Meningkatkan Prestasi Belajar Teknik Otomotif pada Siswa Tunagrahita Kelas XI dengan Metode Cooperative Learning Tipe TAI (Teams Assisted Individualization) Santi Muliawati (10320032-ST) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Setiap keterbatasan seseorang ada satu atau lebih kemampuan yang bisa digali melalui lembaga pendidikan anak berkebutuhan khusus (SLB). SLB N Semarang memberikan pendidikan terbaik yakni pendidikan ketrampilan Teknik Otomotif untuk siswa berkebutuhan seperti penyandang tunagrahita, akan tetapi prestasi belajar siswa tunagrahita kelas XI SLB N Semarang masih rendah, hal ini karena metode pengajaran guru yang belum tepat. Untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengganti metode pengajaran menggunakan cooperative learning tipe TAI (Teams Assisted Individualization). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Ketrampilan Otomotif siswa tunagrahita ( C ) Kelas XI SLB Negeri Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan metode cooperative Learning tipe TAI (Team Assisted Individualization). Berupa penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi dan memberikan tes akhir siklus. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan: 1) Terdapat peningkatan prestasi belajar Ketrampilan Otomotif siswa tunagrahita ( C ) kelas XI SLB Negeri Semarang setelah menggunakan metode cooperative learning tipe TAI. Kondisi awal keberhasilan siswa baru mencapai 14% (dari 7 siswa, hanya 1 anak yang memenuhi SKM/nilai diatas 6,0). Melaui siklus 1 mengalami kenaikan menjadi 42,86% yaitu dari 7 siswa yang ada, 3 anak berhasil mendapatkan nilai diatas 60, atau didapatkan rata-rata nilai siswa 57,86. Masih didapati siswa yang kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, guru kurang memberikan arahan dan motivasi kepada siswa serta guru tidak menggunakan strategi dan metode yang variatif. Kemudian diperbaiki pada siklus 2 dengan memperbaiki metode seperti penggunaan alat peraga dan pengelompokkan, hasilnya lebih baik dari siklus yang pertama 85,7% siswa memenuhi standar ketuntasan minimal baik secara nilai tes maupun segi keaktivan atau dengan rata-rata nilai mencapai 62,86. Melihat hasil yang dicapai, saran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar Teknik Otomotif siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri Semarang adalah dengan menganjurkan guru kelas untuk menggunakan metode pengajaran yang sudah terbukti keefektifannya. Kata Kunci : SLB, Prestasi Belajar, Metode Cooperative Learning Tipe TAI PENDAHULUAN Manusia terlahir sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kesempurnaannya membuat manusia memiliki derajat yang paling tinggi diantara makhlukmakhluk yang lain. Dalam kesempurnaan penciptaanNya, manusia tidak ada yang sama genetiknya, hatta dia kembar identik. Ditambah dengan pengaruh lingkungan yang melingkupi pengalaman hidup manusia baik lingkungan keluarga, masyarakat, teman sepermainan, sekolah maupun lingkungan lainnya.walhasil kombinasi perbedaan genetik dan perbedaan pengalaman hidup tersebut mentransformasi seorang manusia menjadi individu yang memiliki karakter dasar (potensi, minat,
Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
30
bakat) yang unik. Artinya tadak ada seorang manusia pun di dunia ini yang punya karakter yang benar-benar sama. Semua manusia diciptakan Tuhan dengan segala kelebihan. Pada setiap keterbatasan seseorang ada satu atau lebih kemampuan yang bisa digali salah satunya melalui lembaga pendidikan anak berkebutuhan khusus. Terkait dengan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, ternyata ada dukungan dari pemerintah.Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkelainan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial”. Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran. SLB Negeri Semarang adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang khusus mendidik anakanak yang mempunyai kelainan/abnormal dan merupakan SLB Negeri satu-satunya yang ada di kota Semarang.Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah ini meliputi semua aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupannya. Teknik Otomotif merupakan salah satu mata pelajaranyang diberikan di SLB Negeri Semarang yang mengajarkan tentang kecakapan untuk mengetahui lebih dalam hal-hal yang berkaitan dengan otomotif yakni mesin motor atau mesin-mesin pembangkit tenaga.Adapun kegiatan dari teknik otomotif yang dikembangkan antara lain tentang: 1. cara melepas dan merakit kembali karburator sepeda motor lalu dihidupkan kembali. 2. cara melepas dan memasang busi lalu membersihkan bagian-bagian yang kotor dari busi. 3. cara mengganti oli yang baik dan benar. 4. cara melepas dan memasang kembali roda dan kampas rem sepeda motor. Metode belajar mengajar banyak macamnya antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, kerja kelompok, demonstrasi, eskperimen, simulasi, dan model pembelajaran dengan pendekatan Cooperative Learning. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar tidak harus menggunakan metode tertentu untuk mengajarkan suatu materi pelajaran tetapi penggunaan metode lebih ditekankan pada kebutuhan agar sesuai dengan materi pelajaran. Penerapan model pembelajaran dengan pendekaan Cooperative Learning dapat meningkatkan self-esteem, kemampuan interpersonal dan menerima kesenjangan akademik di antara siswa.Di samping itu pendekatan Cooperative Learning dapat mendorong siswa memiliki motivasi, keberanian, dan memiliki toleransi terhadap berbagai budaya di dalam kelas yang heterogen. Penerapan metode Cooperative Learning termasuk faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Metode Cooperative Learningmemiliki kelebihan di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar. Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
31
Pembelajaran kooperatif melibatkan proses pembelajaran secara kooperatif antar siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Demikian pula, dalam belajar Teknik Otomotif, siswa melakukan interaksi antar teman dalam belajar berbagai aspek penggunaan alat, teknik, dan keselamatan kerja dalam bidang otomotif.
TINJAUAN PUSTAKA Kajian Cooperative LearningTipe TAI Pembelajaran yang harus dikembangkan guru adalah mengembangkan kreativitas sacara optimal. Guru harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dan kreatif didalam kelas. Dalam hal ini, tugas guru bukan hanya menyampaikan informasi, melainkan menyiapkan kondisi yang mampu mengajak siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, mengungkapkan fakta, dan menemukan konsep. Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memilih pendekatan pembelajaran sekaligus metode serta alat peraga pembelajaran yang tepat untuk situasi pembelajaran yang kondusif, salah satunya adalah melalui metode
cooperative learning tipe TAI. Kurang tepatnya penggunaan metode mengajar sering
menimbulkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pelajaran dan materi yang kurang dapat dipahami sehingga siswa menjadi apatis yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar. Metode pembelajaran cooperative learning adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran membagi siswa dalam kelompok kecil di mana para siswa bekerja sama untuk memaksimalkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas pelajaran. Prestasi Belajar Teknik Otomotif Prestasi belajar Teknik Otomotif adalah hasil belajar siswa setelah melakukan suatu proses belajar Teknik Otomotif. Dalam hal ini ada kemajuan dalam hal kemampuan siswa pada mata pelajaran teknik otomotif.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Penelitian dilaksanakan di kelas XI siswa tunagrahita (C) SMALB di SLB Negeri Semarang pada pembelajaran mata pelajaran Teknik Otomotif pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri Semarang, dengan alasan di kelas tersebut nilai rata-rata kelas mata pelajaran Teknik Otomotif tergolong paling rendah, dan untuk prestasi belajar Teknik Otomotif belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
32
karena siswa yang mendapat nilai 60 ke atas masih di bawah 50%, sehingga perlu diupayakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar prestasi belajar Teknik Otomotif dapat ditingkatkan. Waktu penelitian yang digunakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 antara bulan Desember 2012 s/d awal Maret 2013, dengan alasan untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi ujian akhir semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Subyek Penelitian Subyek penelitian memiliki karakter sebagai berikut: siswa tunagrahita (C) kelas XI di SLB Negeri Semarang berjumlah 7 siswa, yang semuanya adalah laki-laki. Sumber Data Sumber data penelitian diperoleh dari aktivitas guru dalam pembelajaran Teknik Otomotif, aktivitas siswa dalam pembelajaran Teknik Otomotif, dan prestasi belajar Teknik Otomotif dari hasil tes yang dilakukan oleh guru. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi yang penulis lakukan yaitu pada pelaksanaan tiap siklus pembelajaran dengan metode TAI. 2. Dokumentasi Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal prestasi belajar Teknik Otomotif yang diambil dari nilai ulangan harian siswa tunagrahita (C) kelas XI di SLB Negeri Semarang. 3. Tes Prestasi Ketrampilan Otomotif siswa diukur melalui tes yang dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu pre test yang dilakukan sebelum diberikan treatment berupa metode tipe TAI dan post test yang dilakukan setelah dilakukan treatment. Dari hasil kedua test tersebutdianalisis untuk mengetahui hasil penerapan metode tipe TAI.
HASIL PENELITIAN Deskripsi Siklus I Tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 Februari 2013 dengan materi pengertian servis engine dan komponen-komponennya. Adapun pelaksanaan siklus I adalah sebagi berikut: a. Perencanaan Kegiatan perencanaan terdiri dari: 1. Menyusun rencana pembelajaran dengan model cooperative learning tipe TAI 2. Menyiapkan tes awal untuk pembagian kelompok Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
33
3. Menyiapkan materi dan soal tes siklus 4. Menyusun lembar observasi keaktifan siswa 5. Menyusun lembar observasi kinerja guru b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-1 pada tanggal 4 Februari 2013 Pertemuan ke- 2 tanggal 6 Februari 2013 c. Observasi
1. Data hasil belajar kognitif siswa , dapat dilihat pada bentuk tabel 1 berikut: No
Keterangan
Sebelum Siklus I uji coba 1 Nilai tertinggi 6,5 7,0 2 Nilai terendah 4,0 5,0 3 Nilai rata-rata 5,0 57,86 4 Ketuntasan klasikal 14,3% 42,8 % Tabel 1. Tabel perbandingan hasil belajar kognitif siswa Siklus 1 Jika dibuat dalam grafik:
8 6 4 2 0
Siklus 1 Sebelum Sebelum ujicoba ujicoba
Gb.1 Grafik Perbandingan Hasil Belajar kognitif siswa Siklus 1
Hasil belajar kognitif siswa diukur dengan menggunakan tes tertulis pada setiap akhir siklus. Sebelum uji coba model cooperative learning Tipe TAI siswa tunagrahita kelas XI mempunyai nilai rata-rata kelas dibawah SKM dan ketuntasan klasikal hanya 14,3 %. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 57,86 dengan nilai terendah 5,0 dan nilai tertinggi siswa 7,0. dari 7 siswa 3 siswa mendapatkan nilai memenuhi SKM (6,0) sedangkan 4 siswa memperoleh nilai dibawah SKM atau kurang dari 6,0. Dari data tersebut dapat disimpulkan pada siklus I memilki ketuntasan klasikal sebesar 42,8%. Karena pada siklus I ketuntasan klasikal belum terpenuhi (≤ 60%), penulis merencanakan untuk melanjutkan ke siklus II.
Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
34
2. Data keaktifan siswa, dilihat dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini: No 1 2 3
ASPEK YANG DIAMATI
SB 0%
SIKLUS I B C 14,3% 57,1%
Rasa ingin tahu Kebebasan menyatakan 0% 0% 42,9% pendapat Minat dan daya praktek 0% 0% 57,1% Rata-rata 0% 4,7% 52,4% Tabel 2. Tabel data observasi keaktivan siswa
KB 28,6% 57,1% 42,9% 42,9%
Jika Dibuat Grafik : 6 4 2 0
kurang cukup baik sangat baik
sangat baik
baik cukup kurang
Gb 2. Grafik Keaktifan siswa
Keaktifan siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan setiap kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan indikator kinerja, penelitian ini dikatakan berhasil apabila 75% siswa memilki keaktifan cukup sampai dengan sangat tinggi . Pada siklus I diperoleh nilai terendah 50 dan tertinggi 70 dengan prosentase 4,7 % siswa kategori baik dan 52,4 % meiliki kreativitas cukup. Namun masih ada 42,9 % siswa yang keatifannya kurang baik, hal ini karena siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran. Secara klasikal didapatkan hasil keaktifan siswa adalah sebagai berikut: No 1. 2. 3.
Aspek yang Dimati Prosentase Rasa ingin tahu 46,4 % Kebebasan menyatakan pendapat 39,2% Minat & daya praktek 39,2% Ketuntasan klasikal 41,6% Tabel 3. Tabel data kealtifan siswa
prosentase
Jika dibuat grafik : 48 46 44 42 40 38 36 34
Gb 3. aspek yang diamati
Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
35
d. Refleksi Hasil pencapaian pada siklus 1 belum sesuai target penulis. Hal ini menunjukkan : 1) Hasil belajar kognitif siswa perlu ditingkatkan,
karena nilai ketuntasan klasikal belum
mencapai 60%. Hal ini karena pengkondisian kelas yang kurang maksismal, banyak siswa yang ramai sulit diatur sehingga proses belajar terganggu. Pada siklus berikutnya akan dilakukan upaya perbaikan komunikasi dan membina hubungan yang lebih akrab dengan siswa serta memberi sangsi yang tegas bagi siswa yang mengganggu proses belajar 2) Keaktivan siswa belum sesuai yang diharapkan karena pembagian kelompok yang tidak merata dilihat dari sisi akademiknya dan ketidakfahaman siswa menggunakan alat peraga karena pada pembelajaran sebelumnya tidak menggunakan alat peraga. Pada siklus II pembagian kelompok diupayakan lebih baik. 3) Kinerja guru dalam mempersiapakan dan mengajarkan materi dengan menggunakan model cooperative learning tipe TAI masih kurang maxsimal. Pada siklus berikutnya akan lebih dimaximalkan. Pada dasarnya proses pembelajaran ini sudah berjalan cukup baik tetapi perlu perbaikan pada pembelajaran berikutnya yaitu pada silkus II sehingga kekurangan pada siklus sebelumnya dapat diperbaiki. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan 1. Menyusun rencana pembelajaran dengan model TAI yakni kembali membagi kelompok berdasarkan hasil tes awal 2. Menyiapkan alat peraga dan tes akhir siklus secara lebih terperinci 3. Menyususn materi dan lembar observasi b. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-1 pada tanggal 11 Februari 2013 Pertemuan- 2 pada tanggal 13 Februari 2013 c. Observasi 1. Data hasil belajar kognitif siklus II, bisa dilihat pada tabel 4 di bawah ini: No 1 2 3 4
Keterangan Siklus I Siklus II Nilai tertinggi 7,0 7,5 Nilai terendah 5,0 5,5 Nilai rata-rata 57,86 62,86 Ketuntasan klasikal 42,8 % 85,7 % Tabel 4. Hasil belajar kogmitif siklus II
Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
36
siklus 1 Rata-rata
10 5 0
Nilai…
Jika dilihat dalam grafik:
siklus 1 siklus 2
Gb 4. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Siklus 2
Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 62,86 hal ini menunjukkan kenaikan dari siklus I. Data tersebut dapat disimpulkan pada siklus II memilki ketuntasan klasikal sebesar 85,7%. Nilai tertinggi 7,5 dan terendah 5,5 hal ini menunjukkan rentang nilai yang lebih baik dari silkus sebelumnya. 2. Data keaktivan siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No 1 2 3
SIKLUS II ASPEK YANG DIAMATI SB B C Rasa ingin tahu 14,2% 28,6% 42,9% Kebebasan menyatakan 0% 28,6% 28,6% pendapat Minat dan Daya Praktik 0% 57,1% 42,9% Rata-rata 4,8% 38,1% 38,1% Tabel 5. Tabel Data observasi keaktifan siklus 2
KB 14,3% 42,8% 0% 19%
Jika dalam bentuk grafik: 10 5 0
cukup sangat baik
sangat baik baik cukup
kurang Gb 5. Grafik keaktifan sisiwa siklus 2
Keaktifan diukur dengan melakukan pengamatan kepada siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada siklus II siswa yang memilki keaktivan sangat baik mencapai 4,8%, kategori baik dan cukup 38,1% dan 19 % siswa mempunyai kriteria kurang baik. Secara klasikal didapatkan hasil keaktifan siswa pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
37
No 1. 2. 3.
Aspek yang Dimati Rasa ingin tahu Kebebasan menyatakan pendapat Minat & daya praktek Ketuntasan klasikal
Prosentase 60,7 % 46,4% 64,3% 57,1%
Tabel 6. Hasil keaktifan siswa pada siklus II
Prosentase
Jika dalam bentuk grafik : 80 60 40 20 0
Gb6. Aspek yang diamati
d. Refleksi Hasil pencapaian pada siklus 2 sudah sesuai target penulis, artinya pada siklus II telah dilakukan perbaikan dari kekurangan yang ada pada siklus I diantaranya persiapan guru hingga pelakasanaan pembelajaran terutama pada penjelasan penggunaan alat peraga, memotivasi siswa untuk menemukan konsep belajar secara mandiri dengan bantuan alat peraga dan berani mengungkapkan pendapatnya. Sehingga pada siiklus II diperoleh peningkatan pada semua aspek baik dari hasil belajar siswa maupun keaktifan dalam aktivitas pembelajaran, dan kinerja guru. Sedangkan hasil observasi minat siswa terhadap metode cooperative learning tipe TAI rata-rata skoring berkisar anatara 30-40. Berdasarkan indikator pada bab 3, minat belajar siswa tergolong tinggi. Hal ini berarati proses pembelajaran dengan metode ini disukai oleh siswa tunagrahita kelas XI SLB N Semarang.
KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe TAI dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa tunagrahita kelas XI SLB Negeri Semarang tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan memelihara/service engine dan momponen-komponennya, terbukti dari meningkatnya hasil belajar kognitif siswa yakni sebelum penelitian sebesar 14,2%, siklus I meningkat menjadi 42,8% dan meningkat lagi pada siklus ke-II menjadi 85,7%. Berdasarkan indukator hasil belajar sudah mengalami ketuntasan yakni ≥ 60%. Begitu juga dengan keaktifan siswa, dari hasil observasi klasikal siklus I sebesar 41,6% meningkat pada siklus II menjadi sebesar 57,1% sudah memenuhi indikator keaktifan siswa cukup baik yakni ≥50 %. Serta adanya
Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
38
peningkatan kinerja guru dari kategori cukup sebesar 60% menjadi kategori tinggi sebesar 80% dimana batas indikator kinerja guru yang baik adalah ≥ 70%. 2. Dengan metode cooperative learning tipe TAI, proses pembelajaran di kelas lebih hidup dan disukai siswa, hal ini terlihat dari obesrvasi minat siswa yang menunjukkan rata-rata jumlah skoring berkisar anatara 30-40, artinya minat belajar siswa dikategorikan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Muhammad, 1986. Tunagrahita dan karakteristiknya, Jakarta: Bumi Aksara Anita Lie. 2004. Cooperative Learning. “Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas”. Jakarta: Grasindo Astati. 2001, Anak berkebutuhan Khusus, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Farida Rahim, 2007, Pengajaran Membaca, Jakarta: Bumi Aksara Howard, Gardner, 2007, Multiple Intelligences: Kaifa, PT. Mizan Pustaka. Johnson dan Johnson. 1996. Coopertive Learning Two Heads Learn Better Than One. http/www.contexts.org./elib/c.18/Johnson.htm. Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta: Balai Pustaka. Nana, Sudjana, 2007, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran : Yogyakarta: LP, FE UI Nasution, 2000, Penelitian ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara Ngalim Purwanto, 2002. Psikologi Pendidikan, Bandung, PT; Remaja Rosda Karya Pasaribu dan Simanjuntak, 2003, Proses Pelajar Mengajar, Bandung Puji Astuti dan Supriyadi. 2004. Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajran Cooperative Learning. Karanganyar. APK. Saifuddin Azwar. 2001. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka belajar. Slavin R. 1997. Cooperative Learning. Second Edition. Allyn & Bacon. A Simon & Aschuster Company. Sutrisno Hadi. 2000. Statistik Jilid I. Jakarta: Andi Publisher Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Sutrasinah Tirtonegoro, 2001, Prestasi Belajar, Yogyakarta---------Thomas Amstrong, 2002, Setiap Anak Cerdas, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Palmerah Jakarta. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara. Winkel, 2001, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi belajar, Jakarta: PT. Gramedia.
Gardan. Vol. 3 No. 1, Mei 2013
39