MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat ini. Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Atas dasar hal itu, maka terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia (Saliem, 2011). Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan bulan Oktober 2010 di Jakarta juga mengemukakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Terkait dengan
hal tersebut,
pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14% dari keseluruhan luas lahan pertanian. Lahan pekarangan tersebut merupakan sumber potensial penyedia berbagai jenis bahan (diversifikasi) pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi jika dikelola dengan inovatif. Lahan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan. Perhatian masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih kurang, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak dilakukan. Di Sulawesi Selatan, pemanfatan lahan pekarangan masih didominansi tanaman hias, terutama di daerah perkotaan yang sudah mengerti nilai estetika. Dengan inovasi kreatifitas, lahan pekarangan dapat ditata sedemikian rupa sehingga jenis tanaman apapun bisa memiliki nilai estetika sama dengan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
tanaman hias dan memiliki multi fungsi sebagai bahan pemenuhan kebutuhan gizi serta sumber pendapatan keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman: pangan, hortikultura, obat-obatan, ternak, ikan dan lainnya, selain
dapat
memenuhi
kebutuhan
keluarga
sendiri,
juga
berpeluang
memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Kementerian Pertanian telah menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Kawasan Rumah Pangan Lestari” (KRPL), yang dibangun dari kumpulan Rumah Pangan Lestari (RPL).
Masing-masing RPL diharapkan
memenuhi prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan meningkatkan
pendapatan,
serta
pada
akhirnya
akan
meningkatkan
kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Dalam kontek substansi di atas, Badan Litbang Pertanian melalui 65 Unit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia siap mendukung upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan tersebut perlu diaktualisasikan dalam bentuk menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. BPTP Sulawesi Selatan sebagai Unit Kerja Badan Litbang Pertanian telah dan siap berperan aktif dalam pengembangan KRPL di wilayah Sulawesi Selatan. Bentuk dukungan yang akan dilakukan antara lain: (a) Penyusunan Juklak dan Juknis KRPL; (b) Koordinasi dan sosialisasi kegiatan KRPL; (c) Pelaksanaan kegiatan KRPL yang akan berlangsung di 15 kabupaten, dan (d) Upaya pengembangan KRPL di lokasi Lain. 1.2. Tujuan Pengembangan Model KRPL bertujuan: 1. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; 2. Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; 3. Mengembangkan
sumber
benih/bibit
untuk
menjaga
keberlanjutan
pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan 4. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. 1.3. Keluaran 1. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; 2. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; 3. Berkembangnya pemanfaatan
sumber pekarangan
benih/bibit dan
untuk
menjaga
terlaksananya
keberlanjutan
pelestarian
tanaman
pangan lokal untuk masa depan; dan 4. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. 1.4.
Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya
kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Manfaat -
Termanfaatkannya lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura, toga, pemeliharaan ternak, ikan, dan berkembangnya usaha pengolahan hasil dan pengolahan limbah tanaman dan limbah
2 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
rumah tangga menjadi kompos skala rumah tangga, sebagai sumber pendapatan keluarga. -
Terciptanya lingkungan hijau dan bersih secara berkelanjutan.
Dampak Usaha
pertanian
tanpa
limbah,
pengelolaan
dan
pemeliharaan
sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal oleh masyarakat setempat (bermacammacam ubi, talas, buah langka, sayuran indigenous, kacang-kacangan, tanaman obat, dll). II. KONSEP DAN BATASAN 1. Rumah Pangan Lestari: rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. 2. Penataan Pekarangan:
ditujukan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. 3. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (>400 m2). 4. Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. 5. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.
3 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
III.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Kegiatan MKRPL di Sulawesi Selatan akan dilaksanakan di Desa Margolembo Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur yang terletak pada koordinat …... Waktu pelaksanaan mulai bulan Januari hingga Desember 2012. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan Model KRPL, dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam Pedoman Umum Model KRLPL (Kementerian Pertanian, 2011), yaitu: a. Persiapan (1) Pengumpulan informasi awal tentang potensi kelompok sasaran, (2) pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Dinas Terkait lainnya di Kabupaten Luwu Timur, dan (4) memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. b. Pembentukan Kelompok Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau kelompok rumahtangga (25 rumah tangga) dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri. c. Sosialisasi Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.
4 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
d. Penguatan Kelembagaan Kelompok Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok yakni: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok masyarakat lainnya. e. Perencanaan Kegiatan Melakukan
perencanaan/rancang
bangun
pemanfaatan
lahan
pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran, buah dan obat keluarga (toga), ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa (KBD), serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas instansi terkait. f. Pelatihan Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan toga, teknik budidaya ikan dan ternak, perbenihan dan pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan. g. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh Peneliti dan Penyuluh. Secara bertahap, dalam pelaksanaanya menuju pada pencapaian kemadirian pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan peningkatan kesejahteraan.
5 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
h. Pembiayaan Bersumber dari APBN 2012 serta partisipasi masyarakat dan dukungan pemerintah daerah. i. Monitoring dan Evaluasi Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Tim Monitoring dibentuk dari Tim Intern BPTP Sulawesi Selatan. Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait di daerah, yang masing-masing bertanggungjawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Secara rinci, peran setiap elemen tersebut dapat disimak pada Tabel 1. Tabel 1. Peran masing-masing pelaku dalam pelaksanaan Model KRPL Luwu Timur No. 1.
2.
3. 4.
Pelaksana Masyarakat - Kelompok sasaran - Pamong Desa (RT, RW, Kadus) dan Tokoh Masyarakat Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Luwu Timur, Kantor Kecamatan Mangkutana, Kantor Kelurahan Margolembo dan lembaga terkait lainnya) - Pokja 3, PKK - Kantor Ketahanan Pangan BPTP Sulawesi Selatan Badan Litbang Pertanian
Tugas/peran dalam kegiatan - Pelaku utama - Pendamping - Monitoring dan Evaluasi - Pembinaan dan pendampingan kegiatan oleh petugas lapang - Penanggung jawab keberlanjutan kegiatan - Replikasi kegiatan ke lokasi lainnya
- Koordinator lapangan - Membangun model KRPL - Narasumber dan pengawalan inovasi teknologi dan kelembagaan
j. Temu Lapang Temu lapang dilakukan untuk mengetahui masalah dan hambatanhambatan pelaksanaan kegiatan MKRPL di lapangan.
6 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
k. Pelaporan dan Seminar Pelaporan merupakan penyampaian data dan informasi dari seluruh aktivitas kegiatan dilengkapi dengan dokumentasi seluruh rangkaian kegiatan lapangan, dan seminar dilakukan untuk menerima umpan balik dan tindak lanjut dari
kegiatan
ini.
Selanjutnya
laporan
akhir
akan
digandakan
untuk
disebarluaskan kepada pengguna sebagai bahan informasi maupun bahan kebijakan dalam pembangunan pertanian IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang dicapai hingga tengah tahun kegiatan (Juni 2012), dalam kegiatan ini adalah :
1. Koordinasi dan Sosialisasi Kegiatan Koordinasi dan sosialisasi dilakukan terhadap instansi terkait antara lain Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Dinas Pertanian, Peternakan dan Hortikultura Kabupaten Luwu Timur, Badan Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten
Luwu
Timur,
Pemerintah
Kecamatan
Mangkutana,
Pemerintah Desa Margolembo serta Kelompok Tani setempat. Kegiatan ini
dilakukan
dalam
rangka
setempat dan masyarakat.
memperoleh
dukungan
pemerintah
Kegiatan ini mencakup penentuan lokasi,
sasaran kelompok, lokasi yang terpilih adalah desa Margolembo, Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur.
Sasaran kelompok
yang ditetapkan adalah Kelompok Wanita Tani Mandiri Sayur, dengan jumlah anggota yang berminat sebanyak 25 KK.
Respon petani
terhadap kegiatan ini positif.
2. Pelatihan Inovasi Teknologi Pelatihan diarahkan pada materi pembuatan kompos jerami dan pupuk kandang dengan bantuan decomposer promi.
Disamping itu juga
materi tentang pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal) mendukung 7 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
usahatani sayuran dan buah-buahan. Respon petani terhadap pelatihan sangat positif.
Dalam kegiatan pelatihan juga diadakan diskusi
membahas budidaya sayuran dan tanaman penting lainnya yang dikembangkan di lokasi. 3. Persiapan Bedengan / Kebun Bibit Desa Kurang lebih 80% anggota telah menyiapkan bedengan untuk pertanaman sayuran dan telah menanam dan memanen berbagai macam sayur antara lain, sawi, tomat, timun, Lombok, bayam, dan lain-lain.
Pembangunan KBD yang dilengkapi screen house (rumah
plastik) sebagai wadah dalam rangka mempersiapkan benih/bibit tanaman berkesinambungan yang didistribusikan ke anggota pada waktu dipergunakan 4.
Produksi sayuran yang diperoleh cukup baik, namun yang menjadi masalah utama adalah terbatasnya serapan pasar.
8 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
V.
ANALISIS RESIKO
1. Daftar Resiko No. 1.
2.
Resiko Teknis : - Ketersediaan bibit kurang
Penyebab
Dampak
- KBD belum berfungsi oprimal
- Tanaman mati atau produksi kurang, baik kuantitas maupun kualitas
- Tanaman terserang hama/penyakit
- Bibit kurang bermutu
Ekonomi: - Over produksi - Pasar belum tersedia
3.
Sosial: - Petani
- Produksi dan Kualitas menurun
- Kemampuan konsumsi terbatas
- Nilai ekonomi menurun -
- Pemanfaatan Sumber daya pekarangan optimal - Adanya kompetisi antara peserta
- Kerja kelompok tidak berlanjut
9 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2. Daftar Penanganan Resiko No. 1.
Resiko Teknis : - Ketersediaan bibit kurang
Penyebab
Penanganan Resiko
- KBD tidak berproduksi - Harus ada kebun induk (KBI) - Pengelolaan KBD diperbaiki - Ada uang pengganti benih Dari peserta
- Tanaman terserang hama/penyakit
- Tidak dilakukan pengamatan hama/penyakit dan pengendaliannya
- Pelatihan pengenalan hama/penyakit dan cara pengendaliannya - Pengadaan bahan dan sarana pengendalian (Pestisida nabati, trap, sprayer).
- Pengadaan tanah top soil dan penggantian media - Pertumbuhan tanaman tidak optimal
2.
Ekonomi: - Over produksi
- Nilai jual lahan
- Tanah (media tanam) bukan lapisan top soil - bahan organic kurang
- Penambahan bahan organic (kompos, pukan, organic cair)
- Pemeliharaan (penyiraman) kurang
- Meningkatkan pemeliharaan
- Kemampuan konsumsi terbatas
- Upayakan diversifikasi produksi. - Pengaturan jenis tanaman dan pola tanam - Pelatihan dan pengolahan hasil
- Pemanfaatan Sumber
- Pemanfaatan lahan
10 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.
pekarangan tinggi
daya pekarangan
Sosial: - Komplik internal dalam kelompok
- Adanya kompetisi antara peserta
pekarangan secara optimal - Management kelompok harus diperbaiki - Ketua kelompok harus berlaku adil terhadap setiap peserta
V. 1.
KESIMPULAN
Pengembangan KRPL didesa Margolembo, Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur mendapat sambutan positif pemerintah daerah dan masyarakat dan prospektifnya kedepan.
2.
KBD perlu segera dibangun sebagai wadah percontohan dan penyusun bibit untuk pengembangan usaha tani sayuran
3.
Pemerintah perlu menfasilitasi akses pasar sayuran produksi sayuran kelompok wanita tani sayuran.
DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman umum model kawasan rumah pangan lestari. Jakarta 42 Hlm. Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia. Rachman, Handewi .P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan“, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
11 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Saliem H.P. 2011. Kawasan rumah pangan lestari (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. 10 hlm. Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah. Makalah Pembahas pada Seminar Nasional “Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Nasional” Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram 5 – 6 September 2006.
Lampiran. Dokumentasi Kegiatan I. SOSIALISASI KEGIATAN MKRPL
Gambar 1. Sosialisasi Kegiatan MKRPL Kab. Luwu Timur
12 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 2. Peserta Sosialisasi Kegiatan MKRPL Kab. Luwu Timur
II. PELATIHAN INOVASI TEKNOLOGI KEGIATAN MKRPL
Gambar 3. Pelatihan Pembuatan Kompos Bahan Organik dari Limbah Pertanian dengan Menggunakan Bioaktivator Promi
13 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 4. Pelatihan Pembuatan Bioaktovator dan pupuk organik Mikroorganisme Lokal (MOL) dari bahan-bahan lokal setempat
III. KEBUN BIBIT DESA (KBD)
Gambar 5. Screen House untuk pembibitan tanaman
14 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 6. Kondisi Pertanaman
IV. PEMANFAATAN PEKARANGAN RUMAH TANGGA TANI
Gambar 7. Pemanfaatan Pekarangan
15 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 8. Pemanfaatan Pekarangan
16 www.sulsel.litbang.deptan.go.id