Eni Siti Rohaeni: Analisis Usahatani Berbasis ….
ANALISIS USAHATANI BERBASIS PADI DAN TERNAK SAPI SERTA KONTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DI LAHAN KERING (STUDI KASUS DI DESA SUMBER MAKMUR, KECAMATAN TAKISUNG, TANAH LAUT) Eni Siti Rohaeni Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK Usahatani yang dilakukan petani pada umumnya cara polikultur yaitu mengusahakan beberapa jenis atau komoditas usahatani dan ditambah dengan ternak yang disebut dengan diversifikasi usahatani atau usahatani terpadu.Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut pada bulan Agustus-Nopember 2012.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis usahatani tanaman pangan dan ternak sapi potong di lahan kering dan kontribusi pendapatan usahatani terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) petani yang merupakan studi kasus di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini dilakukan dengan cara survei, data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara diskusi dengan tokoh kunci dan wawancara terhadap responden. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan petani berbasis komoditas padi dan sapi potong terdapat 4 pola yaitu padi dan sapi; padi, karet dan sapi; padi, kedelai-kacang tanah dan sapi; padi, kedelai-kacang tanah-jagung manis dan sapi. Rataan luas pengusahaan komoditas padi 0,71 ha/KK dengan kisaran 0,42-1,16 ha, rataan pengusahaan karet seluas 1,42 ha, sedangkan komoditas kedelai, kacang tanah dan jagung manis masing-masing 0,675, 0,675 dan 0,62 ha dengan rataan pemeliharaan ternak sapi 5,57 Satuan Ternak (ST). Rataan pendapatan usahatani berkisar antara Rp 2.640.874,40 sampai Rp 42.792.773,00, pendapatan terendah dihasilkan dari usahatani padi dan sapi dan tertinggi dari usahatani padi, karet dan sapi.Kontribusi pendapatan yang dihasilkan dari pola usahatani terhadap kebutuhan hidup layak berkisar antara 5,6-341,66% pada berbagai metoda pengukuran. Pola usahatani yang kemampuannya terendah untuk memenuhi KHL adalah dari usaha padi dan sapi (Pola 1) dengan 6 macam pengukuran KHL, kontribusinya berkisar antara 5,6-24,18%. Pola usahatani padi, karet dan sapi merupakan usahatani dengan kemampuan menghasilkan pendapatan tertinggi dengan kontribusi terhadap KHL antara 79,19-341,66%. Petani perlu melakukan usaha lain di luar sektor pertanian agar kebutuhan hidup layak dapat dipenuhi. Kata kunci: analisis usahatani, lahan kering, kebutuhan hidup layak, Tanah Laut
PENDAHULUAN Tanah Laut adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan daerah pertanian dengan sebagian agroekosistemnya berupa lahan kering.Luas lahan di Tanah Laut sebesar 3.729,3 km2 dengan jumlah penduduk 274.526 jiwa atau sekitar 73.276 Rumah Tangga. Luas lahan kering yang ada di Tanah Laut 273.781 ha atau sebesar 73,4% dari luas total dengan penggunaan lahan untuk
564
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
pertanian seluas 19.768 ha atau sekitar 32,57 % yang merupakan lahan kering semusim (BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2010). Kontribusi sektor pertanian cukup besar tidak saja sebagai sentra tanaman pangan, perkebunan tapi juga peternakan dan perikanan.Lahan kering merupakan salah satu agroekosistem yang mempunyai potensi besar untuk usaha pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura (sayuran dan buah-buahan) maupun tanaman tahunan dan peternakan (Abdurachman et al. 2008). Usahatani yang dilakukan petani pada umumnya cara polikultur yaitu mengusahakan beberapa jenis atau komoditas usahatani dan ditambah dengan ternak yang disebut dengan diversifikasi usahatani atau usahatani terpadu.Diversifikasi pertanian diartikan sebagai usaha petani untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara melakukan penganekaragaman usahatani, misalnya pertanian campuran (mixed farming), tumpangsari, minapadi dan lainnya tanpa meninggalkan tanaman pokok (Effendi 1995). Usahatani terpadu (farming system) dilakukan dengan harapan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui beberapa jenis usaha yang dilakukan baik tanaman pangan, perkebunan dan ternak. Rusastra et al. (2004) menjelaskan bahwa pada awalnya petani melakukan diversifikasi usahatani dengan alasan untuk memenuhi konsumsi keluarga, kemudian berkembang untuk memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis usahatani tanaman pangan dan ternak sapi potong di lahan kering dan kontribusi pendapatan usahatani terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) petani yang merupakan studi kasus di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut.
MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut pada bulan Agustus-Nopember 2012. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Focus Group Discusion (FGD) dimana metode ini dilakukan dengan melibatkan beberapa tokoh masyarakat/tokoh kunci untuk menggambarkan profil, potensi dan permasalahan di tingkat wilayah atau desanya.Selain FGD untuk menggali pola usahatani berbasis padi dan sapi potong yang dominan di desanya, dilakukan juga wawancara terhadap responden dengan menggunakan kusioner (terstruktur).Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh dari responden, dan tokoh
565
Eni Siti Rohaeni: Analisis Usahatani Berbasis ….
masyarakat, untuk data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Desa, Kantor Kecamatan, BPS dan instansi terkait lainnya. Analisis pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 1995) dengan rumus sebagai berikut : I = ∑ (yi.Pyi) - ∑ (xj.Pxj) dimana : I y Py Pxj xj
= pendapatan (Rp) = output atau hasil (i=1, 2, 3…..n) = harga output (Rp) = harga input (Rp) = input (j=1, 2,3,……n)
Sedang analisis untuk melihat kelayakan suatu usaha digunakan R/C ratio yang merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya, makin besar nilai R/C ratio usahatani maka makin layak usahatani itu dengan rumus sebagai berikut : a = R/C R = Py.y C = xj.Pxj a = (Py.y)/(xj.Pxj) dimana : R C y Py Pxj xj
= penerimaan = biaya = output = harga output (Rp) = harga input (Rp) = input (j=1, 2,3,……n)
Jika a > 1 maka dikatakan layak, jika a < 1 dikatakan tidak layak dan jika a = 1 maka artinya impas (tidak untung atau tidak rugi). Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya disingkat KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.Analisis KHLyang digunakan pada penelitian ini mengacu pada : 1). Sinukaban (2007), bahwa jumlah pendapatan bersih yang harus diperoleh keluarga tani untuk dapat hidup layak minimal setara dengan 320 kg beras/tahun x harga beras (Rp/kg) x jumlah anggota rumah tangga x 250% atau setara 800 kg beras/tahunx harga beras (Rp/kg) x jumlah anggota rumah tangga. Nilai 250% terdiri atas kebutuhan fisik minimal (KFM)
566
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
dihitung 100%, kesehatan dan rekreasi 50%, pendidikan 50% dan kebutuhan sosial, asuransi dan lainnya 50% sehingga total 250%. 2). Pada penelitian ini digunakan standar perhitungan lain yang dapat dihubungkan dengan berbagai indikator garis kemiskinan (poverty line) berdasarkan standar Bank Dunia US$ 1 atau US$ 2 kapita-1hari-1 3). Standar yang digunakan oleh BPS sebesar US$ 1,5 kapita-1hari-1 4). Kebutuhan Hidup Layak di Kalsel pada tahun 2012 sebesar Rp 1.227.000, sehingga
diketahui
bahwa
KHL
dalam
satu
tahun
sebesar
Rp
14.724.000/jiwa. 5). Selain itu pada penelitian ini, mengacu juga pada Upah Minimal Regional (UMR) di Kalsel pada tahun 2012 sebesar Rp 1.225.000.
Analisis kontribusi pendapatan diperoleh dengan cara membandingkan antara pendapatan total suatu pola usahatani terhadap total kebutuhan hidup layak yang menggunakan 5 metode dalam satu tahun dan dikalikan 100% yaitu dengan rumus : Kontribusi pendapatan pola usahatani = (Pi/KHLj) x 100%, dimana : Pi
= pendapatan pola usahatani (i=1, 2, 3, 4)
KHLj
= kebutuhan hidup layak dengan 5 metode (j=1, 2,….5)
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil survei dan wawancara diketahui terdapat beberapa pola usahatani berbasis padi dan sapi potong yang dilakukan petani di Desa Sumber Makmur. Komoditas padi yang diusahakan petani terutama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga (konsumsi) selebihnya untuk dijual atau bila memerlukan dana yang sangat penting dan tidak ada sumber lain maka padi dengan terpaksa dijual.Sedang untuk ternak sapi bagi pemiliknya merupakan tabungan yang akan dijual bila memerlukan uang atau dana, namun untuk ternak sapi jantan pada umumnya petani akan menjual bila berumur antara 1-2 tahun. Pemeliharaan ternak sapi bagi petani saat ini tidak dimanfaatkan sebagai tenaga kerja, namun sebagai pemanfaat limbah pertanian pada saat musim panen. Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan kelompok dan tokoh masyarakat, diketahui terdapat beberapa pola usahatani berbasis padi dan ternak sapi, yaitu :
567
Eni Siti Rohaeni: Analisis Usahatani Berbasis ….
1. Padi dan ternak sapi 2. Padi, karet dan ternak sapi 3. Padi, kacang kedelai-kacang tanah, dan ternak sapi 4. Padi, kacang kedelai-kacang tanah, jagung manis dan ternak sapi
Tabel 1. Keragaan usahatani yang dilakukan petanidi Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Tanah Laut
No 1 2 3 4
Skala usaha Kacang Kedelai tanah (ha) (ha) 0,54 0,47
Jagung manis (ha) -
Pola
Padi (ha)
Karet (ha)
Padi dan sapi Padi, karet dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah-jagung manis dan sapi Rataan
0,55 0,63 0,42
1,42 -
1,16
-
0,81
0,88
0,62
9,00
0,71
1,42
0,675
0,675
0,62
5,57
Sapi (ST) 3,20 4,14 4,50
Sumber : data primer
Pada Tabel 1 ditampilkan keragaan usahatani yang dilakukan petani responden, rataan pengusahaan komoditas padi 0,71 ha/KK dengan kisaran 0,42-1,16 ha, pola usahatani 4 memiliki luasan lahan komoditas padi terbesar dibanding pola usahatani lainnya yaitu sebesar 1,16 ha. Petani yang mengusahakan karet rataannya seluas 1,42 ha, sedangkan komoditas kedelai, kacang tanah dan jagung manis masing-masing 0,675, 0,675 dan 0,62 ha. Rataan pemeliharaan ternak sapi 5,57 Satuan Ternak (ST) dan pada pola 4 skala pemeliharaan ternak sapi paling tinggi yaitu 9,00 ST. Produksi yang dihasilkan untuk komoditas yang diusahakan ditampilkan pada Tabel 2, rataan hasil padi sebesar 1.501 kg/ha dengan kisaran antara 1.397-1.736 kg/ha. Untuk komoditas kacang tanah, satuan hasil yang digunakan petani adalah blek atau kaleng demikian juga saat menjualnya, dan untuk komoditas jagung manis, satuan hasil dan penjualan yang digunakan adalah karung. Jumlah tongkol jagung dalam karung berkisar antara 70-120 tongkol tergantung dari ukuran jagung yang dihasilkan.
568
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 2. Keragaan usahatani yang dilakukan petanidi Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Tanah Laut Hasil No 1 2 3 4
Pola usahatani Padi dan sapi Padi, karet dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah-jagung manis dan sapi Rataan
Kacang Jagung tanah manis (blek/ha) (karung/ha) 161 -
Padi (kg/ha)
Karet (kg/ha/thn)
Kedelai (kg/ha)
1.592 1.736 1,514
2.930 -
1.178
1,397
-
1.092
219
261
1.501
2.930
1.135
190
261
Sumber : data primer
Pada Tabel 3, ditampilkan analisis usahatani tiap pola usaha yang dilakukan petani. Total pendapatan tertinggi diperoleh dari pola usaha dua (padi, karet dan sapi) sebesar Rp 42.792.773,00 kemudian pola usaha 4 (padi, kedelai, kacang tanah, jagung manis dan sapi) sebesar Rp 29.217.250,00. Petani melakukan usahatani yang dipengaruhi oleh modal yang dimiliki, luas lahan dan tenaga kerja keluarga yang tersedia disamping itu adalah motivasi dan keinginan petani untuk melakukan berbagai jenis usaha.Usahatani yang dilakukan petani responden dari segi analisis usaha menguntungkan dan layak untuk diusahakan hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C yang dihasilkan lebih besar dari 1. Informasi ini dapat digunakan oleh petani/pengguna bahwa komoditas yang diusahakan baik berupa padi, kedelai,kacang tanah, jagung manis dan ternak sapi layak untuk diusahakan dan memberikan keuntungan yang dapat digunakan sebagai sumber pendapatan keluarga.
569
Eni Siti Rohaeni: Analisis Usahatani Berbasis ….
Tabel 3. Analisis usahatani yang dilakukan petanidi Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Tanah Laut No 1
2
3
4
Pola usahatani
Uraian Penerimaan (Rp) : Padi Karet Kedelai Kacang tanah Jagung manis Sapi Total penerimaan Biaya (Rp) : Padi Karet Kedelai Kacang tanah Jagung manis Sapi Total biaya Pendapatan (Rp) : Padi Karet Kedelai Kacang tanah Jagung manis Sapi Total pendapatan R/C : Padi Kedelai Kacang tanah Jagung manis Sapi
1
2
3
4
3.375.974,40 5.800.000,00 9,175,974.40
4.028.440,00 38.680.000,00 19.166.667,00 61.875.107,00
2.385.000,00 3.800.000,00 5.250.000,00 11.750.000,00 23,265,000.00
5.612.250,00 5.475.000,00 12.037.500,00 15.650.000,00 21.500.000,00 60.274.750.00
1.735.100,00 4.500.000,00 6,235,100.00
1.648.250,00 2.700.750,00 14.733.333,00 19.082.333,00
717.500,00 1.270.500,00 1.592.000,00 9.000.000,00 12,580,000.00
3.908.750,00 2.923.750,00 4.010.750,00 3.839.250,00 16.375.000,00 31.057.500.00
1.640.874,40 1.000.000,00 2,640,874.40
2.380.190,00 35.979.250,00 4.433.333,00 42.792.773,00
1.667.500,00 2.609.500,00 3.658.000,00 2.750.000,00 10,685,000.00
1.703.500,00 2.551.250,00 8.026.750,00 11.810.750,00 5.125.000,000 29.217.250.00
1,95 1,29
2,44 1,30
3,32 3,05 3,30 1,31
1,44 1,87 3,00 4,08 1,31
Sumber : data primer
Pada Tabel 4, ditampilkan data tentang sumber pendapatan baik dari sektor pertanian dan non pertanian dengan rataan anggota rumah tangga (ART) tiap kepala keluarga. Selanjutnya diketahui bahwa petani responden memiliki sumber pendapatan lain di luar usahatani, ada yang sebagai pedagang, tukang/buruh bangunan dan karyawan swasta. ART yang dimiliki rumah tangga tani menunjukkan ketersediaan tenaga kerja keluarga, hasilnya diketahui antara 2-3,67 orang/KK, berdasarkan data dan informasi diketahui bahwa petani kekurangan tenaga kerja (TK) sehingga menggunakan TK luar keluarga.
570
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 4. Rataan pendapatan petani dengan pola usaha yang dominan dilakukan di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Takisung, Tanah Laut
No 1 2 3 4
Pola usahatani Padi dan sapi Padi, karet dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah-jagung manis dan sapi Rataan
Pendapatan usahatani 2.640.874,40 42.792.773,00 10.685.000,00
Pendapatan non pertanian Rp/tahun/KK 10.360.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00
Total pendapatan 13.000.874,40 43.792.773,00 11.685.000,00
3,20 3,67 2,00
29.217.250,00
11.450.000,00
40.667250,00
3,75
14.181.041,47
7.270.000,00
21.451.041,47
2,98
ART (orang)
Sumber : data primer
Tabel 5.Perhitungan kebutuhan minimal keluarga dari beberapa pola usahatani petani di Desa Sumber Makmur berdasarkan beberapa garis kemiskinan yang berlaku di Indonesia
No 1 2 3 4
Pola usaha Padi dan sapi Padi, karet dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah dan sapi Padi, kedelai-kacang tanah-jagung manis dan sapi
BPS Nasional 2) (US$1,5)
KHL 2012 di Kalsel
7.475.200 8.573.120 4.672.000
Bank Dunia 2) (US$2) Rp/KK/Tahun 10.920.800 21.841.600 12.524.793 25.049.585 6.825.500 13.651.000
16.381.200 18.787.189 10.238.250
47.116.800 54.037.080 29.448.000
8.760.000
12.797.813
19.196.719
55.215.000
Sinuka1) ban
Bank Dunia 2) (US$1)
25.595.625
Keterangan : 1) pengeluaran setara beras 800 kg/kapita/tahun (harga beras setara Rp 8.000/kg), 2) pengeluaran/kapita/hari dengan kurs Rp 9.350/US $
Pada Tabel 5, berdasarkan data anggota rumah tangga (ART) pada tiap pola usahatani dan perhitungan diketahui kebutuhan minimal berdasarkan beberapa garis kemiskinan yang berlaku di Indonesia yang disesuaikan dengan KHL di Kalsel sebesar Rp 1.227.000/bulan/kapita dan UMR Kalsel sebesar 1.225.000/bulan sehingga dalam 1 tahun menjadi Rp 14.700.000.
Hasil perhitungan diketahui jika mengacu pada
Sinukaban (2007) kebutuhan minimal yang dihasilkan paling rendah dibandingkan metode lainnya.Data pada Tabel 5 ini digunakan untuk menghitung kontribusi pendapatan yang dihasilkan dari tiap pola usahatani (Tabel 6). Pola usahatani 1 (padi dan sapi) belum menghasilkan pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak yang dihitung dengan menggunakan 6 macam cara (Tabel 6).
Pola usahatani 1 paling rendah pemenuhannya terhadap pengeluaran
keluarga yaitu berkisar antara 5,6-24,18% saja dengan rataan 14,81%. Bila petani tidak mempunyai tambahan pendapatan dari non pertanian maka dapat dikatakan 571
Eni Siti Rohaeni: Analisis Usahatani Berbasis ….
bahwa keluarga petani tersebut masih miskin atau kekurangan.Pada Tabel 4 terlihat bahwa terdapat pendapatan non pertanian pada pola 1 rataannya sebesar Rp 10.360.000.Kontribusi pendapatan terbesar diperoleh dari pola usaha 2 yaitu padi, karet dan sapi dengan kisaran antara 79,19-341,66% dengan rataan 215,46%. Pola usaha 2 dan 4 menghasilkan kontribusi pendapatan yang tertinggi, hal ini merupakan informasi yang cukup penting agar petani dapat menentukan dan memilih jenis usahatani yang akan dilakukannya dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tabel 6. Kontribusi pendapatan dari beberapa pola usahatani petani di Desa Sumber Makmur terhadap beberapa garis kemiskinan yang berlaku di Indonesia
No
1 2 3
4
Pola usaha
Padi dan sapi Padi, karet dan sapi Padi, kedelaikacang tanah dan sapi Padi, kedelaikacang tanahjagung manis dan sapi Rataan (%)
Sinukaban
Bank Dunia (US$1)
Bank Dunia (US$2)
BPS Nasional (US$1,5)
KHL 2012 di Kalsel
UMR 2012 di Kalsel
Rataan (%)
12,89 182,19
24,18 341,66
% 12,09 170,83
16,12 227,78
5,60 79,19
17,97 291,11
14,81 215,46
83,48
156,55
78,27
104,36
36,28
72,69
88,59
121,74
228,30
114,15
152,20
52,92
198,76
144,68
100,08
187,67
93,84
125,12
43,50
145,11
115,88
Sumber : data primer
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Rois (2011) bahwa usahatani padi, karet dan kelapa sawit di Kabupaten Kubu Raya, Kalbar memberikan kontribusi terhadap KHL (dengan mengacu pada Sinukaban, 2007 yaitu kebutuhan setara 800 kg/jiwa) sebesar 26,92% di Desa Sungai Ambangah dan 34,53% di Pasak Piang. Penelitian lain yang dilaporkan Nazam (2011) bahwa usahatani padi yang dilakukan di Nusa Tenggara Barat memberikan kontribusi pendapatan terhadap KHL berkisar antara 12,566-13,801% dengan menggunakan pengeluaran berdasarkan Sinukaban (2007) yaitu setara 800 kg beras/kapita/tahun. Jika dirata-ratakan tanpa melihat jenis pola usahatani, pada penelitian ini kontribusi pendapatan yang dihasilkan mengacu pada perhitungan Sinukaban (2007) berkisar anatara 12,89-121,74% dengan rataan 100,08%. Hasil kontribusi pendapatan dari usahatani dengan metode Sinukaban (2007) lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Rois (2011) di Kalbar dan Nazam (2011) di NTB.
572
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
KESIMPULAN 1. Usahatani yang dilakukan petani berbasis komoditas padi dan sapi potong terdapat 4 pola yaitu padi dan sapi; padi, karet dan sapi; Padi, kedelai-kacang tanah dan sapi ; Padi, kedelai-kacang tanah-jagung manis dan sapi 2. Rataan luas pengusahaan komoditas padi 0,71 ha/KK dengan kisaran 0,42-1,16 ha, rataan pengusahaan karet seluas 1,42 ha, sedangkan komoditas kedelai, kacang tanah dan jagung manis masing-masing 0,675, 0,675 dan 0,62 ha dengan rataan pemeliharaan ternak sapi 5,57 Satuan Ternak (ST). 3. Rataan pendapatan usahatani berkisar antara Rp 2.640.874,40 sampai Rp 42.792.773,00, pendapatan terendah dihasilkan dari usahatani padi dan sapi dan tertinggi dari usahatani padi, karet dan sapi. 4. Kontribusi pendapatan yang dihasilkan dari pola usahatani terhadap kebutuhan hidup layak berkisar antara 5,6-341,66% pada berbagai metoda pengukuran. Pola usahatani yang kemampuannya terendah untuk memenuhi KHL adalah dari usaha padi dan sapi Pola 1) dengan6 macam pengukuran KHL, kontribusinya berkisar antara 5,6-24,18%.
Pola usahatani padi, karet dan sapi merupakan usahatani
dengan kemampuan menghasilkan pendapatan tertinggi dengan kontribusi terhadap KHL antara 79,19-341,66%. 5. Petani perlu melakukan usaha lain di luar sektor pertanian agar kebutuhan hidup layak dapat dipenuhi
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, A., A. Darian dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang Pertanian 27 (2) : 43-49. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Kalimantan Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Effendi.1995. Sumberdaya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan.PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. Nazam.M. 2011. Penyusunan Model untuk Penetapan Luas Lahan Optimum Usahatani Padi Sawah pada Wilayah Beriklim Kering mendukung Kemandirian Pangan Berkelanjutan. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rois. 2011. Model Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berbasisi Sumberdaya Lokal untuk Pengembangan Usahatani Berkelanjutan. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
573
Eni Siti Rohaeni: Analisis Usahatani Berbasis ….
Rusastra, I. W., H. P. Saliem, Supriati dan Saptana. 2004. Prospek Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 22 No. 1 : 37-53. Sinukaban, N. 2007. Membangun Pertanian Menjadi Industri yang Lestari dengan Pertanian Konservasi. Di dalam : Sinukaban, Konservasi Tanah dan Air, Kunci Pembangunan Berkelanjutan. Direktorat Jenderal RLPS. Jakarta. Soekartawi. 1995. Linear Programming : Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam Bidang Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Cetakan Kedua.
574