LAPORAN TAHUNAN 2010
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN SELATAN Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2010
LAPORAN TAHUNAN
2010
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN SELATAN Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas perkenan dan ridhoNya Laporan Tahunan BPTP Kalimantan Selatan T A. 2010 dapat diselesaikan. Laporan Tahunan 2010 berisi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan BPTP Kalimantan Selatan selama periode satu tahun. Laporan Tahunan memuat ringkasan eksekutif hasil penelitian, pengkajian dan diseminasi hasil pengkajian. Selain kegiatan teknis, juga dilaporkan sumberdaya penelitian (sarana dan prasarana serta keuangan) dan kegiatan administrasi. Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan sampai penyelesaian laporan. Laporan Tahunan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran perbaikan untuk melengkapi isi laporan sangat diharapkan. Semoga informasi dalam buku ini dapat memberikan manfaat untuk pembangunan pertanian khususnya di wilayah Kalimantan Selatan. Banjarbaru, Pebruari 2011 Kepala Balai,
Dr. Agus Supriyo, MS NIP 19561224 198203 1001
DAFTAR ISI
ha/aman KATA PENGANTAR ..................................................................
I
DAFTAR ISI ..........................................................................
u
DAFTAR TABEL ......................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN ..............................................................
1
II.
PROGRAM DAN KEGIATAN BPTP KALSEL TA. 2010 ................
3
III. HASIL PENGKAJIAN DAN DISEMINASI TA. 2010 ...................
9
IV.
SUMBERDAYA PENGKAJIAN ..............................................
34
V.
PENUTUP ......................................................................
42
DAFfAR TABEL No 1 2
Teks Program can kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan tahun 2010 Realisasi capaian fisik can keuangan dari program can kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan pada tahun 2010 ....................................
Hal 3 5
3
Kegiatan manajemen yang dilakukan BPTP Kalsel pada tahun 2010 .................
7
4
Kegiatan kerjasama yang dilakukan BPTP Kalsel pada tahun 2010 ...................
8
5
6
Four cell analysis ini berhasil digali can diperoleh informasi mengenai keragaman target species dimasing-masing site...........................................
21
Hasil analisis kelembagaan usaha komoditas buah (jeruk can mangga) di Kalimantan Selatan....................................................................................
22
Hasil uji preferensi beberapa komoditas buah (jeruk can mangga) di Kalimantan Selatan....................................................................................
22
Kebutuhan can Ketersediaan Benih Padi Unggul di Kalimantan Selatan Tahun 2010 .............................................................................................. Kebutuhan can Ketersediaan Benih Jagung di Kalimantan Selatan Tahun 2010 ............................................................................................. 10
Kebutuhan can Ketersediaan Benih Kedelai di Kalimantan Selatan Tahun 2010 .......................................................................................................
30 30
11
Rata-rata produktivitas (ton/ha), MT1 tahun 2010, Barito Kuala ...................
35
12
Data SDM menurut status kepegawaian can tingkat pendidikan (PNS, CPNS can Honorer BPTP Kalimantan Selatan Tahun 2010) ................................
55
13
Data Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti Pendidikan Jangka Panjang (S3, S2 can D4) yang mendapat beasiswa di BPTP Kalimantan Selatan Tahun 2010
56
14
Data Penyebaran PNS can CPNS menurut Tingkat Pendidikan di lingkup BPTP Kalimantan Selatan Tahun 2010.........................................................
56
15
Data pejabat fungsional BPTP Kalimantan Selatan berdasarkan golongan tahun 2010 ...............................................................................................
57
iii
16
Data Sumberdaya Manusia BPTP Kalimantan Selatan menurut Bidang Keahlian clan Jabatan Fungsional Aktif Tahun 2010 .......................................
57
17
Data pegawai fungsional yang dihentikan pada tahun 2010 ............................
57
18
Daftar Sarana clan Prasarana Penelitian yang dimilliki ................................
58
19
Alat transportasi BPTP Kalimantan Selatan .............................................
59
20
Sumber dana clan besarnya alokasi anggaran pada tahun 2010 di BPTP Kalimantan Selatan .......................................................................................
59
21
Target clan Realisasi PNBP BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 ....................
61
22
Jenis pajak yang dipungut, disetor clan dipotong tahun 2010 ........................
62
iv
Pendahuluan
I. PENDAHULUAN Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak diantara 114 19' 13' - 116 33' 28' Bujur Timur dan 1 21' 49' - 4 10' 14" Lintang Selatan. Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 11 kabupaten dan 2 kota dengan luas 37.530,52 km' dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 3.496.125 jiwa. Daerah Kalimantan Selatan memiliki 4 (empat) agroekosistem utama yaitu lahan pasang surut, lahan lebak, lahan kering dan lahan sawah tadah hujan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001 yang merupakan unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang pada awalnya berada di bawah koordinasi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, kemudian pada tahun 2006 berkoordinasi di bawah Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) berdasarkan Permentan No. 16/2006 mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Selanjutnya dalam Permentan disebutkan fungsinya yaitu : (a). Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (b). Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi dan diseminasi hasil hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; (c). Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; (d). Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (e). Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (f). Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. Struktur organisasi BPTP terdiri dari Kepala BPTP (Eselon III a), Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV a), Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (Eselon IV a) dan Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari peneliti, penyuluh, tenaga litkayasa, pustakawan. Kepala Balai dalam tugasnya sehari-hari dibantu oleh Koordinator Program yang meliputi Kelompok Pengkajian (Kelji) Sosek dan Pasca Panen, Kelji Sumberdaya dan Kelji Budidaya. BPTP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai instance dan phial treat yaitu lumbago pemerintah, Shasta, Lumbago Swadaya Masyarakat (LSD), Perguruan Tinge dan kelompok Knotty Taxi Nelayan Andean (kelompok ETNA). Mitre hubungan BPTP terhimpun dalam Commas Teknologi Pertanian yang dalam melaksanakan kegiatannya dibentuk Tim Teknis Teknologi Pertanian sebagaimana SK Gubernur Kelsey Nomor 188.44/0151/KUM/2009 tenting pembentukan Commas Teknonologi Propping Kalimantan Selatan. Beebread fungus hubungan Kerry dengan instance treat tersebut Ankara lain yaitu a) melakukan penyusunan reenact pengkajian seeing tercapai sinkronisasi Ankara pelaksana program dearth dengan kegiatan penelitian di BPTP, b) summer informasi dalam kegiatan identifikasi masalah dan kebutuhan teknologi pertanian, c) menyediakan dan memanfaatkan hasil penelitian secara tepat, d) melakukan tugas penyuluhan bersamasama, e) bekerjasama dalam penelitian dan komunikasi pertukaran hasil penelitian.
2.aporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Pendahuluan
2.aporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Pendahuluan
A . Visa dan Miss Visa BPTP Kalimantan Selatan Adolph "Papa tahun 2014 maenad lumbago pengkajian invoice pertanian spesifik agroekosistem yang mendukung pengembangan industrial berkelanjutan berbasis sumberdaya local di Kalimantan Selatan". Miss BPTP Kalimantan Selatan Adolph : 1. Menghasilkan clan mendiseminasikan invoice pertanian ungallant spesifik lokasi agroekosistem 2. Mengembangkan jejaring optic
B. Tujuan dan Saharan Tujuan dari kegiatan BPTP Kalimantan Selatan Adolph : 1. Meningkatkan ketersediaan invoice pertanian ungallant spesifik agroekosistem 2. Meningkatkan penyebarluasan invoice pertain ungallant spesifik agroekosistem 3. Meningkatkan chapattis clan competence pengkajian invoice pertanian ungallant spesifik agroekosistem Secure mum Saharan yang ingenue dicapai oleh BPTP Kalimantan Selatan : Saharan untie tujuan "Meningkatkan ketersediaan invoice pertanian ungallant spesifik agroekosistem" Adolph meningkatnya ketersediaan invoice pertanian ungallant spesifik agroekosistem. Saharan untie tujuan "Meningkatkan penyebarluasan invoice pertain ungallant spesifik agroekosistem" Adolph meningkatnya penyebarluasan inovasi pertanian ungallant spesifik agroekosistem Sasaran untuk tujuan "Meningkatkan kapasitas clan kompetensi pengkajian inovasi pertanian ungallant spesifik agroekosistem" Adolph : 1. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian inovasi pertanian 2. Meningkatnya kinerja clan kualitas hasil pengkajian inovasi pertanian 3. Meningkatnya kerjasama di bidang pengkajian, diseminasi clan penclayagunaan inovasi pertanian
2.aporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Pendahuluan
I. PENDAHULUAN Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak diantara 114 19' 13' - 116 33' 28' Bujur Timur dan 1 21' 49' - 4 10' 14" Lintang Selatan. Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 11 kabupaten dan 2 kota dengan luas 37.530,52 km' dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 3.496.125 jiwa. Daerah Kalimantan Selatan memiliki 4 (empat) agroekosistem utama yaitu lahan pasang surut, lahan lebak, lahan kering dan lahan sawah tadah hujan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001 yang merupakan unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang pada awalnya berada di bawah koordinasi Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, kemudian pada tahun 2006 berkoordinasi di bawah Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) berdasarkan Permentan No. 16/2006 mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Selanjutnya dalam Permentan disebutkan fungsinya yaitu : (a). Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (b). Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi dan diseminasi hasil hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; (c). Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; (d). Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (e). Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (f). Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. Struktur organisasi BPTP terdiri dari Kepala BPTP (Eselon III a), Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV a), Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (Eselon IV a) dan Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari peneliti, penyuluh, tenaga litkayasa, pustakawan. Kepala Balai dalam tugasnya sehari-hari dibantu oleh Koordinator Program yang meliputi Kelompok Pengkajian (Kelji) Sosek dan Pasca Panen, Kelji Sumberdaya dan Kelji Budidaya. BPTP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai instansi dan pihak terkait yaitu lembaga pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi dan kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (kelompok KTNA). Mitra hubungan BPTP terhimpun dalam Komisi Teknologi Pertanian yang dalam melaksanakan kegiatannya dibentuk Tim Teknis Teknologi Pertanian sebagaimana SK Gubernur Kalsel Nomor 188.44/0151/KUM/2009 tentang pembentukan Komisi Teknonologi Propinsi Kalimantan Selatan. Beberapa fungsi hubungan kerja dengan instansi terkait tersebut antara lain yaitu a) melakukan penyusunan rencana pengkajian sehingga tercapai sinkronisasi antara pelaksana program daerah dengan kegiatan penelitian di BPTP, b) sumber informasi dalam kegiatan identifikasi masalah dan kebutuhan teknologi pertanian, c) menyediakan dan memanfaatkan hasil penelitian secara tepat, d) melakukan tugas penyuluhan bersamasama, e) bekerjasama dalam penelitian dan komunikasi pertukaran hasil penelitian.
2.aporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Pendahuluan
2.aporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Pendahuluan
A . Visi dan Misi Visi BPTP Kalimantan Selatan adalah "Pada tahun 2014 menjadi lembaga pengkajian inovasi pertanian spesifik agroekosistem yang mendukung pengembangan industrial berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal di Kalimantan Selatan". Misi BPTP Kalimantan Selatan adalah : 1. Menghasilkan clan mendiseminasikan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi agroekosistem 2. Mengembangkan jejaring iptek
B. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari kegiatan BPTP Kalimantan Selatan adalah : 1. Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem 2. Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertaian unggulan spesifik agroekosistem 3. Meningkatkan kapasitas clan kompetensi pengkajian inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem Secara umum sasaran yang ingin dicapai oleh BPTP Kalimantan Selatan : Sasaran untuk tujuan "Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem" adalah meningkatnya ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem. Sasaran untuk tujuan "Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertaian unggulan spesifik agroekosistem" adalah meningkatnya penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem Sasaran untuk tujuan "Meningkatkan kapasitas clan kompetensi pengkajian inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem" adalah : 1. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian inovasi pertanian 2. Meningkatnya kinerja clan kualitas hasil pengkajian inovasi pertanian 3. Meningkatnya kerjasama di bidang pengkajian, diseminasi clan penclayagunaan inovasi pertanian
2.aporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
II. PROGRAM DAN KEGIATAN BPTP KALIMANTAN SELATAN TA. 2010 Program yang ada di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Tahun 2010-2014 sebagai berikut 1. Inventarisasi dan arahan pemanfaatan sumberdaya pertanian spesifik lokasi 2. Penelitian dan pengkajian lintas program dan spesifik lokasi 3. Percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi 4. Pengkajian model pengembangan pertanian industrial 5. Analisis kebijakan pembangunan pertanian berbasis inovasi pertanian 6. Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi 7. Pendampingan program strategic pembangunan pertanian 8. Peningkatan chapattis dan akuntabilitas lumbago Berdasarkan program di alas BPTP Kalimantan Selatan papa Tahun 2010 melaksanakan kegiatan papa program Percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi; Pendampingan program strategic pembangunan pertanian dan Peningkatan chapattis dan akuntabilitas lumbago. Kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan papa thane 2010 untie mencapai tujuan dan Saharan yang dilakukan tardier alas Table 1. Program dan kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan thane 2010
No
Program/Kegiatan 1
Percepatan diseminasi pertanian spesifik lokasi
Lokasi/Status
Dana (Rp000)
inovasi
a. Pengembangan Media Informers Invoice Pertanian Melalui Penerbitan Seri Publicise Ruin b. Visitor Plot Invoice Teknologi Tanaman Penguin dan Horticulture Dan Potency
2
Kept Tim
Peningkatan Hasid > 20% c. Pemberdayaan petunia melalui technology informers pertanian (FEATS) Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian dan pengembangan
Kelsey
M. Darwin
70.190
Tunas Last, HST
Aries Darmawan
75.130
MSS, HST, Balangan
Noon Amble
Battle, Bandar, MSS Tunas Last, Tapir
Dank Ismadi Sadder Summate
174.000
HST, Tunas Last
A. Camden
150.000
584.405
inovasi pertanian spesifik lokasi a. Bioversity b. UPI Multilokasi Masing-masing 5-6 Galore Unglue Pads, Jogging dan Cedilla dengue Character Produces Tinge (40-50% di alas varieties eksisting), Tolerant Kekeringan, AI septa adaptive Agroekosistem Lanai Keying Kelsey (UMW) c. Pengkajian technology reproduces (Stimulus hormone, IB-S/C < 2)
Laporan Tahun 2010 BPTP Kalimantan Selatan
99.086
3
Program dan Hasid Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 No
Program/Kegiatan
Lokasi/Status
untie menghasilkan Kalahari member >50%, Jared bareback < 12 bullion, can pemanfaatan paean local untie PBS > 0,4 kg peed PRA sappy di Kelsey d. Pengkajian Pemmican Kebutuhan Kelsey Bench Pads, Jogging Cedilla (CUB, Volume) can Pengembangan Penangkar Bench yang Effusion (>10%) di Kalimantan Selatan Battle e. Pengkajian PI Pads 200 di Lanai Raja Kalimantan Selatan dengue Target Produces 14 ton GKP/ha/tahun can Heat Bialy Puppy 20% melalui Pendekatan PTT f. Cajun Pra Paten can Pasha Battle
Kept Tim
Dana (Rp000)
M. Darwin
157.000
Ages Supremo
153.000
Rents Qomariah
131.000
HST, Tunas Last, Battle
Em Sits Romaine
130.000
Kelsey
Riga DN.
823.529
Battle
Dank Ismadi Sadder
108.640
Kelsey
End Sits Romaine
294.950
Kelsey
A. Raffia
615.717
Kelsey
Terrific Ragman
78.890
Kelsey
St. Nurawaliah
46.300
Kelsey
Noon Amble
28.000
Kelsey
Ages Supremo
54.404
Paten Jerk Siam untie Esker dengue Dana Simian >2 Bullion can Degreasing untie Meningkatkan Inlay Timbal >20% g. Appliqués Microchip Sebagai Sister Deters/ Monitor Mobilises Sari Member untie Melihat Tingkat Kalahari >50% di Kalimantan Selatan
3
Pendampingan program strategic pembangunan pertanian :
a. Pendampingan Program SL-PTT melalui Introduces Invoice Teknologi > 60% Locks SL-PTT Pads &Jagung b. Pendampingan Teknologi Pengembangan Kawasaki Horticulture Melalui Introduces Invoice Teknologi c. Pendampingan Program Percepatan Swasembada Daring Sari Melalui Introduces Invoice Teknologi d. Pendampingan PULP 4
Peningkatan chapatt is a. Peningkatan komunikasi pemangku kepentingan pembinaan usahatani
can dg can
Appliqués b. Pengembangan Sister melalui Database Online Database Pembangunan Sumberdaya Pertanian papa 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan c. Pengembangan Perpustakaan Digital d. Coordinate can sinkronisasi
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 No
Program/Kegiatan pendampingan program DEPLANE e. Monitoring can Evaluate
Lokasi/Status
Dana (Rp000)
Kept Tim
Utah Kelsey
Ages Supremo
88.500
Table 2. Realises captain frisk clan keuangan dare program clan kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan papa thane 2010 No
Kegiatan
Total Dana (Rp000)
Realises (Rp000)
Realises Dana (%)
Realise is Frisk (%)
Kegiatan APBs : Percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi :
1
2
a. Pengembangan Media Informers Invoice Pertanian Melalui Penerbitan Seri Publicise Ruin b. Visitor Plot Invoice Teknologi Tanaman Penguin can Horticulture Dan Potency Peninqkatan Hasid > 20% c. Pemberdayaan petunia melalui technology informers pertanian (FEATS) Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian can pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi :
a. Bioversity
70.190
75.130
584.405
99.086
24.297,5
34,7
66,66
56.851
75,7
100
160,912,882
27,6
60
91.940,494
92,79
100
80,5
100
140.047.750
b. UPI Multilokasi Masing-masing 5-6 Galore Unglue Pads, Jogging can Cedilla dengue Character Produces Tinge (40 50% di alas varieties eksisting), Tolerant Kekeringan, Al septa adaptive Agroekosistem Lanai Keying Kelsey (UMW)
174.000
c. Pengkajian technology reproduces (Stimulus hormon,IB-S/C < 2) untie menghasilkan Kalahari member >50%, Jared bareback < 12 bullion, can pemanfaatan paean local untie PBS > 0,4 kg peed PRA sappy di Kelsey
150.000
133.130,000
88,8
100
d. Pengkajian Pemmican Kebutuhan Bench Pads, Jogging Cedilla (CUB, Volume) can Pengembangan Penangkar Bench yang Effusion (>10%) di Kalimantan
157.000
95.422,950
60,8
80
5
Program dan Hasid Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 No
Total Dana
Kegiatan
Realises
(Rp000)
3
Selatan e. Pengkajian PI Pads 200 di Lanai Raja Kalimantan Selatan dengue Target Produces 14 ton GKP/ha/tahun can Heat Bialy Puppy 20% melalui Pendekatan PTT f. Cajun Pra Paten can Pasha Paten Jerk Siam untie Esker dengue Dana Simian >2 Bullion can Degreasing untie Meningkatkan Inlay Timbal >20% g. Appliqués Microchip Sebagai Sister Deters/ Monitor Mobilises Sari Member untie Melihat Tingkat Kalahari >50% di Kalimantan Selatan Pendampingan program strategic pembangunan pertanian :
a. Pendampingan Program SL- PTT melalui Introduces Invoice Teknologi > 60% Locks SL-PTT Pads & Jaqunq b. Pendampingan Teknologi Pengembangan Kawasaki Horticulture Melalui Introduces Invoice Teknolopi c. Pendampingan Program Percepatan Swasembada Daring Sari Melalui Introduces Invoice Teknologi d. Pendampingan PULP
4
Peningkatan chapattis akuntabilitas lumbago :
Realise is Frisk (%)
153.000
103.221,826
67,5
90
131.000
102.279,300
78,1
100
130.000
111.180.500
85,6
100
823.529
361.043,875
44,21
70
108.640
103.901,81
95,7
100
294.950
236.023,425
88,02
100
615.717
365.879,030
59,42
80
52,3
80
can
a. Peningkatan komunikasi dg pemangku kepentingan can pembinaan usahatani b. Pengembangan Sister Appliqués Database Online melalui Pembangunan Database Sumberdaya Pertanian papa 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan c. Coordinate, sinkronisasi can pendampingan program Utah DEPLANE d. Monitoring can Evaluate
8
(Rp000)
Realises Dana (%)
78.890
41.204,8
46.300
39.492,68
85,3
90
54.404
36.980,15
68
90
88.500
52.309,65
59,11
90
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010
Sealing program Utah di alas yang bersifat tennis, terdapat kegiatan lain (management) yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan. Kegiatan management clan kegiatan pendukung yang dilakukan papa thane angoras 2010 di BPTP Kalimantan Selatan papa Table 3. Papa Table 4 ditampilkan informers kerjasama yang teals dilakukan. Table 3. Kegiatan management yang dilakukan BPTP Kelsey papa thane 2010
No
1
2
Judea
Program Penerapan Kepemerintahan yang Bask : a. Pengelolaan gag, honorarium dan tunjanqan b. Penyelenggaraan operational dan pemeliharaan perkantoran Program Peningkatan ketahanan penguin : a. Penyusunan program dan reenact kerja/teknis/program b. Pengawetan buku-buku peraturan/pemeliharaan/peraw atone buck dan prelates perpustakaan c. Pembangunan prasarana dan saran lingkungan geeing d. Pengadaan alit pertanian e. Penqadaan alit penqolah data f. Penqadaan alit laboratories g. Pembinaan dan pengembangan organisers dan ketatausahaan h. Pengelolaan SAP i. Pengembangan dan peninqkatan chapattis SDI j. Pelaksanaan sertifikasi sister mutt dan personal
Dana (RP 000)
Realises (RP 000)
Realises dana (%)
Realise is frisk (%)
4.341.985
4.425.174,188
101,92
102
523.330
482.982,121
92,29
95
100.100
98.350,1
98,35
100
28.000
23.464,4
83,8
100
20.000
19.800
99,0
100
98.000 46.000 27.000 197.000
97.200 45.045 26.785 170.984,9
99,2 97,92 99,2 86,79
100 100 100 100
148.812 18.000
142.843,2 3.800
95,99 21,2
100 100
60.000
59.600
99,4
100
7
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010
Table 4. Kegiatan kerjasama yang dilakukan BPTP Kelsey papa thane 2010 NO
8
JUDEA KEGIATAN
MITRE
LOCKS
KEPT
DANA (Rp 000)
1
Pomeranian dan sertifikasi kebab entree karat Kay. Tabling
Divas Perkebunan Kay. Tabling
Tabling
Ka Balai
139.500
2
Penyusunan ranking Bangui pengembangan Kawasaki horticulture thane 2010-2014
Divas Pertanian Tanaman Penguin dan Horticulture Kelsey
Banjarbaru, Bandar, Tapir dan Battle
Dank Ismadi Sadder
44.600
3
Penyiapan dan pelaksanaan demonstrate penguin reactor bigots berbahan bake Citroen sari
Badman Penelitian dan Pengembangan Dearth Kelsey
Tunas Last
A. Camden
15.000
4
Bioversity
Kelsey
5
Nova kesepahaman kerjasama penelitian, pelatihan dan manage bags dozen dan mahasiswa
Universities Lambing Mangkurat
Banjarbaru dan Banjarmasin
Dank Ismadi Sadder Ka Balai
6
Nova kesepahaman kerjasama penelitian, pelatihan dan manage bags dozen dan mahasiswa
Universities Islam Kalimantan (UNESCO)
Banjarbaru dan Banjarmasin
Ka Balai
7
PICKUP
Dana dare DIM names dikelola oleo RUSTED
Kelsey
Penalty dan 894.000 penyuluh (6 judos) BPTP Kelsey
99.086
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Program dan Hash Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010
II. PROGRAM DAN KEGIATAN BPTP KALIMANTAN SELATAN TA. 2010 Program yang ada di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Tahun 2010-2014 sebagai berikut 1. Inventarisasi dan arahan pemanfaatan sumberdaya pertanian spesifik lokasi 2. Penelitian dan pengkajian lintas program dan spesifik lokasi 3. Percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi 4. Pengkajian model pengembangan pertanian industrial 5. Analisis kebijakan pembangunan pertanian berbasis inovasi pertanian 6. Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi 7. Pendampingan program strategis pembangunan pertanian 8. Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas lembaga Berdasarkan program di atas BPTP Kalimantan Selatan pada Tahun 2010 melaksanakan kegiatan pada program Percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi; Pendampingan program strategis pembangunan pertanian dan Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas lembaga. Kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan pada tahun 2010 untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dilakukan terdiri atas Tabel 1. Program dan kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan tahun 2010
No
Program/Kegiatan 1
Percepatan diseminasi pertanian spesifik lokasi
Lokasi/Status
Dana (Rp000)
inovasi
a. Pengembangan Media Informasi Inovasi Pertanian Melalui Penerbitan Seri Publikasi Rutin b. Visitor Plot Inovasi Teknologi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dgn Potensi
2
Ketua Tim
Peningkatan Hasil > 20% c. Pemberdayaan petani melalui teknologi informasi pertanian (FEATI) Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian dan pengembangan
Kalsel
M. Darwis
70.190
Tanah Laut, HST
Arief Darmawan
75.130
HSS, HST, Balangan
Noor Amali
Batola, Banjar, HSS Tanah Laut, Tapin
Danu Ismadi Saderi Sumanto
174.000
HST, Tanah Laut
A. Hamdan
150.000
584.405
inovasi pertanian spesifik lokasi a. Bioversity b. Uji Multilokasi Masing-masing 5-6 Galur Unggul Padi, Jagung dan Kedelai dengan Karakter Produksi Tinggi (40-50% di atas varietas eksisting), Toleran Kekeringan, AI serta adaptif Agroekosistem Lahan Kering Kalsel (UML) c. Pengkajian teknologi reproduksi (Stimulasi hormon, IB-S/C < 2)
Laporan Tahun 2010 BPTP Kalimantan Selatan
99.086
3
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 No
Program/Kegiatan
Lokasi/Status
untuk menghasilkan kelahiran kembar >50%, jarak beranak < 12 bulan, can pemanfaatan pakan lokal untuk PBBH > 0,4 kg pedet PRA sapih di Kalsel d. Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung Kedelai (VUB, Volume) can Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (>10%) di Kalimantan Selatan e. Pengkajian IP Padi 200 di Lahan Rawa Kalimantan Selatan dengan Target Produksi 14 ton GKP/ha/tahun can Hemat Biaya Pupuk 20% melalui Pendekatan PTT f. Kajian Pra Panen can Pasca
Ketua Tim
Dana (Rp000)
Kalsel
M. Darwis
157.000
Batola
Agus Supriyo
153.000
Batola
Retna Qomariah
131.000
HST, Tanah Laut, Batola
Em Siti Rohaeni
130.000
Kalsel
Rina DN
823.529
Batola
Danu Ismadi Saderi
108.640
Kalsel
Eni Siti Rohaeni
294.950
Kalsel
A. Rafieq
615.717
Kalsel
Taufik Rahman
78.890
Kalsel
St. Nurawaliah
46.300
Kalsel
Noor Amali
28.000
Kalsel
Agus Supriyo
54.404
Panen Jeruk Siam untuk Ekspor dengan Daya Simpan >2 Bulan can Degreening untuk Meningkatkan Nilai Tambah >20% g. Aplikasi Microchip Sebagai Sistem Deteksi/ Monitor Mobilitas Sapi Kembar untuk Melihat Tingkat Kelahiran >50% di Kalimantan Selatan
3
Pendampingan program strategis pembangunan pertanian :
a. Pendampingan Program SL-PTT melalui Introduksi Inovasi Teknologi > 60% Lokasi SL-PTT Padi &Jagung b. Pendampingan Teknologi Pengembangan Kawasan Hortikultura Melalui Introduksi Inovasi Teknologi c. Pendampingan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi Melalui Introduksi Inovasi Teknologi d. Pendampingan PUAP 4
Peningkatan kapasit as a. Peningkatan komunikasi pemangku kepentingan pembinaan usahatani
can dg can
b. Pengembangan Sistem Aplikasi melalui Database Online Database Pembangunan Sumberdaya Pertanian pada 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan c. Pengembangan Perpustakaan Digital d. Koordinasi can sinkronisasi
4
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
4
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 No
Program/Kegiatan pendampingan program DEPTAN e. Monitoring can Evaluasi
Lokasi/Status
Dana (Rp000)
Ketua Tim
utama Kalsel
Agus Supriyo
88.500
Tabel 2. Realisasi capaian fisik clan keuangan dari program clan kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan pada tahun 2010 No
Kegiatan
Total Dana (Rp000)
Realisasi (Rp000)
Realisasi Dana (%)
Realisa si Fisik (%)
Kegiatan APBN : Percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi :
1
2
a. Pengembangan Media Informasi Inovasi Pertanian Melalui Penerbitan Seri Publikasi Rutin b. Visitor Plot Inovasi Teknologi Tanaman Pangan can Hortikultura Dgn Potensi Peninqkatan Hasil > 20% c. Pemberdayaan petani melalui teknologi informasi pertanian (FEATI) Kerjasama kemitraan penelitian, pengkajian can pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi :
a. Bioversity
70.190
75.130
584.405
99.086
24.297,5
34,7
66,66
56.851
75,7
100
160,912,882
27,6
60
91.940,494
92,79
100
80,5
100
140.047.750
b. Uji Multilokasi Masing-masing 5-6 Galur Unggul Padi, Jagung can Kedelai dengan Karakter Produksi Tinggi (40 50% di atas varietas eksisting), Toleran Kekeringan, Al serta adaptif Agroekosistem Lahan Kering Kalsel (UML)
174.000
c. Pengkajian teknologi reproduksi (Stimulasi hormon,IB-S/C < 2) untuk menghasilkan kelahiran kembar >50%, jarak beranak < 12 bulan, can pemanfaatan pakan lokal untuk PBBH > 0,4 kg pedet PRA sapih di Kalsel
150.000
133.130,000
88,8
100
d. Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung Kedelai (VUB, Volume) can Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (>10%) di Kalimantan
157.000
95.422,950
60,8
80
5
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 No
Total Dana
Kegiatan
(Rp000)
3
Selatan e. Pengkajian IP Padi 200 di Lahan Rawa Kalimantan Selatan dengan Target Produksi 14 ton GKP/ha/tahun can Hemat Biaya Pupuk 20% melalui Pendekatan PTT f. Kajian Pra Panen can Pasca Panen Jeruk Siam untuk Ekspor dengan Daya Simpan >2 Bulan can Degreening untuk Meningkatkan Nilai Tambah >20% g. Aplikasi Microchip Sebagai Sistem Deteksi/ Monitor Mobilitas Sapi Kembar untuk Melihat Tingkat Kelahiran >50% di Kalimantan Selatan Pendampingan program strategis pembangunan pertanian :
a. Pendampingan Program SL- PTT melalui Introduksi Inovasi Teknologi > 60% Lokasi SLPTT Padi & Jaqunq b. Pendampingan Teknologi Pengembangan Kawasan Hortikultura Melalui Introduksi Inovasi Teknolopi c. Pendampingan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi Melalui Introduksi Inovasi Teknologi d. Pendampingan PUAP
4
Peningkatan kapasitas akuntabilitas lembaga :
Realisasi (Rp000)
Realisasi Dana (%)
Realisa si Fisik (%)
153.000
103.221,826
67,5
90
131.000
102.279,300
78,1
100
130.000
111.180.500
85,6
100
823.529
361.043,875
44,21
70
108.640
103.901,81
95,7
100
294.950
236.023,425
88,02
100
615.717
365.879,030
59,42
80
52,3
80
can
a. Peningkatan komunikasi dg pemangku kepentingan can pembinaan usahatani b. Pengembangan Sistem Aplikasi Database Online melalui Pembangunan Database Sumberdaya Pertanian pada 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan c. Koordinasi, sinkronisasi can pendampingan program utama DEPTAN d. Monitoring can Evaluasi
78.890
41.204,8
46.300
39.492,68
85,3
90
54.404
36.980,15
68
90
88.500
52.309,65
59,11
90
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010
Selain program utama di atas yang bersifat teknis, terdapat kegiatan lain (manajemen) yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan. Kegiatan manajemen clan kegiatan pendukung yang dilakukan pada tahun anggaran 2010 di BPTP Kalimantan Selatan pada Tabel 3. Pada Tabel 4 ditampilkan informasi kerjasama yang telah dilakukan. Tabel 3. Kegiatan manajemen yang dilakukan BPTP Kalsel pada tahun 2010
No
1
2
Judul
Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik : a. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjanqan b. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran Program Peningkatan ketahanan pangan : a. Penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program b. Pengawetan buku-buku peraturan/pemeliharaan/peraw atan buku dan peraltan perpustakaan c. Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan gedung d. Pengadaan alat pertanian e. Penqadaan alat penqolah data f. Penqadaan alat laboratorium g. Pembinaan dan pengembangan organisasi dan ketatausahaan h. Pengelolaan SAP i. Pengembangan dan peninqkatan kapasitas SDM j. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan personil
Dana (RP 000)
Realisasi (RP 000)
Realisasi dana (%)
Realisa si fisik (%)
4.341.985
4.425.174,188
101,92
102
523.330
482.982,121
92,29
95
100.100
98.350,1
98,35
100
28.000
23.464,4
83,8
100
20.000
19.800
99,0
100
98.000 46.000 27.000 197.000
97.200 45.045 26.785 170.984,9
99,2 97,92 99,2 86,79
100 100 100 100
148.812 18.000
142.843,2 3.800
95,99 21,2
100 100
60.000
59.600
99,4
100
7
Program dan Hasil Kegiatan BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010
Tabel 4. Kegiatan kerjasama yang dilakukan BPTP Kalsel pada tahun 2010 NO
JUDUL KEGIATAN
MITRA
LOKASI
KETUA
DANA (Rp 000)
1
Pemurnian dan sertifikasi kebun entres karet Kab. Tabalong
Dinas Perkebunan Kab. Tabalong
Tabalong
Ka Balai
139.500
2
Penyusunan rancang bangun pengembangan kawasan hortikultura tahun 2010-2014
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel
Banjarbaru, Banjar, Tapin dan Batola
Danu Ismadi Saderi
44.600
3
Penyiapan dan pelaksanaan demonstrasi penggunaan reactor biogas berbahan baku kotoran sapi
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerha Kalsel
Tanah Laut
A. Hamdan
15.000
4
Bioversity
Kalsel
5
Nota kesepahaman kerjasama penelitian, pelatihan dan magang bagi dosen dan mahasiswa
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru dan Banjarmasin
Danu Ismadi Saderi Ka Balai
6
Nota kesepahaman kerjasama penelitian, pelatihan dan magang bagi dosen dan mahasiswa
Universitas Islam Kalimantan (UNISKA)
Banjarbaru dan Banjarmasin
Ka Balai
7
PIPKPP
Dana dari DIM namun dikelola oleh RISTEK
Kalsel
Peneliti dan penyuluh BPTP Kalsel
99.086
894.000 (6 judul)
Hash Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
III. HASIL KEGIATAN PENGKAJIAN DAN DISEMINASI Kegiatan yang dilakukan BPTP Kalimantan Selatan pada TA. 2010 diuraikan pada bahasan bab ini. Kegiatan yang dilakukan berasal dari DIPA BPTP Kalsel dan kegiatan kerjasama balk dengan Pemda atau dengan pihak lainnya yaitu Dinas Pertanian Propinsi Kalsel, Balitbangda Propinsi Kalsel, Pemerintah Kabupaten Tapin, Tabalong dan Bioversity International dan kerjasama dengan DIKTI melalui program PIPKPP serta kegiatan PUAP. Hasil kegiatan yang didanai dari DIPA BPTP Kalimantan Selatan dan kegiatan lainnya yaitu 1. Pengembangan Media Informasi Inovasi Pertanian Melalui Penerbitan Seri Publikasi Rutin Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian pertanian ditentukan oleh tingkat pemanfaatan hasilnya oleh pengguna sasaran. Penerapan teknologi hash litkaji tersebut diharapkan dapat meandering pembangunan pertanian di dearth sehingga sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian nasional. Diseminasi hash rancang bangun dan rekayasa tersebut perlu disampaikan kepada penyuluh dan petani yang dilakukan melalui media diseminasi yang tepat. Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan teknologi pertanian, tetapi lebih dari itu, petani diharapkan dapat menerapkan hash penelitian dan pengkajian tersebut dalam berusahatani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Diseminasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan teknologi dan informasi pertanian hash penelitian dan pengkajian yang diperlukan untuk memecahkan masalah teknis pertanian, sosial budaya dan ekonomi serta kebutuhan petani. Dengan demikian maka teknologi dan informasi yang disampaikan bukan hanya sekedar yang dihasilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) saja, tetapi yang benar-benar dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan petani, walaupun teknologi dan informasi tersebut merupakan hash penelitian dan pengkajian lembaga penelitian lainnya. Guna memungkinkan teknologi dan informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan petani, kegiatan diseminasi harus dimulai dengan identifikasi masalah dan potensi biofisik, sosial budaya dan ekonomi serta kebutuhan petani-nelayan, pasar dan swasta. Berdasarkan hash identifikasi ini, teknologi dan informasi yang diperlukan kemudian dicari dan dirakit sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang ada. Penyampaian dilakukan melalui berbagai jenis kegiatan diseminasi yang memudahkan penerimaan dan pemahaman teknologi dan informasi yang dimaksud. Penerapan teknologi oleh pengguna tergantung pada (1) efektivitas penyampaian informasi teknologi (2) kesesuaian teknologi dengan kebutuhan pengguna (3) teknologi tersebut dapat memecahkan permasalahan petani (4) teknologi yang berorientasi pasar serta (5) mudah dan sesuai dengan kemampuan finansial petani. Kegiatan diseminasi teknologi inovasi pertanian dilakukan melalui beberapa kegiatan, seperti pengembangan media. Pengembangan media informasi merupakan upaya untuk menyebarluaskan informasi melalui media, balk media cetak maupun elektronik. Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan teknologi hash penelitian/pengkajian dan memanfaatkan hash penelitian/pengkajian untuk pembangunan pertanian Materi yang telah dilaksanakan dalam bentuk media tercetak, yaitu Liptektan sebanyak 500 eks dengan judul Pembuatan Pakan Itik, brosur sebanyak 1.000 eks dengan judul Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani (Gapoktan). Sedangkan media elektronik yang dilaksanakan adalah melalui Siaran Radio sebanyak 4
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
judul yaitu : Pemanfaatan Buah Labu/ Waluh, Pengolahan Saos Tomat, Penyadapan Karet Yang Baik, Mengenal Varietas Padi Unggul dan VCD sebanyak 3 judul yaitu : Mengenal Padi Varietas Unggul, Memilih Bibit Karet Yang Berkualitas, Pendampingan SL-PTT. Media tercetak seperti liptektan dan brosur telah disebarluaskan kepada penyuluh pertanian di lapangan melalui Balai Penyuluhan Pertanian Tingkat Kecamatan, kepada Balai Pelaksana Penyuluhan dan Dinas Tingkat Kabupaten Badan Koordinasi Penyuluhan dan Dinas Tingkat Propinsi serta instan terkait lainnya. Informasi teknologi pertanian yang telah diolah dan disampaikan dalam media tercetak dan elektronik tersebut serta didistribusikan kepada penyuluh pertanian lapangan atau instansi terkait oleh BPTP Kalimantan Selatan, perlu ditindaklanjuti lagi untuk memperoleh umpan balik dari mereka. Apakah isi materi dan bentuk informasi serta respon dari pengguna sudah positif. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut oleh BPTP Kalimantan Selatan bersama instansi terkait agar penyebarluasan informasi teknologi pertanian dari BPTP Kalimantan Selatan lebih bermanfaat dan berkembang di masyarakat. 2. Visitor Plot Inovasi Teknologi Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan Potensi Peningkatan Hasil > 20% Hasil kegiatan visitor plot tanaman kacang panjang di KP Barabai dapat meningkatkan hasil produksi 38,35 % di atas teknologi petani. Kegiatan pameran bergabung dengan Intansi perlitbangan Propinsi dilaksanakan bertempat di kota Banjarbaru dalam rangka Kalsel Expo dari tanggal 28 Juli - 4 Agustus 2010. Pemupukan pada tanaman karet meningkatkan pertumbuhan tanaman sebesar 59 % dibandingkan dengan teknologi petani selama 1 tahun dengan 3 kali pemupukan . Selain itu kegiatan penggemukan sapi jantan sebanyak 1 ekor memberikan efek rataan pertambahan bobot harian sebesar 0,49 Kg/ekor/hari . Jika dibanding nilai ADG pada kontrol sebesar 0,17 Kg/ekor/hr, berarti ada kenaikan sebesar 0,23 Kg/ekor/hari. 3. Pengembangan Inovasi dan Penyebaran Informasi Teknologi Pertanian mendukung Pemberdayaan Petani di Kalimantan Selatan (Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian/P3TIP) Terkait dengan tugas dan fungsinya, BPTP adalah salah satu lembaga pendukung Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) di Kalimantan Selatan, yaitu sebagai pelaksana komponen C : Perbaikan Pengkajian dan Diseminasi Teknologi. Kegiatan yang dominan pada komponen C adalah aspek diseminasi teknologi baik yang dihasilkan BPTP khususnya maupun Badan Litbang pada umumnya. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan adopsi dan diffusi inovasi pertanian hasil pengkajian melalui kegiatan lokakarya-lokakarya, uji coba teknologi/demonstrasi teknologi dan dukungan teknologi untuk FMA (Farmer Managed Extension Activities). Berbagai kegiatan yang dilaksanakan adalah Pengembangan Model FSA dan VCA (Value Chains Analisis) berupa pertemuan dan demonstrasi/uji coba teknologi, lokakarya Pendampingan Pelaksanaan Action Research Facility (ARF) dalam rangka mendukung FMA, Lokakarya/Workshop Peningkatan Keterkaitan Peneliti, Penyuluh dan Petani serta penyediaan materi infromasi pertanian. Kegiatan dilaksanakan di 3 kabupaten program P3TIP, yaitu kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan kabupaten Balangan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan adalah : - Workshop Pengembangan Model FSA & VCA di Kabupaten HSS yang dilaksanakan pada tanggal 05 Maret 2010 di FMA Desa Pendulangan Kecamatan Padang Batung dihadiri oleh 18 orang peserta (17 orang laki-laki dan 1 orang perempuan) terdiri dari 16 orang petani dan 1 orang penyuluh swadaya dan 1 orang penyuluh pendamping.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Materi yang disampaikan oleh Nara sumber dari Penyuluh clan Peneliti BPTP adalah FSA (Farming system Analisis), VCA (Value Chain Analisis) clan Penggemukan Sapi Potong. Pada workshop ini juga ditentukan petani kooperator demplot, lokasi demplot, materi demplot clan kesepakatan tentang apa yang disediakan petani / FMA yaitu berupa sapi clan rumput sedangkan makanan tambahan clan obat-obatan dari BPTP. Sampai akhir September kegiatan demplot di desa ini tidak bisa dilaksanakan kemudian dialihkan ke FMA Desa Tanah Bangkang. Workshop Pengembangan model FSA & VCA di Kabupaten HST yang dilaksanakan pada tanggal 18 Pebruari 2010 di FMA Desa Tabat Padang Kecamatan Haruyan di hadiri oleh 25 orang peserta (19 orang laki-laki clan 6 orang perempuan) terdiri dari 23 orang petani clan 1 orang penyuluh swadaya clan 1 orang penyuluh pendamping. Materi yang disampaikan oleh Nara sumber dari Penyuluh clan Peneliti BPTP adalah FSA (Farming system Analisis), VCA (Value Chain Analisis) clan Teknologi Budidaya Ternak Kambing clan Teknologi Pemeliharaan Ayam Buras. Pada kegiatan ini juga ditentukan petani kooperator demplot, lokasi demplot, materi demplot clan kesepakatan apa yang disediakan petani/FMA yaitu berupa kambing clan kandang, BPTP menyediakan obat-obatan. Workshop pengembangan model FSA & VCA di Kabupaten Balangan, yang dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2010 di FMA Desa Halubau Utara Kecamatan Paringin Selatan dihadiri oleh 25 orang peserta (22 orang laki-laki clan 3 orang perempuan) terdiri dari 20 orang petani clan 4 orang penyuluh clan 1 orang peneliti BPTP. Materi yang disampaikan oleh Nara Sumber dari penyuluh clan Peneliti BPTP adalah FSA (Farming system Analisis), VCA (Value Chain Analisis) clan Teknologi Penggemukan Sapi Potong. Kegiatan Demonstrasi Teknologi yaitu di FMA Desa Tanah Bangkang Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan materi Penggemukan Sapi Potong Kegiatan dimulai pada bulan Desember 2010 menyesuaikan dengan pelaksanaan kegiatan FMA Desa Tanah Bangkang. Sapi yang dipelihara yaitu bangsa P.O. (Peranakan Ongole) berjumlah 8 (delapan) ekor sapi jantan dengan umur ± 2 tahun. Rataan pertambahan bobot badan harian selama 15 hari pada perlakuan I= 1,05 kg clan perlakuan II = 0,3 kg . Demontrasi teknologi/uji coba yang dilaksanakan di FMA Desa Tabat Padang Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dengan materi Perbaikan Manajemen Pemeliharaan Kambing Lokal. Berdasarkan hasil penimbangan diperoleh kenaikan bobot badan berkisar antara 2,5-2,7 kg/ekor/15 hari atau rata-rata 115,50 gram/hari/ekor. Kenaikan bobot badan kambing ini cukup tinggi dibandingkan dengan kambing lokal (petani) sekitar yaitu antara 30-50 gram/hari/ekor. Demontrasi teknologi di Kabupaten Balangan, yaitu di FMA Desa Halubau Utara Kecamatan Paringin Selatan, dengan materi Penggemukan Sapi Potong. Teknologi pakan yang didemonstrasikan menggunakan bahan yang banyak tersedia di sekitar lokasi kegiatan yaitu dengan pemberian pakan dedak halus 2 kg per ekor/hari ditambah rumput lapang. Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan selama 15 hari diperoleh hasil bahwa rata-rata pertambahan berat badan harian sebesar 1,01 kg. Uji Coba (ARF) dalam rangka mendukung FMA di FMA desa Mandingin Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu Teknologi Pembesaran Itik Peking. Hasil pengamatan saat ini itik umur 1,5 bulan diperoleh rataan berat badan masing
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
11
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
masing perlakuan yaitu 1.460 gram/ekor, 1.585 gram/ekor, 1.545 gram/ekor, 1.565 gram/ekor can 1.430 gram/ekor. Uji Coba (ARF) dalam rangka mendukung kegiatan FMA di FMA Desa Kalahiyang Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan yaitu Teknologi Pemeliharaan Ayam Buras. Hasil pengamatan saat ini ayam buras berumur 2 (dua) bulan diperoleh rataan berat badan masing-masing perlakuan yaitu ; 880 gram/ekor, 780 gram/ekor, 797 gram/ekor can 719 gram/ekor. Perbanyakan Materi Informasi Teknologi Pertanian, yaitu berupa pencetakan liftektan sebanyak 4 (empat) judul, yaitu ; 1. Success story PTT Padi Sawah di Lahan Tadah Hujan di Desa Labunganak Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2. Budidaya Kambing Lokal Melalui Perbaikan Manajemen Pemeliharaan 3. Perbaikan Teknologi Usaha Pembesaran Ayam Buras 4. Pemanfaatan Bahan Pakan Loakl Untuk Usaha Penggemukan Sapi Potong Workshop Pendampingan Pelaksanaan ARF di Kabupaten Hulu Sungai Tengah kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2010 di FMA Desa Mandingin Kecamatan Barabai, dihadiri oleh 38 orang peserta (19 orang laik-laki can 9 orang perempuan) terdiri dari 33 orang petani, 1 orang penyuluh swadaya, 2 orang penyuluh can 2 orang peneliti dari BPTP. Materi yang disampaikan oleh nara sumber dari peneliti can penyuluh BPTP yaitu Petunjuk Pelaksanaan Uji Coba (ARF) can Teknologi Pembesaran Itik Peking. Workshop Pendampingan Pelaksanaan ARF di Kabupaten Balangan, dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2010 di FMA Desa Kalahiyang Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan dihadiri oleh 20 orang peserta ( 17 orang laki-laki can 3 orang perempuan) terdiri dari 15 orang petani, 1 orang Penyuluh Pendamping FMA Desa, 2 orang Penyuluh can 2 orang Peneliti BPTP. Materi yang disampaikan oleh Nara Sumber dari Peneliti can Penyuluh BPTP yaitu Petunjuk Pelaksanaan Uji Coba (ARF) can Teknologi Pemeliharaan Ayam Buras. Hubungan yang lebih Efektif antara Petani, Penyuluh can Peneliti, yaitu berupa Kegiatan Workshop Peningkatan Keterkaitan Peneliti, Penyuluh can Petani yang dilaksanakan di Kabupaten HST. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendiseminasikan hasil demplot yang telah dilaksanakan. Workshop dilaksanakan di FMA desa Tabat Padang kecamatan Haruyan Kabupaten HST. Peserta sebanyak 64 orang terdiri dari petani FMA Tabat Padang 26 orang, penyuluh FMA desa kabupaten HST 27 orang Bapeluh/Pengelola FEATI kabupaten HST 2 orang, Peneliti BPTP 3 orang, Penyuluh BPTP 2 orang, Pengelola FEATI BPTP 4 orang. Materi yang disampaikan adalah Budidya Kambing Lokal Melalui Perbaikan Manajemen Pemeliharaan, Dukungan BPTP terhadap FMA can Arah Pengelolaan FMA yang akan datang (Scaling Up can Kemitraan). 4. Pendampingan Program SL-PTT melalui Introduksi Inovasi Teknologi > 60% Lokasi SL-PTT Padi & Jagung Secara nasional Kalimantan Selatan menduduki peringkat 9 sebagai penghasil padi can 3,15% memenuhi kebutuhan beras nasional. Produktivitas 5 tahun terakhir, rata-rata produktivitas padi mengalami pertumbuhan 3,57% per tahun, jagung 13,16% per tahun, kedelai 0.93% per tahun can kacang tanah 0,44% per tahun. Terjadi peningkatan produksi dari 1.953.868 ton (2007) menjadi 1.954.284 ton (2008) can 1.956.991 ton
12
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
(2009). Salah satu program strategis kementerian pertanian dalam upaya swasembada pangan adalah: Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan kebutuhan pangan nasional. Untuk mendukung program tersebut Badan Litbang Pertanian melakukan Pendampingan SL-PTT. Tujuan dari kegiatan pendampingan SL-PTT adalah : Melaksanakan pendampingan penerapan SL-PTT padi, jagung, kedelai dan kacang tanah sebanyak 2.671 unit (60% dari 4.452 unit SL-PTT Kalimantan Selatan) melalui: (i) pertemuan pembekalan/pendampingan kepada tim teknis SL-PTT tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, (ii) demplot adaptasi VUB padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah sebanyak 146 demplot, (iii) pelatihan/pertemuan teknis (sebagai narasumber) dan media cetak dan VCD Kegiatan pendampingan dilaksanakan dari bulan Januari-Desember 2010, pada 11 Kabupaten yang mempunyai program SL-PTT, yaitu : Kabupaten Barito Kuala, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong. Setiap kabupaten didampingi/dikawal oleh LO (liason officer) yang bekerjasama dengan penyuluh lapang, mantri tani, pengamat organisme penganggu tanaman (POPT) dan pengawas benih (PBT) setempat. Penetapan CP/CL pada pendampingan SL-PTT sebanyak 60% dari jumlah unit SL-PTT dilakukan bersama-sama dengan Dinas Pertanian di kabupaten setempat berdasarkan SK. Bupati atau SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten tentang CP/CL pada program SL-PTT. Metode kegiatan pendampingan dengan : 1. Pertemuan pembekalan kepada tim SL-PTT Tk. Kabupaten, Kecamatan dan tim pendamping SL-PTT Kalimantan Selatan. 2. Demplot adaptasi varietas unggul baru sebanyak : 146 demplot 3. Pembuatan dan penyebaran materi penyuluhan 4. Pelatihan/pertemuan (sebagai narasumber) Pertemuan pembekalan dengan tim SL-PTT berupa workshop pendampingan SL-PTT. Dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 8 April 2010. Pesertanya berjumlah 80 orang (direncanakan yang hadir 100 orang) terdiri dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, penyuluh lapang, mantri tani, POPT dan PBT. Workshop menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yaitu : tentang 60% pendampingan SL-PTT yang dimaksud adalah 60% dari unit SL-PTT yang ada di Kabupaten masing-masing yang telah ditetapkan berdasarkan SK. Bupati atau SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten. Penempatan lokasi display uji adaptasi VUB dapat didalam atau diluar lokasi LL (laboratorium lapang) akan tetapi sebaiknya di luar LL namun masih didalam lokasi SL-PTT atau berdekatan dengan SL-PTT. Mantri tani (Mantan), Penyuluh lapang, pengawas benih tanaman (PBT), pengawas organisme pengganggu tanaman (POPT) dan BPTP Kal-Sel sepakat untuk saling mendukung dan bersama-sama mendampingi program SL-PTT di lokasi masingmasing sesuai dengan tupoksinya. Tim teknis dan tim pelaksanaan Kabupaten akan dibentuk, dimana LO akan menjadi bagian dari Tim teknis. Display adaptasi VUB, yang direncanakan ada 146 demplot yang tersebar di 11 kabupaten terdiri dari display padi sawah 88 demplot, padi gogo 8 demplot, jagung hibrida 10 demplot, kedelai 30 demplot dan kacang tanah 10 demplot. Setiap demplot komoditas padi/jagung mempunyai luasan 0,25 ha, demplot kedelai/ kacang tanah 0,05 ha yang terlaksana ada 109 display, gagal panen 32 display, yang belum panen ada 49 display. Salah satu penyebab dari tidak tanam atau gagal panen adalah kondisi lahan yang terlalu basah atau selalu terendam serta adanya serangan hama tikus sehingga
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
13
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
banyak tanaman mati. lahan yang basah/terendam membuat waktu tanam menjadi mundur dan benih yang sudah tersedia (benih kacang tanah dan kedelai datang sesuai waktu yang diharapkan) daya tumbuhnya menjadi sangat rendah. Mated Penyuluhan berupa buku saku/brosur dengan judul : PTT Padi sawah sebanyak 3000 exp, PTT Kedelai sebanyak 1000 exp dan Masalah Lapang : Hama, Penyakit dan kahat hara pada padi sebanyak 2000 exp. Semua buku sudah didistribusikan ke semua BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) di kabupaten/kecamatan yang ada program SL-PTT. Pelatihan pendampingan/pertemuan (nara sumber). Pelatihan pemandu lapang (PL-2) diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Propinsi pada bulan April-Mei 2010 dan PL-3 diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten dengan waktu pelaksanaan tidak sama. Juga menjadi nara sumber pada pertemuan/pelatihan lainnya yang terkait tanaman pangan. Wokrshop Pendampingan SLPTT di BPTP Kalsel
Demplot adaptasi padi Varietas Unggul Baru di Kabupaten Balangan:
Demplot adaptasi padi Varietas Unggul Baru di Kabupaten Banjar
14
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Inpari 9
Inpari 13
Demplot adaptasi Varietas Unggul Baru Kacang Tanah di Kabupaten Banjar :
Buku saku :
5. Pendampingan Teknologi Pengembangan Kawasan Hortikultura Melalui Introduksi Inovasi Teknologi Kegiatan ini difokuskan pada perbaikan teknologi pengelolaan komoditas jeruk melalui demplot dengan menerapkan GAP/SOP clan Pengelolaan Terpadu Kebun jeruk Sehat (PTKJS). Selain itu pendampingan juga dilakukan melalui penyuluhan, pembinaan, clan penyebaran informasi teknologi melalui media cetak clan elektronik, serta pelatihan. Kegiatan survei, juga dilakukan untuk memperoleh informasi status Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman hortikultura khususnya jeruk di Kabupaten Barito Kuala.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
15
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Tujuan kegiatan adalah; melakukan pendampingan pengembangan kawasan hortikultura pada > 60% di wilayah Kalimantan Selatan melalui pemberian materi inovasi teknologi dan demplot komoditas terpilih (jeruk) untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam pengelolaan usaha kebun jeruk yang lebih baik. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan yaitu : 1. Identifikasi status PHT ditingkat petani pada Kawasan Hortikultura Kawasan hortikultura komoditas jeruk adalah ; Kabupaten Tapin Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Banjar. Kegiatan pendampingan sebagian besar dilakukan dikabupaten Barito kuala, berdasarkan luas tanam jeruk yang meningkat secara significan dan pengembangan tanaman jeruk terluas di Kalimantan Selatan. Identifikasi PHT dilakukan melalui survey terutama dilokasi petani yang telah mendapatkan atau sedang melaksanakan program SL-PHT. Sedangkan pelaksanaannya dilakukan dengan bekerja sama dengan instansi terkait yaitu BPTPH. a. Kecamatan Marabahan Kelompok tani sudah memperoleh pelatihan (SL-PHT) pada tahun 2008 dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura mencakup a.l : Budidaya meliputi ; pemupukan, pemangkasan, penyemprotan, penjarangan buah dan pengenalan hama penyakit pada tanaman jeruk. Pemanfaatan pupuk organik dan pembuatan trichokompos dan trichocair juga dilatihkan pada petani jeruk untuk menghemat biaya produksi dan mengobati penyakit diplodia. Hama penyakit yang ditemui pada pertanaman jeruk diantaranya adalah Diplodia,kutu sisik, kutu dempolan, embun jelaga, dan kutu apes. b. Kecamatan Barambai Muara Hama penyakit yang banyak ditemui adalah Dip/odia (batang berbuihan), tikus,embun jelaga, kutu dempolan, aphis,dan kupu-kupu putih. Pada pelaksanaan SI-PHT dilakukan praktek pembuatan pupuk nabati pengganti Urea dan KCI, pembuatan Trichokompos, pengendalian penyakit Diplodia dengan Tricho cair dan Tricho padat dan bubur kalifornia. Setelah pengamatan selama 4 minggu diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan dengan Tricho padat yang dapat menyembuhkan lebih cepat dibanding perlakuan lainnya. c. Kecamatan Cerbon Lokasi yang terpilih Di Kec. Cerbon ini adalah Desa Sungai Tunjang dan Desa Sungai Rasau. Tanaman jeruk dilokasi ini pada umumnya sudah berumur tua, lebih dari 20 tahun dan ditanam dengan sistem surjan dengan pola padi dan jeruk. Hama penyakit pada tanaman ini hampir tidak ada. 2. Pelaksanaan SL GAP Tanaman Jeruk Bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala, BPTP Kalimantan Selatan telah melakukan pendampingan teknologi bagi kawasan hortikultura khususnya teknologi yang tepat bagi komoditas buah jeruk melalui penyelenggaraan Sekolah Lapang Good Agricultural Practise (SL-GAP). Pada tahun 2010 ini SL GAP dilaksanakan di dua desa yaitu Desa Kolam Kiri Dalam Kecamatan Barambai (seluas 48 ha) dan Desa Bedandan Kecamatan Cerbon (seluas 18 ha) Kabupaten Barito Kuala. Ada sekitar 10 materi yang dilatihkan pada petani yaitu ;( penerapan GAP dan SOP pada tanaman jeruk, desain kebun, persiapan lahan, pupuk dasar, pemilihan bibit, pemupukan tahun 1, pemangkasan tanaman, pemeliharaan tanaman, panen/pemasaran, topic terpilih/capita
selecta).
16
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
a. Pengendalian OPT. Upaya pengendalian OPT dilakukan melalui praktek langsung di lahan petani yang terserang penyakit, yaitu ;. Pengenda/ian dip/odia,Pengenda/ian belalang dengan Ekstrak daun sirsak sebagai pestisida hayatf, Pengenda/ian kutu sisik dengan Ekstrak daun nimba sebagai pestisida hayati, b. Apresiasi teknologi top wor ki n g Apresiasi teknologi top working tanaman jeruk dilaksanakan selama sehari di Kabupaten Barito Kuala, bertempat di kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bakumpai, kecamatan Cerbon dan peserta yang mengikuti apresiasi/pelatihan teknologi top working tanaman jeruk ini adalah petugas lapang dari lima BPP yaitu; yaitu BPP Bakumpai, BPP Cerbon, BPP Barambai, BPP Tabukan, dan BPP Kuripan. 3. Demplot GAP Tanaman Jeruk Lokasi demplot GAP tanaman jeruk seluas 1 hektar ditempatkan di kebun milik salah seorang petani peserta SL GAP (Bapak Suparno) di Desa Kolam Kiri Dalam Kecamatan Barambai, kabupaten Barito Kuala. Untuk mendukung demplot ini, maka diberikan 1 buah sprayer dan pupuk pertama phonska sebanyak 25 zak @ 50 kg . Hingga akhir bulan Desember 2010 ini, semua lahan untuk pengembangan sudah selesai dibuat telah ditanami bibit jeruk. 4. Pembinaan Petani Jeruk Di Eks Lokasi PrimaTani Pembinaan terutama ditekankan pada usaha tanaman jeruk. Beberapa hal yang disampaikan kepada petani terkait dengan pemanenan ini adalah perlunya mencatat jumlah hasil panen jeruk yang diperoleh, sehingga semua data kegiatan dapat terrecord dengan baik. Selain itu juga penjualan dan pemasaran buah jeruk sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan ukuran buah (perlunya sistem grading), sehingga petani bisa memperoleh nilai tambah dari usahatani jeruk ini. Hal lain yang disampaikan adalah perlunya terus dilakukan pemangkasan, penjarangan buah dan pemupukan. Kegiatan pembinaan yang lain adalah mengenai kondisi pertanaman jeruk dan hasil panen jeruk yang diperoleh. Dari kegiatan diskusi ini juga diketahui bahwa sebagian petani mulai mengusahakan kebun jeruknya secara organik. Petani mulai menggunakan pupuk trichocompos sebagai pengganti pupuk kimia. Selain penggunaan pupuk organik, untuk pemeliharaan tanaman, para petani menggunakan bahan alami berupa daun sirsak yang direbus dengan air. Daun sirsak ini dipakai untuk membasmi hama pada tanaman. Sedangkan untuk menghilangkan jelaga pada buah jeruk, digunakan nimba. Pengetahuan ini diperoleh petani dari petani jeruk yang ada di Desa Antarbaru Kabupaten Marabahan Kabupaten Barito Kuala. 5. Pembuatan Bahan/Materi Penyuluhan (Diseminasi) Materi penyuluhan yang disusun dan diterbitkan berupa leaflet sebanyak 3 judul masing-masing 550 eks (Penanganan Panen Dan Pascapanen Jeruk Siam Banjar, Pemangkasan Jeruk dan penyakit Diplodia Pada Tanaman Jeruk) ; selain itu dicetak brosur berjudul : Panduan Budidaya yang benar (GAP/Good Agricultural Practices) Pada Tanaman Jeruk sebanyak 600 eksemplar dan CD (Compac Disc) : Top Working Pada Tanaman Jeruk (30 eksemplar).
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
17
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
6. Pendampingan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi Melalui Introduksi Inovasi Teknologi Kegiatan Pendampingan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi (PSDS) Melalui Inovasi Teknologi > 60% Lokasi PSDS di Wilayah Kalsel dilakukan di beberapa kabupaten yaitu Tanah Laut, Barito Kuala, Tapin, Banjar, Hulu Sungai Selatan (HSS) can Hulu Sungai Tengah (HST). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melaksanakan pendampingan PSDS melalui inovasi teknologi > 60% Lokasi PSDS di Wilayah Kalsel dengan cara demplot 3 unit, penyuluhan, demcara, penyediaan bahan informasi inovasi teknologi, can sebagai narasumber. Kegiatan demplot dilakukan di Kabupaten Tanah Laut sebanyak 3 unit can 1 unit di Kabupaten Barito Kuala. Demplot terdiri atas 1 unit kegiatan penggemukan, 2 unit pembibitan can 1 unit pembesaran (pedet). Judul kegiatan demplot yaitu 1). Pemanfaatan pakan lokal untuk penggemukan ternak sapi, 2) Strategi pemberian pakan pada induk sapi bunting melalui pemanfaatan pakan lokal, 3) Perbaikan pakan lokal pada pedet pra sapih (umur>6 bulan) melalui pemanfaatan pakan lokal, 4) Pemberian pakan tambahan pada induk bunting. Hasil yang diperoleh pada demplot (1) yaitu penggemukan yaitu pemberian pakan tambahan berupa dedak (0,5% dari bobot hidup ternak) can sawut singkong (0,5% dari bobot hidup ternak) memberikan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,67 kg/ekor can kontrol 0,28 kg/ekor dengan nilai MBCR 1,45. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan tambahan pakan memberikan pertumbuhan can keuntungan yang lebih baik dari kontrol. Hasil yang diperoleh dari demplot (2) strategi pemberian pakan tambahan pada induk bunting menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik (-0,04 kg/ekor/hari) dari kelompok kontrol (-0,21 kg/ekor/hari), konsumsi pakan hijauan untuk ternak perlakuan 28,75 kg/ekor/hari can kontrol 17,13 kg/ekor/hari, berat lahir anak kelompok perlakuan lebih besar yaitu 19 kg can kontrol 17 kg. Hasil yang diperoleh pada demplot (3) perbaikan pakan pada pedet pra sapih berupa pertambahan bobot badan harian sebesar 0,26 kg/ekor/hari can kontrol 0,06 kg/ekor/hari. Hasil yang diperoleh pada demplot (4) pemberian pakan tambahan pada induk bunting berupa pemulihan kondisi ternak yang lebih baik hal ini ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,06 kg/ekor/hari pada induk kelompok perlakuan sedang kelompok kontrol -0,16 kg/ekor/hari. Kegiatan penyuluhan dilakukan di 6 kabupaten pada kelompok yang bersedia can minta untuk dibina/didampingi. Materi penyuluhan can demcara yang dilakukan yaitu 1) Pengelolaan kotoran sapi untuk pembuatan kompos, 2) Pembuatan UMMB, 3) Pengenalan kesehatan ternak, 4) Hijauan pakan ternak, 5) Pengobatan can pencegahan penyakit cacing, 6) Pengenalan macam-macam penyakit pada ternak, 7) Pengenalan can pemanfaatan kotoran ternak untuk biogas, 8) Fermentasi jerami padi. Hasil penyuluhan atau tingkat adopsi petani terhadap inovasi teknologi yang diberikan yaitu yaitu sampai pada tahap menaruh minat (Kabupaten HST can HSS) sedang kelompok di Kabupaten Tanah Laut, Barito Kual, Tapin can Banjar pada tahap menilai. Bahan informasi yang dicetak can dibagikan pada penggunakan berupa leaftektan 7 judul, brosur 1 judul, CD 1 judul. Leaftektan berjudul : 1) Pembuatan kompos dari kotoran sapi, 2) Fermentasi jerami padi untuk pakan ternak, 3) Urea molase multinutrien block, 4) Pembinaan kelompok tani, 5) Mengenal tanda-tanda birahi ternak sapi, 6) Pencegahan can pengobatan penyakit cacing pada sapi, 7) Mengenal penyakit jembrana can demam 3 hari pada sapi. Judul brosur yaitu Budidaya Ternak Sapi. Judul CD : pemanfaatan bahan pakan lokal untuk ternak sapi.
18
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Kegiatan yang dilakukan pada demplot yang dilakukan di Kelompok Tani Jaya
Kegiatan saat PRA di Desa Banua Tengah, Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut
Penyuluhan yang dilakukan pada beberapa kelompok yang dibina
Demcara yang dilakukan di kelompok yang dibina yang ada di Kabupaten Banjar
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
19
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
7. Pendampingan PUAP Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar clan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) clan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program PUAP di Kalimantan Selatan memerlukan pendampingan clan advokasi yang intensif, baik oleh Penyuluh Pendamping, PMT, Tim Teknis Kecamatan clan Tim Teknis Kabupaten maupun Tim Pembina Provinsi, dimana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan mendapatkan mandat sebagai sekretaris clan sekretariat Tim Pembina PUAP di Kalimantan Selatan. Sesuai dengan tugas clan fungsinya, BPTP Kalimantan Selatan menempati posisi dengan peran yang sangat strategis. Dalam hal ini BPTP bertugas melakukan pembinaan teknis kepada Penyelia Mitra Tani (PMT), pengembangan Gapoktan, supervisi pelaksanaan di lapangan, serta kegiatan monev pelaksanaan Program PUAP. Tujuan akhir kegiatan ini adalah mengembangkan usaha agribisnis, mengurangi tingkat kemiskinan clan menciptakan lapangan kerja di perdesaan Kalimantan Selatan. Adapun tujuan antara untuk tahun 2010 adalah: 1) Melaksanakan tugas sekretariat PUAP (administrasi, koordinasi, dokumentasi) clan fasilitasi BOP PMT. 2) Melakukan apresiasi pendampingan dalam pembentukan clan pengembangan LKM-A pada 33 Gapoktan. 3) Melakukan pendampingan inovasi teknologi pertanian pada 33 gapoktan yang berada pada desa terintegrasi (FEATI, SL-PTT, PRIMA TANI, dll). 4) Memfasilitasi penyiapan dokumen pengajuan dana BLM-PUAP TA. 2010. 5) Melakukan koordinasi, konsinyasi, peningkatan kapasitas SDM clan keikutsertaan dalam workshop clan pelatihan terkait PUAP. 7) Memfasilitasi penyediaan clan pendistribusian materi diseminasi sebanyak 5 judul (9000 eksemplar) ke SKPD terkait/Gapoktan PUAP/Penyuluh Pendamping PUAP clan petani. 8) Melakukan monitoring clan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan PUAP. Pelaksanaan pendampingan Program PUAP oleh BPTP Kalimantan Selatan pada Tahun Anggaran 2010 pada beberapa kegiatan telah berhasil mencapai tujuan sesuai dengan tahapannya seperti tugas kesekretariatan, Pembinaan Penyelia Mitra Tani clan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Pelaksanaan kegiatan lain seperti Apresiasi LKM-A clan Pendampingan Teknologi Gapoktan PUAP baru dapat dilaksanakan pada akhir tahun anggaran karena sebagian besar Tim Pelaksana mengikuti pelatihan dalam jangka waktu yang lama, seperti Pra Jabatan, Latihan Dasar Peneliti clan Latihan Dasar Penyuluh. Terjadi kesulitan dalam verifikasi karena beberapa Gapoktan yang tercantum dalam Kepmentan sebagian bukan berbentuk Gapoktan clan dibentuk secara mendadak karena adanya Program PUAP. Dari 398 Gapoktan calon penerima BLM-PUAP hanya 372 Gapoktan yang mengirimkan dokumen pengajuan dana BLM-PUAP. Dari Jumlah tersebut hingga akhir Desember 2010 hanya 347 Gapoktan yang telah menerima dana BLM-PUAP dalam rekeningnya. Terdapat 25 Gapoktan yang telah mengirimkan dokumennya yang tidak bisa direalisasikan clan 26 Gapoktan yang tidak mengirmkan dokumen pengajuan dana BLM-PUAP. Seluruhnya terdapat 51 Gapoktan yang batal menerima dana BLM-PUAP pada tahun 2010. Pengawalan terhadap pemanfaatan dana PUAP menunjukkan hasil yang cukup baik. Dana PUAP TA. 2008 sebesar Rp. 34,1 M hingga bulan Nopember 2010 telah disalurkan kembali sebanyak 103% clan telah dikembalikan sebanyak 58%. Dana PUAP TA. 2009 sebesar Rp. 23 M hingga bulan Juni 2010 telah disalurkan sebanyak 76% clan telah dikembalikan sebanyak 31%. Sebagian Gapoktan telah berhasil menyalurkan seluruh dana yang diterima clan mengelola pengembaliannya dengan baik. Meskipun demikian terdapat keragaman kinerja pengembangan dana yang cukup tajam antar kabupaten di Kalimantan Selatan. Keragaman kinerja perkembangan dana BLM-PUAP
20
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
antar kabupaten disebabkan oleh adanya perbedaan dalam; 1) kepedulian dan keterlibatan Tim Teknis Kabupaten, 2) Kemampuan dan ketersedian PMT, 3) Dukungan Penyuluh Pendamping, 4) Kondisi geografis, 5) Karakter petani penerima BLM-PUAP dan 6) Riwayat dan motivasi pembentukan Gapoktan. 8. Bioversity ("Conservation and Sustainable Use of Cultivated and Wild Tropical Fruit Diversity: Promoting sustainable livelihoods, food security and ecosystem services") Kegiatan yang dilakukan pada tahun 2010 berupa : 1. SOSIALISASI KEGIATAN BIOVERSITY (Sozialization of the projec Sosialisasi kegiatan Bioversity dilakukan baik ditingkat provinsi maupun ditingkat kabupaten. Untuk sosialisasi di tingkat provinsi, BPTP Kalimantan Selatan selaku PPMU di Kalimantan Selatan telah mengadakan/melaksanakan pertemuan koordinasi dengan anggota Multi Disciplinary Site Team (MDST) dan pihak-pihak yang concern dengan kegiatan Bioversity. Pertemuan dilaksanakan di Ruang Serba Guna BPTP Kalimantan Selatan, Banjarbaru pada hari Jumat tanggal 12 Maret 2010. Sosialisasi di tingkat kabupaten dilakukan oleh South Kalimantan PPMU bersama dengan Dr. Winarno (National Projec Manager) dan Mr. Hugo Lamers (Associate Expert Socio-economic and Marketing) pada tanggal 16-24 March 2010. Sosialisasi dilakukan melalui pertemuan koordinasi dengan Dinas Pertanian tingkat kabupaten. 2. VILLAGE MEETING Kegiatan village meeting dilakukan bersama dengan community di desa, dan dimaksudkan dalam rangka implementasi participatory four cell analysis (FCA), venn diagram, time line analysis, community and resource mapping, serta variety preference/scoring diagram. Implementasi participatory kelima exercise ini dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan village meeting difasilitasi oleh South Kalimantan PPMU dan dilaksanakan dimasing-masing site. Hasil FGD dalam village meeting adalah sebagai berikut : a. Four Cell Analyses (FCA) Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai jenis/varietas dari target species yang ada di community, estimasi jumlah, richness dan evenness target species ditingkat community. Dari four cell analysis ini berhasil digali dan diperoleh informasi mengenai keragaman target species dimasing-masing site seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Four cell analysis ini berhasil digali dan diperoleh informasi mengenai keragaman target species dimasing-masing site
Indicators Richness Evenness
Site Telaga Langsat 22 0.71
Site Sungai Tabuk 19 0.64
Site Cerbon
Site Astambul
13 0.55
12 0.71
Keterangan : Richness adalah diversitas/keragaman varietas baik inter maupun intra spesies ; Evenness adalah tingkat kejadian atau jumlah masing-masing varietas dalam suatu komunitas
Selain informasi mengenai richness dan evenness, juga berhasil digali informasi mengenai status masing-masing varietas (jumlah pohon yang ada dan jumlah rumah tangga (households) yang memilikinya), sehingga dapat diketahui pada posisi kwadran
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
21
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
yang mana keberadaan masing-masing varietas. Untuk selanjutnya dari hasil four cell analysis ini dapat ditentukan varietas mana yang tergolong dalam in-situ dan on-farm conservation. b. Venn Diagram Description of kind of stakeholders involved. Venn diagram dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi key stakeho/dersatau kelembagaan yang ada di community dan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan community. Sehingga untuk kedepannya dalam pelaksanaan project ini, MIDST dapat bekerja sama dengan kelembagaan tersebut. Selain itu melalui venn diagram ini dapat diperoleh informasi mengenai interaksi diantara masing-masing kelembagaan. Berikut adalah hasil venn diagram yang dilakukan di tiap site. Tabel 6. Hasil analisis kelembagaan usaha komoditas buah (jeruk dan mangga) di Kalimantan Selatan Site Telaga Langsat Sirkel (pembeli kayu dari batang pohon) Pembelantikan (pedagang perantara) Kelompok tani
Site Sungai Tabuk
Site Cerbon
Pedagang pengumpul (dalam dan luar desa) Pasar Konsumen di pasar
Pedagang dari luar desa Pasar kabupaten Pasar kecamatan Tengkulak Kios saprodi
Site Astambul Pedagang pengumpul Pasar kecamatan
c. Time Line Analysis Time line analysis dlakukan untuk menggali dan memperoleh informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di community serta perubahan-perubahan yang terjadi dicommunity selama kurun waktu tertentu yang mempengaruhi keragaman target fruits (Mangifera and Citrus). Dari time line analysis, dapat diketahui hal-hal yang bisa menjadi factor pendorong (drivers) dan ancaman (treats) yang mungkin berpengaruh terhadap keragaman target fruits. d. Variety Preference Sifat-sifat/karakterisitik yang dinilai pada kegiatan variety preference antara lain: ukuran buah, rasa buah, warna kulit buah, harga, ketahanan terhadap OPT, pangsa pasar, aroma buah, kemudahan dalam pemeliharaan tanaman, dan pemanfaatan tanaman. Berdasarkan hasil uji preferensi yang dilakukan, diperoleh lima varietas yang memperoleh nilai tertinggi (Tabel 7). Tabel 7. Hasil uji preferensi beberapa komoditas buah (jeruk dan mangga) di Kalimantan Selatan Rank 1 2 3 4 5
22
Telaga Langsat Kasturi Kuini Mangga golek Mangga gadung Mangga apel
Sungai Tabuk
Cerbon
Astambul
Kuini Hampalam Mangga Mangga apel
Siam banjar Jeruk purut Jeruk nipis Limau sambal
Siam banjar Jeruk irisan Jeruk purut Asam kuit
Mangga gadung
Limau kuit
Sunkist
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
3. BASELINE SURVEY (BS) Kegiatan baseline survey dilakukan dimasing-masing site. Kegiatan baseline dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal yang ada di community sebelum project ini dilakukan. Kegiatan baseline dilakukan dengan metode wawancara (interview) dengan sejumlah households (rumah tangga) yang ada di community, menggunakan questionnaire berstruktur yang disusun oleh Hugo Lamers (Associate Expert Socioeconomic and Marketing). Sebelum pelaksanaan baseline, terlebih dahulu dilakukan uji coba questionnaire, sehingga dapat dilakukan modifikasi/diadaptasikan dengan kondisi dilapangan sebelum nantinay diimplementasikan ke respondent/households (HH). Kegiatan adaptasi questionnaire dilakukan oleh Hugo Lamers dan didampingi oleh South Kalimantan PPMU. Hingga saat ini, kegiatan baseline sudah sampai tahap entry data. Belum dilakukan analisa regresi untuk mengetahui korelasi tiap-tiap factor (secara individual maupun secara kolektif) terhadap tingkat keragaman/diversity (correlation between maintaining high diversity and wealth, education, and access to markets, etc). 4. COMMUNITY BIOVERSTY MANAGEMENT (CBM) Kegiatan Community Bioversity Management (CBM) dilakukan dimasing-masing site. Kegiatan Community Bioversity Management dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD), yang dihadiri oleh para stakeholders yang ada di site, seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulatura Kabupaten, Camat, Kepala Desa, Kepala BPP, Mantan, PPL, Ketua Kelompok Tani, dan beberapa orang kepala rumah tangga (households) yang memiliki pohon target species. Materi CBM difokuskan pada beberapa point yang menjadi target kegiatan Bioversity, diantaranya mengenai pemahaman pelestarian dan pemanfaatan target species. Selain itu juga didiskusikan mengenai arah dan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini, rencana yang ingin dan akan dilakukan oleh masyarakat terkait dengan pemanfaatan target species, dan hasil yang telah diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, seperti Four Cell Analysis (FCA) dan Community and Resource Mapping. 5. COMMUNITY BIOVERSITY REGISTER (CBR) Kegiatan ini merupakan identifikasi dan registrasi pohon target species yang ada di tiap-tiap site. Kegiatan Community Bioversity Register (CBR) dimaksudkan untuk pendataan dan pendokumentasian mengenai keragaman (diversim pohon target species yang ada di site. Kegiatan CBR dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada community mengenai bagaimana melakukan registrasi pohon target species. Beberapa informasi penting yang harus tercover/tertuang dalam Community Bioversity Register (CBR) adalah nama varietas, nama local, karakteristik pohon seperti ciri-ciri buah (bentuk, ukuran, warna, rasa),bunga, daun, canopy, tinggi pohon, umur pohon, pemilik pohon, dan gambar/foto target species. Selain informasi utama tadi, informasi-informasi lain yang dianggap perlu juga dapat dicatat, sehingga apabila suatu hari dilakukan penelusuran kembali (tracking and tracing), maka informasi-informasi tersebut sudah terecord dengan baik. Untuk selanjutnya kegiatan CBR akan dilakukan oleh salah seorang yang mewakili community. 6. GOOD PRACTICES (GP) FOR CONSERVATION Kegiatan ini bertujuan untuk menggali praktek-praktek usahatani yang baik yang diterapkan oleh petani berdasar pengetahuan tradisional dan pengetahuan lokal terkait dengan kegiatan management budidaya, pengembangan produk, pemasaaran, management pengelolaan keragaman, penyebaran pengetahuan tentang praktek-praktek
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
23
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
tersebut, kebijakan dan organisasi social yang terkait dengan management dan pengelolaan varietas dan keragaman buah local. Dari kegiatan ini berhasil digali 11 good practices di Site Telaga Langsat, 13 good practices di Site Sungai Tabuk, 17 good practices di Site Cerbon, dan 18 good practices di Site Astambul. Lampiran foto-foto kegiatan
Keterangan gambar: 1. Sosialisasi kegiatan bioversity tingkat provinsi (Banjarbaru, 12 Maret 2010). 2. Salah satu sosialisasi kegiatan bioversity tingkat kabupaten (Kandangan,19 Maret 2010). 3. Village meeting (FGD) di Site Sungai Tabuk (Pembantanan, 17 Maret 2010). 4. Village meeting (FGD) di Site Telaga Langsat (Telaga Langsat, 9 April 2010). 5. Village meeting (FGD) di Site Cerbon (Sungai Kambat, 6 April 2010). 6. Village meeting (FGD) di Site Astambul (Sungai Tuan Ilir, 7 April 2010).
7. Uji Multilokasi Masing-masing 5-6 Galur Unggul Padi, Jagung dan Kedelai dengan Karakter Produksi Tinggi (40-50% di atas varietas eksisting), Toleran Kekeringan, All serta adaptif Agroekosistem Lahan Kering Kalsel (UML) Kegiatan lapang UML galur padi, jagung dan kedelai akan dilaksanakan pada tahun 2010 di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tapin. Permasalahan yang dihadapi budidaya padi di lahan rawa selain rendahnya produktivitas padi juga disebabkan akibat rendahnya kesuburan tanah, pH tanah rendah, kandungan Al tinggi, serangan hama dan penyakit serta kurang tersedianya varietas padi unggul dengan karakter produksi tinggi, toleran rendaman, Al serta adaptif di lahan rawa. Permasalahan yang dihadapi budidaya jagung dan kedelai di lahan kering podsolik merah kuning Kalimantan Selatan pada umumnya produktivitas rendah yang diakibatkan oleh kesuburan dan pH tanah yang rendah, adanya kandungan Al, terjadi kekeringan, serangan OPT seperti bulai pada tanaman jagung dan hama penggerek polong pada tanaman kedelai. Selain itu kurang tersedianya varietas-varietas jagung dan kedelai yang adaptif di lahan kering Kalimantan Selatan. Oleh sebab itu perlu dicari galur padi, jagung dan kedelai dengan karakter produksi tinggi (40-50% diatas varietas eksisting), toleran kekeringan, Al serta adaptif agroekosistem lahan kering Kalimantan Selatan. Untuk memperoleh galur yang diharapkan, peneliti berkoordinasi dengan Balit komoditas yang berwenang. Terdapat 10 galur/varietas padi, 14 galur/varietas kedelai
24
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
clan 12 galur/varietas jagung. Percobaan lapang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan untuk padi clan kedelai serta 3 ulangan untuk jagung. Galur padi; jarak tanam 25 x 25 cm, ukuran petak 5 x 4 m clan pupuk 250-100-100. Galur kedelai; jarak tanam 40 x 15 cm, ukuran petak 4,5 x 2,4 m clan pupuk 75-100-100. Galur jagung; jarak tanam 75 x 20 cm, pupuk 400 Phonska + 250 urea. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik menggunakan Sidik Ragam clan untuk mengetahui beda nyata digunakan DMRT. Hipotesis yang diuji terdapat galur harapan padi, jagung clan kedelai dengan karakter produksi tinggi (40-50% diatas varietas eksisting), toleran kekeringan, Al serta adaptif agroekosistem lahan kering di Kalsel. Kegiatan bertujuan (1) Mendapatkan 2-3 galur harapan padi rawa (produktivitas > 5 t/ha toleran genangan > 2 minggu); (2) Mendapatkan 2-3 galur harapan jagung (produktivitas > 6 t/ha toleran penyakit bulai; (3) Mendapatkan 2-3 galur harapan kedelai (produktivitas > 2 t/ha toleran hama polong. Hasil menunjukkan bahwa; (1) Di Kabupaten Tala, sepanjang musim tanam padi lahan sawahnya selalu tergenang dengan kedalaman antara 35-45 cm. Kondisi demikian menyebabkan pembentukan anakan padi terganggu, sehingga produktivitas padi rendah. Produktivitas padi tertinggi dicapai galur no 3(B10553E-KN-6-1) yaitu 4,19 t/ha GKG, sementara pembanding yaitu IR 42 clan Inpara 2 masing-masing 2,62 t/ha clan 3,94 t/ha GKG. (2) Di Kabupaten Tapin, galur padi dengan produktivitas lebih dari 5 t/ha terdapat 2 galur, yaitu galur no 7(B10868F-MR-15-1) clan no 8(B10551E-KN-62-2) masing-masing 5,45 t/ha clan 5,15 t/ha GKG, sementara varietas pembanding 4,73 (IR-42) clan 5,10 t/ha GKG (Inpara 2). (3) Seluruh petakan jagung yang ditanam di Kabupaten Tala terkena penyakit bulai, namun serangan tertinggi pada galur GM-8 mencapai 51,t1% clan serangan bulai terendah galur GM-6, hanya 20,41%. Akibat serangan penyakit bulai yang cukup tinggi mengakibatkan produktivitas jagung rendah. Produktivitas jagung tertinggi hanya mencapai 1,25 t/ha (GM-9), namun demikian galur GM-9 masih lebih tinggi dibanding dengan seluruh varietas pembanding (AS-1 0,63 t/ha, Makmur 0,31 t/ha clan Sukmaraga 0,37 t/ha). (4) Kedelai yang ditanam di Kabupaten Tala belum diperoleh galur dengan produktivitas diatas 2 t/ha biji kering. Produktivitas tertinggi baru mencapai 1,78 t/ha yaitu galur no 3(SC5P2P3.23.4.1-3-28-3), clan berbeda nyata lebih tinggi dari varietas pembanding. Sementara varietas pembanding prod u ktivitasnya mencapai 1,04 t/ha (Tanggamus), 1,46 t/ha (Wilis), 1,71 t/ha (Anjasmoro) clan 0,47 t/ha (Tegal). (5) Kedelai yang ditanam di Kabupaten Tapin varietas pembanding (Tegal) memiliki tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong hampa clan jumlah buku subur paling rendah. Jumlah polong isi per tanaman tertinggi galur no 3. SC5P2P3.23.4.1-3-28-3 (27,30 polong) clan jumlah polong isi terendah galur no 6. SC5P2P3.48.31.1-10 (15,38 polong). Hasil tertinggi dicapai oleh galur no 4 (SC5P2P3.5.4.1-5) sebesar 1,66 t/ha biji kering dan galur no 7(SJ-5/Msr.99.5.4.5-1-6-1) sebesar 1,62 t/ha biji kering. Secara berturut-turut hasil kedelai varietas pembanding di Kab Tapin adalah sebagai berikut; Tanggamus 1,64 t/ha, Wilis 1,25 t/ha, Anjasmoro 1,22 t/ha clan Tegal 1,26 t/ha biji kering. 8. Pengkajian teknologi reproduksi (Stimulasi hormon, IB-S/C < 2) untuk menghasilkan kelahiran kembar >50%, jarak beranak < 12 bulan, dan pemanfaatan pakan lokal untuk PBBH > 0,4 kg pedet PRA sapih di Kalsel Dalam rangka pencapaian program swasembada daging sapi (P2SDS) diharapkan usaha peternakan memberikan kontribusi yang makin besar (90-95%) terhadap penyediaan daging clan mampu meningkatkan pendapatan peternak. Kelahiran kembar pada sapi potong merupakan potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong. Walaupun peluangnya kecil namun
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
25
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
potensi ini merupakan salah satu peluang yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan sapi potong dalam rangka pencapaian program P2SDS. Kalimantan Selatan memiliki potensi cukup besar untuk pembangunan peternakan terutama sapi potong. Hal ini sangat diidukung adanya rumput alam yang luas untuk padang pengembalaan, penanaman rumput unggul clan integrasi antara perkebunan clan ternak. Populasi ternak sapi potong di Kalimantan Selatan tahun 2008 tercatat 212.139 ekor (Dinas Peternakan Kalimantan Selatan, 2008). Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha peternakan sapi di Indonesia adalah produktivitas clan produksi ternak sapi yang masih relatif lambat. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah genetik, pakan clan lingkungan. Produktivitas sapi potong sangat ditentukan oleh keberhasilan reproduksi, tetapi hingga saat ini kondisi sapi potong di usaha peternakan rakyat banyak yang fertilitas induknya rendah. Untuk mengatasi kondisi tersebut ada dua pendekatan yang harus dilakukan, yaitu dalam jangka pendek meningkatkan efisiensi pemotongan, clan dalam jangka panjang meningkatkan produktivitas clan reproduktivitas pada sapi lokal, antara lain melalui program inseminasi buatan (IB), perbaikan mutu genetik, perbaikan manajemen pemeliharaan, clan introduksi teknologi. Berdasarkan hal tersebut maka dipandang perlu untuk dilakukan Pengkajian teknologi reproduksi (stimulasi hormon terhadap kelahiran kembar > 50%, jarak beranak < 12 bulan) clan pemanfaatan pakan lokal pada sapi berpotensi beranak kembar (PBBH 0,4 kg pedet pra sapih) di Kalimantan Selatan, kegiatan ini meliputi ; a. Pengkajian Pemberian Rumput Bura-Bura Pada Induk Sapi terhadap Peluang Kelahiran Kembar Di Kalimantan Selatan. b. Pengkajian Teknologi Reproduksi (Stimulasi Hormon, IB-S/C < 2) Pada Sapi Bali clan Peranakan Ongole Untuk Menghasilkan Kelahiran Kembar > 50 %, Jarak Beranak < 12 Bulan, Di Kalimantan Selatan. c. Kajian pemberian rumput Banta dengan suplementasi dedak halus terhadap pertumbuhan anak sapi pra sapih. Diharapkan dengan adanya pengkajian potensi sapi kembar melalui stimulasi hormone clan pemanfaatan bahan pakan lokal dapat memberikan konstribusi didalam peningkatan populasi sapi potong dalam mendukung PSDS. Pengkajian ini bertujuan mengetahui pengaruh teknologi reproduksi (stimulasi hormon terhadap kelahiran kembar > 50%, jarak beranak < 12 bulan) clan satu formula ransum dengan bahan pakan lokal (PBBH 0,4 kg pedet pra sapih) di Kalimantan Selatan. Pengkajian ini dilaksanakan di kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) clan Barito Kuala di Kalimantan Selatan dari bulan Januari sampai Desember 2010. Pengkajian dilaksanakan secara partisipatif dengan peternak sapi potong sebagai kooperator. Lingkup kegiatan penelitian meliputi; a). Pengkajian Pemberian Rumput Bura-Bura Pada Induk Sapi terhadap Peluang Kelahiran Kembar Di Kalimantan Selatan. Sebanyak 14 ekor induk baru beranak (umur anak 2 bulan) milik petani digunakan dalan kegiatan ini, masing-masing dibagi dalan 2 kelompok perlakuan (I) pemberian rumput bura-bura selama 2 bulan setelah beranak clan 2 bulan setelah kawin, clan (II) kontrol (pola petani). Kegiatan ini telah dilaksanakan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dengan pertimbangan berdasarkan hasil pengkajian tahun sebelumnya (2009) bahwa di Kabupaten tersebut memiliki jumlah induk sapi beranak kembar terbanyak clan mempunyai potensi pakan lokal yang diduga berpotensi menyebabkan kelahiran kembar pada ternak sapi, yaitu rumput Bura-Bura. b). Pengkajian Teknologi Reproduksi (Stimulasi Hormon, IB-S/C < 2) u n tu k M engh a s i l ka n K el a hir an K em ba r > 5 0 % , Jarak Beranak < 12 Bulan, Di Kalimantan Selatan. Sebanyak 10 ekor induk sapi Bali clan 11 induk sapi Peranakan Ongole (PO) milik petani digunakan dalam kegiatan ini, masing-masing dibagi dalam 2 kelompok perlakuan dosis hormon, yaitu (I) pemberian dosis 3 ml clan (II) dosis 3,6 ml.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Tanah laut, dengan dasar pertimbangan Kabupaten ini mempunyai potensi ternak clan sumber pakan lokal yang cukup. Perkawinan dilakukan secara Inseminasi Buatan (IB). (c) Kajian pemberian rumput Banta dengan suplementasi dedak halus terhadap pertumbuhan anak sapi pra sapih. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Data yang diperoleh di lakukan tabulasi, clan selajutnya analisis secara deskriptif clan statistik. Pada kegiatan Pengkajian Pemberian Rumput Bura-Bura Pada Induk Sapi terhadap Peluang Kelahiran Kembar Di Kalimantan Selatan dihasilkan rata-rata bobot badan induk sapi dengan pemberian pakan basal berupa rumput Bura-bura adalah 301,75 kg, sedangkan kontrol 236,67 kg. Konsumsi bahan kering pakan masing-masing adalah 12,07 kg clan 7,10 kg per ekor/hari. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa semua induk baik perlakuan maupun kontrol sudah kawin, dengan tingkat kebuntingan masing-masing sekitar 71,43% clan 57,14 %. Kebuntingan pada induk sapi berdasarkan tidak berulangnya siklus birahi dari induk tersebut setelah kawin. Kebuntingan kembar belum bisa dideteksi dikarenakan umur kebuntingan masih < 3 bulan. Berdasarkan hasil diskusi dengan petugas teknis lapangan, pemeriksaan kebuntingan untuk memastikan induk tersebut bunting atau tidak optimal pada kebuntingan > 3 bulan. Pemeriksaan kebuntingan dibawah 3 bulan selain agak sulit juga sangat riskan terhadap janin itu sendiri (kecuali petugas terampil). Berdasarkan hal tersebut Tim mengambil keputusan untuk melakukan peneriksaan kebuntingan pada saat umur kebuntingan diperkirakan telah berumur 4 bulan (awal Pebruari 2011). Pada kegiatan Pengkajian Teknologi Reproduksi (Stimulasi Hormon Estrogen, IB-S/C < 2) U n t u k M e n g h a s i l k a n K e l a h i r a n K e m b a r > 5 0 % , Jarak Beranak < 12 Bulan, Di Kalimantan Selatan diperoleh bahwa persentase birahi induk sapi Bali clan Pernakan Ongole dengan perlakuan superovulasi hormon FSH memberikan respon yang berbeda berdasarkan dosis hormone yang berikan, dimana dosis 3,6 ml (FSH) memberikan respon yang lebih baik berupa birahi yang lebih cepat clan serempak (100%) dibandingkan dosis 3 ml (80%). Level pemberian hormone FSH pada sapi Bali tidak berpengaruh terhadap persentase kembuntingan yaitu 80%, namun berdasarkan hasil pemeriksaan kebuntingan (PKB) terhadap kebuntingan kembar menunjukkan bahwa perlakuan hormon pada dosis 3,6 ml memberikan hasil kebuntingan kembar tertinggi yaitu sebesar 80,00% clan pada dosis 3 ml sebesar 20%. Hasil ini juga tidak berbeda pada sapi PO, dimana dosis 3,6 ml menunjukan kebuntingan kembar tertinggi yaitu 33,33%. Kebuntingan kembar ini diperkirakan baru berumur 2,5 bulan per Nopember 2010. Pada kegiatan Kajian pemberian rumput Banta dengan suplementasi konsentrat terhadap pertumbuhan pedet pra sapih diketahui bahwa pertambahan bobot badan harian pedet pra sapih yang diberi pakan basal berupa rumput Banta dengan suplementasi dedak halus mampu memberikan pertambahan bobot badan harian pedet tertinggi yaitu 0,46 kg/hari, diikuti pada pedet yang hanya diberikan rumput Banta saja (0,35 kg/hari) clan pemberian pakan pola petani (0,32 kg/hari). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa bahan pakan lokal memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pakan dalam rangka menjaga clan meningkatkan kondisi pedet pra sapih di Kalimantan Selatan apabila dilakukan secara optimal. Pengkajian teknologi reproduksi (stimulasi hormon estrogen, IB-S/C < 2) untuk menghasilkan kelahiran kembar > 50%, jarak beranak < 12 bulan clan pemanfaatan pakan lokal untuk PBBH > 0,4 kg pedet pra sapih di Kalimantan Selatan memberikan hasil bahwa perlakuan stimulasi hormon berpengaruh terhadap kebuntingan kembar pada sapi induk Bali clan Peranakan Ongole. Pada dosis 3,6 ml memberikan hasil kebuntingan kembar tertinggi pada induk sapi Bali yaitu sebesar 80,00% clan pada dosis 3 ml sebesar
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
20%. Hasil ini juga tidak berbeda pada sapi PO, dimana dosis 3,6 ml menunjukan kebuntingan kembar tertinggi yaitu 33,33%. Pada Pemberian rumput Banta + dedak halus pada pedet pra sapih mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 0,46 kg sedangkan kontrol sebesar 0,32 kg.
Sinkronisasi Birahi (Injeksi Lutalyse)
Super Ovulasi (Injeksi FSH)
Pelaksanaan IB pada sapi induk PO clan Bali
9. Pengkajian Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung Kedelai (VUB, Volume) clan Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (>10%) di Kalimantan Selatan Beras, jagung clan kedelai adalah tiga komoditas tanaman pangan strategis. Kecukupan produksi, terutama beras, merupakan isu sentral dalam program pertanian di Indonesia. Berbagai program untuk merangsang peningkatan produksi telah dilakukan, salah satunya adalah bantuan pengadaan benih bemutu. Benih bermutu merupakan komponen utama dalam upaya peningkatan produksi, Menurut Purwantoro (2009) sekitar 60 persen keberhasilan panen kedelai ditentukan oleh benih. Pengunaan benih kedelai bersertifikat meningkatkan produksi kedelai sebesar 21% (Tjetjep Nurasa, 2007). Produktivitas padi, jagung clan kedelai di Kalimantan Selatan masih rendah, terutama karena sebagian masih menggunakan varietas produksi rendah, selain masalah mutu benih clan lingkungan produksi. Produktivitas padi sawah rata-rata 3,97 t/ha dengan luas areal tanam sekitar 450 ribu hektar, produktivitas padi gogo 2,80 ton /ha dengan luas areal tanam sekitar 50 ribu ha, prduktivitas jagung 4,73 t/ha dengan luas areal tanam sekitar 23 ribu ha, clan produktivitas kedelai 1,17 t/ha dengan luas areal tanam sekitar 4600 ha (BPS, 2009). Hasil pemantauan penyebaran varietas padi dari seluas 533 122 ha, sebesar 48,76 persen menggunakan varietas produksi tinggi (VPT), 6, 02 persen menggunakan varietas produksi sedang (VPS), clan menggunakan varietas produksi rendah (VPR) masih mencapai 45,22 persen (BPSB-TPH, 2009). Penggunaan VPR yang masih cukup tinggi terutama didominasi oleh varietas lokal, yang berkaitan dengan selera masyarakat clan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan tumbuh bermasalah (lahan sulfat masam). Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan antara lain : (1) ketersediaan benih sumber clan benih sebar secara enam tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi clan harga) belum dapat dipenuhi; (2) belum optimalnya kinerja lembaga produksi benih clan pengawasan mutu benih; clan (3) belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat (Badan Litbang Pertanian, 2007). Benih bermutu adalah benih yang baik clan bermutu tinggi yang menjamin pertanaman bagus clan hasil
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
panen tinggi. Saat ini, benih bermutu dicerminkan oleh keseragaman biji, daya tubuh clan tingkat kemurnian yang tinggi. Tujuan kegiatan adalah melakukan pemetaan kebutuhan benih padi, jagung, kedelai (VUB, Volume) clan pengembangan penangkar benih yang efisien (> 10 %) di Kalimantan Selatan. Sedangkan keluaran kegiatan adalah : Satu set database kebutuhan clan penyediaan benih bermutu (Padi, Jagung, Kedelai) di tingkat kecamatan, kabupaten clan provinsi. Satu opsi rekomendasi jumlah clan sebaran penangkar benih (Padi, Jagung, Kedelai) di tingkat kabupaten clan provinsi. Satu unit sistem informasi perbenihan (Padi, Jagung, Kedelai) di wilayah Kalimantan Selatan. Satu unit pengelolaan benih kelas FS (Padi, Jagung, Kedelai) di Kebun Percobaan lingkup BPTP Kalimantan Selatan dengan kapasitas produksi masing-masing satu ton benih. Was penangkaran dan produksi benih Was tanam penangkaran benih padi pada tahun 2010 (data sampai bulan Agustus 2010) 1.804,39 ha. Penangkaran padi pada tahun 2010 tersebut terdiri dari penangkaran pada MH.2009/2010 seluas 985,66 ha clan MK.2010 seluas 819,73 ha. Bila penangkaran benih padi pada tahun 2010 mencapai 1.804,39 ha dengan produksi rata-rata 3 ton setiap ha maka didapat calon benih sekitar 5.416,17 ton. Ini berarti untuk mencukupi kebutuhan benih padi di Kalimantan Selatan masih perlu supply dari luar propinsi. Areal penangkaran benih jagung hanya ada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Laut clan Kabupaten Tabalong, sementara kedelai tersebar di 6 (enam) kabupaten, yaitu kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Hulu Sungai tengah, Hulu Sungai Utara clan Tabalong. Areal penangkaran benih jagung sampai bulan Agustus 2010 hanya 12 ha clan kedelai seluas 131,3 ha. Rendahnya areal penangkaran jagung karena areal pertanaman didominasi oleh varietas hibrida, sehingga bisnis penangkaran benih jagung tidak berkembang. Sedangkan varietas kedelai yang ditangkarkan masing -masing kabupaten sesuai dengan preferensi konsumen. Tabel 8. Kebutuhan clan Ketersediaan Benih Padi Unggul di Kalimantan Selatan Tahun 2010
No
Kabupaten/ Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin H.S. Selatan H.S. Tengah H.S. Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Ka l - Se l
Luas Tanam (Ha) *) 47.000 27.000 73.900 97.787 63.956 47.500 42.300 29.000 33.500 24.500 31.000 1.600 3.550 522.593
Penggunaan VUB (Ha) **) 20.064 17.670 2.066 1.428 45.710 48.858 40.468 28.634 25.930 21.284 23.697 0 92 275.901
Perkiraan Kebutuhan benih (ton) 501,6 441,75 51,65 35,7 1142,75 1221,45 1011,7 715,85 648,25 532,1 592,425 0 2,3 6.897,525
Luas penangkar an (Ha)
Perkiraan ketersedian (ton)
54,0 26,0 160,0 53,0 447,0 229,4 192,95 169,41 354,18 38,9 73,25
162,00 78,00 480,00 159,00 1.341,00 688,20 578,85 508,23 1.062,54 116,70 219,75
7,3 1.804,39
21,90 5.416,17
Sumber data : Dinas Pertanian Provinsi Kal-Sel *) data sasaran tanam tahun 2010 **) data tahun 2008
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
29
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Tabel 9. Kebutuhan clan Ketersediaan Benih Jagung di Kalimantan Selatan Tahun 2010 Kabupaten/ Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin H.S. Selatan H.S. Tengah H.S. Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Kal - Sel
Was Tanam (Ha) *)
Kebutuhan benih (ton)
15.670 4.415 900 209 863 1.235 1.112 604 530 371 445
235,05 66,225 13,5 3,135 12,945 18,525 16,68 9,06 7,95 5,565 6,675
493 26.917
7,395 402,705
Was Tersedia penangkaran (Ha) (ton) **~ 11 ---
33
1
3
12
36
Sumber data : Dinas Pertanian Provinsi Kal-Sel *) data tanam tahun 2009 **) data tahun 2010
Tabel 10. Kebutuhan clan Ketersediaan Benih Kedelai di Kalimantan Selatan Tahun 2010 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kabupaten/ Kota
Was Tanam (Ha) *)
Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin H.S. Selatan H.S. Tengah H.S. Utara Tabalong Tanah Bumbu Balanqan Banjarmasin Banjarbaru Kal - Sel
607 1.784 5 12 20 32 115 48 301 64 950 ----3.938
Kebutuh an benih (ton) **~ 12,14 35,68 0,10 0,24 0,40 0,64 2,30 0,96 6,02 1,28 19,00 ----78,76
Was pengkaran (Ha) 34,5 46,0 --------1,80 14,00 15,0 20,0 ------131,3
Tersedia (ton) 51,75 69,00 ----2,70 21,00 22,50 30,00 ---196,95
Sumber data : Dinas Pertanian Provinsi Kal-Sel *) data tanam tahun 2009 **) data tahun 2010
Sebaran Penangkar Sebaran penangkar benih padi berada di 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Hanya kota Banjarmasin yang tidak ada penangkaran. Sedangkan penangkar benih jagung ada di Kabupaten Tanah Laut clan Tabalong. Jumlah penangkar benih padi ada 376 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 426 ha, jagung ada 2
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
orang atau kelompok dengan luas 12 ha, kedelai ada 13 orang atau kelompok dengan luas 117,3 ha. Penangkar yang paling banyak ada di Kabupaten Tapin yaitu mencapai 137 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 447 ha, disusul Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 42 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 192,95 ha. Kabupaten Tanah Bumbu sebanyak 23 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 38,9 ha, Kabupaten HSS (229,4 ha) clan Balangan sebanyak 14 orang atau kelompok dengan luas penangkaran 73,5 ha. Hampir setiap kabupaten ada penangkar benih tetapi belum merata, ini perlu diantisipasi dengan memperbanyak penangkar pada kabupaten yang memerlukan benih yang banyak. Efisiensi usaha penangkaran Rekomendasi sebaran penangkar tiap kabupaten didasarkan pada luasan areal penangkaran bukan banyaknya jumlah penangkar Sehingga diharapkan setiap kabupaten dapat menyediakan benih dari kabupaten sendiri, agar keperluan benih setiap musim dapat tersedia. Hal ini terkait dengan kebijakan mandiri benih. Rekomendasi ini didasarkan pada efisiensi usaha tiap lokasi, tiap musim, sehingga diharapkan sistem penyedian benih bermutu jaba/sim (jalur benih antar lokasi antar musim) dapat berjalan. Efisiensi tertinggi dicapai penangkar di Kabupaten Hulu Sungai Utara, yang sebagian besar ditanam pada musim kemarau di lahan lebak, karena produktivitas yang tinggi, biaya produksi yang rendah clan harga jual calon benih yang baik. Lahan irigasi dengan efisiensi tertinggi diperlihatkan oleh penangkar di Kabupaten Tabalong. Lahan pasang surut di Kabupaten Tanah Laut mempunyai potensi yang tinggi untuk berkembang dengan efisiensi yang cukup tinggi. Berdasarkan nilai efisiensi (keuntungan usaha) maka pengembangan sebaran areal penangkaran semestinya diarahkan pada pertanaman MK di lahan lebak (HSU) clan lahan pasang surut (Tanah Laut). Pada lahan irigasi dapat dibentuk kelompok penangkar baru di Tabalong clan HST. Sementara pertanaman lahan irigasi HSS menghadapi masalah tingginya serangan tikus, sehingga tidak menunjukkan performa terbaiknya. Determinasi areal tanam penangkaran optimal per kabupaten per musim mestinya dapat dilakukan dengan pendekatan Linear Programming, tapi karena tidak adanya informasi tentang kendala ketersediaan lahan untuk penangkaran tiap kabupaten maka formula penyelesaian tidak dapat disusun. Penyediaan benih bermutu terkait dengan beberapa faktor, yaitu: (1) Program penangkaran, (2) Penangkar benih, (3) Pengawasan mutu clan sertifikasi, (4) Teknologi budidaya/penanganan benih, (5) Ketersediaan benih sumber, (6) Pemasaran, clan (7) Modal okupasi. Informasi Benih Bersertifikat dan Penangkar Benih Informasi benih bersertifikat dilaksanakan sepuluh hari sekali bertujuan agar para konsumen benih lebih mudah clan cepat mendapatkan benih bersertifikat. Informasi tersebut meliputi penyebaran stok benih bersertifikat (jenis komoditas, kelas benih, varietas clan para penyalur benih) di 13 Kabupaten/kota se provinsi Kalimantan Selatan, disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, seluruh Dinas Pertanian Kabupaten/ kota, Pengawas Benih Tanaman di seluruh Kabupaten/kota, Balai Benih, Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, Badan Ketahanan Pangan Provinsi clan secara insedentil melalui media massa (RRI Banjarmasin).
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
31
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Kegiatan ini berupa penyebaran informasi tentang penangkaran/ sertifikasi benih yang dilakukan oleh produsen benih. Informasi disebarkan setiap bulan yang memuat tentang nama dan alamat, luas penangkaran, jenis dan varietas yang ditangkarkan dan perkiraan panen ditujukan kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Balai Benih, UPT Hariti (PT Pertani) dan PT Sang Hyang Seri. Mekanisme informasi ini dianggap sudah cukup memadai. Tetapi beberapa petugas berharap informasi ini dapat ditampilkan melalui internet. Baik melalui website Dinas Pertanian Propinsi, BPSB, atau Balai Benih Induk. Demplot Produksi Benih Pelaksanaan tanam produksi benih padi klas FS (Foundation seed = benih dasar) dilaksanakan menggunakan lahan Kebun Percobaan (KP) Pelaihari. Penanaman dilaksanakan pada Musim Tanam (MT) II bulan Juli-Oktober 2010, untuk prosesing benih dan uji laboratorium dilaksanakan pada Nopember-Desember 2010. Benih padi yang diproduksi adalah benih padi varietas unggul baru (VUB) yang prospektif untuk dikembangkan oleh petani seperti Inpari-10 Laeya seluas 0,5 ha. Sumber benih yang ditanam untuk produksi benih kelas FS berasal dari Unit Penangkaran Benih Sebar (UPBS) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Hasil kegiatan produksi benih padi VUB kelas FS pada MT.II yang dilaksanakan di KP Pelaihari terlihat bahwa gabah kering panen yang dihasilkan sebanyak 650 kg dan menjadi benih kelas SS (Stock seed = benih pokok) sebanyak 450 kg. Rendahnya persentase benih dikarenakan terjadinya serangan hama tikus dan burung serta hampa. Pelaksanaan demplot produksi benih Kedelai di KP Alabio dan demplot produksi benih Jagung di KP Barabai batal dilaksanakan, dengan berbagai pertimbangan.
Diskusi dengan para penangkar benih
Diskusi dengan Petugas (PPL, Mantri Tani, Kepala Balai Benih dan peninjauan penangkaran padi
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Semai benih padi varietas Inpari-10, tanggal 4 Juli 2010 di Lahan KID Pelaihari
PETAKEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN BENIH PAD] UNGGUL DI KALIMANTAN SELATAN ~ ~TAHUN2070~
Keta.i nyou. Hi R al i i i wi m i
-0.-.300 a o+ s o o~ ~ ~ ~ s o v - ~ s o o~ ~ ~ ~ om - ~ i . z o o . . . ~ > > 2 or ~ ........................
Peta kebutuhan dan ketersediaan beih padi unggul di Kalsel Tahun 2010 10. Pengkajian IP Padi 200 di Lahan Rawa Kalimantan Selatan dengan Target Produksi 14 ton GKP/ha/tahun dan Hemat Biaya Pupuk 20% melalui Pendekatan PTT Pengembangan lahan rawa untuk pertanian tidak mudah dilakukan karena masalah teknis, sosial ekonomi dan kelembagaan merupakan masalah yang cukup berat untuk dihadapi. Petani pasang surut yang hampir sebagian besar pendatang, berasal dari lapisan ekonomi paling lemah di daerah asalnya, sehingga kekurangan modal merupakan hal yang masih dihadapi sampai saat ini. Kepadatan penduduk daerah pasang surut yang relatif rendah menyebabkan kekurangan tenaga kerja selalu dirasakan terutama pada saat pengolahan tanah, tanam dan panen. Penelaahan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan menunjukkan bahwa lahan rawa dapat dikembangkan
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
33
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
menjadi lahan produktif melalui pengelolaan yang tepat. Was lahan rawa yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian di Indonesia sebesar 2,978 juta ha. Dari jumlah tadi 730 ribu terdapat di Pulau Kalimantan, 211 ribu diantaranya di Kalimantan Selatan (Sukarman, et a/. 2008). Peningkatan indeks pertanaman menjadi IP 200 di lahan rawa pasang surut dapat dilakukan pada lahan dengan type A/B clan sudah tersedia tata air makro clan mikro dengan penerapan teknologi yang lebih intensif. Ada dua model pola tanam padi-padi yang dapat dilakukan di lahan rawa pasang surut : model unggul-lokal clan unggul-unggul. Tujuan pengkajian adalah (1) Untuk meningkatkan efesiensi pemupukan 20% pada budidaya padi unggul; (2) Untuk meningkatkan produktivitas padi menjadi 14 ton GKP/ha/tahun dengan menerapan PTT pada pola padi-padi (IP 200) di lahan rawa pasang surut. Kegiatan dilaksanakan selama dua musim tanam, di lahan petani desa Dandajaya Kecamatan Rantau Bedauh Kabupaten Barito Kuala. Petani kooperator dua orang dengan luas lahan untuk pengkajian dua hektar (@ 1 ha). Pada MT I, ditanam 4 varietas unggul (Inpara 1,2, 4, clan 5), dengan perlakuan :1. tanpa pupuk kandang clan 2. pemberian pupuk kandang 2 t/ha. Semua perlakuan diberi pupuk kimia dengan dosis spesifik lokasi berdasarkan analisa laboratorium.. Pada MT II varietas yang digunakan Inpara 5 karena umur lebih pendek, diharapkan panen pada bulan Desember. Perlakuan pada MT I menjadi petak utama dengan anak petak adalah perlakuan : 1) 100% dosis PHSL ; 2) 50% dosis PHSL; 3) pemberian pupuk kandang 2 t/ha. Pada semua perlakuan, pemberian urea dilakukan berdasarkan pengukuran warna daun menggunakan BWD. Tanaman padi ditanam dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Hasil pengkajian terhadap karakteristik lahan lokasi pengkajian menunjukkan bahwa kesuburan tanah di dua lokasi pengkajian berdasarkan analisa laboratorium : tanah lokasi pengkajian tergolong sangat masam clan masam, C-organik tinggi, N, P tersedia, K tersedia clan kation lain rendah. Berdasarkan perangkat uji tanah sawah untuk N, P clan K yang rendah diperlukan dosis pemupukan : 250 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha clan 100 kg KCI/ha (jerami padi+50 kg KCI/ha). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman pada MT I. Pa da MT I tanam padi dilakukan pada tanggal 4 Mei 2010 lebih lambat dari yang seharusnya yaitu pada bulan April, disebabkan kondisi air di lahan clan di saluran masih cukup tinggi sehingga kesulitan mencari tempat untuk semai. Tanam dapat dilakukan pada umur semaian 28 hari. Analisa sidik ragam clan uji beda nilai tengah yang dilakukan terhadap parameter pengamatan menunjukkan : pada tinggi tanaman perlakuan yang berbeda nyata adalah varietas inpara 1 clan inpara 2 lebih tinggi dibandingkan inpara 4 clan inpara 5. Pada jumlah gabah isi per malai interaksi perlakuan varietas clan pemberian pupuk berbeda nyata, jumlah gabah isi per malai padi inpara 4 yang diberi pupuk kandang clan pupuk kimia lebih tinggi dari pada padi inpara 4 yang diberi pupuk kimia saja. Pada produktivitas interaksi perlakuan varietas clan pemberian pupuk berbeda nyata, produktivitas padi inpara 1 yang diberi pupuk kandang lebih tinggi dari pada yang hanya diberi pupuk kimia. Pemberian pupuk kandang pada MT 1 dapat meningkatkan hasil sebanyak 16.31%. Dari empat varietas yang digunakan, yang memberikan rata-rata hasil tertinggi berturut-turut adalah Inpara 4 > Inpara 1 > Inpara 2 > Inpara 5. Sedangkan umur tanaman dari yang lebih panjang berturut-turut adalah Inpara 4 (135 hr) > Inpara 1(131 hari) > inpara 2 (128 hari) > Inpara 5 (115 hari). Dari pertumbuhan clan hasil tanaman, petani menyukai Inpara 1 clan 2, sedangkan dari rasa nasi petani menyukai Inpara 5.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Tabel 11. Rata-rata produktivitas (ton/ha), MT1 tahun 2010, Barito Kuala Varietas Inpara 1 Inpara 2 Inpara 4 Inpara 5
Pemupu an Tanpa pupuk kandang 4.23 ab B 4.12 b A 5.35 a A 3.55 b A
Pupuk kandang 6.27 a A 5.02 bc A 5.43 ab A 3.86 c A
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama disampingnya pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada tarap 0,05 angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama dibawahnya pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada tarap 0,05 LSD (0.05) untuk varietas (V) = 1.18 ; LSD (0.05) untuk pupuk(P) = 1.11 KK = 14,5%
Usaha Tani di pasang surut MT I. Secara umum sistem usaha tani dilahan surut dilakukan 1 kali dalam 1 tahun menggunakan varietas lokal. Varietas lokal yang umum digunakan adalah Siam mutiara, Siam pontianak, karang dukuh, Siam unus, Siam mayang, krukut. Persemaian padi dilakukan pada bulan 10 - 12. Dan tanam pada bulan 3-5, sedangkan panennya dilaksanakan pada bulan September. Padi lokal, benih pada umumnya diperoleh dari hasil seleksi sendiri. Persemaiannya membutuhkan waktu lebih lama. Persemaian dilakukan dalam 2 kali pindah tanam selama hampir 4 bulan. Selama masa persemaian ini diberikan pupuk Urea. Sementara menunggu persemaian tanah dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dengan biaya Rp. 750.000,/ha. Setelah hampir berumur 4 bulan bibit maka dipindahkan ke areal pertanaman. Selama masa pertumbuhan dlakukan pemeliharaan tanaman dengan pemberian pupuk (urea, phonska), kapur untuk mengurangi kemasaman tanah serta herbisida untuk membersihkan gulma di lahan pertanaman. Kegiatan tanam dilakukan petani dengan cara borongan sebesar Rp. 1.750.000,- /ha. Jarak tanam yang umum digunakan adalah 25 x 20 cm. Setelah saatnya tiba panen dilakukan panen dengan menggunakan arit. Secara umum biaya kegiatan panen ini sampai gabahnya berada dirumah, memerlukan biaya sebesar Rp. 3.240.000,- atau bagi hasil sebanyak 7 : 1 artinya 7 bagian pemilik clan 1 bagian petani yang memanen. Rata-rata hasil produksinya mencapai 200 blek/ha, dengan harga Rp. 50.000,-/blek. Berdasarkan hasil analisis finansial usahatani padi ini R/C = 1,29 (1 blek = 10-11 kg Gabah Kering Giling). Hasil analisa usaha tani dari perlakuan : Padi unggul yang diberi pupuk kandang mempunyai R/C 1,84 lebih tinggi dari pada padi unggul yang tanpa pupuk kandang (R/C 1,71) clan daripada padi lokal (R/C 1,29). Hasil padi yang diberi pupuk kandang secara memberikan hasil yang lebih menguntungkan bila dilihat dari R/C yang dihasilkan. Penghematan pupuk belum dapat dihitung karena pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap penghematan pupuk dapat dilihat pada MT II. Pertumbuhan Tanaman pada Musim Tanam II. Tanam kedua dilaksanakan pada September-Oktober, lebih lambat daripada yang diperkirakan karena kesulitan mencari tenaga kerja, pada saat tanam berdekatan dengan lebaran Idul Fitri clan banyak penduduk yang mudik. Sejak tanam, curah hujan selalu tinggi (bulan oktober mencapai 335 mm; bulan basah) sehingga ketinggian air disaluran yang sama dengan ketinggian air di lahan membuat kondisi lahan selalu tergenang clan air tidak mengalir sehingga Fe larut
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
35
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
menjadi tinggi dan tanaman mengalami gejala keracunan. Pada akhir Nopember keadaan tanaman di kedua lokasi kurang bagus ; di daun tanaman banyak terdapat bercak warna coklat, jumlah anakan tidak bertambah dan banyak tanaman yang diserang tikus. Penyebabnya adalah adanya pasang dan curah hujan tinggi sehingga air dilahan tidak dapat mengalir keluar. Tanaman selalu terendam dengan ketinggian air 40-60 cm selama lebih dari 2 minggu dan terjadi beberapa kali yang menyebabkan anakan tidak dapat bertambah dan kualitas air di lahan kurang bagus (tata air tidak berfungsi). Untuk mengantisipasi serangan tikus, pagar plastik dipasang 1 minggu setelah tanam. Akan tetapi karena di lahan air tinggi, kurang lebih setinggi pagar plastik, tikus dapat meloncat melewati pagar dan masuk keareal pertanaman. Hampir 80% tanaman diserang hama tikus, untuk pengamatan komponen hasil tidak dapat dilakukan sehingga pertanaman pada MT II dikatakan gagal panen. Pengamatan yang sempat dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan pengukuran skala warna pada tanggal 5 Nopember 2010 dan 18 Nopember 2010. Dapat disimpulkan bahwa : 1) Produktivitas 14 t/ha/tahun tidak tercapai dan efesiensi pemupukan juga tidak dapat dihitung karena MT II tidak panen; 2) Pada MT 1 varietas Inpara 1 yang diberi pupuk kandang mempunyai produktivitas 6.27 ton GKP, lebih tinggi daripada perlakuan dan varietas lainnya; 3) Pemberian pupuk kandang mampu meningkatkan hasil 16.31% daripada tanpa pupuk kandang; 4) Usaha tani padi unggul mengunakan pupuk kandang lebih menguntungkan daripada tanpa pupuk kandang dan tanam padi lokal.
Bibit siap tanam
saat pengolahan tanah
Tanaman pada umur 10 HST
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
MT I. tanaman padi umur 12 MST
MT II, tanaman umur 4 MST dan 7 MST 11. Kajian Pra Panen dan Pasca Panen Jeruk Siam untuk Ekspor dengan Daya Simpan >2 Bulan dan Degreening untuk Meningkatkan Nilai Tambah >20% Sebagai salah satu komoditas unggulan nasional, produksi jeruk menempati peringkat ke empat setelah nenas, manggis, clan mangga dalam memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor buah Indonesia. Buah jeruk banyak diusahakan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan, tetapi tingkat prod u ktivitasnya buah masih jauh dibawah potensi produksinya. Hal ini karena pengelolaan mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, clan penanganan pasca panen buah jeruk masih dilakukan secara ekstensif clan sederhana. Dengan cara pengelolaan yang demikian, sulit diharapkan buah jeruk siam produksi Kalimantan Selatan dapat memenuhi persyaratan standar mutu di pasaran lokal, terlebih di pasar international. Untuk mendapatkan buah jeruk siap produksi Kalimantan Selatan yang bermutu atau sesuai persyaratan ekspor, clan untuk mengantisipasi perluasan pasar, serta clan anjloknya harga jeruk siam segar karena kualitasnya rendah, maka dilakukan Kajian Pra Panen clan Pasca Panen Jeruk Siam untuk Ekspor dengan Daya Simpan >2 Bulan clan Degreening Sehingga Mampu Meningkatkan Nilai Tambah >20%. Kegiatan ini dibagi menjadi dua, yaitu sub-kegiatan pra panen clan sub-kegiatan pasca panen. Sub-kegiatan pra panen bertujuan untuk mendapatkan satu paket teknologi pra panen (umur petik, tingkat kematangan, clan cara petik) jeruk siam yang memenuhi standar kualitas ekspor. Sub-kegiatan pasca pan bertujuan untuk : (1) Mendapatkan satu paket teknologi pasca panen (penyimpanan, pengemasan, clan pelilinan) jeruk siam yang memenuhi standar kualitas ekspor dengan daya simpan >2 bulan. (2) Mendapatkan satu paket teknologi degreening jeruk siam yang memenuhi standar kualitas ekspor untuk meningkatkan nilai tambah >20%.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
37
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Hasil kegiatan Kajian Pra Panen Jeruk Siam menunjukkan bahwa pengamatan terhadap umur petik, tingkat kematangan, clan cara petik buah jeruk pada minggu ke-24, 26, 28, 30, clan 32 setelah berbunga (MSB) sebagai berikut : Waktu petik buah : (1) Ada korelasi antara umur petik dengan semua umur buah. (2) Berat buah jeruk siam yang dipetik pada umur buah 24 minggu setelah berbunga (MSB) terus meningkat hingga umur buah 28 MSB, selanjutnya berat buah menurun, yaitu pada umur buah 30 clan 32 MSB karena berkurangnya kandungan air dalam buah. (3) Diameter buah jeruk siam yang dipetik pada umur buah 24 MSB terus meningkat hingga umur buah 32 MSB, atau terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah, tetapi diameter jeruk siam Banjar yang dipetik umur buah 32 MSB masih berada pada klasifikasi buah klas C (diameter 5,1 - 6,1 cm). (4) Kadar total padatan terlarut/TPT (zat yang menimbulkan rasa manis) pada buah jeruk siam yang dipetik pada umur buah 24 MSB terus meningkat hingga umur buah 32 MSB, atau terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah dengan kadar TPT-nya lebih dari 10°Brix, artinya dari segi rasa sudah memenuhi standar kualitas ekspor (minimal 10°Brix). Hal ini sesuai dengan hasil uji preferensi konsumen yang menyatakan rasa buah yang dipetik pada setiap umur buah 24 MSB sampai 32 MSB, 72% manis, 10% manis sekali, clan hanya 18% yang menyatakan agak manis, asam manis, hambar. (5) Kandungan sari buah jeruk siam semakin menurun dengan bertambahnya umur buah, dimana kadar sari buah tertinggi pada buah jeruk siam yang dipetik pada umur buah 24 MSB. Tingkat kematangan buah : (1) Korelasi antara tingakat kematangan buah dengan umur buah hanya terjadi pada umur buah 24 MSB clan 26 MSB. (2) Tingkat kematangan buah jeruk siam yang dipetik dilihat dari kematangan fisiologinya, maka pada umur buah 24 MSB hingga 32 MSB tingkat kematangan fisiologinya adalah I (hijau), II (hijau kekuningan), clan III (kuning). (3) Buah jeruk siam yang dipetik pada tingkat kematangan I (hijau) clan II (hijau kekuningan) terasa manis clan kadar TPTnya juga tinggi, tetapi jika dipetik pada tingkat kematangan III, sebagian buahnya ada yang terasa hambar clan berat buahnya ringan karena kandungan sari buahnya sudah berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil uji preferensi konsumen yang menyatakan tingkat kematangan buah yang dipetik pada setiap umur buah 24 MSB sampai 32 MSB dengan warna kulit buah : hijau clan hijau kekuningan, rasanya lebih manis atau manis sekali, sedangkan buah jeruk yang berwarna kuning rasanya kurang manis (ada rasa hambar/'lcapau'). Cara petik buah : (1) Tidak ada korelasi antara cara petik dengan umur buah. (2) Berdasarkan perubahan fisik clan kimia buah, ternyata buah jeruk yang dipetik dengan menggunakan tangan/secara manual menyebabkan mulai terjadi penurunan kualitas buah pada hari ke-6 setelah dipetik, sedangkan dengan menggunakan alat/gunting pangkas clan menyisakan sedikit tangkai baru terjadi pada hari ke-9 setelah dipetik. (3) Hasil simulasi pemetikan buah jeruk siam menunjukkan bahwa kecepatan memetik buah secara manual/langsung dengan tangan adalah dua kali lebih cepat daripada dengan alat/gunting pangkas, tetapi menyebabkan penurunan kualitas buah lebih cepat juga dari segi fisik clan kimia (penurunan berat buah clan kadar TPT buah).
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Hasil kajian tersebut di atas, maka paket teknologi pra panen jeruk siam yang bisa memenuhi standar buah kualitas ekspor adalah: waktu petik jeruk siam pada umur buah 28 MSB dengan diameter buah lebih dari 6cm clan kandungan TPTnya sudah lebih dari 10°Brix, pada tingkat kematangan I (hijau) clan II (hijau kekuningan) karena rasanya manis segar, clan cara petiknya dengan menggunakan alat (gunting pangkas) clan menyisakan tangkai sedikit untuk memperlambat penurunan kualitas buah secara fisik clan kimia. Pada kegiatan KajianPascaPanenlerukSiam menunjukkan bahwa : Jeruk yang dipetik pada waktu pagi, siang, clan sore hari menunjukkan kualitas fisik yang tidak berbeda, dilihat dari ukuran diameter clan berat buahnya. Kadar gula total buah jeruk yang dipetik pada siang hari (5,40%) paling rendah dibanding yang dipetik pada pagi hari (5,75%) clan sore hari (6,15%). Kadar asam total buah jeruk yang dipetik pada pagi hari (0,74 mgKOH/gr) paling rendah dibanding yang dipetik pada siang hari 1,02 mgKOH/gr) clan sore hari (1,36 mgKOH/gr). Kadar vitamin C tertinggi pada buah jeruk yang dipetik pada sore hari (69,25 mg/100gr). Pada semua parameter yang diukur, buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada umur 28 MSB memiliki nilai yang paling besar dibanding umur buah 24, 26, 30 clan 32 MSB, baik pada buah jeruk yang dikategorikan petani sebagai buah grade A maupun grade B, nilainya dilihat dari ukuran diameter clan berat buah jeruk. masih berada dibawah standar SNI 3165.2009. Hasil penelitian pendahuluan proses degreening (penguningan warna kulit) clan pelilinan buah jeruk siam: (1) Proses degreening dengan bahan karbit 0.4% dari jumlah buah jeruk dengan cara berselang (inteimitteno memberikan perubahan warna kulit buah yang terbaik, dimana terjadi perubahan warna kulit buah secara berangsur-angsur dari warna hijau menjadi kuning secara merata. (2) Hasil proses pelilinan dengan bahan lilin madu (12%), asam oleat (20 gr), trietanolamin/TEA (40 gr), clan air (850 ml), cara pelilinannya dengan metode pengolesan menunjukkan hasil yang terbaik dibanding 2 metode lainnya, sebab hasil pelilinannya lebih merata clan tipis meskipun memerlukan waktu yang lebih lama. (3) Daya simpan buah jeruk siam yang sudah melewati proses degreening clan pelilinan serta disimpan di ruangan pada suhu kamar hanya mampu bertahan sampai 25 hari atau kurang dari 1 bulan, sebab pada hari ke-26 sudah mulai terjadi perubahan fisik clan kimia. Penelitian aplikasi proses degreening, pelilinan, pengemasan, clan penyimpanan buah di lapangan/tingkat petani jeruk siam: (1) Hasil proses degreening dengan cara berselang (inteimitteno dalam skala besar (300kg) menggunakan karbit sebanyak 0.4%, clan dengan waktu/t = 24 jam, t = 48 jam, t=72 jam menghasilkan proses perubahan warna dari hijau menjadi kuning berlangsung relatif lebih lambat dibandingkan dengan proses degreening sebelumnya yang dilakukan dilaboratorium dalam skala kecil (10 buah jeruk). Hasil proses degreening, prosentase warna kuning pada t = 24 jam sebesar 15%, pada t = 48 jam prosentase warna kuning kulit buah jeruk mulai meningkat dengan prosentase warna kuning sebesar 40%, pada t = 72 jam, diperoleh data bahwa prosentase warna kuning kulit buah jeruk sudah mulai merata clan meningkat dengan prosentase warna kuning sebesar 80-100%.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
39
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
(2) Ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan proses degreeningdengan jumlah buah jeruk yang lebih banyak berlangsung relatif lebih lambat, diantaranaya gas asetilen yang terbentuk dari bahan karbit tidak terdistribusi secara merata, proses intermittent tidak dikawal secara ketat dalam arti ada kemungkinan proses membuka dan menutup kain terpal tidak dilakukan tepat waktu. (3) Jeruk siam hasil proses degreening kemudian dilakukan proses pelilinan dengan bahan emulsi paraffin 12% dan metode pelilinannya dengan cara pengolesan secara merata ke seluruh permukaan Wit buah, dan disimpan di ruangan pada suhu kamar, mampu mempertahankan kesegarannya sampai 25 hari, tetapi jika dimasukkan dalam toples dan disimpan di lemari pendingin pada suhu 4°C, mampu mempertahankan kesegarannya sampai 40 hari. (4) Jeruk yang dikemas dalam kardus ukuran 60cm x 40cm x 40cm, disusun di atas karton bergelombang sebanyak 3 susun (kapasitas 30kg/kardus), tidak menyebabkan terjadinya kerusakan buah, sedangkan jeruk siam yang dikemas dengan peti kayu+jerami kapasitas 50g/peti pada saat simulasi transfortasi sejauh 173 km menimbulkan kerusakan buah sebanyak 3,3% per peti. (5) Jika menjual jeruk siam segar melalui proses degreening terlebih dahulu, dapat meningkatkan nilai tambah sebesar 33,3% dibanding dengan menjual jeruk siam segar seperti biasa. Hasil kajian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Paket teknologi pasca panen jeruk siam yang bisa memenuhi standar buah kualitas ekspor adalah: Buah jeruk siam yang terbaik untuk diproses degreening dan pelilinan adalah buah yang masak optimum, dan dipetik pada umur buah 28 MSB di waktu pagi hari. Proses pelilinan dengan emulsi paraffin yang bahannya terdiri dari lilin madu (12%), asam oleat (20 gr), trietanolamin/TEA (40 gr), dan air (850 ml), dan metode pelilinannya dengan cara megoleskan secara merata keseluruh permukaan Wit buah dapat memperlambat kebususkan buah sampai 25 hari. Proses pengemasan buah jeruk siam yang dikemas dengan kardus ukuran 60cm x 40 cm x 40cm kapasitas 30kg/kardus, disusun di atas karton bergelombang sebanyak 3 susun tidak menimbulkan kerusakan buah selama proses transportasi. Proses penyimpanan buah jeruk siam yang telah diproses degreening dan pelilinan, jika disimpan dalam toples dan dimasukkan dalam ruang berpendingin dengan suhu 4°C dapat mempertahankan kesegarannya sampai 40 hari, tetapi jika disimpan di ruang tanpa pendingin (suhu kamar), kesegarannya sampai 25 hari. (2) Proses degreening jeruk siam dengan menggunakan bahan karbit 0,4% dari jumlah berat buah jeruk siam selama 72 jam secara berselang (buka tutup tiap 12 jam), akan menghasilkan perubahan warna Wit buah secara merata, dari warna hijau menjadi kuning, dan jika dijual akan meningkatkan nilai tambah sebesar 33,3%. Teknologi pasca panen jeruk siam untuk ekspor seperti tersebut di atas hanya dapat mempertahankan kesegaran buah selama 40 hari (kurang dari 2 bulan) dan proses degreening mampu meningkatkan nilai tambah 33,3%.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Pengamatan waktu petik, tingkat kematangan, clan cara petik buah jeruk siam Banjar pada kegiatan Kajian Pra Panen Jeruk Siam
Penelitian pendahuluan (deegreningjeruksiam Banjar) kegiatan Kajian Pasca Panen Jeruk Siam di Laboratorium Pasca Panen BPTP Kalimantan Selatan (Banjarbaru)
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Proses degreening dan pelilinan buah jeruk siam Banjar pada saat Kajian Pasca Panen Jeruk Siam
(A)
(B)
Proses pengemasan (A) dan uji preferensi proses degreening buah jeruk siam Banjar sampai kualitas buah yang dihasilkannya (B) pada saat Kajian Pasca Panen Jeruk Siam
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Bentuk fisik jeruk siam Banjar yang dipetik pada umur buah 28 minggu setelah berbunga (MSB) yang merupakan kualitas terbaik dari segi ukuran dan rasa. 12. Aplikasi Microchip Sebagai Sistem Deteksi/ Monitor Mobilitas Sapi Kembar untuk Melihat Tingkat Kelahiran >50% di Kalimantan Selatan Kelahiran kembar pada sapi potong merupakan potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong. Walaupun peluangnya kecil namun potensi ini salah satu peluang yang dapat dilakukan, oleh pemerintah dalam pengembangan sapi potong dalam rangka pencapaian program swasembada daging sapi (PSDS). Beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kalimantan Selatan kelahiran kembar terjadi pada ternak sapi. Walaupun kecil namun kejadian ini merupakan potensi yang perlu digali dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak sapi potong di Kalimantan Selatan. Sapi yang lahir kembar maupun induk yang melahirkan kembar pada umumnya tidak diperlakukan secara istimewa oleh pemiliknya walaupun ada rasa senang karena merasa beruntung mendapatkan anak sapi yang lahir kembar. Kesulitan yang dihadapi peneliti atau petugas di lapangan untuk memonitor sapi kembar atau induk yang melahirkan kembar sangat dirasakan, demikian juga saat sapi-sapi tersebut diperjualbelikan. Data dan informasi sapi kembar dapat hilang dan tidak tercatat dengan baik, oleh karena itu dirasa penting perlu adanya alat yang dapat membantu optimalisasi pengumpulan data secara akurat. Salah satu teknologi yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah di atas adalah penggunaan microchip atau RFID. RFID (Bahasa Inggris: Radio Frequency Identification) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data secara nirkabel dari jarak tertentu. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui mobilitas pada sapi kembar dengan data tingkat kelahiran anak sapi kembar >50%, tingkat infertilitas anak sapi kembar <25%, abortus <10%, kematian fetus <10% dan kematian induk <5% di Kalimantan Selatan. Keluaran diharapkan yaitu mobilitas pada sapi kembar dengan data tingkat kelahiran anak sapi kembar >50%, tingkat infertilitas anak sapi kembar <25%, abortus <10%, kematian fetus <10% dan kematian induk <5% di Kalimantan Selatan. Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Tanah Laut secara on farm research. Pengamatan akan dilakukan pada sedikitnya 18 ekor induk beranak kembar dan 18 ekor anak kelahiran kembar dengan total sedikitnya 36 ekor, jika memungkinkan ditemui ternak dalam jumlah lebih besar akan ditambah. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dapat diidentifikasi atau ditemukan sebanyak 23 ekor induk sapi yang beranak
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
kembar clan 28 ekor anak sapi yang dilahirkan kembar. Dari jumlah 54 ekor ternak yang mempunyai sejarah kembar (baik induk atau anak kembar) telah berhasil dilakukan pemasangan microchip pada 42 ekor ternak yaitu 20 ekor pada induk yang beranak kembar clan 22 ekor pada anak yang dilahirkan kembar dari target 36 ekor (18 ekor induk clan 18 ekor anak sapi kembar). Pemasangan microchip pada ternak bermanfaat untuk identifikasi ternak secara elektronik sehingga penomoran ternak lebih akurat clan tidak mudah tertukar, selanjutnya dengan identifikasi ini dapat pula didampingi dengan data lainnya yang digali berupa informasi individu ternak yang mana data ini dapat digunakan sebagai database untuk mengetahui sejarah ternak, potensi ternak, lokasi ternak termasuk status reproduksi ternak. Penggunaan/aplikasi microchip terhadap mobilitas clan deteksi sapi kembar terhadap tingkat kelahiran anak sapi kembar >50%, tingkat infertilitas anak sapi kembar <25%, abortus <10%, kematian fetus <10% clan kematian induk <5% di Kalimantan Selatan tidak sepenuhnya dapat dilakukan karena microchip hanya berfungsi sebagai alat/kode identitas ternak saja, untuk mengetahui mobilitas clan memantau tingkat kelahiran, tingkat infertilitas, abortus, kematian fetus clan mortalitas dapat dilakukan dengan pendataan yang rutin, akurat clan tepat baik dilakukan melalui komunikasi atau lebih tepatnya mengisi isian atau pertanyaan, clan data-data tersebut dientri pada program yang tersedia untuk dihubungkan dengan microchip. Berdasarkan pengamatan, pencatatan clan informasi yang diperoleh diketahui pada tahun 2010 ini bahwa mobilitas ternak yang mempunyai sejarah kembar (induk clan anak) yaitu ada 1 anak kembar yang berpindah tempat atau pemelihara terjadi di Kabupaten HST yaitu dari Masrawan ke Mahli, clan 1 ekor induk yang beranak kembar dari Masrawan ke Misrani namun masih ada di Desa Pandanu, clan ditemukan kelahiran anak sapi kembar yang tercapai sebesar 20,9% (5 kasus dari 24 induk beranak kembar), tingkat infertilitas anak kembar (betina yang dewasa kelamin) sebesar 3,6% (1 kasus dari 28 anak kembar), kejadian abortus 3,6% (1 kasus dari 28 anak kembar), kematian fetus clan kematian induk tidak ditemukan (0%).
Perangkat lengkap
Aplikator
Proses pemasangan microchip pada salah satu induk yang beranak kembar
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Microchip yang telah dipasang pada salah satu induk yang beranak kembar
Induk dan anak kembar milik Masdinah/Muhdi di Kab. HST
Anak kembar milik Pandi/Mama Ika, induknya milik H. Suhar (bangsa PO) di Kab. HST
Induk PO yang beranak milik Sukar di Tanah Anak kembar hasil perkawinan IB milik Sukar Laut di Tanah Laut
Induk kembar milik Girah di Kab. Batola
Induk kembar milik Subandi di Kab. Batola
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
13. Peningkatan Komunikasi dengan Pemangku Kepentingan dan Pembinaan Usahatani Sesuai dengan paradigma pembangunan pertanian dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan, telah dikembangkan paradigma baru, yaitu 'Penelitian untuk Pembangunan" (Research for Development). Dengan paradigma baru ini, orientasi kerja Badan Litbang Pertanian adalah menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sistem kelembagaan pertanian untuk diterapkan sebagai mesin penggerak pembangunan pertanian. Untuk itu, kegiatan penelitian dan pengembangan harus berorientasi kepada kebutuhan pengguna (useroiiented), tanpa mengabaikan pengembangan teknologi yang bersifat demand driving, sehingga ilmu pengetahuan, teknologi dan sistem kelembagaan pertanian yang dihasilkan lebih tepat guna (spesifik lokasi dan pemakai) dan futuristik. Penelitian dan pengembangan harus dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan perwakilan calon pengguna outputnya. Badan litbang pertanian khususnya BPTP di daerah berperan sebagai lembaga publik penghasil teknologi dituntut untuk lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui kerjasama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Kerjasama diperlukan dalam upaya menumbuhkembangkan jaringan penelitian guna meningkatkan kemampuan pemanfaatan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Anonimous, 2008). Tujuan Kegiatan adalah (a) Meningkatkan kerjasama pengkajian dan diseminasi dengan Pemangku Kepentingan (b) Melaksanakan temu informasi pertanian di tingkat provinsi Kalimantan Selatan dan (c) Melaksanakan pertemuan komisi teknologi pertanian . Prosedur Kegiatan dalam berbagai kesempatan pertemuan yang dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota atau yang dilaksanakan oleh BPTP Kalimantan Selatan sendiri seperti Temu Lapang, Undangan rapat koordinasi, permintaan materi dan kegiatan lain, BPTP Kalimantan Selatan menyampaikan tawaran untuk melakukan kerjasama pengkajian untuk membantu pemecahan masalah teknologi pertanian yang ada di lapangan. Dalam melaksanakan tugasnya BPTP Kalimantan Selatan dibantu Tim Komisi Teknologi Pertanian sebagai wadah Forum koordinasi dan komunikasi yang ditetapkan Gubernur Kalimantan Selatan dengan tugas membantu Gubernur untuk menyiapkan kebijakan penerapan teknologi pertanian sesuai dengan program pembangunan wilayah di daerah. Pertemuan Komisi Teknologi dilakukan sebanyak 2 Kali dalam waktu satu tahun. BPTP Kalimantan Selatan juga berperan sebagai Panitera Tetap Mimbar Sarasehan dan Sekretariat Kelompok Kontaktani-nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Kalimantan Selatan dalam rangka pembinaan kelompoktani berkewajiban menghimpun, membina dan memfasilitasi KTNA Provinsi. Kegiatan Pertemuan Kelompok KTNA disebut 'Temu Informasi Teknologi Pertanian" pertemuan melibatkan Pemerintah Provinsi, Dinas/Badan Lingkup Pertanian Tingkat Provinsi yang akan memberikan materi tentang Kebijaksanaan Pembangunan Daerah dan Pertanian tahun 2010 dilakukan 1 kali dalam satu tahun yang melibatkan peserta dari Pengurus Kelompok KTNA Provinsi dan Pengurus Kelompok KTNA Kabupaten Kota dan lembaga (LSM) yang mendukung kegiatan pertanian seperti HKTI, Bina Potensia dan lain-lain di Kalimantan Selatan. Hasil Kegiatan berupa kerjasama BPTP dengan beberapa instansi yaitu : a) Dinas Perkebunan Kabupaten Tabalong berupa : Pemurnian dan Sertifikasi Kebun Entres Karet Kabupaten Tabalong dengan biaya sebesar Rp. 139.500.000,- (Seratus tiga puluh sembilan juta lima ratus ribu rupiah). b) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan berupa Penyusunan Rancang Bangun Pengembangan Kawasan Hortikultura tahun
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
2010 - 2014 Tahun Anggaran 2010 dengan biaya sebesar Rp 44.600.000,- (Empat puluh empat juta enam ratus ribu rupiah). c) Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan berupa penyiapan dan pelaksanaan demonstrasi penggunaan reactor biogas berbahan baku kotoran sapi di Kabupaten Tanah Laut Tahun Anggaran 2010 dengan biaya sebesar Rp 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah). d) Beberapa Kabupaten yang masih negosiasi untuk melaksanakan kerjasama dengan BPTP Kalimantan Selatan yang dimungkinkan untuk dilaksanakan pada tahun-tahun yang akan datang antara lain : • Kabupaten Kotabaru: dengan judul Survei dan evaluasi lahan kritis untuk pengembangan perkebunan karet di wilayah Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. • Universitas Lambung Mangkurat : telah membuat nota kesepahaman kerjasama penelitian, pelatihan dan magang bagi Dosen dan Mahasiswa. • Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari : telah membuat nota kesepahaman kerjasama penelitian, pelatihan dan magang bagi Dosen dan Mahasiswa. • Kabupaten Hulu Sungai Utara : Rancang bangun model Prima Tani di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara • Kabupaten Hulu Sungai Selatan : Tata ulang lahan irigasi teknis pada kawasan Amandit Kecamatan Padang Batung Kebupaten Hulu Sungai Selatan. Kesimpulan Kegiatan telah dilaksanakan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan telah mencapai 80 %, sesuai jadwal kegiatan tahunan masih ada 1 (satu) kegiatan yang tidak dilaksanakan yaitu Temu Komisi Teknologi Pertanian yang direncanakan pada bulan Nopember 2010. Kegiatan Roadshow masih terus dilakukan untuk menjalin jejaring kerjasama Penelitian dan Pengkajian dengan Pemangku Kepentingan baik Tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota dan Instansi lain serta pihak Swasta. 14. Pengembangan Sistem Aplikasi Database Online melalui Pembangunan Database Sumberdaya Pertanian pada 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan Pertanian merupakan sektor yang memiliki peran penting, baik konstribusinya terhadap pendapatan (nasional dan daerah) maupun terhadap penyediaan lapangan kerja dan pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah menempatkan pertanian sebagai basis utama pembangunan. Pada era globalisasi ini, ketersediaan data dan informasi yang valid dan up date memegang peranan penting dalam setiap pengambilan keputusan, merumuskan kebijakan dan program pembangunan yang tepat. Data atau informasi yang diperlukan sebenarnya tersedia secara kontinyu pada instansi pemerintah dan swasta sesuai bidang yang ditangani. Bagi instansi penelitian / pengkajian seperti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang terlibat dalam pengkajian teknologi pertanian secara umum (multi sub sektor pertanian), maka ketersediaan data dari seluruh sub sektor pertanian yang mutakhir memiliki peran penting sebagai bahan pertimbangan penyusunan program. Kegiatan pembangunan database sumberdaya pertanian dilaksanakan dalam rangka memperoleh data yang akurat, tepat waktu, konsisten dan objektif. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat dikumpulkan data yang diperlukan secara kontinyu, real time dan valid. Kegiatan ini bertujuan untuk 1) Menyediakan data dan informasi yang up-to-date dan mudah di akses oleh pengguna dengan basis 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan dalam format microsoft excell, 2) Membangun sistem aplikasi basis data yang
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
47
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
digunakan untuk merekam data sumberdaya pertanian dengan basis 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan yang dapat diintegrasikan dengan Website BPTP Kalimantan Selatan. Prosedur kegiatan : Pembangunan basis data dilakukan melalui koleksi data dari berbagai sumber informasi baik instansi pemerintah maupun swasta. Data yang terkumpul akan dikompilasi berdasarkan cluster aspek-aspek tertentu yang dibentuk dalam format yang terstruktur dan ditampilkan secara informatif sehingga mudah untuk dipahami bagi pengguna. 1. Persiapan kegiatan meliputi (a) mengidentifikasi dan membangun jaringan kerjasama dengan sumber informasi, (b) menyiapkan model validasi dan pengolahan data yang sederhana, dan (c) membangun model basis data yang sederhana dan mudah diakses pengguna. 2. Koleksi data ; data yang dikumpulkan berbasis kecamatan, dengan cakupan data terdiri dari input-output produk pertanian, kelembagaan, kondisi agroekosistem wilayah dan data-data aspek pertanian secaraumum. 3. Kompi/asf, Tabulasi dan Pengo/ahan Data ; data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dikompilasi/tabulasi, sehingga memudahkan dalam pengolahan selanjutnya dan juga memudahkan akses bagi pengguna. 4. t/eiifikasi / va/idasi data ; Verifikasi atau validasi dilakukan secara langsung kepada sumber data utama yang menangani data tersebut. Kegiatan ini dihasilkan : 1) Tersusunnya form sebagai panduan dalam koleksi data, 2) Model aplikasi database menggunakan microsoft excell, 3) Jaringan kerjasama dengan sumber data/informasi, 4) Data/informasi yang diperlukan dari sumber penyedia data/informasi berupa rekapitulasi data tahun 2010 ataupun tahun sebelumnya, laporan tahunan 2009 dan buku Kalimantan Selatan dalam angka serta data 13 Kabupaten Dalam Angka, 5) Pembangunan sistem aplikasi basis data. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah : 1) Data dan informasi yang up-to-date dan mudah di akses oleh pengguna dengan basis 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan baru tersedia pada bulan desember 2010 sehingga data dalam bentuk excell belum seluruhnya terekam. 2) Sistem aplikasi basis data yang digunakan untuk merekam data sumberdaya pertanian dengan basis 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan yang dapat diintegrasikan dengan Website BPTP Kalimantan Selatan secara struktur sudah terbentuk, namun perlu perbaikan atau penyesuaian beberapa input data. 15. Pengembangan Perpustakaan Digital dan Website Perpustakaan merupakan salah satu implementasi dari Sub-Program Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Hasil Litkaji pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sub program ini mencakup berbagai kegiatan yang memerlukan pendokumentasian sebelum informasi dapat diolah dan disajikan serta diakses oleh penggunanya. Dengan demikian, BPTP menerapkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang antara lain untuk membangun dan mengoperasionalkan pangkalan data (database) hasil litkaji, baik litkaji yang dihasilkannya sendiri maupun hasil litkaji yang bersumber dari institusi litkaji lainnya. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan suatu sistem dari manajemen informasi yang mengintegrasikan pengguna dengan peralatan komputer. Sistem ini menggunakan program dan prosedur komputer; model-model untuk mengolah dan menganalisis data/informasi, serta membangun dan mengakses suatu pangkalan data (database). Selanjutnya, manajemen informasi tidak hanya mencakup manajemen untuk menghasilkan, menyimpan dan menampilkan informasi, tetapi juga termasuk pemrosesan, mengintegrasikan, sintesis dan mengemas informasi dalam format dan media yang paling sesuai untuk berbagai khalayak penggunanya.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Penyediaan informasi hasil litkaji melalui situs internet merupakan bentuk pelayanan infromasi dengan sistem akuisisi (acquisition system), dimana pengguna mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk mencari sendiri informasi yang dibutuhkannya melalui jaringn internet. Namun demikian, masih banyak pengguna yang tidak mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk mengakses hasil litkaji melalui jaringan internet. Oleh karena itu, BPTP juga menerapkan pelayanan informasi secara konvensional, yaitu menyampaikan hasil litkajinya (delivery system) kepada khalayak pengguna akhir dan pengguna antara, dengan menggunakan berbagai media komunikasi (tercetak maupun elektronik) yang paling efektif dan efisien. Jenis perpustakaan BPTP Kalimantan Selatan adalah perpustakaan khusus yang menerapkan sistem layanan terbuka dan tertutup (open and close accses), yaitu setiap pengunjung dapat dapat mengakses secara langsung atau meminta petunjuk dari petugas tentang koleksi yang ada di perpustakaan. Dengan sistem ini diharapkan setiap pengunjung dapat melakukan browsing (pencarian buku dan koleksi perpustakaan lainnya) dengan leluasa. Hasil yang ingin dicapai dalam pengelolaan perpustakaan yaitu menjadi perpustakaan digital yang baik dalam melayani pengguna dalam hal pelayanan informasi hasil litkaji, baik untuk pengguna internal maupun eksternal. Kegiatan-kegiatan yang telah dicapai yaitu jumlah pengunjung perpustakaan mencapai 386 orang dengan berbagai profesi seperti dosen, mahasiswa, pelajar, petugas dinas, swasta/umum, peneliti/penyuluh BPTP, Litkayasa maupun petani. Pengadaan bahan pustaka mencapai 14.016 judul yang meliputi : buku/monograf, jurnal,buletin,warta, liptan, index, poster, folder, laporan, koran (Banjarmasin Post, Kompas), Sinar Tani dan Majalah Trubus. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pustaka melalui pelatihan dan seminar yang diiukuti oleh 4 orang staf pustaka. Website BPTP Kalsel http://kalsel.litbang.deptan.go.id secara berkala telah mengisi berita (kilas litbang dan informasi inovasi teknologi terbaru) serta berita tentang kejadian/bencana ataupun gaung pembangunan pertanian di daerah. Profil, succes story dan hasil kajian unggulan baik versi Indonesia dan Inggeris ditampilkan pula dalam website. 16. Penyiapan dan pelaksanaan demonstrasi penggunaan reactor biogas berbahan baku kotoran sapi (Kerjasama dengan Balitbangda Kalsel) Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi alternatif dan menghasilkan pupuk organik sebagai hasil samping. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob. Potensi biogas yang strategis perlu didorong dan dikembangkan di daerah sebagai energi altternatif pengganti kayu bakar dan minyak tanah. Manfaat pengelolaan biogas asal ternak membantu pemerintah dalam penyediaan pupuk organik dan mengurangi pemanasan global. Biogas merupakan campuran dari berbagai gas seperti: metana: 50-60 %, karbondioksida: 30-40 %, H2S, N2, 02, dan H2: 1-2 %. Sumber bahan baku biogas dapat berasal dari kotoran sapi, kerbau, babi, ayam, limbah tahu, limbah tapioka, lumpur sawit, enceng gondok. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain, adalah 1 m3 biogas setara dengan: elpiji 0,46 kg, minyak tanah 0,62 liter, minyak solar 0,52 liter, bensin 0,80 liter dan kayu bakar 3,5 kg. Pemanfaatan gas hasil limbah peternakan diharapkan dapat; membantu menurunkan emisi gas rumah kaca yang bermanfaat dalam memperlambat laju pemanasan global, menghemat pengeluaran masyarakat, dengan memanfaatkan biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah/kayu bakar untuk memasak dan digunakan sebagai pembangkit listrik, meningkatkan pendapatan masyarakat dengan dihasilkannya pupuk organik yang berkualitas atau menghemat biaya pembelian pupuk.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
49
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
Kegitan diseminasi ini dilaksanakan di Kabupaten Tanah Laut dengan melibatkan dua kelompok ternak clan satu LM3 dengan jumlah pesera > 30 orang secara partisipatif. Kegiatan ini terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu ; 1) Pelatihan pengenalan clan pemanfaatan limbah pertanian clan kotoran ternak sebagai Biogas, clan 2). Peraktek pembuatan clan perakitan instalasi Biogas skala rumah tangga. Hasil, telah dilaksanakan pelatihan pengenalan clan pembuatan Biogas dengan memnfaatkan limbah kotoran tertak sapi potong bertempat di UPT Balitbangda di tambang Ulang. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari perwakilan anggota kelompok ternak clan LM3 di Kabupaten Tanah Laut. Telah dilakukan praktek pemasangan instalasi dua unit biogas pada kelompok ternak sapi potong (sumber rezeki clan Tunas Muda) kecamatan Takisung. Instalasi Biogas hingga saat ini sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh Keluarga peternak clan kelompok ternak di Kecamatan Takisung. Besar harapan petani kegiatan ini bisa dikembang lebih luas lagi menjadi kegiatan Desa Mandiri Energi. 17. Rancang Bangun Pengembangan Kawasan Hortikultura di Kalimantan Selatan tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi yang cukup besar sebagai kawasan pengembangan hortikultura baik dari segi kondisi biofisik lahan, iklim clan sumberclaya manusianya mendukung untuk tujuan tersebut. Beberapa lembaga pendukung juga telah tersedia seperti lembaga perbenihan (Balai Benih, BPSB), pengendalian hama penyakit (BPTPH), lembaga pemasaran (Terminal Agribisnis), Ilembaga pelayanan penyuluhan, informasi clan teknologi, penyediaan sarana clan preasarana clan lainnya. Komoditas sayuran di Kalimantan Selatan dapat dibudidayakan di lahan kering (Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kota Banjarbaru), lahan rawa, baik rawa pasang surut (Kabupaten Barito Kuala, Kota Banjarmasin) maupun lahan lebak (Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan). Pada lahan kering, ditanam pada bedengan. Serupa dengan hal tersebut, budidaya sayuran pada lahan tadah hujan juga dilakukan dengan cara yang sama. Sementara itu di lahan rawa pasang surut, sayuran biasanya ditanam pada lahan tipe B clan tipe C. Sedangkan pada hamparan lahan lebak tanaman sayuran clan buahan justru banyak diusahakan pada musim kemarau karena pada musim hujan seringkali terjadi banjir. Jenis sayuran yang banyak diusahakan pada lahan lebak diantaranya semangka, waluh, terong, ketimun. Serupa dengan sayuran, komoditas buah-buahan di Kalimantan Selatan juga diusahakan pada berbagai tipe lahan, baik lahan kering maupun lahan rawa pasang surut clan lahan rawa lebak. Dari semua jenis buah-buahan yang terdapat di Kalimantan Selatan, buah yang paling banyak dikenal adalah buah jeruk, yaitu jeruk siam banjar. Jeruk siam banjar ini bahkan secara nasional sudah menjadi salah satu unggulan. Di Kalimantan Selatan, penyebaran budidaya tanaman jeruk terdapat pada beberapa tipe/jenis lahan, yaitu pada lahan rawa pasang surut (Kabupaten Barito Kuala clan Kabupaten Banjar) clan lahan kering (Kabupaten Tapin). Namun ada pula yang diusahakan pada lahan lebak (Kabupaten Hulu Sungai Tengah). Tanaman jeruk yang diusahakan di lahan kering umumnya bersifat monokultur atau bersama dengan tanaman palawija, sedangkan pada lahan pasang surut tanaman jeruk umumnya diusahakan bersama dengan tanaman padi clan kadang-kadang dengan tanaman sayuran lain. Implementasi GAP/SOP di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa petani belum sepenuhnya dapat menerapkan komponen-komponen tersebut secara utuh. Beberapa komponen telah diterapkan oleh sebagian petani, namun banyak pula yang masih rendah aplikasinya seperti pemupukan, perlindungan tanaman, pengairan, pelestarian lingkungan, pengawasan, pencatatan clan penelusuran balik, serta sertifikasi. Belum
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
maksimalnya penerapan komponen GAP ini di lapangan karena berbagai alasan diantaranya kurangnya pengetahuan, informasi clan kesadaran petani terhadap produk yang berkualitas. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2005 - 2025, tersusun pengelolaan pola ruang pada kawasan budidaya pertanian tanaman pangan berupa zona ruang kawasan budidaya pertanian tanaman pangan clan hortikultura, pada enam kawasan pengembangan yaitu: (a) kawasan pertanian lahan basah, (b) kawasan pertanian lahan kering, (c) kawasan pertanian tadah hujan, (d) kawasan transmigrasi, (e) kawasan sentra produksi pangan, clan (f) kawasan agribisnis hortikultura. Kemudian secara umum, di setiap kawasan tersebut telah diarahkan pengembangan jenis komoditas yang diharapkan dapat menjadi prioritas daerah dalam penentuan program clan kegiatan pertanian di wilayah kabupaten masingmasing. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2005 - 2025 tersebut diharapkan pula bahwa tanaman pangan clan hortikultura dalam 20 tahun ke depan diprediksi akan terus mengalami peningkatan, seperti luas panen, produksi clan produktivitas tanaman padi akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1.15%, 2,13% clan 1,44% untuk padi sawah. Sedangkan untuk padi ladang masing-masing 0,49%, 1,02% clan 1,48%. Demikian juga halnya dengan tanaman palawija clan hortikultura, semakin banyak menjadi bahan baku industri hilir sejalan perkembangan industri pakan ternak clan industri lainnya,termasuk industri biofuel. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor pertanian pangan clan hortikultura ini akan naik secara gradual, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 5,88%. Selain target luas tanam, luas panen, produksi clan produktivitas, juga diharapkan kualitas produk hortikultura yang dihasilkan memenuhi standar-standar tertentu. Termasuk juga dalam standar ini adalah preferensi atau kesukaan konsumen yang merupakan cerminan dari tuntutan permintaan pasar terhadap terhadap kualitas. Misalnya komoditas jeruk, berdasarkan survai diketahui bahwa umumnya permintaan konsumen/pasar terhadap buah jeruk adalah memenuhi kriteria: (a) Rasa : manis (70%), nilai Brix 10 - 12, (b) Ukuran : Grade B (65%), (c) Warna kulit : Hijau kekuningan (68,57%), (c) Tidak terdapat embun jelaga, (d) Batas harga tertinggi: grade A (Rp.8.828/kg), B (Rp.6.528/kg), C (Rp.4.928/kg), D (Rp.3.585/kg). Berdasarkan permintaan/tuntutan pasar tersebut, maka untuk memenuhinya, Kabupaten Barito Kuala sebagai salah satu produsen jeruk siam di Kalimantan Selatan menetapkan target, bahwa: (a) Produktivitas jeruk mencapai 50 - 80 kg/pohon, (b) Produksi grade A: 20%, grade B: 60% clan grade C:20%, (c) Penampilan bersih, tidak kusam akibat embun jelaga, clan (d) Warna buah hijau kekuningan. Salah satu kunci keberhasilan penerapan SCM ini adalah memahami clan memenuhi standar yang diinginkan pasar/konsumen. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan penerapan GAP clan SOP, sertifikasi produk clan kontinyuitas penyediaan produk sesuai dengan jumlah, mutu clan waktu yang dikehendaki pasar. Untuk melakukan analisis terhadap simpul kritis pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Selatan digunakan metode SWOT (Strengh, Weakness, Opportunities, Threat). Berdasarkan metode ini diperoleh hasil sebagai berikut: (A) Beberapa hal yang merupakan kekuatan dalam pengembangan kawasan hortikultura di Kalimantan Selatan adalah: (1) Ketersediaan lahan, (2) Ketersediaan sumberdaya hayati, (3) Cita rasa produk hortikultura yang khas (jeruk siam), (4) Keterampilan clan kearifan lokal, (5) Sub Terminal Agrbisnis (STA), clan (6) Agroklinik. (B) Kelemahan: (1) Skala clan manajemen usaha yang relatif kecil, (2) Penerapan teknologi maju clan kualitas produk yg masih rendah, (3) Rantai pasar clan posisi tawar petani, clan (4) Permodalan yang terbatas. (C) Peluang: (1) Permintaan produk hortikultura yang tinggi clan (2) Perbeclaan
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
51
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
masa panen produk hortikultura Kalimantan Selatan dengan luar daerah. (D) Ancaman: (1) Produk buah impor, (2) Kebijakan Tarif clan Pajak yang tidak berpoihak pada petani kecil, (3) Biaya transportasi dengan porsi yang cukup besar. (4) Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (CVPD), (5) Standar mutu tinggi akibat Pasar Global, clan (6) Pencemaran karena aktivitas penambangan batubara. Berdasarkan hasil analisis SWOT dalam pada kawasan hortikultura di Kalimantan Selatan, maka dapat disusun strategi pengembangan di kawasan tersebut. Strategi ini dapat dikelompokkan atas 4 macam, yaitu: (a) Strategi SO, artinya strategi yang menggunakan kekuatan (S) yang dimiliki kawasan hortikultura untuk memanfaatkan peluang (0) yang ada. Yang dimaksud dalam hal ini adalah peningkatan produksi clan pengembangan produk; (b) Strategi WO, artinya strategi yang meminimalkan kelemahan (W) yang dimiliki kawasan hortikultura untuk memanfaatkan peluang (0) yang ada. Strategi yang dimaksud adalah: (i) Penguatan kelembagaan petani, (ii) Pengembangan jaringan pemasaran clan kemitraan clan (iii) Penyebarluasan informasi teknologi clan pengujian teknologi spesifik; (c) Strategi ST, artinya strategi yang memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghadapi ancaman terhadap pengembangan kawasan hortikultura (T). Yang terasuk dalam strategi ini adalah: (i) Fasilitasi implementasi UU no 32/2009 tentang Pengamanan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH) daqn (ii) Pengamanan clan pencegahan sumber penyakit; (d) Strategi WT, disebut juga strategi optimalisasi, artinya hanya dengan meminimalkan kelemahan yang ada mencoba menghadapi ancaman yang akan muncul. Yang dimaksud dengan strategi ini adalah penerapan GAP berbasis sumberdaya lokal. Atas dasar strategi pengembangan kawasan hortikultura, yang tersusun sebagai hasil analisis SWOT, agar dapat dilakukan kegiatan yang lebih operasional, maka disusunlah Peta Rencana Sasaran (Roadmap) kawasan hortikultura Kalimantan Selatan selama ukurun waktu lima tahun yaitu tahun 2010 - 2014. Dalam matrik roadmap tersebut bahwa sasaran selama lima tahun sejak tahun 2010 - 2014, tersusun beberapa kegiatan. Sasaran pada tahun pertama clan adalah penumbuhan kawasan hortikultura yang sesuai dengan petunjuknya. Selanjutnya, pada tahun kedua clan ketiga, diharapkan dapat tumbuh clan perlu dilakukan pemantapan kawasan tersebut. Selanjutnya pada tahun ke empat clan kelima kawasan sudah cukup mantap sehingga memingkinkan untuk dilakukan kegiatan yang lebih luas melalui tahapan pengembangan. Pada strategi SO yaitu peningkatan produksi clan pengembangan produk. Sementara itu untuk pengembangan produk, komoditas hortikultura diprioritaskan pada komoditas unggulan yang mengacu pada besarnya pangsa pasar, keunggulan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi clan kesesuaian agroekologi. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan bahwa salah satu komoditas unggulan hortikultura adalah jeruk, Disamping komoditas unggulan nasional tadi, juga dikembangkan komoditas unggulan daerah disesuaikan dengan permintaan pasar regional maupun nasional. Peningkatan produksi komoditas jeruk siam banjar ditempuh melalui penumbuhan sentra baru clan pemantapan sentra yang telah ada. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk melaksanakan strategi SO diantaranya (1) Perluasan areal tanam pada kawasan intensif clan inisiasi, (2) Pemantapan produk olahan sari buah, (3) Pemanfaatan terminal agribisnis Handil Bakti, (4) Pengembangan BF clan BPMT untuk pembibitan jeruk, (5) Inisiasi teknologi bangsal pengemasan, (6) Introduksi teknologi pengolahan jelly clan konsentrat (pure). Kegiatankegiatan ini telah diposisikan pada tahun-tahun tertentu pada kurun waktu 2010 sampai dengan 2015, dengan berbagai pertimbangan. Sementara itu, pada strategi WO, disebutkan adanya kegiatan penguatan kelembagaan petani. Kelembagaan petani merupakan unsur yang sangat penting untuk mendukung pengembangan usaha bisnis tanaman jeruk, guna merespon pasar clan persaingan, meningkatkan efesiensi produksi, serta mengefektifkan pelayanan yang
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Hasil Kegiatan Pengkajian dan Diseminasi
menunjang pengembangan usaha agribisnis. Beberapa kegiatan untuk melaksanakan strategi ini adalah pembentukan, pemantapan clan pengembangan asosiasi petani/pedagang jeruk serta melaksanakan Temu Bisnis. Strategi yang lain adalah pengembangan jaringan pemasaran clan kemitraan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai strategi itu adalah diterminasi kelompok peningkatan mutu buah, penyediaan fasilitas pendukung (alsin, permodalan, kios) clan Perbaikan clan pengembangan infrastruktur usahatani jeruk serta pembinaan Terminal Agribisnis (TA) clan Sub TA. Kegiatan lainnya adalah penyebarluasan informasi teknologi clan pengujian teknologi spesifik dalam hal ini adalah komoditas jeruk. Selanjutnya dalam strategi SW, disebutkan fasilitasi implementasi UU no 32/2009 tentang Pengamanan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH). Kondisi ini muncul akibat dari beberapa gejala yang menunjukkan beberapa tanaman jeruk sudah mulai mengalami gangguan pertumbuhan akibat air clan lahan mereka terkena atau merembes air limbah tambang batubara. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah koordinasi penanggulangan cemaran lingkungan bersama pihak-pihak terkait. Pengamanan clan pencegahan bibit jeruk sumber penyakit, khususnya CVPD merupajkan kegiatan yang lain pada strategi SW. Sedangkan pada strategi WT dapat dilakukan penerapan GAP berbasis sumberdaya lokal. Kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah Sekolah Lapang GAP clan PHT serta pelatihan petugas, untuk meningkatkan pengetahuan clan keterampilan mereka. Sementara itu road map untuk komoditas sayuran, persoalan yang sering kali muncul adalah masalah keamanan pangan clan fluktuasi harga yang terjadi akibat dari fluktuatifnya pula tingkat produksi pada saat tertentu. Issue keamanan pangan yang muncul sebagai akibat dari penggunaan pestisida yang tidak sesuai anjuran, dapat dikurangi dampaknya dengan memberikan pemahaman tentang GAP sayuran kepada petani. Dan setelah itu petani tersebut diharapkan dapat menerapkan GAP sehingga berkuranglah resiko yang muncul akibat kelebihan dosis pestisida. Permasalahan harga sayuran yang fluktuatif, secara umum dapat diatasi dengan upaya melakukan pergiliran tanaman sayuran antar satu wilayah dengan wilayah lainnya yang juga merupakan sentra produksi sayur. Hal ini memang sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin, karena cara ini menuntut sikap petani agar rela berkorban demi kepentingan orang banyak clan sikap tidak mementingkan diri sendiri atau kelompoknya saja. Untuk itu diperlukan jaringan pemasaran antar kelompoktani agar dapat mengatur produksi clan akhirnya juga dapat 'mengatur" harga. Penyusunan rancang bangun kawasan hotikultura ini sangat penting, mengingat pengembangan kawasan agribisnis hortikultura secara definisi tidak dibatasi oleh batas administrasi clan sektor, maka masalah koordinasi perlu mendapat perhatian yang serius. Koordinasi akan dilakukan pada berbagai tingkat bagi para pemangku kepentingan di dalam kawasan kabupaten/kota, antar kabupaten/ kota, atau bahkan antar provinsi yang saling terkait dalam pengembangan kawasan agribinis hortikultura ini. Koordinasi antar instansi terkait dengan pelaku usaha akan dikembangkan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan.
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
53
Sumberdaya Pengkajian
IV. SUMBERDAYA PENGKAJIAN
A. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang dimiliki BPTP Kalimantan Selatan pada tahun 2010 berjumlah 109 orang (Tabel 12), yang terbagi atas tenaga fungsional sebanyak 37 orang, non fungsional (administrasi) 67 orang dan tenaga kontrak sebanyak 5 orang. Tenaga fungsional terdiri dari fungsional peneliti sebanyak 21 orang, fungsional penyuluh pertanian 13 orang dan fungsional pustakawan 3 orang. Sedangkan tenaga administrasi yang telah menjadi PNS sebanyak 67 orang dan yang masih CPNS 2 orang. Jumlah SDM yang ada, sebanyak 8 orang mengikuti pendidikan jangka panjang balk dengan jenjang S3 sebanyak 2 orang, S2 sebanyak 4 orang dan D4 sebanyak 2 orang, keadaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12. Data SDM menurut status kepegawaian dan tingkat pendidikan (PNS, CPNS dan Honorer BPTP Kalimantan Selatan Tahun 2010) Uraian Kepegawaian
Tingkat Pendidikan S3
S2
S1
12 4
9
16
18
D3
D2 SLTA
SLTP
SD
Jumlah
Fungsional 1. Peneliti 2. Penyuluh Pertanian 3. Pustakawan Jumlah (I)
1
Non Fungsional (Administrasi) 1. Pegawai Negeri Sipil 2. Calon Pegawai Negeri Sipil Jumlah (II)
21 13 3 1
-
11 -
-
11
1
-
-
39 1 8
-
40
37
66 1 3
5
67
Honorer (Tenaga Kontrak) 1. Masuk dalam data base
Sud ah 5
2. Tidak termasuk data base Jumlah (III)
-
-
Total ( I + I I + III)
1
16
56
diang semu kat a
5
5
-
-
-
-
-
5
32
9
-
41
3
5
109
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Sumberdaya Pengkajian Tabel 13. Data Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti Pendidikan Jangka Panjang (S3, S2 clan D4) yang mendapat beasiswa di BPTP Kalimantan Selatan Tahun 2010 No.
Nama / NIP
Jenjang Pendidikan
Tempat Pendidikan
Keterangan (Pembiayaan)
1. Suryana
S3
IPB Bogor
Badan Litbang Pertanian
2. Aidi Noor
S3
IPB Bogor
Badan Litbang Pertanian
3. Noveria
S2
IPB Bogor
Badan Litbang Pertanian
4. Abdul Sabur
S2
IPB Bogor
Badan Litbang Pertanian
5. Agus Hasbianto
S2
IPB Bogor
Badan Litbang Pertanian
6. Susi Lesmayati
S2
IPB Bogor
Badan Litbang Pertanian
7. Supriyono
D4
STTP Magelang
Badan SDM Pertanian
8. Susanto
D4
STTP Magelang
Badan SDM Pertanian
SDM yang ada di BPTP Kalimantan Selatan mempunyai tugas clan fungsi masingmasing sesuai dengan bidang keahliannya. Pada Tabel 14 memperlihatkan bahwa SDM BPTP Kalimantan Selatan tersebar di kantor Banjarbaru clan Kebun Percobaan. Jumlah SDM baik PNS clan honorer yang ada di BPTP Kalimantan Selatan sendiri selaku Instansi Induk pada tahun 2010 sebanyak 104 orang, Kebun Percobaan Pelaihari sebanyak 8 orang, Kebun Percobaan Barabai sebanyak 7 orang, Kebun Percobaan Alabio sebanyak 3 orang. Pada Tahun 2010 terdapat 1 orang PNS yang pensiun yaitu Sanun TMT 1 Mei 2010. Tabel 14. Data Penyebaran PNS clan CPNS menurut Tingkat Pendidikan di lingkup BPTP Kalimantan Selatan Tahun 2010
Lokasi Penempatan 1. BPTP Kalimantan Selatan
Tingkat Pendidikan S3
S2
S1
D3
1
16
27 2
2. Kebun Percobaan Pelaihari 3. Kebun Percobaan Barabai
D2
SLTP
SD
6
30
3
3
86
2
2
2
8
1
6
7
3
3
4. Kebun Percobaan Alabio ]umlah
56
1
16
29
Jumlah
SLTA
9
-
41
3
5
105
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Sumberdaya Pengkajian Tabel 15. Data pejabat fungsional BPTP Kalimantan Selatan berdasarkan golongan tahun 2010 Uraian Jabatan
Golongan/Ruang Nd
Struktural
Nc
Nb
Na
III d
1
III c
III b
III a
II d
2
Peneliti
1
2
Penyuluh
3
2
3
Pustakawan Jumlah
Jumlah
1
1
5
6
6
3
20
4
2
4
13
1
3
8
39
1
1
5
11
8
Tabel 16. Data Sumberdaya Manusia BPTP Kalimantan Selatan menurut Bidang Keahlian clan Jabatan Fungsional Aktif Tahun 2010 Bidang Keahlian
PENELITI Calon
Pertama
Muda
PENYULUH Madya Mama
Calon
Pertama Muda
Tanaman • Pemuliaan • HPT
• • •
Madya
1
Agroklimatologi
Aqronomi Ilmu Tanah Sosek Produksi Ternak Pasca Panen Kehutanan Perikanan
1 1
1
1
1 1 2 1
1 1 2 1
1 1
1 1
1
Ilmu Linqkunqan Anthropologi Komunikasi
1
1 1
Penyuluhan
]umlah
2
1
2
2
6
3
1
3
1
5
3
Tabel 17. Data pegawai fungsional yang dihentikan pada tahun 2010 No 1 2 3 4 5
56
Nama Danu Ismadi Saderi Achmad Rafieq Suryana Aidi Noor Abdul Sabur
Keterangan Dihentikan sementara Dihentikan sementara Tugas belajar Tugas belajar Tugas belajar
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Sumberdaya Pengkajian B . Sarana dan Prasarana Sarana clan prasana yang dimiliki BPTP Kalimantan Selatan meliputi gedung perkantoran, laboratorium (tanah, kimia, biologi clan pasca panen), laboratorium diseminasi, perpustakaan, 3 (tiga) buah kebun percobaan (KP. Pelaihari, KP. Barabai clan KP. Alabio), 2 (dua) buah guest house, gedung Serba Guna/aula, alat transportasi (roda 4 clan roda 2) clan peralatan kantor serta alat komunikasi (Tabel 18 clan 19). Tabel 18. Daftar Sarana clan Prasarana Penelitian yang dimilliki
No. 1.
2.
3.
4.
5.
Nama Sarana Penelitian Gedung Kantor BPTP • Gedung Induk (2 lantai) • Gedung Serbaguna (2 lantai) • Bengkel/gudang • Gedung Diseminasi hasil penelitian • Mess • Luas lahan
8.
9.
150 mz 70 mz 9.800 mz
Kebun Percobaan Pelaihari
• Gedung Kantor • Gudang • Lahan
150 mz 200 mz 12.900 m2
Laboratorium Tanah dan Pasca Panen
Alat Pertanian/lapangan Hand Tractor Alat perontok jagung Power Thresser Alat pengering (Dryer) Alat pencacah hijauan pakan Alat sortir jeruk
400 mz 1 paket 69.774 mZ 6 unit 3 unit 2 unit 2 unit 1 unit 1 unit
Alat Pengolah Data
• Komputer PC/Server • Note Book/laptop • Printer
28 unit 11 unit 20 unit
Perlengkapan Dokumentasi
• Camera Digital • Handy Cam
10 unit 1 unit
Peralatan Pertemuan/informasi LCD Proyector Overhead Proyector Sound System Alat penghancur kertas Mesin absensi
3 unit 2 unit 1 paket 1 unit 1 unit
• • • • •
56
150 mz 200 mz 53.000 mz
Kebun Percobaan Barabai
• Gedung Kantor • Gudang • Lahan
• • • • • • 7.
740 mz 700 mz 200 mz 300 mz 120 mz 6.279 m2
Kebun Percobaan Alabio
• Gedung Kantor • Gudang • Lahan
• Gedung • Peralatan Lab. • Lahan 6.
Was mz/ Unit
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Sumberdaya Pengkajian Tabel 19. Alat transportasi BPTP Kalimantan Selatan No
Jenis Kendaraan / Merek
Jumlah
1
Kendaraan Roda 4
10
2
Kendaraan Roda 2
18
Kondisi 5 buah layak pakai clan 5 rusak berat Masih layak pakai
C. Keuangan Pada Tahun Anggaran 2010, BPTP Kalimantan Selatan melaksanakan kegiatan utama yang bersifat teknis yaitu Pengembangan sumberdaya informasi Iptek, diseminasi clan penjaringan umpan balik clan dana Pengelolaan gaji, honorarium clan tunjangan (Program penyelengaraan pimpinan kenegaraan clan pemerintahan), dana DIPA BPTP Kalimantan Selatan setelah revisi DIPA sebesar Rp 7.833.165.000 clan dana PUAP yang diberikan dari BBP2TP sebesar 615.717.000 sehingga total PAGU sebesar Rp 8.448.882.000,- clan realisasi sebesar Rp 7.145.716.371,- atau sebesar 84,58%. Untuk lebih jelasnya data ditampilkan pada Tabel 20. Tabel 20. Sumber dana clan besarnya alokasi anggaran pada tahun 2010 di BPTP Kalimantan Selatan Kegiatan
No
I
Realisasi
(Rp000)
( Rp0 00 )
Realis asi Dana (%)
Realisasi Fisik (%)
Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan can Kepemerintahan Pengelolaan Honorarium Tunjangan Belanja Pegawai Operasional Perkantoran can Pimpinan
II
Program Peningkatan ketahanan pangan:
1.
Percepatan diseminasi pertanian spesifik lokasi :
can
2.
4.341.985
4.540.511,373
104,6
105
523.330
451.719,96
86,4
95
inovasi
a. Pengembangan Media Informasi Inovasi Pertanian Melalui Penerbitan Seri Publikasi Rutin b. Visitor Plot Inovasi Teknologi Tanaman Pangan can Hortikultura Dgn Potensi Peningkatan Hasil > 20% c. Pemberdayaan petani melalui teknologi informasi pertanian (FEATI)
56
Total Dana
70.190
24.297,5
34,7
66,66
75.130
56.851
75,7
100
584.405
160,912,882
27,6
60
Pendampingan program strategis pembangunan pertanian :
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Sumberdaya Pengkajian No
Total Dana
Kegiatan
a. Pendampingan Program SL- PTT melalui Introduksi Inovasi Teknologi > 60% Lokasi SL-PTT Padi &Jagung b.
Pendampingan Teknologi Pengembangan Kawasan Hortikultura Melalui Introduksi Inovasi Teknologi
108.640
C.
Pendampingan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi Melalui Introduksi Inovasi Teknologi
294.950
615.717
d. Pendampingan PUAP 3.
Peningkatan kapasitas akuntabilitas lembaga :
( Rp 00 0) 361.043,875
(%) 44,21
103.901,81
Realisasi Fisik (%) 70
95,7
100
236.023,425
88,02
100
365.879,030
59,42
80
41.204,8
52,3
80
a. Peningkatan komunikasi dg pemangku kepentingan dan pembinaan usahatani
78.890
b. Pengembangan Sistem Aplikasi Database Online melalui Pembangunan Database Sumberdaya Pertanian pada 13 Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan
46.300
39.492,68
85,3
90
c. Pengembangan Perpustakaan Digital
28.000
23.464
83,8
85
d.
54.404
36.980,15
68
90
88.500
54.996,41
62,2
100
Koordinasi, sinkronisasi dan pendampingan program utama DEPTAN
Kegiatan manajemen lainnya : a. Penyusunan program clan rencana kerja/teknis/program
60
Realis asi Dana
dan
e. Monitoring dan Evaluasi 4
(Rp000) 823.529
Realisasi
100.100
92.884,4
92,8
100
b. Pembangunan prasarana clan sarana lingkungan gedung
20.000
19.800
99,0
100
c. Pengadaan alat pertanian
98.000
97.200
99,2
100
d. Pengadaan alat pengolah data e. Pembinaan clan pengembangan organisasi
46.000
45.045
98,0
100
197.000
181.054
91,9
100
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
Sumberdaya Pengkajian No
Kegiatan
Total Dana
Realisasi
(Rp000)
(Rp000)
Realis asi Dana (%)
Realisasi Fisik (%)
clan ketatausahaan f. Pengelolaan SAP
148.812
142.843,2
95,99
100
g. Pengembangan clan peningkatan kapasitas SDM
18.000
3.800
21,2
100
h. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu clan personil
60.000
59.600
99,4
100
Target clan realisasi PNBP BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 disajikan pada Tabel 21. Tahun anggaran 2010, BPTP Kalimantan Selatan menetapkan pagu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 33.103.000 clan berhasil direalisasikan sebesar Rp. 105.690,11. Realisasi PNBP pada tahun 2010 tercapai bahkan melebihi target yaitu meningkat sebesar 319,3%. Tabel 21. Target clan Realisasi PNBP BPTP Kalimantan Selatan TA. 2010 NO
URAIAN
I 1.1 1.2 1.3 1.4
Penerimaan Umum : Pendapatan sewa rumah dinas, rumah negeri Pendapatan jasa lembaga keuangan/jasa giro Pendapatan jasa lainnya Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Peg. Pusat TAYL Penerimaan kembali belanja lainnya RM TAYL Pendapatan pelunasan ganti rugi atas keruqian yq diderita neqara Jumlah Penerimaan Umum Penerimaan Fungsional : Pendapatan penj. hasil pertanian, kehut clan perkebunan Pendapatan penjualan hasil peternakan clan perikanan Pendapatan sewa benda-benda bergerak Pendapatan sewa benda-benda talk bergerak lainnya Pendapatan sewa gedung, bangunan,gudang Pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, informasi, pelatihan teknologi, pendapatan BPN, pendapatan DJBC Jumlah Penerimaan Fungsional Jumlah Total
TARGET I REALISASI Rp 00
1.5 1.6
II 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
13.750 840 -
14.540,46 62.058,55
-
-
14.590
76.599,01
16.513
20.641,1
-
8.450
-
-
1.500 500
-
18.513 33.103
29.091 105.690,11
61
Sumberdaya Pengkajian D. Perpajakan Pajak yang dipungut dan disetorkan oleh bendahara pengeluaran selama tahun anggaran 2010 sebesar Rp 110.4668.842 dengan uraian seperti pada Tabel 22. Tabel 22. Jenis pajak yang dipungut, disetor dan dipotong tahun 2010 No
Uraian Pajak
Realisasi (Rp)
1
Pasal21
52.221.659
2
Pasal 22
8.330.398
3
Pasal 23
3.891.575
4
PPN Total
Laporan Tahunan 2010 BPTP Kalimantan Selatan
46.025.210 110.4668.842
61
Sumberdaya Pengkajian
V.PENUTUP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan pada Tahun Anggaran 2010 mendapatkan alokasi dana sebesar Rp 8.448.882.000 dan realisasi sebesar Rp 7.145.716.371 (84,58%). Anggaran tersebut selain merupakan dana untuk kegiatan yang bersifat rutin dan pengkajian/diseminasi yang ada dalam DIPA BPTP Kalimantan Selatan, juga termasuk pembiayaan untuk PUAP (SKPA). Sesuai dengan arahan Badan Litbang Pertanian, kegiatan pengkajian dan diseminasi BPTP Kalimantan Selatan pada T.A 2010 mulai dilakukan refocusing yang menjadi bagian dari kebijakan dan komitmen Badan Litbang Pertanian untuk lebih fokus melakukan pendampingan program-program utama Deptan. Kinerja penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh tenaga fungsional BPTP Kalimantan Selatan pada T.A 2010 juga meningkat dengan adanya tambahan dana penelitian kerjasama yang berasal dari Ditjen DIKTI - Depdiknas sebesar Rp 894.000.000 yang terdiri atas 6 judul penelitian. Selain itu, upaya penggalian dana penelitian melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah pada T.A 2010 menghasilkan satu judul kegiatan yang dilakukan dengan Dinas Pertanian Tanman Pangan dan Hortikultura Propinsi Kalimantan Selatan. Kerjasama penelitian lainnya terjalin dengan Bioversity International yang direncanakan selama 5 tahun (2009 - 2013). Sumberdaya manusia yang dimiliki BPTP Kalimantan Selatan pada tahun 2010 berjumlah 109 orang, yang terbagi atas PNS 104 orang, terdiriatas tenaga fungsional peneliti sebanyak 21 orang, fungsional penyuluh pertanian 13 orang dan fungsional pustakawan 3 orang, non fungsional (administrasi) 67 orang. Terdapat 5 orang adalah tenaga kontrak. Sarana dan prasana yang dimiliki BPTP Kalimantan Selatan meliputi gedung perkantoran, laboratorium (tanah, kimia, biologi dan pasta panen), laboratorium diseminasi, perpustakaan, 3 (tiga) buah kebun percobaan (KP. Pelaihari, KP. Barabai dan KP. Alabio), 2 (dua) buah guest house, gedung Serba Guna/aula, alat transportasi (roda 4 dan roda 2) dan peralatan kantor serta alat komunikasi.
Laporan Tahunan 2009 BPTP Kalimantan Selatan
63