LAPORAN TAHUN 2011
JUDUL KEGIATAN: PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTAN DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN Ir. M. Azis Bilang, MP, dkk
PENDAHULUAN Kabupaten Soppeng termasuk salah satu sentra produksi tanaman pangan di Sulawesi Selatan khususnya padi, kedelai, jagung dan kacang tanah. Luas panen dan produksi padi di Kabupaten Soppeng masing-masing 33.686 ha dan 179.711 t dengan produktivitas 5,34 t/ha. Sementara luas panen dan produksi jagung masing-masing 7.686 ha dan 27.458 t dengan produktivitas 3,57 t/ha (BPS Sulsel, 2007). Selain padi dan jagung, Kabupaten Soppeng juga sebagai sentra produski kedelai dan kacang tanah. Luas panen dan produksi kedelai masing-masing 2.287 ha dan 3.145 t dengan produktivitas 1,38 t/ha. Sementara luas panen dan produksi kacang tanah masing-masing 1.325 ha dan 2.200 t dengan produktivitas 1,66 t/ha (BPS Sulsel, 2007). Dari data tersebut, tingkat produktivitas keempat tanaman masih rendah bila dibandingkan dengan potensi hasil masing-masing tanaman tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan swasembada beras, peningkatan produktivitas jagung, kedelai dan kacang tanah di Sulawesi Selatan adalah dengan melalaui program intensifikasi dan peningkatan indeks pertanaman padi. Program intensifikasi padi, jagung, kedelai dan kacang tanah
dapat dipacu dengan penerapan teknologi spesifik lokasi sehingga
peningkatan produktivitas dan pendapatan petani dapat ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan swasembada beras, peningkatan produktivitas jagung, kedelai dan kacang tanah di Sulawesi Selatan adalah dengan melalaui program intensifikasi dan peningkatan indeks pertanaman padi. Program intensifikasi padi, jagung, kedelai dan kacang tanah
dapat dipacu dengan penerapan teknologi spesifik lokasi sehingga
peningkatan produktivitas dan pendapatan petani dapat ditingkatkan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tujuan kegiatan ini, mempercepat implementasi dan diseminasi inovasi teknologi pertanian mendukung pembangunan pertanian nasional dan daerah melalui kegiatan program SL PTT di Kab. Soppeng Mempercepat implementasi dan diseminasi inovasi teknologi pertanian mendukung pembangunan pertanian nasional dan daerah melalui kegiatan program SL PTT di Kab. Soppeng
TINJAUAN PUSTAKA PTT adalah salah satu model atau pendekatan pengelolaan usahatani padi dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis. PTT menggabungkan semua komponen usahatani terpilih yang serasi dan komplementer untuk mendapatkan produksi yang optimal serta kelestarian lingkungan. (Sumarmo,dkk, 2000). Adapun komponen yang diterapkan dalam PTT padi meliputi 1) varietas unggul inhibrida/hibrida: 2) bemih bermutu dan berlabel: 3) pemberian bahan organin melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang:4) pengaturan populasi tanaman secara optimum: 5) pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah: 6) pengendalian OPT dengan pendekatan PHT: 7) pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam: 8) penggunaan bibit muda:9) tanam bibit1-9 batang per lubang: 10) pengairan secara efektif dan efisien: 11) penyiangan: dan 12) panen tepat waktu dan gabah segera rontok (Anonim, 2009) SL-PTT adalah tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, meyusun rencana usahatani, mengatasi masalah, mengambil kepeutusan dan menerapkan teknologi sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan. Sekolah lapang adalahm bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan dilapangan, yang diharapkan terjadi penyebaran teknologi dari peneliti ke petani peserta yang selanjutnya ke petani sekitarnya (Anonim, 2008) Tujuan SL-PTT adalah untuk mempercepat teknologi PTT padi dari peneliti atau narasumber lainnya ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani sekitarnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
METODA PENELITIAN 1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pendampingan program strategis Kementan di Kabupaten Soppeng terdiri dari program pendampingan SLPTT Padi, Jagung dan kedele. Lokasi pendampingan di desa Timusu Kecamatan Lili Riaja. Kelompok Tani/Petani mempunyai motivasi untuk mengintroduksi teknologi produksi padi, serta hasil konsultasi dan koordinasi dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pelaksanaan pendampingan dilaksanak pada bulan Januari s/d Desember 2011. 2. Ruang Lingkup Kegiatan Pendampingan Program Strategis Kementan oleh BPTP dilakukan untuk memberikan dorongan/motivasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemanfaatan paket teknologi hasil Litbang Pertanian yang terdiri dari a) komponen teknologi dasar yang dianjurkan untuk diterapkan di semua areal dan b) Komponen Teknologi Pilihan yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani. 3.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara berkala dari hasil pengamatan dan abservasi di lapang,
serta komunikasi dengan tim teknis SLPTT Kabupaten. Data yang dikumpulkan meliputi; a) pertumbuhan tanaman, b) produksi, c) kinerja koordinasi pelaksana SLPTT padi, jagung dan kedele, ) penerapan teknologi produksi padi dan durian. 4.
Analisis Data Data yang terkumpul kemudian ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis
tersebut untuk menjawab permasalahan yang akan dihadapi dan untuk mencapai tujuan terbentuknya kawasan agribisnis padi. Sehingga peningkatan produktivitas dan mutu beras tercapai. Dilain pihak dapat menumbuhkan kelembagaan Gapoktan/petani semakin mandiri untuk mengembangkan perekonomian pedesaan berbasis pertanian.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pelaksanaan Pendampingan SLPTT Padi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Konsultasi dan koordinasi dilakukan dengan
Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura
Kabupaten Soppeng. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh dukungan kebijakan dalam pendampingan Program SLPTT Padi. . Sosialisasi kegiatan Dinas Pertanian dan Hortikultura kabupaten Soppeng dilaksanakan pada hari Kamis 10 Maret 2011.
Hasil diskusi dalam sosialisasi, a) Penentuan lokasi Demfarm di
Kelompok Tani Sukur Desa Timusu Kecamatan Liliriaja.
b) Ketahanan pangan perlu didukung
dengan program diversifikasi pangan, c) Benih padi varietas Cigeulis tetap dikembangkan , d) Hama tikus pada tanaman padi perlu dikendalikan untuk mengurangi kerugian gagal panen, Penentuan lokasi Demfarm di Kelompok Tani Sukur desa Timusu kecamatan Lili Riaja, benih untuk demfar Inpari 10. Pengolahan lahan dengan traktor, penanaman dengan system tandur jajar legowo 2:1, dan legowo 4:1, dilakukan pada 10 April 2011 Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah pengendalaian hama pengerek batang, hama putuh palsu dan pemeliharaan Pengaturan pengairan karena ada pertanaman yang rebah 1. Berkoordinasi dengan Tim Pelaksana SL PTT TP di Kabupaten dalam allokasi kegiatan Soppeng 2. Penentuan lokasi Demfarm di Kelompok Tani Sukur desa Timusu kecamatan Lili Riaja, benih untuk demfar Inpari 10. 3. Distribusi VUB untuk 1 Unit Denfarm Inpari
10, dan 11 unit Display Varietas Unggul
Inpari7,dan 8 4. Tanam jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1 Produktivitas 8,800 ton/ha 3.2. Sebaran Lokasi Pendampingan Jumlah lokasi SLPTT di Kab. Soppeng yang meliputi lima komoditas yaitu padi non-hibrida, padi hibrida, jagung hibrida, kedelai dan kacang tanah sebanyak 1.330 unit dengan jumlah pendampingan 60% sebanyak 798 unit (Tabel 1). Sementara sebaran lokasi SLPTT dan pendampingan 60% di tempatkan di delapan kecamatan secara proporsional berdasarkan luas lahan, jumlah unit SLPTT dan komoditas utama. Jumlah unit pendampingan demplot varietas unggul baru per Kecamatan untuk tiga komoditas (padi non-hibrida, jagung hibrida dan kedelai) di tampilkan pada Tabel 1.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 1. Lokasi Pendampingan SLPTT di Kab. Soppeng No.
Kecamatan
Lokasi SLPTT (Desa/Kelurahan)
Sasaran Pendampingan 60% (Desa/Kelurahan)
1
Lalabata
Salokaraja, Maccile, Lemba, Lapajung, Ompo,Lalabata rilau
Salokaraja, Maccile, Lemba, Lapajung, Ompo, Lalabata rilau
2
Liliriaja
Timusu, Rompegading, Jennae, Pattojo, Galung, Appanang, Jampu, Barang
Timusu, Rompegading, Jennae, Pattojo, Galung, Appanang, Jampu, Barang
3
Lilirilau
Pajalesang, Cabbengnge, Kebo, Ujung, Paroto, Baringeng, Parenning, Masing, Tetewatu, Abbanuange, Palangiseng
Pajalesang, Ujung, Paroto, Baringeng, Parenning, Masing, Tetewatu, Abbanuange, Palangiseng
4
Ganra
Belo, Enrekeng, Lompulle, Ganra,
Belo, Ganra, Enrekeng, Lompulle
5
Marioriawa
Patampanua, Kaca, Panincong, Tellulimpoe, Attang salo, Manorang salo, Laringgi, Bulue, Limpomajang, Batu-batu
Patampanua, Kaca, Panincong, Tellulimpoe, Attang salo, Manorang salo, Laringgi, Bulue, Limpomajang, Batu-batu
6
Donri-Donri
Pising, Sering, Kessing, Donridonri, Labokong, Leworeng, Tottong, Lalabata riaja, Laringgi, Batu-batu, Limpomajang, Pesse
Pising, Donri-donri, Labokong, Leworeng, Tottong, Lalabata riaja
7
Marioriawo
Labessi, Tettikenrarae, Congko, Watu, Watutoa, Marioriaja, Barae, Gattareng, Gattareng toa, Mario-rintengngae, Mariorilau, Goariae, Soga
Labessi, Tettikenrarae, Congko, Barae, Goariae, Watutoa, Marioriaja, Gattareng, Gattareng toa, Mariorintengngae, Mariorilau
8
Citta
Citta, Kampiri, Tinco, Labae
Citta, Labae
Luas satu unit SLPTT setiap komoditas adalah padi non-hibrida seluas 25 ha, padi hibrida seluas 10 ha, jagung hibrida seluas 15 ha, kedelai seluas 10 ha dan kacang tanah seluas 10 ha. Sementara luas demplot varietas masing-masing 0,25 ha untuk padi non-hibrida, 0,15 ha untuk jagung dan 0,10 ha untuk kedelai.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 2. Lokasi dan Jumlah Unit Pendampingan Demplot Varietas di Kab. Soppeng Jumlah demplot varietas (unit) No.
Kecamatan
Padi non-hibrida
Jagung hibrida
Kedelai
1
Lalabata
21
1
10
2
Liliriaja
21
1
4
3
Lilirilau
4
-
-
4
Ganra
16
-
-
5
Marioriawa
15
1
15
6
Donri-Donri
10
1
15
7
Marioriawo
17
-
6
8
Citta
1
1
-
105
5
50
Jumlah
Keterangan: Jumlah unit demplot disesuaikan dengan ketersediaan benih varietas unggul baru
1.
Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi Penempatan demfarm inovasi teknologi padi varietas unggul baru (VUB) Inpari 10 pada
lahan sawah seluas 5 Ha dan demfarm jagung varietas hibrida pada lahan kering seluas 1 Ha. Adapun penempatan display varietas Inpari 7 dan Inopari 8 pada lahan sawah seluas 0,25 Ha. Varietas padi yang sudah ada (existing) adalah varietas Ciliwung. Pertanaman padi di demfarm dan display dilaksanakan pada bulan Mei s/d Agustus 2011, sedangkan pertanaman jagung di demfarm dilaksanakan pada bulan April s/d Juli 2011. Penempatan demfarm pada lokasi yang cukup strategis dan dapat terjangkau oleh pengunjung dimana akses jalanan tidak terlalu jauh dari lokasi demfarm. Kelompok tani yang terlibat dalam pengadaan demfarm adalah anggota yang memiliki motivasi untuk mengadopsi teknologi pengelolaan tanaman padi dan jagung, sedangkan anggota yang masih mau belajar dan melihat teknologi tersebut dapat mengunjungi demfarm setiap saat. Petani lain diluar anggota kelompok sudah ada yang berkunjung ke lokasi demfarm dan display padi serta di lokasi demfarm jagung.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 3. Keragaan Pelaksanaan Demfarm dan Display No.
Nama Lokasi
Jenis Inovasi Teknologi
1.
Demfarm padi Kelompok Tani Sukur, Desa Timusu Demfarm jagung Kelompok Tani Sukur, Desa Timusu Display varietas padi Kelompok Tani Mattiro Bului, Desa Kebo
Introduksi varietas unggul baru (VUB) padi Inpari 10 Introduksi varietas jagung hibrida Bima 5 Introduksi varietas unggul baru (VUB) padi Inpari 7 dan Inpari 8
2. 3.
2.
5
Jumlah anggota kelompok tani 30
0,25
30
0,25
25
Luas (Ha)
Uji Varietas Unggul Baru (per komoditas) Produktivitas demfarm padi dengan VUB Inpari 10 diperoleh sebesar 8,80 t/ha, sedangkan
rata-rata hasil sesuai deskripsi varietas sebesar 7,00 t/ha. Produktivitas demfarm lebih tinggi dari potensi hasil,
petani cukup senang dengan hasil tersebut. Secara fisik tampilan tanaman di
lapangan tumbuhnya tegak dan tahan terhadap serangan penyakit tungro. Varietas inpari 10 ini sudah dikenal di kalangan petani sehingga lambat laun petani sudah mulai mengganti varietas existing yaitu Cigeulis. Pertimbangan lain petani menyenangi varietas Inpari 10 disebabkan umur tanaman yang tergolong antara 110-115 hari sehingga petani dapat panen tepat waktu menjelang masuknya musim kemarau di kabupaten Soppengng. Produktivitas VUB Inpari 13 menunjukkan hasil sebesar 7,83 t/ha yang berarti diatas ratarata hasil sesuai deskripsi varietas yaitu 6,59 t/ha. Tingginya hasil dari Inpari 13 ini telah dapat diprediksi dari awal berdasarkan pertumbuhan tanaman yang sehat dan bulir yang banyak, sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang tinggi. Petani sudah sangat tertarik dengan varietas Inpari 13 dan sudah banyak yang ingin menanam pada musim tanam berikutnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 4. Keragaan Hasil Pelaksanaan Uji VUB
No
Nama Lokasi Uji VUB
Agroekosistem
Varietas Unggul Baru yang diuji Nama VUB
1. 2. 3.
Produktivitas (t GKP/ha)
Rata-rata hasil sesuai Deskripsi Varietas
Demfarm Padi, Desa Timusu, Kec.Liliriaja Display Padi, Desa Kebo, Kec.Lilirilau
Lahan sawah
Inpari 10
8,80
7,00
Lahan sawah
Inpari 7 Inpari 8
5,50 5,60
8,70 8,90
Demfarm Jagung, Desa Timusu, Kec. Liliriaja
Lahan Swah
Bima 5
6,20
8,27
Produktivitas jagung pada demfarm sebesar 6,20 t/ha, sedangkan rata-rata hasil sesuai deskripsi varietas sebesar 8,27 t/ha. Rendahnya produktivitas ini disebabkan tanaman pada fase pembungaan
kekurangan
air
sehingga
berakibat
tidak
maksimalnya
pengisian
polong.
Sebagaimana dikemukakan oleh Aqil, et al. bahwa bahwa frekuensi dan kedalaman pemberian air dan curah hujan mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil jagung. Tanaman jagung lebih toleran terhadap kekurangan air pada fase vegetatif (fase 1) dan fase pematangan/masak (fase 4). Penurunan hasil terbesar terjadi apabila tanaman mengalami kekurangan air pada fase pembungaan, bunga jantan dan bunga betina muncul, dan pada saat terjadi proses penyerbukan (fase 2). Penurunan hasil tersebut disebabkan oleh kekurangan air yang mengakibatkan terhambatnya proses pengisian biji karena bunga betina/tongkol mengering, sehingga jumlah biji dalam tongkol berkurang. Hal ini tidak terjadi apabila kekurangan air terjadi pada fase vegetatif. Kekurangan air pada fase pengisian/ pembentukan biji (fase 3) juga dapat menurunkan hasil secara nyata akibat mengecilnya ukuran biji . Kekurangan air pada fase pemasakan/ pematangan (fase 4) sangat kecil pengaruhnya terhadap hasil tanaman. Mink, et al. 1987).dalam Aqil, et al. mengemukakan bahwa kegiatan budidaya jagung di Indonesia hingga saat ini masih bergantung pada air hujan. Menyiasati hal tersebut, pengelolaan air harus diusahakan secara optimal, yaitu tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga efisien dalam upaya peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanaman. Namun kenyataan bahwa hampir 79% areal pertanaman jagung di Indonesia terdapat di lahan kering, dan sisanya 11% dan 10% masing-masing pada lahan sawah beririgasi dan lahan sawah tadah hujan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.
Efektifitas Penyebarluasan Inovasi Melalui Media Cetak dan Elektronik Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi agar sampai kepada petani/pengguna, maka
penyebarluasannya mempunyai tingkat efektifitasnya. Sasaran pengguna yang lebih efektif adalah dalam wadah kelompok tani. Teknologi yang ditransferkan dikemas dalam bentuk desiminasi cetak antara lain; petunjuk teknis dan deskripsi varietas padi terbaru. Adapun penjelasanya disajikan pada Tabel 6. Tabel 5. Efektifitas penyebarluasan inovasi melalui media cetak pada kegiatan SL-PTT padi di Kabupaten Sopengo, 2011. No
Judul Materi Leaflet
Petunjuk teknis PTT Padi Sawah 2 Petunjuk teknis pengelolaan jerami sebagai pupuk organic 3 Deskripsi Varietas Padi Terbaru 2010 Sumber : Analisis data primer, 2011.
Jumlah Eksemplar 30
Jumlah inovasi yang dimuat 11
PPL dan Klp.Tani
100
1
PPL dan Klp.Tani
10
1
PPL dan Klp.Tani
1
Target Penerima Media Informasi
Berdasarkan Tabel 6 tersebut bahwa PTT padi sebagai teknologi lengkap pada tanaman padi dan sebagai bahan alternative teknologi yang bias diterapkan oleh petani perlu disebarluaskan. Buku ini dicetak dengan terbatas, maka yang dibagikan 30 eksemplar ditujukan untuk PPL dan Kelompok Tani. Adapun teknologi yang termuat ada 11 teknologi wajib dan pilihan. Cetakan ini dibagikan sebelum kegiatan dimulai. Petunjuk teknis pengelolaan jerami sebagai pupuk organic dibagikan pada saat pelatihan pembuatan pupuk organik. Jumlah cetakan 100 eksemplar dibagikan kepada peserta pelatihan yaitu seluruh PL 2, PL 3, dan petani sebanyak 27 orang. Adapun deskripsi varietas padi ini juga terbatas dibagikan 10 eksplar. 4.
Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik
Pelatihan
Pembuatan
Pupuk
Organik
dengan
berbahan
baku
jerami
pada
Pendampingan Program SLPTT Padi Kabupaen Soppeng dilaksanakan pada tanggal 23 Nopember 2011 di Desa Maccile Kecamatan Lalabata Kabupaten
Soppeng. Kegiatan
tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabuapten Soppeng Peneliti/Penyuluh BPTP Sulawesi Selatan, Pemandu Lapang II, Pemandu Lapang III,
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Pengurus Kelompok Tani, dan petani. Peserta pelatihan sekitar 60 0rang. Pelaksanaan kegiatan ini hanya dilakukan satu kali. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan pemanfaatan jerami sebagai pupuk organik dengan dekomposer Promi. Petani di wilayah ini biasanya setelah memanen padi, jerami yang tertinggal di lahan sawah dibakar untuk mempercepat pengolahan lahan berikutnya. Namun demikian jerami tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pupuk, dimana teknologi pengolahannya sudah tersedia. Teknologi pembuatan pupuk organik berbahan baku jerami diolah dengan dekomposer Promi hasil dari Badan Litbang Pertanian. Proses pembuatannyapun sangat sederhana dan mampu dilakukan di tingkat petani. Jerami yang diolah menjadi pupuk organik dengan dekomposer Promi mampu memberikan sumbangan ketersediaan pupuk di lahan mencapai 30 % dari kebutuhan pupuk pada lahan sawah. Peserta pelatihan mengharapkan bahwa pelatihan semacam ini sebaiknya dilakukan setiap WKPP yang berada di Kabupaten Soppeng, sehingga teknologi pembuatan pupuk organik dengan dekomposer Promi cepat diadopsi oleh pengguna. PENUTUP 1.
Introduksi komponen teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi dapat diadopsi oleh petani melalui pertemuan-pertemuan kelompok secara berkala.
2.
Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru (VUB) baik melalui demplot dan demfarm padi Inpari 7, Inpari 8, dan Inpari 10
memberikan alternatif pilihan bagi petani dalam
penggunaan varietas yang dikehendaki pada pergiliran varietas setiap musim tanam.
DAFTAR PUSTAKA
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Badan Litbang Pertanian. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah, Jagung, dan Kedelai Jakarta : Badan Litang Pertanian Badan Litbang Pertanian-Puslitbang Tanaman Pangan-Balitkabi. 2007. Panduan Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Jakarta : Badan Litbang Pertanian BB P2TP. 2010. Pedoman Umum Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu 2010 Bogor. BPTP Sulawesi Selatan. 2010. PTT Padi Sawah. Makassar Kementerian Pertanian.2010. Pemantapan Pelaksanaan Program/Kegiatan 2010 (Arahan Menteri Pertanian pada Rakernas Pembangunan Pertanian 2010-2014. Sumarno, J Ismail dan S. Partohardjono, 2001. Konsep Usahatani Ramah Lingkungan. Dalam Prosiding Tonggak Kemajuan Teknologi Tanaman Pangan. Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi. Program Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor
www.sulsel.litbang.deptan.go.id