Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN WANITA DENGAN USIA PERKAWINAN Sri Hartini (10130008) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang Abstrak Latar belakang masalah dari penelitian ini adalah rendahnya tingkat pendidikan wanita.Hal ini menyebabkan kurangnya pengetahuan, pengalaman, dan banyaknya perkawinan usia muda. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Hubungan antara tingkat pendidikan wanita dengan usia perkawinan (2) Faktor – faktor yang mempengaruhi usia perkawinan. Salah satu faktor yang mempengaruhi usia perkawinan adalah tingkat pendidikan seseorang. Melihat pemahaman tersebut peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pendidikan wanita dengan usia perkawinan di Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati dengan alasan peneliti melihat banyak tingkat pendidikan rendah dan tingginya persentase perkawinan usia muda yang tinggal di desa Sidomukti Kecamatan jaken Kabupaten Pati tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan wanita dengan usia berlangsungnya perkawinan (2) Untuk menjelaskan faktor – faktor penyebab usia perkawinan wanita. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif korelasi dua variabel yakni tingkat pendidikan wanita dan usia perkawinan. Objek penelitian adalah 456 wanita yang pernah melangsungkan perkawinan, dengan 57 sampel wanita yang diambil secara acak merupakan masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati. Instrumen kuesioner divaliditasi dengan uji coba product moment dengan analisis regresi dua varibel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Jumlah usia perkawinan muda dari tahun 20102013 adalah 17 orang perempuan. Ini menunjukkan perempuan lebih cepat melangsungkan perkawinan dari pada laki – laki. Hal ini tercermin pada kurangnya pengalaman atau pengetahuan dalam kehidupannya; (2) Banyaknya wanita berpendidikan rendah sebesar 42,7%. Ini artinya kurangnya pengetahuan dan pengalaman seseorang. Dengan demikian seseorang mengambil keputusan untuk melangsungkan perkawinan sebagai solusi. (3) Tingkat pendidikan wanita mempengaruhi usia berlangsungnya perkawinan. Hal ini dibuktikan dengan hasil Uji keberartiandiperoleh F hitung sebesar 5,529. {5,529 > 0,05 (4,02)}. Dan hasil uji linieritas menunjukkan bahwa hasilnya linier antara Tingkat pendidikan wanita dengan usia perkawinan. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seorang wanita maka semakin cepat seorang tersebut melangsungkan perkawinan muda. Hal ini berarti wanita yang berpendidikan tinggi banyak kemungkinan akan menunda perkawinan hingga mencapai usia ideal. Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Perkawinan Muda, perceraian.
PENDAHULUAN
Dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
maka
pemerintah
Indonesia
melaksanakan
program
pendidikan
untuk
masyarakatnya. Pendidikan merupakan faktor yang penting dan hak setiap warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat baik jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Meskipun banyak jalur pendidikan tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan sumber daya manusia menjadi berkualitas dan mampu bersaing dalam kehidupan bermasyarakat. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
13
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Untuk meningkatkan masyarakat Indonesia yang mampu bersaing dengan masyarakat di negara lain, Indonesia terus meningkatkan wajib belajar pada masyarakatnya yang semula diadakan hanya wajib belajar 6 tahun menjadi wajib belajar 9 tahun. Meskipun telah diadakan wajib belajar tetapi masih banyak ditemukan masyarakat yang berpendidikan rendah baik dalam jalur pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Masyarakat dengan pendidikan rendah mayoritas adalah masyarakat yang bertempat tinggal di pedesaan khususnya wanita. Karena kondisi sosial ekonomi yang kurang mencukupi maka pendidikan formal dan pendidikan nonformal kurang didapatkan oleh masyarakat begitu pula dengan pendidikan informal juga kurang didapatkan karena masyarakat pedesaan jauh dari teknologi. Masyarakat dengan pendidikan rendah akan sulit bersaing dengan masyarakat berpendidikan tinggi khususnya tingkat pendidikan formal dalam bidang persaingan mencari pekerjaan di daerah perkotaan. Jalur pendidikan formal merupakan salah satu bukti nyata untuk mengetahui tingkat pendidikan dan kemampuan seseorang. Hal itu karena hasil pendidikan formal ada buktinya berupa ijazah dan ada cantuman nilai yang sah dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan demikian pendidikan formal dijadikan sebagai salah satu ukuran untuk menentukan tinggi rendahnya pendidikan seseorang. Masyarakat berpendidikan rendah dianggap kurang pengetahuan dan pengalaman dalam dunia kerja di daerah perkotaan sehingga mereka sulit mencari kerja bahkan tidak mendapatkan pekerjaan. Masyarakat yang tidak dapat kurang mampu bersaing dalam dunia kerja khususnya wanita memutuskan untuk secepatnya menikah atau melangsungkan perkawinan sebagai solusi utama. Dalam Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 “Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Menurut Edeng H. Abdurahman, perkawinan adalah suatu perubahan dari status perkawinan lain menjadi status kawin ( Kartomo, 2004 : 145 ). Biasanya dalam melangsungkan perkawinan didahului dengan upacara pernikahan. Pernikahan merupakan bersatunya dua jiwa berlawanan jenis yang saling cinta dan dilandasi dengan janji suci (aqad nikah) dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia. Menurut Undang – Undang perkawinan pasal 7 nomor 1 tahun 1974, Usia perkawinan adalah 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki– laki tetapi harus ada ijin dari keluarga kedua pihak. Umur perkawinan yang terlalu muda akan membawa banyak dampak negatif misalnya kegagalan dalam rumah tangga. Hal ini karena belum ada kesiapan jiwa dan mental dalam menghadapi masalah – masalah yang kemungkinan terjadi pada saat JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
14
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
perkawinan berlangsung. Dengan demikian sebaiknya perkawinan dilangsungkan pada usia yang ideal untuk meminimalisir resiko – resiko yang kemungkinan terjadi. Menurut Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah melakukan kerjasama dengan MOU yang menyatakan bahwa Usia Perkawinan diijinkan apabila pihak pria mencapai umur 25 tahun dan wanita mencapai umur 20 tahun ( Siti, 2011 : 03 ). Pada usia tersebut seseorang setidaknya telah memiliki sedikit pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan memiliki kesiapan untuk membangun keluarga. Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah status kesehatan, tingkat pendidikan, dan praktek budaya ( Suryati, 2009 : 06 ). Pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat kesehatan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi seseorang mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Selain itu pendidikan merupakan hal yang penting salah satunya untuk menunda usia perkawinan dini. Dengan adanya pendidikan formal, informal, maupun nonformal maka masyarakat dapat mengetahui atau memahami resiko atau dampak negatif yang akan timbul saat melangsungkan perkawinan usia kurang dari 20 tahun untuk wanita dan kurang dari 25 tahun untuk laki – laki. Melihat pemahaman tersebut peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pendidikan wanita dengan usia perkawinan di Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati dengan alasan peneliti melihat banyak tingkat pendidikan rendah dan tingginya persentase perkawinan usia muda yang tinggal di desa Sidomukti Kecamatan jaken Kabupaten Pati tahun 2013. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia. Penanganan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan bagi seluruh masyarakat bagi wanita maupun pria, terutama generasi muda, perlu ditingkatkan ( Soerjani, 2008 : 109 ). Dengan demikian tidak hanya laki – laki saja yang dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang tinggi tetapi wanita juga berhak mendapatkan pendidikan tersebut. Meskipun demikian masih banyak wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah baik formal, informal maupun nonformal. Orang tua lebih memprioritaskan biaya pendidikan anak laki– laki dari pada anak perempuan karena adanya anggapan bahwa laki – laki kelak akan menjadi kepala keluarga jadi harus memiliki bekal pendidikan yang tinggi. Sedangkan perempuan hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Selain itu karena budaya menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki – laki saja ( yanti, 2011 : 173 ). Anggapan tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, meskipun
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
15
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
perempuan akhirnya sebagai ibu rumah tangga tetapi perempuan juga butuh pendidikan dan pengalaman untuk mengajari atau mendidik anaknya. Pengertian Usia Perkawinan Perkawinan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis. Perkawinan adalah bersatunya dua orang berlawanan jenis yang saling cinta untuk membentuk keluarga yang bahagia dan biasanya didahului dengan upacara pernikahan. Usia perkawinan merupakan batasan usia ideal untuk melangsungkan perkawinan. Dalam melangsungkan perkawinan perlu memperhatikan usianya karena akan berpengaruh pada rumah tangga. Apabila perkawinan dilakukan pada umur yang tepat, maka membawa kebahagiaan bagi keluarga dan pasangan suami istri yang menjalankan perkawinan tesebut. Perkawinan yang dilakukan pada usia dini akan mudah berakhir dengan perceraian karena kurangnya kesiapan mental menghadapi kehidupan berumah tangga dan kurangnya kesiapan rahim untuk kehamilan. Selain itu perkawinan yang terlalu muda mencerminkan rendahnya status wanita
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi untuk penelitian ini adalah di Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati. Pemilihan tempat penelitian di dasarkan tempat tinggal peneliti sehingga lebih memudahkan pengambilan data, selain itu juga adanya pertimbangan waktu, tenaga, dan biaya. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu Maret 2014 sampai Juni 2014. Dengan waktu yang singkat tersebut dimanfaatkan peneliti untuk menyusun rencana penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan akhir yang disebut dengan skipsi dan ujian skripsi. Pendekatan Penelitian Penelitian ini mengungkapkan hubungan tingkat pendidikan wanita dengan usia perkawinan di Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati tahun 2013 Sehingga peneliti menggunakan menggunakan pendekatan kuantitatif korelatif. Pendekatan ini dilakukan karena data yang diperoleh berupa angka – angka maka dianalisis secara statistik untuk menggambarkan hubungan tingkat pendidikan wanita dengan usia perkawinan di Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati tahun 2013. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono, 2010 : 61).
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
16
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Jumlah penduduk desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati yang sudah pernah melangsungkan perkawinan adalah 456 pasangan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1. Populasi Pasangan Yang Sudah Pernah Melangsungkan Perkawinan No.
Desa
RW
Jumlah Perkawinan
SIDOMUKTI
I
134
2.
II
156
3.
III
166
1.
Jumlah
456
Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Sugiyono, 2010 : 62 ). Untuk menentuan besarnya sampel dalam penelitian berdasarkan populasi adalah dengan menggunakan nomogram Harry King, cara ini juga mempersyaratkan data harus kesalahan yang bervariasi mulai 0,3% sampai 10%. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 456 pasangan. Dengan taraf kesalahan 10%, maka jumlah sampel yang diambil adalah n = 456 x 0,12 x 1,035 n = 56,635 keluarga ( Dibulatkan 57 keluarga) Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2010 : 04 ). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pendidikan wanita bagi masyarakat Desa Sidomukti, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati. 2. Variabel Terikat Variabel terikat merupakanvariabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanyavariabel bebas (Sugiyono, 2010 : 04 ). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah jumlah pernikahan yang usianya dibawah usia 20 tahun di Desa Sidomukti, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati. Metode Pengumpulan Data Karena penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Metode Angket 2) Metode Pengamatan atau Observasi 3) Metode Dokumentasi JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
17
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
4) Metode Wawancara Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen, suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur instrumen yang valid dan sahih sehingga mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah. 2. Reliabilitas Masalah yang erat hubungannya dengan validitas adalah reliabilitas. Rumus yang digunakan adalah Products moment dengan angka kasar sebagai berikut : ∑ √[ ∑
∑ ∑
∑
][ ∑
∑
]
Keterangan : = Koefisien korelasi antara X dan Y ∑
= Jumlah Product
∑
= Jumlah skor Y
∑
= Jumlah skor X
∑
= Jumlah Skor X yang dikuadratkan
∑
= Jumlah Skor Y yang dikuadratkan = Jumlah Responden atau Subyek yang diteliti
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Jumlah umur Perkawinan Tahun 2010 - 2013 Usia
Laki - laki
Perempuan
Jumlah Persentase
Perkawinan
(%)
15 – 19
1
17
18
41
20 – 24
8
4
12
27
25 – 29
6
2
8
18
30 – 34
3
1
4
9
> 34
1
1
2
5
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
18
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Gambar 1. Diagram Jumlah umur Perkawinan Tahun 2010 - 2013 18
JUMLAH PERKAWINAN
16 14 12 10 8 6 4 2
0 15 - 19
20 - 24
25 - 29 Laki - laki
30 - 34
> 34
Perenpuan
Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa usia perkawinan muda di Desa Sidomukti adalah dari pihak perempuan yaitu sebanyak 17 orang dengan rentang usia 15 – 19 tahun pada waktu perkawinan. Analisis Data Penelitian Setelah memperoleh data – data yang diperlukan dalam penelitian dengan hasil angket oleh 57 responden sebagai sampel dari 456 responden yang sudah pernah melangsungkan perkawinan, maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan dan menganalisis data dari lampiran 12 untuk diketahui hasilnya guna penarikan. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah regresi linier. Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut : 1. Menyusun tabel kerja hubungan Variabel X dan Variabel Y (lampiran 12). ∑
N = 57
= 184245
∑
= 3074
∑
= 169902
∑
= 3390
∑
= 206990
2. Mencari Persamaan Garis Regresi ∑
(∑ ∑
)(∑ (∑
) )
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
19
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
∑
∑
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui persaman garis regresi. Persamaannya garis regresinya adalah 3. Langkah selanjutnya adalah mencari signifikan regresi menggunakan analisis sehingga diperoleh hasil (F hitung). Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : ∑
∑
|
∑
{∑
∑
}
{
}
{
}
|
∑
∑ {∑ {
} }
}
{
{
} }
{
{
} JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
20
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
{
}
{
} }
{
{
{
} }
{
}
{
}
{
}
4. Menguji pengaruh variabel X dan variabel Y dengan Rumus : Setelah mengetahui persamaannya garis regresi langkah selanjutnya adalah mencari perhitungan uji linieritas dan uji keberartian. Untuk mempermudah perhitungan maka peneliti menggunakan tabel ANAVA sebagai berikut : Tabel 2. Daftar ANAVA Untuk Regrasi Linier ̂ Sumber Variasi
dk
JK
KT
Total
57
206990
Koefisien (a)
1
201615,79
Regresi (b׀a)
1
490,899
Sisa
55
4883,312
Tuna Cocok
28
2954,479
Galat
27
1928,833
F
490,899 5,529
1,368
Karena dalam F tabel tidak terdapat N (28,27), maka peneliti harus menghitung nilai F tabel (28,27) dengan cara Mengambil N yang terdekat, yaitu N (24,27) dan N (30,27). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2. Perhitungan F Tabel dengan N 57
27
24
25
26
27
28
29
30
5%
1,93
1,923
1,917
1,91
1,903
1,897
1,88
1%
2,55
2,537
2,523
2,51
2,497
2,483
2,47
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
21
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Uji linieritas :
Dari sajian data pada tabel tersebut diketahui bahwa untuk proses perhitungan analisis data diperoleh F hitung sebesar 1,368 langkah selanjutnya angka tersebut dikonsultasikan dengan F tabel. Untuk N 57 pada taraf kesalahan 5 % (28,27) maka diperoleh F tabel sebesar 1,903. Sedangkan untuk taraf kesalahan 1 % (28,27) diperoleh F tabel sebesar 2,497. Dengan nilai F hitung sebesar 1,368 maka F hitung < F tabel untuk taraf 5% maupun 1% maka hubungan antara variabel tingkat pendidikan wanita (X) dan usia perkawinan (Y) adalah linier. Uji keberartian :
Dari sajian data pada tabel tersebut diketahui bahwa untuk proses perhitungan analisis data diperoleh F hitung sebesar 5,529 langkah selanjutnya angka tersebut dikonsultasikan dengan F tabel pada lampiran 14 . Untuk N 57 pada taraf kesalahan 5 % (1,55) maka diperoleh F tabel sebesar 4,02. Sedangkan untuk taraf kesalahan 1 % (1,55) diperoleh F tabel sebesar 7,12. F hitung < F tabel untuk taraf 1% dan F hitung > F tabel untuk taraf 5% maka hipotesisnya diterima pada taraf 5%.
KESIMPULAN Berdasarkan sajian dan analisis data yang diperolah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan validitas dan reliabilitas yang telah di hitung, diperoleh r hitung > r tabel dan r instrumen > r tabel maka dapat disimpulkan hasilnya adalah valid dan reliabel. 2. Berdasarkan hasil perhitungan uji keberartian diperoleh F hitung sebesar 5,529 langkah selanjutnya angka tersebut dikonsultasikan dengan F tabel. Pada N 57, taraf kesalahan 5 % (1,55) nilai F tabel adalah 4,02. Sedangkan untuk taraf kesalahan 1 % (1,55) diperoleh F tabel sebesar 7,12. F hitung < F tabel untuk taraf 1% dan F hitung > F tabel untuk taraf 5% maka kesimpulannya adalah hipotesis diterima pada taraf 5%. Tingkat pendidikan wanita mempengaruhi usia perkawinan di Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati. 3. Berdasarkan uji linieritas karena hasilnya F hitung sebesar 1,368 < F tabel baik pada taraf kesalahan 1 % (2,497) maupun taraf kesalahan 5% (1,903). Kesimpulannya adalah hubungan antara variabel tingkat pendidikan wanita (X) dan usia perkawinan (Y) adalah linier. Artinya semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin lama seseorang menunda perkawinan atau sampai mencapai usia ideal. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
22
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
cepat seseorang akan melangsungkan perkawinan, khususnya masyarakat di Desa Sidomukti Kecamatan Jaken Kabupaten Pati.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi revisi, Cetakan 9). Jakarta : Bumi Aksara. ----------------------. 2013. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Cetakan ke-15). Jakarta : rineka Cipta Astuty, Siti Yuli. 2011. Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Diusia Muda Dikalangan Remaja. Diakses pada 03 Februari 2014. Goode, W. J. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Bumi Aksara. Hikmawati, Isna. 2014. Ilmu Dasar Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Madika. Johnson dan L, Leny, R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Kasidi, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. IKIP Veteran Semarang. Manuaba, Ida A.C., Ida Bagus G.F.M, dan Ida Bagus G.M. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita (Edisi ke-2, cetakan ke-1). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nasution Rozani, SKM. 2003. Teknik Sampling. E-Jurnal diakses pada 16 Februari 2014. Purnomo, Daru. (2013). Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, KB dan KS. Prosiding Seminar: Perkawinan Usia Muda dan Dampaknya, LPPM UKSW 23 Desember 2013. Republik Indonesia. Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. diakses pada 12 Februari 2014. Republik Indonesia. Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Perkawinan. diakses pada 14 Maret 2014 Romauli, Suryati dan Anna. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika. Soerjani Mohammad, dkk. 2008. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. -----------. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sukestiyarno dan Wardono. 2009. Statistika (cetakan ke-1). Semarang : UNNES Press. Sumelung, Veibymiaty Rina Kundre, dan Michael Karundeng. 2014. faktor – faktor yang berperan meningkatnya angka kejadian sectio caesarea di rumah sakit umum daerah liun kendage tahunan (Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1). Manado : Universitas Sam Ratulangi. Diakses pada 13 Maret 2014. Sungkowo. 2002. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
23
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Widyatun,
Diah.
2012.
Dimensi
Sosial
Wanita
Dan
Permasalahannya.
(jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/dimensi-sosial-wanita-dan.html Diakses pada 10 maret 2014). Wirosuhardjo, Kartomo. 2004. Dasar – Dasar Demografi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Yanti.2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Yuliani, Elida Dewi. (2013). Hubungan antara usia pernikahan dengan jumlah kelahiran di Desa Sumberejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Tahun 2012. Skripsi, tidak dipublikasikan. Semarang: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengatahuan Sosial IKIP Veteran.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
24