BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PEMANDIAN AIR PANAS LEJJA DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN Asrina Dewi Nasrullah Universitas Fajar Makassar Jalan Prof. H. Abudurrahman Basalamah No.101 Makassar E-mail:
[email protected] Abstract: This study aims to (1) determine the factors driving and inhibiting tourism development of Pemandian Air Panas Lejja, and (2) determine the development strategy of what should the government do Soppeng in the development of attraction Pemandian Air Panas Lejja in increasing tourist arrivals. Data analysis method used is descriptive qualitative approach then to obtain a development strategy also conducted a SWOT analysis. The results showed that the factors driving the development of attraction Pemandian Air Panas Lejja are natural scenery, hot springs, security conditions, hospitality, facilities and infrastructure, diversity of tourist attractions and the atmosphere of comfort. Whereas the inhibiting factor is lack of funds, lack of professional employee, promotion, road, the location is far from city, program development is still modest, telecommunications networks, including the conservation forests/protected. The strategy of development to be done in increasing tourist arrivals are increasing promotion through print and electronic media taking into account the quantity and quality of promotional materials; repair, maintain and improve the facilities and infrastructure; and establish cooperative relationships with investors and the tourism actors. Keywords: development strategy, tourism object Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memperoleh data perihal faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja, dan (2) mengkaji strategi pengembangan apa saja yang harus dilakukan pemerintah Kabupaten Soppeng dalam pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Metodeanalisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif kemudian untuk memperoleh strategi pengembangan dilakukan pula analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendorong pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja yaitu panorama alam, tersedia sumber air panas, kondisi keamanan, keramahtamahan masyarakat, sarana dan prasarana, keanekaragaman atraksi wisata dan suasana yang kenyamanan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan dana, kurangnya tenaga kerja profesional, promosi yang kurang, jalan yang kurang baik, lokasi jauh dari pusat kota, program pengembangan yang masih sederhana, jaringan telekomunikasi, termasuk dalam kawasan hutan konservasi/lindung. Adapun strategi pengembangan yang harus dilakukan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan yaitu meningkatkan promosi melalui media cetak dan elektronik dengan memperhatian kuantitas dan kualitas materi promosi; memperbaiki, memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana; serta menjalin hubungan kerjasama dengan investor dan para pelaku pariwisata. Kata –kata kunci: Strategi pengembangan, objek wisata
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
PENDAHULUAN Kabupaten Soppeng khususnya pada sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang strategis dan potensial untuk dikelola serta dikembangkan karena memiliki berbagai macam objek wisata yang menarik untuk dikunjungi seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata seni dan budaya. Namun dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara masih sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan objek wisata yang belum optimal, tenaga ahli dibidang pariwisata masih minim, promosi masih sangat kurang, pengalokasian dana pada sektor ini juga masih sangat terbatas. Salah satu objek wisata di Kabupaten Soppeng yang memiliki prospek cukup potensial untuk dikelola dan dikembangkan adalah Pemandian Air Panas Lejja. Objek wisata Pemandian Air Panas Lejja adalah salah satu aset wisata alam di Kabupaten Soppeng yang mempunyai daya tarik tinggi dengan suasana dan pemandangannya yang masih asri. Pemandian ini merupakan objek wisata favorit sekaligus wisata andalan yang diharapkan mampu meningkatan jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara di Kabupaten Soppeng setiap tahunnya. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Pemandian Air Panas Lejja yaitu kolam renang yang terbagi atas 2 bagian yaitu kolam renang umum dan kolam renang private, air bersih, listrik, toilet, ruang ganti pakaian, pondok peristirahatan seperti gazebo, villa serta baruga wisata sebagai tempat pertemuan dengan daya tampung 300 orang, areal parkir, jalan beraspal dan lain-lain. Dengan adanya sarana dan prasarana yang telah
disiapkan oleh pihak pengelola, maka akan membuat wisatawan merasa nyaman ketika berkunjung ke objek wisata Pemandian Air Panas Lejja. Akan tetapi dibalik rasa kenyamanan tersebut, wisatawan juga bisa merasakan hal sebaliknya apabila sarana dan prasarananya tidak dirawat dengan baik. Seperti halnya di Pemandian Air Panas Lejja, sarana dan prasarananya sudah cukup memadai. Tapi jika dilihat dari segi perawatan fasilitas, bisa dikatakan pihak pengelola belum berhasil terbukti dengan adanya sebagian fasilitas yang mengalami kerusakan tapi tidak dilakukan perbaikan. Adapun sarana yang dimaksud penulis dalam hal ini seperti toilet, ruang ganti pakaian, papan seluncuran dan sebagainya. Rusaknya sarana dan prasarana pendukung di suatu objek wisata membuat wisatawan yang datang berkunjung merasa tidak nyaman dan hal itu bisa berdampak terhadap menurunnya jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata Pemandian Air Panas lejja. Kondisi seperti ini memang ironis mengingat potensi yang dimiliki objek wisata Pemandian Air Panas Lejja sangat menjanjikan, tapi belum dikelola secara optimal dan profesional. Hal ini seharusnya sudah menjadi perhatian utama bagi pemerintah Kabupaten Soppeng melalui DISBUDPAR (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata). Untuk itu, maka berbagai perubahan yang terjadi harus disikapi dan diantisipasi secara dini oleh pemerintah daerah dengan menerapkan strategi yang efektif guna memanfaatkan kekuatan internal yang dimiliki dan mempertimbangkan pengaruh eksternal. Hasil akhir penelitian ini diharapkan mampu memberikan 157
BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
masukanberupa strategi untuk pengembangan objek wisata pemandian Air Panas Lejja dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Soppeng”. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk kata-kata atau berupa paparan. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, atau memo dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2005).Penelitian ini dilakukan di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dan pengumpulan data dari Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan objek wisata pemandian Air Panas Lejja yaitu Sumber Daya Manusia atau aparatur DISBUDPAR Kabupaten Soppeng dan pengelola objek wisata Pemandian Air Panas Lejja yang terdiri dari 5 orang yaitu: Kepala Disbudpar Soppeng, Sekretaris Disbudpar, Kabid Pengembangan Disbudpar, Kepala UPTD Pemandian Air Panas Lejja dan Pengelola Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja.Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan dan observasi di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja.Data sekunder ini diperoleh dari kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng serta kepustakaan lain yang terkait seperti dari buku, karya ilmiah, dan jurnal mengenai pengembangan pariwisata dan objek
wisata. Dalam pengumpulan data, dilakukan dengan teknik Pengamatan (Observasi), Wawancara Terstruktur (Interview), Dokumentasi (Documentation), Studi Kepustakaan (Literature).Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, untuk menjawab faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan objek wisata Permandian Alam Air Panas Lejja dan kontribusinya dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Soppeng. Sedangkan untuk menjawab strategi pengembangan objek wisata Pemandian Alam Air Panas Lejja menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunity, Threaths). Dari analisis ini akan ditarik kesimpulan bagaimana strategi pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Soppeng. Analisis Deskriptif merupakan proses penggambaran daerah penelitian. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa dengan metode analisis deskriptif, untuk menjelaskan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Setelah dilakukan analisis deskriptif kemudiandianalisis dengan menggunakan Analisis SWOT. Menurut
Sondang P. Siagian (1998:172) SWOT merupakan akronim untuk kata Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang)dan Threats (Ancaman). Dari analisis ini akan ditarik kesimpulan bagaimna strategi pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Soppeng. Tujuan dari perumusan analisis SWOT adalah untuk mengelompokkan
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
masalah dan memudahkan pendekatan
secara
strategis.
Tabel 1. Matriks Stengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threaths (SWOT)
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Geografis Pemandian Air Panas Lejja Pemandian Air Panas Lejja terletak di Desa BuluE, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng dengan batas kawasan Sebelah Utara Kampong Lejja, Sebelah Selatan Kampong DataE, Sebelah Barat Gunung Pangesoren, Sebelah Timur Desa BuluE atau Kampong Galung Kalunge. Dan berjarak sekitar 49 km sebelah utara Kota Watansoppeng atau sekitar 14 km dari Ibu Kota Kecamatan Marioriawa. Untuk menuju objek wisata ini, dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan rute perjalanan Makassar-Soppeng-Desa BuluE. Jarak sekitar 175 km dengan waktu tempuh 4 jam melalui jalan aspal. Daerah ini mempunyai ketinggian antara 239-398 m di atas permukaan laut dengan keadaan sumber air pada kawasan ini dijumpai aliran air permukaan (Sungai Mario) dan aliran air bawah tanah. Tipe ekosistem di kawasan ini adalah hutan hujan tropis daratan rendah.
Kunjungan Wisatawan di Pemandian Air Panas Lejja Setiap tahunnya objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dikunjungi oleh banyak wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Khusus wisatawan asing sendiri, setiap tahunnya selalu ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng. “Wisatawan asing biasanya datang di waktu tertentu seperti pada bulan Januari. Setiap tahun wisatawan asing kita dapat dari Kementerian Luar Negeri dan itu campur-campur ada dari Pakistan, Malaysia, Singapur, Eropa, ada dari Tanzania, India dan biasanya 8 sampai 10 orang. Terakhir datang dari Bulgaria 18 orang dan bermalam sampai 3 malam di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja. selain itu insidentik 1 sampai 3 orang” (hasil wawancara dengan Pak Andi Unru 22/09/2015).
159
BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Tabel 2. Kunjungan Wisatawan di Pemandian Air Panas Lejja
Faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja 1. Panorama Alam yang Indah, Sejuk dan Masih Asli/Alami.Keindahan alam tercermin dari sumber air panas yang melimpah serta pepohonan yang rindang di sekitar objek wisata merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain itu adanya atraksi fauna langka seperti monyet/kera diatas pohon yang dapat disaksikan oleh pengunjung objek wisata Pemandian Air Panas Lejja. 2. Sumber Air Panas yang Melimpah.Objek wisata Pemandian Air Panas Lejja mempunyai sumber mata air panas yang jernih dan melimpah. Suhu airnya mencapai 60 0 Celcius, ditambah kandungan sulfur dengan kadar belerang sesuai hasil penelitian mencapai 1,5 persen. 3. Kondisi Keamanan yang Baik. Keamanan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja cukup baik karena melibatkan warga sekitar dan polsek terdekat untuk menjaga objek tersebut. Keamanan diperlukan untuk menjaga barangbarang pengunjung yang ditinggal bermain ataupun berjalan-jalan di sekitar objek dari tindakan pencurian yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu khusus di hari
libur seperti Hari Raya keamananannya sangat dijaga. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Zainal selaku Sekretaris Disbudpar Soppeng. “Khusus di hari raya pengamanannya sangat ditingkatkan karenapengunjung sangat banyak, tidak seperti kalau hari biasa atau hari kerja pengamanannya tidak seperti pada hari raya. Pada hari raya keamanan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja bekerjasama dengan Kepolisian terdekat, Dinas Perhubungan dan Pengelola objek wisata Pemandian Air Panas Lejja”. (Hasil Wawancara 26/09/2015). 4. Masyarakat Sekitar Objek Wisata. Peran masyarakat sekitar dalam suatu objek wisata sangatlah penting, khususnya di Pemandian Air Panas Lejja. selain untuk untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung, adat istiadat atau budaya masyarakat sekitar objek wisata juga dapat menarik kunjungan wisatawan. 1. Fasilitas Sarana dan Prasarana yang Memadai. Adapun fasilitas sarana dan prasarana yang ada di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja seperti Air Bersih, Listrik, Areal Parkir, Jalan Beraspal, Guest House Villa, Warung Makan, Tourist Information Center (TIC), Toilet, Kamar Ganti Pakaian, Kolam Berendam, Lapangan Tenis
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
dan Baruga Wisata untuk pertemuan dengan daya tampung 300 orang. 2. Memiliki Atraksi Wisata yang Beraneka Ragam. Salah satu keunikan dari Pemandian Air Panas Lejja yaitu adanya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat sekitar objek wisata yang dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung. 3.
Suasana Objek Wisata Memberikan Kenyamanan.
dibangunnya Baruga Wisata atau gedung pertemuan. Setelah otonomi daerah tidak ada lagi APBD I, kecuali APBD toh saja yang digunakan dalam pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja” (Hasil wawancara dengan Pak Zainal 26/09/2015). 2. Kurangnya Tenaga Kerja Profesional dalam Pengelolaan Objek Wisata. Pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja masih terlihat kurang profesional. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kuantitas maupun kualitas dari tenaga kerja yang ada sehingga mereka kurang menguasai permasalahan. “Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola objek wisata Pemandian Air panas Lejja banyak akan tetapi kualitasnya masih kurang”. (Hasil wawancara dengan UPTD Lejja Pak Dalle 26/09/2015).
yang
Ketika masuk ke kawasan objek wisata maka kita akan diberikan pemandangan yang indah seperti pemandangan hutan belukar yang ditumbuhi berbagai macam pohonpohon yang menjulang tinggi yang dapat melindungi pengunjung dari sengatan sinar matahari. Selain itu adanya ratusan anak tangga yang dilalui para pengunjung sebelum sampai ke pusat keluarnya air panas dan kolam berendam untuk menceburkan diri setelah melewati ratusan anak tangga tersebut. Faktor Penghambat dalam Pengembangan Pemandian Air Panas Lejja. 1. Keterbatasan Anggaran untuk Biaya Sarana dan Prasarana Objek Wisata. Dana pengembangan dan pembangunan Pemandian Air Panas Lejja masih mengandalkan dana APBD. Keterbatasan APBD membuat pembangunan dan pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja tersendat. Hal ini dibenarkan oleh Pak Zainal selaku Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng. “Harus ditopang oleh APBN yang selama ini tidak pernah di drop dananya ke Lejja, hanya APBD toh saja. Tidak sama dulu sebelum otonomi daerah ada APBD I sehingga fasilitasnya banyak, termasuk
3. Promosi Objek Wisata yang Masih Kurang. Sistem promosi yang dijalankan pada kepariwisataan Kabupaten Soppeng ini sekarang hanya terbatas pada sistem promosi dengan menggunakan brosur, leaflet pada acara festival baik pada tingkat regional, provinsi maupun nasional. Selain pengadaan brosur dan leaflet dalam promosi di Kabupaten Soppeng, promosi juga dilakukan dimedia elektronik seperti televisi. “Pemandian Air Panas Lejja sering dipromosikan di TVRI dan Trans 7 dan untuk website resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng belum ada” (hasil wawancara dengan Pak Zainal 26/09/2015).
161
BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
4. Keadaan Jalan yang Kurang Baik. Keadaan jalan yang kurang baik dapat dilihat dengan banyaknya jalan yang berlubang. “Jalannya jelek, lobang-lobang maunya itu kalau tempat-tempat (objek wisata) begini harus bagus” (hasil wawancara dengan Pak Amiruddin 26/09/2015). 5. Lokasi Jauh dari Pusat Kota. Letak objek wisata Pemandian Air Panas Lejja jauh dari pusat kota Kabupaten Soppeng. Untuk mencapai objek wisata Pemandian Air Panas Lejja harus menempuk jarak 49 km dengan jalanan yang berliku dan terjal. 6. Program Pengembangan Objek Wisata yang Masih Sederhana. Pengembangan pada objek wisata Pemandian Air Panas Lejja masih sederhana. Hal ini dapat dilihat dari perkembangannya, dimana beberapa tahun terakhir objek wisata ini seperti tidak ada perubahan dari sebelumnya. Sehingga wisatawan berpikir untuk apa datang berkali-kali ke objek kalau hanya itu-itu saja yang dari dulu dapat dilihat dan tidak ada perubahannya sampai sekarang. 7. Jaringan Telekomunikasi Susah. Salah satu sarana penting yang berkaitan dalam pengembangan objek wisata adalah adanya jaringan komunikasi. Akan tetapi dalam objek wisata Pemandian Air Panas Lejja wisatawan sangat susah untuk mendapatkan jaringan. Banyak pengunjung yang enggan tinggal lamalama atau bahkan sampai bermalam dikarenakan akses jaringan yang susah didapatkan. “Susah jaringan, itupun hanya daerah tertentu saja yang ada. Tower ada tapi belum ada ijinnya dari Kehutanan padahal sudah lamami. Kalau pariwisata membangun dilarang tapi
kalau kehutanan tidak karena dia yang memiliki kawasan” (hasil wawancara dengan Pak Amiruddin 26/09/2015). 8. Objek Wisata Masuk dalam Kawasan Hutan Konservasi. Objek wisata ini berada pada kawasan Hutan Konservasi KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam). Jadi dalam pengembangannya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng harus meminta izin pada Menteri Kehutanan apabila ingin membangun suatu fasilitas wisata di Pemandian Air Panas Lejja yang berada di kawasan KSDA. “Penghambatnya karena Lejja masuk dalam KSDA (Konsevasi Sumber Daya Alam) berada di kawasan hutan lindung. Tidak susah dan tidak mudah dalam pengembangannya tapi itulah terkendala sedikit” (hasil wawancara dengan Bapak Zainal 26/09/2015). Hal yang sama juga dibenarkan oleh Ibu A. Nur Kabid Pengembangan Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng. “Saat ini ada juga karcis dari KSDA. Pembayaran karcis meningkat dari Rp 5.000 naik menjadi 12.500 per orang. Kendalanya begitu, ada sedikit kenaikan sehingga pengunjung mengeluh. Pariwisata hanya mengelola objeknya saja dengan memungut karcis masuk objek sebesar Rp 5.000 sedangkan Kehutanan memungut biaya masuk sebesar 7.500. Karcis kehutanan sendiri masuk sejak januari 2015” (hasil wawancara dengan Ibu A. Nur 30/09/2015). Potensi Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja di Lihat dari Pendekatan 4A+1I. Adapun hasil dari analisa di objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
berdasarkan metode pendekatan 4A+1I adalah sebagai berikut : 1. Attraction (Atraksi). Objek wisata Pemandian Air Panas Lejja merupakan objek wisata alam yang masih alami serta memiliki sumber air panas yang melimpah. Atraksi wisata terdiri dari 2 yaitu : a. Site Attraction/Natural Amenities. Adapun atraksi alami semenjak objek wisata Pemandian Air Panas Lejja ada seperti air panasnya yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit rematik dan gatal-gatal, hutan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi, adanya fauna langka seperti monyet/kera. b. Event Attraction/Man Made Supply. Adapun atraksi objek wisata Pemandian Air Panas Lejja setelah ada
campur tangan manusia yaitu terbagi atas 3 unsur antara lain: 1) Sejarah (historical): adanya kuburan orang-orang belanda, sumur jodoh serta mitos-mitos yang berkembang di masyarakat sekitar objek wisata. 2) Budaya (cultural): pesta rakyat setiap 1 tahun sekali dilaksanakan yang sering disebut dengan pattaungeng, acara tradisional seperti mappadendang/sere serta ritual yang dilakukan dengan meletakkan sesajian di pusat keluarnya sumber air panas. 3) Agama (Religious) : Musholla. 2.
Accessibility (Aksesibilitas). Adapun deskripsi mengenai segi aksesibilitas di lokasi objek wisata Pemandian Air Panas Lejja.
Tabel 3. Unsur Penting Dalam Aksesibilitas Wisata
3.
Amenity (Amenitas). Adapun amenitas yang berada di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja di Kabupaten Soppeng dengan kriteria-kriteria fasilitas yang pada
Tabel 4. Sarana-Sarana Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja.
163
BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Tabel 4. Sarana-Sarana Penting yang Berkaitan denganPerkembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja
4.
Aktivity (Aktivitas). Objek wisata Pemandian Air Panas Lejja menyuguhkan berbagai keelokan suasana alam yang masih alami. Hal ini menjadikan wisatawan yang berkunjung dan masyarakat sekitar untuk melakukan aktifitas. a. Aktivitas Wisatawan. 1. Jalan-jalan kehutan sambil menikmati panorama alam Pemandian Air Panas Lejja. 2. Berendam di kolam renang yang airnya hangat serta bisa menyembuhkan penyakit rematik dan gatal-gatal. 3. Melihat adat istiadat/ budaya masyarakat sekitar objek wisata. 4. Menikmati hidangan makanan di warung tradisional sekitar objek.
5. Belanja souvenir khas Lejja seperti baju yang bertuliskan Lejja, serta makanan dan minuman yang diperlukan selama tinggal. 6. Melihat langsung sumber air panas Lejja. 7. Berkunjung ke sumur jodoh dan menggantung harapan lewat botol-botol plastik (mitos). 8. Mengabadikan moment selama berada di objek (foto-foto). 9. Beristirahat di shelter, gazebo dan villa yang telah disediakan oleh pihak pengelola. b. Aktivitas Masyarakat. 1. Berdagang atau menjual kebutuhan wisatawan seperti makanan dan minuman, madu
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
asli Lejja serta souvenir khas Lejja seperti baju yang bertuliskan Lejja. 2. Penyewaann ban untuk para wisatawan. 3. Melaksanakan acara-acara tradisional seperti pattaungeng dan mappadendang. 4. Memanfaatkan air yang bersumber dari Pemandian Air Panas Lejja untuk mengairi sawah masyarakat disekitar objek wisata. 5. Institution (Institusi). Institusi yang mengelola objek wisata Pemandian Air Panas Lejja
dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng. Selain Disbudpar Kabupaten soppeng, objek wisata Pemandian Air Panas Lejja juga dikelola oleh KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Provinsi Sulawesi Selatan dibawah naungan Menteri Kehutanan dikarenakan objek wisata ini berada dalam kawasan hutan lindung. Akan tetapi KSDA hanya berfokus ke hutannya saja sedangkan DISBUDPAR fokus terhadap objek wisatanya.
Tabel 5. Unsur-Unsur Penting Pengelolaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja
165
BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja. Dalam penyusunan strategi pengembangan objek wisata
Pemandian Air Panas Lejja peneliti melakukan analisis SWOT dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Tabel 6. Matriks Faktor Internal dan Faktor EksternalObjek Wisata Pemandian Air Panas Lejja
Berdasarkan hasil uraian terhadap kajian aspek lingkungan internal dan eksternal di atas, maka terdapat sejumlah indikator yang mempengaruhi dan menghambat dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga secara keseluruhan dapat diambil langkahlangkah dalam menanggulangi masalah atau hambatan yang negatif terhadap pengembangan objek wisata serta untuk penciptaan strategi pengembangan potensi objek wisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Dan dari analisis SWOT tersebut akan menghasilkan 4 kemungkinan strategi alternatif yaitu:
1. Strategi SO (Strength and Opportunities), yaitu strategi yang mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 2. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. 3. Strategi ST (Strength and Threats), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. 4. Strategi WT (Weaknesses and Threats), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan menghindari ancaman (threats).
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
Tabel 7. Matriks SWOT Analisis Lingkungan Internal dan EksternalObjek Wisata Pemandian Air Panas Lejja
167
BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan, objek wisata Pemandian Air Panas Lejja masuk ke dalam Kuadran Pertama pada diagram SWOT, adapun alternatif strategi yang digunakan, adalah SO (Strength and Opportunities), dengan pertimbangan bahwa objek wisata Pemandian Air Panas Lejja mempunyai potensi alam yang banyak dan besar untuk dikembangkan, akan tetapi belum termanfaatkan secara optimal, untuk itu dalam mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja harus menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan (strength) untuk memanfaatkan peluang (opportunities). Oleh karenanya atas dasar hasil analisis dari peneliti berdasarkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal tersebut di atas, maka kebijakan pengembangan pariwisata objek wisata Pemandian Air Panas Lejja adalah : 1) Meningkatkan promosi mengenai objek wisata Pemandian Air Panas Lejja melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik (dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas materi promosi dalam bentuk leaflet, brosur, booklet, CD interaktif dan website), pameranpameran wisata yang dilakukan oleh Disbudpar Kabupaten Soppeng. 2) Meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang seperti membangun area outbond dan fasilitas-fasilitas penunjang lain sehingga menarik dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Disamping itu perbaikan jalan yang rusak dan pelebaran jalan menuju objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dapat memudahkan akses bagi wisatawan yang ingin berkunjung.
3) Pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja memang perlu ditingkatkan apalagi semakin bertambahnya objek-objek wisata lain dan bertambahnya persaingan antar objek wisata maka objek wisata Pemandian Air Panas Lejja memerlukan inovasi baru untuk berkembang kearah yang lebih baik. Pemerintah daerah dalam objek wisata Pemandian Air Panas Lejja terkendala oleh dana maka perlu bantuan dari investor swasta dan pelaku-pelaku pariwisata. 4) Dalam mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja perlu segera dilaksanakan pengembangan dan pembangunan terhadap potensi yang terdapat di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja secara bertahap sesuai prioritas dengan memperhatikan nilai keunggulan saing dan keunggulan banding, kekhasan objek, kebijaksanaan pengembangan serta ketersediaan dana dan SDM. 5) Memanfaatkan potensi yang dimiliki objek wisata Pemandian Air Panas Lejja yaitu sumber air panas yang melimpah sekaligus mengembangkan peluang yang dapat dijual dan dapat menarik pengunjung. Strategi Pengembangan Objek Wisata PemandianAir Panas Lejja Oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng 1. Menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk perkembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja, adapun pihak-pihak yang dimaksud yaitu : a. Menjalin hubungan kerjasama dengan Menteri Kehutanan selaku pemilik kawasan Hutan
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
Konservasi tempat objek wisata Pemandian Air Panas Lejja berada agar lebih mempermudah dalam pengembangan objek wisata kedepannya. Menurut Pak Zainal selaku sekretaris Disbudpar Kabupaten Soppeng bahwa kedepannya akan ada kontrak kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng dengan Menteri Kehutanan dalam hal ini KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Provinsi Sulawesi Selatan. b. Menjalin hubungan kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk perbaikan jalan menuju Pemandian Air Panas Lejja agar memudahkan wisatawan untuk mencapai objek. c. Menjalin hubungan kerjasama dengan TELKOMSEL untuk pembangunan tower agar memudahkan wisatawan dalam mengakses jaringan komunikasi di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja. 2. Meningkatkan sarana dan prasarana objek wisata Pemandian Air Panas Lejja. Menurut Kepala Dinas, Sekretaris dan Kabid Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten Soppeng bahwa untuk pengembangan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja adapun program-program pengembangan yang akan dilakasanakan yaitu : a. Jalan Lingkar di sekitar objek akan dibenahi. b. Perbaikan dan Perluasan Tempat Parkir. c. Pembangunan Gazebo dan Tempat Ibadah (Musholla / Masjid).
d. Perbaikan kolam berendam dan pembangunan kolam pemandian khusus anak-anak. e. Pemeliharaan fasilitas villa dan gazebo. f. Perbaikan toilet/wc. g. Perbaikan kamar ganti pakaian. h. Perbaikan papan seluncuran. i. Pembuatan Tempat Penampungan Sampah (TPS). SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dan hasil wawancara dengan beberapa informan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja yaitu : Panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli/alami, Sumber air panas yang melimpah, Kondisi keamanan yang baik, Masyarakat sekitar objek wisata, Fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, Memiliki atraksi wisata yang beraneka ragam dan Suasana objek wisata yang memberikan kenyamanan. 2. Faktor Penghambat Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja yaitu : Keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana objek wisata, Kurangnya tenaga kerja profesional dalam pengelolaan objek wisata, Promosi objek wisata yang masih kurang, Keadaan jalan yang kurang baik, Lokasi jauh dari pusat kota, Program pengembangan objek wisata yang masih sederhana, Jaringan telekomunikasi susah, Objek wisata masuk dalam kawasan hutan konservasi/lindung. 3. Strategi Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja Dalam Meningkatkan Kunjungan
169
BARISTA, Volume 2, Nomor 2, Desember 2015
Wisatawan yaitu : Meningkatkan promosi mengenai objek wisata Pemandian Air Panas Lejja melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas materi promosi untuk menarik wisatawan pada umumnya dan secara khusus untuk menarik investor; Memperbaiki, memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang sehingga menarik dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung; Menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti investor sehingga anggaran dana yang awalnya kurang dari pemerintah daerah dapat teratasi. Selain menjalin kerjasama dengan investor juga sangat penting menjalin kerjasama dengan pelaku-pelaku pariwisata salah satunya Travel Agent yang dapat membantu dalam mendatangkan wisatawan lokal maupun wisatawan asing; Dalam pengembangannya objek wisata Pemandian Air Panas Lejja tetap harus memperhatiakan keaslian daya tariknya. Adapun beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah : 1. Dalam mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja harus lebih memprioritaskan penambahan dan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana serta menambah atraksi wisata sehingga wisatawan tidak bosan dengan atraksi yang itu-itu saja. 2. Memperluas promosi dan pemasaran objek wisata Pemandian Air Panas Lejja dari berbagai segmen pasar lokal, regional, nasional maupun internasional dengan berbagai sarana promosi
3.
4.
5.
6.
7.
dan pelayanan kepariwisataan yang optimal. Salah satu sarana promosi yang bisa diterapkan yaitu membuat Website resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang berisi informasi-informasi kepariwisataan yang menarik sehingga wisatawan dapat mengakses tempat-tempat wisata di Kabupaten Soppeng. Untuk sarana tempat berjualan khususnya Pedagang Kaki Lima (PKL) perlu diperhatikan dan perlu penataan kembali sehingga terlihat rapih dan teratur Membuat souvenir yang unik dan khas tentang objek wisata Pemandian Air Panas Lejja Sebaiknya memperbaiki dan memperluas tempat parkir yang bisa memuat banyak kendaraan, agar tidak di parkir di jalan raya yang dapat menyebabkan kemacetan. Menambah jumlah tempat sampah agar lingkungan di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja tetap bersih dan nyaman. Mengadakan pos kesehatan atau klinik untuk mengantisipasi apabila ada wisatawan yang mengalami gangguan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Badudu, J.S. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Bappeda. (2014). Soppeng Dalam Angka 2014. Soppeng: Bappeda Kab. Soppeng Pariwisata dalam angka tahun 2015. (2015). Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng
Asrina, & Nasrullah Strategi pengembangan objek wisata pemandian air panas Lejja
Marpaung, H. (2002). Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta
Rangkuti, F. (2006). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Moleong, J.L (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Samsuridjal, D., & Kaelany, HD. (1997). Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Peraturan Pemerintah RI No. 12 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014 tentang Karcis Tanda Masuk Pemandian Air Panas Lejja
SK. Menhut No. 636/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996 tentang Kawasan Pemandian Air Panas Lejja termasuk dalam hutan lindung
Rangkuti, F. (2004). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: reorientasi konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suwantoro, G. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
171