Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KINERJA DOSEN BIMBINGAN DAN KONSELING IKIP VETERAN SEMARANG Sudarno Kristyono1), Priscilla Titis Indiarti2), dan Sri Sayekti3) Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] Abstrak Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak asasi setiap manusia untuk mempersiapkan kehidupannya, baik sebagai makhluk pribadi maupun sosial. Pendidikan sebagai wahana yang tepat dalam meningkatkan kualitas SDM, sehingga wajar bila melalui pembangunan bidang pendidikan dapat memberikan peningkatan mutu secara signifikan dalam pengembangan SDM. Oleh karena itu, kualitas pendidikan harus dioptimalkan, salah satu peran penting adalah pada dosen, karena dosen merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Dosen menduduki posisi strategis yang akan memberikan kontribusi langsung terhadap kualitas hasil pembelajaran bagi mahasiswa. Penelitian ini mengkaji secara empirik beberapa permasalahan penting dalam manajemen pendidikan, khusunya manajemen SDM. Terlebih setelah pemerintah mencanangkan berbagai kebijakan pendidikan yang berorientasi pada peningkatan mutu. Kebijakan pemerintah dalam pendidikan itu diberlakukan berdasarkan berbagai analisis, pertimbangan dan prediksi yang realistis, sehingga tujuan utama pendidikan untuk mencerdaskan manusia Indonesia dapat terwujud. Namun apakah para dosen yang mengajar di progdi BK pada Fakultas Ilmu Pendidikan di IKIP Veteran Semarang telah memiliki kualitas dan profesionalitas sesuai tuntutan Undang-Undang No: 14/2005 tentang Guru dan Dosen?, maka peneliti memandang perlunya dilakukan penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan model deskriptif kuantitatif yang diberikan kepada seluruh mahasiswa reguler progdi BK berjumlah 97 orang. Alat pengumpul data adalah dokumen dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen Bimbingan Konseling pada Fakultas Ilmu Pendidikan di IKIP Veteran Semarang berada pada kriteria sangat baik, hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator: (1) dukungan dalam pengentasan perilaku menyimpang 83,81%, (2) pemberian motivasi untuk berperilaku positif 86,24%, (3) dukungan dalam penyesuaian dengan lingkungan 78,87%, dan (4) motivasi dalam kebiasaan belajar yang baik 77,37% dari keseluruhan responden yang berjumlah 97 mahasiswa BK. Kata Kunci: Persepsi mahasiswa, kinerja dosen BK.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan SDM meskipun meskipun pengembangan tersebut bukan hanya dilakukan melalui pendidikan. Khususnya pendidikan sekolah atau perguruan tinggi (formal) saat ini dipercaya sebagai wahana utama untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara sistematis, pragmatis, dan berjenjang. Dalam konteks ini pendidikan akan semakin menuntut peran seorang dosen atau pengajar yang berkualitas. Untuk dapat menghasilkan dosen yang berkualitas, seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan; "Tenaga pendidik harus meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan, sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan, watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan”.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
44
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
Kondisi di suatu perguruan tinggi, masih ditemui dosen yang melaksanakan proses pembelajaran kurang memiliki daya kreativitas dan kurang memiliki inovasi dalam pembelajaran, yang berakibat mahasiswa kurang memiliki motivasi belajar. Kondisi ini bisa ditangkap bahwa dosen harus mampu menciptakan proses pembelajaran termasuk memberikan bimbingan yang menarik, sehingga mahasiswa merasa senang dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Secara prinsip mahasiswa membutuhkan arahan, bimbingan, dan nasehat sehingga mau tidak mau mahasiswa harus menerima kenyataan ini. Selain itu, kegiatan layanan mengemban fungsi membimbing, mengarahkan dan memberi nasehat serta petunjuk, sehingga setelah bimbingan
diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran
(klien), termasuk juga pada mahasiswa Bimbingan Konseling (BK) pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) IKIP Veteran Semarang. Namun apakah mahasiswa mau memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling, baik kepada dosen, dosen wali atau ketua jurusan? Hal inilah yang perlu dilakukan pembuktian melalui sebuah penelitian.
B. Permasalahan Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: bagaiamana persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen Bimbingan Konseling pada Fakultas Ilmu Pendidikan di IKIP Veteran Semarang? KAJIAN TEORETIS A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Menurut Zanden dalam Sukmadinata (2006: 33), persepsi adalah tanggapan yang memiliki arti proses penginderaan dan penginterpretasian suatu informasi tentang suatu objek. Dikemukakan lebih lanjut, persepsi atau tanggapan lebih kompleks dan lebih luas bila dibanding dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi interaksi yang sulit, dari kegiatan seleksi penyusunan dan penafsiran. Walau persepsi sangat tergantung pada penginderaan dari data, proses kognitif barangkali dapat menyaring, menyederhanakan, atau mengubah secara sempurna data tersebut, namun secara keseluruhan proses tanggapan dapat mengatasi proses penginderaan yang dapat menambah atau bahkan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan oleh seseorang. Adapun menurut Azwar (2007: 84), tanggapan diistilahkan dengan “persepsi” yang merupakan proses kognitif menghasilkan pendapat yang kadangkala bisa lebih, tetapi kadang juga tidak (kurang) tepat. Sedangkan Hasan Sadhily dalam Saifuddin Azwar (2007: 85), persepsi adalah suatu proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri sendiri, sehingga dapat mengenal obyek dengan jalan berasosiasi pada suatu ingatan tertentu secara inderawi, hingga bayangan itu dapat disadari. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
45
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa persepsi adalah pandangan, interpretasi dan penafsiran tentang makna pada suatu objek tertentu, yang dilakukan oleh seseorang baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu stimuli inderawi melalui serangkaian proses. Ini berarti bahwa secara umum, orang mengemukakan mengenai informasi yang dapat diperoleh untuk membentuk kesan, penilaian, tanggapan, pandangan, atau pendapat terhadap orang lain untuk menilai dugaan mereka tentang tingkah laku atau tindakan orang lain.
2. Teori Persepsi Dalam teori perilaku terencana, keyakinan-keyakinan berpengaruh pada persepsi terhadap sikap tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol perilaku yang dihayati (Azwar, 2007: 118). Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan perilaku yang bersangkutan. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa
perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subyektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah. Menurut teori perilaku terencana, diantara berbagai keyakinan yang akhirnya akan menentukan intensi dan perilaku tertentu adalah keyakinan mengenai tersedia tidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan. Keyakinan ini dapat berasal dari pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan di masa lalu, dapat juga diperoleh dari informasi yang tidak langsung mengenai perilaku itu, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mengurangi atau menambah kesan kesukaran untuk melakukan perbuatan yang bersangkutan. Perilaku secara luas, tentu tidak hanya dapat ditinjau dalam kaitannya dengan sikap manusia. Pembahasan perilaku dari sudut teori motivasi, dari sisi teori belajar, dan dari sudut pandang lain akan memberikan penekanan yang berbeda-beda. Namun satu hal selalu dapat disimpulkan, bahwa persepsi dan perilaku manusia tidaklah sesederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak fakta-fakta internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi manusia. Di samping beberbagai faktor penting seperti hakikat stimulus itu sendiri, latar belakang pengalaman individu, motivasi, status kepribadian, dan sebagainya memang sikap MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
46
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
individu ikut memegang peranan dalam menentukan bagaimana persepsi dan perilaku seseorang di lingkungannya. Pada gilirannya, lingkungan secara timbal balik akan mempengaruhi sikap dan perilaku. Interaksi antara situasi lingkungan dengan persepsi dan sikap, dengan berbagai faktor di dalam maupun di luar individu akan membentuk suatu proses kompleks yang akhirnya menentukan bentuk perilaku seseorang. Persepsi dan sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara atau teknik tertentu. Di samping itu, persepsi dan sikap juga merupakan kesiapan yang menyangkut aspek kognisi, afeksi dan konasi terhadap lingkungan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa persepsi dan sikap merupakan kesiapan individu yang mencakup aspek kognisi, afeksi, dan konasi terhadap suatu obyek dengan menggunakan cara-cara tertentu untuk menghadapinya. Bagan berikut disajikan sebagai salah satu teori, yang dikutip dari Azjen (dalam Azwar, 2007: 97), seperti berikut ini. Hasil yang diperoleh terhadap perilaku
Keyakinan terhadap perilaku sesuai dengan norma atau tidak
Persepsi & Sikap
Perilaku
Kontrol terhadap perilaku berdasarkan pengalaman
Bagan 1: Teori Perilaku Terencana Selain mengacu teori di atas perlu diperhatikan bahwa persepsi dan sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Suryabrata (2007: 89) mengemukakan: ”Sikap yang diperoleh dari pengalaman yang menimbulkan pengaruh langsung tersebut lebih berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya bila situasi dan kondisi memungkinkan. Kondisi apa, waktu kapan, dan situasi bagaimana saat individu tersebut harus mengekspresikan sikapnya merupakan bagian dari determinan-determinan yang sangat berpengaruh terhadap konsitensi antara sikap dengan kenyataan dan antara pernyataan sikap dengan perilaku”.
Azwar (2007: 128) mengemukakan bahwa apabila individu mengalami atau merasakan adanya hambatan yang akan mengganggu kebebasan dalam menyatakan sikap yang sesungguhnya atau bila individu merasakan adanya ancaman fisik maupun ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
47
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
dikemukakan, maka yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin tidak sejalan dengan persepsi dan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan (belief). Ancaman fisik yang timbul akibat dinyatakannya persepsi dan sikap murni secara terbuka dapat berupa hukuman fisik langsung, permusuhan, tersingkirkan dari pergaulan sosial, pengrusakan, atau bentuk-bentuk perlakukan lain yang diterima dari sesama anggota masyarakat atau dari penguasa. Ancaman mental dapat berupa rasa malu yang diderita, perasaan tidak dianggap ikut konformitas sosial, kekhawatiran dianggap bodoh, rasa takut kehilangan simpati orang, dan sejenisnya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi Suryabrata (2007) mengemukakan bahwa persepsi terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, bahkan terjadi hubungan timbal balik yang ikut mempengaruhi pola perilaku setiap individu sebagai anggota masyarakat. Hal ini berarti interaksi sosial meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola persepsi dan sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi dan sikap, menurut Azwar (2007: 167) adalah; (1) pengalaman pribadi, (2) orang lain yang dianggap penting, (3) kebudayaan, (4) media massa, (5) lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan (6) faktor emosional.
B. Kinerja Dosen 1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah suatu pandangan dan sikap seseorang atau suatu bangsa terhadap suatu pekerjaan (Anoraga, 2005: 29). Pendapat lain, kinerja adalah perbandingan antara hasil yang telah dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (Kusriyanto, 2002: 2). Sedangkan menurut Luis Sabuorin dalam Asian Produktivity Congress (1980), kinerja adalah rasio dari yang dihasilkan (out-put) terhadap seluruh yang digunakan (in-put) untuk mendapat hasil. Sedangkan Sanjaya (2008: 97) membagi pengertian kinerja menjadi dua, yaitu: a. Kinerja sebagai perbandingan terbalik antara hasil yang digunakan dengan jumlah sumber kerja yang dipergunakan. Pada kinerja ini tolak ukurnya adalah uang dan setiap sumber kerjanya yang dipergunakan harus dinilai uang; dan b. Kinerja yang diukur dari daya guna penggunaan metode atau cara kerja dan alat-alat, sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan dengan waktu yang tersedia. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
48
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
Dari pendapat tersebut, hasil yang diperoleh bersifat non-meterial yang tidak dapat di ukur dengan uang, sehingga kinerja hanya dapat digambarkan melalui efisien personal dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya. Kinerja ini tidak dapat di hitung secara eksak, karena masuk dan keluarnya sebagian besar bersifat abstrak.
2. Tujuan Penilaian Kinerja Dosen Dalam
perkembangan
yang
kompetitif
dan
mengglobal,
setiap
lembaga,
membutuhkan personil, terutama tenaga dosen yang berprestasi tinggi. Pada saat yang sama setiap personil memerlukan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman bagi tindakantindakan di masa yang akan datang, oleh karena itu penilaian yang dilakukan seharusnya menggambarkan kinerja personil. Hasil penilaian kinerja dapat menunjukkan apakah SDM yang ada telah memenuhi tuntutan yang dikehendaki lembaga, baik dilihat dari kualitas maupun kuantitas. Informasi dalam penilaian kinerja personil merupakan refleksi dari berkembang tidaknya lembaga. Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil. Dengan dimikian, penilaian prestasi adalah merupakan hasil kerja personil dalam lingkup tanggung jawabnya. Kinerja dosen pada suatu perguruan tinggi merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap dosen sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh dosen tersebut sesuai dengan peranannya. Untuk dapat menentukan kualitas kinerja dosen perlu adanya criteria yang jelas. Mitchell (1978) menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) aspek kualitas pekerjaan, (2) ketepatan waktu, (3) prakarsa, (4) kemampuan dan komunikasi. Kinerja dosen merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya lembaga perguruan tinggi untuk mencapai tujuanya. Penilaian kinerja dosen merupakan suatu proses, yaitu lembaga melakukan evaluasi atau menilai kinerja dosen atau mengevaluasi hasil pekerjaan dosen. Penilaian yang dilakukan kepada dosen di IKIP Veteran Semarang
dilaksanakan dengan berbasis pada
pengawasan, artinya penilaian yang dilakukan terhadap dosen tidak saja ditujukan untuk menilai kinerja, tetapi juga sekaligus berfungsi untuk mengawasi dosen dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu kegiatan pendidikan dan pengajaran, oleh karena itu kiteria yang dijadikan untuk mengevaluasi, sekaligus berfungsi sebagai alat untuk mengawasi kinerja dosen. Evaluasi kinerja dosen yang berbasis pengawasan ini bisa dilaksanakan oleh pimpinan jurusan, mahasiswa maupun tenaga yang ditetapkan oleh fakultas. Dalam Kepmendiknas Nomor: 36/D/O/2001 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen, evaluasi terhadap kinerja dosen dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan-kepentingan: (2) mengetahui tingkat prestasi kerja dosen; (2) pemberian MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
49
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
penghargaan yang serasi, misalnya: tunjangan prestasi; (3) insentif, kenaikan gaji, pengembangan karir, kesempatan mengikuti pen-didikan tambahan, dan sebagainya; (4) mendorong pertanggungjawaban atau akuntabilitas kinerja dosen; (5) meningkatkan motivasi dan etos kerja dosen; (6) meningkatkan komunikasi antara dosen dengan pimpinan; (7) melalui diskusi yang terkait dengan peningkatan kinerja dosen; (8) sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari dosen untuk memperbaiki lingkungan kerja, system pembinaan, sarana pendukung, dan sebagainya; (9) sebagai salah satu sumber informasi dalam perencanaan pelatihan dan pe-ngembangan dosen; (10) membantu dalam penetapan tugas mengajar atau dalam mengampu suatu mata kuliah; (11) sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan gaji, insentif, upah, konpensasi dan berbagai imbalan lainnya; (12) sebagai alat untuk menjaga tingkat kinerja dosen; (13) sebagai alat untuk membantu dosen dan mendorong dosen dalam mengambil inisiatif dalam upaya memperbaiki kinerja; (14) mengetahui efektivitas kebijakan yang berkaitan dengan SDM,seperti seleksi, rekruetment serta pelatihan dan pengembangan; (15) mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja dosen menjadi lebih baik; dan (16) kepentingan pemberhentian, pemberian sangsi atau penghargaan. Berkaitan dengan sajian di atas dapat dikemukakan bahwa dalam institusi pendidikan tinggi, evaluasi dosen juga memiliki 3 (tiga) tujuan, yaitu: (1) tujuan administrasi; (2) tujuan pengembangan; dan (3) tujuan strategis. Namun secara lebih khusus, tujuan evaluasi dosen adalah untuk: (1) meningkatkan kualitas pengajaran; (2) mengembangkan diri dosen; (3) meningkatkan kepuasan mahasiswa terhadap pengajaran; (4) meningkatkan kepuasan kerja dosen; (5) mencapai tujuan program studi/fakultas/universitas; dan (6) meningkatkan penilaian masyarakat terhadap fakultas/universitas (Kepmendiknas Nomor: 36/D/O/2001).
3. Pelaksana Penilaian Kinerja Dosen Dalam melaksanakan evaluasi terhadap kinerja dosen hendaknya berorientasi pada tujuan, dengan memperhatikan kriteria-kriteria evaluasi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan evaluasi juga didasarkan pada program evaluasi yang direncanakan. Agar evaluasi kinerja dosen berjalan efektif, perlu ditentukan pejabat yang ditugaskan untuk melakukan evaluasi, artinya siapa yang akan me-lakukan evaluasi kinerja dosen tersebut, yang ditetapkan dengan surat keputusan, sehingga ketika melakukan evaluasi memiliki legilatas yang kuat. Evaluasi kinerja dosen hendaknya dilakukan oleh orang yang memiliki kesempatan yang luas untuk mengamati perilaku dosen secara langsung di kelas. Dengan adanya ketetapan person yang akan melakukan evaluasi diharapkan pelaksanaan evaluasi akan berjalan secara baik dan berkelanjutan. Ada beberapa kemungkinan tentang person yang dapat melakukan evaluasi kinerja dosen: (1) evaluasi oleh pimpinan jurusan atau ketua program studi; (2) evaluasi oleh mahasiswa; (3) evaluasi oleh tim yang ditetapkan oleh jurusan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
50
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
atau fakultas; (4) evaluasi diri; (5) evaluasi yang dilakukan oleh petugas TU yang ada di fakultas, ruang lingkup evaluasi dibatasi pada aspek administrasi akademik, yaitu menilai kesesuaian tugas mengajar dengan jadwal, kehadiran Tim dosen, pelaksanaan UTS dan UAS; dan (6) evaluasi kombinasi, artinya dilakukan secara simultan, baik oleh pimpinan jurusan, TIM evaluasi yang dibentuk di fakultas, evaluasi oleh mahasiswa dan evaluasi diri (Kepmendiknas Nomor: 36/D/O/2001).
4. Materi Penilaian Kinerja Dosen Materi penilaian kinerja dosen ini berdasarkan pada tugas yang harus dilakukan oleh seorang dosen sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu (1) pendidikan dan pengajaran; (2) penelitian; dan (3) pengabdian pada masyarakat. Secara rinci indikator-indikator tersebut dijabarkan dalam Kepmenkowasbangpan Nomor 38/1999 tentang Juknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen yang diperkuat dengan Kepmendiknas Nomor: 36/D/O/2001. a. Bidang Pendidikan dan Pengajaran Bidang pendidikan dan pengajaran ini seperti yang disinggung dalam pasal-pasal Kepmen tersebut, seperti dikemukakan pada Pasal 4 ayat (3) yang menyebutkan bahwa: Pendidikan pelatihan fungsional dosen adalah peningkatan kemampuan dosen, baik dari segi materi pengajaran maupun kemampuan didaktik metodik. Selain lain, yaitu Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: Angka kredit melaksanakan perkuliahan/tutorial, membimbing, menguji, menyeleng-garakan pendidikan di laboratorium, praktik keguruan, bengkel/studi/ kebun percobaan/teknologi pengajaran dan praktik lapangan. Pasal 5 ayat (2) menyebutkan: membimbing seminar mahasiswa adalah membimbing seminar dalam rangka studi akhir, dan ayat (3): Membimbing kuliah kerja nyata, praktik kerja nyata dan praktik kerja lapangan dengan tanpa melihat jumlah mahasiswa. Adapun ayat (4) menyebutkan bahwa: Membimbing/ ikut membimbing dalam menghasilkan disertasi, thesis, skripsi dan laporan akhir studi, sedangkan ayat (5) disebutkan bahwa: Dosen bertugas sebagai
penguji
pada
ujian
akhir,
termasuk
tugas
akhir
adalah
ujian
disertasi/thesis/skripsi/laporan akhir studi, dan komprehensif. b. Bidang Penelitian Penilaian kinerja dosen berkaitan dengan bidang penleitian ini seperti yang disingung pada Pasal 6, terutama ayat (4) yang menyebutkan bahwa Hasil penelitian atau hasil pemikiran yang dipublikasikan dalam majalah ilmiah, yaitu: (1) majalah ilmiah internasional, yaitu masalah ilmiah yang terbit pada negara lain yang memiliki reputasi yang tidak diragukan atau majalah ilmiah nasional terakreditasi yang menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) disamakan dengan
majalan ilmiah internasional; (2) majalah nasional ter-
akreditasi adalah majalah ilmiah yang di samping memenuhi kriteria sebagai majalah ilmiah MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
51
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
nasional, juga mendapat akreditasi dari Dirjen Dikti yang daya lakukan 3 (tiga) tahun, sehingga suatu majalah ilmiah yang terakreditasi pada suatu tahun dapat saja tidak terekreditasi pada tahun berikutnya, sangat tergantung
hasil penleitian dari Dirjen Dikti yang kemudian
ditetapkan dalam suatu Surat Edaran Dirjen Dikti. c. Bidang Pengabdian pada Masyarakat Bidang pengabdian pada masyarakat ini dalam Kepmenkowasbangpan Nomor 38/1999 seperti disinggung pada Pasal 7. Ayat (1) menyebutkan bahwa: Menduduki jabatan pimpinan pada lembaga pemerintah/pejabat Negara yang harus dibebabkan dari jabatan organiknya, seperti: Presiden, Wakil Presiden, Anggota DPR dan Anggota DPRD, Anggota BPK, Ketua/Wakil Ketua/Ketua Muda dan Hakim Mahkamah Agung, Anggota DPA, Menteri, Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, Gubernur KDH Tk. I, Wakil Kepala Daerah Tk. I, Bupati/Wali Kotamadya Kepal Daerah Tk. II, Wakil Kepala Daerah Tk. II, dan pejabat lain yang ditetap-kan dengan peraturan perundang-undangan. Selain ayat (1) di atas juga seperti disinggung pada ayat (2); Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ayat (3); Memberi latihan/penyuluhan/penataran/ceramah kepada masyarakat, baik sesuai dengan bidang ilmunya maupun di luar bidang ilmunya, dan baik di kampus maupun di luar kampus. Ayat (4) juga menyebutkan bahwa: Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelak-sanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dengan memberikan konsul-tasi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan yang termasuk pengabdian masyarakat terakhir adalah ayat (5) yang menyebutkan bahwa: Membuat/menulis karya pengabdian pada masyarakat adalah membuat tulisan mengenal cara-cara melaksanakan atau mengembangkan sesuatu untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, baik dalam bidang ilmunya maupun di luar bidang ilmunya yang tidak dipublikasikan. d. Loyalitas/pendukung Loyalitas dalam kinerja dosen ini dapat dilihat dan diatur dalam Pasal 8 yang terdiri dari 10 ayat. Secara singkat isi dari ayat tersebut adalah ayat (1) yang menyebutkan bahwa: Termasuk ke dalam pengertian menjadi anggota dalam suatu panitia/badan pada perguruan tinggi seperti: Ketua, Sekretaris dan anggota senat fakultas/perguruan tinggi serta mitra bestari (reviewer) pada jurnal ilmiah yang terakreditasi oleh Ditjen Dikti atau majalah ilmiah yang memiliki ISSN; (2) menjadi anggota dalam suatu panitia/badan pada perguruan tinggi yang tidak ditentukan batas minimal dan maksimal; (3) menjadi anggota pada lembaga pemerintahan; (4) menjadi anggota organisasi profesi; (5) mewakili perguruan tinggi/lembaga pemerintah duduk dalam panitia antar lembaga; (6) menjadi anggota delegasi nasionjal le pertemuan internasional; (7) berperan serta aktif dalam pertemuan ilmiah; (8) mendapatkan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
52
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
tanda jasa/penghargaan antara lain seperti: Satya Lencana Karyasatya Bintang Jasa, Bintang Maha Putra, hadiah pendidikan, hadiah ilmu pengetahuan, hadiah seni, hadiah pengabdian, dan sebagainya; (9) menulis buku pelajaran SLTA ke bawah yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional, yaitu menghasilkan buku pelajaran SLTA ke bawah yang memiliki Internasional Standar of Books Numbering System (ISBN); dan ayat (10) mempunyai prestasi di bidang olah raga/humaniora yang dibuktikan dengan adanya piagam penghargaan atau medali baik tingkat internasional, nasional mauoun daerah. Selain loyalitas pada kegiatan yang berkaitan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian pada masyarakat, yang tidak kalah pentingnya adalah loyalitas terhadap pimpinan atau lembaga tempat bekerja, hal ini digunakan DP3. C. Kerangka Pikir Dosen
adalah salah satu tenaga pengajar yang memiliki kedekatan dengan
mahasiswa dibandingkan dengan guru yang lain. Kedekatan ini dikarenakan dosen memiliki tugas memberikan nasehat, motivasi, arahan, dan bahkan berfungsi sebagai ”orang tua” di perguruan tinggi bagi para mahasiswa. Dengan demikian dosen harus mengetahui dan memahami karakter mahasiswa yang dihadapinya. Hal ini mengingat begitu banyak mahasiswa yang dihadapi serta berbagai permasalahan yang dimiliki oleh mahasiswa, apalagi berkaitan dengan hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini menjadikan dosen harus berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya guna mem-bantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mahasiswa. Untuk hal ini, guru pembimbing memfungsikan sebagai ”orang tua” agar anak mau terbuka, mau dan mampu serta tidak malu untuk mengungkap permasalahan yang dihadapi oleh anak. Kondisi ini diperlukan agar permasalahan yang dihadapi anak benar-benar dapat terentaskan. Namun bagitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh, baik dari dalam keluarga itu sendiri, dari sekolah, atau bahkan dari masyarakat, juga dalam hal kegiatan yang dilaksanakan kurang disiplin dilakukan anak. Diharapkan dengan layanan yang dilakukan oleh guru pembimbing, anak memiliki kedisiplinan dalam setiap kegiatan, termasuk di dalamnya bimbingan belajar. METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif kuantitaif dengan subjek penelitian seluruh mahasiswa regular progdi BK Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang berjumlah 97 orang. Variabel persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen BK ini dikupas dengan 4 (empat) indicator, yaitu: (1) dukungan dalam pengentasan perilaku menyimpang; (2) motivasi dalam berperilaku positif; (3) dukungan dalam penyesuaian lingkungan; dan (4) motivasi dalam kebiasaan belajar. Sedangkan teknik pengumpulan data adalah dokumen dan angket. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
53
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
Sebelum angket digunakan untuk mengambil data di lapangan terlebih dahulu diujicobakan kepada 15 mahasiswa dan hasilnya telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Dari subjek sebanyak 97 mahasiswa sebagai responden diperoleh gambaran: (1) 42 (43,30%) laki-laki dan 45 (46,70%) perempuan; (2) ada 17 (17,53%) semester I, 13 (13,40%) semester III, 34 (35,05%) semester V, 33 (34,02%) semester VII; dan (2) 69 (71,13%) berasal dari luar Kota Semarang dan 28 (28,87%) dari Kota Semarang. Dari keempat indikator yang digunakan dapat dikemukakan: (1) dukungan dalam pengentasan perilaku menyimpang diperoleh skor 83,81% dengan kriteria sangat baik; (2) pemberian motivasi untuk berperilaku positif diperoleh skor 86,24% dengan kriteria sangat baik; (3) dukungan dalam penyesuaian lingkungan diperoleh skor 78,87% denan kriteria sangat baik; dan (4) motivasi kebiasaan belajar yang baik diperoleh skor 77,37% dengan kriteria sangat baik. B. Pembahasan Indikator pertama adalah dukungan dosen BK dalam pengentasan perilaku mahasiswa untuk tidak menyimpang diperoleh hasil sebesar 83,81% dengan kriteria sangat baik, hal ini memberikan indikasi bahwa bimbingan yang diberikan oleh dosen BK berkaitan dengan perilaku mahasiswa adalah sangat baik. Hal ini bisa diartikan bahwa mahasiswa tidak melakukan perilaku menyimpang, baik penyimpangan terhadap etika dan norma serta tata tertib dan aturan yang diberikan oleh dosen BK, lebih jauh lagi untuk diterapkan di sekolah manakala mahasiswa telah terjun di lapangan nantinya. Sangat baiknya dukungan dari dosen BK tersebut bisa diartikan bahwa dosen BK selalu melakukan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga edukatifm, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan dari Tri Dharma Perguruan Tingga berupa pendidikan atau pengajaran. Mengingat indikator yang dikupas berkaitan dengan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh mahasiswa atau anak nantinya dan diperoleh kriteria sangat baik, ini memberikan indikasi bahwa dosen memiliki kinerja yang sangat, berkaitan dengan tugas dan kewajibannya dalam pendidikan dan pengajaran di kampus. Indikator kedua adalah pemberian motivasi oleh dosen BK kepada mahasiswa agar memiliki perilaku baik dan benar atau positif. Dalam indikator ini diperoleh hasil 86,24% dengan ktriteria sangat baik, hal ini bisa dimaknai bahwa dosen BK telah melakukan tindakan preventif atau pencegahan, bahkan sampai pada tindakan ”penyembuhan” bila mahasiswa memiliki perilaku bermasalah, serta diberikan pula konsep tentang cara-cara menangani masalah bila mahasiswa kelak terjun di lapangan, yaitu sekolah. Hal ini di antisipasi sejak dini MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
54
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
dan kontinue dilakukan sehingga wajar jika mahasiswa memberi tanggapan sangat baik terhadap pemberian motivasi yang dilakukan oleh dosen Bimbingan dan Konseling, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan kinerjanya. Indikator ketiga adalah dukungan dosen terhadap mahasiswa agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Indikator ini diperoleh hasil sebesar 78,87% dengan kriteria sangat baik, hal ini bisa diberikan penjelasan bahwa dosen BK telah melakukan usaha dan upayaupaya agar mahasiswa bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan berada, baik saat sekarang maupun kelak jika telah terjun di lapangan atau sekolah. Lebih jauh bisa dikemukakan bahwa apabila mahasiswa telah mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, ini menunjukkan bahwa mahasiswa telah dapat membedakan perilaku mana yang baik dan perilaku mana yang harus dihindari, sehingga mahasiswa harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut dan akibatnya mahasiswa bisa menerapkan di lapangan bila anak telah terjun di sekolah atau dalam masyarakat. Indikator keempat adalah motivasi dosen BK dalam memberikan dorongan kepada mahasiswa
agar siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik dan disiplin. Angka pada
indikator juga diperoleh kriteria sangat baik dengan hasil sebesar 77,37%, hal ini bisa diartikan bahwa dosen telah mempersiapan dan memberikan pengetahuan tentang cara-cara belajar yang baik agar materi yang terdapat dalam suatu mata kuliah tertentu untuk dapat diserap dengan baik pula.
Bimbingan terhadap cara-cara belajar
yang baik tersebut
mendapat tanggapan positif dari mahasiswa sebesar 77,37%. Hal ini berarti bimbingan belajar oleh dosen BK Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang adalah sangat baik, dalam arti tepat dan mengena pada sasaran, sehingga tidak mengherankan bila sebagian besar mahasiswa jurusan BK prestasi belajarnya sangat memuaskan yang dibuktikan dengan hasil yudicium pada setiap semester dan indeks prestasi yang dicapai (Dokumen BAAK, 2016).
KESIMPULAN Berdasarkan sajian dan analisis data serta pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan guna menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan, yaitu: persepsi mahasiswa terhadap kinerja dosen Bimbingan Konseling pada Fakultas Ilmu Pendidikan di IKIP Veteran Semarang berada pada kriteria sangat baik, hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator: (1) dukungan dalam pengentasan perilaku menyimpang 83,81%, (2) pemberian motivasi untuk berperilaku positif 86,24%, (3) dukungan dalam penyesuaian dengan lingkungan 78,87%, dan (4) motivasi dalam kebiasaan belajar yang baik 77,37% dari keseluruhan responden yang berjumlah 97 mahasiswa BK.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
55
Vol : XXIII, No : 1, MEI 2016
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. Saifuddin, 2007, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Davis. Keith & John W. Newstrom, 2005, Perilaku dalam Organisasi. Terjemahan: Daniel Lukito. Jakarta: Erlangga. Depdiknas, 2004, Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Hadi. Sutrisno, 2006, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset. Robbins. P. Stepphen, 2005, Organizationa Behaviour: Concepts, Controversies, Apllications. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Robert L.Beck, Mathis and John H. Jackson, 2003, Human Resource Management. New York Suth-Western College Publishing. Sanjaya. W, 2008, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sukmadinata. Nana Syaodih, 2006, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung:
Remaja Rosdakarya. Suryabrata. Sumadi, 2007, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Erlangga. Undang-Undang Nomor 20, 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
56