Oleh :
Djimlan KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL UNIT V KABUPATEN BOALEMO
A. Latar Belakang 1. KPHP Model Unit V Boalemo ditetapkan berdasarkan Kepmenhut Nomor SK.402/MenhutII/2011, tanggal 21 Juli 2011 dengan luas ± 96.926 Ha. 2. Hasil analisis spatial yang disinkronkan dengan Revisi RTRW Kab. Boalemo, luas KPHP Model Boalemo adalah 87.235,79 ha, secara geografis terletak antara 000 27’ 40,8” - 000 54’ 32,5” LU dan 1220 04’ 36,2” - 1220 38’ 55,6” BT 3.RPHJP telah disusun, dan disahkan melalui Keputusan Menhut RI Nomor : SK.108/MenhutII/Reg.4-2/2014 tanggal 17 Januari 2014
B. VISI DAN MISI KPHP MODEL BOALEMO :
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KPHP MODEL UNIT V BOALEMO (Tipe A) KEPALA KPHP Ka.SUB.TU Kelompok Jabatan Fungsional
Kasi Pengendalian, Pemantauan dan Pengelolaan
Kasi Perencanaan Dan Pengamanan Hutan Resort KPHP
A. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang, dirinci sbb: 1. Areal wilayah tertentu seluas ± 35.953 Ha, yaitu : 2. Areal yang sudah ada izin (HTR) seluas ± 583 Ha, yaitu :
3. Areal lainnya seluas ± 60.390 H B. Rincian Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu : 1. Rencana Pemanfaatan Jasling dan WA ± 781 Ha 2. Rencana Pemanfaatan HHK-HA seluas ± 8.516 Ha 3. Rencana Pemanfaatan HHK-HT seluas ± 6.049 Ha (HP) 4. Rencana Pemanfaatan HHBK-HT seluas ± 2.049 Ha 5. Rencana Pemanfaatan HHBK-HA seluas ± 18.558 Ha
C. Rincian Pemanfaatan Hutan di Luar Wilayah Tertentu : 1. Rencana Pemberdayaan masyarakat seluas ± 7.697 Ha 1.1 Rencana Pengembangan HD, ± 1.107 Ha (HPT) 1.2 Rencana Pengembangan HTR, ± 1.451 Ha (HP/HPT) 1.3 Rencana Pengembangan tanaman HHBK Pola Kemitraan seluas ± 5.139 Ha (HP/HPT)
2. Rencana Rehabilitasi Hutan seluas ± 12.899 Ha : 2.1 Rehabilitasi di luar wilayah tertentu ± 3.151 Ha (HP/HPT/HL) 2.2 Rehabilitasi pada areal wilayah tertentu ± 9.748 Ha
3. Rencana Pengembangan investasi di luar wilayah TTn : 3.1 Rencana Pemanfaatan Jasling dan Wisata Terbatas ± 6.103 Ha 3.2 Rencana Pemanfaatan HHK-HA ± 6.270 Ha 3.3 Rencana Pemanfaatan HHBK - HA/HT ± 38.325 Ha
HHK-HA = 8.516 ha HHBK – HA/HT = 2.049 ha JASLING AIR BERSIH = 258 ha Jasling Sumber air = 140 ha
WA = 383 ha
HHK-HT = 6.049 ha
Jenis Komoditi
Murbei/Ulat Sutera
Luas (Ha)/
Pola
Kelompok
Usaha Mandiri/kerjasama dgn
50
Litbang Bogor, BPA Makassar, Perum Perhutani HHBK Sopeng
Pengolahan Nira Aren
5 Kelompok
Kemitraan
Lebah Madu
5 Kelompok
Kemitraan
HTR - Jabon
5 kelompok
Kemitraan
Menjadi Bio Etanol
A. BERDASARKAN HASIL INVENTARISASI POTENSI HHBK PADA WILAYAH KPHP BOALEMO : 1. Populasi Aren (Arenga pinata, sp) tersebar di 7 kecamatan, dengan jumlah ± 15.000 phn, terbesar di Kec. Populasi terbanyak di kec. Botumoito, Mananggu, Dulupi, Tilamuta & Paguyaman
2. Pohon Aren tersebut, tumbuh secara alami yg dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dibuat gula aren atau minuman beralkohol yang dikenal dengan cap tikus atau tuak/ballo.
B. POTENSI NIRA AREN : 1. Hasil wawancara terhadap beberapa sentra Pengolah Gula Aren, bahwa dalam 1 pohon aren dapat diperoleh 20 liter nira aren atau yang dikenal dengan saguer. Intensitas pengambilan nira, pagi hari diperoleh 10 liter dan sore hari sekitar jam 16.00, 10 liter dgn asumsi pohon aren tsb tanpa dipelihara. 2. Rata-rata kadar gula saguer berkisar antara 4 – 15 persen 3. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diperoleh data bahwa apabila 15.000 pohon aren dikelola dengan baik, maka produksi nira aren dalam 1 hari diperoleh ± 300.000 liter per hari.
A. PENYEDIAAN ALAT : 1. Hasil Gelar Teknologi yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kehutanan di Bogor sekitar bulan Maret 2013, menginspirasi KPHP untuk berkunjung ke Pusat Pengolahan Hasil Hutan mengolah Litbang Bogor untuk dibuatkan alat Pengolah Nira Aren – Bioetanol, dengan harapan : a. Akan mengoptimalkan pemanfaatan nira aren dan meningkatkan pendapatan masy. pengolah gula aren yang pemasarannya hanya mengharapkan pasar mingguan. Hasil rata2 sekali produksi 20 ltr aren, membutuhkan waktu memasak selama 1 hari, didapatkan hasil 7 kg gula atau setara dengan Rp 56.000/minggu (Rp 8.000/kg).
A. PENYEDIAAN ALAT :
b. Akan mengolah Nira Aren – Bioetanol sebagai pemasok Alkohol pada Rumah Sakit yang ada di Provinsi Gorontalo dan pemasok pada toko-toko parfum di Gorontalo.
c. Kenyataan, bahwa rumah sakit hanya dapat mengambil alkohol berkadar 70 % dari produsen yang telah ditunjuk berdasarkan Mou, dengan harga Rp 22.000/liter
ALUR BAGAN PENGOLAHAN NIRA AREN – BIO ETANOL
TAHAP 1
TAHAP 2
PEMASAKAN NIRA AREAN ± 30 M
UREA + NPK + RAGI PROSES FERMENTASI ± 72 Jam
TAHAP 3 PROSES DESTILASI (PEMISAHAN ANTARA ETANOL C2H5OH & AIR H2O )
ETANOL MURNI
B. KAPASITAS ALAT DAN HASIL : Alat yang dirancang oleh Litbang, masih merupakan skala pelatihan, dengan kapasitas tong pemasakan : 25 liter. Hasil : 25 liter Nira Aren dimasak selama ± 30 menit, kemudian didinginkan hingga suhu dibawah 20 0 C + Katalisator (Urea & NPK, 1 % + Ragi 2 %) difermentasi selama 72 jam, dan didestilasi selama 4 jam, menghasilkan Etanol 2 liter. kadar alkohol 90 – 92 %
B. KAPASITAS ALAT DAN HASIL : Hasil uji coba, pengolahan Nira Aren tanpa menggunakan katalisator, tidak melalui proses fermentasi pada tabung II dan langsung didestilasi dengan mengambil nira aren dari petani yang telah disimpan selama 1 sampai 4 hari dalam jergen, menghasilkan kadar alkohol 75 – 92 persen, dengan volume hasil yang sama, 2 liter.
C. ANALISA BIAYA : 1. Estimasi Biaya Pengolahan Bioetano + Katalisator : NO
BAHAN/ALAT YANG DIGUNAKAN
JUMLAH
BIAYA (Rp)
1.
SAGUER/NIRA AREN
25 LITER
45.000
2.
RAGI
1%
30.000
3.
UREA
1%
5.000
4.
NPK
1%
1.000
5.
GAS
1 TABUNG
20.000
6.
LISTRIK
3 JAM
6.000
7.
HOK BURUH
3 JAM
15.000
TOTAL BIAYA
117.000
C. ANALISA BIAYA : 2. Estimasi Biaya Pengolahan Bioetano TANPA Katalisator : NO
BAHAN/ALAT YANG DIGUNAKAN
JUMLAH
BIAYA (Rp)
1.
SAGUER/NIRA AREN
25 LITER
45.000
2.
RAGI
1%
-
3.
UREA
1%
-
4.
NPK
1%
-
5.
GAS
1 TABUNG
20.000
6.
LISTRIK
3 JAM
6.000
7.
HOK BURUH
3 JAM
15.000
TOTAL BIAYA
86.000
C. ANALISA BIAYA : 3. Perbandingan Dengan Katalisator / Tanpa Katalisator : NO
KOMPONEN BANDING
+ KATALISATOR
- KATALISATOR
1.
BIAYA
Rp 117.000
Rp 86.000
2.
WAKTU PROSES
4 HARI
4 JAM
3.
KADAR ALKOHOL
90 – 92 PERSEN
75 – 92 PERSEN
4.
PENGHEMATAN BIAYA
-
Rp 31.000 ( 26,5 PERSEN)
5.
VOLUME HASIL DAN KUALITAS WARNA
KUNING JERNIH
JERNIH TANPA WARNA
D. ALTERNATIF PEMASARAN : 1. Kebutuhan Rumah Sakit : Harga Jual Alkohol Kebutuhan RS = Rp 22.000/liter Sehingga dari hasil produksi diperoleh : 2 liter x Rp 22.000 = Rp 44,000 (Rp 86.000-Rp 44.000) = Rp 42.000 ( Minus 48,8 persen) 2. Kebutuhan Toko Parfum : Harga jual alkohol kebutuhan campuran parfum, kadar di atas 90 persen Rp 70.00/perliter x 2 liter = Rp 140.000 ( Rp 140.000 – Rp 117.000) = Rp 23.000 atau 19, 65 % namun kebutuhan dalam skala kecil. 3. Kebutuhan energi baru terbarukan, untuk bahan bakar kompor Bioetanol : 2 Liter Etanol kadar 75 – 92 persen + Metanol 20 liter
D. ALTERNATIF PEMASARAN : 3. Kebutuhan energi baru terbarukan, untuk bahan bakar kompor Bioetanol : 1 Liter Etanol kadar alkohol 75 – 92 % + Metanol 10 liter NO.
ALAT/BAHAN YANG DIGUNAKAN
VOLUME
BIAYA (Rp)
1.
ETHANOL/ALKOHOL MURNI
2 LITER
Rp 86.000
2.
METHANOL
20 LITER
Rp 60.000
TOTAL BIAYA
Rp 146.000
D. ALTERNATIF PEMASARAN : 4. Analisa Keuntungan Berdasarkan Hasil Uji Coba : Dari Tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam satu kali produksi, Campuran Ethanol + Methanol ( 2 ltr Etanol + 20 liter Methanol ) menghasilkan 22 liter bahan bakar KOMBI, dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 146.000, sehingga didapatkan Harga Break Even Point (BEP) adalah sebesar Rp 6.700 / Liter. 5. Apabila dilepas dipasaran seharga Rp 8.000/liter, maka dalam satu kali proses produksi dengan kapasitas bahan baku 25 liter nira aren, mendapat keuntungan = Rp 1.300 x 22 liter = Rp 28.600
E. PERBANDINGAN GAS ELPIGI DAN BBM ETHANOL : 1. Hasil uji coba perbandingan antara penggunaan kompor Gas Elpigi 3 kg dan Kompor Bio Ethanol 1 Liter, yang dinyalakan selama 6 jam : - Harga Gas Elpigi tabung 3 kg = Rp 20.000 - Harga BBM Ethanol 1 liter = Rp 8.000 Selisih Cost = Rp 12.000 Efisensi Biaya sebesar : 60 Persen 2. Dari Faktor Keamanan : - Proses kerja Gas Elpigi, berdasarkan tekanan (P) - Proses kerja Kombi, berdasarkan Gaya Grafitasi Dan akan habis dengan sendirinya/menguap bila ditinggal
D. Demonstrasi Kompor Bioethanol :
Dokumentasi saat Menko Maritim dan SDA Bapak Rizal Ramli saat menyaksikan Demonstrasi Pemanfaatan SDA Nira Aren menjadi Bioethanol merupakan salah satu alternatif bahan bakar KOMBI
DOKUMENTASI PEMANFAATAN BIOETHANOL UNTUK BBM KOMBI
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Apabila Potensi 15.000 phn Aren dioptimalkan, maka dalam 1 (satu) hari di Kabupaten Boalemo menghasilkan 300.000 liter Nira aren, yang apabila diolah menjadi Bioethanol menghasilkan : 24.000 liter Ethanol (300.000 ltr /25 liter Nira x 2 liter alkohol dari Ethanol). 2. 24.000 liter Ethanol, membutuhkan campuran methanol sebanyak 24.000 liter x 10 liter methanol = 240.000 liter bahan bakar kompor Bioethanol 3. Bila dipasarkan, Rp 8.000/ltr maka Keuntungan per- hari = Rp 1.300 x 240.000 = Rp 312.000.000 4. Perlu Rekayasa Kompor Bioethanol agar lebih menarik 5. PERLU DILAKUKAN PENELITIAN LEBIH LANJUT.
TERIMA KASIH
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.