Salam dari Redaksi Media Komunikasi dan Edukasi MAJALAH BAKTI diterbitkan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta IZIN TERBIT SK Menpen RI No. 1964/SK/DITJEN PPG/ STT/1993, 31 Desember 1993
PEMBINA : Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I (Kepala Kanwil Kemenag Provinsi DIY) PENGARAH : Dra. Hj. Mas’amah, M.Pd.I (Kepala Bagian TU) STAF AHLI : Para Kabid, Pembimas, Kakankemenag Kota/Kabupaten se-Prov. DIY KETUA PENYUNTING : H. M. Lutfi Hamid WAKIL KETUA PENYUNTING : Imam Khoiri PENYUNTING : Muslih Usa, Gugun El Guyanie, Suwandi, M. Ja’far Arifin, Tejo Katon, Farida Kusuma Astuti SEKRETARIS PENYUNTING : M. Fauzan Andi Eko Prasetio REPORTER : Dewi Satriyati Pamungkasari (Kanwil) Oktavianes (Kota Yogyakarta), Ponijo (Bantul), Prihono (Kulon Progo), H. Aminuddin Rosjid (Gunungkidul), Barid Setiawan (Sleman) KEUANGAN : H. Rojiki, Umunamiyah FOTOGRAFER : H. M. Sya’dan DISTRIBUSI : Abdul Mu’thi Fithriyanto, Ida Amriyah, Sujiantoro, H. Jumadi TATA LETAK/GRAFIS : Slamet Widiarto ALAMAT PENYUNTING & TATA USAHA : Jl. Sukonandi No.8 Telp. (0274) 513492, email :
[email protected] Website : http://yogyakarta.kemenag.go.id email:
[email protected]
MAJALAH BAKTI menerima segala naskah yang layak muat. Naskah yang dikirim harus asli (bukan foto kopi) dengan panjang 3 halaman folio 1 spasi, dikirim melalui email. Naskah yang dimuat mendapat imbalan sepantasnya.
Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur kehadirat Tuhan yang berkuasa mengatur sirkulasi nikmat untuk seluruh ciptaanNya. Rezeki yang dzahir dan batin adalah sebesarbesar karunia yang patut kita syukuri selalu. Sholawat serta salam juga Istimewa senantiasa tercurah untuk Rasulullah Muhammad saw, nabi akhir zaman penabur syafaat di hari kiamat. Tepat pada Hari Pendidikan kali ini BAKTI masuk pada edisi ke-239. Pembaca setia BAKTI tentu senantiasa menyimak dan mengikuti isu-isu pendidikan, terutama menjelang dan usai Ujian Nasional. Karena itulah pada edisi kali ini, tim redaksi menyajikan laporan utama tentang pendidikan. Tetapi karena Hari Pendidikan bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional pada bulan yang sama, maka ada beberapa ulasan bebang merah antara pendidikan dengan kebangkitan serta rasa kebangsaan. Perdebatan untuk menentukan tema tersebut menghangatkan rapat redaksi BAKTI terutama setelah ada pembaruan pengelola dan pimpinan redaksi. Kami berharap, pembaca setia BAKTI senantiasa memberikan dorongan motivasi, aktif memberikan kritik dan saran konstruktif untuk kemajuan BAKTI. Tim redaksi harus berbenah untuk menghadapi perubahan-perubahan dan dinamika yang begitu cepat, agar BAKTI selalu tampil up to date. Sekian, salam dari redaksi, selamat membaca. Wassalamu’alaikum wr.wb.
DAFTAR I S I : Iftitah ...................................................... 4 Kontak Pembaca ................................... 5 Laporan Utama ...................................... 6 Sakinah ................................................... 10 Cover Depan : Siswa madrasah saat melaksanakan ujian.
Kedinasan .. ........................................... 12 Renungan .......................................... 14 Konsultasi Kesehatan .......................... 15 Agama ................................................. 16 Tamu Kita ............... ............................ 17 Bidikan Lensa ..................................... 19 Dapur Kita ........................................... 20 Berita-Berita ........................................ 21 Pendidikan .......... .................................. 26 Suplemen Anak & Remaja ................. 28 Puisi ....................................................... 31 Kisah ..................................................... 32 Telaah Buku ........................................ 33 TTS ....................................................... 34
BAKTI 239/MEI 2011
3
Humanisasi Pendidikan Pendidikan yang dianggap suci, mulia dan bebas nilai ternyata juga menyimpan penindasan.” (Kritik Paulo Freire dan Ivan Illich: 1970-an).
P
erdebatan tentang pendidikan selalu lahir bersamaan dengan bangkitnya nasionalisme sebuah bangsa. Era Kartini—zaman pencengkeraman kolonialisme dan imperialisme begitu kuat—lahir kesadaran “pendidikan untuk semua”, sehingga Kartini bercita-cita mendirikan sekolah untuk perempuan. Diteruskan oleh pandangan futorologisnya Ki Hajar Dewantara; sekolah untuk semua bangsa, rakyat kecil juga harus mendapatkan akses yang setara untuk hakhak pendidikannya. Maka, lahirlah perguruan Tamansiswa yang dirintis oleh bapak pendidikan nasional itu demi membangkitkan kesadaran berkebangsaan. Jauh melompat di orde militernya Soeharto. Muncul Romo Mangun yang berbicara tentang pendidikan berkarakter, menafsirkan gagasan besar Bung Karno mengenai nation and character building. Lantas, adakah sebuah lompatan yang bisa menyambung cita-cita dan pemikiran tokoh-tokoh pendahulu untuk menghadapi ordo pendidikan yang disoriented seperti yang kita hadapi sekarang? Secara faktual, hari ini parameter keberhasilan pendidikan selalu dipandang dalam perspektif yang partikularistik an sich. Domain intelektual-kognisi lebih dominan dari pada domain psikomotorik-afektif-spiritual. Maka ributlah perdebatan tentang sistem ujian nasional, yang mengorbankan hak-hak pendidikan generasi bangsa. Benarkah sistem ujian nasional dipilih menjadi alat ukur keberhasilan kualitas sistem pengajaran? Sebagian orang tua siswa berpendapat; “Bagaimana mungkin belajar tiga tahun lamanya, lulus atau tidaknya seorang peserta didik hanya ditentukan oleh hasil ujian selama seminggu?” Pandangan lebih ekstrem lagi; benarkah masa depan seseorang hanya ditentukan oleh selembar ijazah sekolah semata? Jika jawabannya “ya”, artinya pendidikan sekolah telah terjerumus pada proses dehumanisasi. Kasus bunuh diri oleh seorang siswa yang tidak lulus ujian, melakukan kekerasan terhadap guru karena tidak lulus ujian, adalah beberapa contohnya. Dalam perspektif kebangsaan, model pendidikan tersebut telah menjauhkan seseorang dari proses ber-kebangsaan. Akses pendidikan yang tidak adil, merampas pendidikan yang berbasis local wisdom, semakin mengikis rasa nasionalisme yang berabad-abad telah dirintis oleh para founding fathers. Kita harus percaya diri, bahwa anak-anak manis bangsa Indonesia memiliki keunggulan yang luar biasa. Jumlah anak muda kita yang lebih kurang 37,8 persen dari total penduduk Indo-
4
BAKTI 239/MEI 2011
nesia memiliki multiple intelligence. Dari beragam kecerdasan itulah, seharusnya pendidikan diarahkan kembali untuk menguatkan ikatan nasionalisme. Emha Ainun Nadjib pernah menggagas “etnotalentologi” pada sekitar tahun 1980-an. Etnotalentologi itu suatu ilmu atau cara pandang mengenai kemampuan (talenta) yang berdasarkan pada etnis kedaerahan. Kemampuan atau kecerdasan anak-anak kita itu beragam, sangat kaya talenta yang masing-masing lahir dengan membawa keunikan tanah kelahirannya. Anak yang lahir di Papua memiliki kecerdasan berbeda dengan anak-anak di Jawa. Begitu juga keterampian teknologis anak-anak Jepara berbeda dengan yang dimiliki anak-anak Madura. Semuanya unggul, tidak ada yang nomor satu atau nomor sekian. Hanya mereka butuh dihargai potensi atau talenta masing-masing, yang tidak bisa dipisahkan dari pergulatan kebudayaan tanah kelahirannya (struggle of culture). Negara tidak berhak menentukan dan memaksakan sistem apapun, atau menentukan masa depan rakyatnya. Biarlah setiap warga negara menentukan arah masa depannya sesuai potensi masing-masing, tapi berikanlah hakhaknya untuk mendapat akses pendidikan, hak untuk belajar dengan aman tanpa gangguan dan paksaan dari siapapun. Ujian nasional benar-benar tidak antisipatif terhadap bakat siswa. Ujian nasional sepertinya ingin menuntun semua siswa menjadi ahli, pakar, pemuja intelektual (IPA, matematika dan bahasa). Padahal untuk menuju kesuksesan hidup di masa depan tidak melulu tergantung intelektual (IQ). Penelitian Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence (1996 ) kesuksesan hidup seseorang maksimal 20 % ditentukan IQ, sedangkan 80% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktorfaktor lain inilah yang termasuk dalam wilayah kecerdasan emosional. Pada posisi inilah peran orang tua, guru dan masyarakat secara sinergis membentuk kejatidirian anak (character building)sebagai modal masa depannya. Maksud diadakan ujian nasional memang ideal yakni untuk mengendalikan standar kualitas setiap satuan pendidikan. Akan tetapi ujian nasional sering melukai hati pelaku ujian nasional manakala nilai hasil ujian nasional digunakan sebagai penentu kelulusan. Wajar apabila masyarakat dan stake holder sekolah menyatakan kotradiktif sehingga tidak 100% mendukung adanya kebijakan ujian nasional. M. Luthfi Hamid
Assalaamu’alaikum. Bakti usul agar tampilan dalam majalah dibuat berwarna disertai gambar yang menarik karena tampilan dalam majalah yang sekarang sudah ketinggalan jaman dan tidak menarik sehingga mempengaruhi minat baca dan ditambah berita kalangan selebritis. Wassalamu’alaikum. 08562550xxx Jawab : Wa’alaikumussalam wr.wb. Kru BAKTI akan terus melakukan inovasi produk majalah biar selalu menarik, OK, makasih usulnya. Trus.. untuk usulan BAKTI memuat berita selebritis,, waduh.. nanti jadi majalah gosip dan infotainmen donk ...
di dunia maya. 089671598xxx Jawab : Wa’alaikumussalam. Majalah Bakti versi digital dimuat di Web : yogyakarta.kemenang.go.id Assalam..saya mau bertanya, bolehkah jika saya mengirimkan cerpen, namun cerpen anak.Thanks. 087839871xxx Jawab : Wa’alaikumussalam. Bisa banget.. Kita tunggu kirimannya…
BAKTI, pada kolom iftitah terdapat peribahasa Jawa di awal paragraf, yang menurut saya itu bermakna “melecehkan” wanita. Padahal tema bakti spirit kartini. IRONIS 085292387xxx
Assalaamu’alaikum majalah BAKTI, saya suka baca cerma di majalah BAKTI ne, cermanya asik dan menarik, klo biza cermanya di tambah jangan cuma 1 aja. Trimakasih BAKTI, wAssalam. 085729071xxx
Jawab : Mohon iftitahnya dibaca lagi sampai tuntas ya... biar tidak salah menafsirkan…
Jawab : Wa’alaikumussalam.wr.wb. Terimakasih usulannya ya...
Assalaamu’alaikum. BakTi, bulan Mei kan ada hari pendidikan, berhubung bakti adalah majalah edukasi jadi tolong muat tentang profil ki Hajar Dewantara dan tentang tips memilih sekolah jenjang berikutnya, kan sebentar lagi tahun ajaran baru. Terimakasih. Wassalaamu’alaikum. 085878583xxx
Assalaamu’alaikum wr.wb. BAKTI, Mei depan kan ada hardiknas, tolong donk ngadain event seperti temu pelajar gitu, setiap sekolah diundang, bagus-bagus itu buat rekrut semacam komunitas pelajar BAKTI. Thq. 085729787xxx
Jawab : Wa’alaikumussalam. Tips memilih sekolah sudah pernah dimuat pada edisi BAKTI sebelumnya.
Jawab : Wa’alaikumussalam wr.wb. BAKTI terbuka buat semua komunitas, baik pelajar, mahasiswa, guru.. BAKTI pernah mengadakan even dalam rangka peringatan HAB Kementerian Agama.
Assalamu’alaikum. BAKTI usul ada “TAFSIR TEMATIK RENUNGAN” ulul albab, edisi maret ada beberapa penulisan kalimat2 salah, mohon diedit tuk edisi selanjutnya, agar lebih professional, makacih.wass 085228461xxx Jawab : Wa’alaikumussalam wr.wb. terimakasih kritiknya, akan kami evaluasi lagi, ok.. Assalam… makasih banyak ya, Bakti telah memuat tentang kewajiban & larangan PNS mudah2an kita dapat melaksanakan dengan ikhlas. 085291601xxx Assalaamu’alaikum. Majalah Bakti, usul nih gimana kalau majalah bakti buat versi web/blog biar makin dikenal
Rubrik ini terbuka bagi para pembaca sebagai media komunikasi dengan Redaksi. Kirimkan komentar Anda ke Redaksi via sms ke nomor 081229464370 Redaksi menyediakan 2 voucer @ Rp.10.000 untuk 2 komentar yang menarik (tanda bintang). (voucher tidak berlaku bagi pengelola).
BAKTI 239/MEI 2011
5
Istimewa
Standarisasi Pendidikan di Negeri Majemuk
U
jian Nasional (UN) atau dulu bernama Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) atau pernah dengan istilah Ujian Negara, merupakan satu langkah yang ditetapkan pemerintah dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan suatu lembaga pendidikan secara nasional. Setiap satuan pendidikan wajib mengikutinya, meskipun bentuk dan caranya berbeda antara SD dengan sekolah menengah. Bagaimana hasil UN pada tahun-tahun sebelumnya? Beragam. Ada yang rendah, menengah dan belum ada yang bernilai tinggi merata di tingkat kewilayahan, kecuali atas nama perorangan atau persatuan pendidikan. Bahkan banyak daerah atau sekolah yang tidak mencapai target kelulusan. Kebanyakan karena peserta UN tidak mencapai batas nilai minimal yang ditetapkan. Keragaman hasil, membuat sejumlah kalangan (sebagian politisi, sebagian pakar pendidikan, sebagian orangtua dan sebagian masyarakat berbagai lapisan) “menolak” ditentukan kelulusan melalui semacam Ujian Nasional. “Masak pendidikan selama 3 tahun, kelulusannya di tentukan dalam 4-5 hari”, ujar mereka. Dalam menolak UN, langkah yang pernah ditempuh sampai ke ranah hukum yaitu melalui Pengadilan. Salah satunya adalah perkara yang didaftar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada September 2006 dan diputus tanggal 21 Mei 2007. Putusannya memenangkan para penggungat yang umumnya terdiri dari para orangtua yang anaknya tidak lulus UN tahun 2006. Penyelenggara UN (Presiden, Wakil Presiden, Mendiknas dan Ketua BSNP) dinilai telah lalai memberikan pemenuhan dan perlindungan hak asasi terhadap warga negara yang
6
BAKTI 239/MEI 2011
menjadi korban UN. Penyelenggaraan UN ke depan harus terlebih dahulu meningkatkan kualitas guru, sarana-prasarana pendidikan, akses informasi yang lengkap di seluruh daerah sebelum menyelenggarakan UN lebih lanjut. Lantas, sebenarnya untuk apakah UN itu? UN dimaksudkan untuk mengukur tingkat pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam mata pelajaran tertentu sebagai hasil pendidikan secara nasional. Tingkat satuan pendidikan sama, silabus sama, jenis guru bidang studi sama, sehingga layak untuk dievaluasi dengan alat ukur yang sama. Ini dilakukan dalam rangka standarisasi hasil pendidikan secara nasional. Langkah yang menuntut tingkat pencapaian hasil minimal tersebut, perlu dilakukan karena satuan pendidikan di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, di berbagai pulau, yang dilatar belakangi oleh kultur peserta didik yang berbeda-beda, seperti adat istiadatnya, suku, agama, warna kulit dan bahkan alamnya. Kemajemukan ini, tidak dapat dijadikan alasan perbedaan, karena pendidikan merupakan wilayah kecerdasan dan semua orang mempunyai hak dan peluang yang sama. Perbedaannya hanya pada masalah motivasi dan pemahaman arti kompetisi. Satuan pendidikan yang dikelola Prof. Yohanes di Jakarta misalnya, memang hanya keluarga berada yang mampu memasukinya, karena biayanya mahal. Tetapi, anak-anak duta Indonesia yang mengikuti lomba atau olimpiade sains dan mendapatkan medali ditingkat internasional, tidak seluruhnya anak keluarga kaya dan bahkan ada yang berasal dari daerah yang jauh dari Jakarta. Pada tahun 2009, putra Papua telah membuktikan hal tersebut. Muslih
U
jian Nasional (UN) yang diselenggarakan dengan berpedoman pada Undang-Undang, Peraturan Pemerintan, Peraturan Menteri Pendidikan dan POS (Prosedur Operasional Standar) dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), memiliki tujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran dimaksud antara lain Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Langkah ini sekaligus sebagai strategi untuk mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu, dengan kualitas yang terukur secara nasional. Selain itu, hasil UN juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (1) pemetaan mutu program dan satuan pendidikan; (2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (3) penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; (4) dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
pengharapan agar seluruhnya berlaku jujur dan mengejar angka kelulusan tidak menghalalkan segala cara, karena UN merupakan kebijakan nasional. Pada tahun 2008 misalnya, ketika salah satu sekolah di salah satu Propinsi di Sumatera diketahui, Kepala sekolah bersama beberapa gurunya melakukan “perbaikan” LJK di luar ruangan UN, dengan mengoreksi LJK yang telah dikerjakan siswa dan diganti dengan jawaban dari gurunya setelah melihat soal yang dibuka di ruang UN. Tetapi kemudian karena beberapa guru lainnya tidak rela, kasus ini terbongkar dan Mendiknas mengambil tindakan sesuai peraturan yang berlaku. Dalam kaitan dengan kenyataan bahwa sebagian masyarakat masih menolak UN, itu persoalan lain. Pernyataan bahwa “sekolah 3 tahun ditentukan kelulusannya dalam 34 hari”, dalam penyelenggaraan UN kini telah berubah. Nilainilai selama 3 tahun yang terakumulasi dalam rapor selama 5 semester, kini diikutsertakan dalam menentukan kelulusan. Namun tentu tidak mengubah perolehan hasil murni yang digunakan untuk memasuki jenjang satuan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya SD/ MI ke SMP/MTs dan SMP/ MTs ke SMA/MA/SMK. Namun sesungguhnya, alasan penolakan UN umumnya karena takut tidak lulus atau karena didasarkan pada ketidak-siapan peserta didik. Sedangkan yang siap dan ini merupakan kelompok mayoritas, dapat menerimanya dengan baik. Pada sebagian lainnya, beda pendapat perlu tidaknya UN, juga dimungkinkan karena perbedaan persepsi terhadap tujuan UN. Diselenggarakannya UN, selain untuk standarisasi mutu pendidikan secara nasional dan pemetaan terhadap satuan pendidikan tentang pencapaian kompetensi, sebenarnya telah mendongkrak mutu pendidikan di Indonesia, yang terkesan masih rendah dan tertinggal dari mutu pendidikan negara tetangga Malaysia. Pengukuran secara nasional melalui UN, merupakan langkah standarisasi, agar antara satu daerah dengan daerah lain kualitasnya sama. Ini artinya bahwa langkah tersebut tidak hanya sekedar mengejar angka kelulusan yang tinggi, tapi juga sekaligus dengan prestasi yang baik. Meskipun kelulusan pada tahun 2011 ini tidak hanya ditentukan oleh semata-mata nilai UN, tapi juga ditentukan oleh sekitar 20% nilai rapor 5 semester dan 20% nilai Ujian Sekolah, tidak berarti telah mengabaikan target kualitas hasil pendidikan. Sasaran dan tujuannya tetap sama, yang berubah hanya pola dan paket UN bermuara pada standarisasi mutu. Hal itu merupakan kepentingan nasional Indonesia ke depan yaitu tercapainya kualitas pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Melalui UN kita berharap, kemajuan pendidikan dapat dicapai serentak di seluruh negeri, bukan hanya daerah tertentu saja yang maju, sedangkan yang lainnya tertinggal. Muslih
Paket Ujian Nasional Sebagai upaya untuk meraih hasil yang lebih optimal di segala aspek, maka pola ujian nasional juga telah mengalami beberapa perubahan. Mulai dari nama yang dulu dengan istilah Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS), berubah menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN) dan 2 tahun terakhir dengan nama Ujian Nasional (UN). Namun dari segi tujuan dan sasaran, dari tahun ke tahun tidak jauh berbeda yaitu sebagai sarana mengukur pencapaian SKL. Perubahan lain adalah pada bentuk soal. Sebelum tahun 2010, soal dibuat satu macam atau peserta UN memperoleh soal yang bentuk dan susunannya sama. Tapi pada tahun 2010, soal dibuat 2 macam dengan mengacak susunan nomor. Pada tahun 2011, khusus tingkat SMP/MTs, SMA/MA/SMK, berubah lagi. Perubahan pada tahun 2011, adalah pada bentuk naskah soal menjadi 5 macam. Soalnya sama, tapi susunan nomornya dibuat berbeda-beda. Ini tampak lebih rumit dan (jika ada kebocoran) sulit diprediksi seorang peserta didik mendapat soal yang mana. Atau paling tidak, hubungan antar peserta jauh lebih eksklusif, lebih sulit untuk komunikasi masalah alternatif jawaban. Ini tampaknya sebagai salah satu langkah mengantisipasi kebocoran atau saling menyontek antar peserta. Pada tahuntahun yang lalu, persoalan seperti ini (khususnya isu kebocoran) sering muncul dan menjadi masalah tersendiri dan bahkan menjadi kecurangan pada level satuan sekolah tertentu. Namun peluang kecurangan pada level satuan sekolah belum tertutup kemungkinan oleh bentuk soal yang demikian, kecuali
BAKTI 239/MEI 2011
7
Makna UN Bagi Madrasah M
adrasah adalah sekolah (MI, MTs dan MA) yang pengelolaannya berada dibawah Kementerian Agama. Sebelum keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri (Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaanl), keberadaan madrasah dinilai sebagai sekolah agama atau bahkan ada yang menyebutkan sebagai sekolah dinas keagamaan. Setelah keluar SKB 3 Menteri yang ditanda tangani tanggal 25 Maret tahun 1975, madrasah berubah “status” menjadi sekolah umum yang berciri khas agama (Islam) dan kedudukannya sama dengan sekolah pada umumnya. Namun disyaratkan supaya melakukan perubahan pada struktur kurikulum yang menyesuaikan kurikulum SD (bagi MI), SMP (bagi MTs) dan SMA (bagi MA). Pengertian madrasah sebagai sekolah umum berciri khas agama, karena mengajarkan mata pelajaran yang sama dengan sekolah pada umumnya, dengan menambah sejumlah mata pelajaran agama. Selain itu, setelah keluarnya SKB 3 Menteri tahun 1975 yang waktu itu diprakarsai oleh Menteri Agama Prof. Dr. H.A. Mukti Ali, madrasah tidak lagi disebut sebagai sekolah agama dan dalam evaluasi hasil pembelajaran secara nasional, telah berbaur dengan sekolah umum. Setelah memiliki status dan kedudukan yang sama, madrasah memulai perjuangan beratnya yaitu harus mengikuti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS); sebagai pengukuran pencapaian kompetensi kelulusan secara nasional. Hal ini sudah terbiasa pada sekolah-sekolah dibawah Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan atau kini Kementerian Pendidikan Nasional. Menurut penelitian Balitbang Kementerian Agama, sampai tahun 2000-an, kelulusan madrasah dalam EBTANAS, masih tergolong rendah dan dengan nilai rata yang masih rendah pula.Tapi sejak tahun 2001, madrasah secara nasional mulai bangkit. Tahun 2002, tingkat kelulusan MTs telah mencapai 84,44% dan MA 84,81%. Angka kelulusan meningkat terus dan pada tahun 2007 misalnya, secara nasional MTs lulus dengan prosentase 93,69% dan MA mencapai 92,75%. Prosentase kelulusan pada tahun 2009/2010 lalu, secara nasional juga masih berkisar 90%, kecuali di DIY, sebelum ujian ulangan, tingkat ketidaklulusan prosentasenya berada pada peringkat 2 terbesar secara nasional. Belum jelas untuk tahun 2010/2011, karena pada saat tulisan ini naik cetak, hasil UN (Ujian Nasional) belum diumumkan. Tapi bagaimana kiprah Madrasah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa?. Telah mengalami kenaikan peran dan kualitas dalam angka yang cukup signifikan. Jumlah peserta didik di madrasah telah mengalami peningkatan 4 kali lipat dibanding akhir tahun 70-an. Keikursertaannya dalam EBTANAS atau UNAS atau UN, telah meransang, mendorong
8
BAKTI 239/MEI 2011
Istimewa
dan membangkitkan semangat setiap madrasah untuk berusaha meluluskan peserta didiknya secara maksimal dan dengan nilai yang memuaskan. Memang, angka nilai rata-rata tertinggi belum sepenuhnya dapat diraih. Tapi angka kelulusan sudah mencapai prosentase dengan kategori sangat baik. Apalagi dengan berasumsi pada input madrasah, sebagian besar bukanlah bibit-bibit unggul sebagaimana yang memasuki sekolah umum. Namun madrasah sudah mengantarkan mereka pada angka kelulusan yang tinggi. Bagaimana bila inputnya bibit unggul seperti pada sekolah umum?. Hasilnya bisa lebih dahsyat. Akan tetapi, dalam perhitungan tingkat satuan pendidikan, di beberapa daerah sudah ada madrasah yang menduduki peringkat sekolah papan atas. Tidak ada yang menyangkal tingginya kualitas MIN Malang I dan juga MTsN Malang I. Kedua sekolah tersebut sudah menjadi madrasah pilihan utama masyarakat di kota ini. Demikian pula misalnya di MI Ciputat di Jakarta. Gejala yang sama dan mengalahkan jumlah dan kualitas sekolah umum setingkat, juga dialami MTsN Susukan Kabupaten Semarang. MTsN tersebut memiliki 15 kelas paralel dan setiap tahun menolak pendaftar. Sedang sebuah sekolah umum setingkat yang juga berstatus negeri yang berjarak 1 Km dari MTsN ini, hanya memiliki 6 kelas paralel dan prosentase pendaftar jauh lebih tinggi MTs. Pilihan ini karena kualitas dan keunggulan sebagai sekolah berciri khas agama. Kenyataan yang sama juga terjadi pada sebuah MIN di Meulaboh (NAD). Di kota ini, ada MIN Drien Rampak atau masyarakat di sana menyebut MIN Cot Lawang. Menurut Kepala MIN Drien Rampak, Dra. Safrani dalam wawancara melalui telepon menjelaskan bahwa murid MIN Drien Rampak sebagian besar anak pejabat dan tokoh masyarakat di daerah ini. “Pilihan mereka bukan sekedar karena ikatan emosional
sebagai sekolah yang berciri khas agama, tapi tentu karena kualitas dan madrasah kami sudah lama berada pada peringkat 1 tingkat kabupaten”, jelas Safrani. Setiap tahun, MIN Drien Rampak tidak bisa menampung seluruh pendaftar dan terpaksa ditentukan melalui seleksi. Demikian pula tingkat MTs. Madrasah Tsanawiyah Negeri Meulaboh 1 yang sering disebut dengan istilah MTs model, juga menjadi paling favorit dan menduduki peringkat 1 di Kabupaten Aceh Barat. Anak-anak berprestasi di MIN dan bahkan dari SD, mayoritas memilih masuk ke MTs tersebut. Di Provinsi DIY juga mulai ditenemukan madrasah pilihan masyarakat. MAN III (MAYOGA) juga sudah lama membuktikan prestasinya. Sedangkan yang lain, misal MIN Tempel Sleman dan MIN Jejeran di Bantul. MIN Jejeran pernah meraih peringkat II UASBN SD/MI se-Bantul. Kebangkitan madrasah dan menjadi pilihan masyarakat seperti yang dijelaskan di atas, umumnya dialami setelah diwajibkannya mengikuti evaluasi belajar secara nasional. Diduga, masih banyak madrasah lainnya di berbagai jenjang yang prestasinya belum terpublikasikan. Inilah sebagian arti penting UN bagi madrasah yaitu
menjadikannya sebagai tolok ukur dan motivasi untuk bangkit dengan kualitas. Ini harus dijadikan pedoman oleh madrasahmadrasah lainnya untuk segera bangkit, sekalipun UN bukanlah target utama. Madrasah-madrasah di Provinsi DIY, kini lebih mempunyai peluang untuk menjadi madrasah unggul seperti yang digagas sejak beberapa tahun lalu. Apalagi kini telah di dukung oleh SDM guru yang berkualitas setelah sejumlah tenaga pendidik terdorong untuk meningkatkan kualitas dengan menempuh pendidikan S2, apakah dengan biaya sendiri atau biaya tugas belajar dari pemerintah. Fasilitas yang telah disediakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi DIY melalui bidang Mapenda, dalam beberapa tahun terakhir juga cukup memadai untuk memperbaiki dan melengkapi sarana-prasarana pendidikan di lingkungan madrasah. Kini bagaimana membangun kebersamaan dan penerapan strategi pembelajaran di tingkat satuan pendidikan untuk meraih kualitas yang didambakan. Muslih
DIKLA A T KERJ A (DDTK) PEMANF AA GI PENGEL OLA DIKLATT DI TEMP TEMPA KERJA PEMANFAA AATT AN IT BA BAGI PENGELOLA ADMINISTRASI PERNIKAHAN DI LINGKUNGAN KANWIL KEMENA G PRO V. DIY KEMENAG PROV
D
alam rangka mendukung serta percepatan program e-government khususnya adminitrasi pernikahan online dan untuk meningkatkan kualitas kompetensi para pelaksana teknis yang berhubungan dengan teknologi informasi di lingkungan Kementerian Agama khususnya unit di KUA Kecamatan, Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI mengadakan DDTK di lingkungan Kanwil Kemenag Prov. DIY. Peserta DDTK ini adalah penghulu atau staf KUA yang potensial di bidang Teknologi Informasi. Sedangkan untuk setiap Kantor Kemenag. Kab/Kota diikuti oleh 15 orang peserta, pada hari pertama dilaksanakan di KUA Kec. Gedongtengen Kota Yogyakarta tanggal 29 Maret 2011, hari kedua dilaksanakan di KUA Kec. Sewon tanggal 30 Maret 2011, dan pada tanggal 31 Maret 2011 DDTK dilaksanakan di KUA Kec. Depok Kabupaten Sleman, sedangkan untuk hari keempat tangal 04 April 2011 dilaksanakan di KUA Kec. Galur Kab. Kulon Progo, terakhir kali pelaksanaannya di KUA Kec. Wonosari Kab. Gunungkidul pada tanggal 05 April 2011. Materi yang disampaikan sebanyak 10 JPL yang terdiri dari materi Teknologi Informasi (Hardware and Infrastrukture of Networking) 3 JPL, materi Tools dan Aplikasi Jaringan Komputer 2 JPL, Praktikum Jaringan Komputer ( LAN dan WAN ) sebanyak 5 JPL. Sebagai pemateri dari Pusdiklat adalah Ahmad Fauzie, S.Kom, M.Si, M.Hum. Semua peserta mengikuti dengan penuh antusias dan merespon baik pelaksanaan DDTK ini. Dengan langkah awal ini maka diharapkan semua pengelola administrasi pernikahan di lingkungan Kementerian Agama Provinsi D.I. Yogyakarta dapat memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh untuk di aplikasikan dan dikembangkan di unit kerja masing-masing sebagai upaya mendukung program SIMKAH. (Hms)
BAKTI 239/MEI 2011
9
Pernikahan Sirri, Problema dan Solusinya Oleh Imam Mawardi
F
enomena pernikahan siri atau umum menyebutnya dengan kawin sirri menurut berbagai pihak telah merebak sampai pada tingkat mencemaskan. Umumnya kawin sirri didefinisikan sebagai perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan agama (Islam), namun perkawinan itu tidak mempunyai kekuatan hukum karena belum dicatat oleh pegawai pencatat perkawinan dalam hal ini kantor urusan agama kecamatan sebagaimana ditentukan oleh perundang-undangan, dan oleh karena itu si pelaku tidak mendapatkan akta autentik berupa kutipan akta nikah atau buku nikah sebagai bukti pernikahannya1. Berbeda dengan nikah sirri sebagaimana yang dipersepsi dalam kitab-kitab fikih, dalam hal ini nikah sirri didefinisikan sebagai pernikahan yang dilakukan secara sembunyisembunyi tanpa adanya dua orang saksi sebagaimana yang disyaratkan, apalagi diketahui khalayak ramai. Pernikahan demikian inilah nampaknya yang melatarbelakangi pernyataan Nabi bahwa “tidak ada perkawinan tanpa adanya wali dan dua orang saksi yang adil”. Dan juga pernyataan beliau “ Adakan walimah (atas pernikahanmu) meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”. Berbeda pula dengan suatu upacara perkawinan yang dilakukan oleh suatu masyarakat tanpa memperhatikan syarat dan rukun yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan agama islam. Biasanya perkawinan demikian hanya mempermaklumkan kepada masyarakat bahwa seseorang telah menjalin hubungan sebagai suami-isteri dan oleh karena itu kehidupan mereka menjadi diterima ditengah-tengah masyarakat. Fenomena ini biasa disebut dengan istilah kawin kampung. Tulisan ini membahas pernikahan sirri dalam pengertian pertama, yakni seseorang yang melangsungkan pernikahan dengan memenuhi kreteria agama (Islam) sebagai unsur yang harus ada (rukun), meliputi adanya calon mempelai, wali, saksi dan ijab dan qobul, namun pada kenyataannya belum sepenuhnya mengikuti prosedur sebagaimana ditentukan oleh undang-undang perkawinan atau Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Masfuk Zuhdi meng-kategorikan pernikahan demikian sebagai pernikahan di bawah tangan, karenanya tidak terdapat alat bukti autentik yang berupa akta
10
BAKTI 239/MEI 2011
nikah. Dan nikah demikian pada dasarnya adalah kebalikan dari nikah yang dilakukan menurut hukum. Dengan demikian nikah di bawah tangan ialah nikah yang dilakukan tidak menurut hukum, sehingga nikah yang dilakukan tidak menurut hukum dianggap nikah liar, sehingga tidak mempunyai akibat hukum berupa pengakuan dan per-lindungan hukum. Maka sangat disayangkan apabila orang telah mentaati perintah agama tapi justru tidak mendapatkan perlindungan hukum hanya karena tidak terpenuhinya pencatatan pernikahannya Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang melakukan pernikahan seperti ini, entah karena keenggenannya atau karena ketidakmengertiannya akan pentingnya hal ini. Permasalahannya adalah, apa problema yang mereka rasakan dan apa jalan keluar yang bisa ditempuh agar masyarakat Istimewa mentaati peraturan perundang-undangan tentang pernikahan ini, berikut akan kita uaraikan problema dan solusi terhadap pernikahan sirri.. Problema Pernikahan Sirri Pernikahan Sirri betapapun dilakukan memenuhi ketentuan agama, akan tetapi karena kurang memenuhi prosedur pen-catatan sesuai yang dikehendaki undangundang, akan membawa banyak kemadlorotan, terutama berkaitan dengan upaya tertib administrasi kependudukan. Oleh karena itu sudah seharusnya pernikahan seperti ini dihindari. Pencatatan perkawinan memang hanyalah sebuah sarana, bukan substansi, namun demikian karena urgensinya maka keberadaanya menjadi sebuah keharusan. Perhatikan kaidah ushul yang mengatakan : “Lil wasaaili hukmul maqaasid” atau kaidah lain : “Maa laa yatimmul waajibu illa bihi fahuwa wajibun”. Apalagi bila memperhatikan perintah Allah dalam hutang-piutang saja adanya keharusan mencatat 7 maka sebuah perkawinan yang disebut al-Qur’an sebagai “miitsaaqon gholiidhon” tentu pencatatannya jauh lebih wajib dilakukan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri ternyata masih banyak umat Islam yang kurang memperhatikan masalah ini. Ada beberapa alasan mengapa pencatatan pernikahan tidak dilakukan meskipun sebenarnya banyak yang mereka lakukan itu hanyalah bersifat sementara saja. Hasil penelitian yang dilakukan Fakultas Hukum UGM dengan Departemen Agama
RI pada tahun 2003, khususnya alasan yang melatar-belakangi beberapa anggota masyarakat melakukan pernikahan sirri dapat dikemukakan di sini bahwa secara umum dapat dikategorikan menjadi : alasan ekonomis, birokratis, tradisi dan keagamaan. Sebagai alasan ekonomis dikemukakan oleh para responden berkisar pada keadaan bahwa mereka merasa belum cukup mampu untuk membiayai sebuah keluarga dengan segala sarana pendukungnya (sandang, pangan dan papan) atau belum mempunyai biaya untuk melangsungkan perkawinan resmi dalam hal ini dibutuhkan biaya-biaya untuk pencatatan serta biaya mengadakan pesta perkawinan yang dipandang merupakan bagian dari harga diri keluarga, sehingga perlu persiapan matang terutama dari segi biaya. Oleh karena itu sambil menunggu segala sesuatunya dipandang siap untuk mengadakan perkawinan resmi yang sesuai dengan status sosial kedua belah pihak dan kedua mempelai juga telah cukup mandiri, maka mereka sepakat melangsungkan perkawinan secara sirri, tanpa prosedur undang-undang dan dengan demikian tanpa disaksikan pejabat yang berwenang. Yang termasuk alasan birokratis adalah bahwa perkawinan sirri dilakukan sifatnya hanya sementara waktu sebelum dilakukan perkawinan resmi melalui Pegawai Pencatat Nikah atau Kantor Urusan Agama Kecamatan, karena masih adanya hambatan-hambatan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu menyangkut semua persyaratan menurut UndangUndang Perkawinan, khususnya mereka yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil atau anggota ABRI. Alasan atau pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan para responden sehingga mereka melakukan perkawinan di bawah tangan dan tidak langsung kawin resmi adalah menunggu waktu terpenuhinya semua persyaratan perkawinan yang ditentukan oleh undang-undang. Hal ini terjadi karena kondisikondisi tertentu yang erat kaitannya dengan urusan administrasi dan birokrasi, misalnya adanya ketentuan persyaratan dinas bagi anggota angkatan bersenjata yang tidak boleh melakukan perkawinan selama masa pendidikan serta perkawinan yang akan dilakukan oleh pegawai negeri sipil di mana izin poligami atau proses perceraiannya belum selesai, padahal keadaan sudah sangat mendesak, baik tuntutan biologis maupun tuntutan lingkungan masyarakat sekelilingya untuk segera menikah dan mempunyai status sebagai isteri yang sah walaupun baru menurut hukum agama, dari pada terperosok pada perbuatan zina. Di samping itu juga mencegah dilakukannya dosa secara terus-menerus dan terkatungkatung (dalam hal si calon isteri telah hamil), maka melakukan perkawinan di bawah tangan dipandang sebagai suatu jalan keluar cukup bijaksana. Alasan yang bersifat tradisi berkaitan dengan adanya kepercayaan terhadap bulan-bulan baik atau hari-hari baik dan sebaliknya ada bulan dan hari yang tidak baik bagi pelaksanaan suatu pernikahan. Dengan alasan yang bersifat tradisi ini, maka orang memilih untuk menunda melakukan perkawinan resmi dan menempuh cara perkawinan sirri atau di bawah tangan. Menunggu hari-hari atau bulan-bulan baik, pada kenyataannya sudah membudaya dalam tradisi jawa. Sebagaimana dimaklumi bahwa orang jawa pada umumnya termasuk yang beragama Islam tetapi masih sangat meng-
hormati adanya hari-hari atau bulan-bulan baik dan hari-hari atau bulan-bulan tidak baik untuk melakukan perkawinan. Jadi di sini seolah-olah mereka menganggap bahwa perkawinan sirri atau perkawinan di bawah tangan itu tidak lebih dari hanya sekedar suatu ikatan atau semacam tunangan untuk mengadakan perkawinan resmi yang disyaratkan sebaiknya dilakukan pada bulan-bulan baik. Sedangkan terhadap perkawinan sirri atau di bawah tangan itu dapat dilakukan kapan saja. Biasanya pelaksanaan perkawinan yang dilakukan seperti ini, para pelaku belum berani melakukan hubungan layaknya suami-isteri seperti dalam perkawinan resmi. Alasan keagamaan yang banyak dikemukakan oleh para pelaku perkawinan sirri atau di bawah tangan adalah agar terhindar dari dosa dan agar dapat melakukan hubungan layaknya suami-isteri dengan tenang karena sudah dirasa halal. Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap melakukan kegiatan atau tindakan seseorang selalu mendasarkannya pada keyakinan agama yang ia anut. Dalam hukum Islam sebagaimana telah banyak diketahui bahwa tujuan dari suatu perkawinan adalah untuk menghalalkan hubungan kelamin guna memenuhi hajat dan tabiat kemanusiaan atau menghindari dosa karena perzinahan. Di samping itu, perkawinan juga bertujuan untuk menujudkan suatu keluarga dengan dasar cinta kasih dan untuk memperoleh keturunan yang sah. Agama Islam juga melarang keras adanya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan bahkan berpandangan, bersentuhan dan berdua-duaan pun dapat dikategorikan sebagai perbuatan dosa, kecuali terhadap muhrim atau isterinya. Mengamati hasil penelitian tersebut di atas, kita dapatkan kenyataan bahwa pada dasarnya masyarakat tidak menolak secara mutlak atau bisa dikatakan tidak ada yang mengingkari pentingnya pencatatan pernikahan, akan tetapi hal itu mereka lakukan semata-mata karena adanya kepentingan lain yang menghambat, atau bisa dikatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu hanyalah bersifat sementara saja. Pernikahan sirri yang dilakukan masyarakat kita pada kenyataannya berbeda dengan pernikahan yang dilakukan tanpa saksi sebagaimana yang dilarang oleh Nabi. Sangat jauh berbeda pula dengan pernikahan kampung yang pelaksanaannya tanpa meperhatikan aspek agama. Meskipun sama-sama dikategorikan sebagai nikah di bawah tangan atau liar menurut kacamata undang-undang, namun pernikahan sirri masih harus dilihat dari sisi adanya ketaatan para pelaku terhadap aturan agamanya, hanya saja karena beberapa sebab ia enggan atau belum mengikuti prosedur pernikahan yang benar. Maka selanjutnya menjadi tugas kita bersama untuk menyadarkan mereka agar dapat melaksanakan pernikahan secara benar dan prosedural. Pernikahan yang dilakukan mengikuti peraturan perundang-undangan akan membawa pelaku kepada ketenangan hidup karena mendapatkan perlindungan hukum dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan keluarga.
Penulis, Penghulu Madya, Kepala KUA Kecamatan Kretek, Kab. Bantul
BAKTI 239/MEI 2011
11
K EDINASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL Pasal 10 Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban : 1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; 2. menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah dan/atau negara; 3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; 4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; 5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau negara; 6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; 7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; 8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; 9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa : a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja; c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41
12
BAKTI 239/MEI 2011
10.
11.
12.
13.
(empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; dan d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih; mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima persen); menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara. Paragraf 2 Pelanggaran Terhadap Larangan
Pasal 11 Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan : 1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara, secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja; 3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; 4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan 5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja. Pasal 12 Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan : 1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; 3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja; 4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi; 6. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf b, dan huruf c; 7. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13 huruf b; 8. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14; dan 9. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d. Pasal 13 Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan :
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 1; menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 2; tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 3; bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 4; memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara; memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 7; menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/ atau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 8; melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ atau negara; memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf d; memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13 huruf a; dan memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye dan/atau membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c.
Bersambung BAKTI 239/MEI 2011
13
sir Taf
tik a Tem
Diasuh oleh Ja’far Arifin
Hidayah Mutlak Milik Allah SWT Perhatikan firman Allah SWT, dalam al-Qur’an Al-Karim surat Al-Qashash ayat 56 :
Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. Sebab Nuzul Sebagaimana dikatakan Abu Ishaq Az-Zujaj bahwa para mufassir sepakat ayat 56 ini diturunkan mengenai diri Abu Thalib. Seperti diriwayatkan oleh Muslim, At-Tirmidzi, dan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah bahwa ketika Abu Thalib (paman Nabi) dalam keadaan sakaratul maut (hendak meninggal), Nabi SAW mendatanginya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah la ilaha Illallah, saya akan menjadi saksi bagimu di hari Kiamat nanti di sisi Allah.” Abu Thalib menjawab, “Andaikata saya tidak akan dicemoohkan oleh kaum Quraiys yang akan mengatakan, “Tidak ada yang bisa membawanya (menurut kemauan kemenakannya) kecuali karena keluh kesah dan penderitaannya menghadapi maut itu, niscaya saya akan menyambut baik ajakanmu itu,” maka turunlah ayat ini. Dalam tafsir At-Thabari diceritakan, ketika itu Nabi Muhammad SAW sangat terpukul dan bersedih hati. Di hadapan Nabi, Abu Thalib yang juga saudara seayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, harus meninggal dunia tanpa mampu mengucapkan kalimat tauhid, sebuah kalimat persaksian akan keesaan Allah ta’ala. Sejarah mencatat bagaimana Paman Nabi, Abu Thalib itu menjaga Nabi, memberikan dukungan atas perjuangan Nabi pada awal masa keislaman di kota Makkah. Bukan hanya dukungan materi, namun yang paling dirasakan Nabi adalah berkali-kali Abu Tahlib menjadi “perisai” atau tameng atas diri Nabi dalam menghadapi upaya jahat kaum kafir Quraiys Makkah. Tafsir ayat Ayat ini memberikan pelajaran sekaligus penegasan tentang hidayah sebagai mutlak hak Allah SWT. Nabi Muhammad SAW tidak dapat menjadikan kaumnya untuk taat dan menganut agama yang dibawanya, meskipun ia berusaha dengan sekuat tenaga. Nabi hanya berkewajiban menyampaikan dan hanya Allah yang akan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dia yang mempunyai ke-
14
BAKTI 239/MEI 2011
bijaksanaan yang mendalam dan alasan yang tepat. Dalam ayat 272 surat Al-Baqarah dinyatakan, “Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” Meski sebagai seorang nabi yang memiliki kemauan kuat menyampaikan kebenaran, akan tetapi ia sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk memberi petunjuk. Dinyatakan dalam ayat 103 surat Yusuf, “Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.” Di akhir ayat ke 56 tersebut, Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui siapa orang-orang yang bersedia dan pantas menerima petunjuk itu. Di antara mereka ialah orang-orang Ahli Kitab yang pernah dikisahkan peristiwanya pada ayatayat sebelumnya. Sebaliknya orang-orang yang tidak bersedia menerima hidayah seperti beberapa kerabat Nabi, maka hidayah tidak akan diberikan kepada mereka. Apa yang terjadi pada diri Abu Thalib adalah potret nyata yang endingnya adalah suatu perbuatan manusia yang dibungkus tanpa menyertakan keimanan. Kebaikan tanpa didasari dengan keimanan, maka kebaikan itu hanya melekat seumur ia hidup di dunia saja. Dan di akherat kelak pada hari pembalasan, ia tidak bisa menolong dirinya sendiri. Kebaikan Abu Thalib hanya bisa dikenang sebagai perbuatan terpuji di mata manusia, tetapi tidak sebagai amalan shaleh di sisi Allah SWT, lantaran ketiadaan iman. Dengan demikian hidayah keimanan benar-benar menjadi tolok ukur bagi amal shaleh. Dalam ajaran Islam, hidayah terbagi menjadi dua macam, yaitu hidayah ad-dilalah dan hidayah at-taufiq. Hidayah ad-dilalah diperuntukkan bagi orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain, sehingga mereka mendapatkan pemahaman dan pencerahan akan suatu kebaikan. Sedang hidayah at-taufiq, sebagai hidayah untuk memberi petunjuk. Hidayah jenis ini mutlak dikuasai oleh Allah SWT tanpa ada campur tangan manusia sedikitpun, baik ia sebagai seorang nabi, rasul ataupun malaikat sekalipun. Ibrah Pelajaran yang dapat diambil hikmahnya dari ayat di atas, pertama kisah tragis Abu Thalib di saat kematiannya menyisakan pesan tersirat akan hakikat kehidupan dunia. Suatu kehidupan yang tidak pernah menyisakan kata henti untuk pertarungan abadi, antara yang hak (kebenaran) dan kebaikan melawan yang bathil (kemunkaran). Kedua, meski Allah tidak pernah meminta dan menentukan hasil yang harus dicapai para pendakwah (penyuluh), namun setiap penyeru kebenaran tetap harus terus berkreasi dalam memperjuangkan dakwah dan sungguh-sungguh menyebarkan cahaya iman dan kebaikan kepada orang lain, melalui kewajiban beramar ma’ruf nahi munkar.
K EE SS EE HH AA TT AA N
Diasuh oleh dr. Tejo Katon, S.Si, MBA
Bahaya Kolesterol Ass.wr.wb. dr. Tejo Katon,S.Si,MBA yth, Tolong jelaskan mengenai Kolesterol dan bahaya yang mungkin timbul. Wassalam. EK, Sleman, 027466097xx Jawab : EK, yang terhormat. Angka kematian yang disebabkan oleh serangan jantung di Indonesia kini telah mencapai 26-30%. Itu sebabnya, sebelum serangan jantung datang menyerang, disarankan untuk mengendalikan kadar kolesterol sejak dini. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah melakukan pengecekan kadar kolesterol secara rutin dan mengendalikan faktor resiko yaitu dengan melakukan Diet, Exercise and Compliance (meliputi pola makan yang sehat, olahraga teratur, rajin memeriksakan diri ke laboratorium dan rutin meminum tambahan suplemen herbal alami yang dianjurkan untuk menyeimbangkan kadar kolesterol dalam darah secara alami). Kolesterol selalu menjadi momok bagi sebagian besar orang. Kolesterol itu adalah : Suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Banyak yang menganggap kalau kolesterol merupakan salah satu sumber penyakit, berbagai penyakit bisa ditimbulkan oleh kolesterol dari jantung, hipertensi, dan lain sebagainya. Sebetulnya tubuh kita membutuhkan kolesterol untuk memperoleh energi dan membentuk dinding sel-sel dalam tubuh kita. Kolesterol ditubuh 80% kita diproduksi oleh hati dan 20% dari makanan yang kita konsumsi. Kolesterol ada 2 jenis yaitu HDL (high density lipoprotein) dan LDL (low density lipoprotein), HDL merupakan kolesterol yang berfungsi untuk membersihkan pembuluh darah dari LDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan indikasi yang bagus bagi tubuh selama kadar LDL kurang dari 150 mg/dl. Sebaliknya kolesterol LDL merupakan kolesterol jahat yang jika berlebihan (hiper-kolesterol) dapat menyebabkan pembentukan flak pada pembuluh darah sehingga dapat menyumbat aliran darah atau disebut aterosklerosis yang dapat mengakibatkan penyakit jantung dan stroke. Untuk mencegah naiknya kadar kolesterol LDL dalam darah dapat dilakukan berbagai cara diantaranya mengatur pola makan sehat yaitu mengurangi asupan lemak jenuh yang biasanya dapat ditemukan dalam produk hewani seperti susu, daging, mentega, keju dan berbagai olahannya selain itu juga terdapat dalam produk nabati seperti dalam santan dan minyak kelapa atau minyak nabati. Untuk mengurangi kadar kolesterol dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh, Omega-3, Lutein, vitamin E, magnesium, dan phytochemical. Zat zat tersebut dapat ditemukan dalam kacang kedelai, kacang kacangan, alpukat, teh, ikan salmon dan bawang putih. Kadar kolesterol darah yang normal : Kolesterol total < 200 mg/dl, Kolesterol HDL 35 – 65 mg/dl, Kolesterol LDL < 150
mg/dl, Trigliserida < 200 mg/dl. Dapat dilihat dari kandungan Kolesterol dari per 10 gr makanan, sebagai berikut : No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Makanan (10 gr)
Putih Telor Ayam, Teripang, Ubur-ubur Susu Sapi Non Fat Daging Ayam/bebek Pilihan Tanpa Kulit Ikan Sungai Biasa Daging Sapi Pilihan Tanpa Lemak Daging Kelinci Daging Kambing Tanpa Lemak Ikan Ekor Kuning Daging Asap (Ham) Iga Sapi Daging Sapi Burung Dara Ikan Bawal Daging Sapi Berlemak Gajih Sapi/Kambing Keju Sosis Daging / Kepiting Kerang / Siput / Udang Belut / Santan Kelapa Susu sapi Susu sapi Cream Coklat / Cacao Mentega / Margarin Jeroan Sapi Kerang Putih / Remis / Tiram Telor Ayam Jeroan Kambing Cumi-Cumi Kuning Telor Ayam Otak Sapi Telor Burung Puyuh
Kolesterol (Mg) 0
Kategori Sehat
0
Sehat
50
Sehat
55
Sehat
60
Sehat
65
Sehat
70
Sehat
85
Sehat
98
Sekali-Sekali
100
Sekali-Sekali
105
Sekali-Sekali
110
Sekali-Sekali
120
Sekali-Sekali
125
Sekali-Sekali
130
Hati-Hati
140
Hati-Hati
150
Hati-Hati
160
Hati-Hati
185
Berbahaya
250
Berbahaya
280
Berbahaya
290
Berbahaya
300
Berbahaya
380
Berbahaya
450
Berbahaya
500
Berbahaya
610
Berbahaya
1170
Pantang
2000
Pantang
2300
Pantang
3640
Pantang
Oleh karena itu, langkah yang perlu kita lakukan adalah dengan berhenti merokok, dan melakukan aktifitas fisik seperti jalan kaki, bersepeda atau renang, selain itu jangan lupa untuk secara rutin melakukan pemeriksaan fisik. Semoga bermanfaat. Untuk lebih jelasnya EK, dapat konsultasi langsung di Unit Kesehatan Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY Jalan Sukonandi No. 8 Yogyakarta. Dan bagi pegawai Kementerian Agama pelayanan askes dapat dilayani di Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY. Terimakasih.
Pembaca dapat berpartisipasi dengan mengirimkan pertanyaan seputar kesehatan melalui SMS dengan nomor 085727258783, 081578113939 atau lewat email dengan alamat :
[email protected].
BAKTI 239/MEI 2011
15
A GAMA Refleksi Makna Waisak, Momen Membangkitkan Kesadaran Mulis
T
iap tahun umat Buddha di seluruh penjuru dunia memperingati hari besar Agama Buddha yakni Waisak. Namun sesungguhnya selain waisak, umat Buddha juga memperingati tiga hari raya besar lainnya yakni Asadha, Kathina dan Maghapuja. Di Indonesia hari raya Waisak menjadi hari raya yang spesial karena telah ditetapkan sebagai hari libur nasional sejajar dengan hari raya Idul Fitri, Natal dan Nyepi. Bagi umat Buddha, Waisak adalah moment untuk mengenang, memperingati sekaligus memberikan penghormatan dan rasa bakti kepada guru agung Buddha Gautama. Umat Buddha yakin Sang Buddha Gautama adalah makhluk suci, guru agung dan makhluk yang sempurna dalam tindak tanduk serta kebijaksanaanya. Waisak sesungguhnya adalah nama bulan pada kalender India Kuno yaitu Vesakkha, memperingati tiga peristiwa agung yang dialami founding father Agama Buddha yaitu Sidharta Gautama. Peristiwa agung pertama adalah lahirnya seorang calon Buddha bernama Sidharta Gautama (Sidharta=tercapai segala cita-cita, Gautama= nama marga keluarganya). Kelahiran Pangeran Sidharta Gautama terjadi tepat ketika malam purnama di bulan Waisak pada tahun 623 SM di taman Lumbini India Kuno. Peristiwa agung yang kedua adalah pertapa Sidharta Gautama mencapai pencerahan sempurna (Buddha) pada malam purnama di bulan waisak. Peristiwa ketiga adalah memperingati wafatnya (parinibbana) Buddha Gautama yang juga terjadi tepat pada malam purnama di bulan waisak. Waisak dan bagkitnya kesadaran mulia Kita saat ini tengah berada di tengah-tengah tenggat masa yang penuh dengan maksiat, kejahatan structural, terorisme, peperangan, bencana dan ketidak jelasan arah bangsa. Kita telah benar-benar sampai pada zaman yang disebut dengan jaman edan (kaliyuga). Kita berada pada “wolak-waliking jaman” jaman yang serba terbalik, ia yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Mereka yang semestinya melindungi justru menggerogoti, dan mereka yang menggerogoti justru dilindungi, Mereka yang seharusnya menjadi garda terdepan penjagaan moral justru menjadi perusak moral bangsa. Kita hampir sulit membedakan mana yang benar dan yang salah, mana yang manfaat mana yang bukan manfaat, mana yang perlu dan mana yang tidak perlu. Tanda-tanda alam yang dianggap sebagai sanepa peringatan Tuhan Yang Maha Esa terhadap tingkah manusia seperti bencana gunung merapi, banjir, gempa dan tsunami hingga ulat bulu hanya dipahami secara intelektual saja. Sanepa itu hanya menjadi bahan khotbah di tempat-tempat ibadah, seminar dan bahan penulisan ilmiah maupun tulisan fiksi di institusi-instusi akademik. Melalui mendengar khotbah, seminar, atau membaca tulisan-tulisan ilmiah dan fiksi kita hanya ‘mengerti’ secara intelektual saja, tetapi setelah mengerti dan hafal tidak ada tindakan nyata yang benar-benar dilakukan untuk merubah perilaku dan polah tingkah kita untuk menanggapi sanepa itu. Seluruh umat beragama baik Buddhis, Muslim, Kristian, Hindu atau yang tidak mengenal agama sekalipun mendambakan kebahagiaan, ketenteraman, kedamaian dan kesejahteraan di dunia ini. Mereka semua tidak menyenangi bencana, kejahatan, perang dan penderitaan hidup lainnya. Pertanyaannya adalah sejauh mana seuruh manusia di muka bumi ini mewujudkan dambaan mereka. Kita tidak mungkin hanya duduk menangis memohon perlindungan Tuhan bahkan ‘menyogok’dengan sesajian, doa dan ritual, tetapi
16
BAKTI 239/MEI 2011
kita butuh Laku tindakan nyata bukan NATO (no action talk only) yang didasari oleh kesadaran mulia dalam hati masing-masing individu. Waisak dalam peringatan tiga peristiwa yang kedua yakni tercapainya pencerahan sempurna pertapa Sidharta Gautama dan kemudian menyandang gelar Buddha Gautama mempunyai makna yang mendalam. Pertapa Sidharta Gautama karena welas asihnya yang luhur melihat banyaknya makhluk yang menderita tergerak hatinya untuk mencari obat bagi penderitaan itu. Meninggalkan seluruh harta bendanya, kekuasaannya, bahkan keluarganya untuk membaktikan diri mencari jalan untuk membebaskan penderitaan bagi semua makhluk. Berkelana kesana kemari, menyiksa diri hingga akhirnya duduk dibawah pohon Bodhi dan mencapai Buddha terbebas dari penderitaan dan mengajarkan cara untuk melepas penderitaan itu kepada semua makhluk di dunia. Kata Buddha sesungguhnya berasal dari kata budh’ yang berarti “sadar, eling, mawas diri”. Budh’ dalam bahasa jawa dan diserap dalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan kata “budhi” yang berarti kebaikan. Oleh karenanya pencapaian kebuddhaan sesungguhnya adalah penyadaran atau eling dan mawas diri pada kebaikan. Buddha bukanlah sosok yang ditakdirkan dan hanya satusatunya tetapi bisa dicapai oleh semua orang dan memang itulah yang dikehendaki Sang Buddha Gautama yakni semua orang menjadi Buddha dan terbebas dari derita. Sesungguhnya Sang Buddha Gautama mengajarkan kita untuk menjadi eling, sadar, dan mawas diri pada kebaikan karena itulah jalan menuju bahagia dan bebas dari derita. Waisak adalah moment untuk membangkitkan kembali Buddha dalam hati kita (kesadaran mulia) yang mungkin tertidur di’ninabobo’kan oleh hawa nafsu, keserakahan, kebencian, dan emosi negatif lainnya. Meskipun Waisak hanya diperingati oleh kurang lebih 3 jutaan penduduk di Indonesia tetapi jika kesadaran mulia bangkit dalam hati umat Buddha maka ini adalah sumbangan terbesar umat Buddha Indonesia untuk mewujudkan ketenteraman, kebahagiaan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Ini bukan utopia belaka, meskipun sedikit jumlah umatnya tetapi mampu berperan besar. Analoginya satu orang yang jahat dan berperilaku buruk dapat merugikan dan membuat penderitaan banyak orang demikianlah jika kita berperilaku baik dan berkesadaran mulia akan mempengaruhi dan memberikan kebahagiaan bagi banyak orang pula. Mewujudkan kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan di dunia tidak perlu menunggu semua orang menjadi sadar dan berubah tingkah lakunya menjadi baik. Kita bisa memulainya sekarang juga dari diri sendiri. Jika setiap insan memiliki kesadaran mulia (membangkitkan Buddha-nya) maka kebahagiaan bagi semua makhluk bukanlah sesuatu yang mustahil. Kita tidak perlu Melu Edan di jaman edan karena kita pasti kumanan (kebagian) kalau penuh dengan kebajikan. Penghormatan terluhur kepada Buddha dalam moment hari raya Waisak adalah dengan membangkitkan kembali “Buddha” dalam hati masing-masing yaitu menghindari tindak kejahatan, melakukan kebajikan dan melatih diri dalam kesucian pikiran, ucapan serta perbuatan badan jasmani. Selamat merayakan hari Waisak 2555, semoga Buddha yang tertidur segera bangun di hati kita, semoga semua makhluk hidup berbahagia. Totok S.Ag (Penyuluh Agama Buddha Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta)
T AMU KITA Prof. Hj. Suwarsih Madya.Ph.D
“
A
nak bukan milik kita, tapi dia amanah dari yang Maha Pencipta dan telah membawa potensi masing-masing, yang dapat digali sehingga ia dapat tampil dengan baik sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karenanya, orang-orang dewasa di sekitar anak harus mendorong dan memberi jalan bagi anak untuk menggali potensinya melalui yang disebut proses pendidikan”. Demikian Prof. Suwarsih Madya, Ph.D. dalam pembicaraannya dengan BAKTI. Menurut Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta pendidikan itu sendiri, harus meliputi pendidikan kecerdasan, pendidikan akhlaq, pendidikan hati dan jiwa. “Inilah yang disebut pendidikan sejati”, jelas Suwarsih Madya. Proses pendidikan sejati, tidak mungkin diwujudkan dengan hanya menyerahkan urusan pendidikan anak pada sekolah. Dalam proses pendidikan sekolah pada umumnya, dominasi aspek kognitif sangat kuat dan bersifat kontak formal antara pengajar dengan yang diajar. Dalam pendidikan sekolah, sebagaimana juga di sejumlah negara lainnya, untuk mengevaluasi hasil, dilakukan dengan suatu pola yang disebut dengan Ujian Nasional (UN). “Bagaimanapun pola penyelenggaran UN, di dalamnya sangat kuat konteks evaluasi pada aspek keilmuan saja dan tidak menjangkau aspek lainnya yang masuk dalam ranah afeksi dan psikomotor”, jelas mantan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri dan Hubungan Masyarakat Depdiknas Jakarta. Ini memiliki arti bahwa orangtua harus terlibat langsung di dalamnya, sekalipun tidak secara tegas keberadaannya sebagai guru dan murid. Dalam hal ini,
orangtua di samping harus mendampingi dan mendorong anak untuk meraih sukses dalam pendidikan persekolahan, juga membekalinya dengan pendidikan akhlaq mulia di dalam keluarga. Menurut Suwarsih Madya, orangtua harus mengajari anak bagaimana untuk beribadah dengan baik, bertindak jujur, berucap dengan lemah lembut, memiliki sopan santun dan berbagai jenis pendidikan akhlaq, pendidikan hati dan pendidikan jiwa. “Melalui keteladanan dan sikap konsisten antara ucap dan perbuatan, menjadi metode yang paling utama”, tegas Suwarsih Madya. Berkaitan dengan hal tersebut, mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Propinsi DIY ini, menganjurkan kepada orangtua untuk menciptakan suasana yang kondusif di dalam keluarga, sehingga mendukung proses pendidikan persekolahan dan pendidikan dalam keluarga itu sendiri. “Oleh karena itu, memperhatikan pergaulan anak agar tidak kontra dengan situasi yang diinginkan juga merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pendidikan bagi anak”, jelas Suwarsih Madya. “Tri pusat pendidikan yang selama ini kita ketahui, kini telah mendapat tantangan berat dengan kehadiran media massa, terutama elektronik seperti televisi, dunia maya dan juga HP”, kata Suwarsih Madya. Menurut alumnus Macquarie University, Sydney, Australia ini, media massa juga membawa aspek positif, tapi juga sekaligus aspek negatif melalui program-program tertentu dan menyita sebagian besar waktu anak, sehingga waktu untuk pembelajarannya menjadi sedikit dan seringkali bercampur malas. Dalam proses pendidikan, orangtua juga tidak diperkenankan untuk membanding-banding anaknya dengan orang lain, siapapun juga. Menurut Suwarsih Madya, masing-masing anak atau setiap manusia telah membawa bakat dan potensi sendirisendiri yang diberikan oleh Pencipta. “Oleh karena kadar yang berbeda-beda dan membawa nasib sendirisendiri, maka
“Jangan Paksa Anak dengan Target” BAKTI 239/MEI 2011
17 17
KUNJUNGAN
S
ORIENT ASI ORIENTASI
Dok. BAKTI
tidak layak dibanding-bandingkan:, tegas Suwarsih Madya. Suwarsih Madya berpendapat, bahwa dalam be-berapa hal yang terlihat kurang pada diri seorang anak atau belum tumbuh sebagaimana yang diharapkan, segera komunikasikan dengan gurunya di sekolah. “Membangun hubungan yang baik dan saling memberi informasi tentang perkembangan anak, antara orangtua dengan guru di sekolah, merupakan hal yang positif bagi proses pendidikan dan perkembangan anak”, ungkat Suwarsih Madya. Selain itu, di samping oleh gurunya di sekolah, orangtua juga harus membantu anak dalam menciptakan ke-seimbangan antara rasa cemas dengan harapan keberhasil-an. Tidak hanya itu, kata Suwarsih Madya, orangtua juga harus memperhatikan sampai pada masalah optimalisasi asupan makanan, sehingga gizi berimbang dan variatif, sebagai nutrisi dan energy yang dibutuhkan anak dalam perkembangan fisik dan jiwanya. Guru dan orangtua harus mengajarkan dan meyakin-kan anak, bahwa Tuhan Maha Adil, Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Mendengar. Kewajiban manusia supaya berusaha dan biarkan mereka berkembang sesuai bakat dan potensinya. “Jangan bebani anak dengan target dari orangtua dan biarkan dia menentukan targetnya sendiri”, tegas Suwarsih Madya. Guru dan orangtua hanya perlu mengarahkan anak agar dia siap menghadapi zamannya sendiri yaitu zaman yang berbeda dengan guru dan orangtuanya, dengan kecerdasannya sendiri. Anak yang cerdas adalah anak yang memiliki perilaku yang tidak merugikan orang lain. Menurut Suwarsih Madya, kita harus selalu berpijak pada satu prinsip, bahwa batu bulat jika diasah terus menerus akhirnya akan tajam juga. Begitulah prinsip bakat dan potensi yang dibawa anak-anak kita yang harus dikembangkan melalui usaha. Sebagian tetap menjadi tanggungjawab orangtuanya dan sebagian lain menjadi tanggungjawab sekolah yang berada dipundak para guru yang diberi tugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Jika usaha telah dilakukan secara optimal, apapun hasilnya, itu merupakan yang terbaik bagi kita saat ini. Jika masih kurang, maka dicari apa yang menyebabkan kekurangan, sehingga dapat diperbaiki di masa mendatang. Jika sudah baik, maka ditingkatkan lagi agar dapat meraih hasil yang lebih baik. Oleh karenanya, berikan kesempatan kepada anak untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya sendiri. Jika umpamanya dia masih gagal dalam UN, maka itu bukan berarti pertanda buruk atau masa depannya hancur, tapi hanya mengindikasi-
Prof. Hj. Suwarsih Madya, Ph.D bersama keluarga pada acara pengukuhan Guru Besar di UNY.
kan, bahwa usaha dia dan kita semua yang belum optimal. Prof. Suwarsih Madya kini menikmati kembali kehidupan dalam keluarga dan bermasyarakat secara lebih leluasa. Setelah sekitar 7 tahun menempuh pendidikan di Australia (1981-1988), ia juga pernah menetap di Bangkok, Thailand selama 4 tahun (1995-1999) sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI. Sepulang dari Thailand, ia kembali ke Yogyakarta sekitar 3 tahun. Setelah itu kembali hijrah ke Jakarta karena memangku jabatan sebagai Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri dan Humas, Depdiknas selama 3 tahun (2003-2005). Lalu kembali lagi ke Yogyakarta dan pada tahun 2008-2010, pemerintah provinsi DIY mempercayakan kepadanya jabatan sebagai Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Propinsi DIY. Sebuah pengalaman “lucu” ia ceritakan kepada BAKTI ketika menjadi Kepala Disdikpora Propinsi DIY. Tahun 2010 lalu, angka kelulusan UN di DIY turun drastis dan beberapa daerah lain memandangnya agak sinis. Tapi ketika diketahui bahwa daerah tersebut akan mendapat bantuan pembinaan milyaran rupiah, daerah yang merasa lulusnyua lebih tinggi berkomentar, “wah, daerah yang prosentase tidak lulus tinggi, malah “dibayar”. Dalam menanggapi ini Suwarsih Madya hanya tersenyum dan merasa apa yang diperolehnya baik, karena kelulusan dio DIY ditentukan berdasarkan sebuah kejujuran. Muslih
MA
NU
TBS
KUDUS
ebanyak 55 orang siswa beserta guru pembimbing dari MA NU TBS Kudus yang dipimpin oleh Waka Humas, Komari, SPd melakukan kunjungan orientasi ke Kanwil Kemenag Provinsi DIY, Rabu (13/4). Mereka disambut langsung oleh Kakanwil Kemenag DIY, Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I yang didampingi oleh Kabid Urais, Drs. H. Zainal Abidin, M.Pd.I., Kasi Kemitraan, Drs. H. Kusnanto, MA beserta pengurus Badan Hisab Rukyat (BHR) Provinsi DIY, Drs. H. Sofwan Jannah, M.Ag. dan Drs. Mutoha Arkanudin. Dalam sambutannya, Komari memperkenalkan profil singkat dari MA NU TBS Kudus, dimana di madrasah tersebut memiliki lebih dari 1000 siswa dan mempunyai beberapa muatan lokal di antaranya bahasa Arab, bahasa Inggris dan ilmu falak. Dalam kunjungan tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok bahasa yang mengunjungi UIN Sunan Kalijaga, dan kelompok falak mengunjungi BHR Kanwil Kemenag Provinsi DIY. Kakanwil dalam sambutannya mengatakan bahwa kunjungan para siswa MA NU ini justru memberikan inspirasi bagi pimpinan Kanwil Kemenag DIY untuk melakukan hal yang sama, terutama terkait dengan perhatian terhadap ilmu falakiyah yang saat ini kurang mendapatkan perhatian di sekolah termasuk di madrasah yang ada di Provinsi DIY. Usai upacara penyambutan, para siswa mendapatkan materi tentang BHR Provinsi DIY, Teknis Penentuan Arah Kiblat dan Teknis Penentuan Awal Bulan Hijriyah (Hms)
18
BAKTI BAKTI239/MEI 239/MEI2011 2011
BIDIKAN LENSA
membuka ji, M.Pd.I saat H. Maskul Ha ri Kartini, Ha n ta ga Kakanwil Drs. m rangka Perin la da a ag hr la Pekan O /2011). Jum’at (08/04
Hj. Istianah Maskul Haji, saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan lomba menyongsong Hari Kartini, Rabu (20/04/2011).
r dalam rangka ba yang digela Salah satu lom Ka Hari rtini. menyongsong
Hj. Istianah Maskul Haji saat memberikan penilaian dalam lomba memasak yang digelar di Kanwil Kemenag Provinsi DIY.
Salah satu ca bang olehraga dalam rangka yang dipertand Peringatan Ha ingkan ri Kartini yang Dharma Wan diikuti perwak ita Persatuan ilan se-Provinsi DI Y.
Para pemenang kejuaraan lomba peringatan Hari Kartini saat berfoto bersama Ketua DWP Kanwil Kemenag Hj. Istianah Maskul Haji, Rabu (20/04/2011).
Ketrampilan da lam rumah tang ga ibu-ibu DW mengikuti lom P diuji saat ba memasukka n benang dala m jarum.
Keterampilan ibu rumah tangga diuji dalam lomba memasang dasi yang digelar Rabu (20/04/ 2011).
BAKTI 239/MEI 2011
19 19
Dok. BAKTI
Gulai Udang Rebung
Sayur Sayur Katuk Katuk Ubi Jalar
Bahan : · 3 genggam daun katuk · 1 buah ubi jalar, potong dadu, kukus · 100 gram tetelan · 800 cc air · 5 butir bawang merah, iris halus · 1 buah tomat, potong kasar · 4 ruas jari kunci, potong kasar Cara membuat : · Semua bahan kecuali daun katuk dimasak sampai ubi lunak · Tambahkan daun katuk. Masak sebentar . Angkat dari api · Siap dihidangkan Untuk 2 porsi. Delia
Bahan : · 300 gram rebung, potong korek api · 300 gram udang, kupas kulit, sisakan ekor · 3 sendok makan minyak goreng · 2 cm lengkuas, memarkan · 2 batang serai, memarkan · 2 lembar daun salam · 5 lembar daun jeruk · 750 ml santan dari 1 butir kelapa · 10 buah cabai rawit utuh · Garam, gula pasir secukupnya Bumbu Halus : · 7 butir bawang merah · 3 siung bawang putih · 5 buah cabai merah · 1/2 sendok teh ketumbar · 2 cm kunyit Cara Membuat : 1. Panaskan minyak, tumis bumbu halus, lengkuas, serai, daun salam, daun jeruk hingga harum. 2. Masukkan udang, masak hingga berubah warna. Tuang santan, masak hingga mendidih. 3. Masukkan rebung, cabai, garam, gula pasir. Masak hingga matang. Angkat sajikan. Untuk 5 porsi. Delia
20
BAKTI 239/MEI 239/MEI 2011 2011 BAKTI
KANWIL PENYERAHAN
SK
CPNS
A
nda yang duduk disini hendaknya bersukur karena telah menjadi orang pilihan untuk bergabung dengan keluarga besar Kemenag. Rasa syukur tidak hanya diungkapkan secara lisan saja, akan tetapi hendaknya dibarengi dengan niat hati yang tulus dan tekad besar untuk turut berperan dalam mengharumkan nama Kementerian Agama. Demikian sambutan Kakanwil Kemenag Provinsi DIY Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I dalam acara Penyerahan SK CPNS di lingkungan Kemenag Provinsi DIY, Senin (11/04). Acara yang berlangsung di Aula Kanwil tersebut berlangsung lancar dan dihadiri oleh 82 orang penerima SK CPNS. Penyerahan SK CPNS dilakukan secara simbolis oleh Kakanwil Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I didampingi oleh kasubbag Ortala dan Kepegawaian Drs. H. Edhi Gunawan, M.Pd.I kepada 6 orang CPNS perwakilan dari Kanwil dan Kankemenag Kab/Kota. (Fz)
PENAND A T ANGANAN PENANDA
PPAKT AKT A AKTA
INTEGRIT AS INTEGRITAS
S
ebanyak 78 orang Kepala KUA se-Provinsi DIY menandatangani Pakta Integritas di Aula Kanwil, Selasa (19/4). Pakta Integritas ini berisi pernyataan mendukung reformasi birokrasi Kementerian Agama RI. Dalam pengarahannya, Kakanwil Kemenag Provinsi DIY, Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I, berharap agar Kepala KUA dapat bersungguh-sungguh dalam bekerja dan memiliki semangat baru untuk membangun Kementerian Agama. Turut hadir dalam acara ini, Drs. H. Zainal Abidin, M.Pd.I (Kabid Urais Kanwil Kemenag Provinsi DIY), Kepala Kankemenag Kab./Kota, Drs. H. Sa’ban Nuroni, MA (Kasi Kepenghuluan Kanwil Kemenag Provinsi DIY), dan Kasi Urais Kankemenag Kab./Kota. (Andi)
KANWIL SELENGGARAKAN LLOKAKAR OKAKAR YA OKAKARY
B
KUB
ertempat di Hotel BINTANG FAJAR, Kanwil Kemenag Provinsi DIY menyelenggarakan Lokakarya Kerukunan Umat Beragama, Selasa-Kamis (12-14 April 2011). Acara secara resmi dibuka oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi DIY, Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I., didampingi Kabag Tata Usaha Dra. Hj. Mas’amah, M.Pd.I. Acara diikuti oleh Penyuluh Agama berjumlah 25 orang yang merupakan per-wakilan dari 5 agama (Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Buddha) dan 5 utusan dari organisasi yang konsen terhadap kerukunan umat beragama. Dalam sambutan pengarahannya Kakanwil mengemukakan bahwa tantangan kerukunan kehidupan antar umat beragama di masa mendatang akan semakin besar dan kompleks. Munculnya berbagai kerusuhan yang ada, menandakan bahwa kerukunan umat beragama perlu mendapatkan perhatian serius. Berbagai potensi konflik hendaknya dapat diredam
sekecil mungkin, agar tidak menjadi bom waktu di kemudian hari. Dalam posisi ini peran penyuluh agama sangat penting dalam memberikan dakwah yang damai dan toleran. Diharapkan, melalui Lokakarya ini para penyuluh agama dapat menimba ilmu tentang prinsip-prinsip pluralisme dan toleransi sehingga dakwah yang diberikan kepada masyarakat merupakan dakwah yang menyejukkan bagi umat. (Fz)
PEMBINAAN
KEPEGAWAIAN
S
ubbag Ortala dan Kepegawaian Kanwil Kemenag Provinsi DIY mengadakan pembinaan kepegawaian bagi Kepala Madrasah, guru, pengawas dan perwakilan dari masingmasing Kankemenag Kab./Kota se-Provinsi DIY di Aula Kanwil, Senin (21/3). Dalam pengarahannya, Kakanwil Kemenag Provinsi DIY, Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I, meng-harapkan agar para peserta dapat bekerja dengan keras, cerdas, dan juga ikhlas. “Bekerja keras diartikan sebagai pantang menyerah dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Bekerja dengan cerdas berarti kerja sesuai dengan aturan yang berlaku. Sedangkan bekerja ikhlas dimaksudkan dengan menganggap bahwa kerja itu merupakan suatu ibadah dan jabatan itu adalah amanah yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan,” jelasnya. (Andi)
SOSIALISASI
E-DOCUMENT
D
alam rangka meningkatkan sharing data di lingkungan Instansi Kemenag, Pusat Informasi Kemenag RI menyelenggarakan Sosialisasi E-Dokumen. Acara yang berlangsung di Aula I Kanwil dihadiri oleh Kakanwil Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I beserta seluruh pejabat di lingkungan Kanwil. Dalam sambutannya Kakanwil mengungkapkan bahwa dengan adanya sosialisasi e-dokumen ini diharapkan minimal di seluruh unit kanwil dapat memanfaatkan fasilitas ini sehingga dapat meningkatkan kinerja. Selain itu di era digital ini, diharapkan seluruh pejabat minimal harus dapat mengakses internet sehingga dapat selalu mengupdate informasi secara cepat dan aktual. Drs. H. Rosidin, MSI dalam pemaparannya mengungkapkan bahwa akses e-dokumen akan diselenggarakan di seluruh kanwil se-Indonesia. “Adapun latarbelakang diselenggarakannya sosialisasi ini diharapkan seluruh instansi Kementerian Agama dapat saling menshare berbagai kegiatan maupun dokumen-dokumen antar instansi”, ungkapnya. (Fz)
MONIT ORING MONITORING
DBKS
P
embinaan Gerakan Keluarga Sakinah Provinsi DIY, melalui program Desa Binaan Keluarga Sakinah (DBKS) berusaha memadukan antara pembangunan agama, ekonomi, keluarga, kesehatan, pendidikan, sosial budaya dan akhlak mulia bangsa yang didukung secara lintas sektoral oleh Pemprov. DIY, Kemenag, Disperindagkop, BPPM, BKKBN, Pemda serta LSM
BAKTI 239/MEI 2011
21
Agama dan sektor lainnya. Dalam release yang dikirimkan, Seksi Pengembangan Keluarga Sakinah Bidang Urais Kanwil Kemenag Provinsi DIY menjelaskan bahwa di Provinsi DIY sampai dengan tahun 2010 terdapat 295 (± 67%) desa/ kelurahan yang telah dicanangkan dari 438 desa se-Provinsi DIY. Berikut beberapa desa yang sudah dimonitoring di awal tahun 2011, yaitu Desa Pringombo, Planjan, dan Pundungsari (Kab. Gunungkidul), Desa Singosaren, Sumbermulyo, dan Gadingsari (Kab. Bantul), Desa Kulur, Tuksono, dan Sidorejo (Kab. Kulonprogo), Kelurahan Bumijo dan Purbayan (Kota Yogyakarta), Desa Margoagung, Wukirsari, dan Girikerto (Kab. Sleman). (Andi)
Zakat dan Wakaf pada Bidang Hazawa Kanwil Kemenag Prov. DIY. menjabat sebagai Kepala Kankemenag Bantul yang baru. Hadir turut menyaksikan pejabat di lingkungan Kemenag, Kepala KUA, pengawas, Kepala Madrasah, serta seluruh pegawai Kemenag. Abdul Madjid setelah ta’aruf menyatakan kesiapannya dan mohon dukungan kepada keluarga Kemenag Bantul agar dapat mengemban amanat dengan sebaik-baiknya, serta mengucapkan terima kasih kepada para pendahulu yang telah meletakkan dasar-dasar yang kuat sehingga Kemenag Bantul mempunyai tradisi menjadi juara, terbukti pada tahun 2010 mampu menorehkan prestasi dimana 5 pegawai berhasil menjuarai lomba tingkat nasional. (Jojo)
KABUPATEN BANTUL ST Q STQ
UP AY A UPA AL
MEMASY ARAKA TKAN MEMASYARAKA ARAKATKAN QURAN
P
emda bekerjasama dengan Kankemenag Kab. Bantul Kamis (3/3) menggelar Seleksi Tilawatil Quran (STQ) tingkat Kab. Bantul, bertempat di komplek Balai Desa Muntuk Kec. Dlingo. Pranata Humas Kankemenag Bantul, Ponijo, S.Ag, M.Pd.I mengatakan STQ diikuti 17 kafilah Kecamatan se-Kab. Bantul dalam rangka mencari bibit (kafilah) untuk STQ tingkat Provinsi DIY, yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Kabupaten Gunungkidul. Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Bantul, dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Bupati Drs. H. Sumarno, PRS menyatakan STQ merupakan suatu moment yang sangat mem-bahagiakan karena kegiatan ini merupakan salah satu bentuk upaya untuk terus mewujudkan kecintaan terhadap Al Quran. “Saya juga meminta khususnya kepada para orang tua, untuk menanamkan jiwa Qurani sedini mungkin, agar terhindar dari berbagai kasus yang meresahkan, seperti masalah kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, perjudian dan berbagai bentuk kriminalitas lainnya.” tegasnya. Sementara Kakanwil Kemenag Prov. DIY Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I selaku ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Prov. DIY. berharap STQ dijadikan upaya memasyarakatkan Al Quran, sebuah proses panjang yang diawali dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, sampai tingkat Nasional, membutuhkan perjuangan, keuletan dan keikhlasan bagi para pembimbing, Kyai di Pondok Pesantren,dan Ustadz/ustadzah TKA-TPA, semoga mampu meraih prestasi terbaik, dan mampu menorehkan prestasi di tingkat Nasional. (Jojo)
PISAH
SAMB UT SAMBUT
KEP ALA KEPALA
IKUTI
K
ankemenag Kab. Bantul Selasa (15/3) menyelenggarakan Pembukaan Manasik Haji bagi jamaah calon haji Kab. Bantul bertempat di Masjid Agung Manunggal, Bantul. Menurut Pranata Humas Kankemenag Bantul, Ponijo, S.Ag, M.Pd.I, kegiatan ini merupakan awal dimulainya kegiatan bimbingan ibadah haji bagi jamaah calon haji Kab. Bantul tahun 1432 H / 2011 M yang diikuti 892 jamaah baik dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) maupun Non KBIH. Selanjutnya setiap jamaah akan mendapatkan bimbingan 4 kali di tingkat Kabupaten, dan 11 kali ditingkat Kecamatan yang diseleng-garakan KUA Kecamatan se-Kab. Bantul sesuai domisili jamaah calon haji. Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh Kemenag Bantul, Drs. Rohyadi, MA mengatakan bimbingan manasik bertujuan agar setiap jamaah mempunyai persepsi sama dalam pelaksanaan ibadah haji, membekali pengetahuan, memberikan pemahaman secara umum tentang manasik, kebijakan pemerintah, pelayanan jamaah, transportasi, kesehatan dan akomodasi serta membekali akhlaqul karimah sehingga diharapkan setiap jamaah calon haji menjadi pribadi yang mandiri dalam menunaikan ibadah. Kepala Kankemenag Bantul Drs. H. Abdul Madjid, MA menghimbau kepada segenap jamaah agar mempersiapkan diri baik fisik maupun mental, jaga kesehatan badan mengingat ibadah haji memerlukan fisik yang bugar dan badan yang sehat serta melatih kesabaran karena nantinya akan berbaur dengan umat Islam seantero penjuru dunia, yang dimungkinkan akan terjadi gesekan, mengingat berbeda budaya dan adat istiadatnya. (Jojo)
KANT OR KANTOR
KABUPATEN SLEMAN
B
erlangsung di aula Kankemenag Kab. Bantul Senin (14/ 3) diselenggarakan pisah sambut kepala Kankemenag Bantul, Drs. H. Muntachob. MHI (Kepala Kankemenag lama) menduduki jabatan baru sebagai Kabid. Pekapontren pada Kanwil Kemenag Prov. DIY dengan Drs. H. Abdul Madjid, MA yang sebelumnya menjabat Kasi Pembinaan Lembaga
22
BAKTI 239/MEI 2011
892 CAL ON HAJI CALON PEMBUKAAN MANASIK
DIKLA DIKLATT
P
DI TEMP A T KERJ A TEMPA KERJA PEMANF AA TI PEMANFAA AATT AN
(DDTK)
ada Kamis (31/3) bertempat di KUA Kecamatan Depok dilaksanakan Diklat Di Tempat Kerja (DDTK)
mengenai Pemanfaatan Teknologi Informasi Bagi Pegawai KUA, ada 20 orang hadir sebagai peserta yang sebagian besar merupakan Penghulu. DDTK kali ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi pegawai KUA Kecamatan dalam pengusaan Teknologi Informasi. Pemateri berasal dari Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat, dengan judul materi Teknologi Informasi, Tools dan Aplikasi Jaringan Komputer, dan Praktikum Jaringan Komputer. Hadir dalam pembukaan Kasi Kepenghuluan Kanwil Kemenag Prov. DIY, Kepala Kantor Kemenang Kab. Sleman, dan tamu undangan lainnya. Drs. H. Arif Djufandi, M.Pd.I dalam sambutannya menyampaikan bahwa perkembangan TI sangat cepat yang pada gilirannya dapat berdampak positif dan negatif, penggunaan TI di dunia kerja menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan, untuk itu khususnya pegawai KUA dituntut untuk mampu mampu memanfaatkan TI untuk pelayanan bagi masyarakat. (Ied)
PERGANTIAN PENGURUS PD KAB UP A TEN SLEMAN KABUP UPA
IGRA
G
una penataan organisasi bagi Guru Raudhatul Athfal se-Kab. Sleman, guru-guru Raudhatul Athfal se-Kab. Sleman yang tergabung dalam Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) Kab. Sleman mengadakan Musyawarah Daerah untuk memilih pengurus baru, berdasarkan hasil musyawarah Daerah IGRA Kab. Sleman maka diputuskan susunan pengurus Pimpinan Daerah IGRA Kab. Sleman Periode 2010 -2015 sebagai berikut : Siti Maryani, S.Si (Ketua), Dra Karyati (Wakil Ketua), Ihsan Rofiqi, AMa. (Sekretaris), Inung Untari, SPdI (Wakil Sekretaris), Mastiti, SPdI (Bendahara), Salisah Inganah, S.Sos (Wakil Bendahara). Anis Solikhah Hidayattunah, A.Ma.Pd. (Seksi Pendidikan), Isti’anah, AMa.Pd. (Seksi Organisasi), Murtinah (Seksi Dana & Usaha Sosial) dan Sri Ngadiati, S.PAUD (Seksi Litbang). (Ied)
LAUNCHING
P
SIMKAH
elayanan KUA Kecamatan sangat menentukan dan menjadi tolak ukur pelayanan Kementerian Agama, sebab KUA Kecamatan merupakan pelayanan teknis yang memberikan pelayanan langsung pada masyarakat, untuk itu perlu adanya inovasi guna kelancaran pelayanan pada masyarakat, demikian sambutan yang disampaikan Kepala Kankemenag Kab. Sleman Drs. H. Arif Djufandi, MPdI dalam Launching SIMKAH KUA Kec. Seyegan pada Rabu (16/3/). Menurut Kepala KUA Kec. Seyegan, Halili, S.Ag. MSI, inovasi SIMKAH merupakan upaya pelayanan prima pada masyarakat berbasis Teknologi Informasi. Setelah di launcingkan oleh Kepala Kankemenag Kab. Sleman, maka KUA Kec. Seyegan menjadi Penggunaan program SIMKAH dan cetak print buku nikah pertama di wilayah Kab. Sleman. Arah kebijakan ke depan, program SIMKAH akan diterapkan diseluruh KUA Kecamatan di Kab. Sleman.
Hadir dalam Launching SIMKAH, Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kementerian, Kepala KUA Kecamatan se-Kab. Sleman dan beberapa tamu undangan. Sementara itu untuk memberikan bekal teknis SIMKAH dan cetak print buku nikah diadakan pelatihan SIMKAH dan cetak print buku nikah bagi penghulu, kegiatan ini berlangsung pada Selasa (15/3/) bertempat di Aula KPRI KIPAS Pangukan Sleman, sebagai narasumber Aris Setyawan pengembang Software SIMKAH, materi yang disampaikan meliputi teori singkat Teknologi Informasi, Praktek Install SIMKAH, Input Data dan Cetak Print Buku Nikah. (Ied)
KABUPATEN KULON PROGO PEMBINAAN ROIS DAN T OK OH MASY ARAKA OKOH MASYARAKA ARAKATT
S
enin (7/3/) KUA Kecamatan Girimulyo menyelenggarakan Pembinaan terhadap kaum Rois dan Tokoh Masyarakat yang bertempat di Balai Nikah KUA setempat. Dalam acara yang dihadiri sekitar 42 orang ini dalam rangka menjaga umat atau masyarakat agar situasi di Girimulyo tetap kondusif meskipun di Girimulyo umatnya sangat beraneka ragam agamanya. Kerukunan intern dan antar umat beragama agar selalu terjalin dengan baik, sehingga situasi di wilayahnya tetap aman dan damai. Demikian disampaikan Kepala KUA Girimulyo, Abdul Rohman, S.Ag.M.A dalam sambutannya pada acara tersebut. Sementara itu Mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulonprogo, Drs. H. Noor Hamid, M.Pd.I sebagai Narasumber menyampaikan pembinaan berkaitan dengan Islam dan Toleransi dalam Kehidupan Bermasyarakat. Sedangkan Kasi Urais, Drs. Jauhar Mustofa menekankan pada Bimbingan Agama dan keagamaan. (Gerry)
PISAH
SAMB UT SAMBUT KAB UP A TEN KABUP UPA
KEP ALA KEPALA KUL ON KULON
KANKEMENA G KANKEMENAG PROGO
S
enin (21/3/) berlangsung acara Pisah Sambut Kepala Kankemenag Kab. Kulonprogo di Gedung Serbaguna Kantor setempat. Dalam kesempatan ini Drs. H. Noor Hamid, M.Pd.I, sebagai Kepala Kantor yang lama, mengaku tidak menyangka akan secepat ini diangkat pada jabatan yang baru. Hal ini mengingat bahwa Noor Hamid menjabat Kepala Kankemenag di Kulonprogo baru sekitar 1,5 tahun. Beliau juga meminta maaf atas segala kesalahan kepada seluruh keluarga besar Kankemenag Kab. Kulonprogo. Untuk selanjut-nya beliau menjabat sebagai Kbid Mapenda Kanwil Kemenag Provinsi DIY. Sementara itu, Drs. H. Ridwan Priyanto sebagai Kepala Kankemenag Kab. Kulonprogo yang baru menyampaikan ucapan terima kasih kepada Drs. H. Noor Hamid, M.Pd.I yang telah membina Agama dan Keagamaan di Kulonprogo selama ini. Beliau juga mendo’akan agar Noor Hamid dalam menempati BAKTI 239/MEI 2011
23
jabatan barunya dapat sukses dan berprestasi. Jabatan baru ini menuntut tanggung jawab yang lebih besar, sehingga mohon do’anya kepada semua agar bisa memberikan pengabdian terbaik. Dalam kesempatan ini juga diserahkan kenangkenangan untuk Drs.H. Noor Hamid, M.Pd.I dari Keluarga besar Kantor Kemenag Kab. Kulonprogo, K3MI, K3MTs dan Paku Progo, serta dari Dharma Wanita untuk Hj. Sukaningsih Noor Hamid. (Gerry)
PERPUST AKAAN PERPUSTAKAAN
PEMBINAAN PONDOK
PESANTREN
P
erpustakaan Pondok Pesantren berperan sebagai wahana informasi, penelitian dan rekreasi dalam rangka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. UU No 43 tahun 2007 telah mengatur tentang Perpustakaan. Selanjutnya tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan baik. Hal itu disampaikan oleh Agung Kurniawan, SIP,MSi, Kepala Kantor Perpustakaan Kab. Kulonprogo saat menjadi Nara sumber dalam Pembinaan Perpustakaan Pondok Pesantren yang diikuti oleh pengelola perpustakaan Pondok Pesantren seKulonprogo yang berlangsung Selasa (22/3/) di Gedung Serbaguna Kankemenag Kab. Kulonprogo. Lebih lanjut Agung menjelaskan tentang pengelolaan perpustakaan meliputi tingkat keberhasilan, ciri-ciri organisasi pembelajar, permasalahan dan pemecahannya. Sementara itu, Kepala Kankemenag Kab. Kulonprogo, Drs. H. Ridwan Priyanto dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pondok Pesantren di Kulonprogo meskipun sedikit tapi mempunyai potensi yang besar di provinsi maupun nasional. “Semua itu perlu pembinaan agar dapat maju dan berkembang serta tetap bisa eksis”, tegasnya. (Gerry)
PEMBINAAN
PRA
NIKAH
J
BAGI
BAKTI 239/MEI 2011
PELANTIKAN
D AN DAN
RAP AT RAPA
KERJ A KERJA
BP4
B
ertempat di Landas M. Agung Al Ikhlas Wonosari Kamis (24/03/) Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kab. Gunungkidul menyelenggarakan rapat kerja yang diikuti oleh pengurus, utusan Kankemenag dan unsur Pegawai Pembantu Pencatat Nikah (P3N) Desa dengan tema peningkatan peran BP4 dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sebagaimana yang dilaporkan oleh ketua penyelenggara, Drs. H. Buchori Muslim, M.Pd.I (Kasi Urais Kankemenag Gunungkidul) pada upacara pembukaan bahwa Raker ini diharapkan dapat membuat rincian program kerja dalam tataran teknis dan implementasi pelaksanaannya serta sinkronisasi program kerja BP4 Kabupaten dan Kecamatan. Adapun materi Rakerda meliputi prasaran dari Pengadilan Agama Wonosari tentang Mediasi menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 dilanjutkan penjelasan umum program dan pembahasan komisi kerja yang terbagi kedalam 2 komisi yang membahas empat bidang. Sebelum Raker dilaksanakan pelantikan pengurus BP 4 Kab. Gunungkidul masa bakti tahun 2011-2016 oleh Kepala Kankemenag Gunungkidul Drs. H. Masdjuri, M.Si dengan ketua pengurus harian Drs. H. Tsamin Fauzi, M.Pd.I dan dilengkapi dengan bidang-bidang. Dalam sambutannya Kankemanag Kab. Gunungkidul berharap peran dan fungsi BP4 kedepan semakin dirasakan masyarakat. Setidaknya bisa membantu pemerintah di dalam menekan angka perceraian di Gunungkidul, yang mana pada tahun 2010 ada 1300 kasus. (@min)
PENGAMBILAN SUMP AH SUMPAH DAN PELANTIKAN
REMAJA
alan kehidupan yang berliku-liku dalam usaha mencapai kebahagiaan mengharuskan kita untuk mempersiapkan bekal. Salah satunya adalah ilmu. Pelajaran di sekolah hanya sebatas pengenalan, belum secara mendetail. Kementerian Agama memberi pembekalan pra nikah, untuk membentengi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal itu disampaikan Kesubag Tata Usaha Kankemenag Kab. Kulonprogo, H.M. Wahib Jamil, S.Ag.M.Pd ketika membuka Pembinaan Pranikah bagi Remaja yang berlangsung Rabu (23/3/) di Gedung Serbaguna Kantor setempat. Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 40 pelajar dari SMA/ MA/SMK di Kulonprogo. Menghadirkan 3 narasumber yaitu : Drs. Jauhar Mustofa, Kasi Urais Kankemenag Kab. Kulonprogo dengan materi Fiqih Munakahat, Siti Solihah, SKM dari Dinas Kesehatan Kulonprogo dengan materi Kesehatan Reproduksi Remaja dan Dra. Siti Muqodimah, Kepala Bidang Keluarga Berencana, BPMPDP dan KB Kabupaten Kulonprogo dengan materi Pendewasaan Usia Perkawinan. (Gerry)
24
KABUPATEN GUNUNG KIDUL
K
epala Kankemenag Kab. Kabupaten Gunungkidul Drs. H. Masdjuri, M.Si mengambil sumpah jabatan dan melantik beberapa pegawai pada Rabu (06/04/) di Landas M. Agung Al Ikhlas Wonosari. Dalam sambutannya disampaikan bahwa mutasi/promosi baik pejabat di tingkat kabupaten maupun pejabat di tingkat kecamatan dalam rangka untuk kepentingan dinas dan kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan serta mengisi formasi yang kosong. Adapun nama-nama yang diambil sumpah jabatan dan dilantik antara lain Drs. H. Sadmodadi, MA (Kasi Pekapontren) menjadi Kasubag TU menggantikan Drs. H. Masdjuri, M.Si; H. Untung Santoso, SE.,MA (Kasi PIHU) menjadi Kasi Pekapontren; H. Mukotip, S.Ag.,M.Pd.I (Kepala KUA Wonosari) promosi menjadi Kepala Seksi PIHU; H. Arif Gunadi, M.Pd.I (Kepala MAN Gandekan Bantul) menjadi Kasi Mapenda; H, Sugasto, S.Ag.,MA (Kepala KUA Playen) mutasi ke Kepala KUA Wonosari; Zuhdan Aris, S.Ag.,MA (Kepala KUA Purwosari) dilantik Kepala KUA Playen; dan Masduqi, S.Ag (Penghulu KUA Wonosari) menjadi Kepala KUA Purwosari. Selesai pengambilan sumpah dan pelantikan,
di hadapan terlantik, pejabat dan tamu undangan Kakankemenag memimpin rapat koordinasi terkait dengan beberapa kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan di lingkungan Kementerian Agama diantaranya sukses Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Tk Provinsi DIY yang akan berlangsung 4-5 Mei 2011 di Gunungkidul. (@min)
KOTA YOGYAKARTA MUT ASI MUTASI
D AN DAN
PELANTIKAN
PEJ ABA PEJABA ABATT
M
enempati Aula Kankemenag Kota Yogyakarta, Selasa (5/4) Kepala Kankemenag Kota Yogyakarta Drs. H. Fathony, MA melantik Dra. Uswatun Hasanah sebagai Penyelenggara Zakat dan Wakaf menggantikan Misbahrudin, S.Ag yang kini menjabat sebagai Kasubag TU Kankemenag Kota Yogyakarta , H. Hasto Perwiro Utomo, S.Ag menempati pos baru sebagai Kasi Penyelenggara Haji dan Umroh menggantikan Drs. H. Badaruddin, MA yang selanjutnya menjabat sebagai Kasi Urais menggantikan Drs. Anwar Sanusi, MA yang kini menempati Kasi Pekapontren. Sedangkan H. Ade Nurul Yaqin, SE promosi sebagai Kepala Tata Usaha MAN Yogyakarta II menggantikan Dra. Uswatun Hasanah. Dalam sambutannya, mengucapkan selamat kepada pejabat yang baru dalam mengabdi sesuai dengan jobnya masing-masing. Adanya rotasi pejabat di lingkungan Kankemenag Kota Yogyakarta merupakan suatu yang alamai dalam proses penyegaran dalam kedinasan. Bertindak sebagai saksi pada kesempatan itu Drs. H. Nasiruddin, M.Hum dan Dra. Hj. Sulasmi, MA serta rohaniawan Drs. H. Maskur Ashari, MA. (@k)
PEMBINAAN T AKMIR
D
PEMBERD AYAAN PEMBERDA MASJID
alam rangka pemberdayaan pengurus takmir masjid dan mushola se-Kota Yoyakarta, Kankemenag Kota Yogyakarta dalam hal ini Seksi Penamas dan PM pada tanggal 21 dan 23 Maret 2011 menyelenggarakan kegiatan pembinaan yang diikuti 120 orang peserta perwakilan takmir masjid di 14 Kecamatan Kota Yogyakarta. Menurut Drs. H. Nasiruddin, M. Hum selaku Kasi Penamas dan PM dalam pengarahannya menerangkan bahwa tujuan dari pembinaan ini untuk menyegarkan serta mengaktifkan kembali para pengurus Takmir Masjid sebanyak 450 masjid dan 411 sehingga tercipta ukhuwah islamiyah diantara kepengurusan takmir di Kota Yogyakarta. Sedangkan Drs. H. Fathony, MA selaku Kepala Kankemang Kota Yogyakarta dalam sambutannya mengungkapkan bahwa melalui pembinaan ini diharapkan Masjid dan mushola lebih tertata baik sesuai dengan harapan umat yang meliputi bidang idaroh, ri’ayah, maupun imaroh serta dalam mengurusi masjid dan umat diharapkan selalu ber-landaskan niat ibadah dengan tujuan untuk mendapatkan taqwa serta ridho dari Allah SWT. (@k)
PENT ASY ARUF AN PENTASY ASYARUF ARUFAN
ZAKA ZAKATT
INF AQ INFA
K
etua Badan Pelaksana BAZDA Kota Yogyakarta, Drs. H. Rapingun, dalam releasenya tertanggal 15 April 2011 menjelaskan bahwa dari dana pengumpulan zakat infaq tahun 2010 sebesar Rp. 2.564.485.467, BAZDA Kota Yogyakarta telah mentasyarufkan dana sebesar Rp. 2.508.796.400,- kepada 8.628 penerima. Lebih lanjut Rapingun menjelaskan bahwa zakat infaq tersebut ditasyarufkan untuk tiga program pokok, yakni Jogja Peduli yang berupa santunan sakit opname, bencana dalam, meninggal dunia dan orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, Jogja Cerdas berupa beasiswa siswa miskin sekolah dan madrasah serta Jogja Taqwa berupa bantuan jariah (SPP) santri kurang mampu TKA/TPA, bantuan pembangunan masjid/musholla/pesantren/madrasah dan bantuan syiar Islam. Laporan keuangan BAZDA Kota Yogyakarta ini telah di audit oleh Kantor Akuntan Publik Drs. Inaresjz Kemalawarta dengan opini Wajar (WTP). Dalam penutupnya, Rapingun mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada muzakki munfiq yang telah berkenan menunaikan zakat infaq melalui BAZDA Kota Yogyakarta. (Andi)
BIMBINGAN
CAL ON CALON
JJAMAAH AMAAH
HAJI
P
enyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2011 diharapkan semakin baik dari segi pelayanan bimbingan kepada calon jamaah haji kususnya di Kota Yogyakarta yang tahun ini akan berangkat sebanyak 454 calon jamaah haji demikian penuturan Drs. H. Badaruddin, MA selaku Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh Kota Yogyakarta. Untuk itu Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama Kota Yogyakarta menyelenggarakan Bimbingan Calon Haji Tahun 2011 sebanyak 8 kali pertemuan /kegiatan mulai tanggal 10 Maret – 7 April 2011. Adapun materi Bimbingan pada kesempatan ini meliputi Proses Perjalanan Ibadah Haji, Pola Pembinaan Calon Jamaah Haji sampai materi Kebijakan Teknis Penyelenggaan Ibadah Haji ditambah lagi pembinaan dan bimbingan kepada calon jamaah haji di setiap KUA Kecamatan se Kota Yogyakarta . Hal ini diharapkan bermanfaat sebagai bekal Calon Jamaah Haji Kota Yogyakarta Tahun 2011. (@k)
RALAT Di majalah BAKTI edisi No.238-TH.XIX-April 2011 di halaman 22 (Rubrik Berita-Berita, PEMBANGUNAN MASJID KORBAN MERAPI pada akhir paragraf 2), terdapat kekeliruan. Setelah diadakan survey terhadap Masjid Nur Huda dan Masjid Nurul Amal, ternyata kerusakan yang dialami tidak terdampak langsung akibat bencana erupsi Gunung Merapi sehingga bantuan ditiadakan. Demikian ralat dari kami, mohon maaf dan harap maklum. Redaksi
BAKTI 239/MEI 2011
25
PE N D I D I K A N Pendidikan dan Spirit Nasionalisme Oleh Gugun El Guyanie
A
dakah benang merah penghubung antara pendidikan dan kebangkitan nasional? Tentu jawabannya bisa beragam versi. Pertama, Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional diperingati sama-sama pada bulan Mei. Hardiknas mengambil momentum hari lahir Bapak Pendidikan Nasional, Raden Mas Soewardi Sorjaningrat (Ki Hajar Dewantara) yang lahir di Yogyakarta 2 Mei 1889. Sementara Harkitnas menapaktilasi berdirinya organisasi Boedi Oetomo yang lahir di Surabaya 20 Mei 1908. Kedua, era kebangkitan nasional diawali oleh politik etis kolonialis Belanda yang berniat balas budi untuk mencerdaskan daerah jajahannya. Maka lahirlah pemudapemuda terpelajar seperti RM Soewardi Soerjaningrat, Soetomo, Wahidin Soedirohusodo, Sukiman, yang disusul oleh generasi Soekarno, Hatta dsb. Dengan demikian dapat ditarik sebuah konklusi; bahwa setiap pendidikan haruslah berorientasi pada nasionalisme. Maka pemahaman terbaliknya (argumentum a contrario/mafhum mukholafah); semakin tidak terdidik sebuah bangsa, makin rapuh ikatan kebangsaannya. Dengan menengok akar sejarah awal kebangkitan nasional, interrelasi antara variabel pendidikan dengan visi kebangsaan dapat terbaca dengan jelas. Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, jam sembilan pagi, para siswa School tot Opleiding van Inlansdsche Artsen (STOVIA) berhasil mengumpulkan rekanrekan mereka dari seluruh Jawa di aula STOVIA, Weltevreden, Batavia, untuk membentuk organisasi yang akan memperjuangkan cita-cita Dr Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter Jawa dari Yogyakarta. Salah satu pemikiran Wahidin adalah kemunduran Jawa sejak abad ke-16, ketika Islam mengakhiri peradaban Hindu-Budha, sementara masyarakat China dan Arab jauh lebih maju. Kini kemajuan Jawa akan dicapai dengan ilmu pengetahuan Barat lewat pendidikan, tetapi tanpa melupakan warisan peradaban Jawa. Demikian juga dengan kegelisahan RM Soewardi Sorjaningrat, pemuda keturunan priyayi kraton yang kelak menanggalkan gelar kebangsawanannya, memilih gelar “ki” (Ki Hajar Dewantara) agar bisa bersanding egaliter bersama rakyat kecil. Cita-cita Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan untuk rakyat, tanpa pandang status sosial untuk mencapai kemerdekaan sebuah bangsa. Cita-cita tersebut muncul jauh sebelum NKRI diproklamasikan. Artinya, kesadaran dari kaum terpelajar semacam Ki Hajar Dewantara yang termasuk salah satu pelajar STOVIA walaupun tidak tamat, yang membangkitkan nasionalisme berbangsa dan bernegara. Lantas nasionalisme macam apakah yang dilahirkan dari sistem pendidikan saat ini? Pendidikan hari ini adalah
26
BAKTI 239/MEI 2011
pendidikan yang melahirkan problematika sosial (trouble maker), justru bukan menjadi solusi atas problematika (problem solver). Salah satunya yang bisa dikupas sebagai contoh adalah sistem ujian nasional. Keberhasilan siswa bukan ditentukan oleh bagaimana anak didik mampu menyerap sekaligus mentransformasikan ilmu pengetahuannya baik secara intelektual, spiritual maupun emosional. Ritual ujian yang setiap tahunnya menghabiskan anggaran yang besar tersebut telah mengubah kesadaran siswa, dari kesadaran humanis (humanis consciousness) menjadi kesadaran palsu (false consciousness). Paradigma seleksi yang bersandar sepenuhnya pada keseragaman (uniformity) juga membuat anak manusia telah disulap menjadi robot-robot yang bertindak dan berpikir secara mekanik. Sistem pendidikan seperti inilah yang jelas-jelas tidak membumi karena tidak berpijak pada realitas sosio-historis. Realitas yang dimaksud adalah keberagaman yang ada pada anak didik. Berbeda kecepatan belajarnya, berbeda cara pemahamannya, sense belajarnya dan latar belakang kehidupan sosialnya. Jika semua siswa harus digiring pada standar evaluasi yang sama, maka yang terjadi justru disorientasi bahkan alienasi. Peserta didik yang tidak mendapatkan nilai fisika diatas delapan dianggap bodoh. Padahal siswa tersebut sense belajarnya pada kesenian, sehingga kecerdasan seninya pun yang lebih dominan. Angka matematis tersebut sampai detik inilah yang melahirkan pencitraan (imagologi) antara bodoh dan pintar. Padahal kecerdasan bukan hanya diukur dari satu warna, baik itu yang bersifat kognitif maupun psikomotorik dan afektif. Hasil evaluasi belajar atau ujian yang berbentuk nilai nominal juga telah merubah cara pandang masyarakat terhadap masa depan anak didik. Mereka yang memiliki anak yang selalu mendapat nilai diatas delapan, adalah yang patut dibanggakan dan jelas masa depannya cerah. Sementara orang yang memiliki anak yang nilainya selalu dibawah teman-temannya dianggap membawa sial orang tua, karena membuat malu dan masa depannya yang suram. Citra yang telah tertanam secara mendalam dalam budaya masyarakat kita ternyata justru menyeret pendidikan pada lubang anti kemanusiaan yang kejam. Dampak tersebut secara jelas paling tidak ada dua, yaitu dampak psikologis dan dampak sosiologis. Pertama, efek psikologis dari kesalahan sistem pendidikan tersebut jelas berhubungan dengan mental peserta didik sendiri dan orang tua khsususya. Siswa yang gagal menempuh ujian karena nilainya buruk, akan mengalami depresi berat karena harus menanggung malu kepada teman, guru, orang tua dan masyarakat. Takut dianggap bodoh, gagal tidak sebagaimana teman-temannya yang lain. Dan yang jauh
sesama manusia untuk saling bersaing, saling menyingkirkan dan menindas satu sama lain. Spirit kompetensinya telah terabaikan yang berakibat pada lemahnya kapabilitas intelektual, spiritual dan kepekaan sosial. Yang tumbuh subur adalah kerakusan dan penindasan terhadap sesama. Saatnya pendidikan kita berbenah dan berubah untuk menyelamatkan masa depan peradaban bangsa Indonesia. Dari paradigma seleksi dan kompetisi menuju paradigma belajar yang humanis-kritis dan transformatif. Paradigma belajar yang senantiasa mengajarkan spirit berkreasi, inovasi dan kompetensi. Keberhasilan diukur berdasarkan proses dan usaha yang benar dan tak kenal putus asa. Buat apa kalau memiliki anak didik yang nilainya tinggi dan hafal teori ini teori itu, tetapi asing dan picik dari realitas kehidupan yang masih dalam belenggu kemiskinan, penindasan dan keterbelakangan. Menumbuhkan kesadaran kritis siswa menjadi kunci utama dalam revolusi sistem pendidikan nasional kita. Kesadaran yang tidak dipaksakan dengan sederet peraturan yang memenjarakan kemerdekaan berpikir dan berkreasi generasi bangsa ini. Sehingga nantinya tidak ada lagi muncul pertanyaan orang, “ranking berapa anakmu, lulus atau nggak kamu”. Tetapi bertanya tentang bagaimana, mengapa dan siapa dalam proses belajar. Inilah yang akan melahirkan pendidikan yang mengajarkan untuk saling bertegur sapa (being together), menuju pembangunan manusia seutuhnya sebagaimana yang tersirat dalam tujuan pembangunan nasional.
lebih kejam adalah klaim masyarakat akan kegagalan masa depannya. Begitu juga dengan orang tuanya yang harus menanggung malu ketika anaknya gagal ujian dan nilainya buruk. Orang tua seakan kejatuhan sial yang besar, kenapa memiliki anak yang mendapat cemoohan dari orang banyak. Efek lanjut dari guncangan jiwa ini bisa membuat anak didik putus harapan dan tidak memiliki semangat belajar, terbunuhnya kreativitas dan mengalami penyakit inferior atau minder. Dan orang tua pun sudah tidak bersemangat lagi membiayai pendidikan anaknya, karena dianggap sia-sia saja. Kedua, efek sosiologis yang sangat kentara adalah terciptanya kelas sosial baru (new social stratification) yang diakibatkan kesalahan fatal sistem pendidikan kita. Anak didik dan keluarganya yang dianggap bodoh dan gagal sekolahnya menempati kelas sosial dibawah mereka yang anak dan keluarganya dianggap pintar dan berhasil sekolahnya. Realitas ini sebenarnya inheren dalam kehidupan masyarakat Indonesia secara umum. Tetapi kesadaran yang menyentuh ke arah sana masih sangat sedikit sekali. Kesenjangan sosial justru semakin tajam dengan semakin mapannya sistem pendidikan yang melanggengkan paradigma seleksi. Terbukti betul apa yang menjadi kritik dua tokoh pendidikan asal Brazil, Paulo Freire dan Ivan Illich di era 70an. Mereka menyatakan bahwa pendidikan yang selama ini dianggap sakral, penuh kebajikan dan kemuliaan ternyata menyimpan penindasan. Dunia pendidikan tidak sadar bahwa ia terlibat dalam pertikaian sosial, politik dan ideologi melalui arena pendidikan. Pendidikan telah melahirkan alienasi, depresi dan elitisme masyarakat. Semangat kompetisi telah menggiring
REKAP SETORAN AWAL (WAITING LIST) CALON JAMAAH HAJI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2011 Kuota DIY
No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5.
Kota Yogyakarta Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kabupaten Gunung Kidul Kabapaten Kulon Progo Petugas Jumlah
Waiting List 3.778 6.550 8.520 2.331 2.178
23 3.091
23.357
Jumlah Calon Jamaah Haji Sampai dengan Senin, 18 April 2011 Pukul 11.00 WIB Jumlah setoran awal saat ini : A. Kuota DIY Tahun 2011 B. Kuota DIY Tahun 2012 C. Kuota DIY Tahun 2013 D. Kuota DIY Tahun 2014 E. Kuota DIY Tahun 2015 F. Kuota DIY Tahun 2016 G. Kuota DIY Tahun 2017 H. Kuota DIY Tahun 2018
3.068 3.068 3.068 3.068 3.068 3.068 3.068 1.881
Sisa Kuota Tahun 2018 : 1.187
ESTIMASI PORSI SEMENTARA 2011 M/1432 H 2012 M/1433 H 2013 M/1434 H 2014 M/1435 H 2015 M/1436 H 2016 M/1437 H 2017 M/1438 H
Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor Nomor
Porsi Porsi Porsi Porsi Porsi Porsi Porsi
terakhir terakhir terakhir terakhir terakhir terakhir terakhir
sementara sementara sementara sementara sementara sementara sementara
s.d s.d s.d s.d s.d s.d s.d
1200022472 1200025827 1200028953 1200032052 1200035145 1200038262 1200041337
BAKTI 239/MEI 2011
27
Suplemen Anak & Remaja Artikel Remaja
Sukses Ujian dengan Modal ‘DUWIT SaJuTa’ Oleh Waludin “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah nasib mereka sendiri”. (QS. Ar-Ra’du : 11)
A
yat di atas mungkin tidak asing lagi bagi kita. Saat khutbah, pengajian maupun amanat upacara terkadang membicarakan ayat di atas. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang sadar bahwa hidup ini butuh perjuangan yang keras untuk mengubah keadaan mendatang yang jauh lebih baik. Terlebih saat menjelang Ujian Nasional. Guru senantiasa memotivasi anak didiknya agar belajar dengan sungguhsungguh, supaya dapat lulus. Pada hakikatnya, masa depan kita yang menentukan diri kita sendiri. Sedangkan guru, sekolah, orang tua, buku maupun yang lainnya hanyalah sebagai fasilitator atau fasilitas semata yang dijadikan sebagai jembatan dalam meraih kesuksesan. Dan Allah-lah sebagai penentu kita, sesuai dengan usaha hamba-Nya. Ujian Nasional merupakan langkah awal untuk menghantarkan kita pada ujian kehidupan yang sesungguhnya. Dan itu salah satu wujud kasih sayang guru kepada anak didiknya agar kesuksesan di masa depan segera tercapai. Tanpa bekal itu, siswa akan kebingungan saat hidup di masyarakat. Banyak hal yang mesti kita persiapkan. Baik jasmani maupun rohani. Keduanya saling berpengaruh. Karena itu, harus seimbang. Kedua persiapan tersebut menurut Sugeng Dwi Triswanto dalam buku God’s Code in The DNA, terkonsep dalam kata yang cukup mudah diingat, yakni ‘DUWIT SaJuTa’. Apa itu? Yang jelas, duwit sajuta tersebut tak sekedar berwujud materi semata. Namun memiliki makna yang lebih dari itu, meski tanpa mengeluarkan biaya sebesar itu. Dan ini merupakan sebagian kecil cara agar kita dapat sukses dalam Ujian Nasional yang akan datang. Berikut makna dari kata ‘DUWIT SaJuTa’ : 1. D diambil dari kata Doa. Islam mengajarkan bahwa sebelum melakukan suatu pekerjaan, maka hendaknya berdoa terlebih dahulu. Agar selain diberi kemudahan dalam mengerjakannya, hasilnya akan lebih memuaskan. Ingat janji Allah, bahwa Alah akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Nya (QS. Al-Baqarah: 186). Maka dari itu, jangan lupa untuk berdoa ketika hendak belajar. Terlebih saat ujian. 2. U diambil dari kata Usaha. Allah tidak akan begitu saja menolong hamba-Nya saat ditimpa ujian tanpa adanya usaha. Ini sesuai dengan ayat Ar-Ra’du 11 di atas. Nah, usaha yang harus kita laku-kan, yakni dengan belajar yang sungguhsungguh, sebab kesungguhan itulah yang akan mensukseskan keinginan kita. Ingatlah man jadda wa jadda. Siapa yang bersungguh-sunguh akan mendapatkan. 3. W diambil dari kata Waktu. Allah memberikan waktu kepada semua hamba-Nya sama, yakni 24 jam. Namun,
28
BAKTI 239/MEI 2011
kesuksesan tiap individu berbeda-beda meski waktu yang tersedia 24 jam. Hal ini dsebabkan metode me-manajemen waktu tiap orang berbeda. Oleh karena itu, mari kita atur waktu yang hanya beberapa minggu lagi untuk mempersiapkan Ujian Nasional mendatang. Agar kita dapat berhasil dan tidak merasakan penyesalan. 4. I diambil dari kata Ikhtiar. Ikhtiar, yakni kita mengerahkan segala daya upaya dengan diawali dengan iat yang ikhlas, tujuan yang jelas, melalui proses dan penuh perhitungan serta melakukan evaluasi yang strategis. Kita tak boleh menyerah saat mencoba satu kali kegagalan. Namun, kita harus bangkit dan semangat demi meraih tujuan yang sudah sangat jelas yakni lulu Ujian Nasional dengan nilai memuaskan. 5. T diambil dari kata Tenaga. Selain manajemen waktu, kita juga harus mengorbankan tenaga. Karena belajar juga membutuhkan tenaga yang besar agar bisa konsentrasi. Nah, agar kita tetap bisa bersemangat dan bertenaga, maka usaha yang mesti kita lakukan yaitu senantiasa menjaga kesehatan. Baik dengan makanan yang bergizi juga dengan berolah raga. Sehingga saat belajar apa yang kita pelajari dapat dengan mudah dipahami. 6. Sa diambil dari kata Sabar. Ketika usaha yang kita lakukan belum juga mendatangkan hasil, maka kita haruslah bersabar. Sebab, sabar inilah salah satu usaha spiritual kita untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT (QS. Al Baqarah : 153). Dengan bersabar, hati kita jauh lebih kuat saat ditimpa ujian yang besar dan berat sekali pun. Dan inilah yang akan menjadikan kita lebih tenang ketika mengerjakan soal ujian. 7. Ju diambil dari kata Jujur. Inilah tantangan besar bagi kita semua. Tak sedikit siswa yang berusaha mendapatkan nilai yang baik dalam ujian dengan cara yang tidak baik. Misalnya, berusaha membeli kunci jawaban, menyontek, maupun lainnya. Tanpa mereka sadari, mereka telah mendholimi dirinya sendiri dan juga temannya. 8. Ta diambil dari kata Tawakal. Inilah usaha terakhir yang kita lakukan. Kita serahkan semua usaha yang telah kita kerjakan kepada Allah semata. Karena Allah-lah yang menentukan hasil akhir dari usaha kita. Dan Allah juga akan mencukupkan keperluannya bagi orang yang bertawakkal. Kerjakanlah dengan cara yang baik niscaya Allah akan memberikan hasil yang baik pula. Mudah-mudahan uraian tersebut dapat menghantarkan kita pada kesuksesan mendatang. Waktu akan terus berjalan. Maka, isilah dengan hal-hal yang bermanfaat guna persiapan kita menghadapi Ujian Nasional. Yakinlah, bahwa sekolah kita LULUS 100%. Jika yakin seperti itu, maka itulah yang akan terjadi. Insya Allah. Penulis, siswa kelas XII IPA 1 MAN Yogyakarta III (Mayoga)
Cerpen Remaja
Keindahan
dalam
Butiran
Tasbih
Oleh Ina Sutriyaningsih
P
ersahabatan adalah suatu hal yang indah. Tanpa sahabat, rasanya bagai mata kanan tanpa mata kiri. Amatlah tidak sempurna. Biasanya dalam persahabatan orang-orangnya memiliki watak yang sama. Tapi jika pemilik persahabatan itu memiliki watak bagai langit dan bumi, apakah mereka bisa saling memahami? Sejak SMA, Anisa dan Ratna sudah bersahabat. Setelah lulus, mereka memilih kampus yang sama. Salah satu universitas di Yogyakarta, menjadi pilihan mereka. Baru lima bulan mereka menginjakkan kaki di kampus tersebut. Anisa anak seorang anak haji sedangkan Ratna seorang anak polisi. Anisa perempuan berjilbab dengan seuntai tasbih di jari tangannya, sedangkan Ratna perempuan berpenampilan selayaknya foto model. Karena selain kuliah, Ratna merupakan foto model. Dan Anisa adalah guru ngaji. Suatu siang di kampus....... “Nis.....temenin aku belanja yuk nanti sore! Aku mau belanja buat pemotretan besok..” “Aku nggak bisa.... aku harus ngajar ngaji. Maaf ya...” “Ya udah gak papa. Ke perpus yuk!” ajak Ratna. Mereka mencari buku di perpustakaan untuk mengerjakan tuga dari dosen. Tidak terasa jam menunjukkan pukul 15.00 WIB, suara adzan berkumandang. “Ratna, kita sholat dulu, terus pulang!” ajak Anisa. “Gimana ya....... kamu sholat duluan deh. Aku tunggu di gerbang kampus.”
Anisa menuju ke mushola dan Ratna menuju ke gerbang kampus. Lima belas menit kemudian Anisa muncul dan mereka naik bus untuk pulang. Malam harinya telepon rumah Ratna berbunyi. “Hallo........” “Assalamu’laikum.....” “Wa’alaikumussalam. Ini Nisa ya?” “Iya, Rat.” “Besok kan kita gak ada kuliah. Mau nggak temenin aku ke pondok pesantren? Soalnya aku mau nganterin dana.” Ratna terdiam dan berpikir sejenak. “Kalau aku besok ke pondok, aku harus pakai jilbab dong. Aku kan nggak terbiasa pakai jilbab,” kata Ratna dalam hati. “Maaf besok aku mau ke rumah nenek.” Kata Ratna “Ya sudah. Titip salam saja buat nenekmu.” “Oke deh..” “Assalamu’alaikum....” “Wa’alaikumussalam. Maaf ya Nis, bohongin kamu....” kata Ratna dalam hati. Setelah malam itu, tiba-tiba Anisa tak masuk kuliah selama dua hari. Ratna pergi ke rumah Anisa. Sampai di sana rumahnya kosong. Tetangga Nisa mengatakan kalau Nisa dan keluarga-nya di rumah sakit. Ratna bergegas ke rumah sakit. “Nis, kamu sakit apa sih? Kok kayaknya parah banget...” tanya Ratna
BAKTI239/MEI 239/MEI2011 2011 BAKTI
29 29
“Aku cuma pusing saja kok. Nggak usah khawatir....!” siap.” “Tapi masak sebulan sekali sakit sih...tiap aku tanya, kamu Ibu dan abah Anisa langsung memeluknya. Satu hari bilang cuma pusing. Aneh banget...” kemudian dokter mengatakan bahwa kornea mata Ratna sudah “Kapan kamu mau pakai jilbab?” tidak dapat berfungsi lagi. Ratna membutuhkan donor mata. “Aku sendiri nggak tahu, entahlah....” Tapi belum ada yang cocok. Anisa meminta dokter memeriksa “Aku pingin banget lihat kamu pakai jilbab, sebelum aku matanya. Ternyata mata Anisa cocok dengan Ratna dan belum pergi” terkena kanker. Dua hari “Pergi kemana, kamu mau kemudian..... pindah rumah ya?” tanya Ratna “Bu, tolong berikan kotak ini “Allah telah memberi kesempatan kita “Aku nggak mau pindah pada Ratna. Dan jika Nisa untuk bersama Anisa lebih lama. Sudah rumah. Suatu saat kamu juga akan meninggal berikan mata Nisa tahu....” untuk Ratna......” kata Anisa lima tahun menderita kanker darah....... Mereka ngobrol seperti biasa. Beberapa menit kemudian Anisa sudah stadium akhir. Satu tahun lalu Seperti tidak ada beban sama Anisa mengucapkan dua kalimat dokter memvonis hidupnya tinggal enam sekali. Tanpa mereka sadari ibu syahadat. Nafasnya terhenti, bulan. Tapi Anisa mampu bertahan sampai Nisa mengintip dari luar. Di sisi jantungnya sudah tidak berdetak. lain ibu Anisa senang melihat Tidak ada lagi keceriaan dan satu tahun.” Anisa tersenyum bersama Ratna senyum yang biasanya hadir. sahabatnya. Namun ibu Anisa Beberapa menit kemudian dokter kadang menangis melihat dua melakukan operasi pemindahan sahabat itu. Dua hari kemudian Anisa sudah masuk kuliah. kornea mata Anisa dan Ratna. Operasi berjalan dengan lancar. “Akhirnya kamu masuk juga Nis..... aku kesepian banget Satu bulan kemudian Ratna sudah dapat melihat dan sudah tahu...?” pulang. Di rumah Ratna, ibu Anisa sudah datang. “Jangan kayak gitu,masih ada temen-temen yang lain..” “Ratna.... mata yang kamu gunakan adalah mata Anisa. Langkah mereka terhenti seketika. Anisa sudah meninggal....” kata ibu Anisa memeluk Ratna. “Nis, kok hidungmu keluar darah ?” kata Ratna Ratna hampir tidak percaya dengan pendengarannya. Ibu “Aku nggak papa..Cuma mimisan biasa aja kok.” Anisa menyerahkan sebuah kotak. Dan berpamitan pulang. Kemudian Ratna minta izin dosen untuk mengantar Anisa Ratna membuka kotak tersebut sambil menangis. Di dalam pulang. Hari demi hari berlalu, mereka tetap bersahabat. kotak tersebut terdapat surat, foto mereka dan seuntai tasbih Bahkan semakin erat. Tidak terasa sudah satu tahun. Suatu kesayangan Anisa yang tidak pernah lepas dari tangan Anisa. sore mereka pulang bersama. Ratna menyeberang jalan untuk Surat tersebut tertulis: membeli minuman di toko. Minuman itu untuk Anisa, karena saat itu Anisa sedang sakit dan mukanya nampak pucat. Anisa menunggu Ratna di halte bus. Ratna menyeberang jalan, tibatiba Anisa berteriak. Saat kamu buka surat ini, aku sudah pergi. Maaf selama lima tahun ini aku sudah berbohong. Selama ini aku menderita kanker darah. Setiap “Ratna awas !” bulan sekali aku harus cuci darah. Maaf, aku merahasiakan semua ini “Aaaaaa...!!” teriak Ratna saat menoleh ke kiri. Sebuah karena aku nggak mau sahabatku sedih. Di kotak ini terdapat tasbih kesayanganku, yang selama ini menemani hari-hariku. Aku ingin kamu mobil hitam menabrak Ratna. Tubuhnya tergeletak di tengah menjaga tasbih ini !! O, ya. Kapan kamu akan memakai jilbab....? Kapan jalan dengan darah yang keluar dari kepala dan matanya. kamu akan mengerjakan sholat lima waktu....? Orang-orang berkerumun mengerubuti Ratna. Ratna dilarikan Aku harap secepatnya, meskipun aku telah tiada, tapi aku akan tetap bersamamu. Aku akan melihatmu, aku akan tetap menjadi sahabatmu ke rumah sakit ditemani Anisa. Ratna diperiksa dokter dan selamanya.... Hanya mata ini yang bisa aku berikan kepadamu. Anisa lemas tak berdaya. Tiga jam kemudian Anisa sadar. Di Jangan bersedih....! Tetaplah semangat....! samping sudah ada ibunya. Sahabatmu, Anisa... “Ibu, Ratna tidak apa-apa kan?” “Sampai sekarang Ratna belum sadarkan diri...” “Ini semua salah Nisa Bu. Coba saja kalau Ratna gak beli minum buat Nisa. Pasti nggak akan kaya gini...” kata Anisa. “Ini bukan salahmu...” kata ibu Anisa sembari menatapnya. Sebenarnya Ratna kecewa, tapi kasih sayangnya pada Beberapa saat kemudian abah Anisa datang. Anisa mampu menahan rasa kecewa itu. Surat itu membuat “Bah...dokter bilang apa?” tanya ibu Anisa. Ratna sadar, betapa inginnya Nisa melihat Ratna dekat dengan “Tiga hari lagi anak kita akan meninggalkan kita...” Allah. “Anisa anak yang baik. Ini nggak mungkin.......!” “Allah telah memberi kesempatan kita untuk bersama Anisa lebih lama. Sudah lima tahun menderita kanker darah....... Penulis, siswi kls. IX C MTs N Karangmojo, Anisa sudah stadium akhir. Satu tahun lalu dokter memvonis Gunungkidul hidupnya tinggal enam bulan. Tapi Anisa mampu bertahan sampai satu tahun.” “Abah, jika tiga hari lagi Anisa akan pergi.... Anisa sudah
30
BAKTI239/MEI 239/MEI2011 2011 BAKTI
Sudaryanto, S.Pd. (Mayoga)
Di Stasiun, Pagi apalah arti sebuah kepulangan? sebuah puisi tak tercatat, dan sebuah pesan hati-hati di jalan apalah arti sebuah kepergian? Sebuah kisah tak terekam, dan Sebuah pesan selamat sampai tujuan itu saja yang tertinggal. tak lebih. di sebuah stasiun, pagi
Muflih Abdullah Zufar (Kelas 3 SDN Jatisawit Balecatur Gamping Sleman)
Al-Qur’an Engkau adalah pedoman kami Kau pembimbing kami Kami membacamu setiap saat Kau tertulis dengan huruf Arab Oh.... betapa agungnya kau Di Bumi ini engkau dipuji orang Di sana engkau bermakna
lempuyangan, 20 nov 08
Aprilia Nurul Aini (Kelas 8 E SMP N 1 Wonosari) Betty Marfuah, S.Pd. (Guru MI Margokaton Seyegan)
Wahai Muridku Wahai muridku Jangan salah paham Bukan karena benci Aku memarahimu Bukan karena dengki Aku menasihatimu Bukan pula karena iri Aku banyak menugasimu Wahai muridku Janganlah salah paham Bukan karena dendam Aku menghukummu Bukan karena amarah terpendam Aku men-skorsing-mu Itu semua kulakukan
Pulsa Malam yang membosankan Listrik mati Tak ada makanan ataupun hiburan Yang ada hanyalah obrolan-obrolan kering yang tak berguna Tak ada yang menarik Tiba-tiba saku celanaku bergetar Aku merogohnya Aku menemukan sebuah benda balok berwarna hitam dengan tombol-tombol HP-ku bergetar “1 pesan baru” itulah yang tampil di layar Kupencet tombol “OK” Beberapa huruf dan angka ada di dalamnya Aku berniat membalasnya Kutekan tombol “opsi” dan kupilih “balas” Kutulis beberapa kata tanpa ada angka Kemudian kupilih “kirim” Aku menunggu sejenak Tiba-tiba terlihat kata “pesan tidak terkirim” Aku lalu mengirimnya ulang “pesan tidak terkirim” Kukirim lagi “pesan tidak terkirim” Oh ya! Aku baru ingat Aku tidak punya pulsa! BAKTI239/MEI 239/MEI2011 2011 BAKTI
31 31
Tragedi Kaum “Aad
J
ika kemajuan teknologi lantas membuat manusia bersikap sombong, belajarlah dari kisah kaum ‘Aad. Umat Nabi Hud as. ini diberikan penguasaan teknologi yang mengungguli bangsa lain pada zamannya. Mereka mampu mendirikan bangunan-bangunan kokoh yang tidak dimiliki negeri-negeri sekitarnya.“Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.” (Fushshilat [41]: 15 -16) Selain diberi anugerah berupa kemajuan dalam bidang teknologi, kaum ‘Aad juga memiliki kelebihan secara geografis terletak di jalur perdagangan yang ramai. Berada di jazirah Arab bagian selatan yang merupakan lalu lintas perdagangan antara India dengan negeri-negeri di jazirah Arab bagian utara. Dalam bidang pertanian, mereka menjadi penghasil wangiwangian dari getah/dammar sejenis pohon langka yang bernilai ekonomis tinggi. Wangi-wangian ini banyak digunakan masyarakat kuno sebagai dupa pada berbagai acara keagamaan. Beragam potensi yang dimiliki maka pada zaman itu negeri kaum ‘Aad sering disebut dengan ‘Arabia yang Beruntung.’ Berbagai kelebihan itu ternyata justru membuat kaum ‘Aad berlaku sombong. Mereka membanggakan kemajuan teknologi yang telah berhasil diciptakan. Kaum ‘Aad juga menyembah banyak berhala. Di antara nama berhala yang mereka sembah yakni, Tsamud, Hataar, Wadd, Suwa, Yaghoos, Yauq dan Nasr. Allah menggambarkan kaum yang menyembah banyak berhala ini sebagai kaum yang angkuh. “Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.” (Fushshilat [41]: 15). Allah mengutus Nabi Hud as untuk memberi peringatan kepada kaum ‘Aad. Mengajak mereka untuk bertaubat dan menyembah Allah. Tetapi mereka tetap keras kepala, enggan meninggalkan kebiasaan nenek moyang mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan mereka mendustakan azab yang dikabarkan oleh Nabi Hud as. “Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main dan kamu membuat bentengbenteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-
32
BAKTI 239/MEI 2011
orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar.”. Mereka menjawab: “Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu dan kami sekalikali tidak akan di ‘azab.” (Asy Syu’araa’ [26]: 128 - 138) Saat kaum ‘Aad di puncak kejayaannya, merasa memiliki kekuatan yang tidak mungkin dihancurkan oleh apapun, Allah menunjukkan kekuasaanNya. ‘Azab yang ditimpakan kepada kaum ‘Aad terjadi dalam dua tahap. Pertama berupa kemarau berkepanjangan yang membuat ladang dan kebunkebun kekeringan. Mereka mulai dilanda kecemasan takut jika terjadi gagal panen. Dalam kondisi seperti ini Nabi Hud as tidak putus asa untuk terus menyeru kepada kebenaran. Berharap agar mereka segera menyadari kesalahan dan memohon ampun kepada Allah supaya kekeringan yang mereka alami segera berakhir. Karena kekeringan itu menjadi pertanda dari datangnya ‘Azab Allah. Tetapi mereka justru meminta hujan kepada berhalaberhala yang selama ini disembah. Mereka menantang Nabi Hud as. untuk mendatangkan ‘azab sebagai bukti. “Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Al Ahqaaf [46]: 22). Allah menjawab tantangan kaum ‘Aad itu dengan mengirimkan gumpalan awan hitam. Mereka menyangka itu pertanda datangnya hujan yang selama ini dinantikan. Tetapi dugaan itu keliru. Awan hitam itu ternyata merupakan angin taufan yang dahsyat. Membawa ribuan ton pasir sekaligus mengubur bangunan-bangunan megah yang selama ini mereka banggakan. Badai itu terjadi selama tujuh malam delapan hari. “Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.” (Al Haaqqah [69]: 6-8). Nyatalah kini siapa yang lebih berkuasa. Bangunan dan benteng yang begitu kokoh itu tak mampu menjadi tempat berlindung bagi kaum ‘Aad. Mereka binasa semuanya. Sedangkan Nabi Hud as telah berhijrah ke Hadramaut dan menjalani sisa hidupnya di sana. Eko Triyanto
Mendidik Lewat Komik Oleh Aris Hasyim
S
alah satu media komunikasi visual yang dikemas secara unik dan menarik adalah komik. Komik merupakan susunan cerita bergambar yg pada umumnya mudah dicerna dan lucu. Dengan membaca komik, pembaca akan digiring ke dalam ruangruang imajinasi baru. Eksistensi gambar yang tersaji dalam komik, pembaca bisa merasakan dialektika komunikasi secara langsung terhadap peranan para tokoh didalamnya. Lewat ekspresi wajah dalam ilustrasi dan reaksi verbal yang terungkap dalam balon teks, pembaca akan dibawa ke dalam situasi yang menghadirkan imajiimaji bebas dengan impresi dan apresiasi masingmasing. Sebagai manifestasi kebudayaan, komik mengemban misi luhur mendidik masyarakat agar senantiasa tanggap serta mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Dalam konteks pendidikan, menyisipkan komik sebagai proses didaktis memiliki peran vital membantu memberi pemahaman serta daya pikat yang mudah diingat oleh para pelajar. Kolaborasi antara gambar dengan teks melahirkan sebuah pesan yang adaptif. Gambar membuat cerita mudah diserap. Teks menjadikan pesan mudah untuk di mengerti. Itulah salah satu keunggulan komik yang memiliki kekuatan menyampaikan informasi yang mendidik dan mudah dimengerti. Kehadiran buku bertajuk “Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas” ini berusaha mengejawantahkan peran komik sebagai mediasi dalam dunia edukatif. Menurut pandangan penulis, mengunakan komik sebagai mediasi dalam dunia edukasi sangat berpengaruh memberi pemahaman yang lebih cepat. Terlebih, penikmat komik adalah anak muda berusia antara 15 sampai dengan 25 tahun. Artinya, komik memiliki pesona yang mampu mentransfer pemahaman keilmuan lebih cepat terhadap segala sesuatu dibanding dengan mengunakan tulisan saja. (hal: 22) Melihat realita sekarang sudah banyak seri komik edukatif yang didalamnya menceritakan pesan-pesan bermuatan
Judul Buku : Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas Penulis : Indria Maharsi, Msn Penerbit : Kata Buku, Yogyakarta Cetakan : I, 2011 Tebal Buku : 172 halaman
edukasi. Bahkan, buku-buku pelajaran setingkat TK sudah memakai komik sebagai salah satu elemen materi pelajaranya. Hadirnya komik bermuatan nilai-nilai edukasi jika dilihat dari riwayat sejarah komik terdahulu jelas mengalami perubahan yang sangat drastis. Dahulu komik di cap sebagai ‘racun’ karena dianggap pesan yang dihadirkannya tidak mengandung nilai-nilai edukatif. Namun seiring perkembangan zaman, komik justru dipakai sebagai penyampaian pesan yang bermuatan edukatif dari tingkat TK, SD hingga Perguruan Tinggi. Indiria Maharsi dalam karyanya ini juga menegaskan bawa peran komik di era modern ini bukan hanya sebuah mediasi pengumbar mimpi fantasi atau pseudo reality, melainkan media untuk lebih mengisi dan mengkritisi secara etis dan estetis terhadap perkembangan bangsa ini. Lahirnya ide-ide kreatif yang tertuang dalam komik diharapkan lebih mengarah pada dunia pendidikan serta memberi kesadaran nurani, spiritual dan kepekaaan sosial. Maka buku setebal 175 halaman ini secara eksplisit mengajak kepada para pendidik agar senantiasa mengoptimalkan peran komik sebagai mediasi dalam dunia edukasi. Melalui bahasa, gambar dan teks yang tersaji dalam komik, sangat cocok dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan pesan didaktis kepada para pelajar. Sehingga, hadirnya komik diranah pendidikan diharapkan mampu menjadi pelecut semangat bagi para pelajar dalam proses menimba ilmu. Selamat mencoba. Penulis, mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
BAKTI 239/MEI 2011
33
JAWABAN TTS BAKTI No. 238/April 2011
TTS BAKTI No. 239/Mei 2011 1
2
3
K
4
E
7
8 10
S
9
R
13
MAJALAH
BAKT I
14 16
17
A
A
11
12
19
A
E
5 6
M N
I 15
E
K
A
20
Q
L
A
E N
21
D
B
22
MENDATAR 5. Tokoh perempuan dlm cerita Mahabharata 6. Lembaga yg mengurusi penyiaran 8. Sisa pembakaran 10. Roda (Inggris) 12. Gadis; perawan 13. Semangat yg membara 14. Sebutan untuk hakim Islam (dulu) 15. rancang; duga 16. Bohong 19. Organisasi nonpemerintah (singk. Inggris) 21. Makanan terbaik bayi 22. Perbuatan yg memalukan MENURUN 1. Ikatan Dokter Indonesia 2. Bagian tumbuhan yg enak dimakan 3. Lelaki (Inggris) 4. Roti isi kacang hijau 7. Perantara; makelar 9. Lemari besi 10. Tokoh pendidikan Islam; KH. … Hasyim 11. Lembaga Kebudajaan Rakjat 17. Terurai dr ikatan 18. Arus (Inggris) 20. Jenis kacang 21. Semua (Inggris)
S N
A
I
A
K
I
M
U
L
A
M
U J
A
U I
A B
K S
I
A
L A
A
K A
T
M
A
A
A
A
K A
A
H R
D
K
18
A
A
T
S E
M I
U
A
S
A
E A
R
B A
B
R O
U
K
A
K
A S
B
Pemenang TTS Edisi 238/April 2011 1. 027478008811 2. 085292649587 TTS ini ditujukan kepada pembaca yang telah sekian lama merespon Majalah BAKTI, kecuali jajaran Redaksi/Pengelola. Adapun ketentuan selengkapnya sebagai berikut: 1. Menjawab pertanyaan dalam kotak TTS 2. Jawaban dikirim via sms ke nomor 085 868 323 652/081 392 277 272, paling lambat tanggal 15 di setiap edisi. 3. Disediakan hadiah untuk 2 pemenang berupa voucer pulsa @ Rp.20.000 4. Pengumuman pemenang akan dimuat pada edisi Majalah BAKTI bulan berikutnya. 5. Hadiah langsung dikirim ke nomor pemenang. Pengelola
DAFTAR PENERIMA SANTUNAN SKP BULAN MEI 2011 Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantul
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunung Kidul Pensiun
Pensiun No. 1.
Nama
NIP
Drs. Dharsono Wiyadi
150182650
Tanggal 1 Agustus 2005
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo Pensiun No. 1.
Nama Kemidah
NIP
Tanggal
195002021971092001 1 Maret 2010
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman Meninggal No.
Nama
NIP
1. 2.
Dewayana Drs. H. Muzilanto, M.Ag
196705031990031006 195512151980031006
1. 2.
Fatchur Rochman, BA 195502211983031003 Suparno, A.Md 15088313
Tanggal 30 Oktober 2010 6 Juni 2010
Pensiun
Ketua
BPSKP KANWIL KEMENAG PROV. DIY Sekretaris,
Dra. Hj. Mas’amah, M.Pd.I
34
1 Maret 2010 1 Februari 2010
BAKTI 239/MEI 2011
Drs. H. Edhi Gunawan, M.Pd.I
No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Ahmad Sujadi Zainun, A.Ma.Pd Sawat Pariyah Sularto B Wakiman Karna Tumin HM.Busrowi, S.Ag Sumiyati Warto Ngatiman Rubinah Sumijatini Saelan Kasini Ngadino H. Watiman Mardiyo, S.Pd.I Suparno, S.Pd.I Satiyah Tukino
NIP 194908051967121000 150130853 150172181 150130899 150129905 150130910 150130919 150172123 150130969 150130036 150129730 150179208 150131510 150131405 150131472 150131471 150129668 150130668 150179210 150130601 150130630 150130911 150130911
Tanggal 1 September 2009 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010 1 Januari 2010