Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI SEMI CLOSED-HOUSE SYSTEM PADA PERFORMAN AYAM BROILER DI TEST FARM SUSTAINABLE LIVESTOCK TECHNO PARK, KAMPUS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN, JATINANGOR (Broiler Performance in the Semi Closed-House System Technology Implementation at Sustainable Live-Stock Techno Park Test Farm (Faculty of Animal Husbandry-Padjadjaran University, Jatinangor)) ENDANG SUJANA, S. DARANA dan I. SETIAWAN Fakultas Peternakan Uiversitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor Km 21, Sumedang
ABSTRACT The research was conducted at Sustainable Livestock Techno Park (SLTP) Test Farm-The Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University, Jatinangor-Sumedang. The objective of this research was to find out broiler performance in semi closed house system. The research was done based on qualitative description methode and the analysis was focused on average and distributing measurement of deviation standard value and coefficient of variance. Data were collected in three periods of broiler keeping, where in each periode there was 1300 chicken of Cobb strain from day old chicks raised until 34 days. The measured biological responses were: feed consumption, final body weight, feed conversion ratio and performance index. Result showed that by using semi close-house system in Sustainable Live-stock Techno Park Test Farm resulted in a good performance; average feed consumption was 3,051.52 g, average of body weight was 1,956.37 g, 1.56 FCR, and performance index was 359.78. Key Words: Semi Close-House System, Performance, Broiler ABSTRAK Penelitian telah dilaksanakan di Test Farm Sustainable Livestock Techno Park (SLTP) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Kampus Jatinangor. Tujuan penelitian untuk menguji dan mengevaluasi efektivitas kandang semi closed house system dalam upaya kemampuan produksi ayam broiler. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif meliputi ukuran pemusatan yaitu nilai rata-rata dan ukuran penyebaran yaitu nilai standar deviasi serta koefisien variasi. Ternak percobaan yang digunakan selama tiga periode pemeliharaan adalah ayam broiler umur satu hari atau Day Old Chicks (DOC) sebanyak 3900 ekor atau setiap periode sebanyak 1300 ekor. Strain ayam yang digunakan adalah Cobb. Perubah yang diamati yaitu konsumsi ransum, bobot badan akhir, konversi ransum dan indeks produksi atau Indeks Performan. Hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan kandang semi closed house system dapat menunjang produksi ayam broiler, ini dapat dilihat dari konsumsi ransum 3.051,52 gram, bobot badan akhir yang tinggi (rataan 1.956,37 g), konversi ransum yang rendah (rataan 1,56) dan Indeks Performan yang tinggi (rataan 359,78). Kata Kunci: Semi Closed-House System, Performan, Broiler
PENDAHULUAN Latar belakang Perubahan iklim (climate change) yang saat ini terjadi, langsung maupun tidak langsung
362
telah berpengaruh terhadap pengelolaan ayam broiler khususnya pada skala usaha kecil dan menengah yang sebagian besar menggunakan kandang terbuka (open house system). Dalam kondisi cuaca cukup ekstrim, panas yang terik dan tiba-tiba hujan atau sebaliknya, membuat
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
temperatur dan kelembaban kandang menjadi berubah secara drastis. Hal tersebut apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan tingkat kematian tinggi dan menurunnya produksi. Kandang yang biasa digunakan pada peternakan ayam adalah sistem terbuka (open house system) dan tertutup (closed house system). Kebanyakan peternak di Indonesia sudah terbiasa menggunakan kandang open house system. Namun kandang sistem terbuka menimbulkan respon kurang baik ketika kondisi cuaca tidak mendukung atau terjadi perubahan cuaca yang sangat drastis. Pemeliharaan ayam broiler dengan menggunakan closed house system merupakan salah satu upaya inovasi teknologi untuk menghadapi perubahan cuaca cukup ekstrim, sehingga diharapkan dapat meminimalisasi pengaruh buruk dari kondisi lingkungan atau perubahan iklim di luar kandang. Tujuan penggunaan kandang closed house system adalah menciptakan iklim mikro terkendali di dalam kandang, meningkatkan produktivitas, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta menciptakan usaha peternakan yang ramah lingkungan. Kandang merupakan bagian penting dari tatalaksana pemeliharaan, karena merupakan tempat seluruh aktivitas ternak sehingga kenyamanan ternak terjamin agar diperoleh ternak yang sehat dan produktif. Selain itu kandang juga berfungsi untuk melindungi ternak dari gangguan luar seperti panas matahari, hujan dan hewan lainnya sehingga ternak mampu berproduksi secara optimal sesuai dengan potensinya. Fungsi lain dari kandang adalah untuk memudahkan peternak dalam pengawasan dan tatalaksana pemeliharaan ternak agar diperoleh hasil yang terbaik dan efisien. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran sebagai institusi pendidikan tinggi peternakan, memiliki fasilitas kandang ayam broiler dengan menggunakan semi closed house system yang ada di kawasan Sustainable Livestock Techno Park (SLTP). Setelah melakukan beberapa kali pemeliharaan, perlu kiranya dilakukan evaluasi hasil atau efektivitas kandang semi closed house system. Berdasarkan pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Teknologi Semi Closed-housed System di Test Farm Sustainable Livestock
Techno Park Pada Performan Ayam Broiler (Kampus Fakultas Peternakan Unpad Jatinangor)”. Tujuan Menguji dan mengevaluasi kandang semi closed house system pada Test Farm Sustainable Livestock Techno Park dalam upaya peningkatan produksi ayam broiler MATERI DAN METODE Kandang penelitian Kandang yang digunakan dalam penelitian yaitu closed house system berukuran panjang 18,5 meter dan lebar 7 m. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, alat penerangan, pemanas/brooder, exhaust fan, cooling pad, temptron, sensor, panel listrik, plafon, tirai dan bak air untuk sirkulasi air ke cooling pad. Ternak penelitian Ternak percobaan yang digunakan selama tiga periode pemeliharaan adalah ayam broiler umur satu hari atau Day Old Chicks (DOC) sebanyak 3900 ekor atau setiap periode selama 34 hari, sebanyak 1300 ekor dengan menggunakan Strain Cobb. Ransum penelitian Penelitian menggunakan ransum komersil merk dagang Global Feed BR1 281 produk PT Universal Agri Bisnisindo dengan kandungan nutrient protein kasar 22%; lemak 7%; serat kasar 5%; abu 7%; kalsium 1,2; fosfor 1,0 dan energi metabolis 3.000 kkal/kg. Perubah yang diamati dan cara pengukurannya Konsumsi ransum (g/ekor) Konsumsi ransum diperoleh dengan cara menghitung jumlah ransum yang dikonsumsi selama periode pemeliharaan.
363
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Pertambahan bobot badan (g) Pertambahan bobot badan adalah bobot yang ditimbang pada akhir pemeliharaan atau sebelum dipotong dikurangi bobot awalnya. Konversi ransum (indeks) Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan kenaikan bobot badan dalam periode dan satuan yang sama. Indeks produksi/ indeks performan Indeks produksi dihitung berdasarkan rataan bobot badan dikali persentase ayam hidup, dibagi dengan umur ayam dikali konversi ransum, dikali 100. Analisis statistik Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dibagi menjadi 2 bagian yaitu ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran. 1. Ukuran pemusatan: Nilai rata-rata. 2. Ukuran penyebaran: Standar deviasi dan koefisien variasi (CV). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan banyaknya ransum yang dapat dikonsumsi oleh ayam,
dihitung berdasarkan selisih jumlah ransum yang tersedia dengan sisa ransum. Rataan konsumsi ransum pada tiap-tiap siklus panen selama penelitian hasilnya disajikan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa konsumsi ransum yang paling tinggi sampai dengan terendah berturut-turut pada pemeliharaan kandang semi close house system adalah sebagai berikut 3.314,70 (2), 2.998,98 (3), 2.840,90 (1), dengan rataan 3.051,52 ± 241,23. Rataan konsumsi ransum hasil penelitian yang dilakukan selama 34 hari melebihi dari konsumsi ayam broiler yang dipelihara selama 5 minggu sebanyak 2.706 – 2.825 gram (AMRULLAH, 2003). Hal ini disebabkan oleh peningkatan mutu genetik ayam broiler yang semakin baik dari waktu ke waktu. Secara umum ayam broiler yang dipelihara pada semi closed house system, banyaknya ransum yang dikonsumsi sesuai dengan standard konsumsi ransum breeder. Banyaknya ransum yang dikonsumsi ayam akan berbeda, hal ini dapat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya kondisi lingkungan terutama temperatur di dalam kandang. Semakin rendah temperatur di dalam kandang akan semakin banyak ayam mengkonsumsi ransum yang disediakan untuk mempertahankan suhu tubuh agar relatip konstan. Rataan temperatur di dalam kandang semi closed house system rendah yaitu 25,16C. Hal tersebut sesuai dengan pendapat FADILAH (2004), temperatur ideal untuk ayam broiler setelah periode pemeliharaan brooding adalah 23 – 26C. SOEHARSONO (1976) dan WAHJU (1997), bahwa pada temperatur
Tabel 1. Status biologis ayam broiler di kandang semi closed house system Perubah diamati
Siklus panen
Jumlah
Rataan
STD
CV
2.998,98
9.154,58
3.051,52
241,23
7,91
2.028,79
1.992,70
5.869,13
1.956,37
95,88
4,90
1,57
1,63
1,50
4,70
1,56
0,07
4,15
348,83
350,11
380,39
1.079,33
359,78
17,86
4,97
1
2
3
Konsumsi ransum (g/ekor)
2.840,90
3.314,70
Bobot badan akhir (g/ekor)
1.847,64
Konversi ransum Indeks performan
364
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
yang lebih rendah akan menyebabkan ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak. Konsumsi ransum menurun sekitar 1,5% untuk setiap kenaikan 1C. Bobot badan akhir Bobot badan akhir dapat dijadikan standar untuk melihat kecepatan pertumbuhan. Bobot badan akhir ayam broiler pada tiap-tiap siklus panen selama penelitian hasilnya disajikan pada Tabel 1. Rataan bobot badan akhir ayam broiler yang dipelihara pada kandang semi closed house system selama penelitian adalah 1956,37 kg. Rataan pertambahan bobot badan hasil penelitian ini sesuai dengan standar yang ditetapkan COBB (2006) bahwa pertambahan bobot badan akhir ayam broiler yang dipelihara selama 5 minggu berkisar antara 1.838 – 2.114 gram. Bobot badan akhir yang cepat ini disebabkan oleh meningkatnya mutu genetik ayam broiler dari waktu ke waktu. Sejalan dengan pendapat TOBING (2002), menyatakan bahwa bobot badan akhir ayam broiler adalah pada umur 5 minggu pada kisaran 1.902 – 2.007 gram. Temperatur dan kelembaban lingkungan berpengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan. WIRIJA MIHARDJA (1981), menyatakan bahwa temperatur dan kelembaban lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk diperhatikan, karena tingginya temperatur dan kelembaban di daerah tropis merupakan suatu masalah dalam pertumbuhan ayam broiler. Prinsip pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum yang maksimal tidak akan tercapai apabila ayam broiler dipelihara pada temperatur lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya (SOEHARSONO, 1976). Kelembaban erat kaitannya dengan temperatur lingkungan dan kadar air yang hilang dari tubuh. Rataan kelembaban kandang yang dicapai pada kandang semi closed house system selama penelitian ini yaitu 72,69%. Hal ini sejalan dengan pendapat NORTH (1982) bahwa kelembaban yang ideal untuk unggas di daerah tropik tidak lebih dari 75%, karena bila lebih dapat menyebabkan perkembangan mikroorganisme meningkat. Penggunaan kandang semi closed house system akan membantu pengaturan iklim mikro didalam kandang agar sesuai dengan
kebutuhan lingkungan untuk ayam. AHMADI (1999) berpendapat bahwa jenis kandang semi closed house system merupakan kandang tertutup yang dilengkapi dengan kipas/exhaust fan, cooling pad, temptron yang berfungsi sebagai pengontrol utama, panel kontrol listrik, tirai dan listrik. Dengan demikian kondisi lingkungan kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan yang ideal untuk ayam broiler. Kondisi lingkungan yang nyaman bagi broiler, berdampak pada tingkah laku ayam yang cenderung tidak terlalu aktif bergerak, bahkan lebih banyak melakukan aktivitas makan dan minum disetiap saat. Aktivitas tersebut berakibat pada penggunaan energi yang semakin efisien, dengan demikian ketersediaan energi untuk pertumbuhan lebih banyak, sehingga pertumbuhan akan lebih cepat. Konversi ransum Rataan konversi ransum selama penelitian diperoleh dari perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang didapatkan. Konversi ransum ayam broiler pada tiap-tiap siklus panen selama penelitian hasilnya disajikan pada Tabel 1. Rataan konversi ransum ayam broiler yang dipelihara pada kandang semi closed house system selama penelitian adalah 1,56 kg. Rataan konversi ransum hasil penelitian ini sesuai dengan standar yang ditetapkan COBB (2006) bahwa konversi ransum ayam broiler yang dipelihara selama 5 minggu berkisar antara 1,569 – 1,653. Konversi ransum dipengaruhi oleh dua faktor variabel yaitu konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Nilai konversi ransum menunjukkan keefisienan penggunaan ransum untuk menghasilkan pertambahan bobot badan. Hal tersebut mengartikan bahwa tingginya pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum tidak selalu diikuti dengan peningkatan konversi ransum. Sejalan dengan pendapat NORTH (1982) bahwa optimalitas performan ternak unggas salah satunya ditampakkan dalam bentuk nilai konversi ransum yang relatif rendah. Konversi ransum, selain dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan, juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan, bentuk ransum dan zat-zat
365
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
yang terdapat dalam ransum (NRC, 1994). Nilai konversi pakan yang rendah menceminkan efisiensi penggunaan ransum yang baik. Ayam akan mengkonsumsi ransum lebih banyak akan menunjang proses pertumbuhan yang akhirnya ransum lebih efisien pada kondisi kandang yang memiliki temperatur rendah (< 26C). Indeks performan (IP) Pada akhir pemeliharaan broiler, biasanya selalu dihitung IP (Index Performance) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat atau skor produktivitas yang mampu dicapai dari hasil budidaya. Rataan Indeks Performan ayam broiler pada tiap-tiap siklus panen selama penelitian hasilnya disajikan pada Tabel 1. Rataan Indeks Performan ayam broiler yang dipelihara pada kandang semi closed house system selama penelitian adalah 359,78 ± 17,86 kg. Rataan Indeks Performan hasil penelitian ini termasuk kategori sangat baik, sejalan dengan pendapat ARYANTI (2010), bahwa Nilai Indeks Performan diatas 301 termasuk kategori sangat baik. Selanjutnya MEDION (2010) menyatakan standar IP yang baik diatas 300, dan semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil peternakan ayam broiler tersebut. Dari hasil perhitungan Indeks Performan ketiga periode tersebut di atas menunjukkan bahwa pada periode pertama, kedua dan ketiga masuk dikategori sangat baik. KESIMPULAN Penggunaan teknologi semi closed house system dapat menunjang produksi ayam broiler. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian selama tiga periode pemeliharaan sebagai berikut: konsumsi ransum 3.051,52 ± 241,24 gram, bobot badan akhir yang tinggi (rataan 1.956,37 ± 95,88 g), konversi ransum yang rendah (rataan 1,56 ± 0,07) dan Indeks Performan yang masuk kategori sangat baik (rataan 359,78 ± 17,86).
366
DAFTAR PUSTAKA AMRULLAH, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Penerbit Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. ARYANTI, F. 2010. Kompetensi kinerja karyawan kandang ayam broiler milik peternak di wilayah desa Cisalopa, Cinagara, Bogor. http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpkh_cinaga ra/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=69:kinerja-karyawan-anakkandang&catid=28:peternakan&Itemid=44. COBB BREEDING COMPANY LTD. 2006. www.cobbvantress.inc.com. (Mei 2009). FADILAH, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka, Jakarta. MEDION, 2010. Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda. http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broil er/tata-laksana/berhasil-atau-atau-tidakkahpemeliharaan-broiler. MIHARDJA, W.W. 1981. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan Terhadap Gala Tumbuh Ayam Broiler. Disertasi. Universitas Padjadjaran, Bandung. NORTH, M.D. 1982. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. The AVI Publishing Co., Westport, Connecticut. NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1994. Nutrient Recuitment of Poultry. 9th National Academy Press, Washington D.C. RASYAF, M. 1992. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Kanisius, Yogyakarta. RASYAF. M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta. SOEHARSONO. 1976. Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Universitas Padjadjaran, Bandung. TOBING, V. 2005. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika. Penebar Swadaya, Jakarta. WAHYU, J. 1997. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. MIHARDJA, W. 1981. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkuan terhadap Galah Tumbuh Ayam Broiler. Disertasi. Universitas Padjadjaran, Bandung.