MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS JERUK DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU
Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
I.
PENDAHULUAN Jeruk merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong.
Jeruk yang
banyak ditanam adalah jeruk siam dan jeruk Gerga (RGL). Jeruk mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu buahnya
RGL
berwarna kuning-orange,
berbuah sepanjang tahun, ukuran buah besar 200-350 gram, kadar sari buah tinggi dan mempunyai potensi pasar yang baik (Suwantoro, 2010). Dirjen hortikultura mulai tahun 2011 telah menetapkan jeruk RGL sebagai prioritas nasional untuk dikembangkan. Pemenuhan kebutuhan jeruk dalam jumlah yang besar membutuhkan pengembangan teknologi produksi yang optimal. Dalam pengembangan kawasan agribisnis jeruk, penyakit utama yang harus diwaspadai adalah penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Penyakit tersebut dapat menurunkan hasil secara drastis sehingga menyebabkan turunnya minat petani dalam berusahatani jeruk dan beralih ke komoditas lainnya (Asaad et al., 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan berkembangnya penyakit tersebut pada kawasan pengembangan jeruk yang baru. Inovasi teknologi jeruk dari Badan Litbang Pertanian antara lain adalah Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS), budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil. Pengendalian penyakit CVPD melalui PTKJS yang meliputi lima komponen teknologi, yaitu : (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara cermat, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5) konsolidasi pengelolaan kebun (Dwiastuti, et al., 2011). Inovasi teknologi tersebut perlu didiseminasikan kepada petani-petani di sentra-sentra produksi jeruk. Untuk mempercepat penyampaian inovasi teknologi ke pengguna, perlu dilakukan berbagai cara antara lain melalui model pengembangan pertanian pedesaan (M-P3MI). M-P3MI adalah merupakan suatu program pengembangan model pembangunan pertanian melalui inovasi dalam kawasan spesifik lokasi berbasis sumberdaya lokal dengan pendekatan agribisnis (Badan Litbang Pertanian, 2011a)
Dalam mendukung pelaksanaan M-P3MI perlu dibangun melalui spectrum
dissemination multi channel
(SDMC) untuk memperkuat sistem diseminasi
inovasi pertanian dan sekaligus mendukung eksistensi kelembagaan penyuluhaan (Badan Litbang Pertanian, 2011b). SDMC merupakan upaya Badan Litbang Pertanian dalam mempercepat dan memperderas diseminasi informasi dan inovasi pertanian melalui berbagai media dan saluran komunikasi.
SDMC
bertujuan untuk meningkatkan adopsi inovasi pertanian oleh pengguna. Diharapkan melalui M-P3MI dengan SDMC nya, kawasan pengembangan jeruk di Kabupaten Lebong dapat bebas dari penyakit-penyakit penting, khususnya penyakit CVPD sehingga kebun jeruk dapat berproduksi optimal. Selain itu petani juga memperoleh hasil sampingan (nilai tambah) yang berasal dari produk olahan. II. TUJUAN Tujuan Umum: 1. Mempercepat transfer teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dan pasca panen jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu melalui SDMC. 2. Meningkatkan kadar adopsi inovasi teknologi pertanian oleh pengguna sehingga terjadi peningkatan produksi dan kualitas komoditas unggulan (jeruk) di kawasan pengembangan jeruk serta nilai tambah dari inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian 3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani jeruk di kawasan pengembangan jeruk 4. Menjadi bahan yang dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan daerah Tujuan Tahun 2013: 1. Mengintroduksikan inovasi teknologi PTJKS/produksi dan pasca panen jeruk dari Badan Litbang Pertanian kepada pengguna di kawasan pengembangan jeruk 2. Menumbuhkan minat pengguna terhadap teknologi PTJKS/produksi dan pasca panen jeruk 3.
Memperoleh
umpan
balik
dari
stake
penyempurnaan model pengembangan
holder
dan
pengguna
untuk
Tujuan Tahun 2014: 1.
Meningkatkan jumlah petani yang mengadopsi inovasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dan pasca panen jeruk.
2.
Meningkatkan jumlah luas pertanaman yang menerapkan inovasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dan pasca panen jeruk.
Tujuan Tahun 2015: 1.
Memperluas penerapan teknologi
2.
Menumbuhkan sistem kelembagaan agribisnis jeruk (dari hulu ke hilir) pada kawasan pengembangan jeruk.
III. KELUARAN YANG DIHARAPKAN Keluaran Jangka Panjang 1. Terjadinya percepatan transfer teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dan pasca panen jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu melalui SDMC. 2. Diperolehnya peningkatan kadar adopsi
inovasi teknologi pertanian oleh
pengguna sehingga terjadi peningkatan produksi
dan kualitas komoditas
unggulan (jeruk) di kawasan pengembangan jeruk
serta nilai tambah dari
inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian 3. Terjadinya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani jeruk di kawasan pengembangan jeruk 4. Diperolehnya bahan yang dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan daerah Keluaran Tahun 2013: 1. Terintroduksinya 2 paket inovasi teknologi jeruk dari Badan Litbang Pertanian kepada
pengguna
(PTJKS/produksi
dan
pasca
panen)
di
kawasan
pengembangan jeruk 2. Diperolehnya 30 % pengguna (petani jeruk) yang mempunyai minat terhadap teknologi PTJKS/produksi dan pasca panen jeruk 3.
Diperolehnya
umpan
balik
dari stake holder
menyempurnakan model pengembangan
dan
pengguna untuk
Keluaran Tahun 2014: 1.
Diperolehnya 50% petani yang mengadopsi inovasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dan pasca panen jeruk.
2.
Diperolehnya 50% jumlah luas pertanaman yang menerapkan inovasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dan pasca panen jeruk.
Keluaran Tahun 2015: 1.
Memperluas penerapan teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dan pasca panen jeruk (80%).
2.
Terbentuknya sistem kelembagaan agribisnis jeruk (dari hulu ke hilir) pada kawasan pengembangan jeruk.
IV. LINGKUP DAN RENCANA KEGIATAN Tahapan Pelaksanaan kegiatan M-P3MI ini disusun secara bertahap selama 3 tahun yaitu : 1. Tahun pertama penumbuhan minat petani dalam menerapkan teknologi produksi dengan penerapan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat dan pasca panen jeruk dengan penyebaran inovasi teknologi melalui sistem diseminasi multi channel (SDMC), 2. Tahun ke dua melakukan pemantapan penerapan inovasi teknologi yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. 3. Tahun ke tiga melakukan pengembangan melalui perluasan petani/ kelompoktani yang menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan Kegiatan ini dilaksanakan melalui metode partisipatif dan koordinatif melalui peningkatan aktivitas kelompok tani (pertemuan), introduksi teknologi, dan kegiatan percontohan (demfarm), temu lapang, penyebaran media cetak dan elektronik serta peragaan.
Output/ Outcome Periodik
Output/ Outcome Kegiatan
Masyarakat sejahtera
100%
120%
150% Kel. Rimbo Pengadang menjadi show window
Evaluasi
Monitoring dan evaluasi
Pengembangan PTKJS di kawasan agribisnis jeruk
Pelaksanaan
I mplementasi INOTEK jeruk Demplot Inotek PTKJS, budidaya & pasca panen) Penyebaran informasi percontohan
Advokasi &Sosialisasi Persiapan & Perencanaan Tahun kePerencanaan
• Peningkatan kadar adopsi terhadap inotek jeruk sehingga produkvitas & kualitas tanaman jeruk meningkat • Keltan/gapoktan & kelembagaan agribisnis berfungsi optimal. • Peningkatan Partisipasi petani dan peningkatan aktifitas kelompoktani Peningkatan dukungan Stake Holder & partisipasi petani • Rancang bangun model diseminasi • Rencana Aksi
PRA/FGD,
2013 2013
2014 2014
2015 2015
Gambar 1. Road Map MP3MI berbasis jeruk di Kel. Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong
V. TINJAUAN PUSTAKA Target dari membangun perdesaan melalui inovasi pertanian adalah untuk mendukung
visi pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian
unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian, nilai tambah, daya saing eksport dan kesejahteraan petani (Hendayana, 2011). Salah satu aktivitas Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian guna mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan, adalah Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Konsep Model M-P3MI berada dalam koridor tupoksi Badan Litbang Pertanian sesuai Kepres Nomor : 177/2000 dan Kepmentan Nomor: 01/Kpts/OT.210/1/2001. Meskipun arahnya menuju perluasan jangkauan penggunaan inovasi, akan tetapi fokus M-P3MI tetap pada model percontohan, dan bukan pada pemasalan inovasi (Badan Litbang Pertanian, 2011a). Wujud model yang akan dibangun adalah visualisasi atau peragaan inovasi yang akan dikembangkan. Tampilan model berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu. Model bersifat dinamis dalam arti pemodelan senantiasa mengikuti dinamika perkembangan kebijakan inovasi, mengakomodasi peluang penggunaan input atau proses yang berpengaruh terhadap output, disertai dengan kemungkinannya. Disamping itu model percontohan yang dibangun juga mengembangkan solusi-solusi optimum dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Salah satu solusi untuk membangun perdesaan dengan inovasi pertanian dengan muatan teknologi dan kelembagaan harus dimulai dengan menyusun rancangannya terlebih dahulu dalam bentuk percontohan. Percontohan yang dibuat akan menjadi model untuk dikembangkan lebih luas. Model tersebut harus menunjukkan penggunaan inovasi pertanian yang menyediakan pilihan terbaik mengatasi permasalahan pertanian yang dihadapi petani di perdesaan. Fokus kegiatan berbasis pada isu sekitar peningkatan produksi, serta peningkatan nilai tambah ekonomi dari komoditas yang dikembangkan. Permintaan pasar harus menjadi pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan. Dari sisi teknologi, yang ditampilkan sebagai percontohan itu adalah teknologi yang sudah matang dalam arti siap digunakan dalam skala pengembangan serta
mempunyai potensi untuk memberikan dampak. Untuk teknologi yang belum mantap, perlu dilakukan pengujian guna mendapatkan produktivitas terbaik. Inovasi teknologi maupun kelembagaan yang dikembangkan dalam percontohan harus bisa membantu petani menyelesaikan permasalahan baik dalam budi daya maupun pemasaran hasil. Disamping itu dilakukan adaptasi teknologi pada kondisi lingkungan sosial budaya, lingkungan, sosial ekonomi, biofisik dan memiliki dukungan ketersediaan tenaga kerja. Syarat yang diperlukan dalam bidang penyebaran informasi teknologi pertanian untuk mendukung percepatan akses informasi teknologi adalah data base tentang berbagai inovasi teknologi pertanian yang dikelola sedemikian rupa sehingga mudah untuk diakses oleh pengguna. Praktek penyalurannya bisa dilakukan melalui berbagai kanal/saluran. Penyaluran informasi teknologi harus sesuai dengan perencanaan, yaitu apa yang disalurkan dapat dengan mudah diterima pengguna. Untuk itu agar diseminasi itu lebih efektif, mutlak menggunakan berbagai saluran komunikasi dan media yang merupakan
komponen
penting
pada SDMC
seperti
percontohan, temu lapang, media cetak, media elektronik dan lain-lain (Badan Litbang Pertanian, 2011b). Inovasi teknologi yang akan di diseminasikan dalam unit percontohan MP3MI pada tahun 2013 meliputi teknologi produksi jeruk melalui pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat, dan teknologi budidaya dan pasca panen. Teknologi tersebut merupakan teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan dampak terutama dampak produksi yang tinggi. Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) merupakan penyakit penting yang sangat merugikan dalam budidaya tanaman jeruk. Inovasi teknologi untuk pengendalian penyakit CVPD yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian adalah Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk sehat (PTKJS) yang meliputi lima komponen teknologi, yaitu : (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara cermat, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5) konsolidasi pengelolaan kebun (Dwiastuti et al., 2011). Berdasarkan hasil kajian Endarto et al. (2006) PTKJS efektif untuk menurunkan serangan D.
Citri hingga 4% dan menghambat laju perkembangan penyakit CVPD dan penyakit lainnya. VI.
METODOLOGI
1. Lokasi dan Waktu Lokasi MP3MI berbasis tanaman jeruk di rencanakan di Kelurahan Rimbo Pengadang
kecamatan
Rimbo
Pengadang
Kabupaten
Lebong.
Kegiatan
merupakan kegiatan multi years (3 tahun). 2. Cakupan Kegiatan Cakupan kegiatan tahun 2012 meliputi : 1) identifikasi petani kooperator dan teknologi pertanian yang dibutuhkan melalui FGD; 2) sosialisasi rancang bangun M-P3MI berbasis jeruk; 3) demfarm pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat/teknologi produksi jeruk; 3) demonstrasi teknologi pasca panen jeruk dan pengolahan hasil ; 4) pertemuan/sosialisasi/temu lapang(PTKJS, dan teknologi produksi dan pasca panen jeruk); 5) penyebaran informasi teknologi melalui media cetak (buku/panduan/leaflet/brosur/komik/koran) dan media elektronik (pemutaran film/ CD, siaran pedesaan RRI) dan 6) pembinaan kinerja kelompok tani di kawasan pengembangan jeruk. 3. Tahapan Kegiatan a. Persiapan Penyusunan proposal, seminar proposal Koordinasi dengan stake holder instansi terkait (Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kab. Lebong, BP4K dan BP3K) pada awal kegiatan Identifikasi teknologi yang dibutuhkan melalui FGD. Petani sasaran adalah petani jeruk di kawasan pengembangan jeruk Kel. Rimbo Pengadang Pemantapan lokasi untuk menentukan lahan percontohan dan petani kooperator. Luas lahan demfarm 3-4 ha dalam 1 kawasan Menentukan dan menyusun paket teknologi jeruk (PTKJS dan teknologi produksi dan pasca panen jeruk) yang akan diterapkan sesuai dengan permasalahan yang ada (pertemuan tim, petugas lapang dan petani kooperator)
1. Menyusun juklak untuk M-P3MI berbasis jeruk
2. Menyusun rancang bangun M-P3MI dan sosialisasi rancang bangun MP3MI berbasis jeruk kepada stakeholder instansi terkait, pengusaha/swasta, petugas lapang dan petani kooperator. b. Pelaksanaan: Implementasi pembuatan demfarm PTKJS/teknologi produksidan pasca panen jeruk. PTKJS yang meliputi lima komponen teknologi, yaitu : (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara cermat, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5) konsolidasi pengelolaan kebun. 2. Pertemuan kelompok tani dilaksanakan setiap bulan untuk meningkatkan kinerja kelompok 3. Temu lapang dilaksanakan 2 kali dengan materi PTKJS (pada triwulan ke-2) dan Budidaya dan pasca panen Jeruk (pada triwulan ke-3) dengan sasaran peserta masing-masing 40 orang. 4. Demonstrasi/peragaan pengolahan hasil (produk olahan) direncanakan pada triwulan ke-4) 5. Penyebaran informasi melalui media elektronik meliputi pemutaran film/VCD tentang inovasi teknologi: 2 kali pada 4 kelompok tani jeruk pada triwulan 2. 6. Penyebaran informasi melalui media cetak meliputi buku/komik 3 judul (Buku Teknik produksi jeruk Gerga (RGL), buku Pengelolaan OPT jeruk, komik PTKJS), leaflet budidaya jeruk, leaflet pasca panen,dan surat kabar. Sasaran 4 kelompok tani jeruk di wilayah Kel. Rimbo Pengadang. Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap yaitu pada triwulan 2, 3 dan 4. 7. Menyebarkan kuesioner untuk mengetahui respon petani terhadap: 1) inovasi teknologi yang didiseminasikan; 2) metode diseminasi yang digunakan serta 3) dampak kegiatan MP3MI pada penerapan teknologi (tingkat adopsi) oleh pengguna direncanakan pada triwulan ke-4. Parameter yang diukur untuk mengukur keberhasilan MP3MI dalam mempercepat transfer teknologi inovasi jeruk meliputi:
Keterlibatan dinas/instansi terkait
Jumlah adopter komponen teknologi budidaya ( pemupukan, pemangkasan, PHT dan pasca panen jeruk dan lain-lain) dan PTJKS
Luas areal pertanaman jeruk yang menerapkan inovasi teknologi
Respon petani terhadap1) inovasi teknologi yang didiseminasikan; 2) metode diseminasi yang digunakan serta 3) dampak kegiatan MP3MI pada penerapan teknologi (tingkat adopsi) Metode analisis yang digunakan adalah analisis before-after untuk
membandingkan: (1) jumlah adopter inovasi teknologi dan (2) luas areal pertanaman jeruk yang menerapkan inovasi teknologi. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis; (1) jenis metoda dan media diseminasi yang digunakan, (2) jumlah bahan informasi tercetak/elektronik yang disusun dan disebarkan serta (3) keterlibatan dinas/instansi terkait. c. Pelaporan Penyusunan
laporan
pelaksanaan
kegiatan
MP3MI
berbasis
jeruk
dilakukan setiap bulan (Laporan Bulan), pada pertengahan tahun (Laporan Tengah Tahun) dan akhir tahun (Laporan Akhir Tahun). VII.
ANALISIS RESIKO Analisis resiko yang terdiri dari Daftar resiko dan Daftar penanganan
resiko kegiatan MP3MI berbasis jeruk di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Daftar resiko No
Resiko
Penyebab
Dampak
1.
Terlalu banyak hujan
Iklim yang tidak menentu
Produksi tanaman terganggu karena meningkatnya serangan OPT
2.
Terlambat memupuk tanaman
Pupuk tidak tersedia
Produksi menjadi tidak optimal
Tabel 2. Daftar penanganan resiko No Resiko Penyebab 1. Terlalu banyak Musim kemarau hujan panjang Iklim yang tidak menentu 2.
Terlambat memupuk tanaman
Pupuk tidak tersedia
Penanganan Penyemprotan pestisida lebih intensif
Mempersiapkan pupuk pada awal kegiatan & menggunakan pupuk organik
VIII. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK Perkiraan manfaat yang akan diperoleh yaitu: a) terjadinya percepatan penyebaran inovasi teknologi produksi dan pascapanen jeruk baik pengguna utama dan pengguna usaha di sektor pertanian, dan b) terjadinya peningkatan kinerja kelompok binaan dalam sehingga tingkat adopsi meningkat. Dengan berkembangnya jumlah petani yang mengadopsi inovasi teknologi yang di diseminasikan akan berdampak dalam meningkatkan luas pertanaman jeruk yang menerapkan teknologi yang direkomendasikan. Dengan demikian akan terjadi peningkatan produksi jeruk sekaligus peningkatan pendapatan petani. IX. JADWAL KERJA No. 1.
2.
3. 4.
Kegiatan Persiapan: Desk study/pengumpulan data sekunder Penyempurnaan proposal Pemantapan lokasi FGD dan penyusunan rancang bangun Pelaksanaan: Implementasi inovasi teknologi Temu Lapang Penyebaran informasi Demonstrasi pengolahan hasil Pembinaan kelompok tani Pengolahan data pelaporan
Bulan 1 x
2 x
3 x
4
5
6
7
8
9
10
11
12
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x x
x x
x x
x
x
x x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x x
x
x
x
x
x x
x x
X. PERSONALIA
No
Penjab Kegiatan/ Anggota Peneliti/Gelar
NIP
Bidang Keahlian
Jenjang Fungsional
Alokasi waktu (%)
1
Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr
19630805 198703 2 007 Ilmu Tanah
Penyuluh Pertanian Madya
15
2
Wilda Mikasari,
19690812 199803 2001
Teknologi Hasil Pertanian
Peneliti Muda
5
STP,MSi 3
Kusmea Dinata,SP
19831024 201101 1 001 Hama Penyakit Tanaman
Calon Peneliti
10
4
Irma Calista ST
19810716 200501 2 002 Ilmu Kimia
Calon Peneliti
10
5
Rizal Effendi
19720605 200003 1 001 SLA
Administrasi
10
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2011a. Panduan Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 2011b. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. BPS. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Dwiastuti, M., E., A. Triwiratno, O. Endarto, S. Wuryantini, dan Yunimar. 2011. Panduan Teknis Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Pusat Penelitian Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. KementerianPertanian. Endarto, O., A. Supriyanto, S. Wuryantini, A. Triwiratno. 2006. Evaluasi Penerapan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) pada Daerah Endemis CVPD (Evaluation on Integratied Management for Healthy Citrus Orchards (IMHCO) at CVPD Endemik. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia Batu, 28 – 29 Juli 2005:hal.277-295. Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan Inovasi Pertanian.http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/02/13/ mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian/[22 Juni 2011] Suwantoro, B. 2010. Mengenal jeruk rimau gerga lebong lebih dekat. Balai benih hortikultura Rimbo Pengadang. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong.