Lesson Learn Peningkatan Penerapan Rumah Pangan Lestari dalam Upaya Membentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari Siti Lia Mulijanti dan A. Djatiharti BPTP Jawa Barat E-mail:
[email protected] Abstrak Kemandirian Pangan merupakan tanggungjawab bersama yang dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan salah satu alernatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Peningkatan penerapan rumah pangan lestari merupakan hal penting yang harus diupayakan dalam mewujudkan kemadirian pangan. Pengkajian dllakukan di Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang pada bulan Maret 2013 sampai bulan November 2014, dengan tujuan meningkatkan jumlah rumah tangga tani yang menerapkan Rumah Pangan Lestari (RPL). Metode pengkajian dilaksanakan dengan metode on farm participatory research pada kelompok wanita tani (KWT) Kuncu Mekar. Data yang dikumpulkan meliputi tahapan penerapan Rumah Pangan Lestari di satu rukun wilayah di lokasi pengkajian untuk kemudian membangun kawasan rumah pangan lestari (KRPL) yang terdiri atas 10 rukun wilayah untuk membentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari. Hasil pengkajian dapat diketahui penerapan rumah pangan lestari memerlukan pendampingan baik dalam segi teknis, maupun kelembagaan. Pembentukan organisasi pengelola Kebun Bibit Desa dapat menjaga kontinuitas ketersediaan bibit, penerapan RPL melalui metode pelatihan kader RPL dapat meningkatkan jumlah RPL di Desa Sukarapih dari 1 RW menjadi 10 RW, sehingga kawasan rumah pangan lestari dapat terwujud. Kata kunci: Rumah pangan lestari, upaya Pendahuluan Upaya untuk memfungsikan kembali lahan pekarangan sebagai lumbung pangan cukup relevan. karena luas lahan pekarangan di Indonesa mencapai 10,3 juta hektar atau14% dari seluruh luas lahan pertanian Indonesia (BBP2TP, 2011). luas lahan pekarangan di Jawa Barat yang ditanami tanaman pertanian adalah 121.497 hektar, sedang lahan bukan pertanian sebagai tempat rumah bangunan dan pekarangan seluas 370.544 hektar (Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, 2010). Lahan seluas itu merupakan sumberdaya alam potensial untuk dimanfaatkan secara optimal. Kementerian Pertanian telah mengembangkan konsep pemanfaatan lahan pekarangan dengan sebutan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kawasan merupakan RT, RW, dusun ata desa yang memiliki Rumah Pangan Lestari. Rumah pangan lestari adalah rumah yang pekarangannya dimanfaatkan secara intensif, ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan mengacu empat prinsip, yaitu (1)ketahanan dan kemandirian pangan, (2) diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, (3) konservasi sumberdaya genetik, dan (4) upaya lestari melalui kebun bibit desa, menuju peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani/masyarakat (Badan Litbang Pertanian, 2011). Pemerintah juga mengupayakan dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (Handewi Purwati Saliem, 2011).
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1757
Program kegiatan dari Pemerintah di suatu Desa pada umumnya sulit untuk dapat berkelanjutan. Kegiatan dilakukan apabila ada pendampingan pelaksanaan program kegiatan tersebut. Setelah program kegiatan berakhir maka inovasi teknologi yang diterapkan pada program kegiatan tersebut akan berakhir pula. Sehingga apabila program kegiatan telah berakhir maka masyarakat akan kembali ke kondisi semula, tanpa ada keberlanjutan dalam penerapan teknologi. Tidak berlanjutnya program kegiatan yang telah dirintis oleh Dinas Instansi terkait akan menyebabkan sulitnya penerapan teknologi secara berkesinambungan. Akibatnya kondisi masyarakat akan semakin sulit berkembang dan pada akhirnya akan berdampak pada tersendatnya pembangunan masyarakat secara umum. Makalah ini memaparkan tahapan penerapan program KRPL yang dirintis oleh Pengurus Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan melibatkan tokoh masyarakat masing-masing wilayah sebagai perintis penerapan RPL di wilayahnya masing-masing. Metodologi Pengkajian dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Kuncup Mekar Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang pada bulan Juni 2013 sampai bulan Desember 2014. Metode pengkajian dilaksanakan dilahan petani dengan partisipasi aktif seluruh anggota KWT. Metode peningkatan penerapan Rumah Pangan Lestari (RPL) dilaksanakan dengan tahapan : 1) Kordinasi dan Sosialisasi kegiatan 2) Pembuatan kebun bibit desa (KBD) 3) Pembinaan KWT : (a) budidaya sayuran dan toga di lahan pekarangan, (b) pembuatan pupuk organik, (c) penangulangan hama penyakit pada tanaman sayuran dan pembuatan pestisida nabati, (d) penguatan kelembagaan KWT, (e) pengolahan pasca panen, dan (f) inisiasi pemasaran hasil 4) Pembinaan kader RPL . Hasil dan Pembahasan Kordinasi dan Sosialisasi Kegiatan KRPL Kordinasi dan sosialisasi rencana kegiatan KRPL di Kabupaten Sumedang dilakukan dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura Kabupaten Sumedang dan Badan Ketahanan Pangan Pertanian Perikanan Perkebunan dan Kehutanan (BKP4K) Kabupaten Sumedang, Unit Pelayanan Teknis Badan Kecamatan Sukasari, dan Pemerintah Desa Sukasari. Koordinasi dan sosialisasi rencana kegiatan pendampingan dilaksanakan menyamakan persepsi dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan optimalisasi lahan pekarangan melalui KRPL diperlukan sinergi Program dengan Badan Ketahanan Pangan melalui Program Percepatan
1758
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Bentuk sinergi tersebut antara lain : Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian
mendukung P2KP melalui
percontohan
/Model (M-KRPL), dan Pendampingan pengembangan KRPL yang mencakup Sosialisasi konsep, narasumber teknologi, penyediaan bahan penyuluhan, dan akses informasi teknologi (Badan Litbang Pertanian, 2013). Kegiatan pendampingan merupakan sinergi program antara Badan Litbang Pertanian dengan Badan Ketahanan Pangan (BKP) dan pemangku kepentingan (instansi/organisasi kemasyarakatan) lainnya. Sinergi antar lembaga dilaksanakan berdasarkan program atau kegiatan masing-masing lembaga yang tujuan akhir (goal) nya yaitu menuju Ketahanan Pangan (Badan Litbang Pertanian, 2013). Berdasarkan hasil musyawarah dan mupakat maka disepakati salah satu lokasi pendampingan KRPL adalah KWT Kuncup Mekar di Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang. Pembuatan KBD Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di setiap wilayah membutuhkan berbagai macam benih/bibit sayuran dalam jumlah yang banyak dan tepat waktu. Untuk memenuhi kebutuhan bibit, maka dibangun Kebun Bibit Desa (KBD). Tujuan KBD, adalah; 1) memproduksi bibit tepat jenis, tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, dan 2) memperoleh keuntungan ekonomi dan berkembang menjadi usaha komersial. Pengelolaan KBD merupakan bagian dari kegiatan KRPL yang dilaksanakan oleh KWT atau masyarakat setempat. Bibit yang dihasilkan KBD digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga tersebut dalam menerapkan KRPL, disamping menjadi sarana pembelajaran meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pembinaan KWT (a) Budidaya Sayuran dan Toga di lahan pekarangan Pembinaan budidaya sayuran dan tanaman obat keluarga di lahan pekarangan dilakukan dengan metode pertemuan rutin dengan materi mulai dari penyemaian bibit di KBD, penanaman bibit di polibag, pemeliharaan, pemupukan, panen dan pasca panen. Pembinaan budidaya sayuran organik, yaitu menggunakan pupuk organik dari limbah ternak dan limbah rumah tangga, serta penggunaan pestisida nabati, Sehingga hasil panen sayuran dapat dikonsumsi dengan aman karena terbebas dari bahan kimia berbahaya. Pertanian organik merupakan hukum pengembalian yang berarti suatu system yang berusaha mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah tanaman maupun ternak yang selanjutnya memberian makanan pada tanaman (Sutanto, 2002). Inovasi teknologi disesuaikan dengan luas lahan pekarangan yang terbagi atas lahan sempit, sedang dan luas. Kesesuaian inovasi teknologi dengan luas lahan pekarangan mempermudah penerapan inovasi teknologi. Sehingga tidak ada alasan bagi setiap anggota untuk
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1759
menerapkan rumah pangan lestari. Karena kemandirian pangan selain harus dapat memproduksi pangan secara swadaya juga harus didukung oleh sumber pangan yang bergama sesuai dengan kergaman lokal (Anonimous, 2010). Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga secara normatif sumber utama pasokan pangan harus dapat diproduksi sendiri hingga tingkat rumah tangga (Sawit dan Lakollo, 2007). (b) Penguatan kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Dalam pengembangan kawasan rumah pangan lestari pembinaan kelembagaan usahatani sayuran dilahan pekarangan diarahkan berorientasi agribisnis agar memiliki nilai ekonomi dan berkelanjutan. Lembaga yang dibentuk sesuai dengan kepentingan pelakua usaha tani sayuran di lahan pekarangan. Lembaga KWT perlu dibina karena apabila lembaga lumpuh maka siap-siap saja bahwa upaya untuk meningkatkan kesehjahteraan petani akan menghadapi kemacetan seriu (Pranadji 2004). Kelembagaan utama yang dibentuk mulai dari penguatan organisasi pengelola KBD dilakukan karena pemeliharaan KBD yang cukup menyita waktu anggota KWT dalam pelaksanaannya di dukung oleh pembentukan organisasi pengelola KBD (Badan Litbang, 2012). Berdasarkan kegiatan yang ada di KBD maka disepakati organisasi KBD terdiri atas : 1). Penanggungjawab, mempunyai tugas mengawasi dan bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di KBD 2) Sie Produksi, bertugas mengkoordinir dalam pembibitan dan pembumbunan, 3) Sie Pencatatan, mengkoordinir jumlah dan jenis tanaman yang disebarkan ke RPL dan pengembangannya, 4) Sie Pemeliharaan, mengkoordinir pemeliharaan persemaian dan bumbunan setiap hari di KBD. Sie Pemeliharaan perlu membuat jadwal piket anggota KWT yang bertugas setiap hari memelihara dan mengamati kondisi KBD dan 5) Sie Pemasaran, mengkoordinir hasil panen RPL untuk dipasarkan secara bersama-sama sehingga menghasilkan produk bersama yang mempunyai nilai komersil. Susunan organisasi KBD dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Organisasi Pengelola KBD dalam Struktur Organisasi KWT
Sie pemeliharaan memerlukan anggota yang bertugas setiap hari untuk menyiram dan memelihara persemaian dan bumbunan, sehingga diperlukan jadwal piket setiap hari 2 anggota bertugas memelihara KBD. Untuk itu dibentuk tim pemelihara yang bertugas bergiliran setiap hari,
1760
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
sehingga setiap hari KBD selalu disiram dan diperhatikan kondisi pertumbuhan perbenihan. Petugas piket melaporkan kepada sie pencatat apabila ada distribusi bibit kepada anggota KWT. Kebun Bibit Desa (KBD) juga berperan sebagai tempat pembelajaran bagi anggota KWT terutama dalam budidaya tanaman sayuran, karena BPTP selain memfasilitasi sebagian sarana yang diperlukan untuk membangun KBD dan RPL juga memberikan pembinaan dalam teknologi budidaya tanaman sayuran di lahan pekarangan. Pembinaan kelembagaan petani dalam hal penguatan modal kelompok dilakukan dengan musyawarah dalam hal pemanfaatan bantuan program KRPL untuk dijadikan modal kelompok. Seluruh bantuan yang ditujukan untuk masing-masing anggota KWT diterima Pengurus KWT untuk kemudian dibagikan kepada anggota KWT dengan cara membeli. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan motivas anggota dalam memelihara RPL dan untuk memupuk modal kelompok. (c) Pengolahan Pasca Panen Nilai tambah usahatani sebagian besar diperoleh dari hasil pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. Demikian pula hasil usahatani mempunyai nilai ekonomi terbesar dari penjualan hasil olahannya. Untuk meningkatkan ketrampilan anggota KWT dan meningkatkan nilai jual hasil usahatani maka dilakukan pembinaan pengolahan hasil. Desa Sukarapih memiliki potensi penghasil ubi kayu yang cukup besar. Nilai jual ubikayu sangat rendah bila dibandingkan dengan hasil olahannya, oleh karena itu dilakukan pembinaan pengolahan ubi kayu menjadi beberapa produk pangan antara lain menjadi kerupuk tulang ikan memanfaatkan ikan dari kolam rumah tangga tani Daging ikan diolah menjadi dendeng roll ikan sedangkan tulangnya diolah dengan ubi kayu menjadi kerupuk tulang ikan. Kreativitas anggota KWT tidak hanya pada hasil ubi kayu, hasil sampingan dari ubi kayu yaitu kulit ubi kayu juga diolah menjadi kerupuk kulit singkong. Sehingga tidak ada bahan baku yang di buang, semua diolah menjadi panganan. Hasil olahan tersebut dibuat untuk memenuhi pasanan ataupun dijual di pameran bila ada event pameran di Dinas instansi terkait dan warung-warung terdekat. Pembinaan masih perlu dilakukan untuk penanganan pengemasan produk hasil olahan. Kemasan diharapkan mempunyai daya tarik dan menjaga kualitas produk dari pengaruh luar. (d) Inisiasi pemasaran hasil Kinerja organisasi KWT dapat terus berkembang apabila kegiatan KWT dapat ,memberikan banyak manfaat bagi anggotanya. Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan KWT selain menambah pengetahuan, ketrampilan dan fungsi sosial, tentunya akan lebih bermanfaat apabila memiliki fungsi ekonomi, Kegiatan KWT dapat memberikan manfaat secara ekonomi bagi anggotanya. Apabila penumbuhan KRPL disuatu wilayah dikaitkan dengan penumbuhan ekonomi produktif masyarakat, maka kebersamaan warganya dalam wadah lembaga KWT merupakan suatu keharusan. Hal ini dikarenakan usahatani berskala kecil (termasuk usahatani di lahan pekarangan) produknya hanya akan mempunyai daya saing tinggi di pasar jika unit-unit usahatani tersebut berada dalam satu wadah atau lembaga ekonomi yang kuat dan mampu memadukan potensi kapital fisik dan sosial yang dimiliki (Soekartawi, 1993, dikutip Rangkuti, 2009)
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1761
Berdasarkan hasil musyawarah dan melihat potensi yang ada di wilayah Desa Sukarapih, maka disepakati komoditas utama yang akan dikembangkan oleh masing-masing RPL adalah komoditas yang memiliki nilai jual seperti bawang daun. Setiap RPL wajib menanam bawang daun untuk kemudian dipanen dan dijual secara berkelompok, sehingga masing-masing RPL memiliki penghasilan secara ekonomi dari halaman pekarangannya. Pola ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan pekarangan dan meningkatkan motivasi anggota dalam memelihara RPL. . Keberhasilan pemasaran komoditas hortikultura tergantung dari aspek produk, harga, distribusi dan promosi (Diten BP2HP, 2003). Pemasaran hasil sayuran dari RPL memiliki keunggulan produksi karena merupakan produk organik tanpa ada perlakuan pestisida, sehingga diperlukan promosi akan keunggulan sayuran hasil RPL. Kegiatan pertanian organik yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami menghasilkan produk yang sehat, aman untuk dikonsumsi (Asandhy dan Darmawan, 2002). Penanaman lahan pekarangan dengan aneka sayuran dengan cara organik telah mulai dapat dirasakan manfaatnya oleh anggota KWT. Lomba RPL Lomba RPL dilaksanakan untuk meningkatkan daya saing, dan memotivasi anggota KWT dalam memelihara lahan pekarangan sesama anggota KWT. Penilaian lomba dilakukan oleh Kepala UPTD Kecamatan Sukasari, Petugas lapang, Perwakilan Aparat Desa dan tim pendamping dari BPTP. Lomba diikuti oleh seluruh anggota KWT, yang mempersiapkan kondisi RPL untuk dilaksanakan penilaian pada 1 bulan ke depan. Tenggang waktu yag disediakan diharapkan dapat memberikan waktu bagi anggota KWT dalam mempersiapkan lomba. Persiapan penilaian lomba RPL dilakukan dengan musyawarah antara tim penilai yang terdiri atas Pendamping dari BPTP, Ketua UPTD Kec. Sukasari, PPL dan Aparat Desa Sukarapih. Berdasarkan hasil kesepakatan tim penilai maka ditentukan penilaian lomba berdasarkan kriteria : 1. Jumlah dan Jenis tanaman 2. Kondisi tanaman : kesuburan dan tingkat serangan hama penyakit 3. Penataan lahan pekarangan, penggunaan media tanam 4. Penggunaan hasil panen 5. Keterlibatan anggota keluarga dalam memelihara RPL Penilaian dilakukan dengan mengunjungi setiap RPL anggota KWT Kuncup Mekar, melihat langsung dan mewawancarai pemilik RPL dengan pertanyaan berdasarkan kriteria penilaian. Hasil penilaian masing-masing Kriteria dijumlahkan sehingga diperoleh nilai tertinggi untuk juara 1 hingga juara 5. Berdasarkan hasil penilaian lomba RPL dapat diketahui nilai tertinggi yang diperoleh rata-rata berdasarkan kriteria jumlah dan jenis tanaman serta kriteria penataan lahan pekarangan dan penggunaan media tanam. Hal ini menunjukkan respon yang tinggi dari anggota KWT dalam membudidayakan berbagai jenis tanaman dan menerapkan teknologi yang diintroduksikan.
1762
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Pembinaan Kader RPL Kelompok Wanita Tani (KWT) Kuncup Mekar merupakan salah satu KWT di Desa Sukarapih yang terletak di RW 2 Desa Sukarapih. Setelah seluruh anggota KWT menerapkan RPL di masing-masing rumahnya, banyak tetangga sekitar diluar anggota KWT tertarik untuk menerapkan RPL di rumahnya masing-masing. Penduduk yang memiliki keinginan menerapkan RPL membeli bibit dari KBD untuk ditanam di rumahnya. Bibit dapat dibeli di KBD tetapi ilmu dalam memelihara sayuran dalam polibag belum mereka miliki, sehingga mereka sering bertanya kepada Pengurus KWT Berdasarkan kondisi tersebut dan upaya penyebarluasan penerapan RPL Pengurus KWT berinisiatif melakukan pelatihan kepada calon kader pengembangan RPL yang berasal dari masing-masing RW di Desa Sukarapih yang berjumlah 10 RW. Pembinaan kader RPL dilakukan dengan melakukan pertemuan rutin setiap 2 minggu dengan materi budidaya sayuran di lahan pekarangan mulai dari pengolahan tanah hingga pemasaran. Pelatihan dilaksanakan dalam 4 bulan berupa pertemuan di dalam ruangan dan praktek di KBD. Materi pertemuan dari BPTP, Bidan Desa, dan PPL, sedangkan yang menjadi narasumber Pengurus KWT dan sekali-kali dari BPTP. Pelatihan kader dilakukan secara mandiri oleh pengurus dan anggota KWT Kuncup Mekar. BPTP memfasilitasi informasi budidaya tanaman sayuran dalam bentuk media cetak dan elektronik (Power Point) sehingga memudahkan penyebaran informasi teknologi kepada peserta pelatihan. Materi pelatihan kader RPL dapat dilihat pada table berikut : Tabel 1. Jadwal Waktu dan Materi Pelatihan Kader RPL No 1
Waktu 13 Mei 2014
Materi Pembukaan kursus kader KRPL
2
30 Mei 2014
3
10 Juni 2014
4
12 Agustus 2014
5 6 7
29 Agustus 2014 11 September 2014 24 September 2014
8 9
7 Oktober 2014 23 Oktober 2014
10
13 November 2014
Pre Test Optimalisasi lahan pekarangan (pendahuluan dan pengertian) Model Penataan Lahan Pekarangan dan pembibitan tanaman sayuran Budidaya Brokoli dan Bunga Kol, budidaya terong, tomat dan cengek Pupuk dan Pestisida Nabati Hama dan penyakit tanaman Gizi Keluarga dan Keamanan Pangan Pengolahan Hasil (pengemasan) Budidaya Sayuran Daun Post test dan lomba penataan pekarangan kader KRPL Penutupan kursus Kader KRPL dan Pengumuman hasil lomba
Nara Sumber Kades, BPTP Jabar, PPL dan KWT PPL
PPL KWT PPL BPTP Jawa Barat Bidan Desa PPL PPL, BPTP Jawa Barat dan KWT PPL, BPTP Jawa Barat dan KWT
Sumber : Data Primer 2014
Antusias
peserta pelatihan kader ini
cukup baik, hal ini dapat dilihat dari peserta
pelatihan yang selalu hadir dan aktif dalam kegiatan di dalam ruangan maupun prakteknya di KBD. Setiap kader peserta pelatihan setelah selesai pelatihan diwajibkan menyebarkan informasi yang telah diperoleh di rukun wilayahnya masing-masing dan mengajak seluruh warga di
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1763
wilayahnya untuk menerapkan RPL. Kebutuhan benih yang diperlukan disediakan di KBD Kuncup Mekar, semakin banyak yang memerlukan benih maka diharapka kinerja KBD dapat lebih meningkat. Semakin banyak benih yang dibeli dari KBD maka penguatan modal kelompok akan semakin meningkat. Lomba Kader RPL Upaya peningkatan motivasi kader RPL dalam meningkatkan jumlah RPL di wilayahnya masing-masing, diadakan lomba kader RPL. Kriteria lomba kader sama dengan kriteria lomba RPL kader akan dilengkapi dengan penilaian jumlah rumah tangga yang menerapkan RPL di masing-masing RW. Penilaian lomba dilaksanakan dengan survey langsung ke lokasi RPL di RW 1 hingga RW 10. Hasil survey dapat diketahui masing-masing kader RPL telah mampu mengembangkan RPL di wilayahnya masing-masing. Hasil lomba yang diikuti oleh 10 peserta ditentukan peringkat 1 hingga 3. Untuk meningkatkan motivasi kader peserta lomba masingmasing juara memperoleh hadiah, demikian pula seluruh peserta lomba. Diharapkan dengan kegiatan ini akan dapat lebih mempermudah penyebaran RPL di Desa Sukarapih, karena masingmasing kader RPL dapat menjadi contoh pengembangan RPL di wilayahnya masing-masing.
Kesimpulan Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber
pangan keluarga
memerlukan
pendampingan diantaranya pendampingan dalam segi teknis maupun kelembagaan. Pembentukan organisasi pengelola Kebun Bibit Desa dapat menjaga kontinuitas ketersediaan bibit, penerapan RPL melalui metode pelatihan kader RPL dapat meningkatkan jumlah RPL di Desa Sukarapih dari 1 RW menjadi 10 RW, sehingga kawasan rumah pangan lestari dapat terwujud.
Daftar Pustaka Anonimous, 2010. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010 – 2014. Badan Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Asandhi A. A. 2002. Pertanian Organik. Dalam : Makalah pada Pelatihan Petugas Produksi Sayuran Organik BPTP-BALITSA Lembang tanggal 4-5 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian, 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi Jawa Barat. SK KPA Badan Ketahanan pangan Daerah Provinsi Jawa Barat. Tentang Penetapan Kelompok Penerima Manfaat Kegiatan P2KP APBN TA. 2013. Dinas Pertanian Propins Jawa Barat. 2010. Laporan Tahunan Pembangunan Pertanian Jawa Barat. Bandung. Ditjen BP2HP. 2003. Kebijakan Proteksi dan Promosi Sektor Pertanian. Ditjen BP2HP. Departemen Pertanian. Jakarta. Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta
1764
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Pranadji, T. 2004. Kerangka Perekayasaan Sosio-Budaya menuju Pertanian Industrial di Perdesaan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Rangkuti Parlaungan Adil. 2009. Strategi Komunikasi Membangun Kemandirian Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, Jakarta. Sawit, H. And M.E. Lakollo, 2007. Rice Import Surge in Indonesia. The Indonesian Center for Agrc. Sosio-Eco, and Policy Studies (ICASEPS). In Collaboration with The Action Aid International (AAI) Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
1765