MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN PANGKEP
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi perhatian bagi Pemerintah
Indonesia dua tahun terakhir. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau ”. Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia (Saliem, 2011). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010). Salah satu potensi yang bisa mendukung diversifikasi pangan yang selama ini hampir terlupakan adalah pemanfaatan lahan pekarangan. Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian dan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani atau warga masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pemanfaatan dan pengembangan
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak dilakukan sebagaimana yang diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Badan Litbang Pertanian melalui UK/UPT siap mendukung upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis. Presiden RI berturut-turut menyampaikan arahannya agar memanfaatkan pekarangan untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, antara lain pada Konferensi Dewan Ketahanan Pangan Oktober 2010, kemudian pada acara Gerakan Nasional Pencanangan Anomali Iklim di Sidoarjo, 14 Januari 2011, dan Pencanangan Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan di Pontianak. Pencanangan Gerakan Rumah Pangan Lestari secara nasional oleh Presiden dilaksanakan saat berkunjung ke Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Kayen, kabupaten Pacitan. Arahan Presiden tersebut ditindaklanjuti oleh Kementan dan memberikan arahan kepada Badan Litbang Pertanian untuk membuat suatu percontohan pemanfaatan lahan pekarangan. Kemudian dirancang suatu model yang selanjutnya dikenal dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” (MKRPL). Model ini kemudian menjadi program nasional yaitu KRPL, adalah kawasan desa/kampung/RW/RT yang di dalamnya terdapat Rumah Pangan Lestari (RPL), yaitu rumah yang menerapkan pemanfaatan pekarangan secara intensif dan ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, sehingga menghemat pengeluaran, serta pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraannya. Pemanfaatan pekarangan tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang yang diharapkan berdampak menurunkan konsumsi beras. Melalui penanaman dan pengelolaan sumber pangan lokal tersebut, maka petani dan masyarakat telah melakukan pelestarian tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masa depan. Siklus penanaman, pemeliharaan, panen dan konsumsi dalam rancangan pemanfaatan pekarangan harus berlangsung tanpa putus, sehingga memerlukan dukungan kebun benih/bibit yang mampu memenuhi
2 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
kebutuhan. Dengan demikian, terciptalah Rumah Pangan Lestari yang akan mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, sekaligus pelestarian sumber daya genetik pangan untuk masa depan dan tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan.
1.2.
Tujuan 1. Melaksanakan MKRPL di kampung Kondeng, kelurahan Minasate’ne, kecamatan
Minasate’ne,
kabupaten
Pangkep,
untuk
meningkatkan
keterampilan keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, buah dan tanaman obat keluarga (toga), mengembangkan/menerapkan pengolahan hasilnya serta pemeliharaan ternak dan ikan. 2. Menyebarluaskan perspektif baru tentang potensi lahan pekarangan/halaman dan ruang terbuka sekitar rumah sebagai alternatif sumber pangan keluarga dalam menjawab ancaman krisis pangan dan perubahan iklim. 3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produkstif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. 1.3. Keluaran 1. Model KRPL Lestari Indah terwujud dengan partisipan 30 KK di Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne, kecamatan Minasa Te’ne, kabupaten Pangkep. 2. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan pekarangan sebagai alternatif sumber gizi keluarga. 1.4. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah terselengaranya pengembangan MKRPL dalam rangka peningkatan kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. 1.5.
Manfaat
3 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1. Menjamin kesinambungan persediaan pangan dan gizi keluarga dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk menanam tanaman pangan, sayuran, buah-buahan dan toga, serta memeliharan ternak dan ikan. 2. Berkembangnya berbagai inovasi hasil Badan Litbang Pertanian dalam upaya peningkatan produktivitas dan kontribusinya terhadap peningkatan ketahanan pangan, melalui M-KRPL di Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne, kabupaten Pangkep. II.
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Konsep dan Batasan (Mardharini, dkk., 2011)
1. Rumah Pangan Lestari: rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin
kesinambungan
persediaannya
dengan
tetap
memelihara
dan
meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. 2. Penataan Pekarangan: ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. 3. Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan. -
Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; (2) Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m 2; (3) Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m2; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m2.
-
Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (>400 m2).
4 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4. Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. 5. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu
dusun
(kampung)
yang
telah
menerapkan
prinsip
RPL
dengan
menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit. b.
Manfaat sayuran dan buah-buahan serta tanaman obat sebagai tanaman pekarangan Sayuran dan buah merupakan bahan makanan yang mengandung gizi
lengkap dan menyehatkan. Warna yang terdapat dalam buah dan sayuran bukanlah sekedar pembeda antara satu jenis dengan jenis lainnya, namun merupakan sumber informasi nutrisi gizi yang dikandungnya. Sayuran yang berwarna hijau sangat kaya akan sumber karoten (provitamin A). semakin hijau sebuah sayuran, semakin tinggi kandungan karotennya. Beta karoten bermanfaat menghambat proses penuaan dini, meningkatkan fungsi paru-paru, mencegah kanker, dan menurunkan komplikasi pada penderita diabetes. Sayuran hijau tua yang mudah didapat di sekitar Alpokat, Belimbing, Apel, Jambu, Jeruk, Mangga, dan Pepaya. Vitamin E dapat diperoleh dengan mengkonsumsi kecambah (Toge). Selain karoten, sayuran dan buah juga mengandung berbagai vitamin, diantaranya antioksidan. Antioksidan dalam sayuran dan buah mampu bekerja dalam meningkatkan dan menghancurkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun, seperti racun dari asap rokok, asap kendaraan dll.
5 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Kandungan rendah lemak, garam, dan gula pada sayuran dan buah sangat baik bagi orang yang menjalankan program diet. Kandungan serat alami dalam sayuran dan buah sangat bermanfaat bagi tubuh terutama pada sistem pencernaan. Serat pangan (dietary fiber) dari berbagai sayuran, buah-buahan, serealia, dan kacang-kacangan berperan untuk mencegah timbulnya berbagain penyakit yang berkaitan dengan proses pencernaan. Buah dan sayuran juga mengandung banyak fitokimia (bahan kimia tanaman). Steinmetz dan Potter (1991 dalam Muchtadi, 2012) mengidentifikasi lebih dari selusi kelas bahan kimia yang terkandung dalam tanaman dan dapat aktif secara biologis, yang dikenal sebagai senyawa fitokimia. Zat ini aktif dan dapat membantu melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan sering mengkonsumsi sayuran dan buah maka dapat mengurangi resiko terjadinya serangan penyakit
diabetes, stroke,
kanker, dan hipertensi. Semua jenis buah mengandung banyak mineral, diantaranya Kalium
(K),
Kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat Besi (Fe). Buah yang banyak mengandung Ca diantaranya adalah Srikaya, Sawo, Arbai, Nangka, Jeruk nipis, dan Salak. Dalam buah juga terdapat Fosfor dan Folat. Folat yang terdapat dalam buah dan sayuran dapat mengurangi tingkat darah homocysteine, yaitu suatu jenis zat yang dapat menjadi factor resiko terjadinya jantung koroner (http://superampuh.com/manfaatsayur-dan-buah-buahan). Tomat mengandung likopen yang merupakan karotenoid utama buah tomat yang berperan dalam penurunan resiko timbulnya kanker (Gerster, 1997 dalam Muchtadi, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi produk tomat sepuluh kali atau lebih per minggu mempunyai resiko terkena kanker prostat 50% lebih rendah (Giovannuci et al,. 1995 dalam Muchtadi, 2012). Penyakit kanker lain yang berhubungan terbalik dengan kadar likopen dalam serum atau jaringan, antara lain kanker payudara, saluran cerna, serviks, kantung empedu dal kulit (Cliton, 1998 dalam Muchtadi, 2012), serta mungkin kanker paru-paru (Li et al., 1997 dalam Muchtadi, 2012). Komponen sulfur pada bawang-bawangan berfungsi untuk mencegah agregasi platelet dan menurunkan kadar kolesterol.
6 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tanaman kelor disebut pohon ajaib (miracle tree) karena sangat kaya nutrisi, dan banyak digunakan untuk pengobatan. Digunakan dalam program pengentasan rawan gizi, di beberapa negara di Benua Afrika dan di India. Daun marungga atau kelor mengadung vitamin C, 7 kali lebih tinggi dari yang terdapat dalam jeruk, vitamin A, 3-4 kali dari yang terdapat pada wortel, Kalsium, 4 x dari yang terkandung dalam air susu, protein, 2 x dari yang terkandung dalam air susu, dan potasium, 3 x dari yang terkandung dalam pisang. Biji mengandung minyak yang dapat diekstrak sebagai minyak nabati (minyak makan), atau bahkan dapat dicampur dengan Bio-diesel asal tanaman jarak pagar sebagai BBM. Taman obat keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya yang berkhasiat sebagai obat. Banyak jenis tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat, dan mudah dibudidayakan di pekarangan, diantaranya Sansivera, Lidah buaya, Tapak dara, sambiloto, binahong, daun kembang sepatu, daun katuk, kencur, jahe, kunyit, temu lawak dll. Kurkumin pada rimpang kunyit dan I-tumeron pada rimpang temulawak berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit. c.
Pola Pangan Harapan (PPH) Pola Pangan Harapan (Desireable Dietary Pattern) adalah susunan beragam
pangan yang didasarkan pada sumbangan atau kontribusi energi dan kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dan suatu pola ketersediaan atau pola konsumsi pangan. FAO-RAPA (1989) mendefinisikan Pola Pangan Harapan adalah “komposisi kelompok panganutama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya”. Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan ( dietary score). Pola Pangan Harapan berguna sebagai instrumen sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan secara agregat. Semakin tinggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya (skor pangan maksimal 100). Skor pangan tahun 2010 mencapai 84,5. Sasaran skor PPH tahun 2015 adalah 95 (Anonim, 2012). III.
METODE PELAKSANAAN
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
7 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Kegiatan dilakukan di kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne, kecamatan Minasa Te’ne, kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan pada posisi koordinat 120o 01l 51ll BT dan 5o 32l 31ll LS. Pelaksanaan dimulai pada bulan Maret sampai Desember 2012. Jarak lokasi kegiatan dari kota Makassar ± 50 km, sedangkan jarak lokasi kegiatan dari pusat kota Pangkep ± 1,0 km. 3.2.
Ruang Lingkup Pelaksanaan kegiatan pembangunan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari
di kabupaten Pangkep tahun 2012 terdiri dari beberapa tahapan, yakni: a.
Persiapan meliputi : pengumpulan informasi mengenai potensi sumberdaya wilayah dan kelompok sasaran, yang dilakukan melalui metode PRA; koordinasi dengan
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP)
kabupaten Pangkep untuk membuat kesepakatan calon kelompok sasaran dan lokasi; pembuatan TOR; dan Proposal kegiatan. b.
Pembentukan kelompok sasaran: yakni kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun warga atau dalam satu dusun/kampung, dengan melibatkan 25 rumah tangga. Klassifikasi kegiatan menurut strata luas kepemilikan lahan akan ditentukan berdasarkan hasil PRA.
d.
Sosialisasi: dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan terhadap kelompok sasaran, pemuka masyarakat, serta instansi pelaksana terkait.
e.
Membuat
rancang
bangun
pemanfaatan
pekarangan
dengan
menanam berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, tanaman obat, ikan, ternak, dan pengolahan limbah rumah tangga. f.
Pelatihan: dilakukan sebelum dan selama kegiatan berlangsung. Kegiatan pelatihan bersifat pembinaan sumberdaya manusia terutama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan setiap peserta dalam mengelola lahan pekarangan.
Pelatihan
meliputi
teknik
budidaya,
pembuatan
kompos/pengelolaan limbah, dan penguatan kelembagaan kelompok. g.
Pelaksanaan dan pengawalan teknologi serta kelembagaan. Kegiatan dilakukan oleh anggota kelopmok sasaran dibawah bimbingan peneliti,
8 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
penyuluh, dan teknisi. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD). h.
Monitoring dan evaluasi: dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan kegiatan, menilai kesesuaian pelaksanaan dengan rencana kegiatan.
i.
Pelaporan : dilakukan pada akhir kegiatan.
3.3. Tahapan Pelaksanaan a.
Rencana pelaksanaan MKRPL di kabupaten Pangkep diawali dengan pertemuan koordinasi dengan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) kapupaten Pangkep.
b.
Penentuan lokasi kegiatan: Hasil koordinasi Kepala BP2KP disepakati bahwa MKRPL tahun 2012 di tempatkan di kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne, kecamatan Minasa Te’ne, kabupaten Pangkep, yang melibatkan 25-30 rumah tangga.
c.
Sosialisasi: dilakukan terhadap penyuluh dan calon peserta, serta pihak terkait untuk memberi gambaran dan penjelasan mengenai kegiatan MKRPL, dan fasilitas apa yang akan mereka dapatkan dari kegiatan ini.
d.
Pelaksanaan PRA.
e.
Observasi Lapang. Dilakukan kunjungan langsung ke masing-masing rumah tangga calon peserta untuk mendapatkan gambaran kondisi masing-masing rumah dan pekarangan mereka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai pendukung penentuan Model KRPL yang akan dibangun.
f.
Pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT). Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu Rukun tetangga, Rukun warga atau satu dusun/kampong. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan perinsip keserasian, kebersamaan, dan kepemimpinan dari mereka sendiri.
9 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
g.
Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD): KBD merupakan unit produksi benih dan bibit untuk memenuhi kebutuhan pekarangan dalam membangun Rumah Pangan Lestari (RPL) maupun kawasan. KBD bertujuan untuk mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan. KBD ditempatkan di halaman samping rumah ibu Raoda (Ketua KWT Lestari Indah) sesuai kesepakan anggota KWT. Mula-mula dilakukan pengolahan tanah dan pembersihan rumput. Selanjutnya di buat plot dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang 7 m setiap plot.
Plot/bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat.
Pinggiran plot diberi bambu sebagai penahan tanah agar tanah tidak terbawa air pada saat penyiraman tanaman. Bersamaan dengan pembuatan bedengan, juga dibangun rumah bibit berukuran 3 m x 4 m yang diberi atap plastik UV dan dinding dari net plastik (daring). Rumah bibit ini sebagai tempat pesemaian dan pemeliharaan bibit berbagai jenis sayuran seperti cabai, terong, tomat, seledri, dan caisim. h.
Penataan Pekarangan: penataan pekarangan disesuaikan dengan kondisi pekarangan masing-masing peserta. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum KRPL Pangkep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang pertama kali di Sulawesi Selatan ditempatkan di Kabupaten Pangkep pada tahun 2011. Pada awalnya KRPL di kabupaten ini terdiri dari dua kawasan yaitu kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan. Kawasan pedesaan terletak di desa Lesang, kecamatan Minasate’ne, sedangkan kawasan perkotaan terletak di Kelurahan Bungoro, kec. Bungoro. Setiap kawasan terdiri dari 30 KK. Respon pemerintah daerah terhadap program MKRPL cukup tinggi, karena program ini sangat mendukung misi Pemerintah kabupaten Pangkep untuk menjadikan Pangkep sebagai daerah penghasil berbagai produk pertanian. Oleh karena itu, pada tahun 2012 PEMDA Pangkep melalui Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) kabupaten Pangkep menganggarkan dana
10 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
pengembangan KRPL sebesar
Rp. 400.000.000,- yang dialokasikan ke 50 desa
(1.000 KK) di 11 kecamatan, kab. Pangkep. Pada bulan Maret 2012, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan kab. Pangkep, Peneliti BPTP dan Ketua/Wakil Pembina PKK kab. Pangkep bersama-sama melakukan sosialisasi MKRPL di 8 kecamatan se kabupaten Pangkep. Kegiatan MKRPL Kab. Pangkep tahun 2012 dilaksanakan di Kampung Kondeng, kelurahan Minasate’ne, Kecamatan Minasate’ne. berlangsung pada bulan Maret sampai Desember 2012. Lokasi kegiatan berjarak 1.0 km dari pusat kota Pangkep dengan aksesibilitas baik. Pemilihan lokasi berdasarkan petunjuk BPPKP kabupaten Pangkep, dengan pertimbangan lokasi tersebut berdekatan dengan lokasi MKRPL tahun 2011 kawasan pedesaan, sehingga akan terbentuk satu kawasan yang lebih luas. Dukungan Pemerintah Daerah terutama Bupati, Wakil Bupati Pangkep, Lembaga Legislatif, serta antusiasme calon peserta KRPL yang tinggi menjadi indikator utama keberhasilan pelaksanaan MKRPL di Kabupaten Pangkep. 4.2. Sosialisasi dan Koordinasi Pelaksanaan MKRPL kabupaten Pangkep tahun 2012 diawali dengan kegiatan koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Pangkep dan BPPKP kabupaten Pangkep. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada calon peserta sekaligus pembentukan kelompok Wanita Tani
(KWT). Atas prakarsa Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP), Petugas Penyuluhan Lapangan Kabupaten Pangkep dan Tokoh Masyarakat setempat, pada tanggal 24 April 2012 telah dibentuk KWT yang diberi nama Lestari Indah. Pengurus KWT Lestari Indah ini terdiri dari Ketua: Ibu Raoda, Sekretaris : Ibu Samsiah. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh perwakilan dari BPPKP kabupaten Pangkep, Staf Kelurahan, koordinator BKP Minasate’ne dan staf penyuluh, Tokoh masyarakat setempat, serta calon peserta KRPL seperti terekam dalam Gambar 1.
11 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 1. Kegiatan sosialisasi MKRPL di Kab. Pangkep dan pembetukan KWT Lestari Indah
4.3.
Pelatihan Sebelum penataan pekarangan dan pembuatan KBD, terlebih dahulu
dilakukan pelatihan teknik budidaya tanaman sayuran dan pembuatan kompos jerami. Pada saat pelatihan juga dibagikan benih berbagai macam sayuran dan talang wadah tanaman ke peserta KRPL (Gambar 2). Metode pelatihan dilakukan dengan praktik langsung melakukan pesemaian berbagai jenis sayuran (Cabai, tomat, terong, caisim, seledri) dan pembuatan kompos jerami. Ibu-ibu KWT Lestari Indah sangat antusias melakukan praktik seperti terekam pada Gambar 3. Kegiatan pelatihan/praktik
budidaya tanaman, terutama sayuran
dilaksanakan
secara
bertahap sesuai dengan tahapan budidaya/perkembangan tanaman (pesemaian, pencampuran media tanam,
pengisian polybag/wadah lainnya, pembumbunan,
penanaman, dan pemeliharaan tanaman) selama kegiatan MKRPL berlangsung.
12 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 2. Visualisasi berbagai jenis benih tanaman sayuran dan talang wadah tanaman sayuran yang diserahkan ke KWT Lestari Indah untuk pengembangan MKRPL Pangkep 2012
Gambar 3. Peserta melakukan pesemaian berbagai jenis sayuran (Kiri) dan pembuatan kompos jerami (kanan) 4.4. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD) KBD dari MKRPL kelurahan Minasate’ne (KWT Lestari Indah) berada di bagian samping pekarangan ibu Raodah, seluas 100 m 2. KBD memiliki pembibitan aneka sayuran (caisim, tomat, cabai, mentimun, terong, seledri, selada) dan kebun kelompok. Kebun kelompok berisi percontohan budidaya sayuran (kangkung, bayam, terong, tomat, cabai besar, caisim, buncis tegal, kacang panjang, mentimun) dalam bedengan, polybag, vertikultur (seledri, caisim, kangkung), dan tanaman obat keluarga (Gambar 4). Kebun kelompok berfungsi sebagai tempat belajar anggota kelompok dan masyarakat yang berkunjung. Pelatihan tentang budidaya sayuran, TOGA, dan pembibitan berlangsung di KBD. Untuk perawatan dan pengelolaan KBD dilaksanakan pembagian tugas oleh ibu-ibu KWT. Selain budidaya sayuran, juga
13 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
terdapat kolam ikan sebagai percontohan budidaya ikan lele. Kolam ikan dibuat dibagian samping pekarangan ibu Samsiah (Gambar 5).
14 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 4. Pembibitan berbagai jenis sayuran di rumah bibit dan percontohan budidaya sayuran dalam bedengan di KBD
15 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 5. Percontohan budidaya ikan Lele di kolam. Pelepasan bibit ikan oleh PPL dan ibu KWT (kiri) 4.5. Penataan Pekarangan Rumah Warga Penataan pekarangan disesuaikan dengan model dan luas pekarangan peserta, sehingga model rak vertikultur mengikuti kondisi pekarangan, demikian pula tanaman dalam bedengan. Pada umumnya, pekarangan bagian depan rumah ditata dengan rak vertikultur yang berisi pot/polibag, panci bekas, kemasan minyak goreng/sabun ditanami berbagai jenis sayuran seperti tomat, terong, cabai, selediri, selada, caisim, kangkung, dan bayam. Sedangkan pekarangan bagian samping atau belakang rumah, penanaman sayuran di bedengan dengan sayuran seperti mentimum, paria, terong, Oyong, kecang panjang, dan buncis, serta ada beberapa yang sudah menanam tanaman buah seperti buah Naga, Sirsak, dan Mangga. Halaman rumah warga yang tadinya ditanami dengan tanaman seadanya, kini menjadi pekarangan produktif yang menghasilkan berbagai jenis sayuran sebagai sumber penganekaragaman konsumsi dan gizi keluarga. Berbagai contoh model penataan pekarangan KWT Lestari Indah dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan hasil wawancara, kebutuhan mereka akan sayuran sudah terpenuhi bahkan berlebih dengan penghematan rata-rata Rp. 150.000-300.000,- per bulan. Penghematan ini dihitung berdasarkan pengeluaran rata-rata mereka untuk membeli sayuran sebesar Rp 5.000,- 10.000/hari sebelum ada KRPL. Kita tidak beli lagi sayuran, kecuali jika kita mau makan sayuran yang tidak ada ditanam di KRPL seperti nangka muda dan wortel, “tutur ibu-ibu peserta KRPL”. Jenis sayuran yang paling produktif adalah terong ungu, namun yang paling disukai oleh peserta adalah caisim, karena
16 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
pertumbuhan caisim cepat, bisa dibuat sayuran tumis sendiri, dicampur dengan mie atau dengan sayuran lain, serta volume per pohon banyak. Di panen tiga pohon saja sudah cukup disantap sekeluarga bu, “kata peserta bersahutan”. Produksi sayuran peserta KRPL sebetulnya sudah melebihi kebutuhan keluarga mereka, terutama terong dan cabai keriting, hanya saja mereka belum mau menjual dengan alasan belum seberapa nilainya, sehingga mereka lebih cenderung memberikan keluarga sebagai buah tangan jika ada yang berkunjung ke tempat mereka. Tanaman lokal yang memiki potensi untuk dikembangkan adalah kelor. Selama ini kelor sudah banyak ditanam sebagai tanaman pagar, namun sebagian masyarakat belum mengetahui kandungan gizi pada kelor, sehingga banyak yang tidak memperhatikan daun kelor untuk dikonsumsi. Namun setelah dilakukan sosialisasi
manfaat
dan
kandungan
gizi
kelor,
masyarakat
sudah
mulai
memperhatikan tanaman yang satu ini. Manfaat RPL terhadap peserta juga tersirat dari hasil perhitungan PPH yang meningkat. Skor PPH sebelum ada KRPL tercatat 64,7 meningkat menjadi 86,2 setelah pelaksanaan KRPL. Tabel 1. Perhitungan PPH sebelum pelaksanaan kegiatan KRPL No.
Kelompok Pangan
Energi Aktual
% AKE
Bobot
Skor AKE
Skor maksim um 25
Skor PPH
1.
Padi-padian
1.843
92,15
0,5
46,0
2.
Umbi-umbian
0,00
0,0
0,5
0,0
3.
Pangan hewani
164
8,2
2,0
16,40
4.
Minyak dan lemak
435
21,75
0,5
10,875
5,0
5
5.
Buah/biji
0,00
0,0
0,5
0,0
1,0
0
6.
berminyak
0,00
0,0
2,0
0,0
10,0
0
7.
Kacang-kacangan
68,00
3,40
0,5
1,7
2,5
1,7
8.
Gula
69,00
3,45
5,0
17,25
30,0
17
9.
Sayur dan buah
16,00
0,8
0,0
0,0
0,0
0
2.595
134,75
2,5 24
25 0 16
Lain-lain Total
92,30
00,00
64,7
17 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Hasil perhitungan PPH sebelum dan sesudak pelaksanaan KRPL di kabupaten Pangkep disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan PPH setelah pelaksanaan kegiatan KRPL No.
Kelompok Pangan
Energi Aktual
% AKE
Bobot
Skor AKE
Skor maksi mum 25
Skor PPH
1.
Padi-padian
1.865
93,25
0,5
47,0
2.
Umbi-umbian
0,00
0,0
0,5
0,0
2,5
0
3.
Pangan hewani
491
4,55
2,0
49,10
24
24
4.
Minyak dan lemak
871
43,50
0,5
21,75
5,0
5
5.
Buah/biji berminyak
0,00
0,0
0,5
0,0
1,0
0
6.
Kacang-kacangan
0,00
0,0
2,0
0,0
10,0
0
7.
Gula
91,00
4,55
0,5
2,275
2,5
2,2
8.
Sayur dan buah
213
0,65
5,0
53,250
30,0
30
9.
Lain-lain
194
9,70
0,0
0,0
0,0
0
3.724
186,20
Total
92,30
00,00
25
86,2
18 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 6. Berbagai model penataan pekarangan peserta MKRPL KWT Lestari Indah kab. Pangkep.
19 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Gambar 7. Visualisasi Acara Temu Lapang 4.6. MASALAH-MASALAH YANG DITEMUKAN DALAM PENGEMBANGAN KRPL Masalah-masalah yang ditemukan selama pelaksanaan MKRPL Pangkep antara lain adalah: -
Keterbatasan tanah top soil yang bisa dimanfaatkan untuk media tanam di pot, polybag, atau wadah lainnya.
-
Limbah tanaman seperti jerami yang bisa diolah menjadi bahan organik dan dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi tanaman agak terbatas, karena jerami dimanfaatkan juga untuk pakan ternak.
-
Pada waktu tertentu yaitu saat musim tanam dan panen padi, anggota peserta KRPL mencurahkan waktu dan tenaga untuk menanam dan panen padi, sehingga aktivitas di KRPL terhenti sementara.
-
Pada musim kemarau, air di lokasi KRPL terbatas sehingga kebutuhan tanaman tidak tercukupi.
-
Partisipasi anggota dalam memelihara tanaman di KBD masih kurang, jika dibagikan benih mereka menyemai masing-masing di pekarangannya, sehingga pemeliharaan tanaman di KBD umumnya dilakukan oleh ketua dan sekretais kelompok saja.
-
Adanya jenis hama yang merupakan faktor penghambat produksi terutama hama Lalat Buah. Hama ini bersifat poly fag artinya dapat menyerang berbagai jenis tanaman buah tanaman seperti mentimun, paria, oyong, cabai, tomat, dan terong. Selain lalat buah, hama Aphid juga banyak dijumpai teutama pada pucuk/daun muda. Hama ini tidak terlalu merusak secara langsung, namun berpotensi sebagai vektor virus.
20 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
V. KESIMPULAN -
Masyarakat Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne, kecamatan Minasa Te’ne,
kabupaten
Pangkep,
khususnya
KWT
Lestari
Indah
telah
memberdayakan lahan pekarangannya untuk budidaya berbagai jenis tanaman sayuran, tanaman obat, dan buah-buahan. -
Kegiatan
MKRPL
telah
dirasakan
manfaatnya
oleh
warga/masyarakat
kabupaten Pangkep, terutama KWT Lestari Indah. Meskipun hasil panen masih untuk memenuhi gizi keluarga, namun sudah terjadi penghematan biaya pembelian sayuran antara Rp. 5.000 – 10.000 atau rata-rata Rp. 150.000 300.000,-/rumah tangga per bulan. -
Respon Pemda terhadap Program MKRPL sangat baik, terbukti KRPL di kabupaten ini telah direplikasi di 53 desa, dan sebagian besar sudah menjual produksi sayurannya ke “Pa’gandeng” pedagang sayur keliling (Laporan lisan Kepala BPPKP Kabupaten Pangkep).
-
PPH peserta sebelum pelaksanaan KRPL 64,7 meningkat menjadi 86,2 setelah ada kegiatan KRPL. Peningkatan ini terutama karena konsumsi sayuran meningkat. VI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Metode Perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH) salah satu indicator M-KRPL. Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia. Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman umum model kawasan rumah pangan lestari. Jakarta 42 Hlm. Mardharini, M. Ketut, K., Zakiyah, Dalmadi dan A. Susakti. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Muchtadi. 2012. Pangan Fungsional dan Senyawa Bioaktif. Alfabeta, Bandung. 252 hlm Rachman, Handewi. P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program.
21 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan“, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Saliem H.P. 2011. Kawasan rumah pangan lestari (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. 10 hlm. Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah. Makalah Pembahas pada Seminar Nasional “Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Nasional” Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram 5 – 6 September 2006.
22 www.sulsel.litbang.deptan.go.id