RINTISAN AGRO INDUSTRIAL PEDESAAN (AIP) USAHATANI PERBENIHAN PADI DENGAN PENDEKATAN PTT DALAM RANGKA MENDUKUNG JOGJA SEED CENTER DI KABUPATEN KULON PROGO Sinung Rustijarno Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Ketersediaan benih unggul baru (BUB) sangat jauh dari harapan, dan produksi benih sering tidak tepat dan tidak berkesinambungan, sehingga mengganggu upaya peningkatan produksi. Dalam menghadapi kebutuhan benih tanaman pangan dan hortikultura, pemerintah menunjuk Yogyakarta sebagai pusat perbenihan (Yogyakarta Seed Center) untuk penyediaan BUB (Benih Unggul Bermutu) berbasis kelompok tani. Untuk mendukung program ini dilakukan rintisan usahatani perbenihan padi di Desa Banaran Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2007/2008 dengan inovasi teknologi budidaya padi Cimelati dan rintisan kelembagaan perbenihan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa luas area yang dialokasikan untuk perbenihan padi adalah 2800 m2, pendekatan teknologi PTT yang diterapkan adalah penggunaan benih bermutu, tanam bibit umur muda (15-18 hss) dan tanam iwir (1-2 bibit/lubang) serta penggunaan pupuk organik (2,5 t/ha), produksi padi Cimelati MT II 950 kg (7,14 t/ha GKP) lebih tinggi dibanding IR-64 (5,04 t/ha GKP), analisis kelayakan usaha menunjukkan usaha cukup layak dengan nilai B/C 1,08, diperolehnya sertifikat benih kelas ES (label biru) dan hasil panen diadopsi sebagai benih MT I 2008/2009 oleh dua kelompok tani di lingkup desa pada lahan seluas 50 ha. Usahatani perbenihan padi yang dilakukan pada MT I 2008/2009 dengan pendekatan PTT menaikkan produksi 2.330 kg/ha, penerimaan naik sebesar Rp 6.952.000/ha, pendapatan usahatani naik sebesar Rp 7.739.000/ha dengan kenaikan rasio B/C sebesar 1,81. . Kata kunci : PTT, perbenihan, padi, Jogja seed center PENDAHULUAN Salah satu strategi yang potensial dalam usahatani adalah pengembangan agribisnis yang berdayasaing tinggi, berkelanjutan, berkerakyatan, dan terdesentralisasi dengan dukungan sarana dan prasarana terutama benih/bibit unggul. Ketersediaan benih/bibit bermutu dari varietas/jenis unggul adalah mutlak karena benih/bibit merupakan faktor pembatas (limiting factor) usaha tani. Untuk ini perlu dikembangkan suatu Seed Center, yakni suatu Kawasan (dalam hal ini kawasan DIY) yang sebagian petani telah memahami benih/bibit bermutu (benih bina) dan menjadikannya sebagai peluang usaha tani (Bappeda Provinsi DIY, 2007). Upaya pemerintah dalam menghadapi kebutuhan benih khususnya tanaman pangan menunjuk Yogyakarta sebagai pusat perbenihan (Yogyakarta Seed Center) mempunyai ruang lingkup yang bermanfaat sebagai pengembangan sistem informasi, promosi, pelatihan, konsultasi, temu mitra usaha dan pengembangan jaringan usaha perbenihan, yang melibatkan pelaku perbenihan, petugas pemerintah dan petani maju pengguna BUB (Benih Unggul Bermutu) berbasis
179
kelompok tani (Bappeda Provinsi DIY, 2007). Harapan petani sebagai pengguna BUB adalah tersedianya benih sepanjang waktu dengan tepat waktu, tepat mutu, tepat varietas/jenis, tepat jumlah, tepat lokasi penyediaan dan tepat harga (dapat terjangkau). Kenyataan di lapang, ketersediaan BUB sangat jauh dari harapan, produksi benih sering tidak tepat dan tidak berkesinambungan, sehingga mengganggu upaya peningkatan produksi. Dampak yang sering terjadi akibat tidak menggunakan BUB selain penurunan produksi, juga penyebaran hama penyakit tanaman. Untuk mengatasi hambatan tersebut, sejak tahun 2007 di Kabupaten Kulon Progo dilaksanakan Program Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) dengan melakukan inovasi teknologi dan kelembagaan. Inovasi teknologi di antaranya adalah kegiatan perbenihan padi Varietas Unggul Baru (VUB) dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan petani di lokasi Prima Tani Kabupaten Kulon Progo METODE PENELITIAN Pengkajian dilaksanakan melalui survai (Singarimbun dan Effendie, 1987) secara purposif di Desa Banaran, Kecamatan Galur sebagai lokasi Prima Tani di Kabupaten Kulon Progo pada bulan Agustus 2008 (MT II tahun 2007/2008) s/d Januari 2009 (MT I 2008/2009) dengan inovasi teknologi perbenihan padi varietas Cimelati dan rintisan pembentukan kelompok penangkar benih. Lahan pengkajian awal seluas 2800 m2 bertambah menjadi 1 ha. Analisis data dilakukan secara deskriptif (Nazir, 1995), analisis finansial dilakukan dengan menghitung kelayakan usahatani terhadap teknologi yang diintroduksikan (Gray et al., 1992) dan dampak atau perubahan akibat teknologi introduksi dihitung dengan pendekatan nilai Marginal Benefit Cost Ratio/MBCR (Malian, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengkajian menunjukkan bahwa area awal yang digunakan untuk perbenihan padi seluas 2800 m2, tetapi yang ditanami varietas Cimelati hanya sekitar 1400 m2, Dalam perkembangannya, luas areal perbenihan berkembang menjadi 1 ha dengan jumlah petani kooperator 8 orang. Jumlah benih yang digunakan sebanyak 25 kg/ha, inovasi teknologi budidaya yang dlterapkan sejak MT I 2007/2008 adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu/PTT padi, dengan komponen teknologinya adalah penggunaan benih bermutu, tanam bibit umur muda (15-18 hss) dan tanam iwir (1-2 bibit/lubang) serta penggunaan pupuk organik (2,5 t/ha). Teknik jajar legowo 4 : 1 dipergunakan pada MT I 2008/2009 Analisis kelayakan usaha menunjukkan usahatani yang dilakukan pada MT I 2008/2009 cukup menguntungkan dengan nilai R/C 2,08 dan B/C 1,08 (Tabel 1). Hasil panen padi varietas IR-64 dan Ciherang pada separuh lokasi perbenihan (1.400 m2) hanya mencapai 60%, karena benih Cimelati daya tumbuhnya kurang, sedangkan pemesanan benih dengan kelas yang sama tidak dapat dilakukan secara cepat, sehingga petani kooperator melakukan penanaman dengan benih lain yang diperoleh dari luar wilayah. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi produksi perbenihan Cimelati dapat mencapai 7,14
180
ton/ha, lebih tinggi dari varietas IR64 yang mencapai 5,04 ton/ha. Deskripsi dan sertifikasi benih padi Cimelati kelas FS dari penangkar benih yang dilakukan oleh BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Provinsi D.I. Yogyakarta diperoleh hasil seperti pada Tabel 2. Tabel 1. Kelayakan usaha perbenihan padi di Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo MT II 2007/2008 No. A.
B.
C. D.
E. F. G.
Uraian
Volume
Sarana Produksi 1. Benih 2. Pupuk Urea ZA Phonska Pupuk organik padat Pupuk organik cair 3. Obat-obatan Sub total (A) Rp Tenaga Kerja 1. Pengolahan lahan 2. Penyemaian 3. Pengairan 4. Penanaman 5. Pemupukan 6. Penyiangan 7. Panen 8. Lain-lain (Pasca panen) Sub total (B) Rp Total Biaya (A+B) (Rp) Pendapatan 1. Panen Cimelati 2. Panen IR-64 3. Panen Ciherang Sub total (D) Rp Penerimaan (D-C) Rp Nisbah Penerimaan-Biaya (R/C) = (D/C) Nisbah Keuntungan (B/C) = (E/C)
Satuan
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
10
kg
7.500
75.000
100 100 40 800 1 -
kg kg kg kg botol
1.200 1.050 1.700 400 85.000 -
120.000 105.000 68.000 320.000 85.000 773.000
1 1 25 12 7 20 8 2
paket HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
250.000 20.000 5.000 14.500 20.000 20.000 30.000 20.000
250.000 20.000 125.000 74.000 140.000 400.000 40.000 40.000 1.389.000 2.162.000
4.000 2.000 2.000
3.800.000 490.000 210.000 4.500.000 2.338.000 2,08 1,08
950 245 105 1.300
kg kg kg kg
Tabel 2. Deskripsi dan sertifikat benih padi varietas Cimelati di Desa Banaran, Galur, Kulon Progo. Jenis tanaman Varietas No. kelompok Berat bersih Tanggal selesai uji Tanggal akhir berlaku label Kelas benih (awal) Kelas benih (akhir)
: : : : : : : :
Padi Cimelati I (satu) 5 kg 19 Agustus 2008 19 Februari 2009 FS (label putih) ES (label biru)
Penurunan kelas benih dari FS (Foundation Seed, Benih Dasar) ke ES (Extension Seed, Benih Sebar) karena benih yang tercampur denan benih varietas lain (IR64 dan Ciherang) dari hasil panen cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan sortasi dan kelas mutu benih diturunkan 2 tingkat (seharusnya SS/Stock Seed, Benih Pokok). Hasil uji mutu benih padi Cimelati kelas FS dari penangkar benih yang dilakukan oleh BPSB Provinsi D.I. Yogyakarta tertera pada Tabel 3. Inovasi kelembagaan yang dilakukan adalah diperolehnya sertifikat benih kelas ES (Extension Seed/benih sebar/label biru) dari BPSB Provinsi D.I. Yogyakarta. Pada MT I 2008 (November 2008) Dinas Pertanian dan Kelautan Kabupaten Kulon Progo memberikan bantuan benih padi kvarietas Ciherang dan
181
IR64 kepada Gapoktan di Kabupaten Kulon Progo. Atas rekomendasi dan advokasi Prima Tani Desa Banaran Kulon Progo maka pengadaan benih di tingkat desa dari hasil panen Cimelati sebanyak 950 kg dan tambahan 300 kg dari penangkar benih lain diadopsi sebagai benih padi pada MT I 2008/2009 oleh dua kelompok tani di Desa Banaran di lahan seluas 50 ha. Atas dasar ini, Gapoktan Mugi Raharjo Desa Banaran sebagai mitra Prima Tani Sido Luhur di desa tersebut, merancang membudidaya varietas padi Cimelati dalam upaya menggantikan varietas padi IR-64. Pada Musim Tanam I tahun 2008/2009, telah dirancang untuk usaha perbenihan varietas padi Cimelati di lahan seluas 1 ha dengan pengawasan dari BPSB Provinsi D.I. Yogyakarta, untuk menindaklanjuti keinginan petani dan peluang pemasaran benih padi karena Gapoktan telah memiliki sertifikat pengedar/pedagang benih Bina. Tabel 3. Hasil uji mutu benih padi varietas Cimelati di Desa Banaran, Galur, Kulon Progo No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Uraian Kadar air Benih murni Benih varietas lain Kotoran benih Benih tan. lain/rerumputan Biji keras Daya tumbuh Penyakit
Persentase (%) 12,2 99,9 0,2 0,7 0,0 0,0 96,0 0,0
Ketentuan Maksimal 13 %
Minimal 85%
Kelembagaan perbenihan padi di Desa Banaran dirancang dengan melibatkan subsistem hulu (penyedia input) yaitu penyedia saprodi (Balai Besar Padi/BB Padi Sukamandi, toko saprodi, unit penyedia pupuk organik), kelembagaan produksi (kelompok tani, kelompok penangkar benih, Gapoktan), kelembagaan hilir (penampung hasil/PT. Sang Hyang Sri), dan kelembagaan penunjang (institusi Litbang, Balai Penyuluhan Pertanian, pemerintah kabupaten, BPSB). Dengan sistem agribisnis diharapkan kelembagaan kelompok penangkar benih dapat berkembang dan dapat terbentuk Agro Industrial Pedesaan (AIP) dalam penyediaan benih padi bermutu. Sebagai kelanjutan rintisan kelembagaan perbenihan pada MT I 2008/2009 dilakukan perbenihan padi varietas Cimelati dengan luas lahan 1,0 ha (kelas SS) dan 0,5 ha (kelas BS). Hasil analisis kelayakan usaha perbenihan padi di lahan seluas 1 ha dengan kelas benih SS (Stock Seed) tercantum pada Tabel 4. Usaha perbenihan padi yang dilakukan oleh kelompok Widji Pinilih cukup menguntungkan dengan rasio penerimaan/biaya (R/C) 4,41 dan rasio pendapatan/biaya (B/C) 3,41. Rasio R/C 4,41 berarti setiap Rp 1.000,- modal yang diinvestasikan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 4.410,-. Rasio pendapatan/biaya 3,41 berarti setiap Rp 1.000 modal yang diinvestasikan menghasilkan pendapatan (keuntungan) sebesar Rp 3.410,-. Dampak inovasi Prima Tani terhadap rasio perubahan penerimaan atau pendapatan/biaya usahatani padi tercantum dalam Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan usahatani budidaya padi di Desa Banaran di tingkat petani cukup menguntungkan dengan nilai B/C 1,60. Usahatani perbenihan padi yang dilakukan MT I tahun 2008/2009 mampu menaikkan produksi 2.330 kg/ha,
182
penerimaan naik sebesar Rp 6.952.000/ha, pendapatan usahatani naik sebesar Rp 7.739.000/ha dengan kenaikan rasio B/C sebesar 1,81. Dampak yang diperoleh dari rintisan kelembagaan perbenihan padi adalah adanya respon positif dari petani, terbentuknya kelembagaan penangkar benih (Kelompok Widji Pinilih) dan keberlanjutan program berupa penguatan kelembagaan perbenihan padi melalui peningkatan pengetahuan petani penangkar dan terjalinnya kerjasama dengan pihak penampung (perusahaan swasta atau penangkar individual). Tabel 4. Kelayakan usaha perbenihan padi di Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo MT I 2008/2009 No. A.
Uraian
Volume
Sarana Produksi 1. Benih Cimelati (SS) 2. Pupuk - Pupuk organik - Urea - Phonska 3. Obat-obatan - Buldok 330 ml - Regent Sub total (A) Tenaga Kerja 1. Pengolahan lahan 2. Perataan lahan 3. Penyemaian 4. Penanaman 5. Pemupukan 6. Pemberantasan HPT 7. Penyiangan dan sanitasi 8. Panen 9. Pasca panen Sub total (B) Total Biaya (A+B) (Rp) Pendapatan 1. Panen Cimelati (GKP) Penerimaan (D-C) Nisbah Penerimaan-Biaya (R/C) = (D/C) Nisbah Pendapatan/Biaya (B/C) = (E/C)
B.
C. D. E. F. G.
Satuan
Harga satuan Rp)
Jumlah (Rp)
25
Kg
5.500
137.500
2.500 150 300 1 3
Kg Kg Kg
400 1.200 1.540
1.000.000 180.000 462.000
botol botol
traktor 7 3 30 12 6 10 25 8
HKM HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
9.130
Kg
47.000 23.000
47.000 69.000 1.895.500
980.000 15.000 20.000 20.000 20.000 25.000 20.000 20.000 30.000
980.000 105.000 60.000 600.000 240.000 150.000 200.000 500.000 240.000 3.075.000 4.970.500
2.400
21.912.000 16.942.500 4,41 3,41
Tabel 5. Output/dampak inovasi di tingkat usahatani budidaya padi di Desa Banaran Sebelum Prima Tani
Kinerja teknologi padi sawah
Fisik 1. 2. 3.
4.
5. 6. 7. 8. 9.
Varietas padi Benih (kg/ha) Pupuk (kg/ha) : - Organik - Urea - TSP/SP36 - KCl - Phonska TOTAL Biaya Usahatani lain per hektar : - Pestisida - Tenaga kerja - Sewa alat TOTAL BIAYA Penerimaan padi (ton/ha) Pendapatan usahatani (Rp/ha) Rasio R/C Rasio B/C
80 350 100 150
Finansial (Rp 000) IR 64 176 420 170 1.800
Sesudah Prima Tani Finansial (Rp 000) Cimelati 25 138
Fisik
Perubahan/ dampak inovasi Prima Tani Finansial Fisik (Rp 000) (55)
(39)
2.500 150 300
1.000 180 462 1.780 3.191
2.500 (200) (100) (150) 300
1.000 (240) (170) (1.800) 462 (787) -
2.566 3.191 -
116 2.095 980 5.757
-
116 2.095 980 4.971
-
(787)
6,80
14.960
9,13
21.912
2,33
6.952
9.203 2,60 1,60
16.942 4,41 3,41
7.739 1,81 1,81
183
KESIMPULAN Lahan yang digunakan untuk perbenihan padi semula 2800 m2 meingkat menjadi 1,5 ha, pendekatan teknologi PTT yang diterapkan adalah penggunaan benih bermutu, tanam bibit umur muda (15-18 hss) dan tanam iwir (1-2 bibit/lubang) serta penggunaan pupuk organik (2,5 t/ha). Produksi padi Cimelati MT II 950 kg (7,14 t/ha GKP) lebih tinggi dibanding IR-64 (5,04 t/ha GKP), usahanya cukup layak dengan nilai B/C 1,08, diperolehnya sertifikat benih kelas ES (label biru) dan hasil panen diadopsi sebagai benih MT I 2008/2009 oleh dua kelompok tani di lingkup desa pada lahan seluas 50 ha. Usahatani perbenihan padi yang dilakukan pada MT I 2008/2009 dengan pendekatan PTT mampu menaikkan produksi 2.330 kg/ha, penerimaan naik sebesar Rp 6.952.000/ha, pendapatan usahatani naik sebesar Rp 7.739.000/ha dengan kenaikan rasio B/C sebesar 1,81. Dampak yang diperoleh dari rintisan kelembagaan perbenihan padi adalah adanya respon positif dari petani, terbentuknya kelembagaan penangkar benih (Kelompok Widji Pinilih) penguatan ke-lembagaan perbenihan padi melalui peningkatan pengetahuan petani penangkar dan menjalin kerjasama dengan pihak penampung (perusahaan swasta atau penangkar individual). DAFTAR PUSTAKA Bappeda Provinsi DIY. 2007. Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Master Plan DIY Sebagai Pusat Perbenihan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gray, C., C.P. Simanjuntak, L.K. Sabur, P.F.L. Maspaitella dan R.C.G Varley. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta. Malian, H. 2004. Analisis Ekonomi Usahatani dan Kelayakan Finansial Teknologi pada Skala Pengkajian. Materi Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi, Bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisnis Wilayah 29 Nopember – 9 Desember 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif. PAATPBadan Litbang Pertanian. Nazir. 1995. Metode Penelitian. Ghalia. Indonesia. Swastika, D.K.S., J. Wargiono, Soejitno, dan A. Hasanuddin. 2007. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi Pemanfaatan Lahan Sawah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Agricultural Policy Analysis. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Eonomic Studies) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Jakarta.
184