PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK DI DUSUN KORIPAN, DESA DAWUNG, KECAMATAN TEGALREJO, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: NEILA SA’ADAH 115 09 049
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
MOTTO
ًﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧﻔُﺴَﻜُﻢْ وَأَھْﻠِﯿﻜُﻢْ ﻧَﺎرا
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka”. (QS. At-Tahrim: 6).
PERSEMBAHAN
Karya sederhana Ini Saya Persembahkan Kepada: v Allah SWT v Ayah dan Ibunda, tercinta v Kakak- kakakku, tercinta v Calon suamiku yang tercinta v Keluarga Besar di Magelang
KATA PENGANTAR
Segala puji Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang senantiasa telah menganugerahkan Rahmat, dan Hidayah-Nya kepada peneliti dalam rangka menyelesaikan karya skripsi ini. Karya skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kependidikan Islam bidang studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jejak perjuangannya. Dengan penuh rasa syukur atas terselesainya penyusunan skripsi ini peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2.
Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 4. Bapak Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd. selaku Pembimbing, yang meluangkan waktu dan pikiran demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan di lingkungan jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. 6. Bapak Slamet selaku Kepala Dusun Koripan Dawung Tegalrejo Magelang. 7. Ayah dan Ibunda tercinta (U.Nasrudin & U.Atikah) yang dengan seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cita dan harapan.
8.
Kakak- kakak ku tersayang (Wijayanti dan Nana) yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
9.
Calon suamiku (Walid Maula Nugroho), yang tidak pernah lelah memberikan semangat, perhatian dan selalu mendampingi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu melindungimu.....
10. Teman-teman terbaikku (Maria ulfa, Mas upik, Ekky djul, Yanuar), i love you all. 11. Keluarga besar RACANA dan PMII Komisariat Joko Tingkir Salatiga, terimakasih untuk semua kenangan manis yang telah terukir bersama. Semua itu tidak akan pernah terlupakan. 12. Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGMI Kelas B 2009, 13. Serta Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu oleh peneliti, yang secara langsung maupun tidak langsung, selalu memberikan dorongan dan do’a kepada penulis selama masa penulisan. Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa. Hanya untaian terimakasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah Nya. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya. Salatiga, 29 Juli 2013 Penulis
Neila Sa’adah NIM. 115 09 049
ABSTRAK
Sa’adah,Neila. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Penanaman Keagamaan Pada Anak Di Dusun Koripan, Desa Dawung, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Pembimbing: Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd Kata Kunci: Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Penanaman Keagamaan Pada Anak Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini ada 3 hal meliputi (1) Bagaimanakah kondisi nyata tingkat pendidikan orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013 ? (2) Sejauh mana penanaman keagamaan pada anak oleh orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013 ? (3) Adakah pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua dengan penanaman keagamaan pada anak di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013 ? Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Subyek penelitian adalah seluruh orang tua di dusun Koripan sebanyak 303 orang. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu sebanyak 40 orang, yang terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu orang tua dengan tingkat pendidikan rendah berjumlah 13 orang, kelompok kedua yaitu orang tua dengan tingkat pendidikan menengah berjumlah 24 orang, dan kelompok ketiga yaitu orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi berjumlah 3 orang. Pengumpulan data menggunakan angket untuk mengetahui penanaman keagamaan orang tua kepada anak, sedangkan metode dokumentasi dan observasi untuk pengumpulan data pendukung lainnya. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis persentase sebagai analisis pendahuluan dan analisis lanjutanya menggunakan analisis statistic product moment. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian bahwa Dari 40 responden orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan rendah berjumlah 13 orang atau 32,5%, orang tua yang tingkat pendidikan menengah berjumlah 24 orang atau 60 % dan orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi berjumlah 3 orang atau 7,5%. Jadi tingkat pendidikan orang tua di dusun Koripan Tegalrejo Magelang rata-rata tergolong dalam kategori menengah. Pada analisis tentang penanaman keagamaan pada anak yang berada pada tingkat tinggi dari 40 responden ada 4 orang atau 10 %, yang berada pada tingkat sedang ada 22 orang atau 55 % dan yang berada pada tingkat kurang 14 atau 35 %. Jadi rata-rata tingkat penanaman keagamaan pada anak oleh orang tua di dusun Koripan Tegalrejo Magelang tergolong dalam kategori sedang. Setelah dianalisis melalui uji statistik, ternyata menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan penanaman keagamaan pada anak. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan chi kwadrat dengan hasil 0,442 yang berada diatas r tabel atau r product moment pada taraf signifikansi 1 % (0,403) dengan N = 40.
DAFTAR ISI
SAMPUL...............................................................................................
i
GAMBAR BERLOGO..........................................................................
ii
HALAMAN JUDUL............................................................. ............... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ...............
iv
PENGESAHAN.......................................... .........................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.............................................
vi
MOTTO...................................................................... .......................... vii PERSEMBAHAN............................................................................. .... viii KATA PENGANTAR............................................................... ...........
ix
ABSTRAK......................................................... ..................................
xi
DAFTAR ISI..................................................................... .................... xii DAFTAR TABEL............................................................... .................. xvi DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah................................................................
1
B. Rumusan Masalah.........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
4
D. Hipotesis..........................................................................................
5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................
6
F. Penegasan Istilah..............................................................................
6
1. Tingkat Pendidikan ........................................................ ............
6
2. Orang Tua ................................................................................
7
3. Penanaman Keagamaan Pada Anak ..........................................
7
G. Metode Penelitian............................................................................
8
1. Rancangan Penelitian ..............................................................
8
2. Variabel...................................................................................
9
3. Populasi dan Sampel................................................................
9
4. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 10 5. Analisis Data ........................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan...................................................................... 12
BAB II : LANDASAN TEORI ........................................................... 14 A. Tingkat Pendidikan Orang Tua ..................................................... 14 1. Pengertian Pendidikan............................................................... 14 2. Jalur Pendidikan.............................................................. ............ 17 a. Pendidikan Formal ................................................................ 18 b. Pendidikan Non Formal......................................................... 18 c. Pendidikan Informal..................................................... ........... 19 3. Jenis Pendidikan ...................................................................... 19 4. Jenjang Pendidikan .................................................................. 19 a. Jenjang Pendidikan Dasar...................................................... 20 b. Jenjang Pendidikan Menengah .............................................. 20 c. Jenjang Perguruan Tinggi ..................................................... 21 5. Tujuan Pendidikan ...................................................................... 22 a. Tujuan Pendidikan Menurut Islam................................ .......... 22 b. Tujuan Pendidikan di Indonesia.................................... .......... 25 B. Penanaman Keagamaan pada Anak................................................. 28 1. Pengertian Penanaman Keagamaan........................................ ... 28 2. Pentingnya Penanaman Keagamaan pada Anak ....................... 30 a. Pemberian Nasihat................................................................... 32 b. Pemberian Motivasi................................................................. 33 c. Keteladanan Orang Tua........................................................... 35 d. Penyediaan Fasilitas Keagamaan bagi Anak...................... ..... 36
3. Ruang Lingkup Penanaman Keagamaan.................................... 37 a. Aspek Ibadah.................................................................... ....... 37 b. Aspek Aqidah.............................................................. ............ 40 c. Aspek Akhlak.............................................................. ............ 40 4. Konsepsi Islam tentang Anak........................................... ......... 42 5. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak............... ................ 44 6. Tanggung Jawab Pendidikan oleh Orang Tua.................... ....... 45 C. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Penanaman Keagamaan Pada Anak ................................................................ 48
BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN....................................... 50 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 50 1. Batas- batas Wilayah ............................................................... 50 2. Susunan Kepengurusan............................................................ 50 3. Jenis Mata Pencaharian ........................................................... 51 4. Tingkat Pendidikan ................................................................. 52 5. Data Fasilitas ........................................................................... 53 6. Sarana Prasarana ..................................................................... 53 7. Kegiatan-kegiatan.................................................................... 54 8. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat .................................. 54 9. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ...................................... 54 10. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat .......................................... 56 B. Data Responden ............................................................................ 56 C. Penyajian Data .............................................................................. 62
BAB IV : ANALISIS DATA .............................................................. 66 A. Analisis Pendahuluan ................................................................... 66 B. Analisis Uji Hipotesis........................................................... .......... 72 C. Analisis Lanjutan .......................................................................... 84
BAB V : PENUTUP ........................................................................... 86 A.
Kesimpulan ............................................................................... 86
B.
Saran-saran ............................................................................... 87
C.
Penutup ..................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel i
Data tentang jenis mata pencaharian
52
Tabel ii
Data tentang tingkat pendidikan penduduk
52
Tabel iii
Data tentang fasilitas yang ada
53
Tabel iv
Data responden
56
Tabel v
Jawaban angket tentang penanaman keagamaan pada anak
59
Tabel vi
Frekuensi alternatif jawaban penanaman keagamaan pada
61
anak Tabel vii
Data tentang penanaman keagamaan pada anak
63
Tabel viii
Tabel frekuensi dan presentase jawaban per item
71
pertanyaan berdasarkan tingkat pendidikan Tabel ix
Nilai dan nominasi penanaman keagamaan pada
74
anak Tabel x
frekuensi penanaman keagamaan pada anak
Tabel xi
Data tentang pendidikan orang tua rendah terhadap
76
penanaman keagamaan pada anak Tabel xii
Data tentang pendidikan orang tua menengah terhadap
77
penanaman keagamaan pada anak Tabel xiii
Data tentang pendidikan orang tua tinggi terhadap penanaman keagamaan pada anak anak
Tabel xiv
Tabel frekuensi data yang diperoleh
80
Tabel xv
Tabel frekuensi data yang diharapkan
81
Tabel xvi
Tabel kerja untuk mencari chikuadrat
82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Angket Penanaman Keagamaan pada Anak
Lampiran 2
Lampiran Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 3
Lembar Konsultasi Pembimbing
Lampiran 4
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5
Surat Keterangan Dari Objek Penelitian
Lampiran 6
Daftar Nilai SKK
Lampiran 7
Daftar Nilai product moment
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkaan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut manusia memasuki dunia pendidikan melalui proses belajar, dalam proses tersebut muncul pengaruh yang dapat membawa perubahan sikap atas manusia yang dipengaruhinya. Seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut setiap orang untuk membekali dirinya lebih baik sehingga mampu membekali diri dengan perkembangan yang ada. Salah satu untuk membekali diri adalah pendidikan, baik formal maupun non formal. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pemikiran yang berbeda, dari sejak pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Begitupun pengaruhnya pada siswa yang memiliki orang tua yang berlatar belakang pendidikan yang berbeda mereka pasti memiliki sikap, moral dan perilaku yang berbeda dalam kehidupan kesehariannya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Tentunya itu akan mempengaruhi sikap dan perhatian terhadap anaknya. Berbeda dengan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah. Sebab kapasitas pengetahuan yang dimiliki, sehingga kemampuan dalam mengasuh dan juga mendidik anak, bisa menjadi kurang baik.
Menurut Tafsir (2002: 8) menyatakan bahwa Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya. Disebut pendidik utama, karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama mendidik anaknya. Sekolah, pesantren, dan guru agama yang diundang kerumah adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar membantu orang tua. Pandangan terhadap pengaruh penanaman keagamaan anak ketika mereka dalam masa mencari ilmu pengetahuan baik formal maupun nonformal tidak terlepas dari pengaruh keluarga tersebut. Pentingnya sebuah keluarga dapat dilihat dalam sebuah pendapat bahwa : “Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak”. Jika suasana dalam keluarga itu menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula, jika tidak tentu terhambatlah pertumbuhan anak tersebut.” (Darajat, 1995: 47). Orang tua pasti mempunyai kiat-kiat tersendiri dalam meningkatkan pengaruh penanaman keagamaan anak, ini dimungkinkan karena keluarga satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan latar belakang dalam bidang pendidikan. Dalam sebuah keluarga tingkat pendidikan yang dimiliki oleh orang tua mempunyai dampak terhadap pengaruh pendidikan agama seorang anak, ini dimungkinkan karena setiap orang tua dalam sebuah keluarga mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam mendidik anak mereka karena tingkat pendidikan yang berbeda. Tentunya dalam penanaman keagamaan pada anak ada sebuah perbedaan pendekatan yang dilakukan orang tua dalam keluarga yang mengenyam pendidikan lebih tinggi, dibanding dengan orang tua dalam keluarga yang hanya berpendidikan rendah. Bisa dilihat bahwa dengan suasana keluarga yang mendukung maka proses untuk meningkatkan penanaman keagamaan pada anak semakin mudah. Anak mulai mengenal agama lewat pengalamannya melihat orang tua melaksanakan ibadah, mendengarkan wahyu Allah SWT, dan kata agamis yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan. Pada periode ini anak masih berada di bawah
pengaruh lingkungan rumah tangga atau keluarga. Pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar itu harus dimulai dari rumah tangga itu sendiri yaitu dari orang tua. Namun bardasarkan survey yang penulis lakukan di dusun Koripan,desa Dawung, kec. Tegalrejo, kab. Magelang, orang tua yang berpendidikan rendah belum tentu memiliki tingkat yang rendah juga terhadap penanaman keagamaan pada anaknya. Ada sebagian orang tua yang berpendidikan rendah justru bersikap positif dan lebih posesif terhadap penanaman keagamaan pada anaknya. Berdasarkan fakta dan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH TINGKAT
PENDIDIKAN
ORANG
TUA
TERHADAP
PENANAMAN
KEAGAMAAN PADA ANAK (di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang Tahun 2013)”.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kondisi nyata tingkat pendidikan orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013 ? 2. Sejauh mana penanaman keagamaan pada anak oleh orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013 ? 3. Adakah pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua dengan penanaman keagamaan pada anak di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013 ?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui kondisi nyata tingkat pendidikan para orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013.
2.
Untuk mengetahui sejauh mana penanaman keagamaan pada anak oleh orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013.
3.
Untuk mengetahui adakah pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua dengan penanaman keagamaan pada anak di dusun Koripan, desa Dawung, kec. Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013.
D. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Juga bisa diartikan sebagai dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah. Ia akan ditolak jika salah dan palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. (Hadi, 2000: 63) Tujuan dari hipotesis adalah untuk memberi arah kepada penelitian, serta membatasi variabel-variabel yang dapat digunakan. Jadi dapat disimpulkan hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan penelitian yang mungkin salah atau benar. Hipotesis ini akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah. Dan hipotesis penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; “ Ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman keagamaan pada anak”. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi tingkat penanaman keagamaan pada anak yang diberikan oleh orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yaitu: 1. Bagi orang tua sebagai masukan dan informasi yang dapat meningkatkan penanaman keagamaan pada anak. 2. Bagi pembaca dapat memahami tentang bagaimana pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman keagamaan pada anak. 3. Bagi mahasiswa lainnya sebagai tambahan informasi yang bersifat teoritis maupun data-data praktis yang merupakan sumbangan pemikiran bagi mereka yang mengemban tugas akhir perkuliahan. 4. Bagi penulis tersendiri sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu : 1.
Tingkat Pendidikan Menurut Poerwadarminta (1976: 1077) menyatakan bahwa tingkat dapat diartikan lapis dari sesuatu yang bersusun atau berlenggek-lenggek (jenjang). Untuk mengetahui tingkat pendidikan dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut : a. Bergelar Sarjana b. Pendidikan terakhir SLTA c. Pendidikan terakhir SLTP
d. Pendidikan terakhir SD/MI e. Tidak tamat SD 2.
Orang Tua Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dan sebagainya). (Poerwadarminta, 1976: 629)
3.
Penanaman Keagamaan pada Anak Poerwadarminta (1976: 1008) Penanaman yaitu berasal dari kata "tanam" yang artinya menaruh, menaburkan (paham, ajaran dan sebagainya), memasukkan, membangkitkan atau memelihara (perasaan, cinta kasih, semangat dan sebagainya). Penanaman itu sendiri berarti proses/caranya, perbuatan menanam (kan). Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti segenap kepercayaan, serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Sedangkan keagamaan diartikan sebagai tata cara hidup yang berhubungan dengan Tuhan. (Poerwadarminta (1976: 19) Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud oleh peneliti penanaman keagamaan dalam skripsi ini adalah menaruh atau memberikan paham kepada anak dalam usaha membangkitkan dan memberikan dorongan yang mengharap untuk menumbuhkan minat dalam merubah suatu keadaan yang berbeda dalam menuntut ilmu tentang tata cara hidup yang berhubungan antar manusia dan Tuhan. Dimana indikator-indikator
yang terdapat didalamnya
adalah berhubungan dengan
penanaman keagamaan pada anak dalam kehidupan sehari- hari, yaitu: pemberian nasihat, pemberian motivasi, keteladanan orang tua dalam mengenalkan agama, penyediaan faslitas keagamaan bagi anak. Dan untuk membatasi pembahasan penulis membagi tiga aspek yang berkaitan dengan penanaman keagamaan anak, yaitu aspek ibadah, aspek aqidah dan aspek akhlak.
Wojowasito (1972: 11) menyatakan anak dapat diartikan keturuan yang dilahirkan oleh ibu atau induk atau manusia masih muda. Sedang maksud penulis disini anak adalah manusia yang masih muda yang dilahirkan oleh ibu. Dan yang menjadi penelitian penulis adalah anak yang berumur antara 6-12 tahun (masa anak sekolah).
G. Metode Penelitian. 1.
Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif deskriptif yang dimaksud untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena saat penelitian berlangsung dan menyajikan data apa adanya.
2.
Variabel Variabel dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua merupakan Variabel Bebas (VB), penanaman keagamaan pada anak merupakan Variabel Terikat (VT).
3.
Populasi dan Sample
a.
Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. (Arikunto, 1991: 102). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang berjumlah 303 orang.
b.
Sample
Sample adalah sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili yang lain. Dalam menetapkan sample apabila populasi kurang dari 100, maka harus diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun jika jumlah lebih dari 100, maka dapat diambil 10%, 20% sampai 25% atau lebih. (Arikunto, 1991: 107) Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan peneliti dengan terlebih dahulu dibuat beberapa kategori. (Yousda, 1993: 48). Adapun jumlah sampel yang peneliti ambil adalah sebanyak 40 orang. 4.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode Angket Menurut Koentjaraningrat (1993: 173) angket atau kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari responden. Angket yang disediakan penulis berupa pertanyaan-pertanyaan menyangkut penanaman keagamaan pada anak dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang. b. Metode Dokumentasi Metode ini dalam arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan. (Koentjaraningrat, 1993: 46). Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk mengumpulkan data tentang tingkat pendidikan orang tua dan gambaran umum Dusun Koripan, desa Dawung, kec. Tegalrejo, kab. Magelang, letak geografis, struktur organisasi dan lain-lain.
c. Metode Observasi Hadi (2000: 151) menyatakan bahwa sebagai metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomenafenomena yang diselidiki. Metode observasi ini dilakukan peneliti untuk meneliti penanaman keagamaan pada anak oleh orang tua yang ada dusun Koripan, desa Dawung, kec.Tegalrejo, kab. Magelang. 5.
Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian diadakan analisa untuk menentukan hasil, sehingga bisa menjawab permasalahan dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun tahapan-tahapan dalam uji hipotesis adalah sebagai berikut : 1) Analisa Pendahaluan Pada tahapan ini data yang diperoleh dari hasil angket yang dipaparkan selama penelitian dimasukkan dalam tabel dan diberi skor atau bobot nilai pada setiap alternatif jawaban responden dengan mengubah data yang bersifat kuantitatif. 2) Analisa Uji Hipotesis Analisa uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa jauh atau ada apa tidak hubungan dari dua variabel itu. Prosentase P =
F x 100 % N
Keterangan : P
: Proporsi individu dalam golongan
F
: Frekuensi jawaban
N
: Jumlah subyek keseluruhan
Chikuadrat X
2
=å
(fo
- fh ) fh
2
Keterangan : X2 : Chikuadrat fo : Frekuensi yang diperoleh fh : Frekuensi yang diharapkan 3) Analisa Lanjutan Analisa ini dilakukan untuk menginterpretasikan lebih lanjut data yang ada berdasarkan hasil analisis sebelumnya yaitu analisa pendahuluan dengan analisa uji hipotesis. Dari hasil analisa inilah akan diambil kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan dalam penelitian teratur dan lebih mudah dipahami, maka penulis memberikan gambaran secara umum mengenai keseluruhan isinya dalam kerangka atau garis besarnya.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari : Bab I
: Pendahuluan Dalam bab ini meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab II
: Landasan Teori Pembahasannya meliputi, 1.
Tingkat pendidikan orang tua: pengertian pendidikan, jalur pendidikan, jenis pendidikan, jenjang pendidikan, tujuan pendidikan.
2.
Penanaman keagamaan pada anak: Pengertian penanamaan keagamaan, ruang lingkup balajar agama, konsepsi islam tentang anak, peranan orang tua dalam mendidik anak, tanggung jawab pendidikan oleh orang tua.
3.
Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman keagamaan pada anak.
Bab III : Laporan Hasil Penelitian Menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian, daftar responden, dan penyajian data. Bab IV : Analisis Data Dalam analisis data meliputi : a.
Analisis Pendahuluan
b.
Analisis Uji Hipotesa
c.
Analisis Lanjutan
Bab V : Penutup Dalam bab ini berisi: a. Kesimpulan, b. Saran, c. Penutup.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tingkat Pendidikan Orang Tua 1.
Pengertian Pendidikan Pendidikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional no.20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan menurut Ahmadi (1991: 71) pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan normanorma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya, atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus juga menunjukkan sesuatu bagaimana warga negara bangsanya berpikir dan berperilaku secara turun-temurun hingga kepada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya
akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. Akan tetapi di balik itu, karena semakin tinggi cita-cita yang hendak diraih, maka semakin kompleks jiwa manusia itu, karena didorong oleh tuntutan hidup (rising demands) yang meningkat pula. Itulah sebabnya pendidikan beserta lembaga-lembaganya harus menjadi cermin dari cita-cita kelompok manusia di satu pihak dan pada waktu bersamaan, pendidikan sekaligus menjadi lembaga yang mampu mengubah dan meningkatkan cita-cita hidup kelompok manusia sehingga tidak terbelakang dan statis. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, di mana iman dan takwa kapada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang. (Ihsan, 2010: 1)
Di dalam buku Ihsan (2010) memuat definisi-devinisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya yaitu: a. Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. b. Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. c. Crow and Crow menyebut pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. d. Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan: Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertunbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan duniannya. e. Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dari uraian di atas, maka pendidikan dapat diartikan sebagai:
1. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan; 2. Suatu
pengarahan
dan
bimbingan
yang
diberikan
kepada
anak
dalam
pertumbuhannya; 3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat; 4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaanya. 2.
Jalur Pendidikan Pengalaman yang dialami oleh seseorang khususnya pengalaman pendidikan berbeda-beda, baik dilihat dari jalur, jenjang maupun jenis pendidikan yang dialaminya. Dalam undang-undang sisdiknas no.20 tahun 2003 (bab 1 pasal 1 no.7), Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. a. Pendidikan Formal Yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu. Pendidikan ini berlangsung di sekolah. b. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Selain itu juga berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. c. Pendidikan Informal Yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. (UUSPN no.20 th 2003)
3.
Jenis Pendidikan Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. (UUSPN no.20 th 2003)
4.
Jenjang Pendidikan Dalam Undang-undang System Pendidikan Nasional no.20 th 2003, jenjang pendidikan
adalah
tahapan
pendidikan
yang
ditetapkan
berdasarkan
tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan tentang jenjang pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi sebagai berikut: a.
Jenjang Pendidikan Dasar Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan bekal bagi perkembangan kehidupan baik untuk pribadi maupun masyarakat. (Ihsan, 2010: 22) Dari penjelasan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan terendah untuk mempersiapkan siswanya ke lembaga yang lebih tinggi. Sedangkan pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya sembilan tahun terdiri dari sekolah dasar selama enam tahun dan SLTP selama tiga tahun. Jadi pendidikan dasar tidak identik dengan sekolah dasar, melainkan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Adapun jenjang pendidikan yang termasuk dalam pendidikan dasar adalah SD/MI, SMP/MTs, atau yang sederajat.
b.
Jenjang Pendidikan Menengah Dalam hal ini Ihsan (2010: 23) juga mengemukakan bahwa pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Dari penjelasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar yang diarahkan untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi kehidupan. Adapun sekolah-sekolah yang termasuk ke dalam pendidikan menengah yaitu SMA, MA, SPK, SMK, dan sekolah lain yang sederajat.
c.
Jenjang Perguruan Tinggi Perguruan tinggi adalah yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersikap akademis atau professional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia (Kep.Mendikbud No. 0186/P/1984) Untuk mengetahui lebih jauh tentang perguruan tinggi di Indonesia, bisa kita lihat pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 20 ayat I yang berbunyi: “Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, sekolah tinggi, institut, universitas dan politeknik”. Dari UU Sisdiknas pasal 20 ayat I diatas dapat kita lihat dan kita ketahui bahwa perguruan tinggi di Indonesia ada lima yaitu: 1. Sekolah Tinggi 2. Institut 3. Universitas
4. Akademik 5. Politeknik
5.
Tujuan Pendidikan a. Tujuan Pendidikan menurut Islam Tujuan pendidikan Islam tidaklah selalu paten disepanjang periode perkembangan Islam. Oleh karena itu kita lihat bahwa tujuan dan sasaran pendidikan Islam itu mengalami perkembangan pada abad-abad berikutnya. Pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam itu selamanya bersumber dari aliran rasionalisme dan keagamaan, yang diikuti para pendidik muslim. Akibatnya pendirian atau pandangan mereka serta tujuan- tujuan pendidikan yang mereka ikuti dalam pengajaran dan pendidikan saling berbeda menurut aliran paham mereka. Misalnya paham Al-Qabisi berpendapat bahwa tujuan pendidikan atau pengajaran adalah mengetahui ajaran agama baik secara ilmiah maupun secara amaliyah. Mengapa ia berpendapat demikian? Oleh karena dia termasuk ulama ahli fiqih dari ulama ahli sunnah wal jamaah. Sedangkan Ibnu Maskawaih berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya kebajikan, kebenaran dan keindahan. Ikhwan As-Syafa, cenderung berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah mengemangkan paham filsafat dan akidah politik yang mereka anut. Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah melatih para pelajar untuk mencapai ma’rifat kepada Allah melalui jalan tasawuf yaitu dengan jalan mujahaddah dan riyadhah. (Jumbulati, 1994: 36) Di dalam buku Zuhairini (1995: 164) mengungkapkan pendapat Muhamad Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam yaitu:
1. Untuk membantu pembentukan akhlaq yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlaq adalah jiwa pendidikan Islam “Buitstu li utamima makarimal Akhlaq; dan bahwa mencapai akhlaq yang sempurna tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dan bukanlah tujuan pendidikan dan pengajaran dalam rangka pemikiran Islam untuk mengisi otak pelajar dengan informasi-informasi kering dan mengajar mereka pelajaran-pelajaran yang belum mereka ketahui. Dapat diringkaskan tujuan asasi pendidikan Islam itu dalam suatu kata, yaitu: keutamaan: (Al-Fadilah). Menurut tujuan ini setiap pengajaran berorientasi pada pendidikan akhlaq, dan akhlaq keagamaan diatas segala-galanya. 2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akherat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan dan segi keduniaan saja tetapi, ia menaruh perhatian pada kedua-duanya sekaligus dan ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagi tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan. 3. Menumbuhkan ruh ilmiah (scientific spirit) pada pelajaran dan memuaskan keingian hati untuk mengetahui (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu. Pada waktu pendidi-pendidik Muslim menaruh perhatian kepada pendidikan agama dan ahklak dan mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat dan mempersiapkan untuk mencari rezeki, mereka juga menumbuhkan perhatian pada sains sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya, sekedar sebagai sains sastra dan seni. 4. Menyiapkan pelajaran dari berbagai segi professional, teknis dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dan hidup mulia di samping memelihara segi kerohanian dan akhlak, tidaklah lupa menyiapkan seseorang untuk
hidup dan mencari rezeki. Begitu juga ia tak lupa melatih badan, akal hati, perasaan, kamauan, tangan, lidah dan pribadi. 5. Persiapan untuk mencari rezeki dan memelihara segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama dan atau akhlak, atau spiritual semata mata, tetapi menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujuan tujuan, kurikulum,
dan
aktivitasnya.
Pendidik-pendidik
Muslim
memandang
kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antar agama dan ilmu pengetahuan atau menaruh perhatian pada segi-segi spiritual, akhlak dan segi-segi kemanfaatan. Demikian beberapa rumusan tujuan pendidikan Islam, makna dan fungsinya dalam upaya pembentuk kepribadian muslim, perpaduan iman dan amal sholeh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang menjadi satu-satunya tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat kamanusiaan dan meningkatkan kemanusiaan. b. Tujuan Pendidikan di Indonesia Pendidikan merupakan upaya membentuk kepribadian manusia. Dalam konteks mikro, orang tua dapat menjadikan pendidikan sebagai upaya dalam membentuk pribadi anak sesuai yang diharapkan. Dan dalam konteks makro pendidikan nasional juga merupakan upaya strategis dalam membentuk kepribadian bangsa sesuai dengan yang dicita-citakan dan yang dibuthkan dalam pembangunan. (http://www.republika.co.id) Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan filsafat hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Inilah yang akan menjadi pedoman pokok di dalam upaya pendidikan, merealisasikannya melalui pendidikan warga
negara dan akan diperjuangkan dan dikembangkan melalui upaya-upaya pendidikan kita sejak dalam keluarga, masyarakat dan sekolah. (Crow, 1990: 9) Sedangkan tujuan pendidikan menurut Langeveld yaitu dibagi menjadi 6, yaitu :
a.
Tujuan Umum Adalah tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani anak didik. Pengertian kedewasaan jasmani adalah apabila pertumbuhan fisik atau jasmaninya sudah penuh sempurna dan tidak mengalami pertumbuhan lagi. Kedewasaan rohani pada prinsipnya apabila anak didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdiri sendiri dan mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
b. Tujuan Khusus Yaitu pengkhususan dari tujuan umum. Sebagai dasar pengkhususan disesuaikan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: - Sifat dan bakat anak didik, umur dan jenis kelamin - Kemungkinan yang ada pada keluarga, masyarakat dan lingkungan anak didik - Kesanggupan pada pendidik - Tugas masing-masing lembaga pendidikan - Tugas bangsa dan umat manusia dewasa ini. c. Tujuan Insidental (Seketika atau Sesaat) Tujuan ini hanya bersifat seketika atau sesaat di mana situasi dan kondisi memerlukannya. Misalnya tujuan untuk mengadakan liburan atau variasi dalam kehidupan sekolah dengan diadakan darma wisata. Dalam hal ini tujuan sudah tercapai setelah darma wisata itu dilakukan.
d. Tujuan Sementara Tujuan sementara merupakan terminal dalam perjalanan atau proses mencapai tujuan akhir. Dan setiap terminal (pertahapan) merupakan landasan bagi pencapaian tahap berikutnya. Perumusan tujuan ini erat kaitannya dengan perkembangan anak. e. Tujuan Tidak Lengkap (Partial) Tujuan ini menyangkut pembinaan aspek kepribadian manusia yang muncul sebagai fungsi rokhaniah yang khas sesuai dengan latar belakang etnis, keagamaan, estetis, intelektual dan bakat-bakat tertentu yang ada pada seseorang. f. Tujuan Perantara (Intermediasi) Fungsi utama tujuan ini sebagai alat mencapai tujuan berikutnya. Misalnya belajar membaca sebagai alat untuk memahami ilmu pengetahuan. (Ahmadi, 1991: 105) Dari beberapa rumusan tersebut, maka jelaslah bahwa tujuan pendidikan bukan hanya membentuk anak didik menjadi orang yang memiliki pengetahuan yang luas saja, tetapi supaya anak itu berbudi pekerti luhur dan mau mengabdi kepada Allah hingga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
B. Penanaman Keagamaan pada Anak 1.
Pengertian Penanaman Keagamaan Supaya mendapatkan gambaran yang lebih jelas maka di sini penulis mengetengahkan tentang pengertian dan arti penanaman keagamaan. Adapun pengertian dan arti penanaman keagamaan sebagai berikut : Secara etimologi Penanaman yaitu berasal dari kata "tanam" yang artinya menaruh, menaburkan (paham, ajaran dan sebagainya), memasukkan, membangkitkan atau memelihara (perasaan, cinta kasih, semangat dan sebagainya). Penanaman itu sendiri berarti proses/caranya, perbuatan menanam (kan). Sedangkan Poerwadarminta (1976: 1008) menyatakan bahwa penanaman adalah perihal, cara, perbuatan, menanamkan, menumbuhkan,membangkitkan. Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti segenap kepercayaan, serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Sedangkan keagamaan diartikan sebagai tata cara hidup yang berhubungan dengan Tuhan. (Poerwadarminta 1976: 19). Tentang Agama Anshari (1986:33) mendefinisikan bahwa, Agama, Religi, atau dien (pada umumnya) adalah suatu sistem credo (tata keyakinan) atas adanya yang Mutlak di luar manusia atau sistema Ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Yang Mutlak itu, serta suatu sistema Norma (tatakaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan keimanan dan tata peribadatan termaksud.
Selanjutnya tentang definisi agama penulis kutipkan rumusan Murdoosi (1962: 8) sebagai berikut : “According to Islam, Religion is a code of life revealed to man kind of mand on this globe, and is embodies in its final and perfect form in the Holy Qur’an which revealed by god to his last a postle Muhammad Ibn’Abd Allah (peace by upon him), a code of life which contains clear and complete guidence concerning both the spiritual and the material aspects of life”. Menurut pandangan Islam agama adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia, sejak manusia digelarkan di atas muka bumi ini, dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al Qur’an yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir, yakni Muhammad Ibn Abdullah, suatu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia, baik spiritual maupun material. Agama yang penulis maksudkan di sini adalah agama Islam, yang secara etimologi Islam berasal dari bahasa Arab, diambil dari kata asal salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. (Razak, 1983: 18) Kata Islam ialah nama yang diberikan Allah sendiri, sebagaimana yang tercantum dalam Al qur’an surat Ali Imron ayat 19 :
…..إن اﻟﺪﯾﻦ ﻋﻨﺪ اﷲ اﻹﺳﻼم Artinya : “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali imron: 19). Dari beberapa pengertian tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa penanaman keagamaan dalam skripsi ini adalah menaruh atau memberikan paham kepada anak dalam usaha membangkitkan dan memberikan dorongan yang mengharap
untuk menumbuhkan minat dalam merubah suatu keadaan yang berbeda dalam menuntut ilmu tentang tata cara hidup yang berhubungan antar manusia dan Tuhan 2.
Pentingnya Penanaman Keagamaan pada Anak Menurut Darajat (1995) penanaman keagamaan perlu dilakukan sejak anak masih kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan atau pembiasaan keagamaan waktu kecilnya,maka anak tidak akan taat terhadap ajaran agama bahkan acuh atau anti agama. Anak bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan,bagaimanapun suci (fitrah).ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama tanpa melihat sang pendidik atau orang tuanya.
(ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﻮﻟﺪ اﻻ ﯾﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة ﻓﺎﺑﻮاه ﯾﮭﻮداﻧﮫ وﯾﻨﺼﺮاﻧﮫ وﯾﻤﺠﯿﺎﻧﮫ )رواه اﻟﺒﺨﺎري Artinya: “Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau majusi.” (HR. Bukhori) . Untuk itu mengarahkan anak agar selalu berada dalam suasana yang agamis, maka peran orang tua sangat menentukan dalam pendidikan, terutama pendidikan dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan kehidupan anak, yang dimulai sejak bayi hingga dewasa. Di mana suasana keagamaan yang tercipta di lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pertumbuhan anak, terutama melalui contoh-contoh pengamalan agamis orang tua mereka dalam kehidupan seharihari, serta pentingnya perhatian yang diberikan orang tua kepada anak. Sebagaimana yang lebih jauh diungkapkan Daradjat (1995: 66) bahwa : “Dalam pembinaan agama , sebenarnya faktor orang tua sangat menentukan. Karena rasa agama akan masuk terjalin ke dalam pribadi anak bersamaan dengan semua unsur pribadi yang didapatnya melalui pengamalan sejak kecilnya. Apabila agama itu hanya di dapatnya
kemudian melalui pengajaran yang dangkal saja , maka agama itu akan dikenalnya akan tetapi kurang meresap ke dalam jiwanya. Dan lebih berbahaya lagi, apabila anak-anak telah memasuki usia remaja, yang penuh persoalan dan kegoncangan itu, masih belum mengenal agama, maka segala kesukaran-kesukaran dan tekanan-tekanan perasaan mereka tidak akan dapat diatasi dan dikuranginya sendiri.
Karena ia tidak mampu
berdoa dan minta tolong kepada Tuhan. Disinilah mulai larinya remaja ke pelbagai cara, yang
kadang-kadang
tidak
mengindahkan
nilai-nilai
moraldan
tidak
jarang
membahayakan hari depan dirinya sendiri bahkan mungkin merusak dan membahayakan masyarakat bangsanya.” Rasa perhatian orang tua merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan anak dalam memenuhi kebutuhan jiwanya. Perhatian yang telah ia dapatkan dari orang-orang yang ada di sekelilingnya akan dapat mendorong serta memotivasi seluruh aktivitasnya. Begitu pula tentang pendidikan keagamaan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Tanpa adanya perhatian yang serius dari orang tua, maka anak akan bertindak semaunya. Padahal pendidikan agama yang harus diberikan kepada anak itu tidaklah hanya terbatas pada aspek pemberian materi saja, akan tetapi harus mencakup secara keseluruhan aspek pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Perlunya penanaman keagamaan terhadap anak pada masa-masa timbulnya kesadaran religi ilmiah sangatlah penting. Sebab orang tua merupakan cermin utama dan pertama bagi tumbuhnya semangat keagamaan pada anak, yang diharapkan mampu berperan sebagai “juru penerang” sekaligus sebagai “pelopor” dalam pengamalan ajaran agama Islam. Dengan demikian faktor yang paling menentukan dalam pembinaan agama anak adalah adanya perhatian dari orang tua, dimana perhatian orang tua yang diberikan kepada anak sejak kecilnya dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan jiwa anak, sehingga anak mudah terkontrol dan tidak menjadi liar. Adapun aspek-aspek yang termasuk dalam penanaman keagamaan yang diberikan orang tua antara lain : a. Pemberian Nasihat Orang tua yang berkedudukan sebagai pendidik merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena orang tualah yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak-anaknya. Terutama dalam hal pendidikan agama, ia mempunyai pertanggungjawaban yang lebih berat dibandingkan dengan pendidik pada umumnya, karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT. Oleh karena itu sebagai orang tua, dalam membentuk pribadi anak yang sesuai dengan ajaran agama haruslah memerlukan perhatian yang intensif terhadap segala hal yang terdapat didalamnya. Dalam hal ini adalah nasihat atau pengarahan orang tua terhadap anak. Di mana nasihat atau pengarahan ini diberikan apabila memang dibutuhkan anak, misalkan saja pada saat anak melakukan suatu kesalahan yang melanggar hukum agama seperti mencuri, maka sebagai orang tua harus dapat memberikan nasihat yang baik kepadanya. Kemudian nasihat-nasihat yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak, dapat diberikan ketika anak membaca buku-buku keagamaan, dimana nasihat tersebut bukan saja bersifat perintah dan larangan, tetapi juga disertai dengan pertimbangan-pertimbangan seperlunya. b. Pemberian Motivasi Menurut Crow (1984: 360) Motivasi sebagai pemberi energi, penyeleksi dan penggerak dari kegiatan-kegiatan adalah sangat erat berhubungan dengan perhatian dan sikap. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan tingkahlaku-tingkahlaku lain dari orang itu.
Sedangkan menurut Whiterington (1983: 360) Motivasi merupakan satu faktor penting yang diperlukan dalam perhatian orang tua. Motivasi timbul dari dorongandorongan yang asli atau perhatian yang diinginkan, yaitu suatu tenaga yang dinamik yang mempengaruhi pikiran, emosi, dan tingkah laku. Hubungannya dengan aspek penanaman keagamaan orang tua pada anak, khususnya dalam meningkatkan ibadah anak adalah bahwa motivasi dapat memberi semangat bagi anak untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaannya, serta sebagai pembangkit dari minat anak. Wujud motivasi dapat berupa pujian, pemberian hadiah, dan sebagainya. Motivasi yang diberikan melalui hadiah dapat memberikan kemajuan-kemajuan yang tertentu, serta merupakan satu pendekatan yang positif dan terarah pada perhatian anak untuk memperoleh tingkat kesuksesan atau kemajuan sebaik mungkin yang dapat diusakannya.
Akan tetapi motivasi dengan melalui
pemberian hadiah ini dapat menjadi berbahaya jika hadiah-hadiah tersebut oleh anak dianggap lebih penting dari pada nilai motivasi yang terkandung didalamnya. Oleh karenanya orang tua harus berhati-hati dalam memberikan motivasi kepada anak, baik melalui hadiah maupun pujian, sebab keduanya haruslah disertai dengan perhatian yang intensif pada nilai-nilai pelaksanaan ibadah anak sehari-hari.
c. Keteladanan Orang Tua dalam Mengenalkan Agama Keteladanan merupakan hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Keteladanan orang tua sebagai pendidik utama dan pertama yang dikenal anak, berperan penting dalam mengenalkan agama pada anak. Hal ini tersirat bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi pada diri anak adalah tanggung jawab orang tua sebagai pendidik, termasuk salah satunya adalah pembentukan sikap dan perilaku anak.
Keteladanan orang tua sebagai wujud dari penanaman keagamaan pada anak adalah sebagai pokok utama dalam mengenalkan agama pada anak, sebab anak mempunyai daya imitasi (meniru) yang tinggi terhadap pola sikap dan tingkah laku orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama orang tua mereka. Oleh karenanya apaapa yang dilakukan oleh orang tua akan di lihat dan di tiru oleh anak. Termasuk salah satunya adalah tingkah laku (keteladanan) orang tua dalam pengamalan keagamaan sehari-hari akan menjadi cermin utama bagi anak dalam mengenal agama. Contoh-contoh yang menunjukkan keteladanan orang tua antara lain : bahwa apa-apa yang telah diucapkan oleh orang tua haruslah sesuai dengan perbuatannya, ini merupakan hal terpenting karena anak belajar dari orang tua mengenai beberapa hal, dan apabila bertentangan dengan apa yang telah diajarkan orang tua, maka tindakan tersebut dapat berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Jadi harus ada kesesuaian antara apa yang diajarkan dengan yang dilakukan oleh orang tua. Sebab bagaimana anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui orangtuanya berdusta ? d. Penyediaan Fasilitas Keagamaan bagi Anak Berdasarkan aspek keteladanan diatas, maka peniruan-peniruan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya hendaklah dapat disalurkan dengan sebaikbaiknya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua, antara lain dengan cara : 1) Menyediakan atau memberikan perlengkapan-perlengkapan ibadah sholat, agar mereka berbesar hati dan sekaligus perintah untuk melakukan sholat dapat terwujud. 2) Menyediakan buku-buku bacaan yang bersifat agamis, sehingga anak dapat menggali serta menambah pengetahuannya tentang agama, dan sebagainya.
Jadi dengan demikian, aspek tentang penyediaan fasilitas keagamaan ini memanga sangat diperlukan sebagai penunjang dari ketiga aspek di atas, sebab tanpa adanya fasilitas yang baik dari orang tua maka biasanya anak akan enggan untuk melaksanakan perintah orang tua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari keempat indikasi penanaman keagamaan yang diberikan orang tua pada anak tersebut antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan saling mendukung. Oleh karena itu masing-masing dari indikasi yang ada harus dapat diperhatikan sebaik-baiknya oleh para orang tua dalam memberikan pendidikan agama pada anak. 3.
Ruang Lingkup Penanaman keagamaan Penulis membagi tiga aspek yang berkaitan dengan penanaman keagamaan anak, yaitu aspek ibadah, aspek aqidah dan aspek akhlak. a. Aspek Ibadah Pengertian tentang ibadah dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu segi bahasa dan segi istilah. Menurut bahasa ibadah adalah berarti ta'at, sedang menurut istilah ilmu fiqh berarti meng-Esakan Allah, menta'zimkan Allah dengan penuh ta'zim serta menghinakan dirinya (kita) dan menundukkan jiwa kepadanya. (PTAIN, 1983: 3). Yang termasuk dalam aspek ibadah yaitu: 1) Shalat Shalat menurut bahasa berarti: do'a. sedang menurut istilah (ahli fiqh) adalah: perbuatan (gerak) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. (Rifa'i, 1978: 53). Menjalankan ibadah shalat berarti mengadakan hubungan langsung dengan Sang Pencipta (Allah SWT), sehinggga dengan menjalankan shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Hal ini
bisa diperoleh apabila shalatnya diresapi benar-benar dalam hati dan sudah melekat dalam kepribadiannya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ankabut: 45
(٤٥ : )اﻟﻌﻨﻜﺒﻮت....ِ وَأَﻗِﻢِ اﻟﺼﱠﻠَﺎةَ إِنﱠ اﻟﺼﱠﻠَﺎةَ ﺗَﻨْﮭَﻰ ﻋَﻦِ اﻟْﻔَﺤْﺸَﺎءِ وَاﻟْﻤُﻨْﻜَﺮ... Artinya: "…dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…." (QS. Al-Ankabut: 45) (Depag, 1989: 635) 2) Puasa Rifa'I (1978: 23) juga menjelaskan secara lughawi shiyam atau shaum berarti berpantang menahan diri dari sesuatu. Menurut istilah puasa atau shiyam adalah suatu ibadah kepada Allah SWT dengan syarat dan rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain perbuatan yang dapat merugikan atau mengurangi makna atau nilai dari puasa, semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari. Menjalankan puasa di bulan Ramadhan merupakan rukun Islam yang hukumnya fardhu 'ain (wajib perseorangan) atas setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Firman Allah dalam surat AlBaqarah ayat 183 :
َﯾَﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮا ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢُ اﻟﺼﱢﯿَﺎمُ ﻛَﻤَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻰ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠﱠﻜُﻢْ ﺗَﺘﱠﻘُﻮن Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (Al-Baqarah ayat 183). (Depag, 1989: 44) Dari ayat tersebut, bahwa puasa bertujuan membentuk manusia bertaqwa sesungguhnya taqwa berarti suatu sikap mental yang tumbuh atas dasar jiwa tauhid dan berkembang dengan ibadah-ibadah yang dilakukan kepada Allah SWT. 3) Zakat
Zakat menurut bahasa artinya: tumbuh, berkat, atau banyak kebaikan. Sedangkan menurut istilah (ahli fiqh) artinya: kadar harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai syarat. (Rifa'i, 1978: 123) Zakat hukumnya fardhu 'ain atas tiap-tiap orang mukmin yang cukup syarat-syaratnya. Zakat dikeluarkan untuk membersihkan harta yang kemungkinan terdapat harta yang haram. Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 43 :
...َ وَأَﻗِﯿﻤُﻮا اﻟﺼﱠﻠَﺎةَ وَءَاﺗُﻮا اﻟﺰﱠﻛَﺎة.... Artinya : "…dirikan sembahyang dan tunaikanlah zakat….". (Depag, 1989: 131) 4) Tadarus (membaca Al-Qur'an) Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai suatu petunjuk dan rahmad bagi manusia dalam hidupnya. Al-Qur'an merupakan firman Allah yang berisi petunjuk bagi manusia, sebagai pedoman bagi orang-orang yang mengetahui dan mengamalkannya. AlQur'an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam sehingga sangat dianjurkan untuk membacanya agar mereka mengetahui apa yang terkandung didalamnya, baik perintah maupun larangan Allah SWT. Adapun hikmah bagi orang yang membaca Al-Qur'an antara lain dapat menghibur perasaan yang sedih dan menjadi penawar bagi yang sedang gelisah jiwanya. Dengan membaca Al-Qur'an dan memahami isi yang terkandung didalamnya serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan bertambah ketakwaan kita kepada Allah. 5) Berdo'a
Berdo'a kepada Allah ialah menyatakan bahwa ia sangat berhajat kepadaNya dalam memperoleh sesuatu yang kita kehendaki. (Sidiqi: 97) b. Aspek Aqidah Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu: 1) iman kepada Allah 2) iman kepada malaikat-malaikat-Nya 3) iman kepada kitab-kitab-Nya 4) iman kepada Rasul-rasul-Nya 5) iman kepada hari Akhir 6) iman kepada qada’dan qadar. c. Aspek akhlak Al-Ghazali memberi pengertian tentang akhlak : "Al khuluq (jamaknya AlAkhlaq) ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. (Zainuddin, 1991: 102) Membahas tentang akhlak tidak terlepas dari perilaku manusia, sebab akhlak akan selalu berhubungan dengan tingkah laku, dan tingkah laku manusia juga tidak akan lepas dari kecenderungan jiwanya. Jika kecenderungan jiwanya didasari dengan agama, maka tingkah lakunya akan cenderung kepada perilaku keagamaan, tetapi sebaliknya jika jiwanya tidak didasari oleh agama, maka perilakunya juga akan mengikuti nafsunya. Adapun yang dimaksud dengan akhlak disini adalah manusia terhadap manusia lainnya yaitu sebagai berikut :
1) Terhadap Orang Tua Merupakan suatu kewajiban bagi setiap anak untuk berbakti kepada kedua orang tua, tiada orang yang lebih besar jasanya kepada kita, karena merekalah yang telah membesarkan, mengasuh dan mendidik dengan penuh ikhlas dan kasih sayang. Dan anak tidak boleh berlaku dan berbicara kasar kepada orang tua. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua menduduki tempat yang paling istimewa, bahkan menduduki tempai kedua Tuhan dan Rasulnya. 2) Akhlak terhadap Orang Lain Di dalam kehidupan sehari-hari tidak akan lepas untuk saling berhubungan dengan orang lain, anak dengan orang tua, saudara dan orang lain. Dalam berhubungan itu Islam sudah memberikan aturan supaya dalam kita berhubungan dengan orang lain hendaknya dengan akhlak yang baik (sopan santun). Manusia tidak bisa hidup sendiri bagaimanapun kuatnya pasti akan membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi. 4.
Konsepsi Islam tentang Anak Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada anak sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Anak didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari orang tua, karena menurut ajaran Islam saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah, sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik. (Zuhairini, 1995: 170) Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:
ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﷲِ ﺻَﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣَﻮْﻟُﻮْدٍ اِﻻﱠ ﯾُﻮْﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ:َﺣَﺪِﯾﺚً أَﺑِﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲَ اﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻗَﺎل ِاﻟْﻔِﻄْﺮَةِ ﻓَﺄَﺑَﻮَاهُ ﯾُﮭَﻮِّدَاﻧِﮫِ اَوْ ﯾُﻨَﺼِّﺮَاﻧِﮫِ اَوْ ﯾُﻤَﺠِّﺴَﺎﻧِﮫ
Artinya: “ Hadis Abi Hurairah r. a. Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah anak dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majus i”. (HR. Muslim). (Riwayat Bukhori, 1295: Hadits No. 1270) Demikian pula dalam Al Qur’an surat Ar-Rum ayat 30:
َ ذَﻟِﻚَ اﻟﺪِّﯾْﻦُ اﻟْﻘَﯿِّﻢُ وَﻟَﻜِﻦﱠ اَﻛْﺜَﺮ.ِ ﻻَ ﺗَﺒْﺪِ ﯾْﻞَ ﻟِﺨَﻠْﻖِ اﷲ. ﻓِﻄْﺮَتَ اﷲِ اﻟﱠﺘِﻰ ﻓَﻄَﺮَ اﻟﻨﱠﺎسَ ﻋَﻠَﯿْﮭَﺎ.فَاَﻗِﻢْ وَﺟْﮭَﻚَ ﻟِﻠﺪِّﯾْﻦِ ﺣَﻨِﯿْﻔًﺎ (30 : )اﻟﺮوم.َاﻟﻨﱠﺎسِ ﻻَ ﯾَﻌْﻠَﻤُﻮْن Artinya:
“ Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah, itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah
membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung pada para pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya. Di sini juga jelas bagaimana pentingnya orang tua untuk menanamkan pandangan hidup keagamaan terhadap anak. Agama anak didik yang akan dianut semata-mata bergantung pada pengaruh orang tua dan alam sekitarnya. Dasar-dasar kependidikan agama itu harus sudah ditanamkan sejak anak masih usia muda, karena kalau tidak demikian halnya kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diberikan pada masa dewasa. Pendidikan Islam yang ditanamkan pada masa dewasa atau masa pubertas, yaitu masa pertumbuhan mengalami perubahan-perubahan besar terhadap fisik dan psikisnya, masa gelisah yang penuh pertentangan lahir batin, masa cita-cita yang beraneka coraknya, masa romantik, masa mencapai kematangan seksual, pembentukan kepribadian, dan mencari pandangan dan tujuan hidup di dunia dan di akhirat kemungkinan dan mengalami kesulitan total.
Bagi kehidupan beragama adalah lebih penting lagi, karena menurut ahli psikologi juga ahli agama, pemuda pada masa itu mengalami kesangsian, keragu-raguan. Mereka memang mau tak mau cenderung kepada hal ketuhanan. Mereka mencari kepercayaan, bahkan kepercayaan yang telah tertanamkan mengalami kegoncangan. Jika keadaan dan kondisi batin dalam masa pubertas ini tidak mendapatkan bimbingan dan petunjuk yang sesuai dengan akal mereka, dan kalau alam sekitar mereka menunjukkan pula kegoncangan keyakinan atau kepalsuan amal ibadah, benarlah kemungkinan mereka tidak mendapatkan apa yang dicarinya (kebenaran dan keluhuran Allah, keyakinan dan ketaatan). Benih agama yang telah tumbuh kemungkinan membuat sengsara dalam hidupnya, kepercayaan yang telah ada bisa menjadi pasif atau lenyap sama sekali. Jiwa yang telah terisi agama menjadi kosong. Sebaliknya jiwa yang kosong yang tak pernah mendapat siraman agama, dapat tumbuh denan subur jika pada masa pubertas ini pendidikan agama ditanamkan kepadanya. Masa ini merupakan masa untuk beralih kepada keinsafan dan keyakinan abadi. Dengan demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaikbaiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak didik, seperti disebutkan dalam hadits Nabi:
(ﻣﻦ ﺳﻠﻚ ﻃﺮﯾﻘﺎ ﯾﻠﻨﻤﺲ ﻓﯿﮫ ﻋﻠﻤﺎ ﺳﮭﻞ اﷲ ﻟﮫ ﻃﺮﯾﻘﺎ اﻟﻰ اﻟﺠﻨﺔ )رواه اﻟﻤﺴﻠﻢ Artinya: “Barang siapa menempuh jalan untuk menempuh ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu jalan menuju syurga.” (HR. Muslim) 5.
Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak Di dalam keluarga, mula-mula anak menerima pendidikan secara langsung dari orang tuanya. Karena pendidikan anak dalam keluarga bersifat kodrat maka dalam hal ini harus menjadi fundamen bagi pendidikan yang diterima di luar rumah. Untuk selanjutnya karena anak harus mengembangkan kualitas dirinya, untuk itu anak
membutuhkan lingkungan pendidikan yang lain, seperti di sekolah. Dengan demikian pendidikan keluarga harus menjadi dasar bagi pendidikan anak. Jadi orang tua berkewajiban mengasuh, mendidik serta mengarahkan agar nantinya menjadi shaleh dan shalihah serta berakhlak mulia. Seorang ayah menjadi kepala keluarga mempunyai peranan penting untuk memimpin, memberikan bimbingan dan penanaman pendidikan, perlindungan serta memberikan nafkah kepada keluarganya. Dalam bidang pendidikan seorang ayah harus mampu bertindak sebagai guru dan pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Untuk itulah orang tua harus memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap amanat Allah yang dititipkan kepadanya, maka orang tualah yang menjadi sentral figur bagi anak serta yang akan tampil paling depan sebagai panutan anak dimana orang tua yang pertama mereka kenal sebelum memasuki bangku sekolah ataupun pondok pesantren. Jadi jelas bahwa peran orang tua yang sangat dibutuhkan oleh anak. Jika ayah dan ibunya membiasakan anak berlatih, bertindak, bersikap sopan dan menghormati orang lain, mengajari tentang tata cara melaksanakan ibadah sholat, membiasakan untuk berdo'a dan membaca Al-Qur'an dan mengajarinya bershadaqah, untuk menumbuhkan sikap keberagamaan anak.
6.
Tanggung Jawab Pendidikan oleh Orang Tua Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-Tahrim ayat: 6, sebagai berikut:
ًﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آﻣَﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧﻔُﺴَﻜُﻢْ وَأَھْﻠِﯿﻜُﻢْ ﻧَﺎرا
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka”. (QS. At-Tahrim: 6). Perkataan Qur’an di sini adalah kata kerja perintah atau fiil amar yaitu suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik anak ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu. Bila kita telaah secara mendalam, memang benar apabila tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak dapat dipikulkan kepada orang lain. Kecuali apabila orang tua merasa tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah tanggung jawabnya diserahkan kepada orang lain. Misalnya dengan cara disekolahkan. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut: a. Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya. c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan kekhalifahannya. d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tangung jawab ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah. (Ihsan, 2010: 62-65)
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teoriteori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua, maka generasi mendatang telah mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu dan ketrampilannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup, sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu belajar seumur hidup dan menuntut ilmu wajib bagi muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama Islam selalu mengingatkan pemeluknya, agar generasi-generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari generasi sebelumnya. C. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Penanaman keagamaan pada anak. Dalam sebuah keluarga unsur tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam menciptakan semangat belajar seseorang anak. Apa dan bagaimana pola mendidik anak serta memberi semangat belajar kepada anak khususnya pelajaran agama sangat berhubungan dengan tingkat pengetahuan orang tua yang telah dicapai, karena pada dasarnya anak membutuhkan bimbingan dari orang tua dalam menggapai cita-citanya, karena orang tualah yang berinteraksi secara langsung kepada anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi dengan orang tua yang berpendidikan rendah akan kelihatan dalam pengaplikasiannya seorang anak dalam kehidupan perilaku sehari-hari, orang tua yang berpendidikan tinggi mereka pasti lebih tahu dan mengerti cara mendidik dan
mengarahkan anaknya, mereka mampu memberikan respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif dan mengasyikkan terhadap anaknya. Orang tua yang berpendidikan mereka sangat mengerti dan paham bahwa mereka tidak akan meninggalkan generasi mereka atau anak-anak mereka dalam keadaan lemah, lemah disini lebih ditekankan dalam artian lemah dari segi intelektual dan keberagamaannya. Semakin tepat dan baik, cara mendidik yang dilakukan oleh orang tua, maka semakin baik pula penerimaan anak tentang pengetahuan keagamaannya. Begitu pula sebaliknya, cara yang kurang tepat yang diberikan oleh orang tua maka akan mengakibatkan kurang baik pula penerimaan anak dalam belajar ilmu agama. Untuk itu tingkat pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang penting dalam penanaman keagamaan pada anak.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun koripan merupakan
salah satu dusun di Jawa Tengah, tepatnya di desa
Dawung, kecamatan Tegalrejo, kabupaten Magelang yang terletak di sepanjang Jalan Klopo – Sindas KM. 0,4. Berdasarkan data monografi kelurahan Dawung Tegalrejo pada per Juli tahun 2013, jumlah penduduknya adalah sebanyak 659 jiwa, yang meliputi sebanyak 182 kepala keluarga, yang terdiri atas 6 RT.
Jumlah ini sebagai suatu wilayah dusun yang
penduduknya cukup padat. 1. Batas- batas Wilayah -
Sebelah Timur
: Dusun Klopo, desa Klopo
-
Sebelah Barat
: Dusun Tarukan, desa Dawung
-
Sebelah Selatan
: Sungai
-
Sebelah Utara
: Dusun Gendol, desa Klopo,
2. Susunan Kepengurusan Forum Masyarakat Penasehat
: KH. Dulkarnen : KH. Ichsanudin
Kepala Dusun
: Slamet Mudrik
Ketua RT
: RT I
: Anwari
RT II
: Harun Rasyid
RT III
: Usman
RT IV
: U.Nasrudin
jumlah
RT V
: Muhlasin
RT VI
: Marwan
Ketua
: Rahmat Almashari
Sekretaris
: Hidayatul Hadi
Bendahara
: H. Munif
Seksi – Seksi
: 1. Ubudiyah
: H.Nuryahman
2. Humas
: Slamet
3. Kebersihan : Munir Afifudin 4. Keamanan
: Zamahsyari Hidayatullah
5. Kepemudaan
: Labik Mubarok Nasikhin
3. Jenis Mata Pencaharian Pengelompokan jenis mata pencaharian dusun Koripan adalah sebagai berikut :
TABEL. I DATA TENTANG JENIS MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DUSUN KORIPAN
N
JENIS KEGIATAN
BANYAKNYA ORANG
O .
1. 2.
Petani sendiri
120
Buruh tani
132
Pengusaha
8
3. 4. 5.
Buruh Industri
32
6.
Buruh bangunan
30
Pedagang
24
7. 8.
Pegawai (Sipil,
9.
5
TNI)
24 Pensiunan
-
Lain-lain
4. Tingkat Pendidikan Bila di lihat dari tingkat pendidikan, jumlah penduduk dusun Koripan adalah sebagai berikut : TABEL. II DATA TENTANG TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK DUSUN KORIPAN
N
JENIS PENDIDIKAN
O
BANYAKNY A ORANG
. 1
Tinggi (D1, D2, D3, S1)
2
101
Sedang (SMA/ sederajat)
3
32
170
Rendah (SD/ sederajat, SMP/ sederajat) 5. Data Fasilitas Data mengenai fasilitas yang ada adalah sebagai berikut : TABEL. III DATA TENTANG BEBERAPA FASILITAS YANG ADA DI DUSUN KORIPAN
NO
JENIS
JUM
.
FASILITAS
LAH
1.
Radio
14
2.
Televisi
157
3.
Sepeda
48
4.
Sepeda motor
5.
Mobil
23
6.
Truk
2
7.
Bus
-
8.
Colt angkutan
1
10.
Telepon
9
192
6. Sarana Prasarana -
Masjid
-
Pondok Pesantren
-
Sekolah (TK, MI, MTS, SMK)
-
Lapangan olahraga (lap. Voli, lap. Bulu tangkis, Tenis meja)
-
Perpustakaan desa
-
poliklinik
-
MCK
7. Kegiatan-Kegiatan -
PKK
-
Majelis taklim
-
Karang taruna
-
Organisasi remaja perempuan
-
Organisasi Bapak- bapak
-
Kelompok tani
-
Kelompok gotong royong
-
Yasinan
-
Muslimat
8. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat Data tentang penduduk masyarakat dusun Koripan menunjukkan bahwa mereka cukup mapan dalam hubungan sosial keagamaan. Hubungan ini ditandai dengan banyaknya kelompok pengajian semisal Majelis Taklim, Yasinan, Muslimat, dan lain-lain. 100% masyarakat di dusun Koripan adalah pemeluk agama Islam, karena itulah keakraban warga dalam menjalin silaturrahmi terlihat sangat kental dan jelas.
9. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, di mana keadaan ekonomi yang ada dapat mempengaruhi kedudukan seseorang di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu kita sebagai manusia dianjurkan untuk selalu dapat mengatur ekonominya dengan sebaik-baiknya. Sebagai wilayah kecil dari kecamatan Tegalrejo, keadaan ekonomi masyarakat dusun Koripan adalah rata-rata menengah ke atas. Dengan sebagian besar dari mereka adalah bekerja sebagai petani dan guru. Hal ini tidak hanya ditemukan pada kaum laki-laki saja, akan tetapi kaum perempuan baik yang sudah berkeluarga atau belum juga banyak yang bekerja sebagai upaya untuk menambah penghasilah keluarga. Untuk standar kehidupan keadaan sosial ekonomi yang ada di dusun ini sangat baik, sebab secara materi kebutuhan pokok masyarakat di dusun ini sudah dapat terpenuhi dengan baik di samping kebutuhan-kebutuhan sekunder serta kebutuhan primer yang lainnya. Akan tetapi meskipun demikian, mereka masih membiasakan untuk selalu hidup bergotong-royong dan saling tolong-menolong antar sesama warga yang membutuhkan. Namun ada pula sebagian kecil yang sudah tipis sekali rasa kekeluargaannya, mereka cenderung untuk bersikap egois. Hal ini hanya terjadi pada mereka yang berstatus sebagai penduduk pendatang. Dengan kondisi yang sudah baik inilah, mayoritas dari masyarakat di dusun ini sudah dapat memberikan pendidikan yang cukup bagi anak-anaknya. Mayoritas dari mereka telah sadar akan arti penting pendidikan bagi masa depan anak-anaknya. Demikian sekilas gambaran umum tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat yang ada di dusun Koripan Dawung Tegalrejo Magelang, yang dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya sangat heterogen. 10. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
Kondisi kehidupan yang didukung oleh jalinan kekuatan pelaku-pelaku dan struktur masyarakat akan mencerminkan kemampuan diri masyarakat itu sendiri. Untuk itu sudah sepantasnya bila masalah-masalah sosial yang ada senantiasa dimanfaatkan guna meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kompak dan semarak. Adapun hal-hal yang sampai saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat dusun Koripan adalah lingkup guyup dan gotong royong antar warga masyarakat. Hal ini mereka jalankan sebagai bentuk kesadaran bahwa manusia itu tidak mampu hidup sendiri dan senanatiasa membutuhkan orang lain.
B. Daftar Responden TABEL. IV 1. DATA RESPONDEN No
Nama orang tua
No
Nama orang tua
1
Faridatul asfiyati
21
Andri purwanto
2
Emi yuliati
22
Maesaroh
3
Rohmat al mashari
23
Ana asnawati
4
Muslimah
24
Arafiq
5
Munasiroh
25
Eni rahmawati
6
Hidayatullah
26
Wijayanti rahayu
7
Asiyah
27
Durotun najiya
8
Hadi ahmad
28
Suyati
9
Asnawi
29
Kamaludin
10
Hartatik
30
Maknowiyah
11
Wicahyo
31
Sukriyanto
12
Faridatunnafi’ah
32
Solekan
13
Nasiburrizal
33
Nurul muttaqin
14
Iwanurrohman
34
Ulfah
15
Nurul huda
35
Rokhani
16
Tafrikhan
36
Rohmatullah
17
Umi atikah
37
Asrofi
18
Harissudin
38
M. sholih
19
Malikha
39
Ismiyati
20
Musrifah
40
Dewi
2. KLASIFIKASI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DI DUSUN KORIPAN a. Tingkat Pendidikan Dasar Meliputi : SD, MI/SMP, MTs atau sederajat:
1) Suyati
8) Rokhani
2) Kamaludin
9) Rokhmatullah
3) Maknowiyah
10) ismiyati
4) Sukriyanto
11) Asrofi
5) Solekan
12) M. sholih
6) Nurul muttaqin
13) Dewi
7) Ulfah b. Tingkat Pendidikan Menengah Meliputi : SMA,atau sederajat : 1) Muslimah
13) Tafrikhan
2) Munasiroh
14) Umi atikah
3) Hidayatullah
15) Harissudin
4) Asiyah
16) Malikha
5) Hadi ahmad
17) Musrifah
6) Asnawi
18) Andri purwanto
7) Hartatik
19) Maesaroh
8) Wicahyo
20) Ana asnawati
9) Faridatunnafi’ah
21) Arafiq
10) Nasiburrizal
22) Eni rahmawati
11) Iwanurrohman
23) Wijayanti rahayu
12) Nurul huda
24) durotunnajiya
c. Tingkat Pendidikan Tinggi Meliputi: D1, D2, D3, S1:
1) Faridatul asfiyati 2) Emi yuliati 3) Rohmat almashari
TABEL. V 3. JAWABAN ANGKET TENTANG PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK Nama Respond en Suyati Kamalud in Maknow iyah Sukriyan to Solekan Nurul muttaqin Ulfah Rokhani Rohmatu llah Asrofi
Jawaban
M. sholih Ismiyati
Dewi
Muslima h Munasir oh Hidayatu llah Asiyah
Hadi ahmad Asnawi
Hartatik
Wicahyo
Faridatu n N. Nasiburri zal Iwanurro hman Nurul huda Tafrikha n Umi atikah Harissud in Malikha
Musrifah
Andri purwanto Maesaro h
Ana asnawati Arafiq
Eni rahmawa ti Wijayant i R. Durotun najiya Faridatul A. Emi yuliati Rohmat
TABEL. VI 4.
FREKUENSI ALTERNATIF JAWABAN PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK Item
penanaman
pada anak
keagamaan
Freku
Persentase
ensi
(%)
Apakah Bapak/ Ibu
menegur
Anak jika tidak sholat? Apakah Bapak/ Ibu mengajarkan kepada Anak untuk selalu berkata jujur? Apakah
Bapak/
Ibu
selalu
mengingatkan Anak untuk berbakti kepada orang tua? Apakah
Bapak/
Ibu
selalu
memberi semangat Anak agar Anak mau pergi mengaji? Apakah Bapak/ Ibu hadiah
apabila
memberi
Anak
selalu
berbicara sopan kepada orang yang lebih tua? Apakah Bapak/ Ibu memuji Anak ketika anak mematuhi perintah orang tua.? Apakah
Bapak/
Ibu
terbiasa
melakukan sholat sunnah agar dicontoh oleh anak? Apakah Bapak/ Ibu menyapa dan memberi
salam
orang
yang
Item
penanaman
keagamaan
Freku
Persentase
ensi
(%)
pada anak
ditemui ketika berjalan dengan anak? Apakah
Bapak/
Ibu
selalu
membaca doa keselamatan untuk orang tua setelah sholat fardhu bersama anak.? Apakah di rumah Bapak/ Ibu menyediakan tempat khusus untuk sholat berjamaah? Apakah Bapak/ Ibu menyediakan pakaian yang rapi dan menutup aurat untuk anak? Apakah
Bapak/
membelikan
buku
Ibu
suka
keagamaan
untuk anak?
C. Penyajian Data Untuk menyajikan data tentang penanaman keagamaan pada anak yang ada di dusun Koripan Dawung Tegalrejo Magelang, maka peneliti mengambil data dari hasil jawaban angket penelitian yang berisi 12 item soal sebagai instrumen dengan 3 alternatif jawaban a, b, dan c. ketiga jawaban itu diberi nilai dengan penjelasan:
-
Jawaban a dengan nilai 3
-
Jawaban b dengan nilai 2
-
Jawaban c dengan nilai 1 Adapun katregori yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang penanaman
keagamaan pada anak ini adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan ibadah 2. Pendidikan akhlaq 3. Pendidikan aqidah
TABEL. VII 5. DATA TENTANG PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK Nomor
Jawaban
Skor Juml
Respon den 1
ah
A
B
C
3
2
1
9
2
1
2
4
1
32
4
4
26
8
6
3
27
1
1
2
2
2
26
6
3
27
4
1
32
7 2
1 6
2
4
3
8 1
6
3
3
4 4
6
2
5
1 6
3
3
6
8 2
9
2
1
7
7
2 9
8
1
2
1 0
2
2
31
-
2
32
8
2
28
7
4
1
32
1
1
5
2
1
28
7
2
2
31
1
1
8
0
1
29
0
-
2
32
1
1
8
2
-
30
8
8
2
28
1
1
2
4
1
27
1
6
2
29
2
1
1
0
-
31
1
1
2
0
3
25
3 -
2
9
0 1
6
4
2
10
8 2
9
2
1
11 5
6
1
12
2 9
1
2
13 6 14
7
5
1
1 0
3 -
2
15 6
6
-
16
1 6
4
2
17 4
7
1
18
2 7
3
2
19 7
5
-
20 4
5
3
21
2 8
22
2
2
1 2
4
2
30
-
-
36
8
-
32
4
4
2
30
1
1
3 -
-
23
6 2
8
4
-
24
4 2
8
2
2
25
26
4
6
5
1
8
0
1
29
9
2
1
2
4
1
32
4
4
26
8
6
3
27
1
1
2
2
2
26
6
3
27
4
1
32
2
2
31
-
2
32
8
2
28
7 27
1 6
2
4
28
1 6
3
3
29 4
6
2
30
1 6
3
3
31
8 2
9
2
1
32
7 2
9 33
8
1
2
1 0
7 3
-
2
34
0 1
6
4
2
8
35
2 9
2
1
36 5
6
1
37
4
1
32
1
1
5
2
1
28
7
2
2
31
1
1
8
0
1
29
0
-
2
32
1
1
8
2
-
30
2 9
1
2
38 6 39
7
5
1
1 0
3 -
2
40 6
6
-
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisis data sebagai tindak lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian yang telah di tetapkan sebagaimana termuat dalam bab I kegiatan ini yaitu mengklasifikasikan data sesuai dengan proposinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian :
4.
Untuk mengetahui kondisi nyata tingkat pendidikan para orang tua.
5.
Untuk mengetahui sejauh mana penanaman keagamaan pada anak oleh orang tua.
6.
Untuk mengetahui pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua dengan penanaman keagamaan pada anak.
A. Analisis Pendahuluan Dalam analisis ini penulis akan menyajikan prosentase dengan rumus :
P=
F X 100% N
Keterangan : P
: Proporsi individu dalam golongan
F
: Frekuensi jawaban
N : Jumlah subyek keseluruhan Selanjutnya penulis akan menyajikan data frekuensi dan presentase jawaban per item pertanyaan dari variabel penanaman keagamaan pada anak.
1. Apakah Bapak/ Ibu menegur Anak jika tidak sholat. A. Sering, sebanyak 65 % B. Kadang-kadang, sebanyak
35%
C. Tidak pernah, sebanyak 0 % Sholat adalah tiang agama maka sudah menjadi keharusan bagi orang tua untuk menegur apabila anak tidak sholat. 2. Apakah Bapak/ Ibu mengajarkan kepada Anak untuk selalu berkata jujur.
A. Sering, sebanyak 32,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 15 % C. Tidak pernah, sebanyak 52,5 % Dari jawaban diatas menunjukkan bahwa orang tua kurang menyadari pentingnya mengajarkan perilaku/ akhlak kepada anak. 3. Apakah Bapak/ Ibu selalu mengingatkan Anak untuk berbakti kepada orang tua.
A. Sering, sebanyak 70 % B. Kadang-kadang, sebanyak 25 % C. Tidak pernah, sebanyak 5% Dari jawaban diatas menunjukkan bahwa orang tua selalu mengingatkan Anak untuk berbakti kepada orang tua. 4. Apakah Bapak/ Ibu selalu memberi semangat Anak agar Anak mau pergi mengaji. A. Sering, sebanyak 27,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 42,5 % C. Tidak pernah, sebanyak 30 %
Dari jawaban diatas terlihat bahwa orang tua kurang menyadari pentingnya mengaji bagi anak, sehingga hanya kadang- kadang saja orang tua memberikan semangat agar mau pergi mengaji. 5. Apakah Bapak/ Ibu memberi hadiah apabila Anak selalu berbicara sopan kepada orang yang lebih tua.
A. Sering, sebanyak 90 % B. Kadang-kadang, sebanyak 5 % C. Tidak pernah, sebanyak 5 % Dari jawaban diatas sangat jelas terlihat bahwa orang tua sangat memperhatikan kesopanan anak. 6. Apakah Bapak/ Ibu memuji Anak ketika anak mematuhi perintah orang tua. A. Sering, sebanyak 52,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 37,5 % C. Tidak pernah, sebanyak 10 % Dari jawaban diatas menunjukkan orang tua telah memiliki kesadaran bahwa dengan memberikan pujian membuat anak merasa bahwa yang ia lakukan adalah baik dan hal itu akan membuat anak lebih termotivasi untuk lebih mematuhi perintah orang tua. 7. Apakah Bapak/ Ibu terbiasa melakukan sholat sunnah agar dicontoh oleh anak.
A. Sering, sebanyak 62,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 32,5 % C. Tidak pernah, sebanyak 5 % Orang tua adalah pendidik yang utama bagi anak maka seharusnya orang tua memberikan contoh yang baik misalnya melakukan sholat sunnah untuk ditiru oleh anak.
8. Apakah Bapak/ Ibu menyapa dan memberi salam orang yang ditemui ketika berjalan dengan anak.
A. Sering, sebanyak 77,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 15 % C. Tidak pernah, sebanyak 7,5 % Hasil jawaban diatas menunjukkan bahwa orang tua memperhatikan etika anak dalam berhubungan dengan masyarakat. 9. Apakah Bapak/ Ibu selalu membaca doa keselamatan untuk orang tua setelah sholat fardhu bersama anak.
A. Sering, sebanyak 37,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 37,5 % C. Tidak pernah, sebanyak 25 % Amal yang tidak terputus ketika seseorang telah meninggal dunia salah satunya adalah doa anak sholeh kapada orang tuanya. Tetapi jawaban diatas menunjukkan bahwa orang tua kurang memperhatikan aqidah anak. 10. Apakah di rumah Bapak/ Ibu menyediakan tempat khusus untuk sholat berjamaah.
A. Sering, sebanyak 87,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 7,5 % C. Tidak pernah, sebanyak 5 % Sholat berjamaah itu lebih utama dari sholat sendiri yaitu pahalanya 27 derajat. 11. Apakah Bapak/ Ibu menyediakan pakaian yang rapi dan menutup aurat untuk anak.
A. Sering, sebanyak 20 % B. Kadang-kadang, sebanyak 55 % C. Tidak pernah, sebanyak 25 %
Dari jawaban diatas menunjukkan bahwa orang tua cukup memperhatikan etika dalam berpakaian anak dengan menyediakan pakaian yang menutup aurat. 12. Apakah Bapak/ Ibu suka membelikan buku keagamaan untuk anak.
A. Sering, sebanyak 92,5 % B. Kadang-kadang, sebanyak 5 % C. Tidak pernah, sebanyak 2,5 % Hasil jawaban diatas menunjukkan bahwa orang tua sangat perhatian kepada anaknya dengan sering membelikan buku tentang Aqidah untuk menambah pengetahuan agama anak.
TABEL. VIII TABEL FREKUENSI DAN PRESENTASE JAWABAN PER ITEM PERTANYAAN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN Tingkat Pendidikan No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jawaban
Rendah
Menengah
Tinggi
Frek.
%
Frek.
%
Frek.
%
A
7
53,8
18
75
1
33,3
B
6
46,2
6
25
2
66,7
C
0
0
0
0
0
0
A
4
30,8
9
57,5
1
33,3
B
2
15,4
4
16,7
0
0
C
7
53,8
11
45,8
2
66,7
A
11
84,6
16
66,7
1
33,3
B
1
7,7
8
33,3
1
33,3
C
1
7,7
0
0
1
33,3
A
2
15,4
7
29,2
2
66,7
B
6
46,2
11
45,8
1
33,3
C
5
38,4
6
25
0
0
A
11
84,6
22
91,6
3
100
B
1
7,7
1
4,2
0
0
C
1
7,7
1
4,2
0
0
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
A
10
76,9
11
45,8
0
0
B
3
23,1
9
37,5
3
100
C
0
0
4
16,7
0
0
A
6
46,2
16
66,7
3
100
B
5
38,4
8
33,3
0
0
C
2
15,4
0
0
0
0
A
10
76,9
18
75
3
100
B
3
23,1
4
16,7
0
0
C
0
0
2
8,3
0
0
A
8
61,5
11
45,8
1
33,3
B
3
23,1
10
41,7
2
66,7
C
2
15,4
3
12,5
0
0
A
11
84,6
22
91,7
2
66,7
B
1
7,7
2
8,3
0
0
C
1
7,7
0
0
1
33,3
A
3
23,1
6
25
1
33,3
B
5
38,4
15
62,5
1
33,3
C
5
38,4
3
12,5
1
33,3
A
11
84,6
23
95,8
3
100
B
1
7,7
1
4,2
0
0
C
1
7,7
0
0
0
0
B. Analisis Uji Hipotesis Dalam analisis ini penulis akan menyajikan data dalam rangka untuk mengetahui tingkat penanaman keagamaan pada anak dan juga untuk mengetahui serta membuktikan hipotesis yang penulis ajukan yaitu ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua dengan penanaman keagamaan pada anak. 1. Analisis Data Pertama a) Tingkat pendidikan dasar
13 x100% = 32,5% 40 b) Tingkat pendidikan menengah
24 x100% = 60% 40 c) Tingkat pendidikan tinggi
3 x100% = 7,5% 40 Dari hasil persentase di atas di ketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan orang tua di dusun Koripan Tegalrejo Magelang adalah tingkat pendidikan menengah sebanyak 60%. 2. Analisis Data Kedua Untuk mengetahui tingkat penanaman keagamaan pada anak pada kategori tinggi, sedang dan rendah ditempuh dengan jalan mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut :
i=
(xt - xr )+1 ki
Keterangan : i
: Interval ideal
xt : Nilai tertinggi ideal xr : Nilai terendah ideal ki : Kelas interval
i=
= 4
(36 - 25)+ 1 3
Dengan interval 4, maka dapat diketahui kelas intervalnya adalah sebagai berikut : Nominasi A
: 33– 36 : Kategori penanaman keagamaan tinggi
Nominasi B
: 29– 32 : Kategori penanaman keagamaan sedang
Nominasi C
: 25 – 28 : Kategori penanaman keagamaan rendah
Selanjutnya untuk mengetahui nilai dan nominasi penanaman keagamaan pada anak dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
TABEL. IX NILAI DAN NOMINASI PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK No.
S
No.
S
Respon
ko
den
r
Nomi
Nomi
Respon
ko
den
r
1
32
B
21
30
B
2
26
C
22
36
A
3
27
C
23
32
B
4
26
C
24
30
B
5
27
C
25
29
B
6
32
B
26
33
A
7
31
B
27
29
B
nasi
nasi
8
32
B
28
32
B
9
28
C
29
32
B
10
32
B
30
32
B
11
28
C
31
33
A
12
31
B
32
28
C
13
29
B
33
26
C
14
32
B
34
34
A
15
30
B
35
28
C
16
28
C
36
31
B
17
27
C
37
28
C
18
29
B
38
29
B
19
31
B
39
27
C
20
25
C
40
32
B
Dari tabel tersebut di atas maka dapat di ketahui komparasi penanaman keagamaan pada anak oleh orang tua di dusun Koripan Tegalrejo Magelang: a. Untuk kategori A ada 4 orang b. Untuk kategori B ada 22 orang c. Untuk kategori C ada 14 orang Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel sebagai berikut : TABEL. X
FREKUENSI PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK No
Kategori
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
1
Tinggi
33 – 36
4
10%
2
Sedang
29 - 32
22
55%
3
Rendah
25 – 28
14
35%
40
100%
Jumlah
Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penanaman keagamaan pada anak berada dalam taraf tinggi 10% taraf sedang 55% dan taraf rendah 35%. 3. Analisis Data Ketiga Pada bagian ini penulis akan menganalisis data untuk mencari jawaban terhadap tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adakah pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman keagamaan pada anak dan sekaligus menguji hipotesis yang penulis ajukan. TABEL. XI DATA TENTANG PENDIDIKAN ORANG TUA RENDAH TERHADAP PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK N
Jawaban
Skor
o A
B
C
3
2
Ju
R
Nom ml
e
inasi ah
s p.
N
Jawaban
Skor
o A
B
C
3
2
Ju
R
Nom ml
e
inasi ah
s p. 1
9
2
1
2
6
2
4
3
6
3
3
2 7 1
4
32
B
4
26
C
6
27
C
1
26
C
27
C
32
B
31
B
32
B
28
C
32
B
28
C
31
B
29
B
8 4
4
6
2 1
2 5
6
3
3
6
9
2
1
1
9
1
2
2
4
7
1
-
2
1
2
8
8
-
4
2
8 6
0 9
2
6 1
2
8
1 7
0
9
4 6
1 2
1
5
1 1
2
7
1
2 9 5
1
3
1
2 6
0
2 1 1 1
N
Jawaban
Skor
o A
B
C
3
2
Ju
R
Nom ml
e
inasi ah
s p. 3
8
0
2 7 1 5 2 7 1 8
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 13 orang tua yang mempunyai tingkat penanaman keagamaan pada anak rendah ada 6 orang atau 46,2%, sedang 7 orang atau 53,8%. Dari hasil di atas pada tingkat pendidikan rendah tingkat penanaman keagamaan pada anak cenderung rendah sampai sedang. TABEL. XII DATA TENTANG TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA MENENGAH TERHADAP PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK
N
Jawaban
Skor
o A
B
C
3
2
Ju
R
Nom ml
e
inasi ah
s p. 1 2 3
1 0 6
-
2
6
-
4
2
3 0 1
-
32
B
1
30
B
28
C
27
C
29
B
31
B
25
C
0
30
B
1
36
A
0
32
B
4
30
B
2
8 6 4
8 7
1 1
4 5
1 3
2
8 4
7 6
5
-
1 6
7 7
5
3
2 1
4 8
2
2
-
-
1
8 9
2
1 1 0
4
1 1
1
2 2
1
2
2 1
8 5
1
2
-
29
B
1
1
2
8
33
A
3
2
4
4
29
B
5
-
3
1
31
B
8 6
2 1 1
N
Jawaban
Skor
o A
B
C
3
2
Ju
R
Nom ml
e
inasi ah
s p. 3
0
4
-
6
0
32
B
1
7
4
-
2
2
32
B
7
3
-
6
33
A
8
2
3
1
28
C
26
C
34
A
28
C
31
B
28
C
4 1
4 2
5
4 0 8
1
4
1
1 8
6
9
-
1
1
7
4
2
3
7
5
-
0
6
7
1
4
2
2
4
1
8
1
1
1
1
6
2
-
8 8
9
1 7
2
8 2
6 0
1 4 0
2
2
1
4
8
N
Jawaban
Skor
o A
B
C
3
2
Ju
R
Nom ml
e
inasi ah
s p. 2
2
2
7
2
2
3
1
2
2
4
1 3 3 1 8 2 1 1 8
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tingkat pendidikan orang tua yang menengah dari 24 orang tua yang mempunyai tingkat penanaman keagamaan pada anak rendah ada 7 orang atau 29,2%, sedang 13 orang atau 54,2% dan tinggi 4 orang atau 16,6%.
Dari hasil di atas pada tingkat pendidikan menengah penanaman keagamaan pada anak cenderung sedang.
TABEL. XIII DATA TENTANG TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TINGGI TERHADAP PENANAMAN KEAGAMAAN PADA ANAK N
Jawaban
Skor
o
Ju A
B
C
3
2
Nom
R
ml
es
ah
inasi
p. 1
6
5
1
2
6
3
3
3
9
2
1
1
1
8
0
1
29
B
27
C
32
B
6
8 4 2 7
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tingkat pendidikan orang tua yang tinggi dari 3 orang tua yang mempunyai tingkat penanaman keagamaan rendah ada 1 orang atau 33,3%, sedang 2 orang atau 66,7%. Dari hasil di atas pada tingkat pendidikan tinggi tingkat penanaman keagamaan cenderung sedang.
Selanjutnya akan digunakan analisis statistik untuk menjawab adakah hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman keagamaan pada anak. Untuk tujuan ini akan di tempuh langkah-langkah sebagai berikut : Untuk mencari harga chi kuadrat sebagai tahapan awal adalah menentukan rumusan yang digunakan, yaitu : Chi kuadrat
X2 =
(fo - fh)2 fh
Keterangan : x2
: Chi kuadrat
fo
: Frekuensi yang diperoleh
fh
: Frekuensi yang diharapkan
a. Mambuat tabel perhitungan frekuensi jawaban yang di peroleh berdasarkan data. TABEL. XIV TABEL FREKUENSI DATA YANG DIPEROLEH (fo)
Tingkat N o.
pendidika n orang
penanaman keagamaan pada anak Ting
Sedan
Kuran
gi
g
g
Tot al
tua
1
Tinggi
0
4
0
4
2
Sedang
2
13
7
22
3
Rendah Total
1
7
6
14
3
24
13
40
b. Membuat tabel perhitungan frekuensi jawaban yang diharapkan (fh) dengan menggunakan rumus :
Fh =
(Nk )(Ng ) N
Keterangan : Fh : Frekuensi yang diharapkan Nk : Jumlah kolom Ng : Jumlah Golongan N : Responden TABEL. XV TABEL FREKUENSI YANG DIHARAPKAN (fh) Tingkat
penanaman keagamaan
T
pada anak
o
pendidikan orang tua
t T
C
Re
i
u
nd
n
k
ah
g
u
g
p
a l
i
Tinggi
0
1,
1,0
,
6
5
Sedang
3 2
3
5 8,4
4
4,5
1
5
3
Rendah 2 ,
1 3,
4
2
1
7,
,
1
3
5
c. Membuat tabel perhitungan chi kuadrat dengan menggunakan rumus : X2 =
(fo - fh)2 fh
TABEL. XVI TABEL KERJA UNTUK MENCARI CHI KUADRAT Tin gk penan at
f aman
(f
pe N
o keaga
f
f
n. o
o-
(fo - fh
maan
o
h
Or
fh
fh f )2
pada an
h anak
g tua 1
Tin ggi
Tinggi
0
Sedan
2
g
0
-
0,
,
0
09
3
, 0,
1
0,3 0,06 7
3 2
16
Renda
0,3 ,
-
h
0, 4
0 09 ,
1 4 , 3
0 , 3
Ju
3
4
-
0,
0,66
1
34
7
1
2
5,
3,34
,
,
52
5
6
3 0,
0,00
04
3
0,
0,00
02
3
mla h 2
Sed
Tinggi
4
Sedan
1
g
3
ang
5 Renda
5
7 1
-
3
0
,
,
2
2
7
-
,
0
1
,
5
1
h
2
5 Ju
2
2
mla
4
2
2
h 3
Re
5,
3,35
58
1
2 Tinggi
0
Sedan
7
nda h
1
-
1,
,
1
10
1,05 0,23
0
,
5
0
3
g 6
0,46 1,
Renda h
2
5 8 ,
96 -
4
1
2,
,
10
4
3
4 , 5
1
5
, 4 5
Ju
1
1
-
5,
1,74
mla
3
4
1
16
2
h
6
Tot
4
4
al
0
0
0
11 ,0 88
5,76
d. Memasukkan harga chi kuadrat kedalam perhitungan koefisien kontingensi. Untuk mengatahui ada tidaknya pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman keagamaan pada anak. Selanjutnya adalah memasukkan harga chi kuadrat ke dalam perhitungan koefisien kontingensi dengan rumus :
x2 x2 + N
C=
Keterangan : C : Koefisien kontingensi X2 : Harga chi kuadrat N : Jumlah responden
C=
x2 x2 + N
=
5,76 5,76 + 40
=
5,76 45,76
= 0,126 = 0,355
e. Memasukkan harga koefisien kontigensi (C) menjadi harga phi (Æ ). Harga koefisien kontigensi untuk bisa di konsultasikan pada r tabel atau r product moment terlebih dahulu harus diubah menjadi harga phi (Æ ) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Æ =
Æ =
=
=
=
C 1-C C 1-C
0,355 1 - 0,355 0,355 0,645 0,355 0,803
= 0,442
C. Analisis Lanjutan Setalah diketahui nilai phi ( Æ ) yaitu 0,442 maka langkah selanjutnya adalah mengadakan tes signifikansi terhadap nilai phi ( Æ ) dengan cara mengkonsultasikan pada nilai r tabel atau r product moment dengan jumlah responden sebanyak 40, maka dapat di peroleh r tabel pada : Taraf signifikansi 1% adalah sebesar 0,403 Ternyata dari perhitungan hasil phi ( Æ ) = 0,442 dengan r tabel di atas, phi ( Æ ) lebih besar dari pada r tabel atau r product moment pada taraf signifikansi 1%. Taraf signifikansi 1% = 0,442 Æ > 0,403 (rt) Dengan demikian (Ho) di tolak dan (Ha) di terima artinya ada hubungan yang sangat positif antara tingkat pendidikan orang tua terhadap penanaman keagamaan pada anak, yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin tinggi pula tingkat penanaman
keagamaan pada anak. Hal ini terbukti, ternyata nilai phi ( Æ ) = 0,442 berada diatas batas penolakan nilai r tabel atau r product moment, N = 40 dalam taraf signifikansi 1%.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari 40 responden orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan rendah berjumlah 13 orang atau 32,5%, orang tua yang tingkat pendidikan sedang berjumlah 24 orang atau 60 % dan orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi berjumlah 3 orang atau 7,5%. Jadi tingkat pendidikan orang tua di dusun Koripan Tegalrejo Magelang rata-rata tergolong dalam katergori menengah. 2. Pada analisis tentang penanaman keagamaan pada anak dari orang tua yang berada pada tingkat tinggi dari 40 responden ada 4 orang atau 10 %, yang berada pada tingkat sedang ada 22 orang atau 55 % dan yang berada pada tingkat kurang 14 atau 35 %. Jadi rata-rata tingkat penanaman keagamaan pada anak dari orang tua di dusun Koripan Tegalrejo Magelang tergolong dalam kategori sedang. 3. Setelah dianalisis melalui uji statistik, ternyata menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan penanaman keagamaan pada anak. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan chi kwadrat dengan hasil 0,442 yang berada diatas r tabel atau r product moment pada taraf signifikansi 1 % (0,403) dengan N = 40, sehingga hipotesa yang diajukan dapat dinyatakan diterima.
B. Saran-Saran 1. Orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kelangsungan pendidikan anak-anaknya, maka hendaklah orang tua mempunyai tanggung jawab yang tinggi dengan memberikan tauladan, perhatian, bimbingan, arahan dan dorongan belajar terhadap anak-anaknya. 2. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agama anak, hendaknya orang tua senantiasa memperhatikan segala kebutuhan yang berkenaan dengan belajarnya, baik yang berupa sarana ataupun prasarana lain yang menunjang serta menyediakan waktu yang cukup bagi anak.
C. Penutup Dalam mengakhiri penyusunan skripsi ini, penulis bersyukur dan mengucapkan puji yang setinggi-tingginya kepada Allah SWT sumber dan tempat kembali segalagalanya yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya selama penulis mengadakan penelitian dan penulisan skripsi ini, sekalipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna. Kepada para pembaca, sangatlah berharga bila sudi memberikan koreksi kepada penulis atas kekeliruan dalam skripsi ini. Akhirnya dengan segala kesalahan dan kekurangan yang ada semoga Allah kuasa memberi ampunan kepada penulis. Sehingga karya ilmiah ini dinilai sebagai salah satu amal bakti seorang hamba yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Ubhiyati, Nur, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991. __________ , Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta, 1991. Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam 2, Fakultas Tarbiyah IAIN Walsongo, Salatiga. Al Jumbulati, Ali, Perbandingan Pendidikan Islam, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1994. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1991. As-Sidiqi, Hasby, Pedoman Dzikir dan Shalat, Bulan Bintang, Jakarta. Crow dan Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, Rake Sarasin, Yogayakarta, 1990. D., Singgih, Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1995. 1
Dakir, Dasar-dasar Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1993.
Darajad, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, CV. Ruhama, Yogyakarta, 1995. 2
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989. Hadi, Sutrisno, Metode Research I, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM, Yogyakarta, 2000. ____________, Metodologi Research Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2000. http://www.republika.co.id Ihsan, Fuad, Dasar-Dasar Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2010. Kadir, Mansyur Abdul, dan Ustadz Ja’far Amir, Perbandingan Agama Jilid I, Al-Munawar, Semarang, 1976. 1
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1993. Muslich, Karsa Menegakkan Jiwa Agama pada Diri Remaja, Depag RI, 1986. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976. 1
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Pusat, Ilmu Fiqh, Jilid I, Jakarta, 1983.
Rifa'i, Moh. dkk, Terjemahan Khulasha Kifayatul Akhyar, CV. Toha Putra, Semarang, 1978. Riwayat Bukhori, Didalam Kitab Jenazah, Hadis Nomor 1270, 1295. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1987. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1995. Tafsir, Ahmad, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002. 1
UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sisdiknas.
Whiterington, H.C., Psikologi Pendidikan (Terjm. M. Buchori), Aksara Baru, Jakarta, 1983. Wojowasito, S., Kamus Bahasa Indonesia, Shinta Dharma, Bandung, 1972. 1
Yousda, Amirman, I, Ine, Dra, M.Pd, Penelitian dan Statistik Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1993. Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Bumi Aksara, Jakarta, 1991. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama, 1995.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Dengan ini saya cantumkan riwayat hidup sebagai berikut: 1. Nama
: Neila Sa’adah
2. Tempat dan tanggal lahir : Magelang, 20 November 1990 3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Koripan RT 04/V, Dawung , Tegalrejo, Magelang
7. Riwayat pendidikan
: -
MI Yakti Dawung Lulus Tahun 2003
-
SMP N 1 Tegalrejo Lulus Tahun 2006
-
MAN Tegalrejo Lulus Tahun 2009
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,
29 Juli 2013
Penulis
Neila Sa’adah NIM. 115 09 049