RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP)
MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-P3BI) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG
Oleh : Ir. Ruswendi, MP
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014
1
RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP)
MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-P3BI) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG
Oleh : Ir. Ruswendi,MP
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2014
RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN
NOMOR : 26/1801.019/013b/RODHP/2014 1. JUDUL RDHP
: Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Iinovasi (m-P3MI) di Bengkulu
2. SUMBER DANA
: DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014
3. PROGRAM a. Komoditas b. Jenis Kegiatan c. Status Kegiatan
: Peningkatan Ketahanan Pangan : Kopi dan Sapi Potong : Diseminasi : Baru
4. JUDUL KEGIATAN
: Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Berbasis Iinovasi (m-P3BI) Integrasi Kopi-Sapi Potong
5. LOKASI KEGIATAN PENGKAJIAN KATA KUNCI
: Kabupaten Kepahiang : Pengembangan, inovasi, kopi, sapi
6. PENELITI YANG TERLIBAT
: Peneliti 3 orang dan Teknisi 1 orang
integrasi,
7. TUJUAN 7.1. Tujuan Akhir 1. Mendapatkan model pengembangan kelembagaan agribisnis berbasis inovasi integrasi tanaman kopi-ternak sapi potong di Bengkulu 2. Mendapatkan model pengembangan pertanian perdesaan berbasis inovasi integrasi tanaman kopi-ternak sapi potong di Bengkulu 7.2. Tujuan Tahun 2014 1. Mendiseminasikan hasil inovasi teknologi integrasi kopi-sapi potong pada petani peternak di wilayah sentra kopi 2. Menyebarkan inovasi teknologi sisim integrasi tanaman kopi-sapi potong melalui pengoptimalan penggunaan limbah 3. Implementasi inovasi teknologi peningkatan produksi ternak sapi potong 4. Implementasi inovasi teknologi peningkatan prodktivitas tanaman kopi
7.3. Tujuan Tahun 2015 1. Meningkatkan jumlah petani peternak yang mengadopsi inovasi teknologi integrasi kopi-sapi potong di wilayah sentra kopi. 2. Meningkatkan produktivitas kopi dan ternak sapi potong menerapkan inovasi teknologi integrasi kopi-sapi. 3. Pengembangan model kelembagaan integrasi kopi-sapi di kawasan sentra kopi Kabupaten Kepahiang 8. LATAR BELAKANG Pendekatan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu dilakukan melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri di tingkat pedesaan, dimana sektor pertanian merupakan salah satu prioritas kebijakan dalam swasembada berkelanjutan melalui diversifikasi dan peningkatan produktivitas usahatani. Hal ini menuntut adanya pengembangan teknologi pertanian secara terpadu dan terencana, guna mendapatkan nilai tambah setiap produk/komoditi pertanian. Selain itu, sektor pertanian juga sebagai salah satu sektor penyedia lapangan kerja terbesar yaitu lebih dari 40% kesempatan kerja masyarakat berasal dari sektor pertanian (Syafa’at et al., 2003). Pemerintah menargetkan swasembada pangan secara berkelanjutan dengan terus mendorong peningkatan produksi pangan dihasilkan dari sektor tanaman pangan, perkebunan maupun ternak setiap tahun sampai tercapainya swasembada berkelanjutan. Melalui swasembada berkelanjutan, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan, dan sebaliknya diharapkan produksi pertanian dapat ditingkatkan untuk membuka kemungkinan berperan lebih besar guna pemenuhan pangan dunia (ANTARA News, 2010). Selain itu pengembangan sektor pertanian juga dapat dilihat secara lebih konperhensif antara lain : a) sebagai penyedia pangan masyarakat, b) penyedia bahan baku untuk peningkatan sektor industri dan jasa, c) menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk substitusi impor, d) pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, e) transfer tenaga kerja dari pertanian ke industri, f) penyedia modal bagi pengembangan sektor lain, g) penyediaan jasa lingkungan (Daryanto. 2010). Pembangunan pertanian pedesaan difokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi, untuk
mencapai hal tersebut harus dimulai dengan menyusun rancangan inovasi teknologi yang akan diterapkan melalui berbagai percontohan dan model diseminasi inovasi maupun kelembagaannya untuk dikembangkan lebih luas. Dimana penerapan teknologi pertanian adalah kegiatan pemanfaatan modelmodel pengembangan dan paket teknologi pertanian oleh masyarakat pengguna secara luas untuk meningkatkan pembangunan pertanian (Badan Litbang Pertanian, 2011). Disamping itu tentunya teknologi dikembangkan harus bisa diadaptasikan pada kondisi lingkungan sosial budaya, lingkungan sosial ekonomi, biofisik dan memiliki dukungan ketersediaan tenaga kerja. Pengembangan ternak pola integrasi dalam suatu sistem pertanian merupakan suatu strategi sangat penting dalam diversifiikasi usahatani ramah lingkungan dalam mewujudkan kesejahteraan rumah tangga petani dan masyarakat pedesaan, melalui peningkatan produktivitas tanaman dan ternak sekaligus memperbaiki kualitas lahan yang sakit. Pengembangannya berdasarkan prinsip low external input dan peningkatan penggunaan input dihasilkan dengan pemanfaatan potensi limbah tanaman sebagai sumber pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik, penciptaan lapangan kerja baru di pedesaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam mewujutkan usaha agribisnis berdaya saing, ramah lingkungan dan mandiri (Diwjanto dan Eko, 2004). Integrasi tamanan kopi dengan ternak sapi potong merupakan perpaduan dua komoditas kopi dan sapi dalam suatu sistem yang saling bersinergi, tanaman kopi mempunyai hasil sampingan limbah kulit kopi namun pemanfaatannya belum optimal dan sebaliknya ternak sapi menghasilkan kotoran yang merupakan sumber bahan pupuk organik. Dalam sistem integrasi ini komponen agroekosistem disusun dalam suatu bentuk kombinasi yang memiliki sifat saling melengkapi (komplementari) dan berhubungan dalam interaksi yang bersifat sinergis (positif) yang mendorong terjadinya efisiensi produksi, pencapaian produksi yang optimal, peningkatan diversifikasi usaha dan peningkatan
daya
saing
produk
perkebunan
dihasilkan,
sekaligus
mempertahankan dan melestarikan sumberdaya lahan. Dengan inovasi teknologi yang tepat, limbah tanaman kopi dapat dimanfaatkan menjadi sumber bahan pakan penguat bagi ternak sapi potong dan ternak sapi berperan sebagai pabrik kompos yang dibutuhkan untuk pupuk
organik bagi tanaman kopi sekaligus untuk perbaikan kesuburan lahan. Disamping itu sebagai upaya peningkatan populasi ternak sapi dengan biaya produksi yang layak, pendekatan pola integrasi tanaman kopi-ternak sapi potong menjadi keharusan untuk dikembangkan baik secara teknis, ekonomis maupun sosial. Dari aspek ekonomi model teknologi ini dapat menekan perkembangan penyakit ternak, serta peningkatan kepercayaan petani akan usaha dimiliki menjadi bertambah. Dampak lainnya yang memberikan prospek pengembangan pola tersebut adalah tumbuh dan terciptanya kemandirian petani/peternak dalam berusaha, serta ketergantungan terhadap sarana produksi dari luar dapat ditekan atau dapat dukurangi (Diwyanto dan Haryanto, 2002). Agar informasi teknologi sistem integrasi tanaman kopi dengan sapi potong
dapat
menambah pengetahuan dan
keterampilan petani, maka
diperlukan suatu media yang dapat mendiseminasikan inovasi teknologi serta praktek langsung di lapangan dengan melakukan komunikasi langsung antara perakit dan pengguna teknologi yaitu melalui Model Pengembangan Pertanian Perdesan Berbasis Inovasi (m-P3BI) tanaman perkebunan terintegrasi dengan ternak. Sekaligus juga merupakan media diseminasi dalam mempercepat proses transfer dan adopsi teknologi pertanian yang bertujuan untuk mempertemukan petani dengan peneliti, penyuluh, petugas pelayanan melalui penggunaan berbagai saluran diseminasi baik itu berupa percontohan, pertemuan, diskusi, media elektronik dan media cetak maupun implementasi langsung oleh pengguna. 9. DASAR PERTIMBANGAN Sektor
pertanian
telah
terbukti
memiliki
peranan
penting
bagi
pembangunan perekonomian nasional dan penciptaan kesempatan kerja. sehingga pada era globalisasi ini pendekatan pembangunan pertanian menuntut pengembangan teknologi pertanian secara bersinergi dan terpadu untuk mendapatkan
nilai
tambah,
pengembangan
dan
efisiensi
penggunaan
sumberdaya pertanian. Termasuk Bengkulu sebagai salah satu daerah sentra penghasil kopi, yang saat ini sedang melakukan program pengembangan dan peningkatan produktivitas dengan dukungan teknologi Badan Litbang Pertanian. Disisi lain penurunan daya dukung sumberdaya alam (pakan) untuk usahaternak
karena konversi lahan pertanian serta perubahan pola budidaya, menjadi salah satu penyebab penurunan populasi ternak. Diseminasi teknologi dan informasi hasil litkaji dapat memberi manfaat secara maksimal, terutama dalam memenuhi kebutuhan pengguna yang semakin dinamis. Sehingga diperlukan suatu pendekatan strategi atau model yang mampu
menjangkau
pemangku
kepentingan
secara
lebih
luas,
melalui
pemanfaatan berbagai media dan saluran komunikasi yang sesuai dengan karakteristik wilayah sasaran. Melalui kegiatan penyebaran inovasi pada satu wilayah atau kawasan diharapkan dapat mendorong proses adopsi teknologi bagi pengguna dengan pendekatan learning by doing, dengan melibatkan petani secara intensif mulai dari perencanaan dan penetapan teknologi serta evaluasi kegiatan dan proses adopsi teknologi yang komprehensif, berorientasi agribisnis dan berkelanjutan. 10. PERKIRAAN KELUARAN 10.1. Keluaran Akhir 1. Model pengembangan kelembagaan agribisnis berbasis inovasi integrasi tanaman kopi-ternak sapi potong di Bengkulu 2. Model pengembangan pertanian perdesaan berbasis inovasi integrasi tanaman kopi-ternak sapi potong di Bengkulu 10.2. Keluaran Tahun 2014 1. Penyebar luasan hasil inovasi teknologi integrasi kopi-sapi potong pada petani peternak di wilayah sentra kopi 2. Pengembangan inovasi teknologi sisim integrasi tanaman kopi-sapi potong melalui pengoptimalan penggunaan limbah 3. Penerapan inovasi teknologi peningkatan produksi ternak sapi potong 4. Penerapan inovasi teknologi peningkatan prodktivitas tanaman kopi 10.3. Keluaran Tahun 2015 1. Peningkatan jumlah petani peternak yang mengadopsi inovasi teknologi integrasi kopi-sapi potong di wilayah sentra kopi. 2. Peningkatan produktivitas kopi dan ternak sapi potong melalui penerapan inovasi teknologi integrasi kopi-sapi. 3. Pengembangan model kelembagaan integrasi kopi-sapi di kawasan sentra kopi Kabupaten Kepahiang
11. PROSEDUR PELAKSANAAN 11.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan diseminasi hasil pengkajian Model Pengembangan Pertanian Perdesan Melalui Inovasi (m-P3MI) integrasi kopi-sapi potong akan dilaksanakan di wilayah sentra pengembangan komoditas kopi Kabupaten Kepahiang, merupakan kegiatan multiyears yang akan dilakukan selama 3 Tahun (2014 - 2016). 11.2. Pendekatan Kegiatan Koordinasi dengan Dinas peternakan, Dinas Perkebunan, BP4K dan pihak terkait lainnya Melakukan pertemuan terfokus dengan pelaku terkait (FGD), untuk mendapatkan umpan balik dan menumbuhkan minat petani peternak Melakukan percontohan pengolahan dan pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai pakan tambahan sapi potong Melakukan percontohan pengolahan dan pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk organik lahan kopi Pembinaan petani peternak dan kelompoknya maupun gapoktan dilokasi kegiatan Penyebaran inovasi teknologi integrasi kopi-sapi potong melalui pelaksanaan Temu inovasi dan diseminasi hasil kegiatan maupun media cetak berupa petunjuk teknis budidaya dan pakan ternak sapi serta peremajaan, panen dan pascapanen tanaman kopi 11.3. Ruang Lingkup Kegiatan Pelaksanaan Rancangan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Berbasis Inovasi (m-P3BI) integrasi kopi-sapi potong, merupakan kegiatan lapangan dengan rancangan penyusunan model diseminasi yang terbagi dalam tahapan : Pemilihan lokasi kegiatan berdasarkan hasil pertemuan tim dan koordinasi dengan instansi terkait (Dinas peternakan, Dinas Perkebunan, BP4K dan pihak terkait lainnya) di Kabupaten Kepahiang, untuk menghimpun informasi data wilayah dan program pengembangan sentra tanaman kopiternak sapi potong yang diperlukan. Wilayah yang dipilih memiliki perspektif pengembangan ke depan, antara lain; (1) relatif mudah dijangkau dari segi aksesibilitas, (2) merupakan wilayah yang akan dijadikan kawasan binaan m-P3BI, (3) petaninya
memiliki lahan kopi dan ternak sapi, respon terhadap inovasi, bersedia untuk dijadikan unit percontohan dan dapat diandalkan sebagai pionir. Identifikasi
permasalahan
dilakukan
diwilayah
sentra
kopi,
untuk
merangkum permasalahan tanaman kopi dan ternak sapi yang dihimpun dari : (a) data potensi wilayah, monografi desa dan informasi dari stakeholder terkait, (b) informasi kelompok yang telah ditetapkan guna mengetahui teknologi eksisting (produksi, kelembagaan, pemasaran). Perencanaan kegiatan dilakukan berdasarkan analisa data terkumpul sebagai dasar informasi penting dalam pelaksanaan kegiatan, tindakan pembinaan, penerapan inovasi terkait, penataan percontohan serta model dan peluang pengembangan kopi-ternak sapi potong secara terintegrasi. Diseminasi inovasi teknologi diarahkan untuk menghasilkan produk berkualitas serta termanfaatkannya limbah kulit kopi dan kotoran sapi untuk
meningkatkan
produksi,
antara
lain
mencakup
teknologi;
pengolahan kulit kopi, pakan sapi, pengolahan kompos, pemberiaan pupuk organik pada lahan kopi dan pendampingan kelembagaan terkait. Model dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani peternak dan terbangunnya kelembagaan agribisnis integrasi kopi-sapi potong pada sentra pengembangan kopi. 11.4. Tahapan Kegiatan Seminar RODHP dan perbaikan hasil Koordinasi dan sosialisasi dengan instansi dan pihak terkait Identifikasi dan hunting lokasi untuk menentukan petani peternak kooperator dan lahan yang digunakan untuk lokasi kegiatan Identifikasi teknologi eksisting Merumuskan paket teknologi dan model pengembangan akan diterapkan Menyusun juklak untuk materi yang akan diterapkan Implementasi kegiatan di lapangan Pengamatan Pelaporan
11.5. Parameter 1. Jumlah petani peternak mengadopsi inovasi teknologi integrasi kopi-sapi. 2. Peningkatan berat badan sapi potong 3. Peningkatan produktivitas tanaman kopi 4. Tingkat pengetahuan petani peternak mengolah limbah kulit kopi dan limbah kotoran sapi 5. Tingkat aktivitas kelompok melalui pendampingan dan pemberdayaan sumberdaya inovasi integrasi kopi-sapi
11.6. Analisis Hasil Diseminasi hasil kajian yang di kembangkan untuk mengetahui penerapan dan tingkat adopsi teknologi serta produktivitas dan pembinaan kelembagaan integrasi kopi-sapi potong dan data terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan produktivitas yang dicapai dengan produktivitas sebelumnya (before and after) atau dengan produktivitas dari petani sekitarnya (with and without), sedangkan tingkat adopsi dan penyebaran inovasi integrasi kopi-sapi dihitung berdasarkan indikator kinerja m-P3MI (Badan Libang Pertanian, 2013). 12. RENCANA OPERASIONAL No
Kegiatan
1.
Persiapan: Pengumpul an informasi terkait Penyempurnaan proposal Pelaksanaan: Koordinasi dan pemantapan lokasi Sosialisasi Penentuan kooperator Pengenalan perlakuan Percontohan inovasi Pengamatan Pembinaan Penyebaran inovasi Analisis data dan hasil Seminar - Pelaporan
2.
3. 4.
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13. DAFTAR PUSTAKA ANTARA News . 2010. 26 Juli 2010. Swasembada Beras dan Jagung Ditargetkan pada 2014. http://www.antara-sulawesiselatan.com/ berita/17284/ swasembada-beras-dan-jagung-ditargetkan-pada-2014. Badan Libang Pertanian. 2011. Paduan Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Badan Libang Pertanian. 2013. Panduan Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kemeterian Pertanaian. Jakarta Daryanto Arief. 2010. Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya. Prosd. Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Diwjanto, K. dan B. Haryanto. 2002. Akselerasi Peningkatan Produksi melalui Sistem Tanaman-Ternak. Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Buku Satu. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor Diwjanto K. dan Eko Handiwirawan, 2004. Peran Litbang dalam Agribisnis Pola Integrasi Tanaman – Ternak. Makalah Seminar – Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak. Denpasar Bali Juli 2004. Safa’at, N., S. Maryanto dan P. Simatupang. 2003. Dinamika Indikator Ekonomi Makro Sektor Pertanian dan Kesejahteraan Petani. Dalam Analisis Kebijakan Pertanian (I): Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
15. LEMBAR PENGESAHAN
Penanggung Jawab RODHP,
Ir. Ruswendi, MP NIP. 19610320 198903 1 003 MENYETUJUI : Penanggung Jawab RDHP,
Ketua Kelji Sosek,
Ir. Ahmad Damiri, M.Si NIP. 19630920 199203 1001
Hamdan, SP., M.Si_ NIP. 19770621 200212 1 001
MENGETAHUI : Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
15. ANALISIS RESIKO Analisis resiko dalam diseminasi hasil inovasi sangat membantu pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran, untuk dapat mengantisipasi berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam kegiatan diseminasi, kemudian apa penyebab dan dampaknya telah disusun dalam daftar dan analisis penanganan resiko berdasarkan tahapan kegiatan, strategi, penyebab dan dampak baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 2). Tabel 2. Analisis penanganan resiko dalam pelaksanaan diseminasi hasil model pengembangan pertanian perdesaan berbasis inovasi (M-P3BI) integrasi kopi-sapi di Bengkulu Tahun 2014 No
Tahapan kegiatan
Identifikasi resiko
Penyebab
Dampak
Penanganan risiko
1.
Koordinasi dan sosialisasi
Pengembangan ternak sapi pada sentra kopii belum terdata
Informasi perkembangan sapi disentra kopi belum lengkap
Analisis kajian tidak sesuai yang diharapkan
Melengkapi berbagai data informasi sentra kopi dan ternak sapi
2.
Hunting lokasi dan permasalah an
Permasalahan lapangan tidak sesuai dengan informasi terdahulu
Rekapan informasi tidak menggambarkan permasalahan sebenarnya
Terkendala penetapan kooperator dan lokasi kegiatan
Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan kondisi wilayah
3.
Identifikasi teknologi eksisting
Sulit mendapatkan informasi dari masyarakat
Masyarakat belum paham pentingnya informasi tersedia
Terkendala penerapan paket inovasi teknologi
Melakukan pengggalian melalui secara terfokus
4.
Implemen tasi kegiatan di lapangan
Kooperator belum memahami teknologi integrasi
Belum adanya sosialisasi inovasi integrasi ternaktanaman
Tujuan kegiatan tidak tercapai
Pemahaman tentang inovasi teknologi integrasi