KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM KELEMBAGAAN USAHA PENANGKARAN BENIH PADI SPESIFIK LOKASI DI SULAWESI UTARA Jantje G. Kindangen, Janne H.W. Rembang, Derek.J. Polakitan, Olvie G. Tandi, dan Frederik F. Rumondor
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI UTARA
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN LITBANG PERTANIAN
Latar Belakang -
-
-
Kebutuhan beras terus meningkat, melalui program P2BN ditargetkan produksi beras meningkat 5 %/tahun Di Sulut terdapat areal sawah seluas 50.000 ha, produktivitas sekitar 4-4,5 ton GKP/musim tanam, produktivitas potensial mencapai > 8 ton/ha/musim tanam Ketersediaan benih padi unggul masih menjadi masalah klasik di daerah ini menyebabkan lebih dari separoh petani menggunakan benih kurang bermutu kalaupun ada tidak berkelanjutan Dalam menopang pencapaian swasembada beras perlu dibangun sistem kelembagaan usaha penangkaran benih padi secara spesifik lokasi agar diperoleh rekomendasi yang layak dan efektif dalam menunjang pencapaian swasembada beras di Sulawesi Utara
b. Permasalahan • Jumlah benih padi unggul yang diserap sampai ke tingkat petani relatif rendah disebabkan terbatasnya sosialisasi, kebutuhan petani terhadap dana dan sarana produksi masih sangat besar pada ”tuan giling padi”, terbatasnya informasi pasar, serta kurangnya promosi produk dari padi varietas unggul. Rumusan Masalah a. Dalam rangka akselerasi penyediaan benih padi belum tersedia konsep metode pengembangan usaha penangkaran benih secara spesifik. b. Bagaimana system ketersediaan benih secara berkelanjutan melalui penataan system kelembagaan penangkaran benih yang lebih efiesien dan efektif. c. Belum tersedia rancangan sistem kelembagaan usaha penangkaran benih yang dapat mengakses secara efektif produksi para pengkaran benih secara efektif.
Tujuan 1. Untuk mengetahui sistem penyediaan benih padi secara spesifik pada beberapa sentra produksi padi 2. Untuk merancang sistem kelembagaan usaha penangkaran benih padi yang praktis dan berkembang secara berkelanjutan. 3. Untuk merancang sistem penyaluran benih yang praktis dan mudah diterapkan
METODOLOGI a. Ruang Lingkup Identifikasi petani dan sistem penangkaran benih, sistem penyebaran benih, kelembagaan kelompok tani/gapoktan, merancang beberapa pilihan model lembaga penyedia benih melalui petani/kelompok tani dan gapoktan, menata sistem penyediaan dan penyaluran benih serta kemitraan, serta menyusun pedoman panduan sistem penyediaan benih yang efisien dan efektif. Obyek kajian: petani (termasuk petani penangkar benih), pengurus kelompok tani/ gapoktan, tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat langsung pada kegiatan usahatani padi sawah serta unsur pendukung sebagai tenaga fungsional dan aparat pada beberapa instansi pemerintahan yang terkait.
b. Waktu dan Tempat Dilaksanakan pada bulan Februari-September 2012 di Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu, Kabupaten Bolaang mongondow Utara, Minahasa, Minahasa Selatan, dan Minahasa Tenggara,.
c. Metode Pelaksanaan •
•
Data sekunder dikumpul dari berbagai instansi terkait mulai dari tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dan kelompok tani. Data primer menggunakan metode wawancara semi structural interview (SSI) dan teknik diskusi kelompok terarah Focus Group Discussion (FGD) Metode FGD per 2 kecamatan (keterwakilan dari petani penangkar benih, kelompok tani/gapoktan, tokoh-tokoh masyarakat yang terkait langsung, penyuluh, pengusaha) sebanyak 7 – 13 orang setiap kelompok diskusi. Data yang dihimpun dalam pertemuan kelompok FGD menggunakan metode curah pendapat dan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi dan merangkum masalah yang dihadapi, menentukan strategi pemecahan dan merumuskan program pengembangan sistem penyediaan benih padi secara spesifik. Hasil rumusan ditopang dengan data primer melalui wawancara secara langsung kepada beberapa responden (purposive sampling) sebanyak 15 - 20 petani per kecamatan contoh
• d. Analisis Data • ` Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang dapat menggambarkan secara factual kondisi terkini (existing conditions) dari lokasi pengkajian dalam aspek fisik, ekonomi, kelembagaan, dan social budaya. Analisis kuantitatif sistem usahatani padi sawah serta pengembangan usaha penangkaran benih dilakukan analisis kelayakan finansial (analisis pendapatan usahatani, R/C ratio, B/C ratio, BEP, serta ROI). Selanjutnya akan dianalisis diagram alir tentang system perbenihan, distribusi penyerapan teknologi benih unggul dan sistem penyalurannya dari penangkaran benih ke konsumen benih • Dalam setiap pertemuan diskusi (FGD) dibuat rumusan menjadi beberapa pilihan konsep rekomendasi pengembangan system kelembagaan usaha penangkaran benih pada setiap kabupaten sentra padi sawah secara spesifik.
HASIL SEMENTARA (Kemajuan FebruariApril 2012)
Potensi areal, poduktivitas, penangkar benih dan status pengelola usahatani padi sawah
Kabupaten/ Kota
Luas Areal sawah (ha)
Produktivitas (ton/ha/ musim tanam)
Jumlah Penangkar benih
Kotamobagu
3.600
4,5 – 5,3
4 Hanya 1 aktif
55 % dikelola pemilik
Bolaang mongondow
18.201
4,9 – 5,5
22 ada 10 aktif
50 % dikelola pemilik
Minahasa
7.010
4,5 – 5,2
5, ada 2 aktif
25 % dikelola pemilik
Minahasa Tenggara
4.014
5,1 – 5,8
4, hanya 1 aktif
30 % dikelola pemilik
Minahasa Selatan
5.517
4,9 – 5,2
5, hanya 2 aktif
35 % dikelola pemilik
Mongondow Utara
-
-
-
Status Pengelola Usahatani
Belum diperoleh data
Potensi areal, poduktivitas, penangkar benih dan status pengelola usahatani padi sawah Kabupaten/ Kota
Ketersediaan benih
Produktivitas menggunakan benih unggul (ton/musim)
Ketersediaan benih informal
Kotamobagu
Bermasalah
6-8
Tersedia
Bolaang Mongondow
Bermasalah
6-8,5
Cukup tersedia Cukup terpadu
Minahasa
Bermasalah
6,5 - 8
Cukup tersedia Agak kurang
Minahasa Tenggara
Bermasalah
7-8
Minahasa Selatan
Bermasalah
7-9
Tersedia
_
-
-
Mongondow Utara
Keterpaduan instansi terkait
Terpadu
Cukup Tersedia Terpadu
Agak kurang -
Respon Secara Umum Ketersediaan Benih Padi Secara Formal • Lambat tersedia, sekitar 1 minggu hingga 1 bulan • Kalau tersedia, sering daya tumbuh kurang • Daya tumbuh bagus, namun tingkat pertumbuhan kadangkala beragam • Kurang/tidak dilakukan ujicoba (melalui demplot) • Kelompok tani/gapoktan kurang diberdayakan
Hasil sementara yang menonjol: Hasil wawancara secara terbuka dengan salah satu petani yang tergolong sukses dalam melakukan usaha penangkaran benih padi telah memberikan masukan sebagai berikut: - Agar pengembangan usaha penangkaran benih padi sawah seyogyanya dapat ditata per wilayah (2-5 desa terdapat satu penangkar benih yang handal). - Semua petani yang melakukan usaha penangkaran dibangun satu kelembagaan penangkaran benih, seperti asosiasi atau bentuk lembaga lainnya yang spesifik. - Sistem kelembagaan penangkaran benih yang ada sekarang perlu direvitalisasi, dimana petani penangkar benih harus memenuhi syarat dan mampu mewujudkan secara konsisten dan berkelanjutan. - Palaku penangkaran benih harus dilakukan seleksi secara cermat dan independen oleh 4-5 instansi/lembaga yang berkompeten dan dilakukan secara berjenjang dan profesional. - Pada umumnya kegiatan petani dalam melakukan penjualan hasil, pembelian saprodi, mendapatkan modal, serta mendapatkan informasi teknologi baru masih dominan dilakukan secara individu
Hasil dan Rencana Kegiatan Tindak Lanjut (Mei s/d Juli 2012) Hasil • Telah ditetapkan lokasi contoh pada 5 kabupaten/ kota (tinggal satu kabupaten belum) masing-masing 2 kecamatan sentra padi (masing-masing 2 desa) • Jumlah contoh petani per kecamatan sekitar 15 – 20 petani. • Jumlah contoh peserta FGD per kecamatan sekitar 7 – 13 orang) Kegiatan tindak lanjut (Mei – Juli 2012) • Lanjutan pengumpulan data sekunder dan penetapan lokasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. • Pengumpulan data primer dan tabulasi data pada 6 kabupaten/kota, termasuk pembuatan laporan termin ke -2. • Konsep rumusan rekomendasi sistem kelembagaan uaha penangkaran benih padi spesifik lokasi pada 6 kabupaten/kota.
• iutoitiut
Trima Kasih