PENDAHULUAN
PROFIL DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2016
_______________________________________________________________________1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
OLEH DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2017
KATA PENGANTAR Penyusunan profil kesehatan Kabupaten/Kota merupakan sarana evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2016 dengan harapan evaluasi ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam menyusun program-program berikutnya. Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa
karena
atas
rahmat
dan
kehendak-Nya
kami
dapat
2016
telah
menyususn Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016. Secara
keseluruhan
program
kerja
tahun
dilaksanakan dengan baik. Meskipun demikian kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan yang perlu dibenahi dan ditingkatkan
di
masa
yang
akan
datang
sehingga
kita
dapat
mewujudkan visi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai melalui misi, program dan kegiatan yang dilaksanakan. Profil kesehatan ini sudah tentu jauh dari sempurna karena berbagai hambatan yang dijumpai terutama menyangkut ketersediaan data baik di Dinas Kesehatan sendiri, Rumah Sakit (Pemerintah _______________________________________________________________________2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
maupun Swasta) serta instansi terkait lainnya. Untuk lebih baiknya penyusunan profil kesehatan pada tahun-tahun mendatang kami sangat
mengharapkan
masukan
dari
berbagai
pihak
demi
kesempurnaan profil kesehatan ini. Kepada seluruh jajaran di Dinas Kesehatan Kota Denpasar beserta
UPT
Dinas
kesehatan
Kota
Denpasar
kami
sampaikan
terimakasih dan penghargaan karena atas kerja keras dan usahausaha yang tiada hentinya sehingga kegiatan tahun 2016 dapat berjalan dengan baik. Kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian profil kesehatan ini kami sampaikan terima kasih dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, Maret 2017 Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes Pembina Tk. I NIP. 19620419 198803 2007
_______________________________________________________________________3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
halaman Cover Dalam .......................................................................................................... Kata Pengantar ...................................................................................................... Daftar Isi ................................................................................................................ Daftar Lampiran tabel ...........................................................................................
i ii Iii iv
BAB I.
PENDAHULUAN ................................................................................. A. Latar Belakang ............................................................................. B. Tujuan .......................................................................................... C. Isi Ringkasan Profil ..................................................................... D. Sistimatika Penyajian .................................................................
1 1 3 3 4
BAB II.
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK KOTA DENPASAR A. Gambaran Umum ....................................................................... B. Kependudukan .............................................................................
6 10
SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN…………………………………………………………….. B. TENAGA KESEHATAN…………………………………………………………….. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN……………………………………………………. D. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT………..
13 28 31 33
SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. MORTALITAS ........................................................................ B. STATUS GIZI ........ ...................................................................... C. MORBIDITAS ...............................................................................
36 47 47
PELAYANAN KESEHATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN A. PELAYANAN KES IBU DAN ANAK ……………………………………………… B. KESEHATAN LINGKUNGAN ……………………………………………………….
69 105
BAB VI
KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN ............................................
114
BAB VII.
PENUTUP ............................................ .............................................. A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran ......................................................................................
126 128
BAB III.
BAB IV.
BAB V.
_______________________________________________________________________4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Daftar Pustaka 1. Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016-2021, Denpasar, Dikes Kota Denpasar 2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, Jakarta, Kemenkes RI 3. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2007, Jakarta, Kemenkes RI 4. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2010, Jakarta, Kemenkes RI
_______________________________________________________________________5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Visi Dinas Kesehatan Kota Denpasar seperti tercantum dalam renstra dinas kesehatan 2016-2021 adalah ”DENPASAR SEHAT YANG KREATIF, MANDIRI DAN BERKEADILAN”, dan dengan misinya 1) Mengoptimalkan sumber daya kesehatan untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, terjangkau, bermutu
dan
berkeadilan,
3)
Meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, 4) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berprilaku hidup bersih dan sehat, 5) Menggerakkan pembangunan daerah
berwawasan
kesehatan
dan
berperan
aktif
menunjang
pelaksanaan pembangunan kesehatan yang berskala nasional. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Kota Denpasar sesuai dengan Visi dan Misinya diperlukan suatu indikator. Indikator tersebut
antara lain: 1) indikator derajat kesehatan yang
terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas dan status gizi; 2) Indikator upaya kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan perilaku hidup sehat dan keadaan lingkungan; 3) Indikator sumber daya kesehatan yang terdiri dari sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan dan 4) indikator lain yang _______________________________________________________________________6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
terkait dengan kesehatan. Indikator ini terangkum dalam Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang terdiri atas 26 indikator pelayanan bidang kesehatan. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan hasil atau pencapaian program di bidang kesehatan atau kinerja dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah Profil Kesehatan. Profil Kesehatan
pada
intinya
berisi
berbagai
data/informasi
yang
menggambarkan tingkat pencapaian program pembangunan kesehatan di
tingkat
Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai
dengan
dalam Standar
penyelenggaraan Pelayanan
Pelayanan
Minimal
Bidang
Kesehatan. Disamping itu profil juga bermanfaat sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten. Untuk membuat
suatu
program
dan
kegiatan
yang
berkualitas
dan
menyentuh kebutuhan masyarakat maka data/ gambaran kesehatan Kota Denpasar sangat diperlukan, sehingga setiap tahun terjadi perbaikan/perubahan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, Perubahan – perubahan tersebut yang nantinya akan dituangkan dalam profil kesehatan yang akan dijadikan acuan dalam membuat program dan kegiatan selanjutnya, sebagai bahan informasi bidang kesehatan. Oleh karena itu data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan dalam perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
mengevaluasi
pembangunan kesehatan di Kota Denpasar. Profil kesehatan Kota Denpasar diharapkan dapat dijadikan salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil penyelenggaraan _______________________________________________________________________7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
pembangunan kesehatan. Harapan kita Profil Kesehatan Kota Denpasar dapat disusun secara lebih berkualitas yaitu dapat terbit lebih cepat, menyajikan data yang lebih akurat, konsisten dan sesuai kebutuhan. B. Tujuan B.1 Tujuan Umum Tersedianya data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna. B.2 Tujuan Khusus a. Tersedianya
acuan
dan
bahan
rujukan
dalam
rangka
pengumpulan data, pengolahan, analisis serta pengemasan informasi; b. Tersedianya
wadah
integrasi
berbagai
data
yang
telah
dikumpulkan oleh berbagai sistim pencatatan dan pelaporan di unit-unit kesehatan; c. Memberikan
analisis-analisis
yang
mendukung
penyediaan
informasi dalam menyusun alokasi dana/anggaran program kesehatan; d. Tersedianya bahan untuk penyusunan profil kesehatan tingkat propinsi dan nasional. C. Isi Ringkasan Profil Profil kesehatan Kota Denpasar berisi narasi dan gambaran analisis situasi umum dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan, situasi
sumber
daya,
situasi
upaya
kesehatan,
situasi
derajat
_______________________________________________________________________8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Disamping narasi juga berisi tabel dan diagram untuk sajian distribusi frekuensi menggambarkan perkembangan/perbandingan pencapaian program. D. Sistimatika Penyajian Bab I. Pendahuluan Bab
ini
secara
ringkas
menjelaskan
maksud
dan
tujuan
disusunnya profil kesehatan Kota Denpasar. Dalam bab ini juga diuraikan secara ringkas pula isi dari Profil Kesehatan Kota Denpasar dan sistimatika penyajian. Bab II. Gambaran Umum Kota Denpasar Dalam bab ini diuraikan gambaran secara umum Kota Denpasar yang meliputi keadaan geografi, cuaca, keadaan penduduk, tingkat pendidikan penduduk, keadaan ekonomi, serta perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan. Bab III. Situasi Derajat Kesehatan Bab
ini
berisi
uraian
tentang
berbagai
indikator
derajat
kesehatan yang mencakup tentang angka kematian, angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang tertuang pada tujuan program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran upaya kesehatan yang telah diselenggarakan meliputi pelayanan kesehatan dasar, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan upaya perbaikan gizi masyarakat serta gambaran tentang
_______________________________________________________________________9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/ fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Bab V. Kinerja Pembangunan Kesehatan. Bab ini menyajikan kegiatan multi sektor yang dilaksanakan dalam rangka mencapai Kabupaten/Kota Sehat yang dituangkan dalam Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. Bab VI. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang disajikan dalam bab ini mencakup tentang keadaan umum maupun pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja pembangunan kesehatan Saran-saran masalah-masalah
berisi
rekomendasi
kesehatan
dan
dalam
rangka
masalah-masalah
mengatasi kinerja
pembangunan kesehatan yang menonjol. Lampiran Pada lampiran dicantumkan seluruh tabel induk yang digunakan dalam penyusunan profil kesehatan Kota Denpasar
_______________________________________________________________________1 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN DEMOGRAFI DENPASAR
A. Gambaran Umum A.1 Geografi Kota Denpasar terletak pada posisi 08035’31” sampai 08044’49” Lintang Selatan dan 115000’23”
sampai 115016’27” Bujur Timur,
dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Batas wilayah Kota Denpasar di bagian Utara, Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung, sedangkan di bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Peta wilayah Kota Denpasar seperti tampak pada gambar berikut: Peta Wilayah Kota Kab. Badung Kab. Gianyar
Selat Badung Denpasar
_______________________________________________________________________1 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Kota Denpasar memiliki luas wilayah 127,78 km2 atau sebesar 2,18 % dari luas wilayah Provinsi Bali. Secara administrasi Kota Denpasar terdiri dari 4 wilayah kecamatan terbagi menjadi 27 desa dan 16 kelurahan. Letak geografis dan luas masing-masing kecamatan seperti pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Denpasar Tahun 2016 Letak Geografis Luas No Kecamatan (Km2) Lintang Selatan Bujur Timur 1 Denpasar Utara 08035`31”115012`09”31,42 0 0 08 39`29” 115 14`39” 2 Denpasar Timur 08035`31”115012`29”22,31 0 0 08 40`36” 115 16`27” 0 3 Denpasar 08 40`00”115010`23”49,99 0 0 Selatan 08 44`49” 115 15`54” 4 Denpasar Barat 08036`24”115010`23”24,06 0 0 08 41`59” 115 14`14” 0 Denpasar 08 35`31”115010`23”127,78 08044`49” 115016`27” Penggunaan lahan di Kota Denpasar sebagian kecil dimanfaatkan sebagai lahan sawah irigasi (21,26%), dan sisanya merupakan lahan kering (78,66%) dan lahan lainnya (0,08%). Sementara itu luas kawasan hutan rakyat hanya sebesar 0,59%, yang ditanami Tanaman Hutan Rakyat yang meliputi hutan mangrove yang berfungsi sebagai hutan pencegah abrasi terletak di kawasan Suwung, Benoa dan Serangan. A.2 Topografi dan Iklim Topografi Kota Denpasar sebagian besar merupakan dataran rendah yang terbentang dari Selatan ke Utara. Panjang pantai ± 11 _______________________________________________________________________1 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Km, berupa perairan laut yang meliputi pantai padang Galak, pantai Sanur, serta pantai Pulau Serangan. Wilayah Kota Denpasar secara umum beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim. Sebagai daerah tropis Kota Denpasar memiliki musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim panca roba, dengan curah hujan berkisar antara 1 – 437 mm. Curah hujan yang paling rendah terjadi pada Bulan September yaitu sebesar 1 mm, sedangkan curah hujan yang paling tinggi terjadi pada Bulan Januari sebesar 437 mm. Suhu maksimum berkisar antara 29,90C – 33,90C dan suhu minimum berkisar antara 22,70C – 25,60C. Temperatur tertinggi terjadi di Bulan Desember dan terendah terjadi pada Bulan September dengan kelembaban udara berkisar antara 73 hingga 82 persen . A.3 Pemerintahan Pemerintahan Kota Denpasar secara adminnistratif terdiri dari 4 kecamatan dan 43 Desa/Kelurahan. Dari 43 Desa/ Kelurahan yang ada 16 buah berstatus Kelurahan dan 27 berstatus Desa. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari 6 kelurahan dan 4 desa, Denpasar Timur 4 Kelurahan dan 7 Desa, Denpasar Barat 3 Kelurahan dan 8 Desa dan Kecamatan Denpasar Utara 3 Kelurahan dan 8 Desa. A4. Sosial Ekonomi Produk domestik bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pembangunan dibidang ekonomi dari suatu wilayah. PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui keberhasilan perkembangan ekonomi di suatu daerah. Sehingga akan dapat
_______________________________________________________________________1 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
diketahui laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan suatu daerah. PDRB
menggambarkan
perekonomian
suatu
daerah
yang
disajikan secara berkala dari tahun ke tahun menurut lapangan usaha. PDRB dibedakan menjadi 2 jenis yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan dihitung menurut harga tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan yang dihitung menurut tahun dasar. PDRB juga dapat menggambarkan keadaan perekonomian suatu daerah dimana dapat diketahui struktur dan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, tingkat inflasi atau deflasi serta peranan masing-masing kegiatan ekonomi atau lapangan usaha.PDRB per kapita adalah PDRB atas dasar harga berlaku dibagi penduduk pertengahan tahun. PDRB perkapita merupakan suatu ukuran yang dapat dijadikan cerminan kasar tentang kesejahteraan penduduk di suatu daerah. PDRB Kota Denpasar Atas Dasar Harga Berlaku setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan secara fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 20.309.166.28, tahun 2011 sebesar 22.664.477.19, pada tahun 2012 sebesar 25.819.231.08, tahun 2013 kembali mengalami kenaikan sebesar 29.389.254.94, dan pada tahun 2014
nilai PDRB atas dasar harga berlaku di Kota
Denpasar mencapai 34.208.828.94. _______________________________________________________________________1 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Pertumbuhan perekonomian Kota Denpasar dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB,
selama tahun 2011–2014,
ekonomi Kota Denpasar
laju pertumbuhan
cenderung fluktuatif. Di tahun 2012, laju
pertumbuhan ekonomi Denpasar meningkat dari tahun sebelumnya menjadi sebesar
7,51 persen
namun
pada
tahun
2013
pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar melambat hanya menjadi 6,96 persen dan selanjutnya pada tahun 2014 dapat sedikit meningkat menjadi 7 persen. Pembentukan PDRB Kota Denpasar sebagian besar (73,69%) ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
keuangan,
persewaan
dan
jasa
perusahaan,
sektor
pengangkutan dan sektor jasa-jasa lainnya. B. DEMOGRAFI Berdasarkan hasil perhitungan geometris berdasarkan proyeksi Sensus Penduduk 2010 yang dibantu oleh BPS Kota Denpasar, pencerminan penduduk Kota Denpasar pada tahun 2016 berjumlah 897.300 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 458.300 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 439.000 jiwa. Pada gambar 2.1 terlihat peningkatan jumah penduduk di Kota Denpasar dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Laju pertumbuhan penduduk
mencapai
angka
4,28%.
Laju
pertumbuhan
di
Kota
Denpasar cukup tinggi, hal ini kemungkinan disebabkan karena tingginya mobilisasi penduduk dari luar wilayah denpasar. Gambar 2.1 JML PDDK KOTA DENPASAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN 2012-2015
_______________________________________________________________________1 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
500000 400000 300000 Laki 200000
Perempuan
100000 0 2012
2013
2014
2015
2016
Sex ratio adalah perbandingan penduduk laki –laki dan penduduk .perempuan di suatu wilayah. Sex ratio penduduk Denpasar pada tahun 2015 adalah 104,36 artinya terdapat 104 laki-laki diantara 100 penduduk perempuan. Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dan golongan umur
dapat
digambarkan
dalam
bentuk
piramida
penduduk.
Berdasarkan estimasi jumlah penduduk dapat disusun sebuah piramida penduduk Kota Denpasar Tahun 2015. Badan piramida bagian kiri menunjukkan jumlah penduduk laki-laki, sedangkan badan piramida sebelah kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida ini memberikan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua.
_______________________________________________________________________1 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Grafik 2.1 Distribusi pddk di Kota Denpasar menurut golongan Umur th 2016
Perempuan
75> 70-74
Laki-Laki
65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
Pada Grafik 2.1 terlihat bahwa jumlah balita adalah sebesar 8,6% dari seluruh total penduduk dan jumlah usila 2,9% dari seluruh total penduduk, sedangkan persentase balita dan anak anak adalah 24,36% dari seluruh total penduduk Denpasar. Berdasarkan data ini dapat kita lihat bahwa komposisi penduduk usia produktif (dewasa) lebih besar dibandingkan usia non produktif (anak-anak dan usia lanjut). Indikator penting yang terkait dengan distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktifitas penduduk adalah ratio beban ketergantungan atau dependency ratio. Ratio
beban
ketergantungan
adalah
angka
yang
menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dengan banyaknya umur produktif (umur 15-64 tahun). Ratio beban ketergantungan di Kota Denpasar sebesar
38,14, angka ini menunjukkan setiap 100 orang
_______________________________________________________________________1 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
yang masih produktif akan menanggung 38 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Kepadatan
penduduk
memperlihatkan
rata-rata
jumlah
penduduk per 1 km persegi. Semakin besar angka kepadatan berarti semakin padat penduduk yang mendiami suatu wilayah. Kepadatan Penduduk Kota Denpasar adalah 7.022 per KM2, meningkat bila dibandingkan tahun 2015 sebesar 6.892 per km persegi. Sedangkan Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk Kota Denpasar tahun 2016 mencapai umur 73.71 tahun. Indikator penting yang terkait dengan distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktifitas penduduk adalah ratio beban ketergantungan atau dependency ratio. Ratio
beban
ketergantungan
adalah
angka
yang
menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dengan banyaknya umur produktif (umur 15-64 tahun). Ratio beban ketergantungan di Kota Denpasar sebesar
38,14, angka ini menunjukkan setiap 100 orang
yang masih produktif akan menanggung 38 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi.
_______________________________________________________________________1 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB III
A. SARANA KESEHATAN Faslitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat (UU No.36 tahun 2009). A.1 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan
perseorangan
tingkat
pertama,
dengan
lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas juga
memiliki
Masyarakat
fungsi
(UKM)
sebagai tingkat
penyelenggara pertama
dan
Upaya Upaya
Kesehatan Kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2015). Dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di Kota Denpasar telah dibangun 11 buah _______________________________________________________________________1 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Puskesmas induk yang telah memiliki kemampuan gawat darurat serta kemampuan laboratorium dan 25 buah puskesmas pembantu serta 11 unit puskesmas keliling. Tabel 3.1 Distribusi Puskesmas Berdasarkan Desa yang Diwilayahi No.
Kecamatan
1.
Denpasar Utara
2.
Denpasar Timur
3.
Denpasar Selatan
PUSKESMAS 1. Puskesmas I Denpasar Utara2. 3. 4. 1. Puskesmas II Denpasar Utara2. 3. 1. Puskesmas III Denpasar 2. Utara 3. 4. 1. Puskesmas I Denpasar Timur2. 3. 4. 5. 6. 1. Puskesmas II Denpasar 2. Timur 3. 4. 5. 1. Puskesmas I Denpasar 2. Selatan 3. 1. Puskesmas II Denpasar 2. Selatan 3. 4. Puskesmas III Dnpasar 1. Selatan 2.
Desa/ Kelurahan Desa Dangin Puri Kaja Desa Dangin Puri Kangin Kel. Tonja Desa dangin Puri Kauh Desa Pemecutan Kaja Kel Ubung Desa. Ubung Kaja Desa Dauh Puri Kaja Kel Peguyangan Desa Peguyangan Kaja Desa Peguyangan Kangin Kel. Dangin Puri Ds. Dangin Puri Kelod Kel. Sumerta Desa Sumerta kelod Desa Sumerta Kauh Desa Sumerta Kaja Kel. Penatih Desa Kesiman Kertalangu Desa penatih Dangin Puri Desa Kesiman Petilan Kel Kesiman Kel Sesetan Desa Sidakarya Kel Panjer Kel Sanur Kel Renon Desa Sanur Kauh Desa Sanur Kaja Desa Pemogan Kel. Serangan
_______________________________________________________________________2 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Puskesmas IV Denpasar Selatan
1. 1.
4.
Denpasar Barat
Puskesmas Denpasar Barat I2. 3. 4. 5. 6. 1. Puskesmas II Denpasar Barat2. 3. 4. 5.
Kelurahan Pedungan Desa Padang sambian kelod Desa Dauh Puri Kauh Desa Dauh Puri Kangin Desa Dauh Puri Kelod Desa Dauh Puri Desa Pemecutan Kelod Desa Padang sambian kaja Desa Tegal Kertha Desa Tegal Harum Kel Padang sambian Kel Pemecutan
Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Infokes Dikes Kota Denpasar
Pemenuhan
kebutuhan
pelayanan
kesehatan
dasar
dapat
digambarkan dengan indikator rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio Puskesmas per 30.000 penduduk di Kota Denpasar _______________________________________________________________________2 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
pada tahun 2016 sebesar 0,3. Angka ini lebih rendah dari rasio puskesmas per 30.000 penduduk secara nasional tahun 2014 sebesar 1,15. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk di Kota Denpasar termasuk rendah, hal ini disebabkan karena kepadatan penduduk Kota Denpasar yang relative tinggi. Rendahnya rasio puskesmas terhadap jumlah penduduk
belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya
mengenai aksesbilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar karena adanya dukungan pelayanan kesehatan dasar dari sektor swasta di Kota Denpasar. Walaupun demikian kondisi ini perlu mendapat perhatian karena karena walaupun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dipenuhi oleh sektor swasta, suatu wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan sebagai penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2016). Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Dari
11 Puskesmas yang ada di Kota Denpasar, 2 Puskesmas
sudah dikembangkan menjadi Puskesmas Rawat inap yaitu Puskesmas I Denpasar Timur dengan 10 tempat tidur dan Puskesmas IV Denpasar Selatan dengan 10 tempat tidur. _______________________________________________________________________2 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, disebutkan bahwa Mandiri
Dokter
terakreditasi.
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik dan
Tempat
Akreditasi
Praktik
adalah
Mandiri
pengakuan
Dokter
yang
Gigi
wajib
diberikan
oleh
lembaga independen penyelenggara akreditas yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi. Untuk Puskesmas dan klinik pratama wajib dilakukan setiap tiga tahun sekali. Sedangkan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi wajib dilaksanakan 5 tahun sekali. Pada Tahun 2016, sebanyak 4 puskesmas yang ada di Kota Denpasar sudah terakreditasi
yaitu
Puskesmas
II
Denpasar
Barat
terakreditasi
paripurna, Puskesmas IV Densel terakreditasi Madya, Puskesmas III Denut terakreditasi Madya, Puskesmas I Denpasar Timur Terakreditasi Utama. Puskesmas dengan pelayanan obstretrik dan neonatal emergensi dasar
(PONED)
merupakan
salah
satu
upaya
pengembangan
puskesmas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan minimal terdapat 4 puskesmas poned di tiap kabupaten/kota. Upaya kesehatan poned
dilakukan
untuk
mendekatkan
akses
masyarakat
kepada
pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar. Akses masyarakat
yang
semakin
mudah
terhadap
pelayanan
kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan AKI dan AKB (kemenkes,2014). Di Kota Denpasar terdapat tiga puskesmas _______________________________________________________________________2 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
poned yaitu Puskesmas I Denpasar Timur, Puskesmas IV Denpasar Selatan dan Puskesmas II Denpasar Barat. Jumah kunjungan rawat jalan selama tahun 2016 di puskesmas sekota Denpasar sebanyak 348.554 orang atau sebesar 38,85% dari jumlah penduduk Kota Denpasar. Persentase kunjungan Puskesmas ditahun 2016 sudah lebih tinggi dari target yang ditetapkan (15% dari jumlah penduduk). Grafik 3.2 Tren kunjungan di Puskesmas se-Kota Denpasar Tahun 2012 - 2016 600000
500000 jml kunjungan
400000 300000
200000 100000 0 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Informasi Kesehatan Dikes Kota Denpasar Tahun 2016 Gambar diatas memperlihatkan trend kunjungan di Puskesmas sekota Denpasar sangat fluktuatif.
A.2 RUMAH SAKIT
_______________________________________________________________________2 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Selain
upaya
promotif
dan
preventif,
upaya
kuratif
dan
rehabilitatif merupakan upaya yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kuratif dan rehabilitative dapat diperoleh di rumah sakit. Rumah sakit dikelompokkan berdasarkan kepemilikannya yaitu Rumah sakit publik dan rumah sakit privat. kuratif dan rehabilitatif adalah rumah sakit yang dikelola pemerintah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
provit
yang
berbentuk
perseroan
terbatas
atau
persero
(Kemenkes 2015). Di Kota Denpasar terdapat 5 buah rumah sakit publik, yang dikelola oleh Kementrian kesehatan, Pemerintah provinsi, Pemerintah Kota Denpasar dan TNI/POLRI. Tabel 3.3 Distribusi rumah sakit publik berdasarkan pengelola NO RUMAH SAKIT PENGELOLA 1 RS Pusat Sanglah Denpasar Kementrian Kesehatan 2 Rumah sakit Indera Bali Pmerintah Provinsi Bali Mandara 3 RSU Wangaya Pemerintah Kota Denpasar 4 RS Polda Bali Kepolisian RI 5 RS TK II Udayana TNI Sumber: Seksi kesehatan khusus bidang bina Yankes Dikes Kota Denpasar Rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah sakit khusus hanya _______________________________________________________________________2 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
memberikan pelayanan pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya (Kemenkes RI, 2015). Di Kota Denpasar terdapat 15 rumah sakit umum dan 3 rumah sakit khusus. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan
masyarakat
terhadap
pelayanan
kesehatan
rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur rumah sakit di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 2,38 per 1.000 penduduk. Rasio ini relative sama bila dibandingkan tahun 2014 dan 2015. Secara nasional pada tahun 2015 rasio rumah sakit di Indonesia sebesar 1,21 per 1000 penduduk. Tingginya rasio tempat tidur terhadap jumlah penduduk di Kota Denpasar disebabkan karena di Kota Denpasar banyak berkembang rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah milik pusat dan TNI POLRI juga adanya di Kota Denpasar. Mutu
pelayanan
di
rumah
sakit
dapat
diketahui
dengan
memperhatikan beberapa indikator, antara lain : a. Angka Kematian Netto (Net Death Rate/NDR) Angka kematian Netto atau NDR merupakan angka kematian 48 jam pasien rawat inap per 1000 pasien keluar hidup dan mati. Indikator ini digunakan untuk melihat mutu pelayanan rumah sakit. Lima besar Angka NDR tertinggi di beberapa RS (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang datanya sudah kami terima pada tahun 2016 : _______________________________________________________________________2 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
1) RSUD Wangaya
: 59,5 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati 2) RSUP Sanglah
: 41,3 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati 3) RSUD Puri Raharja
: 14,8 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati 4) RS Surya Husada
: 9,9 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati 5) RS Manuaba
: 5,9 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati b. Angka Kematian Umum (Gross Death Rate/GDR) Angka Kematian Umum (Gross Death Rate) merupakan angka kematian total pasien rawat inap yang keluar rumah sakit per 1000 penderita keluar hidup dan mati. Lima besar Angka GDR tertinggi dibeberapa rumah sakit (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang datanya kami terima pada tahun 2016 adalah : 1) RSUP Sanglah
: 53,8 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati 2) RSUD Wangaya
: 36,2 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati 3) RSUD Puri Raharja
: 28,4 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati 4) RS Surya Husada
: 17,0 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati _______________________________________________________________________2 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
5) RS Darmayadnya
: 13,8 per 1000 pasien keluar hidup dan
mati
c. Angka Penggunaan Tempat Tidur (Bed Occupation Rate/BOR) BOR merupakan indikator yang dapat menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang ada di rumah sakit. Lima besar tingkat pencapaian BOR tertinggi oleh RS (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang datanya kami terima pada pada tahun 2016 adalah : 1) RSUP Sanglah
: 100%
2) RSUD Wangaya
: 90%
3) RS Surya Husada
: 84,9%
4) RS Surya Husada Ubung : 81,5% 5) RS Tk. II Udayana
: 75,7%
d. Rata-rata Lama Dirawat (Length Of Stay/LOS) Indikator LOS digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi dan mutu pelayanan rumah sakit. Rata-rata lama pasien di rawat di rumah sakit (pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar tahun 2016 adalah 2,5 hari. _______________________________________________________________________2 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
A.3 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT Peran
masyarakat
sangat
diperlukan
dalam
pembangunan
kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Masyarakat
dapat
berperan
aktif
dalam
pembangunan kesehatan melalui upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu, pos kesehatan desa (Poskesdes) dan desa siaga aktif. A.3.1 Desa siaga aktif Desa/kelurahan
siaga
aktif
adalah
Desa/kelurahan
yang
memiliki poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
sebagai
pemberi
pelayanan
kesehatan
dasar,
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveylans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), Penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2015). Dari 43 desa/kelurahan yang ada di Kota denpasar seluruhnya sudah merupakan desa siaga aktif, dengan katagori Desa siaga tergolong pratama sebesar 9,3%, madya 65%,
purnama 23%
dan
mandiri sebesar 2,3%.
Gambar 3.4 PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF BERDASARKAN STRATA DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 dan 2016
_______________________________________________________________________2 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
70 60
65 51
50
39.5
40
2015
30
2016
23
20 9.3
10
9.3 0
0 Pratama
Madya
Purnama
2.3
Mandiri
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar Grafik diatas memperlihatkan bahwa pada tahun 2016 sudah terjadi peningkatan katagori desa siaga di Kota Denpasar untuk madya,
purnama
dan
mandiri
hal
ini
menunjukkan
partisipasi
masyarakat Kota Denpasar dalam pembangunan kesehatan berbasis masyarakat sudah mulai meningkat. A.3.2 Posyandu Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Keberadaan posyandu sampai saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan balita. Posyandu memiliki lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan diare. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk dan bersama masyarakat. Ratio posyandu dengan balita di kota denpasar adalah 1 posyandu melayani 100 balita. _______________________________________________________________________3 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Tingkat perkembangan posyandu di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 3.5
Persentase Posyandu di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
60 50 40
% Pratama % Madya
30
% Purnama
20
% Mandiri
10 0 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Data
pada
grafik
2.5
di
atas
menunjukkan
bahwa
perkembangan posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Denpasar mandiri sudah kembali mengalami peningkatan di tahun 2015 dan 2016. Perlu terus ditingkatkan upaya-upaya yang dapat mendorong meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan berbasis masyarakat seperti posyandu. _______________________________________________________________________3 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Dari 459 posyandu yang ada di Kota Denpasar 248 posyandu (54%) merupakan Posyandu Aktif.
Gambar 3.6 PERSENTASE POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 5.23
0.22 45.75 Pratama Madya
48.8
Purnama Mandiri
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar Pada gambar diatas terlihat bahwa
posyandu madya dan
purnama menempati proporsi yang besar sedangkan posyandu mandiri masih rendah. Lambatnya perkembangan posyandu ke arah posyandu mandiri disebabkan masih kurangnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu terutama dalam hal dukungan dana untuk operasional kegiatan posyandu. Saat ini dana operasional posyandu sebagian besar masih berasal dari bantuan pemerintah. _______________________________________________________________________3 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Kedepannya
perlu
upaya
intensif
untuk
meningkatkan
jumlah
posyandu mandiri. A.3.3 Posbindu Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya kasus penyakit tidak menular (PTM). PTM adalah penyakit
yang
bukan
disebabkan
oleh
infeksi
kuman
termasuk
penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian PTM meningkat dari 41,7 % pada tahun 1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 (kemenkes,2012). Posbindu
PTM
merupakan
peran
serta
masyarakat
dalam
melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko PTM meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok
PTM
Utama
adalah
diabetes
melitus
(DM),
kanker,penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Tujuan Posbindu adalah Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sedangkan _______________________________________________________________________3 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
sasaran utama Posbindu adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. Wadah
pelaksanaan
posbindu
dilaksanakan
terintegrasi
dengan
adalah upaya
Posbindu kesehatan
PTM
dapat
bersumber
masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja,
klub
olah
raga,
pertemuan
organisasi
politik
maupun
kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada. Jumlah Posbindu di Kota Denpasar tahun 2-16 adalah sebanyak 60 buah meningkat bila dibandingkan tahun 2015 (45 buah).
Kegiatan posbindu PTM meliputi: 1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali. _______________________________________________________________________3 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan
darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas. 3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih. 4. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat
PTM pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali. Kegiatan pemeriksaan
gula
darah
bagi
individu
sehat
paling
sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes mellitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya). _______________________________________________________________________3 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
risiko
PTM
dislipidemia/gangguan sekali.Untuk
6 lemak
pemeriksaan
bulan
sekali
dan
dalam
darah
minimal
Gula
darah
dan
penderita 3
bulan
Kolesterol
darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut. 6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas . 7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya). 8. Kegiatan
konseling
dan
penyuluhan,
harus
dilakukan
setiap
pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya. 9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu. _______________________________________________________________________3 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
10.
Kegiatan
rujukan
ke
fasilitas
layanan
kesehatan
dasar
di
wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan.
B. TENAGA KESEHATAN B.1 Tenaga kesehatan di Puskesmas Jenis tenaga kesehatan di Puskesmas minimal terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medic, tenaga gizi dan kefarmasian. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional,
etika
mengutamakan
profesi,
kepentingan
menghormati dan
hak
keselamatan
pasien, pasien
serta dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja (Kemenkes RI, 2015). Standar ketenagaan puskesmas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, jumlah dokter puskesmas rawat inap minimal dua dokter sedangkan non rawat inap minimal 1 dokter. Di Kota Denpasar rasio dokter per puskesmas di puskesmas rawat inap adalah 5 dokter sedangkan di puskesmas non rawat inap rasionya 3 dokter per puskesmas, Sehingga rasio dokter per puskesmas untuk
_______________________________________________________________________3 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
tahun
2016
di
Kota
Denpasar
sudah
memenuhi
syarat
yang
ditetapkan. Ketersediaan tenaga perawat di Puskesmas dapat diketahui dengan menghitung rasio perawat per puskesmas. Tahun 2016 rasio perawat
di
puskesmas
berdasarkan
jumlah
puskesmas
di
Kota
Denpasar sebesar 9 perawat per puskesmas. Untuk puskesmas rawat inap
distandarkan
minimal
ada
delapan
perawat
sedangkan
di
puskesmas non rawat inap minimal ada 5 perawat (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014). Untuk tahun 2016 standar ini telah terpenuhi. Berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014 jumlah minimal bidan di Puskesmas rawat inap adalah tujuh orang sedangkan di puskesmas non rawat inap minimal empat orang. Untuk tahun 2016 persyaratan ini telah di penuhi pada puskesmas di Kota Denpasar. Rasio bidan per puskesmas di Kota Denpasar adalah 8. B.1.1 Rasio Tenaga Kesehatan Rasio tenaga kesehatan di kota Denpasar dihitung berdasarkan jumlah tenaga yang bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi dengan estimasi jumlah penduduk. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk berfungsi untuk mengetahui ketersediaan tenaga kesehatan di Kota Denpasar. Berdasarkan Kesejahteraan
keputusan
Rakyat
Nomor
Menteri 54
tahun
Koordinator 2013
tentang
Bidang rencana
Pengembangan tenaga kesehatan tahun 2011-2025 telah ditetapkan target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Tahun 2019 _______________________________________________________________________3 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
ditetapkan target rasio dokter spesialis terhadap jumlah penduduk sebesar 10 dokter spesialis per 100.000 penduduk, rasio dokter umum sebesar 45 dokter umum per 100.000 penduduk rasio dokter gigi sebesar 13/100.000 penduduk rasio perawat sebesar 180 perawat per 100.000
penduduk
dan
bidan sebesar
120
bidan
per
100.000
penduduk (kemkes, 2016) Rasio tenaga kesehatan yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2016 seperti terlihat pada grafik berikut :
Grafik 3.7 Rasio Tenaga Kesehatan Di Kota Denpasar Tahun 2016
Rasio per 100.000 pddk dr spesialis
20.3 12 5.7
dr umum
99 32 9.4
271
72.66
dr gigi bidan
perawat farmasi
gizi sanitasi
Sumber Sub Bag Kepegawaian Dikes Kota Denpasar tahun 2016 _______________________________________________________________________3 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Grafik 4.21 di atas menunjukkan bahwa rasio terbesar tenaga kesehatan yang ada di Kota Denpasar per 100.000 penduduk pada tahun 2016 masih didominasi oleh
tenaga perawat dan bidan,
kemudian diikuti tenaga medis dan rasio terkecil adalah tenaga Sanitasi. Tabel 3.8 Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar Tahun 2016 dibandingkan standar No
Jenis Tenaga
Ratio per 100.000 Target penduduk tahun 2016 100.000 2019
Ratio per pddk tahun
1.
dokter umum
32
45
2.
dokter gigi
9.4
13
3.
dokter spesialis
99
10
4.
Bidan
72.66
100
5.
Perawat
279
117
Sumber : Sub bag kepegawaian Dikes Kota Denpasar, Tahun 2016 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa rasio tenaga dokter spesialis, dan perawat per 100.000 penduduk jauh lebih tinggi dari standar yang ditetapkan, hal ini disebabkan karena di Kota Denpasar terdapat 19 RS swasta. Sehingga jumlah dokter spesialis, perawat dan farmasi yang ada di Kota Denpasar tinggi. Sedangkan tenaga lainnya seperti,
bidan,
gizi,
dan
sanitasi
masih
dibawah
standar
yang
ditetapkan.
_______________________________________________________________________4 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Untuk data dokter spesialis kami belum bisa memilah dokter spesialis yang berkerja di dua atau lebih rumah sakit sehingga untuk data dokter spesialis kemungkinan masih adanya over reporting, sedangkan untuk data dokter umum pada data ini tidak termasuk dokter praktek swasta. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
bertujuan
untuk
penyediaan
pembiayaan
kesehatan
yang
berkesinambungan dan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan. Jumlah anggaran sektor kesehatan yang bersumber APBD di Kota Denpasar (untuk dinas kesehatan dan RSU Wangaya) tahun 2016 sebesar
Rp. 288.677.589.237 termasuk
dana DAK yang bersumber dari APBN. Belanja langsung untuk pembiayaan
kesehatan
tahun
2016
di
Kota
Denpasar
sebesar
156.559.377.801,99 atau sekitar 7,7% dari APBD Kota Denpasar yang seluruhnya berjumlah Rp. 2.014.147.068.834.
Prosentase angaran
kesehatan lima tahun terakhir seperti tampak pada grafik di bawah ini.
Grafik 3.7 Anggaran Kesehatan Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2015
_______________________________________________________________________4 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
16 14.64
14.1
14 12
13.15
12.49
10 8 6
7.7
4 2 0 2012
2013
2014
2015
2016
Anggaran Kesehatan
Grafik 4.23 di atas terlihat bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan pada persentase anggaran kesehatan terhadap APBD di Kota Denpasar hal ini disebabkan karena sesuai juknis profil 2016 anggaran kesehatan
yang
dimaksud
termasuk
pengeluaran
hanya
untuk
untuk
gaji.
belanja
Pemerintah
langsung Kota
tidak
Denpasar
sebenarnya sudah berkomitmen terhadap kesehatan yang merupakan investasi untuk masa depan,hal ini dapat dilihat dari peningkatan anggaran untuk kesehatan di Kota Denpasar walaupun ketika dilihat hanya belanja langsungnya saja masih dibawah nilai yang diamatkan oleh undang-undang. Untuk mendapatkan alokasi anggaran yang sesuai dengan yang diamatkan oleh undang-undang, maka
Dinas
Kesehatan beserta jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan advokasi berdasarkan data yang valid untuk membiayai programprogram
kesehatan
yang
ada
untuk
mengatasi
permasalahan
kesehatan di Kota Denpasar _______________________________________________________________________4 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Dari total anggaran kesehatan yang ada, maka sumber anggaran dari APBD Kota Denpasar paling besar
yaitu Rp. 288.677.589.237
(99,97%). APBN memberikan dana sebesar
8.874.196.000 (0,3%)
dari total anggaran kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar berupa dana DAK. Anggaran Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar dialokasikan untuk belanja langsung (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal) dan belanja tidak langsung (gaji). D. JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan Kesehatan melalui
suatu
badan
penyelenggara
jaminan
sosial.
Badan
penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai program JKN. JKN
diselenggarakan
dalam
bentuk
untuk
manfaat
memberikan
pemeliharaan
perlindungan
kesehatan
kesehatan
dalam
rangka
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh
pemerintah. Manfaat JKN terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat medis _______________________________________________________________________4 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
dan manfaat non-medis. Manfaat medis berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non-medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan antar fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Seperti misalnya untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN akan mendapatkan pelayanan: penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat; imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), difteri pertusis tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak; keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi; skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu, jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga dialysis (gagal ginjal). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN, peserta dalam program JKN meliputi setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri _______________________________________________________________________4 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
atas dua kelompok yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan kesehatan. Peserta PBI jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan PBI jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya (Kemenkes, 2016). Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar mengamanatkan 50% penduduk Kota Denpasar Harus sudah terlindungi oleh
JKN pada
tahun 2016. Target ini sudah terpenuhi, kepesertaan JKN penduduk Kota Denpasar tahun 2016 sebanyak 58%. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar di Kota Denpasar tahun 2016 meliputi Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Kesehatan Daerah. Pada tahun 2016 jumlah penduduk Kota Denpasar sebanyak 897.300 jiwa. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebanyak 527.671 orang terdiri dari: Penerima bantuan iuran (PBI) APBN sebanyak 69.165 orang, Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak 293.552
orang,
Pekerja
bukan
penerima
upah
(PBPU)
mandiri
sebanyak 139.167 orang dan Bukan pekerja (BP) sebanyak 25.787 orang. Sisanya sebanyak 369.629 orang terlindungi jaminan kesehatan daerah (JKBM)
_______________________________________________________________________4 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
BAB IV
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, seperti kondisi morbiditas, mortalitas dan status Gizi. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh multi faktor.
Faktor
kesehatan
seperti
pelayanan
kesehatan
dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sangat menentukan derajat kesehatan masyarakat. Faktor lain diluar kesehatan yang tak kalah
penting
berperan
dalam
peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat adalah keadaan sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan social, keturunan dan factor lainnya (Depkes, 2010). Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat Kota Denpasar akan digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka morbiditas beberapa penyakit yang ada di Kota Denpasar. A. Mortalitas Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu dikenal dengan mortalitas (Depkes, 2010). Mortalitas selain dapat menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah bidang
dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan di
kesehatan.
Tingkat
kematian
secara
umum
sangat
berhubungan erat dengan tingkat kesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang dapat diketahui secara langsung dan tidak langsung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas _______________________________________________________________________4 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
adalah sosial ekonomi, pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku hidup sehat, lingkungan, upaya kesehatan dan fertilitas. A.1 Angka Kematian Bayi (AKB) Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu disuatu daerah disebut Angka Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang sangat berguna untuk mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan dapat
mencerminkan
lingkungan
secara
tingkat
umum,
kesehatan status
ibu,
kesehatan
kondisi
kesehatan
penduduk
secara
keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi AKB
secara umum
adalah tingkat kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses penanganan persalinan. Gangguan perinatal merupakan salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil yang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ janin. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini.
_______________________________________________________________________4 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Tabel 4.1 Angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016 1.2 1
1
0.8 0.7 0.6
0.62
0.6 0.5
0.4 0.2 0 2012
2013
2014
2015
2016
target restra 2016 AKB= 15/1000 KH
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Dps
Data pada grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Denpasar
dalam lima tahun terakhir cenderung
berfluktuasi,namun masih dibawah target yang ditetapkan pada Renstra tidak
Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016-2021. Hal ini
terlepas
dari
pemerataan
pelayanan
kesehatan
berikut
fasilitasnya, meningkatnya pendapatan masyarakat serta perbaikan gizi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
_______________________________________________________________________4 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
AKB di tingkat Kecamatan tahun 2016 seperti pada grafik di bawah ini. Grafik 4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Jenis Kelamin di Tingkat Kecamatan Tahun 2016
AKB/1000 KH
4 3 2 1 0 Laki-laki Perempuan Total
den bar
Dentim
den ut
den sel
Kota Dps
0.41
1.95
3.39
1.78
1.7
0
0
0
0.57
0.14
0.19
1.02
1.75
1.17
1
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina KesKehatan Masyarakat Dikes Kota Dps
Gambar diatas menunjukkan pada tahun 2016 angka kematian bayi laki-laki lebih tinggi dibandingkan bayi perempuan. Angka Kematian Bayi pada tahun 2016 tertinggi di Kecamatan Denpasar Utara dan terendah di Kecamatan Denpasar Barat. Kematian Bayi umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan _______________________________________________________________________4 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
proses penanganan persalinan. Gangguan perinatal merupakan salah satu dari sekian
faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu
selama hamil yang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ janin. Penyebab kematian bayi di Kota Denpasar: 1 orang karena BBLR, 7 orang karena aspeksia berat, 2 orang karena sepsis dan 2 orang karena diare. Hal ini mengindikasikan kesehatan ibu pada saat hamil sangat berperan dalam perkembangan kesehatan janin. Untuk tahun – tahun selanjutnya perlu ditingkatkan cakupan penemuan dan penanganan ibu hamil dengan komplikasi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencantumkan target kematian bayi pada tahun 2016 sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kota Denpasar capaian
ini
sudah
dibawah
target
(1,0/1000 Kelahiran Hidup)
dan
ini
menunjukan
bahwa
pelayanan kesehatan bagi bayi di Kota Denpasar sudah cukup baik karena petugas dan sarana kesehatan sudah menjangkau seluruh wilayah desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar. Penyebab Kematian bayi tersebut adalah No
Penyebab Kematian
Jumlah
1
Berat badan lahir rendah (BBLR)
1 orang
2
Asfiksia berat
7 orang
3
Sepsis
2 orang
4
Diare
2 orang
_______________________________________________________________________5 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kematian pada bayi terbagi dalam beberapa upaya antara lain: 1) Untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi maka upaya yang dilakukan adalah
imunisasi TT pada ibu hamil, persalinan yang bersih,
perawatan mata, ASI dini dan eksklusif serta pemberian antibiotika 2) untuk penyebab kematian karena asfiksia dan trauma kelahiran dilakukan upaya berupa resusitasi dan penghangatan. 3) untuk mencegah kematian bayi karena kelainan kongenital dilakukan upaya yang meliputi terapi spilis bagi WUS penderita spilis dan suplementasi Folat pada ibu hamil serta peningkatan KIE pada ibu hamil. A.2 Angka Kematian Balita (AKABA) AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per 1000
kelahiran
hidup.
Angka
kematian
balita
dihitung
dengan
menjumlahkan kematian neonatal, kematian bayi dan kematian balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita (AKABA) di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 4.3 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH Menurut Kecamatan TH 2016
_______________________________________________________________________5 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
2.5 2.04
2 1.5
1.36
1.17
1.1
1 0.5
0.19
0 den bar
Den Tim
den ut
den sel
Kota Dps
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Dps
Pola grafik kematian Balita di Kota Denpasar tidak jauh berbeda dengan kematian bayi, AKABA tertinggi terjadi kecamatan Denpasar utara
dan terendah di kecamatan
Denpasar
Barat. Bila dilihat
berdasarkan jenis kelaminnya, Kematian balita di Kota Denpasar pada tahun 2016 lebih banyak terjadi pada anak laki – laki dibandingkan dengan anak perempuan. Kematian balita perempuan terjadi di Kecamatan Denpasar utara dan Denpasar Timur. Grafik 4.4 Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH Di Kota Denpasar Th 2012 sampai dengan Th 2016
_______________________________________________________________________5 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
1.2 1.1 1 0.8
0.8 0.7
0.6
0.68
0.6
0.4 0.2 0 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Denpasar
Pada tahun 2016 terjadi 16 kematian balita (14 kematian bayi dan 2 kematian anak balita). Bila kita lihat pencapaian Kota Denpasar pada tahun 2016 sebesar 1,1 per 1000 KH sedikit mengalami peningkatan bila dibandingkan pencapaian tahun 2015 yaitu sebesar 0,68/1000 KH, namun masih lebih rendah dari target nasional (40/1000 KH) dan target renstra dinas kesehatan Kota Denpasar yaitu 15/1000 KH pada tahun 2016. Rendahnya angka kematian balita (AKABA) di Kota Denpasar kemungkinan disebabkan karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan kematian bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik serta peranan
dari
petugas
kesehatan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan.
A.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) _______________________________________________________________________5 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu dengan penyabab kematian yang terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait kehamilan. Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Keberhasilan
pembangunan
sektor
kesehatan
senantiasa
menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai indikator utamanya. Angka kematian ibu maternal di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini :
_______________________________________________________________________5 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Grafik 4.5 Angka Kematian Ibu Maternal Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
70
target restra dikes th 2015 AKI= 85/100.000 KH
60
59.7
AKI per 100000 KH
56
50
48
40 30 21.8
20
16.1
10 0 2012
2013
2014
2015
2016
Pada grafik diatas terlihat Angka kematian ibu di Kota Denpasar berfluktuasi secara cukup signifikan, Sampai dengan tahun 2014 AKI sudah dapat ditekan sampai 16,1 per 100.000 KH namun meningkat kembali pada tahun 2015 dan 2016. Angka Kematian Ibu Maternal di Kota Denpasar tahun 2016 (54 per 100.000 KH) masih lebih rendah dari target Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 (100 per 100.000 KH), namun demikian untuk kedepannya perlu terus digalakkan
upaya-upaya
untuk
menekan
kematian
ibu
di
Kota
Denpasar dengan meningkatkan PWS ibu, meningkatkan surveilans terhadap ibu hamil dan peningkatan cakupan penanganan ibu dengan komplikasi. Selama tahun 2016 di Kota Denpasar terjadi 7 kematian ibu yang terdiri dari 5 kematian ibu hamil dan 2 orang ibu bersalin. Seluruh Ibu
meninggal di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit). Empat
_______________________________________________________________________5 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
kematian ibu di Kota Denpasar disebabkan oleh penyakit Non Obstertri yaitu 2 orang karena kelainan jantung, 2 orang dengan dengue syock syndrome (DSS). Tiga kematian ibu disebabkan oleh kelainan Obstetri yaitu 1 orang karena perdarahan, 2 orang karena pre exlamsi berat. Upaya yang sudah dilakukan selain rutin melaksanakan Audit Maternal
Perinatal
(AMP)
untuk
mengetahui
akar
permasalahan
penyebab kematian juga sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan diambil untuk mengatasi hal ini adalah selain melibatkan lintas sektor dan lintas program agar ikut bersama – sama memantau ibu hamil, melahirkan dan masa setelah melahirkan dengan gerakan sayang ibu di harapkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di Kota Denpasar dapat di tekan. Di Tingkat Kecamatan yang ada di Kota Denpasar, Angka Kematian Ibu terdistribusi di 4 kecamatan seperti terlihat pada grafik di bawah ini : Grafik 4.6 Angka Kematian Ibu per 100.000 KH berdasarkan Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2016
_______________________________________________________________________5 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
120
116
100 80
68
60
58
40 20 0
0 Den Ut
Den Tim
Den Sel
Den Bar
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 4.6 di atas menunjukkan bahwa kematian maternal tertinggi di kecamatan Denpasar Utara disusul Denpasar Timur dan Denpasar Selatan. Bila dilihat kelompok umurnya kematian ibu tertinggi pada kelompok umur 20-34 tahun yaitu sebanyak 4 orang dari 8 orang yang meninggal (50%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena kelompok umur 20-34 tahun merupakan kelompok umur yang paling produktif untuk hamil dan melahirkan. Secara umum Angka Kematian Ibu di Kota Denpasar pada tahun 2016 sudah lebih rendah dari AKI Provinsi Bali (83,4/100.000 KH) Upaya yang sudah dilakukan selain rutin melaksanakan Audit Maternal
Perinatal
(AMP)
untuk
mengetahui
akar
permasalahan
penyebab kematian juga sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan diambil untuk mengatasi hal ini adalah selain melibatkan lintas sektor _______________________________________________________________________5 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
dan lintas program agar ikut bersama – sama memantau ibu hamil, melahirkan dan masa setelah melahirkan dengan gerakan sayang ibu di harapkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di Kota Denpasar dapat di tekan. A.4 Angka Harapan Hidup (AHH) Derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat juga dapat dilihat dari nilai Angka Harapan Hidup (AHH). AHH juga merupakan indikator Indeks keberhasilan Pembangunan Manusia. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari peningkatan AHH. AHH adalah rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani seseorang sejak orang tersebut lahir. Angka Harapan Hidup penduduk Kota Denpasar tahun 2016 berdasarkan data BPS sebesar 74,04 tahun.
B. STATUS GIZI Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan/panjang badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis atau akut karena berat badan berkorelasi positif dengan _______________________________________________________________________5 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
umur dan tinggi badan. Dengan kata lain berat badan yang rendah dapat diakibatkan oleh tubuh yang pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi lain (akut). Tahun 2016 di Kota Denpasar dilaporkan
sebanyak 30.889 balita dan sebanyak 0,1% bawah garis
merah (BGM). Pada tahun 2016 ditemukan 3 orang balita gizi buruk (2 laki dan 1 perempuan). Seluruh balita gizi buruk yang ditemukan sudah mendapatkan perawatan. C. Morbiditas Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu dan berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. C.1 Sepuluh Besar Penyakit Pola sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Kota Denpasar tahun 2016 No 1
ICD J00
2 3 4
I10 J02 R50.9
5 6 7
E11 K30 R51
Diagnosa Acute nasopharyngitis Essential (primary) hypertension (HT Primer / HT Saja) Acute pharyngitis (Faringitis) Fever, unspecified Non esensial dependent diabetes mellitus/DM Type II (usia >40th) Dyspepsia Headache (Cepalgia + Sakit Kepala)
L 19422
P 20345
Total 39767
11574 10769 6132
13582 9934 5694
25156 20703 11826
3485 2559 2495
3689 4494 4035
7174 7053 6530
_______________________________________________________________________5 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
8 9
L23 M13
10
A09
Allergic contact dermatitis Others Arthritis (Atritis Lainnya) Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin
2556 2307
3669 2910
6225 5217
2541
2303
4844
C.1. Penyakit Menular Langsung C.1.1 TB Paru Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis dengan sumber penularan pasien TB BTA Positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan (kemenkes, 2016). Tuberkulosis diperkirakan menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan kematian 1,2 juta orang di dunia. Pada tahun 2016 ditemukan 6.793 suspek TB dengan 512 pasien BTA positif. Beberapa indikator TB antara lain: 1) Angka
notifikasi
kasus
atau
case
notification
rate
(CNR),
merupakan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat per 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini dapat menggambarkan penemuan kasus di suatu wilayah tertentu yang bila dikumpulkan serial
dapat menunjukkan kecenderungan meningkat
atau menurunnya penemuan kasus di suatu wilayah tertentu. Grafik…. CNR kasus TB per 100.000 penduduk di Kota Denpasar Tahun 2012-2016
_______________________________________________________________________6 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
200 98
128
121.47
54.9
56.47
130.4 117.53
150 100 70 50
57.6
50.76
0
TB semua kasus 2012
2013
2014
2015
2016
BTA (+)
Gambar diatas memperlihatkan masih terjadi fluktuasi CNR di Kota Denpasar dalam 5 tahun terakhir. CNR dianggap baik bila terjadi peningkatan minimal 5% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari tahun 2015 ke 2016 sudah terjadi peningkatan lebih dari 5%. CNR TB Paru pada tahun 2016 sebesar 130,4 per 100.000 penduduk, dengan jumlah kematian akibat TB Paru sebesar 4 per 100.000 penduduk. Peningkatan
angka penemuan ini
disebabkan karena semakin ditingkatkannya jangkauan pelayanan yang mengacu pada manajemen DOTS baik dari puskesmas, RS Pemerintah, RS Swasta maupun praktisi swasta sehingga semakin banyak kasus yang bisa terdeteksi di masyarakat. 2) Angka keberhasilan pengobatan (Saccess rate) Pengobatan
merupakan
upaya
untuk
mengendalikan
tuberculosis. Indikator yang dipakai sebagai evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru adalah succses rate, dimana indikator ini dapat dievaluasi setahun kemudian setelah penderita ditemukan dan diobati. Sukses rate akan meningkat bila pasien TB Paru dapat menyelesaikan _______________________________________________________________________6 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak. Pada tahun
2016 angka sukses rate pengobatan penderita TB di Kota
Denpasar sebesar 87,14%. Gambaran
sukses rate pengobatan penyakit
TB Paru
di
Kota
Denpasar seperti terlihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3.7 Succes Rate TB di Kota Denpasar tahun 2012 s/d 2016 89 88.17
88 87.27
87 86
87.14
85.6
85
84.9
84 83 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar Data pada grafik 3.7 di atas menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir sucses rate kasus TB Paru di Kota Denpasar terlihat berfluktuasi, sempat mengalami penurunan cukup bermakna di tahun 2015 dengan capaian 84,9% dan meningkat kembali pada tahun
2016
menjadi
87,14%.
Renstra
dinas
kesehatan
kota
denpasar menetapkan target sucses rate kasus TB Paru untuk tahun 2016 sebesar 85% dan target ini sudah terpenuhi. Upaya yang perlu dilakukan untuk menurunkan Case Rate dan meningkatkan
Success
Rate
adalah
dengan
cara
meningkatkan
sosialisasi penanggulangan TB Paru dengan manajemen DOTS melalui _______________________________________________________________________6 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
jejaring internal maupun eksternal rumah sakit serta sektor terkait lainnya. Disamping meningkatkan jangkauan pelayanan, upaya yang tidak
kalah
penting
dan
perlu
dilakukan
dalam
rangka
penanggulangan penyakit TB Paru adalah meningkatkan kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kasus TB Paru sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan kemiskinan, karena penularan TB Paru adalah melalui
kontak langsung langsung
dengan penderita. Status gizi juga mempengaruhi kasus TB Paru terutama angka kesembuhannya, dengan status gizi yang baik penderita TB Paru akan lebih cepat pulih. C.1.2 Pneumonia Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia secara nasional sebesar 3.55% namun angka perkiraan kasus di masing-masing provinsi menggunakan angka yang berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan. Untuk Provinsi Bali ditetapkan angka perkiraan kasus pneumonia balita adalah sebesar 2,05% dari total balita yang ada. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena merupakan salah satu penyebab kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa disebabkan oleh _______________________________________________________________________6 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak umur < 2 tahun. Penemuan dan tatalaksana kasus adalah salah satu kegiatan program penanggulangan. Pada tahun 2016 di Kota Denpasar diperkirakan ada 1.346 penderita pneumonia balita, ditemukan dan ditangani sebanyak 1.352 penderita (100,43%). Perlu diterus ditingkatkan upaya penemuan penderita penemonia terutama pada Balita sehingga segera dapat ditangani. Pneumonia pada balita lebih banyak disebabkan karena faktor seperti kurang gizi, status imunisasi yang tidak lengkap, terlalu sering membedung anak, kurang diberikan ASI, riwayat penyakit kronis pada orang tua bayi/balita, sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang memenuhi syarat kesehatan, orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang telah
dilakukan
untuk
menanggulangi
kasus
pneumonia
pada
bayi/balita adalah menghilangkan faktor penyebab itu sendiri melalui peningkatan status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta peningkatan status imunisasi bayi/balita. C.1.3 Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan
tubuh
penderitanya
sehingga
penderita
mengalami
_______________________________________________________________________6 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
penurunan ketahanan tubuh dan menjadi
sangat mudah terinfeksi
berbagai macam penyakit yang lain. Sebelum
memasuki
fase
AIDS,
penderita
terlebih
dahulu
dinyatakan sebagai HIV positif. HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, sero survey dan survey terpadu biologis dan perilaku (STBP). Sampai akhir Desember 2015 Kota Denpasar sudah memiliki 18 layanan VCT, 9 layanan IMS, 2 CST, 5 satelit ARV 2 PMTCT dan 1 MMT. Penyebaran HIV-AIDS tidak mengenal batas daerah maupun wilayah. Perkembangan kasus AIDS dan infeksi HIV yang dilaporkan di Kota Denpasar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti terlihat pada grafik dibawah ini: Grafik 4.9 Jumlah kasus HIV Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
_______________________________________________________________________6 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
700 638
600
626
500 400 300
294
332
290
200 100 0 2012
2013
2014
2015
2016
Sedangkan kasus AIDS pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak 611 orang mengalami sedikit peningkatan bila dibandingkan tahun 2015.
Grafik 4.10 Jumlah kasus AIDS Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
_______________________________________________________________________6 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
700 600
611
601
500 400
326
379
300 200
310
100 0 2012
2013
2014
2015
2016
Data di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah kasus baru HIV-AIDS meningkat secara signifikan terutama mulai tahun 2015 hal ini disebabkan karena data diatas adalah data seluruh penderita yang mengakses layanan di Kota Denpasar tanpa melihat asal penderita. Pada Tahun 2016 terjadi 7 kematian penderita AIDS, 5 laki-laki dan 2 perempuan. Kalau dilihat berdasarkan kelompok umurnya 1 penderita meninggal umur 5-14 tahun, 4 penderita usia 25-49 tahun dan 2 penderita usia >50 tahun. Bila dilihat berdasarkan proporsi jenis kelamin maka gambaran penderita AIDS tahun 2016 adalah:
Grafik 4.11 Proporsi AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kota Denpasar Tahun 2016 _______________________________________________________________________6 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
34.37 65.63
laki-laki perempuan
Dilihat berdasarkan golongan umur penderita maka gambaran penderita AIDS di Kota Denpasar adalah: Grafik 4.12 Proporsi AIDS Berdasarkan Golongan Umur Di Kota DenpasarTahun 2016
74
22 8 4
67
< 4 tahun 5-14 th 15-19 th 20-24 th 25-49 th
436
>50 th
Gambaran kasus menurut kelompok umur menggambarkan bahwa kasus baru AIDS tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun, dan 25-49
tahun
yang
mana
kelompok
ini
merupakan
kelompok
produktif yang juga aktif secara sexual.
_______________________________________________________________________6 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Penularan kasus HIV-AIDS dominan melalui hubungan seks, jarum suntik yang tercemar HIV, ibu hamil yang HIV positif. Berbagai
upaya
telah
dilakukan
untuk
menanggulangi
penyebaran kasus HIV-AIDS di Kota Denpasar. Salah satunya adalah melakukan skrining terhadap pendonor darah. Pada tahun 2016 Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Cabang Kota Denpasar yang berkedudukan di RSUD Wangaya telah melakukan skrining terhadap 4.151 pendonor darah (3.191 laki-laki dan 960 perempuan). Dari jumlah tersebut sebanyak 11 sampel darah (0,26%) positif terinfeksi HIV-AIDS. Disamping itu juga Dinas Kesehatan Kota Denpasar bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar secara
aktif
melaksanakan
penyuluhan/KIE
ke
tempat-tempat
kerja/perusahaan terutama yang termasuk dalam kategori resiko tinggi seperti panti-panti pijat. Tujuan penyuluhan atau KIE tersebut adalah agar kelompok berisiko tersebut mau datang ke Klinik VCT untuk memeriksakan diri secara berkala. C.1.4 Diare Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih dari tiga kali namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah disebut disentri. CFR diare secara nasional adalah 2,48% sedangkan di Kota Denpasar CFR nya 0. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Kota Denpasar, karena IR nya cukup tinggi. Penyakit gastroenteritis lain seperti diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam _______________________________________________________________________6 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
sepuluh besar penyakit baik di Puskesmas maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi, namun angka kematiannya relative rendah. Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan alamiahnya sebagian besar penderita sembuh sempurna. Pada tahun 2016 di Kota Denpasar ditemukan dan ditangani 17.645 penderita diare atau sebesar 125,6% dari jumlah perkiraan kasus yang ada. Gejala diare yang terkesan ringan dan dapat diobati sendiri
oleh
penderitanya
menyebabkan
penderita
enggan
mendatangi sarana pelayanan kesehatan. Penanggulangan
diare
dititikberatkan
pada
penanganan
penderita untuk mencegah kematian dan promosi kesehatan tentang hiegyne sanitasi dan makanan untuk mencegah penyebarluasan kasus (KLB). Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas
maupun
dinas
kesehatan
adalah
meningkatkan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi air minum dan peningkatan sanitasi lingkungan. C.1.5 Kusta Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka dapat menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit,
saraf,
mata
dan
anggota
gerak.
Strategi
global
WHO
menetapkan indikator eliminasi kusta adalah angka penemuan _______________________________________________________________________7 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
penderita/ new case detection rate (NCDR). Dengan NCDR 0,1 per 10.000 penduduk berarti Denpasar sudah dapat dikatagorikan sebagai daerah rendah kusta dengan mengacu pada indicator pusat bahwa daerah dengan NCDR 0,50 per 10.000 penduduk sudah dapat dikatakan sebagai daerah rendah kusta. Gambaran Penyakit kusta dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 4.12 Prevalensi Penyakit Kusta Per 10.000 pddk Tahun 2012-2016 di Kota Denpasar 0.25
0.2
Kasus
0.2 0.15
0.1
0.1
0.1 0.07
0.05
0.03 20 16
20 15
20 14
20 13
20 12
0
Keberhasilan penanganan kasus kusta di Kota Denpasar tidak terlepas dari upaya intensif dari dinas kesehatan, puskesmas dan jajarannya serta adanya kemauan penderita untuk sembuh dari penyakit kusta. Prevalensi kusta dalam lima tahun terakhir di Kota Denpasar sudah bisa ditekan menjadi < 1 per 100.000 penduduk. Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata). Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja _______________________________________________________________________7 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
petugas, bila angka proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan penderita akibat rendahnya kinerja petugas
dan
rendahnya
pengetahuan
masyarakat
tentang
tanda/gejala penyakit kusta. Tahun 2016 Di Kota Denpasar tidak ditemukan orang dengan cacat tingkat II. Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program adalah
adanya
mengindikasikan
penderita bahwa
anak masih
diantara terjadi
kasus penularan
baru,
yang
kasus
di
masyarakat. Proporsi kasus anak di Kota Denpasar sebesar 0%. Dalam lima tahun terakhir prevalensi kusta sudah
mengalami
penurunan yang cukup signifikan, dan berada pada posisi eliminasi kusta. C.2 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus penyakit. Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain: C.2.1 Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini dapat menginfeksi bayi baru lahir apabila pemotongan tali pusat tidak dilakukan dengan steril. Kasus TN banyak ditemukan pada daerah dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Pada tahun 2016 di kota Denpasar tidak ditemukan kejadian tetanus neonatorum, hal ini kemungkinan besar di pengaruhi oleh _______________________________________________________________________7 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang cukup baik (100%) sehingga kejadian TN pada bayi yang seringkali menjadi penyebab kematian bayi dapat ditekan.
C.2.2 Campak Penyakit campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus, dan sebagian besar menyerang anak – anak. Penularan campak dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita campak atau melalui udara yang terkontaminasi. Pada umumnya sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia <
5 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan
defesiensi vit A serta HIV bisa menjadi berat dan fatal. Komplikasi campak antara lain Diare, Bronchopneumonia, Malnutrisi, otitis media, kebutaan, encephalitis. Kegiatan surveilans campak di Kota Denpasar adalah Surveilans berbasis individu ( Case Based Measles Surveillance / CBMS) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 di unit pelayanan kesehatan baik pemerintah pemeriksaan
maupun
swasta.
Kegiatan
CBMS
adalah
melakukan
serologis terhadap kasus klinis dengan pemeriksaan
antibody untuk penegakan diagnose campak. Penegakan pemeriksaan
diagnose
antibody
pada
kasus setiap
campak kasus
dilakukan klinis
dengan
campak
yang
ditemukan disarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. _______________________________________________________________________7 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Dalam lima tahun terakhir insidens kasus campak (per 100.000 penduduk ) dengan konfirmasi laboratorium positif campak seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 3.13 Insiden Campak Per 100.000 Penduduk Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016 0.1 0.09 0.08 0.05 0.03 0.01 20 16
20 15
20 14
20 13
0 20 12
0
Pada tahun 2016 di Kota Denpasar secara absolute terdapat 4 kasus campak yang sudah terkonfirmasi laboratorium. Dalam penentuan KLB definisi KLB yang digunakan adalah bila di suatu wilayah ditemukan
5 atau lebih kasus klinis campak dalam
waktu 4 minggu berturut-turut, dan
terbukti memiliki hubungan
epidemiologis maka dinyatakan sebagai KLB Kasus Klinis Campak. Untuk penegakan diagnose KLB dilakukan pemeriksaan laboratorium serum (untuk pemeriksaan antibody) dan pemeriksaan urin (untuk penentuan genotype virus). Pada tahun 2016 dilaporkan 1 kali KLB klinis campak di Kota Denpasar dengan jumlah pederita 6 orang (3 laki dan 3 perempuan), tanpa kematian akibat campak (CFR=0), dan dari pemeriksaan antibody didapatkan hasil positif rubella.
_______________________________________________________________________7 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
C.2.3 Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)/ Lumpuh Layuh Akut Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyebab penyakit tersebut adalah virus polio yang menyerang system syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Kelompok umur 0-3 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering diserang penyakit ini, dengan gejala demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Saat Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama negara-negara South East Asia Region (SEARO) pada tanggal 27 Maret 2014. Untuk mempertahan sertifikasi bebas polio maka harus melakukan Strategi Eradikasi Polio (Polio Endgame Strategic) dimana salah satu kegiatannya adalah Meningkatkan Kinerja Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP). Berdasarkan Keputasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 483/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Surveilans AFP difinisi Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun, yang merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit polio. Kasus lumpuh layuh yang diamati adalah kasus lumpuh layuh yang terjadi secara mendadak dan tidak disebabkan oleh ruda paksa. Salah satu tujuan surveilans AFP adalah untuk membuktikan indonesia bebas polio, dengan cara menemukan semua kasus afp dan dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan specimen
_______________________________________________________________________7 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
tinja untuk membuktikan bahwa kasus AFP tersebut tidak disebabkan oleh virus polio. Indikator surveilans AFP yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun dan specimen adekuat ≥ 80%. Hasil surveilens aktif pada tahun 2012 s/d 2016 di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 4.15 Kasus AFP Pada Umur < 15 Tahun Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016 7 6 5 4 3 2 1 0 AFP/100.000 Pddk < 15 Thn
Data pada grafik
2011
2012
2013
2014
2015
2016
6.24
2.49
3.19
1.03
1.19
5.3
di atas menunjukkan selama empat tahun
terakhir AFP rate tetap dapat dipertahankan diatas 2 per
100.000
anak < 15 tahun. Namun mengalami penurunan yang cukup bermakna di tahun
2014. Pada tahun 2016 AFP rate
per 100.000 penduduk
meningkat menjadi 5.4/100.000 penduduk < 15 tahun. Kedepannya perlu terus ditingkatkan kinerja surveilans untuk penyakit AFP dengan
_______________________________________________________________________7 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
meningkatkan kerjasama dengan RS baik RS pemerintah maupun swasta yang ada di Kota Denpasar. Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans,
akan
dilakukan
pemeriksaan
spesimen
tinja
untuk
mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Untuk itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan yaitu diambil ≤14 hari setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0°C - 8°C sampai di laboratorium.
C.3 Penyakit ditularkan vector dan zoonosis C.3.1 Malaria Angka kesakitan malaria untuk Jawa dan Bali diukur dengan Annual Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2016 terdapat satu kasus penyakit malaria positif dari hasil pemeriksan secara klinis terhadap 1 sampel darah di Kota Denpasar. Penyakit malaria bukan merupakan penyakit endemis tetapi merupakan kasus-kasus import dari penduduk yang berasal dari daerah endemis malaria atau orang Bali khususnya yang berasal dari Kota Denpasar yang pernah tinggal di daerah endemis malaria seperti NTT, Maluku dan Papua. C.3.2 Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia merupakan negara tropis yang
secara umum mempunyai
risiko terjangkit penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu _______________________________________________________________________7 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum, kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Kota Denpasar merupakan dearah endemis DBD baik tingkat desanya maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut – turut selalu dilaporkan adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis kriteria kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya Jumlah kasus DBD pada tahun 2016 adalah 2.851 kasus, terdiri dari 1.644 penderita laki-laki dan 1.207 perempuan. Incidence rate DBD pada tahun 2016 adalah sebesar 317,7 per 100.000 penduduk, bila dibandingkan dengan IR DBD tahun 2015 adalah sebesar 178,7 per 100.000 penduduk maka terjadi penurunan IR DBD yang cukup bermakna. Kematian akibat DBD pada tahun 2016 sebanyak 18 orang (CFR=0,6%). Grafik 3.14 IR DBD Per 100.000 penduduk di Kota Denpasar _______________________________________________________________________7 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Tahun 2012 s/d 2016 350 317.7
300 250
249.9 211.7
200
178.7
150
IR DBD
142.8
100 50 0 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber seksi P2B2 Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah 1) Peningkatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular
penyakit
DBD.
Upaya
pemberantasan
vektor
yang
dilaksanakan di Kota Denpasar adalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan mengubur) plus menabur larvasida. Tingginya
kasus
DBD
di
Kota
Denpasar
disebabkan
oleh
lingkungan dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kota Denpasar untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui Fogging massal maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program _______________________________________________________________________7 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
3
M
plus,
penyuluhan
Perilaku
Hidup
Bersih
dan
Sehat
serta
peningkatan sanitasi lingkungan. Disamping melalui upaya tersebut di atas, Pemerintah Kota Denpasar
melalui
Dinas Kesehatan
Kota Denpasar
secara rutin
melaksanakan Lomba Kebersihan Lingkungan dan Pemberantasan Sarang Nyamuk serentak di seluruh wilayah Kota Denpasar yang meliputi 4 Kecamatan, 43 Desa/Kelurahan yang didalamnya termasuk 399 Banjar Dinas/Lingkungan. Lomba ini merupakan upaya yang sifatnya promotif/preventif dan sekaligus sebagai motivator bagi masyarakat agar berperan aktif dalam memberantas penyakit Demam Berdarah Dengue melalui peningkatan kebersihan lingkungan masingmasing rumah tangga. Kebijakan lain yang telah ditempuh pemerintah Kota Denpasar dalam upaya menurunkan IR DBD adalah dengan mengangkat 430 petugas Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) yang ditempatkan di masing – masing banjar serta 43 orang koordinator Jumantik yang ditempatkan di masing – masing Desa/ Kelurahan, dimana setiap hari mereka melaksanakan pemantauan jentik ke rumah – rumah penduduk. Berbagai upaya yang telah dilakukan diharapkan dapat menurunkan kasus DBD sampai dibawah targetyang ditetapkan secara Nasional yaitu sebesar 55/100.000 penduduk dan kejadian luar biasa yang lebih besar dapat dicegah. C.3 Kejadian Luar Biasa (KLB) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular _______________________________________________________________________8 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Tertentu
yang
dapat
Menimbulkan
Wabah
dan
Upaya
Penanggulangannya, difinisi KLB adalah “timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan
dan/atau
kematian
yang
bermakna
secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah”. Setiap kejadian KLB harus dilaporkan dalam 1x24 jam dan segera mendapat penanganan penanggulangan dan dilakukan secara terpadu oleh pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat. Pada tahun 2016 di Kota Denpasar telah terjadi 9 kali KLB dengan rincian sebagai berikut : N
Jenis KLB
o
Daerah terserang Kecamatan
Desa
1
DSS
3
3
2
Campak
1
1
3
Keracuanan Makanan
1
2
4
AFP
4
4
Semua KLB tersebut sudah dilaporkan dan ditangani dalam kurun waktu < 24 jam.
_______________________________________________________________________8 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
BAB V
PELAYANAN KESEHATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak A.1 Pelayanan Kesehatan ibu bersalin Pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi: 1. timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, 2. pengukuran tekanan darah, 3. pengukuran lingkar lengan atas, 4. pengukuran tinggi puncak rahim (tinggi fundus uteri), 5. penentuan status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) sesuai status imunisasi, 6. pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, 7. penentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), 8. pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), serta KB Pasca persalinan 9. pelayanan test laboratorium sederhana, minimal test hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urine dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya) _______________________________________________________________________8 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
10. tatalaksana kasus Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga
kesehatan
serta
memenuhi
standar
yang
ditetapkan.
Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar
waktu
pelayanan
antenatal
tersebut
dianjurkan
untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Penilaian terhadap pelaksanaan kesehatan ibu hamil dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 menggambarkan besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Cakupan K4 menggambarkan besaran ibu hamil mendapatkan pelayanan
yang
antenatal sesuai standar paling sedikit
empat kali kunjungan yaitu sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator K1 dan K4 dapat memperliharkan gambaran akses terhadap pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
_______________________________________________________________________8 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Gambar 4.3 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama lima tahun terakhir : Gambar 4.3 Cakupan K1 dan K4 Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2016
102 101 100
101 99.87
100
100
98.18
98.4
99 98
100.17
100
98.13
98.2
100.4 98.8 98
% Cakupan K1 % Cakupan K4
97 96
96.32
95 94 93 Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Grafik
diatas
menunjukkan
terjadi
peningkatan
pada
dua
indikator, hal ini mengindikasikan adanya perbaikan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka droup out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama _______________________________________________________________________8 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Pada tahun 2015 kesenjangan antara K1 dan K4 sebesar 2,4% hal ini berarti terdapat 2,4% ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan K1 pada trimester I, namun tidak melakukan pemeriksaan sampai K4. Bila kita bandingkan dengan target standar renstra Dinas Kesehatan kota Denpasar maka cakupan K1 dan K4 di Kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan 100% ibu hamil di Kota Denpasar sudah memeriksakan kehamilannya, namun kelemahan Riskesdas 2007 ini tidak ditanyakan lebih lanjut frekuensi pemeriksaan dan pada trimester berapa pemeriksaan dilaksanakan. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan K4 adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan ibu, dan tingkat sosial ekonomi (Dep Kes, 2009). Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil merupakan upaya untuk menekan anemia pada ibu hamil. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi tablet besi folat (200 mg feSO4 dan 0,25 mg asam folat) dengan memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut. Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah (Hemoglobin), mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada _______________________________________________________________________8 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
tulang, tulang rawan dan jaringan penyambung serta enzim. Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama kehamilan asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat. Zat besi berperan dalam menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta yang akan digunakan oleh janin untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, termasuk untuk perkembangan otak dan disimpan dihati sebagai cadangan hingga bayi berusia 6 bulan alasan inilah yang mendasari dibutuhkan asupan zat gizi yang lebih banyak bagi ibu hamil. Cakupan pemberian tablet besi dalam kurun waktu lima tahun terakhir terutama pada ibu hamil seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 4.4 Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah Fe1 & Fe3 Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016 102 101 100
100.9 100
100
99.99
98.09
98.13
98.23
100.4
99 98
98.6 97.99
97 96 2012
2013
2014
2015
2016
Fe1 Fe3
Sumber: Seksi Gizi Bidang Kesgaman Dikes Kota Denpasar
_______________________________________________________________________8 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ditetapkan target Fe1 dan Fe 3 sebesar 99%. Data pada grafik 4.9 di atas menunjukkan bahwa cakupan Fe 3 pada tahun 2016 belum mencapai target yang telah ditetapkan pada renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar. A.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin Periode
persalinan
merupakan
salah
satu
periode
yang
berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dalam 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu. Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan risiko kematian ibu saat persalinan karena ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat
menangani
komplikasi
yang
mungkin
terjadi
pada
saat
persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi. Untuk menurunkan kejadian kematian ibu dan kematian bayi salah satu upaya yang dapat dilaksanakan adalah dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan serta diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan. Keberhasilan
upaya
kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN).
_______________________________________________________________________8 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Gambar 4.5 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
101 100.8 100.6 100.4 100.2 100 99.8 99.6 99.4 99.2
101
100
100
100
2012
2013
2014
99.9
2015
2016
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Nakes
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2016 telah mencapai 100%, Bila dibandingkan dengan target renstra persalinan oleh nakes tahun 2016 sebesar 100% maka pencapaian cakupan _______________________________________________________________________8 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
persalinan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target yang ditetapkan. A.3 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan, yang dilakukan sekurang – kurangnya tiga kali yaitu pada 6 jam sampai tiga hari setelah melahirkan, pada hari ke empat sampai 28 pasca persalinan dan pada hari 29 sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas kesehatan (termasuk bidan di desa/ polindes/ poskesdes) dan kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; 6) pelayanan KB pasca persalinan
_______________________________________________________________________8 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Gambar 4.6 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Denpasar Tahun 2012 sampai dengan 2016
99.6 99.4
99.4
99.2
99.1
99 98.8 98.6
98.8
98.8
98.6
98.4 98.2 2012
2013
2014
2015
2016
Cakupan pelayanan ibu nifas
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan Kf-3). Indikator ini _______________________________________________________________________9 0 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
menilai kemampuan Negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar. Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2016 adalah 99,4%. Sementara target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar kesehatan tahun 2016 adalah 98%.
Jadi
capaian
pelayanan
ibu
nifas
Kota
Denpasar
sudah
melampaui target yang ditetapkan. Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah pemberian vitamin A. Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A selama tahun 2016 sebesar 99,45%. Gambar 4.7 Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
_______________________________________________________________________9 1 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
KOTA DENPASAR
99.45
Pusk II Den Bar
99.7
Pusk I Den Bar
97.3
Pusk IV Den Sel
106.8
Pusk III Den Sel
101.3
Pusk II Den Sel
103.8
Pusk I Den Sel
101.6
Pusk I Den Tim
98.38
Pusk II Den Tim
98.7
Pusk III Den Ut
101.34
Pusk II Den Ut
95.07
Pusk I Den Ut
98.01
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
A.4 Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam
kandungan baik langsung
maupun tidak langsung termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Komplikasi kebidanan merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi, sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dilakukan pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan
yang merupakan pelayanan kepada ibu hamil
bersalin dan nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan
_______________________________________________________________________9 2 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Gambar 4.8 Cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016 Kota Denpasar
80.14
Pusk II Den Bar
80
Pusk I Den Bar
86.1
Pusk IV Den Sel
83
Pusk III Den Sel
82.3
Pusk II Den Sel
81.7
Pusk I Den Sel
74.4
Pusk II Den Tim
83.9
Pusk I Den Tim
85.2
Pusk III Den Ut
80.7
Pusk II Den Ut
63.4
Pusk I Den Ut
80.6 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Tiga Puskesmas dengan pencapaian terendah adalah Puskesmas Puskesmas II Denpasar Utara dan Puskesmas I Denpasar Selatan. Kedepannnya perlu ditingkatkan upaya penemuan dini ibu hamil risti/komplikasi
oleh
Puskesmas
melalui
system
surveilans
aktif
_______________________________________________________________________9 3 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
sehingga Puskesmas tidak hanya bersikap pasif menunggu pasien datang berkunjung. Jumlah sasaran bumil risti/ komplikasi diperoleh dari proyeksi supas yaitu sebesar 20% dari seluruh sasaran ibu hamil. Jumlah seluruh ibu hamil di Kota Denpasar berdasarkan data proyeksi supas sebesar 16.855 orang, sehingga jumlah bumil risti/komplikasinya diprediksi sebesar 3.371 orang. Selama periode tahun 2016 ditemukan ibu hamil dengan komplikasi sebesar
2.436 orang dan seluruhnya
sudah ditangani. Namun bila hasil penanganan ibu hamil dengan komplikasi ini dibandingkan dengan target berdasarkan hasil supas maka pencapaian Kota di Denpasar
sebesar 80,14%. Renstra Dinas
Kesehatan Kota Denpasar menargetkan penanganan ibu hamil dengan komplikasi sebesar 80%, sehingga bila dibandingkan pencapaian tahun 2016 maka capaian indikator ini sudah memenuhi target yang ditetapkan. Komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila: 1) Ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan 2) Tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan , dan pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin 3) Tenaga
kesehatan
mampu
melakukan
identifikasi
dini
komplikasi
_______________________________________________________________________9 4 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
4) Apabila
komplikasi
terjadi
tenaga
kesehatan
dapat
memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujuksn 5) Proses rujukan efektif 6) Pelayan di RS yang cepat dan tepat guna. (Kemenkes RI, 2015) Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) merupakan salah satu terobosan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini menitik beratkan pada kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar di tingkat puskesmas (PONED). Dalam implementasinya P4K merupakan salah satu unsure dari desa siaga. Renstra dinas kesehatan kota Denpasar
menargetkan
pada
tahun
2016
seluruh
puskesmas
melaksanakan program P4K dan target ini sudah terpenuhi. A.5 Pelayanan Kontrasepsi Program keluarga berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15-49 tahun. Untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran wanita usia subur atau pasangannya diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi. _______________________________________________________________________9 5 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
KB juga merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan 4T yaitu terlalu muda untuk melahirkan (kurang dari 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak kelahirannya dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun). Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB aktif (pasangan usia subur
yang sedang
menggunakan salah satu alat/metode kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan) dan cakupan peserta KB yang baru (pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/metode kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat/metode kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran.
Gambar 4.9 Persentase KB Aktif dan KB Baru Menurut Puskesmas _______________________________________________________________________9 6 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Tahun 2016 90
81.4
80
81.9
80.2
82
82.8
85
85
75.1
71.2
71.1
74.9
77.7
70 60 50 40
29.9
30 20
23.3 13.4
11.9
10
10.7
23.9 11.9
11.1
10.7 3.1
2.7
5
0
KB Aktif KB Baru
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Jumlah PUS di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 81.124, dari jumlah ini 11,9% merupakan peserta KB baru dan 77.7% merupakan peserta KB Aktif. Rata-rata cakupan peserta KB aktif pada tahun 2016 adalah 77,7 %, mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (80,9 %). Target Renstra Kota Denpasar untuk persentase
peserta KB aktif pada tahun 2016 adalah 70%
sehingga capaian Kota Denpasar sudah memenuhi target. Pada Tahun 2016, peserta KB aktif yang menggunakan metode kontrasespi jangka panjang (MKJP) sebesar 51,8% dan peserta KB aktif yang menggunakan non MKJP 48,2%. Ada kecenderungan _______________________________________________________________________9 7 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
persamaan pilihan penggunaan metode kontrasepsi antara peserta KB aktif dengan peserta KB baru. PUS peserta KB Aktif lebih banyak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOP, MOW, dan Implan, demikian pula halnya dengan peserta KB baru. Gambar 4.10 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Alat/Metode Kontrasepsi Tahun 2016
12.3
4.7 IUD
42.8
MOP MOW Implan
IUD 34,5
suntik pil
1.8
7.1
kondom
0.1
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Sebagian besar peserta KB Aktif adalah wanita (95,2%), hanya 4,8% peserta KB aktif berjenis kelamin laki-laki. Terdapat kesenjangan yang
tinggi
antara
laki-laki
dan
perempuan
dalam
partisipasi
penggunaan alat KB. Untuk itu perlu adanya suatu upaya untuk
_______________________________________________________________________9 8 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
meningkatkan partisipasi laki-laki terhadap penggunaan metode/alat KB. B. KESEHATAN ANAK B.1. Berat Badan Lahir Bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR umumnya terjadi pada bayi bayi premature namun dapat pula terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan. Bayi dengan BBLR mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 1,6 % meningkat 0,4% bila dibandingkan tahun 2014 (1,2 %) namun lebih rendah dari target renstra dikes kota Denpasar (<5% untuk tahun 2016). B.2 . Pelayanan Kesehatan Neonatal Bayi baru lahir (0-28 hari) atau neonatus merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan yang paling tinggi. Hasil Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa 78,5% kematian neonatus terjadi
pada
minggu
pertama
kehidupan
(0-6
hari).
Mengingat
besarnya risiko kematian pada minggu pertama ini, setiap bayi baru lahir
harus
mendapatkan
pemeriksaan
sesuai
standar
untuk
mendetaksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan
intervensi sedini
mungkin
untuk mencegah
kematian.
_______________________________________________________________________9 9 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI Ekslusif, injeksi Vit.K1, Imunisasi (Jika belum diberikan saat lahir, penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA (Depkes, 2010). Gambar 4.11 Cakupan Kunjungan Neonatus Dibandingkan Target Renstra Di Kota Denpasar Tahun 2016 100 100
98
98 95
96
Target Renstra
95
94 92
KN1
KN3 (Lengkap)
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Sejak
tahun
2008
terjadi
perubahan
kebijakan
waktu
pelaksanaan kunjungan dari semula minimal 2 kali kunjungan menjadi 3 kali kunjungan, yang mulai disosialisasikan pada tahun 2008. Kecenderungan cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 4.6. Tahun
_______________________________________________________________________1 00 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
2016 angka rata-rata cakupan kunjungan neonatal lengkap mencapai 93.6%
Gambar 4.12 Tren Cakupan KN Lengkap Di Kota Denpasar Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2016 106 104 102 100 98 96 94 92 90 88
103.5
98.5
97.1
94.2
93.6 % Cakupan KN Lengkap
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
B.3. Penanganan Komplikasi Neonatal Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit atau kelaianan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian seperti
asfiksia,
ikterus,
hipotermia,
tetanus
neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguang pernafasan _______________________________________________________________________1 01 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan manajemen terpadu balita muda (MTBM). Cakupan penanganan komplikasi neonatal tahun 2016 sebesar 76.7%
sedikit
mengalami
penurunan
dibandingkan
tahun
2015
(81,2%). Capaian tahun 2016 belum mencapai target yang ditetapkan restra dinas kesehatan dikes kota Denpasar sebesar 80%. B.4. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan. Pelayanan
kesehatan
yang
diberikan
meliputi
pemberian
imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperolah pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini
mungkin
adanya
kelainan
atau
penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar pada tahun 2016 sebesar 89.3% mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2015 (85,5%), sedangkan target pelayanan kesehatan bayi pada renstra Kota Denpasar untuk tahun 2016 adalah 92%. Dengan _______________________________________________________________________1 02 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
demikian target cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar belum
terpenuhi, kedepannya perlu kerja keras semua pihak dalam
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar.
Gambar 4.13 Cakupan Pelayan Kesehatan bayi Di Kota Denpasar Menurut Puskesmas Tahun 2016 KOTA DENPASAR Pusk II Den bar Pusk I Den Bar Pusk IV Den Sel Pusk III Den Sel Pusk II Den Sel Pusk I Den Sel Pusk II Den Tim Pusk I Den Tim Pusk III Den Ut Pusk II Den Ut Pusk I Den Ut
89.3 91.4 90.5 82.7 93.1 82.2 83.4 87.2 90.1 83.1
99.9 91.4
0
20
40
60
80
100
120
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Puskesmas
dengan
cakupan
kunjungan
bayi
tertinggi
adalah
Puskesmas II Denpasar Utara sedangkan terendah di Puskesmas II Denpasar Selatan. Terpenuhinya target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu tiap bulannya, peran
_______________________________________________________________________1 03 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
kader dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu serta keaktifan tenaga puskesmas dalam membina posyandu.
B.5. Pemberian ASI Eksklusif Pengaturan pemberian ASI ekslusif bertujuan untuk: - Menjamin
pemenuhan
hak
bayi
untuk
mendapatkan
ASI
Ekslusif sejak dilahirkan sampai berumur enam bulan, dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. - Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya - Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah terhadap ASI Ekslusif (Kemenkes, 2015) Kebijakan global (WHO dan Unicef) dan kebijakan nasional merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan, kemudian diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak berumur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI selama 2 tahun. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja pada bayi mulai dari lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan apapun karena sampai umur tersebut kebutuhan zat gizi bayi bisa _______________________________________________________________________1 04 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
dipenuhi dari ASI atau air susu ibu saja. Indonesia memiliki komitmen untuk
melaksanakan
menyatakan
“Deklarasi
bahwa
setiap
Innocenti”
Negara
tahun
diharuskan
1990
yang
memberikan
perlindungan dan dorongan kepada ibu, agar berhasil memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya (Pedoman pengelolaan air susu ibu di tempat kerja, 2011). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibody karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah yang tinggi sehingga pemberian ASI Ekslusif dapat mengurangi resiko kematian pada bayi. Cakupan ASI Eksklusif di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini : Grafik 4.18 Cakupan ASI Ekslusif Tahun 2012 s.d 2016
80 70 60
65.2
68.6
71.12
73.3
75.5
50 40 30 20 10
Cakupan ASI Ekslusif 43%
0 2011
2012
2013
2014
2015
2016
_______________________________________________________________________1 05 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Data di atas terlihat penurunan drastis capaian pemberian ASI Ekslusif
di
Kota
Denpasar.
Hal
ini
disebabkan
karena
adanya
perbedaan cara perhitungan dengan tahun sebelumnya. Mulai
tahun
2016 bayi dikatakan mendapatkan ASI Ekslusif apabila memang benar – benar hanya mengkonsumsi ASI saja selama 6 bulan dan dibuktikan dengan catatan pada kohort bayi bahwa hanya mengkonsumsi ASI ekslusif saja. Untuk tahun 2016 ditetapkan target ASI Ekslusif sebesar 42% sehingga kota Denpasar sudah mencapai target yang ditetapkan. Gambaran cakupan ASI Eksklusif berdasarkan
Puskesmas di Kota
Denpasar tahun 2015 seperti pada grafik di bawah ini : Gambar 4.19 Persentase cakupan ASI Ekslusif berdasarkan Puskesmas Tahun 2016
_______________________________________________________________________1 06 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
% ASI Ekslusif Pusk IV Densel
41.2
Pusk III Densel
42.1
Pusk II Densel
38.2
Pusk I Densel
41.5
Pusk III Denut
33.9
Pusk II Denut
45.4
Pusk I Denut
71.6
Pusk II Dentim
39.2
Pusk I Dentim
66.1
Pusk II Denbar
71.6
Pusk I Denbar
33.8 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesehatan Keluarga Dikes Kota Denpasar
Meskipun secara umum di Kota Denpasar terjadi peningkatan cakupan ASI Eksklusif dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun hasil tersebut masih perlu ditingkatkan. Cakupan ASI Ekslusif terendah di Puskesmas I Denpasar Barat dan Puskesmas III Denpasar Utara, perlu adanya berbagai upaya yang mampu meningkatkan capaian ASI Ekslusif di Kota Denpasar sehingga bisa mencapai target yang ditetapkan.. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena kebanyakan ibu-ibu yang memiliki bayi _______________________________________________________________________1 07 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
bekerja sehingga
mencari
nafkah
untuk
menunjang
kebutuhan
tidak ada kesempatan untuk memberikan
keluarga
ASI secara
eksklusif mulai sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan dan lebih banyak memberikan susu formula pada bayinya. Langkah yang telah dilakukan
meningkatkan cakupan ASI Ekslusif di Kota Denpasar
adalah meningkatkan promosi tentang pentingnya ASI Ekslusif dan teknik penyimpanan ASI yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja sehingga ASI nya tetap bisa dinikmati bayi dan ibu tidak perlu berhenti bekerja. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi ke instansi pemerintah dan swasta tentang pentingnya menyiapkan ruangan sebagai pojok ASI. C. Pelayanan Imunisasi Pelayanan imunisasi baik sifatnya rutin maupun gebrakan dari pemerintah merupakan upaya untuk mencegah atau menanggulangi penyakit-penyakit melalui imunisasi baik pada bayi maupun Wanita Usia Subur.
C.1 Immunisasi Dasar Pada Bayi Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang Selaput Otak, Radang Paru-Paru. Salah satu _______________________________________________________________________1 08 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi. Tujuan program imunisasi adalah menurunkaan morbiditas dan mortalitas Keberhasilan
penyakit program
yang
dapat
imunisasi
desa/kelurahan yang mencapai yaitu
80%
sasaran
dicegah dapat
dengan
dilihat
imunisasi.
dari
cakupan
Universal Child Imunization (UCI)
mendapatkan
imunisasi
lengkap.
Target
keberhasilan program imunisasi adalah minimal 80% desa mencapai UCI. Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kota Denpasar pada tahun 2016 sudah mencapai 100%. Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar lengkap) pada bayi yang dicanangkan pemerintah meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Campak merupakan penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Di Indonesia imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya.
Gambar 4.20 Persentase Capaian Imunisasi Di Kota Denpasar Tahun 2015
_______________________________________________________________________1 09 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
106 106 104 102 100 98 96 94 92 90 88 86
93.34
HB < 7hari
94.5
94
DPT3 + HB3 + Hib3
Campak
93.7
BCG
Polio 4
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai
umurnya,
sehingga
kekebalan
tubuh
terhadap
penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal. C.2 Imunisasi dasar Lengkap Setiap bayi diharapkan agar mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap.
imunisasi
dasar
Keberhasilan secara
seorang
lengkap
diukur
bayi
dalam
dengan
mendapatkan
imunisasi
dasar
lengkap. Tahun 2016 sebanyak 93.8% bayi (surviving infant) sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Data capaian imunisasi dasar lengkap berdasarkan puskesmas dapat dilihat pada grafik dibawah ini: _______________________________________________________________________1 10 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Gambar 4. 21 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
Pusk II Den Bar
93.9
Pusk I Den bar
94.2
Pusk IV Den Sel
93.9
Pusk III Den Sel
92.5
Pusk II Den Sel
94.3
Pusk I Den Sel
93.9
Pusk II Den Tim
93.6
Pusk I Den Tim
93.5
Pusk III Den Ut
93.8
Pusk II Den Ut
94.1
Pusk I Den Ut
93.1 91.5
92
92.5
93
93.5
94
94.5
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Pada grafik diatas tergambar bahwa capaian imunisasi dasar lengkap terendah di puskesmas III Denpasar Selatan dan tertinggi di Puskesmas II Denpasar Selatan.
C.3 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada pemberian awal imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak disebut _______________________________________________________________________1 11 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak. Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT HB1. Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak di Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 11%. Hal ini menunjukkan ada 11% Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada pemberian awal imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak. Angka DO Campak di Kota Denpasar meningkat 2,3% bila dibandingkan tahun 2015 (8,7%) C.4 Desa/ Kelurahan UCI (Universal Child Imunization) UCI desa/kel adalah gambaran suatu desa/ kel dimana ≥80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kel tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Seluruh Desa/kel yang ada di Kota Denpasar pada tahun 2015 sudah mencapai Desa/kel UCI C.5 Imunisasi pada Ibu Hamil Dalam upaya eliminasi tetanus pada ibu dan bayi (Maternal dan Neonatal Tetanus Elimination/MNTE), maka diperlukan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil.Infeksi tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi karena persalinan yang tidak steril dan dapat pula melalui luka pada ibu hamil sebelum persalinan. Bakteri tetanus neonatorum ( clostridium tetani) dapat masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang menyerang system saraf pusat. Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.42
tahun
2013
tentang
penyelenggaraan imunisasi lanjutan mengamanatkan bahwa wanita _______________________________________________________________________1 12 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Sejak tahun 1998 dengan mulai diperkenalkan kebijakan TT 5 dosis,
maka
pemberian
imunisasi
pada
ibu
hamil
dilakukan
berdasarkan hasil skrining, yang artinya tidak selalu harus mendapat suntikan imunisasi TT pada saat pemeriksaan antenatal. Apabila WUS sudah mendapatkan imunisasi TT% (dibuktikan dengan buku KIA, rekam medis atau kohort) maka tidak perlu mendapatkan imunisasi TT. Ibu hamil dengan status Imunisasi TT2+ adalah kelompok ibu hamil yang sudah mendapatkan imunisasi TT2 samapi dengan TT5. Cakupan imunisasi pada Ibu Hamil di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini :
Gambar 4.22 _______________________________________________________________________1 13 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Persentase Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
Pusk II Den Bar Pusk I Den bar Pusk IV Den Sel Pusk III Den Sel Pusk II Den Sel Pusk I Den Sel Pusk II Den Tim Pusk I Den Tim Pusk III Den Ut Pusk II Den Ut Pusk I Den Ut
2.5 4 11 11.2 6.6
4.3 5.5 3.8
6.5 5.7 6.4 0
2
4
6
8
10
12
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa ibu hamil di kota Denpasar yang sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5.0%. Beberapa permasalahan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam.
D. Pelayanan Kesehatan pada Balita _______________________________________________________________________1 14 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
D.1 Pelayanan Kesehatan pada Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12 – 59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan
minimal
8x
setahun,
pemantauan
perkembangan
minimal 2x setahun dan pemberian vit A 2 x setahun (Pebruari dan Agustus). Pemberian Vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan. Capaian cakupan pelayanan kesehatan anak Balita (1-4 tahun) Pada tahun 2016 sebesar 89%. Tiga Puskesmas dengan capaian cakupan pelayanan kesehatan anak Balita terendah Puskesmas II Denpasar Utara dan I Denpasar Selatan. Target cakupan pelayanan kesehatan anak Balita yang tercantum pada Renstra Dinas Kesehatan untuk tahun 2015 adalah 80%, sehingga capaian untuk Kota Denpasar sudah melebihi target yang ditetapkan.
Gambar 4.23 _______________________________________________________________________1 15 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2016
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
95.3
92.2 77.6
81.3
94.5
90
78.1
95.3
91 82.3
94
89
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
D.2 Cakupan pemberian kapsul Vit A pada Balita Pemberian kapsul vit A dilaksanakan dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vit A berperan terhadap penurunan angka kematian,pencegahan kebutaan serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak. Upaya penanggulangan masalah kurang vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak balita pada bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi diintegrasikan melalui posyandu dan _______________________________________________________________________1 16 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Puskesmas. Cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini : Gambar 4.24 Cakupan Pemberian Vitamin A Di Kota Denpasar Tahun 2012 s.d 2016 101 100 99 98 97 96 95 94 93 92
99.9
Cakupan Vit A Balita
100 99.62 98.29
94.7
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Pada gambar diatas terlihat cakupan pemberian Vitamin A dosis tinggi sudah baik dengan pencapaian diatas target renstra (90%). E. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan setingkat Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi (Depkes, 2010). Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari: 1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit, kuku) 2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri _______________________________________________________________________1 17 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
3. Pemeriksaan
ketajaman
indera
(Pengelihatan
dan
pendengaran) 4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut 5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan 6. Pengukuran Kebugaran jasmani 7. Deteksi dini masalah mental emosional. Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat kelas 1 yang memiliki masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak usia sekolah. Untuk tahun 2016 persentase murid kelas I SD dan setingkat yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 100%. Di tingkat sekolah dasar, pelayanan dasar gigi dilaksanakan melalui Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Pelayanan dasar gigi ini dilaksanakan pada murid kelas I dan VI sekolah dasar. Cakupan pemeriksaan murid SD/MI tahun 2016 sebasar 45.2% atau dari 79.913 anak SD/MI
yang ada, 36.090 anak
pelayanan pemeriksaan dasar gigi.
mendapatkan
Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa terdapat 4.374 anak memerlukan perawatan dan dari jumlah tersebut 74,4% sudah mendapatkan perawatan. F. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila) Masyarakat yang tergolong pra usia lanjut adalah mereka yang telah menjalani lebih dari setengah dari masa hidupnya dan berumur antara 45 – 59 tahun. Sedangkan mereka yang tergolong usia lanjut _______________________________________________________________________1 18 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
adalah
mereka
yang
telah
mencapai
umur
di
atas
60
tahun.
Pemerintah Kota Denpasar telah berupaya untuk menjaga agar kondisi para pra usia lanjut dan usia lanjut tetap sehat dan produktif di masyarakat dan tidak menjadi beban bagi keluarga. Upaya tersebut telah terintegrasi melalui program posyandu usia lanjut. Jumlah masyarakat usia lanjut di Kota Denpasar pada tahun 2016 sebanyak 15.410 Jiwa. Pelayanan kesehatan pada kelompok pra usila dan usila di Kota Denpasar terintegrasi dalam posyandu usia lanjut yang berjumlah 86 buah. Pelayanan yang diberikan posyandu usia lanjut meliputi senam lansia, pemberian paket obat, PMT dan pemeriksaan kesehatan. Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok usia lanjut dan usia lanjut seperti pada grafik di bawah ini. Grafik 4.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
120 98.36
100 80
80.59
80.59
71.69
80.1
60 40 20 0 2012
2013
2014
2015
2016 % Pelayanan Usila
_______________________________________________________________________1 19 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang bina Kesehatan Masyarakat Dikes Kota Denpasar
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra usila dan usila di Kota Denpasar sebagaimana tergambar pada grafik 4.20 di atas meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, maka hasil pelayanan kesehatan terhadap penduduk usia lanjut (98.36%) sudah diatas target yang ditetapkan yaitu sebesar 72% pada tahun 2016. B. KESEHATAN LINGKUNGAN B.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pelaksanaan perilaku bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan masyarakat (Profil Kes Indonesia, 2012). Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
_______________________________________________________________________1 20 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Grafik 6.1 Tren persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016
85
80
79.6
81.5
82.6
78.4
75
72.9 70 65 2012
2013
2014
2015
2016
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 2.2 di atas menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir jumlah rumah tangga yang ber PHBS sudah cenderung mengalami
_______________________________________________________________________1 21 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
peningkatan walaupun sempat mengalami sedikit penurunan di tahun 2014 namun sudah dapat ditingkatkan kembali pada tahun 2015 dan 2016. Capaian ini sangat baik mengingat peran PHBS yang begitu penting dalam membantu menumbuhkan budaya hidup yang baik dibidang kesehatan. Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota dicantumkan target rumah tangga ber PHBS untuk tahun 2016 sebesar 79%. Pencapaian Kota Denpasar sebesar 83,6%, hal ini menunjukkan pencapaian Rumah tangga ber PHBS di tahun 2016 sudah mencapai target yang ditetapkan pada Renstra, untuk tahun selanjutnya perlu terus digalakkan upaya untuk meningkatkan cakupan rumah tangga ber PHBS dengan meningkatkan pembinaan PHBS di rumah tangga dengan menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat melalui penyuluhan baik secara individu maupun berkelompok agar setiap orang, kelompok atau keluarga tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Untuk mencapai rumah tangga ber PHBS terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberi ASI ekslusif 3. Menimbang balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih
_______________________________________________________________________1 22 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali 8. Makan buah dan sayur setiap hari 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah Bila kita lihat data per puskesmas persentase rumah tangga ber PHBS tertingi di wilayah kerja Puskesmas Denpasar II Barat (93,5%) sedangkan terendah di Puskesmas I Denpasar Utara (72,1%).
Persentase Rumah Ber-PHBS di Kota Denpasar Menurut Puskesmas Tahun 2016
_______________________________________________________________________1 23 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
100
Pusk I Dps Utara
90
Pusk II Dps Utara
80 70
Pusk III Dps Utara Pusk I dps Timur
60 50
Pusk II Dps Timur Pusk I Dps Selatan
40 30
Pusk II Dps Selatan Pusk III Dps Selatan
20
Pusk IV Dps Selatan
10 0
Pusk I Dps Barat % Ber PHBS
Pusk II Dps Barat
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar Bila dilihat berdasarkan kecamatan, Rumah tangga ber PHBS tertinggi terdapat di Kecamatan Denpasar Barat (84,3%) dan terendah di kecamatan Denpasar Utara (74,6%) .
B.2 Keadaan Lingkungan _______________________________________________________________________1 24 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Kondisi lingkungan di Kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup manusia dalam menata rumah dan alam sekitarnya. Data di awal tahun 2016 menunjukkan dari 144.250 rumah yang ada di Kota Denpasar, 139.199 (96,5%) sudah termasuk dalam katagori rumah sehat. Untuk tahun 2016 dibina 3.263 rumah yang masih masuk dalam katagori rumah tidak sehat, dengan hasil 2.960 (90,71%) sudah masuk katagori rumah sehat. Sampai akhir tahun 2016 dari 144.250 rumah, 142.159 (98,55%) rumah yang ada dikota Denpasar sudah merupakan rumah sehat. Grafik 6.3 Persentase Rumah Sehat di Kota Denpasar Tahun 2012 s/d 2016 99.5 99 98.5 98 97.5 97 96.5 96 95.5 95
98.6
98.95 98.55
96.9
96.4
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber seksi PLP dan Kualitas air bidang bina PL Dikes Kota Denpasar
_______________________________________________________________________1 25 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa cakupan rumah sehat di Kota Denpasar tahun 2016 sudah diatas target Renstra Dikes Kota Denpasar Tahun 2016 sebesar 98%. B.3 Air Bersih Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Denpasar
pada
tahun
2016
mencapai
96,31%
meningkat
bila
dibandingkan tahun 2015 (86,53%). Dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang sudah bisa mengakses air bersih di Kota Denpasar, diharapkan desease)
penyakit-penyakit seperti
diare,
menular
dapat
melalui
dicegah
atau
air
(water
sedapat
borne
mungkin
diturunkan kasusnya. Penyelenggara air minum di Kota Denpasar adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kota Denpasar (PDAM Kota Denpasar), tahun 2016 sudah dilaksanakan pemeriksaan terhadap kualitas air minum (fisik, bakteriologi dan kimia) dengan hasil memenuhi syarat. B.3. Jamban Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital karena dengan adanya jamban di masing-masing rumah tangga berbagai penyakit yang penularannya melalui kotoran manusia seperti kecacingan, diare dan sebagainya dapat dicegah sedini mungkin. Persentase penduduk dengan akses sanitasi yang layak di Kota
_______________________________________________________________________1 26 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
Denpasar tahun 2016 sebesar 77 % sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2015 (83,3%). B.4. Sanitasi Total Berbasisi Masyarakat (STBM) Sanitasi total berbasisi masyarakat adalah suatu pendekatan yang menekankan pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat dengan melibatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan STBM adalah
terciptanya
suatu
kondisi
sanitasi
total
dalam
upaya
mengurangi penyakit berbasis lingkungan. Indikator STBM antara lain: menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Lima pilar perubahan perilaku antara lain: 1. Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS) 2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) 3. Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga (PAMMRT) 4. Pengelolaan sampah rumah tangga 5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga Hasil verivikasi STBM di Kota Denpasar, 43 Desa (100%) dari 43 Desa / kelurahan yang ada di Kota Denpasar sudah melaksanakan STBM. Dari 43 Desa yang melaksanakan STBM 30 desa (69,76%) sudah merupakan desa stop BABS (buang air besar sembarangan). Sampai tahun 2016 sudah ada sepuluh desa STBM (23,3%) dari seluruh desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar. _______________________________________________________________________1 27 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
B.5. Tempat – Tempat UMUM (TTU) dan Pengelolaan Makanan (TPM) Pemeriksaan pengelolaan
terhadap
makanan
tempat-tempat
(TPM)
secara
umum
berkala
dan
meliputi
tempat hotel,
restoran/rumah makan, pasar serta TUPM lainnya. Pemeriksaan bertujuan
untuk
menjamin
agar
tetap
terjaganya
kesehatan
lingkungan di tempat-tempat yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya. Data pada tahun 2016 menunjukkan bahwa di Kota Denpasar terdapat 34 hotel berbintang dan 251 non bintang, sarana pendidikan (SD 218 buah, SLTP 57 buah dan SLTA 55 buah), dan sarana kesehatan (11 pusk dan 25 pustu serta 17 RS Pemerintah dan swasta). Pemeriksaan kesehatan hotel dilakukan pada 271 buah hotel (34 hotel berbintang dan 238 hotel non bintang. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 100% hotel berbintang termasuk dalam katagori memenuhi syarat kesehatan, sedangkan hotel non bintang 94,8%. termasuk dalam kategori sehat. Disamping pemeriksaan terhadap Hotel tersebut juga dilaksanakan pembinaan terhadap institusi meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran. Pembinaan pada sarana kesehatan yang meliputi sarana puskesmas, puskesmas pembantu beserta jejaringnya sudah dilaksanakan secara rutin (100%). Pembinaan pada sarana pendidikan mencakup 317 buah sarana pendidikan dengan hasil SD memenuhi syarat 95,4%, SMP _______________________________________________________________________1 28 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
memenuhi syarat 94,7% dan SMA memenuhi syarat 100%. Secara keseluruhan 95,11% Tempat-tempat umum yang ada di kota Denpasar sudah memenuhi syarat kesehatan Tahun 2016 dikota Denpasar terdapat 4.391 Tempat pengolahan makanan yang terdiri dari jasa boga sebanyak 57 buah, rumah makanan/restoran sebanyak 372 buah, depot air minum sebanyak 140 buah, dan makanan jajanan sebanyak 539 buah dengan
hasil
pemeriksaan 25,23% memenuhi syarat hiegine sanitasi. TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 3.220 TPM (74,77%) dari seluruh TPM yang ada dilanjutkan dengan pembinaan. Capaian ini sudah sesuai dengan target renstra tahun 2016. Rendahnya persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan di tahun 2015 disebabkan karena adanya peraturan baru bahwa TPM dapat dikatagorikan memenuhi syarat kesehatan apabila sudah memiliki sertifikat laik sehat, sedangkan tahun sebelumnya hanya berdasarkan penilaian / form yang ada.
_______________________________________________________________________1 29 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
BAB VI
CAPAIAN KINERJA Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar dilakukan berdasarkan
Renstra Dinas Kesehatan Tahun 2016-2021.
Pengukuran tingkat capaian kinerja dimaksud, dilakukan dengan cara membandingkan antara Target pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Dasar hukum yang dipergunakan dalam
penilaian
adalah
berpedoman
kepada
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja. Capaian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016 SASARAN 1
URAIAN Terwujudnya pengadaan peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasarana di dikes puskesmas dan jaringannya
Target
INDIKATOR 1
Penyediaan jasa komunikasi,sumber daya air dan listrik dan alat tulis kantor
2
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kendaraan dinas, dan perlengkapan gedung kantor
Realisasi
Kinerja
2016 100%
2016 100%
2016 100%
100%
100%
100%
_______________________________________________________________________1 30 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
3
Terpenuhinya sarana dan prasarana puskesmas
100%
100%
100%
4
Terpenuhinya mobil puskesmas keliling
6 bh
6 bh
100%
5
Pembangunan puskesmas rawat inap terakreditasi
0
0
0
Meningkatnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia Kesehatan
6
Pelaksanaan kursus singkat/pelatihan
7 kali
7 kali
100
7
Terpenuhinya usulan tenaga medis dan paramedis untuk ditugaskan di puskesmas pembantu, puskesmas dan puskesmas rawat inap
60%
60%
100%
1
Tersedianya dokumen perencanaan, pelaporan dan evaluasi
8
Persentase penyelesaian dokumen perencanaan pelaporan dan evaluasi tepat waktu
100%
100%
100%
1
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan standarisasi dan akreditasi
9
Persentase puskesmas terakreditasi
2
2
100%
1
10
Persentase puskesmas dengan nilai Indeks Kepuasan Konsumen (IKM) > 80
100%
100%
100%
11
Puskesmas berprestasi
1 Pusk
1 Pusk
100%
12
Tenaga kesehatan teladan
4 Nakes
4 nakes
100%
13
Persentase penduduk ditemukan katarak dilaksanakan operasi katarak
100%
100%
100%
14
Persentase penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk
100%
100%
100%
15
Persentase tenaga dan sarana kesehatan dibina
100%
100%
100%
_______________________________________________________________________1 31 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
1
Ketersediaan obat dan alat kesehatan di puskesmas
16
Persentase ketersediaan obat di puskesmas
91%
90%
99%
2
Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
17
Persentase penggunaan obat rasional (POR) di Puskesmas
100%
100%
100%
18
Terpenuhinya kebutuhan alat alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar di pusk
100%
100%
100%
Pelayanan Kesehatan Penduduk miskin
19
Terlayaninya penduduk miskin melalui JKBM dan JKN
100%
100%
100%
Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
20
Persentase peserta BPJK yang terlayani di Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
100%
100%
100%
21
Persentase kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
50%
50%
100%
22
Persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil
100%
100%
100%
23
cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K1
100%
101%
101%
24
cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K4
98%
99%
101%
25
Persentase puskesmas yang melakukan orientasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
1
1
Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, anak remaja dan lansia
100%
100%
100%
_______________________________________________________________________1 32 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
26
Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal Sesuai Standar
100%
99%
99%
27
Persentase Ibu Bersalin dan Nifas Mendapatkan Pelayanan
100%
99%
99%
28
Persalinan dan Nifas Sesuai Standar di Puskesmas dan Jaringannya
100%
101%
101%
29
Cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertangani
30
persentase persalinan di fasilitas kesehatan
31
80%
80%
100%
100%
101%
101%
Cakupan pelayanan ibu nifas (KF1)
98%
101%
32
Cakupan pelayanan ibu nifas Ke 3 (KF3)
98%
99%
110%
33
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
100/100.000 KH
48/100.000 KH
100%
34
Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
100%
95%
35
Persentase bayi dengan BBLR
<5%
1.6%
100%
95%
100%
_______________________________________________________________________1 33 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
36
Cakupan kunjungan neonatus pertama kali (KN1)
100%
95%
95%
37
Cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN3)
98%
95%
95%
38
Cakupan Neonatal dengan komplikasi ditangani
80%
77%
90%
39
Cakupan pelayanan bayi
92%
89%
90%
40
Menurunkan angka kematian bayi
41
Persentase KB Aktif
70%
77,7%
100%
42
Cakupan pelayanan balita
80%
89%
110%
43
Persentase Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
100%
89%
90%
44
cakupan kunjungan balita
91%
89%
98%
45
Persentase puskesmas mampu melaksanakan penanganan KTA (kekerasan terhadap anak)
100%
100%
100%
46
Persentase puskesmas menyelenggarakan kelas ibu balita
100%
100%
100%
47
persentase anak balita di SDIDTK (Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang)
92%
90%
99%
15/1000 KH
1/1000 KH
100%
_______________________________________________________________________1 34 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
48
Persentase puskesmas melaksanakan manjemen terpadu balita sakit (MTBS dan Manajemen terpadu balita muda (MTBM)
100%
100%
49
Menurunkan angka kematian Balita
15/1000 KH
50
Persentase lansia memperoleh pelayanan kesehatan
72%
70%
98%
51
Persentase puskesmas ramah lansia
100%
100%
100%
1/1000 KH
100%
100
52
Persentase Usia 60 tahun Keatas Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
100%
100%
100%
100%
100%
1
Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan
53
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
2
Menurunkan 31,60prevalensi Balita Gizi kurang dan gizi buruk
54
Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk
8%
0.15%
100%
3
Meningkatnya status gizi balita dan bumil KEK
55
Persentase bumil mendapat tablet tambah darah (TTD)
99%
99%
100%
56
Persentase ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK) mendapat makanan tambahan (PMT)
50%
15,8%
31,6%
57
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
75%
100%
100%
_______________________________________________________________________1 35 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
4
1
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
Meningkatnya Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
meningkatnya promosi kesehatan di SD, Puskesmas dan Puskesmas pembantu
58
Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Ekslusif
42%
43%
100%
59
Persentase balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul Vit A
99%
94%
98%
60
Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD)
41%
36,78%
89,71
61
persentase puskesmas melaksanakan surveilans gizi
100%
100%
100%
62
Persentase balita ditimbang berat badannya di posyandu
83%
84%
100%
63
Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
55%
100%
100%
64
Persentase Desa/Kel dengan TOGA memenuhi syarat
60%
100%
100%
65
Persentase Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan Promosi Kesehatan
100%
100%
100%
66
Persentase Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Melaksanakan Promosi Kesehatan
100%
100%
100%
_______________________________________________________________________1 36 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
1
1
Meningkatnya Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
67
Persentase Promosi untuk Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
100%
100%
100%
68
Persentase rumah tangga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
79%
83%
110%
69
Persentase desa siaga aktif
100%
100%
100%
70
Persentase posyandu aktif
65%
54%
80%
71
Persentase Siswa Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
72
Persentase Usia 15 – 19 tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai Standar
100%
73
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja
10%
100%
100%
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga
10%
100%
100%
100%
100%
74
_______________________________________________________________________1 37 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
1
2
1
Menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit bersumber binatang
75
Incidence rate penyakit DBD
76
CFR penyakit DBD
77
menurunnya angka kematian dan kesakitan akibat penyakit menular langsung
Meningkatnya kewaspadaan dan penanggulangan wabah
215/100000 pddk
317/100000 pddk
60%
< 1%
0,6
100%
Persentase kasus gigitan hewan penular rabies mendapatkan penanganan
80
100
100
78
Prevalensi HIV /AIDS
<5
<5%
100
79
Persentase angka kasus HIV yang diobati
47%
74.36%
100
80
Persentase Terduga HIV dan AIDS Mendapatkan Pemeriksaan HIVAIDS Sesuai Standar
100%
100%
100%
81
Angka kesembuhan penderita TB
75%
75%
100%
82
Persentase terduga Tuberkulosis Mendapatkan Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai Standar
100%
100%
100%
83
Persentase Respons Verifikasi terhadap SKDR dalam Waktu Kurang dari 24 Jam
100%
100%
100%
84
Persentase Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani < 24 jam
100%
100%
100%
_______________________________________________________________________1 38 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
1
1
1
Meningkatnya upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular
Meningkatnya persentase bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Meningkatnya kualitas lingkungan
85
JUMLAH desa/kelurahan yang melaksanakan pos pembinaan terpadu (Pos Bindu) PTM
17 DESA/KEL
50 desa/kel
100%
86
Jumlah puskesmas yang melayani konseling berhenti merokok
6 Pusk
4 Pusk
80%
87
Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
100%
100%
100%
88
jumlah wanita usia 30-50 tahun dilakukan deteksi dini kanker serviks
1600 orang
1607 ORANG
100%
89
Persentase puskesmas melaksanakan pelayanan PKPR (Pelayanan kesehatan peduli remaja)
100%
100%
100%
90
Jumlah sekolah mendapatkan pembinaan penanggulangan kanker terpadu paripurna (PKTP
15 sekolah
15 sekolah
100%
91
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
100%
100%
100%
92
Persentase desa yang mencapai universal child imunisation (UCI)
100%
100%
100%
93
Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan
95%
96%
100%
94
Persentase puskesmas melaksanakan pengelolaan limbah medis
100%
100%
100%
_______________________________________________________________________1 39 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
2
Meningkatnya akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
95
persentase desa/kel yang ODF/stop buang air besar sembarangan
80%
69%
90%
96
Persentase desa/kel STBM
75%
23%
30%
97
Persentase cholinesterase darah masyarakat yang berpotensi terpapar pestisida memenuhi syarat
100%
100%
100%
98
Persentase tempat pengelolaan pestidida memenuhi syarat
100%
100%
100%
99
Cakupan pengendalian vektor lalat di TPS
100%
100%
100%
100
Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi syarat
75%
77%
100%
101
Persentase rumah sehat
98%
98,55%
100%
Persentase sumber air minum memenuhi syarat kesehatan
62%
77,5%
100%
32
_______________________________________________________________________1 40 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
1
Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
103
Persentase hasil produksi Rumah Tangga tidak mengandung bahan berbahaya
100%
100%
100%
104
Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
25%
25,23%
100%
105
Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
100%
100%
100%
106
Jumlah Desa/kelurahan yang mengikuti lomba kebersihan dan PSN Tingkat Kota Denpasar
4 desa/kel di 4 kec
4 desa/kel di 4 kec
100%
Beberapa kegiatan yang belum mencapai target antara lain: 1. Persentase posyandu aktif target 65% realisasi 54%, sehingga kedepannya perlu ditingkatkan upaya – upaya yang mampu mendorong peningkatkan partisipasi/ peran serta mayarakat terutama dalam mengelola Posyandu 2. Cakupan
pelayanan
Balita
ditetapkan
target
92%
namun
realisasinya baru mencapai 89% hal ini kemungkinan disebabkan karena menurunnya partisipasi orang tua dalam memeriksakan kesehatan putra putrinya seiring dengan meningkatnya usia putra/putri mereka. Dalam hal ini diperlukan peran aktif petugas dalam memberikan sosialisasi tentang pentingnya pelayanan _______________________________________________________________________1 41 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
kesehatan pada balita mengingat masa balita merupakan masa emas dalam perkembangan kehidupan manusia. 3. Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD) ditargetkan 41% realisasi 36,7%. 4. Tahun 2016 pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ditargetkan 75% Desa sudah STBM namun baru tercapai 23,3% (10 desa dari 43 desa yang ada). Namun untuk desa bebas buang air besar sembarangan sudah tercapai 69,8%). Sehingga kinerja untuk indikator ini baru sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena dalam pencapaian sanitasi total berbasis masyarakat, ada 5 pilar yang kita monitoring a.
Stop buang air besar sembarangan Seluruh penduduk di desa/kelurahan membuang air besar di jamban dan mempunyai septictank kenyataannya masih ada beberapa penduduk yang tidak mempunyai jamban atau punya jamban tapi tidak ada septictank dan kotoran disalurkan ke sungai.
b.
Cuci tangan pakai sabun Diharapkan seluruh penduduk di desa/kelurahan cuci tangan sebelum makan, menyiapkan makanan dan setelah buang air dengan menggunakan sabun dan air mengalir, namun masih ada beberapa penduduk yang tidak melaksanakan
c.
Pengelolaan Makanan dan minuman dalam Rumah Tangga Pengelolaan makanan minuman
dalam Rumah tangga,
bagaimana makanan ini disiapkan mulai dari bahan pengolahan _______________________________________________________________________1 42 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016
PENDAHULUAN
dan
penyajiannya
namun
masih
ada
beberapa
yang
pengolahannya belum baik. d.
Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah. Setiap Rumah Tangga harus mengelola sampah dengan baik tidak boleh masih ada sampah berserahan dan tidak boleh membakar sampah
e.
Pengelolaan limbah cair. Limbah cair rumah RT harus dikelola dan ada peresapannya. Nemun kenyataannya masih ada penduduk yang tidak memiliki peresapan untuk limbah cairnya dan tidak berlangganan DSDP
_______________________________________________________________________1 43 Profil kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016