ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI
AGUS KURNIAWAN M.
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Agus Kurniawan M. A156110041
RINGKASAN AGUS KURNIAWAN M. Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Dibimbing oleh MUHAMMAD ARDIANSYAH dan UNTUNG SUDADI. Muaro Jambi merupakan kabupaten baru di Provinsi Jambi hasil pemekaran dari Kabupaten Batanghari pada tahun 1999. Letak geografisnya yang strategis, sebagai hinterland, membentuk hubungan ketergantungan dan keterkaitan yang erat dengan ibukota provinsi yaitu Kota Jambi. Kabupaten Muaro Jambi berperan sebagai wilayah produsen pangan, sedangkan Kota Jambi sebagai wilayah inti dan pasar. Untuk mengantisipasi kebutuhan pangan yang akan meningkat seiring dengan perkembangan Kota Jambi maupun Kabupaten Muaro Jambi diperlukan perencanaan pengembangan pertanian pangan yang komprehensif. Dalam perspektif ini, lahan pertanian pangan eksisting di Kabupaten Muaro Jambi perlu dipertahankan dan bahkan diperluas. Upaya peningkatan produksi pangan melalui perluasan areal memerlukan sumberdaya lahan dengan kondisi biofisik yang spesifik. Oleh karena itu, upaya tersebut perlu didukung hasil analisis kesesuaian dan arahan alokasi sumberdaya lahan agar sinkron dengan kebutuhan lahan untuk sektor-sektor pembangunan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis penggunaan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi, (2) menganalisis kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi, (3) mengetahui komoditas pangan unggulan tiap kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi, (4) menganalisis kebutuhan pangan dan lahan sampai tahun 2031 di Kabupaten Muaro Jambi dan (5) mengetahui konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap rencana pola ruang lahan pangan dan menyusun arahan pengembangan lahan pangan di Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini terdiri atas tujuh tahapan analisis data. Penggunaan lahan eksisting diinterpretasi dari Citra Landsat 7 ETM. Lahan tersedia untuk perluasan pertanian pangan dianalisis dengan tidak memasukkan kawasan moratorium hutan dan lahan gambut, tambang, hutan, perairan, Hak Guna Usaha (HGU), perkebunan dan permukiman eksisting. Analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap delapan komoditas pangan, yaitu padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Analisis komoditas unggulan tiap kecamatan dilakukan dengan metode Locational Quotient (LQ) dan komponen Differential Shift (DS) dalam Shift Share Analysis (SSA). Analisis kebutuhan lahan dilakukan sampai tahun 2031 berdasarkan jumlah penduduk, tingkat konsumsi pangan dan produktivitas lahan. Analisis konsistensi penggunaan lahan dilakukan dengan overlay peta penggunaan lahan pangan eksisting dan peta rencana pola ruang lahan pangan dalam RTRW. Hasil dari enam tahapan analisis tersebut selanjutnya disintesis untuk penyusunan arahan pengembangan lahan pertanian pangan secara deskriptif. Total luas lahan di Kabupaten Muaro Jambi adalah 532.165 ha. Penggunaan lahan eksisting terluas adalah perkebunan (310.280 ha; 58,31%). Lahan seluas 481.204 ha (90,42%) teridentifikasi sebagai kawasan moratorium hutan dan lahan
gambut, tambang, hutan, perairan, HGU, perkebunan dan permukiman eksisting. Sebagian dari sawah dan pertanian lahan kering eksisting termasuk dalam kawasan ini. Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan termasuk sawah eksisting teridentifikasi seluas 50.961 ha atau 9,58% dari luas total lahan di Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis kesesuaian lahan terhadap lahan tersedia tersebut menunjukkan areal seluas 36.202 ha dengan kelas S2 (cukup sesuai) untuk padi ladang dan S3 (sesuai marginal) untuk padi sawah serta 14.759 ha dengan kelas S3 untuk jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Prioritas pengembangan pertanian pangan diarahkan pada padi sawah dan padi ladang karena merupakan makanan pokok. Kecamatan yang paling banyak memiliki komoditas unggulan tanaman pangan lahan kering adalah Kumpeh Ulu dengan komoditas jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Kecamatan Sekernan hanya memiliki komoditas unggulan kedelai dan Kecamatan Kumpeh tidak memiliki komoditas unggulan. Tanpa upaya perbaikan kelas kesesuaian lahan, agar tercapai swasembada pangan di tahun 2031 dibutuhkan lahan sawah seluas 11.093 ha dan lahan kering seluas 713 ha. Dalam rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi dialokasikan lahan untuk pertanian pangan seluas 72.256 ha, terdiri atas sawah seluas 6.208 ha dan lahan kering seluas 66.048 ha. Dengan mempertimbangkan kebutuhan lahan untuk swasembada pangan pada tahun 2031, maka alokasi rencana pola ruang untuk lahan sawah masih kurang 4.885 ha sedangkan untuk pertanian lahan kering berlebih 65.335 ha sehingga dapat dialokasikan untuk penggunaan lainnya. Dari hasil analisis terhadap kondisi saat ini, seluas 31.190 ha lahan pangan tidak sesuai dengan rencana pola ruang karena digunakan untuk selain pertanian pangan. Oleh karena itu, rencana pola ruang lahan pangan dalam RTRW Kabupaten Muaro Jambi diusulkan untuk direvisi. Kata kunci :
arahan pengembangan lahan, kesesuaian lahan, ketersediaan lahan, komoditas unggulan, rencana pola ruang.
SUMMARY AGUS KURNIAWAN M. Analysis and Development Direction of Food Agriculture Land in Muaro Jambi Regency, Jambi Province. Supervised by MUHAMMAD ARDIANSYAH and UNTUNG SUDADI. Muaro Jambi is new regency in Jambi Province as resulted from regional development of Batanghari Regency in 1999. Its strategic geographical location, as the hinterland, established a closely dependency relationship to the province capital, i.e. Jambi City. Muaro Jambi Regency played a role as a food producer region, while Jambi City was as a core and market region. In order to anticipate the increasing food demand in line with the development of Jambi City as well as Muaro Jambi Regency, a comprehensive food agriculture development plan should be prepared. In this perspective, the existing food agriculture land in Muaro Jambi Regency must be maintained and even extensified. Efforts to increase food production through land extensification require land resources with specific biophysical conditions. Therefore, these efforts need to be supported by land suitability analysis and land resources allocation direction in order to synchronize with the land requirement for any other development sectors. This research aimed at to: (1) analyze landuse and land availability for food crop development in Muaro Jambi Regency, (2) analyze suitability of available land for food crop development in Muaro Jambi Regency, (3) determine leading food commodities in each subregency in Muaro Jambi Regency, (4) analyze food and land requirement until year 2031 in Muaro Jambi Regency, and (5) determine consistency of existing food crop landuses with spatial pattern plan for food crop land and arrange development direction of food agriculture land in Muaro Jambi Regency. This research was divided into seven stages of data analysis. Existing landuse was interpreted from Landsat 7 ETM imageries. Available land for food agriculture development was analyzed by not including existing peatland and peat forest moratorium, mining, forest, waters, Hak Guna Usaha (HGU), plantation and settlement areas. Land suitability analyses were conducted for eight food commodities, i.e. wetland rice, upland rice, corn, soybeans, peanuts, green beans, cassava and sweet potato. Leading commodity in subregency level was analyzed by using Location Quotient (LQ) and Differential Shift (DS) component in Shift Share Analysis (SSA) methods. Analysis of food and land requirement was done up to 2031 based on population, food consumption level and land productivity. Analysis of landuse consistency was conducted by overlaying map of existing landuse for food crop and map of spatial pattern plan for food crop in RTRW. Results of the preceding analyses were then synthesized to arrange direction for food agriculture land development by description method. The total land resource area in Muaro Jambi Regency was amounted to 532,165 ha. The dominant existing landuse was for plantations (310,280 ha; 58.31%). Lands amounted to 481,204 ha (90.42%) were identified as the existing areas of peatland and peat forest moratorium, forest, waters, mining, HGU, settlement and plantation. Parts of the existing wetland ricefields and upland agriculture were included in these areas.
The available land for food agriculture development including the existing wetland ricefield, was identified to be 50,961 ha or 9.58% of the total land resource in Muaro Jambi Regency. The results of land suitability analysis of this available land showed areas amounted to 36,202 ha with S2 class (moderately suitable) for upland rice and S3 class (marginally suitable) for wetland rice, and 14,759 ha with S3 class for corn, soybeans, peanuts, green beans, cassava and sweet potato. The priority of food agriculture development was directed to wetland rice and upland rice because they were the main staple food. Subregency which had the most numerous leading commodities of upland food crops was Kumpeh Ulu which including corn, peanuts, cassava and sweet potato. Sekernan subregency has only soybeans as the leading commodity, while Kumpeh subregency had none. Without any land suitability class improvement, in order to achieve food self-sufficiency in 2031, it was required 11,093 ha wetland ricefield and 713 ha upland. In the spatial pattern plan of Muaro Jambi Regency, it was allocated land for food agriculture as amounted to 72,256 ha, which consisting of 6,208 ha wetland ricefield and 66,048 ha upland. By considering land requirement for food self-sufficiency in 2031, then it was required an addition of 4,885 ha wetland ricefield to the present spatial pattern plan. While, for upland agriculture, it was already in excess up to 65,335 ha so that it could be allocated for other landuses. The results of analysis of the present condition showed a 31,190 ha land which was not in accordance with the spatial pattern plan because it was used for other than food agriculture. Therefore, the spatial pattern plan for food agriculture in RTRW of Muaro Jambi regency was proposed to be revised. Keywords : development direction, land availability, land suitability, leading commodity, spatial pattern plan.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS DAN ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI
AGUS KURNIAWAN M.
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Widiatmaka, DAA.
Judul Tesis : Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi Nama : Agus Kurniawan M. NIM : A156110041
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah Ketua
Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc. Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian: 5 Februari 2014
Tanggal Lulus:
JuduJ Tesis : Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pe11anian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi : Agus Kurniawan M. Nama NIM : A I 56 I I 004 I
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
_ - - ... u
ah
Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc. Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi llmu Perencanaan Wilayah
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Tanggal Ujian: 5 Februari 2014
Tanggal LuJus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 sampai Juli 2013 ini adalah perencanaan pengembangan lahan pertanian pangan, dengan judul Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Ibu Dr. Dra. Khursatul Munibah, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB. 2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Untung Sudadi, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing atas semua motivasi dan bimbingan dari tahap awal sampai penyelesaian tesis ini. 3. Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku penguji luar komisi atas saran dan masukannya. 4. Seluruh dosen pengajar, asisten dan staf pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana IPB. 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi, Badan Pusat Statistik, Stasiun Klimatologi Jambi dan instansi terkait lainnya yang telah membantu selama pengumpulan data. 6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas beasiswa pendidikan pascasarjana yang telah diberikan. 7. Rekan-rekan Angkatan 2011 di Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan khususnya Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah atas dukungan dan kerja samanya. Penulis juga menghaturkan hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada ayah, ibu, istri serta seluruh keluarga tercinta atas segala do’a, kasih sayang dan dukungannya selama menempuh pendidikan. Semoga karya ini bermanfaat. Amiin. Bogor, Maret 2014 Agus Kurniawan M.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran
1 1 2 3 3 4
2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Lahan dan Penggunaan Lahan Evaluasi Kesesuaian Lahan Sistem Informasi Geografi Penginderaan Jauh Komoditas Unggulan Hasil Penelitian Tanaman Pangan Terdahulu
5 5 6 6 7 8 9 9
3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan Alat Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Analisis Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Analisis Kebutuhan Pangan dan Lahan Analisis Konsistensi Lahan Pangan Eksisting dan Menyusun Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
11 11 11 11 11 12 14
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis Administrasi Wilayah Kondisi Fisik Wilayah Curah Hujan Suhu Kelembaban Udara Fisiografi Wilayah
21 21 22 22 22 22 23 23
14 16 18 20
Sosial dan Ekonomi Kependudukan Struktur Perekonomian Sarana Penunjang Wilayah Jalan Pasar Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Muaro Jambi
25 25 26 27 27 27 28
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan Penutupan/Pengggunaan Lahan Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Evaluasi Kesesuaian Lahan Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Lahan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan Usaha Perbaikan dalam Rencana Pengelolaan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Keunggulan Komparatif Tanaman Pangan Keunggulan Kompetitif Tanaman Pangan Kebutuhan Pangan dan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Proyeksi Jumlah Penduduk Konsumsi Bahan Pangan Produktivitas Lahan Proyeksi Kebutuhan Pangan dan Lahan Konsitensi Lahan Pangan Eksisting dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Konsistensi Lahan Pangan Eksisting Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan
31 31 31 34 35 36 37 44 45 46 47 49 49 50 50 51 52
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
60 60 61
DAFTAR PUSTAKA
62
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
78
52 56
DAFTAR TABEL 1 Jenis data yang dibutuhkan dan sumber data 2 Matrik hubungan tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metode analisis dan hasil analisis 3 Jenis data biofisik yang digunakan berdasarkan sumber data tiap satuan lahan 4 Asumsi perhitungan kebutuhan pangan dan lahan 5 Luas wilayah kecamatan, jumlah desa dan kelurahan di Kabupaten Muaro Jambi 6 Grup fisiografi menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 7 Jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 8 Persentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Kabupaten Muaro Jambi tahun 2007-2011 9 Panjang jalan menurut kecamatan dan pemerintah yang berhak mengelolanya di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011 10 Jumlah pasar desa, kios dan los di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011 11 Pertambahan luas dan produksi tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi 12 Produktivitas tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun 20002011 13 Rencana pertambahan luas panen dan produksi tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi 14 Luas kelas penutupan/penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013 15 Luas lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 16 Kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 17 Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 18 Kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 19 Kelas kesesuaian lahan untuk kedelai menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 20 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 21 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang hijau menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 22 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi kayu menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 23 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi jalar menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 24 Faktor pembatas lahan dan jenis usaha perbaikan lahan untuk tanaman pangan 25 Nilai LQ tanaman pangan tahun 2011 di Kabupaten Muaro Jambi 26 Nilai DS tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi
12 13 15 19 22 23 26 26 27 28 28 30 30 31 34 38 39 40 40 41 42 43 44 45 46 48
27 Komoditas unggulan tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 28 Konsumsi bahan pangan tahun 2010-2011 29 Kebutuhan lahan tahun 2012-2031 30 Rencana pola ruang menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi 31 Konsistensi dan inkonsitensi penggunaan lahan pangan terhadap rencana pola ruang 32 Matrik kriteria pertimbangan dalam penentuan arahan pengembangan lahan pertanian pangan 33 Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi 34 Arahan pola tanam komoditas pangan tiap kecamatan
49 50 51 53 54 56 57 59
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bagan kerangka pemikiran Administrasi Kabupaten Muaro Jambi Fisiografi Kabupaten Muaro Jambi Produktivitas lahan tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000-2011 Penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013 Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi Rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi Sketsa konsistensi dan inkonsistensi lahan pertanian pangan eksisting terhadap pola ruang lahan pangan di Kabupaten Muaro Jambi Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi
4 21 24 29 32 35 54 55 58
DAFTAR LAMPIRAN 1 Bagan alir penelitian 2 Satuan lahan Kabupaten Muaro Jambi 3 Luas panen (ha) dan produksi (ton) tanaman pangan tahun 2000-2011 Kabupaten Muaro Jambi 4 Curah hujan, suhu dan kelembaban bulanan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2002-2012 5 Nilai karakteristik lahan menurut satuan lahan di Kabupaten Muaro Jambi 6 Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman pangan menurut satuan lahan di Kabupaten Muaro Jambi 7 Hasil analisis LQ untuk tanaman pangan tahun 2007-2011 di Kabupaten Muaro Jambi 8 Proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Muaro Jambi 9 Tingkat konsumsi menurut komoditas pangan tahun 2011-2031 10 Produktivitas lahan tiap komoditas pangan tahun 2012-2031
67 68 69 70 72 73 74 75 76 77
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan lahan pertanian pangan dilakukan sebagai langkah pemenuhan kebutuhan pangan lokal maupun nasional. Lahan pertanian pangan eksisting perlu dipertahankan dan bahkan diperluas, agar swasembada pangan dapat terwujud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009 menyatakan bahwa lahan pertanian pangan harus dilindungi agar menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan disusun baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota, sehingga peranan pemerintah kabupaten sangat penting dalam mengatur dan mengelola lahan pertanian pangan yang ada. Kabupatan Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi Jambi sebagai hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Batanghari pada tahun 1999. Sebagai wilayah pemekaran, kabupaten ini memerlukan sumberdaya lahan untuk pembangunan infrastruktur serta penyediaan sarana prasarana sosial ekonomi termasuk pembangunan pertanian. Salah satu pembangunan di bidang pertanian adalah penyediaan lahan pertanian pangan. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan data BPS tahun 2011, sektor pertanian menyumbang 31,03% dari total PDRB. Sumbangan subsektor tanaman bahan makanan terhadap PDRB sebesar 19,02% dan menduduki peringkat kedua setelah subsektor tanaman perkebunan (sebesar 54,41%) dalam kelompok sektor pertanian. Besarnya kontribusi terhadap PDRB ini mengindikasikan peluang yang masih cukup besar bagi pengembangan tanaman pangan, agar memberikan nilai tambah bagi perekonomian Kabupaten Muaro Jambi. Untuk itu, subsektor tanaman bahan makanan perlu mendapatkan perhatian serius dengan berbagai kebijakan pengembangan yang didukung oleh ketersediaan informasi sumberdaya lahan yang akurat. Secara geografis letak Kabupaten Muaro Jambi sangat strategis, karena menjadi hinterland dari ibukota Provinsi Jambi yaitu Kota Jambi. Dalam konsep wilayah, hubungan antara Kabupaten Muaro Jambi sebagai kawasan budidaya dan Kota Jambi sebagai kawasan non budidaya memiliki ketergantungan dan keterkaitan yang erat. Sebagai hinterland, Kabupaten Muaro Jambi merupakan produsen bahan pangan sedangkan Kota Jambi yang merupakan wilayah inti adalah pasar bagi produk tanaman pangan. Melihat hubungan keterkaitan ini, maka peluang pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi memiliki prospek yang cukup baik dalam menunjang kebutuhan pangan di kedua wilayah tersebut. Pengembangan lahan pertanian pangan umumnya dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain: status kepemilikan dan penggunaan lahan, sosial budaya masyarakat serta kondisi biofisik lahan. Beberapa faktor biofisik pada lahan merupakan pembatas kesesuaian lahan dan penyebab rendahnya produksi tanaman pangan. Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kesesuaian lahan mengakibatkan rendahnya produktivitas lahan. Menurut Wang et al. (2011), penilaian paramater fisik lahan memberikan informasi tentang keterbatasan lahan
2
untuk pengembangan pertanian. Noor dan Pribadi (2007) menyatakan bahwa informasi kesesuaian kondisi biofisik lahan dengan persyaratan tumbuh suatu komoditas akan sangat membantu penataan lahan yang sesuai dengan peruntukkannya. Karakteristik lahan atau tanah di suatu tempat akan menentukan kualitas dan arahan sistem produksi pertanian serta komoditas yang sesuai untuk dikembangkan. Dengan demikian, data biofisik lahan sangat berguna dalam perencanaan penggunaan lahan. Ketersediaan data yang valid dapat membantu perencanaan pemanfaatan lahan. Keterbatasan data biofisik lahan menjadi penghambat utama pengembangan lahan untuk tanaman pangan. Menurut Alkasuma (2007), belum tersedianya data dan informasi sumberdaya lahan di wilayah yang diteliti merupakan salah satu kendala yang signifikan dalam perencanaan pembangunan pertanian, karena data dan informasi sumberdaya alam tersebut merupakan salah satu komponen utama yang mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang keberhasilan program pengembangan agribisnis. Penentuan komoditas unggulan yang spesifik sesuai dengan kelas kesesuaian lahan harus dilakukan sebagai dasar pengambilan keputusan agar usaha pengembangan lahan untuk tanaman pangan lebih terarah. Menurut Hendayana (2003), penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi. Syafruddin et al. (2004) menyatakan bahwa pengembangan sentra-sentra produksi komoditas unggulan dilakukan berdasarkan data sumberdaya lahan, iklim dan sosial ekonomi serta dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi disertai kebijakan daerah yang tepat. Ketersediaan lahan yang sesuai bagi komoditas unggulan masing-masing wilayah menjadi faktor penentu keberhasilan usaha pengembangan lahan pertanian pangan. Melalui inventarisasi lahan pertanian, pengembangan tanaman pangan yang lebih baik dapat diarahkan.
Perumusan Masalah Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000 sebanyak 233.993 jiwa (BPS 2000) dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 351.551 jiwa (BPS 2011). Penduduk yang bertambah memerlukan pertambahan bahan pangan. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan pertambahan lahan pertanian pangan dapat mengakibatkan defisit pangan dimasa mendatang. Perluasan lahan pertanian pangan baru diperlukan untuk mengatasi permasalahan produksi pangan terkait dengan jumlah penduduk yang meningkat. Pemanfaatan lahan baru sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan terkendala dengan kondisi biofisik lahan. Kondisi lahan untuk pengembangan lahan pertanian pangan sangat beragam dan memiliki tingkat kesesuaian lahan yang berbeda. Selain masalah biofisik, pengembangan lahan pangan juga terkendala status pemanfaatan lahan sehingga dapat memperkecil peluang pengembangan lahan pangan. Setiap tanaman pangan memiliki pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan ini akan berdampak pada perbedaan luas panen dan hasil produksi pada wilayah yang diusahakan. Selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, perencanaan
3
pengembangan lahan pertanian pangan berbasis komoditas unggulan mutlak diperlukan, agar lebih efisien dan terarah. Alokasi pola ruang lahan pangan dalam RTRW Kabupaten merupakan salah satu upaya pemerintah dalam penyediaan lahan pangan. Penyediaan luas pola ruang lahan pangan seringkali tidak mengacu pada kebutuhan lahan dan pangan penduduk. Analisis ketersediaan dan kebutuhan lahan pangan dapat dijadikan acuan dalam penetapan kebutuhan lahan pangan minimum di Kabupaten Muaro Jambi. Beberapa pertanyaan yang akan dijawab dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penggunaan lahan saat ini dan bagaimana ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan saat ini di Kabupaten Muaro Jambi? 2. Bagaimana kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan komoditas pangan? 3. Apa komoditas pangan unggulan setiap kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi? 4. Bagaimana kebutuhan pangan dan lahan hingga 20 tahun ke depan? 5. Bagaimana status pola ruang lahan pangan dalam RTRW dan arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi?
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis penggunaan lahan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi. 2. Menganalisis kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi. 3. Mengetahui komoditas pangan unggulan tiap kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi. 4. Menganalisis kebutuhan pangan dan lahan sampai tahun 2031 di Kabupaten Muaro Jambi. 5. Mengetahui konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap rencana pola ruang lahan pangan dan menyusun arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi.
Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan lahan pertanian untuk tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. 2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi untuk menetapkan kawasan pertanian pangan dalam RTRW Kabupaten.
4
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian “Analisis dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi” dapat dilihat pada Gambar 1. Peningkatan jumlah penduduk dapat memberikan tekanan pada sumberdaya lahan, di sisi lain jumlah lahan pertanian yang berkurang menyebabkan menurunnya produksi tanaman pangan. Hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan lahan baru, namun harus didukung dengan analisis pemanfaatan lahan yang tepat. Pertambahan Jumlah Penduduk
Komoditas: - padi sawah - padi ladang - jagung - kedelai - kacang tanah - kacang hijau - ubi kayu - ubi jalar
Peningkatan kebutuhan pangan
Peningkatan kebutuhan perumahan dan industri
Membutuhkan ketersediaan lahan
Penurunan luas lahan pertanian
Perlu pengembangan lahan pertanian tanaman pangan
Masalah : - status lahan - lahan marginal - produktivitas rendah - banyak faktor pembatas
Perlunya kajian kebutuhan lahan pertanian pangan berdasarkan kebutuhan pangan penduduk sebagai dasar arahan pengembangan
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran
Selain berkurangnya lahan pertanian, pengembangan budidaya tanaman pangan terkendala berbagai masalah di lapangan, terlebih pada lahan pertanian yang baru dibuka. Tingkat kesuburan tanah yang rendah dan faktor fisik lahan yang tidak sesuai menjadi kendala utama. Diperlukan analisis kesesuaian lahan agar tanaman yang diusahakan dapat memberikan hasil yang optimal. Analisis kesesuaian lahan bertujuan untuk mengetahui faktor pembatas dalam budidaya tanaman sehingga dapat diberikan tindakan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Data yang digunakan meliputi karakteristik fisik lahan dan kesuburan
5
tanah. Berdasarkan pedoman teknis evaluasi lahan, dapat diketahui persyaratan lahan yang sesuai tiap komoditas. Pemilihan komoditas unggulan tanaman pangan dilakukan agar budidaya tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi menjadi lebih terarah. Identifikasi komoditas unggulan menggunakan data luas panen. Hasil analisis komoditas unggulan tiap kecamatan dijadikan dasar dalam arahan pengembangan lahan pertanian pangan. Untuk mengetahui apakah luas dan produksi tanaman pangan mencukupi kebutuhan pangan wilayah, perlu dilakukan analisis kebutuhan pangan dan lahan. Analisis juga diperlukan untuk mengetahui luasan lahan pangan yang harus dialokasikan dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi, agar swasembada pangan dapat tercapai.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya (Dirjen Penataan Ruang 2007). Perencaanaan wilayah bertujuan mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, perencanaan wilayah dapat menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan (Tarigan 2010). Pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi wilayah yang ada, untuk mendapatkan kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih baik (Mulyanto 2008). Menurut Djakapermana (2010), pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimilikinya secara harmonis, serasi dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Dalam pengembangan wilayah diperlukan penataan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang (Dirjen Penataan Ruang 2007). Menurut Hariadjaja (2012), rencana tata ruang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pemanfaatan lahan. Rencana tata ruang harus dibarengi dengan pengendalian pemanfaatan tata ruang yang tegas dan konsisten untuk menjamin agar pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
6
Lahan dan Penggunaan Lahan Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti: iklim, relief, topografi, drainase dan kondisi lingkungan lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan (Sitorus 2004; Rustiadi et al. 2010). Menurut Arsyad (2010), penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu pertanian dan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air serta komoditas yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat pada lahan tersebut. Penggunaan lahan secara terperinci merupakan tipe penggunaan lahan yang diperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu. Tipe penggunaan lahan dapat terdiri dari: (1) hanya satu jenis tanaman dan (2) lebih dari satu jenis tanaman (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh nilai land rent. Alih fungsi lahan merupakan bentuk dan konsekuensi logis dari perkembangan potensial land rent di suatu lokasi dan akan berlangsung dari aktivitas dengan land rent yang lebih rendah ke aktivitas dengan land rent yang lebih tinggi. Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai bagian dari pergeseran-pergeseran dinamika alokasi dan distribusi sumberdaya menuju keseimbangan baru yang lebih produktif (Rustiadi et al. 2011).
Evaluasi Kesesuaian Lahan Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-pengunaan spesifik yang dilakukan dengan cara tertentu dan selanjutnya akan menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan. Evaluasi lahan didasarkan pada analisis hubungan antara lahan dan penggunaan lahan, mengestimasi input yang dibutuhkan serta output yang dinginkan. Tujuan utama evaluasi lahan adalah menyeleksi penggunaan lahan yang optimal untuk masing-masing satuan lahan tertentu dengan mempertimbangkan faktor fisik dan sosial ekonomi serta konservasi sumberdaya lingkungan untuk penggunaan yang lestari (Rayes 2007). Manfaat mendasar evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan pengguaan lahan yang akan dilakukan (Sitorus 2004). Semua jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan, untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan penggunaan lahan dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan untuk memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi (Djaenudin et al. 2003). Hazain et al. (2012) berpendapat, untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas, pemanfaatan sumberdaya lahan perlu mempertimbangkan kesesuaian lahan.
7
Dalam analisis kesesuaian lahan diperlukan beberapa data dan informasi, antara lain: curah hujan, suhu udara, ketinggian, kemiringan, sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Sitorus (2004) kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Selanjutnya Wang et al. (2011) menyatakan bahwa kesesuaian lahan merupakan penilaian gabungan dari faktor-faktor ekologi yang komplek tanpa adanya campur tangan dari kepentingan perencana. Kesesuaian lahan terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini dalam keadaan alami, tanpa ada perbaikan lahan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan usaha perbaikan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan melibatkan hubungan antara kualitas lahan masing-masing Satuan Peta Lahan (SPL) bagi penggunaan lahan spesifik yang akan diusahakan di suatu daerah (Rayes 2007). Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat yang sama atau hampir sama, yang penyebarannya digambarkan dalam peta sebagai hasil dari suatu survei sumberdaya alam. Kualitas lahan merupakan sifat-sifat lahan yang tidak dapat diukur langsung, karena merupakan interaksi dari beberapa karakteristik lahan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap kesesuaian lahan untuk penggunaan-pengunaan tertentu. Istilah pembandingan (matching) digunakan untuk menguraikan proses dimana persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan kondisi lahan untuk menduga kemampuan penggunaan lahan (land use performance). Pembandingan antara persyaratan pertumbuhan tanaman atau persyaratan dari suatu tipe penggunaan lahan dan kualitas lahan setiap SPL akan menghasilkan kelas kesesuaian lahan beserta faktor pembatasnya (Rayes 2007).
Sistem Informasi Geografi Salah satu kemampuan Geographic Information System (GIS) adalah dapat menyimpan data, tersedia dalam format yang mudah dianalisis dan mudah diperbarui untuk berbagai jenis pengolahan digital. GIS merupakan sistem pendukung pengambilan keputusan secara spasial (Mendas dan Delali 2012). Menurut Javadian et al. (2011), GIS berfungsi menentukan kelayakan suatu wilayah untuk penggunaan tertentu dalam perencanaan penggunaan lahan. Al-Mashreki et al. (2011) menggunakan tools Model Builder GIS dalam penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman gandum di Yamen. Kelebihan dari Model Builder secara spasial yaitu mudah untuk membangun, menjalankan, menyimpan dan memodifikasi. Penilaian kesesuaian lahan menggunakan informasi biofisik yang tersedia antara lain: iklim, tanah, bahaya erosi dan topografi. Keempat parameter ini di overlay dan model yang dikembangkan adalah weighted overlay dengan memberikan bobot pada masing-masing parameter untuk menghasilkan kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan yang diperoleh divalidasi melalui pengecekan lapangan dengan melihat produksi tanaman dan penilaian dari para ahli. Hampir 5% dari lokasi penelitian sangat
8
cocok, 25% cukup sesuai, 31% sesuai marginal, 24% tidak sesuai saat ini dan 15% lainnya tidak sesuai permanen untuk produksi sorgum. Bunruamkaew dan Murayama (2011) menggunakan GIS yang dikombinasikan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan lokasi ekowisata yang potensial di Provinsi Surat Thani, Thailand. Evaluasi situs ekowisata dilakukan berdasarkan 9 (sembilan) kriteria yaitu: visibilitas/keunikan lokasi, penggunaan lahan, jenis kawasan lindung, keragaman spesies, elevasi, kemiringan, kedekatan dengan situs budaya, jarak dari jalan dan permukiman. AHP digunakan untuk memberikan bobot dari masing-masing kriteria berdasarkan pendapat para ahli. Data tematik dari kriteria tersebut masing-masing disimpan dalam layer dengan format data GIS. Proses overlay dilakukan terhadap semua kriteria untuk mendapatkan nilai kesesuaian lahan ekowisata tiap wilayah. Kelas kesesuaian lahan untuk ekowisata dibagi dalam 4 tingkatan, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk ekowisata diperoleh wilayah yang sangat sesuai sekitar 0,41%, cukup sesuai sekitar 29,02% yang terletak di bagian timur dan barat provinsi, wilayah sesuai marginal sekitar 69,68% yang terletak di bagian tengah provinsi dan wilayah yang tidak sesuai yaitu 0,89%.
Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer 1997). Belal dan Moghanm (2011) menambahkan bahwa teknologi penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan terkait sumberdaya bumi. Citra satelit merupakan sumber data terbaik untuk mendapatkan kualitas lahan karena mudah didapat, cepat, stabil dan temporal (Liu et al. 2010). Menurut Rozenstein dan Karnieli (2011), data penginderaan jauh adalah sumber data yang sesuai dan akurat dalam pembuatan peta penggunaan lahan sehingga peta tersebut dapat selalu diperbaharui secara efisien. Salah satu cara untuk mengekstrak informasi penggunaan lahan dari data penginderaan jauh adalah melalui interpretasi visual. Namun, interpretasi visual terbatas pada sebuah band tunggal atau band komposit tiga warna (RGB). Selanjutnya Al-Mashreki et al. (2011) menjelaskan bahwa pemanfaatan data satelit harus didukung dengan survei di lapangan untuk mendapatkan data yang akurat dalam menilai potensi dan keterbatasan lahan. Shalaby dan Tateishi (2007) menggunakan teknologi penginderaan jauh dalam mengamati perubahan tutupan lahan tahun 1987 dan 2001 di Barat Laut Mesir. Citra yang digunakan yaitu Landsat 4, Landsat 5, Landsat TM dan Landsat ETM+. Citra tersebut digunakan untuk memantau dan menganalisis perubahan tutupan lahan secara temporal. Metode yang digunakan dalam klasifikasi tutupan yaitu klasifikasi terbimbing dengan verifikasi di lapangan. Untuk memperbaiki hasil klasifikasi yang kurang tepat, dilakukan interpretasi secara visual berdasarkan pengamatan di lapangan. Tren dan laju konversi tutupan lahan sangat
9
diperlukan perencana pembangunan dalam rangka membangun kebijakan penggunaan lahan yang rasional. Integrasi penginderaan jauh dan GIS dalam studi deteksi perubahan tutupan lahan memberikan informasi penting tentang sifat dan distribusi spasial perubahan tutupan lahan. Pertimbangan yang sangat penting adalah ketepatan dalam mengklasifikasikan tutupan lahan, karena jika salah akan mempengaruhi keakuratan deteksi perubahan.
Komoditas Unggulan Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran (Alkadri dan Djajadiningrat 2002). Menurut Djakapermana (2010), pengembangan sektor memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan wilayah. Selanjutnya sektor yang lain akan berkembang dan mendorong sektor lainnya yang terkait sehingga membentuk suatu sistem keterkaitan antar sektor. Pengembangan sektor menjadi salah satu pendekatan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan wilayah. Penentuan sektor unggulan yang memiliki keunggulan komparatif dan spesialisasi lokasi perlu dilakukan untuk efisiensi pengembangan wilayah. Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah sedangkan keunggulan kompetitif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah. Analisis keunggulan komparatif dapat digunakan untuk melihat suatu komoditas memiliki prospek untuk dikembangkan. Keunggulan komparatif dapat dijadikan pertanda awal bahwa suatu komoditas layak untuk dikembangkan baik untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun untuk pasar sekitarnya. Keunggulan kompetitif tidak membandingkan potensi komoditas yang sama di suatu wilayah dengan wilayah lainnya, melainkan membandingkan potensi komoditas suatu wilayah terhadap komoditas semua wilayah pesaing dalam pasar global (Tarigan 2007). Menurut Rustiadi et al. (2011), Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA) merupakan dua metode yang sering dipakai sebagai indikasi sektor basis yang selanjutnya digunakan sebagai indikasi sektor unggulan. Metode LQ digunakan untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan non-basis. SSA digunakan untuk melihat potensi pertumbuhan produksi sektoral dari suatu wilayah. Menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010), bahwa konsep SSA berfungsi untuk mengurangi kelemahan dari LQ. Metode SSA memperhitungkan faktor waktu dan bersifat dinamik. Metode LQ tidak dapat menjelaskan faktor penyebab terjadinya perubahan struktur sementara SSA mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan struktur.
Hasil Penelitian Tanaman Pangan Terdahulu Baehaqi (2010) melakukan penelitian pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah. Pengembangan komoditas
10
unggulan tanaman pangan didasarkan pada pertimbangan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Secara ekologi, pemilihan komoditas disesuaikan dengan daya dukung lahan yang dapat dilihat dari kesesuaian lahan. Aspek ekonomi mempertimbangkan keuntungan komoditas bagi petani. Aspek sosial mempertimbangkan aspirasi dan penguasaan teknologi oleh petani. Aspek legalitas dalam penentuan lahan tersedia telah dipertimbangkan agar kemungkinan konflik sosial dan hukum terkait lahan dalam rencana tata ruang dapat diminimalkan. Lahan tersedia dengan luas 134.758 ha diasumsikan merupakan lahan yang tidak berstatus Hak Guna Usaha (HGU) atau dikuasai Departemen Kehutanan, lahan yang tidak direncanakan sebagai kawasan lindung berdasarkan RTRW dan lahan yang berdasarkan penggunaannya bukan perkebunan, kebun campuran dan permukiman. Penentuan komoditas unggulan menggunakan Metode Location Quotient (LQ) dan tren luas panen. Dari beberapa komoditas basis, dipilih komoditas unggulan prioritas menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil AHP menunjukkan komoditas padi sebagai komoditas unggulan prioritas pertama, jagung sebagai prioritas kedua dan ubi kayu sebagai prioritas ketiga. Metode penentuan lokasi dengan cara coba-coba (trial and error) hingga diperoleh kombinasi arahan pengembangan yang dinginkan. Syamson (2011) merekomendasikan arahan pengembangan tanaman padi sawah di Kabupaten Baru pada Areal Penggunaan Lain (APL) dengan luas 49.339 ha. Berdasarkan peta paduserasi hutan, Kabupaten Baru terbagi atas 3 kawasan yaitu: hutan lindung, hutan produksi terbatas dan Areal Pengunaan Lain (APL). Dari lahan APL yang tersedia tersebut, hanya 28.626 ha dapat diusulkan sebagai lahan aktual dan lahan potensial untuk Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B). Penetapan KP2B mengacu pada kondisi penutupan lahan di Kabupaten Baru. Penutupan/penggunaan lahan di APL berupa sawah irigasi dan sawah tadah hujan dikategorikan sebagai lahan aktual dengan pertimbangan lahan tersebut telah digunakan untuk kegiatan pertanian pangan khususnya padi sawah dengan luas 14.006 ha. Lahan aktual ini selanjutnya diusulkan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Penutupan/penggunaan lahan berupa semak/belukar, kebun/perkebunan, ladang/tegalan dan hutan di APL yang memiliki kesesuaian lahan S (sesuai) dikategorikan sebagai lahan potensial untuk tanaman padi sawah, dengan pertimbangan jika dimasa akan datang lahan pertanian pangan mengalami degradasi akibat alih fungsi lahan atau penyebab lainnya, maka lahan-lahan tersebut dapat dialihfungsikan menjadi areal pertanian pangan (sawah). Luas lahan potensial yang direkomendasikan yaitu 14.619 ha dan diusulkan menjadi Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B). Iwan (2010) mengidentifikasi komoditas unggulan untuk pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sumbawa. Untuk menentukan alternatif komoditas tanaman pangan unggulan digunakan analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Tipologi Klassen berdasarkan aspek sumberdaya lahan dan nilai ekonomi. Penentuan prioritas pengembangan dilakukan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Arahan pengembangan dirumuskan secara deskriptif berdasarkan proyeksi konsumsi dan hasil analisis spasial zona agroekologi dengan pola penggunaan lahan yang ada. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa komoditas jagung, kedelai, kacang hijau, ubi jalar dan cabe rawit merupakan alternatif komoditas unggulan. Indikator keunggulan ditunjukkan oleh estimasi nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata daerah
11
acuan yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil AHP, komoditas jagung menempati urutan teratas dengan skor 0,33 dan diikuti oleh kacang hijau dengan skor 0,23. Produksi jagung dan kacang hijau saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi regional dengan indeks kecukupan lebih dari 1, masing-masing sebesar 2,58 dan 8,09. Indeks kecukupan didefinisikan dengan cara membagi jumlah produksi terhadap tingkat konsumsi tiap komoditas.
3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi yang terdiri dari 11 kecamatan, yaitu: Mestong, Sungai Bahar, Bahar Selatan, Bahar Utara, Kumpeh Ulu, Sungai Gelam, Kumpeh, Maro Sebo, Taman Rajo, Jambi Luar Kota dan Sekernan. Waktu pelaksanaan penelitian selama 9 (sembilan) bulan, yaitu dari bulan November 2012 hingga Juli 2013.
Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi Citra Landsat 7 ETM tahun 2013 dan hasil verifikasi di lapangan (ground check). Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait dan berwenang yang terdiri data spasial dan data tabular. Verifikasi di lapangan dilakukan untuk mengetahui jenis penggunaan lahan. Data yang diperlukan dan sumber data disajikan pada Tabel 1.
Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), software pengolahan data penginderaan jauh (Erdas Imagine 9.2) dan software pengolahan data spasial (ArcGIS 10).
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: studi literatur, pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Dalam studi literatur dilakukan pengumpulan informasi yang terkait dengan topik penelitian dari buku, jurnal dan terbitan ilmiah lainnya yang relevan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan, yaitu verifikasi penggunaan lahan di lapangan dalam pembuatan Peta Penggunaan Lahan. Selain itu, dilakukan wawancara dengan petani dan petugas penyuluh pertanian di lapangan tentang lahan pertanian pangan.
12
Tabel 1 Jenis data yang dibutuhkan dan sumber data No. Jenis Data 1. Data Primer - Penggunaan lahan tahun 2013 Kabupaten Muaro Jambi 2.
Data Sekunder - Produksi tanaman pangan tahun 2001-2011 - Luas lahan tanaman pangan tahun 2000-2011 - Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi tahun 20112016 - Peta LREP Lembar Jambi (1014), Lembar Muaro Bungo (0914), Lembar Sarolangun (0913) dan Lembar Palembang (1013) - Data iklim tahun 2000-2011 (curah hujan bulanan, suhu rata-rata bulanan dan kelembaban rata-rata bulanan) - Data kesuburan tanah (KTK liat, KB, pH H2O, COrganik) dan data fisik lahan (tekstur, kedalaman tanah, kematangan gambut, salinitas, lereng dan singkapan batuan) - Data konsumsi pangan daerah -
Peta administrasi Kabupaten Muaro Jambi Peta rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi Peta moratorium lahan gambut dan hutan Peta kawasan pertambangan Peta kawasan hutan Peta konsesi Hak Guna Usaha (HGU)
Sumber Citra Landsat 7 ETM tahun 2013 dan verifikasi di lapangan (ground check) BPS BPS Distan TPH Kab. Ma. Jambi
BBSDLP/Puslittanak
BPS dan Stasiun Klimatologi Jambi Said dan Zuhdi (2002) dan BBSDLP
Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kab. Ma. Jambi Bappeda Kab. Ma. Jambi Bappeda Kab. Ma. Jambi Kementerian Kehutanan Dinas ESDM Prov. Jambi Bappeda Kab. Ma. Jambi BPN Prov. Jambi
Data sekunder yang dikumpulkan berupa data spasial, data tabular, peraturan perundang-undangan/kebijakan pemerintah yang terkait dengan tanaman pangan. Data spasial berupa peta-peta tematik yang terkait topik penelitian. Data tabular berupa data statistik pertanian dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi, data konsumsi pangan dari Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Muaro Jambi serta data iklim dari Stasiun Klimatologi Jambi.
Teknik Analisis Data Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu: analisis penutupan/penggunaan lahan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan, analisis kesesuaian lahan, analisis komoditas unggulan tanaman pangan, analisis kebutuhan lahan pangan dan analisis konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap Rencana Pola Ruang lahan pangan serta menyusun arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi. Bagan alir penelitian terlampir pada Lampiran 1. Pada Tabel 2 disajikan matrik hubungan antara tujuan, jenis data, sumber data, metode analisis dan hasil analisis data penelitian.
13
Tabel 2 Matrik hubungan tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metode analisis dan hasil analisis No. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis penggunaan lahan dan ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi.
Jenis Data Citra Landsat tahun 2013, Peta Administrasi, Peta Moratorium Lahan Gambut dan Hutan, Peta Kawasan Pertambangan, Peta Kawasan HGU, Peta Kawasan Hutan 2. Menganalisis Data kesuburan kesesuaian lahan tanah, data curah tersedia untuk hujan, data suhu, pengembangan data kelembaban, tanaman pangan Peta LREP, Peta di Kabupaten Administrasi, Muaro Jambi. kriteria kesesuaian lahan tanaman pangan. 3. Mengetahui Data luas panen komoditas pangan komoditas pangan unggulan tiap tiap kecamatan kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi.
Sumber Data Metode Analisis Hasil Analisis USGS, Analisis citra dan - Penggunaan Bappeda, overlay lahan tahun BPN, 2013. Kemenhut, - Jumlah lahan Dinas ESDM yang dapat Prov. Jambi diarahkan untuk pengembangan (lahan tersedia) Bappeda, BPS, BMKG, Said dan Zuhdi (2002), BBSDLP.
BPS, Dinas Pertanian TPH Kab. Muaro Jambi
Overlay, - Kesesuaian mencocokkan dan lahan untuk membandingkan tanaman data (matching) pangan
Analisis Location - Jenis komoditas Quotient (LQ) pangan dan komponen unggulan tiap Differential Shift kecamatan (DS) dalam Shift Share Analysis (SSA) 4. Menganalisis Jumlah penduduk, BPS, Badan Analsis - Kebutuhan kebutuhan pangan tingkat konsumsi Pelaksana pertumbuhan lahan pangan dan lahan sampai pangan, Penyuluh penduduk sampai dengan tahun 2031 di produktivitas lahan, Ketahanan (metode tahun 2031 Kabupaten Muaro Renstra Dinas Pangan, Dinas geometri), Jambi. Pertanian TPH Pertanian pertumbuhan TPH produktivitas, konsumsi pangan 5. Mengetahui Peta Rencana Pola Hasil analisis Overlay, analisis - Konsistensi konsistensi Ruang, Peta tujuan 1, 2, 3 deskripsi penggunaan penggunaan lahan Penggunaan Lahan, dan 4, lahan pangan pangan eksisting Peta Ketersediaan Bappeda Kab. terhadap terhadap rencana Lahan, Peta Muaro Jambi rencana pola pola ruang lahan kesesuaian lahan, ruang pangan dan komoditas - Arahan menyusun arahan unggulan tiap pengembangan pengembangan kecamatan lahan tiap lahan pertanian komoditas pangan di pangan Kabupaten Muaro Jambi.
14
Analisis Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Untuk mengetahui penggunaan lahan saat ini dilakukan pembuatan peta penutupan/penggunaan lahan. Data yang digunakan dalam analisis tutupan lahan adalah Citra Landsat 7 ETM akuisisi tahun 2013 path 125 row 061. Kombinasi Band yang digunakan yaitu R = Band 5, G = Band 4 dan B = Band 3. Pemotongan (cropping) citra menggunakan batas administrasi Kabupaten Muaro Jambi. Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan software pengolahan citra. Informasi jenis tutupan lahan dari citra diperoleh melalui interpretasi dengan menggunakan metode digitasi secara visual (on screen digitation). Deliniasi tutupan lahan dilakukan dengan pembuatan poligon menggunakan software pengolahan data spasial. Tahapan selanjutnya adalah penyajian hasil digitasi jenis tutupan lahan kedalam peta untuk memperoleh jenis tutupan lahan eksisting di Kabupaten Muaro Jambi. Pengecekan di lapangan dilakukan untuk memverifikasi hasil interpretasi tutupan lahan pada citra dengan pengambilan titik sampel tiap jenis tutupan lahan menggunakan alat GPS. Hasil verifikasi lapangan dipadukan dengan peta tutupan lahan hasil interpretasi citra untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam interpretasi citra. Hasil akhir dari analisis ini adalah Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013. Analisis ketersediaan lahan bertujuan mengetahui luas lahan yang dapat dianalisis dan dikembangkan untuk tanaman pangan. Beberapa status lahan yang tidak dapat direkomendasikan untuk pengembangan lahan pertanian pangan dalam penelitian ini yaitu: 1. Kawasan Moratorium Lahan Gambut dan Hutan 2. Kawasan Pertambangan 3. Kawasan Hutan 4. Kawasan Hak Guna Usaha 5. Perkebunan eksisting 6. Areal Permukiman eksisting Dengan metode overlay, kawasan tersebut dikeluarkan dari lahan arahan pengembangan tanaman pangan. Lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan merupakan lahan yang tidak termasuk lahan sawah eksisting. Lahan sawah eksisting tidak dimasukkan dalam analisis ketersediaan lahan. Namun dalam menyusun arahan pengembangan lahan pertanian pangan, lahan sawah eksisting tetap direkomendasikan. Pengembangan pertanian lahan kering diarahkan untuk mengintensifkan lahan pertanian lahan kering (hasil interpretasi citra) yang ada. Dari hasil analisis didapat lahan tersedia yaitu lahan yang bebas dan dapat ditentukan kesesuaian lahannya untuk diarahkan sebagai lokasi pengembangan lahan pertanian pangan. Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan menggunakan kerangka evaluasi lahan FAO 1976. Lahan dibagi menjadi 2 (dua) ordo yaitu: sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kemudian pembagian lebih lanjut ordo (S) menjadi tingkatan kelas kesesuaian lahan. Ordo S dibagi dalam tingkatan: S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal). Ordo N dibagi dalam tingkatan: N1 (tidak sesuai saat ini)
15
dan N2 (tidak sesuai permanen). Dalam penelitian ini, tingkatan kelas dalam ordo N digabung menjadi satu menjadi N (tidak sesuai), hal ini sesuai persyaratan/kriteria pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Petanian Departemen Pertanian tahun 2003. Analisis kesesuaian lahan dalam penelitian ini hanya mengkaji kesesuaian berdasarkan faktor fisik lahan tanpa memperhitungkan faktor ekonomi. Analisis kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan data dan Peta LREP Skala 1 : 250.000 Lembar Muaro Bungo (0914), Lembar Jambi (1014), Lembar Sarolangun (0913) dan Lembar Palembang (1013). Peta LREP terlebih dahulu dilakukan deliniasi dengan menggunakan Peta Administrasi Kabupaten Muaro Jambi. Dalam Peta LREP terdapat satuan lahan yang masing-masing memiliki karakteristik dan kualitas lahan yang berbeda. Karakteristik tiap satuan lahan diinterpretasikan dan dideskripsikan untuk mendapatkan informasi lahan yang akan digunakan untuk analisis sesuai syarat/kriteria kesesuaian lahan. Berdasarkan Peta LREP, Kabupaten Muaro Jambi memiliki 35 satuan lahan (Lampiran 2). Dari 35 satuan lahan tersebut, 24 satuan lahan dapat dilakukan analisis untuk pengembangan lahan pertanian pangan sedangkan 11 satuan lahan lagi merupakan lahan tidak tersedia. Data biofisik dan kesuburan tanah yang digunakan dalam analisis bersumber dari hasil penelitian Said dan Zuhdi (2002) dan database tanah pada peta LREP. Secara lebih rinci, pada Tabel 3 diuraikan jenis data biofisik yang digunakan berdasarkan sumber data tiap satuan lahan. Tabel 3 Jenis data biofisik yang digunakan berdasarkan sumber data tiap satuan lahan Satuan Lahan Au.1.1.3, Au.1.2, Au.1.2.1, Au.1.2.2, Au.4.1.1, Idf.2.1, Idf.3.1, Pf.1.0, Pf.4.2, Pf.5.3, Pfq.2.1. D.2.1.2. D.2.1.3 Au.1.3, Idf.4.2, Pf.2.1, Pf.3.1, Pf.3.2, Pf.4.3, Pf.5.2, Pfq. 3.1, Au.1.1.2, Hfq.2.2.2, Idf. 5.3.
Keterangan: KTK = KB = pH = C-or = deep = dra =
Kapasitas Tukar Kation Kejenuhan Basa Kemasaman tanah Kandugan C-organik Kedalaman tanah Drainase
Jenis data biofisik lahan berdasarkan sumber yang digunakan Ekstrapolasi dari Said dan Zuhdi data Said dan Data LREP (2002) Zuhdi (2002) KTK, KB, pH, deep, sal, slope, C-org, tks, dra rock,
KTK, KB, pH, C-org, tks, dra -
KTK, KB, pH, C-org, tks KTK, KB, pH, C-org, tks tks
-
tks peat sal slope rock
= = = = =
deep, sal, slope, rock, peat deep, drain, salin, slope, rock, peat deep, dra, sal, slope, rock KTK, KB, pH, C-org, deep, dra, sal, slope, rock
Tekstur Kematangan gambut Salinitas Lereng Singkapan batuan
Beberapa satuan lahan perlu dilakukan ekstrapolasi data yang bersumber dari penelitian Said dan Zuhdi (2002), karena data tersebut merupakan data yang
16
lebih baru dibanding data LREP. Ekstrapolasi data didasarkan pada kesamaan jenis tanah dalam satuan lahan yaitu tingkatan great grup. Data biofisik lahan yang diekstrapolasi yaitu: KTK, KB, pH, C-organik dan tekstur. Data LREP yang digunakan yaitu: kedalaman tanah, salinitas, lereng, singkapan batuan dan kematangan gambut. Dari 24 satuan lahan yang akan dianalisis, 12 satuan lahan menggunakan data hasil penelitian Said dan Zuhdi (2002) dan 9 satuan lahan menggunakan data ektrapolasi. 3 satuan lahan lainnya menggunakan database LREP dikarenakan pada satuan lahan ini tidak ditemukan great grup yang sama dengan data Said dan Zuhdi (2002). Data ekstrapolasi merupakan data hasil analisis pada tingkat great grup yang sama. Tiap satuan lahan Peta LREP memiliki lebih dari satu great grup (facets) dengan proporsi luas yang berbeda dan tiap great grup memiliki nilai karaktristik lahan yang berbeda. Data Said dan Zuhdi (2002) terlebih dahulu perlu dikelompokkan berdasarkan great grup yang sama untuk mendapatkan nilai data karakteristik lahan tiap tingkatan great grup. Satuan lahan yang tidak memiliki data karakteristik terlebih dahulu harus dianalisis untuk mengetahui luas (proporsi) tiap great grup. Selanjutnya, great grup pada satuan lahan tersebut diberikan nilai berdasarkan data Said dan Zuhdi (2002). Untuk mendapatkan nilai data karakteristik tiap satuan lahan, data tiap great grup harus dikalkulasikan kembali berdasarkan persentase luas (proporsi) satuan lahan. Tahapan selanjutnya menggabungkan dan mencocokkan (matching) informasi tiap satuan lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman pangan berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Petanian Departemen Pertanian tahun 2003. Parameter kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan pada analisis evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah: 1. Temperatur : temperatur rerata (oC) 2. Ketersediaan air : curah hujan (mm), lama bulan kering dan kelembaban (%) 3. Media perakaran : drainase, tekstur, kedalaman tanah (cm) dan kematangan gambut (bila pada lahan gambut) 4. Retensi hara : KTK liat (cmol), Kejenuhan Basa (%), pH H2O dan C-organik (%) 5. Toksisitas : salinitas (ds/m) 6. Bahaya erosi : lereng (%) 7. Penyiapan lahan : singkapan batuan (%) (Djaenudin et al. 2003). Hasil akhir analisis kesesuaian lahan adalah kelas kesesuaian lahan tiap satuan lahan dengan faktor pembatasnya. Kelas kesesuaian lahan menjadi dasar dalam arahan pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi. Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Analisis komoditas unggulan dilakukan untuk mengetahui sebaran komoditas pangan unggulan wilayah kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi. Data yang digunakan adalah luas panen tanaman pangan (Lampiran 3). Komoditas
17
unggulan tiap kecamatan menjadi dasar dalam arahan pengembangan lahan pertanian pangan. Analisis komoditas unggulan dilakukan pada 6 (enam) komoditas pangan, yaitu: jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Padi sawah dan padi ladang tidak dianalisis dengan metode LQ dan SSA, karena kedua komoditas ini merupakan sumber utama pangan pokok dilokasi penelitian yaitu beras. Dengan memiliki fungsi yang penting untuk mewujudkan swasembada pangan, kedua komoditas ini direkomendasikan pengembangannya di tiap kecamatan berdasarkan kelas kesesuaian lahan. 1. Metode Location Quotient (LQ) Metode Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan basis dan non basis (mengetahui komoditas unggulan komparatif). Data yang digunakan adalah luas panen tanaman pangan tahun 2007 hingga 2011. Persamaan LQ adalah:
Dimana: LQ ij = X ij = X i. = X .j = X .. =
LQ =
X / X X / . .
indeks pemusatan komoditas ke-j di kecamatan ke-i luas panen komoditas ke-j di kecamatan ke-i luas panen semua komoditas pangan di kecamatan ke-i luas panen komoditas ke-j di Kabupaten Muaro Jambi luas panen semua komoditas pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Perhitungan LQ menghasilkan 3 kriteria yaitu: LQ > 1, artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan (komoditas memiliki keunggulan komparatif) LQ = 1, artinya komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. LQ < 1, artinya komoditas ini termasuk non basis. 2. Shift Share Analysis (SSA) Untuk mengetahui komoditas unggulan yang mampu berkompetisi tiap kecamatan perlu dilakukan analisis Differential Shift (DS) yang merupakan bagian dari Shift Share Analysis (SSA). SSA digunakan untuk mengevalusi pergeseran struktur aktivitas di suatu wilayah dan membandingkan secara relatif dengan suatu referensi (cakupan wilayah yang lebih luas) dalam dua titik waktu. Struktur aktivitas dari hasil SSA juga dapat menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas (Panuju dan Rustiadi 2011). Analisis ini menggunakan data luas panen tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2008 dan tahun 2011. Dari hasil SSA diperoleh gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis yaitu: 1. Komponen laju pertumbuhan total (komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.
18
2.
3.
Komponen pergeseran proporsional (komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah. Proportional shift menunjukkan dinamika aktivitas keseluruhan dalam wilayah. Komponen pergeseran differensial (komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total aktivitas tersebut secara agregat. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ketakunggulan) suatu aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas tersebut di sub wilayah lain.
Persamaan SSA adalah sebagai berikut: (a) (b) (c) .. 1 Xi t1 X. . t1 Xij t1 Xi t1 SSA = − 1 + − + − .. 0 0 .. 0 0 0 Dimana: a = komponen share b = komponen proportional shift c = komponen differential shift X.. = luas panen semua komoditas pangan dalam Kabupaten Muaro Jambi Xi = luas panen komoditas ke-i dalam Kabupaten Muaro Jambi X ij = luas panen komoditas ke-i dalam kecamatan ke-j t 1 = titik tahun akhir (2011) t 0 = titik tahun awal (2008) Dalam SSA komponen yang digunakan untuk mengindikasikan keunggulan kompetitif suatu komoditas adalah komponen pergeseran differensial (DS). Menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010), komponen differential shift (pertumbuhan pangsa wilayah) menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu sektor dalam suatu wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama pada wilayah referensi. Hasil analisis LQ dan DS dikombinasikan untuk mendapatkan komoditas yang unggul secara komparatif maupun kompetitif setiap kecamatan. Komoditas dengan nilai LQ > 1 dan DS > 0 ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Analisis Kebutuhan Pangan dan Lahan Analisis kebutuhan pangan dan lahan bertujuan untuk mengetahui kebutuhan lahan pertanian pangan tiap komoditas berdasarkan jumlah penduduk, tingkat konsumsi pangan penduduk dan produktivitas lahan tiap komoditas. Dari hasil analisis ini dapat diketahui jumlah lahan yang dibutuhkan tiap komoditas agar tercapai swasembada pangan. Analisis kebutuhan pangan dan lahan dilakukan hingga tahun 2031 dengan menggunakan beberapa asumsi. Secara lebih rinci, asumsi yang digunakan dalam analisis disajikan pada Tabel 4. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam analisis ini yaitu:
19
1.
Analisis Pertumbuhan Penduduk Metode Geometri digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk tahun 2000 sampai dengan tahun 2011. Rumus yang digunakan adalah: Pn = Po (1 + r)n Dimana: Pn = jumlah penduduk tahun ke-n Po = jumlah penduduk tahun awal R = rata-rata laju pertumbuhan penduduk (%) Nilai laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000 sampai 2011 dibandingkan dengan nilai laju pertumbuhan penduduk nasional tahun 2000 sampai 2010. Apabila nilai laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Muaro Jambi lebih tinggi dari nilai laju pertumbuhan penduduk nasional, maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Muaro Jambi harus diturunkan sesuai dengan nilai laju pertumbuhan penduduk nasional. Tabel 4 Asumsi perhitungan kebutuhan pangan dan lahan No. Parameter 1. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2031 menjadi 1,5 % per tahun. 2. Tingkat konsumsi bahan pangan: - beras - jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar 3. Konversi bahan pangan - beras ke padi GKG - jagung pipilan, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. - ubi kayu dan ubi jalar 4. Produktivitas lahan tiap komoditas mengalami peningkatan sesuai dengan target Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Muaro Jambi - padi sawah - padi ladang - jagung - kedelai - kacang tanah - kacang hijau - ubi kayu - ubi jalar 5. Konversi lahan pertanian eksisting tidak terjadi
2.
Nilai - sejak tahun 2012 laju pertumbuhan turun 0,116% per tahun - turun 1% per tahun - naik 1 % per tahun - 63,2% - 95% - 100% (tidak dikonversi)
-
naik 2,18% per tahun naik 2,24% per tahun naik 3,57% per tahun naik 2,24% per tahun naik 1,96% per tahun naik 1,93% per tahun naik 1,96% per tahun naik 1,96% per tahun
Analisis Konsumsi Pangan Nilai konsumsi pangan didapat dengan merata-ratakan jumlah konsumsi pangan tahun 2010 dan 2011. Data konsumsi pangan bersumber dari Badan Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Muaro Jambi. Konsumsi dari bahan pangan yang dihitung yaitu: beras giling, jagung pipilan, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Untuk mendapatkan nilai berat bahan pangan sebelum diolah, perlu terlebih dahulu dilakukan konversi berat bahan pangan tersebut menjadi sumber
20
komoditasnya. Berdasarkan data dari Badan Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Muaro Jambi (2012), nilai konversi bahan olahan pangan baras giling ke padi (GKG) adalah 63,2% dari padi gabah kering giling. Nilai konversi jagung pipilan, kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau adalah 95% dari hasil panen (5% terbuang) sedangkan untuk ubi kayu dan ubi jalar tidak dikonversi. 3.
Analisis Produktivitas Lahan Produktivitas lahan tiap komoditas diasumsikan mengalami peningkatan sesuai dengan target Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2016, yaitu: padi sawah naik 2,18% per tahun, padi ladang naik 2,24% per tahun, jagung naik 3,57% per tahun, kedelai naik 2,24% per tahun, kacang tanah naik 1,96% per tahun, kacang hijau naik 1,93% per tahun, ubi kayu naik 1,96% per tahun dan ubi jalar naik 1,96% per tahun. Data yang didapat dari hasil analisis ditabulasi dan dikalkulasikan untuk mendapatkan nilai kebutuhan konsumsi bahan pangan kabupaten. Dengan mengetahui kebutuhan pangan, akan diketahui kebutuhan lahan berdasarkan produktivitas lahan setiap komoditas pangan hingga tahun 2031. Analisis Konsistensi Lahan Pangan Eksisting dan Menyusun Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan 1.
Analisis Konsistensi Penggunaan Lahan Pangan Eksisting Untuk mengetahui konsistensi penggunaan lahan pangan dalam rencana pola ruang lahan pangan, perlu dilakukan overlay peta eksisting lahan pangan dengan peta rencana pola ruang. Tujuannya untuk mengetahui penggunaan lahan pangan yang tidak konsisten, yaitu berada diluar rencana pola ruang lahan pangan. Penggunaan lahan pangan sawah dan pertanian lahan kering yang berada diluar rencana pola ruang dijadikan usulan revisi rencana pola ruang. Selain pertimbangan penggunaan lahan pangan eksisting, usulan revisi rencana pola ruang juga berpedoman pada kebutuhan lahan hingga tahun 2031. 2.
Analisis dalam Penyusunan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Arahan pengembangan lahan pertanian pangan disusun berdasarkan hasil analisis komoditas unggulan, kesesuaian lahan, status lahan, penggunaan lahan eksisting, kebutuhan lahan pangan tahun 2031, pola tanam dan luas minimal lahan sawah baru di tiap kecamatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, disusun matrik prioritas yang dijadikan dasar arahan pengembangan lahan pertanian pangan. Penetapan komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dan DS > 0. Khusus untuk padi sawah dan padi ladang direkomendasikan dikembangkan di tiap kecamatan dengan luas lahan arahan minimal tiap kecamatan 100 ha. Lahan dengan ordo S (sesuai) direkomendasikan untuk dijadikan lahan arahan pengembangan sedangkan lahan dengan ordo N (tidak sesuai) tidak direkomendasikan. Kriteria pertimbangan status dan penggunaan lahan merupakan lahan yang tersedia dan dapat dijadikan arahan pengembangan. Luas lahan yang diarahkan memperhitungkan kebutuhan lahan berdasarkan konsumsi pangan sampai tahun 2031. Arahan pola tanam merupakan pergiliran tanam dalam satu tahun, yaitu kombinasi beberapa komoditas pangan di tiap kecamatan.
21
Hasil analisis arahan dapat diketahui luas wilayah yang direkomendasikan sebagai arahan pengembangan lahan pertanian pangan menurut komoditas. Metode analisis yang digunakan dalam menyusun arahan adalah analisis deskriptif. Menurut Nazir (2011), metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena mengenai situasi atau kejadian yang diselidiki.
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak di antara 1o 5’ – 2o 20’ Lintang Selatan dan 103o 10’ – 104o 20’ Bujur Timur dengan luas wilayah 5.246 km2 (BPS 2011). Posisi geografis Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Gambar 2. Adapun batas-batas Kabupaten Muaro Jambi adalah: - Sebelah Utara : Kabupaten Tanjung Jabung Timur - Sebelah Timur : Kabupaten Tanjung Jabung Timur - Sebelah Selatan : Provinsi Sumatera Selatan - Sebelah Barat : Kabupaten Batang Hari dan Tanjung Jabung Barat
Gambar 2 Administrasi Kabupaten Muaro Jambi
22
Administrasi Wilayah Kabupaten Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 54 tahun 1999 sebagai pemekaran dari Kabupaten Batang Hari dan resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999. Saat ini Kabupaten Muaro Jambi terdiri atas 11 kecamatan yaitu: Sekernan, Maro Sebo, Jaluko, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Mestong, Sungai Bahar, Sungai Gelam, Bahar Utara, Bahar Selatan dan Taman Rajo. Luas wilayah per kecamatan dan jumlah desa/kelurahan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Luas wilayah kecamatan, jumlah desa dan kelurahan di Kabupaten Muaro Jambi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kecamatan Mestong Sungai Bahar Bahar Selatan Bahar Utara Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Taman Rajo Jambi Luar Kota Sekernan Jumlah
Jumlah Desa 14 11 10 11 17 14 16 11 10 17 15 146
Jumlah Kelurahan
Luas Wilayah (km2)
1 1 1 1 1 5
474,7 160,5 195,69 167,26 386,65 654,41 1.658,93 261,47 352,67 280,12 671,6 5.246
Persentase dari Wilayah Kabupaten 9,05 3,06 3,73 3,19 7,37 12,47 31,62 4,98 6,72 5,34 12,8 100
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2011)
Kondisi Fisik Wilayah Curah Hujan Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.329 mm (Lampiran 4). Rata-rata bulan kering dalam kurun tahun 2002 hingga 2012 sebesar 1,81. Bulan kering merupakan bulan dengan curah hujan < 100 mm. Bulan dengan curah hujan tinggi terjadi antara Oktober sampai April. Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi selama 11 tahun terakhir terjadi di bulan April dengan jumlah 243 mm. Pada bulan Mei curah hujan mulai menurun hingga September dan terendah terjadi di bulan Juni dengan jumlah rata-rata 106 mm Suhu
Suhu rata-rata selama 11 tahun terakhir yaitu 26,58oC (Lampiran 4). Suhu terendah terjadi di bulan Februari yaitu 25,99 oC. Hal ini sesuai dengan kondisi musim yang berlangsung yaitu musim hujan. Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei 27,15 oC. Pada bulan Mei, Kabupaten Muaro Jambi mulai memasuki musim kemarau. Fluktuasi suhu rata-rata bulanan di Kabupaten Muaro Jambi tidak terlalu tinggi.
23
Kelembaban Udara Kelembaban udara rata-rata selama tahun 2002 hingga 2012 sebesar 85,80% (Lampiran 4). Kelembaban udara terendah terjadi di bulan Agustus yaitu 83,27% dan kelembaban tertinggi terjadi di bulan Januari yaitu 87,55%. Pada bulan Juni hingga September, kelembaban udara relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan bulan lainnya. Fisiografi Wilayah Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan daerah dipandang dari faktor dan proses pembentukannya (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Kabupaten Muaro Jambi memiliki 6 (enam) grup fisiografi, yaitu: kubah gambut, aluvial, marin, dataran tuf masam, dataran dan perbukitan (Wahyunto et al. 1990). Pada Tabel 6 disajikan persentase grup fisiografi menurut kecamatan dan fisiografi Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Gambar 3. Tabel 6 Grup fisiografi menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
Aluvial (A) 1.601 972 5.223 13.016 13.814 2.589 1.952 5.792 583 195 12.821 58.557 11,00
Luas Grup Fisiografi (ha) Dataran Kubah Dataran Marin Perbukitan Sungai Tuf Gambut (P ) (B) (H) Masam (I) (D) 13.865 3.989 71 43 2.686 12.452 605 10 262 21.689 261 578 386 - 151.652 4.844 - 1.405 197 24.542 113 4.990 18.391 170 17.726 27.774 19 40.181 11.654 3.912 4.425 1.194 5.830 8.324 1.297 15 31.078 15.802 18.365 21.191 - 1.618 112.211 106.675 238.314 4.844 6.398 5.165 21,09 20,05 44,78 0,91 1,20 0,97
Jumlah 19.569 16.726 28.013 171.303 38.666 26.140 47.470 67.158 16.050 65.441 35.629 532.164 100
1. Grup Kubah Gambut (D) Grup Kubah Gambut memiliki luas terbesar yaitu 238.314 ha (44,78% dari luas keseluruhan). Pada daerah ini dijumpai kubah gambut oligotropik air tawar yang terbentuk di daerah cekungan atau rawa belakang yang memungkinkan daerahnya tergenang sepanjang tahun. Gambut yang terbentuk di daerah ini adalah homogen, namun karena pengaruh lingkungan setempat terdapat variasi ketebalan gambut, dekomposisi dan campuran endapan lumpur. Tropohemists dan Troposaprists merupakan tanah yang dominan pada satuan lahan ini. Penghambat utama berupa genangan air dan kandungan hara yang rendah. 2. Grup Aluvial (A) Luas wilayah Grup Aluvial adalah 58.557 ha (11,00%). Grup Aluvial di daerah ini terbentuk dari bahan endapan sungai dan endapan rawa. Letaknya tersebar antara ketinggian 5-30 meter dpl di sepanjang jalur aliran Sungai
24
Batanghari. Bentuk wilayah datar agak cembung dan datar agak berombak dengan lereng 0-8%. Jalur aliran sungai merupakan dataran banjir dari sungai bermeander (A*1.2), pada bagian yang relatif kering didominasi oleh tanah Dystropepts dan Tropofluvents. Bagian pelembahan yang sering tergenang air dijumpai tanah jenis Tropaquepts. Di daerah rawa belakang (A*1.2.2) umumnya merupakan rawa permanen yang didominasi oleh tanah Tropaquepts serta sesetempat terdapat tanah Troposaprists dan Tropohemists.
Gambar 3 Fisiografi Kabupaten Muaro Jambi
3. Grup Marin (B) Grup Marin memiliki luasan terkecil yaitu 4.844 ha atau 0,91% dari luas keseluruhan. Penyebarannya berada di sebelah timur wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Daerah marin merupakan dataran rendah sepanjang pantai timur. Sebagian besar daerahnya dipengaruhi pasang surut, berupa beting pantai (B*1), dataran pasang surut (B*4) dan rawa belakang pantai (B*5). Grup ini terletak pada ketinggian antara 1-10 meter dpl dan bentuk wilayah datar, datar agak cekung (lereng <3%). Jenis tanah utama adalah Sulfaquents dan Tropaquents, yang merupakan tanah yang belum berkembang di daerah cekung sepanjang pantai dan selalu tergenang air. Tanah lain yang dijumpai di daerah ini adalah Tropaquepts. Penghambat utama berupa genangan air dan air asin, sulfat masam serta unsur hara (kesuburan tanah) rendah. 4. Grup Dataran Tuf Masam (I) Grup Dataran Tuf Masam berbentuk wilayah datar sampai berombak. Bahan pembentuknya berupa tuf masam bersusunan dasit/ignimbrite sebagai hasil
25
aktivitas volkan. Grup ini terletak pada ketinggian 15-50 meter dpl dengan variasi lereng 0-8 %. Luas Grup Dataran Tuf Masam yaitu: 106.675 ha (20,05% dari luas keseluruhan). Bagian punggung grup ini didominasi oleh tanah Haploperox. Pada daerah yang melereng terdapat tanah Dystropepts dan sesetempat dijumpai tanah Kandiudults. Di daerah cekungan/pelembahan dijumpai tanah Tropaquepts yang merupakan tanah di lingkungan basah. Keempat jenis tanah ini umumnya berpenampang dalam sampai sangat dalam, tekstur agak halus sampai halus dan drainase baik sampai terhambat. Kesuburan tanah rendah dicirikan dengan kadar P total dan nilai Kapasitas Tukar Kation yang rendah. Penghambat utama pada tanah Dystropepts umumnya dicirikan kejenuhan aluminium tinggi sampai sangat tinggi sehingga menjadi racun bagi pertumbuhan tanaman dan miskin hara. 5. Grup Dataran (P) Grup Dataran pada daerah ini tersusun dari batuan sedimen masam (batuliat dan batupasir) yang berasal dari Formasi Palembang Anggota Tengah dan Bawah. Bentuk wilayah datar, berombak, bergelombang dan berbukit-bukit kecil. Luas Grup Dataran yaitu 112.211 ha (21,09% dari luas keseluruhan) dengan ketinggian antara 10-75 meter dpl. Jenis tanah utama antara lain: Hapludox, Kandiudults dan Dystropepts. Di daerah pelembahan/cekungan yang sering tergenang air dijumpai tanah Tropaquepts. Semua jenis tanah ini berpenampang dalam sampai agak dalam dan bertekstur halus sampai sedang. Kandungan hara umumnya rendah, terutama kadar P total dan nilai Kapasitas Tukar Kation rendah sampai sangat rendah. Penghambat utama berupa hara tanaman yang rendah dan keadaan topografi yang bergelombang sampai berbukit-bukit kecil. 6. Grup Perbukitan (H) Grup Perbukitan memiliki luas 6.398 ha atau 1,20% dari luas keseluruhan. Perbukitan pada daerah ini merupakan lungur parallel memanjang dan lereng mengikuti struktur tektonik, dengan lereng < 25%. Daerah ini terletak pada ketinggian 75-200 meter dpl. Tanah-tanah yang terdapat di daerah perbukitan berkembang dari batuan sedimen masam berumur kuarter. Pada umumnya tanah sudah mengalami perkembangan lanjut dan diklasifikasikan kedalam Hapludox dan Dystropepts. Tanah umumnya berpenampang dalam, tekstur agak halus, drainase cepat dan kesuburan rendah. Penghambat utama adalah faktor lereng dan erosi.
Sosial dan Ekonomi Kependudukan Penduduk merupakan potensi penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pangan. Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000 sebanyak 233.993 jiwa (BPS 2000) dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 351.551 jiwa (BPS 2011). Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Jambi Luar Kota yaitu 59.844 jiwa sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Taman Rajo yaitu 11.750 jiwa. Jumlah penduduk tersebar dengan kepadatan yang tidak merata. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Jambi Luar Kota yaitu 213,64 jiwa/km2 sedangkan kecamatan yang
26
paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Kumpeh yaitu hanya 14,21 jiwa/km2 (Tabel 7). Tabel 7 Jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi No.
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Mestong Sungai Bahar Bahar Selatan Bahar Utara Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Taman Rajo Jambi Luar Kota Sekernan Jumlah
Luas Wilayah (km2) 475 161 196 167 387 654 1.659 261 353 280 672 5.246
Penduduk jiwa
%
38.430 24.499 13.749 14.205 47.144 58.712 23.577 18.890 11.750 59.844 40.751 351.551
10,93 6,97 3,91 4,04 13,41 16,7 6,71 5,37 3,34 17,02 11,59 100
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 80,96 152,64 70,26 84,93 121,93 89,72 14,21 72,25 33,32 213,64 60,68 67,01
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2011)
Struktur Perekonomian Persentase PDRB Kabupaten Muaro Jambi tahun 2007 hingga 2011 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Persentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Kabupaten Muaro Jambi tahun 2007-2011 No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan usaha Pertanian a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Jumlah PDRB
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2011)
Persentase PDRB per tahun (%) 2007 2008 2009 2010 32,00 29,95 29,24 30,05 18,74 18,74 19,31 19,57 52,86 52,86 52,49 52,49 7,34 7,34 7,50 7,61 13,87 13,87 14,00 13,52 7,18 7,18 6,70 6,81 25,98 31,10 29,35 25,79 13,32 12,05 11,38 11,94 0,13 0,13 0,13 0,12 3,62 3,77 4,29 4,80 12,33 11,83 13,79 15,78 2,83 2,44 2,64 2,27
2011 31,03 19,02 54,41 7,35 12,60 6,60 24,10 11,56 0,12 4,96 16,36 2,21
2,74
2,38
2,22
2,32
2,22
7,04 100
6,36 100
6,95 100
6,92 100
7,46 100
27
Secara umum perekonomian di Kabupaten Muaro Jambi ditopang oleh 4 (empat) sektor terbesar, yaitu: pertanian, pertambangan/penggalian, perdagangan/ hotel/restoran dan industri pengolahan. Keempat sektor ini menyumbang PDRB lebih dari 10% dalam 5 tahun terakhir. Subsektor tanaman bahan pangan menduduki peringkat kedua setelah subsektor tanaman perkebunan dalam kelompok sektor pertanian yaitu sebesar 19,02%. Dengan demikian, subsektor tanaman bahan pangan memiliki peranan yang cukup besar dalam menopang PDRB Kabupaten Muaro Jambi.
Sarana Penunjang Wilayah Jalan Kabupaten Muaro Jambi memiliki panjang jalan 1.328,71 km yang terbagi atas jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan desa (Tabel 9). Dari jumlah tersebut, sebesar 396,3 km (29,8%) dalam kondisi baik, 220,95 km (16,63%) dengan kondisi rusak ringan, 472,08 km (35,53%) dengan kondisi rusak sedang dan sisanya 239,38 km (18,02%) dengan kondisi rusak berat (BPS 2011). Tabel 9 Panjang jalan menurut kecamatan dan pemerintah yang berhak mengelolanya di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011 Kecamatan Mestong Sungai Bahar Bahar Selatan Bahar Utara Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Taman Rajo Jambi Luar Kota Sekernan Jumlah
Jalan Negara 33,3 20,3 72,2 125,8
Jalan Provinsi 12,6 29,4 55,8 22 22,7 9,8 152,3
Jalan Kabupaten 113,1 47,6 20,6 48,99 174,23 33,25 55,1 56,18 69,23 250,69 868,97
Jalan Desa 21 76,2 44,8 39,64 181,64
Jumlah 159 68,6 76,2 65,4 78,39 213,87 89,05 77,1 56,18 112,23 332,69 1.328,71
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2011)
Jalan berfungsi sebagai penghubung suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Aktifitas transportasi barang dan jasa sangat tergantung dengan kondisi jalan. Agar produk pertanian dan produk sektor lainnya dapat terhubung diperlukan jalan dengan kondisi baik. Kabupaten Muaro Jambi yang merupakan hinterland dari Kota Jambi memiliki fungsi penghubung yang sangat strategis dengan kabupaten lainnya. Setiap barang dan jasa yang masuk dan keluar Kota Jambi akan melintas di wilayah administrasi Kabupaten Muaro Jambi. Pasar Pasar berfungsi sebagai tempat terjadinya transaksi barang dan jasa, baik produk pertanian, rumah tangga dan sektor lainnya. Adanya pasar
28
mengindikasikan aktifitas perekonomian di suatu wilayah tumbuh dan berkembang. Hingga tahun 2011 Kabupaten Muaro Jambi terdapat 31 pasar desa dan 9 pasar kecamatan (Tabel 10). Tabel 10 Jumlah pasar desa, kios dan los di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011 Kecamatan Mestong Sungai Bahar Bahar Selatan Bahar Utara Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Taman Rajo Jambi Luar Kota Sekernan Jumlah
Pasar Desa (unit) 7 7 2 2 3 3 2 2 3 31
Kios (buah) 4 197 60 40 16 9 4 8 338
Los (buah) 16 15 4 6 6 31 9 5 17 109
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2011)
Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Muaro Jambi Secara umum, lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi mengalami perubahan luasan dan produksi dari tahun 2000 hingga 2011. Komoditas pangan yang mengalami peningkatan luas panen dan produksi di tahun 2011 adalah: padi sawah, jagung, kedelai, kacang hijau dan ubi kayu sementara yang mengalami penurunan adalah: padi ladang, kacang tanah dan ubi jalar. Data luas panen dan produksi tanaman pangan tahun 2000 dan tahun 2011 disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Pertambahan luas dan produksi tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi Tanaman Pangan Padi sawah Padi ladang Jagung Kedelai Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Ubi jalar
Luas panen (ha) Tahun Tahun 2000 2011 4.289 7.604 1.301 476 1.369 4.163 107 129 210 100 24 36 307 363 318 128
Produksi (ton) Tahun Tahun 2000 2011 14.839 32.835 2.356 1194 4.924 16.599 91 159 360 176 28 42 3.951 5.749 4.041 1.057
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2000-2011) (diolah)
Keterangan meningkat menurun meningkat meningkat menurun meningkat meningkat menurun
29
Luas panen tanaman pangan yang mengalami peningkatan mengindikasikan bahwa tanaman tersebut memiliki kemudahan dalam budidaya dan pemasaran. Dengan demikian, tanaman pangan tersebut semakin diminati untuk diusahakan dan dikembangkan. Sebaliknya, luas panen yang mengalami penurunan mengindikasikan tanaman tersebut semakin sulit dibudidayakan atau tidak menguntungkan secara ekonomis dibanding komoditas pangan lainnya. Berdasarkan data BPS, tren produksi selalu mengikuti tren perkembangan luas panen tanaman pangan, hal ini dapat diartikan produktivitas rata-rata lahan relatif stabil. Produktivitas lahan dalam budidaya tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi dari tahun 2000 hingga 2011 fluktuatif dan umumnya meningkat. Hanya produktivitas ubi jalar yang menurun sedangkan komoditas lain relatif mengalami peningkatan. Perkembangan fluktuasi produktivitas tanaman pangan tertera pada Gambar 4. 18.00 16.00
Produktivitas (ton/ha/thn)
14.00 12.00 Padi Sawah
10.00
Padi Ladang 8.00
Jagung Kedelai
6.00
Kacang Tanah Kacang Hijau
4.00
Ubi Kayu 2.00
Ubi Jalar
0.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 4 Produktivitas lahan tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000-2011
Produktivitas tanaman yang meningkat signifikan adalah ubi kayu. Pada tahun 2000 produktivitas ubi kayu sebesar 12,87 ton/ha dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 15,84 ton/ha. Produktivitas ubi jalar tetap yaitu 1,17 ton/ha, namun mengalami fluktuasi dalam rentang tahun 2000 hingga 2011. Produktivitas lahan tanaman pangan disajikan pada Tabel 12.
30
Tabel 12 Produktivitas tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi tahun 20002011 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Padi Sawah 3,46 3,43 3,15 3,25 3,28 3,57 3,73 4,01 4,27 4,30 4,11 4,32
Padi Ladang 1,81 1,87 1,96 2,13 2,16 2,17 2,18 2,29 2,38 2,43 2,89 2,51
Produktivitas (ton/ha) Kacang Kacang Jagung Kedelai Tanah Hijau 3,60 0,85 1,71 1,17 3,45 1,04 1,72 1,10 4,15 0,67 1,40 1,11 4,94 1,23 1,84 1,09 4,07 1,23 1,95 1,31 4,37 1,29 1,98 1,31 3,78 1,16 1,82 1,10 4,10 1,16 1,83 1,12 4,11 1,17 1,80 1,15 4,24 1,17 1,77 1,13 3,68 1,21 1,43 1,27 4,81 1,23 1,76 1,17
Ubi Kayu 12,87 13,00 13,00 14,51 14,84 14,94 14,99 15,83 15,18 15,57 16,33 15,84
Ubi Jalar 12,71 8,96 7,15 7,41 8,06 8,43 8,72 8,73 8,73 8,76 6,75 8,26
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2000-2011) (diolah)
Sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 2011-2016, luas dan produksi tanaman pangan diproyeksikan mengalami peningkatan. Proyeksi pertumbuhan produksi lebih besar daripada luas panen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pemerintah daerah setempat melalui dinas terkait menginginkan adanya peningkatan produktivitas lahan. Data rencana penambahan luas panen dan produksi tanaman pangan dari tahun 2012 hingga tahun 2016 disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Rencana pertambahan luas panen dan produksi tanaman pangan Kabupaten Muaro Jambi Komoditas Padi sawah Padi ladang Jagung Kedelai Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Ubi jalar
Rencana Luas panen (ha) Produksi (ton) Luas panen (ha) Produksi (ton) Luas panen (ha) Produksi (ton) Luas panen (ha) Produksi (ton) Luas panen (ha) Produksi (ton) Luas panen (ha) Produksi (ton) Luas panen (ha) Produksi (ton) Luas panen (ha) Produksi (ton)
2012 10.581 53.218 678 1.896 4.541 18.778 522 660 209 429 135 177 452 6.699 387 3.915
2013 11.590 59.592 733 2.097 4.942 21.191 627 815 220 459 141 188 466 7.038 396 4.093
Tahun 2014 12.557 66.004 796 2.329 5.385 23.945 752 1.008 231 492 146 199 480 7.394 406 4.279
2015 13.603 73.095 862 2.579 5.59 25.774 903 1.246 242 527 152 211 494 7.768 416 4.474
2016 14.736 80.951 935 2.862 5.802 27.744 1.083 1.540 255 564 159 225 509 8.161 427 4.678
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi (2013)
31
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penutupan/Penggunaan Lahan dan Ketersediaan Lahan Penutupan/Penggunaan Lahan Analisis tutupan lahan dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting penggunaan lahan di Kabupaten Muaro Jambi. Luas masing-masing kelas penutupan/penggunaan lahan tahun 2013 di Kabupaten Muaro Jambi tertera pada Tabel 14 dan Peta Penggunaan Lahan disajikan pada Gambar 5. Tabel 14 Luas kelas penutupan/penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tipe penutupan/penggunaan lahan Hutan Perkebunan Kolam ikan air tawar Pertanian lahan kering Permukiman Rawa Sawah Sungai Tanah terbuka Jumlah
Luas ha 136.671 310.280 179 62.368 7.625 1.064 7.061 5.165 1.753 532.165
% 25,68 58,31 0,03 11,72 1,43 0,20 1,33 0,97 0,33 100
Dari hasil interpretasi citra diperoleh 9 (sembilan) kelas penutupan/penggunaan lahan yaitu: hutan, perkebunan, kolam ikan air tawar, pertanian lahan kering, permukiman, rawa, sawah, sungai dan tanah terbuka. Penggunaan lahan yang tergolong lahan pertanian pangan yaitu sawah dengan luas 7.061 ha (1,33%) dan pertanian lahan kering dengan luas 62.368 ha (11,72%). Penggunaan lahan terbesar yaitu perkebunan dengan luas 310.280 ha (58,31%), umumnya terdiri dari perkebunan kelapa sawit dan karet baik perkebunan skala kecil maupun skala besar. Penggunaan lahan terkecil adalah kolam ikan air tawar seluas 179 ha (0,03%) yang terdapat di Kecamatan Kumpeh Ulu dan Sungai Gelam. Karakteristik objek masing-masing tipe penutupan/penggunaan lahan pada Citra Landsat 7 ETM dengan kombinasi band RGB = 543 (Red = band 5, Green = band 4 dan Blue = band 3) disajikan sebagai berikut: 1.
Hutan Kenampakan objek hutan alami berwarna hijau gelap sampai agak terang dan bertekstur kasar. Hutan alami merupakan bagian dari Taman Nasional Berbak yang berada di Kecamatan Kumpeh. Beberapa wilayah hutan tampak sudah mulai rusak, dengan dicirikan adanya perbedaan warna pada citra. Dalam penelitian ini wilayah Hutan Tanaman Industri (HTI) dikelompokkan kedalam kelas hutan. Objek HTI berwarna hijau gelap dengan tekstur halus, karena HTI merupakan hutan budidaya yang memiliki keseragaman umur, pola tanam dan jenis tanaman.
32
Jenis tanaman HTI yang ditemukan adalah akasia, berada di Kecamatan Maro Sebo dan Taman Rajo. Luas penggunaan lahan untuk hutan yaitu 136.671 ha (25,68% dari keseluruhan).
Gambar 5 Penggunaan lahan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013
2.
Perkebunan Penggunaan lahan perkebunan merupakan gabungan antara perkebunan kelapa sawit dan karet, baik usaha perkebunan skala kecil maupun skala besar. Objek perkebunan kelapa sawit memiliki warna hijau muda sampai hijau dan bertekstur yang halus karena memiliki tajuk tanaman yang seragam. Objek perkebunan karet berwarna lebih hijau terang sampai kecoklatan dan bertekstur agak kasar. Penggunaan lahan perkebunan seluas 310.280 (58,31%) merupakan penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Muaro Jambi. 3.
Kolam ikan air tawar Kenampakan objek kolam ikan air tawar berwarna biru muda sampai gelap. Objek kolam ikan air tawar memiliki pola yang lebih teratur dibandingkan sawah. Ukuran objek kolam ikan air tawar hampir sama dengan sawah dan biasanya berada dekat dengan permukiman. Kenampakan objek kolam ikan air tawar pada citra Landsat relatif sulit dibedakan dengan sawah, sehingga diperlukan verifikasi lapangan. Luas kolam ikan air tawar yaitu 179 ha atau sekitar 0,03% dari luas Kabupaten Muaro Jambi.
33
4.
Pertanian lahan kering Penggunaan lahan untuk pertanian lahan kering merupakan gabungan dari ladang, kebun campuran dan semak belukar dengan luas keseluruhan yaitu 62.368 ha (11,72%). Pengelompokkan semak belukar kedalam pertanian lahan kering didasarkan pada pola penggunaan lahan oleh masyarakat, yang mana pada lokasi semak belukar umumnya juga dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering. Objek pertanian lahan kering berasosiasi dengan permukiman (tidak jauh dari permukiman) dan merupakan lahan pertanian semusim. Kenampakan objek berwarna kuning sampai hijau terang, bertekstur kasar, pola agak teratur dan berada di sekitar permukiman. 5.
Permukiman Objek permukiman berwarna merah muda sampai keunguan dengan tekstur agak kasar. Permukiman berada di sekitar pinggiran sungai, jalan utama maupun jalan perdesaan dengan pola mengelompok sampai menyebar, tergantung kerapatan objek. Penggunaan lahan permukiman merupakan gabungan dari perumahan penduduk, gedung perkantoran dan jalan dengan luas 7.625 ha (1,43%). 6.
Rawa Kenampakan objek rawa berwarna ungu tua dan berbercak agak kehitaman, bertektur kasar dan terdapat di daerah dataran rendah. Umumnya merupakan bekas genangan air di musim hujan dan tidak memiliki tutupan vegetasi yang permanen. Luas penggunaan lahan rawa yaitu 1.064 ha (0,20%). 7.
Sawah Objek sawah memiliki warna ungu sampai kemerahan, memiliki lokasi berada disekitar sungai dan permukiman. Objek sawah memiliki pola yang teratur. Bentuk sawah empat persegi dengan luas yang beragam. Luas penggunaan lahan sawah yaitu 7.061 ha (1,33%). 8.
Sungai Kenampakan objek sungai (tubuh air) berwarna biru terang sampai gelap. Sungai besar berwarna lebih terang bila dibandingkan dengan sungai kecil. Sungai bertekstur halus dan berbentuk memanjang. Sungai yang dapat ditemukan di Kabupaten Muaro Jambi yaitu: Sungai Batanghari yang merupakan sungai terbesar, Sungai Kumpeh dan Sungai Pijoan. Luas keseluruhan penggunaan lahan sungai yaitu 5.165 ha (0,97%). 9.
Tanah terbuka Tanah terbuka merupakan gabungan dari lokasi galian tanah (bangsal batu bata) dan lokasi pertambangan minyak (sumur bor). Objek galian tanah berwarna merah muda, dengan bercak ungu yang menandakan adanya genangan air di sekitar galian dan bertekstur agak kasar. Objek tanah terbuka pertambangan berwarna merah muda yang bertekstur lebih halus. Penggunaan lahan tanah terbuka yaitu seluas 1.753 ha (0,33%).
34
Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pengembangan lahan untuk pertanian tanaman pangan perlu mempertimbangkan ketersediaan lahan karena lahan merupakan faktor produksi. Penentuan ketersediaan lahan bertujuan untuk meminimalisir terjadinya konflik akibat status pemanfaatan lahan. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi lahan yang dapat diarahkan untuk pengembangan tanaman pangan. Analisis lahan tersedia tidak memasukkan lahan sawah eksisting karena telah sesuai untuk budidaya padi sawah. Namun dalam menyusun arahan pengembangan untuk padi sawah, lahan sawah eksisting tetap direkomendasikan. Rekomendasi arahan mempertimbangkan lahan sawah eksisting tersebut berada di luar kawasan moratorium hutan dan lahan gambut, pertambangan, hutan dan HGU. Lahan seluas 481.204 ha (90,42%) merupakan kawasan moratorium hutan dan lahan gambut, tambang, hutan, perairan, HGU, perkebunan dan permukiman eksisting. Sebagian dari sawah dan pertanian lahan kering eksisting termasuk dalam kawasan ini. Hasil overlay menunjukkan lahan sawah eksisting seluas 856 ha berada pada kawasan moratorium gambut dan kawasan HGU. Hanya seluas 6.025 ha lahan sawah eksisting yang dapat diusulkan dalam penyusunan arahan pengembangan lahan pertanian pangan. Penggunaan lahan pertanian lahan kering yang berada pada kawasan moratorium gambut dan hutan, pertambangan, hutan dan HGU seluas 18.655 ha. Penggunaan lahan pertanian lahan kering yang direkomendasikan sebagai arahan pengembangan pertanian pangan seluas 43.713 ha. Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan yang termasuk sawah eksisting seluas 50.961 ha (9,58%) sedangkan yang tidak termasuk sawah eksisting seluas 44.755 ha (8,41%). Lahan tidak tersedia yang tidak dapat direkomendasikan untuk perluasan sawah baru dan pengembangan pertanian lahan kering seluas 487.409 ha (91,59%). Secara lebih rinci, luas lahan tersedia dan tidak tersedia menurut kecamatan disajikan pada Tabel 15 dan Peta Lahan Tersedia untuk Pengembangan Pertanian Pangan disajikan pada Gambar 6. Tabel 15 Luas lahan tersedia untuk pengembangan tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah
Lahan tersedia ha % 425 0,95 517 1,16 4.299 9,60 11.988 26,79 11.875 26,53 3.094 6,91 509 1,14 3.782 8,45 1.092 2,44 2.893 6,46 4.282 9,57 44.755 100
Lahan tidak tersedia ha % 19.144 3,93 16.209 3,33 23.714 4,87 159.315 32,69 26.790 5,50 23.046 4,73 46.961 9,63 63.376 13,00 14.958 3,07 62.548 12,83 31.348 6,43 487.409 100
35
Satuan lahan tersedia terluas yaitu Au.1.2 (22.546 ha) yang terdapat di Kecamatan Jambi Luar Kota, Kumpeh, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Sekernan dan Taman Rajo. Satuan lahan Pf.3.1 merupakan satuan lahan tersempit yaitu hanya 3 ha dan terdapat di Kecamatan Sungai Bahar.
Gambar 6 Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Kecamatan yang memiliki ketersediaan lahan terluas untuk pengembangan pertanian pangan adalah Kumpeh dan Kumpeh Ulu, masing-masing dengan luas 11.988 ha dan 11.875 ha. Kecamatan yang memiliki ketersediaan lahan terkecil untuk pengembangan pertanian pangan adalah Bahar Selatan dengan luas 425 ha. Pada Kecamatan Bahar Selatan banyak ditemukan lahan dengan status kawasan hutan produksi, HGU dan tambang. Penggunaan lahan di Kecamatan Bahar Selatan didominasi perkebunan kelapa sawit. Status dan penggunaan lahan tersebut menyebabkan semakin kecilnya peluang pengembangan lahan untuk pertanian pangan.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan bertujuan untuk mengetahui tingkatan (kelas) kesesuaian lahan tiap komoditas pangan dengan faktor pembatasnya. Dengan mengetahui faktor pembatas, dapat diberikan usaha perbaikan kualitas lahan agar produktivitas lahan meningkat.
36
Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Lahan Dalam evaluasi kesesuaian lahan, terlebih dahulu harus diketahui kualitas lahan yang akan dinilai. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Nilai karakteristik lahan yang dievaluasi dalam penelitian ini terlampir pada Lampiran 5. Ketersediaan air di lokasi penelitian cukup baik. Berdasarkan data selama 11 tahun terakhir (2002-2012), curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.389,7 mm dan kelembaban udara yaitu 85,8%. Kondisi ketersediaan air yang cukup ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air bagi tanaman pangan. Namun, beberapa komoditas pangan justru tidak membutuhkan curah hujan yang berlebihan dan menjadi faktor pembatas utama. Menurut Djaenudin dan Hendrisman (2008), data curah hujan, suhu, kelembaban udara dan lama penyinaran matahari yang rinci sangat diperlukan, terutama dalam perencanaan pengembangan tanaman pangan lahan kering. Dalam kaitannya dengan ketersediaan air untuk tanaman, terutama pada lahan tadah hujan, hal ini harus dicermati dan diantisipasi karena sangat penting dalam mengatur waktu dan pola tanam serta memilih jenis tanaman yang tepat. Pengaturan waktu tanam yang tepat merupakan kunci keberhasilan usahatani pada lahan kering. Media perakaran dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dan padi ladang ditentukan oleh drainase, tekstur, kedalaman tanah dan kematangan gambut (pada satuan lahan gambut). Pada penilaian kesesuaian lahan untuk jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar, drainase mencerminkan kualitas lahan ketersediaan oksigen. Drainase merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah (Djaenudin et al. 2003). Drainase di lokasi penelitian secara umum adalah baik. Hanya 4 (empat) satuan lahan yang memiliki drainase agak terhambat, 2 (dua) satuan lahan berdrainase sedang dan 2 (dua) satuan lahan berdrainase terhambat. Drainase agak terhambat, sedang dan terhambat belum dapat dikatakan menjadi faktor pembatas kelas kesesuaian lahan karena sangat tergantung dengan pilihan komoditas pangan yang akan dikembangkan pada satuan lahan tersebut. Tekstur merupakan gabungan komposisi antara fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tekstur halus sebanyak 10 satuan lahan (termasuk satuan lahan gambut) dan tekstur agak halus (12 satuan lahan). Hanya 1 (satu) satuan lahan yang bertekstur agak kasar yaitu Pf.4.2 dan 1 (satu) satuan lahan bertekstur sedang yaitu Pfq.3.1. Kedalaman tanah menyatakan dalamnya lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan perakaran tanaman (Djaenudin et al. 2003). Kedalaman tanah di lokasi penelitian umumnya berkisar > 75 cm (kategori dalam). Tanaman pangan umumnya membutuhkan kedalaman efektif yang tidak terlalu dalam, karena zona perakaran tanaman pangan relatif dangkal. Selain pada tanah mineral, di lokasi penelitian terdapat tanah gambut dengan tingkat kematangan hemik. Kematangan gambut menyatakan tingkat kandungan serat dalam bahan fibrik, hemik dan saprik. Semakin banyak serat mengindiksikan gambut belum matang.
37
Retensi hara Kapasitas Tukar Kation (KTK) menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat (Djaenudin et al. 2003). KTK di lokasi penelitian berkisar dari rendah (5-16 me/100 g) sampai tinggi (25-40 me/100 g) dan umumnya didomonasi satuan lahan dengan nilai KTK rendah (14 satuan lahan). Satuan lahan yang memiliki nilai KTK tinggi yaitu: Au.1.1.2, D.2.1.2 dan D.2.1.3. Kejenuhan Basa (KB) menunjukkan perbandingan antara jumlah kationkation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Basa-basa umumnya mudah tercuci sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah terebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur (Hardjowigeno 2010). Kejenuhan basa di lokasi penelitian sangat bervariasi yaitu: rendah (< 20%) sampai tinggi (51-70%). Nilai pH merupakan rekasi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas. Nilai ini berfungsi untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap tanaman. Umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral. Nilai pH menunjukkan kemungkinan adanya unsur beracun dan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme (Hardjowigeno 2010). Nilai pH di lokasi penelitian sangat masam (< 5) sampai agak masam (5,6-6,5). Kandungan C-organik tanah umumnya sangat rendah (< 1) sampai sedang (2,01-3,00). Hanya beberapa satuan lahan yang memiliki C-organik tinggi (3,015,00) yaitu: Au.1.1.2, Au.4.1.1, D.2.1.2 dan D.2.1.3. Kualitas lahan toksisitas ditentukan dengan karakteristik lahan salinitas. Salinitas merupakan kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (Djaenudin et al. 2003). Pada lokasi penelitian tidak ditemukan adanya bahaya salinitas. Bahaya erosi dievaluasi dengan persentase kemiringan lereng. Topografi di lokasi penelitian cukup beragam antara datar, bergelombang sampai perbukitan. Erosi semakin besar dengan semakin curamnya lereng (Arsyad 2010). Semakin datar lerang akan semakin besar peluang pengembangan lahan untuk pertanian pangan. Satuan lahan yang mempunyai lereng > 8% yaitu: Hfq.2.2.2, Idf.4.2, Idf.5.3, Pf.4.2, Pf.4.3, Pf.5.2 dan Pf.5.3. Satuan lahan ini sangat rentan dengan bahaya erosi bila dibuka untuk pengembangan lahan pertanian pangan. Untuk itu diperlukan pengolahan lereng yang tepat sesuai dengan konsep konservasi tanah. Penyiapan lahan dievaluasi dengan karakteristik jumlah singkapan batuan. Singkapan batuan merupakan volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah (Djaenudin et al. 2003). Singkapan batuan di lokasi penelitian sangat sedikit sekali yaitu < 5% sehingga kualitas lahan ini bukan merupakan pembatas utama. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman pangan merupakan kesesuaian lahan aktual dan dilakukan pada 8 (delapan) komoditas pangan yaitu: padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman pangan menurut satuan lahan terlampir pada Lampiran 6.
38
1. Padi Sawah Lahan yang tergolong kelas S3 sebesar 43.678 ha (97,59% lahan tersedia). Lahan seluas 1.077 (2,41%) tergolong N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas bahaya erosi (lereng > 8%). Kecamatan yang memiliki lahan N dengan luas 1.077 ha yaitu: Bahar Selatan, Bahar Utara dan Sungai Bahar dengan satuan lahan Hfq.2.2.2, Idf.4.2, Idf.5.3, Pf.4.2, Pf.4.3, Pf.5.2 dan Pf.5.3. Satuan lahan ini tidak direkomendasikan untuk pengembangan padi sawah karena memerlukan usaha perbaikan kemiringan lereng. Faktor pembatas pada lahan kelas S3 adalah bahaya erosi (lereng > 8%), retensi hara dan media perakaran. Faktor retensi hara yang menjadi pembatas yaitu: kejenuhan basa yang rendah dengan nilai rata-rata dibawah 35% dan nilai pH < 4,5. Faktor pembatas kualitas media perakaran yaitu tingkat kematangan gambut hemik pada satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3. Satuan lahan bergambut memerlukan pengolahan lebih lanjut agar kualitas lahan menjadi lebih baik. Sebaran kelas kesesuaian lahan padi sawah menurut kecamatan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - nr, eh S3 - rc, nr N - eh 98 327 281 236 2.204 2.075 20 7.672 4.316 9.205 2.671 1.891 1.203 47 462 3.401 381 11 567 514 1.944 398 550 3.681 601 30.055 3.881 9.742 1.077 67,15 8,67 21,77 2,41
S3 - nr
Keterangan : nr = faktor pembatas retensi hara rc = faktor pembatas media perakaran
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
eh = faktor pembatas bahaya erosi
2. Padi Ladang Lahan yang tergolong kelas S2 seluas 27.989 (62,54%) dan sisanya tergolong kelas S3. Satuan lahan dengan kelas S2 adalah Au.1.1.3, Au.1.2, Au.1.2.1, Au.1.2.2, Au.1.3 dan Au.4.1.1. Pada satuan lahan ini memiliki pH dan kejenuhan basa yang lebih tinggi dibandingkan satuan lahan lainnya sehingga kualitas retensi haranya lebih baik. Faktor pembatas utama pada lahan kelas S3 yaitu retensi hara. Syarat minimal pH yang diperlukan agar lahan menjadi kelas S2 adalah pH 5,0-5,5 dan nilai KB minimal 20%. Media perakaran yang menjadi pembatas adalah drainase terhambat (satuan lahan Au.1.1.2 dan D.2.1.3), kematangan gambut hemik (satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3) serta tekstur agak kasar (satuan lahan Pf.4.2). Bahaya
39
erosi dengan lereng > 16% pada satuan lahan Hfq.2.2.2 juga menjadi pembatas lahan kelas S3. Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang menurut kecamatan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Kelas kesesuaian lahan untuk padi ladang menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
S2 - nr 2.204 7.651 9.104 1.891 47 3.401 11 3.681 27.989 62,54
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - nr, S3 - rc, S3 - nr eh nr 407 511 6 2.075 20 2 4.335 101 2.671 1.203 462 381 848 233 2.342 550 601 6.748 239 9.761 15,08 0,53 21,81
Keterangan : nr = faktor pembatas retensi hara rc = faktor pembatas media perakaran
eh
S3 - rc, nr, eh 18 18 0,04
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
= faktor pembatas bahaya erosi
3. Jagung Secara keseluruhan hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman jagung tergolong kelas S3. Faktor pembatas utama dalam pengembangan jagung adalah ketersediaan air (wa) yang berlebih. Di lokasi penelitian curah hujan cukup tinggi yaitu 2.389,7 mm/tahun (S3 > 1.600 mm/tahun). Oleh karena itu diperlukan pengaturan jadwal tanam dengan memilih bulan tanam yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung. Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 18. Faktor pembatas lain dalam kesesuaian lahan untuk tanaman jagung adalah retensi hara. Jagung membutuhkan kejenuhan basa minimal 35% agar lahan menjadi kelas S2. Tingkat kemasaman tanah di lokasi penelitian sangat rendah dan syarat minimal yang dibutuhkan agar lahan menjadi kelas S2 yaitu pH > 5,5. Tekstur tanah yang agak kasar pada satuan lahan Pf.4.2 serta kematangan lahan gambut hemik pada satuan lahan D.2.1.2. dan D.2.1.3, menjadi faktor pembatas kualitas media perakaran (rc). Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 18.
40
Tabel 18 Kelas kesesuaian lahan untuk jagung menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
S3 - wa, nr 407 511 4.279 7.653 9.205 1.891 509 3.401 971 2.342 3.681 34.850 77,87
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, nr, eh oa, nr oa, rc, nr 6 19 929 197 121 222 127 19 1.348 0,28 0,04 3,01
Keterangan : wa = faktor pembatas ketersediaan air nr = faktor pembatas retensi hara
oa rc
= =
S3 - wa, rc, nr 18 20 3.387 2.474 1.203 381 328 601 8.412 18,79
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
faktor pembatas ketersediaan oksigen faktor pembatas media perakaran
4. Kedelai Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Kelas kesesuaian lahan untuk kedelai menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
S3 - wa 2.204 7.651 9.104 1.891 47 3.401 11 3.681 27.989 62,54
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, nr nr, eh oa, nr oa, rc, nr rc, nr 407 18 511 6 2.075 20 2 19 929 3.387 101 197 2.474 1.203 462 381 848 233 2.342 222 328 601 6.748 239 19 1.348 8.412 15,08 0,53 0,04 3,01 18,79
Keterangan : wa = faktor pembatas ketersediaan air nr = faktor pembatas retensi hara
oa rc
= =
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
faktor pembatas ketersediaan oksigen faktor pembatas media perakaran
41
Hasil penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai di Kabupaten Muaro Jambi seluruhnya termasuk dalam kelas S3 dengan faktor pembatas utama adalah kelembaban rata-rata > 85%. Berdasarkan data iklim tahun 2002-2012, kelembaban udara di lokasi penelitian relatif tinggi. Jumlah rata-rata bulan dengan nilai kelembaban udara > 85% yaitu 7 (tujuh) bulan. Tanaman kedelai memerlukan kelembaban udara maksimal 85% agar pertumbuhannya optimal. Untuk mengatasi kelembaban yang tinggi perlu dilakukan penjadwalan tanam. Selain kualitas ketersediaan air (kelembaban), faktor pembatas lainnya adalah retensi hara, ketersediaan oksigen dan media perakaran. Kualitas retensi hara yang menjadi penyebab lahan kelas S3 adalah pH dan kejenuhan basa yang rendah. Agar lahan menjadi kelas S2 dibutuhkan pH 5 dan nilai kejenuhan basa 20%. Ketersediaan oksigen sangat dipengaruhi oleh drainase tanah. Satuan lahan Au.1.1.2. dan D.2.1.3 berdrainase terhambat yang dapat menghambat perkembangan tanaman kedelai. Faktor penghambat media perakaran yaitu tekstur agak kasar pada satuan lahan Pf.4.2. 5. Kacang Tanah Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk kacang tanah terdapat lahan dengan kelas kesesuaian S2 seluas 27.989 ha (62,54%) dan sisanya termasuk dalam kelas S3 seluas 16.766 ha (37,46%). Satuan lahan dengan kelas S2 yaitu: Au.1.1.3, Au.1.2, Au.1.2.1, Au.1.2.2, Au.1.3 dan Au.4.1.1. Satuan lahan tersebut memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan satuan lahan lain. Tanaman kacang tanah membutuhkan pH > 5,0 agar kelas kesesuaian lahan menjadi S2. Nilai kejenuhan basa yang sangat rendah tergolong dalam kelas S2 (kelas S2 KB ≤ 35%). Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kacang tanah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang tanah menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan
S2 wa, nr
Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
2.204 7.651 9.104 1.891 47 3.401 11 3.681 27.989 62,54
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - nr, S3 - oa, S3 - oa, S3 - nr eh nr rc, nr 407 511 6 2.075 2 19 929 101 197 462 960 121 2.342 222 6.860 127 19 1.348 15,33 0,28 0,04 3,01
Keterangan : wa = faktor pembatas ketersediaan air nr = faktor pembatas retensi hara
oa rc
= =
S3 - rc, nr 18 20 3.387 2.474 1.203 381 328 601 8.412 18,79
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
faktor pembatas ketersediaan oksigen faktor pembatas media perakaran
42
Faktor pembatas lahan kelas S3 yaitu: retensi hara, media perakaran, bahaya erosi dan ketersediaan oksigen. Umumnya lahan kelas S3 mengalami permasalahan pada retensi hara. Nilai pH < 5 menyebabkan lahan tergolong dalam kelas S3. Media perakaran dengan karakteristik lahan kematangan gambut hemik pada satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3 juga menyebabkan lahan tergolong kelas S3. Bahaya erosi dengan lereng > 16% pada satuan lahan Hfq.2.2.2 menjadi pembatas kelas S3. Faktor pembatas kelas S3 lainnya adalah ketersediaan oksigen dengan drainase yang terhambat. Satuan lahan dengan drainase terhambat yaitu: Au.1.1.2 dan D.2.1.3. 6. Kacang Hijau Penilaian kesesuaian lahan untuk kacang hijau seluruhnya tergolong dalam kelas S3. Faktor pembatas utama lahan kelas S3 adalah retensi hara. Kejenuhan basa yang dibutuhkan agar menjadi kelas S2 adalah 35%-50% dengan pH minimal yaitu 5,4. Pada lokasi penelitian banyak satuan lahan yang memiliki nilai pH dibawah persyaratan kelas S2. Faktor pembatas lain adalah ketersediaan oksigen (drainase terhambat) seperti pada satuan lahan Au.1.1.2 dengan D.2.1.3. Kualitas media perakaran di lokasi penelitian kurang mendukung untuk pengembangan tanaman kacang hijau. Satuan lahan yang memiliki hambatan dalam media perakaran antara lain: D.2.1.2, D.2.1.3 dan Pf.4.2. Pada satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3 memiliki tingkat kematangan gambut hemik dan satuan lahan Pf.4.2 bertekstur agak kasar. Lereng > 16% pada satuan lahan Hfq.2.2.2 juga menjadi pembatas kelas S3. Penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau menurut kecamatan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Kelas kesesuaian lahan untuk kacang hijau menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
S3 - nr 407 511 4.279 7.653 9.205 1.891 509 3.401 859 2.342 3.681 34.737 77,62
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - nr, S3 - oa, S3 - oa, eh nr rc, nr 6 19 929 197 233 222 239 19 1.348 0,53 0,04 3,01
Keterangan : nr = faktor pembatas retensi hara eh = Faktor pembatas bahaya erosi
oa rc
= =
S3 - rc, nr 18 20 3.387 2.474 1.203 381 328 601 8.412 18,79
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
faktor pembatas ketersediaan oksigen faktor pembatas media perakaran
43
7. Ubi Kayu Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu di semua lokasi penelitian tergolong kelas S3. Faktor yang menjadi pembatas lahan kelas S3 adalah ketersediaan air. Jumlah curah hujan yang tinggi sepanjang tahun menyebabkan jumlah bulan kering menjadi kecil yaitu rata-rata 1,81 per tahun.Ubi kayu memerlukan jumlah bulan kering minimal 3,5 per tahun agar kesesuaian lahannya kelas S1. Faktor pembatas lain adalah retensi hara, yaitu seluas 32,89% dari lahan tersedia. Persyaratan pH pada kelas S2 adalah 4,8-5,2. C-organik, KTK dan kejenuhan basa tidak menjadi faktor pembatas (seluruhnya tergolong dalam kelas S2). Selain retensi hara, pada tanah gambut (satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3) memiliki drainase terhambat dan tingkat kematangan hemik. Lahan seluas 127 ha memiliki faktor pembatas bahaya erosi dengan lereng > 16%. Penilaian kesesuaian lahan untuk ubi kayu menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi kayu menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
S3 - wa 2.204 7.653 9.205 1.891 47 3.401 11 1.944 3.681 30.037 67,11
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, nr nr, eh oa, nr oa, rc, nr rc, nr 425 511 6 2.075 20 19 929 3.387 197 2.474 1.203 462 381 960 121 398 222 328 601 4.831 127 19 1.348 8.394 10,79 0,28 0,04 3,01 18,75
Keterangan : wa = faktor pembatas ketersediaan air nr = faktor pembatas retensi hara eh = faktor pembatas bahaya erosi
oa rc
= =
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
faktor pembatas ketersediaan oksigen faktor pembatas media perakaran
8. Ubi Jalar Penilaian kesesuaian lahan untuk ubi jalar seluruhnya tergolong dalam kelas S3. Faktor pembatas utama lahan kelas S3 adalah ketersediaan air dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2.389,7 mm. Selain itu, retensi hara dengan kejenuhan basa < 20% dan pH < 4,8 juga menjadi penyebab lahan tergolong kelas S3. Faktor pembatas lahan S3 lainnya adalah kualitas ketersediaan oksigen dengan drainase terhambat(satuan lahan Au.1.12 dan D.2.1.2). Kualitas media perakaran dengan sifat kematangan gambut hemik (satuan lahan D.2.1.2 dan D.2.1.3) juga menjadi pembatas serta bahaya erosi dengan lereng lebih dari 16% (satuan lahan
44
Hfq.2.2.2). Sebaran kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi jalar menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Kelas kesesuaian lahan untuk ubi jalar menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Bahar Selatan Bahar Utara Jambi Luar Kota Kumpeh Kumpeh Ulu Maro Sebo Mestong Sekernan Sungai Bahar Sungai Gelam Taman Rajo Jumlah Persentase
S3 - wa 93 2.194 991 47 25 11 2.082 5.444 12,16
Luas Kelas Kesesuaian Lahan (ha) S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, S3 - wa, nr nr, eh oa, nr oa, rc, nr rc, nr 425 511 6 4.186 20 5.459 19 929 3.387 9.205 197 2.474 900 1.203 462 3.376 381 960 121 2.342 222 328 1.599 601 29.424 127 19 1.348 8.394 65,74 0,28 0,04 3,01 18,75
Keterangan : wa = faktor pembatas ketersediaan air nr = faktor pembatas retensi hara eh = faktor pembatas bahaya erosi
oa rc
= =
Jumlah 425 517 4.299 11.988 11.875 3.094 509 3.782 1.092 2.893 4.282 44.755 100
faktor pembatas ketersediaan oksigen faktor pembatas media perakaran
Usaha Perbaikan dalam Rencana Pengelolaan Upaya perbaikan dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan karakteristik lahan, agar produktivitas lahan meningkat dan budidaya tanaman pangan menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini hanya digunakan hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual (kondisi eksisting) sebagai dasar arahan pengembangan lahan pertanian pangan. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), penentuan usaha perbaikan memperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masingmasing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai tingkat pengelolaan (teknologi) yang akan diterapkan dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas/karakteristik lahan disajikan pada Tabel 24. Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman pangan umumnya lahan tergolong kelas S3 dengan berbagai faktor pembatas. Hanya pada beberapa satuan lahan ditemukan kelas S2 untuk padi ladang dan kacang tanah. Karakteristik lahan yang tidak dapat dilakukan usaha perbaikan antara lain: temperatur, curah hujan, lama bulan kering dan kelembaban. Namun, faktor pembatas pada beberapa karakteristik lahan dapat dimodifikasi dengan pengaturan jadwal tanam. Pemilihan waktu budidaya yang tepat dan disesuaikan dengan persyaratan tumbuh tanaman merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi faktor pembatas iklim. Usaha perbaikan kualitas lahan dapat menambah pilihan arahan pemanfaatan lahan untuk komoditas pangan. Perbaikan lahan harus mempertimbangkan besarnya input yang diberikan dengan output yang akan
45
dihasilkan. Usaha perbaikan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi maju tetapi memberikan output (hasil keuntungan) yang tidak sebanding dengan input yang diberikan, akan berdampak pada keberlanjutan usahatani tanaman pangan. Untuk itu diperlukan pemilihan komoditas yang mampu memberikan keuntungan terbesar sehingga dapat memimalisir risiko kegagalan usahatani tanaman pangan. Tabel 24 Faktor pembatas lahan dan jenis usaha perbaikan lahan untuk tanaman pangan No. 1. 2.
3.
4.
Kualitas / Karakteristik Lahan Temperatur (tc) - Temperatur rerata Ketersediaan air (wa) - Curah hujan - Lama bulan kering - Kelembaban Ketersediaan oksigen (oa) - Drainase Media Perakaran (rc) - Tekstur - Kedalaman tanah - Kematangan gambut
5.
6.
Retensi hara (nr) - KTK liat - Kejenuhan basa (%) - pH H2O - C-organik Bahaya erosi (eh) - Lereng (%)
Jenis Usaha Perbaikan tidak dapat dilakukan perbaikan pengaturan jadwal tanam, pembuatan saluran irigasi pada lahan yang kering. pengaturan jadwal tanam (terkendala curah hujan) pengaturan jadwal tanam (terkendala curah hujan) pembuatan saluran drainase untuk mengatasi drainase tanah yang agak terhambat sampai terhambat tidak dapat dilakukan perbaikan secara umum tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali dengan reklamasi lahan pembuatan dan pengaturan sistem drainase dapat mempercepat proses pematangan gambut pengapuran dan penambahan bahan organik pengapuran pengapuran penambahan bahan organik pembuatan teras dan penanaman mengikuti garis kontur.
Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Komoditas unggulan menjadi dasar dalam arahan pengembangan lahan pertanian pangan di tiap kecamatan. Pertambahan luas dapat diartikan sebagai dampak permintaan bahan pangan yang tinggi di masyarakat karena semakin dibutuhkan dan secara ekonomis menguntungkan bagi petani. Menurut Hidayah (2010), komoditas unggulan merupakan komoditas yang layak diusahakan karena memberikan keuntungan kepada petani baik secara biofisik, sosial dan ekonomi. Komoditas tertentu dikatakan layak secara biofisik jika komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologi, layak secara sosial jika komoditas tersebut memberi peluang berusaha serta bisa dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan layak secara ekonomi artinya komoditas tersebut menguntungkan. Kecamatan Bahar Selatan, Bahar Utara dan Taman Rajo merupakan kecamatan baru hasil pemekaran wilayah. Bahar Selatan dan Bahar Utara merupakan pemekaran dari Kecamatan Sungai Bahar sedangkan Kecamatan Taman Rajo merupakan pemekaran dari Kecamatan Marosebo. Pada saat
46
penelitian dilakukan, ketiga kecamatan tersebut belum memiliki data luas panen komoditas pangan. Data yang tersedia masih tergabung dengan kecamatan induk sehingga dalam analisis komoditas unggulan ketiga kecamatan tersebut tidak termasuk dalam kecamatan induknya. Keunggulan Komparatif Tanaman Pangan Penetapan komoditas basis tanaman pangan dilakukan dengan menggunakan Metode LQ. Nilai LQ > 1 mengindikasikan bahwa komoditas pangan tersebut terkonsentrasi secara relatif pengusahaannya dan dapat dikatakan sebagai komoditas unggulan. Data yang digunakan adalah luas panen tanaman pangan tahun 2007 hingga 2011. Analisis data 5 (lima) titik tahun ini bertujuan untuk mengetahui tren perkembangan nilai LQ. Namun, yang menjadi dasar arahan hanya nilai LQ tahun 2011. Hasil analisis LQ untuk tanaman pangan tahun 2007 sampai dengan 2011 disajikan pada Lampiran 7. Nilai LQ komoditas pangan menurut kecamatan tertera pada Tabel 25. Tabel 25 Nilai LQ tanaman pangan tahun 2011 di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Mestong Sungai Bahar Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Jambi Luar Kota Sekernan
Jagung 0,59 0,62 0,78 0,75 1,77 0,83 0,30 0,90
Nilai LQ per Komoditas Kacang Kacang Kedelai Tanah Hijau 0,16 1,14 0,00 2,78 1,20 1,48 0,00 0,93 1,14 0,60 1,73 1,68 0,00 0,42 0,53 3,30 0,77 0,66 3,92 2,13 0,74 0,00 1,92 3,74
Ubi Kayu 1,89 1,10 1,87 1,12 0,28 0,57 0,88 0,79
Ubi Jalar 1,78 0,73 0,76 1,69 0,39 1,11 1,45 1,65
Jagung merupakan komoditas basis di Kecamatan Kumpeh dengan nilai LQ yaitu 1,77. Data BPS tahun 2011 menunjukkan bahwa Kecamatan Kumpeh memiliki luas panen tanaman jagung terbesar yaitu 325 ha. Bila dilihat dari tren nilai LQ sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, Kecamatan Kumpeh selalu memiliki nilai LQ > 1 untuk tanaman jagung. Kedelai merupakan komoditas basis di 3 (tiga) kecamatan, yaitu: Jambi Luar Kota (LQ = 3,92), Maro Sebo (LQ = 3,30) dan Sungai Bahar (LQ = 2,78). Luas panen kedelai di Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2011 yaitu 129 ha. Kecamatan Maro Sebo memiliki luas panen tertinggi yaitu 72 ha, Jambi Luar Kota sebesar 19 ha dan Sungai Bahar dengan luas 27 ha. Petani di Kabupaten Muaro Jambi jarang membudidayakan kedelai. Dari hasil wawancara dengan petugas penyuluh pertanian di lapangan, budidaya tanaman kedelai biasanya tergantung bantuan dari pemerintah, baik bibit, pupuk dan pemasaran. Selain terkendala dengan pemasaran, penanganan pascapanen juga relatif agak sulit dibandingkan dengan komoditas lainnya. Kacang tanah merupakan komoditas basis di 5 (lima) kecamatan, yaitu: Jambi Luar Kota (LQ = 2,13), Sekernan (LQ = 1,92), Sungai Gelam (LQ = 1,73), Sungai Bahar (LQ = 1,20) dan Mestong (LQ = 1,14). Luas panen kacang tanah di
47
Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2011 yaitu 100 ha. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2011, kelima kecamatan ini secara konsisten memiliki nilai LQ > 1. Kacang hijau merupakan komoditas basis di 4 (empat) kecamatan, yaitu: Sekernan (LQ = 3,74), Sungai Gelam (LQ = 1,68), Sungai Bahar (LQ = 1,48) dan Kumpeh Ulu (LQ = 1,14). Dalam kurun tahun 2007 sampai 2011 Kecamatan Sekernan dan Kumpeh Ulu memiliki nilai LQ > 1. Luas panen kacang hijau pada tahun 2011 hanya 36 ha dan merupakan luasan panen terkecil bila dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Berdasarkan data BPS tahun 2008 sampai 2011, komoditas kacang hijau memiliki luas panen terkecil di Kabupaten Muaro Jambi. Ubi kayu merupakan komoditas basis di 4 (empat) kecamatan yaitu: Mestong (LQ = 1,89), Kumpeh Ulu (LQ = 1,87), Sungai Gelam (LQ = 1,12) dan Sungai Bahar (LQ = 1,10). Luas panen ubi kayu tahun 2011 mencapai 363 ha dimana Kecamatan Kumpeh Ulu memiliki luasan tertinggi yaitu 132 ha. Pada Kecamatan Mestong dan Kumpeh Ulu memiliki nilai LQ > 1 sejak tahun 2007 hingga 2011. Ubi jalar merupakan komoditas basis di 5 (lima) kecamatan, yaitu: Mestong (LQ = 1,78), Sungai Gelam (LQ = 1,69), Sekernan (LQ = 1,65), Jambi Luar Kota (LQ = 1,45) dan Maro Sebo (LQ = 1,11). Luas panen ubi jalar pada tahun 2011 sebesar 128 ha. Kecamatan Sungai Gelam memiliki luas panen tertinggi yaitu 25 ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa ubi jalar merupakan komoditas basis di Kecamatan Mestong, hal ini dapat diketahui selama tahun 2007 hingga 2011 selalu memiliki nilai LQ > 1. Komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dengan jumlah kecamatan terbanyak yaitu: kacang tanah dan ubi jalar. Komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dengan jumlah kecamatan paling sedikit yaitu jagung dan terdapat di Kecamatan Kumpeh. Keunggulan Kompetitif Tanaman Pangan Shift Share Analysis (SSA) digunakan untuk memahami pertumbuhan luas panen di kecamatan dan membandingkannya dengan luas panen di kabupaten. SSA menggunakan data luas panen tanaman pangan 2 (dua) titik tahun yaitu tahun 2008 dan 2011. Hasil analisis digunakan untuk melihat pergeseran pertumbuhan luas panen tanaman pangan. Komponen laju pertumbuhan total (share) yang menyatakan pertumbuhan seluruh tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi yaitu sebesar -0,65. Hal ini menunjukkan dalam rentang 4 (empat) tahun terakhir pertumbuhan luas panen semua komoditas pangan mengalami penurunan di Kabupaten Muaro Jambi. Komponen propotional shift menyatakan pertumbuhan total suatu komoditas secara relatif yang dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum. Menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010), pertumbuhan proporsional yang bernilai positif mengindikasikan suatu komoditas tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan seluruh komoditas secara keseluruhan dan komoditas tersebut merupakan komoditas yang maju. Pertumbuhan proporsional yang negatif mengidikasikan bahwa komoditas tersebut merupakan komoditas yang lamban pertumbuhannya. Seluruh komoditas pangan pertanian lahan kering memiliki pertumbuhan yang positif kecuali jagung. Luas panen tanaman jagung mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008 luas panen tanaman jagung mencapai
48
3.085 ha dan pada tahun 2011 menurun menjadi 706 ha. Nilai propotional shift untuk komoditas pangan yaitu: 1. Jagung = - 0,12 2. Kedelai = 0,13 3. Kacang tanah = 0,37 4. Kacang hijau = 0,31 5. Ubi kayu = 0,86 6. Ubi jalar = 0,08 Komponen Differential Shift (DS) menjelaskan tingkat kompetisi komoditas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan keseluruhan luas panen tanaman pangan. Kecamatan yang memiliki nilai DS > 0 pada suatu komoditas mengindikasikan memiliki keunggulan kompetitif. Hasil analisis DS komoditas pangan disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Nilai DS tanaman pangan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Mestong Sungai Bahar Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Jambi Luar Kota Sekernan
Jagung 1,68 0,23 0,53 1,22 -0,10 1,71 -0,20 0,56
Nilai Differential Shif per Komoditas Kacang Kacang Ubi Kedelai Tanah Hijau Kayu 0,00 1,11 0,00 0,84 -0,06 0,57 0,00 3,07 -0,48 0,48 0,00 1,37 -0,36 0,28 2,83 -0,60 -0,48 0,07 0,05 0,15 71,52 -0,10 0,00 -0,22 0,79 -0,52 -0,61 -1,01 -0,48 -0,09 0,21 -0,43
Ubi Jalar 2,31 0,73 4,31 0,26 -0,36 0,83 -0,22 0,41
Jagung memiliki keunggulan kompetitif di 6 (enam) kecamatan yaitu: Maro Sebo, Mestong, Sungai Gelam, Sekernan, Kumpeh Ulu dan Sungai Bahar. Kedelai memiliki keunggulan kompetitif di 2 (dua) kecamatan yaitu Maro Sebo dan Jambi Luar Kota. Kacang tanah memiliki keunggulan kompetitif di 5 (lima) kecamatan yaitu: Mestong, Sungai Bahar, Kumpeh Ulu, Sungai Gelam dan Kumpeh. Kacang hijau memiliki keunggulan kompetitif 3 (tiga) kecamatan yaitu: Sungai Gelam, Sekernan dan Kumpeh. Ubi kayu memiliki keunggulan kompetitif di 4 (empat) kecamatan yaitu: Sungai Bahar, Kumpeh Ulu, Mestong dan Kumpeh. Ubi jalar memiliki keunggulan kompetitif di 6 (enam) kecamatan yaitu: Kumpeh Ulu, Mestong, Maro Sebo, Sungai Bahar, Sekernan dan Sungai Gelam. Komoditas jagung dan ubi jalar memiliki tingkat persaingan yang tinggi untuk dikembangkan. Hasil analisis menunjukkan terdapat 6 (enam) kecamatan yang memiliki nilai DS > 0 untuk komoditas jagung dan ubi jalar. Komoditas kedelai hanya memiliki keunggulan kompetitif di 2 (dua) kecamatan sehingga tingkat persaingan untuk pengembangan lebih kecil. Komoditas yang diarahkan pengembangannya di tiap kecamatan adalah komoditas yang memiliki keunggulan baik secara komparatif maupun kompetitif (nilai LQ > 1 dan DS > 0). Kecamatan yang memiliki komoditas unggulan terbanyak adalah Kumpeh Ulu, yaitu: jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Kecamatan dengan komoditas unggulan paling sedikit adalah Sungai Gelam
49
dan Jambi Laur Kota dengan komoditas unggulan masing-masing yaitu: kacang tanah dan kedelai. Kecamatan Kumpeh tidak memiliki komoditas unggulan yang unggul secara komparatif dan kompetitif. Komoditas yang direkomendasikan untuk dikembangkan di Kecamatan Kumpeh adalah komoditas unggulan yang hanya unggul secara komparatif (jagung) atau hanya unggul secara kompetitif (ubi kayu, kacang tanah dan kacang hijau). Komoditas unggulan tanaman pangan tiap kecamatan disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Komoditas unggulan tanaman pangan menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan Mestong
Sungai Bahar, Bahar Utara dan Bahar Selatan Kumpeh Ulu
Sungai Gelam
Keunggulan Komparatif ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah kedelai, kacang hijau, kacang tanah dan ubi kayu jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar ubi kayu dan kacang tanah
Kumpeh
jagung
Maro Sebo dan Taman Rajo Jambi Luar Kota
kedelai dan ubi jalar
Sekernan
kedelai, kacang tanah dan ubi jalar kacang hijau, kacang tanah dan ubi jalar
Keunggulan Kompetitif ubi jalar, jagung, kacang tanah dan ubi kayu ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah dan jagung. ubi jalar, ubi kayu, jagung dan kacang tanah kacang hijau, jagung, kacang tanah dan ubi jalar ubi kayu, kacang tanah dan kacang hijau kedelai, jagung dan ubi jalar kedelai
Komoditas Unggulan ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah
jagung, ubi jalar dan kacang hijau
kacang hijau dan ubi jalar
kacang tanah dan ubi kayu jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar kacang tanah
kedelai dan ubi jalar kedelai
Kebutuhan Pangan dan Lahan Kabupaten Muaro Jambi Analisis kebutuhan pangan dan lahan bertujuan untuk mengetahui luas lahan pangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Kabupaten Muaro Jambi. Proyeksi kebutuhan pangan dan lahan dilakukan hingga berakhirnya masa RTRW yaitu tahun 2031. Berdasarkan kebutuhan pangan hingga tahun 2031, dapat disusun kebutuhan lahan pertanian pangan setiap komoditas untuk mencapai swasembada pangan. Proyeksi Jumlah Penduduk Penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2000 berjumlah 233.933 jiwa dan pada tahun 2011meningkat menjadi 351.551 jiwa. Hasil analisis menggunakan metode geometri menunjukkan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,82% per tahun (perhitungan terlampir pada Lampiran 8). Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Muaro Jambi lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan rata-rata penduduk nasional tahun 2000 sampai 2010, yaitu 1,49% per tahun (BPS 2014).
50
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengakibatkan semakin tingginya permintaan lahan untuk pertanian pangan dimasa mendatang. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Muaro Jambi diasumsikan mengalami penurunan tiap tahun dan menjadi 1,5% di tahun 2031. Dengan demikian, dapat diprediksi jumlah penduduk tahun 2031 sebanyak 587.385 jiwa. Data jumlah penduduk hasil proyeksi terlampir pada Lampiran 8. Konsumsi Bahan Pangan Data konsumsi pangan per kapita disajikan pada Tabel 28. Angka konsumsi bahan pangan beras Kabupaten Muaro Jambi sebesar 97,01 kg/kap/tahun. Nilai tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan dengan konsumsi beras tingkat nasional yaitu 87,24 kg/kap/tahun. Tabel 28 Konsumsi bahan pangan tahun 2010-2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bahan Pangan Beras giling Jagung pipilan Kacang kedelai Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Ubi jalar
Jumlah Konsumsi (Kg/Kap/tahun) Tahun 2011 Tahun 2010 96,83 97,19 0,04 0,073 0,11 0,15 0,76 0,3 1,13 2 2,62 2,6 2,7
Rata-rata (Kg/Kap/thn) 97,01 0,04 0,0915 0,455 0,715 2,31 2,65
Nilai konversi bahan pangan ke jenis tanaman 63,2% 95% 95% 95% 95% -
Sumber : Badan Pelaksana, Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Muaro Jambi (2013)
Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat konsumsi beras adalah dengan menggalakkan diversifikasi bahan pangan ke produk non beras. Diversifikasi pangan dilakukan berbasis sumberdaya lokal seperti: jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Perubahan pola konsumsi ke non beras dapat menurunkan kebutuhan lahan sawah. Dalam penelitian ini diasumsikan terjadi penurunan tingkat konsumsi beras sebesar 1% per tahun mulai tahun 2012 sedangkan tingkat konsumsi bahan pangan lainnya mengalami peningkatan sebesar 1% per tahun. Hasil analisis menunjukkan pada tahun 2031 tingkat konsumsi beras menjadi 79,35 kg/kap/tahun atau setara dengan 125,55 kg Gabah Kering Giling. Nilai konsumsi bahan pangan non beras setelah dikonversi ke komoditas asal masing-masing yaitu: jagung 0,05 kg/kap/tahun, kedelai 0,12 kg/kap/tahun, kacang tanah 0,58 kg/kap/tahun, kacang hijau 0,92 kg/kap/tahun, ubi kayu 2,82 kg/kap/tahun dan ubi jalar 3,23 kg/kap/tahun. Tingkat konsumsi bahan pangan hasil analisis terlampir pada Lampiran 9. Produktivitas Lahan Peningkatan produktivitas lahan dapat meningkatkan produksi tanaman pangan. Peningkatan produktivitas lahan mampu mempercepat upaya pemenuhan kebutuhan pangan penduduk. Dalam Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2016, menunjukkan adanya peningkatan produktivitas tiap komoditas pangan. Berdasarkan laju pertumbuhan produktivitas lahan tersebut, dapat diestimasi produktivitas lahan masing-masing
51
komoditas pangan sampai dengan tahun 2031. Produktivitas lahan masing-masing komoditas mengalami peningkatan. Perhitungan peningkatan produktivitas pangan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2031 terlampir pada Lampiran 10. Pada tahun 2031, produktivitas komoditas pangan diasumsikan meningkat, masing-masing yaitu: padi sawah 6,65 ton/ha/tahun, padi ladang 3,91 ton/ha/tahun, jagung 9,69 ton/ha/tahun, kedelai 1,92 ton/ha/tahun, kacang tanah 2,6 ton/ha/tahun, kacang hijau 1,71 ton/ha/tahun, ubi kayu 23,35 ton/ha/tahun dan ubi jalar 12,18 ton/ha/tahun. Upaya peningkatan produktivitas lahan dapat dilakukan dengan cara: - peningkatan kesuburan tanah - pemilihan bibit/benih unggulan dan spesifik lokasi - penanggulangan hama dan penyakit tanaman - pengembangan sistem irigasi - pemanfaatan teknologi pertanian - pengembangan inovasi pertanian - kegiatan penyuluhan pertanian secara rutin - perlunya jaminan modal untuk usaha budidaya dan pengembangan sistem kelembagaan usahatani - penanganan pasca panen dengan tepat Proyeksi Kebutuhan Pangan dan Lahan Proyeksi kebutuhan lahan untuk mencapai swasembada pangan sampai tahun 2031 disajikan pada Tabel 29. Tabel 29 Kebutuhan lahan tahun 2012-2031 No. Tahun 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Jumlah Penduduk 364.575 377.655 390.768 403.882 416.968 429.994 442.928 455.737 468.389 480.848 493.081 505.053 516.729 528.077 539.061 549.648 559.805 569.501 578.704 587.385
Kebutuhan Lahan Luas Panen (ha) Padi Kacang Kacang Ubi Jagung Kedelai Sawah Tanah Hijau Kayu 12.556 3 28 98 233 53 12.602 3 29 101 239 54 12.633 3 29 103 245 55 12.651 3 30 106 251 57 12.654 3 31 108 257 58 12.643 3 31 111 263 59 12.618 3 32 113 268 60 12.579 3 32 115 273 62 12.526 3 33 117 278 63 12.458 3 33 119 283 64 12.378 3 34 121 288 65 12.284 3 34 123 292 66 12.176 3 34 124 296 67 12.056 3 35 126 300 67 11.924 3 35 127 303 68 11.780 3 35 129 306 69 11.624 3 36 130 309 70 11.457 3 36 131 311 70 11.280 3 36 132 314 71 11.093 3 36 132 315 71
Ubi Jalar 116 119 122 125 128 130 133 136 138 140 143 145 147 148 150 152 153 154 155 156
52
Estimasi kebutuhan lahan untuk mencukupi konsumsi beras dalam penelitian ini hanya dilakukan berdasarkan produksi padi sawah, sementara produksi padi ladang tidak diperhitungkan. Agar tercapai swasembada beras di tahun 2031 dibutuhkan lahan sawah seluas 11.093 ha dengan produktivitas lahan 6,65 ton/ha. Kebutuhan pangan beras di tahun 2031 mencapai 73.744 ton padi gabah kering giling (GKG). Swasembada pangan di tahun 2031 dapat dicapai dengan perluasan sawah baru sebesar 4.888 ha dengan asumsi lahan sawah eksisting tidak mengalami alih fungsi lahan. Apabila tidak dilakukan pengembangan lahan sawah, kondisi lahan yang masih kurang ini dapat berpotensi menyebabkan kerawanan pangan dimasa mendatang. Kebutuhan lahan untuk pertanian lahan kering di tahun 2031 yaitu 713 ha, yang terdiri dari: 3 ha jagung, 36 ha kedelai, 132 ha kacang tanah, 315 ha kacang nhijau, 71 ha ubi kayu dan 156 ha ubi jalar. Potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk pertanian lahan kering masih sangat besar yaitu 62.368 ha, namun 18.655 ha diantaranya termasuk kawasan moratorium, pertambangan, hutan dan HGU sehingga direkomendasikan tidak dikembangkan. Sisanya, sejumlah 43.713 ha dapat diarahkan untuk pengembangan. Dengan kebutuhan lahan pertanian lahan kering seluas 713 ha di tahun 2031 dan lahan eksisting seluas 43.713 ha, maka lahan untuk pertanian lahan kering berlebih 43.000 ha. Kondisi ketersediaan lahan untuk budidaya pertanian lahan kering sampai tahun 2031 telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Muaro Jambi. Suatu kebijakan yang tepat dari pemerintah daerah diperlukan untuk menjaga agar lahan pertanian lahan kering yang ada tidak terkonversi ke penggunaan selain tanaman pangan. Potensi sumberdaya lahan pertanian lahan kering yang ada di Kabupaten Muaro Jambi diharapkan dapat dimanfaatkan dan berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan lahan pangan di wilayah lain terutama Kota Jambi. Konsitensi Lahan Pangan Eksisting dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Konsistensi Lahan Pangan Eksisting Pola ruang adalah distribusi peruntukkan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukkan ruang untuk fungsi budi daya (Dirjen Penataan Ruang 2007). Dalam Draft RTRW Kabupaten Muaro Jambi, pola ruang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan lahan pertanian pangan seluas 72.256 ha yang terdiri dari: sawah dengan luas 6.208 ha dan pertanian lahan kering dengan luas 66.048 (Tabel 30). Kecamatan dengan pola ruang sawah terluas adalah Kecamatan Kumpeh dan Sungai Gelam. Kecamatan yang tidak memiliki pola ruang sawah adalah: Sungai Bahar, Bahar Selatan, Bahar Utara dan Mestong. Kecamatan lain yang memiliki pola ruang sawah adalah Jambi Luar Kota, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Sekernan dan Taman Rajo. Pola ruang pertanian lahan kering tersebar di seluruh kecamatan. Pola ruang pertanian lahan kering terluas berada di Kecamatan Kumpeh dengan luas 23.229 ha sedangkan yang tersempit berada pada Kecamatan Maro Sebo dengan luas 979 ha.
53
Tabel 30 Rencana pola ruang menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Pola Ruang Hutan Lindung Gambut Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Kawasan Industri Pariwisata (KTM) Pariwisata Terpadu Permukiman Perkebunan Pertambangan Batu Bara Pertambangan Kuarsa Pertanian Lahan Kering Rencana Bandara Jambi Sawah Sungai Taman Nasional Berbak Tamana Hutan Raya Jumlah (ha)
Bahar Selatan 4.040 7.052 8.478 19.569
Bahar Utara 4.503 8.072 2.325 1.826 16.726
Jambi Luar Kota 3.392 18.922 620 4.198 374 507 28.013
Kumpeh 21.178 6.968 58.926 3.766 16.953 23.229 2.058 1.637 21.839 14.749 171.303
Luas per kecamatan (ha) Kumpeh Maro Mestong Sekernan Ulu Sebo 7.828 12.096 1 80 1.790 10.785 1.991 5.822 2.844 17.494 13.309 31.116 40.606 8.692 113 9.282 979 1.840 9.385 879 857 225 162 1.255 38.666 26.140 47.470 67.157
Sungai Bahar 4.434 10.459 1.156 16.050
Sungai Gelam 3.842 7.382 45.634 4.064 2.986 1.533 65.441
Taman Rajo 2.322 8.992 2.387 865 565 2.782 12.553 2.690 284 507 1.683 35.629
Jumlah (ha) 23.500 35.883 62.769 2.469 865 2.355 51.741 222.171 15.701 113 66.048 284 6.208 5.469 21.839 14.749 532.164
53
54
Jika mempertimbangkan kebutuhan lahan untuk swasembada pangan pada tahun 2031, yaitu 11.093 ha untuk sawah dan 713 ha untuk pertanian lahan kering, maka alokasi rencana pola ruang untuk sawah masih kurang 4.885 ha sedangkan pertanian lahan kering berlebih 65.335 ha. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Rencana pola ruang Kabupaten Muaro Jambi
Analisis konsistensi dilakukan untuk mengetahui konsistensi penggunaan lahan pangan eksisting terhadap rencana pola ruang lahan pangan. Hasil analisis terhadap kondisi saat ini, seluas 31.190 ha penggunaan lahan pertanian pangan yang terdiri dari 2.588 ha sawah dan 28.602 ha pertanian lahan kering tidak sesuai dengan rencana pola ruang lahan pangan Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis konsistensi dan inkonsistensi disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 Konsistensi dan inkonsitensi penggunaan lahan pangan terhadap rencana pola ruang Penggunaan lahan pangan eksisting Sawah
Pertanian lahan kering
Konsistensi/inkonsistensi terhadap rencana pola ruang Sesuai dengan pola ruang lahan sawah Berada pada pola ruang pertanian lahan kering Berada diluar pola ruang sawah dan diluar pola ruang pertanian lahan kering Sesuai dengan pola ruang pertanian lahan kering Berada pada pola ruang lahan sawah Berada diluar pola ruang pertanian lahan kering dan diluar pola ruang sawah
Luas (ha) 1.439 2.179 2.588 13.353 1.758 28.602
55
Secara ilustrasi, konsistensi penggunaan lahan pangan eksiting terhadap rencana pola ruang disajikan pada Gambar 8. Penggunaan lahan pangan eksisting yaitu sawah dan pertanian lahan kering yang diarahkan untuk pengembangan masing-masing seluas 6.205 ha dan 43.713 ha. Hasil penilaian kesesuaian lahan padi sawah pada penggunaan lahan sawah eksisting seluruhnya tergolong dalam kelas S3 dan tidak terdapat kesesuaian lahan N (tidak sesuai). Penggunaan lahan komoditas pertanian lahan kering eksisting seluruhnya memiliki kelas kesesuaian lahan S2 dan S3. Dengan demikian, seluruh lahan pangan eksisting (sawah dan pertanian lahan kering) memiliki tingkat kesesuaian lahan sesuai.
Keterangan simbol gambar: = Pola ruang lahan sawah a. b. c. d.
e. f. g. h.
= Pola ruang pertanian lahan kering Pola ruang lahan sawah (termasuk b dan g) Sawah eksisting yang sesuai dengan pola ruang lahan sawah Sawah eksisting yang berada pada pola ruang pertanian lahan kering Sawah eksisting yang berada di luar pola ruang lahan sawah dan pola ruang pertanian lahan kering Pola ruang pertanian lahan kering (termasuk c dan f) Pertanian lahan kering eksisting yang sesuai dengan pola ruang pertanian lahan kering Pertanian lahan kering eksisting yang berada pada pola ruang lahan sawah Pertanian lahan kering eksisting yang berada diluar pola ruang pertanian lahan kering dan pola ruang lahan sawah
. Gambar 8 Sketsa konsistensi dan inkonsistensi lahan pertanian pangan eksisting terhadap pola ruang lahan pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Rencana pola ruang lahan pangan diusulkan untuk direvisi agar swasembada pangan di tahun 2031 dapat tercapai. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan adalah: - penggunaan lahan pangan eksisting (sawah dan pertanian lahan kering) yang seluruhnya memiliki kelas kesesuaian lahan sesuai (S2 dan S3). - kebutuhan lahan pangan (sawah) pada tahun 2031 masih kurang 4.885 ha.
56
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Arahan pengembangan lahan pertanian pangan disusun berdasarkan beberapa kriteria pertimbangan. Padi sawah dan padi ladang yang merupakan sumber makanan pokok ditetapkan untuk diarahkan pengembangannya di tiap kecamatan dengan kelas kesesuaian tertinggi. Pada Tabel 32 disajikan matrik kriteria penetapan arahan pengembangan lahan pertanian pangan. Dalam menyusun arahan pengembangan, Kecamatan Bahar Utara dan Bahar Selatan merupakan bagian dari Kecamatan Sungai Bahar serta Kecamatan Taman Rajo merupakan bagian dari Kecamatan Maro Sebo. Hal ini dikarenakan pada analisis komoditas unggulan, Kecamatan Bahar Utara, Bahar Selatan dan Taman Rajo belum memiliki data dan merupakan kecamatan baru hasil pemekaran. Tabel 32 Matrik kriteria pertimbangan dalam penentuan arahan pengembangan lahan pertanian pangan Kriteria Pertimbangan 1. Komoditas unggulan
No.
2. Kesesuaian lahan
3. Status lahan
4. Penggunaan lahan saat ini
5. Kebutuhan lahan di tahun 2031 6. Pola tanam
7. Luas lahan yang direkomendasikan untuk sawah baru
Dasar arahan prioritas utama merupakan komoditas unggulan tiap kecamatan (kecuali padi sawah dan padi ladang) memiliki kesesuaian lahan sesuai dengan komoditas yang diarahkan: - S1 (sangat sesuai) - S2 (cukup sesuai) - S3 (sesuai marginal) merupakan lahan tersedia yang tidak termasuk dalam kawasan: - moratorium hutan dan gambut - pertambangan - hutan - HGU telah dimanfaatkan untuk lahan pertanian pangan: - sawah - pertanian lahan kering
mempertimbangkan kebutuhan lahan berdasarkan konsumsi pangan sampai tahun 2031 - adanya pergiliran tanam - padi sawah dan padi ladang merupakan komoditas utama - pada saat lahan tidak sedang ditanami padi sawah dan padi ladang dapat dilakukan pergiliran tanam untuk komoditas pertanian lahan kering luas lahan minimal 100 ha di tiap kecamatan
Bukan Arahan tidak termasuk komoditas unggulan
tergolong lahan tidak sesuai (Ordo N)
lahan yang termasuk dalam kawasan: - moratorium hutan dan gambut - pertambangan - hutan - HGU penggunan lahan berupa: - permukiman - perkebunan - sungai - kolam ikan air tawar - tanah terbuka tidak mempertimbangkan kebutuhan lahan hanya satu komoditas pangan sepanjang tahun
luas lahan dibawah 100 ha di tiap kecamatan
57
Pengembangan komoditas pertanian lahan kering (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) di tiap kecamatan berdasarkan hasil analisis komoditas unggulan. Pemilihan komoditas unggulan tiap kecamatan dijadikan prioritas, karena komoditas tersebut telah teruji mampu bersaing dengan komoditas pangan lainnya. Menurut Alkasuma (2007), tiap wilayah mempunyai potensi produksi komoditas pertanian yang berbeda, tergantung pada kualitas sumberdaya lahan, keterampilan sumberdaya manusia dan modal. Pemilihan komoditas unggulan diharapkan mampu membentuk usahatani berdasarkan wilayah-wilayah kelompok sehingga berproduksi optimal, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Luas lahan yang diarahkan untuk pengembangan pertanian pangan seluas 50.961 ha. Pada Kecamatan Kumpeh tidak memiliki komoditas unggulan pertanian lahan kering sehingga lahan tersedia yang tidak dialokasikan untuk padi sawah dan padi ladang dapat diarahkan pengembangannya untuk komoditas pertanian lahan kering alternatif. Berdasarkan kriteria pertimbangan pada Tabel 32 diatas, dapat disusun arahan pengembangan lahan pertanian pangan yang tertera pada Tabel 33. Tabel 33 Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi Kecamatan
Luas Lahan Arahan Pengembangan tiap Komoditas (ha) Padi sawah / Kacang Kacang Ubi Ubi Jagung Kedelai Padi tanah hijau kayu jalar ladang
Jumlah tiap Kecamatan (ha)
Jambi Luar Kota
3.260
-
2.095
-
-
-
-
5.355
Kumpeh
9.452
1.079
-
1.079
1.079
1.079
-
13.768
Kumpeh Ulu
9.899
668
-
668
-
668
668
12.570
Mestong
-
-
-
170
-
170
170
509
Sekernan
4.157
-
-
-
191
-
191
4.538
Sungai Gelam
1.944
-
-
948
-
-
-
2.893
7.489
-
902
-
-
-
902
9.293
-
-
-
1.017
-
1.017
-
2.034
36.202
1.747
2.997
3.882
1.270
2.933
1.930
50.961
11.093
3
36
132
315
71
156
11.806
Maro Sebo dan Taman Rajo Sungai Bahar, Bahar Utara dan Bahar Selatan Lahan Arahan Pengembangan tiap komoditas (ha) Kebutuhan Lahan Pangan tahun 2031 (ha)
58
Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pangan disajikan pada Gambar 9. Padi sawah dan padi ladang direkomendasikan pengembangannya pada lahan seluas 36.202 ha. Lahan tersebut terdiri dari padi sawah eksisting (6.205 ha) dan lahan baru untuk perluasan sawah (29.997 ha). Kecamatan yang tidak memiliki lahan arahan pengembangan padi sawah dan padi ladang yaitu: Mestong dan Sungai Bahar (termasuk Bahar Utara dan Bahar Selatan).
Gambar 9 Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi
Arahan pengembangan lahan untuk jagung seluas 1.747 ha yang terletak di Kecamatan Kumpeh (1.079 ha) dan Kumpeh Ulu (668 ha). Seluruh lahan yang tersedia memiliki kelas kesesuaian lahan S3. Agar tercapai swasembada pangan jagung tahun 2031 dibutuhkan lahan seluas 3 ha. Pengembangan lahan untuk kedelai seluas 2.997 ha diarahkan pada Kecamatan Jambi Luar Kota, Maro Sebo dan Taman Rajo. Kecamatan Jambi Luar Kota memiliki lahan tersedia terluas untuk pengembangan kedelai yaitu 2.095 ha dengan kelas kesesuaian lahan S3 sedangkan Kecamatan Maro Sebo dan Taman Rajo memiliki lahan arahan pengembangan kedelai seluas 902 ha. Pengembangan kacang tanah terdapat di 5 (lima) kecamatan yaitu: Kumpeh, Kumpeh Ulu, Mestong, Sungai Gelam dan Sungai Bahar (termasuk Bahar Utara dan Bahar Selatan) dengan luas keseluruhan 3.882 ha. Kebutuhan lahan di tahun 2031 untuk swasembada kacang tanah seluas 132 ha. Kecamatan Sekernan merupakan satu-satunya kecamatan yang memiliki komoditas unggulan kacang hijau. Lahan yang diarahkan seluas 191 ha dan tergolong dalam kelas kesesuaian lahan S3. Kebutuhan lahan untuk kacang hijau
59
di tahun 2031 yaitu 315 ha dan merupakan yang tertinggi dibanding komoditas pertanian lahan kering lainnya. Jika hanya mengandalkan pengembangan lahan di Kecamatan Sekernan, maka swasembada kacang hijau tidak akan tercapai. Untuk itu lahan pada Kecamatan Kumpeh yang tidak memiliki komoditas unggulan dialokasikan untuk pengembangan kacang hijau seluas 1.079 ha. Pengembangan lahan untuk ubi kayu diarahkan pada Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu, Mestong dan Sungai Bahar (termasuk Bahar Utara dan Bahar Selatan) dengan luas keseluruhan 2.933 ha. Kebutuhan lahan untuk ubi kayu di tahun 2031 seluas 71 ha dan lahan yang dialokasikan melebihi kebutuhan. Arahan pengembangan ubi jalar pada Kecamatan Kumpeh Ulu, Maro Sebo (termasuk Taman Rajo), Mestong dan Sekernan dengan luas keseluruhan yaitu 1.930 ha. Potensi komoditas unggulan ubi jalar berada di 4 (empat) kecamatan ini. Seluruh lahan yang diarahkan tergolong dalam kelas kesesuaian S3. Kecamatan Maro Sebo (termasuk Taman Rajo) dengan luas 902 ha merupakan wilayah terluas untuk pengembangan ubi jalar. Dari Tabel 33 diatas, disusun arahan pola tanam tiap kecamatan yang disajikan pada Tabel 34. Tabel 34 Arahan pola tanam komoditas pangan tiap kecamatan Komoditas Utama Jambi Luar Kota padi sawah, padi ladang dan kedelai Kumpeh padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu Kumpeh Ulu padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar
Komoditas Alternatif kacang tanah dan ubi jalar
Mestong
jagung, kacang tanah dan ubi kayu jagung dan kacang tanah
Kecamatan
Sekernan
Sungai Gelam
Maro Sebo dan Taman Rajo
kacang hijau dan ubi jalar padi sawah, padi ladang, kacang hijau dan ubi jalar padi sawah, padi ladang, kacang tanah padi sawah, padi ladang, kedelai dan ubi jalar
Sungai Bahar, kacang tanah Bahar Utara dan dan ubi kayu Bahar Selatan
Pola tanam padi sawah/padi ladang – kedelai – komoditas alternatif
-
padi sawah/padi ladang – jagung+kacang tanah – kacang hijau padi sawah/padi ladang – ubi kayu
kacang hijau
padi sawah/padi ladang – jagung+kacang tanah – komoditas alternatif padi sawah/padi ladang – jagung ubi kayu padi sawah/padi ladang – ubi jalar kacang hijau – ubi jalar – komoditas alternatif padi sawah/padi ladang – kacang hijau – komoditas alternatif padi sawah/padi ladang – ubi jalar – komoditas alternatif padisawah/padi ladang – kacang tanah – komoditas alternatif
jagung, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar jagung
jagung kedelai, kacang hijau dan ubi jalar
padi sawah/padi ladang – kedelai – komoditas alternatif padi sawah/padi ladang – ubi jalar – komoditas alternatif kacang tanah – ubi kayu – komoditas alternatif
60
Komoditas yang hanya memiliki keunggulan komparatif atau hanya memiliki keunggulan kompetitif di suatu kecamatan direkomendasikan menjadi komoditas alternatif pengembangan. Pola tanam yang disusun berupa sistem tanam monokultur maupun tumpangsari. Secara umum, pola tanam yang dianjurkan yaitu: komoditas utama yang dilanjutkan dengan komoditas alternatif (komoditas utama – komoditas alternatif). Pada lahan pertanian pangan yang sama dapat ditanami lebih dari 1 (satu) kali tanam per tahun. Hal ini memberikan dampak positif yaitu dapat dilakukan pergiliran tanam sehingga lahan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Selain komoditas utama, komoditas yang tidak diunggulkan setiap kecamatan dapat dijadikan alternatif untuk diusahakan pada lahan yang sama. Pola tanam dengan pengaturan jadwal tanam juga bermanfaat untuk mengantisipasi jenis tanaman tententu yang rentan terhadap kondisi iklim dan organisme pengganggu tanaman. Jika mempertimbangkan kebutuhan lahan sampai tahun 2031, semua lahan yang diarahkan untuk pengembangan tiap komoditas pertanian lahan kering masih berlebih. Kondisi sumberdaya lahan yang berlebih menjadi peluang bagi Kabupaten Muaro Jambi dalam mewujudkan swasembada pangan baik di wilayah sendiri maupun wilayah lainnya. Sebagai hinterland Kota Jambi, peluang Kabupaten Muaro Jambi untuk mendukung swasembada pangan di Kota Jambi sangat besar. Kebutuhan pangan di Kota Jambi dapat dipasok dari Kabupaten Muaro Jambi. Kabupaten Muaro Jambi dengan sumberdaya lahan yang berlebih dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahannya untuk memenuhi kebutuhan pangan Kota Jambi. Selain itu, keuntungan kedekatan jarak antara sentra tanaman pangan dengan pusat pemasaran menjadi suatu kelebihan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penggunaan lahan di Kabupaten Muaro Jambi didominasi oleh perkebunan dengan luas 310.280 atau 58,31% dari luas keseluruhan. Penggunaan lahan pangan berupa sawah dan pertanian lahan kering masing-masing seluas 7.061 ha (1,33%) dan 62.368 ha (11,72%). 2. Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian pangan yaitu 50.961 ha dan 6.205 ha diantaranya merupakan lahan sawah eksisting. Kecamatan Kumpeh memiliki lahan tersedia terluas yaitu 11.988 ha untuk perluasan sawah baru dan pengembangan komoditas pertanian lahan kering. Kecamatan Bahar Selatan memliki luas lahan arahan pengembangan tersempit yaitu hanya 425 ha. 3. Lahan prioritas untuk perluasan sawah baru seluas 30.055 ha dengan tingkat kesesuaian S3 dengan pembatas retensi hara. Seluas 27.989 ha lahan memiliki kelas kesesuaian S2 untuk padi ladang dan kacang tanah. Pertanaman jagung,
61
kedelai, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar seluruhnya termasuk kelas S3 dengan faktor pembatas utama ketersediaan air dan retensi hara. 4. Komoditas pertanian lahan kering unggulan di tiap kecamatan adalah: : kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar - Mestong : kacang tanah dan ubi kayu - Sungai Bahar, Bahar Utara dan Bahar Selatan : jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar - Kumpeh Ulu : kacang tanah - Sungai Gelam : kedelai dan ubi jalar - Maro Sebo dan Taman Rajo : kedelai - Jambi Luar Kota : kacang hijau dan ubi jalar - Sekernan Pada Kecamatan Kumpeh tidak memiliki komoditas unggulan. 5. Agar tercapai swasembada padang di tahun 2031 dengan jumlah penduduk 587.385 ha dibutuhkan lahan sawah seluas 11.093 ha dan lahan pertanian lahan kering seluas 713 ha. 6. Seluas 31.190 ha penggunaan lahan pertanian pangan tidak sesuai dengan rencana pola ruang lahan pangan Kabupaten Muaro Jambi. 7. Arahan pengembangan lahan untuk padi sawah dan padi ladang seluas 36.202 ha, yang terletak di Kecamatan Jambi Luar Kota (3.260 ha), Kumpeh (9.452 ha), Kumpeh Ulu (9.899 ha), Maro Sebo dan Taman Rajo (7.489 ha), Sekernan (4.157 ha) dan Sungai Gelam (1.944 ha) Arahan pengembangan untuk komoditas pertanian lahan kering (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) seluas 14.758 ha tersebar di setiap kecamatan sesuai dengan komoditas unggulan.
Saran 1. Lahan yang diarahkan untuk pengembangan pertanian pangan diupayakan untuk tidak dikonversi ke penggunaan non pertanian pangan agar produksi tanaman pangan berkelanjutan. 2. Usaha perbaikan kelas kesesuaian lahan harus mempertimbangkan input yang diberikan dengan output yang akan dihasilkan. Selain faktor fisik lahan, usahatani tanaman pangan harus mempertimbangkan faktor ekonomi yaitu kelayakan finansial usahatani. 3. Kebutuhan lahan untuk mencapai swasembada pangan dapat dikurangi dengan meningkatkan produktivitas lahan dan menekan laju pertumbuhan penduduk, sehingga lahan tersedia dapat dialokasikan untuk penggunaan lainnya.
62
4. Diversifikasi bahan pangan ke non beras dapat mengurangi kebutuhan pangan beras, sehingga kebutuhan lahan untuk pengembangan padi sawah dapat dikurangi. 5. Alokasi rencana pola ruang lahan pangan dalam RTRW agar berpedoman pada kebutuhan lahan di masa mendatang untuk menghindari defisit pangan dan lahan. Pola ruang lahan pertanian pangan dalam RTRW Kabupaten Muaro Jambi diusulkan untuk direvisi dengan mempertimbangkan penggunaan lahan pangan eksisting dan kebutuhan pangan di tahun 2031.
DAFTAR PUSTAKA Alkadri, Djajadiningrat HM. 2002. Bagaimana Menganalisis Potensi Daerah? Konsep dan Contoh Aplikasi. Ambardi UM, Prihawantoro S, editor. Jakarta (ID): Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah (P2KTPW)-BPPT. Alkasuma. 2007. Evaluasi sumberdaya lahan dan arahan pengembangan komoditas pertanian di Desa Toapaya Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Di dalam: Gandasasmita K, Tarma E, Sukmara, Adhi W, editor. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian; 2007 Nov 7-8; Bogor Indonesia. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 163-179. Al-Mashreki MH, Akhir JBM, Rahim SA, Desa KM, Lihan T, Haider AR. 2011. Land suitability evaluation for sorghum crop in the IBB Governorate, Republic of Yemen using Remote Sensing and GIS techniques. Australian J Basic and Appl Sci 5(3): 359-368. Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Siregar H, editor. Edisi ke-2. Bogor (ID): IPB Press. Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan Pangan Kabupaten Muaro Jambi. 2013. Data Tingkat Konsumsi Pangan tahun 2010 dan 2011 Kabupaten Muaro Jambi. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2012. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2031. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasium Klimatologi Jambi. 2013. Data Klimatologi tahun 2012. [BPS] Badan Pusat Statistik Jakarta. 2014. Data Konsumsi Pangan Nasional tahun 2012 dan Data Pertumbuhan Penduduk Nasional tahun 2000-2010. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2000. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2000. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2001. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2001. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2002. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2002. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2003. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2003. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik.
63
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2004. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2004. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2005. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2005. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2006. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2006. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2007. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2007. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2008. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2008. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2009. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2009. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2010. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2010. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. 2011. Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2011. Muaro Jambi (ID): Badan Pusat Statistik. Baehaqi A. 2010. Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten Lampung Tengah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Belal AA, Moghanm FS. 2011. Detecting urban growth using remote sensing and GIS techniques in Al Gharbiya Governorate, Egypt. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Sciences 14: 73-79. Bunruamkaewa K, Murayamaa Y. 2011. Site suitability evaluation for ecotourism using GIS and AHP : a case study of Surat Thani Province, Thailand. Procedia Social and Behavioral Sciences 21: 269–278. Daryanto A, Hafizrianda Y. 2010. Model-model Kuantitatif untuk perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi. Syarifah SS, Oktariani A, editor. Cetakan ke-1. Bogor (ID): IPB Press. Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Djaenudin D, Hendrisman M. 2008. Prospek pengembangan tanaman pangan lahan kering di Kabupaten Merauke. Jurnal Litbang Pertanian 27(20): 55-62. Djaenudin D, Marwan H, Subagjo H, Hidayat A. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Hidayat A, Suhardjo H, Hikmatullah, editor. Edisi ke-1. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Djakapermana RD. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Sistem. Suaedi, Sardin DS, editor. Cetakan ke-1. Bogor (ID): IPB Press. [FAO] Food Agriculture Ortganization. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soils Bulletin 32. Rome: FAO. Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Edisi Baru. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Hardjowigeno S, Widiatmaka, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Cetakan ke-1. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Haridjaja O. 2012. Pentingnya Konservasi Sumber Daya Lahan. Arsyad S, Rustiadi E, editor. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.
64
Hazain FA, Harisno, Legowo N. 2012. Land suitability map development for Central Java and Daerah Istimewa Yogyakarta Provinces based on WebGIS. Procedia Engineering 50: 532-543. Hendayana R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam penentuan komoditas unggulan nasional. Informatika Pertanian 12: 1-20. Hidayah I. 2010. Analisis prioritas komoditas unggulan perkebunan daerah Kabupaten Buru. Agrika 4(1): 1-8. Hikmatullah, Suwandi V, Chendy TF, Hidayat A, Affandi U, Dai J. 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Palembang (1013) Sumatera. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Javadian M, Shamskooshki H, Momeni M. 2011. Application of sustainable urban development in environmental suitability analysis of educational land use by using AHP and GIS in Tehran. Procedia Engineering 21: 72-80. Kementerian Pertanian. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Lillesand TM, Kiefer RW. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Cetakan ke-3. Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Sutanto, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Remote Sensing and Image Interpretation. Liu Y, Zhang Y, Guo L. 2010. Towards realistic assessment of cultivated land quality in an ecologically fragile environment: A satellite imagery-based approach. Applied Geography 30: 271-281. Mendas A, Delali A. 2012. Integration of MultiCriteria Decision Analysis in GIS to develop land suitability for agriculture - Application to durum wheat cultivation in the region of Mleta in Algeria. Computer and Electronics in Agriculture 83: 117-126. Mulyanto HR. 2008. Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Sikumbang R, editor. Cetakan ke-7. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Noor A, Pribadi Y. 2007. Potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan pertanian di Kecamatan Padang Batung Kalimantan Selatan. Di dalam: Gandasasmita K, Tarma E, Sukmara, Adhi W, editor. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian; 2007 Nov 7-8; Bogor Indonesia. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 1-12. Panuju DR, Rustiadi E. 2011. Teknik Analisis Perencanaan Pengembangan Wilayah. Bogor (ID): Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor. Rayes ML. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Triyuliana AH, editor. Edisi ke-1. Yogyakarta (ID): Andi. Rozenstein O, Karnilei A. 2011. Comparison of methods for land use classification incorporating Remote Sensing and GIS inputs. Applied Geography 31 : 533-544.
65
Rustiadi E, Barus B, Prastowo, Iman LOS. 2010. Pengembangan Pedoman Evaluasi Pemanfaatan Ruang. Pravitasari AE, editor. Bogor (ID): Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup - Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Institut Pertanian Bogor. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Pravitasari AE, editor. Cetakan ke-2. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Rustiadi E, Wafda R. 2012. Urgensi Pengembangan Lahan Pertanian Pangan Abadi dalam Perspektif Ketahanan Pangan. Arsyad S, Rustiadi E, editor. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Said YM, Zuhdi M. 2002. Survei Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Hortikultura di Kabupaten Muaro Jambi. Jambi (ID): Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Setiawan I. 2010. Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa Berbasis Komoditas Unggulan Daerah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shalaby A, Tateishi R. 2007. Remote sensing and GIS for mapping and monitoring land cover and land-use changes in the Northwestern coastal zone of Egypt. Applied Geography 27: 28–41. Sitorus SRP. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Cetakan ke-3. Bandung (ID): Tarsito. Syafruddin, Kairupan AN, Negara A, Limbongan J. 2004. Penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan berdasarkan zona agroekologi di Sulawesi Tengah. Jurnal Litbang Pertanian 23(2): 61-67. Syamson AB. 2011. Identifikasi Potensi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) untuk Penyusunan RTRW Kabupaten Baru Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tarigan R. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Tarigan R. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Wahyunto, Subardja D, Hikmatullah, Dinata SC, Hadian Y, Rasta, Hidayat A, Dai J. 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Sarolangun (0913) Sumatera. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Wahyunto, Subardja D, Puksi DS, Rochman A, Wahdini W, Paidi, Hidayat A, Dai J. 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Bungo (0914) Sumatera. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Wahyunto, Subardja D, Suwandi V, Miskad S, Ponidi A, Hidayat A, Dai J. 1990. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Jambi (1014) Sumatera. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Wang D, Li C, Song X, Wang J, Yang X, Huang W, Wang J, Zhou J. 2011. Assessment of land suitability potentials for selecting winter wheat cultivation areas in Beijing, China using RS and GIS. Agricultural Sciences in China 10 (9): 1419-1430.
66
Lampiran 1 Bagan alir penelitian Citra Landsat thn 2013
Jumlah penduduk Kab. Muaro Jambi thn 2000-2011
Peta Administrasi
Interpretasi citra (on screen digitation)
Verifikasi lapangan
Klasifikasi tutupan lahan
Peta Moratorium Lahan Gambut dan Hutan, Peta Kawasan Pertambangan, Peta, Peta Kawasan Hutan, Peta Kawasan HGU
Analisis pertumbuhan penduduk
Jumlah penduduk s.d. thn 2031
Peta Penggunaan Lahan thn 2013
overlay
Data luas panen tanaman pangan per kecamatan
Analisis komoditas unggulan
Komoditas unggulan tiap kecamatan
Peta Lahan Tersedia untuk Pengembangan Pertanian Pangan
Laju pertumbuhan penduduk nasional thn 2000-2010
Peta LREP, Peta Administrasi, data fisik lahan, data kesuburan tanah, data iklim.
Matching data dengan kriteria/persyaratan tumbuh tanaman pangan
Kelas kesesuaian lahan
Rata-rata konsumsi bahan pangan, produktivitas lahan
Analisis kebutuhan pangan dan lahan
Kebutuhan Lahan s.d. thn 2031
Peta Rencana Pola Ruang Kab. Muaro Jambi
Matching kebutuhan lahan pangan dalam rencana pola ruang
Dasar revisi/pertbaikan Peta Rencana Pola Ruang
Arahan pengembangan lahan pertanian pangan di Kabupaten Muaro Jambi
67
68
Lampiran 2 Satuan lahan Kabupaten Muaro Jambi
Lampiran 3 Luas panen (ha) dan produksi (ton) tanaman pangan tahun 2000-2011 Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Padi sawah Luas Produksi 4.289 14.839 4.672 16.025 5.034 15.857 4.521 14.678 6.817 22.360 6.549 23.365 7.785 29.037 8.345 33.440 7.922 33.793 9.100 39.138 9.115 37.502 7.604 32.835
Padi ladang Luas Produksi 1.301 2.356 709 1.327 318 622 232 495 320 692 882 1.913 1.174 2.557 930 2.126 678 1.614 525 1.275 511 1.475 476 1.194
Jagung Luas Produksi 1.369 4.924 1.180 4.070 1.517 6.296 1.872 9.250 2.516 10.233 2.842 12.421 3.177 12.010 2.678 10.978 3.085 12.684 4.099 17.385 2.767 10.192 706 3.395
Komoditas Tanaman Pangan Kedelai Kacang tanah Luas Produksi Luas Produksi 107 91 210 360 28 29 132 227 15 10 134 187,6 26 32 99 182 13 16 136 265 189 243 186 369 144 167 185 337 61 71 272 498 268 313 139 250 402 471 190 337 292 353 141 202 129 159 100 176
Kacang hijau Luas Produksi 24 28 29 32 77 85,47 101 110 118 154 183 239,4 126 139 109 122 54 62 79 89 52 66 36 42
Ubi kayu Luas Produksi 307 3.951 352 4.575 359 4.667 239 3.469 206 3.057 330 4.929 484 7.253 609 9.638 298 4.524 379 5.900 391 6.384 363 5.749
Ubi jalar Luas Produksi 318 4.041 253 2.267 398 2.845 119 882 185 1.492 561 4.732 696 6.067 701 6.118 294 2.567 452 3.960 197 1.329 128 1.057
Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi (2000-2011)
69
70
Lampiran 4 Curah hujan, suhu dan kelembaban bulanan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2002-2012 Bulan
Parameter
Januari
ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
2002 256,2 25,8 91 19,2 26,2 87 286,4 26,2 90 257,4 26,5 89 185,3 27,1 88 108,0 26,8 86 287,4 26,5 87 81,1 26,6 84
2003 319,9 26,4 85 355,3 26,5 85 171,7 26,9 83 368,3 26,8 86 174,9 27,6 83 25,7 27,2 79 201,9 26,6 80 257,7 26,9 82
2004 229,9 26 88 136,6 26,2 86 392,4 26,6 86 217,7 26,9 87 186,7 27,4 86 64,3 27,2 83 262,4 27 89 65,8 26,9 81
2005 100,8 26,1 88 66,4 26,6 84 324,5 26,6 86 183,8 27,3 85 157,1 27,4 85 101,6 27,1 85 81,5 26,9 84 251,3 26,8 85
2006 280,9 26 87 313,4 26,6 87 158,3 27 85 379,4 26,7 87 142,4 27 86 121,3 26,8 84 119,5 27,3 83 76,1 26,9 81
Tahun 2007 333,9 26,2 89 131,7 26 88 169,4 26,7 87 218,8 26,7 86 201,8 26,9 86 135,8 27,1 85 234,1 26,6 86 139,1 26,7 82
2008 144,3 26,2 87 132,8 26 84 315,4 25,7 88 239,4 26,4 87 238,9 26,5 85 64,8 26,4 85 82,1 26,1 85 169,9 26 86
2009 128,0 25,7 88 284,0 25,9 82 314,0 26,2 87 163,0 26,8 88 136,0 27,2 87 137,0 27 85 70,0 26,4 85 82,0 26,7 84
2010 122,3 26,4 88 371,5 26,6 89 190,6 26,7 88 241,7 27,1 88 119,9 27,6 87 192,1 26,9 87 309,9 26,3 88 329,1 26,5 87
2011 204,5 25,5 88 102,0 23,1 86 139,9 26,3 86 208,8 26,5 87 142,3 27,1 87 125,9 27 86 127,7 26,5 85 97,7 27,1 83
2012 68,0 26,8 84 173,5 26,2 89 135,0 26,3 86 198,8 26,6 87 146,9 26,9 87 92,0 27,2 84 101,3 26,3 85 31,5 26,9 81
Jumlah 2.188,7 2.086,4 2.597,6 2.677,1 1.832,2 1.168,5 1.877,8 1.581,3 -
Rata-rata 198,97 26,10 87,55 189,67 25,99 86,09 236,15 26,47 86,55 243,37 26,75 87,00 166,56 27,15 86,09 106,23 26,97 84,45 170,71 26,59 85,18 143,75 26,73 83,27
Lampiran 4 Curah hujan, suhu dan kelembaban bulanan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2002-2012 (lanjutan) Bulan
Parameter
September
ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh ch suhu Rh
Oktober
November
Desember
Jumlah
2002 169,7 26,2 86 94,4 26,6 83 243,4 26,5 84 276,1 26,6 86 2.264,6 26,47 86,75
2003 339,9 26,8 83 231,9 26,8 83 122,1 26,4 87 200,7 26,1 87 2.770,0 26,75 83,58
2004 47,0 26,9 82 282,2 26,9 84 284,1 26,7 86 254,6 26,3 87 2.423,7 26,75 85,42
2005 215,6 27,3 84 260,1 26,8 86 330,2 26,6 87 209,8 26,6 86 2.282,7 26,84 85,42
2006 150,1 26,8 81 106,3 27 83 176,2 26,3 87 206,2 26,4 85 2.230,1 26,73 84,67
Tahun 2007 215,8 26,4 85 166,4 26,7 85 145,3 26,5 86 304,9 26 88 2.397,0 26,54 86,08
2008 114,4 26 87 276,1 26,1 88 216,6 26,6 88 294,6 26,1 89 2.289,3 26,18 86,58
2009 89,0 27,2 84 161,0 26,7 85 236,0 26,3 88 258,0 25,9 90 2.058,0 26,50 86,08
2010 239,3 26,4 87 352,8 26,7 87 275,8 26,4 88 285,1 26,2 87 3.030,1 26,65 87,58
2011 45,0 27,1 82 323,5 26,2 87 395,6 26,3 89 238,6 26 89 2.151,5 26,23 86,25
2012 223,0 27,4 81 186,5 26,6 86 225,8 27 86 144,3 26,4 88 1.726,6 26,72 85,33
Jumlah
Rata-rata
1.848,8 2.441,2 2.651,1 2.672,9 25.623,6 -
168,07 26,77 83,82 221,93 26,65 85,18 241,01 26,51 86,91 242,99 26,24 87,45 2.329,42 26,58 85,80
Sumber : - BPS Kabupaten Muaro Jambi (2002-2011) - BMKG Stasiun Klimatologi Jambi (2013)
71
72
Lampiran 5 Nilai karakteristik lahan menurut satuan lahan di Kabupaten Muaro Jambi No.
Satuan Lahan
1. Au.1.1.2 2. Au 1.1.3 3. Au 1.2 4. Au 1.2.1 5. Au 1.2.2 6. Au.1.3 7. Au 4.1.1 8. D 2.1.2 9. D.2.1.3 10. Hfq.2.2.2 11. Idf 2.1 12. Idf 3.1 13. Idf.4.2 14. Idf.5.3 15. Pf 1.0 16. Pf.2.1 17. Pf.3.1 18. Pf.3.2 19. Pf 4.2 20. Pf.4.3 21. Pf.5.2 22. Pf 5.3 23. Pfq. 2.1 24. Pfq.3.1
Drainase
Tekstur
terhambat agak terhambat baik baik agak terhambat baik agak terhambat agak terhambat terhambat baik baik baik baik sedang baik sedang baik baik baik baik baik baik baik baik
halus agak halus halus agak halus agak halus agak halus agak halus agak halus halus agak halus halus halus agak halus halus halus agak halus agak kasar halus agak halus halus agak halus sedang
Kedalaman tanah (cm) 101-150 101-150 101-150 101-150 101-150 101-150 101-150 76-200 > 125,6 101-150 97,25-142,5 101-150 101-150 101-150 93,5-135 101-150 97,25-142,5 101-150 101-150 101-150 101-150 101-150 96-140 101-150
Nilai Karakteristik Lahan Kematangan KTK liat Kejenuhan Gambut (me/100g) Basa (%) 26,2-30,4 46,95-49,11 12,35 31,42 17,29 29,55 16,88 29,44 15,64 25,45 16,77 28,18 15,64 23,21 hemik 27,49 11,82 hemik 27,49 11,82 9,8-19,2 3,83-10,78 24,14 11,93 18,47 15,48 20,31 14,33 11-20 11,48-28,16 5,32 22,18 12,89 20,40 13,24 20,65 9,66 20,52 12,18 49,59 8,58 25,37 10,43 23,60 17,52 19,12 9,11 10,64 7,75 20,07
pH H2O 3,5-4,5 5,1 5,42 6,47 5,32 5,4 5,33 4,45 4,45 3,5-4,5 4,56 4,5 4,52 4,38-4,9 4,82 4,59 4,58 4,55 4,42 4,56 4,57 4,57 4,44 4,53
Corganik 3,94 1,01 0,88 1,31 1,8 1,59 4,16 3,15 3,15 1,25 1,99 2,08 2,05 1,6 0,83 0,84 0,82 1,05 1,26 1,10 0,99 0,59 1,73 1,20
Salinitas (dS/m) bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas bebas
Lereng Singkapan (%) batuan (%) <3 0 <3 <5 <3 <5 <3 <5 <3 <5 <3 0 <3 <5 <3 <5 <3 0 > 16 0 0-8 <5 3-8 <5 3-16 0 8-16 0 <3 <5 0-8 0 3-8 0 3-8 0 3-16 <5 3-16 0 3-16 0 8-16 <5 0-8 <5 3-8 0
Lampiran 6 Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman pangan menurut satuan lahan di Kabupaten Muaro Jambi Satuan Lahan Au.1.1.2 Au.1.1.3 Au.1.2 Au.1.2.1 Au.1.2.2 Au.1.3 Au.4.1.1 D.2.1.2 D.2.1.3 Hfq.2.2.2 Idf.2.1 Idf.3.1 Idf.4.2 Idf.5.3 Pf 1.0 Pf.2.1 Pf.3.1 Pf.3.2 Pf.4.2 Pf.4.3 Pf.5.2 Pf.5.3 Pfq.2.1 Pfq.3.1
Padi sawah S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-rc,nr S3-rc,nr N-eh S3-nr,eh S3-nr,eh N-eh N-eh S3-nr S3-nr,eh S3-nr,eh S3-nr,eh N-eh N-eh N-eh N-eh S3-nr,eh S3-nr,eh
Padi ladang S3-rc,nr S2-nr S2-nr S2-nr S2-nr S2-nr S2-nr S3-rc,nr S3-rc,nr S3-nr,eh S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-rc,nr,eh S3-nr S3-nr S3-nr,eh S3-nr S3-nr
Jagung S3-wa,oa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,rc,nr S3-wa,oa,rc,nr S3-wa,nr,eh S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,rc,nr,eh S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr,eh S3-wa,nr S3-wa,nr
Kelas kesesuaian lahan Kedelai Kacang tanah S3-wa,oa,nr S3-oa,nr S3-wa S2-wa,nr S3-wa S2-wa,nr S3-wa S2-wa,nr S3-wa S2-wa,nr S3-wa S2-wa,nr S3-wa S2-wa,nr S3-wa rc,nr S3-rc,nr S3-wa,oa,rc,nr S3-oa,rc,nr S3-wa,nr,eh S3-nr,eh S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,rc,nr S3-rc,nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr S3-wa,nr S3-nr
Kacang hijau S3-oa,nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-rc,nr S3-oa,rc,nr S3-nr,eh S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-rc,nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr S3-nr
Ubi kayu S3-wa,oa,nr S3-wa S3-wa S3-wa S3-wa S3-wa S3-wa S3-wa,rc,nr S3-wa,oa,rc,nr S3-wa,nr,eh S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr
Ubi jalar S3-wa,oa,nr S3-wa S3-wa,nr S3-wa S3-wa S3-wa S3-wa S3-wa,rc,nr S3-wa,oa,rc,nr S3-wa,nr,eh S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr S3-wa,nr 73
74
Lampiran 7 Hasil analisis LQ untuk tanaman pangan tahun 2007-2011 di Kabupaten Muaro Jambi Nilai LQ per Kecamatan Sungai Kumpeh Sungai Maro Jambi Mestong Kumpeh Sekernan Bahar Ulu Gelam Sebo Luar Kota 2007 0,40 0,99 0,70 1,26 1,09 0,57 0,58 2008 0,42 0,62 0,69 0,23 1,21 0,51 0,83 0,52 2009 0,34 0,65 0,60 0,66 1,22 0,78 0,32 0,79 2010 0,38 0,43 0,68 0,78 1,30 0,82 0,02 0,42 2011 0,59 0,62 0,78 0,75 1,77 0,83 0,30 0,90 2007 5,52 4,36 1,67 0,34 0,00 0,00 5,36 2008 0,00 6,33 2,83 4,53 0,31 0,12 0,53 1,43 2009 0,62 5,61 0,07 0,08 0,38 4,57 1,22 0,00 2010 0,14 3,68 0,10 1,52 0,16 3,15 7,31 0,00 2011 0,16 2,78 0,00 0,60 0,00 3,30 3,92 0,00 2007 1,55 2,28 1,92 0,26 0,27 2,96 2,51 2008 2,67 1,34 1,64 2,39 0,15 4,70 2,73 4,41 2009 2,63 1,54 1,66 3,73 0,49 0,39 3,43 2,15 2010 2,02 2,83 1,51 2,38 0,25 0,60 2,72 4,03 2011 1,14 1,20 0,93 1,73 0,42 0,77 2,13 1,92 2007 0,77 2,44 1,95 0,15 0,37 3,69 2,73 2008 0,00 0,00 3,37 0,62 0,20 3,46 3,34 5,68 2009 0,40 0,00 4,17 4,27 0,29 0,21 1,24 5,16 2010 0,00 1,77 2,93 3,23 0,39 0,00 0,82 3,21 2011 0,00 1,48 1,14 1,68 0,53 0,66 0,74 3,74 2007 2,30 1,02 1,83 0,11 1,72 2,05 1,46 2008 6,63 0,62 2,59 4,24 0,10 3,65 1,88 2,44 2009 5,12 0,88 3,44 2,67 0,09 0,73 5,93 2,15 2010 4,47 1,81 3,47 0,90 0,23 0,80 1,86 3,42 2011 1,89 1,10 1,87 1,12 0,28 0,57 0,88 0,79 2007 1,60 0,00 0,84 1,24 0,51 0,62 0,98 2008 1,68 0,54 0,21 2,03 0,91 2,01 1,07 1,69 2009 3,25 0,09 2,55 1,79 0,69 0,47 1,80 1,62 2010 3,61 1,87 1,01 2,02 0,21 1,28 2,60 3,05 2011 1,78 0,73 0,76 1,69 0,39 1,11 1,45 1,65
Tanaman Tahun Jagung
Kedelai
Kacang tanah
Kacang hijau
Ubi kayu
Ubi jalar
75
Lampiran 8 Proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Muaro Jambi Perhitungan metode geometrik Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah Rata-rata
Jumlah 233.993 240.960 246.515 271.129 293.382 294.408 295.271 306.754 310.676 314.598 342.952 351.551
Pertumbuhan Penduduk Jiwa % 6.967 2,98 5.555 2,31 24.614 9,98 22.253 8,21 1.026 0,35 863 0,29 11.483 3,89 3.922 1,28 3.922 1,26 28.354 9,01 8.601 2,51 117.560 42,07 10.687,3 3,82
Metode Geometrik Rumus dasar : Pn = Po (1+ r )n Dari hasil perhitungan: Po = 351.551 r = 3,82% = 0,0382
Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi sampai dengan tahun 2031 Laju Pertumbuhan Pertambahan Jumlah (jiwa) Penduduk (%) Penduduk (jiwa) 1. 2012 3,70 13.022 364.575 2. 2013 3,59 13.081 377.655 3. 2014 3,47 13.112 390.768 4. 2015 3,36 13.114 403.882 5. 2016 3,24 13.086 416.968 6. 2017 3,12 13.026 429.994 7. 2018 3,01 12.934 442.928 8. 2019 2,89 12.809 455.737 9. 2020 2,78 12.651 468.389 10. 2021 2,66 12.459 480.848 11. 2022 2,54 12.233 493.081 12. 2023 2,43 11.972 505.053 13. 2024 2,31 11.677 516.729 14. 2025 2,20 11.347 528.077 15. 2026 2,08 10.984 539.061 16. 2027 1,96 10.587 549.648 17. 2028 1,85 10.157 559.805 18. 2029 1,73 9.696 569.501 19. 2030 1,62 9.203 578.704 20. 2031 1,50 8.681 587.385 Ket : Laju pertumbuhan penduduk menurun 0,116% per tahun dari angka laju pertumbuhan tahun sebelumnya No.
Tahun
76
Lampiran 9 Tingkat konsumsi menurut komoditas pangan tahun 2011-2031 Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Nilai bahan pangan setelah dikonversi ke jenis komoditas pangan (kg/kap/tahun) Padi Kacang Kacang Jagung Kedelai Ubi kayu Ubi jalar GKG tanah hijau 151,96 0,04 0,10 0,48 0,76 2,33 2,68 150,44 0,04 0,10 0,49 0,77 2,36 2,70 148,94 0,04 0,10 0,49 0,78 2,38 2,73 147,45 0,04 0,10 0,50 0,78 2,40 2,76 145,97 0,04 0,10 0,50 0,79 2,43 2,79 144,51 0,04 0,10 0,51 0,80 2,45 2,81 143,07 0,05 0,10 0,51 0,81 2,48 2,84 141,64 0,05 0,10 0,52 0,81 2,50 2,87 140,22 0,05 0,11 0,52 0,82 2,53 2,90 138,82 0,05 0,11 0,53 0,83 2,55 2,93 137,43 0,05 0,11 0,53 0,84 2,58 2,96 136,06 0,05 0,11 0,54 0,85 2,60 2,99 134,70 0,05 0,11 0,55 0,86 2,63 3,02 133,35 0,05 0,11 0,55 0,87 2,66 3,05 132,02 0,05 0,11 0,56 0,87 2,68 3,08 130,70 0,05 0,11 0,56 0,88 2,71 3,11 129,39 0,05 0,11 0,57 0,89 2,74 3,14 128,10 0,05 0,12 0,57 0,90 2,76 3,17 126,81 0,05 0,12 0,58 0,91 2,79 3,20 125,55 0,05 0,12 0,58 0,92 2,82 3,23
Ket : GKG = Gabah Kering Giling
77
Lampiran 10 Produktivitas lahan tiap komoditas pangan tahun 2012-2031 Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Padi Sawah 4,41 4,51 4,61 4,71 4,81 4,91 5,02 5,13 5,24 5,36 5,47 5,59 5,72 5,84 5,97 6,10 6,23 6,37 6,51 6,65
Padi Ladang 2,56 2,62 2,68 2,74 2,80 2,87 2,93 3,00 3,06 3,13 3,20 3,27 3,35 3,42 3,50 3,58 3,66 3,74 3,82 3,91
Produktivitas (ton/ha/tahun) Kacang Kacang Jagung Kedelai Tanah Hijau 4,98 1,26 1,79 1,19 5,16 1,29 1,83 1,21 5,34 1,32 1,87 1,24 5,53 1,35 1,90 1,26 5,73 1,38 1,94 1,28 5,93 1,41 1,98 1,31 6,15 1,44 2,02 1,33 6,37 1,47 2,06 1,36 6,59 1,50 2,10 1,39 6,83 1,54 2,14 1,41 7,07 1,57 2,18 1,44 7,32 1,61 2,22 1,47 7,59 1,64 2,27 1,50 7,86 1,68 2,31 1,53 8,14 1,72 2,36 1,55 8,43 1,76 2,40 1,58 8,73 1,80 2,45 1,62 9,04 1,84 2,50 1,65 9,36 1,88 2,55 1,68 9,69 1,92 2,60 1,71
Ubi Kayu 16,15 16,46 16,79 17,12 17,45 17,79 18,14 18,50 18,86 19,23 19,61 19,99 20,39 20,79 21,19 21,61 22,03 22,46 22,90 23,35
Ubi Jalar 8,42 8,58 8,75 8,92 9,10 9,28 9,46 9,65 9,83 10,03 10,22 10,42 10,63 10,84 11,05 11,27 11,49 11,71 11,94 12,18
78
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Jambi, pada tanggal 17 Agustus 1981. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Mastur dan Ibu Hj. Cek Malina. Pada tahun 2008 penulis menikah dengan Sri Yuli Astuti, SE. Tahun 1999 penulis diterima pada Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi melalui jalur Penjaringan Khusus Pemanduan Minat (PKPM). Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2005. Pada tahun 2006 sampai 2009 penulis bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tahun 2009 sampai 2011 penulis bekerja sebagai tenaga kontrak di Universitas Jambi. Pada tahun 2011 penulis berkesempatan mendapatkan Beasiswa Unggulan Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BU DIKTI Tahun 2011) untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana. Pendidikan pascasarjana ditempuh penulis pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.