6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI
6.1 Model Pengembangan Agrowisata Mempertimbangkan berbagai hasil yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka model pengembangan agrowisata berbasis masyarakat yang ingin dicapai dalam studi ini diformulasikan seperti terlihat pada Gambar 30. Pada gambar tersebut terlihat bahwa apabila kita akan mengembangkan agrowisata berbasis masyarakat maka hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan kawasan agroindustri dan sekaligus membuat pemetaan komoditas berdasarkan zona agrowisata dan pengembangannya yang didasarkan faktor-faktor utamaya. Adapun faktor utama yang harus diperhatikan untuk hal tersebut di atas adalah potensi sumberdaya alam, potensi pasar, dan potensi agroindustri. Sejalan dengan sifat pasar yang mampu mendorong stake holder untuk melakukan pengembangan potensi wisata, maka untuk pencapaian tujuan tersebut suatu promosi dan kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta, adalah penting untuk dilakukan. Selain itu strategi lainnya adalah harus meningkatkan kualitas SDM-nya yang dapat dilakukan memberikan pelatihan serta memperbaiki hubungan baik dengan semua stakeholder terkait sehingga pengembangan agrowisata yang dilakukan bersifat holistik dan lintas sektoral. Pengembangan agrowisata juga harus memperhatikan produk unggulan industri terpilih yang didasarkan kajian ilmiah. Namun demikian untuk produk unggulan industri ini sudah barang tentu sebelumnya harus diperhatikan faktor utama produk, yakni potensi pasar dari produk tersebut, ketersediaan bahan baku dan kemampuan SDM-nya, baik dalam menghasilkan produk maupun dalam mengolah produk tersebut; yang dengan demikian pada gilirannya dari produk unggulan bisa dihasilkan prodak olahan yang bersifat khas, unik dan mempunyai daya saing tinggi dalam mendorong semakin terciptanya pasar wisata yang diinginkan. Untuk kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur, produk unggulan agro industri yang saat ini dianggap terbaik adalah sari buah apel, selai apel dan kripik apel.
146
PEMILIHAN KAWASAN
Faktor Utama: • Potensi SDA • Potensi pasar • Potensi agroindustri Kawasan Unggulan: • Kec. Tutur
PRODUK UNGGULAN AGROINDUSTRI
STRATEGI PENGEMBANGAN
Faktor yang diperhatikan: • Pasar Tujuan yang ingin dicapai: Pengembangan potensi wisata
Strategi yang dilakukan: • Promosi dan Kerjasama • SDM • Hubungan Stakeholder
Faktor Utama: Potensi pasar dari produk, • Ketersediaan bahan baku • Kemampuan SDM Unggulan: Apel •
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT KECAMATAN TUTUR
Produk Agroindustri: Sari buah, Selai, dan Keripik Apel
SISTEM PENGEMBANGAN: Kendala utama Minimnya kualitas SDM pengelola terkait pengembangan agrowisata Pelaku terkait Pelaku kunci adalah pengusaha agrowisata Aktivitas kunci Pengembangan SDM Kebijakan yang mendukung iklim usaha
Gambar 30. Model pengembangan agrowisata berbasis masyarakat .
147
Dalam sistem pengembangan agrowisata hal yang tidak boleh dilupakan adalah dinamika munculnya berbagai kendala pada setiap elemen sistem yang ada dalam proses pengembangan. Perlu disadari bahwa kendala kualitas SDM pengelola yang terkait dengan pengembangan agrowisata adalah akan menimbulkan suatu domino effect yang bisa memicu timbulnya kendala lain dalam proses pembangunan yang dilaksanakan. Kualitas SDM bukanlah hanya masalah pada tingkat petani atau masyarakat lokal melainkan juga kerap terjadi pada pengusaha agrowisata yang merupakan pelaku kunci pada pengembangan agrowisata. Atas hal tersebut, maka proses peningkatan kualitas SDM adalah perlu dilakukan secara taktis dan efisien serta efektif. Salah satu pendekatan yang perlu dipakai dalam peningkatan kualitas SDM adalah penerapan metoda learning by doing dan snow ball strategy yang dilengkapi dengan kebijakan yang mendukung iklim usaha. Melalu pendekatan ini maka rentang waktu proses peningkatan kualitas SDM kiranya dapat diefisienkan; dimana dinamika trial by error yang sering terjadi dalam proses pengembangan dapat dikontrol serta dikendalikan dengan lebih baik melalui kesadaran bersama. Hal lain yang tidak kalah pentingnya pada pengembangan kawasan agrowisata adalah ketersediaan sarana pokok (seperti transportasi, akomodasi, rumah makan dan tempat makan lainnya, serta toko cindera mata), sarana pelengkap (seperti fasilitas olahraga dan fasilitas permainan) dan sarana pendukung seperti fasilitas hiburan. Selain itu dalam pengembangan agrowisata tersebut juga harus tersedia sarana khusus sehingga dapat mendukung untuk kegiatan agrowisata. Sebagai contoh, agar di kawasan kajian dapat mendukung kegiatan agrowisata ilmiah, maka kawasan agrowisata harus dapat menyediakan fasilitas seperti laboratorium, tempat penelitian, literatur pendukung dan tenaga peneliti pada obyek yang dimaksud. Namun demikian apabila juga ingin dikembangkan menjadi agrowisata bisnis, maka fasilitas yang harus tersedia antara lain adalah ruang pamer atau promosi, informasi khusus tentang bisnis dan fasilitas untuk lobby bisnis.
Dan apabila diinginkan
agrowisata rekreasi, maka harus disiapkan fasilitas seperti yang tercakup pada sarana umum untuk wisata. Lebih lanjut, jika ditujukan untuk agrowisata budaya, maka fasilitas yang sebaiknya juga tersedia antara lain adalah museum budaya, tempat pagelaran budaya masyarakat, dan tempat penjualan hasil budaya masyarakat.
148
Selain hal tersebut di atas, pada sistem pengembangan agrowisata, faktor prasarana yang juga sangat penting untuk diperhatikan adalah prasarana perekonomian, seperti prasarana transportasi, prasarana komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas. Prasarana yang juga tidak kalah pentingnya adalah prasarana sosial, seperti pendidikan kepariwisataan, kesehatan, keamanan, dan Tourist Information Centre.
6.2 Pengelolaan Kelembagaan Pengembangan Agrowisata Selain model pengembangan agrowisata berbasis masyarakat, pada penelitian ini juga dihasilkan model struktural hubungan kelembagaan agrowisata untuk menunjang pengelolaannya. Model ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk membangun hubungan kelembagaan antara petani, pengrajin/pengusaha mikro-kecil agroindustri dan produk suvenir serta lembaga pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan, maupun pembinaan dari instansi
terkait. Model hubungan kelembagaan untuk menunjang
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat disajikan pada Gambar 31.
Petani/
Gambar 31. Model hubungan kelembagaan untuk menunjang pengembangan agrowisata
149
6.3 Rekayasa Sistem Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat
Pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari kondisi awal yang ada pada kawasan tersebut. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan perlu dilakukan evaluasi dan inventarisasi dari kondisi awal tersebut. Hal ini untuk menghindari adanya kegiatan yang kontraproduktif dan merusak lingkungan, sehingga mendapat dukungan dan respon yang positif dari masyarakat setempat. Untuk merekayasa pengembangan kawasan agrowisata secara terintergrasi perlu disusun dalam Master Plan yang akan menjadi acuan penyusunan progam pengembangan. Muatan utama yang terkandung didalamnya adalah : 1) penetapan kawasan pengembangan dan zonasi, 2) penetapan komoditas unggulan dan produk olahan agroindustri, 3) penetapan sarana prasarana, 4) sistem pengelolaan. Tahapan lengkap ditunjukkan oleh Gambar 32. Penetapan kawasan dan zonasi merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan, hal ini berkaitan dengan akses dan aksessibilitas bagi wisatawan untuk berkunjung, sehingga wisatawan dapat memperkirakan durasi waktu yang dapat mereka habiskan dan banyaknya tempat yang akan dikunjungi. Oleh karenanya pengaturan jalur/rute transportasi dan pembagian zonasi perlu disesuaikan dengan kondisi geografis, administratif, dan skala usaha yang dapat dikelola masing-masing zonasi, sehingga dapat saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Sebagai daya tarik objek wisata, perlu adanya suatu keunikan yang memang dapat menjadi brand image dari suatu lokasi wisata. Kecamatan Tutur yang mempunyai lahan komoditi apel seluas 933 Ha dengan produksi per tahun sebesar 6.315.506 ton pada tahun 2009 cukup beralasan untuk menjadikan komoditi ini sebagai komoditi unggulan. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menunjukkan komoditi apel merupakan komoditi unggulan dengan agroindustri sari buah apel sebagai produk olahannya. Untuk kenyamanan dan kelancaran dalam berwisata sangatlah perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Kecamatan Tutur, walaupun telah memiliki akses jalan yang cukup baik dengan panjang jalan yang beraspal ± 150 Km yang menghubungi antar desa, namun untuk pengembangan selanjutnya diperlukan adanya pelebaran jalan dan kegiatan pengaspalan dari kondisi jalan yang baru pengerasan sepanjang ± 80,4 Km.
150
Untuk mendukung kegiatan agrowisata sarana dan prasarana lainnya seperti balai penelitian, museum, perpustakaan, tempat penginapan, rumah makan, pusat layanan kesehatan, keamanan, terminal, dan pusat pemasaran perlu disediakan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Sedangkan agar kawasan agrowisata tersebut diharapkan dapat berkembang dengan baik yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat manfaatnya serta terjamin kesinambungannya, maka pengelolaannya dilakukan oleh wakil dari masyarakat tersebut.
Agrowisata Berbasis CBM
Gambar 32. Model Rekayasa pengembangan kawasan agrowisata berbasis masyarakat
Master Plan yang akan dijadikan sebagai sumber utama dalam kegiatan pengembangan harus memuat visi dan misi dari pengembangan itu sendiri yang dapat diwujudkan dalam bentuk konsep-konsep sesuai dengan pendekatan yang dilakukan. Pendekatan yang dapat dipilih adalah indigenous approach (Avenzora, 2008) , yaitu
151
program yang disusun atas dasar kebutuhan dasar masyarakat lokal. Berdasarkan pendekatan ini, maka visi dan misi dalam pengembangan kawasan di Kecamatan Tutur tidak terlepas dari keberpihakan pada masyarakat dalam hal kepemilikan dan kesejahteraan. Oleh karenanya, untuk mewujudkan kondisi di atas konsep pengelolaan kawasan perlu mengadopsi manajemen yang berbasis masyarakat (community based management). Dengan mengacu pada master plan, maka hal berikutnya yang perlu untuk dielaborasi adalah suatu Site Plan yang harus memuat fungsi dan daya dukung dari kawasan; baik dalam bentuk daya dukung fisik, ekologi, psikologi dan daya dukung sosial budaya. Melalui penentuan daya dukung ini, maka keberlanjutan pengembangan agrowisata di Kecamatan Tutur dapat dijaga untuk memberikan berbagai manfaat yang diinginkan secara pastil; baik dalam bentuk manfaat ekonomi bagi berbagai pihak maupun dalam bentuk manfaat rekreasi dan wisata bagi wisatawan. Selanjutnya, untuk merealisasikan pengembangan kawasan yang diinginkan, maka site plan di atas perlu diimplementasikan dalam bentuk detail plan yang berisi program dan strategi yang akan dilakukan. Sebagai program unggulan adalah pengembangan budidaya komoditas apel dengan produk olahan sari buah apel dengan tidak menutup kemungkinan pengembangan komoditi lainnya seperti; durian, paprika, bunga krisan, cengkeh, dan kopi untuk keberagaman. Strategi pengembangan diharapkan dapat dimulai dari peningkatan kualitas wisata dan penyediaan infrastruktur; yang dari hasil penelitian nampaknya dianggap perlu untuk diciptakan melalui kegiatan promosi dan kerjasama antar wilayah agrowisata. Untuk mengelola kawasan agrowisata sesuai dengan visi dan misi pada master plan, maka sistem dan strategi yang digunakan disusun dalam bentuk management plan. Sistem disini mengarahkan bahwa mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sebagai pelaku utama adalah dari pihak masyarakat lokal, sedangkan pelaku pendukung sebagai lembaga terkait diharapkan dari pemerintah daerah dan dinas instansi. Untuk mengimplementasikan program yang dikelola oleh pihak masyarakat lokal ini agar mempunyai kinerja yang baik maka semua stakeholder dapat menerapkan taktik sesuai pada posisi masing-masing. Kinerja yang diharapkan tentunya yang dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan dari semua stakeholder .
152
Sebagai wujud dari keberhasilan suatu pengembangan tentunya dapat dilihat dari apa yang telah didapat atau dinikmati oleh stakeholder. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap kinerja yang telah dilaksanakan apakah telah memberikan manfaat ataupun kepuasan. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan kualitas pelayanan dan loyalitas dari semua stakeholder. Dari hasil evaluasi dapat memberikan masukan-masukan yang berarti dalam rangka reinvestasi baik pada pengayaan visi maupun pengayaan misi, sehingga dapat diharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan strategi pada rencana selanjutnya.