PEMERINTAH KABUPATEN GORONTALO DINAS KEHUTANAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)
MODEL GORONTALO (UNIT VI) Jl. Katili Dulanimo No. 295 Telp. 881096 Fax. 881111 Limboto 96219
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL GORONTALO (UNIT VI) DI KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO
DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL GORONTALO (UNIT VI) LIMBOTO,
2014
BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL GORONTALO (UNIT VI) Digandakan dan dijilid oleh : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Tahun 2015
HALAMAN JUDUL
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KPHP MODEL GORONTALO (UNIT VI) DI KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : SK. 7315/Menhut-II/Reg.4-1/2014 Tanggal : 5 Desember 2014
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) UNIT VI GORONTALO
Disusun oleh Kepala KPHP Unit VI Gorontalo
(Hastuti Ajub, S.Hut) NIP. 19721230200003005
Mengetahui: Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan Dan Energi Kabupaten Gorontalo
(Samsudin Panigoro, S.Sos) NIP. 195702091981021002
Kepala Dinas Kehutanan dan Energi Sumberdaya Mineral Provinsi Gorontalo
Dr. Ir. Husen Hasni, M.Si NIP. 196006011986031001
Jakarta, Nopember 2014 Disahkan oleh a.n. Menteri Kehutanan Republik Indonesia Sekjen Kementerian Kehutanan Ub. Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
(Dr. Ir. Muhammad Firman, M.For.Sc) NIP. 19590225 198603 1002
iii
RINGKASAN EXECUTIVE Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) unit VI Gorontalo ditetapkan oleh Menteri Kehutanan melalui surat keputusan 976/Menhut-II/2013 tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) Model Unit VI yang terletak di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Sebelum surat keputusan menteri tersebut dikeluarkan pemerintah Kabupaten Gorontalo telahmembentuk organisasi KPHP sesuai Peraturan Bupati Gorontalo No 17 tahun 2013 tentang Pembentukan UPTD KPHP Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo. Wilayah kerja KPHP unit VI Gorontalo terdiri dari hutan produksi terbatas seluas40.775,00 ha, hutan produksi seluas 17.781,00 ha dan hutan lindung seluas 13.126,00. Tujuan penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang (RPH-JP) KPHP unit VI Gorontalo adalah 1) Menetapkan visi dan misi pengelolaan, 2) Melakukan analisis dan proyeksi pengelolaan dan pemanfaatan, 3) Merumuskan rencana kegiatan pemanfaatan di wilayah tertentu, 4) Merumuskan rencana kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian lingkup, 5) Merumuskan mekanisme kegiatan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka pemanfaatan. Penyusunan rencana pengelolaan jangka panjang KPHP unit VI Gorontalo merupakan salah satu tugas yang harus dipersiapkan organisasi KPH sesuai amanat PP No. 6 tahun 2007 jo. PP No. 3 tahun 2008, Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 dan Permendagri No.61 Tahun 2010 Berdasarkan hasil analisis biofisik dan sosial ekonomi dengan bantuan geographical information system blok pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo terdiri dari blok inti difungsi hutan lindung seluas 2.873,38 ha, blok pemanfaatan di hutan lindung seluas 8.673,54 ha, blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam di hutan produksi seluas 7.470,34 ha, blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman di hutan produksi seluas 28.790,80 ha, blok pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK di hutan produksi seluas 5.356,79 ha, blok pemberdayaan masyarakat di hutan produksi seluas 10.618,50 ha dan blok perlindungan di hutan produksi seluas 2.435,29 ha serta blok khusus mencapai 4.550,23 ha sehingga total luasan seluruh blok pengelolaan mencapai 70.768,88 ha Kondisi biofisik areal; (1). DAS terdiri dari 4 DAS/SWS yaitu DAS Limboto, DAS Bolango, DAS Paguyaman dan DAS Batudaa Pantai. 2) Iklim tipe iklim C-E dengan musim kemarau (7-9 bulan) lebih panjang dibanding musim hujan; (3). Geologi merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan (4). Tanah didominasi podsolik, mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah-sedang (5). Kelerengan lapangan umumnya agak curam sampai curan. (6). Ketinggian tempat kawasan hutan bagian luar ketinggian 75-2000 M dpl (7) tipe tutupan lahan yang dominan di KPHP unit VIGorontalo adalah hutan lahan kering sekunder dengan luas ± 29027,787 Ha dari total luas wilayah hutan di KPHP unit VI Kab. Gorontalo seluas ± 70768,88 Ha. Disamping hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering campur semak memiliki luasan yang cukup besar di Kab. Gorontalo yaitu seluas ± 17465,874 Ha. Potensi kawasan KPHP unit VI Gorontalo adalah 1) potensi kayu kelas 1 pada hutan produksi dengan diameter diatas 60 cm berkisar antara 22-40 m3/ha, 2) potensi HHBK berupa rotan, getah pinus dan damar 3) flora yang dapat ditemui di
iv
wilayah KPHP unit VI Gorontalo adalah Caryota mitis, Cycas rumphii, dan Livistonia rotundifolia atau daun woka (termasuk dalam appendix II CITES); Macaranga crassistipulosa, Elmerillia ovalis,, Terminalia celebica, Diospyros hebecarpa, (endemik Sulawesi); Dracontomelon dao dan Palaquium obovatum atau pohon Nantu; serta Grammatophyllum speciosum (anggrek raksasa) 4) fauna terdiri dari babirusa (Babyrousa babyrussa), anoa (Bubalus depressicornis) (termasuk dalam appendix I CITES); monyet hitam sulawesi (Macaca heckii), tarsius (Tarsius spectrum), kuskus sulawesi (Strigocuscus celebensis), babi hutan sulawesi (endemik); serta 80 jenis burung (35 jenis diantaranya merupakan endemik sulawesi) 5) potensi jasa lingkungan yang dimiliki adalah air untuk kepentingan air baku dan PLTMH Isu strategis yang sering mengemuka dalam pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo adalah 1) tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan, 2) pengembangan hutan bioenergi, 3) penerapan pola PPK-BLUD, 4) penyelamatan danau limboto 5)Kemiskinan masyarakat sekitar wilayah KPHP unit VI Gorontalo, 6) lemahnya koordinasi antar para pihak 7) isu pemekaran wilayah Visi yang ingin dibangun oleh KPHP unit VI Gorontalo adalahMengelola wilayah KPHP unit VI Gorontalo dengan profesional berdayasaing global, mandiri dan akuntabel menuju kelestarian hutan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam visi tersebut terkandung empat kunci pokok landasan pemikiran dalam upaya pengelolaan KPHP unit VIGorontalo yaitu: 1) Pengelolaan KPHPunit VIGorontalo yang “profesional, 2) Pengelolaan KPHPunit VIGorontalo yang “berdayasaing global”, 3)Pengelolaan KPHPunit VIGorontalo yang “mandiri”, 4) Kelembagaan yang akuntabel.Untuk mewujudkan visi, maka misi yang diemban oleh pengelola KPHP unit VIGorontalo adalah: 1) Meningkatkan kualitas SDM KPHP unit VI Gorontalo, 2) Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo, 3) Mengembangkan unit-unit usaha KPHP unit VI Gorontalo berdasarkan potensi yang dimiliki, 4) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hutan dan ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian; 5) Membangun kemitraan strategis dengan dunia usaha/dunia industri. 6) Memberdayakan masyarakat disekitar kawasan KPHP unit VI Gorontalo Dalam pencapaian visi dan misi pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo dibutuhkan beberapa analisa dan proyeksi perkembangan KPHP unit VI Gorontalo. Beberapa analisa terkait dengan proyeksi perkembangan KPHP unit VI Gorontalo dimasa yang akan datang adalah: 1) Analisa pertumbuhan penduduk, hasil analisis data menunjukkan bahwa jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gorontalo lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Gorontalo, 2) Analisa tutupan hutan, sampai dengan tahun 2013, luas tutupan hutan di KPHP unit VI Gorontalo telah berkurang seluas 16,909,15 3) analisa SDMsecara umum personil di dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi berpendidikan S1 (56,82%), dilihat dari segi umur, umumnya di dominasi oleh umur antara 41-50 tahun dengan total PNS sebanyak 18 PNS atau 41%. Sedangkan yang berumur diatas 51 tahun berjumlah 14 orang atau 32%. Ini berarti jika tidak ada penambahan kuota PNS di Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi maka jumlah PNS 5 tahun kedepan akan berkurang sebanyak 32 persen 4) jumlah pengangguran, . Saat ini jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Gorontalo mencapai 62.341orang dengan tingkat pertumbuhan 4,96% setiap tahun. Dengan tingkat pertumbuhan 4,96%
v
mengindikasikan bahwa setiap tahun pengangguran di Kabupaten Gorontalo mencapai 3092 orang/tahun. 5) permintaan bahan baku kayu. Kebutuhan bahan baku cenderung naik dari tahun ke tahun dan cenderung tidak mengalami fluktuasi harga jika dibandingkan dengan komoditi lainnya 6) Analisa kebutuhan listrik. Meskipun jaringan listrik sudah interkoneksi dengan PLTA Amurang dan Pembangkit panas bumi lahendong serta telah menyediakan PLTU Molotabu, namun Provinsi Gorontalo masih kekurangan listrik sebesar 5,2 MW. Hasil analisis data pertumbuhan penduduk diproyeksikan membawa konsekwensi terhadap berkurangnya lahan hutan di KPHP unit VI Gorontalo seluas 19.820 ha ditahun 2035, sehingga berimplikasi pada semakin berkurangnya tutupan lahan hutan. Meskipun diproyeksikan luas KPHP unit VI Gorontalo berkurang, namun dimasa yang akan datang, kebutuhan kayu dan pasokan energi listrik bisa disupply melalui kegiatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di KPHP unit VI Gorontalo. KPHP unit VI Gorontalo di proyeksikan mampu menekan pengangguran sebesar 10%/tahun Dalam rentang waktu 10 tahun, KPHP unit VI Gorontalo telah mempunyai serangkaian kegiatan yang meliputi : 1) inventarisasi berkala pada setiap blok kecuali pada wilayah konsesi HTI dan KHDTK Universitas Gorontalo. Kegiatan inventarisasi dilakukan berdasarkan fungsi blok, misalnya jika inventarisasi dilakukan pada blok pemanfaatan hasil hutan kayu maka tujuan inventarisasi ditujukan untuk melihat potensi kayu yang layak ditebang. Inventarisasi sosek juga dilakukan di desa-desa sekitar kawasan KPHP unit VI Gorontalo.Jumlah plot inventarisasi di KPHP unit VI Gorontalo mencapai 351 plot 2) pemanfaatan wilayah tertentu. KPHP unit IVGorontalo Utaratelah merencanakanuntuk mengembangkan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam seluas 7470,34 ha di Kecamatan Asparaga. Potensi kayu kelas 1 yang berdiameter > 60 cm pada kawasan ini adalah 22-40 meter kubik/ha.KPHP unit VI Gorontalo juga akan mengembangkan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman seluas 2233,82 di wilayah kecamatan Batudaa Pantai. Bentuk pemanfaatan lainnya yang akan dikembangkan oleh KPHP unit VI Gorontalo adalah pemanfaatan jasa lingkungan air baik untuk air baku maupun untuk PLTMH. Beberapa lokasi yang cocok dengan pemanfaatan air baku adalah sumber mata air di Desa Dulamayo Selatan, dan beberapa desa di Kecamatan Batudaa Pantai 3) Pemberdayaan masyarakat. Untuk mengakomodir kepentingan masyarakat sekaligus memperkecil konflik yang akan terjadi maka pihak pengelola telah mengalokasikan blok pemberdayaan masyarakat seluas 10.618,50 ha dimana 1031,35 ha telah dicadangkan untuk hutan desa (HD) dan hutan tanaman rakyat (HTR). Kegiatan usaha yang dapat dilakukan dalam blok pemberdayaan masyarakat, yaitu budidaya tanaman obat, tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa liar, atau budidaya pakan ternak. Sedangkan dalam memanfaatkan jasa lingkungan dapat melalui kegiatan usaha pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, Ekowisata, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, atau penyerapan dan penyimpanan karbon. KPHP unit VI Gorontalo juga akan melaksanakan 4) Kegiatan rehabilitasi
vi
diluar kawasan ijin. Total wilayah yang akan direhabilitasi mencapai 16.909,15 ha dengan tingkat kerusakan hutan terluas terdapat di blok pemanfaatan seluas 5.180,33 ha. 5) kegiatan rehabilitasi diluar izin, untuk kegiatan rehabilitasi diluar ijin, pengelola KPHP unit VI Gorontalo akan berkoordinasi untuk memantau progress wilayah yang direhabilitasi. Pihak KPHP unit VI Gorontalo dalam memberikan pembinaan, akan membantu memberikan pedoman rehabilitasi dan tata cara pelaporan 6) pembinaan dan pemantauan areal berizin, dilakukan melalui mekanisme evaluasi terhadao rencana kelola lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL), 7) Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, kegiatan ini akan berfokus pada perlindungan terhadap sumber mata air, perlindungan terhadap erosi/rawan longsor dan pengelolaan keanekaragaman hayati. Khusus untuk wilayah sempadan mata air, sempadan sungai yang tidak pernah kering dan lereng diatas 45% yang masih berhutan ditetapkan sebagai wilayah high conservation value forest (HCVF)8) Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan Stakeholders, hasil analisis terhadap para pihak yang mempunyai pengaruh dan kepentingan terhadap KPHP unit VI Gorontalo, terdapat 21 stakeholder. Stakeholder ini akan membantu pihak KPHP unit VI Gorontalo dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi, pemanfaatan kawasan hutan, penguatan kelembagaan dan evaluasi monitoring kinerja KPHP unit VI Gorontalo, 9) Penyediaan pendanaan, kegiatan penyediaan pendanaan bisa dilakukan melalui penganggaran APBD, APBN dan pihak lain yang sifatnya tidak mengikat. Total rencana kebutuhan dana untuk operasionalisasi kegiatan KPHP unit VI Gorontalo adalah Rp 210.555.555.000 selama 10 tahun, 10) rasionalisasi wilayah kelola, rasionalisasi pertama dilakukan terkait keberadaan desa/dusun di dalam kawasan hutan, rasionalisasi kedua adalah terkait perubahan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman 11) pengembangan investasi, Pengembangan investasi di KPHP unit VI Gorontalo diarahkan pada pemanfaatan investasi pada hasil hutan bukan kayu, pengembangan hasil hutan kayu dan pemanfaatan jasa lingkungan. Sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan maka KPHP unit VI Gorontalo akan merencanakan pembuatan rencana bisnis plan Agar pelaksanaan pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo sesuai dengan yang diharapkan maka perlu melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang mulai dari staf lapangan sampai dengan kepala KPHP unit IV Gorontalo Utara.Adapun bentuk kegiatan pembinaan adalah 1) Penyusunan berbagai pedoman dan atau SOP disetiap blok pemanfaatan dan penggunaan kawasan KPHP unit VI Gorontalo, 2) Penerapan disiplin pegawai teknis dan administrasi yang mengacu pada PP 54 tahun 2010 tentang disiplin PNS dilingkungan KPHP unit VI Gorontalo, 3) Memberikan reward bagi tenaga teknis dan administrasi yang memberikan kinerja baikserta
vii
memberikan punishment bagi tenaga teknis dan administrasi yang melakukan pelanggaran, 4) Mengadakan pengarahan internal bagi pengelola KPHP unit VI Gorontalo termasuk tenaga teknis dan administrasi. yang bersifat rutin (bulanan, semester dan tahunan) atau bersifat insidental. Kegiatan pengawasan dilakukan dengan cara memantau kegiatan langsung di lapangan dan melakukan penilaian terhadap pelaporan
viii
KATA PENGANTAR
Pengelolaan hutan di Indonesia telah berlangsung lama – lebih dari 50 tahun, dan memiliki orientasi yang berbeda-beda. Pada fase awal, hutan dijadikan sebagai andalan
utama
pemanfaatan
penghasil
hutan
devisa
mulai
negara.
memperhatikan
Pada unsur
fase
selanjutnya,
kelestarian
orientasi
dengan
tetap
menjadikan hasil hutan sebagai penghasil devisa. Sampai dengan akhir tahun 1990-an, orientasi pengelolaan hutan lebih mengutamakan aspek konservasi, dengan mengutamakan eksistensi masyarakat di sekitar hutan agar kelestarian hutan terjaga dan kesejahteraan masyarakatdapat terwujud. Namun strategi ini belum cukup menyelesaikan persoalan pengelolaan kawasan hutan. Setelah beberapa dekade pengelolaan hutan belum mampu menuntaskan permasalahan
kerusakan
hutan,
urgensi
pembentukan
wilayah
pengelolaan
hutanpada tingkat unit pengelolaan di tingkat tapak berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menemukan momentum untuk dimulai. Komitmen pembangunan KPH ini juga didorong oleh kenyataan situasi lemahnya pengelolaan kawasan hutan negara di lapangan yang secara de facto open accessdan secara jelas menjadi penyebab berbagai kelemahan dan kegagalan pelaksanaan program pembangunan kehutanan Keberadaan KPH sebenarnya telah tertuang dalam PP No 6 tahun 2007 jo PP No 3 tahun 2008, namun implementasinya baru terealisasi saar Menteri Kehutanan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dikelola secara efisien dan lestari. Dalam mengimplementasikan sistem ini, seluruh kawasan hutan akan terbagi dalam wilayah-wilayah KPH, serta akan menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi, kabupaten/kota. KPH meliputi KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL), KPH Produksi (KPHP), dimana dalam satu wilayah KPH, dapat terdiri lebih dari satu fungsi pokok hutan, dan penamaannya berdasarkan fungsi hutan yang luasnya dominan.
ix
Untuk memudahkan pengelolaan KPH secara efisien maka setiap pengelola KPH harus membuat rencana pengelolaan jangka panjang sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Atas arahan peraturan menteri kehutanan tersebut, maka pengelola KPHP unit VI Gorontalo pengelolaan
telah
membuat
yang
telah
rencana
dibuat
pengelolaan
berisi
berbagai
jangka kegiatan
panjang. yang
Rencana
menunjang
pengelolaan hutan ditingkat tapak. Tidak mudah bagi kami untuk menyelesaikan dokumen RPHJP KPHP unit VI Gorontalo,
untuk
Gorontalo,
Kepala
itu
kamiingin
BPKH
mengucapkan
wilayah
XV
terima
Gorontalo,
kasih
Kepala
kepada
Dinas
Bupati
Kehutanan
Pertambangan dan Energi serta anggota tim pakar yang telah membantu penyusunan dokumen ini. Semoga rencana pengelolaan yang akan dibuat bisa bermanfaat bermanfaat bagi masyarakat
Limboto, Nopember 2014
(Hastuti Ajub, S.Hut) NIP. 19721230200003005
x
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
iii
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
I. PENDAHULUAN..............................................................................
1
A.
Latar belakang ...................................................................... 1
B.
Tujuan pengelolaan ............................................................... 6
C.
Sasaran ............................................................................... 6
D.
Ruang lingkup ....................................................................... 7
E.
Batasan pengertian ............................................................... 8
II. DESKRIPSI KAWASAN..................................................................... 12 A.
Risalah wilayah KPHP Model Unit VI Gorontalo ...................... 12
B.
Potensi wilayah KPHP model unit IV Gorontalo Utara ............. 23
C.
Sosial Budaya Masyarakat .................................................. 33
D.
Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ..................... 42
E.
Posisi KPHP dalam Perspektif RTRW Gorontalo Utara .............. 43
F.
Isu strategis, kendala dan permasalahan KPHP ..................... 44
III. VISI DAN MISI ........................................................................... 58 A.
Visi .................................................................................. 58
B.
Misi ................................................................................. 61
C.
Tujuan Pengelolaan ........................................................... 62
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI.............................................................. 68 A.
Analisis ............................................................................ 68
B.
Proyeksi ........................................................................... 74
V. RENCANA KEGIATAN .................................................................... 82 A.
Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutannya ... 82
B.
Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu.............................. 85
C.
Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 95
xi
D.
Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPHP yang
telah
ada izin pemanfaatan dan penggunaan .................................. 99 E.
Penyelenggaraan Rehabilitasi di luar izin .............................. 101
F.
Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Rehabilitasi dalam ijin104
G.
Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam .... 106
H.
Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin108
I.
Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholders........ 110
J.
Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM ......................... 113
K.
Penyediaan Pendanaan ...................................................... 114
L.
Pengembangan database ................................................... 116
M.
Rasionalisasi Wilayah Kelola ............................................... 117
N.
Review Rencana Pengelolaan .............................................. 118
O.
Pengembangan Investasi ................................................... 118
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ........................ 122 A.
Pembinaan ....................................................................... 122
B.
Pengawasan ..................................................................... 124
C.
Pengendalian .................................................................... 126
VII.
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN............................... 128
A.
Pemantauan ..................................................................... 128
B.
Evaluasi ........................................................................... 129
C.
Pelaporan ......................................................................... 130
VIII. PENUTUP .............................................................................. 132
xii
DAFTAR TABEL
1.
Pembagian blok pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo ...................... 19
2.
Luas kawasan hutan berdasarkan fungsinya di Kab. Gorontalo ..... 22
3.
Luasan Penutupan Lahan KPHP unit VI di Kabupaten Gorontalo ............... 25
4.
Potensi Pohon (di Pada Fungsi Hutan Produksi Terbatas) ....................... 27
5.
Potensi Pohon (Hutan Lahan Kering Sekunder Pada Fungsi HP) ........ 28
6.
Potensi Pohon (Hutan Lahan Kering Sekunder Pada Fungsi HPT) ...... 29
7.
Potensi pohon (hutan lahan kering kekunder Pada HPT dan HL) ... 30
8.
Pendugaan Potensi Pohon Berdasarkan Tutupan Lahan ................ 31
9.
Pendugaan Potensi Pohon Berdasarkan Fungsi Hutan ...................... 32
10. Permudaan Hutan Alam Hasil Inventarisasi Biogeofisik ................ 34 11. Potensi rotan ............................................................................. 34 12. Daftar flora di KPHP unit VI Gorontalo ........................................... 35 13. Potensi dan pemanfaatan jasa lingkungan air.............................. 37 14. Izin penggunaan kawasan KPHP unit VI Gorontalo .......................... 42 15. Izin pemanfaatan kawasan KPHP unit VI Gorontalo ......................... 43 16. Jumlah Plot Inventarisasi di KPHP unit VI Gorontalo ........................ 84 17. Panjang tata batas kawasan hutan .......................................... 84 18. Luasan pemanfaatan wilayah tertentu di KPHP unit VI Gorontalo .. 86 19. Potensi Pemanfaatan jasa lingkungan PLTMH dan air baku ........... 87 20. Luas wilayah blok pemanfaatan kayu di hutan alam .................... 93 21. Luas blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman ............. 95 22. Luas blok pemberdayaan dan luas areal pencadangan HD serta HTR ...... 98 23. Luas lahan di KPHP yang harus direhabilitasi............................. 102 24. Daftar Stakeholder yang terlibat dalam Pengelolaan KPHP Gorontalo111 25. Mekanisme Partispasi Stakeholder dalam Pengelolaan KPH ........ 112 26. Perkiraan pendanaan KPHP unit VI Gorontalo ............................ 115
xiii
DAFTAR GAMBAR
1.
Penunjukkan kawasan hutan di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo ... 13
2.
Kriteria blok arahan pemanfaatan pada hutan lindung..................... 16
3.
Kriteria blok arahan pemanfaatan pada hutan produksi ................... 17
4.
Diagram alir analisis spatial pembagian blok .................................. 18
5.
Pembagian blok di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo ..................... 19
6.
Peta aksesibilitas di KPHP unit VI Gorontalo ................................... 21
7.
Peta kawasan hutan di Kabupaten Gorontalo ................................. 22
8.
Sebaran potensi kayu ................................................................. 26
9.
Wilayah pengembangan wisata alam Desa Dulamayo Selatan .......... 39
10. Jumlah PNS berdasarkan pendidikan............................................. 51 11. Jumlah PNS berdasarkan kelompok umur ...................................... 52 12. Peta lokasi inventarisasi di KPHP unit VI Gorontalo ......................... 83 13. Potensi mata air sebagai sumber air baku ..................................... 87 14. Atraksi teluk tomini dan hutan pegunungan bawah untuk wisata alam89 15. Potensi kayu kelas 1 di blok pemanfaatan HHK-HA ......................... 92 16. Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP unit VI Gorontalo ......... 93 17. Peta pemanfaatan HHK-HT di KPHP Unit VI Gorontalo ..................... 95 18. Peta blok pemberdayaan masyarakat............................................ 98 19. Mekanisme pembinaan dan pengawasan di KPHP ......................... 101 20. Lokasi rencana RHL (diarsir gelap) di KPHP unit VI Gorontalo......... 103 21. Lokasi Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam ...................... 107 22. Peta HCVF di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo .......................... 108
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Perencanaan merupakan tahap awal suatu kegiatan yang dapat
dijadikan sebagai piranti analisis yang strategis dalam pengambilan keputusan
dan
sekaligus
sebagai
indikator
keberhasilan
suatu
kegiatan.Berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, maka sesuaiPasal 38 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, rencana pengelolaan hutan meliputi rencana jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Sesuai dengan tujuannya maka pembuatan perencanaan kehutanan dimaksudkan untukmemberikan pedoman dan arah bagi pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, pelaku usaha, lembaga profesi, yang memuat strategi dan kebijakan kehutanan untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan
kehutanan.
Karena
pentingnya
sistem
perencanaan kehutanan, maka setiap organisasi baik yang bersifat private company maupun organisasi pemerintah pengelola hutan harus mempunyai perencanaan pembangunan kehutanan termasuk institusi kesatuan
pengelolaan
hutan
produksi
(KPHP)
unit
VI
Kabupaten
Gorontalo Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) unit VI Gorontalo merupakan KPH yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai KPH model melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia 1
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Nomor
976/Menhut-II/2013
tentang
Penetapan
wilayah
kesatuan
pengelolaan hutan produksi (KPHP) Model Unit VI yang terletak di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Sebelum diusulkan menjadi KPHP
model,
pemerintah
Kabupaten
Gorontalo
telah
menetapkan
organisasi pengelola KPHP Kabupaten Gorontalo melalui Peraturan Bupati No 17 tahun 2013 tentang Pembentukan UPTD KPHP Dinas Kehutanan Pertambangan
dan
Energi
Kabupaten
Gorontalo.
Pertimbangan
pembentukan UPTD KPHP Kabupaten Gorontalo di dasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 tahun 2010 tentang pedoman organisasi dan tata kerja KPHP dan KPHL. Pembentukan organisasi KPHP Kabupaten Gorontalo. Urgensi pembentukan organisasi KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo terletak pada begitu banyak kawasan hutan yang seharusnya bisa dikelola menjadi tidak terurus dan berpotensi menjadi open acces. Jika sebuah sumberdaya alam hutan menjadi wilayah open acces maka laju deforestasi akan semakin tinggi. Sejak era keemasan HPH berakhir maka banyak kawasan hutan menjadi tidak bertuan. Ketidakjelasan pengelola ditingkat tapak akan memberikan peluang pada oknum masyarakat untuk membuka lahan-lahan pertanian di dalam kawasan hutan Pembentukan KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo merupakan wujud dari terselenggaranya pengelolaan hutan ditingkat tapak dan mengurangi dampak dari ketiadaan pengelola hutan di tingkat tapak. Organisasi KPHP yang dibentuk dituntut harus mampu memaksimalkan seluruh 2
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
potensi sumberdaya hutan yang ada di wilayahnya dengan tetap memegang prinsip-prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan (sustainable forest management). Untuk melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan maka dibutuhkan perencanaan pengelolaan hutan di wilayah KPH. Sistem perencanaan KPH bisa merujuk pada pasal 12 Undang Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi: inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan penyusunan rencana kehutanan Dalam menyusun rencana pengelolaan jangka panjang, pengelola KPH diharuskan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Ketiga aspek ini dinilai bisa mengakomodir semua kepentingan termasuk kepentingan pelibatan masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat lokal menjadi sangat penting untuk 2 hal, pertama adalah mencegah potensi konflik yang akan terjadi antara pengelola KPH dengan masyarakat dan kedua
adalah
untuk
meningkatkan
akses
masyarakat
terhadap
sumberdaya hutan sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan akan lebih meningkat.Rencana kehutanan yang dibuat oleh pengelola KPH meliputi seluruh aspek pengurusan kehutanan kegiatan penyelenggaraan:
perencanaan
kehutanan;
pengelolaan
hutan;
penelitian dan pengembangan pendidikan dan latihan, penyuluhan kehutanan; dan
pengawasan. Seluruh aspek perencanaan kehutanan
yang dibuat oleh KPH harus melibatkan seluruh masyarakat 3
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Namun demikian perencanaan KPH harus merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku salah satunya bisa merujuk pada pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008, yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia
Nomor:
P.6/Menhut-II/2010
Tentang
Norma,
Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP, secara eksplisit fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak dapat dijabarkan secara operasional sebagai berikut: 1. Melaksanakan penataan hutan dan tata batas di dalam wilayah KPH. 2. Menyusun rencana pengelolaan hutan di tingkat wilayah KPH, termasuk rencana pengembangan organisasi KPH. 3. Melaksanakan pengelolaan
pembinaan, hutan
yang
monitoring dilaksanakan
dan
evaluasi
oleh
kinerja
pemegang
ijin
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, termasuk dalam bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam 4. Melaksanakan rehabilitasi dan reklamasi hutan Melaksanakan perlindungan
hutan
dan
konservasi
alam
Melaksanakan
pengelolaan hutan di kawasan tertentu bagi KPH yang telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). 4
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
5. Menjabarkan kebijakan kehutanan menjadi inovasi dan operasi pengelolaan hutan Menegakkan hukum kehutanan, termasuk perlindungan dan pengamanan kawasan 6. Mengembangkan investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan lestari. Berdasarkan fungsi kerja di atas, dalam konteks regulasi kehutanan dan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan pemerintah daerah, telah jelas bahwa pengelola KPH bertanggung jawab dalam penyelenggaran kegiatan sekaligus bertindak sebagai pengawas kegiatan ditingkat tapak. Keberadaan KPH akan lebih memastikan diketahuinya potensi hutan, perubahan-perubahan yang terjadi maupun kondisi masyarakat yang tergantung pada manfaat sumberdaya hutan. Pengelola KPHP unit VI Kabupaten Gorontalosangat menyadari bahwa tidak mudah melakukan pengelolaan hutan mengingat tantangan dimasa depan semakin berat. Isu-isu sentral yang harus dituntaskan oleh
KPHP
unit
VI
Kabupaten
Gorontalo
adalah
banjir,
perambahan/okupasi lahan, illegal logging, aktivitas PETI dan isu penyelamatan Danau Limboto. Rencana pengelolaan jangka panjang KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo harusmemastikan bahwa semua perencanaan yang telah dibuat
harus
bisa
menangani
isu-isu
yang
berkembang
dengan
mengerahkan semua potensi telah berdasarkan potensi yang ada di dalam KPHP unit VI Gorontalo 5
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
B.
Tujuan pengelolaan Tujuan umum rencana Pengelolaan Jangka Panjang Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) unit VIGorontalo adalah untuk memberikan arah yang tepat didalam pelaksanaan pengelolaan KPH dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun. Sehingga dengan rencana pengelolaan tersebut KPHP unit VI Gorontalo memiliki kerangka kerja yang terpadu dan komprehensif didalam pelaksanaan pengelolaan yang lebih efektif, efisien dan bermanfaat. Sedangkan tujuan khususnya adalah 1.
Menetapkan visi dan misi pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo
2.
Melakukan analisis dan proyeksi pengelolaan dan pemanfaatan KPHP unit VI Gorontalo
3.
Merumuskan rencana kegiatan pemanfaatan di wilayah tertentu KPHP unit VI Gorontalo
4.
Merumuskan
rencana
kegiatan
pembinaan,
pengawasan
dan
pengendalian lingkup KPHP unit VI Gorontalo 5.
Merumuskan mekanisme kegiatan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka pemanfaatan wilayah KPHP unit VI Gorontalo
C.
Sasaran Sasaran umum yang akan dicapai dalam penyusunan Rencana
Pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo adalah tersusunnya suatu kerangka formal pengelolaan untuk sepuluh tahun ke depan yang menjadi acuan bagi rencana pengelolaan jangka pendek (1 tahun) dalam mewujudkan 6
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
kelestarian fungsi dan manfaat dari kawasan KPHP unit VI Gorontalo, serta
memberikan
kontribusi
terhadap
pelaksanaan
program
pembangunan daerah melalui pemanfaatan sumber daya alam guna pengembangan ekonomi pembangunan. Sedangkan rencana khususnya adalah: 1.
Memanfaatkan potensi hasil hutan kayu dari hutan alam untuk kepentingan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat
2.
Membangun kemitraan strategis dengan dunia usaha terkait dengan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman dan pemanfaatan kawasan
KPHP
unit
VI
Gorontalo
untuk
kepentingan
“hutan
bioenergi” 3.
Membangun
kemitraan
dalam
rangka
pengembangan
jasa
lingkungan berupa air dan wisata alam dengan pihak swasta dan Universitas Gorontalo 4.
Melakukan
kemitraan
yang
saling
menguntungkan
dengan
masyarakat terkait dengan pengelolaan HKm, HD dan HTR 5.
Mendorong sistem pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo menjadi PPK-BLUD
D.
Ruang lingkup Ruang lingkup dari rencana pengelolaan jangka panjang KPHP unit
VIGorontalo
adalah
melaksanakankegiatan
selama
pengelolaan
10
(sepuluh) yang terdiri dari:
7
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
1.
Melaksanakan
penataan
kawasan
hutan
berdasarkan
blok
pemanfaatan 2.
Melaksanakan kegiatan inventarisasi biofisik dan sosial ekonomi
3.
Melakukan kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam berdasarkan sistem silvikultur
4.
Melakukan kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman
5.
Melakukan rehabilitasi di luar wilayah izn pemanfaatan kawasan hutan KPHP unit VI Gorontalo
E.
Batasan Pengertian Beberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati bersama dalam
hal berkaitan dengan rencana pengelolaan 10 tahun untuk pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo antara lain : 1.
Kawasan
hutan
adalah
wilayah
tertentu
yangditetapkan
oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 2.
Hutan Produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disebut HPK adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kehutanan.
3.
Hutan Produksi Tetap yang selanjutnya disebut HP adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai dibawah 125, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru. 8
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
4.
Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang
mempunyai
jumlah nilai antara
125-174,
di
luar
kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru. 5.
Hutan Lindung yang selanjutnya disebut HL adalah kawasan hutan yang
mempunyai
fungsi
pokok
sebagai
perlindungan
sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 6.
Hutan Konservasi yang selanjutnya disebut HK adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragam
tumbuhan
dan
satwa
serta
ekosistemnya. 7.
Hutan Tetap adalah kawasan hutan yang akan dipertahankan keberadaannya
sebagai
kawasan
hutan,
terdiri
dari
hutan
konservasi, hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap. 8.
Areal Penggunaan Lain yang selanjutnya disebut APL adalah areal bukan kawasan hutan.
9.
Tata Guna Hutan Kesepakatan yang selanjutnya disebut TGHK adalah kesepakatan bersama para pemangku kepentingan di tingkat 9
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Provinsi untuk menentukan alokasi ruang kawasan hutan berikut fungsinya yang diwujudkan dengan membubuhkan tanda tangan di atas peta. 10. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut RTRWP adalah strategi operasionalisasi arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional pada wilayah provinsi. 11. Paduserasi TGHK dan RTRWP adalah harmonisasi fungsi kawasan hutan dan Areal Penggunaan Lain berdasarkan TGHK yang berbeda dengan fungsi kawasan hutan dan Areal Penggunaan Lain menurut RTRWP
sehingga
diperoleh
fungsi
kawasan
hutan
dan
Areal
Penggunaan Lain yang disepakati bersama. 12. Pelepasan kawasan hutan adalah perubahan status kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi menjadi bukan kawasan hutan oleh Menteri. 13. Persetujuan prinsip pencadangan adalah persetujuan pencadangan pelepasan
kawasan
hutan
untuk
pengembangan
transmigrasi,
permukiman, pertanian, dan perkebunan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan. 14.
Surat keputusan pelepasan kawasan hutan adalah surat keputusan penetapan
pelepasan
pengembangan
kawasan
transmigrasi,
hutan
untuk
permukiman,
digunakan
bagi
pertanian,
dan
perkebunan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan.
10
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
15. Tukar Menukar Kawasan Hutan adalah suatu kegiatan melepaskan kawasan hutan produksi tetap untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan yang diimbangi dengan memasukkan tanah bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan oleh Menteri. 16. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan.
17. Izin penggunaan kawasan hutan adalah izin kegiatan dalam kawasan hutan yang diberikan oleh Menteri untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa merubah status dan fungsi kawasan hutan.
11
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN Deskripsi
wilayah
yang
diuraikan
dalam
dokumen
ini
akan
membahas tentang letak geografis dan iklim, topografi, jenis tanah, aksesibilitas kawasan, sejarah pembentukan KPHP unit VI Gorontalo. Bagian potensi wilayah KPHP unit VI Gorontalo menguraikan tentang tutupan vegetasi, potensi kayu/non kayu, pemberdayaan masyarakat, keberadaan flora dan fauna, dan potensi jasa lingkungan. Bab ini juga menguraikan keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya masyarakat yang meliputi keadaan sosial budaya masyarakat, keadaan sosial ekonomi masyarakat, penggunaan lahan, penduduk, aktifitas ekonomi, informasi izin pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan, kondisi posisi KPH
dalam perspektif Tata Ruang Wilayah dan pembangunan daerah, posisi kelembagaan KPH, Organisasi KPHP unit VI Gorontalo,
issue strategis,
kendala dan permasalahan, serta kegiatan pembangunan kehutanan yang telah dilakukan. A.
Risalah wilayah KPHP unit VI Gorontalo
1.
Letak dan Luas KPHP unit VI Gorontalo Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 325/Menhut-
II/2010, total luas kawasan hutan di Kabupaten Gorontalo mencapai 98.976,71 ha. Luasan tersebut termasuk hutan konservasi yang terdapat dalam wilayah administrasi Kabupaten Gorontalo.Dari luasan tersebut
12
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
maka maka 71.682 ha telah ditetapkan pemerintah sebagai wilayah KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo berdasarkan SK Menteri Nomor 976/Menhut-II/2013 tentang Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) Model Unit VI yang terletak di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo, seperti terlihat pada gambar berikut
Gambar 1. Peta penunjukkan kawasan hutan di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo Terdapat perbedaan luasan kawasan antara peta penunjukkan kawasan hutan KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo berdasarkan SK Menteri Kehutanan dengan Peta kawasan hutan berdasarkan RTRW Kabupaten Gorontalo. Jika merujuka kepada peta kawasan hutan berdasarkan RTRW maka luasan kawasan hutan di KPHP unit VI Gorontalo adalah 70.768,88 Ha. Luasan ini berkurang sekitar 913,12 ha jika dibandingkan dengan SK Penunjukkan kawasan hutan di KPHP unit
13
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
VI Kabupaten Gorontalo. Perbedaan luasan ini terjadi karena terjadi perubahan terhadap batas administrasi antara Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sisa luasan kawasan hutan seluas 913,12 telah masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Gorontalo Utara. Berdasarkan masukan dari pihak pemerintah Kabupaten Gorontalo maka tim penyusun, memutuskan luasan kawasan hutan KPHP unit VI Gorontalo mengacu pada luasan kawasan hutan berdasarkan RTRWK Gorontalo seluas 70.768,881 ha 2.
Batas-batas wilayah KPHP unit VI Gorontalo Penentuan batas wilayah sangat penting dalam rangka menentukan
batas kewenangan wilayah kelola. Adapun batas-batas wilayah KPHP unit VI Gorontaloadalah a.
Bagian Utara
: KPHP unit IVKabupaten Gorontalo Utara,
b.
Bagian selatan
: Teluk Tomini,
c.
Bagian barat
: KPHP unit V Boalemo
d.
Bagian timur
: KPHP unit VIIBone Bolango.
Berdasarkan informasi tersebut maka posisi wilayah KPHP unit VI Gorontalo sangat strategis dan menguntungkan secara ekonomi karena di apit oleh beberapa daerah. Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh wilayah KPHP unit VI Gorontalo khususnya dan umumnya wilayah kelola KPHP unit VI
Gorontalo
dapat
diakses
untuk
memudahkan
pengelolaan
dan
pemantauan. Meskipun demikian pada beberapa wilayah, akses masuk sangat sulit karena memiliki tingkat kelerengan yang curam 14
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
3.
Pembagian blok pengelolaan Seperti yang telah diungkapkan dalam dokumen tata hutan,
pembagian hutan ke dalam blok-blok pengelolaan yang lebih kecil merupakan langkah awal kegiatan pengusahaan hutan. Tujuan dari pembagian hutan tersebut adalah : 1) Memberikan kepastian wilayah kerja, 2) Memudahkan inventarisasi sumber daya dan jenis kegiatan, 3)Memudahkan dalam hal perencanaan organisasi dan manajemen hutan Melalui
pembagian
hutan
suatu
kelompok
hutan
dapat
diatur
pemungutan hasilnya dengan tidak melampaui daya produksi hutan sehingga kesinambungan produksi dapat terjamin. Pembagian hutan dalam unit pengelolaan terkecil tersebut dinamakan blok Pembentukan blok pengelolaan didasarkan pada SK perdirjen no 5/VII-WP3H tahun 2012 dimana terdapat 2 utama yang menjadi dasar pembentukan blok yaitu faktor biogeofisik dan sosial budaya. Faktor-
faktor biogeofisik yang berpengaruh antara lain tutupan lahan, potensi sumberdaya hutan, bentang alam, topografi dan ekosistem. Faktor sosial budaya
yang
berpengaruh
antara
lain
jumlah
penduduk,
mata
pencaharian, pemilikan lahan, jarak pemukiman, pola-pola pemanfaatan hutan oleh masyarakat, keberadaan hutan adat dan lain sebagainya. Adapun skema pembentukan blok berdasarkan peraturan Dirjen Planologo dapat dilihat pada flowchart di bawah ini:
15
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Blok Inti
Fungsi HL
Blok Pemanfaatan
Blok khusus
Untuk perlindungan tata air dan lainnya yang sulit untuk dimanfaatkan. Kriteria 1. Kurang potensi jasa lingkungan, wisata alam dan potensi HHBK 2. Dalam RKTN/RKTP/RKTK masuk hutan alam dan lahan gambut/kawasan direhabiitasi
Untuk rencana pemanfaatan terbatas. Kriteria 1. Potensi jasa lingkungan, wisata alam, potensi hutan non kayu 2. Ada ijin pemanfaatan jasling, hasil hutan non kayu 3. Dekat masyarakat atau masyarakat dalam kawasan hutan 4. Aksesibilitas tinggi, 5. Dalam RKTN/RKTP/RKTK masuk hutan alam dan lahan gambut/kawasan direhabiitasi Untuk menampung kepentingan khusus. Kriteria 1. Pemakaian untuk kepentingan religi, kebun raya, KHDTK, wilayah adat, ulayat 2. Dalam RKTN/RKTP/RKTK masuk hutan alam dan lahan gambut/kawasan direhabiitasi
Gambar 2. Kriteria blok arahan pemanfaatan pada hutan lindung
16
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Fungsi HP
Blok perlindungan
Untuk perlindungan tata air dan rencananya tidak dimanfaatkan. Kriteria 1. Termasuk dalam kawasan lindung 2. Dalam RKTN/RKTP/RKTK masuk hutan alam dan lahan gambut/kawasan direhabiitasi
Blok pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK
Untuk pemanfaatan jasling dan HHBK sebagai solusi untuk meredam konflik dan memberdayakan masyarakat. Kriteria 1. Memiliki potensi jasling dan HHBK 2. Terdapat ijin pemanfaatan jasling dan HHBK 3. Dekat dengan pemukiman
Blok pemanfaatan HHK-HA
Untuk pemanfaatan HHK-HA dengan kriteria: 1. Dalam RKTN/RKTP/RKTK termasuk dalam pengusahaan hutan skala besar 2. Potensi kayu cukup besar 3. Terdapat ijin pemanfaatan HHK-HA
Blok pemanfaatan HHK-HT
Untuk pemanfaatan HHK-HT dengan kriteria: 1. Dalam RKTN/RKTP/RKTK termasuk dalam pengusahaan hutan skala besar dan skala kecil 2. Potensi kayu rendah 3. Tidak berhutan 4. Terdapat ijin pemanfaatan HHK-HT
Blok pemberdayaan
Blok khusus
Untuk pemberdayaan masyarakat dengan kriteria: 1. Dalam RKTN/RKTP/RKTK termasuk dalam pengusahaan hutan skala besar dan skala kecil 2. Telah ada upaya pemberdayaan masyarakat dan direncanakan untuk HKm, HTR dan hutan desa 3. Potensi kayu rendah 4. Tidak berhutan 5. Dekat dengan pemukiman masyarakat 6. Terdapat ijin pemanfaatan HKM, HTR dan HD
Untuk kepentingan khusus dengan kriteria: 1. Pemakaian untuk kepentingan religi, KHDTK, adat/ulayat 2. Dalam RKTN/RKTP/RKTK masuk dalam perlindungan hutan alam
Gambar 3. Kriteria blok arahan pemanfaatan pada hutan produksi
17
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Peta SRTM
Deliniasi DAS dan subDAS
Peta DAS/sub DAS
Peta DAS/sub DAS per HP dan HL
Overlay
Kawasan hutan
Klasifikasi subDAS/ petak HP 75-125 ha HL 200 – 300 ha
Peta satuan lahan
Satuan lahan
Blok Inti
Fungsi HL Adm kab/ kec, desa
Blok Pemanfaatan
Penetapan wilayah
Blok khusus
Potensi kayu, HHBK, jasling
Blok perlindungan Biogeofisik
Potensi kayu, HHBK, jasling
Overlay
Peta Overlay semua kriteria
Blok pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK
Klasifikasi query
Aksesibilitas, jln, sungai Kriteria sesuai per dirjen
Lereng
Blok pemanfaatan HHK-HA
Izin pemanfaatan Peta izin Fungsi HP
Izin penggunaan
Blok pemanfaatan HHK-HT
Blok pemberdayaan PIPIB RKTN & PIPIB RKTN
Sosekbud
Blok khusus
Sosekbud
Gambar 4. Diagram alir analisis spatial pembagian blok
18
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Berdasarkan
hasil
analisis
spatial
dengan
menggunakan
data
biogeofisik dan sosial ekonomi, maka KPHP unit VI Gorontalo terbagi menjadi 7 blok pengelolaan seperti yang terlihat pada tabel Tabel 1. Pembagian blok pengelolaan di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo No.
BLOK
FUNGSI HUTAN HL
1
Blok Inti
2.873,38
2
Blok Khusus
1.497,78
3
Blok Pemanfaatan
8.673,54
4
Blok Pemanfaatan HHK-HA
5 6
Blok Pemanfaatan HHK-HT Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling Dan HHBK
HP
HPT
LUAS (Ha) 2.873,38
3.052,45
4.550,23 8.673,54
7.470,34 17.778,83
11.011,98 5.356,79
7
Blok Pemberdayaan Masyarakat
10.618,50
8
Blok Perlindungan
2.435,29
7.470,34 28.790,80 5.356,79 10.618,50 2.435,29
70.768,88 Grand Total 13.044,70 17.778,83 39.945,35 Ket: HHK-HT (hasil hutan kayu hutan tanaman), HHK-HA (hasil hutan kayu hutan alam, HHBK (hasil hutan bukan kayu)
Gambar 5. Pembagian blok di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo
19
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
4.
Aksesibilitas Lokasi KPHP unit VI Gorontalo tersebar di dua wilayah yaitu
disebelah utara dan selatan Kabupaten Gorontalo. Akses menuju KPHP unit VI Gorontalo dicapai dari arah Timur melalui Ibukota Propinsi Gorontalo, dari arah Kabupaten Gorontalo Utara dan dari arah Kabupaten Boalemo. Dibutuhkan waktu 2-3 jam untuk bisa mengakses lokasi terjauh KPHP unit VI Gorontalo dari arah ibukota Provinsi. Lokasi terjauh berada di Kecamatan Asparaga. Untuk lokasi terdekat dibutuhkan waktu antara 0,5 - 1 jam. Lokasi terdekat berada di Desa Polohungo dan Malahu (Kecamatan Limboto) Hasil analisis spatial juga menunjukkan beberapa wilayah KPHP unit VI
Gorontalo
mempunyai
aksesibilitas
yang
mudah
seperti
yang
ditunjukkan dengan indikator warna merah di peta aksesibilitas. Kriteria kemudahan aksesibilitas ditinjau dari dekat dengan pemukiman dan terdapatnya infrastruktur jalan yang berada didalam dan disekita kawasan KPHP unit VI Gorontalo. Beberapa wilayah yang mempunyai aksesibilitas yang relatif mudah adalah disekitar desa Dulamayo Selatan dan Polohungo yang masuk dalam blok khusus, Desa Bihe dan Bontula yang masuk dalam blok pemanfaatan HHK-HA dan blok pemanfaatan HHK-HT, desa Ayumolingo yang masuk dalam blok inti, seluruh desa yang terdapat di kecamatan Batudaa Pantai, Bilihu yang masuk dalam blok
pemanfaatan
jasa
lingkungan.
Adapun
kondisi
kemudaha
aksesibilitas terhadap KPHP unit VI Gorontalo ditunjukkan dalam peta 20
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
berikut ini
Gambar 6. Peta aksesibilitas di KPHP unit VI Gorontalo (warna merah; akses mudah; warna kuning: akses sedang; warna hijau: akses sulit) 5.
Sejarah Kawasan Hutan KPHP unit VI Gorontalo Sejarah kawasan wilayah KPHP unit VI Gorontalo dimulai dengan
ditetapkannya SK Menteri Kehutanan No 452/Kpts-II/1999 tentang penunjukkan kawasan hutan Provinsi Sulawesi Utara. Saat itu wilayah Kabupaten Gorontalo menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan tersebut luas total kawasan hutan di Kabupaten Gorontalo mencapai 111.428,91ha Seiring dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo, maka tahun 2010, pemerintah pusat melalui Kementerian Kehutanan RI mengeluarkan SK Menteri
Kehutanan
No
325/Menhut-II/2010
tentang
penunjukkan
kawasan hutan di Provinsi Gorontalo. Surat keputusan ini sekaligus
21
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
menggantikan SK Menhut No 452/Kpts-II/1999. Berdasarkan SK. Menhut No. 325/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010 luas kawasan hutan di Kabupaten Gorontalo mencapai 98.976,71 ha yang terdiri dari hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan lindung dan hutan konservasi seperti yang terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 7 di bawah ini Tabel 2. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya di Kabupaten Gorontalo No
FUNGSI
LUAS
PROSENTASE
1
Hutan Konservasi
24.838,98
25,09
2
Hutan Lindung
13.126,00
13,26
3
Hutan Produksi Terbatas
40.775,00
41,19
4
Hutan Produksi
17.781,00
17,96
5
Hutan Produksi Konversi
2.455,73
2,48
Jumlah
98.976,71
100
Sumber: SK Menteri Kehutanan No 325/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010
Gambar 7. Peta kawasan hutan di Kabupaten Gorontalo Beberapa perubahan penting dalam SK Menteri Kehutanan No 22
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
325/Menhut-II/2010 adalah bertambahnya luasan kawasan
SM Nantu
dari 31.125 ha menjadi 55.769 ha. Bertambahnya kawasan hutan SM Nantu
karena
perubahan
fungsi
kawasan
hutan
lindung
Gunung
Boliyohuto menjadi SM Nantu. Perubahan lainnya yang terjadi adalah dikeluarkannya beberapa desa seperti Desa Olobua Kecamatan Tibawa, Desa Malahu Kecamatan Limboto. Sebelumnya kedua desa ini masingmasing terdapat di fungsi hutan produksi (desa Olobua) dan fungsi hutan lindung (desa Malahu). Perubahan kawasan juga terjadi pada wilayah kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Universitas Gorontalo. Pada
awalnya
kawasan
hutan
KHDTK
UG
mencapai
10.000
ha
berdasarkan SK Menteri Kehutanan No396/Menhut-II/2004. Namun sejak berubahnya SK Menteri Kehutanan No 452/Kpts-II/1999 menjadi SK 325/Menhut-II/2010 tentang Penunjukkan kawasan hutan di Provinsi Gorontalo, maka luasan HPGD menjadi 4550,23 ha dengan rincian 1497,78 ha berada di kawasan hutan lindung dan 3052,45 ha berada di hutan Produksi terbatas Adapun sisa luasan KHDTK berubah menjadi areal penggunaan lain (APL) B.
Potensi wilayah KPHP unit VI Gorontalo
1.
Tutupan lahan Hutan di dalam wilayah KPHP Unit VI Gorontalo merupakan hutan
hujan tropis dan sangat dipengaruhi iklim. Hutan hujan tropis dimana memiliki ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusun sebagai kesatuan yang utuh. 23
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis dan fungsi lainnya. Berdasarkan Laporan Penafsiran Satelit Citra Resolusi Sedang Provinsi Gorontalo (citra tahun 2013), penutupan lahan di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo didominasi oleh hutan lahan kering sekunder dengan luas ± 29027,787 Ha dari total luas wilayah hutan di KPHP unit VI Kab. Gorontalo seluas ± 70768,88 Ha. Disamping hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering campur semak memiliki luasan yang cukup besar di Kab. Gorontalo yaitu seluas ± 17465,874 Ha. Wilayah dengan tutupan hutan primer terluas adalah blok pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam seluas 4053,27 ha, sedangkan yang terkecil berada di wilayah blok pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan tanaman seluas 276,01 ha Beberapa kawasan hutan telah dirambah oleh masyarakat dan berubah
menjadi
lahan
pertanian
dan
perkebunan.
Hal
ini
bisa
dibuktikan dengan total wilayah pertanian kering yang mencapai 1982,474
ha.
Jika
diakumulasi
dengan
pertanian
lahan
kering,
perkebunan, tanah terbuka dan pertanian lahan kering campur maka total luasanya mencapai 18.977,65 ha atau seluas 26,81%. Bahkan di kawasan HPT telah ditemukan pemukiman seluas 22,042 ha
24
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Tabel 3. Luasan Penutupan Lahan KPHP unit VI di Kabupaten Gorontalo FUNGSI KAWASAN HUTAN NO TIPE TUTUPAN LAHAN Grand Total HL HP HPT Hutan Lahan Kering 1 Primer 276,008 4839,379 5115,387 Hutan Lahan Kering 2 Sekunder 5299,960 9451,958 14275,869 29027,787 3 Semak Belukar 4162,746 4459,722 8843,406 17465,874 4 Perkebunan 160,128 160,128 5 Pemukiman 22,042 22,042 6 Tanah terbuka 11,419 4,859 16,277 7 Tubuh air 0,008 0,008 8 Pertanian lahan kering 692,615 588,963 700,895 1982,474 Pertanian lahan kering 9 campur 2889,378 2990,757 11098,769 16978,904 Grand Total 13044,699 17778,826 39945,355 70768,88 Sumber: Laporan Penafsiran Citra Satelit Resolusi Sedang Provinsi Gorontalo, 2013 2.
Potensi kayu dan non kayu Hasil analisis citra digital mengindikasikan beberapa kawasan di
KPHP unit VI Gorontalo mempunyai potensi hutan primer. Indikasikan awal ini menginformasikan bahwa KPHP unit VI Gorontalo mempunyai potensi kayu yang cukup besar, meskipun luasan kawasan hutan primer hanya 5115,387 ha atau hanya 7,2% dari total luas kawasan KPHP unit VI Gorontalo. Secara
administrasi
wilayah
KPHP
unit
VI
Gorontalo
yang
mempunyai potensi kayu paling besar terdapat diwilayah Kecamatan Asparaga terutama di Desa Bontula, Desa Pangu dan Desa Bihe. Sedangkan wilayah yang mempunyai potensi paling sedikit terdapat di wilayah kecamatan Batudaa Pantai dan Kecamatan Biluhu. Wilayah
25
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dengan potensi kayu sedang berada pada wilayah desa Dulamayo Selatan, desa Polohungo dan desa Ayumolingo
Gambar 8. Sebaran potensi kayu (warna merah: potensi tinggi, warna hijau: potensi sedang, warna kuning: potensi rendah) 1)
Potensi kayu berdasarkan wilayah administrasi Kayu merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari dalam
kawasan hutan. Kayu yang berasal dari dalam kawasan hutan terdiri dari kayu
indah,
kayu
komersil
kelas
1
dan
kayu
rimba
campuran.
Inventarisasi potensi kayu dari berbagai jenis sangat diperlukan untuk menentukan blok pengelolaan dan blok pemanfaatan di dalam kawasan KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo. Potensi tegakan mencakup jumlah pohon per hektar dan volume pohon per hektar. Berikut disajikan potensi pohon hasil pelaksanaan kegiatan inventarisasi biogeofisik KPHP Unit VI Gorontalo.
26
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
a.
Desa Bihe I Kec. Asparaga
Tabel 4. Potensi Pohon (di Pada Fungsi Hutan Produksi Terbatas) Plot Kelompok Jenis 1 2 3 Kelompok jenis Kayu indah 3,024 18,395 9,442 20-30 0,503 1,084 30-40 1,110 40-50 2,393 50-60 2,521 60 Up 17,285 5,965 Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu 41,302 60,470 84,119 20-30 1,756 5,203 6,525 30-40 5,566 9,642 6,598 40-50 9,510 9,433 27,085 50-60 15,786 2,216 25,893 60 Up 8,683 33,975 18,019 Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompok Komersial dua 147,522 178,195 146,478 20-30 17,411 20,644 21,415 30-40 21,639 47,372 23,497 40-50 15,865 29,062 36,260 50-60 12,132 24,983 20,528 60 Up 80,474 56,133 44,778 Grand Total 191,849 257,060 240,039 Volume Rata-Rata m3/Ha
Rata Rata 10,287 0,529 0,370 0,798 0,840 7,750 61,964 4,495 7,269 15,343 14,632 20,226 157,398 19,824 30,836 27,062 19,215 60,462 688,948 229,649
Sumber: Data hasil inventarisasi potensi kayu (2014)
Dari tabel diatas diketahui bahwa potensi volume pohon terbesar terdapat pada kelompok jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersil Dua yaitu 157,398 M3/Ha, dan potensi volume pohon terkecil terdapat pada kelompok jenis Kayu Indah yaitu 10.287 M3/Ha. Hal ini dapat terjadi
karena
komposisi
jumlah
vegetasi
kelompok
jenis
Rimba
Campuran lebih banyak dari kelompok jenis kayu lainnya. Volume ratarata kayu di fungsi HPT desa Bihe adalah 229,649 M3/Ha 27
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
b.
Desa Bihe II Kecamatan Asparaga
Tabel 5. Potensi Pohon (Hutan Lahan Kering Sekunder Pada Fungsi HP) Kelompok Jenis
Plot 1
Kelompok jenis Kayu indah 20-30
Rata Rata
44,081
6,985
28,166
3,581
0,747
0,222
1,517
6,440
2,397
2,946
4,753
1,572
3,462
2,794
0,931
4,061
50-60 60 Up Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu
3
33,432
30-40 40-50
2
25,790
32,141
19,531
25,399
86,901
43,944
20-30
1,923
3,032
2,246
2,400
30-40
2,710
0,988
6,712
3,470
40-50
8,299
1,644
13,286
7,743
2,987
16,049
6,345
16,748
48,608
23,985
212,497 163,436
209,882
50-60 60 Up Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompok Komersial dua
6,599 253,713
19,310
20-30
19,142
15,777
15,262
16,727
30-40
25,327
25,611
21,355
24,098
40-50
13,594
20,575
22,574
18,914
50-60
10,551
22,214
4,525
12,430
60 Up
185,100
128,319
99,720
137,713
Grand Total
306,676
281,976 257,322
845,974
Volume Rata-Rata m3/Ha
281,991
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa total potensi volume pohon diperoleh sebesar 845,974 M3/Ha. Dimana potensi terbesar terdapat pada kelompok jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersil Dua yaitu 209.882 M3/Ha dan
potensi volume pohon terkecil terdapat
pada kelompok jenis Kayu Indah yaitu 28.166 M3/Ha. Rata-rata potensi kayu mencapai 281,991 28.166 M3/Ha c.
Desa Bontula Kec. Asparaga
28
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Inventarisasi potensi kayu selanjutnya dilakukan di Desa Bontula Kecamatan Asparaga. Inventarisasi dilakukan pada kawasan hutan dengan fungsi hutan produksi terbatas (HPT). Jumlah plot pengukuran sebanyak 3 plot yang tersebar di beberapa lokasi. Berdasarkan hasil inventarisasi ratarata potensi kayu di fungsi hutan produksi terbatas Desa Bontula Kecamatan Asparaga adalah 165,800 M3/Ha. Potensi kayu terbesar terdapat pada plot 3. Hasil ini menunjukkan bahwa potensi kayu baik kayu dari jenis komersil satu, komersil 2 dan kayu indah masih relatif tinggi di plot 3. Hasil inventarisasi potensi kayu yang terdapat pada tabel berikut Tabel 6. Potensi Pohon (Hutan Lahan Kering Sekunder Pada Fungsi HPT) Kelompok Jenis
Plot 1
Kelompok jenis Kayu indah
0,564
11,608
6,612
1,648
1,674
1,107
1,217
0,349
0,710
0,979
1,179
0,720
1,337
0,446
3,821
7,069
3,630
0,778
37,910
14,098
17,595
4,805
3,577
2,794
0,778
5,430
1,630
2,612
0,564
40-50 50-60 60 Up Kelompok jenis Meranti/komersial 1 20-30 30-40
3
7,665
20-30 30-40
2
Rata Rata
40-50
14,042
50-60
2,280
1,308
1,196
60 Up
11,353
7,584
6,312
133,850
129,354
161,574
141,593
20-30
31,257
10,690
16,813
19,587
30-40
46,628
16,834
19,319
27,594
40-50
23,236
13,863
16,729
17,943
50-60
8,745
17,422
12,731
12,966
60 Up
23,984
70,545
95,982
63,503
135,192
174,929
187,281
497,401
Kelompok kayu Rimba Campuran
Grand Total Volume Rata-Rata m3/Ha
4,681
165,800
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2014
29
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
d.
Desa Dunggala dan Desa Pelehu Pengukuran potensi volume kayu selanjutnya dilakukan di Desa
Dunggala dan Desa Pelehu. Banyaknya plot yang digunakan dalam mengukur potensi kayu adalah 3 plot. Adapun hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 7. Potensi Pohon (Hutan Lahan Kering Sekunder Pada Fungsi HPT dan HL) Kelompok Jenis
Plot 1
Kelompok jenis Kayu indah 20-30
2
3
Rata Rata
14,555
4,852
0,207
0,069
30-40
0,000
40-50
2,537
0,846
11,812
3,937
50-60
0,000
60 Up Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial 1
38,264
20-30
0,412
12,892
0,412
0,137
30-40
2,922
0,974
40-50
1,374
0,458
50-60 60 Up Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompok Komersial dua
0,000 33,969
11,323
23,784
134,865
1,992
53,547
20-30
0,563
17,709
0,596
6,289
30-40
5,822
24,757
40-50
1,884
35,695
50-60
2,601
2,581
60 Up
12,914
54,122
Grand Total
23,784
187,684
Volume Rata-Rata m3/Ha
10,193 1,396
12,992 1,727 22,345
2,404
213,872 71,291
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2014 Dari tabel diatas diketahui bahwa potensi volume pohon terbesar terdapat pada kelompok jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersil Dua yaitu 213.872 M3/Ha dan potensi volume pohon terkecil terdapat pada kelompok jenis Kayu Indah sebesar 4.852 M3/Ha. Selanjutnya berdasarkan
30
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
hasil pengukuran maka hasil pengukuran plot II mempunyai total volume terbesar yaitu 187,684 M3/Ha. Rataan volume kayu di kedua desa tersebut mencapai 71,291 M3/Ha. Jika dibandingkan dengan lokasi lainnya maka plot di kedua desa ini mempunyai volume kayu yang paling kecil untuk semua kelompok jenis pohon
2)
Potensi kayu berdasarkan tutupan lahan dan fungsi kawasan Jumlah Semua Pohon yang berhasil di Inventarisasi sebanyak 1.315
Pohon dengan nilai pendugaan Volume sebesar 2246,1955 M3. Tabel 8. Pendugaan Potensi Pohon Berdasarkan Tutupan Lahan Tutupan Lahan Kelompok Jenis dan Kelas Diameter
34.8222
Hutan Sekunder 114.9297
20-30
1.3063
8.3601
30-40
3.5068
8.5698
40-50
3.9648
13.5097
50-60
2.7942
3.8578
60 Up
23.2502
80.6323
231.4899
177.6943
20-30
13.9734
15.5052
30-40
22.9527
20.0234
40-50
49.8043
34.8684
50-60
44.1572
22.3610
60 Up
100.6023
84.9364
Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompok Komersial dua
488.1089
1199.1505
20-30
57.3214
129.9584
30-40
92.2245
185.9366
40-50
87.8956
142.8385
50-60
50.0364
88.9779
60 Up
200.6309
651.4390
754.4210
1491.7745
251.4734
165.7525
Kelompok jenis Kayu indah
Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu
Grand Total Volume Rata –Rata (M³/Ha) Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2014
Hutan Primer
31
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Dari tabel diatas diketahui bahwa potensi Pendugaan volume pohon terbesar terdapat pada pada Tutupan Hutan Sekunder (Hutan Lahan Kering Sekunder) dibandingkan Tutupan Hutan Primer (Hutan Lahan Kering Primer) karena jumlah plot yang terdapat pada tutupan hutan lahan kering sekunder (9 Plot) lebih banyak di bandingkan dengan Tutupan lahan hutan kering Primer (3 Plot) Tabel 9. Pendugaan Potensi Pohon Berdasarkan Fungsi Hutan Kelompok Jenis dan Kelas Diameter Kelompok jenis Kayu indah 20-30
Fungsi Hutan Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
14.555
135.197
0.207
9.459
30-40
12.077
40-50
2.537
50-60
14.938 6.652
60 Up
11.812
92.071
Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu
38.264
370.920
20-30
29.479
30-40
2.922
40.054
40-50
1.374
83.299
50-60
66.518
60 Up Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompok Komersial dua
33.969
151.570
158.649
1528.610
20-30
18.272
169.008
30-40
30.579
247.582
40-50
37.580
193.154
50-60
5.182
133.832
60 Up
67.036
785.034
Grand Total
211.469
2034.727
Volume Rata –Rata (M³/Ha)
105.734
203.473
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2014
32
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Dari tabel dihalaman sebelumnya diketahui bahwa potensi volume pohon terbesar terdapat pada Fungsi Hutan Hutan Produksi Terbatas pada Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersil Dua yaitu 1528,610 M3/Ha dan
potensi volume pohon terkecil terdapat pada
kelompok jenis Kayu Indah pada Fungsi Hutan Lindung yaitu 14,555 M3/Ha. Hal Ini mungkin di sebabkan oleh jumlah Plot Yang terdapat pada Fungsi Hutan Produksi Terbatas Lebih Banyak di bandingkan dengan Jumlah Plot yang terdapat di Fungsi Hutan Lindung 3)
Permudaan Permudaan alam hutan adalah peremajaan hutan secara alami yang
komponennya terdiri dari tingkat semai, pancang dan tiang. Proses permudaan alam hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap pembentukan struktur tegakan hutan. Penyebaran dari
permudaan
hutan
suatu
jenis
pohon
berkolerasi
dengan
kemampuannya bertoleransi dengan kondisi lingkungan. Jenis tumbuhan yang dominan merupakan jenis yang mempunyai toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan yang mempengaruhi perkembangannya dengan perkataan lain jenis tumbuhan tersebut mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang beragam. Berikut disajikan permudaan hutan alam hasil pengukuran lapangan inventarisasi biogeofisik KPHP Unit VI Gorontalo.
33
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Tabel 10. Permudaan Hutan Alam Hasil Inventarisasi Biogeofisik KPHP Unit VI Gorontalo Tingkat Permudaan Alam REGU
I
II
III
IV
PLOT
Jumlah Semai
Jumlah Pancang
Jumlah Tiang
1
36
45
113
2
31
31
93
3
28
22
74
1
27
24
50
2
24
32
59
3
33
19
50
1
12
54
78
2
36
28
77
3
40
42
80
1
2
6
12
2
15
28
3
27
51
71 -
382
757
Total 311 Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2014
3.
Keberadaan flora dan fauna Keanekaragaman flora dan fauna dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain; iklim, jenis tanah, tinggi rendah permukaan bumi, dan pengaruh biotik (mahluk hidup). Iklim memiliki pengaruh sangat besar dalam keberagaman flora dan fauna, dimana daerah yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi. Flora di Sulawesi umumnya dipengaruhi oleh iklim,
secara
umum tipe hutan di Gorontalo berupa hutan hujan tropis. Berdasarkan hasil survey, wawancara dengan masyarakat dan data sekunder, keanekaragaman flora dan fauna masih bisa ditemukan pada wilayah-wilayah KPHP unit VI Gorontalo dengan tutupan lahan hutan primer. Tutupan lahan hutan primer dapat ditemukan di wilayah 34
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Kecamatan Asparaga atau disebelah utara Kabupaten Gorontalo dan berdekatan
langsung
dengan
Suaka
Margasatwa
Nantu.
Adapun
beberapa jenis flora yang bisa ditemukan di KPHP unit VI Gorontalo antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 12. Daftar flora di KPHP unit VI Gorontalo Nama Lokal Rao Bintangur Bulangita Pangi Bunggele
Nama Botani
Nama Lokal
Nama Botani
Bita Pongoli Wolato Tindibotu Nantu
Calophyllum saulatri Ailantus integrifolia Vitex celebica Eugenia polyantha Palaquium obovatum
Leda Dulipohe Loto'o Dengilo
Boyuhu
Dracontomelon dao Calophyllum sp Tetrameles nudiflora Pangium edule Duabanga moluccana Koordesiodendron pinnatum Grewia, sp Phoebe sp Radermachera, sp Pterospermum celebicum (E)
Kenanga Biluango Sengon Beringin
Cananga odorata Octomeles sumatrana Albizia falcataria Ficus sp
Makakata Moobi Biyabo Maranti
Walongo Landolo
Wondami Lamuta
Kayu Jambu
Elmerillia ovalis (E) Eugenia, sp Cratoxylum celebicum (E) Aglaia unifoliata Kjellbergiodendron celebicum (E)
Eucalyptus deglupta Terminalia sp Heritiera littoralis Dillenia serrata (E) Calophyllum inophyllum Terminalia celebica (E) Xylophia sp Shorea sp (L) Diospyros pilasenthera Maniltoa sp Diospyros hebecarpa (E) Homalium foetidum
Tohupo
Artocarpus elasticus
Palem kipas
Butungale
Pometia pinata
Woka
Namu-namu Mataputih Tolotio
Planchonia valida Mallotus floribundus Drypetes globosa
Sarai Cempaka Langsat hutan
Kayu bugis Pagoba Inengo Molonggoile
Duito Bohulo
Bitaula
Oloitoma Momali Landolohuta
Eugenia, sp Licualla flabelum (E) (L) Livistonia rotundifolia (E) (C) (L) Caryota mitis(E) (C) (L) Elmerillia sp Aglaia sp
Sumber: Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kab. Gorontalo (2013)
35
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Beberapa jenis flora dan fauna tersebut termasuk dalam kategori sangat dilindungi berdasarkan IUCN dan CITES Caryota mitis, Cycas rumphii, dan Livistonia rotundifolia atau daun woka (termasuk dalam appendix II CITES); Macaranga crassistipulosa, Elmerillia ovalis,, Terminalia celebica, Diospyros hebecarpa, (endemik Sulawesi); Dracontomelon dao dan Palaquium
obovatum
atau
pohon
Nantu;
serta
Grammatophyllum
speciosum (anggrek raksasa) Sedangkan
untuk
jenis
fauna
meliputi
babirusa
(Babyrousa
babyrussa), anoa (Bubalus depressicornis) (termasuk dalam appendix I CITES);
monyet
spectrum),
hitam
kuskus
sulawesi
sulawesi
(Macaca
(Strigocuscus
heckii),
tarsius
celebensis),
(Tarsius
babi
hutan
sulawesi (endemik); serta 80 jenis burung (35 jenis diantaranya merupakan endemik sulawesi) 4.
Potensi jasa lingkungan dan wisata alam Pemanfaatan yang optimal terhadap potensi jasa lingkungan berupa
air dan wisata alam di KPHP unit VI Gorontalo bisa mempercepat proses kemandirian KPH. Saat ini baru terdapat 1 PLTMH yang memanfaatkan jasa lingkungan air yang terdapat di Desa Dulamayo Selatan, Kecamatan Telaga. PLTMH ini memanfaatkan air yang berasal dari kawasan hutan lindung Gunung Damar. Tahun 2014 Pemerintah Provinsi Gorontalo sedang membangun PLTMH di Desa Polohungo Kecataman Limboto. Kedua PLTMH ini memiliki potensi sebagai salah satu sumber pemasukan bagi KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo. Mekanisme yang dapat 36
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
ditempuh
dalam
pengelolaan
jasa
lingkungan
air
adalah
melalui
pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services). Hasil survei dan informasi dari pihak terkait menyebutkan bahwa dibeberapa lokasi ditemukan beberapa sumber mata air yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu model pemanfaatan jasa lingkungan air.Berdasarkan hasil inventarisasi produk jasa lingkungan air yang telah dimanfaatan maupun berpotensi sebagai salah satu sumber pendapatan KPHP unit VI Gorontalo adalah sebagai berikut Tabel 13. Potensi dan pemanfaatan jasa lingkungan air Lokasi
Desa/Kecama tan
Kapasitas
Akses
Keterangan
Hulu sungai Bolango
Dulamayo Selatan/Telag a
3 kw
Mudah
Telah dimanfatkan untuk PLTMH untuk 135 KK
Hulu DAS Limboto
Polohungo
3 Kw
Mudah
Sementara dalam penyelesaian pembanguna n PLTMH
Hulu Sungai Bolango
Dulamayo Selatan/Telag a
-
Relatif mudah (jalan setapak)
Debit mata air mencapai 25,3 liter/detik
Air Terjun Mohiyolo
Mohiyolo/Asp araga
-
Mudah
Debit air mencapai 2000 l/detik
Sumber: Dishuttamben Kab. Gorontalo 2013 dan Balai wilayah sungai 2013
Pengembangan PLTMH memiliki nilai strategis, mengingat saat ini kebutuhan listrik di Provinsi Gorontalo sebagian besar masih disuply oleh 37
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
PLTD.Padahal terhadap
sistem
sumber
PLTD
energi
disamping
fossil,
juga
menimbulkan penyediaan
pemborosan
energinya
tidak
berkelanjutan. Penyediaan energi yang memadai serta ramah lingkungan merupakan salah satu persyaratan untuk pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan, akan tetapi dengan pesatnya perkembangan/ kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk serta tingginya tingkat konsumsi
telah
memperhadapkan
Indonesia
permasalahan energi yang semakin meningkat.
dengan
berbagai
Kegiatan pemanfaatan
sumberdaya air di dalam kawasan KPH diarahkan pada : 1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Gorontalo pada umumnya dan masyarakat disekitar kawasan KPHP unit VI Gorontalo 2. Peningkatan pelayanan publik terutama pada penyediaan air bersih dan penyediaan sumberdaya energi listrik yang ramah lingkungan bagi masyarakat sekitar KPHP 3. Peningkatan
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pendukung
pelayanan air bersih dan energi listrik terbarukan yang berada di sekitar kawasan untuk pendayagunaan jasa lingkungan; 4. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar pengembangan jasa lingkungan air baku Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan potensi jasa lingkungan, yang diarahkan pada upaya
38
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan. Disamping jasa lingkungan air, potensi lain yang dimiliki oleh KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo adalah beragamnya landscapeterutama landscape perbukitan yang sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata alam. Saat ini sedang dibangun 2 obyek wisata alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Gorontalo yaitu arboretum di Desa Dulamayo Selatan dan Arboretum di Desa Bihe Kecamatan Asparaga. Meskipun tujuan pembangunan arboretum ini ditujukan untuk pelestarian sumber mata air, tetapi tidak menutup kemungkinan sarana dan pra sarana yang dibangun dapat dimanfaatkan untuk tujuan wisata pendidikan. Adapun beberapa lokasi yang bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata alam dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar
9. Wilayah pengembangan SelatanKecamatan Telaga.
wisata
alamDesa
Dulamayo
Hasil survey yang dilakukan menunjukkan, bahwa di lokasi areal pembangunan
arboretum
Desa
Dulamayo
Selatan
telah
sering 39
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dipergunakan oleh beberapa mahasiswa pencinta alam sebagai lokasi camping ground. C.
Sosial budaya dan ekonomi masyarakat Umumnya
masyarakat
yang
tinggal
disekitar
KPHP
unit
VI
Kabupaten Gorontalo berasal dari etnis Gorontalo. Beberapa di antaranya telah bermukim ratusan tahun di dalam kawasan hutan sebelum hutan tersebut ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh Pemerintah. Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat Gorontalo disekitar kawasan hutan adalah sistem perladangan yang disebut dengan ilengi (kebun campuran). Pengelolaan lahan dilakukan secara bergotong royong yang dikenal dengan nama “huyula”. Sistem ini menerapkan sikap saling tolong menolong antara satu kepala keluarga dengan kepala keluarga lainnya dalam mengelola lahan. Satu hal yang menarik dari adat istiadat dalam pengelolaan ilengi adalah adanya ritual yang dilakukan sebelum melakukan pembukaan lahan. Ritual tersebut antara lain dengan meminta petuah kepada panggoba (ahli perbintangan tradisional) dalam menentukan musim tanam. Etnis Gorontalo yang tinggal disekitar kawasan KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo mempunyai kebiasaan untuk bermukim secara berkelompok dan mengumpul dalam sebuah lingkungan kecil, bahkan pada kondisi asli tidak memiliki batas yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya. Hal ini akan semakin kelihatan dengan jelas apabila yang bermukim tersebut masih memiliki ikatan keluarga yang erat, sehingga kadangkala akan terbentuk 40
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
kelompok-kelompok masyarakat yang tidak berbeda karena hubungan tali persaudaraan/ kekeluargaan tersebut. Tingkat pendidikan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan KPHP bervariasi yaitu dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Tapi umumnya tingkat pendidikan masyarakatnya adalah tamatan sekolah dasar. Kegiatan ekonomi masyarakat terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kegiatan usahatani dan non usahatani. Kegiatan usahatani berupa kebun jagung dan ladang kakao, padi, sayur-sayuran sedangkan non usahatani yaitu sebagai peternak, penarik kayu, penarik rotan, operator chainsaw, pengolah kayu, pengrajin atap, dan pengrajin gula aren. Pemasaran hasil usahatani pada umumnya dilakukan di rumah (65 %), di pasar (15 %), dan pedagang pengumpul (20%). Asal pembeli komoditi pertanian berasal dari satu desa dan atau satu kecamatan, dan sisanya (10 %) pembelinya berasal dari luar daerag. Transaksi jual - beli hasil usahatani pada umumnya dilaksanakan secara tunai dengan status pembeli merupakan pedagang/tengkulak. Kelembagaan yang terdapat diwilayah KPHP unit VI Gorontalo antaralain LPM, BPD, Karang Taruna dan SPKP. Fungsi kelembagaan tersebut
antaralain
untuk
pemberdayaan
masyarakat,
menyusun
rencana/program desa, menampung aspirasi, perkumpulan pemuda, serta simpan pinjam khusus perempuan yang merupakan program PNPM.
41
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
D.
Pemanfataan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Kawasan hutan di KPHP unit VI Gorontalo menyimpan banyak
potensi seperti potensi tambang dan kayu. Berdasarkan potensi tersebut beberapa investor mencoba mengelola potensi tersebut. Sejak tahun 2011 Menteri Kehutanan RI telah mengeluarkan izin penggunaan kawasan hutan dan izin pemanfaatan kawasan hutan di wilayah KPHP unit VI Gorontalo. Adapun izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan di KPHP unit VI Gorontalo dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 14. Izin penggunaan kawasan KPHP unit VI Gorontalo No
Bentuk pengelolaan
Nama Pemegang Izin
Aspek legal
Keterangan
1
Pinjam (IUP)
Pakai
PT.Multi Mineral Exploration
SK. 728/MenhutII/2012, tgl 11 Des 2012
Kegiatan eksplorasi bahan galian Tembaga pada kawasan HL, HP dan HPT dengantotal4.794,39 ha di Kecamatan Motilango, Pulubala, Tibawa)Kabupaten Gorontalo
2
Pinjam (IUP)
Pakai
PT. Gunung Mulia Mineral
SK.424/MenhutII/2012Tgl. 6 Agustus 2012
Kegiatan eksplorasi bahan galian Tembaga pada kawasan HLdan HPT dengan total 1.369 ha di Molanihu dan OlobuaKabupaten Gorontalo
Tabel 15. Izin pemanfaatan kawasan KPHP unit VI Gorontalo No
Bentuk pengelolaan
Nama Pemegang Izin
Aspek legal
Keterangan
42
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
1
Pemanfaatan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
Pencadangan HTR
SK.521/MenhutII/2010
Pencadanfan seluas 3.290 ha terletak di Desa Tohupo, Lioto, Batulayar, Bumela
2
Pemanfaatan Hutan Desa (HD)
Pencadangan HD
SK.840/MenhutII/2013
Telah diverifikasi seluas 235 ha desa Bilato
3
Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (HKM)
Pencadangan HKM
SK.840/MenhutII/2013
Telah diverifikasi seluas 1.105 di desa Ambara, Taulaa, Dulamayo Selatan, Tabongo Timur, Pilobuhuta Barakati, Bua, Huntu, Dunggala
4
Pemanfaatan kawasan
PT. Gorontalo Citra Lestari
SK Menhut No 261/MenhutII/2011
Pemberian izin hasil hutan kayu hutan tanaman seluas 46.170 ha (luas di KPHP unit VI Gorontalo 16.383,66 ha)
Dengan demikian di wilayah KPHP unit VI Gorontalo telah terdapat 4 izin pemanfaatan
dan2
izin
pinjam
pakai
pertambangan.
Diharapkan
keberadaan pemegang izin di KPHP unit VI Gorontalo dapat bersinergi dan tumbuh bersama menuju KPHP Kabupaten Gorontalo yang mandiri. E.
Posisi KPHP dalam Perspektif RTRW Gorontalo Kabupaten Gorontalo telah mensahkan RTRW Kabupaten Gorontalo
berdasarkan Perda No 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Gorontalo Tahun 2012-2032. Hasil sinkronisasi RTRWK tahun 2013 menyebutkan bahwa posisi strategi KPHP unit VI Gorontalo adalah sebagai wilayah perlindungan dan sebagai wilayah budidaya. Kawasan
43
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
lindung yang termasuk dalam wilayah KPHP unit VI Gorontalo adalah Hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya, kawasan perlindungan setempat.Kawasan lindung pada hutan lindung yang telah ditetapkan dalam RTRW seluas 13044,70 ha. Sedangkan wilayah budidaya adalah kawasan hutan produksiseluas 58.556 ha yang terdiri dari HP 17.781 ha dan HPT 40.775 ha. Berdasarkan luasan tersebut maka pola pengembangan blok pemanfaatan KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo telah sesuai dengan RTRW Kabupaten Gorontalo. Sehingga perencanaan, pembangunan, pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di wilayah KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo tidak bertentangan dengan RTRW F.
Isu strategis, kendala dan permasalahan KPHP unit VI Gorontalo
1.
Isu strategis KPHP unit VI Gorontalo Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
stakeholder
yang
berkepentingan dengan pengelolaan hutan di Kabupaten Gorontalo maka terdapat
beberapa
implementasi
isu
strategis
RencanaPengelolaan
yang Jangka
perlu
diperhatikan
Panjang
KPHP
dalam unit
VI
Gorontalo yaitu (1) Tumpang tindih pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan Sampai saat ini persoalan klasik tentang tumpang tindih antara pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan masih sering terjadi di wilayah KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo. Sebagai contoh adanya 44
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
tumpang tindih izin antara PT Gorontalo Citra Lestari dari pihak HTI dan PT. Gunung Mulia Mineral serta PT Multi Mineral Exploration dari pihak pertambangan emas. Konflik tumpang tindih lahan yang masih belum terselesaikan diantara pengusaha pertambangan dan pihak perusahaan HTI di KPHP unit VI Gorontalo disebabkan komunikasi yang terputus. Dalam hal ini, perlu menjalin komunikasi secara intens dan konstruktif agar tercipta persepsi yang sama diantara pihak-pihak yang terkait. Seharusnya,
agar
konflik
ini
tidak
berlarut-larut,
pemerintah
Kabupaten Gorontalo turun tangan langsung mempertemukan pihakpihak
yang
berselisih,
baik
masyarakat
maupun
pengusaha
pertambangan. Jika perlu, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) membantu memfasilitasi masyarakat dengan pihak pengusaha pertambangan dengan pihak HTI (2) Pengembangan hutan bioenergi Pengembangan hutan tanaman sebagai sumber bioenergi, pangan dan pendukung industri pengolahan kayu merupakan sebuah ide untuk mengatasi
krisis
energi.
Meskipun
beberapa
pihak
masih
mempertanyakan konsep pengembangan ini. Berdasarkan kajian Badan Litbang Kehutanan ada empat jenis tanaman cepat tumbuh yang potensial untuk dikembangkan pada hutan tanamanbioenergi yaitu Nyamplung, Bintaro, Gmelina, dan Kaliandra. Nyamplung dan Bintaro dimanfatkan buahnya untuk menghasilkan minyak nabati penghasil
45
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
biosolar, sementara Gmelina dan Kaliandra bisa dimanfaatkan kayunya sebagai energi biomassa. Agar pengembangan hutan energi optimal, nantinya akan dibangun dengan sistem pengelompokan (cluster). Di mana hutan energi berbasis bio solar, akan dibangun di dekat kilang-kilang minyak milik Pertamina. Sementara hutan energi berbasis biomasa akan dibangun di dekat pembangkit listrik. Sementara pangan di hutan tanaman pada kawasan hutan bisa dilakukan dengan menanam jenis pohon penghasil pangan seperti sagu pada areal tanaman kehidupan. Jenis tanaman semusim seperti jagung atau singkong juga bisa dikembangkan dengan pola tumpang gilir dan tumpang sari. (3) Penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) pada KPHP unit VI Gorontalo Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, yang selanjutnyadisingkat PPKBLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Jika melihat potensi yang dimiliki oleh KPHP unit VI Gorontalo, maka sistem pengelolaan keuangan di KPHP unit VI Gorontalo bisa mengikuti mekanisme
PPK
BLUD.
Dengan
penerapan
PPK-BLUD,
diharapkan 46
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pengelola KPHP unit VI Gorontalo dapat mengoptimalkan seluruh produk yang berasal dari kawasan hutan. Penerapan sistem PPK-BLUD juga bisa memaksimalkan dana-dana publik untuk kepentingan pelayanan jasa disektor kehutanan (4) Penyelamatan Danau Limboto Danau limboto merupakan danau tektonik dan salah satu icon penting dalam peradaban masyarakat Gorontalo. Keberadaan Danau Limboto bagi masyarakat Gorontalo memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan seperti menjadi penyanggah kehidupan bagi masyarakat Gorontalo, penyanggah kehidupan biota air/ikan air tawar dan sebagai muara DAS Limboto dimana terdapat 23 sungai yang bermuara kedalamnya termasuk 4 sungai besar yakni Sungai Meluwopo, Sungai Alo-Pohu, Sungai Molalahu dan Sungai Biyonga Saat ini eksistensi Danau Limboto setiap tahunnya menunjukan penurunanyang
signifikan
baik
secara
kualitas
maupun
kuantitas
potensinya. Penurunan kualitas dan daya dukung danau Limboto tersebut merupakan ancaman sekaligus indikasi bahwa satu saat nanti keberadaan danau Limboto bakal hanya sebagailegenda. Hal ini dapat dikaji dari berbagai data dan hasil penelitian diantaranya : •
Hasil
Penelitian
BAPPEDA
Kabupaten
Gorontalo
tahun
1970
menguraikan bahwa pada tahun 1932 luas Danau mencapai 7000 Ha dengan kedalamanmaksimum 30 meter sedangkan pada tahun 1950 kedalamannya masih mencapai 27 meter. 47
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
•
Hasil Studi AMDAL Unsrat dan JICA pada tahun 2001, ketinggian air maksimum pada musim kemarau adalah kurang dari 2,5 m, sedimentasi berasal dari hasil erosi dan sedimentasi in situ kawasan danau, kedalaman sedimen bervariasi diseluruh kawasan danau yaitu dibagian timur danau mempunyai ketebalan sedimen 3 – 5 m, sepanjang sisi utara dan barat danauberkisar 5,8 – 6,4 m,
sisi
selatan
berkisar
antara
8,8
–
10,2
m,
didekat
outletketebalan sedimen sekitar 4,4 m dan dibagian tengah danau ketebalansediment
12,4
m,
sedangkan
beban
untuk
Sungai
Biyonga sebesar 0,1282kg/det dan untuk Sungai Alo-pohu sebesar 0,0342 kg/det, yang didasarkanpada perhitungan debit sungai maksimum rata-rata selama 10 tahun. •
Data Survey terakhir tahun 2005 mencatat kedalaman danau Limboto saat inihanya 1 – 1,5 m saja, tanah timbul danau seluas 637 ha sudah berubah wujudmenjadi sawah dan 329 ha menjadi ladang, 1.272 ha berubah menjadiperkampungan dan 42 ha sisanya untuk keperluan lainnya. (Presentasi BupatiGorontalo dalam
“Temu
Stakeholders
dan
Sarasehan
Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pengelolaan SDA dan LH Hulu Danau Limboto”,) Dari data dan hasil-hasil penelitian tersebut juga menunjukan penyebab diakibatkan
pendangkalan oleh
laju
dan
penyempitan
erosi/sedimentasi
yang
luasan
danau
disebabkan
selain perilaku
48
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pertanian yang tinggal di dalam dan sekitar hutan di blok KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo. (5) Kemiskinan masyarakat sekitar wilayah KPHP unit VI Gorontalo Umumnya masyarakat disekitar kawasan hutan identik dengan kemiskinan karena rendahnya pendapatan. Konsekuensi dari rendahnya pendapatan masyarakat adalah sumber daya hutan cenderung semakin rusak, masyarakat semakin sulit mengembangkan potensi diri, standar minimal kebutuhan masyarakat sulit terpenuhi, dan pada akhirnya masyarakat kurang dapat berpartisipasi dalam program pembangunan. Tingginya angka kemiskinan merupakan permasalahan klasik yang marak dijumpai di negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Meskipun berbagai upaya telah dan terus dilakukan dalam rangka memerangi kemiskinan, namun kemiskinan hingga kini tetap menjadi masalah yang cukup rumit untuk dipecahkan. Hal ini dapat memicu meningkatnya permasalahan sosial dan konflik sosial, rendahnya posisi tawar masyarakat, masyarakat sangat tergantung pada sumber daya hutan, semakin beratnya tekanan terhadap kelestarian hutan, dan masyarakat
semakin
mengakibatkan
tidak
berdaya
meningkatnya
tindak
untuk
maju,
kriminalitas
sehingga dan
dapat
tingginya
ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah. Penting digarisbawahi bahwa himpitan kemiskinan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan (dapat) menjadi salah satu faktor pendorong tingginya laju pembalakan liar dan perambahan hutan. 49
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
(6) Lemahnya koordinasi Kurangnya peran dan sinergitas diantara para pihak (stakeholder), baik
sinergitas
mengakibatkan
antar
sektor
terjadinya
maupun
tumpang
antar tindih
tingkat
pemerintahan
dan/atau
kesenjangan
kegiatan sehingga tidak efektif dan efesien. Hal ini juga berakibat pada sulitnya
menciptakan
komitmen
bersama
dalam
mengembangkan
potensi sumberdaya hutan secara optimal yang bermuara pada kurang optimalnya kegiatan pemberdayaaan masyarakat. Akhirnya, akibat dari kurangya
peran
dan
sinergitas
diantara
para
pihak
maka
laju
pemberdayaan masyarakat sektor kehutanan menjadi lambat. Disamping itu isu kelembagaan lainnya yang masih membayangi pengelolaan KPHP unit
VI
Gorontalo
adalah,
terjadinya
gap
antara
kebijakan
dan
pelaksanaan. Kesenjangan antara substansi kebijakan dan implementasi mengakibatkan
kurangnya
kepercayaan
masyarakat
pada
aparat
pemerintah sehingga program-program tidak bisa berjalan efektif. Selain itu masyarakat akan kecewa dan apatis, yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Apabila gap antara kebijakan dan pelaksanaan menganga lebar,
maka
jika terjadi
kegagalan program maka
sesungguhnya
masyarakatlah yang menjadi korban (7) Isu sumber daya manusia Secara
umum
tingkat
pendidikan
PNS
di
Dinas
Kehutanan
Pertambangan dan Energi adalah sarjana seperti yang terlihat pada diagram gambar berikut 50
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
30
25
25 20
14
15 10 5
3
1
0
SD
SMA
S1
1
S2
S3
Gambar 10. Jumlah PNS berdasarkan pendidikan Diagram diatas memperlihatkan 56,82% PNS telah berpendidikan S1. Meskipun memiliki tingkat pendidikan S1, namun secara skill kemampuan tenaga teknis masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan
hasil
penilaian
Pusat
Pengembangan
SDM
Kementerian
Kehutanan yang melakukan survey tahun 2013 kepada tenaga teknis dilingkungan Dinas Kehiutanan Pertambangan dan Energi se Provinsi Gorontalo,
maka
kemampuan
kehutanan
pada staf
Dinas
teknis
Kehutanan
dan dan
pengetahuan
dibidang
Pertambangan
Energi
Kabupaten Gorontalo masih rendah Kurangnya kemampuan (kuantitas dan kualitas) aparat pemerintah dalam memfasilitasi proses perencanaan pembangunan kehutanan, berakibat: kegiatan kegiatan pembangunan kurang berproses dengan baik, pencapaian tujuan dan sasaran program kurang optimal, kegiatan usaha produktif masyarakat tidak berjalan lancar, masyarakat tetap 51
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
tidak berdaya, daya inovasi kurang, dan informasi ke masyarakat bias. Selanjutnya, program pemberdayaan menjadi tidak terintegrasi dan berpotensi
terjadi
penyimpangan
yang
bermuara
pada
rendahnya
kualitas pelayanan. Dilihat dari segi umur, umumnya di dominasi oleh umur antara 4150 tahun dengan total PNS sebanyak 18 PNS atau 41%. Sedangkan yang berumur diatas 51 tahun berjumlah 14 orang atau 32%. Ini berarti jika tidak ada penambahan kuota PNS di Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi maka jumlah PNS 5 tahun kedepan akan berkurang sebanyak 32 persen. Adapun sebaran umur PNS di Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi dapat dilihat pada gambar diagram berikut
18
20
14
15 10
10 5 2 0 20-30 TAHUN
31-40 TAHUN
41-50 TAHUN
51-56 TAHUN
Gambar 11. Jumlah PNS berdasarkan kelompok umur
52
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
(8) Kerusakan sumber daya hutan Isu penting yang berkaitan dengan sumber daya hutan adalah semakin luasnya hutan yang rusak, besarnya tekanan terhadap sumber daya hutan dari sektor lain, sumber daya hutan kurang memberikan manfaat sesuai dengan harapan masyarakat, tingginya ketergantungan masyarakat
terhadap
masyarakat
dalam
sumber
daya hutan,
pengelolaan
pelestarian
kurangnya keterlibatan sumber
daya
hutan,
kurangnya kepedulian dan kemampuan multipihak dalam pelestarian sumber daya hutan, dan rendahnya akseptabilitas terhadap eksistensi tata ruang kawasan huta. Besarnya tekanan terhadap sumber daya hutan dari sektor lain mengakibatkan kawasan hutan banyak berubah status dan fungsi, semakin tingginya deforestasi, kesulitan dalam menerapkan program kerja, semakin sulit memenuhi kebutuhan hasil hutan. Akhirnya muara dari besarnya tekanan terhadap sumber daya hutan adalah terganggunya ekosistem. (9) Isu pemekaran wilayah Desentralisasi merupakan salah satu perubahan sosial politik yang dialami Indonesia dan diimplementasikan melalui UU 34/2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya yang menyangkut Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Semangat otonomi daerah tercermin antara lain pada keinginan sebagian daerah untuk memekarkan diri dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 53
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Menurut UNDP, dari aspek kinerja perekonomian daerahditemukan dua masalah utama yang dapat diidentifikasi yaitu: pembagian potensi ekonomi yang tidak merata, dan beban penduduk miskin yang lebih tinggi. Di sisi keuangan daerah disimpulkan bahwa daerah baru yang terbentuk melalui kebijakan Pemerintahan Daerah menunjukkan kinerja yang relatif kurang optimal dibandingkan daerah kontrol. Hal ini terutama disebabkan oleh beberapa permasalahan dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu ketergantungan fiskal yang lebih besar di daerah pemekaran berhubungan dengan besarnya alokasi belanja modal di daerah pemekaran; optimalisasi pendapatan dan kontribusi ekonomi yang rendah; dan porsi alokasi belanja modal dari pemerintah daerah yang rendah Sedangkan dari sisi pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo terdapat 2 isu strategis terkait dengan persoalan pengelolaan KPHP unit VI Gorontaloyaitu 1) pemekaran wilayah akan membuat kawasan KPHP unit VI Gorontalo akan berkurang mengingat saat ini terdapat 2 calon kabupaten di Kabupaten Gorontalo diusulkan sebagai daerah otonom baru 2) wilayah KPHP unit VI Gorontalo akan menjadi lintas kabupaten. Implikasinya
adalah
KPHP
unit
VI
Gorontalo
akan
dikelola
oleh
Pemerintah Provinsi Gorontalo 2.
Kendala dan permasalahan Seperti halnya kawasan hutan lain di Indonesia, pengelola KPHP unit
VI
Gorontalo
mempunyai
beberapa
tantangan
terkait
dengan 54
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
permasalahan pengelolaan. Umumnya permasalahan tersebut adalah masalah
perilaku
beberapa
oknum
masyarakat
yang
melakukan
pemanfaatan hutan tanpa mengindahlan kaidah-kaidah pengelolaan hutan
lestari.
Permasalahan-permasalahan
tersebut
pada
dasarnya
merupakan dampak dari upaya pembangunan ekonomi yang belum berpihak kepada upaya pelestarian dan pemanfaatan kawasan hutan secara bekelanjutan dan dampak dari populasi dan semakin tingginya kebutuhan manusia akan sumber daya alam hayati, lemahnya koordinasi di kalangan pemerintah serta masih lemahnya kelembagaan KPHP unit VI Gorontalo. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KPHP unit VI Gorontalo diuraikan sebagai berikut : 1.
Masih ditemukannya beberapa oknum masyarakat yang melakukan aksi perambahan dengan tujuan menanami kawasan KPHP unit VI Gorontalo dengan tanaman berupa jagung yang bagi masyarakat, jagung sebagai salah satu bahan makanan pokok. Tanaman lain yang ditemukan adalah Kemiri (Aleurites moluccana) yang bagi masyarakat ekonominya.
setempat Selain
merupakankomoditas itu
terdapat
pula
penunjang
tanaman
usaha
Jati(Tectona
grandis). Tanaman ini pada umumnya berada di dalam kawasan yangsebelumnya berfungsi lindung dan produksi. Masyarakat di sekitar kawasanmengakui tanaman kemiri dan jati tersebut sebagai milik mereka walaupun diakuiberada di dalam kawasan hutan. 55
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Karena klaim kepemilikan tersebut, kelompok-kelompokmasyarakat ini menuntut untuk dapat memanfaatkan hasilnya.Di beberapa wilayah ditemukan juga kelompok masyarakat yang memanfaatkan aren yang tumbuh liar di dalam kawasan hutan 2.
Data dan informasi potensi kawasan KPHP unit VI Gorontalomasih minim. Untuk itu, sampai dengan tahun 2013 telah diupayakan untuk terusmenghimpun data dan informasi yang ada serta terus diupayakan
untukmelaksanakan
eksplorasi
secara
langsung
di
lapangan. 3.
Terkait dengan data dan informasi potensi kawasan yang masih terbatas, makaperancangan blok pengelolaan kawasan KPHP unit VI Gorontalobelum sempurna. Untuk sementara waktu,pelaksanaan pengelolaan
kawasan
didasarkan
pada
fungsi
kawasan
hutansebelum penunjukan sebagai kawasan KPHP unit VI Gorontalo. Dengan demikian makapelaksanaan pemanfaatan kayu dan bukan kayuakan dilakukan padawilayah-wilayah yang mempunyai potensi kayu dan non kayu. 4.
Bentang alam kawasan KPHP unit VI Gorontalo yangsebagian besar adalah kawasan berbukit bukit menyebabkan sulitnya aksesibilitas kedalam kawasan untuk
berbagai
keperluan,
terutama untuk
identifikasi daninventarisasi potensi serta kondisi aktual kawasan. Penggunaan teknologipenginderaan jauh untuk keperluan ini telah dilakukan namun belum dapatmemberikan gambaran yang detail 56
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
tentang kondisi aktual kawasan. Untukkeperluan ini dibutuhkan inventarisasi potensi yang mencakup kawasan yang luas. 5.
Fenomena alam berupa daya tarik wisata sangat unik khas pulau Sulawesi atau khas Gorontalo belum semua dapat diekplorasi karena keterbatasan sumberdaya.
6.
Pengelolaan
secara
kolaboratif
KPHP
unit
VI
Gorontalobelum
sepenuhnya berjalan dengan baik.
7.
Kelembagaan KPHP unit VI Gorontalo belum mapan.SDM yang ada masih
sangat
terbatas,
sarana
dan
prasarana
pengelolaan
jugademikian adanya. Selain itu, struktur organisasi yang ada belum mampumendukung kebutuhan pengelolaan. Taman
57
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN A.
Visi Pernyataan visi sebuah organisasi merupakansebuah cita-cita yang
ingin dicapai. Sebuah visi harus dituangkan secara sedernaha namum membumi (down to earth) dan yang paling penting visi atau cita-cita tersebut harus realistis dan didasarkan pada kemampuan dan potensi yang terdapat pada organisasi tersebut tidak terkecuali pada organisasi KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo Visi.Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan Arahan visiKesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) unit VI Gorontalo
harus
mempertimbangkan
visi
dari
Dinas
Kehutanan
Pertambangan dan Energi, mengingat KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo merupakan UPTD dari Dishuttamben Kabupaten Gorontalo. Agar visi tersebut dapat dijalankan maka visi yang dibuat oleh KPHP unit VI Gorontalo telah memenuhi kriteria sebuah visi yang baik yaitu: imagible (dapat di bayangkan), desirable (menarik), feasible (realities dan dapat dicapai), focused (jelas), flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan), communicable (mudah dipahami). Selain harus memenuhi kriteria visi yang baik, visi yang dibangun harus mampu mengangkat organisasi KPH sebagai organisasi yang 58
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
mandiri. Mengingat organisasiKPHP unit VI Gorontalo belumbenar-benar efektif dan belum mapan maka visipengelolaan KPHP unit VI Gorontalo untuk jangka panjangadalah : “Mengelola wilayah KPHP unit VI Gorontalodenganprofesional berdayasaing global, mandiri dan akuntabelmenuju kelestarian hutan untuk kesejahteraan masyarakat” Dalam visi tersebut terkandung tiga kunci pokok landasan pemikiran dalam upayapengelolaan KPHP unit VIGorontalo, yaitu : 1.
Pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo yang “profesional” Profesional yang dimaksud adalah pengelolaan KPHP unit VI
Kabupaten Gorontalo harus taat azaz/taat aturan, baik aturan hukum terkait dengan pengelolaan hutan yang berlaku. Pengelola KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo dituntut harus meningkatkan kemampuan skill individu baik skill dalam bidang keteknikan kehutanan, maupun skill dalam bidang ekonomi dan sosial kemasyarakatan Beberapa ukuran meningkatnya profesionalitas pengelolaan KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo, dapat dilihat pada peningkatan kualitas diri sumber
daya
manusianya,
baik
dari
pendidikan,
peningkatan
kemampuan dan penguasaan teknologi; Pembangunan sarana dan prasarana KPH yang bekualitas sampai ketingkat resort; Optimalnya pengelolaan
dan
pemanfaatan
aset-aset
KPH
dan
sumber-sumber
keuangan lainnya bagi kepentingan pembangunan; Meningkatnya sistem tata kelola yang baik dalam bidang kehutanan 59
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
2.
Pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo yang “berdayasaing global Salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh KPHP unit VI
Kabupaten Gorontalo adalah pasar bebas, termasuk pasar bebas bagi produk-produk kehutanan baik kayu maupun non kayu. Hal terpenting dari sebuah pasar bebas adalah komoditi yang di tawarkan harus mempunyai kualitas tinggi dan memenuhi standart internasional. Jika persyaratan ini terpenuhi maka komoditi kayu dan HHBK yang dihasilkan oleh KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo mampu bersaing dengan komoditi sejenis dari negara lain Entry point dalam mewujudkan hal tersebut adalah, pengelola KPHP harus
sudah
mulai
memikirkan
sistem
standarisasi
baku
yang
dipergunakan oleh negara-negara maju dalam menjual produk yang berasal dari sektor kehutanan, misalnya melalui sistem sertifikasi legalitas kayu yang diakui oleh dunia internasional 3.
Pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo yang “mandiri. Mandiri yang dimaksud adalah upaya untuk
menentukan arah
pembangunanKPHP unit VI Gorontalo yang lebih baik dengan memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan daerah sehingga tidak memiliki ketergantungan berlebihan yang dapat berakibat pada kerawanan sosial dan ekonomi, tetapi justru memiliki daya tahan dan daya saing yang kuat terhadap gejolak sosial dan ekonomi. 60
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Ukurannya dapat dilihat pada kemandirian KPHP unit VI Gorontalo untuk menjadi sebuah organisasi yang mampu membiayai sendiri kegiatannya tanpa bergantung kepada pihak lain sehingga lebih fokus pada pengelolaan KPH dan pemberdayaan masyarakat. 4.
Pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo yang “akuntabel”. Dalam mengelola unit bisnis, maka transparansi dalam pengelolaan
KPH menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan. Transparansi dalam pengelolaan KPH akan bermuara pada trust (kepercayaan). Tranparansi pengelolaan KPH juga akan menghindarkan pengelolanya dari kasus korupsi. Jika sistem transparansi telah dilakukan maka mitra-mitra usaha tidak akan ragu lagi dalam membangun kerjasama bisnis dengan KPH Standart dan operasional prosedur (SOP) dalam mengelola KPH harus dibuat secara efektif dan efisien serta terhindar dari adanya “high transaction cost”. Sistem ini tentu saja tidak mudah karena butuh kesiapan internal lembaga pengelola, sinergitas dengan lembaga lain diluar KPH. B.
Misi Dalam langkahnya untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan,
diperlukan bentuk nyata implementasinya sebagai gambaran tentang tahapan pelaksanaan. Dengan demikian, ditetapkan misi pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo sebagai berikut : 1.
Meningkatkan kualitas SDM KPHP unit VI Gorontalo
61
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
2.
Meningkatkan
sarana
dan
prasarana
penunjang
kegiatan
pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo 3.
Mengembangkan
unit-unit
usaha
KPHP
unit
VI
Gorontalo
berdasarkan potensi yang dimiliki 4.
Mengoptimalkan
pemanfaatan
sumber
daya
alam
hutan
dan
ekosistemnya berdasarkan prinsip kelestarian; 5.
Membangun kemitraan strategis dengan dunia usaha/dunia industri
6.
Memberdayakan
masyarakat
disekitar
kawasan
KPHP
unit
VI
Gorontalo C.
Tujuan Pengelolaan Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelolaan KPHP unit VI
Gorontalo
mempunyai tujuan dalam pencapaian visi dan misi tersebut
adalah sebagai berikut: 1. Pemantapan aspek kelembagaan ditujukan untuk mempersiapkan aparatur pengelola dalam pelayanan publik, menyusun struktur, fungsi, wewenang, tugas dan tanggung jawab serta tata hubungan yang efektif dan efisien dalam optimalisasi pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo. 2. Penataan kawasan ditujukan untuk memperoleh kepastian hukum dan kejelasan status, menghindari sengketa yang bersumber dari tumpang tindihnya perizinan dan areal kawasan disamping untuk menyediakan ruang bagi masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan baik dalam rangka mendukung program KPHP unit VI 62
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Gorontalo maupun untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Pemantapan kerjasama dan kolaborasi antara KPHP unit VI Gorontalo
dengan
para
pihak
ditujukan
untuk
upaya
pemberdayaan, memperbaiki kinerja, menciptakan daya saing, memperluas jangkauan pelayanan serta meminimalisir terjadinya konflik. 4. Pemantapan
perlindungan
dan
pengamanan
ditujukan
untuk
menjaga fungsi perlindunganan, pelestarian dan pengawetan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya. 5. Pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya ditujukan untuk pengendalian fungsi pemanfaatan secara lestari dengan mengatur segala bentuk kegiatan di kawasan KPHP unit VI Gorontalo D.
Pendekatan strategipengelolaan Dalam pencapaian visi dan misi pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo
dibutuhkan
beberapa
pendekatan
strategi
untuk
mencapai
tujuan
pengelolaan. Strategi-strategi yang diterapkan memerlukan analisis, tahapan serta pra-kondisi yang matang melalui pendekatan antara lain : 1.
Managemen Kolaborasi Kerjasama pengelolaan para pihak akan mengatur dan berbagi
peran dari masing-masing pihak dalam pengelolaan bersama. Peran beberapa pihak tersebut harus bersinergi dalam memperkuat program 63
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
yang ada, mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama-sama, sehingga hasil yang diharapkan dapat maksimal dan bermanfaat bagi pencapaian tujuan bersama. 2.
Membuka jaringan kerjasama usaha Membuka jaringan kerjasama usaha dalam kerangka bisnis yang
saling menguntungkan antara pengelola KPHP unit VI Gorontalo akan berdampak pada percepatan kemandirian pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo.
Beberapa
kegiatan
yang
akan
dikembangkan
dalam
memperkuat jaringan tersebut seperti: ekowisata, kerjasama usaha pemanfaatan
dan
penggunaan
kawasan
KPHP
unit
VI
Gorontalo,
kerjasama penelitian, pengembangan masyarakat melalui program CSR. 3.
Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Bersama Perlindungan dan pengamanan ditujukan untuk menjaga keutuhan
fungsi kawasan, keragaman hayati beserta ekosistemnya, menjaga agar kawasan terbebas dari perambahan, perusakan dan gangguan baik langsung maupun tidak langsung. Dalam memperkuat perlindungan dan pengamanan kawasan diperlukan strategi-strategi yang melibatkan peran serta semua pihak berdasarkan kewenangan yang dimiliki masingmasing pihak, baik di internal KPHP unit VI Gorontalo maupun pihakpihak eksternal seperti Kepolisian, pihak swasta yang bekerja di sekitar KPHP
unit
VI
Gorontalo
dan
masyarakat.
Selain
memperkuat
pengamanan bersama, diperlukan juga partisipasi masyarakat yang berada di sekitar kawasan, partisipasi ini dapat diperkuat dengan 64
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
membangun pengamanan swakarsa masyarakat yang berada di sekitar kawasan. 4.
Peningkatan kualitas SDM dan sarana prasarana Sumberdaya manusia dan sarana prasarana merupakan salah satu
prasyarat utama dalam pengembangan usaha di KPHP unit VI Gorontalo. Penyiapan SDM seharusnya dilakukan sejak awal. Pengembangan SDM dapat dilakukan dengan mengirimkan beberapa tenaga pegawai KPHP unit VI Gorontalo untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, melakukan program magang pada wilayah KPH lain yang telah maju dan mengikuti pelatihan. Pengiriman SDM seyogyanya dilakukan berdasarkan kebutuhan KPHP unit VI Gorontalo. Pengembangan SDM harus dibarengi dengan peningkatan Sapras, sehingga SDM yang telah selesai mengikuti pendidikan sudah bisa menggunakan sarana dan prasarana tersebut untuk mempercepat proses kemandirian KPHP unit VI Gorontalo. 5.
Pengembangan Wilayah tertentu Wilayah pengembangan tertentu adalah wilayah yang dimanfaatkan
oleh KPHP unit VIGorontalo sebagai wilayah “bisnis KPH”. Wilayah ini akan diusahakan oleh pengelola KPHP unit VIGorontalo sebagai sumber penghasilan KPH.Pengelola KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo harus benar-benar fokus dalam mengembangkan usaha di wilayah tertentu. Salah
satu
yang
paling
awal
dilakukan
adalah
melaksanakan
inventarisasi secara menyeluruh tentang potensi yang ada, sehingga 65
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pihak pengelola KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo dapat menentukan langkah-langkah strategis dalam mengembangkan usaha
termasuk
dalam menentukan skala prioritas usaha 6.
Pengembangan blok pemberdayaan masyarakat Pengembangan blok pemberdayaan masyarakat merupakan bentuk
pemberian akses kepada masyarakat. Blok pemberdayaan masyarakat haruslah didukung oleh sistem pengelolaan yang didasarkan kebutuhan dan
permasalahan
yang
ada
di
masyarakat.
Blok
pemberdayaan
dibangun untuk mengurangi tekanan dan interkasi yang besar terhadap kawasan. Pemberdayaan ini dapat berupa pengembangan ekonomi, budaya, wisata, kesadartahuan mengenai lingkungan dan lain-lain, yang diadopsi dan diadaptasi dari potensi dan kekuatan yang ada di masyarakat. 7.
Sinergisitas Program Antar Pihak Mengelola KPH tidak hanya dilakukan oleh unit pengelola saja,
namun perlu melibatkan berbagai pihak. Keterlibatan antar pihak dapat diwujudkan
dengan memperkuat
sinergisitas
program para
pihak.
Pemerintah daerah memiliki program-program pembangunan di wilayah administratifnya,
seharusnya
bersinergi
dan
dapat
dikerjasamakan
dengan KPHP unit VI Gorontalo. Dalam penyusunan program pemerintah daerah mulai dari musyawarah perencanaan pembangunan di desa sampai pembahasan di kabupaten sudah terintegrasi dalam program yang sama dengan program KPHP unit VI Gorontalo. Untuk memperkuat 66
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dan sinergisitas program dengan pihak lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perusahaan maupun investor harus disesuaikan dengan rencana dan tujuan KPHP unit VI Gorontalo, mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi.
67
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI A.
Analisis Analisa yang dimaksudkan dalam bagian dokumen ini adalah analisa
data baik primer maupun sekunder, yang akan membantu pihak pengelola KPHP unit VI Gorontalo dalam menganalisa kemampuan KPHP unit VI Gorontalo dalam mengelola wilayahnya 1.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten
Gorontalo
dimana
wilaya
KPHP
unit
VI
berada,
merupakan salah satu wilayah administrasi tertua di Provinsi Gorontalo. Dengan jumlah penduduk sebesar 368.053 jiwa pada tahun 2013, telah menempatkan Kabupaten Gorontalo sebagai wilayah dengan jumlah penduduk
terbesar
(2013)menyebutkan
di
Provinsi
bahwa
Gorontalo.
pertumbuhan
Menurut
penduduk
BPS
Kabupaten
Gorontalo mencapai 2,28% selama sepuluh tahun terakhir. Jika mengacu pada
pertumbuhan
penduduk
maka
diprediksi
jumlah
penduduk
Kabupaten Gorontalo akan mencapai 535.885 jiwa pada tahun 2035. Berdasarkan hasil-hasil survey yang pernah dilakukan sekitar 70% penduduk di Kabupaten Gorontalo tinggal disekitar dan didalam kawasan hutan. Penduduk yang tinggal disekitar kawasan hutan umumnya petani atau buruh tani yang memanfaatkan lahan disekitar maupun didalam kawasan hutan 68
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Penduduk sebenarnya merupakan potensi ekonomi yang besar, karena dengan adanya penduduk maka pasar tenaga kerja tersedia. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah jika penduduk yang tinggal disuatu wilayah mempunyai kapasitas dan kemampuan yang rendah. Rendahnya kapasitas maka akan menyebabkan kemampuan terhadap adaptasi teknologi melalui serangkaian kegiatan penyuluhan menjadi siasia. Implikasinya adalah penduduk tidak mampu keluar dari kemiskinan 2.
Berkurangnya tutupan hutan Burung Indonesia (2010) pernah memprediksi bahwa Provinsi
Gorontalo telah kehilangan sekitar 47% kawasan hutannya sejak era reformasi terjadi ditahun 2008. Hal ini diperkuat oleh hasil analisis citra digital tahun 2013, yang mengindikasikan kawasan hutan yang tidak mempunyai vegetasi lagi telah mencapai 16,909,15 ha atau telah berkurang 23,89% seluruh total wilayah hutan di KPHP unit VI Gorontalo. Berkurangnya kawasan hutan disebabkan oleh beberapa hal yaitu masih maraknya aksi perambahan dan pembukaan lahan di dalam kawasan hutan yang dilakukan oleh oknum masyarakat dan lemahnya penegakan aturan hukum bagi para pelaku perambahan hutan dan illeggal logging 3.
Jumlah pengangguran di Kabupaten Gorontalo Dalam
internasional,
standar yang
pengertian dimaksudkan
yang
sudah
dengan
ditentukan
secara
pengangguran
adalah
seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara 69
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Saat ini jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Gorontalo mencapai 62.341orang dengan tingkat pertumbuhan 4,96% setiap tahun. Dengan tingkat pertumbuhan 4,96% mengindikasikan bahwa setiap tahun pengangguran di Kabupaten Gorontalo mencapai 3092 orang/tahun 4.
Minimnya pendanaan KPHP Saat ini operasional KPHP Unit VI Gorontalo masih bergantung
kepada anggaran Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan APBD Kabupaten Gorontalo melalui DIPA Dinas Kehutanan pertambangan dan energi. Masih belum terdapat lembaga donor yang yang membiayai operasional KPHP Unit VI Gorontalo, sehingga pelaksanaan pengelolaan kawasan belum maksimal dan menyeluruh baik pada kawasan maupun pada kegiatan di sekitar kawasan termasuk pemberdayaan masyarakat. Selama ini banyak kegiatan yang menjadi prioritas tidak seluruhnya mampu diakomodir dalam DIPA, terutama terkait dengan berbagai faktor antara lain : luas kawasan, aksesibilitas, jumlah lokasi kegiatan dan jumlah
kelompok
sasaran
target
kegiatan.
Faktor-faktor
tersebut
mengakibatkan tingginya biaya yang dikeluarkan 5.
Sumberdaya manusia di Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Secara umum personil di dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi
berpendidikan S1 (56,82%). Meskipun memiliki tingkat pendidikan S1, namun secara skill kemampuan tenaga teknis masih relatif rendah. Hal 70
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
ini
dibuktikan
dengan
hasil
penilaian
Pusat
Pengembangan
SDM
Kementerian Kehutanan yang melakukan survey tahun 2013 kepada tenaga teknis dilingkungan Dinas Kehiutanan Pertambangan dan Energi se Provinsi Gorontalo, maka kemampuan teknis dan pengetahuan dibidang kehutanan pada staf Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Kabupaten Gorontalo masih rendah Dilihat dari segi umur, umumnya di dominasi oleh umur antara 4150 tahun dengan total PNS sebanyak 18 PNS atau 41%. Sedangkan yang berumur diatas 51 tahun berjumlah 14 orang atau 32%. Ini berarti jika tidak ada penambahan kuota PNS di Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi maka jumlah PNS 5 tahun kedepan akan berkurang sebanyak 32 persen 6.
Permintaan bahan baku kayu tinggi Perubahan ekonomi seperti China dan India yang sekarang menjadi
negara konsumen (consumer market) dalam beberapa tahun terakhir membawa dampak positif pada pasar kayu yang semakin meningkat. Hal ini mengkonfirmasi bahwa ada hubungan antara pertambahan populasi dengan
permintaan kayu.
Tidak ada prediksi adanya penyusutan
permintaan kayu dengan melihat penduduk dunia dalam 30-60 tahun mendatang.
Kayu
adalah
komoditas
terbesar
ketiga
yang
diperdagangkan di dunia setelah minyak mentah dan gas ( € 200 milyar/ tahun). Disaat produksi gas mentah menjadi langka, banyak peluang berinvestasi di bidang kehutanan. Index Harga Komoditas Bank Dunia 71
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
menunjukkan, bahwa hanya ada 3 komoditi yang meningkat nilai jualnya selama kurun waktu 10, 20, dan 100 tahun terakhir: Emas, Minyak dan Kayu. Walaupun emas saat ini masih memiliki kinerja yang sangat bagus, akan tetapi kinerja Emas tidak terlalu baik pada rentang waktu yang panjang yaitu, antara tahun 1979 sampai 2004. Serta harga minyak cenderung sering berfluktuasi karena spekulasi di masa yang akan datang. Oleh karena itu saham kayu cenderung dalam performa terbaik ketika saham dan obligasi umumnya mengalami depresi. Dan bahkan harga kayu tidak terlalu berpengaruh oleh kemerosotan ekonomi dibandingkan kebanyakan aset lainnya Secara lokal belum ada informasi tentang kebutuhan kayu, namun dari kapasitas industri terpasang kayu di Kabupaten Gorontalo yang mencapai
13.600
m3/tahun
maka
kebutuhan
kayu
di
Kabupaten
Gorontalo berada pada kisaran angka tersebut. Kebutuhan kayu lokal ini termasuk kebutuhan kayu untuk proyek pemerintah 7.
Rendahnya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Hasil survey yang dilakukan oleh tim sosial ekonomi menemukan,
umumnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan masih tinggi. Penghasilan masyarakat sebagian besar didapat dari penjualan hasil bumi seperti jagung, padi ladang dan lain sebagainya. Hasil dari penjualan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan jika hasil melimpah sumber pendapatan tersebut akan dipergunakan untuk. Pendapatan masyarakat rata-rata perbulan hanya berkisar Rp 72
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
650.000 s/d 700.000. Hasil ini masih jauh dibawah UMP Provinsi Gorontalo yang mencapai Rp. 1.250.000/bulan. Masyarakat lokal yang hidup dengan ukuran pendapatan per kapita rendah akan semakin tertekan jika tidak tersedia lapangan kerja lain yang dapat menghasilkan uang
di
desa/kampung.
Situasi
ini
diperparah
oleh
harga-harga
kebutuhan pokok ikut naik oleh karena semakin tingginya biaya yang diperlukan untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Tekanan akan kebutuhan hidup bagi masyarakat di sekitar kawasan akan menimbulkan ancaman terhadap kelestarian kawasan. Disamping tingginya tingkat ketergantungan masyarakat lokal terhadap kawasan hutan Rendahnya
kesejahteraan
masyarakat
disebabkan
karena
rendahnya pendidikan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan. Umumnya masyarakat yang tinggal disekitar hutan hanya tamatan sekolah
dasar.
Ketidakmampuan
masyarakat
dalam
mengakses
pendidikan setelah SD, karena minimnya infrastruktur pendidikan. Padahal pendidikan sangat berpengaruh dalam mengubah pola perilaku dan mampu menciptakan inovasi-inovasi yang bisa dipergunakan oleh masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya 8.
Kebutuhan energi listrik Berdasarkan data BPS (2013) pertumbuhan ekonomi provinsi
Gorontalo mencapai 7,6% atau diatas rata-rata pertumbuhan nasional. Ini mengindikasikan bahwa Provinsi Gorontalo sedang menuju sebuah daerah yang maju. Daerah maju biasanya ditandai dengan makin 73
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
meningkatnya proporsi sektor jasa dibandingkan dengan sektor yang lain. Namun perkembangan provinsi Gorontalo yang cepat dan dinamis tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai salah satunya adalah masih kurangnya supply energi listrik di Provinsi Gorontalo. Sejak tahun 1980-an supply listrik di Gorontalo hanya berasal dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Sampai dengan saat ini PLTD tersebut masih difungsikan. Pemerintah Provinsi Gorontalo sendiri telah membuat terobosan dengan melakukan interkoneksi jaringan listrik dengan PLTA Amurang dan Pembangkit listrik tenaga panas bumi lahendong Sulawesi Utara. Disamping melakukan interkoneksi jaringan listrik, pemerintah Provinsi Gorontalo sedang membangun PLTU Anggrek dan telah mengoperasikan PLTU Molotabu. Hasilnya Provinsi Gorontalo tetap kekurangan listrik sebesar 5,2 MW dan masih sering terjadi pemadaman bergilir B.
Proyeksi Proyeksi merupakan perkiraan tentang masa yang akan datang
dengan menggunakan data yang ada sekarang ini. Dalam konteks pengelolaan KPHP unit
VI
Gorontalo proyeksi merupakan
sebuah
kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam. KPHP unit VI Gorontalo merupakan salah satu KPH di Provinsi Gorontalo mempunyai wilayah kelola yang luas. Total luas wilayah hutan di KPHP unit VI Kab. Gorontalo seluas ± 70768,88 Ha. Wilayah kelola 74
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
yang luas merupakan sebuah kekuatan untuk mengembangkan dan menggerakkan bisnis disektor kehutanan maupun non kehutanan. Umumnya pengembangan usaha disektor kehutanan membutuhkan wilayah yang relatif luas untuk memenuhi skala ke ekonomisan usaha. Beberapa peluang yang diproyeksikan akan terwujud, seiring dengan majunya KPHP unit VI Gorontalo adalah 1.
Ketersediaan lahan pertanian dimasa datang Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi di Kabupaten
Gorontalo
yang
mencapai
2,28%
selama
sepuluh
tahun
terakhir
membawa konsekwensi terhadap kebutuhan akan lahan, terutama lahan di luar kawasan hutan. Data statistik dari BPKH wilayah XV menyebutkan luas areal penggunaan lain di Kabupaten Gorontalo mencapai 114.151,58 ha. Menurut Soemarwoto (1999)idealnya setiap orang membutuhkan lahan seluas 0,25 ha untuk hidup layak. Jika demikian maka kebutuhan akan lahan meningkat seluas 133.971,3 ha ditahun 2035. Melihat kondisi existing sekarang, luas lahan APL tidak mencukupi untuk menopang kebutuhan manusia akan lahan. Diproyeksikan tahun 2035, kebutuhan akan lahan pertanian sebesar 19.820 ha, artinya pada tahun 2035 kawasan hutan KPHP unit VI Gorontalo akan berkurang sebesar 19.820 ha 2.
Membuka lapangan pekerjaan baru Keberadaan KPHP unit VI Gorontalo diharapkan bisa membuka
lapangan pekerjaan baru disektor kehutanan. Lapangan pekerjaan ini 75
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
terbuka untuk seluruh masyarakat dan seluruh jenjang pendidikan. Diharapkan terbukanya lapangan pekerjaan baru bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga bisa mengurangi angka kemiskinan, dan yang terpenting anak-anak petani hutan yang tinggal disekitar dan didalam kawasan hutan bisa memiliki akses pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Hal ini penting untuk memutus rantai kemiskinan yang sering menjadi persoalan utama pada wilayah sekitar kawasan hutan Salah satu contoh KPHP unit VI Gorontalo bisa membuka lapangan pekerjaan adalah pada pengembangan hutan tanaman di hutan produksi Kecamatan Batudaa Pantai. Luasan blok pengembangan hutan tanaman di wilayah ini seluas 2233,82 ha. Jika dalam 1 ha dibutuhkan 70 HOK maka jumlah tenaga kerja lapangan yang dibutuhkan dalam pengelolaan hutan tanaman adalah (70 HOK x 2233,82 ha)/26 hari = 6014 orang tenaga kerja lapangan. Artinya keberadaan KPHP unit VI Gorontalo mampu
menurunkan
angka
pengangguran
sampai
dengan
10%.
Perhitungan jumlah tenaga kerja diatas belum termasuk tenaga kerja nantinya akan berkantor di unit bisnis KPHP unit VI Gorontalo. Tenaga kerja yang bekerja pada pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman akan semakin bertambah jika pihak PT Gorontalo Citra Lestari (HTI) akan segera memulai kegiatan operasional di wilayah KPHP unit VI Gorontalo Disamping
peluang
tenaga
kerja
pada
pengembangan
hutan
tanaman, lapangan pekerjaan juga tersedia pada blok pemberdayaan masyarakat dimana pada blok ini kegiatan yang dapat dilakukan adalah 76
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
kegiatan pembangunan hutan desa, hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat 3.
Supply bahan baku kayu Peluang lainnya yang dapat dikembangkan pemanfaatan. Salah satu
bentuk kegiatan yang bisa dikembangkan adalah pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam. Berdasarkan hasil inventarisasi potensi kayu rata-rata bisa mencapai 203,47 meter kubik. Untuk potensi kayu dengan nilai ekonomis tinggi yaitu jenis kayu meranti ukuran diameter 50-60 cm mencapai 22 – 44 m3/ha. Jika luasan blok pemanfaatan kayu hutan alam 7.470,34 ha maka volume kayu berdiameter diatas 60 cm yang bisa dihasilkan mencapai 164.347 m3 atau 4695,64 m3/tahun. Supply bahan baku ini akan bertambah jika potensi kayu hutan tanaman dan potensi
kayu rimba campuran di masukkan. Potensi kayu dihutan tanaman bisa mencapai 48.100 m3 atau sekitar 8016,67 m3/tahun. Sehingga total supply kayu yang berasal dari wilayah KPHP unit VI Gorontalo mencapai 12.712,31 m3/tahun Supply bahan baku yang dihasilkan dari wilayah KPHP unit VI Gorontalo diharapkan mampu menggerakkan industri kayu lokal. Saat ini terdapat 8 pemegang ijin usaha industri hasil hutan kayu dengan total kapasitas diharapkan
mencapai mampu
13.000
m3/tahun.
menggerakkan
Bergeraknya
sektor
industri
perekonomian
kayu
daerah.
Kebutuhan kayu untuk pembangunan termasuk yang dipergunakan oleh
77
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
masyarakat
di
Kabupaten
Gorontalo diperkirakan
mencapai
5.000
m3/tahun 4.
Kebutuhan personil KPHP unit VI Gorontalo Sumberdaya manusia adalah hal yang sangat menentukan dalam
pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo. Sampai dengan saat ini personil dalam KPHP unit VI Gorontalo masih diback up oleh personil Dinas Kehutanan
Pertambangan
dan
Energi
Kabupaten
Gorontalo
(Dishuttamben). Padahal menurut hasil analisis jabatan yang dilakukan tahun 2013, SKPD Dishuttamben sendiri masih kekurangan personil sebanyak 12 orangWilayah kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) unit VI idealnya memiliki jumlah tenaga teknis 70 orang dengan asumsi 1 orang : 1000 Ha. Kondisi saat ini jumlah personil KPHP unit VI Gorontalo adalah 1 orang, sedangkan tenaga polhut berjumlah 6 orang.
Kementerian Kehutanan berencana akan menambah personil melalui program bakti rimbawan ke KPHP unit VI Gorontalo sejumlah 6 orang tahun 2015. Sehingga total personil KPHP unit VI Gorontalo tahun 2015 akan mencapai 14 orang. Jika mengacu pada standart pengelolaan kawasan hutan 1: 1000 ha, maka KPHP unit VI Gorontalo masih kekurangan personil sebanyak 56 personil 5.
Pemulihan kawasan hutan Luas kawasan hutan yang harus direhabiitasi di KPHP unit VI
Gorontalo mencapai 16,909,15 ha atau telah berkurang 23,89% seluruh total wilayah hutan di KPHP unit VI Gorontalo. Rusaknya areal kawasan 78
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
hutan di KPHP unit VI Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal yaitu masih maraknya aksi perambahan dan pembukaan lahan di dalam kawasan hutan yang dilakukan oleh oknum masyarakat dan lemahnya penegakan aturan hukum bagi para pelaku perambahan hutan dan illeggal logging Jika kawasan hutan yang direhabilitasi harus selesai dalam jangka waktu 10 tahun maka setiap tahun, KPHP unit VI Gorontalo harus merehabilitasi 1690,9 ha setiap tahun dengan total kebutuhan bibit setiap
tahunnya
rehabilitasi
yang
diproyeksikan dilakukan
mencapai
oleh
KPHP
20.459.890.
unit
VI
Kegiatan
Gorontalo
akan
menyesuiakan dengan blok pengelolaan. Jika rehabilitasi dilakukan diblok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman, maka jenis tanaman akan menyesuaikan dengan jenis tanaman yang di hutan tanaman dengan jarak tanam 3x3 6.
Proyeksi Penerapan PPK-BLUD Beroperasinya suatu KPH ditentukan oleh 3 aspek yaitu aspek
wilayah, aspek kelembagaan dan aspek rencana.
Aspek Wilayah
ditentukan oleh faktor penetapan wilayah dan penetapan KPH Model. Aspek
kelembagaan
terdiri
3
faktor
yaitu
penetapan
organisasi,
penugasan personil KPH serta sarana dan prasarana KPH. Sedangkan Aspek Rencana terdiri dari 5 faktor yaitu tata hutan dan rencana pengelolaan, alokasi anggaran APBD, konvergensi Kegatan Eselon I Kemenhut, Rencana Kerja KPH dan kegiatan pengelolaan hutan lainnya. 79
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Selain 3 aspek pokok tersebut di atas, aspek yang tidak kalah penting adalah Pengelolaan Keuangan KPH. KPHP unit VI Gorontalo sebagai unit Pemerintah Daerah untuk operasionalnya ditunjang dari Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(APBD),
APBN,
Dana
Dekonsentrasi maupun Dana Pembantuan. Seiring dengan beroperasinya KPH, selain sebagai unsur pemerintahan juga dengan sumber daya yang ada dapat sebagai unit pelayanan yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kualitas pelayanan
kepada
masyarakat
sehingga
dapat
ikut
mewujudkan
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan UUD. Untuk dapat mewujudkan tugas tersebut dan sebagai upaya mewujudkan kemandirian KPH adalah dengan menjadikan KPH sebagai institusi yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) dengan mengacu kepada Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD. BLUD pada dasarnya merupakan suatu pola pengelolaan keuangan (PPK) sehingga pola tersebut dapat diterapkan pada KPH yang berbentuk SKPD maupun UPTD 7.
Ketersediaan lahan untuk hutan bioenergi Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa saat ini Provinsi
Gorontalo masih kekurangan supply listrik. KPHP unit VI Gorontalo bisa 80
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
berperan menyediakan lahan untuk supply energi listrik. Hasil diskusi dengan investor yang difasilitasi oleh BPKH menyebutkan, bahwa pihak investor sedang mencari lahan diatas 6000 ha yang akan dijadikan sebagai lokasi penanaman kaliandra dan lamtoro. Meskipun secara spesifik KPHP unit VI Gorontalo tidak menyediakan lahan untuk hutan bioenergi, namun pihak KPHP unit VI Gorontalo siap memfasilitasi kerjasama antara masyarakat pemegang izin HTR dan HKM di blok pemberdayaan KPHP unit VI Gorontalo. Saat ini lahan yang tersedia di blok
pemberdayaan
mencapai
10.618,50
ha
dimana
1031,35
ha
diperuntukkan untuk hutan tanaman rakyat dan hutan desa.
81
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
BAB V. RENCANA KEGIATAN A.
Inventarisasi
berkala
wilayah
kelola
serta
penataan
hutannya Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan data dan fakta terkait dengan sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya hutan tersebut. Ruang lingkup kegiatan inventarisasi antara lain survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil Kegiatan
dalam
rangka
inventarisasi
pada
seluruh
kawasan
sebaiknya diselesaikan dalam 2 tahap yaitu lima tahun pertama dan lima tahun kedua sepanjang personil tersedia. Untuk tahap pertama (20152019) inventarisasi dilakukan diblok inti dan di wilayah tertentu, blok pemanfaatan
jasling
sedangkan
tahap
kedua
dilakukan
di
blok
perlindungan (2020-2024), seperti terlihat pada gambar dan tabel berikut Tujuan kegiatan inventarisasi adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategik jangka panjang,
82
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
jangka
menengah dan
operasional
jangka pendek
sesuai dengan
tingkatan inventarisasi yang dilaksanakan
Gambar 12. Peta lokasi inventarisasi di KPHP unit VI Gorontalo Berdasarkan hasil analisis spatial jumlah plot inventarisasi di KPHP unit VI Gorontalo mencapai 351 plot, dengan asumsi setiap regu mampu menyelesaikan 1 plot inventarisasi dengan alokasi waktu 21 hari maka selama 1 bulan dibutuhkan 20 regu inventarisasi. Jika asumsi ini terpenuhi maka pada tahun ke 5 seluruh blok dan petak telah mempunyai data dan informasi terkait dengan potensi tegakan, volume kayu, volume kayu komersil, kondisi flora dan fauna, kondisi ekosistem dan kondisi lahan hutan. Inventarisasi yang nantinya akan dilaksanakan oleh pengelola KPHP unit VI Gorontalo, hanya akan dilaksanakan pada wilayah-wilayah yang belum memiliki izin pemanfaatan dan penggunaan.
83
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Inventarisasi hutan akan dilakukan berdasarkan tujuan, misalnya jika dilakukan di blok pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam, maka inventarisasi akan diarahkan untuk melihat jumlah dan volume pohon yang akan ditebang Tabel16. Jumlah Plot Inventarisasi di KPHP unit VI Gorontalo FUNGSI HUTAN
BLOK
HL
HP
HPT
Grand Total
Blok Inti
60
60
Blok Pemanfaatan
35
35
Blok Pemanfaatan HHK-HA
163
163
Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling Dan HHBK
64
64
Blok Perlindungan
29
29
256
351
Gand Total
95
Sumber: Data hasil olahan spatial, 2014
Disamping melakukan inventarisasi, kegiatan yang akan dilakukan oleh KPHP unit VI Gorontalo adalah tata batas yang merupakan bagian dari penataan kawasan hutan. Kegiatan tata batas menjadi penting untuk
menjamin
kepastian
kawasan.
Total
panjang
batas
blok
pengelolaan yang harus di tata batas adalah 483,78 (lihat tabel) Tabel 17. Panjang tata batas kawasan hutan Blok Pengelolaan
Panjang Penataan batas (KM)
Blok Inti
38,08
Blok Pemanfaatan
89,01
Blok Pemanfaatan HHK-HA
59,64
Blok Pemanfaatan HHK-HT
30,48
Blok Pemanfaatan JASLING dan HHBK
63,12
Blok Pemberdayaan Masyarakat Blok Perlindungan Grand Total
143,55 59,88 483,78
Sumber: Data primer hasil olahan, 2014
84
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
B.
Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu. Seiring dengan rencana penerapan pola pengelolaan keuangan –
badan layanan umum daerah (PPK-BLUD), pengelola KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo harus memikirkan strategi bisnis dalam mengelola potensi sumberdaya hutan. Sesuai dengan ketentuan pengelola KPHP VI Kabupaten Gorontalo sangat dimungkinkan untuk membangun usaha bisnis di kawasan wilayah tertentu. Berdasarkan definisinya wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik
bagi
pihak
ketiga
untuk
mengembangkan
usaha
pemanfaatannya. Karena kondisinya yang belum menarik investor, maka di harapkan pihak pengelola KPHP unit VI Gorontalo bisa membangun unit bisnisnya sebagai salah satu sumber pendanaan. Pengembangan usaha pada wilayah tertentu bisa diarahkan kepada usaha di luar sektor kehutanan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian dan skala ekonomis Pengembangan wilayah tertentu diarahkan sebagai salah satu wilayah usaha unggulan yang mendatangkan keuntungan finansial bagi KPHP unit VI Gorontalo. Keuntungan finansial yang didapatkan akan mempercepat kemandirian KPHP unit VI Gorontalo.Berdasarkan arahan strategis dan kondisi lapangan maka pemanfaatan wilayah tertentu dapat dilakukan blok pemanfaatan di hutan lindung seluas 8.673,55ha, blok pemanfaatan jasa lingkungan di hutan produksi seluas 5.356,79 ha, pemanfaatan
hutan
kayu
hutan
alam
seluas
7.470,34
ha
dan 85
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pemanfaatan hutan tanaman seluas 2.233,82 ha. Sehingga total arahan untuk pemanfaatan hutan wilayah tertentu adalah 23.734,51 ha. Adapun sebaran wilayah tertentu disajikan pada gambar dan tabel berikut Tabel 18. Luasan pemanfaatan wilayah tertentu di KPHP unit VI Gorontalo FUNGSI HUTAN
BLOK
HL
Blok Pemanfaatan
HP
Grand Total
HPT
8.673,55
8.673,55
Blok Pemanfaatan HHK-HA
7.470,34
Blok Pemanfaatan HHK-HT
2.233,82
2.233,82
Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling Dan HHBK Grand Total
8.673,55
2.233,82
7.470,34
5.356,79
5.356,79
12.827,13
23.734,51
Sumber: Data primer hasil olahan, 2014
Rencana kegiatan yang akan dikembangkan pada wilayah tertentu meliputi rencana pemanfaatan jasa lingkungan pada blok pemanfaatan HL seluas 8.673,35 Ha dan pada blok pemanfaatan kawasan, jasling seluas 5.356,79 Ha. Rencana pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam pada
blok
pemanfaatan
HHK-HA
seluas
7.470,34
Ha.
Rencana
pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman pada blok pemanfaatan HHK-HT seluas 2.233,82 Ha. 1.
Pemanfaatan jasa lingkungan air Keberadaan hutan di KPHP unit VI Gorontalo mempunyai arti
penting dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai manfaat besar dapat
diperoleh
melalui
keberadaan
hutan
salah
satunya
melalui
pemanfaatan jasa lingkungan air. Beberapa kawasan di wilayah KPHP unit VI Gorontalo mempunyai potensi air yang cukup besar. Namun hingga saat ini belum terdapat mekanisme imbal jasa pemanfaatan lingkungan air. Padahal jika dikelola secara profesional dan efisien, pemanfaatan jasa lingkungan air dapat mendatangkan manfaat finansial dan ekologi bagi keberlangsungan hutan. Berdasarkan hasil inventarisasi 86
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
produk jasa lingkungan air yang prospektif sebagai bisnis KPHP unit VI Gorontalo adalah pemanfaatan air baku adalah sebagai berikut: Tabel19. Potensi Pemanfaatan jasa lingkungan air baku Lokasi
Desa/ Kecamatan
Akses
Keterangan
Blok Pengelolaan
Hulu Sungai Bolango
Dulamayo Utara/ Telaga Biru
Relatif mudah (jalan setapak)
Debit mata Blok air mencapai Pemanfaatan 25,3 liter/detik
Air Terjun Mohiyolo
Mohiyolo/ Asparaga
Mudah
Debit air mencapai 2000 l/detik
Blok Pemanfaatan Jasling dan HHBK
Mata air Botulobutao
Desa Dulamayo Selatan
Mudah
Debit diatas 50 l/detik
Blok KHDTK (skema kemitraan)
Sumber: Balai wilayah sungai 2014 dan hasil survey
Gambar 13. Potensi mata air sebagai sumber air baku Kegiatan pemanfaatan sumberdaya air di dalam kawasan KPH diarahkan pada : 1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Gorontalo pada umumnya dan masyarakat disekitar kawasan KPHP unit VI Gorontalo
87
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
2. Peningkatan pelayanan publik terutama pada penyediaan air bersih dan penyediaan sumberdaya energi listrik yang ramah lingkungan bagi masyarakat sekitar KPHP 3. Peningkatan
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pendukung
pelayanan air bersih dan energi listrik terbarukan yang berada di sekitar kawasan untuk pendayagunaan jasa lingkungan; 4. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar pengembangan jasa lingkungan air baku 5. Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan potensi jasa lingkungan, yang diarahkan pada upaya peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan. 2.
Pemanfaatan wilayah wisata alam KPHP unit VI Gorontalo umumnya mempunyai topografi perbukitan
mulai dari landai sampai dengan curam. Perpaduan antara bentuk landscape dan hutan menciptakan keunikan sebagai sebuah bentang alam yang menantang untuk dijelajahi. Keunikan bentang alam yang dimiliki oleh KPHP unit VI Gorontalo mempunyai prospek untuk dijadikan sebagai kawasan wisata alam. Beberapa wilayah yang bisa dijadikan sebagai wilayah wisata alam adalah pada wilayah Kecamatan Batudaa Pantai dan Biluhu. Terdapat 2 landscape yang bisa dijadikan sebagai atraksi yang menarik untuk pemanfaatan wisata alam. Pertama adalah pemandangan hutan tropis dan wilayah Gorontalo dari ketinggian serta 88
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pemandangan laut teluk tomini seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar
14.
Atraksi pemandangan laut teluk tomini pegunungan bawah untuk wisata alam
Pengembangan
wisata
alam
di
KPHP
unit
VI
dan
hutan
Gorontalo
mengintegrasikan 4 hal yaitu: 1) konservasi hutan, 2) keindahan alam hutan tropis, 3) potensi pengembangan HHBK dan 4) partisipasi masyarakat desa sebagai SDM pelaksana kegiatan. Pengembangan wisata alam di kawasan KPHP unit VI Gorontalo diharapkan
mampu
memberikan
kontribusi
yang
signifikan
pada
pengelolaan kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Hal penting yang perlu dilakukan dalam pengembangan wisata alam adalah analisa mendalam tentang sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, karena kegiatan wisata alam sepenuhnya melibatkan masyarakat sekitar kawasan. Kesiapan masyarakat disekitar kawasan seperti pengetahuan tentang kawasan sangat diperlukan. Hal lain yang perlu di identifikasi mengidentifikasi potensi pengunjung terutama
89
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
potensi wisatawan mancanegara, mengingat wisata alam sangat menarik bagi
wisatawan
Eropa,
Australia
dan
Amerika.
Perlu
juga
mempertimbangkan kerjasama dengan investor dan pemerintah lokal terkait dengan promosi dan pemasaran usaha ekowisata. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah memasukkan potensi ekowisata di KPHP unit VI Gorontalo sebagai bagian dari perjalanan tour beberapa travel. Memasukkan
paket
tour
wisata
alam
bisa
dilakukan
dengan
beberapa biro perjalanan maupun hotel yang bertaraf international. Model kerjasama yang dilakukan adalah model kemitraan dimana posisi KPHP unit VI Gorontalo sebagai penyedia jasa dan pihak penyedia layanan jasa perjalanan adalah sama. Agar memiliki kekuatan hukum maka bentuk kerjasama bisa dilakukan dengan cara menandatangani kesepakatan
kerjasama
(MOU).
Dalam
kerjasama
tersebut
patut
dicantumkan hak dan kewajiban masing-masing pihak Pengembangan wisata alam perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati karena kehadiran pengunjung akan memberikan dampak pada lokasi yang dikunjungi. Oleh kerena itu perlu adanya regulasi untuk memberi rambu-rambu agar kegiatan wisata alam di kawasan KPHP unit VI Gorontalo tidak menimbulkan kerusakan ekositem dan lingkungan sehingga mengganggu fungsi pelestarian dan pengawetan alam di KPHP unit VI Gorontalo. Oleh karena itu, dalam membuat regulasi harus
90
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
mempertimbangkan
aspek
ekologi,
estetika,
partisipasi
dan
pemberdayaan masyarakat lokal. 3.
Pemanfaatan kayu hutan alam Pemanfaatan
memanfaatkan dan
hasil
hutan
kayu
adalah
kegiatan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan
tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi Pemanfaatan
hasil
untuk
hutan
kayu
dalam
kawasan
di
pokoknya. dalam
blok
pemanfaatan kayu hutan alam KPHP unit VI Gorontalodiarahkan pada pemanfaatan
kayuskala
menengah
dan
skala
besar
serta
untuk
kebutuhan masyarakat sesuai arahan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP). Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh tim gabungan BPKH wilayah XV Gorontalo dan Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo, KPHP unit VI Gorontalo mempunyai potensi kayu jenis kelas satu yang berdiameter diatas 60 cm khususnya di blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam rata-rata bisa mencapai 20,23 m3/ha. Volume ini akan bertambah jika jenis kayu indah dan kayu kelas 2 yang berdiameter diatas 60 cm dimasukkan. Potensi volume kayu indah di blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam dengan diameter diatas 60 cm, rata-rata bisa mencapai 19,31 m3/ha, sedangkan untuk jenis kayu kelas 2 diameter diatas 60 cm rata-rata bisa mencapai 137,71 m3/ha
91
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Gambar 15. Potensi kayu kelas 1 di blok pemanfaatan HHK-HA Pemanfaatan kayu hutan alam di KPHP unit VI Gorontalo dikelola melalui sistem pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL). Konsep PHPL menekankan pada usaha pemanfaatan kayu dengan mempertimbangkan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan fungsi sosial secara terus menerus. Ketiga fungsi tersebut harus terkait satu sama lain dan harus dikelola secara proporsional dan terintegrasi. Sedangkan untuk penataan hasil hutan kayu mengikuti aturan sesuai dengan Permenhut No 41/Menhut II/2014 tentang penataan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam. Kedua kebijakan ini harus dijalankan secara pararel sehingga ada keberlanjutan pemanfaatan hasil hutan kayu dari hutan alam. Adapun blok pemanfaatan kayu hutan alam
di KPHP unit VI
Gorontalo dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini
92
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Gambar 16. Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP Tabel 20. Luas wilayah blok pemanfaatan kayu di hutan alam Nama blok Luas (ha) 7.470,34 Blok Pemanfaatan HHK-HA 7.470,34 Total Luas Pemanfaatan HHK-HA Sumber: Hasil analisis spatial 2012 Sebelum pihak pengelola KPHP unit VI Gorontalo memanfaatkan hasil hutan kayu, maka terlebih dahulu pihak KPHP unit VI Gorontalo tetap mengajukan permohonan ijin IUPHHK-HA kepada pemerintah. Selanjutnya ditempuh mekanisme pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam oleh KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo yang mengikuti daur pohon yaitu 35 tahun, dimana setiap tahun luas wilayah yang dipanen sekaligus yang
ditanami
dengan
sistem
silvikultur
intensif
maksimal213,44ha/tahun. Jika potensi kayu kelas 1 yang sudah layak tebang mencapai 20,23 m3/ha maka setiap tahun kayu yang bisa
93
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis KPHP unit VI Gorontalo mencapai 4.317,86 m3/ha. 4.
Pemanfaatan hutan kayu hutan tanaman (HHK-HT) Sejak era HPH berakhir, maka salah satu program yang didorong
oleh pemerintah adalah mengoptimalkan lahan-lahan yang ditinggalkan oleh eks HPH menjadi lahan hutan tanaman. Strategi ini dipilih oleh pemerintah untuk menutupi kekurangan bahan baku kayu dari hutan alam yang pasokannya semakin sedikit. Berdasarkan hal tersebut, saat in di wilayah KPHP unit IV Gorontalo telah terdapat perusahaan yang telah memegang izin pemanfaatan hutan skala besar yaitu PT. Gorontalo Citra Lestari yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri No 261/Menhut-II/2011dengan luas hak konsesi mencapai 46.170 ha. Luas wilayah konsesi ini meliputi 2 wilayah administrasi yaitu Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara. Untuk wilayah Kabupaten Gorontalo luas wilayah konsesi mencapai 28.790,80ha. Dasar penetapan blok pemanfaatan HHK-HT di wilayah KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo adalah wilayah tersebut telah memiliki
izin
dan
dalam
RKTN/RKTP/RKTK
termasuk
dalam
pengusahaan hutan skala besar dan skala kecil, potensi kayu rendah. Meskipun telah mempunyai izin konsesi di wilayah KPH, pihak pengelola KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo memiliki potensi lahan seluas 2.233,82 ha yang termasuk dalam fungsi hutan produksi. Kawasan ini mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai hutan 94
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
tanaman yang bisa dikombinasikan dengan hutan energi. Adapun luasan HTI dan wilayah yang akan dikembangkan oleh KPHP unit VI sebagai kawasan hutan tanaman dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 21. Luas blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman Nama Blok Luas (Ha) IUPHHK-HTI PT Gorontalo Citra Lestari 28.790,80 Blok Pemanfaatan HHK-HT di wilayah tertentu 2.233,82
Gambar 17. Peta pemanfaatan HHK-HT di KPHP Unit VI Gorontalo
C.
Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan merupakan
salah satu wujud pelaksanaan konstitusi negara. Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan agar penguasaan negara atas hutan ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan secara bersama-sama juga harus mengakomodir berbagai kelompok kepentingan baik rimbawan, petani,
95
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
peternak,
peramu
hasil
hutan,
masyarakat
hukum
adat
maupun
kepentingan lainnya. Akses dan hak pemanfaatan atas berbagai kategori hutan harus diatur sebaik-baiknya bagi semua kelompok masyarakat dengan memperhatikan berbagai aspek sebagaimana ditegaskan dalam Undang
Undang
Kehutanan
No.
41
Tahun
“Penyelenggaraan
kehutanan
berasaskan
1999
manfaat
pasal
dan
2:
lestari,
kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan”. Dalam pasal selanjutnya disebutkan bahwa penyelenggaraan kehutanan bertujuan
untuk
kemakmuran
rakyat
yang
berkeadilan
dan
berkelanjutan. Program pemberdayaan masyarakat di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo juga tidak terlepas dari adanya Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Salah satu kegiatan
yang
kesejahteraan
bisa
dilakukan
melalui
adalah
kegiatan
melalui
pemberian
programpeningkatan bantuan
sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Sebagai implementasi dari PP No 15 tahun 2010 tersebut, maka pihak kementerian kehutanan telah menetapkan program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD) dan hutan tanaman rakyat (HTR). Salah satunya melalui penetapan blok pemberdayaan di setiap wilayah KPH.
96
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Peraturan
Dirjen
Planologi
Kehutanan
No
P5/VII-WP3H/2012
tentang petunjuk teknis tata hutan dan penyusunan rencana Pengelolaan hutan pada kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) dan Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) telah menegaskan pengelolaan diblok pemberdayaan
masyarakat
diarahkan
pada
pengelolaan
hutan
kemasyarakatan (HKm), hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan desa (HD). Mengacu pada hal tersebut diatas dan sesuai dengan hasil survei di lapangan blok pemberdayaan masyarakat di KPHP unit VI Gorontalo diarahakan pada kegiatan pengembangan HKM dan HTR. Pengembangan HTR di sekitar batas terluar KPHP unit VI Gorontalo. Konsep HKm dan HTR merupakan konsep pemberdayaan masyarakat dimana peran dan akses masyarakat dalam mengelola hutan diperbesar. Adapun justifikasi pengembangan HKM
dan HTR di blok pemberdayaan didasarkan pada
kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki potensi hasil hutan kayu yang rendah 2. Dekat dengan pemukiman masyarakat dan memiliki akses 3. Merupakan areal tidak berhutan Merupakan wilayah yang tidak berhutan dan harus direhabilitasi Strategi yang bisa dilakukan dalam rangka meningkatkan program pemberdayaan masyarakat sekitar hutan terutama dalam skema social forestry (HKm, HTR dan HD) adalah: 1) pembukaan dan pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat kepada semua bentuk 97
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
partisipasi skala usaha untuk mengelola hutan baik secara langsung maupun tidak langsung, 2) setelah diberi kesempatan, maka pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan masyarakat tersebut, jika berhasil maka dilanjutkan dan jika belum berhasil maka perlu ada pembinaan
kembali
pemerintah
sebaiknya
sebaiknya
bertindak
atau
diberhentikan
tidak seperti
terlalu
sementara,
besar,
“wasit”.
3)
sebaliknya
Adapun
total
peranan
pemerintah luasan
blok
pemberdayaan 10.618,50 ha dimana 1.031,35 ha telah dicadangkan untuk hutan desa (HD) dan hutan tanaman rakyat (HTR). Tabel 22. Luas blok pemberdayaan dan luas areal pencadangan HD serta HTR No Pemanfaatan Luas 1 Hutan Desa 224,87 2 Hutan Tanaman Rakyat 806,49 3 Luas Blok Pemberdayaan 10.618,50
Gambar 18. Peta blok pemberdayaan masyarakat 98
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Kontribusi blok pemberdayaan dapat dilihat dari besarnya penyerapan tenaga kerja. Jika diasumsikan seluruh kawasan blok pemberdayaan masyarakat dikelola oleh masyarakat melalui skema HTR, HKm dan HD maka setidaknya jumlah tenaga kerja yang akan bekerja pada blok pemberdayaan adalah 28.588 orang. Hutan tanaman rakyat (HTR), hutan kemasyarakatan (HKm) dan hutan desa (HD) yang akan dikembangkan adalah pada areal yang sudah mendapatkan izin pencadangan dari Menteri Kehutanan, yaitu HTR seluas 3.290 Ha pada kawasan hutan produksi tetap, HKM seluas 1.105 Ha pada kawasan hutan produksi terbatas dan HD seluas 235 Ha pada kawasan hutan produksi terbatas. D. Pembinaan dan pemantauan (Controlling)pada areal KPHP yang telah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan Pembinaan dan pemantauan terhadap seluruh blok pengelolaan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Pembinaan pemantauan dilakukan secara terus-menerus mengacu kepada model pembelajaran
bersama
dan
kesetaraan,
sehingga
partisipasi
dan
asimilasi antara KPH dan masyarakat pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan terjalin hubungan dengan baik. Pembinaan dan pemantauan di lakukan secara berjenjang mulai dari tingkat adminitrasi maupun pada tingkat manajemen pengelolaan. mekanisme pembinaan dan pengawasan di tingkat tapak dilakukan dengan cara mengawasi seluruh kegiatan pengelolaan, misalnya untuk wilayah ijin HTI
pengawasan
penataan
hasil
usaha
kehutanan
menggunakan
99
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
mekanisme seperti tertuang dalam Permenhut 42/Menhut II/2014 tentang penataan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan tanaman. Sedangkan untuk pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan mengacu lingkungan
pada
dokumen
(RKL
&
RPL)
rencana salah
pengelolaan
satunya
dengan
dan
pemantauan
mendirikan
pos
pemantauan dan jalan pemeriksaan di dalam KPHP unit VI Gorontalo seperti yang terlihat pada gambar Pada tingkat administrasi maka instrumen pembinaan dan pengawasan dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Potensi KPHP unit VI Gorontalo
1. Kayu 2. Jasa lingkungan 3. Pertambangan
IUPJL
IUPHHK-HA
IUPHHK-HTI
IUPHHBK
PINJAM PAKAI
Instrumen UU, PP, Permen, Perda 1. Rehabilitasi dan reklamasi 2. RKL dan RPL 3. Penatausahaan hasil hutan kayu dan HHBK
Pelaporan: 1. Menteri Kehutanan 2. Bupati 3. Kepala Dinas Kehutanan 4. BP2HP Palu 5. Kepala KPHP unit VI Gorontalo
Gambar 19. Mekanisme pembinaan dan pengawasan di KPHP
100
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Proses pembinaan dan pengawasan terhadap pihak pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan tidak lepas dari peran dan interaksi staf KPHP unit VI Gorontalo dengan para pemegang ijin, semakin tinggi peran dan interaksi dijalankan maka semakin tinggi pola hubungan yang terbangun antara masyarakat pemegang ijin dan Staf KPHP unit VI Gorontalo, sehingga jika terjadi masalah yang berada di wilayah ijin dapat dipecahkan bersama. Kegiatan jangka panjang untuk mengakomodir
program
pembinaan
dan
pengawasan
terhadap
masyarakat pemegang ijin mencakup : 1. Review Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) setiap tahun 2. Review Rencana Pemantauan Lingkungan(RPL) setiap tahun 3. Pemantauan penataan hasil hutan kayu dari hutan alam dan hutan tanaman dilakukan saat pemanenan 4. Rehabilitasi dan reklamasi pasca ijin eksplorasi dan eksploitasi E.
Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin Tujuan
utama
dilakukannya
rehabilitasi
adalah
terpulihnya
sumberdaya hutan dan lahan yang rusak sehingga berfungsi optimal yang dapat memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder, menjamin keseimbangan
lingkungan
dan
tata
air
DAS,
dan
mendukung
kelangsungan industri kehutanan Upaya rehabilitasi ekosistem dikawasan KPHP unit VI Gorontalo dilaksanakan diluar areal HTI dan KHDTK Universitas Gorontalo. Kegiatan ini diawali dengan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi kerusakan habitat dan ekosistem di dalam kawasan KPH. Identifikasi ini ditujukan 101
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ekosistem di dalam kawasan. Apabila ditemukan kerusakan-kerusakan yang terjadi di dalam ekosistem, faktor penyebabnya serta sejauh mana dampaknya terhadap keseluruhan proses ekologis di dalam kawasan, maka akan dihasilkan rekomendasi tentang bentuk-bentuk intervensi pengelola yang perlu dilakukan untuk permasalahan tersebut. Pemetaan penutupan vegetasi dan batas-batas ekosistem serta sebaran wilayah yang rawan terhadap erosi sangat berat dapat dijadikan dasar untuk menentukan tindakan RHL. Berdasarkan hasil analisis citra landsat total luas lahan rusak dan harus direbalitasi mencapai 16,909,15 ha dengan luas lahan terbesar yang harus direhabilitasi terdapat di blok pemberdayaan seluas 7.507,65 ha seperti yang terlihat pada tabel dan gambar dibawah ini Tabel 23. Luas lahan di KPHP yang harus direhabilitasi NO BLOK .
LUAS (Ha)
1
BLOK INTI
2
BLOK PEMANFAATAN
3
BLOK PEMANFAATAN HHK-HA
4 5
BLOK PEMANFAATAN HHK-HT BLOK PEMANFAATAN KAWASAN, JASLING DAN HHBK
1.089,02
6
BLOK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
7.507,65
BLOK PERLINDUNGAN Grand Total Sumber: Hasil olahan analisis citra landsat
846,50 16.909,15
7
222,28 5.180,33 108,75 1.954,62
Kegiatan RHL harus segera dilaksanakan untuk memulihkan kondisi lingkungan. Kegiatan RHL di KPHP unit VI Gorontalodirencanakan akan 102
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
diselesaikan dalam jangka waktu 10 tahun atau menyesuaikan dengan kondisi pendanaan dan sumberdaya manusia/tenaga kerja. Jika RHL ditargetkan selesai dalam jangka waktu 10 tahun maka setiap tahun luas wilayah yang akan di rehabilitasi mencapai 1690,92 ha/tahun. Mengingat pendanaan yang terbatas maka pihak KPHP unit VI Gorontalo dapat bekerjasama dengan instansi lain seperti BPDAS Bone Bolango dan para pemegang ijin pemanfaatan kawasan untuk melakukan kegiatan RHL, agar target RHL setiap tahun dapat tercapai.
Gambar 20. Lokasi rencana RHL (diarsir gelap) di KPHP unit VI Gorontalo
Kegiatan RHL diluar izin akan menyesuaikan dengan blok pengelolaan.
Misalnya
jika
kegiatan
RHL
dilakukan
di
blok
pemanfaatan HHK-HA maka jenis kayu yang ditanam adalah jenis 103
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
kayu kelas satu dan metode silvikultur yang dipergunakan adalah tebang pilih tanam indonesia (TPTI), dan jika kegiatan RHL dilakukan di blok HHK-HT maka jenis kayu yang ditanam adalah fast growing species dan sistem silvikultur yang pergunakan adalah tebang habis permudaan buatan (THPB) F.
Pembinaan
dan
pemantauan
(controlling)
pelaksanaan
rehabilitasidi dalam izin Hingga saat ini di KPHP unit VI Gorontalo terdapat 2 ijin pemanfaatan kawasan hutan yaitu ijin pemanfaatan untuk wilayah hutan tanaman industri dan pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus. Berdasarkan ketentuan maka, rehabilitasi terhadap kawasan yang telah mempunyai izin dilaksanakan oleh pemegang izin. Sebagai bagian dari wilayah KPHP unit VI Gorontalo maka pihak KPHP berkewajiban melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap wilayah yang akan direhabilitasi oleh para pemegang izin Proses pembinaan dan kontrol dalam pelaksanaan RHL didalam izin dilakukan dalam 2 kegiatan. Kegiatan pertama adalah memberikan juknis RHL sebagai bentuk pembinaan.Kegiatan kedua adalah melakukan monitoring bersama antara pihak KPHP unit VI dengan pemegang izin. Kegiatan monitoring dilakukan untuk melihat keberhasilan pertumbuhan tanaman yang dilakukan mulai tahun pertama pemeliharaan (T1) sampai dengan tahun ketiga pemeliharaan (T3). Keberhasilan tumbuh tanaman
104
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
hasil
reboisasi
di
wilayah
berizin
bisa
dijadikan
ukuran
kinerja
pengelolaan lingkungan Pelaksanaan pembinaan terhadap para pemegang ijin dilaksanakan oleh organisasi sebagai berikut : 1. Menteri
Kehutanan
c.q
Direktur
Jenderal
Rehabilitasi
Lahan
danPerhutanan Sosial dibantu oleh Kepala Balai Pengelolaan DASsetempat, melaksanakan pembinaan teknis. 2. Bupati dibantu Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan Gorontalo yang membidangi Kehutanan 3. Kepala
KPH
yang
dibantu
oleh
kepala
resort
setiap
blok
pemanfaatan. Proses pembinaan dan pemantauanterhadap kegiatan RHL di dalam izin meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang dilakukan oleh pemegang ijin 2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan reklamasi
berdasarkan
juknis
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah/pengelola KPH 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara pelaporan RHL oleh pemegang ijin;
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL kepada semua stakeholder di KPHP unit VI Gorontalo
105
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Beberapa peraturan yang dapat dirujuk sebagai pedoman dalam rangka pembinaan RHL di dalam ijin adalah sebagai berikut 1. Permenhut No 70/Menhut II/2008 tentang Pedoman Teknis RHL 2. Permenhut No 12/Menhut II/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan RHL
G.
Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam. Perlindungan Hutan dan konservasi alam diselenggarakan dengan
tujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini merupakan usaha untuk : a.
Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama serta penyakit.
b.
Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan Rencana kegiatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam
di KPHP unit VI Gorontalo mengacu kepada Keppres 32 Tahun 1990 tentang kawasan lindung. Untuk KPHP unit VI Gorontalo, kegiatan perlindungan dan konservasi SDAH difokuskan pada3 kegiatan, yaitu perlindungan
terhadap
sumber
mata
air,
perlindungan
terhadap
106
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
erosi/rawan longsor dan pengelolaan keanekaragaman hayati.Deliniasi peta terhadap kegiatan tersebut dapat dilihat pada peta di bawah ini
Gambar 21. Lokasi Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam Beberapa wilayah di KPHP unit VI Gorontalo juga mempunyai nilai konservasi tinggi (high conservation value forest). Konsep HCVFdidisain untukmembantu para pengelola hutan dalam usaha-usaha peningkatan keberlanjutansosial dan lingkungan hidup dalam kegiatan produksi kayu dengan
menggunakanpendekatan
dua
tahap,
yaitu:
1)
mengidentifikasikan areal-areal di dalam atau didekat suatu Unit Pengelolaan
(UP)
kayu
yang
mengandung
nilai-nilai
sosial,
budayadan/atau ekologis yang luar biasa penting, dan 2) menjalankan suatu sistempengelolaan dan pemantauan untuk menjamin pemeliharaan dan/atau peningkatannilai-nilai tersebut. Salah satu prinsip dasar dari 107
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
konsep HCV adalah bahwa wilayah-wilayahdimana dijumpai atribut yang mempunyai
nilai
konservasi
tinggi
harus
tetap
dipertahankan
keberadaannya. Wilayah-wilayah yang menjadi kawasan HCVF di KPHP unit VI Gorontalo adalah sumber mata air, sempadan sungai, kawasan hutan primer dengan lereng di atas 45%. Adapun wilayah HCVF di KPHP unit VI Gorontalo di tampilkan pada peta HCVF di bawah ini.
Gambar 22. Peta HCVF di KPHP unit VI Kabupaten Gorontalo H.
Penyelenggaraan
koordinasi
dan
sinkronisasi
antar
pemegang ijin. Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuantujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah
suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.Koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola KPH dengan para calon pemegang ijin pemanfaatan
maupun
para
pihak
yang
telah
mengantongi
izin. 108
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Koordinasi dan sinkronisasi merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunanKPH. Proses koordinasi dan sinkronisasi dimulai sejak proses
pengurusan
izin.
Para
pemegang
pemohon
izin
harus
memperhatikan wilayah-wilayah yang telah dibebani izin. Jika wilayah tersebut
belum
dibebani
izin
maka
pihak
calon
pemegang
izin
berkonsultasi dengan pengelola KPHP unit VI Gorontalo untuk proses perizinan
selanjutnya.
Setelah
izin
keluar
maka
pemegang
izin
hendaknya melakukan musyawarah dengan masyarakat sekitar lokasi calon
izin.
Hal
ini
dilakukan
untuk
menyamakan
persepsitentang
pengelolaan sumberdaya hutan antara masyarakat dengan pemegang ijin serta menghindari konflik antara pengelola dan pemegang ijin serta masyarakat. Selanjutnya jika kawasan tersebut telah dibebani izin maka calon pemegang bisa mengajukan izin pemanfaatan kepada pemegang izin untuk
mengusahakan
pengembangan
komoditi
tertentu
dimana
komoditasnya berbeda dengan komoditi yang telah diusahakan oleh pemegang izin terdahulu. Khusus
untuk
pemegang
izin,
maka
secara
berkala
harus
melaporkan kegiatan pemanfaatan hutan kepada pengelola KPHP unit VI Gorontalo. Pelaporan merupakan salah satu bentuk koordinasi dan sinkronisasi. Pelaporan bisa berupa luasan yang telah dimanfaatkan dan hasil yang telah didapatkan.
109
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Dengan proses koordinasidan sinkronisasi demikian, maka tujuan pembangunan kehutanan di KPHP unit VI Gorontalo yangdiselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan,keterbukaan dan ketepaduan
dalam
pencapaian
tujuan
pengembanganekonomiterwujudkan.Proseskoordinasi dilaksanakan oleh KPH mulai dari tingkat tapak (blok dan petak) yang dikoordiniroleh kepala resort/kepala divisi. Untuk blok pemberdayaan, blok inti dan blok perlindunganKPHP unit VI Gorontalo proses koordinisai dan sinkronisasi dapat dilakukan dengan cara mensosialisasikan rencana program dan kegiatan tahunan dan lima tahunan ke tingkat desa dan kecamatan dalam musrenbang tingkat desa/kecamatan melalui tenaga pendamping lapangan. Usulan-usulan program dan kegiatan kampung sektor kehutanan diakomodir dalam program
dan
kegiatan
yang
bersesuaian
dikoordinasikan
dan
disinkronisasikan dengan sektor lain agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan penganggaran. Dengan proses koordinasi teknis demikian diharapkan dapat terjadi integrasi program akomodatif dan terpadu. I.
Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan Stakeholders. Keberlangsungan program dan kegiatan dalam pengelolaan KPHP
unit VI Gorontalo merupakan sebuah keharusan. Untuk menindaklanjuti keberlanjutan program maka perlu mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan kawasan hutan di KPHP unit VI Gorontalo. Hasil identifikasi stakeholder, terdapat 21stakeholder berkepentingan dalam 110
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo seperti yang terdapat Tabel 23. Stakeholder yang di identifikasi ini adalah stakeholder yang mempunyai peluang membuat program dan kegiatan di KPHP unit VI Gorontalo dengan berpatokan pada rencana pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo Tabel 24. Daftar Stakeholder yang terlibat dalam Pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo No
Organisasi
Stakeholders
I
Pemerintah Pusat
II
Pemerintah Daerah
III
Lembaga Independent
IV
Masyarakat
V
Swasta
BKSDA Sulawesi Utara Seksi Gorontalo BPKH Wilayh XV Gorontalo BP-DAS Bone Bolango Balai Wilayah Sungai II Sulawesi BP2HP BPK Sulawesi Utara BPTH Makassar BDK Makassar Dinas Kehutanan Pertambangan Energi BAPPEDA Dinas Pekerjaan Umum Badan Lingkungan Hidup/Balihristi DPRD PDAM Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Badan Penyuluh Kehutanan Camat Kepala Desa dan BPD Universitas Gorontalo LSM Lingkungan Lembaga Donor Forum DAS Tokoh Masyarakat Masyarakat lokal PT. Gorontalo Citra Lestari (HTI) PT. Gunung Mulia Exploration PT. Bina Mineral PT. CEL
Untuk mengoptimalkan peran stakeholder yang berpengaruh pada kebijakan rencana pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo maka perlu
111
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dilakukan
strategi
pelibatan
partisipasi
stakeholder
untuk
dapat
meminimalisir tumpang tindih kegiatan. Partisipasi merupakan proses keterlibatan stakeholders dalam mempengaruhi dan ikut mengendalikan jalannya rangkaian penyusunan kebijakan yang berdampak kepadanya. Karena itu tiap stakeholder akan memiliki tingkat keterlibatan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot yang dimilikinya. Bobot yang dimaksud
adalah
tingkat
(kedekatan)
kepentingan
stakeholder
bersangkutan dengan pengambil keputusan dan kekuatan pengaruhnya terhadap proses penyusunan kebijakan. Adapun partisipasi stakeholder yang seharusnya terlibat dalam rencana pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo dapat dilakukan dapat dilihat pada Tabel 25 Tabel 25. Mekanisme Partispasi Stakeholder dalam Pengelolaan KPH Jenis Partisipasi Aspek
Memberikan informasi
Koordinasi
Pelaksana
Kegiatan Rehabilitasi
BP-DAS, BKSDA, Universitas Gorontalo, Kepala Desa, LSM, Masyarakat
Dinas Kehutanan, BP-DAS Bone Bolango, Lembaga Donor, Dinas PU, BWS
Kegiatan Bisnis Pemanfaatan kawasan hutan Penguatan Kelembagaan Petani dan Masyarakat
Kepala Desa, Masyarakat sekitar hutan
BPKH, BP-DAS, BKSD, Universitas Gorontalo, Dinas Kehutanan Pertambangan Energi, BAPPEDA, Dinas Pertanian, Kepala Desa, Dinas PU, BLH, DPRD Kepala Desa, BAPPEDA, PU,DPRD
Kepala Desa, BAPPEDA, Badan Penyuluh, Bakorluh, DPRD, Univ. Gorontalo, Dinas Pertanian
Badan Penyuluh, Bakorluh, Univ. Gorontalo, Dinas Pertanian, Lembaga Donor
Kepala Desa, LSM, Univ Gorontalo
PT GCL dan Investor yang berminat
112
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Monitoring dan Evaluasi
Kepala Desa, Masyarakat sekitar hutan, BLH, Univ Gorontalo
Kepala Desa, BAPPEDA, DPRD
Dinas Kehutanan, Satpol PP, BLH
Agar para pihak dapat menjalankan program dan kegiatannya secara terintegrasi maka perlu di mediasi melalui sebuah forum dimana anggota forum tersebut adalah stakeholders yang berkepentingan dengan KPHP unit VI Gorontalo. Keberadaan forum pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo sangat penting dalam mengintergrasikan seluruh program dan kegiatan di KPH. Fungsi utama forum KPHP unit VI Gorontalo adalah 1) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat terkait pengelolaan KPH; 2) memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan KPH; dan 3) menumbuhkan dan mengembangkan peran pengawasan masyarakat dalam pengelolaan KPH J.
Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM. Pengelolaan kawasan KPHP unit VI Gorontalo sangat membutuhkan
dukungan dan kemampuan personil yang memadai. Kapasitas personil menentukan
berhasil
tidaknya
pengelolaan.
Untuk
itu
diperlukan
pengembangan dan peningkatan bagi personil dari segi pengetahuan berupa pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang berupa keahlian pada bidang-bidang tertentu, dan penggalian informasi dari luar yang dapat menambah pengalaman dan wawasan.Beberapa upaya yang telah dilaksanakan dalam peningkatan kapasitas staf KPHP unit VI Gorontalo saat ini, antara lain perbaikan jenjang pendidikan ke Strata-1 maupun S2 yang dilakukan secara mandiri maupun program beasiswa. Disamping 113
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
itu, mengikut sertakan beberapa staf dalam program pendidikan dan pelatihan, baik itu di Pusat atau Balai Diklat Kehutanan maupun ke lembaga-lembaga lain serta menyertakan petugas untuk terlibat pada berbagai program dan kegiatan di kabupaten yang terkait dalam upaya pengelolaan KPH. Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan kapasitas personil antara lain : (1) Perbaikan jenjang pendidikan (2) Pemetaan kompetensi (3) Diklat SDM Pengelola KPH (4) Pertukaran kunjungan staf pengelola (5) Studi perbandingan
(6) Magang pegawai (7) Rekrutmen Pegawai KPH K.
Penyedian pendanaan. Sesuai ketentuan, pengelola KPHP unit VI Gorontalo diperkenankan
mengelola dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan pihak lain yang sifatnya tidak mengikat. Pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo yang optimal membutuhkan dana yang cukup besar mengingat wilayah kelola KPH sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari keuangan negara. Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti pemerintah provinsi untuk menyediakan dana bagi KPHP unit VI Gorontalo sebagai bagian dari desentralisasi kekuasaan politik, anggaran 114
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dan administrasi bisa menjadi alternatif pendanaan. Cara pendanaan yang paling mudah dilakukan untuk melengkapi dana APBN/APBDadalah bermitra dengan lembaga donor untuk melakukan aktivitas pengelolaan di KPHP unit VI Gorontalo. Selama ini pembiayaan KPHP unit VI Gorontalo
masih
berasal
dari
dana
APBN
salah
satunya
melalui
penyediaan sarana dan prasarana kantor KPHP unit VI Gorontalo termasuk pengadaan mobil operasional. Penyediaan pendanaan oleh pemerintah kedepannya harus dikurangi untuk mengurangi beban negara. Salah satunya adalah dengan mendorong KPHP unit VI Gorontalo menggunakan skenario PPK-BLUD. Pengelolaan dengan model PPK-BLUD dirasakan lebih fleksibel karena KPHP unit VI Gorontalo akan lebih fleksibel dalam mengelola unit bisnisnya dengan tetap mengedepankan fungsi pelayanan publik. Pendanaan lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangan bisnis pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam, pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman, dan pemanfaatan hasil air baku (jasa lingkungan) Beberapa kegiatan yang membutuhkan pendanaan dalam rangka pengelolaan KPHP adalah sebagai berikut: Tabel 25. Perkiraan pendanaan KPHP unit VI Gorontalo Kegiatan Perkiraan anggaran 10 tahun (Rp) Rehabilitasi di luar izin 126.818.625.000 Pembangunan hutan tanaman 14.444.550.000 Pemanfaatan HHK-HA 52.292.380.000 Pengadaan sarana dan prasarana 10.000.000.000 Pelatihan personil KPHP 2.000.000.000 Sosialisasi KPH 500.000.000 115
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Fasilitasi Pemberdayaan masyarakat Pengamanan kawasan hutan Pemanfaatan jasling air baku Biaya Personil Non PNS L. Pengembangan database
500.000.000 2.500.000.000 2.000.000.000 3.360.000.000
Data base yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk
pengambilan
keputusan
dalam
pengelolaan
KPHP
unit
VI
Gorontalo. Selain itu data base juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan informasi tentang KPHP unit VI Gorontalo seperti misalnya para peneliti dari universitas atau lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah dan individu. Dalam organisasi KPHP unit VI Gorontalo, akan dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam informasi yang siap digunakan. Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari luar. Tentu saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan untuk pihak luar. Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar harus diikat oleh standar operasional prosedur. Data yang dikumpulkan dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data penelitian dan lainlain), juga dapat berupa data digital (dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya). Unit yang secara khusus mengelola data base ini merupakan division support system atau pendukung sistem organisasi KPHP unit VI Gorontalo yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
116
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dari tingkat KPH hingga hingga unit terkecil. Beberapa kegiatan pendukung dalam membangun program ini antara lain: 1. Pelatihan staf data base. 2. Penyiapan perangkat data base 3. Penyusunan dan pengelolaan sistem data base 4. Membangun manajemen sistem pusat informasi M.
Rasionalisasi wilayah kelola. Tujuan utama dilakukannya rasionalisasi wilayah kelola di KPHP
unit VI Gorontalo adalah untuk mngantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi selama pembangunan KPHP unit VI Gorontalo. Rasionalisasi wilayah kelola yang dilakukan harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah ekologis dan ekonomi artinya perubahan-perubahan yang terjadi dalam wilayah kelola KPHP unit VI Gorontalo tetap mengedepankan aspek ekologi dan aspek sosial ekonomi Terdapat 2 alasan mengapa rasionalisasi kawasan harus dilakukan. Pertama rasionalisasi terkait keberadaan desa/dusun di dalam kawasan hutan. Sebagai contoh beberapa wilayah di KPHP unit VI Gorontalo telah didiami oleh masyarakat seperti yang terjadi di Dusun Bontula Kec. Asaparaga dan beberapa desa di Kecamatan Batudaa Pantai dan Kecamatan Biluhu. Rasionalisasi terhadap wilayah-wilayah seperti ini adalah dengan mengeluarkan desa/dusun dalam kawasan tersebut (enclave). Kedua adalah Rasionalisasi wilayah kelola terkait perubahan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Misalnya jika blok 117
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman N.
Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali). Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi
terhadap rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai terhadap
dengan rencana
petak
pengelolaan.
pengelolaan
Maksud
adalah
untuk
dilakukannya mewujudkan
review tatanan
pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi terhadap seluruhkegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan petak). Evaluasi terhadap pengelolaan blok dan petak didasarkan pada data-data yang terkumpul sebagai ukuran kinerja. Sebagai contoh jika blok pemanfaatan hasil hutan kayu tidak memberikan keuntungan ekonomi dan menaikkan kesejahteraan masyarakat, maka penentuan terhadao blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman perlu ditinjau ulang. Demikian halnya jika pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam tidak dilakukan dengan sistem pengelolaan hutan lestari maka perlu dikaji ulang keberadaan blok tersebut O.
Pengembangan investasi.
Pengembangan investasi di KPHP unit VI Gorontalo diarahkan pada pemanfaatan investasi pada hasil hutan bukan kayu, pengembangan hasil hutan kayu dan pemanfaatan jasa lingkungan. Sebelum kegiatan 118
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
tersebut dilaksanakan maka KPHP unit VI Gorontalo akan merencanakan pembuatan
rencana
bisnis
plan.
Adapun
rencana
pengembangan
investasi dijelaskan secara ringkas di bawah ini 1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)/jasa lingkungan mempunyai peluang yang cukup besar dan menjanjikan serta kompetitif di wilayah KPHP unit VI Gorontalo. Potensi yang dapat dioptimalkan untuk HHBK adalah pemanfaatan rotan, pemanfaatan getah pinus dan pemanfaatan getah damar. Beberapa lokasi yang memiliki potensi rotan di hutan alam adalah di wilayah Kecamatan Asparaga dan Kecamatan Mootilango, Sedangkan getah pinus terdapat pada kecamatan Telaga, Telaga Biru dan Kecamatan Limboto.Meskipun
demikian
KPHP
unit
VI
Gorontalo
akan
merencanakan budidaya rotan untuk skala usaha dimana untuk lokasinya
akan
mengambil
lokasi
di
wilayah-wilayah
blok
pemanfaatan jasling dan HHBK. Saat ini pasar untuk produk rotan masih terbuka lebar baik untuk pasar lokal maupun untuk pasar regional. Sedangkan pasar untuk getah pinus dan getah damar umumnya berada di Pulau Jawa 2. Pengembangan Investasi Jasa Lingkungan KPHP unit VI Gorontalo mempunyai potensi jasa lingkungan berupa air dan wisata alam. Pemanfaatan jasa lingkungan air beberapa diantaranya
telah
dimanfaatkan
oleh
masyarakat.
Skema 119
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pengembangan
investasi
jasa
lingkungan
air
adalah
pemanfaatankebutuhan air baku/air minum. Hasil survey terhadap potensi air baku terdapat di Desa Polohungo Kecamatan Limboto, Desa Ayumolingo Kecamatan Pulubala, Desa Dulamayo Selatan Kecamatan Telaga, Desa Dulamayo Utara Kecamatan Telaga Biru dan beberapa desa di Kecamatan Batudaa Pantai dan Kecamatan Bilihu. Investasi
pengembangan
wisata
alam,
direncanakan
akan
dilakukan dengan model kemitraan antara pihak KPHP unit VI Gorontalo dan Universitas Gorontalo dan pola mandiri. Lokasi wisata
alam
yang
akan
dikembangkan
terletak
di
wilayah
arboretum KHDTK, arboretum Desa Bontula Kecamatan Asparaga dan wisata alam di Batudaa Pantai dan Biluhu 3. Pengembangan Investasi Hutan Tanaman Hutan Tanaman adalah hutan yang dibangun dengan teknik silvikultur dan ditanami jenis-jenis tanaman tertentu untuk tujuan pelestarian lingkungan dan menjadi suplai bahan baku industri. Hutan tanaman yang dikelola dan diusahakan dapat dibagun oleh suatu lembaga ataupun perorangan. Hutan tanaman biasanya hanya memiliki satu jenis tanaman seumur yang ditanam dalam skala luas. Pengembangan hutan tanaman di KPHP unit VI Gorontalo memiliki nilai strategis karena ketersediaan lahan untuk pengembangan
hutan
tanaman
dan
terdapat
2
perusahaan 120
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pengembang
hutan
tanaman
industri
yang
saat
ini
sedang
menjalankan aktivitas penanaman. Luas wilayah pengembangan hutan tanaman mencapai 2233,82 ha. Mengingat luasanya kecil maka
model
kemitraan
yang
akan
dipilih
dalam
rangka
pengembangan hutan tanaman 4. Pengembangan investasi kayu di hutan alam Bisnis kayu adalah salah satu bisnis jangka panjang dengan kemungkinan keuntungan yang sangat tinggi, selama beberapa abad terakhir permintaan kayu selalu meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dunia. Berdasarkan perspektif di atas maka usaha pengembangan investasi kayu di KPHP unit VI Gorontalo memiliki prospek yang cerah. Prinsip dasar yang dianut oleh KPHP unit VI Gorontalo dalam pengembangan investasi kayu adalah: 1. Investasi kayu harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat sekitar hutan khususnya dan rakyat Kabupaten Gorontalo secara umum 2. Investasi
kayu
harus
dilakukan
dengan
prinsip-prinsip
pengelolaan hutan lestari. Dengan demikian maka arahan pengembangan investasi kayu di KPHP unit VI Gorontalo adalah 1. Pengembangan
hasil hutan
kayu hutan alam yang akan
dilakukan langsung oleh pengelola KPHP unit VI Gorontalo
121
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
2. Pengembangan hutan kayu pada hutan alam melalui pemberian ijin kepada masyarakat/koperasi dan pengembangan investasi melalui restorasi ekosistem sebagai wujud dari pengelolaan hutan secara lestari
BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN. A.
Pembinaan Kegiatan
pembinaan,
pengawasan
dan
pengendalian
dalam
pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo pada prinsipnya dimaksudkan sebagai upaya untuk mengarahkan pemanfaatan kawasan KPHP unit VI Gorontalo
menuju
pembangunan
pengelolaan
terutama
hutan
pemanfaatan
lestari.
Untuk
kawasan
yang
mewujudkan tertib
maka
instrument yang digunakan adalah berbagai peraturan perundangan yang berkaitan dengan mekanisme pemanfaatan dan perlindungan kawasan hutan. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a.
Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pengelola KPHP unit VI Gorontalo dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo, baik berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non formal berupa pendidikan
122
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya pengelolaan. b.
Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat kerjasama diantara pihak pengelola, SKPD, mitra dan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolan KPHP unit VI Gorontalo.
c.
Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan hal-hal
baru
yang
bermanfaat
bagi
semua
pihak
di
dalam
pengelolaan. Adapun kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian yang dilakukan di KPHP unit VI Gorontalo yaitu : -
Penyusunan
berbagai
pedoman
dan
atau
SOP
disetiap
blok
pemanfaatan dan penggunaan kawasan KPHP unit VI Gorontalo. -
Penerapan disiplin pegawai teknis dan administrasi yang mengacu pada PP 54 tahun 2010 tentang disiplin PNS dilingkungan KPHP unit VI Gorontalo
-
Memberikan
rewardbagi
tenaga
teknis
dan
administrasi
yang
memberikan kinerja baikserta memberikan punishment bagi tenaga teknis danadministrasi yang melakukan pelanggaran. -
Mengadakan pengarahan internal bagi pengelola KPHP unit VI Gorontalo termasuk tenaga teknis dan administrasi. yang bersifat rutin (bulanan, semester dan tahunan) atau bersifat insidental.
123
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
-
Melakukan kegiatan out-bondsecara periodik untuk lebih mengikat tali
persaudaraan
antar
sesama
tenaga
teknis
dan
tenaga
administrasi dilingkungan KPHP unit VI Gorontalo -
Mengadakan in house training bagi staf teknis dan administrasi dengan mengundang trainer dari perguruan tinggi dan atau praktisi.
-
Mengirimkan tenaga teknis dan tenaga administrasi untuk mengikuti pelatihan
teknisyang
dilaksanakan
oleh
Pemerintah
Daerah,
Pemerintah Provinsi dan Kementerian Kehutanan RI. -
Melakukan promosi jabatan bagi setiap pejabat struktural yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan mekanisme peraturan perundangang
B.
Pengawasan Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap
kinerja KPHP unit VI Gorontalo agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo dilakukan oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan. Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan
yang
terjadi
terhadap
fungsi
dan 124
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
kelestarian kawasan KPHP unit VI Gorontalo serta perubahan pada sosial ekonomi
masyarakat.
Disamping
sebagai
penghimpun
informasi,
pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan dan kesesuaian
sasaran
pengelolaan.
Pada
pemeriksaan
dimungkinkan
dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang tidak tepat. Kegiatan Pengawasan dilakukan dengan cara : -
Penyusunan prosedur pelaporan kegiatan bagi petugas lapangan sebagai mekanisme yang memenuhi unsur legal formal untuk pengawasan
yang
mengikat
pada
setiap
pekerjaan
yang
dilaksanakan di lingkup KPHP unit VI Gorontalo -
Memantau kegiatan lapangan yang dilakukan oleh tenaga teknis terkait dengan pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo. Pemantauan kegiatan dilakukan oleh kepala KPHP unit VI Gorontalo dan atau kepala Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo
-
Meminta pelaporan secara tertulis dari tenaga teknis terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga teknis. Laporan ditujukan kepada kepala KPHP unit VI Gorontalo
-
Kepala KPHP unit VI Gorontalo melaporkan seluruh kegiatan pengelolaan termasuk kegiatan pemanfaatan, penggunaan dan perlindungan kawasan hutan kepada Kepala Dinas Kehutanan
125
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo secara periodik (bulanan, 3 bulan, 6 bulan dan tahunan)
C.
Pengendalian Pengendalian
adalah
segala
upaya
untuk
menjamin
dan
mengarahkan agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai
dengan
pemerintahan,
rencana
yang
pengaturan
telah
ditetapkan.
pengendalian
terdapat
Didalam dalam
instansi Peraturan
Pemerintah Nomor : 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan Pemerintah
yag
dimaksud
(SPIP)
adalah
dengan Sistem
Sistem
Pengendalian
Pengendalian
Intern
Intern
yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri
dari
lingkungan
pengendalian,
penilaian
resiko,
kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu instansi 126
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
pemerintah dapat berbeda dengan pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi,lingkungan, sejarah dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi itu sendiri. Untuk menjadikan pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPHP unit VI Gorontalo, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen KPHP unit VI Gorontalo sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi KPHP unit VI Gorontalo.
127
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
BAB VII PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan
adalah kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus untuk menilai kesesuaian antara perencanaan kegiatan dengan implementasi dari perencanaan tersebut. Indikator yang mudah dalam kerangka pemantauan, evaluasi dan pelaporan adalah sejauh mana pencapaian target baik secara kualitas maupun kuantitas dapat dicapai dalam proses kegiatan A.
Pemantauan Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus
terhadap
pelaksanaan
suatu
tugas
dan
fungsi
satuan
organisasi.
Kegiatan pemantauan dilakukan oleh unsur internal KPHP unit VI Gorontalo maupun unsur eksternal (institusi) diluar KPHP unit VI Gorontalo.
Pemantauan
dilaksanakan
dengan
melakukan
penilaian
terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala 128
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Mekanisme pemantauan dilakukan oleh struktural yang membawahi wilayah KPHP unit VI Gorontalo mulai dari Bupati, Sekretaris Daerah dan Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo. Pemantauan bisa dilakukan dengan berkoordinasi dengan Satker lainnya misalnya BAPPPEDA Kabupaten Gorontalo terkait dengan data dan pola ruang
Hasil Pemantauan akan dilaporkan secara berjenjang mulai dari
bawah ke atas yaitu: Kepala KPHP unit VI Gorontalo, Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo, Sekretaris Daerah Gorontalo dan Bupati Gorontalo selaku pemegang otoritas tertinggi di Kabupaten Gorontalo. B.
Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang
menggambarkan
tingkat
pencapaian
suatu
kegiatan,
yang
dikategorikan kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs) , hasil (outcomes), dan manfaat (benefits). Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan/kegagalam sebuah program dan atau kegiatan Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHP unit VI Gorontalo dapat diukur dari : 1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHP unit VI Gorontalo semakin menurun. 2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHP unit VI Gorontalo dari gangguan keamanan 129
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan. 3. Meningkatnya pendapatan masyarakat dari pemanfaatan hasil hutan yang memiliki izin 4. Meningkatnya investasi dibidang kehutanan yang bisa diukur dari realisasi investasi di KPHP unit VI Gorontalo 5. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHP unit VI Gorontalo yang dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, KPHP unit VI Gorontalo sebagai Unit Pelaksana Teknis pengelolaan dan pihak mitra pendukung. 6. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan C.
Pelaporan Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
130
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Pada kegiatan pelaporan, KPHP unit VI Gorontalo melaporkan hasil akhir dari seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KPHP unit VI Gorontalo sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala. Acuan yang digunakan dalam pelaporan adalah berdasarkan standar prosedur operasional yang berlaku. Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja KPHP unit VI Gorontalo. Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke pada tahap penyusunan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semesteran, dan
Laporan
Tahunan.
Seluruh
laporan
yang
telah
tersusun
ditandatangani oleh Kepala KPH dan disampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Gorontalo
131
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
BAB VIII PENUTUP Rencana
pengelolaan
hutan
jangka
panjang
KPHP
unit
VI
Gorontaloini merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan yang masih bersifat makro dan indikatif. Karena sifat dan cakupan dari rencana ini, maka untuk selanjutnya masih diperlukan penjabaran lebih lanjut ke dalam rencana-rencana yang lebih rinci dan cakupan masa perencanaannya pendek. Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat dipedomani dengan baik, diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor
pencapaian
pelaksanaanya.
Perlu
disadari
bahwa
masa
perencanaan ini cukup panjang sedangkan kebijakan pemerintah akan terus berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar tetap sinkrondengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Optimalisasi kawasan hutan yang akan dibangun dan dikembangkan dimasa datang harus mengacu pada dokumen RPHJP KPHP unit VI 132
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VI Gorontalo
Gorontalo. pengelolaan
Meskipun KPHP
demikian tetap
perubahan
terbuka
dan
terhadap akan
perencanaan
terus
mengikuti
perkembangan pembangunan di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional
LAMPIRAN
133