Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
EFIKASI EKSTRAK TANAMAN TEMBAKAU, SRIKAYA DAN MIMBA TERHADAP CAPLAK BOOPHIL US MICROPL US SECARA IN VITRO (In Vitro Study of Tobacco Leaves, Sugar Apple and Neem on Tick, Boophilus Microplus) J. MANURUNG
dan BERIAJAYA
Balai Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata 30, Bogor 16114
ABSTRACT The purpose of this trial is to determine the efficacy of tobacco leaves (Nicotiana virginia), seed of sugar apple (Annona squamosa) and neem (Melia azadirachta); and a mixture ofthem against tick, Boophilus microplus, in vitro . Three hundred sixty nymph and three hundred sixty engorged ticks were divided into 12 groups with replication 3 times of 10 ticks respectively fold in filter paper and exposed for 15 minutes with tobacco leaves or seed of sugar apple or seed of neem; or a mixture of them. Asuntol or distilled water serves as control groups. The results showed that the mortality rate in tobacco leaves (20%, 30% and 40%) and seed ofneem (40%,50% and 60%) was higher in nymph (57%,46 .7% and 42%) and (27%,47% and 37%) compared to engorged ticks (7%, 0 % and 20%) and (20.9%, 0% and 0%) respectively . In contrast with seed of sugar apple (40%, 50% and 60%), mortality rate was higher in engorged (91 .8%, 23% and 30%) than nymph ticks (43 .6%, 42% and 42%). Fecundity of engorged ticks was firstly affected by seed of sugar apple (84 .5% ; 78.5% and 84.5%), secondly by seed of neem (14 .5%, 14.5% and 0%) and thirdly by tobacco leaves (0%, 17.5% and 19.5%) . A mixture of 20% tobacco leave, 40% sugar apple and 40% neem, mortality rate of nymph (47%) was higher than engorged ticks (25%) . Effect of a mixture on fecundity was 54.5% . Effect of coumaphos (asuntol) 0.4% on mortality rate of nymph (46.2%), mortallity rate of engorged ticks (9 .5%) and fecundity was 43.5% . Further trial is needed to determine the dose rate of tobacco leave, sugar apple, neem and their mixture in vivo study if the concentration of solution is decreased to meet cheaper material . Key words : Nicotiana virginia, Annona squamosa, Melia azadirachia, Boophilus microplus, tick PENDAHULUAN Caplak Boophilus microplus adalah caplak yang menyerang sapi, kambing, domba, anjing, kuda, rusa, babi (ANASTOS, 1950), tikus dan kanguru (ROBERTS, 1970). Di Indonesia menjadi masalah pada temak sapi padang khususnya di Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumbawa dan Timor (SIGIT et al., 1983). Khusus di Balai Penelitian Veteriner, pada bulan Mei 1999 menyerang 10 ekor Sapi Bali asal Lampung . Caplak ini mengganggu hewan karena menghisap darah, merusak kulit, menimbulkan kegatalan dan dapat bertindak sebagai vektor berbagai penyakit virus, bakteri, protozoa, riketsia (SEDDON, 1967) dan larvanya dapat menyerang manusia (SENADKIRA, 1969) . Boophilus microplus adalah caplak berumah satu yaitu mulai dari stadium larva, nimpa dan dewasa, hidup pada satu ekor hewan. Seekor caplak betina dapat menghasilkan telur sebanyak 2000 butir dan akan menetas menjadi larva, nimpa dan dewasa (BERIAJAYA, 1982). Selama stadium perkembangan setiap caplak menghisap darah sampai setengah mililiter dan apabila
346
populasi caplak pada sapi mencapai 6.000-10.000 ekor, maka dapat membunuh sapi dewasa (BARNETT, 1968) . Umumnya usaha untuk mengatasi dengan menggunakan insektida seperti Asuntol atau Neguvon (DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN, 1982) atau dengan sistem rotasi padang penggembalaan . Oleh karena harga insektida cukup mahal dan sistem rotasi sulit dilakukan di Indonesia, maka perlu dicari alternatif lain seperti obat dari ekstrak tanaman. Obat altematif seperti larutan campuran dari 10 gr garam dapur dengan 250 ml minyak kelapa, larutan campuran 10 gr bubuk kamper dengan 100 ml minyak kelapa, larutan campuran 50 ml minyak kelapa dengan 100 g sulfur dan 50 g kunyit dapat digunakan untuk prmberantasan . Selain itu, campuran dari 1 kg biji srikaya (Annona squamosa) dengan 1 kg biji mimba (Melia azadirachta indica), 200 gr daun tembakau kering dengan 2 liter air serta campuran 300 gr dengan 1 liter air, telah dilaporkan dapat mengendalikan caplak di Thailand, Srilangka, Philipina dan Cambodia (IIRP, 1994) . Tanaman tembakau, srikaya dan mimba banyak terdapat di Indonesia dan saat ini belum dimanfaatkan secara optimal . Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
untuk mengetahui efikasi ekstrak daun tembakau, biji srikaya dan biji mimba terhadap caplak Boophilus microplus secara in vitro . METODOLOGI Ekstrak tanaman Tiga jenis tanaman yang digunakan yaitu daun tembakau (Tobacco virginia), biji srikaya (Annona sguamoza) dan biji mimba (Melia azadirachta). Daun tembakau jenis Virginia (Wonosobo), biji srikaya (Yogyakarta) dan biji mimba (Situbondo) dikeringkan dan kemudian ditumbuk dengan lumpang agar menjadi serbuk . Caplak Boophilus microplus yang akan digunakan (stadium nimpa dan dewasa) didapatkan dari koleksi sekali dalam seminggu selama bulan September, Oktober dan November 2001 dari sapi PO di Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat . Uji in vitro Uji in vitro dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner mengikuti prosedur yang dilakukan oleh BAGHERWAL (1999). Tiga ratus enam puluh caplak stadium nimpa dan tiga ratus enam puluh caplak stadium dewasa yang telah 3 hari diambil dari sapi PO di Surade Sukabumi dibagi dalam 12 kelompok dengan tiga ulangan masingmasing berisi 10 caplak ditempatkan dalam kertas saring yang dibasahi dengan larutan perlakuan . Kertas saring kemudian dilipat dan dibiarkan selama 15 menit. Larutan yang digunakan (setelah dibiarkan 24 jam pada suhu kamar) adalah : 1 . Larutan daun tembakau a. 20% (20 gr serbuk dengan 100 ml aquades) b. 30% (30 gr serbuk dengan 100 ml aquades) c. 40% (40 gr serbuk dengan 100 ml aquades 2. Larutan biji srikaya a. 40% (40 gr serbuk dengan 100 ml aquades) b. 50% (50 gr serbuk dengan 100 ml aquades) c. 60% (60 gr serbuk dengan 100 ml aquades) 3. Larutan biji mimba a. 40% (40 gr serbuk dengan 100 ml aquades) b. 50% (50 gr serbuk dengan 100 ml aquades) c. 60% (60 gr serbuk dengan 100 ml aquades) 4. Larutan campuran serbuk daun tembakau kering 20 gr, serbuk biji srikaya 40 gr dan serbuk biji mimba 40 gr dengan 100 ml aquades . 5 . Aquades. 6. Larutan Asunto10 .4%.
Pengamatan Parameter yang diukur adalah persentase kematian caplak (stadium nimpa dan dewasa) dan persentase caplak dewasa yang tidak bertelur. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam sekali selama empat hari berturut-turut . HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan terhadap persentase kematian caplak stadium nimpa dapat dilihat pada Tabel 1 . Dari data terlihat bahwa efek serbuk daun tembakau 20%, 30% dan 40% dibandingkan dengan efek aquades terhadap persentase kematian nimpa adalah masing masing 57%, 46,7% dan 42%. Efek serbuk biji srikaya 40%, 50% dan 60% masing-masing adalah 43,6%, 42% dan 42%. Efek serbuk biji mimba 40%, 50% dan 60% adalah masing-masing 27%, 47% dan 37%. Efek campuran 20% serbuk daun tembakau, 40% serbuk biji srikaya dan 40% serbuk biji mimba adalah 47% dan efek asuntol 0,4% adalah 46,2% . Pengaruh perlakuan terhadap persentase kematian stadium caplak dewasa dapat terlihat pada Tabel 2 dan efek serbuk daun tembakau 20%, 30% dan 40% terhadap persentase caplak betina dewasa untuk tidak bertelur pada pengamatan selama 4 hari berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 3 . Efek serbuk daun tembakau 20%, 30% dan 40% terhadap persentase caplak betina dewasa untuk tidak bertelur adalah masing-masing 0%, 17,5% dan 19,5%. Efek serbuk biji srikaya 40%, 50% dan 60% masing-masing adalah 84,5%; 78,5% dan 84,5%. Efek serbuk biji mimba 40%, 50% dan 60% masing-masing adalah 14,5%; 14,5% dan 0%. Efek campuran daun tembakau 20%, niji srikaya 40% dan biji mimba 40% adalah 54,5%, sedangkan efek Asuntol 0,4% adalah 43,5% . Setelah memperhatikan kemampuan larutan daun tembakau kering maka untuk mengatasi caplak stadium nimpa dapat dipergunakan larutan serbuk daun tembakau kering 20%, 30% dan 40% dengan masingmasing daya bunuh 57%, 42% dan 42%. Olek karena daur hidup caplak terdiri dari caplak dewasa yang mengeluarkan telur, telur menetas menjadi larva dan nimpa kemudian menjadi dewasa lagi (SOULSBY, 1982) maka larutan yang efektif untuk mengatasi caplak adalah larutan 40%. Uap larutan daun tembakau khususnya kepekatan diatas 40% bila tercium membuat perut terasa mual dan harga daun tembakau cukup mahal yakni Rp 70.000,- serta untuk mendapatkan 0,8 kg daun tembakau kering diperlukan 10 kg daun tembakau basah (tembakau virginia dari Wonosobo) . Bila Rp 70.000,- dibelikan coumaphos (Asuntol) maka akan dapat membeli 54 gram Asuntol dan dapat memandikan 7 ekor sapi (kepekatan 0,4% per ekor sapi membutuhkan 2 liter larutan), sedang daun tembakau 347
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
0,8 kg ini hanya dapat memandikan 800 g/400 g x ''/z ekor = 1 ekor. Oleh karena itu kepekatan daun tembakau kering ini perlu ditinjau lagi karena menurut PRIJONO (1984) kepekatan yang dianjurkan adalah 5% (dapat memandikan 8 ekor sapi). Setelah dilakukan uji pendahuluan pada kepekatan pada kepekatan 5% daya bunuh terhadap nimpa adalah 41% sedangkan untuk Tabel 1. Persentase kematian caplak Jenis Larutan
Boophilus
microplus stadium nimpa setiap 12 jam sekali selama 4 hari
0
12
0
45
0
Daun tembakau 40%
Daun tembakau 20%
membunuh dewasa adalah 0% clan daya mencegah betina tidak bertelur adalah 0%. Hal ini terjadi karena nikotin yang ada pads tembakau bersifat akarisida (KARDINAN, 2000) . Khususnya pada caplak yang lapisan chitinnya tipis seperti caplak stadium larva dan nimpa (SASTRODIHARDJO, 1984) .
Persentase Kematian Nimpa pada Jam ke 24 36 48 60 72
84
96
87
94
100
66
83
90
74
78
59
59
78
84
0
30
60
59
59
62
Biji srikaya 40
0
70
80
21
28
85
85
srikaya 50
14
85
69
0
40
60
60
87
0
50
69
Biji srikaya 60
30
69
0
30
31
80
13
33
40
85
0
20
55
47
60
85
Biji mimba 50
3
80
85
0
70
75
Biji mimba 40
70
75
80
70
0
75
67
Biji mimba 60
75 70
90
47
60
67
75
75
75
90
0
45
90
Campuran 20% daun tembakau, 40% biji srikaya dan 40% mimba
35
73
87
90
80
80
90
90
Asuntol 0.4%
0
37
40
Aquades
0
73
80
3
3
13
17
83
83
83
27
30
89.2
43
43
Daun tembakau 30%
Biji
85
Tabel 2. Persentase kematian caplak Boophilus microplus stadium dewasa setiap 12 jam sekali selama 4 hari Jenis Larutan
Persentase Kematian Caplak Dewaa pada Jam ke
0
Daun tembakau 20% Daun tembakau 30%
12
24
36
0
2
48
60
72
5
96
0
5
84
0
2
0
7
5
5
0
0
Biji srikaya 40%
0
7 0
7
0
0
5
Daun tembakau 40%
0
0
24
56
5
5
5
80
20
0
71
10
0
0
17
92
92
92
0
0
0
25
17
20
23
92
2
25
25
23
0
25
23
0
5
7
7
30
0
5
25
0
0
7
7
21
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
7
12
12
12
0
0
12
12
0 25
Asuntol 0.4%
0
Aquades
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
10
10
0
0
0
Biji srikaya 50% Biji srikaya 60% Biji mimba 40% Biji mimba 50% Biji mimba 60% Campuran 20% daun tembakau, 40% biji srikaya dan 40% biji mimba
348
0
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Tabel 3. Persentase Caplak Dewasa Boophilus microplus yang tidak bertelur setiap 12 jam sekali selama 4 hari Jenis Larutan Daun tembakau 20% Daun tembakau 30% Daun tembakau 40% Biji srikaya 40% Biji srikaya 50% Biji srikaya 60% Biji mimba 40% Biji mimba 50% Biji mimba 60% Campuran 20% daun tembakau, 40% biji srikaya dan 40% biji mimba Asuntol 0.4% Aquades
Persentase Caplak Tidak Bertelur pada Jam ke
0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
12
Larutan serbuk biji srikaya yang paling berhasil membunuh caplak adalah kepekatan 40%. Oleh karena larutan serbuk biji srikaya 40% masih mahal yakni untuk mendapatkan 0,4 kg diperlukan 16,5 kg buah srikaya dengan biaya minnimal Rp 85.000. Biaya ini dapat digunakan untuk membeli cournaphos (Asuntol) 65 gram dan dapat digunakan untuk memandikan 8 ekor sapi (kepekatan 0,4% per ekor sapi memerlukan 2 liter larutan), sedangkan 0,4 kg serbuk biji srikaya hanya dapat memandikan 1/2 ekor sapi. Apabila uji in vitro ini dilanjutkan ke uji in vivo maka kepekatan serbuk biji srikaya 40% ini perlu diturunkan hingga 5% (PRIJONO, 1994) sehingga akan dapat memandikan 4 ekor sapi. Uji pendahuluan kepekatan 5% secara in vitro dapat membunuh 37,4% stadium nimpa, 55% stadium dewasa dan mencegah 48,8% caplak dewasa untuk tidak bertelur dimana efek ini mendekati efek Asuntol 0,4%. Efek untukcaplak dewasa tidak bertelur hanya berlangsung selama 7 hari karena pada hari ke 8 mulai bertelur . Kepekatan serbuk biji srikaya 40%, caplak dewasa akan betelur lagi sesudah 3 bulan maka untuk mengatasi ini perlu diberikan lagi larutan serbuk biji srikaya. Sesudah 7 hari atau menurut RANGNEKAR (1997) diberikan sekali dalam 2-3 hari. Disamping menurunkan kepekatan serbuk biji srikaya menjadi 5%, juga perlu dipikirkan kemungkinan menggunakan campuran daun, akar dan buah mentahnya (HEMBING et al., 1995). Diantara larutan serbuk biji mimba yang dapat dipergunakan adalah kepekatan 40% karena dapat membunuh nimpa 27%, membunuh dewasa 20,9% dan mencegah caplak betina dewasa tidak bertelur 14,5%. Akan tetapi bila dihubungkan dengan anjuran PRDONO (1994) agar ekonomis maka kepekatan paling tinggi
24
36
48
60
72
50
47
42
100 100 100 100 50 100
100 100 100 100 50
40
40
100 100 100
100 100 100
100
70
40 67
37
30
30
20
60
80 83 83 36
60
60 82 80 36
80
75 70 36
84 40 65
60
96 15 33 35
94
100 30 10
70
70
60
59
21
16
5% . Hasil uji pendahuluan dengan kepekatan 5% dapat membunuh stadium nimpa 2,4% ; membunuh dewasa 20% dan mencegah betina dewasa untuk tidak bertelur 10% . Diatas terjadi karena biji mimba, isinya azadirachtin efeknya terhadap insekta (pinjal, kutu pada ternak) adalah anti daya makan, anti pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat pertumbuhan serangga dewasa. Juga menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, menghambat peletakan telur (KARDINAN, 2000; MULLA, 1999; SCHULTZ et al., 1992). Khusus untuk mengatasi caplak belum pernah dilaporkan dengan hanya memakai mimba kecuali secara campur misalnya dengan tanaman Acorus calamus dan Eucaliptus globules (BANERGEE, 1997; BAGHERWAL, 1999) . Campuran larutan serbuk daun tembakau, serbuk biji srikaya dan serbuk biji mimba yang dilakukan adalah campuran 20% daun tembakau, 40% biji srikaya dan 40% biji mimba. Campuran diatas tidak dilakukan karena cairan campuran walaupun diperas tidak cukup membasahi kertas saring yang berisi caplak . Efek dari campuran larutan tanaman lebih rendah dari efek biji srikaya 40% atau hampir sama dengan efek biji srikaya 5%. Mengingat campuran ini lebih mahal dari larutan biji srikaya maka nampaknya kurang dianjurkan untuk mengatasi caplak . KESIMPULAN DAN SARAN Secara in vitro larutan ekstrak tanaman untuk mengatasi caplak Boophilus microplus adalah larutan 40% daun tembakau, 40% biji srikaya, 40% biji mimba
349
SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 dan campuran 20% daun tembakau dengan 40% biji srikaya dan 40% biji mimba. Larutan yang terbaik adalah larutan 40% biji srikaya karena dapat membunuh stadium nimpa 43,6%, membunuh caplak dewasa 91,8% dan daya hambat agar caplak betina dewasa tidak bertelur 84,5%. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menurunkan kepekatan larutan biji srikaya agar harganya lebih murah dan kemungkinan digunakan campuran daun, akar dan buah mentahnya.
DAFTAR PUSTAKA ANASTOs, G. 1950 . The Scutate Ticks of Ixodidae of Indonesia. Entomologica Americana 30 : 1-144. BAGHERWAL, R.K . 1999 . Acaricidal Efficacy of AV/EPP/14 against Hyalomma anatolicum anatolicum in vitro and on naturally infested cattle. Indian Vet. J. 76 (3): 196198. BANERJEE, P.S . 1997 . Efficacy of herbal ectoparasitide AV/EPP/14 on some ectoparasites of dog and cattle . J. Vet. Parasitol. 11(2): 215-217. BARNETT, S.F . 1968 . The control of ticks on livestock. FAO Agricultural Studies No . 54 . pp : 115. BERIAJAYA. 1982 . Pengaruh jenis induk semang terhadap aspek pertumbuhan caplak sapi Boophilus microplus (canestrini) (Acari, Ixodidae) Fakultas Pasca Sarjana IPB. DIREKTORAT KESHATAN HEWAN. 1982 . Beberapa ektoparasit yang penting sebagai vektor penyakit hewan di Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid IV : 89 - 99 . HEMBING WUAYAKUSUMA, H.M ;SETIAWAN DALIMARTHA dan A.S WIRIAN .1995. Srikaya (Annona squamosa) dalam Tanaman berkhasiat obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Cetakan ke It : 126-128 . INTERNATIONAL INSTITUTE OF RURAL RECONTRUCTION (IIRR) . 1994 . Ticks infestation. Ethnoveterinary Medicine in
Asia Ruminants (2) : 47 - 50. Silang, Cavite 4118 Philipines . KARDINAN, A. 2000 . Pestisida Nabati : Ramuan dan Aplikasi . P .T. Penabur Swadaya. Cetakan II : 17-71 . MULLA, Su . T. 1999 . Activity and biological effects of neem products against arthropods of medical and veterinary importance . J. Am . ControlAssoc. 15 : 133-152. PRIJONO, D. 1994 . Pedoman Praktikum Tehnik Pemanfaatan Insektisida botanis. Pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan para tehnisi dalam manajemen penelitian PHT. Bogor 13-19 Juli . Kerjasama proyek Pembangunan Penelitian Pembangunan Nasional dengan Fakultas Pertanian IPB serta balai Penelitian Hortikultura Lembang :21-30 . RANGNEKAR, S. 1997 . Traditionally used fruits and plants for animal treatment . Women Organization for Rural Development Ahmedabad. ROBERTS, F.H .S . 1970 . Australian Ticks CSIRO. Australia .
SASTRODIHARDIO . 1984 . Nikotina. Dalam Pengantar entomologi terapan. ITB Bandung. Hal 58-59. SCHULTz, E.O .D . BHATNAGAR; M. JACOBSON; R. METCALF; R. SAXENA and D. UNANDER. 1992 . A tree for solving global problems in Neem . Ad Hoc International Development, National Research Council). National Academy Press, Washington D.C. Pp . 141 . SEDDON, H.R. 1967 . Diseases of domestic animals in Australia Parts 3. Arthopod Infestation (Ticks & Mites) Service Publications (Vet . Hygiene) No .7. pp :170. SENADHIRA, M.A.P . 1969 . Th e Parasites of Ceylon . V. Arthropoda : A host check list . Ceylon Vet. J. 17 : 3 - 25 . SIGIT, H. S., PARTOSOEDJONO, S. dan AKIB, M.S .1983. Laporan Penelitian Inventarisasi dan pemetaan parasit Indonesia tahap pertama. Ektoprarasit (Proyek No.2 / Penel / 84 T - IPB / 1980 -1981) . Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi IPB. SOULSBY, E.J.L.1982. Helminths, arthropod and protozoa of domesticated animals. 7` hed. Lea and Febiger. Philadelphia. Hal . 461-462.