Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis Padi Palawija Badan
Litbang
Pertanian
mulai
tahun
2011
mencanangkan
“Model
Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)” sebagai program pembangunan pertanian. Program M-P3MI merupakan upaya mendukung program Kementerian Pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, eksport dan kesejahteraan petani. Implementasi program m-P3Mi di Sulawesi Tenggara dilaksanakan sejak tahun 2011-2013 di Desa Pangan Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan yang berbasis pada komoditas padi-Palawija. Kegiatan di lapang berbentuk unit percontohan berskala pengembangan padi-palawija berwawasan agribisnis. Unit percontohan secara holistik
meliputi
aspek
perbaikan
teknologi
produksi, pasca
panen, teknologi
perbenihan, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan sarana pendukung agribisnis. Proses pembelajaran dan diseminasi teknologi dalam uit percontohan itu dilakukan secara simultan berbasis Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC), sehingga spectrum diseminasi semakin meluas. Inovasi Teknologi Implementasi inovasi teknologi budidaya di Lokasi m-P3MI dilaksanakan pada tiga komoditas yakni Padi, Jagung dan Kedelai. Inovasi-inovasi yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut: 1) optimalisasi pemanfaatan lahan dengan sampai 3 kali tanam dalam setahun dengan pengaturan pola tanam palawija-padi-palawija. 2) perbaikan kesuburan tanah melalui pengapuran dan penggunaan bahan organik. 3) Penggunaan Varietas unggul baru (VUB),
varietas yang digunaka adalah pada
tanaman padi menggunakan Inpari 6, dan Inpari 14 dan 15. Komoditas kedelai menggunakan varietas Anjasmoro, Burangrang, Grobogan dan Argomulyo dan jagung menggunakan varietas Sukmaraga dan Bisi 2. 4) Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi menggunakan 5) Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTs) dan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTk).
Tabel 1. Inovasi teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai di Desa Pangan Jaya No
Komponen Teknologi
1
Pengaturan musim dan pola tanam Perbaikan kesuburan tanah Penggunaan Varietas Unggul Baru Pengaturan Jarak Tanam Penggunaan benih bermutu/ Berlabel Penanaman bibit muda (15 hari) Pemupukan berimbang Pengendalian HPT Panen tepat waktu
2 3 4 5 6 7 8 9
Padi √
Komoditas Jagung √
Kedelai √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
Kelembagaan Pada dasarnya dalam M-P3MI, inovasi kelembagaan meliputi pemberdayaan kelembagaan yang telah ada serta menumbuhkan kelembagaan yang dirasa perlu. Pertimbangan dalam menumbuhkan kelembagaan adalah sejauh mana kebutuhan dan kepentingan tersebut dan apakah fungsi dari kelembagaan tersebut sudah atau dapat dijalankan oleh kelembagaan yang sudah ada. Kelembagaan sebelum dan setelah mP3MI di Desa Pangan jaya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kelembagaan sebelum dan setelah m-P3MI di Desa Pangan Jaya Sebelum Setelah No Kelembagaan Petani m-P3MI m-P3MI 1. Gapoktan Kurang aktif Aktif 2. Jumlah kelompok tani 6 klp 9 klp 3. P3A Aktif Aktif 4. Kelembagaan Alsintan Tidak ada Ada 5. KUD Ada ada 6. Kelompok Penangkar Tidak ada ada 7. Permodalan (Lumbung Pangan) Tidak ada ada 8. Unit Produksi Pupuk Organik (UPPO) Tidak ada Ada
Produktivitas dan jumlah Adopter teknologi Rata-rata produktivitas tanaman di Desa Pangan Jaya pada semua komoditas mengalami peningkatan kegiatan di atas 50%. Jumlah petani yang mendadopsi teknologi juga mengalami peningkatan. Produktivitas dan jumlah adopter tekologi yang diintroduksi disajikan pada Table 3 . Tabel 3. Produktivitas tanaman sebelum dan Sesudah m-P3MI di Desa Pangan jaya No
Komoditas
Produktivitas (ton/ha) Sebelum Sesudah 2.5 4.3
Ton 1.8
Perubahan % 72
1.
Padi
2.
Jagung
2
4.1
2.1
105
3.
Kedelai
0.7
1.1
0.4
57
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Adopter dan Luas Adopsi m-P3MI No
1 2 3
Komoditas
Padi Jagung Kedelai
Jumlah Adopter Teknologi (Orang) Awal Saat ini (2011) (2013 8 40 6 57 10 122
Luas (ha) Awal (2011) 4 2 20
Saat ini 2013) 25 35 90
Pendapatan Nilai pendapatan usahatani sangat ditentukan oleh produktivitas, harga komoditas yang dihasilkan dan biaya produksi. Di Lokasi m-P3MI terjadi perubahan pendapatan pada usahatani padi menjacapai 463.1%. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perubahan peningkatan produktivitas yang mencapai 72% dan harga gabah yang meningkat tajam dari Rp. 1.800 sebelum m_p3MI menjadi Rp. 3000 setelah pelaksanaan m-P3MI. Meskipun dari sisi biaya produksi juga terjadi kenaikan setelah mP3MI, namun hanya mencapai 20%. Demikian juga halnya pada usahatani kedelai terjadi perubahan pendapatan sebesar 255,2%. Hal ini disebabkan oleh nilai jual kedelai dari Rp. 5000 menjadi Rp. 8000 dan terjadinya peningkatan produktivitas dengan persentase perubahan sebesar 57%. Perubahan produktivitas tertinggi pada komoditas jagung yang mencapai 105% namun karena harga jagung yang mengalami
penurunan dari sebelum m-P3MI mencapai Rp. 2.500, menjadi Rp. 2000 setelah mP3MI menyebabkan pendapatan pada usahatani ini rendah dibanding komoditas padi dan kedelai yang hanya meningkat sebesar 40,5%. Tabel 5. Perubahan Penerimaan, biaya Produksi dan PendapatanSebelum dan Sesudah m-P3MI No A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3.
Komoditas Penerimaan Padi Jagung Kedelai Biaya Padi Jagung Kedelai Pendapatan (A-B) Padi Jagung Kedelai
Nilai (Rp) Sebelum Sesudah
Perubahan Rp
%
5,400,000 6,250,000 4,800,000
12,900,000 8,200,000 8,800,000
7,500,000 1,950,000 4,000,000
138.9% 31.2% 83.3%
3,956,500 3,982,000 3,497,000
4,772,000 5,013,600 4,172,000
815,500 1,031,600 675,000
20.6% 25.9% 19.3%
1,443,500 2,268,000 1,303,000
8,128,000 3,186,400 4,628,000
6,684,500 918,400 3,325,000
463.1% 40.5% 255.2%
Foto Kegiatan
Kegiatan temu Lapang
Penandatanganan Nota Kesepatakan Bersama Antara Gapoktan-PT. SHS-Dinas Pertanian dan BPTP Sultra
Temu Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan M-P3MI, dilaksanakan di Aula Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Konawe Selatan
Jagung Sukmaraga
Kegiatan pasca panen Padi
Pertanaman kedelai