1 RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN: PENDAMPINGAN PROGRAM SLPTT PADI DAN JAGUNG DI KABUPATEN BANTAENG Baso Aliem Lologau, dkk LATAR BELAKANG Luas wilayah Kabupaten Bantaeng sekitar 395,83 km2, dan jumlah penduduknya 170.057 jiwa dengan rincian Laki-laki sebanyak 82.605 jiwa dan perempuan 87.452 jiwa. Kabupaten ini mempunyai delapan kecamatan yang terbagi atas 46 desa dan 21 kelurahan. Pada bagian utara daerah ini terdapat dataran
tinggi
pegunungan
Lompobattang
yang
merupakan
kawasan
pengembangan komoditas hortikultura dataran tinggi, sedangkan di bagian selatan membujur dari barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pesisir pantai dan persawahan. Sebagian besar penduduk Kabupaten Bantaeng adalah
petani,
maka
Pemerintah
Kabupaten
Bantaeng
mengembangkan
komoditas-komoditas pertanian terutama padi, jagung, kedele, tanaman sayuran dataran tinggi, dan ternak sapi. Luas lahan yang diperuntukkan tanaman padi adalah 7.253 ha, dan lahan untuk pertanaman jagung seluas 15.410 ha. Namun demikian luas panen padi dan jagung mencapai dua kali dari luas lahannya masing-masing adalah 13.023 ha dan 36.178 ha. Hal ini terjadi karena hampir semua pola pertanamannya sudah mencapai IP 200 padi dan IP 200 jagung, dengan tingkat produktivitas masing-masing adalah 5,27 t/ha dan 5,16 t/ha (Anonim, 2006; 2010). Produktivitas tanaman padi dan jagung tersebut diatas masih berpeluang untuk ditingkatkan dengan cara pergantian varietas berdaya hasil tinggi baik inbrida maupun hibrida yang didukung dengan penerapan teknologi spesifik lokasi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Suyamto, 2009). Namun demikian belum semua rekomendasi paket teknologi dapat diadopsi dan diterapkan oleh petani. Hal ini disebabkan antara lain adalah diseminasi inovasi teknologi belum efektif dilaksanakan, informasi teknologi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2 belum sampai ke petani atau teknologi yang ada tidak sesuai dengan kondisi setempat.
Lambatnya adopsi teknologi oleh petani disebabkan adanya
keterbatasan dalam penerapan teknologi tersebut, kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan petani serta kebijaksanaan pemerintah dan keterbatasan dalam tindakan operasional yang diterapkan (Made Oka et.al., 1994). Selain itu proses pemasyarakatan pemahaman teknologi di tingkat penyuluh memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar dua tahun untuk mencapai 50% penyuluh dan 6 tahun untuk diketahui manfaatnya oleh 80% penyuluh (Nugraha 2006). Untuk mempercepat transfer teknologi kepada petani, maka Kementerian Pertanian menginisiasi Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) padi, jagung, dan kedelai.
SLPTT merupakan metode diseminasi teknologi
pertanian yang melibatkan petani secara partsipatif aktif dan didampingi oleh pemandu. Dalam pelaksanaan SLPTT padi dan jagung masih terdapat beberapa masalah antara lain adalah penerapan paket teknologi budidaya yang dilaksanakan belum sesuai spesifik lokasi, varietas yang digunakan hanya berdasarkan keinginan/kebiasaan petani, Petani sudah merasa puas atas produksi yang dihasilkan melalui SLPTT padahal produksi tersebut masih bisa ditingkatkan karena masih ada komponen teknologi yang belum diterapkan, kemampuan keuangan petani yang tidak sama, sehingga penerapan teknologinya bervariasi antara petani, jumlah kelompok tani relatif banyak sedangkan petugas pembina/pendamping relatif terbatas (Direktur Budidaya Serealia, 2009). Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan pendampingan pelaksanaan SLPTT yang terfokus pada pendampingan dan penyebar luasan inovasi teknologi melalui penerapan teknologi pada denfarm, demplot/diplay varietas unggul baru padi dan jagung dan melakukan pelatihan-pelatihan inovasi teknologi pertanian. DASAR PERTIMBANGAN Inovasi teknologi pertanian yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Universitas dan Lembaga-lembaga penelitian lainnya telah banyak tersedia, tetapi belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh petani. Lambatnya adopsi inovasi teknologi pertanian tersebut disebabkan adanya
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3 keterbatasan dalam penerapan teknologi tersebut, kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan petani serta kebijaksanaan pemerintah dan keterbatasan dalam tindakan operasional yang diterapkan (Made Oka et.al., 1994). Salah satu upaya untuk mendorong peningkatan adopsi inovasi teknologi adalah
penyebar
luasan
inovasi
teknologi
melalui
pendekatan
SLPTT.
Pemasyarakatan inovasi Pengelolaan Tanaman dan Sumber daya secara Terpadu dilakukan dalam bentuk Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Implementasinya melalui pendekatan holistik yang bersifat partisipatif dan disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi sehingga tidak semua paket teknologi sesuai untuk diterapkan oleh semua petani dan untuk semua lokasi.
SLPTT
dilaksanakan secara partsipatif oleh seluruh anggota kelompok tani sehingga penyuluh dan peneliti bertugas sebagai pendamping pelaksanaan, fasilitator, dan menjadi nara sumber dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh petani. Pelaksanaan SLPTT diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan inovasi teknologi yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras serta menjaga kelestarian lingkungan. Lologau et.al., 2008 melaporkan pendampingan penerapan teknologi PTT di Kabupaten Barru tahun 2008 menunjukkan adanya peningkatan produktivitas 1,1 t/ha gabah kering panen (GKP) dan meningkatkan pendapatan petani 35,6%.
Selanjutnya Pramono, et. al. (2005) dan Anonim (2006)
mengemukakan bahwa pendekatan model PTT pada padi sawah dengan menerapkan
komponen-komponen
teknologi
budidaya
sinergis
mampu
meningkatkan produktivitas usahatani berupa peningkatan hasil panen GKG yang rata-rata lebih tinggi 1 t/ha dibandingkan pola petani, serta dapat meningkatkan keuntungan usahatani berkisar antara 25 – 58%.
Selain meningkatkan hasil,
model PTT juga hemat dalam penggunaan benih, pupuk, dan air irigasi. PERKIRAAN KELUARAN Kaluaran Jangka Panjang: a. Percepatan capaian keberhasilan dan keberlanjutan Program SLPTT.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4 b. Digunakannya minimal 90 % inovasi teknologi pertanian hasil Litbang Pertanian dalam implementasi SLPTT. c. Umpan balik dari pelaku utama dan pelaku usaha Program SLPTT khususnya dari setiap BPTP terkait sebagai bahan untuk saran/usulan Program SLPTT.
Keluaran Tahun 2011: a. Diperolehnya 1-2 varietas unggul baru padi yang teradaptasi dengan kondisi agroekositem sawah di Kabupaten Bantaeng. b. Meningkatkan produktivitas padi dan jagung masing-masing diatas 5,0 t/ha dan 5,5 t/ha. c. Diterapkannya minimal 1-4 komponen teknologi PTT padi dan jagung oleh petani peserta SLPTT. HIPOTESA Hipotesa pada Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian di Kabupaten Bantaeng adalah sebagai beriikut: a. Varietas unggul baru padi dan jagung dapat beradaptasi di lahan pengembangan padi dan jagung. b. Pendampingan SLPTT dapat meningkatkan adopsi teknologi oleh petani. c. Pedampingan SLPTT meningkatkan produktivitas padi dan jagung. METODOLOGI a. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan pendampingan SLPTT padi dan jagung akan dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng mulai bulan Januari sampai Desember 2011. Penetapan lokasi demplot SLPTT padi dan jagung berdampingan atau berada disekitar Laboratorium Lapangan SLPTT padi dan jagung. b. Cakupan Kegiatan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5 Jumlah SLPTT di Kabupaten Bantaeng adalah 250 unit SLPTT padi dan 105 unit SLPTT jagung, sedangkan jumlah SLPTT yang akan didampingi masingmasing 30% yaitu 75 unit SLPTT padi dan 31 unit SLPTT jagung. Metode pendampingan yang akan dilakukan pada pendampingan SLPTT adalah: Sebagai nara sumber inovasi teknologi untuk petani peserta SLPTT Penyebar luasan materi penyuluhan/diseminasi kepada BPP/kelompok tani. Melakukan demplot varietas unggul padi dengan luas masing-masing demplot 0,25 ha dan 1 unit demfarm padi yang luasnya 3,5-5,0 ha. Melakukan demplot varietas ungul baru jagung dengan luas masingmasing 0,15 ha, dan 1 unit demplot inovasi teknologi PTT yang luasnya 0,25-1 ha. Pelaksanaan pendampingan disesuaikan dengan jadwal kegiatan dan kebutuhan inovasi teknologi dari kelompok tani peserta SLPTT yang akan didampingi. c. Pendekatan pelaksanaan Semua kegiatan pendampingan dilakukan secara partisipatif petani, sedangkan peneliti dan penyuluh hanya bertugas sebagai fasilitator. Kegiatankegiatan demplot dan denfarm komoditas dilaksanakan di lahan petani. Model pendampingan SLPTT yang akan dilakukan pada kegiatan ini adalah: menjadi nara sumber inovasi teknologi, penyebar luasan materi penyuluhan/diseminasi, introduksi inovasi teknologi pada demfarm, melakukan display varietas unggul baru padi dan jagung, dan melakukan pelatihan. d. Implementasi Teknologi Inovasi teknologi yang didampingi pada SLPTT sesuai dengan inovasi teknologi yang dimuat dalam Pedoman Umum PTT Padi Sawah (Anonim, 2009) dan Pedoman Umum PTT Jagung (Anonim, 2009) Komponen Teknologi PTT Padi yang akan disosialisasikan untuk diterapkan oleh petani peserta SLPTT padi adalah: a. Teknologi dasar: 1. Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6 2. Benih bermutu dan berlabel. 3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos. 4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum. 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. 6. Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). b. Teknologi Pilihan: 1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam. 2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari). 3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun. 4. Pengairan secara efektif dan efisien. 5. Penyiangan dengan landak atau gasrok. 6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok. Komponen teknologi PTT Jagung yang akan disosialisasikan untuk diterapkan pada SLPTT jagung adalah: a. Teknologi Dasar: 1. Varietas unggul baru, hibrida atau komposit. 2. Benih bermutu dan berlabel. 3. Populasi 66.000-75.000 tanaman/ha. 4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. b. Teknologi Pilihan: 1. Penyiapan lahan. 2. Pemberian pupuk organik. 3. Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran irigasi pada lahan sawah. 4. Pembumbunan. 5. Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak. 6. Pengendalian hama dan penyakit. 7. Panen tepat waktu, pengeringan segera.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
7 Paket teknologi yang akan diintroduksi pada demplot dan denfarm tanaman padi adalah: 1. Varietas unggul baru: untuk demplot VUB menggunakan Inpari 7, 10, dan 13, sedangkan pada denfarm menggunakan varietas Inpari 7, 8, 10 dan 13. 2. Penggunaan bibit muda <21 hari. 3. Sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm. 4. Pemupukan berdasarkan PUPS dan BWD. 5. Pengendalian OPT dengan PHT. Pada demplot jagung akan menggunakan paket teknologi sebagai berikut: 1. Olah tanah sempurna. 2. Varietas unggul baru yang digunakan adalah Bima 3. 3. Populasi 66.000-75.000 tanaman/ha (jarak tanam 80 cm x 25 cm). 4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Dosis pupuk yang digunakan adalah 400 kg Urea, 200 kg SP-36, 100 kg KCl, dan 50 kg ZA, dan apabila pupuk tunggal tidak tersedia maka digunakan 400 kg Phonska dan 300 kg Urea per hektar. 5. Pembuatan saluran drainase pada lahan kering. 6. Pengendalian OPT dengan PHT. e. Pelatihan Salah satu cara untuk mentransfer teknologi kepada pengguna dalam pendampingan SLPTT adalah kegiatan pelatihan. Pelatihan akan mengikutkan 100 peserta yang berasal dari unsur petani, penyuluh, dan Dinas Pertanian dan Peternakan.
Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan petani, dan
permasalahan yang ada di lapangan. f.
Jenis data yang diamati Parameter yang diamati adalah efektivitas SLPTT, efektivitas demplot padi
dan jagung, dukungan perbenihan padi dan jagung, perkembangan produktivitas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8 padi dan jagung, kinerja koordinasi pendampingan, respon petani terhadap pelaksanaan pendampingan SLPTT. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan statistik deskriptif. g. Pelaporan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran parameter pengamatan pada kegiatan pendampingan SLPTT maka disusun laporan hasil kegiatan sebagai bukti pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam penerapan inovasi teknologi. ALOKASI ANGGARAN No 1.
2.
3.
Mata Anggaran
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Belanja Bahan: - ATK, computer supplies SLPTT - Fotokopi, jilid, dokumentasi dll - Bahan Demplot - Bahan Pelatihan Jumlah
1 1 1 1
paket paket paket paket
2.400.000 1.600.000 19.500.000 3.000.000
2.400.000 1.600.000 19.500.000 3.000.000 26.500.000
Belanja Operasional lainnya - Pelatihan Jumlah
2 Paket
9.000.000
18.000.000 18.000.000
350.000
38.500.000
Belanja Perjalanan: - Pelaksanaan demplot, pendampingan SLPTT padi dan jagung, dan pelatihan Jumlah Total
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
110 OH
38.500.000 83.000.000
9 RENCANA OPERASIONAL Jadwal Palang Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian di Kabupaten Bantaeng adalah sebagai berikut: No.
Uraian Kegiatan
1. 2.
Persiapan Koordinasi dan sosialisasi/ penentuan CPCL demplot dan pendampingan Hunting lokasi/koordinasi PPL setempat dan kelompok tani Pelaksanaan pendampingan SLPTT padi dan jagung Pelaksanaan demplot/denfarm padi, Pengamatan parameter pada setiap kegiatan Pelatihan Analisis data Seminar dan pembuatan laporan
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
1
2
3
4
Bulan Kegiatan 5 6 7 8 9
10
11
12
ORGANISASI PELAKSANA Berdasarkan
Surat
Keputusan
Kepala
Balai
Pengkajian
Teknologi
Pertanian Sulawesi Selatan No. 117/OT.140/1.10.21/02/2011, tanggal 1 Pebruari 2011, tentang Pembentukan Koordinator Kabupaten dan Pelaksana Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian pada BPTP Sulawesi Selatan, maka pelaksana kegiatan pendampingan di Kabupaten Bantaeng adalah: No 1. 2. 3. 5. 6.
Penanggung Jawab,dan Anggota Pelaksana Ir. Baso Aliem Lologau, M.Si Ir. Armiati, MP Ir. Ruchjaniningsih, MP Supardi Sadorra
Pendidikan Akhir
Bidang Keahlian
Jenjang Fungsional
S2
Entomologi
S2
Sosek Pertanian Pemuliaan tanaman Teknisi Teknisi
Peneliti Madya Peneliti Muda
S2 SLTA SLTA
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Alokasi Waktu (%) 30 30
Peneliti Muda
30
-
50 50
10
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Profil dan Potensi Bantaeng Butta Toa. http://Bantaeng.co.id. Anonim. 2006a. Sistem Produksi Padi Hemat Input. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Vol.28, No.2. 2006. Anonim. 2009. Pedoman Umum PTT Jagung. Badan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Penelitian
dan
Anonim. 2009a. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Anonim. 2010. Kebijakan Pembangunan Pertanian Kabupaen Bantaeng. Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Bantaeng. Direktur Budidaya Serealia. 2009. Dukungan Pendampingan yang Diharapkan dari Peneliti pada SLPTT Padi dan Jagung Tahun 2009. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian . Lologau, B.A., W. Halil, S. Bahar, dan B. Bachtiar. 2008. Program Rintisan Dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Pada Agroekosistem Lahan Sawah Semi Intensif Di Kelurahan Sepee, Kabupaten Barru. Laporan Kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Made Oka A., I. Manwan, S. Saenong, M.N. Noor dan Y. Makmun. 1994. PenelitianPengembangan: Prosedur Pelaksanaan dan Evaluasi Hasil Penelitian. Disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Manajemen Suberdaya Manusia di BLPP Wonocatur, Yogyakarta. Nugraha, U.S. 2006. Perkembangan Implementasi Prima Tani 2005-2006 dan Rencana Evaluasi 2007. Makalah disampaikan pada Apresiasi Manajemen dan Konsep Prima Tani untuk Manajer Laboratorium Agribisnis. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pramono, J., Basuki, S., dan Widarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. Agrosains 7(1): 1-6, 2005 Suyamto. 2009. Pelaksanaan Pendampingan/Pengawalan Teknologi Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id