PROPOSAL
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA
Kegiatan lanjutan dari PIPKPP tahun 2011
PIPKPP tahun 2011: pengemas primer dari pati umbi-umbian: - edible coating 3% pati, plasticizer sorbitol, - edible film 4% pati ubikayu, plasticizer sorbitol - belum diketahui masa simpan edible coating dan edible film - pengaruhnya dikemas dengan edible coating (buah apel) dan edible film (dodol)
Penambahan zat antimikrobia alami: - memperbaiki mutu (kemanan pangan) dan memperpanjang masa simpan EC dan EF (Cagri et al., 2004). - menekan tumbuhnya mikroba patogen (polifenol) (Colegate, et al, 1993). - ekstrak lengkuas, daun sirih, dan kayu manis (Yuharmen et al., 2009). Setyowati et al (2007)
pangan dan benih (seed
Edible coating coating)
Seed coating: - masalah penyimpanan benih (daya simpan) - mutu benih - mengurangi resiko tertular penyakit dari benih sakit - zat pembawa (antimikrobia)
PRODUK PANGAN
Produk pangan segar dan olahan: - kadar air tinggi - masa simpan singkat (penurunan kualitas)
Hasil kegiatan PIPKPP tahun 2011 belum diketahui masa simpan EC dan EF yang hasilkan Belum diketahui pengaruh pengemasan dengan EC dan EF terhadap masa simpan
Bahan pengemas yang tepat - Pangawet alami
BENIH Penyimpanan merupakan titik kritis: - penurunan mutu - tertular benih lain yang sakit
Seed coating
Memperbaiki daya simpan Zat pembawa aditif (antimikrobia) Memperbaiki viabilitas benih -
-
TUJUAN
KELUARAN
Dihasilkannya identifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk yang dikemas dgn pengemas primer hasil terbaik dari penelitian PIPKPP tahun 2011.
Mengidentifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk yang dikemas dgn pengemas primer hasil terbaik dari penelitian PIPKPP tahun 2011.
Mengidentifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk yang dikemas dgn pengemas primer hasil terbaik dari penelitian PIPKPP tahun 2011 dengan penambahan zat antimikrobia alami dari ekstrak lengkuas, daun sirih, dan kayu manis.
Dihasilkannya identifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk yang dikemas dgn pengemas primer hasil terbaik dari penelitian PIPKPP tahun 2011 dengan penambahan zat antimikrobia alami dari ekstrak lengkuas, daun sirih, dan kayu manis.
Mengidentifikasi viabilitas benih setelah mengalami perlakuan seed coating dengan penambahan zat antimikrobia alami (lengkuas, daun sirih, dan kayu manis).
Dihasilkannya identifikasi viabilitas benih setelah mengalami perlakuan seed coating dengan penambahan zat antimikrobia alami (lengkuas, daun sirih, dan kayu manis).
Identifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk pangan yang dikemas dengan menggunakan bahan pengemas primer berbahan dasar umbi-umbian lokal DIY menggunakan formula terbaik hasil penelitian PIPKPP tahun 2011.
Identifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk pangan yang dikemas dengan menggunakan bahan pengemas primer berbahan dasar umbi-umbian lokal DIY menggunakan formula terbaik hasil penelitian PIPKPP tahun 2011.
Identifikasi viabilitas benih kedelai dan jagung yang telah mengalami perlakuan seed coating menggunakan formula terbaik hasil penelitian PIPKPP tahun 2011 dengan penambahan 3 jenis zat anti mikrobia alami (ekstrak lengkuas, daun sirih, dan kayu manis).
WAKTU KEGIATAN: Bulan Februari – September 2012 di Laboratorium Pasca Panen dan Alsintan, BPTP Yogyakarta
Persiapan
1. • • •
Studi pustaka mengenai bahan penghasil zat antimikrobia alami Studi pustaka mengenai kandungan zat aktif antimikrobia pada beberapa bahan Persiapan alat dan bahan penelitian
2. Penyiapan bahan dan alat bantu pembuatan edible film dan coating - Bahan: sorbitol, aquadest, CMC, dll (analisa fisik dan kimia). - Alat: panci stainlestell, pengaduk kaca, termimoter, timbangan analitik, beaker glass, petridish, frame stainlesstel sebagai cetakan edible film, akrilik , dll (analisa fisik dan kimia) .
3. Pembuatan pati ubikayu, ganyong, dan garut. - Hal yang diamati: rendemen, kadar amilosa, amilopektin
4. Pembuatan ekstrak zat antimikrobia - Lengkuas, daun sirih, dan kayu manis - Metode Maserasi (perendaman) - Hal yang diamati: bahan segar (kdr air, kdr abu, kdr kelarutan sari dalam air) dan Ekstrak (Rendemen, pH).
5. Pembuatan EC dan EF menggunakan formula terbaik hasil penelitian PIPKPP Tahun 2011, yaitu plasticizer yg digunakan 1,5% sorbitol. 6. Aplikasi edible coating dan edible film pada produk EC buah apel EF dodol 7. Hal yg diamati: organoleptik (Resurreccion, 1998), total kapang/TPC, susut bobot, pH (pH meter), kandungan vitamin C (metode titrasi idiometri), dan bilangan peroksida EC, EF, dan bahan aplikasi stlh dikemas dgn EC atau EF
8. Pembuatan pengemas primer berupa edible coating dan edible film dengan penambahan zat antimikrobia alami (formula terbaik hasil penelitian PIPKPP tahun 2011) 9. Aplikasi edible coating dan edible film pada produk EC buah apel EF dodol 10. Hal yg diamati: organoleptik (Resurreccion, 1998), total kapang/TPC, susut bobot, pH (pH meter), dan kandungan vitamin C (metode titrasi idiometri), ketebalan (mikrometer), ketegangan tarik, elongasi, laju transmisi uap air (Mechanical Universal Testing Machine Methode Kimm,dkk, 2002 dan Xu,2005), daya larut (metode Gontard, dkk; 1992) dan laju transmisi gas O2 (gravimetri).
11. Pembuatan suspensi yang digunakan untuk seed coating dengan penambahan zat antimikrobia alami untuk produk benih (formula terbaik hasil penelitian PIPKPP tahun 2011) 12. Aplikasi suspensi seed coating pada benih kedelai dan jagung 13. Pengamatan viabilitas benih kedelai dan jangung setelah mengalami seed coating 14. Tabulasi dan pengolahan data 15. Penyusunan laporan
MEKANISME
BENTUK KEGIATAN
Melakukan publikasi ilmiah melalui jurnal atau prosiding atau seminar atau lokakarya.
Membuat publikasi melalui media cetak dan atau elektonik.
Melakukan desiminasi mengenai hasil penelitian melalui media cetak dan atau media elektronik.
Melakukan demo dan atau pelatihan teknologi yang dihasilkan melalui kegiatan temu lapang.
Melakukan pelatihan dan atau pendampingan kepada stakeholder jika ada yang memerlukan.
Melakukan pendampingan dan atau pelatihan kepada stakeholder.
No
Peneliti Utama
2
Yeyen Prestyaning Wanita., STP Retno Utami Hatmi, ST
Instansi/ Unit kerja BPTP Yogyakarta
Peneliti Pelaksana
BPTP Yogyakarta
Peneliti Pertama
3
Mahargono Kobarsih, STP
Peneliti Pelaksana
BPTP Yogyakarta
Peneliti Pertama
4
Ir. Sutardi., M.Si
Peneliti Pelaksana
BPTP Yogyakarta
Peneliti Madya
5
Ir. Suharno
Pembantu Peneliti di Lapangan
BPTP Yogyakarta
Penyuluh Pertanian Madya
6
Nurdeana Cahyaningrum, STP
Peneliti di
BPTP Yogyakarta
PNK
7
Purwaningsih, STP
Peneliti di
BPTP Yogyakarta
PNK
8
Erni Apriyati, STP
Peneliti di
BPTP Yogyakarta
PNK
9
Nugroho Siswanto, STP
Peneliti di
BPTP Yogyakarta
Peneliti di
11 Sulasmi, SSt
Pembantu Lapangan Pembantu Lapangan Pembantu Lapangan Pembantu Lapangan Pembantu Lapangan Teknisi
12 Sri Widodo
1
Nama Lengkap dan Gelar
Posisi dlm Kegiatan
Jabatan Fungsional Peneliti Pertama
Bidang Keahlian panen
dan
panen
dan
panen
dan
panen
dan
dan
Peneliti Muda
Teknologi pasca panen pengolahan hasil Teknologi pasca panen pengolahan hasil Teknologi pasca panen pengolahan hasil Mekanisasi Pertanian
BPTP Yogyakarta
Peneliti Muda
Hama dan Penyakit
BPTP Yogyakarta
Penyuluh pertama
Penyuluhan pertanian
Teknisi
BPTP Yogyakarta
Teknisi litkayasa
13 Sumisih
Teknisi
BPTP Yogyakarta
Teknisi litkayasa
14 Muhzahid Mustofa
Teknisi
BPTP Yogyakarta
Teknisi litkayasa
15 Murdiman
Teknisi
BPTP Yogyakarta
Teknisi litkayasa
16 Drs. Budiono
Teknisi
BPTP Yogyakarta
Teknisi
17 PM
Pembantu administrasi
BPTP Yogyakarta
10 Sri Wahyuni
Teknologi pasca pengolahan hasil Teknologi pasca pengolahan hasil Teknologi pasca pengolahan hasil Teknologi pasca pengolahan hasil Penyuluh Pertanian
dan dan
Bulan/Tahun 2012 Kegiatan 1.
Persiapan.
2.
Pelaksanaan kegiatan.
a. Persiapan alat dan bahan b. Identifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk yang dikemas menggunakan pengemas primer dari umbi-umbian lokal DIY berupa pelapis (coating) dan lembaran (film) hasil terbaik dari penelitian PIPKPP tahun 2011. c. Identifikasi mutu dan masa simpan bahan pengemas dan produk yang dikemas menggunakan pengemas primer dari umbi-umbian lokal DIY berupa pelapis (coating) dan lembaran (film) hasil terbaik dari penelitian PIPKPP tahun 2011 dengan penambahan zat antimikrobia alami dari ekstrak lengkuas, daun sirih, dan kayu manis d. Identifikasi viabilitas benih jagung dan kedelai setelah mengalami perlakuan seed coating dengan penambahan zat antimikrobia 3. Tabulasi dan Pengolahan data 4. Penyusunan laporan
1
2
3
4
5
6
7
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
8
9
X
X
X
X X
10 11 12
1. Bahan pengemas primer untuk pangan berupa edible coating dan edible film: Industry rumah tangga, kecil, sedang, atau besar yang menghasilkan makanan olahan siap saji yang masih menggunakan bahan pengemas primer dari plastic Industry rumah tangga, kecil, sedang, atau besar yang memproduksi bahan kemasan.
2. Bahan pengemas primer untuk benih kedelai dan jagung berupa edible coating. Petani atau penangkar benih Produsen benih
No 1
Uraian
Jumlah (Rp)
Belanja Gaji dan Upah 79,200,000
2
Bahan Habis Pakai 49,275,000
3
Perjalanan 44,625,000
4
Lain-lain 26,900,000
Jumlah Biaya 200,000,000
Pengamatan masa simpan edible coating dan bahan dodol salak setelah mengalami proses pengemasan dengan edible coating (4% pati ubikayu, 1% CMC, 1,5% sorbitol): Dodol didapatkan dari industri rt pengolah dodol salak di Turi, Sleman. Masa simpan biasanya sekitar 2 minggu. Setelah mengalami proses coating ternyata hanya mampu bertahan selama 5 hari. Kontaminasi berasal dari edible coating Proses pengeringan titik kritis adanya kontaminasi Dicoba dikeringkan di LAW (masih dalam proses)
Bahan aplikasi yang digunakan adalah salak kualitas premium yang diperoleh dari Asosiasi Petani Salak. Sebelum mengalami proses coating salak dibersihkan dahulu denga disikat perlahan-lahan dgn sikat gigi. • Penyimpanan buah salak selama 3 minggu Pati yg digunakan K (ubikayu), R (Garut), pengamatan setiap minggu.
G (ganyong) dan kontrol.
- Susut bobot (gram) Perlakuan
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Kontrol
13,64
38,34
K
14, 89
26,99
R
12, 23
27,16
Tidak diamati karena sudah busuk sekali
G
13,81
39,33
- Kenampakan secara fisik Perlakuan
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Kontrol
-kulit: tdk mengkilap, bag. Atas empuk,bau normal - daging: restur agak empuk, rasa agak sengir
-kulit: kopong, keriput, kelur ulat - daging: busuk, coklat kehitaman
K
-Wrna mengkilap -Kulit: kopong, bau tdk - daging: bag. Atas lembek, enak, keriput warna normal - daging: coklat kehitaman,lembek, bau busuk
Tidak diamati karena sudah busuk sekali
R
-bag. Atas empuk, warna mengkilap - daging: bag. Atas lembek, tidak segar, aroma , wrn normal
-kulit: berjamur (abu2), kopong - daging: wrn normal, bau berubah, ujung busuk (coklat)
G
-kulit: bag. Atas lembek, wrn agak kusam - daging: wrn normal, bag. Atas lembek
-kulit: kopong, bau tdk enak, berjamur - daging: bau busuk, hitam
waktu pengamatan diperpendek setiap 3hari kerusakan dikhawatirkan karena suhu waktu coating terlalu tinggi (60 ˚C) sehingga dicoba variasi suhu 30 ˚C, 40, ˚C dan 50 ˚C Hasil pengamatan pendahuluan pati ganyong memberikan hasil yang paling bagus, sehingga penelitian awal perlakuan suhu dan lama penyimpanan menggunakan pati ganyong.
- Susut bobot (gram)
Perlakuan
3 hari
6 hari
Kontrol
10, 65
12,15
30 ˚C
9,81
11,54
40, ˚C
9,20
10,37
50 ˚C
10,76
9.79
- Kenampakan secara fisik 3 hari
6 hari
Kontrol
- kulit: wrn kusam, - daging: wrn putih, bag. Atas agak lunak, bau normal
-kulit: bag. Atas lembek, ada lubang, keriput, tdk mengkilap - daging: bag. Atas busuk n lunak, wrn kuning kecoklatan
30 ˚C
-kulit: mengkilap, bau normal -Daging: bau agak tdk enak, rasa normal
-kulit: bag. Atas kempes, mengkilap, empuk - daging: bag. Atas tdk trll empuk, wrn kekuningan
40, ˚C
-kulit: mengkilap, bau agak tdk enak - daging: wrn putih kecoklatan, bag. Atas sgt lunak
-kulit: mengkilap, bag. Atas kempes -Daging: bau menyanget,warn coklat kekuningan
50 ˚C
-kulit: agak mengkilap, - daging: wrn coklat, bau busuk
-kulit: bag. Atas empuk, wrn mengkilap - daging: bag. Atas lunak, wrn putih
Dari hasil pengamatan: - suhu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mutu buah salak yang dicoating - Penelitian dilanjutkan dengan menggunakan metode awal tanpa menunggu penurunan sampai suhu kamar (sekitar 30 derajat celcius)