II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
PENELITIAN GEOLOGI MEDIS DAERAH LEBONG TAMBANG KABUPATEN LEBONG, PROVINSI BENGKULU
Ridwan Arief 1), Mulyana Sukandar 1), Candra Putra 1), Sri Erni Budhiastuti 1), Misdawarni 2) dan Suratno 2) 1) 2)
Pusat Sumber Daya Geologi
Pusat Penilitian dan Pengembangan Kesehatan
SARI
“Pencemaran yang teridentifikasi di daerah penelitian adalah merkuri dan logam berat yang disebabkan kegiatan penambangan emas meliputi : proses amalgamasi dan sianidasi, ceceran tailing dan proses penggarangan atau pemurnian emas.
Hasil evaluasi melalui metode hirarki secara semantic differential menunjukkan bahwa tidak ada aspek lingkungan signifikan, karena angka semuanya masih berada di bawah 380.000. Hanya dua komponen lingkungan yang tinggi yaitu tercemarnya air sungai ditinjau dari sebarannya mulai dari Hulu Sungai Ketenong hingga simpangan dengan Sungai Ketaun, sungai di Tambang Sawah dan sungai kecil di Lebong Tambang dan resikonya terhadap kesehatan masyarakat, keduanya telah terpapar dan terkontaminasi limbah cair dengan parameter dominan berupa BOD, COD dan unsur-unsur logam berat yaitu Hg, Pb, As dan Cd, tetapi itupun tidak sampai 380.000. Sesuai dengan kriteria analisis signifikan terhadap aspek lingkungan, maka tidak signifikan bila hasil evaluasi menunjukkan nilai 1– 380.000, kemudian cukup signifikan bila 380.001-760.000 dan signifikan apabila 760.001-1.140.000. Secara menyeluruh dampak yang diakibatkan tersebut tidak signifikan, tetapi limbah cair dan limbah udara memiliki peluang paling berpengaruh terhadap lingkungan. Data hasil analisis limbah cair dari Hg, Pb, As dan Cd menunjukkan hanya konsentrasi Hg yang paling dominan, melebihi nilai ambang batas yang ditentukan berdasarkan baku mutu limbah cair. Dampaknya terhadap kesehatan masyarakat perlu pengujian dan diagnosis lebih lanjut, tidak hanya pada unsur merkuri saja tetapi unsur logam berat seperti Pb, As, Cd, Cr 6+ dan lain-lainnya. Pengujian langsung dimana kontak antara bahan pencemar dan lingkungan masyarakat (masyarakat terpajan) sebagai bio-marker melalui media darah, urine ataupun rambut sangat urgen untuk dilakukan disamping bio-indikator lainnya.
’’
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
LATAR BELAKANG Kegiatan PETI (Penambangan Tanpa Izin) untuk penambangan emas di wilayah Kabupaten Lebong, telah menghasilkan sisa-sisa bahan galian/ tailing yang mengandung merkuri/air raksa, selain itu di dalamnya kemungkinan terdapat juga unsur mineral berbahaya dan logam berat lainnya. Lokasi kegiatan tersebut umumnya, terletak di sekitar pemukiman penduduk yang cukup padat dan dekat dengan lingkungan pesawahan serta perkebunan. Dilatar belakangi oleh adanya kegiatan PETI tersebut, berkemungkinan dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, maka perlu dilakukannya penelitian geologi medika di wilayah tersebut.
Lokasi Penelitian Lokasi daerah kegiatan secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Pinang Belapis dan Lebong Utara, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Secara Geografis dibatasi oleh garis Bujur Timur 102°12’00”-102°18’05” BT dan Lintang Selatan 3°10’00”-3°17’00” LS. Pencapaian daerah kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat udara dari Jakarta ke Bengkulu, selanjutnya dari Bengkulu menggunakan kendaraan roda empat ke Kabupaten Lebong hingga lokasi penelitian. Peta lokasi daerah kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1.
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Geologi Daerah Penelitian
II.4
Daerah Hulu Ketenong ditempati oleh batuan muda berupa endapan alluvial, di sekitar S. Ketenong jenis batuan ini menempati daerah pedataran berupa pesawahan penduduk dan sebagian undak sungai yang tidak begitu luas, terdapat di sekitar barat laut daerah penelitian. Sedikit ditemukan adanya rempah vulkanik bersifat setempat menutupi batuan tua yang ada dibawahnya, jenis batuan ini terdiri dari lapukan batuan muda bersifat andesitik dan laharik. Beberapa lokasi yang ditempati batuan ini berupa undak-undak tua sebagai tempat berkonsentrasi mineral berat diantaranya emas dan mineral lainnya. Andesit tua berwarna abu-abu muda kebiruan, terubah tersilisifikasikan, sedikit lempungan, dengan fragmen andesit-basal, terbreksikan kuat, dimana jenis batuan ini dapat dikorelasikan dengan jenis batuan yang terdapat di dalam Formasi Hulusimpang. Jenis batuan inilah di Kabupaten Lebong dianggap sebagai pembawa mineralisasi logam, sehingga masyarakat sudah hafal betul ciri-ciri batuan ini dapat dijadikan petunjuk dalam mengejar mineralisasi di wilayah ini. Geologi Tambang Sawah secara dominan ditempati oleh batuan beku dalam yaitu diorit kuarsa, yang menerobos batuan vulkanik andesitik dengan ubahan silika dan lempung. Bagian permukaan banyak ditutupi oleh batuan muda berupa batuan vulkanik dan laharik terdapat di sekeliling wilayah Tambang Sawah, jenis batuan ini telah menyelimuti batuan tua sehingga susah untuk mencari singkapannya. Beberapa urat kuarsa dan breksi hidrotermal
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
telah menjadikan wilayah ini menjadi prospek, sehingga dikenal sejak Zaman Belanda dengan sebutan tambang emas dekat pemukiman. Endapan alluvial terletak agak jauh dari posisi wilayah prospek, kebanyakan berupa endapan alluvial Sungai Hulu Ketaun dan cabang-cabangnya. Geologi Lebong Tambang sudah dikenal sejak dulu yaitu berupa dinding patahan berarah barat laut-tenggara, di dalam batuan Formasi Hulusimpang yang terpatahkan kuat. Intrusi dasit terdapat dibagian baratnya sebagai batuan muda dari batuan tadi, akan tetapi pada tubuh intrusi tersebut terdapat juga mineralisasi emas, berupa urat-urat dan breksiasi. Batulempung merupakan batuan yang menutup batuan termineralisasi di wilayah ini tersingkap dibagian tengah daerah penelitian, sebagian termineralisasi juga, sedangkan bagian timurlaut ditutupi oleh laharik yang bersifat lempungan dengan fragmen andesitik. Jenis batuan ini sebagian mengandung pirit sangat kuat, tetapi tidak mengandung emas. Lava andesitik merupakan batuan vulkanik paling muda berwarna kehitaman, berongga, fresh, tidak mengalami ubahan terletak di bagian barat daya daerah penelitian. Formasi Hulusimpang merupakan susunan batuan vulkanik berumur Oligo-Miosen, di seluruh Provinsi Bengkulu keadaan batuan ini telah terubah dan termineralisasi. Jenis batuan ini tersebar luas hingga ke wilayah Arga Makmur yang berbatasan dengan Lebong, dimana Arga Makmur termasuk ke dalam Kabupaten Bengkulu Utara terkenal dengan Lebong Tandai dan Karang Suluh. Karang Suluh merupakan lokasi mineralisasi emas yang ditinggalkan Belanda, tetapi belum dikerjakan secara maksimal.
Hingga saat ini ada beberapa perusahaan asing yang sedang melakukan penyelidikan di wilayah ini.
Struktur Struktur patahan terdapat dibeberapa lokasi, diantaranya struktur utama yaitu Patahan Semangko dengan beberapa arah patahan lokal yang telah menjadi tempat kedudukan proses mineralisasi di wilayah ini. Daerah Hulu Ketenong telah terpatahkan dengan arah patahan membentuk sudut 30° dengan Patahan Semangko, dimana patahan tersebut sebagai control struktur di wilayah tersebut. Mineralisasi di Lebong Tambang dikontrol oleh patahan yang berarah barat laut-tenggara jenis patahan naik, dan sebagian kecil patahan berarah timur laut- barat daya, berupa patahan lokal jenis patahan normal. Selain itu ditemukan juga struktur kekar, lipatan kecil hingga drag fold, struktur perlapisan di dalam batuan sedimen. Lokasi Tambang Sawah merupakan mineralisasi tersendiri, yaitu berupa intrusi diorit kuarsa terhadap batuan vulkanik andesitik, sehingga struktur yang ditemukan hanya berupa urat-urat kuarsa yang berasal dari tarikan dan rekahan.
Pertambangan Pertambangan tanpa izin (PETI) emas telah lama dilakukan oleh masyarakat di wilayah Lebong Tambang, awal kegiatannya menurut informasi dimulai setelah Belanda menguasai daerah tersebut. Dimana sejarah terjadinya pertambangan emas di Lebong Tambang hampir bersamaan dengan penambangan emas di Rejang Lebong
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
dan Lebong Tandai. Selain di Lebong Tambang dilakukan juga di Tambang Sawah dan Hulu Ketenong, kemudian dilanjutkan ketika zaman penjajahan Jepang mengalahkan Belanda. Penambangan ini dilakukan secara tambang dalam dengan pemrosesan emas secara amalgamasi. Kegiatan penambangan tersebut berdampak luas terhadap lingkungan pada waktu yang akan datang, pada saat ini kemungkinan belum terlihat atau tidak memperlihatkan dampak negatif dan perlu diwaspadai untuk masa-masa mendatang. Penyakit yang paling diderita penduduk adalah ispa, kemungkinannya karena mereka memproses emas dengan menggunakan juga asam sulfat, kemudian dibakar sehingga asapnya sangat pekat dan bau menyengat sekali.
Bahan Galian Bahan galian logam menjadi hasil utama di daerah ini, diantaranya emas, perak, timbal dan seng. Sejauh ini mengenai bahan galian bukan logam atau bahan galian industri belum dapat dimanfaatkan dan dibeberapa lokasi terlihat adanya kegiatan pembuatan bata merah dan genteng. Penggalian pasir dan kerikil pada bantaran sungai, dilakukan disepanjang hulu Sungai Ketaun sehingga terlihat adanya pendangkalan sungai secara cepat akibat erosi dari hulu sungai hingga bagian tengah yang terdapat di perkampungan padat. Batu granit pernah dilirik investor terdapat di wilayah Tambang Sawah, pada bagian tepi intrusi tersebut terdapat air panas, hingga saat ini tem-
II.4
pat tersebut dijadikan pemandian air panas. Granit berwarna abu-abu sebagian kompak dan sebagian besar terkekarkan kuat, hal ini telah menurunkan kualitas granit tersebut untuk dikelola menjadi bahan aksesori bangunan. Batubelah diambil dari bongkah-bongkah andesit berwarna abu-abu tua, kompak dan keras, sehingga kualitasnya cukup baik untuk bangunan bertingkat dan fondasi jalan raya. Bongkah-bongkah mangan ditemukan juga di sekitar Tambang Sawah, akan tetapi sebarannya kurang begitu banyak sehingga sulit untuk diberdayakan.
PEMBAHASAN Penelitian geologi medis yang telah dilakukan di Kecamatan Pinang Belapis dan Kecamatan Lebong Utara, memperlihatkan adanya suatu zonasi endapan logam berat yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar tambang. Hal tersebut setelah dilakukan pengambilan conto dan pengamatan di lapangan, terlihat adanya kemungkinan dampak terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Perolehan data dan informasi di lapangan dan hasil analisis kimia terhadap 42 conto diantaranya, conto stream sediment, conto tanah, conto batuan, conto tailing dan air, dapat dilihat hasilnya seperti tercantum di bawah ini ;
Hasil Analisis Kimia Conto Stream Sediment Pengambilan conto stream sediment/enda-
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
pan sungai dilakukan di lokasi dekat kegiatan penambangan hingga sejauh > 5 km kearah down stream/ ke muara sungai. Pemercontoan endapan sungai dilakukan berdasarkan pemikiran sejauh mana endapan logam berat tertransportasi, sehingga dapat dipantau melalui endapan sungai tersebut; Pada titik lokasi itu juga diambil conto air permukaan/air sungai untuk memantau beberapa logam yang terurai dan terlarut di dalamnya, lihat.
bil di dekat lokasi pemrosesan bullion, untuk memisahkan emas dari air raksa. Selain itu diambil juga di lokasi yang dianggap dekat dengan pengolahan emas denga menggunakan alat penumbuk dan tromol. Conto tanah pada umumnya berupa tanah yang benar-benar terbentuk di tempat tersebut/in situ, bukan berupa tanah hasil urugan atau pembuangan tanah pucuk bekas kegiatan perataan lokasi untuk dijadikan tempat pemrosesan emas.
Pengambilan conto endapan sungai untuk konsentrasi endapan logam berat, pada umumnya terkumpul di sekitar sebaran fragmen batuan berukuran kerakal hingga bongkahan. Secara tepatnya lebih baik di bagian tengah aliran sungai aktif, dengan cara penggalian untuk membuang tumpukan pasir dan kerikil kira-kira sedalam 40 cm.
Tanah diambil dengan cara membuat lubang untuk mengambil posisi antara horizon A dan horizon B, yang dianggap telah terjadi adanya pelarutan bahan kimia dari sisa proses pembakaran emas. Selain itu diambil juga pada tanah pucuk yang dekat dengan lingkungan kegiatan tambang, terutama adanya bekas penyimpanan batuan yang akan diproses. Conto tanah diambil sebanyak 7 buah di wilayah Hulu Ketenong, Tambang Sawah dan Lebong Tambang.
Sebanyak 10 conto endapan sungai memperlihatkan adanya mineral-mineral yang diendapkan bersama lempung, pasir, kerikil, kerakal hingga bongkah batuan. Conto endapan sungai terambil diperoleh ukuran butiran halus (-80#), kandungan Hg dari hasil analisis kimia yaitu antara 2,6 ppm-23,8 ppm, untuk Au diperoleh hasil antara 0,03 ppm-7,2 ppm, As antara < 2 ppm-32,0 ppm, Cd antara 2 ppm-6 ppm, Ag 4,0 ppm-49,0 ppm, Zn antara 54,0 ppm-180,0 ppm, Pb antara 40,0 ppm-124,0 ppm dan Cu antara 26,0 ppm-153,0 ppm. Pengambilan conto tersebut diambil di wilayah tambang rakyat yang masih aktif diantaranya di Hulu Ketenong, Tambang Sawah dan Lebong Tambang.
Hasil Analisis Kimia Conto Tanah Pengambilan conto tanah pada umumnya diam-
Hasil analisis kimia untuk conto tanah diperoleh adanya kandungan Hg antara 0,03 ppm-41,56 ppm, unsur Au antara 0,01 ppm-3,02 ppm, As antara 4,0 ppm-52 ppm, Sb antara < 2 ppm-16,0 ppm, Cd antara 3,0 ppm-7,0 ppm, Ag antara 7,0 ppm-24 ppm, Zn antara 26,0 ppm-173,0 ppm, Pb antara 52,0 ppm-130,0 ppm dan Cu antara 9,0 ppm-65,0 ppm.
Hasil Analisis Kimia Conto Batuan Pengambilan conto batuan diambil dari lubang tambang yang sedang aktif, hal ini dilakukan untuk mengetahui kadar unsur yang masih asli, sehingga dapat diketahui semua unsur yang ada di dalam batuan sebelum dilakukan penggerusan dan pengolahan. Jenis batuan terambil
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
berupa urat kuarsa kalsedonik berwarna abuabu, terlihat adanya tekstur koloform banding, mengandung pirit halus, sedikit khlorit dan mineral lempung, jejak-jejak argentit berwarna abu-abu tua secara setempat, stibnit berupa jarum halus (KL/05/R), sedangkan yang lain berupa urat kuarsa berwarna kecoklatan dengan kandungan pirit sangat halus, sedikit kalsedon dan mineral lempung, hematit berwarna kemerahan dan manganis mengisi rekahan (KL/13/R). Di Hulu Ketenong terlihat berupa urat kuarsa tebal 1,5m di dalam batuan terargilitisasi dan sebagian piritisasi diseminasi, memperlihatkan urat-urat pengisi rekahan yang membentuk sudut 30° dengan Patahan Semangko. Sedangkan di Tambang Sawah berupa urat-urat kuarsa di dalam andesit terubah yang diterobos oleh batuan dalam granodiorit, diorit dan andesit berupa batuan gang/retas. Pengambilan conto batuan di wilayah Lebong Tambang berupa pecahan batuan berukuran kerakal dari hasil penambangan, conto tersebut berupa urat kuarsa masif tidak memperlihatkan adanya tekstur batuan yang membentuk pola mineralisasi logam. Kandungan pirit sedikit sekali terlihat sebagian terlapuk dicirikan adanya limonitik berwarna coklat tua menggantikan pirit. Sebanyak 3 conto batuan diambil pada lokasi penelitian untuk conto batuan yang diambil di Hulu Ketenong diperoleh kandungan Au 85,02 ppm, Hg 3,97 ppm, Sb 2000 ppm, As 44 ppm, Cd 2,0 ppm, Fe 9305 ppm, Ag 3700 ppm, Mn 1399 ppm, Zn 342 ppm, Pb 337 ppm dan Cu 436 ppm. Di Tambang Sawah diperoleh hasil Au 1,06 ppm,
II.4
Hg 0,30 ppm, Sb 2,0 ppm, As 12,0 ppm, Cd < 0,05 ppm, Fe 2954 ppm, Ag 61,0 ppm, Mn 37,0 ppm, Zn 16,0 ppm, Pb 7,0 ppm dan Cu 9,0 ppm. Hasil analisis kimia batuan di Lebong Tambang diperoleh kandungan Au 0,54 ppm, Hg 0,17 ppm, Sb 3,0 ppm, As 5,0 ppm, Cd 2,0 ppm, Fe 1750 ppm, Ag 37,0 ppm, Mn 1933 ppm, Zn 52,0 ppm, Pb 24,0 ppm dan Cu 4,0 ppm.
Hasil Analisis Kimia Conto Tailing Pengambilan conto tailing berupa cairan yang mengandung lumpur dan atau berupa lumpur dengan butiran halus/lanauan dengan sedikit air. Pengambilan ditempat pemrosesan yang masih aktif, sehingga lumpur tersebut bertambah terus dan bercampur antara yang sudah lama dengan yang baru dibuang. Tailing kering dikumpulkan di dalam karung sebagian dijual dan diolah kembali dengan menggunakan sianida. Bekas pengolahan kedua ini sudah tercemar air raksa dan sianida terlarut. Para penambang pada umumnya tidak membuang tailing yang masih bisa diproses, akan tetapi dikumpul sehingga membentuk bukit kecil dipinggir tempat pengolahan. Apabila dimusim penghujan sebagian terbawa air kemana-mana terutama yang melakukan pemrosesan di dekat pemukiman, hal ini membahayakan untuk lingkungan di sekitarnya. Adapun hasil analisis kimia terhadap conto tailing diperoleh hasil, Hg 628 ppm–1548 ppm, Pb 15 ppm–86 ppm, As 12 ppm–58 ppm, Cd <0,05 ppm–2 ppm, Cu 11 ppm– 56 ppm, Zn 15 ppm –69 ppm, Ni 8 ppm–29 ppm, Ag 73 ppm–200 ppm, Cr 36 ppm–67 ppm dan Au 1613 ppb–6906 ppb. Hasil tersebut diambil dari 3 conto tailing dari 3 lokasi penelitian, masingmasing di Hulu Ketenong, Desa Tambang Sawah
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
dan Desa Lebong Tambang.
Hasil Analisis Air Sungai (Badan Air Penerima) Pengambilan conto air sungai di wilayah Kecamatan Pinang Belapis dan Kecamatan Lebong Utara, hasil analisisnya diperoleh nilai parameter untuk BOD antara 4,5 mg/l–27,2 mg/l (batas syarat kelas III = 3,0 mg/l), untuk COD 8,0 mg/l –48.0 mg/l (batas syarat kelas III = 25,0 mg/l), untuk Hg 0,06 ppb–4,71 ppb (batas syarat kelas III = 2,0 ppb), untuk Cd 0,01 mg/l–0,10 mg/l (batas syarat kelas III = 0,01 mg/l), untuk Timbal 0,01 mg/l–0,02 mg/l ( batas syarat kelas III = 0,03 mg/l, sedangkan untuk arsen hasil analisis dari air sungai diperoleh nihil. Pengambilan conto air sungai dimulai dari hulu sungai hingga ke muara, yang diperkirakan akan diperoleh hasil yang mempengaruhi keadaan lingkungan paska tambang.
Hasil Analisis Air Minum Pengambilan conto air minum diambil pada wilayah yang betul-betul terkena limbah pemrosesan hingga pembakaran bullion, diantaranya di desa Ketenong Ilir, kemudian di wilayah pemukiman di Desa Tambang Sawah yang padat penduduk dan wilayah pemukiman Desa Lebong Tambang. Penduduk setempat mengambil air minum jauh di atas wilayah batuan terubah dan termineralisasi, dengan cara pipanisasi sepanjang 1,5 km dengan pipa pralon besar ukuran 5–7 inci dan dibagikan ke masing-masing rumah dengan pipa pralon kecil ukuran 1,5–2,5 inci dan slang plastik. Hasil analisis 3 buah conto air minum yang
diambil dari ketiga wilayah penelitian tersebut hasilnya untuk Hg 0,01 ppb (kadar maksimal 1 ppb), untuk Cd 0,01 mg/l (kadar maksimal 0,003 mg/l), sedangkan yang lainnya nihil.
Hasil Analisis Air Limbah Air limbah merupakan air sisa pencucian yang ditampung di dalam kolam-kolam kecil, selanjutnya apabila airnya sudah bening sekali baru dibuang ke sungai. Setiap pengolahan emas ini terlihat adanya penampungan air limbah, mulai yang keruh hingga agak bening, mereka membuat penampungan tersebut, tujuannya adalah untuk mengolah kembali lumpur sisa pengolahan dengan dicampur asam sianida. Pengambilan conto air limbah sebanyak 3 conto diperoleh hasil analisis kimia, diantaranya untuk TSS (zat padat tersuspensi) 20 mg/l–24 mg/l (baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga 200 mg/l), Cd 0,01 mg/l (baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga 0,10 mg/l), timbal 0,09 mg/l (baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga 1,00 mg/l), Hg 0,05 mg/l–24,22 mg/l (baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga 0,005 mg/l), pH air menunjukkan nilai 6 (baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga 6–9), unsur lainnya yang merupakan logam berat dan kimia berbahaya tidak terdapat atau nihil.
Zonasi Sebaran Logam Berat di Wilayah Penelitian
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Hasil analisis kimia dari 42 conto terambil telah memberi gambaran bahwa zonasi unsur-unsur logam berat yang berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, diantaranya untuk Hg, As, Pb dan Cd yang teranalisis kimia secara pasti dapat dilihat dalam, (Gambar 4 s.d. Gambar 11).
Hasil Penelitian Geologi Medis Terhadap Lingkungan dan Masyarakat Diantaranya membahas tentang inventarisasi kondisi dan karakteristik lingkungan, yang dititik beratkan kepada interaksi satu dengan yang lainnya secara rinci dijabarkan sebagai berikut :
1) Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumber pencemar atau sumber perubahan diantaranya : • Rona lingkungan awal yang merupakan lingkungan geologi yang berperan sebagai penghasil material geologi, • Lingkungan pertambangan dalam hal ini penambangan emas, • Proses pengolahan emas, dan • Timbunan limbah (padat, tailing). 2) Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak dan berpengaruh terhadap kesehatan dengan segala komponen dan sifatnya diantaranya : • Sumber air (air minum), • Tanah/daratan, • Air sungai (badan air penerima), • Kualitas Udara, • Biota, dan • Sosekbud masyarakat sekitarnya. 3) Kontak antara bahan pencemar dan lingkungan masyarakat (masyarakat terpajan).
II.4
4) Informasi dampak kesehatan lingkungan masyarakat di sekitar kegiatan. Berdasarkan simpul-simpul informasi tersebut, perlunya pengembangan dan pengelolaan lingkungan terhadap penanganan limbah yang dibuang. Pemaparan lebih jauh lagi untuk mengetahui tingkat resiko dan gangguan/bahaya, diperlukan penilaian terhadap resiko kesehatan masyarakat akibat kegiatan maupun limbah yang dibuang ke lingkungan. Identifikasi resiko kesehatan dengan prakiraan resiko terhadap segala perubahan, akan dikaji pada titik pemajanan dengan menggunakan matriks peluang, besaran, tingkat, frekuensi, sensitivitas dan nilai. Selanjutnya dilakukan pengukuran prakiraan analisis dengan aspek lingkungan signifikan dan evaluasi data outcome kesehatan, untuk menentukan dampak dari kegiatan tersebut. Pengujian dilakukan dengan membandingkan rona lingkungan awal dan kondisi lingkungan pertambangan saat ini, dengan komponen/ parameter lingkungan; sehingga dapat diketahui tingkat resiko kesehatan masyarakat.
Sumber Pencemar atau Sumber Perubahan Rona lingkungan awal sebagai lingkungan geologi yang menghasilkan material geologi, secara signifikan ditunjukkan dengan data hasil analisis terhadap unsur-unsur Hg, Pb, As dan Cd dari conto batuan, tanah dan air seperti Tabel 1. Konsentrasi masing-masing unsur logam turut berperan dengan kemungkinan adanya mineral-
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
isasi, dan memberi nilai bagi media lingkungan sekitarnya. Secara umum data konsentrasi Hg dari conto batuan sebesar 3974, 296, dan 174 ppb menunjukkan kelimpahan unsur dalam batuan yang normalnya antara 0,08 s/d 0,5 ppm. Konsentrasi Hg untuk conto tanah sebesar 468, 292, dan 560 ppb., dengan kelimpahan Hg dalam tanah secara normal kurang dari 300 ppb. Demikian halnya untuk unsur logam berat lainnya yaitu Pb, As dan Cd yang rata-rata memberikan nilai lebih terhadap kelimpahannya dalam tanah, batuan dan stream sediment secara normal, lihat Tabel 2. Sementara data hasil analisis conto air atau sumber air tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan maupun aktivitas. Hasil uji kualitas sumber air dianggap memenuhi dan lebih baik dari persyaratan baku mutu yang ditetapkan. Prakiraan resiko yang timbul dari rona lingkungan awal selain conto sumber air yaitu dengan adanya bukaan lahan terutama penambangan emas, adalah dalam hal memberikan andil terhadap sumber perubahan atau sumber pencemar bagi lingkungan sekitarnya. Jenis bahan pencemar yang dapat membahayakan kesehatan manusia salah satunya adalah logam berat. Zat yang bersifat toksik dan yang sering mencemari lingkungan diantaranya adalah Hg, Pb, As, Cd, Cu dan Fe. Logam-logam berat tersebut seperti Hg, Pb, As, dan Cd tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia, sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu
seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut. Walaupun sampai sekarang belum diketahui berapa waktu yang dibutuhkan oleh logam berat untuk masuk ke dalam tubuh sampai terserap oleh rambut, darah dan ginjal. Lain halnya dengan unsur-unsur logam Hg, Pb, As, Cd, Cu dan Fe merupakan unsur renik esensial untuk semua tanaman, hewan dan manusia; dan diperlukan pada berbagai sistem enzim. Unsur Cu dan Fe harus selalu ada pada makanan. Namun demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah agar unsur-unsur ini tidak kekurangan dan juga tidak berlebih. Oleh karena itu kedua unsur tersebut berdasarkan skala prioritas saat ini, tidak dilakukan pengujian dan pembahasan. Pembahasan lebih dititikberatkan dan dibatasi pada unsur Hg, Pb, As, dan Cd yang dampaknya berhubungan langsung dengan kesehatan manusia. Sumber limbah cair sebagai kontaminan yang ada di air permukaan (sungai) berasal dari proses amalgamasi. Tabel 3, memperlihatkan bagaimana karakteristik pencemar limbah cair telah berkontribusi secara kuantitatif dilihat dari parameter kuncinya seperti pH dan parameter logam berat lainnya. Kandungan Hg dan logam berat lainnya dalam sungai bersifat fluktuatif dan selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan tingkat aktivitas penambangan, aktivitas pengolahan secara amalgamasi, curah hujan, debit air, termasuk juga kualitas dan skala penggunaan merkuri yang diperdagangkan. Data pengujian kualitas limbah cair menunjukkan hanya unsur Hg yang dominan. Konsentrasi
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Hg telah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan berdasarkan baku mutu limbah cair. Sekalipun pengambilan conto tidak cukup representatif namun dari nilai tersebut telah memberikan gambaran, bahwa effluence limbah cair tidak melalui pengolahan (tidak memiliki IPAL) yang diwajibkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya selain limbah cair, dihasilkan juga by product yang merupakan residu atau sisa pengolahan yang disebut tailing. Tailing terdiri dari berbagai jenis dan biasanya berupa bubur dengan kandungan air cukup tinggi, berwarna abu-abu gelap atau berwarna mengikuti jenis senyawa kimia lain yang digunakan, berat jenis yang lebih tinggi yaitu 1,40 kg/l, kandungan padatan antara 2-8 % dan disusun oleh bahanbahan kering berbutir kasar, mengandung banyak senyawa anorganik termasuk senyawa kimia yang berasal dari konsentrat. Hasil analisis diperoleh konsentrasi untuk berbagai unsur logam berat seperti pada Tabel 4. Sebagian besar penambang emas/pengolah emas menumpuk dan menimbun tailingnya dalam karung-karung bekas. Timbunan tailing tersebut ada yang diproses ulang jika dimungkinkan kandungannya masih berpotensi untuk di-recovery. Sebagian lagi, dan tidak sedikit, biasanya dikumpulkan untuk dijual. Tetapi penimbunan tailing yang ditumpuk terlalu lama dan biasanya disimpan untuk penggunaan dimasa mendatang, berpotensi mencemari dan merusak lingkungan. Hal tersebut akan menjadi masalah terutama adanya pembebasan logamlogam berat ke lingkungan akibat pelarutan air karena hujan atau banjir. Dari data di atas
II.4
konsentrasi unsur logam berat (Hg, Pb, As dan Cd) cukup tinggi dalam kontribusinya terhadap masalah lingkungan. Timbunan limbah padat selain tailing merupakan pemandangan yang umum dijumpai di lokasi pertambangan. Disamping mengurangi nilai estetika, kehadiran limbah padat yang tidak dikelola dengan baik berdampak pula terhadap laju aliran sungai terganggu, air tergenang, bahkan kemungkinan menimbulkan banjir. Limbah padat biasanya terdiri dari sisa-sisa logam besi (rongsokan) dari alat gelundungan, seng, kayu, kertas, kaleng, botol, drum, kantong plastik, karung bagor dan kerakal batu yang berserakan dimana-mana.
Komponen Lingkungan yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Air (Air Minum) Air minum berasal dari sumber mata air di lokasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang kualitasnya cukup baik sesuai hasil analisis dan persyaratan baku mutu yang ditetapkan. Sumber mata air ini digunakan oleh mayoritas penduduk dengan cara mengalirkan melalui paralon dan selang plastik yang didistribusikan ke tiap-tiap rumah. Sebagian dari air tersebut secara alami mengalir melalui sungai-sungai kecil yang bisa digunakan secara bebas oleh manusia maupun hewan dan bermuara menuju sungai-sungai utama yang lebih besar. Prakiraan resiko terhadap sumber air berasal dari perambahan hutan TNKS dan penamban-
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
gan emas jika dilakukan sampai ke bagian hulu. Tetapi resiko yang mungkin timbul bobotnya kecil karena TNKS merupakan taman nasional yang dijaga cukup ketat sebagai paru-paru dunia sehingga tidak mudah untuk mendapatkan ijin kegiatan atau masuk ke areal tersebut. Dengan demikian kecil bobot pengaruhnya terhadap penurunan kualitas air dari sumber mata air tersebut. Berdasarkan Hasil Pengamatan di Lapangan, dari Berbagai Sumber Pencemar Merkuri Terhadap Tanah/Daratan di Wilayah Pemukiman Meliputi Kegiatan : 1. Proses pengolahan emas dengan gelundung dilakukan di banyak tempat pada area pemukiman seperti pekarangan, kebun, maupun di samping atau belakang rumah, Ceceran tailing, timbunan maupun saluran tailing yang dibuat untuk ditampung dalam bak-bak kolam yang tersedia, 2. Proses penggarangan dan pemurnian emas. Dengan adanya kegiatan tersebut akan beresiko dan berdampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hasil analisis terhadap conto tanah yang diambil di lokasi pemukiman menunjukkan peningkatan konsentrasi yang cukup tinggi seperti pada Tabel 5. Konsentrasi yang tinggi tersebut terutama untuk logam berat Hg dan Pb jika dibandingkan dengan rona lingkungan awalnya. Prakiraan resiko yang timbul karena aktivitas pengolahan emas dengan gelundung bobotnya sedang, karena bahan pencemar tidak berdampak langsung terhadap
masyarakat. Dampak langsung kemungkinan terjadi melalui tanaman/tumbuhan maupun binatang peliharaan seperti itik, ayam, ikan dan lain-lain, yang memanfaatkan lahan sekitarnya sebagai media. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengambilan conto terhadap bio-indikator di lokasi kegiatan. Untuk kegiatan geologi medis yang akan datang, masalah bio indikator ini diharapkan menjadi perhatian sehingga dapat ditindaklanjuti dan dilakukan pengambilan contonya. Bio indikator menjadi penting karena merupakan petunjuk ada tidaknya perubahan, melalui analisis kandungan logam atau senyawa kimia tertentu yang terdapat di dalam khewan atau tanaman, hasil analisis terhadap conto tanah, merupakan dasar pemikiran bahwa adanya kandungan logam berat tersebut akan mempengaruhinya, seperti yang tercantum di Tabel 4-5.
Air Sungai (Badan Air Penerima) Parameter Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan parameter yang menunjukkan bahwa kualitas air sungai telah tercemari atau tidak dilihat dari nilai kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi nilai BOD dalam air sungai berarti semakin tinggi pula kebutuhan oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk mengurai melalui proses aerob. Hal ini dapat dilihat dari data hasil analisis kimia seperti pada Tabel 6. Konsentrasi BOD sangat tinggi untuk semua conto air sungai yang diambil, dimana nilainya telah melampaui batas syarat kelas III yaitu sebesar 3. Sebaliknya konsentrasi COD hanya
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
diwakili oleh 2 conto air sungai yaitu KL/11/A dan KL 12/A dengan nilai sebesar 24,00 dan 40,00 ppm. Dengan demikian air sungai untuk kedua conto tersebut telah terkontaminasi dan telah melampaui batas syarat yang ditentukan baik secara aerob (BOD) maupun anaerob (COD) yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. Selanjutnya teridentifikasi pula untuk conto KL/02/A, KL/20/A, KL/30/A dimana air sungai yang telah terkontaminasi oleh adanya limbah cair tersebut masih memiliki kandungan unsur logam berat seperti Cd, dan Hg yang melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Prakiraan resiko terhadap air sungai (badan air penerima) tidak hanya berasal dari limbah cair hasil proses amalgamasi tapi juga dari rona lingkungan awal, air limbah pertambangan maupun limbah domestik yang dibuang oleh masyarakat sekitarnya. Tapi resiko yang mungkin timbul kemungkinan bobotnya besar dan akan jauh lebih besar lagi sejalan dengan laju peningkatan dan intensitas pertambangan emas di masa yang akan datang.
Kualitas Udara Kualitas udara ambient di lokasi kegiatan masih cukup baik sekalipun adanya polusi udara dari kegiatan pemisahan emas dengan nitrat dan pemurnian dengan pemijaran/penggarangan. Kondisi tersebut cukup beralasan karena udara sekitarnya masih cukup segar, yang ditopang oleh banyaknya supply oksigen bebas dari pohon-pohonan yang asri dan terutama dari lingkungan hutan taman nasional yang pohonpohonnya cukup lebat. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengambilan conto udara sesuai dengan parameternya,
II.4
namun ke depan diharapkan kualitas udara di lingkungan pertambangan menjadi prioritas untuk diperhatikan. Prakiraan resiko terhadap kualitas udara yang berasal dari proses pemisahan dan pemurnian emas seperti dijelaskan di atas, merupakan sumber pajanan logam berat yang dapat mengkontaminasi udara dan berpotensi terhadap dampak kesehatan lingkungan sekitarnya. Tapi resiko yang mungkin timbul bobotnya sedang, dengan asumsi dimana kegiatan dilakukan dengan prosedur operasional standar (SOP) yang benar.
Biota (Flora/Fauna) Prakiraan resiko terhadap biota darat/air berasal dari limbah cair maupun proses pelindian dari timbunan tailing yang dibuang ke sungai dan daratan. Resiko yang mungkin timbul dalam jangka panjang adalah punahnya sebagian mikroorganisme atau tumbuhan serta berdampak negatif. Tetapi karena alam masih memiliki kemampuan adaptif dan pemulihan diri yang baik, yaitu dengan adanya pengenceran air sungai maupun proses suksesi sehingga bobotnya kecil. Resiko dengan bobot besar akan terjadi dimungkinkan apabila pembuangan limbah cair dilakukan secara rutin dan dalam jumlah yang besar.
Struktur Kependudukan/Masyarakat Struktur penduduk selalu berubah kadang bertambah, dengan adanya masyarakat luar daerah yang datang untuk melakukan penambangan.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Pola sebaran manusia tidak merata dan komposisi bercampur berbagai suku namun hidup dalam kerjasama yang baik. Diperkirakan jumlah penambang di tiga lokasi sebanyak 1070 orang dengan jumlah KK sebanyak 42. Perubahan stuktur yaitu perubahan dalam jumlah maupun komposisi akan memberikan pengaruh sosial, ekonomi dan politis terhadap penduduk yang tinggal di sekitar wilayah. Prakiraan resiko terhadap kependudukan berasal selain dari perubahan struktur di atas, juga dimungkinkan jika banyak pihak investor yang datang melakukan penambangan baru di tempat lainnya. Resiko lainnya adalah adanya pembebasan lahan bagi pembukaan tambang baru yang memungkinkan timbulnya perpindahan sebagaian penduduk yang diprakirakan bobotnya sedang.
Pendapatan Para Penambang Prakiraan resiko yang timbul adanya aktivitas penambangan terhadap pendapatan berasal dari ketidakpastian hasil emas yang diperoleh. Lokasi tempat pengambilan batuan kadar emasnya kadang-kadang tidak dapat diprediksi. Ada satu sisi kondisi dimana perolehan emas dihasilkan cukup besar dan ini berkaitan dengan pendapatan meningkat. Tapi pada sisi lainnya dan bahkan lebih sering, emas yang diperoleh jumlahnya lebih sedikit dari biasanya sehingga pendapatan menurun yang berakibat harus menanggung segala resiko yang terjadi. Tetapi resiko itu bobotnya kemungkinan sedang karena kegiatan penambangan dengan segala akibatnya sudah mereka pahami jauh
sebelumnya.
Estetika Lingkungan Prakiraan resiko yang timbul adanya aktivitas penambangan terhadap estetika lingkungan berasal dari munculnya bangunan-bangunan gubuk yang kumuh, pembuangan limbah cair ke sungai yang berakibat keruhnya muka air, juga adanya penumpukan dan timbunan limbah padat dan tailing yang memberikan dampak negatif terhadap nilai-nilai estetika lingkungan sekitarnya. Bobotnya sedang karena ditopang oleh lingkungan alam pegunungan yang masih hijau dan asri.
Kontak Antara Bahan Pencemar dan Lingkungan Masyarakat Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian dan pengambilan conto baik terhadap bio-indikator maupun terhadap darah, urine, atau rambut. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kontak antara bahan pencemar dan lingkungan masyarakat (masyarakat terpajan) berdampak terhadap kesehatan masyarakat memang sangat penting. Diharapkan untuk penelitian geologi medis yang akan datang, masalah bio indikator maupun terhadap darah, urine, atau rambut dapat menjadi perhatian sehingga dapat ditindaklanjuti dan dilakukan pengambilan contonya terhadap pelaku tambang melalui media tersebut; agar penelitian lebih terarah dan komprehensif.
Informasi Dampak Kesehatan Lingkungan Masyarakat di Sekitar Kegiatan
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Dalam penelitian mengenai aspek kesehatan masyarakat dilakukan pengumpulan data dan informasi dengan cara diskusi dan wawancara dengan penduduk, penambang emas, dan dengan petugas Puskesmas/Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong. Pendataan aspek kesehatan tersebut meliputi angka kesakitan, angka kematian, jumlah dan status penduduk (anak, perempuan, dan laki-laki), penyakit, dan lainlain. Berdasarkan kesimpulan didapat berbagai penyakit yang umum dijumpai di masyarakat yaitu TBC, penyakit kulit, asma, dan batuk. Prakiraan resiko terhadap kesehatan masyarakat berasal dari kualitas udara yang tercemar karena adanya proses pemisahan dan pemurnian emas, tailing, penggalian terowongan dalam, dan juga dari limbah cair proses amalgamasi yang menghasilkan sebaran dampak terhadap air sungai maupun tanah sebagai media kehidupan yang digunakan oleh masyarakat. Dampak negatif tersebut dicirikan dari kandungan logam beratnya dan parameter udara yang bersifat toksik. Resiko yang timbul diprakirakan bobotnya sedang, karena penyakit yang muncul belum bersifat epidemi. Penjelasan dari uraian rona lingkungan awal dan parameter dominan merkuri dari limbah proses pengolahan emas seperti tersebut di atas, selanjutnya dapat diidentifikasi dan diperkirakan resiko limbah merkuri terhadap komponen lingkungan seperti pada Tabel 7. Selanjutnya untuk mengetahui lebih jauh resikonya terhadap kesehatan, pendekatan dilakukan melalui Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). ARKL ini untuk mencermati potensi besarnya resiko yang dimulai
II.4
dengan memerikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan resiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan pertambangan. Analisis resiko kesehatan lingkungan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat ini atau di masa lalu. Dalam analisis ini akan digunakan tiga metoda pendekatan analisis yaitu analisis kualitatif, semi kuantitatif dan analisis signifikan lingkungan, Tabel 8 s.d. Tabel 13. Matriks penilaian resiko digunakan pendekatan secara analisis semi kuantitatif dengan menggunakan metode scoring system yang menggabungkan unsur frekuensi, besaran, sensitifitas untuk mendapatkan tingkat resiko seperti pada Tabel 4-14. Dengan demikian dapat disimpulkan resiko limbah cair dan limbah udara karena adanya aktivitas penambangan emas dampaknya terhadap komponen lingkungan memiliki resiko sedang. Analisis dengan aspek signifikan lingkungan dengan menggunakan metode hirarki secara semantic differencial untuk suatu acuan/matriks kualitatif. Melalui matriks tersebut digunakan metode atau cara hirarki tingkatan yang dirangking berdasarkan seberapa sering resiko akan terjadi dan besaran dirangking berdasarkan kuat dan hebatnya dampak yang diperkirakan terjadi. Tabel 4-15.
Hasil Perhitungan Kriteria Analisis Terhadap Aspek Lingkungan Sesuai dengan kriteria analisis signifikan terhadap aspek lingkungan maka tidak signifikan
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
bila hasil evaluasi menunjukkan nilai 1-380.000, kemudian cukup signifikan bila 380.001–760.000 dan signifikan bila 760.001-1.140.000. Ternyata dari hasil evaluasi tidak ada aspek lingkungan signifikan, karena angka semuanya masih berada di bawah 380.000. Hanya dua komponen lingkungan yang tinggi yaitu tercemarnya badan air penerima (sungai) dan dampaknya terhadap aspek kesehatan masyarakat apabila mereka menggunakannya, tetapi itupun tidak sampai 380.000.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penambangan yang dilakukan oleh penduduk Kabupaten Lebong di wilayah Kecamatan Lebong Utara dan Kecamatan Pinang Belapis, dilakukan secara tradisional yaitu dimulai dengan pembuatan lobang, penggalian bahan yang mengandung emas, peremukan, pengolahan secara amalgamasi dengan menggunakan tromol dan terakhir pemisahan emas dengan cara pembakaran. Pendekatan secara analisis kualitatif menunjukkan komponen lingkungan yang memiliki resiko cukup tinggi yaitu, air sungai (badan air penerima) dan kesehatan masyarakat. Kedua komponen lingkungan tersebut telah terpapar dan terkontaminasi oleh adanya limbah cair dengan parameter dominan berupa unsurunsur logam berat yaitu Hg, Pb, As dan Cd serta limbah udara dengan berbagai parameternya dari kegiatan penambangan emas.
Secara menyeluruh dampak yang diakibatkan tersebut tidak signifikan, tetapi limbah cair dan limbah udara memiliki peluang paling berpengaruh terhadap lingkungan. Data hasil analisis limbah cair dari Hg, Pb, As dan Cd menunjukkan hanya konsentrasi Hg yang paling dominan, melebihi nilai ambang batas yang ditentukan berdasarkan baku mutu limbah cair. Dampaknya terhadap kesehatan masyarakat perlu pengujian dan diagnosis lebih lanjut, tidak hanya pada unsur merkuri saja tetapi unsur logam berat seperti Pb, As, Cd, Cr 6+ dan lain-lainnya. Pengujian langsung dimana kontak antara bahan pencemar dan lingkungan masyarakat (masyarakat terpajan) sebagai bio-marker melalui media darah, urine ataupun rambut sangat urgen untuk dilakukan disamping bio-indikator lainnya. Hasil evaluasi melalui metode hirarki secara semantic differential menunjukkan bahwa tidak ada aspek lingkungan signifikan, karena angka semuanya masih berada di bawah 380.000. Hanya dua komponen lingkungan yang tinggi yaitu tercemarnya air sungai ditinjau dari sebarannya mulai dari Hulu Sungai Ketenong hingga simpangan dengan Sungai Ketaun, sungai di Tambang Sawah dan sungai kecil di Lebong Tambang dan resikonya terhadap kesehatan masyarakat, keduanya telah terpapar dan terkontaminasi limbah cair dengan parameter dominan berupa BOD, COD dan unsur-unsur logam berat yaitu Hg, Pb, As dan Cd, tetapi itupun tidak sampai 380.000. Sesuai dengan kriteria analisis signifikan terhadap aspek lingkungan, maka tidak signifikan bila hasil evaluasi menunjukkan nilai 1– 380.000, kemudian cukup signifikan bila 380.001-760.000 dan signifikan apabila 760.001-1.140.000.
Saran
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Perlu dilakukannya bimbingan dan arahan terhadap para penambang tradisional, mengenai pemakaian peralatan kerja, keselamatan kerja, pembuatan lobang tambang dengan ukuran lobang yang aman, pembuangan air limbah, pembakaran bullion dan pemanfaatan bahan galian secara benar. Untuk itu perlu pengkajian ke depan secara timbal balik, hubungan antara dampak dan gangguan dari kegiatan terhadap kesehatan lingkungan, melalui pendekatan paradigma geologi medis dalam konteks analisis dampak kesehatan dan analisis resiko kesehatan lingkungan/masyarakat. Berkaitan dengan aspek kesehatan masyarakat, perlunya dibangun kerjasama kemitraan dengan dinas kesehatan dalam melakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh hasil yang lebih baik, akurat dan representatif. Penelitian secara timbal balik aspek kegeologian dan aspek kesehatan dalam paradigma geologi medis akan lebih bersinergi, jika dilihat tidak hanya kepada unsur-unsur yang berkontribusi dampaknya secara negatif terhadap penyakit, tetapi juga yang berdampak positif untuk pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA Bagdja P., Sumartono, Iskandar A. dan Ahdiat A., 1990. Laporan Pendahuluan Penyelidikan Geokimia Regional bagian lembar peta Bengkulu A, skala 1 : 80.000. Direktorat Sumber Daya Mineral Bandung. Bappeda Kabupaten Rejang Lebong, 2002. Per-
II.4
encanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi bengkulu. Provinsi Bengkulu 2002. Danny Z.H. dan Rusman R., 1984. Laporan Pendahuluan Eksplorasi Mineral Logam Terperinci Tingkat I, daerah Lebong Tambang, Muara Aman, Kecamatan lebong Utara, Kabupaten Rejang lebong, Bengkulu. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral bandung. Eckenfelder, W.W (1989), Industrial Pollution Control, Mc. Graw Hill Book Co, New York, USA. Ehler, 1980, Operation of Municipal Wastewater Treatments Plants (Vol II),vvvPenerbit, Water Env. Fed, 601 Wytne Street Alexandria, USA. Gafoer S. dkk, 1982. Peta Geologi Lembar Bengkulu, Sumatra sekala 1 : 250.000 P3G Bandung. Gafoer S., Amin T.C. dan Pardede R., 1992. Geologi Lembar Bengkulu, Sumatra. Sekala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung. Gafoer S and Purbo-Hadiwidjojo, M.M., 1986. The Geology of southern Sumatra and its bearing on the occurrence of mineral deposits. Bull. Geol. Res. Dev. Centre, Bandung, 12: 15-30. Ilyas, Y., 1995, Eksplorasi pendahuluan sumberdaya bahan galian industri di daerah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, ProceedingDSM No.10, ISSN : 0216-0811. Jobson D.H. et al., 1993. Structural Controls and Genesis of Epithermal Gold-bearing breccias at The Lebong Tandai Mine, Western Sumatra, Indonesia.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Department of Geology, University of Southampton, Southampton SO9 %NH,UK. Kandeigh, Charles, 1980, Ecology, Prentice Hall of India, New Delhi. KepMenKes., 2001, Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, No.876/SK/VIII. Katili J.A., 1974 Geological environment of the Indonesian Mineral Deposits – A Plate Tectonic Approach. Seri Geologi Ekonomi No.7. 12p. Kepmen No. 150/2001 dan No. 1915/2001, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta 2001. Metcalf & Eddy (1993), Wastewater Engineering, Treatment and Reuse 3 th Ed. Singapore,, Mc. Graw Hill Inc.
1994. Peta geologi daerah Tambang Sawah dan Muara Aman, sekala 1 : 100.000. Direktorat Inventarisasi dan Sumber Daya Mineral Bandung. Sufra, I., 1996, Hasil eksplorasi di daerah Tanjungdalam, Kec. Ketahun, Kab. Bengkulu Utara, Kumpulan Makalah-DSM No.12, ISSN : 02160811. Sumartono dkk, 1994. Penyelidikan geologi dan geokimia Daerah S Nokan dan sekitarnya, Argamakmur, Propinsi Bengkulu Utara, 1994, Direktorat Sumber daya Mineral, Bandung. Tim Penyusun., 2006, Prosedur Analisis Laboratorium Fisika dan Kimia Terpadu Conto Pasir Besi, Bidang Informasi PMG-BG. Wardana W.A (1999), Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Pertama, Andi Offset, Yogyakarta
MapInfo database, tidak dipublikasi. Muchsin, A.M., dkk., 1997, Atlas Geokimia Daerah Sumatera Bagian Selatan, Program Kerjasama Teknik DSM-BGS. Operating Mines (CoW and KP), 1999. Asian Journal Mining, Indonesia Mineral Explorations and Mining,Directory 1999/2000 Reynold and Richard (1996), Unit Operation and Process In Enviromental Engineering 2 nd ed., Boston PWS, Publishing Company. SK-SNI (1989), Metode Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air. M-02-1989-F. Soleh A., Djumsari A., Ahdiyat A. dan Lahar H,
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Geologi Medika di daerah Lebong Tambang dan Sekitarnya, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.
Gambar 2. Peta geologi daerah Tambang Sawah-Muaraaman, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. (Sumber; Peta Geologi Lembar Tambang Sawah-Muaraaman, Sumatra sekala 1:100.000, DIM (Abdul Soleh dkk, 1994).
II.4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan Conto
Gambar 4. Peta Zonasi Unsur Hg dari Conto Stream Sediment
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Gambar 5. Peta Zonasi Unsur Pb dari Conto Stream Sediment
Gambar 6. Peta Zonasi Unsur As dari Conto Stream Sediment
II.4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Gambar 7. Peta Zonasi Unsur Cd dari Conto Stream Sediment
Gambar 8. Peta Zonasi Unsur Hg dari Conto Tanah
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Gambar 9. Peta Zonasi Unsur Pb dari Conto Tanah
Gambar 10. Peta Zonasi Unsur As dari Conto Tanah
II.4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Gambar 11. Peta Zonasi Unsur Cd dari Conto Tanah
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Tabel 1. Hasil Analisis Conto Batuan, Tanah dan Air Kode Conto
Jenis Conto
Hg ppb
Pb ppm
As ppm
Cd ppm
Keterangan
KL/05/R
Batuan
3974
337
44
2
Lab. PSDG
KL/13/R
Batuan
296
7
12
<0.05
KL/41/R
Batuan
174
24
5
2
KL/15/S
Tanah
468
56
52
4
KL/17/S
Tanah
292
70
4
7
KL/24/S
Tanah
560
52
4
3
KL/01/A
Sumber Air*
1
0.01
0.01
0.003
KL/25/A
Sumber Air*
1
0.01
0.01
0.003
KL/36/A
Sumber Air*
1
0.01
0.01
0.003
*Lab. KPJ
Sumber : Data Hasil Analisis Lab. Pusat Sumber Daya Geologi dan *Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Tabel 2. Kelimpahan Beberapa Unsur Logam dalam Tanah, Batuan dan Stream Sediment Kelimpahan rata-rata Unsur
Tanah (ppb)
Batuan Basal (ppm)
Stream Sediment (ppb)
Au
< 10–50.0
0,004
-
Ag
< 0,1–1.0
0,1
-
Hg
< 10–30.0
0,08
< 10-100
As
1000–50.000
2.0
1000–50.000
Cu
5000–100.000
100
5000–80.000
Pb
5000–50.000
5.0
5000–80.000
Zn
10.000–300.000
100
10.000–200.000
Cd
< 1000-1000
0,20
-
Sumber: Techniques in Mineral Exploration
II.4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Tabel 3. Hasil Analisis Limbah Cair dari Proses Amalgamasi Hasil Analisis Parameter
KL/07/A
KL/22/A
KL/39/A
Baku Mutu (KepMen LH No.202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha & atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga)
pH
6
6
6
6-9
TSS
20
22
24
200
Hg
24.22
0.05
0.46
0,005
Pb
0.09
0.00
0.00
1
As
0.00
0.00
0.00
0,5
0.00
0.00
0.01
0,1
Cd
Sumber : Data Hasil Analisis Balai Laboratorium Kesehatan, Provinsi Jawa Barat
Tabel 4. Hasil Analisis Conto Tailing Kode Conto
Jenis Conto
Hg ppm
Pb ppm
As ppm
Cd ppm
Cu ppm
Zn ppm
Ni ppm
Ag ppm
Cr ppm
Au ppb
KL/06/T
Tailing
1548
86
12
<0.05
56
69
8
200
64
1657
KL/21/T
Tailing
628
15
30
<0.05
11
15
13
73
36
1613
KL/40/T
Tailing
638
49
58
2
21
63
29
155
67
6906
Sumber : Data Hasil Analisis Lab. Pusat Sumber Daya Geologi
Tabel 5. Hasil Analisis Conto Tanah Jenis Conto
Hg ppb
Pb ppm
As ppm
Cd ppm
KL/29/S
Tanah
451
121
6
5
KL/31/S
Tanah
1100
130
14
3
KL/33/S
Tanah
1040
66
4
4
KL/38/S
Tanah
41560
113
5
4
Kode Conto
Sumber : Data Hasil Analisis Lab. Pusat Sumber Daya Geologi
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Tabel 6. Hasil Analisis Air Sungai Kode Conto
Jenis Conto
BOD ppm
COD ppm
Hg ppb
Pb ppm
As ppm
Cd ppm
KL/02/A
Air
6.80
12.00
0.07
0.00
0.00
0.02
KL/03/A
Air
9.10
16.00
0.08
0.00
0.00
0.01
KL/10/A
Air
6.80
12.00
0.36
0.00
0.00
0.00
KL/11/A
Air
13.60
24.00
0.31
0.00
0.00
0.01
KL/12/A
Air
22.70
40.00
0.08
0.00
0.00
0.00
KL/14/A
Air
9.10
16.00
0.07
0.00
0.00
0.01
KL/16/A
Air
4.50
8.00
0.07
0.01
0.00
0.00
KL/18/A
Air
11.30
20.00
0.09
0.00
0.00
0.00
KL/20/A
Air
7.00
12.00
4.71
0.02
0.00
0.00
KL/27/A
Air
6.70
12.00
0.06
0.00
0.00
0.01
KL/30/A
Air
9.00
16.00
4.03
0.00
0.00
0.00
KL/34/A
Air
27.20
48.00
0.06
0.00
0.00
0.00
KL/42/A
Air
13.60
24.00
0.11
0.02
0.00
0.00
3
25
1
0.01
0.03
0.01
Batas Syarat Kelas III
Sumber : Data Hasil Analisis Laboratorium Balai Kesehatan, Provinsi Jawa Barat
Tabel 7. Identifikasi Resiko Komponen Lingkungan
II.4
Dampak Limbah
Tanah/Daratan
√
Kualitas Udara
√
Badan Air Penerima (Sungai)
√
Kualitas Sumber Air
×
Biota Darat/Air
√
Struktur Kependudukan/Masyarakat
√
Pendidikan
×
Agama
×
Kesehatan Masyarakat
√
Pendapatan
√
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Komponen Lingkungan
Dampak Limbah
Estetika Lingkungan
√
Sikap, Budaya, dan Perilaku Masyarakat
×
Keterangan : √ = Ada × = Tidak ada
Tabel 8. Matriks Peluang Resiko Resiko
Level Peluang
Uraian
C
Peluang terjadinya resiko ini adalah sedang, karena bahan pencemar tidak berdampak langsung terhadap masyarakat.
C
Kualitas udara dapat tercemar oleh pemisahan emas dengan nitrat dan penggarangan. Tapi peluang terjadinya sedang karena dilakukan tidak setiap saat dan adanya faktor pengenceran udara dengan kelimpahan O2 cukup tinggi dari bukit TNKS.
B
Peluang resiko terhadap air sungai (badan air penerima) cukup besar, karena limbahnya tidak hanya berasal hasil proses amalgamasi tapi juga dari rona lingkungan awal, air limbah pertambangan maupun limbah domestik yang dibuang oleh masyarakat sekitarnya.
D
Peluang resiko kecil karena alamnya masih asri sehingga memiliki kemampuan adaptif dan pemulihan diri yang baik, yaitu dengan adanya pengenceran air sungai dengan debit yang cukup besar.
Struktur Kependudukan/Masyarakat
C
Prakiraan resiko adanya pembebasan lahan bagi pembukaan tambang baru yang memungkinkan timbulnya perpindahan sebagaian penduduk yang diprakirakan bobotnya sedang.
Kesehatan Masyarakat
C
Prakiraan resiko terhadap kesehatan masyarakat yang timbul diprakirakan bobotnya sedang, karena penyakit yang muncul belum bersifat epidemi.
Tanah/Daratan
Kualitas Udara
Badan Air Penerima (Sungai)
Biota Darat/Air
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Resiko
Level Peluang
Uraian
C
Prakiraan resiko yang timbul adanya aktivitas penambangan terhadap pendapatan berasal dari ketidakpastian hasil emas yang diperoleh. Tetapi resiko itu bobotnya kemungkinan sedang karena kegiatan penambangan dengan segala akibatnya sudah mereka prediksi sebelumnya.
C
Prakiraan resiko yang timbul dengan munculnya bangunan-bangunan gubuk yang kumuh, pembuangan limbah cair ke sungai yang berakibat keruhnya muka air, juga adanya penumpukan dan timbunan limbah padat dan tailing yang memberikan dampak negatif terhadap nilainilai estetika lingkungan sekitarnya. Bobotnya sedang karena ditopang oleh lingkungan alam pegunungan yang masih hijau dan asri.
Pendapatan
Estetika Lingkungan
Keterangan : A = Pasti terjadi B = Kemungkinan besar C = Kemungkinan sedang D = Kemungkinan kecil E = Jarang
Tabel 9. Matriks Besaran Resiko Resiko
II.4
Level Peluang
Uraian
Tanah/Daratan
2
Kecil karena cakupan lahannya terbatas
Kualitas Udara
3
Sedang karena dampaknya masih dapat diatasi jika menggunakan cara-cara pengolahan yang benar.
Badan Air Penerima (Sungai)
3
Sedang karena polutan terencerkan air oleh debit sungai yang besar
Biota Darat/Air
2
Kecil karena alam masih memungkinkan melakukan pemulihan diri dan beban pencemaran belum begitu membahayakan
Struktur Kependudukan/ Masyarakat
3
Sedang karena perpindahan penduduk dapat diantisipasi dengan masuknya pendatang baru
Kesehatan Masyarakat
3
Sedang karena yang terjangkit penyakit TBC, asma, dan penyakit kulit mayoritas umumnya buruh tambang
Pendapatan
3
Sedang karena trend pendapatan selalu naik-turun sesuai dengan produksinya
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Estetika Lingkungan
2
Kecil karena lingkungan alam sebagai pendukung masih cukup luas dan hijau lestari
Keterangan :
1 = Pengaruh tidak berarti, 2 = Pengaruh kecil, 3 = Pengaruh sedang, 4 = Pengaruh besar, 5 = Bencana
Tabel 10. Matriks Tingkat Resiko Resiko
Peluang
Nilai Besaran
Nilai Resiko
Tanah/Daratan
C
2
R
Kualitas Udara
C
3
S
Badan Air Penerima (Sungai)
B
3
S
Biota Darat/Air
D
2
R
Struktur Kependudukan/Masyarakat
C
3
S
Kesehatan Masyarakat
C
3
S
Pendapatan
C
3
S
Estetika Lingkungan
C
2
R
Keterangan : T = Tinggi, S = Sedang, R
= Rendah
Tabel 11. Matriks Frekuensi Resiko
Frekuensi
Uraian
Tanah/Daratan
2
Frekuensi kegiatan pencemaran tanah adalah kecil
Kualitas Udara
2
Frekuensi limbah udara dampaknya terhadap kualitas udara kecil
Badan Air Penerima (Sungai)
4
Frekuensinya sering setara dengan kegiatan penggelundungan dilakukan
Biota Darat/Air
2
Frekuensinya kecil karena bentang alam cakupannya masih luas
Struktur Kependudukan/ Masyarakat
2
Frekuensinya kecil sebanding antara penduduk yang masuk dan yang keluar
Kesehatan Masyarakat
3
Frekuensinya medium berdasarkan angka yang sakit, sembuh, dan berobat
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Pendapatan
2
Frekuensinya kecil untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi secara tiba-tiba karena produksi yang besar
Estetika Lingkungan
2
Frekuensinya kecil masih bisa dilakukan pengaturan
Keterangan : 1 = Ada kemungkinan tidak terjadi 2 = Kecil 3 = Medium 4 = Sering 5 = Sangat sering terjadi
Tabel 12. Matriks Nilai Besaran Nilai Besaran
Uraian
Tanah/Daratan
3
Resiko dan pengaruhnya sedang kepada masyarakat
Kualitas Udara
3
Pengaruhnya sedang kepada lingkungan karena jumlahnya tidak banyak
Badan Air Penerima (Sungai)
4
Resiko dan pengaruhnya besar karena berhubungan dengan kebutuhan lingkungan dan masyarakat
Biota Darat/Air
2
Resiko dan pengaruhnya kecil kepada lingkungan dan masyarakat
Struktur Kependudukan/ Masyarakat
2
Resiko dan pengaruhnya kecil kepada masyarakat
Kesehatan Masyarakat
3
Resiko dan pengaruhnya sedang kepada kesehatan lingkungan
Pendapatan
3
Resiko dan pengaruhnya sedang bagi pendapatan masyarakat
Estetika Lingkungan
4
Pengaruhnya besar kepada lingkungan dan masyarakat
Resiko
Keterangan : 1 = Resiko tidak ada 2 = Resiko dan pengaruhnya kecil 3 = Resiko sedang 4 = Resiko besar 5 = Resiko besar sekali
II.4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Tabel 13. Matriks Nilai Sensitivitas Resiko
Nilai Sensitivitas
Uraian
Tanah/Daratan
3
Sensitif karena menjadi perhatian lokal
Kualitas Udara
3
Sensitif karena menjadi perhatian lokal
Badan Air Penerima (Sungai)
4
Sensitif karena menjadi perhatian nasional
Biota Darat/Air
2
Sensitif karena kelompok
menjadi
perhatian
Struktur Kependudukan/ Masyarakat
2
Sensitif karena kelompok
menjadi
perhatian
Kesehatan Masyarakat
3
Sensitif karena menjadi perhatian lokal
Pendapatan
2
Sensitif karena kelompok
Estetika Lingkungan
3
Sensitif karena menjadi perhatian lokal
menjadi
perhatian
Keterangan : 1 = Tidak menjadi perhatian masyarakat 2 = Menjadi perhatian kelompok 3 = Menjadi perhatian regional/lokal 4 = Menjadi perhatian nasional 5 = Tidak menjadi perhatian internasional/dunia/media
Tabel 14. Nilai Resiko Frekuensi (F)
Besaran (S1)
Sensitivitas (S2)
Nilai Resiko R=Fx(S1+S2)
Tanah/Daratan
2
3
3
12
Kualitas Udara
2
3
3
12
Badan Air Penerima (Sungai)
4
4
4
32
Biota Darat/Air
2
2
2
8
Struktur Kependudukan/ Masyarakat
2
2
2
8
Kesehatan Masyarakat
3
3
3
18
Pendapatan
2
3
2
10
Estetika Lingkungan
2
4
3
14
Resiko
Total Resiko
114
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.4
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Keterangan : 0-100 = Resiko rendah, memerlukan pengelolaan dengan prosedur ditetapkan 101-200 = Resiko sedang, memerlukan perhatian para pemangku jabatan terkait 201-300 = Resiko tinggi, memerlukan penelitian AMDAL, ADKL, dan ARKL
Tabel 15. Analisis Signifikan dengan Aspek Lingkungan
Resiko
Nilai
Resiko
A
B
C
D
E
F
G
(A*B*C*D*E*F*G)
Tanah/Daratan
4
2
2
4
1
1
1
64
Kualitas Udara
2
2
3
4
3
2
1
288
Badan Air Penerima (Sungai)
7
5
4
6
5
4
3
50.400
Biota Darat/Air
2
2
2
3
3
2
2
288
Struktur Kependudukan/ Masyarakat
3
3
3
3
3
3
2
1.458
Kesehatan Masyarakat
5
5
5
6
6
5
4
90.000
Pendapatan
3
3
2
3
3
3
2
972
Estetika Lingkungan
4
4
3
4
3
4
1
2.304
Total
145.774
Keterangan : A = Luasan Dampak B = Keseriusan Resiko C = Peluang terjadinya resiko D = Waktu pemaparan E = Peraturan perundang-undangan F = Metode Pengendalian G = Persepsi/Pandangan Masyarakat
II.4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011