LAPORAN HASIL KEGIATAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN
Syafruddin Kadir, dkk
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta
International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kementerian Pertanian menyusun
suatu konsep yang disebut dengan
“Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian dan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan. Berdasarkan pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani terhadap
pemanfaatan
lahan
pekarangan
relatif
masih
terbatas,
sehingga
pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak
berkembang
sebagaimana
yang
diharapkan.
Pemanfaatan
lahan 1
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. siap mendukung upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis. Surat Keputusan Mentan No. 350/KPTS/OT.210/6/2001, tgl. 14 Juni 2001 tentang pembentukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian dengan tugas pokok melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi serta Permentan No. 16, 2006, tentang tupoksi BPTP yakni melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi siap mendukung upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis. 1.2. Tujuan 1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. 2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan. 3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. 1.3.
Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya
kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, di kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) khususnya dan Sulawesi Selatan umumnya, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
2 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1.4.
Keluaran Ditemukannya satu model rumah pangan lestari di kabupaten Pangkajene
Kepulauan (Pangkep) khususnya dan Sulawesi Selatan umumnya yang melibatkan Keluarga dan Kelompok Tani/kelompok masyarakat.
1.5.
Manfaat a. Menjamin kesinambungan persediaan pangan dan gizi keluarga dengan pemeliharaan,
peningkatan
kualitas,
nilai
dan
penganekaragaman
pemanfaatan pekarangan melalui pengelolaan sumberdaya lokal secara bijaksana. b. Keluarga dan Kelompok Tani/kelompok masyarakat yang mampu secara eknomi dan sosial untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari menuju keluarga dan kelompok masyarakat yang mandiri dan sejahtera II. RUANG LINGKUP Pelaksanaan kegiatan pembangunan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di kabupaten Pangkep terdiri dari beberapa tahapan, yakni : 2.1. Persiapan meliputi : pengumpulan informasi mengenai potensi sumberdaya wilayah dan kelompok sasaran, yang dilakukan melalui metode PRA; kordinasi dengan instansi terkait untuk membuat kesepakan tentang calon kelompok sasaran dan lokasi, pembuatan TOR dan Proposal kegiatan. 2.2. Pembentukan Kelompok sasaran : yakni kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun warga atau dalam satu dusun/kampung. Pada kelompok sasaran perkotaan dilibatkan 20 rumah tangga dan pada kelompok sasaran perdesaan dilibatkan 30 rumah tangga, sehingga terdapat 50 keluarga pada 2 lokasi kegiatan. Klasifikasi kegiatan menurut strata luas kepemilikan lahan akan ditentukan berdasarkan hasil PRA. 2.3. Sosialisasi : dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan terhadap kelompok sasaran, pemuka masyarakat, serta instansi pelaksana terkait. 3 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2.4. Membuat rancang bangun pemanfaatan pekarangan dengan menanam berbagai jenis tanaman pangan,sayuran, tanaman obat, ikan, ternak, dan pengelolaan limbah rumah tangga. 2.5. Pelatihan : dilakukan sebelum dan selama pelaksanaan. Kegiatan pelatihan bersifat
pembinaan
meningkatkan
sumber
kemampuan
daya setiap
manusia peserta
terutama dalam
bertujuan
untuk
mengelolaan
lahan
pekarangan. Sehingga pada akhirnya akan mempermudah pencapaian tujuan MKRPL.
Pelatihan meliputi :teknik budidaya, pengelolaan limbah, dan
penguatan kelembagaan kelompok. 2.6. Pelaksanaan dan pengawalan
teknologi serta kelembagaan.
Kegiatan
dilakukan oleh anggota kelompok sasaran dibawah bimbingan peneliti, penyuluh, dan petani andalan.
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan
pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD) pada masing-masing wilayah perkotaan dan perdesaan. 2.7. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan kegiatan, menilai kesesuai pelaksanaan dengan rencana kegiatan. 2.8. Pelaporan dilakukan pada akhir kegiatan yang dipertanggung jawabkan memalui pemaparan pada seminar hasil.
III.
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan dilakukan di kabupaten Pangkep, pada 2 (dua) wilayah, yakni : KRPL perdesaan di desa Lesang, Kecamatan Minasa Te’ne, dan KRPL perkotaan di kelurahan Bungoro, kecamatan Bungoro, kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, berlangsung pada bulan Mei sampai Desember 2011.
Pemilihan kabupaten
Pangkep sebagai lokasi kegiatan karena terletak tidak jauh dari ibu kota propinsi Sulwesi Selatan dengan aksesibilitas baik. Jarak dari kota Makassar berkisar 51 km, sedangkan lokasi kegiatan berjarak masing-masing 1 km dari pusat kota Pangkep untuk perdesaan dan 0,5 km dari pusat kota untuk MKRPL perkotaan. Karakteristik bio fisik, dukungan Pemerintah Daerah terutama Bupati, Wakil Bupati Pangkep, Lembaga Legislatif, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Kantor Ketahanan Pangan Pangkep, serta antuasiasme calon peserta KRPL yang tinggi diharapkan 4 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
dapat menjadi indikator utama keberhasilan pelaksanaan MKRPL di kabupaten Pangkep. 3.2. Tahapan Pelaksanaan 3.2.1. Rencana pelaksanaan MKRPL di kabupaten Pangkep diawali audiensi dengan Bupati Pangkep dan staff yang juga dihadiri oleh Ketua Bappeda Pangkep, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kepala Dinas Perikanan, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, serta beberapa koordinator penyuluh se kabupaten Pangkep. 3.2.2. Pertemuan koordinasi dengan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) sebagai tindak lanjut hasil audiensi dengan Bupati Pangkep. 3.2.3. Penentuan lokasi kegiatan. Hasil koordinasi Kepala BP2KP disepakati bahwa sebagai langkah awal, kegiatan akan dilaksanakan pada 2 wilayah, yakni perdesaan 30 rumah tangga dan perkotaan 20 rumah tangga.
Hal ini
dilakukan karena Pemerintah Daerah Pangkep juga berupaya untuk menganggarkan dana untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan. 3.2.4. Sosialisasi : dilakukan terhadap penyuluh dan calon paserta serta pihak terkait untuk memberi gambaran dan penjelasan mengenai kegiatan MKRPL. 3.2.5. Pelaksanaan PRA.
Data sekunder diperoleh dari Kantor Desa/Kelurahan,
Kantor Kecamatan, Kantor BP2KP, Badan Pusat Statistik Daerah Pangkep, serta instansi terkait lainnya.
Sedangkan data primer diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan calon paserta MKRPL, dan tokoh masyarakat setempat.
Gambar 1. Pelaksanaan PRA di Rumah salah satu Anggota KWT. 5 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.2.6. Observasi Lapang.
Disamping wawancara,
juga dilakukan kunjungan
langsung ke masing-masing rumahtangga calon peserta untuk mendapat gambaran kondisi masing-masing rumah dan pekarangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai pendukung penentuan Model KRPL yang akan dibangun.
Gambar 2. Kondisi Awal Calon KBD dan Pekarangan Calon Peserta KRPL Perkotaan
6 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 3. Pembuatan KBD dan Kondisi Pekarangan KRPL Perdesaan
Gambar 4. Kondisi awal pekarangan calon KRPL perdesaan
7 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.2.7. Pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT) : Bekerjasama dengan Badan Pelaksana penyuluhan dan Ketahanan Pangan kabupaten Pangkep telah dibentuk dua KWT, masing-masing KWT
Bunda Lestari
di M-KRPL
perkotaan dan KWT Lestari Jaya di M-KRPL perdesaan. 3.2.8. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD).
Dibangun dua KBD yakni : untuk
perkotaan di Kompleks Bungoro Indah, kelurahan Bungoro, kecamatan Bungoro dan untuk perdesaan di desa Lesang, kecamatan Minasa Te’ne, kabupaten Pangkep. 3.2.9. Penataan pekarangan Kegiatan KRPL yang dilaksanakan di kabupaten Pangkep ditempatkan pada 2 (dua) lokasi perkotaan di kompleks Bungoro Indah dan perdesaan di desa Lesang kec. Minasate’ne. Kalau untuk perkotaan hanya berupa rak adalah dari balok dan talang, ini karena lokasinya hanya berupa perumahan yang lahan pekarangannya sempit, sedangkan untuk lokasi perdesaan penataan penkarangannya agak luas yang memungkinkan ditempatkan rak dan bedengan. Model rak diperdesaan spesifik lokasi karena dilokasi tersebut banyak terdapat bambu jadi bahan yang dipergunakan adalah bambu. 3.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) dengan terrlebih dahulu melakukan sosialisasi kegiatan, PRA,
mempersiapkan lahan untuk Kebun
Bibit Desa (KBD) dan lahan pekarangan di rumah-rumah penduduk, melaksanakan pelatihan-pelatihan, penanaman, PHT, monitoring serta panen. 8 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tahapan Pelaksanaan MKRPL adalah sebagai berikut : 1. Persiapan yang meliputi : - Koordinasi dengan dinas terkait tingkat kabupaten dan klarifikasi data calon petani dan calon lahan. - Pertemuan yang dihadiri oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
di Kab. Pangkep yaitu Perkotaan terletak di Bungoro Ind.
Pangkep, perangkat desa, PPL, tokoh masyarakat, KWT (Kelompok Wanita Tani) dari perdesaan dan perkotaan, dll. 2. Sosialisasi Kegiatan, dilaksanakan 2 lokasi di Kab. Pangkep, Perkotaan terletak di Perumahan Bungoro Indah Kec. Bungoro dan Pedesaan di Kelurahan Lesang Kec. Minasate’ne 3. PRA, dilaksanakan untuk mendapatkan data-data potensi wilayah, serta wawancara langsung dengan calon peserta. 4. Persiapan lahan Kebun Bibit Desa (KBD) serta lahan-lahan pekarangan dirumah tangga peserta dengan memperlihatkan contoh-contoh rak yang akan dipergunakan untuk pertanaman. 5. Pelatihan-pelatihan berupa, bagaimana cara membudidayakan tanaman sayuran, tanaman toga, pengendalian hama dan penyakit tanaman, beternak, dan pemeliharaan ikan di kolam. 6. Penanaman di KBD serta dipekarangan rumah tangga peserta dengan mengambil bibit yang telah disemaikan terlebih dahulu di KBD. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman yang dibudidayakan 8. Melaksanakan monitoring kegiatan yang telah dilaksanakan 9. Melaksanakan panen dari tanaman-tanaman yang dibudidayakan IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan ) terletak antara 110 BT dan
o
4 o.40’ LS sampai dengan 8o.00’ LS atau terletak di Pantai Barat Sulawesi
Selatan dengan batas-batas administrasi : Sebelah Utara berbatasan dengan 9 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Kabupaten Barru, Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, dan Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Madura, Pulau Nusa Tenggara dan Pulau Bali. Tabel 1. Luas Area dan Banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan diKabupaten Pangkep. Th.2007 Kecamatan Luas (km2) Pangkajene 47,39 Minasa Te’ne 76,48 Bungoro 90,12 Labakkang 98,46 Ma’rang 75,22 Sigeri 78,28 Mandalle 40,16 Balocci 143,48 Td.Tallasa 111,16 Lk. Tuppa’biring 140,00 Lk. Tangaya 120,00 Lk. Kalmas 91,50 Jumlah 1.112,29 Sumber : Kantor BPS Kabupaten Pangkep, 2008. No 1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Persen 4,00 7,00 8,00 9,00 7,00 7,00 3,00 13,00 10,00 13,00 11,00 8,00 100,00
Jumlah Desa 9 8 8 13 10 6 6 5 6 15 9 7 102
Kabupaten Pangkep terdiri dari 12 kecamatan dengan 102 desa/kelurahan yang terbagi menjadi 36 kelurahan dan 66 desa yang meliputi 76 lingkungan, 154 dusun, dan 443 rukun warga dan 1.493 rukun tetangga.Kabupaten Pangkep terdiri dari 12 kecamatan yaitu 9 kecamatan terletak di dataran dan 3 kecamatan terletak di kepulauan, dengan luas wilayah 1.112,29 km2 dan berjarak 51 km dari kota Makassar. Disamping itu Kabupaten Pangkep mempunyai dua jenis topografi yaitu dataran rendah dan pegunungan. Dataran rendah mempunyai luas 73.721 Ha, membentang dari garis pantai barat ke timur terdiri dari persawahan, tambak, dan rawa-rawa. Sedangkan daerah pegunungan dengan ketinggian 100-1000 m di atas permukaan laut terletak di sebelah timur batu cadas dan sebagian mangandung batu bara serta jenis batu marmer. Temperatur udara Kabupaten Pangkep berada pada kisaran 21 o sampai dengan 31o atau rata-rata 26,4 o C. Sumberdaya Manusia dan Alam
10 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Menurut BPS (2008) Jumlah penduduk Kabupaten Pangkep pada tahun 2007 sebanyak 293.221 jiwa meningkat sebesar 1,46 % dibanding tahun 2006 yang berjumlah 285.172 jiwa. Secara keseluruhan penduduk perempuan pada tahun 2007 sedikit
lebih banyak dibanding dengan laki-laki, yakni 151.989 jiwa penduduk
perempuan berbanding 141.232 jiwa penduduk laki-laki atau dengan rasio setiap 1000 orang perempuan terdapat 916 orang laki-laki atau dengan kata lain 52 % perempuan dan 48 % laki-laki.. Jumlah penduduk terbanyak berada di wilayah kecamatan Labbakkang dan paling sedikit di kecamatan Tondong Tallasa. Jumlah penduduk di kabupaten Pangkep setiap tahun mengalami peningkatan. Keadaan penduduk tahun 2003 sampai 2007 tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, 2007. No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pangkajene 38.714 Minasa Te’ne 29.424 Bungoro 35.878 Labakkang 40.988 Ma’rang 31.401 Sigeri 19.833 Mandalle 12.918 Balocci 16.294 Td.Tallasa 9.533 Lk. Tuppa’biring 30.364 Lk. Tangaya 16.498 Lk. Kalmas 11.376 Jumlah tahun 2007 293.221 Jumlah tahun 2006 293.201 Jumlah tahun 2005 289.347 Jumlah tahun 2004 285.172 Jumlah tahun 2003 279.887 Sumber : Kantor BPS Kabupaten Pangkep, 2008.
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 817 385 398 416 417 253 314 322 86 217 137 124 264 264 260 256 252
Di Kabupaten Pangkep terdapat 62.665 rumah tangga dengan kepadatan penduduk rata-rata 264 jiwa/km2 dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Tanaman Pangan Luas areal pertanian tanaman pangan (sawah seluas 16.167 ha terdiri dari sawah
berpengairan
teknis 6.025
ha,
setengah
teknis 1.408
ha,
irigasi 11
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
sederhana/desa 377, pengairan non PU 1.939 ha, dan sawah tadah hujan 6.418 ha, Tanaman pangan yang dibudidayakan antara lain antara lain padi sawah dengan luas panen 18.248 ha dengan produksi sebanyak 102.116 ton, kacang tanah luas panen 1.084 ha dengan produksi sebanyak 1.961 ton, disamping itu kedelai, kacang. hijau, dan ketela. Perkebunan Areal perkebunan seluas 17.451,1 ha terdiri dari berbagai jenis tanaman atara lain mente, kemiri, jeruk, kelapa, kapok, dan kopi. Dari luas areal tersebut, yang menjadi andalan adalah jambu mente dengan areal tanam seluas 7.872 ha dan kelapa 4.694 ha, jumlah produksi selama tahun masing-masing sebanyak 3.384 ton jambu mente dan 4.141 ton kelapa. Peternakan Luas areal pengembalaan adalah 817 ha, jenis dan jumlah populasi ternak dikembangkan saat ini antara lain sapi sebanyak 19.683 ekor, kerbau 4.556 ekor, kuda 3.929 ekor dan kambing 22.060 ekor. Disamping pengembangan ternak ada pula berbagai jenis unggas antara lain ayam buras 439.587 ekor, ayam ras pedaging 14.680 ekor, ayam ras petelur 6.274 ekor dan itik 273.559 ekor dengan jumlah keseluruhan populasi unggas sebanyak 734.100 ekor. 4.2. Kecamatan Bungoro Letak Geografis dan Pemerintahan Kecamatan Bungoro mempunyai luas 90.12 km2 dengan ketinggian umumnya 50 m dari permukaan laut. Batas-batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Labakkang dan Kabupaten Barru; Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pangkajene; Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Kecamatan Bungoro terdapat 5 desa dan 3 buah kelurahan, 10 dusun, 42 satuan Rukun Warga dan 164 satuan Rumah Tangga. Kependudukan
12 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Jumlah penduduk Kecamatan Bungoro sebanyak 35.111 orang yang terdiri atas 17.073 orang laki-laki dan 18.038 orang perempuan, dan kepadataan penduduk sebesar 390 jiwa/Km2, dan yang terjarang penduduknya adalah Desa Tabo-Tabo sebanyak 87 jiwa/Km2. Pertanian Kecamatan Bungoro mempunyai luas sawah 2.283,81 ha yang terdiri atas sawah irigasi tehnis1.024,semi tehnis 70 ha, dan sawah tadah hujan 1.188 ha. dan luas lahan kering 695 ha yang terdiri atas lahan pekarangan 226 ha, kebun 334 ha, dan ladang 187,0 ha. Sedangkan untuk peternakan, jumlah kerbau 435 ekor, sapi 717 ekor, kambing 257 ekor, ayam 21. 867 ekor, dan itik 11.780 ekor. Luas pertanaman palawija di Kecamatan Bungoro terdiri atas jagung 15,40 ha, kacang hijau 93,77 ha, kedelai 2,75 ha, kacang tanah 22, 67 ha, dan ubi jalar 19,66 ha. Sedangkan untuk sayuran , luas pertanaman 19,72 ha yang terdiri atas kacang panjang 6,55 ha, terong 7,22 ha, tomat 0,69 ha, bayam 3,1 ha, ketimun 1,47 ha dan cabe 0,83 ha. Kelompok Tani Jumlah kelompok tani di Kecamatan Bungor sekitar 83 yang terdiri atas 22 pemula, 40 lanjut, 6 madya, pemuda tani 9, dan wanita tani 9. Sedangkan jumlah kelompok binaan 16 dan 8 penyuluh swakarsa. Di Kelurahan Sapanang terdapat 23 kelompok tani, 1 kelompok wanita tani, dan 1 kelompok pemuda tanim, dengan jumlah anggotanya secara keseluruhan sekitar 625 orang. Industri Di Kecamatan Bungoro terdapat sekitar 724 industri yang diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu 557 industri rumah tangga (1-4 org), 146 industri kecil (5-19 org), 13 industri sedang (20-99 org), dan 8 industri besar( ≥100 org)(Kecamatan Bungoro Dalam Angka, 2004). Luas wilayah Desa/Kelurahan Menurut Penggunaan Tanah di Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Wilayah Desa/Kelurahan Menurut Penggunaan Tanah 13 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Luas Desa/Kelurahan 1. Boriappaka 2. Bulu Cindea 3. Bowong Cindea 4. Samalewa 5. Sapanang 6. Biring Ere 7. Mangilu 8. Tabo-Tabo Jumlah
Luas (Ha) 780 700 528 968 688 310 1811 3221 9.012
Sawah (Ha) 271,30 236,26 268,00 350,00 499,26 27,00 235,00 308,19 2.196,00
Tegalan 14,10 49,30 66,66 98,30 45,86 55,00 93,38 422,60
Tanah Kering (Ha) Pekarangan Perkebunan 17,01 8,15 12,30 33,08 13,22 16,06 15,55 70,00 17,38 492,00 141,79 565,00
4.3. Kebun Bibit Desa Kegiatan M-KRPL
kabupaten Pangkep dilaksanakan pada dua wilayah,
yakni M-KRPL perdesaan dan M-KRPL perkotaan, sehingga untuk menunjang ketersediaan bibit telah dibuat dua unit Kebun Bibit Desa (KBD). Pembuatan KBD dimulai setelah anggaran kegiatan tersedia, yakni pada pertengahan Nopember 2011. Berbagai jenis tanaman terutama sayuran telah dibibitkan pada KBD meliputi : terong, tomat, cabe, timun, paria, kangkung, bayam, seledri, sawi, bawang daun. Pembibitan selain dilakukan pada wadah keranjang yang dihasilkan oleh penduduk setempat, juga dilakukan pada bedengan-bedengan yang dibuat secara gotong royong. Sampai dengan pertengahan Desember 2011 umumnya bibit telah tumbuh dan sudah ditanam oleh masing-masing rumah tangga pada polybag untuk ditempatkan pada rak-rak pertanaman.
14 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 4. Kondisi Terakhir Pembibitan/Perbenihan di KBD Perdesaan.
Selanjutnya pembuatan KBD di KRPL perkotaan juga sudah dilakukan dan telah dibibitkan berbagai jenis sayuran antara lain : kangkung, bayam, paria, terong, sawi, cabe rawit, lombok keriting, dan timun. Perkembangan terakhir KBD perkotaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kondisi Terakhir Tempat Perbenihan/Pembibitan KRPL Perkotaan
Gambar 6. Pembibitan oleh anggota KWT Bunda Lestari dibawah Bimbingan BPTP Sulsel 15 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4.4. Penataan Pekarangan Penataan pekarangan masing-masing rumah tangga pada dua lokasi MKRPL sampai pertengahan Desember 2011 masih sementara dilakukan.
Hasil
observasi lapang memberi gambaran bahwa luas pekarangan di lokasi KRPL perdesaan bervariasi antara 20 m2 sampai > 120 m2, sehingga design type KRPL terbagi atas 3 bagian yakni type luas, sedang, dan sempit. Terdapat 12 pekarangan type sempit, 12 pekarangan type sedang, dan 6 pekarangan type luas. Kegiatan yang sudah dilakukan meliputi : pembersihan pekarangan, pembuatan rak pertanaman dan bedengan, serta mulai penanaman berbagai jenis tanaman pada polybeg dan bedengan. Kondisi terakhir pelaksanaan KRPL perdesaan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pembuatan Rak dan Bedengan pada Pekarangan
16 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 8. Pekarangan sudah Mulai Tertata.
Untuk type pekarangan berukuran luas didesain untuk membuat kolam. Ukuran kolam ikan disesuaikan dengan sisa lahan yang tersedia. Sampai dengan pertengan bulan Desember 2011 pembuatan kolam belum selesai karena curah hujan cukup tinggi. Rencana pembuatan kolam ikan disajikan pada Gambar 9.
17 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 9. Pembuatan Kolam Ikan
4.5. Pelatihan Kegiatan pelatihan yang sudah dilaksanakan sampai dengan pertengahan Desember 2011 adalah teknologi budidaya sayuran dan pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan bahan organik setempat seperti : pangkasan tanaman, rerumputan dll. Pupuk organik yang dihasilkan digunakan sebagai media tanam pada bedengan dan media tanam pada polybeg.
Gambar 9. Pembuatan Pupuk Organik
Gambar 10. Suasana Pelatihan pada Kegiatan M-KRPL Perdesaan
18 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4.6. Sinergi dengan Pemerintah Daerah, Lembaga Legislatif, dan Swasta Pelaksanaan M-KRPL di kabupaten Pangkep mendapat tanggapan positif baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkep, Lembaga Legislatif maupun perusahaan swasta nasional (PT. Semen Tonasa).
Pemerintah Daerah melalui
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Pangan didukung oleh DPRP II Kabupaten Pangkep telah menganggarkan dana sebesar Rp. 200.000.000 untuk mendukung pengembangan pelaksanaan M-KRPL kabupaten Pangkep.
Demikian
pula PT. Semen Tonasa akan menganggarkan dana Rp.600.000.000 untuk pembinaan M-KRPL pada 2 kecamatan di kabupaten Pangkep. V. Masalah 1. Keterlambatan revisi anggaran mempengaruhi percepatan pelaksanaan kegiatan. Pencairan dana baru dapat dilakukan pada pertengahan Nopember 2011, sehingga pelaksanaan kegiatan terutama yang berhubungan dengan belanja bahan kegiatan baru dapat dilaksanakan setelah tersedia dana. 2. Pelaksanaan kegiatan bertepatan dengan dimulainya pertanaman padi musim hujan. Curahan tenaga kerja lebih banyak difokuskan pada budidaya padi terutama di lokasi KRPL perdesaan, akibatnya kegiatan KRPL sedikit terhambat. 3. Curah hujan yang tinggi sejak akhir Nopember sampai pertengahan Desember
2011
mempengaruhi
kinerja
peserta
KRPL
dan
juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran, terutama yang ditanam di bedengan. VI.
Upaya Pemecahan Masalah 1. Kegiatan yang tidak berhubungan dengan belanja bahan kegiatan seperti : koordinasi, sosialisasi, dan pelatihan tetap dilakukan dengan menggunakan dana talangan,
sedangkan belanja bahan hanya dapat dilakukan setelah
pencairan dana kegiatan. 2. Untuk efektif dan efisiennya curahan tenaga kerja yang terbatas, dilakukan kerja gotong royong pada sore hari dan hari minggu.
19 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3. Menggiatkan kerja kelompok secara gotong royong yang melibatkan ibu-ibu dan bapak-bapak petani. VII.
Organisasi Pelaksana Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat
dan instansi terkait pusat dan daerah, yang masing-masing bertanggungjawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Secara rinci, peran setiap elemen tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3. Daftar Pelaksana Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari, Makassar dan Pangkep. 2011. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pelaksana Dr. Ir. Nasrullah, MSc. Ir. Syafruddin Kadir, MP. Syukur Syarif, SP, MP. Ir.Matheus Sariubang, MS. Ir. Nurjanani, MS. Farida Arief, SP. Sri Sasmita, SP Dewi Mayanasari, SP.
PM
10. PM 11. PM 12. PM 13. PM
14. PM
Instansi/Disiplin Ilmu Ka. BPTP Sulsel
Tugas/peran dalam kegiatan Pembina
BPTP Sulsel/Budidaya Penanggung Jawab Tanaman BPTP Sulsel/Hama Anggota/pendamping Tanaman BPTP Sulsel/Ternak Anggota/pendamping BPTP Sulsel/Hortikultura BPTP Sulsel/Penyuluh BPTP Sulsel/Sosek BPTP Sulsel/Sosek Pamong desa/tokoh masyarakat Distan dan Hortikultura, Dinas Perikanan, Dinas Peternakan PKK, Kantor Ketahanan Pangan Ditjen Komoditas/Badan lingkup Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian
Anggota/pendamping Anggota/pendamping Anggota/Pendamping Anggota/Pendamping Pelaku utama
Perguruan Tinggi/Swasta/LSM
Dukungan dan pengawalan
Pembinaan dan penanggung jawab keberlanjutan kegiatan Kordinator Lapangan Pengembangan model sesuai tupoksi instansi Membangun model KRPL dan Narasumber dan pengawalan inovasi teknologi dan kelembagaan
20 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
15. PM
VIII.
Teknisi BPTP Sulsel
Kordinator Lapangan
Jadwal Palang Kegiatan Jadwal
pelaksanaan
kegiatan
M-KRPL
akan
disesuaikan
dengan
pencanangan Program RPL dan kesiapan pendanaan yang dianggarkan melalui DIPA BPTP Sulsel. Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan M-KRPL di Makassar dan Pangkep. 2011. No
Uraian Kegiatan
Bulan 1
1.
Persiapan
2.
Sosialisasi
3.
Pelaksanaan Lapang
4.
Pelatihan
5.
Monev
6.
Pelaporan
7
Seminar Hasil
IX.
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
PEMBIAYAAN
Uraian Kegiatan/Jenis Pengeluaran Honor yang terkait dengan output kegiatan - Honor Penanggung Jawab - Honor Anggota - Honor Teknisi dan Pelaks Lainnya - Upah Kerja Belanja Bahan - Pembuatan Disain Pekarangan - Bahan Media Tanam Rak (2 x 20 KK)
Volume Satuan
Biaya Satuan
Jumlah Biaya 18.400.000
6 OB 24 OB
400.000 250.000
2.400.000 6.000.000
36 OB 200 OH
150.000 25.000
5.400.000 5.000.000
2.000.000
4.000.000
110.000
4.400.000
2 lokasi 40 KK
21 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
- Bahan Rak - Bahan Media Bedengan : - Konservasi, Pengadaan, dan budidaya tanaman Lokal - Tanaman pagar (pagar hidup) : -
Pengadaan kandang ayam Pengadaan kandang kambing Pengadaan Kolam Ikan : Ikan Nila (100 gr/ekor) Ikan Lele (100 gr/ekor)
- Kebun Bibit desa - Peralatan pembantu kebun bibit desa Belanja Barang Non Operasional Konsumsi akomodasi dalam rangka koordinasi persipan, pelaksanaan dan pelaporan Belanja perjalanan lainnya (DN) Perjalanan dlm rangka Konsultasi, Koordinasi, Pengembangan peningkatan kemandirian pangan rumah tangga - Perjalanan Konsultasi ke Pusat / luar Sulsel - Perjalanan Pelaksanaan Kegiatan TOTAL X.
60 unit 2 unit
60.000 1.600.000 20.000.00 0
40.000.000
1.500.000
3.000.000
500.000 1.000.000 400.000 2.500 2.000
5.000.000 8.000.000 8.000.000 5.000.000 4.000.000
2 Paket
10.000.000
10.000.000
2 Paket
2.000.000
4.000.000
2 paket
5.000.000
10.000.000
4 OP
5.400.000
21.600.000
80 OH
350.000
28.000.000 190.600.000
2 lokasi 2 paket 10 8 20 2.000 2.000
Unit Unit unit ekor ekor
3.600.000 3.200.000
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari, Jakarta, 52 hal.
22 www.sulsel.litbang.deptan.go.id