DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………… 1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………………………………….….
1 3
1.3 Landasan Hukum …………………………………………………………………………………………...... 1.4 Kedudukan dan Peranan Renstra SKPD Dalam Pembangunan Perencanaan Daerah .......................................................................................................... 1.5 Sistematika ………………………………………………………………………………………………………..
4 6 8
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD …………………………………………………….
10
2.2 2.3 2.4 2.5
16 21 38 103
Kondisi Geografis dan Demografis ................................................................. Sumber Daya Kesehatan ………………………………………………................................... Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Kota Denpasar ………………………………………… Tantangan dan peluang Pengembangan Pelayanan SKPD ……………………………….
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
Identifikasi, Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD …… Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Telaah renstra K/L dan renstra Provinsi/Kabupaten/Kota………………………………… Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis……. Penentuan Isu-isu Strategis ………………………………………………………………………………
104 107 109 114 115
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1. 2. 3. 4.
Visi ………………………………………………………………………………………………………………………. Misi …………………………………………………………………………………………………………………….. Tujuan dan sasaran Jangka menengah Dinas Kesehatan Kota Denpasar…………… Strategi dan kebijakan ………………………………………………………………………………………..
117 117 118 127
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF ................................................................................................
131
BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJM.............
166
BAB VII PENUTUP ...................................................................................................................
171
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 1
KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
Rencana Strategis (Renstra) merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu dan disusun berdasarkan pemahaman lingkungan strategik baik dalam skala nasional, regional maupun lokal dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada. Renstra merupakan dokumen perencanaan taktis-strategis yang menjabarkan potret permasalahan pembangunan untuk memecahkan permasalahan daerah secara terencana dan bertahap melalui sumber pembiayaan APBD setempat, dengan mengutamakan kewenangan yang wajib disusun sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah. Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memuat memuat visi dan misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah serta berpedoman kepada RPJM daerah dan bersifat indikatif. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ini digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kota Denpasar dalam kurun waktu lima tahun (2016-2021). Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar 2016-2021. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan petunjuk dan kekuatan bagi kita semua dalam melaksanakan pembangunan Kesehatan di Kota Denpasar dalam upaya kita bersama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Denpasar, September 2016 Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes NIP. 196204191988032007
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 2
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2016-2021
OLEH DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2016 RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 3
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR NOMOR TENTANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA DENPASARTAHUN 2016-2021 RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2016-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun pemerintah dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, menjadi kewajiban Pemerintah Provinsi /Kabupaten / Kota untuk menyusun Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai salah satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perencanaan Pembangunan Daerah tersebut disusun berjangka, meliputi : a. Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun yang memuat Visi, Misi dan arah Pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 4
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun, yang merupakan penjabaran Visi, Misi dan Program Kepala Daerah
dengan
berpedoman
RPJP
Daerah
dan
memperhatikan
RPJM
Nasional. c.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu satu tahun. Rencana Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil
yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu dan disusun berdasarkan pemahaman lingkungan strategik baik dalam skala nasional, regional maupun lokal dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada. RENSTRA merupakan dokumen perencanaan taktis-strategis yang menjabarkan potret permasalahan pembangunan untuk memecahkan permasalahan daerah secara terencana dan bertahap melalui sumber pembiayaan APBD setempat, dengan mengutamakan kewenangan yang wajib disusun sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah. Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2004 Renstra SKPD memuat memuat visi dan misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Perangkat daerah serta berpedoman kepada RPJM daerah dan bersifat indikatif. Rencana Strategis (Renstra) SKPD dapat dikategorikan sebagai dokumen manajerial wilayah yang bersifat komprehensif karena mampu memberikan program-program strategis sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang dalam lingkup SKPD. Keberhasilan usaha pemerintah daerah untuk mempertemukan antara keinginan masyarakat dengan fakta kondisi daerah diukur melalui indikator perencanaan strategis dari program dan kegiatan yang tercantum di dalam RENSTRA yang dievaluasi melalui evaluasi kinerja Kepala Daerah sesuai dengan PP No. 108 tahun 2000, dengan memperhatikan indikator evaluasi kinerja yang disosialisasikan secara nasional melalui modul pelatihan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Untuk mensinergikan pembangunan kesehatan di Kota Denpasar dengan pembangunan di Provinsi Bali
dan
Pembangunan Kesehatan Nasional,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan mengacu
pada Cita – cita luhur
bangsa Indonesia yaitu Tri Sakti dan kemudian cita – cita tersebut dijabarkan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 5
dalam Nawacita yaitu sembilan tujuan pembangunan nasional yang berlaku sampai dengan 2019. Disamping
mengacu
pada
program
dan
kebijakan
pembangunan
kesehatan Provinsi Bali, yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu Bali Dwipa Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana, dan
Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Bali yaitu: Bali yang Aman, Maju, Damai dan Sejahtera “Bali Mandara”.
Renstra
Dinas
Kesehatan
Juga
mengacu
pada
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Denpasar Tahun 2016-2021. Renstra tersebut
disusun untuk mendukung Visi pemerintah Kota Denpasar
Tahun 2016-2021 “ DENPASAR KREATIF BERWAWASAN BUDAYA DALAM KESEIMBANGAN MENUJU KEHARMONISAN”. Ada lima Misi, delapan kebijakan (Padmaksara) dan 33 program prioritas Walikota Denpasar yang menjadi dasar dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar terutama pada misi ke lima yaitu penguatan keseimbangan pembangunan pada berbagai dimensi dan sekalanya berlandaskan Tri Hita Karana, Padmaksara ke enam yaitu meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
(Welfare
society)
menuju
kebahagiaan, dan Program ke lima belas yaitu meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan budaya dan program ke dua puluh yaitu mewujudkan pelayanan prima berdasarkan sewaka darma Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar secara substasial memuat pokok–pokok kebijakan umum dibidang kesehatan dan arah serta strategi pembangunan kesehatan di Kota Denpasar.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 20162021 adalah dokumen perencanaan yang digunakan sebagai arah dan acuan sekaligus kesepakatan bagi seluruh komponen Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan sesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan kesehatan yang disepakati bersama. Dengan demikian Renstra
Dinas
Pembangunan
Kesehatan Kesehatan
Kota Nasional
Denpasar dan
mensinergikan
Daerah
melalui
Perencanaan
program-program
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 6
kesehatan dan merupakan satu kesatuan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Denpasar Maksud penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 20162021 adalah : 1.
Merupakan pedoman resmi bagi Komponen Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan jaringannya dalam menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode lima tahun.
2.
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016 -2021 menyediakan target program dan kegiatan yang dapat digunakan untuk
mengukur
dan
melakukan
evaluasi
kinerja
tahunan
pembangunan kesehatan di Kota Denpasar. 3.
Menggambarkan capaian pembangunan kesehatan saat ini di Kota Denpasar dan menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan Kota Denpasar dalam lima tahun kedepan
4.
Mewujudkan keterpaduan arah kebijakan pembangunan kesehatan nasional maupun daerah
sesuai dengan tujuan dan sasaran
pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Mengah Daerah (RPJMD) Kota Denpasar.
1.3. LANDASAN HUKUM Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016-2021 berpedoman pada : a. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan DaerahDaerah Tingkat I Bali, Nusa tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur; b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaaran Negara; d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; e. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 7
g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah; h. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; i. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027); j. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; k. Peraturan
Pemerintah
Nomor
56
Tahun
2001
tentang
Pelaporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; l. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/SK/V/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota; m. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/V/ 2008 tentang Juknis SPM; n. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 457/Menkes/SK/V/ 2008 tentang 17 Sasaran Departemen Kesehatan; o. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/SK/V/ 2008 tentang Juknis PP 38 Tahun 2007; p. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional; q. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 j. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Denpasar Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kota Denpasar Tahun 2009 Nomor 1; k. Peraturan Walikota Nomor ..... Tahun ............. tentang RPJMD Kota Denpasar Tahun .................
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 8
1.4 KEDUDUKAN DAN PERANAN RENSTRA SKPD DALAM PERENCANAAN DAERAH Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, Dokumen RENSTRA Dinas Kesehatan Kota Denpasar juga sangat terkait dengan berbagai dokumen perencanaan di tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten seperti : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007), Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional 2015-2019 (Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Bali 2005-2025 (Perda Nomor 6 Tahun 2009), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bali 2013-2018 (Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2014) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Denpasar dan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Denpasar. Adapun keterkaitan RENSTRA Dinas Kesehatan
Kota Denpasar dengan
dokumen di atasnya seperti terlihat dalam gambar berikut :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 9
Gambar 1. 1 Hubungan RENSTRA dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya
Pedoman
RPJM-Nasional (5 Tahun)
RPJP-Nasional (20 Tahun) Acuan
Memperhatikan
Acuan
RPJP-Daerah Provinsi (20 Tahun)
RPJM- Daerah Provinsi/ Renstrada-Provinsi dan Standar Pelayanan Minimal Memperhatikan
Acuan RPJP-Daerah Kab. (20 Tahun) Pedoman
Input
RPJM-Daerah Kab. (5 Tahun)
Penjabaran
Pedoman
Pedoman A. RKPD (1 Tahun)
Rancangan Renstra-SKPD
Renstra-SKPD (5 Tahun)
B. Acuan Acuan
Input
RKP Acuan
Pedoman
Renja-SKPD (1 Tahun) Pedoman RAPBD (1 Tahun)
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan dokumen perencanaan nasional untuk kurun waktu 25 tahun yang disahkan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2007 dan RPJP Nasional merupakan dasar pemerintah pusat dalam menyususn RPJM Nasional yaitu rencana dalam pembangunan selama lima tahun ke depan. Pemerintah provinsi dalam
menyusun
RPJM
daerah
harus
memperhatikan
kebijakan
kebijakan yang tercantum dalam RPJM Nasional maupun RPJP Nasional.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 10
–
2. Penyusunan
RPJM
Kabupaten/Kota
yang
merupakan
dokumen
perencanaan selama lima tahun yaitu tahun 2016–2021 dilaksanakan setelah adanya pemilihan kepala daerah, dengan mengadopsi apa yang menjadi janji–janji Kepala Daerah terpilih dan tidak boleh terlepas dari apa yang menjadi tujuan RPJP maupun RPJM Provinsi, serta harus berpedoman pada kebijakan yang tertuang pada RPJM Provinsi dan RPJM Nasional 3. Renstra SKPD merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah selama lima tahun yang penyusunan renstra tersebut mengacu pada program kerja RPJM Kota dan Renstra Kementrian Kesehatan RI. Renstra Kemenkes merupakan dokumen perencanaan teknis di bidang kesehatan, yang memuat arah dan kebijakan kesehatan dan indikator rencana program kegiatan bidang kesehatan. 4. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
tahun 2016-2021 adalah
dokumen perencanaan yang digunakan sebagai arah dan acuan sekaligus kesepakatan bagi seluruh komponen Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan sesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan
pembangunan
kesehatan
yang
disepakati
bersama
yang
memuat rencana kegiatan pembangunan tahunan dan dilengkapi dengan formulir
kerangka
anggaran
dan
kerangka
regulasi
serta
indikasi
pendanaan lima tahun kedepan. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016-2021 dijadikan acuan dalam penyusunan renja- SKPD selama lima tahun (2016-2021).
1.5 SISTEMATIKA Sistematika penulisan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Memuat Latar belakang, maksud dan tujuan, Landasan Hukum, Hubungan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan dokumen Perencanaan lainnya, dan Sistematika Penulisan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 11
Bab II
GAMBARAN PELAYANAN Menggambarkan tugas, fungsi dan struktur organisasi dinas Kesehatan Kota Denpasar, sumberdaya, Kinerja Pelayanan dan tantangan serta peluang pengembangan pelayanan Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Bab III
ISU ISU STRATEGIS Pada bab ini diuraikan identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPD, telaah Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, Telaah Renstra K/L dan Renstra Provinsi/Kabupaten/Kota, Telaahan rencana tataruang wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis dan penentuan isuisu strategis
Bab IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Memuat Visi, Misi, Tujuan jangka menengah, Strategi dan Kebijakan
Bab V
RENCANA
PROGRAM
DAN
KEGIATAN,
INDIKATOR
KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif Bab VI
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator Kinerja yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
Bab VII
PENUTUP
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 12
GAMBARAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
BAB II
2.1 STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar
Nomor 13 Tahun 2017
tentang Uraian Tugas Jabatan Dinas Daerah, (1) Kepala Dinas memiliki tugas : a.
menetapkan Rencana
program
Strategis
kerja Dinas
Dinas
Kesehatan
Kesehatan
berdasarkan
sebagai
pedoman
pelaksanaan tugas; b.
mengkoordinasikan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Dinas
Kesehatan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan kebijakan pimpinan agar target kinerja tercapai sesuai rencana; c.
membina bawahan di lingkungan Dinas Kesehatan dengan cara mengadakan rapat/pertemuan dan bimbingan secara berkala agar diperoleh kinerja yang diharapkan;
d.
mengarahkan pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Dinas Kesehatan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, permasalahan, dan hambatan serta ketentuan yang berlaku untuk ketetapan dan kelancaran pelaksanaan tugas;
e.
membuat perumusan kebijakan kesekretariatan berdasarkan kewenangan yang ada sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
f.
membuat
perumusan
kebijakan
teknis
Bidang
Kesehatan
Masyarakat, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Bidang
Pelayanan
Kesehatan,
dan
Bidang
Sumber
Daya
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 13
Kesehatan berdasarkan kewenangan yang ada sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas; g.
memberikan petunjuk dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
h.
memberikan pelayanan perizinan dan rekomendasi di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai dasar penerbitan perizinan;
i.
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat sesuai bidang tugasnya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
j.
membina dan melakukan kerjasama dengan Perangkat Daerah dan organisasi lain di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan petunjuk teknis untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
k.
mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Dinas Kesehatan dengan cara membandingkan antara program kerja dan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan rencana kerja yang akan datang;
l.
menyusun laporan pelaksanaan tugas
di lingkungan Dinas
Kesehatan sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai akuntabilitas kinerja; m.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(2) Sekretaris memiliki tugas : a.
menyusun
rencana
operasional
di
lingkungan
Sekretariat
berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Sub Bagian di lingkungan Sekretariat sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 14
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Sub Bagian di lingkungan Sekretariat sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Sekretariat secara berkala sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang diharapkan;
e.
mengoordinasikan penyelenggaraan
penyusunan tugas
–
tugas
rencana bidang
operasional serta
dan
memberikan
pelayanan administrasi sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan agar target kerja tercapai sesuai rencana; f.
mengoordinasikan penyusunan usulan RKA/DPA sesuai dengan rencana strategis sebagai dasar untuk penyusunan program Dinas;
g.
menyelenggarakan pengelolaan perencanaan program, data dan informasi kesehatan berdasarkan rencana operasional Sekretariat sesuai ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
h.
menyelenggarakan
pengelolaan
urusan
keuangan
sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku agar terciptanya tertib pengelolaan keuangan yang akuntabel; i.
menyelenggarakan
pengelolaan urusan umum, kepegawaian,
penerimaan tamu dan Administrasi Perjalanan Dinas sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas; j.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
Sekretariat
dengan
cara
membandingkan antara rencana operasional dan tugas tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan rencana yang akan datang; k.
membuat laporan pelaksanaan tugas Sekretariat sesuai dengan tugas
yang
telah
dilaksanakan
secara
berkala
sebagai
akuntabilitas Sekretariat; l.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tertulis;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 15
(3) Subbag Perencanaan, Data dan Pelaporan memiliki tugas a.
merencanakan
kegiatan
Subbagian
Perencanaan,
Data
dan
Pelaporan berdasarkan rencana operasional Sekretariat sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Subbagian Perencanaan, Data dan Pelaporan; c.
membimbing
pelaksanaan
tugas
bawahan
di
lingkungan
Subbagian Perencanaan, Data dan Pelaporan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar; d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Perencanaan, Data dan Pelaporan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melakukan pengumpulan, analisis dan penyajian data dibidang perencanaan sesuai dengan kegiatan masing-masing bidang dan Sekretariat agar menjamin keakuratan informasi yang dihasilkan;
f.
mengoordinasikan dan menyiapkan bahan perumusan rencana dan
program
kerja
Dinas
Kesehatan
berdasarkan
rencana
kegiatan masing-masing Bidang dan Sekretariat serta ketentuan yang berlaku agar pelaksaan program dan kegiatan berjalan sesuai perencanaan; g.
menyiapkan bahan laporan kinerja, LKPJ, LPPD, dan SPM sesuai ketentuan
peraturan perundang – undangan yang berlaku
sebagai bahan pertanggungjawaban; h.
menyusun laporan kinerja Dinas sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku sebagai bahan pertanggungjawaban;
i.
melaksanakan pengelolaan subdomain sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk peningkatan kualitas informasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 16
j.
menghimpun dan menginventarisasi laporan hasil pengawasan internal dan eksternal di lingkungan Dinas Kesehatan
Kota
Denpasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai bahan evaluasi; k.
menyiapkan administrasi dan rekomendasi penelitian bagi siswa dan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
l.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Subbagian
Perencanaan, Data dan Pelaporan dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang; m.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian Program dan Informasi Kesehatan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(4) Subbag Keuangan memiliki tugas a.
merencanakan
kegiatan
Subbagian
Keuangan
berdasarkan
rencana operasional Sekretariat dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Subbagian Keuangan; c.
membimbing
pelaksanaan
tugas
bawahan
di
lingkungan
Subbagian Keuangan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar; d.
memeriksa
hasil
kerja
bawahan
di
lingkungan
Subbagian
Keuangan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan; e.
menyusun rencana anggaran biaya langsung dan tak langsung sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 17
f.
melaksanakan tata usaha keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pedoman yang telah ditetapkan agar terciptanya pengelolaan keuangan yang akuntabel;
g.
membuat laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku
sebagai
bahan
laporan
pertanggungjawaban yang akuntabel; h.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Subbagian
Keuangan dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang; i.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian Keuangan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(5) Subbag Umum dan Kepegawaian memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Subbagian Umum dan Kepegawaian berdasarkan rencana operasional Sekretariat dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Subbagian Umum dan Kepegawaian; c.
membimbing
pelaksanaan
tugas
bawahan
di
lingkungan
Subbagian Umum dan Kepegawaian sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar; d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Subbagian Umum dan Kepegawaian sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
menyiapkan rencana kebutuhan, pengembangan lingkungan
Dinas
Kesehatan
sesuai
dengan
pegawai di
prosedur
dan
peraturan yang berlaku agar distribusi pegawai merata di setiap bidang dan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 18
f.
melaksanakan urusan surat-menyurat dan penggandaan naskah dinas
sesuai
ketentuan
yang
berlaku
agar
tercipta
tertib
administrasi; g.
Melaksanakan urusan umum dan rumah tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
h.
merencanakan dan melaksanakan urusan administrasi perjalanan dinas dan penerimaan tamu sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
i.
menyiapkan data dan membuat laporan kepegawaian sesuai dengan
ketentuan
yang
berlaku
agar
terciptanya
tertib
administrasi kepegawaian; j.
melakukan upaya-upaya peningkatan disiplin pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terjadi peningkatan kualitas pegawai;
k.
melaksanakan pengelolaan barang daerah di lingkungan Dinas Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku agar tercipta tertib administrasi;
l.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian Umum dan Kepegawaian dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
m.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian Umum dan Kepegawaian sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT (1) Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat memiliki tugas : a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 19
tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien; c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat secara berkala sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang diharapkan;
e.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Kesehatan Keluarga dan Gizi sesuai dengan
peraturan
yang
berlaku
untuk
menurunkan
angka
kesakitan kematian ibu dan bayi serta menurunkan prevalensi gizi buruk; f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku agar dapat meningkatkan pemberdayaan dan derajat kesehatan masyarakat; g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai dengan peraturan yang berlaku agar meningkatkan
kesehatan
lingkungan,
kesehatan
kerja
dan
olahraga; h.
mengevaluasi pelaksanaan tugas Bidang Kesehatan Masyarakat dengan cara membandingkan antara rencana operasional dan tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan rencana yang akan datang;
i.
membuat
laporan
pelaksanaan
tugas
Bidang
Kesehatan
Masyarakat sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai akuntabilitas Bidang Kesehatan Masyarakat; j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tertulis.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 20
(2) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi berdasarkan rencana operasional Bidang Kesehatan Masyarakat dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas; f.
merencanakan kesehatan dan
gizi
dan
mengoordinasikan
pelaksanaan
program
ibu, anak, remaja, Keluarga Berencana (KB), lansia sesuai
dengan
Standar
Pelayanan
Minimal
(SPM)/peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas. g.
melaksanakan
pembinaan
teknis,monitoring
dan
evaluasi
program kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan
remaja,
Keluarga Berencana, kesehatan lansia dan program gizi di masing-masing
Puskesmas
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku agar tertib administrasi; h.
memantau kasus risiko tinggi pada maternal dan neonatal, bayi dan anak balita, remaja, lansia dan gizi buruk sesuai dengan peraturan yang berlaku agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian;
i.
meningkatkan kapasitas sumber daya tenaga kesehatan ibu, anak dan remaja, lansia dan gizi sesuai dengan ketentuan yang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 21
berlaku
agar
dapat
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
kesehatan; j.
melaksanakan pembinaan tentang upaya peningkatan kesehatan ibu, anak, remaja, Keluarga Berencana, lansia dan gizi di masing-masing
Puskesmas
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku agar dapat menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan menurunkan prevalensi gizi buruk; k.
melaksanakan pembinaan bidan puskesmas/bidan puskesmas pembantu dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu, bayi, dan penurunan prevalensi gizi buruk;
l.
melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) sesuai dengan peraturan yang berlaku agar penyebab kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi baru lahir dapat diketahui dengan jelas;
m.
mengoordinasikan pelaksanaan penyuluhan gizi masyarakat dan gizi institusi di puskesmas sesuai dengan peraturan yang berlaku agar
pelaksanaan
penyuluhan
gizi
masyarakat
dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana; n.
mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) sesuai dengan peraturan yang berlaku agar tersedia data kewaspadaan pangan dan gizi di suatu wilayah;
o.
mengoordinasikan
pelaksanaan
kegiatan
penanggulangan
kekurangan gizi, Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemi Gizi Besi (AGB), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodum (GAKY) sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar kasus kekurangan gizi dapat diturunkan dan terdokumentasi; p.
mensosialisasikan
program-program
kesehatan
ibu,
anak,
remaja, KB, lansia dan gizi sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat; q.
melacak/mencari data persalinan, kematian bayi dan ibu di rumah sakit/klinik sesuai dengan peraturan yang berlaku agar dapat diketahui data AKI dan AKB;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 22
r.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
s.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; t.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(3) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat memiliki tugas : a.
merencanakan
kegiatan
seksi
Promosi
dan
Pemberdayaan
Masyarakat berdasarkan rencana operasional Bidang Kesehatan Masyarakat dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan seksi Promosi dan Pemberdayaan
Masyarakat
sesuai
dengan
prosedur
dan
peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan; e.
melaksanakan advokasi, bina suasana program kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
f.
melaksanakan gerakan masyarakat, kemitraan, kerjasama lintas program dan lintas sektoral sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk terciptanya partisipasi masyarakat;
g.
merencanakan
dan
mengoordinasikan
pelaksanaan
program
Promosi Kesehatan (Promkes), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)/Posyandu dan desa siaga sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 23
dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas; h.
melaksanakan
pembinaan
teknis,monitoring
dan
evaluasi
program promkes,UKS,UKBM (Posyandu) dan desa siaga sesuai dengan peraturan yang berlaku agar dapat meningkatkan peran serta
masyarakat
dan
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat; i.
meningkatkan kapasitas sumber daya tenaga kesehatan program Promkes,UKS dan UKMB sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan;
j.
melaksanakan pembinaan tenaga fungsional Promosi kesehatan teladan sesuai dengan kriteria yang berlaku sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
k.
mengoordinasikan
pelaksanaan
penyuluhan
dengan
mobil
keliling dan pameran pembangunan sesuai dengan tema yang ditetapkan agar pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dapat ditingkatkan; l.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
m.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(4) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga berdasarkan rencana operasional Bidang Kesehatan Masyarakat dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 24
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai dengan prosedur
dan
peraturan
yang
berlaku
agar
terhindar
dari
kesalahan; e.
melaksanakan bimbingan teknis/supervisi dan evaluasi program sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk terciptanya tertib administrasi;
f.
melaksanakan pengawasan, pembinaan dan inspeksi sanitasi Rumah Sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk terciptanya kesehatan lingkungan;
g.
melaksanakan pengawasan dan pembinaan kesehatan hotel sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai dasar penerbitan surat keterangan laik sehat hotel;
h.
melaksanakan pengawasan dan pembinaan kesehatan kolam renang/pemandian umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai dasar penerbitan surat keterangan laik sehat kolam renang/pemandian umum;
i.
melaksanakan pengawasan, pembinaan dan inspeksi sanitasi terhadap tempat-tempat umum lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terciptanya kesehatan lingkungan;
j.
mengadakan
pengawasan dan pembinaan hygiene sanitasi
pangan terhadap rumah makan dan restoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai dasar untuk mengeluarkan sertifikat laik hygiene sanitasi; k.
mengadakan
pengawasan dan pembinaan hygiene sanitasi
pangan terhadap jasa boga sesuai dengan peraturan yang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 25
berlaku sebagai dasar untuk mengeluarkan sertifikat laik hygiene sanitasi jasa boga; l.
mengadakan
pengawasan
dan
pembinaan
hygiene
sanitasi
pangan terhadap kantin sekolah sesuai peraturan yang berlaku untuk mewujudkan makanan yang sehat, aman dan bergizi; m.
mengadakan
pengawasan
dan
pembinaan
hygiene
sanitasi
pangan terhadap makanan jajanan dan sentra makanan sesuai peraturan yang berlaku agar terciptanya kesehatan masyarakat; n.
melaksanakan pengawasan, pembinaan dan inspeksi sanitasi terhadap sarana sanitasi dasar, air bersih dan air minum sesuai peraturan yang berlaku untuk terciptanya kesehatan masyarakat;
o.
melaksanakan
pengawasan,
pembinaan
dan
pemeriksaan
kualitas air, penyuluhan dan perbaikan kualitas air sesuai peraturan yang berlaku untuk terciptanya kesehatan masyarakat; p.
melaksanakan pendataan dan pembinaan pengelola pestisida serta
melaksanakan
pemeriksaan
cholenestrase
darah
bagi
pemakai dan pengelola pestisida sesuai peraturan yang berlaku agar diketahui derajat cholenestrase dalam darah; q.
melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi program kesehatan kerja dan olahraga sesuai peraturan yang berlaku agar dapat meningkatkan kebugaran dan kinerja pegawai;
r.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan
Kerja
dan
Olahraga
dengan
cara
mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang; s.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai dengan
prosedur
dan
peraturan
yang
berlaku
untuk
pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; t.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (1) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit memiliki tugas :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 26
a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan
serta
petunjuk
pimpinan
sebagai
pedoman
pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien;
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit secara berkala sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang diharapkan;
e.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Surveilans dan Imunisasi sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
untuk
menurunkan kasus penyakit menular; g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk menurunkan kasus penyakit tidak menular; h.
merumuskan, melaksanakan kebijakan dan bimbingan teknis di bidang surveilans epidemiologi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit
tidak
menular,
serta
upaya
kesehatan
jiwa
dan
Narkotika, Psikotrofika, dan Zat adiktif lainnya (NAFSA), dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 27
kesehatan haji sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas; i.
melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang surveilans epidemiologi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotrofika, dan Zat adiktif lainnya (NAFSA), dan kesehatan haji sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas; j.
menyebarluaskan
informasi cara-cara pengendalian sumber-
sumber penyakit sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk memberikan edukasi kepada masyarakat; k.
merencanakan kegiatan penelitian pengendalian, pengawasan penyakit dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk menurunkan dampak KLB;
l.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
Bidang
Pencegahan
dan
Pengendalian Penyakit dengan cara membandingkan antara rencana operasional dan tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan rencana yang akan datang; m.
membuat laporan pelaksanaan tugas Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
dilaksanakan
secara
sesuai
berkala
dengan sebagai
tugas
yang
akuntabilitas
telah Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(2) Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi memiliki tugas : a.
merencanakan berdasarkan
kegiatan rencana
Seksi
operasional
Surveilans Bidang
dan
Imunisasi
Pencegahan
dan
Pengendalian Penyakit dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Surveilans dan Imunisasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 28
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Surveilans dan Imunisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Surveilans dan Imunisasi sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melaksanakan kegiatan pengumpulan data penyakit di sarana pelayanan kesehatan dan masyarakat secara aktif maupun pasif sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
sebagai
bahan
perencanaan kedepan; f.
melaksanakan kegiatan pengolahan, analisa dan interpretasi data penyakit, serta penyebaran informasi kepada lintas program maupun lintas sektor terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku
agar
terdokumentasi
penyakit
untuk
dilaksanakan
pencegahan; g.
melaksanakan penyelidikan epidemiologi penyakit sesuai dengan peraturan yang berlaku agar diketahui pola penyakit;
h.
mengoordinasikan lintas program maupun lintas sektor sesuai dengan
peraturan
yang
berlaku
untuk
memperlancar
pelaksanaan tugas; i.
melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan haji dan vaksinasi meningitis kepada calon jamaah haji sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar kesehatan haji dapat terpantau;
j.
melaksanakan investigasi dan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa
(SKD
KLB)
Penyakit
berpotensi
wabah/KLB
berdasarkan faktor risiko sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya KLB; k.
menyiapkan pengadaan dan mendistribusikan vaksin ke fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk menjamin ketersediaan vaksin;
l.
mengumpulkan pengolahan
dan
bahan
monitoring,
analisa
data
data
serta
sarana
evaluasi
vaksinasi,
pelaksanaan
vaksinasi rutin dan insidentil pada sarana pelayanan kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 29
serta menganalisa
hasil penelitian penyakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas; m.
mengoordinasikan pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk terjaminnya imunisasi anak sekolah;
n.
mengoordinasikan pelaksanaan vaksinasi kanker cervix sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk menjamin kesehatan remaja perempuan;
o.
melaksanakan pembinaan program ke UPT Dinas Kesehatan berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk mendukung program Dinas;
p.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Surveilans dan Imunisasi dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
q.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Surveilans dan Imunisasi sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; r.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(3) Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular
berdasarkan
rencana
operasional
Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sesuai dengan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 30
tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar; d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
menyebarluaskan
informasi,
mengumpulkan
bahan
dan
penanggulangan penyakit menular langsung secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga dapat mencegah penyakit menular langsung; f.
mengumpulkan
bahan
penyelenggaraan
pencegahan,
penanggulangan penyakit bersumber binatang sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku
untuk
mengantisipasi
penyakit
bersumber binatang; g.
melaksanakan supervisi, monitoring dan evaluasi Pencegahan dan
Pengendalian
kesehatan
sesuai
penyakit
menular
dengan
peraturan
ke
fasilitas
yang
pelayanan
berlaku
untuk
menurunkan kasus penyakit menular; h.
mendistribusikan penanggulangan
sarana penyakit
dan menular
prasarana langsung
program ke
fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk kelengkapan kebutuhan fasilitas; i.
menginventarisasi dan mensosialisasikan perkembangan kasus penyakit bersumber binatang yang terjadi ke instansi lintas sektor terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan umpan balik;
j.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
k.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 31
l.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(4) Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa berdasarkan rencana operasional Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
melaksanakan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisa, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai bahan pengambilan kebijakan;
e.
melaksanakan kegiatan kesehatan jiwa dan nafza sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat;
f.
mengoordinasikan
lintas
program
maupun
lintas
sektor,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai ketentuan yang berlaku untuk memperlancar pelaksanaan tugas; g.
melaksanakan pembinaan program ke UPT Dinas Kesehatan berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk mendukung program Dinas;
h.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 32
i.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
BIDANG PELAYANAN KESEHATAN (1) Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan memiliki tugas : a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pelayanan Kesehatan berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Pelayanan Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien;
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang Pelayanan Kesehatan secara berkala sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang diharapkan;
e.
merencanakan, mengevaluasi
melaksanakan, kegiatan
membina,
Pelayanan
monitoring
Kesehatan
Primer
dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku agar tugas dan kegiatan berjalan dengan baik; f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan peraturan yang berlaku agar tugas dan kegiatan berjalan dengan baik;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 33
g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Tradisional sesuai dengan peraturan yang berlaku agar tugas dan kegiatan berjalan dengan baik; h.
mengevaluasi pelaksanaan tugas Bidang Pelayanan Kesehatan dengan cara membandingkan antara rencana operasional dan tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan rencana yang akan datang;
i.
membuat
laporan
pelaksanaan
tugas
Bidang
Pelayanan
Kesehatan sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai pertanggungjawaban; j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(2) Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer memiliki tugas : a.
merencanakan
kegiatan
Seksi
Pelayanan
Kesehatan
Primer
berdasarkan rencana operasional Bidang Pelayanan Kesehatan dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Primer; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Primer sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Primer sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanakan manajemen
puskesmas
sesuai
dengan
perundang-undangan
yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi; f.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan publik di puskesmas sesuai dengan perundangundangan yang berlaku agar pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 34
g.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan akreditasi puskesmas sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar puskesmas dapat terakreditasi dengan baik;
h.
pembinaan dan pengawasan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar tercipta FKTP yang berkualitas;
i.
merencanakan,
menilai,
membina,
memonitoring,
dan
mengevaluasi pelaksanaan puskesmas berprestasi sesuai dengan perundang-undangan
yang
berlaku
agar
puskesmas
dapat
predikat berprestasi yang baik; j.
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
di
puskesmas
sesuai
dengan
perundang-
undangan yang berlaku agar pelaksanaan JKN dapat berjalan dengan baik dan dapat tercapai total coverage; k.
pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan di puskesmas sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar tercipta tertib administrasi;
l.
mengkoordinir
pelaksanaan
pelayanan
kesehatan
luar
gedung/Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar tercapai kesehatan masyarakat yang mandiri dan berkualitas; m.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar tercipta FKTP yang berkualitas;
n.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat sesuai dengan perundangundangan yang berlaku agar masyarakat sehat, mandiri, dan berkualitas ;
o.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
p.
menyusun
laporan
pelaksanaan
Pelayanan
Kesehatan
Primer
tugas
sesuai
di
lingkungan
dengan
prosedur
Seksi dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 35
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; q.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(3) Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan berdasarkan rencana operasional Bidang Pelayanan Kesehatan dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik dan berkualitas;
f.
merencakan, medical
memonitoring,
check
up
pejabat
dan dan
mengevaluasi keluarga
pelaksanaan
sesuai
dengan
perundang-undangan yang berlaku agar terlaksana medical check up sesuai dengan rencana dan kebutuhan; g.
merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan program indera puskesmas sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar program keinderaan dapat dilaksanakan dengan baik ;
h.
menyiapkan,
memonitoring,
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
pelayanan P3K dan kebencanaan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku agar kegiatan P3K dan kebencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan kebutuhan;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 36
i.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
j.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; k.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(4) Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional berdasarkan rencana operasional Bidang Pelayanan Kesehatan dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan tradisional di puskesmas sesuai dengan perundang-undangan
yang
berlaku
agar
tercipta
tertib
administrasi penyehat tradisional; f.
merencanakan, asuhan
mandiri
memonitoring, di
puskesmas
dan
mengevaluasi
sesuai
dengan
pelayanan perundang-
undangan yang berlaku agar pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 37
g.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar
penyehat
tradisional
memenuhi
peraturan
perunfang-
undangan yang berlaku; h.
menerbitkan Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT) sesuai dengan
perundang-undangan
penyehat
tradisional
yang
dapat
berlaku
dilaksanakan
agar
dengan
pelayanan baik
dan
berkualitas; i.
menerbitkan
rekomendasi/
surat
ijin
tenaga
dan
sarana
kesehatan tradisional sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar tertib administrasi; j.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
k.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pelayanan Kesehatan Tradisional sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; l.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN (1) Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas : a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Sumber Daya Kesehatan berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien;
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai peraturan dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 38
prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas; d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang Sumber Daya Kesehatan secara berkala sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang diharapkan;
e.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan seksi Kefarmasian sesuai peraturan yang berlaku agar tercipta tertib administrasi; f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai peraturan yang berlaku agar tercipta tertib administrasi; g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan sesuai peraturan yang berlaku agar tercipta tertib administrasi; h.
mengevaluasi Kesehatan
pelaksanaan
dengan
cara
tugas
Bidang
membandingkan
Sumber antara
Daya
rencana
operasional dan tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan rencana yang akan datang; i.
membuat laporan pelaksanaan tugas Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai akuntabilitas Bidang Sumber Daya Kesehatan;
j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(2) Kepala Seksi Kefarmasian memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Kefarmasian berdasarkan rencana operasional Bidang Sumber Daya Kesehatan dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Kefarmasian;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 39
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Kefarmasian sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Kefarmasian sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
mengevaluasi Rencana Kebutuhan Obat (RKO) puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terpenuhinya kebutuhan obat puskesmas dengan baik;
f.
merencanakan dan menyusun kebutuhan obat di tingkat Dinas Kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar sesuai dengan kebutuhan obat yang diusulkan dari puskesmas;
g.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Penggunaan Obat Rasional (POR) sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar masyarakat dapat menggunakan obat secara baik dan rasional;
h.
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
pelaksanaan
Pemberian Informasi Obat (PIO) dan konseling obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar masyarakat dapat minum obat sesuai dengan indikasi; i.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan bidang kefarmasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat terciptanya tertib administrasi;
j.
melaksanakan pengadaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
agar
terpenuhinya
kebutuhan obat di seluruh puskesmas; k.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan tata laksana obat kedaluarsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar obat kadaluarsa dapat dimusnahkan;
l.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengelolaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat terciptanya tertib administrasi;
m.
melaksanaan pengawasan pencatatan dan pelaporan bidang kefarmasian puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 40
n.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kefarmasian dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang; o.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kefarmasian sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; p.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(3) Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah
Tangga
(PKRT)
berdasarkan
rencana
operasional Bidang Sumber Daya Kesehatan dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
pelaksanaan
jawab
tugas
masing-masing
Seksi
Alat
untuk
Kesehatan
dan
kelancaran Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT); c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa
hasil
kerja
bawahan
di
lingkungan
Seksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan; e.
merencanakan dan mengadakan alat kesehatan puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terpenuhi alat kesehatan untuk puskesmas;
f.
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
peredaran
alat
kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 41
g.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
h.
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kalibrasi alat kesehatan
puskesmas
dan
UPT
Pengawasan
Farmasi
dan
Makanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar alat kesehatan
di
puskesmas
terkalibrasi
dengan
baik
dan
berkualitas; i.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan (ASPAK) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
prasarana
agar
alat
puskesmas
kesehatan
dapat
dengan
baik
menyajikan dan
benar
sarana setiap
tahunnya; j.
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
perawatan
alat
kesehatan di puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar alat kesehatan dapat terpelihara dengan baik; k.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang; l.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
m.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
(4) Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan memiliki tugas : a.
merencanakan kegiatan Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan berdasarkan Kesehatan
rencana dan
operasional
ketentuan
yang
Bidang
berlaku
Sumber
sebagai
Daya
pedoman
pelaksanaan tugas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 42
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan; c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
merencanakan, menilai, membina, dan mengevaluasi
tenaga
kesehatan puskesmas teladan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat memilih tenaga kesehatan teladan; f.
menerbikan
rekomendasi/perijinan
tenaga
kesehatan
sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar rekomendasi/perijinan tenaga kesehatan terdokumentasi; g.
menerbitkan rekomendasi/perijinan sarana kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar rekomendasi/perijinan sarana kesehatan terdokumentasi;
h.
menerbitkan perijinan produk makanan rumah tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar perijinan produk makanan rumah tangga terdokumentasi;
i.
mengevaluasi dan menyiapkan administrasi dan rekomendasi praktik lapangan dan magang di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku
agar
dapat
dilaksanakan
praktik
lapangan dan magang di puskesmas sesuai dengan rencana; j.
menindaklanjuti permohonan studi/kaji banding sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku
agar
studi/kaji
banding
dapat
dilaksanakan dengan baik; k.
merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan formal bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar pendidikan dan pelatihan formal bidang kesehatan dapat dilaksanakan sesuai rencana ;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 43
l.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan studi/kaji banding dan peningkatan wawasan petugas Puskesmas dan Dinas Kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar wawasan petugas dapat berkualitas;
m.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
n.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Sumber Daya Manusia Kesehatan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang; o.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR SESUAI PP NO. 18 TAHUN 2016
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 44
2.2
KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 45
2.2.1 Geografi Kota Denpasar terletak pada posisi 08035’31” sampai 08044’49” Lintang Selatan dan 115000’23” sampai 115016’27” Bujur Timur, dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Batas wilayah Kota Denpasar di bagian Utara, Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung, sedangkan di bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Peta wilayah Kota Denpasar seperti tampak pada gambar berikut: Peta Wilayah Kota Kab. Badung Kab. Gianyar
Denpasar
Selat Badung
Kota Denpasar memiliki luas wilayah 127,78 km2 atau sebesar 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Secara administrasi Kota Denpasar terdiri dari 4 wilayah kecamatan terbagi menjadi 27 desa dan 16 kelurahan. Dari keempat kecamatan tersebut, berdasarkan luas wilayah, Kecamatan Denpasar Selatan memiliki wilayah terluas yaitu 49,99 km2 (39,12 persen). Denpasar Utara memiliki wilayah seluas 31,12 km2 (24,35 persen), dan Denpasar Barat dengan luas wilayah sebesar 24,13 km2 (18,88 persen).Adapun
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 46
kecamatan dengan wilayah terkecil yaitu Kecamatan Denpasar Timur dengan luas wilayah 22,54 km2 (17,64 persen). Penggunaan lahan di Kota Denpasar sebagian kecil dimanfaatkan sebagai lahan sawah irigasi (21,26%), dan sisanya merupakan lahan kering (78,66%) dan lahan lainnya (0,08%). Sementara itu luas kawasan hutan rakyat hanya sebesar 0,59%, yang ditanami Tanaman Hutan Rakyat yang meliputi hutan mangrove yang berfungsi sebagai hutan pencegah abrasi terletak di kawasan Suwung, Benoa dan Serangan.
2.2.2 Topografi dan Iklim Topografi Kota Denpasar sebagian besar merupakan dataran rendah yang terbentang dari Selatan ke Utara. Panjang pantai ± 11 Km, berupa perairan laut yang meliputi pantai Padang Galak, pantai Sanur, serta pantai Pulau Serangan. Wilayah Kota Denpasar secara umum beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim. Sebagai daerah tropis Kota Denpasar memiliki musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim panca roba, dengan curah hujan berkisar antara 1 – 437 mm. Curah hujan yang paling rendah terjadi pada Bulan September
yaitu sebesar 1 mm, sedangkan curah hujan yang paling tinggi
terjadi pada Bulan Januari sebesar 437 mm. Suhu maksimum berkisar antara 29,90C – 33,90C dan suhu minimum berkisar antara 22,70C – 25,60C. Temperatur tertinggi terjadi di Bulan Desember dan terendah terjadi pada Bulan September dengan kelembaban udara berkisar antara 73 hingga 82 persen .
2.2.3 Pemerintahan Pemerintahan
Kota
Denpasar
secara
adminnistratif
terdiri
dari
4
kecamatan dan 43 Desa/Kelurahan. Dari 43 Desa/ Kelurahan yang ada 16 buah berstatus Kelurahan dan 27 berstatus Desa. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari 6 kelurahan dan 4 desa, Denpasar Timur 4 Kelurahan dan 7 Desa, Denpasar Barat 3 Kelurahan dan 8 Desa dan Kecamatan Denpasar Utara 3 Kelurahan dan 8 Desa.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 47
2.2.4 Demografis Berdasarkan hasil perhitungan geometris berdasarkan proyeksi Sensus Penduduk 2010 yang dibantu oleh BPS Provinsi Bali, pencerminan penduduk Kota Denpasar pada tahun 2015 berjumlah 880.600 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 449.700 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 430.900 jiwa.
Pada gambar 2.1 terlihat peningkatan jumah penduduk di Kota Denpasar dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Laju pertumbuhan penduduk mencapai angka 4,28%. Laju pertumbuhan di Kota Denpasar cukup tinggi, hal ini kemungkinan disebabkan karena tingginya mobilisasi penduduk dari luar wilayah denpasar. Gambar 2.1 JUMLAH PENDUDUK KOTA DENPASAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011-2015
Sex ratio adalah perbandingan penduduk laki –laki dan penduduk perempuan di suatu wilayah. Sex ratio penduduk Denpasar pada tahun 2015 adalah 104,36 artinya terdapat 104 laki-laki diantara 100 penduduk perempuan. Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk dapat disusun sebuah piramida penduduk Kota Denpasar Tahun 2015. Badan piramida
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 48
bagian kiri menunjukkan jumlah penduduk laki-laki, sedangkan badan piramida sebelah
kanan
menunjukkan
jumlah
penduduk
perempuan.
Piramida
ini
memberikan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua.
Grafik 2.2 PIRAMIDA PENDUDUK KOTA DENPASAR TAHUN 2015 >75 70-74
Perempuan Laki-Laki
65-69 60-64 55-59 50-54 45-49
40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
Pada Grafik 2.1 terlihat bahwa jumlah balita adalah sebesar 8,6% dari seluruh total penduduk dan jumlah usila 2,9% dari seluruh total penduduk, sedangkan persentase balita dan anak anak adalah 24,36% dari seluruh total penduduk Denpasar. Berdasarkan data ini dapat kita lihat bahwa komposisi penduduk usia produktif (dewasa) lebih besar dibandingkan usia non produktif (anak-anak dan usia lanjut). Indikator penting yang terkait dengan distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktifitas penduduk adalah ratio beban ketergantungan atau dependency ratio. Ratio beban
ketergantungan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 49
adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dengan banyaknya umur produktif (umur 15-64 tahun). Ratio beban ketergantungan di Kota Denpasar sebesar 38,14, angka ini menunjukkan setiap 100 orang yang masih produktif akan menanggung 38 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi.
Laju
pertumbuhan
penduduk
di
Kota
Denpasar
tahun
2010-2014
mengalami fluktuatif, tahun 2010 mencapai 7,60%, tahun 2011 turun menjadi 2,83% tahun 2012 turun menjadi 2,22% dan tahun 2014 turun lagi menjadi 2,06%. Kepadatan penduduk memperlihatkan rata-rata jumlah penduduk per 1 km persegi. Semakin besar angka kepadatan berarti semakin padat penduduk yang mendiami suatu wilayah. Kepadatan Penduduk Kota Denpasar adalah 6.892 per KM2, meningkat bila dibandingkan tahun 2014 sebesar 6.790 per km persegi. Sedangkan Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk Kota Denpasar tahun 2015 mencapai umur 73.71 tahun.
2.3
SUMBER DAYA KESEHATAN
1. SARANA KESEHATAN Faslitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat (UU No.36 tahun 2009). 2.3.1 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya
kesehatan
masyarakat
dan
upaya
kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
untuk
mencapai
derajat
tingginyadi wilayah kerjanya.
kesehatan
masyarakat
yang
setinggi
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 50
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas juga memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2015). Dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di Kota Denpasar telah dibangun 11 buah Puskesmas induk yang telah memiliki kemampuan gawat darurat dan 3 Puskesmas mampu PONED serta kemampuan laboratorium dan 25 buah puskesmas pembantu serta 11 unit puskesmas keliling. Tabel 2.1 Distribusi Puskesmas Berdasarkan Desa yang Diwilayahi PUSKESMAS No.
Kecamatan
Desa/ Kelurahan Puskesmas I Denpasar Utara
Puskesmas II Denpasar Utara 1.
Denpasar Utara Puskesmas III Denpasar Utara
Puskesmas I Denpasar Timur
2.
Denpasar Timur Puskesmas II Denpasar Timur
3.
Denpasar
Puskesmas I Denpasar Selatan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3.
Desa Dangin Puri Kaja Desa Dangin Puri Kangin Kel. Tonja Desa dangin Puri Kauh Desa Pemecutan Kaja Kel Ubung Desa. Ubung Kaja Desa Dauh Puri Kaja Kel Peguyangan Desa Peguyangan Kaja Desa Peguyangan Kangin Kel. Dangin Puri Ds. Dangin Puri Kelod Kel. Sumerta Desa Sumerta kelod Desa Sumerta Kauh Desa Sumerta Kaja Kel. Penatih Desa Kesiman Kertalangu Desa penatih Dangin Puri Desa Kesiman Petilan Kel Kesiman Kel Sesetan Desa Sidakarya Kel Panjer
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 51
Selatan Puskesmas II Denpasar Selatan Puskesmas III Dnpasar Selatan Puskesmas IV Denpasar Selatan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 1.
1. 2. 3. 4. Denpasar 4. Puskesmas Denpasar Barat I 5. Barat 6. 1. 2. Puskesmas II Denpasar Barat 3. 4. 5. Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Infokes Dikes Kota Denpasar
Kel Sanur Kel Renon Desa Sanur Kauh Desa Sanur Kaja Desa Pemogan Kel. Serangan Kelurahan Pedungan Desa Padang sambian kelod Desa Dauh Puri Kauh Desa Dauh Puri Kangin Desa Dauh Puri Kelod Desa Dauh Puri Desa Pemecutan Kelod Desa Padang sambian kaja Desa Tegal Kertha Desa Tegal Harum Kel Padang sambian Kel Pemecutan
PETA SEBARAN PUSKESMAS DI KOTA DENPASAR
Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat digambarkan dengan indikator rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio Puskesmas per 30.000 penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2015 sebesar 0,3. Angka ini
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 52
lebih rendah dari rasio puskesmas per 30.000 penduduk secara nasional tahun 2014 sebesar 1,16. Walaupun rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk termasuk rendah hal ini belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya mengenai aksebilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar karena adanya dukungan pelayanan kesehatan dasar dari sektor swasta di Kota Denpasar. Dari
11 Puskesmas yang ada di Kota Denpasar, 2 Puskesmas sudah
dikembangkan menjadi Puskesmas Rawat inap yaitu Puskesmas I Denpasar Timur dengan 10 tempat tidur dan Puskesmas IV Denpasar Selatan dengan 10 tempat tidur. Sejak tahun 2009 di Kota Denpasar sudah melaksanakan peningkatan mutu pelayanan puskesmas dengan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas melalui ISO 9001 : 2008. Sampai dengan tahun 2014
Kegiatan ISO di Puskesmas
di Kota Denpasar sudah terlaksana pada 4 (empat) Puskesmas diantaranya : - Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2009 - Puskesmas III Denpasar Selatan tahun 2011 - Puskesmas IV Denpasar Selatan tahun 2013 - Puskesmas II Denpasar Barat tahun 2014 Badan puskesmas (PONED)
Kesehatan
Dunia
dengan Pelayanan
di
tiap
pengembangan
(WHO)
Obstretrik
kabupaten/kota
puskesmas.
menargetkan
yang
Upaya
dan
minimal
terdapat
Neonatal Emergensi
merupakan
kesehatan
salah
PONED
4
Dasar
satu
upaya
dilakukan
untuk
mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatal Dasar. Akses
masyarakat yang semakin
mudah terhadap
pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan AKI dan AKB (kemenkes,2014). Di Kota Denpasar terdapat tiga puskesmas PONED yaitu Puskesmas II Denpasar Barat, Puskesmas IV Denpasar Selatan dan Puskesmas I Denpasar Timur. Jumah kunjungan rawat jalan selama tahun 2015 di puskesmas sekota Denpasar
sebanyak
408.862
orang,
sedikit
mengalami
penurunan
bila
dibandingkan tahun 2014 sebanyak 474.878 orang.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 53
Grafik 2.2 Tren kunjungan di Puskesmas se-Kota Denpasar Tahun 2010-2015
Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Informasi Kesehatan Dikes Kota Denpasar Tahun 2014 Sepuluh penyakit terbanyak yang ditemukan di Puskesmas se-Kota Denpasar adalah: Tabel 2.2 Pola sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas tahun 2015 No
ICD
1
J00
2
Diagnosa
L
P
Total
24.141
24.878
49.019
I10
headache (Cepalgia + Sakit Kepala) Essential (primary) hypertension (HT Primer / HT Saja)
14.996
17.536
32.532
3
J02
Acute pharyngitis (Faringitis)
12.713
12.163
24.876
4
R50.9
Fever, unspecified
5.527
5.329
10.856
5
K30
Dyspepsia
3.247
5.037
8.284
6
R51
Headache (Cepalgia + Sakit Kepala)
3.148
5.013
8.161
7
M13
3.348
4.546
7.894
8
E11
Others Arthritis (Atritis Lainnya) Non-insulin-dependent diabetes mellitus / DM Type II (Usia > 40 Th)
3.772
3.780
7.552
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 54
9
L23
Allergic contact dermatitis
2.490
3.403
5.893
10
K04.1
Necrosis of pulp
2.480
3.257
5.737
2.3.2 RUMAH SAKIT Selain upaya promotif dan preventif, upaya kuratif dan rehabilitatif merupakan
upaya
yang
penting
dalam
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat. Upaya kuratif dan rehabilitative dapat diperoleh di rumah sakit. Rumah sakit dikelompokkan berdasarkan kepemilikannya yaitu 5 buah Rumah sakit pemerintah yang dikelola oleh Kementrian kesehatan, Pemerintah provinsi, Pemerintah Kota Denpasar dan TNI/POLRI dan 13 rumah sakit swasta. Rumah sakit yang dikelola pemerintah dan badan hukum yang bersifat nirlaba sedangkan Rumah sakit swasta dikelola oleh badan hukum dengan tujuan provit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero (Kemenkes 2015). Tabel 2.3 Distribusi rumah sakit Pemerintah dan swasta di Kota Denpasar NO
RUMAH SAKIT
PENGELOLA
JML TEMPAT TIDUR
1
RS Pusat Sanglah Denpasar
Kementrian Kesehatan
765
2
Rumah sakit Indera Bali Mandara
Pemerintah Provinsi Bali
10
3
RSU Wangaya
Pemerintah Kota Denpasar
200
4
RS Polda Bali
Kepolisian RI
58
5
RS TK II Udayana
TNI
120
6
RS Manuaba
Swasta
45
7
RS Surya Husada
Swasta
100
8
RS Puri Raharja
Swasta
102
9
RS Darma Yadnya
Swasta
50
10
RS Kasih Ibu denpasar
Swasta
92
11
RS Bhakti Rahayu
Swasta
81
12
RSB Harapan Bunda
Swasta
25
13
RS Prima Medika
Swasta
114
14
RS Bali Med
Swasta
135
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 55
15
RS Surya Husada Ubung
Swasta
48
16
RS BROS
Swasta
102
17
RS Puri Bunda
Swasta
71
Sumber: Seksi kesehatan khusus bidang bina Yankes Dikes Kota Denpasar Rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah sakit khusus hanya memberikan pelayanan pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya (Kemenkes RI, 2015). Di Kota Denpasar terdapat 15 rumah sakit umum dan 3 rumah sakit khusus. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur rumah sakit di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 2,3 per 1.000 penduduk. Rasio ini relative sama bila dibandingkan tahun 2014. Secara nasional pada tahun 2014 rasio rumah sakit di Indonesia sebesar 1,07 per 1000 penduduk. Mutu pelayanan di rumah sakit dapat diketahui dengan memperhatikan beberapa indikator, antara lain : a. Angka Kematian Netto (Net Death Rate/NDR) Angka kematian Netto atau NDR merupakan angka kematian 48 jam pasien rawat inap per 1000 pasien keluar hidup dan mati.
Indikator ini
digunakan untuk melihat mutu pelayanan rumah sakit. Lima besar Angka NDR tertinggi di beberapa RS (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang datanya sudah kami terima pada tahun 2015 : 1) RSUP Sanglah
: 62,1 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
2) RSUD Wangaya
: 26,5 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
3) RSUD Puri Raharja
: 15,7 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 56
4) RS Kasih ibu denpasar
: 9,7 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
5) RS Bros
: 9,0 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
b. Angka Kematian Umum (Gross Death Rate/GDR) Angka Kematian Umum (Gross Death Rate) merupakan angka kematian total pasien rawat inap yang keluar rumah sakit per 1000 penderita keluar hidup dan mati. Lima besar Angka GDR tertinggi dibeberapa rumah sakit (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang datanya kami terima pada tahun 2015 adalah : 1) RSUP Sanglah
: 76,4 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
2) RSUD Wangaya
: 43,5 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
3) RSUD Puri Raharja
: 31,1 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
4) RS Kasih ibu denpasar
: 19,0 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
5) RS Bros
: 14,2 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
c. Angka Penggunaan Tempat Tidur (Bed Occupation Rate/BOR) BOR
merupakan
indikator
yang
dapat
menggambarkan
tinggi
rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang ada di rumah sakit. Lima besar tingkat pencapaian BOR tertinggi oleh RS (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang datanya kami terima pada pada tahun 2014 adalah : 1) RSUP Sanglah
: 90,22 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
2) RSUD Wangaya
: 79,44per 1000 pasien keluar hidup dan mati
3) RS Bros
: 78,93 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
4) RSUD Bakti rahayu
: 78,78 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
5) RS Puri Bunda
: 74,13 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
d. Rata-rata Lama Dirawat (Length Of Stay/LOS) Indikator LOS digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi dan mutu pelayanan rumah sakit. Rata-rata lama pasien di rawat di rumah sakit (pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar tahun 2015 adalah 3 hari.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 57
2.3.3 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Masyarakat dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan melalui UKBM seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu Balita, Posyandu Lansia), Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), pos kesehatan desa (Poskesdes) dan desa siaga aktif. 1) Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu UKBM yang paling aktif. Keberadaan posyandu sampai saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan balita. Posyandu memiliki lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk dan bersama masyarakat. Ratio posyandu dengan balita di kota denpasar adalah 1 posyandu melayani 100 balita. Tabel: 2.4 Jumlah Posyandu Aktif dan Tingkatan Posyandu Di Kota Denpasar Tahun 2015 N O
KAB/KOTA
TINGKATAN POSYANDU
POSYANDU
JUMLAH POSYANDU
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
AKTIF
1
PUSK I DB
63
9
21
33
0
63
2
PUSK II DB
69
11
43
14
1
69
3
PUSK I DS
35
5
6
23
1
35
4
PUSK II DS
34
0
3
28
3
34
5
PUSK III DS
25
0
6
17
2
25
6
PUSK IV DS
14
0
2
12
0
14
7 8 9 10 11
PUSK I DT PUSK II DT PUSK I DU PUSK II DU PUSK III DU
43 60 31 35 51
2 0 0 0 0
16 34 19 10 34
24 26 12 16 17
1 0 0 9 0
43 60 31 35 51
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 58
TOTAL
460
27
194
222
17
460
Sumber : Laporan Promkes Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Tingkat perkembangan posyandu di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 2.3 Persentase Posyandu di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
60 50 40
% Pratama
30
% Madya % Purnama
20
% Mandiri
10 0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa
perkembangan
posyandu di Kota Denpasar terutama untuk posyandu mandiri sudah kembali mengalami
peningkatan
pada
tahun
2015,
setelah
sempat
mengalami
penurunan di tahun 2014. Dari 460 posyandu yang ada di Kota Denpasar baru 237 posyandu (51,52%) merupakan Posyandu Aktif. Grafik 2.4 PERSENTASE POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 59
3,7
6,09
47,83
Pratama Madya Purnama Mandiri
42,39
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar Pada gambar diatas terlihat bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu purnama
dan
proporsi
terendah
adalah
posyandu
mandiri.
Lambatnya
perkembangan posyandu ke arah posyandu mandiri tidak terlepas dari kurang berperan sertanya masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu terutama dalam hal dukungan dana untuk operasional kegiatan posyandu. Saat ini dana operasional posyandu sebagian besar masih berasal dari bantuan pemerintah. Kedepannya perlu upaya intensif untuk meningkatkan jumlah posyandu mandiri. 2) Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM ) Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi
dini
dan
pemantauan
faktor
risiko
PTM
Utama
yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker,penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Tujuan Posbindu adalah Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sedangkan sasaran utama
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 60
Posbindu adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. Wadah pelaksanaan posbindu adalah Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian
yang
dimaksud
adalah
memadukan
pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada. Jumlah Posbindu di Kota Denpasar tahun 2015 sebanyak 45 buah meningkat bila dibandingkan tahun 2014 (14 buah). 3) Desa siaga aktif Desa/kelurahan
siaga
aktif
adalah
Desa/kelurahan
yang
memiliki
poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi
pelayanan
kesehatan
dasar,
penanggulangan
bencana
dan
kegawatdaruratan, surveylans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), Penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2015). Dari 43 desa/kelurahan yang ada di Kota denpasar seluruhnya sudah merupakan desa siaga aktif. Lima puluh satu (51%) desa siaga tergolong pratama, 39,5% madya, 9,3 purnama dan belum ada desa siaga yang mandiri. Pembinaan / bimbingan Teknis Desa Siaga dilaksanakan oleh Tim Desa Siaga
Kota Denpasar dengan Keputusan Walikota No. 188.45/477 /Hk/2015
yang terdiri dari Unsur : Bappeda Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Dinas Pendidikan dan Olah Raga , Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP) Bagian Kesra, Bagian Hukum, Bagian Umum, Bidang Kesmas, Bidang P2P, Bidang PL, Bidang Yankes. Pembinaan Desa Siaga dilaksanakan 43 kali di 43 desa / Kelurahan
dengan
harapan masyarakat desa / kelurahan dengan harapan masyarakat yang sadar,
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 61
mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa ( KLB) bencana, kecelakaan , pendataan ibu hamil dan lain–lain dengan memanfaatkan
potensi setempat
secara gotong royong
Grafik 2.5 PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF BERDASARKAN STRATA DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 0 39,5
Purnama 51
Mandiri Madya Purnama
9,3
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar 2.3.4 Sumber Daya Manusia Tabel 2.5 Data Tenaga Kesehatan di dinas kesehatan dan puskesmas Tahun 2015 JUMLAH N O
UNIT KERJA
Puskesmas I Denpasar Selatan Puskesmas II Denpasar 2 Selatan Puskesmas III Denpasar 3 Selatan Puskesmas IV Denpasar 4 Selatan 1
Medis
Peraw at & Bidan
Gizi
Tekni si Medis
Sani tasi
Kes mas
2
14
1
1
1
1
7
23
2
1
0
2
3
3
12
2
2
1
1
1
9
25
3
2
0
1
2
Farm asi 2
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 62
Puskesmas I Denpasar Timur Puskesmas II Denpasar 6 Timur Puskesmas I Denpasar 7 Utara Puskesmas II Denpasar 8 Utara Puskesmas III Denpasar 9 Utara Puskesmas I Denpasar 10 Barat Puskesmas II Denpasar 11 Barat SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5
4
25
3
1
1
1
1
2
20
3
2
1
1
2
3
15
2
1
1
1
1
3
16
3
1
1
1
1
2
19
2
1
0
3
4
3
19
2
1
1
2
3
3
32
1
1
1
1
1
32
212
25
13
10
15
19
Sumber: Sub Bag Kepeg dan Umum Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 Tabel 2.6 REKAPITULASI PEGAWAI MENURUT GOLONGAN DI DINAS DAN PUSKESMAS SE KOTA DENPASAR TAHUN 2015
GOLONGAN
DKK
UPT PFM
DS I
DS II
DS III
DS IV
DT I
DT II
DU I
DU II
DU III
DB I
DB II
1
I/c
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
I/d
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
II/a
2
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
4
II/b
3
1
0
1
1
2
2
2
1
1
0
0
1
5
II/c
3
1
2
0
2
0
2
1
2
1
2
1
3
6
II/d
10
2
5
9
6
13
103
7
1
5
2
4
4
7
III/a
7
0
1
2
2
1
3
0
2
0
1
1
3
8
III/b
23
1
2
3
2
4
6
7
8
5
7
6
5
9
III/c
12
1
5
5
6
8
13
5
4
6
5
6
5
10
III/d
14
1
13
12
5
7
2
11
9
8
13
16
18
11
IV/a
4
1
1
4
2
2
1
1
2
1
1
2
4
12
IV/b
3
0
0
1
1
1
0
1
1
2
0
0
1
13
IV/c
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
3
0
1
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 63
14
IV/d
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JUMLAH SELURUH
82
8
30
37
28
39
43
36
32
30
34
36
45
Sumber: Sub Bag Kepeg dan Umum Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Jenis tenaga kesehatan di Puskesmas minimal terdiri dari dokter, dokter gigi,
perawat,
bidan,
tenaga
kesehatan
masyarakat,
tenaga
kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medic, tenaga gizi dan kefarmasian. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja (Kemenkes RI, 2015). Standar
ketenagaan
puskesmas
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, jumlah dokter puskesmas rawat inap minimal dua dokter sedangkan non rawat inap minimal 1 dokter. Di Kota Denpasar rasio dokter per puskesmas di puskesmas rawat inap adalah 5 dokter sedangkan di puskesmas non rawat inap rasionya 3 per puskesmas, Sehingga rasio dokter per puskesmas untuk tahun 2015 di Kota Denpasar sudah memenuhi syarat yang ditetapkan. Ketersediaan tenaga perawat di Puskesmas dapat diketahui dengan menghitung rasio perawat per puskesmas. Tahun 2015 rasio perawat di puskesmas berdasarkan jumlah puskesmas di Kota Denpasar sebesar 9 perawat per puskesmas. Untuk puskesmas rawat inap distandarkan minimal ada delapan perawat sedangkan di puskesmas non rawat inap minimal ada 5 perawat (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014). Untuk tahun 2015 standar ini telah terpenuhi.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 64
Berdasarkan
Permenkes
75
tahun
2014
jumlah
minimal bidan
di
Puskesmas rawat inap adalah tujuh orang sedangkan di puskesmas non rawat inap minimal empat
orang. Untuk tahun 2015 persyaratan ini telah di penuhi
pada puskesmas di Kota Denpasar. Rasio bidan per puskesmas di Kota Denpasar adalah delapan.
2.3.5 PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan. Jumlah anggaran sektor kesehatan
yang bersumber APBD di Kota Denpasar
(untuk dinas kesehatan dan RSU Wangaya) tahun 2015 sebesar 267.579.382.379 seluruhnya
Rp.
atau sekitar 13,15% dari APBD Kota Denpasar yang
berjumlah
Rp.
2.035.203.119.006,45.
Prosentase
angaran
kesehatan lima tahun terakhir seperti tampak pada grafik di bawah ini.
Grafik 2.6 Anggaran Kesehatan Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 65
16 14,1
14
13,15
12,49
12 10
14,64
10,42
8
6 4 2 0 2011
2012
2013
2014
2015
Anggaran Kesehatan
Grafik di atas menggambarkan bahwa pemerintah daerah sudah mulai menyadari bahwa kesehatan itu mahal dan merupakan investasi. Hal ini dapat dilihat persentase alokasi anggaran untuk kesehatan termasuk gaji sudah diatas 10%.
Untuk mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar, maka
Dinas
Kesehatan beserta jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan advokasi untuk membiayai program-program kesehatan yang ada sehingga anggaran kesehatan diluar gaji bisa lebih dari 10% dari APBD Kota Denpasar. Sedangkan alokasi anggaran kesehatan menurut sumber anggaran Kota Denpasar tahun 2015 seperti pada grafik berikut :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 66
Tabel 2.7 Perentase Alokasi Anggaran Kesehatan di Kota Denpasar Tahun 2015 99,6 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
0,4 APBD
APBN
Dari total anggaran kesehatan yang ada, maka sumber anggaran
dari
APBD Kota Denpasar paling besar
yaitu Rp. 267.579.382.379,00 (99,69%).
APBN memberikan dana sebesar
841.000.000 (0,4%) dari total anggaran
kesehatan
kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar berupa dana DAK, dana
dekonsentrasi (BOK) dan dana askeskin. Anggaran Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar dialokasikan untuk belanja langsung (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal) dan belanja tidak langsung (gaji).
2.3.4 JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar di Kota Denpasar meliputi Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Kesehatan Daerah. Pada tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 67
jumlah penduduk Kota Denpasar sebanyak 880.600 jiwa. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebanyak 499.681 orang terdiri dari: Penerima bantuan iuran (PBI) APBN sebanyak 69.584 orang, Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak 287.973 orang, Pekerja bukan penerima upah (PBPU) mandiri sebanyak 115.744 orang dan Bukan pekerja (BP) sebanyak 26.380 orang. Sisanya sebanyak 380.919 terlindungi jaminan kesehatan daerah (JKBM) Khusus untuk masyarakat miskin yang ada di Kota Denpasar yang jumlahnya mencapai 69.584 jiwa, seluruhnya (100%)
sudah tercakup dalam
Jaminan Kesehatan nasional sebagai Penerima bantuan iuran (PBI) APBN. Bimbingan Teknis JKBM dan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilaksanakan ke 11 puskesmas Se- Kota Denpasar dan ke-43 Desa/Kelurahan tentang jaminan Kesehatan Nasional khususnya mengenai kepesertaan dan penanganan
Keluhan
JKN
dengan
melibatkan
unsur
dari
BPJS
sebagai
narasumber.
2.4
KINERJA PELAYANAN
2.4.1 Kesehatan Ibu dan Anak serta KB. 2.4.1.1 Pemeriksaan Ibu hamil : a. Pelayanan selama kehamilan (ANC) terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan pemeriksaan 10 T dan pemeriksaan penularan Penyakit dari Ibu ke Anak (PPIA) yang merupakan program integrasi
dengan
HIV/AIDS,
Stiker
Perencanaan
Persalinan
dan
Pencegahan Komplikasi (P4K). ANC minimal 4 kali selama kehamilan (1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga). b. Kelas Ibu Hamil dengan Brain Booster c. Pelayanan Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan Neonatal pada
3 Puskesmas
Mampu Pelayanan Obsetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED) yaitu
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 68
Puskesmas II Denpasar Barat (Pustu Pekambingan),Puskesmas IV Denpasar Selatan dan Puskesmas 1 Denpasar Timur d. Rujukan Maternal Neonatal Indikator penting yang dapat dipakai untuk menilai kesehatan ibu adalah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian Bayi (AKB) karena AKI dan AKB merupakan indikator yang peka terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas kesehatan. AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu dengan
penyabab
kematian
yang
terkait
gangguan
kehamilan
atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait kehamilan. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. AKB
adalah
jumlah
kematian
penduduk
yang
berusia
dibawah
1
tahun/1000 KH pada tahun tertentu di suatu daerah. Keberhasilan pembangunan sektor kesehatan senantiasa menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai indikator utamanya. AKI dan AKB di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini : Indikator
2011
2012
2013
2014
2015
AKI
39,05
59,7
21,8
16,1
56
AKB
1,8
0,7
0,5
0,6
0,56
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 69
Grafik 2.9 Angka Kematian Ibu Maternal Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
70
target restra dikes th 2015 AKI= 85/100.000 KH
AKI per 100000 KH
60
59,7
50
56
46
40 30 21,8
20
16,1
10 0 2011
2012
2013
2014
2015
Pada grafik diatas terlihat AKI di Kota Denpasar berfluktuasi secara cukup signifikan, Sampai dengan tahun 2014 AKI sudah dapat ditekan sampai 16,1 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) namun meningkat kembali pada tahun 2015. Meskipun ada peningkatan di tahun 2015 (56 per 100.000 KH) masih lebih rendah dari target Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2015 (85 per 100.000 KH) juga lebih rendah dari target AKI Provinsi Bali (83,4/100.000 KH) dan target MDGs tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 KH. Meskipun demikian untuk kedepannya perlu terus dilakukan upaya-upaya untuk menekan AKI di Kota Denpasar dengan meningkatkan PWS ibu, meningkatkan surveilans terhadap ibu hamil dan peningkatan cakupan penanganan ibu dengan komplikasi. Tabel: 2.7 Waktu,Tempat dan Penyebab AKI Tahun 2015 di Kota Denpasar Waktu
Tempat
Penyebab
Hamil
4
Bersalin
2
Nifas
3
RS
8
Dalam Perjalanan
1
Non Obsetri (3 jantung, 2 Pneumoni, 1 tdk 6 jelas) Obsetri (1perdarahan,1exclamsi,1Infeksi)
3
Sumber data:Laporan Kesga Dinkes Kota Denpasar 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 70
Selama tahun 2015 di Kota Denpasar terjadi 9 kematian ibu yang terdiri dari 4 kematian ibu hamil dan 2 orang ibu bersalin dan 3 orang ibu nifas. Delapan Ibu meninggal di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) sedangkan 1 orang meninggal di perjalanan menuju RS. Enam kematian ibu di Kota Denpasar disebabkan oleh penyakit Non Obstertri yaitu 3 orang karena kelainan jantung, 2 orang dengan pneumonia dan 1 orang tidak jelas diagnosisnya karena sudah meninggal diperjalanan. Tiga kematian ibu disebabkan oleh kelainan Obstetri yaitu 1 orang karena perdarahan, 1 orang karena exlamsi dan 1 orang karena infeksi. Upaya yang sudah dilakukan selain rutin melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar permasalahan penyebab kematian juga sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan diambil untuk mengatasi hal ini adalah peningkatan kompetensi dengan pelatihan dan sosialisasi bagi bidan Puskesmas, Pustu dan Bidan praktek Mandiri (BPM), melibatkan lintas sektor dalam Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB). Diharapkan masyarakat bersama–sama ikut memantau ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Distribusi AKI Di 4 Kecamatan yang ada di Kota Denpasar, seperti terlihat pada grafik di bawah ini : Grafik 2.10 Angka Kematian Ibu per 100.000 KH berdasarkan Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2015
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 71
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa kematian maternal tertinggi di kecamatan Denpasar Utara dan Denpasar selatan. Rencana tindak lanjutnya akan meningkatkan pembinaan lintas program dan lintas sekltoral kedua kecamatan diatas. Beberapa Indikator penting dalam Pemantauan Wilayah Setempat PWS) ibu hamil adalah sebagai berikut : Tabel 2.8 : Gambaran PWS Pelayanan Ibu Hamil di Kota Denpasar 2015 No
Kegiatan Pelayanan
sasaran
Target
Hasil Pencapaian
1
Cakupan Ibu Hamil Baru
19.532
100
99,99
K1 2
Cakupan K4
19532
98
98,23
3
Cakupan Bumil Berisiko
3.906
40
38,50
3.906
60
56,50
18.612
98
97,7
Oleh Tenaga Kesehatan 4
Cakupan Bumil Berisiko Oleh Masyarakat
5
Cakupan Kunjungan Neonatus
6
Cakupan Persalinan
18.624
100
100
7
Cakupan Ibu nifas
18.612
98
98,79
8
Penanganan Komplikasi
3.906
80
68,40
2.660
80
83,75
Obstetri 9
Penanganan Komplikasi Neonatal
Sumber : Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 Cakupan K1 menggambarkan besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Cakupan K4 menggambarkan besaran ibu hamil mendapatkan pelayanan
yang
antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali
kunjungan yaitu sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 72
Gambar 4.1 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama lima tahun terakhir : Grafik 2.11 Cakupan K1 dan K4 Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2015
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka droup out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu
hamil
yang
meneruskan
melakukan
hingga
kunjungan
kunjungan
keempat
pertama pada
pelayanan triwulan
3,
antenatal sehingga
kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Pada tahun 2015 kesenjangan antara K1 dan K4 sebesar 2,4% hal ini berarti terdapat 2,4% ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan K1 pada trimester I, namun tidak melakukan pemeriksaan sampai K4. Bila kita bandingkan dengan target standar pelayanan minimal (K1=95% dan K4=80%) maka cakupan K1 dan K4 di Kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan. Beberapa
faktor
yang
diduga
berpengaruh
terhadap
pemeriksaan
kehamilan K4 adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan ibu, dan tingkat sosial ekonomi (Dep Kes, 2009).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 73
Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil merupakan upaya untuk menekan anemia pada ibu hamil. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi tablet besi folat (200 mg feSO4 dan 0,25 mg asam folat) dengan memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut. Cakupan pemberian tablet besi dalam kurun waktu lima tahun terakhir terutama pada ibu hamil seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.12 Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah Fe 1 & Fe 3 Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ditetapkan target Fe1 dan Fe 3 sebesar 95%. Data pada grafik 4.4 di atas menunjukkan bahwa cakupan Fe 1 dan Fe 3 pada tahun 2015 sudah melebihi target yang telah ditetapkan pada renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
2.4.1.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Dengan penyelenggaraan upaya kesehatan ibu bersalin diharapkan dapat mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melali indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang
aman
yang
dilakukan
oleh
tenaga
kesehatan
dengan
kompetensi kebidanan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 74
Grafik 2.13 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Kota Denpasar Tahun 2011 sampai Tahun 2015
100 99,98 99,96 99,94 99,92 99,9 99,88 99,86 99,84
100
100
100
100
99,9
2011
2012
2013
2014
2015
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Nakes
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 telah mencapai 99,9%, Bila dibandingkan dengan target renstra persalinan oleh nakes tahun 2015 sebesar 99% maka pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target yang ditetapkan. Demikian pula bila dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan yang menetapkan bahwa pada tahun 2015 diharapkan 90% persalinan ditolong oleh tenaga yang memiliki kompetensi kebidanan, maka pencapaian dikes kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan. Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dalam 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu. Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan karena ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 75
2.4.1.3 Pelayanan Ibu Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas
kesehatan
(termasuk
bidan
di
desa/
polindes/
poskesdes)
dan
kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan Grafik 2.14 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Denpasar Tahun 2011 sampai dengan 2015
99,1 99,1 99 98,9 98,8 98,7 98,6 98,5 98,4 98,3 98,2
98,8
98,8
2014
2015
98,6 98,5
2011
2012
2013
Cakupan pelayanan ibu nifas
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan Kf-3). Indikator ini menilai kemampuan Negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 76
Cakupan
pelayanan
ibu
nifas
pada
tahun
2015
adalah
98,8%.
Sementara target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target standar pelayanan minimal bidang kesehatan tahun 2015 adalah 90%. Jadi capaian pelayanan ibu nifas Kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan. Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah pemberian vitamin A. Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A selama tahun 2015 sebesar 98,79%. Grafik 2.15 Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2015
KOTA DENPASAR
98.79
Pusk II Den Bar
98.24
Pusk I Den Bar
98.66
Pusk IV Den Sel
108.46
Pusk III Den Sel
98.63
Pusk II Den Sel
100
Pusk I Den Sel
98.93
Pusk I Den Tim
95.12
Pusk II Den Tim
98.18
Pusk III Den Ut
100
Pusk II Den Ut
97.61
Pusk I Den Ut
98.21
85
90
95
100
105
110
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
2.4.1.4 Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vagina, hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mm Hg, diastole > 90 mmHg) dengan atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan premature, infeksi berat dalam kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju), dan infeksi masa nifas (Depkes, 2010).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 77
Jumlah sasaran bumil risti/ komplikasi diperoleh dari proyeksi supas yaitu sebesar 20% dari seluruh sasaran ibu hamil. Jumlah seluruh ibu hamil di Kota Denpasar berdasarkan data proyeksi supas sebesar 16.855 orang, sehingga jumlah bumil risti/komplikasinya diprediksi sebesar 3.371 orang. Selama periode tahun 2015 ditemukan ibu hamil dengan komplikasi sebesar 2.426 orang dan seluruhnya sudah ditangani. Namun bila hasil penanganan ibu hamil dengan komplikasi ini dibandingkan dengan target berdasarkan hasil supas maka pencapaian Kota di Denpasar baru sebesar 71,97%. Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan menetapkan pada tahun 2015 sebanyak 80% ibu hamil dengan risti/komplikasi harus tertangani. Grafik 2.16 Cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2015
Kota Denpasar
71.97
Pusk II Den Bar
65.44
Pusk I Den Bar
84.26
Pusk IV Den Sel
97.36
Pusk III Den Sel
80.75
Pusk II Den Sel
75.63
Pusk I Den Sel
77.06
Pusk II Den Tim
79.86
Pusk I Den Tim
45.33
Pusk III Den Ut
80.51
Pusk II Den Ut
63.13
Pusk I Den Ut
75.52 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Tiga Puskesmas dengan pencapaian terendah adalah
Puskesmas I
Denpasar Timur, Puskesmas II Denpasar Utara dan Puskesmas II Denpasar Barat. Kedepannnya perlu ditingkatkan upaya penemuan dini ibu hamil
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 78
risti/komplikasi oleh Puskesmas melalui system surveilans aktif sehingga Puskesmas tidak hanya bersikap pasif menunggu pasien datang berkunjung. 2.4.1.5 Program Kesehatan Neonatal, Bayi dan Anak 1) Pelayanan Kesehatan Neonatal Bayi baru lahir (0-28 hari) atau neonatus merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan yang paling tinggi.
Hasil Riskesdas 2007
menyebutkan bahwa 78,5% kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-6 hari). Mengingat besarnya risiko kematian pada minggu pertama ini, setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar untuk mendetaksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah kematian. Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI Ekslusif, injeksi Vit.K1, Imunisasi (Jika belum diberikan saat lahir, penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA (Depkes, 2010). Grafik 2.17 Cakupan Kunjungan Neonatus Dibandingkan Target Renstra Di Kota Denpasar Tahun 2015
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Sejak tahun 2008 terjadi perubahan kebijakan waktu pelaksanaan kunjungan dari semula minimal 2 kali kunjungan menjadi 3 kali kunjungan, yang mulai disosialisasikan pada tahun 2008. Kecenderungan cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 79
pada gambar 4.6. Tahun 2015 angka rata-rata cakupan kunjungan neonatal lengkap mencapai 97,1% Grafik 2.18 Tren Cakupan KN Lengkap Di Kota Denpasar Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015
Sumber: Laporan Anak Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 2) Penanganan Komplikasi Neonatal Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit atau kelaianan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguang pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan manajemen terpadu balita muda (MTBM). Cakupan penanganan komplikasi neonatal tahun 2015 sebesar 81,2% meningkat dibandingkan tahun 2014 (77,7%).
Capaian tahun 2015 sudah
melebihi target yang ditetapkan restra dinas kesehatan dikes kota Denpasar sebesar 80%.
4) Berat Badan Lahir Rerndah (BBLR) BBLR adalah bayi baru lahir yang beratnya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR umumnya terjadi pada bayi bayi premature namun dapat pula
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 80
terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan. Bayi dengan BBLR mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 1,2% meningkat 0,1% bila dibandingkan tahun 2014 (1,1%) 5) Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperolah pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar pada tahun 2015 sebesar 85,5% mengalami sedikit penurunan dari tahun 2014 (92,0%), sedangkan target pelayanan kesehatan bayi pada renstra Kota Denpasar untuk tahun 2015 adalah 90%. Dengan demikian target cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar belum terpenuhi, kedepannya perlu kerja keras semua pihak
dalam
meningkatkan
cakupan
pelayanan
kesehatan
bayi
di
Kota
Denpasar.
Grafik 2.18 Cakupan Pelayan Kesehatan bayi Di Kota Denpasar Menurut Puskesmas Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 81
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Puskesmas dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Puskesmas II Denpasar
Utara
sedangkan
terendah
di
Puskesmas
II
Denpasar
Barat.
Terpenuhinya target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu tiap bulannya, peran kader dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu serta keaktifan tenaga puskesmas dalam membina posyandu. 6) Pelayanan utuk anak balita Adalah cakupan anak balita ( 12- 59 bln ) yg mendapat pelayanan sesuai standar : Pemantauan pertumbuhan minimal 8x/th, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini dan Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2x/th, Pemberian Vit A dosis
tinggi (2000.000 IU), 2 x/th, Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA, Pelayanan anak balita sakit dengan
Manajemen Terpadu Balita sakit
(MTBS) adalah
cakupan anak balita (12- 59 bl) yang berobat ke Puskesmas dan mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar MTBS di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Grafik 2.19
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 82
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2015
95.9 96 94 92 90 88 86 84 82 80 78
93.1 90.5
93.9 91.9
85.3
94.8
94.3
91.2
90.2 84.93
84.9
Sumber:Laporan Gizi Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 Capaian cakupan pelayanan kesehatan anak Balita (1-4 tahun) Pada tahun 2015 sebesar 90,2%. Tiga Puskesmas dengan capaian cakupan pelayanan kesehatan anak Balita terendah adalah Puskesmas I Denpasar Selatan, Puskesmas II Denpasar Barat, dan Puskesmas I Denpasar Utara. Target cakupan pelayanan kesehatan anak Balita yang tercantum pada Renstra Dinas Kesehatan untuk tahun 2015 adalah 90%, sehingga capaian untuk Kota Denpasar sudah melebihi target yang ditetapkan. 2.4.1.6 Program Kesehatan Remaja Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dengan tujuan
agar remaja
yang bermasalah bisa mendapat pelayanan dan penanganan yang cepat dan tepat. Kader sebaya yang telah di bentuk mampu memberikan konsling
dan
merujuk
sesuai
standar
pelayanan
PKPR.
Adapun
kegiatannya meliputi : Sosialisasi PKPR ke SMP dan SMA, Pembentukan kader sebaya, Pembinaan dan penyegaran kader sebaya PKPR 2.4.1.7 Program Keluarga Berencana ( KB ) Program keluarga berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 83
Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15-49 tahun. Untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran wanita usia
subur
atau
pasangannya
diprioritaskan
untuk
menggunakan
alat
kontrasepsi.Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB aktif (peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi),
cakupan
peserta
KB
yang
baru
menggunakan
alat/metode
kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Tabel 2.10 : Gambaran Pelayanan KB di Kota Denpasar Tahun 2015 NO
KEGIATAN
JUMLAH
1
Akseptor Baru
7654
2
Akseptor KB Aktif
69686
3
Akseptor metode kontrasepsi jangka panjang ( MKJP )
35646
4
Akseptor non MKJP
69786
Sumber data : Laporan KB
Grafik 2.30 Persentase KB Aktif dan KB Baru Menurut Puskesmas Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 84
100 90 80
79.6
80.9
82.4
78.5
83.6
83.4
81.6
87.2
84.5
79.3
80.9
71.3
70
60 50 40
30.7
30 20
10
7
12.2 5.7
15.7
12.1
7.4
2.9
15.4
2.6
4.8
8.9
0
KB Aktif KB Baru
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Jumlah PUS di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 86.175, dari jumlah ini 8,9 % merupakan peserta KB baru dan 80,98% merupakan peserta KB Aktif. Rata-rata cakupan peserta KB aktif pada tahun 2015 adalah 80,9%, mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 (83,8%). Target SPM bidang kesehatan dan Target Renstra Kota Denpasar untuk persentase
peserta KB aktif pada tahun 2015 adalah 80% sehingga capaian
Kota Denpasar sudah memenuhi target. Pada Tahun 2015,
peserta KB aktif yang menggunakan metode
kontrasespi jangka panjang (MKJP) sebesar 51% dan peserta KB aktif yang menggunakan
non
MKJP
49%.
Ada
kecenderungan
persamaan
pilihan
penggunaan metode kontrasepsi antara peserta KB aktif dengan peserta KB baru. PUS peserta KB Aktif lebih banyak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOP, MOW, dan Implan, demikian pula halnya dengan peserta KB baru.
Grafik 2.31
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 85
Persentase Peserta KB Aktif Menurut Alat/Metode Kontrasepsi Tahun 2015
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Sebagian besar peserta KB Aktif adalah wanita (95,2%), hanya 4,8% peserta KB aktif berjenis kelamin laki-laki. Terdapat kesenjangan yang tinggi antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi penggunaan alat KB. Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi laki-laki terhadap penggunaan metode/alat KB.
2.4.1.7 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) Masyarakat yang tergolong pra lansia adalah mereka yang telah menjalani lebih dari setengah dari masa hidupnya dan berumur antara 45–59 tahun. Sedangkan mereka yang tergolong Lansia adalah mereka yang telah mencapai umur di atas 60 tahun. Pemerintah Kota Denpasar telah berupaya untuk menjaga agar kondisi para pra lansia dan lansia tetap sehat dan produktif di masyarakat dan tidak menjadi beban bagi keluarga. Upaya tersebut telah terintegrasi melalui program posyandu lansia. Jumlah masyarakat lansia di Kota Denpasar pada tahun 2015 sebanyak 17.154 Jiwa. Pelayanan kesehatan pada kelompok pra lansia dan lansia di Kota Denpasar terintegrasi dalam posyandu lansia yang berjumlah 86 buah. Pelayanan yang diberikan posyandu lansia meliputi senam lansia, pemberian paket obat, PMT dan pemeriksaan kesehatan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 86
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra lansia dan lansia seperti pada grafik di bawah ini. Grafik 2.32 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015 80.59
82 80
80.59
80.1
76.93
78 76 71.69
74
72 70 68
66 2011
2012
2013
2014
2015 % Pelayanan Usila
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Denpasar Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra lansia dan lansia di Kota Denpasar
sebagaimana
tergambar
pada
grafik
2.32
di
atas
meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika mengacu pad Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, maka hasil pelayanan kesehatan terhadap penduduk usia lanjut (80,10%) sudah diatas target yang ditetapkan yaitu sebesar 75% pada tahun 2015. 2.4.2 PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam UndangUndang
Nomor
36
Tahun
2009
Tentang
Kesehatan,
bertujuan
untuk
meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 87
Penyebab langsung masalah gizi adalah ketidakseimbangan antara asupan makanan (jumlah dan mutu) serta zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan sebagai akibat adanya penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung masalah gizi adalah tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola asuh anak terutama dalam pola pemberian makan pada anak serta kurang memadainya saanitasi, kesehatan lingkungan dan kurang baiknya pelayanan kesehatan. Semua keadaan di atas berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan social ekonomi. Untuk menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32% telah ditetapkan 8 indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Berikut adalah hasil kinerja program Gizi Tabel 2.11 Indikator Kinerja dan pencapaian program Gizi Tahun 2015 No
Indikator
Sasaran
Target
Pencapaian
1
Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan
10
100%
100%
2
Persentase bayi usia mendapat ASI Eksklusif
3
Cakupan RT yang garam beryodium
4
0-6
bulan 3233
mengkonsumsi 300 KK
77%
75,47%
84%
93,67%
Persentase 6-59 bulan dapat kapsul 35216 vit.A
97,5%
99,62%
5
Persentase ibu hamil mendapatka Fe 90 tablet
yang 16855
98%
97,99
6
Persentase puskesmas melaksanakan surveilans gizi
yang 11 Puskesma s
100%
100%
7
Persentase balita badannya (D/S)
Berat
82%
83,52%
8
Persentase penyediaan bufferstock 43 MP-ASI untuk balita umur 6-24 bln ga kin
100%
100%
ditimbang
29505
Sumber: Laporan Gizi Dikes kota Denpasar Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 88
Adapun kegiatan program gizi antara lain : 2.4.2.1 Konseling dan Penyuluhan Kelompok / Masyarakat dengan materi : Makanan pada ibu hamil, KEK pada ibu hamil, Manajemen laktasi, ASI Dini, Makanan
ibu
menyusui,
Hambatan
bila
anak
tidak
mau
menyusui,
Complementary feeding, Makanan balita, Gizi seimbang, Anemia, Aneka ragam makanan, Gizi pada penyakit : HIV,TB ,jantung, hipertensi, diabetes, gizi buruk dan obesitas. 2.4.2.1 Surveilans Gizi Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian serta desiminasi informasi bagi pemangku kepentingan, untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang serta untuk perumusan kebijakan. Kegiatan rutin yaitu pelaporan kasus gizi buruk, penimbangan balita (D/S), balita kurus, balita N, balita T, balita 2T, balita BGM, pemberian ASI Eksklusif, balita mempunyai buku KIA/KMS, pendistribusian kapsul vitamin A pada balita dan ibu nifas, pemantauan dan pendistribusian TTD ibu hamil, dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Kegiatan survei khusus yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti : konsumsi garam beryodium, pemantauan status gizi (PSG). Tabel 2.12 Hasil kegiatan penimbangan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : No
TOLOK UKUR
PENCAPAIAN
1
Jumlah balita yang ada (S)
29.505
2
Jumlah balita yang punya KMS (K)
28.409
3
Jumlah balita yang ditimbang (D’)
19.882
4
Jumlah balita yang ditimbang (D)
24.692
5
Jumlah balita yang naik BB nya (N)
16.933
6
Jumlah balita yang turun BB nya (T)
2.946
7
Jumlah balita yang Baru (B)
1.736
TARGET (%)
83,52
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 89
Jumlah balita yang tidak nimbang bln lalu (O) 5
Jumlah balita di bawah garis merah (BGM)
6
Tingkat pencapaian :
3.100 26
a. K/S (%)
96,29
b. D/S (%)
83,69
c. N/D’ (%)
85,17
d. BGM/D (%)
0,1
Sumber data : laporan bulanan SKDN (data riil bukan proyeksi) S
: Jumlah balita yang ada di wilayah kerja
K
: Jumlah balita yang memiliki KMS
D
: Jumlah balita yang ditimbang
N
: Jumlah balita yang naik timbangannya
K/S
: Tingkat partisipasi masyarakat
N/D’
: Tingkat pencapaian program
Jumlah balita yang ada di Kota Denpasar tahun 2015 tercatat sebanyak 29.505 orang balita, dengan balita yang mempunyai KMS/buku KIA sebanyak 28.409 orang, dari hasil penimbangan setiap bulan rata-rata balita yang datang ke posyandu (D) sebanyak 24.692 orang dengan tingkat kenaikan berat badan (N) sebanyak 16.933 orang. Cakupan Program penimbangan (K/S) di Kota Denpasar sudah mencapai 96,29 % dan sudah melebihi target yang ditetapkan oleh propinsi.
Tingkat
partisipasi masyarakat (D/S) terhadap penimbangan balita mencapai 83,69%. Bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh propinsi sebesar 85 % belum mencapai target. Tingkat keberhasilan program penimbangan (N/D’) di Kota Denpasar baru mencapai 85,17 % dan jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,24% (85,41% menjadi 85,17%). Ini berarti masih banyak balita yang berat badannya tidak naik setiap penimbangan. Hal ini sangat terkait dengan keadaan balita yang mana biasanya setelah balita berusia 1 tahun ke
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 90
atas (setelah mulai bisa belajar berjalan), biasanya nafsu makannya menurun atau sulit makan. Dalam hal ini kesabaran dari orang tua ataupun pengasuhnya sangat diperlukan di samping juga kita ketahui masa balita merupakan masa yang sangat berpengaruh terhadap kesehatannya. Sebagai masa emas (Gold age) dalam kehidupan manusia, anak balita sangat perlu perhatian khusus terutama untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan otaknya. 2.4.2.2
Pemantauan Pola Konsumsi
Pengamatan pola konsumsi dilakukan terhadap rumah tangga pra sejahtera di semua desa di kecamatan yang menghadapi ancaman krisis pangan dan gizi. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pengamatan pola konsumsi pangan adalah sebagai berikut :
Pengamatan dilakukan terhadap 20 keluarga pra sejahtera yang dipilih dan pengamatan dilakukan terhadap KK yang sama sepanjang tahun
Perubahan-perubahan yang diamati dalam pemantauan pola konsumsi
adalah : Berkurangnya frekuensi makan dari kebiasaan sehari-hari misalnya dari 3 atau 2 kali menjadi 1 kali, perubahan jenis makanan pokok dari yang biasa dimakan ke makanan yang tidak lazim dimakan dan berkurangnya jumlah makanan dimasak/dimakan Di Kota Denpasar pengamatan pola konsumsi sampai dengan Desember 2015, dari 860 KK yang diamati baik frekwensi makan rata-rata 3 kali makan,
jenis
makanan
pokok
tetap
yaitu
beras
dan
jumlah
yang
dimasak/dimakan biasa. 2.4.2.3
Pemantauan Status Gizi (PSG)
PSG sebagai kegiatan penilaian status gizi untuk memperoleh besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis. Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi untuk pengambilan keputusan
dan
tindakan,
penentuan
kebijakan
dan
penyusunan
PSG
dilaksanakan sekali dalam setahun. Status gizi balita berdasarkan BB/U di Kota Denpasar dari
29.493 balita yang diukur terdapat 29 balita gizi buruk (0,10%),
gizi kurang sebanyak 111 balita (0,38%), gizi lebih sebanyak 237 balita (0,8%)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 91
dan gizi baik sebanyak 29.116 balita (98,72%).
Sedangkan status gizi
berdasarkan BB/TB, terdapat 10 orang balita yang tergolong kurus sekali terdiri dari 4 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Penyebab Balita Gizi buruk ini bervariasi sebagian besar disebabkan karena adanya penyakit penyerta, seperti: kelainan jantung, microchepali dan pneumonia. Dibandingkan
ditahun
2014 terjadi penurunan persentase balita gizi
buruk. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar menargetkan maksimal ada 3,6% Balita gizi buruk di Kota Denpasar, bila kita bandingkan hasil penemuan gizi buruk tahun 2014 dengan target Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar maka persentase gizi buruk di Kota Denpasar sudah lebih rendah dari target Renstra. Seluruh Balita Gizi buruk yang ditemukan dikota Denpasar sudah mendapatkan penanganan dan perawatan. 2.4.2.4
Monitoring Garam Beryodium
Masalah GAKY merupakan salah satu masalah gizi yang cukup serius. Kekurangan
zat
iodium
dalam
jangka
waktu
tertentu
akan
dapat
menimbulkan gangguan bagi perkembangan fisik dan keterbelakangan mental, penurunan kecerdasan yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam rangka upaya penanngulangan masalah tersebut maka program yang digalakkan adalah pemasyarakatan konsumsi garam beryodium secara berkelanjutan dan menyeluruh.Tujuan pemberian kapsul minyak beryodium adalah untuk mencegah timbulnya bayi lahir kretin yang diakibatkan kekurangan yodium. Lokasi yang menjadi prioritas pemberian adalah seluruh desa di kecamatan yang tergolong dalam endemis berat (Total Goiter Rate /TGR > 30%) dan endemis sedang (TGR 20-29,9%). Satu kapsul minyak beryodium mengandung kadar yodium 200 mg, dengan sasaran selektif hanya pada penderita gondok dan dosis pemberian sebagai berikut: Wanita usia subur Ibu menyusui
2 kapsul/tahun, Ibu hamil 1 kapsul/masa hamil,
1 kapsul selama masa menyusui dan Anak SD/MI (Kelas 1-6)
1 kapsul/tahun. Penanggulangan GAKY jangka panjang adalah dengan meningkatkan KIE (di posyandu, puskesmas maupun di sekolah dasar), penggunaan garam beryodium dalam konsumsi makanan sehari-hari. Pengumpulan data yang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 92
dilaksanakan pada tiap-tiap desa/kelurahan dengan menilai 1 SD secara acak sample di desa/kelurahan yang bersangkutan, masing-masing SD diambil 26 murid kelas 4 dan 5 dengan metode LQAS (Lot Quality Assurance Sampling) disuruh membawa garam yang digunakan di rumah ±
2
sendok
dan
membawa
pembungkus
garamnya.
Pemantauan
dilakukan 2 kali setahun yaitu bulan Pebruari dan Agustus. Kegiatan dalam pemantauan garam beryodium akan dapat ditentukan suatu desa baik atau tidak baik adalah sebagai berikut : Desa dengan garam baik yaitu bila terdapat paling banyak 1 sampel yang diperiksa tidak memenuhi syarat (tidak mengandung yodium dengan kadar cukup atau tidak mengandung yodium sama sekali) Desa dengan garam tidak baik yaitu bila terdapat lebih dari 2 sampel yang diperiksa tidak memenuhi syarat. Dari 43 desa/kelurahan yang ada, berdasarkan hasil pemeriksaan pada bulan Pebruari, 37 desa tergolong dalam desa baik (86,05%) dan 6 desa (13,95%) tergolong dalam desa tidak baik dalam penggunaan garam beryodium. Pada bulan Agustus dilakukan survey garam beryodium untuk tingkat rumah tangga, dengan hasil 93,67% Rumah tangga di Kota Denpasar sudah mengkonsumsi garam beryodium. Bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 84%, Kota Denpasar sudah mencapai target. 2.4.2.5
Pemantauan ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara ekslusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Hasil pencapaian Program ASI ekslusif yang dilaksanakan sudah mencapai 75,47%, masih kurang dari target yang ditetapkan propinsi yaitu 77%, Dibandingkan tahun lalu sudah mengalami peningkatan sebanyak 2,1% (dari 73,37% menjadi 75,47%).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 93
Beberapa hal yang menyebabkan bayi tidak lulus ASI Ekslusif adalah keadaan sosial ekonomi keluarga yang tidak mendukung sehingga ibu-ibu ikut
mencari
nafkah
untuk
membantu
kebutuhan
ekonomi
keluarga.
Sehingga tidak mungkin ibu-ibu yang melahirkan diberikan cuti bersalin lebih dari 3 bulan, kecuali harus berhenti bekerja.
Di samping itu pula tidak
banyak instansi baik negeri maupun swasta yang mempunyai TPA (Tempat Penitipan Anak), sehingga seorang ibu bisa setiap saat menyusui bayinya sambil bekerja di kantornya.
Grafik 2.33 Cakupan ASI Ekslusif Tahun 2011 s.d 2015
Data di atas menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir cakupan ASI eksklusif di Kota Denpasar belum bisa mencapai target yang ditetapkan secara nasional (80%). Dari tahun ketahun terlihat peningkatan persentase cakupan ASI Ekslusif secara cukup bermakna. Pada tahun 2015 cakupan ASI Eksklusif meningkat 2,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun capaian ini masih lebih rendah dari target Renstra Dikes Kota Denpasar untuk tahun 2014 sebesar 80%. Gambaran cakupan ASI Eksklusif berdasarkan Puskesmas di Kota Denpasar tahun 2015 seperti pada grafik 2.34 di bawah ini :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 94
Grafik 2.34 Persentase cakupan ASI Ekslusif berdasarkan Puskesmas Tahun 2015
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesehatan Keluarga Dikes Kota Denpasar Meskipun secara umum di Kota Denpasar terjadi peningkatan cakupan ASI Eksklusif dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun hasil tersebut masih perlu ditingkatkan. Cakupan ASI Ekslusif terendah di Puskesmas I Denpasar Barat dan Puskesmas I Denpasar Timur, perlu adanya berbagai upaya yang mampu meningkatkan capaian ASI Ekslusif di Kota Denpasar sehingga bisa mencapai target yang ditetapkan.. Rendahnya
cakupan
ASI
Eksklusif
disebabkan
oleh
beberapa
faktor
diantaranya karena kebanyakan ibu-ibu yang memiliki bayi bekerja mencari nafkah untuk menunjang kebutuhan keluarga sehingga tidak ada kesempatan untuk memberikan ASI secara eksklusif mulai sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan dan lebih banyak memberikan susu formula pada bayinya. Langkah yang telah dilakukan
meningkatkan cakupan ASI Ekslusif di Kota Denpasar adalah
meningkatkan promosi tentang pentingnya ASI Ekslusif dan teknik penyimpanan ASI yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja sehingga ASI nya tetap bisa dinikmati bayi dan ibu tidak perlu berhenti bekerja. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi ke
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 95
instansi pemerintah dan swasta tentang pentingnya menyiapkan ruangan sebagai pojok ASI. 2.4.2.6
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor resiko yang erat dengan kejadian KLB Gizi Buruk seperti campak dan diare.
Menteri Kesehatan
melalui suratnya Nomor : 1209 tanggal 19 Oktober 1998 mengintruksikan agar memperlakukan kasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga setiap kasus baru harus dilaporkan dalam 1 x 24 jam. Penanganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan oleh petugas puskesmas dan rumah sakit pada saat KLB terjadi. Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut: a. Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda gizi buruk, cara merujuk, upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat b. Mendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baru/therapeutic feeding centre (bila memungkinkan) c. Melakukan pelayanan gizi dan pengobatan berdasarkan ADIME (Pedoman Tata Laksana Penanganan Gizi Buruk rawat inap/rawat jalan) d. Menyediakan sarana, suplemen gizi, makanan formula dan lain-lain e. Upaya pencegahan meningkatnya jumlah kasus gizi buruk dengan meningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi, makanan tambahan, perbaikan kondisi lingkungan dan lain-lain Upaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang beresiko menderita gizi buruk, upaya ini dilakukan secara lintas program/sektor seperti : Pemberian imunisasi, Peningkatan cakupan kapsul vitamin A terutama pada daerah
kasus campak, Peningkatan cakupan pemantauan
pertumbuhan, Penyuluhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak yang mengalami gagal tumbuh, Manajemen faktor resiko gizi buruk dan koordinasi dengan program terkait. Jika faktor resikonya di luar kemampuan sektor kesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lain, Memperhatikan kondisi lingkungan dan ekonomi
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 96
Tabel 2.13 Jumlah rata-rata gizi buruk (BB/TB) tiap bulan yang ada di Kota Denpasar Tahun 2015 No
Nama Puskesmas
Jumlah Gizi Buruk
1
I Denbar
3
2
II Denbar
2
Denbar
5
3
I Dentim
1
4
II Dentim
0
Dentim
1
5
I Denut
2
6
II Denut
0
7
III Denut
0
Denut
2
8
I Densel
0
9
II Densel
1
10
III Densel
1
11
IV Densel
0
Densel
2
Kota Denpasar
10
Sumber data : Laporan Gizi Dikes Kota denpasar Jumlah gizi buruk berdasarkan BB/TB yang ada di Kota Denpasar tahun 2015 sebanyak 10 balita dari 11 Puskesmas yang ada di Kota Denpasar. Semua kasus sudah tertangani dan mendapat bantuan berupa susu dan biskuit selama 3 bulan bersumber dana dari APBD II dan 4 bulan dari CSR. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar penyebab anak kekurangan Gizi disebabkan karena adanya penyakit penyerta dan di akhir tahun masih tersisa 1 orang kasus gizi buruk yang masih dirawat.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 97
2.4.2.7 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA) Kekurangan kebutaan,
vitamin
yang
Penanggulangan
A
berawal
pada dari
Kekurangan
tubuh gejala
Vitamin
manusia klinis
A
dapat
rabun
adalah
mengakibatkan
ayam/buta
kegiatan
senja.
menurunkan
prevalensi kekurangan vitamin A melalui upaya meningkatkan konsumsi vitamin A melalui makanan sumber vitamin A dosis tinggi. Cara pelaksanaan : a. Menentukan sasaran dan dosis kapsul yang diberikan yaitu : -
Bayi umur 6 – 11 bulan diberikan kapsul vitamin A 100.000 IU (warna biru) pada bulan Pebruari dan Agustus
-
Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 warna merah diberikan 2 kali setahun yaitu bulan Pebruari dan Agustus
-
Bayi dan anak balita sakit (menderita campak, diare, gizi buruk atau xeroptalmia) diberikan kapsul vitamin A dosis sesuai umur sesuai tatalaksana kasus.
Pada wilayah yang terkena KLB campak, seluruh
balita diberikan kapsul vitamin A pada seluruh desa. -
Ibu nifas (0-42 hari) setelah melahirkan segera 1 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah dan 1 kapsul lagi diberikan dengan selang waktu 24 jam
b. Metode yang digunakan dalam pemberian kapsul untuk mencapai target cakupan adalah : -
Metode serentak yaitu bulan Pebruari dan Agustus
-
Metode sweeping atau kunjungan rumah dilakukan paling lambat selama sebulan setelah pemberian serentak dilakukan
-
Untuk sasaran ibu nifas dilakukan segera setelah bersalin atau pada kunjungan pertama neonatal atau pada kunjungan kedua neonatal
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 98
Tabel 2.14 Hasil Cakupan Vitamin A Bayi dan Anak Balita di Kota Denpasar Tahun 2015 Pencapaian Hasil No
Tolok Ukur n
1
2
3
Target (%)
Sumber
%
Vitamin A bayi 6 – 11 bulan Februari Agustus Vitamin A Anak Balita Februari Agustus Vitamin A Ibu Nifas
5.147 4.482
100 97,5 100 97,5
Lap.6 bln Lap.6 bln
27.378 27.647 16.045
99,53 97,5 99,63 97,5 99,76
Lap.6 bln Lap.6 bln PWS
Hasil pencapaian pendistribusian vitamin A sudah melebihi target yang ditetapkan Provinsi yaitu 97,5%. Keberhasilan ini disebabkan oleh tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi dan kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi akan arti penting vitamin A untuk balita mereka. Disamping itu juga dilakukan sweeping vitamin A bagi balita. Sweeping dilaksanakan pada bulan Maret dan September untuk meningkatkan cakupan. Segala kegaiatan pemberian vitamin A ini akan tetap berhasil apabila kerjasama yang baik antara petugas puskesmas dengan institusi yang lain seperti bidan swasta, rumah sakit, klinik bersalin dan lain-lain agar tetap dipertahankan. Grafik 2.34 Cakupan Pemberian Vitamin A Di Kota Denpasar Tahun 2011 s.d 2015
Sumber: Laporan Gizi Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 99
Pada gambar diatas terlihat cakupan pemberian Vitamin A dosis tinggi sudah baik dengan pencapaian diatas target renstra (90%). 2.4.2.7
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB)
Anemia Gizi Besi adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, sesuai dengan kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis. Kekurangan zat besi dalam tubuh disebabkan karena : Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia adalah : -
Mempraktekkan pola makan bergizi seimbang yang terdiri dari aneka ragam makanan termasuk sumber pangan hewani yang kaya zat besi, dalam jumlah yang proporsional. Makanan yang kaya sumber zat besi contohnya
:
hati,
ikan,
daging,
unggas,
dan
buah-buahan
yang
mengandung vitamin C tinggi. -
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut, contohnya tepung terigu sejak tahun 2000 sudah diperkaya zat besi.
-
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak tersedia atau sangat sedikit, maka kebutuhan terhadap zat besi perlu didapat dari suplemen (tablet tambah darah)
Kegiatannya berupa : -
Pemberian tablet/sirup besi pada kelompok sasaran
-
Penyuluhan kepada masyarakat dengan pendekatan pemasaran sosial untuk mengkonsumsi makanan alami sumber zat besi
-
Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sumber zat besi Tenaga pelaksana distribusi yaitu petugas Puskesmas, Bidan di desa,
kader dan tenaga lainnya.
Untuk mengembangkan kemandirian distribusi
tablet/sirup besi dapat dilakukan melalui bidan praktek swasta, rumah sakit swasta, poliklinik, rumah bersalin, dokter swasta dan apotek. Tablet tambah darah (TTD) adalah suplemen zat gizi yang mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (sesuai rekomendasi WHO).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 100
Program suplementasi TTD, dengan dosis pemberian : Anak usia sekolah (10 tahun/mandiri), Wanita Usia Subur (WUS) dan remaja putri 1 tablet TTD secara rutin dengan 1 dosis tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari pada masa haid, Ibu hamil dan ibu nifas minum TTD dengan dosis 1 tablet setiap hari selama masa kehamilannya dan 40 hari setelah melahirkan. Tabel 2.15 Cakupan pemberian Fe pada Ibu Hamil di Kota Denpasar Tahun 2015 No
Tolok Ukur
Pencapaian/hasil N
Target
Sumber
%
1
Fe I
Bumil
16.926
100,42
98 PWS KIA
2
Fe III Bumil
16.516
97,99
98 PWS KIA
Catatan : Prosentase di dapat dari pencapaian Fe I dan Fe III dibandingkan dengan jumlah Sasaran ibu hamil Hasil pencapaian pendistribusian tablet Fe I pada ibu hamil yang ada sudah mencapai
16.926
bumil (100,42% ), dan pendistribusian tablet
tablet Fe III pada ibu hamil mencapai 16.516 bumil (97,99%). Pecapaian Fe III belum mencapai target yatu 98% disebabkan karena: TTD yang diberikan mengeluarkan aroma / bau khas besi dan warna hitam pada feses. 2.4.2.8
Lomba Balita Indonesia (LBI)
Tujuan LBI adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui upaya pembinaan dan pengembangan kesehatan dan kesejahteraan balita yang dimulai sejak dini, sehingga tercipta proses tumbuh kembang anak secara optimal. Salah satu upaya tersebut adalah dengan meningkatkan kesehatan balita melalui upaya proaktif dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui kegiatan LBI yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pengetahuan dan kemandirian para orang tua dan masyarakat.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 101
2.4.3 Promosi Kesehatan Promosi kesehatan dan peran serta masyarakat merupakan salah satu program unggulan dimana sejak diberlakukannya PP 41 tahun 2007 promosi kesehatan menjadi salah satu seksi pada Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Sebagai mana tercantum dalam keputusan Menteri Kesehatan No 114/ MenKes/ SK /7 / 2005
, tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dan , oleh, untuk, dan bersama mastyrakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mngembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat , sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.Adapun kegiatan promosi kesehatan masyarakat dan peran serta masyarakat adalah penyebar luasan informasi kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat dapat berperilaku hidup bersih dan sehat . dengan demikian akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun kegiatan Promkes dan PSM di Kota Denpasar Tahun 2015 dilaksanakan oleh segenap petugas kesehatan di tingkat Kota Denpasar, Puskesmas
dan kader
kesehatan yang tersebar di 4 Kecamatan , di 43 Desa / Kelurahan di wilayah Kota Denpasar.
Kegiatan Promosi kesehatan dan PSM
di Tahun 2015 dapat
diuraikan sebagai berikut : 2.4.3.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pembinaan PHBS dilaksanakan secara berkesinambungan dari tahun ke tahundan dilanjutkan dengan pelaksanaan survei PHBS di rumag tangga yang dilakukan oleh 11 Puskesmas di Kota Denpasar. Pembinaan PHBS dilaksanakan oleh
Tim
Pembina
PHBS
Kota
Denpasar
dengan
Keputusan
Walikota
No.188.45/375/HK/2015 yang terdiri dari unsur : Bappeda, PKK, Dinas Kebesihan
dan
Pertamanan,
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan Desa , Bagian Kesra , Dinas Pendidikan ,Pemuda dan Olahraga,PD Pasar Dinas Pekerjaan Umum, Bagian Keuangan, bagian Hukum, Bidang bina Kesmas,Bidang Bina P2P, Bidang PL, Bidang Yankes .
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 102
Pelaksanaan perilaku bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan masyarakat (Profil Kes Indonesia, 2012). Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 2.35 Tren persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Data pada grafik 2.35 di atas menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir jumlah rumah tangga yang ber PHBS sudah cenderung mengalami peningkatan walaupun sempat mengalami sedikit penurunan di tahun 2014 namun sudah dapat ditingkatkan kembali pada tahun 2015. Capaian ini sangat baik mengingat peran PHBS yang begitu penting dalam membantu menumbuhkan budaya hidup yang baik dibidang kesehatan. Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota dicantumkan target rumah tangga ber PHBS untuk tahun 2015 sebesar 79%. Pencapaian Kota Denpasar sebesar 81,5%%, hal ini menunjukkan pencapaian Rumah tangga ber PHBS di tahun 2015 sudah mencapai target yang ditetapkan pada Renstra,
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 103
untuk
tahun
selanjutnya
perlu
terus
digalakkan
meningkatkan cakupan rumah tangga ber PHBS pembinaan
PHBS
di
rumah
tangga
upaya
untuk
dengan meningkatkan
dengan
menggerakkan
dan
memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat melalui penyuluhan baik secara individu maupun berkelompok agar setiap orang, kelompok atau keluarga tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Untuk mencapai rumah tangga ber PHBS terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: 1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) Memberi ASI ekslusif, 3) Menimbang balita setiap bulan, 4) Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) Menggunakan jamban sehat, 7) Memberantas jentik di rumah seminggu sekali, 8) Makan buah dan sayur setiap hari, 9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, 10) Tidak merokok di dalam rumah Tabel :2.36 Survei PHBS di Rumah Tangga Kota Denpasar Tahun 2015 N0
Puskesmas
JUMLAH RUMAH TANGGA
JUMLAH RUMAH TANGGA YG DIPANTAU
RUMAH TANGGA BER-PHBS
CAPAIAN (%)
1
PUSK I DB
36.910
1.050
789
75,1
2
PUSK II DB
21263
1260
1178
93,5
3
PUSK I DS
15655
630
475
75,4
4
PUSK II DS
8787
840
727
86,5
5
PUSK III DS
6514
420
370
88,1
6
PUSK IV DS
210
210
165
78,6
7
PUSK I DT
10646
1260
1090
86,5
8
PUSK II DT
14070
1200
953
79,4
9
PUSK I DU
10923
2875
2270
79,0
10
PUSK II DU
15846
630
454
72,1
11
PUSK III DU
3920
980
781
79,7
TOTAL
144.744
11.355
9252
81,5
Sumber: Laporan Promkes Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 104
Bila kita lihat data per puskesmas persentase rumah tangga ber PHBS tertingi di wilayah kerja Puskesmas Denpasar II Barat (93,5%) sedangkan terendah di Puskesmas II Denpasar Utara (72,1%). Grafik 2.36 Persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kota Denpasar Berdasarkan Puskesmas Tahun 2015
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Bila dilihat berdasarkan kecamatan, Rumah tangga ber PHBS tertinggi terdapat di Kecamatan Denpasar Barat (84,3%) dan terendah di kecamatan Denpasar Utara( 76,9%) .
2.4.3.2 Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pembinaan dan Evaluasi UKS dilaksanakan pada tingkat Taman Kanakkanak (TK),SD,SMP dan SMA/SMK. Pembinan dan Evaluasi UKS dilakukan oleh Tim Pembina UKS Kota Denpasar berdasarkan Surat Keputusan Walikota Denpasar
dengan
Nomor
188.45/376/Hk/2015
yang
terdiri
dari
unsure
Disdikpora, Kantor Agama, Bagian Kesra, PMI, TP PKK, Bina PL, Bina P2P, Bina Kesga. Adapun variable yang di evaluasi seperti 1. Fisik Sekolah: Ruang, Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Kelas, Perpustakaan,Ruang laboratorium Proses
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 105
belajar mengajar, 2. Ruang UKS,
Administrasi UKS, Pelayanan kesehatan di
sekolah, 3. Halaman, Pagar Sekolah, kebun sekolah, pengelolaan sampah, KM,WC,SPAL,Air Bersih, dan Kantin sekolah, 5. Tempat Ibadah,
4.
6. organisasi
dan manejemen UKS, 7. Dokter kecil (untuk TK dan SD), Kader Kesehatan Remaja (untuk SMP dan SMA/SMK), sekretariat UKS Kecamatan. Untuk tahun 2014 telah membina 16 sekolah yang terdiri dari TK Candra Kasih,SDN 13 Kesiman, SMKN 3 Denpasar untuk yang lomba tingkat Propinsi Bali , untuk tahun 2015 telah membina 12 sekolah yang terdiri dari : SD 29 Pemecutan, SD 6 Pedungan, SD 29 Dangri Kelod, SD 2 Padang sambian ,SMP Wisata Sanur, SMP Santo Yoseph, SMP PGRI 9 Denpasar, SMP Widya Sakti,SMKN 2 Denpasar, SMAN 1 Denpasar, SMK 2 Saraswati,SMA Muhammdyah. Disetiap Sekolah diharapkan menerapkan TRIAS UKS yaitu : Pendidikan Kesehatan, Pembinaan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan berupa penyuluhan berbagai materi sesuai dengan buku standar Kemenkes dengan pelatihan dokter kecil. Pembinaan Kesehatan dilakukan untuk guru dan murid dalam administrasi dan lingkungan sekolah sehat. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa yang dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan pada tingkat TK dilakukan Stimulasi deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK), untuk tingkat SD sampai SMA dilakukan penjaringan dan juga dilakukan imunisasi mengikutin jadwal Nasional. Khusus untuk immunisasi canker Cervik sudah tiga tahun ini diberikan pada murid perempuan kelas 1 SMP secara gratis dari dana APBD Kota Denpasar. Kegiatan Trias UKS dilaksanakan Oleh 11 Puskesmas di tambah dengan Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit, kuku), Pemeriksaan status gizi
melalui
pengukuran
antropometri,
Pemeriksaan
ketajaman
indera
(Pengelihatan dan pendengaran), Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, Pemeriksaan
laboratorium
untuk
anemia
dan
kecacingan,
Pengukuran
Kebugaran jasmani dan Deteksi dini masalah mental emosional. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat kelas 1 yang memiliki masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak usia sekolah.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 106
Untuk tahun 2015 persentase murid kelas I SD dan setingkat yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 100%. Di tingkat sekolah dasar, pelayanan dasar gigi dilaksanakan melalui Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Pelayanan dasar gigi ini dilaksanakan pada murid kelas I dan VI sekolah dasar. Cakupan pemeriksaan murid SD/MI tahun 2015 sebasar 60,6% atau dari 72.698 anak SD/MI
yang
ada, 48.669 anak
Hasil
pemeriksaan
mendapatkan pelayanan pemeriksaan dasar gigi.
menunjukkan
bahwa
terdapat
15.119
anak
memerlukan
perawatan dan dari jumlah tersebut 60,6% sudah mendapatkan perawatan. Ada beberapa permasalahan dalam UKS yaitu : Ada beberapa guru UKS yang belum memahami Program UKS karena belum pernah dilatih, Kurangnya Sarana Penunjang diruang UKS. Dan sebagai tindak lanjut sudah diusulkan dana untuk mengadakan pelatihan guru UKS dan dana untuk pembelian sarana penunjang UKS. 2.4.3.3 Program Pengobat Tradisinal (Battra) Program Pengobat Tradisinal (Battra) yang saat ini dirubah menjadi penyehat tradisional (Hattra). Pembinaan battra dilakukan oleh Tim Battra Kota Denpasar berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar N0. 188.45/
/HK/2015 ,
dimana anggotanya terdiri dari : unsure Dinas Kesehatan , Bagian Sosial, Tim penggerak PKK,PHDI, Poltabes dan trantib. Di Kota Denpasar terdapat 362 battra yang tersebar di 4 kecamatan yang terdiri dari battra berdasarkan ketrampilan sebanyak 194, battra ramuan 61 orang, battra supranatural 29 orang , battra agama 85 orang. Untuk tahun 2015 telah dibina 33 battra dengan 11 kali pembinaan.
2.4.3.4
Program Taman Obat Keluarga ( Toga)
Toga yang dimaksud adalah taman dimana ada tanaman obat keluarga. Dari 43 desa / kelurahan yang ada semuanya merupakan desa Toga, karena setiap tahun Toga dilombakan ditingkat Propinsi. Pelaksanaan pembinaan dilakukan oleh Tim Pembina Toga Kota Denpasar dengan keputusan Walikota no. 188.45/312/HK/2015 yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, bagian Sosial,Bangdes,Tim Penggerak PKK, dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 107
DKP Kota Denpasar, BPM PD, Bagian Kesra Setda Kota Denpasar,PHDI, dan unsur PPT Untuk Tahun 2015 pembinaan TOGA dilakukan sebanyak 10 kali di Desa sanur Kauh, Kelurahan Panjer, Desa Peguyangan Kaja, Kelurahan Peguyangan,
Desa
Penatih
Dangri,
Padangsambian, Desa Pemecutan Kelod.
Kelurahan
Penatih,
Kelurahan
Di samping pembinaan , tim juga
memberikan bantuan tanaman obat keluarga sebanyak 10 jenis tanaman sebanyak 1.600 pohon untuk desa binaan dan buku saku toga masing–masing di setiap desa binaan. 2.4.3.5 Program Kesehatan Olah Raga ( Kesorga) Program yang dilaksanakan Pada tahun 2015 telah adalah sosialisasi ke Puskesmas Se–Kota Denpasar untuk persiapan melaksanakan tes kesegaran jasmani untuk murid sekolah dan PNS. 2.4.3.6 Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok dilaksanakan sesuai tentang kawasan Tanpa Rokok yang mana sasaran dari kawasan ini adalah institusi pendidikan dan institusi kesehatan, Perwali KTR N0.25A Tahun 2010 sudah menjadi Perda KTR Kota Denpasar N0.7 Tahun 2013
sosialisasi dilakukan melalui media
elektronik yaitu Bali TV dan melalui penyuluhan kesekolah–sekolah.
2.4.4 Penyakit Menular 2.4.4.1 TB Paru Penyakit TB Paru merupakan penyakit re emerging masih terus ditemukan di Provinsi Bali. Secara nasional TB Paru merupakan penyakit tropis yang sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. TB Paru merupakan penyakit
yang masih
tinggi angka kejadiannya bahkan merupakan yang tertinggi ketiga di dunia. MDGs menetapkan penyakit TB Paru sebagai salah satu target penyakit yang harus diturunkan selain HIV AIDS dan Malaria. Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus baru BTA + sebanyak 471 kasus menurun bila dibandingkan dengan kasus BTA + yang ditemukan tahun 2014 yaitu sebanyak 490 kasus. Menurut jenis kelamin kasus BTA+ lebih banyak
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 108
terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 304 laki-laki (65%), dan 167 (35%) perempuan. 1) Kasus Baru BTA Positif (BTA+) Proporsi pasien baru BTA positif diantara semua kasus TB menggambarkan prioritas penemuan pasien TB menular diantara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ dibawah 65% maka hal ini menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular/ pasien BTA+ (Kemenkes,2015). Proporsi pasien baru BTA positif diantara semua kasus TB di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 61%. Capaian tahun 2015 ini sudah lebih baik dari capaian 2014 (46%). Hasil capaian ini masih lebih rendah dari target yang ditetapkan (65%), kedepannya perlu strategi yang lebih baik untuk meningkatkan Proporsi pasien baru BTA positif diantara semua kasus TB. Grafik 2.37 PROPORSI BTA POSITIF DIANTARA SELURUH KASUS TB PARU DI KOTA DENPASAR TAHUN 2011-2015
120
Target minimal 65%
100
98
80 61
60 40
46
46
20
16
0 2011
2012
2013
2014
2015
Sumber Seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar 2) Angka notifikasi kasus (CNR) Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka
ini
apabila
dikumpulkan
serial
akan
menggambarkan
kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 109
ini
berguna
untuk
menunjukkan
kecenderungan/trend
meningkat
atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut( kemenkes,2015). CNR kasus baru TB BTA+ tahun 2015 (148/100.000 pddk) menurun bila dibandingkan dengan tahun 2014 (133/100.000 pddk) sedangkan CNR seluruh kasus TB tahun 2015 (148/100.000 pdkk) meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2014 (133/100.000 pddk) 3) Angka keberhasilan pengobatan Hasil pengobatan penderita TB Paru dipakai indikator succses rate, dimana indikator ini dapat dievaluasi setahun kemudian setelah penderita ditemukan dan
diobati.
Sukses
rate
akan
meningkat
bila
pasien
TB
Paru
dapat
menyelesaikan pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak. Pada tahun 2014 angka sukses rate pengobatan penderita TB di Kota Denpasar sebesar 90%.
Gambaran
penyakit
TB Paru
di
Kota
Denpasar
seperti terlihat pada
grafik dibawah ini : Grafik 2.38 Succes Rate TB di Kota Denpasar tahun 2011 s/d 2015 91 90 89 88 87 86 85 84 83 82
Sucses Rate TB
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 110
Data pada grafik 3.7 di atas menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir
sucses rate kasus TB Paru di Kota Denpasar terlihat meningkat.
Renstra dinas kesehatan kota denpasar menetapkan target sucses rate kasus TB Paru untuk tahun 2015 sebesar 85%. CNR TB Paru pada tahun 2015 sebesar 90 per 100.000 penduduk, dengan jumlah kematian akibat TB Paru sebesar 4 per 100.000 penduduk. Peningkatan
angka penemuan ini
disebabkan karena semakin ditingkatkannya jangkauan pelayanan yang mengacu pada manajemen DOTS baik dari puskesmas, RS Pemerintah, RS Swasta maupun praktisi swasta sehingga semakin banyak kasus yang bisa terdeteksi di masyarakat. Upaya
yang
perlu
dilakukan
untuk
menurunkan
Case
Rate
dan
meningkatkan Success Rate adalah dengan cara meningkatkan sosialisasi penanggulangan TB Paru dengan manajemen DOTS melalui jejaring internal maupun eksternal rumah sakit serta sektor terkait lainnya. Disamping meningkatkan jangkauan pelayanan, upaya yang tidak kalah penting dan perlu dilakukan dalam rangka penanggulangan penyakit TB Paru adalah meningkatkan kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kasus TB Paru sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan kemiskinan, karena penularan TB Paru adalah melalui
kontak langsung
dengan penderita. Status gizi juga mempengaruhi kasus TB Paru terutama angka kesembuhannya, dengan status gizi yang baik penderita TB Paru akan lebih cepat pulih. 2.4.4.2
Pneumonia Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena merupakan salah satu penyebab kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup
cairan
atau
bahan
kimia.
Populasi
rentan
yang
terserang
pneumonia adalah anak umur < 2 tahun. Penemuan dan tatalaksana kasus adalah salah satu kegiatan program penanggulangan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 111
Jumlah kasus pneumonia pada balita yang dilaporkan berobat di sarana pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun RSU dalam lima tahun terakhir di Kota Denpasar seperti terlihat pada grafik di bawah ini :
Persentase
Grafik 2.39 Prevalensi Kasus Pneumonia Pada Balita Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
% Kasus
Tahun 2011 8,2
Tahun 2012 16,8
2013
2014
2015
7
8,8
1,54
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kota Denpasar terlihat berflutuaktif selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2014 ditemukan 8,8% penderita pneumonia Balita dari jumlah perkiraan penderita sebesar 8.438 orang, sedangkan tahun 2015 ditemukan dan ditangani 1,5% penderita pneumonia balita dari perkiraan 72.926 penderita. Perlu diterus ditingkatkan upaya penemuan penderita penemonia terutama pada Balita sehingga segera dapat ditangani. Pneumonia pada balita lebih banyak disebabkan karena faktor seperti kurang gizi, status imunisasi yang tidak lengkap, terlalu sering membedung anak, kurang diberikan ASI, riwayat penyakit kronis pada orang tua bayi/balita, sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang memenuhi syarat kesehatan, orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi kasus pneumonia pada bayi/balita adalah menghilangkan faktor
penyebab
itu
sendiri
melalui
peningkatan
status
gizi
bayi/balita,
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta peningkatan status imunisasi bayi/balita.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 112
2.4.4.3
Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh penderitanya sehingga penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit yang lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, sero survey dan survey terpadu biologis dan perilaku (STBP). Di Kota Denpasar terdapat 4 Puskesmas dengan layanan VCT yaitu Puskesmas II Denpasar Selatan, Puskesmas II Denpasar Utara dan Puskesmas I Denpasar Timur dan Puskesmas II Denpasar Barat Penyebaran HIV-AIDS tidak mengenal batas daerah maupun wilayah. Perkembangan kasus AIDS dan infeksi HIV yang dilaporkan di Kota Denpasar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 2.40 Jumlah Kasus Baru HIV-AIDS Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015 800
Kasus
600
400 200 0
HIV
2011 221
2012 294
2013 290
2014 332
2015 638
AIDS
221
310
326
379
601
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 113
Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah kasus baru HIV-AIDS meningkat secara signifikan. Pada tahun 2011 ditemukan 221 kasus HIV baru. Pada tahun 2012 jumlah penderita HIV yang ditemukan meningkat menjadi 294 orang (119 penderita laki-laki dan 175 perempuan) dan AIDS sebanyak 310 orang (208 penderita laki-laki dan 102 penderita perempuan). Sedangkan pada tahun 2013 dengan penambahan 1 puskesmas yang mampu melakukan VCT jumlah kasus HIV sedikit menurun menjadi 290 kasus (144 laki-laki dan 146 perempuan), sedangkan AIDS ditemukan 326 orang (228 laki-laki dan 98 perempuan). Sedangkan pada tahun 2014 ditemukan 332 penderita HIV positif (161 lakilaki dan 171 perempuan) dan AIDS ditemukan 379 orang (239 laki-laki dan 140 perempuan). Selama tahun 2014 ditemukan 13 kematian akibat AIDS (10 laki-laki dan 3 perempuan). Tahun 2015 terjadi 638 kasus HIV dan 601 kematian AIDS, dengan 10 kematian akibat AIDS. Data diatas menunjukkan terjadi peningkatan kasus yang signifikan pada tahun 2015 hal ini disebabkan karena data diatas adalah data seluruh penderita yang mengakses layanan di Kota Denpasar tanpa melihat asal penderita. Penularan kasus HIV-AIDS dominan melalui hubungan seks, jarum suntik yang tercemar HIV, ibu hamil yang HIV positif. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk
menanggulangi
Denpasar. Salah satunya adalah
penyebaran
kasus
HIV-AIDS
di
Kota
melakukan skrining terhadap pendonor
darah. Pada tahun 2015 Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Cabang Kota Denpasar yang berkedudukan di RSUD Wangaya telah melakukan skrining terhadap 3.800 pendonor darah (2.947 laki-laki dan 853 perempuan). Dari jumlah tersebut sebanyak
15 sampel darah (0,39%) positif terinfeksi HIV-
AIDS. Disamping itu juga Dinas Kesehatan Kota Denpasar bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar secara aktif melaksanakan penyuluhan/KIE ke tempat-tempat kerja/perusahaan terutama yang termasuk dalam kategori resiko tinggi seperti panti-panti pijat. Tujuan penyuluhan atau KIE tersebut adalah agar kelompok berisiko tersebut mau datang ke Klinik VCT untuk memeriksakan diri secara berkala.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 114
Pada tahun 2015 terdapat 3.800 pendonor yang mendonorkan darahnya di PMI Kota Denpasar. Seluruh pendonor diperiksa sampel darahnya untuk skrining terhadap HIV-AIDS dengan hasil 0,39% pendonor dinyatakan positif HIV. 2.4.4.4
Diare Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih
dari tiga kali namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah disebut disentri. CFR diare secara nasional adalah 2,48% sedangkan di Kota Denpasar CFR nya 0. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Kota Denpasar, karena IR nya cukup tinggi. Penyakit gastroenteritis lain seperti diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di Puskesmas maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi, namun angka kematiannya relative rendah. Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan alamiahnya sebagian besar penderita sembuh sempurna. Pada tahun 2015 di Kota Denpasar ditemukan dan ditangani 12.999 penderita diare atau sebesar 69 % dari jumlah perkiraan kasus yang ada. Gejala diare yang terkesan ringan dan dapat diobati sendiri oleh penderitanya menyebabkan penderita enggan mendatangi sarana pelayanan kesehatan. Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah kematian dan promosi kesehatan tentang hiegyne sanitasi dan makanan
untuk
mencegah
penyebarluasan
kasus
(KLB).
Upaya
yang
dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi air minum dan peningkatan sanitasi lingkungan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 115
2.4.4.5
Malaria
Angka kesakitan malaria untuk Jawa dan Bali diukur dengan Annual Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2015 tidak terdapat kasus penyakit malaria positif dari hasil pemeriksan secara klinis terhadap 226 sampel darah di Kota Denpasar. Penyakit malaria bukan merupakan penyakit endemis tetapi merupakan kasus-kasus import dari penduduk yang berasal dari daerah endemis malaria atau orang Bali khususnya yang berasal dari Kota Denpasar yang pernah tinggal di daerah endemis
malaria seperti NTT, Maluku dan
Papua.
2.4.4.6
Kusta Kusta
adalah
penyakit
kulit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
mycobacterium leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka dapat menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, mata dan anggota gerak. Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta adalah angka penemuan penderita/ new case detection rate (NCDR). Dengan NCDR 0,1 per 10.000 penduduk berarti Denpasar sudah dapat dikatagorikan sebagai daerah rendah kusta dengan mengacu pada indicator pusat bahwa daerah dengan NCDR 0,50 per 10.000 penduduk sudah dapat dikatakan sebagai daerah rendah kusta. Gambaran Penyakit kusta dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 116
Grafik 2.41 Prevalensi Penyakit Kusta Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015 0,25 0,2
Kasus
0,15 0,1 0,05
0 Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
0,1
0,2
0,1
0,1
0,07
Kasus/10.000 pddk
Keberhasilan penanganan kasus kusta di Kota Denpasar tidak terlepas dari upaya intensif dari dinas kesehatan, puskesmas dan jajarannya serta adanya kemauan penderita untuk sembuh dari penyakit kusta. Prevalensi kusta dalam lima tahun terakhir di Kota Denpasar sudah bisa ditekan menjadi < 1 per 100.000 penduduk. Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata). Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja petugas, bila angka proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan penderita akibat rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
tanda/gejala
penyakit
kusta.
Tahun
2015
Di
Kota
Denpasar
ditemukan 1 orang dengan cacat tingkat II (16,67%). Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program adalah adanya penderita anak diantara kasus baru, yang mengindikasikan bahwa masih terjadi penularan kasus di masyarakat. Proporsi kasus anak di Kota Denpasar sebesar 0%. Dalam lima tahun terakhir prevalensi kusta tidak mengalami penurunan yang signifikan, akan tetapi masih berada pada posisi eliminasi kusta.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 117
2.4.5 Imunisasi dan Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 2.4.5.1 Pelayanan Imunisasi Pelayanan imunisasi baik yang sifatnya rutin maupun gebrakan dari pemerintah merupakan upaya untuk mencegah dan atau menanggulangi penyakit-penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi baik pada bayi, anak sekolah maupun Wanita Usia Subur. 2.4.5.1.1
Imunisasi Dasar Pada Bayi
Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang Selaput Otak, Radang Paru-Paru. Salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi. Tujuan
program
imunisasi
adalah
menurunkan
morbiditas
dan
mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan desa/kelurahan yang mencapai Universal Child Imunization (UCI) yaitu 80% sasaran mendapatkan imunisasi lengkap. Target keberhasilan program imunisasi adalah minimal 80% desa mencapai UCI. Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kota Denpasar pada tahun 2015 sudah mencapai 100%. Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar lengkap) pada bayi yang dicanangkan pemerintah meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Campak merupakan penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Di Indonesia imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 118
Grafik 2.42 Persentase Capaian Imunisasi Di Kota Denpasar Tahun 2015
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal. Setiap bayi diharapkan agar mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap diukur dengan imunisasi dasar lengkap. Tahun
2015
sebanyak
94,69%
mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
bayi
(surviving
infant)
sudah
Data capaian imunisasi dasar
lengkap berdasarkan puskesmas dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 119
Gambar 2.43 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2015
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar.
2.4.5.1.2
Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada pemberian awal
imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak disebut Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT HB1. Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 8,7%. Hal ini menunjukkan ada 8,7% Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada pemberian awal imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak. Angka DO Campak di Kota Denpasar meningkat 2,3% bila dibandingkan tahun 2014 (6,37%)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 120
2.4.5.1.3
Desa/ Kelurahan UCI (Universal Child Imunization) UCI desa/kel adalah gambaran suatu desa/ kel dimana ≥80% dari
jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kel tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Seluruh Desa/kel yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2015 sudah mencapai Desa/kel UCI 2.4.5.1.4
Imunisasi pada Ibu Hamil
Dalam upaya eliminasi tetanus pada ibu dan bayi (Maternal dan Neonatal Tetanus Elimination/MNTE), maka diperlukan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Sejak tahun 1998 dengan mulai diperkenalkan kebijakan TT 5 dosis, maka pemberian imunisasi pada ibu hamil dilakukan berdasarkan hasil skrining, yang artinya tidak selalu harus mendapat suntikan imunisasi TT pada saat pemeriksaan antenatal. Cakupan imunisasi pada Ibu Hamil di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 2.44 Persentase Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2015
Pusk II Den Bar Pusk I Den bar Pusk IV Den Sel Pusk III Den Sel Pusk II Den Sel Pusk I Den Sel Pusk II Den Tim Pusk I Den Tim Pusk III Den Ut Pusk II Den Ut Pusk I Den Ut
10.7 11.9 37.9 31.3 23.8 15.1 18.3 14.4 19.6 16.7 21.2 0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 121
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa ibu hamil di Kota Denpasar yang sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 16,7%. Beberapa permasalahan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4. 2.4.5.2 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 2.4.5.2.1 Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)/ Lumpuh Layuh Akut Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Penyebab
penyakit
tersebut
adalah
virus
polio
yang
menyerang system syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Kelompok umur 0-3 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering diserang penyakit ini, dengan gejala demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan kemudian berakhir dengan kelumpuhan. Ditjen PP&PL Kementrian Kesehatan RI menetapkan indicator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Hasil surveilens aktif pada tahun 2011 s/d 2015 di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.45 Kasus AFP Pada Umur < 15 Tahun Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015 7 6 5 4 3 2 1 0 2011 2012 2013 2014 AFP/100.000 Pddk < 15 Thn
6.24
2.49
3.19
1.03
2015 1.19
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 122
Data pada grafik
di atas menunjukkan selama empat tahun terakhir
AFP rate tetap dapat dipertahankan diatas 2 per 100.000 anak < 15 tahun. Namun Non Polio AFP Rate di Kota Denpasar tahun 2014 adalah sebesar 1,03 per 100.000 anak < 15 tahun dan meningkat kembali menjadi 1,19 per 100.000 anak < 15 tahun pada tahun 2015. Kedepannya perlu ditingkatkan kinerja surveilans untuk penyakit AFP dengan meningkatkan kerjasama dengan RS baik RS pemerintah maupun swasta yang ada di Kota Denpasar.
2.4.5.2.2
Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada balita, anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus campak. Penularan campak dapat terjadi melalui udara yang terkontaminasi dan secret orang yang terinfeksi. Dalam lima tahun terakhir penyakit campak pada balita seperti pada grafik di bawah ini :
Persentase
Grafik 2.46 Prevalensi Penyakit Campak Pada Balita Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015 4 3
2 1 0
% Kasus
Tahun 2010
tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
0
0,39
0
0,03
0,01
0,08
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 123
Prevalensi penyakit campak di masyarakat dalam lima tahun terakhir sudah bisa ditekan. Pada tahun 2014 kasus campak sebanyak 88 orang (0,01%).
Kasus campak dikota denpasar ditegakkan berdasarkan klinis
campak dan ditunjang konfirmasi lab. Keberhasilan menekan kasus campak tidak terlepas dari pelaksanaan imunisasi campak secara rutin baik di tingkat puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu serta sarana kesehatan lainnya, penyediaan sarana vaksin yang sudah memadai, tenaga yang mencukupi serta kesadaran masyarakat untuk mendapatkan imunisasi campak bagi bayi/balitanya.
2.4.5.3
Penyakit berpotensi KLB/Wabah Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia merupakan negara tropis yang
secara umum mempunyai risiko terjangkit
penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum, kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Kota Denpasar merupakan dearah endemis DBD baik tingkat desanya maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut – turut selalu dilaporkan adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis kriteria kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 124
Jumlah kasus DBD pada tahun 2015 adalah 1.574 kasus, terdiri dari 869 penderita laki-laki dan 705 perempuan. Incidence rate DBD pada tahun 2015 adalah sebesar 178,7 per 100.000 penduduk, bila dibandingkan dengan IR DBD tahun 2014 adalah sebesar 211,7 per 100.000 penduduk maka terjadi penurunan IR DBD yang cukup bermakna. Kematian akibat DBD pada tahun 2015 sebanyak 14 orang (CFR=0,9%). Grafik 2.46 IR DBD di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
Sumber seksi P2B2 Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah 1) Peningkatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor yang dilaksanakan di Kota Denpasar adalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan mengubur) plus menabur larvasida. Tingginya kasus DBD di Kota Denpasar disebabkan oleh lingkungan dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih
rendahnya
peran
serta
masyarakat
dalam
pemberantasan
sarang
nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kota Denpasar untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui Fogging massal maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 125
melalui program 3 M plus, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta peningkatan sanitasi lingkungan. Disamping melalui upaya tersebut di atas, Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Kesehatan Kota Denpasar secara rutin melaksanakan Lomba Kebersihan Lingkungan dan Pemberantasan Sarang Nyamuk serentak di seluruh wilayah Kota Denpasar yang meliputi 4 Kecamatan, 43 Desa/Kelurahan yang didalamnya termasuk 399 Banjar Dinas/Lingkungan. Lomba ini merupakan upaya yang sifatnya promotif/preventif dan sekaligus sebagai motivator bagi masyarakat agar berperan aktif dalam memberantas penyakit Demam Berdarah Dengue melalui peningkatan kebersihan lingkungan masing-masing rumah tangga. Kebijakan lain yang telah ditempuh pemerintah Kota Denpasar dalam upaya menurunkan IR DBD adalah dengan mengangkat 430 petugas Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) yang ditempatkan di masing – masing banjar serta 43 orang koordinator Jumantik yang ditempatkan di masing – masing Desa/ Kelurahan, dimana setiap hari mereka melaksanakan pemantauan jentik ke rumah – rumah penduduk. Berbagai upaya yang telah dilakukan diharapkan dapat menurunkan kasus DBD sampai dibawah target yang ditetapkan secara Nasional yaitu sebesar 55/100.000 penduduk dan kejadian luar biasa yang lebih besar dapat dicegah. 2.4.5.4
Penyakit Tidak Menular
Pada tahun 2015 dilaksanakan 5.635 pemeriksaan leher rahim dan payudara dari 86.175 perempuan usia 30-50 tahun yang ada di Kota Denpasar (6,54%). Dari pemeriksaan tersebut 28 orang IVA positif (0,50%). Untuk pemeriksaan obesitas dilakukan terhadap 58.831
orang yang
berusia >15 tahun dengan hasil 3.134 orang (5,33%) dideteksi penderita obesitas
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 126
2.4.6 Keadaan Lingkungan Kondisi lingkungan di Kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup manusia dalam menata rumah dan alam sekitarnya. Data di awal tahun 2015 menunjukkan dari 140.675 rumah yang ada di Kota Denpasar, 131.353 (93,37%) sudah termasuk dalam katagori rumah sehat. Untuk tahun 2015 dibina 9.322 rumah yang masih masuk dalam katagori rumah tidak sehat, dengan hasil 7.846 (84,17) sudah masuk katagori rumah sehat. Sampai akhir tahun 2015 dari 140.675 rumah, 139.199 (98,95%) rumah yang ada dikota Denpasar sudah merupakan rumah sehat. Grafik 2.47 Persentase Rumah Sehat di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
Sumber seksi PLP dan Kualitas air bidang bina PL Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa cakupan rumah sehat di Kota Denpasar selama 5 tahun terakhir sudah diatas target Renstra Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 sebesar 85%.
2.4.6.1 Air Bersih Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Denpasar pada tahun 2015 mencapai 86,53% meningkat sebesar 17,53% bila dibandingkan tahun 2014 (69%). Dengan meningkatnya jumlah
masyarakat yang sudah bisa
mengakses air bersih di Kota Denpasar, diharapkan penyakit-penyakit menular
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 127
melalui air (water borne desease) seperti diare, dapat dicegah atau sedapat mungkin diturunkan kasusnya. Berdasarkan hasil uji pertik pengambilan sampel air bersih sebanyak 230 sampel dengan hasil 106 positif coliform (46%). Penyelenggara air minum di Kota Denpasar adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kota Denpasar (PDAM Kota Denpasar), tahun 2015 sudah dilaksanakan pemeriksaan terhadap kualitas air minum (fisik, bakteriologi dan kimia) dengan hasil memenuhi syarat. Sedangkan hasil uji petik pengambilan sampel air minum untuk Depot Air minum sebanyak 146 sampel, hasilnya 48 sampel yang positif coliform ini berarti tidak memenuhi syarat kesehatan 2.4.6.2 Jamban Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital karena dengan adanya jamban di masing-masing rumah tangga berbagai penyakit yang penularannya melalui kotoran manusia seperti kecacingan, diare dan sebagainya dapat dicegah sedini mungkin. Persentase penduduk dengan akses sanitasi yang layak di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 83,3% meningkat sebesar 9,8% bila dibandingkan tahun 2014 (73,5%).
2.4.6.3 Sanitasi Total Berbasisi Masyarakat (STBM) Sanitasi total berbasisi masyarakat adalah suatu pendekatan yang menekankan
pada
perubahan
perilaku
hidup
bersih
dan
sehat
dengan
melibatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan STBM adalah terciptanya suatu kondisi sanitasi total dalam upaya mengurangi penyakit berbasis lingkungan. Indikator STBM antara lain: menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Lima pilar perubahan perilaku antara lain: 1. Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS) 2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) 3. Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga (PAMM-RT) 4. Pengelolaan sampah rumah tangga 5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 128
Hasil verivikasi STBM di Kota Denpasar, 43 Desa (100%) dari 43 Desa / kelurahan yang ada di Kota Denpasar sudah melaksanakan STBM. Dari 43 Desa yang melaksanakan STBM 30 desa (69,76%) sudah merupakan desa stop BABS (buang air besar sembarangan). Sampai tahun 2015 belum ada desa yang merupakan Desa STBM di Kota Denpasar. 2.4.6.4 Penyehatan tempat-tempat Umum (TTU) Pemeriksaan terhadap tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan (TPM) secara berkala meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar serta TUPM lainnya. Pemeriksaan bertujuan untuk menjamin agar tetap terjaganya kesehatan lingkungan di tempat-tempat yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya. Data pada tahun 2015 menunjukkan bahwa di Kota Denpasar terdapat 34 hotel berbintang dan 251 non bintang, sarana pendidikan (SD 218 buah, SLTP 57 buah dan SLTA 55 buah), dan sarana kesehatan (11 pusk dan 25 pustu serta 17 RS Pemerintah dan swasta). Pemeriksaan kesehatan hotel
dilakukan pada 271 buah hotel (34 hotel
berbintang dan 237 hotel non bintang. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 100% hotel berbintang termasuk dalam katagori memenuhi syarat kesehatan, sedangkan hotel non bintang 94,4%. termasuk dalam kategori sehat. Disamping pemeriksaan terhadap Hotel tersebut juga dilaksanakan pembinaan terhadap institusi meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran.
Pembinaan
pada
sarana
kesehatan
yang
meliputi
sarana
puskesmas, puskesmas pembantu beserta jejaringnya sudah dilaksanakan secara rutin (100%). Pembinaan pada sarana pendidikan mencakup 317 buah sarana pendidikan dengan hasil SD memenuhi syarat 95,4%, SMP memenuhi syarat 94,7% dan SMA memenuhi syarat 100%. Secara keseluruhan 95,96% Tempat-tempat umum yang ada di kota Denpasar sudah memenuhi syarat kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 129
2.4.6.5 Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Tahun 2014 dikota Denpasar terdapat 4.708 Tempat pengolahan makanan yang terdiri dari jasa boga sebanyak 51 buah, rumah makanan/restoran sebanyak 399 buah, depot air minum sebanyak 140 buah, dan makanan jajanan sebanyak 555 buah dengan
hasil pemeriksaan 24,32% memenuhi syarat
hiegine sanitasi. TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 3.183 TPM (67,61%) dari seluruh TPM yang ada dilanjutkan dengan pembinaan. Rendahnya persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan di tahun 2015 disebabkan karena adanya peraturan baru bahwa TPM dapat dikatagorikan memenuhi syarat kesehatan apabila sudah memiliki sertifikat laik sehat, sedangkan tahun sebelumnya hanya berdasarkan penilaian / form yang ada sehingga terjadi penurunan persentase TPM yang memenuhi syarat pada tahun 2015 bila dibandingkan dengan capaian 2014. 2.4.7 Hasil Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Hasil capaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2011-2015 dapat diukur dari pencapaian kinerja kegiatan standar pelayanan minimal sebagai berikut :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 130
NO
A.
INDIKATOR
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
2011
2011
2012
2012
2013
2013
2014
2014
2015
2015
Pelayanan Kesehatan dasar:
1.
Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 95% pada tahun 2015
95%
98,4%
95%
98,1%
95%
2.
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% pada tahun 2015
80%
100%
80%
68,9%
80%
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90% pada tahun 2015
90%
4.
Cakupan pelayanan nifas 90% pada tahun 2015
90%
98,5%
90%
98,5%
90%
99,1%
90%
98,78%
90%
98,8%
5.
Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada tahun 2010
80%
100%
80%
77,6%
80%
83,5%
80%
81,58%
80%
81,2%
3.
98,1%
95%
80% 70,2%
100%
90%
90% 100%
98,3%
95%
80% 68,4%
90% 100%
98%
71,97% 90%
100%
99,9%
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 131
6.
Cakupan kunjungan bayi 90% pada tahun 2010
90%
84,3%
90%
91%
90%
93,6%
90%
92,04%
90%
85,5%
7.
Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100% pada tahun 2010
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
8.
Cakupan pelayanan anak balita 90% pada tahun 2010
90%
80,1%
90%
80%
90%
94,8%
90%
91,12%
90%
90,2%
9.
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan keluarga miskin 100% pada tahun 2010
100%
100%
0
100%
0
100%
100%
100%
100%
10.
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% pada tahun 2010
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
11.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100% pada tahun 2010
100%
100%
100%
96,6%
100%
96%
100%
97,72%
100%
100%
12.
Cakupan peserta KB Aktif 70% pada tahun 2010
70%
84,4%
70%
80%
70%
82,9%
70%
82,69%
70%
80,9%
0
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 132
13.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% pada 2010
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
14.
Cakupan Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100% pada tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
B
Pelayanan Kesehatan Rujukan
1.
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100% pada tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
2.
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 100% pada tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
C
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa /KLB Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam 100% pada tahun 2015
D
Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 133
Cakupan Desa siaga aktif 80% pada tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 134
2.5 PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SKPD
2.5.1 Peluang 1. Komitmen pemerintah baik pusat dan daerah serta legislatif dalam bidang kesehatan semakin baik 2. Sarana dan prasarana kesehatan mencukupi secara kualitas dan kuantitas 3. Tersedia standar operational prosedur (SOP) 4. Kemudahan akses komunikasi, informasi dan teknologi 5. Letak yang strategis sehingga akses masyarakat ke sarana kesehatan semakin mudah 6. Tersedianya peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebagai pedoman dalam pengukuran keberhasilan pembangunan kesehatan 7. Struktur organisasi Dinas Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban 8. Sebagian
besar
tenaga
sudah
memenuhi
kualifikasi
minimal
pendidikan yang dipersyaratkan 9.
Ketersediaan obat dan peralatan kesehatan cukup
10. Kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan berbagai pihak termasuk swasta dan LSM sangat terbuka dan terjalin cukup baik 11. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan masih tinggi 12. Perekonomian masyarakat Denpasar relative baik 13. Tingkat pendidikan masyarakat cukup tinggi dilihat dari rata-rata lama sekolah yang sudah mencapai 10,96 tahun sehingga memudahkan sosialisasi program-program kesehatan RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
135
2.5.2 Tantangan 1. Mobilisasi dan urbanisasi penduduk yang sangat tinggi 2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Denpasar yang cukup tinggi 3. Sosial ekonomi masyarakatKota Denpasar yang cukup baik menyebabkan meningkatnya biaya hidup dan biaya kesehatan 4. Tuntutan pelayanan kesehatan yang bermutu 5. Upaya pencapaian target SDGs 6. Sistem informasi kesehatan belum terintegrasi secara baik dan data yang ada masih perlu ditingkatkan kualitasnya 7. Kapasitas, komitmen dan profesionalisme sumberdaya kesehatan masih perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
136
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Kesehatan Kota Denpasar Permasalahan kesehatan di Kota Denpasar akan diuraikan perbidang sesuai dengan tugas dan fungsi pelayanannya: 3.1.1 Sekretariat 3.1.1.2 Kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di puskesmas dan dinas masih kurang 3.1.1.3 Masih ada kualisifikasi tenaga yang tidak sesuai tupoksinya 3.1.1.4 Masih kurangnya jumlah puskesmas bila dibandingkan dengan rasio jumlah penduduk 3.1.1.5 Sistem pelaporan masih manual sehingga pelaporan tidak tepat waktu 3.1.1.6 Jumlah dan jenis pelatihan untuk meningkankan kualitas SDM di puskesmas dan dinas masih kurang 3.1.2
Bidang Pelayanan Kesehatan:
3.1.2 .1 Belum semua puskesmas memiliki pos UKK 3.1.2.2 Jumlah permintaan P3K melampaui jumlah petugas 3.1.2.3 Jumlah kasus ODGJ sulit diprediksi 3.1.2.4 Masih adanya kendala dalam pelaksanaan kegiatan kalibrasi alkes 3.1.2.5 Masih banyak ditemukan kendala dalam pelaksanaan akreditasi puskesmas
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
137
3.1.2.6 Masih banyak ditemukan kendala dalam pelaksanaan pengadaan obat, alkes dan perbekes terutama yang dilaksanakan melalui sistem e-purchasing 3.1.3 3.1.3.1
Bidang Binas Kesehatan Masyarakat Kematian ibu di Kota Denpasar masih berfluktuasi dan cenderung mengalami
peningkatan
pada
tahun
2015
walaupun
masih
dibawah target yang ditetapkan secara nasional 3.1.3.2
Belum tersedianya manual rujukan di Kota Denpasar
3.1.3.3
Masih rendahnya kesadaran ibu untuk mengikuti kelas ibu
3.1.3.4
Peran serta masyarakat untuk hadir di Posyandu dan Posyandu lansia masih rendah
3.1.3.5
Masih rendahnya tingkat kunjungan remaja ke puskesmas
3.1.3.6
Pengetahun masyarakat tentang PHBS masih rendah
3.1.3.7
Partisipasi masyarakat dalam desa siaga masih kurang
3.1.3.8
Kurangnya pemanfaatan tanaman obat untuk kesehatan
3.1.3.9
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan olah raga
3.1.3.10 Belum optimalnya pelaksanaan program UKS di Sekolah 3.1.3.11 Kepesertaan JKN masih rendah 3.1.3.12 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan posyandu dalam pemantauan tumbuh kembang anak 3.1.3.13 Masih adanya kasus balita gizi kurang, balita gizi buruk dan bumil KEK 3.1.3.14 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan garam beryodium 3.1.3.15 Masih rendahnya kesadaran ibu melahirkan dalam memberikan asi eklusif dan melaksanakan IMD 3.1.4
Bidang Bina Pencegahan Penanggulangan Penyakit RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
138
3.1.4.1 Masih rendahnya angka bebas jentik di Kota Denpasar (93,46%) sementara target Nasional dan Provinsi Bali sebesar 95% 3.1.4.2 Insiden Rate DBD masih tinggi sebesar 216,1/100.000 penduduk sedangkan target Nasional sebesar 55/100.000 penduduk 3.1.4.3 Rendahnya tingkat pengetahuan komprehenship tentang HIV/AIDS pada usia 15-24 tahun sebesar 19,1% sementara targetnya sebesar 95%. 3.1.4.4 Prevalensi HIV/AIDS di Kota Denpasar sebesar 0,43% 3.1.4.5 Tingginya angka kasus gigitan hewan penular rabies yaitu sebesar 0,57% pada tahun 2015 3.1.4.6 Mulai meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular seperti Diabetes, Kanker, Tekanan darah tinggi dan jantung 3.1.5
Bidang Bina Penyehatan Lingkungan
3.1.5.1
Akses sanitasi dasar masih rendah
3.1.5.2
Masih rendahnya persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan
3.1.5.3
Perlu upaya untuk meningkatkan Tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan
3.1.5.4
Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan masih kurang
3.1.5.5
Kegiatan untuk mewujudkan kota sehat harus terus dilakukan pembinaan
3.2 Telaah Visi Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Visi Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2016-2021 adalah:”DENPASAR KREATIF BERWAWASAN BUDAYA DALAM KESEIMBANGAN MENUJU KEHARMONISAN”. Visi Pemerintah Kota Denpasar yang menekankan RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
139
wawasan budaya sesuai dengan visi RPJMPD Kota Denpasar hingga tahun 2025 sebagaimana dituangkan dalam Perda Kota Denpasar No. 1 Tahun 2009 yaitu ”Denpasar Kota Berbudaya Dilandasi Tri Hita Karana”.
Sesuai dengan arah kebijakan RPJPD yang mengisyaratkan fokus RPJMD periode 2016-2021 adalah peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan daya saing daerah maka disusun misi antara lain: i.
Penguatan
jati
diri
masyarakat
Kota
Denpasar
berlandaskan
kebudayaan Bali ii.
Pemberdayaan masyarakat Kota Denpasar berlandaskan kearifan lokal
iii.
Peningkatan pelayanan publik melalui tata kelola kepemerintahan yang baik (good Governance) berdasarkan penegakan supremasi hukum (low enforcement).
iv.
Peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat Kota Denpasar dengan bertumpu pada ekonomi kerakyatan
v.
Penguatan keseimbangan pembangunan pada berbagai dimensi dan skalanya berdasarkan Tri Hita Karana Strategi
pembangunan
daerah
Kota
Denpasar
Mengacu
pada
pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Strategi pembangunan ini dijalankan
dengan
“Padmaksara
Langkah
Baru
Dharmanegara
Demi
Denpasar” / delapan dimensi pembangunan, yang selanjutnya dijabarkan menjadi tiga puluh tiga agenda pembangunan Denpasar yang menjadi dasar dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Terutama pada misi ke tiga
yaitu Peningkatan pelayanan public melalui tata kelola RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
140
pemerintahan
yang
baik
(good
govermance)
berdasarkan
penegakan
supremasi hukum (low enforcement), sesuai dengan Padmaksara ke enam yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Welfare society) menuju kebahagiaan, dan Program ke lima belas yaitu meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan budaya dan program ke dua puluh yaitu mewujudkan pelayanan prima berdasarkan sewaka darma.
Kebijakan pelayanan dasar bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial Pemerintah Kota Denpasar adalah: 1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigm sehat, yang memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif 2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana kesehatan 3. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia untuk menjaga harkat dan martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya 4. Meningkatkan upaya pencegahan dan rehabilitasi bagi korban bencana alam dan para tuna sosial lainnya
3.3. Telaah Renstra Kementerian Kesehatan dan
Renstra
Dinas Kesehatan Provinsi Bali
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
141
3.3.1 Renstra Kemenkes RI Kementerian Kesehatan menyusun Renstra mengacu pada Visi, Misi dan Nawacita Presiden yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Pembangunan kesehatan pada periode 20152019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan tiga pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi system rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko kesehatan. Pilar Jaminan Kesehatan dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya. Terdapat dua tujuan Kementrian Kesehatan pada tahun 2015-2019 yaitu: meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya tanggap dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan financial di bidang kesehatan. Indikator kinerja utama Kementrian Kesehatan RI adalah: 1) AKI, 2) AKB, 3) AKABA, 4) Persentase bumil KEK, 5) Persentase balita malnutrisi dan gizi kurang, 6) Angka kematian penyakit menular, 7) Persentase puskesmas yang malaksanakan deteksi dini factor risiko PTM dan 8)
persentase
fasilitas
kesehatan
yang
memiliki
standar
pelayanan
(akreditasi). RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
142
Arah kebijakan dan Strategi Kementrian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam RPJMN 2015-2019. Arah kebijakan kementrn kesehatan mengacu pada 3 hal penting yaitu: 2. Penguatan pelayanan kesehatan Primer, dengan fokus pada lima hal yaitu peningkatan SDM, peningkatan kemampuan teknis dan manajemen puskesmas, peningkatan pembiayaan, peningkatan system informasi puskesmas (SIP) dan pelaksanaan akreditasi puskesmas
3. Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan (Continium Of Care), pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut. 4. Intervensi berbasis risiko kesehatan, program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada bayi, balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi dan keluarga miskin, kelompok-kelompok berisiko, serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan daerah bermasalah kesehatan Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan: 1)
Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
2)
Meningkatkan kompetensi dan kinerja aparatur kementrian kesehatan
3)
Meningkatkan system informasi kesehatan integrasi
4)
Meningkatkan sinergitas antar kementrian/lembaga
5)
Meningkatkan daya guna kemitraan (dalam dan luar negeri)
6)
Meningkatkan
integrasi
perencanaan,
bimbingan
teknis
dan
pemantauan evaluasi RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
143
7)
Meningkatkan efektifitas penelitian dan pengambangan kesehatan
8)
Meningkatkan kesehatan masyarakat
9)
Meningkatnya pengendalian penyakit
10) Meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan 11) Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan 12) Meningkatkan
jumlah,
jenis,
kualitas
dan
pemerataan
tenaga
kesehatan 13) Meningkatnya sinergitas antar kementrian /lembaga 14) Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negari 15) Meningkatnya
integrasi
perencanaan,
bimbingan
teknis
dan
pemantauan evaluasi 16) Meningkatnya efektifitas penelitian dan pengembangan kesehatan 17) Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih 18) Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementrian Kesehatan 19) Meningkatnya system informasi kesehatan integrasi
3.3.2 Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Bali Visi Dinas Kesehatan Provinsi Bali adalah: “ Bali Sehat Menuju Bali
Mandara”
dengan
misi:
1)
Memelihara,
meningkatkan
dan
mengembangkan upaya kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Bali. 2) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya Kesehatan, 3)Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Terdapat tiga tujuan yang ingin dicapai dalam lima tahun kedepan yaitu: 1)Terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
144
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan serta terjangkau bagi seluruh masyarkat Bali, 2)Tersedianya sumber daya kesehatan yang merata di seluruh sarana pelayanan kesehatan, 3)Mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Dinas Kesehatan Provinsi Bali menetapkan 24 sasaran strategis yaitu: 1. Meningkatnya kepesertaan JKBM, 2. Meningkatnya peserta Jaminan Kesehatan Nasional. 3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan 4. Meningkatnya desa UCI 5. Pelayanan Keshatan pada bayi, balita, prasekolah, sekolah, remaja sesuai standar 6. Meningkatnya status gizi masyarakat 7. Terukurnya Kebugaran Jasmani pada masyarakat 8. Meningkatnya KLB yang tertangani < 24 jam 9. Meningkatnya penemuan kasus AFP non polio pada anak < 15 tahun, 10. Meningkatnya surveilans faktor resiko Penyakit Tidak Menular ( PTM ), 11. Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian Penyakit Menular 12. Meningkatnya kelompok beresiko terdeteksi HIV 13. Meningkatnya deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular 14. Meningkatnya Kab/kota yang telah melaksanakan Kab/kota sehat, 15. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat, 16. Meningkatnya pelayanan pemeriksaan sampel/parameter laboratorium, 17. Meningkatnya penggunaan obat rasional, 18. Tersedianya informasi dibidang kesehatan, 19. Meningkatnya ketersediaan obat dan vaksin, 20. Meningkatnya mutu keamanan pangan dan bahan berbahaya 21. Meningkatnya jumlah TT kelas III di RS Pemerintah dan Swasta di Provinsi Bali 22. Meningkatnya standarisasi pelayanan kesehatan rujukan, RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
145
23. Meningkatnya standarisasi pelayanan kesehatan dasar 24. Meningkatnya pelayanan kesehatan wisata,
3.4. Telaah Rencana Tata Ruang wilayah dan kajian Lingkungan Hidup Strategis Sebagai Faktor No
Hasil KLHS terkait Tugas dan Fungsi PD
Permasalahan Pelayanan PD
Penghambat
Pendorong
1
Fasilitas pengelolaan limbah medis di Puskesmas masih kurang.
Limbah medis belum terkelola dengan baik, kerjasama pengelolaan limbah medis antar puskesmas dan rumah sakit perlu ditingkatkan.
Fasilitas kurang lengkap, pengawasan belum optimal.
Standarisasi pengelolaan sudah ada.
2
Ketersediaan pelayanan kesehatan masih kurang.
Tenaga medis di puskesmas pembantu masih kurang, fasilitas kesehatan puskesmas belum lengkap.
Pembiayaan
Jaminan Kesehatan Bali Mandara, Jaminan Kesehatan Nasional, Sistem Informasi Kesehatan online.
3
Penanggulangan kasus Sulitnya pendataan dan pendeteksian, pendanaan HIV/AIDS yang belum optimal. (biaya pencegahan dan perawatan mahal).
Pemahaman masyarakat tentang dampak dari HIV/AIDS masih rendah.
Perda tentang penanggulangan HIV/AIDS
4
Kurangnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di setiap puskesmas.
Kurang kesadaran akan bahaya limbah medis.
Tuntutan masyarakat akan lingkungan hidup yang lebih sehat.
Keterbatasan dana.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
146
5
Insinerator di puskesmas tidak ada
Keterbatasan alokasi dana.
Harga insenerator mahal, gas beracun sebagai efek samping.
Tuntutan masyarakat akan lingkungan hidup yang lebih sehat.
6
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui penyediaan prasarana dan sarana air minum/air bersih di perkotaan dan pedesaan.
Distribusi air bersih tidak merata, ketidakseimbangan suplai dengan permintaan.
Penduduk bertambah namun sumber daya air tetap, ekonomi membaik meningkatkan pemakaian.
Teknologi pengolahan dan distribusi air bersih semakin maju.
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
Berdasarkan hasil rapat tanggal 13-15 September 2016 yang dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, sekretaris dan kabid di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Kepala Puskesmas se-Kota Denpasar, UPT Gudang Farmasi, Organisasi Profesi dan kasi/kasubbang di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Denpasar maka ditentukan isu strategis sebagai berikut: 1.
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di Puskesmas dan Dinas kesehatan
2.
Peningkatan
kualitas
data
kesehatan
melalui
sistem
informasi
kesehatan yang terintegrasi 3.
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
4.
Peningkatan ketersediaan keterjangkauan pemerataan dan kualitas farmasi dan alkes RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
147
5.
Peningkatan Pengawasan obat dan makanan
6.
Peningkatan jumlah puskesmas agar terjadi rasio ideal antara sarana dengan jumlah penduduk
7.
Peningkatan status gizi
8.
Peningkatan status kesehatan pada setiap kelompok usia
9.
Angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian balita
10. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat 11. Pengembangan dan peningkatan efektifitas pembiayaan kesehatan 12. Masih tingginya angka kejadian penyakit menular seperti DBD, HIV, dan TBC 13. Mulai
meningkatnya
prevalensi
penyakit
tidak
menular
seperti
Diabetes, Kanker, Tekanan darah tinggi dan jantung 14. Pencapaian standar minimal di bidang kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
148
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV 4.1 VISI
Visi Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 – 2021 adalah:
”DENPASAR SEHAT YANG KREATIF, MANDIRI DAN BERKEADILAN” Yaitu suatu kondisi yang merupakan gambaran masyarakat Kota Denpasar di masa depan yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, memiliki
derajat
kesehatan
yang
setinggi-tingginya
sehingga
mampu
meningkatkan kualitas dirinya, menjaga keseimbangan hubungan dengan lingkungan hidupnya serta menciptakan kedamaian dan kesejahteraan lahir dan bathin.
4.2 MISI
Dalam rangka mewujudkan Denpasar Sehat yang kreatif, mandiri dan berkeadilan , dengan mempertimbangkan isu-isu strategis yang berkembang RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
149
selama 5 tahun sebelumnya, maka misi Dinas Kesehatan Kota Denpasar dapat dirumuskan sbb: 1. Mengoptimalkan sumber daya kesehatan untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik . 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan. 3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani. 4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berprilaku hidup bersih dan sehat. 5. Menggerakkan pembangunan daerah berwawasan kesehatan dan berperan aktif menunjang pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berskala nasional.
4.3 TUJUAN DAN SASARAN
Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 2021 serta memperhatikan agenda pembangunan Nasional, Provinsi Bali dan Kota Denpasar maka disusun tujuan dan sasaran pembangunan daerah Kota Denpasar untuk lima tahun mendatang yang dirumuskan berdasarkan analisis isu- isu strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar selama lima tahun kedepan. i.
Tujuan: 4.3.1.1 Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya kesehatan dengan indikator tujuan: RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
150
1) Terwujudnya
pengadaan,
peningkatan,
pemeliharaan
sarana
dan
prasarana di dinas, puskesmas dan jaringannya 2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan 3) Peningkatan
kualitas
data
kesehatan
melalui
system
informasi
kesehatan yang terintegrasi 1.
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan indikator tujuan: 1) 100% Puskesmas terakreditasi pada 2021 2) Persentase ketersediaan obat di puskesmas 95% pada tahun 2021 3) Penggunaan obat rasional (POR) 100% di Puskesmas 4) 100% Penduduk miskin terlayani 5) Persentase kepesertaan jaminan kesehatan nasional (JKN) 100% pada tahun 2021
2.
Meningkatkan status kesehatan ibu anak dan lansia dengan indikator
tujuan: 1) Menurunkan angka kematian ibu menjadi 90 per 100.000 KH pada tahun 2021 2) Menurunkan angka kematian bayi menjadi 8 per 1000 KH 3) Menurunkan persentase bayi BBLR menjadi < 5 % pada 2021 4) Meningkatnya persalinan di fasilitas kesehatan 100% pada 2021 5) Persentase KB Aktif 70% pada 2021 6) Persentase usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 100% pada 2021 3.
Meningkatnya status gizi masyarakat dengan indikator tujuan: 4) 100% balita gizi buruk mendapatkan perawatan 5) Menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk menjadi 4% pada 2021 RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
151
6) 99% Bumil KEK memperoleh tablet tambah darah 7) Persentase Bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Eklusif
4.3.1.5 Meningkatkan promosi kesehatan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan indikator tujuan: 1) Meningkatnya posyandu aktif menjadi 75% pada 2021 2) Meningkatnya
promosi
kesehatan
di
satuan
pendidikan
dasar,
puskesmas dan pustu menjadi 100% pada 2021 3) Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS menjadi 85% pada 2021 4) Persentase siswa SD dan remaja (15-19 tahun) mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 4.3.1.6 Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular dengan indikator tujuan: 1) Menurunkan IR penyakit DBD menjadi 195/100.000 penduduk 2) Menurunkan prevalensi HIV/AIDS menjadi < 0,5% Meningkatnya kewaspadaan dan penanggulangan wabah 3) Meningkatnya bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 100% pada 2021 4) Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar 4.3.1.7 Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dengan indikator tujuan: RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
152
1) Persentase desa/kelurahan STBM 80% pada 2020 2) Meningkatnya akses masyarakat terhapat sanitasi dasar sebesar 75% pada 2021 3) Persentase tempat pengolahan makanan memenuhi syarat kesehatan (45%) 4) Persentase
desa/kelurahan
menyelenggarakan
tatanan
kawasan
sehat
4.3.2
Sasaran Strategis Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar adalah:
4.3.2.1
Pengadaan, peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasana di
dinas dan puskesmas dengan indikator sasaran: 1)
Penyediaan jasa komunisasi, sumberdaya air, listrik dan alat tulis kantor
2)
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kendaraan dinas dan perlengkapan gedung kantor
3)
Terpenuhinya sarana dan prasarana puskesmas
4)
Terpenuhinya mobil puskesmas keliling
5)
Pembangunan puskesmas rawat inap terakreditasi
4.3.2.2
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur dengan
indikator sasaran: 1) Pelaksanaan kursus singkat/ pelatihan 2) Persentase terpenuhinya usulan tenaga medis dan paramedis untuk ditugaskan di puskesmas dan puskesmas pembantu 3) Persentase penyelesaian dokumen perencanaan pelaporan dan evaluasi tepat waktu. RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
153
4.3.2.3 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mengukur keberhasilan
terhadap
capaian
sasaran
strategis
tersebut
ditetapkan
indikator sasaran: 1) Persentase puskesmas terakreditasi 2) Persentase puskesmas dengan nilai indeks kepuasan Konsumen > 80 3) Puskesmas berprestasi 4) Tenaga kesehatan teladan 5) Persentase penduduk ditemukan katarak dilaksanakan operasi katarak 4.3.2.4 Persentase ketersediaan obat dan alkes di puskesmas. Indikator sasaran yang ditetapkan untuk mengukur capaian sasaran strategis ini adalah: 1) Persentase ketersediaan obat di puskesmas 2) Terpenuhinya
kebutuhan
alat–alat
kesehatan
untuk
pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas 3) Persentase penggunaan obat rasional di puskesmas 4.3.2.5 Pelayanan kesehatan penduduk miskin dengan indikator sasaran: 1) Terlayaninya penduduk miskin melalui JKBM dan JKN 2) Persentase penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk 4.3.2.6 Persentase peserta BPJS yang terlayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama/puskesmas dengan indikator sasaran: 1) Persentase peserta BPJS yang terlayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama/puskesmas 2) Persentase kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
154
4.3.2.7 Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, anak, remaja dan lansia. Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur capaian sassaran strategis ini adalah: 1) Persentase puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil 2) Cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K1 3) Cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K4 4) Persentase puskesmas melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) 5) Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
6) Persentase ibu bersalin dan nifas mendapatkan pelayanan 7) Persalinan dan nifas sesuai standar di puskesmas dan jaringannya 8) Cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertangani 9) Persentase persalinan di fasilitas kesehatan 10) Cakupan pelayanan ibu nifas (KF1) 11) Cakupan pelayanan ibu nifas ketiga (KF3) 12) Menurunkan angka kematian ibu melahirkan 13) Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar 14) Persentase bayi dengan BBLR 15) Cakupan kunjungan neonates pertama kali (KN1) 16) Cakupan kunjungan neonates lengkap (KN3) 17) Cakupan kunjungan neonatal dengan komplikasi ditangani 18) Cakupan pelayanan bayi 19) Menurunkan angka kematian bayi 20) Persentase KB aktif 21) Cakupan pelayanan balita RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
155
22) Persentase usia balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar 23) cakupan kunjungan balita 24) Persentase puskesmas mampu melaksanakan penanganan kekerasan terhadap anak (KTA) 25) Persentase puskesmas menyelenggarakan kelas ibu balita 26) Persentase anak balita di stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) 27) Persentase puskesmas melaksanakan manajemen terpadu balita sakit (MTBS dan manajemen terpadu balita muda (MTBM) 28) Menurunkan angka kematian balita 29) Persentase lansia memperoleh pelayanan kesehatan 30) Persentase puskesmas ramah lansia 31) Persentase usia 60 tahun keatas memdapatkan skrining kesehatan sesuai standar 4.3.2.8 Meningkatnya status gizi bayi, balita dan ibu hamil (bumil) dengan indikator sasaran: 1) Cakupan gizi buruk mendapat perawatan 2) Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang 3) Persentase bumil mendapatkan tablet tambah darah 4) Persentase bumil dengan kurang energy kronik mendapat makanan tambahan 5) Persentase balita kurus mendapatkan makanan tambahan 6) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI ekslusif 7) Persentase balita usia 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A 8) Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD) 9) Persentase puskesmas melaksanakan surveylans gizi RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
156
10) Persentase balita ditimbang berat badannya di posyandu 4.3.2.9 Meningkatnya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan dengan indikator: 1) Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat 2) Persentase desa/kelurahan TOGA memenuhi syarat 3) Persentase desa siaga aktif 4) Persentase posyandu aktif 4.3.2.10 Meningkatnya upaya promosi kesehatan di tingkat pendidikan dasar dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan indikator kinerja: 1) Persentase satuan pendidikan dasar mendapatkan promosi kesehatan 2) Persentase
puskesmas
dan
puskesmas
pembantu
melaksanakan
promosi kesehatan
3) Persentase promosi kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan 4.3.2.11 Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS 1) persentase rumah tangga ber PHBS 4.3.2.12 Persentase anak dan remaja mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 1) Persentase
siswa
satuan
pendidikan
dasar
mendapatkan
skrining
kesehatan sesuai standar 2) Persentase usia 15-19 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 3) Persentase puskesmas melaksanakan upaya kesehatan kerja RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
157
4) Persentase puskesmas melaksanakan kesehatan olah raga 4.3.2.13 Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular. Terdapat 7 indikator kinerja yang dipakai untuk mengukur pencapaian sasaran strategis ini yaitu: 1)
Incidence rate penyakit DBD
2)
CFR penyakit DBD
3)
Prevalensi HIV/AIDS
4)
Persentase angka kasus HIV yang diobati
5)
Persentase terduga HIV dan AIDS mendapatkan pemeriksaan sesuai standar
6)
Angka kesembuhan penderita TB
7) Persentase terduga TB mendapatkan pemeriksaan TB sesuai standar 8)
Persentase
kasus
gigitan
hewan
penular
rabies
mendapatkan
penanganan sesuai standar
4.3.2.14 Meningkatnya upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular 1) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan pos pembinaan terpadu (Pos Bindu) PTM 2) Jumlah puskesmas yang melayani konseling berhenti merokok 3) Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar 4) jumlah wanita usia 30-50 tahun dilakukan deteksi dini kanker serviks 5) Persentase puskesmas melaksanakan pelayanan PKPR (Pelayanan kesehatan peduli remaja) 6) Jumlah sekolah mendapatkan pembinaan penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
158
4.3.12.15 Meningkatnya kewaspadaan dini dan penanggulangan wabah 1) Persentase respon verifikasi terhadap SKDR dalam waktu kurang dari 24 jam 2) Persentase Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani < 24 jam 4.3.2.16 Meningkatnya persentase bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 1) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 2) Persentase desa yang mencapai universal child imunisation (UCI) 4.3.2.17 Meningkatnya kualitas lingkungan 1) Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan 2) Persentase puskesmas melaksanakan pengelolaan limbah medis 3) persentase desa/kel yang ODF/stop buang air besar sembarangan 4) Persentase desa/kel STBM 5) Persentase cholinesterase darah masyarakat yang berpotensi terpapar pestisida memenuhi syarat 6) Persentase tempat pengelolaan pestidida memenuhi syarat 7) Cakupan pengendalian vektor lalat di TPS 4.3.2.18 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sanitasi dasar 1) Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi syarat 2) Persentase rumah sehat 3) Persentase sumber air minum memenuhi syarat kesehatan RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
159
4.3.2.19
Persentase
tempat
pengelolaan
makanan
memenuhi
syarat
kesehatan 1) Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan 2) Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
4.3.2.20 Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat 1) Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat 2) Jumlah Desa/kelurahan yang mengikuti lomba kebersihan dan PSN Tingkat Kota Denpasar
4.4 STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Strategi dan kebijakan yang ditempuh Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam menangani masalah kesehatan di Kota Denpasar mengacu pada strategi dan kebijakan Pemerintah Kota Denpasar yang tertuang pada RPJMD Kota Denpasar Tahun 2016-2021. Kebijakan umum yang ditempuh Pemerintah Kota Denpasar dalam melaksanakan bidang urusan kesehatan periode 2016-2021 antara lain: 1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi masyarakat melalui Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di Puskesmas pembantu, puskesmas dan rumah sakit yang meliputi pemerataan
mutu
pelayanan
dan
akses
pelayanan
keperawatan,
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
160
kebidanan dan ketekhnisian, penunjang medic, sarana dan prasarana dan peralatan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat melalui: a. Optimalisasi sumberdaya manusia melalui kerjasama pelatihan dan pendidikan pada bidang kesehatan b. Menciptakan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) untuk menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat c. Menciptakan iklim budaya sehat melalui paradigma sehat dan pelibatan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan bidang kesehatan 2. Meningkatkan mutu system informasi kesehatan, mutu perencanaan di tingkat puskesmas dan kemampuan teknis untuk pelaksanaan deteksi dini
masalah
kesehatan,
pemberdayaan
masyarakat,
pemantauan,
penyehatan dan pengawasan kualitas kesehatan lingkungan. 3. Meningkatkan cakupan, mutu, dan keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita remaja, usia kerja dan usia lanjut, kesehatan kerja dan olahraga, pembinaan, pengembangan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional dan komplementer 4. Meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat dan meningkatkan dan meningkatkan kualitas lingkungan, menurunkan angka kesakitan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan surveillance, karantina kesehatan, dan kesehatan matra,
meningkatkan
pencegahan
dan
penanggulangan
penyakit
bersumber binatang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
161
5. Meningkatkan akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan melalui pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan, persediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang
bermutu,
merata
dan
terjangkau
di
pelayanan
kesehatan
pemerintah, meningkatkan pengendalian pra dan pasca pemasaran alat kesehatan dan PKRT 6. Meningkatkan ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan 7. Meningkatkan pemberdayaan kesehatan masyarakat bidang kesehatan
melalui tokoh masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
162
BAB VI NO
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
Sasaran RPJMD
INDIKATOR KINERJA
CARA PERHITUNGAN
UTAMA 1
TARGET 2016
2017
2018
2019
2010
2021
50
70
85
100
100
100
Optimalisasi sumberdaya manusia
Persentase SDM sesuai
Jml SDM sesuai kompetensi/
melalui kerjasama pelatihan dan
kompetensi
jumlah seluruh SDM yang ada x 100%
Menciptakan jaminan pemeliharaan
Persentase kepesertaan
Jml kepesertaan masyarakat dalam JKN/ jumlah
kesehatan masyarakat (JPKM) untuk
masyarakat dalam JKN
penduduk x 100%
Persentase RT ber PHBS
Jml RT ber PHBS/ jml rumah dipantau x 100%
79
80
81
82
85
85
peran serta masyarakat dalam
Persentase satuan
Jml satuan pendidikan dasar mendapatkan promosi
100
100
100
100
100
100
pengambilan keputusan bidang
pendidikan dasar
kesehatan/ seluruh satuan pendidikan dasar yang ada x
kesehatan
mendapatkan promosi
100%
pendidikan pada bidang kesehatan 2
menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat 3
Menciptakan iklim budaya sehat melalui paradigma sehat dan pelibatan
kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 163
Persentase puskesmas
Jml
dan puskesmas pembantu
melaksanakan promosi kesehatan/
puskesmas
dan
puskesmas
pembantu
melaksanakan promosi
puskesmas dan puskesmas pembantu x 100%
100
100
100
100
100
100
Jml seluruh
kesehatan 4
Meningkatkan mutu system informasi
Nilai LKIP
Hasil penilaian dari inspektorat
B
B
B
B
B
B
kesehatan, mutu perencanaan di
Cakupan pelayanan
Jumlah Puskesmas yang menggunakan sistem informasi
90
100
100
100
100
100
tingkat puskesmas dan kemampuan
system informasi
terintegrasi dengan dinas kesehatan/ jumlah seluruh
teknis untuk pelaksanaan deteksi dini
terintegrasi
puskemas yang ada x 100 %
masalah kesehatan, pemberdayaan
Persentase siswa
Jml siswa pendidikan dasar mendapatkan promosi
100
100
100
100
100
100
masyarakat, pemantauan, penyehatan
pendidikan dasar
kesehatan/ Jml seluruh siswa pendidikan dasar x 100%
dan pengawasan kualitas kesehatan
mendapatkan promosi
lingkungan.
kesehatan Jml Desa/kel memiliki Posbindu/ Jml desa/kel yang ada
17
24
31
38
43
43
Persentase Usia 20 – 59
Jml Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining
100
100
100
100
100
100
Tahun Mendapatkan
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Skrining Kesehatan dan
Sesuai Standar/ Penduduk Usia 20 – 59 Tahun
75
80
80
80
80
80
75
75
75
75
75
75
Jumlah Desa/kel memiliki Posbindu
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar Jml desa/ kelurahan
Jml desa/ kelurahan melaksanakan STBM/ Jml desa/
melaksanakan STBM
kelurahan yang ada
Persentase sarana air
Jml sarana air minum dilaksanakan pengawasan/Jml
minum dilaksanakan
sarana air minum
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 164
pengawasan Persentase tempat-tempat
Jml tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan/
umum memenuhi syarat
Jumlah tempat-tempat umum yang ada
95
95
95
95
95
95
25
30
35
40
45
45
Jumlah Desa/ kel melaksanakan tatanan kawasan sehat
43
43
43
43
43
43
98
98
98
98
98
98
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah puskesmas terakreditasi
2
5
4
0
0
0
Angka kematian
Jumlah ibu yang meninggal karena hamil, bersalin dan
100
98
96
94
92
90
ibu/100.000 KH
nifas di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu/ jumlah
15
12
10
8
8
8
kesehatan Persentase TPM
Jml TPM memenuhi syarat kesehatan/ Jumlah TPM yang
memenuhi syarat
ada x 100
kesehatan Jumlah Desa/ kel melaksanakan tatanan kawasan sehat 5
Meningkatkan cakupan, mutu, dan
Cakupan ibu hamil
Jml ibu hamil mendapatkan pelayanan K4/jml seluruh ibu
keberlangsungan upaya pencegahan
mendapatkan pelayanan
hamil x 100
penyakit dan pelayanan kesehatan ibu,
K4
bayi, balita remaja, usia kerja dan usia
Persentase persalinan di
Jml persalinan di fasilitas kesehatan/jml seluruh
lanjut, kesehatan kerja dan olahraga,
fasilitas kesehatan
persalinan
pembinaan, pengembangan dan
Persentase ibu nifas
Jml ibu nifas mendapatkan pelayanan kes/jml ibu nifas x
pengawasan upaya kesehatan
mendapatkan pelayanan
100
tradisional dan komplementer
kes Jumlah puskesmas terakreditasi
kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x 100.000 KH Angka kematian bayi/1000
Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang meninggal di suatu
KH
wilayah pada kurun waktu tertentu/jumlah
kelahiran
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 165
hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x 1000 Angka kematian
Jumlah anak usia 12-59 bulan yang meninggal di suatu
balita/1000 KH
wilayah pada kurun waktu tertentu/jumlah
15
12
10
8
8
8
50
65
70
75
80
80
kelahiran
hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x 1000 Persentase bumil KEK
Jumlah bumil KEK mendapatkan PMT/Jumlah bumil x
mendapatkan PMT
100%
Persentase balita gizi
Jml balita gizi kurang/jumlah balita x 100
8
8
6
5
4
4
Persentase puskesmas
Jml puskesmas melaksanakan kesehatan olah raga/ jml
10
10
20
20
20
20
melaksanakan kesehatan
seluruh Puskesmas x 100% 10
10
20
20
20
20
Jml kasus DBD/Jml penduduk x 100%
215
210
205
200
195
195
Jumlah penderita HIV/jml penduduk x 100%
<0,5%
<0,5
<0,5
<0,5
<0,5
<0,5
%
%
%
%
%
76
77
78
79
79
kurang
olah raga Persentase puskesmas
Jml puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan
melaksanakan pelayanan
tradisional/ jml seluruh Puskesmas x 100%
kesehatan tradisional 6
Meningkatkan mutu penyelenggaraan
IR DBD per 100.000
penanggulangan penyakit menular dan
penduduk
tidak menular untuk upaya cegah
Prevalensi HIV/AIDS
tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan
Angka kesembuhan
Jumlah pasien TB Paru BTA + yang sembuh di suatu
kedaruratan kesehatan masyarakat
penderita TB
wilayah selama periode tertentu/ Jumlaj Pasien TB Paru
dan meningkatkan dan meningkatkan
BTA + yang diobati diwilayah dan pada kurun waktu
kualitas lingkungan, menurunkan
yang sama x 100%
75
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 166
angka kesakitan akibat penyakit yang
Persentase Respons
Jumlah signal kewaspadaan dini yang direspon oleh
dapat dicegah dengan imunisasi,
Verifikasi terhadap SKDR
dinas kesehatan dalam waktu kurang dari 24 jam/jumlah
peningkatan surveillance, karantina
dalam Waktu Kurang dari
signal kewaspadaan dini yang muncul x 100%
kesehatan, dan kesehatan matra,
24 Jam
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
91
92
93
94
95
95
100
100
100
100
100
100
0
25
30
35
40
45
meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit bersumber
Persentase bayi usia 0-11
Jumlah bayi yang mendapat satu kali imunisasi hepatitis
binatang
bulan
B, satu kali imunisasi BCG, Tiga kali imunisasi DPT,HB
yang
mendapat
imunisasi dasar lengkap
dan Hib, empat kali imunisasi polio dan satu kali imunisasi campak dalam kurun waktu satu tahun / jumlah bayi dalam kurun waktu yang sama x 100%
Persentase
desa
yang
mencapai universal child
Jumlah desa yang mencapai universal child imunisation (UCI)/jumlah seluruh desa yg ada x 100%
imunisation (UCI) 7
Meningkatkan akses, kemandirian dan
Persentase ketersediaan
Jumlah obat/vaksin sesuai satuannya di suatu wilayah
mutu sediaan farmasi dan alat
obat, vaksin dan alkes di
pada kurun waktu tertentu/jumlah kebutuhan di wilayah
kesehatan melalui pelayanan
puskesmas
yang sama
kefarmasian dan penggunaan obat rasional di fasilitas kesehatan,
Persentase
persediaan obat, vaksin dan
obat rasional (POR) di
ispa non penumonia
perbekalan kesehatan yang bermutu,
puskesmas
P(A) Diare Persentase penggunaan antibiotik pada diare
penggunaan
P(A)ISPA: Persentase penggunaan antibiotik pada kasus
merata dan terjangkaU di pelayanan
non spesifik
kesehatan pemerintah, meningkatkan
P(A) Myalgia: Persentase penggunaan injeksi pada
pengendalian pra dan pasca
kasus Myalgia
pemasaran alat kesehatan dan PKRT
R(T) Rerata item jenis obat perlembar resep pada tiga kasus Persentase
pengawasan
produk alkes dan PKRT
Jumlah pengawasan produk alkes dan PKRT/Jumlah Produk alkes dan PKRT yang ada
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 167
Persentase
8
Meningkatkan pemberdayaan
tenaga
Jumlah tenaga kesehatan memiliki STR/ Jumlah Seluruh
kesehatan memiliki STR
Tenaga yang seharusnya memiliki STR x 100%
Persentase posyandu aktif
Jumlah posyandu Purnama + Mandiri /jumlah seluruh
kesehatan masyarakat bidang
70
70
75
75
80
85
65
68
70
72
75
75
Posyandu yang ada x 100%
kesehatan melalui tokoh masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan
Jumlah
dunia usaha
berperan aktif di bidang
LSM
yang
Jumlah LSM yang berperan aktif di bidang kesehatan
kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021 168
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar disusun untuk dapat menjawab tantangan pembangunan kesehatan di Kota Denpasar dan sebagai upaya untuk memfokuskan
upaya
Dinas
Kesehatan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
kesehatan. Renstra ini mengacu pada Visi dan Misi Walikota Denpasar Tahun 2016-2021. Diharapkan Renstra Dinas Kesehatan
Kota Denpasar ini menjadi
acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan jajarannya. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Renstra ini kami sampaikan penghargaan yang setinggi – tingginya atas dedikasi dan kerjakerasnya. Semoga Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ini dapat diemplementasikan dengan baik sesuai tahapan-tahapan yang telah ditetapkan secara konsisten demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya
173