2
Indonesia memiliki keragaman arsitektur tradisional dengan kekhasan dan daya tarik tersendiri, sekaligus merupakan nilai value nasional dan kebanggaan bangsa Indonesia. Salah satu permasalahan arsitektur berkaitan dengan perkembangan arsitektur di Indonesia adalah masuknya pola arsitektur modern yang diadopsi dari gaya arsitektur barat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemahaman dan kebanggaan pada potensi arsitektur di Indonesia yang makin menipis, adanya perbedaan pandangan masyarakat tentang arsitektur tradisional, adanya kelatahan berarsitektur yang sedang digemari tanpa mempertimbangkan potensi lokal, dan kurangnya kesadaran bahwa karya arsitektur adalah media pembelajaran berarsitektur bagi masyarakat di sekitarnya. Pengaruh modernitas yang sering dijumpai menjadi tantangan untuk keberlanjutan arsitektur tradisional. Mengingat perubahan merupakan suatu yang pasti, maka sangatlah mustahil jika karya arsitektur tradisional mampu bertahan seperti dahulu tanpa adanya transisi ataupun transformasi. Upaya mengangkat kembali potensi lokal dan warisan sejarah tidak disikapi dengan inovasi berbasis potensi arsitektur lokal tetapi proses peniruan ataupun penjiplakan bangunan baru bercitra modern sebagai dampak pengadopsian. Sampai saat ini, kebijakan nasional yang mengatur keberlanjutan arsitektur nusantara belum terealisasikan, sehingga arahan ataupun pedoman bagi masyarakat tidak didasari oleh sikap untuk melestarikan.
direvitalisasi dari kacamata masyarakat dan bukan sekedar penilaian pihak luar semata. Hal tersebut secara Nasional akan memberikan dampak yang signifikan terhadap daerah – daerah dengan nilai tradisional yang tinggi. Perubahan jaman yang tidak dapat dibendung dan mengikuti gaya modern saat ini cenderung mempengaruhi style atau unsur arsitektur tradisional pada gedung-gedung di Bali. Provinsi Bali sebagai barometer arsitektur tradisional yang mengaplikasikan potensi budaya lokal di Indonesia, telah memiliki aturan persyaratan arsitektur bangunan gedung dalam Perda no.5 tahun 2005. Diadakannya seminar dan lokakarya sebagai salah satu upaya dari Pemerintah kota Denpasar pada tahun 2008 dan 2010 untuk mengatasi cerminan wajah kota Denpasar yang bertransformasi ke arah modern. Fasilitas publik seperti bangunan perdagangan dan rumah-rumah tinggal banyak yang tidak tersentuh unsur arsitektur tradisional Bali khususnya di kawasan pariwisata. Pada hakekatnya aturan yang dapat dijadikan acuan harus memperhatikan keserasian lingkungannya. Keserasian lingkungan dimaksud dapat diaplikasi melalui penerapan aturan yang lebih terintegrasi pada tiap elemen maupun perencanaan arsitektur yang mengakulturasikan perubahan budaya. Implikasi konsep – konsep green building dan upaya adaptasi iklim dipandang perlu guna melakukan review terhadap implementasi, aktualisasi dan restorasi peraturan daerah tersebut.
Kampung tradisional yang ada di Indonesia di mana perubahan kebutuhan ruang dan pola hidup di dalamnya tidak jarang mendegradasikan kualitas lingkungannya yang tidak didesain untuk pengembangan saat ini. Berbagai upaya pelestarian dalam rangka penyelamatan potensi di dalamnya, justru teraplikasikan tanpa suatu pedoman/arahan yang tepat, tidak sesuai keberterimaan adat, bahkan cenderung tidak tepat sasaran. Ketimpangan kebijakan yang saling tumpang tindih dan tidak berlaku secara nasional, bahkan terkesan menseragamkan kekhususan di masing-masing lokasi menjadi salah satu permasalahan pengaturan di tingkat nasional. Dilema yang terasa bahwa pengaturan yang ada hanya mengacu pada kebutuhan lingkungan perkotaan atau perdesaan, bukan pada kebutuhan lingkungan perumahan tradisional yang pada hakekatnya tradisi sebagai suatu norma utama dalam menilai apa yang harus dikonservasi, dipreservasi, maupun
Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bawah Puslitbang Permukiman (PUSKIM), berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan penunjangan dalam pelaksanaan pembangunan permukiman di daerah, khususnya pada wilayah kerjanya (Propinsi Bali, NTB dan BALI) melalui pernyebarluasan produk-produk Teknologi Arsitektur Tradisional hasil penelitian dan pengembangan serta standar ke seluruh daerah di wilayah kerjanya. Dimana upaya tersebut juga melibatkan banyak pihak baik dari masyarakat, swasta, dan instansi pemerintah terkait. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewadahi berbagai kepentingan terkait adalah dengan melakukan kegiatan Seminar dan Lokakarya Nasional Arsitektur 2011, sehingga didapat berbagai masukan dan informasi dari berbagai sudut pandang dalam melengkapi hasil yang telah diperoleh Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar.
3
4
Seminar dan Lokakarya Nasional Arsitektur 2011 merupakan salah satu rangkaian acara yang bekerja sama dengan Dinas PU Provinsi Bali dan IAI Provinsi Bali, dimana tema yang diangkat adalah “(Re-)Kontekstualisasi Arsitektur Nusantara”, yang akan mengajak berbagai pihak untuk mulai meninjau bagaimana wujud pelestarian bangunan dan lingkungan tradisional dalam era modernitas.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyelenggarakan kegiatan Seminar dan Lokakarya Nasional Arsitektur 2011 “(Re-)Kontekstualisasi Arsitektur Nusantara”. Adapun tujuan kegiatan ini adalah : 1. Mengidentifikasi konsep/pola pengembangan dan konservasi lingkungan perumahan tradisional; 2. Merumuskan konsep/pola pengembangan dan konservasi lingkungan perumahan tradisional; 3. Merumuskan pola peningkatan kualitas lingkungan permukiman tradisional berbasis kearifan lokal. 4. Merumuskan usulan ataupun rekomendasi yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penyempurnaan peraturan daerah di masa yang akan datang
Umum 1. Informasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk segala kepentingan, yang sekaligus dijadikan sebagai masukan kebijakan Pemerintah dalam Program Nasional tentang Pelestarian Rumah Adat/Tradisional Indonesia secara utuh. 2. Penguasaan teknologi masa lalu untuk pengembangan rekayasa teknologi di masa depan. Khusus (a) Kementerian Pekerjaan Umum Sebagai bahan masukan pada program penelitian dan pengembangan lebih lanjut pada bidang permukiman dari aspek ke-teknik-an, sekaligus mendukung kebijakan Pemerintah dalam Program Nasional tentang Pelestarian Arsitektur Tradisional Indonesia.
5
(b) Kementerian Pariwisata, Seni, dan Budaya Sebagai bahan masukan pada program, pengembangan dan pelestarian, sekaligus mendukung kebijakan Pemerintah dalam Program Nasional tentang Pelestarian Arsitektur Tradisional Indonesia. (c) Perguruan Tinggi / Universitas - Sebagai sarana pengajaran kepada mahasiswa, khususnya mengenai arsitektur tradisional dan vernakular serta sejarah arsitektur Indonesia. - Sebagai referensi penelitian lanjut mengenai arsitektur tradisional. (d) Pemerintah Daerah/Instansi terkait Lainnya Sebagai rujukan bagi pihak/instansi Terkait lainnya dalam pengembangan eco-architecture dan eco-tourism pada lingkungan permukiman tradisional.
Kegiatan ini secara garis besar terdiri dari 2 (dua) rangkaian kegiatan, yaitu: 1. Seminar dan Lokakarya Nasional dengan tema “Pengaturan Bangunan dan Lingkungan Perumahan Tradisional Melalui Konservasi, Revitalisasi, dan Preservasi, serta Peningkatan Kualitas Lingkungan” Hari / Tanggal: Selasa, 18 Oktober 2011 Waktu : 08.00 – 17.00 WITA Tempat : Wisma Werdhapura Jl. Danau Tamblingan 49, Sanur, Denpasar Selatan. Peserta : Undangan dan umum (100 – 200 orang) 2. Seminar dan Lokakarya Nasional dengan tema “Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung di Bali berbasis Green Building dan Adaptasi Perubahan Iklim” Hari / Tanggal: Rabu, 19 Oktober 2011 Waktu : 08.00 – 17.00 WITA Tempat : Wisma Werdhapura Jl. Danau Tamblingan 49, Sanur, Denpasar Selatan. Peserta : Undangan dan umum (100 - 200 orang)
6
1. Materi Seminar dan Lokakarya Nasional dengan tema ”Pengaturan Bangunan dan Lingkungan Perumahan Tradisional Melalui Konservasi, Revitalisasi, dan Preservasi, serta Peningkatan Kualitas Lingkungan” a. Identifikasi bangunan dan lingkungan perumahan tradisional di Indonesia (diutamakan yang belum tereksplorasi/teridentifikasi); b. Pengalaman, strategi, ataupun rencana tindak dalam pelestarian (konservasi, revitalisasi, dan preservasi) bangunan dan lingkungan perumahan tradisional di Indonesia; c. Pengalaman, strategi, ataupun rencana tindak dalam peningkatan kualitas bangunan dan lingkungan perumahan tradisional di Indonesia. 2. Materi Seminar dan Lokakarya Nasional dengan tema “Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung di Bali berbasis Green Building dan Adaptasi Perubahan Iklim” adalah: a. Implementasi persyaratan arsitektur tradisional Bali (kondisi ideal); b. Aktualisasi persyaratan arsitektur tradisional Bali (fakta di lapangan); c. Restorasi persyaratan arsitektur tradisional Bali dengan konsep green building (alternatif penyempurnaan).
• • • • • •
Font Arial (10) Single Spacing Judul (Capital, Bold, Center, Font 12) Subtitle (Bold) Text/Mainbody (Justified) Margin L/R : 3 cm; U/B : 3 cm JUDUL MAKALAH Nama Penulis 1 Nama Penulis 2 Institusi (Bila ada) Alamat email
ABSTRAK ISI PENUTUP Keterangan Keterangan tabel dan gambar menggunakan font arial 9 (bold), center. a. Untuk keterangan tabel diletakkan diatas b. Untuk keterangan gambar diletakkan dibawah. Daftar pustaka ditampilkan pada akhir artikel dan diurutkan berdasarkan abjad dari nama belakang pengarang utama. Untuk tulisan dalam jurnal, maka nama jurnal tersebut dicetak miring (italic), sedangkan untuk buku, maka judul bukunya yang dicetak italic.
Materi Seminar diterima paling lambat 9 Oktober 2011 melalui alamat email:
[email protected] Letter of acceptance sebagai penerimaan pengumuman materi akan diberitakan pada tanggal: 12 Oktober 2011 (Ketentuan Call For Papers Terlampir)
Kriteria peserta Seminar Tertutup dan Umum
a. Makalah terdiri dari Abstrak, Isi, dan Penutup. b. Jumlah Halaman Makalah Maksimal 15 halaman. c. Format Penulisan : • Ukuran kertas A4
Transportasi dan akomodasi peserta tidak ditanggung, kecuali untuk undangan khusus sesuai konfirmasi panitia
7
Tidak dipungut biaya, dengan fasilitas : 1. Seminar Kit. 2. Makalah. 3. Coffee/Tea Break (2 kali). 4. Makan siang.
8
Seminar dan Lokakarya dengan tema ”Pengaturan Bangunan dan Lingkungan Perumahan Tradisional Melalui Konservasi, Revitalisasi, dan Preservasi, serta Peningkatan Kualitas Lingkungan” Pada hari Selasa, 18 Oktober 2011 Waktu
Materi
Pemandu/Instruktur
08.00 – 08.45 08.45 – 09.00
Registrasi Peserta Laporan Panitia Penyelenggara
09.00 – 09.15
Sambutan dan Pembukaan
09.15 – 09.45
Keynote Speaker I
09.45 – 10.15
Keynote Speaker II
10.15 – 10.45 10.45 – 11.15 11.15 – 11.30
Keynote Speaker III Pemutaran Film Pengalaman Wae Rebo Coffee Break & Ramah Tamah Sesi I presentasi makalah per sub-topik Materi Materi Materi Peningkatan identifikasi Pelestarian Kualitas ruang A ruang B Ruang C Moderator Ruang A, Moderator Makalah 1 Makalah 5 Makalah 9 Ruang B, Moderator Ruang C Makalah 2 Makalah 6 Makalah 10 Makalah 3 Makalah 7 Makalah 11 Makalah 4 Makalah 8 Makalah 12 ISHOMA Sesi II Presentasi makalah per sub-topik Materi Materi Materi Peningkatan identifikasi Pelestarian Kualitas ruang A ruang B Ruang C Moderator Ruang A, Moderator Makalah 13 Makalah 17 Makalah 21 Ruang B, Moderator Ruang C Makalah 14 Makalah 18 Makalah 22 Makalah 15 Makalah 19 Makalah 23 Makalah 16 Makalah 20 Makalah 24 Coffee Break Yori Antar dan Prof. Dr. Josef Keynote Speaker IV Prijotomo, M Arch Pembacaan Perumusan hasi Seminar Panitia Penyampaian Informasi Seminar hari ke2 Ketua Panitia Sesi III Diskusi Terbatas Makan malam dan ramah tamah Diskusi terbatas dengan 3 sub materi: Identifikasi, Pelestarian dan Peningkatan Peserta tertutup Kualitas Lingkungan
11.30 – 12.45
12.45 – 13.30
13.15 – 14.45
14.45 – 15.00 15.00 – 15.45 15.45 – 16.15 16.15 – 16.30 19.00 – 20.00 20.00 – 22.00
9
Panitia Ketua Panitia Kepala Badan Litbang Kementerian PU Dr. Ir. Galih Widjil Pangarsa, DEA & Balai PTPT Denpasar Direktur PBL Ditjen Cipta Karya DAS ALbantani Moderator
10
11