LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL OPERASIONAL PERCEPATAN PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PROGRAM PRIMATANI
Oleh : Pantjar Simatupang Achmad Djauhari Saeful Bachrein Syahyuti Kedi Suradisastra Bambang Irawan
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PETANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2005
RINGKASAN EKSEKUTIF
Latar Belakang Kegiatan (1)
Keberadaan kelembagaan penyuluhan pertanian yang lemah beberapa tahun terakhir ini, menyebabkan lambatnya proses difusi hasil inovasi dan teknologi dari lembaga penelitian. Atas dasar itu, Badan Litbang Pertanian mengintroduksikan Pengembangan Model Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) yang bisa dipandang sebagai langkah terobosan untuk mempercepat dan memantapkan inovasi teknologi pada kondisi nyata di lapangan dengan agroekosistem yang beragam. Prima Tani merupakan wahana untuk pelaksanaan penelitian dan pengembangan partisipatif dalam rangka mewujudkan penelitian dan pengembangan berorientasi konsumen/pengguna (consumer oriented research and development). Kegiatan ini bertolak dari kesadaran bahwa Program Prima Tani merupakan sebuah bentuk rekayasa sosial melalui pendekatan kelembagaan.
Justifikasi Kegiatan (2)
Konsep pendekatan Prima Tani dirumuskan tahun 2004, dan mulai tahun 2005 akan diimplementasikan secara langsung di lapangan pada 12 propinsi di Indonesia. Sebagai sebuah konsep yang tataran konseptualnya dibangun di “atas meja” tentu akan menghadapi banyak kendala dan tantangan ketika diimplementasikan pada kondisi riel yang memiliki keragaman yang tinggi mulai dari karakteristik agroekosistemnya, sosial ekonomi masyarakatnya, kelembagaan birokrasi pelaksananya, serta ketersediaan sarana dan prasarana wilayahnya. Esensialitas kegiatan ini pada pokoknya bertolak dari kesadaran tersebut. Selain itu, birokrasi pelaksana di daerah yang selama ini sudah terbiasa bekerja menurut pendekatan proyek dengan ciri kegiatan-kegiatan yang parsial dan temporal, maka introduksi program Prima Tani merupakan sesuatu yang baru. Alasan lainnya adalah karena kinerja kelembagaan penghantaran teknologi, misalnya lembaga penyuluhan, saat ini dalam keadaan yang lemah. Lebih jauh, proses difusi inovasi yang disatukan dalam konteks pengembangan agribisnis juga membutuhkan tidak hanya rekayasa sosial yang berbeda namun juga perlu dukungan sikap dan keterampilan dari pelaksana, yang pada umumnya belum mengenal pendekatan ini secara mendalam.
RE-1
Tujuan dan Keluaran Kegiatan (3)
Tujuan kegiatan adalah untuk memberikan masukan kepada seluruh unsur yang terlibat dalam pengembangan Prima Tani mulai dari perencana di tingkat nasional sampai dengan pelaksana, sehingga konsep rekayasa sosial yang dirumuskan dapat disempurnakan. Tujuan secara khusus adalah: (a) Mempelajari dan sekaligus memperkuat seluruh tahapan proses pengembangan model Prima Tani di Propinsi Nusa Tenggara Barat, (b) Melakukan monitoring dan evaluasi (secara kritis) proses pengembangan Program Prima Tani, dan (c) Merumuskan penyempurnaan model pengembangan sistem agribisnis dan proses diseminasi teknologi melalui Program Prima Tani.
(4)
Keluaran kegiatan terdiri dari dua hal yaitu: (a) Rumusan pola, pendekatan, dan stragegi pengembangan model Prima Tani di Propinsi Nusa Tenggara Barat, serta (b) Model pengembangan sistem agribisnis dan proses diseminasi teknologi dan kelembagaan melalui Program Prima Tani.
Uraian Kegiatan (5)
(6)
Secara umum, kegiatan terdiri atas tiga bentuk, yaitu pembinaan dan pendampingan di propinsi NTB, pembinaan dan pendampingan secara temporer di propinsi lain (Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah), serta evaluasi secara kritis dan penyempurnaan konsep dan manajemen Prima Tani secara nasional. Kegiatan pendampingan serta monitoring dan evaluasi di daerah dilakukan dalam beberapa bentuk sesuai dengan proses pelaksanaan di lapangan. Kegiatan dilakukan mulai dari tingkat pelaksana dengan metode diskusi sampai dengan aktifitas di lapangan. Pembinaan dan pendampingan di luar propinsi NTB dilakukan secara temporer dan kasuistis sesuai dengan kebutuhan dari pelaksana dari wilayah setempat. Tim juga terlibat dalam berbagai pertemuan, misalnya kegiatan sosialiasi serta evaluasi konsep Prima Tani secara nasional yang dilaksanakan di Bali. Pertemuan ini diikuti seluruh unsur yang terlibat dalam Primatani, termasuk pelaksana di propinsi-propinsi. Tim telah memberikan masukan untuk pedoman rancang bangun inovasi kelembagaan, yang dapat digunakan secara nasional mapun di daerah.
RE-2
Pendampingan pelaksanaan PRA dan baseline survey di NTB. (7)
Prima Tani di propinsi NTB dilaksanakan pada dua desa, yaitu: (1) Desa Songgajah, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu; dan (2) Desa Jurumapin, Kecamatan Buer, Kabupaten Sumabawa. Kedua desa berbasis lahan kering marjinal. Pemilihan lokasi sesuai dengan prosedur, dan telah didiskusikan dengan pemerintah daerah setempat. Desa Songgajah merupakan desa transmigrasi yang mulai ditempati semenjak tahun 1996 yang saat ini diisi oleh empat etnis (Jawa, Bali, Lombok, dan Dompu); sedangkan desa Jurumapin merupakan desa penduduk asli etnis Sumbawa. Komoditas pertanian utama di Songgajah adalah usahatani Jambu mete dengan tanaman sela berupa tanaman pangan dan hortikultura, serta ternak sapi. Di Desa Jurumapin, penduduknya mengandalkan pada usahatani sawah, sedangkan usahatani lahan kering belum optimal. Kegiatan Prima tani di Desa Jurumapin dikonsentrasikan pada areal lahan kering seluas 110 ha, yang selama ini belum optimal dimanfaatkan.
(8)
Kegiatan PRA telah dilakukan pada bulan April 2005 lalu, dengan melibatkan para peneliti dan penyuluh di BPTP. Hasil PRA telah ditulis dan dibuat dalam dua laporan yang terpisah, masing-masing untuk tiap desa. Materi laporan cukup lengkap, mulai dari kondisi wilayah, historik desa, keragaan usaha tani, existing teknologi, pohon masalah, lembaga pemasaran tiap komoditas, permasalahan usahatani tiap komoditas, serta diagram venn kelembagaan.
(9)
Setelah draft laporan PRA disusun, dilakukan sosialisasi dan lokakarya di tingkat desa untuk menjadikan rancangan teknologi dan kelembagaan yang lebih sesuai. Kegiatan ini diikuti para peneliti mulai dari Tim Pakar sampai dengan Puslit/Balit, yaitu peneliti dari Balitro Bogor, Balitser Maros, BB Pasca Panen Bogor, Balitkabi Malang, Balit Kapas Malang, Lolit Peternakan Grati Pasusuruan, serta peneliti dari PSE/KP. Seluruh peneliti yang datang bersamasama dengan staf BPTP dan Kepala BPTP, berkesempatan melakukan penggalian data serta berdiskusi sesama peneliti untuk membuat rancangan model, dan dilanjutkan dengan diskusi kembali dengan penduduk dengan mengajukan model tersebut sebagai bahan diskusi. Model tersebut merupakan rancangan awal yang nanti akan disempurnakan pada lokakarya di tingkat kabupaten dan tingkat propinsi. Pada prinsipnya, model yang akan dipakai nanti adalah model yang memang telah disetujui oleh petani, pihak pemda setempat, dan sesuai dengan pertimbangan ilmiah dari penelitipeneliti (BPTP dan peneliti pendukung dari Puslit/Balit). Disepakati bahwa di Desa Songgajah akan diterapkan “model renovasi”, sedangkan di Desa Jurumapin adalah “model introduksi”. RE-3
(10)
Dari pelaksanaan PRA dan diskusi hasil PRA, Tim dapat menyimpulkan bahwa penggalian informasi tentang kelembagaan masih sangat dangkal, hanya terbatas kepada diagram venn kelembagaan. Dari segi konsep, metodologi PRA memang tidak memuaskan untuk menggali permasalahan kelembagaan secara memuaskan. Dalam PRA tidak tergali misalnya bagaimana kapabilitas kelembagaan-kelembagaan yang telah ada tersebut untuk terlibat dalam Prima Tani. Pihak pelaksana belum dapat menjawab bagaimana kondisi kepemimpinan dalam kelembagaan, manajemen, permodalan, kemampuan berkerjasama dengan pihak luar, dan lain-lain. Akibatnya, tidak bisa dijawab apa strategi yang sesuai untuk mengembangkannya.
(11)
Dari temuan ini, Tim berpendapat bahwa sebaiknya permasalahan kelembagaan perlu digali secara khusus dengan metode khusus pula, misalnya dengan menerapkan kuesioner “organizational score sheet” yang dapat menilai kapasitas kelembagaan secara lebih kuantitatif.
(12)
Dalam kegiatan baseline survey, Tim banyak memberikan masukan dan perbaikan dalam pelaksanaan sehingga terhindar dari kesalahan metodologi.
Pendampingan dalam kegiatan lokakarya konsep kepada stakeholders di daerah (13)
Lokakarya dilaksanakan mulai dari tingkat desa, kabupaten, sampai propinsi yang dihadiri pelaksana Prima Tani di BPTP NTB, penyelia dan pendukung dari Puslit dan Balit terkait, serta para undangan yang terdiri dari Bupati, Sekda, Bappeda, dinas-dinas terkait, petani, LSM, dan para pengusaha dan pedagang hasil-hasil pertanian. Dalam lokakarya diinformasikan kepada seluruh stakeholders di daerah tentang rancangan Prima Tani dan dukungan apa yang diharapkan dari masing-masing pihak. Beberapa penyempurnaan juga berhasil dirangkum yang merupakan usulan dari peserta lokakarya. Pemerintah daerah secara umum siap mendukung pelaksanaan Primatani, dan bahkan ingin agar model tersebut dapat lebih dikembangkan ke desa-desa lain.
Diskusi dalam penyusunan rancang bangun Prima Tani (14)
Rancang bangun laboratorium agribisnis Prima Tani disusun dari kegiatan PRA, baseline survey, dan hasil kesepakatan dalam sosialisasi dan lokakarya mulai dari tingkat desa sampai propinsi. Draft final rancang bangun tersebut disusun secara intensif melalui diskusi antara pelaksana dengan penyelia serta pendukung dari RE-4
Balit/Puslit lain. Materi utama rancang bangun tersebut berupa dua hal pokok yaitu ‘inovasi teknologi’ dan ‘inovasi kelembagaan’. Dari diskusi yang diadakan, terungkap berbagai kekuranglengkapan data terutama dari aspek informasi kualitatif kelembagaan. (15)
Berbagai perbaikan telah dihasilkan dari diskusi ini, khususnya tentang inovasi kelembagaan. Tim memberi masukan dengan merumuskan contoh rancang bangun inovasi kelembagaan, yang menjelaskan spesifikasi tahapan aktifitas per waktu, per tahap, serta bagaimana peran masing-masing pihak (BPTP, PPL setempat, Dinas Pertanian setempat, serta pengurus dan anggota kelembagaan dimaksud). Juga berhasil dirumuskan ragam kelembagaan yang akan diperbaiki ataupun akan diintroduksikan di tiap lokasi, serta dukungan apa yang akan diberikan untuk membangun dan meningkatkan kapasitas kelembagaan tersebut.
Sosialisasi dan evaluasi konsep Prima Tani secara nasional (16)
Dalam pertemuan Sosialisasi dan Evaluasi Prima Tani di Bali, Tim berperan secara aktif dalam seluruh session dan diskusi. Diperoleh berbagai masukan dari peserta, misalnya bahwa sebagian petunjuk belum dipahami secara baik oleh masing-masing pelaksana Prima Tani di BPTP. Selain itu, masih diperlukan beberapa petunjuk lain, misalnya tentang petunjuk teknis untuk pengembangan kelembagaan.
(17)
Merespon permintaan tersebut, maka Tim PSE mengusulkan rancangan Petunjuk Teknis Kelembagaan. Rancangan tersebut dirumuskan setelah melalui diskusi dalam pertemuan tersebut, bertolak dari kebutuhan yang dirasakan oleh pelaksana di BPTP. Masukan tersebut telah disampaikan kepada Ketua Tim Pakar sebagai bahan untuk menyusun Juknis Pengembangan Kelembagaan.
Permasalahan dan saran untuk penyempurnaan progam Prima Tani ke depan (18)
Dari hasil kegiatan pendampingan untuk membantu pelaksana Prima Tani di propinsi NTB, dampak kegiatan yang utama terlihat adalah peningkatan pemahaman konsep dan strategi serta penyempurnaan rancang bangun Prima Tani. Dalam hal ini perbaikan rancangan inovasi kelembagaan diharapkan akan memudahkan pelaksana di lapangan berkoordinasi antar bagian, yaitu antara manajer laboratorium agribisnis, dengan penanggung jawab teknologi, diseminasi, kelembagaan, dan lainnya. Implementasi pemikiran ini RE-5
dapat berupa penyusunan panduan perancangan kelembagaan lokal baik yang bersifat penyempurnaan maupun berupa inovasi baru. (19)
Meskipun kegiatan di lapangan masih berjalan, dari interaksi dan diskusi dengan pelaksana di lapangan ditemukan berbagai permasalahan. Salah satu masalah adalah pemahaman yang kurang optimal terhadap konsep Prima Tani secara umum, serta terhadap berbagai tahapan dan tujuan serta peran penting setiap tahapan tersebut. Upaya mengatasi masalah ini antara lain adalah dengan menyelenggarakan kegiatan pendampingan secara berkesinambungan selama dalam proses panjang Prima Tani yang akan berlangsung selama 5 tahun. Disarankan agar kegiatan pendampingan yang dilaksanakan pada tahap awal kegiatan dilanjutkan dan dikembangkan serta disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan kegiatan pelaksanaan Primatani.
(20)
Prima Tani terdiri atas dua komponen pokok yaitu ‘inovasi teknologi’ dan ‘inovasi kelembagaan’. Pemahaman tentang inovasi teknologi relatif sudah cukup memuaskan apalagi dukungan Puslit/Blait terkait cukup kuat, namun khusus untuk inovasi kelembagaan ditemukan berbagai kelemahan karena kekurangpahaman terhadap konsep dan metode dalam pengembangan kelembagaan. Guna mengatasi kondisi ini diperlukan interaksi lintas-disiplin keilmuan guna bersamasama mendalami konsep dan metode pengembangan kelembagaan dalam kegiatan pelatihan, lokakarya, atau seminar terkait pengembangan konsep kelembagaan.
(21)
Beberapa saran yang dapat disampaikan untuk penyempuranaan program Prima Tani dan kegiatan supervisi di tahun-tahun berikut adalah perlunya ‘penyeragaman’ dan peningkatan pemahaman seluruh pihak terkait dalam Prima Tani tentang teori kelembagaan, inovasi kelembagaan, dan strategi pengembangan kelembagaan; mulai dari tingkat Dewan Pakar sampai pelaksana di lapangan. Peningkatan pemahaman aspek kelembagaan menjadi sangat esensial, karena inovasi kelembagaan mengikuti karakter sosio kultural masyarakat setempat. Kemampuan dasar yang kuat pada pelaksana berupa konsep dan teori kelembagaan, akan sangat membantu dalam merancang dan mengimplementasikan kegiatan di lapangan. Kondisi ini dapat diperoleh antara lain melalui kegiatan pelatihan kelembagaan, lokakarya, atau seminar singkat tentang teori, inovasi dan strategi pengembangan kelembagaan yang sejalan dengan tujuan Primatani.
(22)
Ciri yang membedakan Prima Tani dengan program-program Badan Litbang sebelumnya adalah ‘aspek kelembagaan’. Perlu kesadaran seluruh pihak bahwa kekuatan pemahaman terhadap Teori Kelembagaan merupakan salah satu kunci keberhasilan Prima Tani RE-6
secara keseluruhan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melakukan peningkatan pemahaman secara bertahap mulai dari Tim Pakar, para penyelia, Puslit dan Balit, serta sampai kepada pelaksana di BPTP dan Pemda setempat dengan tujuan menyukseskan program Prima Tani. Pemahaman dan penguasaan masalah kelembagaan adalah komponen yang esensial untuk keberlanjutan Prima Tani secara keseluruhan.
RE-7