LAPORAN AKHIR JUDUL KEGIATAN: PENDAMPINGAN PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA (PKAH) DURIAN DI KOTA PALOPO SULAWESI SELATAN Ir. Sunanto, MS, dkk ABTRAK Kota Palopo merupakan salah satu kota yang berada di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah mempunyai potensi pengembangan hortikultura khususnya komoditas durian dan juga dijadikan lokasi program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura (PKAH). Tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan ini antara lain; 1) pengembangan komoditas durian pada kawasan skala ekonomi, 2) penggunaan bibit unggul, 3) pengendalian organisma pengganggu tanaman secara terpadu, dan 4) penumbuhkembangan kelembagaan petani dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk mandiri. Metode pelaksanaan kegiatan ini dengan melakukan pendampingan PKAH dengan pendekatan kawasan agribisnis hortikultura (KAH). Hasil pendapingan menunjukkan bahwa pendampingan program PKAH Durian mampu meningkatkan motivasi petani Kelompok Tani serta petani penangkar untuk menghasilkan dan mengelola tanaman durian dengan kualitas yang lebih baik. Penerapan teknologi produksi komoditas durian oleh petani di Kota Palopo belum dilakukan secara intensif, petani sudah banyak yang menggunakan bibit okulasi, namun masih ada yang mengusahakan tanaman durian varietas asalan atau bibit dari biji hasil penanaman turun temurun (tanaman sudah tua). Usahatani komoditas durian yang dilakukan oleh petani Kota Palopo cukup menguntungkan, karena mempunyai nilai IRR 28,44 % dengan umur ekonomis tanaman 15 tahun. Buah durian yang dihasilkan oleh petani di Kota Palopo di pasarkan ke pasar Kota Palopo, Kota Makassar, dan ke luar kabupaten/propinsi/pulau. Tingkat efisiensi pemasaran 3,8 %. Sedangkan saran yang dianjurkan adalah program PKAH Durian diorientasikan juga pada rehabilitasi tanaman durian yang sudah tua, sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota Palopo merupakan salah satu kota di Sulawesi Selatan. Secara geografi Kota Palopo terletak pada koordinat 2.30 LS - 3.60 dan 120.20 BT - 120.80 BT, dengan batas administratif Sebelah Utara Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu, Sebelah Selatan Teluk Bone, Sebelah Barat Kabupaten Toraja Utara, dan Sebelah Timur Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Pada awal berdirinya sebagai Kota Otonom, Palopo terdiri dari 4 Kecamatan dan 20 Kelurahan, Kemudian Pada tanggal 28 April 2005, berdasarkan Perda Kota Palopo Nomor 03 Tahun 2005, dilaksanakan pemekaran Wilayah Kecamatan dan Kelurahan menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan. Kota ini memiliki luas wilayah 155,19 km². Sektor pertanian hingga tahun 2010 menjadi sumber perkembangan perekonomian yang mampu diandalkan di Kota Palopo. Komoditas durian masih dijadikan komoditas andalan di Kota
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1
Palopo, hal ini dimungkinkan karena dukungan sumber daya lahan potensi pengembangan tanaman hortikultura mencapai 1.589 ha dengan adapun produksi durian mencapai 284 ton/tahun
yang tersebar diseluruh kecamatan. Kota Palopo terdapat 9 wilayah kecamatan
yaitu; Kecamatan Bara, Mungkajang, Sendana, Telluwanua, Wara, Wara Barat, Wara Selatan, Wara Timur, dan Wara Utara. Produktisi tertinggi dari tiga daerah penghasil utama durian dicapai di Kecamatan Sendana, Wara, dan Telluwanua. Tingginya tingkat produktivitas yang dicapai kesembilan wilayah tersebut karena dukungan penggunaan bahan tanam yang bermutu Jumlah penduduk tahun 2008 berdasarkan data Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten Luwu tercatat sebanyak 141.996 jiwa terdiri dari 71.064 jiwa laki-laki dan 70.932 jiwa perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun 2002 sampai tahun 2007 tercatat mencapai angka sekitar 2,50 %/tahun. Meningkatnya jumlah penduduk berakibat terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan dan penciptaan lapangan kerja, karena itu juga harus disertai dengan luas lahan pengembangan durian dan peremajaan serta peningkatan produksi. Upaya untuk memacu produksi dilakukan baik melalui perluasan areal tanam maupun peningkatan produktivitas. Dalam peningkatan produktivitas, inovasi teknologi telah banyak dilakukan. Terobasan dalam peningkatan
produktivitas
pendampingan
dilakukan
pengembangan
Badan
kawasan
Litbang
hortikultura
Pertanian di
mana
melalui
dalam
menekankan peningkatan produktivitasi dan pendapatan petani dengan
pendekatan
pendekatan
ini
mempertimbangkan
kelestarian lingkungan. Dalam implementasinya, menerapkan pendekatan PTT memadukan pengelolaan tanaman, bahan tanam, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen dalam perakitan paket teknologi spesifik lokasi. Dalam upaya pengembangan kawasan hortikultura melibatkan kelembagaan petani pada tingkat
petani,
Kementan
melakukan
program
pengembangan
kawasan
hortikultura.
Pelaksanaan pengembangan kawasan hortikultura mengadopsi pengembangan komoditas yang berorientasi agribisnis, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan memadukan pengalaman-pengalaman dalam pelaksanaan pengembangaan inovasi teknologi budidaya terutama pada tanaman durian di berbagai lokasi di Indonesia. Untuk keberhasilan pengembangan kawasan hortikultura ini, maka Badan Litbang Pertanian membuat program Pendampingan di seluruh kabupaten di Indonesia. Program ini akan mendampingi 30% dari jumlah unit kawasan hortikultura yang ada di daerah. Dengan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
demikian diharapkan metode dalam
pendampingan kawasan hortikultura akan cepat
berkembang dan teradopsi oleh petani. 2. Tujuan Pelaksanaan kegiatan pendampingan adalah mempunyai tujuan antara lain; a.
Untuk mendukung pengembangan kawasan agribisnis komoditas durian,
b. Untuk menggunakan bibit durian unggul, c. Untuk menggunakan pupuk dan mengendalikan organisma pengganggu tanaman secara terpadu, dan d. Untuk menumbuhkembangan kelembagaan petani dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk mandiri.
Metode pelaksanaan
kegiatan
ini
dengan melakukan
pendampingan PKAH dengan pendekatan kawasan agribisnis hortikultura. 3. Keluaran yang diharapkan Keluaran yang diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan adalah antara lain; a.
perwujudnya pengembangan kawasan agribisnis komoditas durian,
b. digunakannya bibit durian unggul, c. digunakannya pupuk dan terkendalinya organisma pengganggu tanaman secara terpadu, dan d. Terbangunnya kelembagaan petani dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk mandiri. Metode pelaksanaan kegiatan ini dengan melakukan pendampingan PKAH dengan pendekatan kawasan agribisnis hortikultura. 4. Perkiraan Manfaat Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura komoditas durian yang terintegrasi akan meningkatkan produktivitas hortikultura, penciptaan lapangan kerja, dan kemandirian perekonomian perdesaan. DASAR PERTIMBANGAN Komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti sayuran, buah-buahan, tanaman hias/pot dan biofarmaka. Sebagai komoditas yang terus berkembang di Provinsi Sulawesi Selatan, baik nilai ekonomi maupun estetika maka komoditas hortikultura perlu perhatian dari semua pihak. Hal ini perlu dilakukan dalam penyaman persepsi dan koordinasi agar dapat mendukung program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) yang merupakan salah satu implementasi dari program pengembangan komoditas unggulan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
hortikultura Kementerian Pertanian. Mulai tahun 2007 Ditjen Hortikultura telah memperkenalkan dan melaksanakan pembangunan hortikultura melalui pendekatan Kawasan Agribisnis Hortikultura yang dirancang berdasarkan kesesuaian potensi daerah dan bersifat multi komoditas, memperhatikan kesesuaian dan kelayakan agro-ekosistem, keterkaitan antar wilayah pengembangan, kesamaan infrastruktur ekonomi, serta berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan KAH merupakan terobosan melalui perubahan dalam pembangunan hortikultura dengan memperhatikan kepentingan pelaku usaha dan petani, serta dukungan dari berbagai instansi, sehingga hasilnnya bisa lebih optimal, menguntungkan dan berkelanjutan (Berkah, 2010). Pada tahun 2010 di Kota Palopo telah melaksanakan program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura dan konservasi lahan dengan komoditas durian seluas masing-masing 50 ha, dengan demikian total penanaman komoditas durian seluas 100 ha di Kecamatan Mungkajang, Sendana, dan
Wara Barat. Pendampingan pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura yang dilakukan oleh BPTP Sulawesi Selatan juga memberikan bantuan bibit dan teknologi kepada petani. luasan penanaman durian yang dilakukan BPTP Sulawesi Selatan sekitar 4 ha (Kadis Pertanian Kota Palopo, 2010). Tanaman durian (Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang termasuk dalam hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Jangkauan pasarnya sangat luas dan beragam, mulai dari pasar tradisonal hingga pasar modern, restoran, dan hotel (Sobir dan Napitupulu, 2010).
komoditas mempunyai nilai manfaat yang sangat
banyak antara lain; 1) buahnya sebagai bahan makanan segar atau olahan, 2) sebagai pencegah erosi pada kondisi lahan miring, 3) batangnya berfungsi sebagai bahan bangunan, 4) bijinya dapat berfungsi sebagai subtitusi bahan tepung, dan 5) kulitnya dapat dijadikan bahan abu gosok sebagaikebutuhan rumah tangga (Prihatman, 2000). Kebutuhan buah durian setiap musim semakin meningkat. Sebab buah durian selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar dapat juga diolah menjadi dampuk sebagai bahan campuran kue. Harga buah durian juga bervariasi mulai dari Rp. 10.000 – Rp. 35.000 per buah (Sunanto dan M. Azis Bilang, 2010). Buah durian yang dipasarkan di daerah Makassar adalah varietas, Sawerigading, Lalong, Tamalate, Otong, dan Petruk yang berasal dari daerah Palopo, Sinjai, Gowa, dan Polman. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka perlu memanfaatkan sumberdaya alam untuk memproduksi buah durian dengan berbagai varietas unggul.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
Pengembangan tanaman durian di suatu daerah mempunyai harapan besar dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, karena tanaman durian dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di wilayah Sulawesi Selatan khususnya di daerah Palopo. Oleh sebab itu perlu didukung dengan penelitian (Rasyid, 1995). Produksi durian selama lima tahun terakhir di Sulawesi Selatan mencapai 25.877 ton (Diperta Prop. Sulsel, 2009) dengan luas panen 2.875 ha. Upaya peningkatan produktivitas, pendapatan,
dan
kesejahteraan
petani
pada dasarnya diarahkan
untuk
memberikan
kesempatan kepada petani untuk mengelola usahatani yang dapat memberikan nilai manfaat lebih tinggi baginya (Hadisapoetra, 1979). Agar memperoleh pendapatan yang maksimal, pengelolaan tanaman disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya yang dimilikinya. Teknologi produksi untuk mendukung pengembangan telah banyak yang dihasilkan. Seperti penyediaan bahan tanam sebagai langkah awal keberhasilan agribisnis durian. Perbanyakan bahan tanam durian melalui penentuan batang bawah, batang atas, dan metode okulasi, serta penampungan bibit durian sudah dihasilkan (Karmito, 1989; Sutarto dkk., 1989; Muas dan Media, 1990; Triminingsing dan Meldia, 1991, dan Kusumo dkk., 1992). Rekomendasi tersebut apabila diterapkan akan memberikan nilai manfaat kepada pelaku agribisnis khususnya pembudidaya durian. Hama penyakit dapat menyebabkan rendahnya produktivitas durian. Oleh sebab itu pengendaliannya perlu dilakukan dengan beberapa metode baik secara fisik, biologis, maupun secara kemis. Natsir (1992) dan Sobir dan Napitupulu (2010) mengidentifikasi hama penyakit dan pengendaliannya, sehingga tanaman durian dapat ditingkatkan produktivitasnya. Pemanfaatan lahan gawangan durian dapat memberikan tambahan pendapatan petani durian (Edi dkk., 2005). METODOLOGI 1. Lokasi dan Waktu Pendampingan Lokasi pendampingan program PKAH ditentukan dengan pertimbangan a) lokasi tersebut merupakan lokasi program PKAH di Sulawesi Selatan dan b) program PKAH adalah komoditas durian. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan lokasi pendampingan program PKAH di Kota Palopo. Pelaksanaan pendampingan program PKAH pada bulan Januari s/d Desember 2011. 2. Tahapan Pelaksanaan a. Proses Penentuan CP/CL
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5
Proses penentuan CP/CL pada program PKAH Durian adalah sebagai berikut : 1) Masing-masing kelompok melakukan rapat yang dihadiri ketua kelompok/ anggotanya, aparat desa/kelurahan, Koordinator BPP/BP4K, serta penyuluh pendamping untuk menyusun RDKK dan menginfentarisir jumlah kelompok tani, nama-nama anggota kelompok, luas lahan, kebutuhan bibit, jenis varietas yang akan dikembangkan serta waktu tanam. 2) RDKK tersebut ditandatangani ketua kelompok tani, diketahui Lurah dan Penyuluh/PPK setempat kemudian diajukan ke Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Palopo. 3) Dinas Pertanian dan Peternakan melakukan rekap dan mengklasifikasi/ memploting sesuai potensi lahan dan target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Propinsi. Setelah itu hasil rekap dilaporkan ke Propinsi sambil menunggu persetujuan. 4) Dinas Pertanian Propinsi melakukan klasifikasi ulang sesuai petunjuk penetapan CP/CL dan hasilnya dilaporkan ke Pemerintah Pusat. 5) Pemerintah pusat membuat SK penetapan CP/CL sesuai usulan dari tingkat kecamatan. Selanjutnya penetapan
CP/CL yang didampingi oleh
BPTP SulSel adalah 60 % dari
jumlah unit PKAH yang ada di Kota Palopo yaitu 5 unit sehingga pendampingan hanya 3 unit . b. Penetapan Organisasi Pelaksanaan Berdasarkan SK Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Nomor: 117/OT/140/10.21/02/2011, tanggal 1 Februari 2011 , tentang Penanggung jawab Kegiatan Pendamping Program Strategi Departemen Pertanian dan Kegiatan/Disseminasi dari Dana APBN T.A 2011 pada BPTP Sulawesi Selatan untuk Kota Palopo sebagai berikut: Tabel 1. Susunan organisasi pelaksana SL-PTT Padi di Kota Palopo, Tahun 2011 No
Nama
1
Ir. Sunanto, MS
2
Ir. Hasnah Juddawi
3
Bidang Fungsional/lainnya Peneliti
Status dalam kegiatan Penanggung Jawab
Penyuluh
Anggota Tim
Maintang, SP
Calon Peneliti
Anggota Tim
4
Asriyanti Ilyas, SP
Calon Peneliti
Anngota Tim
6
Simon
Teknisi
Anggota Tim
c. Kesepakatan Jadwal Pelatihan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6
Penentuan pelaksanaan dan penyusunan Jadwal pelatihan pada kegiatan PKAH Durian dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo . d. Prosedur Penetapan Lokasi Demplot Penetapan lokasi demplot PKAH Durian dilakukan bersama sama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota palopo, Tim Pendamping BPTP dan penyuluh pendamping Kota Palopo dengan persyaratan bahwa 1). Berdampingan dengan lokasi PKAH Durian, 2). Mudah dijangkau sehingga dapat dilihat oleh petani sekitar; 3). Produktivitasnya rendah dan masih berpotensi untuk ditingkatkan serta petaninya responsif/kooperatif terhadap inovasi teknologi; 4). Bukan daerah endemis hama dan penyakit, dengan demplot PKAH durian di Kota Palopo sebanyak 160 pohon dengan luas 1,6 ha untuk memperkenalkan paket teknologi produksi durian varietas Saweigading. e. Penyediaan bahan diseminasi Jenis media yang disediakan adalah leaflet teknologi budidaya durian, juknis pelaksanaan demplot. 3. Pendekatan Komponen teknologi unggulan dalam PKAH dikelompokkan dalam program peningkatan ketahanan pangan. Upaya untuk mencapai; 1) mengurangi kerugian hasil karena gangguan OPT, dampak perubahan iklim (banjir, kekeringan, OPT baru, dan perubahan status OPT); meningkatkan produksi hortikultura untuk konsumsi dalam negeri, baik jumlah maupun mutu, serta mengurangi residu pestisida dalam proses produksi, melalui gerakan pengendalian OPT. 2) Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup melalui pengelolaan OPT secara ramah lingkungan. 3) Meningkatkan koordinasi instansi pemerintah, swasta dan masyarakat
terkait
dalam
gerakan
pengendalian
OPT
hortikultura;
4)
Meningkatkan
kemampuan SDM dan kelembagaan perlindungan hortikultura dalam gerakan pengendalian OPT hortikultura; Komponen Teknologi Durian 1. Varietas durian unggul yang sesuai dengan lingkungan setempat dan preferensi petani. 1.
Bibit bermutu hasil okulasi.
2.
Pemberian bahan organik dalam bentuk kompos atau pupuk kandang 20 kg dan NPK 0,12 kg/pohon (tahun pertama), 80 kg pukan dan 0,2 kg NPK/pohon (tahun kedua).
3.
Jarak tanam 10 x 10 m.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
7
4.
Lubang tanam 60 x 60 x 60 cm.
5.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu.
6.
Pengendalian gulma.
4. Metode Pendampingan Metode pendampingan program PKAH di Kota Palopo adalah dengan 2 metode, yaitu a) pendampingan dengan menfasilitasi Gapoktan/petani dengan bahan tanaman/ bibit durian unggul dan b) pendampingan teknologi dan kelembagaan pada Gapoktan/petani penerima bantuan program PKAH di Kota Palopo pada Tahun Anggaran 2010 dan 2011. 5. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder diambil dari instasi terkait pelaksana program PKAH. Sedangkan data primer diambil dari antara lain; a) pengamatan lapang pada tanaman durian yang telah dibantukan kepada Gapoktan/petani, b) kinerja partisipatif Gapoktan/petani dalam pelaksanaan PKAH, dan c) kinerja pelaksana pendampingan program PKAH durian di daerah. 6. Analisis Data Data yang terkumpul kemudian ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis tersebut untuk menjawab permasalahan yang akan dihadapi dan untuk mencapai tujuan terbentuknya kawasan agribisnis hortikultura. Sehingga peningkatan produktivitas dan mutu durian tercapai. Dilain pihak dapat menumbuhkan kelembagaan Gapoktan/petani semakin mandiri untuk mengembangkan perekonomian pedesaan berbasis pertanian. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Lokasi Pendampingan Lokasi pengembangan program kawasan agribisnis hortikultura dengan komoditas durian Tahun 2011 di Kota Palopo pada wilayah Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Sendana, dan Kecaatan Wara Barat. Wilayah PKAH Durian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Lokasi pendampingan PKAH durian di Kota Palopo No
Kecamatan
Lokasi PKAH Kelurahan Poktan Durian Unggul 2 2 1 1 1 1
1 Mungkajang 2 Sendana 3 Wara Barat Jumlah Sumber : data Diperta Kota Palopo, 2010.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Sasaran pendampingan (60%) 1 1 -
8
Berdasarkan Tabel 2, lokasi pendampingan PKAH ditempatkan pada 2 lokasi dari program PKAH Kota Palopo 2011. Luas hamaparan tanaman durian berdasarkan PKAH sampai Tahun 2011 118 ha, adapun program pendampingan BPTP menanam durian sebanyak 510 pohon. Lokasi PKAH Durian yang didampingi adalah Kecamatan Mungkajang 1 lokasi dan Kecamatan Sendana 1 lokasi. Dari 100 hektar tanaman durian yang didampingi ada 50 ha. Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda Konsultasi dan koordinasi yang dilakukan dengan Pemerintah Kota palopo sebagai awal pelaksanaan pendampingan program PKAH Durian pada Tahun 2011. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh dukungan kebijakan pemerintah, agar sasaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan.
Inventarisasi data CP/CL diperoleh di Dinas Pertanian dan Peternakan Kota
Palopo, kemudian dilanjutkan dengan Koordinasi pada setiap BPP untuk mengetahui jadwal tanam
yang telah
disepakati
oleh
kelompok,
rencana pelaksanaan
sekolah lapang,
pendistribusian bibit untuk kegiatan demplot uji varietas dan menginventarisir masalah dan kendala yang ada pada tiap kecamatan. Selanjutnya dilakukan koordinasi ke kelompok tani untuk menginventarisir kebutuhan teknologi kaitannya dengan komoditas yang akan dikembangkan pada kegiatan PKAH durian. Demikian pula sebaliknya koordinasi timbal balik dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kota palopo tentang jadwal tanam, kebutuhan bibit dan pelaksanaan pertemuan kelompok yang berkaitan dengan PKAH Durian.
Adapun kinerja
koordinasi di tingkat internal pemda dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Kinerja Koordinasi Pendampingan PKAH di Kota Palopo, 2011 Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1 – 3)*) No Kecamatan Nilai A**) B**) C**) 1 2 3
Sendana 2 3 3 Mungkajang 2 3 2 Wara Barat 2 2 2 *) skor penilaian 1 = kurang, 2 = baik, 3 = sangat baik
Faktor Kendala
-
-
-
**) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi. B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama. C = Sinergi pelaksanaan di lapangan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
9
Koordinasi pendampingan PKAH Durian di wilayah Kecamatan dengan kreteria baik. Hal ini dinyatakan bahwa dalam kegiatan yang dilakukan oleh Program PKAH yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo mengundang secara resmi LO Kota Palopo yang ditugaskan oleh BPTP Sulawesi Selatan. Tenaga teknis Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Palopo memberikan kontribusi dalam pembinaan di lapang beserta dengan Tenaga BPTP Sulsel yang ditugaskan untuk mendampingi PKAH Durian di Kota Palopo. Pertumbuhan Tanaman Durian Kota Palopo merupakan
salah
satu
wilayah
yang
memperoleh
program
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura (PKAH) pada Tahun 2010 dan 2011. Luas lahan PKAH Durian yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota PalopoTahun 2010 mencapai 50 ha dan Tahun 2011 PKAH Durian seluas 18 ha. Lokasi PKAH Durian adalah Kecamatan Mungkajang, Sendana, dan Wara Barat. Adapun pendampingan dari BPTP Sulawesi Selatan dengan menanam tanaman durian pada Tahun 2010 sebanyak 350 pohon atau 3,5 ha dan pada Tahun 2011 menanam 160 pohon atau 1,6 ha. Dengan demikian selama dua tahun pendampingan BPTP Sulawesi Selatan luasan lahan yang ditanami durian mencapai 510 pohon atau 5,1 ha. Tanaman durian yang ditanam adalah bibit hasil okulasi dengan varietas Sawerigading. Petani penanam bibit durian dari program pendampingan PKAH Durian dari BPTP Sulawesi Selatan mencapai 29 petani. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Tim BPTP Sulawesi Selatan meliputi; a) sosialisasi yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo, b) pelatihan pengolahan hasil buah durian yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo, c) Pembagian bibit durian unggul hasil okulasi varietas Sawerigading, dan d) pendampingan teknis pemeliharaan tanaman durian. Pertumbuhan bibit durian pada saat ditanam, sebelum ditanam adalah tinggi tanaman antara 50 – 100 cm dan diameter batang mencapai 1,20 cm. Bibit durian Sawerigading yang ditanam pada Tahun 2010 mencapai tinggi tanaman 180 cm, www.sulsel.litbang.deptan.go.id
10
diameter 4,2 cm, dan lebar kanopi 120 cm. Adapun bibit tanaman durian yang ditanam Tahun 2011 sebanyak 160 pohon pertumbuhannya adalah tinggi tanaman 73 cm, diameter batang 1,6 cm, dan lebar kanopi 65 cm. Dukungan Pembibitan Komoditas Durian Usahatani tanaman tahunan seperti pada komoditas perkebunan dan hortikultura, dukungan keberhasilan sangat ditentukan pada kualitas bibit. Penanaman bibit dengan kualitas yang terjamin sudah memberikan tingkat keberhasilan 85 % akan tercapai. Oleh sebab itu dalam pengembangan tanaman durian melalui program PKAH perlu mendapat dukungan bibit berkualitas. Penyedia/penangkar pembibitan tanaman durian di Kota Palopo ada 5 penangkar yang mendapat pembinaan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo dan Instalasi Pembibitan Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan. Jumlah Penangkar tanaman hortikultura di Kota Palopo disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Penangkar tanaman hortikultura di Kota palopo, 2011. Nama Pemilik
Pendidikan (Th)
Luas (ha)
No
Nama Penangkaran
Jenis Bibit Tanaman
1
Messi Nawan
Demianus
SLTA
0,125
Durian
2
Kada’ Situru
Aneadas
SLTA
0,5
Durian, rambutan, manggis, duku
3
Dg. Bella
Rasyid
SD
0,5
Durian, manggis
4
Iswan
Rahman Ilyas
Sarjana
0,125
Durian, rambutan, manggis, duku
5
Karya Mulia
Sukri
SD
0,5
Durian, rambutan
Sumber : Kadistanank Kota Palopo, 2010. Alamat penangkaran bibit tanaman ini berlokasi di Jalan Pongsipin atau jalan poros Latupa Kota Palopo. Penempatan penagkaran ini disebabkan dekat dengan sumber informasi teknologi pembibitan yaitu IPTPH di Jalan Pongsipin atau Kawasan Latupa. Luas lahan yang dimiliki berkisar antara 0, 125 – 0,5 ha dan bibit tanaman yang diusahakan sebagian besar menyediakan bibit durian sebagai program PKAH di kota Palopo dengan tanaman durian. Aspek Teknologi Budidaya Durian
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
11
Program PKAH Durian yang dilaksanakan di Kota Palopo sejak Tahun 2010 – 2011 mencapai 118 ha melalui Program PKAH dan Konservasi. Adapun BPTP Sulawesi Selatan juga mendampingi dengan luas penanaman 5,1 ha. Varietas tanaman durian tersebut adalah varietas Sawerigading hasil okulasi. Untuk memperoleh keberhasilan yang diharapkan perlu dukungan teknologi produksi. Teknologi pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Sebelum bibit ditanam dilakukan pemupukan dengan pukan 5 – 10 kg/pohon dibiarkan sampai 1 – 2 minggu. Setelah itu baru dilakukan penanaman. Jarak tanam yang diberlakukan adalah 10 x 10 m. pemeliharaan lainnya adalah pengendalian hama penyakit dengan cara menjaga sanitasi agar kondisi dapat menghindari penyakit yang disebabkan bakteri dan cendawan. Berjalannya waktu pelaksanaan pendampingan PKAH Durian, juga dilakukan pelatihan pengolahan hasil durian. Penyelanggaraan ini difasilitasi oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo. Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kecamatan Murante, yang dihadiri oleh Kadistanak Kota Palopo, Pengurus Kelompok Tani, Petani, LO Kota Palopo/Peneliti BPTP Sulsel. Efektifitas Penyebarluasan Inovasi Melalui Media Cetak dan Elektronik Teknologi pengelolaan tanaman durian, agar sampai kepada petani/pengguna, maka penyebarluasannya mempunyai tingkat efektifitasnya. Sasaran pengguna yang lebih efektif adalah dalam wadah kelompok tani. Teknologi yang ditransferkan dikemas dalam bentuk desiminasi cetak antara lain; petunjuk teknis dan deskripsi varietas padi terbaru. Adapun penjelasanya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Efektifitas penyebarluasan inovasi melalui media cetak pada kegiatan SL-PTT padi di Kota Palopo, 2011.
No
Judul Materi Leaflet
Leaflet 1 Petunjuk teknis Pengelolaan Tanaman Durian Sumber : Analisis data primer, 2011.
Jumlah Eksemplar
Jumlah inovasi yang dimuat
Target Penerima Media Informasi
30
10
PPL dan Klp.Tani
Berdasarkan Tabel 5 tersebut bahwa leafleat petunjuk pengelolaan tanaman durian sebagai teknologi lengkap pada tanaman durian dan sebagai bahan alternative teknologi yang bisa diterapkan oleh petani perlu disebarluaskan. Leafleat tersebut dicetak dengan terbatas, maka yang dibagikan 30 eksemplar ditujukan untuk PPL dan Kelompok Tani. Adapun teknologi
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
12
yang termuat ada 10 teknologi wajib dan pilihan (terlampir). Cetakan ini dibagikan sebelum kegiatan dimulai. Kelayakan Usahatani Durian Usahatani tanaman durian merupakan usaha yang dilakukan oleh petani bersifat tahunan. Sehingga dalam tahun-tahun pertama sampai tahun ke empat biasanya petani mengeluarkan pembiayaan untuk usahataninya. Setelah lebih dari tahun keempat tanaman menghasilkan buah yang dapat dijadikan penerimaan petani. Perhitungan biaya dan penerimaan sampai tahun kelima belas disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 menunjukan penerimaan usahatani durian belum di-present valuekan selama 15 tahun mencapai Rp. 139.650.000. Untuk membiayai usahatani durian selama 15 tahun menghabiskan Rp. 23.217.500. Dengan demikian pendapatan usahatani selama 15 tahun mencapai Rp. 116.432.500. Pendapatan kotor bernilai negative berlangsung selama tiga tahun dengan nilai Rp. 4.127.000. Memasuki tahun keempat tanaman sudah mulai produksi, oleh sebab itu pendapatan kotor sudah mulai ditandai dengan positif. Tabel 6. Analisis kelayakan usahatani tanaman durian sampai tahun 15 di Kabupaten Palopo, 2011. No Uraian Total Kreteria Nilai 1 Penerimaan (Rp) 139.650.000 2 Pendapatan (Rp) 116.432.500 B/C 7,72 3 Total Biaya (Rp) 23.217.500 NPV (Rp) 26.437.472 IRR 28,44 4 B - C (-) (Rp) 4.127.000 BEP (harga) Rp. 582/kg 5 B - C (+) (Rp) 120.559.500 BEP (produksi) 6.634 kg 6 B/C DF 15 % 7,72 7 B/C DF 20 % 5,27 8 NPV DF 15 % 26.437.472 9 NPV DF 20 % 16.600.830 Sumber : Analisis data primer, (2011). Nilai Net B/C pada discount factor 15 % mencapai 7,72 dan pada discount factor 20 % mecapai 5,27. Pada discount factor sampai 20 % usahatani durian masing menguntungkan atau nilai net B/C positif. Dengan demikian usahatani duriang layak dikembangkan. Kondisi ini didukung dengan nilai NPV DF 20 % masih menunjukkan angka positif yaitu Rp. 16.600.830. Tingkat pengembalian suku bunga mencapai titik impas pada nilai 28,44 %. Dengan demikian apabila investor atau lembaga keuangan akan membiayai pengembangan usahatani durian dalam skala luas, maka tingkat bunga yang diberlakukan harus di bawah 28,44 %/tahun.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
13
Apabila suku bunga yang diberlakukan di atas 28,44 % usahatani durian dalam jangka waktu 15 tahun akan merugi. Titik impas (BEP) harga pada usahatani durian selama 15 tahun dengan total produksi 39.900 kg adalah Rp. 582/kg. harga yang berlaku buah durian di tingkat petani adalah Rp. 3.500/kg. Dengan demikian harga yang berlaku adalah sudah di atas harga titik impas. Titik impas produksi usahatani durian adalah 6.634 kg. Sejumlah produksi tersebut adalah pada tahun ke 8.
Pemasaran Durian Buah durian yang dihasilkan petani dinilai dengan uang untuk dijadikan penerimaan keluarga petani. penilaian hasil buah durian tersebut melalui transaksi jual beli yang dimediasi oleh pedagang. Harga buah durian dipengaruhi oleh lokasi petani sebagai produsen daan pedagang sebagai perantara. Matarantai pedagang buah durian di wilayah kabupaten Palopo terdiri dari; a) pedagang pengepul, b) pedagang di kota Palopo, c) pedagang di kota makasar, dan d) pedagang ke luar wilayah Sulawesi Selatan dan atau dalam kabupaten se Sulawesi Selatan. Khusus pedagang luar wilayah atau dan dalam kabupaten se Sulawesi Selatan datanya tidak diambil. Hasil pengumpulan data pemasaran buah durian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Persentase penjualan buah durian dan margin pemasaran buah durian dari kabupaten Palopo, 2011. Pedagang Pedagang Pedagang No Uraian Petani di Kota Konsumen Pengepul di Makassar Palopo 1 Persentase 87 % 73 % 14 % 40 % 83 % Penjualan 2 Harga Penjualan 3.500 3.900 4.500 5.000 (Rp/kg) 4.250 3 Biaya a. Grading 30 30 30 b. Pengemasan 10 10 10 c. Transfortasi 40 10 20 4 Keuntungan (Rp/kg) 320 - 570 550 690 Sumber : Analisis data primer, (2011). Petani menjual hasil pemanenan buah durian dengan harga Rp. 3.500/kg. Hasil pemanenan buah durian yang dijual ke pedagang pengepul dan pedagang di kota Palopo sekitar 87 %, sisanya 13 % adalah untuk konsumsi sendiri ataupun untuk diberikan/dikirimkan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
14
kepada keluarganya yang ada di sekitar rumahnya ataupun di luar desa/kecamatan/kabupaten. Penjualan buah durian hanya terjadi pada musimnya yaitu sekitar bulan Desember s/d April. Pedagang pengepul
bersifat perorangan/private. Beroperasinya untuk melakukan
pembelian buah durian bersifat musiman, di luar musim buah durian pedagang akan mencari hasil bumi yang bisa diperdagangkan. Pengalaman yang dimiliki pedagang sekitar 16-an tahun. Ia mampu memprediksi kondisi perdagangan hasil bumi khususnya buah durian. Pembelian buah durian oleh pedagang adalah mendatangi petani-petani di desa-desa atau kebun-kebun durian. Sistem pembelian ada dengan cara tebasan ataupun buah yang sudah dipanen oleh pemiliknya. Pedagang pengepul membeli buah durian sekitar 73 % dari buah durian yang dihasilkan. Harga pembelian dari petani Rp. 3.500/kg dan dijual Rp. 3.900/kg (ke pedagang di kota Palopo dan Rp. 4.250/kg (ke pedagang di kota makasar). Biaya yang dikeluarkan adalah mencapai Rp. 80/kg, dengan demikian keuntungan yang diperoleh pedagang durian mencapai Rp. 320 – Rp. 570 per kg. Pedagang buah durian di kota Palopo, penjualannya dilakukan di pasar sentral Palopo atau sekitar terminal Palopo. Pengadaan buah durian dibeli dari petani ataupun dibeli dari pedagang pengepul. Pembelian buah durian dari petani dengan harga Rp. 3.500/kg sedangkan kalau membeli dari pedagang pengepul harga yang diberikan Rp. 3.900/kg. Kemudian menjual ke konsumen dengan harga Rp. 4.500/kg atau dengan keuntungan Rp. 550 – Rp. 950/kg. Penjualan buah durian di kota Makassar dilakukan oleh pedagang pengecer. Pengadaan buah durian oleh pedagang dengan membeli dari pedagang pengepul yang mensuplai pedagang pengecer di Makassar. Harga pembelian oleh pedagang pengecer dari pedagang pengepul sebesar Rp. 4.250/kg, sudah termasuk biaya pengangkutan dari Palopo sampai ke Makassar. Sedangkan pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga Rp. 5.000/kg. biaya grading, pengemasan, pengangkutan dari tempat tinggal menghabiskan Rp. 60/kg. dengan demikian keuntungan pedagang pengecer di Makassar mencapai Rp. 690/kg. Model matarantai perdagangan buah durian dari Palopo mencapai konsumen melalui pedagang pengepul, pedagang pengecer di kota Palopo, pedagang antar kabupaten dan propinsi, serta pedagang di Makassar. Adapun matarantainya disajikan pada Gambar 1.
PETANI 73 % Pedagang Pengepul
14 %
Pedagang Pengecer di Kota Palopo 3%
Pedagang Pengecer di Makassar www.sulsel.litbang.deptan.go.id
16,5 %
K O N S U M E N
15
39 % 40 % 30 % Pedagang antar Kabupaten/Propinsi/Pulau
28,5 %
Gambar 1. Jaringan tata niaga buah durian di Kabupaten Palopo, 2011 Buah durian yang diproduksi oleh petani, 73 % dijual ke pedagang pengepul, 14 % dijual ke pedagang pengecer di kota Palopo yang mendatangi atau petani membawanya ke pasar, dan 13 % dikosumsi atau diberikan kepada kerabatnya. Kemudian masing-masing pedagang akan menentukan sasaran pembelinya. Pedagang pengepul menjualnya ke pedagang antar kota/kabupaten/propinsi/pulau sebesar 30 % dan 40 %-nya dijual ke pedagang pengecer di Makassar. Produk durian tersebut sampai ke konsumen mengalami penyusutan, sebab dari petani sejumlah 87 % dan sampai ke komsumen 84 %. Dengan demikian mengalami penyusutan sekitar 3 %. Nilai penyusutan tersebut ditanggung oleh pedagang perantara. Hal yang menyebabkan terjadinya penyusutan adalah terjadi busuk buah atau rusak dan dikonsumsi oleh kerabat pedagang. Hasil analisis efisiensi pemasaran buah durian mencapai nilai 3,8 %. Perhitungan tersebut diperoleh bahwa perbandingan biaya pemasaran buah durian adalah Rp. 190/buah dan nilai produk dijual dengan harga Rp. 5.000/buah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pendampingan program PKAH Durian mampu meningkatkan motivasi petani Kelompok Tani serta petani penangkar untuk menghasilkan dan mengelola tanaman durian dengan kualitas yang lebih baik. 2. Penerapan teknologi produksi komoditas durian oleh petani di Kota Palopo belum dilakukan secara intensif, petani sudah banyak yang menggunakan bibit okulasi, namun masih ada yang mengusahakan tanaman durian varietas asalan atau bibit dari biji hasil penanaman turun temurun (tanaman sudah tua). 3. Usahatani
komoditas
durian
yang
dilakukan
oleh
petani
Kota
Palopo
cukup
menguntungkan, karena mempunyai nilai IRR 28,44 % dengan umur ekonomis tanaman 15 tahun.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
16
4. Buah durian yang dihasilkan oleh petani di Kota Palopo di pasarkan ke pasar Kota Palopo, Kota Makassar, dan ke luar kabupaten/propinsi/pulau. Tingkat efisiensi pemasaran 3,8 %. Saran Program PKAH Durian diorientasikan juga pada rehabilitasi tanaman durian yang sudah tua, sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA Berkah Berita Koran. 2010. Pengembangan Kawasan Hortikultura Di Provinsi Banten Perlu Dukungan Semua Pihak. Koran Berkah Banten 5 Juli 2010. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan. 2009. Laporan tahunan 2009. Diperta Prop. Sulsel. Dinas Pertanian Kota Palopo. 2010. Konsultasi Kepala Dinas Pertanian Kota Palopo. Dirjen Hortikultura. 2010. Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultua. Dirjen Hortikultura. Hadisapoetra. 1979. Biaya dan Pendapatan di dalam Usahatani. Departemen Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. UGM Yogyakarta. Karminto. 1989. Metode Okulasi Hijau Durian. Buletin Informasi Pertanian Unggaran 1988/1989 No. 2. Hal 28. Kusumo S. dan N Silvia. 1992. Tempat dan Cara Perbanyakan Bibit Durian. Jurnal Hortikultura Vol 2 No. 1 1991. Puslitbanghorti. Muas I., dan Y. Meldia. 1990. Metode Penempelan dan Umur Batang Bawah pada Pembibitan Durian. Hortikultura No. 29 Balithorti Solok. Hal 42-45. Nasir N. 1992. Identifikasi Busuk Buah Durian Dan Uji Laboratorium Pengendaliannya Dengan Fungisida. Penelitian Hortikultura Vol. 5 No. 1 1992. Hal 64 – 71. Prihatman K. 2000. Durian. Defuti Menristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IPTEK. www.juntak.com/majalah/durian_juntak_buku.durian.pdf. 21 Desember 2010. Rasyid Kadir. 1995. Pengembangan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran sebagai Produk Unggulan Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Perdagangan Global Produk Pertanian. Himagro
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
17
Faperta Unibraw-HKTI Dati II Kabupaten Malang. Malang 13-14 Nopember 1995. Hal 227234. Sobir dan R.M. Napitupulu. 2010. Bertanam Durian Unggul. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. 212 hal. Sunanto dan M. Azis Bilang. 2010. Pemantauan Harga Buah Durian di Makassar. BPTP Sulawesi Selatan. Sutarto Y., H. Sunarjono, dan M. Hasan. 1989. Pengeratan Cabang Entris pada Sambung Pucuk, Apokat, Durian, dan Duku. Penelitian Hortikultura Vol. 3 No. 4 1989. Triminingsih R., dan Y. Meldia. 1991. Pengaruh Umur Mata Tunas, Auxin dan Sitokinin pada Kultur In Vitro Durian dan Rambutan. Penelitian Hortikultura Vol. 4 No. 3 1991. Hal 8-12.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
18