Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara Kebudayaan Nasional Puniatun (10110081-ST) Mahasiswa PPKN IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah yang diteliti adalah pelaksanaan tradisi sedekah bumi di dusun Pucung kelurahan Pudak Payung yang didalam pelaksanaannya dipentaskan wayang kulit sebagai media ritual ( merti desa ) tetap dilestarikan walaupun bersaing dengan kesenian modern namun tetap diuri-uri dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tradisi sedekah bumi dalam masyarakat Pucung kelurahan Pudak Payung. 2) untuk mengetahui peran pelaksanaan tradisi sedekah bumi yang ada hubungannya dengan pendidikan formal. 3) untuk mengetahui peran pelaksanaan tradisional sedekah bumi dalam masyarakat Pucung sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional. Hasil penelitian tentang pelaksanaan tradisi sedekah bumi ini sebagai upaya memelihara kebudayaan nasional ini diharapkan menjadi bahan masukan dan menambah wawasanbagi penulis dan bagi pembacanya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggambarkan dimana peneliti berusaha mengungkapkan suatu fenomena / objek yang terjadi secara terus menerus tanpa memberikan suatu pembenahan pada objek yang bersangkutan. Tempat penelitian ini dilaksanakan di wilayah kelurahan Pudak Payung kecamatan Banyumanik Semarang. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013. Dari hasil pengumpulan data, peneliti memperoleh data sebaai bukti bahwa pelaksanaan tradisi sedekah bumi sebagai upaya memelihara kebudayaan nasional di dusun Pucung kelurahan Pudak Payung yang cukup bugus / sangat berperan. Hal ini dibuktikan dengan masih dilaksanakan tradisi sedekah bumi di dusun tersebut. Adapun kesimpulan dari skripsi ini yaitu : 1) Perkembangan pelaksanaan tradisi sedekah bumi di dusun Pucung kelurahan Pudak Payung masih dipertahankan kelestariannya walaupun bersaing dengan budaya modern. 2) Pelaksanaan tradisi sedekah bumi cukup berperan terhadap pendidikan moral dalam masyarakat dusun Pucung kelurahan Pudak Payung terbukti disana masih ada gotong royong, musyawarah, kegiatan sosial. 3) Pelaksanaan tradisi sedekah bumi cukup berperan dalam memelihara kebudayaan nasional yaitu dengan adanya modifikasi musik, lagu dan kepandaian dalang dalam menyampaikan cerita menambah antusias masyarakat unuk menyaksikan dan memahami cerita dari wayang tersebut. Saran-saran yang diajukan peneliti yaitu : 1) Dengan berkurangnya peminat pelaksanaan tradisional sedekah bumi, maka perlu memperkenalkan tradisi sedekah bumi di dunia pendidikan baik formal maupun informal mulai jenjang pendidikan paling bawah sampai jenjang paling tinggi sebagai suatu kearifan lokal. 2) Untuk menambah daya tarik pelaksanaan tradisi sedekah bumi maka perlu dimodifikasi dengan menggunakan teknologi modern serta mengalihbahasakan agar penonton dapat memahami isi cerita yang dibawakan oleh dalang. 3) Kemudian pemerintah diharapkan memfasilitasi pelaksanaan tersebut agar lebih bisa masuk ke daerah pelosok maupun luar negeri.dengan demikian pelaksanaan tradisi sedekah bumi sebagai upaya memelihara kebudayaan nasional dapat terus dipertahankan di sepanjang masa. Kata Kunci : sedekah bumi, kebudayaan, tradisi PENDAHULUAN Kota Semarang mempunyai bermacam-macam tradisional yang berada di kecamatan. Tradisional yang masih ada antara lain sedekah bumi. Tradisional merupakan istilah yang berasal dari tradisi, sedangkan tradisi berasal dari kata “ ttradisio “ yang artinya mewariskan. Tradisional dapat diartikan sebagai suatu yang sesuai tradisi, sesuai dengan kerangka-kerangka, pola-pola, penerapan
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
101
yang selalu berulang-ulang misalnya kesenian tradisional kerakyatan, apabila dilihat dari gerakannya masih sederhana dan silakukan berulang-ulang, baik bentuk maupun pola penerapannya. Pengertian tradisi mencakup pedoman untuk tetap ada dimasalah yang ditemui oleh angkatan sebelumnya. Didalam tradisi ada tanda-tanda yang kuat, beda dengan keadaan jaman dulu bisa dikatakan salah satu keadaan proses sosial yang kuat, yang unsur-unsurnya diwariskan dari angkatan sebelumnya. Kota Semarang mempunyai bermacam-macam tradisi yang berada di kecamatan. Tradisi yang masih ada diantaranya adalah sedekah bumi. Tradisi sedekah bumi yang ada di Kota Semarang merupakan kebudayaan yang perlu dijaga. Pelaksanaan tradisi sedekah bumi merupakan salah satu kebudayaan masyarakat yang perlu dijaga sebab merupakan identitas masyarakat tertentu misalnya hasil tradisi warak ngendog untuk menandai dimulainya bulan Ramadhan atau bulan puasa. Hal demikian menggambarkan keadaan sosial wilayah, merupakan ciri khas atau tanda daerah tersebut. Sehingga bisa dikatakan hasil dari seni tradisional merupakan identitas suatu masyarakat tertentu. Seni memang selalu menarik untuk dibicarakan, bukan karena keindahannya tetapi terlebih – lebih disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas dari keindahan. Tradisi merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Kebutuhan yang tidak bisa dianggap mudah, sebab manusia itu memang membutuhkan untuk mengimbangi kebutuhan jasmani dan rohani. Wujud identitas budaya tradisional sedekah bumi perlu dijaga supaya lestari. Maka dari itu kita usahakan untuk mengembangkan aktivitas dankreativitas khususnya generasi muda untuk ikut andil melestarikan budaya tradisi sedekah bumi. Kesenian tradisional yaitu suatu bentuk seni yang berakar dan bersumber yang dirasakan sendiri oleh masyarakat pendukungnya. Pengolahannya didasarkan pada cita-cita masyarakat pendukungnya atau lingkungan. Cita-cita ini mengandung arti yang luas,termasuk nilai kehidupan, tradisi, pandangan hidup, rasa etis dan estetis serta ungkapan budaya lingkungannya. Pelaksanaan tradisi mempunyai kedudukan yang sangat penting ada di masyarakat seperti sedekah bumi di dusun pucung kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Tradisi sedekah bumi mewujudkan salah satu jenis tradisi yang sudah jadi kebiasaan. Sebab masyarakat pucung mempunyai keyakinan bahwa dengan diadakannya sedekah bumi tiap tahun akan membawa berkah dan supaya tidak terjadi wabah penyakit yang menimpa warga dusun pucung. Pelaksanaan sedekah bumi dilaksanakan setiap tahun sekali yaitu bulan ba’da mulud dan biasanya dilaksanakan di lapangan RW serta lingkungan sekitar. Semua warga mengikuti prosesi sedekah bumi dimulai dengan nyadran sendang gedhe, tempat yang biasanya digunakan untuk kebutuhan air masyarakat sekitar. Kegiatan nyadran tersebut antara lain membersihkan sendang, kemudian berdoa bersama dan dilanjutkan makan bersama. Prosesi pembersihan sendang gedhe biasanya dilaksanakan pada hari Jum’at.Kemudian malam harinya dilanjutkan prosesi majemukan yaitu acara do’a bersama yang dihadiri semua sesepuh dusun Pucung beserta tamu undangan. Setelah
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
102
itu dilanjutkan dengan acara hiburan rakyat.Pada keesokan harinya diadakan pagelaran wayang kulit yang dimulai pukul 11.00-17.00 WIB. Prosesi sedekah bumi yang terakhir yang paling ditunggu-tunggu adalah pagelaran wayang kulit semalam suntuk , dimulai dengan penyerahan wayang oleh pimpinan pemerintahan di tingkat kelurahan kepada dalang, kemudian dimulailah acara pagelaran wayang kulit. Masyarakat di dusun Pucung Kecamatan Banyumanik mempunyai nilai-nilai tradisi, adatistiadat, rasa gotong royong dan kesetiakawanan warga yang tinggi serta memiliki kegiatan sosial dan budaya yang tinggi pula. Umumnya tingkat pendidikan masyarakat Pucung kecamatan Banyumanik Kota Semarang sudah cukup tinggi, rata-rata tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Atas, juga sudah ada yang mencapai Sarjana tetapi ada juga yang masih lulusan SMP. Mata pencaharian masyarakat dusun Pucung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang adalah petani, peternak, pedagang, buruh pabrik dan Pegawai Negeri. Bisa dikatakan tingkat perekonomian sudah cukup mapan. Dasar pengkajian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan sedekah bumi masyarakat dusun Pucung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang jika dilihat dari letak geografisnya, bisa dikatakan letaknya di pinggir kota tetapi masih melaksanakan tradisi sedekah bumi. Maka penelitian ini mengangkat judul Skripsi “ Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara Kebudayaan Nasional “ di dusun Pucung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan sutu proses diterimanya stimulus oleh individu organisme melalui alat indera. Proses tersebut tidak terhenti disitu saja. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf. Dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Dengan demikian stimulus yang diterima tersebut menjadi suatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. Akhirnya organisme ini memberikan reaksi . Beraneka ragam tingkat pendidikan masyarakat yang terbesar di dusun Pucung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang mengakibatkan perbedaan kemampuan dalam mengungkapkan persepsi dan identifikasi suatu objek. Dalam mengungkapkan batasan-batasan persepsi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya tingkat pendidikan, pandangan, pendapat, penilaian kesan, kesadaran sikap, perhatian, kecenderungan, hati, atau keinginan untuk menerima. Atas dasar uraian di atas dapat kita ketahui bahwa persepsi mempengaruhi tindakan atau tingkah laku seseorang, persepsi seseorang mempunyai persepsi positif terhadap suatu objek, maka individu tersebut cenderung bersifat bertingkah laku positif terhadap objek tertentu. Sebaliknya individu yang mempunyai persepsi negatif terhadap suatu objek, maka individu tersebut cenderung bertingkah laku negatif terhadap objek tertentu.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
103
Pengertian Sedekah Bumi Sedekah bumi adalah semacam upacara atau jenis kegiatan yang intinya untuk mengingat kepada Sang Pencipta Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepada manusia di muka bumi ini khususnya kepada keluarga petani yang hidupnya bertopang pada hasil bumi di pedesaan atau pinggiran kota yang masyarakatnya bertani. Biasanya dalam melakukan sedekah bumi, mereka percaya bahwa dengan bersyukur maka Allah SWT akan menambahkan kenikmatan-kenikmatan lagi. Allah akan menambah hasil-hasil panen mereka dan Allah akan menghilangkan paceklik hasil bumi mereka. Maka meskipun dengan cara yang sederhana biasanya mereka melakukan dengan cara “pamer” hasil bumi yaitu dengan karnaval keliling desa dengan mengarak hasil bumi berupa ketela pohon, mangga, jagung dan sebagainya. Tegantung hasil bumi yang mereka peroleh dari bumi yang mereka tanami. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, lokasi di pinggiran kota Semarang kebanyakan sudah berubah yang tadinya daerah subur banyak lading sekarang berubah menjadi pemukiman, maka yang diharapkan bukan lagi hasil bumi tetapi “ nasi tumpeng” . setelah mengarak keliling desa mereka kemudian makan bersama dilanjutkan dengan menyaksikan pagelaran wayang kulit. Mereka memilih pagelaran wayang kulit sebagai pertunjukan, karena cerita wayang kulit biasanya mengandung banyak petuah, nasehat untuk menjadikan manusia yang utama, kita juga diingatkan untuk tidak berbuat jahat, jangan serakah. Orang yang berbuat baik pasti pada akhirnya akan Berjaya. Itulah kegiatan sedekah bumi yang masih berlangsung di beberapa kelurahan di pinggir kota. Kebudayaan Nasional Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengungkap peran pelaksanaan sedekah bumi sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif atau penelitian kualitatif. Mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dihadapi.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
104
Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat penelitian dilakukan di dusun Pucung Kecamatan Banyumanik kota Semarang 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013 sampai bulan September 2012. FOKUS PENELITIAN Fokus dalam penelitian ini adalah : 1. Peran pelaksanaan sedekah bumi dalam masyarakat Pucung sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional. SUMBER DATA PENELITIAN Sumber data dalam penelitian ini adalah aparat kelurahan, tokoh masyarakat, pelajar, guru, tokoh agama, dalang. Sehubungan dengan penelitian ini adalah kualitatif , maka teknik pemilihan sumber data atau sampel yang digunakan adalah snow all. Snow all artinya dari seluruh sumber data, kemudian dipilih sumber data tertentu yang dianggap mengerti permasalahan dan tujuan penelitian. Sumber data yang terpilih disebut key informan. Informan diharapkan terus bergulir dan berkembang semakin besar, dari key informan / informan yang satu ke yang lainnya sampai permasalahan terungkap. Dengan demikian informan penelitian ini adalah orang yang benar-benar tahu atau pelaku yang terlibat dalam permasalahan penelitian pelaksanaan tradisional sedekah bumi sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional di dusun Pucung Kecamatan Banyumanik Semarang. Mereka terpilih sebagai key informan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Key informan yang terpilih No
Nama
Kompetensi
1
Margono
Kepala Kelurahan Pudak Payung
2
Hadi Suyanto
Dalang
3
Heri Sutanto
Ulama
4
Supigati
Guru
5
Novan
Mahasiswa UNNES
6
Sunarmin
Tokoh Masyarakat
Mereka merupakan informan / nara sumber / kunci yang diharapkan dapat memberikan informasi kunci juga digunakan informan biasa yang diharapkan bisa memberi informasi tambahan bila diperlukan.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
105
Alur pemilihan sumber informasi dapat dilihat dalam skema berikut. Informan Kunci
Informan Kunci
Informan Kunci
Informan Kunci
Peneliti Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Disini peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, melakukan analisis, menafsirkan data dan akhirnya pelapor penelitian. Peneliti disini menjadi “ segalanya “ dalam keseluruhan proses penelitian untuk meningkatkan kemampuan peneliti sebagai instrumen, maka peneliti berusaha selalu pergi kepada situasi yang baru untuk memperoleh pengalaman kemudian mencatat apa yang menjadi pembicaraan. Untuk membantu kelancaran peneliti dalam melakukan keseluruhan proses penelitian utamanya pada saat pengumpulan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa tape recorder dan kamera. Melalui alat bantu tersebut peneliti berharap tindakan perilaku dan proses yang terjadi dapat dijadikan bahan kajian untuk diketik dan diperbaiki. Teknik Pengumpulan Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam ( in-Depth-interview ). Teknik wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan petunjuk umum wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isinya, agar terjaga pokok-pokok dan yang direncanakan dapat dicapai. Sebagai pelengkap digunakan teknik pengamatan dan dokumentasi.
HASIL PENELITIAN Perkembangan Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Pelaksanaan tradisi sedekah bumi sudah berlangsung puluhan tahun. Seiring berjalannya waktu dan jaman yang semakin canggih, pelaksanaan tradisional sedekah bumi masih dilestarikan dan diuriuri kebudayaannya. Dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi dipentaskan pagelaran wayang kulit sehari semalam.Seperti yang dikatakan oleh kepala kelurahan Pudak Payung MGN 45 tahun bahwa : “pelaksanaan tradisi sedekah bumi di dusun Pucung kelurahan Pudak Payung adalah perwujudan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka merti desa. Pelaksanaan sedekah bumi tetap mementaskan pagelaran wayang kulit sehari semalam walaupun biaya sangat mahal, namun masyarakat tidak menjadikannya sebagai beban.”
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
106
Hal tersebut di atas sama dengan pendapat dari Kasi Pemerintah Kelurahan Pudak Payung oleh PMH 40 tahun, bahwa : “perkembangan pelaksanaan sedekah bumi di dusun Pucung semakin tergeser dengan budaya-budaya modern yang muncul akibat kemajuan teknologi.” Perkembangan pelaksanaan tradisi sedekah bumi saat ini mengalami kemunduran dan mulai terkikis dengan adanya kemajuan teknologi modern. Peran Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Hubungannya Dengan Pendidikan Moral Hampir seluruh lakon alur cerita wayang kulit yang dipentaskan dalam acara sedekah bumi merupakan tuntunan tingkah laku / moral, hal ini dikatakan oleh HSY 55 tahun seorang dalang, bahwa : dalam cerita wayang banyak mengandung budi pekerti yang bermanfaat bagi masyarakat yang dapat digunakan sebagai media pendidikan yaitu untuk mempengaruhi orang yang melihat pertunjukan wayang tersebut. Hal yang sama juga disampaikan oleh SPT 45 tahun guru TK, beliau mengatakan bahwa : wayang berfungsi sebagai alat pendidikan yang baik karena pendidikan merupakan sarana mengetahui tentang kebudayaan yang menyangkut bahasa, tingkah laku, budi pekerti manusia dalam hidup bermasyarakat. Juga ditegaskan oleh SRM tokoh masyarakat 53 tahun, bahwa : “wayang kulit dapat dipakai sebagai alat propaganda yang baik untuk menyampaikan pesan kebaikan maupun keburukan dan tertib dalam kehidupan. Misalnya pendidikan anti korupsi, sifat kesatria yang meliputi jujur, tanggung jawab, disiplin dan kerja keras.” Dengan keterangan beberapa orang tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tradisi sedekah bumi di dusun Pucung sangat berperan dalam perkembangan moral karena didalamnya terkandung nilai-nilai kepahlawanan, kesetiaan, kejujuran, kerja keras, rela berkorban dan sebagainya. Peran Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara Kebudayaan Nasional. Pelaksanaan tradisi sedekah bumi merupakan kebudayaan daerah, terutama di Jawa mempunyai nilai yang adi luhung. Didalam pelaksanaannya dipentaskan wayang kulit yang merupakan kebudayaan daerah Jawa namun keberadaannya kesenian wayang kulit dapat memperkuat kebudayaan bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari UNESCO yang menetapkan kesenian wayang kulit sebagai pusaka dunia. Berikut beberapa pandangan / pendapat tentang peran sedekah bumi sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional. Menurut pendapat tokoh masyarakat dusun Pucung SRM 53 tahun, mengatakan bahwa : “pelaksanaan tradis sedekah bumi yang didalamnya dipentaskan wayang kulit merupakan akar dari kebudayaan nasional. Jadi keberadaannya harus dipertahankan dan perlu dilestarikan demi kelangsungan hidup dari budaya bangsa.”
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
107
Hal senada juga dikatakan oleh NVN 20 tahun mahasiswa UNNES, bahwa: “pelaksanaan tradisi sedekah bumi sangat berperan sekali dalam penguatan kebudayaan nasional. Untuk itu perlu dilestarikan dengan cara memperkenalkan kesenian tersebut di pendidikan formal mulai sejak dini, karena jika diperkenalkan sejak dini maka akan lebih mengena dalam ingatan para peserta didik / siswa sehingga siswa akan lebih mencintai budaya daerah dibandingkan budaya negara lain.” Juga ditegaskan oleh HRS 47 tahun, seorang ulama bahwa : “untuk mempekuat kebudayaan nasional maka pelaksanaan tradisional sedekah bumi harus ditingkatkan karena didalamnya terdapat pagelaran wayang kulit yang merupakan kebudayaan nasional.” Jadi dengan demikian, pelaksanaan tradisi sedekah bumi sangat berperan dalam perwujudan melestarikan dan memelihara kebudayaan nasional karena didalamnya terdapat pementasan wayang kulit agar tetap ada walaupun harus bersaing dengan kebudayaan yang serba modern. Pembahasan Data Berdasarkan data hasil penelitian mengenai pelaksanaan tradisi sedekah bumi sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional di dusun Pucung kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik melalui wawancara mendalam dan observasi langsung, yaitu : 1. Perkembangan pelaksanaan tradisi sedekah bumi dari tahun ke tahun masih tetap dilestarikan, walaupun dalam pelaksanaannya membutuhkan dana yang besar tetapi bagi masyarakat tidak dijadikan sebagai beban karena dipikul secara bersama-sama sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah yang dilimpahkan. Disamping rasa syukur, pelaksanaan tradisi sedekah bumi juga merupakan bentuk usaha masyarakat dalam melestarikan dan memelihara budaya dari warisan nenek moyang yang memiliki nilai sangat tinggi. 2. Hampir semua lakon / isi cerita dari wayang kulit dalam pelaksaan tradisional sedekah bumi merupakan tuntunan tingkah laku sehingga tepat bila pelaksanaan tradisi sedekah bumi sangat berperan dalam perkembangan moral masyarakat kelurahan Pudak Payung. Hal ini terbukti bahwa di dusun Pucung masyarakatnya selalu hidup rukun dan damai walaupun terdapat 5 agama yang berbeda yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Masyarakat selalu bergotong-royong dalam setiap kegiatan sosial. Dan mereka mempunyai falsafah hidup bahwa kerukunan dan kerja keras adalah modal dasar untuk mencapai cita-cita dan akan membuahkan hasil yang memuaskan. 3. Keberadaan kesenian wayang kulit dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi sekaligus sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional untuk itu sangat dipertahankan dan dilestarikan. Bagi masyarakat, wayang kulit merupakan budaya yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Untuk itu kesenian tersebut dilestarikan secara turun-temurun agar budaya tersebut tetap ada dan tidak luntur dengan adanya perubahan jaman.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
108
KESIMPULAN Untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam skripsi ini, berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian di lapangan sesuai dengan pendekatan kualitatif dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan tradisi sedekah bumi dalam perkembangannya masih dipertahankan kelestariannya dan bagi masyarakat Pucung merupakan sesuatu yang wajib sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun bersaing dengan budaya asing, pagelaran wayang kulit dalam tradisional sedekah bumi tetap dilaksanakan meskipun membutuhkan biaya yang sangat besar namun bagi masyarakat hal tersebut tidak dianggap sebagai beban. 2. Pelaksanaan tradisi sedekah bumi memiliki peran yang cukup dalam hubungannya dengan pendidikan moral karena seluruh lakon yang dibawakan dalam pagelaran wayang kulit merupakan tuntunan tingkah laku manusia. Hal ini dapat dilihat dari cerita wayang yang banyak menyangkut budi pekerti yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Nilai-nilai kehidupan seperti kepahlawanan, kesetiaan, keberanian, gotong-royong dan lain sebagainya. Dengan kata lain budi pekerti yang disampaikan dalam pagelaran wayang kulit dapat mempengaruhi perilaku seseorang. 3. Peran pelaksanaan sedekah bumi sebagai upaya untuk memelihara kebudayaan nasional sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan kelangsungan kebudayaan Indonesia. Dengan masih dilestarikannya suatu tradisi di daerah, maka kedudukan budaya bangsa akan semakin kuat. Apalagi jika pemerintah mau dan mampu memfasilitasi pagelaran / pertunjukan yang merupakan kearifan lokal tersebut sehingga keberadaannya akan semakin lestari.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Sarwiji. 2006. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Ganeca Exact. Depdikbud.1993. Seni Tradisional Jawa Tengah, Semarang : Depdikbud. Iqbal, Hasan. 2008. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi Aksara. Koentjoroningrat. 1986. Metode-metode Penelitian Dalam Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia. Moh, Nasir.1998. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia. Moleong, Lexy, J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Remaja Karya. Nana, Sudjana.1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru Ager Sindo. Prof. Dr.Surdjana, M.A.M.Sc. 2005. Metode Statistik. Bandung : PT Tarsito. Rahman, Maman. 1993. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian Pendidikan, Semarang : IKIP Semarang Press. Sutopo. 1982. Pengantar Penelitian Kualitatif, Surakarta : Pusat Penelitian UNS Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press. Suwaji Bastomi.1988. Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang : IKIP Semarang Press. Yoeti, A.Oka. 1993. Komersialisasi Budaya Dalam Pariwisata. Bandung : Angkasa.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
109