LAPORAN HASIL KEGIATAN
MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS INTEGRASI KEDELAI-KAMBING
DI PROVINSI ACEH
NAMA PENELITI UTAMA : Ir. CHAIRUNAS, M.S.
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2015
LEMBAR PENGESAHAN 1.
Judul Kegiatan
:
Model Pengembangan Pertanian BioIndustri Berbasis Integrasi KedelaiKambing di Provinsi Aceh
2.
Unit Kerja
:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
3.
Alamat Unit Kerja
:
Jalan Panglima Nyak Makam No. 27 Telp. (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 E-mail:
[email protected] dan
[email protected]
4.
Sumber Dana
:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
5.
Status Penelitian
:
Baru
6.
Koordinator Jawab
Penanggung
:
a. Nama
:
Ir. Chairunas, M.S.
b. Pangkat/ Golongan
:
Pembina Tk. I/ Iva
c. Jabatan
:
Peneliti Madya
7.
Lokasi
:
Provinsi Aceh
8.
Agroekosistem
:
Lahan Kering
9.
Tahun Mulai
:
2015
10.
Tahun Selesai
:
2015
11.
Output Tahunan
:
1. Meningkatnya produktivitas tanaman kedelai sehingga terjadi efisiensi penggunaan pupuk kimiawi akibat pemberian kotoran dan urin sapi. 2. Meningkatnya bobot sapi karena ketersediaan diversifikasi pakan ternak dari tanaman kedelai yaitu ampas kedelai (ampas tahu).
i
12.
Output Akhir
:
1. Diseminasi model pengembangan bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai di Provinsi Aceh. 2. Meningkatnya kesejahteraan petani dengan naiknya produktivitas tanaman kedelai dan jagung serta naiknya bobot sapi.
13.
Biaya
:
Rp. 560.000.000,- (lima ratus enam puluh juta rupiah).
Mengetahui : Koordinator program
Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si NIP. 19740503 200003 1 001 Mengetahui : Kepala Balai Besar
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. Chairunas, M.S. NIP. 19551010 198203 1 001 Menyetujui Kepala Balai
Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001
ii
I . PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Keberadaan lahan pertanian produktif dari tahun ke tahun mengalami
degradasi fungsi menjadi lahan pemukiman, jalan, sarana transportasi dan sebagainya. Hal ini mendorong peningkatan penggunaan lahan marginal seperti lahan kering untuk peningkatan daya guna lahan secara intensif. Salah satu cara peningkatan secara intensif pada lahan kering yaitu dengan melakukan integrasi antara tanaman dengan tanaman dan tanaman dengan ternak secara terpadu. Sistem integrasi ternak dengan tanaman pangan tidak hanya meningkatkan nilai tambah limbah pertanian yang dihasilkan, tetapi juga meningkatkan jumlah dan kualitas pupuk organik yang berasal dari ternak sehingga mampu memperbaiki kesuburan lahan (Maryono, 2010). Permasalahan pertanian di lahan kering yaitu sumber hara - hara bagi tanaman tersedia dalam jumlah terbatas dan sumber pakan bagi ternak bervariasi sehingga perlu usaha perbaikan untuk membantu mensuplai ketersediaan sumber pakan bagi ternak dan ketersediaan hara bagi tanaman. Selain aspek fisik lahan seperti yang telah diungkapkan, permasalahan fisik lainnya adalah
pengelolaan
sumberdaya air, seringkali terjadi benturan kepentingan dalam menentukan prioritas pemanfaatan air di lapangan, antara kepentingan pertanian, kegiatan perorangan seperti tambak atau kegiatan lainnya. Pemenuhan ketersediaan pakan di lahan kering yaitu dengan cara memilih budidaya tanaman yang toleran kekeringan artinya efisien dalam penggunaan hara tapi masih mampu menghasilkan produksi yang berkualitas, salah satu tanaman yang cukup adaptif di lahan kering di Provinsi Aceh adalah tanaman kedelai. Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman sumber utama protein nabati dan minyak nabati yang paling baik serta sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Kandungan protein kedelai berkisar 30-40%, karbohidrat 34,8%, lemak 18,1% dan masih mengandung zat gizi yang lain sehingga mempunyai potensi yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak, khususnya kebutuhan protein. Untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik dibutuhkan sentuhan teknologi dalam pengolahan kedelai sehingga kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya dengan baik.
1
Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya. Kandungan nutrisi yang dimiliki oleh kedelai cukup baik, dan dapat dijadikan sebagai pakan alternatif terutama bagi ternak jenis ruminansia besar seperti sapi. Kedelai yang digunakan untuk pakan tidak hanya dalam bentuk mentah akan tetapi kedelai yang telah melalui teknologi pengolahan proses pabrikasi seperti ampas tahu dan ampas tempe sangat baik sebagai pakan ternak sapi. Protein ampas tahu lebih tinggi dari pada protein kedelai mentah karena telah dimasak. Kandungan nutrisi lain yang dimiliki ampas tahu ini seperti kandungan phosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%, karena biji kedelai tidak kaya riboflavin. Selain itu ampas tahu dapat disimpan lama bila dikeringkan. Bila basah dibuat Silase tanpa menggunakan stater dan dapat dicampur dengan bahan lain. Disamping memiliki kandungan zat gizi yang baik ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa Asam Fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral terutama Ca, Zn, Co, Mg, Cu, sehingga penggunaannya pada unggas perlu hatihati. Ampas tahu juga mengandung mineral mikro (Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm) maupun makro. Bioindustri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya (Kementan, 2014). Diseminasi pengkajian yang akan dilakukan mengunakan konsep bioindustri berbasis tanaman kedelai, tanaman jagung berintegrasi dengan ruminansia besar sapi. Dalam sistem integrasi tanaman – ternak ini, kedelai dalam bentuk olahan yaitu ampas tahu digunakan sebagai pakan olahan alternatif untuk ternak kambing. Tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai berguna sebagai pengendalian hama penyakit pada tanaman kedelai, tanaman jagung juga bernilai ekonomis yang tinggi. Brangkasan tanaman jagung yang masih hijau dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan bagi ternak dan juga dapat difermentasikan dahulu menjadi silase. Manfaat lain dari tanaman kedelai dan tanaman jagung adalah brangkasan tanaman kedelai dan
2
tongkol jagung digunakan sebagai produk industri yang dihasilkan adalah briket. Pembuatan briket yang berasal dari brangkasan tanaman kedelai dan tongkol jagung ini di proses secara pyrolisis kemudian dipress dan dicetak sehingga berbentuk briket. Manfaat ternak kambing dalam hubungan integrasi dengan tanaman kedelai yaitu manfaat dari urin dan kotoran kambing digunakan sebagai pupuk kompos melalui proses pengomposan sehingga hasil kompos tersebut bermanfaat sebagai pupuk organik bagi tanaman kedelai.
1.2. Tujuan Tujuan diseminasi integrasi tanaman-ternak yaitu :
Tersedianya informasi model pengembangan teknologi bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai, tanaman jagung dan ternak kambing di lahan kering di Provinsi Aceh.
Tersedianya informasi teknologi pengelolaan penyediaan pakan ternak olahan dari tanaman kedelai dalam bentuk ampas tahu di Provinsi Aceh.
Tersedianya informasi teknologi pengolahan brangkasan tanaman kedelai dan tongkol jagung menjadi briket yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pabrik pembuatan tahu.
Tersedianya informasi teknologi pengolahan pupuk organik yang berasal dari urin dan kotoran kambing.
1.3. Keluaran Yang Diharapkan Keluaran diseminasi integrasi tanaman-ternak yaitu :
Terjadinya peningkatan adopsi teknologi bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai, tanaman jagung dan ternak kambing di lahan kering di Provinsi Aceh.
Terjadinya peningkatan bobot ternak harian sapi akibat pemberian pakan ternak olahan dari tanaman kedelai dalam bentuk ampas tahu dan diversikasi pakan ternak dari brangkasan hijau tanaman jagung dalam bentuk silase di Provinsi Aceh.
Tersedianya informasi teknologi pengolahan brangkasan tanaman kedelai dan tongkol jagung menjadi briket yang dapat digunakan bahan bakar pada pabrik pembuatan tahu.
3
Tersedianya informasi teknologi pengolahan pupuk organik yang berasal dari urin dan kotoran sapi.
1.4. Perkiraan Manfaat Dan Dampak 1.4.1. Perkiraan Manfaat Perkiraan manfaat dari kegiatan ini adalah;
Peningkatan produktivitas tanaman kedelai, tanaman jagung dan peningkatan ternak kambing di lahan kering dengan pola bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak di Provinsi Aceh.
Peningkatan adopsi teknologi kepada petani dalam meningkatan bobot ternak kambing melalui pemberian pakan ternak olahan dari tanaman kedelai dalam bentuk ampas tahu dan diversikasi pakan ternak dari brangkasan hijau tanaman jagung dalam bentuk silase.
Peningkatan adopsi teknologi kepada petani dalam mengolah pupuk organik yang berasal dari urin dan kotoran kambing.
1.4.2. Perkiraan Dampak Prakiraan dampak dari kegiatan ini adalah;
Meningkatnya
produktivitas
tanaman
kedelai,
tanaman
jagung
dan
peningkatan bobot ternak kambing di lahan kering dengan pola bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak di Provinsi Aceh. Meningkatnya adopsi teknologi kepada petani sehingga terjadi peningkatan bobot ternak kambing melalui pemberian pakan ternak olahan dari tanaman kedelai dalam bentuk ampas tahu dan diversikasi pakan ternak dari brangkasan hijau tanaman jagung dalam bentuk silase. Meningkatnya adopsi teknologi kepada petani dalam mengolah pupuk organik yang berasal dari urin dan kotoran kambing,
4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Pengertian Bioindustri Konsep pertanian bioindustri berkelanjutan adalah memandang lahan bukan hanya sumber daya alam tetapi juga industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan serta produk lain dengan menerapkan konsep biorefinery. Hendriadi (2014) menyatakan sistem pertanian bioindustri adalah sistem pertanian yang mengelola dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya hayati termasuk biomasa dan limbah pertanian
bagi
kesejahteraan
masyarakat
dalam
suatu
ekosistem
dengan
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerapan bioindustri di lapangan diarahkan pada pertanian bioindustri yang berkelanjutan. Sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan diharapkan dapat memperbaiki kondisi pertanian dan pangan di Indonesia saat ini. Konsep pertanian bioindustri berkelanjutan adalah memandang lahan bukan hanya sumber daya alam tetapi juga industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan serta produk lain dengan menerapkan konsep biorefinery. Berikut di bawah ini skema pengembangan pertanian bioindustri dengan konsep biorefinery (Gambar 1).
5
Gambar 1. Skema pengembangan pertanian bioindustri dengan konsep biorefinery. Bioindustri Berkelanjutan Konsep yang diusung dalam strategi induk pembangunan pertanian di Indonesia tahun 2013-2045 adalah membangun pertanian-bioindustri berkelanjutan. Hal ini juga telah dituangkan dalam Visi dan Misi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yakni menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem pertanian bio industri tropika berkelanjutan. Dua kata kunci yang menjadi pedoman dalam kegiatan litbang pertanian adalah bio-industri dan berkelanjutan.
Berkelanjutan adalah
mengintegrasikan aspek lingkungan dengan sosial ekonomi masyarakat pertanian dimana mempertahankan ekosistem alami lahan pertanain yang sehat, melestarikan kualitas lingkungan, dan melestarikan sumber daya alam. Sehingga pertanian berkelanjutan harus dapat memenuhi kriteria keuntungan ekonomis, keuntungan sosial,
dan
konservasi
lingkungan.
Beberapa
contoh
pertanian
bioindustri
bekelanjutan diantaranya adalah : (1) Integrasi sapi sawit, sapi serai wangi, sapi nanas, (2) Pertanian/produksi beras karotin tinggi, dan (3) Pertanian/produksi serai wangi untuk bahan aditif bensin dengan integrasi ternak/sapi (Lolit, 2015). Beberapa pengertian tentang pertanian bioindustri adalah pertama suatu proses yang merubah bahan organik menjadi produk pangan hewani (food) berkualitas, dengan memanfaatkan kemampuan organis me/mahluk hidup tertentu, dalam waktu yang relatif singkat dan seefisien mungkin. Kedua, pertanian bioindustri adalah menyangkut lahan bukan hanya sumber daya alam tetapi juga industri yang memanfaatkan seluruh sumberdaya hayati termasuk biomasa dan/atau limbah organik pertanian, bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis dan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan serta produk lain dengan menerapkan konsep biorefinery (bio kilang). Ketiga, konsep biodustri tidak hanya fokus pada pemanfaatan biomassa untuk multi-guna (pangan, energi, pakan, pupuk, dll.) tetapi juga
lebih
mengedepankan
pemanfaatan
dan
rekayasa
genetik
terhadap
keberlimpahan sumberdaya genetik/plasma nutfah nasional (Lolit, 2015). Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman-Ternak Pertanian bioindustri berbasis integrasi tanaman dan ternak adalah konsep pertanian berkelanjutan yang memanfaatkan hasil samping dari masing-masing komponen sehingga terbentuk hubungan keterkaitan antara satu komponen dengan
6
komponen lainnya. Produk yang dihasilkan dari hubungan integrasi antara kedelai dengan ternak kambing. Pada tanaman kedelai hasil (produk) sangat variatif tergantung pada usaha diversifikasi olahan yang dilakukan. Produk pasaran utama yang ada di Provinsi Aceh adalah pembuatan kedelai menjadi tahu, tempe, kecap asin, kecap manis, keripik tempe, susu kedelai, kembang tahu, gorengan tahu dan tempe, aneka kuliner olahan dapur dari tahu dan tempe. Potensi produk yang belum dikembangkan adalah aneka olahan tempe aneka rasa (tempe pedas, tempe lada hitam, tempe rasa bawang putih) dan pengembangan produk susu kedelai. Gambar 2, menunjukkan skema potensi produk yang dihasilkan dari tanaman kedelai.
Produk Gambar yang di2silkan daripotensi tanaman jagungyang di Provinsi Acehdari belum variatifkedelai. hanya 2. Skema produksi dihasilkan tanaman Produk yang dihasilkan dari model pengembangan bioindustri berintegrasi dengan ternak jenis ruminansia contohnya kambing adalah daging yang diolah menjadi dendeng Aceh merupakan oleh-oleh khas Aceh, selain itu aneka aneka kuliner dengan bumbu khas Aceh pada olahan gulai dan mie spesifik Aceh. Potensi produk yang belum dikembangkan di Provinsi Aceh adalah daging olahan dalam bentuk sosis daging kambing khas Aceh. Gambar 3, menunjukkan skema potensi
7
produksi peternakan kambing PE (peranakan Etawa) yang saat ini berkembang di Provinsi Aceh.
Gambar 3. Skema potensi produksi daging kambing yang saat ini berkembang di Provinsi Aceh Produk industri yang dihasilkan dari model ini adalah berasal dari berangkasan tanaman kedelai dan tongkol jagung diolah menjadi briket. Kegunaan dari briket yang dihasilkan dapat digunakan kembali menjadi bahan bakar nabati (BBN) pada pabrik pengolahan tempe dan tahu. Beternak Kambing Sistem Kandang
Faktor-faktor dalam pembuatan kandang kambing Kandang untuk kambing berfungsi sebagai tempat tinggal yang melindungi dari pengaruh buruk iklim baik panas, hujan, angin dan suhu atau temperatur dan juga untuk melindungi dari serangan hewan liar atau pencurian ternak kambing. Kandang haruslah mampu memberikan tempat yang nyaman bagi ternak dengan mempertimbangkan tiga faktor yaitu faktor biologis, faktor teknis dan ekonomis dalam pembuatan kandang. 1. Faktor biologis Faktor biologis ternak yang perlu di pertimbangkan adalah sensitifitas respon ternak terhadap unsur iklim. Misal ternak yang sensitif terhadap panas maka perlu merancang kandang agar tidak menyebabkan iklim didalam kandang panas. Hal ini bertujuan agar ternak dapat berproduksi secara optimal.
8
2. Faktor teknis Kandang ternak perlu dibuat kuat agar dapat memberikan fungsi dengan baik. Konstruksi, bahan dan tata letak bangunan harus di hitung berdasarkan perhitungan arisitektur yang sesuai. 3. Faktor ekonomis Tujuan pemeliharaan ternak kambing adalah memberikan nilai ekonomi bagi peternak pemeliharanya. Semua faktor dalam proses pengelolaan ternak juga harus dipertimbangkan secara ekonomi. Kandang yang merupakan investasi tetap dan jangka panjang harus dibuat yang kuat tetapi menggunakan bahan bangunan yang tidak terlalu mahal. Efisiensi penggunaan bangunan dilakukan dengan mengatur tata letak, dan merancang kapasitas bangunan dengan baik. Peralatan diperlukan peternak sebagai wahana kegiatan budidaya ternak dan alat bantu untuk meningkatkan produktifitas peternak yang berfungsi menurunkan biaya tenaga kerja. Sebagai wahana kegiatan budidaya peralatan terdiri dari tempat pakan, minum, peralatan kesehatan ternak dll. Peralatan peningkatan produktifitas terdiri dari mesin pembuatan pakan, alat transportasi, mesin pemanen hasil ternak dan lainnya. Fungsi kandang bisa diartikan fungsinya sama halnya dengan fungsi rumah bagi manusia, maka dari itu kandang dirancang sehingga kandang mampu memenuhi fungsi yang diharapkan antara lain : 1. Melindungi ternak kambing dari matahari, angin, hujan dan penyakit 2. Mampu menolong petani/peternak untuk dapat mencapai produksi
optimal dari
ternaknya, dapat menjalankan usaha secara ekonomis, menambah usia pemakaian peralatan, menurunkan biaya pemborosan tersamar tiap unit 3. Menghemat tenaga, menunjang kesehatan, dengan pengaturan
kandang yang
luwes dan efisien 4. Mampu memenuhi kebutuhan 5. Menarik dan rapi sehingga kandang tersebut menyenangkan sebagai
tempat
tinggal ternak kambing.
9
Persyaratan teknis kandang, Kandang kambing memerlukan persyaratan teknis yang baik, seperti : (i) konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiang-tiangnya
meskipun menggunakan bahan bangunan sederhana, (ii) atap
diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap
panas yang
relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah panas dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang, sedangkan di daerah dingin dapat menggunakan atap seng, (iii) dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang dianyam dan ventilasinya harus diperhitungkan supaya pertukaran/ sirkulasi udara berlangsung dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak. Bagian-bagian kandang, Kandang ternak kambing mempunyai bagianbagian yang sesuai dengan tujuan dan fungsinya dalam mendukung pengelolaan, seperti : (1) Bagian kandang induk/utama, Merupakan tempat ternak kambing kereman atau digemukkan. Pada usaha ternak penggemukan, ruang ini digunakan sebagai tempat untuk mengadakan aktivitas istirahat, makan, reproduksi dan membuang kotoran; sedangkan untuk ternak kambing yang bukan kereman ruang induk/utama hanya dijadikan tempat istirahat dan tidur.
Untuk kandang
induk/utama per ekor kambing membutuhkan luas kandang 1m x 1 m, (2) Bagian kandang induk dan anaknya merupakan kandang yang khusus untuk seekor induk yang sedang menyusui anaknya sampai anaknya disapih. Untuk bagian kandang ini seekor induk kambing membutuhkan luas 1,5 m x 1 m, dan untuk anak kambing memerlukan luas 0,75 m x 1 m. Kandang induk dan anaknya dipergunakan sampai anak kambing mencapai umur 3 bulan, (3) Bagian kandang pejantan, Merupakan kandang khusus bagi kambing jantan yang akan digunakan sebagai pemacek. Kandang kambing jantan sebaiknya cukup luas, serta memperoleh sinar matahari pagi dan udara segar dan bersih.
Selain itu diusahakan agar kandang kambing pemacek terpisah dari
kandang kambing lainnya, tetapi tidak terlalu jauh dengan kambing betina dewasa. Hal ini dimaksudkan agar tidak gaduh dan terjadi perkelaian. Dianjurkan untuk kandang kambing pemacek tidak dibuat berkelompok dan sebaiknya disekat-sekat. Luas kandang yang diperlukan untuk per ekor kambing jantan pemacek adalah 2 m x 1,5 m (Munanto, 2014).
10
Perlengkapan Kandang, yang paling pokok yang berkaitan dengan pengelolaan yang berkaitan dengan tatalaksana dapat dicapai secara efisien antara lain : 1. Tempat pakan/palung pakan, Merupakan tempat pakan dalam kandang, dimana harus dibuat sedemikian rupa sehingga bahan pakan hijauan yang diberikan untuk ternak kambing tidak tercecer. Pada palung juga perlu disediakan ember untuk air minum, 2. Gudang Pakan, Merupakan tempat untuk menyimpan sementara pakan yang belum siap disajikan ke ternak.
Hijauan pakan yang
disimpan dalam gudang sebaiknya tidak dalam ikatan, agar tidak mengalami fermentasi yang menimbulkan panas dan akan mengurangi kualitas hijauan pakan ternak. Hijauan pakan yang dilayukan nilainya akan lebih baik untuk ternak kambing dibandingkan dengan yang baru dan masih lembab. Pakan penguat hendaknya disimpan pada tempat yang terhindar dari proses pembusukan dan serangan hama. 3. Tempat Umbaran, Merupakan kelengkapan dari sistim perkandangan kambing yang baik. Kambing dimasukkan ke tempat umbaran pada saat kandang sedang dibersihkan. Tempat ini juga berfungsi sebagai tempat refreshing (penyegaran), tempat olahraga bagi ternak. Untuk ternak kambing yang tidak digembalakan perlu bermain di tempat umbaran secara teratur, agar kesehatannya terjaga. Kesulitan induk melahirkan adalah salah satu contoh yang sering terjadi di tingkat petani karena ternak kambing sedang bunting kurang olahraga/gerak, 4. Tempat kotoran/kompos Merupakan salah satu perlengkapan yang sudah sewajarnya tersedia. Pada kandang tipe lemprak yang digunakan sebagai kandang kambing kereman atau yang digemukkan, sisa pakan dan kotoran akan menumpuk jadi satu dan sangat mengganggu kesehatan ternak kambing. Pada kandang tipe panggung kotoran tertumpuk pada kolong lantai kandang , agar kotoran dapat jatuh ke bawah, maka lantai harus dibuat, diatur tidak terlalu rapat, cukup bersela kurang lebih 1,5- 2 cm. Letak kandang, sesuai dengan fungsinya kandang harus menjamin ternak kambing agar nyaman serta hidup sehat. persyaratan
untuk
tidak
mengganggu
Kandang juga harus memenuhi
lingkungan
di
sekitarnya,
terutama
masyarakat sekitar, maka dari itu kandang kambing harus direncanakan dapat memenuhi syarat seperti berikut : (a) Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya, tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan, (b) Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari aliran udara yang kencang, (c) Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari tidak sampai masuk ke
11
dalam kandang, (d) Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta masyarakat tidak merasa terganggu (utamanya untuk yang sudah masuk kategori perusahaan); tergantung kesepakatan dengan lingkungan masyarakat, (e) Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat sekitar, sehingga kotoran kambing tidak mencemari, baik secara langsung maupun lewat rembesan, (f) Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti : jalan raya, pasar, pabrik dan RMU agar ketenangan ternak kambing terjaga. Tipe dan Model Kandang, untuk ternak kambing yang umum dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu : (1) Tipe Kandang Panggung, kandang tipe panggung merupakan kandang yang konstruksi lantainya dibuat sistim panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran yang terkumpul di bawah lantai.Kolong dibuat berlubang atau digali lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencing tidak berceceran. Alas kandang kambing sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu yang sudah diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. Celah lantai panggung dibuat kurang lebih 1,50 2 cm, agar kotoran dapat jatuh ke bawah, tetapi kaki kambing tidak sampai terperosok. Kandang panggung yang terawat baik kambing akan terlihat bersih dan sehat-sehat. Dinding kandang yang rapat sebaiknya dibuat setinggi 70 - 80 cm (ukuran tinggi penyekat) agar ternak kambing di dalam kandang terhindar dari angin kencang. Selanjutnya di atas ketinggian 70 - 80 cm, dinding dibuat bercelah agar udara dapat masuk bebas dan sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang. Tinggi panggung dari tanah dapat dibuat minimal 50 - 70 cm. Tinggi ruang utama dari alas sampai atap kurang lebih 2 meter. Pada kandang dobel, palung pakan dibuat di tengah kandang, sehingga meski tinggi panggung 2 meter, petani peternak akan lebih mudah memberikan pakan dan minum lewat jalan di atas lantai tengah. Ukuran alas palung pakan 25 - 40 cm, lebar bagian atas 40 - 50 cm, tinggi atau dalam palung 30 - 40 cm.Lubang untuk masuk kepala kambing mencapai pakan antara 20 - 25 cm. Palung pakan harus dibuat rapat, agar bahan pakan yang diberikan tidak tercecer keluar. Kandang panggung bersekat secara individu untuk tujuan penggemukan, biasanya yang digemukkan adalah pejantan. Tujuan disekat-sekat dengan ukuran 50 cm x 120 cm per ekor yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kesehatan ternak serta membatasi domba bergerak secara leluasa. Kebutuhan ruang (ekor/cm2) Kambing/domba berdasarkan status fisiologis ternak dan umur (bulan) ternak.
12
(2) Tipe kandang Lemprak, kandang tipe lemprak merupakan kandang yang umum digunakan untuk usaha ternak kambing kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralaskan kotoran dan sisa-sisa pakan hijauan. Kandang juga tidak dilengkapi dengan palung pakan, dalam menyajikan pakan hanya diserakkan di atas lantai. Pemberian pakan umumnya berlebihan, sehingga didapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah 3 - 6 bulan kemudian. Selama ini peternak kambing dalam pembuatan kandang belum sampai pada pemikiran-pemikiran di atas terutama pada ternak yang diusahakan secara tradisional (Munanto, 2014). Kendala yang ada di tingkat petani sampai saat ini dalam pengembangan pertanian khususnya peternakan adalah : petani peternak masih berpola tradisional, kurang informasi dan tidak mau mencari informasi, tidak ada motivasi untuk maju, kurangnya pengertian tentang perkandangan bagi keberhasilan
usaha ternak
kambing, belum faham dan belum menyadari dampak kesehatan bagi peternak dalam mengelola perkandangan yang baik, kelompok tani belum berfungsi optimal, belum adanya pemupukan modal di tingkat kelompok, terjadinya krisis kepercayaan di tubuh kelompok, kebiasaan turun temurun, lamban dalam menerima perubahan.
13
III. PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan diseminasi pengembangan model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak, untuk tanaman adalah tanaman kedelai dan jagung dengan pola tumpang sari jagung disela-sela tanaman kedelai. Ternak yang dipilih pada diseminasi ini adalah ternak kambing. Pengembangan kawasan dilaksanakan pada satu kabupaten yaitu Kabupaten Pidie, Kecamatan Bakti, Desa Meunasah seluas 10 hektar untuk tanaman kedelai dan kambing milik petani sebanyak 10 ekor. Kegiatan dilaksanakan mulai bulan Februari hingga Desember 2015. Kegiatan pengembangan kawasan model bioindustri berbasis integrasi tanaman ternak yang dilakukan oleh BPTP Aceh bertujuan agar teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam pengembangan konsep bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak, sehingga pelaksanaan model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak di lapangan dapat terlaksana dengan baik. 3.2. Pendekatan Kegiatan ini bersifat diseminasi model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak, pendampingan, pembinaan dan koordinasi mengenai aspek penerapan teknologi bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai dan ternak kambing di Provinsi Aceh. Pendekatan dengan dinas/instansi terkait melalui koordinasi baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota maupun petugas di tingkat lapangan serta petani di lokasi/wilayah tersebut dengan menggunakan prinsipprinsip sebagai berikut.
Terpadu yang merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
Sinergis
dengan
memanfaatkan
teknologi
pertanian
terbaik
dengan
memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antara komponen teknologi.
Spesifik lokasi dengan memperhatikan kesesuaian teknologi dan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani.
14
Partisipatif dimana petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk demo teknologi di lapang.
3.3. Pola Pendampingan Tahapan kegiatan bioindustri yang dilaksanakan dimulai dengan menentukan kawasan pengembangan dengan beberapa pertimbangan hal teknis dan ekonomis kenapa lokasi (kabupaten) tersebut dipilih. Susun skema relasi atau causal loops awal dari kegiatan boindustri berbasis integrasi tanaman-ternak. Selanjutnya
Gambar 4. Tahapan kegiatan pengembangan pertanian bioindustri. Perancangan Model Pertanian Bioindustri
Identifikasi Komponen Teknologi Teknologi yang dihasilkan dari model pengembangan bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai, tanaman jagung dan ternak sapi adalah :
15
a. Teknologi integrasi tanaman kedelai, tanaman jagung dan ternak sapi di lahan kering di Provinsi Aceh. b. Teknologi pengelolaan penyediaan pakan ternak olahan dari tanaman kedelai dalam bentuk ampas tahu di Provinsi Aceh. c. Teknologi pengolahan brangkasan tanaman kedelai dan tongkol jagung menjadi briket. d. Teknologi pengolahan pupuk organik yang berasal dari urin dan kotoran sapi 3.4.
Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
3.4.1. Bahan Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, benih jagung Pioner 29, pupuk (urea, SP-36, KCl dan NPK serta pupuk organik), herbisida, pestisida, dan bahan pendukung lainnya seperti: PUTK, tugal, tali rafia, papan nama kegiatan, papan varietas, meteran dan lain-lainnya. 3.4.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan Komponen teknologi bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai-ternak kambing yang diterapkan adalah sebagai berikut: 1. Varietas unggul. 2. Benih berkualitas, daya kecambah 95-97% 3. Penyiapan lahan, olah tanah konservasi. 4. Saluran drainase, utamanya bagi petakan-petakan yang datar untuk mengantisipasi pada saat awal pertumbuhan tanaman adanya hujan yang kadang-kadang masih cukup tinggi. 5. Populasi tanaman optimal menggunakan jarak tanam sesuai anjuran, 2 tanaman per lubang tanam. 6. Penanaman dengan tugal, dan sebagian lahan yang petakannya luas penanaman dengan menggunakan alat tanam Tugal. 7. Pemupukan: pupuk organik dan anorganik untuk penyediaan pupuk organik diusahakan bahan organik specifik lokasi. Jenis dan takaran pupuk anorganik berdasarkan hasil analisis tanah. 8. Pengairan, dari hujan dan/atau air tanah dengan pompanisasi (bila diperlukan). 9. Penyiangan, dengan herbisida dan/atau manual.
16
10. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. 11. Panen dan prosesing hasil dengan alat pemipil tresher (Balitsereal, 2010).
Diagram alir Diagram Alir Diseminasi Pengkajian Bioindustri Berbasis Tanaman Kedelai
Briket
Tanaman Jagung
Tongkol Jagung
Hijauan Pakan Ternak
Tanaman Kedelai Survei lokasi penelitian Ampas tahu
Pakan Ternak Olahan dalam bentuk ampas tahu dan silase
Penetapan lokasi penelitian dan Analisa kesuburan tanah awal
Dianginkan/Dilayukan Demplot 18 ekor Kambing (16 ekor betina, 2 ekor jantan) Pemberian Pakan
Ternak Kambing
Kotoran dan Urin Kambing
Data awal
Pengukuran bobot ternak Preferensi konsumsi hijauan pakan ternak dan pakan olahan Analisa Kesuburan tanah akhir pengkajian
Pupuk Organik
Rekomendasi Teknologi
Gambar 5. Diagram Alir Diseminasi Pengkajian Bioindustri Berbasis Tanaman Kedelai
17
Konsumsi kedelai
Ketersediaan Air + Luas tanam kedelai
+ +
Luas panen kedelai +
Pestisida dan Pupuk Organik
+
+
Harga kedelai
+ Limbah sapi (kotoran & urin)
+ +
+
+ Budidaya kedelai
Produksi kedelai
+
Peningkatan bobot sapi
+
+ + +
Pabrik Tahu
Tan. Sela Jagung
+
Tempe Ampas Tempe
+
Serasah daun jagung + +
+ Tahu +
Serasah tanaman kedelai
Pakan Ternak + Limbah Pertanian
Ampas Tahu +
+
Serasah tanaman kedelai dan + tongkol jagung
+ Briket
Gambar 6. Skema pengembangan causal loops bioindustri berbasis Integrasi tanaman kedelai dan kambing di Provinsi Aceh. Beternak kambing di kandang. Pada diseminasi bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai dan ternak kambing, salah satu teknologi yang diperkenalkan oleh tim Bioindustri adalah sistem kandang. Ternak kambing merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan, disamping perawatannya cukup mudah, serta kesediaan pakan bisa didapatkan dari dedaunan maupun rerumputan yang banyak
18
terdapat di sekitar, kambing juga mudah untuk dibudidayakan baik untuk konsumsi ataupun dari segi penjualannya. Salah satu faktor penting dalam ternak kambing adalah adanya kandang yang berfungsi untuk melindungi kambing. Banyak peternak atau petani kambing yang belum memiliki pemahaman serta pengetahuan yang tepat dalam membangun kandang serta bahan maupun letak kandang yang tepat. Hal ini tentu menjadi salah satu penghambat dalam beternak kambing karena tidak dapat mengoptimalkan hasil dari beternak kambing itu sendiri. Metode pembuatan fermentasi hijauan pakan (silase). Silase adalah hijauan makanan ternak (HMT) yang diawetkan dengan proses ensilasi. Ensilasi adalah metode pengawetan hijauan berdasarkan pada proses fermentasi asam laktat yang terjadi secara alami dalam kondisi anaerobik. Selama berlangsungnya proses ensilasi, beberapa bakteri mampu memecah selulosa dan hemiselulosa menjadi berbagai macam gula sederhana. Sedangkan bakteri lain memecah gula sederhana tersebut menjadi produk akhir yang lebih kecil (asam asetat, laktat dan butirat). Produk akhir yang paling diharapkan dari proses ensilasi adalah asam asetat dan asam laktat. Produksi asam selama berlangsungnya proses fermentasi akan menurunkan pH pada material hijauan sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang tidak diinginkan. Faktor-faktor yang perlu di perhatikan dalam proses pembuatan silase : a. Tingkat kematangan dan kelembaban bahan, tingkat kematangan tanaman yang tepat memastikan tercukupinya jumah gula fermentasi (fermentable
sugar) untuk proses pertumbuhan bakteri silase dan memberikan nutrisi maksimum untuk ternak. Tingkat kematangan juga memiliki pengaruh yang besar pada kelembaban hijauan pakan ternak, tercukupinya kelembaban untuk fermentasi bakteri sangat penting dan membantu dalam proes pembungkusan untuk mengeluarkan oksigen dari silase b. Panjang pemotongan, panjang pemotongan yang paling bagus adalah antara ¼-1/2 inci, tergantung pada jenis tanaman, struktur penyimpanan dan jumlah silase. Potongan material tanaman dengan panjang tersebut akan menghasilkan silase degan kepadatan yang ideal dan memudahkan pada saat proses pemanenan. Mengatur mesin pemotong dengan hasil potongan yang terlalu halus dapat memberikan dampak negatif terhadap produksi lemak susu dan timbulnya dislokasi abomasums pada sapi perah karena
19
faktor awal yang tidak memadai. Memotong hijauan pakan ternak terlalu panjang juga dapat mengakibatkan silase sulit untuk memadat, serta udara akan terperangkap di dalam silase yang pada akhirnya mengakibatkan pemanasan dan penurunan kualitas. Pemotongan secara berulang secara umum tidak disarankan, kecuali jika kondisi bahan silase terlalu kering. c. Pengisian, pembungkusan, penutupan. Proses pemanenan dan pengisian silo harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan pengisian akan berakibat pada terjadinya proses respirasi yang berlebih dan meningkatkan loss hasil silase. Pembungkusan dilakukan sesegera mungkin pada saat akan menyimpan silase di bunker silo. Setelah diisi, silo harus ditutup rapat dengan bungkus kedap udara untuk menghindari penetrasi udara dan air hujan ke dalam silase. Plastik berkualitas baik yang dibebani menggunakan ban umumnya akan menghasilkan penutupan yang memadai.
20
IV. HASIL YANG DICAPAI 4.1. Gambaran Umum Lokasi Diseminasi Kabupaten Pidie Wilayah Kabupaten Pidie yang terkenal dengan sebutan Krupuk Mulieng merupakan wilayah hulu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Secara administratif, Kabupaten Pidie terdiri dari 30 Kecamatan, 128 Kemukiman, 29 Kelurahan, dan 923 Desa, namun pada tanggal 15 Juni tahun 2007 melalui undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Pidie mengalami pemekaran menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Pidie sebagai Kabupaten Induk dan Pidie Jaya sebagai kabupaten pemekaran, sehingga saat ini wilayah Kabupaten Pidie terdiri atas 2
3 kecamatan, 94 kemukiman, 732
gampong (yang sebelumnya 15 gampong di Kecamatan Kota Sigli, 4 di Grong-grong dan 1 di Kecamatan Mutiara yang sesuai dengan Qanun menjadi kelurahan.
Gambar 6. Peta Administrasi Kabupaten Pidie
21
Kabupaten Pidie beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau dan hujan. Suhu udara rata-rata sekitar 24 – 30o C. Pada tahun 2005, jumlah hari hujan adalah 115 hari, dengan curah hujan rata-rata 232,67 mm, tertinggi pada bulan desember (614 mm) dan terendah bulan juni (52 mm). Kondisi iklim mempengaruhi keadaan air tanah dan potensi pertanian yang berhubungan potensi air irigasi yang dapat dialirkan ke pematang sawah. Berikut ini peta potensi air tanah dan air irigasi di Kabupaten Pidie.
Gambar 7. Peta Potensi Air Tanah dan Irigasi di Kabupaten Pidie
22
Topografi, dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Pidie bisa dibagi menjadi empat bagian yaitu: (i) daerah dengan kedalaman < 30 cm : 0,41 % dari seluruh areal, (ii) daerah dengan kedalaman 30-60 cm : 3,56 % dari seluruh areal, daerah dengan kedalaman 60-90 cm : 1,25 % dari seluruh areal, (iii) daerah dengan kedalaman > 90 cm : 94,78 % dari seluruh areal. Kemiringan tanah, kemiringan atau lereng di kabupaten Pidie dapat di rinci sebagai berikut: (i) daerah dengan kemiringan antara 0 – 3 % seluas 68,699 Ha atau 16,51 % dari luas wilayah, (ii) daerah dengan kemiringan antara 3 -15 % seluas 33,698 Ha atau 8,10 % dari luas wilayah, (iii) daerah dengan kemiringan antara 15 – 40 % seluas 32,269 Ha atau 7,76 % dari luas wilayah, (iv) daerah dengan kemiringan lebih besar40 % seluas 281,389 Ha atau 67,63 % dari luas wilayah. Jenis tanah, keadaan tanah di Kabupaten Pidie dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu: (i) tanah podzolid (Coklat) : 5.86 % dari luas wilayah, (ii) tanah podsolid (Merah Kuning) : 45,36 % dari luas wilayah, (iii) tanah organosal/Litosol : 1,95 % dari luas wilayah, (iv) tanah latosal : 0,96 % dari luas wilayah, (v) tanah regosal : 5,58 % dari luas wilayah, (vi) tanah alluvial : 6,31 % dari luas wilayah, (vii) tanah hidromorf : 12,98 % dari luas wilayah, (viii) tanah renzina : 19,10 % dari luas wilayah, (ix) lain-Lain : 1,90 % dari luas wilayah. Penggunaan tanah di Kabupaten Pidie sebagai berikut : sawah 29.391 Ha, Pekarangan 9.175, tegalan/Kebun 26.857, ladang/huma 19.772 Ha, Padang Penggembalaan 16.194, Hutan Rakyat 23.782, Hutan Negara 81.448 Ha, Perkebunan 21.212 Ha, Rawa-Rawa 2.128 Ha, Tambak 2.890 Ha, Tebat/Empang 162 Ha, Pemukiman 30.714 Ha, dan belum diupayakan 78.093 ha. Kecamatan Sakti, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pidie, lingkup Provinsi Aceh, Indonesia. Kota Bakti atau Lameulo merupakan pusat kegiatan pemerintahan Kecamatan Sakti. Kecamatan Sakti dahulunya pernah menjadi Kewedanaan. Kecamatan Sakti terdapat terdapat 7 kemukiman, yakni Kemukiman Bakti, Murong, Kandang, Langga, Lameue, Leupeuem dan Mali. Di setiap Kemukiman terdapat 1 mesjid. Mesjid ibu kota kecamatan bernama Masjid Istiqamah terletak di persimpangan jalan, ke selatan menuju Tangse-Meulaboh, barat menuju Kampung Jeumpa, Lameue, Suwiek, Glee Gapui, Iloet, Garot, Pidie berbelok kearah utara menuju Sigli, utara ke Mali, Teureubue, Beureunuen dan arah
23
timur menuju desa Perlak Asan, Pulo Drien dan Gumpueng yang dapat ke Kecamatan Tiro. Sebelah utara menuju Beureunuen. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Sakti adalah petani dan pekebun, ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil/Militer, Pegawai Swasta, pedagang, montir, ustadz/mubalig, pengusaha makanan ringan, pengusaha tahu dan tempe dan lain-lain. Sektor industri pangan yang tumbuh dari dahulu di Pidie adalah industri Mulieng atau melinjo. Selain industri Mulieng, industri yang juga saat ini banyak ditemui adalah industri berbahan baku kedelai yaoti industri tahu dan tempe. Industri ini mulai berkembang pesat belakangan ini karena teknologi pengolahan pangan khususnya berkaitan dengan kedelai untuk pembuatan tahu dan tempe telah dipahami oleh pengusaha tahu dan tempe dengan baik. Akan tetapi 2 (dua) tahun belakangan ini terdapat kendala yang cukup berarti yaitu ketersediaan kedelai dengan kualitas yang bagus dan harga yang ekonomis tidak tersedia di pasaran sekitar Kabupaten Pidie. Untuk mendapatkan kedelai dengan kualitas yang bagus belakangan ini pengusaha tahu dan tempe mengimpor kedelai dari Medan, Sumatera Utara. Selain kendala pada pengusaha tahu dan tempe, permasalahan lain yang dihadapi petani kedelai adalah ketersediaan benih dengan kualitas prima tidak tersedia di toko saprodi. Benih ditingkat petani diadakan dari Medan, Sumatera Utara atau dari pulau Jawa. 4.2. Tahapan Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan Koordinasi dan sosialisasi kegiatan Pengembangan Model Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Kedelai dan Kambing Tahun 2015, di Kabupaten Pidie dilakukan di Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Pidie. Pada saat koordinasi dan sosialisasi kegiatan, tim bertemu dengan Kabid. Produksi Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan. Berikut dokumentasi pada saat tim Bioindustri melakukan koordinasi dan sosialisasi di Dinas Pertanian Kabupaten Pidie.
24
Gambar 8. Koordinasi dan sosialisasi tim pengembangan model pertanian boindustri berbasis integrasi tanaman kedelai dan kambing di Dinas Pertanian Kab. Pidie. Tim Bioindustri menjelaskan maksud kedatangan ke Kabupaten Pidie dalam rangka Pengembangan Model Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Kedelai dan Kambing. Untuk lokasi pengembangan Model telah direncanakan di Desa Kampung Pisang, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Pertimbangan penentuan lokasi berdasarkan potensi yang ada yaitu ternak kambing dan lahan potensial untuk budidaya kedelai. Lahan yang tersedia termasuk lahan kering. Selanjutnya berdasarkan potensi ini, maka tim bioindustri melakukan PRA (partisipatory rural appraisal) terhadap calon petani kooperator ke lokasi. Kondisi ternak yang ada saat ini masih dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri. Tim bioindustri mengajak kelompok tani kooperator untuk melakukan pemeliharaan di dalam kandang. Akan tetapi kondisi kandang yang tersedia harus dilakukan renovasi. Lokasi kandang berada di
dekat
dengan lokasi bertani petani sehingga memudahkan dalam
melaksanakan pola integrasi tanaman dan ternak. Limbah tanaman akan diolah ditempat, difermentasi
sehingga dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk ternak.
Begitu juga dengan limbah ternak akan ditampung pada bak penampungan dan difermentasi untu segera digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman kedelai dan jagung. Berikut dibawah ini dokumentasi pada saat tim melakukan survey calon lokasi di Desa Kampung Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie.
25
Gambar 9. Survey ke lokasi calon lokasi pengembangan model bioindustri berbasis integrasi tanaman dan ternak di Kab. Pidie Tahapan selanjutanya adalah Pembinaan dan pengawasan pembuatan renovasi kandang kegiatan Pengembangan Model Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Kedelai dan Kambing Tahun 2015, di Kabupaten Pidie dilakukan di Desa Meunasah dayah Pisang, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Pembinaan dilakukan langsung ke kelompok ternak kambing. Tim bioindustri bertemu dengan Ketua Kelompok ternak Ibu Aisyah. Pembuatan kandang dirancang oleh tim Bioindustri dengan kapasitas kandang untuk 40 ekor ternak. Rancangan memperhatikan beberapa hal yaitu, 1) melindungi ternak kambing dari matahari, angin, hujan dan penyakit, 2) mampu menolong petani/peternak untuk dapat mencapai produksi optimal dari ternaknya, dapat menjalankan usaha secara ekonomis, menambah usia pemakaian peralatan, menurunkan biaya pemborosan tersamar tiap unit, 3) menghemat tenaga, menunjang kesehatan, dengan pengaturan
kandang yang
luwes dan efisien, 4) mampu memenuhi kebutuhan, 5) menarik dan rapi sehingga kandang tersebut menyenangkan sebagai
tempat tinggal ternak kambing. Berikut
dokumentasi pada saat tim Bioindustri melakukan pembinaan dan pengawasan pembuatan kandang di Desa Meunasah Dayah Pisang, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie.
26
Gambar 10. Pembinaan dan pengawasan pembuatan renovasi kandang di Desa Meunasah Dayah Kampung Pisang, Kecamatan Sakti, Kab. Pidie. Selanjutnya tim bioindustri bertemu dengan ketua kelompok petani kedelai Bpk. Saifullah, kemudian tim menjelaskan tentang pembuatan kandang kambing di Kabupaten Pidie dalam rangka Pengembangan Model Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Kedelai dan Kambing. Selain menjelaskan tentang rancangan harus memperhatikan 5 hal tersebut di atas, tim juga menjelaskan tentang persyaratan teknis kandang yaitu i) konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiangtiangnya meskipun menggunakan bahan bangunan sederhana, ii) atap diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap
panas yang relatif kecil.
Untuk lokasi kandang di daerah panas dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang, sedangkan di daerah dingin dapat menggunakan atap seng, iii) dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang
dianyam dan
ventilasinya harus diperhitungkan supaya pertukaran/ sirkulasi udara berlangsung dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak. Berikut Gambar 2, rancangan di dalam kandang kambing yang masih dalam renovasi.
27
Gambar 11. Pembinaan pembuatan rancangan kandang kambing di Kec. Sakti. Pada pembinaan pembuatan kandang terdapat beberapa hal yang masih belum sempurna dalam pembuatan kandang adalah rancangan tempat makan kambing, selain harus mudah dalam membersihkannya juga harus lebar dan diberi penahan dan diperlebar sehingga makanan tidak mudah jatuh ke bawah. Tahapan kegiatan selanjutnya adalah Koordinasi dengan pengusaha pembuat tahu skala home industri di Kecamatan Sakti, tim bioindustri bertemu dengan pemilik usaha pembuatan tahu skala home industri di Kecamatan Sakti sekitar 2 km dari lokasi penanaman kedelai. Tim bioindustri menjelaskan maksud kedatangan adalah untuk melihat usaha pembuaatan tahu dan bagaimana proses pembuatannya. Selain itu bagaimana limbah tahu (ampas tahu) bagaimana penanganannya. Menurut pemilik tahu Bpk. Daud, mengatakan bahwa limbah tahu (ampas tahu) dibuang ke tempat sampah, sesekali ada juga yang mengambil ampas tahu. Tim bioindustri (Bpk. Ir. Chairunas, M.S.) menjelaskan bahwa akan memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan tambahan untuk ternak kambing dan jika dalam beberapa minggu ternak kambing menyukainya dan bertambah bobotnya maka ampas tahu akan rutin diambil oleh petani di Desa Kampung Pisang. Berikut dokumentasi pada saat koordinasi dengan petani pembuat tahu di Kecamatan Sakti.
28
Ampas Tahu
Susu Kedelai
TAHU YANG SUDAH JADI
Gambar 12. Dokumentasi pada saat koordinasi dengan pengusaha pembuat tahu di Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Pembuatan tahu dimulai dari perebusan kedelai mengunakan tungku yang dialiri dengan air panas yang mengalir melalui pipa, selanjutnya dilakukan pengilingan kedelai, disaring menggunakan jaring, kemudian disaring kembali menggunakan kain polos. Setelah itu dilakukan pencampuran dengan bahan lainnya. Setelah itu campuran kedelai disaring kembali dan dimasukkan dalam cetakan. Ampas tahu adalah hasil saringan setelah disaring dengan kain polos. Kemudian tahu didinginkan dan siap dicetak dalam wadah kayu.
29
Tahapan berikutnya adalah mengolah tanah untuk penanaman kedelai di lokasi pengembangan model bioindustri. Luas tanam kedelai yang direncanakan sekitar 10 hektar. Pada saat musim ini yang bisa ditanam oleh kelompok tani kedelai hanya 2 (dua) hektare karena anggota kelonpok yang lain telah ikat kontrak dengan Dinas Pertanian untuk penanaman kedelai yang didanai program Upsus Pajale. Lahan yang digunakan bekas penanaman padi. Jenis lahan kering dan pengelolaan pengaturan pengairan menggunakan pompa air. Sumber air dari air sumur yag digali pada tiga titik untuk menjaga pada saat terjadi musim kemarau. Kendala dalam budidaya kedelai di lahan tersebut adalah ketersediaan benih dengan kualitas bagus. Lahan telah dilakukan pengolahan pertama dan siap tanam jika benih tersedia. Tim bioindustri menjanjikan InshaAlloh dalam waktu 2 minggu ini benih tersedia dengan kualitas benih yang terjamin dan bersertifikat. Berikut dokumentasi pada saat di lahan untuk penamanan kedelai.
LAHAN UNTUK PENANAMAN KEDELAI
Gambar 13. Pembinaan pada saat persiapan lahan untuk penanaman kedelai. Berikutnya tim bioindustri melakukan pembinaan pada saat pemupukan kedua. Tim bioindustri menyarankan untuk melakukan pemupukan dengan ditugal dan ditutup kembali setelah pupuk dimasukkan ke dalam lubang tugal. Tujuan pemupukan dengan cara seperti ini adalah untuk mencegah terjadinya volatisasi (penguapan) pupuk akibat cuaca. Pemupukan dilakukan juga disaat setelah turun hujan, bila tidak terjadi hujan maka tim bioindustri menyarankan untuk menggunakan PPC (pupuk pelengkap cair) jenis pupuk daun agar nutrisi tanaman
30
kedelai tetap terjaga. Berikut ini pada saat pembinaan ke petani kedelai tentang pemupukan dengan di tugal.
Gambar 14. Pembinaan ke petani kedelai untuk pemupukan kedelai dengan cara di tugal. Pembinaan dan pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai dilakukan pada saat umur tanaman 45 hari setelah tanam (HST). Kondisi tanaman kedelai sangat baik, ditandai dengan pertumbuhan tinggi tanaman yang baik, warna daun, jumlah polong per rumpun. Berikut dokumentasi pada saat pembinaan dan pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai umur 45 HST.
Gambar 15. Dokumentasi di lapangan pada saat pembinaan dan pengamatan oleh Tim Bioindustri saat tanaman kedelai umur 45 HST
31
Pelatihan Petani dan Peternak di Kabupaten Pidie Beberapa pelatihan yang dilaksanakan di kelompok tani Meunasah Dayah, Kecamatan Sakti, Kabupaten yaitu pelatihan pembuatan perbanyakan aktivativator
Trichoderma sp, pelatihan pembuatan konsentrat ampas tahu sebagai pakan ternak, pelatihan pembuatan pakan fermentasi dengan aktivator Trichoderma sp, pelatihan pembuatan mineral blok sebagai pakan suplemen, pelatihan manajemen kandang yang baik dan sehat, pelatihan pemanfaatan limbah pertanian menjadi biochar, asap cair dan briket menggunakan input teknologi pyrolisator, coper, alat pencetak briket. Berikut di bawah ini beberapa dokumentasi pada saat pelatihan;
Gambar 16. Dokumentasi pelatihan perbanyakan aktivator Trichoderma sp
32
Gambar 17. Dokumentasi pelatihan pembuatan pakan konsentrat ampas tahu
Gambar 18. Dokumentasi pelatihan pembuatan suplemen makanan mineral blok
Gambar 19. Dokumentasi pelatihan pembuatan pakan fermentasi 4.3.
Pelaksanaan Kegiatan Bioindustri Berbasis Integrasi TanamanTernak Di Kabupaten Bireun
4.3.1. Gambaran Umum Lokasi Diseminasi Kabupaten Bireuen dimekarkan menjadi sebuah kabupaten yang otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2000. Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten yang letaknya sangat strategis dan merupakan pusat
33
perdagangan di wilayahnya. Secara geografis, Kabupaten Bireuen terletak pada posisi 4o 54’ – 5o 21’ Lintang Utara (LU) dan 96o 20’ – 97o 21’ Bujur Timur (BT) dengan luas wilayahnya 1.901,21 Km2 atau (190.121 Ha) dan berada pada ketinggian 0 sampai 800 meter dari permukaan laut (DPL). Topografi Kabupaten Bireuen memiliki daerah yang datar dan bergelombang ( 0-8%) terutama pada wilayah pesisir utara sedangkan pada daerah bagian Selatan memiliki topografi berbukit dengan kemiringan 15% sampai dengan 30%. Sejak berdirinya Kabupaten Bireuen, yang pembentukannya berdasarkan UndangUndang Nomor 48 tahun 1999, telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam bidang pemerintahan, dimana pada awalnya terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan. Pada tahun 2001 dimekarkan menjadi 10 Kecamatan selanjutnya pada tahun 2004 dimekarkan kembali menjadi 17 Kecamatan. Dari luas wilayah Kabupaten Bireun sebanyak 17,58 persen atau seluas 33.427 ha merupakan kawasan ladang, 8,63 persen atau 16.416,93 ha dimanfaatkan untuk perkebunan besar, seluas 27.791 ha (14,62 persen) dimanfaatkan untuk lahan perkebunan rakyat, serta seluas 22.948 ha (12,07 persen) dari luas wilayah diperuntukkan sebagai areal persawahan.
Gambar 20. Peta Kabupaten Bireun
34
Tabel 1. Luas lahan pertanian dan non pertanian per kecamatan, Bireun.
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011. Kabupaten Juli, luas kecamatan 21,208 km2, dengan luas lahan pertanian 15,936 km2. Kecamatan Juli merupakan salah satu penghasil sektor pertanian terutama tanaman pangan yaitu padi, kacang tanah dan kedela Selain itu untuk peternakan kacamatan Juli memiliki potensi pengembangan ternak didukung oleh potensi lahan yang luas dan subur. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Juli adalah petani dan pekebun, ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil/Militer, Pegawai Swasta, pedagang, montir, ustadz/mubalig, pengusaha makanan ringan, nelayan, peternak, pengusaha kripik, pengusaha tahu dan tempe dan lain-lain. Sektor industri pangan yang tumbuh dari dahulu di Pidie adalah industri pembuatan tahu, industri kripik skala rumah tangga. Selain industri tersebut, industri yang juga saat ini dapat ditemui adalah industri berbahan baku kedelai yaitu pembuatan tempe. Industri ini berkembang karena sejak dahulu kabupaten Bireun merupakan penghasil kedelai lingkup Provinsi Aceh. Kendala yang dihadapi petani kedelai adalah ketersediaan benih dengan kualitas yang bagus yang bergantung dari Medan, Sumatera Utara dan pulau Jawa. Selain masalah di petani kedelai, bagi pengusaha tahu dan tempe cenderung mendapat pasokan kedelai dari luar Aceh dan biasanya kedelai impor dengan ukuran yang lebih besar, harga yang
35
lebih stabil dan ketersediaan kedelai dalam jumlah yang selalu tersedia. Hal ini menyebabkan petani di Bireun mulai beralih ke komoditas pertanian yang lain yaitu jagung, karena komoditas ini juga memiliki umur yang relatif singkat, mudah dalam pemeliharaan dibandingkan dengan tanaman kedelai.
4.3.2. Tahapan pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Bireun Koordinasi dan sosialisasi kegiatan Pengembangan Model Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Kedelai dan Kambing Tahun 2015, di Kabupaten Bireun dilakukan di Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pidie. Pada saat koordinasi dan sosialisasi kegiatan, tim bertemu dengan Kabid. Penyuluhan. Berikut dokumentasi pada saat tim Bioindustri melakukan koordinasi dan sosialisasi di Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bireun.
Gambar 21. Dokumentasi pada saat koordinasi dan sosialisasi di Badan Penyuluhan Pertanian, Bireun. Selanjutnya tim menuju lapangan didampingi oleh dokter hewan yang bertugas di Desa Keude Dua Juli (Bpk. drh. Mirza) untuk melakukan pemilihan calon kelompok tani dan calon lokasi di Kabupaten Bireun. Berikut di dokumentasi pada saat tim survey ke lapangan.
Gambar 22. Dokumentasi pada saat survey untuk penentuan calon kelompok tani dan calon lokasi di Kabupaten Bireun.
36
Hasil survey lapangan, maka di tetapkan kelompok tani kooperator yaitu kelompok tani Awe Teubee di Desa Juli Keude Dua, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireun. Kelompok tani Awe Teubee terpilih sebagai kelompok tani binaan karena memiliki pengalaman yang beternak yang cukup lama > 5 tahun, selain itu jumlah anggota kelompok 35 orang, dan telah mengandangkan ternaknya lebih dari 5 tahun. Kelompok tani ini juga mengagas kesepakatan lisan di dalam kampung dalam bentuk qanun lisan untuk menjaga ternak agar tidak lepas. Setelah penentuan kelompok tani kooeperator, selanjutnya tim melakukan pembinaan berupa pelatihan dan pendampingan untuk kegiatan model bioindustri berbasis integrasi
tanaman-ternak
di
lahan
kering
kepada
kelompok
tani.
Berikut
dokumentasi pelatihan untuk kelompok tani Awe Teubee dengan materi : 1) Pengertian konsep model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak, 2) Manajemen pengandangan yang baik, Teknologi fermentasi pakan, Teknologi perbanyakan aktivator Trichoderma sp, Teknologi pembuatan pakan konsentrat berbahan dasar ampas tahu, pemanfaatan limbah pertanian seperti serasah tanaman untuk pembuatan biochar, pelatihan pembuatan suplemen pakan ternak dalam bentuk mineral blok, asap cair, biochar dan briket dengan input teknologi alat pyrolisator dan alat pengres briket, teknologi pemanfaatan urin sebagai ZPT dan pupuk organik cair (POC). Berikut ini dokumentasi pada saat pelatihan di kelompok tani Awe Teube, Desa Keude Dua Juli.
Pembuatan perbanyakan aktivator Trichoderma sp
37
Pembuatan pakan fermentasi dari serasah tanaman dengan aktivatr Trichoderma sp
Pembuatan pakan konsentrat berbahan dasar ampas tahu
Pelatihn pengertia model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak oleh peneliti
38
Pelatihan manajemen perkandangan yang baik oleh Winda S.P. dan Ir. Syarifah
Pelatihan pembuatan suplemen pakan dalam bentuk mineral blok. 4.3.3. Input teknologi unggulan yang didesiminasikan pada model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak Input teknologi yang dimasukkan ke dalam model bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai dan ternak di 2 (dua) kabupaten (Pidie dan Bireun) antara lain : 1)
teknologi pengandangan ternak kambing model panggung, 2)
penggolahan pakan ternak menggunakan aktivator trichoderma,
3) teknologi
pemanfaatan ampas tahu sebagai konsentrat pakan, 4) teknologi pembuatan biochar dari serasah tanaman, 5) teknologi pembuatan briket, 6) teknologi budidaya di lahan kering dan yang terakhir 7) teknologi pemanfaatan urin dan kotoran kambing untuk pupuk organik cair.
1) Teknologi Pengandangan Ternak Kambing Model Panggung Input teknologi pengandangan ternak kambing merupakan terobosan untuk pengemukan kambing di dalam kandang model panggung. Potensi ternak yang ada di lokasi penelitian dan disekitar lokasi penelitian sangat baik, akan tetapi hampir seluruh ternak baik kambing dan sapi tidak ada yang dikandangkan. Kendala dalam
39
mengembangkan teknologi pengandangan ternak adalah menurut petani adalah susah dalam penyediaan pakan bagi ternak dan ternak di lepas, ternak lebih sehat. Model kandang panggung dan teknik pengandangan menjadi model dan contoh bagi peternak dalam usaha beternak kambing yang lebih baik, lebih sehat dan lebih cepat memanen ternak dengan bobot dan umur yang siap untuk di jual.
2) Penggolahan Pakan Ternak Menggunakan Aktivator Trichoderma Hasil limbah pertanian berupa serasah daun, serasah tanaman dapat dimanfaatkan
melalui
fermentasi
menggunakan
aktivator
Trichoderma spp.
Optimalisasi pemanfaatan serasah tanaman menggunakan starter berbasis mikroba baik yang bersifat aerob maupun anaerob. Perbanyakan larutan mikroba dapat dibuat dengan cara memasukan mikroba ke dalam tabung plastik yang dilengkapi dengan sirkulasi air. Alat yang digunakan adalah: 2 buah drum plastik bervolume 60-80 liter, Pompa/motor sirkulasi/aerator 1 unit, selang/paralon secukupnya. Bahan
yang
diperlukan
serta
formula
pembuatan
larutan
starter
mikroba/kapang/dekomposernya dapat diihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan formula larutan starter No 1 2 3 4 5 6 7 8
Bahan Biakan murni kapang Trichoderma Air bersih ZA TSP KCl Tepung beras Gula merah/gula putih/ molasses Mineral
Formula 1 1 liter 100 liter 1,5 kg 18 ons 6 ons 1 kg 2 kg -
Formula 2 1 liter 60 liter 1 kg 3 kg 1 kg 1 kg 3 kg 2 bungkus
3) Teknologi Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai Konsentrat Pakan Ternak Input teknologi selanjutnya adalah hasil samping tanaman kedelai adalah limbah dari pabrik pembuatan tahu yaitu ampas tahu sebagai pakan tambahan dalam bentuk konsentrat. Kebutuhan konsentrat untuk ternak ruminansia mutlak diperlukan untuk memacu produktivitasnya. Bahan-bahan pembuatan konsentrat dengan bahan dasar ampas tahu: ampas tahu
(350 gram), dedak padi
(60
gram), dedak jagung (75 gram), bungkil sawit/kelapa (60 gram), ultra mineral (5 gram), total seluruh bahan adalah
550 gram. Bahan konsentrat tersebut untuk
40
perhitungan 1 (satu) ekor kambing. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). 4) Teknologi Pembuatan Biochar Dari Serasah Tanaman Teknologi yang dimasukkan pada model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak selanjutnya adalah alat pyrolisator, yaitu alat untuk membantu membakar bahan serasah tanaman secara tidak sempurna (pyrolisis) sehingga menghasilkan arang aktif (arang hitam). Arang aktif ini yang dikenal dengan istilah biochar. Input teknologi yang dimasukkan adalah alat pyrolisator yang berguna untuk membakar secara pembakaran tidak sempurna (pyrolisis) material organik sehingga menjadi arang hitam (arang aktif). Arang aktif ini digunakan sebagai biochar yaitu bahan pembenah tanah untuk tanah dengan kandungan liat yang tinggi berfungsi untuk penambah ruang porositas tanah. Selain tanah dengan kandungan liat dapat juga digunakan pada tanah alluvial yang menjurus ke tanah regosol dengan kandungan pasir yang tinggi. Biochar dapat digunakan untuk membantu dalam menahan air, karena di dalam susunan tekstur biochar yang berpori-pori luas untuk menahan air. Berikut di bawah ini Gambar 4, dokumentasi alat pyrolisator di lokasi penelitian.
Gambar 4. Input teknologi berupa alat pyrolisator di lokasi penelitian.
41
5) Teknologi Pembuatan Briket Teknologi pembuatan briket terdapat 2 (dua) input teknologi yang diperkenalkan ke kelompok tani yaitu alat pyrolisator dan alat pencetak briket. Penggunaan arang hitam (arang aktif) juga sebagai material pembuatan briket. Input teknologi yang dimasukkan adalah alat pencetak briket tipe manual. Alat pencetak ini berfungsi untuk mempermudah mencetak briket dengan ukuran yang seragam dan dalam waktu yang cepat. Cara kerja alat ini adalah material arang aktif yang telah dicampur dengan perekat seperti kanji dan lainnya, dimasukkan ke dalam alat pencetak, kemudian tuas ditekan untuk memadatkan, bila tuas masih ke bawah berarti material campuran arang aktif masih kurang lalu terus dimasukkan dan ditekan menggunakan tuas penekan. Hasil pencetakan dijemur selama beberapa jam sampai kering (jangan dijemur pada matahari langsung). Berikut di bawah ini Gambar 5, input teknologi berupa alat pencetak briket yang berguna untuk membantu dalam pembuatan briket yang berfungsi sebagai bioenergi untuk memasak penganti minyak tanah, penghangat kandang ternak pada waktu malam hari dengan cara dibakar dalam drum. Berikut di bawah ini Gambar 5, alat pencetak briket.
Gambar 16. Input teknologi alat pencetak briket dengan bahan dasar limbah serasah tanaman.
6) Teknologi Budidaya di Lahan Kering Bioindustri tanaman dimulai dari budidaya tanaman kedelai di lahan kering dilakukan tumpang sari dengan tanaman jagung. Input teknologi selanjutnya adalah paket teknologi pemeliharaan tanaman terpadu (PTT) tanaman kedelai di lahan kering. Paket teknologi berupa penanaman tanpa olah tanah (TOT), penggunaan benih bersertifikat, pemupukan berdasarkan rekomendasi alat uji PUTK (perangkat uji tanah kering), pemeliharaan dan pengendalian hama terpadu. Berikut ini Gambar 6, kondisi pada saat pemeliharaan tanaman kedelai yang berada di lokasi dekat dengan peternakan kambing.
42
Gambar 17. Pemeliharaan tanaman kedelai yang berada di lokasi dekat dengan peternakan kambing di Desa Meunasah Dayah, Kecamatan Sakti, Pidie.
7) Teknologi Pemanfaatan Urin Dan Kotoran Kambing Untuk Insektisida dan Pupuk Organik Cair. Teknologi pemanfaatan urin kambing murni yang tidak bercampur dengan kotoran kambing belum pernah dilakukan oleh petani. Urin kambing dikumpulkan dengan
membuat
saluran
penampungan
di
bawah
kandang
ke
tempat
penampungan. Jumlah urin kambing tidak banyak akan tetapi dengan jumlah ternak yang mencapai ratusan ternak, volume urin kambing yang tertampung tiap hari juga akan banyak. Pemanfaatan urin kambing digunakan sebagai insektisida bagi tanaman
kedelai
juga
berfungsi
sebagai
ZPT
(zat
perangsang
tumbuh).
Pemanfaatan urin yang bercampur dengan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk organik cair melalui fermentasi dengan aktivator Trichoderma spp atau yang lainnya. Pendekatan Ekonomis Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman-Ternak Pendekatan ekonomis yang digunakan adalah B/C ratio, untuk mendapatkan perhitungan secara riil kondisi sebelum dan setelah melakukan penerapan model bioindustri ditingkat petani. Berikut ini Tabel 2, menyajikan data sebelum dan setelah menerapkan bioindustri berbasis tanaman kedelai dan ternak kambing.
43
Tabel 4. Data komponen dan nilai saprodi sebelum dan setelah menerapkan bioindustri tanaman kedelai dan ternak kambing. Perlakuan Harga (Rp/kg)
Sarana Produksi - Benih - Pupuk anorganik (NPKp) - Insektisida - Pupuk organik
Teknologi sebelum menerapkan bioindustri tan. Volume (kg)
Jumlah (Rp)
setelah bioindustri Jumlah (Rp)
14.000
50
700.000
35
490.000
3.500
100
350.000
75
262.500
2
300.000
300.000
-
2 Ada tidak beli
1
120.000
1
120.000
150.000 -
- Fungisida
Teknologi menerapkan tan. Volume (kg)
120.000
0
Tenaga Kerja (HOK) - Penyiapan Lahan
50.000
10
500.000
-
- Penanaman
50.000
15
750.000
17
850.000
- Penyiangan
50.000
30
1.500.000
15
1.500.000
- Pemupukan
50.000
4
200.000
19
200.000
- Penyemprotan
10.000
4
40.000
4
40.000
- Pemanenan - Perontokan 10% Hasil (kg)
50.000
15
750.000
15
750.000
192
1.344.000
239
1.673.000
- Ongkos Angkut Total Biaya Produksi Hasil (kg/ha) Harga Produksi (Rp/kg) Penerimaan (Rp/ha)
50.000
4
200.000
5
250.000
7.000
6.666.500 1.920 5.500
Keuntungan (Rp) B/C ratio
Mantau
(2015) melaporkan bahwa
-
6.523.000
2.390 5.500
10.560.000
13.145.000
3.893.500 0,58
6.622.000 1,02
analisis data menggunakan metode
analisis manfaat biaya (benefit-cost analysis). Pendekatan harga pada faktor biaya menggunakan pendekatan harga aktual (secara finansial) selama satu tahun
44
periode usaha (2 musim tanam). Hasil benefit cost analysis untuk bioindustri tanaman adalah 1,02 artinya model bioindustri tanaman yang telah berintegrasi dengan ternak yang diterapkan oleh petani kooperator dapat meningkatkan hasil dan layak untuk dilaksanakan oleh petani kooperator dan non kooperator lainnya.Model bioindustri tanaman yang telah berintegrasi dengan ternak yaitu memanfaatkan limbah ternak (urin dan kotoran) sebagai pupuk organik cair dan insektisida (urin ternak kambing). Dalam analisis tidak terdapat biaya yang dikeluarkan petani, hanya subsitusi penambahan tenaga kerja pada saat penyiangan dengan penyemprotan (dapat dilihat pada Tabel 1). Sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan oleh petani non kooperator memiliki nilai resiko yang tinggi bila dilaksanakan karena sangat bergantung kepada harga, bila harga pada saat panen di bawah harga yang diestimasi (Rp. 5.500), maka petani akan merugi (nilai B/C ratio dibawah <1). Kegiatan bioindustri ternak dilaksanakan pada lokasi yang berdekatan dengan penanaman tanaman kedelai, sehingga limbah serasah tanaman dapat langsung diolah menjadi pakan ternak. Input teknologi yang dimasukkan pada bioindustri ternak adalah alat pencacah serasah ternak (alat coper) untuk membantu mencacah serasah menjadi potongan-potongan kecil sehingga serasah dapat mudah terfermentasi dan ternak mudah mencerna pakan yang difermentasi. Blakely dan Bade (1991), menyatakan kambing dapat mengkomsumsi bahan kering lebih banyak di bandingkan ukuran tubuhnya (5-7 % dari berat badan), sedangkan pada sapi hanya 2-3% dari berat badannya. Berikut di bawah ini Tabel 2, hasil pertambahan bobot ternak kambing pada model bioindustri integrasi ternaktanaman di kelompok peternak kooperator.
45
Tabel 5.
Analisis pertambahan bobot ternak kambing pada model bioindustri integrasi ternak-tanaman.
Umur (tahun)
Jantan/Betina
N
Jumlah pakan hijauan (kg)
2,0 2,5 1,1 1,1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Jantan Jantan Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3,8 5,1 2,2 1,8 2,0 1,9 1,7 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8 1,7 1,7 1,5 1,6 1,5
Jumlah pakan konsentrat (kg) 0,4 0,5 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Bobot awal (kg)
Bobot akhir (kg)
38 51 22 18 20 19 17 18 18 18 18 18 18 17 17 15 16 15
66,5 81,0 45,1 42,0 42,2 42,5 41,0 39,0 40,8 41,1 42,0 41,3 41,7 39,0 39,6 37,7 45,1 42,0
Selain itu kambing juga dapat mencerna secara efesien pakan yang mengandung serat kasar tinggi dibandingkan dengan sapi atau domba (Blakely dan Bade, 1991). Pada model bioindustri ternak, ternak kambing yang dipelihara secara bersama oleh kelompok peternak kooperator yang dikandangkan ada 18 ekor, terdiri dari 2 jantan dan 16 betina yang berumur rata-rata 1 (satu) tahun. Jumlah pakan hijauan yang diberikan berupa rumput dan leguminose sebesar 10% dari bobot ternak dan konsentrat tambahan yang diberikan sebesar 10% dari jumlah hijauan (dapat dilihat pada Tabel 2). Pertambahan bobot akhir kambing
yang
dipelihara secara intensif selama 3 bulan berkisar 37%-61,5%.
46
V. KESIMPULAN Kegiatan model bioindustri berbasis integrasi tanaman kedelai dan
ternak kambing
menjadi salah satu cara dalam meningkatkan produktivitas
lahan kering melalui hubungan yang bersinergi melalui pemanfaatan limbah tanaman menjadi pakan ternak dan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk bagi tanaman. Perlu dilakukan replikasi model bioindustri berbasis integrasi tanaman-ternak di kecamatan lainnya. Integrasi yang dilakukan dapat dengan berbagai komoditi tergantung potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertambahan bobot akhir kambing yang dipelihara secara intensif selama 3 bulan berkisar 37%-61,5%. Hasil benefit cost analysis untuk bioindustri tanaman adalah 1,02 artinya model bioindustri tanaman yang telah berintegrasi dengan ternak yang diterapkan oleh petani kooperator .
47
DAFTAR PUSTAKA Blakely J dan Bade DH. 1991. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. BPS, 2005. Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 604 p. Karda IW, Spudiati. 2012. Meningkatkan Produktifitas Lahan Marginal Melalui Integrasi Tanaman Pakan dan Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. www.ntb.litbang.deptan.go.id [ 1 Mei 2012]. Malabay. 2008. Pendekatan sistem model causal loop diagram (cld) dalam memahami permasalahan penerimaan kuantitas mahasiswa baru di perguruan tinggi swasta. Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008). Auditorium Universitas Gunadarma, Depok. ISSN : 1411-6286. Mantau Z. 2015. Analisis Investasi Usahatani Kedelai Varietas Tanggamus Di Kabupaten Gorontalo (Suatu Pendekatan Analisis Manfaat-Biaya). ASE. Vol. 11: 1. 1 – 10. Maryono. 2010. Rekomendasi Teknologi Peternakan Veteriner Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. Munanto B. 2014. Perkandangan Ternak Kambing Sitem Kandang. http://kp4k.kulonprogokab.go.id/article-22-perkandangan-ternak-kambing-sistempanggung.html [6 Agustus 2015]. Nitis. 1992. Usahatani Sistim Tiga Strata. Balai Informasi Pertanian. Bali. Departemen Pertanian. Wilkinson JM, Wadephul F, Hill J. 1996. Silage in Europe: a survey of 33 countries. Welton, UK: Chalcombe Publications. http://hmrh.sith.itb.ac.id/mengenal-pertanian-bioindustri-berkelanjutan/ [01 Agustus 2015]. http://lolitsapi.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/350-model-pertanianbioindustri-berbasis-sapi-potong [6 Agustus 2015].
48