Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) Ir. Matheus Sariubang, MS. dkk. ABSTRAK Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (MP3MI) adalah program stretegis kementerian pertanian yang dimulai pada tahun 2011, sifatnya “Multi years“ dengan tujuan untuk memperkenalkan/ memasyarakatkan hasil inovasi pertanian kepada masyarakat pengguna dalam rangka memacu adopsi inovasi di tingkat petani. Pelaksanaan program MP3-MI pada tahun 2011 dilaksanakan di 2 (dua) kabupaten yakni Kabupaten Luwu dan Pinrang, sedangkan pada tahun 2012 dilaksanakan di Kabupaten Pinrang. Kegiatan ini mengarah pada pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi pertanian dan kelembagaan yang berfokus pada pengembangan komoditas ternak sapi sebagai core program. Tujuannya yakni 1) memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif, 2) menciptakan agribisnis berkelanjutan melalui penerapan teknologi, 3) meningkatkan peran kelembagaan baik kelembagaan di tingkat petani maupun kelembagaan pendukung di luar sistem usahatani. Keluaran yakni : 1) model kelembagaan sistem pembibitan sapi potong dan usaha agribisnis sapi berbasis Zero Waste, 2) model penyediaan sistem informasi, konsultasi dan sekolah lapang bagi para praktisi berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif, 3) model MP3-MI berbasis sapi potong di Desa Amassangang, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang. Hasil yang dicapai yakni : Terciptanya 1 (satu) produk pupuk organik cair (POC) yang telah memiliki hak paten dan produk lainnya (kompos dan pakan udang) yang meningkatkan pendapatan petani sebesar 200%. Selain itu terbentuknya 1 (satu) kelembagaan petani berupa kelembagaan agroteknologi yang merupakan lembaga petani yang melaksanakan fungsi penyuluhan dan merupakan sumber informasi teknologi bagi petani. Implementasi SDMC dilakukan dengan memberdayakan chanel diseminasi (multi chanel yang terintegrasi) yang melibatkan berbagai institusi maupun stakeholders lainnya antara lain : Generating system yakni : Kemenhum & HAM, BBP2TP, Balitnak, BPTP Sul-Sel; Delivery System yakni : BPTP Sul-Sel, SKPD, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pinrang, Perguruan tinggi (UNHAS), BPP; Receiving System yakni : petani/Kelompok Tani, Gapoktan (dalam dan luar SL-Sel), Penyuluh, Pengusaha, Swasta, BUMN, Pemda Kabupaten Pinrang.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
0
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011 merancang sebuah program pengembangan diseminasi inovatif yang terintegrasi di satu kawasan pengembangan agribisnis dengan nama “ Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (MP3MI). M-P3MI adalah program pemerintah yang pelaksanaannya bersifat “ Multi years“ dengan tujuan untuk memperkenalkan/memasyarakatkan hasil inovasi pertanian kepada masyarakat pengguna dalam rangka memacu adopsi inovasi di tingkat petani. Badan Litbang Pertanian beserta lembaga dan masyarakat pertanian lainnya telah berperan penting dalam pembangunan pertanian melalui inovasi teknologi, kelembagaan, dan kebijakan. Namun sejak pasca swasembada pangan, terjadi kecenderungan melambatnya adopsi inovasi tersebut dalam peningkatan produksi, seperti terlihat dari gejala stagnasi atau pelandaian produktivitas berbagai komoditas pertanian yang berakibat pada menurunnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani di perdesaan. Kelambatan tersebut terjadi antara lain karena diseminasi inovasi teknologi belum efektif dilaksanakan. Program M-P3MI
dirancang untuk menjadi wadah yang mampu
mensinergikan antar komponen-komponen dalam satu sistem diseminasi sehingga percepatan adopsi teknologi mulai dari lembaga pemasok, lembaga penyampai sampai ke pengguna dapat berjalan baik. Kegiatan ini sifatnya partisipatif yang mengintegrasikan berbagai program strategis daerah dengan berbagai model yang dikembangkan selama ini seperti organisasi dan kelembagaan pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan
(PUAP),
model
penyuluhan
dari
Farmer
Empowerment through Agriculture Technology and Information (FEATI) dan model pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), serta Sekolah Lapang Agribisnis Sapi Potong (SL-ASP).
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1
Kabupaten
Pinrang
merupakan
salah
satu
daerah
basis
pengembangan ternak di Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu masalah yang dihadapi pada sistem pertanian di daerah ini adalah lemahnya penguasaan teknologi inovasi pertanian yang berakibat buruk pada sistem pengelolaan usahatani. Terdapat kecenderungan akan lemahnya tingkat SDM petani yang diakibatkan oleh lemahnya akses petani terhadap sumber-sumber teknologi.
Upaya peningkatan pendapatan petani di
daerah ini dihadapkan pada kendala rendahnya kemampuan mereka untuk melakukan inovasi produksi dan kemampuan mereka menangkap peluang pasar. Kondisi tersebut menempatkan mereka semakin terpuruk dalam perangkap kemiskinan.
Program M-P3MI, diharapkan dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut sehingga sistem pertanian berbasis agribisnis yang tangguh dapat dicapai. Pelaksanaan program MP3-MI di Kabupaten Pinrang mengarah pada pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi pertanian dan kelembagaan yang berfokus
pada
pengembangan
komoditas
ternak
sapi.
Pemilihan
komoditas ini ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program Gerakan Optimalisasi Sapi Potong (GOS) yang dicanangkan pemerintah daerah Propinsi Suawesi Selatan pada tahun 2009, dimana salah satu daerah yang melaksanakan program ini adalah kabupaten Pinrang. Program ini bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi dan
distribusi di kantong-
kantong produksi sapi di berbagai kabupaten di Sulawesi Selatan. Model ini diharapkan bersinerji dengan program pembangunan ekonomi lainnya yang sudah eksis di perdesaan. Antara M-P3MI dengan program pembangunan lainnya bisa saling memperkuat sehingga menjadi sumber pertumbuhan
ekonomi yang
kelak
bergerak
meluas
dan
memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan pertanian secara regional dan bahkan nasional.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Jangka Pendek 1) Memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif 2) Menciptakan agribisnis berkelanjutan melalui penerapan teknologi 3) Meningkatkan peran kelembagaan baik kelembagaan di tingkat petani maupun kelembagaan pendukung di luar sistem usahatani. 1.2.2. Tujuan Jangka Panjang 1). Memperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna dan kadar adopsi teknologi inovatif Badan Litbang Pertanian khususnya teknologi sistem pembibitan sapi potong berbasis Zero Waste dengan pemanfaatan pakan ternak berbasis sumberdaya lokal 2). Menumbuhkembangkan usaha agribisnis perdesaan sesuai potensi pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani/gapoktan. 1.2.3. Sasaran Sasaran yang dituju adalah Kelompok tani -ternak/gapoktan di kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang 1.2.4. Keluaran Hasil akhir dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan luaranluaran sebagai berikut : Model kelembagaan sistem pembibitan sapi potong dan usaha agribisnis sapi berbasis Zero Waste Model penyediaan sistem informasi, konsultasi dan sekolah lapang bagi para praktisi berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif Model MP3-MI berbasis sapi potong di Desa Amassangang, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
II. TINJAUAN PUSTAKA Usaha ternak merupakan suatu proses yang mengkombinasikan faktor – faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Santoso, 2001). Pengembangan sapi potong sebagai salah satu ternak potong yang masih
banyak
Pemeliharaan
mengalami
sapi
potong
hambatan yang
masih
karena
pemeliharaannya.
tradisional
jelas
kurang
menguntungkan karena tidak diharapkan berproduksi secara maksimal, hal ini disebabkan karena tidak adanya pengawasan yang baik tentang makanan,
pemberian
pakannya
hanya
sekedarnya,
tanpa
mempehitungkan kebutuhan standar gizi, bahkan sering dijumpai sapi potong dilepas begitu saja untuk mencari makanan sendiri, tata laksana pemeliharaannya juga tidak terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat sekedar untuk tempat berlindung dari teriknya matahari di waktu siang dan udara yang dingin di waktu malam (Santoso, 2008). Peternak sapi potong merupakan orang yang mengusahakan ternak sapi dimulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut dewasa dan siap untuk dijual pada konsumen. Usaha ternak sapi potong secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan keluarga, karena pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong dapat memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pendapatan keluarga, dimana kontribusi pendapatan keluarga adalah seberapa besar kontribusi atau sumbangan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara total
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
penerimaan dengan total biaya usaha ternak sapi tersebut (Anonimous, 2010). Sulawesi Selatan pernah merupakan daerah pensuplai sapi bakalan dan sapi bibit di Indonesia yang pada saat itu populasi ternak sapi masih tinggi. Dampak dari tingginya laju perdagangan sapi, tanpa disadari terjadilah pengurasan secara besar-besaran sehingga mengakibatkan menurunnya populasi dan kualitas ternak sapi potong. Penurunan populasi ternak sapi potong salah satu penyebabnya adalah kurang tersedianya pakan yang cukup dan berkualitas. Daur ulang yang terjadi dalam sistem usahatani integrasi tanaman padi-sapi potong, dimana budidaya tanaman menghasilkan produk samping berupa jerami yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi potong. Sedangkan dari usaha pemeliharaan sapi akan diperoleh produk samping berupa kotoran dan urine yang dapat dikomposkan menjadi pupuk organik yang bermutu tinggi. Proses produksi semacam ini dikenal dengan Konsep LEISA ( Low
External Input Sustainable Agriculture) yang dapat meminimalkan biaya produksi (REIJNTJES et al., 1999). Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60-70%; namun demikian karena ketersediaan pakan hijauan sangat terbatas maka pengembangan peternakan dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian sebagai suatu strategi dalam penyediaan pakan ternak melalui optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri pertanian. Hijauan identik dengan sumber serat. Warna tidak selalu hijau, tidak selalu berbentuk rumput yang sudah umum dikenal (rumput gajah, rumput lapangan, dll.); namun dapat berupa jerami kering (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, dll.), daun-daunan (nangka, pisang, kelapa sawit, dll), limbah industri (bagase tebu, kulit kacang, tumpi jagung, kulit kopi, dll.), (Aminudin. 1999)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5
III. METODE PELAKSANAAN Ruang lingkup kegiatan MP3MI merupakan unit percontohan penggunaan inovasi yang menyediakan opsi (pilihan) terbaik terhadap persoalan peningkatan produksi pertanian. Fokus kegiatannya berbasis agroekosistem dan atau berbasis pada komoditas unggulan di perdesaan. Wujud model yang dibangun adalah visualisasi atau peragaan dari inovasi yang akan dikembangkan. Tampilan model berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu. Tahapan pelaksanaan kegiatan MP3MI pada tahun II (2012) adalah Fase 2 yakni fase pengembangan (Lihat tabel 1 “ Road map”) dimana model yang telah teruji keunggulannya dari aspek teknis, sosial dan aspek kelembagaan, dilakukan pemasalan pengembangannya ke target area yang lebih luas. Pemasalan yang dimaksud adalah mengoperasionalkan model dalam wujud pengembangan usaha berwawasan agribisnis terpadu. 3.1. Pendekatan Pendekatan yang dimaksudkan adalah strategi yang ditempuh untuk mencapai tujuan kegiatan, yakni: Pendekatan Wilayah dan Agroekosistem, dalam hal ini adalah Pendekatan sumberdaya secara terpadu Pendekatan Agribisnis yang dimotori oleh kelembagaan petani (Gapoktan/Poktan); 3.2.
Lingkup dan Rencana Kegiatan Ruang lingkup kegiatan M-P3MI yang dilaksanakan di Desa
Amassangang Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang
terdiri dari
beberapa aspek antara lain : Aspek produksi yaitu jenis sapi potong yang sesuai dengan lokasi, status reproduksi, pengolahan pakan, tatalaksana pemeliharaan, pakan hijauan dan respon peternak.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6
Aspek
panen,
pasca
bibit/pedet/bakalan
panen
serta
dan
pemasaran
pemasaran hasil
yaitu
produksi
kualitas
pembibitan
termasuk by product seperti pupuk cair, kompos dan biogas. Aspek Kelembagaan : Model kelembagaan pembibitan sapi potong melalui pengembangan sistem informasi (SDMC) dan pengembangan fungsi kelembagaan gapoktan. 3.3. Metode Pelaksanaan Kegiatan Metode
pelaksanaan
kegiatan
M-P3MI
dilaksanakan
dengan
pentahapan sesuai mekanisme yang tertera pada penyusunan Road Map. Adapun Road Map tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1. Road Map Kegiatan Mp3-Mi Di Kabupaten Pinrang Tahun 20112015 Tahun Tujuan
2011
2012
2013
2014
2015
Masyarakat sejatera, pertanian berkelanjutan, lingkungan lestari
Pendapatan Petani
100%
120%
150%
180%
Tahapan Pelaksanaan
Fase 1 Inisiasi Model
Fase 2 Pengawalan
Fase 3 Pengembangan
Fase 4 Pemasalan
Fase 5 Pemasalan
Indikator Progress
Rancang bangun model agribisnis
Peningkatan mutu, efisiensi produk
Laboratorium tertata baik
Unit produksi terbentuk
Unit produksi berkembang
Kegiatan
Sosialisasi MP3MI tingkat kabupaten dan desa
Implementasi teknologi dan Pembinaan SDM Petani
Penataan laboratorium lapang tanaman pangan dan horti kultura
Peningkatan n skala usaha
Agribisnis perdesaan menyeluruh dan berkelanjutan
Identifikasi wilayah dengan metode PPMP (Pemahaman Potensi Masalah dan Peluang)
Pemberdayaan kelompok rumah tangga tani
Penguatan kelembagaan pasar melalui kemitraan
Fasilitasi kemitraan usaha
Kemitraan investasi
Implementasi inovasi teknologi skala terbatas
Implementasi teknologi
Difersifikasi usaha dan pengolahan pasca panen
Fasilitasi kemitraan Gapoktan
Model agribisnis skala luas
Pembentukan klinik agribisnis
Difersifikasi produk
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
200%
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Pra dan Pasca Pelaksanaan Kegiatan M-P3MI Program M-P3MI di Kabupaten Pinrang dilaksanakan sejak tahun 2011 dengan mengembangkan ternak sapi melalui usaha pembibitan sapi sebagai core program. Untuk memenuhi keinginan petani terkait dengan kebutuhan inovasi maka dalam pelaksanaannya dilakukan penerapan inovasi teknologi dengan berbagai komoditi sebagai support programs dalam memperkuat sistim diseminasi inovasi teknologi pertanian. Tabel 2. Kondisi sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan M-P3MI No.
Uraian
Sebelum M-P3MI
Setelah M-P3MI
INOVASI TEKNOLOGI 1
Teknologi Pembibitan sapi
2
Teknologi Pakan murah, Pakan konsentrat dan pakan komplit untuk usaha pembibitan sapi potong (kandungan protein 10 – 12%)
3
4
5
6
Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Cair dari urine sapi Teknologi Biogas
Teknologi pemanfaatan limbah digester biogas (slurry) menjadi pakan udang/ikan Teknologi pembuatan kompos
Kawin alam, anak menyusu sampai umur 1.5 tahun. Beranak dalam kandang kelompok - Kematian pedet prasapih di atas 8%
- Inseminasi buatan, - Anak umur 7 bulan dipisah dari induknya, - Kandang beranak
- Menekan kematian kurang dari 3%
pedet
pra-sapih
- Laju pertambahan - Laju pertambahan bobot badan harian bobot badan harian (PBBH) pedet s/d. Disapih umur 7 bulan 0,6 kg (PBBH) pedet s/d. Disapih umur 7 bulan - Skor kondisi tubuh (kegemukan) induk 0,3 kg selama menyusui dalam kategori sedang - Skor kondisi tubuh (kegemukan) induk selama menyusui dalam kategori rendah Urine merupakan limbah yang tidak termanfaatkan
Hasil yang diperoleh dari penjualan POC meningkatkan pendapatan petani sebesar 200%
Urine dan kotoran sapi merupakan limbah ternak belum termanfaatkan Limbah digester bio gas tidak termanfaatkan
Dapat menghemat biaya bahan bakar untuk rumah tangga sebesar 45%
Penjualan kompos dan pakan udang/ikan meningkatkan pendapatan kelompok tani sebesar 40%
Limbah ternak belum termanfaatkan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8
Lanjutan........................ No.
Jenis Teknologi
Sebelum M-P3MI
Setelah M-P3MI
7
Inseminasi Buatan - Kualitas dan kuantitas ternak (IB) yang dihasilkan rendah - Jarak kelahiran tidak teratur
8
Teknologi PTT padi Teknologi pengendalian tikus dengan metode LTBS
9
10 11
12
Pembuatan bio pestisida Teknologi berbagai macam Mikro Organisme Lokal (MOL) Teknologi Molases Multinutrien Blok (MMB)
13
Pembuatananeka dodol
14
Pemanfaatan lahan pekarangan/rumah pangan lestari (RPL) Pembuatan jamu untuk tenak sapi Rumah kompos
15 16 17
Teknologi pembuatan alat pengendali hama tikus (menggunakan rintangan kabel)
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur serta mutu genetik ternak terjamin
Produktivitas 5 - 6 ton/ha
Produktivitas 7 - 8 ton/ha
Kehilangan hasil mencapai 30 %
Hama tikus dapat dikendalikan sehingga produktivitas padi meningkat dari 5,8 ton/ha menjadi 7,9 ton/ha pada tahun 2012
Petani umumnya menggunakan Pestisida kimia Limbah pertanian/rumah tangga belum termanfaatkan
Petani menggunakan pestisida organik pada tanaman sayuran Pemanfaatan limbah dan penghematan biaya pembelian bahan starter untuk pembuatan POC sebesar 20% 3 kelompok tani membuat MMB (permen jilat sapi) untuk memenuhi kebutuhan mineral ternak sapinya
Petani belum mengenal MMB sehingga terdapat gejala defisiensi mineral pada ternak peliharaannya yang ditandai dengan Ternak sering menjilat atau menggigit bahkan memakan kayu di kandang. 1 Kelompok wanita tani belum - Pemberdayaan 1 kelompok wanita diberdayakan tani - Pemanfaatan komoditas lokal (nenas, labu dan ubi jalar) yang seringkali terbuang pada saat panen raya Lahan pekarangan belum - Pemanfaatan lahan pekarangan termanfaatkan secara dengan menanam berbagai maksimal komoditas sayuran - Menjaga ketahan pangan rumah tangga tani Mengobati penyakit ternak - Mengobati penyakit ternak menggunakan obat kimia menggunakan ramuan tradisional Kapasitas pengolahan kompos - Kapasitas pengolahan kompos relatif kecil yaitu 1,2 menjadi 8 ton/bulan ton/bulan - Petani menggunakan Racun Rintangan kabel yang tikus dihubungkan dengan Aki 12 V. Diubah menjadi 6 V , dibentangkan sepanjang pematang sawah . INOVASI KELEMBAGAAN
1
Revitalisasi aturan main organisasi gapoktan berupa pembagian fungsi dan peran kelompok tani :
Belum jelasnya pembagian tugas dan fungsi kelompok tani/ternak
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Dinamika kelompok tani meningkat akibat alokasi peran dan fungsi kelompok tani yang jelas
9
Lanjutan................................ 2
Penyempurnaan struktur dan fungsi organisasi organisasi kelembagaan kelompok tani/Gapoktan
Gapoktan “Amassangang” hanya sebagai obyek kunjungan lapang bagi petani/peternak dalam dan luar Propinsi Sulawesi Selatan
Legalitas Gapoktan “Amassangang” sebagai “Lembaga Pelatihan Agroteknologi” bagi peserta magang dari dalam dan luar Propinsi Sulawesi Selatan
3
Fasilitasi terjalinnya kemitraan dengan lembaga pemasaran
Pemasaran produk masih terbatas
Pemasaran produk meningkat dengan adanya regulasi pemerintah daerah setempat tentang penggunaan POC pada seluruh lokasi SL-PTT di Kabupaten Pinrang
4.2. Indikator Keberhasilan M-P3MI Sebagai modus diseminasi, M-P3MI yang kegiatannya antara lain memuat peragaan inovasi teknologi yang melibatkan kelopok tani (poktan) dan atau gabungan kelompok tani (gapoktan), tentu dilakukan dalam batasan wilayah tertentu. Oleh karena itu pemahamann konsep wilayah dan pembangunan wilayah perdesaan menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan kegiatan M-P3MI. Adapun indikator keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan M-P3MI adalah : Terjadinya perkembangan skala usaha Bertambahnya jumlah petani adopter Adanya diversifikasi produk dan diversifikasi usaha Terbentuknya jejaring kerja (partnership) Meningkatnya volume Produk yang dijual Meningkatnya volume input yang dibutuhkan Meluasnya jangkauan pasar produk yang dihasilkan Meningkatnya produktivitas Peningkatan penerimaan total rumah tangga tani petani Meningkatnya ekonomi masyarakat Peningkatan ekonomi masyarakat (kesempatan kerja, oportunity tenaga kerja)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
10
Berdasarkan indikator tersebut diatas capaian hasil pelaksanaan kegiatan M-P3MI di Kabupaten Pinrang tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 3 : Tabel 3 : Capaian hasil pelaksanaan kegiatan M-P3MI di Kabupaten Pinrang tahun 2012 No 1
2
3
4 5
6
Indikator Keberhasilan
Narasi capaian hasil
Terjadinya perkembangan skala usaha
Sistem pemeliharaan induk sapi 10 ekor/unit usaha pembibitan yang dapat menghasilkan pedet 9 ekor /tahun (90%) dengan asumsi 10 % tingkat kegagalan yg disebabkan oleh penyakit dan faktor alam Bertambahnya Petani adopter berjumlah 15 KK dalam kelompok tani jumlah petani dan 30 KK di luar kelompok tani dengan jenis adopter teknologi yang diadopsi adalah formulasi pakan murah untuk penggemukan ternak sapi, teknologi MMB, Inseminasi buatan (IB), Teknologi pembuatan Pupuk Organik Cair (POC), Teknologi Biogas, Teknologi Kompos, dan teknologi PTT padi Adanya Awalnya adalah 1 unit usaha pembibitan sapi yang diversifikasi dikembangkan menjadi 1 unit usaha pembuatan usaha komposndan pakan udang dan 1 unit usaha pembuatan POC Adanya Awalnya adalah memproduksi pedet/bakalan yang diversifikasi dikembangkan menjadi produksi POC, kompos, bio Produk gas, dan pakan udang Terbentuknya - Jejaring kerja dengan BPTP dan perguruan tinggi jejaring kerja sebagai narasumber teknologi (partnership) - Jejaring kerja dengan Litbang Pertanian yakni legalisasi produk POC - Jejaring kerja dengan Pemda Kabupaten Pinrang yakni regulasi pemasaran produk POC - Jejaring kerja dengan kelompok tani antar kabupaten yakni Farmer Manage ekstension Aktivity (Penyuluhan yg dikelola oleh petani) - Jejaring kerja dengan Pemda Propinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mangondow yakni kelompok tani Amassangang sebagai narasumber teknologi pada replikasi usaha peternakan dan usaha perbenihan di Propinsi Sulawesi Utara Meningkatnya Tahun 2011 penjualan POC 500 jerigen per Musim volume Produk Tanam dan pada tahun 2012 meningkat menjadi yang dijual 2000 jerigen/musim tanam yakni 1500 disuplay pada lokasi SL-PTT yang ada di kabupaten Pinrang dan 500 jerigen untuk di luar Kabupaten Pinrang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
11
Lanjutan................................ No 7
8
9 10
11
12
Indikator Keberhasilan
Narasi capaian hasil
Meningkatnya Usaha pembuatan kompos tahun 2011 membutuhkan volume input bahan baku kotoran sapi 4 ton/bulan, pada tahun yang dibutuhkan 2012 membutuhkan 12 ton/bulan bahkan lebih jika permintaan pasar meningkat. Begitu pula dengan pembuatan POC sebelumnya membutuhkan 2.500 liter/musim tanam, sekarang membutuhkan 7500 liter/musim tanam Meluasnya Tahun 2011 jangkauan pasar hanya di kabupaten jangkauan pasar Pinrang, pada tahun 2012 jangkauan pasar sudah produk yang sampai pada 16 kabupaten lainnya di Sul-Sel dihasilkan Meningkatnya Produktivitas tanaman padi sebelum pelaksanaan produktivitas kegiatan 5 - 6 ton/ha GKG, dan setelah pelaksanaan kegiatan adalah 7 - 8 ton/ha Peningkatan Pendapatan petani meningkat 200% diukur penerimaan berdasarkan pendapatan rumah tangga tani sebelum total rumah dan setelah pelaksanaan kegiatan tangga tani petani Peningkatan Usaha pembibitan sapi dan pembuatan POC menyerap ekonomi tenaga kerja 6 orang dan usaha pembuatan kompos masyarakat dan pakan udang menyerap tenaga kerja 5 orang. (kesempatan Replikasi usaha penggemukan ternak sapi sebanyak 3 kerja, oportunity unit menyerap tenaga kerja 10 orang sehingga tenaga kerja) seluruhnya berjumlah 24 orang Spirit M-P3MI Regulasi oleh Pemda Kabupaten Pinrang bahwa mewarnai produk POC Lantonic yang diproduksi oleh Gapoktan kebijakan Amassangang wajib di gunakan pada seluruh lokasi Pemda SL-PTT
4.3. Introduksi Teknologi, Pengembangan SDM Rekayasa Kelembagaan
Petani
dan
Introduksi Teknologi M-P3MI menginisiasi muatan teknologi untuk memberdayakan masyarakat tani dengan mengintroduksikan teknologi adaptif sehingga mudah diadopsi oleh petani di perdesaan. Menyediakan teknologi adaptif untuk diadopsi oleh petani mengandung arti menyediakan pilihan untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
12
Kriteria teknologi matang yang diujicobakan adalah sebagai berikut: Mampu menyelesaikan masalah teknis penting di wilayah tersebut. Sebuah masalah dianggap penting apabila: terjadi secara meluas, memiliki dampak yang besar terhadap potensi penurunan produksi, memiliki dampak sosial ekonomi yang negatif. Membantu petani untuk memenuhi permintaan pasar. Terbukti dapat diadaptasikan secara lokal dan dan dapat diadaptasikan pada kondisi lingkungan, budaya, sosial ekonomi, dan biofisik tertentu atau spesifik. Teknologi tersebut memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan mata pencaharian keluarga petani dan masyarakat di sekitarnya. Dampak-dampak profitabilitas
signifikan
usaha
yang
petani,
dimaksud
mengurangi
meliputi peningkatan risiko
ekonomi
dan
meningkatkan daya saing rantai pasok (supply chain). Input (fisik dan jasa) yang dibutuhkan untuk menerapkan teknologi tersebut tersedia secara lokal dan terjangkau oleh para petani. Introduksi teknologi dilaksanakan dengan melibatkan 30 orang perwakilan dari 9 kelompok tani yang ada di Desa Amassangang. Metode yang dilakukan adalah demonstrasi yang diikuti oleh petani-peternak dan penyuluh
pendamping
setempat
pada
setiap
kali
pelaksanaan
demonstrasi. Adapun jenis teknologi yang diterapkan tertera pada tabel 4.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
13
Tabel 4. Jenis teknologi yang telah diterapkan pada tahun 2011 – 2012 pada kegiatan M-P3MI di Kabupaten Pinrang No
Tahun 2011
No
Tahun 2012
1 2
Pembibitan sapi bali Teknologi pakan murah dan pakan konsentrat
1 2
3
Teknologi pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi
3
4
Teknologi biogas
4
5
5
6
Pengolahan limbah digester biogas (slurry) menjadi pakan udang/ikan Teknologi Pembuatan kompos
7 8
Teknologi Inseminasi Buatan Teknologi PTT padi/jagung
7 8
9
Teknologi Pengendalian tikus dengan metode LTBS (Linear Trap Barrier System)
9
Pembuatan Bio pestisida Teknologi pembuatan berbagai macam MOL dari : limbah sayuran, nasi, usus ayam, keong mas dll. Teknologi pembuatan Feed suplemen (Molases Multinutrien Blok/MMB Teknologi pembuatan aneka dodol (dodol nenas, ubi dll) pengembangan tanaman sayuran skala rumah tangga /Rumah pangan lestari (RPL) Pembuatan Jamu untuk ternak sapi Rumah kompos Implementasi penggunaan alat pengendali tikus elektrik (menggunakan rintangan kabel) Teknologi pembuatan pupuk organik berbentuk pelet
Adapun
implementasi
pendampingan
6
teknologi
teknis dengan
dilakukan
dengan
memfasilitasi sarana dan
metode prasarana
pendukung seperti penyediaan peralatan, mesin, penyusunan media informasi tercetak untuk mempermudah melakukan prosedur operasional, penyediaan label produk serta kelengkapan administasi organisasi. Pengembangan SDM Petani Dari
hasil
petani/peternak
pengamatan
dilapangan,
ternyata
masih
banyak
yang belum mengetahui cara-cara memelihara ternak
yang baik dan benar terutama soal penyediaan pakan, pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak, dan melakukan budidaya tanaman
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
14
sesuai kaidah PHT. Dengan demikian keterbatasan pengetahuan dan kesadaran petani dalam menerapkan teknologi merupakan hal yang perlu mendapat perhatian. Pemberian pelatihan dan penyuluhan merupakan salah satu cara yang ditempuh dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (petani). Sejalan dengan pelaksanaan program M-P3MI, BPTP Sul-Sel melalui kegiatan pendampingan melakukan pelatihan teknis petani, penyuluhan dan pendampingan bersama-sama institusi terkait. Hal ini bertujuan agar sumber daya manusia (petani) mampu melakukan perbaikan teknik budidaya baik pada tanaman pangan, hortikultura maupun ternak sapi sehingga bisa meningkatkan produktifitas hasil. Adapun jenis pelatihan yang telah dilakukan antara lain : Pelatihan pemasangan perangkap bubu untuk pengendalian hama tikus dengan metode LTBS, Pelatihan Penyusunan ransum ternak sapi, pelatihan pembuatan pakan murah dan pakan konsentrat, petaihan pembuatan Molases Multinutrien Blok (MMB), dan Pelatihan pembuatan dodol nenas bagi kelompok wanita tani. Rekayasa Kelembagaan Pemberdayaan berarti memanfaatkan secara optimal berbagai kemampuan, nilai atau norma serta kelembagaan yang ada dalam masyarakat termasuk juga menumbuhkembangkan daya usaha kelompok masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya sendiri.
Pengembangan
kelembagaan
organisasi
ditempuh
melalui
revitalisasi aturan main organisasi, penyempurnaan struktur dan fungsi organisasi dan menjalin kemitraan usaha baik dengan Pemda maupun pihak swasta. Rekayasa kelembagaan yang dilaksanakan pada kegiatan M-P3MI di kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut : 1. Revitalisasi aturan main organisasi yakni yang semula belum terbentuknya pembagian peran dan fungsi kelompok tani/ternak
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
15
menjadi organisasi kelompok tani yang saling berbagi peran dalam mendukung usaha pembibitan sapi potong tersebut seperti adanya kelompok tani sebagai penyedia bahan pakan berupa limbah pertanian, kelompok tani yang melakukan pembibitan sapi potong, kelompok tani pengolah limbah ternak dan kelompok tani yang bertanggung jawab terhadap pemasaran produk 2. Penyempurnaan struktur dan fungsi organisasi yakni yang sebelumnya Gapoktan Amassangang hanya sebagai obyek kunjungan lapang petani/peternak dari kabupaten maupun propinsi lain. Pada tahun 2012 menjadi Gapoktan yang dilembagakan menjadi “Lembaga Pelatihan
Agroteknologi”
dimana struktur organisasinya terdiri
dari Petani/Peternak, BPTP dan Perguruan Tinggi (UNHAS). Hasil yang telah dicapai selama 2 tahun pelaksanaan kegiatan MP3MI di Kabupaten Pinrang adalah terbentuknya usaha agribisnis pupuk organik cair (POC) dan kompos serta pakan udang/ikan yang merupakan usaha agribisnis yang dapat meningkatkan dinamika kelompok tani. Selain itu meningkatkan pendapatan petani sebesar 200% yang ditentukan berdasarkan pendekatan kelompok yang melakukan usaha agribisnis tersebut dengan cara menghitung besaran pendapatan usaha sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan. Produk ini pemasarannya sudah merambah pada 16 kabupaten di Sul-Sel. Khususnya di Kabupaten Pinrang POC ini telah mensuplai kebutuhan pupuk organik cair pada seluruh lokasi SL-PTT selama tahun 2011 – 2012 berdasarkan regulasi yang ditetapkan oleh Pemda setempat. Terbentuknya “Lembaga Pelatihan
Agroteknologi”
dimana
struktur organisasinya terdiri dari Petani/Peternak, BPTP dan Perguruan Tinggi (Universitas Hasanuddin). Sampai saat ini terdapat 13 jenis inovasi teknologi bidang peternakan yang dipersiapkan untuk peserta yang melakukan
magang.
Kelembagaan
ini
dirancang
sebagai
lembaga
pengelola pelatihan baik bagi petani maupun pihak lain yang ingin melakukan magang dengan tarif ditentukan sebesar Rp. 500.000 per
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
16
orang/1 jenis inovasi teknologi. Biaya tersebut diperuntukan pembayaran akomodasi selama 1 minggu, biaya konsumsi serta narasumber. Sampai saat ini peserta magang berasal dari dalam propinsi maupun luar propinsi antara lain : a) Peserta magang dari Kota Manado sebanyak 2 org selama 4 hari b) Peserta pelatihan hortikultura berasal dari 13 propinsi juga melakukan magang. c) peserta pelatihan kewirausahaan sebanyak 54 org dari
23
kabupaten di propinsi Sulawesi Selatan melakukan magang selama 2 hari, d) Petani dari Kabupaten Tarakan sebanyak 15 orang, e) Peserta magang dari Kabupaten Tana Toraja sebanyak 32 orang selama 2 hari, f) Peserta magang dari Propinsi Sulbar sebanyak 35 org terdiri dari PPL dan kelompok tani Berbagai teknologi yang dipelajari oleh peserta magang antara lain : teknologi membuat digester, membuat Mokro Organisme Lokal (MOL), teknik budidaya padi, teknik membuat kompos, teknik membuat pupuk cair, teknik melakukan inseminasi buatan (IB), teknik membuat pakan ternak, dll. Sampai saat ini, gapoktan Amassangang telah dikunjungi oleh + 400 orang baik petani maupun pejabat dalam Propinsi Sulawesi Selatan dan luar Sul-Sel. Performa yang dihasilkan sebagai akibat dari perubahan lingkungan
kerja
yang
mengalami
perbaikan
berupa
penataan
pengorganisasian serta peran dan fungsi kelembagaan kelompok tani, adalah meningkatnya dinamika kelompok tani sehingga pemberdayaan kelompok tani menjadi maksimal.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
17
4.4. Kinerja Ekonomi Analisis Usaha Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Tabel 5. Analisis keuntungan penggunaan Pupuk Organik Cair pada pertanaman padi dan jagung di Desa Amassangang Kabupaten Pinrang No A
Uraian
C D E
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya Produksi Benih
30
kg
5.000
150.000
Pengolahan tanah
1
kali
850.000
850.000
Insektisida/pestisida
1
paket
400.000
400.000
Urea
150
kg
1.400
210.000
SP-36
50
kg
1.700
85.000
KCL
50
kg
4.300
215.000
POC
10
liter
20.000
200.000
2000
kg
700
1.400.000
16 2 2 6 4 1
org org org org org paket
35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 1.000.000
8700
kg
560.000 70.000 70.000 210.000 140.000 1.000.000 5.560.000 31.755.000 26.195.000
Kompos B
Volume
Biaya Tenaga Kerja Penanaman Penyemaian Penyemprotan Pemupukan Penyiangan Panen Total Biaya (A+ B) Produksi Keuntungan (D-C)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.650
18
4.5. Rancangan Model Gambar 1. Rancangan Model kelembagaan SUA berbasis pengetahuan dan inovasi teknologi Kelembagaan Pemerintah (Puslit, Balit, BPTP, PT, Swasta, Pemda)
Kelembagaan Penyuluh & Penelitian Sistem Usaha Agribisnis (SUA) Sapi Potong
Koperasi, BUMN, BUMD & Eksportir
Kelembagaan Klinik Agribisnis
Kelembagaan Gapoktan/Poktan
Kelembagaan Mikro Finance (PUAP)
Kelembagaan Kemitraan
Ket :
= Keterkaitan langsung yang sangat kuat dalam pengembangan antar kelembagaan = Keterkaitan timbal balik dalam pengembangan antar kelembagaan
Model kelembagaan SUA berbasis pengetahuan dan inovasi teknologi menunjukkan fungsi dan peran dari masing-masing kelembagaan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait dalam
kerangka
sistem
dan
usaha
agribisnis.
Namun
demikian,
kelembagaan keuangan mikro (micro-finance) merupakan sentral dari pengembangan kelembagaan secara keseluruhan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
19
Gambar 2. Rancangan model kelembagaan penyediaan sistem informasi inovasi/konsultasi dan sekolah lapang bagi praktisi agribisnis
Sumber Teknologi (BALIT, PUSLIT, BPTP, PT, SWASTA)
Hasil Litkaji
Peragaan : Demonstrasi Disply
Forum Pertemuan : Pelatihan Petani Temu Lapang Sekolah Lapang
Media Cetak : Brosur, Liptan, Leaflet, Booklet, Poster, Baliho Bulletin
Pemda, BPP, Gapoktan/Poktan, Stakeholders lainnya
Model
kelembagaan
penyediaan
sistem
Media Elektronik : CD, VCD, DVD, Radio, Televisi dll.
UMPAN BALIK
informasi
inovasi
merupakan implementasi dari spektrum Diseminasi Multi Chanel (SDMC) dimana Badan Litbang merupakan penyedia teknologi (generating system) dan BPTP berperan ganda sebagai penyedia teknologi dan penyalur teknologi (delivery
system). Jalur komunikasi untuk menyebarkan
teknologi dilakukan secara langsung ke pengguna teknologi atau stakeholders lainnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
20
Gambar
3.
Model pendampingan pembinaan kemampuan petani/ masyarakat dan pemerintah daerah untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan SUA berbasis pengetahuan dan teknologi secara mandiri
Lembaga Penelitian (Balit, Puslit,BPTP, Swasta, PT) Lembaga Klinik Agribisnis
Pemda (Dinas Pertanian & Peternakan) LEMBAGA PELATIHAN AGROTEKNOLOGI UNIT PERCONTOHAN USAHA PEMBIBITAN SAPI
Kemitraan Usaha
Lembaga Gapoktan, Poktan Sistem MixFarming
PEMASALAN TEKNOLOGI (Dalam dan Luar Sul-Sel) Ket :
Lembaga Pemasaran
Usaha Replikasi
= Keterkaitan langsung yang sangat kuat dalam pengembangan antar kelembagaan = Keterkaitan timbal balik dalam pengembangan antar kelembagaan = Keterkaitan timbal balik namun tidak intensif dalam pengembangan SUA
Model pendampingan pembinaan kemampuan petani/masyarakat melalui percontohan SUA dilakukan dengan dukungan beberapa kelembagaan dengan menginisiasi terbentuknya lembaga agroteknologi sebagai penyedia teknologi di tingkat petani. Sistem mix-Farming, diarahkan pada upaya memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan peternakan atau hasil ikutannya, dimana setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga dengan sistem ini diharapkan pemberdayaan kelompok tani dapat lebih dioptimalkan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
21
V.
KESIMPULAN
1. Model percontohan sistem dan usaha agribisnis pembibitan sapi potong berbasis Zero Waste meningkatkan dinamika kelompok tani yang berorientasi pada terbentuknya usaha agribisnis di tingkat petani, dimana usaha ini merupakan usaha agribisnis berkelanjutan yang dapat meningkatkan pendapatan petani/peternak sebesar 200% yang dapat berimplikasi pada penguatan posisi tawar ( bargaining
position) petani/peternak. 2. Melembaganya gapoktan Amassangang menjadi “Lembaga Pelatihan Agroteknologi”
merupakan
implementasi
dari konsep
Spektrum
Diseminasi Multi Chanel (SDMC) dimana penerapan konsep ini dapat meningkatkan peran kelembagaan, baik kelembagaan di tingkat petani maupun kelembagaan pendukung di luar sistem usahatani. 3. Penerapan konsep SDMC memudahkan akses petani terhadap informasi teknologi dan meningkatkan adopsi dan difusi inovasi teknologi di tingkat petani.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
22
DAFTAR PUSTAKA DINAS PERTANIAN dan PETERNAKAN TK. II PINRANG. 2008. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Tk. II. Pinrang.
PARAKKASI AMINUDIN. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI-Press. Jakarta. REIJNTJES, C., BERTUS HAVERCORT and ANN WATER BAYER. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Santoso Undang, 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta. _____________, 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional . Penebar Swadaya, Jakarta.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
23
LAMPIRAN VISUALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN M-P3MI DI KABUPATEN PINRANG
Gambar 1. Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan M-P3MI di Kabupaten Pinrang
Gambar 2. Demonstrasi pembuatan berbagai macam Mikro Organisme Lokal (MOL)
Gambar 3. Proses pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
24
Gambar 4. Pembuatan pakan udang dari limbah digester
Gambar 5.
Demonstrasi pembuatan Urea Molases Blok (UMB)/permen jilat sapi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
25
Gambar 6. Pelatihan melakukan Inseminasi Buatan/IB (Conception Rate/laju kebuntingan 83%)
Gambar 7. Pembuatan Green House untuk pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai komoditas sayuran
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
26
Gambar 8. Demonstrasi pembuatan aneka dodol sebagai salah satu bentuk pemberdayaan kelompok wanita tani di Desa Amassangang
Gambar 9. Demonstrasi pembuatan jamu untuk ternak sapi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
27
Gambar 10. Alat pengendali hama tikus elektrik menggunakan rintangan kabel yang dihubungkan dengan Aki 12 Volt diubah menjadi 6 Volt , dibentangkan sepanjang pematang sawah
Gambar 10. Rumah Kompos kapasitas 8 ton
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
28