HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN
USMIZA ASTUTI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
Usmiza Astuti NRP. P.054020091
ABSTRAK
USMIZA ASTUTI. Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Dibimbing oleh AIDA VITAYALA, S. HUBEIS, FARIDA ROHADJI, DAN SUTISNA RIYANTO. Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) adalah satusatunya kawasan yang dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Betawi secara berkesinambungan pada suatu lingkungan yang masih kental dengan kehidupan masyarakat Betawi, keasrian alam Betawi, dan tradisi Betawi. Ditinjau dari aspek komunikasi, banyak faktor yang mempengaruhi keadaan ini, diantaranya yang berkaitan dengan karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Oleh sebab itu penting diteliti mengenai karakteristik individu, aktivitas komunikasi, dan perilaku masyarakat. Penelitian ini juga melihat apakah ada hubungan antara karakteristik individu dan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan PBBSB. Penelitian berlangsung di Kecamatan Jagakarsa Kelurahan Srengseng Sawah Kotamadya Jakarta Selatan. Penentuan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Menggunakan metode deskriptif korelasional dan pengambilan data dengan wawancara dan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden antara 23 sampai 70 tahun, pendidikan cukup tinggi ( tamat SMU hingga perguruan tinggi), pekerjaan bervariasi (PNS, swasta, dan petani) dan mempunyai pekerjaan tambahan (pembudidaya KJA, satpam, dan marbot masjid), pendapatan relatif kecil. Keterdedahan pada koran rendah dibanding radio dan TV, sebagian besar responden kontak dengan Pembina PBBSB, partisipasi sosial relatif tinggi. Pengetahuan tentang konsep program PBBSB tinggi, sikap sedang dan tindakan tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan adalah pendidikan formal dan nonformal, pendapatan berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan, lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan sangat nyata dengan tindakan. Keterdedahan pada media massa yang berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan. Keterdedahan pada saluran interpersonal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan, partisipasi social berhubungan sangat nyata dengan sikap dan berhubungan nyata dengan tindakan. Kata kunci: karakteristik, aktivitas komunikasi, perilaku, dan PBBSB.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI JAKARTA SELATAN
USMIZA ASTUTI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dra. Krishnarini Matindas, MS.
Judul Tesis : Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan. Nama : Usmiza Astuti
NRP
: P 054020091
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr.Ir Aida Vitayala S. Hubeis Ketua
Dra. Farida Rohadji, M.S M.S Anggota
Ir. Sutisna Riyanto Subarna, Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dr.Ir. Sumardjo, M.S
Dekan Sekolah
Prof. Dr. Ir. Khairil A.
Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian: 22 Agustus 2007
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah dalam penelitian ini berjudul: Hubungan Karakteristik Individu dan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Jakarta Selatan. Terimakasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ketua Komisi Pembimbing: Ibu Dr.Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, dan anggota Komisi Pembimbing: Ibu Dra. Farida Rohadji, M.S, dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto Subarna, M.S, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, serta terimakasih pula saya sampaikan kepada Ibu Dra. Krisnharini Matindas, M.S, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi. Selanjutnya penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Kepala BPTP DKI Jakarta, Kepala Badan Litbang Pertanian di Jakarta yang telah mengizinkan penulis menempuh pendidikan S2 di IPB. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Pemimpin Proyek PAATP Pusat dan staf di Badan Litbang Jakarta, yang telah membiayai penulis dalam studi ini. Penghargaan dan rasa terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak Lurah Srengseng Sawah, Bapak Camat Jagakarsa, Bapak Indra beserta staf selaku pengelola PBBSB yang telah bersedia memberikan kesempatan dan membantu penulis selama penelitian dan pengumpulan data Ucapan terimakasih yang sangat mendalam disampaikan kepada suami dan ananda tercinta, juga terimakasih kepada teman-teman (Ir. George Semuel Johni Tomatala M.Si, Wariat SP. MA, Ir, Rita Indrasti M.Si, Karno) yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian sampai dengan proses kelancaran penulisan tesis. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Bogor, Agustus 2007 Usmiza Astuti
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Payakumbuh, Sumatera Barat pada tanggal 25 Mei 1963, sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Terlahir dari ayah Zakaria dan ibu Husma Athar. Pendidikan sarjana (S1) ditempuh di jurusan Budidaya Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Medan dan lulus pada tahun 1988. Sejak tahun 1991 penulis bekerja di BIP (Balai Informasi Pertanian) DKI Jakarta, yang kini bernama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Pada bulan September tahun 2002, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP), Program Pascasarjana, IPB Bogor, dengan pembiayaan yang bersumber dari Proyek PAATP Pusat Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian di Jakarta.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………... PENDAHULUAN .............................................................................................. Latar Belakang .............................................................................................. Perumusan Masalah ...................................................................................... Tujuan Penelitian .......................................................................................... Kegunaan Penelitian ..................................................................................... TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... Komunikasi Pembangunan ........................................................................... Aktivitas Komunikasi ................................................................................... Perilaku Masyarakat ..................................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku ............................... Karakteristik Masyarakat ………………………………………………… Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan .............................................. Situ Babakan Sebagai Sarana Wisata ........................................................... KERANGKA PEMIKIRAN................................................ METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ Populasi dan sampel ……………………………………………………… Desain Penelitian ………………………………………………………… Pengumpulan Data ………………………………………………………… Instrumentasi ……………………………………………………………… Validitas …………………………………………………………………… Reliabilitas ………………………………………………………………… Definisi Operasional ……………………………………………………… Analisa Data ……………………………………………………………….. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………… Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………………….. Sarana dan Prasarana Wisata ……………………………………………… Karakteristik Responden ............................................................................... Aktivitas Komunikasi ................................................................................... Perilaku Masyarakat ..................................................................................... Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Masyarakat ................... Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Perilaku Masyarakat ...................
Halaman xi xii 1 1 3 4 5 6 6 8 13 16 17 17 18 20 22 22 22 23 23 23 24 24 25 28 29 29 31 33 36 44 46 50
SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... Simpulan ................................................................................................... Saran ............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................................
53 53 54 55 58
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Populasi dari sampel penelitian ……………………………………….
23
2.
Jumlah Penduduk di tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah ………
30
3.
Perilaku Responden …………………………………………………...
45
4.
Analisis korelasi karakteristik individu dengan perilaku masyarakat ...
47
5.
Analisis korelasi aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat …
50
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. Hasil perhitungan reliabilitas…………………………………………... 59 2. Karakteristik Responden ………………………………………………. 60 3. Rata-Rata Frekuensi Aktivitas Komunikasi …………………………… 61 4. Rata-Rata Skor Perilaku Masyarakat ……………………………………61 5. Kuesioner penelitian ................................................................................ 62 6. Hasil analisis data ................................................................................... 78 7. Peta Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan ………………….. 92
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Sejarah tentang pelestarian budaya asli Betawi ditandai dengan dikeluarkannya
Keputusan
Gubernur
Nomor
D.IV-115/e/3/1974
yang
menetapkan kawasan Condet, Kampung Tengah, Balekambang dan Batu Ampar seluas 18.228 hektar sebagai cagar budaya Betawi. Setahun kemudian diterbitkan pula Surat Keputusan Gubernur Nomor D.1-7903/a/30/75 tentang penetapan Kelurahan Condet, Kampung Tengah, Balekambang dan Batu Ampar sebagai daerah buah-buahan. Setelah itu pada tahun 1978 lahir Instruksi Gubernur DKI Nomor D.IV-99/D/11/1978 tentang penyusunan rencana pola kebijaksanaan dan tata kerja proyek cagar budaya Condet. Ternyata pada tahap implementasi, kebijakan tersebut mengalami kegagalan karena kurangnya pengawasan dan lemahnya daya ikat peraturan. Tanah dan rumah masyarakat Betawi telah berpindah kepemilikan karena adanya tuntutan hidup dan kurangnya insentif, sementara hasil-hasil produksi seperti buah-buahan Condet tidak dapat bersaing dengan produk luar Jakarta. Untuk melestarikan tata kehidupan dan tata ruang komunitas Sosial Budaya Betawi, Gubernur DKI Jakarta menetapkan kawasan Situ Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PBB), melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta No 6 Tahun 1999 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi DKI Jakarta serta Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 92 Tahun 2000 Tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi. Pada tanggal 10 Maret 2005 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta telah menyetujui Rancangan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Tujuan penetapan Perkampungan Budaya Betawi adalah agar masyarakat secara sadar memelihara tata kehidupan yang berbudaya Betawi seperti kehidupan yang kental nuansa Islami, berbusana khas Betawi, kerajinan, makanan dan minuman khas Betawi. Perda ini juga bertujuan mempertahankan
2
lingkungan alam dan bangunan yang ada atau bangunan yang dibangun dengan tetap bercirikan khas Betawi, selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan potensi lingkungan fisik dan non-fisik untuk meningkatkan perekonomian melalui kegiatan kerajinan, cenderamata, hasil tanaman buah-buahan, wisata air, pertunjukan kesenian dan lain-lain. Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) sebagai objek wisata diwujudkan dengan perbaikan jaringan jalan, baik dengan aspal maupun conblock yang merupakan sarana penunjang bagi kegiatan ekonomi, sosial, maupun budaya/kesenian, pembangunan rumah berciri Betawi serta pembangunan fasilitas lainnya seperti lampu-lampu jalan, penghijauan dan pembangunan taman. Untuk menarik minat pengunjung secara berkala diadakan acara kesenian-kesenian tradisional Betawi. Dengan banyaknya pengunjung akan dapat menambah penghasilan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar Situ. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah masyarakat dan pengunjung harus sama-sama merasa memiliki, sehingga sama-sama menjaga keberadaan kawasan PBBSB Komunikasi
dalam konteks pembangunan berperan dalam membantu
menciptakan lingkungan manusiawi yang diperlukan untuk berhasilnya program pembangunan. Dukungan tersebut berupa aktivitas informasi, motivasi dan edukasi yang dibutuhkan untuk mengubah segala ketidakpedulian masyarakat terhadap kepentingan dan komitmen, ketidakacuhan akan pengetahuan, dan mengubah sikap mental atau kebiasaan yang sebelumnya menentang perubahan, sikap dan kebiasaan. Komunikasi seringkali dikonseptualisasikan sebagai salahsatu pemecahan terhadap problem pembangunan, namun janganlah dipandang efektif 100%, terutama jika tujuannya adalah untuk mengubah keinginan dan kesukaan masyarakat, atau bagaimana mereka berprilaku. Komunikasi dapat menolong, khususnya jika sumber-sumber pembiayaan cukup tersedia, dan disain serta implementasinya dilaksanakan berdasarkan suatu pemahaman yang menyeluruh akan masyarakat dan kebudayaan. Dari hasil pengamatan di lapangan, sebenarnya masyarakat dapat menerima dan bahkan mendukung pengembangan kawasan Perkampungan
3
Budaya Betawi Situ Babakan, akan tetapi agar masyarakat kawasan PBBSB dapat lebih termotivasi untuk mengembangkan kawasan tersebut, diperlukan kesesuaian antara rencana, program dan pelaksanaan, oleh karena itu kerjasama, peran serta dan kesadaran antar berbagai pihak sangat diperlukan guna mencapai satu tujuan utama yaitu mengembangkan kawasan PBBSB. Namun demi kian, masih tetap menimbulkan pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku masyarakat sekitar
kawasan
PBBSB.
Apakah program-program
yang
dicanangkan
pemerintah selama ini telah mengakomodir kepentingan orang banyak, sejauh mana masyarakat sekitar ikut berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengembangan kawasan PBBSB tersebut, apakah masyarakat mengetahui hak, kewajiban, dan peran sertanya yang tertuang dalam Perda DKI Jakarta No 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sekitar kawasan PBBSB, apakah aktivitas komunikasi pembangunan berjalan efektif ? Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang Perilaku Masyarakat dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan beserta faktor-faktor yang terkait.
Perumusan Masalah Masyarakat yang berada di kawasan Perkampungan Budaya Betawi memegang peranan penting dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi. Untuk meningkatkan pengetahuan mereka, pembinaan dari instansiinstansi terkait secara berkala harus dilakukan seperti pelatihan, lokakarya, penyuluhan, studi banding kedaerah-daerah wisata harus dioptimalkan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka terhadap kebudayaan. Dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat, mereka berhimpun membentuk kelompok tani. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani diberikan penyuluhanpenyuluhan supaya kelompok tani mampu berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang memadai dan mampu menopang kesejahteraan keluarganya. Perkembangan bidang ekonomi diatas sangat positif, namun dilain pihak, pengembangan ekonomi tidak selalu dapat sejalan dengan upaya pemerintah dalam melestarikan seni-budaya Betawi. Untuk kawasan Perkampungan Budaya Betawi seperti di Situ Babakan perlu diupayakan pengembangan ekonomi yang
4
sejalan dengan kebudayaan Betawi. Dalam upaya melestarian seni-budaya Betawi di dalam Perkampungan Budaya Betawi terdapat kelompok atau group kesenian, seperti Gambang Kromong, Qasidah, dan Dangdut. Sejalan dengan keagamaan yang dianut oleh mayoritas penduduk, maka group Qasidah memiliki jumlah kelompok yang terbesar yaitu 10. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah
karakteristik
masyarakat
dalam
mengembangkan
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan? 2. Bagaimanakah aktivitas komunikasi masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan? 3. Bagaimanakah perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan? 4. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik dan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan?
Tujuan Penelitian Dari
permasalahan
yang
telah
dirumuskan
sebelumnya,
dapat
digambarkan beberapa aspek yang perlu diketahui sehubungan dengan aktifitas komunikasi dan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan karakteristik anggota masyarakat Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan. 2. Mendeskripsikan aktivitas komunikasi anggota masyarakat Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan. 3. Mendeskripsikan perilaku anggota masyarakat Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan. 4. Menganalisis hubungan antara karakteristik dan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan.
5
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk Pemerintah DKI Jakarta, khususnya sebagai bahan informasi dan kajian bagi segenap pihak yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi terutama komunikasi di bidang kebudayaan.
6
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pembangunan
Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan usaha untuk membuat satuan sosial dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki serangkaian peraturan untuk mencapai tujuan (Cherry dalam Rakhmat, 2000). Sedangkan Theodorson dalam Liliweri (1997), menyatakan komunikasi sebagai proses pengalihan informasi dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok orang lain yang mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi dalam Pembangunan Pada umumnya di dalam setiap proses pembangunan, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi hasil pembangunan, selalu terjadi proses komunikasi antara pihak-pihak yang terkait. Proses komunikasi yang berlangsung pada dasarnya dimaksudkan untuk saling memahami, menumbuhka n pengertian, serta menyamakan persepsi yang berkaitan dengan pembangunan yang hendak dilaksanakan. Pembahasan serta penetapan Situ Babakan sebagai Perkampungan
Budaya
Betawi
dalam
forum-forum
Rapat
Koordinasi
Pembangunan (Rakorbang), baik pada tingkat daerah, kecamatan, maupun desa, jelas melalui suatu proses komunikasi yang melibatkan pihak pemerintah dan masyarakat. Komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas, komunikasi
pembangunan meliputi peran dan fungsi
komunikasi antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya, cara, serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan dari pemrakarsa pembangunan ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tadi (Nasution, 1996).
7
Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi sebagai suatu proses, yaitu pencapaian gagasan-gagasan pemikiran oleh sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilaku (Rogers dan Rogers, 1976). Penyampaian gagasan-gagasan pemikiran tersebut dapat langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 1993). Proses komunikasi akan dapat mengubah perilaku orang lain apabila komunikasinya komunikatif Carl I. Hovland (Effendy, 1986). Di dalam proses komunikasi, Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai kawasan wisata terjadi interaksi antara pihak Pemda dengan masyarakat maupun tokoh masyarakat sampai akhirnya terlahir suatu keputusan. Didalam pengambilan keputusan, proses komunikasi terlihat ketika manusia berinteraksi untuk mencapai tujuan pengintegrasian, baik antar individu dalam kelompok maupun di luar kelompok. Operasionalisasi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai Kawasan Wisata melibatkan berbagai unsur, seperti Pemda DKI Jakarta sebagai sumber informasi, masyarakat maupun tokoh masyarakat sebagai penerima, dan ada pesan yang jelas mengenai pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan yang disampaikan melalui forum pertemuan. Tampak dengan jelas bahwa di sini terjadi interaksi antar komponen seperti layaknya interaksi unsur-unsur komunikasi di dalam proses komunikasi. Menurut Berlo (1960), proses komunikasi melibatkan interaksi dari enam unsur penting komunikasi, yaitu: source, encoder, message, channel, decoder, dan receiver. Sedangkan Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa dalam proses komunikasi berinteraksi unsur-unsur
komunikasi yang terdiri atas: sumber,
pesan, saluran, penerima, efek, dan umpan balik. Konseptual Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai Kawasan Wisata
seyogyanya menekankan “pendekatan komponen”,
yakni menelaah variabel-variabel: sumber, pesan atau saluran untuk menentukan bagaimana hubungannya dalam proses komunikasi. Seperti komunikasi pembangunan yang dilihat sebagai suatu proses menyeluruh, termasuk pemahaman terhadap khalayak serta kebutuhan-kebutuhannya, perencanaan komunikasi di sekitar strategi-strategi yang terpilih, pembuatan pesan-pesan,
8
penyebaran, penerimaan, umpan balik, dan bukan hanya kegiatan langsung satu arah dari komunikator kepada penerima yang pasif (Rogers, 1976). Dia harus menggambarkan interrelasi antara komponen-komponennya, termasuk juga lingkungan dimana proses komunikasi itu berlangsung (Rogers dan Rogers, 1976).
Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah, proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh informasi. Barlund dalam Liliweri (1997),
proses komunikasi dimaksudkan
sebagai serial gerakan yang memberi dan menerima pesan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akhir. Aktivitas komunikasi yang dilakukan seseorang atau kelompok massa akan menentukan efektifitas komunikasi. Efek komunikasi massa dalam pembentukan realitas sosial dibentuk ketika informasi memberikan status yang sama sebagai pengamatan langsung dari realitas fisik. Perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa-penerima informasi, perubahan perasaan atau sikap dan perubahan perilaku yang terdiri dari perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berhubungan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai. Sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi polapola tindakan atau kebiasaan berprilaku. Menurut Ahmadi (1999), aktivitas komunikasi dipengaruhi faktor intern dan ekstern. Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang berpusat pada persona, berupa sikap, instink, kepribadian, Faktor intern dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat
dalam
seluruh
aktivitas
manusia
dan
berpadu
dengan
faktor
sosiopsikologis (Rakhmat, 2000). Faktor biologis sangat mempengaruhi berlangsungnya komunikasi, misalnya kesiapan untuk melihat-membaca yang
9
berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk mendengarkan suara yang berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan aspek emosional, dan konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat, 2000). Menurut Rogers (1976), faktor intern merupakan faktor kemauan, pengetahuan dan pengertian seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor ini akan mempengaruhi berlangsungnya aktivitas komunikasi yang pada akhirnya akan menentukan berhasil tidaknya (efektif) suatu komunikasi. Faktor situasional atau faktor eksternal juga mempengaruhi aktivitas komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang. Faktor situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang berpengaruh terhadap perilaku. Samson dalam Rakhmat (2000) membagi faktor situasional ke dalam tiga kelompok, yaitu :1) aspek objektif dari lingkungan seperti geografis, iklim, sosial, temporal, suasana perilaku; 2) lingkungan psikososial seperti iklim organisasi/kelompok; 3) stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku seperti orang lain. Media Massa Media merupakan saluran komunikasi yang dari segi sifat dan jangkauannya dibagi atas media individual dan media massa. Media individual meliputi surat, telepon dan telegram yang digunakan dalam proses komunikasi persona.
Media
massa
merupakan
saluran
komunikasi
yang
bersifat
umum/massal yang meliputi pers (surat kabar), radio, film dan televisi dengan fungsi sosial yang kompleks (Arifin, 1994). Menurut Lionberger dan Gwin (1982), media massa merupakan saluran komunikasi yang digunakan oleh masyarakat yang tidak saling kenal, seperti radio, televisi, bahan-bahan publikasi, tape dan Koran. Kontak dengan media massa adalah bagian dari usaha mencari dan menyebarkan informasi di mana individu atau masyarakat mendapatkan informasi melalui media massa baik cetak maupun media elektronik. Dalam kaitan ini kontak dengan media massa juga merupakan keterdedahan masyarakat terhadap media. Menurut Shore dalam Halim (1992) keterdedahan adalah
10
mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan sedikitnya jumlah perhatian minimal pada pesan media. Menurut
Jahi
(1988),
media
cetak
memiliki
sifat-sifat
yang
menguntungkan, diantaranya: sifat permanent pesan-pesan yang telah dicetak, keleluasaan pembaca dalam mengontrol keterdedahannya dan mudah disimpan dan diambil kembali. Komunikasi Interpersonal Merupakan komunikasi yang sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada orang lain. Sebagai komunikan yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga kapanpun. Kenyataannya komunikasi tatap-muka membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya (Mulyana, 2001) Proses komunikasi interpersonal dan melibatkan dua orang dalam situasi interaksi dimana komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikan kepada komunikan, dan komunikan mengawas sandi tersebut. Sampai di situ komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena komunikasi interpersonal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder. Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh karena itu umpan balik bisa bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Komunikasi interpersonal, bersifat tatap muka sehingga tanggapan komunikan dapat segera diketahui. Dalam hubungan ini komunikator perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan agar komunikasi yang telah berhasil sejak awal dapat dipelihara keberhasilannya (Effendy, 1986). Kontak dengan sesama anggota masyarakat, maupun dengan Pembina dan tokoh masyarakat merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang dapat berupa perilaku membicarakan informasi. Perilaku ini pada dasarnya sudah
11
mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan. Dalam komunikasi interpersonal, tindakan komunikasi seseorang secara langsung dengan orang lain sekaligus telah bermakna memberi dan mencari informasi. Menurut Gonzales dalam Jahi (1988) pada komunikasi tatap muka, umpan balik umumnya lebih segera. Kontak dengan Pembina, yang merupakan interaksi anggota dengan individu atau kelompok lain yang mempunyai keterkaitan pembinaan dengan anggota yang bersangkutan seperti penyuluh, pegawai dari instansi terkait dan sebagainya. Partisipasi Sosial Partisipasi
diartikan
sebagai
keterlibatan
mental/pikiran
dan
emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha tersebut (Davis, 1985). Partisipasi diartikan juga sebagai bentuk keterlibatan masyarakat setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pembangunan atau pelaksanaan proyek (White, 1981). Peranserta atau partisipasi masyarakat dinyatakan secara eksplisit mendapat penekanan dalam pembangunan daerah pada era otonomi. Hal ini tampaknya didasari oleh suatu pertimbangan bahwa partisipasi masyarakat memiliki arti penting dalam pembangunan daerah. Ada tiga alasan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (1) partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, serta
sikap
pembangunan
masyarakat serta
setempat,
yang
tanpa
kehadirannya
proyek-proyek
akan
gagal;
(2)
program
masyarakat
lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka lebih mengetahui seluk beluk proyek serta akan tumbuh rasa memiliki proyek tersebut; (3) merupakan hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, terutama hak untuk turut urun rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka (Conyers, 1994). Kesadaran masyarakat berpartisipasi akan tumbuh apabila kebutuhan mereka mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan. Oleh karena itu,
12
perlu dikembangkan paradigma komunikasi yang bersifat konvergen, sehingga aspirasi pihak atas dan bawah (pemda-masyarakat) sama-sama terakomodasi dalam program-program pembangunan daerah setempat. Namun, konvergensi tersebut sangat sulit terwujud apabila pendekatan komunikasi pembangunan tetap mengacu pada paradigma linier. Apabila kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan harus dicapai secara partisipatif, maka media massa patut diberikan peranan yang berarti dalam proses mencapai tujuan pembangunan tersebut. Dalam kaitan ini Schramm (dalam Jahi, 1988) menunjukkan bahwa ada tiga fungsi media massa dalam pembangunan yaitu: (1) memberitahukan rakyat tentang pembangunan nasional, memusatkan perhatian mereka pada kebutuhan untuk berubah, kesempatan untuk menimbulkan perubahan, metode dan cara menimbulkan perubahan, dan jika mungkin meningkatkan aspirasi, (2) membantu masyarakat berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog, dan menjaga agar informasi mengalir baik ke atas maupun ke bawah, dan (3) mendidik rakyat agar memiliki keterampilan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk ikut urun rembug (memberi saran, pertimbangan) dalam merencanakan pembangunan mencerminkan hak masyarakat untuk berkomunikasi, dan hal ini merupakan hak asasi manusia (Fiesher dan Harms, 1983). Informasi pembangunan Masyarakat Informasi merupakan pesan yang disampaikan dalam proses atau aktivitas komunikasi. Menurut Kincaid dan Schramm (1977), informasi adalah setiap hal yang membantu dalam menyusun atau menukar pandangan tentang alam kehidupan yang dinyatakan dengan pengertian, gagasan, pemikiran, atau pengetahuan. Strater dalam Liliweri (1997), mengatakan informasi adalah kegiatan pengumpulan atau pengolahan data sehingga data dapat menghasilkan pengetahuan dan keterangan yang baru. Informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi yang ditujukan untuk pemberdayaan-pembangunan masyarakat harus sesuai dengan karakteristik masyarakat dan wilayah. Komunikasi pembangunan merupakan upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal
13
dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas (Nasution, 1996).
Perilaku Masyarakat Perilaku adalah tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun dalam berhubungan dengan lingkungan atau situasi (Goulb dan Kolb, 1964). Dalam ilmu psikologi, perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal berupa instink individu dengan lingkungan psikologinya (Lewin dalam Rakhmat, 2000). Berlo (1960), menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan pelakunya. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus yang sering menimpanya. Menurut kamus komunikasi, istilah perilaku komunikasi berarti tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi (Effendy, 1989). Sedangkan, peubah perilaku komunikasi menurut Rogers (1976) antara lain: Keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal, keterdedahan terhadap media massa, dan partisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak dengan agen pembaharu, mencari informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan kepemimpinan/kepemukaan pendapat. Manusia sebagai makhluk yang berakal dan aktif akan selalu berusaha untuk mencari kebutuhan yang sesuai dengan dirinya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sigmund Freud dalam Gerungan (1996) bahwa jika manusia bukan merupakan sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dalam ruang dan waktu, dan menyatakan diri sebagai keseluruhan jiwa raga yang aktif. Kebutuhan seseorang terhadap informasi akan mampu menggerakkan secara aktif usaha melakukan pencarian terhadap sumber informasi. Pada kebanyakan orang, perilaku komunikasinya dapat diamati melalui kebiasaan mereka berkomunikasi. Mengamati perilaku komunikasi, seyogyanya dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan penalaran sendiri.
14
Pengetahuan Pengetahuan adalah semua informasi yang diperoleh seseorang dari berbagai sumber yang ada disekitarnya. Pesan berupa informasi yang diterima seseorang tersebut menurut Lionberger dan Gwin (1982) sesuai dengan Gonzales dalam Jahi (1988) menghasilkan tiga macam efek yaitu: (1) afektif merupakan aspek emosional, (2) kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, dan (3) konatif yang merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemampuan bertindak. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada kawasan kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan-belajar. Pengetahuan (Knowledge) adalah hierarki pertama dalam taksonomi tujuan pendidikan kawasan kognitif dengan hierarki selanjutnya adalah comprehension, application, synthesis dan evaluation (Bloom dalam Padmowihardjo, 1994). Walgito (2002) menyatakan bahwa pengetahuan adalah mengenal suatu obyek baru yang selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang obyek itu. Seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang obyek tersebut. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik atau umum; ingatan mengenai metode atau proses; ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan (Kibler et al. 1981, dalam Zahid 1997). Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Winkel (1987) bahwa pengetahuan merupakan ingatan tentang hal-hal yang pernah dipelajari (fakta, kaidah, prinsip atau metode). Menurut Soekanto (2001), pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran seseorang sebagai hasil penggunaan pancaindera. Sementara Supriyadi (Zahid 1997), mengemukakan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungannya. Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu.
15
Penjelasan-penjelasan di atas menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat sesuatu yang telah dilakukan atau dipelajari. Sikap Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan, seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Van den Ban dan Hawkins 1999). Sikap juga adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Hal ini sejalan dengan pernyataan Meyrs dalam Sarwono (2002)
yang
menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang, yang ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang. Mar’at (1981)
menyebutkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut, selanjutnya memberikan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik dan buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap. Sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar (Sarwono, 2002). Pengalaman yang dimaksud adalah tentang obyek yang menjadi respon evaluasi dari sikap. Proses belajar dalam pengalaman adalah sebagai peningkatan pengetahuan individu terhadap obyek sikap. Proses belajar tersebut didapat melalui interaksi dengan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor emosional (Azwar, 2003). Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk tindakan, baik lisan maupun tulisan. Menurut Arif (1995) sikap merupakan tingkah laku manusia yang masih terselubung atau belum menampakkan diri keluar, yang dapat dikatakan sebagai kesiapan atau kecenderungan untuk bereaksi terhadap obyek tertentu yang dihadapi, dilihat, diraba, didengar, dicium, dan dirasa pada suatu lingkungan tertentu.
16
Tindakan Tindakan merupakan suatu tindakan nyata (action) yang dapat dilihat atau diamati (Rogers dan Shoemaker, 1986). Tindakan tersebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai pada penentuan sikap untuk bertindak atau tidak bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera. Selanjutnya Arif (1995) menjelaskan bahwa tingkah laku adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Ini berarti bahwa tingkah laku itu tidak bisa secara spontan dan tanpa tujuan, melainkan harus ada sasaran baik ekplisit maupun implisit. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Hasil penelitian para ahli menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara sikap dengan perilaku (Azwar, 2003). sikap (attitude) sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap sangat menentukan perilaku (behavior) seseorang. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan termasuk masalah lingkungan. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu obyek, besar kemungkinan mempunyai niat untuk berperilaku positif juga terhadap obyek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap obyek tersebut. Pernyataan-pernyataan di atas memperlihatkan bahwa perilaku individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Perilaku dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal). Proses interaksi itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono, 2002). Perilaku (B) adalah fungsi (f) karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: B = f(P,E) (Brigham 1991 dalam Azwar, 2003).
17
Karakteristik Masyarakat Lionberger dan Gwin (1982) mengemukakan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal antara lain adalah peubah personal. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa karakteristik yang dimiliki seseorang itu berbeda dari orang yang satu ke orang yang lain, dan kadang-kadang perbedaan tersebut sangat bervariasi. Dalam hubungannya dengan perilaku masyarakat dan adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan perilaku masyarakat antara lain demografi, seperti: umur, pendidikan, pengetahuan, dan pendapatan (Bettinghaus, 1973). Sedangkan oleh Rogers (1976), dikemukakan bahwa peubah karakteristik sosial ekonomi yang banyak digunakan dalam studi difusi inovasi, ada beberapa peubah, antara lain: umur, pendidikan, kemampuan baca tulis, status sosial (pendapatan, kesehatan, dan lain-lain).
Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan telah ditetapkan menjadi kawasan wisata budaya, agro, dan air. Pada tanggal 20 Januari 2001, Gubernur Propinsi DKI Jakarta telah meresmikan penggunaan bangunan dan penataan lingkungan. Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan adalah suatu tempat dimana dapat ditemui dan dinikmati kehidupan bernuansa Betawi berupa komunitas Betawi, keasrian alam Betawi, tradisi dan kebudayaan alam Betawi. Perkampungan ini seluas 289 ha, terletak di kawasan Kampung Kalibata, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, merupakan kawasan resapan air tawar, terdapat dua buah situ alam yakni Situ Babakan dan Situ Manggabolong ( Imron, et.al, 2001) Dalam S.K. Gubernur Propinsi DKI Jakarta No 92 Tahun 2000 menetapkan bahwa Perkampungan Budaya Betawi adalah wilayah pelestarian alam, lingkungan, ekosistem, serta seni budaya tradisional masyarakat dengan tidak menghambat perkembangan warganya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam usaha pemanfaatan dan pengembangan PBB diarahkan kepada pengembangan wisata budaya, wisata agro, dan wisata air yang berpedoman
18
kepada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Situ Babakan sebagai Sarana Wisata Wisata Air Saat ini di Situ Babakan sudah ada kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi maupun rekreatif, seperti keramba ikan dan pemancingan yang resmi maupun bebas untuk umum. Kecenderungan semakin berkembangnya keramba ikan di Situ, pada satu sisi sangat menggembirakan karena menguntungkan secara ekonomi, terutama bagi penduduk yang tinggal di wilayah Situ Babakan. Namun disisi lain perkembangan ini akan menjadi masalah karena jumlah keramba yang terus meningkat dapat merusak keindahan dan biota air. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena pengusaha keramba ikan semakin banyak dan mungkin saja berasal dari penduduk diluar wilayah Situ Babakan. Tidak tertutup kemungkinan mereka membuat tempat penjagaan keramba ikan yang dibangun diatas air.Kondisi air Situ babakan, pada musim hujan air naik dan pada musim kemarau air stabil. Kondisi situ masih alami. Fungsi Situ Babakan sebagai badan penampung air, resapan air, irigasi dan sebagai tempat penanggulangan air. Kondisi sekitar situ perumahan penduduk dan pepohonan (pohon bamb u dan melinjo). Secara umum beberapa situ di Jakarta saat ini telah mengalami perubahan baik kualitas maupun kuantitas, sehingga mengalami perubahan dari ekosistem alami ke ekosistem buatan yang pada dasarnya mewujudkan ekosistem yang tidak lengkap tentang siklus jaring-jaring makanannya sehingga hal tersebut memberikan indikasi hubungan timbal balik antar komponen lingkungan tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena salah satu sumberdaya air tidak lepas dari tekanan penduduk dan implikasi kegiatan ekonomi, sehingga kondisi situ menjadi sangat memprihatinkan. Wisata Budaya Untuk kegiatan wisata budaya selain adanya rumah Betawi juga terlihat adanya kesenian budaya Betawi seperti orkes melayu 2 buah, orkes keroncong 2 buah, gambang kromong 2 buah. Sejalan dengan keagamaan yang dianut oleh
19
mayoritas penduduk, maka group qasidah memiliki jumlah kelompok yang terbesar yakni 10 kelompok. Demikian juga sudah dibangun panggung terbuka tempat pentas berlangsung. Wisata Agro Untuk kegiatan wisata agro, sudah mulai digalakkan penanaman tanaman langka, tanaman buah-buahan dan tanaman hias. Masyarakat sekitar lebih banyak menanam tanaman buah-buahan yaitu, belimbing, jambu biji dan rambutan. Tanaman langka yang dikembangkan di Situ Babakan antara lain adalah: buni, lobi-lobi, matoa, nona, dan lain-lain. Tanaman-tanaman langka tersebut sebagian adalah jenis-jenis tanaman lokal yang diharapkan cocok untuk daerah setempat. Tanaman hias tidak ketinggalan juga telah dikembangkan dan bahkan tidak hanya untuk keperluan sendiri akan tetapi dapat diperjual belikan. Tanaman hias ini juga dikembangkan di sebelah barat Situ Babakan, memanjang dari sisi utara ke selatan terutama di wilayah RW 08. Jenis-jenis tanaman hias yang dikembangkan di sekitar Situ babakan antara lain adalah: kuping gajah, palem, soka, heliconia, anggrek dan lain-lain. Ada juga tanaman obat keluarga (TOGA) yang dikembangkan di lokasi Situ Babakan antara lain adalah: jahe, mengkudu dan lain sebagainya (Pemda DKI, 2001).
kencur,
20
KERANGKA PEMIKIRAN
Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu tempat dimana kita bisa menikmati suasana alam Betawi, keasrian lingkungan Betawi, kesenian Betawi. Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi diarahkan kepada pengembangan budaya, rumah tinggal, pendidikan, industri rumah tangga, pertanian, perikanan, peternakan dan objek wisata disesuaikan dengan budaya Betawi yang Islami. Kondisi diatas memerlukan perhatian dan tindakan dari semua pihak, agar pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Sikap positif dari masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi sangat diperlukan. Sikap tersebut dapat terbentuk dengan tepat, diperlukan informasi yang dapat memberikan pengetahuan yang benar tentang manfaat dari pembangunan Perkampungan Budaya Betawi. Hal ini erat kaitannya dengan
karakteristik
individu. Karakteristik individu yang berpengaruh terhadap pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah: usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jenis kelamin, dan lokasi tempat tinggal. Tingkat pengetahuan yang memadai dan sikap positif masyarakat sekitar Perkampungan Budaya Betawi terhadap pengembangan PBB dapat mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan PBB. Perilaku masyarakat akan terkait dengan aktivitas komunikasi yang mereka lakukan. masyarakat
berkaitan
dengan
bagaimana
Aktivitas komunikasi
masyarakat
mendapatkan
dan
menyebarkan informasi tentang PBB. Aktivitas komunikasi tersebut dapat terlihat dari keterdedahan pada media massa (cetak, dan elektronik), melalui saluran interpersonal, dan partisipasi sosial. Perilaku masyarakat meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alur berpikir pada gambar 1.
21
KARAKTERISTIK I NDIVIDU (X1) X1.1 Usia X1.2 Pendidikan Formal X1.3 Pendidikan nonformal X1.4 Pekerjaan Utama X1.5 Pekerjaan Tambahan X1.6 Pendapatan X1. 7 Jenis Kelamin X1.8 Lokasi Tempat Tinggal
PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PBBSB (Y) Y 1 Pengetahuan Y 2 Sikap
AKTIVITAS KOMUNIKASI (X2)
Y3
Tindakan
X.2.1 Keterdedahan pada Media Massa (cetak +Elektronik) X2. 2 Keterdedahan pada Saluran Interpersonal X2.3 Partisipasi Sosial
Gambar l. Bagan Alur Berpikir Hubungan antara Variabel
22
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada bulan Juli 2005. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan atas terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Kawasan ini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat kebudayaan yang berbasiskan masyarakat Betawi, dan berpeluang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sembari menjaga kelestarian lingkungan.
Populasi dan sampel Populasi penelitian adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi yakni RW 06, 07, dan 08 dengan masing-masing populasi yaitu 4483 orang, 3806 orang, dan 3724 orang. Penentuan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Penentuan jumlah sampel dalam penelian ini dilakukan berdasarkan rumus Slovin (Walpole 1995) sebagai berikut:
n =
N 1 + N e2
Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan Berdasarkan rumus tersebut, dengan tingkat kesalahan sampel 0,8% diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang yang merupakan masyarakat kawasan PBB. Untuk lebih jelas pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
23
Tabel 1. Populasi dari sampel penelitian RW
Populasi (orang)
%
Sampel
kesalahan
(orang)
06
4483
0,8
40
07
3806
0,8
30
08
3724
0,8
30
Total
12013
0,8
100
Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan metode survei deskriptif korelasional, karena selain mendeskripsikan kondisi yang ada, juga berupaya menjelaskan hubungan diantara variabel yang diamati. Variabel yang diamati adalah karakteristik individu, aktivitas komunikasi dan perilaku masyarakat terhadap pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan.
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada responden, yaitu mengenai karakteristik,
aktivitas
komunikasi
dan
perilaku
masyarakat
terhadap
pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Data sekunder adalah data rekapitulasi yang diperoleh dari kantor kelurahan, kantor camat, serta dari instansi terkait lainnya.
Instrumentasi Pelaksanaan metode survey menggunakan alat Bantu sebagai instrument berupa kuesioner untuk keperluan pengumpulan data. Kuisioner terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1. bagian pertama berisi pertanyaan tentang karakteristik individu, 2. bagian kedua berisi pertanyaan tentang aktivitas komunikasi, dan 3. bagian ketiga berisi pertanyaan tentang perilaku masyarakat terhadap pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ babakan.
24
Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur mengukur apa yang ingin diukur (Ancok dalam Effendi dan Singarimbun, 1989). Validitas diperoleh dengan cara : 1) berdasarkan bimbingan dari komisi pembimbing, 2) menyesuaikan serta memperhatikan literatur, 3) menyesuaikan dan menanyakan langsung kepada responden sesuai kondisi responden.
Reliabilitas Reliabilitas instrumen adalah indek yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya (Ancok dalam Effendi dan Singarimbun, 1989). Cara menguji reliabilitas alat ukur (kuesioner) adalah melakukan uji coba kepada masyarakat yang memiliki kedekatan karakteristik atau relatif sama dengan teknik korelasi product moment, yaitu melalui pen-skor-an untuk pengukuran pertama dan kedua yang dikorelasikan, dengan rumus:
r=
Keterangan:
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X − (∑ X )}{N ∑ Y − (∑ Y )} 2
2
2
2
r : koefisien korelasi atau koefisien keandalan. X : skor total pengukuran pertama Y : skor total pengukuran kedua N : jumlah responden dalam uji coba pengukuran.
Uji kuesioner dilakukan selama dua kali dengan selang waktu 2 hari kepada
15 orang anggota masyarakat Betawi yang bertempat tinggal di
Kelurahan Ragunan Jakarta Selatan. 15 orang ini tidak menjadi responden untuk pengumpulan data hasil penelitian, tetapi memiliki ciri-ciri karakteristik yang relatif sama dengan responden penelitian. Dari uji kuesioner, diperoleh nilai r (koefisien korelasi atau koefisien keandalan) sebagai nilai reliabilitas kuesioner sebesar 0,92, menunjukkan bahwa kuesioner reliabel sebagai instrumen penelitian (hasil perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 1).
25
Definisi Operasional Definisi operasional variabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut: X1
Karakteristik Individu, adalah ciri-ciri yang melekat pada pribadi seseorang (individu) yang meliputi: X1.1 Usia, adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat yang dinyatakan dengan tahun. Ukuran skala rasio dari usia muda, dewasa, tua dan
sangat tua, dengan
kategori yaitu usia muda = 23 - 34
tahun, Dewasa = 35 - 46 tahun, tua = 47 - 58 tahun, sangat tua = 59 - 70 tahun. X1.2 Pendidikan formal, adalah tingkat belajar secara formal yang pernah diperoleh responden, berbentuk skala ordinal dengan empat kategori yaitu rendah (tidak tamat SD/tamat SD), sedang (tamat SMP), tinggi (tamat SMA), sangat tinggi (lulus perguruan tinggi, D2/D3/D4/S1); X1.3 Pendidikan nonformal, adalah kursus/pelatihan yang berhubungan dengan kebudayaan, yang pernah diikuti oleh responden dalam dua tahun terakhir, yang dinyatakan dengan banyaknya pelatihan/kursus yang pernah diikuti. Pengukurannya berdasarkan skala rasio yaitu: rendah = satu sampai dua kali, sedang = tiga sampai empat kali, tinggi lebih dari lima kali X1.4 Pekerjaan Utama, adalah jenis kegiatan pokok yang dilakukan responden setiap hari, sehingga responden mendapat penghasilan dari kegiatan tersebut, data diukur dengan skala nominal. X1.5 Pekerjaan Tambahan, adalah jenis kegiatan yang dilakukan responden disamping pekerjaan utama, sehingga responden mendapat penghasilan tambahan dari kegiatan tersebut, data diukur dengan skala nominal. X1.6 Pendapatan, adalah penghasilan responden rata-rata satu bulan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dalam bentuk uang (rupiah). Pendapatan diukur dengan skala ordinal, yang dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu rendah = Rp1.000,000 - Rp1.500,000, sedang =Rp1.500,000 Rp2.000,000. dan tinggi = lebih dari Rp2.000,000.
26
X1.7 Jenis kelamin,
adalah identitas seksual yang melekat pada diri
seseorang responden yaitu laki-laki atau perempuan. X1.8 lokasi tempat tinggal, yaitu jarak tempat tinggal responden ke Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, dikategorikan dengan dekat = kurang dari satu kilometer, sedang = satu koma lima sampai lima kilometer, jauh = lebih dari lima kilometer. X2 Aktivitas komunikasi, adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan responden untuk memperoleh informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Hal ini diukur melalui tiga variabel yaitu keterdedahan pada media massa, keterdedahan pada saluran interpersonal, dan partisipasi sosial. X2.1 Keterdedahan pada media massa, adalah aktivitas responden untuk menyimak atau mendedah media massa cetak dan elektronik. a. Keterdedahan media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, dan sebagainya yang dihitung berdasarkan lama waktu atau jumlah jam yang dipergunakan selama satu minggu dalam satu bulan terakhir dari saat wawancara, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori. Variasi alokasi waktu yang dipergunakan responden nol hingga sepuluh jam per minggu yang dikelompokkan menjadi nol sampai lima jam per minggu, enam sampai sepuluh jam per minggu, dan lebih dari sepuluh jam per minggu, dengan waktu mendengarkan pagi, siang, sore, dan malam hari. b. Keterdedahan pada media elektronik adalah aktivitas responden untuk mendengarkan, menonton, menyimak atau mendedah siaran radio dan televisi yang dihitung berdasarkan lama waktu atau jumlah jam yang dipergunakan selama satu hari dalam satu bulan terakhir dari saat wawancara, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan tiga kategori. Keterdedahan responden pada radio berdasarkan alokasi waktu yang dipergunakan: kurang dari satu jam per hari, satu sampai dua jam per hari, dan lebih dari dua jam per hari dengan waktu mendengarkan pagi, sore, dan malam hari. Keterdedahan responden pada televisi berdasarkan alokasi waktu yang dipergunakan
untuk menonton: kurang dari tiga jam per
27
hari, tiga sampai lima jam per hari, dan lebih dari lima jam per hari dengan waktu menonton pagi, siang, sore, dan malam hari. X2.2 Keterdedahan pada saluran Interpersonal, adalah kegiatan komunikasi responden secara personal dan berkelompok, yang meliputi kontak terhadap penyuluh, institusi, pengelola PBBSB, tokoh masyarakat, dan
anggota masyarakat. Diukur dengan skala rasio dan
dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan satuan kali per bulan selama satu bulan terakhir dari saat wawancara untuk berhubungan dengan orang lain, yaitu nol , satu sampai dua, tiga sampai lima, dan lebih dari lima kali perbulan X2.3 Partisipasi Sosial adalah interaksi dan keterlibatan responden dalam kegiatan sosial
dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi
kegiatan pengajian, arisan,
kerja bakti, dan ronda. Diukur dengan
skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan jumlah jam perminggu selama satu minggu terakhir dari saat wawancara, yaitu nol sampai tiga jam, tiga sampai lima jam, lebih dari lima jam. Y
Perilaku masyarakat, adalah hasil interaksi yang ditimbulkan oleh masyarakat berupa pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice) melalui informasi yang diterima dengan menggunakan atau memanfaatkan
media
massa
dan
media
interpersonal
dalam
mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Y1
Pengetahuan, adalah sejauh mana masyarakat mengetahui/ memahami konsep program yang tertuang dalam PERDA Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, Diukur dengan skala ordinal.
Y2 Sikap, adalah sejauh mana masyarakat mengikuti atau mengabaikan Materi program yang berkaitan dengan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Diukur dengan skala ordinal
28
Y3 Tindakan, adalah segala usaha yang telah diperbuat oleh masyarakat dalam rangka pelaksanaan program pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Diukur dengan skala ordinal Analisa Data Data yang dianalisis meliputi: 1. analisis hubungan karakteristik
individu dengan perilaku masyarakat
dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, dan 2. analisis hubungan aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Analisis data dilakukan melalui uji Chi Kuadrat, dengan rumus: ? Dimana:
2 =
(o i - e i ) 2 ∑ e i
?2
: Chi Kuadrat
o
: nilai teramati
e
: nilai harapan
29
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Geografi Kelurahan Srengseng Sawah merupakan salahsatu dari 6 (enam) kelurahan
di Wilayah Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986. Luas wilayah seluruhnya 674,70 Ha, berbatasan dengan Kelurahan Lenteng Agung dan Kelurahan Jagakarsa sebelah utara, sebelah timur dengan Kali Ciliwung, sebelah selatan dengan Kota Depok, serta sebelah barat dengan Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak. Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, meliputi Rukun Warga (RW) 06, 07, dan 08. Mempunyai luas 289 hektar, dengan batas fisik, sebelah utara dengan jalan Mochamad Kahfi sampai dengan jalan Desa Putra, sebelah timur dengan jalan Desa Putra, jalan Pratama, Jalan Wika serta jalan Mangga Bolong Timur dan jalan lapangan Merah, sebelah selatan dengan jalan Desa Putra, Jalan Pratama, jalan Wika, jalan Mangga Bolong Timur, dan jalan lapangan Merah,
serta
sebelah barat dengan jalan Mochamad Kahfi. Sedangkan Komplek Yon Zikon dan komplek Yayasan Desa Putra tidak termasuk dalam kawasan PBBSB. Kondisi geoklimat wilayah dicirikan oleh topografi yang semuanya dataran rendah, dengan suhu udara rata-rata 27 sampai 30 derajat Celsius, ketinggian kurang lebih 50 m di atas permukaan laut (dpl), dan curah hujan tahunan berkisar antara 2000 - 2500 mm. Penduduk. Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan terdiri atas 19 RW (Rukun Warga) dan 156 RT (Rukun Tetangga). Jumlah penduduk pada akhir tahun 2005 sebanyak 46.939 jiwa, terdiri atas 24.438 jiwa pria (52,06%) dan 22.501 jiwa perempuan (47,94%). Kepadatan ratarata penduduk di Kelurahan ini adalah 6.944 jiwa per Km persegi.
30
Mayoritas penduduk di Kelurahan Srengseng Sawah adalah orang Betawi, walaupun sudah banyak penghuni berasal dari luar DKI Jakarta. Jumlah penduduk ditiap RW dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk di Tiap RW di Kelurahan Srengseng Sawah No.
WNI
RW LK
PR
JML
1.
01
1,667
1,696
3,363
2.
02
2,033
1,978
4,011
3.
03
1,965
1,796
3,761
4.
04
943
717
1,660
5.
05
1,942
1,641
3,583
6.
06
1,959
1,765
3,724
7.
07
1,963
1,843
3,806
8.
08
2,295
2,188
4,483
9.
09
3,010
2,674
5,684
10.
10
563
499
1,062
11.
11
637
612
1,249
12.
12
640
670
1,310
13.
13
694
656
1,350
14.
14
669
687
1,356
15.
15
844
867
1,711
16.
16
1,262
1,161
2,423
17.
17
452
402
854
18.
18
404
404
808
19.
19
497
243
740
Jumlah
24,438
22,501
46,939
Sumber: Kelurahan Srengseng Sawah, 2005
Sebagian besar penduduk Kelurahan Srengseng Sawah adalah masyarakat Betawi, sehingga adat-istiadat yang berlaku adalah Budaya Betawi, dan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun demikian, kerukunan antar-umat beragama sudah berjalan dengan baik sehingga kehidupan bermasyarakat antara pemeluk agama satu dengan yang lain saling menghormati. Jalan dan Transportasi Arus urbanisasi penduduk telah meningkat diakibatkan pertumbuhan lalu lintas yang semakin cepat. Tingkat pertumbuhan lalu lintas tersebut telah menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan.
31
Pintu gerbang Situ Babakan yang saat ini merupakan pintu keluar masuk menuju lokasi Situ Babakan yang akan dijadikan wisata air, wisata budaya dan wisata agro terlalu sempit apabila dilalui oleh bus-bus pariwisata.. Dengan kondisi sarana transportasi yang
masih minim tersebut maka akan terjadi
kesulitan bagi bus-bus wisata dengan ukuran cukup besar untuk dapat masuk ke lokasi Situ Babakan. Pendapatan Daerah Sumber pendapatan di kelurahan Srengseng Sawah saat ini adalah berasal dari penerimaan anggaran rutin, bantuan dari Pemerintah Pusat, bantuan dari Pemerintah Daerah Tingkat I, serta dari swadaya masyarakat yang berbentuk swadaya murni dan swadaya gabungan. Kemudian ada pula dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta pungutan retribusi-retribusi.
Sarana dan Prasarana Wisata Wisata Air Lokasi Situ Babakan sebagai kegiatan wisata air terlihat dari bebek air yang saat ini berjumlah sepuluh buah dan dikelola oleh swasta. Bebek air merupakan salah satu daya tarik pengunjung anak-anak maupun orang dewasa, dengan bayaran Rp 6,000 selama setengah jam pengunjung dapat mengelilingi Situ Babakan. Selain itu kegiatan yang paling banyak diminati pengunjung adalah kegiatan memancing. Sarana untuk tempat tinggal wisatawan yang dikelola secara komersial belum terlihat, kecuali Wisma Betawi yang dibangun sebagai rumah contoh untuk tempat beristirahat bagi para pengunjung atau wisatawan. Wisata Budaya Wisata budaya selain difasilitasi oleh ketersediaan rumah Betawi sebagai tempat beristirahat turis/wisatawan juga terlihat dari adanya kesenian budaya Betawi seperti orkes melayu, orkes keroncong, dan gambang kromong masingmasing sebanyak dua perangkat dan qasidah ada 10 kelompok. Selain itu, juga disediakan panggung terbuka tempat pementasan kesenian Betawi berlangsung. Panggung terbuka ini difasilitasi untuk kegiatan kesenian Betawi dan siapa saja diperbolehkan menggunakan panggung ini dengan terlebih dahulu meminta izin
32
kepada petugas (pengelola) Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) agar jadwal pementasan bisa diatur. Wisata Agro Kegiatan wisata agro, sudah mulai digalakkan dengan melakukan penanaman tanaman
buah dan tanaman hias yang tergolong sudah langka,
misalnya kuping gajah, palem, soka. Masyarakat sekitar lebih banyak menanam tanaman buah yaitu belimbing, jambu biji, dan rambutan. Tanaman langka yang dikembangkan di Situ Babakan antara lain: Buni, Lobi-lobi, Matoa, Nona, dan lain-lain. Tanaman-tanaman langka tersebut sebagian adalah jenis-jenis tanaman lokal yang diharapkan cocok untuk daerah setempat. Ada juga tanaman obat keluarga (TOGA) yang dikembangkan di lokasi Situ Babakan antara lain adalah: Jahe, kencur, mengkudu, dan lain sebagainya. Pelestarian danPengembangan Budaya Betawi Pada tanggal 10 Maret 2005 DPRD DKI Jakarta telah menyetujui Rancangan Peraturan Daerah tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi menjadi Peraturan daerah. Di dalam Perda tersebut ditetapkan bahwa budaya Betawi yang dilestarikan dan dikembangkan adalah budaya Betawi yang berkarakter religius, yaitu Islami. Kondisi dan masalah di bidang budaya adalah belum optimalnya pengembangan kesenian dan kebudayaan, serta masih kurangnya pemahaman dan penghargaan masyarakat terhadap nilai-nilai dan tinggalan sejarah dan budaya maupun kepada para pelaku budaya yang mempunyai andil dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan. Dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang sangat beragam diperlukan sentuhan kebijakan dan tindaklanjut untuk mendukung perbaikan infrastruktur sosial budaya yang telah dimiliki. Infrastruktur sosial ini sangat luas karena menyangkut aspek kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat. Selama ini, pembangunan sosial dan budaya masyarakat di Situ Babakan diarahkan pada pembentukan partisipasi aktif masyarakat, rukun, peduli, mandiri, dan demokratis. Namun demikian, masyarakat
Betawi
belum
memiliki
wadah
khusus
sebagai
tempat
mengapresiasikan karya seni budayanya. Mereka belum dapat untuk setiap saat menyaksikan pertunjukkan kebudayaan dan mendapatkan merchandise khas
33
Betawi, kecuali hanya pada event-event tertentu. Beberapa kebudayaan Betawi yang dapat menjadi kontributor bagi pasar kepariwisataan Jakarta seperti berikut: -
seni musik tradisional (gambang kromong, tanjidor, topeng, rebana, ketimpring,
rebana biang, dan lain-lain,
-
seni tari. (tari topeng, pecak, jali-jali),
-
seni pertunjukan/teater (lenong, ondel-ondel, upacara adat perkawinan, dan lain-lain,
-
seni tradisi islami (sholawatan, ratib, maulid, rajab, nujuh bulan, akekah, dan lain-lain,
-
seni permainan tradisional (tok kadal, petak umpet, galasin, ungkreb, dan lain-lain), dan
-
seni artistik bangunan (ornamen atap menggunakan gigi balang).
Karakteristik Responden Responden dalam studi ini terdiri dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan yang bertempat tinggal di kawasan PBBSB yaitu RW 06, RW 07, dan RW 08. Mereka dipilih sebagai responden karena umumnya mereka terlibat dan mengetahui Budaya Betawi. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 89 persen responden bertempat tinggal di RW 07 dan RW 08 yang jaraknya kurang dari satu kilometer, dan hanya 11 persen responden yang bertempat tinggal di atas satu kilometer dari PBBSB Karakteristik individu responden yang diteliti dalam studi ini adalah usia, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pekerjaan (utama dan tambahan), dan pendapatan. Untuk mengetahui kategori responden dari masing-masing indikator dilakukan teknik analisis deskriptif, dan hasilnya dapat dilihat dalam bahasan berikut ini. Usia responden Sebaran usia responden dalam penelitian ini secara keseluruhan berada pada kisaran antara 23-70 tahun, yang terdiri dari empat kelompok usia yaitu usia muda, dewasa, tua, dan sangat tua. Sebaran usia secara keseluruhan menunjukkan bahwa mayoritas responden masuk dalam kategori usia dewasa (35-46 tahun)
yaitu 36 persen, muda
(23–34 tahun) 31 persen, tua (47–58
34
tahun)
28 persen,
dan sangat tua (59-70 tahun) 5,0 persen. Rataan usia
responden menunjukkan angka 41,3 tahun yang berarti masuk pada kategori dewasa. Usia responden dengan kategori dewasa, menunjukkan bahwa responden dalam kategori usia produktif. Dalam mengembangkan perkampungan budaya Betawi Situ Babakan diperlukan sumberdaya manusia yang potensial, berpengalaman sehingga dapat diharapkan mampu bertindak menjadi pemacu dan penggerak kesadaran masyarakat dalam mengembangkan perkampungan budaya Betawi Situ Babakan, sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No 3 Tahun 2005. Pendidikan Responden. Pendidikan responden dilihat dari pendidikan formal dan nonformal yang diikuti oleh tiap responden. Pendidikan formal responden terdiri atas empat kelompok, yakni tamat SD, tamat SLTP, tamat SMU, dan tamat Perguruan Tinggi/Diploma. Sedangkan pendidikan nonformal dilihat dari frekwensi mereka mengikuti pelatihan dalam satu tahun dan digolongkan atas kategori rendah (1- 2 kali), sedang (3 – 4 kali), dan tinggi (= 5 kali). Tingkat pendidikan formal responden termasuk relatif tinggi, karena terdapat 39 persen lulusan perguruan tinggi/diploma, 37 persen berpendidikan sekolah menengah umum (SMU), 10 persen berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), dan 14 persen berpendidikan sekolah dasar (SD). Dengan demikian masyarakat di sekitar Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan dapat diperkirakan memiliki peluang yang cukup besar untuk berkemampuan menyerap inovasi baru seperti PBBSB dan melakukan penilaian terhadap kondisi serta situasi yang berkembang di Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan dimana mereka bertempat tinggal. Tingkat pendidikan nonformal responden dalam mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan diukur dari banyaknya pelatihan yang pernah diikuti. Semakin banyak mengikuti pelatihan maka dianggap semakin tinggi pendidikan nonformalnya. Tidak ada satupun responden yang memiliki pendidikan nonformal yang tergolong pada kategori tinggi, yaitu lebih dari lima kali dalam satu tahun. Sebanyak 15 persen memiliki pendidikan nonformal yaitu telah mengikuti pelatihan empat kali yang berarti masuk pada
35
kategori pendidikan nonformal sedang. Sebanyak 30 persen telah mengikuti pelatihan dua kali dan tergolong pada kategori pendidikan nonformal rendah. Faktor yang menyebabkan rendahnya frekwensi responden dalam mengikuti pelatihan, karena selama ini yang melakukan kegiatan pelatihan hanya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI jakarta serta dari Dinas Pertanian. Sedangkan Dinas-dinas yang lain belum pernah mengadakan pelatihan. Hal ini dapat dimaklumi karena masing-masing Dinas mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Dengan demikian, rendahnya pengalaman responden dalam mengikuti pelatihan bukanlah disebabkan oleh ketidakpedulian responden akan tetapi lebih banyak disebabkan oleh faktor teknis, yaitu kurangnya pelatihan keteknisan yang melibatkan mereka. Pekerjaan Responden Pekerjaan responden dibagi atas dua bagian, yaitu pekerjaan utama dan tambahan: Pekerjaan utama responden adalah sebagai pekerja di sektor swasta (40%), pegawai negeri sipil (34%), dan di sektor pertanian (26%). Matapencaharian terbesar responden sebagai pegawai swasta dan pegawai negeri sipil dimungkinkan karena sebagian besar responden berpendidikan S1. Responden yang bekerja sebagai petani darat (lahan kering), umumnya adalah dari golongan generasi tua. Selain pekerjaan utama sebagai sumber pendapatan keluarga, sebanyak 39 persen responden memiliki pekerjaan tambahan. Dan sebanyak 27 persen responden bekerja sebagai pembudidaya perikanan dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Terdapat sekitar 125 KJA yang diusahakan oleh penduduk Situ Babakan untuk budidaya ikan mas, nila, dan ikan hias sebagai tambahan pendapatan mereka. Pendapatan Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan responden yang bersumber dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan. Pendapatan responden dikategorikan dalam empat kelompok yaitu pendapatan rendah (Rp1.000,000 – Rp1.500,000/bulan), sedang (Rp1.500,000 – Rp 2.000,000/bulan), tinggi (Rp2.000,000–Rp2.500,000/bulan), sangat tinggi ( > Rp2.500,000/bulan)
Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 59 persen
36
responden berada pada kategori rendah, 21 persen pada kategori tinggi, 11 persen pada kategori sangat tinggi dan 9 persen tergolong pada kategori sedang. Data tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki status ekonomi yang relatif rendah untuk hidup di daerah Jakarta. Rendahnya pendapatan responden antara lain adalah karena mereka yang bekerja sebagai pegawai negeri, umumnya termasuk pada golongan II a sampai III a, dan atau bekerja sebagai staf. Sedangkan mereka yang bekerja di sektor swasta umumnya hanyalah berstatus sebagai karyawan. Responden yang pendapatannya berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi, bekerja di BUMN, dan umumnya mereka mempunyai penghasilan tambahan dari budidaya ikan dengan mengusahakan keramba jaring apung (KJA).
Aktivitas Komunikasi Aktivitas komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh responden
baik dalam menerima informasi maupun dalam menyampaikan
informasi. Penelitian ini mengamati tiga variabel aktivitas komunikasi yang dilakukan responden, yaitu keterdedahan pada media massa (media cetak dan media elektronik), keterdedahan pada saluran interpersonal, dan partisipasi sosial. 1. Keterdedahan Pada Media Massa Tingkat keterdedahan yang diteliti adalah frekuensi, lama dan banyaknya responden membaca koran, majalah, brosur, mendengarkan radio, dan menonton TV yang diukur dalam jam perminggu. a. Keterdedahan terhadap media cetak (Koran dan Majalah) Hasil analisis data keterdedahan responden terhadap media cetak menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang diteliti yakni 100 orang, maka sebanyak 75 orang (75%) menyatakan membaca koran dalam satu minggu terakhir, sebanyak 11 orang (11%) membaca majalah dalam satu minggu terakhir dan 14 orang lainnya (14%) tidak membaca media cetak. Sebanyak empat orang (5,33%) menyatakan membaca koran tujuh kali per minggu, 35 orang (46,67%) membaca koran antara satu sampai dua kali per minggu, 26 orang (34,67%) membaca tiga sampai empat kali per minggu, dan 10 orang (13,33%) lainnya membaca koran antara lima sampai enam kali per minggu. Sedang responden
37
yang membaca majalah antara satu sampai dua kali per minggu sebanyak 11 orang (11%). Rendahnya minat membaca responden disebabkan karena
kesibukan
responden, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dimanfaatkan untuk beristirahat sambil mendengar radio atau menonton televisi. Sedang waktu membaca yang disenangi responden adalah pada pagi hari sebanyak 41 persen, sore hari 16 persen, siang hari 11 persen, dan pada malam hari sebesar 18 persen. Responden yang membeli koran sebanyak 58 persen, pinjam dari kantor 12 persen, dan pinjam dari tetangga sebanyak lima persen. Sebanyak 75 orang dari 100 orang responden yang selalu membaca koran menunjukkan bahwa jenis koran Pos Kota menempati urutan pertama terbanyak yang dibaca oleh sebanyak 22 orang (29,33%), disusul Kompas 20 orang (26,67%), Republika 16 orang (21,33%), Media Indonesia delapan orang (10,67%), Merdeka tujuh orang (9,33%), Suara Jagakarsa satu orang (1,33%), dan koran Indo Pos satu orang (1,33%). Pos Kota merupakan media yang banyak dibaca responden karena beritanya lebih mudah dimengerti dan menarik, bahasa yang digunakan adalah bahasa sederhana, dan harganya murah. Sedangkan Kompas dan Republika, beritanya lebih tajam, membuat pembaca lebih berpikir dan harganya juga lebih mahal. Sebanyak 24 orang (32%) dari 75 orang responden mengaku pernah membaca informasi tentang Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan dari media cetak dan 51 orang (68%) tidak pernah membaca tentang Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Kurangnya promosi dan kurangnya berita mengenai PBBSB, membuat objek wisata ini tidak banyak dikenal orang sehingga perkembangannya sangat lambat. Media yang pernah memuat tentang PBBSB adalah Kompas dan dibaca oleh 10 orang (13,33%), Pos Kota dibaca oleh tujuh orang (9,33%), Republika oleh empat orang (5,33%), Suara Jagakarsa, koran Merdeka dan Indo Pos masing-masing dibaca oleh satu orang (1,33%). Keterdedahan media massa cetak lainnya seperti majalah, relatif rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari semua responden yang diteliti, yang membaca majalah selama seminggu, relatif sedikit yaitu sebanyak 11 orang (11%). Kemudian, dari jumlah tersebut yang menyatakan membaca majalah
38
antara satu sampai dua kali per minggu adalah yang paling banyak, yaitu sembilan orang (81,82%), diikuti oleh responden yang membaca majalah antara tiga sampai empat kali per minggu sebanyak dua orang (18,18%). Intensitas keterdedahan media ini berkisar antara nol sampai tujuh jam per minggu. Jenis majalah yang paling disukai responden adalah Hidayah sebanyak tujuh orang (63,64%), Trubus dua orang (18,18%), dan Tempo sebanyak dua orang (18,18%). Responden yang membeli majalah sebanyak sembilan orang (81,81%), dan pinjam dari tetangga sebanyak dua orang (18,18%). b. Keterdedahan terhadap media elektronik Radio Analisis data lebih lanjut menunjukkan bahwa dari jumlah 100 orang responden, ternyata sebanyak 63 orang (63%) mendengarkan siaran radio antara satu sampai dua jam per hari, kemudian 23 orang (23%) mendengarkan radio kurang dari satu jam/hari, dan sebanyak 14 orang (14%) tidak pernah mendengarkan siaran radio. Responden yang tidak mendengarkan siaran radio karena persoalan rutinitas kerja sehingga tidak punya waktu untuk mendengar radio. Namun ada juga responden yang memang tidak mempunyai radio. Sebanyak 86 orang (86%) responden yang mengaku mendengarkan siaran radio dan menurut stasiun radio yang paling banyak diminati maka sebanyak 48 orang (55,81%) mendengarkan Bens Radio, Elsinta sebanyak 14 orang (16,28%), Radio Republik Indonesia (RRI) sebesar 11 orang (12,79%), Ria FM didengar oleh tujuh orang (8,14%), Radio Kayu Manis (RKM) oleh empat orang (4,66%), Radio Asyafiiyah oleh satu orang (1,16%), dan Radio SP FM didengar oleh satu orang (1,16%). Banyaknya minat masyarakat untuk mendengarkan siaran Bens Radio karena saluran tersebut lebih banyak menyiarkan acara yang bernuansa Betawi dimana salahsatu acaranya adalah tentang Budaya Betawi dengan aksen Betawi. Radio ini kepunyaan orang Betawi asli yakni milik Bapak Benyamin Sueb. Setelah beliau tiada, radio ini dikelola oleh anaknya Biem Benyamin yang memang merupakan
salahsatu penggagas berdirinya Budaya Betawi di Situ
Babakan. Acara radio yang paling banyak didengar responden berturut-turut adalah Berita, hiburan, dan lagu yang masing-masing didengar oleh 29 orang (33,72%), 23 orang (26,74%), dan 18 orang (20,93%). Sedangkan acara budaya daerah, dan
39
kuliah subuh, masing-masing didengar oleh sembilan orang (10,47%), dan tujuh orang (8,14%). Hal tersebut memperlihatkan kenyataan bahwa media radio masih tetap dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan. Frekwensi (keseringan) mendengar siaran radio, satu sampai dua kali per minggu sebanyak 27 orang (31,40%), tiga sampai empat kali per minggu sebanyak 21 orang (24,42%), lima sampai enam kali per minggu 20 orang (23,25%), dan
tujuh kali per minggu sebanyak 18 orang (20,93%). Waktu
terbanyak yang digunakan oleh 39 orang responden (45,35%) untuk mendengarkan siaran radio adalah pada pagi hari yakni sebelum mereka mulai melakukan aktivitas kerja, kemudian 32 orang (37,21%) mendengar siaran radio pada malam hari, dan sebanyak 15 orang (17,44%) mendengarkan siaran radio pada siang hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, stasiun radio yang pernah menyiarkan acara tentang PBBSB sangat minim sekali, sehingga keberadaan PBBSB tidak banyak dikenal. Namun demikian Bens radio pernah menyiarkan acara Budaya Betawi, yang dinyatakan oleh sebanyak 21 orang (24,42%) responden yang pernah mendengar acara tersebut. Intisari dari acara itu adalah informasi sekitar Perkampungan Budaya Betawi, adat perkawinan dan pengembangan pelestarian kebudayaan, dan Betawi tempo dulu dan sekarang. Hanya satu orang (1,16%) dari responden yang mengaku pernah mendengarkan siaran tentang PBBSB di stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) dengan intisari siaran tersebut adalah tentang pengenalan budaya betawi. c.
Keterdedahan terhadap media Televisi (TV) Dibandingkan dengan radio, pemanfaatan TV sebagai media hiburan oleh
responden nampak lebih menonjol. Hal ini dapat diilustrasikan dari hasil lapangan, bahwa responden yang menonton TV sebanyak 100 orang (100%), sedangkan responden yang mendengar siaran radio sebanyak 86 orang (86%). Siaran berita dari TV ditonton oleh 98 orang (98%) responden, sedang berita dari radio didengarkan oleh 29 orang (33,72%). Untuk acara musik yang disiarkan dari TV ditonton oleh 46 persen,
berturut-turut film/sinetron, hiburan, dan
kebudayaan ditonton oleh 38 persen, 11 persen dan 5 persen. Hal tersebut memperlihatkan kenyataan bahwa media TV merupakan media informasi yang
40
penting bagi masyarakat. Namun, disamping itu media TV juga merupakan media hiburan, melalui acara-acara yang dikemas dalam berbagai bentuk, seperti musik dan film/sinetron. Frekwensi (keseringan) sebanyak
menonton TV setiap hari dalam seminggu
36 orang (36%), kemudian menyusul sebanyak 31 orang (31%)
menonton TV antara satu sampai dua kali setiap minggu, sebanyak 18 orang (18%) antara tiga sampai empat kali setiap minggu, dan terakhir 15 orang (15%) antara lima sampai enam kali setiap minggu. Sementara berdasarkan intensitas menonton TV, responden dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu: responden yang memiliki intensitas rendah atau menonton TV kurang dari 4.0 jam/minggu (56%), sedang (4.0–11.0 jam per minggu) sebanyak 27 persen responden, dan tinggi (lebih dari 11.0 jam per minggu) sebanyak 17 persen. Intensitas responden menonton TV sangat bervariasi berkisar dari yang terendah sebesar tiga koma lima jam per minggu hingga yang tertinggi 14 jam per minggu, dengan rata-rata sebesar delapan koma lima jam per minggu. Waktu yang paling banyak digunakan untuk menonton TV adalah malam hari yang ditonton oleh sebanyak 56 responden (56%), kemudian 29 orang pada sore hari (29%) , dan 15 orang pada pagi hari (15%). Hal ini mencerminkan bahwa responden memang memanfaatkan malam hari untuk istirahat sambil berkumpul dengan keluarga dan menikmati hiburan ataupun berita teraktual yang terjadi pada hari tersebut. Stasiun TV yang paling banyak diminati oleh responden berturut-turut adalah RCTI (27%), SCTV (20%), TPI (17%), Trans TV (14%), TVRI (12%), Metro TV (3%), ANTV ( 3%), Lativi (2%), dan Indosiar (2%). Banyaknya responden yang menikmati hiburan dari stasiun RCTI, dikarenakan RCTI merupakan stasiun TV swasta yang pertama di Indonesia dan sudah melekat dihati pemirsa.
Acara sinetron keagamaan yang setiap malam ditayangkan
merupakan siaran yang ditunggu-tunggu oleh responden penonton RCTI dan tentunya dengan tidak meninggalkan acara berita yang memang mereka minati juga. Responden yang pernah menonton acara tentang Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan adalah sebanyak 44 orang (44%), sedang 56 persen
41
menyatakan tidak pernah menonton tayangan tentang PBBSB. Penonton yang tidak pernah menonton tayangan tentang PBBSB, bukanlah karena tidak suka dengan tayangan tersebut, tetapi karena faktor jam tayang yang bersamaan dengan tayangan acara lain dari TV lain yang lebih menarik. RCTI merupakan stasiun TV yang sering menayangkan informasi tentang Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Sebanyak 17 orang (17%) menyatakan pernah menonton tayangan tentang PBBSB di RCTI yang dikemas dalam berita Nuansa Pagi di Situ Babakan, Prosesi Adat Betawi, Pembangunan dan Perkembangan PBBSB, dan lain sebagainya. Acara SCTV ditonton oleh sebanyak 10 orang (10%) dengan acara, pentingnya mempertahankan kesenian dan kebudayaan Betawi. Selanjutnya TVRI ditonton oleh enam orang (6%) berita yang disajikan adalah sejarah Betawi, pelestarian dan prosesi perkawinan adat
Betawi. Stasiun televisi Trans ditonton oleh lima orang (5%) yang
menyajikan acara mengenai ragam budaya Betawi, khitanan ala Betawi, dan perkenalan Situ Babakan. Sedangkan Metro TV ditonton oleh tiga orang (3%) dengan sajian acara, pentingnya mempertahankan Rumah Adat Betawi dan Masakan Betawi.
2. Keterdedahan Pada Saluran Interpersonal Keterdedahan pada saluran interpersonal yang diteliti dalam penelitian ini adalah kontak terhadap pembina Perkampungan Budaya Betawi, yang meliputi kontak dengan penyuluh, instansi terkait, pengelola PBBSB, tokoh masyarakat dan sesama anggota masyarakat. Sebanyak 48 orang responden (48%) menyatakan pernah melakukan kontak dengan pembina perkampungan Budaya Betawi, dan 52 orang (52%) mengatakan tidak pernah. Responden yang tidak pernah kontak dengan pembina PBBSB adalah mereka yang tidak terlibat dengan kegiatan yang ada di PBBSB dan mempunyai pekerjaan di luar PBBSB. Sedang sebanyak 48 persen yang mengatakan pernah kontak dengan pembina PBBSB, diantaranya adalah kontak dengan penyuluh sebanyak lima orang (5%), kemudian kontak dengan tokoh masyarakat (9%), kontak dengan pengelola PBBSB (23%), kontak dengan instansi terkait
(7%) dan kontak dengan sesama anggota masyarakat (4%).
42
Dari lima orang
yang melakukan kontak dengan penyuluh maka
sebanyak satu orang melakukan kontak satu sampai dua kali dalam sebulan dan empat orang melakukan kontak tiga sampai lima kali dalam sebulan. Rendahnya kontak dengan penyuluh dikarenakan kesibukan penyuluh sebagai aparat yang harus membina petani-petani yang berada di kecamatan Jagakarsa. Akibat aktivitas penyuluh yang tinggi membuat masyarakat yang akan bertemu dengan penyuluh tidak bisa setiap saat, padahal dalam pengembangan PBBSB peranserta penyuluh sangat diperlukan dalam memotivasi masyarakat untuk melestarikan Budaya Betawi. Responden yang melakukan kontak dengan tokoh masyarakat sebanyak sembilan orang (9%), lima orang melakukan kontak dengan tokoh masyarakat sebanyak satu sampai dua kali dalam sebulan, tiga orang melakukan kontak sebanyak tiga sampai lima kali dalam sebulan dan satu orang melakukan kontak sebanyak tujuh kali dalam sebulan. Adapun hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah tentang kebersihan. Kebersihan bukan milik pengelola PBBSB tetapi milik bersama dan untuk itu kesadaran dari masyarakat keseluruhan, termasuk pengunjung harus selalu lebih ditingkatkan. Keamanan selalu diperhatikan, agar pengunjung yang berada di PBBSB bisa lebih nyaman dan betah berkunjung sambil menikmati pemandangan indah yang diberikan oleh Situ Babakan. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan PBBSB memang terkesan lambat, namun pasti. Hal ini telah tercermin dari lingkungan sekitar PBBSB yang kini sudah bernuansa Betawi. Kontak dengan pengelola PBBSB sebanyak 23 orang (23%), dimana 11 orang melakukan kontak sebanyak satu sampai dua kali dalam sebulan, sembilan orang melakukan kontak sebanyak tiga sampai lima kali dalam sebulan, dan tiga orang melakukan kontak sebanyak enam sampai delapan kali dalam sebulan. Dalam pertemuan tersebut seringkali yang dibicarakan adalah tentang kegiatan di PBBSB, kerja sama PBBSB dengan sanggar seni Betawi untuk acara pentas yang selalu diadakan setiap hari minggu dan hari libur, jadwal pentas budaya di lingkungan PBBSB, kemajuan dan pengembangan PBBSB dan kesenian Betawi serta perlombaan tari Betawi. Banyaknya responden yang melakukan kontak dengan pengelola PBBSB dikarenakan, petugas selalu berada dikantor pengelola
43
sehingga lebih mudah untuk dihubungi dan petugas dengan senang hati akan bercerita tentang keberadaan PBBSB. Terdapat tujuh orang responden yang melakukan kontak dengan instansi, seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), dan Suku Dinas Pertanian Jakarta Selatan. Sebanyak tiga orang melakukan kontak antara satu sampai dua kali dalam sebulan, tiga orang melakukan kontak sebanyak tiga sampai lima kali dalam sebulan dan satu orang melakukan kontak sebanyak enam kali dalam sebulan. Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang pembuatan ”turap” di Situ Babakan sebagai upaya mempertahankan dan memajukan Budaya Betawi, dan upaya perbaikan serta produktivitas tanaman di lingkungan PBBSB. Responden yang melakukan kontak sesama anggota masyarakat tentang PBBSB sangat sedikit yakni empat orang (4%). Sebanyak tiga orang melakuka n kontak satu sampai dua kali dalam sebulan dan satu orang melakukan kontak tiga sampai lima kali dalam sebulan. Rendahnya kontak terhadap sesama anggota masyarakat, disebabkan karena responden menganggap apa yang diketahui oleh anggota masyarakat lainnya tentang PBBSB sama saja dengan apa yang sudah mereka ketahui tentang PBBSB.
3. Partisipasi Sosial Partisipasi sosial adalah interaksi dan keterlibatan responden dalam kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal
yang meliputi kegiatan
pengajian, arisan, kerja bakti, dan ronda. Dari 100 orang responden yang diteliti, sebanyak 97 orang (97%) terlibat dalam kegiatan sosial, hanya tiga orang (3%) yang tidak terlibat dalam kegiatan sosial. Responden yang tidak terlibat dalam kegiatan sosial
karena umurnya sudah tua
sehingga tidak mampu untuk
melakukan kegiatan yang memerlukan tenaga fisik. Hasil analisis data tentang partisipasi sosial menunjukkan bahwa dari seluruh responden yang diteliti sebanyak 53 orang (54,64%) melakukan kegiatan pengajian yang dilakukan di masjid dengan frekwensi empat kali dalam sebulan, dan waktu yang digunakan untuk pengajian tersebut adalah tiga jam untuk satu kali pengajian. Hal ini sesuai dengan sifat religius orang Betawi, yang merupaka n
44
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri dan terbukti dari besarnya perhatian dan banyaknya responden yang mengikuti pengajian. Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyepakati bahwa budaya Betawi yang perlu dilestarikan dan dikembangkan di PBBSB adalah yang berkarakter religius Islami. Sebanyak 28 responden mengikuti kegiatan arisan. Kegiatan ini diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu. Pelaksanaannnya dilakukan dari rumah kerumah yang dilakukan setiap hari Senin setiap minggu, dengan lama mengikuti arisan dua jam. Pada saat melakukan arisan, pernah dibicarakan tentang PBBSB dengan inti pembicaraan adalah tentang kegiatan yang ada di PBBSB, kemajuan PBBSB, kebersihan dan keindahan lingkungan, kelanjutan program PBBSB, melestarikan kesenian dan kebudayaan Betawi. Responden yang melakukan kerja bakti di lingkungan masing-masing sebanyak 16 orang (16%). Kegiatan ini dilakukan setiap hari Minggu, dengan waktu
dua jam. Sewaktu melakukan kerja bakti ternyata responden masih
membicarakan tentang persoalan PBBSB, terutama tentang bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dari pengunjung maupun pedagang yang berjualan di sekitar Situ Babakan, menjaga kebersihan Situ Babakan yang menjadi objek wisata air dan sebagainya. Hal lain yang juga penting bagi keamanan adalah ronda. Ronda dilakukan oleh tiga orang setiap malam, dan dilakukan secara bergiliran dari setiap warga yang tinggal di kawasan PBBSB dengan lama meronda setiap malam adalah lima jam. Terbukti dengan adanya ronda, lingkungan sekitar PBBSB lebih aman dari lingkungan lainnya.
Perilaku Masyarakat Perilaku masyarakat diukur berdasarkan tiga indikator yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Masing-masing indikator diukur dengan menggunakan skor pada setiap indikator. Skor dari masing-masing pertanyaan per indikator dijumlahkan sesuai dengan pertanyaan dalam bentuk kuesioner pada tiap responden, sehingga akan mudah diketahui bahwa pernyataan responde n
45
menunjukkan tingkat pemahaman pengetahuan yang dimilikinya dan apakah dengan pengetahuan tersebut dapat menguatkan sikap dan tindakan mereka. Perilaku masyarakat berdasarkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dalam Mengembangkan Perkampungan Budaya betawi Situ Babakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perilaku masyarakat No 1
2
3
Perilaku Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Kategori
Jumlah Jiwa
(%)
Rendah
27
27
Sedang
31
31
Tinggi
42
42
Rendah
21
21
Sedang
45
45
Tinggi
34
34
Rendah
31
31
Sedang
26
26
Tinggi
43
43
a. Pengetahuan Tabel dua menunjukkan bahwa pengetahuan responden berada pada kategori tinggi sebesar 42 persen, kategori sedang 31 persen, dan tingkat kategori rendah 27 persen. Ukurannya adalah melalui pernyataan responden dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan dengan Konsep Program Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan (PBBSB) yakni: 1) Tujuan diadakannya PBBSB, 2) Sasaran dari PBBSB, 3) Fungsi dari PBBSB, dan 4) Hak dan kewajiban sebagai penghuni PBBSB, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok jawaban, bila jawaban tepat diberikan skor tiga dan kurang tepat diberikan skor dua untuk jawaban yang tidak tahu diberi skor satu, selanjutnya dikategorikan pengetahuan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Dalam hal ini terlihat bahwa pengetahuan responden dapat dikatakan baik, karena cukup mengetahui dan memahami tentang konsep program PBBSB
46
b. Sikap Sikap responden diukur melalui peryataan dalam bentuk pertanyaan, dimana responden akan memilih salah satu alternatif jawaban. Pertanyaan yang disampaikan kepada responden berkaitan dengan Materi Program Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Jawaban setuju skor tiga, ragu-ragu skor dua dan jawaban kurang setuju skor satu. Kemudian dikategorikan menjadi sikap tinggi, sedang, dan rendah. Kategori responden berdasarkan sikap adalah sebagai berikut: kategori tinggi 34 persen, kategori sedang 45 persen, dan kategori rendah 21 persen. Sikap responden dalam hal ini dapat dikatakan sedang. Hal ini disebabkan karena responden masih ragu-ragu akan keberlangsungan PBBSB, karena yang mereka lihat selama ini adalah Pengembangan PBBSB yang relatif sangat lambat. c. Tindakan Data yang diperoleh tentang tindakan responden menunjukkan bahwa sebanyak 43 persen responden tergolong pada kategori tinggi, kategori sedang 26 persen, dan kategori rendah 31 persen. Ukurannya didasarkan pada pernyataan responden dalam bentuk sajian pertanyaan sebagai upaya yang telah dilakukan atau tidak dilakukan melalui pelaksanaan program Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, apabila jawabannya adalah melakukan, skor tiga, kadang-kadang diberi skor dua, dan tidak melakukan diberi skor satu. Kemudian tindakan dikategorikan menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dalam hal ini terlihat bahwa responden melaksanakan apa yang ditugaskan kepada mereka sebagai masyarakat yang bertempat tinggal dikawasan PBBSB, seperti setiap rumah harus bernuansa Betawi, menjaga kebersihan Situ Babakan sebagai objek wisata air, dan apabila diperlukan maka masyarakat (responden) yang memiliki jaring apung di Situ Babakan bersedia dipindahkan ke Situ Mangga Bolong. Hubungan Karakteristik Individu Dengan Perilaku Masyarakat Hasil uji antar variabel yang memiliki hubungan adalah yang memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian statistik seperti terlihat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik individu, yaitu pendidikan formal dan nonformal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan tentang PBBSB, pendapatan dengan sikap berhubungan nyata, dan berhubungan
47
sangat nyata dengan tindakan. Sedangkan lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan. Tabel 4. Analisis korelasi karakteristik individu dengan perilaku masyarakat. Perilaku Karakteristik Individu
Pengetahuan
Sikap ?²
Tindakan
?²
Sig
Sig
?²
Sig
Umur
45,600
0,572
61,378
0,093
41,666
0,729
Pendidikan Formal
18,151
0,006
2,212
0,899
3,708
0,716
Pendidikan Nonformal
13,834
0,088
0,160
0,997
0,141
0,998
Pekerjaan Utama
2,873
0,579
3,375
0,497
2,473
0,649
Pekerjaan Tambahan
5,881
0,437
5,097
0,531
10,625
0,101
Pendapatan
4,581
0,599
15,032
0,020
18,749
0,005
Jenis Kelamin
4,746
0,093
3,756
0,153
0,196
0,907
Lokasi Tempat Tinggal
1,398
0,497
8,262
0,016
13,517
0,001
a. Usia Usia responden dalam mengembangkan PBBSB tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan
masyarakat.
Artinya tinggi rendahnya usia
tidak
berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang PBBSB. Hal ini disebabkan karena responden sama-sama merasa bertanggungjawab terhadap perkembangan Budaya Betawi Situ Babakan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua responden (tua-muda) dan bahkan masyarakat yang bukan responden dari berbagai kategori usia ternyata memiliki tanggungjawab yang besar akan kelangsungan perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Usia responden tidak berhubungan dengan sikap karena sikap responden terhadap pengembangan PBBSB sangat bervariasi yakni ada yang beranggapan bahwa pengembangan Budaya Betawi Situ Babakan sebagai suatu objek dari salahsatu partai politik dan bahkan masih banyak dari mereka yang belum tahu tentang Budaya Betawi. Walau faktor usia tidak berhubungan dengan tindakan, namun semua responden sangat
mendukung dengan adanya PBBSB di
Kelurahan Srengseng Sawah. Hal ini terbukti dengan keikutsertaan responden dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di dan oleh PBBSB.
48
b. Pendidikan formal, dan Pendidikan nonformal Pendidikan formal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan. Berarti responden yang berpendidikan tinggi akan memiliki kemampuan lebih baik di dalam menyerap inovasi baru (seperti PBBSB) sehingga pengetahuannya akan lebih baik dibanding dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Pendidikan nonformal berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan responden tentang PBBSB karena pelatihan yang pernah mereka ikuti
cukup banyak
memberikan informasi tentang PBBSB sehingga pengetahuan mereka lebih baik. Pendidikan formal maupun pendidikan nonformal responden tidak berhubungan dengan sikap dan tindakan.. Kondisi tersebut dapat dipahami, karena responden yang berpendidikan tinggi memilih bekerja disektor formal, seperti pegawai negeri maupun pagawai swasta sehingga perhatian dan ketersediaan waktu mereka dalam mengembangkan PBBSB relatif kurang. Namun mereka tetap sangat mendukung adanya PBBSB di lingkungan mereka, yang dilihat dari partisipasi mereka untuk selalu berusaha menghadiri acara yang diadakan di PBBSB c. Pekerjaan Pekerjaan responden dalam mengembangkan PBBSB tidak berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan. Hal ini dapat dimengerti karena mayoritas responden bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang dan pertani. Demikian juga dengan pekerjaan tambahan responden yaitu mayoritas mempunyai Keramba Jaring Apung (KJA) di Situ Babakan. Karena alasan ini maka keterlibatan responden di PBBSB lebih banyak dilakukan pada hari libur atau sore hari setelah mereka pulang dari bekerja. Namun demikian sikap responden terhadap PBBSB tergolong sangat baik. Hal ini terlihat dari aktivitas mereka yang bertempat tinggal di PBBSB dan dahulunya hanya bekerja sebagai petani, sekarang mulai mendirikan warung-warung disekitar Situ Babakan. Dengan dibukanya PBBSB sebagai objek wisata, usaha warung mereka juga dapat menambah penghasilan keluarga. Sebagian besar (69,23%) responden memiliki keramba jaring apung di Situ Babakan. Namun mereka tetap patuh pada peraturan yang di tetapkan. Misal,
49
ketika Pemda DKI Jakarta melarang atau memindahkan keramba jaring apung yang ada di Situ Babakan, mereka akan mematuhinya dengan kesepakatan adanya tempat pengganti untuk usaha budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung yang mereka usahakan. d. Pendapatan Pendapatan
responden
tidak
berhubungan
dengan
pengetahuan.
Pendapatan responden yang relatif rendah untuk ukuran Jakarta, yakni Rp1.000,000 – Rp1.500,000 per bulan tidak memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan informasi tentang PBBSB secara maksimal, karena dengan penghasilan yang rendah, tidak mungkin bagi mereka untuk membeli koran. Tingkat pendapatan yang diperoleh responden belum memenuhi target, karena dengan pendapatan tersebut responden hanya dapat menggunakannya untuk kebutuhan keluarga yang cukup besar. Pendapatan responden berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan. Hal ini disebabkan responden mempunyai sikap positif yaitu mau menerima berbagai inovasi baru didalam mengembangkan PBBSB. Sebagai contoh, walaupun responden memiliki pekerjaan tetap, ternyata mereka juga memiliki pekerjaan tambahan seperti membuka warung di sekitar lokasi PBBSB. Hal ini berarti
responden begitu sangat terbantu di dalam
memperoleh tambahan pendapatan. Tindakan merupakan implikasi dari penyerapan pengetahuan yang diperoleh responden disamping terjadi perubahan sikap pada diri responden, sehingga jelas bahwa terdapat hubungan antara pendapatan dengan sikap dan tindakan dari responden. Karena dengan perubahan sikap dan tindakan, dapatlah diharapkan adanya peningkatan pendapatan yang difasilitasi oleh adanya pekerjaan tambahan yang dimiliki oleh responden. Umumnya pekerjaan tambahan responden yakni membudidayakan ikan dengan sistem jaring apung. Tindakan responden ini sangat menunjang program pemerintah sekaligus dapat mengembangkan PBBSB sebagai objek wisata agro.. e. Jenis Kelamin Jenis kelamin menunjukkan tidak ada hubungan dengan semua variabel perilaku masyarakat. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan ketika mereka melaksanakan kegiatan di PBBSB.
50
f. Lokasi Tempat Tinggal Lokasi tempat tinggal responden berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan, hal ini disebabkan sebagian besar responden (89%) bertempat tinggal kurang dari satu km dari PBBSB sehingga mereka mengerti dan memahami keberadaan PBBSB sebagai objek wisata. Hal ini terlihat dari tindakan responden didalam mendukung setiap kegiatan yang diadakan di PBBSB, dengan terlibat secara langsung dalam berbagai bentuk kegiatan yang diadakan. Hubungan Aktivitas Komunikasi Dengan Perilaku Masyarakat Hasil analisis statistik pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa tidak semua variabel aktivitas komunikasi berhubungan dengan semua unsur perilaku masyarakat. Variabel aktivitas komunikasi yang berhubungan sangat nyata adalah keterdedahan pada media massa (cetak dan elektronik), dengan sikap dan tindakan dan keterdedahan pada saluran interpersonal dengan pengetahuan. Sedangkan
partisipasi sosial berhubungan sangat nyata dengan sikap dan
berhubungan nyata dengan tindakan responden terhadap PBBSB. Tabel 5. Analisis korelasi aktivitas komunikasi dengan perilaku masyarakat Perilaku masyarakat Aktivitas Komunikasi
Ketertedahan pada Media
Pengetahuan ?²
Sig
1,831
0,767
13,176 0,412
Sikap ?²
Tindakan Sig
?²
Sig
19,423
0,001
42,322
0,000
0,010
7,516
0,311
5,883
0,208
0,982
23,413
0,000
12,318
0,015
Massa Ketertedahan pada Saluran Interpersonal Partisipasi Sosial
a. Keterdedahan Media Massa Berhubungan sangat nyata dengan Sikap dan Tindakan, tetapi tidak berhubungan dengan pengetahuan Terdapatnya hubungan sangat nyata antara keterdedahan media massa (cetak dan elektronik) dengan sikap dan tindakan responden di dalam mengembangkan PBBSB terjadi karena dua media massa yang tersebar di masyarakat (cetak dan elektronik) relatif banyak dan mudah diterima. Penyampaian pesan dari media massa seperti radio, lebih banyak disampaikan oleh mereka yang mengerti tentang
51
kebudayaan Betawi, sehingga masyarakat lebih mudah memahami dan menerima isi pesan yang disampaikan.. Namun demikian tidak terdapat perbedaan antara keterdedahan media massa dengan pengetahuan, hal ini terjadi karena masyarakat yang berada dilingkungan PBBSB sebagian besar mempunyai pekerjaan diluar PBBSB, sehingga kurang dalam menyerap dan menerima informasi baru yang disampaikan oleh media massa. b. Keterdedahan Saluran Interpersonal Berhubungan dengan Pengetahuan Terdapat hubungan yang sangat nyata antara keterdedahan pada saluran interpersonal dengan pengetahuan dalam mengembangkan PBBSB. Hal ini terlihat dari arah pesan yang cenderung dua arah dimana responden melakukan kontak langsung dengan sumber pesan ( pengelola PBBSB, penyuluh, tokoh masyarakat) untuk memperoleh informasi yang terkait dengan pengembangan PBBSB.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontak personal yang dilakukan oleh responden dengan pembina PBBSB cukup baik yang terlihat dari seringnya responden mengadakan pertemuan dengan pengelola PBBSB, penyuluh dan tokoh masyarakat. Semakin sering responden berhubungan dengan Pembina PBBSB maka informasi yang diperoleh mereka tentang PBBSB semakin banyak dan pengetahuan merekapun meningkat. Tidak terdapatnya hubungan antara saluran interpersonal dengan sikap dan tindakan responden, disebabkan karena terpaan saluran interpersonal tidak merata keseluruh responden, akibatnya responden yang kurang mendapat terpaan saluran interpersonal tidak tanggap akan perubahan yang terjadi mengenai PBBSB. c. Partisipasi Sosial, berhubungan dengan sikap dan tindakan Partisipasi sosial dalam mengembangkan PBBSB, dimaksudkan sebagai kegiatan komunikasi responden dalam suatu pertemuan (Pengajian, Arisan, Kerja Bakti, Ronda). Partisipasi sosial berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan, hal ini disebabkan responden secara langsung mengimplementasi apa yang menjadi program dari pihak pengelola PBBSB maupun dari para pembina, tokoh masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial yang secara langsung melibatkan diri responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sosial
52
masyarakat sangat baik dan cenderung untuk mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat itu sendiri. Tidak terdapatnya hubungan nyata antara partisipasi sosial pengetahuan dalam mengembangkan PBBSB dikarenakan
dengan
dalam setiap
pertemuan lebih banyak dibicarakan mengenai kegiatan kerohanian. Hal ini sesuai dengan sifat religius orang Betawi yang merupakan pembawaan, dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disyukuri dan terbukti dari besarnya perhatian dan banyaknya orang Betawi yang rajin mengikuti pengajian. Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyepakati bahwa Budaya Betawi yang perlu dilestarikan dan dikembangkan adalah yang berkarakter religius Islami. Pertemuan lain yang diadakan responden adalah arisan, pada pertemuan ini yang dibahas dan dibicarakan adalah lebih banyak tentang kegiatan kelompok, seperti kegiatan pertanian. Walaupun mereka pernah juga membicarakan pengembangan PBBSB, namun informasi yang didapat tidak banyak. Kerja bakti dan ronda adalah bentuk partisipasi sosial yang ikut diteliti. Dari dua kegiatan ini juga tidak banyak didapat informasi tentang pengembangan PBBSB. Walaupun kegiatan yang dilakukan responden berada dalam kawasan PBBSB, namun kegiatan tersebut lebih banyak bersifat kekebersihan lingkungan dan keamanan lingkungan.
53
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 1. Warga masyarakat di sekitar PBBSB berusia 23 sampai 70 tahun, rata-rata usia 41,3 tahun, pendidikan cukup tinggi (tamat SMU hingga perguruan tinggi), pekerjaan bervariasi (PNS, swasta, dan petani) dan mempunyai pekerjaan tambahan (pembudidaya KJA, satpam, dan marbot masjid) dengan pendapatan yang relatif kecil untuk ukuran Jakarta. 2. Aktivitas komunikasi responden yaitu dalam hal keterdedahan pada koran relatif rendah dibanding dengan radio dan TV, rendahnya minat baca disebabkan karena kesibukan responden dalam bekerja sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dimanfaatkan untuk mendengar radio atau menonton TV. Sebagian besar responden melakukan kontak dengan Pembina PBBSB, yakni penyuluh, tokoh masyarakat, dan pengelola PBBSB. Partisipasi sosial responden dalam kegiatan pengajian, arisan, kerja bakti, dan ronda malam relatif tinggi. 3. Pengetahuan responden tentang konsep program PBBSB dapat dikatakan tinggi, sikap responden dapat dikatakan sedang, dan tindakan responden tergolong tinggi. Hal ini terbukti dengan kesungguhan responden untuk mengikuti setiap peraturan yang diterapkan di lingkungan PBBSB. 4. Karakteristik individu yang berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan tentang PBBSB adalah pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendapatan berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan. Lokasi tempat tinggal berhubungan nyata dengan sikap dan berhubungan sangat nyata dengan tindakan. Sedangkan Aktivitas komunikasi yang berhubungan dengan perilaku masyarakat adalah keterdedahan pada media massa yang berhubungan sangat nyata dengan sikap dan tindakan. Keterdedahan pada saluran interpersonal (kontak dengan pengelola PBBSB, penyuluh dan tokoh masyarakat) berhubungan sangat nyata dengan pengetahuan. Sedangkan Partisipasi sosial berhubungan sangat nyata dengan sikap dan berhubungan nyata dengan tindakan.
54
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa saran-saran diajukan sebagai berikut: 1. Keberadaan PBBSB adalah salahsatu langkah yang perlu ditinjaklanjuti oleh Pemda DKI Jakarta, sehingga perlu adanya kepedulian dari pihak Pembina PBBSB terhadap kondisi masyarakat
agar proses pengembangan dan
pelestarian PBBSB terus berlangsung sebagai kawasan objek wisata. 2. Pendidikan nonformal sangat penting, oleh karena itu perlu ditingkatkan pelatihan-pelatihan, terutama yang berhubungan dengan kebudayaan Betawi 3. Agar PBBSB lebih dikenal secara luas, promosi melalui media massa (cetak dan elektronik) perlu ditingkatkan.
55
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi A. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Ancok J. 1995. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Di dalam: Singarimbun M, Effendi S, editor. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Arifin A. 1994. Strategi Komunikasi. Bandung: Armico. Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arif M. 1995. Materi Pokok Organisasi dan Manajemen. Universitas Terbuka, Jakarta. Azwar S. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Ed ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berlo DK. 1960. The Process of Communication; An Introduction To Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston. Bettinghaus, Erwin P. Persuasive Communication. Holt, Rinehart, and Winston. New York. 1973. Conyers D. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Penerjemah: Susetiawan. Editor: Affan Gafar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Davis K dan John W.N. 1985. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga Effendy OU. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju Effendy OU. 1993. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Effendy OU. 1986. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Remadja Karya CV. Fisher D, Harms LS ( editor). 1983. The Right to Communicate: a New Human Right. Dublin: Boole Press. FT UI. Lembaga Tehnologi. 2000. Penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi. Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco
56
Goulb, J. and W.L. Kolb. 1964 A Dictionary of The Social Science. The Free Press. New York. Halim N.R. 1992. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam KUD dan Pemanfaatan Kredit Pedesaan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tesis pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Imron et al. 2001. Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan. Jakarta. Jahi A. (editor). 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 92 Tahun 2000. Tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kodya Jakarta Selatan. Kerlinger FN. 2002. Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi ketiga. Simatupang LR, Penerjemah; Koesoemanto HJ, editor. Yogyakarta: Gajah Mada Univ pr. Terjemahan dari: Foundation of Behavioral Research Third Ed. Kincaid LD dan Schramm W. 1977. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: LP3ES. Liliweri A. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti. Lionberger, Herbert F. and Paul H. Gwin. 1982 Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. Illinois: The Interstate Orienters and Publishers, Inc. Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia, Jakarta. Mulyana D. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya, Bandung. Nasution Z. 1996. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Penerapannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Teori
dan
Padmowihardjo S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka. [Pemda] DKI Jakarta. 2001. Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi di Kalurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta
57
Selatan. Final Report Analisis Dampak Lingkungan (Amdal). Biro Bina Penyusunan Program Provinsi DKI Jakarta. Rakhmat J. 2000. Psikologi Komunikasi. Ed. Revisi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Rogers EM, Rogers RA. 1976. Communication in Organizations. New York: The Free Press. Sarwono B. 2002. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka, Jakarta. Soekanto S. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Singarimbun M. dan S Effendi, 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Tirtawinata R. dan Lisdiana Fachruddin. 1999. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Mekarsari, Cimanggis.Bogor [UURI] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sisipan Forum Keadilan No. 40. 7 Januari 2001. Van den Ban A.W, and Hawkins H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian (Terjemahan) Kanisius, Yogyakarta. Walgito B. 2002. Psikologi Sosial. ANDI, Yagyakarta. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Penerjemah: Bambang Sumantri. Ed Ke3, Cetakan ke-6. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Winkel W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta. White A. 1981. Community Participation in Water and Sanitation: Concept, Strategies, and Methods. Tachnical Paper International Conference. Centre for Community Water Supply and Sanitation. The Hague-The Netherlands. Zahid A. 1997. Hubungan Karakteristik Peternak Sapi Perah dengan Sikap dan Perilaku Aktual dalam Pengelolaan Limbah Peternakan. Tesis pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 1 Hasil Perhitungan Reabilitas No.
X
Y
1.
42
45
2.
42
45
3.
43
46
4.
43
47
5.
40
43
6.
41
44
7.
42
45
8.
40
43
9.
42
45
10.
40
43
11.
42
45
12.
41
45
13.
42
46
14.
42
46
15.
42
46
? X = 624
? Y = 674
( ? ? ) 2 = 389376
( ? ? )2 = 471 969
? ? ? ? = 420576
? ?? = 28054
? ? 2 = 25972
? ? 2 = 30306
r = 15 x 28054 - 420576 _________________________ v [ 15 x 25972 – 389376 ] [15 x 30306 – 471 969
r = 234 253,09
= 0,92
60
Lampiran 2 Karakteristik Responden Karakteristik
Kategori
Jumlah (orang) 31
Persentase (%) 31
Dewasa (35 – 46 tahun)
36
36
Tua (47-48 tahun)
28
28
Sangat Tua (59-70 tahun)
5
5
Pendidikan
Rendah (tidak tamat SD dan tamat SD)
14
14
Formal
Sedang (Tamat SLTP)
10
10
Tinggi (Tamat SMU)
37
37
Sangat Tinggi (D2, D3, S1)
39
39
Pendidikan
Rendah: (1 – 2 kali)
30
30
Nonformal
Sedang: (3 – 4 kali)
15
15
Tinggi : (5 – 6 kali)
-
-
Sangat Tinggi: (> 7 kali)
-
-
Usia
Muda (23-34 tahun)
Pekerjaan
PNS
34
34
Utama
Swasta
40
40
Petani
26
26
Pekerjan
Satpam
06
06
Tambahan
Marbot Masjid
02
02
Sopir
04
04
Keramba Jaring Apung
27
27
Rendah (Rp. 1.000,000 – Rp. 1.500,000 / bulan)
59
59
Sedang (RP. 1.500,00 – Rp. 2.000,000 /bulan)
9
9
Tinggi (Rp. 2.000,000 – Rp. 2.500,000 /bulan)
21
21
Sangat Tinggi ( > Rp. 2.000,000 / bulan)
11
11
Pendapatan
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
Lokasi Tempat
Dekat (< 1 km)
89
89
Tinggal
Sedang (1,5 – 5 km)
11
11
Jauh ( > 5 km)
0
0
61
Lampiran 3 Rata-Rata Frekuensi Aktivitas Komunikasi Aktivitas Komunikasi Keterdedahan Media Massa Keterdedahan Saluran Interpersonal Partisipasi Sosial
Rata-Rata Frekuensi
Keterangan
2,59 kali / minggu
86%
2,3 kali / hari
48%
3 jam / hari
97%
Lampiran 4 Rata-Rata Skor Perilaku Masyarakat Perilaku
Rata-Rata Skor
Pengetahuan
2,74
Sikap
2,73
Tindakan
2,77
62
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA
Nama Responden
:………………………………………………………
Jenis Kelamin
:………………………………………………
Alamat
:………………………………………………………
Enumerator
:………………………………………………………
Jenis Kelamin
:………………………………………………………
Alamat
:………………………………………………………
Tanggal Wawancara :………………………………………………………
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
63
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER 1. Lembar kuisioner diisi dengan huruf capital; 2. Harap diisi dengan lengkap identitas enumerator beserta nama responden dan tanggal pelaksanaan kegiatan; 3. Dalam wawancara responden, enumerator hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak teknis dan tidak terlalu rumit. Gunakan kaidah: jelas, sederhana dan menyeluruh; 4. Dalam wawancara, responden boleh saja tidak berurutan seperti pada kuisioner ketika menanyakan responden, akan tetapi semua pertanyaan dalam kuisioner harus ditanyakan; 5. Bila ada koreksi dalam penulisan harap diberikan tanda khusus agar mudah dimengerti; 6. Mulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan bersahabat serta jangan menggunakan pertanyaan yang mempunyai banyak makna; 7. Harap tidak menggunakan pertanyaan yang mengandung SARA
64
Berilah tanda (v) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu.
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Berapakah Umur Bapak/Ibu pada saat ini?...............tahun (dibulatkan ke ulang tahun terdekat) 2. Apakah pendidikan formal terakhir Bapak/Ibu? TL SD
SLTA
SD
D-l / I I / I I I
SLTP
S-1
3. a. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti kursus/latihan yang berkaitan dengan Budaya Betawi?
Ya
atau Tidak.
b. Jika jawaban Ya, berapa kali Bapak/ibu mengikuti kursus/pelatihan tersebut?.........kali
c. Sebutkan instansi/lembaga yang menyelenggarakan kursus tersebut! …………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………….. d. Menurut Bapak/Ibu apakah kursus tersebut penting? Ya
atau
Tidak
Alasan bila ya………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Alasan bila tidak…………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………. 4. Saat sekarang pekerjaan pokok Bapak/Ibu dimana …..……………………………………………………………………………… 5. Disamping pekerjaan pokok, apakah Bapak/Ibu memiliki pekerjaan tambahan a. Ya b. Tidak
65
6. Kalau jawaban ya, Bapak/Ibu bekerja dimana …………………………………………………………………………………….. 7. Berapa penghasilan pokok Bapak/Ibu dalam satu bulan a. Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000.b. Rp 1,500.000 - Rp 2.000.000.c. Rp 2.000.000 - Rp 2.500.000,d. > Rp 2.500.000,8. Berapa penghasilan tambahan Bapak/Ibu dalam satu bulan a. Rp 1.000.000 - Rp 1.500.00,b. Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000,c. Rp 2.000.000 - Rp 2.500.000,d. > Rp 2.500.000,9. Berapa jauhkah jarak rumah Bapak/Ibu dari PBB Situ Babakan a. < 1 km b. 1 - 5 km c. > 15 km
II. AKTIVITAS KOMUNIKASI Media cetak 1. Dalam satu minggu terakhir apakah Bapak/Ibu membaca media cetak? a. Ya b. Tidak 2. Jika jawaban ya, media cetak apa yang Bapak/Ibu baca Jenis media
Nama media
Sumber
Frek (kali)
lama
1). Koran
........
.........
.........
.........
2). Majalah
........
........
.........
.........
3). Brosur
........
........
.........
.........
4). Tabloid
........
........
.........
.........
5). Folder
........
........
.........
.........
6).Lainnya
........
........
.........
.........
66
3. Jika tidak, mengapa? …………………………………………………………………………………….. 4. Kapan biasanya Bapak/Ibu membaca media cetak? a. Pagi hari b. Siang hari c. Sore hari d. Malam hari 5. Dari media cetak yang dibaca, apakah Bapak/Ibu menemukan informasi yang berhubungan dengan PBB? a. Ya b. Tidak 6. Jika jawaban ya, dari media cetak mana?, berapa kali?, dan tentang apa? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …… Media Elektronik (radio) 7.Apakah Bapak/Ibu mendengarkan siaran radio dalam satu bulan terakhir a. Ya b. Tidak 8. Jika jawaban ya, dari stasiun radio mana, Stasiun radio
Acara
Frek (kali)
Lama
1)………………
……..
……..
……..
2). …………….
……..
……..
……..
3). ……………
……..
……..
……..
4). ……………
……..
……..
……..
9. Jika jawaban tidak, mengapa? ……………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………….. 10. Kapan biasanya Bapak/Ibu mendengar radio a. Pagi hari b. Siang hari
67
c. Sore hari d. Malam hari. 11. Apakah siaran radio yang Bapak/Ibu dengar menyajikan informasi tentang PBB a. Ya b. Tidak 12. Jika jawaban ya, dari radio mana?, berapa kali?, dan tentang apa? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……
Televisi 13. Apakah Bapak/Ibu menonton siaran televisi dalam satu minggu terakhir a. Ya b. Tidak 14. Jika jawaban ya, stasiun televisi mana yang Bapak/Ibu pilih. Stasiun televisi
acara
Frek (kali)
Lama
1). TVRI
………
………
………
2). RCTI
………
………
………
3). SCTV
………
………
………
4). TPI
………
………
………
5). Trans TV
………
………
………
6). Indosiar
………
………
………
7) Metro TV
………
………
………
8). Lativi
………
………
………
9). TV Global
………
………
………
10). TV 7
………
………
………
11). Lainnya……
………
………
………
15. Jika jawaban tidak, mengapa? ……………………………………………………………………………………
68
…………………………………………………………………………………… …… 16. Kapan biasanya Bapak/Ibu menonton televisi? a. Pagi hari, b. Siang hari c. Sore hari d. Malam hari 17.Apakah siaran televisi yang Bapak/Ibu tonton pernah menyajikan berita tentang PBB? a. Ya b. tidak 18. Jika jawaban ya, dariTelevisi mana?, berapa kali?, dan tentang apa? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …… Kontak Interpersonal 19. Dalam satu bulan terakhir, apakah Bapak/Ibu pernah kontak dengan Pembina PBB. a. Pernah b. Tidak pernah 20. Jika jawaban pernah, berapa kali /lama kontak dengan orang-orang dibawah ini Sumber interpersonal
Frek(kali)
Lama
1) Penyuluh……….
………..
……….
2) Tokoh masyarakat
………..
……….
3) Pengelola PBB
………..
……….
4) Instansi terkait
………..
……….
5) Sesama anggota masyarakat
………..
……….
6) Lainnya…….
………..
………..
69
21. Jika jawaban tidak, mengapa? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …… 22. Biasanya kapan kontak dengan orang-orang tersebut? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …… 23. Pada saat kontak dengan orang-orang tersebut di atas, apakah Bapak/Ibu membicarakan tentang PBB? a. Ya b. Tidak 24. Jika jawaban ya, dengan siapa?, berapa kali?, dan tentang apa? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …… Partisipasi sosial 25. Dalam 1 bulan terakhir, apakah Bapak/Ibu ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan? a. Ya b. Tidak 26. Jika jawaban ya, kegiatan kemasyarakatan apa saja yang Bapak/Ibu ikuti
Jenis Kegiatan
Frek (kali)
Lama
Tempat
1) Pengajian
……….
……..
……….
2) Arisan
……….
……..
……….
3) Kerja bakti
……….
……..
……….
4) Ronda
……….
……..
……….
70
5) Posyandu
……….
……..
……….
6) Lainnya
………
……..
…….....
27. Jika tidak mengapa? …………………………………………………………………………………… 28. Kapan biasanya diadakan kegiatan tersebut di atas? a. Seminggu sekali b. Dua minggu sekali c. Tiga minggu sekali d. Sebulan sekali 29.Apakah dari kegiatan tersebut, Bapak/Ibu mendapatkan informasi tentang PBB a. Ya b. Tidak 30. Jika jawaban ya, dalam kegiatan apa?, berapa kali?, dan tentang apa? …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
III. PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PBB A. Konsep Program 1. a. Tujuan diadakannya PBB di Situ Babakan adalah untuk melindungi dan membina secara terus menerus tata kehidupan, seni budaya tradisional Betawi, apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang hal ini. a. Tahu b. Tahu tetapi sedikit c. Tahu sebagian besar d. Tidak tahu
71
b. Dengan adanya PBB tersebut, apakah Bapak/Ibu setuju? a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju d. Sangat setuju c. Jika jawaban setuju, apa yang Bapak/Ibu lakukan ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... d. Jika tidak, mengapa …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 2. a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui sasaran dari PBB itu sendiri a. Mengetahui b. Mengetahui tapi sedikit c. Mengetahui sebagian besar d. Tidak mengetahui b. Jika salah satu sasaran dari diadakannya PBB adalah untuk: Meningkatkan kesadaran masyarakat mempertahankan keberadaan kampung bernuansa Betawi apakah bapak setuju a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. kurang setuju c. Jika setuju, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan a. Mengikuti apa yang diperintahkan b. Mematuhi setiap larangan c. Melestarikan lingkungan d. Semua jawaban benar d. Jika tidak, apa yang Bapak/Ibu lakukan …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
72
3. a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui, salah satu fungsi dari PBB adalah untuk Penelitian a. Tahu b. Tahu tetapi sedikit c. Tahu sebagian besar d. Tidak tahu b. Apakah Bapak/Ibu setuju PBB dijadikan tempat penelitian a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju d. Sangat setuju c. Jika setuju, apa yang Bapak/Ibu lakukan a. Membantu b. Membantu tetapi sedikit c. Membantu sebagian besar d. Tidak membantu d. Jika tidak, mengapa ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 4. a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang hak dan kewajiban sebagai penghuni yang berada di kawasan PBB a. Tahu b. Tahu tetapi sedikit c. Tahu sebagian besar d. Tidak tahu b. Jika jawaban tahu, apakah Bapak/Ibu setuju a. Tidak setuju b. Kurang setuju c. Setuju c. Sangat setuju
73
c. Apa yang akan Bapak/Ibu lakukan jika salah satu ketentuan dari hak dan kewajiban adalah: Wajib mematuhi segala ketentuan peraturan yang berlaku. a. Mengikuti b. Mengabaikan c. Tidak mau tahu d. Tidak mengikuti B. Materi Program 1. a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui nilai-nilai Budaya Betawi a. Tidak mengetahui b. Kurang mengetahui c. Mengetahui d. Sangat mengetahui b. Menurut Bapak/Ibu, apakah nilai-nilai Budaya Betawi perlu dipertahankan a. Tidak perlu b. Kurang perlu c. Perlu d. Sangat Perlu c. Jika perlu, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan a. Menjaganya b. Memeliharanya c. Mempertahankannya d. Semua jawaban benar d. Jika tidak perlu, mengapa ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... e. Apa saja nilai-nilai budaya Betawi yang Bapak/Ibu kertahui ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 2. a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Seni/Budaya Betawi? a. Mengetahui tetapi sedikit b. Mengetahui sebagian besar c. Mengetahui
74
d. Sangat mengetahui b. Menurut Bapak/Ibu, apakah kesenian tradisional Betawi perlu di kembangkan a. Kurang perlu b. Tidak perlu c. Perlu d. Sangat perlu c. Jika perlu, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan a. Ikut serta dalam kegiatan kesenian b. Ikut Mempromosikannya c. Melatih bagi yang membutuhkan d. Semua jawaban benar d. Kesenian/Budaya Betawi apa saja yang Bapak/Ibu ketahui …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 3.a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa setiap ruma h yang berada di kawasan PBB harus bernuansa Betawi a. Mengetahui tetapi sedikit b. Mengetahui sebagian besar c. Mengetahui d. Sangat mengetahui b. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan peraturan tersebut a. Tidak setuju b. Kurang setuju c. Setuju d. Sangat setuju c. Jika setuju, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan a. Tidak mengikuti b. Mengikuti c. Mengabaikan
75
d. Jika tidak mengapa ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 4.a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui, jaring apung yang ada di Situ Babakan dapat merusak lingkungan perairan a. Tidak tahu b. Kurang tahu c. Tahu d. Tahu sekali b. Jika tahu, apakah Bapak/Ibu setuju seandainya jaring apung yang ada di Situ Babakan di pindahkan a. Kurang setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju c. Apabila jaring apung tetap di pindahkan, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan? a. Menerima b. Menolak c. Meminta ganti rugi d. Mendiamkan saja 5. a. Untuk menambah wawasan masyarakat sekitar PBB, apakah perlu diadakan khusus keterampilan yang bernuansa Betawi a. Kurang perlu b. Tidak perlu . c. Perlu d. Sangat perlu b. Jika jawaban perlu, keterampilan apa yang Bapak/Ibu butuhkan a. Memasak makanan khas Betawi b. Membuat kerajian Khas Betawi c. Bagaimana menerima tamu yang benar d. Semua jawaban benar c. Apakah Bapak setuju dengan keterampilan diatas
76
a. Kurang setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju d. Apa saja keterampilan Betawi yang Bapak/Ibu ketahui ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... e. Apa saja masakan Betawi yang Bapak/Ibu ketahui ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... C. Pelaksanaan Program 1. a. Apakah Bapak/Ibu mengetahui program sapta pesona a.Kurang tahu b. Tidak tahu c. Tahu b. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan Program Sapta Pesona tersebut a. Kurang setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju c. Jika setuju, apa yang akan Bapak/Ibu lakukan dengan program sapta pesona a. Menjalankan b. Mematuhi c. Mengikuti d. Semua jawaban benar d. Jika tidak mengapa ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... e. Apakah Bapak/Ibu mengetahui sasaran dari sapta pesona tersebut ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 2. a. Agar pengetahuan masyarakat meningkat tentang objek wisata, apakah perlu
77
dilakukan studi banding ketempat wisata lain. a. Kurang perlu b. Tidak perlu c. Perlu d. Sangat perlu b. Jika perlu, apakah Bapak/Ibu setuju dengan diadakannya studi banding itu a. Kurang setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju c. Jika tidak mengapa ................................................................................................................................... ...................................................................................................................................