Agro inovasI
Rancangan Model dan Program Percepatan Pengembangan Pertanian Berbasis Inovasi Di Wilayah Perbatasan dan Lahan Sub Optimal
Rekomendasi Forum Komunikasi Profesor Riset Kementerian Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id
2
AgroinovasI
Rancangan Model dan Program Percepatan Pengembangan Pertanian Berbasis Inovasi Di Wilayah Perbatasan dan Lahan Sub Optimal
I. PENDAHULUAN Berkaitan dengan Hari Krida Pertanian ke 50 tahun 2012, Kementerian Pertanian mengerahkan lebih dari 55 orang Profesor Riset bersama sekitar 60 peneliti dari Pusat Penelitian/Balai Besar/Balai Penelitian maupun BPTP, untuk melakukan kunjungan kerja tematik ke tiga wilayah perbatasan dengan Malaysia dan Timor Timur (Kalbar, Kaltim dan NTT), serta wilayah lahan sub optimal (NTB, Jambi dan Kalsel). Badan Litbang Pertanian, yang saat ini mempunyai sekitar 70 profesor riset yang masih aktif dari total 100 orang, tergabung dalam Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) yang dibentuk oleh Menteri Pertanian pada tanggal 14 Januari 2011 Kunjungan Kerja tematik dilaksanakan sejak tanggl 16 Juni sd 7 Juli 2012 ini merupakan bagian dari program Badan Litbang Kemtan untuk mendukung program-program strategis Kementerian Pertanian melalui kajian lintas bidang keahlian, terhadap persoalan pembangunan pertanian di berbagai wilayah yang sekaligus mengoptimalkan peran dari para Profesor Riset Kementerian Pertanian. Sesuai dengan kapasitas para profesor riset sebagai pemikir dan penghasil inovasi pertanian, maka titik tolak awal yang dilihat dalam kunjungan kerja tematik ini adalah: (a) seberapa jauh teknologi yang telah dihasilkan selama ini sampai kepada pengguna, dan (b) seberapa potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani berdasarkan sumberdaya dan infrastruktur Edisi 1-7 Agustus Juli 2012 No.3468 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
3
yang ada. Selain itu juga dilihat peluang penerapan teknologi pertanian untuk memperbaiki kegiatan pertanian di lapangan, dalam upaya memacu peningkatan pendapatan petani. Diharapkan juga melalui kegiatan ini dapat disepakati berbagai terobosan dalam percepatan pembangunan pertanian wilayah. Kegiatan selama kunjungan lapangan diadakan (a) dialog dengan petani, pemuka masyarakat, masyarakat adat, pelaku usaha pertanian, (b) Lokakarya dan Forum Grup Diskusi (FGD) di Kabupaten al. Penyerahan Teknologi Unggulan Badan Litbang; Sambutan/presentasi Bupati/Ketua Bappeda, presentase Tim & Diskusi, (c) Diskusi dengan Guberenur dan pejabat daerah. Output utama kegiatan ini antara laian : (a) Menyusun Rancang Bangun/ Model Program Percepatan Pembangunan Pertanian Berbasis Teknologi Adaptif untuk Wilayah Perbatasan dan Lahan Sub Optimal dan menyusun Rencana Tindak Lanjut, (b) Mengkomunikasikan peran Badan Litbang Pertanian dan Inovasi teknologi unggulan serta Kebijakan srategis Kementerian Pertanian sehingga terdapat peningkatan kesepahaman Pemerintah Daerah, (c) Saran dan Kesepakatan tentang Aksi Tindak Lanjut dalam mewujudkan sasaran akhir yaitu percepatan pembangunan pertanian di ketiga wilayah perbatasan dan tiga wilayah lahan sub optimal. Disegi lain diharapkan ada respons positip dan tindak lanjut berupa (1) Rumusan Rekomendasi Diadopsi oleh Pemda menjadi Program Pemda (Kab/Prop); memperkuat/mempercepat tercapainya tujuan program Pembanagunan Pemda, (2) Menjadi dasar perencanaan yang bersinergi dengan Program Pembangunan Nasional Ditjen dan Dinas Teknis , (3) Rintisan kerjasama Pemda dan Badan Litbang Pertanian, (4) Dasar Penyusunan Litkajibangrap oleh BPTP dan Dinas Teknis & Penyuluhan dengan dukungan FKPR dan Puslit/BB, difasilitasi detasering peneliti muda dari Balit/BPTP. Rancangan rekomendasi tersebut akan segera dikomunikasikan dan didiskusikan dalam bentuk FGD dengan semua Ditjen/Badan terkait dalam upaya memberikan masukan, memadukan dan mensinergikan dengan program-program dekon yang sedang disusun. Pada lokasi-lokasi spesifik, Badan Litbang akan menyusun kegiatan aksi tindak dalam bentuk laboratorium lapang dan/atau kegiatan “litkajibangrap” bersama Pemda yang sekaligius sebagai media pembinaan peneliti muda (calon peneliti) di Balit dan BPTP.
Badan Litbang Pertanian
Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
4
AgroinovasI
II. DIAGRAM ALIR KERANGKA PIKIR DAN PENDEKATAN
Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
5
III. POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN LAHAN SUB OPTIMAL DAN WILAYAH PERBATASAN A. Wilayah Lahan Sub Optimal Dari hasil kunker tematik ini FKPR melihat bahwa penerapan teknologi terbaru Badan Litbang masih belum optimal, sehingga masih besar potensi unuk terjadinya percepatan peningkatan produksi, melalui peningkatan produktivitas di tingkat usahatani, serta terdapat pula peluang untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian yang ada dilokasi. 1. PROPINSI JAMBI Lahan Sub Optimal :Rawa Pasang Surut a. Fakta & data Potensi sawah pasang surut di Jambi sekitar 44.100 ha, yang baru tergarap 31.000 ha (67,6 %) dengan produksi 108.319 ton , produktivitas 3,49 ton/ha. Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, merupakan wilayah sub optimal lahan rawa pasang surut. Produktivitas padi masih rendah (<3 t/ha), belum dimanfaatkannya teknologi adaptif secara optimal dengan indek pertanaman masih sekitar satu, yang berarti hanya bisa ditanami satu kali setahun. Melalui perbaikan teknologi pengelolan air serta rekayasa kelembagaan, diharapkan dapat dilakukan penanaman padi lebih dari satu kali dalam setahun, ataupun melalui introduksi tanaman jagung dan kedele dengan peningkatan produktivitas lebih dari 75%.
Badan Litbang Pertanian
Edisi 1-7 Juni 2012 No.3468 Tahun XLII
6
AgroinovasI
Berbagai upaya ini bila dilakukan secara terpadu dan melibatkan sub-sektor dan sektor terkait diperkirakan bisa meningkatkan pendapatan petani lebih dari 50%, apalagi jika masalah fluktuasi harga padi, jagung dan kedele dapat dikendalikan. Dengan pendekatan tersebut, dilema yang dihadapi oleh Pemda dan Kementerian Pertanian terhadap ancaman konversi lahan pangan menjadi perkebunan di berbagai daerah dapat diminimumkan. Isu yang perlu diperhatikan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang merupakan lumbung pangan Jambi mulai terancam, akibat konversi sawah ke kebun sawit yang sulit dibendung. >30 % lahan potensial menjadi lahan bonkor karena keterbatasan tenaga kerja, ancaman kerusakan lingkungan dan hambatan sosial budaya yang spesifik. b. Respons Pemda: Respons Pemda Propinsi Jambi sangat positip, antusias dan sangat apresiatif. Sangat menunggu rumusan dan rekomendasi dan siap untuk diintegrasikan/ disinergikan dengen program dan kegietan APBD 2013. c. Rencana Tindak Lanjut (a) Pengembangan Laboratorium Lapang (Litkajibangrap): (i)meningkatkan produktivitas musim tanam I; (ii) meningkatkan areal tanam & IP 200; (iii) pola tanam padi-padi atau padi palawija. (b) Pengembangan MPP2LR & Pola Integrasi tanaman ternak (padisapi)produktivitas, kesejahteraan petani & perbaikan SD/lingkungan. Edisi 1-7 Agustus Juli 2012 No.3468 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
7
2. PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT Lahan Sub Optimal : Lahan kering beriklim kering a. Fakta & Data Kabupaten Bima, adalah wilayah sub optimal yang berupa lahan kering beriklim kering dimana penerapan teknologi Badan Litbang Pertanian baru sekitar 30% dari teknologi yang ada, dan itu baru mampu memacu peningkatan produktivitas sekitar 10% dari potensi yang ada. Masih terbuka peluang peningkatan produksi dan pendapatan petani sekitar 50% melalui penerapan inovasi terpadu melalui konsep “zero waste”, dan menjadikan explorasi sumberdaya air terbatas secara maksimal sebagai titik ungkit dalam memacu peningkatan indek pertanaman dan produktivitas. b. Respons Pemda Respons Pemda sangat positip dan antusias. Pada FKD Kabupaten dihadiri Wakil Bupati, Kepala Bappeda dan Kepala Dinas terkait, sedang dalam FGD Propinsi dihadiri Kepala Bappeda, Dinas dan UNRAM. Tim juga melakukan diskusi dengan Gubernur dan Wakil Gubernur. Ada antusias dari Bupati, Bappeda & Dinas teknis, Camat, Kepala Desa dan petani sangat berharap RATL yang dibahas menjadi Program/kebijakan Pemda Kab. Bima. Harapan ini langsung direspons Pemda Kab.Bima dengan langsung membentuk Tim Koordinasi Kabupaten untuk pengembangan lahan kering iklim kering. Wagub akan mengkoordinasikan dengan Biro Pengentasan Kemiskinan (Watipres) dengan harapan rekomendasi dan ATL ditujukan untuk dua kabupaten (Dompu) c. Rencana Tindak Lanjut - Menyusun Konsep Rekomendasi “Arah dan Strategi Percepatan Pengembangan Pertanian lahan kering beriklim kering Kab. Bima ( >200ribu ha). - Pengembangan “Model Sistem Pertanian Terpadu Lahan Kering Beriklim Kering (SPTLK-IK)” Desa Mbawa, Kec.Donggo (>130 ha) - Sosialisasi model tsb pada tingkat Kementerian Pertanian (Ditjen PSP) terkait
Badan Litbang Pertanian
Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
8
AgroinovasI
dengan program Dekon. - Menyusun Rancangan Detail melibatkan berbagai instansi daerah. Kegiatan berbasis pada upaya pemaduan anggran satker/instansi yang terkait. - Arah dan strategi Program perceatan pengembangan lahan keraing beriklim kereing di kabpuaren Bima, NTB (.200 ribu ha) dengan penerapan tekmnologi majau. - Merespons tantangan Wagub tentang Model/Program Pengembangan LKIK kab. Bima dan Kab. Dompu. 3.PROPINSI KALIMANTAN SELATAN Lahan Sub Optimal :Lahan Rawa Lebak a. Fakta & data Pada lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, terutama di polder Alabio dengan luas 36.000 ha, produktivitas pertanian rendah, IP<1 dan pemanfaatan lahan rendah, tingkat adopsi teknologi belum optimal, keterbatasan infrastruktur transportasi tetapi infrastruktur (utama) irigasi sudah tersedia. Akan tetapi potensi dan peluanag pengembangan pertanian besar, dengan hanya memberikan sentuhan inovasi teknologi dan kelembagaan yang didukung oleh pengembangan prasaran dan penataan lahan, maka kawasan tersebut sangat potensial dijadikan kawasan “alabio food estate” dengan tingkat produktivitas lebih >200% dibandingkan ratarata produkivitas petani saat ini. b. Respons Pemda Tanggapan Gubernur Kalsel baik setelah dilakukan Diskusi.Respons Pemda Hulu Sungai Selatan sangat antusias dan positip . Antara lain ditunjukkan kehadiran Bupati dan semua Kepala Dinas terkait dan BPKP (BNPP).dalam FGD. Bupati berharap agar Badan Litbang Pertanian menjadai penghubung Pemda Sambas dengan Kementerian Pertanian. Bupati, PKPK, Bappeda & Distan, Badan Ketahanan Pangan, Camat, Kepala Dusun, petani sangat mendukung kegiatan Profesor Riset dan berharap agar RTL yang dibahas/segera menjadi Program pemda dengan dukungan ATL Badan Litbang. c. Rencana Tindak Lanjut Pemda Hulu Sungai Selatan akan mengintegrasikan Rekomendasi Profesor Riset dengan program Pemda. Pemda Hulu Sungai Selatan sependapat dengan saran Profesor Riset perlunya mengembangkan “Alabio Rice Estate” Perlunya penataaan tata air, agar teknologi pertanian bisa diterapkan di wilayah polder. Polder lainnya (total ada 7 polder hendaknya juga menjadi perhatian semua pihak) Perlu dilaksanakan tindak lanjut yang berkaitan dengan kewenangan Pusat Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
9
(Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Kehutanan) B. Wilayah Perbatasan/Tertinggal Terkait dengan wilayah perbatasan, pada 2010, pemerintah membentuk BNPP (Badan Nasionai Pengelola Perbatasan) yang berperan sebagai lembaga regulator, kordinator, akselator dan dinamisator. Menteri Dalam Negeri ditunjuk sebagai ketua BNPP yang membawahi 10 Kementerian, ditambah pimpinan TNI, POLRI, BIN dan
Bakosurtanal serta Gubernur terkait. Walaupun Kementrian Pertanian tidak termasuk di dalam 10 Kementerian yang memperoleh Intruksi Presiden RI, akan tetapi berbagai hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengembangan wilayah perbatasan tidak dapat dipisahkan dengan sektor pertanian, dimana sebagian besar penduduk setempat bergantung pada sektor tersebut. Oleh karena itu, Kementan tetap memberikan prioritas tinggi dalam mendukung pembangunan pertanian di wilayah perbatasan. Badan Litbang Pertanian
Edisi 1-7 Juni 2012 No.3468 Tahun XLII
10 AgroinovasI Wilayah perbatasan yang dikunjungi sesuai perioritas satu BNPP yaitu Kec. Sajingan Besar dan Kec. Paloh (Kab. Sambas, Kalbar); Kec. Krayan dan P. Sebatik (Kab Nunukan, Kaltim); dan Kec. TTU (Kab. Belu, NTT). Khusus wilayah perbatasan dengan Malaysia, penduduk lokal sangat bergantung pada Malaysia, sebagai wilayah pemasaran hasil pertanian dan tempat memperoleh kebutuhan dasar mereka. Padahal di sisi lain potensi sumberdaya pertanian, terutama lahan, air dan sumberdaya genetik sangat besar, apalagi kalau drdukung oleh teknologi Badan Litbang Pertanian yang diyakini lebih unggul dibanding negara tetangga. Demikian juga di perbatasan Timor Timur, wilayah Indonesia menjadi tempat penduduk Timor Timur mencari tambahan pendapatan, dan juga produk pertanian masyarakat perbatasan dipasarkan ke wilayah Timor Timur. Pada umumnya sumber pangan (bahkan energi) masyarakat negara tetangga tergantung kepada masyarakat NTT, tetapi infrastruktur (jalan dan listrik) di wilayah RRDTL justru lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia. Pembangunan pertanian di wilayah perbatasan memerlukan alokasi dana khusus serta pendekatan lintas sektor yang terpadu, terutama dalam pengembangan sarana dan prasarana. Upaya ini perlu diawali dengan menyusun road map pengembangan wilayah perbatasan dalam berbagai jangka waktu. Dibutuhkan konsistensi dan perhatian penuh para pihak terkait dalam pembangunan wilayah perbatasan, sehingga wilayah ini bisa menjadi pintu gerbang yang memadai bagi Indonesia. 4. PROPINSI KALIMANTAN BARAT Wilayah perbatasan : Lahan sawah/lahan kering, perkebunan) a. Fakta & data Salah satu kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Negara Malaysia (Negara bagian Serawak) adalah Kabupaten Sambas dengan wilayah terdepan adalah Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh. Tingkat adopsi teknologi maju sangat rendah, produktivitas pertanian rendah, keterbatasan infrastruktur, kesenjangan sosial. Potensi pengembangan pertanian di kedua kecamatan tersebut sangat besar, baik untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Selain teknologi, kendala utamanya adalah keterisoliran wilayah tersebut akibat infrastruktur jalan serta ketiadaan sarana irigasi, pada hal sumberdaya airnya cukup besar. Selain perbaikan infrastruktur jalan dan sarana irigasi, sentuhan inovasi teknologi produksi (terutama varietas) melalui pembinaan dan pendampingan teknologi menjadi titik ungkit percepatan pembangunan pertanian di wilayah ini. Potensi peningkatan produktivitas dan produksi hampir semua komoditas lebih dari 55% dengan penambahan kapasitas produksi lebih dari 100%, melalui perbaikan pola tanam dan perluasan areal. b. Respons Pemda Kunjungan Profesor Riset ini telah meneimbulkan kepercayaan yang tinggi bagai Edisi 1-7 Agustus Juli 2012 No.3468 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
11
pemda kabupaten sambas dan masyarakat perbatasan Sajingan Besar dan Paloh dan akan segera melakukan aksi nyata di lapangan. Advokasi telah dilakukan ke Pemda Kalbar. Pertemuan telah diadakan dengan Bappeda Propinsi, Bappeda Kab.Sambas, BPKKP propinsi c. Rencana Tindak Lanjut Bupati Kab. Sambas menunggu konsep “Model dan Strategi Percepatan Pembangunan Pertanian Berbasis Teknologi Adaptif di Kawasan Perbatasan Kabupaten Sambas Kalimantan Barat” • Perlu sosialisasai rumusan model tsb pada tingkat Kementerian Pertanian terkaiat dengan program Dekon. • Perlu menyusun rancangan Detail program pengembangan melibatakan berbagi instansi daerah. Prioritas kegiatan atas dasar pemaduan sarana/prasarana serta biaya satker/instansi yang terlibat. • Perlu realokasi beberapa kegiatan BPTP Kalbar. 5. PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Wilayah perbatasan :L.sawah/kering, perkebunan Propinsi Kaltim termasuk provinsi yang memiliki PDRB nasional tertinggi Badan Litbang Pertanian
Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
12
AgroinovasI
bersama Propinsi Riau dan DKI Jakarta. Namun demikian, jumlah penduduk miskin Kaltim mencapai 243 ribu orag (7,66 %) atau seperempat dari total penduduk miskin seluruh propinsi di Kalimantan. Dominasi penduduk miskin berada di desa desa wilayah perbatasan (13,66 %) dibanding di kota (4,02 %), sehingga secara langsung kemiskinan terkait erat dengan pembangunan sektor pertanian, pembangunan penduduk lokal, serta infrastruktur. Peran sektor pertanian dalam PDRB Propinsi Kaltim terus menurun dari 13 % pada tahun 2007 menjadi 10 % pada tahun 2010, walaupun PDRB pertanian masih terbesar ketiga setelah setor pertambangan/ penggalian (46 %) dan sector perdagangan/hotel (14 %). Pemilihan lokasi didasarkan pertimbangan yaitu (i) lokasi prioritas yang telah ditetapkan oleh BNPP, (ii) besarnya peluang peningkatan ekonomi penduduk lokal dengan inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian, (iii) daya dukung dan pengembangan sumberdaya lokal, (iv) ketahananan pangan wilayah perbatasan, (v) akses pasar dan daya saing komoditas pertanian, (vi) akses di dalam dan menuju wilayah perbatasan, dan (vii) potensi wilayah dan isu yang berkembang. Berdasarkan kriteria di atas ditetapkan kunjungan prioritas utama adalah kecamatan Krayan dan P. Sebatik. a. Fakta & data Kecamatan Krayan terletak pada ketinggian tempat 900-1.500 m dpl, berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia. Kecamatan ini mencakup 65 desa dengan penduduk 8.742 jiwa, sebagian besar adalah suku asli Dayak Londayeh yang bermata pencaharian utama bertani padi sawah. Akses utama menuju wilayah ini hanya
Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 13 melalui udara, sehingga harga produk Indonesia mahal. Perekonomian penduduk setempat bergantung pada pasokan barang/makanan dari Malaysia. Produk khas daerah berdaya saing tinggi di Malaysia dan Brunei Darussalam, antara lain (1) Beras Adan yang berkualitas tinggi dengan rasa khas dan diproduksi secera organik. Beras organik adan sebagai salah satu jenis beras yang cukup eksotik. Tetapi, petani masih terkendala dalam upaya peningkatan produktivitas padi, karena belum dilakukan pemurnian dan perbaikan varietas untuk mendapatkan tanaman berproduktivitas tinggi dan/atau umur genjah. Posisi tawar padi Adan sangat lemah karean pola pemasaran dilakukan secara individu dan tradisional.Selisih harga jual beras Adan di Krayan dan di Malaysia hampir dua kali lipat, karena besarnya ketergantungan pada tengkulak dan petani belum melakukan pengemasan produk dengan baik, walauun sertifikasi Indikasi Geografis telah diperoleh pada tahun 2012. (2) Kerbau Lumpur Lokal, yang dagingnya digemari penduduk Malaysia dan Brunei Darusalam, dengan harga jual tinggi., tetapi petani belum memperoleh manfaat optimal. Sementara kerbau lokal populasinya terus berkurang karena adanya inbreeding dan terbatasnya makanan yang baik. Melalui sentuhan inovasi, terutama melalui pembinaan dan pelatihan kepada penyuluhan atau petani, oleh pakar Badan Litbang Pertanian kendala-kendala tersebut sangat mudah diatasi. (3) Garam Gunung yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Penduduk berpendidikn tinggi dan tenaga kerja pria umumnya merantau ke luar daerah. Di lokasi ini terdapat SMK pertanian dan tenaga penyuluh pertanian. Isu sensitive, masyarakat pernah menyatakan keinginan untuk bergabung dengan negara tetangga karena alasan ekonomi dan infrastruktur yng sangat terbatas. Pulau Sebatik wilayah Indonesia sangat terbuka, dan mudah diakses melalui laut. Wilayah ini mendapat banyak bantuan berbagai program pembangunan pertanian, antara lain PUAP, Gernas kakao, SLPTT, Pengembangan Agribisnis Ternak, Pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA), dan APPO . Penduduknya didominasi oleh pendatang yang sangat responsive terhadap perubahan. Sedangkan penduduk asli (suku Tidung) bekerja sebegai nelayan dan petani. Pertanian utama yang berkembang adalah kakao, kelapasawit, padi sawah tadah hujan IP 200, pisang, durian dan sereh dapur. Komoditas pertanian umumnya dipasarkan berupa produk primer ke Tawau, Malaysia, kecuali hasil padi yang umumnya untuk keperluan sendiri. Pisang dan durian ditanam sebagai tanaman sela dan pelindung kakao. Pulau ini memproduksi varietas durian lokal yang rasanya banyak disukai, yang dipanen 2 kali setahun. Isu penting, yaitu konversi lahan kakao ke kelapasawit. b. Respons Pemda Respons Pemda Propinsi Kaltim sangat menghargai dan “mengharapkan” Badan Litbang dalam implementasinya (bukan sebatas penelitian) Bupati dengan aparat Pemda sangat mendukung kunjungan ini. Dalam FGD dihadiri oleh Bappeda dan instansi terkait. Badan Litbang Pertanian
Edisi 1-7 Juni 2012 No.3468 Tahun XLII
14 AgroinovasI c. Rencana Tindak Lanjut Usaha penguatan dan percepatan pembangunan pertanian di Krayan yang disarankan adalah penyelamatan dan pengembangan padi lokal (beras Adan) dengan (1) memperkuat integrasi padi dan ternak dalam menghasilkan beras organik lokal melalui (a) perbaikan budidaya, (b) pemurnian dan perbaikan padi lokal untuk mendapatkan tanaman berproduktivitas tinggi dan/atau umur genjah, (c) peningkatan posisi tawar dan daya saing serta nilai tambah beras local dengan mengorganisir system pemasaran beras Adan, pengemasan & pelebelan/sertifikasi IG teah ada. (d) peningkatan populasi kerbau Lumpur melalui perbaikan system pemeliharaaan, populasi dan reproduksi, serta perbaikan mutu genetik melalui seleksi pejantan unggul lokal atau mendatangkan semen unggul, (e) pengadaan pupuk organik berbahan baku lokal, (2) pemberdayaan kelembagaan, antara lain peningkatan Asosiasi Masyarakat Adat Perlindungan Beras Adan dan pemberdayaan SMK Pertanian dengan pelatihan di Badan Litbang. Untuk penguatan dan percepatan pembangunan pertanian P.Sebatik perlu fokus pada (1) Peningkatan pendapatan petani kakao dengan tanaman sela (pisang & durian) secara optimal, (2) Peningkatan kualitas produk melalui sortasi dan pengemasan, (3) Peningkatan kreativitas usaha melalui diversifikasi hasil pertanian dan pengembangan agroindustri skala rumah tangga, (4) Integrasi tanaman dan ternak, dengan sekaligus melestarikan dan meningkatkan produksi pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan dan kelangkaaan pupuk pertanian, (5) Diversifikasi pengolahan hasil perkebunan melelui pengembangan agroindustri skala rumah tangga, (6) peningkatan fungsi SMK dengan program pengiriman siswa/guru lokal a.l. ke Puslitbangnak untuk pelatihan inseminasi buatan; BB padi untuk emeuliaaan, serta sinkronisasi kurikulum dengan program pembangunan pertanian daerah setempat pada sektor lain, misanya keterkaitan antara Diknas, Distanak, Dishutbun, Disperindag, Diskop-UKM dan (7) Optimalisasi pemanfaatan STA dalam pemasaran produk pertanian, (8) memperkuat kelembagaan/asosiasi (masyarakat adat)/ gapoktan secara nyata melalui pembinaan dan pelatihan. Untuk optimalisasi peran Pemda dan Badan Perbatasan (BPKPD) maka perlu kerjasama antara Badan Litbang dengan UNMUL untuk (i) bantuan inovasi teknologi, diklat budidaya, program pemurnian, perbaikan seleksi dan reproduksi kerbau dan penyiapan/pengembangan sarana dan prasarana inseminasi,(ii) Perbaikan varietas padi Adan (BB Padi), (iii) Perbaikan mutu genetic kerbaua Lumpur dan pakan (Pusitbangnak). 6. PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Wil perbatasan : L. kering beriklim kering & L.Sawah a. Fakta & Data Kondisi Kabupaten Bellu dan Timor Tengah Utara (TTU) ketahanan pangan rendah, produktivitas rendah (akibat curah hujan terbatas dan lahan marjinal), Edisi 1-7 Agustus Juli 2012 No.3468 Tahun XLII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
15
teknologi maju belum dikuasai; keterbelakangan dan kemiskinan, lemah modal; infrastruktur, listrik dan jalan minimal. Kesenjangan sosial, infrastruktur, komoditas dan produk dll. Pengembangan pertanian dalam bentuk pusat kegiatan ekonomi terpadu di wilayah perbatasan NTT-RDTL seyogianya menggunakan 3 strategi pendekatan, yaitu (a) strategi parsial pengembangan komoditas spesifik lokasi dalam satu kawasan terpiliih, (b) strategi pendekatan terintegrasi dalam suatu kawasan pembangunan yang menghimpun seluruh kantong produksi berbagai komoditas bernilai tinggi, dan (c) strategi pendekatan lintas sektor di lokasi wilayah perbatasan terpilih yang diposisikan sebagai “Pusat Kegiatan Ekonomi Terpadu Berbasis Inovasi Pertanian Wilayah Perbatasan NKRI-RDTL”. Dalam hal ini, strategi (1) dan (2) diterapkan guna mengembangkan enclave produksi yang diposisikan sebagai feeder bagi pusat kegiatan ekonomi tersebut. b. Respons Pemda Pemda Propinsi NTT sngat responsive dan mendukung Program yanag dirancang. Pada FGD dihadiri Wakil Bupati Kab. Bellu, Bupati Kab. TTU, DPR Kab. TTU, Ketua Bappeda Propinsi, Kepala Dinas Pertanian & Perkebunan Propinsi; Danrem Wirasakti, Satgas Pamtas Syb-744. Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kabupten Belu untuk tahun 2013 telah merancang Pengembangan Wilayah Perbatasan. Pemda Kabupaten Bellu membentuk Satgas perbatasan dalam pembangunan infrastruktur. c. Rencana Tindak Lanjut - Pengenalan dan pengembangan pertanian berbasis teknologi maju adaptif di wilayah perbatasan. - Pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran wilayah pemasok (feeder) atau wilayah surplus produk pertanian ke wilayah perbatasan sebagai kawasan ekonomi terpadau. - Kerjasama Badan Litbang Pertanian dan atau Pemda dalam pengembngan wilayah perbatasan IV. PENUTUP Hampir semua Pemerintah Daerah menyambut baik dan memberikan perhatian serius terhadap kegiatan Profesor Riset , dan sangat antusias terhadap berbagai gagasan/pemikiran tentang model/program yang direkomedasikan, untuk selanjutnya akan dijadikan bahan dalam menetapkan kebijakan dan program pembangunan 2012. Kondisi wilayah lahan sub optimal dan perbatasan sangat heterogen: Sosial , budaya, ekonomi dan infrastruktur. Badan Litbang Pertanian
Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
16
AgroinovasI
Sektor pertanian masih besar perannya dalam pembangunana wilayah dan pengentasan kemiskinan, akan tetapai tidak bisa dipecahkan dengan pendekatan/ model/program yang seragam , harus spesifik : -Merancang Model baru -Memperkuat Program yang ada, -Menyusun Pilot Proyek -Bermuara pada RTL : Peran Kementerian Pertanian, Pemda, Universitas setempat. Pembangunan pertanian di wilayah perbatasan memerlukan alokasi dana khusus serta pendekatan lintas sektor yang terpadu, terutama dalam pengembangan sarana dan prasarana. Upaya ini perlu diawali dengan menyusun road map pengembangan wilayah perbatasan dalam berbagai jangka waktu. Dibutuhkan konsistensi dan perhatian penuh para pihak terkait dalam pembangunan wilayah perbatasan, sehingga wilayah ini bisa menjadi pintu gerbang yang memadai bagi Indonesia. Jakarta, 12 Juli 2012 Endro Gunawan ME, Ir. Sapto MM (Humas Badan Litbang) Drs. Godlim Panggabean (Pemred Sinar Tani) Badan Litbang Pertanian
Petunjuk Cara Melipat: Cover
r ve
Co
Cover
1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid
2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan.
Edisi 1-7 Agustus 2012 No.3468 Tahun XLII
3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali
Cover
Cover
4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan
5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku
Badan Litbang Pertanian