Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Terpadu Dengan Menggunakan Sistem Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ( PAIKEM ) Tipe Jigsaw dan Stad Pada Siswa Mukaromah (07140019) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang Abstrak Latar belakang masalah, adanya permasalahan dalam pembelajaran sejarah saat ini dari kurikulum yang teks book hingga kurang kreatifnya guru dalam mengembangkan materi menyebabkan siswa kurang tertarik dengan pelajaran sejarah. Akibatnya banyak siswa yang tidak memperoleh nilai tuntas dalam mata pelajaran sejarah. Maka peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode PAIKEM sebagai solusi. Beradasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan di atas maka beberapa masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah melalui strategi pembelajaran Model PAIKEM dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS Terpadu bagi siswa kelas VIII C SMP 2 Sukorejo, 2. Apakah Strategi Pembelajaran PAIKEM merupakan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan materi IPS Terpadu bagi siswa kelas VIII C SMP 2 Sukorejo. Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Analisis data dengan deskriptif komparatif dan secara kualitatif maupun kuantitatif.Data penelitian diperoleh dengan cara wawancara observasi dan dokumentasi. Indikator keberhasilan diperoleh jika tingkat ketuntasan pembelajaran minimal tercapai 75 %. Prosedur penelitian dalam 3 siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Observasi dan 4. Refleksi. Melalui tindakan kelas ini maka skripsi yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Sistem Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan ( PAIKEM ) Pada Siswa Kelas VIII C SMP 2 Sukorejo Kendal Tahun Pelajaran 2010 / 2011 Diperoleh kesimpulan bahwa pada awal penelitian / pra siklus siswa yang tidak tuntas 37 % setelah dilakukan tindakan siklus I menurun menjadi 27,5 % dan seterlah siklus II prosentasenya menurun menjadi 10 %. Maka penelitian dikatakan berhasil. Saran – saran dari peneliti antara lain Guru dapat menggunakan model pembelajaran PAIKEM sebagai variasi dalam pembelajaran. Hal ini dapat menghindari rasa bosan pada siswa.Guru lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.Kepada siswa disarankanSiswa lebih aktif dan berani untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat setelah mengetahui dan memahami model pembelajaran PAIKEM.Siswa lebih konsentrasi dan fokus pada waktu proses pembelajaran berlangsung dalam pelajaran IPS Terpadu kelas VIIIC SMP Negeri 2 Sukorejo. Kata Kunci : Kualitas, Pembelajaran IPS, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan PENDAHULUAN Pada zaman globalisasi yang sarat dengan berbagai tantangan dan pembangunan di segala bidang, di mana dalam menghadapinya diperlukan suatu kemampuan dan bekal hidup, sehingga pendidikan merupakan salah satu pilihan yang dapat mengantarkan orang menghadapi tantangan serta mewujudkan pembangunan nasional tersebut. Pendidikan akan menciptakan sumber daya manusia yang berwawasan dan memiliki pengetahuan. Tanpa pendidikan tidak akan tercipta generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas, akibatnya kita akan selalu terbelenggu dalam keterbelakangan, kebodohan dan bahkan mengarah pada jurang kemiskinan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
26
Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pembelajaran adalah sumber kekuatan bagi berfungsinya sarana tersebut dengan efektif. Pendidikan sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam kita membangun bangsa kita masa kini maupun di masa yang akan datang. Namun pada kenyataannya, pelajaran sejarah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, pelajaran sejarah menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah yang dianggap siswa sangat membosankan dan tidak begitu penting. Karena mereka lebih berfokus pada mata pelajaran eksak, dan kadang mengesampingkan mata pelajaran IPS termasuk sejarah di dalamnya. Dengan kenyataan seperti ini, membawa mata pelajaran sejarah ke dalam mata pelajaran yang tidak menarik perhatian siswa. Mereka dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar hanya 3D yaitu datang, duduk, dan domblong/diam. Terlebih, jika mata pelajaran sejarah di tempatkan pada jam terakhir atau pada jam setelah olahraga. Para siswa dalam mengikuti pelajaran sangat tidak efektif dan tujuan pembelajaran pun akhirnya tidak tercapai sehingga prestasi belajar siswa sangat rendah, terbukti banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Ketidaktercapaian tujuan pembelajaran sejarah, faktor dari guru pun turut menyebabkannya, jika seorang guru menggunakan model yang konvensional seperti ceramah, kegiatan belajar di dalam kelas hanya akan berlangsung secara monoton. Mereka hanya akan mendengarkan uraian dari guru dan kepasifan siswa akan nampak. Namun bila guru mengajar dilaksanakan dengan cara-cara yang baru seperti bertanya atau melemparkan masalah untuk di pecahkan siswa, maka kegiatan siswa belajar akan lebih aktif, seperti berdiskusi, berdialog dengan teman sebangku atau sekelompok Permasalahan mengapa sistem pendidikan dan pengajaran sejarah tidak menarik adalah kurikulum yang kurang jelas membuat guru sejarah Teks Book dalam mengajar sehingga kurang kreatif dalam mengembangkan materinya. Hal ini diperparah lagi dengan pengurangan pada jam mata pelajaran sejarah, karena sejarah tidak masuk dalam ujian nasional sehingga dianggap kurang begitu penting. Sejarah juga kurang diaplikasikan dalam nuansa yang lebih menarik terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar seperti tidak menariknya media pembelajaran, minimnya literatur sejarah serta rendahnya keterampilan guru sejarah di bidang teknologi pembuatan alat peraga juga dalam menerapkan berbagai model dan pendekatan dalam mengajar. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh para guru mata pelajaran sejarah, untuk dapat meningkatkan minat para siswa untuk mempelajari sejarah. Model pembelajaran yang mengedepankan penyampaian materi melalui penggunaan metode ceramah sudah tidak sesuai lagi. Guru perlu mengupayakan strategi pembelajaran yang merangsang siswa terlibat aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Berbagai upaya pembelajaran melalui penggunaan multimetode dan multimedia yang sesuai perlu dipikirkan, agar dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
27
Agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis. Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dalam model pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran. Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan materi atau bahan ajaran. Pernyataan di atas menunjukkan perlunya pembaharuan pelajaran sejarah di Indonesia, melalui siswa aktif menimbulkan suasana keakraban dan saling interaksi, kemudian terwujud kondisi sosial di antara siswa. Guru sejarah dikatakan berhasil salah satu alasan utamanya adalah mampu menjelaskan pelajaran sejarah secara menarik. Melalui pemaparan materi sejarah yang menarik dan mampu menunjukkan relevansinya bagi siswa, sejarah tidak dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Secara umum keberhasilan proses belajar mengajar sejarah dapat dilihat melalui siswa bersungguhsungguh mengikuti pembelajaran sejarah, misalnya dengan banyak bertanya, mendengarkan ketika guru mengajar dan selalu antusias merespon tugas yang diberikan. Pembelajaran sejarah masih dianggap sulit, kurang menarik karena banyak hafalan dan untuk mengatasinya perlu akar kata yang mudah untuk diingat dan dimengerti siswa. Motivasi siswa juga rendah, hal ini ditunjukkan dengan perhatian dalam pembelajaran masih kurang, variasi metode, media, model pembelajaran yang kurang optimal dalam pelaksanaannya. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Sukorejo, menunjukkan proses belajar mengajar IPS sejarah yang belum optimal, hal ini dapat dilihat saat proses pembelajaran , yaitu masih berpusat pada guru, partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru, sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru bahkan siswa cenderung diam, akibatnya interaksi guru dengan siswa berlangsung hanya satu arah. Informasi yang didapat oleh peneliti pada pelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Sukorejo, sebagian besar siswa masih pasif dalam menerima pelajaran dan partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif kurang. Mereka lebih banyak diam, mencatat materi dan memilih beraktivitas sendiri yang justru tidak berhubungan dengan pembelajaran. Proses belajar mengajar masih bersifat guru sentries. Siswa masih enggan untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya mengenai suatu permasalahan yang sedang dikaji. Melihat kondisi tersebut maka guru perlu memahami serta menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk pelajaran sejarah. Selain model pembelajaran, guru juga dapat menggunakan media pengajaran. Tujuannya yaitu untuk mempertinggi kualitas proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada nantinya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang akan dicapai.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
28
TINJAUAN PUSTAKA Pembelajaran PAIKEM PAIKEM merupakan kepanjangan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Pembelajaran, menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif, pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makna itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakukannya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem. Efektif, pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang terorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat. Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasa bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerja secara kooperatif. Metode Jigsaw Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
29
Memang metode jigsaw selama ini lebih banyak digunakan untuk pembelajaran dengan pola induktif, artinya menemukan berbagai informasi untuk kemudian dishare kepada seluruh anggota kelompok. Namun demikian pembelajaran yang pola deduktif sebenarnya dapat diterapkan dalam berbagai metode pembelajaran tergantung bagaimana kita mendesign. Dalam Metode jigsaw, pola deduktif bisa kita terapkan dengan memodifikasi tugas yang ada dalam pos-pos keahlian. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1) Didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru dalam instruksional. 2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya. 3) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. 4) Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik instruksional. 5) Dilakukan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2011 dengan mengambil tempat di SMP 2 Sukorejo, Kabupaten Kendal. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Peneliti memilih sebagai tempat penelitian dengan alasan : 1. Peneliti adalah tenaga kependidikan di SMP 2 Sukorejo 2. Kepala Sekolah maupun pejabat yang terkait memberikan izin dilaksanakannya penelitian di SMP
2 Sukorejo. 3. Ada kesesuaian antara metode yang diciptakan guru dengan perkembangan usia, fisik, mental
siswa kelas VIII C SMP 2 Sukorejo.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
30
Subyek Penelitian Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII C SMP 2 Sukorejo Kabupaten Kendal tahun ajaran 2010/2011. Di kelas ini siswa berjumlah 40 anak yakni 20 siswa laki – laki dan 20 siswa perempuan. Pengambilan subyek penelitian ini didasarkan pada kondisi kelas yang mampu mewakili siswa kelas VIII ini, dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan peneliti ingin mencari suatu strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS Terpadu bagi para siswa SMP 2 Sukorejo Kendal. Data dan Sumber Data Penelitian ini melalui analisis data baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data – data yang diperoleh dianalisis dengan cara triangulasi data. Data tersebut diperoleh dari siswa, teman sejawat, maupun kepala sekolah sebagi obsever. 1) Siswa
: hasil pretes, hasil postes dan hasil wawancara
2) Guru
: hasil observasi / pengamatan
3) Supervisor
: hasil observasi / pengamatan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kelas VIII C SMP 2 Sukorejo, selama proses pembelajaran pra siklus. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat dan dibantu supervisor. Setelah itu peneliti melakukan kegiatan diawali dengan tes formatif pra siklus, siklus I dan siklus II.hasil penelitian awal ( hasil tes formatif pra siklus ) digunakan sebagai dasar untuk menentukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Setelah mengadakan pembelajaran pada kegiatan pra siklus diperoleh hasil nilai sebagai berikut: Diagram 1. Hasil Tes Pra Siklus 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 50
55
60
65
70
75
80
85
90
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
31
Dari diagram tersebut diatas dapat dilihat hasil test formatif mata pelajaran IPS tentang tokohtokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kelas VIII C SMP Negeri 2 Sukorejo. Diketahui dari 40 siswa yang mendapat nilai 51-55 dengan kategori belum tuntas sebanyak 7 siswa, juga masih ada 8 siswa yang belum tuntas dengan nilai 56-60. Sedangkan siswa dengan kategori tuntas dengan nilai 61-65 sebanyak 6 siswa,dengan nilai 66-70 sebanyak 14 siswa, dengan nilai 71-75 sebanyak 5 siswa, dan dengan nilai 76-80 sebanyak 13 siswa Siklus I Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, peneliti akan menguraikan secara singkat tentang langkah-langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam dua siklus. Dimana setiap siklus ada empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan sebagai acuan peneliti melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan prestasi belajar pokok bahasan Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan penerapan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran, namun demikian berdasarkan rumusan masalah tersebut, perencanaan yang peneliti susun dalam siklus I ini menekankan pada pembelajaran PAIKEM menggunakan metode jigsaw. Dalam perencanaan telah disusun lembar pengamatan bagi pengamat serta merancang test formatif. Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran. b. Pelaksanaan Pada siklus I ini kegiatan dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai observer yang berkolaborasi dengan guru. Pada siklus I kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Siklus I dilaksanakan pada dua kali pertemuan selama 2 jam (2x40 menit) pada tanggal 15 Maret 2011 diikuti oleh 40 siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Sukorejo. Kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran selama proses proses siklus I sebagai berikut : Kegiatan awal, guru menyiapkan sarana pembelajaran dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Guru memberikan acuan kepada siswa dengan cara meyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan guru membagi siswa dalam 10 kelompok, setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya. Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
32
kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru. Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Di akhir kegiatan pembelajaran sebagai evaluasi siswa diberikan tes yang dikerjakan secara individual. Dari evaluasi siklus I diperoleh nilai sebagai berikut : Diagram 2. Hasil Tes Siklus I 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 50 55 60 65 70 75 80 85 Hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh setelah siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I. Nilai rata-rata hasil evaluasi siklus I sebesar 71 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55. Siswa yang tuntas sebanyak 29 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 72,5 % sedangkan siswa yang tidak tuntas 11 anak atau 27,5%. Dengan demikian pembelajaran PAIKEM dengan metode jigsaw di kelas VIII C belum berhasil. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar klasikalnya. Siklus II a. Perencanaan Kegiatan awal, guru menyiapkan sarana pembelajaran dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memberikan acuan kepada siswa dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa seputar materi proses persiapan kemerdekaan Indonesai seperti yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumya. Selain itu untuk memancing motivasi siswa, guru menginformasikan bahwa akan memberi penghargaan untuk siswa. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan menampilkan gambar dan menyampaikan materi secara ringkas oleh guru sesuai dengan materi yang diajarkan. Setelah itu guru menghadirkan permasalahan untuk dibahas di dalam kelompok. b. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan selama 2 jam pelajaran (2x40 menit) pada tanggal 22 Maret 2011, diikuti oleh 40 siswa. Seperti pada siklus I kegiatan pembelajaran Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
33
dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan guru. Kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus II sebagai berikut : Penyampaian materi berlangsung selama 30 menit. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dalam presentasi kelas materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. Selanjutnya dibentuk kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan pengghargaan. Kegiatan selanjutnya guru mengevaluasi pembelajaran untuk mendapatkan balikan dari siswa dengan mengajukan baberapa pertanyaan secara lisan. Pada perbaikan Siklus II mata pelajaran IPS Terpadu pokok bahasan
Proses Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia
diperoleh hasil sebagai berikut : Diagram 3. Hasil Tes Siklus II 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 55
60
65
70
75
80
85
90
95 100
Pembahasan Dari tabel antar siklus diatas tampak adanya hasil dari masing-masing indikator yang harus dikuasai siswa setelah diberi tindakan mengalami peningkatan yang sangat memuasakan. Peningkatan hasil penguasaan materi pembelajaran bila dilihat dari tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
34
pendapat Vygotsky, aktivitas kalaboratif (perpaduan) di antara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone (zone of proximal development, zpd) dengan yang lain, artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia. Jika anak nyaman dalam belajarnya maka akan diperoleh hasil belajar yang baik. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pembelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat setara. 1. Pra Siklus Pada awal penelitian dimulai ditemukan permasalahan yakni rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII C SMP 2 Sukorejo. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya tingkat ketuntasan nilai pra siklus. Rendahnya tingkat ketuntasan nilai siswa ini dikarenakan proses pembelajaran yang kurang variatif,sehingga siswakurang tertarik pada pokok bahasan yang disampaikan. Melihat kondisi yang demikian akhirnya guru mulai berfikir bagaimana cara untukmengatasipermasalahan tersebut. Guru mengadakan diskusi dengan teman sejawat serta Kepala Sekolah yang akhirnya ditemukan sebuah gagasan baru dengan menerapkan pembelajaran PAIKEM metode STAD. Metode ini dipilih karena dipandang lebih efektif dan representatif untuk menyampaikan pokok bahasan Proses Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia. 2. Siklus I Setelah diskusi dan dengan bimbingan dari supervisor peneliti merancang pembelajaran perbaikan pada Siklus I. Pada siklus I diperoleh hasiltes Formatif siklus I rata – rata nilai 78 dengan prosentase ketuntasan 72,5 % yakni 29 siswa dan 27,5 % belum tuntas ( 11 siswa ) Pada siklus I ini ada peningkatan
hasil pembelajaran namun belum mencapai tingkat
keberhasilan yakni siswa yang tuntas belajar belum mencapai 75 % . Kegagalan ini disebabkan oleh : a) Penyampaian materi belum tuntas b) Tidak menggunakan media secara maksimal. c) Siswa belum jelas terhadap konsepdan materi yang diberikan. Selanjutnya untuk melakukan perbaikan siklus I peneliti melakukan perbaikan ,antara lain : a) Memberi motivasi pada siswa untuk lebih meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran b) Guru lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan c) Memberikan penghargaan kepada siswa. 3. Siklus II Setelah berdiskusi dengan teman sejawat dan konsultasi dengan pembimbing peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus II. Peneliti merancang
pembelajaran dengan
menitikberatkan pada penggunaan pembelajaran PAIKEM dengan metode STAD. Dengan Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
35
pembelajaran PAIKEM yang menggunakan Metode STAD ini dapat : a) Menyenangkan siswa b) Mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif c) Mengurangi hal – hal yang verbalitas / abstrak d) Meningkatkan interaksi antar siswa. e) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis f) Menumbuhkan respon positif dari siswa yang lamban dalam belajar. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai tuntas sebanyak 36 siswa dan sisanya 4 siswa belum. Kendatipun masih ada siswa yang belum tuntas namun pada siklus II ini sudah dapat dikatan berhasil, karena sudah 90 % siswa tuntas dalam belajar. Dengan demikian perbaikan pembelajaran pada siklus II dikatakan berhasil dengan ketuntasan belajar 90 %. Keberhasilan ini dikarenakan penggunaan metode STAD.
KESIMPULAN 1. Penerapan model pembelajaran PAIKEM dalam pelajaran IPS Terpadu kelas VIII C SMP Negeri 2 Sukorejo berhasil sesuai rencana. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengamatan aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I aktivitas siswa sebesar 58,33% termasuk dalam kriteria sedang. Pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu sebesar 87,50% termasuk dalam kriteria sangat baik. 2. Hasil belajar siswa sebelum diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata 65 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 50. Siswa yang memperoleh nilai rata-rata ≥ 65 sebanyak 25 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 63,00%. Pada siklus I setelah diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata hasil tes evaluasi pada siklus I sebesar 71 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55, sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 29 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 73%, hasil belajar yang diperoleh pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 78 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 55, sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 36 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal 90%, persentase ketuntasan belajar juga meningkat dari 73% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. ........................................., ......... Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Arifin, Zaenal. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and learning). Jakarta: Dirjendikdasmen. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
36
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta :Depdiknas. Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hamalik,Umar.2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. : PT Rineka Cipta. Hamzah, B Uno,2008. Teori Motivasi & pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Slamento. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : PT Rineka Cipta Sofan Amri. 2011. PAIKEM GEMBROT Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Jakarta: Prestasi Pustaka. Sri
Anitah,
2003.
Pembelajaran
Terpadu:
Paradigma
Konstruktivistik
dalam
rangka
Pengembangan Kecerdasan Ganda. Surakarta: Sebelas Maret University Prees. Sukandi, U. 2003. Belajar Aktif & Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka. Sukmadinata, Nana Syaodi., 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta : Remaja Rosdakarya UU Nomor 20 Tahun 2003 Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
37