Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN Sahardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK Pembangunan pertanian nasional menunjukkan kinerja yang semakin dinamis, ditandai dengan lahirnya berbagai Program Strategis Kementerian Pertanian seperti Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi oleh Ditjen Tanaman Pangan. Berbagai pendekatan dilakukan guna mengsukseskan program SL-PTT tersebut salah satunya adalah dengan pendampingan. Kegiatan pendampingan secara intensif telah dilakukan sejak awal pengembangan Program SL-PTT tersebut. SL-PTT sebagai salah satu Program Strategis Kementan, perlu mendapat dukungan bersama guna mempercepat keberhasilan pelaksanaannya. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Hasil kajian Pendampingan SL-PTT di Kabupaten Luwu, menujukkan bahwa Pola pendampingan yang efektif adalah pendampingan yang dimulai dari sosialisasi, diikuti dengan aplikasi teknologi yang mendukung kegiatan SL-PTT melalui Demplot atau Demfarm yang dikawal bersama oleh penyuluh di daerah dengan peneliti bersama penyuluh BPTP. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaa SL-PTT khususnya di Kabupaten Luwu dan umumnya Sulawesi Selatan, maka Demplot/Demfarm/LL direkomendasikan menggunakan benih sumber VUB, sehingga hasil demplot/demfarm tersebut dapat dijadikan benih oleh kelompok tani. Untuk mengatasi masalah ketersediaan benih berlabel dan bermutu pada kegiatan SL-PTT, maka sebaiknya pemerintah mendorong penangkaran benih pada tingkat kelompok tani dengan memberikan bantuan/subsidi benih sumber (SS), dan menghindari bantuan atau subsidi benih sebar (ES). Pendamping SL-PTT dari penyuluh pertanian di daerah memiliki kelebihan diantaranya adalah mereka telah berpengamalan, menguasai permasahan teknis dilapangan, dan telah dikenal luas masyarakat setempat. Namun demikian masih memiliki kekurangan diantaranya dalam melaksanakan tugas pendampingan kurang disiplin atau kurang fokus karena mereka masih punya tugas lain selain pendampingan. Kata kunci: pendampingan, inovasi, SL-PTT
PENDAHULUAN Pembangunan pertanian nasional menunjukkan kinerja yang semakin dinamis, ditandai dengan lahirnya berbagai Program Strategis Kementerian Pertanian yang diprakarsai oleh Ditjen Teknis terkait diantaranya adalah Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi.
263
Sahardi: Kajian Pola Pendampingan Sl-PTT …..
Guna mengsukseskan program SL-PTT tersebut berbagai pendekatan telah dilakukan salah satunya adalah dengan pendampingan. Kegiatan pendampingan secara intensif telah dilakukan sejak awal pengembangan Program SL-PTT padi yang di mulai sejak TA. 2008. Namun hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan. SL-PTT sebagai salah satu Program Strategis Kementan, perlu mendapat dukungan bersama guna mempercepat keberhasilan pelaksanaannya. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan,
menganalisis,
menyimpulkan
dan
menerapkan
(melakukan/
mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Oleh karena itu program pendampingan kedepan masih perlu formula untuk mendapatkan rekomendasi program pendampingan yang
efisien dan efektif dalam pelaksanaan
program SL-PTT padi. Pengkajian ini bertujuan
untuk
mendapatkan model
pendampingan program SL-PTT yang efektif dan untuk menyusun rekomendasi perbaikan Pelaksanaan pendampingan program SL-PTT kedepan.
METODOLOGI Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan dengan melibatkan pendamping Program SL-PTT, petani kooperator, tokoh Masyarakat, penyuluh dan dinas terkait. Berlangsung selama 10 bulan (bulan Februari – November 2011). Lokasi pengkajian yang terpilih yaitu Desa Komba Kecamatan Larompong Selatan dan Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja. Rancangan Pengkajian. Data yang dibahas utamanya dari data primer yang dikumpulkan melalui diskusi kelompok terfokus (focus group discussion = FGD), melibatkan pendamping, penyuluh lingkup BPP-KP Kabupaten Luwu, peneliti dan penyuluh dari BPTP. Disamping itu dikumpulkan pula informasi dari petani kooperator yang merepresentasikan kegiatan di lokasi SL-PTT diwakili satu grup diskusi sejumlah 7 orang. Materi
yang
didiskusikan
di
Instansi
meliputi:
dukungan
fasilitasi
pendampingan, pendorong dan penghambat kegiatan pendampingan, umpan balik pendampingan, kelebihan dan kelemahan pola pendampingan eksisting program SLPTT, dan Informasi lain yang relevan. Dari grup petani kooperator, dikumpulkan informasi terkait dengan keberhasilan dan kendala yang muncul dalam menerapkan teknologi yang diintroduksikan, terutama dari sudut petani pelaksana.
264
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Pengolahan dan analisis data yang terkumpul divalidasi, kemudian dipilah berdasarkan kluster topik permasalahan. Setiap kluster ditampilkan dalam topik frekuensi untuk memperoleh gambaran sebaran informasi terkait dengan topik yang terungkap.
Selanjutnya
informasi
diinterpretasikan
berdasarkan
referensi
dan
kepakaran tim. Terhadap data kuantitatif, dianalisis secara desktiptif kuantitatif melalui tabulasi. Kondisi adopsi dan difusi teknologi introduksi menjadi perhatian utama yang dielaborasi sebagai basis data.
HASIL PENGKAJIAN Luas Lahan Kabupaten Luwu menurut jenisnya terdiri dari lahan sawah dan lahan kering dimana masing-masing seluas 36.576 ha untuk lahan sawah, 263.449 ha lahan kering. Dari 263.449 Ha lahan kering tersebut 125.058 Ha merupakan lahan pertanian (bukan sawah). Dengan kata lain dari 53,87% luas Kabupaten Luwu yang merupakan lahan pertanian, 12,19% diantaranya merupakan lahan sawah.
Lahan
sawah irigasi teknis seluas 12.664 Ha, irigasi setengah teknis 8.810 Ha dan irigasi sederhana seluas 6.947 ha, yang tersebar pada 21 kecamatan (Dinas Pertanian Luwu). Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan salah satu program strategis kementerian Pertanian yang di luncurkan oleh Dirjen Tanaman Pangan. Program SL-PTT di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan tersebar di 21 Kecamatan. Pengkajian ini di laksanakan di 2 Kecamatan, masing-masing Kecamatan di pilih secara sengaja 1 Desa. Desa yang tepilih adalah Desa Komba Kec. Larompong dan Kelurahan Padangsappa Kec. Ponrang
Kabupaten Luwu.
Jumlah unit
pendampingan SL-PTT komoditas padi non hibrida di Kabupaten Luwu tahun 2010 sebanyak 200. Tenaga pendamping SL-PTT di kabupaten Luwu terdiri atas pendamping dari Penyuluh Pertanian setempat di setiap Desa dan pada tingkat Kecamatan dikoordinir oleh kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Selai itu juga ada pendamping dari BPTP Sulsel berjumlah 4 orang yang terdiri atas Peneliti 1 orang, penyuluh 1 orang dan teknisi 2 orang. Profil Petani Responden Petani responden 45,71% berumur 41 – 50 tahun dengan tingkat pendidikan sebagian besar tamatan SLTA (51,43%). 42,86% petani telah berusahatani selama 11–20 tahun dan 8,57% yang telah berusahatani selama 31–40 tahun. Petani
265
Sahardi: Kajian Pola Pendampingan Sl-PTT …..
responden yang menjadi Ketua Kelompok tani sebanyak 62,86%, pengurus 5,71% dan hanya sebagai anggota 31,43%. Petani responden yang menjadi petani kooperator LL sebanyak 48,57%. Dari segi kepemilikan lahan 54,29% petani memiliki lahan sendiri seluas 0,1 – 1,0 ha, 14,29% petani menyewa lahan dengan luasan 0,1 – 1,0 ha dan 5,71% petani mengerjakan lahan gadai dengan luasan 0,1 – 1,0 ha. Dari lahan tersebut yang masuk SL-PTT adalah 54,29 % lahan milik sendiri, 14,29% lahan sewa dan 2,86% lahan gadai dengan luasan 0,1 – 1,0 ha ( Tabel 2). Mata pencaharian utama petani responden adalah berusahatani tanaman pangan (91,43%), dan sebagai mata pencaharian sampingan adalah usahatani perkebunan (80%). Partisipasi Petani Responden Petani responden 100% telah mengetahui dan menerapkan komponen teknologi yang diberikan pada SL-PTT padi.
Dalam menerapkan suatu teknologi
94,29% responden mempertimbangkan faktor produktivitas tinggi sebagai prioritas utama dalam menerapkan teknologi, prioritas kedua adalah mudah diterapkan (54,29%), ketiga adalah faktor kegagalan rendah (65,71%), teknologi tersedia dan murah (34,29%) sebagai prioritas ke empat, dan kelima adalah pasar ada (54,29%) serta prioritas terakhir adalah perubahan nyata (28,57%). Motivasi petani responden mengikuti SL-PTT adalah karena produktivitas dan hasil meningkat juga kualitas gabah baik dan harga tinggi (100%), 45,71% motivasinya adalah mengikuti anjuran pemerintah dan untuk mendapatkan BLM dan tidak ada petani yang terpaksa untuk mengikuti SL-PTT. Selama kegiatan SL-PTT, pertemuan dengan pemandu 54,29% mengatakan < 10 kali dan 5,71% responden yang mengatakan bahwa pertemuan dengan pemandu > 18 kali. Dari jadwal pertemuan SL-PTT Padi 100% petani responden mengikuti, kecuali kegiatan pada M-4 dan M-1 hanya 94,29% petani yang mengikuti. Sebanyak 62,86% petani tidak memiliki sertifikat SL-PTT dan 37,14% petani yang memiliki sertifikat SLPTT. Aktivitas pendamping Pendampingan melalui pertemuan antara pendamping dengan petani peserta SL-PTT, 54,3% responden menyatakan pertemuan kurang dari 10 kali dan hanya 40% yang melakukan pertemuan 10 – 18 kali, sesuai kalender pertemuan SL-PTT yaitu 18 kali pertemuan permusim tanam. Seluruh responden mengetahui adanya pendamping dari penyuluh yang sering hadir dilokasi SL-PTT, dan pendamping dari BPTP terdapat 266
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
71,5% petani mengetahui kehadirannya di lokasi SL-PTT. Pendamping telah berperan aktif dalam melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, klarifikasi penentuan CP/CL, Distribusi benih, pelaksanaan Demo Plot, Apresiasi dan bimbingan lapang, dan khusus Pendamping dari BPTP berberan aktiv sebagai nara sumber dalam pelatihan PL-3, serta Pengamatan pertumbuhan dan panen. Teknologi yang ditawarkan untuk SL-PTT
97,1% responden menyatakan
sesuai dengan hasil Pemahaman terhadap Masalah dan Peluang (PMP). Kegiatan SLPPT telah mampu menigkatkan produktivitas padi dari rata-rata 4.710 kg menjadi ratarata 5.940 kg atau meningkat 26,1%. Respon petani terhadap Pendamping Pendidikan formal dan pengalaman pendamping sangat mempengaruhi cara pendampingan demikian yang dinyatakan oleh 71,4% responden, sedangkan umur tidak di permasalahkan. Pendampingan yang dilakukan bersama penyuluh kabupaten dengan penyuluh/peneliti dari BPTP, 100% responden setuju untuk dilanjutkan. Seluruh responden setuju dengan penyediaan fasilitas bagi pendamping untuk mendukung keberhasilan pendampingan, termasuk dukungan anggaran perjalan yang memadai bahkan seluruh responden juga setuju jika pendamping di asuransikan. Penilaian petani/responden terhadap komponen teknologi pada program SL-PTT; dari 12 komponen teknologi SL-PTT, 9 diantaranya dinilai baik oleh 100% responden, sedangkan untuk penggunaan bahan organik dan BWD hanya 88,6% yang menilai baik, dan untuk irigasi terputus (Intermitten) 82,9% responden yang menilai baik. Persepsi Petani terhadap Pendamping Seratus persen petani responden menyatakan bahwa pemandu lapang berperan pada kegiatan koordinasi dengan dinas, klarifikasi dan penentuan CP CL, pengiriman benih padi, demplot, apresiasi dan bimbingan lapang, dan sebagai nara sumber pelatihan. Pada pengamatan pertumbuhan dan panen 97,14% petani responden menyatakan bahwa pemandu lapang berperan pada kegiatan tersebut. 97,14% responden menyatakan bahwa Teknologi yang diberikan berdasarkan PRA, bantuan benih sesuai keinginan dan benih digunakan dilahan petani. Perbandingan produksi padi antara produksi padi LL, SL dan di luar SL, 28,57% petani memperoleh hasil > 6 ton di lokasi LL dan 17, 14% di lokasi SL. Adapun untuk produksi padi diluar SL paling tinggi 5-6 ton (22,86%). Persepsi petani terhadap pendampingan, 100% responden sangat setuju apabila pendampingan dilakukan bersama-sama peneliti dan penyuluh dan 100% 267
Sahardi: Kajian Pola Pendampingan Sl-PTT …..
responden tidak setuju apabila pendampingan hanya dilakukan oleh petugas laki-laki. 71,43% responden menyatakan bahwa pendidikan formal dan ilmu yang dikuasai mempengaruhi cara pendampingan dan 91,4% kurang setuju bila umur menjadi kendala pendampingan. 100% responden setuju apabila pendampingan dilakukan secara bersama-sama dengan peneliti dan penyuluh BPTP. Untuk wujud pendampingan 100% responden sangat setuju apabila cara pendampingan dilakukan berdasarkan kebutuhan petani dan menurut mereka pelatihan merupakan wujud pendampingan paling efektif.
100% responden setuju
bahwa Juknis dan membuat demplot merupakan wujud pendampingan paling efektif, menjadi nara sumber telah dilakukan pendamping dengan baik dan kombinasi keseluruhan merupakan pendampingan ideal. Responden 100% setuju apabila waktu pendampingan disepakati dengan petani dan jangkauan pendampingan satu lokasi didampingi oleh 2-3 orang dengan lokasi dipilih yang paling dekat, strategis dan ditentukan sesuai kebutuhan. Materi pendampingan yang diperlukan 100% petani setuju dengan materi budidaya, panen, pengolahan hasil, pemasaran maupun materi yang bersifat umum.
Adopsi Teknologi Pada saat berlangsungnya program SL-PTT 100% responden mengikuti seluruh teknologi yang diintroduksikan kecuali teknologi penambahan bahan organik hanya 88,57% yang mengetahuinya.
Setelah SL-PTT 97,14% petani akan tetap
menggunakan teknologi penggunaan VUB, benih sehat 94.29, jajar legowo 34,28%, pemupukan berimbang 34,28%, untuk penambahan bahan organik 25,71% responden akan tetap menggunakan teknologi tersebut.
Untuk teknologi pengendalian OPT,
pengolahan tanah, dan panen 100% responden akan tetap menggunakan teknologi tersebut (Tabel 4). 91,43% responden menyatakan bahwa 0 -10 orang Petani luar SLPTT yang ikut menerapkan teknologi SL-PTT dengan luasan 0 – 10 ha.
Adapun
teknologi yang ditiru oleh petani non SL-PTT adalah Jajar legowo (45,71%), Pemupukan (37,14%), penggunaan VUB (20%). Agar pendampingan lebih efektif maka,
cara pendampingan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan petani demikian dinyatakan oleh 90-100% responden.
Pelatihan disertai praktek dan dengan pembuatan demo plot merupakan wujud pendampingan yang efektif demikian pengakuan 90-100% responden.
268
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Waktu pendampingan sebaiknya disepakati antara petani dan pendamping, waktu pendampingan yang diinginkan responden yaitu 90-100% pada pagi/sore hari, sedangkan kalau pagi hari 85,7% responden kurang setuju.
Jumlah pendamping minimal 1 orang satu lokasi dan akan lebih baik kalau bisa 2 orang dalam satu lokasi demikian hasil dari 100% responden.
Lokasi pendampingan 100% responden setuju diletakkan pada lokasi yang strategis, muda diakses dan dibutuhkan oleh petani.
Permasalahan Program SL-PTT Hasil Kajian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendampingan/pengawalan SLPTT, di Kabupaten
Luwu pada umumnya ditemui beberapa masalah sehingga
pelaksanaan SL-PTT belum memberikan hasil optimal sesuai harapan. Pemasalahan tersebut terutama adalah ketersediaan sarana produksi seperti benih dari program bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan bantuan langsung pupuk (BLP) selalu terlambat. Benih dari BLBU tidak pernah memenuhi 6 tepat (tepat waktu, varietas/jenis, mutuh, jumlah, sasaran dan harga) demikian pula dengan BLP sering terlambat atau tidak tersedia pada saat dibutuhkan yang mengakibatkan pelaksanaan SL-PTT juga selalu terlambat waktu tanamnya, akibatnya pertanaman sering mendapat gangguan OPT yang berat, seperti tikus, penggerek batang, walangsangit dan lainnya, sehingga produksi yang diperoleh sangat rendah dibanding dengan potensi hasil VUB yang ditanam
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Hasil kajian Pendampingan SL-PTT di Kabupaten Luwu menunjukkan bahwa Pola pendampingan yang efektif adalah pendampingan yang dimulai dari sosialisasi, diikuti dengan aplikasi teknologi yang mendukung kegiatan SL-PTT melalui Demplot atau Demfarm varietas unggul baru yang dikawal secara bersama-sama penyuluh pertanian kabupaten dengan peneliti dan penyuluh dari BPTP Rekomendasi -
Untuk mengefektifkan pelaksanaan SL-PTT khususnya di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan, maka perlu dilakukan pendampingan secara bersama antara penyuluh di kabupaten dengan peneliti dan penyuluh dari BPTP melalui kegiatan
269
Sahardi: Kajian Pola Pendampingan Sl-PTT …..
Demplot/Demfarm yang menggunakan benih sumber VUB, sehingga hasil demplot/demfarm tersebut dapat dijadikan benih oleh kelompok tani. -
Untuk mengatasi masalah ketersediaan benih berlabel pada kegiatan SL-PTT, maka sebaiknya pemerintah mendorong penangkaran benih pada tingkat kelompok tani dengan memberikan bantuan/subsidi benih sumber (SS), dan menghindari bantuan atau subsidi benih sebar (ES) DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2010. Dukungan unit kerja (upt) badan litbang pertanian terhadap upaya pencapaian swasembada kedelai serta swasembada padi dan jagung berkelanjutan. Puslitbang Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Pedoman Bagi Penyuluh Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT). Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.Jakarta Departemen Pertanian. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian, Jakarta. Departemen Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Swasembada Padi Berkelanjutan. Disampaikan Pada Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2010 -2014. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Jakarta Lewangka O. 2003. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Laporan Penelitian Bisnis. Program Studi Manajemen. Unhas Makassar. Manggabarani A. 2006. Revitalisasi Perkebunan di Indonesia. Makalah disampaikan pada acara seminar nasional dalam rangkan Dies Natalis UNHAS, di Makassar Manggabarani A. 2009. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional. Makalah disampaikan pada acara sinar nasional dalam rangkan Dies Natalis UNHAS, di Makassar, Januari 2009 Tim Penyusun. 2007 a. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta Kementerian Pertanian. 2010. Arahan Menteri Pertanian pada acara Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2010-2014 dan Pemantapan Pelaksanaan Program/ kegiatan. Jakarta.
270