakura (1185-1333). Zen Buddhisme mengajarkan bentuk ajaran secara lembut dan halus. Figur Daruma dalam bentuk boneka sebagai tanda pengingat atau simbol akan Bodhidharma yang tengah melakukan meditasi untuk mencapai pencerahan. Gaya meditasi (zazen) Bodhidharma dengan cara duduk bersila dan menutup mata, lalu mengumpulkan energi dari alam dan membangunnya di dalam hara (perut) yang merupakan pusat konsentrasi sesungguhnya dalam meditasi. Fokus konsentrasi melalui meditasi bertujuan mencapai pencerahan, Buddhahood. Nyogen Senzaki dan Ruth Strout McCandless dalam tulisan Notes on Meditation pada buku Buddhism and Zen mengemukakan: 9
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
Bodhidharma once said, “If you wish to see the Buddha, you must look into your own inner-nature; this nature is the Buddha himself… By thinking the Buddha, your meritorious deed will bear fruit…”
Terjemahan: Suatu ketika Bodhidharma berkata, “Jika kamu berharap melihat Buddha, kamu harus melihat ke dasar inti pribadi sendiri; sifat dasar ini adalah Buddha sendiri… Dengan memikirkan Buddha, kamu mengabdi atas perbuatan yang akan menghasilkan buah…”
Perkataan Bodhidharma di atas dapat disimpulkan bahwa pencerahan, Buddhahood dicapai melalui upaya kesabaran dan fokus pada konsentrasi. Pencerahan diperoleh atas niat pribadi menyatukan hati dan pikiran dengan persiapan sungguh-sungguh. Hal itu dilatarbelakangi Bodhidharma seringkali jatuh akibat kantuk saat bermeditasi. Sosok Bodhidharma dalam bermeditasi dimunculkan kedalam seni oleh para seniman Jepang, salah satunya bentuk boneka Daruma dikenal dengan sebutan Daruma Daishi atau Daruma san. Japan Atlas memaparkan boneka Daruma dibuat pertama kali di kota Takasaki, tepatnya di Kuil Shorinzan pada akhir abad ke-17 untuk meringankan kehidupan para petani yang menderita kelaparan. Ini merupakan jalan keluar atau ide untuk melepaskan keadaan dari derita kelaparan dengan cara menyuruh para petani membuat boneka-boneka dari kertas minyak untuk memperoleh penghasilan tambahan. Orang yang pertama kali membuat Daruma adalah seorang biksu yang bernama Shinetsu. Shinetsu juga mendirikan Kuil Daruma di Takasaki, Perfektur Gunma, Jepang pada tahun 1697. Sejak saat itu, produksi boneka Daruma dari kota Takasaki kian populer di pasaran. Pada umumnya figur Daruma dibentuk tanpa mata, tanpa kedua lengan, tanpa kaki, serta berbentuk bulat dengan bobot lebih berat pada bagian bawahnya.
Daruma sebagai Simbol Simbolisme dalam boneka Daruma diwujudkan melalui pemaknaan Daruma yang diyakini. Bagi orang Jepang, simbol Daruma mencerminkan keberuntungan yang diaplikasikan terhadap kesuksesan sebagai objek keberuntungan (engi mono 縁起物) dan bersifat magic (gaib) atau ekspektasi religius. Okiagari Daruma termasuk contoh daruma 10
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
sebagai dewa keberuntungan (engi no kami). Okiagari Daruma dianggap memiliki kekuatan supernatural (kekuatan gaib). Misal, melindungi anak-anak dari sakit, khususnya dari rasa takut akan cacar.
Gambar 2. Boneka Daruma di Kuil Daruma, Takasaki, Perfektur Gunma, Jepang (sumber: Buddha Channel diambil 12 Januari 2014 dari http://www.buddhachannel.tv/portail/)
Pada awalnya, Daruma digunakan para petani untuk mempertinggi harga tanah milik mereka melalui doa-doa dan ritual lain yang dipanjatkan dengan harapan hasil panen yang berlimpah. Figur Daruma mulai berkembang dalam segi kehidupan lain seiring berjalannya waktu, antara lain pada saat pernikahan, kelahiran bayi, kesembuhan sakit, jimat ujian sekolah, pengharapan yang baik bagi perusahaan, keamanan mengemudi, keamanan pekerjaan industri, kelancaran bisnis, serta pemilihan politik, dan lain-lain. Pemaknaan orang Jepang terhadap figur boneka Daruma berbagai macam, baik terhadap bentuk tubuh, mata, serta figur Daruma yang tidak memiliki tangan dan tidak memiliki kaki berbeda-beda tergantung pemahaman dan keyakinan masing-masing. Bentuk boneka Daruma yang bulat dan berat di bagian bawah diciptakan sebagai penopang dapat menjadi kokoh sehingga mampu mengembalikan posisi boneka Daruma tatkala digulingkan, 11
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
dijatuhkan ataupun disenggol. Pembuatan bagian bawah boneka Daruma yang lebih berat merupakan simbol Budhidharma tidak pantang menyerah atas dedikasi selama sembilan tahun lamanya untuk meditasi. Hal tersebut pada awalnya dimaksudkan oleh si pencipta boneka Daruma agar setiap individu tidak pantang menyerah dalam menjalani kehidupan. Menurut H. Neil McFarland dalam buku Daruma, The Founder of Zen in Japanese Art and Popular Culture, kebulatan tekad yang terkandung dalam boneka Daruma ditandai dengan peribahasa, nana korobi ya oki 七転びやおきyang berarti tujuh kali jatuh, delapan kali bangkit. Kehidupan yang penuh perjuangan berupa tantangan dan hambatan harus dihadapi dengan semangat dan daya tahan pribadi yang kuat. Kesuksesan yang dicapai secara maksimal membutuhkan tekad, niat, dan usaha yang besar. Ajaran kebulatan tekad menekankan setiap individu harus bangkit lagi dan terus mencoba berbagai upaya agar memperoleh kesuksesan dan hasil yang baik mengutamakan nilai kebaikan agar tidak mudah menyerah dapat membentuk kepribadian seseorang yang kuat dan tahan mental. Peribahasa tersebut mempertimbangkan dengan hati-hati pembuatan figur boneka Daruma (okiagari Daruma) sebagai simbol kehidupan yang kontras dalam mengarungi kehidupan ini. Kehidupan seseorang yang jatuh dan bangun; sukses dan gagal; serta kedudukan individu di atas dan di bawah. Tidak selamanya manusia hidup di atas dengan kedudukan tinggi, ada waktunya ketika manusia tidak merasakan kedudukan tinggi tersebut. Bentuk tubuh boneka Daruma juga mengandung nilai-nilai keseimbangan yang terletak pada pusat tubuh. Keunggulan meditasi yang luar biasa bahwa konsentrasi terbentuk melalui pusat tubuh dengan kekuatan diri sendiri. Selain itu, boneka Daruma mengandung nilai keseimbangan dan ketahanan daya Budhidharma dalam bemeditasi. Keseimbangan menahan jatuh ataupun dijatuhkan, lalu kembali pada posisi semula dengan cepat. Boneka Daruma dikenal sebagai boneka dengan gambar lelaki tua yang tidak pernah jatuh, istilah dalam bahasa Jepang, yaitu futo-o. Warna dan figur boneka Daruma menyimbolkan kemuliaan akan usia tua dan harapan hidup panjang. Karakteristik dua simbol dalam boneka Daruma berasal dari nilai-nilai China. Mata boneka Daruma ada yang memiliki mata dan tidak memiliki mata. Daruma yang memiliki mata terbagi atas kedua mata berbentuk sempurna (bulatan hitam sepenuhnya pada bola mata) dan hanya bola mata kiri yang terbentuk, sedangkan mata kanan berupa garis lingkaran hitam dengan warna putih pada bola matanya. Perbedaan lukisan pada bola mata Daruma yang tanpa mata dan memiliki mata dikenal dengan istilah me-nashi 目無しdan meire 目入れ. Lukisan dan gambar boneka Daruma yang memiliki mata mengandung nilai 12
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
harapan atau doa kepada setiap individu. Boneka Daruma yang biasanya dijual berupa tanpa mata untuk memberikan kesempatan bagi pembeli melukis bola mata sesuai pengharapan masing-masing.
Gambar 3. Boneka Daruma dalam berbagai ukuran dengan bentuk tanpa mata dan memiliki mata yang membelalak (sumber: Daruma information diambil 9 September 2013 dari PDF File)
Gambar 4. Daruma dengan bola mata kiri (sumber: Daruma Doll diambil 16 Januari 2014 dari http://www.google.com/)
13
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
Ukuran bola mata Daruma yang dilukis menandakan kemakmuran dan harapan akan hidup. Daruma yang memiliki bola mata merupakan adaptasi tata cara tradisional Buddha yang dikenal dengan sebutan kaigen kuyou 開眼供養 , tata cara Buddha dengan mata terbuka sebagai pandangan baru Buddha yang suci. Namun, seiring zaman yang berubah, para seniman telah mengubah karakteristik boneka Daruma dengan tidak membuat bola mata. Mereka memandang hormat sebagai suatu simbol yang mempunyai kekuatan mistik dalam membuat Daruma. Daruma yang tidak memiliki bola mata mengandung nilai-nilai Buddha yang direpresentasikan dari Bodhidharma saat melakukan meditasi selama sembilan tahun di Gunung Suuzan, Kuil Shourinji (Shaolin). Ia tidak dapat menahan kantuk sehingga jatuh berkali-kali. Konsentrasi bermeditasi yang terganggu menyebabkan ia memotong kelopak matanya. Kedua kelopak mata yang dipotong mengandung nilai Bodhidharma yang menggunakan mata batin untuk mencapai pencerahan secara sempurna. Ciri fisik boneka Daruma yang tidak memiliki tangan dan kaki merupakan representasi Bodhidharma saat melakukan meditasi selama sembilan tahun lamanya. Praktik meditasi Bodhidharma yang disebut zazen (gaya meditasi) dengan duduk bersila menyebabkan lengan dan kakinya tidak dapat berfungsi selamanya. Gaya tersebut untuk memperoleh pencerahan dengan semangat tidak menyerah dan tidak berkeluh kesah.
Gambar 5. Daruma yang tidak memiliki bola mata, tidak memiliki tangan, dan kaki (sumber: Daruma diambil 12 Januari 2014 dari http://www.oberlin.edu/)
Warna boneka Daruma yang mencolok mata dengan warna hitam, putih, merah, hijau, dan biru, yang dikenal dengan sebutan go-shiki 五色 (lima warna). Kelima warna boneka Daruma memberikan kesan bermakna yang dikaitkan dalam filosofi Buddha. Filosofi tersebut ditunjukkan bahwa kelima warna tersebut merupakan simbol akan pemberian lima warna 14
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
sutra yang diserahkan kepada dewa-dewa Shinto dan mewakilkan lima warna dasar yang dicelupkan pada sutra. Bagi orang Jepang, Daruma memiliki keistimewaan karakter, antara lain karakter yang mencerminkan disiplin, ketekunan, kerajinan, dan loyalitas. Warna merah pada boneka Daruma bertujuan memberikan ketenangan kepada anak-anak akan penyakit cacar oleh dewa cacar (hoosou no kami). Warna merah juga memiliki kemampuan kekuatan gaib untuk menghilangkan penyakit cacar. Warna merah termasuk warna favorit anak-anak. Selain itu, boneka Daruma berwarna hitam bermakna keuntungan dalam perniagaan dan menjauhkan dari roh-roh jahat; warna putih melambangkan keberkatan dan kemenangan; warna hijau melambangkan kesehatan (panjang umur); serta warna biru sebagai lambang kesuksesan.
Gambar 6. Go-shiki Daruma (lima warna Daruma) meliputi warna hitam, putih, merah, biru, dan hijau (sumber: Daruma Japanya dan Daruma Green diambil 16 Januari 2014 dari http://www.japanya.co.uk/ dan http://www.amazon.com/ )
Penutup Daruma sebagai simbol memiliki makna ajaran kebaikan bagi orang Jepang. Simbolisme tersebut salah satunya terwujud dalam boneka Daruma. Daruma yang berasal dari kata Dharma berarti kebaikan dibuat berdasarkan ciri-ciri fisik Bodhidharma, pendeta pembawa dan penyebar agama Buddha di Jepang. Simbolisme pada boneka Daruma merupakan kepercayaan dan keyakinan orang Jepang terhadap pemaknaan bentuk dan ciri-ciri fisik Daruma. Bentuk Daruma yang merefleksikan pendeta Bodhidharma menjadi sebuah tanda pengingat (simbol) terhadap Bodhidharma yang tengah bermeditasi untuk mencapai pencerahan. Melalui meditasi lahir Zen Buddhisme yang mengajarkan ketenangan diri serta penyatuan pikiran dan hati telah mempengaruhi kehidupan orang Jepang. Perwujudan terhadap ajaran Dharma dimasukkan kedalam bidang seni, yaitu pembuatan boneka Daruma. Pertama kali Daruma diciptakan oleh Shinetsu, seorang biksu yang juga mendirikan Kuil 15
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
Daruma di Takasaki, Perfektur Gunma, Jepang pada tahun 1697. Shinetsu menghasilkan pemikiran orang Jepang yang tidak ada di negara lain. Dalam arti hal ini termasuk ciri khas dari orang Jepang, yaitu Shinetsu berhasil menciptakan boneka Daruma yang merupakan perwujudan dari perpaduan Shinto dan Buddha. Perpaduan Shinto dan Buddha ini dinamakan shinbutsu shūgō. Melalui boneka Daruma tecermin karakteristik kehidupan orang Jepang sehari-hari yang memiliki keyakinan terhadap daya magis dari Daruma. Daruma dianggap sebagai benda yang bersifat magis dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan spiritual orang Jepang. Pemaknaan atau simbolisme shinbutsu shūgō dalam boneka Daruma, antara lain sebagai simbol pengharapan, pemberi semangat, serta simbol pembawa keberuntungan melekat kuat dalam pemikiran orang Jepang. Hal tersebut ditandai dengan Daruma yang dibuat para seniman Jepang tidak memiliki mata, kemudian orang Jepang yang membeli Daruma melukiskan bola mata hitam. Bola mata hitam yang dilukis sendiri oleh pembeli mengungkapkan berbagai harapan yang positif dalam pencapaian kehidupan yang sukses. Perwujudan Daruma dari perpaduan Shinto dan Buddha mengungkapkan sifat orang Jepang yang tidak mudah menyerah dan berusaha untuk terus bergerak maju meraih keberhasilan dalam kehidupan yang dijalani. Simbolisme tersebut dapat dilihat dari dari bentuk badan boneka Daruma yang bulat dan berat di bagian bawah yang dimaknai sebagai pemberi semangat dan pantang menyerah atas tantangan-tantangan dalam kehidupan bagi pemilik Daruma. Keseimbangan dalam kehidupan perlu dijaga dan harus dihadapi dengan jiwa yang kuat.
Daftar Acuan Buku Anesaki, Masaharu. (1930). History of Japanese Religion with Special Reference to The Social and Moral Life of The Nation. London: Kegan Paul, Trench and Trubner. Conze, Edward. (1951). Buddhism, Its Essence and Development. New York: Philosophical Library. Dayal, Har. (1932). The Bodhisattva Doctrine in Buddhist Sanskrit Literature. London: Motital Banarsadass. De Bary, William Theodore (ed.).(1972). The Buddhist Tradition In India, China and Japan. New York: Vintage Books.
16
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
De Garis, Frederic dan Atsuharu Sakai. (2002). We Japanese, The Customs, Manners, Ceremonies, Festivals, Arts and Crafts of Japan. Routledge: New York. Eliot, Sir Charles. (1935). Japanese Buddhism. London: Arnold. Humphreys, C. (1957). Zen Buddhism. London: Allen and Unwin. Imaizumi, Jitsuhei. (1982). Nihon no Daruma. Tokyo: Takuma Shoten. Introduction to Zen Buddhism. (1934). Eastern Buddhist Society. Kyoto. Kitagawa, Joseph M. (1987). On Understanding Japanese Religion. Manual of Zen Buddhism, D.T Suzuki, Grove Press, 1960. McFarland, H Neill. (1987). Daruma, The Founder of Zen in Japanese Art and Popular Culture. Tokyo dan New York: Kodansha International. Nyogen Senzaki and Paul Reps. 101 Zen Stories. David McKay Company, Philadelphia. Ruth, Diana dan Richard St (ed.). (1998). The Simple Guide to Zen Buddhism. England: Global Books LTD. Saunders, E. Dale. (1964). Buddhism in Japan, With an Outline of Its Origins in India. Philadelphia: University of Pennsylvania Press. Senzaki, Nyogen dan Ruth Strout McCandless. (1953). Buddhism and Zen. New York: Philosphical Library. The Zen Teaching of Bodhidharma, Red Pine (trans.), North Point Press, 1989. Takakasu, Junjiro. (1947). The Essentials of Buddhist Philosophy. Honolulu: University of Hawaii Press. Thomas, Edward J. (1956). The Life of Buddha as Legend and History. London: Routledge and Kegan Paul.
Kamus Pusat Bahasa. (Ed IV). (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Susilawati, Daru dan Lyndon Saputra. (2008). Webster’s Kamus Lengkap Inggris-Indonesia: Indonesia-Inggris. Karisma Publishing Group.
Artikel Online Buddha Channel. (2008). Daruma Dolls-Okiagari Koboshi—Offer for New Year a Daruma Doll! Diambil 12 Januari 2014 dari http://www.buddhachannel.tv/portail/
17
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014
Buddhist Temple Jin De Yuan Jakarta. (2013). Tat Mo Cu Su, Patriach Bodhi Dharma. Diambil 12 Januari 2014 dari http://jindeyuan.org/ Daruma Green. Diambil 16 Januari 2014 dari http://www.amazon.com/ Daruma Japanya. Diambil 16 Januari 2014 dari http://www.japanya.co.uk/ Dhammacitta.
(2010).
Jubah
Para
Bhikkhu/ni.
Diambil
12
Januari
2014
dari
http://dhammacitta.org/ Heian Periods. Diambil 12 Januari 2014 dari http://www.onmarkproductions.com/html/earlyjapanese-buddhism.html _______________ Shintō Guidebook, Shintōism & Shintō Statuary, Native Animistic Religion of Japan. Diambil 12 Januari 2014 dari http://www.onmarkproductions.com/html/shinto.shtml Pusdiklat Buddhis Bodhidharma. (2013). Bodhidharma (Ta Mo Chu Tse; Daruma Daishi). Diambil 12 Januari 2014 dari http://www.bodhidharma.or.id/ Schumacher, Mark. Early Japanese Buddhism, Spread of Buddhism in Asuka, Nara, and Surya
Mandiri.
(2010).
Daruma.
Diambil
12
Januari
2014
dari
http://www.suryamandiri.com/daruma.html The Editors of Encyclopaedia Britannica. Shinbutsu shūgō. Diambil 12 Januari 2014 dari http://global.britannica.com/
Dokumen dari Database Allen Memorial Art Museum. (2005). Daruma Dolls. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Aranha, Joseph. (2011). Bodhidharma from Myth to Reality. Dari seminar internasional Contributions of Tamils to The Composite Culture of Asia di Chennai, India. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Pine, Red (trans). (1987). The Zen Teachings of Bodhidharma. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Tsutomu Kambe. (2008). Bodhidharma, A Collection of Stories from Chinese Literature. Tokyo, Jepang. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Wilson, Wendell E. (2010). Biography Bodhidharma. Dalam Essays on Martial Arts diambil pada 2 September 2013 dari PDF File.
18
Simbolisme Shinbutsu ..., Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, FIB UI, 2014