ISSN -1410- 9S9X
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Volume 14 Nomor 2, Juli 2011
Terakreditasi Nomor: 280/AU1/P2MBI/05/2010
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
I JPPTP I Vo1.14l No. 21 Hal.77-l50 I Bogor, Juli 20111 ISSN- 1410- 959X I
···.~
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Volume 14Nomor2,Juli2011
Penanggung Jawab Kasdi Subagyono Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dewan Redaksi Darman M. Arsyad Ridwan Thahir M.Arifin TripAlihamsyah Agus Muharam Argono Rio Setioko Rachmat Hendayana Mitra Bestari I Wayan Rusastra DidiArdiS. Aris Pramudia Syahyuti Redaksi Pelaksana Achmad Subaidi Ume Humaedah Vyta W. Hanifah Elya Nurwullan Layout Agung Susakti Alamat Redaksi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jalan Tentara Pelajar No.1 0 Bogar, Indonesia Telepon : (0251) 8351277 Fax : (0251)8350928 E-mail :
[email protected] Website : http://www.bbp2tp.litbang.deptan.go.id JURNAL PENGKAllAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN (JPPTP) adalah media ilmiab penyebaran basil penelitianlpengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah. Jumal ini memuat basil penelitianlpengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bemuansa spesifik lokasi dan penelitian terapan. Jumal ini diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tabun.
ISSN -1410- 9S9X
Jurnal Pen·gkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Volume 14 Nomor 2, Juli 2011
SK Kepala LIPI Nomor: 452/D/2010, Tanggal 6 Mei 2010
DALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
.
ISSN -1410- 959X
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Volume 14 Nomor 2, Juli 2011 UJI EFEKTIVITAS PREP ARA T ANTHELMINTIK PADA SAPI BALI D1 LOMBOK TENGAH 77-83 Luh Gde Sri A stili, Tanda Panjaitan, dan L. Wirajaswadi STABILITAS HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI DI LAHAN SA WAH Amik Krismawali dan Zaenal Arifin
84-91
ANALISIS STRUKTUR BIA YA, KEUNTUNGAN DAN TITIK IMP AS USAHA PENANGKARAN BENIH PAD! DI KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA Zainal Abidin 92-99 PENGGUNAAN RANSUM BERBAHAN SAMPAH ORGANIK UNTUK PENGGEMUKAN SAPI BALI JANTAN 100-107 Suprio Guntoro, Nyoman Suyasa, dan Made Londra KAJIAN EFISIENSI KEUNTUNGAN USAHATANI LAHAN SAWAH Dl SULAWESI TENGGARA 108-120 Dewi Sahara, Harianto, N. Kusnadi, dan Kuntjoro DINAMIKA INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PEDESAAN DI SUMATERA BARAT 121-130 Buharman B. dan Nurnayetti KAJIAN EFEKTIVITAS METODE DISEMINASI DALAM UPAYA MEMPERCEPAT ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI I 3/-/40 Siti Sehat Tan dan Ume Humaedah PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGGUNAAN MULSA DALAM BUDIDAYA KENTANG DI SULAWESI SELATAN /41-150 Muhammad Thamrin, Ruchjaniningsih, Armiati, dan B.A. Lologau
UJI EFEKTIVITAS PREPARAT ANTHELMINTIK PADA SAPI BALI.OI LOMBOK TENGAH Luh Gde Sri Astiti, Tanda Panjaitan, dan L. Wirajaswadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat Jl. Raya Paninjauan Narmada 83371, PO Box 1017, Mataram, Nusa Tenggara Barat Email:
[email protected]
Diterima: 16 Desember 2010; Disetujui untuk publikasi: 27 Juni 2011
ABSTRACT The Evaluation on Anthelmintik Effectivity fo Bali Cows in Central Lombok. The efficacy evaluation of3 anthelminthics was conducted at Jeliman sub village, Karang Sidemen village, Batu Kliang Utara sub district, Central Lombok district, from March to June 2008. The aim of the study was to find out efficacy of the anthelmintic drug on Bali cows. Fifteen Bali aged 3-4 years were alocated randomly into 3 groups. The treatments were: administration of ivermectin I% by sub cutan injection (I), administration albendazole orally (A), and administration of piperazine citrate orally (P). The doses of anthelmintic were based on factory recommended doses. Body weight of the Bali cows were estimated by bpdy weight table. The results showed that 73.3% of Bali cows was infected with gastrointestinal parasite. The percentage of Ascaris sp, Bunostomum sp, Fischoederius sp. and Carmyerius sp, Mecistocirrus sp. and Cooperia sp is 63.6%; 54.5%; 27.3%, and 18.2%. The family of gastrointestinal parasite is from Ascarididae, Ancylostomatidae, Paramphistomatidae and Trycostrongylidae. Efficacy of anthelmintic drug is different to all species. The etlicacy of anthelmintic drug I and A group is better than P group. Key words : Bali cows, efficacy. anthelminthic
ABSTRAK Pengkajian efektivitas berbagai preparat anthelmintik telah dilaksanakan di Dusun Jeliman Desa Karang Sidemen Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah dari bulan Maret sampai Juni tahun 2008. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas preparat anthemintik pada sapi Bali betina di Dusun Jeliman Desa Karang Sidemen Lombok Tengah. Lima belas ekor sapi Bali betina berumur 3-4 tahun dipilih secara acak dan dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah: Pemberian anthelmintik ivermectin dengan injeksi sub kutan (I), albendazole per oral (A) dan piperazine citrate peroral (P). Dosis anthelmintik yang diberikan disesuaikan dengan rekomendasi dosis dari masing-masing produk. Untuk memperkirakan berat badan sapi dilakukan dengan pengukuran lingkar dada yang kemudian dikonversi menggunakan tabel berat badan sapi Bali. Hasil pengkajian didapatkan bahwa 73,3% sapi Bali terinfestasi oleh parasit gastrointestinal. Persentase dari spesies Ascaris sp, Bunostomum sp, Fischoederius sp, dan Carmyerius sp,, Mecistocirrus sp dan Cooperia sp berturut-turut adalah 63,6%; 54,5%; 27,3% dan 18,2%. Parasit gastrointestinal yang ditemukan merupakan family Ascarididae, Ancylostomatidae, Paramphistomatidae dan T1:vcostrongylidae. Efektivitas obat anthelmintik berbeda-beda terhadap semua spesies cacing. Efektivitas obat dari perlakuan grup I dan A lebih baik dibandingkan dengan perlakuan group P. Kata kunci : Sapi bali betina, efektivitas, anthelmintik
Uji Efektivitas Preparat Anthelmintik pada Sapi Ba(i di Lombok Tengah (Luh Gde Sri Astiti, Tanda Panjaitan, dan L. Wiraiaswadi)
77
..
PENDAHULUAN Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan salah satu provinsi sentra' sapi potong di Indonesia dengan populasi sapi mencapai 546.114 ekor pada tahun 2009 (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat, 2009). Bumi Sejuta Sapi (BSS) merupakan salah satu program unggulan provinsi NTB untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi mendukung swasembada daging sapi Nasional. Kabupaten Lombok Tengah merupakan sentra produksi ternak sapi potong di NTB. Pada tahun 2009 populasi ternak sapi di kabupaten Lombok Tengah mencapai 80.574 ekor atau sekitar 25.5% dari populasi sapi di Lombok (BPS NTB, 20 I 0). Berdasarkan peta situasi penyakit hewan menular NTB, kabupaten Lombok Tengah merupakan kabupaten endemis helminthiasis (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, 2009). Desa Karang Sidemen adalah salah satu desa di Kabupaten Lombok ~eng?h dengan ~opulasi ternak sapi yang cukup tn~gg1 mencapa1 2.966 ekor dan termasuk wilayah endemis helminthiasis (BPS NTB, 2008). . Helminhtiasis mcrupakan penyakit yang d~s.ebabk~n oleh_ parasit cacing baik oleh cacing glltg, cacmg hatt ataupun cacing pita (Goodwin, 2~0~; Akoso, 1996). Kerugian ekonomis yang dtaktbatkan oleh penyakit ini antara lain adalah terjadinya penurunan berat badan (berat badan tidak sesuai umur), anemia, serta menurunkan kondisi tubuh sehingga mudah terserang penya~it infeksi lain baik oleh virus maupun bakten (Hungerford, 1990; Sigmund et al., 1983). Pada infestasi yang berat dapat menyebabkan kematian serta diafkirnya beberapa organ tubuh yang mengalami kerusakan (Heath, 2003; Wells, 1999; Sigmund eta/., 1983; Sloss, 1976). Penanganan dan pengendalian dampak helminthiasis dapat dilakukan dengan pencegahan melalui perbaikan manajeman pemeliharaan dan dengan pengobatan
menggunakan preparat anthelmintik seperti Albendazole, lvermectin, Fenbendazole dan Piperazine (Goodwin, 2007). Pengendalian ~enggu~akan preparat anthelmintik seperti 1vermectm, doramectin, albendazole dan fen?endazole dapat mengurangi jumlah telur cacmg dalam feses sampai 95% dan 71-87% berturut-turut pada hari ke ..24 dan 64 setelah pemberian (Reinhardt et a!., 2006; Grimshaw et a/., 1996; Meeus eta!., 1997; Yazwinski eta!., 1995; Da Cruz et a/., 2010; Vercruysse et at., 1993). Penggunaan anthelmintik yang berlebihan telah dilaporkan menyebabkan resistensi pada anak sapi dan ruminansia kecil (Grimshaw et al., 1996; Garg et al., 2007; Mason et a/., 2007 dan Ram et a/., 2007). Peng~a}ian _ini bertujuan untuk mengetahui efekttvttas t1ga macam anhthelmintik sebagai acuan pemberian anthelmintik pada ternak sapi di Lombok.
METODOLOGI . Pengkajia~ dilaksanakan di kandang kolekttf Dusun Jehman Desa Karang Sidemen Kecamatan Batu Kliang Utara Kabupaten Lombok Tengah pada bulan Maret-Juni 2008. Pe~gkajian menggunakan 15 ekor sapi Bali betma dengan kisaran umur 3 - 4 tahun. Sapisapi tersebut dikelompokkan secara acak dalam 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan I diberikan anthelmintik Ivermectin I% (I ml/50 kg BB) melalui injeksi secara sub kutan, kelompok perlakuan A diberikan anthelmintik Albendazole 1500 mg ( 1 b?Jus~200 kg BB) dan kelompok perlakuan p d1benkan anthelmintik piperazine citrat 360 mglml ~3~ ml/~9 k.g BB) melalui oral. Preparat anhelmmtJk d1benkan dengan dosis tunggal, berdasarkan rekomendasi dari masing-masing produk. Monitoring parasit internal dilakukan dengan pemeriksaan feses I bulan sekali s~Jama 3 bulan. Pengambilan sampel feses d1lakukan sebelum dan setelah pemberian preparat anthelmintik.
Jumal Pengk!yian danf>engemhangan Teknologi Pertanian Vol. 14, No.2. Juli 2011: 77-?!3
78
-----------ii!l\NitiAR.Ii:.:{<
t_]t tNP
Sampel feses segar dari masing-masing periakuan diambil secara acak kemudian .±rmasukan kedalam tabung plastik dan dibawa ke Laboratorium Balai Rumah Sakit Hewan ~ Veteriner NTB di Banyumulek untuk pemeriksaan jumlah telur dan jenis cacing yang menginfestasi temak tersebut dengan menggunakan metode apung Wisconsin yang s,a.n.gat sensitif digunakan untuk pemeriksaan _;<.tmlah telur cacing yang sedikit (Bliss, 2011). Ha.sil yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif. Pengukuran lingkar dada dilakukan pada setiap bulan dan hasil pengukuran J..emudian dikonversi ke dalam satuan kilogram dengan menggunakan tabel berat badan .Julianto et a/., 2010). Hasil yang diperoleh jigunakan untuk mendapatkan gambaran berat badan sapi Bali dan sekaligus digunakan sebagai dasar pemberian anthelmintik. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap jumlah telur cacing, dari I5 ekor temak sapi Bali betina sebelum diberikan perlakuan, terdapat II ekor ternak (73,3%) positif terinfestasi penyakit cacing. Dari total infestasi tersebut, persentase jumlah ternak yang positif terinfestasi cacing berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Tabel I. Berdasarkan Tabel I terlihat bahwa persentase jumlah sapi Bali betina yang positif terinfestasi dari jenis Ascaris sp sebanyak 63,6%, 54,5% terinfestasi jenis Bunostomum sp, 27,3% jenis Fischoederius sp. dan Carmyerius sp serta 18,2% jenis Mecistocirrus sp~ dan Cooperia sp. Tingkat prevalensi masing-masing jenis cacing sangat tergantung pada media, perantara dan lingkungan (manajemen pemeliharaan). Telur cacing yang keluar bersama feses akan tetap hidup dan berkembang menjadi larva infektif dalam feses tersebut, karena feses biasanya kering diluar tapi tetap Iembab di dalam. Pada saat musim penghujan atau kodisi
lingkungan yang mendukung, larva infektif ini akan ikut bersama air dan menjangkiti temak lain atau terjadi reinfeksi (Khant, 1966). Tabel I. Persentase jumlah sapi Bali betina yang terinfestasi cacing sebelum pemberian preparat anthelmintik di kandang kolektif Karang Sidemen Kabupaten Lombok Tengah bedasarkan jenisnya No
Jenis Telur Cacing
Persentase sapi betina yang tertular cacing sebelum perlakuan (%)
I
Ascaris sp
63,6
2
Bunostomum sp
54,5
3
Fischoederius sp
27,3
4
Carmyerius sp Mecistocirrus sp
27,3
5 6
Cooperiasp
18,2
18,2
Jenis cacing Ascaris sp. termasuk dalam family Ascarididae, Bunostomum sp dari family Ancylostomatidae, Mecistocirrus sp. dan Cooperia sp. dari family Trichostrongylidae (Van Aken et al., I998 dan Blood et al., 2007) serta Carmyerius sp dan Fischoederius sp merupakan cacing dari . family Paramphistomatidae (Seck, 2007 dan Blood et a/., 2007). Seluruh jenis cacing ini merupakan cacing endemis di Asia (Blood et al., 2007). Dari seluruh jenis cacing yang telah disebutkan di atas (Tabel I), tingkat efektivitas pemberian anthelmintik dengan perlakuan I, A dan P, pada masing-masing kelompok ternak sapi Bali betina, terhadap masing-masing jenis cacing ditunjukkan dalam gambar 2a-f. Efektivitas anthelmintik ivermectin dan albendazole untuk cacing Ascaris sp. terjadi I bulan setelah perlakuan dan anthelminthik piperazine citrat pada bulan ke-2 setelah perlakuan (Gambar 2a). Efektivitas anthelmintik ivermectin dan piperazine citrat untuk cacing Bunostomum sp. terjadi l bulan setelah perlakuan sedangkan anthelmintik albendazol~ baru tercapai setelah 2 bulan perlakuan (Gambar 2b). Efektivitas
Uji Efektivitas Preparat Anthe/mintik pada Sapi Bali di Lombok Tengah {Luh Gde Sri Astiti, Tanda Panjaitan. dan L. Wiraiaswadi)
79
., a
.............
'-
•
saraf cacing sehingga cacing hanya mengalami paralisis tanpa menyebabkan kematian cacing. Bila cacing tidak dikeluarkan dari lumen usus melalui gerakan peristaltik usus maka blok acetylkolin akan berakhir. Sedangkan dan ivennectin antelmintik albendazol mengakibatkan kematian cacing (Anonimous. 2010a, 2010b). Untuk cacing Cooperia sp. efektivitas anthelmintik albendazole te1jadi satu bulan setelah perlakuan sedangkan anthelminthik ------------------------------,
anthelmintik ivermectin. albendazole dan piperazine citrat untuk cacing Mecistosirrus sp., Fischoederius sp., dan Carmyerius sp. te1jadi I bulan setelah perlakuan, tetapi pada bulan kedua efektivitas piperazine citrat menurun (Gambar 2 c, d dan e). Hal ini discbabkan karena perbedaan mekanisme kerja anthelmintik. Dimana anthelmintik golongan piperazine hanya melakukan blok terhadap acetylkolin yang menyebabkan hiperpolarisasi Ascaris sp (2a) (1.0
·§
3
18 16 14 ll
:;
~
10 g
~
6
~
4 2
"£
Bunostomum sp (2b)
-+-lvermectin (I)
---Aibendazole (A) ..,.....PJper;azine citr..-.t (P)
18 16
CJ)
c ·c;
14
"'v .2 ~
.r::;
'E"'
oi---...!:==:::;==aa-.1---....-....:::::::a---. 0 Bin
........,_lve-rmettin(l) _,._ Atbendazole (A) _._.PiperazinE' cit rat (Pi
12 10 8 6 4 2 0
~
2 Bin
1 Bin
OBin
1 Bin
Bulan
13 16 ~ ·u 14 12 v ::; 10
..t:;;
E"'
~
., 16
._...,_,v~rmectin
c:
--w-Piperazin~
~ ..c::
E"'::>
dtrat (P)
14 12 ::; 10
e
~
6
~
4 2 0
--
18
lG 14
--+---lvenne(.tin (I) -Aibendazole (A) _...,._Piperazine eft rat (P)
8 6 4
'E
~
2 0
1 Bin Bulan
2 Bin
·--------~-------------'------------'
0 Bin
10
v
';;
10
2!
8 G 4
00
---Aibendazole (A)
e
G
c:
.c
"'
4
~
2
.......-lvt?rnleclin{li -e-Aibend:l.tolt~
OBin
1 Bin
llul<m
2 Bin
2 OBin
! Bin
2 Bin
Bulan
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - ---· ---···· ·-·---- .. ··- -----·-. Gambar 2a-t: Efektivitas anthelmintik terhadap cacing Ascaris sp, Bunostomum
.Juma/l'engkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. I.J. No.2. Ju/i 2011: 77-83
80
(AJ
...,._Ptpf'r."lzint> citr.,t (PJ
0
0
2 Bin
Cooperia sp (2f) 18 16 14 12
--lverrnectin{l) .....-Piperazine citra! (P)
8
1 Bin Bulan
------------------------- ---------
Mecistosirrus sp (2e)
G 12 ::>
·§
(I)
-Aibendazole (A)
OBin
·;:;
Carmyerius sp (2d) 18
s
-·
..
Bulan
Fischoederius sp (2c)
"'
"§
2 Bin
"umect:in teljadi pada bulan ketiga, tetapi ~ anthelmintik piperazine citrat tidak ~i penurunan jumlah telur cacing sampai ~ buian setelah perlakuan (Gambar 2t). Hal sesuai dengan deskripsi umum dalam !d:mtlfik.asi produk piperazine citrat bahwa mthdmintik ini lebih berpengaruh terhadap ~gan Ascarias sp. (Anonimous. 2010c). Sdringga efektivitas anthelminthik piperazine ~ untuk jenis Fischoederius sp dan C~ria sp. lebih rendah dibandingkan ~mintik ivermectin dan albendazole. Dari ke tiga kelompok sapi Bali betina _:<"'ling diberikan perlakuan, terlihat adanya ~-nderungan yang sama yaitu terjadi penurunan jumlah telur semua jenis cacing. Sdanjumya, efektivitas ketiga jenis E!!lDeiminthik terhadap semua Jents cacing :•q ditemukan pada sapi Bali di Dusun .C:hman Desa Karang Sidemen Kabupaten l.onlbok Tengah terlihat pada Gambar 3. Etektivitas anthelmintik pada semua jenis cacing
...,.lvermectin(ll .... Aibendazole (AI -Piperazine citra! (PI
Obln
lbln Bulan
Zbln
Gambar 3. Efektivitas anthelmintik I, A, P pada semUa jenis cacing yang ditemukan pada sapi Bali di Dusun Jeliman Desa Karang Sidemen Lombok Tengah pada masing-masing kelompok perlakuan.
Ketiga jenis anthelminthik memiliki dektivitas berbeda-beda terhadap semua ~ies cacing. Efektivitas anthelmintik i't'emleetin terlihat satu bulan setelah perlakuan dan anthelmintik albendazole terlihat dua bulan
' setelah perlakuan. Sedangkan anthelmintik piperazine citrat efektivitasnya lebih rendah. Tingkat efektivitas yang sama juga dilaporkan oleh Reinhardt et al. (2006); Grimshaw et al. (1996); Meeus et al. (1997); Yazwinski et al. (1995}; DaCruz eta/. (2010) dan Vercruysse et a/. (1993) bahwa pemberian ivermectin, doramectin, albendazole dan fenbendazole dapat mengurangi jumlah telur cacing dalam feses sampai 95% pada hari ke 24 dan 71-87% pada hari ke 64. Perbedaan efektivitas ini disebabkan karena perbedaan mekanisme kerja anthelmintik. Dimana anthelmintik golongan piperazine melakukan blok terhadap acetylkolin menyebabkan hiperpolarisasi saraf sehingga cacing mengalami paralisis, kemudian dikeluarkan dari lumen usus melalui gerakan peristaltik usus. Sedangkan efek antelmintik albendazol terjadi dengan menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga produksi ATP sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing berkurang yang akan mengakibatkan kematian cacing (Anonimous, 2010a). Sedangkan anthelminthik iverrnectin menyebabkan rusaknya transmiter saraf cacing sehingga cacing mengalami paralisa dan kemudian mati (Anonimous, 2010b). Dengan demikian pemberian anthelmintik dengan bahan aktif ivermectin dan albendazole di kandang kolektif dusun Jeliman desa Karang Sidemen kabupaten Lombok Tengah lebih efektif dibandingkan dengan antelminthik berbahan aktif piperazine citrat. KESIMPULAN Pada kandang kolektif di Dusun Jeliman Desa Karang Sidemen Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah didapatkan bahwa: 73,3% ternak terinfestasi penyakit cacing, spesies cacing terbanyak adalah Ascaris sp. Ketiga jenis anthelmintik yang beredar di NTB memiliki efektivitas yang berbeda-beda terhadap spesies cacing. Efektivitas
Efdttvitas Preparat Anthelmintik pada Sapi Bali di Lombok Tengah (Luh Gde Sri Astiti, Tanda Panjaitan. dan -· •• :r:m::uv.·adi)
81
anthclmintik berbahan aktif ivermectin dan albendazole (perlakuan I dan A) lebih baik untuk semua jenis cacing dibandingkan dengan anthelmintik berbahan aktif piperazine citrat (perlakuan P). Disarankan kcpada pemilik sapi Bali di kandang kolcktif Dusun Jeliman Desa Karang Sidemen Kabupaten Lombok Tengah untuk ·mcJakukan pengobatan cacing secara berkala sctidaknya tiga bulan sekali dengan anthclmintik I dan A disertai dengan manajcmen pemcliharaan yang baik. DAI<'T AR PUST AKA /\koso, T.B. 1998. Kesehatan Sapi. Panduan Bagi Petugas Teknis, Mahasiswa, Pcnyuluh dan Peternak. Kanisius. Jakatta.l57-168. Anonimous. Piperazine-citrate. http://www. drugs.com. [29 April] 20 I Oa. lvermcctin. http://www.medic &.com. [29 April] 2010b. . Piperazine citrat. http://www.drugs. ---~~;-~immx/piperazine-citrate. (29 April] 2010c. Badan Pusat Statistik. 2008. Provinsi Nusa Tcnggara Barat. Nusa Tenggara Barat dalarn Angka. Mataram: 255-256. BP.dan Pusat Statistik. 20 I 0. Provinsi Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara Barat dalam Angka. Mataram. Bliss, D.H. Establishing and Maintaining an Internal Parasite Control Program for Dairy Cattle Veterinary. http://www.admani.com /Dairy/Dairy Establish and Maintain Internal Parasite Program.htm. [29 November] 2011. Blood. D.C., V.P. Studdert and C.C. Gay. 2007. Saunders Comprehensive Veterinary Dictionary. 3'd edition. Elsevier. Maryland Heights. USA.
Da Cruz D.G, da Rocha L.O, Arruda S Palieraqui J.G, Cordeiro R.C, Santos Junior, Molento M.B. and de Paula San1 C. 20 I 0. Anthel.mintic Efficacy a Management Practices in Sheep Fan from the State of Rio de Janeiro, Bra2 Vet Parasitology. Epub. [23 April] 20 I 0 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nu Tenggara Barat. 2009. Profil Agribisr Peterenakan Nusa Tenggara Bar: Mataram: 5•.1 0. Garg, R., R.R. Kumar, C.L. Yadav and P. Banerjee. 2007. Duration of Anthelmint Effect of Tree Formulations of lvermect (Oral, Injectable dan Pour-on) Again Multiple Anthelmintic-Rcsistar Haemonchus contorrus in Shee1 Veterinary Research Communicatior 31:749-755. Goodwin, D.H. 2007. Beef Management an Production. Hutchinson. Australia Pt Ltd. New South Wales: 183-185. Grimshaw, W. T. R., C. Hong and K. R. Hunr 1996. Potential for Misinterpretation o the Faecal Egg Count Reduction Test fo Levamisole Resistance in Gastrointestina Nematodes of Sheep. Veterinar: Parasitology 62 (3-4): 267-273. Heath, S.E. and B. Harris, Jr2. 2003. Commor Internal Parasite of Goat In Florida University of Florida. CIR I 023. IF M Extension. Hungerford's. T.G. 1990. Disease of Livestock McGraw-Hill Book Company Sydney.J357-1407. Julianto, T.B., Panjaitan, T., Fordyce, G. and Poppi. D. 2010. Breeding Bos indcus cattle in Eastern Indonesia. 4. Cattle Growth. Proceedings 5111 ISTAP. Yogyakarti'l. P'lrt 2. liFll. 474-477. Khant, M.A.I966. Helminthiasis In Cattle And Failure Of Coumaphos To Controllt. Can. Vet. Jour. 7(2):32-39 .
.Jumall'engkaJiclll dan Pengemhangan Teknologi Pertanian Vol. 1-1. lv'o. 2. .Ju/i 201/: 77-83
82
•
~ P.C S~es
and McKay C.H. 2006. Field Investigating Anthelmintic ~stance in Young Cattle on Five Farms T.J "Sew Zealand: N Z Veterinary Journal
S4
:3!8-22.
.~ ?.f.M., J. De Bont and J. Vercruysse. '~. Comparison of the Persistent ~~'>itv of Ivermectin, Abamectin, ~in and Moxidectin in Cattle in ~bia. Veterinary Parasitology 70 (4):
: J:;a.
~:24.
TJ. Rasool, A.K. Sharma, H.R. Meena S.K. Singh. 2007. Comparative Effecac-. Different Anthelmintic Against fe:nbendazole Resistant Nematodes of nshmina Goat. Veterinary Research C.ommunications 3 I :719-723.
~
C.D .. J.P. Hutshenson and W.T. 2006. A Fenbendazole Oral t::)reoch in Addition to an lvermectin Pour::e Reduces Parasite Burden and Improves feedlot and Carcas Performance of r::.et:shing Heifers Compared With E.nJectoctocides. Jurnal of Animal 5-.:zence 84: 2243-2250. \f.T.Ba CT. 2007. Carmyerius ""'!.;;r,;handi, a New Spesies of Trematode Gastrothylacidae) a Parasite of Cattle in Smegal. Rev Sci Tech. 26 (3):639-48.
~;chols.
~
Sigmund., et al. 1983. The Merck Veterinary Manual. Fifth Edition. Merck and Co. Rahway, N.J. USA. 671-688. Sloss,
M.W. 1976. Veterinary Clinical Parasitology. Fourth Edition. The lOW A State University Press. Ames. 1-128 .
Van Aken, D., J. Vercruysse, A. Dargantes, J. Lagapa and D. J. Shaw. 1998. Epidemiology of Mecistocirrus digitatus and Other Gastrointestinal Nematode Infections in Cattle in Mindanao, Philippines. Veterinary Parasitology 74 (1 ): 29-41. Vercruysse, J., P. Dorny, C. Hong, T. J. Harris, N. C. Hammet, D. G. Smith, and A. J. Weatherley. 1993. Efficacy of doramectin in the prevention of gastrointestinal nematode infections in grazing cattle. Veterin¥)' Parasitology 49 ( 1): 51-59. Wells, A. 1999. Integrated Parasite Management for Livestock. Appropriate Technology Transfer for Rural Areas (ATTRA).U.S. Departement of Agriculture. Fayeteville Arkansas 800-346-9140.1-9. Yazwinski TA, Featherston H and Tucker C. 1995. Effectiveness of the lvermectin Sustained-release Bolus in the Control of Bovine Nematodosis. Am J Vet Res. 56 ( 12): 1599-602.
£,'fea1vaas Preparat Anthelmintik pada Sapl Bali di Lombok Tengah (Luh Gde Sri Astiti, Tanda Panjaitan, dan -- if'i~:~·~