RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL MANDAILING NATAL PERIODE 2014-2023
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN RINGKASAN ESEKUTIF……………………………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................……………
v
DAFTAR ISI ………………………………………………………......………………..
vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………......……………….
viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………......……………….
ix
DAFTAR TABEL LAMPIRAN.............................................................................
x
DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN ………………………………………………......
xi
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................
2
B. Maksud dan Tujuan...................................................................................
3
C. Sasaran.....................................................................................................
4
D. Dasar Hukum……………………………………………………………..........
4
E. Ruang Lingkup...........................................................................................
5
F. Batasan Pengertian...................................................................................
7
II. DESKRIPSI KAWASAN A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal........................................
12
B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal........................................
19
C. Data dan Informasi Sosial Budaya .......................................................
20
D. Data dan Informasi Ijin-ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan 32
Kawasan.................................................................................................... E. Kondisi Posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam Perspektif Tata Ruang, Wilayah, dan Pembangunan
32
Daerah..............................................
33
F. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan................................... III.
VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN A. Visi ........................................................................................
36
B. Misi ……………………………………………………………………………..
38
C. Capaian Utama ………………………………………...................................
39
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI
v
V.
A. Analisis............................................................................
41
B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan........................................................
58
RENCANA KEGIATAN A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan..........
60
B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu....................................
60
C. Pemberdayaan Masyarakat..............................................................
61
D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHP Mandailing Natal yang Telah Ada Ijin Pemanfaatan maupun 61
Penggunaan Kawasan Hutan......................................................... E. Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Ijin...................
62
F. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin Pemanfaatan dan 63
Penggunaan Kawasan Hutan............................ G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.........
63
H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Ijin.................................................................................................. I.
Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder terkait……
J.
Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM................................
63 64 65
K. Penyedian pendanaan....................................................................
65
L. Pengembangan database................................................................
66
M. Rasionalisasi wilayah kelola..........................................................
67
N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) ..............
68
O. Pengembangan investasi............................................................... VI.
VII.
VIII.
68
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN A. Pembinaan.....................................................................................
71
B. Pengawasan...................................................................................
72
C. Pengendalian.................................................................................
72
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pemantauan dan Evaluasi..................................................................
75
C. Pelaporan..........................................................................................
76
PENUTUP ...........................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN vi
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman
Rincian Pembagian Unit KPH Model Madina Berdasarkan Wilayah BPKH ......................................................................
12
2.
Pembagian Blok KPH Berdasarkan Fungsi Hutan
13
3.
Tutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal
17
4.
DAS pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal
17
5.
Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal.
18
6.
Luas, jumlah penduduk menurut desa
20
7.
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009
21
8.
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2008
21
9.
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009
21
10.
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010
21
11.
Jumlah Sekolah Dasar , Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per Kecamatan ...................
12.
Identifikasi faktor internal dan eksternal KPHP Model Mandailing Natal..............................................
13.
49
Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan Memanfaatkan Ancaman (Threat)
17.
46
Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat)
16.
43
Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan Memanfaatkan Peluang (Opportunity)
15.
42
Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) Dengan Menanfaatkan Peluang (Opportunity)
14.
25
53
Kondisi KPHP Model Mandailing Natal Saat Ini dan Proyeksi 10 Tahun ke Depan (2014 – 2023)
58
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Struktur Organisasi KPHP Model Mandailing Natal
Halaman 18
viii
DAFTAR TABEL LAMPIRAN 1
Daftar Nama Pohon yang ditemukan dalam Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Potensi Wilayah Pengelolaan Unit KPH Model Madina
2
Daftar Jenis Pohon yang ditemukan pada Kegiatan Inventarisasi Hutan di Wilayah KPHP Model Mandailing Natal
3
Daftar Jenis Tumbuhan Di Hutan KPHP Model Mandailing Natal
4
Daftar Jenis Mamalia dan Status Keterancamannya
ix
x
DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN : 1. Peta Tata Hutan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 2. Peta Delineasi Wilayah Tertentu KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 3. Peta Penetapan Wilayah
KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 4. Peta Kawasan Hutan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 5. Peta Kelas Lereng KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara 6. Peta Penutupan Lahan KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 7. Peta DAS KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal,
Provinsi Sumatrera Utara 8. Peta Penutupan Blok Inti KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 9. Peta Blok Pemanfaatan KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 10. Peta Blok Perlindungan KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 11. Peta Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 12. Peta Blok Pemberdayaan KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 13. Peta Blok Pemanfaatan HHK – HA
KPHP
Model Mandailing Natal,
Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 14. Peta Blok Pemanfaatan HHK – HT
KPHP
Model Mandailing Natal,
Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 15. Peta Blok dan Petak KPHP Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 16. Peta Pemanfaatan Pada KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten
Mandailing Natal, Provinsi Sumatrera Utara 17. Peta RKTN Pada KPHP
Model Mandailing Natal, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatrera Utara xi
KATA PENGANTAR
Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan salah satu Indikator
Kinerja Utama (IKU) dalam perencanaan strategis kementrian Kehutanan.
Untuk
membangun KPH, perlu dilakukan penyiapan prakondisi pengelolaan hutan, meliputi : (1) Pembagian kawasan hutan menjadi unit-unit kesatuan pengelolaan hutan (KPH), (2) Pembentukan institusi pengelola pada setiap unit KPH, serta (3) Adanya perencanaan yang berbasis spasial dari setiap unit KPH.
Secara garis besar, Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Model
Mandailing Natal Periode 2014-2023 meliputi (1) Maksud, tujuan dan sasaran kegiatan,
(2) Deskripsi kawasan, (3) Visi dan misi pengelolaan hutan, (4) Analisis dan proyeksi kegiatan, (5) Rencana kegiatan,
(6) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian,
Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
(7)
Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah ikut serta berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan
Rencana
Pengelolaan Hutan (RPH) KPHP Mandailing Natal. Diharapakan semoga RPH-JP ini dapat dijadikan sebagai landasan dan acuan
untuk mempercepat pembangunan kehutanan
tingkat tapak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
Panyabungan,
Desember 2013
v
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai sebuah unit
pengelolaan hutan ditingkat tapak bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang efisien dan lestari. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Mandailing Natal dengan luas ± 159,166 ha yang pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK. 332/ Menhut-II/ 2010, dibagi menjadi tujuh (7) blok yaitu HL blok inti, HL blok pemanfaatan, HP blok pemanfaatn HHK-HA, HP blok pemanfaatan HHK-HT, HP blok pemanfaatan jasling HHBK, HP blok pemberdayaan, dan HP blok perlindungan. Potensi tegakan pohon yang terdapat pada fungsi hutan produksi
lahan
primer dengan stratifikasi hutan lahan kering sekunder diperoleh rata-rata volume tegakan pada tingkat pohon sebesar 128.77 m3/ha dengan jumlah batang sebanyak 133.48 batang/ha. Rencana kegiatan 10 tahun kedepan dituangkan dalam bentuk Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2014 – 2023. RPHJP ini yang berisi rumusan visi dan misi yang didasarkan atas kondisi, isu-isu strategis yang diangkat dari berbagai problematika yang menjadi tantangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan saat ini dan harapan di masa yang akan datang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki. Visi KPH adalah “Mengelola Hutan Bersama Masyarakat Untuk KPHP Model Mandailing Natal Yang Mandiri dan Berkontribusi Terhadap PAD” Visi tersebut akan dicapai melalui 5 Misi sebagai barikut : (1) Membangun Kelembagaan, Penataan Kawasan dan SDM KPHP. Model
Mandailing Natal; (2) Membangun
Hutan Karet; (3) Kerjasama dan Kemitraan; (4) Pemanfaatan HHK dan HHBK; dan (5) Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan. Adapun 11 Capaian Utama yang akan diwujudkan KPHP Model Mandiling Natal tahun 2014 - 2023 adalah : (1) Tersedianya Sarana Dan Prasarana Pengelolaan, (2) Tertatanya Blok Dan Petak Di Wilayah
ii
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Kelola, (3) Tersedianya SDM Terampil Dan Kompeten, (4) Terbangunnya Hutan Karet Seluas + 1.000 Ha, (5) Terwujudnya Kerjasama Investasi Dalam Bentuk MoU, (6) Terlaksanakanya Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Hutan Karet, Pemanfaatan Dan Perlindungan Hutan, (7) Terlaksanakan Penangkaran Rusa Seluas + 4 Ha, (8) Termanfaatkannya HHK (Meranti, Kapur, Kruing, Bania, Merbau, Rengas, Resak, Lagan, Medang, Kelat, Lesi-Lesi, dll), (9) Termanfaatkannya HHBK (Sarang Walet, Rotan, Lebah Madu, Gaharu, Getah/Resin, Palm Hutan, Bambu, Tanaman Hias, Anggrek, Tanaman Obat, Damar, Kayu Manis, Durian, Aren, Dan Lain-Lain Seluas + 300 Ha, (10) Termanfaatkannya Potensi Air, Wisata Alam Dan Jasa Lingkungan, (11) Terlaksananya Perlindungan Hutan Dan Rehabilitasi Hutan seluas + 700 (tujuh ratus) Ha. Secara garis besar, kegiatan utama yang akan dilaksanakan oleh KPHP Mandailing Natal selama tahun 2014 - 2023 diselaraskan dengan misi, capaiancapaian utama dan core business adalah : (1) Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya, (2) Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, (3) Pemberdayaan masyarakat, (4) Pembinaan dan pemantauan pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan, (5) Rehabilitasi pada areal di luar ijin, (6) Pembinaan dan pemantauan rehabilitaasi dan reklamasi di dalam areal yang berijin, (7) Rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, (8) Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, (9) Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan stakeholder terkait, (10) Rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, (11) Penyediaan pendanaan, (12) Pengembangan database, (13) Rencana rasionalisasi wilayah kelola, (14) Review rencana pengelolaan, dan (15) Pengembangan investasi. Sebagai pelengkap dan dalam rangka mendukung kegiatan perencanaan dan implementasi kegiatan pengelolaan hutan di KPHP Model Mandailing Natal, dokumen RPHJP dilengkapi dengan data dan informasi spasial berupa peta. RPHJP KPHP Model Mandailing Natal ini merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan untuk diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor sehingga terwujud pengelolaan hutan intensif, efisien, dan efektif di KPHP Model Mandailing Natal.
iii
iv
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
iii
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Dasar Hukum E. Ruang Lingkup F. Batasan Pengertian
1
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pengelolaan hutan merupakan usaha untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari berdasarkan tata hutan, rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi. Kegiatan pengelolaan hutan mempunyai karakteristik yang tidak dapat disamakan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya alam
lainnya.
Sifat hutan yang khas dengan keanekaragaman
komponen penyusunnya, memungkinkan sumberdaya hutan memiliki keragaman peluang pemanfaatan, kepentingan antar generasi dengan siklus usaha yang panjang, yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat umum. Pengelolaan sumberdaya hutan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan
masyarakat dengan tetap memperhatikan sifat,
karakteristik dan keutamaannya serta berdasarkan fungsi pokok, yaitu sebagai Hutan Konservasi (HK), Hutan Lindung (JL) dan dan Hutan Produksi (HP). Ketiga fungsi hutan tersebut mempunyai peran penting sebagai pendukung dalam pembangunan ekonomi melalui produksi hasil hutan kayu dan bukan kayu, perlindungan wilayah melalui konservasi tanah dan air serta pelestarian keanekaragaman hayati guna kepentingan jangka panjang bagi generasi sekarang dan mendatang. Agar ketiga fungsi tersebut dapat berjalan secara simultan, diperlukan keseimbangan dalam pengelolaan hutan. Salah satu strategi yang ditempuh untuk dapat mewujudkan keberlanjutan dari fungsi dan peran hutan adalah dukungan kebijakan yang tepat melalui penerapan pengelolaan hutan dengan pendekatan ekosistem. Kebijakan pengelolaan dengan pendekatan ekosistem (resource based management)
merupakan
kebijakan
pengelolaan
yang
mengedepankan
keseimbangan ekosistem, dimana pola pengelolaan lebih berorientasi pada proses yang melihat keragaman dari elemen pembentuk hutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.332/Menhut-II/2010 tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Model
Mandailing
Natal,
Kabupaten
Mandailing
Natal,
Provinsi
Sumatera Utara, seluas + 159.166 ha, yang terbagi atas HP seluas + 14.704 ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas + 131.781 ha dan HL seluas + 12.681 ha. 2
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Sebagai sebuah institusi pengelola di tingkat tapak sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3 tahun 2008 pasal 9 mengenai tugas dan fungsi organisasi KPH, dimana salah satunya yaitu menyelenggarakan pengelolaan hutan berupa tata hutan dan penyusunan rencana penyusunan rencana pengelolaan hutan. Rencana pengelolaan yang terdiri dari rencana pengelolaan hutan jangka panjang (RPHJP) dan jangka pendek tersebut memuat tujuan, strategi, kegiatan serta target yang akan dicapai dalam kurun waktu perencanaan. Dalam penyusunan RPHJP KPH mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) dengan memperhatikan kondisi serta karakteristik sosial-ekonomi setempat. Oleh karena itu, melalui kegiatan penyusunan RPHJP KPHP Model Mandailing Natal diharapkan informasi yang dimiliki oleh KPHP Model Mandailing Natal, yang meliputi kondisi kawasan baik biofisik, sosial, ekonomi, kelembagaan dilengkapi dengan isu dan permasalahan serta tantangan yang dihadapinya, dapat tersusun sebagai sebuah baseline data yang menjadi dasar dalam penentuan prioritas pengelolaan. Sehingga kedepan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan rencana dan target dari dibentuknya KPHP Model Mandailing Natal. RPHJP ini sebagai landasan dan acuan pembangunan kehutanan tingkat tapak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal. Operasionalisasi KPHP Mandailing Natal dilaksanakan setelah terbit SK. Menhut Nomor: SK.332/Menhut-II/2010, melalui berbagai kegiatan diantaranya : a. Kegiatan prakondisi pengelolaan hutan : (1) Pengadaan sarana dan prasarana, (2) Tata Hutan, (3) Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan (RPH), yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah I Medan. b. Konvergensi kegiatan teknis dari UPT Kemenhut, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, dan Dishutbun Kabupaten Mandailing Natal. c.
Mengingat pedoman pengesahan baru terbit tahun 2013 melalui Permenhut P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP, dan hasil diskusi dengan para Kepala KPH lingkup Regional Sumatera telah disepakati periode tahun RPHJP adalah 2014 2023, maka periode RPHJP KPHP Mandailing Natal adalah Tahun 2014 – 2023.
B. Maksud dan Tujuan Maksud RPH-KPHP ini adalah : 1. Terlaksananya Pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal secara efisien, efektif dan intensif berdasarkan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP). 3
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 2. Memberikan arahan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kegiatan pembangunan kehutanan di wilayah KPHP Model Mandailing Natal. Tujuan RP-KPHP ini, antara lain : 1. Menyusun dokumen RPHJP-KPHP yang layak terap sesuai dengan kondisi blok/petak. 2. Menyusun grand design RPHJP-KPHP yang terencana dan terukur, dan memiliki tata waktu sehingga kegiatan pembangunan kehutanan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk memberikan hasil yang maksimal. 3. Sebagai pedoman untuk menyusun Rencana Kerja Tahunan. C. Sasaran 1. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal. 2. Tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal. 3. Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi untuk pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal. 4. Terbangunnya hutan karet KPHP Model Mandailing Natal seluas + 1.000 Ha. 5. Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU. 6. Berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan. 7. Berproduksinya penangkaran rusa seluas + 4 Ha. 8. Termanfaatkannya HHK (meranti, kapur, kruing, bania, rengas, resak, lagan, medang, kelat, lesi-lesi, dll). 9. Termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin, palem hutan, bambu, tanaman hias, anggrek, tanaman obat, damar, kayu manis, durian, dan aren, dll seluas + 300 Ha. 10. Termanfaatkannya potensi air, wisata alam dan jasa lingkungan. 11. Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha. D. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan terdiri dari : a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan, 4
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 d. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH, e. Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPH Lindung (KPHL) dam KPH Produksi (KPHP), f. Permenhut P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan, g. Permenhut P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan 20102014, h. Permenhut No. P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan tahun 2012, i.
Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Nasional Tingkat Nasional 2011-2030,
j.
Permenhut No. P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP
k. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 337/MENHUT-VII/2009 tanggal 15 juni 2009 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sumatera Utara, l.
Peraturan Dirjen Planologi No. P.05 Tahun 2012 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
m. Peraturan Kepala Badan Planologi Nomor SK.80/VII-PW/2006 tentang Pedoman Pembangunan KPH Model dan Buku Manual Kriteria Rancangan Pembangunan KPH Model.
E. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Penyusunan RPH-KPHP Model Mandailing Natal, meliputi: 1. Dokumen RPHJP KPHP Model Mandailing Natal merupakan rencana pengelolaan hutan tingkat strategis berjangka waktu 10 tahun terhitung mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2022. 2. Sistematika atau struktur dokumen RPHJP adalah sebagai berikut : a. Pendahuluan, berisi : latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum, ruang lingkup, dan pengertian. b. Deskripsi Kawasan KPHP Model Mandailing Natal, yang terdiri dari : a). Risalah wilayah (letak, luas, aksesibilitas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah, 5
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 dan pembagian blok), b). Potensi wilayah (penutupan vegetasi, potensi kayu dan bukan kayu, keberadaan flora dan fauna langka, potensi jasa lingkungan dan wisata alam), c). Data dan informasi sosial budaya masyarakat di dalam dan sekitar hutan termasuk keberadaan masyarakat hukum adat, d). Data dan informasi ijin-ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di dalam wilayah kelola, e). Kondisi posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam perspektif tata ruang wilayah dan pembangunan daerah, dan 6). Isu strategis, kendala dan permasalahan. c. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, berisi ; proyeksi KPHP Model Mandailing Natal di masa depan serta target capaian-capaian utama yang diharapkan. d. Analisis dan Proyeksi, meliputi : a). Analisis data dan informasi yang tersedia saat ini (baik data primer maupun data sekunder), b). Proyeksi kondisi wilayah KPHP Model Mandailing Natal di masa yang akan datang. e. Rencana Kegiatan, terdiri dari : a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutan, b). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, c). Pemberdayaan masyarakat, d). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHP Model Mandailing Natal yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan, e). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin, f). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, g). Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, h). Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, i). koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, j). penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, k). Penyediaan pendanaan, l). pengembangan database, m). Rasionalisasi wilayah kelola, n). Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali), dan o). Pengembangan investasi f. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian g. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan h. Penutup i.
Lampiran, meliputi : a). Peta wilayah KPHP Model Mandailing Natal, b). Peta penutupan lahan, c). Peta DAS, d). Peta sebaran potensi wilayah KPHP Model Mandailing Natal dan aksesibilitas, e). Peta penataan hutan (zonasi, blok, petak), f). Peta penggunaan lahan, g). Peta keberadaan ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, dan h). Peta tanah, iklim, serta geologi. 6
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
E. Batasan Pengertian 1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainya tidak dapat dipisahkan. 2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 3. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. 4. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan. 5. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 6. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. 7. Penataan Hutan (Tata Hutan) adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. 8. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penataan batas, inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan wilayah hutan, pengukuran dan pemetaan. 9. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan. 10. Pengelolaan Hutan adalah suatu kegiatan pengurusan hutan yang meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan 7
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam. 11. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penetuan kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan
pedoman
dan
arah
guna
menjamin
tercapainya
tujuan
penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. 12. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. 13. Kesatuan pengelolaan Hutan Konservasi selanjutnya disebut KPHK adalah KPH yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan konservasi 14. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung 15. Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi. 16. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak. 17. Blok adalah Bagian dari KPH yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen,
terutama
dalam
fungsi
perlindungan
hidro-orologi,
yang
menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan perlindungan hidro-orologi lestari. 18. Petak adalah unit terkecil lahan hutan yang lokasi geografisnya bersifat permanen, sebagai basis pemberian perlakuan pengelolaan, dan menjadi satuan administrasi dari setiap kegiatan pengelolaan yang diterapkan atasnya. 19. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh sebab yang tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang khusus.
8
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 20. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPH yang merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort KPH dan bertanggungjawab kepada Kepala KPH. 21. Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari. 22. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH. 23. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak/blok. 24. Rehabilitasi Hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan perannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga 25. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. 26. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. 27. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 28. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 29. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 30. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 9
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 31. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan selanjutnya. 32. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan penilaian kegiatan. 33. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan. 34. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 35. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
10
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
BAB II DESKRIPSI KAWASAN A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal C. Data dan Informasi Sosial Budaya D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan E. Kondisi Posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan
11
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 BAB II DESKRIPSI KAWASAN A. Risalah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal Wilayah KPHP Model
Mandailing Natal secara geografis terletak antara
98°52'22" sampai dengan 99°31'57" Bujur Timur dan 00°19'16" sampai dengan 01°18'08" Lintang Utara. Secara administrasi masuk dalam 6 (enam) wilayah adminstrasi Kecamatan yakni Kec. Muara Batang Gadis, Kec. Natal, Kec. Lingga Bayu, Kec. Batang Natal, Kec. Ranto Baek, dan Kec. Batahan Kab Mandailing Natal. Batas-batas wilayah KPHP Model Mandailing Natal adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Tapanuli Selatan;
Sebelah selatan
: Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumbar;
Sebelah Timur
: Taman Nasional Batang Gadis;
Sebelah Barat
: Kec. Muara Batang Gadis, Kec. Natal, Kec. Lingga Bayu, Kec. Batang Natal, Kec. Ranto Baek, dan Kec. Batahan Kab Mandailing Natal.
Wilayah KPHP Model Mandailing Natal memliki luas + 159,166 ha yang pembentukannya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK. 332/ Menhut-II/ 2010, dibagi menjadi lima (5) bagian berdasarkan wilayah BKPH, yaitu sebagai mana tabel 1. Tabel 1. Rincian Pembagian Unit KPH Model Mandailing Natal Berdasarkan Wilayah BKPH. Luas No BKPH (Ha) (%) 1 Siais 31.020 20,31 2 Muara Batang Gadis 33.085 19,87 3 Batang Angkola 35.636 21,70 4 Natal 34.030 20,72 5 Batang Natal 26.400 17,40 Jumlah 159.166 100,00 1. Luas Wilayah KPHP Model Mandailing Natal beserta Fungsi Hutan Luas wilayah KPHP Model Manadailing Natal adalah + 159.166 ha. terdiri dari Hutan Lindung (HL) seluas ± 13. 681 Ha, Hutan Produksi (HP) seluas ± 14.704 Ha dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 131.780 Ha. Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal dengan luasan berdasarkan fungsi hutan sebagaimana tabel 2. 12
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Tabel 2. Pembagian Blok KPH Berdasarkan Fungsi Hutan
1
Jenis Hutan HL
2
HP
No.
Blok KPH HL Blok Inti HL Blok Pemanfaatan HP BLOK Pemanfaatan HHK-HA HP BLOK Pemanfaatan HHK-HT HP BLOK Pemanfaatan Jasling HHBK HP BLOK Pemberdayaan HP BLOK Perlindungan
Jumlah
Luas (Ha) 3.556,22622 9.124,8348
Luas (%) 2,23 5,73
133.604,279
83,94
1.021,60471
0,64
1.221,40531
0,76
390,426448
0,24
10.246,9372 159.165,714
6,43 100,00
2. Sejarah Wilayah KPHP Model Mandailing Natal Sebagian wilayah KPHP Model Mandailing Natal pada awalnya merupakan wilayah Hutan Register, sedangkan sebagian lainnya merupakan penambahan pada saat Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1967, selanjutnya Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) sehubungan dengan UU Nomor 24 Tahun 1992, serta penambahan pada saat penunjukan kawasan hutan Propinsi Sumatera Utara berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.44/Menhut-II/2005 yang merupakan penerapan UU Nomor 41 Tahun 1999. Pada tahun 2010 menjadi
wilayah KPHP Model Mandailing Natal
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. SK. 332/ MENHUT-II/ 2010 tanggal 25 Mei 2010.
3. Aksesibilitas Kawasan Aksesibilitas menuju wilayah KPHP Model Mandailing Natal adalah sebagai berikut : a. Dari Medan Propinsi Sumatera Utara menuju Kota Panyabungan dengan jarak + 500 km dapat ditempuh selama + 11 jam dengan kendaraan darat, dan 3-4 jam dengan pesawat udara melalui Bandara Udara Aek Godang/Pinang Sori dan dilanjutkan dengan kendaraan darat. 13
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 b. Dari Padang Propinsi Sumatera Barat menuju Kota Panyabungan dengan jarak + 400 km ditempuh selama + 8 jam. c. Selanjutnya dari Kota Panyabungan menuju lokasi terdekat yang berada di Desa Sopotinjak dengan jarak tempuh + 30 km selama + 1,5 jam. Kondisi jalan cukup sempit, beraspal sebagian besar sudah rusak. d. Selain di daerah Sopotinjak, aksesibilatas ke wilayah KPHP Model Mandailing Natal pada umumnya jalan tanah dan hanya dapat dijangkau dengan kendaraan double garden (4x4) wheel drive.
4. Iklim KPHP Model Mandailing Natal Kondisi iklim di KPHP Model Mandailing Natal cukup bervariasi karena letak wilayah yang beragam dari kawasan pesisir di bagian barat kawasan perbukitan dan pegunungan di bagian timur. Pada daerah yang datar beriklim cukup panas bisa mencapai 35°C, sementara pada daerah yang berbukit dapat mencapai 18°C, suhu rata-rata 28,8°C Kelembaban udara rata-rata bulanan berkisar antara 82,38% - 87% dan rata-rata tahunan mencapai 85,13%. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan kelembaban terendah pada bulan Juni. Berdasarkan klasifikasi Schmidt Fergusson, maka kondisi iklim Kabupaten Mandailing Natal tergolong pada tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 10%, dengan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 170 -621 mm, dimana rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Februari. Jumlah hari hujan rata-rata bulanan adalah 10,30 hari , dan jumlah hari hujan dalam setahun mencapai rata-rata 124 hari, jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Desember, dan yang terkecil pada bulan Juni.
5. Geologi dan Tanah KPHP Model Mandailing Natal Jenis tanah yang terdapat di KPHP Model Mandailing Natal cukup beragam yang didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) dan Litosol. Tipe tanah seperti ini membuat lahan di wilayah ini sebagian besar hanya cocok untuk tanaman kehutanan dan tanaman keras/perkebunan. Jenis-jenis tanahnya adalah Podsolik Merah Kuning, Litosol, Latosol, Regosol Kelabu, Alluvial dan Tanah Kapur Coklat.
14
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Dari tipe batuan maka wilayah KPHP Model Mandailing Natal secara geologi didominasi oleh batuan Andesit muda, Permokarbon dan Paleogen terutama di daerah pegunungan dan Alluvial di daerah rendah. Selain itu terdapat pula dalam jumlah yang terlalu banyak batuan-batuan dari tipe Granit, Formasi Kapur dan Diabas. Berdasarkan peta geologi lembar Padangsidempuan dan Sibolga dan lembar Lubuk Sikaping yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Bandung tahun 1983, formasi satuan batuan di wilayah Mandailing Natal adalah sebagai berikut : a. Batuan yang diendapkan pada zaman kuartier. Batuan ini adalah Aluvium (Qh dan Qp) terdiri atas pasir, kerikil dan lanau dengan penyebaran daerah pantai barat dari bagian selatan Natal dan batuan gunung api Resen (Qhvsn) dan gunung api resen (Qvsn) terdiri dari lava andesit piroksen dan breksi gunung api dengan penyebaran di sekitar Gunung Sorik Marapi. b. Batuan yang diendapkan pada zaman tersier. Dalam satuan batuan ini terdapat formasi Sihapas (Tms) terdiri dari batu pasir kuarsa, serpih, batu lanau, dan konglomerat, tersebar di sebelah timur Gunung Sorik Marapi. Formasi gunung api Langsat (Tlvl) terdiri dari lava basa absarokitik, porfiritik yang kaya akan piroksen dengan penyebaran di bagian barat daerah Mandailing Natal. Batuan gunung api tak terbedakan (Tmv dan Tmvak), batuan aneka terobosan (Tmi), batuan terobosan Mikrogranit Binail (Tmibi), batuan terobosan Intrusi Tambahan (Tmiti), batuan terobosan Batolit Manunggal (Tmimn) terdiri dari granodiorit. c. Batuan yang diendapkan pada zaman pra tersier. Batuan ini termasuk dalam kelompok batuan tertua di Sumatera, yaitu kelompok Woyla, kelompok Peusangan dan kelompok Tapanuli, serta satu kelompok yang tidak terbedakan. Keadaan umum batuan yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal adalah : Permakarbon 170.260 Ha (25,33%), Diabas 12.910 Ha (1,92%), Andasit Tua 6.240 Ha (0,93%), Andasit Muda 127.560 Ha (18,98%), Granit 28.220 Ha (14,03%), Alluvial 196.910 Ha (29,930%) dan Kapur 29.640 Ha (4,41%). Komoditi dan vahan galian di Mandailing Natal adalah : batubara, gambut, perak, tembaga, timble, seng, emas, cronium, platinum, bismuth, mangan, molibdenium, besi, tellunium, terpentin, marmer, batu mulia, kaolin, batu gamping, phosphat, lempung, sirtu, batu kapur, tras, batu kali (andsit, biorite), granit slate (batu tulis), grafit, 15
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 bentonit, talk, belerang, kalsit, kuarsa, dolomite, arsen, antimony, timah putih dan pasir kuarsa.
6. Ketinggian Tempat dan Topografi KPHP Model Mandailing Natal KPHP Model mandailing Natal memiliki kondisi bentang alam yang sangat variatif yang dimulai dari daerah pantai sampai daerah bergunung-gunung pada rentang ketinggian antara 0 – 2.150 meter di atas permukaan laut. Umumnya daerah Kabupaten Mandailing Natal berada pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl atau sebesar 34 % dari seluruh luas wilayah, disusul oleh ketinggian 1.000-1.500 m dpl sebesar 22,5 % dan daerah pada ketinggian 0 -150 m dpl sebanyak 17 %, sisanya terletak pada ketinggian 150-500 m dpl dan di atas 2.000 m dpl. Umumnya daerah KPHP Model Mandailing Natal berada pada daerah yang curam dengan kemiringan lereng lebih dari 40 % yang meliputi 51 % total wilayah kabupaten. Hal ini menandakan bahwa karakteristik fisik lahan kabupaten Mandailing sangat penting di sektor kehutanan khususnya untuk daerah perlindungan daerah bawahan. Daerah dengan kemiringan lereng antara 0-15% sebanyak 35 % dari luas total dan sisanya berada pada kemiringan lereng sekitar 15-40 %.
7. Tutupan Lahan KPHP Model Mandailing Natal Penutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal disajikan pada tabel dibawah ini :
16
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Tabel. 3. Penutupan Lahan pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal Penutupan Lahan
Luas (Ha)
Hutan lahan kering primer
19.921
Hutan lahan kering sekunder
81.192
Hutan rawa primer
0
Semak belukar
32.852
Perkebunan
2.081
Pemukiman
1
Terbuka
3.186
Air
19
Hutan mangrove sekunder
294
Hutan rawa sekunder
2.998
Semak belukar rawa
5.411
Pertanian lahan kering
9.166
Pertanian lahan kering campur semak
843
Sawah
591
Rawa
611
TOTAL
159.166
Sumber : Hasil Analisis SIG KPHP Model Mandailing Natal (BPKH Wilayah I Medan) 8. DAS KPHP Model Mandailing Natal Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 4. DAS pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal NO
Nama
1
DAS Bataham
4.380,647
2,75
2
DAS Batang Gadis
101.779,13
63,94
3
DAS Bintuas
4.131,0679
2,59
4
DAS Kukun
12.343,856
7,75
5
DAS Natal
25.285,956
15,88
6
DAS Singkuang
11.245,055
7,06
159.165,713
100,00
Jumlah
Luas (Ha)
Luas (%)
17
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 9. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Organisasi KPHP Mandailing Natal merupakan UPTD. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, yang dipimpin seorang Kepala. UPTD setingkat Eselon IVa dibantu seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, staf, fungsional polhut, penyuluh dan pengendali ekosistem hutan. Struktur organisasi KPHP Model Mandailing Natal seperti gambar 1.
Gambar 1 : Struktur organisasi KPHP Model Mandailing Natal
Sumber Daya Manusia yang dimiliki saat ini 1 (satu) orang Sarjana Kehutanan dan 6 (enam) orang SMA/SMK Kehutanan. 10. Rencana Penataan Blok dan Petak Rencana pembagian blok pada wilayah KPHP Model Mandailing Natal disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 5. Pembagian Blok KPHP Model Mandailing Natal.
No 1
HL Blok Inti
Luas (Ha) 3.556,226
2
HL Blok Pemanfaatan
9.124,835
5,73
3
HP BLOK Pemanfaatan HHK-HA
133.604,279
83,94
4
HP BLOK Pemanfaatan HHK-HT
1.021,605
0,64
5
HP BLOK Pemanfaatan Jasling HHBK
1.221,405
0,76
6
HP BLOK Pemberdayaan
390,426
0,24
7
HP BLOK Perlindungan
10.246,937
6,44
159.165,714
100,00
Blok KPH
Jumlah Total
Luas (%) 2,23
18
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 B. Potensi Wilayah KPHP Model Mandailing Natal 1. Potensi Hasil Hutan Kayu Berdasarkan hasil pengolahan terhadap hasil pengambilan data lapangan sebanyak 12 sampel plot, maka diperoleh potensi tegakan pohon dengan rata-rata volume tegakan sebesar 128.77 m3/ha dengan rata-rata jumlah batang 133.48 batang/ha. Dugaan potensi tegakan dan volume pada lokasi kegiatan inventarisasi hutan seluas lebih kurang 92.960,65 ha yaitu sebesar 11.970.542,00 m 3 dengan jumlah batang sebanyak 12.408.387,00 batang. Jenis hasil hutan kayu yang mendominasi yaitu jenis Medang (Litsia firma HK.F), Kelat (Xylopia altissima Boerl), Lesi-lesi (Tarretia), Meranti (Shorea sp.), Resak (Fatica Songa V.Si), dan Laban (Vitex pubescens Valil), Kapur, Kruing, Bania, Merbau, Rengas dan hasil hutan kayu lainnya berdasarkan hasil inventarisasi selanjutnya yang potensial dikembangkan/dimanfaatkan. 2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis hasil hutan bukan kayu yang ada seperti : Sarang Walet, Rotan, Lebah Madu, Gaharu, Getah/Resin, Palem Hutan, Bambu, anggrek, damar, kayu manis, durian, dan aren, dan hasil hutan bukan kayu lainnya berdasarkan hasil inventarisasi selanjutnya yang potensial dikembangkan/dimanfaatkan. 3. Keberadaan Flora dan Fauna Langka Dengan kondisi alam yang khas dan vegetasi yang masih cukup alami dan lokasinya yang berbatasan langsung Taman Nasional Batang Gadis memungkinkan wilayah KPHP Model Model Mandailing Natal masih memiliki flora dan fauna langka. Flora langka tersebut diantaranya : kucing emas, macan dahan, harimau sumatera, beruang madu, binturong, kubung, tapir, trenggiling, ungko tangan hitam, ungko tangan putih, siamang, kukang bukang dan landak. Sedangka flora langka, diantaranya adalh : bungan bangkai kentorng semar.
4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Sebagian besar hutan di wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan hutan heterogen, demikian juga dengan hutan yang ada pada unit KPHP Model Mandailing 19
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Natal. Dari hutan alam tersebut diperoleh manfaat ekologis seperti sebagai pemeliharaan keanekaragaman hayati dan sebagai perlindungan terhadap tata air. Pada lokasi kegiatan inventarisasi potensi wilayah unit pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal di Kabupaten Mandailing Natal terdapat bentang alam yang spesifik diantaranya adanya gua-gua batu yang berada di Desa Bandar Melayu dan Air terjun di Desa Aek Holbung, serta tebing yang yang terjal yang berada di Desa Nangali.
Selain itu juga di sepanjang Sungai Batang Natal
kandungan
emas
dan
oleh
masyarakat
setempat
banyak terdapat
dimanfaatkan
dengan
menambangnya. Selain itu juga terdapat sumber-sumber mata air, aliran sungai untuk pemanfaatan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), potensi aliran air sungai untuk arung jeram, lokasi potensial camping ground, potensial track lintas alam, pemandangan alam dan hawa sejuk dari panatapan Dolok Martimbus, dan desa-desa alami dengan budaya yang cukup khas seperti Desa Sopotinjak, dan sebagainya.
C. Data dan Informasi Sosial Budaya
1. Kependudukan Tabel 6 dibawah ini menjelaskan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010. Tabel 6. Luas, jumlah dan kepadatan penduduk menurut desa Nama Desa Muaro Bangko Banjar Maga Manuncang Sudutan Tigo
Luas (Ha) 4.9124,37 657,67 668 1.190
2007 Jmlh Kpdtn Pddk Pddk 998 20 380 58 637 17 1161 43
2008 Jmlh Kpdtn Pddk Pddk 1.010 20 385 59 649 17 1172 45
2009 Jmlh Jmlh Pddk Pddk 1.025 20 391 59 657 17 1182 45
2010 Jmlh Jmlh Pddk Pddk 1.473 57 555 84 668 20 1190 48
Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka Tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini: 20
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Tabel 7. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2007 No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Muaro Bangko 540 458 998 2 Banjar Maga 187 193 380 3 Manuncang 326 342 668 4 Sudutan Tigo 592 588 1190 Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka Tahun 2008 Tabel 8. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2008 No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Muaro Bangko 546 464 1.010 2 Banjar Maga 189 196 385 3 Manuncang 331 318 649 4 Sudutan Tigo 638 534 1172 Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka Tahun 2009 Tabel 9. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2009 No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Muaro Bangko 555 470 1.025 2 Banjar Maga 192 199 391 3 Manuncang 338 319 657 4 Sudutan Tigo 612 572 1182 Sumber: Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis Dalam Angka Tahun 2010 Tabel 10. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010 No Nama Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Muaro Bangko 726 747 1.473 2 Banjar Maga 279 276 555 3 Manuncang 371 297 668 4 Sudutan Tigo 563 627 1.190 Sumber: : Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Muara Batang Gadis dan Kecamatan Natal Dalam Angka Tahun 2011 Berdasarkan jumlah sarana pendidikan, murid dan guru di Desa Banjar Maga sampai dengan tahun 2012 hanya ada satu buah TK dengan jumlah ruang kelas 2 buah, jumlah murid 20 orang serta jumlah guru 4 orang. Sedangkan di Desa Muaro Bangko terdapat satu buah SD dan satu buah SMP. SD di Desa Muaro Bangko memiliki 9 ruang kelas dengan 376 orang murid dan 12 orang guru. Sedangkan SMP yang terdapat di Desa Muaro Bangko memiliki 6 ruang kelas dengan 175 orang murid dan 12 orang guru (Sumber: Kecamatan Ranto Baek dalam angka tahun 2011, 21
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Daftar Isian Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa Sekitar Hutan Tahun 2012). Desa Manuncang memiliki SD yang terdiri dari 6 ruang kelas dengan 157 orang murid dan 6 orang guru, sedangkan SMP yang terdapat di Desa Manuncang memiliki 3 ruang kelas dengan 85 orang murid dan 10 orang guru. Desa Sudutan Tigo 1 TK/TPA dengan jumlah kelas 1, jumlah murid 62 orang dan jumlah guru 2 orang. Desa Sudutan Tigo memiliki 2 SD dengan jumlah ruangan 6 buah, jumlah murid 200 orang dan jumlah guru 13 orang, sedangkan SMP yang terdapat di Desa Sudutan Tigo sebanyak 1 buah, dengan jumlah kelas 1 buah, jumlah murid 3 orang dan jumlah guru 8 orang (Sumber: Kecamatan Muara Batang Gadis dalam angka tahun 2011, Daftar Isian Kondisi Social Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa Sekitar Hutan Tahun 2012). Agama yang dianut di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, dan Desa Manuncang adalah beragama Islam, sedangkan Desa Sudutan Tigo penduduknya menganut agama Islam dan agama Kristen. Suku yang mendiami Desa Banjar Maga dan Desa Manuncang semuanya suku Mandailing, suku yang mendiami Desa Muaro Bangko terdiri dari suku Mandailing dan suku Jawa, dan suku yang mendiami Desa Sudutan Tigo terdiri dari suku Mandailing, suku Melayu, suku Nias dan suku Jawa. Bahasa yang digunakan di kedua desa ini adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandailing.
2. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya a) Kondisi Sosial Budaya Beberapa dekade sebelum berlakunya UU No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, masyarakat Mandailing Natal sudah tidak lagi hidup dalam format kerajaan. Pengaturan mengenai hubungan masyarakat dengan tanah juga sudah ditata melalui Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 dan aturan lain
yang
kemudian
lahir
sebagai turunannya.
Selanjutnya
dengan
corak
pemerintahan Orde Baru juga semakin menempatkan komunitas desa sebagai objek dari pada subjek dalam pengambilan keputusan yang menyangkut penataan kehidupan mereka sebagai warga kolektif. Dalam suasana yang demikian itulah komunitas desa-desa termasuk yang hidup di sekitar Taman Nasional Batang Gadis, menata kehidupan sosial dan kelembagaan mereka. 22
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Tidak mengherankan bahwa gejala yang mengemuka adalah adanya suasana yang ambigu dimana disatu sisi terdapat sistem pemerintahan desa yang formal, sedangkan disisi lain masih banyak aspek kehidupan masyarakat yang diatur dalam tatanan lama berdasarkan adat terdahulu. Budaya asli masyarakat di Mandailing Natal ini sudah banyak dipengaruhi oleh agama Islam, salah satu contohnya adalah dalam kegiatan perekonomian masyarakat yang dipersingkat pada hari Jumat. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa hari Jumat merupakan hari kerja paling pendek karena mereka khususnya kaum pria wajib menunaikan ibadah sholat Jumat di siang hari dan setelah maghrib para kaum wanita harus mengikuti kegiatan pengajian Al-Qur’an. Umumnya budaya yang dianut oleh masyarakat Mandailing Natal adalah berdasarkan kepercayaan mereka terhadap agama Islam dan juga budaya yang berasal dari kerajaan terdahulu (berdasarkan sistem kasta). Sistem adat yang masih dianut tersebut adalah Harajoan (Raja), Hatobagun (Pimpinan tiap marga), Naposo dan Nauli Bulung (Kelompok pemuda dan pemudi desa) dan Hulu Balang. Namun dengan masuknya sistem pemerintahan Indonesia, budaya tersebut mulai terkikis. Budaya lain yang masih dianut oleh masyarakat terutama disekitar aliran sungai yang cukup besar adalah Budaya Lubuk Larangan. Lubuk Larangan merupakan habitat atau tempat berkumpulnya ikan untuk berkembang biak dan berlindung dari upaya penangkapan. Dan disebut larangan karena tidak bisa dimanfaatkan secara leluasa dan untuk kepentingan pribadi, tetapi melalui musyawarah dan untuk kepentingan pembangunan desa. Umumnya rentang waktu panen lubuk larangan adalah dua kali setahun (pada 17 Agustus dan juga pada hari Raya Idul Fitri) atau ditetapkan sesuai dengan kesepakatan oleh masyarakat desa.
b) Kondisi Ekonomi Pasar atau pekan merupakan media tempat jual beli warga desa, baik di Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo. Di setiap desa ini masing-masing terdapat 1 (satu) unit pasar atau pekan.Selain pasar, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, di desa juga tersedia beberapa toko dan warung/kios. Hasil-hasil pertanian selain dijual ke pasar, warga juga memanfaatkan jasa pedagang pengumpul atau cukong untuk menjual hasil pertaniannya. 23
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Sebagai media transportasi, Desa Muaro Bangko dan Desa Sudutan Tigo sedikit lebih baik dibanding Desa Banjar Maga dan Desa Manuncang, karena Desa Muaro Bangko dan Desa Sudutan Tigo sudah menggunakan truk/mobil barang dan mobil penumpang sebagai sarana transportasi. Sedangkan Desa Banjar Maga dan Desa Manuncang masih menggunakan ojek motor sebagai alat transportasi di desanya. Tani merupakan mata pencaharian utama warga Desa Muaro Bangko, Desa Banjar Maga, Desa Manuncang dan Desa Sudutan Tigo. Hasil tani yang diperoleh warga berasal dari kebun karet, padi sawah/ladang, dan kebun sawit. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, warga sangat menggantungkan dari hasil panen kebun karet. Bagi warga desa yang melakukan perladangan berpindah, supaya diberi penyuluhan dan pembinaan agar melakukan pertanian yang menetap. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari perambahan hutan yang lebih luas dan menghindari pembakaran pada saat pembukaan hutan.
c) Kondisi Pendidikan Sarana Pendidikan Sekolah Dasar (SD) terdapat di setiap desa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat pada setiap ibukota kecamatan dan beberapa desa. Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) terdapat pada ibukota kabupaten dan beberapa ibukota kecamatan, sedangkan Perguruan Tinggi belum ada di ibukota kabupaten. Fasilitas sekolah di Kabupaten Mandailing Natal, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 380 buah, terdiri dari SD Negeri 175 buah, SD Inpres 194 buah, Madrasah Ibtidaiyah 3 buah dan SD Swasta 8 buah. SMP/MTs baik negeri maupun swasta 94 buah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari SMU, SMK dan MA baik negeri maupun swasta berjumlah 48 buah, seperti terperinci pada Tabel 11.
24
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Tabel 11. Jumlah Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas per Kecamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecamatan Batahan Batang Natal Lingga Bayu Kota Nopan Ulu Pungkut Tambangan Lembah Sorik Merapi Muara Sipongi Panyabungan Panyabungan Selatan Panyabungan Barat Panyabungan Utara Panyabungan Timur Natal Muara Bt. Gadis Siabu Bukit Malintang
SD/MI 37 29 30 36 11 23 11 17 41 11 10 21 10 24 9 43 17
SMP/MTs SMA/MA 9 4 4 3 5 1 11 7 2 6 3 2 2 4 1 13 12 2 1 1 4 2 2 1 8 3 3 1 14 7 3
Jumlah 380 94 Sumber: Mandailing Natal Dalam Angka Tahun 2010
KET
48
Tingkat penggunaan sekolah dasar terhadap jumlah murid, untuk Sekolah Dasar (SD) mempunyai rata-rata murid persekolah sebesar 192 orang. Dengan jumlah murid sebanyak 64.694 orang dan jumlah guru SD sebanyak 1.261 orang, maka rata-rata murid per guru sebesar 51 orang. Rata-rata murid per guru terbesar di Kecamatan Panyabungan dan terkecil di Kecamatan Ulu Pungkut. Jika dilihat dari rasio murid dengan guru di Kabupaten Mandailing Natal, ini masih di atas standar yaitu 51 murid per guru, karena untuk standar pembelajaran yang efektif adalah 30 murid per guru. Di Kecamatan Panyabungan memiliki rasio terbesar yaitu 333 murid per sekolah, dan Kecamatan Ulu Pungkut mempunyai rasio terkecil yaitu 22 murid per sekolah. Pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), rasio murid terhadap sekolah adalah sebesar 232 murid per sekolah. Rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Panyabungan yaitu 377 murid per sekolah dan yang terendah terdapat di Kecamatan Muara Batang Gadis yaitu 76 murid untuk setiap sekolah.
25
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Sementara itu rasio murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang terdiri dari Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) baik negeri dan swasta sebesar 322 murid per sekolah. Rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Panyabungan yaitu 492 murid per sekolah dan terendah di Kecamatan Muara Batang Gadis yaitu 48 murid per sekolah.
d). Pola Hubungan Masyarakat dengan Hutan Pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat Desa Banjar Maga, Desa Muaro Bangko, Desa Sudutan Tigo dan Desa Manuncang untuk perladangan lebih kurang 1 (satu) ha setiap KK per tahun. Alat yang digunakan untuk kegiatan perladangan di lahan hutan masih bersifat tradisional seperti kampak, parang dan beliung. Tanaman utama yang ditanam di ladang antara lain padi, sayuran dan karet. Hasil hutan kayu dan non kayu untuk konsumsi masyarakat (tidak dijual) yang diperuntukkan untuk obat-obatan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain terdiri dari: rotan yang diperuntukkan sebagai pengikat, pohon yang diperuntukkan untuk pembangunan rumah penduduk, tumbuhan obat-obatan, burung untuk dipelihara dan madu untuk diperdagangkan. Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat juga memiliki hewan ternak yang tediri dari kambing, ayam dan itik. Beternak dilakukan untuk hobi dan pemenuhan kebutuhan saja. Beternak belum dikembangkan sebagai mata pencaharian yang dapat lebih meningkatkan tarap hidup masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan agar pembukaan hutan untuk kepentingan perladangan berpindah dan perluasan kebun karet, antara lain membina petani beternak lebah madu. Beberapa warga desa telah melakukan pekerjaan mencari madu di hutan untuk dijual yang digunakan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Tugas penyuluh
dari
pemerintah
untuk memberikan
pembelajaran
kepada
warga
masyarakat desa tentang tata cara beternak lebah madu. Dengan dikembangkannya lebah madu, maka diharapkan masyarakat desa tidak perlu lagi menjelajahi hutan untuk mendapatkan madu. Pengembangan sektor peternakan juga dipandang sebagai usaha tani yang dapat menambah pendapatan warga desa sekaligus dapat meningkatkan keamanan terhadap perambahan hutan. Pendampingan dari pemerintah sangat diperlukan agar warga desa menjadi lebih paham cara berternak yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan 26
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 pendapatan keluarga dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga dan hobi saja. Kawasan di pinggiran hutan dapat dimanfaatkan sebagai areal peternakan dengan pola silvopasture, dengan dikembangkannya sistem silvopasture selain pendapatan warga desa akan semakin meningkat, kelestarian kawasan hutan juga akan lebih terjamin. Sistem ini memungkinkan terjaganya produksi pakan ternak yang dibutuhkan sementara tetap menghasilkan produk kayu bernilai ekonomis tinggi. Silvopasture dapat diciptakan dengan dua cara, yaitu dengan meningkatkan mutu tanaman pakan ternak (forage) dibawah tegakan yang ada atau menanam pohon areal bekas perladangan berpindah yang telah menjadi padang rumput atau semak belukar. Usaha tani budidaya perikanan darat juga dapat menjadi alternatif peningkatan
pendapatan
warga
desa.
Beberapa
jenis
ikan
yang
dapat
dikembangkan sebagai budidaya ikan darat adalah ikan mas, ikan tawes, ikan nila, ikan gurame, dan ikan lele. Pengembangan perikanan darat dapat dilakukan mengingat desa Banjar Maga dan Desa Muaro Bangko memiliki sungai yang tidak kering sepanjang tahun, hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk budidaya ikan darat. Koordinasi lintas sektor di pemerintahan perlu ditingkatkan untuk menjamin tercapainya kesejahteraan hidup warga desa di pinggir hutan. Sistem perladangan berpindah yang dilakukan oleh warga desa selama ini harus diganti dengan sistem pertanian intensif. Pertanian intensif merupakan usaha memberdayakan suatu petak lahan untuk menghasilkan produksi pertanian setinggi mungkin, termasuk penggunaan teknologi pertanian. Hasil usaha pertanian intensif biasanya sangat tinggi karena didukung oleh teknologi pertanian seperti penggunaan pupuk, pestisida, benih unggul, perawatan, pemanenan dan pemrosesan produk pascapanen. Intensifikasi pertanian dijamin akan meningkatkan kesejahteraan warga desa sekitar hutan selain juga meningkatkan kelestarian keberadaan kawasan hutan di sekitar desa. Beberapa hal di atas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan warga desa sekitar hutan dengan cara memafaatkan tanah-tanh kosong, semak belukar bekas perladangan berpindah. Tugas pemerintah untuk membina dan mendampingi warga desa untuk pencapain-pencapaian hasil pertanian yang lebih baik sehingga kesejahteraan warga desa sekitar hutan menjadi lebih baik. 27
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Untuk areal dipinggir kawasan hutan, pemanfaatannnya dimasa yang akan datang menjadi tugas petugas KPH di lapangan. Berbagai pola dapat dimanfaatkan seperti HTR dan Hutan Kemasyarakatan. Petani yang memiliki kebun karet yang berada didalam kawasan hutan dipinggiran desa, diberi penyuluhan dan pembinaan supaya kebun karetnya dipertahankan kelestariannya dengan menanam tanaman kehutanan disela-sela tanaman karet dan dipinggir kebun karet. Pelaksanaan penataan batas kawasan hutan segera dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat desa. Jelaskan kepada mereka bahwa kebun karet milik warga desa yang berada dalam kawasan hutan hanya boleh diusahakan dan diberikan jaminan kelestarian usahanya tanpa harus menjualnya karena merupakan kawasan hutan. Seperti yang dijelaskan di atas, kelestarian hutan di sekitar desa akan terjamin jika melibatkan partisipasi warga desa sekitar hutan. Warga desa akan mampu melakukan berbagai usaha di luar kawasan hutan dengan pemberian modal dan pendampingan. Pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk modal usaha warga desa sekitar hutan dan honor bagi tenaga-tenaga pendamping di lapangan. Warga desa tidak akan mampu untuk mengalihkan sistem usahanya yang tradisional ke yang lebih modern karena memerlukan modal dan pengetahuan sehingga memerlukan tenaga pendamping. Hal penting lainnya adalah jaminan pemasaran hasil pertanian warga desa. Jaminan pemasaran terdiri dari jaminan pasar dan jaminan harga. Semangat warga desa untuk berusaha di luar kawasan hutan akan lebih baik jika hasil petanian, perikanan, peternakan dan lain-lain mendapat jaminan pasar dan jaminan harga yang menguntungkan. Peranan pemerintah secara konsisten kembali dibutuhkan untuk jaminan pemasaran hasil pertanian warga desa. Apa bila jaminan pemasaran hasil pertanian dan pendampingan dalam proses berproduksi diabaikan, bisa dipastikan ketertarikan warga untuk berusaha di luar kawasan hutan akan hilang dan akan kembali menggantungkan hidupnya terhadap kawasan hutan.
28
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 3. Kelembagaan Masyarakat a. Desa Banjar Maga Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Ranto Baek tahun 2011, Desa Banjar Maga memiliki luas wilayah desa 657,67 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 555 jiwa. Masyarakat Desa Banjar Maga semuanya merupakan suku Mandailing yang berjumlah 136 KK yang terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Semua warga masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian pokok di Desa Banjar Maga adalah bertani, hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani di desa ini 616 KK. Luas lahan usaha tani yang digarap oleh masyarakat seluas kurang lebih 272 Ha. Selain padi sawah dan padi ladang, komoditi tanaman pertanian juga didominasi oleh tanaman karet. Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan tanaman kelapa sawit sebagai penghasilan tambahan. Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat tokoh non formal yang dihormati di desa ini yaitu tokoh adat yang bergelar Raja Pandapotan dan Imam Masjid. Tokoh adat umumnya berfungsi pada saat penyelenggaraan perkawinan masyarakat, dan membuka lubuk larangan. Lubuk larangan merupakan lubuk yang dijadikan tempat pemelihara ikan yang hanya boleh dipanen sekali setahun dengan acara adat. Panen lubuk larangan diselenggarakan oleh seluruh warga desa. Lubuk larangan tidak boleh dipanen sebelum waktu panen, kalau terdapat warga melakukan pemancingan ikan atau mengambil ikan sebelum waktunya, maka warga tersebut akan mendapat sanksi adat. Upacara adat yang dilakukan di Desa Banjar Maga terdiri dari upacara adat perkawinan,
acara
nasar
tahunan
dan
membuka
lubuk
larangan.
Selain upacara adat, terdapat juga kegiatan gotong royong seperti berburu babi dan penanaman padi. Menanam padi yang disebut mordang dilakukan dengan cara gotong royong biasanya dilaksanakan 20-an (dua puluhan) warga . b. Desa Muaro Bangko Sesuai data Badan Pusat Statistik Kecamatan Ranto Baek tahun 2011, Desa Muaro Bangko merupakan salah satu desa di Kecamatan Ranto Baek, memiliki luas wilayah desa 4.942,37 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 1.473 jiwa.
29
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Suku yang mendiami Desa Muaro Bangko adalah suku Mandailing yang terdiri dari 282 KK dan Suku Jawa sebanyak 27 KK. Semua warga masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian masyarakat di Desa Muaro Bangko terdiri dari bertani, PNS, Pedagang, pengrajin dan buruh. Kepala Desa dan Sekretaris Desa merupakan tokoh formal yang dihormati masyarakat. Selain tokoh formal, masyarakat juga menghormati tokoh-tokoh non formal seperti tokoh adat dan tokoh agama. Beberapa tokoh adat yang dihormati adalah Natoras, Naposo Bulung, dan Nauli Bulung. Sedangkan tokoh agama yang dihormati antara lain Imam Masjid, Alim Ulama, dan Pengurus Masjid. Peranan tokoh adat adalah penyelenggaraan perkawinan, membuka lubuk larangan dan membuka lahan. Gotong royong merupakan kegiatan sosial yang masih kental di Desa Muaro Bangko. Beberapa kegiatan yang dilakukan secara bergotong royong adalah pembersihan lahan kebun, membangun rumah warga, serta membersihkan tanah wakaf (makam). Gotong royong pembersihan kebun biasanya dilakukan 2 (dua) kali setahun yang diikuti 400-an warga. Membangun rumah warga dilakukan secara gotong royong dengan frekuensi 5 (lima) kali setahun dengan jumlah warga yang ikut sebanyak 20-an orang warga. Sedangkan membersihkan tanah wakaf (makam) dilakukan sekali setahun yang dilakukan lebih kurang 50 warga.
c. Desa Manuncang Sesuai data Badan Pusat Statistik Kecamatan Muara Batang Gadis tahun 2011, Desa Manuncang memiliki luas wilaya desa 2831,26 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 688 jiwa. Masyarakat Desa Manuncang semuanya merupakan suku Mandailing yang berjumlah 167 KK yang terdiri dari penduduk asli. Semua warga masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian pokok di Desa Manuncang adalah bertani, hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani di desa ini 167 KK. Luas lahan usaha tani yang di garap oleh masyarakat seluas kurang lebih 637 Ha. Selain padi sawah dan padi ladang, komoditi tanaman pertanian juga didominasi oleh tanaman karet. Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan tanaman kelapa sawit sebagai penghasilan tambahan.
30
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat tokoh yang dihormati di desa ini yaitu tokoh adat yang bergelar Raja Pandapotan dan imam masjid. Tokoh adat umumnya berfungsi pada saat penyelenggaraan perkawinan masyarakat, dan membuka lubuk larangan. Lubuk larangan merupakan lubuk yang dijadikan tempat pemelihara ikan yang hanya boleh dipanen sekali setahun dengan acara adat. Panen lubuk larangan diselenggarakan oleh seluruh warga desa. Lubuk larangan tidak boleh dipanen sebelum waktu panen, kalau terdapat warga melakukan pemancingan ikan atau mengambil ikan sebelum waktunya, maka warga tersebut akan mendapat sanksi adat. Upacara adat yang dilakukan di Desa Manuncang terdiri dari upacara adat perkawinan, acara nasar tahunan dan membuka lubuk larangan. Selain upacara adat, terdapat juga kegiatan gotong royong seperti berburu babi dan penanaman padi. Menanam padi yang disebut mordang biasanya dilakukan dengan cara gotong royong biasanya dilaksanakan 20 an (dua puluhan) warga. d. Desa Sudutan Tigo Badan Pusat Statistik Kecamatan Natal tahun 2011, Desa Sudutan Tigo merupakan salah satu desa di Kecamatan Natal yang memiliki luas wilayah desa 2.842,3 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 1.190 jiwa. `Suku yang mendiami Desa Sudutan Tigo adalah suku Mandailing, Jawa dan Nias yang terdiri dari 245 KK dan Suku Jawa sebanyak 18 KK. Semua warga masyarakat menganut Agama Islam. Mata pencaharian masyarakat Desa Sudutan Tigo terdiri dari bertani, PNS, Pedagang, pengrajin dan buruh. Kepala Desa dan Sekretaris Desa merupakan tokoh formal yang dihormati masyarakat. Selain tokoh formal, masyarakat juga menghormati tokoh-tokoh non formal seperti tokoh adat dan tokoh agama. Beberapa tokoh adat yang dihormati adalah Natoras, NaposoBulung, dan NauliBulun. Sedangkan tokoh agama yang dihormati antara lain Imam Masjid, Alim Ulama, dan Pengurus Masjid. Peranan tokoh adat adalah penyelenggaraan perkawinan, membuka lubuk larangan dan membuka lahan. Gotong royong merupakan kegiatan sosial yang masih kental di Desa Sudutan Tigo. Beberapa kegiatan yang dilakukan secara bergotong royong adalah pembersihan lahan kebun, membangun rumah warga, serta membersihkan tanah wakaf (makam). 31
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Gotong royong pembersihan kebun biasanya dilakukan 2 (dua) kali setahun yang diikuti sekitar 350 warga. Membangun rumah warga dilakukan secara gotong royong dengan frekuensi 5 (lima) kali setahun dengan jumlah warga yang ikut sebanyak 20 an orang warga. Sedangkan membersihkan tanah wakaf (makam) dilakukan sekali setahun yang dilakukan lebih kurang 50 warga.
D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Ijin pemanfaatan hutan yang ada di wilayah KPHP Model Mandailing Natal diantaranya : a.
IUPHHK-HA PT. Inanta Timber seluas 32.783,50 Ha
b.
IUPHHK-HA PT. Teluk Nauli seluas 21.976,53 Ha
c.
IUPHHK-HA PT. Gunung Raya Utama Timber Industri (Gruti)
d.
IUPHHK-HT PT. Anugerah Rimba Makmur seluas 47.091,06 Ha
E. Kondisi Posisi KPHP Mandailing Natal dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah Posisi areal kerja KPHP Model Mandailing Natal dalam tata ruang wilayah dan pembangunan Propinsi Sumatera Utara berdasarkan Perda No. 7 Tahun 2003 tentang RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 – 2018 berada dalam pola ruang Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL). Sedangkan berdasarkan Draft RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 – 2030 yang telah dibahas oleh Tim Teknis BKTRN dan subtansi dari Kementerian PU posisi areal
mendapat persetujuan
kerja KPHP Model Mandailing Natal
berada dalam pola ruang Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK). Posisi areal kerja KPHP Model Mandailing Natal dalam tata ruang wilayah dan pembangunan Kabupaten Mandailing Natal sebagai Hutan Produksi Terbatas (HPT) Hutan Produksi (HP), Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK). Tahapan penyusunan rencana tata ruang Kabupaten Mandailing Natal saat ini dalam pembahasan rancangan peraturan daerah.
32
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan 1. Kelembagaan dan SDM Posisi KPHP Model Mandailing Natal dalam Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal yang berada di bawah Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebagai sebuah UPTD. Perlu peningkatan kelembagaan KPHP Mandailing Natal menjadi sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Mandiri yang memiliki anggaran tersendiri. Kondisi SDM yang ada saat ini masih sangat terbatas yakni Sarjana Kehutanan (1 orang), SMA/SMK Kehutanan (6 orang) mengingat wilayah kerja yang cukup luas. 2. Wilayah KPHP Model Mandailing Natal Terdapat beberapa Desa Defenitif bahkan Kantor Camat masuk dalam wilayah KPHP diantaranya : Kantor Camat Batang Natal dan kantor-kantor unsur MUSPIKA, Desa Sopotinjak, Bulu Soma, Tarlola, Ampung Julu, Aek Guo, RaoRao, Aek Nangali, Bangkelang, Tombang Kaluang, Sipogu, Banjar Melayu, Aek Holbung, Aek Baru, Ampung Padang, Muara Soma, Simanguntong, Guo Batu, Aek Manggis, Batu Madinding, Bintuas, Sundutan Tigo, Manuncang, Suka Makmur, Panunggulan, Tagilang Julu, Ranto Panjang, Lubuk Kapundung 1, Lubuk Kapundung 2, Hutarimbaru dan sebagainya. Keberadaan desa ini lebih dahulu dari penetapan wilayah KPHP Mandailing Natal, penunjukan kawasan hutan bahkan sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka. Selain itu areal perkebunan dan pertanian masryarakat desa tersebut juga berada dalam wilayah KPHP. Dengan demikian wilayah yang bermasalah tersebut akan tidak optimal dikelola oleh KPHP. 3. Illegal Logging dan IUPHHK-HA Tidak Beroperasi Masih terjadinya illegal logging di wilayah KPHP Model Mandailing Natal dengan keterbatasan yang ada masih sulit dikendalikan. IUPHHK-HA yang ada di wilayah KPHP Model Mandailing Natal saat ini tidak melakukan aktivitas/kegiatan. 4. Pendanaan Belum tersedianya dana untuk pembangunan lanjutan KPHP Model Mandailing Natal baik dari APBD maupun APBN.
33
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 5. Pemahaman Masyarakat Tentang KPHP Model Mandailing Natal Kebijakan bahkan istilah atau nama KPHP Model Mandailing Natal masih sesuatu yang baru di lingkungan masyarakat, konsep KPHP masih belum dipahami bahkan di tingkat pemerintah sehingga perlu penyuluhan tentang KPH kepada masyarkat.
34
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN A. Visi B. Misi C. Capaian Utama
35
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN A. Visi Gambaran KPHP Model Mandailing Natal 10 tahun kedepan dituangkan dalam rumusan visi dan misi. Rumusan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal didasarkan atas kondisi, isu-isu strategis yang diangkat dari berbagai problematika yang menjadi tantangan dalam pengelolaan sumberdaya hutan di kawasan KPHP Model Mandailing Natal saat ini dan harapan di masa yang akan datang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki. Sebagai bagian dari perangkat pembangunan, proses penyusunan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal diselaraskan dengan visi dan misi pembangunan nasional dan pembangunan daerah pada umumnya serta sektor kehutanan pada khususnya. Berdasarkan Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2024 ditetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah : “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”, dengan misi-misi yang terdiri dari : 1). Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; 2). Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, 3). Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; 4). Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;
5).
Mewujudkan
pemerataan
pembangunan
dan
berkeadilan;
6).
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7). Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 8). Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Untuk mencapai visi dan misi RPJPN tersebut, dilakukan pentahapan periode pembangunan menjadi 4 tahap yang masing-masing tahap memiliki visi dan misi yang dituangkan dalam dokumen perencanaan yang disebut dengan Rencana Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
(RPJM-N).
Saat
ini
tahapan
pembangunan Indonesia berada pada tahap ke-2, yaitu periode 2010-2014 yang memiliki visi : “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN” yang akan diwujudkan melalui misi-misi : 1). Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera, 2). Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi dan 3). Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang. 36
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Sejalan dengan visi pembangunan Indonesia yang tertuang dalam RPJMN tahun 2010- 2014, Provinsi Sumatera Utara menetapkan visi yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Utara Periode 2009-2013 yaitu “Sumatera Utara yang Maju, dan Sejahtera dalam Harmoni Keberagaman”. Visi tersebut diupayakan pencapaiannya melalui misi : 1.
Mewujudkan Sumatera Utara yang maju, aman, bersatu, rukun dan damai dalam kesetaraan
2.
Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang mandiri dan sejahtera dan berwawasan lingkungan
3.
Mewujudkan Sumatera Utara yang berbudaya, religius dan keberagaman
4.
Mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang partisipatif dan peduli terhadap proses pembangunan. Khusus dalam pembangunan sektor kehutanan, Kementerian Kehutanan
melalui
Permenhut
No.
P.51/Menhut-II/2010
tentang
Renstra
Kementerian
Kehutanan tahun 2010- 2014 menetapkan visi yaitu “HUTAN LESTARI UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN”. Untuk mencapai visi tersebut telah dirumuskan enam kebijakan Prioritas pembangunan kehutanan yaitu: (1) Pemantapan kawasan hutan; (2) Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS; (3) Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan; (4) Konservasi keanekaragaman hayati; (5) Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan; dan (6) Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Sejalan dengan visi misi Kementrian Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menetapkan visi dan misi yang menggambarkan kondisi yang ingin dituju dalam jangka panjang yaitu pengelolaan hutan yang lebih mengakar pada kebutuhan masyarakat guna peningkatan kesejahteraan masyarakat serta menjamin kebutuhan air melalui perbaikan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS). RPJMD
Provinsi
Sumatera
Utara,
serta
memperhatikan
isu-isu
strategis
sebagaimana tersebut diatas, maka Dinas Kehutanan dalam pembangunan kehutanan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013 menetapkan visinya yaitu: “Terwujudnya
Sumber
Daya
Hutan
(SDH)
yang
Lestari
dan
Dapat
Mensejahterakan Masyarakat Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan”. Untuk mewujudkan visi tersebut, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan pengelolaan hutan dalam bentuk unit-unit Kesatuan Pengelolaan 37
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Hutan (KPH) untuk mendukung pembangunan daerah. Pembangunan kehutanan tersebut dirumuskan dalam Misi sebagai berikut : 1. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional. 2. Mengoptimalisasikan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari. 3. Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS). 4. Mendorong peran serta masyarakat. 5. Mendorong
terwujudnya
peningkatan
pelayanan
dalam
pembangunan
perkebunan. 6. Mendorong terwujudnya petani dan pengusaha yang profesional dan mandiri. 7. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. 8. Mendorong terwujudnya lingkungan yang lestari. 9. Mengoptimalkan upaya peremajaan, intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi tanaman. 10. Meningkatkan peran kelembagaan perkebunan dan strategi pengembangan perkebunan. Sejalan dengan Visi dan Misi Pembangunan Tingkat Nasional dan Daerah, serta isu-isu strategis maka Visi KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2014 - 2023 adalah ”Mengelola Hutan Bersama Masyarakat Untuk KPHP Model Mandailing Natal Yang Mandiri Dan Berkontribusi Terhadap PAD”.
B. Misi Visi KPHP Model Mandailing Natal Tahun 2014 – 2023 tersebut diupayakan pencapaiannya melalui Misi : 1. Membangun kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal; 2. Membangun hutan karet; 3. Kerjasama dan kemitraan; 4. Pemanfaatan HHK dan HHBK; 5. Perlindungan dan rehabilitasi hutan. 38
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 C. Capaian Utama Berdasarkan rumusan visi dan misi KPHP Model Mandailing Natal, terdapat 11 capaian utama yang diharapkan dapat terpenuhi selama kurun waktu 10 tahun (2014-2023), sebagai berikut : 1.
Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.
2.
Tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal.
3.
Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi untuk pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.
4.
Terbangunnya hutan karet KPHP Model Mandailing Natal seluas + 1.000 Ha.
5.
Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU.
6.
Berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan.
7.
Berproduksinya penangkaran rusa seluas + 4 Ha.
8.
Termanfaatkannya HHK (meranti, kapur, kruing, bania, rengas, resak, lagan, medang, kelat, lesi-lesi, dll).
9.
Termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin, palem hutan, bambu, tanaman hias, anggrek, tanaman obat, damar, kayu manis, durian, dan aren, dll seluas + 300 Ha.
10. Termanfaatkannya potensi air, wisata alam dan jasa lingkungan. 11. Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha.
39
Tabel 13. Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) dengan Memanfaat Peluang (Opportunity) Opportunity (Peluang)
Kekuatan (Strength)
1 1. Wilayah kelola KPHP yang sangat luas
2. Memiliki struktur organisasi yang jelas
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
2
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
3 Wilayah kelola yang luas mendorong diversifikasi usaha pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor Struktur organisasi yang jelas mendorong pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor
3. Mempunyai status hukum kelembagaan dan kawasan
4. Adanya potensi jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih)
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan Kabupaten Model Mandailing Natal
4
Dukungan para pihak pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat, sektor LSM, masyarakat
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
5 Dukungan para pihak lebih memudahkan operasional kegiatan KPHP
6 Wilayah kelola yang luas akan mendorong pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan mitra dan investor
Pemantapan struktur organisasi KPHP Model Mandailing Natal dalam upaya meningkatkan dukungan para pihak
Struktur organisasi yang jelas mendorong pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor
Dengan dukungan parapihak dapat memantapkan status hukum kelembagaan dan kawasan
Potensi jasa lingkungan akan mendorong pemenfaatan dan pengembangan jasa lingkungan KPHP
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
7 Wilayah kelola yang luas akan mengundang berbagai ilmuwan dari berbagai latar untuk riset di KPHP
Mempertahankan status kelembagaan dan kawasan dapat meningkatkan minat para ilmuwan Potensi jasa lingkungan yang besar akan mendorong kerjasama dalam bentuk kemitraan untuk mengelola potensi jasa lingkungan
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
8 Wilayah kelola membuka peluang staf KPHP untuk menimba ilmu
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
9 Wilayah kelola semakin mantap karena telah mendapat pengakuan dalam RPJP
Memperkuat status hukum KPHP dalam jangka panjang
Potensi jasa lingkungan akan meningkatkan minat ilmuwan untuk melakukan penelitian
43
Opportunity (Peluang)
Kekuatan (Strength)
1 5. Memiliki potensi sumber daya alam yang besar
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
2 Perangkat kebijakan international mendukung pengelolaan SDA
6. Tingginya potensi keanekaragaman hayati
7. Berfungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimbang ekosistem
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
3
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan Kabupaten Model Mandailing Natal
Dukungan para pihak pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat, sektor LSM, masyarakat
4 Potensi SDA yang besar akan membutuhkan legilitas pencadangan kawasan
5 Potensi SDA yang besar membutuhkan dukungan parapihak
Keberadaan KPHP akan menjaga tingginya potensi keanekaragam hayati
Kebijakan internasional mendukung kawasan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
6
7
Mejaga kelestarian potensi keanekaragaman hayati yang tinggi melalui kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan
Menjaga kelestarian potensi keanekaragaman hayati yang tinggi untuk meningkatkan minat para ilmuwan melakukan penelitian
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
8
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
9
Menjaga fungsi penyangga kehidupan dalam kerangka pembangunan kehutanan di daerah
44
Opportunity (Peluang)
Kekuatan (Strength)
1 8. Catcment area 3 DAS Prioritas
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan Kabupaten Model Mandailing Natal
2
3 Menjaga fungsi tangkapan air melalui pengembangan potensi jasa lingkungan air
4
Dukungan para pihak pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat, sektor LSM, masyarakat
5
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
6 Menjaga fungsi tangkapan air dengan membangun bentukbentuk kerjasama para pihak
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
7
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
8
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
9
45
Tabel 14. Strategi Mengatasai Kelemahan (Weakness) dengan Memanfaatkan Peluang (Opportunity) Opportunity (Peluang)
Weakness (Kelemahan) 1 Tidak didukung SDM yang memadai
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Koordinasi para pihak yang rendah
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan kabupaten Model Mandailing Natal
Dukungan para pihak (pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat, sektor LSM, masyarakat)
4
5
6
Kebijakan internasional yang mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak memungkinan bantuan internasional membantu meningkatkan kapasitas SDM
Kurangnya sosialisasi KPHP
Jumlah Personil KPHP Model Mandailing Natal terbatas tidak sebanding dengan luas kawasan
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
Pengembangan jasa lingkungan akan mendorong tersosialisasinya KPHP Kebijakan internasional yang mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak memungkinan bantuan internasional untuk meningkatkan kapasitas SDM
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal 7 Pengelola KPHP dapat bekerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan kapasitas SDM KPHP
Dukungan para pihak secara langsung dan tidak langsung dapat mensosialisasikan keberadaan KPHP Dapat memohonkan tambahan personil kepada pemkab Model Mandailing Natal
Dukungan para pihak akan lebih mendorong koordinasi dengan para pihak
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
8 Ilmuwan yang melaksanakan penelitian sangat memungkinkan untuk mentransfer ilmu kepada personil KPHP
9 Tersedia skema pelatihan dan melanjutkan pendidikan yang diselenggarakan pihak lain
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
Publikasi hasil riset membantu mensosialisasikan KPHP Model Mandailing Natal Peningkatan kapasitas personil dengan memanfaatkan pogram peningkatan kapasaitas SDM Berkembangnya bentuk kerjasama dapat mendorong koordinasi dengan para pihak
46
Opportunity (Peluang)
Weakness (Kelemahan) 1 Pendanaan belum memadai
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah 4 Mengembangkan program ecowisata dan demonstrasi REDD untuk memobilisasi dana
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan kabupaten Model Mandailing Natal
Dukungan para pihak (pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat, sektor LSM, masyarakat)
5
6 Meningkatkan dukungan para pihak dalam penggalangan sumber-sumber dana alternatif
Data potensi kawasan belum lengkap
Penataan batas kawasan belum selesai
Sarana dan prasarana belum memadai
Kewenangan pengelola masih terbatas
Perangkat kebijakan internasional dapat dimanfatkan untuk menghimpun dana untuk membangun sapras
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal 7 Kerjasama dengan lembaga donor mengembangkan program payment environmental services Menggalang kerjasama dengan lembaga riset seperti Universitas untuk menggali potensi yang dimiliki KPHP Model Mandailing Natal
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal 8
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
9
Memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk melengkapi data potensi kawasan
Meningkatkan koordinasi dengan para pihak, terutama BPKH Wil. I Medan untuk penyelesian penataan batas kawasan Meningkatkan dukungan para pihak dalam pengadaan dan peningkatan sarana & prasarana Meningkatkan koordinasi dengan para pihak terutama pemerintah pusat dalam perluasan kewenangan
47
Opportunity (Peluang)
Weakness (Kelemahan) 1 Akses masih sulit dicapai
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah 4 Pengembang jasling dapat mendorong dibukanya akses
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan kabupaten Model Mandailing Natal
Dukungan para pihak (pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat, sektor LSM, masyarakat)
5
6 Menggalang dukungan para pihak untuk membuka akses ke kawasan KPHP Model Mandailing Natal
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal 7
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal 8
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
9
48
Tabel 15. Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat) Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
2
3 Wilayah kelola yang luas mendorong pemanfaatan kayu sesuai blok dan petak pemanfaatan sesuai dengan potensi kayu untuk meminimalisir illegal logging
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
7 Wilayah kelola yang luas memungkinkan masyarakat bisa mengelola berbagai potensi SDH di KPHP untuk meningkatkan kesejahteraannya
8
9
10
11 Wilayah kelola yang luas memungkinkan mengakomoda sikan kepentingan para pihak
Adanya SOP dapat mencegah terjadinya perburuan satwa liar
Adanya SOP dapat mencegah aksi pembakaran lahan
Adanya SOP dapat mencegah terjadinya konflik di wilayah KPHP
Strength (Kekuatan) 1 Wilayah kelola yang luas
Memiliki SOP sesuai peraturan pemerintah dan lembaga internasional
Memiliki struktur organisasi yang jelas
SOP yang dimiliki oleh KPHP dapat memperkecil terjadinya tumpang tindih regulasi
4
5
Adanya SOP dapat mendorong pencegahan aktivitas illegal logging
Adanya SOP dapat mengurangi tindakan penyerobotan lahan
Dengan lembaga yang kuat dapat memberantas kegiatan illegal logging
Dengan lembaga yang kuat dapat memberantas kegiatan penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
6
Peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap kelembagaan KPHP Model Mandailing Natal
Dengan lembaga yang kuat dapat memberantas perburuan satwa liar
Konsistensi penegakan kebijakan kehutanan dengan struktur organisasi yang jelas
49
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
2 Status hukum yang jelas dapat mencegah timbulnya tumpang tindih regulasi
3 Pemberantasan kegiatan illegal logging melalui penegakan hukum
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
5 Pemberantasan kegiatan penyerobotan lahan oleh masyarakat melalui penegakan hukum
6 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kelembagaan KPHP Model Mandailing Natal
7
8
9 Penegakan hukum untuk memberantas perburuan satwa liar
10
Meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar melalui kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan
Mengurangi masyarakat miskin melalui kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan
Mengurangi kegiatan perburuan satwa liar dengan melibatkan masyarakat dalam pemanfaat an jasa lingkungan
Mengurangi pembakaran perladangan dengan melibatkan masyarakat di dalam kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan
Konflik pengelolaan KPHP
Strength (Kekuatan) 1 Mempunyai status hukum kelembagaan dan kawasan
Adanya potensi jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih)
Memiliki potensi SDA yang besar
4
11 Dengan kebijakan yang tepat dapat mengakomodir kepentingan parapihak
Potensi SDA yang besar dapat mendorong perekonomian masyarakat disekitar wilayah KPHP
50
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
6 Mengelola potensi keanekaragaman hayati untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan
7 Mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat melalui pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati secara terbatas
8
9
Meningkatkan pengetahuan, pendidikan pemahaman dan taraf hidup masyarakat sekitar untuk mengurangi tekanan terhadap kawasan dalam meningkatkan fungsi KPHP penyangga kehidupan/ penyeimbang ekosistem
Mengurangi tingkat kemiskinan sehingga fungsi dan keberadaan kawasan tetap terjaga
10 Mencegah terjadinya pembakaran perladangan di sekitar kawasan agar potensi keanekaraga man hayati tetap terjaga Mencegah dan menanggulangi pembakaran perladangan (di dalam sekitar kawasan untuk menjaga fungsi kawasan
Konflik pengelolaan KPHP
Strength (Kekuatan) 1 Tingginya potensi keanekaragaman hayati
Berfungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimbang ekosistem
2
3
4
5
Menjaga dan menanggulangi perburuan satwa liar untuk menjaga fungsi kawasan
11
Konsistensi peraturan/ kebijakan kehutanan untuk menjaga fungsi kawasan
51
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
6 Meningkatkan taraf hidup dan pendidikan, pengetahuan dan pemahaman masyarakat sekitar untuk menjaga fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan air
7 Mengurangi tingkat kemiskinan sehingga fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan air tetap terjaga
8
9
10 Mencegah dan menanggula ngi pembakaran lahan untuk berladang (di dalam/ sekitar kawasan) sehingga fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan air tetap terjaga
11 Konsistensi peraturan/ kebijakan kehutanan untuk mendukung fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan air
Strength (Kekuatan) 1
Catcment area 3 DAS Prioritas
2
3
4
5
52
Tabel 16. Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat) Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1 Tidak didukung oleh SDM yang memadai
Kurangnya sosialisasi KPHP
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
2 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat mencegah Kegiatan illegal logging di KPHP
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
3 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat mencegah degradasi hutan di KPHP
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah degradasi hutan
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah kegiatan penyerobotan lahan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
4 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat mendorong untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di KPHP
5 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat mendorong meningkatkan ekonomi masyarakat di KPHP
6
7 Peningkat an kapasitas SDM dapat mencegah perburuan liar
8 Peningkatan kapasitas SDM dapat mencegah pembakaran lahan di KPHP
9 Peningkatan kapasitas SDM dapat mencegah konflik pengelolaan di KPHP
Kegiatan sosialisasi dapat meningkatkan kesadaran bagi masyarakat di sekitar KPHP
Kegiatan sosialisasi dapat mencegah perburuan liar
Kegiatan sosialisasi dapat mencegah kegiatan pembakaran lahan
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah konflik
53
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Weakness (Kelemahan) 1 Jumlah Personil KPHP Model Mandailing Natal (jumlah personil & kapasitas dibanding dengan luas kawasan)
Koordinasi para pihak rendah
Pendanaan belum memadai
Kegiatan illegal logging
2 Memberantas kegiatan illegal logging dengan meningkatkan jumlah personil dan kapasitas
Memperjelas regulasi untuk mendorong terciptanya koordinasi parapihak
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
3 Memberantas kegiatan penyerobotan lahan dengan meningkatkan jumlah personil dan kapasitas
4
5
6 Meningkatk an jumlah personil dan kapasitas untuk mengawasi kawasan KPHP Model Mandailing Natal yang berbatasan dengan lahan lahan masyarakar
7 Meningka tkan jumlah personil dan kapasitas untuk mencega h dan menguran gi kegiatan perburua n liar
8 Mencegah dan menanggul angi kegiatan pembakaran perladangan (di dalam/ sekitar kawasan) dengan meningkatk an jumlah pesonil dan kapasitas
9
Peningkatan koordinasi para pihak untuk mencegah aktivitas illegal logging Pendanaan yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Koordinasi dengan para pihak untuk mencegah timbulnya konflik Pendanaan yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Pendana an yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
54
Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1 Data potensi kawasan belum lengkap
Penataan batas kawasan belum selesai
Tumpang tindih regulasi
Dibutuhkan regulasi yang jelas dapat untuk memperkuat basis data
Regulasi yang jelas mendorong penataan kawasan
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
2 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi
3 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi
4 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi
5 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi
9 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi
Penyelesaian penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman
Penyelesaian penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman
Penyelesaian penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman
7 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penangan an berbagai ancaman yang dihadapi Penyelesaian penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman
8 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penangana n berbagai ancaman yang dihadapi
Penyelesaian penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman illegal logging
6 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi Penyelesai an penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman
Penyelesai an penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman
Penyelesaian penataan batas kawasan memberikan kepastian hukum untuk menangani ancaman
55
Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
2
3
4
5
6
7
8
9
Sarana dan Prasarana belum memadai
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Penyediaan sarpras yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Penyediaan sarpras yang memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
Penyediaan sarpras yang memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
Kewenangan pengelola masih terbatas
Peningkatan koordinasidi untuk mengatasi masalah illegal logging
Peningkatan koordinasi untuk pengatasi masalah penyerobotan lahan
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk mengatasi ancaman yang dihadapi Peningkatan koordinasi untuk mengatasi batas dengan lahan masyarakat
Pelimpahan kewenangan pengelolaan sampai ke tingkat tapak dapat dapat meredam konflik pengelolaan
56
Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1 Akses masih sulit dicapai
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
2 Perencanaan dan koordinasi yang baik dalam penanganan illegal logging, dan perburuan satwa liar mengingat sulitnya akses menuju lokasi pelanggaran tersebut
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
3
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
4
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
5 Pembukaan akses dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
6
7 Koordinas i yang baik menginga t sulitnya akses menuju lokasi pelanggar an tersebut
8
9
57
52
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI A. Analisis B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan
40
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI A. Analisis Analisis SWOT telah seringkali digunakan oleh para pengambil kebijakan dalam merumuskan berbagai tujuan yang akan dicapai dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan suau kegiatan. Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan analisis lingkungan internal (kekuatan/strengths, kelemahan/Weakness ) dan analisis lingkungan eksternal (peluang/opportunities dan ancaman/threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Bila keempat hal tersebut diidentifikasikan maka akan terlihat faktor-faktor yang akan membantu dan menghambat KPHP Model Mandailing Natal untuk mencapai tujuan. Analisa ini menghasilkan strategi pencapaian tujuan dengan memaksimalkan Strengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang), namun secara bersamaan meminimalkan Weaknesses (kelemahan) dan Threats (ancaman). Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh KPHP Model Mandailing Natal beserta para pihak, telah diidentifikasikan faktor internal dan eksternal sebagai berikut :
41
Tabel 12. Identifikasi faktor internal dan eksternal KPHP Model Mandailing Natal Faktor Internal Strength Weaknes (Kekuatan) (Kelemahan) 1. Wilayah kelola KPHP yang sangat luas
2. Memiliki Struktur Organisasi yang jelas
3. Mempunyai legalitas hukum kawasan dan kelembagaan
4. Adanya potensi jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, peneltian, DAS, air bersih) 5. Memiliki potensi sumberdaya alam yang besar 6. Tingginya potensi keaneka ragaman hayati 7. Berfungsi sebagai penyangga kehidupan /penyeimbang ekosistem 8. Catchment area dari 6 DAS Prioritas
1. Tidak didukung oleh SDM yang memadai 2. Kurangnya Sosisalisasi KPHP 3. Jumlah Personil terbatas dan tidak sebanding dengan wilayah pengelolaan. 4. Koordinasi para pihak yang rendah
5. Pendanaan belum mencukupi. 6. Data potensi kawasan belum lengkap 7. Penataan batas kawasan belum selesai 8. Sarana dan prasarana belum memadai. 9. Kewenangan pengelola masih terbatas. 10. Akses (letak) kawasan sulit dicapai
Opportunity (Peluang)
Faktor Eksternal Threats (Ancaman)
1. Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
1. Tumpang tindih regulasi.
2. Pengembangan jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah. 3. Berada di kawasan pencadangan hutan Kabupaten Model Mandailing Natal 4. Dukungan para pihak (pemerintah pusatpropinsi-kab/kota, privat sektor, LSM, Masyarakat) 5. Berkembangnya bentuk-bentuk kerjasama dengan pihak lain dalam pengelolaan hutan dalam rangka kemandirian KPH 6. Besarnya minat peneliti untuk melakukan penelitian di KPH 7. Adanya progam peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain 8. Telah masuk dalam Arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
3. Tingginya degradasi sumberdaya di KPHP Model Mandailing Natal
2. Kegiatan illegal logging
4. Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan 5. Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
6. Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya angka kemiskinan 7. Berbatasan dengan lahan-lahan milik masyarakat
8. Masih maraknya Perburuan satwa liar
9. Masih maraknya pembakaran lahan
10. Konflik pengelolaan kawasan KPHP
42
Tabel 13. Strategi Meningkatkan Kekuatan (Strength) dengan Memanfaat Peluang (Opportunity) Opportunity (Peluang)
Kekuatan (Strength)
1 1. Wilayah kelola KPHP yang sangat luas
2. Memiliki Struktur Organisasi yang jelas
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
2
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
3 Wilayah kelola yang luas mendorong diversifikasi usaha pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor
Struktur organisasi yang jelas mendorong pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor
3. Mempunyai status hukum kelembagaan dan kawasan
4. Adanya potensi jasa lingkungan
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan Kabupaten Model Mandailing Natal
4
Dukungan para pihak pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor LSM, masyarakat
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
5 Dukungan para pihak lebih memudahkan operasional kegiatan KPHP
6 Wilayah kelola yang luas pengembangan mendorong kerjasama pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor
Pemantapan struktur organisasi KPHP Model Mandailing Natal dalam upaya meningkatkan dukungan para pihak
Struktur organisasi yang jelas mendorong pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor
Memantapkan status hukum kelembagaan dan kawasan dengan meningkatkan dukungan para pihak
Adanya potensi jasa lingkungan mendorong
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
7 Wilayah kelola yang luas akan mengundang berbagai ilmuwan dari berbagai latar untuk riset di KPHP
8 Wilayah kelola yang luas membuka peluang staf KPHP untuk menimba ilmu berdasarkan potensi yang besar
9 Wilayah kelola yang luas akan semakin mantap karena telah mendapat pengakuan dalam rencana pembanguna n jangka panjang
Mempertahankan status hukum kelembagaan dan kawasan dapat meningkatkan minat para ilmuwan
Adanya potensi jasa lingkungan dapat
Memperkuat status hukum KPHP dalam jangka panjang
Adanya potensi jasa lingkungan
43
Opportunity (Peluang)
Kekuatan (Strength)
1 (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih)
5. Memiliki potensi sumberdaya alam yang besar
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan Kabupaten Model Mandailing Natal
2
3 pengembangan jasa lingkungan KPHP Model Mandailing Natal
4
5
Potensi sumberdaya lama yang besar akan membutuhkan legilitas pencadangan kawasan Menjaga kelestarian potensi keanekaragaman hayati yang tinggi degan melibatkan dukungan lembaga international
Potensi sumberdaya alam yang besar membutuhkan dukungan dari daerah, propinsi dan pusat
Perangkat kebijakan international mendukung pengelolaan sumberdaya alam
6. Tingginya potensi keanekaragama n hayati
7. Berfungsi sebagai penyangga kehidupan/penye
Kebijakan internasional mendukung kawasan hutan
Dukungan para pihak pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor LSM, masyarakat
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
6 mendorong kerjasama dalam bentuk kemitraan dalam mengelola potensi jasa lingkungan
7 meningkatkan minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
8
Mejaga kelestarian potensi keanekaragaman hayati yang tinggi melalui kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan
Menjaga kelestarian potensi keanekaragaman hayati yang tinggi untuk meningkatkan minat para ilmuwan melakukan penelitian di KPHP
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
9
Menjaga fungsi penyangga kehidupan dalam kerangka
44
Opportunity (Peluang)
Kekuatan (Strength)
1 imbang ekosistem 8. Catcment area 3 DAS Prioritas
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
2 sebagai sistem penyangga kehidupan
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
3
Menjaga fungsi tangkapan air melalui pengembangan potensi jasa lingkungan air
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan Kabupaten Model Mandailing Natal
4 Pembangunan kehutanan di daerah Menjaga fungsi tangkapan air melalui dukungan Program pemerintah dan lembaga lain
Dukungan para pihak pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor LSM, masyarakat
5
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
6
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
7
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
8
Telah masuk dalam arahan pembangunan jangka panjang sesuai RTRW
9
Menjaga fungsi tangkapan air dengan membangun bentukbentuk kerjasama para pihak
45
Tabel 14. Strategi Mengatasai Kelemahan (Weakness) dengan Memanfaatkan Peluang (Opportunity) Opportunity (Peluang)
Weakness (Kelemahan) 1 Tidak didukung SDM yang memadai
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Koordinasi para pihak yang rendah
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan kabupaten Model Mandailing Natal
Dukungan para pihak (pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor LSM, masyarakat)
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
4
5
6
7 Pengelola KPHP dapat bekerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan kapasitas SDM KPHP
8 Ilmuwan yang melaksanakan penelitian sangat memungkinkan untuk mentransfer ilmu kepada personil KPHP
9 Tersedia skema pelatihan dan melanjutkan pendidikan yang diselenggara kan pihak lain
Kebijakan internasional yang mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak memungkinan bantuan internasional membantu meningkatkan kapasitas LSM
Kurangnya sosialisasi KPHP
Jumlah Personil KPHP Model Mandailing Natal terbatas tidak sebanding dengan luas kawasan
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
Pengembangan jasa lingkungan akan mendorong tersosialisasinya KPHP Kebijakan internasional yang mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak memungkinan bantuan internasional membantu meningkatkan kapasitas LSM
Dukungan para pihak secara tidak langsung dapat mensosialisasikan keberadaan KPHP
Publikasi hasil riset di KPHP Model Mandailing Natal akan mensosialisasikan KPHP
Dapat memohonkan tambahan personil kepada pemkab Model Mandailing Natal dan Pemprov Gorontalo
Dukungan para pihak akan lebih
Telah masuk dalam arahan pembanguna n jangka panjang sesuai RTRW
Peningkatan kapasitas personil dengan memanfaatk an pogram peningkatan kapasaitas staff dari lembaga lain Berkembangnya bentuk kerjasama dapat
46
Opportunity (Peluang)
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Weakness (Kelemahan) 1
Pendanaan belum memadai
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan kabupaten Model Mandailing Natal
Dukungan para pihak (pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor LSM, masyarakat)
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal
4
5
6 mendorong koordinasi dengan para pihak Meningkatkan dukungan para pihak dalam penggalangan sumber-sumber dana alternatif yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal
7 mendorong koordinasi dengan para pihak
Mengembangkan program ecowisata dan demonstrasi REDD untuk memobilisasi dana
Data potensi kawasan belum lengkap
Penataan batas kawasan belum selesai
Sarana dan Prasarana belum memadai
Perangkat kebijakan internasional dapat dimanfatkan untuk
Menggalang kerjasama dengan lembagalembaga donor yang concern dan mengembangkan program payment environmental services untuk mendukukng pendanaan KPHP Model Mandailing Natal Menggalang kerjasama dengan lembaga riset seperti Universitas untuk menggali potensi yang dimiliki oleh KPHP Model Mandailing Natal
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
8
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
Telah masuk dalam arahan pembanguna n jangka panjang sesuai RTRW
9
Memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk melengkapi data potensi kawasan
Meningkatkan koordinasi dengan para pihak, terutama dengan pihak BPKH Wilayah Gorontalo dalam penyelesian penataan batas kawasan Meningkatkan dukungan para pihak dalam pengadaan dan peningkatan
47
Opportunity (Peluang)
Perangkat kebijakan internatonal yang mendukung pengelolaan hutan ditingkat tapak
Weakness (Kelemahan) 1
Pengembangan jasa lingkung (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah
Berada di kawasan pencadangan kawasan hutan kabupaten Model Mandailing Natal
4
5
menghimpun dana untuk membangun sapras Kewenangan pengelola masih terbatas
Akses masih sulit dicapai
Pengembang jasling dapat mendorong dibukanya akses
Dukungan para pihak (pemerintah pusatpropinsikab/kota,privat,sektor LSM, masyarakat)
6 sarana d an prasarana
Berkembangnya bentukbentuk kerjasama dalam pemanfaatan jasa lingkungan dalam rangka kemandirian KPHP Model Mandailing Natal 7
Besarnya minat ilmuwan untuk melakukan penelitian di KPHP Model Mandailing Natal
8
Adanya program peningkatan kapasitas staff dari lembaga lain
Telah masuk dalam arahan pembanguna n jangka panjang sesuai RTRW
9
Meningkatkan koordinasi dengan para pihak terutama pemerintah pusat dalam perluasan kewenangan Menggalang dukungan para pihak dalam upaya mempermudah akses ke kawasan KPHP Model Mandailing Natal
48
Tabel 15. Strategi Memanfaatkan Kekuatan (Strengh) Untuk Mengatasi Ancaman (Threat) Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
7 Wilayah kelola yang luas memungkinkan masyarakat bisa mengelola berbagai potensi SDH di KPHP untuk meningkatkan perekonomian
8
9
10
11 Wilayah kelola yang luas memungkinka n wilayah dibagi menjadi kawasan peruntukkan sesuai dengan keinginan para pihak
Adanya SOP dapat mencegah terjadinya perburuan satwa liar
Adanya SOP dapat mencegah aksi pembakaran lahan
Adanya SOP dapat mencegah terjadinya konflik di wilayah KPHP
Strength (Kekuatan) Wilayah luas
1 kelola
2 yang
Memiliki SOP sesuai peraturan pemerintah dan lembaga internasional
SOP yang dimiliki oleh KPHP dapat memperkecil terjadinya tumpang tindih regulasi
Memiliki Struktur Organisasi yang jelas
Mempunyai status
Status hukum
3 Wilayah kelola yang luas mendorong pemanfaatan kayu sesuai blok dan petak pemanfaatan sesuai dengan potensi kayu untuk meminimalisir illegal logging Adanya SOP dapat mendorong pencegahan aktivitas illegal logging
4
5
6
Adanya SOP dapat mengurangi tindakan penyerobotan lahan
Memberantas kegiatan illegal logging dengan struktur organisasi yang jelas
Memberantas kegiatan penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan dengan struktur organisasi yang jelas
Peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang struktur organisasi KPHP Model Mandailing Natal
Memberant as kegiatan perburuan satwa liar untuk kegiatan perladanga n dengan struktur organisasi yang jelas
Konsistensi penegakan peraturan/ kebijakan kehutanan dengan struktur organisasi yang jelas
Pemberantasan
Pemberantasan
Memberikan
Penegakan
Setiap
49
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
2 yang jelas dapat mencegah timbulnya tumpang tindih regulasi
3 kegiatan illegal logging melalui penegakan hukum
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
5 kegiatan penyerobotan lahan oleh masyarakat melalui penegakan hukum
6 pengetahuan kepada masyarakat tentang status hukum kawasan KPHP Model Mandailing Natal
7
8
9 hukum untuk memberant as perburuan satwa liar
10
Meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar melalui kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan
Mengurangi masyarakat miskin melalui kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan
Mengurang i kegiatan perburuan satwa liar dengan melibatkan masyaraka t didalam kegiatan pemanfaat an jasa lingkungan
Mengurangi kegiatan pembakaran lahan berladang dengan melibatkan masyarakat di dalam kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan
Konflik pengelolaan KPHP
Strength (Kekuatan) 1 hukum kelembagaan dan kawasan
Adanya potensi jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih)
4
Memiliki potensi SDA yang besar
Tingginya potensi keanekaragaman hayati
11 pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan kehutanan dapat mengakomodir saran dan kepentingan stakeholder terbawah
Potensi SDA yang besar dapat mendorong perekonomian masyarakat disekitar wilayah KPHP Mengelola potensi keanekaragaman hayati untuk
Mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat
Mencegah terjadinya kegiatan
50
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
Masih maraknya pembakaran lahan
6 meningkatkan taraf hidup dan tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan
7 melalui pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati secara terbatas
8
9
Meningkatkan pengetahuan, pendidikan pemahaman dan taraf hidup masyarakat sekitar untuk mengurangi tekanan terhadap kawasan dalam meningkatkan fungsi KPHP penyangga kehidupan/ penyeimbang ekosistem Meningkatkan taraf hidup dan pendidikan, pengetahuan dan pemahaman masyarakat sekitar untuk menjaga fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan
Mengurangi tingkat kemiskinan sehingga fungsi dan keberadaan kawasan tetap terjaga
10 pembkaran lahan berladang di dalam/ sekitar kawasan agar potensi keanekaraga man hayati tetap terjaga Mencegah dan menanggula ngi pembakaran lahan untuk berladang (didalam/ sekitar kawasan) sehingga fungsi kawasan tetap terjaga
Konflik pengelolaan KPHP
Strength (Kekuatan) 1
Berfungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimban g ekosistem
Catcment area 3 DAS Prioritas
2
3
4
5
Mengurangi tingkat kemiskinan sehingga fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan air tetap terjaga
Menjaga dan menanggul angi perburuan satwa liar sehingga fungsi kawasan tetap terjaga
Mencegah dan menanggula ngi pembakaran lahan untuk berladang (di dalam/ sekitar kawasan)
11
Konsistensi peraturan/ kebijakan kehutanan untuk mendukung fungsi kawasan
Konsistensi peraturan/ kebijakan kehutanan untuk mendukung fungsi kawasan sebagai daerah
51
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya perburuan satwa liar
7
8
9
Masih maraknya pembakaran lahan
Konflik pengelolaan KPHP
10 sehingga fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan air tetap terjaga
11 tangkapan air
Strength (Kekuatan) 1
2
3
4
5
6 air
52
Tabel 16. Strategi Mengatasi Kelemahan (Weakness) Dengan Memanfaatkan Ancaman (Threat) Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1 Tidak didukung oleh SDM yang memadai
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
2 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat mencegah Kegiatan illegal logging di KPHP
Kurangnya sosialisasi KPHP
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah kegiatan illegal logging
Jumlah Personil KPHP Model
Memberantas kegiatan illegal
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
3 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat mencegah degradasi hutan di KPHP
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah degradasi hutan
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah kegiatan penyerobotan lahan
Memberantas kegiatan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburua n satwa liar
Masih maraknya pembakara n lahan
Konflik pengelolaan KPHP
4 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di KPHP
5 Peningkatan kapasitas SDM KPHP dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di KPHP
6
7 Peningkat an kapasitas SDM dapat mencega h Kegiatan illegal hunting di KPHP Kegiatan sosialisas i pengelola an KPHP dapat mencega h kegiatan illegal hunting
8 Peningkata n kapasitas SDM dapat mencegah Kegiatan pembakara n lahan di KPHP
9 Peningkatan kapasitas SDM dapat mencegah konflik pengelolaan di KPHP
Kegiatan sosialisasi pengelolaa n KPHP dapat mencegah kegiatan pembakara n lahan
Kegiatan sosialisasi pengelolaan KPHP dapat mencegah konflik
Meningka tkan
Mencegah dan
Kegiatan sosialisasi pengelolaa n KPHP dapat meningkatk an kesadaran bagi masyarakat yang tinggal disekitar KPHP Meningkatk an jumlah
53
Threat (Ancaman)
Tumpang tindih regulasi
Weakness (Kelemahan) 1 Mandailing Natal (jumlah personil & kapasitas dibanding dengan luas kawasan)
Koordinasi para pihak rendah
Pendanaan belum memadai
Kegiatan illegal logging
2 logging dengan meningkatkan jumlah personil dan kapasitas
Memperjelas regulasi dapat mendorong terciptanya koordinasi parapihak
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburua n satwa liar
Masih maraknya pembakara n lahan
Konflik pengelolaan KPHP
3 penyerobotan lahan dengan meningkatkan jumlah personil dan kapasitas
4
5
6 personil dan kapasitas untuk mengawasi kawasan KPHP Model Mandailing Natal yang berbatasan dengan lahan lahan masyarakar
7 jumlah personil dan kapasitas untuk mencega h dan menguran gi kegiatan perburua n liar
8 menanggul angi kegiatan pembakara n lahan untuk berladang (di dalam/ sekitar kawasan) dengan meningkatk an jumlah pesonil dan kapasitas
9
Peningkatan koordinasi para pihak dapat mencegah aktivitas illegal logging Pendanaan yang memadai untuk mengatasi seluruh ancaman yang dihadapi
Koordinasi dengan para pihak dapat mencegah timbulnya konflik Pendanaan yang memadai untuk mengatasi seluruh ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi seluruh ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi seluruh ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi seluruh ancaman yang dihadapi
Pendana an yang memadai untuk mengatas i seluruh ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi seluruh ancaman yang dihadapi
Pendanaan yang memadai untuk mengatasi seluruh ancaman yang dihadapi
54
Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1 Data potensi kawasan belum lengkap
Penataan batas kawasan belum selesai
Sarana dan Prasarana belum memadai
Tumpang tindih regulasi
Dibutuhkan Regulasi yang jelas dapat untuk memperkuat basis data
Regulasi yang jelas mendorong penataan kawasan
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburua n satwa liar
Masih maraknya pembakara n lahan
Konflik pengelolaan KPHP
2 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi
3 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihad
4 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihadapi
5 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihad
6 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penangana n berbagai ancaman yang dihad
8 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penangana n berbagai ancaman yang dihad
9 Penguatan data potensi kawasan untuk menunjang kegiatan penanganan berbagai ancaman yang dihad
Penyelesaian penataan batas kawasan untuk memberikan kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman
Penyelesaian penataan batas kawasan untuk memberikan kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman
Penyelesaian penataan batas kawasan untuk memberikan kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman
Penyelesaian penataan batas kawasan untuk memberikan kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman
Penyelesai an penataan batas kawasan untuk memberika n kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman
Penyelesai an penataan batas kawasan untuk memberika n kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman
Penyelesaia n penataan batas kawasan untuk memberikan kepastian hukum yang jelas dalam menangani segala ancaman
Penyediaan sarana dan prasarana yang
Penyediaan sarana dan prasarana yang
Penyediaan sarana dan prasarana yang
Penyediaan sarana dan prasarana yang
Penyediaa n sarana dan
7 Penguata n data potensi kawasan untuk menunjan g kegiatan penangan an berbagai ancaman yang dihad Penyeles aian penataan batas kawasan untuk memberik an kepastian hukum yang jelas dalam menanga ni segala ancaman Penyedia an sarana dan
Penyediaa n sarana dan
Penyediaan sarana dan prasarana
55
Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1
Kewenangan pengelola masih terbatas
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburua n satwa liar
Masih maraknya pembakara n lahan
Konflik pengelolaan KPHP
2 memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
3 memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
4 memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
5 memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
6 prasarana yang memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
7 prasarana yang memadai dalam mengatas i ancaman yang dihadapi
8 prasarana yang memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
9 yang memadai dalam mengatasi ancaman yang dihadapi
Penguatan koordinasidi dalam penyelesaian masalah illegal logging, penyerobotan lahan, dan batas dengan lahan masyarakat
Penguatan koordinasidi dalam penyelesaian masalah illegal logging, penyerobotan lahan, dan batas dengan lahan masyarakat
Penguatan koordinasid i dalam penyelesai an masalah illegal logging penyerobot an lahan, dan batas dengan lahan masyarakat
Pelimpahan kewenangan pengelolaan sampai ke tingkat tapak dapat dapat meredam konflik pengelolaan
56
Threat (Ancaman)
Weakness (Kelemahan) 1 Akses masih sulit dicapai
Tumpang tindih regulasi
Kegiatan illegal logging
2 Perencanaan dan koordinasi yang baik dalam penanganan illegal logging, dan perburuan satwa liar mengingat sulitnya akses menuju lokasi pelanggaran tersebut
Tingginya degradasi hutan di KPHP
Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
3
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan
4
Rendahnya ekonomi masyarakat dan tingginya kemiskinan
5 Pembukaan akses dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
Bebatasan dengan lahan lahan masyarakat
Masih maraknya Perburua n satwa liar
Masih maraknya pembakara n lahan
Konflik pengelolaan KPHP
6
7 Koordinas i yang baik menginga t sulitnya akses menuju lokasi pelanggar an tersebut
8
9
57
B. Proyeksi 10 Tahun ke Depan Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui kondisi KPHP Model Mandailing Natal saat ini adalah sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 17. Kondisi KPHP Model Mandailing Natal Saat Ini dan Proyekdi 10 (sepuluh) tahun ke depan (2014 – 2023) No.
Uraian
Kondisi Saat Ini
Kondisi Yang Diinginkan
1
Resort Pengelolaan
0 Unit
2 Unit
2
Penataan Blok dan Petak
0 Ha
1.500 Ha
3
Sumber Daya Manusia (SDM)
1 Shut, 1 SMA, 5
1 S2, 6 Shut, 2 D3
SMK
1 SMA, 20 SMK
4
Pembangunan Hutan karet
0 Ha
1.000 Ha
5
Kesjasama MoU Investasi
0 Buah
4 Buah
0 Kali
12 Kali/Tahun
Partisipasi Masyarakat dalam 6
Pembangunan, Pemanfaatan dan Perlindungan Hutan
7
Penangkaran Rusa
0 Ha
4 Ha
8
Pemanfaatan HHK
0 m3
257.539,98 m3
0 Ha
300 Ha
9
Pengembangan dan pemanfaatan HHBK
10
Kerusakan Kawasan
18.116 Ha
17.416 Ha
11
Lahan Kritis
18.116 Ha
17.416 Ha
0 Buah
2 Buah
0 Ha
700 Ha
12
13
Pemanfaatan Potensi Air, Wisata dan Jasa Lingkungan Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan
58
52
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB V RENCANA KEGIATAN A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya B. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu. C. Pemberdayaan masyarakat. D. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan. E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin. F. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pelaksanaan rehabilitaasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatn dan penggunaan kawasan hutannya. G. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam H. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin I. Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan stakeholder terkait J. Penyediaan Kelembagaan dan SDM K. Penyedian pendanaan. L. Pengembangan database M. Rasionalisasi wilayah kelola. N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) O. Pengembangan investasi
59
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB V RENCANA KEGIATAN Program dan rencana kegiatan yang dijabarkan dari visi, misi dan capaincapaian utama yang diharapkan dalam pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal untuk 10 (sepuluh) tahun ke depan adalah sebagai berikut :
A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 1 yakni membangun kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal. Untuk pencapaian tujuan tertatanya blok dan petak di wilayah KPHP Model Mandailing Natal, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Inventartisasi biofisik SDH (potensi-potensi kayu, non kayu, satwa, jasa lingkungan, dan air)
b.
Inventarisasi sosial budaya
c.
Sosialisasi tata batas kawasan KPHP Mandailing Natal
d.
Pemeliharaan dan penanaman jalur batas
e.
Orientasi dan rekosntruksi batas
f.
Konsultasi publik dan sosialisasi
g.
Penataan blok dan petak
B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu Berdasarkan hasil analisis SIG yang dilakukan diperoleh luas wilayah tertentu KPHP Model Mandailing Natal adalah seluas + 23.000 hektar (peta terlampir). Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 2 yakni Membangun hutan karet, Misi 3 Kerjasama dan kemitraan serta Misi 4 Pemanfaatan HHK dan HHBK Untuk pencapaian tujuan pembangunan hutan karet dan tujuan terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Membangun hutan karet KPHP Model Mandailing Natal.
b.
Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam
c.
Pemanfaatan hasil hutan kayu
d.
Peningkatan investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam 60
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 e.
Kerjasama investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam
f.
Kerjasama investasi pengembangan tanaman berkayu.
g.
Peningkatan pelayanan dan pengelolaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam
h.
Pengembangan jaringan pengusahaan
i.
Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan kayu di hutan alam
j.
Membangun sarana dan prasarana pengembangan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam
C. Pemberdayaan Masyarakat Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kemitraan.
Untuk
pencapaian
tujuan
berpartisipasinya
kerjasama dan
masyarakat
dalam
pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Pelibatan masyarakat dalam pembangunan hutan karet KPHP.
b.
Pelibatan masyarakat dalam patroli dan operasi pengamanan hutan.
c.
Pembentukan tenaga pengaman hutan lokal.
d.
Fasilitasi masyarakat dalam pemanfaatan HHBK, dan potensi air.
e.
Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan usaha-usaha kehutanan
f.
Pendampingan, pendidikan dan pelatihan masyarakat
g.
Menyusun perencanaan dan kebutuhan desa melalui participatory rural appraisal
h.
Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan publik
i.
Fasilitasi kelembagaan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan
j.
Identifikasi pola keterkaitan hubungan masyarakat dengan hutan
k.
Identifikasi kearifan lokal yang berkaitan dengan pengelolaan hutan
D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni
kerjasama dan
kemitraan dan 4. Pemanfaatan HHK dan HHBK. Untuk pencapaian tujuan terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU dan termanfaatkannya HHK,. rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Monitoring pelaksanaan RKT ijin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan. 61
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 b.
Evaluasi pelaksanaan RKT ijin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan.
c.
Pengawasan kawasan lindung dan kewajiban pemegang ijin pada masyarakat sekitar.
d.
Pembinaan pelaksanaan kewajiban-kewajiban pemegang ijin.
e.
Pengembangan kemitraan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 5 yakni
perlindungan dan
rehabilitasi hutan. Untuk pencapaian tujuan Terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Perencanaan RHL
b.
Rehabilitasi hutan rusak dan lahan krisis
c.
Rehabilitasi daerah rawan bencana
d.
Rehabilitasi untuk perlindungan mata air
e.
Pemeliharaan tanaman
f.
Pengayaan tanaman
g.
Melakukan pengkayaan penanaman pohon hingga 75% dari areal jalur hijau bagi 50% dari jumlah mata air yang ada di KPHP Madina
h.
Sosialisasi dan pembekalan kepada masyarakat tentang sistem tanam konservasi berbasis pengelolaan vegetasi (cover crop, barisan tanam sejajar kontur, pemulsaan)
i.
Intensifikasi Penerapan teknik konservasi tanah dan air dengan pendekatan vegetatif.
j.
Penerapan teknik konservasi tanah dan air secara sipil teknis.
k.
Sosialisasi teknologi/ sistem agroforestry yang memberikan hasil maksimum, namun sekaligus berfungsi perlindungan (proteksi) terhadap degradasi lahan dan lingkungan.
l.
Seleksi tanaman/pohon lokal adaptif mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memberikan fungsi ekologi yang baik
62
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 F. Pembinaan dan Pemantauan (controlling) Pelaksanaan Rehabilitaasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutannya Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni
perlindungan dan
rehabilitasi hutan. Untuk pencapaian tujuan terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha maka rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Monitoring pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi.
b.
Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
c.
Pembinaan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi.
G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 5 yakni
perlindungan dan
rehabilitasi hutan. Untuk pencapaian tujuan terlaksananya perlindungan hutan dan rehabilitasi hutan seluas + 700 Ha. rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikuit : a. Koordinasi perlindungan dan pengamanan kawasan (Operasi illegal logging, Operasi perambahan kawasan, Operasi perladangan liar, Patroli rutin, Operasi gabungan dan mandiri, Gelar perkara, Penyelesaian kasus, Penanganan barang bukti b. Pengendalian kebakaran hutan (Pembuatan peta daerah rawan kebakaran hutan; Pembentukan regu pemadam kebakaran; Membangun sistem peringatan dini; Penyuluhan; Pembuat film, brosur, leaflet, poster; Kegiatan masyarakat Peduli Api; Penyiapan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan; Deliniasi areal/blok perlindungan) c. Perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi d. Upaya konservasi HCVF
H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kemitraan.
Untuk
pencapaian
tujuan
berpartisipasinya
kerjasama dan
masyarakat
dalam
pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan dan tujuan Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : 63
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 a. Membentuk forum komunikasi antar pemegang ijin b. Pemeliharaan bersama batas persekutuan antar pemegang ijin c. Koordinasi pelaksanaan CSR pemegang ijin d. Koordinasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat e. Koordinasi pengembangan investasi I.
Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi dan Stakeholder Terkait
Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni kerjasama dan kemitraan. Untuk pencapaian tujuan berpartisipasinya masyarakat dalam pembangunan hutan karet, pemanfaatan dan perlindungan hutan dan tujuan Terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU maka rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a. Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti masyarakat, pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan, merupakan langkah yang baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi antar pihak. Kelembagaan kolaboratif berdasarkan kesetaraan masing-masing pihak dalam mengakomodir kepentingan dan keinginan bersama yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan. b.
Membangun kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan antar pihak
Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi manusia pada wilayah tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap kawasan dan sisi yang lain bermanfaat langsung kepada masyarakat. Pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjembatani kepentingan semua pihak seperti investor ataupun pihak swasta dengan masyarakat sehingga meredam konflik sumber daya alam yang ada di masyarakat. c.
Membangun dan memperkuat media komunikasi pertemuan reguler para pihak
d.
Sosialisasi peraturan perundangan berkitan dengan pengelolaan hutan
e.
Sosialisasi kawasan KPHP Model Mandailing Natal
f.
Fokus group diskusi 64
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 J. Penyediaan Kelembagaan dan SDM Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 1 yakni membangun kelembagaan, penataan kawasan dan SDM KPHP. Model Mandailing Natal. Untuk pencapaian tujuan tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Pembangunan kantor resort lapangan berdasarkan fungsi kawasan hutan, pondok kerja, pondok jaga dan pos jaga.
b.
Pembangunan rumah jabatan dan mess lapangan.
c.
Pengadaan kendaraan roda 4 dan 2.
d.
Penyusunan SOP dan Petunjuk Kerja/Teknis
e.
Peningkatan peralatan kantor.
f.
Peningkatan perlengkapan kerja personil
g.
Pengadaan peralatan komunikasi lapangan
h.
Pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana Sedangkan pencapaian tujuan Tersedianya SDM terampil dan berkompetensi
untuk pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal.dilakukan dengan rencana kegiatan : a.
Peningkatan jenjang pendidikan
b.
Pemetaan kompetensi
c.
Pendidikan dan Pelatihan SDM Pengelola KPH
d.
Usulan formasi Penambahan SDM dan Rekruitmen petugas lapangan
e.
Pertukaran kunjungan staf pengelola
f.
Studi perbandingan
g.
Magang pegawai
K. Penyediaan Pendanaan Pendanaan pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dipenuhi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan sumber – sumber lain yang tidak mengikat. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Membangun mekanisme penggalangan dana. Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan penggalangan
bersama melalui mekanisme yang baik dan menguntungkan antar pihak. 65
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Secara sederhana mekanisme ini dapat berupa aturan-aturan yang sangat memungkinkan dilaksanakan dan tidak menyimpang dari regulasi yang sudah disepakati bersama. Selain itu mekanisme ini juga dibangun diatas kebijakan yang berlaku b.
Penyusunan proposal dukungan pendanaan Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan KPHP
Model Mandailing Natal saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan (gap) yang ada. Gap yang terjadi ini diupayakan sebagai langkah penyusunan proposal untuk memperoleh dukungan pendanaan pihak lain. Di beberapa pemberi dana biasanya melihat dana pendamping yang dikeluarkan oleh pihak lain dalam implementasi program. Kekurangan yang ada baru disusun melalui proposal yang diinginkan. Penyusunan proposal dan mencari dukungan pendanaan dapat dilakukan dan bersama pihak-pihak lain seperti konsultan ataupun NGO/LSM, BUMN, Swasta. c.
Membangun perencanaan program bersama Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah strategis
dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama. Penyusunan perencanan ini lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di luar KPHP Model Mandailing Natal, pihak lain tersebut berupa program-program di pemerintah daerah (Pemda) melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat desa maupun di kabupaten, ataupun penyusunan program bersama NGO maupun pihak swasta yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue ataupun obyek tertentu. Penyusunan program ini akan berjalan dengan sharing pendanaan atau sumber daya masing-masing pihak
L. Pengembangan Database Data base yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal. Selain itu data base juga bermanfaat bagi pihak luar yang membutuhkan informasi tentang KPHP Model Mandailing Natal seperti misalnya para peneliti dari universitas atau lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah dan individu. Oleh karena itu dalam organisasi KPHP Model Mandailing Natal, sebaiknya dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke dalam informasi yang siap digunakan. 66
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari luar. Tentu saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan untuk pihak luar. Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan pihak luar harus diikat oleh standar operasional prosedur. Data yang dikumpulkan dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa data digital (dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya). Unit yang secara khusus mengelola data base ini merupakan division support system atau pendukung sistem organisasi KPHP Model Mandailing Natal yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dari tingkat KPH hingga hingga unit terkecil. Beberapa kegiatan pendukung dalam membangun program ini antara lain: a. Pelatihan staf data base. b. Penyiapan perangkat data base c. Penyusunan dan pengelolaan sistem data base d.
Membangun manajemen sistem pusat informasi
M. Rasionalisasi Wilayah Kelola Pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dimasa yang akan datang menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya populasi penduduk sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi ekosistem hutan di KPHP Model Mandailing Natal. Hal ini menuntut pihak pengelola KPH untuk melakukan kalkulasi yang scientific based yang dapat dipertanggungjawabkan. Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2 aspek yaitu: 1) aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna hutan, eksplorasi potensi dan lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi rasionalisasi kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai dengan tingkat petak (organisasi, kewenangan dan personil) Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian kembali terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke pemanfaatan kayu hutan tanaman. Perubahan wilayah kelola juga akan mempengaruhi operasional personil dilapangan
67
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi terhadap rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan. Maksud
dilakukannya
review
terhadap
rencana
pengelolaan
adalah
untuk
mewujudkan tatanan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi terhadap seluruh kegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan petak), dan membentuk lembaga pengelola yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengurusan
hutan
mencakup
penyelenggaraan
kehutanan,
pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan pengawasan. Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini adalah : a.
Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan dalam proses perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di KPHP Model Mandailing Natal.
b.
Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHP Model Mandailing Natal dan kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan lainnya yang dikembangkan.
c.
Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru sesuai dengan potensi di KPHP Model Mandailing Natal.
d.
Menganalisis kinerja organisasi KPHP Model Mandailing Natal di tingkat tapak (Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHP Model Mandailing Natal
O. Pengembangan Investasi Program ini merupakan pelaksanaan dari misi 3 yakni
kerjasama dan
kemitraan dan misi 4 Pemanfaatan HHK dan HHBK. Untuk pencapaian tujuan terwujudnya kerjasama investasi KPHP Model Mandailing Natal dalam bentuk MoU dan tujuan berproduksinya penangkaran rusa seluas 4 (empat) Ha serta tujuan termanfaatkannya HHBK sarang walet, rotan, lebah madu, gaharu, getah/resin, palem hutan, bambu, anggrek, damar, kayu manis, durian, dan aren, dll seluas + 300 Ha, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a.
Pembangunan hutan karet
b.
Pembangunan Penangkaran Rusa.
c.
Pengembangan budidaya rotan, palem hutan, bambu, dan aren.
d.
Pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). 68
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 e.
Pengembangan pariwisata alam.
f.
Pemanfaatan tanaman hias, anggrek, kantong semar dan obat.
g.
Pengembangan budidaya lebah madu.
h.
Pengembangan budidaya gaharu, damar, durian, dan kayu manis.
i.
Pemanfaatan sarang burung walet.
j.
Pemanfaatan sumber-sumber mata air
k.
Usaha air minum kemasan.
l.
Pengusahaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu
69
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN A. Pembinaan B. Pengawasan C. Pengendalian
70
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023
BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN A. Pembinaan Pembinaan dilakukan terhadap sumberdaya manusia pelaksana pengelolaan dan masyarakat di sekitar kawasan KPH. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengelola KPHP Model Mandailing Natal dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kawasan, baik berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non formal berupa pendidikan dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya pengelolaan. 2. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat kerjasama diantara pihak pengelola, pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, mitra dan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolan KPHP Model Mandailing Natal. 3. Pengembangan sistem informasi baru dan bermanfaat bagi semua pihak. 4. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPHP Model Mandailing Natal, mengingat masyarakat di sekitar kawasan KPH merupakan bagian dari pengelolaan.
Pembinaan internal KPHP Model Mandailing Natal : a. Kepala KPHP bertanggungjawab membina berhasilnya pengelolaan KPHP mulai dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP, pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan. b. Pembinaan dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP, petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.
71
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 B. Pengawasan Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dilakukan oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan. Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHP Model Mandailing Natal serta perubahan pada sosial ekonomi masyarakat. Disamping sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang tidak tepat.
Pengawasan internal KPHP Model Mandailing Natal : a. Kepala KPHP bertanggungjawab mengawasi berhasilnya pengelolaan KPHP mulai dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP, pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan. b. Pengawasan dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP, petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.
C. Pengendalian Untuk menjadikan pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat manajemen Balai KPHP Model Mandailing Natal, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen Balai KPHP Model Mandailing Natal sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi Unit Pelaksana Teknis Balai KPHP Model Mandailing Natal. 72
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Nata 2014-2023 Pengendalian internal KPHP Model Mandailing Natal : a. Kepala KPHP bertanggungjawab mengendalikan berhasilnya pengelolaan KPHP mulai dari tingkat operasional kantor KPHP, operasional kantor Resort KPHP, pelaksanaan program dan kegiatan sampai pada pencapaian visi pengelolaan. b. Pengendalian dilakukan terhadap petugas di kantor KPHP, kantor Resort KPHP, petugas di lapangan, masyarakat sekitar, kelompok tani hutan, usaha pemanfaatan HHBK oleh masyarakat, dan pemegang ijin di wilayah KPHP.
73
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB VII PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN A. Pemantauan dan Evaluasi B. Pelaporan
74
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB VII PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dilakukan oleh unsur internal Balai KPHP Model Mandailing Natal maupun unsur eksternal baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap jalannya pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh Balai KPHP Model Mandailing Natal bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai mitra. Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan.
Jangka waktu
pemantauan dapat dilakukan secara berkala. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup : 1. Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHP Model Mandailing Natal. 2. Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain. 3. Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat. Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHP Model Mandailing Natal dapat diukur dari : 1. Tingkat perambahan terhadap kawasan KPHP Model Mandailing Natal semakin menurun. 2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHP Model Mandailing Natal dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilainilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan. 3. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat. 4. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHP Model Mandailing Natal yang dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, KPHP Model Mandailing Natal sebagai Unit Pelaksana Teknis pengelolaan dan pihak mitra pendukung. 75
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 5. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan 6. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPHP Model Mandailing Natal.
C. Pelaporan Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Laporan rutin secara berkala yakni laporan bulanan, triwulan dan tahunan, sedangkan untuk hal-hal yang sangat urgen dan mendesak dapat dilaporkan setiap saat. Laporan disampaikan secara berjenjang mulai dari Kepala Resort KPHP, Kepala KPHP Model Mandailing Natal. dan Kepala KPHP membuat laporannya kepada: a. Bupati Mandailing Natal b. Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan c.
Sekretaris Daerah Kabupaten Mandailing Natal
d. Pusat
Pengendalian
Pembangunan
Kehutanan
Regional
I
Kementerian
Kehutanan e. Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara f.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Mandailing Natal
g. BAPPEDA Kab. Mandailing Natal h. Inspektorat Daerah Kab. Mandailing Natal i.
BPKH Wilayah I
j.
BBKSDA Sumatera Utara (Selaku Korwil. UPT Kementerian Kehutanan).
76
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB VIII PENUTUP
77
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
BAB VIII PENUTUP Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model Mandailing Natal ini merupakan pedoman dan arahan pelaksanaan pengelolaan hutan masigh perlu dijabarkan ke dalam rencana-rencana yang lebih rinci dan cakupan masa perencanaannya pendek. Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat, diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor pencapaian pelaksanaanya. Perlu disadari bahwa masa perencanaan ini cukup panjang sedangkan kebijakan pemerintah akan terus berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar tetap sinkron dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Perencanaan
dan
implementasi
pelaksanaan
kegiatan
KPHP
Model
Mandailing Natal berbasis spasial mengacu pada : (1) Peta Delineasi Wilayah Tertentu KPHP Model Mandailing Natal
dan (2) Peta Tata Hutan KPHP Model
Mamdailing Natal. Selain itu, sebagai pelengkap dan dalam dokumen ini dilengkapi dengan data dan informasi spasial berupa peta-peta lainnya, yaitu : (1) peta wilayah KPHP Model Mandailing Natal, (2) peta penutupan lahan, (3) peta DAS,(4) peta sebaran potensi wilayah KPHP Model Mandailing Natal dan aksesibilitas, (5) peta penataan hutan dalam bentuk zonasi, blok dan petak, (6) peta penggunaan lahan, (7) peta keberadaan ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, (8) peta tanah, iklim dan geologi.
78
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
DAFTAR PUSTAKA BPKH. 2010. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Potensi Wilayah Pengelolaan Unit KPHP Model Mndailing Natal (Unit XXIX KPHP Model Mandailing Natal) di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Palnologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan. BPKH. 2012. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah Pengelolaan KPH Model Madina Kabupaten Madina (Unit KPHP Model Mandailing Natal) tahun 2012. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Palnologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan. BPKH. 2012. Laporan Hasil Inventarisasi Sosial Budaya Dalam Rangka Fasilitasi Tata Hutan di Unit KPHP Model Mandailing Natal. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Palnologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan. BPKH. 2013. Laporan Penyusunan Rencana Penataan Hutan KPHP Model Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I. Medan. Balai KPHL Model Rinjani Barat. 2012. Rencana Pengelolaan Hutan (RPH) Jangka Panjang KPHL Model Rinjani Barat Periode 2012 s/d 2021. Mataram. Balai KPHL Model Rinjani Barat. 2012. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHL Pohuwato. Gorontalo. BPS. 2012. Mandailing Natal dalam Angka 2012. BPS Kabupaten Mandailing Natal.
79
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023
LAMPIRAN
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Tabel Lampiran 1. Daftar Nama Pohon yang ditemukan dalam Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi Potensi Wilayah Pengelolaan Unit KPHP Model Mandailing Natal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Nama Lokal
Nama Latin
Akarodon/Antarodan Andarasi Andulpak Antarsa Balam Balik angin Balun ijuk Bangle Bania Bantunan Barangan Basung Bayur Berumbung Bintangur Binuang Bodar-bodar Bonggang Cengal Cengkawan Dammar Dara-dara Dedap Dondong air Durian Embacang Geronggang Goring-goring Goti Hapas-hapas Hatapang Haundolok Hayu hara Hayu rata Horsik Hoting Ingor-ingor Jailan Jambu-jambu Jelutung K. Minyak Kapur Kase Katuko Kayu manis Kemenyan Kempas Kenanga Keruing
Artocarpus kemende mig.ver.(1) Wainmennia lelumliplanok Sapium baccatum Roxb. Canarium litore BL. Palagium aboratum engil Aglaia argentea BL. Diospyrus baloen idjoek Bakh. Tristanis (9) Shorea platyclados Bsi. Koilodepas (3) Costanopsis inermis Jack. Alstonia anguistiloba Miq. Pterospermum polyanta Hassk. Sonneratia caseolaris Engl. Calopyllum sp. Oktomeles sumatrana Dysexylum Neesla glabra Becc. Hopea sangal Kort. Dipleroe arpaelal sp. Dacryodes rostrata H.J.L Knema mandarahan Warb. Erythrina fusca Lour Dacryodesa angulata H.J.L Durio graveolens Becc. Mangifera foetida Laur. Cratoxylon arboresen BL. Glochidion abscurum Hook.f Alstoma meumatophala Bakh. Exbucklandia populnea R.W.Bown Terminalia copelandil Elm. Eugenia sp. Ficus procera Reinw. Quercus gamellifora BL. Caslanopsis javanica A.DC Parinari sumatrana Bent. Terhetiayanamea BL. Euganis sp. Dyera coslulata Hook.f Dipterocarpus apterus Fexw. Dryobalanops aromatica Gaertn. Pometia alnifofia Radlk. Shorea platyclados V.Si Subelia sp. Styrak benzoil Dryand. Koompassia malaccensis maing Cananga odorata Hk.F Dipterocarpus cemutus Dyer.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 No.
Nama Lokal
Nama Latin
50 Laban Vitex pubescens Vahl. 51 Lagan Hastixia trichotoma BL 52 Lampisi Macaranga hypholeuca Muell. 53 Lancat bodi Aglaia guisdermexl houk 54 Lempayan Eugenia sp. 55 Lesi-lesi Tarretia (9) 56 Loba-loba Engenia sp. 57 Longgang Commersonia bartramia Merr. 58 Malutua Eugenla sp. 59 Mayang Palaquium sp. 60 Medang Litsia sp. 61 Meranti Shorea sp. 62 Murak Dracontomelon mangiferum BL. 63 Ombu 64 Parak Beilschmiedia dichtyeneura Kosterm 65 Pasak bumi Eurycoma longifolla 66 Petal Parkia speciosa Hassk. 67 Pisang-pisang Kandalia candal Drues. 68 Pulai Alstonia pnematophora Back 69 Rambutan Nephelium eriopetalum Miq. 70 Rao Ficus variegata BL. 71 Raru manisan Tarrietia rubiginosa Kosterm 72 Rengas Mangifera (1) 73 Resak Vatica songa V.Sl 74 Ronge Melanorrhoea sp. 75 Ronggang Cratoxylon arborescens BL. 76 Ruam Podocarous sp. 77 Sampinur Podocarpus imbicatus BL. 78 Sapot Glochidon 79 Sarung kulit Eugenia sp. 80 Sengon Paraserianthes falcataria 81 Sijingkal Xylopia (2) 82 Simarhonongan Dipterocarpus crinitus Dyer. 83 Simartanaon Schima sp. 84 Simartolu Schima wallichii Korth 85 Simpur Dillenia excelsa Gilg. 86 Sitarak Artocarpus elasticus Rainw. 87 Songal Shorea sp. 88 Surian Parishia mangayi Hook.f 89 T. Kuda Endospermum malacuesi Muell. 90 Tampui Macaranga javanica Muell. 91 Tapis Polyathia hypoleuca Hook.f 92 Tempayang Anthocephalus cadamba Miq. 93 Terentang Caupnosperma auriculata Hook.f 94 Tinggiran Carallia brachiata Merr. 95 Torop Artocarpus elasticus Rainw. 96 Ubar Tryslaniaoboutma Sumber: Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah Pengelolaan KPH Model Madina Kabupaten Madina (Unit KPH Madina) Tahun 2012.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Tabel Lampiran 2. Daftar Jenis Pohon yang ditemukan pada Kegiatan Inventarisasi Hutan di Wilayah KPHP Model Mandailing Natal. No
Nama Nama Daerah Pedagangan I. Kelompok Jenis Meranti/ Kelompok Komersial Satu 1 Balau Damar laut, Semantok (Aceh), Selangan Batu, Anggelam, Amperok 2 Balau merah Balau laut, Batu tuyang, Damar laut merah, Putang, Lempung abang 3 Dammar Damar 4 Durian Durian burung, Lahong, layung, Apun, Begurah, Punggal, Durian hantu, Enggang 5 Giam/Resak Resak batu, Resak gunung 6 Jelutung Pulai nasi, Pantung gunung, Melabuai 7 Kenari Keranti, Ki tuwak, Binjau, Asamasam, Kedondong, Resung, Bayung, Ranggorai, Mertukul 8 Keruing Tempuran, Lagan, Merkurang, Kawang, Apitong 9 Medang Sintuk, Sintok lancing, Kitteja, Ki tuha, Ki sereh 10 Meranti kuning Damar tanduk, Damar buah, Damar hitam, Damar kelepek
11
Merati merah
12
Merawan
Bania, Seraya merah, Kontoy bayor, Campaga, Lempong, Kumbang, Majau, Meranti ketuko, Ketrahan, Ketir, Cupang
Nama Ilmiah
Shorea spp; Parashorea spp Shorea spp. Araucaria spp. Durio carinatus Mast; Durio spp.;Coelostegia spp. Cotylelobium spp. Dyera spp. Canarium spp.; Dacryodes spp.; Trioma spp.; Santria spp. Dipterocarpus spp. Cinnamomum spp. Shorea acuminatissima Sym, Shorea balanocarpoides Sym, Shorea fguetiana Heim, Shorea scollaris V.Sloot, Shorea gibbosa Brandis. Shorea palembanica Miq, Shorea lepidota BI, Shorea ovalis Bl, Shorea johorensis Foxw, Shorea leptoclados Sym, Shorea leprosula Miq, Shorea platyclados sloot.Ex foxw. Hopea spp. ; Hopea dyeri; Hopea sangal Kort. Anisoptera spp.
Ngerawan, Cengal, Amang besi, Cengal balaw, Emang, Tekam 13 Mersawa Damar kunyit, Masegar, Ketimpun, Tabok, Tahan, Cengal padi 14 Nyatoh Suntai, Nalam, Jongkong, Hangkang, Palaquium spp.; Payena Katingan, Mayang batu, Bunut, spp.; Madhuca spp. Kedang, Bakalaung, Ketiau, Jengkot, Kolan 15 Pulai Kayu gabus, Rita, Gitoh, Bintau, Alstona spp. Basung, Pule, Pulai miang 16 Rasamala Tulasan (Sumatera), Mala (Jawa), Altingia excelsa Noronha Mandung (Mnkb) 17 Resak Damar along, Resak putih Vatica spp. II. Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/ Kelompok Komersil Dua 1 Bayur Walang, wayu, Balang, Wadang Pterospermum spp. 2 Bintangur Bunoh, Nyamplung, Penaga Calophyllum spp. 3 Gopasa Teraut, laban Vitex spp. 4 Gerunggang Madang baro, Adat, Temau, Mampat, Cratoxylum ispp. Butun, Kemutul
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 No 5 6 7
Nama Pedagangan Jabon Jambu-jambu Kempas
8 9
Mahang Medang
10
Mempisang
11
Rengas
12
Sesendok
13 14 15 16 17
Simpur Tembesu Terap Terentang Terentang ayam
Nama Daerah Kelampayan, Laran, Semama Kelat, Ki tembaga, jambu Impas, Tualang ayanm, Hampas
Anthocephalus spp. Eugenia spp. Koompassia malaccensis Miiang. Markubung, Mara, Benua Macaranga spp. Manggah, Huru kacang, Kelaban, Litsea firma Hook.f; Wuru, Kunyit Dehassia spp. Mahabal, Hakai rawang, Empunyit, Mezzetti parviflora Becc; Jangkang, Banitan, Pisang-pisang Xylopia spp.; Alphonsea spp.; Kandelia candell Druce Rengas tembaga, Rangas Gluta aptera (King) Ding Hou Kayu bulan, Sendok-sendok, kayu raja, Endospermum spp. Garung, Kayu labu Sempur, Segel, Janti, Dongi Dilenia spp. Tomasu, Kulaki, Malbira, Kitandu Fragraea spp. Tara, Cempedak, Kulur, Teureup Artocarpus spp. Tumbus, Pauh lebi Campnosperma spp. Pauhan, Antumbus, Talantang Buchanania spp.
III. Kelompok Jenis Kayu Indah/ Kelompok Indah Dua Membacang Limus plit, Ambacang, Wani, Mampelam, Asam, Mangga 2 Pasang Mempeniang, Baturua, Kasunu, Triti 3 Raja bunga Segawe, Klenderi, Saga 4 Rengas Ingas, Suloh, Rangas, Rengas burung 1
Nama Ilmiah
Mangifera spp. Quercus spp. Adenanthera spp. Gluta spp.; Melanorrhoea spp.
Sumber: Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah Pengelolaan KPH Model Madina Kabupaten Madina (Unit KPH Madina) Tahun 2012.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Tabel Lampiran 3. Daftar Jenis Tumbuhan Di Hutan KPHP Model Mandailing Natal NO.
NAMA SUKU
1. 2. 3.
Actinidiaceae Alangiaceae Anacardiace
4.
Annonaceae
5. 6.
Apocynaceae Arecaceae
7. 8.
Asteraceae Bombacaceae
9.
Burseraceae
10. 11.
Celastraceae Clusiaceae
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
NAMA JENIS Saurauia pendula Bl. Alangium javanicum (Bl.) Wang. Buchanania sessilifolia Bl. Mangifera swintonioides Kosterm. Mangifera laurina Bl. Melanochyla caesia (Bl.) Ding Hou Melanochyla bracteata King Swintonia glauca Engl. Annonaceae 1 Annonaceae 2 Cyathocalyx biovulatus Boerl. Cyathocalyx sp.1 Melodorum kentii Hook. f. & Thoms. Mezzetia parviflora Becc. Polyalthia cauliflora Hook. f. & Thoms. Polyalthia lateriflora (Bl.) King Polyalthia sumatrana King Polyalthia subcordata Bl Popowia pisocarpa Endl. Polyalthia spp. Sageraea elliptica Hook. f & Thoms Sageraea lanceolata Miq. Xylopia malayana Hook. f et Th. Unidentified. Alstonia angustiloba Miq Oncosperma horridum Scheff. Pinanga sp Vernonia arborea Buch.-Ham. Durio malaccensis Planch. & Mast. Durio oxleyanus Griff. Durio zibethinus Murray Neesia altissima (Bl.) Bl. Canarium littorale Bl. Canarium patentinervium Miq. Dacryodes laxa (Benn.) H.J. Lam Dacryodes incurvata (Engl.) Lam Dacryodes rostrata (Bl.) Lam Dacryodes sp.1 Santiria apiculata Benn. Santiria laevigata Bl. Santiria tomentosa Bl. Kokoona littoralis Laws. Calophyllum sp Calophyllum rigidum Miq. Cratoxylon arborescens Bl. Garcinia gaudichaudii Planch. & Triana Garcinia havilandii Stapf.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 NO.
NAMA SUKU
12. 13. 14. 15.
Cornaceae Convolvulaceae Crypteroniaceae Dipterocarpaceae
16.
Ebenaceae
17.
Elaeocarpaceae
18.
Euphorbiaceae
NO. 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 99 100 101 102
NAMA JENIS Garcinia parvifolia Miq. Garcinia sp. 1 Mesua coriacea Stevens Mesua ferrea L. Mesua sp.1 Mastixia trichotoma Bl. Erycibe sp Crypteronia sp. Anisoptera costata Korth. * Dipterocarpus palembanicus Sloot. Hopea beccariana Burck * Hopea nigra Burck * Shorea acuminata Dyer * Shorea exelliptica Meijer Shorea gibbosa Brandis * Shorea parvifolia Dyer Shorea platyclados Sloot. ex Foxw. * Shorea sp.1 Shorea sp. 2 Shorea sp. 3 Shoreasp.4 Vatica mangachapoi Blco. * Vatica micrantha Sloot. Vatica perakensis King * Diospyros pseudo-malabarica Bakh. Diospyros frutescens Bl Diospyros sp. 1 Diospyros sp. 2 Diospyros sumatrana Miq. Elaeocarpus mastersii King Elaeocarpus parvifolius Wall. Aporusa antennifera (Airy Shaw) Airy Shaw Aporusa cf. prainiana King ex Gage Aporusa falcifera Hook.f. Aporusa grandistipula Merr Aporusa maingayi Hook.f. Aporusa symplocoides (Hook.f.) Gage Baccaurea brevipes Hook.f. Baccaurea dulcis Merr. Baccaurea javanica Muell. Arg Baccaurea minutiflora Muell. Arg., Baccaurea multiflora Burck ex J.J. Smith Blumeodendron tokbrai (Bl.) Kurz Drypetes longifolia (Bl.) Pax. ex Hoffm. Glochidion sp Macaranga gigantea (Reichb. f. & Zoll.) Muell. Arg. Macaranga hosei King ex Hook.f.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 NO.
NAMA SUKU
NO. 103 104 105 106 107 108
19.
Fabaceae
20.
Fagaceae
21. 22. 23.
Flacourtiaceae Icacinaceae Lauraceae
109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146
NAMA JENIS Macaranga hypoleuca (Reichb. f. & Zoll.) Muell. Arg. Macaranga lowii King ex Hook. f. Mallotus macrostachyus Muell. Arg Mallotus penangensis Muell. Arg. Neoscortechinia kingii (Hook.f.) Pax. ex Hoffm. Pimeleodendron griffithianum (Muell. Arg.) Hook.f. Ptychophyxis kingii Ridley Sapium baccatum Roxb. Sauropus rhamnoides Bl Trigonostemon serratus Bl Archidendon sp. 1 Archidendron bubalinum (Jack) Nielsen Dialium indum L Fabaceae (Liana) Koompassia malaccensis Maing. Ormosia sumatrana Prain. ex King Parkia speciosa Hassk. Castanopsis sp. 1 Castanopsis sp. 2 Lithocarpus bennetii (Miq.) Rehd. Lithocarpus cyclophorus (Endl.) A. Camus Lithocarpus elegans (Bl. ) Hatus. ex Soepadmo Lithocarpus hystrix (Korth.) Rehd. Lithocarpus lucidus (Roxb.) Rehd. Lithocarpus sp. 1 Lithocarpus sp. 2 Quercus argentata Korth. Quercus gemellifloraBl. Quercus subsericea A. Camus Ryparosa caesia Bl. Platea excelsa Bl. Alseodaphne peduncularis Hook.f. Actinodaphne sp Beilschmiedia dictyoneura Kosterm. Beilschmiedia madang Bl. Cinnamomum cuspidatum Miq Cryptocarya ferrea Bl. Cryptocarya sp. 1 Lindera caesia Reinw. ex Villar Litsea firma Hook. f. Litsea lanceolata (Bl.) Kosterm Litsea odorifera Valeton Litsea oppositifolia Gibbs Litsea pedunculata (Diels) Yang & Huang
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 NO.
NAMA SUKU
24.
Melastomataceae
25.
Meliaceae
26.
Moraceae
27.
Myristicaceae
28.
Myrsinaceae
29.
Myrtaceae
NO. 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
NAMA JENIS Litsea resinosa Bl. Litsea sp. 1 Litsea sp. 2 Litsea sp. 3 Litsea sp. 4 Litsea sp. 5 Memecylon oligoneurum Bl. Pternandra azurea (DC.) Burkill Pternandra cordata Baill. Pternandra rostrata (Cogn.) Nayar Pternandra sp. 1 Aglaia ganggo Miq. Aglaia odoratissima Bl. Aglaia palembanica Miq Aglaia sp. 1 Chisocheton patens Bl. Dysoxylum cauliflorum Hiern. Dysoxylym sp. Lansium domesticum Corr .Reinwardtiodendron humile (Hassk.) Mabb Sandoricum koetjape Merr. Artocarpus kemando Miq. Artocarpus nitida Trec. Ficus drupacea Thunb. Ficus uncinulata Corner Ficus sp Horsfieldia polyspherula (Hook.f.) Sinclair Knema cinerea (Poir.) Warb. Knema latericia Elmer Knema laurina (Bl.) Warb Myrtistica iners Bl. Ardisia nagelii Mez Ardisia sanguinolenta Bl Embelia sp. 1 Rhodamnia cinerea Jack, Syzygium acuminatum Miq. Syzygium antisepticum (Bl.) Merr. & Perry. Syzygium chloranthum (Duthie) Merr. & Perry Syzygium confertum (Korth.) Merr. Perry. Syzygium cymosum DC. Syzygium fastigiatum (Bl. ) Merr. & Perry Syzygium flosculifera (M.R. Hend.) Sreekumar Syzygium griffithii (Duthie) Merr. & Perry Syzygium racemosum DC.
Syzygium spicatum DC Syzygium sp. 1 Syzygium sp. 2
P.V.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 NO.
30. 31. 32. 33.
NAMA SUKU
Olacaceae Oleaceae Podocarpaceae Polygalaceae
34. 35.
Proteaceae Rosaceae
36.
Rubiaceae
37. 38.
Rutaceae Santalaceae
39.
Sapindaceae
40.
Sapotaceae
41.
Sterculiaceae
42. 43. 44.
Stryracaceae Symplocaceae Theaceae
45.
Thymelaeaceae
46. 47. 48.
Tiliaceae Verbenaceae Unidentified family
NO. 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240
NAMA JENIS Syzygium sp. 3 Syzygium sp. 4 Syzygium sp. 5
Strombosia ceylanica Gardn. Chionanthus nitens K. et V. Podocarpus neriifolius D.Don Xanthophyllum affine Korth. ex Miq Xanthophyllum rufum A.W. Benn.
Helicia serrata Bl. Atuna racemosa Rafin. Prunus arborea(Bl.) Kalkman Prunus grisea ( Bl. ex C. Muell.) Kalkman Aidia racemosa (Cav.) Tirveng. Canthium glabrum Bl. Ixora pseudojavanica Bremek. Lasianthus stipularis Bl Saprosma arboreum Bl Urophyllum glabrum Jack ex Wall Tricalysia singularis K. Schum Unidentified Euodia glabra Bl Scleropyrum wallichianum (Wight & Arn.) Arn. Nephelium chryseum Bl. Nephelium cuspidatum Bl. Nephelium lappaceum L. Xerospermum laevigatum Radlk. Palaquium gutta Burck Palaquium hexandrum Engl. Palaquium quercifolium Burck Palaquium rostratum Burck. Payena leerii Kurz Planchonella nitida Dubard Pouteria malaccensis (Clarke) Baehni Heritiera sumatrana (Miq.) Kosterm. Sterculia urceolata Sm. Stryrax paralleloneurus Perk. Symplocos sp. 1 Adinandra dasyantha Choisy Gordonia singaporioana Wall. Pyrrenaria serrata Bl. Ternstroemia sp Thea sp. 1 Aquilaria malaccensis Lam. Gonystylus forbesii Gilg. Microcos crassifolia Burret. Vitex quinata (Lour.) F.N. Will. Unidentified species
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 Keterangan :
*:
kritis atau mendekati terancam punah secara global, berdasarkan IUCN Red List tahun 2004 Sumber Data : Conservation International Indonesia dan LIPI.
Lampiran 4. Daftar Jenis Mamalia dan Status Keterancamannya `
Ordo
Famili
Nama Ilmiah
Nama Indonesia
IUCN
CITIE S
Status Perlindungan
EN
App I
Dilindungi
1
Artiodactyla
Bovidae
Naemorhedus sumatraensis
Kambing hutan
2
Artiodactyla
Cervidae
Cervus unicolor
Rusa sambar
Dilindungi
3
Artiodactyla
Cervidae
Muntiacus muntjak
Kijang muncak
Dilindungi
4
Artiodactyla
Suidae
Sus scrofa
Babi
5
Artiodactyla
Tragulidae
Tragulus javanicus
Pelanduk kancil
Dilindungi
6
Artiodactyla
Tragulidae
Tragulus napu
Pelanduk napu
Dilindungi
7
Carnivora
Canidae
Cuon alpinus
Anjing hutan/Ajak
VU
App II
Dilindungi
8
Carnivora
Felidae
Kucing emas
LR
App I
Dilindungi
9
Carnivora
Felidae
App I
Dilindungi
10
Carnivora
Felidae
11
Carnivora
Felidae
12
Carnivora
Felidae
13
Carnivora
Mustelidae
14
Carnivora
15 16
Catopuma temminckii Felis bengalensis Felis marmorata
Kucing kuwuk Kucing batu
DD
App I
Dilindungi
Macan dahan
VU
App I
Dilindungi
Harimau Sumatera
CR
App I
Dilindungi
Aonyx cinerea
Sero ambrang
LR
App II
Mustelidae
Lutra perspicillata
Carnivora
Mustelidae
Martes flavigula
EN
Carnivora
Mustelidae
Mustela nudipes
Berang-berang wregul Musang leherkuning Musang kepalaputih
Neofelis nebulosa Panthera tigris sumatrae
Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal 2014-2023 `
Ordo
Famili
Nama Ilmiah Helarctos malayanus Arctictis binturong Arctogalidia trivirgata trivirgata
Nama Indonesia
17
Carnivora
Ursidae
18
Carnivora
Viverridae
19
Carnivora
Viverridae
20
Carnivora
Viverridae
21
Chiroptera
Pteropodidae
22
Dermoptera
Cynocephali dae
Pteropus vampyrus Cynocephalus variegatus
23
Perissodactyl a
Tapiridae
Tapirus indicus
24
Pholidota
Manidae
Manis javanica
25
Primata
26
Primata
27
Primata
28
Primata
Cercopitheci dae Cercopitheci dae Cercopitheci dae Cercopitheci dae
Macaca fascicularis Macaca nemestrina Presbytis cristata Presbytis melalophos
29
Primata
Hylobatidae
Hylobates agilis
30
Primata
Hylobatidae
Hylobates lar
31
Primata
Hylobatidae
32
Primata
Lorisidae
33
Rodentia
Hystricidae
34
Rodentia
Muridae
35
Rodentia
Muridae
Maxomys rajah
Tikus-duri coklat
36
Rodentia
Muridae
Maxomys whiteheadi
37
Rodentia
Muridae
Niviventer rapit
38
Rodentia
Muridae
Tikus-duri ekorpendek Tikus-pohon ekor-panjang Tikus-besar lembah
39
Rodentia
Sciuridae
40
Rodentia
Sciuridae
41
Rodentia
Sciuridae
Lariscus insignis
Bajing-tanah bergaris-tiga
42
Rodentia
Sciuridae
Ratufa affinis
Jelarang bilalang
Paguma larvata
Symphalangus syndactylus Nycticebus coucang Hystrix brachyura Leopoldamys sabanus
Sundamys muelleri Callosciurus prevostii Dremomys everetti
Beruang madu
IUCN
CITIE S
Status Perlindungan
DD
App I
Dilindungi
Binturong
Dilindungi
Musang akar Musang galing Kalong besar
App II
Kubung Tapir Trenggiling peusing Monyet ekorpanjang Monyet beruk
Dilindungi VU
App I
Dilindungi
LR
App II
Dilindungi
LR
App II
VU
App II
Lutung kelabu Lutung simpai Ungko tanganhitam Ungko tanganputih Siamang
App II LR
App I
Dilindungi
LR
App I
Dilindungi
LR
App I
Dilindungi
App II
Dilindungi
Kukang bukang+D56 Landak raya
VU
Dilindungi
Tikus-raksasa ekor-panjang
Bajing tiga-warna Bajing gunung Dilindungi App II
Keterangan: IUCN : CR = Kritis; DD = Kekurangan Data; EN = Genting; LR = Resiko rendah; VU = Rentan; Info : Infomasi Masyarakat; Literatur : Rijksen (1999); Survey terkini : Survey lapangan yang dilakukan CI , Balitbang Kehutanan & Konservasi, LIPI, Pemkab Madina pada tahun 2004